KASUS ETIKA ORGANISASI
-
Upload
annisa-insani -
Category
Documents
-
view
481 -
download
18
description
Transcript of KASUS ETIKA ORGANISASI
BAB I
KASUS BEN
Pada 1990-an, Bon Tolong Richmond Sistem Kesehatan telah membentuk hubungan kontrak
dengan perusahaan asuransi setiap perawatan kesehatan di pusat Virginia. Sistem's St Mary's
Hospital telah mencari, di samping reputasi yang sangat baik untuk berbelas kasih dan layanan
berkualitas tinggi, untuk menjadi salah satu penyedia biaya lebih rendah untuk pusat Virginia..
Meskipun perusahaan asuransi di awal dekade kontrak dengan semua rumah sakit daerah untuk
ganti rugi dan produk PPO, banyak berusaha untuk mengendalikan biaya dengan membatasi
enrollees HMO mereka ke rumah sakit yang dipilih.. Penyedia menerima penggantian yang lebih
rendah istilah-istilah dalam pertukaran peningkatan volume pasien ke fasilitas mereka.. Risiko
keuangan yang terkait dengan ganti rugi dan produk PPO ditanggung, sebagian besar, oleh
individu atau bisnis dikelola sendiri.. Asuransi di bawah produk HMO mengasumsikan risiko
finansial dan imbalan
Bon fasilitas Tolong mempertahankan struktur biaya 25-40 persen lebih rendah dibandingkan
dengan daerah lain rumah sakit, karena dua alasan: keprihatinan untuk biaya perawatan
kesehatan di masyarakat, khususnya untuk out-of-saku biaya pasien, dan karena seperti strategi
bisnis memungkinkan organisasi untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar. Hal ini
memungkinkan untuk lebih rendah biaya per unit dan garis bawah yang dapat diterima. Bon
Tolong itu, sebenarnya, yang lebih disukai penyedia rencana kesehatan untuk produk HMO
mereka. Yang "menang-menang" lebih bisnis Bon Tolong diarahkan ke rumah sakit untuk biaya
yang lebih rendah untuk asuransi
Dilema untuk rencana kesehatan pada pertengahan hingga akhir 1990-an adalah bagaimana
meningkatkan bisnis mereka. Pilihan yang cukup sederhana: baik bergabung dengan atau
membeli bersaing rencana, atau "terbuka" jaringan HMO mereka yang terbatas menyerupai PPO
mereka konsumen produk yang memberikan pilihan yang lebih besar dari penyedia. Beberapa
rencana melakukan keduanya.
Penggabungan Kesehatan AS dan Aetna menyebabkan perubahan signifikan dalam pasar
Richmond. Ketika Aetna kemudian memperoleh Virginia pusat bisnis Prudential dan NYLCare,
upaya-upaya lebih lanjut untuk mengurangi pembayaran, sejalan dengan kontrak capitated
Prudential, menjadi penting untuk negosiasi. Yang "baru Aetna" melanjutkan untuk
memungkinkan pasien untuk menggunakan dikecualikan sebelumnya rumah sakit-namun tetap
membayar tarif Tolong Bon didasarkan atas dasar susunan jaringan yang terbatas, meskipun
kontrak secara khusus meminta pembayaran lebih tinggi dalam hal perubahan jaringan yang
diterapkan. Awalnya, tidak Aetna Bon Tolong sebarkan ke perubahan dalam jaringan penyedia
layanan dan setelah itu menolak untuk melakukan pembayaran penyesuaian. Kegagalan untuk
menyesuaikan pembayaran selama 18 bulan sebelumnya dan penyangkalan klaim rutin
menghasilkan beberapa juta dolar untuk pembayaran kekurangan Bon Tolong.
Tolong Bon setempat chief executive mendirikan sebuah strategi internal tim yang terdiri dari
perawatan yang dikelola, keuangan, administrasi rumah sakit, dan sponsor anggota tim senior.
Tanggung jawab kelompok ini adalah untuk menghasilkan data yang memungkinkan tim untuk
memahami dampak potensial berbagai skenario, menetapkan parameter negosiasi, dan
mengevaluasi dari beberapa perspektif tanggung jawab dan konsekuensi untuk Bon Tolong
untuk kontrak ini. Sistem lokal juga bekerja dengan staf perusahaan untuk menetapkan
pendekatan dan penerimaan dari setiap keputusan akhir.
