MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER SEKOLAH BERMUTU …etheses.iainponorogo.ac.id/10030/1/Watermark_Siti...

199
MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER SEKOLAH BERMUTU DI SMPN 1 BABADAN TESIS Oleh: SITI MUTMAINAH NIM 502180054 PROGRAM MAGISTER PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2020

Transcript of MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER SEKOLAH BERMUTU …etheses.iainponorogo.ac.id/10030/1/Watermark_Siti...

  • MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER SEKOLAH

    BERMUTU DI SMPN 1 BABADAN

    TESIS

    Oleh:

    SITI MUTMAINAH

    NIM 502180054

    PROGRAM MAGISTER

    PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

    PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

    2020

  • ABSTRAK

    Mutmainah, Siti. 2020, Manajemen Pendidikan Karakter Sekolah

    Bermutu di SMPN Babadan. Program Studi

    Manajemen Pendidikan Islam, Pascasarjana Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

    Pembimbing: Dr. Mukhibat, M.Ag

    Kata Kunci : Manajemen, Pendidikan Karakter, Sekolah Bermutu,

    SMPN 1 Babadan.

    Akhlak mulia merupakan hal yang sangat penting dalam

    pendidikan anak. Pendidikan. bermutu juga merupakan suatu

    kebutuhan yang sangat penting dalam kebutuhan manusia. Maju

    tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan bangsa.

    Sebagai pendidik bertugas mengajar dan mendidik anak-anak supaya

    berkepribadian yang baik dan berkarakter yang termuat di dalam

    pelajaran terutama karakter religius. SMPN 1 Babadan terus

    berupaya menciptakan model manajemen yang lebih efektif untuk

    melaksanakan pendidikan karakter religious dan juga mendidik

    siswanya untuk berbudaya mutu. Sehingga penulis tertarik untuk

    membahas manajemen pendidikan karakter religius ini dengan judul:

    Manajemen Pendidikan Karakter Sekolah Bermutu di SMPN 1

    Babadan, dengan tujuan menganalisis tentang : 1.Perencanaan

    pendidikan karakter sekolah bermutu peserta didik. 2. Pelaksanaan

    pendidikan karakter sekolah bermutu 3. Evaluasi pendidikan

    karakter sekolah bermutu peserta didik di SMPN 1 Babadan.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis

    studi kasus yang berlokasi di SMPN 1 Babadan Ponorogo. Metode

    pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi dan

    dokumentasi. Adapun teknik analisa data menggunakan reduksi data,

    penyajian data dan penarikan kesimpulan.

    Penelitian ini menghasilkan temuan, yaitu (1) Perencanaan

    pendidikan karakter sekolah bermutu di SMPN 1 Babadan meliputi

  • penyusunan Visi dan Misi, kurikulum dan RPP yang terintegrasi

    dengan pendidikan karakter, draft kegiatan yang berisi tentang

    perilaku sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Dan Nilai-nilai karakter yang dikembangkan mencakup ;religiusitas,

    nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas. (2)

    Pelaksanaan pendidikan karakter sekolah bermutu di SMPN 1

    Babadan meliputi: semua kegiatan yang terkait mutu dan karakter

    dengan metode pembiasaan dan penanaman sikap berkarakter. Yaitu;

    perilaku sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    cinta lingkungan dengan diwujudkan dalam bentuk kegiatan

    adiwiyata. Pembiasaan literasi juga dilaksanakan sebagai wujud dari

    GLS (Gerakan Literasi Sekolah). (3) Evaluasi pendidikan karakter

    sekolah bermutu di SMPN 1 Babadan dengan menggunakan

    instrumen yang harus diisi oleh siswa, orang tua siswa, takmir

    masjid/musholla dan diketahui oleh wali kelas dengan cara check list

    kegiatan sholat 5 waktu dan check lisan hafalan juz 30 Alqur’an.

    Sedangkan tim karakter menyiapkan jurnal dan silabus sebagai acuan

    dalam melaksanakan kegiatan karakter. Hal tersebut mampu

    meningkatkan antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan

    anaknya di SMPN 1 Babadan.

  • ABSTRACT

    Mutmainah, Siti. 2020, Character Education Management at

    Quality Schools in SMPN 1 Babadan. Islamic Education

    Management Study Program, Ponorogo State Islamic

    Institute (IAIN) Postgraduate Program.

    Supervisor: Dr. Mukhibat, M.Ag.

    Keywords: Management, Character Education, Quality Schools,

    SMPN 1 Babadan.

    Noble characters is very important in children’s

    education. Quality education arealso very important need in human

    needs. Nation’s progress greatly depends on the nation education.

    Even a nation of character is also determined by the level of morality

    of its people. As an educator assigned to teach children of the

    characters contained in the lesson, especially religious characters.

    SMPN 1 Babadan continues to strive to create more effective

    management models to carry out religious character education and

    also educate its students for quality culture. So the authors are

    interested in discussing this management of religious character

    education with the title: Management of Quality Schools of

    Character Education at SMPN 1 Babadan, with the aim of

    analyzing: 1. The planning of character education of quality school

    for students. 2. The Implementation of character education of

    quality school for students. 3. The Evaluation of character education

    of quality school for students in SMPN 1 Babadan.

    This research is a qualitative research with case study

    type which is located at SMPN 1 Babadan Ponorogo. Data

    collection methods are by interview, observation and documentation.

    The data analysis technique uses data reduction, data presentation

    and drawing conclusions. This research produces findings namely

    (1) Character values developed at SMPN 1 BabadanPonorogo

    include; religiosity, nationalism, independence, mutual cooperation

    and integrity. (2) Planning of quality school character education in

  • SMPN 1 Babadan includes the preparation of Vision and Mission,

    curriculum and RPP integrated with character education, draft

    activities containing behavioral attitudes of faith and devotion to the

    The One Almighty God (3) Implementation of quality school

    character education in SMPN 1 Babadan includes: all activities

    related to quality and character with the method of habituation and

    inculcation of character attitudes namely; the attitude of faith and

    devotion to God Almighty, love the environment by manifesting in

    the form of adiwiyata activities. Literacy habit is also carried out as

    a manifestation of GLS (School Literacy Movement). (4) Evaluation

    of quality school character education at SMPN 1 Babadan by using

    instruments that must be filled in by students, parents, takmir of the

    mosque / musholla and known by the homeroom teacher by checking

    the list of prayer activities 5 times and checking list of memorizing

    juz 30 Alqur’an.While the character team prepares a journal and

    syllabus as a reference in carrying out character activities. It can

    increase people’s enthusiasm of the community to send their children

    to SMPN 1 Babadan .

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dasar Pendidikan Nasional di Indonesia adalah

    Pancasila dan Undang-undang Dasar RI Tahun 1945 yang

    berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, seperti yang

    dijelaskan dalam Undang-undang atau peraturan-peraturan,

    antara lain :1) Undang-Undang Dasar 1945, Bab III Pasal 4

    yang menyatakan bahwa ”Pendidikan dan pengajaran

    berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan

    Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia”.

    2) Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab

    IV bagian pendidikan: ”Pendidikan Nasional (yang berakar

    pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila

    dan Undang-Undang Dasar 1945”, dan 3) Undang-Undang RI

    No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

    Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional dituangkan

    dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yang

    berbunyi: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

    1

  • 2

    kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

    yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

    bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

    agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

    kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

    serta bertanggung jawab”.1 Dengan kata lain, amanah UU

    Sisdiknas tahun 2003 tersebut bertujuan agar pendidikan tidak

    hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, tetapi juga

    berkepribadian atau berkarakter.

    Pada tataran realita yang ditemukan, dengan

    memperhatikan dasar, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional

    diatas, pada dasarnya pendidikan di Indonesia merupakan

    pendidikan berkarakter yang unik sesuai dengan budaya

    Indonesia, tetapi sangat sejalan dengan tuntutan kecakapan

    abad 21 dengan segala tantangannya.2 Tantangan yang sering

    disebut dengan era 4.0, yang merupakan abad yang

    berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut

    sumber daya manusia harus menguasai berbagai macam 1 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional ( Jakarta: Sinar Grafika,

    2003), hal.31 2 Muwakhid Shulhan, Manajemen Pendidikan Islam (Jogjakarta: Penerbit

    Teras, 2011), hal.1

  • 3

    keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kritis dan juga

    keterampilan memecahkan masalah (problem solving). Intinya,

    beragam keterampilan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

    yang perlu dikuasai oleh sumber daya manusia, menjadi kata

    kunci bagi sebuah bangsa untuk turut serta dalam percaturan

    dunia.

    Pendidikan yang bermutu saat ini merupakan suatu

    kebutuhan yang sangat penting dalam kebutuhan manusia.

    Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan

    bangsa tersebut. Jika pendidikan suatu bangsa dapat

    menghasilkan manusia yang berkualitas lahir dan batin,

    otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan tenteram.3

    Selanjutnya Rahkmat dan Night menyebutkan bahwa anak

    mempunyai suatu keinginan alami untuk belajar dan

    menemukan berbagai hal tentang dunia di sekelilingnya.

    Manusia lahir telah membawa bakat atau potensi, untuk itu

    potensi-potensi yang dimiliki mempunyai kekuatan untuk

    dikembangkan.4

    3Ahmadi, Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup

    (Jogjakarta: Pustaka Ifada, 2013), hal.1 4 Ibid., hal.34

  • 4

    Proses pendidikan yang efektif dapat terwujud melalui

    pembelajaran bermutu (berkualitas). Agar pembelajaran

    menjadi bermutu, maka pendidik harus terampil memilih

    berbagai metode, media, sumber belajar, dan menciptaan

    suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan, tetapi

    tetap sesuai dengan tujuan pembelajaran, aktifitas

    pembelajarannya berpusat pada peserta didik dan sarat dengan

    nilai dan manfaat sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013.

