Kawasan Strategis Perbatasan 2015

55
USULAN TEKNIS (DRAFT) Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia – Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun Anggaran 2015. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. bagian A PENDAHULUAN 1. Gambaran Umum INDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang berbatasan dengan 10 (sepuluh) negara tetangga di darat dan di laut. Di laut, Indonesia berbatasan dengan India, Singapura, Malaysia,Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua New Guinea . Sedangkan di darat Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua New Guinea. Kawasan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga tersebar di 12 provinsi yaitu: (i) Aceh, (ii) Sumatera Utara, (iii) Riau, (iv) Kepulauan Riau, (v) Kalimantan Barat, (vi) Kalimantan Timur, (vii) Sulawesi Utara, (viii) Maluku; (ix) Maluku Utara; (x) Nusa Tenggara Timur; (xi) Papua, dan (xii) Papua Barat. Dan, setidaknya terdapat 38 (tiga puluh delapan) wilayah kabupaten/kota di kawasan perbatasan yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga, serta perlu memperoleh perhatian khusus. Isu pengembangan kawasan perbatasan negara khususnya masyarakat di sekitar perbatasan dan masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa terdapat kesenjangan sosial, ekonomi dan kesejahteraan antara masyarakat perbatasan di Indonesia dan di Malaysia. Keputusan Mahkamah Internasional yang menetapkan kepemilikan Malaysia terhadap Pulau Sipadan-Ligitan serta terjadinya konflik batas laut, misalnya di Blok Ambalat baru-baru ini, masalah perbatasan baik di darat maupun laut. Kesan kurangnya perhatian dari Pemerintah terhadap kawasan perbatasan selalu dikaitkan dengan pendekatan pembangunan yang digunakan dimasa lampau, yang lebih menekankan pada keamanan (security) dibanding dengan peningkatan kesejahteraan (prosperity). Dalam pengembangan kawasan perbatasan lebih menekankan aspek dan pendekatan keamanan. Pada saat ini situasi kemanan yang 1 USULAN TEKNIS_Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia – Timor Leste di Nusa Tenggara Timur/PT. Multi Karadiguna Jasa

description

Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia – Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun Anggaran 2015.Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.INDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang berbatasan dengan 10 (sepuluh) negara tetangga di darat dan di laut. Di laut, Indonesia berbatasan dengan India, Singapura, Malaysia,Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua New Guinea. Sedangkan di darat Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua New Guinea. Kawasan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga tersebar di 12 provinsi yaitu: (i) Aceh, (ii) Sumatera Utara, (iii) Riau, (iv) Kepulauan Riau, (v) Kalimantan Barat, (vi) Kalimantan Timur, (vii) Sulawesi Utara, (viii) Maluku; (ix) Maluku Utara; (x) Nusa Tenggara Timur; (xi) Papua, dan (xii) Papua Barat. Dan, setidaknya terdapat 38 (tiga puluh delapan) wilayah kabupaten/kota di kawasan perbatasan yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga, serta perlu memperoleh perhatian khusus.

Transcript of Kawasan Strategis Perbatasan 2015

USULAN TEKNIS (DRAFT)Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun Anggaran 2015.Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

bagian APENDAHULUAN

1. Gambaran UmumINDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang berbatasan dengan 10 (sepuluh) negara tetangga di darat dan di laut. Di laut, Indonesia berbatasan dengan India, Singapura, Malaysia,Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua New Guinea. Sedangkan di darat Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua New Guinea. Kawasan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga tersebar di 12 provinsi yaitu: (i) Aceh, (ii) Sumatera Utara, (iii) Riau, (iv) Kepulauan Riau, (v) Kalimantan Barat, (vi) Kalimantan Timur, (vii) Sulawesi Utara, (viii) Maluku; (ix) Maluku Utara; (x) Nusa Tenggara Timur; (xi) Papua, dan (xii) Papua Barat. Dan, setidaknya terdapat 38 (tiga puluh delapan) wilayahkabupaten/kota di kawasan perbatasan yangsecara geografis dandemografis berbatasan langsung dengan negara tetangga, serta perlu memperoleh perhatian khusus.

Isu pengembangan kawasan perbatasan negara khususnya masyarakat di sekitar perbatasan dan masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa terdapat kesenjangan sosial, ekonomi dan kesejahteraan antara masyarakat perbatasan diIndonesia dan di Malaysia.Keputusan Mahkamah Internasional yang menetapkan kepemilikan Malaysia terhadap Pulau Sipadan-Ligitan serta terjadinya konflik batas laut, misalnya di Blok Ambalat baru-baru ini, masalah perbatasan baik di darat maupun laut. Kesan kurangnya perhatian dari Pemerintah terhadap kawasan perbatasan selalu dikaitkan dengan pendekatan pembangunan yang digunakan dimasa lampau, yang lebih menekankan pada keamanan (security) dibanding dengan peningkatan kesejahteraan (prosperity). Dalam pengembangan kawasan perbatasan lebih menekankan aspek dan pendekatan keamanan. Pada saat ini situasi kemanan yang semakin kondusif dan adanya proses globalisasi yang ditandai dengan berbagai kerjasama ekonomi baik regional maupun sub-regional, maka pendekatan keamanan perludi sertai dengan pendekatan kesejahteraan secara seimbang.

Dipihak lain, beberapa negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Indonesia telah mengembangkan daerah perbatasannya sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi yang telah maju dengan berbagai sarana dan prasarana fisik yang lengkap serta sumberdaya manusia yang berkualitas. Melalui UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan Perbatasan saat ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut pandang pertahanan dan keamanan.

Pengelolaan Wilayah Perbatasan, selama ini belum terintegrasi dengan baik, di mana tiap sektor cenderung berjalan berdasarkan kepentingan masing-masing dan mengabaikan keterpaduan. Melihat berbagai persoalan di kawasan perbatasan Negara, maka focus pembangunan di kawasan perbatasan menjadi hal yang mendesak. Beberapa kawasan perbatasan Negara harus segera ditangani dengan serius, yaitu: Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan, Kawasan Perbatasan Negara di Papua, dan Kawasan Perbatasan Negara di Nusa Tenggara Timur.Perbatasan darat antara Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Timor Leste terletak di 4 (empat) kabupaten, yaitu: Malaka, Belu, Kupang, dan Timor Tengah Utara (TTU). Garis perbatasan di NTT tersebar di 15 (lima belas) kecamatan. Pintu perbatasan terdapat di beberapa kecamatan, namun yang sering digunakan sebagai akses lintas batas adalah Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu dan Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka. Sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke pintu perbatasan Timor Leste cukup baik sehingga akses kedua pihak relatif mudah dan cepat.Potensi sumber daya alam di wilayah perbatasan NTT tidak terlalu besar. Kondisi masyarakat umumnya miskin dengan tingkat kesejahteraan rendah dan bertempat tinggal di wilayah tertinggal dan terisolir. Mata pencarian utama adalah pertanian lahan kering. Saat ini kondisi masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan lebih baik dari warga Timor Leste.Jika memperhatikan potensi dan permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu upaya rencana pembangunan dalam rangka pengembangan kawasan strategis di Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara Timur sehingga dapat memberikan kesejahteraan, keamanan dan dapat memberikan intervensi terhadap peningkatan kualitas lingkungan yang lebih baik. Rencana pembangunan ini diharapkan dapat memprioritaskan pembangunan infrastruktur sarana jalan dan diikuti pembangunan sarana dan prasarana lainya, yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena lancarnya perputaran roda ekonomi masyarakat.1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;1. Undang-undang Nomor 79 tahun 2005 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;1. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat1. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara1. Peraturan Presiden Nomor 179 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur1. MAKSUD DAN TUJUANMaksudMaksud dari kegiatan ini adalah untuk mewujudkan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur guna mendorong perwujudan struktur ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang.TujuanTujuan kegiatan ini adalah menyiapkan acuan dalam pengembangan dan arahan implementasi program utama pembangunan Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara Timur melalui penyiapan dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Strategis yang dilengkapi dengan analisis kebijakan, infrastruktur, ekonomi kawasan yang ditindaklanjuti ke dalam program pembangunan yang adaptif; tahapan pelaksanaan pembangunan, simpulan dan rekomendasi yang diharapkan dapat dilakukan.1. PENERIMA MANFAATPenerima manfaat dari kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur ini adalah semua pemangku kepentingan meliputi pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.1. KELUARANKeluaran dari kegiatan ini adalah:1. Strategi Pengembangan antar Kawasan, yang mengacu kepada rencana tata ruang dan memberikan arahan pengembangan kawasan (indikasi potensi produksi utama kawasan) agar potensinya dapat dioptimalkan dan mempunyai nilai tambah serta mendapat dukungan infrastruktur yang diperlukan;1. Rencana Strategis infrastruktur Wilayah, yang berisikan strategi pengembangan infrastruktur yang terpadu dalam periode 10 (sepuluh) tahun untuk mendukung strategi pengembangan antar kawasan;1. Program Jangka Menengah infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam periode 5 (lima) tahun yang dijabarkan dalam program tahunan berikut dengan sumber pembiayaannya termasuk dana dari pihak dunia usaha;1. Perkiraan Kinerja Fungsi dan Manfaat dari infrastruktur PUPR yang diprogramkan dalam jangka menengah; dan1. Peta Keterpaduan infrastruktur antar Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur.

