kasus TAP

93
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas–luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Mengingat peran pendidikan tersebut maka seyogyanya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka peningkatan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas dan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan

description

pendidikan

Transcript of kasus TAP

Page 1: kasus TAP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk

menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas–

luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di

dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi

selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Mengingat peran

pendidikan tersebut maka seyogyanya aspek ini menjadi perhatian pemerintah

dalam rangka peningkatan sumber daya masyarakat Indonesia yang

berkualitas. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di

sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa

menjadi berkualitas dan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah

program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan,

sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai

kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan IPA secara umum membantu agar

siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari, Karena itu perlu adanya peningkatan mutu pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam. Salah satu hal harus diperhatikan adalah peningkatan

hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa di sekolah. Oleh karena itu dalam

proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan suatu metode

mengajar yang bervariasi. Artinya dalam penggunaan metode mengajar tidak

harus sama untuk semua mata materi, sebab suatu metode mengajar cocok

untuk satu materi belum tentu cocok untuk diterapkan pada materi lain.

Page 2: kasus TAP

2

Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih dianggap sulit dan banyak

siswa yang kurang tertarik terhadap Ilmu Pengetahuan Alam itu sendiri, hal ini

terungkap dari hasil ulangan semester I dengan nilai rata-rata yang masih

dibawah standar KKM 49,0

Rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah model pembelajararan yang digunakan oleh

guru. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah tersebut masih menggunakan

model pembelajaran konvensional yakni suatu model pembelajaran yang banyak

didomonasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi

pengetahuan dan ketrampilan. Hal ini diduga salah satu yang menyebabkan siswa

kurang tertarik belajar IPA yang menyebabkan rendahnya prestasi siswa.

Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistim

pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar

mengajar guna meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam disetiap

jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa

secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran

kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

karena dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam tidak cukup hanya mengetahui

dan menghafalkan konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam tetapi juga dibutuhkan

suatu pemahaman serta kemampuan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukaan pemikiranya,

saling bertukar pendapat,saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya

yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk

Page 3: kasus TAP

3

mengkaji dan menguasai materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sehingga

nantinya akan meningkatkan belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa. Model

pembelajaran ini diantaranya model Kooperatif STAD.

Untuk itulah peneliti melakukan penerapan model kooperatif tipe STAD di

kelas IV SDN No. 026 Tenggarong Seberang tahun pembelajaran 2010/2011

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis membatasi

rumusan masalah penelitian dengan pertanyaan “Bagaimana Peningkatan hasil

belajar IPA materi gaya melalui model kooperatif tipe STAD pada siswa

kelas IV SDN No. 026 Tenggarong Seberang tahun pembelajaran

2009/2010?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar IPA materi gaya melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada siswa kelas IV SDN No. 026 Tenggarong Seberang tahun pembelajaran

2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa : menambah keaktifan dan menumbuhkan motivasi

dalam proses belajar siswa

Page 4: kasus TAP

4

2. Bagi guru : menambah kwalitas dan wawasan dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam dengan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

3. Bagi sekolah : Sebagai sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam

usaha peningkatan hasil belajar siswa

Page 5: kasus TAP

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembahasan Hasil Belajar

1. Pengertian belajar

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai belajar.

Diantaranya adalah W.S Winkel (1991 : 36). Menurutnya, pengertian belajar

adalah: “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”

Menurut S. Nasution MA (1982: 68) belajar adalah:”Sebagai perubahan

kekuatan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada

diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah

pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan,

sikap,pengertian,minat,penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek

organisasi atau pribadi individu yang belajar.”

Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990 : 29) ”Belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur

latihan.perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak

dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya

sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.”

Dari paparan diatas maka penulis simpulkan bahwa pengertian belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

Page 6: kasus TAP

6

perubahan tingkah laku yang baik secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

2. Prinsip Belajar

Belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak berubah, berarti

tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan. Tetapi tidak

semua perubahan berarti belajar.

Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif

dan efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat

melapangkan jalan kearah keberhasilan. Maka Guru/pembimbing seharusnya

sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang

dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa

secara individual. prinsip-prinsip belajar itu, sebagai berikut:

a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional;

b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya;

c. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat

pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional;

d. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya;

e. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;

f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya.

Page 7: kasus TAP

7

g. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang;

h. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang di mana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif.

3. Teori Belajar

Menurut Saiful Sagala (2002 : 39 ), ada beberapa teori dalam belajar

yang perlu kita yakni :

a. Teori Disiplin Mental adalah menganggap bahwa dalam belajar yang perlu

siswa disiplinkan atau dilatih.0

b. Teori Behavioritisme yang sangat menekankan prilaku dan tingkah laku

yang dapat diamati atau diukur bersifat makelar yaitu memandang

kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-

molekul.

c. Teori kognitif gestalt-field yaitu memandang pengalaman manusia terikat

kepada Observasi yang berwujud kepada bentuk yang menyeluruh.

Menurut Hilgard dalam Oemar Malik ( 2002 : 50 ) “ mengelompokan

teori belajar menjadi dua kelompok utama yakni (1) teori-teori asosiasi dan (2)

teori-teori lapangan ( field )

Menurut Oemar Malik ( 2002 : 54 ) “ada beberapa teori belajar yang

perlu kita kenal, (1) teori conditioning yang menitiberatkan timbulnya respon

yang disebabkan oleh suatu stimulus tertentu melalui proses kotiguitas, (2)

teori connectionis yang menekankan bahwa belajar adalah pembentukan ikatan

atau stimulus-stimulus melalui proses pengulangan ( reinforcement ). (3) field

theory adalah teori yang menekankan keseluruh bagian-bagian satu dengan

Page 8: kasus TAP

8

yang lainnya erat hubungannya dan saling bergantung. Termasuk dalam teori

ini psikologi gestalf.

Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan, bahwa teori

belajar adalah hal yang sangat berpengaruh bagi keaktifan belajar para peserta

didik di kelas. Diantara keseluruhan teori tersebut harus diupayakan agar

selaras dan seimbang sehingga mampu mengatasi hambatan-hambatan untuk

tercapai tujuan belajar

4. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar terdiri dari dua kata, yakni hasil dan belajar. Antara hasil

dan belajar memiliki arti yang berbeda. Hasil ialah wujud pencapaian dan suatu

tujuan yang dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok.

Hasil tak akan pernah didapat selama seseorang tidak melakukan suatu

tindakan. Sedangkan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar

untuk menuju suatu perubahan. Dengan demikian dapat dipahami makna hasil

belajar merupakan wujud tujuan yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan pada diri individu dalam aktivitas kemandirian

hidup. (Djamarah. 1994:1-5).

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. (Sudjana,1991:22)

Sudjana, (1991:56-57) Hasil yang dicapai siswa melalui proses belajar

mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai

berikut:

a. Kepuasaan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsif pada diri siswa. Motivasi intrinsif adalah semangat juang untuk

Page 9: kasus TAP

9

belajar yang tumbuh dan dalam diri siswa itu sendiri, siswa tidak akan

mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan siswa akan berjuang lebih

keras lagi utuk memperbaikinya, sebaliknya, hasil belajar yang baik akan

mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang telah dicapainya.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya siswa tahu

kemampuan dirinya dan percaya siapa punya potensi yang tak kalah dari

orang lain apabila siswa berusaha sebagaimana harusnya. Siswa juga yakin

tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai bila siswa berusaha sesuai

dengan kesanggupannya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi diri siswa, seperti makan

tahan lama dilihatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk

mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh

informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk

belajar sendiri serta dapat mengembangkan kreativitas.

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni

mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif atau

sikap yang apresiasif, serta ranah psikomotorik, ketrampilan atau perilaku.

Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan ranah

afektifnya dan psikomotorik diperolehnya sebagai efek samping yang tidak

dilaksanakan dalam pembelajaran.

e. Keterampilan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

dirinya terutama dalam menerima hasil yang dicapainya maupun menilai

dan mengendalikan proses dari usaha belajarnya. Siswa tahu dan sadar

Page 10: kasus TAP

10

bahwa tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapaiannya tergantung pada

usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu yang berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

5. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Arikunto (2002:26) faktor–faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah:

a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dapat diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu faktor psikologis dan jasmaniah. Yang dikategorikan

faktor jasmaniah antara lain: usia, dan kematangan berpikir sedangkan

dengan kategorikan faktor psikologis antara lain: kelelahan, motivasi,

suasana hati dan kebiasaan belajar.

b. Faktor yang berasal dari luar individu (eksternal) dapat doklasifikasikan

menjadi dua, yaitu faktor manusia dan non manusia, seperti alam bebas,

hewan, dan lingkungan fisik.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat diartikan bahwa

hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa adalah kemampuan–kemampuan

yang dimiliki siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan dan

Page 11: kasus TAP

11

dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun

faktor yang berasal dari luar individu (eksternal)

6. Penentuan Hasil Belajar

Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam adalah kemampuan–kemampuan

yang dimiliki siswa setelah siswa menerima materi–materi Ilmu Pengetahuan

Alam yang cenderung menggunakan aspek kognitifnya yang diukur melalui

tes.

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam

kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi

kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi yang

telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk

membangkitkan interaksi yang efektif diantaraanggota kelompok melalui

diskusi. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota

kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar,

Sukidin ( dalam bambang S, 2009)

Menurut Slavin (1997:15), pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu

kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6

orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting

kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota

Page 12: kasus TAP

12

kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu

masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik

pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang

lain.

Menurut Johnson (dalam Isjoni 2007:23), pembelajaran kooperatif

mempunyai ciri-ciri: 1) saling ketergantungan yang positif, 2) dapat

dipertanggungjawabkan secara individu, 3) heterogen, 4) berbagi

kepemimpinan, 5) berbagi tanggungjawab, 6) ditekankan pada tugas dan

kebersamaan, 7) mempunyai ketrampilan dalam berhubungan sosial, 8)

guru mengamati, dan 9) efektivitas tergantung pada kelompok. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

1). Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar  dalam kelompok

secara kooperatif.

2). Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang dan rendah.

3) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras,

suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar

dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang

berbeda pula, dan

4). Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada

perorangan.

Page 13: kasus TAP

13

Berdasarkan beberapa pendapat yang ada pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran yang memandang keberhasilan individu

diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini, maka

siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dan siswa berusaha keras

membantu dan mendorong teman-temannya untuk berhasil bersama-

sama dalam belajar.

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif STAD

STAD ( Students Team Achievement Division ) merupakan salah

satu tipe dari metode pembelajaran kooperatif, dimana siswa dibentuk

dalam kelompok heterogen dengan 4-5 orang anggota. Guru sangat

berperan sebagai fasilitator dan dinamisator sedangkan siswa dapat

menggunakan LKS dan saling membantu untuk menuntaskan materi

belajarnya dan siswa dituntut berperan aktif dalam pembelajaran

kooperatif ( Sukidin.2002).

Slavin (2000) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan

dalam tim belajar beranggotakan 4-6 orang yang merupakan campuran

menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan

pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan

bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut, pada

saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Pembelajaran koopertif dapat dilakukan melalui macam-macam

pendekatan,guru dapat memilih pendekatan sesuai dengan tujuanyang

dicapai. Pendekatan-pendekatan pada tipe kooperatif yaitu: tipe

Page 14: kasus TAP

14

STAD, Jigsaw, tipe investigasi kelompok,dan tipe pendekatan

strukutral. Berikut ini ditunjukkan perbandingan diantara keempat

pendekatan tersebut

Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan Unsur

STAD JIGSAW Investigasi Kelompok

Pendekatan Struktural

Tujuan Kognitif

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik tingkat tinggi & ketertampilan inkuiri

Informasi akademik sederhana

Tujuan Sosial

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja kelompok dankerja sama

Kerja dalam kelompok kompleks

Keterampilan kelompok & keterampilan sosial

Struktur Tim

Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan kelompok assal dan kelompok asli

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota homogen

Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-5 orang anggota

Pemilihan Topik

Biasanya guru

Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru

Tugas Utama

Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan & saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya

Siswa mempelajari materi dalam kelompok ahli kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu

Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks

Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif

Penilaian Tes Mingguan

Bervariasi dapat berupa tes mingguan

Menyelesaikan proyek dan menulis laporan,dapat menggunakan essay

bervariasi

Pengakuan Lembar pengakuan dan publikasi

Publikasi lain Lembar pengakuan dan publikasi lain

bervariasi

Sumber Ibrahim, dkk. (2000:29)

Page 15: kasus TAP

15

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif STAD

2.1 Persiapan pembelajaran koopertif tipe STAD

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan

pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

a. Persiapan Materi dan Perangkat pembelajaran

Persiapan pembelajaran ini meliputi RPP, buku siswa, lembar

kegiatan siswa (LKS), pengaturan tempat duduk.

b. Pembentukan kelompok kooperatif

Dalam menentukan anggota kelompok diusahakan agar

kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar

satu kelompok, bila memungkinkan kelompok kooperatif ini perlu

memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila

dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama maka

pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu:

1. Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Tujuannya adalah untuk

mengurutkan siswa sesuai kemampuan Ilmu Pengetahuan Alamnya dan

digunakan untuk mengelompokkan siswa kedalam kelompoknya.

2. Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok

menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari

seluruh siswa yang diambil dari siswa ranking satu, kelompok tengah

50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil

kelompok atas, dan keompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa

Page 16: kasus TAP

16

yaitu terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok

menengah.

c. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah

nilai ulangan sebelumnya. Sedangkan Penghargaan atas keberhasilan

kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan

sebagai berikut:

1. Menghitung skor individu

Menurut Slavin (dalam Ibrahim, dkk. 2000) untuk memberikan

skor perkembangan individu dihitung seperti pada tabel berikut ini:

Perhitungan Skor Peningkatan

Nilai TesSkor

Peningkatan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal

10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor awal

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

Lebih dari 10 poin di atas skor awal

Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)

0 poin

10 poin

20 poin

30 poin

30 poin

Sumber: Ismail (2003)

2. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor

perkembangan a kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan

Page 17: kasus TAP

17

kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada

tabel berikut ini:

Tingkat penghargaan kelompok

Rata-rata tim Predikat

0 ≤ x < 5

5 ≤ x <15

15 ≤ x < 25

25 ≤ x ≤ 30

-

Tim baik

Tim hebat

Tim super

(Sumber: Ratumanan, 2002)

Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena

kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan

pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase

pembelajaran koopeeratif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau

materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak

pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok.

2.2 Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Presentasi Kelas

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Guru memotivasi siswa dengan mengadakan apersepsi tentang

peristiwa / kejadian sehari-hari yang terkait dengan materi / bahan

ajar.

Page 18: kasus TAP

18

c. Guru menyajikan materi dalam upaya mengantarkan siswa

membangun pengetahuannya sendiri

d. Guru memberikan tes kepada setiap siswa secara individual

sehingga akan diperoleh skor awal.

2. Pembentukan kelompok kerja

a. Guru membentuk kelompok kerja dengan jumlah 4 – 5 siswa secara

heterogen berdasarkan kemampuan siswa, gender, suku dan agama.

Kelompok yang sudah terbentuk ini dipertahankan untuk beberapa kali

pertemuan.

(Nur, Mohamad; dalam Modul PTK, FKIP UNMUL 2008)

b. Model kelompok kerja guru dapat mengaturnya sendiri sesuai

dengan jumlah siswa dalam kelas dengan tetap memperhatikan aturan

pada poin pertamaMeja Guru

Kel.1

Kel.3

Kel.2 Kel.4

Kel.6

Kel.5

Kelompok Kiri Kelompok Kanan

Page 19: kasus TAP

19

3. Kerja Kelompok

Guru membagi LKS kepada masing-masing kelompok dan setiap anggota

kelompok bekerja dalam kelompok kerjanya. Menurut Mohamad Nur

(2000) setiap anggota kelompok berkewajiban membantu

anggota yang lain untuk menguasai secara tuntas materi/permasalahan

dalam LKS tersebut. Guru perlu memberi penekanan kepada siswa bahwa

mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan belajar sebelum seluruh anggota

tim menguasai materi dan selesai mengerjakan tugas.

4. Presentasi kelompok.

Setiap anggota kelompok mengecek jawaban mereka melalui kunci

jawaban yang telah disediakan dalam LKS. Pada tahap ini masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan masing-masing

kelompok memberikan tanggapan, sedangkan fungsi guru saat itu adalah

memberikan bantuan dan bimbingan agar validasi dapat menghasilkan

kesimpulan yang benar. Guru juga perlu memberikan pujian kepada

kelompok yang bekerja dengan bagus.

