KASUS I ira

71
TRAMED POSR MATA KASUS I Seorang perempuan buruh tani 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata terasa nyeri, gatal, dan merasa ada benda asing. Pasien baru saja mengalami proses persalinan 2 minggu yang lalu. Dari hasil pemeriksaan didapatkan data kelopak mata dan sekitarnya edema, konjungtiva hiperemis, dan ada secret mukopurulen. Riwayat penyakit menunjukkan pasien pernah memiliki bayi yang mengeluarkan kotoran dari matanya setelah seminggu dilahirkan dan pasien diketahui memiliki riwayat PMS. Suhu tubuh 37 0 C, tekanan darah 130/80 mmHg. 1. Daftar masalah - Mata terasa nyeri, gatal, dan merasa asing - Kelopak mata dan sekitarnya edema - Konjungtiva hiperemis dan ada secret mukopurulen - Riwayat PMS 2. Diagnosis Kerja Konjungtivitis Gonorhea 3. Tujuan Terapi - Mengeradikasi bakteri gonokokus penyebab konjungtivitis - Menghilangkan tanda-tanda peradangan pada mata pasien 4. Golongan obat sesuai dengan tujuan terapi

Transcript of KASUS I ira

Page 1: KASUS I ira

TRAMED POSR MATA

KASUS I

Seorang perempuan buruh tani 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata terasa

nyeri, gatal, dan merasa ada benda asing. Pasien baru saja mengalami proses persalinan 2

minggu yang lalu. Dari hasil pemeriksaan didapatkan data kelopak mata dan sekitarnya

edema, konjungtiva hiperemis, dan ada secret mukopurulen. Riwayat penyakit

menunjukkan pasien pernah memiliki bayi yang mengeluarkan kotoran dari matanya

setelah seminggu dilahirkan dan pasien diketahui memiliki riwayat PMS. Suhu tubuh 370

C, tekanan darah 130/80 mmHg.

1. Daftar masalah

- Mata terasa nyeri, gatal, dan merasa asing

- Kelopak mata dan sekitarnya edema

- Konjungtiva hiperemis dan ada secret mukopurulen

- Riwayat PMS

2. Diagnosis Kerja

Konjungtivitis Gonorhea

3. Tujuan Terapi

- Mengeradikasi bakteri gonokokus penyebab konjungtivitis

- Menghilangkan tanda-tanda peradangan pada mata pasien

4. Golongan obat sesuai dengan tujuan terapi

- Mengeradikasi bakteri gonokokus penyebab konjungtivitis

Beta Laktam

Quinolon

Tetrasiklin

Spectinomycin

Page 2: KASUS I ira

- Menghilangkan tanda-tanda peradangan pada mata pasien

NSAID

Kortikosteroid

Para amino fenol

5. Golongan obat yang paling rasional

- Mengeradikasi bakteri gonokokus penyebab konjungtivitis

Kriteria Beta Laktamase Kuinolon Tetrasiklin

Eficacy Golongan antimikroba yang bekerja

dengan menghambat sintesis dinding sel

bakteri

Bekerja dengan cara menghambat kerja

enzim DNA girase (topoisomerase II)

pada kuman dan bersifat baktericidal

(FKUI, 2010).

Merupakan antibiotik

spectrum luas. Bersifat

bakteriostatik untuk bakteri

gram positif dan negatif.

Suitability Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran napas

Penyakit menular seksual

Infeksi kulit dan jaringan lunak

Infeksi saluran kemih

Infeksi tulang & sendi (FKUI, 2010)

Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran napas

Penyakit menular seksual

Infeksi kulit dan jaringan lunak

Infeksi tulang & sendi (FKUI, 2010)

Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran napas

Penyakit menular seksual

Infeksi kulit dan jaringan

lunak

Safety Sering menimbulkan reaksi

hipersensitivitas. Diare, mual, berpotensi

nefrotoksik,

Nausea, muntah, dispepsia, nyeri

abdominal, diare, sakit kepala, dizziness,

etc (BNF 57, 2009).

Untuk Ibu Hamil Kategori :

D

(pada janin dapat

Page 3: KASUS I ira

Untuk Ibu Hamil Kategori : B (Penisilin

dan sefalosporin)

Untuk Ibu Menyusui :

FDA : tereksresi dalam ASI dalam jumlah

kecil (Penisilin) ; cukup aman

(sefalosporin).

Tidak boleh diberikan untuk wanita

hamil dan menyusui ataupun orang

yang berumur di bawah 17 tahun.

Untuk Ibu Hamil Kategori :

Untuk Ibu Menyusui :

menimbulkan hipoplasia pada

enamel gigi dan terikat pada

tulang jika diberikan setelah

trimester I)

Untuk Ibu Menyusui :

Tersekresi dalam jumlah kecil

di ASI.

- Menghilangkan tanda-tanda peradangan pada mata pasien;

Golongan obat Efficacy Safety Suitability

NSAID Menghambat enzim siklooksigenase

sehingga konversi asam arakidonat

menjadi PGG2 terganggu. Setiap

obat menghambat siklooksigenase

dengan kekuatan dan selektivitas

yang berbeda.

Efek samping :

Iritasi saluran GI

Ulserasi

Perdarahan lambung.

Pasien dengan riwayat

gastritis tidak dianjurkan

menerima obat ini, atau

menerima antasida bila

minum NSAID.

SKOR 85 60 50

Kortikosteroid Kortikosteroid bekerja dengan

mempengaruhi kecepatan sintesis

ES:

- Karena pemberian jangka

KI:

Page 4: KASUS I ira

protein.

Kortikosteroid dapat

mempengaruhi banyak sistem, mau

efek yang diinginkan untuk terapi

serangan akut pada penyakit gout

adalah efek anti-inflamasinya.

Obat ini menghambat fenomena

inflamasi dini yaitu edema, deposit

fibrin, dilatasi kapiler, migrasi

leukosit ke tempat radang dan

aktivitas fagositosis. Selain itu juga

dapat menghambat manifestasi

inflamasi yang telah lanjut yaitu

proliferasi kapiler dan fibroblast,

penumpukan kolagen dan

pembentukan sikatrik.

panjang dan dihentikan

secara tiba-tiba:

insufisiensi adrenal akut

dengan gejala demam,

mialgia, atralgia, dan

malaise.

- ES akibat pengobatan

jangka panjang: gangguan

cairan dan elektrolit,

hiperglikemia, glikosuria,

mudah terjadi infeksi

terutama TB, perdarahan

atau perforasi pada pasien

tukak peptic, osteoporosis,

miopati yang karekteristik,

psikosis, habitus pasien

Cushing.

Kontraindikasi relative yaitu

diabetes melitus, tukak

peptic/duodenum, infeksi

berat, hipertensi atau

gangguan sistem

kardiovaskular.

SKOR 80 60 50

Alasan pemilihan golongan

- Mengeradikasi bakteri gonokokus penyebab konjungtivitis

Page 5: KASUS I ira

Untuk mengeradikasi bakteri gonokokus pada pasien di atas dipilih golongan beta laktam karena hampir semua obat dalam

golongan tersebut aman untuk ibu hamil dan menyusui (kategori B). Sedangkan golongan tetrasiklin tidak dipilih karena

dikontraindikasikan untuk ibu hamil dan menyusui (kategori D). Untuk golongan quinolon walaupun termasuk kategori C

namun tetap tidak dianjurkan untuk ibu menyusui, selain itu golongan kuinolon tidak dianjurkan lagi digunakan untuk

mengatasi gonore karena tingkat resistensi nya yang sudah sangat tinggi baik di Amerika maupun diseluruh dunia (CDC,

2011).

- Menghilangkan tanda-tanda peradangan pada mata pasien

Untuk menghilangkan tanda-tanda peradangan pada pasien dipilih golongan NSAID karena dibandingkan dengan golongan

kortikosteroid golongan ini aman dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. Kortikosteroid memiliki efek samping

menurunkan daya tahan tubuh sehingga akan memperburuk infeksi yang dialami pasien. Para amino fenol tidak digunakan

karena golongan ini memiliki efek antipiretik yang lebih besar daripada efek anti inflamasinya.

