KATA PENGANTAR Road Map Nilam Tahun 2018-tansim.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/...2 KATA...
-
Upload
trinhnguyet -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of KATA PENGANTAR Road Map Nilam Tahun 2018-tansim.ditjenbun.pertanian.go.id/uploads/download/...2 KATA...
1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan Road Map Nilam Tahun 2018-
2024 dapat terselesaikan.
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth)
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri
yang merupakan komoditi ekspor terbesar di
Indonesia, sehingga prospek komoditi nilam pada masa
yang akan datang masih cukup besar, mengingat
tingginya permintaan minyak nilam dalam dan luar
negeri.
Pengembangan Nilam tersebar di 10 Provinsi
antara lain Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DIY, Bali, Sulawesi
Tenggara dan Gorontalo.
Road Map Nilam Tahun 2018-2024 memuat
langkah-langkah yang hendak dicapai untuk
merealisasikan peningkatan produksi, produktivitas
tanaman nilam dan mutu minyak nilam di Indonesia
dengan harapan pengembangan komoditi ini
3
memberikan kesejahteraan petani/penyuling nilam
dan meningkatkan pendapatan negara.
Untuk itu kami mengucapkan terimakasih dan
penghargaan kepada semua pihak atas keterlibatannya
dalam penyusunan Road Map Nilam Tahun 2018-2024.
Semoga Road Map ini dapat bermanfaat bagi seluruh
stakeholder nilam dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Jakarta, Desember 2018 Direktur Jenderal Perkebunan
Ir. Bambang, MM NIP. 19651108199031010
4
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN …………………………………………....
A. Latar Belakang ………………………………………….
B. Tujuan dan Sasaran
……………………………………
II. KONDISI KOMODITAS NILAM DI INDONESIA …….…..
A. Identifikasi Masalah …………………………………….
B. Kinerja Budidaya Nilam …………………….…………
B.1. Luas Areal ………………………………………….
B.2. Produksi Dan Produktivitas Nilam ………………
B.3. Varietas Nilam ……….…………………………….
C. Peran Komoditas Nilam ………………………………..
C.1. Sumber Penerimaan Petani Yang Komperatif …
C.2. Tata Niaga Nilam ………………………………….
III. ANALISIS STRATEGI LINGKUNGAN …………………..
A. Analisis SWOT …………………………………….……
1. Kekuatan (Strenght) …………………………………
2. Kelemahan (Weakness) …………………………...
3. Peluang (Opportunity) ………………………………
5
4. Ancaman (Threat) …………………………………..
B. Permasalahan Pokok ………………………………….
IV. PROYEKSI ……………………………………………...…...
A. Proyeksi Kebutuhan Minyak AtsiriDalam Negeri dan InternasionalTahun 2018-2024 …………………...
B. Proyeksi Luas Areal dan Produksi (Exiting) dan
PerluasanTahun 2018 – 2024 ………………..……….
V SASARAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN LANGKAH OPERASIONAL ………………………………………..…....
A. Sasaran Produksi Dan Mutu …………………………
B. Strategi Pencapaian Sasaran …………………………
C. Arah Kebijakan ………………………………..…...……
D. Langkah Operasional ……………………..……………
1. On farm ………………………………………………..
2. Of farm ………………………………………..……....
VI. PENUTUP …………………………………………………....
VII DAFTAR PUSTAKA...............................................................
VIII LAMPIRAN............................................................................
6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth)
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri
yang terpenting di Indonesia. Dalam dunia
perdagangan minyak nilam dikenal dengan nama
“Patchouli Oil”, yang merupakan komoditi ekspor
terbesar ± 60% dari ekspor minyak atsiri Indonesia.
Minyak nilam Indonesia sudah dikenal sejak 66 tahun
yang lalu, bahkan saat ini Indonesia merupakan
pemasok utama minyak nilam dunia. Dipasaran minyak
atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia dikenal paling
baik dan menguasai pangsa pasar 90%.
Minyak nilam atau Patchouli Oil dihasilkan dari
destilasi terna (batang dan daun) tanaman nilam.
Fungsi minyak nilam adalah sebagai bahan pengikat
(fiksator) dalam industri Parfum/Fragrance, kosmetik,
farmasi, dan aromaterapi, saat ini belum dapat
disubstitusi oleh bahan yang lain.
7
Daerah sentra produksi nilam Indonesia
mengalami pergeseran yang semula dikembangkan di
wilayah Sumatera dan Jawa, saat ini bergeser ke
Wilayah Sulawesi.
Prospek ekspor minyak nilam pada masa yang
akan datang masih cukup besar, tingginya permintaan
dunia karena sebagian besar kebutuhan minyak nilam
dunia di pasok dari Indonesia. Permintaan minyak nilam
yang cukup tinggi ini seharusnya mampu diikuti oleh
pengembangan produksi yang berkelanjutan
(sustainable) dan bertanggungjawab (responsible).
Permasalahan dan tantangan yang dihadapi
petani saat ini belum menerapkan Budidaya Nilam yang
baik (Good Agriculture Practices,GAP), diikuti oleh
proses pengolahan yang baik (Good Manufacture
Practices,GMP), serta belum adanya transparansi
pasar yang mengakibatkan fluktuasi harga.
8
Dilatarbelakangi oleh permasalahan yang ada
saat ini, maka perlu disusun Road Map Nilam Tahun
2018 – 2024 sebagai acuan bagi petugas, petani,
penyuling dan pengusaha nilam. Road Map ini disusun
dengan memperhatikan perkembangan pasar dan
kebutuhan pelaku usaha nilam saat ini.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan penyusunan Road Map Nilam tahun
2018–2024 adalah memberikan arah atau pedoman
pengembangan tanaman nilam di Indonesia.
Road Map Nilam tahun 2018 - 2024 digunakan
sebagai salah satu acuan atau pedoman bagi para
pemangku kepentingan dalam rangka pengembangan
tanaman nilam nasional sehingga dapat meningkatkan
produktivitas tanaman nilam dan mutu minyak nilam
Indonesia, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan petani/penyuling nilam dan
meningkatkan pendapatan negara.