KELUARAN KONSEP STRATEGIS & PROGRAM:Strategi Pengembangan antar Kawasan, Rencana Strategis infrastruktur WilayahProgram Jangka Menengah infrastruktur PUPR Perkiraan Kinerja Fungsi dan Manfaat dari infrastruktur PUPR yang diprogramkan jangka menengah; Peta Keterpaduan infrastruktur antar Kawasan PerbatasanPROSES ANALISIS MULTI ASPEK Analisis Kebijakan RuangAnalisis Aspek LingkunganAnalisis KependudukanAnalisis EkonomiAnalisis KeterpaduanAnalisis TeknisAnalisis Daya Ungkit (Multiplier Effect Analysis) Analisis Sumber Pembiayaan & Kemitraan Diagram: Kerangka PembahasanPROSES KOORDINASI dan KONSULTASIKonsultasi Tim TeknisKonsultasi PublikStudi BandingKonsinyasiWorkshop/SeminarTUJUAN KEGIATAN Menyiapkan acuan dalam pengembangan dan arahan implementasi program utama pembangunan Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara Timur melalui:Penyiapan dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Strategis Analisis kebijakan, infrastruktur, ekonomi kawasan yang ditindaklanjuti ke dalam Program pembangunan yang adaptif; Tahapan pelaksanaan pembangunan, Simpulan dan Rekomendasi KAJIAN POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN PERBATASAN NTT TIMOR LESTE:Potensi sumber daya alam Tidak terlalu besar. Kondisi masyarakat umumnya miskin Tingkat kesejahteraan rendah Bertempat tinggal di wilayah tertinggal dan terisolir. Mata pencarian utama pertanian lahan kering. Saat ini kondisi masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan lebih baik dari warga Timor Leste.Perlu Dukungan Infastruktur, Prasarana & SaranaKAJIAN REGULASI DAN KEBIJAKAN:UU No 26/2007 Penataan Ruang;UU No 17/2007 RPJM UU No 79/2005 Pembagian Urusan Pemerintah-PemdaUU No 23/2014 PemDa;UU No 25/2004 SPPN;PP No 179/2014 RTR Kawasan Perbatasan NTTPP No 15/2015 Kementerian PUPRPP No 2/2015 RPJMNPP No 7/2015 Organisasi Kementerian NegaraGEOGRAFIS WILAYAH PERBATASAN NTT:Perbatasan Darat Provinsi NTT_Timor Leste terletak di 4 Kabupaten: Malaka, Belu, Kupang, Timor Tengah Utara Garis Perbatasan tersebar di 15 kecamatanPintu Perbatasan dan akses lintas batas: Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu dan Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten MalakaRTR KAWASAN STRATEGIS NASIONALPP No 179/2014 RTR Kawasan Perbatasan NTTSudut Pandang Pertahanan dan Keamanan.KAWASAN STRATEGIS NASIONALKawasan Perbatasan Negara di Kalimantan, Kawasan Perbatasan Negara di Papua, Kawasan Perbatasan Negara di NTT

bagianB PENDEKATAN DAN METODOLOGI

B.1 PEMAHAMAN SUBSTANSIKAWASAN PERBATASAN merupakan Kawasan Strategis dalam menjaga integritas wilayah negara, maka diperlukan pengelolaan secara khusus. Pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan diperlukan untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah negara, kewenangan pengelolaan wilayah negara, dan hakhak berdaulat, serta dilakukan dengan pendekatan kesejahteraan, keamanan dan kelestarian lingkungan secara bersama-sama.

Secara teoritis, pengelolaan perbatasan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yakni: alokasi, delimitasi, demarkasi, dan administrasi (manajemen pembangunan) sebagaimana ditunjukkan Gambar 1.3. Tahap alokasi, delimitasi, dan demarkasi lebih banyak terkait pada aspek pengelolaan batas wilayah negara (boundary line). Sedangkan tahapan administrasi lebih terkait pada aktivitas pembangunan di kawasan perbatasan (boundary area).

B.1.1 Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional (1) Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c yang termuat dalam PP Nomor 26 Tahun 2008, meliputi:a. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;b. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;c. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;d. pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;e. pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;f. pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dang. pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

(2) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:a. menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;b. mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;c. membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;d. membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;e. mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; danf. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

(3) Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi:a. menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; danc. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun.

(4) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional meliputi:a. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;b. menciptakan iklim investasi yang kondusif;c. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;d. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;e. mengintensifkan promosi peluang investasi; danf. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

(5) Strategi untuk pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal meliputi:a. mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi;b. meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; danc. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.

(6) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa meliputi:a. meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur;b. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat; danc. melestarikan situs warisan budaya bangsa.

(7) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia meliputi:a. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya;b. meningkatkan kepariwisataan nasional;c. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dand. melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.

(8) Strategi untuk pengembangan kawasan tertinggal meliputi:a. memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;b. membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;c. mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat;d. meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; dane. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

B.1.2 Kawasan Perbatasan Negara.

Merujuk Peraturan Presiden Nomor 179 Tahun 2014 tentang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Perpres ini selanjutnya diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly dalam Lembaran Negara Nomor 382 tanggal 10 Desember 2014. Perpres No. 179/2014 ini merupakan amanat Pasal 123 ayat (4) PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, bahwa penetapan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Nasional (KSN), termasuk 9 (sembilan) KSN RTR Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan dengan Perpres. Kesembilan KSN tersebut meliputi RTR Kawasan Perbatasan Negara di 1) Kalimantan, 2) Nusa Tenggara Timur, 3) Papua, 4) Maluku Utara-Papua Barat, 5) Maluku, 6) Aceh-Sumatera Utara, 7) Riau-Kepulauan Riau, 8) Sulawesi Utara-Gorontalo-Sulawesi, dan 9) Kawasan Perbatasan yang berhadapan dengan Laut Lepas.Perpres Nomor 179 Tahun 2014 ini berisi ketentuan yang mengatur 1) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang, 2) Perencanaan Tata Ruang yang memuat struktur ruang dan pola ruang, 3) Arahan Pemanfaatan Ruang yang memuat indikasi program, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaannya, 4) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang meliputi arahan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif; dan pengenaan sanksi, 5) Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara, 6) Peran serta masyarakat dalam penataan ruang, dan 7) Jangka waktu berlakunya RTR selama 20 tahun sejak Perpres ditetapkan.Deliniasi (wilayah) pengaturan Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi NTTmencakup kawasan perbatasan di darat dan di laut. Kawasan perbatasan di daratmeliputikawasan yang berada di kecamatan pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Negara Indonesia denganNegara Timor Leste.Kawasan perbatasan di lautmeliputikawasan sisi dalam garis batas yurisdiksi, garis batas Laut Teritorial Indonesia dalam hal tidak ada batas yurisdiksi, dan/atauGaris Batas Klaim Maksimumdalam hal garis batas negara belum disepakati denganNegara Timor Leste dan Negara Australia, hingga garis pantai termasuk:1) kecamatan yang memiliki garis pantai tersebut; atau2) seluruh kecamatan pada gugus kepulauan, 3) atau hingga perairan dengan jarak 24 mil laut dari garis pangkal kepulauan.Selain itu, kawasan perbatasan di darat dan kawasan perbatasan di laut tersebutmeliputi pulaPusat Kawasan Strategis nasional (PKSN) dan/atau kawasan perkotaan yang mendukung fungsi kawasan perbatasan Negara Provinsi NTT. PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Salah satu fungsi PKSN adalah sebagai pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara dan pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan (Custom, Immigration, Quarantine, and Security/CIQS).Di Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi NTT ditetapkan 3 PKSN, yaitu: PKSN Kalabahi di Kabupaten Alor, PKSN Atambua di Kabupaten Belu, dan PKSN Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara.Tujuan penataan Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi NTTadalah untuk mewujudkan kawasan berfungsi pertahanan dan keamanan negara (security), kawasan berfungsi lindung yang lestari (sustainability), dan kawasan budi daya ekonomi perbatasan yang mandiri dan berdaya saing (prosperity).Rencana struktur ruang terdiri atas rencana sistem pusat permukiman perbatasan negara dan rencana sistem jaringan prasarana (transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana permukiman). Sedangkan, Rencana Pola Ruang terdiri atas Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya (Zona Budi Daya dan Zona Perairan).Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara dilaksanakan oleh Menteri/pimpinan instansi Pemerintah terkait, termasuk badan yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan, Gubernur, Bupati, dan pimpinan badan/lembaga sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.Ketentuan Perpres yang pentingdiperhatikan adalah bahwasepanjang rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan/atau rencana rinci tata ruang berikut peraturan zonasi termasuk rencana zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (WP3K) provinsi dan kabupaten di Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi NTT belum ditetapkan dan/atau disesuaikan dengan Perpres,digunakan RTR sebagaimana diatur dalam Perpres sebagai acuan (dasar) pemberian izin pemanfaatan ruang.Terkait ke-9 (sembilan) KSN tentang RTR Kawasan Perbatasan sebagai amanat PP Nomor 26 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Wilayah Nasional, ke-9 KSN tersebutpenting, karena:1)Mengatur batas NKRI dengan10negara lain(Timor Leste, Australia, Papua Nugini,Palau, Singapura, Malaysia, Thailand, Philpina, Vietnam, dan India). Sembilan RTR Kawasan Perbatasan telah tersusun, makaseluruh batas NKRI dengan negara lain akan terhubung menjadi satu kesatuan batas negara (yang tidak terputus). Penyusunan batas negara tersebut mengacu pada Peta NKRI yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG).2) Selain mengatur sampai Laut Teritorial Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dan Landas Kontinen Indonesia, batas negara tersebut jugamencakup pulagaris batas klaim maksimum, yaitu garis batas maksimum laut yang belum disepakati Indonesia dengan negara lain atau yang berbatasan dengan laut lepas (high seas) yang diklaim secara unilateral oleh Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.3) Batas negara tersebut akanmenjadi acuanbagi penyusunan RTRW dan Rencana Zonasi WP3K provinsi dan kabupaten/kota yang berbatasan dengan negara lain.Hal yang masih harus diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri adalahwilayah laut dalam NKRI di atas 12 mil lautyang menjadi kewenangan Pemerintah (Pusat), mengingat pengaturannya di luar ketentuan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (yang mengatur penataan ruang wilayah darat) maupun UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang WP3K (yang mengatur penataan ruang WP3K, yaitu 0-12 mil laut) Pada tanggal 17 Oktober 2014, Presiden telah mensahkan UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan yang substansinyamengatur bahwawilayah laut dalam NKRI di atas 12 mil lautmerupakankewenangan Pemerintah (Pusat).B.1.3 Recana-Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam Jangka Menengah.

