MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER SEKOLAH BERMUTU …etheses.iainponorogo.ac.id/10030/1/Watermark_Siti...
Transcript of MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER SEKOLAH BERMUTU …etheses.iainponorogo.ac.id/10030/1/Watermark_Siti...
-
MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER SEKOLAH
BERMUTU DI SMPN 1 BABADAN
TESIS
Oleh:
SITI MUTMAINAH
NIM 502180054
PROGRAM MAGISTER
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
-
ABSTRAK
Mutmainah, Siti. 2020, Manajemen Pendidikan Karakter Sekolah
Bermutu di SMPN Babadan. Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam, Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.
Pembimbing: Dr. Mukhibat, M.Ag
Kata Kunci : Manajemen, Pendidikan Karakter, Sekolah Bermutu,
SMPN 1 Babadan.
Akhlak mulia merupakan hal yang sangat penting dalam
pendidikan anak. Pendidikan. bermutu juga merupakan suatu
kebutuhan yang sangat penting dalam kebutuhan manusia. Maju
tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan bangsa.
Sebagai pendidik bertugas mengajar dan mendidik anak-anak supaya
berkepribadian yang baik dan berkarakter yang termuat di dalam
pelajaran terutama karakter religius. SMPN 1 Babadan terus
berupaya menciptakan model manajemen yang lebih efektif untuk
melaksanakan pendidikan karakter religious dan juga mendidik
siswanya untuk berbudaya mutu. Sehingga penulis tertarik untuk
membahas manajemen pendidikan karakter religius ini dengan judul:
Manajemen Pendidikan Karakter Sekolah Bermutu di SMPN 1
Babadan, dengan tujuan menganalisis tentang : 1.Perencanaan
pendidikan karakter sekolah bermutu peserta didik. 2. Pelaksanaan
pendidikan karakter sekolah bermutu 3. Evaluasi pendidikan
karakter sekolah bermutu peserta didik di SMPN 1 Babadan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis
studi kasus yang berlokasi di SMPN 1 Babadan Ponorogo. Metode
pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Adapun teknik analisa data menggunakan reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Penelitian ini menghasilkan temuan, yaitu (1) Perencanaan
pendidikan karakter sekolah bermutu di SMPN 1 Babadan meliputi
-
penyusunan Visi dan Misi, kurikulum dan RPP yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter, draft kegiatan yang berisi tentang
perilaku sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dan Nilai-nilai karakter yang dikembangkan mencakup ;religiusitas,
nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas. (2)
Pelaksanaan pendidikan karakter sekolah bermutu di SMPN 1
Babadan meliputi: semua kegiatan yang terkait mutu dan karakter
dengan metode pembiasaan dan penanaman sikap berkarakter. Yaitu;
perilaku sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
cinta lingkungan dengan diwujudkan dalam bentuk kegiatan
adiwiyata. Pembiasaan literasi juga dilaksanakan sebagai wujud dari
GLS (Gerakan Literasi Sekolah). (3) Evaluasi pendidikan karakter
sekolah bermutu di SMPN 1 Babadan dengan menggunakan
instrumen yang harus diisi oleh siswa, orang tua siswa, takmir
masjid/musholla dan diketahui oleh wali kelas dengan cara check list
kegiatan sholat 5 waktu dan check lisan hafalan juz 30 Alqur’an.
Sedangkan tim karakter menyiapkan jurnal dan silabus sebagai acuan
dalam melaksanakan kegiatan karakter. Hal tersebut mampu
meningkatkan antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya di SMPN 1 Babadan.
-
ABSTRACT
Mutmainah, Siti. 2020, Character Education Management at
Quality Schools in SMPN 1 Babadan. Islamic Education
Management Study Program, Ponorogo State Islamic
Institute (IAIN) Postgraduate Program.
Supervisor: Dr. Mukhibat, M.Ag.
Keywords: Management, Character Education, Quality Schools,
SMPN 1 Babadan.
Noble characters is very important in children’s
education. Quality education arealso very important need in human
needs. Nation’s progress greatly depends on the nation education.
Even a nation of character is also determined by the level of morality
of its people. As an educator assigned to teach children of the
characters contained in the lesson, especially religious characters.
SMPN 1 Babadan continues to strive to create more effective
management models to carry out religious character education and
also educate its students for quality culture. So the authors are
interested in discussing this management of religious character
education with the title: Management of Quality Schools of
Character Education at SMPN 1 Babadan, with the aim of
analyzing: 1. The planning of character education of quality school
for students. 2. The Implementation of character education of
quality school for students. 3. The Evaluation of character education
of quality school for students in SMPN 1 Babadan.
This research is a qualitative research with case study
type which is located at SMPN 1 Babadan Ponorogo. Data
collection methods are by interview, observation and documentation.
The data analysis technique uses data reduction, data presentation
and drawing conclusions. This research produces findings namely
(1) Character values developed at SMPN 1 BabadanPonorogo
include; religiosity, nationalism, independence, mutual cooperation
and integrity. (2) Planning of quality school character education in
-
SMPN 1 Babadan includes the preparation of Vision and Mission,
curriculum and RPP integrated with character education, draft
activities containing behavioral attitudes of faith and devotion to the
The One Almighty God (3) Implementation of quality school
character education in SMPN 1 Babadan includes: all activities
related to quality and character with the method of habituation and
inculcation of character attitudes namely; the attitude of faith and
devotion to God Almighty, love the environment by manifesting in
the form of adiwiyata activities. Literacy habit is also carried out as
a manifestation of GLS (School Literacy Movement). (4) Evaluation
of quality school character education at SMPN 1 Babadan by using
instruments that must be filled in by students, parents, takmir of the
mosque / musholla and known by the homeroom teacher by checking
the list of prayer activities 5 times and checking list of memorizing
juz 30 Alqur’an.While the character team prepares a journal and
syllabus as a reference in carrying out character activities. It can
increase people’s enthusiasm of the community to send their children
to SMPN 1 Babadan .
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar Pendidikan Nasional di Indonesia adalah
Pancasila dan Undang-undang Dasar RI Tahun 1945 yang
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, seperti yang
dijelaskan dalam Undang-undang atau peraturan-peraturan,
antara lain :1) Undang-Undang Dasar 1945, Bab III Pasal 4
yang menyatakan bahwa ”Pendidikan dan pengajaran
berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia”.
2) Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab
IV bagian pendidikan: ”Pendidikan Nasional (yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945”, dan 3) Undang-Undang RI
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional dituangkan
dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yang
berbunyi: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
1
-
2
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.1 Dengan kata lain, amanah UU
Sisdiknas tahun 2003 tersebut bertujuan agar pendidikan tidak
hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, tetapi juga
berkepribadian atau berkarakter.
Pada tataran realita yang ditemukan, dengan
memperhatikan dasar, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional
diatas, pada dasarnya pendidikan di Indonesia merupakan
pendidikan berkarakter yang unik sesuai dengan budaya
Indonesia, tetapi sangat sejalan dengan tuntutan kecakapan
abad 21 dengan segala tantangannya.2 Tantangan yang sering
disebut dengan era 4.0, yang merupakan abad yang
berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut
sumber daya manusia harus menguasai berbagai macam 1 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional ( Jakarta: Sinar Grafika,
2003), hal.31 2 Muwakhid Shulhan, Manajemen Pendidikan Islam (Jogjakarta: Penerbit
Teras, 2011), hal.1
-
3
keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kritis dan juga
keterampilan memecahkan masalah (problem solving). Intinya,
beragam keterampilan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
yang perlu dikuasai oleh sumber daya manusia, menjadi kata
kunci bagi sebuah bangsa untuk turut serta dalam percaturan
dunia.
Pendidikan yang bermutu saat ini merupakan suatu
kebutuhan yang sangat penting dalam kebutuhan manusia.
Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan
bangsa tersebut. Jika pendidikan suatu bangsa dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas lahir dan batin,
otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan tenteram.3
Selanjutnya Rahkmat dan Night menyebutkan bahwa anak
mempunyai suatu keinginan alami untuk belajar dan
menemukan berbagai hal tentang dunia di sekelilingnya.
Manusia lahir telah membawa bakat atau potensi, untuk itu
potensi-potensi yang dimiliki mempunyai kekuatan untuk
dikembangkan.4
3Ahmadi, Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup
(Jogjakarta: Pustaka Ifada, 2013), hal.1 4 Ibid., hal.34
-
4
Proses pendidikan yang efektif dapat terwujud melalui
pembelajaran bermutu (berkualitas). Agar pembelajaran
menjadi bermutu, maka pendidik harus terampil memilih
berbagai metode, media, sumber belajar, dan menciptaan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan, tetapi
tetap sesuai dengan tujuan pembelajaran, aktifitas
pembelajarannya berpusat pada peserta didik dan sarat dengan
nilai dan manfaat sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013.