9
II. KONDISI KOMODITAS NILAM
DI INDONESIA
A. Identifikasi Masalah
Kondisi minyak nilam di Indonesia saat ini
belum optimal, karena pemanfaatan potensi lahan
untuk komoditas nilam belum optimal yang
berakibat belum dapat memenuhi standar kualitas
pasar. Petani/penyuling belum menerapkan Teknik
Budidaya nilam yang baik (Good Agriculture
Practices,GAP) dan Proses pengolahan yang baik
(Good Manufacture Practices, GMP). Selain itu,
aspek kelestarian lingkungan belum mendapat
perhatian yang seksama dari berbagai pihak.
Produksi dan ekspor minyak nilam Indonesia
pada umumnya masih dalam bentuk kasar (crude
oil), beberapa produk turunan minyak nilam yang
masih dihasilkan di negara lain. Sehingga industri
pengguna dalam negeri seperti industri parfum,
10
industri kosmetik dan lain-lainnya masih
mengimpor produk olahannya dari luar negeri.
B. Kinerja Budidaya Nilam
B.1. Luas Areal
Tanaman nilam di Indonesia tersebar di
beberapa Provinsi, dan pada umumnya pengusahaan
nilam dilaksanakan oleh petani kecil dengan luasan
lahan rata-rata 0,2-0,3 Ha/KK. Besaran luas areal
sangat dipengaruhi oleh harga minyak nilam, dimana
situasi harga minyak nilam naik maka animo petani
untuk menanam nilam bertambah.
Saat ini luas areal pertanaman nilam di
Indonesia mengalami fluktuasi naik turun selama 5
tahun terakhir yang tersebar di 19 provinsi, seperti
tertera pada Tabel dibawah ini.
1
Tabel 1. Luas dan sebaran areal Tanaman Nilam di Indonesia tahun 2014 – 2018
LUAS (Ha)PRODUKSI
(Ton)LUAS (Ha)
PRODUKSI
(Ton)LUAS (Ha)
PRODUKSI
(Ton)LUAS (Ha)
PRODUKSI
(Ton)LUAS (Ha)
PRODUKSI
(Ton)
1 Aceh 2.810 544 2.501 645 2.179 466 2.041 468 2.113 264
2 Sumatera Utara 852 161 835 142 727 494 744 187 748 190
3 Sumatera Barat 2.765 209 2.765 196 2.626 160 2.958 284 2.950 283
4 Jambi 1.699 189 1.592 228 1.665 248 1.702 295 1.734 295
5 Sumatera Selatan 511 1 511 11 511 - 511 - 508 -
6 Lampung 115 2 127 18 102 10 65 9 63 8
7 Jawa Barat 1.042 198 937 219 806 202 402 95 570 165
8 Banten 2 - 3 2 -
9 Jawa Tengah 2.150 173 1.751 157 1.586 164 950 62 867 60
10 D.I. Yogyakarta 68 4 62 9 64 9 67 7 71 7
11 Jawa Timur 4.968 151 4.978 110 5.000 111 1.417 150 1.970 105
12 Bali 20 3 26 2 12 - - 10 -
13 Nusa Tenggara Timur 29 3 25 2 9 1 - - - -
14 Kalimantan Timur 53 3 16 1 14 2 60 8 61 5
Kalimantan Selatan -
15 Sulawesi Tengah 336 58 295 54 1.126 17 1.362 40 1.582 218
16 Sulawesi Selatan 2.499 259 1.419 67 2.317 245 2.227 64 1.415 65
17 Sulawesi Barat 592 101 535 88 582 19 579 40 501 34
18 Sulawesi Tenggara - - - - - - 5.174 463 5.178 467
19 Gorontalo 205 24 252 39 285 43 247 34 193 29
20.714 2.083 18.627 1.988 19.613 2.191 20.509 2.206 20.536 2.195 TOTAL
NO PROVINSI
2015 2018**2017**20162014
Sumber : Buku statistik Nilam Ditjen Perkebunan Tahun 2018.
1
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
perkembangan nilam tersebar hampir diseluruh provinsi
di Indonesia. Pada awalnya dari Aceh dan diikuti wilayah
lainnya di Pulau Sumatera seperti Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung dan Riau. Kemudian menyebar ke wilayah
Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, DI.Yogyakarta,
Jawa Timur dan Banten, wilayah Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara timur, wilayah sulawesi seperti
Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku
dan Papua.
2
B. 2. Areal dan Produksi Minyak Nilam
Pada umumnya perkembangan pertanaman nilam
di Indonesia selama 10 tahun terakhir (2008 – 2018)
mengalami fluktuatif.
Tabel 2. Luas areal, produksi Nilam secara nasional Tahun 2008 - 2018
Tahun/
Year P R / P B N / P B S / Jumlah/ P R / P B N / P B S / Jumlah/
Smallholder Government Private Total Smallholder Government Private Total
2008 22.132 - - 22.132 2.062 - - 2.062
2009 24.535 - - 24.535 2.779 - - 2.779
2010 24.472 - - 24.472 2.206 - - 2.206
2011 28.615 - - 28.615 2.866 - - 2.866
2012 31.155 - - 31.155 2.648 - - 2.648
2013 28.226 - - 28.226 2.082 - - 2.082
2014 20.714 - - 20.714 2.103 - - 2.103
2015 18.626 - - 18.626 1.986 - - 1.986
2016 19.612 - - 19.612 2.192 - - 2.192
2017 20.508 - - 20.508 2.207 - - 2.207
2018*) 20.536 - - 20.536 2.196 - - 2.196
Keterangan / Note :
1. Angka Sementara / Preliminary *)
2. Angka Estimasi / Estimation **)
3. Wujud Produksi / Production : Minyak Nilam / Patchouli Oil
Luas Areal / Area Produksi / Production
(Ha) (Ton)
3
Dilihat dari table diatas, secara nasional luas areal
dan produksi minyak nilam Indonesia selama 10 Tahun
terakhir mengalami fluktuatif, hal tersebut dikarenakan
tanaman nilam merupakan tanaman semusim sehingga
mengalami alih komoditi dengan komoditi lain yang lebih
menguntungkan. Selain itu harga minyak nilam juga
mempengaruhi animo petani untuk menanam nilam.
