Ira Theodolit

25
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan pratikum ilmu ukur tanah ( Theodolit ) ini dapat kami rampungkan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan pratikum ini dibuat dengan maksud unruk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mengaplikasi ilmu – ilmu teknik sipil umumnya dan ilmu ukur tanah khususnya. Ucapan terima kasih saya sampaikan pada semua pihak yang ditujukan pada dosen pembimbing, teman – teman kelompok serta semua pihak yang telah membantu. Penyusunan laporan pratikum ini sebagai tindak lanjut yang telah dilaksanakan sesuai dengan Kurikulum Tahun Akademik 2012/2013 dimana dalam proses pelaksanaan dan penyusunan kami menemukan berbagai kendala, namun berkat kerjasama yang baik diantara anggota kelompok, seta petunjuk – petunjuk dan bimbingan dari dosen pembimbing, kendala tersebut akhirnya dapat diatasi. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pratikum ini maih terdapat kekurangan – kekurangan tidak sebagaimana yang diharapkan. Namun inilah yang dapat kami perbuat sebagi insan akademis yang masih membutuhkan bimbimngan secara intensif. Oleh karena itu, dengan senag hati kami akan menerima segala bentuk saran dan kritik. Mudah – mudahan laporan ini dapat menjadi bahan pelajaran dan bahan telaah bagi pelaksanaan pratikum untuk diabadikan pada nusa dan bangsa kemudian hari. Kendari, Mei 2013

Transcript of Ira Theodolit

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan pratikum ilmu ukur tanah ( Theodolit ) ini dapat kami rampungkan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan pratikum ini dibuat dengan maksud unruk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mengaplikasi ilmu – ilmu teknik sipil umumnya dan ilmu ukur tanah khususnya.

Ucapan terima kasih saya sampaikan pada semua pihak yang ditujukan pada dosen pembimbing, teman – teman kelompok serta semua pihak yang telah membantu. Penyusunan laporan pratikum ini sebagai tindak lanjut yang telah dilaksanakan sesuai dengan Kurikulum Tahun Akademik 2012/2013 dimana dalam proses pelaksanaan dan penyusunan kami menemukan berbagai kendala, namun berkat kerjasama yang baik diantara anggota kelompok, seta petunjuk – petunjuk dan bimbingan dari dosen pembimbing, kendala tersebut akhirnya dapat diatasi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pratikum ini maih terdapat kekurangan – kekurangan tidak sebagaimana yang diharapkan. Namun inilah yang dapat kami perbuat sebagi insan akademis yang masih membutuhkan bimbimngan secara intensif. Oleh karena itu, dengan senag hati kami akan menerima segala bentuk saran dan kritik. Mudah – mudahan laporan ini dapat menjadi bahan pelajaran dan bahan telaah bagi pelaksanaan pratikum untuk diabadikan pada nusa dan bangsa kemudian hari.

Kendari, Mei 2013

PENYUSUN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.1.1 Ilmu Ukur Tanah

Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara – cara pengukuran dipermukaan bumi untuk keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumi dapat diabaikan. Ilmu geodesi mempunyaui dua maksud, yaitu sebagai berikut ;a. Maksud ilmiah, yaitu menentukan bentuk permukaan bumib. Maksud praktis, yaitu membuat bayangan yang dinamakan peta dari

sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi

Bumi mempunyai bentuk yang tidak beraturan karena adanya gunung, bukit dan lembah. Oleh karena itu, perlu dilakukan cara – cara khusus untuk mengukur keadaan bumi tersebut. Pengukuran – pengukuran dibagi dalam pengukuran mendatar dan pengukuran tegak untuk mendapat hubungan titik – titik yang diukur diatas permukaan bumi dan hubungan tegak antara titik yang diukur serta pengukuran detail. Manakala hasil dari pengukuran permukaan bumi yang tidak beraturan tidak diperoleh, diperlukan bidang perantara untuk pemindahan atau pembuatan peta diatas bidang datar. Bidang perantara tersebut adalah ;a. Bidang elipsade, bila luas daerah lebih besar 5.500 km2