Pembelajaran merupakan proses yang melibatkan komponen-
komponen yang hidup dan dinamis (peserta didik dan
pendidik). Pengembangan pembelajaran berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order
Thingking Skill (HOTS) merupakan program yang
dikembangkan sebagai upaya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan (Dirjen GTK) dalam upaya peningkatan kualitas
pembelajaran dan meningkatakan kualitas lulusan. Program ini
dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 2018, yang telah
terintegrasi dengan Penguatan Pendidikan Karakter dan
-
5
pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat
tinggi atau Higher Order Thingking Skill ( HOTS). 5
Realita diatas adalah masalah, yaitu pentingnya
manajemen pendidikan karakter peserta didik demi
meningkatkan, menciptakan dan menumbuhkan generasi yang
berkarakter, bermutu, dan bermartabat sesuai dengan nilai-nilai
dasar yang terkandung didalam pendidikan karakter adalah
masalah yang penting untuk diteliti (search). Social situation
yaitu siapa pelopor-pelopor (actors) yang mampu memberikan
solusi dari masalah tersebut? Kegiatan-kegiatan apa (
activities) yang mereka lakukan? Dimana (place) mereka
melakukan kegiatan tersebut?
Berkaitan dengan mencari dan menemukan “social
situation” yang tepat untuk meningkatkan, dan menumbuhkan
generasi yang berkarakter, bermutu, dan bermartabat sesuai
dengan nilai-nilai dasar yang terkandung didalam pendidikan
karakter perlu adanya upaya yang tepat oleh para stakeholders
sekolah yakni kepala sekolah, guru, komite, peserta didik itu
sendiri dan semua pihak yang terkait. Dalam menumbuhkan
karakter peserta didik yang baik dibutuhkan manajemen yang
5 Dirjen GTK Kemdibud, Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, (Kemdikbud, 2018), hal.2
-
6
tepat tentunya melalui pembiasaan-pembiasaan dan
pembelajaran yang sudah terintegrasi dengan pendidikan
karakter di dalamnya.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan pendidikan,
peningkatan mutu tidak hanya diarahkan kepada peserta didik,
namun diarahkan pula kepada guru sebagai tenaga
kependidikan yang berperan sentral dan strategis dalam
memfasilitasi perkembangan pribadi peserta didik di sekolah.
Peningkatan mutu guru merupakan upaya mediasi dalam
rangka pembinaan kesiswaan. Tujuan dari peningkatan mutu
guru adalah pengembangan kompetensi dalam layanan
pembelajaran, pembimbingan, dan pembinaan kesiswaan
secara terintegrasi dan bermutu.
Diantara para stakeholders yang menduduki posisi
penting dalam manajemen pendidikan karakter yaitu kepala
sekolah, guru dan juga tim pelaksana pendidikan karakter itu
sendiri. Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan maka
diperlukan sebuah tindakan yang disebut pengelolaan.
Pengeloalaan pendidikan sangat diperlukan karena
keberhasilannya dalam membangun pendidikan akan
-
7
memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan bangsa.6 Jika
tidak dikelola dengan baik, maka peran dan fungsi masing
masing tidak akan optimal sesuai dengan yang seharusnya,
untuk itu diperlukan strategi untuk mengelola pembelajaran
agar pembelajaran dapat lebih efektif.7
Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah menjadi
hal sangat penting dan perlu di kelola dengan baik. Peran
instansi, stakeholders dan semua yang terkait sangat penting
dalam masalah ini dikarenakan instansi mengatur upaya upaya
apa saja yang akan dilaksanakan demi tercapainya tujuan
sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi nya.
Peran yang dimaksud sebagai contoh adalah pembelajaran dan
pembiasaan yang termasuk juga dalam hal mengelola
penanaman karakter yang terintegrasi dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ada pada setiap materi
pelajaran, yang juga merupakan aspek yang sangat penting
dalam keberhasilan pendidikan. Sebagai contoh, dalam
menjalankan tugasnya sebagai pengelola kelas, guru juga
berfungsi sebagai pembimbing moral, mengajarkan kepada 6 Mukhtar Latif, Teori Manajemen Pendidikan (Jakarta: Prenamedia Group,
2018), hal.1 7 Firdos Mujahidin, Strategi Mengelola Pembelajaran Bermutu, (Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2017), hal.5
-
8
siswa mengapa menyela adalah perbuatan yang tidak sopan,
menyerobot antrian adalah perbuatan yang tidak adil, mengejek
orang itu tidak baik, dan meminjam barang orang lain tanpa
meminta ijin adalah perbuatan yang tidak menghormati, dan
seterusnya.8
Pendidikan yang bermutu merupakan suatu investasi
yang mahal. Masyarakat industri modern menyadari hal ini dan
akan menanamkan investasi yang besar untuk industri
pendidikan itu. Kesadaran masyarakat untuk menanggung
biaya pendidikan (cost sharing) pada hakikatnya akan
memberikan suatu kekuatan pada masyarakat (empowering the
society) untuk bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan.9 Dalam bidang pendidikan, perencanaan
merupakan salah satu faktor kunci efektivitas keterlaksanaan
kegiatan-kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis
pendidikan pada tingkat nasional maupun lokal.10
8 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik (Bandung: Nusa Media, 2018), hal.150 9 H.A.R.Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hal.181 10
Udin Saifudin dan Abin Samsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan
Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), hal.v
-
9
Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup dan
memungkinkan seseorang untuk dapat meningkatkan
kemampuannya secara terencana. Oleh sebab itu, untuk
merencanakan dan mengembangkan karakter anak sangat
dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang
dimaksud bukan hanya merupakan pendidikan formal yang
didapat dari sekolah, melainkan pendidikan di lingkungan
keluarga sebagai upaya meningkatkan kualitas anak dalam
ilmu pengetahuan, keterampilan dan karakter.11
Untuk bisa
mewujudkan semua itu, diperlukan manajemen yang tepat agar
pelaksanaannya dapat dilakukan secara berkelanjutan
(continuing) serta mencakup seluruh aspek karakter bangsa
secara utuh dan menyeluruh. Dengan demikan, pendidikan
karakter tersebut betul- betul dapat menyiapkan generasi
bangsa menuju bangsa yang beradab dan bermartabat.
Berdasarkan penjajakan awal dilapangan, telah
ditemukan di SMPN 1 Babadan yang merupakan lembaga
pendidikan menengah umum dengan visinya: ”Unggul dalam
Prestasi, Berilmu Pengetahuan dan Teknologi, Berbudaya dan
Peduli Lingkungan Berdasarkan Iman dan Takwa “ berpegang
11
Ridwan Abdullah Sani, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara,
2016), hal.5
-
10
teguh dalam mewujudkan peserta didik yang berkarakter yang
berbasis religius dan juga sekolah yang berbudaya mutu,
dimana pendidikan karakter tersebut dilaksanakan di 8 Standar
Nasional Pendidikan mulai dari Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Sarpras,
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar
Pengelolaan dan Standar Pembiayaan.
Melihat betapa pentingnya pembinaan karakter peserta
didik, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya
mempunyai manajemen peserta didik yang baik, karena siswa
merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi
ilmu dan keterampilan. Keberhasilan dalam penyelenggaraan
pendidikan akan sangat bergantung dengan perkembangan
potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan
kejiwaan peserta didik. Tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan untuk dicapai sebaiknya ditunjukkan sejak dalam
perencanaan, implementasi, dan evaluasi pengajaran.
Disamping itu tujuan pendidikanpun dapat dilihat
implikasinya dalam perilaku siswa. Siswa yang telah
memahami dan menguasai materi yang diajarkan dengan
mereka yang belum, hendaknya dapat dibedakan dalam
-
11
kaitannya dengan adanya penunjukan perubahan perilaku.12
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan/gambar 1.1
berikut ini.13
Gambar 1.1 Perencanaan Pendidikan Karakter di
SMPN 1 Babadan
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengangkat
penelitian yang berjudul: Manajemen Pendidikan Karakter
Sekolah Bermutu di SMPN 1 Babadan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi,
melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan
12
Sukardi, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), hal.9 13
Gambar Sosial Situation, (SS), 1.1
SMPN 1 Babadan menyusun rencana jangka
panjang dan jangka pendek untuk pembiasaan
dan pendidikan karakter.
SMPN 1 Babadan membentuk tim pembina
karakter untuk pelaksanaan kegiatan setiap
hari.
SMPN 1 Babadan ditetapkan sebagai sekolah
bermutu dengan “branding sekolah
berberkarakter”.
-
12
berkaitan dari judul proposal penelitian atau dengan masalah
atau variabel yang akan diteliti14
. Dalam rangka penyusunan
penelitian agar tersusun tulisan yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan terjadi dalam menjalankan
pendidikan karakter antara lain dari sisi:
a. Internal
Berbagai metode dan bentuk pembelajaran yang
diterapkan disekolah selalu terdapat kendala. Meskipun
permasalahan tersebut tidak sampai menghambat penerapan
pendidikan karakter. Kendala dimaksud karena metode dan
pembelajaran merupakan sistem pembelajaran baru untuk
mengembangkan sistem pembelajaran sebelumnya.