B.3. Varietas nilam
Varietas nilam yang digunakan untuk
pengembangan penanaman nilam menggunakan
varietas unggul yang telah dilepas oleh Kementerian
Pertanian yaitu : Tapaktuan, Sidikalang, Lhoksemauwe,
Patchoulina 1 dan Patchoulina 2, dengan potensi
produksi, kadar minyak yang tertera pada Tabel 03.
4
Tabel 3. Potensi produksi terna kering, kadar dan produksi minyak, kadar Patchouli alkohol serta ketahanan terhadap penyakit layu bakteri pada 5 varietas unggul nilam.
Varietas
Produksi
terna kering
(ton/ha)
Kadar
minyak
(%)
Produksi
minyak
(kg/ha)
Kadar
Patchouli
alcohol
(%)
Ketahanan
terhadap
layu bakteri
Tapak Tuan
Lhokseumawe
Sidikalang
Patchoulina 1
Patchoulina 2
13,28
11,09
10,90
12,67
12,56
2,83
3,21
2,89
2,85
2,78
375,76
355,89
315,06
356,37
343,22
33,31
32,63
32,95
32,53
32,31
-
-
+
++
++
Berdasarkan tabel diatas, Varietas Tapak Tuan memiliki
produksi terna kering dan produksi minyak nilam paling
tinggi dibandingkan dengan empat varietas lainnya. Hal
ini dikarenakan pengembangan varietas Tapak Tuan
ditanam pada kondisi lahan dan agroklimat yang sesuai,
seperti wilayah Aceh, namun memiliki kelemahan
didalam ketahan terhadap layu bakteri.
Selain Varietas Tapak Tuan, Varietas lainnya juga
memiliki keunggulan apabila ditanam pada kondisi lahan
dan agroklimat yang sesuai.
5
Tabel ….. : Pemetaan Wilayah Sesuai Varietas yang
dikembangkan
No Provinsi Varietas
1 Aceh Tapak Tuan,
Sidikalang,
Lhokseumawe
2 Sumatera Utara Tapak Tuan,
Sidikalang,
3 Sumatera Barat Sidikalang
4 Jawa Barat Patchoulina
5 Jawa Tengah Sidikalang
6 DI. Yogyakarta Patchoulina
7 Jawa Timur Patchoulina
8 Bali Patchoulina
9 Sulawesi Selatan Patchoulina
10 Sulawesi Tenggara Patchoulina
11 Sulawesi Tengah Sidikalang
12 Gorontalo Patchoulina
6
Gambar 1. Varietas Nilam
a. Varietas Sidikalang
b. Varietas Lhokseumawe
Daun
• Bentuk daun : Delta, bulat telur • Pertulangan daun : Menyirip
• Warna daun : Hijau
• Panjang daun (cm) : 6,23-6,75
• Lebar daun (cm) : 5,16-6,36
• Tebal daun (mm) : 0,31-0,81
• Panjang tangkai daun (cm) : 2,66-4,28
• Jumlah daun/cabang primer : 48,05-118,62
• Ujung daun : Runcing
• Panjang daun : Datar, membulat • Tepi daun : Bergerigi ganda
• Bulu daun : Banyak, lembut
7
c. Varietas Tapak Tuang
d. Varietas . Patchoulina 1
Daun • Bentuk daun : Delta, bulat telur • Pertulangan daun : Menyirip
• Warna daun : Hijau
• Panjang daun (cm) : 6,47-7,52
• Lebar daun (cm) : 5,22-6,39
• Tebal daun (mm) : 0,31-0,78
• Panjang tangkai daun (cm) : 2,67-4,13
• Jumlah daun/cabang primer : 35,37-157,84
• Ujung daun : Runcing
• Panjang daun : Rata, membulat • Tepi daun : Bergerigi ganda
• Bulu daun : Banyak, lembut
Daun
• Bentuk : Delta
Pangkal : Tumpul (obtusus) Ujung : Runcing-Tumpul (acutus-obtusus) Tepi : Bergerigi tumpul (serratus)
• Urat Daun : Menyirip (penninervis) • Permukaan : Bulu halus, agak kasar,
bergelombang
• Kedudukan : Berseling berhadapan • Warna Permukaan Daun : Hijau (Green Group)
137 A
• Warna Bawah Daun : Hijau Keunguan (Purple Group) N 77 A
• Susunan Tulang : Menyirip (penninervis) • Panjang : 6,88 ± 2,76
• Lebar : 6,02 ± 2,68
• Panjang Tangkai (cm) : 5,17 ± 1,56
• Tebal (mm) : 0,34 ± 0,07
• Jumlah Daun per Tanaman : 2035 ± 521,28
8
e. PATCHOULINA 2
Daun
• Bentuk : Delta
Pangkal : Runcing (acutus) Ujung : Runcing (acutus) Tepi : Bergerigi tajam ganda (biserratus)
• Urat Daun : Menyirip (penninervis) • Permukaan : Bulu kasar, bergelombang
• Kedudukan : Berseling berhadapan • Warna Permukaan Daun: Hijau Kekuningan (Yellow Green Group) 147 A
• Warna Bawah Daun : Hijau Keunguan (Purple Group) N 77 A
• Susunan Tulang : Menyirip (penninervis) • Panjang : 7,12 ± 2,76
• Lebar : 6,39 ± 2,68
• Panjang Tangkai (cm) : 4,51 ± 1,56
• Tebal (mm) : 0,32 ± 0,07
• Jumlah Daun per Tanaman : 1175,23 ± 521,28
9
C. Peran Komoditas Nilam
C.1. Sumber Penerimaan Petani yang Kompetitif
Komoditas nilam merupakan sumber
penghasilan petani yang cukup kompetitif dibanding
komoditas lain. Namun demikian pengaruh budidaya
dan pengolahan yang tidak optimal serta
ketidakjelasan informasi tentang penawaran/harga
permintaan minyak nilam menyebabkan agribisnis
nilam mengalami fluktuasi harga.
