KATA PENGANTAR - Web viewPenyusunan makalah ini ... adalah segenap unsur yang terkait di dalam...
Click here to load reader
Transcript of KATA PENGANTAR - Web viewPenyusunan makalah ini ... adalah segenap unsur yang terkait di dalam...
MENGENAL ORGANISASI PROFESI ABKIN
OLEH :
KELOMPOK 6
NAMA : DESI SUCI FITRIANI (114010012)
HASRAWATI (114010040)
MARFINA (114010001)
SUDARNO (114010013)
SEMESTER : II
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai “Perkembangan Peradaban Dari Masa Ke Masa”. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing
kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran
agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat untuk
kami dan untuk pembaca.
Baubau, Mei 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan penulisan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Perlunya Organisasi Bimbingan dan Konseling..............................................2
B. Dasar-dasar dan Prinsi-prinsip Organisasi Bimbingan dan Konseling............2
C. Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling................................5
D. Organisasi Bimbingan dan konseling di Sekolah............................................7
E. Organisasi Bimbingan dan Konseling di luar Sekolah....................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang
diharapkan antara lain perlu didukung oleh adanya organisasi yang jelas dan
teratur. Organisasi tersebut dengan secara tegas mengatur kedudukan, tugas, dan
tanggung jawab para personil sekolah yang terlibat. Organisasi tersebut tergambar
dalam struktur atau pola organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan
dan karakteristik sekolah masing-masing. Kebutuhan terhadap organisasi
bimbingan dan konseling terlihat dari adanya kepentingan di tingkat sekolah
hingga tingkat yang lebih luas lagi. Dengan demikian, kehadiran suatu organisasi
bimbingan dan konseling tampaknya menjadi suatu tuntutan alami untuk
menjawab kebutuhan pelaksanaan program pelayanan, khususnya kepada siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut :
Seberapa penting organisasi bimbingan dan konseling?
Apa dasar-dasar dan prinsip-prinsip bimbingan konseling ?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan punulisan adalah:
Dapat mengetahui pentingnya organisasi bimbingan dan konseling
Dapat mengetahui prinsi-prinsip organisasi bimbingan dan konseling
Dapat mengetahui pola dan struktur dan pola organisasi bimbingan dan
konseling
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perlunya Organisasi Bimbingan dan Konseling
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat[1].
Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil
yang sebelumnya tidak dapat di capai oleh individu secara sendiri-sendiri.
Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang,
berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkain sasaran.
Sebagaimana fungsi organisasi sebagai media menyatukan persepsi dan tujuan
bersama yang hendak dicapai, kehadiran organisasi profesi, khususnya di bidang
bimbingan dan konseling di lingkungan lembaga pendidikan menjadi sangat
penting. Hal itu karena kegiatan program bimbingan dan konseling berarti suatu
bentuk kegiatan yang mengatur kerja, prosedur kerja, dan pola kerja atau
mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan ini
terfokuskan pada pelayanan yang diberikan kepada para siswa dan rekan tenaga
pendidik serta orangtua siswa, dan evaluasi program bimbingan
Kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan konseling terlihat dari adanya
kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih luas lagi. Dalam wadah
organisasi, tenaga pembimbing bekerja berdasarkan suatu program bimbingan
yang direncanakan dan dikelola dengan baik.
B. Dasar-dasar dan Prinsi-prinsip Organisasi Bimbingan dan Konseling
Dasar bagi organisasi bimbingan dan konseling adalah adanya kesepakatan
bersama antar pengurus. Atas dasar kesepakatan itu, pengelolaan dan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dapat melibatkan semua pihak.
Adapun prinsip-prinsip organisasi, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas
2
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, sehingga tidak
mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan.
Prinsip skala hierarki
Dalam suataun organisasi, harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan,
pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam
pendelegasian wewenang dan pertanggung jawaban, dan akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
Prinsip kesatuan perintah
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seorang atasan.
Prinsip pendelegasian wewenang
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya
hasil yang diharapkan.
Prinsip pertanggung jawaban
Dalam menjalankan tugasnya, setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
Prinsip pembagian pekerjaan
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau
kegiatan. Agar kegiatan dapat berjalan optimal, dilakukan pembagian
tugas/pekerjaan yang didasarkan pada kemampuan dan keahlian dari tiap-tiap
pengurus.
3
Prinsip rentang pengendalian
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seoran
atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk
dan tipe organisasi. Semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang
cukup banyak, semakin komplek rentang pengendaliannya.
Prinsip fungsional
Secara fungsional, tugas dan wewenang, kegiatan, hubungan kerja, serta tanggung
jawab seorang pegawai harus jelas.
Prinsip pemisahan
Tanggung jawab tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan kepada orang
lain.
Prinsip keseimbangan
Keseimbangan di sini adalah keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif
dan tujuan organisasi.
Prinsip fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai
dengan dinamika organisasi sendiri dank arena adanya pengaruh di luar
organisasi, sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai
tujuannya.