Tim manajemen memutuskan bahwa apakah Bon Tolong kehilangan kontrak atau setuju untuk
sebuah struktur penetapan harga baru, risiko signifikan yang terlihat. Jika Bon Tolong gagal
mempertahankan bisnis Aetna, yang mewakili 8 persen dari pendapatan, kehilangan pendapatan
akan menempatkan kebutuhan peningkatan modal dan kenaikan upah dalam bahaya. Tapi untuk
setuju dengan diskon yang signifikan dalam bisnis saat ini ke titik yang diperlukan oleh Aetna
akan mempengaruhi pengelolaan sumber daya untuk sistem lokal. Dalam setahun, Bon Tolong
bisa berharap rencana kesehatan besar lainnya untuk mengejar struktur tarif yang sama. Selain
kenaikan gaji karyawan terdahulu dan penggantian peralatan, Bon Tolong mungkin bisa
menghadapi keputusan tentang tingkat dan kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien.
Mendahulukan Karyawan
Forrest King nyaris tak mempercayai kejadian itu. Puluhan karyawan Federal Express
menyambutnya dengan sorak sorai meriah ketika ia dan istrinya melangkah keluar dari pesawat
Boeing 747 yang mereka sewa. King datang ke Memphis bersama sejumlah karyawan Flying
Tiger lainnya, perusahaan yang baru saja dibeli oleh Federal Express. Dia datang ke Memphis
untuk menjajagi apakah perlu dilakukan relokasi perusahaan. Sambutan itu, lengkap dengan
karpet merah dan panitia penyambutan, termasuk oleh walikota Memphis dan CEO FedEx,
merupakan perkenalan pertama King dengan perusahaan yang luar biasa ini.
Kata King, "Menurut pendapat saya, jika sebuah perusahaan mengambil alih perusahaan kita,
mereka tidak wajib mempekerjakan kita. Tetapi, mereka semua - dan hal itu dikomunikasikan
melalui memo dan kemudian video - ditawari pekerjaan."
Gaya manajemen CEO FedEx, Fred Smith, yang berbunyi "karyawan dulu" dapat dirangkum
dengan satu slogan FedEx: "Karyawan, Pelayanan, Keuntungan" atau PSP "People, Service,
Profit". "Perhatikan karyawanmu; maka mereka pun akan memberikan layanan yang tak tercela
yang dituntut oleh para pelanggan kita, yang akan memberi kita imbalan berupa keuntungan,
yang kita perlukan untuk menjamin masa depan kita."
Dan FedEx memang memperhatikan karyawan mereka. Ketika program Zapmail ditutup pada
tahun 1986, 1300 karyawan yang bekerja di departemen itu mendapat prioritas pertama untuk
melamar pekerjaan yang ditawarkan dalam perusahaan. Karyawan yang tidak mendapatkan
kedudukan dengan gaji yang sama dengan gaji sebelumnya dapat mengambil pekerjaan yang
lebih rendah dan tetap memperoleh gaji sebesar gaji sebelumnya sampai selama 15 bulan, atau
sampai mereka memperoleh pekerjaan lain yang gajinya lebih tinggi.
Dan ketika FedEx menghentikan sebagian besar layanannya di Eropa dan mengurangi angkatan
kerjanya di Eropa dari 9200 menjadi 2600 orang, FedEx menerima pujian, antara lain dari The
London Times yang memuji cara mereka memberhentikan karyawan mereka. Misalnya, FedEx
memasang iklan satu halaman penuh di sejumlah surat kabar, menghimbau agar ada pihak yang
mau mempekerjakan mantan karyawan FedEx. Di Belgia saja, 80 perusahaan menanggapi iklan
itu dan menawarkan 600 lowongan kerja.
Karyawan FedEx memang bersatu pada masa-masa sulit. - Robert Levering, Nilton Moskowitz,
dan Michael Katz (diadaptasi dari: A Cup of Chicken Soup for the Soul at Work - Jack Canfield,
dkk.)
Etika terhadap komunitas masyarakat
Tindakan Kejahatan Korporasi PT. Lapindo Brantas (Terhadap
Masyarakat dan Lingkungan Hidup di Sidoarjo, Jawa Timur)
Telah satu bulan lebih sejak terjadinya kebocoran gas di areal eksplorasi gas PT. Lapindo
Brantas (Lapindo) di Desa Ronokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
Kebocoran gas tersebut berupa semburan asap putih dari rekahan tanah, membumbung tinggi
sekitar 10 meter.