6. Jenis obat yang paling rasional

- Untuk mengeradikasi bakteri gonokokus penyebab konjungtivitis gonorhea dari golongan beta laktam

Page 6: KASUS I ira

Kriteria Penisilin G dan V Aminopenisilin (Ampisilin &

Amoksisilin)

Sefalosporin Generasi ke-3

Eficacy Golongan antimikroba yang bekerja

dengan menghambat sintesis dinding

sel bakteri

Golongan antimikroba yang bekerja

dengan menghambat sintesis dinding

sel bakteri

Golongan antimikroba yang bekerja

dengan menghambat sintesis dinding sel

bakteri

Suitability Infeksi gonokokus. Penisilin G

(benzilpenisilin) 5-10 kali lebih

aktif terhadap spesies Neisseria

Infeksi penumokokus

Infeksi stafilokokus

Sifilis

Difteri

Infeksi mikroorganisme anaerob

Infeksi saluran napas

Infeksi saluran kemih

Meningitis

Infeksi salmonella

Bermanfaat dalam eradikasi

gonokokus

Safety Sering menimbulkan reaksi

hipersensitivitas. Diare, mual,

berpotensi nefrotoksik,

Untuk Ibu Hamil Kategori : B

Untuk Ibu Menyusui :

FDA : tereksresi dalam ASI dalam

jumlah kecil (Penisilin) ;

Sering menimbulkan reaksi

hipersensitivitas. Diare, mual,

berpotensi nefrotoksik,

Untuk Ibu Hamil Kategori : B

Untuk Ibu Menyusui :

FDA : tereksresi dalam ASI dalam

jumlah kecil

Sering menimbulkan reaksi

hipersensitivitas. Diare, mual,

berpotensi nefrotoksik,

Untuk Ibu Hamil Kategori : B

Untuk Ibu Menyusui :

FDA : cukup aman

Page 7: KASUS I ira

Cost Ampisilin kaplet 250 mg ( ktk 10

x 10 kaplet) = Rp 26.180,-

Ampisilin kaplet 500 mg ( ktk 10

x 10 kaplet) = Rp 41.910,-

Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v.

1000 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp

52.250,-

Ampisilin serbuk injeksi i.m./i.v.

500 mg/ml (ktk 10 vial) = Rp

33.000,-

Ampisilin sirup kering 125

mg/5ml (btl 60 ml) Rp 4.400,-

Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk

10 x 10 kapsul) = Rp 30.107,-

Amoksisilin kapsul 250 mg (ktk

12 x 10 kapsul) = Rp 36.300,-

Amoksisilin kaplet 500 mg (ktk

10 x 10 kaplet) = Rp 40.700,-

Amoksisilin serbuk injeksi 1000

mg (ktk 10 vial) = Rp 72.600,-

Amoksisilin sirup kering 125

mg/5 ml (btl 60 ml) = Rp 4.070,-

Seftriakson injeksi 1 g (ktk 2

vial) = Rp 21.008,-

Seftriakson serbuk injeksi 1 g/vial

(ktk 1 vial @ 10 ml = Rp

10.504,-

Sefotaksim injeksi 0,5 g (ktk 2

vial)=

Rp 9.547,-

Sefotaksim injeksi 1 g (ktk 2

vial)=

Rp 16.940,-

Seftazidim injeksi 1 g (ktk 2

vial)=

Rp 82.764,-

Page 8: KASUS I ira

ALASAN PEMILIHAN JENIS OBAT:

Mengeradikasi bakteri gonokokus penyebab konjungtivitis

Untuk mengeradikasi bakteri gonokokus pada pasien diskenario dipilih seftriakson dari golongan sefalosporin

generasi ke-3 yang merupakan bagian dari golongan besar antibiotik beta laktam. Obat ini dipilih karena memiliki

efikasi yang sangat tinggi untuk mengatasi gonore terbukti dengan angka kesembuhan mencapai >95% pada pasien-

pasien yang dirawat di RSCM Jakarta sehingga penggunaan seftriakson sangat dianjurkan (Ilmu kulit kelamin FKUI,

2010). Selain itu menurut CDC dalam penelitiannya mengenai kerentanan bakteri gonokokus terhadap antibiotik

sefalosporin generasi-3 (Gonococcal Isolate Surveillance Project (GISP)) didapatkan dari tahun 1987-2008 hanya

empat isolat gonokokus yang mengalami penurunan kerentanan terhadap seftriakson, dan ditahun 2008 tidak ada satu

pun isolat gonokokus yang mengalami penurunan kerentanan terhadap seftriakson sehingga seftriakson sekarang

digunakan sebagai terapi lini pertama untuk gonore di seluruh dunia. Dari segi harga seftriakson jauh lebih terjangkau

dibandingkan dengan penisilin, seftriakson diberikan dalam dosis tunggal sehingga cukup dilakukan 1 kali injeksi pada

pasien dengan harga Rp.21.000 untuk seftriakson injeksi 1 g, sehingga sesuai dan cukup terjangkau oleh pasien yang

seorang buruh tani. Sedangkan penisilin diberikan dalam bentuk injeksi 4 kali sehari selama tujuh hari sehingga dari

segi harga jauh lebih mahal dari seftriakson dan frekuansi pemberian nya sangat tinggi selain menurunkan kepatuhan

pasien juga membuat rasa tidak nyaman pada pasien (nyeri akibat suntikan). Dari segi keamanan seftriakson termasuk

obat kategori B sehingga aman baik untuk ibu hamil maupun ibu menyusui.

Sefiksim yang merupakan obat lain dalam golongan sefalopsorin generasi ke tiga sebenarnya juga cukup efektif untuk

mengatasi infeksi oleh gonorrhea, namun menurut penelitian oleh CDC, dari tahun 1987-2008 ditemukan 48 isolat

gonokokus yang mengalami penurunan kerentanan terhadap antibiotik ini sehingga dari segi efikasi masih kurang

dibandingkan dengan seftriakson dalam mengatasi gonorrhea. Walaupun sefiksim dari segi harga lebih murah dan dari

Page 9: KASUS I ira

segi rute pemberian lebih baik (oral) daripada seftriakson (injeksi) namun efikasi atau efektivitas dari obat menjadi

pertimbangan utama untuk kasus di skenario, karena konjungtivitis gonore termasuk kegawatdarutan dalam bidang

oftalmologi (resiko kebutaan sangat tinggi) yang membutuhkan terapi antibiotik yang adekuat. Seftriakson walaupun

harus diberikan secara injeksi pada pasien disekenario, namun diberikan dalam single dose (satu kali pemberian/injeksi)

sehingga cukup aman selama teknik injeksi intramuskuler dilakukan dengan baik dan benar sesuai prosedur.

Penisilin G prokain sebenarnya juga efektif untuk memberantas bakteri gonokokus (angka kesembuhan 91,2%) namun

mengingat tingginya kasus gonore dengan strain neisseria gonorrhoeae penghasil penisilin (NGPP) dan juga tingginya

tingkat resistensi terhadap strain non NGPP maka pada saat ini pemakaian penisilin tidak dianjurkan lagi (Ilmu kulit

kelamin FKUI, 2010). Selain itu penisilin diberikan dalam bentuk injeksi 4 kali sehari selama tujuh hari sehingga dari

segi harga jauh lebih mahal dari seftriakson dan frekuansi pemberian nya sangat tinggi selain menurunkan kepatuhan

pasien juga membuat rasa tidak nyaman pada pasien (nyeri akibat suntikan yang terus menerus).

- Menghilangkan tanda-tanda peradangan pada mata pasien

Obat dari golongan NSAID memiliki efikasi yang hampir sama, namun dari segi harga ibuprofenlah yang memiliki harga

paling terjangkau diantara obat NSAID segolongan dan tersedia dalam bentuk generik di puskesmas. Selain itu obat ini

merupakan NSAID kategori B sehingga aman untuk ibu menyusui.