    Pembelajaran merupakan proses yang melibatkan komponen-

    komponen yang hidup dan dinamis (peserta didik dan

    pendidik). Pengembangan pembelajaran berorientasi pada

    keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order

    Thingking Skill (HOTS) merupakan program yang

    dikembangkan sebagai upaya Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan melalui Direktorat Jendral Guru dan Tenaga

    Kependidikan (Dirjen GTK) dalam upaya peningkatan kualitas

    pembelajaran dan meningkatakan kualitas lulusan. Program ini

    dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 2018, yang telah

    terintegrasi dengan Penguatan Pendidikan Karakter dan

  • 5

    pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat

    tinggi atau Higher Order Thingking Skill ( HOTS). 5

    Realita diatas adalah masalah, yaitu pentingnya

    manajemen pendidikan karakter peserta didik demi

    meningkatkan, menciptakan dan menumbuhkan generasi yang

    berkarakter, bermutu, dan bermartabat sesuai dengan nilai-nilai

    dasar yang terkandung didalam pendidikan karakter adalah

    masalah yang penting untuk diteliti (search). Social situation

    yaitu siapa pelopor-pelopor (actors) yang mampu memberikan

    solusi dari masalah tersebut? Kegiatan-kegiatan apa (

    activities) yang mereka lakukan? Dimana (place) mereka

    melakukan kegiatan tersebut?

    Berkaitan dengan mencari dan menemukan “social

    situation” yang tepat untuk meningkatkan, dan menumbuhkan

    generasi yang berkarakter, bermutu, dan bermartabat sesuai

    dengan nilai-nilai dasar yang terkandung didalam pendidikan

    karakter perlu adanya upaya yang tepat oleh para stakeholders

    sekolah yakni kepala sekolah, guru, komite, peserta didik itu

    sendiri dan semua pihak yang terkait. Dalam menumbuhkan

    karakter peserta didik yang baik dibutuhkan manajemen yang

    5 Dirjen GTK Kemdibud, Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada

    Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, (Kemdikbud, 2018), hal.2

  • 6

    tepat tentunya melalui pembiasaan-pembiasaan dan

    pembelajaran yang sudah terintegrasi dengan pendidikan

    karakter di dalamnya.

    Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan pendidikan,

    peningkatan mutu tidak hanya diarahkan kepada peserta didik,

    namun diarahkan pula kepada guru sebagai tenaga

    kependidikan yang berperan sentral dan strategis dalam

    memfasilitasi perkembangan pribadi peserta didik di sekolah.

    Peningkatan mutu guru merupakan upaya mediasi dalam

    rangka pembinaan kesiswaan. Tujuan dari peningkatan mutu

    guru adalah pengembangan kompetensi dalam layanan

    pembelajaran, pembimbingan, dan pembinaan kesiswaan

    secara terintegrasi dan bermutu.

    Diantara para stakeholders yang menduduki posisi

    penting dalam manajemen pendidikan karakter yaitu kepala

    sekolah, guru dan juga tim pelaksana pendidikan karakter itu

    sendiri. Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan maka

    diperlukan sebuah tindakan yang disebut pengelolaan.

    Pengeloalaan pendidikan sangat diperlukan karena

    keberhasilannya dalam membangun pendidikan akan

  • 7

    memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan bangsa.6 Jika

    tidak dikelola dengan baik, maka peran dan fungsi masing

    masing tidak akan optimal sesuai dengan yang seharusnya,

    untuk itu diperlukan strategi untuk mengelola pembelajaran

    agar pembelajaran dapat lebih efektif.7

    Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah menjadi

    hal sangat penting dan perlu di kelola dengan baik. Peran

    instansi, stakeholders dan semua yang terkait sangat penting

    dalam masalah ini dikarenakan instansi mengatur upaya upaya

    apa saja yang akan dilaksanakan demi tercapainya tujuan

    sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi nya.

    Peran yang dimaksud sebagai contoh adalah pembelajaran dan

    pembiasaan yang termasuk juga dalam hal mengelola

    penanaman karakter yang terintegrasi dengan Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ada pada setiap materi

    pelajaran, yang juga merupakan aspek yang sangat penting

    dalam keberhasilan pendidikan. Sebagai contoh, dalam

    menjalankan tugasnya sebagai pengelola kelas, guru juga

    berfungsi sebagai pembimbing moral, mengajarkan kepada 6 Mukhtar Latif, Teori Manajemen Pendidikan (Jakarta: Prenamedia Group,

    2018), hal.1 7 Firdos Mujahidin, Strategi Mengelola Pembelajaran Bermutu, (Bandung,

    PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2017), hal.5

  • 8

    siswa mengapa menyela adalah perbuatan yang tidak sopan,

    menyerobot antrian adalah perbuatan yang tidak adil, mengejek

    orang itu tidak baik, dan meminjam barang orang lain tanpa

    meminta ijin adalah perbuatan yang tidak menghormati, dan

    seterusnya.8

    Pendidikan yang bermutu merupakan suatu investasi

    yang mahal. Masyarakat industri modern menyadari hal ini dan

    akan menanamkan investasi yang besar untuk industri

    pendidikan itu. Kesadaran masyarakat untuk menanggung

    biaya pendidikan (cost sharing) pada hakikatnya akan

    memberikan suatu kekuatan pada masyarakat (empowering the

    society) untuk bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan

    pendidikan.9 Dalam bidang pendidikan, perencanaan

    merupakan salah satu faktor kunci efektivitas keterlaksanaan

    kegiatan-kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan

    pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis

    pendidikan pada tingkat nasional maupun lokal.10

    8 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa

    Menjadi Pintar dan Baik (Bandung: Nusa Media, 2018), hal.150 9 H.A.R.Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2011), hal.181 10

    Udin Saifudin dan Abin Samsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan

    Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2014), hal.v

  • 9

    Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup dan

    memungkinkan seseorang untuk dapat meningkatkan

    kemampuannya secara terencana. Oleh sebab itu, untuk

    merencanakan dan mengembangkan karakter anak sangat

    dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang

    dimaksud bukan hanya merupakan pendidikan formal yang

    didapat dari sekolah, melainkan pendidikan di lingkungan

    keluarga sebagai upaya meningkatkan kualitas anak dalam

    ilmu pengetahuan, keterampilan dan karakter.11

    Untuk bisa

    mewujudkan semua itu, diperlukan manajemen yang tepat agar

    pelaksanaannya dapat dilakukan secara berkelanjutan

    (continuing) serta mencakup seluruh aspek karakter bangsa

    secara utuh dan menyeluruh. Dengan demikan, pendidikan

    karakter tersebut betul- betul dapat menyiapkan generasi

    bangsa menuju bangsa yang beradab dan bermartabat.

    Berdasarkan penjajakan awal dilapangan, telah

    ditemukan di SMPN 1 Babadan yang merupakan lembaga

    pendidikan menengah umum dengan visinya: ”Unggul dalam

    Prestasi, Berilmu Pengetahuan dan Teknologi, Berbudaya dan

    Peduli Lingkungan Berdasarkan Iman dan Takwa “ berpegang

    11

    Ridwan Abdullah Sani, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara,

    2016), hal.5

  • 10

    teguh dalam mewujudkan peserta didik yang berkarakter yang

    berbasis religius dan juga sekolah yang berbudaya mutu,

    dimana pendidikan karakter tersebut dilaksanakan di 8 Standar

    Nasional Pendidikan mulai dari Standar Kompetensi Lulusan,

    Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Sarpras,

    Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar

    Pengelolaan dan Standar Pembiayaan.

    Melihat betapa pentingnya pembinaan karakter peserta

    didik, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya

    mempunyai manajemen peserta didik yang baik, karena siswa

    merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi

    ilmu dan keterampilan. Keberhasilan dalam penyelenggaraan

    pendidikan akan sangat bergantung dengan perkembangan

    potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan

    kejiwaan peserta didik. Tujuan pendidikan yang telah

    ditetapkan untuk dicapai sebaiknya ditunjukkan sejak dalam

    perencanaan, implementasi, dan evaluasi pengajaran.

    Disamping itu tujuan pendidikanpun dapat dilihat

    implikasinya dalam perilaku siswa. Siswa yang telah

    memahami dan menguasai materi yang diajarkan dengan

    mereka yang belum, hendaknya dapat dibedakan dalam

  • 11

    kaitannya dengan adanya penunjukan perubahan perilaku.12

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan/gambar 1.1

    berikut ini.13

    Gambar 1.1 Perencanaan Pendidikan Karakter di

    SMPN 1 Babadan

    Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengangkat

    penelitian yang berjudul: Manajemen Pendidikan Karakter

    Sekolah Bermutu di SMPN 1 Babadan.

    B. Identifikasi Masalah

    Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi,

    melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan

    12

    Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), hal.9 13

    Gambar Sosial Situation, (SS), 1.1

    SMPN 1 Babadan menyusun rencana jangka

    panjang dan jangka pendek untuk pembiasaan

    dan pendidikan karakter.

    SMPN 1 Babadan membentuk tim pembina

    karakter untuk pelaksanaan kegiatan setiap

    hari.

    SMPN 1 Babadan ditetapkan sebagai sekolah

    bermutu dengan “branding sekolah

    berberkarakter”.

  • 12

    berkaitan dari judul proposal penelitian atau dengan masalah

    atau variabel yang akan diteliti14

    . Dalam rangka penyusunan

    penelitian agar tersusun tulisan yang valid dan dapat

    dipertanggung jawabkan terjadi dalam menjalankan

    pendidikan karakter antara lain dari sisi:

    a. Internal

    Berbagai metode dan bentuk pembelajaran yang

    diterapkan disekolah selalu terdapat kendala. Meskipun

    permasalahan tersebut tidak sampai menghambat penerapan

    pendidikan karakter. Kendala dimaksud karena metode dan

    pembelajaran merupakan sistem pembelajaran baru untuk

    mengembangkan sistem pembelajaran sebelumnya.

