KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh...

132
i KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Penelitian Pengembangan dan Strategi Industri Budaya ini berhasil kami selesaikan. Penelitian ini mencoba menyajikan situasi, kondisi, serta permasalahan yang dihadapi oleh para perajin. Keberadaan para perajin dengan produk-produknya merupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat yang lain, seperti: jumlah tenaga kerja yang terserap, pendapatan asli daerah, pendapatan per kapita masyarakat, jati diri masyarakat di daerah tersebut, dan lain-lain. Penelitian dilakukan di 4 (empat) daerah, yaitu: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, dan D.I. Yogyakarta. Adapun jenis kerajinan yang disepakati oleh tim untuk diteliti, meliputi: gerabah Banyumulek dan kain tenun ikat (Nusa Tenggara Barat); kain bordir Tasikmalaya dan anyaman mendong Tasikmalaya (Jawa Barat); kain tenun ikat Kupang, tasbih, dan sasando (Nusa Tenggara Timur); kerajinan perak Kotagede dan gerabah Kasongan (D.I. Yogyakarta). Tim kami tidak akan menghasilkan apa-apa apabila tidak mendapatkan bantuan dari teman-teman di daerah. Keterangan dari teman-teman di daerah inilah yang menjadi informasi awal bagi tim untuk melakukan penelitian di lapangan. Kami juga mendapatkan data yang cukup lengkap dari dinas perindustrian dan perdagangan setempat mengenai keberadaan jenis-jenis kerajinan yang berada di dalam wilayah kewenangannya. Selanjutnya, kami pun mendapatkan respon yang cukup baik dari masyarakat perajin di tiap-tiap lokasi penelitian, terutama perajin yang kami jadikan narasumber. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada. 1. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, beserta jajarannya. 2. Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, beserta jajarannya. 3. Kepala Sub Dinas Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, beserta jajarannya.

Transcript of KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh...

Page 1: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa, Laporan Penelitian Pengembangan dan Strategi Industri Budaya ini berhasil kami selesaikan. Penelitian ini mencoba menyajikan situasi, kondisi, serta permasalahan yang dihadapi oleh para perajin. Keberadaan para perajin dengan produk-produknya merupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat yang lain, seperti: jumlah tenaga kerja yang terserap, pendapatan asli daerah, pendapatan per kapita masyarakat, jati diri masyarakat di daerah tersebut, dan lain-lain.

Penelitian dilakukan di 4 (empat) daerah, yaitu: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, dan D.I. Yogyakarta. Adapun jenis kerajinan yang disepakati oleh tim untuk diteliti, meliputi: gerabah Banyumulek dan kain tenun ikat (Nusa Tenggara Barat); kain bordir Tasikmalaya dan anyaman mendong Tasikmalaya (Jawa Barat); kain tenun ikat Kupang, tasbih, dan sasando (Nusa Tenggara Timur); kerajinan perak Kotagede dan gerabah Kasongan (D.I. Yogyakarta).

Tim kami tidak akan menghasilkan apa-apa apabila tidak mendapatkan bantuan dari teman-teman di daerah. Keterangan dari teman-teman di daerah inilah yang menjadi informasi awal bagi tim untuk melakukan penelitian di lapangan. Kami juga mendapatkan data yang cukup lengkap dari dinas perindustrian dan perdagangan setempat mengenai keberadaan jenis-jenis kerajinan yang berada di dalam wilayah kewenangannya. Selanjutnya, kami pun mendapatkan respon yang cukup baik dari masyarakat perajin di tiap-tiap lokasi penelitian, terutama perajin yang kami jadikan narasumber. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada. 1. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa

Tenggara Barat, beserta jajarannya. 2. Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung,

beserta jajarannya. 3. Kepala Sub Dinas Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, beserta jajarannya.

Page 2: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

ii

4. Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional D.I. Yogyakarta, beserta jajarannya.

5. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kotamadya di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, dan D.I. Yogyakarta.

6. Para perajin yang bersedia meluangkan waktunya untuk kami wawancarai dan menjadi narasumber yang baik bagi tim peneliti.

7. Semua pihak yang telah turut membantu, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Hasil penelitian kami mungkin masih jauh dari sempurna. Tentu banyak kesalahan ataupun ketidaklengkapan yang kami buat. Oleh karena itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaksempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan industri budaya/kerajinan masyarakat yang ada di daerah penelitian pada khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan

Jakarta, 28 Februari 2007 Kapokja

Kegiatan Penelitian Pengembangan Strategi

dan Industri Budaya

Junus Satrio Atmodjo, M. Hum.

NIP 131405663 Made Budiana Setiawan

NIP 132174475

Page 3: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

iii

SAMBUTAN

KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA BUDPAR DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Sebagaimana kita ketahui, kebudayaan Indonesia memiliki sangat banyak corak dan ragam, namun keanekaragaman tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh dalam wadah kebudayaan nasional, sesuai dengan falsafah Bangsa Indonesia yang tercermin dalam ungkapan Binneka Tunggal Ika! Untuk memelihara warisan budaya luhur bangsa kita, dan demi kepentingan keutuhan berbangsa dan bernegara diperlukan berbagai cara agar budaya yang bisa kita banggakan tidak tereduksi oleh perkembangan zaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi, yang acapkali membawa pengaruh hingga ke sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Upaya yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan untuk mendukung pemeliharaan kebudayaan bangsa, antara lain melalui penelitian, pengembangan, dan pencetakan naskah hasil laporan penelitian. Dalam tahun anggaran 2006 Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan memiliki 8 (delapan) program penelitian, yakni. 1. Penelitian Pengelolaan Keragaman Budaya 2. Penelitian Pengembangan Strategi Industri Budaya 3. Penelitian Dampak Sosial Budaya di Destinasi 4. Penelitian Pemanfaatan Tinggalan Budaya Bawah Air 5. Penelitian Pelestarian Tinggalan Budaya 6. Penelitian Kajian Kebijakan Kebudayaan (Pelacuran) 7. Penelitian Pengembangan Perfilman Nasional (Konstruksi) 8. Penelitian Aktualisasi Nilai-Nilai Kebangsaan dan Multikultur

(Konstruksi)

Penelitian ini merupakan langkah awal dan masih perlu disempurnakan pada waktu yang akan datang. Namun demikian, saya mengharapkan hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk

Page 4: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

iv

berbagai pihak, terutama di kalangan akademisi dan pemerhati budaya untuk kepentingan pembangunan di sektor kebudayaan.

Saya sampaikan terima kasih dan penghargaan atas kesungguhan para peneliti yang telah melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan

Junus Satrio Atmodjo, M. Hum. NIP 131405663

Page 5: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... I

SAMBUTAN .................................................................................. III

DAFTAR ISI .................................................................................... V

ABSTRAKSI ................................................................................. VII

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ......................................................... 2 D. Ruang Lingkup Penelitian ............................................ 3 E. Terminologi .................................................................. 3 F. Metode Penelitian ........................................................ 5 H. Manfaat Penelitian ....................................................... 7

BAB II KERAJINAN TENUN IKAT, KOTA MATARAM DAN GERABAH BANYUMULEK, KABUPATEN LOMBOK BARAT ...................................... 8

A. Gambaran Umum ......................................................... 8 B. Kerajinan Gerabah Desa Banyumulek, Kecamatan

Kediri, Kabupaten Lombok Barat .............................. 10 C. Kerajinan Tenun Ikat Kota Mataram ........................... 22 D. Peranan Pemerintah Daerah ...................................... 27 E. Permasalahan ............................................................ 30

BAB III KERAJINAN KAIN BORDIR DAN ANYAMAN MENDONG KOTA TASIKMALAYA .................................................. 32

A. Gambaran Umum ..................................................... 32 B. Kerajinan Kain Bordir Desa Telagasari, Kecamatan

Kawalu, Kota Tasikmalaya ........................................ 34 C. Kerajinan Mendong, Desa Setianegara, Kecamatan

Cibeureum, Kota Tasikmalaya .................................. 43

Page 6: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

vi

BAB IV KERAJINAN TENUN IKAT DAN TASBIH, KOTA KUPANG DAN KERAJINAN SASANDO, KABUPATEN KUPANG .................................................. 52

A. Gambaran Umum ....................................................... 52 B. Kerajinan Tanun Ikat, Kota Kupang ............................ 55 C. Kerajinan Tasbih Ie Hari, Kota Kupang ..................... 59 D. Kerajinan Sasando, Kabupaten Kupang ................... 64

BAB V KERAJINAN PERAK KOTAGEDE, KOTA YOGYAKARTA DAN GERABAH KASONGAN, KABUPATEN BANTUL .................................................. 70

A. Gambaran Umum ..................................................... 70 B. Kerajinan Perak Kota Gede, Kota Yogyakarta .......... 73 C. Kerajinan Gerabah Kasongan, Kabupaten Bantul ..... 78

BAB VI ANALISIS ....................................................................... 83

A. Penyediaan Bahan Baku .......................................... 83 B. Diversifikasi Produk .................................................. 86 C. Pengembangan Teknologi Pembuatan ..................... 90 D. Organisasi Pengelolaan ............................................ 95 E. Pemasaran ............................................................... 98 F. Kesinambungan Usaha........................................... 101 G. Peranan Pemerintah Daerah .................................. 104

BAB VII PENUTUP ..................................................................... 109

A. Kesimpulan .............................................................. 109 B. Rekomendasi ........................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 113

TIM PENELITI ............................................................................ 116

DAFTAR NARASUMBER .......................................................... 117

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................. 119

Page 7: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

vii

ABSTRAKSI

Sasaran pembangunan ekonomi dewasa ini tidak hanya

pada pertumbuhan industri skala besar, tetapi juga ekonomi kerakyatan. Pertumbuhan ekonomi kerakyatan ditandai dengan berkembangnya sektor usaha kecil dan menengah (UKM), termasuk industri budaya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun demikian, tiap-tiap jenis industri budaya, atau yang lazim disebut industri kerajinan rakyat, mempunyai hambatan, peluang, kelemahan, dan kekuatan yang berbeda-beda satu sama lain, sehingga ada yang dapat berkembang dengan pesat, tetapi ada pula yang hanya mampu bertahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan meliputi beberapa jenis kerajinan di empat daerah, yakni: gerabah Banyumulek dan kain tenun ikat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat); kain bordir Tasikmalaya dan anyaman mendong Tasikmalaya (Provinsi Jawa Barat); kain tenun ikat Kupang, tasbih, dan alat musik sasando (Provinsi Nusa Tenggara Timur); dan perak Kotagede dan gerabah Kasongan (D.I. Yogyakarta).

Yang dimaksudkan dengan strategi adalah proses atau cara yang dilakukan oleh perajin dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan hasil kerajinannya. Strategi yang dilakukan oleh perajin meliputi seluruh aktivitas produksinya, mulai dari penyediaan bahan baku, diversifikasi produk, pengembangan teknologi pembuatan, organisasi pengelolaan, dan jaringan pemasaran. Di samping itu, agar strategi yang dilakukan dapat berhasil, harus mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah setempat.

Berdasarkan hasil penelitian, jenis kerajinan yang dapat berkembang adalah: gerabah Banyumulek, kain bordir Tasikmalaya, anyaman mendong Tasikmalaya, kain tenun ikat Kupang, dan gerabah Kasongan. Sedangkan jenis kerajinan yang hanya mampu bertahan adalah: kain tenun ikat Lombok, tasbih Kupang, alat musik sasando Kupang, dan perak Kotagede.

Kata kunci: strategi, kerajinan rakyat, produksi, teknologi pembuatan, pemasaran.

Page 8: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

viii

ABSTRACT

Target of economic development these days is not only for big scale industrial growth, but also nationality economics. The growth of nationality economic is marked by expanding small and medium industry sector, including cultural industry which spread over in many areas in Indonesia. Nevertheless, every culture industrial having resistance, opportunity, weakness, and strength which different each other. So, some of them are able to develop, but the others are only defence.

Centre of Research and Development Culture did the research in four area, namely: Banyumulek gerabah and traditional weave cloth of Lombok (West Nusa Tenggara Province); Tasikmalaya bordir cloth and Tasikmalaya mendong matting (West Java Province); traditional weave cloth of Kupang, prayer beads, and sasando castanets (East Nusa Tenggara Province); Kotagede silver and Kasongan gerabah (D.I. Yogyakarta Province).

Strategy is process or way that was done by worker in the effort maintaining or improving result of their product. Strategy that was done by worker including all of their production activity, start from preparing raw material, product diversification, technological development of making, organizational management, and network marketing. Despitefully, their strategy can be succeed if supported by local government.

As a result of this research, the cultural industry that can be expanded are: Banyumulek potery, Tasikmalaya bordir cloth, Tasikmalaya mendong matting, traditional weave cloth of Kupang, and Kasongan potery. While cultural industry that only defence are: weave cloth of Lombok, prayer beads, sasando castanets, and Kotagede silver

Keyword: strategy, national crafting], production,

technological of making, marketing.

Page 9: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam Indonesia menyediakan bahan baku yang sangat berlimpah dan potensial untuk produksi kerajinan industri budaya. Dengan demikian kerajinan industri budaya mempunyai kesempatan yang luas untuk berkembang, yang pada gilirannya akan menampung banyak tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta dapat menopang perekonomian masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat strata bawah.

Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat strata bawah tercermin pada sasaran pembangunan ekonomi yang semula berorientasi pada pertumbuhan industri skala besar kini mulai bergeser pada ekonomi kerakyatan. Perubahan ini diharapkan akan memberikan dorongan pada para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk lebih berkembang, sehingga akan berpengaruh secara signifikan terhadap pemulihan ekonomi Indonesia.

Dalam upaya meningkatkan daya saing di antara para pelaku ekonomi, maka peranan para perajin akan sangat menentukan dalam strategi pengembangan industri budaya. Demikian pula halnya dengan dukungan dari pemerintah yang dipandang sangat penting, terutama untuk membantu para perajin yang mengalami kemunduran usahanya. Guna mendukung ketahanan industri kerajinan rakyat yang berkelanjutan sangat dibutuhkan peran pemerintah, terutama pembinaan kepada para perajin untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang memadai guna pengembangan usahanya.

Di sisi lain, harus diakui bahwa industri kerajinan rakyat yang mengalami keterpurukan dewasa ini pada umumnya dikarenakan berbagai hal, termasuk di antaranya hasil produksinya semakin tersisihkan oleh produk-produk serupa yang dihasilkan secara massal oleh pabrik-pabrik yang sudah menggunakan teknologi modern. Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat pendapatan para

Page 10: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

2

perajin. Namun, munculnya pabrik-pabrik yang mampu memproduksi barang secara massal tersebut merupakan proses mekanisasi yang lazim dari perkembangan suatu teknologi.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan ingin mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai hambatan yang dihadapi, strategi yang digunakan oleh industri kerajinan rakyat, serta peran pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan ketahanan industri kerajinan rakyat.

B. Rumusan Masalah

Situasi dan kondisi industri kerajinan rakyat di tiap-tiap daerah penelitian berbeda-beda. Hal ini menyebabkan ada industri budaya yang berkembang secara pesat, sehingga mampu memberikan kesejahteraan bagi para perajin. Tetapi ada pula industri budaya yang mengalami kemunduran karena berbagai hal yang tidak dapat dihindari, misalnya tersaingi oleh barang-barang produksi pabrik, tidak adanya bahan baku, dan lain-lain.

Perkembangan atau pun kemunduran dari suatu industri budaya masyarakat tidak terlepas dari strategi yang diterapkan oleh perajin dalam menghadapi situasi dan kondisi yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Strategi tersebut meliputi seluruh aspek dari industri budaya itu sendiri, mulai dari penyediaan bahan baku hingga ke pemasaran.

Strategi para perajin untuk mengembangkan atau mempertahankan industri budaya tidak lepas dari 4 faktor yang harus dihadapinya, yaitu: hambatan, peluang, kelemahan, dan kekuatan. Di samping itu ketahanan industri budaya masyarakat juga ditentukan oleh pihak-pihak lain, seperti masyarakat konsumen, distributor/pelaku pasar, dan khususnya peranan pemerintah daerah.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut. 1. Bagaimana industri kerajinan rakyat dapat berkembang dengan

pesat atau sebaliknya hanya dapat bertahan dari kepunahan?

Page 11: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

3

2. Bagaimana perajin dapat menyerap, mengembangkan, serta menyesuaikan hasil kerajinannya dengan perjalanan waktu maupun perkembangan lingkungan, baik sosial budaya maupun alam. Misalnya membuat desain baru, meningkatkan kualitas bahan baku, dan lain-lain?

3. Hambatan, peluang, kelemahan, dan kekuatan apa saja yang ada dalam pengelolaan industri budaya selama ini dan apa harapan dari perajin untuk pengembangkan usaha mereka?

4. Bagaimana peranan pemerintah daerah dan upaya yang telah dilakukan dalam rangka mengembangkan kerajinan rakyat dan meningkatkan kesejahteraan para perajin?

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi industri budaya di empat provinsi, yaitu: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, dan D. I. Yogyakarta. Adapun jenis kerajinan rakyat yang diteliti beserta lokasinya di masing-masing provinsi adalah sebagai berikut. 1. Nusa Tenggara Barat: Gerabah Banyumulek (Kabupaten

Lombok Barat) dan Tenun Ikat Lombok (Kota Mataram). 2. Nusa Tenggara Timur: Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur, Tasbih

Cendana (Kota Kupang); dan Alat Musik Sasando (Kabupaten Kupang).

3. Jawa Barat: Kain Bordir dan Anyaman Mendong (Kota Tasikmalaya).

4. Daerah Istimewa Yogyakarta: Perak Kotagede (Kota Yogyakarta) dan Gerabah Kasongan (Kabupaten Bantul).

E. Terminologi

Beberapa batasan istilah dan terminologi yang berkaitan dengan penelitian strategi industri budaya ini, adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan

Pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, atau perbuatan mengembangkan. Sedangkan

Page 12: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

4

mengembangkan sendiri berarti: membuka lebar-lebar, membentangkan; menjadikan besar/luas/merata; atau menjadikan maju/ baik/sempurna (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990, hlm. 414). Berdasarkan keterangan tersebut, pengembangan dalam konteks industri budaya adalah sebagai berikut. a. Proses atau cara yang dilakukan oleh perajin dalam upaya

mempertahankan atau meningkatkan hasil kerajinan industri budayanya.

b. Peningkatan kemampuan bersaing dan bekerja sama antarperajin/pengusaha, mulai dari pengadaan bahan baku, peralatan produksi yang digunakan, kemampuan tenaga kerja, sampai dengan teknik pemasaran.

2. Strategi

Strategi berasal dari Bahasa Yunani strategia. Kata strategia berasal dari kata stratos, yang berarti militer dan ag yang berarti memimpin. Dengan demikian strategia berarti memimpin secara militer. Menurut Freenan Stoner dan Jt. Gilbert, konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu (Freenan Stoner and Jt. Gilbert, 1995): a. apa yang suatu organisasi ingin lakukan (imtensis to do) b. apa yang organisasi lakukan pada akhirnya (eventually does).

Dari pernyataan tersebut, maka secara eksplisit strategi merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi juga memberikan kesatuan arah bagi semua pelaku industri budaya. Jika strategi yang dijalankan tidak jelas, maka keputusan yang akan diambil akan bersifat subyektif atau hanya berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain.

Sedangkan strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990, hlm. 859). Dalam konteks industri budaya, sasaran khususnya adalah mendapatkan kualitas yang sebaik mungkin dan kuantitas sebanyak mungkin, sehingga produk kerajinannya dapat diterima oleh konsumen.

Page 13: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

5

3. Industri Kerajinan Rakyat

Industri kerajinan rakyat adalah industri yang dalam pengelolaannya lebih bersifat padat karya, dikerjakan dalam lingkup kecil atau dengan tenaga kerja di lingkungan keluarga saja. Berlawanan dengan industri kerajinan rakyat adalah industri modern. Industri ini dalam pengelolaannya lebih bersifat padat modal, proses produksinya dilakukan secara massal. Besar-kecilnya skala industri berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, menurut Staley dan Morse dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut.

Sumber: Eugene Staley dan Rishard Morse, Modern Small Industri for Developing Countries, New York: Mc. Graw Hill, 1965, Chapter I.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Strategi Industri Budaya ini adalah sebagai berikut. 1. Studi Kepustakaan Mengumpulkan data kepustakaan, baik melalui literatur maupun

internet, untuk mengetahui potensi industri budaya yang dapat memberikan gambaran kondisi industri budaya secara keseluruhan di daerah penelitian.

2. Penentuan Lokasi Penelitian Sebelum menuju lokasi, melakukan koordinasi dengan instansi-

instansi terkait di daerah (misalnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan lain-lain) untuk menentukan tenaga pendamping tim peneliti, lokasi penelitian, pendekatan terhadap narasumber.

3. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan

wawancara. Observasi dilakukan untuk menghimpun data-data

Segmen Klasifikasi Industri Jumlah Tenaga Kerja

Kerajinan rumah tangga 1 – 9 orang

Industri Kecil 10 – 49 orang

Industri Sedang 50 – 99 orang

Industri Besar 100 lebih orang

Page 14: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

6

secara visual (Spradley, 1980), misalnya: teknik menenun, teknik membuat gerabah, dan lain-lain. Sedangkan wawancara dilakukan untuk menghimpun data–data yang bersifat verbal, misalnya: sejarah berdirinya pusat kerajinan tersebut, pola pemasaran, pola kepengurusan organisasi, dan lain-lain.

Sedangkan focus point yang hendak dikumpulkan datanya dan diteliti dari berbagai jenis kerajinan adalah sebagai berikut. a . Kreativitas, meliputi: desain, inovasi bentuk, cita rasa seni, nilai-

nilai, dan lain-lain. Dari poin ini akan dapat diketahui apakah terdapat hal-hal yang spesifik di tempat perajin tersebut, seperti: pengetahuan lokal (local knowledge), nilai-nilai yang membatasi kreativitas, dan lain-lain.

b . Teknologi pembuatan, meliputi: penyediaan bahan baku, proses pembuatan, teknologi yang dikembangkan, keahlian yang dibutuhkan, dan lain-lain.

c . Strategi untuk memasarkan hasil kerajinan. Termasuk di antaranya peranan organisasi tempat mereka bernaung.

d . Peranan pemerintah daerah, khususnya melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Peranan tersebut meliputi: pembinaan kepada para perajin, promosi kebudayaan, pemberian akses untuk distribusi barang, dan sebagainya.

Sumber data dibedakan menjadi 2, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari perajin, misalnya: wawancara dengan perajin dan observasi di bengkel kerja. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak ketiga, misalnya: wawancara dengan pejabat di dinas terkait, studi pustaka dari instansi-instansi terkait untuk pengambilan data pendukung (misalnya: data dari BPS, brosur, leaflet, laporan kerja, dan lain-lain).

4. Focus Group Discussion (FGD)

Melakukan pertemuan dengan instansi dan pihak terkait untuk mensinergikan hasil penelitian dan menerima masukan-masukan dari instansi maupun pihak terkait.

Page 15: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

7

H. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian Pengembangan Strategi Industri Budaya dapat digunakan sebagai berikut. 1. Bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan terhadap

kelangsungan industri kerajinan rakyat 2. Memecahkan berbagai hambatan dan kelemahan yang dihadapi

terutama dalam ketahanan industri kerajinan rakyat 3. Memberi masukan penting bagi penyusunan kebijakan yang

berkaitan dengan pengembangan dan strategi industri budaya yang lebih tepat

Page 16: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

8

BAB II

KERAJINAN TENUN IKAT, KOTA MATARAM DAN GERABAH BANYUMULEK, KABUPATEN LOMBOK BARAT

A. Gambaran Umum

1. Lokasi dan Keadaan Alam

Kota Mataram merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak di bagian barat Pulau Lombok. Sebelah utara, timur, dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok. Secara astronomis berada pada posisi 8° 33’ – 8° 38’ LS dan 116° 04’ – 116° 10’ BT. Luas wilayah Kota Mataram mencapai 61,3 km2, terbagi dalam 3 kecamatan, yaitu: Ampenan, Mataram, dan Cakranegara. Jumlah penduduk Kota Mataram mencapai 339.154 jiwa, dengan tingkat kepadatan 5.533 jiwa/km2 (Nusa Tenggara Barat dalam Angka Tahun 2004).

Kabupaten Lombok Barat terletak di bagian barat Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah timur dengan Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur, sebelah selatan dengan Samudera Hindia, dan sebelah barat dengan Kota Mataram dan Selat Lombok. Secara topografis merupakan perpaduan antara dataran rendah di bagian selatan dan tengah dengan dataran tinggi di bagian utara, yang merupakan lereng Gunung Rinjani. Luas wilayah Kabupaten Lombok Barat mencapai 1.672,15 km2, terbagi dalam 15 kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat mencapati 708.687 jiwa, dengan tingkat kepadatan 424 jiwa/km2 (Nusa Tenggara Barat dalam Angka Tahun 2004).

2. Kondisi Sosial dan Budaya

Masyarakat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh Etnis Sasak. Di samping itu terdapat juga etnis-etnis lain, seperti: Bima, Jawa, Bali, dan lain-lain. Meskipun Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki keindahan alam berupa pulau-pulau

Page 17: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

9

kecil di Selat Lombok, Kota Mataram ternyata bukan daerah tujuan wisata. Data pada tahun 2001 menunjukkan hanya ada 32.055 wisatawan yang menginap di Kota Mataram. Industri kerajinan rakyat yang ada di Kota Mataram hampir semuanya merupakan industri kecil. Meskipun kota ini memiliki sejumlah industri kerajinan rakyat, namun kegiatan industri hanya menduduki peringkat keempat dari keseluruhan kegiatan ekonomi di Kota Mataram. Adapun persentase kegiatan ekonomi Kota Mataram pada tahun 2000 adalah sebagai berikut.

No Jenis Kegiatan Ekonomi Persentase (%)

1 Pengangkutan dan komunikasi 33, 8

2 Perdagangan, hotel, dan restoran

20,64

3 Jasa-jasa 15,51

4 Industri dan pengolahan 11,30

5 Bangunan 8,39

6 Keuangan 5,24

7 Pertanian 4,18

8 Listrik, gas, dan air bersih 0,83

9 Pertambangan dan penggalian 0,11 Sumber: Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 3, 2003, hlm. 362.

Kabupaten Lombok Barat memiliki 56 buah gili (pulau-pulau kecil) dan pantai-pantai panjang yang potensial untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, seperti: Gili Air, Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Sekoteng, dan Pantai Senggigi. Keindahan beberapa gili dan pantainya menyebabkan Kabupaten Lombok Barat banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Bahkan sebanyak 54% PAD Kabupaten Lombok Barat disokong dari sektor pariwisata ini. Sebagai daerah yang memiliki banyak gili dan pantai yang panjang, masyarakat Kabupaten Lombok Barat dapat membudidayakan biota laut, seperti: mutiara, ikan, rumput laut, udang, teripang, kepiting, dan kerang.

Industri kerajinan rakyat yang ada di Kabupaten Lombok Barat hampir semuanya merupakan industri kecil, dengan berpusat di desa-desa. Sebagian di antaranya adalah industri makanan khas daerah, seperti gula aren, emping mlinjo, dodol nangka, kacang

Page 18: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

10

mete, tepung caraginan, dan buah kering. Sedangkan kerajinan gerabah merupakan komoditi unggulan dengan kapasitas produksi mencapai 518.000 buah per tahun. Kerajinan lain, adalah: kerajinan kayu, anyaman ketak, dan konveksi. Pada umumnya kerajinan-kerajinan tersebut masih merupakan kegiatan sampingan karena mata pencaharian utama mereka pada umumnya adalah petani.

Kegiatan ekonomi di Kabupaten Lombok Barat masih didominasi oleh bidang pertanian. Adapun persentase dari kegiatan ekonomi Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2000 adalah sebagai berikut.

No Jenis Kegiatan Ekonomi Persentase (%)

1 Pertanian 36,31

2 Perdagangan, hotel, dan restoran

21,25

3 Jasa-jasa 14,96

4 Bangunan 10,10

5 Pengangkutan dan komunikasi 9,16

6 Industri dan pengolahan 3,17

7 Pertambangan dan penggalian 2,67

8 Keuangan 2

9 Listrik, gas, dan air bersih 0,39 Sumber: Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 3, 2003, hlm. 371.

B. Kerajinan Gerabah Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat

1. Sejarah

Desa Banyumulek merupakan sentra kerajinan gerabah yang terkenal di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini terletak di Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, dengan jarak sekitar 15 km sebelah timur Kota Mataram. Industri gerabah Banyumulek ini telah cukup berkembang dan mampu menghasilkan devisa bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari jumlah penduduk Desa Banyumulek yang mencapai 10.477 jiwa atau sekitar 1.600 KK saat ini, yang berprofesi sebagai perajin gerabah sebanyak 3.160 orang dan mayoritas adalah kaum wanita. Pendidikan perajin pada umumnya hanya tamat SMP atau Tsanawiyah, bahkan ada pula

Page 19: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

11

yang tidak tamat SD. Tingkat pendidikan yang rendah ini berpengaruh terhadap kurangnya kreatifitas mereka untuk berimprovisasi dalam memproduksi gerabah.

Sebelum berkembang menjadi sentra kerajinan gerabah, masyarakat Desa Banyumulek juga sudah membuat gerabah, namun hanya sebatas untuk alat-alat rumah tangga dan dapur. Awal perkembangan gerabah Banyumulek dimulai pada tahun 1986. Ketika itu beberapa orang pemasok dari Selandia Baru tertarik dengan gerabah Banyumulek. Mereka kemudian membina para perajin dengan tujuan agar perajin tidak hanya membuat gerabah untuk keperluan rumah tangga dan dapur semata-mata, tetapi mengembangkannya menjadi karya seni. Hasil kerajinan mereka pada awalnya dibeli dan dipasarkan oleh para pemasok dari Selandia Baru tersebut. Pada tahun 1990-an masyarakat mulai membangun show room di depan rumah atau di lahan khusus untuk memasarkan hasil kerajinannya. Dalam hal ini para perajin dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya. Pada saat ini motif dan desain gerabah yang diciptakan mencapai sekitar 300 jenis. Sejak saat itu industri gerabah Banyumulek mampu berkembang dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Para pemasok dari Selandia Baru tertarik dengan gerabah Banyumulek karena memiliki ciri-ciri yang spesifik, antara lain: a. Bahan tanah liat gerabah Banyumulek tingkat penyusutannya

lebih rendah sehingga lebih cepat matang dalam pembakaran dibandingkan dengan tanah liat dari daerah lain (misalnya tanah liat gerabah di Pleret, Bantul, DIY).

b. Terdapat seni hias spesifik berupa bercak-bercak kecoklatan pada permukaannya, yang dihasilkan dari semprotan larutan buah asam.

Ciri-ciri tersebut menyebabkan hasil kerajinan gerabah dari Desa Banyumulek banyak diminati konsumen baik di Nusa Tenggara Barat, provinsi lain, maupun mancanegara. Pada saat ini distribusi gerabah Desa Banyumulek telah merambah hingga 30 negara.

Keterampilan membuat gerabah yang dimiliki perajin diperoleh dari orangtuanya secara turun-temurun sejak usia anak-anak. Anak-anak usia balita pada awalnya mulai belajar dengan melihat orangtuanya bekerja. Dengan bertambahnya usia, mereka

Page 20: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

12

mulai diikutsertakan untuk membantu orang tuanya mulai dari menyediakan bahan baku sampai mengolahnya menjadi gerabah, seperti membuat campuran adonan bahan tanah liat dan pasir, membantu menghaluskan gerabah yang telah terbentuk, dan mengangkat gerabah yang telah selesai dibakar. Pada usia 8 tahun anak-anak sudah dilatih membuat gerabah sendiri, mulai dari bentuk yang paling sederhana hingga ke bentuk-bentuk yang lebih rumit.