C.2. Tata Niaga Nilam
Rantai penyaluran dalam tataniaga nilam pada
umumnya mirip dengan tataniaga komoditas pertanian
yang umumnya mengikuti rantai jual yang panjang
sehingga keuntungan untuk petani sangat kecil.
Pengumpul terdiri atas beberapa tingkatan yaitu
mulai dari Petani, Penyuling, Pedagang Pengumpul
Minyak Nilam, Agen, Perusahaan Pengolah/ Eksportir.
Saluran pemasaran nilam tersebut secara skematis
disajikan pada Bagan dibawah ini.
10
Bagan 1 : Tata Niaga Nilam di Indonesia
Bagan tersebut menjelaskan secara umum sistem
saluran tata niaga nilam di Indonesia. Di beberapa
wilayah tidak ada agen/pengumpul akhir karena petani
penyuling menjual langsung kepada eksportir.
Pengguna
Akhir Petani Penyuling Pengumpul Agen Pengolah/
Eksportir
11
III. ANALISA STRATEGI LINGKUNGAN
A. Analisis SWOT
Ada beberapa faktor strategis eksternal dan internal
yang merupakan kekuatan (Strenght), kelemahan
(Weaksness), peluang (Opportunity) dan ancaman
(Threat) atau disingkat SWOT yang perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan tanaman nilam
di Indonesia. Berdasarkan analisis ini maka dapat
disusun kebijakan, strategi dan langkah operasional
yang tepat, akurat dan realistis
1. Kekuatan (Strenght)
Potensi lahan dan agroklimat di Indonesia sesuai
untuk budidaya tanaman nilam.
Indonesia pemasok utama dalam perdagangan
minyak nilam dunia (90%).
12
Berkembangnya sentra produksi minyak nilam di
berbagai wilayah di Indonesia.
Dukungan Pemerintah dalam memajukan dan
meningkatkan daya saing minyak nilam Indonesia.
2. Kelemahan (Weakness)
Budidaya nilam yang baik (GAP) yang sudah
tersedia belum diterapkan secara menyeluruh,
sehingga produktivitas dan mutu masih rendah;
Fluktuasi harga serta sistem tataniaga yang kurang
memberikan insentif bagi petani dan penyuling
untuk meningkatkan mutu secara
berkesinambungan;
Terbatasnya akses informasi regulasi, standar
mutu, IPTEK, Sumber Daya Manusia, harga,
modal usaha dan pemasaran minyak nilam;
Lemahnya kelembagaan petani, penyuling, dan
pengusaha yang masih lemah.
13
3. Peluang (Opportunity)
Kecenderungan konsumsi minyak nilam dunia
untuk bahan industri Parfum/Fragrance, kosmetik,
farmasi, dan aromaterapi yang meningkat
Kecenderungan peningkatan penggunaan bahan
alami dibandingkan bahan sintetis (perilaku
konsumen back to nature)
Potensi pengembangan areal nilam introduksi
masih tinggi.
Berkembangnya pasar generasi millenial yang
inovatif dan mandiri.
14
4. Ancaman (Threat)
Munculnya produk substitusi/sintetik.
Banyak negara lain yang mulai melakukan
penelitian dan penanaman nilam.
Tingkat kepastian dan fluktuasi harga minyak nilam
yang tidak menentu
Program yang dilakukan oleh berbagai instansi
pemerintah dalam pengembangan minyak nilam
yang masih belum terintegrasi dan terkoordinasi,
sehingga belum memberikan hasil dan dampak
yang optimal.
15
B. Permasalahan Pokok
Berdasarkan identifikasi masalah dan analisis
SWOT, maka permasalahan dominan yang dapat
diidentifikasi meliputi :
a. Penerapan GAP dan GMP masih belum optimal;
b. Kinerja kelembagaan petani, penyuling dan
pengusaha nilam belum optimal;
c. Regulasi instansi pemerintah dalam
pengembangan minyak nilam masih belum
terintegrasi dan terkoordinasi;
d. Terbatasnya pengembangan inovasi teknologi;
e. Tata niaga komoditas nilam kurang transparan.
16
IV. PROYEKSI
A. Proyeksi Kebutuhan Minyak Nilam
Bahan dasar utama minyak nilam adalah
patchouli alcohol (C15H26 atau PA), aroma harumnya
akan bertahan lama. Kandungan PA minyak nilam
Indonesia yang diminta oleh pasar dunia minimal 30%
(standar alat GC).
Saat ini sentra produksi minyak nilam di
Indonesia adalah di Pulau Sulawesi, selain Pulau
Sumatera dan Pulau Jawa. Sebagian besar produksi
minyak nilam dari sentra produksi tersebut di ekspor.
Selain di ekspor minyak nilam tersebut juga digunakan di
dalam negeri untuk diolah menjadi beberapa produk.
Sehingga kebutuhan minyak nilam dalam dan luar negeri
masih cukup banyak.
Berdasarkan data Ekspor Minyak Nilam Tahun
2015 sebesar 1.439 Ton sedangkan produksi minyak
nilam dalam negeri 1.986 Ton, selisih dari produksi
minyak nilam dalam negeri dan ekspor minyak nilam
17
diperkirakan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
Data Ekspor Minyak Nilam Tahun 2016 sebesar
1.166 Ton sedangkan produksi minyak nilam dalam
negeri 2.192 Ton, selisih dari produksi dan ekspor
minyak nilam diperkirakan dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Proyeksi Kebutuhan minyak nilam dunia
diperkirakan sebesar 2.000 Ton – 2.200 Ton / Thn, dan
peningkatan kebutuhan minyak nilam setiap tahunnya
diperkirakan sebesar 5%. Apabila dilihat dari produksi
minyak nilam dalam negeri kebutuhan minyak nilam
dunia masih dapat terpenuhi, sehingga diperlukan
pengembangan areal penanaman nilam dan
mempertahankan luas areal dan produksi minyak nilam
eksisting.