5. Pelaksanaan Tes

Semua anggota kelompok kembali ketempat semula untuk melaksanakan

tes individual setiap akhir siklus. Siswa tidak diperkenankan lagi bekerja

sama dengan anggota tim lainnya, mereka harus menunjukkan bahwa

mereka telah belajar sebagai individu.

6. Penskoran nilai

Page 20: kasus TAP

20

Siswa diminta saling menukar jawabannya, atau mengumpul pekerjaan itu

untuk diperiksa. Kemudian dibuat skor nilai tes individu dan skor nilai

tim. Skor nilai tim pada STAD didasarkan pada peningkatan skor nilai

anggota tim dibandingkan dengan skor nilai yang lalu mereka sendiri (base

score). Hasil skor nilai tim dengan menghitung dan menjumlahkan poin

tiap anggota tim lalu membaginya dengan jumlah anggota tim tersebut.

7. Penghargaan kelompok

Memberi pengakuan prestasi untuk tim, dengan memberikan penghargaan

untuk tim yang mencapai rata-rata peningkatan atau lebih. Pengakuan

kecil ini perlu diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga

anggota kelompok itu dapat melihat bahwa menjadi kepentingan mereka

bersama untuk membantu belajar temannya dalam kelompok mereka

karena keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan individu

dalam kelompok (Nur, Mohamad:2000)

3. Kelebihan dan Kekurangan Kooperatif STAD

A. Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD

Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :

1. Meningkatkan kecakapan individu

2. Meningkatkan kecakapan kelompok

3. Meningkatkan komitmen

4. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya

5. Tidak bersifat kompetitif

6. Tidak memiliki rasa dendam

Page 21: kasus TAP

21

B. Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD

Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:

1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran

anggota yang pandai lebih dominan.

C. Materi Pelajaran IPA Kelas IV Semester 1

Materi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV semester

2 berdasarkan KTSP yaitu:

1. Definisi Gaya

Gaya didefinisikan sebagai suatu tarikan atau suatu dorongan.

Gaya terdiri atas gaya sentuh dan gaya tak sentuh.Gaya

sentuh adalah gaya yang terjadi akibat sentuhan

langsung. Gaya dapat menyebabkan perubahan posisi,

kecepatan, bentuk, panjang, volume, dan arah. Alat yang

digunakan untuk mengukur gaya secara langsung adalah

neraca pegas atau dinamometer.

2. Pengaruh gaya terhadap benda

Pengaruh gaya terhadap benda adalah sebagai berikut.

1. Gaya dapat menggerakkan benda diam.

2. Gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam.

3. Gaya dapat mengubah kecepatan gerak benda.

Page 22: kasus TAP

22

4. Gaya dapat mengubah arah gerak benda.

5. Gaya dapat mengubah bentuk benda.

6. Gaya dapat mempengaruhi keadaan benda di dalam air.

1. Gaya Menggerakkan Benda Diam

Benda diam akan bergerak jika diberi gaya. Contohnya, bola akan

melambung ke udara jika kita tendang. Lemari akan bergeser jika kita

dorong. Sepeda akan berjalan jika kita kayuh. Batu akan bergerak jika

kita lempar. Masih banyak banyak contoh lain yang membuktikan bahwa

gaya dapat menggerakkan benda diam. Apakah kamu bisa memberikan

contoh yang lain?

2. Gaya Membuat Benda Bergerak Menjadi Diam

Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang dikayuh, sepeda motor

yang sedang bergerak, kelereng yang menggelinding dan sebagainya .

Benda benda yang bergerak tersebut dapat berhenti atau diam jika diberi

gaya. Sepeda yang bergerak akan berhenti jika direm. Sepeda motor yang

sedang bergerak akan berhenti jika direm. Kelereng yang menggelinding

akan berhenti jika kita tahan dengan tangan atau kaki. Mengerem sepeda

dan sepeda motor termasuk bentuk gaya. Begitu pula dengan menahan

kelereng dengan tangan juga termasuk bentuk gaya. Dengan demikian,

gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam.

3. Gaya Mengubah Kecepatan Gerak Benda

Page 23: kasus TAP

23

Perhatikan mobil yang sedang bergerak! Jika kamu amati, kecepatan

mobil tersebut tidak akan sama. Kamu bisa melihatnya pada spidometer.

Gerak mobil terkadang cepat dan terkadang lambat. Apakah yang

menyebabkan kecepatan mobil tersebut berubah-ubah?

Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak gasnya. Akibatnya,

mobil akan melaju kencang. Namun, ketika ada mobil yang lain di

depannya, pengemudi akan menginjak rem. Akibatnya, laju mobil akan

melambat. Injakan gas dan injakan rem termasuk bentuk gaya. Oleh

karena itu, gaya dapat mempengaruhi kecepatan gerak benda.

4. Gaya Mengubah Arah Gerak Benda

Coba kamu perhatikan gambar di samping! Sepeda tidak hanya dapat

berjalan lurus. Sepeda dapat kita belokkan ke arah yang dibutuhkan. Jika

ingin mengubah arah sepeda, kita cukup membelokkan setangnya.

Hasilnya, arah sepeda akan berubah.

Begitu juga dengan orang yang bermain bola. Bola tidak hanya bergerak

ke satu arah. Bola dapat bergerak ke segala arah. Namun, arah gerak bola

tidak dapat berubah dengan sendirinya. Arah gerak bola harus diubah

oleh pemain bola. Caranya dengan menyundul atau menendang bola.

Membelokkan arah sepeda dan bola termasuk bentuk gaya. Dengan

demikian, gaya dapat mengubah arah gerak benda. Dapatkah kamu

memberikan contoh yang lain?

Page 24: kasus TAP

24

5. Gaya Dapat Mengubah Bentuk Benda

Gaya dapat mengubah bentuk suatu benda. Coba kamu amati karet

gelang! Bagaimana bentuknya? Lalu tariklah karet gelang itu! Apa yang

terjadi? Karet gelang yang semula berbentuk lingkaran berubah bentuk

ketika ditarik.

Pernahkah kamu melihat orang yang sedang memahat kayu? Kayu yang

semula berbentuk gelendong bisa diubah menjadi berbagai bentuk. Ada

yang menjadi meja, kursi, mobil-mobilan, patung, dan sebagainya.

Tarikan pada karet gelang dan pahatan pada kayu termasuk bentuk gaya.

Dengan demikian, terbukti bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda.

6. Gaya Dapat Mempengaruhi Keadaan Benda di Dalam Air

Mengapa perahu dapat terapung di air? Mengapa ketika melompat ke

dalam kolam renang kita akan muncul lagi ke permukaan? Mengapa batu

akan tenggelam jika dilemparkan ke dalam air?

Di dalam air terdapat suatu gaya yang disebut gaya tekan ke atas. Gaya

ini menyebabkan benda bisa mengapung di permukaan. Benda yang

masuk ke dalam air akan dikenai gaya tekan ke atas, sehingga benda

muncul kembali ke permukaan. Itulah sebabnya, ketika berenang kita

tidak akan ke dasar kolam, melainkan berada di permukaan air.

Namun, gaya tekan ke atas dipengaruhi oleh luas permukaan benda.

Benda yang permukaannya lebar mendapat banyak gaya tekan ke atas.

Page 25: kasus TAP

25

Akibatnya, benda itu akan mengapung di permukaan. Benda yang

permukaannya sempit mendapat sedikit gaya tekan ke atas. Akibatnya,

benda itu akan tenggelam. Inilah penyebab batu tenggelam ketika

dilempar ke dalam air. Hal ini karena batu memiliki luas permukaan yang

kecil. Keadaan benda di dalam air dipengaruhi oleh gaya tekan ke atas

dan berat benda.

1. Jika gaya tekan ke atas lebih besar dari berat benda, maka benda

akan terapung.

2. Jika gaya tekan ke atas sama dengan berat benda, maka benda akan

melayang.

3. Jika gaya tekan ke atas lebih kecil dari berat benda, maka benda akan

tenggelam.