Pekerjaan pembentukan gerabah biasanya dilakukan kaum wanita, sedangkan kaum pria membantu pada waktu mengumpulkan bahan baku tanah liat, persiapan pembakaran, dan penjualan.

2. Jenis-jenis Peralatan

Teknologi pembuatan gerabah di Desa Banyumulek masih menggunakan peralatan sederhana. Beberapa alat yang biasa dipergunakan untuk pembuatan gerabah, antara lain. a. Rembagan, yaitu cetakan yang dibuat dari tanah liat atau kayu.

Bentuknya bulat dan pipih seperti cobek. Digunakan untuk membentuk pola dasar gerabah yang sedang dibuat agar benar-benar-bundar. Cara pemakaian adalah dengan meletakannya di atas lelagong.

b. Lelanggong, yaitu alas cetakan yang terbuat dari tanah liat. Bentuknya menyerupai mangkok. Dipergunakan sebagai alas atau tempat rembagan bertumpu. Tujuannya agar rembagan mudah diputar-putar, sedangkan lelanggong sendiri diam tidak ikut berputar.

c. Pemeretaan atau potongan kain, yaitu untuk membasahi tepi gerabah yang akan ditambah ketinggiannya. Caranya, kain dibasahi dengan air kemudian dioleskan di bagian tepi atas gerabah yang akan ditambah ketinggiannya.

d. Pasu atau mangkuk, yaitu tempat air untuk membasahi potongan kain atau membersihkan jemari tangan dari tanah liat setelah membentuk gerabah.

e. Pengerikan, yaitu alat yang terbuat dari sejenis pisau atau potongan sabit. Dapat pula dengan menggunakan sebilah bambu yang dibuat menyerupai mata pisau. Gunanya adalah untuk mengerik bagian luar gerabah yang telah dibentuk

Page 21: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

13

f. Pengoles, yaitu sejenis alat yang terbuat dari potongan sabut kelapa. Gunanya adalah untuk menghaluskan bagian dalam gerabah. Caranya dengan dibasahi dengan air terlebih dahulu, kemudian dioleskan pada bagian dalam gerabah hingga merata dan halus.

g. Pengoahan, yaitu alat yang terbuat dari potongan batok kelapa dan bentuknya agak bundar, gunanya untuk menghaluskan bagian dalam gerabah yang sudah setengah jadi.

h. Leladikan/Pengerab, yaitu alat yang terbuat dari bilah bambu atau kayu yang pada salah satu sisinya dibuat lekukan. Gunanya untuk menghaluskan bagian bibir gerabah yang sedang dibentuk.

i. Panepong, yaitu alat dari bambu yang mempunyai bulatan kecil dan runcing. Gunanya adalah untuk melubangi bagian-bagian gerabah yang memerlukan lubang, seperti pot bunga, pembakaran sate, tungku, dan lain-lain. Caranya dengan menusukkan alat tersebut pada bagian yang dikehendaki pada saat gerabah masih dalam keadaan setengah kering.

j. Batu Lolet atau batu Penggosok, yaitu alat yang terbuat dari batu kali dengan bentuk-bentuk tidak meruncing, melainkan membulat. Berguna untuk menggosokan bagian luar gerabah yang sudah selesai dibentuk sehingga permukaannya menjadi rata dan halus.

k. Batu Bolek atau batu penggosok berwarna hitam. Berguna untuk mengkilapkan bagian luar gerabah. Caranya gerabah yang sudah setengah kering digosok-gosok bagian luarnya sampai kelihatan mengkilap.

l. Penggurat, yaitu alat untuk membuat ukiran, terbuat dari paku atau kawat baja yang ditekuk dan diberi tangkai dari kayu. Caranya dengan digoreskan pada gerabah yang telah diberi slip untuk menghasilkan garis-garis ukiran atau hiasan.

m. Tabung semprot, yaitu alat untuk menyemprotkan cairan asam untuk membuat efek bercak hitam pada gerabah yang baru saja selesai dibakar.

3. Teknik Pembuatan

Pembuatan gerabah menjadi barang yang siap guna harus melalui tujuh tahap, yaitu: pengambilan bahan baku, penjemuran,

Page 22: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

14

perendaman, pencampuran dengan pasir, pembentukan, pembuatan slip, dan pembakaran. Tahap-tahap pembuatan gerabah masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan Bahan Baku

Proses pertama dalam pembuatan gerabah adalah pengambilan bahan baku, yang terdiri dari tanah liat (tanak malit: Bahasa Sasak) dan pasir kali (geres). Tempat pengambilan bahan baku tanah liat (bakalan) adalah di Gunung Lembar, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, yang berjarak sekitar 16 kilometer dari Desa Banyumulek. Dahulu perajin dapat mengambil tanah liat di Gunung Ketejer yang berjarak hanya sekitar 3 kilometer dari Desa Banyumulek, namun sekarang telah ditutup. Para perajin kemudian pindah ke Gunung Lembar.

Para perajin menggali sendiri tanah liat sesuai dengan kebutuhan dan membayar dengan harga yang cukup murah kepada pemilik tanah, yaitu Rp 5.000,- untuk satu mobil bak terbuka. Proses pengambilan biasanya dilakukan secara bergotong royong oleh 4 sampai dengan 7 orang. Mereka terdiri dari satu kelompok perajin atau satu keluarga. Untuk mengangkut tanah liat tersebut perajin harus menyewa mobil bak terbuka dari Desa Banyumulek ke Gunung Lembar seharga Rp 45.000,- untuk sekali jalan. Keuntungan mengambil sendiri bagi perajin adalah mereka dapat memilih sendiri tanah liat yang dianggap bagus mutunya untuk bahan baku gerabah. Tanah liat sebanyak satu mobil bak terbuka dapat untuk memenuhi kebutuhan produksi gerabah selama 2 sampai 3 bulan.

Di samping mengambil sendiri, perajin dapat memperoleh tanah liat dari para penjual yang datang langsung ke rumah atau bengkel kerja mereka. Tanah liat yang ditawarkan para penjual ini pada umumnya diangkut dengan cikar (dokar) yang ditarik kuda. Mereka menjual dengan harga Rp 30.000,- sampai dengan Rp 35.000,- per cikar.

Bahan baku lainnya adalah geres atau pasir kali, yang dapat diambil langsung dari sungai terdekat dengan tempat tinggalnya. Para perajin mengambil sendiri pasir dari sungai yang terdekat dengan tempat tinggalnya tanpa melalui penjual. Bahan baku

Page 23: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

15

lainnya yang tak kalah penting adalah kayu dan jerami untuk bahan bakar dalam tahap pembakaran. Bahan bakar ini lebih banyak dipilih daripada bahan bakar gas sebab harganya yang jauh lebih murah.

b. Penjemuran

Tanah liat yang akan digunakan untuk membuat gerabah harus dijemur terlebih dahulu di bawah panas matahari selama dua sampai tiga hari. Kondisi tanah liat yang dijemur harus benar-benar kering dan tidak lengket bila digenggam. Alas yang digunakan untuk menjemur biasanya adalah plastik, tikar, atau anyaman bambu dengan maksud agar tanah liat tidak berserakan atau bercampur dengan pasir kasar, kerikil, atau materi lainnya. Pada waktu penjemuran tanah liat harus diratakan tipis-tipis seperti menjemur gabah. Agar tanah liat kering secara merata, maka pada saat dijemur tanah liat harus dibolak-balik agar benar-benar kering seluruhnya.

Yang menjadi permasalahan yang terjadi adalah, masyarakat yang tidak memiliki halaman rumah cenderung memilih menjemur di badan jalan, sehingga mengganggu arus lalu-lintas. Pihak pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebenarnya juga telah memberi penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak menjemur di jalan, tetapi menjemur di tempat yang telah disediakan, misalnya: halaman kantor koperasi.

c. Perendaman

Setelah tanah liat kering, proses selanjutnya adalah merendamnya ke dalam sebuah bak air (tepak/paso) yang berukuran besar. Dahulu bak air ini juga terbuat dari tanah liat, namun pada saat ini sudah banyak yang diganti dengan bak plastik. Untuk perendaman dalam jumlah besar menggunakan bak besar yang terbuat dari semen dengan ukuran sekitar 1 x 1 x 2 m. Lama perendaman adalah dua hari, sehingga air benar-benar masuk ke seluruh pori-pori tanah liat.

Page 24: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

16

d. Pencampuran dengan Pasir

Setelah perendaman dianggap cukup, maka tanah liat tersebut diangkat dan dicampur dengan pasir halus dari sungai. Pasir halus diperoleh dengan cara mengayak pasir sungai yang juga telah dikeringkan. Perbandingan campuran adalah dua bagian tanah liat dengan satu bagian pasir halus. Pencampuran dilakukan dengan cara diaduk-aduk dan diremas-remas dengan tangan sampai dirasakan benar-benar tercampur. Setelah diaduk dan diremas dengan tangan, selanjutnya diinjak-injak dengan kaki sampai benar-benar lembut dan tidak lengket di kulit tangan ataupun kaki. Proses pencampuran ini memerlukan waktu yang lama. Biasanya dalam proses pencampuran ini perajin tidak mempunyai takaran waktu yang pasti. Campuran bahan yang telah menjadi lembut dan tercampur rata ditumpuk di tempat yang tidak terkena matahari dan siap dibentuk sesuai dengan berbagai jenis gerabah yang dikehendaki.

Pada saat ini untuk mencampur tanah liat dengan pasir halus sudah dapat dilakukan dengan mesin molen (mesin pencampur). Mesin ini biasanya dimiliki oleh koperasi atau perajin skala besar yang juga menyediakan bahan baku tanah liat siap pakai. Proses kerja dengan mesin molen tidak jauh berbeda dengan cara tradisional, yaitu pada intinya mencampur tanah liat dan pasir dengan menggunakan mesin molen. Untuk mengoperasikan mesin molen dibutuhkan 5 orang. Meskipun demikian, tanah liat yang akan dicampur dengan pasir harus benar-benar bersih dari kerikil, batu, atau kotoran lainnya, karena akan merusak mesin. Mesin molen ini hasil ciptaan kerjasama antara Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Barat dengan Universitas Mataram Jurusan Teknik Mesin. Di wilayah Desa Banyumulek saat ini telah ada 4 buah mesin molen. Namun proporsi yang ideal adalah 1 mesin molen untuk 30 orang perajin. Di Desa Banyumulek terdapat lebih dari sekitar 3.000-an perajin, sehingga idealnya memiliki 100 buah mesin molen. Bakalan atau campuran tanah liat dan pasir halus yang dikerjakan dengan molen dihargai sesuai dengan volumenya. Untuk potongan tanah liat ukuran 40 x 25 x 30 cm dihargai Rp 2500,- sampai dengan Rp 3000,-.

Untuk memperoleh bahan baku tanah liat siap pakai, perajin bisa mendapatkannya di koperasi atau pengerajin gerabah skala

Page 25: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

17

besar, yang di samping mengolah tanah liat untuk digunakan sendiri juga untuk dijual. Dengan membeli bahan baku yang siap jadi, perajin tidak perlu lagi menjemur dan mencampur tanah liat sendiri. Perajin dapat langsung mengolah bahan baku untuk dijadikan gerabah, sehingga waktu yang dipergunakan lebih efisien. Di samping itu tidak mengotori jalan dan halaman rumah dengan jemuran tanah.

e. Pembentukan Gerabah

Proses pembentukan gerabah diawali dengan membuat dasarnya terlebih dahulu. Pertama-tama diambil tanah liat secukupnya dan diletakkan pada sebuah rembangan (cetakan). Rembangan bertumpu pada lelanggong, yaitu alas untuk memudahkan tanah liat diputar-putar dengan tangan. Sambil diputar-putar tanah liat (bakalan) kemudian ditekan-tekan dengan menggunakan jari-jemari sehingga membentuk dasar benda yang dibuat. Sambil membentuk dasar bahan ditambahkan tanah liat sedikit demi sedikit mulai dari tepi lingkaran untuk meninggikan bentuk sesuai dengan yang dikehendaki. Setiap kali melakukan penambahan tanah liat terlebih dahulu tepi lingkaran dibasahi dengan mengunakan pemerelaan (sobekan kain) yang telah dibasahi. Begitu seterusnya hingga bentuk gerabah yang diinginkan terwujud. Apabila dinding gerabah terlalu tebal, dilakukan pengerikan dengan awis (arit, sabit). Sedangkan pada dinding yang terlalu tipis dapat ditambahkan tanah liat pada bagian yang diperlukan sehingga ketebalan dinding gerabah merata.

Untuk menghaluskan seluruh permukaan badan gerabah yang telah selesai dibuat, digunakan pengoles (sabut kepala) yang selalu dibasahi air. Apabila gerabah yang telah dibuat akan diberi lubang (misalnya pot bunga, tempat membakar sate/ perapen, celengan, dan lain sebagainya), maka dibentuk dengan menggunakan alat yang disebut panepong (pelubang).

Setelah benda yang diinginkan selesai dibuat dan tidak terlalu basah lagi, selanjutnya dilakukan pengerikan pada bagian permukaan yang menonjol atau tidak rata dengan menggunakan dedaresan (pengerik). Gerabah kemudian dijemur dengan cara diangin-anginkan, tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Penjemuran dengan cara diangin-anginkan ini bertujuan untuk

Page 26: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

18

menguapkan kadar air yang terkandung di dalam gerabah secara perlahan-lahan.

f. Pembuatan Slip

Gerabah yang telah dijemur sampai setengah kering kemudian diolesi dengan slip yang terbuat dari campuran tanah dan santan. Apabila tidak ada santan, maka digunakan biji camplung/nyampulung yang digiling halus. Alternatif lainnya adalah dengan mencampur tanah liat dengan minyak tanah atau oli. Cara membuat slip adalah dengan mengoleskannya sedikit demi sedikit, kemudian digosok dengan batu lolet (batu bulat halus). Pengolesan dan penggosokan ini bertujuan untuk memadatkan dan menghaluskan permukaan gerabah agar terlihat mengkilap.

Gerabah yang perlu dihias atau diukir digoreskan dengan menggunakan benda runcing seperti paku, kawat, ataupun bambu yang diruncingkan ujungnya. Bentuk ragam hias bermacam-macam, ada sulur-suluran (flora), fauna, geometris, dan bentuk-bentuk lainnya. Hal ini disesuaikan dengan pesanan dan selera konsumen.

Setelah gerabah selesai dihias, tahap selanjutnya gerabah dijemur kembali hingga kering. Waktu yang diperlukan untuk pengeringan tergantung dari cuaca. Apabila cuaca cerah diperlukan waktu satu hari saja. Untuk menghasilkan gerabah yang lebih mengkilap, sebelum dibakar gerabah tersebut diolesi lagi dengan campuran tanah dan oli, kemiri, ataupun santan.

g. Pembakaran

Pembakaran dilakukan setelah hasil penjemuran gerabah dianggap cukup kering. Persiapan tempat pembakaran biasanya sudah dilakukan sambil menunggu gerabah yang dijemur kering. Tempat pembakaran gerabah disebut keren. Tempat pembakaran gerabah yang ada di Desa Banyumulek pada umumnya adalah tempat pembakaran terbuka. Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat pernah menganjurkan untuk menggunakan tempat pembakaran tertutup dengan menggunakan bahan bakar gas. Namun karena biaya yang dibutuhkan sangat tinggi, perajin lebih menyukai tempat pembakaran terbuka dengan menggunakan bahan bakar jerami dan kayu karena harganya lebih murah. Jerami dan kayu dapat diperoleh dengan mengumpulkan sendiri dari sawah

Page 27: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

19

atau kebun. Bila kesulitan untuk mencari sendiri, dapat pula dengan cara membeli. Biaya untuk membeli jerami dan kayu hanya sekitar sekitar Rp 35.000,-, jauh lebih murah daripada bahan bakar gas. Di samping itu tempat pembakaran terbuka juga mampu untuk membakar sekitar 200 buah gerabah dengan berbagai bentuk dan ukuran. Sedangkan untuk tempat pembakaran tertutup, kapasitas gerabah yang dapat dibakar lebih sedikit. Meskipun demikian, pembakaran tempat terbuka memiliki kekurangan, yaitu menimbulkan polusi udara.

Sebelum dilakukan pembakaran, terlebih dahulu diberi alas atau dasar untuk meletakkan gerabah. Alas ini biasanya berupa gerabah afkiran yang dalam proses pembakarannya mengalami kerusakan, seperti retak, pecah, atau menghitam. Di atas alas tersebut kemudian diletakkan jeruji besi yang berbentuk kotak-kotak. Di atas jeruji-jeruji besi tersebut gerabah disusun sedemikian rupa, yang bawah untuk gerabah berukuran besar dan di atasnya untuk gerabah yang berukuran lebih kecil, demikian seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar panas yang dihasilkan dapat menyebar merata ke seluruh gerabah yang dibakar.

Pekerjaan pembakaran biasanya dilakukan oleh kaum pria, sedangkan kaum wanita hanya membantu persiapan atau pengambilan setelah selesai pembakaran karena pekerjaan ini cukup berbahaya. Waktu pembakaran sekitar satu jam. Pengambilan gerabah dilakukan bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga. Untuk pembakaran milik kelompok biasanya masing-masing perajin mengambil gerabah miliknya sendiri.

Gerabah yang telah dibakar berwarna kuning kecoklat-coklatan. Untuk menghasilkan gerabah yang berwarna hitam adalah dengan diberi sekam pada waktu masih membara. Sedangkan untuk menghasilkan gerabah dengan motif berbintik-bintik hitam (yang pada saat ini merupakan ciri khas gerabah Banyumulek) adalah pada saat masih membara disemprot dengan cairan air asam. Ciri khas gerabah berbintik-bintik hitam ini awalnya merupakan pesanan dari Selandia Baru. Penggunaan air asam untuk menghasilkan motif bintik-bintik hitam diperkenalkan dan diajarkan langsung oleh para ahli gerabah dari Selandia Baru pada tahun 1986.

Tidak semua perajin memiliki tempat pembakaran gerabah sendiri karena untuk membangunnya memerlukan lahan yang luas

Page 28: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

20

dan biaya yang tidak sedikit. Untuk perajin yang tidak memiliki tempat pembakaran gerabah, kegiatan pembakaran gerabah dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan tempat pembakaran milik bersama.

Setelah tahap pembakaran selesai, gerabah siap untuk dipasarkan. Meskipun demikian, ada pula yang melakukan kegiatan lanjutan dari gerabah yang sudah jadi, yaitu memberi hiasan tambahan, antara lain: menempel hiasan dari daun, kulit telur, atau anyaman dari kulit rotan. Pekerjaan lanjutan ini biasanya dilakukan berdasarkan permintaan dari konsumen. Pekerjaan lanjutan setelah gerabah jadi juga dilakukan oleh pemasok asing yang memesan agar seni hiasnya sesuai dengan selera mereka. Pemasok asing yang melakukan hal ini antara lain dari Amerika Serikat.

4. Pemasaran

Ada beberapa cara untuk memasarkan produksi gerabahnya, antara lain menjual sendiri ke konsumen dengan cara menjual secara langsung, melalui pengepul, atau melalui koperasi. Adapun keterangan dari masing-masing adalah sebagai berikut.

a. Penjualan Secara Langsung

Penjualan secara langsung terdiri dari dua cara. Cara yang pertama, yaitu perajin memasarkan sendiri gerabah produksinya dengan mendatangi konsumen maupun ke kios-kios penjual gerabah yang ada hampir di setiap pasar tradisional. Cara yang kedua adalah memajangnya di kios atau show room di depan rumah mereka.

b. Penjualan Melalui Pengepul atau Distributor

Pengepul adalah pedagang perantara yang mengumpulkan gerabah dari beberapa perajin untuk dijual kembali kepada konsumen, pemilik toko/galeri, atau para eksportir. Mereka biasanya datang dengan waktu-waktu yang telah disepakati, misalnya 10 hari sekali. Di samping itu mereka juga sudah membayar uang muka dari gerabah-gerabah yang dipesan, sehingga dapat dipakai untuk modal pembuatan gerabah terlebih dahulu. Kemudian setelah gerabah pesanan jadi, barulah sisanya dibayarkan.

Page 29: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

21

Perajin biasanya hanya menjual ke satu pengepul, sedangkan satu pengepul rata-rata mengambil gerabah tidak lebih dari lima perajin. Namun tidak semua gerabah hasil pembakaran diambil oleh pengepul. Mereka hanya mengambil gerabah yang dalam kondisi baik saja. Sisanya yang tidak dibeli oleh pengepul dijual sendiri oleh para perajin, baik dijajakan berkeliling maupun dijual di show room depan rumahnya. Pengepul biasanya menjual kembali gerabah dengan perbandingan harga beli-jual 2 : 3. Misalnya gerabah yang dibeli Rp 10.000,- dijual kembali dengan harga Rp 15.000,-.

Dahulu yang bertindak sebagai pengepul biasaya adalah para tengkulak, sehingga gerabah dari para perajin dibeli dengan harga yang rendah. Akan tetapi pada saat ini pengepul adalah orang atau perusahaan yang memang bergerak di bidang penjualan gerabah, sehingga gerabah dibeli dengan harga yang wajar.

c. Penjualan Melalui Koperasi

Prinsip penjualan melalui koperasi hampir sama dengan pengepul, namun dikhususkan pada para perajin yang menjadi anggotanya. Koperasi membeli gerabah dari perajin dengan pembayaran secara langsung. Selanjutnya koperasi ini yang bertindak menjual barang ke konsumen melalui toko/galeri atau para eksportir.

Meskipun telah memiliki pengepul langganan atau bergabung dalam koperasi, untuk melindungi dan menjalin kerjasama di antara para perajin, mereka tergabung dalam YP2L (Yayasan Pengembang Perajin Lombok). Para eksportir ini membeli gerabah, baik dari para pengepul maupun koperasi dalam skala besar dan dijual ke mancanegara. Untuk gerabah yang dijual ke mancanegara, biasanya bentuk dan ragam hiasnya telah dipesan terlebih dahulu dari konsumen dari luar negeri. Gerabah Banyumulek yang dijual oleh para pengepul pada saat ini telah tersebar ke berbagai wilayah di luar Nusa Tenggara Barat, baik di dalam negeri (antara lain: Bali, Jawa Timur, dan DKI Jakarta) maupun luar negeri. Negara yang mengimpor gerabah Banyumulek, antara lain: Selandia Baru, Amerika, Jepang, dan lain-lain.

Page 30: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

22

C. Kerajinan Tenun Ikat Kota Mataram

1. Sejarah

Perusahaan-perusahaan kerajinan tenun ikat di Kota Mataram mulai tumbuh sejak tahun 1960-an dan mencapai puncak kejayaannya pada sekitar tahun 1980-an. Ketika itu tenun ikat Lombok diminati, baik oleh masyarakat, wisatawan nusantara, maupun wisatawan mancanegara. Namun sejak tahun 1997-1998 minat masyarakat mulai mengalami penurunan karena adanya kain tenun cap buatan pabrik yang harganya jauh lebih murah. Sebagian dari perusahaan tenun ikat mengalami kolaps dan sebagian lagi sudah gulung tikar. Sentra-sentra kerajinan tenun ikat ketika pada masa jayanya dahulu terdapat di Kelurahan Sukahati dan Jalan Tenun, Kota Mataram. Perusahaan kerajinan tenun ikat di Kelurahan Sukahati sudah gulung tikar, sedangkan di Jalan Tenun, Kecamatan Cakranegara hanya tinggal 3 perusahaan yang bertahan, itu pun dengan jumlah pekerja yang sedikit. Ketiga perusahaan yang masih bertahan, yaitu: Rinjani Hand Hoven dengan jumlah tenaga kerja 30 orang dan kapasitas produksi 8.400 m/tahun, Slamet Riyadi dengan jumlah tenaga kerja 8 orang dan kapasitas produksi 3600 m/tahun, dan Sari Bunga dengan jumlah tenaga kerja 20 orang. Pemasaran dari ketiga perusahaan tersebut sekarang hanya sebatas lokal dan antar pulau di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Company Profile Tenun NTB, Satuan Kerja Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (PIKM) tahun 2005).

Masa kejayaan tenun ikat tercermin pada nama jalan di depan perusahaan-perusahaan tenun ikat tersebut, yaitu: Jalan Tenun. Dinamakan demikian karena dahulu di sepanjang jalan itu dipenuhi dengan perusahaan tenun, dengan jumlah tenaga kerja mencapai ratusan orang.

Penyebab dari menurunnya konsumen tenun ikat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Kalah bersaing dengan kain tenun dengan motif cap buatan

pabrik. Harga kain tenun buatan pabrik jauh lebih murah daripada tenun ikat Mataram, sehingga terjangkau oleh masyarakat kebanyakan.

b. Banyaknya kain tenun dari daerah lain yang merambah ke Nusa Tenggara Barat. Salah satu di antaranya adalah Batik Jawa

Page 31: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

23

yang justru diminati oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat. Di samping itu motif hias Lombok, yang dicirikan dengan bentuk-bentuk lumbung tradisional Sasak, banyak ditiru oleh perajin tenun dari Jawa.

c. Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Mataram menurun drastis setelah terjadinya kerusuhan di Mataram pada tahun 2000 dan rangkaian peledakan bom di beberapa tempat di Indonesia.

Desain tenun ikat Lombok pada saat ini tidak terpaku pada motif-motif tradisional, tetapi sudah berkembang dengan sentuhan kreativitas dan inovasi baru. Setidaknya terdapat 400 jenis motif tenun yang ada pada saat ini. Bentuk dasar yang digunakan untuk motif-motif tersebut, antara lain: motif geometris, tumbuhan, binatang, wayang, topeng, tumpal, cepok bunga, dan yang paling banyak adalah lumbung padi tradisional Lombok.

2. Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat

Proses pembuatan kain tenun ikat secara keseluruhan terdiri dari 18 tahapan, namun secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 3 tahap, yaitu: proses pembuatan benang tenun, pewarnaan, dan penenunan. Adapun keterangan kedua proses tersebut adalah sebagai berikut.

a. Proses Pembuatan Benang Tenun

Alat yang diperlukan untuk membuat benang tenun, antara lain: 1 ) Golong, dipergunakan untuk membuang biji kapas; 2 ) Betuk, alat untuk menghaluskan kapas; 3 ) Pelusut Bojol, merupakan alat untuk mem-pelesut kapas

(direntangkan atau dipanjangkan untuk siap dipintal); 4 ) Arah, dipergunakan untuk memintal benang, 5 ) Gelontong, sebagai tempat menaruh benang yang disikat

dengan sikat ijuk; 6 ) Andir, alat untuk menggulung benang yang akan ditenun.

Page 32: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

24

Proses pembuatan benang tenun adalah sebagai berikut; Mula-mula biji kapas dipecah dan dikeluarkan isinya dengan

menggunakan golong. Kemudian kapas yang telah terlepas dari bijinya dihaluskan dengan menggunakan betuk. Selanjutnya kapas yang telah dihaluskan direntangkan dengan pelesut bojol, kemudian dipintal dengan arah. Setelah dipintal menjadi benang, maka siap untuk masuk ke proses penenunan.

Pada saat ini sudah sulit ditemui pemintalan benang sendiri. Kebanyakan perajin membeli benang tenun hasil pintalan dari pabrik. Untuk memperoleh benang yang berkualitas tinggi, perusahaan-perusahaan tenun ikat menggunakan benang-benang tenun impor yang didatangkan dari Jepang, Cina, dan India. Jenis benang yang diperlukan meliputi sutra, katun, dan rayon. Sebenarnya pihak perajin pernah mencoba untuk menggunakan benang produksi Perhutani namun ternyata kualitasnya kurang bagus, karena benang yang dihasilnya tampak berbulu. Setelah tersedianya bahan baku berupa benang-benang tenun, maka langkah berikutnya adalah pewarnaan.

b. Proses Pewarnaan

Warna benang sangat menentukan desain dari kain. Proses pewarnaan adalah sebagai berikut. 1 ) Benang yang telah jadi dibentangkan menjadi beberapa lajur

pada kayu berbentuk segi empat yang berukuran panjang 90 cm dan lebar 60 cm untuk dibentuk motif dan desainnya. Setiap lajur terdapat kumpulan benang dengan tebal sekitar ½ cm. Pada beberapa bagian benang dililit dengan tali rafia. Tali rafia ini berfungsi melindungi benang dari cairan pewarna ketika benang akan dicelup ke dalam bak pewarna. Bagian benang yang tidak dililit tali rafia akan berwarna, sedangkan yang tertutup tali rafia akan tetap berwarna putih. Benang-benang inilah yang merupakan warna dasar dari kain tenun. Proses pengikatan benang-benang dengan rafia sebelum dicelup ke cairan pewarna inilah yang menyebabkan kain tenun ini lebih dikenal dengan sebutan ”tenun ikat”.

2 ) Setelah selesai didesain bentangan benang dicelupkan ke dalam bak pewarnaan untuk mendapatkan warna dasar, setelah itu diangkat dan kembali didiamkan sampai kering,

Page 33: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

25

3 ) Setelah kering benang yang dililit tali rafia dibuka, kemudian bagian yang masih berwarna putih diberi warna sesuai desain yang diinginkan dengan menggunakan dua batang bambu yang telah dibentuk seperti sumpit guna menghasilkan warna yang diinginkan

4 ) Setelah proses pewarnaan selesai, benang kembali dibentangkan sehelai demi sehelai untuk kemudian dimasukkan ke alat penenun, baik tenun gedog maupun ATBM. Agar benang tidak kotor pada bagian dasarnya dialasi dengan kertas koran.

5 ) Benang telah siap untuk ditenun menjadi bahan.

c. Proses Penenunan

Pekerjaan menenun dilakukan oleh kaum wanita. Berdasarkan jenis alat yang dipakai, proses penenunan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: tenun gedog dan tenun ATBM. Peralatan tenun gedog sepenuhnya terbuat dari kayu dan masih bersifat tradisional. Pada saat menenun, penenun harus duduk dengan kedua kaki selonjor sejajar ke depan, sementara alat ini dipangku di atas paha si penenun. Disebut tenun gedog karena setiap penenun merapatkan benang melintang ke jajaran benang membujur terdengar bunyi ”dog, dog, dog”, yang dihasilkan dari benturan kayu alat tenun. Perajin tenun gedog melakukan pekerjaannya di rumahnya masing-masing, baru kemudian hasilnya dijual ke perusahaan.

Alat tenun bukan mesin atau disingkat ATBM bersifat semi modern. Pengerjaannya masih bersifat manual, tetapi sudah ditambah dengan menggunakan mekanik pengungkit, sehingga lebih memudahkan dan mempercepat kerja penenun. Karena berukuran cukup besar dan berat, penenun yang menggunakan ATBM melakukan pekerjaannya di perusahaan. Dengan lebar kain yang standar (115 cm), maka apabila alat tenun gedog hanya menghasilkan kain tenun sepanjang 1 meter, sedangkan dengan menggunakan ATBM dapat menghasilkan 3 s.d. 5 meter dalam sehari. Upah yang diterima penenun dengan ATBM berkisar Rp 3.000,- s.d. Rp 4.000,- untuk tiap meter kain tenun yang dihasilkan.

Para penenun pada umumnya sudah beralih ke tenun ATBM, sedangkan tenun gedog sudah jarang ditemukan, hanya terbatas orang-orang tua saja yang masih menggunakannya.