    Secara internal baik antara siswa, kompetensi guru,

    budaya sistem pembelajaran yang dari manual menjadi digital,

    penyempurnaan kurikulum dari yang berbasis KTSP yang

    menekan sistem pembelajaran yang hanya menekankan

    pengetahuan sedangkan sekarang kurikulum pembelaran

    berbasis K13 yang menekankan pembelajaran secara modern

    menekankan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap dan

    juga pembentukan karakter yang terintegrasi di dalamnya. Dari

    14

    Riduwan, Metode &Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Bandung:

    Alfabeta, 2014), hal.6

  • 13

    semua rangkaian tersebut perlu sinergi dan komitmen bersama

    agar tujuan pembelajaran karakter dapat berhasil baik input

    maupun outputnya.

    b. Eksternal

    Pembelajaran dengan sistem dan metode apapun tidak

    akan terlepas dengan pengaruh dari luar lingkungan yang

    menyertainya, karena semua kegiatan pendidikan akan selalu

    terjadi ketergantungan sehingga menjadi benang merah antara

    internal dan eksternal. Peran permasalahan dari luar akan

    mampu mendukung kelancaran pembelajaran karakter karena

    telah terdapat kesatuan pemahaman yang muaranya akan

    mempermudah pelaksanaan pembentukan karakter sebagai

    mana dikehendaki oleh kurikulum 2013.

    Dukungan wali murid, peran para tokoh pendidikan

    untuk memberikan pencerahan dan komponen komite sekolah

    sangat menunjang keberhasilan sistem pembelajaran yang

    menitik beratkan pada pembentukan karakter sebagaimana

    yang dikehendaki kurikulum 2013. Menyamakan persepsi dan

    visi dari semua pemahaman pihak eksternal adalah perlu cara

    dan waktu tersendiri, hal ini dimaksudkan agar penerapan

  • 14

    pembelajaran sistem karakter akan cepat menuai hasil yang

    dapat dirasakan semua lapisan termasuk untuk membentuk

    karakter siswa demi bekal masa depan mengarungi persaingan

    domistik, regional maupun global sehingga mampu bersaing

    sehat secara kompetitif dan unggul dalam semua bidang baik

    akademis maupun non akademis.

    C. Fokus Kajian

    Fokus kajian dari penelitian yang digunakan penulis

    adalah studi kasus, yaitu uraian dan penjelasan komprehensif

    mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok,

    suatu organisasi, suatu program, atau situasi sosial.

    Dalam penelitian ini, penulis langsung terjun ke

    sekolah, untuk mengadakan wawancara dan pengumpulan data

    yang dibutuhkan dan bertemu dengan informan yang

    berkompeten di bidangnya. Penelitian ini menggunakan

    pendekatan kualitatif yaitu untuk meneliti tentang Manajemen

    Pendidikan karakter Sekolah Bermutu di SMPN 1 Babadan.

    Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup

    deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan

  • 15

    hasil wawancara yang mendalam serta hasil analisis dokumen

    lain.15

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah

    yang telah dilakukan, dipilih sejumlah masalah (dua, tiga, atau

    empat) masalah disertai penjelasan ruang lingkup masalah,

    baik keluasan maupun kedalamannya. Pembatasan masalah

    dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak

    melenceng kemana-mana.16

    Setiap sekolah dasar, sekolah

    menengah pertama maupun sekolah menengah atas di

    lingkungan Kabupaten Ponorogo terdapat banyak sekali

    sekolah yang mengedepankan pendidikan karakter dan ada

    beberapa yang berlabel sekolah bermutu yang mengadopsi

    SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) sebagai tindak lanjut

    dari lahirnya kurikulum 2013. Dan masing-masing sekolahpun

    akan mengalami problem dan keunikan sendiri -sendiri dalam

    penerapan kurikulum dan program dimaksud.

    Agar penelitian ini lebih fokus dan memperoleh

    keakuratan yang tinggi serta menghindari tingkat kesalahan 15

    M. Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif

    (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 13-14.. 16

    Riduwan, Metode &Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Bandung:

    Alfabeta, 2014), hal.7

  • 16

    yang lebih kecil maka perlu pembatasan masalah penelitian.

    Adapun penelitian tersebut dibatasi hanya pada pembelajaran

    yang berbasis pada pendidikan karakter, baik dari perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasinya, dan penelitian ini hanya dibatasi

    di SMPN 1 Babadan di Ponorogo .

    Dalam rumusan dan analisis masalah sekaligus juga

    diidentifikasi variabel-variabel yang dalam penelitian beserta

    definisi operasionalnya. Untuk mempermudah, maka rumusan

    masalah dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat bertanya

    setelah didahului uraian tentang masalah penelitian, variabel-

    variabel yang akan diteliti, dan kaitan antara satu variabel

    dengan variabel lainnya.17

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan

    masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah perencanaan pendidikan karakter sekolah

    bermutu di SMPN 1 Babadan?

    2. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan karakter sekolah

    bermutu di SMPN 1 Babadan?

    3. Bagaimanakah evaluasi pendidikan karakter sekolah bermutudi

    SMPN 1 Babada

    17

    Ibid., hal.8

  • 17

    E. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis:

    Sebagai bahan acuan keilmuan untuk mengkaji tentang

    manajemen pendidikan karakter sekolah bermutu di sekolah

    lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

    kajian untuk penelitian lebih lanjut oleh peneliti lain.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Lembaga

    1) Dapat dijadikan sebagai kritik dan juga best practice

    sebagai acuan/pegangan dalam meningkatkan

    efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan

    pendidikan karakter peserta didik.

    2) Untuk pengembangan dan aplikasi ilmu pengetahuan

    di bidang pendidikan dan memberi sumbangan

    terhadap ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

    manajemen pendidikan karakter peserta didik.

    b. Bagi Penulis

    1) Dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan

    mengenai manajemen pendidikan karakter peserta

    didik.

  • 18

    2) Dapat memberikan informasi yang bermanfaat

    tentang implementasi manajemen pendidikan karakter

    peserta didik di SMPN 1 Babadan.

  • 19

    BAB II

    LANDASAN TEORETIK

    Didalam bab ini penulis akan membahas tentang

    penelitian terdahulu dan juga kajian teori baik dari teori

    manajemen maupun dari teori karakter.

    A. Penelitian Terdahulu

    Beberapa penelitian tentang manajemen pembinaan

    peserta didik yang telah dilakukan diantaranya :

    Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Suminar

    dengan judul “Manajemen Peserta Didik Untuk Meningkatkan

    Prestasi Siwa Pada Madarasah Aliyah Negeri (MAN) Pacitan”

    tahun 2018, sebuah Penulisan yang telah termuat dalam Jurnal

    Muslim Heritage.18

    Kajian temuan yang didapat dari penelitian

    tersebut adalah untuk mengetahui tentang pelayanan,

    pembinaan dan pengawasan manajemen peserta didik dalam

    meningkatkan prestasi siswa di MAN Pacitan. Serta megetahui

    18

    Wahyu Suminar, “Manajemen Peserta Didik Untuk Meningkatkan

    Prestasi Siswa pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pacitan,” Muslim

    Heritage, Volume 2, No 2, 2018.

    19

  • 20

    pengembangan prestasi siswa berbasis preferensi peserta didik

    di MAN Pacitan.

    Adapun titik temu tentang kajian pustaka pada telaah

    penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan penulis

    lakukan, yaitu melakukan penelitian yang sama terkait

    manajemen peserta didik, namun mempunyai tujuan yang

    berbeda. Penelitian yang dilakukan Wahyu Suminar tersebut

    bertujuan untuk mengetahui tentang pelayanan, pembinaan dan

    pengawasan manajemen peserta didik, sedangkan penelitian

    yang akan penulis lakukan berfokus untuk mengetahui

    manajemen pendidikan karakter peserta didik dari sisi

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya.

    Kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Heppy

    Puspitasari, mahasiswa pascasarjana IAIN Ponorogo dengan

    judul ”Standar Proses Pembelajaran sebagai Sistem Penjamin

    Mutu Internal Di Sekolah“ yang telah terbit di jurnal Muslim

    Herritage volume 2, nomor 2, November 201719

    . Kajian

    temuan yang didapat dari penelitian tersebut adalah bahwa

    dalam menjamin mutu proses pembelajaran, SMPN 1 Geger

    19

    Happy Puspitasari, “ Standar Proses Pembelajaran sebagai Sistem

    Penjamin Mutu Internal Di Sekolah“, Muslim Herritage, volume 2,

    nomor 2, November 2017.

  • 21

    membuat kebijakan mengacu pada peraturan perundang -

    undangan yang berlaku serta kebijakan internal yang dibuat

    lembaga sebagaimana tertuang dalam renstra / RKS, RKAS,

    KTSP, SK PBM dan pembinaan yang dilakukan oleh kepala

    sekolah. Kebijakan dalam proses pembelajaran meliputi

    perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan

    pembelajaran.

    Ketiga, adalah penelitian yang dilakukan oleh Mukhibat,

    dosen pascasarjana IAIN Ponorogo yang berjudul “Reiventing

    Nilai-nilai Islam, budaya dan Pancasila dalam Pengembangan

    Pendidikan Karakter“, yang dimuat di Jurnal Pendidikan Islam

    volume 1 nomor 2 pada bulan Desember 2012.20

    Didalam

    penelitian yang ditulis oleh Mukhibat menjelaskan bahwa nilai-

    nilai yang dianggap layak untuk dikembangkan dalam

    pendidikan karakter peserta didik melalui proses intervensi dan

    habituasi yakni nilai kebajikan, religius, jujur, toleransi,

    disiplin kerja keras, patriotisme, cinta damai, peduli lingkungan

    sosial dan tanggung jawab.

    20

    Mukhibat: “Reiventing Nilai-nilai Islam, budaya dan Pancasila dalam

    Pengembangan Pendidikan Karakter “, Jurnal Pendidikan Islam,

    volume 1 nomor 2, Desember 2002.

