Kasus D Gangguan Somatoform

7
Kasus 4 Gangguan Somatoform Topik : Gangguan Somatoform Presenter : dr. Alrahman Joneri Tanggal (kasus) : 4 Agustus 2014 Pendamping : dr. Erlentina Sembiring Tempat presentasi : Ruang diskusi RS dr. Rubini, Mempawah Obyektif presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjuan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neon atus Bay i Ana k Rem aja Dew asa Lan sia Bum il Deskripsi: Laki-laki 43 tahun badan terasa nyeri seperti bakteri berjalan diseluruh tubuhnya, muka terasa panas dan merah. Gangguan somtoform. Tujuan: Menatqlqksqnq gqngguqn somqtoform Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Aud it Cara membahas: Dis kusi Presentasi dan dikusi Email Pos Data pasien: Nama: Tn. K Nomor register: Nama klinik: RS dr. Rubini Telp: (0561)691118 Data utama dan bahan diskusi: 1. Diagnosis/ Gambaran klinis: Gangguan somatoform, keadaan umum baik, tanda vital normal. Mengeluh berdebar, debar, nyeri otot dan merasa bakteri disertai sulit tidur. 2. Riwayat Pengobatan: Sudah berobat ke banyak dokter dan perawat tapi keluhan tidak berkurang 3. Riwayat kesehatan/ penyakit: Keluhan dirasakan sudah lama, namun semua pemeriksaan menunjukan dalam batas normal. 4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang mengalami sakit serupa, dan tidak ada keluarga yang mengalami sakit jiwa. 5. Riwayat pekerjaan: Saat ini pasin sudah ridak bekerja lagi. 6. Lain-lain:

description

Kasus D Gangguan Somatoform

Transcript of Kasus D Gangguan Somatoform

Page 1: Kasus D Gangguan Somatoform

Kasus 4 Gangguan SomatoformTopik : Gangguan Somatoform Presenter : dr. Alrahman JoneriTanggal (kasus) : 4 Agustus 2014 Pendamping : dr. Erlentina SembiringTempat presentasi : Ruang diskusi RS dr. Rubini, Mempawah Obyektif presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjuan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Laki-laki 43 tahun badan terasa nyeri seperti bakteri berjalan diseluruh tubuhnya, muka terasa panas dan merah. Gangguan somtoform. Tujuan: Menatqlqksqnq gqngguqn somqtoformBahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas: Diskusi Presentasi dan dikusi Email PosData pasien: Nama: Tn. K Nomor register:Nama klinik: RS dr. Rubini Telp: (0561)691118Data utama dan bahan diskusi:1. Diagnosis/ Gambaran klinis:

Gangguan somatoform, keadaan umum baik, tanda vital normal. Mengeluh berdebar, debar, nyeri otot dan merasa bakteri disertai sulit tidur.

2. Riwayat Pengobatan:Sudah berobat ke banyak dokter dan perawat tapi keluhan tidak berkurang

3. Riwayat kesehatan/ penyakit:Keluhan dirasakan sudah lama, namun semua pemeriksaan menunjukan dalam batas normal.

4. Riwayat keluarga:Tidak ada keluarga yang mengalami sakit serupa, dan tidak ada keluarga yang mengalami sakit jiwa.

5. Riwayat pekerjaan:Saat ini pasin sudah ridak bekerja lagi.

6. Lain-lain:

Daftar pustaka:1. Pardamean E. 2007. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Menyambut

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia : Gangguan Somatoform. Ikatan Dokter Indonesia Cabang Jakarta Barat.

2. Nevid, J.S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilid I.Edisi 5. PenerbitErlangga : Jakarta3. Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2010). Gangguan Somatoform. Jakarta: FKUI.4. Goldberg, R. M. (2007). Practical Guide to the Care of the Psychiatric Patient.