Data ekspor minyak nilam dunia tahun 2015 dan
2016 disajikan dalam tabel dibawah ini.
18
Tabel 4. Data Ekspor Minyak Nilam Tahun 2015 – 2016
NO NEGARATOTAL EKPOR
(Kg)
1 Spanyol 273.388
2 India 242.655
3 Singapura 205.762
4 Perancis 201.383
5 Swiss 211.800
6 Amerika Serikat 79.226
7 Jerman 66.200
8 Inggris 47.350
9 Cina 42.082
10 Uni Emirat Arab 30.050
11 Belanda 17.001
12 Brasil 8.840
13 Jepang 3.081
14 Argentina 2.160
15 Australia 1.800
16 Kanada 1.500
17 Turki 1.400
18 Bangladesh 1.250
19 Mesir 1.200
20 Pakistan 251
21 Itali 200
22 Meksiko 180
23 Vietnam 50
24 Belgia 8
1.438.817
TAHUN 2015
TOTAL
NO NEGARATOTAL
EKPOR (Kg)1 India 226.245
2 Perancis 167.858
3 Singapura 166.203
4 Spanyol 140.993
5 Amerika Serikat 92.009
6 Swiss 206.600
7 Cina 43.836
8 Jerman 30.200
9 Inggris 29.550
10 Uni Emirat Arab 22.537
11 Brasil 13.300
12 Belanda 8.400
13 Jepang 4.520
14 Pakistan 3.000
15 Australia 2.150
16 Kanada 1.950
17 Meksiko 1.600
18 Bangladesh 1.296
19 Mesir 1.200
20 Malaysia 831
21 Turki 760
22 Vietnam 650
23 Korea 250
24 Thailand 110
25 Afrika Selatan 30
26 Belgia 7
27 Hongkong 1
1.166.086
TAHUN 2016
TOTAL
19
Berdasarkan informasi eksportir minyak atsiri,
ekspor minyak nilam relatif lebih tinggi dibandingkan
jenis atsiri lainnya. Perkembangan volume dan nilai
ekspor minyak nilam sangat berfluktuatif setiap
tahunnya.
Peluang ekspor minyak nilam ini pada masa
yang akan datang juga masih cukup besar, seiring
dengan semakin tingginya permintaan terhadap produk-
produk yang menggunakan bahan baku minyak nilam
dan belum berkembangnya material subsitusi untuk
minyak nilam yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam
industri.
Prospek ekspor yang cukup besar ini seharusnya
diiringi dengan pengembangan budidaya dan industri
minyak nilam di dalam negeri. Usaha pengembangan ini
akan lebih berdaya guna bila usaha kecil yang selama ini
dikelola secara tradisional bermitra dengan usaha besar
yang pada umumnya lebih mengusai pasar dan telah
memiliki kemampuan teknologi pengolahan minyak
nilam. Kemitraan yang saling membutuhkan dan saling
menguntungkan merupakan landasan utama bagi
20
pengembangan komoditi ini. Dalam rangka menunjang
pengembangan budidaya dan industri minyak nilam ini
diperlukan acuan atau Road Map Nilam yang dapat
dimanfaatkan baik oleh semua pihak yang
berkepentingan, sehingga memudahkan semua pihak
untuk mengimplementasikan program ini.
21
B. Proyeksi Luas Areal dan Produksi (Eksisting) dan PerluasanTahun 2018 – 2024
Tahun/
Year P R / P B N / P B S / Jumlah/ P R / P B N / P B S / Jumlah/
Smallholder Government Private Total Smallholder Government Private Total
2018 20.536 - - 20.536 2.196 - - 2.196
2019 20.541 - - 20.541 2.211 - - 2.211
2020 21.286 - - 21.286 2.221 - - 2.221
2021 21.890 - - 21.890 2.232 - - 2.232
2022 22.495 - - 22.495 2.243 - - 2.243
2023 23.099 - - 23.099 2.255 - - 2.255
2024 23.704 - - 23.704 2.266 - - 2.266
(Ha) (Ton)
Sumber : Data Statistik Ditjen Perkebunan
Data estimasi tersebut masih dapat berubah-ubah
tergantung dari kondisi di daerah sentra pengembangan
nilam dan seberapa besar animo petani untuk menanam
nilam.
22
V. SASARAN, ARAH KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL
A. Sasaran Produksi dan Mutu
Pengembangan nilam dan industrinya diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan minyak nilam dalam negeri dan
ekspor dengan memperhatikan peluang pasar, nilai
ekonomi, sebaran wilayah produksi.
A.1. Sasaran Jangka Pendek
- Terbentuknya kawasan sentra produksi guna
membangun kemandirian petani;
- Tersedianya benih bermutu dan bersertifikasi
melalui Pembangunan Kebun Penangkar
Benih di kawasan pengembangan tanaman
nilam;
- Meningkatnya Sarana dan prasarana
budidaya dan pascapanen;
- Publikasi dan informasi pasar;
23
- Terlaksananya pelatihan teknik budidaya
nilam sesuai GAP;
- Terbentuknya kelembagaan petani, Penyuling
dan Pengusaha yang kuat;
- Meningkatnya pendapatan petani;
- Tersedianya modal usaha tani nilam dan
penyulingan minyak nilam.
A.2. Sasaran Jangka Menengah
- Terbentuknya kawasan sentra produksi guna
meningkatkan kemandirian petani;
- Tercapai peningkatan dan optimalisasi
pemanfaatan sarana dan prasarana
pascapanen;
- Terbangunnya sistem kemitraan yang sinergis
antara petani, penyuling dan pengusaha
minyak nilam;
24
- Meningkatnya Pendapatan Negara dari sub
sektor perkebunan khususnya komoditas
tanaman nilam.