  • 22

    Sejalan dengan penelitian yang akan penulis lakukan

    menekankan pada manajemen peserta didik dari sisi

    perencanaan, pelaksanaan dan evalusinya terhadap pendidikan

    karakter yang implementasinya juga mengarah pada nilai-nilai

    tersebut diatas yaitu nilai kebajikan, religius, jujur, toleransi,

    disiplin kerja keras, patriotisme, cinta damai, peduli lingkungan

    sosial dan tanggung jawab.

    B. Kajian Teoretik

    1. Manajemen

    a. Pengertian Manajemen

    Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata

    (manus) yang berarti tangan dan (ageree) yang artinya

    melakukan. Kata kata itu digabung menjadi managere yang

    artinya menangani. Managere diterjemahkan ke Bahasa Inggris

    to manage (kata kerja), management (kata benda), dan

    manager untuk orang yang melakukannya. Management

    diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi manajemen

    (pengelolaan).21

    21

    Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan

    (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hal.5

  • 23

    Sedangkan menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan

    Universitas Pendidikan Indonesia, manajemen adalah

    kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil

    dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan.

    Sedangkan menurut Sergiovanni dan kawan-kawannya,

    langkah-langkah manajemen meliputi: perencanaan (planning),

    pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading) dan

    pengawasan (controlling).

    1) Perencanaan (Planning)

    Perecanaan merupakan fungsi yang paling awal dari

    keseluruhan fungsi manajemen sebagaimana banyak

    dikemukaan oleh para ahli.Perencanaan adalah proses kegiatan

    yang menyiapkan secara sistematis kegiatan - kegiatan yang

    akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.22

    Perencanaan

    adalah kegiatan yang akan dilaksanakan atau dilakukan dimasa

    yang akan datang untuk mencapai tujuan. Dari definisi ini

    perencanaan mengandung unsur-unsur:

    a) Sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya;

    b) Adanya proses;

    c) Hasil yang ingin di capai;

    22

    Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education

    Management (Jogjakarta: Prenadamedia, 2018), hal.19

  • 24

    d) Menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.23

    Perencanaan tidak dapat dilepaskan dari unsur pelaksanaan dan

    pengawasan termasuk pemantauan, penilaian dan pelaporan.24

    2) Pengorganisasian (Organizing).

    Pengorganisasian menurut Handoko adalah:

    a) Cara manajemen merancang struktur formaluntuk

    penggunaan yang paling efektif terhadap sumberdaya keuangan

    fisik, bahan baku dan tenaga kerja organisasi;

    b) Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatannya,

    dimana setiap pengelompokan diikuti penugasan seorang

    manajer yang diberi wewenang mengawasi anggota kelompok;

    c) Hubungan antara fungsi, jabatan, karyawan;

    d) Cara manajer membagi tugas yang harus dilaksanakan

    departemen dan mendelegasikan wewenang untuk

    mengerjakan tugas tsb.25

    Pengorganisasian merupakan lanjutan dari fungsi perencanaan

    dalam sebuah sistem manajemen. Pengorganisasian bisa

    dikatakan sebagai “urat nadi” bagi seluruh organisasi atau

    23

    Husaini Usman: Manajemen (Teori, Praktek dan Riset), (Jakarta: Grafika

    Ofset, 2016), hal.77 24

    Ibid., 25

    Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan,

    (Jakarta: Grafika Ofset, 2016), hal.170

  • 25

    lembaga, oleh karena itu pengorganisasian sangat berpengaruh

    terhadap berlangsungnya suatu organisasi atau lembaga,

    termasuk didalamnya lembaga pendidikan.26

    Husaini Usman27

    membagi beberapa struktur organisasi

    sebagai berikut :

    a) Macam-macam struktur organisasi

    (1) Struktur organisasi garis (Line Authority Structure)

    Merupakan bentuk organisasi yang tertua dan paling sederhana.

    Dalam strukur organisasi garis anggotanya relatif sedikit dan

    sebagai pimpinan puncak organisasinya adalah pemiliknya atau

    pemegang saham yang paling besar. Contoh strukur organisasi

    garis :

    26

    Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education

    Management (Jogjakarta: Prenadamedia, 2018), hal. 21 27

    Husaini Usman: Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan,

    (Jakarta, Grafika Ofset, 2016), hal.203

  • 26

    Gambar 2.1. Struktur Organisasi Garis

    b) Struktur Organisasi dan Staf:

    Organisasi dan staf terdiri atas dua kelompok orang-

    orang yang berpengaruh dalam menjalankan roda organisasi.

    Kelompok pertama menjalankan tugas-tugas pokok organisasi

    untuk mencapai tujuan, yang di tempatkan dalam kotak-kotak

    garis (line), sedangkan kelompok yang kedua melakukan tugas-

    tugas berdasarkan keahliannya yang disebut staf. Staf dapat

    memberikan saran-sarannya kepada unit operasionalnya.

    Berikut contoh struktur organisasi garis dan staf yang

    digambarkan :

    WAKA

    KEPSEK

    KOORDINATOROR GURU

    WALI KELAS WALI KELAS WALI KELAS

  • 27

    Gambar 2.2. Struktur Organisasi dan Staf

    c) Organisasi Fungsional:

    Organisasi fungsional ialah organisasi yang pembagian

    tugas atas para pejabatnya disesuaiakan dengan bidang

    keahliannya. Organisasi ini tidak terlalu menekankan pada

    hierarki struktural, namun lebih menekankan pada sifat dan

    macam fungsi yang akan dilaksanakan. Bawahan dapat

    menerima perintah dari beberapa pejabat dan

    mempertanggungjawabkannya pada pejabat masing-masing.

    Berikut contoh struktur organisasi fungsi:

    KEPSEK

    Wakil Kepsek

    GURU GURU GURU

    Kepala TU

  • 28

    Gambar 2.3. Struktur Organisasi Fungsional

    Kepsek Produksi

    d) Penggerakan ( Actuating )

    Penggerakan (Actuating) adalah salah satu fungsi

    manajemen yang berfungsi untuk merealisasikan hasil

    perencanaan dan pengorganisasian. Actuating adalah upaya

    untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja (man

    power) serta mendayagunakan fasilitas yang ada yang

    dimaksud untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama.

    Actuating dalam organisasi juga biasa diartikan sebagai

    keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para

    Wakasek 1 Wakasek 2 Wakasek 3

    GURU GURU GURU

  • 29

    bawahan sedemikian rupa sehingga mereka bersedia bekerja

    secara sungguh - sungguh demi tercapainya tujuan organisasi.28

    b. Pengawasan ( Controlling )

    Pengawasan adalah proses pengamatan dan pengukuran suatu

    kegiatan operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan

    dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya yang terlihat

    dalam rencana. Pengawasan dilakukan dalam usaha menjamin

    bahwa semua kegiatan terlaksana sesuai dengan kebijakan,

    strategi, keputusan, rencana dan semua program kerja yang

    telah dianalisis, dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.29

    Pengawasan yang baik memerlukan langkah-langkah

    pengawasan sebagai berikut:

    1) Menentukan tujuan standar kualitas pekerjaan yang

    dirumuskan;

    2) Mengukur dan menilai kegiatan-kegiatan atas dasar tujuan

    dan standar yang ditetapkan;

    3) Memutuskan dan mengadakan tindakan perbaikan.30

    28

    Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education

    Management (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal.23 29

    Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education

    Management (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal.23 30

    Ibid.,

  • 30

    b. Manajemen Pendidikan

    Manajemen pendidikan adalah proses untuk

    mengoptimalkan, menyelaraskan, memberdayakan dan

    meningkatkan semua sumber-sumber yang terdapat dalam

    pendidikan agar dapat dikelola secara produktif, efisien dalam

    pencapaian tujuan pendidikan yang pada akhirnya bermuara

    pada peningkatan kualitas pendidikan.31

    Manajemen

    pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam

    pengembangan pendidikan. Manajemen pendidikan lebih

    bersifat umum untuk semua aktivitas pendidikan pada

    umumnya, sedangkan manajemen pendidikan Islam lebih

    khusus lagi mengarah pada manajemen yang diterapkan dalam

    pengembangan pendidikan Islam.32

    UUSPN nomor 20 tahun 2003 didasarkan pada prinsip

    demokrasi, desentralisasi, keadilan dan menjunjung tinggi hak

    asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

    sebagaimana tuntutan reformasi. Prinsip-prinsip tersebut

    31

    Mukhtar Latif dan Suryawahyuni Latif, Teori Manajemen Pendidikan,

    (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal.3 32

    Muhaimin, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana Frenada, 2009),

    hal.5

  • 31

    menjadi dasar bagi kandungan, proses, dan manajemen sistem

    pendidikan.33

    Dalam manajemen pendidikan atau dalam mengelola

    pendidikan setidaknya kita harus memperhatikan beberapa hal

    berikut antara lain :

    1. Perencanaan Program

    Perencanaan program yang diselenggarakan oleh

    lembaga-lembaga pendidikan harus mencerminkan adanya visi,

    misi, tujuan dan rencana kerja.34

    2. Pelaksanaan Rencana Kerja

    Sejalan dengan visi, misi dan rencana kerja, maka

    dirumuskan pola pelaksanaan kerja yang paling tidak

    dirumuskan ke dalam: pedoman dasar organisasi, pelaksanaan

    kegiatan, bidang kesiswaan, bidang kurikulum, kegiatan

    pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan

    prasarana pendidikan, serta keuangan dan rencana anggaran.35

    3. Pengawasan dan Evaluasi

    33

    Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education

    Management (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal.51 34

    Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung:

    PT Remaja Rusd, 2015), hal.98 35

    Ibid., hal.100

  • 32

    Meliputi: program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi

    dan pengembangan KTSP, evaluasi pendayagunaan pendidik

    dan tenaga kependidikan, akreditasi Sekolah/madrasah.36

    2. Pendidikan Karakter

    Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D, pendidikan

    karakter dimaknai sebagai berikut:

    ”Character education is the deliberate effort to help

    people understand,care about,and act upon core ethical

    values.When we think about the character we want for

    our children,it is clear that we want them to be able to

    judge what is right,care deeply about what is right,and

    than do what they believe to be right,even the face of

    pressure from without and temptation from within”

    effort to help people understand, care about,and act

    upon core ethical values.When we think about the

    character we want for our children,it is clear that we

    want them to be able to judge what is right,care deeply

    about what is right, and than do what they believe to be

    right, even the face of pressure from without and

    temptation from within.”