Secara internal baik antara siswa, kompetensi guru,
budaya sistem pembelajaran yang dari manual menjadi digital,
penyempurnaan kurikulum dari yang berbasis KTSP yang
menekan sistem pembelajaran yang hanya menekankan
pengetahuan sedangkan sekarang kurikulum pembelaran
berbasis K13 yang menekankan pembelajaran secara modern
menekankan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap dan
juga pembentukan karakter yang terintegrasi di dalamnya. Dari
14
Riduwan, Metode &Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Bandung:
Alfabeta, 2014), hal.6
-
13
semua rangkaian tersebut perlu sinergi dan komitmen bersama
agar tujuan pembelajaran karakter dapat berhasil baik input
maupun outputnya.
b. Eksternal
Pembelajaran dengan sistem dan metode apapun tidak
akan terlepas dengan pengaruh dari luar lingkungan yang
menyertainya, karena semua kegiatan pendidikan akan selalu
terjadi ketergantungan sehingga menjadi benang merah antara
internal dan eksternal. Peran permasalahan dari luar akan
mampu mendukung kelancaran pembelajaran karakter karena
telah terdapat kesatuan pemahaman yang muaranya akan
mempermudah pelaksanaan pembentukan karakter sebagai
mana dikehendaki oleh kurikulum 2013.
Dukungan wali murid, peran para tokoh pendidikan
untuk memberikan pencerahan dan komponen komite sekolah
sangat menunjang keberhasilan sistem pembelajaran yang
menitik beratkan pada pembentukan karakter sebagaimana
yang dikehendaki kurikulum 2013. Menyamakan persepsi dan
visi dari semua pemahaman pihak eksternal adalah perlu cara
dan waktu tersendiri, hal ini dimaksudkan agar penerapan
-
14
pembelajaran sistem karakter akan cepat menuai hasil yang
dapat dirasakan semua lapisan termasuk untuk membentuk
karakter siswa demi bekal masa depan mengarungi persaingan
domistik, regional maupun global sehingga mampu bersaing
sehat secara kompetitif dan unggul dalam semua bidang baik
akademis maupun non akademis.
C. Fokus Kajian
Fokus kajian dari penelitian yang digunakan penulis
adalah studi kasus, yaitu uraian dan penjelasan komprehensif
mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok,
suatu organisasi, suatu program, atau situasi sosial.
Dalam penelitian ini, penulis langsung terjun ke
sekolah, untuk mengadakan wawancara dan pengumpulan data
yang dibutuhkan dan bertemu dengan informan yang
berkompeten di bidangnya. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu untuk meneliti tentang Manajemen
Pendidikan karakter Sekolah Bermutu di SMPN 1 Babadan.
Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup
deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan
-
15
hasil wawancara yang mendalam serta hasil analisis dokumen
lain.15
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah
yang telah dilakukan, dipilih sejumlah masalah (dua, tiga, atau
empat) masalah disertai penjelasan ruang lingkup masalah,
baik keluasan maupun kedalamannya. Pembatasan masalah
dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak
melenceng kemana-mana.16
Setiap sekolah dasar, sekolah
menengah pertama maupun sekolah menengah atas di
lingkungan Kabupaten Ponorogo terdapat banyak sekali
sekolah yang mengedepankan pendidikan karakter dan ada
beberapa yang berlabel sekolah bermutu yang mengadopsi
SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) sebagai tindak lanjut
dari lahirnya kurikulum 2013. Dan masing-masing sekolahpun
akan mengalami problem dan keunikan sendiri -sendiri dalam
penerapan kurikulum dan program dimaksud.
Agar penelitian ini lebih fokus dan memperoleh
keakuratan yang tinggi serta menghindari tingkat kesalahan 15
M. Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 13-14.. 16
Riduwan, Metode &Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Bandung:
Alfabeta, 2014), hal.7
-
16
yang lebih kecil maka perlu pembatasan masalah penelitian.
Adapun penelitian tersebut dibatasi hanya pada pembelajaran
yang berbasis pada pendidikan karakter, baik dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasinya, dan penelitian ini hanya dibatasi
di SMPN 1 Babadan di Ponorogo .
Dalam rumusan dan analisis masalah sekaligus juga
diidentifikasi variabel-variabel yang dalam penelitian beserta
definisi operasionalnya. Untuk mempermudah, maka rumusan
masalah dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat bertanya
setelah didahului uraian tentang masalah penelitian, variabel-
variabel yang akan diteliti, dan kaitan antara satu variabel
dengan variabel lainnya.17
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan pendidikan karakter sekolah
bermutu di SMPN 1 Babadan?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan karakter sekolah
bermutu di SMPN 1 Babadan?
3. Bagaimanakah evaluasi pendidikan karakter sekolah bermutudi
SMPN 1 Babada
17
Ibid., hal.8
-
17
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
Sebagai bahan acuan keilmuan untuk mengkaji tentang
manajemen pendidikan karakter sekolah bermutu di sekolah
lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
kajian untuk penelitian lebih lanjut oleh peneliti lain.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga
1) Dapat dijadikan sebagai kritik dan juga best practice
sebagai acuan/pegangan dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan
pendidikan karakter peserta didik.
2) Untuk pengembangan dan aplikasi ilmu pengetahuan
di bidang pendidikan dan memberi sumbangan
terhadap ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
manajemen pendidikan karakter peserta didik.
b. Bagi Penulis
1) Dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan
mengenai manajemen pendidikan karakter peserta
didik.
-
18
2) Dapat memberikan informasi yang bermanfaat
tentang implementasi manajemen pendidikan karakter
peserta didik di SMPN 1 Babadan.
-
19
BAB II
LANDASAN TEORETIK
Didalam bab ini penulis akan membahas tentang
penelitian terdahulu dan juga kajian teori baik dari teori
manajemen maupun dari teori karakter.
A. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang manajemen pembinaan
peserta didik yang telah dilakukan diantaranya :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Suminar
dengan judul “Manajemen Peserta Didik Untuk Meningkatkan
Prestasi Siwa Pada Madarasah Aliyah Negeri (MAN) Pacitan”
tahun 2018, sebuah Penulisan yang telah termuat dalam Jurnal
Muslim Heritage.18
Kajian temuan yang didapat dari penelitian
tersebut adalah untuk mengetahui tentang pelayanan,
pembinaan dan pengawasan manajemen peserta didik dalam
meningkatkan prestasi siswa di MAN Pacitan. Serta megetahui
18
Wahyu Suminar, “Manajemen Peserta Didik Untuk Meningkatkan
Prestasi Siswa pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pacitan,” Muslim
Heritage, Volume 2, No 2, 2018.
19
-
20
pengembangan prestasi siswa berbasis preferensi peserta didik
di MAN Pacitan.
Adapun titik temu tentang kajian pustaka pada telaah
penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan penulis
lakukan, yaitu melakukan penelitian yang sama terkait
manajemen peserta didik, namun mempunyai tujuan yang
berbeda. Penelitian yang dilakukan Wahyu Suminar tersebut
bertujuan untuk mengetahui tentang pelayanan, pembinaan dan
pengawasan manajemen peserta didik, sedangkan penelitian
yang akan penulis lakukan berfokus untuk mengetahui
manajemen pendidikan karakter peserta didik dari sisi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya.
Kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Heppy
Puspitasari, mahasiswa pascasarjana IAIN Ponorogo dengan
judul ”Standar Proses Pembelajaran sebagai Sistem Penjamin
Mutu Internal Di Sekolah“ yang telah terbit di jurnal Muslim
Herritage volume 2, nomor 2, November 201719
. Kajian
temuan yang didapat dari penelitian tersebut adalah bahwa
dalam menjamin mutu proses pembelajaran, SMPN 1 Geger
19
Happy Puspitasari, “ Standar Proses Pembelajaran sebagai Sistem
Penjamin Mutu Internal Di Sekolah“, Muslim Herritage, volume 2,
nomor 2, November 2017.
-
21
membuat kebijakan mengacu pada peraturan perundang -
undangan yang berlaku serta kebijakan internal yang dibuat
lembaga sebagaimana tertuang dalam renstra / RKS, RKAS,
KTSP, SK PBM dan pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Kebijakan dalam proses pembelajaran meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan
pembelajaran.
Ketiga, adalah penelitian yang dilakukan oleh Mukhibat,
dosen pascasarjana IAIN Ponorogo yang berjudul “Reiventing
Nilai-nilai Islam, budaya dan Pancasila dalam Pengembangan
Pendidikan Karakter“, yang dimuat di Jurnal Pendidikan Islam
volume 1 nomor 2 pada bulan Desember 2012.20
Didalam
penelitian yang ditulis oleh Mukhibat menjelaskan bahwa nilai-
nilai yang dianggap layak untuk dikembangkan dalam
pendidikan karakter peserta didik melalui proses intervensi dan
habituasi yakni nilai kebajikan, religius, jujur, toleransi,
disiplin kerja keras, patriotisme, cinta damai, peduli lingkungan
sosial dan tanggung jawab.
20
Mukhibat: “Reiventing Nilai-nilai Islam, budaya dan Pancasila dalam
Pengembangan Pendidikan Karakter “, Jurnal Pendidikan Islam,
volume 1 nomor 2, Desember 2002.
