KASUS PELANGGARAN ETIKA

22
MAKALAH ETIKA PROFESI PELANGGARAN ETIKA BISNIS TERHADAP HUKUM Oleh: Ayatullah 11521102 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2013

description

makalah tentang kasus pelanggaran etika di indonesia dan cara mengatasinya

Transcript of KASUS PELANGGARAN ETIKA

Page 1: KASUS PELANGGARAN ETIKA

MAKALAH ETIKA PROFESI

PELANGGARAN ETIKA BISNIS TERHADAP HUKUM

Oleh:

Ayatullah

11521102

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: KASUS PELANGGARAN ETIKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tuntunan, rahmat,

dan karunia-Nyalah kita dapat melanjutkan kehidupan kita terutama kita tetap dapat

menjalani aktivitas kita sehari-hari sebagai seorang mahasiswa, dan oleh karena

perkenaannya pula penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk tugas mata

kuliah “etika profesi” yang dibawakan oleh Bapak Sutarno.

Makalah ini berjudul “Pelanggaran Etika Bisnis”. Dalam menyusun makalah ini,

penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik sesuai

kemampuan penulis. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca khususnya mahasiswa terutama dalam menyusun makalah selanjutnya yang dapat

digunakan sebagai referensi.

Akhir kata pengantar ini penulis mengucapakan terimakasih kepada Bapak Ir.

Sutarno, M.Sc. yang telah membimbing kami dalam proses belajar-mengajar, dan kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, dan jika ada kritik dan

saran yang bersifat membangun penulis akan menerimanya sebagai bahan acuan mengoreksi

diri dan kedepannya dapat menyajikan yang lebih baik lagi dari makalah ini.

Yogayakarta, 16 Juli 2013

Penulis

Page 3: KASUS PELANGGARAN ETIKA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I : PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

BAB II : PEMBAHASAN 5

2.1 Landasan Teori 5

2.2 Contoh kasus 5

BAB III : PENUTUP 6

3.1 Kesimpulan 6

3.2 Saran 6

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: KASUS PELANGGARAN ETIKA

BAB I

KASUS PELANGGARAN ETIKA TERHADAP PERATURAN (HUKUM) PEREDARAN INDOMIE DI TAIWAN

1.1. LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis

terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan

luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam

pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang

mengikuti mekanisme pasar.

Dalam sistem perekonomian pasar bebas, perusahaan diarahkan untuk mencapai tujuan

mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin, sejalan dengan prinsip efisiensi. Namun,

dalam mencapai tujuan tersebut pelaku bisnis kerap menghalalkan berbagai cara tanpa peduli

apakah tindakannya melanggar etika dalam berbisnis atau tidak.

Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata

sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis, meski perusahaan perusahaan tersebut

memiliki “code of conduct” dalam berbisnis yang harus dipatuhi seluruh organ di dalam

organisasi. Penerapan kaidah good corporate governace di perusahaan swasta, BUMN, dan

instansi pemerintah juga masih lemah. Banyak perusahaan melakukan pelanggaran, terutama

dalam pelaporan kinerja keuangan perusahaan.

Peluang-peluang yang diberikan pemerintah pada masa orde baru telah memberi kesempatan

pada usaha-usaha tertentu untuk melakukan penguasaan pangsa pasar secara tidak wajar.

Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk dan kosumen

tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi diperhatikan dan

akhirnya telah menjadi praktek monopoli, persengkongkolan dan sebagainya.

Akhir-akhir ini pelanggaran etika bisnis dan persaingan tidak sehat dalam upaya penguasaan

pangsa pasar terasa semakin memberatkan para pengusaha menengah kebawah yang kurang

memiliki kemampuan bersaing karena perusahaan besar telah mulai merambah untuk

menguasai bisnis dari hulu ke hilir. Perlu adanya sanksi yang tegas mengenai larangan prakti

Page 5: KASUS PELANGGARAN ETIKA

monopoli dan usaha yang tidak sehat agar dapat mengurangi terjadinya pelenggaran etika

bisnis dalam dunia usaha.

II. PEMBAHASAN

2.1. LANDASAN TEORI

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak

kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan

moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya

“Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan

perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan

moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan,

yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah

untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang membahas

perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran

manusia.

Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:

Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila)

yang lebih baik (su).

Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.

Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan

Etika, sebagai berikut:

Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu

pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.

Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat)

yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan

pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.

Page 6: KASUS PELANGGARAN ETIKA

Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya;

antara lain:

1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari

hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the

right)

2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari

kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of

human actions)

3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The

science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual)

4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)

5. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia

dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang

buruk.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah:

1) Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.

2) Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak

3) Nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.

Etika terbagi atas dua :

a) Manusia Etika umum ialah etika yang membahas tentang kondisi-kondisi dasar

bagaimana itu bertindak secara etis. Etika inilah yang dijadikan dasar dan pegangan

manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur penilaian baik buruknya

suatu tindakan.

b) b.Etika khusus ialah penerapan moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus

misalnya olah raga, bisnis, atau profesi tertentu. Dari sinilah nanti akan lahir etika

bisnis dan etika profesi (wartawan, dokter, hakim, pustakawan, dan lainnya).

Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis

lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business,

dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun

Page 7: KASUS PELANGGARAN ETIKA

masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan

keuntungan.

Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis

dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik

dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau

kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini,

misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau

institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti

ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh

pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.

Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk

melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri memiliki tiga

penggunaan, tergantung skupnya, penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan

usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba

atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu,

misalnya “bisnis pertelevisian.” Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas

yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi

“bisnis” yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Secara sederhana yang

dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang

mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga

masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai

dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun

perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis adalah cara-cara (Etika) untuk melakukan kegiatan bisnis, yang

mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga

masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan

merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena

dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh

ketentuan hukum.

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988),

memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

Page 8: KASUS PELANGGARAN ETIKA

a. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh

karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat

memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak

membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

b. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki

hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut

harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak

orang lain.

c. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan

bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara

perseorangan ataupun secara kelompok.

Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk

suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai

kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang

kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur

yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang

dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan

perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :

1. Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik

intern perusahaan maupun dengan eksternal.

2. Mampu meningkatkan motivasi pekerja.

3. Melindungi prinsip kebebasan berniaga.

4. Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.

Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan

memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra

produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan

lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.

Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya

termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama

apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam

Page 9: KASUS PELANGGARAN ETIKA

sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling

berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin harus

mempertahankan karyawannya.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:

1. Pengendalian diri

2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya

perkembangan informasi dan teknologi

4. Menciptakan persaingan yang sehat

5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”

6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)

7. Mampu menyatakan yang benar itu benar

8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan

pengusaha ke bawah

9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama

10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah

disepakati

11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang

berupa peraturan perundang-undangan

Etika bisnis merupakan aspek penting dalam membangun hubungan bisnis dengan pihak lain.

Sukses atau gagalnya suatu bisnis sangat ditentukan oleh etika bisnis seseorang. Etika bisnis

yang baik juga dapat membangun komunikasi yang lebih baik dan mengembangkan sikap

saling percaya antarsesama pebisnis. Ada dua hal yang harus Anda perhatikan dalam

berbisnis. Yang pertama adalah memerhatikan kepentingan dan menjaga perasaan orang lain.

Yang kedua adalah mencegah terjadinya salah paham dengan orang lain, karena masing-

masing budaya atau negara mempunyai etika bisnis yang berbeda. Meski begitu, terdapat

beberapa etika yang berlaku umum. Perilaku dan sikap Anda bisa mencerminkan tentang diri

Anda. Perilaku juga mencerminkan watak Anda sehingga ada beberapa hal yang harus

dihindari. Perilaku yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak disiplin, dan tidak bisa

dipercaya, dapat membuat bisnis tidak berkembang. Etika bisnis yang tepat dapat

membangkitkan sifat-sifat yang positif. Tunjukkan sifat positif Anda. Misalnya, Anda perlu

tahu kapan harus menunjukkan perhatian dan belas kasih tanpa menjadi emosional.

Page 10: KASUS PELANGGARAN ETIKA

Tanamkanlah rasa percaya pada diri sendiri tanpa harus bersifat sombong. Dengan

mempelajari etika bisnis, Anda akan menunjukkan bahwa diri Anda memiliki pikiran yang

terbuka, sehingga akan membuat Anda dihargai oleh orang lain.

Semua etika bisnis yang baik harus didasari dengan kepekaan dan tenggang rasa. Sebaiknya

Anda pelajari etika umum (termasuk juga dari negara-negara lain), mulai dari cara merespon,

menyapa, dan sebagainya. Hal ini akan mampu membangun hubungan bisnis yang kuat.