    36

    Ibid., hal.113

  • 33

    Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah

    segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu

    mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu

    membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan

    bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau

    menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan

    berbagai hal terkait lainnya.37

    Sedangkan manajemen

    pendidikan karakter menurut Raharjo memaknai sebagai suatu

    proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan

    dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta

    didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang

    berkualitas.38

    Sedangkan manajemen dalam arti sempit manajemen

    sekolah/ madrasah, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah

    pengawas/evaluasi dan sistem informasi sekolah/madrasah.

    Sedangkan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman

    nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi

    komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan 37

    Pitagiri, Pendidikan Karakter Sekolah Menengah Pertama, (Kemdikbud,

    2010), hal.9 38

    Ahmad Salim, Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah,

    (Jogjakarta: Sabda Media), hal.80

  • 34

    untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan

    Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun

    kebangsaan sehingga menjadi manusia/insan kamil.

    a. Manajemen Pendidikan Karakter

    Manajemen menjadi salah satu bagian penting yang

    berguna bagi penggerak kemajuan suatu organisasi atau

    lembaga termasuk organisasi berbentuk pendidikan, tanpa

    manajemen efektif dalam lembaga pendidikan, dapat

    dipastikan lembaga yang bersangkutan akan sulit berkembang

    dan berkompetisi dengan lembaga pendidikan lain, sebaliknya

    manajemen efektif akan memfasilitasi lembaga bersangkutan

    melakukan pergerakan organisasi menurut kaidah yang telah

    disepakati bersama dan pada akhirnya tujuan lembaga dapat

    terlaksana secara efektif dan efisisen.39

    Beberapa prinsip yang

    harus dipegang dalam manajemen pendidikan karakter menurut

    Kementerian Pendidikan Nasional Dirjen Manajemen

    Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu:

    1) Kejelasan tugas yang dibebankan kepada orang yang

    melaksanakan tugas tersebut;

    39

    Ahmad Salim : Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah,

    (Jogjakarta: Sabda Media, 2013), hal.115

  • 35

    2) Pembagian kerja harus didasarkan kepada kemampuan

    seseorang dalam melaksanakan pekerjaan (the right man on the

    right place);

    3) Kesatuan dan kejelasan dalam arah kebijakan;

    4) Keteraturan (diperlukan regulasi untuk mengaturnya);

    5) Kedisiplinan;

    6) Keadilan;

    7) Inisiatif;

    8) Semangat kebersamaan;

    9) Sinergis;

    10) Ikhlas.40

    Dalam publikasi Pusat Kurikulum dinyatakan bahwa,

    pendidikan karakter berfungsi :

    1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,

    berpikiran baik,

    dan berperilaku baik;

    2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang

    multikultur;

    3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam

    pergaulan dunia.41

    40

    Ibid., hal.118

  • 36

    b. Tujuan Manajemen Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan

    mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang

    mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak

    mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai

    standar kompetensi lulusan.42

    Sementara peserta didik sebagaimana ketentuan umum

    Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha

    mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

    tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.43

    Pendidkan karakter pada tingkat satuan pendidikan

    mengarah pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu

    nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-

    hari, serta simbol-simbol yang dipraktekkan oleh semua warga

    sekolah/madrasah dan masyarakat sekitarnya. Budaya

    41

    Muhlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,

    (Bandung: PT Remaja

    Remaja Rosdakarya, 2011), hal.11 42

    Pitagiri, Pendidikan Karakter Sekolah Menengah Pertama, (Kemdikbud,

    2010), hal.4 43

    Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika,

    2003), hal.31.

  • 37

    sekolah/madrasah merupakan ciri khas, karakter atau watak,

    dan citra sekolah /madrasah tersebut dimata masyarakat luas.44

    c. Sasaran Pendidikan

    Sasaran pendidikan karakter adalah Sekolah Menengah

    Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. Semua

    warga sekolah meliputi para peserta didik, guru, karyawan

    administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program

    ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil

    melaksanakan pendidikan karakter dengan baik seperti SMPN

    2 Ponorogo, SMPN 1 Balong, dan SMPN 1 Babadan sendiri

    yang bersamaan waktunya memperoleh SK Penetapan Sekolah

    Penerima Bantuan Pemerintah Program Pembinaan

    Pengelolaan Sekolah Bermutu tahun 2019, dijadikan best

    practice, dan menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-

    sekolah lainnya.

    d. Menciptakan Sekolah Berkarakter

    Jika anda meneliti 20 sekolah berbeda yang telah

    memperoleh penghargaan Sekolah berkarakter Nasional

    (National School of Character), anda akan mendapatkan 20

    kisah, yang masing-masing merefleksikan ide orang-orang

    44

    Mulyasa, Managemen Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Bumi Aksara,

    2016), hal.9

  • 38

    yang membentuk taktik permainan untuk mengawali,

    mempertahankan, menilai dan terus menerus meningkatkan

    suatu usaha sistematis untuk memberikan pendidikan

    karakter.45

    Strategi untuk menjadi sekolah berkarakter antara

    lain dengan:

    a) Menciptakan tonggak;

    b) Memiliki motto berbasis karakter;

    c) Mencari dukungan kepala sekolah untuk membuat

    karakter menjadi priopritas;

    d) Membentuk kelompok kepemimpinan;

    e) Mengembangkan basis pengetahuan;

    f) Memperkenalkan konsep pendidikan karakter kepada

    seluruh staf;

    g) Mempertimbangkan “Tipe kepribadian macam apakah

    yang kita inginkan dari para siswa”.46

    e. Pelaksanaan Pendidikan Karakter

    Pelaksanaan pendidikan karakter di SMPN 1 Babadan

    terintegrasi di dalam kegiatan belajar mengajar dan pembiasaan

    setiap hari mulai dari awal siswa datang sampai berakhirnya

    45

    Thomas Lichona, Characters Matters Persoalan Karakter, (Jakarta:

    Bumi Aksara, 2016), hal.272 46

    Ibid., hal.273

  • 39

    kegiatan belajar mengajar, baik dalam kegiatan kurikuler, ko

    kurikuler maupun ekstrakurikuler. 18 Nilai-nilai dasar karakter

    yang terintegrasi dengan KBM maupun pembiasaan yang

    terkait dengan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) antara

    lain:

    1.Religius 10.Semangat Kebangsaan

    2.Jujur 11.Cinta Tanah Air

    3.Toleransi 12.Menghargai Prestasi

    4.Disiplin 13.Bersahabat/Komunikatif

    5.Kerja keras 14.Cinta damai

    6.Kreatif 15.Gemar membaca

    7.Mandiri 16. Peduli lingkungan

    8.Demokratis 17.Peduli sosial

    9.Rasa ingin tahu 18.Tanggung jawab

    Pelaksanaan pendidikan karakter secara teori tidak

    terlepas dari bagaimana peran orang orang disekeliling siswa

    terutama guru dan orang tua yang berada dekat di sekitarnya.

    Beberapa kebiasaan yang sebaiknya diterapkan dalam

    mendidik anak menurut Ridwan Abdullah Sani dalam bukunya

    “Pendidikan Karakter Mengembangkan Karakter Anak yang

    Islami” antara lain:

  • 40

    a) Membiasakan anak untuk sholat bersama. Misalnya

    ketika tiba waktu maghrib, isya’ dan subuh anak diajak sholat

    berjamaah di masjid;

    b) Membiasakan anak untuk berdoa sesuai ajaran agama;

    c) Membiasakan anak untuk berlaku jujur dalam setiap

    tindakan;

    d) Membiasakan anak untuk mencium tangan orang tua

    ketika hendak pergi ke sekolah dan pulang dari sekolah;

    e) Membiasakan anak untuk membantu orang tua

    mengerjakan pekerjaan di rumah;

    f) Membiasakan anak untuk selalu tersenyum dan

    mengucapkan salam terlebih dahulu ketika bertemu teman atau

    orang dewasa muslim;

    g) Membiasakan anak untuk giat belajar;

    h) Membiasakan anak untuk membaca atau melakukan

    aktivitas yang bermanfaat pada waktu senggang;

    i) Membiasakan anak untuk disiplin dan mematuhi aturan

    yang ditetapkan di rumah. 47

    47

    Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter

    Mengembangkan Karakter

    Anak yang Islami (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hal.153

  • 41

    Dan masih banyak lagi pembiasaan pembiasaan yang

    dilaksanakan anak baik dirumah maupun disekolah yang

    mengadopsi dari pendapat pendapat para ahli.

    3. Sekolah Bermutu.

    a. Pengertian Sekolah Bermutu

    Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan

    merupakan lembaga yang berfungsi sebagai “agent of change”,

    bertugas untuk membangun peserta didik agar sanggup

    memecahkan masalah nasional (Internal) dan memenangkan

    persaingan internasional (eksternal). Penyelenggaraan sekolah

    harus diorientasikan pada pembentukan manusia yang

    kompeten dan beradab.48

    Yang dimaksud sekolah bermutu adalah sekolah yang

    secara sadar, mandiri dan berkesinambungan menjalankan

    pendidikan bermutu sesuai Standar Nasional Pendidikan,

    dimana peserta didik diharapkan tidak hanya cerdas secara

    intelektual tetapi juga cerdas secara spiritual, cerdas secara

    emosional, sosial dan cerdas secara kinestetik. Pembelajaran

    bermutu secara sederhana adalah pembelajaran yang dapat

    mencapai tujuan pembelajaran dengan suasana pembelajaran

    48

    TIM Dosen UPI, Manajemen Pendidikan, (Alfabeta: Bandung, 2017),

    hal.289

  • 42

    yang kondusif (menyenangkan dan berkesan) proses dan hasil

    pembelajaran bernilai dan bermanfaat. Untuk menjadikan

    pembelajaran tersebut, maka harus didukung oleh

    pembelajaran yang berbasis pada keaktifan peserta didik dan

    gurunya yang kreatif menyediakan dan menggunakan seluruh

    sumber daya pembelajaran yang efektif dan kondusif.49

    Agar pembelajaran menjadi bermutu, maka guru harus

    terampil memilih berbagai metode, media, sumber belajar dan

    juga harus bisa menciptakan suasana belajar yang

    menyenangkan dan berkesan, tapi tetap sesuai dengan tujuan

    pembelajaran, yang berpusat pada peserta didik serta sesuai

    dengan karakteristik kurikulum 2013.