b. Bidang bulatan, untuk luas yang mempunyai ukuran terbesar kurang dari 100 km2

c. Bidang datar, bila mempunyai ukuran luas tidak melebihi 55km2

1.1.2 Pemetaan

Peta adalah suatu gambaran sebagian dari seluruh permukaan bumi diatas bidang datar dengan sistem proyeksi dan skala tertentu. Dari peta tersebut kita dapat mengetahui unsur – unsur apa saja yang ada didalam lokasi pengukuran dan sekitarnya seperti jalan, gedung, saluran air dan sebagainya unsur – unsur inilah yang disebut topografi.

Peta topografi bertujuan untuk menuangkan data ukuran yang diperoleh dilapangan keatas bidang datar dengan perbandingan skala tertentu. Sehingga, dapat memberikan informasi detail – detail lokasi dan bentuk

permukaan tempat pengukuran dilaksanakan. Pembuatan peta topografi sangat penting khususnya pada pekerjaan teknik sipil karena semua proyek teknik sipil memerlukan data – data yang detail tentang kondisi lapangan dan tempat proyek dilaksanakan untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan.

1.2 TujuanTujuan dari pratikum ukur tanah ini adalah ;

a. Mahasiswa mengerti cara kerja alat ukur tanah ( Theodolit )b. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran berdasarkan ketentuan yang

berlakuc. Mahasiswa mampu menginterprestasikan gambar hasil pengukurand. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengukuran untuk selanjutnya

diterjemahkan dalam bentuk gambar

1.3 Lokasi dan Waktu PraktikumLokasi pratikum kelompok lima yaitu didaerah kampus universitas Haluoleo,

tepatnya disekitar gedung sport center. Dengan patok awal ( P0 ) berada tepat dibelakang gedung sport center dan berakhir dipatok awal kembali dengan menggunakan metode pengukuran poligon tertutup. Waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada hari senin, tanggal 29 April 2013 pukul 09.00 sampai selasai.

1.4 Nama – Nama Kelompok PraktikumKelompok lima terdiri dari ;

a. Sidratul Ndise Tanaka ( E1A1 12 013 )b. Askar (E1A1 10 035 )c. Suryo Sumarno (E1A1 12 005 )d. Gunawan (E1A1 12 025 )e. Satria Muslim ( E1A1 12 041 )

BAB II

TEORI DASAR DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Sistem Pengukuran

Agar suatu pengukuran sudut dapat dilakukan dengan tepat, sistem sumbu pada theodolit harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikit ;

a. LL ⊥ W, sumbu nivo tabung tegak lurus pada sumbu pertamab. ZZ ⊥ HH, garis bidik tegak lurus pada sumbu pertamac. HH ⊥ VV, simbu kedua tegak lurus pada sumbu pertamad. Sudut nivo indeks harus sejajar dan garis bidik yang diatur horizontal atau indeks

yang otomatis harus bekerja

2.1.1 Pengukuran Mendatar

Pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan pada keadaan lapangan dengan menentukan titik diatas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya baik hubungan mendatar maupun hubungan tegak diperlukan sudut – sudut yang harus diukur. Sudut mendatar diukur pada skala lingkaran yang terletak mendatar. Ada dua macam sudut mendatar dalam ilmu ukur tanah, yaitu ;

a. Sudut jurusan (∝ ) atau sudut azimut, yaitu sudut yang dibentuk mulai dari arah utara ketitik yang ditentukan searah jarum jam

b. Sudut arah ( β), yaitu yang terbentuk dari titik A ke titik B

2.1.2 Bentuk – Bentuk Poligon

1. Poligon terbuka

Poligon terbuka dibagi atas tiga jenis, yaitu ;

a. Poligon lepas, yaitu poligon yang hanya satu titik diketahui koordinatnyab. Poligon terikat, yaitu poligon yang hanya titik awal dan titik akhir yang

diketahui koordinatnyac. Poligon terikat sempurna, yaitu poligon dua titik awal dan dua titik

akhirnya yang diketahui koordinatnya

2. Poligon tertutup

Poligon tertutup adalah poligon yang titik awalnya merupakan titik akhir poligon tersebut.