DOSIS DAN BSO

Untuk gonore tanpa disertai konjungtivitis diberikan injeksi IM seftriakson 250 mg dosis tunggal, sedangkan bila

disertai konjungtivitis gonore diberikan injeksi IM seftriakson 1 g dosis tunggal. BSO yang dipilih injeksi karena

Page 10: KASUS I ira

menurut penelitian didapatkan angka gagal berobat yang tinggi apabila diberikan secara oral untuk gonore (CDC,

20101).

BSO untuk ibuprofen tablet, karena tidak tersedia bentuk topical (tetes mata), dan tersedia di puskesmas

EDUKASI UNTUK PASIEN

1. Mata yang terinfeksi dibersihkan secara rutin dengan menggunakan normal salin/garam fisiologis.

2. Bayi pasien dan suami pasien kemungkinan besar juga mengalami konjungtivitis gonore sehingga harus mendapat terapi

untuk gonore yang adekuat

3. Jaga selalu kebersihan

Page 11: KASUS I ira

7. Resep

Dr. Fairamin

SIP No : 132/224/DIKES/2003

Praktek

Jl. Semanggi raya III No. 17

Telpon. (0370) 627000

Mataram, 4 Oktober 2011

R/ Inj seftriakson 1 gram Fl I

S.i.m.m

paraf

R/ Tab Ibuprofen 400 mg Tab X

S.p.r.n.t.d.d. Tab I. p.c

paraf

Pro : Aminah

Umur : 25 tahun

Page 12: KASUS I ira

KASUS II

Seorang perempuan berusia 50 tahun mengeluh mata kanan terasa nyeri hebat sejak 3 hari

yang lalu. Selain itu, penglihatan kanannya semakin kabur dan mata kanannya hanya dapat

melihat dari sebelah kanan, berair, mengeluarkan kotoran mata, penglihatan seperti melihat

kabut dan seperti melihat pelangi. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan

diabetes. Pasien sudah lama menggunakan kacamata baca. Hasil pemeriksaan fisik

menunjukkan keadaan umum baik, TD 120/89 mmHg, nadi 80 x/mnt, frekuensi pernapasan

20 x/mnt, suhu tubuh 36,3 C.

1. Daftar Masalah

Nyeri hebat mata kanan sejak 3 hari yang lalu

Pengelihatan kanan semakin kabur, hanya dapat melihat dari sebelah kanan,

seperti melihat kabut dan pelangi

Mata berair, mengeluarkan kotoran mata

Kondisi :

Usia 50 tahun

Pasien sudah lama menggunakan kacamata baca

2. Diagnosa

Glaukoma akut

3. Tujuan terapi

Menurunkan tekanan intraocular secepatnya

Mengatasi nyeri dan peradangan pada mata kanan

Page 13: KASUS I ira

4. Golongan obat yang sesuai dengan tujuan

Golongan beta-bloker

Agonis α-2

Agonis adrenergic non spesifik

Analog prostaglandin

Penghambat karbonik anhydrase

Golongan miotik / agonis kolinergik

Senyawa antikolinesterase

5. Golongan obat yang paling rasional

Golongan Obat Efficacy Safety Suitability

Penghambat

karbonik anhidrase

(CAI)

Menurukan IOP dengan cara

mengurangi produksi aqueous humor

oleh badan siliar, dilakukan dengan

memblok sekresi aktif ion sodium

dan bikarbonat dari badan siliar ke

aqueous humor.

Dapat menurnkan IOP 15%-26%

CAI topical dapat ditoleransi dengan

baik.

Efek samping lokal: rasa terbakar

dan menyengat yang sifatnya

sementara, perasaan tidak nyaman

pada mata, penglihatan kabur

sementara, menangis, dan yang lebih

jarang konjungtivitis, retraksi

kelopak mata, fotofobia, keratitis

Diindikasikan pada pasien

yang terapinya dengan obat

lain tidak adekuat, atau ada

kontraindikasi menggunakan

obat lain.

KI:

Penggunaan CAI harus

sangat hati-hati pada pasie

dengan alergi sulfa.

Page 14: KASUS I ira

pungtata superficial.

Efek samping sistemik sangat jarang,

kecuali akumulasi obat pada sel

darah merah.

Penggunaan sediaan sistemik

perlu sangat hati-hati pada

pasien anemia sel sabit,

asidosis respiratorik,

gangguan respirasi, renal

calculi, gangguan

keseimbangan elektrolit,

penyakit hepar, DM,

penyakit Addison.

Agonis kolinergik Menurunkan IOP dengan cara

meningkatkan aliran keluar

trabekular aqueous humor.

Peningkatan aliran keluar ini

merupakan hasil dari pembukaan

trabekular meshwork secara fisik

akibat konstraksi otot siliar, sehingga

menurunkan resistensi aliran keluar.

ES okular:

Miosis, penglihatan malam dan

penglihatan pada pasien dengan

katarak sentral. Konstriksi lapang

pandang, spasme akomodasi.

Sakit kepala frontal, sakit kening,

nyeri periorbital, eyelid twitching,

iritasi atau injeksi konjungtiva pada

awal pengobatan.

Menyebabkan kerusakan blood

aqueous humor barrier dan dapat

Penggunaan agonis

kolinergik untuk pengobatan

glaucoma sudah sangat

menurun karena efek

samping local pada mata dan

frekuensi penggunaan yang

sering

KI:

Pasien asma.

Page 15: KASUS I ira

menyebabkan inflamasi lebih parah

pada mata.

ES sistemik:

Diaphoresis, nausea, vomiting,

diare, keram, gangguan frekuensi

berkemih, bronkospasme, blok

jantung- sangat jarang, tapi dapat

terlihat pada pasien dengan

penggunaan pilokarpin dosis

tinggi.

ES lain:

Retinal tears atau detachment,

reaksi alergi, katarak, miosis

permanen, dll.

Kolinesterase

inhibitor

Menghambat pseudocholinesterase

dan true cholinesterase, efek

kerjanya panjang.

ES:

Dapat menyebabkan iritis fibrinous

parah, sinekia, kista iris, penenbalan

konjungtiva, oklusi duktus

nasolakrimal. Katarak dapat muncul

KI:

Pasien dengan inflamasi uvea

aktif, hipersensitivitas pada

komponen obat ini.

Page 16: KASUS I ira

pada penggunaan yang sering.

6. Golongan yang dipilih dan alasan pemilihan

Pada kasus ini dipilih golongan beta-bloker karena golongan ini memiliki risiko dan efek samping yang minimum pada

penggunaannya baik dari terapi topikal maupun sistemik serta efektif dalam pencegahan kerusakan saraf optic akibat

memburuknya glaucoma. Obat ini memiliki kemampuan untuk menurunkan TIO sebesar 20-30% dengan efek samping

yang sangat minimal sehingga dijadikan lini pertama pada pengobatan glaucoma.

Penghambat karbonik anhidrase pemberian topikal dapat menurunkan TIO sebesar 15-25% dan pada pemberian secara

sistemik dapat menurunkan TIO sebesar 25-40%. Walaupun obat ini pada pemberian secara sistemik memiliki efikasi yang

sedikit lebih baik dari pada beta bloker namun tetap tidak digunakan pada pasien karena golongan obat ini memiliki efek

samping yang sangat banyak pada mata, baik pemberian secara lokal terutama pada pemberian secara sistemik. Efek

samping pada pemberian topikal antara lain perasaan tidak nyaman pada mata, rasa terbakar dan menyengat, penglihatan

kabur, konjungtivitis dan fotofobia. Efek samping pemberian secara sistemik lebih banyak lagi yaitu malaise, anoreksia,

fatigue, mual muntah, penurunan berat badan, depresi, penurunan libido, dan meningkatkan asam urea. Jadi golongan obat

ini tidak digunakan pada pasien, selain itu golongan obat ini merupakan pilihan pengobatan terakhir jika pengobatan

dengan antiglaukoma lain yang utama seperti -blocker tidak adekuat, gagal atau terdapat kontraindikasi.

