KASUS REHAB Identitas Pasien

7
I. Identitas pasien A. Jenis kelamin : Pria B. Usia : 80 tahun II. Kasus Pasien mengunjungi departemen prostodontik untuk menggantikan gigi-geligi nya yang hilang. Pada pemeriksaan klinis ditemukan edentulous total rahang atas dan rahang bawah. Tidak ada riwayat penggunaan gigi tiruan sebelumnya. Riwayat medis pasien adalah pasien menderita hipertensi sejak 5 tahun terakhir dan tidak diketahui terdapat riwayat alergi terhadap bahan ataupun pengobatan apapun. Pasien telah diinformasikan tentang prosedur perawatan dan pasien telah menyetujui prosedur tersebut. Selanjutnya dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah pasen dan langkah-langkah lainnya sesuai dengan pembuatan gigi tiruan lengkap. Selama prosedur perawatan pembuatan tidak ditemukan adanya reaksi alergi atau hipersensitivitas pada bahan kedokteran gigi yang digunakan. Pada kunjungan penetapan akhir, gigi tiruan lengkap diinsersikan kedalam rongga mulut pasien, dan pasien diberikan instruksi setelah insersi mengenai penggunaan gigi tiruan lengkap. Pasien kemudian disarankan untuk melaporkan setelah 3 hari pemakaian untuk pemeriksaan lanjutan. 2 jam setelah insersi gigi tiruan pasien mulai merasakan peningkatan ukuran pada lidah dan dasar mulut yang membengkak yang selanjutnya dilaporkan secepatnya ke 1

description

bugvtycrccrxzw4nnjsdnsiadbatvdascsB cxibshcbbugvtycrccrxzw4nnjsdnsiadbatvdascsB cxibshcbbugvtycrccrxzw4nnjsdnsiadbatvdascsB cxibshcbbugvtycrccrxzw4nnjsdnsiadbatvdascsB cxibshcbbugvtycrccrxzw4nnjsdnsiadbatvdascsB cxibshcbbugvtycrccrxzw4nnjsdnsiadbatvdascsB cxibshcbbugvtycrccrxzw4nnjsdnsiadbatvdascsB cxibshcbbugvtycrccrxzw4nnjsdnsiadbatvdascsB cxibshcbv

Transcript of KASUS REHAB Identitas Pasien

Page 1: KASUS REHAB Identitas Pasien

I. Identitas pasien

A. Jenis kelamin : Pria

B. Usia : 80 tahun

II. Kasus

Pasien mengunjungi departemen prostodontik untuk menggantikan gigi-

geligi nya yang hilang. Pada pemeriksaan klinis ditemukan edentulous total

rahang atas dan rahang bawah. Tidak ada riwayat penggunaan gigi tiruan

sebelumnya. Riwayat medis pasien adalah pasien menderita hipertensi sejak 5

tahun terakhir dan tidak diketahui terdapat riwayat alergi terhadap bahan

ataupun pengobatan apapun. Pasien telah diinformasikan tentang prosedur

perawatan dan pasien telah menyetujui prosedur tersebut. Selanjutnya dilakukan

pencetakan rahang atas dan rahang bawah pasen dan langkah-langkah lainnya

sesuai dengan pembuatan gigi tiruan lengkap. Selama prosedur perawatan

pembuatan tidak ditemukan adanya reaksi alergi atau hipersensitivitas pada

bahan kedokteran gigi yang digunakan. Pada kunjungan penetapan akhir, gigi

tiruan lengkap diinsersikan kedalam rongga mulut pasien, dan pasien diberikan

instruksi setelah insersi mengenai penggunaan gigi tiruan lengkap. Pasien

kemudian disarankan untuk melaporkan setelah 3 hari pemakaian untuk

pemeriksaan lanjutan.

2 jam setelah insersi gigi tiruan pasien mulai merasakan peningkatan

ukuran pada lidah dan dasar mulut yang membengkak yang selanjutnya

dilaporkan secepatnya ke bagian departemen prostodontik. Pada pemeriksaan

ditemukan edema pada lidah dan pembengkakan pada dasar mulut. Edema yang

terjadi berada pada seluruh bagian anterior lidah yaitu dua pertiga bagian dari

lidah dan pada bagian dasar mulut. Hasil pemeriksaan tidak ditemukan kondisi

obstruksi saluran napas dikarenakan satu pertiga bagian posterior dari lidah tidak

ikut terlibat. Pasien mengalami kesulitan dalam berbicara dan kesulitan dalam

menelan. Acrylic patch testing dengan monomer akrilik telah dilakukan dan

dilaporkan pasien merasakan gatal-gatal ringan dan sensai terbakar pada area

tersebut. Hasil dari pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien mengalami delayed

hypersensitivity (hipersensitivitas tipe IV) yang disebabkan oleh komponen

methyl methacrylate dari resin akrilik.

1

Page 2: KASUS REHAB Identitas Pasien

III. Etiologi

A. Basis resin akrilik yaitu methyl methacrylate menyebabkan reaksi

hipersensitivitas tipe IV pada pasien

Hal ini diketahui dari hasil pemeriksaan berupa acrylic patch testing.