Page 34: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

26

Peralatan tenun gedog meliputi: 1) Ane, yaitu alat untuk perentang benang 2) Batang jajak, yaitu landasan untuk jajak 3) Jajak, yaitu tempat untuk benang lungsi 4) Tutuk, yaitu tempat gulungan benang 5) Wede, yaitu pembatas benang lungsi 6) Penggolong, yaitu pembatas benang lungsi atas dengan bawah 7) Penggun, yaitu berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan

benang lungsi 8) Suri, yaitu sisiran benang lungsi dan juga sebagai penekan

benang pakan 9) Belida/ berira, yaitu untuk menekan suri pada waktu merapatkan

benang pakan 10) Tekah, yaitu untuk mengencangkan bidang tenunan 11) Apit, yaitu untuk menggulung tenun 12) Alit, yaitu tali penghubung apit dengan telekot 13) Telekot, yaitu sandaran untuk menyangga pinggang penenun 14) Terundak, yaitu tempat peniring benang pakan 15) Peniring, yaitu tempat gulungan benang pakan 16) Lilin, yaitu dipergunakan untuk melicinkan belida.

Peralatan ATBM juga terbuat dari kayu. Pengoperasiannya

sepenuhnya digerakkan dengan tenaga manusia, tetapi ditambahkan dengan ”mekanik pengungkit”. Bagian-bagian dari ATBM meliputi: 1 ) Goyangan, yaitu tiang sebagai tumpuan dari kekuatan seluruh

alat tenun ini. 2 ) Selah, yaitu tali yang dipasang yang berguna sebagai

penggerak rol. 3 ) Rol, yaitu kayu bulat memanjang yang dipasangi tali sehingga

dapat mengangkat benang-benang dalam alat tenun. 4 ) Terap, yaitu kayu yang berfungsi sebagai pengatur atau

pengendali dari seluruh gerak alat tenun. 5 ) Gun, yaitu semacam kelos untuk memintal benang, yang

berfungsi untuk memisahkan benang-benang dalam proses menenun.

6 ) Sisir, yaitu alat yang bentuknya menyerupai sisir rambut, berfungsi untuk pemisah benang lungsi.

Page 35: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

27

7 ) Peker, yaitu alat yang terbuat dari alumunium, fungsinya untuk memasang teropong.

8 ) Kres, yaitu alat yang berfungsi untuk mempertemukan benang yang membujur dengan benang yang melintang.

2. Pemasaran

Pengusaha tenun ikat Lombok memasarkan dengan dua cara, yaitu.

a. Menjual di Show Room Perusahaan

Pengusaha tenun ikat yang tersisa pada umumnya sudah memiliki nama yang cukup dikenal oleh masyarakat maupun agen perjalanan wisata. Masyarakat yang menginginkan tenun ikat yang asli mendatangi show room mereka, sementara agen perjalanan wisata akan mengarahkan wisatawan yang dipandunya untuk membeli kain tenun di tempat mereka.

b. Menjual ke Pedagang Kain

Para pedagang inilah yang akan memasarkan produk mereka ke wilayah Nusa Tenggara Barat. Pada saat ini pedagang yang mau membeli produk mereka relatif terbatas karena mahalnya harga tenun ikat.

D. Peranan Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kotamadya melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan dituntut peran aktifnya dalam meningkatkan ketahanan industri rakyat. Adapun peranan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah sebagai berikut.

1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Popinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai program Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (PIKM), yang bertujuan untuk:

Page 36: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

28

a. Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis kepada sumberdaya yang ada, bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dan persaingan yang sehat.

b. Meningkatkan konstribusi IKM pada perekonomian daerah dan nasional, memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih merata.

c. Meningkatkan jenis, volume, dan nilai ekspor produk-produk industri kecil dan menengah.

d. Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme para pelaku usaha IKM dan aparat pembina.

e. Mewujudkan pelestarian dan pengembangan produk-produk seni budaya tradisional yang berbasis kekhasan budaya daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, kegiatan pembinaan pengerajin gerabah Banyumulek dan tenun ikat Lombok yang telah dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah dalam bentuk pembinaan, antara lain dengan memberikan:

a. Diklat Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan pendidikan dan pelatihan tentang pembuatan gerabah terhadap masyarakat Desa Banyumulek. Termasuk di antaranya mendatangkan pakar gerabah dari mancanegara untuk mengenalkan desain dan seni hias mereka agar dipakai oleh para perajin di Desa Banyumulek. Diklat dapat dilakukan dengan sistem paket Pembinaan Utuh, meliputi: diklat, pemberian bantuan alat produksi, pemberian bantuan modal awal, dan dilanjutkan dengan pemagangan-pemagangan di industri-industri yang sudah menggunakan teknologi maju.

b. Pameran di dalam negeri dan luar negeri bekerja sama dengan Dekranasda. Tujuannya adalah untuk mempromosikan hasil kerajinan mereka.

c. Penyelenggaraan lomba, sayembara, dan festival, misalnya: lomba Rancang Busana Tenun Khas NTB

d. Peminjaman modal dana bergulir e. Penyaluran tenaga pembantu pembinaan f. Pemberian Status Badan Hukum / Hak paten

Page 37: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

29

2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram mempunyai Visi dan Misi. Visi-nya adalah terwujudnya perindustrian dan perdagangan di Kota Mataram yang maju dan mandiri. Sedangkan Misinya adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan kegiatan Industri yang berdaya saing kuat,

berwawasan lingkungan dengan menititikberatkan pada ekonomi kerakyatan.

b. Mengembangkan dan memantapkan Usaha Kecil dan Menengah.

c. Meningkatkan dan mengembangkan perdagangan dalam dan luar negeri yang pada gilirannya nanti meningkatkan komoditi ekspor.

Untuk mengangkat kembali kerajinan tenun ikat, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram melakukan upaya-upaya perubahan menuju perbaikan melalui program kegiatan tiap tahunnya, seperti: a. Penyuluhan kepada perajin industri kecil b. Pembinaan dan pelatihan di SMK yang mempunyai jurusan

yang sesuai dengan jenis kerajinan tenun. Antara lain dengan memperkenalkan desain-desain baru di kriya konveksi di SMK 4.

c. Pengembangan ketrampilan usaha ekonomi produktif bagi perajin industri kecil

d. Peningkatan mutu dan pemasaran produk IKM melalui pameran dalam daerah dan luar daerah.

e. Peningkatan sarana dan prasarana IKM melalui bantuan mesin-mesin produksi yang baru.

f. Peningkatan kemampuan aparat pembina Kota Mataram

3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Barat

Dinas perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Barat merupakan pembina langsung bagi kerajinan gerabah di Desa Banyumulek. Untuk mengembangkan kerajinan gerabah Banyumulek, pihak Dinas bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Mataram merancang pembuatan mesin molen guna

Page 38: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

30

mempermudah dan mempercepat proses pengolahan tanah liat. Molen yang telah dihasilkan berjumlah 4 buah. Padahal satu molen hanya mampu mengolah tanah liat dari sekitar 30 perajin, sehingga jumlah ini masih jauh dari memadai, yaitu sekitar 100 buah. Di samping itu, perlu pembinaan terhadap para perajin untuk dapat mengoperasionalkan mesin molen, yang diperkirakan membutuhkan waktu tiga sampai dengan empat tahun.

Pihak Dinas pun kini sedang memperkenalkan tungku tertutup untuk mengurangi polusi yang ditimbulkan dari hasil pembakaran. Namun masyarakat masih memilih tungku terbuka karena biaya bahan bakar untuk tungku tertutup masih sangat tinggi, terutama untuk pembelian minyak tanah.

Untuk pengembangan desain, Dinas memperkenalkan terobosan baru, yaitu membuat motif hias pada gerabah dengan menggunakan ketak (sejenis rotan), kulit telur, dan daun. Dengan invonasi baru tersebut, motif dan desain yang diciptakan saat ini mencapai sekitar 300 jenis.

Untuk mempromosikan gerabah Banyumulek, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Barat senantiasa mengikutkan hasil kerajinan gerabah ke berbagai pameran, baik di dalam maupun luar negeri.

E. Permasalahan

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para perajin, antara lain:

1. Keamanan

Faktor keamanan yang kondusif sangat dibutuhkan guna pengembangan industri budaya. Adanya gangguan keamanan di Indonesia, baik dalam skala regional, nasional, bahkan internasional, seperti kerusuhan, bom, terorisme, mengakibatkan terpuruknya industri kerajinan rakyat. Contohnya: Bom Bali tahun 2002 dan 2004, kerusuhan di Mataram dan intervensi Amerika ke Irak.

Gangguan keamanan di tingkat internasional, seperti intervensi Amerika ke Irak pun sudah cukup menyebabkan terpuruknya kerajinan rakyat, karena salah satu pangsa pasar dari hasil kerajinan rakyat tersebut adalah wilayah Timur Tengah.

Page 39: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

31

2. Persaingan Pasar

Bagi para pengusaha tenun ikat Lombok yang masih tersisa, permodalan tidak menjadi permasalahan yang berarti. Bagi mereka, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana memasarkan produksinya di tengah-tengah lesunya daya beli masyarakat dan serbuan kain tenun dari Jawa tetapi bermotif hias Lombok. Kain tenun dari Jawa merupakan produk mesin pabrik sehingga mampu diproduksi secara massal. Hal ini menyebabkan produk kain tenun Lombok kalah bersaing dengan produk tenun dari Jawa dengan motif yang meniru motif tenun Lombok. Hal ini menyebabkan pasar kain tenun berkurang, sementara untuk menghidupi perajin, produksi harus berjalan terus.

3. Belum adanya Hak Karya Intelektual (HaKI)

Sampai saat ini para perajin belum mempunyai sertifikat HaKI untuk melindungi hasil karya mereka dari duplikasi oleh orang lain. Hal ini dikarenakan belum jelasnya keuntungan yang diperoleh dari pematenan hak cipta dan sampai sejauh mana hak cipta itu dapat dipergunakan untuk melindungi hasil karya mereka. Di samping itu proses untuk mendapatkan HaKI memakan waktu cukup lama dan menghabiskan biaya cukup besar. Salah satu akibat dari belum adanya HaKI adalah peniruan produk kerajinan Lombok oleh daerah-daerah lain dengan harga yang lebih murah.

4. Belum adanya jaminan perlindungan usaha untuk perajin

Hal ini menyebabkan usaha mereka rentan untuk dikalahkan oleh usaha-usaha berskala besar dari investor yang memiliki modal besar.

5. Belum adanya diklat manajemen pemasaran bagi perajin kecil

Hal ini menyebabkan mereka hanya mampu memproduksi tetapi tidak tahu cara memasarkan

Page 40: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

32

BAB III

KERAJINAN KAIN BORDIR DAN ANYAMAN MENDONG KOTA TASIKMALAYA

A. Gambaran Umum

1. Lokasi dan Keadaan Alam

Kota Tasikmalaya semula merupakan ibukota dari Kabupaten Tasikmalaya, namun kemudian berdiri sebagai kotamadya tersendiri, memisahkan diri dari Kabupaten Tasikmalaya. Pembentukan Kota Tasikmalaya ini berdasarkan pada Undang-Undang No. 10 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya. Sedangkan status pemerintahan kota diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2001. Luas wilayahnya mencapai 177,79 km2 dengan jumlah penduduk 593.044 jiwa, dan tingkat kepadatan mencapai 3.336 jiwa/km2 (Kota Tasikmalaya dalam Angka Tahun 2004). Wilayah kota terbagi menjadi 8 kecamatan, yaitu: Tawang, Cihideung, Cipedes, Indihiang, Mangkubumi, Kawalu, Cibeureum, dan Tamansari.

Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur, sekitar 106 km sebelah timur Kota Bandung. Sedangkan secara topografis berada di dataran sedang, di sebelah timur lereng Gunung Galunggung. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, sebelah timur dengan Kecamatan Sukaraja, sebelah selatan dengan Kecamatan Manonjaya, dan sebelah barat dengan Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

2. Kondisi Sosial Budaya

Masyarakat Kota Tasikmalaya didominasi oleh Etnis Sunda. Kultur masyarakatnya dikenal sebagai masyarakat yang agamis, ramah, kreatif, dan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi. Masyarakat berpendapat bahwa berdagang atau menjadi perajin lebih menantang daripada menjadi pegawai swasta maupun pegawai negeri. Sebagai kota yang dikenal dengan jiwa wirausaha masyarakatnya, Kota Tasikmalaya dikenal sebagai sentra industri

Page 41: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

33

kerajinan rakyat yang unik dan menarik, seperti kain bordir, alas kaki (kelom geulis), anyaman mendong, kerajinan bambu, kerajinan payung kertas, mebel kayu, dan lain-lain. Pangsa pasar barang-barang kerajinan tersebut tidak hanya merambah dalam negeri, tetapi bahkan sudah merambah ke berbagai negara. Oleh karena itu visi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya adalah menempatkan sektor industri dan perdagangan sebagai penggerak utama ekonomi masyarakat. Kota Tasikmalaya juga dikenal sebagai pusat perdagangan bagi wilayah Priangan Timur, yang meliputi Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Sumedang, dan Kotamadya Banjar).

Dua di antara berbagai jenis kerajinan tersebut mempunyai nilai seni tinggi dan bahkan menjadi identitas masyarakat Tasikmalaya, yaitu kerajinan kain bordir dan kerajinan anyaman mendong. Kerajinan kain bordir bahkan terdapat di empat dari delapan kecamatan di Kota Tasikmalaya, yaitu Cibeureum, Cipedes, Mangkubumi, dan Kawalu. Berdasarkan data tahun 2005 sedikitnya terdapat 1.092 unit usaha bordir yang melibatkan 10.380 perajin. Di antara keempat kecamatan tersebut, Kecamatan Kawalu tercatat sebagai tempat kerajinan bordir terbanyak, yaitu 87,7 % dari total perajin bordir Kota Tasikmalaya. Total produksi kain bordir mencapai 7,2 juta potong per tahun.

Seperti halnya kerajinan kain bordir, kerajinan anyaman mendong juga sedang mengalami peningkatan permintaan, baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan data tahun 2005, terdapat 162 unit kerajinan mendong yang melibatkan 1889 perajin (Brosur Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, Bidang Pengembangan Penanaman Modal, Tahun Anggaran 2006, hlm. 8-9).

Meskipun demikian, kegiatan ekonomi di Kota Tasikmalaya masih didominasi oleh bidang perdagangan, hotel, dan restoran. Adapun persentase kegiatan ekonomi Kota Tasikmalaya pada tahun 2002 adalah sebagai berikut.

No Jenis Kegiatan Ekonomi Persentase (%)

1 Perdagangan, hotel, dan restoran

28,26

2 Bangunan 16,13

Page 42: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

34

3 Industri dan pengolahan 14,06

4 Jasa-jasa 12,98

5 Pertanian 11,65

6 Pengangkutan dan komunikasi

9,62

7 Keuangan 6,48

8 Listrik, gas, dan air bersih 0,81 Sumber: Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 4, 2003, hlm. 334.

B. Kerajinan Kain Bordir Desa Telagasari, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya

1. Sejarah

Kerajinan kain bordir adalah usaha turun-temurun dari masyarakat Tasikmalaya, yang sudah ada sejak Jaman Belanda. Salah satu sentra pengusaha kain bordir di Kota Tasikmalaya adalah Desa Telagasari, Kecamatan Kawalu. Di desa ini terdapat banyak pengusaha kain bordir berskala besar, seperti: Turatex, Purnama, Ciwulan, Haryati, Bunga Tanjung, dan lain-lain. Seperti desa-desa lainnya, usaha kerajinan kain bordir sudah berlangsung turun-temurun sejak jaman Belanda. Alat untuk membordir ketika itu masih bersifat manual, yang disebut dengan bordir gejek. Pada tahun 1960-an jenis bordir yang dihasilkan adalah kebaya dan pakaian tradisional Cina karena pemesannya kebanyakan dari kalangan etnis Tionghoa. Pada tahun 1970-an jenis kain bordir merambah ke jenis kain untuk ruangan (home interior), seperti: sprei, taplak meja, korden, dan lain-lain, terutama setelah menggunakan mesin bordir bertenaga listrik. Pada tahun 1980-an dominasi jenis kain bordir mulai bergeser ke pakaian-pakaian muslim, seperti: mukena, rukuh, baju koko, jilbab, dan lain-lain.

Para pengusaha pada umumnya mempekerjakan karyawan lepas, yaitu mereka hanya datang ke perusahaan untuk mengambil bahan kain dan menyerahkan kembali setelah selesai dibordir. Pekerjaan membordir mereka lakukan di rumah masing-masing. Pihak pengusaha hanya meminjamkan mesin bordir. Para perajin kain bordir yang bekerja di perusahan tersebut pada umumnya juga hanya tinggal di Desa Telagasari dan desa-desa sekitarnya.

Page 43: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

35

Pada tahun 2002 beberapa pengusaha mulai mengoperasikan mesin bordir otomatis yang dikendalikan melalui komputer. Mesin ini dapat mengerjakan pola bordir yang sama dalam jumlah banyak sekaligus (antara 12 s.d. 24 lembar kain). Pola dan desain juga dibuat melalui program komputer. Pada tahun 1990-an mesin semacam ini sudah pernah diperkenalkan kepada masyarakat, tetapi ditolak oleh para pejabat desa, dengan alasan agar tetap memberi lapangan kerja kepada masyarakat desa. Dengan adanya mesin bordir otomatis tersebut, maka akan mengurangi tenaga pembordir dalam jumlah banyak. Satu mesin dapat mengurangi 12 s.d. 24 orang pekerja karena pengusaha hanya memerlukan beberapa orang pekerja untuk mengoperasikan komputer. Adanya mesin bordir otomatis ini juga menyebabkan produksi kain bordir berlimpah, yang tidak diimbangi dengan kelancaran pemasarannya. Akibatnya, harga kain bordir menjadi jatuh. Tetapi karena tuntutan perkembangan jaman, maka masuknya teknologi mesin bordir otomatis tidak dapat dicegah, dan konsekuensinya adalah menimbulkan pengangguran baru dan turunnya harga kain bordir.

2. Teknologi Pengerjaan

Pengerjaan kain bordir terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap pembuatan desain, pembordiran, dan penjahitan. Masing-masing tahap dilakukan oleh orang yang berbeda, sesuai dengan spesialisasinya. Tahap pembuatan desain dilakukan secara khusus oleh para desainer. Desainer mempunyai peranan penting bagi perkembangan perusahaan karena setiap perusahaan harus mempunyai ciri-ciri motif sendiri dan motif-motif tersebut harus disukai oleh konsumen. Mereka menggambar pola-pola hiasan pada kain dengan menggunakan pensil. Motif-motif yang banyak digunakan adalah tumbuhan, bunga, dan geometris. Keahlian para desainer pada umumnya diperoleh berdasarkan pengalaman, bukan karena hasil pendidikan formal.

Tahap kedua, yaitu pembordiran, sebagian besar dilakukan di rumah masing-masing perajin, walaupun ada pula yang dilakukan di bengkel kerja perusahaan. Mereka yang membordir di bengkel kerja perusahaan pada umumnya masih dalam taraf berlatih dari

Page 44: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

36

tingkat dasar ke tingkat trampil, tetapi belum masuk tingkat mahir. Alat-alat yang digunakan untuk membordir, antara lain: a. Mesin bordir berpenggerak tenaga listrik b. Opal Bentuk opal menyerupai alat yang digunakan untuk menyulam,

yaitu sepasang kayu berbentuk lingkaran, digunakan untuk menjepit bagian kain yang akan dibordir. Kain yang tejepit di tengah opal akan terentang secara merata, sehingga mudah untuk dibordir.

c. Benang-benang warna Benang-benang tersebut dimasukkan ke dalam jarum mesin

bordir, berfungsi untuk mengisi bordiran. Setiap kali bagian yang dibordir harus diganti warnanya, perajin harus mengganti benang dengan warna yang diinginkan.

Para pekerja melakukan pembordiran berdasarkan desain yang sudah digambarkan pada kain. Namun terkadang mereka juga melakukan improvisasi-improvisasi dari desain yang dibuat oleh para desainer.

Tahap ketiga, yaitu penjahitan. Di dalam tahap ini kain-kain yang sudah dibordir dibentuk menjadi bermacam-macam pakaian atau kain jadi, seperti: mukena, baju koko, busana muslimah, taplak meja, kebaya, sarung bantal, peci, dan lain-lain.

Bahan dasar kain bordir di samping diperoleh dari Tasikmalaya sendiri, sebagian besar justru diperoleh dari kota-kota lain, seperti: Bandung, Jepara, dan Pekalongan. Untuk memperoleh kain dasar dan benang warna yang diinginkan, biasanya pengusaha yang datang sendiri ke kota-kota tersebut.

Hal yang menarik adalah, sebagian besar tenaga pembordir justru kaum laki-laki, terutama para pemuda. Hal ini mungkin dikarenakan kerajinan kain bordir merupakan lapangan kerja yang cukup menjanjikan, sehingga banyak kaum laki-laki yang tidak terserap di lapangan pekerjaan lain memilih bekerja sebagai pembordir. Sedangkan kaum wanita sudah banyak terserap ke industri kerajinan lainnya, seperti anyaman mendong, kelom geulis, payung kertas, dan lain-lain. Tenaga pembordir mendapat upah rata-rata Rp 35.000,00 per hari, dengan jam kerja dari pukul 7.00 s.d. 16.00. Dahulu ketika masih menggunakan mesin bordir manual (digerakkan dengan tenaga kaki), para pembordir didominasi oleh

Page 45: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

37

kaum perempuan. Menurut keterangan salah seorang pengusaha, ketika masih menggunakan mesin bordir manual hasil produksinya memang sangat terbatas, tetapi kualitasnya sangat baik. Sebaliknya, ketika sudah menggunakan mesin bordir listrik, produksinya sangat banyak, tetapi kualitasnya menjadi kurang baik.

Pembordir lepas digaji dengan sistem borongan, seberapa banyak bordiran yang ia dapatkan, maka sejumlah itu pula yang dibayar oleh pengusaha. Jumlah tenaga pembordir juga bersifat musiman. Pada musim ramai order tenaga pembordir meningkat, tetapi berkurang pada musim sepi order. Musim ramai order bagi pembordir terjadi menjelang Bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, hingga Hari Raya Idul Adha.

3. Pemasaran

Pengusaha bordir pada umumnya mempunyai sejumlah perajin, yang terdiri dari pembuat desain, pembordir, dan penjahit. Pembuat desain bertugas membuat pola-pola hiasan pada kain yang akan dibordir. Kemudian kain-kain yang telah diberi pola tersebut diserahkan kepada pembordir untuk dibordir dengan mesin. Hasil bordiran ada yang dijual sebagai kain bahan pakaian, ada pula yang langsung dijahit menjadi pakaian jadi atau kain jadi, misalnya sarung bantal, taplak meja, seprei, korden, dan lain-lain. Tiap-tiap pembuat desain senantiasa berinovasi untuk membuat desain-desain baru agar dapat memenuhi tuntutan konsumen.

Baik pembuat desain, pembordir, maupun penjahit pada umumnya adalah pekerja lepas, yaitu: mereka tidak bekerja di bengkel kerja pengusaha, tetapi mengambil sejumlah kain untuk dikerjakan di rumah dan setelah selesai diserahkan kepada pengusaha bordir. Dalam hal ini upah yang diterima adalah upah borongan, yaitu dihitung berdasarkan panjang kain yang dihasilkan. Pihak pengusaha hanya meminjamkan perangkat mesin bordir kepada para pembordir dan mesin jahit kepada penjahit. Untuk pengusaha kain bordir yang cukup berhasil dan mempunyai ruang pamer (show room) di tempat usahanya, mereka juga mempekerjakan pegawai untuk melayani pembeli dan pemesan yang datang ke ruang pamer tersebut.

Untuk penyediaan bahan baku berupa kain dan benang bordir, para pengusaha memperolehnya dari pabrik-pabrik dari kota-

Page 46: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

38

kota lain, seperti: Bandung, Jepara, dan Pekalongan. Hampir semua kain yang digunakan adalah produk lokal, boleh dikatakan hanya sedikit bahan baku kain yang diimpor dari negara lain. Dengan demikian anggapan bahwa bahan baku kain harus diimpor dari negara lain, seperti yang diduga oleh kebanyakan masyarakat, tidak sepenuhnya benar.

Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, para pengusaha dapat mendistribusikan sendiri. Kebanyakan di antara mereka menjualnya ke sentra-sentra kain di Jakarta, seperti Pasar Tanah Abang dan Cipulir, setidak-tidaknya dua kali seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Namun bagi pengusaha yang sudah mempunyai nama, seperti Air Tanjung, Turatex, Haryati, Ciwulan, dan lain-lain, mereka tidak perlu memasarkan sendiri ke kota-kota lain karena pemesan datang dengan sendirinya. Sebagian besar kain bordir mereka diborong oleh para distributor, yang kemudian menjualnya ke kota-kota lain. Distributor juga bertindak sebagai agen pengekspor kain bordir ke negara-negara lain. Pada umumnya negara-negara yang menjadi target pemasaran adalah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti: Malaysia, Arab Saudi, Brunei Darusallam, dan Yordania. Hal ini tidak mengherankan, mengingat kain bordir yang sudah jadi pada umumnya adalah pakaian muslim, seperti mukena, baju koko, rukuh, jilbab, dan lain-lain. Permintaan kain bordir juga meningkat menjelang perayaan hari-hari besar umat Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Sebaliknya, ketika pada bulan-bulan sepi, pengusaha secara aktif mencari rekanan-rekanan yang membutuhkan jasa bordir pakaian agar penghidupan para perajin tetap dapat berjalan.

Banyaknya jumlah pengusaha kain bordir di Tasikmalaya menyebabkan mereka mendirikan organisasi GAPEBTA (Gabungan Pengusaha Bordir Tasikmalaya). Organisasi ini bertujuan membantu anggotanya mencari strategi agar tercipta jaringan pemasaran produk kain bordir. Di samping itu juga membantu permodalan bagi anggotanya. Dapat dikatakan bahwa sejarah berdirinya GAPEBTA adalah adanya kepentingan bersama untuk mendistribusikan hasil kerajinan kain bordir ke konsumen.

Wujud kegiatan GAPEBTA, antara lain telah berhasil mencarikan kios-kios untuk berjualan di berbagai kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Solo, dan Yogyakarta. Khusus untuk Jakarta, kios-kios pengusaha dari Tasikmalaya dapat dengan

Page 47: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

39

mudah ditemui di Pasar Tanah Abang. Mereka yang membeli kios-kios di kota-kota besar tersebut meminjam modal dari GAPEBTA dan mengangsurnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pada saat ini GAPEBTA telah memiliki anggota sekitar 800 pengusaha kain bordir, dan setengah lebih di antaranya sudah memiliki kios-kios pemasaran di berbagai kota besar.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, kain bordir Tasikmalaya diekspor ke negara-negara Asia Tenggara maupun Timur Tengah, seperti: Malaysia, Arab, Brunei Darussalam, dan Yordania. Pengusaha tidak melakukan ekspor sendiri, melainkan menggunakan jasa distributor. Mereka yang mengambil kain bordir dari pengusaha, kemudian menjualnya ke negara-negara tujuan. Pesanan biasanya mulai ramai sejak tiga bulan sebelum bulan Ramadhan dan menurun kembali setelah Hari Raya Idul Adha. Untuk menjaga kualitas barang, apabila pesanan datang dan mereka merasa tidak mampu untuk mengerjakan, maka pesanan tersebut ditolak.

Untuk memenuhi omset, beberapa pengusaha bordir skala kecil bekerja sama dengan pengusaha bordir skala besar yang telah mempunyai merek dagang. Bila pengusaha bordir skala besar mendapat banyak pesanan, mereka melimpahkan pesanan ke pengusaha skala kecil untuk membantu menyelesaikan omset, sedangkan produknya dijual dengan merek pengusaha bordir skala besar tersebut.

Di samping pasaran luar negeri, kota-kota yang menjadi tujuan pemasaran, antara lain: Bandung, Cianjur, Kotabumi, dan Jakarta. Khusus untuk Kota Jakarta, mereka datang setiap hari Senin dan Kamis.

4. Peranan Pemerintah

Pemerintah Kota Tasikmalaya mempunyai visi dan misi yang sangat menunjang kegiatan kewirausahaan masyarakatnya. Misi dari Kota Tasikmalaya, seperti yang termaktub dalam Perda No.2 tahun 2003, menyebutkan bahwa ”Dengan berlandaskan Imam dan Taqwa, Kota Tasikmalaya menjadi pusat perdagangan dan industri termaju di Priangan Timur tahun 2012”. Sedangkan misi dari Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut (Brosur Dinas Perindustrian

Page 48: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

40

dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, Bidang Pengembangan Penanaman Modal, Tahun Anggaran 2006, hlm. 2). a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan

bertaqwa. b. Menigkatkan kesadaran hukum dan menegakkan supremasi

hukum. c. Menumbuhkan kekuatan ekonomi kota. d. Menciptakan pemerintah yang profesional dan bersih. e. Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

daerah. f. Mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup secara

berkelanjutan. g. Mengoptimalkan dan membangun sarana dan prasarana kota.

Visi dan misi Kota Tasikmalaya di bidang kewirausahaan tersebut diturunkan melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Adapun visi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya adalah: “Industri dan perdagangan menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan ekonomi Kota Tasikmalaya mempunyai daya saing tinggi di wilayah Priangan Timur Tahun 2012”.

Sedangkan misi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya adalah (Brosur Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, Bidang Pengembangan Penanaman Modal, tahun anggaran 2006, hlm. 4). a. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia,

baik sumber daya manusia aparatur maupun para pengusaha/perajin.

b. Menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui pelayanan prima kepada masyarakat dan dunia usaha yang transparan dan akuntabel.

c. Mengembangkan pasar dalam negeri dan sistem distribusi yang efektif dan efisien serta membudayakan penggunaan produk dalam negeri.

d. Meningkatkan dan mengembangkan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang dapat menjamin hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha.

Page 49: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

41

e. Meningkatkan dan mengembangkan keterkaitan antara sektor industri dan perdagangan dengan sektor ekonomi lainnya.

f. Mengembangkan industri dan perdagangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

g. Meningkatkan penyediaan informasi yang lengkap, benar, mutakhir, secara profesional, serta mampu memenuhi tuntutan masyarakat dan dunia usaha.

h. Mengembangkan ekspor non migas Kota Tasikmalaya.

Peranan pemerintah daerah terhadap pengusaha kain bordir, antara lain dengan memperkenalkan stake holder dari negara lain ke bengkel kerja para pengusaha, mengikutsertakan pengusaha kain bordir di dalam pameran-pameran kerajinan rakyat, mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat yang berminat menekuni kerajinan kain bordir, dan memberikan pinjaman bunga ringan kepada para pengusaha. Namun mengingat banyaknya jumlah pengusaha kain bordir, belum semuanya memperoleh fasilitas yang diberikan pemerintah daerah.

Pemerintah daerah juga membuat kebijakan strategi pengembangan bagi pengusaha kain bordir. Hal ini dikarenakan faktor eksternal yang mempengaruhi bidang usaha bordir cukup besar. Maka dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan usaha bordir, sedapat mungkin meminimalisasi pengaruh faktor-faktor eksternal dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Orientasi pasar bordir harus tetap berorientasi ekspor. Kalau

mungkin mencari peluang-peluang baru ekspor. Antara lain dengan mengikuti pameran-pameran di luar negeri melalui koperasi setempat.

b. Peningkatan keterampilan perajin dengan arahan pada peningkatan mutu dan desain produk yang lebih variatif, sehingga produk yang dihasilkan dapat memikat konsumen. Antara lain dengan memperkenalkan desain-desain dari luar negeri agar dapat dikembangkan oleh para perajin.

c. Adopsi inovasi teknologi baru yang dapat meningkatkan penggunaan komponen lokal serta efisiensi proses produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing produk di pasar.