Golongan agonis kolinergik juga tidak digunakan. Walaupun efektivitasnya cukup baik setara dengan beta bloker yaitu

mampu menurunkan TIO sebesar 20-30%, namun obat ini sama halnya dengan penghambat karbonik anhidrase memiliki

efek samping yang banyak, efek samping lokal pada okuler yaitu miosis, penglihatan malam dan penglihatan pada pasien

dengan katarak sentral, konstriksi lapang pandang, spasme akomodasi, sakit kepala frontal, sakit kening, nyeri periorbital,

eyelid twitching, iritasi atau injeksi konjungtiva pada awal pengobatan. Efek samping sistemik yang ditimbulkan antara

Page 17: KASUS I ira

lain diaphoresis, nausea, vomiting, diare, keram, gangguan frekuensi berkemih, bronkospasme, blok jantung- sangat jarang,

tapi dapat terlihat pada pasien dengan penggunaan pilokarpin dosis tinggi, jadi untuk pengobatan glaucoma penggunaan

golongan obat ini sudah sangat menurun. Selain itu, dibutuhkan frekuensi penggunaan obat yang sering, sehingga dapat

menurunkan kepatuhan pasien menggunakan obat.

Kolinesterase inhibitor jarang digunakan karena efek pada mata dan sistemik yang serius. Selain itu golongan ini

merupakan kataraktogenik, jadi para ophthalmologist seringkali menggunakan golongan obat ini pada pasien aphakia

(tanpa lensa) atau pseudophakia (dengan lensa buatan), dan penggunaannya hanya jika pengobatan dengan antiglaukoma

lain gagal.

7. Obat yang dipilih dalam satu golongan

Efficacy Safety Suitability Cost

Betaksolol

hidroklorida

Idem Idem Idem Betaksolol 5 mg/ml, tetes mata

botol 5 ml Rp. 31.110,-

Carteolol

hidroklorida

Idem Idem Idem -

Levobunolol Idem Idem Idem -

Metipranolol Idem Idem Idem -

Timolol maleat Idem Idem Idem Botol 5 ml tetes mata 0,25%

Page 18: KASUS I ira

Rp.28.875,-

8. Nama obat yang dipilih serta dosis dan BSOnya

Obat yang digunakan : obat yang dipilih adalah betaksolol, dari segi efikasi semua obat dalam golongan beta bloker hampir

sama, namun betaksolol sifatnya selektif sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat diminimalisir. Dari segi harga

tidak beda jauh dengan timolol yang bersifat nonselektif.

Betaksolol 5 mg/ml

Dosis : sehari 2x 1 teteskan pada mata yang sakit

BSO : tetes mata botol 5 ml

Harga :Rp. 31.110,-

9. Edukasi pasien

Page 19: KASUS I ira

Jelaskan pada pasien bahwa glaukoma merupakan long life disease sehingga obat tetes harus digunakan setiap hari

Jangan menghentikan pengobatan tanpa ada instruksi dari dokter karena proses kerusakan pada saraf okuler akan terus

berlanjut sekalipun gejala pada mata berkurang, dan minta pasien untuk melakukan pengukuran tekanan bola mata

secara rutin.

Ikuti petunjuk dokter dan jadwal yang telah tentukan sebelumnya dalam penggunaan obat tetes mata.

Jangan menghentikan pengobatan terkait masalah harga, diskusikan dengan dokter untuk mencari alternatif obat yang

lebih murah.

Page 20: KASUS I ira

10. Resep yang legeartis

dr. Maimunah

SIP : 123/XI/DINKES/2011

Praktek :

Jl. Banjaran Sari no. 11, Cakranegara

Telp : 0370-634785

Mataram, 24 September 2011

R/ Gtt. Opth.Optibet 5ml Lag. I

S.u.eb.d.d.gtt.I.od Paraf

Pro : Munah

Usia : 50 tahun

Alamat : Jl. Banjaran Sari no. 12, Cakranegara

Page 21: KASUS I ira

Kasus III

Seorang laki-laki, 30 tahun datang ke poli mata RSU Mataram dengan keluhan penglihatan

silau dan nyeri pada mata kanan sejak seminggu yang lalu. Awalnya pasien merasa mata

kanan merah, seperti ditusuk-tusuk, dan seperti ada pasir. Menurut pasien, pada mata kanan

awalnya terdapat selaput putih kecil pada bagian tengah mata yang semakin lama semakin

luas, visus saat ini 1/60. Selain itu mata kanan pasien sering berair dan disertai kotoran mata

berwarna kuning kehijauan. Tidak ada riwayat trauma pada mata ataupun riwayat

penggunaan lensa kontak, tidak ada riwayat DM dan gangguan saluran nafas. Pasien

mengaku memiliki riwayat hipertensi. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80

mmHg, nadi 74x/menit dan frekuensi pernapasan 20x/menit serta suhu tubuh 36 C.

1. Daftar Masalah

a. Penglihatan silau pada mata kanan

b. Nyeri pada mata kanan

c. Mata kanan merah, merasa berpasir, dan serasa ditusuk-tusuk

d. Terdapat selaput putih kecil pada bagian tengah mata kanan yang semakin

lama semakin luas

e. Visus saat ini 1/60

f. Memiliki riwayat hipertensi

2. Diagnosis : Keratitis Bakterial

3. Tujuan Pengobatan

a. Mengeradikasi agen infeksi penyebab keluhan pada mata

b. Mengistirahatkan pupil, mengurangi keluhan nyeri

Page 22: KASUS I ira

4. Golongan obat yang dipilih

a. Untuk eradikasi kuman penyebab

1. Golongan beta laktamase

2. Kuinolon

3. Aminoglikosida

4. Tetrasiklin

5. Makrolida

6. Sulfonamid dan trimetoprin

7. Polipeptida

8. Kortikosteroid

9. Golongan antibiotik lain

Kloramfenikol

Klindamisin

Vankomisin

Spektinomisin

b. Mengistirahatkan pupil, mengurangi keluhan nyeri

a) Midriatik

b) Sikloplegik

Page 23: KASUS I ira

Perbandingan golongan obat

Kriteria Beta Laktamase Kuinolon Tetrasiklin

Eficacy Golongan antimikroba yang bekerja

dengan menghambat sintesis dinding

sel bakteri

Bekerja dengan cara menghambat kerja

enzim DNA girase (topoisomerase II)

pada kuman dan bersifat baktericidal

(FKUI, 2010).

Merupakan antibiotik spectrum

luas. Bersifat bakteriostatik untuk

bakteri gram positif dan negatif.

Suitability Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran napas

Penyakit menular seksual

Infeksi kulit dan jaringan lunak

Infeksi saluran kemih

Infeksi tulang & sendi

Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran napas

Penyakit menular seksual

Infeksi kulit dan jaringan lunak

Infeksi tulang & sendi (FKUI, 2010)

Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran napas

Penyakit menular seksual

Infeksi kulit dan jaringan lunak

Safety Sering menimbulkan reaksi

hipersensitivitas. Diare, mual,

berpotensi nefrotoksik,

Nausea, muntah, dispepsia, nyeri

abdominal, diare, sakit kepala,

dizziness, etc. Tidak boleh diberikan

untuk wanita hamil dan menyusui

ataupun orang berumur < 17 tahun.

(pada janin dapat menimbulkan

hipoplasia pada enamel gigi dan

terikat pada tulang jika diberikan

setelah trimester I)

Page 24: KASUS I ira

Kriteria Polipeptida Trimetophrin Aminoglikosida Spektinomisin

Eficacy Efek: Polimiksin hanya aktif

melawan kuman gram-

termasuk pseudomonas,

sedangkan basitrasin dan

gramisidin efektif terhadap

gram +.

Sebagai bakteriosidal, dengan

sifat permukaannya yang

melekatkan diri pada membran

sel bakteri , sehingga

permeabilitas sel meningkat

dan akhirnya selnya ruptur.

Kerjanya tidak bergantung

terhadap membelah tidaknya

kuman tersebut, sehingga dapat

dikombinasi dengan

bakteriostatik, seperti

kloramfenikol dan tetrasiklin.

Mencegah reduksi

dihidrofolat menjadi

tetrahidrofolat. Peka untuk

bakteri gram positif dan

negatif.