Dalam penanganan wilayah perbatasan dibandingkan awal pelaksanaan RPJM Nasional, bahwa pembangunan di kawasan perbatasan masih dirasakan lamban. Salah satu permasalahan utama dalam penanganan kawasan perbatasan selama empat tahun terakhir adalah belum optimalnya koordinasi dan sinergitas antar sektor. Ini menyebabkan belum optimalnya upaya pengelolaan kawasan perbatasan. Suatu manajemen pengelolaan kawasan perbatasan yang terintegrasi, baik dalam aspek perencanaan maupun pelaksanaannya belum terbangun. Anggaran pembangunan untuk pengembangan kawasan perbatasan juga masih relatif terbatas karena sering terkalahkan oleh prioritas pembangunan lain. Untuk itu, beberapa agenda yang perlu memperoleh perhatian dalam upaya penanganan kawasanperbatasan kedepan, antara lain:

(1) Penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan sebagai acuan spasial bagi upayapengembangan wilayah secara terpadu antar sektor dan antar daerah; (2) Penetapan Peraturan Presiden mengenai pembentukan Badan Nasional Pengelola Perbatasanbeserta penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Perbatasan;(3) Peningkatan alokasi pendanaan pembangunan untuk mempercepat pembangunan sarana danprasarana dan pengamanan wilayah perbatasan;(4) Meningkatkan partisipasi sektor swasta dan dunia usaha, lembaga non pemerintah, danmasyarakat lokal dalam pengembangan wilayah perbatasan.

Arah kebijakan pembangunan kawasanperbatasan tahun 2010-2014adalahmempercepat pengembangan kawasan perbatasan sebagai beranda depan negara sekaligus pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga secara terintegrasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keamanan negara dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Terdapat tujuh fokus kebijakan pengembangan kawasan perbatasan dalam Rancangan RPJMN 2010-2014, diantaranya:

a. Penyelesaian penetapan dan penegasan batas negara, dengan kegiatan prioritas: (1) penyelesaian penetapan batas darat dan laut; (2)pengadaan dan pemeliharaan patok-patok batasnegara di darat dan laut; (3) pemetaan kawasan dan batas wilayah perbatasan serta pengukurankoordinat batas; dan (4) pendokumentasian perjanjian batas internasional dengan negara tetangga.b. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan perbatasan, dengan kegiatan prioritas: (1) pengembangan PKSN secara terpadu sebagai pusat industri maupun non-industri sesuai fungsi kabupaten/kota dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya dorong berdasarkan prinsip pembangunan ekonomi yang berkesinambungan; dan (2) penciptaan sistem hubungan ekonomi antar PKSN dengan negara tetangga sesuai dengan fungsi kabupaten/kotanya.c. Peningkatan kemampuan kerjasama kegiatan ekonomi antara kawasan perbatasan dengan negara tetangga, dengan kegiatan prioritas: (1) penyelenggaraan forum kerjasama sosial ekonomiantarakawasan perbatasandengan negaratetangga yangsaling menguntungkan;dan (2) penyelenggaraan perdagangan lintas batas yang menguntungkan bagi masyarakat setempat.d. Peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat, dengan kegiatan prioritas: (1) peningkatan pelayanan sosial dasar dalam rangka peningkatan produktivitas; (2) penyediaan sarana dan prasarana transmigrasi; (3) penyediaan sarana dan prasarana perdesaan; (4) pemberian bantuan stimulan untuk mendukung kegiatan produksi; (5) pemeliharaan kelestarian lingkungan; dan (6) fasilitasi penguatan identitas budaya dan tradisi masyarakat lokal perbatasan.e. Pemeliharaan kelestarian lingkungan, dengan kegiatan prioritas: (1) peningkatan kerjasama masyarakat dalam memelihara lingkungan; dan (2) pemulihan dan pemeliharaan kawasan lindung dan konservasi di kawasan perbatasan darat dan laut, termasuk pulau kecil terluar.f. Peningkatan pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum, dengan kegiatan prioritas: (1) peningkatan kemampuan sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan di kawasan perbatasan; (2) peningkatan infrastruktur dan pelayanan Kepabeanan, Imigrasi, Karantina dan Keamanan (CIQS) pada Pos Lintas Batas (PLB); (3) sosialisasi wawasan kebangsaan kepadamasyarakat dalam rangka peningkatan pemantapan pertahanan dan keamanan berbasis masyarakat; dan (4) peningkatan koordinasi antar instansi penegak hukum di perbatasan darat dan laut.g.Peningkatan kapasitas kelembagaan dan keberpihakan pendanaan pembangunan, dengan kegiatan prioritas: (1) Fasilitasi pembentukan dan peningkatan kapasitas Badan Pengelola Perbatasan; (2) Pengembangankapasitas sarana dan prasaranapelayananpemerintahan umum; (3) Penyediaan Dana Alokasi Khusus, USO untuk telekomunikasi dan PSO untuk transportasi.

Pengembangan Kawasan Perbatasan merupakan upaya untuk mewujudkan hak kedaulatan NKRI sebagai sebuah negara yang merdeka. Oleh karena itu, ruang lingkup pengembangan kawasan perbatasan terkait erat dengan persoalan penyelesaian batas wilayah negara Indonesia dengan negara-negara tetangga yang amat strategis bagi Indonesia dari segi geo-politik dan geo-strategis.

B2. PENDEKATAN PENYUSUNAN DATA:

Dalam melakukan kegiatan pekerjaan ini Konsultan telah merujuk pada Kerangka Acuan Kerja, akan melakukan langkah-langkah pendekatan sebagai berikut: (lihat Tabel Kerangka Pembahasan)

1. PersiapanTahap Persiapan meliputi, antara lain: Persiapan persuratan dan administratif dalam rangka koordinasi dengan sektor pusat dan Pemerintah Daerah, Penyusunan SK, Penyiapan Koordinasi Internal Tim Konsultan, Menyusun Rencana Kerja serta Administrasi, Menyediakan alat tulis, bahan komputer dan pengadaan peta basis.

2.Survei LapanganMelakukan survei ke lapangan untuk mencari data sekunder, data primer, dan data pendukung lainnya. Proses dan Tahapan Survey sebagai berikut: Persiapan Tim dan Data Sekunder Penyiapan Format Survey (kuisioner, form kebutuhan data, format peta basis) Rencana dan Jadual Survey Lapangan untuk pengambilan data primer dan tambahan data sekunder Menstrukturkan semua data sekunder dan primer yang diperoleh secara interaktif sehingga mudah untuk ditelusuri kembali ketika dibutuhkan.