Semburan gas tersebut disertai keluarnya cairan lumpur dan meluber ke lahan warga . tak
kurang 10 pabrik harus tutup, 90 hektar sawah dan pemukiman penduduk tak bisa digunakan
dan ditempati lagi, demikian juga dengan tambak-tambak bandeng, belum lagi jalan tol
Surabaya-Gempol yang harus ditutup karena semua tergenang lumpur panas.
Perusahaan terkesan lebih mengutamakan penyelamatan asset-asetnya daripada mengatasi
soal lingkungan dan social yang ditimbulkan. Namun Lapindo Brantas akhirnya sepakat
untuk membayarkan tuntutan ganti rugi kepada warga korban banjir Lumpur Porong,
Sidoarjo. Lapindo akan membayar Rp2,5 juta per meter persegi untuk tanah pekarangan
beserta bangunan rumah, dan Rp120.000 per meter persegi untuk sawah yang terendam
lumpur.
Etika terhadap buruh dan pekerja
BenQ, Kasus Pailit Dalam Ekonomi Global
Merjer bisnis telepon genggam perusahaan BenQ dan Siemens menjadi BenQ-Mobile
awalnya bagai angin harapan, terutama bagi para pekerja pabrik di Jerman. Namun karena
penjualan tidak menunjang dan banyak produk yang dipulangkan oleh pembelinya karena
bermasalah, akibatnya dua pabrik BenQ, di Meksiko dan Taiwan, terpaksa ditutup. Karena
itu BenQ melakukan restrukturisasi dan mem-PHK sejumlah pekerja.Hal ini sangat
merugikan pihak buruh dan karyawan. Para pekerja merasa hanya dijadikan bahan mainan
perusahaan yang tidak serius.
Etika Bisnis, Membangun Kepedulian dalam Lingkungan Perusahaan dan
Masyarakat
Saat ini, mungkin ada sebagian masyarakat yang belum mengenali apa itu etika dalam berbisnis.
Bisa jadi masyarakat beranggapan bahwa berbisnis tidak perlu menggunakan etika, karena
urusan etika hanya berlaku di masyarakat yang memiliki kultur budaya yang kuat. Ataupun etika
hanya menjadi wilayah pribadi seseorang. Tetapi pada kenyataannya etika tetap saja masih
berlaku dan banyak diterapkan di masyarakat itu sendiri. Bagaimana dengan di lingkungan
perusahaan? Perusahaan juga sebuah organisasi yang memiliki struktur yang cukup jelas dalam
pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar pribadi maupun institusi yang terlibat di dalamnya.
Dengan begitu kecenderungan untuk terjadinya konflik dan terbukanya penyelewengan sangat
mungkin terjadi. Baik dalam tataran manajemen ataupun personal dalam setiap team maupun
hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar. Untuk itu etika ternyata diperlukan sebagai
kontrol akan kebijakan, demi kepentingan perusahaan itu sendiri.
Namun apakah etika itu sendiri dapat teraplikasi dan dirasakan oleh pihak-pihak yang wajib
mendapatkannya? Pada prakteknya banyak perusahaan yang mengesampingkan etika demi
tercapainya keuntungan yang berlipat ganda. Lebih mengedepankan kepentingan-kepentingan
tertentu, sehingga menggeser prioritas perusahaan dalam membangun kepedulian di masyarakat.
Kecenderungan itu memunculkan manipulasi dan penyelewengan untuk lebih mengarah pada
tercapainya kepentingan perusahaan. Praktek penyimpangan ini terjadi tidak hanya di perusahaan
di Indonesia, namun terjadi pula kasus-kasus penting di luar negeri.
Contoh kasus di dalam negeri, kita diingatkan oleh Freeport dengan perusakan lingkungan.