Terutama digunakan untuk

menangani infeksi bakteri

aerob gram negatif.

Mengganggu sintesis protein.

Bersifat bakteriosida kerja

cepat.

Aktif terhadap

sejumlah spesies

bakteri gram negatif.

Menghambat sintesis

protein pada bakteri

gram negative secara

selektif. Tidak

bakterisidal.

Suitability Indikasi: infeksi kuman gram

positif dan negatif termasuk Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih Infeksi gonokokus

Page 25: KASUS I ira

pseudomonas, Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran napas

Infeksi penumocystis

carinii

Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran napas

Penyakit menular seksual

Infeksi kulit dan jaringan

lunak

Direkomendasikan

sebagai alternative

untuk pasien yang

tidak toleran

dengan antibiotic

beta laktam atau

kuinolon

Safety nefrotoksis bila diberikan

secara parenteral. Serta dapat

mneybabkan ototoksis

Kontraindikasi: gangguan

ginjal, dalam keadaan hamil,

dan masa anak-anak.

Megaloblastosis, lekopenia,

trombositopenia, mual,

muntah, sakit kepala, anemia

apalstik, gangguan koagulasi,

glositis, stomatitis.

Menimbulkan ototoksisitas,

nefrotoksisitas ringan

reversible, paralisis otot,

skotoma, neuritis perifer

Dapat diberikan

untuk ibu hamil

Bentuk injeksi IM

timbulkan

urtikaria, rasa

dingin, demam

mual, dan

insomnia

(Goodman &

Gillman, 2006)

5. Jenis golongan obat yang dipilih

Untuk eradikasi kuman penyebab

Page 26: KASUS I ira

Golongan kuinolon

Alasan pemilihan :

1. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kasus, pada pasien belum dilakukan pemeriksaan kultur,

sehingga belum dapat dipastikan golongan bakteri penyebab (gram positif/gram negatif). Oleh karena itu, di

pilih golongan antibiotik yang berspektrum luas, sehingga ampuh untuk mengeradikasi baik bakteri gram

positif maupun bakteri gram negatif.

2. Patogen yang paling sering menyebabkan keratitis bakterial adalah Pseudomonas aeruginosa, Moraxella

species, and staphylococci. Fluoroquinolone seperti ciprofloxacin 0.3%, ofloxacin 0.3%, and norfloxacin

0.3% merupakan antibiotik yang biasa digunakan sebagai terapi lini pertama keratitis bakterialis yang belum

diketahui agen penyebabnya (Current Medial Diagnosis & Treatment, 2007).

3. Apabila tidak dapat ditentukan bakteri penyebab keratitis namun pasien menunjukkan tanda dan gejala

infeksi bakteri maka terapi lini pertama yang diberikan adalah obat dari golongan flurokuinolon generasi

keempat seperti moxifloxacin dan gatifloxacin atau terapi alternatif yaitu ciprofloxacin, ofloxacin, dan

levofloxacin (General Oftalmologi, 2010).

4. Senyawa fluorokuinolon merupakan senyawa bakterisidal yang kuat terhadap E.coli, salmonella, shigella,

enterobakter , terutama Pseudomonas aeroginosa (bakteri gram negatif) dan memiliki aktivitas yang kuat

terhadap stafilococus (bakteri gram posistif), bahkan pada galur yang resisten terhadap metisilin

(Goodman & Gilman, 2008).

5. Kloramfenikol tidak digunakan untuk pasien karena : walaupun obat golongan ini juga merupakan antibiotik

berspektrum luas namun obat ini bersifat bakteriostatik (hanya melemahkan bakteri namun tidak

membunuh), sehingga tidak efektif untuk mengeradikasi agen penyebab infeksi pada pasien. Selain itu

Page 27: KASUS I ira

antibiotik ini memiliki aktivitas yang kurang baik (penurunan kerentanan) terhadap bakteri Stafilococus

aureus dan resistensi yang tinggi terhadap Pseudomonas aeroginosa walaupun dengan dosis yang tinggi

(Goodman & Gilman, 2008).

6. Terapi dengan kloramfenikol hanya boleh digunakan pada infeksi yang manfaat obat tersebut lebih besar

dibandingkan resiko toksisitas potensialnya. Jika tersedia obat antimikroba lain yang sama-sama efektifnya

dan secara potensial tidak begitu toksik dibandingkan kloramfenikol maka sebaiknya obat obat tersebut

digunakan (Goodman & Gilman, 2008).

7. Golongan beta laktamase (penisilin dan cephalosporin) biasanya digunakan pada kasus infeksi pada

periorbital, lid, dan infeksi intraokular. Penisilin tidak stabil dan tidak dapat mempenetrasi kornea, sehingga

golongan obat ini tidak digunakan untuk pasien diskenario. Pemberian steroid lebih dipertimbangan lagi

terkait efek obat ini yang menimbulkan infeksi sekunder.

8. Polipeptida tidak dipilih karena : golongan ini memang peka terhadap berbagai basilus dan kokus gram

positif, Neisseria, H.Influenza, dan treponema pallidum. Namun untuk agen lain seperti Enterobacteriaceae,

Pseudomonas (utama yang menyebabkan keratitis/ulkus kornea), candida spp, dan Nocardia resisten

terhadap obat ini. Keberhasilan obat terbatas dalam mengatasi staphylococcus penginfeksi nasal

Mengistirahatkan pupil, mengurangi keluhan nyeri

Page 28: KASUS I ira

Golongan obat yang dipilih adalah sikloplegik karena obat ini selain dapat melumpuhkan otot sfingter iris sehingga

terjadi dilatasi pupil, juga dapat mengakibatkan paralisis otot siliar sehingga melumpuhkan akomodasi mata.

Midriasis dapat mengakibatkan fotofobia.

6. Pilihan obat

Untuk eradikasi kuman penyebab dari golongan kuinolon

Walaupun dari berbagai sumber dikatakan bahwa golongan obat kuinolon generasi ke empat seperti moxifloxacin

dan gatifloxacin sedikit lebih efektif daripada ciprofloxacin untuk terapi keratitis bakterialis namun ciprofloxacin

lebih baik dalam hal ketersediaan nya di puskesmas dan harganya yang lebih murah. Dalam daftar obat generik

harga ciprofloxacin tetes mata botol 10 ml adalah Rp. 5.421 sehingga terjangkau oleh pasien.

Golongan obat untuk mengistirahatkan pupil dan mengurangi nyeri

Pilihan obat yang termasuk dalam golongan sikloplegik adalah atropin, skopolamin, homatropin, siklopentolat, dan

tropikamid.

Nama Efficacy (kemanjuran) Safety (keamanan) Suitability (kecocokan)

Atropin (0,5% –

2%)

Merupakan sikloplegi kuat

dan juga bersifat midriatik

Onset of action dalam 20-

30 menit

Efek maksimal dicapai

setelah 2 jam

Efek obat bertahan (durasi

Efek samping : Nadi cepat, mulut kering,

demam, takikardi.

Kelumpuhan otot akomodasi akan

normal kembali setelah 2 minggu

penghentian obat

memicu glaukoma jika digunakan

jangka panjang

KI : Hypersensitivity to

anticholinergics; narrow-angle

glaucoma; adhesions between iris

and lens; prostatic hypertrophy;

obstructive uropathy; myocardial

ischemia; unstable cardiac status

caused by hemorrhage;

Page 29: KASUS I ira

kerja) sampai 2 minggu

pada mata normal.

Pregnancy: Category C. Lactation: If

possible, do not use. Infants: Use

cautiously

tachycardia; myasthenia gravis;

pyloric or intestinal obstruction;

asthma; hyperthyroidism; renal

disease; hepatic disease; toxic

megacolon; intestinal atony or

paralytic ileus.

Homatropin

(2% – 5%)

Efeknya sama dengan

atropin tapi lebih cepat

hilang.

Efek maksimal dicapai

dalam 20 – 90 menit

Efek bertahan maksimal

sampai 3 jam

Pemulihan sempurna

dalam 36-48 jam

Kelumpuhan otot akan kembali normal

setelah 24 jam – 3 hari

Efek samping pasca penetesan topikal

obat ini jarang terjadi.