-
22
Sejalan dengan penelitian yang akan penulis lakukan
menekankan pada manajemen peserta didik dari sisi
perencanaan, pelaksanaan dan evalusinya terhadap pendidikan
karakter yang implementasinya juga mengarah pada nilai-nilai
tersebut diatas yaitu nilai kebajikan, religius, jujur, toleransi,
disiplin kerja keras, patriotisme, cinta damai, peduli lingkungan
sosial dan tanggung jawab.
B. Kajian Teoretik
1. Manajemen
a. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata
(manus) yang berarti tangan dan (ageree) yang artinya
melakukan. Kata kata itu digabung menjadi managere yang
artinya menangani. Managere diterjemahkan ke Bahasa Inggris
to manage (kata kerja), management (kata benda), dan
manager untuk orang yang melakukannya. Management
diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi manajemen
(pengelolaan).21
21
Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hal.5
-
23
Sedangkan menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia, manajemen adalah
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan.
Sedangkan menurut Sergiovanni dan kawan-kawannya,
langkah-langkah manajemen meliputi: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading) dan
pengawasan (controlling).
1) Perencanaan (Planning)
Perecanaan merupakan fungsi yang paling awal dari
keseluruhan fungsi manajemen sebagaimana banyak
dikemukaan oleh para ahli.Perencanaan adalah proses kegiatan
yang menyiapkan secara sistematis kegiatan - kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.22
Perencanaan
adalah kegiatan yang akan dilaksanakan atau dilakukan dimasa
yang akan datang untuk mencapai tujuan. Dari definisi ini
perencanaan mengandung unsur-unsur:
a) Sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya;
b) Adanya proses;
c) Hasil yang ingin di capai;
22
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education
Management (Jogjakarta: Prenadamedia, 2018), hal.19
-
24
d) Menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.23
Perencanaan tidak dapat dilepaskan dari unsur pelaksanaan dan
pengawasan termasuk pemantauan, penilaian dan pelaporan.24
2) Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganisasian menurut Handoko adalah:
a) Cara manajemen merancang struktur formaluntuk
penggunaan yang paling efektif terhadap sumberdaya keuangan
fisik, bahan baku dan tenaga kerja organisasi;
b) Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatannya,
dimana setiap pengelompokan diikuti penugasan seorang
manajer yang diberi wewenang mengawasi anggota kelompok;
c) Hubungan antara fungsi, jabatan, karyawan;
d) Cara manajer membagi tugas yang harus dilaksanakan
departemen dan mendelegasikan wewenang untuk
mengerjakan tugas tsb.25
Pengorganisasian merupakan lanjutan dari fungsi perencanaan
dalam sebuah sistem manajemen. Pengorganisasian bisa
dikatakan sebagai “urat nadi” bagi seluruh organisasi atau
23
Husaini Usman: Manajemen (Teori, Praktek dan Riset), (Jakarta: Grafika
Ofset, 2016), hal.77 24
Ibid., 25
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan,
(Jakarta: Grafika Ofset, 2016), hal.170
-
25
lembaga, oleh karena itu pengorganisasian sangat berpengaruh
terhadap berlangsungnya suatu organisasi atau lembaga,
termasuk didalamnya lembaga pendidikan.26
Husaini Usman27
membagi beberapa struktur organisasi
sebagai berikut :
a) Macam-macam struktur organisasi
(1) Struktur organisasi garis (Line Authority Structure)
Merupakan bentuk organisasi yang tertua dan paling sederhana.
Dalam strukur organisasi garis anggotanya relatif sedikit dan
sebagai pimpinan puncak organisasinya adalah pemiliknya atau
pemegang saham yang paling besar. Contoh strukur organisasi
garis :
26
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education
Management (Jogjakarta: Prenadamedia, 2018), hal. 21 27
Husaini Usman: Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan,
(Jakarta, Grafika Ofset, 2016), hal.203
-
26
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Garis
b) Struktur Organisasi dan Staf:
Organisasi dan staf terdiri atas dua kelompok orang-
orang yang berpengaruh dalam menjalankan roda organisasi.
Kelompok pertama menjalankan tugas-tugas pokok organisasi
untuk mencapai tujuan, yang di tempatkan dalam kotak-kotak
garis (line), sedangkan kelompok yang kedua melakukan tugas-
tugas berdasarkan keahliannya yang disebut staf. Staf dapat
memberikan saran-sarannya kepada unit operasionalnya.
Berikut contoh struktur organisasi garis dan staf yang
digambarkan :
WAKA
KEPSEK
KOORDINATOROR GURU
WALI KELAS WALI KELAS WALI KELAS
-
27
Gambar 2.2. Struktur Organisasi dan Staf
c) Organisasi Fungsional:
Organisasi fungsional ialah organisasi yang pembagian
tugas atas para pejabatnya disesuaiakan dengan bidang
keahliannya. Organisasi ini tidak terlalu menekankan pada
hierarki struktural, namun lebih menekankan pada sifat dan
macam fungsi yang akan dilaksanakan. Bawahan dapat
menerima perintah dari beberapa pejabat dan
mempertanggungjawabkannya pada pejabat masing-masing.
Berikut contoh struktur organisasi fungsi:
KEPSEK
Wakil Kepsek
GURU GURU GURU
Kepala TU
-
28
Gambar 2.3. Struktur Organisasi Fungsional
Kepsek Produksi
d) Penggerakan ( Actuating )
Penggerakan (Actuating) adalah salah satu fungsi
manajemen yang berfungsi untuk merealisasikan hasil
perencanaan dan pengorganisasian. Actuating adalah upaya
untuk menggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja (man
power) serta mendayagunakan fasilitas yang ada yang
dimaksud untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama.
Actuating dalam organisasi juga biasa diartikan sebagai
keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para
Wakasek 1 Wakasek 2 Wakasek 3
GURU GURU GURU
-
29
bawahan sedemikian rupa sehingga mereka bersedia bekerja
secara sungguh - sungguh demi tercapainya tujuan organisasi.28
b. Pengawasan ( Controlling )
Pengawasan adalah proses pengamatan dan pengukuran suatu
kegiatan operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya yang terlihat
dalam rencana. Pengawasan dilakukan dalam usaha menjamin
bahwa semua kegiatan terlaksana sesuai dengan kebijakan,
strategi, keputusan, rencana dan semua program kerja yang
telah dianalisis, dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.29
Pengawasan yang baik memerlukan langkah-langkah
pengawasan sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan standar kualitas pekerjaan yang
dirumuskan;
2) Mengukur dan menilai kegiatan-kegiatan atas dasar tujuan
dan standar yang ditetapkan;
3) Memutuskan dan mengadakan tindakan perbaikan.30
28
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education
Management (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal.23 29
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education
Management (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal.23 30
Ibid.,
-
30
b. Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan adalah proses untuk
mengoptimalkan, menyelaraskan, memberdayakan dan
meningkatkan semua sumber-sumber yang terdapat dalam
pendidikan agar dapat dikelola secara produktif, efisien dalam
pencapaian tujuan pendidikan yang pada akhirnya bermuara
pada peningkatan kualitas pendidikan.31
Manajemen
pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan. Manajemen pendidikan lebih
bersifat umum untuk semua aktivitas pendidikan pada
umumnya, sedangkan manajemen pendidikan Islam lebih
khusus lagi mengarah pada manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan Islam.32
UUSPN nomor 20 tahun 2003 didasarkan pada prinsip
demokrasi, desentralisasi, keadilan dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagaimana tuntutan reformasi. Prinsip-prinsip tersebut
31
Mukhtar Latif dan Suryawahyuni Latif, Teori Manajemen Pendidikan,
(Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal.3 32
Muhaimin, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana Frenada, 2009),
hal.5
-
31
menjadi dasar bagi kandungan, proses, dan manajemen sistem
pendidikan.33
Dalam manajemen pendidikan atau dalam mengelola
pendidikan setidaknya kita harus memperhatikan beberapa hal
berikut antara lain :
1. Perencanaan Program
Perencanaan program yang diselenggarakan oleh
lembaga-lembaga pendidikan harus mencerminkan adanya visi,
misi, tujuan dan rencana kerja.34
2. Pelaksanaan Rencana Kerja
Sejalan dengan visi, misi dan rencana kerja, maka
dirumuskan pola pelaksanaan kerja yang paling tidak
dirumuskan ke dalam: pedoman dasar organisasi, pelaksanaan
kegiatan, bidang kesiswaan, bidang kurikulum, kegiatan
pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana pendidikan, serta keuangan dan rencana anggaran.35
3. Pengawasan dan Evaluasi
33
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education
Management (Jakarta: Prenadamedia, 2018), hal.51 34
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung:
PT Remaja Rusd, 2015), hal.98 35
Ibid., hal.100
-
32
Meliputi: program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi
dan pengembangan KTSP, evaluasi pendayagunaan pendidik
dan tenaga kependidikan, akreditasi Sekolah/madrasah.36
2. Pendidikan Karakter
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D, pendidikan
karakter dimaknai sebagai berikut:
”Character education is the deliberate effort to help
people understand,care about,and act upon core ethical
values.When we think about the character we want for
our children,it is clear that we want them to be able to
judge what is right,care deeply about what is right,and
than do what they believe to be right,even the face of
pressure from without and temptation from within”
effort to help people understand, care about,and act
upon core ethical values.When we think about the
character we want for our children,it is clear that we
want them to be able to judge what is right,care deeply
about what is right, and than do what they believe to be
right, even the face of pressure from without and
temptation from within.”