Masyarakat dengan mata kepala sendiri menyaksikan tanah airnya dikeruk habis. Sehingga
dampak dari hadirnya Freeport mendekatkan masyarakat dari keterbelakangan. Kalaupun
masyarakat menerima ganti rugi, itu hanyalah peredam sesaat, karena yang terjadi justru
masyarakat tidak banyak belajar dari usahanya sendiri. Masyarakat terlena dengan ganti rugi tiap
tahunnya, padahal dampak jangka panjangnya sungguh luar biasa. Masyarakat akan semakin
terpuruk dari segi mental dan kebudayaannya akan terkikis. Juga dalam beberapa tahun ini,
tentunya kita masih disegarkan oleh kasus lumpur Lapindo. Kita tahu berapa hektar tanah yang
terendam lumpur, sehingga membuat masyarakat harus meninggalkan rumahnya. Mungkin bisa
jadi ada unsur kesengajaan di dalamnya. Demi peningkatan profit yang tinggi, ada hal yang perlu
dikorbankan, tentunya tidak lain masyarakat itu sendiri. Kita juga masih ingat akan kasus Teluk
Buyat yang menyebabkan tercemarnya lingkungan tersebut. Yang cukup menghebohkan
mungkin kasus Marsinah, seorang buruh yang memperjuangkan hak-haknya, tetapi mengalami
peristiwa tragis yang membuat nyawanya melayang.
Semua itu terjadi karena tidak diterapkannya etika dalam berbisnis. Di dalam etika itu sendiri
terkandung penghargaan, penghormatan, tanggungjawab moral dan sosial terhadap manusia dan
alam. Kalau kita melihat lebih jauh tentunya ada dua kepentingan, baik dari perusahaan dan
masyarakat yang perlu diselaraskan. Di dalamnya terkandung juga hak dan kewajiban yang harus
terpenuhi. Coba mari kita renungkan bersama, bukankah tidak diterapkannya etika dalam
berbisnis justru akan menjadi bumerang bagi perusahaan tersebut? Mungkin akan banyak biaya
yang dikeluarkan untuk menyelesaikan kasus serta citra perusahaan di masyarakat luas semakin
miring. Hal ini justru akan sangat merugikan perusahaan itu sendiri.
Belum lagi kasus yang terjadi di luar negeri. Sebagai contoh adalah kasus asuransi Prudential di
Amerika. Belum lagi skandal Enron ,Tycon, Worldcom dsb. Banyaknya kasus yang terjadi
membuat masyarakat berpikir dan mulai menerapkan etika dalam berbisnis. Apalagi sekarang
masyarakat mulai membicarakan CSR (Corporate Social Responsibility). Apa itu? Dalam artikel
yang ditulis oleh Chairil Siregar disebutkan CSR merupakan program yang harus dilaksanakan
oleh perusahaan sesuai dengan undang-undang pasal 74 Perseroan Terbatas. Tentunya dengan
adanya undang-undang ini, industri maupun korporasi wajib melaksanakannya, tetapi kewajiban
ini bukan merupakan beban yang memberatkan. Salah satu contoh yaitu komitmen Goodyear
dalam membangun masyarakat madani, ekonomi, pendidikan, kesehatan jasmani, juga kesehatan
sosial. Kepedulian ini sebagai wujud nyata peran serta perusahaan di tengah masyarakat. Perlu
diingat pembangunan suatu negara bukan hanya tanggungjawab pemerintah dan industri saja
tetapi setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan kualitas hidup
masyarakat.
BAB II
Kasus Enron
Beberapa waktu yang lalu muncul beberapa kasus kebangkrutan perusahaan di Amerika Serikat
yang menghebohkan kalangan dunia usaha yaitu kasus Enron, Worldcom & Tyco gate. Hal
tersebut terjadi karena terdapat pelanggaran etika dalam berbisnis (unethical business practices),
padahal Amerika termasuk negara yang sangat mengagungkan prinsip GCG dan etika bisnis.
Penyebab kebangkrutan beberapa perusahaan tersebut, karena diabaikannya etika bisnis serta
prinsip GCG, terutama prinsip keterbukaan, pengungkapan dan prinsip akuntabilitas dalam
pengelolaan perusahaan. Implementasi GCG memang tidak bisa hanya mengandalkan
kepercayaan terhadap manusia sebagai pelaku bisnis dengan mengesampingkan etika. Seperti
kita ketahui, sebagus apapun sistem yang berlaku di perusahaan, apabila manusia sebagai
pelaksana sistem berperilaku menyimpang dan melanggar etika bisnis maka dapat menimbulkan
fraud yang sangat merugikan perusahaan. Beberapa saat setelah krisis ekonomi melanda negeri
kita sekitar tahun 1997 yang lalu, banyak terdapat bank-bank yang berguguran alias ditutup
usahanya, sehingga termasuk kategori Bank Beku Operasi, Bank Belu Kegiatan Usaha dan Bank
dalam Likuidasi. Salah satu penyebab kebangkrutan bank-bank tersebut karena perbankan
Indonesia pada saat itu belum menerapkan prinsip-prinsip GCG serta etika bisnis secara
konsisten. Semoga kasus kebangkrutan perusahaan di Amerika serikat serta perbankan di
Indonesia tersebut, dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk diambil hikmahnya, sehingga dalam
pengelolaan perusahaan tetap berpedoman pada etika bisnis yang baik serta menerapkan prinsip
GCG.
