kasus house inspektor

9
TUGAS AUDIT 1 ANALISIS KASUS HOUSE INSPECTOR Dalam kasus House Inspector ini kita mengilustrasikan dengan sebuah pembelian rumah lama, dimana dalam pembelian rumah tersebut terjdi asimetri informasi anatara pihak penjual dengan pihak pembeli rumah, ini dikarenakan pihak penjual memiliki lebih banyak informasi mengenai rumah tersebut dari pada pembeli. Selain itu juga terdapat konflik kepentingan antara pembeli dengan penjual dimana pembeli menginginkan harga termurah dari rumah tersebut sedangkan penjual secara umum mengingikan harga jual yang tinggi. Kemudian untuk mendukung nilai atau harga yang ditawarkan penjual maka pihak penjual akan membuat asersi terkait dengan rumah tersebut. Asersi yang dbuat oleh penjual bisa mengatakan atap rumah bebas bocor, pondasi kokoh,dan sebagainya. Masalahnya timbul ketika pembeli tidak mengetahui informasi tersebut dan biasanya sering kali pembeli tidak mengetahui mereka menghadapi penjual yang jujur atau penjual yang memiliki keahlian untuk mengevaluasi dari rumah tersebut. Nama : Dini Ayu Pangesti NIM : 130810301026 Kelas : Audit 1 (B)

description

kasus house inspektor

Transcript of kasus house inspektor

TUGAS AUDIT 1

ANALISIS KASUS HOUSE INSPECTORDalam kasus House Inspector ini kita mengilustrasikan dengan sebuah pembelian rumah lama, dimana dalam pembelian rumah tersebut terjdi asimetri informasi anatara pihak penjual dengan pihak pembeli rumah, ini dikarenakan pihak penjual memiliki lebih banyak informasi mengenai rumah tersebut dari pada pembeli. Selain itu juga terdapat konflik kepentingan antara pembeli dengan penjual dimana pembeli menginginkan harga termurah dari rumah tersebut sedangkan penjual secara umum mengingikan harga jual yang tinggi. Kemudian untuk mendukung nilai atau harga yang ditawarkan penjual maka pihak penjual akan membuat asersi terkait dengan rumah tersebut. Asersi yang dbuat oleh penjual bisa mengatakan atap rumah bebas bocor, pondasi kokoh,dan sebagainya. Masalahnya timbul ketika pembeli tidak mengetahui informasi tersebut dan biasanya sering kali pembeli tidak mengetahui mereka menghadapi penjual yang jujur atau penjual yang memiliki keahlian untuk mengevaluasi dari rumah tersebut.

Analisis Kasus

Dalam sebuah bisnis kita tidak lepas dari Teori keagenan yang merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer.

Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan teori keagenan. Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan. Hal ini sejalan dengan kasus House Inspector dimana penjual (agen) memiliki pengetahuan lebih banyak mengenai suatu property dibandingkan dengan pembeli (principal).Dalam teori keagenan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara principal dan agen dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah; transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan responsibilita. Corporate governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan agen yang pada akhirnya diharapkan dapat meminimalkan tindakan manajemen laba.Dalam kasus lain Konflik antara pemegang saham dengan kreditur.Kreditur menerima uang dalam jumlah tetap dari perusahaan (bunga hutang),sedangkan pendapatan pemegang saham bergantung pada besaran laba perusahaan.Dalam situasi ini, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untukmembayar kembali utangnya, dan pemegang saham lebih memperhatikankemampuan perusahaan untuk memperoleh kembalian yang besar adalah melakukan investasi pada proyek - proyek yang berisiko. Apabila pelaksanaan proyek yangberisiko itu berhasil maka kreditur tidak dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapiapabila proyek mengalami kegagalan, kreditur mungkin akan menderita kerugianakibat dari ketidakmampuan pemegang saham untuk memenuhi kewajibannya.Untuk mengantisipasi kemungkinan rugi, maka kreditur melakukan pembatasanpenggunaan hutang oleh manajer. Salah satu pembatasan adalah membatasi jumlahpenggunaan hutang untuk investasi dalam proyek baru. Konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen Walaupun telah dilakukan kontrak kerja yang sah antara pihak principal dan agent,namun di sisi lain pihak agen memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenaiperusahaan dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki olehpihak principal. Pengetahuan yang lebih banyak dimiliki oleh pihak agen dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pihak principal ini membuat terbentuknya suatu asimetri informasi.Asersi Manajemen

Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini:

Keberadaan atau Keterjadian

Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.Kelengkapan Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.

Hak dan KewajibanAsersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (leased) yang dikapitalisasi dineraca mencerminkan nilai pemerolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-guna-usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.

Penilaian (valuation) atau AlokasiAsersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen- komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.Penyajian dan PengungkapanAsersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.

Audit Laporan Keuangan Dan Independensi Auditor

Audit laporan keuangan merupakan penilaian atas suatu laporan keuangan atau badan hukum lainnya (termasuk pemerintah). Sehingga dapat dihasilkan pendapat yang independen tentang laporan keuangan yang relevan,akurat,lengkap,dan disajikan secara wajar. Audit laporan keuangan biasanya dilakukan oleh perusahan - perusahan akuntan ( Kantor Akuntan Publik) karena pengetahuan akan laporan keuangannya. Dalam kasus house inspector hal ini berbanding terbalik dengan audit laporan keuangan, jika house inspector merupakan pihak independen dari seorang pembeli sebuah rumah maka dalam hal audit laporan keuangan seorang auditor merupakan pihak independen dari sebuah perusahaan bahkan bisa dikatakan tidak memihak keinternal perusahaan ataupun ekternal perusahaan seperti investor karena independensi auditor tersebut merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh tidak dikendalikan orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga dapat didefinisikan sebagai adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adaya pertimbangan yang obyektif tidak memihak kepada diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Sebuah fakta mendasar mengenai sebuah pemeriksaan termasuk juga audit laporan keuangan harus fokus pada suatu asersi yang diyakini paling penting yang harus segera dlakukan tepat waktu karena dengan melakukanya secara tepat waktu, efisien dan tentunya efektif akan menghemat biaya. Misalnya pada kasus house inspector sebagai pihak independen mereka harus bisa mengenali tanda tanda yang dianggap memiliki peningkatan resiko dalam hal atap yang bocor. Apabila tanda itu muncul sebagai pihak independen maka house inspector harus memeriksa lebih lanjut dan lebih jauh. Jika dalam audit laporan keuangan kita melakukan pemeriksaan akun kas maka bisa dilakukan konfirmasi kepda pihak bank untuk memastikan apakah saldo kas tersebut benar-benar ada.

Ketika kita melakukan sebuah audit tentuya tidak lepas dari sebuah resiko, resiko audit tersebut bisa mengatakan bahwa pendapat audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung salah saji yang cukup material. Namun kosep keyakinan yang memadai maka auditor melakukat audit sesuai dengan standar audit profesional dan mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan yang masih mungkin mengandung salah saji material. House inspector belum bisa menjamin tidak adanya masalah jika tidak dilakukan pembongkaran rumah dimana hal itu tentu saja sangat tidak praktis, hal ini juga mempertimbangkan biaya yang sangat tidak mungkin untuk memeriksa secra rinci yang tercermin dalam sebuah laopran keuangan suatu perusahaan. Resiko bahwa seoran uditor salah menyatakan opini laporan keuangan salah saji material yang tidak dapat dihilangkan menjadi nol. Bahkan auditor yang sangat berhati hati dan kompeten sekali pun hanya bisa memberikan keyakinan memadai atau sekitar 95% saja bukan kenyakinan yang sepenuhnya.Nama: Dini Ayu Pangesti

NIM: 130810301026

Kelas: Audit 1 (B)