2.1 Kebutuhan Data/Dokumen yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini paling sedikit dan tidak terbatas pada:1. Data Statistik: Administrasi-Ekonomi-Sosial-Budaya dan potensi daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota dalam angka, dll) 1. Dokumen Rencana Tata Ruang (RTR KSN, RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota dalam angka, terkait)1. Data Ketersediaan infrastruktur eksisting (PUPR dan lainnya)1. Peta Dasar dan Citra Satelit Wilayah Studi (Peta RBI 1:25.000 dan citra dan/atau interpretasi citra terkini resolusi tinggi) 1. Data Geologi (fisik, kebencanaan, pertambangan) 1. Data Primer (survey lapangan sesuai kebutuhan studi dan melengkapi kekurangan/update data sekunder) 1. Dokumen Perencanaan terkait (daerah dan sektoral)Tabel 1: Kebutuhan Data Sekunder dan Sumber DataNOKEBUTUHAN DATA SEKUNDERSUMBER DATA

01Data Statistik: Administrasi-Ekonomi-Sosial-Budaya dan potensi daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota dalam angka, dll) Jumlah Penduduk, Sebaran Penduduk Perekonomian, PDRB, Mata Pencaharian Penduduk, Produk Unggulan Kehidupan Tradisi dan Budaya Mobilitas Penduduk, migrasi Badan Pusat Statistik Bappeda Provinsi Bappeda Kabupaten/Kota Dinas Perindustrian Dinas Perdagangan DisBudPar Kantor Imigrasi Kantor Bea Cukai

02Dokumen Rencana Tata Ruang (RTR KSN, RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota dalam angka, terkait) Jenis Penggunaan Lahan, Luas Lahan, Lokasi Pusat Kegiatan, Sistem Pengairan: Kanal-kanal dan atau ruang perairan lain untuk aksesibilitas dan integrasi antara pusat kawasan; Pola Pergerakan dan Transportasi Darat dan Perairan sistem transportasi yang berlaku. Kementerian PUPR DJPR/BPRN Bappeda Provinsi Bappeda Kabupaten/Kota DISHUB PSDA Dinas Bina Marga Dinas Kehutanan PDAM LLASDP

03

Data Ketersediaan infrastruktur eksisting (PUPR dan lainnya) Prasarana dan Sarana Jalan dan Transportasi meliputi jaringan jalan dan jembatan, terminal, dan pelabuhan/dermaga yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas kawasan. Sarana angkutan umum untuk penumpang dan barang. Tingkat Pelayanan dan Fasilitas Pelengkap yang dibutuhkan. Termasuk dalam perencanaan tersebut adalah penyediaan sarana angkutan umum untuk penumpang dan barang. Sistem Drainase Kawasan meliputi: saluran air hujan, saluran kolektor, bangunan pengendali banjir, polder, dan stasiun pompa; Jaringan Prasarana Pengairan (jaringan air bersih, air kotor, dan air baku untuk keperluan kawasan); Jaringan Prasarana Energi untuk menunjang kebutuhan tenaga listrik dan telekomunikasi kawasan; Jaringan Persampahan, TPS, TPA, Pengolahan Limbah.

Peta Dasar dan Citra Satelit Wilayah Studi (Peta RBI 1:25.000 dan citra dan/atau interpretasi citra terkini resolusi tinggi) Kementerian PUPR DPUPR Provinsi Badan Informasi Geospatial Bappeda Provinsi Bappeda Kabupaten/Kota DPUPR Kabupaten/Kota Dinas Kebersihan Dinas Kebakaran Dinas Pertamanan Dinas Kehutanan

05Data Geologi (fisik, kebencanaan, pertambangan)

DESDM BPBD DPUPR

06Dokumen Perencanaan terkait (daerah dan sektoral) Dokumen RTRN Dokumen KSN/PKSN Dokumen Kawasan Perbatasan Dokumen RTR Provinsi Dokumen RTR Kabupaten/Kota Dokumen RTR Kawasan Strategis Provinsi Dokumen RTR Kawasan Strategis Kab/Kota Bappenas DPUPR BKPRN Kemenlu/BP2KKP Bappeda Provinsi Bappeda Kabupaten/Kota

Tabel 2: Kebutuhan Dokumen Data Spatial dan Sumber DataNOKEBUTUHAN DATA SPATIALSUMBER DATA

01 RTR Nasional dan RTR KSN Rencana Detail Tata Ruang Kawasan NTT. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan NTT - Timor Leste. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Kota (Malaka, Belu, Kupang Timor Tengah Utara). Revisi Rencana Tata Ruang Kawasan Khusus Pelayanan Terpadu. Pemerintah Kabupaten dan Kota (Malaka, Belu, Kupang Timor Tengah Utara). Recana Tata Ruang -Ibukota Kecamatan. Di Motaain Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu dan Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka Kementerian PUPR Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi NTT. Badan Perencana Pembangunan Daerah Provinsi NTT Badan Perencana Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten dan Kota (Malaka, Belu, Kupang Timor Tengah Utara).

2.2 Teknik Pengumpulan Data Kegiatan Survai Primer dilakukan untuk mengumpulkan data primer yaitu data yang secara langsung diperoleh dari objek/lokasi penelitian. Kegiatan survai primer meliputi kegiatan-kegiatan observasi atau pengamatan secara langsung di lapangan/di lokasi penelitian, dan teknik wawancara/interview. Kegiatan survai sekunder dilakukan untuk mengumpulkan data-data tertentu dari instansi-instansi terkait serta pengkajian terhadap hasil penelitian dari peneliti lain yang temanya relevan dengan penelitian yang diangkat. Teknik Pengumpulan Data, secara detail adalah sebagai berikut: Telaah Dokumen yang digunakan dalam studi ini berupa dokumen resmi (perencanaan dan penelitian) yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain yaitu: Rencana Detail Tata Ruang Kawasan NTT. Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi NTT. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan NTT - Timor Leste. Badan Perencana Pembangunan Daerah Provinsi NTT Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota Kecamatan. Badan Perencana Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten dan Kota (Malaka, Belu, Kupang Timor Tengah Utara). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Kota (Malaka, Belu, Kupang Timor Tengah Utara). Badan Perencana Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten. Revisi Rencana Tata Ruang Kawasan Khusus Pelayanan Terpadu. Pemerintah Kabupaten dan Kota (Malaka, Belu, Kupang Timor Tengah Utara). Dokumen tersebut kemudian ditelaah untuk dijadikan penunjang dalam kegiatan observasi lapangan dan wawancara. Observasi Lapangan dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap fakta yang terjadi di lapangan. Penelaahan dokumen merupakan hasil pengumpulan data lapangan yang dilakukan melalui: Observasi yang dilakukan dalam studi ini adalah untuk mengetahui kondisi wilayah perbatasan NTT-Timor Leste dan komparasinya terhadap wilayah perbatasan lainnya. Wawancara yaitu cara untuk mengumpulkan informasi secara langsung. Kegiatan wawancara ini akan dilakukan pada saat observasi atau pada saat mencari data di instansi-instansi terkait sehingga dapat memberikan tambahan informasi dengan format wawancara yang terstruktur (wawancara disusun dalam daftar pertanyaan). Kegiatan wawancara dilakukan pada responden pemerintah dengan alasan perspektif kawasan perbatasan sebagai kawasan strategis nasional dengan dimensi yang kompleks menunjukkan peran pemerintah yang masih mendominasi perkembangan wilayah perbatasan Timor Leste. Responden pemerintah tersebut adalah : 1) Badan Persiapan Pengembangan Kawasan Khusus Perbatasan (BP2KKP) Provinsi NTT. Badan ini merupakan badan yang dibentuk dalam penanganan wilayah perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2) Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Persiapan Pengembangan Kawasan Khusus Perbatasan (BP2KKP) Provinsi NTT. UPT ini terletak di Pos Lintas Batas, UPT ini merupakan bagian dari BP2KKP yang berada di Kecamatan. 3) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT. Khusus pada bidang pengembangan kawasan perbatasan yang diwakili oleh Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pengembangan Kawasan Perbatasan bidang Cipta Karya. 4) Dinas Perhubungan. Khusus pada bidang kebijakan peningkatan sistem transportasi dan moda transportasi.5) Forum Bilateral antara Pemerintah Daerah (Provinsi NTT) dengan Timor Leste, dalam merumuskan kebijakan di wilayah perbatasan 6) Kantor Bea Cukai. 2.3 Teknik Analisis.Teknik Analisis terkait dengan pengukuran atas indikator perencanaan wilayah, untuk Perencanaan Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur.