36
Ibid., hal.113
-
33
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah
segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan
berbagai hal terkait lainnya.37
Sedangkan manajemen
pendidikan karakter menurut Raharjo memaknai sebagai suatu
proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan
dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta
didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang
berkualitas.38
Sedangkan manajemen dalam arti sempit manajemen
sekolah/ madrasah, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah
pengawas/evaluasi dan sistem informasi sekolah/madrasah.
Sedangkan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan 37
Pitagiri, Pendidikan Karakter Sekolah Menengah Pertama, (Kemdikbud,
2010), hal.9 38
Ahmad Salim, Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah,
(Jogjakarta: Sabda Media), hal.80
-
34
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia/insan kamil.
a. Manajemen Pendidikan Karakter
Manajemen menjadi salah satu bagian penting yang
berguna bagi penggerak kemajuan suatu organisasi atau
lembaga termasuk organisasi berbentuk pendidikan, tanpa
manajemen efektif dalam lembaga pendidikan, dapat
dipastikan lembaga yang bersangkutan akan sulit berkembang
dan berkompetisi dengan lembaga pendidikan lain, sebaliknya
manajemen efektif akan memfasilitasi lembaga bersangkutan
melakukan pergerakan organisasi menurut kaidah yang telah
disepakati bersama dan pada akhirnya tujuan lembaga dapat
terlaksana secara efektif dan efisisen.39
Beberapa prinsip yang
harus dipegang dalam manajemen pendidikan karakter menurut
Kementerian Pendidikan Nasional Dirjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu:
1) Kejelasan tugas yang dibebankan kepada orang yang
melaksanakan tugas tersebut;
39
Ahmad Salim : Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah,
(Jogjakarta: Sabda Media, 2013), hal.115
-
35
2) Pembagian kerja harus didasarkan kepada kemampuan
seseorang dalam melaksanakan pekerjaan (the right man on the
right place);
3) Kesatuan dan kejelasan dalam arah kebijakan;
4) Keteraturan (diperlukan regulasi untuk mengaturnya);
5) Kedisiplinan;
6) Keadilan;
7) Inisiatif;
8) Semangat kebersamaan;
9) Sinergis;
10) Ikhlas.40
Dalam publikasi Pusat Kurikulum dinyatakan bahwa,
pendidikan karakter berfungsi :
1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,
berpikiran baik,
dan berperilaku baik;
2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultur;
3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia.41
40
Ibid., hal.118
-
36
b. Tujuan Manajemen Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan
mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang
mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai
standar kompetensi lulusan.42
Sementara peserta didik sebagaimana ketentuan umum
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.43
Pendidkan karakter pada tingkat satuan pendidikan
mengarah pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu
nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-
hari, serta simbol-simbol yang dipraktekkan oleh semua warga
sekolah/madrasah dan masyarakat sekitarnya. Budaya
41
Muhlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung: PT Remaja
Remaja Rosdakarya, 2011), hal.11 42
Pitagiri, Pendidikan Karakter Sekolah Menengah Pertama, (Kemdikbud,
2010), hal.4 43
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika,
2003), hal.31.
-
37
sekolah/madrasah merupakan ciri khas, karakter atau watak,
dan citra sekolah /madrasah tersebut dimata masyarakat luas.44
c. Sasaran Pendidikan
Sasaran pendidikan karakter adalah Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. Semua
warga sekolah meliputi para peserta didik, guru, karyawan
administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program
ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil
melaksanakan pendidikan karakter dengan baik seperti SMPN
2 Ponorogo, SMPN 1 Balong, dan SMPN 1 Babadan sendiri
yang bersamaan waktunya memperoleh SK Penetapan Sekolah
Penerima Bantuan Pemerintah Program Pembinaan
Pengelolaan Sekolah Bermutu tahun 2019, dijadikan best
practice, dan menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-
sekolah lainnya.
d. Menciptakan Sekolah Berkarakter
Jika anda meneliti 20 sekolah berbeda yang telah
memperoleh penghargaan Sekolah berkarakter Nasional
(National School of Character), anda akan mendapatkan 20
kisah, yang masing-masing merefleksikan ide orang-orang
44
Mulyasa, Managemen Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2016), hal.9
-
38
yang membentuk taktik permainan untuk mengawali,
mempertahankan, menilai dan terus menerus meningkatkan
suatu usaha sistematis untuk memberikan pendidikan
karakter.45
Strategi untuk menjadi sekolah berkarakter antara
lain dengan:
a) Menciptakan tonggak;
b) Memiliki motto berbasis karakter;
c) Mencari dukungan kepala sekolah untuk membuat
karakter menjadi priopritas;
d) Membentuk kelompok kepemimpinan;
e) Mengembangkan basis pengetahuan;
f) Memperkenalkan konsep pendidikan karakter kepada
seluruh staf;
g) Mempertimbangkan “Tipe kepribadian macam apakah
yang kita inginkan dari para siswa”.46
e. Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Pelaksanaan pendidikan karakter di SMPN 1 Babadan
terintegrasi di dalam kegiatan belajar mengajar dan pembiasaan
setiap hari mulai dari awal siswa datang sampai berakhirnya
45
Thomas Lichona, Characters Matters Persoalan Karakter, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2016), hal.272 46
Ibid., hal.273
-
39
kegiatan belajar mengajar, baik dalam kegiatan kurikuler, ko
kurikuler maupun ekstrakurikuler. 18 Nilai-nilai dasar karakter
yang terintegrasi dengan KBM maupun pembiasaan yang
terkait dengan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) antara
lain:
1.Religius 10.Semangat Kebangsaan
2.Jujur 11.Cinta Tanah Air
3.Toleransi 12.Menghargai Prestasi
4.Disiplin 13.Bersahabat/Komunikatif
5.Kerja keras 14.Cinta damai
6.Kreatif 15.Gemar membaca
7.Mandiri 16. Peduli lingkungan
8.Demokratis 17.Peduli sosial
9.Rasa ingin tahu 18.Tanggung jawab
Pelaksanaan pendidikan karakter secara teori tidak
terlepas dari bagaimana peran orang orang disekeliling siswa
terutama guru dan orang tua yang berada dekat di sekitarnya.
Beberapa kebiasaan yang sebaiknya diterapkan dalam
mendidik anak menurut Ridwan Abdullah Sani dalam bukunya
“Pendidikan Karakter Mengembangkan Karakter Anak yang
Islami” antara lain:
-
40
a) Membiasakan anak untuk sholat bersama. Misalnya
ketika tiba waktu maghrib, isya’ dan subuh anak diajak sholat
berjamaah di masjid;
b) Membiasakan anak untuk berdoa sesuai ajaran agama;
c) Membiasakan anak untuk berlaku jujur dalam setiap
tindakan;
d) Membiasakan anak untuk mencium tangan orang tua
ketika hendak pergi ke sekolah dan pulang dari sekolah;
e) Membiasakan anak untuk membantu orang tua
mengerjakan pekerjaan di rumah;
f) Membiasakan anak untuk selalu tersenyum dan
mengucapkan salam terlebih dahulu ketika bertemu teman atau
orang dewasa muslim;
g) Membiasakan anak untuk giat belajar;
h) Membiasakan anak untuk membaca atau melakukan
aktivitas yang bermanfaat pada waktu senggang;
i) Membiasakan anak untuk disiplin dan mematuhi aturan
yang ditetapkan di rumah. 47
47
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter
Anak yang Islami (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hal.153
-
41
Dan masih banyak lagi pembiasaan pembiasaan yang
dilaksanakan anak baik dirumah maupun disekolah yang
mengadopsi dari pendapat pendapat para ahli.
3. Sekolah Bermutu.
a. Pengertian Sekolah Bermutu
Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan
merupakan lembaga yang berfungsi sebagai “agent of change”,
bertugas untuk membangun peserta didik agar sanggup
memecahkan masalah nasional (Internal) dan memenangkan
persaingan internasional (eksternal). Penyelenggaraan sekolah
harus diorientasikan pada pembentukan manusia yang
kompeten dan beradab.48
Yang dimaksud sekolah bermutu adalah sekolah yang
secara sadar, mandiri dan berkesinambungan menjalankan
pendidikan bermutu sesuai Standar Nasional Pendidikan,
dimana peserta didik diharapkan tidak hanya cerdas secara
intelektual tetapi juga cerdas secara spiritual, cerdas secara
emosional, sosial dan cerdas secara kinestetik. Pembelajaran
bermutu secara sederhana adalah pembelajaran yang dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan suasana pembelajaran
48
TIM Dosen UPI, Manajemen Pendidikan, (Alfabeta: Bandung, 2017),
hal.289
-
42
yang kondusif (menyenangkan dan berkesan) proses dan hasil
pembelajaran bernilai dan bermanfaat. Untuk menjadikan
pembelajaran tersebut, maka harus didukung oleh
pembelajaran yang berbasis pada keaktifan peserta didik dan
gurunya yang kreatif menyediakan dan menggunakan seluruh
sumber daya pembelajaran yang efektif dan kondusif.49
Agar pembelajaran menjadi bermutu, maka guru harus
terampil memilih berbagai metode, media, sumber belajar dan
juga harus bisa menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan berkesan, tapi tetap sesuai dengan tujuan
pembelajaran, yang berpusat pada peserta didik serta sesuai
dengan karakteristik kurikulum 2013.