Pemilihan Ketua Muhammadiyah, 13 Formatur Independen
Malang - 13 orang formatur Pengurus Pusat Muhammadiyah yang dipilih muktamirin, Selasa
(05/07/2005) kemarin, dalam menentukan seorang ketua umum tidak dapat dipengaruhi oleh
siapapun baik itu PWM, Ortom, maupun tokoh Muhammadiyah sekalipun. Hal tersebut
disampaikan Haedar Nashir saat ditemui wartawan di Hotel University Inn UMM Jalan Raya
Tlogomas Malang, Rabu (6/7/2005). Haedar Nashir yang saat ini masih tercatat sebagai
Sekretaris PP Muhammadiyah ini beralasan, mereka, baik itu Ortom, PWM maupun muktamirin
sudah mendapatkan misi, visi dan menyalurkan aspirasi selama muktamar berlangsung. "Karena
untuk memilih seorang ketua umum, mekanisme yang akan dipakai nantinya, adalah proses
demokratis. Bisa melalui penyampaian aspirasi yang dilakukan satu-persatu oleh ke-13 formatur,
bisa juga langsung menunjuk nama atau dipilih melalui voting," jelas Haedar. Mengapa harus
menggunakan mekanisme demikian, menurut Haedar hal itu berdasarkan argumentasi masing-
masing orang dalam formatur untuk kepentingan Muhammadiyah ke depan. Memilih calon
Ketua Umum PP Muhammadiyah yang bukan merupakan pemilik suara terbanyak tidak
melanggar kode etika, ke-13 formatur PP Muhammadiyah mempunyai kesempatan yang sama
untuk mengemban amanat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah. Ke-13 anggota PP ini
diberi mandat oleh muktamirin untuk memilih ketua, dan hasil pilihan tersebut dibawa ke sidang
pleno untuk disahkan. "Siapapun yang dipilih jadi ketua akan memposisikan diri dan diposisikan
sebagai pimpinan kolektif, saya pikir ke-13 orang itu siap semuanya kalau diberi amanat," kata
Haedar. Menurutnya, yang dicalonkan menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah tidak selalu
yang memiliki jumlah suara terbanyak, meskipun kita tidak memilih yang terbanyak itu tidak
melanggar etika. Mengenai isu akan dilakukan demo oleh bebarapa Pimpinan Wilayah (PWM)
muhammadiyah, serta Organisasi otonom (ortom), menurut Haedar hal tersebut merupakan
sebuah tekanan yang tidak perlu dilakukan. "Mereka harusnya tidak perlu memberi pressure
(tekanan) dari luar kepada kita. Saya yakin ke-13 orang sudah mempunyai visi dan misi, kalau
itu dilakukan bisa terjadi muktamar di luar muktamar," tandas Haedar. (san/)
Bukan Service Honda Tidak Memuaskan Tetapi Memang Tidak Ada Service
Jakarta - Dealer resmi Honda yang berada di Jl Tole Iskandar Kmp Sida Mukti saya kenal cukup baik
dalam segi hal pelayanan jasa service motor. Tetapi, bertolak belakang dalam pelayanan jasa pembayaran
angsuran FIF.
Karyawan yang melayani jasa pembayaran angsuran FIF memang kurang ada etika dalam pelayanan.
Semenjak saya masuk dan berdiri di depan meja pembayaran pun karyawan ini tidak menegur. Bahkan,
mempersilahkan saya untuk duduk.
Tapi, saya berfikir positif saja. Mungkin dia sedang sibuk menghitung uang sehingga tidak menyadari
keberadaan saya. Kemudian saya duduk dan bertanya, "pembayaran angsuran FIF di sini kan, Mas?"