Philadelphia: Elsevier Mosby.5. Maslim, R. (2003). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.6. Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott William&Wilkins

7. Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Hasil pembelajaran:1. Menegakan diagnosis gangguan somatoform

Page 2: Kasus D Gangguan Somatoform

2. Mengetahui jenis-jenis kelainan somatoform3. Mengetahui tatalaksana terhadap gangguan somatoform

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:1. Subyektif:

Seorang laki-laki 43 tahun badan terasa nyeri seperti bakteri berjalan diseluruh tubuhnya. Muka terasa panas dan merah, nyeri ulu hati. Tulang dan sendi sakit dan sulit tidur.

2. Objektif: Kesadarn : Compos MentisKU : baik Tanda vital :

TD : 120/80 mmHg Nadi : 84 x/ menit Nafas : 18x/menit

Kepala Konjungtiva anemis : -/- Sklera ikterik : -/- Pupil : isokor Reflek cahaya : +/+ Butterfly rush : -

Dada Simetris : (+) Jantung : S1S2 (+), S3S4 (-), Murmur (-), Gallop (-) Paru : bunyi dasar: vesikuler/vesikulr, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen Distensi : (-) Nyeri tekan : epigastrium

Ekstremitas Deformitas : -/- Nyeri tekan : -/- Krepitasi : -/- Keterbatasan gerak : -/-

3. Assasement (penalaran klinis): Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala

fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.1 Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya  gejala fisik, pada mana tak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut  terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan   adanya faktor psikologis atau konflik.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut:2

a. Faktor-faktor BiologisFaktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada gangguan somatisasi).

b. Faktor Lingkungan SosialSosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.

c. Faktor Perilaku

Page 3: Kasus D Gangguan Somatoform

Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah: Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang

tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder). Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit” Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan

dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.

d. Faktor Emosi dan KognitifPada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut: Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari adanya

penyakit serius (hipokondriasis). Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-impuls

yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik (gangguan konversi). Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu

strategi self-handicaping (hipokondriasis)Pasien yang memiliki gangguan somatisasi datang dengan keluhan somatik yang

banyak serta riwayat yang rumit. Bahkan terkadang pasien sudah melakukan pemeriksaan dengan alat-alat canggih. Gejala umum yang dikeluhkan adalah mual, muntah, sulit menelan, sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek, amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi. Pasien beranggapan ia sakit sepanjang hidupnya. Sering terdapat gejala neurologik seperti gangguan keseimbangan, merasa ada gumpalan di tenggorokan, afonia, retensi urin, hilang modalitas sensorik raba dan nyeri, buta, bangkitan, hilang kesadaran bukan karena pingsan. 3

Menurut DSM-IV-TR, gangguan somatisasi memiliki kriteria diagnosis sebagai berikut:,3,4,5,6

a. Riwayat gejala fisik yang banyak (atau suatu keyakinan bahwa dirinya sakit) yang mulai sebelum usia 30 tahun, berlangsung selama beberapa tahun, dan mengakibatkan perilaku mencari pertolongan medis (”medical seeking behavior”) atau hendaya yang bermakna.

b. Kombinasi dari gejala-gejala yang tidak terjelaskan, yang terjadi kapanpun selama perjalanan dari gangguan, yang semuanya harus dipenuhi. Gejala-gejala yang dimaksud antara lain:i. 4 gejala nyeri (melibatkan minimal 4 lokasi atau fungsi yang berbeda meliputi

kepala dan leher, abdomen, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, dan saat berkemih)

ii. 2 gejala gastrointestinal selain nyeri (meliputi mual, kembung, muntah, diare, dan intoleransi makanan)

iii.Satu gejala seksual (kehilangan keinginan seksual, disfungsi seksual, mens ireguler, perdarahan mens yang berlebihan, muntah-muntah selama hamil)

iv.Satu gejala pseudoneurologik yang bukan nyeri (meliputi gangguan keseimbangan, kelemahan, kesulitan menelan, afonia, retensi urin, halusinasi, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, disosiasi, dan kehilangan kesadaran)

c. Gejala-gejala tersebut bukanlah akibat gangguan kondisi medis, ataupun kalau terdapat gangguan kondisi medis, gejala dan efeknya pada pasien melebihi dari apa yang biasanya dapat disebabkan gangguan kondisi medis tersebut.