3. Macam-macam Gaya

a. Gaya Gesek

Gaya gesek adalah gaya yang menahan gerak benda agar benda itu

dapat berhenti bergerak. Besar kecilnya gaya gesek dipengaruhi oleh

kasar licinnya permukaan benda yang bergesekan. Makin halus/licin

permukaan gaya gesek semakin kecil. Makin kasar permukaan gaya

gesek semakin besar

b. Gaya Gravitasi

Page 26: kasus TAP

26

Gaya Gravitasi adalah gaya yang menarik semua benda baik benda

hidup maupun benda tidak hidup ke arah pusat bumi.

Contoh : daun berguguran dari pohon, buah yang telah masak jatuh ke

tanah, dan penerjun payung. Benda-benda yang mengalami tarikan

gaya gravitasi bumi akan bergerak jatuh ke tanah. Gerak jatuh akan

semakin cepat bila benda semakin dekat dengan tanah. Setelah benda

mencapai tanah, gaya gravitasi tetap bekerja sehingga benda tetap

berada pada tempatnya.Akibat tidak adanya gaya gravitasi semua

makhluk hidup dan makhluk tak hidup akan melayang-layang di

angkasa.

c. Gaya Magnet

Magnet berasal dari kata Magnesia yaitu tempat orang Yunani

menemukan sifat magnet yang terdapat dalam batu-batuan yang dapat

menarik logam.

D. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau

memecahkan suatu masalah secara bersama. Selain itu pembelajaran

kooperatif dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam

pembelajar. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap

kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah Pembelajaran

Pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi kesempatan kepada

siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering

Page 27: kasus TAP

27

mengekspresikan ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam

memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif dalam

kelompoknya.

Ketika siswa melakukan kegiatan pembelajaran untuk memecahkan

permasalahan yang diberikan pada kelompoknya, dengan sendirinya akan

mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada

tingkat berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya membentuk

intelegensi siswa. Dengan terbentuknya intelegensinya, siswa akan

berpengaruh pada pencapain hasil belajar siswa yang meningkat.

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah rata-rata hasil belajar siswa pada

pokok bahasan gaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD lebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa dengan metode

ekspositori dan rata-rata hasil belajarnya lebih baik

Page 28: kasus TAP

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pokok Bahasan dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah

materi Menulis Gaya pada kelas IV SD Semester I tahun pembelajaran

2010/2011

B. Subjek dan Objek Penelitian

Sebagai subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN No. 026

Tenggarong Seberang semester II Tahun Pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa

kelas IV adalah 19 orang siswa yang terdiri dari 9 siswa laki – laki dan 10

orang siswa perempuan sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini

adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri

melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru

sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Warda dkk.(2004)

Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Bambang S 2009 ) penelitian

tindakan kelas adalah suatu penelitian yang bersifat refleksi diri yang

dilakukan oleh peserta–peserta tindakan dalam situasi sosial untuk

meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial mereka,

serta pemahaman mereka terhadap praktik- praktik tersebut.

Page 29: kasus TAP

Joni (1998) menyatakan bahwa penilitian tindakan kelas merupakan

suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dan tindakan – tindakan

yang dilakukan itu serta memperbaiki kondisi–kondisi dimana praktek–

praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Pelaksanaan penelitian tindakan

kelas menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur penelitian yang

merupakan suatu upaya memecahkan sekaligus mencari dukungan ilmiah.

Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas adalah peneliti yang

melakukan tindakan–tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau

meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam penelititan ini prosedur

penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus. Tiap–tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN No. 026 Tenggarong Seberang

pada Semester II tahun pembelajaran 2010/2011

.

E. Rancangan dan Prosedur Penelitian

1. Pengertian Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan rencana untuk pengumpulan,

pengukuran, dan analisis data. Rancangan tersebut membantu peneliti dalam

mengalokasikan sumber daya yaitu meliputi observasi, analisis data, dan

kombinasinya (Bernard S. Philip didalam Enory dan Cooper, 1992)

29

Page 30: kasus TAP

Rancangan penelitian adalah rencana (plan) dan struktur (structure)

investigasi untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian. Rencana

tersebut merupakan skema atau program penelitian menyeluruh yang

mencakup rencana apa saja yang akan dikerjakan seorang peneliti mulai dari

penyusunan hipotesis dan implikasi operasional sampai analisis data akhir.

Struktur adalah kerangka kerja, organisasi, konfigurasi, dari hubungan

berbagai variabel kajian.

Rancangan penelitian mencerminkan struktur masalah penelitian dan

rencana investigasi yang digunakan untuk memperoleh fakta empiris yang

berkaitan dengan masalah tersebut (Kerlinger didalam Emory dan Cooper,

1992)

Kedua definisis diatas berbeda dalam perinciannya tetapi keduanya

memberikan esensiyang sama mengenai rancangan penelitian yang baik,

yaitu:

a. Rancangan adalah rencana untuk memilih sumber dan tipe informasi yang

relevan dengan pertanyan penelitian

b. Rancangan merupakan kerangka kerja yang memperinci hubungan

diantara variable variabel kajian

c. Rancangan merupakan cetak biru yang menjelaskan semua prosedur mulai

hipotesis sampai analisis data.

Rancangan penelitian tersebut dibuat untuk menjawab pertanyaan-

pertanyan seperti Teknik apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

30

Page 31: kasus TAP

Teknik pengambilan sampel apa yang digunakan ? Bagaimana waktu dan

biaya menjadi pertimbangan pemilihan teknik tersebut?

2. Pengertian Prosedur Penelitian

Prosedur Peneletian adalah panduan yang memuat prosedur tentang

semua proses atau alur yang berkaitan dengan pelaksanaan penelItian yaitu

penelitian tindakan kelas .

Adapun prosedur PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan model Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004:2),

Pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi empat alur (langkah): (1)

perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) Observasi; (4) refleksi.

Alur (langkah) pelaksanaan tindakan yang dimaksud dapat dilihat pada

gambar berikut.

31

P

T

O

R

P

T

O

R

Page 32: kasus TAP

Keterangan

P: Perencanaan

T: Tindakan

O: Observasi

R: Refleksi

Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa pertama, sebelum

melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama

jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara

matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan

dilaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu

sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil

Observasi tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang

telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan

perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan., maka rencana tindakan perlu

disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar

mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai

masalah yang diteliti dapat mengalami kemajuan.

Adapun rancangan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam

beberapa siklus. Dengan catatan: Apabila siklus I berhasil sesuai kriteria yang

diinginkan, maka tetap dilakukan siklus II untuk pemantapan, tetapi kalau

siklus I tidak berhasil, maka dilakukan siklus II dengan cara

menyederhanakan materi dan menambah media pembelajaran. Apabila pada

32

Page 33: kasus TAP

siklus II belum terjadi peningkatan, maka siklus III harus dipersiapkan untuk

mengatasi kesulitan yang pernah dialami siswa pada siklus sebelumnya.

Secara keseluruhan prosedur penelitian tindakan untuk setiap Siklus

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pra Siklus

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan

dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun kegiatan yang

akan dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

Membuat alat evaluasi

Membuat lembar Observasi

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Pra Siklus dilaksanakan selama 2 x 35 menit (1 x pertemuan )

Pelaksanaan pra siklus berdasarkan RPP terlampir.

c. Observasi

Pada Observasi, peneliti bertindak sebagai guru pengajar Bahasa

Indonesia yaitu pembelajaran menulis pantun sedangkan teman sejawat

mengamati tindakan yang sedang dilakukan oleh peneliti dan mengamati

aktivitas siswa di dalam kelas . Dengan menggunakan lembar Observasi

yang telah disediakan . ( format lembar Observasi terlampir )

33

Page 34: kasus TAP

d. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti dan guru mendiskusikan hasil tindakan

yang telah dilaksanakan, kemudian bila perlu merevisi tindakan

sebelumnya untuk dilaksanakan pada tahap berikutnya.

2. Siklus Pertama

a. Mempersiapkan skenario dan rencana pembelajaran 1 pada materi Gaya serta

lembar observasi.

b. Mempersiapkan alat evaluasi untuk dikerjakan dikelas.

c. Melaksanakan skenario pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran 1

yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi gaya

d. Melakukan pemantauan (observasi) proses belajar mengajar Ilmu

Pengetahuan Alam yang dilakukan oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam di

kelas bersama peneliti. Sasaran pemantauan adalah pembelajaran kooperatif

tipe STAD yang dilakukan oleh guru, dan aktifitas siswa sesuai waktu yang

tersedia untuk melihat hasil belajar siswa.

e. Sebagai refleksi pada kegiatan ini peneliti bersama guru menentukan

langkah–langkah perbaikan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi

berikutnya sebagai dasar untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada

Siklus 2.