Penggunaan teknik analisis ini terkait dengan konteks wilayah yang dilihat secara intra (antar wilayah), maupun inter (dalam wilayah) perbatasan NTT_Timor Leste. Beberapa teknik tersebut antara lain adalah laju pertumbuhan ekonomi, sektor basis ekonomi, kinerja sektor ekonomi, dan identifikasi sektor prioritas/unggulan. Dalam hal ini dapat dilakukan proses Analisis Multi Aspek yang tersebut pada ruang lingkup substansi.1. Analisis Kebijakan RuangPada tahapan ini dilakukan analisis pengaruh kebijakan pemerintah pusat (RTR Kawasan, RTR Wilayah, Sistem transportasi, dsb), Provinsi Provinsi Nusa Tenggara Timur maupun kabupaten dan kota (Malaka, Belu, Kupang Timor Tengah Utara) yang berkaitan dengan pekerjaan. Selanjutnya dibutuhkan juga kajian menganai peraturan perundang-undangan, norma, standar, peraturan dan ketentuan yang berlaku.1. Analisis Aspek LingkunganAnalisis ini merupakan kajian terhadap daya dukung dan daya tampung kawasan dikaitkan dengan rencana pengembangan yang akan dilakukan. Hasil dari analisis aspek lingkungan berupa rekomendasi kesesuaian lahan untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan produksi kawasan.1. Analisis Aspek EkonomiDalam tahapan ini dilakukan Analisis potensi komoditas utama (unggulan) dan Analisis backward and forward linkage dari komoditas tersebut. Selain itu diperlukan Analisis Economic Internal Rate of Return (EIRR).1. Analisis KependudukanAnalisis ini meliputi Demografi, Sosial Ekonomi, Sosial Budaya, dan Kearifan Lokal. Pengembangan Kawasan Perbatasan Darat Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum pengembangan. Aspek kependudukan yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya, pariwisata, dan ekonomi di kawasan perbatasan darat Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur memanfaatkan ruang darat dan perairan/pantai. Perubahan terjadi harus menyesuaikan peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan. Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan.1. Analisis KeterpaduanMencakup Keterpaduan infrastruktur sektor lain, infrastruktur daerah, dan infrastruktur yang dibangun oleh masyarakat/dunia usaha.Perencanaan Keterpaduan Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Pola Pergerakan Kendaraan di ruas-ruas jalan harus terintegrasi terhadap kerangka utama; Kawasan harus menyediakan kanal-kanal dan atau ruang perairan lain untuk aksesibilitas dan integrasi antara pusat kawasan; Harus mudah diakses dan terintegrasi dengan sistem kota dari prasarana dan sarana di perairan, darat dan udara; Pola Pergerakan dan Transportasi Darat dan Perairan harus memiliki variasi integrasi dan variasi transportasi berdasarkan sistem transportasi yang berlaku. Perencanaan Manajemen Sistem Transportasi dan kelengkapan sarana penunjang transportasi. Prasarana dan Sarana Jalan dan Transportasi meliputi jaringan jalan dan jembatan, terminal, dan pelabuhan/dermaga yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas kawasan. Termasuk dalam perencanaan tersebut adalah penyediaan sarana angkutan umum untuk penumpang dan barang. Cara pengaturan jalan dan transportasi yang harus diperhatikan:1. Kebutuhan Transportasi dan Pola Pergerakan Lalu Lintas;1. Jenis Moda dan intensitas yang diperlukan;1. Tingkat Pelayanan dan Fasilitas Pelengkap yang dibutuhkan. Penyediaan Sistem Drainase Kawasan meliputi: saluran air hujan, saluran kolektor, bangunan pengendali banjir, polder, dan stasiun pompa; Penyediaan Jaringan Prasarana Pengairan (jaringan air bersih, air kotor, dan air baku untuk keperluan kawasan); Penyediaan Jaringan Prasarana Energi untuk menunjang kebutuhan tenaga listrik dan telekomunikasi kawasan; Penyediaan Jaringan Persampahan.1. Analisis TeknisAnalisis Kebutuhan infrastruktur untuk menunjang pengembangan produksi kawasan, analisis kekuatan infrastruktur eksisting, analisis infrastruktur menunjang backward and forward linkage produksi kawasan, analisis development impact and benefit pembangunan infrastruktur PUPR.1. Analisis Daya Ungkit (Multiplier Effect Analysis) Pertimbangan efek daya ungkit ekonomi dan sosial di suatu kawasan (kuantitatif & kualitatif) akibat dari pembangunan infrastruktur PUPR kawasan. Analisis ini mengupayakan metode input-output analisis yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi suatu kawasan dengan adanya ketersediaan infrastruktur PUPR1. Analisis Sumber Pembiayaan & Kemitraan Dalam pelaksanaan pengembangan kawasan dibutuhkan penganggaran/pembiayaan yang telah direncanakan melalui APBN, APBD, PPP, donor, maupun hibah. Oleh karena itu diperlukan kesepakatan dan sinkronisasi antara Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, dan swasta dalam penyusunan penganggaran tersebut.2.4 Penyusunan Konsep Strategis Penyusunan Konsep Rencana Strategis infrastruktur Wilayah (jangka waktu 10 tahun) Penyusunan Konsep Program Tahunan (untuk 5 tahun pertama) Penyusunan Konsep dilengkapi Peta-Peta Digital dan Analog serta Animasi 3D2.5 Koordinasi dan Konsultasi Dalam Proses penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur dilakukan koordinasi melalui pertemuan, pembahasan dan konsultasi, konsultasi publik, workshop dan konsinyasi: Pertemuan Koordinasi dan Pembahasan Substansi dengan instansi, badan, lembaga terkait kewenangan wilayah perbatasan. Asistensi Substansi dengan Tim Supervisi secara berkala setiap 2 (dua) minggu sekali, Rapat Koordinasi dengan instansi terkait di pusat minimal 2 (dua) kali, Konsinyasi Substansi internal BPIW dan Expert minimal 2 (dua) kali, Focus Group Discussion/FGD dengan instansi terkait di daerah minimal 2 (dua) kali, Workshop Penajaman Konsep Rencana dan Program minimal 1 (satu) kali, Konsultasi Publik untuk penyepakatan rencana dan program dengan stakeholders (pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan akademisi) minimal 1 (satu) kali, Rapat Penyepakatan Final Rencana dan Program dengan instansi terkait dari pusat dan daerah minimal 1 (satu) kali. Studi Banding (Benchmarking). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan tambahan bagi 2 (dua) orang staf profesional di Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang pengembangan kawasan perbatasan negara di negara Philipina Hawai.2.6 Penyusunan Laporan Rencana Mutu Kontrak Laporan Pendahuluan Laporan Bulanan Laporan Antara Laporan Akhir Prosiding Workshop/seminar Album Peta dan Cetak Peta Kawasan ukuran A3, dengan ketelitian minimal 1 : 25.000 Penyusunan Laporan, Album Peta, dan dokumen pendukung lainnya (dalam bentuk hardcopy dan softcopy interaktif) Album Peta dan Cetak Peta Kawasan ukuran A3, dengan ketelitian minimal 1 : 25.000

Bagian CTANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJASesuai muatan materi yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja untuk kegiatan penyusunan Pengembangan Kawasan Perbatasan Timor Leste-Nusa Tenggara Timur, sudah cukup jelas. dan, dapat dipahami muatan substansi pokok-pokoknya sebagai berikut:

1. Berdasar Maksud dari kegiatan tersebut adalah untuk mewujudkan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur guna mendorong perwujudan struktur ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang.Dengan Tujuan kegiatan ini adalah menyiapkan acuan dalam pengembangan dan arahan implementasi program utama pembangunan Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara Timur melalui penyiapan dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Strategis yang dilengkapi dengan analisis kebijakan, infrastruktur, ekonomi kawasan yang ditindaklanjuti ke dalam program pembangunan yang adaptif; tahapan pelaksanaan pembangunan, simpulan dan rekomendasi yang diharapkan dapat dilakukan.2. Isu Strategis Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara khususnya masyarakat di sekitar perbatasan dan masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa terdapat kesenjangan sosial, ekonomi dan kesejahteraan antara masyarakat perbatasan diIndonesia dan di Malaysia.Keputusan Mahkamah Internasional yang menetapkan kepemilikan Malaysia terhadap Pulau Sipadan-Ligitan serta terjadinya konflik batas laut, misalnya di Blok Ambalat baru-baru ini, masalah perbatasan baik di darat maupun laut. Kesan kurangnya perhatian dari Pemerintah terhadap kawasan perbatasan selalu dikaitkan dengan pendekatan pembangunan yang digunakan dimasa lampau, yang lebih menekankan pada keamanan (security) dibanding dengan peningkatan kesejahteraan (prosperity). Dalam pengembangan kawasan perbatasan lebih menekankan aspek dan pendekatan keamanan. Pada saat ini situasi kemanan yang semakin kondusif dan adanya proses globalisasi yang ditandai dengan berbagai kerjasama ekonomi baik regional maupun sub-regional, maka pendekatan keamanan perludi sertai dengan pendekatan kesejahteraan secara seimbang.

3. Pengelolaan Wilayah Perbatasan, selama ini belum terintegrasi dengan baik, di mana tiap sektor cenderung berjalan berdasarkan kepentingan masing-masing dan mengabaikan keterpaduan. Melihat berbagai persoalan di kawasan perbatasan Negara, maka focus pembangunan di kawasan perbatasan menjadi hal yang mendesak. Beberapa kawasan perbatasan Negara harus segera ditangani dengan serius, yaitu: Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan, Kawasan Perbatasan Negara di Papua, dan Kawasan Perbatasan Negara di Nusa Tenggara Timur.Perbatasan darat antara Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Timor Leste terletak di 4 (empat) kabupaten, yaitu: Malaka, Belu, Kupang, dan Timor Tengah Utara (TTU). Garis perbatasan di NTT tersebar di 15 (lima belas) kecamatan. Pintu perbatasan terdapat di beberapa kecamatan, namun yang sering digunakan sebagai akses lintas batas adalah Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu dan Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka. Sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke pintu perbatasan Timor Leste cukup baik sehingga akses kedua pihak relatif mudah dan cepat.

4. Secara metodologis perlu dilakukan penentuan metode pendekatan, metode survey, kriteria sampling dan referensi yang akan digunakan dalam pengembangan roadmap penyelenggaraan RTH. Pendekatan dan metode terkait dengan penetapan sebaran perkotaan dengan berbagai tipologi, potensi dan permasalahan serta tuntutan pembangunan memerlukan kebijakan dan strategi spesifik dalam upaya pemenuhan 20% RTH publik perkotaan yang minimal bisa menjawab tujuan penyusunan masukan teknis penyelenggaraan RTH diperkotaan. Maka perlu diidentifikasi profil tipologi dan karakteristik penyelenggaraan RTH di perkotaan kedalam Data Base melalui Management System Information (MIS) sebagai base-lines ketersesiaan RTH di perkotaan untuk menentukan kegiatan strategis dan implementatif untuk roadmap masukan teknis penyelenggaraan RTH di perkotaan.