Reaksi alergi pada resin akrilik biasanya terjadi karena paparan jaringan

rongga mulut dengan monomer methyl methacrylate yang bebas. Meskipun

respon alergi terhadap resin akrilik metil metakrilat termasuk kasus yang

jarang ditemukan, kasus yang terjadi biasanya lebih sering disebabkan oleh

resin self cure dibandingkan dengan resin heat cure. Aplikasi langsung dari

bahan relining dirongga mulut dan konsentrasi resin monomer yang tinggi

dari awalan cured resin mungkin akan menyebabkan iritasi mukosa yang

cukup parah. Disarankan pada kasus dimana reaksi hipersensitivitas dengan

manifestasi sistemik yang dicurigai berasal dari gigi tiruan berbasis resin

akrilik, selanjutnya harus dicari tahu mengenai reaksi alergi dari pewarna dan

prosedur patch testing diperlukan untuk menguji bahan lainnya. Prosedur ini

diikuti dengan menilai jumlah monomer sisa dari basis gigi tiruan. Jumlah

sisa monomer yang tinggi pada basis gigi tiruan dapat menyebabkan reaksi

sejenis. Terkadang alergi dapat terjadi pula terhadap polimer resin akrilik

yang dapat dites pula kejadiannya dengan patch testing, dimana pada kasus

ini menunjukkan hasil tes yang negatif.

(Bolla dkk, 2014).

IV. Manifestasi klinis

Pada pemeriksaan intraoral ditemukan tanda gejala berupa edema pada

lidah dan pembengkakan pada dasar mulut. Edema yang terjadi berada pada

2

Page 3: KASUS REHAB Identitas Pasien

seluruh bagian anterior lidah yaitu dua pertiga bagian dari lidah dan pada bagian

dasar mulut. Akibat dari kondisi ini adalah pasien mengalami kesulitan dalam

berbicara dan kesulitan dalam menelan.

V. Pencegahan

A. Pembuatan resin akrilk dengan metode heat cure agar polimerisasi yang

terjadi lebih sempurna

B. Dengan perendaman gigi tiruan resin akrilik didalam 50 derajat celcius air

panas satu jam sebelum insersi kedalam rongga mulut dapat meminimalisir

kemungkinan resiko reaksi alergi terjadi. Prosedur ini penting untuk

diperhatikan pada gigi tiruan berbasis resin akrilik ataupun resin akrilik yang

digunakan untuk proses rebasing gigi tiruan

(Zarb, 2005).

VI. Penanggulangan

A. Pasien diposisikan duduk tegak diatas kursi untuk mencegah terjadinya

obstruksi jalan napas

B. Seluruh faktor yang memungkinkan terjadinya reaksi alergi diperiksa dan

kesimpulannya adalah pasien alergi terhadap resin akrilik dari gigi tiruan

C. Dengan segera pasien diberika pengobatan oral berupa antihistamin

Levocitrizine disertai dengan pemberian 5mg antihistamin Dexametason

secara intramuskular

D. 2 jam setelahnya pasien diberikan pengobatan antibiotik Amoksilin 500mg

dan anti inflamasi berupa enzim proteolitik Serratiopeptidase 10mg

E. Pasien diperhatikam selama 8 jam dan setelah 8 jam, edema pada pasien

berkurang sekitar 70%, kemudian setelah beberapa jam kondisi edema

mereda sepenuhnya

F. Pasien diminta untuk melanjutkan medikasi yang sama dalam 3 hari kedepan

dua kali sehari selain dexametason. Pasien diamati secara umum setiap

harinya.

3

Page 4: KASUS REHAB Identitas Pasien

G. Pengetahuan praktisi dan kesadaran diri pasien yang tinggi diperlukan dalam

penanganan pasien dengan reaksi alergi dan komplikasi yang disebabkan oleh

basis resin akrilik

(Bolla dkk, 2014).

VII. Hipersensitivitas tipe IV

Menurut Shafer (1983) kontak alergi pada kedokteran gigi adalah jenis

dari reaksi delayed hypersensitivity dimana akan terdapat lesi pada bagian kulit

atau mukosa yang terkena dengan bahan alergen. Kemampuan untuk

menyebabkan alergi kontak tampaknya terkait dengan kemampuan alergen

kimia sederhana untuk mengikat protein terutama dari epidermis atau mukosa

mulut. Stomatitis kontak atau stomatitis venenata mungkin muncul sebagai

peradangan dan mukosa yang membengkak, disertai juga dengan sensasi

terbakar yang ringan atau parah, bentukan vesikel yang dapat ruptur menjadi

erosi dan ulserasi juga dapat muncul menyertai. Eritema, papula, dan edema

adalah karakteristik dari gejala alergi yang ada. Pada kondisi yang parah blister

yang besar juga dapat muncul.reaksi biologis ini dapat berupa lokal ataupun

secara sistemik.

Patofisologi kondisi ini yaitu antigen pada monomer ini berkombinasi

dengan epitel turunan protein individu yang membentuk hapten yang mengikat

sel Langerhans, migrasi ke limfonodi regional dan menyajikan antigen ke

limfosit T yang menjadi sensitif dan menimbulkan ekspansi. Setelah paparan

antigen, individu mengembangkan reaksi inflamasi terbatas pada tempat

terjadinya kontak (Subowo, 2010).

4

Page 5: KASUS REHAB Identitas Pasien

DAFTAR PUSTAKA

Bolla, S.C., Gantha, N.S., Basha, S.R., 2014, “Allergic Reaction to an Acrylic

Denture A Rare Case Report”, Journal of Research and Advestment

Dentistry, Vol.3(2): 185-188.

Shafer, W.O., 1983, A Textbook of Oral Pathology, ed 4, W.B Saunders,

Philadelphia.

Subowo, 2010, Imunologi Klink Hipersensitivitas, Sagung Seto, Jakarta.

Zarb, G. A., 2005, Boucher’s Prosthodontic Treatment for Edentulous Patient,

Elsevier Mosby, ST. Louis.

5