Page 50: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

42

d. Penataan kelembagaan kemitraan antara pemilik modal dengan perajin. Sehingga kedua belah pihak memiliki keseimbangan yang proporsional dalam perolehan pendapatan dan resiko.

Dalam rangka menyediakan sumber daya manusia yang handal dalam membordir, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya dan BUMN juga menjalin kerjasama dengan pihak swasta. Pihak Dinas menyediakan dana, sementara pihak swasta bertanggung jawab mendidik dan melatih tenaga kerja agar siap terjun ke usaha bordir. Salah satu pihak swasta yang ditunjuk oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya untuk menjalankan diklat adalah C.V. Dewi Nugraha, yang berlokasi di Jl. Panunggal no. 63, Tasikmalaya. CV ini memberikan pelatihan selama tiga bulan. Dalam satu tahun CV ini mampu menyelenggarakan tiga kali pelatihan. Setiap angkatan pelatihan mampu menghimpun siswa sekitar 75 orang. Di samping diberi pelatihan, setiap siswa juga mendapat uang saku sebanyak Rp 30.000,- per hari. Selama tiga bulan pelatihan, siswa dididik melalui tiga tingkatan, yaitu: tingkat dasar, tingkat terampil, dan tingkat mahir. Para siswa yang lulus biasanya sudah siap ditampung oleh perusahaan-perusahaan kain bordir yang membutuhkannya. Sebaliknya, perusahaan kain bordir yang membutuhkan tenaga kerja hanya tinggal menghubungi CV tersebut.

5. Permasalahan

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para perajin kain bordir, antara lain. a. Beberapa perajin mengkhawatirkan adanya mesin-mesin bordir

otomatis yang dioperasionalkan dengan komputer. Adanya komputerisasi kain bordir menyebabkan kebutuhan akan tenaga pembuat desain dan pembordir berkurang. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran. Di samping itu, banyaknya produk yang dihasilkan dari mesin yang dioperasikan dengan komputer menyebabkan harga produksinya jatuh di pasaran.

b. Belum semua pengusaha bordir di Tasikmalaya bergabung dalam GAPEBTA karena alasan-alasan tertentu, seperti kurang modal, belum merasakan manfaatnya, dan lain-lain.

Page 51: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

43

c. Belum semuanya pengusaha dan perajin kain bordir memperoleh fasilitas yang diberikan pemerintah daerah.

C. Kerajinan Mendong, Desa Setianegara, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya

1. Sejarah

Kerajinan anyaman mendong terdapat di beberapa kelurahan di Kota Tasikmalaya. Salah satunya adalah di Kelurahan Setianegara, Kecamatan Cibeureum. Produk kerajinan mendong pada awalnya hanya hanya berupa tikar untuk keperluan sehari-hari. Bahan mendong dibuat menjadi tikar dengan cara dianyam, yang lazim disebut dengan tikar eret. Pada tahun 1996-an teknologi pembuatan tikar mengalami perkembangan dengan adanya mesin untuk menjahit tikar. Tikar ditenun dengan benang-benang polyster, dan lazim disebut dengan tikar mardani. Pada tahun 2000-an terjadi diversifikasi produksi mendong. Mendong tidak hanya dibuat menjadi tikar, tetapi juga barang-barang lainnya, utamanya untuk souvenir, seperti tas, sandal, kotak boks, pigura, dan lain-lain. Diversifikasi produk mendong ini dipicu oleh permintaan dari konsumen setelah produk tikar mardani dapat dipasarkan hingga ke luar negeri.

Ketrampilan menganyam tikar mendong diturunkan dari orangtua ke anak-anaknya. Pada umumnya anak berusia 7–14 tahun sudah dapat membantu orangtuanya menganyam mendong.

2. Jenis-Jenis Peralatan

Alat untuk menenun tikar mendong disebut tustel, yang terbuat dari kayu dengan bagian-bagiannya sebagai berikut. a. Dua buah gun atau kamran, yaitu alat untuk menurunkan dan

menaikkan benang. Gun ini digantungkan pada alat yang disebut timbangan.

b. Timbangan, yaitu alat untuk menggantungkan kamran atau gun yang dihubungkan dengan dua buah tali yang diikatkan.

c. Pangijek, yaitu alat untuk menaikkan dan menurunkan gun secara bergantian dengan cara menginjak pangijek. Pangijek

Page 52: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

44

(penginjak) ini dihubungkan dengan dua buah tali dengan kedua gun atau kamran seperti telah disebutkan di atas.

d. Suri atau sisir, yaitu alat untuk merapatkan batang-batang mendong yang dimasukkan dengan toropong. Pekerjaan merapatkan batang mendong dengan suri ini disebut ngagedig, yang berarti menekan dengan keras.

e. Toropong, yaitu alat untuk menyimpan dan memasukkan batang mendong yang akan ditenun. Toropong dibuat dari pipa paralon.

f. Panggulung bola, yaitu alat untuk menggulung benang yang akan dianyam bersama batang-batang mendong.

g. Panggulung amparan, yaitu alat untuk menggulung tenunan tikar yang sedang ditenun.

Keterangan:

1. gun atau kamran 2. timbangan 3. pangijek 4. suri atau sisir 5. panggulung bola 6. panggulung amparan

3. Teknologi Pembuatan

Berbeda halnya dengan kerajinan bordir yang hanya memerlukan 3 jenis spesialisasi perajin, yaitu: pembuat desain, pembordir, dan penjahit, kerajinan mendong lebih banyak

Page 53: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

45

memerlukan spesialisasi perajin karena untuk mengolah dari bahan mentah menjadi barang jadi melewati banyak tahap. Tahap-tahap tersebut meliputi: a. penjemuran dan pemisahan mendong berdasarkan panjangnya. b. pewarnaan c. penenunan/penganyaman d. penjahitan

Kerajinan mendong lebih banyak melibatkan tenaga perajin dibandingkan kerajinan kain bordir. Selain itu, berbeda dengan kerajinan kain bordir yang sudah menggunakan mesin-mesin bordir modern, kerajinan mendong, terutama proses penenunan, masih menggunakan alat tenun tradisional.

Bahan baku kerajinan mendong adalah tanaman mendong yang harus ditanam di lahan yang senantiasa basah. Tanaman mendong dapat dipanen sampai 6-7 kali. Untuk pemanenan pertama, mendong harus dibiarkan tumbuh selama 6 bulan terlebih dahulu, baru dapat dipanen. Untuk pemanenan kedua dan seterusnya hanya memerlukan waktu 4 bulan. Tanaman mendong yang subur dapat mencapai ketinggian 90 s.d. 125 cm. Selain mendong, bahan baku lain yang dibutuhkan adalah benang tenun atau benang polyster.

Adapun tahap-tahap dalam pembuatan anyaman mendong adalah sebagai berikut (A. Suhandi Shm., dkk., 1985: 47-48).

a. Penjemuran dan Pemisahan Mendong

1) Batang-batang tanaman mendong yang telah dipotong dijemur selama 1 hari. Setelah kering dipisah-pisahkan sesuai dengan besar dan panjang batangnya, kemudian masing-masing diikat menjadi satu ukuran tertentu.

2) Ikatan-ikatan batang mendong itu kemudian di-beberes, yaitu meratakan ujung-ujungnya dan dipotong dengan menggunakan parang.

3) Batang mendong yang sudah di-beberes (dirapikan) kemudian dijemur untuk kedua kalinya selama 2 s.d. 3 jam. Selanjutnya ikatan-ikatan batang mendong tersebut disimpan di dalam rumah selama 1 hari agar tidak regas (mudah patah).

Page 54: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

46

b. Pewarnaan

Pekerjaan memberi warna batang mendong disebut nyelep (mencelup). Warna-warna yang sering dipakai adalah hijau, biru, kuning, merah, dan ungu. Sedangkan bahan zat pewarna dapat diperoleh di toko-toko di Kota Tasikmalaya. Adapun proses pewarnaan adalah sebagai berikut. 1) Batang mendong yang telah selesai dijemur diberi warna

dengan cara di-celep (dicelup) ke dalam godogan atau larutan zat pewarna yang dipanaskan sampai mendidih, sesuai dengan warna yang diinginkan.

2) Setelah pemberian warna selesai, batang-batang mendong tersebut dijemur kembali selama 4 jam dengan tujuan agar warnanya tidak luntur.

3) Apabila menghendaki lebih dari satu warna, batang mendong kering itu diikat sampai pada batas warna yang diinginkan, kemudian dicelup ke dalam zat pewarna. Setelah itu ikatan batang mendong itu dijemur sampai kering. Selanjutnya, bagian yang belum diberi warna dicelupkan lagi ke dalam zat pewarna lainnya, kemudian dijemur kembali sehingga menghasilkan batang mendong dengan warna yang berlainan.

4) Setelah itu batang-batang mendong tersebut di-celub, yaitu dimasukkan ke dalam air sebentar agar batang yang akan ditenun tidak mudah putus. Setelah kering, batang mendong yang telah diberi warna diikat kembali dan siap untuk ditenun.

c. Penenunan

Proses pembuatan tikar mendong dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Mula-mula memasang benang pada alat tenun tersebut.

Pekerjaan ini disebut pihane. Setiap benang dimasukkan pada celah-celah suri dan selang satu benang masuk ke gun yang satu benang yang lain masuk ke gun lainnya. Kemudian masing-masing ujung benang diikatkan pada batang penggulung benang atau boom.

2) Setelah benang itu tergulung, maka ujungnya yang lain diikatkan pada panggulung amparan.

3) Penenun menginjak salah satu alat panginjek, sehingga salah satu gun terangkat dan gun yang lain turun. Gerakan ini

Page 55: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

47

menyebabkan benang-benang yang dipasang sebagian turun dan sebagian lagi naik. Toropong yang sudah diisi batang mendong dimasukkan ke lubang yang menganga tadi, yaitu di antara benang-benang yang turun dan terangkat oleh gun. Satu batang mendong pada toropong dipegang oleh tangan penenun, kemudian toropong dikeluarkan, sehingga batang mendong tersebut ada dalam benang yang terpasang. Batang mendong tersebut ditarik oleh suri, sehingga mendekati dan merapat ke alat penggulung tikar. Pekerjaan demikian disebut ngagedig. Demikian seterusnya hingga batang mendong yang ditenun semakin banyak.

4) Setelah batang mendong yang ditenun sudah cukup banyak, kemudian penggulung tikar diputar, sehingga hasil tenunan tikar dapat digulung sedikit demi sedikit pada alat penggulung tersebut. Apabila panjang tikar sudah memenuhi ukurannya, sedangkan benang masih panjang, maka sebagai batas tenunan itu diberi jarak.

Untuk membuat tikar madani, tenunannya tidak terlalu padat dan motifnya biasanya belang-belang lurus.

d. Penjahitan

Apabila hasil tenunannya sudah mencapai ukurannya, benang-benangnya diteukteuk (dipotong), kemudian diikat agar tidak lepas. Kemudian hasil tenunan dibuka dari gulungan tikar dan selanjutnya dijemur. Hasil tenunan dijahit dengan menggunakan kelim dari kain agar tepian tikar tidak terlepas. Kelim juga berfungsi sebagai tempat untuk melipat tikar ketika sedang tidak digunakan.

Untuk pembuatan barang-barang souvenir, seperti: tas, sandal, kotak boks, pigura, dan lain-lain, tahap pembuatannya adalah sebagai berikut.

Mula-mula membuat pola pada kertas karton yang berukuran tebal. Setelah pola terbentuk, kemudian dipotong dengan gunting atau pisau cutter. Pola-pola karton yang sudah dipotong kemudian dilapisi/dibungkus dengan anyaman mendong dan direkatkan dengan lem. Setelah anyaman mendong melekat pada karton secara keseluruhan, kemudian baru dirangkai menjadi bentuk barang yang diinginkan. Agar bekas potongan anyaman

Page 56: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

48

mendong pada bagian tepi barang yang telah terbentuk tidak terlihat, dapat dilakukan dengan cara melipat bagian tepi mendong atau dengan cara dikelim dengan kain lalu dijahit.

4. Pemasaran

Perajin tikar mendong dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu perajin besar dan perajin kecil. Perajin besar memiliki bengkel kerja dan beberapa orang pekerja. Sedangkan perajin kecil hanya mengerjakan kerajinan di rumah masing-masing. Kelompok perajin kecil ini ada yang memiliki bahan mendong sendiri, ada yang tidak. Akan tetapi keduanya menggantungkan modal kepada para perajin besar yang memiliki bengkel kerja sendiri. Perajin kecil yang memiliki mendong sendiri membuat tikar yang hasilnya dijual kepada perajin besar, yang kadang-kadang uang penjualannya telah diambil lebih dahulu dari perajin besar sebelum tikarnya jadi. Sedangkan perajin kecil yang tidak memiliki mendong sendiri ada yang meminjam modalnya dari perajin besar dalam bentuk penyediaan bahan baku, kemudian hasilnya dipergunakan untuk membayar utangnya. Ada pula yang selain meminjam uang, juga sekaligus meminjam mendongnya dari perajin besar dan hasilnya diserahkan ke perajin besar sebagai pembayar utangnya.

Kelompok perajin besar yang juga bertindak sebagai pengepul, karena selain mempunyai bengkel kerja dan pekerja sendiri, juga membeli tikar dari para perajin kecil. Pinjaman modal dari perajin besar kepada para perajin kecil sudah merupakan tradisi sejak lama, sehingga hidup-matinya usaha para perajin kecil banyak tergantung dari perajin besar. Dilihat dari kaca mata orang awam, hal ini merupakan ketimpangan sosial, namun bagi mereka, perajin besar dipandang sebagai penolong yang memberi kehidupan. Bila para perajin kecil memerlukan modal, biasanya dapat dilayani oleh perajin besar dengan segera, bahkan mereka sendiri yang datang untuk menawarkan tambahan pinjaman, sedangkan hasilnya diperhitungkan menurut ketentuan harga yang umum berlaku. Hubungan perajin besar dengan perajin kecil bersifat kekeluargaan. Perajin besar tidak memeras dengan mengambil keuntungan besar dari perajin kecil. Sebaliknya, perajin kecil tidak merasa dirugikan, bahkan merasa ditolong permodalannya oleh perajin besar. Hubungan kerja antara para perajin besar dengan

Page 57: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

49

perajin kecil adalah terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

Mengenai sistem pemasaran kerajinan mendong, yang telah berjalan adalah sebagai berikut. Dari para perajin hasil produksi ini dibeli oleh pengepul. Oleh pengepul barang-barang itu dijual di pasar Kota Tasikmalaya. Perajin mendong skala besar biasanya juga bertindak sebagai pengepul bagi para perajin kecil. Para perajin tersebut memberikan bahan baku mendong kepada perajin lokal, kemudian mengambil hasil yang telah jadi untuk dipasarkan.

Di pasar masing-masing pengepul memiliki langganan distributor, yang kemudian oleh distributor tersebut dijual ke luar daerah Tasikmalaya. Lingkup pemasaran pada umumnya adalah kota-kota lain di seluruh Indonesia, seperti: Bandung, Sukabumi, Cianjur, Ciamis, Jakarta, bahkan luar Jawa. Ada pula beberapa distributor yang memiliki anak atau menantu yang menjadi agen di kota-kota lain.

Meskipun demikian, ada pula yang diekspor ke beberapa negara, seperti: Belanda, Amerika, Jepang, dan negara-negara Timur Tengah. Total produksi mendong yang diekspor baru mencapai 10-15% dari total produksi, sisanya dipasarkan di dalam negeri. Untuk pemasaran ke kota-kota lain atau ke luar negeri, biasanya dilakukan oleh distributor atau eksportir yang memperoleh pasokan mendong dari para pengepul.

Pengusaha kerajinan mendong belum mempunyai organisasi yang mengatur strategi pemasaran mereka. Mereka pada umumnya bergabung di dalam HIMPI (Himpunan Masyarakat Perajin Indonesia). Meskipun demikian, sudah ada rintisan dari beberapa orang pengusaha kerajinan mendong dengan membentuk organisasi KUB (Kelompok Usaha Bersama) Cinta Mendong. Sebagai organisasi rintisan, jumlah anggota KUB Cinta Mendong ini masih sedikit bila dibandingkan jumlah populasi pengusaha kerajinan mendong di Tasikmalaya.

Sampai saat ini para perajin mendong tidak merasa takut hasil kerajinannya tersaingi oleh produk-produk serupa dari plastik yang dapat dihasilkan secara massal dengan harga murah. Hal ini dikarenakan anyaman mendong mempunyai keistimewan yang tidak terdapat pada produk plastik, yaitu: tikar mendong lebih empuk dan lebih nyaman bila diduduki daripada tikar plastik. Di samping itu tikar plastik lebih licin dibandingkan dengan tikar mendong.

Page 58: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

50

Berbeda halnya dengan kain bordir yang mengenal musim ramai dan sepi pembeli, perajin mendong tidak mengenal masa-masa itu, karena hasil penjualan rata-rata per bulannya selama satu tahun relatif stagnan. Namun sebaliknya, perajin mendong mengenal masa-masa sulit dan mahalnya memperoleh bahan baku mendong. Harga bahan baku mendong menjadi mahal ketika memasuki musim kemarau yang panjang. Ironisnya, meskipun harga bahan bakunya naik, harga jual kembali kerajinan mendong tidak dapat ikut naik karena bila dijual dengan harga mahal akan sulit laku.

5. Peranan Pemerintah Daerah

Produk kerajinan anyaman mendong telah ditetapkan sebagai komoditas khas Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan SK Bupati Tasikmalaya No. 522.4/189-LH/94 Tahun 1994 tentang Penetapan Flora dan Fauna Kompetitif dan Komparatif yang mampu menyumbangkan impact point terhadap pertumbuhan ekonomi. Seperti halnya perajin kain bordir, Pemerintah Daerah juga membuat kebijakan strategi pengembangan bagi pengusaha anyaman mendong. Untuk pengembangan bidang usaha kerajinan mendong dapat dilakukan upaya antara lain.

a. Mengembangkan tanaman mendong di Tasikmalaya, namun dilakukan pada lahan-lahan yang ditentukan secara selektif.

b. Mengadakan pelatihan atau bimbingan kepada perajin atau calon perajin agar secara terus menerus, menciptakan inovasi baru dalam desain produk sehingga lebih variatif.

c. Penataan kelembagaan antara perajin dan pemilik modal agar memiliki keseimbangan dalam tanggung jawab dan resiko.

d. Dicarikan peluang pasar ekspor yang baru, disamping mempertahankan pasar yang selama ini berjalan.

e. Memberikan insentif kepada perajin agar tidak seluruhnya perajin meninggalkan pekerjaan kerajinannya pada saat menggarap lahan pertanian.

Untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, biasanya mereka merekrut para remaja untuk diberi pembekalan. Setelah itu mereka dilibatkan langsung untuk berlatih di bengkel-bengkel kerja milik

Page 59: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

51

para pengusaha kerajinan mendong. Di samping itu, pemerintah daerah juga mengajak beberapa pengusaha kerajinan mendong untuk mengikuti pameran-pameran hasil kerajinan rakyat ke luar wilayah Tasikmalaya.

6. Permasalahan

Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para perajin, antara lain. a. Pada musim kemarau hampir 80% perajin kecil menganggur

karena tidak mampu membeli bahan baku mendong. Bahan baku mendong sulit didapat dan harganya mahal, sementara mereka tidak dapat menjual hasil produksinya dengan harga jual yang lebih tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan mendong harus didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karena harus didatangkan dari luar provinsi, harga mendong yang biasanya hanya berkisar Rp 250 ribu per kwintal pada saat musim kemarau dapat membumbung hingga Rp 400 ribu per kwintal.

b. Pemerintah Kota Tasikmalaya telah menganjurkan para petani untuk menanam mendong, namun anjuran tersebut belum dapat ditaati petani karena untuk menanam mendong lahan mereka harus mendapatkan irigasi secara terus-menerus, padahal pada musim kemarau banyak saluran irigasi yang juga kering.

c. Menurut para perajin mendong, pembinaan dari pemerintah daerah tidak pernah menyentuh mereka. Hal ini dikarenakan petugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan hanya mendatangi dan membina pengurus koperasi dan tokoh-tokoh pengusaha mendong yang sudah mempunyai nama.

Page 60: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

52

BAB IV

KERAJINAN TENUN IKAT DAN TASBIH, KOTA KUPANG DAN KERAJINAN SASANDO, KABUPATEN KUPANG

A. Gambaran Umum

1. Lokasi dan Lingkungan Alam

Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Terletak di ujung barat daya Pulau Timor. Secara astronomis berada di 10o 36’ 14” s.d. 10o 39’ 58” Lintang Selatan dan 123o 32’ 23” s.d. 123o 37’ 01” Bujur Timur. Secara topografis terdiri dari dataran rendah dan pegunungan kapur dengan ketinggian antara 0 s.d. 350 m dari permukaan laut, dengan tingkat kemiringan rata-rata 15%. Kota ini sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kupang, sebelah timur dengan Kecamatan Kupang Tengah dan Kupang Barat, sebelah selatan dengan Kecamatan Kupang Barat, dan sebelah barat dengan Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang dan Selat Semau.

Luas Kota Kupang mencapai 180,27 km2, terbagi dalam empat kecamatan, yaitu: Alak, Maulafa, Oebobo, dan Kelapa Lima. Jumlah penduduk Kota Kupang mencapai 265.050 jiwa dengan tingkat kepadatan 1.470 jiwa/km2 (BPS, Kota Kupang dalam angka tahun 2005/2006, hlm 5 dan 173).

Kabupaten Kupang juga terletak di ujung barat daya Pulau Timor. Secara astronomis berada di 9º 19’ s.d. 10º 56’ Lintang Selatan dan 121º 30’ s.d. 124º 11’ Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah timur dengan Laut Timor, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Negara Timor Leste, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia dan Laut Timor, sedangkan sebelah barat dengan Laut Sawu dan Samudera Indonesia. Luas Kabupaten Kupang mencapai 7.178,26 km2, terbagi dalam 19 kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Kupang mencapai 419.641 jiwa dengan tingkat kepadatan 59 jiwa/km2. Hampir semua wilayah Kabupaten Kupang dan Kota Kupang adalah daerah perbukitan kapur yang kering dan gersang.

Page 61: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

53

2. Kondisi Sosial Budaya

Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal sebagai daerah yang gersang dan tandus. Namun di antara kabupaten dan kotamadya di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang adalah yang paling subur. Bahkan Kabupaten Kupang merupakan salah satu lumbung padi di provinsi ini.

Untuk mengatasi daerahnya yang gersang dan tandus, masyarakat Kota Kupang dan Kabupaten Kupang telah memiliki pola pencaharian nafkah tradisional yang disebut agro-pastoral. Pola mata pencaharian ini terbukti secara turun-temurun mampu mengadaptasi kondisi ekologi Provinsi Nusa Tenggara Timur yang tergolong semi-arid (lahan kering). Secara tradisional ketahanan pangan (food security) mereka bersandar pada tiga penyangga, yaitu (IDBM Adiyoga dan Erni Herawati, 2003). a. penyangga pertama adalah usaha tani ladang, yang meliputi:

jagung, ketela pohon, dan kacang-kacangan b. penyangga kedua adalah ternak besar, seperti sapi, kerbau, dan

kuda c. penyangga ketiga adalah tanaman pangan yang tersedia di

hutan

Masyarakat Kota Kupang dan Kabupaten Kupang terdiri dari beberapa suku, antara lain: Rote, Sabu, Timor, dan lain-lain. Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan kabupaten-kabupaten lainnya di Pulau Timor pada masa lalu dikenal sebagai penghasil pohon cendana. Bahkan pada abad ke-15 Pulau Timor sudah banyak dikunjungi pedagang dari kawasan barat Indonesia untuk mencari kayu cendana. Begitu terkenalnya Pulau Timor sebagai penghasil kayu cendana, maka universitas di Kota Kupang juga dinamakan Universitas Nusa Cendana.

Kota Kupang juga dijuluki Kota Karang karena di sana-sini banyak terdapat batu karang yang berukuran besar, yang menyembul di antara padang semak dan belukar. Meskipun kering dan gersang, kota ini telah ramai dikunjungi pedagang sejak abad ke-15.

Adapun kegiatan ekonomi Kota Kupang pada tahun 2001 adalah sebagai berikut.

Page 62: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

54

No Jenis Kegiatan Ekonomi Persentase(%)

1. Perdagangan, hotel, dan restoran

31,94

2. Jasa-jasa 22,36

3. Pengangkutan dan komunikasi 17,62

4. Bangunan 10,55

5. Keuangan 5,94

6. Pertanian 4,54

7. Industri dan pengolahan 3,88

8. Pertambangan dan penggalian 1,61

9. Listrik, gas, dan air bersih 1,56 (Sumber: Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 2, 2003: 518)

Meskipun merupakan lumbung padi bagi Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Kupang masih dianggap daerah miskin karena 50% penduduknya masih hidup dalam kondisi prasejahtera. Pendapatan Asli Daerah kabupaten ini juga rendah, yaitu Rp 3,1 miliar/tahun. Untuk menunjang kebutuhan ekonomi di tengah-tengah kemiskinan, masyarakat Kabupaten Kupang banyak memiliki usaha industri rumah tangga, antara lain: tenun ikat, anyaman daun lontar, alat musik sasando, dan makanan tradisional.

Adapun kegiatan ekonomi Kabupaten Kupang pada tahun 2000 adalah sebagai berikut.

No Jenis Kegiatan Ekonomi Persentase(%)

1. Pertanian 47,02

2. Jasa- jasa 17,41

3. Perdagangan, hotel, dan restoran 17,03

4. Bangunan 8,00

5. Pengangkutan dan komunikasi 5,52

6. Keuangan 2,16

7. Industi dan pengolahan 2,00

8. Pertambangan 0,92

9. Listrik, gas, dan air bersih 0,44 (Sumber: Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 1, 2001: 348)

Page 63: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

55

B. Kerajinan Tanun Ikat, Kota Kupang

1. Sejarah

Seperti halnya daerah-daerah lainnya di Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang dikenal dengan industri kerajinan tenun tradisionalnya. Tenun tradisional tersebut dihasilkan oleh industri rumah tangga, dari berbagai suku yang tinggal di Kota Kupang dan sekitarnya, seperti: Timor, Sabu, Sumba, Rote, Flores, Alor, Kupang, Ende, dan lain-lain. Jenis tenun tradisional yang paling banyak diproduksi adalah tenun ikat. Dinamakan tenun ikat karena ragam hias yang dihasilkannya merupakan hasil celupan benang lungsi yang diikat dengan rafia. Sedangkan benang dibuat dari kapas dan sutera.

Keterampilan menenun diwariskan secara turun-temurun dari orangtua kepada anak perempuan sejak mereka masih remaja. Bahkan keterampilan menenun sudah menjadi norma dalam masyarakat yang menjadi tolok ukur sifat feminim seorang gadis. Motif kerajinan tenun ikat di NTT yang dihasilkan dari berbagai etnis yang ada di Kota Kupang mengambil bentuk-bentuk alam, seperti geometris, sulur-suluran, bunga, daun lontar, burung, ayam, dan kuda.

Pada awalnya produk tenunan yang dihasilkan meliputi: sarung, selimut, dan selempang. Selimut (dalam bahasa setempat disebut hidj) dipakai oleh kaum pria, sarung (dalam bahasa setempat disebut ai) dipakai oleh kaum wanita, sedangkan selempang dipakai di pundak. Pemanfaatan kain tenun pun baru terbatas untuk pakaian pelindung tubuh, di samping motif hiasnya untuk menunjukkan status sosial seseorang dalam masyarakat. Namun dewasa ini kain tenun sudah tidak hanya untuk pakaian, tetapi juga untuk benda-benda lain, seperti: tas, taplak meja, bed cover, hiasan dinding, dan lain-lain. Dengan demikian kain tenun telah berkembang menjadi komoditi ekonomi yang cukup menjanjikan.

Page 64: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

56

2. Teknik Pembuatan

Ditinjau dari cara pembuatan motif hiasannya, hasil tenun tradisional di Kota Kupang terbagi dalam 3 jenis, yaitu. a. Tenun Ikat Ragam hiasnya dihasilkan dari penempatan benang lungsi.

Pada benang lungsi ada bagian yang berwarna dan ada pula yang masih berwarna putih, sesuai dengan proses proses pewarnaannya. Bagian yang diikat akan tetap berwarna putih.

b. Tenun Songket/Gedong/Satis Ragam hiasnya dihasilkan dengan cara menambahkan/

menyulam benang pakan ke kain dasar. Hasilnya, bagian yang disulam tampak timbul di atas kain dasar.

c. Tenun Buna Ragam hiasnya lebih bervariasi daripada tenun ikat karena

menggunakan dua atau lebih benang lungsi dengan warna yang berbeda. Hasilnya adalah kombinasi lebih dari tiga warna (termasuk warna putih aslinya dari benang lungsi).

Teknologi yang digunakan untuk membuat kain tradisional terdiri dari 2 jenis, yaitu: teknologi manual (gedogan) dan teknologi ATBM (alat tenun bukan mesin). Proses pembuatan kain tenun ikat pada saat ini, khususnya bagi perajin yang mempunyai cukup modal adalah menggunakan ATBM. Keunggulan alat ini dibandingkan dengan gedogan adalah lebih mudah, cepat, dan hasilnya lebih rapi. Apabila menggunakan teknik gedogan dalam satu hari hanya dapat menghasilkan tiga meter kain, maka dengan menggunakan ATBM dapat menghasilkan 10 meter kain. Namun karena proses pembuatan dengan teknik gedogan lebih lama dan rumit, maka kain tenun yang dihasilkan menjadi lebih mahal harganya.

Tenun ikat dalam proses pembuatannya memiliki beberapa tahap, yaitu: penataan benang pada alat, pengikatan motif dan ragam hias, dan pewarnaan. Warna yang dihasilkan pada kain tenun ikat dahulu diperoleh dari hasil racikan dedaunan dan tumbuhan. Namun pada saat ini warna juga didapatkan dari bahan-bahan kimia. Beberapa tumbuhan yang digunakan untuk pewarnaan, antara lain: mengkudu, tarum, zopha, kemiri, kunyit, dan lain-lain.

Page 65: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

57

3. Pemasaran

Untuk memasarkan produk kain tenun, para perajin bergabung dalam UKM. Pada tahun 2006 terdapat 75 kelompok UKM yang terdaftar dengan jumlah anggota 229 orang yang tersebar di Kota Kupang dan sekitarnya (Brosur Sentra Ina Ndao, 2006)1. Selanjutnya sentra-sentra industri tenun ikat bertindak selaku pengepul. Sentra industri tenun ikat ini membeli kain-kain produk dari UKM, untuk kemudian dijual kembali kepada para distributor. Distributor lah yang memasarkan ke berbagai kota di Indonesia, bahkan mengekspor ke negara-negara lain. Salah satu pangsa pasar kain tenun ikat Nusa Tenggara Timur adalah Australia.