2.2 Teknik Pengukuran

2.2.1 Poligon Memanjang

Pengukuran kerangka poligon memanjang digunakan apabila titik yang akan dicari koordinat – koordinatnya terltak memanjang sehingga membentuk segi banyak. Maka poligon haruslha diawali dengan titik yang telah diketahui koordinatnya dan untuk dapat ditentukan sudut – sudut jurusan sisi polgon, haruslah dititika awal digunakan arah ∝ yang telah ditentukan. Adapun poligon memanjang terbagi dua, yaitu;

a. Poligon memanjang tertutup yaitu teknik pengukuran poligon yang berputar mengelilingi suatu bidang dimana titik pengukuran merupakan titik akhir pengukuran.

b. Poligon memanjang terbuka yaitu teknik pengukuran poligon dimana titik awal pengukuran bukan merupakan titik akhir pengukuran.

2.2.2 Pengukuran Detail

Pengukuran detail dilakukan dengan sistem tachimetri. Sistem tachimetri. Sistem tachimetri adalah salah satu teknik pengukuran dimana alat hanya berdiri sendiri pada suatu titik dan dapat menembak lebih dari satu titik untuk menentukan posisi dan ketinggian titik tersebut.

2.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum

2.3.1 Profil Memanjang

Prosedur pelaksanaan pengukuran profil memanjang dapat dilaksanakan sebagai berikut ;

1. Pemasangan patok yang diberi tanda2. Sketsa situasi kedudukan patok pada blanko pengukuran 3. Dirikan statif diatas patok awal ( P0 ) lalu pasang theodolit pada piringan

statif, kemudian kunci sekrup pesawat theodolit4. Unting – unting optis diatur kedudukannya dengan mengatur kedudukan

kaki statif sehingga unting – unting berada ditengah – tengah patok

5. Seimbangkan keadaan nivo kotak dengan memutar ketiga sekrup penyetel, sehingga gelembung udara nivo berada ditengah

6. Tentukan arah utara menggunakan kompas lalu bidik teropong kearah utara dan atur skala horizontal pada nonius 00° 00 00

7. Bidik teropong kearah P1 dengan memutar pesawat searah jarum jam. Pada teropong akan terlihat pembacaan benang ( Ba, Bt, Bb ) serta pada alat pencatat digital terlihat bacaan sudut horizontal sebagai pembacaan sudut dari arah utara ke P1 dan sudut vertikal

8. Dirikan bak ukur dititk P1

2.3.2 Profil Melintang

Prosedur pelaksanaan pengukuran profil melintang dapat dilaksanakan sebagai berikut ;

1. Kembalikan arah pesawat dengan cara memutar berlawanan arah jarum jam hingga membentuk sudut yang kurang dari sudut horizontal patok P1

2. Pasang bak ukur dengan jarak tertentu sejajar arah teropong, lakukan pembacaan benang seta sudut yang terbentuk

3. Ulangi langkah ke-2 dengan jarak yang berbeda dari jarak pertama4. Putar pesawat searah jarum jam dengan sudut ditambah 180°, kemudian

lakukan seperti langkah ke-2 dan ke-35. Lakukan pengukuran sistem tachimetri dengan cara dirikan ketitik detail

yang telah ditentukan dengan pola menyebar6. Arahkan pesawat kearah bak ukur, kemudian lakukan pembacaan benang

serta sudut yang terbentuk7. Ukur tinggi pesawat dari permukaan tanah menggunakan pita ukur 8. Pindahkan pesawat ketitik selanjutnya9. Atur alat seperti pada patok awal10. Pasang rambu ukur dipatok awal kemudian arahkan pesawat kerambu

ukur. Atur skala horizontal pada nonius 00°00 0011. Ulangi prosedur pengukuran profil melintang dan memanjang seperti

diatas12. Ukur sudut azimut yaitu arahkan patok kearah utara, atur skala

horizontal kemudian arahkan pesawat kepatok selanjutnya ( P2 ) lakukan pembacaan sudut horizontal pada alat pembaca digital

2. 4 Kesalahan yang Terjadi Pada Pengukuran

Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan. Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu ;

a. Kesalahan kasar (mistakes blunder )Kesalahan ini terjadi karena kurang teliti dalam melakukan pengukuran.