Tropikamida

(0,5% - 1%)

Memberikan efek setelah

15 – 20 menit efek

maksimal dicapai dalam

20 – 30 menit.

Pemulihan sempurna

memerlukan waktu 5-6

Page 30: KASUS I ira

jam.

Siklopentolat

(0,2% - 1%)

Midriasis dan sedikit

sikloplegia terjadi dalam

3-6 menit pertama

Kerja maksimum setelah

20 – 45 menit.

Lama kerja < 24 jam.

Skopolamin (0,

25 %)

Sikloplegia timbul dalam

40 menit

Kerja maksimum setelah

20 – 45 menit

Bertahan selama 3-5 hari

Menimbulkan pusing dan disorientasi,

terutama pada orang tua

Pregnancy: Category C. Lactation:

Undetermined. Children: Safety and

efficacy not established for

transdermal use. Use with caution in

children, infants, geriatric patients,

those with diabetes, thyroid

abnormalities, or glaucoma.

Hypersensitivity to any product

component, glaucoma; adhesions

between iris and lens; children

with previous severe reaction to

atropine.

Obat yang terpilih adalah atropin.

7. Bentuk Sediaan dan Dosis

Untuk eradikasi kuman penyebab

Page 31: KASUS I ira

Dalam daftar obat generik harga ciprofloxacin tetes mata 0.3% botol 10 ml adalah Rp. 5.421 sehingga terjangkau

oleh pasien. Untuk dosis nya diberikan 1-2 tetes setiap 1 jam pada hari pertama dan kedua, kemudian 2 tetes tiap 4

jam pada hari ke-3 minimal sampai hari ketujuh apabila masih ada gejala dilanjutkan sampai hari ke-14

frekuensi pemberian antibiotik untuk keratitis (ulkus kornea) memang tinggi, tidak hanya ciprofloxacin yang

frekuensi pemberiannya tinggi, namun obat antibiotik lain contohnya kloramfenikol juga diberikan 6 kali dalam

sehari.

Perhitungan banyaknya pemberian :

Hari 1dan 2 (2 hari) 2 tetes tiap 2 jam untuk 2 hari (24 kali pemberian) = 48 tetes 1 tetes 0.05 ml

96X0,05= 2,4 ml

Hari 3-14 (12 hari) 2 tetes tiap 4 jam (6 kali dalam sehari) 6 X12 hari = 72 X 2 tetes = 144 tetesX 0.05 ml =

7,2 ml

Jadi 2,4 + 7.2 = 9.6 ml jadi pada pasien diskenario dapat kita berikan tetes mata siprofloxasin 0.3% botol

10ml.

Mengistirahatkan pupil, mengurangi keluhan nyeri

Atropin Sulfat tetes mata 0,5% tersedia dalam larutan 0,5%/5 ml/botol dengan harga Rp 2.800,67. Dosis 1-2 tetes

pada mata 2 kali sehari.

8. Edukasi pada pasien

Menjelaskan pada pasien bahwa penggunaan obat tetes mata ini harus teratur dan sesuai dengan instruksi yang telah

diberikan karena keratitis ini harus mendapatkan terapi antibiotik yang intensif dan adekuat.

Mata dibersihkan terlebih dahulu setiap akan memberikan obat.

Page 32: KASUS I ira

Minta pasien untuk kontrol setelah 3 hari pemberian antibiotik, untuk melihat dan menilai respon pasien terhadap

pengobatan, dan apabila tidak ada perbaikan setelah tiga hari pasien dapat dirujuk kepada spesialis mata.

Mata pasien tidak perlu dibebat karena akan memberikan efek inkubator sama seperti suhu tubuh dan kuman akan

dengan mudah berkembang biak.

Page 33: KASUS I ira

9. Resep yang lege artis

dr. Kania Sutisnawinata

SIP.DU-2011/IV/2010

Alamat Praktek :

Jalan Untung Surapati, No.7 Cakranegara-NTB

Tlp: 0370-646860

Cakranegara, 8 Juni 2011

R/ Opth.gtt siproloxacin 0.3% 10ml Lag I

s.XII.d.d.gtt.II.Od (hari 1&2)

s.VI.d.d.gtt.II.Od (hari 3-14)

Paraf

R/ Opth.gtt Atropin Sulfat 0,5% 5ml Lag I

s.u.d.d.gtt.I. Od

Paraf

Pro : Elin Teguhwongso

Alamat : JL.Cempaka , Perumahan Bukit Mutiara

Umur : 27 tahun

Kasus IV

Page 34: KASUS I ira

Seorang anak 5 tahun, diantarkan ibunya, datang ke Poli RSU Mataram dengan keluhan

utama benjolan pada kelopak mata kiri bagian atas sejak 3 hari yang lalu. Awalnya benjolan

berukuran kecil kemerahan dan semakin lama semakin membesar sehingga kelopak mata kiri

bagian atas menjadi merah dan bengkak disertai rasa gatal dan sakit. Mata yang bengkak

masih bisa menutup. Riwayat trauma pada mata tidak ada, riwayat sakit mata juga tidak ada.

Anak menjadi rewel. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suhu badan 37o C.

Daftar Masalah

- Benjolan pada kelopak mata kiri sejak 3 hari yang lalu

- Benjolan awalnya kecil kemudian membesar, berwarna kemerahan dan membengkak

- Benjolan disertaian rasa gatal dan sakit

- Mata yang bengkak masi bisa menutup

- Anak menjadi rewel

Diagnosis HORDEOLUM

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar yang terdapat di kelopak mata, yang

kebanyakan disebabkan oleh bakteri piogenik Staphylococcus aureus. Hordeolum dibagi

menjadi hordeolum interna (jika benjolan mengarah ke konjungtiva tarsal) & hordeolum

eksterna (jika benjolan mengarah ke daerah kulit palpebra).

Tujuan Terapi

1. Eradikasi kuman penyebab hordeolum

2. Mengatasi keluhan (benjolan kemerahan, nyeri, gatal, kelopak bengkak)

Page 35: KASUS I ira

Golongan Obat

1. Eradikasi kuman penyebab hordeolum ANTIBIOTIK

Alasan pemilihan golongan obat: Untuk kasus di skenario, bakteri penyebab hordeolum tidak diketahui. Karena

kebanyakan hordeolum disebabkan oleh S. aureus, maka harus diberikan antibiotik yang efektif terhadap gram positif.

Namun karena tidak menutup kemungkinan telah terjadi infeksi oleh bakteri lainnya, maka diberikan pula antibiotik yang

mampu mengatasi infeksi oleh kuman gram negatif. Oleh karena itu, kami memilih golongan polipeptida yang efektif

untuk bakteri gram negatif termasuk pseudomonas dan efektif untuk bakteri gram positif. Selain itu kombinasi antara obat

dalam golongan polipeptida ini tersedia di puskesmas. (tabel terlampir)

Golongan Obat Mekanisme Kerja Penggunaan Klinis Efek Samping

Penisilin Menghambat pembentukan

mukopeptida yang

diperlukan untuk sintesis

dinding sel bakteri

bakterisidal bagi bakteri

yang sensitif (FKUI, 2008)

- Penisilin G sensitif untuk bakteri

gram positif, Spyrochaeta, dan

beberapa bakteri gram negatif

- Penisilin yang tahan terhadap

penisilinase dibutuhkan pada

infeksi stafilokokus, karena hampir

seluruhnya disebabkan oleh bakteri

penghasil penisilinase

- Digunakan pada tatalaksana

Yang penting adalah reaksi

urtikaria & reaksi anafilaktik

yang dapat menjadi fatal.

Ensefalopati akibat iritasi

serebral (sangat jarang namun

serius). Sering terjadi diare pada

pemberian per oral (IONI, 2008).

Page 36: KASUS I ira

pneumonia, meningitis,

endokarditis, faringitis, demam

rematik, infeksi gonokokus, otitis

media, dan lain-lain.