d. Gejala-gejala tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat secara sengaja atau berpura-pura

Page 4: Kasus D Gangguan Somatoform

4. Plan: Penatalaksanaan gangguan somatisasi meliputi:1. Pendekatan untuk tatalaksana gangguan somatisasi harus bersifat realistis dan berfokus

pada care dan bukan cure.2. Beberapa poin klinis yang bermanfaat, berdasarkan asumsi bahwa adanya kebutuhan

psikologis yang merupakan penyebab mendasar dari gangguan somatisasi:a. Pasien tidak selalu mencari kesembuhan tetapi mungkin menginginkan adanya relasi

dengan praktisib. Pasien ingin dokter mengakui bahwa dirinya sakitc. Berikan reassurance (dukungan) secara lambat dan berhati-hati. Pasien seringkali

tidak suka dan menolak (resisten) dengan pernyataan-pernyataan bahwa dirinya tidak sakit, bahwa gejalanya bersumber dari emosi/psikis.

d. Hindari dikotomi tubuh-pikiran dalam menginterpretasikan gejalae. Tunjukkan kepedulian pada distress pasien dan tunjukkan keinginan untuk

menolongf. Hindari penjelasan prematur mengenai hubungan antara gejala fisik dan fenomena

psikologis. Lakukan penjelasan secara bertahap yang membuat pasien mengerti dan menganggapnya serius. Hindari saran-saran yang menyatakan bahwa segala masalah terletak dalam “kepala” pasien

g. Targetkan optimalisasi fungsi Usahakan untuk mengerti sumber stres dan sarana coping, serta tetapkan target

untuk perilaku adaptasi yang lebih baik Tanamkan agar pola perilaku dan komunikasi pasien jangan seperti orang sakit

terus menerus. Kapan saja bila memungkinkan, bicarakan hal-hal lain dan diskusikanlah selain daripada gejala fisik

Ajarkan bahwa adanya relasi erat antara tubuh, otak, dan pikiran dengan menggunakan contoh-contoh sederhana yang bisa diterima pasien (muka memerah bila merasa malu, mulut kering bila berbicara di depan umum, sesak dan jantung berdegup cepat bila cemas, sakit kepala bila tegang)

3. Buat jadwal pertemuan terencana, misalnya 1 bulan sekali4. Batasi penggunaan alat diagnostik dan obat-obatan. Beberapa pemeriksaan fisik yang

terfokus dan pemeriksaan lab yang kadang-kadang saja sifatnya. Tanda (sign) harus lebih diandalkan daripada gejala (symptoms)

5. Terapi kelompok dan terapi kognitif-perilaku dapat bermanfaat 6. Belum terdapat psikofarmaka yang efektif untuk mengatasi gejala gangguan somatisasi,

dan hanya dianjurkam bila terbukti ada komorbid gangguan psikiatris lainnya.

Menurut PPDGJ, bagan pengobatan keseluruhan gangguan somatisasi adalah sebagai berikut:7

1. Tujuan Pengobatana. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenrakan

pemikiran/meyakinkan nahwa gejala hanya ada dlam pikiran tidak untuk kehidupan nyata

b. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu

c. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom comorbid (memperparah kondisi)

2. Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososiala. Pengobatan yang konsisiten, ditangani oleh dokter yang samab. Buat jadwal regular ddengan interval waktu kedatangan yang memadai

Page 5: Kasus D Gangguan Somatoform

c. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial3. Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik

a. Diberikan hanya bila indikasinya jelasb. Hindari obat-obatan yang bersifat addiksi

1) Anti Anxietas 2) Antidepressan

Adapun tatalaksana pada pasien ini adalah: Lansoprazol 1x30 mg Alprazolam 1x 0,25 mg Multivitamin 1x1 tab Pasien disarankan konsul ke dokter spesialis kejiwaan.