B. Strategi Pencapaian Sasaran
Berdasarkan kondisi yang ada dengan
mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan yang
ada maka dihasilkan 4 (empat) strategi utama yang
akan ditempuh, mencakup :
1. Meningkatkan produksi dan mutu minyak nilam,
melalui :
a. Identifikasi kesesuaian lahan untuk
pengembangan tanaman nilam;
b. Penerapan budidaya yang sesuai untuk
pengembangan tanaman nilam;
c. Dukungan kebijakan untuk pengembangan
agribisnis nilam
2. Penerapan GAP dan GMP
a. Penggunaan varietas unggul
b. Pemilihan lahan dan iklim yang sesuai
25
c. Pengelolaan lahan dan pemanfaatan limbah
penyulingan
d. Pemupukan lengkap dan berimbang
e. Pengendalian hama terpadu
f. Penanganan panen dan pascapanen
3. Penguatan kelembagaan
a. Pembentukan dan fasilitasi kelembagaan yang
berbadan hukum ditingkat kelompok tani
b. Peningkatan keterampilan dan pengetahuan
petani melalui pelatihan dan studi banding
c. Membangun hubungan sinergis antar pemangku
kepentingan komoditas nilam
d. Membangun pola kemitraan antara petani,
penyuling dan pengusaha.
4. Pengembangan inovasi tehnologi komoditas nilam
a. Pengembangan varietas unggul
b. Pengembangan teknologi pengendalian OPT
c. Rekayasa teknologi prosesing minyak nilam
yang efisien
d. Pengembangan produk berbasis nilam untuk
konsumsi dalam negeri dan ekspor.
26
C. Arah Kebijakan
Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) yang diperlukan
yaitu:
1. Kebijakan Jangka Pendek
a. Mendukung pengembangan tanaman nilam
b. Kebijakan subsidi sarana dan prasarana
produksi
c. Fasilitasi pembentukan kelompok tani berbadan
hukum dan kemitraan dengan dunia usaha
d. Dukungan kebijakan pengembangan inovasi
teknologi berbasis nilam
e. Meningkatkan kesejahteraan petani dan
penyuling nilam.
2. Fokus Jangka Menengah Sampai dengan 2024
a. Penguatan permodalan usaha tani melalui
pendirian Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM)
dengan model satu desa satu lembaga.
b. Pengembangan Kemitraan Internal dan
Eksternal Berorientasi Pasar.
c. Keberlanjutan kesejahteraan petani dan
penyuling nilam.
27
d. Meningkatkan pendapatan negara
e. Terpeliharanya kelestarian lingkungan
D. LANGKAH OPERASIONAL
1. On farm
Dalam bidang on farm peningkatan produksi dan
mutu minyak nilam ditempuh melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Penyediaan benih varietas unggul, sarana dan
prasarana
pendukungnya
b. Pemetaan kesesuaian lahan
c. Pengelolaan lahan dan pemanfaatan limbah
penyulingan
d. Pemupukan yang tepat dan berimbang
e. Pengendalian hama terpadu
2. Off farm
a. Penerapan teknologi tepat guna sesuai dengan
GMP
b. Membangun kemitraan sinergis antara petani,
penyuling dan pengusaha serta Pemerintah
28
c. Penguatan Sumber Daya Petani dan
Kelembagaan petani melalui LEM atau lembaga
lainnya
d. Pemberdayaan Penelitian dan Pengembangan
Nilam
29
VI. PENUTUP
Road Map tanaman nilam mengacu kepada visi dan
misi Direktorat Jenderal Perkebunan yang berisi
capaian jangka pendek dan jangka menengah
sebagai acuan komprehensif dan terpadu yang
diwujudkan dalam bentuk arah kebijakan, strategi
dan langkah operasional.
Untuk itu perlu adanya komitmen yang kuat dari
setiap unit kerja untuk mempedomani Road Map ini
sebagai dasar pijakan dan penuntun arah dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan agribisnis
tanaman nilam.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ditjenbun-Balittro. 2008. Standar Prosedur Operasional Budidaya Tanaman Nilam. Direktorat Budidaya Tanaman Semusim Kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 41 hal.
Ditjenbun. 2018. : Buku Statistik Nilam Ditjen Perkebunan Tahun 2018. hal.
Keputusan Menteri Pertanian. 2005. KEPMENTAN No. 319/Kpts/SR.120/8/2005, Pelepasan Nilam Varietas Sidikalang sebagai Varietas Unggul. 4 hal.
Keputusan Menteri Pertanian. 2005. KEPMENTAN No. 320/Kpts/SR.120/8/2005, Pelepasan Nilam Varietas Lhoksemauwe sebagai Varietas Unggul. 4 hal.
Keputusan Menteri Pertanian. 2005. KEPMENTAN No. 321/Kpts/SR.120/8/2005, Pelepasan Nilam Varietas Tapak Tuan sebagai Varietas Unggul. 4 hal.
Ma’mun. 2011. Pasca Panen Nilam. Nilam (Pogostemon cablin Benth). Bunga Rampai. Status Teknologi Penelitian Nilam. 111-130.
SK Menteri Pertanian. 2013. SK Menteri Pertanian No.4967/Kpts/SR.120/12/2013, tanggal 6 Desember 2013 Tentang Pelepasan Nilam Varietas Patchoulina 1.
SK Menteri Pertanian. 2013. SK Menteri Pertanian No.4969/Kpts/SR.120/12/2013, tanggal 6
31
Desember 2013 Tentang Pelepasan Nilam Varietas Patchoulina 2.