4. Peranan Pemerintah

Peranan pemerintah daerah, melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan terhadap kelangsungan industri tenun tradisional Nusa Tenggara Timur, adalah sebagai berikut. a. Melakukan pembinaan ke sentra-sentra industri tenun skala

besar, dengan harapan, sentra-sentra tersebut melakukan pembinaan kembali kepada para perajin skala kecil. Pemerintah daerah belum dapat melakukan pembinaan secara langsung kepada tiap-tiap perajin karena keterbatasan yang dimilikinya, seperti dana dan kemampuan SDM. Adapun program pembinaan yang diberikan kepada sentra-sentra industri tenun, antara lain (Brosur Sentra Ina Ndao, 2006). 1) pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kualitas

produk tenun; 2) membuat diversifikasi produk berbahan dasar tenunan; 3) pengembangan program anggota UKM; 4) pengembangan kemitraan; dan 5) pengembangan pasar.

b. Menyelenggarakan pameran produk tenun Nusa Tenggara Timur secara rutin setiap tahunnya, baik di tingkat provinsi, maupun

1 Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang,

jumlah UKM lebih banyak lagi, yaitu 246 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 585 orang.

Page 66: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

58

kota/kabupaten. Setiap menyelenggarakan pameran, Dinas Perindustrian dan Perdagangan senantiasa mengajak beberapa orang perajin, dengan harapan selanjutnya para perajin lah yang berperan aktif mempromosikan dan memasarkan produk tenunannya. Dinas Perindustrian dan Perdagangan hanya bertindak selaku fasilitator.

c. Pada saat ini pemerintah daerah tengah memperjuangkan hak paten motif hias tenunan dari para perajin. Pada saat ini sudah ada 11 motif kain tenun dari 11 kabupaten/kotamadya di Nusa Tenggara Timur yang sudah memperoleh hak paten.

d. Dalam rangka meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap produk kain tenun dari daerahnya sendiri, pemerintah daerah mewajibkan setiap PNS untuk mengenakan pakaian dari tenun ikat setiap Hari Kamis.

e. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga telah mencanangkan Gentania (Gerakan Cinta Seni dan Pariwisata). Gerakan ini dimaksudkan agar masyarakat lebih menghargai dan mencintai karya seni dari Nusa Tenggara Timur.

5. Permasalahan

a. Proses pembuatan kain tenun ikat cukup rumit, sehingga harga jualnya menjadi mahal. Di samping itu sebagian besar perajin masih menggunakan alat tenun gedogan yang sepenuhnya digerakkan secara manual, sehingga membutuhkan waktu lama untuk memproduksi selembar kain tenun ikat.

b. Perajin skala kecil memiliki posisi tawar yang lebih lemah daripada pengepul (yang juga merangkap perajin skala besar atau sentra industri tenun). Pengepul biasanya hanya membeli kain-kain yang dianggap berkualitas baik. Akibatnya, perajin kesulitan memasarkan kain yang ditolak oleh pengepul.

c. Banyak perajin skala kecil yang belum mendapatkan bantuan dana dan peralatan dari pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan bank-bank setempat yang diharapkan mau memberi pinjaman tidak mempercayai kemampuan mereka untuk mengembalikan pinjaman. Sebaliknya, sentra-sentra industri tenun justru mendapat bantuan baik dana maupun peralatan, khususnya ATBM.

Page 67: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

59

C. Kerajinan Tasbih Ie Hari, Kota Kupang

1. Sejarah

Tasbih adalah butiran-butiran kayu berbentuk bulat yang dirangkai menjadi satu dengan benang. Bagian tengah dari tiap-tiap butiran terdapat lubang untuk masuknya benang yang digunakan untuk merangkai butiran-butiran kayu tersebut. Tasbih digunakan di dalam kegiatan ibadah, yaitu untuk menandai jumlah hitungan ketika seseorang sedang menyebutkan nama-nama Tuhan secara berulang-ulang. Semua agama menggunakan tasbih untuk menyebut nama Tuhan secara berulang-ulang, yang berbeda hanya sebutannya dan jumlah butirannya. Tasbih adalah penyebutan yang paling umum, di samping memang lazim digunakan oleh umat Islam, dengan jumlah butiran sebanyak 99 buah. Untuk umat Katholik disebut Rosario, dengan jumlah butiran sebanyak 50 buah. Sedangkan untuk umat Hindu dan Budha disebut Genitri, dengan jumlah butiran sebanyak 108 buah.

Pada masa lalu Pulau Timor dikenal sebagai penghasil kayu cendana. Kayu yang berbau wangi ini menjadi bahan baku pembuatan tasbih. Harumnya bau kayu cendana menyebabkan tasbih dari Pulau Timor sangat disukai oleh konsumen dibandingkan dengan tasbih dari daerah lain. Meskipun demikian, jumlah perajin tasbih tidak banyak. Di Kota Kupang sendiri hanya ada satu pengusaha kerajinan tasbih yang berhasil ditemui, yaitu kerajinan tasbih Ie Hari pimpinan Dominggus He, yang berlokasi di Kelurahan Oebobo, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

Usaha kerajinan tasbih Ie Hari atau juga dikenal dengan nama Kembang Melati, sudah berlangsung sejak tahun 1992. Bahkan produk tasbih untuk umat Islam pemasarannya sudah merambah ke negara-negara Timur Tengah, termasuk di antaranya Arab Saudi. Namun untuk rosario baru dipasarkan di lingkup Nusa Tenggara Timur karena mayoritas penduduk Nusa Tenggara Timur beragama Kristen dan Katholik. Sedangkan genitri dipasarkan dalam lingkup yang lebih terbatas lagi karena sedikitnya umat Hindu dan Budha di Nusa Tenggara Timur.

Pada masa lalu tasbih menggunakan bahan dari kayu cendana. Namun pada akhir-akhir ini kayu cendana semakin sulit ditemukan, bahkan sudah menjadi tanaman langka yang dilindungi

Page 68: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

60

oleh pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan kayu cendana tidak hanya dimanfaatkan untuk membuat tasbih saja, tetapi juga untuk membuat patung, mebel, dan lain-lain. Karena dieksploitasi secara besar-besaran, maka sekarang kayu cendana terancam punah. Apabila ada, harganya sangat mahal, mencapai Rp 150 ribu rupiah per kilogram. Hal ini menyebabkan perajin terpaksa beralih ke kayu papih. Jenis kayu ini juga banyak digunakan untuk membuat dupa. Kayu ini juga beraroma wangi, meskipun tidak sewangi aroma kayu cendana. Di samping itu, serbuknya juga lebih kasar dibandingkan kayu cendana.

Untuk mengembangkan keterampilan membuat tasbih, Dominggus He, pemilik kerajinan tasbih Ie Hari, mendirikan Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Ie Hari. Melalui yayasan ini, para remaja dan pemuda yang berminat dilatih untuk membuat tasbih.

Pada masa lalu, untuk membuat tasbih masih harus menggunakan alat-alat tradisional, di antaranya pisau, pahat, bor tangan, dan lain-lain. Namun sekarang pembuatan tasbih sudah menggunakan mesin-mesin pengolah kayu yang digerakkan dengan tenaga listrik, sehingga dalam satu hari mampu menghasilkan 200 s.d. 300 buah tasbih.

2. Proses Pembuatan

Dewasa ini peralatan untuk membuat tasbih sudah menggunakan mesin pengolah kayu. Yang dikerjakan secara manual hanyalah pada saat merangkai butiran-butiran tasbih ke dalam benang. Adapun peralatan untuk membuat tasbih, antara lain. a. Mesin Pemotong Kayu Alat ini digunakan untuk memotong kayu menjadi lembaran-

lembaran papan yang kecil dan tipis. b. Mesin Bor Alat ini digunakan untuk membuat butiran-butiran tasbih c. Mesin Serut Alat ini digunakan untuk membuat hiasan pada penanda batas

awal dan akhir hitungan tasbih d. Mesin Pelapis Lilin

Page 69: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

61

Alat ini digunakan untuk melapisi butiran-butiran tasbih dengan lilin. Tujuannya agar butiran tasbih tampak mengkilat.

e. Jarum dan Benang Alat ini digunakan untuk merangkai butiran-butiran tasbih

menjadi satu untaian.

Adapun tahap-tahap yang harus dilalui dalam pembuatan tasbih adalah sebagai berikut.

Pertama-tama batang kayu dijemur terlebih dahulu hingga kering, kemudian dipotong menjadi lembaran tipis-tipis. Tebal tiap lembaran tidak boleh kurang dari diameter butiran tasbih yang akan dibuat. Diameter butiran tasbih yang umum dibuat terdiri dari dua ukuran, yaitu: 8 mm dan 9 mm. Setelah menjadi lembaran tipis-tipis, kemudian dilubang-lubangi dengan mesin bor. Mata bor dibuat khusus dengan 2 ujung runcing menyerupai huruf ”n” (lihat gambar), sehingga ketika dibor pada lembaran kayu sudah menghasilkan separuh dari butiran tasbih.

Gambar: mata bor untuk membuat tasbih

Setelah seluruh permukaan lembaran kayu setengah terlubangi, lembaran kayu tersebut dibalik dan dibor lagi dari arah sebaliknya, sehingga separuh butiran tasbih pada permukaan sebelumnya akan terlepas. Hasilnya adalah butiran tasbih yang benar-benar berbentuk bulat dengan lubang untuk memasukkan benang di tengahnya. Sedangkan lembaran kayu bekas dibor meninggalkan lubang-lubang berdiameter 8 mm atau 9 mm. Butiran-

Page 70: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

62

butiran tasbih tersebut kemudian dijemur agar tampak lebih tua warnanya.

Di samping membuat butiran-butiran tasbih, perajin juga membuat batas penanda hitungan tasbih. Setiap rangkaian butiran tasbih hanya terdapat satu batas penanda hitungan. Benda ini tidak berbentuk bulat, tetapi bundar memanjang seperti halnya bidak catur. Batas penanda tasbih ini dibuat dengan mesin serut. Mesin ini memutar sebatang kayu kecil sepanjang kira-kira 20 cm, dengan tebal tidak lebih dari 2 cm, yang dijepit kuat-kuat pada salah satu ujungnya. Ketika kayu tersebut diputar, perajin membuat hiasan dengan cara menyerutnya dengan pisau atau tatah. Hasilnya adalah batas penanda hitungan yang berbentuk bundar memanjang seperti bidak catur.

Setelah dijemur, tahap selanjutnya adalah melapisi butiran tasbih dengan lilin. Alat ini berbentuk tabung dari besi dengan sebuah sikat plastik di dalamnya. Butiran-butiran tasbih kemudian dimasukkan ke dalamnya beserta sebatang lilin. Setelah mesin dihidupkan, sikat di dalamnya akan berputar dan menggerus lilin, sekaligus mengaduk-aduk butiran tasbih. Setelah beberapa menit butiran-butiran tasbih akan terlapisi lilin dari batang lilin yang tergerus. Butirannya akan berwarna coklat mengkilap seperti habis dipolitur.

Tahap terakhir adalah merangkai butiran-butiran tasbih dan batas penanda hitungan ke dalam benang dengan jarum. Serbuk-serbuk kayu sebagai limbah dari pemotongan kayu tidak dibuang, tetapi dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan untuk membuat ratus dan dupa.

3. Pemasaran

Produksi tasbih akan meningkat pada saat musim Haji. Jumlah tasbih yang dihasilkan rata-rata berkisar 200 s.d. 300 buah per hari. Dominggus He selaku pengusaha kerajinan tasbih Ie Hari tidak memasarkan sendiri. Produksi tasbihnya dijual kepada distributor asal Surabaya yang datang sebulan sekali. Dalam satu bulan Dominggus He dapat menjual sebanyak 3.000 buah tasbih kepada distributor. Tasbih hasil produksinya juga belum dikemas dan masih tanpa merek. Sedangkan pengemasan dan pemberian merek dilakukan oleh distributor di Surabaya. Pihak distributor lah

Page 71: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

63

yang kemudian memasarkan ke kota-kota lain di Indonesia dan mengekspor ke negara-negara Timur Tengah. Sedangkan rosario dan genitri dijual kepada distributor lokal yang kemudian memasarkannya ke wilayah sekitar Nusa Tenggara Timur.

4. Peranan Pemerintah

Adapun peranan pemerintah terhadap para perajin tasbih, antara lain. a. Pemerintah Daerah telah mengupayakan agar kerajinan tasbih

mendapatkan hak paten. Selama ini perajin menjual tasbih kepada distributor tanpa merek dan pengemasan, sehingga sangat riskan untuk ditiru dan diklaim oleh pihak lain.

b. Pemerintah Daerah melalui PT. Jasa Raharja Provinsi Nusa Tenggara Timur pernah memberikan bantuan pinjaman dana untuk masyarakat yang berkecimpung di bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM), termasuk di antaranya kerajinan tasbih Ie Hari. PT. Jasa Raharja sendiri sebelumnya telah membuat Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Program ini bertujuan untuk menghimpun dana, untuk kemudian disalurkan kepada UKM yang memerlukan pinjaman dana.

5. Permasalahan

Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi perajin tasbih, antara lain. a. Bahan baku kayu cendana sangat sulit diperoleh. Apabila ada,

harganya sangat mahal. Kesulitan ini ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah daerah melalui Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang melarang masyarakat untuk menebang kayu cendana yang masih tersisa. Namun di sisi lain, sampai saat ini belum ada upaya untuk membudidayakan pohon cendana. Salah satu alasannya adalah, untuk dapat ditebang pohon cendana membutuhkan waktu untuk tumbuh selama berpuluh-puluh tahun.

b. Semakin langkanya kayu cendana menyebabkan konsumen dari kalangan tertentu saja yang mampu membeli tasbih dari kayu cendana karena harganya yang mahal.

Page 72: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

64

D. Kerajinan Sasando, Kabupaten Kupang

1. Sejarah

Sasando adalah alat musik petik khas dari Pulau Rote, sebuah pulau yang terletak di sebelah barat daya Kota Kupang. Fungsinya semula adalah sebagai pengiring tarian, lagu tradisional, dan upacara adat. Untuk memainkan sasando, biasanya pemain harus memakai kostum tradisional, yang terdiri baju satin warna putih, selimut dari tenun ikat Rote, selempang kain tenun ikat Rote, dan topi besar yang disebut tilangga (dari bahasa setempat yang berarti penutup kepala).

Bagian utama dari sasando adalah tabung panjang yang biasanya terbuat dari bambu. Pada tabung bambu tersebut terdapat senar-senar yang direntangkan dari atas ke bawah. Tiap-tiap senar diberi senda (ganjal). Posisi senda berbeda-beda, melingkar dari atas ke bawah. Posisi ganjalan yang berbeda-beda tersebut dimaksudkan untuk memberikan nada yang berbeda-beda pada setiap senarnya. Tabung bambu tersebut kemudian diletakkan di dalam wadah yang terbuat dari anyaman daun lontar, berbentuk setengah lingkaran dan menyerupai kipas. Anyaman daun lontar ini berfungsi sebagai ruang resonansi dari senar-senar yang dipetik.

Sasando berkembang menjadi alat musik khas Nusa Tenggara Timur. Alat musik ini menjadi salah satu identitas Provinsi Nusa Tenggara Timur di samping kayu cendana. Seperti halnya perajin tasbih, perajin sasando juga terbatas jumlahnya, baik yang masih tinggal di Pulau Rote (sekarang menjadi Kabupaten Rote Ndao) maupun yang tinggal di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa para perajin tersebut adalah benteng terakhir pelestari alat musik sasando. Tim peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan hanya menemui dua unit usaha kerajinan sasando, yaitu kerajinan sasando Edu Pah milik Jeremias Auwus Pah (Edu Pah) di Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang; dan Sasando Daleksa milik Zakaria Nggaong di Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Kerajinan sasando Edu Pah telah dirintis sejak tahun 1986, sedangkan sasando Daleksa sejak tahun 1998.

Page 73: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

65

Pada awalnya sasando menggunakan tangga nada pentatonis, yang digunakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional. Tali senarnya hanya berjumlah 9 buah, yang terbuat dari cungkilan kulit bambu. Tali-tali senar tersebut diganjal dengan potongan kayu yang disebut senda, sehingga mendapatkan tangga nada yang diinginkan. Dalam perkembangan selanjutnya, tali dari cungkilan kulit bambu diganti dengan senar, sementara kedua ujung tabung bambu dipasangi potongan kayu keras karena digunakan untuk memasang alat pengikat dan penyetem senar.

Dalam perkembangan berikutnya, sasando terbagi menjadi dua jenis berdasarkan tangga nada yang digunakannya, yaitu bertangga nada pentatonis dan diatonis. Sasando yang menggunakan tangga nada pentatonis disebut sasando gong atau sasando haik, digunakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional masyarakat Rote. Jumlah senar sasando gong bervariasi antara 9-12 buah. Sedangkan sasando yang menggunakan tangga nada diatonis disebut sasando modern atau sasando biola, digunakan untuk mengiringi lagu-lagu populer dan lagu-lagu mancanegara. Jumlah senar sasando modern juga lebih banyak dan bervariasi, yaitu: 24, 32, 45, atau 64 buah. Karena banyaknya senar, maka tabung bambu untuk menambatkan senar juga berdiameter lebih besar daripada sasando gong. Meskipun mengalami perkembangan pada tali senar dan tangga nadanya, alat musik ini masih tetap menggunakan daun lontar berbentuk setengah lingkaran sebagai resonansi suaranya.

Sejak tahun 1990-an penampilan sasando semakin bervariasi dengan ditemukannya sasando elektrik. Sasando ini sebenarnya sudah tidak memerlukan lagi daun lontar untuk menghasilkan resonansi suaranya karena bunyinya sudah diolah dan diperkeras dengan amplifier. Daun lontar berbentuk setengah lingkaran hanya berfungsi sebagai hiasan semata.

Di samping membuat sasando yang dapat dimainkan, Edu Pah juga membuat perlengkapan orang bermain sasando. Seseorang yang memainkan sasando menurut Edu Pah harus memakai pakaian tradisional, yang terdiri dari celana panjang, kemeja, topi, selimut, dan selempang. Selimut dipakai menutupi setengah dari celana panjang, mulai dari lutut hingga pinggang. Sedangkan selempang dililitkan di bagian pundak. Topi yang digunakan pemain sasando disebut tiilangga (berasal dari kata tii

Page 74: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

66

yang berarti tutup dan langga yang berarti kepala), yaitu topi tradisional masyarakat Rote yang terbuat dari anyaman daun lontar.

2. Proses Pembuatan

Sasando dalam Bahasa Rote artinya adalah alat yang bergetar atau berbunyi. Bunyi dihasilkan dari senar yang dipetik. Komponen sasando terdiri dari daun lontar, tabung bambu kuning, senar, kayu jati, pegangan dan penyetem senar, dan kayu pengganjal (senda). Pertama-tama, bambu kuning dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Kemudian kedua ujungnya ditutup dengan kayu jati, sehingga menghasilkan rongga di dalamnya. Kedua kayu tersebut juga berfungsi untuk menempatkan pegangan dan penyetem senar. Agar menarik, ruas bambu biasanya dihias dengan cara dilukis secara manual dengan spidol warna yang tahan air, kemudian disemprot dengan pernis agar awet dan tidak luntur. Untuk sasando elektrik, di dalam tabung bambu dipasangi komponen elektronik yang nantinya akan dihubungkan dengan kabel masuk ke dalam amplifier. Komponen elektronik ini berfungsi untuk meneruskan suara petikan senar ke dalam amplifier.

Tahap selanjutnya adalah memasang pegangan dan penyetem senar. Pegangan senar dipasang pada bagian bawah, sedangkan penyetem senar pada bagian atas tabung bambu. Bentuk penyetem senar adalah sama persis dengan penyetem senar pada gitar. Untuk mengatasi kerapatan karena jumlah senar yang dipasang banyak, pegangan dan penyetem senar dipasang berselang-seling atas-bawah. Setelah semua pegangan dan penyetem senar terpasang, barulah senar dipasang satu demi satu secara bersamaan dengan pengganjalnya. Senar-senar dipasang mengelilingi tabung bambu dengan posisi nada tinggi di sebelah kiri dan nada rendah di sebelah kanan. Hal ini dikarenakan pada saat memainkan sasando, terutama sasando modern, jari-jari tangan kiri memainkan melodi, sedangkan jari-jari tangan kanan memainkan bass.

Daun lontar berbentuk setengah lingkaran (dalam bahasa setempat disebut haik) dibuat secara terpisah dari tabung bambu. Daun lontar harus dibentuk menjadi setengah lingkaran, lengkap dengan hiasannya, ketika masih dalam kondisi basah dan segar. Sebagai “tali pengikat” kedua ujung lingkaran daun lontar, dan untuk

Page 75: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

67

menjalin antara lembaran daun lontar yang satu dengan yang lain, digunakan lidi daun lontar yang diiris tipis, sehingga dapat berfungsi sebagai tali pengikat. Ujung bagian atas haik dilipat menjadi hiasan. Setelah selesai dibentuk, rangkaian daun lontar tersebut dibiarkan selama paling tidak 4 hari, hingga kering dan mengeras. Setelah kering, baru kemudian digabungkan dengan tabung bambu yang sudah dipasangi senar. Lama pembuatan sasando untuk alat musik adalah berkisar 1 minggu. Sedangkan sasando untuk souvenir berkisar satu s.d. empat hari, tergantung pada ukurannya.

3. Pemasaran

Para perajin sasando hanya membuat sasando yang benar-benar dapat dimainkan apabila mendapatkan pesanan. Selebihnya, yang dibuat untuk langsung dijual adalah sasando hiasan untuk souvenir saja. Sasando hiasan ini bentuknya menyerupai sasando asli, hanya ukurannya lebih kecil dan senarnya diganti dengan kawat biasa. Hal ini dikarenakan untuk membuat sasando yang dapat dimainkan membutuhkan biaya yang cukup mahal, sementara calon pembelinya belum dapat dipastikan. Calon pembeli sasando asli hanya terbatas orang yang dapat memainkannya atau orang yang sangat tertarik untuk menjadikannya sebagai koleksi.

Untuk sasando yang dapat dimainkan, baik sasando gong maupun sasando modern, dipesan dengan harga berkisar Rp 300.000,- s.d. Rp 3.500.000,-, tergantung ukuran besarnya dan kualitas suara yang diinginkan. Namun pada saat ini sangat jarang orang yang memesan sasando gong karena nada-nadanya susah dimainkan dan hanya untuk mengiringi lagu-lagu tradisional. Sedangkan sasando untuk souvenir dijual dengan harga berkisar Rp 3.500,- s.d. Rp 60.000,-, tergantung pada ukuran besarnya. Sedangkan topi tiilangga dijual dengan harga berkisar Rp 3.500,- s.d. Rp 60.000,-.

Sasando juga sudah dipesan oleh orang-orang, baik di dalam maupun luar negeri. Pesanan dari dalam negeri berasal dari beberapa kota di Indonesia, seperti: Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Sedangkan pesanan dari luar negeri, antara lain: Amerika Serikat, Jerman, Korea, dan Jepang. Pemasaran sasando tidak hanya sebatas pada alat musiknya secara fisik, tetapi yang lebih penting lagi adalah keterampilan untuk memainkannya. Orang

Page 76: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

68

datang berbondong-bondong melihat sasando bukan untuk membelinya, melainkan untuk mendengarkan alunan suaranya. Dikarenakan keterampilannya dalam memainkan alat musik ini, para perajin dapat diundang ke berbagai kota, bahkan ke luar negeri untuk memperdengarkan alat musik ini.

4. Peranan Pemerintah

a. Dalam rangka memperkenalkan kesenian Nusa Tenggara Timur, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah beberapa kali membawa perajin dan pemain sasando untuk tampil pada berbagai acara di luar Provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah seorang perajin sasando, yaitu Zakaria Nggaong, pernah diundang pentas di Semarang, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Bahkan di Jakarta ia diundang untuk pentas di Istana Negara dan TMII.

b. Salah seorang perajin sasando, yaitu Edu Pah, pernah menerima penghargaan dari Direktorat Nilai Seni, Budaya, dan Film pada tahun 2006 sebagai seniman yang konsisten menggeluti kerajinan sasando.

c. Banyak instansi yang memberikan bantuan dana kepada Edu Pah, antara lain: Telkom, Pos dan Giro, BRI, BNI, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

5. Permasalahan

a. Perajin sasando bersifat perorangan, hanya dibantu oleh sedikit karyawan dan masih mempunyai hubungan keluarga.

b. Minat masyarakat terhadap sasando gong menurun, terkalahkan oleh alat musik modern. Hal yang menyebabkan menurunnya minat masyarakat terhadap sasando gong, antara lain: menggunakan nada-nada bersuara minor dan syair lagu yang diiringi adalah syair lagu tradisional Rote yang susah dihafalkan bahasanya. Sebaliknya, sasando modern lebih banyak disukai tidak hanya masyarakat Nusa Tenggara Timur, tetapi juga masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia karena jenis sasando ini mampu untuk mengiringi lagu-lagu pop dan lagu-lagu mancanegara.

Page 77: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

69

c. Sulitnya memainkan alat musik ini menyebabkan orang lebih suka mendengarkan alunan bunyi sasando dari rekaman daripada membeli alat musiknya.

d. Sifat konsumen yang membeli sasando biasanya hanya membeli sekali saja untuk waktu yang tidak ditentukan. Berbeda dengan jenis kerajinan lainnya, kain tenun misalnya, yang dibeli oleh konsumen yang sama dalam periode yang lebih pendek karena sifat kain yang lebih mudah rusak daripada alat musik sasando. Hal ini menyebabkan pangsa pasar sasando lebih terbatas daripada jenis kerajinan lainnya. Hal ini pula yang menyebabkan sasando baru diproduksi berdasarkan pesanan.

Page 78: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

70

BAB V

KERAJINAN PERAK KOTAGEDE, KOTA YOGYAKARTA DAN GERABAH KASONGAN, KABUPATEN BANTUL

A. Gambaran Umum

1. Lokasi dan Keadaan Alam

Kota Yogyakarta merupakan ibukota dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman, sebelah timur dengan Kabupaten Sleman dan Bantul, sebelah selatan dengan Kabupaten Bantul, dan barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Secara topografis berada di dataran sedang dengan ketinggian sekitar 150 m dari permukaan laut.

Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 32,5 km2, terbagi dalam 14 kecamatan. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta mencapai 395.604 jiwa, dengan tingkat kepadatan 12.172 jiwa/km2. (Profil Daerah Kabupaten dan Kota, Jilid 1, 2001, hlm. 261).

Kabupaten Bantul terletak di bagian selatan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kotamadya Yogyakarta, sebelah timur dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah barat dengan Kabupaten Kulon Progo. Secara topografis merupakan perpaduan antara dataran rendah di bagian barat dan tengah dengan Pegunungan Seribu di bagian timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul mencapai 506,85 km2, terbagi dalam 17 kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Bantul mencapai 777.748 jiwa, dengan tingkat kepadatan 1.534 jiwa/km2 (Profil Daerah Kabupaten dan Kota, Jilid 1, 2001, hlm. 268).

2. Kondisi Sosial Budaya

Masyarakat Kotamadya Yogyakarta didominasi oleh Etnis Jawa. Di samping itu terdapat juga etnis-etnis yang lain dari berbagai wilayah di Indonesia. Kota Yogyakarta juga dikenal

Page 79: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

71

sebagai kota pelajar karena banyaknya perguruan tinggi yang berdiri di kota ini.

Kotamadya Yogyakarta tumbuh sebagai kota yang kaya akan budaya dan kesenian Jawa, seperti seni tari, tembang, geguritan, gamelan, seni lukis, sastra, ukir-ukiran, dan lain-lain. Hal ini menjadikan Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Tercatat pada tahun 2000 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 1,63 juta orang. Hal ini menyebabkan kegiatan ekonomi di bidang perdagangan, hotel, dan restoran menempati persentase yang sangat tinggi. Adapun persentase kegiatan ekonomi Kota Yogyakarta pada tahun 2000 adalah sebagai berikut.

No Jenis Kegiatan Ekonomi Persentase (%)

1 Perdagangan, hotel, dan restoran 24,96

2 Jasa-jasa 22,05

3 Pengangkutan dan komunikasi 16,07

4 Keuangan 15,58

5 Industri dan pengolahan 12,23

6 Bangunan 6,52

7 Listrik, gas, dan air bersih 1,46

8 Pertanian 1,11

9 Pertambangan dan penggalian 0,02 Sumber: Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 1, 2001, hlm. 262.

Seperti halnya Kotamadya Yogyakarta, masyarakat

Kabupaten Bantul juga didominasi oleh Etnis Jawa. Kabupaten Bantul juga dikenal sebagai pusat kerajinan tradisional bagi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa pusat kerajinan yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Bantul, antara lain: gerabah Kasongan, kerajinan kulit Manding, kerajinan topeng kayu Pendowoharjo, kerajinan bambu Muntuk, batik Imogiri, batik Srandakan, kerajinan keris Girirejo, tatah sungging wayang Plered, dan lain-lain. Bahkan berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bantul pada tahun 1999 terdapat 17.741 unit usaha kerajinan rakyat yang menyerap 56.512 tenaga kerja. Meskipun demikian kegiatan ekonomi yang menduduki peringkat

Page 80: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

72

tertinggi adalah bidang pertanian, sedangkan bidang industri dan pengolahan menduduki peringkat kedua.

Adapun persentase kegiatan ekonomi Kabupaten Bantul pada tahun 2001 adalah sebagai berikut.

No Jenis Kegiatan Ekonomi Persentase (%)

1 Pertanian 29,65

2 Industri dan pengolahan 18,45

3 Perdagangan, hotel, dan restoran 17,07

4 Jasa-jasa 14,46

5 Bangunan 7,82

6 Pengangkutan dan komunikasi 6,31

7 Keuangan 4,56

8 Pertambangan dan penggalian 1,30

9 Listrik, gas, dan air bersih 0,38 Sumber: Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 1, 2001, hlm. 269.

Pada tanggal 27 Mei 2006 telah terjadi gempa bumi

berkekuatan 6,2 skala richter yang meluluh-lantakkan kehidupan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa Tengah adalah daerah-daerah yang mengalami kerusakan terparah. Ribuan korban jiwa dan ribuan bangunan rusak, ditambah dengan hilangnya harta benda masyarakat. Gempa bumi juga merusak pusat-pusat kerajinan rakyat. Bengkel-bengkel kerja mereka rusak parah, sedangkan produk-produk jadi yang siap untuk dijual juga ikut hancur karena gempa bumi. Sampai beberapa bulan setelah gempa, sebagian dari para perajin belum bisa memulai usahanya kembali karena tidak mempunyai peralatan kerja, bahan baku, dan modal kerja. Hal ini menyebabkan penelitian di Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul tidak dapat dilakukan di lapangan. Penelitian lebih banyak dilakukan melalui studi literatur dan penjaringan informasi melalui internet.

Page 81: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

73

B. Kerajinan Perak Kota Gede, Kota Yogyakarta

1. Sejarah

Kotagede merupakan salah satu kecamatan di Kotamadya Yogyakarta, berjarak sekitar 5 km dari pusat kota. Daerah ini sudah dikenal sebagai daerah perajin perak sejak masa awal berdirinya Kesultanan Mataram Islam. Sebelum berkembang menjadi sentra industri kerajinan perak, Kotagede merupakan ibukota Kesultanan Mataram Islam. Pada awalnya usaha kerajinan perak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perhiasan dan perlengkapan bagi keluarga sultan maupun kerabat keraton. Ketika diperintah oleh Sultan Agung, raja ketiga Mataram Islam, pusat kerajaan dipindah ke Plered, masuk wilayah Kabupaten Bantul. Namun perpindahan ibukota kerajaan ke Plered itu tidak membuat para perajin ikut-ikutan pindah. Mereka yang semula melayani kebutuhan kerabat keraton tetap mempertahankan usahanya dan menjual ke masyarakat umum.