3. Siklus Kedua

Setelah diperoleh data hasil analisis pada Siklus 1 dan gambaran keadaan

kelas tentang perhatian, aktifitas dan kesalahan/kelemahan dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didiskusikan dan dicarikan solusi

34

Page 35: kasus TAP

sehingga kesalahan dan kelemahan pada Siklus I tidak terulang lagi.ini

dijabarkan dalam rencana pembelajaran selanjutnya.

]

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi

data yaitu:

1. Dokumentasi nilai adalah data yang dimiliki oleh guru Ilmu Pengetahuan

Alam pada nilai ulangan Ilmu Pengetahuan Alam sebelumnya. Digunakan

sebagai perbandingan dengan hasil tes akhir siklus.

2. Tugas dan Pekerjaan rumah (PR) untuk mengetahui hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Alam siswa diakhir pembelajaran.

3. Tes akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar persiklus.

4. Observasi menggunakan tabel pedoman observasi untuk mengetahui

tingkat aktivitas siswa dan aktivitas guru pada saat pembelajaran

berlangsung.

G. Tehnik Analisis Data

Jenis Penelitian ini adalah tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3

siklus dan setiap Siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan pada siklus I

dan siklus II, yang masing-masing pertemuan dilaksanakan dalam 3 jam mata

pelajaran. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rata-rata,

presentasi, dan grafik.

1.Rata-rata

35

Page 36: kasus TAP

Rata-rata digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu

kelas dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan

membandingkan rata-rata skor hasil belajar masing-masing siklus dengan

menggunakan rumus:

(Sudjana, 1996)

Keterangan:

= Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklus

= Banyaknya siswa

= Jumlah skor seluruh siswa

Tugas di kelas dan pekerjaan rumah (PR) untuk mengetahui hasil belajar

Ilmu Pengetahuan Alam siswa dengan menggunakan rumus:

(Depdiknas, 2005)

Keterangan:

NK = Nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklus

UH = Skor tes akhir siklus

T = Skor tugas

2. Persentase

Persentase digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil

belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan rumus:

Persentasi = x 100 %

36

_

Page 37: kasus TAP

Keterangan :

a. Selisih skor rata-rata prestasi siswa pada dua siklus

b. Skor rata-rata prestasi siswa pada siklus sebelummnya

3. Grafik

Grafik digunakan untuk menvisualisasikan peningkatan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada masing-masing siklus.

H. Indikator Peningkatan hasil belajar siswa

Peningkatan hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok

diukur dengan kriteria nilai peningkatan dan kriteria penghargaan. Kriteria

nilai peningkatan dan kriteria penghargaan sebagai berikut:

Kriteria Nilai Peningkatan Siswa

Kriteria Nilai Peningkatan

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin

10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poinLebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poinKerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor) 30 poinSumber: Ismail (2003)

Sedangkan untuk skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-

rata skor peningkatan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor

peningkatan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota

37

Page 38: kasus TAP

kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor peningkatan kelompok, diperoleh

kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel Tingkat penghargaan kelompok

Rata-rata tim Predikat 0 ≤ x < 55 ≤ x < 1515 ≤ x < 2525 ≤ x ≤ 30

-Tim baikTim hebatTim super

(Sumber: Ratu Manan, 2002)

38

Page 39: kasus TAP

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN No. 026 Tenggarong Seberang kelas

IV (empat) yang berjumlah 19 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada

semester I Tahun Ajaran 2010/2011.

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menyampaikan gagasan

penelitian ini kepada Kepala SDN No. 026 Tenggarong Seberang tentang

penelitian yang akan dilaksanakan. Kemudian peneliti yang juga guru bidang

studi matematika bersama teman sejawat mulai mendiskusikan langkah-

langkah selanjutnya yang akan dilaksanakan pada penelitian.

Penelitian ini terdiri dari tiga siklus dimana masing-masing siklus

terdiri dari tiga kali pertemuan. Pada pertemuan I dan II dilakukan

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan pertemuan III digunakan

untuk pemberian tes untuk melihat hasil belajar di setiap siklus

Melalui teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis meliputi

dokumentasi, observasi dan teknik tes (yang dilakukan setelah akhir proses

belajar mengajar), diperoleh data nilai dasar dan nilai akhir siswa kelas IV

a. Deskripsi Data Pra Siklus dan Siklus I

Adapun data nilai dasar untuk penelitian yang diperoleh dari nilai pra

siklus dari materi sub kompetensi yang lalu adalah sebagai berikut:

39

Page 40: kasus TAP

Tabel 4.1 Perbandingan Nilai dasar ( Pra Siklus ) dan Nilai Akhir Siklus I

No

Responden

Waktu : 20 menit

Nilai Dasar Nilai Akhir I Skor Peningkatan

1 50 60 20 poin

2 55 65 20 poin

3 58 60 20 poin

4 70 75 20 poin

5 75 78 20 poin

6 66 70 20 poin

7 55 50 10 poin

8 43 55 30 poin

9 45 53 20 poin

10 45 40 10 poin

11 40 50 20 poin

12 60 63 20 poin

13 63 60 10 poin

14 45 60 30 poin

15 65 68 20 poin

16 65 75 20 poin

17 66 68 20 poin

18 50 60 20 poin

19 60 50 10 poin

1076 1160

Peneliti bersama observer mengobservasi tindakan yang dilakukan

selama pembelajaran berlangsung.

40

Page 41: kasus TAP

Pra Siklus

Hasil observasi yang telah dilakukan pada Pra siklus adalah sebagai

berikut :

1) Aktvitas Siswa

Berdasarkan tabel hasil observasi terlampir , Hasil observasi selama

proses pembelajaran pada Pra siklus , dengan nilai rata-rata 2.8 yang meliputi

perhatian siswa dengan rata-rata 3.00 (cukup) , partisipasi siswa 2,00

(kurang), pemahaman siswa 2,67 (kurang) dan kerja sama (2,67). Secara

keseluruhan siswa dinilai kurang baik dalam memperhatikan penyajian

materi yang diberikan oleh guru. memperhatikan setiap penjelasan observer,

siswa belum berani bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tugas-tugas pada lembar kerja, secara umum siswa belum dapat

menjawab pertanyaan dan melengkapi lembar kerja, juga mereka masih

belum mengerti bagaimana bekerjasama dalam kelompoknya.

2) Aktivitas Guru

Hasil observasi selama proses pembelajaran pada siklus I yaitu :

Aktivitas guru secara keseluruhan dinilai kurang baik dengan nilai rata-rata

2.66 yang terdiri dari penyajian materi dengan rata-rata 2,33 (kurang),

Kemampuan menyajikan contoh dengan rata-rata 2,33 (kurang), kemampuan

memotivasi dengan rata-rata 3 (cukup), pembimbingan dengan rata-rata 2,67

(kurang) dan pengelolaan kelas dengan rata-rata 3,00 (cukup )

41

Page 42: kasus TAP

Keaktifan siswa di atas didapat dari hasil Observasi teman sejawat atau

observer mengenai aktifitas siswa yaitu melalui lembar observasi seperti pada

lampiran dengan beberapa aspek yang dinilai yaitu perhatian, partisipasi,

pemahaman dan kerja sama dengan menggunakan kriteria seperti berikut:

tidak baik mendapat skor 1. Kurang baik mendapat skor 2, cukup baik

mendapat skor 3,dan baik mendapat skor 4.

Siklus I

Hasil observasi yang telah dilakukan pada Siklus I adalah sebagai

berikut :

1) Aktvitas Siswa

Berdasarkan tabel hasil observasi terlampir , Hasil observasi selama

proses pembelajaran pada siklus I, dengan nilai rata-rata 3.41 yang meliputi

perhatian siswa dengan rata-rata 3.00 (cukup) , partisipasi siswa 3,00 (cukup),

pemahaman siswa 4,00 (baik) dan kerja sama 3,67 (cukup). Secara

keseluruhan siswa dinilai cukup baik dalam memperhatikan penyajian materi

yang diberikan oleh guru. memperhatikan setiap penjelasan observer, siswa

sudah berani bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tugas-tugas pada lembar kerja, secara umum siswa sudah dapat

menjawab pertanyaan dan melengkapi lembar kerja, juga mereka sudah

mengerti bagaimana bekerjasama dalam kelompoknya.