Prinsip kepemimpinan
Dalam organisasi, apa pun bentuknya diperlukan pemimpin atau dengan kata lain,
organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan
yang digerakkan oleh pemimpin organisasi tersebut.
Delapa sifat pemimpin yang menjadi pertimbangan dalam sebuah organisasi yang
akan mempengaruhi lahirnya sebuah kebijakan, yaitu sebagai berikut :
4
Kemampuan untuk memusatkan
pendekatan pada nilai yang sederhana
Selalu bergaul dengan orang
menghindari professional tiruan
Mengelola perubahan
Memilih orang
hindari “mengerjakan semua sendiri”
Meghadapi kegagalan[3]
C. Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling
Struktur
Menurut buku, “Bimbingan dan Konseling” (2008: 26), struktur organisasi
pelayangan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan tidak harus
sama. Masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang
bersangkutan. Meskipun demikian struktur organisasi pada setiap satuan
pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
Menyeluruh
Sederhana
Luwe dan terbuka
Menjamin berlangsungnya kerja sama
Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut[4]
1. Personal
Personal layanan bimbingan konseling adalah segenap unsur yang terkait di dalam
struktur organisasi pelayanan bimbingan konseling dengan coordinator guru
pembimbing khusus sebagai pelaksana utama.
Personal yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan konseling
terentang secara vertikal dan horizontal. Pada umumnya dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
5
a. Personal pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan
pengawasan (penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling di satuan pendidikan.
b. Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara
menyeluruh (termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling) di
satuan pendidikan masing-masing.
c. Guru Pembimbing atau Guru Kelas, sebagai petugas utama dan tenaga inti
dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Guru-guru lain, (guru mata pelajaran Guru Praktik) serta wali kelas, sebagai
penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau
kelas masing-masing.
e. Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang
seluas-luasnya.
f. Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/ latihan (seperti
dokter, psikolog, psikiater) sebagai subjek alih tangan kasus.
g. Sesama peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk
diselenggarakannya “bimbingan sebaya”[5]
Untuk setiap personal yang diidentifikasikan itu ditetapkan, tugas, wewenang,
dan tanggung jawab masing-masing yang terkait langsung secara keseluruhan
organisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas, wewenang dan tanggung
jawab Guru Pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling
dikaitkan antara seorang Guru Pembimbing dan jumlah peserta didik yang
menjadi tanggung jawab langsungnya. Guru Kelas sebagai tenaga pembimbing
bertanggungjawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap seluruh
peserta didik di kelasnya.
Berhubungan dengan jenjang dan jenis pendidikan serta besar kecilnya satuan
pendidikan, jumlah dan kualifikasi personil (khusus personil sekolah) yang dapat
dilibatkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan
pendidikan dapat tidak sama. Dalam kaitan itu, tugas, wewenang dan tanggung
jawab masing-masing personil di setiap satuan pendidikan disesuaikan dengan
kondisi satuan pendidikan yang bersngkutan tanpa mengurangi tuntutan akan
6
efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh
demi kepentingan peserta didik.
D. Organisasi Bimbingan dan konseling di Sekolah
Sekolah adalah suatu organisasi formal. Di dalamnya terdapat usaha-usaha
administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran nasional.
Bimbingan konseling adalah sub organisasi dari organisasi sekolah yang
melingkupinya.
Bimbingan dan konseling disekolah merupakan bagian terpadu dari sekolah
tersebut, sehingga dalam pelaksanaannya tergantung bagaimana pengorganisasian
yang dijalankan disekolah tersebut, sehingga tidak ada tolok ukur bagaimana
organisasi bimbingan dan konseling disekolah yang terbaik.[7]
Organisasi bimbingan konseling di sekolah dalam pengertian umum adalah suatu
wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan
bimbingan secara bersama-sama.[8] Sebagai suatu badan, banyak ahli
menawarkan model atau pola organisasi mana yang cocok diterapkan disekolah.
Akan tetapi pola organisasi yang dipilih harus berdasarkan atas kesepakatan
bersama diantara pihak-pihak yang terkait di sekolah yang dilanjutkan dengan
usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas, pengendalian
proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan.
Organisasi bimbingan dan konseling disekolah mutlak diperlukan, karena:
1. Pelayanan bimbingan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan program pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh staf sekolah baik
kepala sekolah, guru, Sali kelas, maupun staf admnistrasi sekolah perlu
melibatkan diri dalam usaha layanan bimbingan.
2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah ada pada kepala sekolah
sebagai administrator sekolah yang memegang peranan kunci.
3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan
konseling di sekolah hendaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang
yang memilikii persyaratan tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat,
7
sikap dan kepribadian, ketrampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup
untuk melaksanakan tugas.
4. Program bimbingan merupakan suatu bentuk kegiattan yang cukup luas
bidang geraknya.