Pada masa kolonial keberadaan perajin perak di Kotagede juga tidak luput dari peranan VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) pada sekitar abad ke-16. Ketika itu banyak pedagang VOC yang memesan alat-alat rumah tangga dari emas, perak, tembaga, dan kuningan.

Masa kejayaan Kotagede sebagai sentra industri perak terjadi pada tahun 1970-an sampai dengan 1980-an. Pada saat itu mereka banyak memproduksi alat-alat makan dan souvenir untuk memenuhi permintaan wisatawan mancanegara. Namun sejak krisis moneter pada tahun 1998 dan maraknya peledakan bom di Indonesia, industri kerajinan perak kian meredup. Apalagi sejak tahun 2003 kunjungan wisatawan mancanegara semakin menurun karena banyaknya kasus pemboman dan mereka khawatir dengan situasi keamanan di Indonesia. Omzet penjualan sejak tahun itu menurun hingga 50%. Hal ini menyebabkan banyak perajin yang gulung tikar dan beralih profesi lain, seperti menjadi kusir andong, membuka warung, atau menjadi kuli bangunan. Perajin yang masih bertahan pun tidak lagi mengandalkan perak semata-mata, tetapi memanfaatkan tembaga dan kuningan sebagai bahan baku alternatif.

Page 82: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

74

2. Teknologi Pembuatan

Bahan dasar kerajinan perak Kotagede adalah perak murni yang dicampur dengan tembaga atau kuningan. Di samping ketiga bahan baku utama tersebut, digunakan juga bahan pelengkap, antara lain: lerak, asam, tawas, arang, minyak tanah, amplas, timah hitam, dan timah putih. Teknologi yang digunakan pada kerajinan perak Kotagede masih secara manual dan sederhana, yaitu berdasarkan ketrampilan tangan dan ketelatenan semata.

Secara ringkas kegiatan pembuatan perak meliputi tahap peleburan, penempaan, pembentukan, pengukiran, perakitan, pengerikan, mbabar, dan nyangling. Setiap tahap memerlukan peralatan sendiri-sendiri. Adapun peralatan yang diperlukan, antara lain (Soemarsono, 1992: 134). a. Alat untuk melebur, terdiri dari perapen (tempat pengapian),

kowi (tempat melelehkan perak), dan cetakan. b. Alat untuk menempa, terdiri dari palu ukuran kecil, paron, dan

supit. c. Alat untuk mengukir, yaitu tatah dalam berbagai ukuran. d. Alat untuk merakit, terdiri dari patros (patri) dan ancur (obat

patri). e. Alat untuk mengerik, terdiri dari amplas dan wungkal. f. Alat untuk mbabar dan nyangling, yaitu panci dan wajan.

Ada dua jenis teknik pembuatan perak, yaitu jenis trap-trapan dan wudalan. Jenis trap-trapan yang dihasilkan meliputi: gelang, cincin, kalung, bros, subang, dan lain-lain. Sedangkan jenis wudalan meliputi berbagai jenis hiasan rumah (souvenir), seperti: miniatur becak, miniatur andong, peralatan makan dan minum, dan lain-lain. Pembuatan perak jenis trap-trapan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan jenis wudalan karena lebih rumit. Kerumitan ini di antaranya disebabkan terdapatnya hiasan ukir-ukiran.

Untuk kerajinan perak jenis trap-trapan tahap pembuatannya adalah sebagai berikut:

Tahap pertama yang dilakukan adalah membuat desain. Selanjutnya adalah melebur perak dalam kowi sesuai dengan kebutuhan. Setelah meleleh, kemudian diurut sehingga menjadi bentuk seperti lidi, yang disebut lembutan. Tebal tipisnya lembutan

Page 83: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

75

tergantung pada bentuk perak yang akan dibuat. Setelah perak berbentuk seperti lidi, kemudian diplepet (digiling sehingga menjadi pipihan kecil). Tujuannya adalah agar dapat dibentuk hiasan sesuai dengan yang diinginkan. Hiasan dapat berbentuk ikal-ikalan, bunga, daun, bentuk lonjong, bentuk bulat, dan lain-lain. Dalam membentuk hiasan terdapat dua cara, yaitu: dibentuk secara langsung atau dengan menggunakan cetakan yang sudah ditentukan bentuknya. Untuk mengisi motif-motif ukiran, perak yang sudah menjadi lembutan dan sudah di-plepet kemudian dipotong-potong sesuai dengan bentuk hiasan ukiran yang dibutuhkan, baru kemudian ditempelkan pada perhiasan perak yang akan dibuat. Setelah selesai, perak di-babar, yaitu dipanaskan hingga membara, kemudian dimasukkan dalam cairan tawas. Setelah selesai di-babar kemudian di-nyangling, yaitu dipoles dengan cairan asam atau lerak.

Untuk kerajinan perak jenis wudalan, proses pembuatannya adalah sebagai berikut:

Seperti halnya pada jenis trap-trapan, tahap pertama adalah membuat desain. Setelah selesai membuat desain, kemudian perak ditimbang sesuai dengan kebutuhan, kemudian dilebur dalam kowi. Setelah perak mencair kemudian dituang ke dalam cetakan dan ditunggu hingga mengeras. Setelah mengeras lalu dilepas dari cetakan, kemudian dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan dengan menggunakan palu kecil dan paron sebagai alasnya. Setelah bentuk yang diinginkan diperoleh, kemudian diukir dengan tatah. Selesai diukir, kemudian disetel, yaitu dirangkai bagian demi bagian dengan cara di-patri. Agar lebih halus, perak yang sudah disetel lalu disekrap/dikerik dengan kikir halus. Bagian-bagian bekas disekrap yang masih kasar diamplas dengan amplas atau wungkal. Setelah selesai tahap ini, kemudian diakhiri dengan babar atau finishing, yaitu memanaskan perak tersebut hingga membara, kemudian dimasukkan ke dalam panci berisi cairan tawas. Tahap yang terakhir adalah nyangling, yaitu memoles perak dengan cairan asam atau lerak. Tujuannya adalah agar perak lebih bersih dan mengkilap. (Soemarsono, 1992: 133-134).

Di samping dibedakan menjadi dua berdasarkan cara pembuatannya, ciri khas motif perak Kotagede adalah ornamennya yang banyak dipengaruhi dengan motif kain batik. Ada empat tipe ornamen yang dibuat di Kotagede, yaitu.

Page 84: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

76

a. filigiri (teksturnya berlubang-lubang) b. tatak ukir (teksturnya menonjol keluar) c. casting (tekstur dibuat dengan cetakan) d. handmade (tekstur yang dibuat dengan tangan, sehingga

banyak memerlukan ketelitian), misalnya pada ornamen cincin dan kalung.

3. Pemasaran

Harga kerajinan perak tidak hanya ditentukan oleh berat dan besarnya perak, tetapi juga desain dan tingkat kerumitan pengerjaannya. Meskipun demikian harga barang-barang produk perak pada masa sekarang ini jatuh karena berkurangnya minat beli dari konsumen. Menurut pendapat beberapa perajin, lesunya kerajinan perak disebabkan tidak berkembangnya desain. Desain perak cenderung monoton, padahal pasar menghendaki desain yang kontemporer. Desain perak juga tidak berkembang karena mempertahankan desain-desain yang lama.

Untuk memasarkan produk-produk perak, para perajin perak bergabung dalam koperasi KP3Y (Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta). Berdasarkan data dari KP3Y, pada tahun 2000 terdapat 2.000 anggota. Sebagian dari mereka bahkan tidak tinggal di Kotagede, tetapi di kota-kota sekitar Yogyakarta, seperti Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul. Beberapa di antara perajin di Kotagede adalah perajin skala besar atau pengusaha perak yang cukup berhasil, antara lain: Bima Silver Smith, Harto Suharjo (HS) Silver, dan lain-lain

Perajin kecil pada umumnya mendapatkan bantuan modal awal dari perajin besar. Modal awal ini biasanya berupa bahan dasar perak dan perlengkapan lainnya. Cara mengembalikan modal adalah dengan menjual hasil kerajinan yang telah dibuatnya kepada si pemberi modal atau perajin besar. Dengan demikian perajin besar merupakan “payung” bagi perajin kecil di dalam melangsungkan kegiatan usahanya.

Para perajin perak pada umumnya telah mempunyai langganan pengepul, baik dari daerah Kotagede sendiri maupun daerah luar. Pengepul inilah yang kemudian memasarkan ke konsumen. Pengepul biasanya membayar uang muka sekitar 50% terlebih dahulu. Setelah barang habis terjual baru kemudian

Page 85: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

77

melunasi sisanya. Untuk perajin kecil, biasanya perajin besar lah yang bertindak sebagai pengepul karena mereka menyetorkan hasil kerajinannya kepada perajin besar.

4. Peranan Pemerintah

Salah satu upaya pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta adalah memberikan bantuan dengan bunga lunak sebagai modal awal bagi bangkitnya kembali para perajin untuk berusaha kembali karena gempa bumi.

5. Permasalahan

a. Kerajinan perak Kotagede memiliki ciri khas tersendiri, yaitu masih tetap menggunakan desain-desain lama dan dipertahankannya proses pembuatan perak secara manual. Namun di sisi lain, ini menjadi kekurangan tersendiri, yaitu usaha mereka menjadi kurang berkembang. Sedikitnya terdapat empat jenis motif hiasan yang dibuat secara manual, yaitu: filgiri (teksturnya berlubang-lubang), tatak ukir (teksturnya menonjol), casting (teksturnya dibuat dari cetakan), dan handmade (teksturnya dibuat dengan menggunakan ketelitian tangan). Hal ini menyebabkan tingkat percepatan produksinya rendah, padahal pasar menghendaki desain dan teknologi yang lebih kontemporer.

b. Semakin minimnya minat generasi muda menggeluti usaha kerajinan perak ini. Mereka lebih memilih bekerja di sektor yang dinilai praktis dan menjanjikan secara ekonomi, misalnya bekerja sebagai buruh pabrik atau pun pegawai negeri.

c. Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 dan maraknya peledakan bom di Indonesia, industri kerajinan perak kian meredup. Hal ini dikarenakan tingkat kunjungan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara, semakin menurun karena khawatir dengan situasi keamanan di Indonesia. Padahal mereka lah yang diharapkan menjadi pangsa pasar utama. Bahkan sejak mengalami bencana gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006, praktis usaha mereka benar-benar gulung tikar karena sebagian besar perajin kehilangan peralatan kerja, produk jadi yang siap jual, dan harta benda sebagai modal untuk berusaha kembali.

Page 86: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

78

C. Kerajinan Gerabah Kasongan, Kabupaten Bantul

1. Sejarah

Lokasi pusat kerajinan gerabah berada di Dusun Kasongan, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, sekitar 10 km di sebelah selatan Kota Yogyakarta. Dusun ini sudah sejak dahulu menjadi kampung pembuat gerabah, namun ketika itu hanya untuk kebutuhan alat-alat memasak dan rumah tangga, seperti anglo, kuali, pot, dan sebagainya. Tetapi sejak era tahun 1971-1972 kerajinan gerabah Kasongan mengalami perkembangan cukup pesat. Hal ini diawali dengan pembinaan oleh Sapto Hudoyo, seorang seniman besar Yogyakarta. Ia membina para perajin untuk memodifikasi desain gerabah sehingga tidak menimbulkan kesan monoton, tetapi bervariasi dan mempunyai nilai seni. Semenjak itu gerabah Kasongan mampu mempunyai nilai seni dan nilai ekonomi tinggi. Desainnya meliputi pot, vas, guci, meja, kursi, perlengkapan taman, dan lain-lain.

Selanjutnya pada tahun 1990-an, seorang pembina dan pemerhati gerabah di Amerika bernama Prof. Dr. Philip, ikut membina sekaligus membeli barang-barang produk mereka. Sejak memperoleh pembinaan-pembinaan dari para ahli tersebut gerabah Kasongan semakin berkembang. Berdasarkan data tahun 1990, industri Gerabah Kasongan mampu menyerap tenaga kerja sampai dengan 535 orang (Soemarsono, 1992: 104)

Gerabah Kasongan dipasarkan ke kota-kota lain, seperti: Semarang, Malang, Denpasar, Surabaya, Bandar Lampung, Padang, Bandung, Jakarta, dan lain-lain. Bahkan sejak tahun 1980-an sudah diekspor ke mancanegara, seperti Australia, Jepang, Korea, Taiwan, Thailand, Amerika, Belanda, Kanada, dan lain-lain. Saat ini di Kasongan terdapat sekitar 340 perajin produktif.

2. Teknologi Pembuatan

Industri gerabah memerlukan bahan baku, bahan pendukung, dan bahan pelengkap. Bahan baku gerabah Kasongan adalah tanah liat yang berasal dari dusun-dusun tetangga (antara lain Dusun Ngentak dan Dusun Karangjati) di Desa Bangunjiwo. Di samping itu juga didatangkan dari daerah lain, seperti Bayat (Klaten), Wonosari (Gunung Kidul), dan Godean (Sleman).

Page 87: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

79

Bahan pendukung adalah pasir dan air. Pasir dapat diperoleh dari Sungai Bedog yang mengalir tidak jauh dari Dusun Kasongan, sedangkan air diambil dari sumur-sumur milik perajin. Bahan pelengkap adalah kaolin, sampah jerami, kulit tebu kering, dan kayu, yang digunakan untuk bahan bakar gerabah.

Alat-alat yang digunakan untuk membuat gerabah, antara lain. a. Ayakan : Alat untuk mengayak pasir, terbuat dari bahan

bambu. b. Eblek : Digunakan sebagai alas untuk mengaduk tanah liat

agar tidak bercampur dengan pasir kasar atau tanah. Terbuat dari anyaman serat bambu.

c. Palu : Digunakan untuk meratakan dinding bagian luar dari gerabah yang sedang dibentuk. Alat ini terbuat dari batu hati berbentuk seperti jamur merang yang bertangkai. Bagian kepala bergaris tengah 13 cm, sedangkan tangkainya bergaris tengah 7 cm dengan panjang 5 cm.

d. Tatap : Digunakan untuk memukul dan merapikan permukaan bagian luar gerabah yang sedang dibentuk. Terbuat dari papan setebal 3 cm. Bagian pemukul mempunyai lebar 10 cm dan panjang 18 cm, sedangkan bagian tangkai sepanjang 12 cm.

e. Kerik : Digunakan untuk mencukur dan mengurangi tebal dinding gerabah yang sedang dibentuk. Di samping itu juga untuk menghaluskan dinding gerabah. Terbuat dari besi atau seng.

f. Penggiling tanah liat: Digunakan untuk menggiling tanah liat agar diperoleh hasil yang halus dan lembut. Alat ini terbuat dari bahan kayu.

g. Bak penyaring: Digunakan untuk menyaring tanah liat yang telah digiling agar mendapatkan hasil yang lembut dan terpisah dari kerikil atau kotoran lainnya.

h. Perbot/putaran: Digunakan untuk memutar-mutar gerabah yang sedang dibuat. Alat ini terbuat dari kayu berbentuk bundar, pipih, dan bersusun dua yang dihubungkan dengan as. Bundaran sebelah bawah yang berukuran lebih kecil berfungsi sebagai as dan

Page 88: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

80

kaki, sedangkan bundaran di sebelah berfungsi untuk meletakkan gerabah yang sedang dibuat.

i. Cukit : Berfungsi untuk membuat hiasan. Terbuat dari bambu atau plastik tebal.

j. Jantur : Digunakan sebagai tatakan dasar untuk menyusun gerabah yang dibakar. Terbuat dari tanah liat berbentuk pot kembang.

k. Garon : Digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan bahan bakar agar dekat dengan gerabah yang sedang dibakar. Alat ini terbuat dari bambu.

l. Saron : Digunakan untuk menyisihkan abu bekas pembakaran, sehingga mudah mengambil gerabah usai dibakar. Alat ini terbuat dari bambu yang dibelah dan bertangkai kayu.

m. Utik : Digunakan untuk mengangkat gerabah yang telah selesai dibakar tapi masih dalam kondisi panas. Terbuat dari kayu atau bambu (Soemarsono, 1992: 106-111).

Proses pembuatan gerabah terdiri dari 3 tahap, yaitu: persiapan, pembentukan, dan penyelesaian. Dalam melakukan pekerjaan semua tahap ini tidak ada pembagian kerja yang tegas antara laki-laki dan perempuan. Semua jenis pekerjaan dapat dikerjakan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Dalam tahap persiapan, langkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan tanah liat dari kerikil, batu, dan kotoran lainnya, seperti rumput dan kayu. Cara membersihkannya dengan menggunakan seutas kawat. Ujung dan pangkal kawat dipegang dengan kedua tangan, kemudian direntangkan dan diiriskan pada tanah liat tersebut. Setelah bersih dari kotoran, tanah liat dijemur selama 2-3 hari sampai benar-benar kering. Apabila telah kering, kemudian direndam ke dalam bak rendam selama sehari-semalam, hingga terasa lembut bila disentuh. Setelah itu kemudian diangkat dan dileremke (didiamkan) selama sehari-semalam lagi. Selanjutnya dicampur dengan pasir yang telah terlebih dahulu diayak dengan ayakan. Setelah dicampur dengan pasir, kemudian dicampur kembali dengan air secukupnya. Campuran ini diolah dengan cara diinjak-injak dengan kaki hingga menjadi lumat dan plastis. Namun di samping diolah dengan cara manual, sekarang ini beberapa

Page 89: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

81

perajin sudah menggunakan alat molen. Alat ini dijalankan dengan mesin, sehingga kapasitas tanah liat yang dicampur dengan pasir dan air lebih besar dengan waktu pengolahan yang lebih singkat.

Setelah diperoleh campuran tanah yang dikehendaki, tahap selanjutnya adalah pembentukan. Tahap pembentukan didahului dengan membuat dasar gerabah yang diinginkan, kemudian diikuti bagian-bagian atasnya, pembuatan hiasan, dan yang terakhir penutupan pori-pori dengan air atau minyak hingga halus. Setelah gerabah terbentuk, kemudian diangin-anginkan di tempat yang teduh selama 5-7 hari. Setelah dianggap cukup keras, baru kemudian dijemur selama 4 hari. Hal ini dimaksudkan agar sebelum dibakar gerabah sudah benar-benar kering dan tidak ada air di dalamnya, karena akan mempengaruhi bentuknya setelah dibakar nanti.

Tahap terakhir dari proses pembuatan gerabah adalah pembakaran. Ada 2 jenis teknik pembakaran yang dikenal di Dusun Kasongan, yaitu pembakaran secara tradisional dan pembakaran secara modern. Pembakaran secara tradisional dilakukan di ladang atau pekarangan rumah. Bahan baku yang digunakan meliputi: kayu bakar, jerami, dan daun-daun kering. Waktu yang digunakan untuk membakar gerabah adalah sekitar 2 jam. Teknik pembakaran secara tradisional ini mempunyai kelemahan, yaitu: menggunakan banyak bahan bakar, suhu panas pembakaran banyak yang terbuang sia-sia, dan polusi udara.

Teknik pembakaran secara modern menggunakan tungku pembakaran. Teknik pembakaran dengan tungku ini baru mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pembinaan Kerajinan Gerabah Kasongan. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar dan solar, sedangkan waktu yang digunakan untuk membakar adalah sekitar 1 ½ jam. Tungku pembakaran ini dinilai lebih efisien, aman, dan hasilnya lebih baik, tetapi biaya operasional untuk membuat tungku dan penyediaan bahan bakar cukup tinggi (Soemarsono, 1992: 107-108).

3. Pemasaran

Cara menjual hasil kerajinan gerabah Kasongan bermacam-macam, antara lain.

Page 90: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

82

a. Dijual langsung oleh para perajin di rumahnya. Biasanya mereka membuka kios atau show room di depan rumahnya.

b. Dijual sendiri ke pasar-pasar tradisional atau ke toko-toko langganan

c. Dijual kepada pengepul. Pengepul datang secara rutin untuk membeli gerabah dari perajin dan menjualnya kembali di tempat-tempat lain.

d. Membuat dan menjual gerabah berdasarkan pesanan.

Untuk memasarkan produk gerabah jadi, perlu dilakukan pekerjaan tambahan, yaitu: finishing (penambahan hiasan, pewarnaan, dan lain-lain) dan packing (pengemasan). Finishing diperlukan agar penampilan gerabah menjadi lebih menarik, sedangkan packing diperlukan untuk menjaga keutuhan gerabah sejak diangkut hingga sampai di tangan konsumen, terutama bila gerabah akan diekspor ke luar negeri. Seperti diketahui, gerabah adalah produk kerajinan yang mudah pecah, sehingga harus dikemas dengan baik agar tidak mengalami kerusakan setibanya di tempat tujuan. Berdasarkan jenis wadah yang digunakan untuk pengemasan, ada tiga jenis packing, yaitu memakai wooden box (kotak kayu), dus tebal, dan waterproof (semacam wadah yang tahan terhadap air)

4. Peranan Pemerintah

Salah satu peran pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bantul adalah memberikan bantuan dengan bunga lunak sebagai modal awal bagi bangkitnya kembali para perajin. Di samping itu Dinas juga bermaksud membangun kembali tungku-tungku pembakaran yang rusak.

5. Permasalahan

Industri gerabah Kasongan sedang terpuruk setelah dilanda gempa bumi. Kerugian setiap perajin cukup besar, sehingga mereka tidak memiliki modal untuk bangkit kembali. Media milik mereka untuk berproduksi kembali, seperti show room, peralatan, tungku pembakaran, dan lain-lain juga masih porak-poranda.

Page 91: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

83

BAB VI

ANALISIS

Sebagaimana telah dijelaskan di Bab Pendahuluan, pada Subbab Terminologi, bahwa yang dimaksud dengan pengembangan strategi adalah proses atau cara yang dilakukan oleh perajin dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan hasil kerajinannya. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan kemampuan bersaing dan sekaligus bekerja sama antar perajin. Adapun strategi yang dilakukan oleh perajin meliputi seluruh aktivitas produksinya, mulai dari penyediaan bahan baku, diversifikasi (pengayaan) produk, pengembangan teknologi pembuatan, organisasi pengelolaan, sampai dengan pemasarannya. Untuk menjaga kesinambungan usaha, para perajin juga mewariskan pengetahuan dan keterampilannya kepada keturunannya atau orang lain yang berminat. Agar strategi yang dilakukan dapat berhasil, juga harus mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah setempat. Dengan demikian pemerintah daerah harus berperan dalam menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para perajin.

Adapun penjelasan dari masing-masing unsur strategi yang dilakukan oleh para perajin adalah sebagai berikut.

A. Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku adalah modal awal dari para perajin. Tanpa adanya bahan baku, proses produksi tidak akan dapat berjalan. Namun setiap jenis kerajinan tentu mengalami permasalahan sendiri-sendiri di dalam penyediaan bahan baku. Terdapat kerajinan yang tidak mengalami kesulitan di dalam menyediakan bahan baku, seperti tenun ikat Lombok di Kota Mataram, kain bordir di Kota Tasikmalaya, kerajinan sasando di Kabupaten Kupang, dan tenun ikat di Kota Kupang.

Bagi kerajinan yang mengalami permasalahan dalam penyediaan bahan baku, terdapat 2 jenis alternatif. Alternatif yang pertama adalah tetap menggunakan bahan baku yang sama, meskipun harus mengambil dari lokasi yang lebih jauh. Yang termasuk kelompok ini adalah gerabah Banyumulek di Kabupaten Lombok Barat, anyaman mendong di Kota Tasikmalaya, dan gerabah Kasongan di Kabupaten Bantul. Alternatif yang kedua

Page 92: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

84

adalah mengganti dengan bahan baku yang lain. Yang termasuk kelompok ini adalah kerajinan tasbih di Kota Kupang dan kerajinan perak Kotagede di Kota Yogyakarta.

Semula perajin gerabah Banyumulek mengambil tanah liat dari Gunung Ketejer yang jaraknya hanya sekitar 3 km dari Desa Banyumulek. Namun setelah kandungan tanah liat di daerah itu habis, perajin beralih ke Gunung Lembar yang berjarak sekitar 16 km dari Desa Banyumulek.

Perajin anyaman mendong pada musim kemarau kesulitan untuk mendapatkan batang mendong. Produksi tanaman mendong dari Tasikmalaya dan sekitarnya tidak mencukupi, sehingga harus didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Konsekuensinya, harga bahan baku mendong menjadi naik hampir dua kali lipat. Meskipun demikian, untuk menjaga stabilitas harga di pasaran, harga jual anyaman mendong tidak naik. Mahalnya harga bahan baku mendong juga menyebabkan tidak semua perajin mampu membelinya, sehingga hampir 80% perajin mendong skala kecil terpaksa menghentikan usahanya untuk sementara waktu dan menganggur. Namun ketika memasuki musim penghujan, hasil panenan tanaman mendong kembali meningkat dan para perajin skala kecil dapat memulai aktifitasnya kembali.

Bahan baku gerabah Kasongan semula juga diperoleh dari dusun-dusun sekitarnya, seperti Dusun Ngentak dan Karangjati. Namun setelah mulai dikenal masyarakat luas dan produksinya meningkat, bahan baku tanah liat juga harus diperoleh dari daerah-daerah lain yang jaraknya sangat jauh, seperti Bayat (Kabupaten Klaten), Wonosari (Kabupaten Gunung Kidul), dan Godean (Kabupaten Sleman). Tanah liat dari daerah-daerah tersebut dianggap mempunyai kualitas yang lebih baik daripada tanah liat setempat. Dengan demikian selain untuk menjaga kestabilan penyediaan bahan baku, juga untuk meningkatkan kualitas gerabah.

Kerajinan tasbih di Kota Kupang semula menggunakan bahan baku kayu cendana. Keunggulan kayu ini adalah baunya yang harum, sehingga menyebabkan tasbih dari Kupang sangat disukai konsumen. Namun sejak kayu cendana semakin sulit diperoleh dan menjadi tanaman yang dilindungi pemerintah, perajin tasbih beralih menggunakan kayu papih. Kayu ini juga beraroma harum, meskipun tidak seharum kayu cendana. Konsekuensinya,

Page 93: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

85

harga jual tasbih dari kayu papih tidak setinggi tasbih dari kayu cendana.

Perajin perak Kotagede pada awalnya menggunakan bahan baku perak murni. Namun dalam perkembangannya, mereka mencampurnya dengan tembaga dan kuningan. Tetapi berbeda permasalahannya dengan jenis kerajinan lainnya yang mengganti bahan baku karena mengalami kesulitan memperoleh bahan baku utamanya, perubahan bahan baku dari perak murni menjadi perak dengan campuran tembaga dan kuningan lebih banyak disebabkan oleh menurunnya omzet penjualan perak. Sebagaimana diketahui, omzet penjualan perak sangat dipengaruhi oleh kunjungan wisatawan mancanegara, padahal sejak tahun 2003 kunjungan wisatawan mancanegara menurun drastis, sehingga omzet penjualan perak pun ikut menurun.

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, strategi penyediaan bahan baku pada setiap jenis kerajinan dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.

No. Jenis Kerajinan Bahan Baku

Tetap

Bahan Baku Tetap, Lokasi

Pengambilan Berubah

Bahan Baku

Berubah

1. Gerabah Banyumulek

V

2. Tenun ikat Lombok

V

3. Kain Bordir Tasikmalaya

V

4. Anyaman Mendong Tasikmalaya

V

5. Tenun Ikat Kupang

V

6. Sasando Kupang

V

7. Tasbih Kota Kupang

V

Page 94: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

86

8. Kerajinan Perak Kotagede

V

9. Gerabah Kasongan

V

B. Diversifikasi Produk

Untuk mempertahankan kesinambungan produksi, perajin dituntut untuk secara kreatif menciptakan bentuk-bentuk produk baru, sesuai dengan tuntutan jaman. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa semua jenis kerajinan telah melakukan inovasi untuk menghasilkan bentuk-bentuk produk baru agar tetap diminati konsumen. Meskipun demikian, inovasi yang terjadi seringkali memerlukan campur tangan pihak lain sebagai motivator atau motor penggeraknya. Adapun diversifikasi produk tiap-tiap jenis kerajinan adalah sebagai berikut.

Gerabah Banyumulek semula hanya memproduksi alat-alat rumah tangga dan dapur. Namun sejak memperoleh pembinaan oleh para pemasok dari Selandia Baru pada tahun 1986, produk gerabah mulai mengalami perubahan dari hanya sekedar membuat alat-alat rumah tangga dan dapur menjadi barang-barang yang mempunyai nilai seni. Pada saat ini motif dan desain gerabah Banyumulek mencapai sekitar 300 jenis. Di samping itu, para perajin gerabah Banyumulek juga menciptakan gerabah dengan ciri khas yang tidak terdapat pada produk gerabah lainnya, yaitu bercak kecoklat-coklatan pada permukaannya, yang dihasilkan dari semprotan larutan buah asam. Selanjutnya, untuk lebih memperkaya motif hiasnya, sebagian dari gerabah yang telah selesai dibakar diberi hiasan tambahan dari bahan-bahan tertentu, antara lain: daun, kulit telur, dan anyaman rotan.

Kerajinan tenun ikat di Kota Mataram pernah mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1980-an s.d. 1990-an, namun mengalami penurunan sejak tahun 1997-1998 karena adanya kain tenun cap buatan pabrik yang harganya jauh lebih murah. Untuk tetap bertahan, motif hias tenun ikat Lombok tidak lagi terpaku pada motif-motif tradisional, tetapi mengadopsi motif-motif modern. Pada saat ini sudah terdapat sekitar 400-an jenis motif tenun ikat Lombok. Meskipun demikian bentuk dasar yang digunakan pada motif-motif

Page 95: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

87

tersebut masih tetap sama, yaitu: motif geometris, tumbuhan, wayang, topeng, ceplok bunga, dan lumbung padi tradisional Lombok.

Kerajinan kain bordir di Tasikmalaya secara menyeluruh telah mengalami beberapa kali diversifikasi produk untuk mengikuti tuntutan pasar. Pada tahun 1960-an jenis bordir yang dihasilkan adalah hiasan untuk kebaya dan pakaian tradisional Cina karena kebanyakan pemesannya adalah dari Etnis Tionghoa. Pada tahun 1970-an jenis kain bordir berkembang ke jenis kain penghias ruangan (home interior), seperti: sprei, taplak meja, korden, dan lain-lain. Sejak tahun 1980-an hingga sekarang dominasi produk kain bordir bergeser ke pakaian-pakaian muslim. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang masyarakat Kota Tasikmalaya yang dekat dengan nuansa dan nilai-nilai Islami.

Kerajinan anyaman mendong di Kota Tasikmalaya juga mengalami beberapa kali diversifikasi produk. Pada awalnya produk anyaman mendong hanya tikar untuk tempat duduk sehari-hari, yang lazim disebut tikar eret. Namun sejak ditemukannya alat untuk menenun tikar, maka anyaman mendong dipadukan dengan benang polyster dan ditenun, sehingga menghasilkan tikar baru yang lazim disebut tikar mardani. Dalam perkembangannya yang terakhir, sejak tahun 2000-an anyaman mendong tidak hanya digunakan untuk membuat tikar, tetapi juga barang-barang kebutuhan sehari-hari lainnya yang sekaligus bernilai seni, seperti: sandal, tas, kotak boks, pigura, dan lain-lain.