    Pengertian lain dari sekolah bermutu yaitu; Sekolah

    yang mampu membangun karakter kepribadian yang kuat,

    kokoh dan mantap dalam diri siswa. Atau sekolah yang

    responsif terhadap perubahan. Atau sekolah yang akademisnya

    bagus, religius, green (hijau), clean (bersih) dan healthy

    (sehat).50

    49

    Firdos Mujahidin, Strategi Mengelola Pembelajaran Bermutu, (Bandung:

    Remaja Rosdakarya, 2017), hal.40. 50

    Imam Saifudin, ”Wawancara dengan Kepala SMPN 1 Babadan” tentang

    Sekolah Bermutu, pada tanggal 3 Oktober 2019 jam 10.30.

  • 43

    b. Kegiatan terkait Sekolah Bermutu

    Terdapat beberapa kegiatan bermutu di sekolah ini, yaitu:

    a) Kegiatan pengimbasan dari berbagai sekolah imbas;

    b) Kegiatan Rumah Belajar;

    c) Workshop penyusunan instrumen HOTS;

    d) Kemitraan dengan berbagai pihak: Desa siaga,

    Kecamatan, biopori di setiap rumah;

    e) Workshop review KTSP dan Peningkatan Kompetensi

    PTK;

    f) Workshop Inovasi Pembelajaran;

    g) Workshop peningkatan mutu lingkungan sekolah

    dengan tema: ”mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya

    Lingkungan”;

    h) Workshop IHT (In House Traning);

    i) Workshop PPK (Penguatan Pendidikan Karakter);

    j) Sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)

    2019/2020;

    k) Gerakan Literasi sekolah;

    l) Pelatihan Pengembangan Instrumen Penilaian berbasis

    HOTS;

  • 44

    m) Monitoring dan Evaluasi oleh Kepala Sekolah 2x dalam

    setiap semester;

    n) Pelatihan peningkatan pemakaian ITdll.51

    Berikut rencana kegiatan terkait pemenuhan sekolah

    bermutu di SMPN 1 Babadan yang meliputi 5 sasaran:

    Tabel 2.1 Rencana Pelaksanaan Program

    Pengelolaan Mutu Pendidikan 2019

    No

    .

    Program Kerja

    /Kegiatan

    Bo

    bo

    t (%

    )

    Sas

    aran

    Sat

    uA

    n Satuan

    Biaya

    Jml

    1 Manajemen Organisasi 25 3 Keg.

    1.Rencana

    Pengembangan

    Sekolah Berbasis

    SPMI

    Pelatihan(in - on -in)

    rencana

    Pengembangan

    Sekolah bagi

    Tendik dan

    kependidikan,Tim

    Penjamin Mutu

    51

    Setyorini ,”Wawancara wakasek Kesiswaan SMPN 1 Babadan” tentang

    Program Sekolah Bermutu, pada tanggal 1Oktober 2019 jam 10.30.

  • 45

    Pendidikan Sekolah

    (TPMPS)

    Rp

    3,250,000

    2 Motivasi

    Workshop Motivasi

    untuk peningkatan

    mutu

    Rp

    1,000,000

    bagi warga Sekolah

    3.Kepemimpinan

    (Leadership)

    a.Workshop

    Kepemimpinan bagi

    Tenaga Pendidik dan

    Kependidikan

    Rp

    1,000,000

    b.Melaksanakan

    Pelatihan

    Kepemimpinan

    berkoordinasi dengan

    Kwartir

    Cabang Gerakan

    Pramuka Kab/Kota

    dan

    dinas Kab/kota,

    minimal Kepala

    Sekolah Memiliki

  • 46

    Sertifikat

    Kursus Mahir Dasar

    ( KMD)

    Rp

    1,000,000

    Rp

    6,250,000.00

    2 Manajemen Fasilitas

    Aset 10 3 Keg.

    1. Pemeliharaan

    Lingkungan Sekolah

    a. Menjalin kerjasama

    dengan masyarakat

    dalam rangka

    kebersihan lingkungan

    sekolah

    Rp

    750,000

    2.RencanaPengembang

    an Sarana Prasarana

    a.Penyusunan Master

    Plan Rencana

    Rp

    1,000,000

    Pengembangan Sarpras

    Sekolah

    b.Sosialisasi Satuan

    Pendidikan Aman

    Bencana

    Rp

    750,000

    Rp

    2,500,000

    3

    Manajemen Sistem

    Informasi

    Pembelajaran berbasis

    digital

    25 3 Keg.

  • 47

    1.E-Raport

    Rp

    2,250,000

    Kegiatan Pelatihan

    Pemanfaatan Aplikasi

    E-Rapor kepada Guru

    Guru Mata pelajaran

    2.E-RKAS Kegiatan

    Pelatihan Pemanfaatan

    Aplikasi E-RKAS

    kepada Kepala

    Sekolah

    Rp

    2,500,000

    Bendahara Sekolah

    dan Operator

    3.Rumah Belajar

    Kegiatan Pemanfaatan

    Rumah Belajar bagi

    guru dan peserta didk

    dalam menunjang

    Proses belajar

    mengajar

    Rp

    1,500,000 Rp.6,250,000

    4

    Manajemen Hubungan

    Sekolah dan

    Masyarakat 15 4 Keg.

    1.Hubungan Sekolah

    Dengan Orangtua

  • 48

    Kegiatan seminar,

    Parenting

    Rp

    1,500,000

    2.Hubungan Sekolah

    dengan Alumni

    Kegiatan Temu

    Alumni

    Rp

    750,000

    3.Hubungan Sekolah

    Dengan Komite

    Pelibatan Komite

    dalam pengembangan

    pendidikan

    Rp

    750,000

    4.Hubungan Sekolah

    Dengan Dunia

    Usaha/instansi/

    Lembaga lain

    Kemitraan

    dengan dunia usaha

    atau instansi/lembaga

    lain dalam kegiatan

    sekolah

    Rp

    750,000

    Rp

    3,750,000

    5 Manajemen Kurikulum 25 5 Keg.

    1.Supervisi Pembelajar

    an Inhouse Training

  • 49

    Pemanfaatan hasil

    Supervisi

    Rp

    500,000

    2.Peningkatan Kualitas

    Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran

    ( RPP )

    Pendampingan

    Penyusunan RPP

    Rp

    1,000,000

    3.Pengemambangan

    Penilaian Instrumen

    Pendampingan

    mengembangkan

    Instrumen

    Penilaian Berbasis

    HOTS

    Rp

    750,000

    4.Penguatan

    Pengelolaan

    Ekstrakurikuler

    Workshop Penguatan

    Pengelolaan Ekstra

    kurikuler

    Rp

    1,750,000

    5.Inovasi

    Pembelajaran

    Workshop Inovasi

    Pembelajaran

    Rp

    2,250,000

    Rp

    6,250,000

  • 50

    Jumlah 100

    Rp

    25,000,000

    Tabel 2.2. Pelaksanaan Pemenuhan Mutu SMP Negeri 1

    Babadan Tahun Pelajaran 2019/2020

    PR

    OG

    RA

    M

    KE

    GIA

    TA

    N

    PE

    NA

    NG

    GU

    NG

    JA

    WA

    B

    OR

    AN

    G Y

    AN

    G

    DIL

    IBA

    TK

    AN

    PE

    LA

    KS

    AN

    AA

    N

    BU

    KT

    I F

    ISIK

    Diada

    kan

    bimbingan

    belajar/

    tambahan

    jam setelah

    jam KBM

    Kep

    ala

    Sek

    ola

    h

    Sem

    ua

    war

    ga

    sek

    ola

    h

    & w

    ali

    mu

    rid

    Okt.

    2019

    Mare

    t

    2020

    Jurnal&

    daftar

    hadir

  • 51

    Pengadaan

    server,

    komputer

    dan

    jaringan

    komputer K

    epal

    a S

    eko

    lah

    & K

    om

    ite

    Sem

    ua

    war

    ga

    sek

    ola

    h

    & w

    ali

    mu

    rid

    Sept

    Okt.

    2019

    daftar

    hadir,

    berita

    acara

    persetu

    juan.