Kesalahan ini bersumber dari pengukuran dan pembantu pengukur. Misalnya 09.90 dibaca 09.09 serta salah catat data. Apabila kesalahan melebihi batas kewajaran maka pengukuran harus diulang.

b. Kesalahan sistematis ( systematic error)Kesalahan ini terjadi pada setiap kali pengukuran. Umumnya kesalahan

ini terjadi akibat alat ukur itu sendiri. Misalnya garis bidik tidak sejajar garis arah nivo, pita ukur tidak mendatar. Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau memperbaiki alat.

c. Kesalahan yang tak terduga ( acueental error )Kesalahan ini terjadi karena hal – hal yang terjadi secara kebetulan dan

tidak diperkirakan sebelumnya. Misalnya ada getaran pada alat ukur atau permukaan tanah. Kesalahan dapat dikoreksi dengan melakukan observasi berulang – ulang, kemudian mengambil nilai rata – rata dari observasi tersebut.

2.5 Alat yang Digunakan

Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah sebagi berikut ;

a. Theodolit Pesawat theodolit sebagai alat ukur universal yang disamping dapat

mengukur sudut horizontal dan sudut vertikal juga dapat menentukan beda tinggi.

Gambar 2.1

b. StatifStatif berfungsi sebagai dudukan pesawat juga sebagai tempat

mengantung unting – unting.

Gambar 2.2

c. Roll MeterRoll meter berfungsi untuk mengukur jarak antar titik patok dan juga

mengukur tinggi pesawat.

Gambar 2.3d. Rambu Ukur

Rambu ukur berfungsi untuk mengetahui nilai pembacaan benang.

Gambar 2.4e. Kompas

Kompas berfungsi untuk menentukan arah utara dari titik yang diukur.

Gambar 2.5f. Payung

Payung berfungsi untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung dan hujan, karena akan mengganggu proses pengukuran.

Gambar 2.6

g. PatokPatok berfungsi sebagai penanda titik – titik yang akan diukur, juga

penanda dimana kita mendirikan pesawat dan rambu ukur.

Gambar 2.7h. Unting – Unting

Unting – unting berfungsi sebagai tolak ukur antara patok dan theodolit.

Gambar 2.8

i. Alat Penunjang LainnyaDalam melakukan pengukuran alat – alat yang menjadi penunjang yaitu

antara lain papan komputer, kalkulator serta alat tulis guna mencatat data hasil pengukuran.

2.6 Rumus – Rumus yang Digunakan

2.6.1 Rumus Perhitungan Profil Memanjang

1. Perhitungan jarak optis patok utama

Rumus :

D0n = ( Ba – Bb ) × 100

Dimana : D0n = jarak optis patok utama (m)

Ba = benang atas (mm)

Bb = benang bawah mm)

2. Perhitungan sudut horizontal

Rumus :

Σ β=β1+β2+β3+…+βn

Dimana : Σ β = jumlah sudut horizontal

βn = sudut horizontal

3. Perhitungan koreksi sudut

a. Jumlah kesalahan terkoreksi

Rumus :

Σ k=Σ β−(n± z )180 °

Dimana : Σ k = jumlah kesalahan terkoreksi

Σ β = jumlah sudut horizontal

n = banyak titk amatan

(n± z )180 ° = jumlah sudut teoritis

b. Koreksi sudut horizontal

Rumus :

∆ β=Σk /n

Dimana : ∆ β = koreksi sudut tiap titik sudut horizontal

Σ k = jumlah kesalahan koreksi

n = banyak titik amatan

4. Perhitungan azimut benar

Rumus :