5. Kajian Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan Dalam pembahasan menyusun program, rencana kegiatan Pengembangan Kawasan Perbatasan secara substansi dan metodologis perlu memperhatikan dan merujuka pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Serta Peraturan Presiden Nomor 179 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur6. Penentuan Lokasi. Untuk survey dalam hal penggalian data dan informasi akan dilakukan survey ke Kabupaten/ Kota, diperlukan kriteria lokasi melalui justifikasi lokasi berdasar tipologi wilayah kawasan perbatasan, dari aspek geografis fisik (pantai, dataran, pegunungan), sebaran penduduk, pembangunan infrastruktur kondisi eksisting, kelembagaan dan indikasi program strategis dalam pengembangan rencana tata ruang wilayah yang memuat rencana pengembangan strategis kawasan perbatasan.

a) INDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang berbatasan dengan 10 (sepuluh) negara tetangga di darat dan di laut. Di laut, Indonesia berbatasan dengan India, Singapura, Malaysia,Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua New Guinea. b) Sedangkan di darat Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua New Guinea. Kawasan perbatasan Indonesia dengan negara tetangga tersebar di 12 provinsi yaitu: (i) Aceh, (ii) Sumatera Utara, (iii) Riau, (iv) Kepulauan Riau, (v) Kalimantan Barat, (vi) Kalimantan Timur, (vii) Sulawesi Utara, (viii) Maluku; (ix) Maluku Utara; (x) Nusa Tenggara Timur; (xi) Papua, dan (xii) Papua Barat. Dan, setidaknya terdapat 38 (tiga puluh delapan) wilayahkabupaten/kota di kawasan perbatasan yangsecara geografis dandemografis berbatasan langsung dengan negara tetangga, serta perlu memperoleh perhatian khusus. c) Perbatasan darat antara Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Timor Leste terletak di 4 (empat) kabupaten, yaitu: Malaka, Belu, Kupang, dan Timor Tengah Utara (TTU). Garis perbatasan di NTT tersebar di 15 (lima belas) kecamatan. Pintu perbatasan terdapat di beberapa kecamatan, namun yang sering digunakan sebagai akses lintas batas adalah Motaain di Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu dan Motamasin di Kecamatan Kobalima Timur, Kabupaten Malaka. Sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke pintu perbatasan Timor Leste cukup baik sehingga akses kedua pihak relatif mudah dan cepat.d) Potensi sumber daya alam di wilayah perbatasan NTT tidak terlalu besar. Kondisi masyarakat umumnya miskin dengan tingkat kesejahteraan rendah dan bertempat tinggal di wilayah tertinggal dan terisolir. Mata pencarian utama adalah pertanian lahan kering. Saat ini kondisi masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan lebih baik dari warga Timor Leste.

Maka perlu disusun suatu justifikasi tentang kriteria lokasi yang akan dilakukan survey berdasar aspek-aspek tersebut di atas.

7. Memperhatikan potensi dan permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu upaya rencana pembangunan dalam rangka pengembangan kawasan strategis di Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara Timur sehingga dapat memberikan kesejahteraan, keamanan dan dapat memberikan intervensi terhadap peningkatan kualitas lingkungan yang lebih baik. Rencana pembangunan ini diharapkan dapat memprioritaskan pembangunan infrastruktur sarana jalan dan diikuti pembangunan sarana dan prasarana lainya, yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena lancarnya perputaran roda ekonomi masyarakat.

8. Secara strategis keluaran dari kegiatan ini adalah:1. Strategi Pengembangan antar Kawasan, yang mengacu kepada rencana tata ruang dan memberikan arahan pengembangan kawasan (indikasi potensi produksi utama kawasan) agar potensinya dapat dioptimalkan dan mempunyai nilai tambah serta mendapat dukungan infrastruktur yang diperlukan;1. Rencana Strategis infrastruktur Wilayah, yang berisikan strategi pengembangan infrastruktur yang terpadu dalam periode 10 (sepuluh) tahun untuk mendukung strategi pengembangan antar kawasan;1. Program Jangka Menengah infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam periode 5 (lima) tahun yang dijabarkan dalam program tahunan berikut dengan sumber pembiayaannya termasuk dana dari pihak dunia usaha;1. Perkiraan Kinerja Fungsi dan Manfaat dari infrastruktur PUPR yang diprogramkan dalam jangka menengah; dan1. Peta Keterpaduan infrastruktur antar Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur.

bagian DMEKANISME DAN RENCANA-KERJA

Dalam melakukan kegiatan pekerjaan ini Konsultan telah merujuk pada Kerangka Acuan Kerja, akan menyusun Mekanisme dan Rencana Kerja, sebagai berikut:

D.1 Rencana Kerja1. PersiapanTahap Persiapan meliputi, antara lain: Persiapan persuratan dan administratif dalam rangka koordinasi dengan sektor pusat dan Pemerintah Daerah, Penyusunan SK, Penyiapan Koordinasi Internal Tim Konsultan, Menyusun Rencana Kerja serta Administrasi, Menyediakan alat tulis, bahan komputer dan pengadaan peta basis.

2.Survei LapanganMelakukan survei ke lapangan untuk mencari data sekunder, data primer, dan data pendukung lainnya. Proses dan Tahapan Survey sebagai berikut: Persiapan Tim dan Data Sekunder Penyiapan Format Survey (kuisioner, form kebutuhan data, format peta basis) Rencana dan Jadual Survey Lapangan untuk pengambilan data primer dan tambahan data sekunder Menstrukturkan semua data sekunder dan primer yang diperoleh secara interaktif sehingga mudah untuk ditelusuri kembali ketika dibutuhkan.

3. Proses Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur Persiapan tim dan data sekunder Survey lapangan untuk pengambilan data primer dan tambahan data sekunder Menstrukturkan semua data sekunder dan primer yang diperoleh secara interaktif sehingga mudah untuk ditelusuri kembali ketika dibutuhkan. Melakukan proses analisis multi aspek yang tersebut pada ruang lingkup substansi. Penyusunan konsep rencana strategis infrastruktur wilayah (jangka waktu 10 tahun) Penyusunan konsep program tahunan (untuk 5 tahun pertama) Penyiapan peta-peta digital dan analog serta animasi 3D Pertemuan koordinasi & pembahasan substansi Asistensi substansi dengan tim supervisi secara berkala setiap 2 (dua) minggu sekali, Rapat koordinasi dengan instansi terkait di pusat minimal 2 (dua) kali, konsinyasi substansi internal BPIW & expert minimal 2 (dua) kali, FGD dengan instansi terkait di daerah minimal 2 (dua) kali, workshop penajaman konsep rencana dan program minimal 1 (satu) kali, konsultasi publik untuk penyepakatan rencana dan program dengan stakeholders (pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan akademisi) minimal 1 (satu) kali, rapat penyepakatan final rencana dan program dengan instansi terkait dari pusat dan daerah minimal 1 (satu) kali, Penyusunan laporan, album peta, dan dokumen pendukung lainnya (dalam bentuk hardcopy dan softcopy interaktif)D.2 Jadual KerjaPekerjaan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur dilaksanakan pada tahun anggaran 2015 dan seluruh pekerjaan harus dapat diselesaikan dalam waktu 6 (enam) bulan kalender.Konsultan dalam menangani kegiatan encana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur, akan melakukan mekanisme rencana kerja. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan secara berturut-turut untuk tahun anggaran 2015, dengan jadwal sebagai berikut:Tabel 4: Jadual Rencana KerjaNoTahapan KegiatanBulan Ke-

123456

1Persiapan Pekerjaan

2Survei Lapangan

3Penyusunan Recana-Kerja

AFGD

BWorkshop

CSosialisasi

4Penyusunan Laporan

Jadual Recana-Kerja lebih rinci dapat dilihat dalam lampiran.

D.3 Penugasan Tim AhliDalam melaksanakan kegiatan pekerjaan Konsultan akan melibatkan Tim Ahli. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini dibutuhkan Tenaga Ahli yang menguasai bidang keahlian tertentu yang berjumlah 24 (dua puluh empat) orang dengan total 107 OB. Kegiatan ini dilaksanakan secara kontraktual.Susunan Tenaga Ahli yang diperlukan adalah sebagai berikut:Tabel 5: Penugasan Tenaga AhliNOPOSISI TIM AHLIPENUGASAN KEAHLIANALOKASI WAKTU (OB)

01Ketua Tim Mampu memimpin dan manajemen yang baik dalam pertemuan, konsultasi dan pembahasan dengan Tim Teknis, serta pihak-pihak instansi teknis. Mengkordinir Tim Ahli dalam bidang penataan ruang wilayah dan kebijakan strategis wilayah perbatasan. Menyiapkan penyusunan dan bahan materi laporan pembahasan dari Tim Ahli. Menyusun format kajian mengenai peraturan perundang-undangan, norma, standar, peraturan dan ketentuan yang berlaku. Merumuskan Konsep-konsep Konsep Rencana Strategis infrastruktur Wilayah (jangka waktu 10 tahun) dan Konsep Program Tahunan. Mengkoordinir penyiapkan acuan dalam pengembangan dan arahan implementasi program utama pembangunan Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara Timur. Menyiapkan dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Strategis yang dilengkapi dengan analisis kebijakan, infrastruktur, ekonomi kawasan yang ditindaklanjuti ke dalam program pembangunan yang adaptif; Menyusun tahapan pelaksanaan pembangunan, simpulan dan rekomendasi yang diharapkan dapat dilakukan sesuai penugasan dalam KAK. Memberikan arahan kepata Tim Ahli untuk pengembangan kawasan (indikasi potensi produksi utama kawasan) agar potensinya dapat dioptimalkan dan mempunyai nilai tambah serta mendapat dukungan infrastruktur yang diperlukan.6 OB

02Ahli Pengembangan Wilayah Bertanggung jawab di bidang perencanaan wilayah atau bidang pekerjaan penataan ruang. Merumuskan dan menyusun konsep strategis program penataan ruang untuk wilayah perbatasan. Untuk mewujudkan Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur guna mendorong perwujudan struktur ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang.