42

Page 43: kasus TAP

2) Aktivitas Guru

Hasil observasi selama proses pembelajaran pada siklus I yaitu :

Aktivitas guru secara keseluruhan dinilai cukup baik dengan nilai rata-rata

3,53 yang terdiri dari penyajian materi dengan rata-rata 3,00 (cukup),

Kemampuan menyajikan contoh dengan rata-rata 4,00 (baik), kemampuan

memotivasi dengan rata-rata 4 (baik), pembimbingan dengan rata-rata 3,67

(cukup) dan pengelolaan kelas dengan rata-rata 3,00 (cukup )

b. Analisis Data Pra Siklus dan Siklus I

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah responden (N) = 19,

jumlah nilai dasar responden ( ∑Xd ) = 1076, sehingga rata-rata nilai dasar

siswa adalah

d =

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah responden (N) = 19,

jumlah akhir siklus 1 seluruh responden ( ∑Xd ) = 1160, sehingga rata-rata

nilai siklus I adalah :

k =

Berdasarkan observasi oleh teman sejawat, secara umum aktivitas

siswa dan aktivitas guru pada saat pra siklus mengaami peningkatan yaitu dari

kriteria kurang menjadi kriteria cukup

43

Page 44: kasus TAP

Adapun data nilai dasar responden yang diperoleh kemudian

diinterpretasikan berdasarkan petunjuk teknis Standar Ketuntasan Belajar

mengajar pada SDN No. 026 Tenggarong Seberang 2010/2011 dan untuk

mengetahui ketuntasan belajar dalam pembelajaran tipe STAD, maka data

yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan rumus statistik sederhana

yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Nilai Dasar Siswa

Interval Nilai fP = x 100%

Keterangan

60 – 100 10 52.63 % Tuntas

0 – 59.9 9 47.37 % Belum Tuntas

Sumber : Hasil Penelitian, Tenggarong Seberang 2010

Berdasarkan tabel 4.2 di atas jika disajikan dalam bentuk diagram

lingkaran, maka persentase ketuntasan belajar pada nilai dasar siswa adalah

sebagai berikut :

Gambar 4.1 Diagram Persentase ketuntasan Belajar Nilai Dasar Siswa

Tabel 4.3 Distribusi Nilai Siklus I Siswa

44

Page 45: kasus TAP

Interval Nilai fP = x 100%

Keterangan

60 – 100 13 68,42 % Tuntas

0 – 59.9 6 31,58 % Belum Tuntas

Sumber : Hasil Penelitian, Tenggarong Seberang 2010

Berdasarkan tabel 4.3 di atas jika disajikan dalam bentuk diagram

lingkaran, maka persentase ketuntasan belajar pada nilai siklus I siswa adalah

sebagai berikut:

Gambar 4.2 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Nilai Siklus I Siswa

Untuk data hasil tes responden yang diperoleh setelah akhir proses

belajar mengajar Siklus I menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD,

dan dianalisis dengan menggunakan rumus persentase ketuntasan belajar,

maka akan dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini.

Persentasi =

Persentasi = x 100 % = 7.80 %

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata nilai responden

sedikit mengalami peningkatan dari 56.63 menjadi 61.05, sementara

responden yang telah tuntas belajar meningkat dari 9 siswa atau 47.36 %

45

Page 46: kasus TAP

menjadi 13 siswa atau 68.42 %, dan responden yang belum tuntas belajar

mengalami penurunan dari 10 siswa menjadi 6 siswa atau dari 52.63 %

menjadi 31.58 %.

Sedangkan untuk aktivitas siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat

dilihat dari criteria rata-rata aktivitas siswa dari kurang menjadi kriteria cukup

a. Deskripsi Data Siklus I dan Siklus II

Adapun data perbandingan nilai akhir Siklus I dan Nilai Akhir Siklus

II sebagai berikut:

Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Akhir Siklus I dan Nilai Akhir Siklus II

NoResponden

Waktu : 20 menitNilai Akhir I Nilai Akhir II Skor Peningkatan

1 60 65 202 65 70 303 60 75 304 75 80 305 78 85 306 70 75 207 50 60 208 55 70 309 53 70 3010 40 65 3011 50 65 3012 63 75 3013 60 80 3014 60 80 3015 68 75 2016 75 80 2017 68 75 2018 60 70 2019 50 70 30

1160 1385

Siklus II

46

Page 47: kasus TAP

Berdasarkan data hasil penelitian proses pembelajaran di kelas diamati

melalui lembar Observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II, dapat dilihat

pada lampiran

Hasil observasi yang telah dilakukan pada Siklus II adalah sebagai

berikut :

1) Aktvitas Siswa

Berdasarkan tabel hasil observasi terlampir , Hasil observasi selama

proses pembelajaran pada siklus II, dengan nilai rata-rata 4 dengan kriteria

baik yang meliputi perhatian siswa dengan rata-rata 4.00 (baik) , partisipasi

siswa 4,00 (baik), pemahaman siswa 4,00 (baik) dan kerja sama 4,00 (baik).

Secara keseluruhan siswa dinilai baik dalam memperhatikan penyajian materi

yang diberikan oleh guru. memperhatikan setiap penjelasan observer, siswa

sudah berani bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tugas-tugas pada lembar kerja, secara umum siswa sudah dapat

menjawab pertanyaan dan melengkapi lembar kerja, juga mereka sudah

mengerti bagaimana bekerjasama dalam kelompoknya.

2) Aktivitas Guru

Hasil observasi selama proses pembelajaran pada siklus I yaitu :

Aktivitas guru secara keseluruhan dinilai cukup baik dengan nilai rata-rata

4,00 yang terdiri dari penyajian materi dengan rata-rata 4,00 (baik),

Kemampuan menyajikan contoh dengan rata-rata 4,00 (baik), kemampuan

memotivasi dengan rata-rata 4 (baik), pembimbingan dengan rata-rata 4,00

(baik) dan pengelolaan kelas dengan rata-rata 4,00 (baik )

47

Page 48: kasus TAP

b. Analisis Data Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa jumlah responden (N) = 19,

jumlah akhir seluruh responden ( ) = 1385

k =

Jadi nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari 56.63 pada

siklus pertama menjadi 72.89 pada siklus kedua

Adapun hasil observasi mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru

secara umum dapat dilihat pada lampiran dengan secara keseluruhan

mengalami peningkatan dari criteria cukup menjadi baik

Untuk data hasil nilai tes siklus II responden yang diperoleh setelah

akhir proses belajar mengajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

STAD, dan dianalisis dengan menggunakan rumus persentase ketuntasan

belajar, maka akan dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Nilai Siklus II Siswa

Interval Nilai fP = x 100%

Keterangan

60 – 100 18 94.73 % Tuntas

0 – 59.9 1 5.26 % Belum Tuntas

Sumber : Hasil Penelitian, Tenggarong Seberang2010

Berdasarkan tabel 4.9 di atas jika disajikan dalam bentuk diagram

lingkaran, maka persentase ketuntasan belajar pada nilai siklus I siswa adalah

sebagai berikut:

48

Page 49: kasus TAP

Gambar 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Nilai Siklus II Siswa

Untuk data hasil tes responden yang diperoleh setelah akhir proses

belajar mengajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan

dianalisis dengan menggunakan rumus persentase untuk melihat sejauh mana

peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, dapat diketahui

dengan menggunakan rumus.

Persentasi =

Persentasi = x 100 % = 19.39 %

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata nilai responden

sedikit mengalami peningkatan dari 61.05 menjadi 72.89 sementara

responden yang telah tuntas belajar meningkat dari 13 siswa menjadi 18 siswa

atau 52 % menjadi 72 % dan responden yang belum tuntas belajar mengalami

penurunan dari 6 siswa menjadi 1 siswa atau dari 31.58 % menjadi 5.26 %.

Sedangkan untuk aktivitas siswa mengalami peningkatan hal ini dapat

dilihat dari lampiran yaitu dengan criteria cukup pada pertemuan I menjadi

criteria baik pada pertemuan II,

B. Pembahasan

49

Page 50: kasus TAP

Pembelajaran kooperatif tipe STAD diawali dengan memperkenalkan

tipe belajar pada siswa, kemudian dilanjutkan dengan mengelompokkan siswa

ke dalam kelompok belajar kecil yang beranggotakan 3 hingga 5 orang.