Sukamto. 2015. Status Penyakit pada tanaman nilam dan pengendaliannya. https://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya-nilam/sukamto. Diunduh 2November2018
Trisilawati, O dan E. Hadipoentyanti. 2015. Budidaya Nilam yang Baik dan Benar. Sirkuler. Informasi Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. Balittro, Badan Litbang Pertanian. 36 hal.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1 : Klasifikasi Tanaman Nilam Kingdom : Plantae Subkingdom : Viridiplantae Infrakingdom : Streptophyta Super Divisi : Embriophyta Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Super Ordo : Asteranae Ordo : Lamiales Famili : Lamiacea Genus : Pogostemon Desf Spesies : Pogostemon cablin Benth
34
Lampiran 2 : Analisa Pendapatan Petani Nilam
BASIS = 1 HA lahan budidaya
Pekerjaan Jumlah satuan Harga satuan (Rp) Sub-total (Rp)
Penyediaan bibit 17.000 polybag 1.000 17.000.000
Persiapan lahan awal 70 hok 60.000 4.200.000
Pembuatan lubang tanam 35 hok 60.000 2.100.000
Pembelian pupuk kandang 8.500 kg 500 4.250.000
Pemupukan 35 hok 60.000 2.100.000
Penanaman 35 hok 60.000 2.100.000
Pemeliharaan 1 35 hok 60.000 2.100.000
Pemeliharaan 2 35 hok 60.000 2.100.000
Pemeliharaan 3 35 hok 60.000 2.100.000
TOTAL 38.050.000
Masa panen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Sub-total (Rp)
Hasil terna basah, panen 1 *)34.000 kg 1.200 40.800.000
Hasil terna basah, panen 2 **)17.000 kg 1.200 20.400.000
Hasil terna basah, panen 3 **)8.500 kg 1.200 10.200.000
TOTAL 71.400.000
Catatan *) produktivitas = 2 kg terna basah/pohon
**) produktivitas = 1 kg terna basah/pohon
***) produktivitas = 0,5 kg terna basah/pohon
PENDAPATAN dari hasil minyak (panen-1)
Bahan baku ternah basah, panen-1 34.000 kg
Susut pengeringan 4 kali
Bahan baku ternah kering, panen-1 8.500 kg
Kapasitas alat suling 250 kg bahan baku/batch
Rendemen minyak 2,0%
PENDAPATAN dari hasil panen
35
Keterangan Jumlah satuan Harga satuan (Rp) Sub-total (Rp)
Pendapatan minyak, panen 1 170 kg 450.000 76.500.000
Biaya-biaya operasional
- Upah pemanenan 34.000 kg 200 6.800.000
- Upah pengeringan 8.500 kg 250 2.125.000
- Upah perajangan 8.500 kg 250 2.125.000
- Upah penyulingan 34 batch 120.000 4.080.000
- Biaya bahan bakar (kayu bakar) 34 batch 120.000 4.080.000
- Biaya listrik 34 batch 5.000 170.000
- Biaya lain-lain 34 batch 50.000 1.700.000
Total biaya operasional 21.080.000
PENDAPATAN BERSIH 55.420.000
PENDAPATAN dari hasil minyak (panen-2)
Bahan baku ternah basah, panen-2 17.000 kg
Susut pengeringan 4 kali
Bahan baku ternah kering, panen-2 4.250 kg
Kapasitas alat suling 250 kg bahan baku/batch
Rendemen minyak 2,0%
36
Keterangan Jumlah satuan Harga satuan (Rp) Sub-total (Rp)
Pendapatan minyak, panen 2 85 kg 450.000 38.250.000
Biaya-biaya operasional
- Upah pemanenan 17.000 kg 200 3.400.000
- Upah pengeringan 4.250 kg 250 1.062.500
- Upah perajangan 4.250 kg 250 1.062.500
- Upah penyulingan 17 batch 120.000 2.040.000
- Biaya bahan bakar 17 batch 120.000 2.040.000
- Biaya listrik 17 batch 5.000 85.000
- Biaya lain-lain 17 batch 50.000 850.000
Total biaya operasional 10.540.000
PENDAPATAN BERSIH 27.710.000
PENDAPATAN dari hasil minyak (panen-3)
Bahan baku ternah basah, panen-3 8.500 kg
Susut pengeringan 4 kali
Bahan baku ternah kering, panen-3 2.125 kg
Kapasitas alat suling 250 kg bahan baku/batch
Rendemen minyak 2,0%
Keterangan Jumlah satuan Harga satuan (Rp) Sub-total (Rp)
Pendapatan minyak, panen 3 43 kg 450.000 19.125.000
Biaya-biaya operasional
- Upah pemanenan 8.500 kg 200 1.700.000
- Upah pengeringan 2.125 kg 250 531.250
- Upah perajangan 2.125 kg 250 531.250
- Upah penyulingan 9 batch 120.000 1.020.000
- Biaya bahan bakar 9 batch 120.000 1.020.000
- Biaya listrik 9 batch 5.000 42.500
- Biaya lain-lain 9 batch 50.000 425.000
Total biaya operasional 5.270.000
PENDAPATAN BERSIH 13.855.000
37
* Sumber : DAI *Perhitungan dapat berubah sewaktu-waktu
Lampiran 3 : Daftar Perusahaan Pengelola Minyak Nilam
1 PT. SCENT INDONESIA Jl. Tanah Abang III, Jakarta
2 CV. AROMINDO Jl. Raya Cemplang Km 4 Cilendek Barat-Bogor
3 PT. INDOWANGI NUSAJAYA Komp. Cemara Asri Jl. Cemara BLVD Blok 1-1 No. 149-151 Medan (+62 61 6626333)
4 PT. VAN AROMA Jl. Raya Mercedes Benz No.16 Cicadas Gunung Putri Bogor 16964 (T: +62-82129185762)