Pengertian lain dari sekolah bermutu yaitu; Sekolah
yang mampu membangun karakter kepribadian yang kuat,
kokoh dan mantap dalam diri siswa. Atau sekolah yang
responsif terhadap perubahan. Atau sekolah yang akademisnya
bagus, religius, green (hijau), clean (bersih) dan healthy
(sehat).50
49
Firdos Mujahidin, Strategi Mengelola Pembelajaran Bermutu, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2017), hal.40. 50
Imam Saifudin, ”Wawancara dengan Kepala SMPN 1 Babadan” tentang
Sekolah Bermutu, pada tanggal 3 Oktober 2019 jam 10.30.
-
43
b. Kegiatan terkait Sekolah Bermutu
Terdapat beberapa kegiatan bermutu di sekolah ini, yaitu:
a) Kegiatan pengimbasan dari berbagai sekolah imbas;
b) Kegiatan Rumah Belajar;
c) Workshop penyusunan instrumen HOTS;
d) Kemitraan dengan berbagai pihak: Desa siaga,
Kecamatan, biopori di setiap rumah;
e) Workshop review KTSP dan Peningkatan Kompetensi
PTK;
f) Workshop Inovasi Pembelajaran;
g) Workshop peningkatan mutu lingkungan sekolah
dengan tema: ”mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan”;
h) Workshop IHT (In House Traning);
i) Workshop PPK (Penguatan Pendidikan Karakter);
j) Sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)
2019/2020;
k) Gerakan Literasi sekolah;
l) Pelatihan Pengembangan Instrumen Penilaian berbasis
HOTS;
-
44
m) Monitoring dan Evaluasi oleh Kepala Sekolah 2x dalam
setiap semester;
n) Pelatihan peningkatan pemakaian ITdll.51
Berikut rencana kegiatan terkait pemenuhan sekolah
bermutu di SMPN 1 Babadan yang meliputi 5 sasaran:
Tabel 2.1 Rencana Pelaksanaan Program
Pengelolaan Mutu Pendidikan 2019
No
.
Program Kerja
/Kegiatan
Bo
bo
t (%
)
Sas
aran
Sat
uA
n Satuan
Biaya
Jml
1 Manajemen Organisasi 25 3 Keg.
1.Rencana
Pengembangan
Sekolah Berbasis
SPMI
Pelatihan(in - on -in)
rencana
Pengembangan
Sekolah bagi
Tendik dan
kependidikan,Tim
Penjamin Mutu
51
Setyorini ,”Wawancara wakasek Kesiswaan SMPN 1 Babadan” tentang
Program Sekolah Bermutu, pada tanggal 1Oktober 2019 jam 10.30.
-
45
Pendidikan Sekolah
(TPMPS)
Rp
3,250,000
2 Motivasi
Workshop Motivasi
untuk peningkatan
mutu
Rp
1,000,000
bagi warga Sekolah
3.Kepemimpinan
(Leadership)
a.Workshop
Kepemimpinan bagi
Tenaga Pendidik dan
Kependidikan
Rp
1,000,000
b.Melaksanakan
Pelatihan
Kepemimpinan
berkoordinasi dengan
Kwartir
Cabang Gerakan
Pramuka Kab/Kota
dan
dinas Kab/kota,
minimal Kepala
Sekolah Memiliki
-
46
Sertifikat
Kursus Mahir Dasar
( KMD)
Rp
1,000,000
Rp
6,250,000.00
2 Manajemen Fasilitas
Aset 10 3 Keg.
1. Pemeliharaan
Lingkungan Sekolah
a. Menjalin kerjasama
dengan masyarakat
dalam rangka
kebersihan lingkungan
sekolah
Rp
750,000
2.RencanaPengembang
an Sarana Prasarana
a.Penyusunan Master
Plan Rencana
Rp
1,000,000
Pengembangan Sarpras
Sekolah
b.Sosialisasi Satuan
Pendidikan Aman
Bencana
Rp
750,000
Rp
2,500,000
3
Manajemen Sistem
Informasi
Pembelajaran berbasis
digital
25 3 Keg.
-
47
1.E-Raport
Rp
2,250,000
Kegiatan Pelatihan
Pemanfaatan Aplikasi
E-Rapor kepada Guru
Guru Mata pelajaran
2.E-RKAS Kegiatan
Pelatihan Pemanfaatan
Aplikasi E-RKAS
kepada Kepala
Sekolah
Rp
2,500,000
Bendahara Sekolah
dan Operator
3.Rumah Belajar
Kegiatan Pemanfaatan
Rumah Belajar bagi
guru dan peserta didk
dalam menunjang
Proses belajar
mengajar
Rp
1,500,000 Rp.6,250,000
4
Manajemen Hubungan
Sekolah dan
Masyarakat 15 4 Keg.
1.Hubungan Sekolah
Dengan Orangtua
-
48
Kegiatan seminar,
Parenting
Rp
1,500,000
2.Hubungan Sekolah
dengan Alumni
Kegiatan Temu
Alumni
Rp
750,000
3.Hubungan Sekolah
Dengan Komite
Pelibatan Komite
dalam pengembangan
pendidikan
Rp
750,000
4.Hubungan Sekolah
Dengan Dunia
Usaha/instansi/
Lembaga lain
Kemitraan
dengan dunia usaha
atau instansi/lembaga
lain dalam kegiatan
sekolah
Rp
750,000
Rp
3,750,000
5 Manajemen Kurikulum 25 5 Keg.
1.Supervisi Pembelajar
an Inhouse Training
-
49
Pemanfaatan hasil
Supervisi
Rp
500,000
2.Peningkatan Kualitas
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
( RPP )
Pendampingan
Penyusunan RPP
Rp
1,000,000
3.Pengemambangan
Penilaian Instrumen
Pendampingan
mengembangkan
Instrumen
Penilaian Berbasis
HOTS
Rp
750,000
4.Penguatan
Pengelolaan
Ekstrakurikuler
Workshop Penguatan
Pengelolaan Ekstra
kurikuler
Rp
1,750,000
5.Inovasi
Pembelajaran
Workshop Inovasi
Pembelajaran
Rp
2,250,000
Rp
6,250,000
-
50
Jumlah 100
Rp
25,000,000
Tabel 2.2. Pelaksanaan Pemenuhan Mutu SMP Negeri 1
Babadan Tahun Pelajaran 2019/2020
PR
OG
RA
M
KE
GIA
TA
N
PE
NA
NG
GU
NG
JA
WA
B
OR
AN
G Y
AN
G
DIL
IBA
TK
AN
PE
LA
KS
AN
AA
N
BU
KT
I F
ISIK
Diada
kan
bimbingan
belajar/
tambahan
jam setelah
jam KBM
Kep
ala
Sek
ola
h
Sem
ua
war
ga
sek
ola
h
& w
ali
mu
rid
Okt.
2019
–
Mare
t
2020
Jurnal&
daftar
hadir
-
51
Pengadaan
server,
komputer
dan
jaringan
komputer K
epal
a S
eko
lah
& K
om
ite
Sem
ua
war
ga
sek
ola
h
& w
ali
mu
rid
Sept
–
Okt.
2019
daftar
hadir,
berita
acara
persetu
juan.