Pada kerajinan tenun ikat Kupang pada awalnya produk yang dihasilkan hanya berupa kain sarung, selimut, dan selempang. Namun dalam perkembangannya, tidak hanya dibuat menjadi sarung, selimut, dan selempang, tetapi juga barang-barang lainnya, seperti: tas, taplak meja, bed cover (penutup sprei), hiasan dinding, dan lain-lain. Meskipun demikian, diversifikasi produk ini baru terbatas di kalangan perajin skala besar, sedangkan perajin skala kecil masih banyak yang hanya memproduksi sarung, selimut, dan selempang.

Pada kerajinan tasbih, para perajin memproduksi tasbih dalam bentuk yang relatif tetap dari masa ke masa, yaitu: butiran-butiran kayu berbentuk bulat yang dijalin menjadi satu dengan benang. Hal ini dikarenakan fungsi tasbih yang lebih banyak untuk kepentingan aktivitas ibadah, sehingga bentuk butiran-butiran

Page 96: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

88

bulatnya tidak dapat di-inovasi. Inovasi yang dilakukan oleh para perajin tasbih hanya terbatas pada ukuran butiran, warna, dan hiasan penanda batas hitungan. Di samping membuat tasbih dengan butiran ukuran biasa (8 mm dan 9 mm), perajin juga membuat tasbih dengan ukuran butiran besar. Namun besarnya ukuran butiran tasbih ini harus berdasarkan pesanan konsumen. Pada awalnya butiran tasbih juga tidak diberi warna, sehingga yang terlihat adalah warna asli kayunya. Namun setelah diganti dengan kayu papih, butiran tasbih diberi warna yang dihasilkan dari lapisan lilin. Inovasi pada hiasan penanda batas hitungan juga dilakukan oleh para perajin, misalnya berbentuk salib pada rosario.

Di samping membuat tasbih, para perajin juga menjual produk ikutannya, yang dihasilkan dari limbah pembuatan tasbih, antara lain: serbuk kayu dan lembaran kayu yang berlubang-lubang. Serbuk kayu dijual sebagai bahan untuk membuat dupa atau ratus, sementara lembaran-lembaran kayu yang berlubang-lubang digunakan untuk pengharum ruangan.

Kerajinan alat musik sasando pada awalnya menggunakan senar dari cungkilan kulit bambu. Tali senarnya hanya berjumlah 9 buah dengan tangga nada pentatonis untuk mengiringi lagu-lagu tradisional masyarakat Pulau Rote. Sasando tradisional ini lazim disebut sasando gong. Dalam perkembangan berikutnya, di samping membuat sasando gong, perajin juga membuat sasando modern yang menggunakan tangga nada diatonis untuk mengiringi lagu-lagu pop dan barat. Senar dari cungkilan kulit kelapa diganti dengan senar gitar dan bass. Jumlah senar juga bertambah menjadi lebih banyak, yaitu: 24, 32, 45, atau 64 buah, sehingga dapat mengiringi lagu dengan variasi nada lebih banyak. Pada tahun 1990-an produk sasando semakin bervariasi dengan ditemukannya sasando elektrik. Sasando ini tidak memerlukan lagi jalinan daun lontar di belakangnya, karena resonansi bunyinya telah diolah di amplifier. Dengan demikian jalinan daun lontar hanya berfungsi sebagai penghias saja.

Kerajinan perak Kotagede merupakan pusat kerajinan yang sudah sangat tua karena telah ada berabad-abad yang lalu, tepatnya sejak masa awal berdirinya Kesultanan Mataram Islam pada abad ke-16. Pada awalnya para perajin hanya membuat perhiasan dan perlengkapan rumah tangga bagi keluarga dan kerabat keraton. Pada masa kolonial para perajin tidak hanya

Page 97: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

89

membuat perhiasan dari perak, tetapi juga alat-alat rumah tangga dari emas, tembaga, dan kuningan. Hal ini dikarenakan banyak pedagang dari VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) yang memesan alat-alat rumah tangga kepada mereka. Pada tahun 1970-an s.d. 1980-an para perajin lebih banyak memproduksi alat-alat makan, perhiasan, dan souvenir untuk dijual kepada wisatawan mancanegara. Jenis perhiasan yang dihasilkan meliputi: gelang, cincin, kalung, bros, dan subang, sedangkan souvenir yang dihasilkan meliputi berbagai jenis miniatur kendaraan tradisional di Yogyakarta, seperti: becak, andong, sepeda, dan lain-lain.

Gerabah Kasongan mengalami proses diversifikasi produk yang hampir sama dengan gerabah Banyumulek. Perajin gerabah Kasongan semula juga hanya membuat alat-alat dapur dan rumah tangga. Tetapi setelah mendapat pembinaan dari Sapto Hudoyo, seorang seniman besar di Yogyakarta, dan Prof. Dr. Philip, pemerhati gerabah dari Amerika, maka produk gerabah semakin bervariasi dan mempunyai nilai seni.

Adapun tahap-tahap diversifikasi produk pada masing-masing jenis kerajinan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Jenis

Kerajinan

Tahap-Tahap Diversifikasi Produk

Tahap I Tahap II Tahap III

1. Gerabah Banyumulek

Alat-alat dapur dan rumah tangga

Barang-barang bernilai seni (souvenir)

-

2. Tenun Ikat Lombok

Motif hias tradisional

Kombinasi motif hias tradisional dan modern

-

3. Kain Bordir Tasikmalaya

Kebaya dan pakaian tradisional Cina

Kain untuk ruangan (home interior)

Busana muslim

4. Anyaman Mendong Tasikmalaya

Tikar eret Tikar mardani Barang-barang bernilai seni (souvenir)

Page 98: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

90

5. Tenun ikat Kupang

Sarung, selimut, dan selempang

Taplak meja, bed cover, & hiasan dinding

-

6. Tasbih kupang

Tasbih tanpa variasi

Tasbih dengan variasi (warna, ukuran, dan hiasan)

-

7. Sasando Kupang

Sasando gong Sasando modern

Sasando elektrik

8. Perak Kotagede

Perhiasan dan perlengkapan rumah tangga keraton Mataram

Alat-alat rumah tangga untuk VOC

Perhiasan dan barang-barang bernilai seni (souvenir berbentuk miniatur)

9. Gerabah Kasongan

Alat-alat dapur dan rumah tangga

Barang-barang bernilai seni

-

C. Pengembangan Teknologi Pembuatan

Setiap jenis kerajinan pada awalnya dibuat dengan teknologi tradisional. Dalam hal ini barang-barang kerajinan dibuat secara manual semata-mata, tanpa bantuan mesin. Namun dalam perkembangannya, pembuatan beberapa jenis kerajinan sudah dibantu dengan teknologi mesin. Pembuatan kerajinan yang dibantu dengan mesin mempunyai beberapa keuntungan, yaitu proses pengerjaannya menjadi lebih cepat, efisien, dan barang yang diproduksi dapat ditingkatkan jumlahnya. Di sisi lain, beberapa jenis kerajinan lain belum menggunakan teknologi mesin, tetapi sudah menggunakan teknologi setengah modern yang lebih efisien daripada cara tradisional; dan beberapa lagi masih tetap dikerjakan secara tradisional karena proses pengerjaannya belum dapat tergantikan dengan mesin. Beberapa jenis kerajinan yang telah dibantu dengan teknologi mesin di dalam pengerjaannya, antara

Page 99: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

91

lain: gerabah Banyumulek, kain bordir Tasikmalaya, tasbih Kupang, dan gerabah Kasongan. Jenis kerajinan yang menggunakan teknologi setengah modern, antara lain: kain tenun ikat Lombok, anyaman mendong Tasikmalaya, dan tenun ikat Kupang. Sedangkan jenis kerajinan yang masih dikerjakan secara tradisional, antara lain: sasando Kupang dan perak Kotagede. Adapun penerapan teknologi pengerjaan pada tiap-tiap jenis kerajinan adalah sebagai berikut.

Teknologi pembuatan gerabah Banyumulek harus melalui tujuh tahap, yaitu: pengambilan bahan baku, penjemuran, perendaman, pencampuran dengan pasir, pembentukan, pembuatan slip, dan pembakaran. Dari ke tujuh tahap tersebut, terdapat dua tahap yang sudah tersentuh teknologi modern, yaitu tahap pencampuran dan pembakaran. Pada tahap pencampuran, teknologi tradisional yang digunakan adalah dengan cara diinjak-injak dengan kaki, diaduk-aduk, lalu diremas-remas dengan tangan. Dengan demikian proses pencampuran ini memakan waktu yang lama. Namun pada saat ini proses pencampuran dengan pasir sudah dapat dibantu dengan mesin molen. Mesin ini merupakan hasil ciptaan kerjasama antara Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Barat dengan Universitas Mataram Jurusan Teknik Mesin. Meskipun demikian, perbandingan antara jumlah mesin molen dengan jumlah perajin masih jauh dari ideal. Untuk sekitar 3000-an perajin idealnya memiliki 100 buah mesin molen, sementara di Desa Banyumulek baru terdapat 4 buah mesin molen.

Untuk tahap pembakaran, para perajin masih memilih menggunakan tempat pembakaran terbuka. Padahal kelemahan dari tempat pembakaran terbuka adalah gerabah lebih lama matang dan menimbulkan polusi udara. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Barat pernah memperkenalkan tempat pembakaran tertutup dengan bahan bakar minyak tanah dengan tujuan untuk mengurangi polusi udara dan mempercepat waktu pembakaran. Akan tetapi sampai sekarang masyarakat masih tetap memilih tempat pembakaran terbuka karena biaya bahan bakar yang digunakan jauh lebih murah.

Teknologi pembuatan tenun ikat Lombok pada saat ini sudah mengenal peralatan semi modern, yang lazim disebut ATBM (alat tenun bukan mesin). Alat ini masih menggunakan tenaga manusia

Page 100: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

92

untuk menggerakkannya, tetapi proses kerja para penenun menjadi lebih mudah dan cepat. Apabila pada masa sebelumnya mereka masih menggunakan alat tenun tradisional yang disebut gedogan hanya dapat menghasilkan kain tenun sepanjang 1 meter per hari, maka dengan ATBM dapat mencapai 3-5 meter per hari. Meskipun demikian, sebagian perajin yang telah berusia lanjut masih menggunakan alat tenun gedogan, karena belum menguasai teknik menenun dengan ATBM.

Perubahan teknologi dalam menenun juga terlihat pada cara memperoleh benang pintalan sebagai bahan baku tenunan. Apabila dahulu para penenun harus memintal benang sendiri, pada saat ini benang pintalan langsung dapat diperoleh dari pabrik dalam keadaan masih polos, baru kemudian diberi warna sendiri oleh para penenun.

Kerajinan kain bordir Tasikmalaya mengalami perkembangan teknologi yang cukup pesat. Pada tahun 1960-an mesin bordir yang digunakan masih digerakkan secara manual dengan kayuhan kaki pembordir. Pada tahun 1970-an mesin bordir sudah digerakkan dengan tenaga listrik, sehingga proses produksi lebih cepat. Pada tahun 2000-an sebagian perajin yang memiliki modal besar sudah mulai menggunakan mesin bordir otomatis yang dilengkapi dengan komputer. Mesin ini mampu mengerjakan pola bordir yang sama dalam jumlah banyak sekaligus. Meskipun demikian, mesin ini membawa dampak negatif, yaitu berkurangnya tenaga kerja sehingga timbul pengangguran baru; dan jatuhnya harga kain bordir karena stok yang melimpah di pasaran.

Pada awalnya produk tikar mendong Tasikmalaya dianyam secara manual dengan tangan. Produk tikar yang dihasilkan disebut dengan tikar eret. Pada tahun mendong dikombinasikan dengan benang polyster dan ditenun alat penenun tikar. Alat ini prinsip kerjanya menyerupai ATBM pada kerajinan tenun ikat. Produk tikar yang dihasilkan disebut dengan tikar mardani. Untuk produk anyaman mendong yang berupa barang-barang bernilai seni, proses pengerjaannya masih menggunakan cara manual, mengingat barang-barang tersebut memerlukan tingkat ketelitian dan kerapian yang tinggi.

Teknologi pembuatan tenun ikat di Kupang juga mengalami perkembangan yang hampir sama dengan tenun ikat Lombok. Apabila dahulu para perajin harus memintal benang sendiri,

Page 101: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

93

sekarang ini langsung membeli benang pintalan dari pabrik dalam keadaan polos, baru kemudian diwarnai sendiri. Para perajin tenun ikat di Kupang juga telah mengenal alat tenun semi modern ATBM. Meskipun demikian, sebagian besar perajin, terutama perajin skala kecil, masih menggunakan alat tenun gedogan di rumahnya masing-masing. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain: ketidakmampuan mereka untuk membeli alat tenun ATBM dan beberapa jenis hiasan, terutama untuk hiasan timbul, tidak dapat dilakukan dengan alat tenun ATBM.

Pembuatan tasbih semula menggunakan alat-alat tradisional yang digerakkan secara manual dengan tangan, seperti: pahat, pisau, dan bor tangan. Namun pada perkembangannya saat ini hampir semua tahap pembuatan tasbih sudah menggunakan mesin-mesin pengolah kayu yang digerakkan dengan tenaga listrik, seperti: mesin bor, mesin gergaji, mesin serut, dan lain-lain. Satu-satunya tahap pekerjaan yang masih dilakukan secara manual adalah merangkai butiran-butiran tasbih ke dalam benang sehingga menjadi satu untaian tasbih.

Teknologi yang digunakan untuk membuat sasando masih tetap bersifat tradisional. Semua tahap, mulai dari memotong tabung bambu, memasang senar, membuat hiasan, hingga merangkai daun lontar menjadi setengah lingkaran tetap dikerjakan secara manual. Meskipun demikian, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sasando-lah yang mengalami perubahan. Misalnya: senar yang semula terbuat dari cungkilan bambu diganti dengan senar dari gitar dan bass, pegangan dan penyetem senar yang semula dari kayu diganti dengan penyetem senar dari besi.

Seperti halnya pembuatan sasando, teknologi pembuatan perak juga masih menggunakan teknologi tradisional. Hal ini dikarenakan hias-hiasan yang dihasilkan pada produk perak tidak dapat dihasilkan dari mesin, melainkan harus dibentuk secara hati-hati dengan tangan. Dalam hal ini para perajin dituntut keterampilan dan ketelatenannya.

Teknologi pengerjaan gerabah Kasongan mengalami perkembangan yang hampir sama dengan gerabah Banyumulek. Perbedaannya, apabila perajin gerabah Banyumulek baru sebagian kecil yang menggunakan mesin molen untuk mencampur tanah liat dengan pasir, maka perajin gerabah Kasongan hampir semuanya telah menggunakan mesin molen, kecuali apabila kapasitas tanah

Page 102: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

94

liat yang akan dicampur hanya sedikit. Perbedaan lainnya, apabila perajin gerabah Banyumulek masih menolak tempat pembakaran tertutup, para perajin gerabah Kasongan menggunakan baik tempat pembakaran terbuka maupun tempat pembakaran tertutup sekaligus. Hal ini tergantung pada jenis gerabah yang akan dibakar. Tempat pembakaran terbuka digunakan untuk membakar gerabah untuk keperluan sehari-hari, sedangkan tempat pembakaran tertutup digunakan untuk gerabah yang bernilai seni.

Adapun teknologi yang digunakan pada masing-masing jenis kerajinan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Jenis

Kerajinan Teknologi yang Digunakan Saat Ini

Tradisional Semi Modern Mesin

1. Gerabah Banyumulek

Tempat pembakaran terbuka

- Mesin molen untuk mencampur tanah liat

2. Tenun Ikat Lombok

- ATBM (alat tenun bukan mesin)

Pemintalan benang dari pabrik

3. Kain Bordir Tasikmalaya

- - - Mesin bordir biasa bertenaga listrik - Mesin bordir otomatis dengan komputer

4. Anyaman Mendong Tasikmalaya

- Alat penenun tikar (menyerupai ATBM pada tenun ikat)

-

5. Tenun ikat Kupang

Alat tenun gedogan

ATBM (alat tenun bukan mesin)

Pemintalan benang dari pabrik

Page 103: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

95

6. Tasbih kupang

- - Mesin-mesin pengolah kayu bertenaga listrik

7. Sasando Kupang

Pembuatan sasando secara manual

- -

8. Perak Kotagede

Pembuatan hiasan perak secara manual

- -

9. Gerabah Kasongan

- Tempat pembakaran tertutup

Mesin molen untuk mencampur tanah liat

D. Organisasi Pengelolaan

Di samping bersaing untuk memperebutkan peluang pasar, sesama perajin juga saling membantu. Untuk dapat saling membantu di antara sesama perajin, idealnya setiap pelaku usaha industri kerajinan membentuk sebuah organisasi. Organisasi tersebut dapat berupa koperasi, yayasan, atau bentuk organisasi-organisasi lainnya. Fungsi utama dari organisasi yang dibentuk adalah untuk membantu permodalan dan strategi pemasaran produknya. Namun tidak semua pelaku usaha industri kerajinan membentuk wadah organisasi tersebut. Pelaku usaha industri kerajinan yang membentuk organisasi, antara lain: gerabah Banyumulek, kain bordir Tasikmalaya, anyaman mendong Tasikmalaya, tenun ikat Kupang, tasbih Kupang, perak Kotagede, dan gerabah Kasongan. Sedangkan pelaku usaha industri kerajinan yang tidak mempunyai organisasi adalah tenun ikat Lombok dan sasando Kupang. Kedua sentra industri kerajinan yang tidak mempunyai organisasi ini, antara lain lebih dikarenakan jumlah perajinnya yang relatif hanya sedikit, sehingga tidak memadai untuk membentuk sebuah organisasi.

Page 104: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

96

Para perajin gerabah Banyumulek bergabung dalam beberapa koperasi. Koperasi-koperasi tersebut bertindak selaku penampung produk gerabah dari para perajin dan menjualnya. Di samping itu dalam lingkup yang lebih luas para perajin juga bergabung di dalam Yayasan Pengembang Perajin Lombok (YP2L). Yayasan ini lebih berfungsi sebagai lembaga yang memberi pembinaan dan pelatihan terhadap para perajin, sehingga dapat mengembangkan bentuk, desain, dan hiasan gerabah.

Para perajin kain bordir di Tasikmalaya bergabung di dalam organisasi GAPEBTA (Gabungan Pengusaha Bordir Tasikmalaya). Organisasi ini bertujuan membantu anggotanya di dalam peminjaman modal dan mencari jaringan pemasaran. Salah satu wujud kegiatan GAPEBTA adalah mencarikan kios-kios atau toko-toko untuk berjualan di berbagai kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta, dan lain-lain. Meskipun demikian, belum semua perajin kain bordir bergabung dalam GAPEBTA. Dari sekitar 1000-an unit usaha kain bordir, baru sekitar 800-an unit usaha yang bergabung. Mereka yang tidak bergabung menganggap organisasi ini tidak terlalu berimplikasi positif terhadap usaha mereka, sehingga lebih memilih berusaha secara mandiri.

Meskipun belum mempunyai organisasi yang formal, sebagian dari pengusaha kerajinan mendong telah merintis organisasi yang disebut KUB (Kelompok Usaha Bersama) Cinta Mendong. Organisasi ini juga dimaksudkan untuk membantu pemasaran produk anyaman mendong dari para perajin kepada distributor. Sebagai organisasi yang tengah dirintis, jumlah anggota KUB Cinta Mendong masih sedikit dibandingkan jumlah populasi perajin kerajinan mendong. Meskipun demikian, dalam lingkup yang lebih luas para perajin mendong bergabung dalam HIMPI (Himpunan Masyarakat Perajin Indonesia), yang juga bertujuan untuk membantu pemasaran produk anyaman mendong.

Para perajin tenun ikat Kupang bergabung di dalam beberapa unit UKM (Usaha Kecil Menengah). Pada tahun 2006 terdapat 246 kelompok UKM dengan anggota tersebar di Kota Kupang dan sekitarnya. UKM-UKM tersebut dikoordinir oleh sentra-sentra industri tenun ikat. Sentra-sentra industri tenun ikat ini yang bertindak membeli kain-kain produk UKM untuk kemudian dijual kembali kepada para distributor. Salah satu sentra industri yang ditunjuk oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang

Page 105: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

97

untuk menghimpun produk dari UKM-UKM setempat adalah sentra industri Ina nDao. Sentra industri Ina nDao juga bertindak sebagai koperasi dengan tujuan memberikan pinjaman modal dengan bunga rendah kepada para perajin tenun ikat. Di samping itu juga memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap perajin pemula secara gratis.

Meskipun satu-satunya pengusaha kerajinan tasbih, pemilik kerajinan tasbih Ie Hari berinisiatif mendirikan yayasan yang dinamakan Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Ie Hari. Berbeda dengan organisasi dari jenis kerajinan lainnya yang bertujuan untuk membantu permodalan dan strategi pemasaran produknya, yayasan ini lebih bertujuan untuk mengembangkan keterampilan para remaja dan pemuda yang berminat untuk dilatih membuat tasbih. Biaya untuk pembinaan tersebut diperoleh dari PT. Jasa Raharja Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Para perajin perak Kotagede di Yogyakarta bergabung dalam Koperasi KP3Y (Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta). Koperasi ini bertindak sebagai pengepul, yaitu membeli hasil produksi perak dari para perajin dan memasarkannya.

Para perajin gerabah di Kasongan, Kabupaten Bantul tampaknya tidak memiliki organisasi formal yang membantu permodalan dan pemasaran produk dari anggotanya. Akan tetapi, mereka bernaung di bawah lembaga-lembaga pembinaan yang dikelola oleh pihak swasta/perorangan, seperti lembaga pembinaan dari seniman besar Sapto Hudoyo pada tahun 1970-an dan lembaga pembinaan dari Amerika Serikat pada tahun 1990-an. Dengan bernaung di bawah lembaga-lembaga pembinaan ini, para perajin dapat memiliki kreatifitas untuk memodifikasi dan mengembangkan desain-desain gerabahnya, sehingga dapat diterima oleh banyak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.

Adapun organisasi pengelolaan pada masing-masing jenis kerajinan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 106: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

98

No Jenis Kerajinan

Organisasi Pengelolaan

Fungsi Organisasi

Diklat/ Pembinaan

Peminjaman Modal

Pemasaran

1. Gerabah Banyumulek

Koperasi-koperasi

- - V

YP2L V - -

2. Tenun Ikat Lombok

- - - -

3. Kain Bordir Tasikmalaya

GAPEBTA - V V

4. Anyaman Mendong Tasikmalaya

KUB Cinta Mendong

- V V

HIMPI - - V

5. Tenun ikat Kupang

Sentra-sentra industri tenun ikat

V V V

6. Tasbih kupang

Yayasan Peng. Swadaya Masyarakat Ie Hari

V - -

7. Sasando Kupang

- - - -

8. Perak Kotagede

KP3Y V - -

9. Gerabah Kasongan

Lembaga-lembaga pembinaan swasta/ perorangan

V - -

E. Pemasaran

Pemasaran merupakan tahap yang sangat menentukan keberlangsungan suatu jenis kerajinan. Apabila produk mereka dapat laku di pasar, maka usaha mereka dapat berlanjut, atau bahkan semakin berkembang. Berkaitan dengan pemasaran, setiap jenis kerajinan mempunyai strategi sendiri-sendiri agar produknya laku di pasar.

Page 107: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

99

Para perajin gerabah Banyumulek mempunyai tiga cara untuk memasarkan produk gerabahnya, yaitu: menjual kepada pengepul, menjual kepada koperasi, dan menjual sendiri secara langsung kepada konsumen. Para pengepul dan koperasi biasanya hanya mau membeli produk gerabah yang berkualitas baik, sehingga sisanya, yang tidak dibeli oleh mereka, dijual sendiri oleh para perajin, baik dijajakan secara berkeliling maupun dijual di show room depan rumahnya.

Para pengusaha tenun ikat Lombok mempunyai dua cara untuk memasarkan, yaitu: menjual sendiri di show room perusahaannya atau menjualnya ke pedagang kain. Jumlah kain yang dijual kepada para pedagang kain relatif terbatas karena harganya yang mahal. Sebaliknya, sebagian besar kain dijual di show room perusahaannya karena relatif lebih cepat laku. Hal ini tidak terlepas dari nama besar perusahaan yang telah disandang sejak lama dan telah dikenal oleh masyarakat Kota Mataram.

Dalam upaya agar produknya laku di pasar, para perajin kain bordir pada umumnya memasarkan di dua tempat, yaitu: di show room depan rumahnya dan di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Untuk memasarkan produknya di kota-kota lain, banyak di antara mereka yang telah memiliki kios atau toko di kota-kota tersebut. Sedangkan bagi yang belum memiliki kios atau toko di kota-kota tersebut menjualnya secara langsung dari mobil. Dengan demikian mobil mereka berfungsi sebagai ”toko berjalan”. Dua tempat di Jakarta, yaitu: Tanah Abang dan Cipulir, sekurang-kurangnya dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis, ramai didatangi mobil-mobil dari para pengusaha kain bordir. Namun bagi pengusaha kain bordir yang sudah cukup dikenal namanya, mereka tidak perlu memasarkan sendiri ke kota-kota lain karena para distributor dan pemesan datang sendiri kepada mereka.

Dalam upaya memenuhi omset pemesanan, pengusaha kain bordir skala besar senantiasa bekerja sama dengan pengusaha bordir skala kecil. Kerja sama itu diwujudkan dalam bentuk apabila pengusaha bordir skala besar mendapat banyak pesanan sehingga mereka kewalahan untuk mengerjakan, mereka melimpahkan sebagian pesanan tersebut kepada pengusaha skala kecil untuk membantu menyelesaikan omset pesanan. Hasil produk pesanan tersebut dijual dengan merek milik pengusaha kain bordir skala besar tersebut.

Page 108: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

100

Para perajin mendong tidak menjual sendiri hasil produksinya, tetapi hanya dijual kepada pengepul. Para pengepul-lah yang kemudian menjual produk anyaman mendong ke pasar di Kota Tasikmalaya. Selanjutnya, di pasar-pasar tersebut masing-masing pengepul memiliki langganan distributor yang akan membeli dari tangan mereka. Di tangan distributor inilah produk anyaman mendong dijual, baik ke kota-kota lain di Indonesia maupun ke negara-negara lain. Dalam hal ini para pengusaha kerajinan mendong skala besar seringkali juga bertindak sebagai pengepul.

Para perajin tenun ikat mempunyai dua cara untuk memasarkan. Yang pertama adalah menjual kepada sentra-sentra industri tenun ikat. Sentra-sentra industri tenun ikat ini, di samping memproduksi tenun ikat sendiri juga berfungsi sebagai pengepul. Mereka lah yang kemudian menjual kembali kepada para distributor. Meskipun demikian, sentra-sentra industri tenun ikat tersebut hanya mau membeli kain-kain yang dianggap berkualitas baik. Sedangkan kain-kain yang tidak terjual kepada sentra-sentra industri tenun ikat tersebut dijual sendiri oleh para perajin dengan harga yang lebih murah. Sasaran penjualan adalah ke pasar-pasar tradisional atau warung-warung karena pangsa pasarnya adalah masyarakat yang mempunyai daya beli rendah.

Perajin tasbih di dalam memasarkan produknya tidak melalui pengepul, melainkan langsung kepada distributor yang berdomisili di Surabaya. Pihak distributor datang ke tempat mereka pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Mereka pula lah yang mengemas, memberi merek, dan memasarkan produk tasbih ke kota-kota lain di Indonesia maupun di negara-negara Timur Tengah.

Berbeda dengan jenis kerajinan lain yang memproduksi hasil kerajinan sebanyak-banyaknya, baru kemudian menjualnya kepada konsumen di pasar, perajin sasando hanya membuat sasando asli berdasarkan pesanan. Sedangkan yang dibuat sebanyak-banyaknya lalu dijual adalah sasando hiasan atau sasando untuk souvenir saja. Sasando souvenir ini juga hanya dijual sendiri di show room depan rumah. Sasando asli hanya dibuat berdasarkan pesanan dikarenakan biaya untuk membuat sebuah sasando asli cukup mahal, sementara calon pembelinya hanya terbatas pada orang-orang yang dapat memainkannya atau yang ingin menjadikannya sebagai benda-benda koleksi saja. Upaya lain untuk memasarkan produk sasando asli, antara lain dengan mengikuti

Page 109: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

101

pameran-pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun instansi swasta. Dengan cara ini diharapkan masyarakat di daerah penyelenggaraan pameran menjadi tertarik untuk membeli sasando.

Seperti halnya jenis kerajinan lain pada umumnya, perajin perak Kotagede juga mempunyai pengepul untuk membeli barang-barang hasil kerajinan perak mereka. Selanjutnya para pengepul lah yang menjual kepada para distributor. Dalam hal ini, pengusaha perak skala besar seringkali juga bertindak selaku pengepul bagi perajin skala kecil. Di samping menjual kepada para distributor, para pengusaha kerajinan perak skala besar juga menjual sendiri produk-produk perak, baik buatan sendiri maupun buatan para pengrajn skala kecil, di show room-show room mereka.

Para perajin gerabah Kasongan mempunyai empat cara untuk memasarkan produk gerabahnya, yaitu: dijual di kios/show room depan rumah, dijual ke pasar-pasar tradisional atau toko-toko langganan, dijual kepada para pengepul, dan membuat/dijual berdasarkan pesanan. Dalam hal ini terdapat sedikit perbedaan dengan gerabah Banyumulek, yaitu apabila produk gerabah Banyumulek dapat dijual melalui koperasi, maka pada gerabah Kasongan tidak terdapat koperasi yang membeli dan menjualkan produk-produk mereka. Mengapa hal ini terjadi, tidak diketahui. Mungkin karena keberadaan koperasi dipandang tidak memberi manfaat bagi para perajin.

F. Kesinambungan Usaha

Industri kerajinan rakyat pada umumnya merupakan usaha milik keluarga dan telah berlangsung selama puluhan tahun. Pengelolaannya pun telah melampaui lebih dari satu generasi. Oleh karena itu, para perajin harus melakukan regenerasi untuk meneruskan usaha mereka. Regenerasi dilakukan dengan mentransfer pengetahuan dan keterampilan mereka dari generasi tua kepada generasi muda, khususnya anak-anak mereka. Meskipun demikian, terdapat beberapa jenis kerajinan yang kesulitan untuk melakukan regenerasi karena generasi mudanya tidak berminat lagi untuk menggeluti jenis kerajinan tersebut dan memilih bekerja di sektor lain yang dianggap lebih menguntungkan.

Page 110: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

102

Pada kerajinan gerabah Banyumulek, keterampilan membuat gerabah sudah diajarkan sejak anak-anak. Sebelum usia 8 tahun anak-anak telah diikutsertakan dalam tahap-tahap pembuatan gerabah, seperti: mencampur tanah liat dengan pasir, menghaluskan gerabah yang telah terbentuk, dan mengangkat gerabah yang telah selesai dibakar. Sejak usia 8 tahun anak-anak mulai berlatih membuat gerabah sendiri, mulai dari bentuk-bentuk yang sederhana. Setelah semakin mahir, pada usia remaja mereka mulai mengerjakan bentuk-bentuk yang lebih rumit.

Di samping terjadi regenerasi, juga terdapat pembagian kerja antara pria dan wanita. Kaum wanita biasanya melakukan pekerjaan pembentukan gerabah, sedangkan kaum pria menyiapkan bahan baku, melakukan pembakaran gerabah, dan menjual gerabah yang telah jadi.