03Ahli Teknik Jalan & Transportasi Bertanggung jawab di bidang perencanaan infrastruktur Jalan dan Transportasi. Mempersiapkan format dan kerangka survey dan teknik analisis untuk kajian bidang Jalan dan transportasi. Melakukan Analisis Kebutuhan infrastruktur untuk menunjang pengembangan produksi kawasan, analisis kekuatan infrastruktur eksisting, analisis infrastruktur menunjang backward and forward linkage produksi kawasan, analisis development impact and benefit pembangunan infrastruktur PUPR. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.6 OB

04Ahli Hidrologi / Pengelolaan Sumber Daya Air Bertanggung jawab di bidang perencanaan dan pengelolaan sumber daya air. Mempersiapkan format dan kerangka survey dan teknik analisis untuk kajian bidang hidrologi dan Pengelolaan sumber daya air. Melakukan Analisis Kebutuhan Sumber Air dan infrastruktur SDA untuk menunjang pengembangan produksi kawasan guna menunjang backward and forward linkage produksi kawasan, analisis development impact and benefit pembangunan infrastruktur SDA PUPR. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.

05Ahli Teknik Air Limbah Bertanggung jawab di bidang perencanaan dan pengelolaan air limbah. Mempersiapkan format dan kerangka survey dan teknik analisis untuk kajian bidang air limbah dan Pengelolaan air limbah. Melakukan Analisis Pengelolaan Air Limbah guna menunjang backward and forward linkage produksi kawasan, analisis development impact and benefit pembangunan infrastruktur PUPR. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.5 OB

06Ahli Teknik Persampahan Bertanggung jawab di bidang perencanaan dan pengelolaan Persampahan. Mempersiapkan format dan kerangka survey dan teknik analisis untuk kajian bidang pengelolaan persampahan. Melakukan Analisis Pengelolaan Persampahan guna menunjang backward and forward linkage produksi kawasan, analisis development impact and benefit pembangunan infrastruktur persampahan PUPR. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.5 OB

07Ahli Teknik Air Minum Bertanggung jawab di bidang perencanaan kebutuhan dan jaringan instalasi serta pengelolaan air minum. Mempersiapkan format dan kerangka survey dan teknik analisis untuk kajian bidang pengelolaan air minum. Melakukan Analisis kebutuhan dan Pengelolaan air minum, serta pembangunan infrastruktur PUPR. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.5 OB

08Ahli Teknik Penanganan Bencana Alam Bertanggung jawab di bidang perencanaan dan pengelolaan Penanganan Bencana Alam. Mempersiapkan format dan kerangka survey dan teknik analisis untuk kajian bidang pengelolaan dan penanganan Bencana alam. Melakukan Analisis Pengelolaan dan Penanganan Bencana Alam terkait pemulihan untuk pembangunan infrastruktur PUPR. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.5 OB

09Ahli Teknik Pengembangan Perumahan Bertanggung jawab di bidang perencanaan dan pengelolaan Penanganan Bencana Alam. Mempersiapkan format dan kerangka survey dan teknik analisis untuk kajian bidang perumahan dan permukiman. Melakukan Analisis Pengembangan perumahan dan pembangunan infrastruktur lingkungan perumahan PUPR. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.5 OB

10Ahli Geologi dan Pertambangan Bertanggung jawab di bidang perencanaan dan pengelolaan terkait aspek Geologi dan Pertambangan. Mempersiapkan format dan kerangka survey dan teknik analisis untuk kajian bidang geologi dan pertambangan. Melakukan Analisis Kemampuan Sumber Daya Alam terkait aspek geologi dan pertambangan. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.4 OB

11Ahli Ekonomi Wilayah Bertanggung jawab di bidang perencanaan dan pengelolaan terkait aspek Ekonomi Wilayah. Mempersiapkan format dan kerangka survey dan teknik analisis untuk kajian bidang Ekonomi Wilayah. Melakukan Analisis potensi komoditas utama (unggulan) dan Analisis backward and forward linkage dari komoditas tersebut. Melakukan Analisis Economic Internal Rate of Return (EIRR). Mengkaji efek daya ungkit ekonomi dan sosial di suatu kawasan (kuantitatif & kualitatif) akibat dari pembangunan infrastruktur PUPR kawasan. Dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi suatu kawasan dengan adanya ketersediaan infrastruktur PUPR Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.5 OB

12Ahli Sosial Budaya Bertanggung jawab di bidang Sosial Budaya, termasuk kehidupan masyarakat adat dan terkait kelembagaan sosial masyarakat lokal. Untuk memberdayakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat lokal. Mempersiapkan format dan kerangka survey karakteristik sosial sebagai dasar kajian strategis penguatan kemampuan sosial, ekonomi dan memperkuat kebudayaan nasional. Mengkaji aspek kependudukan yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya, pariwisata, dan ekonomi di kawasan perbatasan darat Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur memanfaatkan ruang darat dan perairan/pantai. Kajian atas perubahan yang berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman (diversifikasi) usaha baru yang ditawarkan Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.5 OB

13Ahli Lingkungan Hidup Bertanggung jawab di bidang Lingkungan Hidup, Mempersiapkan format dan kerangka survey karakteristik lingkungan fisik kapasitas daya dukung lingkungan . Melakukan analisis dan kajian terhadap daya dukung dan daya tampung kawasan dikaitkan dengan rencana pengembangan yang akan dilakukan. Menyusun rekomendasi kesesuaian lahan untuk pembangunan infrastruktur dan pengembangan produksi kawasan. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.4 OB

14Ahli Pengembangan Pertanian dan Perkebunan. Bertanggung jawab di bidang Pertanian dan Perkebunan, Mempersiapkan format dan kerangka survey karakteristik pertanian dan perkebunan . Melakukan analisis dan kajian terhadap daya dukung dan daya tampung kawasan dikaitkan dengan rencana pengembangan lahan pertanian dan perkebunan. Menyusun rekomendasi kesesuaian lahan pertanian akibat pembangunan infrastruktur dan pengembangan produksi perkebunan. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.4 OB

15Ahli Pengembangan Pariwisata. Bertanggung jawab di bidang Pengembangan Pariwisata, Mempersiapkan format dan kerangka survey karakteristik industri pariwisata . Melakukan analisis dan kajian terhadap daya dukung dan daya tampung kawasan dikaitkan dengan rencana pengembangan pertanian. Menyusun rekomendasi pengembangan pariwisata. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.4 OB

16Ahli Pengembangan Kawasan Industri. Bertanggung jawab di bidang Pengembangan Kawasan Industri terkait Pengembangan Wilayah, Mempersiapkan format dan kerangka survey karakteristik kawasan industri. Melakukan analisis dan kajian terhadap daya dukung dan daya tampung kawasan dikaitkan dengan rencana pengembangan kawasan industri. Menyusun rekomendasi pengembangan kawasan industri. Mengkaji efek daya ungkit ekonomi dan sosial di suatu kawasan (kuantitatif & kualitatif) akibat dari pembangunan infrastruktur PUPR dan pengembangan kawasan industri. Kajian pengembangan kawasan industri terkait ketersediaan infrastruktur PUPR Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.4 OB

16Ahli Pengelolaan Hutan. Bertanggung jawab di bidang Pengelolaan Hutan, Mempersiapkan format dan kerangka survey pengelolaan hutan. Melakukan analisis dan kajian terhadap daya dukung dan daya tampung kawasan dikaitkan dengan rencana pengembangan kawasan hutan. Mengkaji efek daya ungkit ekonomi dan sosial di suatu kawasan (kuantitatif & kualitatif) dari pengelolaan hutan terkait ketersediaan infrastruktur PUPR. Menyusun rekomendasi pengelolaan hutan. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.3 OB

17Ahli Pengelolaan Sumber Daya Laut. Bertanggung jawab di bidang Pengelolaan Sumber Daya Laut, Mempersiapkan format dan kerangka survey pengelolaan Sumber Daya Laut. Melakukan analisis dan kajian terhadap daya dukung dan daya tampung kawasan dikaitkan dengan rencana pengembangan kawasan pantai dan sumber daya laut Mengkaji efek daya ungkit ekonomi dan sosial di suatu kawasan perairan, sumber daya laut (kuantitatif & kualitatif) dari pengelolaan hutan terkait ketersediaan infrastruktur PUPR. Menyusun rekomendasi pengelolaan kawasan pantai dan sumber daya laut. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.3 OB

17Ahli Komunikasi Massa. Bertanggung jawab di bidang Komunikasi Massa, Mempersiapkan format dan kerangka survey dalam konteks komunikasi massa. Menyusun rekomendasi atas hasil Konsultasi Publik. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.4 OB

18Ahli GIS/Pemetaan. Bertanggung jawab di bidang Pemetaan, GIS, Mempersiapkan format dan sistem GIS untuk survey dalam konteks pemetaan. Melakukan analisa dan interpretasi GIS Menyusun rekomendasi atas hasil Konsultasi dengan BIG Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.5 OB