(FKUI, 2008)

Sefalosporin

(Generasi 1)

Sefaleksin

Sefadroksil

Sefradin

Menghambat sintesis

dinding sel mikroba. Yang

dihambat adalah reaksi

transpeptidase tahap ketiga

dalam rangkaian reaksi

pembentukan dinding sel.

Sefalosporin aktif terhadap

kuman gram positif

maupun gram negatif

(FKUI, 2010).

Terutama aktif terhadap bakteri gram

positif. Efektif terhadap sebagian

besar S.aureus dan Streptokokus,

termasuk S. pyogenes, S.viridans,

S.pneumoniae (FKUI, 2008).

Paling sering timbul reaksi

alergi, reaksi anafilaksis

dengan spasme bronkus &

urtikaria

Reaksi Coombs sering timbul

pada dosis tinggi

Depresi sumsum tulang jarang

timbul

Nefrotoksik

Diare

Perdarahan hebat karena

hipoprotrombinemia &

disfungsi trombosit

(FKUI, 2008)

Page 37: KASUS I ira

Kuinolon

Ciprofloxacin

Ofloxacin

Levofloxacin

Norfloxacin

Bekerja dengan cara

menghambat kerja enzim

DNA girase

(topoisomerase II) pada

kuman dan bersifat

baktericidal (FKUI, 2010).

Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran napas

Penyakit menular seksual

Infeksi kulit dan jaringan lunak

Infeksi tulang & sendi (FKUI,

2010)

Mual, muntah, dispepsia, nyeri

abdomen, diare, nyeri kepala,

pusing (BNF 57, 2009).

Tetrasiklin Menghambat sintesis

protein bakteri pada

ribosomnya, yaitu pada

ribosom 30s sehingga

mencegah ikatan tRNA-

aminoasil pada kompleks

mRNA-ribosom

mencegah perpanjangan

rantai peptida sehingga

sintesis protein terhenti.

Bersifat bakteriostatik

(FKUI, 2008)

Antibiotik spektrum luas, meliputi

bakteri gram positif, gram negatif

serta aerob maupun anaerob. Pilihan

untuk infeksi oleh Klamidia

(trakoma, salfingitis, uretritis, dll),

Ricketsia, Bruselosis, dan

Spyrochaeta (IONI, 2008).

Mual, muntah, diare, disfagia,

iritasi esofagus. Jarang terjadi:

hepatotoksisitas, pankreatitis,

gangguan darah, fotosensitivitas,

reaksi hipersensitivitas (IONI,

2008).

Menyebabkan disgenesis gigi

dan tulang, terutama jika

digunakan pada kehamilan dan

anak-anak < 8 tahun (FKUI,

2008).

Makrolida Menghambat sintesis Efek terbesar adalah terjadap Efek samping berat jarang

Page 38: KASUS I ira

(Eritromisin) protein kuman dengan

berikatan secara reversibel

dengan ribosom 50s.

Umumnya bersifat

bakteriostatik, terkadang

bakterisidal bagi bakteri

yang sangat sensitif (FKUI,

2008)

kokus gram positif (S. pyogenes,

S. pneumoniae, S. viridans).

Hanya sebagian S. aureus yang

peka terhadap obat ini

Tidak aktif terhadap kebanyakan

kuman gram negatif

(FKUI, 2008)

terjadi. Dapat timbul reaksi

alergi, hepatitis kolestatik, iritasi

saluran cerna (mual, muntah,

nyeri epigastrium).

(FKUI, 2008)

Aminoglikosida Menghambat sintesis

protein melalui ikatan

dengan ribosom 30s,

kemudian merusak

sitoplasma serta

menyebabkan misreading

kode genetik bersifat

bakterisidal cepat (FKUI,

2008)

Terutama terhadap bakteri gram

negatif aerob

Aktifitas sangat terbatas pada

bakteri gram positif

Aktifitas sangat rendah pada

bakteri anaerob atau bakteri

fakultatif (FKUI, 2008)

Alergi

Reaksi iritasi dan toksik

(ototoksik, nefrotoksik,

neurotoksik) termasuk

menyebabkan skotoma

Perubahan biologik (gangguan

pola mikroflora tubuh &

gangguan absorpsi di tubuh)

memungkinkan

superinfeksi

(FKUI, 2008)

Page 39: KASUS I ira

Kloramfenikol Bekerja dengan cara

menghambat proses

sintesis protein kuman.

Kloramfenikol umumnya

bersifat bakteriostatik, tapi

pada konsentrasi tinggi

kloramfenikol kadang

bersifat bakterisidal

terhadap kuman tertentu

(FKUI, 2010).

Digunakan untuk mengobati infeksi

yang disebabkan oleh H.infuenzae

dan demam tifoid (BNF 57, 2009).

Reaksi hematologik berupa

depresi sumsum tulang terjadi

jika kadar serum

kloramfenikol >> 25 µg/ml,

serta anemia aplastik yang

timbulnya tidak tergantung

pada besarnya dosis dan lama

pengobatan.

Reaksi saluran cerna berupa

mual muntah, glositis, diare,

dan enterokolitis (FKUI,

2010).

Glikopeptida

Vankomisin

Teikoplanin

Menghambat sintesis

dinding sel bakteri (FKUI,

2008).

Vankomisin

Hanya aktif terhadap kuman gram

positif. Indikasi utama adalah

septikemia & endokarditis karena

Stafilokokus, Stafilokokus atau

Enterokokus bila pasien alergi

terhadap penisilin & sefalosporin.

Teikoplanin

Diindikasikan untuk infeksi berat

Vankomisin

Karena toksik, obat ini hanya

digunakan bila pasien alergi

obat lain yang lebih aman.

Teikoplanin

Reaksi lokal pada tempat

suntikan, hipersensitivitas,

reaksi hematologik

(trombositopenia,

Page 40: KASUS I ira

oleh kuman gram positif, yaitu

Stafilokokus, Streptokokus dan

Enterokokus. Juga digunakan pada

osteomielitis, artritis septik dan

septikemia karena Stafilokokus

atau Streptokokus

(FKUI, 2008)

neutropenia, leukopenia, dll),

nefrotoksik, ototoksisitas,

keluhan saluran cerna &

keluhan SSP.

(FKUI, 2008)

Basitrasin Bakterisidal terhadap

kuman gram positif (FKUI,

2008)

Hanya digunakan secara topikal

untuk berbagai infeksi kulit dan

mata, karena bersifat nefrotoksik

pada pemberian sistemik (FKUI,

2008)

Reaksi alergi jarang terjadi pada

penggunaan topikal (FKUI,

2008)

Polimiksin B Menganggu fungsi

pengaturan osmosis oleh

membran sitoplasma

kuman (FKUI, 2008).

Aktif terhadap berbagai bakteri gram

negatif, khususnya P.aeruginosa

(FKUI, 2008)

Nefrotoksik, terutama pada

penggunaan parenteral (FKUI,

2008).

2. Simtomatik

Alasan pemilihan golongan

Page 41: KASUS I ira

Untuk mengurangi gejala inflamasi pada pasien seperti nyeri, merah, dan bengkak maka dapat kita berikan Untuk

menghilangkan tanda-tanda inflamasi pada pasien dipilih golongan NSAID karena dibandingkan dengan golongan

kortikosteroid golongan ini aman dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. NSAID yaitu ibuprofen selain memilki

efek antiinflamasi yang baik juga memiliki efek antipiretik sehingga dapat menghilangkan gejala yang ada pada anak di

skenario sekaligus. Kortikosteroid memiliki efek samping menurunkan daya tahan tubuh sehingga akan memperburuk

infeksi yang dialami pasien. Para amino fenol tidak digunakan karena golongan ini memiliki hanya memiliki efek

antipiretik sedangkan efek antiinflamasinya sangat kurang.. (tabel terlampir)

Golongan obat Efficacy Safety Suitability

NSAID Menghambat enzim siklooksigenase

sehingga konversi asam arakidonat

menjadi PGG2 terganggu. Setiap

obat menghambat siklooksigenase

dengan kekuatan dan selektivitas

yang berbeda.

Efek samping :

Iritasi saluran GI

Ulserasi

Perdarahan lambung.