Kembali saya mendapatkan acuhan dari karyawan ini yang tak mengeluarkan sepatah kata pun. Akhirnya
saya mengeluarkan kartu pembayaran dan akhirnya karyawan tersebut berbicara setelah saya mengira
mungkin dia bisu dan tuli. "Bawa bukti pembayaran terakhir gak?" Kemudian saya jawab, "tidak, Mas,
saya kira cukup bawa kartunya saja".
Kemudian dia beranjak ke arah telepon dan kembali dengan menuliskan kwitansi pembayaran dan
menyebutkan nominal yang saya harus bayar. Akhirnya saya pun mengeluarkan uang untuk membayar.
Nah, pada saat inilah puncak kekesalan saya pada karyawan ini. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia
memberikan kwitansi tersebut beserta uang kembaliannya dan disusul dengan mengembalikan kartu FIF
saya yang dilakukan seperti membagikan kartu remi.
Dengan perasaan yang dongkol saya mengucapkan terima kasih karyawan tersebut pun tidah membalas
ucapan terakhir saya. Itulah yang membuat saya menulis judul surat pembaca ini, "tidak ada service sama
sekali". Terima kasih.
Kasus manipulasi laporan keuangan
Manipulasi laporan keuangan PT KAI
Dalam kasus tersebut, terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini
merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya.
Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi.
Skandal Enron, Worldcom dan perusahaan-perusahaan besar di AS
Worldcom terlibat rekayasa laporan keuangan milyaran dollar AS. Dalam pembukuannya
Worldcom mengumumkan laba sebesar USD 3,8 milyar antara Januari 2001 dan Maret 2002.
Hal itu bisa terjadi karena rekayasa akuntansi.
Penipuan ini telah menenggelamkan kepercayaan investor terhadap korporasi AS dan
menyebabkan harga saham dunia menurun serentak di akhir Juni 2002. Dalam
perkembangannya, Scott Sullifan (CFO) dituduh telah melakukan tindakan kriminal di bidang
keuangan dengan kemungkinan hukuman 10 tahun penjara. Pada saat itu, para investor memilih
untuk menghentikan atau mengurangi aktivitasnya di bursa saham.
Kasus Penarikan Produk Obat Anti-Nyamuk HIT
Pada hari Rabu, 7 Juni 2006, obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT
Megarsari Makmur dinyatakan akan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif
Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap
manusia, sementara yang di pabrik akan dimusnahkan. Sebelumnya Departemen
Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi mendadak di pabrik
HIT dan menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti
keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel
pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata
sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat
turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat anti-
nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT
17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT
Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006.
Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan
muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat
anti-nyamuk HIT.
Masalah lain kemudian muncul. Timbul miskomunikasi antara Departemen
Pertanian (Deptan), Departemen Kesehatan (Depkes), dan BPOM (Badan Pengawas Obat
dan Makanan). Menurut UU, registrasi harus dilakukan di Depkes karena hal tersebut
menjadi kewenangan Menteri Kesehatan. Namun menurut Keppres Pendirian BPOM,
registrasi ini menjadi tanggung jawab BPOM.
Namun Kepala BPOM periode sebelumnya sempat mengungkapkan, semua obat
nyamuk harus terdaftar (teregistrasi) di Depkes dan tidak lagi diawasi oleh BPOM.
Ternyata pada kenyataanya, selama ini izin produksi obat anti-nyamuk dikeluarkan oleh
Deptan. Deptan akan memberikan izin atas rekomendasi Komisi Pestisida. Jadi jelas
terjadi tumpang tindih tugas dan kewenangan di antara instansi-instansi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://insidewinme.blogspot.com/2008/02/kasus-obat-nyamuk-hit.html
http://absa.blog.binusian.org/2009/12/30/kasus-etika-bisnis-perusahaan/
http://muhariefeffendi.wordpress.com/2007/11/07/menghindarkan-kebangkrutan-perusahaan-melalui-implementasi-gcg-etika-bisnis/
http://insidewinme.blogspot.com/2007/12/kasus-etika-bisnis-perusahaan.html
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3859/is_200109/ai_n8962614/
http://www.krakatau-it.co.id/Artikel/Renungan/Mendahulukan_Karyawan/
http://insidewinme.blogspot.com/2007/12/kasus-etika-bisnis-perusahaan.html
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=14239
http://suarapembaca.detik.com/read/2010/03/03/113311/1310099/283/bukan-service-honda-
tidak-memuaskan-tetapi-memang-tidak-ada-service