αn=αn−1± βn±∆ β±180°

Dimana : αn = azimut benar sudut yang dicari

αn−1 = azimut benar titik sebelumnya

βn = sudut horizontal titik yang ditinjau

∆ β = koreksi sudut tiap titik sudut horizontal

5. Perhitungan jarak proyeksi

Rumus :

DPn = D0n× cos2(90 °− y)

Dimana : DPn = jarak proyeksi (m)

D0n = jarak optis patok utama (m)

y = sudut vertikal patok utama

6. Perhitungan jarak horizontal

Rumus :

Dxn = Dpn× sin αn

Dimana : Dxn = jarak horizontal yang ditinjau (m)

Dpn = jarak proyeksi titik yang ditinjau (m)

αn = azimut benar sudut yang terkoreksi

7. Perhitungan jarak vertikal

Rumus :

Dyn = Dpn× cosαn

Dimana : Dyn = jarak vertikal yang ditinjau (m)

Dpn = jarak proyeksi titik yang ditinjau (m)

αn = azimut benar sudut yang terkoreksi

8. Perhitungan koreksi jarak horizontal

Rumus :

δDxn=DpnΣDp

× ΣDx

Dimana : δDxn = koreksi jarak sudut horizontal (m)

Dpn = jarak proyeksi titikyang ditinjau (m)

ΣDp = jumlah jarak proyeksi (m)

ΣDx = jumlah jarak sudut horizontal (m)

9. Perhitungan koreksi jarak vertikal

Rumus :

δDyn=DpnΣDp

× ΣDy

Dimana : δDyn = koreksi jarak sudut vertikal (m)

Dpn = jarak proyeksi titikyang ditinjau (m)

ΣDp = jumlah jarak proyeksi (m)

ΣDy = jumlah jarak sudut vertikal (m)

9. Perhitungan koreksi linearRumus :

δl=√ (Σ Dx )2+(Σ Dy)2

Σ DpDimana : δl = koreksi linear (m)

ΣDy = jumlah jarak sudut vertikal (m)

ΣDx = jumlah jarak sudut horizontal (m)

ΣDp = jumlah jarak proyeksi (m)

10. Perhitungan koordinat titik terhadap sumbu horizontal

Rumus :

Xn = Xn-1 + DXn-1 -δ DXn-1

Dimana : Xn = koordinat sumbu horizontal yang ditinjau (m)

Xn-1 = koordinat sumbu horizontal titik sebelumnya (m)

DXn-1 = jarak horizontal titik sebelumnya (m)

δ DXn-1 = koreksi jarak sudut horizontal titik sebelumnya (m)

11. Perhitungan koordinat terhadap sumbu vertikal Rumus :

Yn = Yn-1 + Dyn-1 – δ Dyn-1Dimana : Yn = koordinat sumbu vertikal yang ditinjau (m)

Yn-1 = koordinat sumbu vertikal tititk sebelumnya

Dyn-1 = jarak vertikal titik sebelumnya (m)

δ Dyn-1 = koreksi jarak sudut vertikal titik sebelumnya (m)

12. Perhitungan beda tinggi patok utama

Rumus :

∆ Hn=Tps+12Donsin 2 (90 °−γ )−Bt

Dimana :∆ Hn = beda tinggi patok utama (m)

Tps = tinggi pesawat (m)

Don = jarak optis patok utama (m)

γ = sudut vertikal patok utama

Bt = benang tengah (mm)

13. Perhitungan koreksi beda tinggi patok utama

Rumus :

δ ∆ H=−Σ∆ Hn

Dimana :δ ∆ H = koreksi beda tinggi patok utama (m)

ΣΔH = jumlah beda tinggi patok utama (m)

n = banyak titik pemgamatan

14. Perhitungan tinggi titik patok utama

Rumus :

Pn=Pn−1±∆ Hn−1±δ∆ H

Dimana : Pn = tinggi titimpatok utama (m)