19Ahli Teknik Informatika/Komunikasi Bertanggung jawab di bidang Teknik Informatika, Mempersiapkan format dan sistem IT untuk survey dalam konteks pengolahan data dan menejemen sistem informasi Melakukan pengolahan data digitalisasi, melalui pengolahan data berbasis IT. Menyiapkan bahan hasil pengolahan data ke seluruh tim. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.5 OB

20Ahli Teknik Kelistrikan Bertanggung jawab di bidang Teknik Kelistrikan, Mempersiapkan format dan sistem pendataan untuk survey kelistrikan dalam konteks jaringan listrik, energi dan alternatif pembangkit listrik. Menyiapkan materi hasil pengolahan data lapangan ke seluruh tim. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.3 OB

21Ahli Komunikasi Visual/Desain Grafis Bertanggung jawab di bidang Komunikasi Visual dan Desain Grafis, Mempersiapkan format dan sistem pengolahan visual untuk materi komunikasi. Menyiapkan materi pengolahan data visual ke seluruh tim untuk dikonsultasikan ke Tim Teknis. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.4 OB

21Ahli Kemitraan Bertanggung jawab di bidang Kemitraan, Mempersiapkan format dan sistem kerjasama dengan pemangku kepentingan. Menyiapkan materi ke seluruh tim untuk dikonsultasikan ke Tim Teknis. Melakukan koordinasi pemangku kepentingan, lintas sektor untuk melakukan kesepakatan dan sinkronisasi antara Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, dan swasta dalam penyusunan program. Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.4 OB

22Ahli Pembiayaan Program Bertanggung jawab di bidang Pembiayaan Program, Mempersiapkan format dan sistem pembiayaan program. Menyiapkan materi ke seluruh tim untuk dikonsultasikan ke Tim Teknis. Melakukan koordinasi pemangku kepentingan, lintas sektor untuk melakukan kesepakatan dan sinkronisasi antara Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, dan swasta dalam penyusunan penganggaran. (melalui: APBN, APBD, PPP, donor, maupun hibah) Melakukan koordinasi dengan Tim Ahli lainnya sesuai arahan Ketua Tim.

Untuk mendukung kinerja dari tenaga ahli dan mendukung pencapaian target output dari pekerjaan ini, diperlukan adanya peran tenaga penunjang seperti sekretaris, operator komputer.

Tabel 6: Personil Tenaga Ahli dan PenugasanNoNAMA TENAGA AHLIPENUGASANVolume(bulan)

1Ahli Pengembangan Wilayah6

2Ahli Teknik Jalan & Transportasi 6

3Ahli Pengelolaan Sumber Daya Air 5

4Ahli Teknik Air Limbah5

5Ahli Teknik Persampahan5

6Ahli Teknik Air Minum 5

7Ahli Penanganan Bencanan Alam 5

8Ahli Pengembangan Perumahan 5

9Ahli Geologi & Pertambangan 4

10Ahli Ekonomi Wilayah 5

11Ahli Sosial Budaya 5

12Ahli Lingkungan Hidup 4

13Ahli Perkebunan dan Pertanian 4

14Ahli Pengembangan Pariwisata 4

15Ahli Pengembangan Kawasan Industri 4

16Ahli Pengelolaan Hutan 3

17Ahli Pengelolaan Sumber Daya Laut 3

18Ahli Komunikasi Massa 4

19Ahli Pemetaan 5

20Ahli Teknik Informatika/Komunikasi4

21Ahli Teknik Kelistrikan 4

22Ahli Desain Grafis 4

23Ahli Kemitraan4

24Ahli Pembiayaan Program4

Tenaga Penunjang

1.SekretarisTo be name6

2.Operator KomputerTo be Name6

3.Operator DigitasiTo be Name6

D.4 PRODUK PELAPORAN DAN SISTEMATIKA PELAPORANLaporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah:1) Rencana Mutu KontrakLaporan Rencana Mutu Kontrak memuat: lembar pengesahan, kebijakan mutu dan sasaran mutu kegiatan/pekerjaan, informasi pekerjaan, penjelasan lingkup pekerjaan, lokasi pekerjaan, pihak-pihak yang terlibat, struktur organisasi, tugas, tanggung jawab, dan wewenang, metode kerja pelaksanaan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal tenaga kerja, jadwal pelaporan, dan progres kerja. Laporan ini harus diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu kalender setelah ditandatangani kontrak bersamaan dengan penyerahan laporan pendahuluan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.2) Laporan PendahuluanLaporan ini berisikan ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, Pemahaman konsultan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan, Data-data sekunder awal yang sudah diperoleh terkait dengan studi, Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, dan Jadwal Penugasan Tenaga Ahli sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan, serta Uraian Penugasan Tenaga Ahli sesuai dengan keahlian yang dimilik dalam melaksanakan pekerjaan nantinya. Laporan pendahuluan diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu kalender setelah ditandatanganinya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh Pemberi Tugas. Jumlah laporan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. 3) Laporan BulananLaporan ini menjelaskan progres substansi seluruh pekerjaan yang dikerjakan oleh konsultan setiap bulannya. Laporan diserahkan setiap bulan di luar bulan-bulan pengumpulan laporan Pendahuluan, laporan antara, dan laporan akhir, sebanyak masing-masing 5 (lima) eksemplar.4) Laporan Antara Laporan ini berisikan antara lain dan tidak terbatas pada: hasil pengolahan data primer dan sekunder yang sudah distrukturkan berdasarkan kebutuhan pencapain tujuan dan sasaran pekerjaan, analisa terhadap hal-hal yanag diperlukan sebagaimana diminta di kerangka acuan kerja, Alternatif Usulan Konsep Rencana Pengembangan Kawasan dan infrastruktur yang telah melalui proses analisa, dan Rekomendasi Alternatif yang akan diimplementasikan sesuai dengan telaahan yang telah dilakukan. Laporan diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan setelah kegiatan dimulai sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. 5) ProsidingProsiding merupakan laporan hasil pelaksanaan kegiatan Workshop/seminar yang meliputi bahan paparan, dokumentasi kegiatan, dokumen administrasi, dan dokumen pendukung pelaksanaan workshop/seminar/FGD, serta kesimpulan dari hasil workshop/seminar. Laporan ini diserahkan 1 (satu) bulan setelah selesai pelaksanaan workshop dan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.6) Laporan AkhirLaporan ini berisikan dan tidak terbatas pada: 1. Strategi Pengembangan Antar Kawasan, yang mengacu kepada rencana tata ruang dan memberikan arahan pengembangan kawasan (indikasi potensi produksi utama kawasan) agar potensinya dapat dioptimalkan dan mempunyai nilai tambah serta mendapat dukungan infrastruktur yang diperlukan;1. Rencana Strategis infrastruktur Wilayah, yang berisikan strategi pengembangan infrastruktur yang terpadu dalam periode 10 (sepuluh) tahun untuk mendukung strategi pengembangan antar kawasan. Rencana strategis ini juga harus memuat peluang investasi infrastruktur dikemudian hari;1. Program Jangka Menengah Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam periode 5 (lima) tahun yang dijabarkan dalam program tahunan, dan menggambarkan fungsi, lokasi, waktu, besaran/volume, dan biaya per sektor (A, B, C, dan PR), beserta sumber pembiayaannya termasuk dana dari pihak dunia usaha;1. Perkiraan Kinerja Fungsi dan Manfaat dari infrastruktur PUPR yang diprogramkan dalam jangka menengah; dan Peta keterpaduan infrastruktur antar Kawasan Perbatasan Indonesia-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur.Laporan diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah kegiatan dimulai sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. 7) Album PetaAlbum peta merupakan pendukung laporan Rencana Pengembangan Kawasan yang berisi tentang sebaran infrastruktur strategis PUPR, sektor lainnya, dan kawasan strategis yang memiliki prospek/potensi pengembangan. Disusun dalam bentuk album peta A3 dan peta sesuai skala 1:25.000. Album peta diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah kegiatan dimulai sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.8) Buku EksekutifBuku ini berisikan ringkasan hasil kegiatan dengan menampilkan: Rencana Pengembangan infrastruktur, Indikasi Potensi Produktifitas Kawasan, Indikasi Program Pengembangan/Pengembangan infrastruktur, dan Rekomendasi Muatan Teknis kepada unit teknis dalam bentuk yang komunikatif. Buku Popular diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah kegiatan dimulai sebanyak 50 (lima puluh) eksemplar.Produk Laporan akan Disusun dalam Compact Disc/C.DSemua materi yang merupakan bagian dari Rencana Pengembangan Kawasan dikumpulkan dalam format softcopy dalam bentuk cakram padat yang diserahkan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebanyak 50 (lima puluh) keping.

Kepemilikan Data dan Hasil KegiatanSeluruh kepemilikan data dan hasil kegiatan sebagaimana dicantumkan dalam KAK ini diserahkan kepada organisasi pengguna jasa/pemberi tugas yakni Satuan Kerja Pusat Pengembangan Kawasan Strategis, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat setelah mendapat persetujuan kelengkapan dari Tim Supervisi yang ditunjuk dalam pekerjaan ini.

40USULAN TEKNIS_Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Indonesia Timor Leste di Nusa Tenggara Timur/PT. Multi Karadiguna Jasa