kasus etika

4
Pemberian Obat Kepada Pasien Tidak Sesuai Dengan Resep Dokter Peran penting apoteker adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta. Maka seorang apoteker harus teliti dan cermat dalam pemberian obat kepada pasien yang diberi oleh dokter. Resep merupakan pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta,tulisan tangan pada kop resep resmi kepada pasien,format, dan kaedah penulisan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Permintaan tersebut disampaikan kepada farmasis/apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak. Dan resep inilah yang dijadikan beberapa apoteker sebagai peluang mencari keuntungan tambahan. Beberapa sales dari merek-merek obat-obatan terjun langsung kebagian farmasi untuk mempromosikan obatnya, walau sebelumnya para sales tersebut menemui dokter-dokter yang berkaitan dengan obat yang mereka tawarkan untuk dikonsultasikan apakah dokter tersebut setuju atau tidak apabila obat tersebut dimasukan ke bagian farmasi rumah sakit/klinik tersebut. Tapi nyatanya sales dengan kategori obat yang sama tapi dengan merek yang berbeda bukan hanya satu atau dua orang saja tapi cukup banyak, dan itulah yang membuat beberapa sales tersebut berlomba-lomba menguasai pasar mereka pada rumah sakit/klinik tersebut. Dan biasanya mereka memberikan iming-iming kepada apoteker agar bisa menjual produk obatnya

description

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the performance index or reference for our control system”.Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial(profesi) itu sendiri.Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.1.2 Etika dan EstetikaEtika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma.Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang- undangan, norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika.1.3 Etika dan EtiketEtika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:• Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.• Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.Perbedaan antara etika dengan etiket1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu.Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket namun menipu. Orang dapat memegang etiket namun munafik sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak mungkin munafik karena seandainya dia munafik maka dia tidak bersikap etis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

Transcript of kasus etika

Page 1: kasus etika

Pemberian Obat Kepada Pasien Tidak Sesuai

Dengan Resep Dokter

Peran penting apoteker adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai

konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan

dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi

kepada pasien tentang obatnya bila diminta. Maka seorang apoteker harus teliti dan cermat dalam

pemberian obat kepada pasien yang diberi oleh dokter. Resep merupakan pemberian obat secara

tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta,tulisan tangan pada kop resep resmi kepada pasien,format,

dan kaedah penulisan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Permintaan tersebut disampaikan kepada farmasis/apoteker di apotek agar diberikan obat dalam

bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak.

Dan resep inilah yang dijadikan beberapa apoteker sebagai peluang mencari keuntungan tambahan.

Beberapa sales dari merek-merek obat-obatan terjun langsung kebagian farmasi untuk

mempromosikan obatnya, walau sebelumnya para sales tersebut menemui dokter-dokter yang

berkaitan dengan obat yang mereka tawarkan untuk dikonsultasikan apakah dokter tersebut setuju

atau tidak apabila obat tersebut dimasukan ke bagian farmasi rumah sakit/klinik tersebut. Tapi

nyatanya sales dengan kategori obat yang sama tapi dengan merek yang berbeda bukan hanya

satu atau dua orang saja tapi cukup banyak, dan itulah yang membuat beberapa sales tersebut

berlomba-lomba menguasai pasar mereka pada rumah sakit/klinik tersebut. Dan biasanya mereka

memberikan iming-iming kepada apoteker agar bisa menjual produk obatnya dalam jumlah yang

banyak. Dari situlah para apoteker berusaha membodohi para pasien yang kurang kritis.

Pasien sebagai orang awam yang tidak bisa membaca resep yang diberikan dokter karena tulisan

yang tertera bukan tulisan pada umumnya, seringkali terkecoh dengan penjelasa dari pelayan

apotek bahwa obat tertentu diresep tersebut habis dan bisa digantikan dengan obat merek lain

dengan khasiat yang sama. Bagi pasien yang tak ingin repot, tawaran ini menjadi alternatif pilihan.

Padahal, mengganti resep obat tidak dibenarkan begi seorang apoteker apalagi seorang pelayan

apotek tidak berhak membujuk pasien untuk mengubah resep dokter tanpa persetujuan dokter yang

bersangkutan. Biasanya bila terjadi kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien, dokterlah yang

menjadi tumbalnya padahal dokter itu sudah memberi resep.

Page 2: kasus etika

BBPOM Temukan

Pelanggaran ApotekMAKASSAR– Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Makassar menemukan berbagai

pelanggaran terkait standar operasional prosedur (SOP) di berbagai Apotek di Makassar.

Berbagai pelanggaran tersebut di antaranya ditemukan produk palsu, produk kedaluarsa, dan meracik

sendiri kosmetik di apotek. “Hasil pemeriksaan banyak ditemukan pelanggaran prosedur di apotek-

apotek,” kata Kepala BBPOM Makassar Maringan Silitonga tanpa merinci nama apotek tersebut. Hal ini

diutarakan saat memberikan materi pada pertemuan Apoteker se-Makassar di Hotel Sahid

Makassar,kemarin. Selain itu, BBPOM juga menemukan adanya Apotek yang m-engemas kecil-kecil

jenis obat keras tanpa mencantumkan peringatan. “Kalau obat keras dikemas kecil- kecil kan tidak ada

lagi peringatan yang tercantum, itu melanggar karena bisa membahayakan konsumen,”kata Maringan.

Menurut dia,masalah yang penting diatasi adalah peredaran obatobatan dan jamu tradisional yang ilegal

di luar apotek. Hal ini pernah disampaikannya saat diajak bekerja sama dengan Polwiltabes Makassar

untuk merazia sejumlah apotek. “Untuk toko obat yang legal kita dari BBPOM masih bisa menyelesaikan.

Namun yang di luar itu seperti obat kuat yang dijual bebas dan tak memiliki izin perlu segera diatasi,”

ungkap Maringan di depan para apoteker se-Makassar. Pertemuan apoteker se-Makassar ini

dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya profesi kefarmasian.

Selain itu, pertemuan tersebut sebagai ajang menyamakan persepsi tentang tugas dan tanggung jawab

Apoteker. Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Wilayah Sulsel Yagkin Padjalangi mengatakan, sekarang

ini banyak sekali tingkatan kesalahan pada apoteker. “Tingkat kesalahan apoteker banyak, sedangkan

hal ini telah diatur pada PP 51 tahun 2009 yang baru tentang profesi kefarmasian,” kata Yagkin sebelum

membuka pertemuan tersebut. Selain menghadirkan BBPOM, IAI juga menghadirkan perwakilan dari

Dinas Kesehatan Kota Makassar Imran. Imran memaparkan tentang tata cara perizinan untuk membuka

apotek.

Menurut dia, sekarang ini masih banyak apotek-apotek di Makassar yang menyalahi aturan baru

berdasarkan Kepmen 1332 tahun 2002. Di sana dijelaskan penerbitan izin apotek mesti dari Dinas

Kesehatan Kota/Daerah. Tapi kenyataannya, menurut Imran, masih banyak apotek yang mengantongi

izin dari Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No 922

Page 3: kasus etika

tahun1993. “Kami masih memberikan teguran lisan, jika telah berlarutlarut kami akan ambil tindakan

keras,”tegas Imran,kemarin.

Pertemuan seperti ini pertama kali diadakan di Makassar, selanjutnya pertemuan para apoteker tersebut

akan digelar di beberapa daerah lain.Kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 100 orang apoteker ini

sekaligus menjadi ajang silaturahmi lulusan mahasiswa farmasi ini. (SI-jumardin akas)