Pn−1 = tinggi titik patok utama sebelumya (m)

∆ Hn−1 = beda tinggi patok sebelumnya (m)

δ ∆ H = koreksi beda tinggi patok utama (m)

15. Perhitungan luas areal pengukuran

Rumus :

L=(Xn .Yn+1 )−(Yn . Xn+1)

2

Dimana : L = luas areal pengukuran (m2)

X = koordinat titik terhadap sumbu horizontal (m)

Y = koordinat titik terhadap sumbu vertikal (m)

2.6.2 Rumus Perhitungan Profil Melintang

1. Perhitungan jarak optis patok detail

Rumus :

Don det = (Ba – Bb) x 100

Dimana : Don det = jarak optis patok detail (m)

Ba = benang atas (mm)

Bb = benang bawah(mm)

2. Perhitungan azimuth benar

Rumus :

αn det ¿αn−βndet ±βn

Dimana : αn det = azimuth benar detail sudut yang dicari

αn = azimuth benar patok utama

βndet = sudut horizontal detail

βn = sudut horizontal patok utama

3. Perhitungan jarak proyeksi detail

Rumus :

DPndet ¿Dondet× cos2(90 °−γ )

Dimana : DPn det = jarak proyeksi detail (m)

Dondet = jarak optis patok detail (m)

γ = sudut vertikal detail

4. Perhitungan jarak horizontal detail

Rumus :

Dxndet ¿DPndet × sinα ndet

Dimana : Dxn det = jarak horizontal detail yang ditinjau (m)

DPndet = jarak proyeksi titik detail yang ditinjau (m)

α ndet = azimuth benar detail sudut yang telah dikoreksi

5. Perhitungan jarak vertikal detail

Rumus :

Dyndet ¿DPndet ×cosα ndet

Dimana : Dyn det = jarak vertikal detail yang ditinjau (m)

DPndet = jarak proyeksi titik detail yang ditinjau (m)

α ndet = azimuth benar detail sudut yang telah dikoreksi

6. Perhitungan koordinat detail terhadap sumbu horizontal

Rumus :

Xndet ¿ Xn± Dxndet

Dimana : Xn det = koordinat detail terhadap sumbu horizontal (m)

Xn = koordinat sumbu horizontal patok utama (m)

Dxn det = jarak horizontal detail yang ditinjau (m)

7. Perhitungan koordinat detail terhadap sumbu vertikal

Rumus :

Yndet ¿Yn± Dyndet

Dimana : Yn det = koordinat detail terhadap sumbu vertikal (m)

Yn = koordinat sumbu vertikal patok utama (m)

Dyndet = jarak vertikal detail yang ditinjau (m)

8. Perhitungan beda tinggi patok detail

Rumus :

∆ Hndet ¿Tps+ 12Dondet sin 2 (90 °−γ )−Bt

Dimana :∆ Hn det = beda tinggi patok detail (m)

Tps = tinggi pesawat (m)

Don det = jarak optis patok detail (m)

γ = sudut vertikal patok detail

Bt = benang tengah

9. Perhitungan tinggi titik detail

Rumus :

Pndet ¿Pn±∆ Hndet

Dimana : Pndet = tinggi titik patok detail (m)

Pn = tinggi titik patok utama (m)

∆ Hn det = beda tinggi patok detail (m)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan dari pokok – pokok materi diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :

a. Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara – cara pengukuran dipermukaan bumi dan dibawah tanah untuk keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumi dapat diabaikan.

b. Ilmu geodesi mempunyai dua maksud, antara lain maksud ilmiah yaitu menentukan bentuk permukaan bumi, dan maksud praktis membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi.

c. Pengukuran – pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan dari keadaan lapangan dengan menentukan titik.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya samapikan adalah :

1.Diharapkan agar asisten praktikum dapat mendampingi pratikan dalam melaksanakan praktikum sehngga apabila ada kesulitan bisa segera berkonsultasi.

2.diharapkan kepada pihak laboratorium agar perlengkapan laboratorium dapat dirawat dengan baik.