Pembentukan kelompok ini dengan memperhatikan penyebaran nilai ulangan

harian pada kompetensi/sub kompetensi sebelumnya. Setelah dibentuk

kelompok guru menyampaikan informasi singkat mengenai materi yang akan

dipelajari. Tiap-tiap kelompok akan diberikan beberapa pertanyaan yang ada

dalam lembar kerja siswa dan pertanyaan dapat bervariasi, dan yang bersifat

spesifik hingga yang bersifat umum mengenai materi yang akan dipelajari.

Para siswa dalam tiap kelompok berdiskusi dan berfikir bersama untuk

menjawab pertanyaan dan meyakinkan tiap anggotanya mengetahui jawaban

tersebut. Dalam kegiatan ini guru memberikan bimbingan dan juga

memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengajukan pertanyaan jika

masih ada yang belum dipahami pada lembar kerja siswa. Disini penulis

menemukan masalah karena sebagian siswa masih kurang bisa`

berkomunikasi dengan anggota kelompok yang lain, sehingga alokasi waktu

yang diberikan menjadi tidak terpenuhi dan sepertinya siswa masih terbiasa

dengan pemberian materi seluruhnya dan belum terbiasa mencari sendiri

dalam melengkapi informasi yang diberikan. Namun pada pertemuan

selanjutnya siswa sudah dapat berinteraksi dan berdiskusi dengan baik

sehingga penulis hanya sedikit memberikan bimbingan dan mengamati

aktivitas siswa, dalam pembelajaran dan alokasi waktu pun dapat tercapai

dengan baik.

50

Page 51: kasus TAP

Setelah diskusi kelompok selesai saatnya untuk mengetahui jawaban

dan pertanyaan yang ada dalam lembar kerja siswa, penulis meminta jawaban

pertanyaan dari tiap-tiap siswa dengan menyiapkan jawaban yang telah

diperoleh untuk disampaikan kepada seluruh siswa. Dan kelompok yang lain

diberi kesempatan untuk menanggapi sesuai yang diitunjuk penulis. Setelah

pemberian jawaban selesai guru memastikan kembali apakah semua siswa

telah mengetahui jawaban yang sebenarnya.serta memberikan validasi dan

penghargaan kepada tiap kelompok atas hasil kerjanya. Pada kegiatan terakhir

penulis bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan penulis

memberikan tugas untuk kegiatan dirumah dan dikumpulkan pada pertemuan

selanjutnya. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, observer yaitu

teman sejawat penulis yang juga sama-sama guru melakukan Observasi

terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru. Berdasarkan hasil Observasi,

aktivitas siswa dapat dikatakan efektif karena dapat dilihat dari hasil

Observasi yang dituliskan dalam lembar observasi yang diamati pada saat

proses pembelajaran di kelas.

Berikut ini aktivitas siswa dan kondisi siswa saat berlangsungnya

kegiatan belajar mangajar pada pembelajaran kooperatif tipe STAD

Siklus I

1. Kondisi kelas pada saat guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Pada siklus pertama saat menyampaikan tujuan dan memotivasi

siswa, keadaan kelas kurang terkendali dan siswa masih belum mengerti

tentang metode pembelajaran yang akan disampaikan. Siswa siswi terlihat

51

Page 52: kasus TAP

serius dan semangat memperhatikan guru di depan karena sebagian besar

penasaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang

diberikan. Guru terlihat berusaha agar siswa mau mengerti dan termotivasi

dengan pembelajaran yang diberikan. Hal ini bertujuan memberikan

pengaruh kepada siswa dan membantu siswa tentang bagaimana

bekerjasama dengan orang lain dan saling memberikan kesempatan untuk

saling belajar.

2. Kondisi kelas saat guru menyajikan Informasi.

Pada saat guru menyampaikan informasi, siswa-siswi terlihat

serius. Keadaan kelas tetap kondusif, guru menyampaikan informasi

verbal secara jelas dan untuk memenuhi waktu yang tersedia maka materi

yang disampaikan kepada siswa tidak secara rinci namun garis-garis

besarnya saja, sehingga siswa-siswi sendirilah yang mengembangkan

materi yang dipelajari tersebut dan jika memang belum paham baru

dibahas bersama-sama, selain menyampaikan materi guru juga

memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana cara mengerjakan lembar kerja

siswa (LKS) atau panduan belajar siswa. Keantusiasan siswa terlihat pada

saat guru mengajukan pertanyaan terhadap apa yang belum dipahami, pada

fase ini terdapat kendala yang dialami baik siswa maupun guru, karena

sebagian besar siswa belum memahami pelaksanaan pembelajaran tipe

STAD.

3. Kondisi kelas pada saat guru mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar/diskusi.

52

Page 53: kasus TAP

Pada waktu guru mengorganisasikan siswa pada kelompok

belajar, keadaan kelas mulai terjadi kegaduhan, hal ini disebabkan

peralihan dimana 19 siswa berpindah ke tempat-tempat kecil. Di sini guru

juga mendapat kendala, yaitu ada sebagian siswa kebingungan, karena

siswa tersebut kurang memperhatikan penjelasan guru tentang pembagian

kelompok yang telah ditetapkan. Guru sudah mempersiapkan jumlah

anggota kelompok beserta nama-nama kelompoknya. Dari 19 siswa yang

ada guru membagi masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang

sehingga jumlah kelompok sebanyak 4 kelompok. Setelah itu guru

memberi memberikan penjelasan tentang pelaksanaan kooperatif STAD.

4. Kondisi kelas pada saat siswa bekerja dalam kelompok diskusi dalam

kelompok

Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, siswa –siswi terlihat

serius dan aktif dalam mengerjakan lembar kerja siswa pada kelompok

masing-masing, walaupun ada sebagian siswa masih kurang aktif.

Sehingga guru tetap membimbing dan mengawasi jalannya diskusi sambil

mengisi lembar observasi siswa. Ketika guru membimbing kelompok

bekerja dan belajar, guru membantu siswa yang kurang jelas dengan

prosedur LKS. Tetapi dalam membimbing kelompok bekerja dan belajar,

guru tidak ikut campur tangan terlalu banyak, karena dapat mengganggu

siswa berkreasi dan mengurangi frekuensi siswa dalam bekerja. Dalam hal

ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bekerja dengan inisiatif

masing-masing, guru hanya mengarahkan agar terbentuk kerjasama

53

Page 54: kasus TAP

kelompok, serta mengingatkan siswa mengenai waktu pelaksanaan agar

pembelajaran dapat berjalan optimal.

5. Kondisi kelas saat guru mengevaluasi

Sebelum evaluasi berlangsung guru harus mengkondisikan kelas

terlebih dahulu. Kemudian guru menanyakan hasil kerja masing-masing

kelompok, dan mempresentasikan jawaban dari salah satu pertanyaan yang

diberikan dan ditanggapi oleh kelompok lain, guru bertindak sebagai

moderator sekaligus narasumber.

6. Kondisi kelas pada saat guru memberikan penghargaan

Guru memberikan penghargaan berdasarkan penilaian tersendiri

kepada kelompok yang berhasil bekerja sama antar anggota kelompoknya

dan dalam menjawab pertanyaan LKS. Pada saat penghargaan diberikan

kepada siswa, siswa menjadi gaduh, hal ini dikarenakan tepuk tangan dan

teriakan para siswa yang begitu antusias, sehingga memberi semangat dan

memotivasi siswa untuk dapat saling bekerjasama dengan anggota

kelompoknya dan siswa merasa sangat dihargai atas hasil kerjasama

mereka. Setelah pembelajaran selesai, untuk mengetahui apakah masing-

masing siswa telah berhasil dalam belajar kelompok dan sudah menguasai

soal-soal LKS serta materi yang dipelajari, maka pada pertemuan ke III

penulis mengadakan evaluasi secara individual sehingga diperoleh data

hasil tes.

Siklus II

54

Page 55: kasus TAP

Dari hasil observasi pada siklus kedua, proses belajar mengajar

sudah agak lebih baik dan terarah. Beberapa siswa terlihat mulai aktif dalam

kelompoknya masing-masing. Baik itu perhatian, antusias, aktif dalam diskusi,

aktif dalam mengajukan pendapat/ide serta menghargai pendapat orang lain.

Walaupun ada diantara mereka yang terlihat masih malu-malu dalam

menyampaikan pendapatnya.