5. Program layanan bimbingan di seklah hendaknya perlu di evaluasi untuk
mengertahui efektivitas dan efisiensi program.
6. Petugas-petugas yang diserah tanggung jawab bimbingan yang bersifat
khusus, seperti kegiatan konseling hendaknya ditangani oleh petugas yang
professional da berkompeten mengerjakan tugas tersebut.
7. Petugas-petugas bimbingan dan seluruh staf pelaksanan bimbingan mutlak
perlu diberikan latihan dalam jabatan. Sebagai suatu alat untuk memperbaiki
pelayanan bimbingan di sekolah
Prinsip-Prinsip Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dalam organisasi bimbingan dan konseling di sekolah perlu diperhatikan
beberapa prinsip operasional, karena pelaksanan dari prinsip-prinsip tersebut
digunakan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program bimbingan di
sekolah. Prinsip tersebut antara lain:
1. Program layanan bimbingan di sekolah harus dirumuskan dengan jelas
2. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-
masing
3. Penempatan petugas-petugas bimbingan harus disesuaikan dengan
kemampuan, potensi-potensi (bakat, minat dan keahliannya masing-masing)
4. Program bimbingan hendaknya diorganisasikan secara sederhana
5. Menciptakan jalinan kerjasama yang erat diantara petugas bimbingan di
sekolah, dan di luar sekolah yang berkaitan dengan program bimbingan di
sekolah.
6. Organisasi harus dapat memberikan berbagai informasi yang penting bagi
pelaksanaan program layanan bimbingan.
7. Program layanan bimbingan harus merupakan suatu program yang integral
dengan keseluruhan program pendidikan di sekolah.
8
E. Organisasi Bimbingan dan Konseling di luar Sekolah
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
IPBI singkatan dari Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia. IPBI didirikan di
Malang, Jawa Timur pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi IPBI merupakan
himpunan para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan
serta memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan
mutu layanannya. IPBI berasaskan pancasila
a. Tujuan IPBI
1) Turut aktif dalam upaya mensukseskan pembangunan nasional khususnya
di bidang pendidikan dengan jalan memberikan sumbangan pemikiran dan
menunjang pelaksanaan program yang menjadi garis kebijaksanaan
pemerintah.
2) Mengembangkan serta memajukan bimbingan dan konseling sebagai ilmu
dan profesi dalam rangka ikut mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi.
3) Mempertinggi kesadaran, sikap dan kemampuan profesional petugas
bimbingan dan konseling agar lebih terarah, berhasil guna dan berdaya
guna dalam menjalankan tugasnya.
b. Fungsi IPBI
1) Sebagai wadah persatuan, pembinaan dan pengembangan anggota dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
2) Sebagai wadah peran serta profesional bimbingan dan konseling dalam
usaha mensukseskan pembangunan nasional.
3) Sebagai sarana penyalur aspirasi anggota serta sarana komunikasi sosial
antar organisasi kemasyarakatan dan pemerintah.
9
2. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)
Tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) adalah suatu organisasi
profesi yang beranggotakan guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan
kualifikasi pendidikan akademik strata satu (S-1) dari Program Studi Bimbingan
dan Konseling dan Program Pendidikan Konselor (PPK). Kualifikasi yang
dimiliki konselor adalah kemampuan dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling dalam ranah layanan pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir
bagi seluruh konseli.
a. Tujuan Abkin
1) Turut aktif dalam upaya menyukseskan pembangunan nasional, khususnya
di bidang pendidikan dengan jalan memberikan sumbangan pemikiran dan
menunjang pelaksanaan program yang menjadi garis kebijakan
pemerintah.
2) Mengembangkan serta memajukan BK sebagai ilmu dan profesi yang
dalam rangka ikut mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
tinggi.
3) Mempertinggi kesadaran, sikap dan kemampuan profesional konselor agar
berhasilguna dan berdayaguna dalam menjalankan tugasnya.
b. Fungsi ABKIN:
1) Sebagai wadah persatuan, pembinaan dan pengembangan anggota dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
2) Sebagai wadah peran serta profesional BK dalam usaha mensukseskan
pembangunan nasional.
3) Sebagai sarana penyalur aspirasi anggota serta sarana komunikasi sosial
timbal balik antar organisasi kemasyarakatan dan pemerintah.
10
3. Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Nasional (MGBKN)
MGBK adalah kegiatan musyawarah yang bertujuan meningkatk
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari pembahasan makalah diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa Organisasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN) sangatlah
penting bagi semua orang. Karena dengan adanya Organisasi Bimbingan dan
Konseling (ABKIN) ini akan membangun persatuan, pembinaan dan
pengembangan untuk mencapai tujuan Organisasi ABKIN itu sendiri.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hikmawati, Fenti. (2010). BIMBINGAN KONSELING. Jakarta: Rajawali Pers.
Ketut S, Dewa. (2000). PENGANTAR PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING. Jakarta: Rineka Cipta.
13