Anda juga harus berbicara secara hati-hati. Saat bicara pada rekan bisnis sebaiknya pikirkan

kata-kata yang tepat, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti misalnya

membuat orang tersinggung. Etika bisnis mendorong kehati-hatian dalam berkomunikasi dan

memilih bentuk-bentuk ekspresi yang bisa diterima. Cobalah untuk berpakaian secara tepat,

berdiri dan duduk di tempat sesuai dengan posisi Anda pada waktu yang tepat. Jaga postur

tubuh yang baik, sehingga akan menciptakan kesan yang baik dan menghindari

kesalahpahaman.

Perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang

memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak

mentolerir tindakan yang tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau

jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan

oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan. Untuk memudahkan

penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung

dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara

menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct), memperkuat sistem

pengawasan, menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.

2.2. CONTOH KASUS

KASUS ETIKA BISNIS INDOMIE DI TAIWAN

Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis

terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan

luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam

pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang

mengikuti mekanisme pasar. Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar

dalam memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan

Page 11: KASUS PELANGGARAN ETIKA

melanggar peraturan yang berlaku. Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan

produk impor dari Indonesia yang ada di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta

kualitas yang tidak kalah dari produk-produk lainnya.

Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung

bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang

terkandung dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam

benzoat). Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan

pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk

Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu

tidak memasarkan produk dari Indomie.

Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera

memanggil Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan

masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini,” kata Ketua

Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010).

Komisi IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi

pihak negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang

terkandung di dalam produk Indomie.

A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang terkandung di

dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah

bahan pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya

ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik sendiri

pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%. Ketua BPOM Kustantinah juga

membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus Indomie ini.

Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang juga berada di

dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada dalam Indomie

masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah. Tetapi bila kadar

nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per kilogram untuk

mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan

unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan sangat

berisiko terkena penyakit kanker.

Page 12: KASUS PELANGGARAN ETIKA

Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision,

produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi

dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec. Produk

Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan karena

standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.

Page 13: KASUS PELANGGARAN ETIKA

III. PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk

suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai

kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang

kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur

yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang

dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Seperti pada kasus Indomie masalah yang terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan dan

informasi mengenai kandungan-kandungan apa saja yang terkandung dalam produk mie

tersebut sehingga Taiwan mempermasalahkan kandungan nipagin yang ada dalam produk

tersebut. Padahal menurut BPOM kandungan nipagin yang juga berada di dalam kecap dalam

kemasam mie instan tersebut, kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar

dan aman untuk dikonsumsi. Selain itu standar di antara kedua Negara yang berbeda

Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision dan karena Taiwan

bukan merupakan anggota Codec sehingga harusnya produk Indomie tersebut tidak

dipasarkan ke Taiwan.

3.2. SARAN

Bagi perusahaan Indomie sebaiknya memperbaiki etika dalam berbisnis, harus transparan

mengenai kandungan-kandungan apa saja yang terkandung dalam produk mie yang mereka

produksi agar tidak ada pelanggaran hukum pemakaian dan konsumsi serta keresahan yang

terjadi akibat informasi yang kurang bagi para konsumen tentang makanan yang akan mereka

konsumsi.

Page 14: KASUS PELANGGARAN ETIKA

DAFTAR PUSTAKA

Baswir, Revrisond. 2004. Etika Bisnis. Dalam Kompas Senin, 08 Maret 2004.

Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Buchholtz, R.A and S. B. Rosenthal. 1998. Business Ethics. Upper Saddle River,N.J.:

Prentice Hall.

Dalimunthe, Rita F. 2004. Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika Bisnis dan

Pengembangan Iptek.

DeGeorge, R. 2002. Business Ethics. Upper Saddle River, N.J.: Prentice-Hall, 5 thEd.

Echols, John M and Shadily, Hasan. 1992. Kamus Inggris

Indonesia. Penerbit PTGramedia, Jakarta.

Hatta, Mohammad. 1960. Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan. PT.

Pembangunan Djakarta. 31 Hal.It Pin. 2006. Etika dan

Bisnis. Dalam Kompas, Jumat 30 Juni 2006.

Mulkhan, Abdul Munir. 2005. Etika Welas Asih dan Reformasi Sosial Budaya

KiaiAhmad Dahlan. Dalam Kompas 1 Oktober 2005.

Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Nofie, lman, Nofie ?, Pengantar Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika Bisnis

dan Pengembangan Iptek.

Nofie, Iman. 2006. Etika Bisnis dan Bisnis Beretika. Dalam Website Google: Etika

Bisnis dan Pengembangan Iptek.

Sutarno,Ir.,M.Sc.,2013. Etika Bisnis “Apakah Etika Bisnis itu”.Dalam Slide show

presentation. Fakultas Teknologi Industri, Jogjakarta