Adapun kondisi siswa pada saat proses belajar-mengajar dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah sebagai berikut.

1. Kondisi kelas pada saat guru menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Pada siklus kedua ini saat guru menyampaikan tujuan dan motivasi

siswa, keadaan kelas terkendali dan beberapa siswa terlihat antusias.

Beberapa siswa-siswi terlihat serius dan semangat memperhatikan guru di

depan kelas. Keberhasilan guru memotivasi siswa dapat dilihat saat guru

memberikan pertanyaan, beberapa siswa-siswi terlihat aktif dalam

menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

2. Kondisi kelas saat guru menyajikan informasi

Pada saat guru memberikan informasi, para siswa mendengarkan

secara serius dan kelas dapat dikendalikan dengan baik oleh guru, guru

menyampaikan materi pelajaran secara singkat, jelas dan terarah. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi informasi dan

cara dalam menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan kepada teman

sekelompoknya. Terlihat dengan jelas keantusiasan siswa pada saat guru

memberikan pertanyaan, siswa dengan cepat merespon dan saling

55

Page 56: kasus TAP

berlomba untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada fase ini tidak

terdapat kendala yang berarti karena sebagian besar siswa sudah mulai

memahami pelaksanaan pembelajaran tipe STAD.

3. Kondisi kelas pada saat guru mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar/diskusi.

Pada siklus kedua ini pengorganisasian berjalan lancar dan

terkendali, siswa dengan tertib bergabung ke dalam kelompok masing-

masing sesuai yang telah ditentukan oleh guru, hal ini disebabkan siswa

sudah faham dan sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran STAD

4. Kondisi kelas pada saat siswa bekerja dalam kelompok diskusi dalam

kelompok.

Pada fase ini, siswa-siswi terlihat serius dan aktif dalam

mengerjakan lembar kerja siswa pada kelompok masing-masing, siswa

terlihat saling bekerjasama antar sesama kelompok dalam memecahkan

soal, di sini setiap siswa diberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk

memberikan ide dan pendapat, juga terlibat dalam diskusi. Sesekali Guru

memberikan bimbingan kepada para siswa agar tidak keluar dari

permasalahan atau soal yang diberikan. Diskusi kelompok berjalan dengan

lebih baik dari siklus sebelumnya, hal ini disebabkan setiap siswa merasa

bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya masing-masing.

5. Kondisi kelas saat guru mengevaluasi

Pada saat guru akan mengevaluaasi terjadi sedikit keributan kecil

karena ada dua siswa yang terlibat percecokan mulut namun suasana kelas

56

Page 57: kasus TAP

dapat ditenangkan oleh guru, setelah suasana kelas kembali kondusif

barulah guru menanyakan hasil kerja masing-masing kelompok dengan

cara menyebut satu kelompok dan mempresentasikan jawaban dari salah

satu pertanyaan yang diberikan dan ditanggapi oleh kelompok lain, guru

bertindak sebagai moderator sekaligus narasumber.

6. Kondisi kelas pada saat guru memberikan penghargaan

Pada saat penghargaan diberikan kepada siswa, seluruh kelas

menjadi lebih bersemangat dan ramai, dikarenakan tepuk tangan dan

teriakan para siswa yang begitu antusias, sehingga member semangat dan

motivasi siswa untuk dapat lebih saling bekerjasama dengan anggota

kelompoknya masing-masing demi keberhasilan bersama

Analisis data yang dilakukan penulis, menunjukkan bahwa persentase

belajar tuntas yang dicapai pada nilai dasar hanya sebesar 47.37 % atau 9 orang

siswa yang tuntas dalam belajar, dan sebanyak 52.63 % atau 10 orang siswa

belum tuntas. Sedangkan setelah menggunakan pembelajaran STAD pada siklus

pertama sebanyak 13 orang siswa atau 68,42 % yang tuntas, dan sebanyak 6 orang

siswa atau 31.58 % yang belum tuntas dalam belajar. Pada siklus kedua sebanyak

18 orang siswa atau 94.74 % yang tuntas dalam belajarnya dan sebanyak 1 orang

atau 5.26 % yang belum tuntas dalam belajar.

Mengacu pada kriteria hasil persentase maka dari persentase di atas

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik

sekali dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada

57

Page 58: kasus TAP

pokok bahasan Gaya , dari analisis data yang dilakukan ternyata melalui

penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan nilai rata-rata

siswa. Aktivitas siswa dan dapat menciptakan belajar tuntas sebesar 94,74 %.

Karena jika dilihat nilai rata-rata dasar siswa sebesar 56.63 meningkat menjadi

72.89 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan aktivitas

siswa meningkat dari 47.37 % menjadi 94.73 % pada siklus kedua. Peningkatan

pada setiap siklus dikarenakan siswa dapat beradaptasi dengan baik pada

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan, oleh karena itu dalam

pembelajaran IPA hendaknya dapat diterapkan pembelajaran tipe STAD. Karena

selain pembelajaran lebih menarik, juga seluruh siswa belajar lebih aktif, kreatif

dan mandiri. Setelah siswa memahami cara pelaksanaan kooperatif STAD siswa

mengalami peningatan hasil belajar yang signifikan terlihat dari peningatan hasil

belajar dari siklus I ke silus II

Gambar 4.4 Grafik peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN No. 026

Tenggarong Seberang dengan pembelajaraan kooperatif tipe STAD.

58

Page 59: kasus TAP

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa

meningkat dari 56,63 (nilai dasar) menjadi 61.05 pada siklus I, dengan

presentase peningkatan 7,81 %, Sementara peningkatan hasil belajar dari

59

Page 60: kasus TAP

siklus I ke siklus II adalah dari 61,05 menjadi 72,89 terdapat peningkatan

dengan presentase peningkatan sebesar 19.39 %.

2. Terjadi Peningkatan kriteria ketuntas belajar yaitu persentase belajar tuntas

yang dicapai pada nilai dasar hanya sebesar 47.37 % atau 9 orang siswa

yang tuntas dalam belajar, dan sebanyak 52.63 % atau 10 orang siswa

belum tuntas. Sedangkan setelah menggunakan pembelajaran STAD pada

siklus pertama sebanyak 13 orang siswa atau 68,42 % yang tuntas, dan

sebanyak 6 orang siswa atau 31.58 % yang belum tuntas dalam belajar.

Pada siklus kedua sebanyak 18 orang siswa atau 94.74 % yang tuntas

dalam belajarnya dan sebanyak 1 orang atau 5.26 % yang belum tuntas

dalam belajar.

3. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas belajar guru dari

kriteria kurang pada pra siklus menjadi kriteria baik pada siklus II

B. Saran

1. Guru sebaiknya lebih banyak menerapkan tipe-tipe belajar mengajar yang

baru kepada siswa contohnya STAD, agar siswa memilki ketertarikan

terhadap materi-materi pelajaran IPA

2. Selama proses belajar mengajar berlangsung hendaknya terjadi

komunikasi yang baik dan terbuka antara siswa dan guru, sehingga semua

permasalahan belajar yang berkaitan dengan daya serap dan penguasaan

materi dalam pembelajaran di sekolah dapat di atasi dengan baik.

60

Page 61: kasus TAP

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2002. Prosedur penelitian suatu suatu pendekatan praktek, Rineka cipta, Jakarta

Depdiknas, 2006. Kurikulum tingkat satuan pendidikan, Jakarta

Dimyati M, 2002, Belajar dan Pembelajaran ,Rineka Cipta, Jakarta

Hamalik, 2007. Kurikulum dan pembelajaran, Bumi Aksara ,Jakarta

Isjoni, 2007, Cooperative Learning : Efektivitas Pembelajaran Kelompok Alfabeta,Bandung

Ismail, 2003. Media pembelajaran (model-model pembelajaran), Direktorat pendidikan Nasional Jakarta

61

Page 62: kasus TAP

Joni,1998. Penelitian tindakan kelas , konsep dasar Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Jakarta

Kasbolah, 1999. Penelitian tindakan kelas, Dirjen Depdikbud Jakarta

Kunandar,2010 Langkah Mudah Peneltian Tindakan Kelas, Rajagrafindu Persada, Jakarta

Muchtar dkk, 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam I, Depdikbud Dirjen Dikti Jakarta

Sukidin dkk,2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas,Insa Cendekia,Jakarta

Wardani dkk, 2004. Penelitian Tindakan Kelas, Pusat penelitian Universitas Terbuka

62