5 PT. INDESSO AROMA Jl. Alternatif Cibubur - Cileungsi Km 9 (T: +62 21-3863974, 3850538)
6 PT. HALDIN PACIFIC SEMESTA Jl. Jababeka IV Blok C No. 3A, Cikarang (T: +62 21-5213560, 5213561)
7 PT. INDARRO BIOCORPORA Gedung Pintjoe, Jl. Gajahmada No.162C Jakarta 11130
8 PT. SUMBER MULTI ATSIRI Jl. Cianjur Bandung KM8/128, Ciherang Karang Tengah (T:+62 262-67739)
9 PT. MITRA AYU ADI PRATAMA Jl. Parupuk Raya II/68, Tabing, Padang (E: [email protected])
10 PT AGRI ATSIRI INDONESIA Bapindo Plaza Citibank Tower Lt.20 Jakarta (E: [email protected])
11 PT TAKASAGO INDONESIA Jl. Sunan ampel Ds. Tambaksogra Kec.Sumbang Purwokerto (E: [email protected] )
12 PT. MIGNON SISTA INTERNASIONAL Jl. Desa Tlajung Udik Gunung Putri, Bogor 16962 (E: [email protected])
13 PT. GLOBAL RELIANCE IMPEX Jl. Bisma Timur 2 Block D-1 No.5 Sunter,Tanjung Priok, Jakarta 14340 (T: +62 21-70720599)
14 CV INDAROMA Cempaka Putih Timur Raya No.3 Jakarta Pusat (021 4264327)
15 PT. ACEH ATSIRI INDONESIA Jl. AMD Dusun I Gampong, Kec. Blangpidie, Aceh Barat Daya (E: [email protected])
16 CV. SANGGARRIUNG INSAN TUJUHJalan Lintas Timur SB 17 Kampung Sanggar Buana Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah Provinsi
Lampung
17 CV. MITRA AROMA ALAM Desa Sumedang, Kabupaten Pemekasan, Jawa Timur
18 PT. TRI PRIMA ENERGI Jl. Pancoran IV no. 23, Jakarta Barat (11110) (Glodok-Kota)
AlamatNo Nama Perusahaan
38
19 PT. HARLEN PERMAI Ch. Marta Tiahahu, Kalibobo, Nabire, Papua
20 CV. GELORA ABADI BK. X Desa Rantau Jaya, Kec. Belitang Madang Raya, Kab. Oku Timur, Provinsi Sumatera Selatan
21 PT. GEOMOSAIC INDONESIA Graha SA Lt.5 R. 502, Jl. Gubeng Raya 19-21
22 PT. INTAN CHEMICAL Jl. Prabu Siliwangi KM. 1, Kelurahan Alam Jaya, Tangerang. 021-5800204
23 PT. VISESA ATSIRI INDONESIA Kopyor Raya BC 2/9 Kelapa Gading, Jakarta Utara
24 PT. RUMAH ATSIRI INDONESIA Watu Sambang RT 03 RW 06, Desa Plumbon, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karang Anyar
25 PT. RIAU GAHARU ABADI Jl. Tanjung Batu No.202 RT 001 RW 004 Desa/Kel Pesisir Kec. Lima Puluh Kota Pekan Baru
26 UD ANDAR
27 PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia
28 CV. RATU AROMA Perum Griya Permata Cisoka Blok A4 No.7 Tangerang
29 CV. DAB SUBUR Kp. Ciaul No. 35 RT 10 RW 20, Desa Cisondari, Kec. Pasirjambu, Kab Bandung 40972
30 PT. AROMA ESSENCE PRIMA Jl. Taman Tekno Blok H1 No. 1A Sektor XI Bumi Serpong Damai Tangerang Tangerang
31 PT. CLORIS ESSENTIAL INDONESIA Jl. KH Azhari No. B7 A Kel. 10 Ulu Kec. Seberng Ulu I Palembang
32 PT. NATURA PERISA AROMA Wisma 77 Tower 2 Jalan S.Parman Kav 77 Slipi Jakarta Barat - 11410
33 PT. NATURA AROMATIK NUSANTARA Jl. Hang Tuah Raya No. 29 Senayan, Jakarta Selatan 12120 DKI Jakarta
34 PT AROMA ATSIRI INDONESIA Jalan Raya KM 3.5 No.38, Tlajung Udik, Gunung Putri, Bogor, West Java 16962
35 C.V. AROMA & CO. Jalan Timor No. 113 - 115, Medan 20231, Indonesia
36 PT. KARIMUN KENCANA AROMATICS Jl. Kol. Sugiono No. A/B Medan 20151
37 SEAMEO BIOTROP Jl. Raya Tajur Km 6, Bogor 16134, Jawa Barat
38 PT. SOLUSI AGRO PRATAMAGedung Eighty Eight @ Kasablanka Tower A 10C, Jl. Raya Casablanka Kav. 88 Jakarta 12870 ;
Perumahan Bogor Nirwana Raya (BNR) Tahap 1 Blok E No. 49 Bogor
39 PT. SILVA NUSANTARA INVESTAMA Jl. Cilandak VIII No.16, Cilandak Barat, Jakarta Selatan - 12430
40 PT. SURABAYA INDAH PERMAI Jl. Kalibader Selatan 14 Taman, Sidoarjo, Jawa Timur
41 PT. INDO ANEKA ATSIRI Raya Surabaya Malang KM 43, Sumberejo, Fandaan-Pasuruan
42 PT. SINKONA INDONESIA LESTARI Jl. Raya Ciater-Subang Kv. 171, Subang
43 PT. NILAM WIDURI Jl. Warung Buncit Raya No. 143 Duren Tiga, Jakarta Selatan 12760
44 PT. YAYU DIRGAHAYU LESTARI Grha Baramulti Tower, 4th floor, JL. Suryopranoto 2 Harmoni Plaza A/8, Jakarta Pusat, 10130
45 PT. NUSANTARA HIJAU MAS Jl. Kelapa Dua Raya No. 38 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
46 PT. BUANA INDAH MULTI ARTHA Jl. Angkasa Raya No.32A, Kemayoran Jakarta Pusat
47 PT RAJA OBI MANAJEMEN Jl. Parumpa Komp. Ruko Pagodam Blok 12 No.11 Daya Makasar
48 CV. MITRA BANGUN SRIWIJAYA Maskarebet Permai Blok D 15 RT.65/RW.01 Talang Kelapa Alang-Alang Lebar, Palembang.
49 PTPN IX Semarang
AlamatNo Nama Perusahaan
39
Lampiran 3 : Foto Pengembangan Nilam
40
41
Lampiran 4 : Foto Pengolahan Nilam
Kebun Nilam Nilam Dikeringkan
42
Penyulingan Nilam
Minyak Nilam