Pasien dengan riwayat

gastritis tidak dianjurkan

menerima obat ini, atau

menerima antasida bila

minum NSAID.

SKOR 85 60 50

Kortikosteroid Kortikosteroid bekerja dengan

mempengaruhi kecepatan sintesis

protein.

Kortikosteroid dapat

mempengaruhi banyak sistem, mau

ES:

- Karena pemberian jangka

panjang dan dihentikan

secara tiba-tiba:

insufisiensi adrenal akut

KI:

Kontraindikasi relative yaitu

diabetes melitus, tukak

peptic/duodenum, infeksi

berat, hipertensi atau

Page 42: KASUS I ira

efek yang diinginkan untuk terapi

serangan akut pada penyakit gout

adalah efek anti-inflamasinya.

Obat ini menghambat fenomena

inflamasi dini yaitu edema, deposit

fibrin, dilatasi kapiler, migrasi

leukosit ke tempat radang dan

aktivitas fagositosis. Selain itu juga

dapat menghambat manifestasi

inflamasi yang telah lanjut yaitu

proliferasi kapiler dan fibroblast,

penumpukan kolagen dan

pembentukan sikatrik.

dengan gejala demam,

mialgia, atralgia, dan

malaise.

- ES akibat pengobatan

jangka panjang: gangguan

cairan dan elektrolit,

hiperglikemia, glikosuria,

mudah terjadi infeksi

terutama TB, perdarahan

atau perforasi pada pasien

tukak peptic, osteoporosis,

miopati yang karekteristik,

psikosis, habitus pasien

Cushing.

gangguan sistem

kardiovaskular.

SKOR 80 60 50

Golongan Obat Rasional

Untuk mengeradikasi agen penyebabdalam golongan Polipeptida

Obat dalam satu golongan

Polimiksin Efek: Polimiksin hanya aktif melawan E.S: nefrotoksis Indikasi: kuman gram-

Page 43: KASUS I ira

kuman gram- termasuk pseudomonas,

Sebagai bakteriosidal, dengan sifat

permukaannya yang melekatkan diri

pada membran sel bakteri , sehingga

permeabilitas sel meningkat dan

akhirnya selnya ruptur. Kerjanya tidak

bergantung terhadap membelah tidaknya

kuman tersebut, sehingga dapat

dikombinasi dengan bakteriostatik,

seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.

bila diberikan

secara parenteral.

Serta dapat

mneybabkan

ototoksis

termasuk pseudomonas, dan

bebeapa kecil terhadap gram +..

Kontraindikasi: tidak ada

gangguan ginjal, tidak dalam

keadaan hamil, dan tidak dalam

masa anak-anak. Serta mudah

menyebabkan ototoksisitas

Page 44: KASUS I ira

Basitrasin Efektif terhadap gram +

Sebagai bakteriosidal, dengan sifat

permukaannya yang melekatkan diri

pada membran sel bakteri , sehingga

permeabilitas sel meningkat dan

akhirnya selnya ruptur. Kerjanya tidak

bergantung terhadap membelah tidaknya

kuman tersebut, sehingga dapat

dikombinasi dengan bakteriostatik,

seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.

E.S: nefrotoksis

bila diberikan

secara parenteral.

Serta dapat

mneybabkan

ototoksis

Indikasi: kuman gram-

termasuk pseudomonas, dan

bebeapa kecil terhadap gram +..

Kontraindikasi: tidak ada

gangguan ginjal, tidak dalam

keadaan hamil, dan tidak dalam

masa anak-anak. Serta mudah

menyebabkan ototoksisitas

Gramisidin Efektif terhadap gram +

Sebagai bakteriosidal, dengan sifat

permukaannya yang melekatkan diri

pada membran sel bakteri , sehingga

permeabilitas sel meningkat dan

akhirnya selnya ruptur. Kerjanya tidak

bergantung terhadap membelah tidaknya

kuman tersebut, sehingga dapat

dikombinasi dengan bakteriostatik,

seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.

E.S: nefrotoksis

bila diberikan

secara parenteral.

Serta dapat

mneybabkan

ototoksis

Indikasi: kuman gram-

termasuk pseudomonas, dan

bebeapa kecil terhadap gram +..

Kontraindikasi: tidak ada

gangguan ginjal, tidak dalam

keadaan hamil, dan tidak dalam

masa anak-anak. Serta mudah

menyebabkan ototoksisitas

Page 45: KASUS I ira

Obat terpilih dalam golongan polipeptida dan alasan pemilihan

Dari tabel diatas maka obat yang dipilih adalah obat yang utamanya dapat mengeradikasi bakteri gram positif, karena sebagian

besar hordeolum disebabkan oleh stafilococus aureus. Obat yang dipilih adalah basitrasin yang sangat efektif terhadap bakteri

gram positif. Karena tidak menutup kemungkinan bakteri lain menjadi penyebab hordeolum maka pada pasien diberikan obat yang

mengandung kombinasi basitrasin (peka terhadap bakteri gram positif) dan polimiksin B (peka terhadap bakteri gram negatif).

Obat terpilih dalam golongan NSAID

Obat terpilih dalam golongan NSAID adalah ibuprofen. Dari segi efikasi sebagai antiinflamasi hampir semua obat dalam golongan

ini memiliki efikasi yang sama. Namun ibuprofen memiliki aktivitas antipiretik yang lebih baik dibandingkan obat lain dalam 1

golongan. Selain itu ibuprofen aman diberikan pada anak dan tersedia dengan harga terjangkau di puskesmas.

Nama Obat Rasional & BSO

Untuk eradikasi bakteri diberikan Antibakteri DOEN salep kombinasi (basitrasin 500 IU/gram dan polimiksin 10.000

IU/gram). Tersedia dalam bentuk salep 5 gram/tube, dengan harga Rp 1720,00. Dosis 4 kali sehari selama 10 hari.

Untuk mengatasi tanda inflamasi dan demam diberikan ibuprofen dalam bentuk suspensi karena pasien masih berusia 5

tahun dan sediaan suspensi tersedia dirumah sakit dengan harga terjangkau yaitu botol 60 ml 100mg/5ml Rp.4900.

Perhitungan dosis ibuprofen: Dosis maksimal dewasa yaitu 1200 mg/hari

Untuk anak: 5/5+12X1200= 350 mg diberikan suspensi ibuprofen 100mg/5 ml botol 60 ml 3 kali sehari satu sendok

teh sampai gejala hilang (digunakan bila perlu).

Page 46: KASUS I ira

Resep Lege Artis

Dr. Fairamin

SIP No : 132/224/DIKES/2003

Praktek

Jl. Semanggi raya III No. 17

Telpon. (0370) 627000

Mataram, 4 Oktober 2011

R/ Ungt. Antibakteri DOEN 5 g Tube I

s.u.e.t.d.d.Od

paraf

R/ Susp. Ibuprofen 100 mg/5ml Lag I

s.p.r.n.t.d.d. cth I. p.c

paraf

Pro : Aminah

Umur : 5 tahun

Alamat : Jl. Ampenan Selatan No. 24 Mataram

Page 47: KASUS I ira
Page 48: KASUS I ira

DAFTAR PUSTAKA

Bennett P. N & Brown M. J. 2003. Clinical Pharmacology 9 th edition. Churchill Livingstone : New York

Boxtel, C.J., et al. 2001. Drug benefits and Risk. Willey: New York

Brunton, et al, 2006. Goodman&Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th edition, Mc-Graw Hill: New York

Depkes RI, 2011. Daftar Harga Obat Generik. Jakarta: Depkes RI.

DiPiro, Joseph T., 2005. Pharmacoterapy: A Pathophyiologic Approach, 8th edition.

USA: McGraw-Hill Companies.

FKUI. 2008. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Rang, H.P., et al.2003. Pharmacology fifth Ed. Churchill Livingstone

Sukandar, Elin Dkk, 2009, ISO Farmakoterapi. ISFI Penerbitan:JakartaMIMS Indonesia, 2008. MIMS Petunjuk Konsultasi Ed.7. Infomaster:Jakarta