    Meningk

    atkan

    kompeten

    si kepala

    laboratori

    um

    Diklat

    kepala

    labora

    torium

    Kep

    ala

    Sek

    ola

    h

    Lem

    bag

    a p

    eny

    elen

    g

    gar

    a d

    ikla

    t

    Okto

    ber

    2019

    Ser

    tifi

    kt

    Dik

    lat

    Mening

    katkan

    kompe

    tensi

    tenaga

    laboran

    Diklat

    Tenaga

    laboran

    Kep

    ala

    Sek

    ola

    h

    Pes

    erta

    dik

    lat

    Okto

    ber

    2019

    Ser

    tifi

    kt

    Dik

    lat

  • 52

    Mening

    katkan

    kompeten

    si kepala

    tenaga

    pustaka

    wan

    Diklat

    kepala

    tenaga

    pustaka

    wan

    K

    epal

    a S

    eko

    lah

    Lem

    bag

    a p

    eny

    elen

    g

    gar

    a d

    ikla

    t

    Nov

    2019

    Ser

    tifi

    kat

    Dik

    lat

    Mening

    katkan

    kompeten

    si tenaga

    pustaka

    wan

    Diklat

    tenaga

    pustaka

    Wan

    Kep

    ala

    Sek

    ola

    h

    Pes

    erta

    dik

    lat

    Nov

    2019

    Ser

    tifi

    kat

    Dik

    lat

  • 53

    Selanjutnya evaluasi yang sudah didapat sementara ini adalah

    sbb:

    C . Landasan Teori

    Ada sejumlah teori yang melandasi penelitian ini sebagai

    pola pikir sekaligus dasar operasional dalam melihat,

    menganalisis sekaligus menyimpulkan terkait penerapan

    manajemen pembinaan peserta didik, diantaranya :

    1. Teori Kepribadian (Personalized Eduation)

    Dalam membangun teori kepribadiannya, Rogers

    mendasarkan diri pada pengalamannya ketika berinteraksi

    PENYUSUNAN INDIKATOR EVALUASI PELAKSANAAN PEMENUHAN MUTU

    Program Kegiatan

    Capaian Kesimpulan

    dan

    Rekomendasi Input Proses Output Outcome

    Peningkatan

    kompetensi guru

    dalam penyusunan

    Rencana Program

    Pembelajaran HOTS

    Supervisi

    pembelajaran oleh

    Kepala Sekolah

    - Program

    - Silabus

    - Analisis KI KD

    - Kerangka RPP

    - Buku Materi

    - SK Panitia

    Sesuai dengan

    Program Sekolah

    dan jadwal

    kegiatan

    Kurikulum maka

    direncanakan

    Supervisi Kepala

    Sekolah guna

    meningkatkan

    penyusunan RPP

    HOTS

    Tersusunnya RPP

    HOTS

    Peningkatan

    kopmpetensi guru

    dalam penyusunan

    RPP HOTS

    Peningkatan

    kompetensi guru

    dalam menyusun

    instrument penilaian

    otentik

    Pelatihan

    penyusunan

    instrument

    penilaian otentik

    - Anggaran - Narasumber - Program - Panduan - SK Panitia - Undangan peserta

    dan narasumber

    Hasil evaluasi

    penyususnan RPP

    pada penyusunan

    instrument

    penilaian otentik

    belum memenuhi

    standart penilaian

    maka direncanakan

    kegiatan pelatihan penyusunan

    instrument penilaian

    otentik dengan

    Tersusunnya

    bentuk instrument

    penilaian yang

    otentik

    Tersusun RPP yang

    standart

  • 54

    dengan kliennya. Berdasarkan pengalamannya tersebut Rogers

    meyakini bahwa motivasi dasar dalam sistem kepribadian

    manusia itu adalah dorongan untuk mengaktualisasikan diri.

    Dalam bukunya On Becoming A Person, Rogers menyebutkan

    bahwa kecenderungan untuk tumbuh atau aktualisasi diri

    merupakan sesuatu yang paling memotivasi atau “the

    mainspring of life”dan menjadi dasar dari semua bentuk

    terapi.52

    Rakhmat dan Night menjelaskan anak mempunyai suatu

    keinginan alami untuk belajar dan menemukan berbagai hal

    tentang dunia dan di sekelilingnya. Jadi manusia lahir telah

    membawa bakat atau potensi yang akan dapat mengatasi segala

    macam problema hidupnya. Untuk itu potensi-potensi yang

    dimiliki manusia mempunyai kekuatan untuk dikembangkan53

    2. Teori Manajemen Ilmiah ( Scientific Management

    Taylor )

    Dari Frederict W.Taylor dalam bukunya The Peinciples

    of Scientefic management, dijelaskan bahwa ada 4 prinsip dasar

    pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor, yaitu: 52

    Agus Abdul Rahman, Sejarah Psikologi, (Bandung: Prajagafindo

    Persada, 2017), hal.275 53

    Ahmadi, Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup,

    (Jogjakarta: Pustaka Ifada, 2013), hal.24

  • 55

    a) Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang harus

    diuraikan menurut bagian-bagiannya, dan cara ilmiah untuk

    melakukan setiap bagian dari pekerjaan tersebut perlu

    ditetapkan sebelumnya;

    b) Harus ada kerjasama yang baik antara manajer dan

    pekerja sehingga segala tugas dapat dilaksanakan sesuai

    rencana;

    c) Harus ada pembagian kerja antara manajer dan pekerja;

    d) Manajer harus menjalankan kegiatan supervisi,

    memberikan perintah dan merancang apayang harus

    dikerjakan,sedangkan para pekerja harus bebas mengerjakan

    pekerjaan yang yang ditugaskan kepada mereka.54

    Untuk mengaplikasikan teori ini dalam dunia pendidikan,

    sebelumnya kita menyadari secara penuh bahwa

    pengejawantahan pendidikan adalah melalui lembaga

    pendidikan, yang kita sebut dengan sekolah. Sekolah adalah

    lembaga formal yang memiliki struktur organisasi yang sudah

    baku atau bersifat official blueprint of structure untuk

    menjamin pencapaian tujuan dari pendidikan secara efektif dan

    efisien. Sekolah sebagai sebuah organisasi adalah perkumpulan

    54

    Usaini Usman, Manajemen, praktek dan riset Pendidikan, (Jakarta:

    Bumiaksara, 2016), hal.34

  • 56

    sosial yang dibentuk berdasarkan kesepakatan untuk

    kepentingan bersama membutuhkan penanganan dalam

    pengelolaannya. Menerapkan prinsip dari manajemen ilmiah

    atau scientific management di sekolah sebagai lembaga

    pendidikan yang dipercaya untuk mencapai tujuan pendidikan

    nasional seperti yang tercantum dalam UU Sisdiknas no. 20

    tahun 2003, dapat dilakukan dengan mengikuti prinsip dari

    manajemen ilmiah itu sendiri.55

    3. Teori Mutu

    Teori Postman dan Weingartner mengkombinasikan

    model tujuan dan model sistem tentang indikator sekolah yang

    baik. Sekolah sebagai institusi memiliki seperangkat fungsi

    esensial yang tidak boleh tidak harus dimiliki oleh setiap

    sekolah. Fungsi esensial tersebut adalah:

    a) Penstrukturan waktu.

    b) Penstrukturan aktivitas yang harus diikuti siswa.

    c) Pendefinisian kecerdasan, kemampuan intelektual,

    prestasi dan perilaku yang baik.

    d) Penilaian.

    55

    Muhtar Latif dan Suryawahyuni, Teori Managemen Pendidikan ,(Jakarta:

    Prenadamedia, 2018), hal.40

  • 57

    e) Pemisahan peran, dan tanggung jawab antara guru dan

    siswa.

    f) Supervisi dan pengawasan terhadap siswa.

    g) Pertanggungjawaban.

    Disamping ke 7 fungsi esensial tersebut ada juga yang disebut

    konversi yaitu prosedur-prosedur yang diikuti sekolah untuk

    memenuhi ke 7 fungsi esensialnya, sehingga sekolah mampu

    memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi siswa.56

    4. Teori Herarki Kebutuhan

    Menurut Agus Abdul Rohman57

    dalam bukunya:

    “Sejarah Psikologi dari Klasik hingga Modern”, menerangkan

    bahwa Abraham Maslow mengembangkan teori kebutuhan

    dasar manusia yang menjadi dasar dari perkembangan

    keilmuan lain yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

    manusia. Menurut Maslow, sejak lahir setiap orang memiliki

    kecenderungan untuk aktualisasi diri, hal tersebut disebutnya

    sebagai dasar dari motivasi manusia, dan kebutuhan puncak

    manusia. Walaupun setiap orang memiliki keunikan dalam cara

    mengaktualisasikan dirinya, namun setiap manusia pasti selalu

    56

    Sri Subekti, Menjadi Guru Inovatif Produktif, (Jakarta: 2018), hal.6 57

    Agus Abdul Rahman, Sejarah Psikologi dari Klasik hingga Modern, (

    Depok: Grafindo Persada, 2019), hal.271

  • 58

    ingin menjadi /becoming dan ingin terus berkembang

    menemukan makna yang penting bagi dirinya. Dalam

    penelitiannya terhadap orang-orang yang dianggap sudah

    sampai pada tahapan aktualisasi diri, Maslow menemukan

    beberapa karakteristik sebagai berikut:

    a) Mampu melakukan penilaian secara tepat dan merasa

    nyaman dengannya (moreefficient perception of reality and

    more comfortable relations with it).

    b) Mampu menerima diri (acceptance: self, other, nature)

    yaitu mampu menerima diri, orang lain, dan lingkungan tanpa

    mengeluh, walaupun banyak kekurangan.

    c) Spontanitas, kesederhanaan, dana alamiah (spontaneity,

    simplicity, naturalness), yaitu menunjukkan spontanitas,

    kesederhanaan, dan kesesuaian dengan norma yang ada dalam

    perilaku dan gaya hidup.

    d) Fokus pada masalah-masalah yang ada diluar dirinya

    (problem centering).

    e) Kebutuhan akan privasi (the quality of detachment:the

    need for privacy).

    f) Mandiri (autonomy, independence of culture and

    environment, will, active agents), yaitu: kemampuannya dalam

  • 59

    mengatasi hambatan-hambatan fisik maupun sosial dari

    lingkungannya. Motivasinya intrinsiknya untuk selalu tumbuh

    melampaui motif-motif eksternalnya dst.58

    58

    Agus Abdul Rahman, Sejarah Psikologi dari Klasik hingga Modern,

    (Depok: Grafindo Persada,

    2019), hal.272

  • 60

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Didalam bab ini akan dibahas tentang pertanyaan

    penelitian, tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian dan

    juga metode penelitian.

    A. Pertanyaan Penelitian

    Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan

    pendekatan kualitatif. Melalui penelitian kualitatif, Penulis

    dapat mengenali subjek dan merasakan pengalaman mereka

    dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian kualitatif ditujukan

    untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

    aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran

    manusia secara individu maupun kelompok.