Meningk
atkan
kompeten
si kepala
laboratori
um
Diklat
kepala
labora
torium
Kep
ala
Sek
ola
h
Lem
bag
a p
eny
elen
g
gar
a d
ikla
t
Okto
ber
2019
Ser
tifi
kt
Dik
lat
Mening
katkan
kompe
tensi
tenaga
laboran
Diklat
Tenaga
laboran
Kep
ala
Sek
ola
h
Pes
erta
dik
lat
Okto
ber
2019
Ser
tifi
kt
Dik
lat
-
52
Mening
katkan
kompeten
si kepala
tenaga
pustaka
wan
Diklat
kepala
tenaga
pustaka
wan
K
epal
a S
eko
lah
Lem
bag
a p
eny
elen
g
gar
a d
ikla
t
Nov
2019
Ser
tifi
kat
Dik
lat
Mening
katkan
kompeten
si tenaga
pustaka
wan
Diklat
tenaga
pustaka
Wan
Kep
ala
Sek
ola
h
Pes
erta
dik
lat
Nov
2019
Ser
tifi
kat
Dik
lat
-
53
Selanjutnya evaluasi yang sudah didapat sementara ini adalah
sbb:
C . Landasan Teori
Ada sejumlah teori yang melandasi penelitian ini sebagai
pola pikir sekaligus dasar operasional dalam melihat,
menganalisis sekaligus menyimpulkan terkait penerapan
manajemen pembinaan peserta didik, diantaranya :
1. Teori Kepribadian (Personalized Eduation)
Dalam membangun teori kepribadiannya, Rogers
mendasarkan diri pada pengalamannya ketika berinteraksi
PENYUSUNAN INDIKATOR EVALUASI PELAKSANAAN PEMENUHAN MUTU
Program Kegiatan
Capaian Kesimpulan
dan
Rekomendasi Input Proses Output Outcome
Peningkatan
kompetensi guru
dalam penyusunan
Rencana Program
Pembelajaran HOTS
Supervisi
pembelajaran oleh
Kepala Sekolah
- Program
- Silabus
- Analisis KI KD
- Kerangka RPP
- Buku Materi
- SK Panitia
Sesuai dengan
Program Sekolah
dan jadwal
kegiatan
Kurikulum maka
direncanakan
Supervisi Kepala
Sekolah guna
meningkatkan
penyusunan RPP
HOTS
Tersusunnya RPP
HOTS
Peningkatan
kopmpetensi guru
dalam penyusunan
RPP HOTS
Peningkatan
kompetensi guru
dalam menyusun
instrument penilaian
otentik
Pelatihan
penyusunan
instrument
penilaian otentik
- Anggaran - Narasumber - Program - Panduan - SK Panitia - Undangan peserta
dan narasumber
Hasil evaluasi
penyususnan RPP
pada penyusunan
instrument
penilaian otentik
belum memenuhi
standart penilaian
maka direncanakan
kegiatan pelatihan penyusunan
instrument penilaian
otentik dengan
Tersusunnya
bentuk instrument
penilaian yang
otentik
Tersusun RPP yang
standart
-
54
dengan kliennya. Berdasarkan pengalamannya tersebut Rogers
meyakini bahwa motivasi dasar dalam sistem kepribadian
manusia itu adalah dorongan untuk mengaktualisasikan diri.
Dalam bukunya On Becoming A Person, Rogers menyebutkan
bahwa kecenderungan untuk tumbuh atau aktualisasi diri
merupakan sesuatu yang paling memotivasi atau “the
mainspring of life”dan menjadi dasar dari semua bentuk
terapi.52
Rakhmat dan Night menjelaskan anak mempunyai suatu
keinginan alami untuk belajar dan menemukan berbagai hal
tentang dunia dan di sekelilingnya. Jadi manusia lahir telah
membawa bakat atau potensi yang akan dapat mengatasi segala
macam problema hidupnya. Untuk itu potensi-potensi yang
dimiliki manusia mempunyai kekuatan untuk dikembangkan53
2. Teori Manajemen Ilmiah ( Scientific Management
Taylor )
Dari Frederict W.Taylor dalam bukunya The Peinciples
of Scientefic management, dijelaskan bahwa ada 4 prinsip dasar
pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor, yaitu: 52
Agus Abdul Rahman, Sejarah Psikologi, (Bandung: Prajagafindo
Persada, 2017), hal.275 53
Ahmadi, Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup,
(Jogjakarta: Pustaka Ifada, 2013), hal.24
-
55
a) Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang harus
diuraikan menurut bagian-bagiannya, dan cara ilmiah untuk
melakukan setiap bagian dari pekerjaan tersebut perlu
ditetapkan sebelumnya;
b) Harus ada kerjasama yang baik antara manajer dan
pekerja sehingga segala tugas dapat dilaksanakan sesuai
rencana;
c) Harus ada pembagian kerja antara manajer dan pekerja;
d) Manajer harus menjalankan kegiatan supervisi,
memberikan perintah dan merancang apayang harus
dikerjakan,sedangkan para pekerja harus bebas mengerjakan
pekerjaan yang yang ditugaskan kepada mereka.54
Untuk mengaplikasikan teori ini dalam dunia pendidikan,
sebelumnya kita menyadari secara penuh bahwa
pengejawantahan pendidikan adalah melalui lembaga
pendidikan, yang kita sebut dengan sekolah. Sekolah adalah
lembaga formal yang memiliki struktur organisasi yang sudah
baku atau bersifat official blueprint of structure untuk
menjamin pencapaian tujuan dari pendidikan secara efektif dan
efisien. Sekolah sebagai sebuah organisasi adalah perkumpulan
54
Usaini Usman, Manajemen, praktek dan riset Pendidikan, (Jakarta:
Bumiaksara, 2016), hal.34
-
56
sosial yang dibentuk berdasarkan kesepakatan untuk
kepentingan bersama membutuhkan penanganan dalam
pengelolaannya. Menerapkan prinsip dari manajemen ilmiah
atau scientific management di sekolah sebagai lembaga
pendidikan yang dipercaya untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional seperti yang tercantum dalam UU Sisdiknas no. 20
tahun 2003, dapat dilakukan dengan mengikuti prinsip dari
manajemen ilmiah itu sendiri.55
3. Teori Mutu
Teori Postman dan Weingartner mengkombinasikan
model tujuan dan model sistem tentang indikator sekolah yang
baik. Sekolah sebagai institusi memiliki seperangkat fungsi
esensial yang tidak boleh tidak harus dimiliki oleh setiap
sekolah. Fungsi esensial tersebut adalah:
a) Penstrukturan waktu.
b) Penstrukturan aktivitas yang harus diikuti siswa.
c) Pendefinisian kecerdasan, kemampuan intelektual,
prestasi dan perilaku yang baik.
d) Penilaian.
55
Muhtar Latif dan Suryawahyuni, Teori Managemen Pendidikan ,(Jakarta:
Prenadamedia, 2018), hal.40
-
57
e) Pemisahan peran, dan tanggung jawab antara guru dan
siswa.
f) Supervisi dan pengawasan terhadap siswa.
g) Pertanggungjawaban.
Disamping ke 7 fungsi esensial tersebut ada juga yang disebut
konversi yaitu prosedur-prosedur yang diikuti sekolah untuk
memenuhi ke 7 fungsi esensialnya, sehingga sekolah mampu
memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi siswa.56
4. Teori Herarki Kebutuhan
Menurut Agus Abdul Rohman57
dalam bukunya:
“Sejarah Psikologi dari Klasik hingga Modern”, menerangkan
bahwa Abraham Maslow mengembangkan teori kebutuhan
dasar manusia yang menjadi dasar dari perkembangan
keilmuan lain yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
manusia. Menurut Maslow, sejak lahir setiap orang memiliki
kecenderungan untuk aktualisasi diri, hal tersebut disebutnya
sebagai dasar dari motivasi manusia, dan kebutuhan puncak
manusia. Walaupun setiap orang memiliki keunikan dalam cara
mengaktualisasikan dirinya, namun setiap manusia pasti selalu
56
Sri Subekti, Menjadi Guru Inovatif Produktif, (Jakarta: 2018), hal.6 57
Agus Abdul Rahman, Sejarah Psikologi dari Klasik hingga Modern, (
Depok: Grafindo Persada, 2019), hal.271
-
58
ingin menjadi /becoming dan ingin terus berkembang
menemukan makna yang penting bagi dirinya. Dalam
penelitiannya terhadap orang-orang yang dianggap sudah
sampai pada tahapan aktualisasi diri, Maslow menemukan
beberapa karakteristik sebagai berikut:
a) Mampu melakukan penilaian secara tepat dan merasa
nyaman dengannya (moreefficient perception of reality and
more comfortable relations with it).
b) Mampu menerima diri (acceptance: self, other, nature)
yaitu mampu menerima diri, orang lain, dan lingkungan tanpa
mengeluh, walaupun banyak kekurangan.
c) Spontanitas, kesederhanaan, dana alamiah (spontaneity,
simplicity, naturalness), yaitu menunjukkan spontanitas,
kesederhanaan, dan kesesuaian dengan norma yang ada dalam
perilaku dan gaya hidup.
d) Fokus pada masalah-masalah yang ada diluar dirinya
(problem centering).
e) Kebutuhan akan privasi (the quality of detachment:the
need for privacy).
f) Mandiri (autonomy, independence of culture and
environment, will, active agents), yaitu: kemampuannya dalam
-
59
mengatasi hambatan-hambatan fisik maupun sosial dari
lingkungannya. Motivasinya intrinsiknya untuk selalu tumbuh
melampaui motif-motif eksternalnya dst.58
58
Agus Abdul Rahman, Sejarah Psikologi dari Klasik hingga Modern,
(Depok: Grafindo Persada,
2019), hal.272
-
60
BAB III
METODE PENELITIAN
Didalam bab ini akan dibahas tentang pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian dan
juga metode penelitian.
A. Pertanyaan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Melalui penelitian kualitatif, Penulis
dapat mengenali subjek dan merasakan pengalaman mereka
dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian kualitatif ditujukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran
manusia secara individu maupun kelompok.