Pekerjaan menenun kain tenun ikat Lombok sepenuhnya dilakukan oleh kaum wanita. Pada kerajinan tenun ikat Lombok, keterampilan menenun sudah diajarkan sejak seorang gadis masih remaja. Dewasa ini telah terjadi alih teknologi antara generasi tua dengan generasi paruh baya, di mana generasi tua masih lebih suka menggunakan teknik gedogan, sedangkan generasi paruh baya sudah beralih menggunakan teknik ATBM. Namun yang cukup disayangkan, dengan semakin sedikitnya konsumen kain tenun ikat Lombok, banyak penenun yang sudah tidak mengajarkan keterampilannya kepada anak-anak mereka. Dengan demikian, semakin sedikit kaum wanita generasi muda yang memiliki keterampilan menenun dan dikhawatirkan akan punah di kemudian hari.

Pada kerajinan kain bordir Tasikmalaya, pewarisan keterampilan membordir pada umumnya dilakukan oleh para pemilik perusahaan-perusahaan kain bordir kepada anak-anaknya. Dengan demikian, anak-anak mereka tidak hanya mewarisi keterampilan membordir, tetapi juga pengetahuan manajemen untuk mengelola perusahaan mereka. Sedangkan para karyawan yang direkrut oleh perusahaan-perusahaan itu, biasanya baru diberi pembinaan dan pelatihan teknik membordir pada usia produktif, yaitu ketika mulai bekerja di perusahaan tersebut. Para karyawan dapat juga memperoleh keterampilan setelah mereka mengikuti pendidikan dan latihan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya melalui pusat-pusat pendidikan dan

Page 111: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

103

pelatihan yang telah ditunjuk, kemudian disalurkan ke perusahaan bordir yang membutuhkan tenaga mereka.

Pada kerajinan anyaman mendong, anak-anak mulai diajari menganyam pada usia 7-14 tahun. Kemudian setelah memiliki keterampilan menganyam, pada usia remaja mereka mulai dilatih untuk membuat berbagai jenis benda seni di bengkel-bengkel kerja milik para pengusaha kerajinan mendong.

Seperti halnya kerajinan tenun ikat Lombok, pekerjaan menenun di Kupang juga dilakukan oleh kaum wanita. Keterampilan menenun diwariskan dari orangtua kepada anak perempuannya ketika mereka mulai beranjak remaja. Keterampilan ini bahkan sudah menjadi norma dalam masyarakat, bahwa seorang gadis sudah dapat dianggap bersifat feminim bila telah memiliki keterampilan menenun.

Pada kerajinan tasbih Ie Hari pimpinan Dominggus He, keterampilan membuat tasbih tidak hanya diwariskan kepada anak-anaknya sendiri, tetapi juga kepada remaja dan pemuda yang berminat. Untuk pembinaan dan pelatihan kepada mereka, Dominggus He mendirikan Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Ie Hari, sedangkan dananya diperoleh dari instansi-instansi lain yang bersedia membantu, di antaranya adalah PT. Jasa Raharja Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Perajin sasando Jeremias A. Pah dalam membuat sasando senantiasa melibatkan anak-anaknya sejak mereka masih remaja. Pada saat ini anak-anak Jeremias A. Pah di samping telah mampu membuat sasando, juga mampu memainkannya. Jeremias A. Pah juga melatih orang lain yang berminat membuat sasando. Salah seorang bekas muridnya yang sekarang telah mempunyai usaha kerajinan sasando sendiri adalah Zakaria Nggaong.

Kerajinan perak Kotagede merupakan kerajinan rakyat yang terbukti mampu bertahan hingga ratusan tahun. Selama itu pula keterampilan perajin perak diwariskan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi. Meskipun demikian, sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 omzet penjualan perak semakin menurun, yang berimplikasi pada minat generasi muda untuk menggeluti usaha ini semakin sedikit. Mereka lebih memilih bidang pekerjaan lain yang dianggap lebih menjanjikan secara ekonomi.

Seperti halnya gerabah Banyumulek, keterampilan membuat gerabah di Dusun Kasongan juga telah diajarkan sejak anak-anak.

Page 112: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

104

Mula-mula mereka hanya membantu orangtuanya melalukan aktivitas, seperti: menjemur, mencampur tanah liat dengan pasir, menghaluskan gerabah yang sudah terbentuk, dan lain-lain. Setelah remaja, mereka mulai belajar membentuk gerabah sendiri, mulai dari bentuk yang sederhana hingga ke bentuk-bentuk yang rumit.

G. Peranan Pemerintah Daerah

Peranan pemerintah daerah dalam pembinaan terhadap para perajin berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Hal ini tergantung pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh tiap-tiap jenis kerajinan. Dalam rangka pembinaan terhadap para perajin, instansi pemerintah daerah yang paling berkompeten adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Meskipun demikian, bentuk pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu: pendidikan dan latihan; pemberian bantuan alat produksi; pemberian pinjaman modal; mengikutsertakan dalam pameran; perlindungan hak paten; dan peningkatan kecintaan masyarakat terhadap hasil kerajinan dari daerahnya.

Adapun keterangan dari masing-masing kategori pembinaan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan dan Latihan

Program pendidikan dan latihan (diklat) yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, antara lain meliputi: gerabah Banyumulek, kain bordir Tasikmalaya, anyaman mendong Tasikmalaya, dan tenun ikat Kupang. Sedangkan kerajinan perak Kotagede dan gerabah Kasongan tidak diperoleh data dari pemerintah daerah setempat. Bentuk diklat yang diberikan kepada para perajin gerabah Banyumulek adalah dengan mendatangkan para pakar gerabah dari mancanegara untuk memperkenalkan desain dan seni hias mereka. Dengan demikian, diharapkan para perajin dapat membuat inovasi dan meningkatkan kreatifitas pada seni hiasnya, sehingga gerabah mereka dapat diminati oleh masyarakat mancanegara.

Program diklat yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk perajin kain bordir di Kota Tasikmalaya adalah dengan bekerja sama dengan pihak swasta yang ditunjuk, yaitu CV.

Page 113: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

105

Dewi Nugraha. Dalam hal ini pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyediakan dana pembinaan, sedangkan CV. Dewi Nugraha bertanggung jawab mendidik dan melatih tenaga kerja agar siap pakai dalam usaha kain bordir. Setelah diberi diklat selama tiga bulan, mereka sudah siap ditampung oleh perusahaan-perusahaan kain bordir yang membutuhkan.

Program diklat yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya kepada para perajin mendong adalah dengan merekrut para remaja dan pemuda untuk diberikan pembekalan. Setelah mendapat cukup pembekalan, mereka langsung mendapatkan latihan kerja di bengkel-bengkel kerja milik para pengusaha anyaman mendong.

Program diklat yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang terhadap perajin tenun ikat adalah dengan melakukan pelatihan dan pendampingan ke sentra-sentra industri tenun ikat. Selanjutnya diharapkan sentra-sentra industri tenun ikat tersebut lah yang melanjutkan pelatihan dan pendampingan kembali kepada para perajin tenun ikat skala kecil. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang belum dapat melakukan pembinaan secara langsung kepada para perajin secara keseluruhan karena keterbatasan kemampuan yang mereka miliki, seperti dana dan sumber daya manusia.

2. Pemberian Bantuan Alat Produksi

Tidak banyak program dari pemerintah daerah yang berupa pemberian bantuan alat produksi. Bantuan alat produksi, antara lain diberikan kepada perajin gerabah Banyumulek dan tenun ikat Kupang. Bantuan alat kepada para perajin gerabah Banyumulek berupa empat buah mesin molen yang berfungsi untuk mempercepat proses pencampuran tanah liat. Meskipun demikian, jumlah ini masih jauh dari memadai, yaitu sekitar 100 buah. Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat juga telah memperkenalkan tempat pembakaran tertutup, tetapi teknologi ini belum diterima oleh masyarakat karena biaya operasionalnya masih terlalu tinggi.

Bantuan alat yang diberikan kepada para perajin tenun ikat adalah beberapa buah ATBM di sentra industri tenun ikat Ina nDao. Meskipun demikian, karena masih terbatas di sentra industri

Page 114: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

106

tersebut, sebagian besar perajin masih tetap menggunakan alat tenun gedogan.

3. Pemberian Pinjaman Modal

Program dalam bentuk pemberian pinjaman modal diberikan kepada hampir semua jenis kerajinan. Pinjaman modal ini bersifat pinjaman dengan bunga ringan dan diharapkan akan dapat meringankan beban para perajin. Pinjaman modal ini dapat diberikan melalui bank-bank setempat atau pun instansi terkait lainnya. Misalnya: PT. Jasa Raharja Provinsi Nusa Tenggara Timur memberikan pinjaman modal kepada perajin tasbih Ie Hari atau Telkom dan Pos Giro memberikan pinjaman modal kepada perajin sasando Jeremias A. Pah.

Namun yang patut disayangkan, seringkali bantuan tersebut tidak diberikan kepada para perajin skala kecil, tetapi justru diberikan kepada perajin skala besar. Padahal perajin skala kecil lah yang lebih memerlukan bantuan modal untuk kesinambungan usaha mereka. Pihak bank di daerah banyak yang berkeberatan untuk memberikan pinjaman kepada mereka karena tidak ada jaminan bahwa para perajin dapat mengembalikan secara tepat waktu.

4. Mengikutsertakan dalam Pameran

Pemerintah daerah juga senantiasa mengikutsertakan semua jenis kerajinan ke dalam kegiatan pameran, baik di dalam provinsi, antar provinsi, maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan tujuan dari pameran adalah untuk mempromosikan hasil karya para perajin kepada masyarakat. Dengan demikian, diharapkan masyarakat daerah lain menjadi mengetahui produk tersebut dan menjadi konsumennya. Dengan kata lain pameran dimaksudkan untuk memperoleh peluang pasar. Sebaliknya, dengan diikutkan pameran bukan berarti usaha para perajin tergantung pada pemerintah daerah. Pameran yang diselenggarakan pemerintah daerah hanya merupakan ajang untuk memperoleh jaringan pasar. Selanjutnya, perajin sendiri lah yang harus berperan aktif mempromosikan dan memasarkan produknya.

Meskipun demikian, karena banyaknya jumlah perajin, tidak semua dari mereka mendapat kesempatan untuk ikut pameran. Biasanya pemerintah daerah mengikutsertakan perajin yang sudah

Page 115: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

107

cukup mapan usahanya atau yang bernaung di dalam wadah organisasi yang terdaftar oleh pemerintah daerah. Sedangkan mereka yang tidak pernah diikutsertakan dalam pameran tentu tidak mempunyai kesempatan untuk mempromosikan hasil kerajinannya.

5. Perlindungan Hak Paten

Banyak hasil kerajinan di Indonesia yang sampai pada saat ini belum dilindungi dengan hak paten. Hal ini menyebabkan hasil karya mereka dengan mudah diduplikasi oleh orang lain tanpa dapat menuntut secara hukum. Sebaliknya, seringkali orang lain terebut yang terlebih dahulu membuat sertifikat hak paten, sehingga justru perajin lah yang dianggap sebagai pihak yang melakukan duplikasi. Di sisi lain, kesadaran dari para perajin untuk mempatenkan hasil karya mereka masih rendah. Hal ini dikarenakan beberapa hal, antara lain. a. Belum jelasnya keuntungan yang diperoleh dari mematenkan

hak cipta karena belum tahu sampai sejauh mana hak cipta tersebut dapat melindungi hasil karya mereka.

b. Proses mendapatkan HaKI memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar.

Sehubungan dengan pentingnya HaKI (Hak Karya Intelektual) terhadap para perajin, sebagian dari pemerintah daerah telah mengupayakan hak paten, namun sebagian lainnya masih terbatas dalam wacana. Berdasarkan hasil penelitian, upaya untuk memperjuangkan hak paten baru dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada saat ini sudah ada 11 motif kain tenun dari kabupaten/kotamadya di Nusa Tenggara Timur yang sudah memperoleh hak paten motif tenunnya, sedangkan beberapa kabupaten lainnya masih dalam proses.

6. Peningkatan Kecintaan Masyarakat

Upaya untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap produk kerajinan dari daerah mereka sendiri merupakan bagian dari peranan pemerintah daerah dalam strategi mempertahankan industri budaya. Setiap pemerintah daerah mempunyai cara sendiri-sendiri untuk membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap

Page 116: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

108

produk industri budaya daerah mereka. Upaya ini, antara lain ditujukan pada jenis kerajinan tenun ikat Lombok dan tenun ikat Kupang.

Untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap produk tenun ikat Nusa Tenggara Barat pada umumnya dan Lombok pada khususnya, Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat menyelenggarakan kegiatan lomba dan festival rancang busana tenun khas Nusa Tenggara Barat. Sedangkan Pemerintah Daerah Kota Mataram mewajibkan SMK yang mempunyai jurusan konveksi untuk memperkenalkan desain-desain tenun yang baru.

Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur mewajibkan setiap PNS di lingkungan instansi pemerintah untuk memakai pakaian dari bahan tenun ikat Nusa Tenggara Timur pada setiap hari Kamis. Di samping itu, pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan program Gentania (Gerakan Cinta Seni dan Pariwisata). Gerakan ini dimaksudkan agar masyarakat lebih menghargai karya seni dari Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Page 117: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

109

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian mengenai Pengembangan Strategi Industri Budaya dilakukan di empat daerah, yaitu Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan D.I. Yogyakarta. Adapun jenis kerajinan yang diteliti meliputi gerabah Banyumulek dan tenun ikat Lombok (Nusa Tenggara Barat); kain bordir Tasikmalaya dan anyaman mendong Tasikmalaya (Jawa Barat); tenun ikat Kupang, tasbih, dan sasando (Nusa Tenggara Timur); kerajinan perak Kotagede dan gerabah Kasongan (D.I. Yogyakarta). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap jenis kerajinan mengembangkan strategi sendiri-sendiri. Akan tetapi, meskipun telah mengembangkan strategi, tidak semua jenis kerajinan dapat berkembang, melainkan hanya dapat bertahan, bahkan terancam gulung tikar. Jenis-jenis kerajinan yang pada saat ini tengah berkembang, bahkan mampu menjadi komoditi ekspor ke berbagai negara, antara lain: gerabah Banyumulek, kain bordir Tasikmalaya, anyaman mendong Tasikmalaya, kain tenun ikat Kupang, dan gerabah Kasongan.

Jenis kerajinan tersebut dapat berkembang karena dapat menyerap, menyesuaikan, dan mengembangkan hasil kerajinannya sesuai dengan situasi dan kondisi masa kini. Mereka dapat mengatasi kendala dalam penyediaan bahan baku, melakukan diversifikasi produk, dan mengikuti perkembangan teknologi. Misalnya: gerabah Banyumulek dan gerabah Kasongan berkembang dari hanya membuat alat-alat dapur dan rumah tangga menjadi benda-benda bernilai seni, kain bordir Tasikmalaya menyesuaikan tuntutan konsumen dari yang semula didominasi pakaian tradisional Cina menjadi kain untuk ruangan (home interior) dan akhirnya menjadi pakaian muslim, anyaman mendong berkembang dari produk tikar menjadi benda-benda souvenir, dan tenun ikat Kupang berkembang dari kain tradisional menjadi berbagai jenis kain dan pakaian jadi.

Page 118: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

110

Salah satu indikasi berkembangnya suatu jenis kerajinan adalah banyaknya populasi jumlah perajin yang menekuni bidang kerajinan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, populasi setiap jenis kerajinan yang sedang berkembang berada di atas 100 orang perajin. Di samping jumlah populasinya yang tinggi, para perajin juga juga memiliki organisasi pengelolaan untuk membantu aktivitas mereka, baik di bidang pembinaan dan pelatihan, peminjaman modal, maupun pemasaran.

Sebaliknya, kerajinan yang pada saat ini hanya mampu bertahan, antara lain: tenun ikat Lombok, tasbih Kupang, alat musik Sasando Kupang, dan perak Kotagede. Jenis-jenis kerajinan tersebut hanya mampu bertahan tidak dikarenakan oleh tidak adanya strategi yang diterapkan, melainkan dikarenakan perkembangan jaman yang berpengaruh terhadap kurangnya konsumen yang berminat. Dengan demikian, meskipun sudah menerapkan strategi-strategi tertentu, usaha mereka tidak mengalami perkembangan yang berarti. Pada tenun ikat Lombok, permasalahan yang dihadapi adalah harus bersaing dengan tenun cap buatan pabrik yang harganya jauh lebih murah. Pada perajin tasbih, permasalahan yang dihadapi adalah semakin sedikitnya bahan baku kayu cendana karena telah menjadi tanaman langka yang dilindungi oleh pemerintah dan pangsa pasarnya hanya terbatas pada kegiatan keagamaan. Pada perajin alat musik Sasando, kendala yang dihadapi adalah pangsa pasarnya yang hanya terbatas pada orang yang dapat memainkan sasando atau orang yang berminat untuk dijadikan koleksi, sementara untuk membuat sebuah sasando yang dapat dimainkan membutuhkan biaya yang besar. Sedangkan pada kerajinan perak Kotagede, jumlah populasi perajin pada saat ini masih cukup banyak, tetapi permasalahan yang dihadapi adalah menurunnya wisatawan mancanegara yang membeli produk mereka. Hal ini dikarenakan para perajin masih menggunakan desain-desain lama dan cara pengerjaannya masih manual. Faktor lain yang menyebabkan keterpurukan kerajinan perak adalah bencana gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006. Secara kebetulan daerah Kotagede merupakan salah satu daerah yang mengalami kerusakan terparah, termasuk rusaknya aset-aset usaha kerajinan perak di dalamnya.

Untuk jenis kerajinan yang sudah berkembang dengan baik, hendaknya tetap mempertahankan, atau bahkan lebih

Page 119: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

111

mengembangkan strategi-strategi yang telah dilakukan. Sedangkan untuk kerajinan yang hanya mampu bertahan, perlu dicarikan jalan keluar untuk memperbaiki faktor-faktor yang menjadi penyebab kurang berhasilnya strategi mereka. Dalam hal ini, peranan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk membantu para perajin keluar dari keterpurukannya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, tim peneliti perlu menyampaikan beberapa rekomendasi kepada pemerintah daerah, sebagai berikut. 1. Untuk keberlanjutan industri budaya yang menggunakan bahan

baku dari tanaman, pemerintah daerah hendaknya mendorong masyarakatnya untuk membudidayakan tanaman tersebut. Misalnya: penanaman mendong di lahan pertanian pada masyarakat Kota/Kabupaten Tasikmalaya dan penanaman pohon cendana pada masyarakat Kota/Kabupaten Kupang.

2. Untuk menghindari duplikasi terhadap hasil karya para perajin, pemerintah daerah perlu lebih memberikan perlindungan hak paten. Pada saat ini peranan pemerintah daerah terhadap upaya pemberian hak paten dirasakan masih kurang. Sementara itu, kesadaran dari para perajin untuk mempatenkan hasil karya mereka masih rendah.

3. Keberadaan peralatan berteknologi tinggi untuk mengerjakan suatu jenis kerajinan harus dibatasi karena akan berimplikasi pada meningkatnya jumlah pengangguran dan jatuhnya harga produksi di pasaran karena jumlahnya yang berlimpah. Misalnya: penggunaan mesin bordir otomatis pada kerajinan kain bordir Tasikmalaya.

4. Pemberian bantuan pinjaman modal hendaknya diberikan secara merata kepada semua lapisan perajin yang membutuhkan, terutama perajin skala kecil. Dalam hal ini pihak pemberi pinjaman, terutama bank-bank setempat, mau memberikan pinjaman dengan persyaratan jaminan yang lebih mudah, sehingga tidak memberatkan perajin.

5. Pemerintah daerah perlu lebih menggalakkan kecintaan masyarakat terhadap produk industri budaya dari daerahnya. Kecintaan masyarakat akan produk kerajinan di daerahnya akan

Page 120: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

112

meningkatkan permintaan pasar, yang selanjutnya akan berimbas pada ketahanan industri budaya. Misalnya, mewajibkan pegawai dari instansi pemerintah maupun swasta untuk menggunakan produk tenun ikat dari daerahnya.

6. Pemerintah perlu meningkatkan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas, maupun pemasaran produk hasil kerajinan. Upaya ini dilakukan terutama sebagai terobosan terhadap jenis-jenis kerajinan yang sedang mengalami stagnasi atau bahkan hampir gulung tikar.

7. Salah satu faktor penyebab menurunnya konsumen yang membeli produk industri budaya adalah faktor keamanan. Beberapa peristiwa yang mengusik keamanan, seperti Bom Bali (tahun 2002 dan 2004), Bom Marriot (tahun 2003), kerusuhan Mataram (tahun 2000), dan lain sebagainya, terbukti sangat mempengaruhi jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, yang berdampak pada menurunnya jumlah pembeli produk industri budaya. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu bekerja sama dengan masyarakat untuk berupaya menciptakan keamanan di lingkup daerahnya masing-masing.

Page 121: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

113

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Jakup., dkk. Tenun Tradisional Nusa Tenggara Barat, Proyek Pengembangan Permuseuman Nusa Tenggara Barat, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982.

Badan Perencanaan Daerah Kota Tasikmalaya dan Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya dalam Angka Tahun 2004.

Badan Pusat Statistik, Kota Kupang dalam Angka Tahun 2005/2006.

Badan Pusat Statistik, Lombok Barat dalam Angka Tahun 2003

Brosur Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, Bidang Pengembangan dan Penanaman Modal, Tahun Anggaran 2006.

Brosur Sentra Ina nDao, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang, 2006

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Barat, Gambaran Sekilas Sentra Industri Kecil Kerajinan Gerabah Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat.

Freenan Stoner and Jt. Gilbert, 1995.

Lindyastuti dan Suprapti (Penyunting), Pengrajin Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat, Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991.

Meoko, Norman., “Tasbih Kayu Cendana Asal Kupang Tembus Timur Tengah”, Harian Sinar Harapan, 2005.

Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 1, Jakarta: Buku Kompas, Desember 2001.

Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 2, Jakarta: Buku Kompas, Januari 2003

Page 122: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

114

Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 3, Jakarta: Buku Kompas, September 2003

Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 4, Jakarta: Buku Kompas, April 2004

Proyek Penelitian, Pengkajian, dan Pembinaan Nilai Budaya, Pengrajin Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat, Mataram: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992.

Sarong, Frans, ”Sasando, antara Pelestarian Budaya dan Peluang Usaha”, Harian Kompas, Jakarta: PT. Gramedia, 2005.

Satuan Kerja Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (PIKM), Company Profile Tenun Nusa Tenggara Barat, Mataram: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Nusa Tenggara Barat, 2005.

Soemarsono (Penyunting), Perajin Tradisional di Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992.

Staley, Eugene dan Rishard Morse, Modern Small Industri for Developing Countries, New York: Mc. Graw Hill, 1965.

Suhandi Shm., A., dkk., Pola Kehidupan Pengrajin Anyaman di Tasikmalaya, Jakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cetakan ketiga, 1990.

Wiastuti, Alit dan Joko Prayitno, Gerabah Banyumulek Koleksi Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, Mataram: Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.

Page 123: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

115

SUMBER DARI INTERNET

http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-sw-2004-nooryanbah-1784 Bahari, Nooryan, Daya Tahan Karakteristik Estetis dan Simbolisme Jawa pada Kria Perak di Sentra Industri Kotagede dalam Konteks Perubahan Lingkungan Sosial Budaya.

http://id.wikipedia.org/wiki/sasando Sasando

www.ekonomirakyat,org/edisi_12/artikel_3.htm. IDBM Adiyoga dan Erni Herawati, Pola Nafkah Lokal, Acuan Mengkaji Kemiskinan di Era Otonomi Daerah: Kasus Propinsi Nusa Tenggara Timur,

www.gerbang.jabar.go.id/gerbang/index.php!index=15&idartikel:13 Peta Potensi: Kota Tasikmalaya

www.kompas.com/kompas-cetak/0312/02/otonomi/708590.html Kota Tasikmalaya

www.kompas.com/kompas-cetak/0402/18/jateng/865611/htm.39k Makin Lesu, Bisnis Hasil Kerajinan Perak Kotagede

www.kompas.com/kompas-cetak/0510/14/tintimbar/2124260.htm.10 Amir Sodikin, Denting Terakhir Generasi Sasando dari Pulau Rote.

www.pantau.or.id/riset.detail.php.?id=4 Media, UKM, dan Berita Seksi, Laporan Penelitian Orientasi Media di Nusa Tenggara Timur dalam Memberitakan Sektor Usaha Kecil dan Menengah.

www.pikiran-rakyat.com/cetak/0403/06/0802.htm.21k ”Menjual” Yogya Lewat Kerajinan Gerabah Kasongan

www.tasikmalaya.go.id/potensidaerah/ukm/mendong.html Kerajinan Mendong

Page 124: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

116

TIM PENELITI

TENAGA PENELITI 1. Made Budiana Setiawan (Puslitbang Kebudayaan) 2. R.R. Nur Suwarningdyah (Puslitbang Kebudayaan) 3. M. Sudjana (Puslitbang Kebudayaan) 4. Irna Trilestari (Puslitbang Kebudayaan)

TENAGA PENDAMPING PENELITI 1. Djoko Prayitno (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi

Nusa Tenggara Barat). 2. Iwan Roswandi (Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional

Propinsi Jawa Barat). 3. Ahmad Sunarto (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi

Nusa Tenggara Timur). 4. Ratna S. (Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta). TENAGA ADMINISTRASI 1. Surya Hendari (Puslitbang Kebudayaan) 2. Merlisya Walni F. (Puslitbang Kebudayaan)

Page 125: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

117

DAFTAR NARASUMBER

A. NUSA TENGGARA BARAT

1. A. Munir Oesman (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Nusa Tenggara Barat).

2. H. Marzuki (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram)

3. Sri Wulan (Kasubdin Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan; Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Barat).

4. Bambang Sugeng Aryadi (Kepala Seksi Industri Kecil, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Barat).

5. Muriah (Pengrajin gerabah Banyumulek) 6. Shahrir (Pengrajin gerabah Banyumulek) 7. Mansur (Pengrajin dan pengepul gerabah Banyumulek) 8. Yuyun (Pengrajin gerabah Banyumulek) 9. Djamaluddin (Pemilik show room Kodong Sasak,

Banyumulek) 10. I Nengah Kasna (Pengepul gerabah Banyumulek) 11. Gusti Lanang Ngurah (Pengepul Tenun Ikat Mataram) 12. Darnay (Pemilik dan Pengrajin Tenun Ikat ”Selamet Riyadi”,

Mataram) 13. Agnes Agustina (Pemilik dan Pengrajin Tenun Ikat ”Selamet

Riyadi”, Mataram) B. JAWA BARAT

1. Tantan Rustandi (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya.

2. Maman Suparman (Penyuluh pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya.

3. H. Tarmidi (Pengusaha Turatex Bordir, Desa Telagasari, Kecamatan Kawalu).

4. Hj. Herlawati (Pengusaha Turatex Bordir, Desa Telagasari, Kecamatan Kawalu).

5. Erlan (Desainer pada Turatex Bordir, Desa Telagasari, Kecamatan Kawalu).

Page 126: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

118

6. Hj. Adjid (Pengusaha Bordir Air Tanjung, Desa Telagasari, Kecamatan Kawalu).

7. Endang Kurniawan (Pengusaha Mendong Chahyadi, Desa Setianegara, Kecamatan Cibeureum).

8. Hj. Atik Jumaelu (Pimpinan CV. Dewi Nugraha, Jl. Panunggal no. 63, Tasikmalaya).

9. Dedy Rosma (Sekretaris GAPEBTA) 10. Sadek Butaram (Wakil Sekretaris GAPEBTA). 11. Jajang (Karyawan perusahaan tikar mendong Setia Abadi,

Jl. Manonjaya, Desa Kudang, Kecamatan Cibeureum). 12. Maman (Karyawan perusahaan tikar mendong Setia Abadi,

Jl. Manonjaya, Desa Kudang, Kecamatan Cibeureum). C. NUSA TENGGARA TIMUR

1. Maksi Tokoh (Kasubdin Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Nusa Tenggara Timur)

2. Umbu Riada (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Nusa Tenggara Timur)

3. Sofyan Kurniawan (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur)

4. Nico (Staf Subdin Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Nusa Tenggara Timur)

5. Ratu (Kepala Rumah Tangga Balai Penjamin Mutu Pendidikan, Jl. Jenderal Suharto No. 57, Kota Kupang)

6. Dorce Lussy (Pengusaha Tenun Ikat Ina Ndao, Jl. Kebon Raja I, Naikoten, Kota Kupang)

7. Ester Koro (pengrajin tenun ikat, Jl. Advokat No. 2, Kota Kupang)

8. Jeremias Auwus Pah (Edu Pah) (pengrajin Sasando, Jl. Timor Raya km 25, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang).

9. Zakaria Nggaong (pengrajin dan pemain Sasando ”Daleksa”, Jl. Timor Raya km. 8, Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang).

10. Dominggus He (pengusaha tasbih kayu cendana ”Ie Hari”, Jl. Bhakti Karang No. 15, RT 33, RW 11, Kelurahan Oebobo, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang).

D. D.I. YOGYAKARTA

Page 127: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

119

LAMPIRAN-LAMPIRAN

FOTO-FOTO

Foto 1. Warna bercak kecoklatan yang dihasilkan dari semprotan larutan asam pada gerabah Banyumulek.

Foto 2. Hiasan anyaman rotan pada gerabah Banyumulek.

Foto 3. Alat molen bantuan dari Dinas Perindag Kabupaten Lombok Barat.

Foto 4. Motif hias lumbung padi tradisional Lombok pada tenun ikat Lombok.

Page 128: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

120

Foto 5. Alat tenun bukan mesin (ATBM) yang digunakan untuk menenun kain tenun ikat Lombok.

Foto 6. Pola benang pintal sebelum dicelup dengan warna.

Foto 7. Pembordiran dengan mesin bordir listrik dan opal.

Foto 8. Pakaian-pakaian jadi dengan motif bordir Tasikmalaya.

Page 129: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

121

Foto 9. Penggunaan mesin bordir otomatis yang dioperasionalkan dengan komputer.

Foto 10. Tumpukan produk tikar mendong di salah satu pengepul di Kota Tasikmalaya.

Foto 11. Produk barang-barang souvenir dari anyaman mendong.

Foto 12. Alat untuk menenun tikar dari mendong.

Page 130: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

122

Foto 13. Pembuatan tenun ikat dengan teknik gedogan di Kupang.

Foto 14. Pemasangan benang sebelum penenunan.

Foto 15. Berbagai jenis produk tasbih dari kerajinan tasbih Ie Hari, Kupang.

Foto 16. Proses pelapisan lilin pada butiran-butiran tasbih.

Page 131: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

123

Foto 17. Produk sasando untuk souvenir di show room milik pengrajin sasando Jeremias A. Pah.

Foto 18. Pengrajin sasando Jeremias A. Pah sedang mempertunjukkan permainan sasando elektrik.

Foto19. Berbagai produk kerajinan perak Kotagede (Dok. http://www.smilejogja. com/wp-content/perak.jpg

Foto 20. Pengrajin perak sedang mengerjakan pembuatan perak (Dok. http://www.tembi.org/mataram/ images/mataram08-06.jpg

Page 132: KATA PENGANTAR - · PDF filemerupakan salah satu sektor pengembangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan keberadaannya, karena akan berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

124

Foto 21. Salah satu produk gerabah Kasongan berbentuk miniatur gajah. (Dok. http://www.antarin.net/images/gallerie/ kasongan2.jpg

Foto 22. Seorang pengrajin sedang membuat gerabah berbentuk tempayan (Dok. http://www.tripalbum.net/ photos/170/poterie.jpg