    Sedangkan pertanyaan penelitian dirumuskan

    berdasarkan kerangka teorerik. Oleh sebab itu, pertanyaannya

    memperlihatkan lebih dari dua variabel dan sub variabelnya.59

    59

    Tim Penyusun, Panduan Penulisan Tesis, ( Ponorogo: IAIN Ponorogo,

    2019), hal.20

    60

  • 61

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan pertanyaan

    penelitian sebagai berikut :

    1. Apakah pendidikan karakter memberi kontribusi yang

    signifikan terhadap branding sekolah bermutu di SMPN 1

    Babadan?

    2. Apakah branding sekolah bermutu dapat mempengaruhi

    pendidikan karakter di SMPN 1 Babadan?

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan

    penulis atas hasil penelitian dengan mengetengahkan indikator-

    indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian,

    terutama berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.60

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

    bertujuan untuk menganalisis mengenai :

    1. Perencanaan pendidikan karakter sekolah bermutu peserta

    didik di SMPN 1 Babadan.

    2. Pelaksanaan pendidikan karakter sekolah bermutu peserta

    didik di SMPN 1 Babadan.

    60

    Riduwan, Metode &Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Bandung:

    Alfabeta), hal.11

  • 62

    3. Evaluasi pendidikan karakter sekolah bermutu peserta didik

    di SMPN 1Babadan.

    C. Waktu dan Tempat Penelitian

    Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan

    dari pengamatan berperan serta, sebab peranan Penulislah yang

    menentukan keseluruhan skenarionya. Yang dimaksud

    pengamatan berperan serta adalah penelitian yang bercirikan

    interaksi sosial yang memakan waktu yang cukup lama antara

    penulis dengan subjek alam lingkungan subjek, dan selama itu

    data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara

    sistematis dan berlaku tanpa gangguan.61

    Didalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai

    pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya

    mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrumen

    pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai

    bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya

    yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil

    penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung.

    Oleh karena itu, kehadiran penulis secara langsung di lapangan

    61

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2000), hal.117.

  • 63

    sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang

    diteliti, sehingga keterlibatan penulis secara langsung dan aktif

    dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak

    diperlukan. Sedangkan alur dari penelitian ini, pertama penulis

    membuat janji dengan informan 1 yaitu dengan kepala

    sekolah. Kemudian untuk data lainnya penulis mengadakan

    janji wawancara dengan waka kurikulum, waka kesiswaan,

    koordinator tim karakter, ketua TPMPS, juga perwakilan dari

    siswa. Waktu penelitian ini antara bulan Mei 2019 sampai

    dengan bulan Pebruari 2020.

    D. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang dimaksud adalah cara

    operasional yang bersifat teknis yang membahas tentang

    masalah instrumen Penulisan, populasi-sampel, validitas dan

    reliabilitas.

    1. Objek Penelitian (Populasi –Sampel)

    Sumber data primer dari penelitian ini adalah orang. Informan

    yang menjadi subyek dari penelitian ini mulai dari kepala

    sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, koordinator tim

    karakter, ketua TPMPS dan juga siswa yang menjadi obyek.

  • 64

    Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah SMPN 1 Babadan,

    dengan jumlah siswa kurang lebih 532 siswa dengan jumlah

    guru 45 guru yang berkompeten dibidangnya. Bertempat di

    ruang kepala sekolah dan ruang waka, dan juga ruang OSIS

    dengan alasan untuk efisiensi waktu dan juga tenaga.

    2. Instrumen

    Instrumen atau alat pengumpul data dari penelitian ini

    adalah non test, dimana data yang diperoleh bisa berupa

    pendapat, sikap, tingkah laku dan sebagainya yang telah

    penulis persiapkan dalam bentuk instrumen wawancara dan

    observasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah orang,

    selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.

    Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data

    dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-

    data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang

    lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan

    berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk

    menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi

    sebagai instrumen pendukung. Oleh karena itu, kehadiran

    penulis secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur

    keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga

  • 65

    keterlibatan penulis secara langsung dan aktif dengan informan

    dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.

    Dengan demikian, sumber data dalam penelitian ini

    adalah kata-kata dan tindakan, sebagai sumber data utama,

    sedangkan sumber data tertulis, foto dan statistik adalah

    sebagai sumber data tambahan.62

    Adapun sumber data dalam

    penelitian ini penulis memperoleh dari beberapa informan

    antara lain:

    Kepala SMPN 1 Babadan (Imam Saifudin, S.Pd,M.Or),

    berperan sebagai leader dan juga penentu kebijakan, Waka

    Kurikulum (Emy Wahyuningsih, S.Pd), berperan sebagai wakil

    kepala sekolah yang yang membantu kepala sekolah dalam hal

    menyusun perencanaan dan program sekolah, melaksanakan

    program sekolah, urusan kurikulum dll, Waka Kesiswaan

    (Setyorini, M.Pd), berperan sebagai wakil kepala sekolah

    dalam hal menyusun program pembiaan kesiswaan /OSIS,

    menegakkan tata tertib sekolah, menyusun laporan pelaksanaan

    kegiatan siswa, dll. Koordinator tim karakter (Drs. Misbah ),

    berperan sebagai koordinator tim karakter yang membawahi

    seksi seksi antara lain seksi sholat dhuha, seksi sholat dhuhur,

    62

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2000), hal.135.

  • 66

    seksi tahfidz, seksi tahsin, dan seksi tartil, dimana beliau

    berperan sebagai ruh dari pelaksana kegiatan yang berbasis

    karakter religius, kemudian ketua TPMPS (Drs. Ikhwan, M.Si

    ),berperan dalam urusan mutu sekolah dan juga salah satu

    siswa kelas IXA yaitu (Syukria Widiarahma), dia adalah

    anggota OSIS dan mewakili seluruh pendapat dari siswa .

    3. Validitas

    Validitas yaitu kesesuaian antara yang diukur dengan

    alat ukurnya, dilihat dari isi maupun caranya. Adapun untuk

    mengukur validitas penelitian ini, penulis melakukan dengan 4

    tahap:

    Tahapan-tahapan dalam penelitian ini ada 4 tahapan :

    a. Tahapan pra lapangan, meliputi: menyusun rancangan

    penelitian, memilih lapangan penelitian, menjajagi dan menilai

    keadaan lapangan, mengurus perizinan, memilih dan

    memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian.

    b. Tahap pekerjaan di lapangan, meliputi: memahami latar

    belakang penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan

    berperan serta dengan memanfaatkan informan untuk

    mengumpulkan data lapangan.

  • 67

    c. Tahap analisis, meliputi: analisa selama di lokasi

    penelitian dan analisa terhadap data yang diperoleh.

    d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.

    4. Reliabitias

    Reliabilitas maksudnya keterandalan instrumen yang

    digunakan. Instrumen yang digunakan dalam penulisan ini

    menggunakan data yang terukur, terkontrol dan teruji.

    Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui

    dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas).

    Derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dalam

    penulisan ini dilakukan pengecekan dengan teknik pengamatan

    yang tekun dan triangulasi63

    .

    a. Teknik Ketekunan Pengamatan

    Teknik pengamatan yang tekun yang dimaksud adalah penulis

    melakukan pengamatan secara tekun dengan cara mengadakan

    pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan

    terhadap bagaimana pembinaan pendidikan karakter peserta

    didik di SMPN 1 Babadan.

    b. Triangulasi

    63

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2000), hal.171.

  • 68

    Penulis menggunakan teknik pengumpulan data wawancara,

    observasi dan dokumentasi untuk mendapatkan data-data dari

    sumber yang sama.

    5. Analisis Data

    Penelitian ini adalah Penelitian kualitatif dengan

    menggunakan analisis deskripsi data. Analisis data kualitatif

    adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

    yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

    bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan

    temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis

    data dalam penulisan kualitatif dilakukan sejak sebelum

    memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

    lapangan.64

    Analisis data dalam Penulisan kualitatif dilakukan pada

    saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

    pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan

    Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

    kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

    terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data

    yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing /

    64

    Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 22 ed.

    (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 334

  • 69

    verification. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada

    gambar berikut 65

    Gambar 3.1. Analisis Data

    Keterangan :

    a. Mereduksi data. Penulis merangkum, memilih hal-hal

    yang pokok dan menfokuskan pada hal-hal yang dibutuhkan

    dalam Penulisan, serta mencari tema dan polanya.

    b. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya

    adalah mendisplay data atau menyajikan data. Penulis berusaha

    menyajikan data ke dalam pola-pola yang dilakukan dalam

    bentuk uraian singkat, bagan grafik, dan chart. Bila pola-pola

    yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian,

    65

    Ibid., hal.405

    Pengumpulan

    data

    Penyajian

    data

    Reduksi

    data

    Kesimpulan-

    kesimpulan

  • 70

    maka pola tersebut sudah menjadi pola baku yang selanjutnya

    akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

    c. Langkah ketiga dalam analisi data kualitatif dalam

    penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

    Setelah data direduksi dan disajikan, maka langkah yang

    terakhir yang penulis lakukan yaitu penarikan kesimpulan dari

    data yang sudah penulis kumpulkan dan penulis sajikan dalam

    laporan akhir.

    Adapun prosedur pengumpulan data yang penulis gunakan

    adalah sebagai berikut:

    a. Obeservasi

    Observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik

    pengumpulan data yang mengharuskan penulis turun ke

    lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang,

    tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan

    dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat

    baik untuk mengawasi perilaku subjek penulisan seperti

    perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan

    tertentu.

    Dalam melakukan pengamatan, penulis terlibat secara

    pasif. Penulis tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan subjek

  • 71

    penelitian dan tidak berinteraksi dengan mereka secara

    langsung. Penulis hanya mengamati interaksi sosial yang

    mereka ciptakan, baik dengan sesama subjek penelitian

    maupun dengan pihak luar. Selain itu, dalam melakukan

    pengumpulan data, penulis menyatakan terus terang kepada

    subjek penelitian sebagai sumber data. Jadi, subjek penelitian

    yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang

    aktivitas penulis. Tetapi dalam