Sedangkan pertanyaan penelitian dirumuskan
berdasarkan kerangka teorerik. Oleh sebab itu, pertanyaannya
memperlihatkan lebih dari dua variabel dan sub variabelnya.59
59
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Tesis, ( Ponorogo: IAIN Ponorogo,
2019), hal.20
60
-
61
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah pendidikan karakter memberi kontribusi yang
signifikan terhadap branding sekolah bermutu di SMPN 1
Babadan?
2. Apakah branding sekolah bermutu dapat mempengaruhi
pendidikan karakter di SMPN 1 Babadan?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan
penulis atas hasil penelitian dengan mengetengahkan indikator-
indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian,
terutama berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.60
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis mengenai :
1. Perencanaan pendidikan karakter sekolah bermutu peserta
didik di SMPN 1 Babadan.
2. Pelaksanaan pendidikan karakter sekolah bermutu peserta
didik di SMPN 1 Babadan.
60
Riduwan, Metode &Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Bandung:
Alfabeta), hal.11
-
62
3. Evaluasi pendidikan karakter sekolah bermutu peserta didik
di SMPN 1Babadan.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan
dari pengamatan berperan serta, sebab peranan Penulislah yang
menentukan keseluruhan skenarionya. Yang dimaksud
pengamatan berperan serta adalah penelitian yang bercirikan
interaksi sosial yang memakan waktu yang cukup lama antara
penulis dengan subjek alam lingkungan subjek, dan selama itu
data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara
sistematis dan berlaku tanpa gangguan.61
Didalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai
pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya
mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrumen
pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai
bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya
yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil
penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung.
Oleh karena itu, kehadiran penulis secara langsung di lapangan
61
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hal.117.
-
63
sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang
diteliti, sehingga keterlibatan penulis secara langsung dan aktif
dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak
diperlukan. Sedangkan alur dari penelitian ini, pertama penulis
membuat janji dengan informan 1 yaitu dengan kepala
sekolah. Kemudian untuk data lainnya penulis mengadakan
janji wawancara dengan waka kurikulum, waka kesiswaan,
koordinator tim karakter, ketua TPMPS, juga perwakilan dari
siswa. Waktu penelitian ini antara bulan Mei 2019 sampai
dengan bulan Pebruari 2020.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dimaksud adalah cara
operasional yang bersifat teknis yang membahas tentang
masalah instrumen Penulisan, populasi-sampel, validitas dan
reliabilitas.
1. Objek Penelitian (Populasi –Sampel)
Sumber data primer dari penelitian ini adalah orang. Informan
yang menjadi subyek dari penelitian ini mulai dari kepala
sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, koordinator tim
karakter, ketua TPMPS dan juga siswa yang menjadi obyek.
-
64
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah SMPN 1 Babadan,
dengan jumlah siswa kurang lebih 532 siswa dengan jumlah
guru 45 guru yang berkompeten dibidangnya. Bertempat di
ruang kepala sekolah dan ruang waka, dan juga ruang OSIS
dengan alasan untuk efisiensi waktu dan juga tenaga.
2. Instrumen
Instrumen atau alat pengumpul data dari penelitian ini
adalah non test, dimana data yang diperoleh bisa berupa
pendapat, sikap, tingkah laku dan sebagainya yang telah
penulis persiapkan dalam bentuk instrumen wawancara dan
observasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah orang,
selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data
dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-
data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang
lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan
berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk
menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi
sebagai instrumen pendukung. Oleh karena itu, kehadiran
penulis secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur
keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga
-
65
keterlibatan penulis secara langsung dan aktif dengan informan
dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.
Dengan demikian, sumber data dalam penelitian ini
adalah kata-kata dan tindakan, sebagai sumber data utama,
sedangkan sumber data tertulis, foto dan statistik adalah
sebagai sumber data tambahan.62
Adapun sumber data dalam
penelitian ini penulis memperoleh dari beberapa informan
antara lain:
Kepala SMPN 1 Babadan (Imam Saifudin, S.Pd,M.Or),
berperan sebagai leader dan juga penentu kebijakan, Waka
Kurikulum (Emy Wahyuningsih, S.Pd), berperan sebagai wakil
kepala sekolah yang yang membantu kepala sekolah dalam hal
menyusun perencanaan dan program sekolah, melaksanakan
program sekolah, urusan kurikulum dll, Waka Kesiswaan
(Setyorini, M.Pd), berperan sebagai wakil kepala sekolah
dalam hal menyusun program pembiaan kesiswaan /OSIS,
menegakkan tata tertib sekolah, menyusun laporan pelaksanaan
kegiatan siswa, dll. Koordinator tim karakter (Drs. Misbah ),
berperan sebagai koordinator tim karakter yang membawahi
seksi seksi antara lain seksi sholat dhuha, seksi sholat dhuhur,
62
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hal.135.
-
66
seksi tahfidz, seksi tahsin, dan seksi tartil, dimana beliau
berperan sebagai ruh dari pelaksana kegiatan yang berbasis
karakter religius, kemudian ketua TPMPS (Drs. Ikhwan, M.Si
),berperan dalam urusan mutu sekolah dan juga salah satu
siswa kelas IXA yaitu (Syukria Widiarahma), dia adalah
anggota OSIS dan mewakili seluruh pendapat dari siswa .
3. Validitas
Validitas yaitu kesesuaian antara yang diukur dengan
alat ukurnya, dilihat dari isi maupun caranya. Adapun untuk
mengukur validitas penelitian ini, penulis melakukan dengan 4
tahap:
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini ada 4 tahapan :
a. Tahapan pra lapangan, meliputi: menyusun rancangan
penelitian, memilih lapangan penelitian, menjajagi dan menilai
keadaan lapangan, mengurus perizinan, memilih dan
memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap pekerjaan di lapangan, meliputi: memahami latar
belakang penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan
berperan serta dengan memanfaatkan informan untuk
mengumpulkan data lapangan.
-
67
c. Tahap analisis, meliputi: analisa selama di lokasi
penelitian dan analisa terhadap data yang diperoleh.
d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
4. Reliabitias
Reliabilitas maksudnya keterandalan instrumen yang
digunakan. Instrumen yang digunakan dalam penulisan ini
menggunakan data yang terukur, terkontrol dan teruji.
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui
dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas).
Derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dalam
penulisan ini dilakukan pengecekan dengan teknik pengamatan
yang tekun dan triangulasi63
.
a. Teknik Ketekunan Pengamatan
Teknik pengamatan yang tekun yang dimaksud adalah penulis
melakukan pengamatan secara tekun dengan cara mengadakan
pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan
terhadap bagaimana pembinaan pendidikan karakter peserta
didik di SMPN 1 Babadan.
b. Triangulasi
63
Lexy J. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hal.171.
-
68
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data wawancara,
observasi dan dokumentasi untuk mendapatkan data-data dari
sumber yang sama.
5. Analisis Data
Penelitian ini adalah Penelitian kualitatif dengan
menggunakan analisis deskripsi data. Analisis data kualitatif
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis
data dalam penulisan kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan.64
Analisis data dalam Penulisan kualitatif dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan
Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data
yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing /
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 22 ed.
(Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 334
-
69
verification. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada
gambar berikut 65
Gambar 3.1. Analisis Data
Keterangan :
a. Mereduksi data. Penulis merangkum, memilih hal-hal
yang pokok dan menfokuskan pada hal-hal yang dibutuhkan
dalam Penulisan, serta mencari tema dan polanya.
b. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah mendisplay data atau menyajikan data. Penulis berusaha
menyajikan data ke dalam pola-pola yang dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan grafik, dan chart. Bila pola-pola
yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian,
65
Ibid., hal.405
Pengumpulan
data
Penyajian
data
Reduksi
data
Kesimpulan-
kesimpulan
-
70
maka pola tersebut sudah menjadi pola baku yang selanjutnya
akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
c. Langkah ketiga dalam analisi data kualitatif dalam
penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Setelah data direduksi dan disajikan, maka langkah yang
terakhir yang penulis lakukan yaitu penarikan kesimpulan dari
data yang sudah penulis kumpulkan dan penulis sajikan dalam
laporan akhir.
Adapun prosedur pengumpulan data yang penulis gunakan
adalah sebagai berikut:
a. Obeservasi
Observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang mengharuskan penulis turun ke
lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang,
tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan
dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat
baik untuk mengawasi perilaku subjek penulisan seperti
perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan
tertentu.
Dalam melakukan pengamatan, penulis terlibat secara
pasif. Penulis tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan subjek
-
71
penelitian dan tidak berinteraksi dengan mereka secara
langsung. Penulis hanya mengamati interaksi sosial yang
mereka ciptakan, baik dengan sesama subjek penelitian
maupun dengan pihak luar. Selain itu, dalam melakukan
pengumpulan data, penulis menyatakan terus terang kepada
subjek penelitian sebagai sumber data. Jadi, subjek penelitian
yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang
aktivitas penulis. Tetapi dalam