Kasus Besar Dr. Wachid

download Kasus Besar Dr. Wachid

of 50

Transcript of Kasus Besar Dr. Wachid

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    1/50

    1

    DAFTAR MASALAH

    No. Masalah aktif Masalah pasif Tanggal Keterangan

    1. Klinis CKD Stage V 13 April 2011 USG, ureum, kreatinin,albumin, protein urin

    2. Hipertensi Urgency 13 April 2011 Tensi

    3. CHF NYHA III-IV 13 April 2011 ekokardiografi

    4. Retinopati Hipertensi 13 April 2011 funduskopi

    5. Anemia Sedang 13 April 2011 DR3, GDT, SI, TIBC,

    ferritin, retikulosit

    6. Trombositopenia 13 April 2011 DR3

    7. Hiponatremia 13 April 2011 elektrolit

    8. Hiperglikemia 14 April 2011 GDP, GD2JPP, HbA1C

    9. Hipokalsemia 14 April 2011 elektrolit

    10. Hiperurisemia 14 April 2011 asam urat

    11. Pyuri Hematuri 14 April 2011 urin rutin, kultur urin

    dan tes sensitivitas

    antibiotik

    12. Efusi Pleura Bilateral 20 April 2011 foto thorax PA, USG

    13. Anemia sedang 23 April 2011 DR3

    14. Hiponatremia 23 April 2011 Elektrolit

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    2/50

    2

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    I. ANAMNESISAutoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada tanggal 23 April 2011 di

    bangsal Melati I kamar 1 bed 1.

    A. Identitas PenderitaNama : Tn. S

    Umur : 53 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Buruh bangunan

    Alamat : Pengawat 4/8 Karanganyar

    No. RM : 01.06.13.55

    Masuk RS : 13 April 2011

    Pemeriksaan : 23 April 2011

    B. Keluhan UtamaSesak nafas

    C. Riwayat Penyakit SekarangSejak 1 hari SMRS pasien mengeluh sesak nafas. Sesak nafas dirasakan

    kumat-kumatan terutama saat pasien beraktivitas. Sesak nafas dirasakan

    makin lama makin memberat sehingga aktivitas ringan saja, seperti berjalan

    ke kamar mandi, sudah membuat pasien merasa sesak. Sesak nafas tidak

    berkurang dengan istirahat. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, debu,

    kotoran, ataupun kondisi emosional pasien. Pada malam hari pasien juga

    merasa sesak sehingga sering terbangun pada malam hari. Sesak bertambah

    parah jika posisi pasien berbaring. Sesak nafas berkurang dengan posisi

    setengah duduk. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah yang terus

    menerus tiap kali makan. Muntahan berupa cairan bercampur makanan

    sesuai yang dimakan pasien. Nafsu makan pasien menurun, badan terasa

    lemas, mudah capek, nggliyer, bengkak pada wajah dan kaki. Pasien

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    3/50

    3

    mengeluhkan nyeri kepala dan leher terasa cengeng, jimpe-jimpe (+), perut

    sebah (+). Pasien tidak demam, batuk (-), sakit saat menelan (-), telinga

    berdenging (-), kulit kuning (-), mata kuning (-). BAK pasien berkurang 3-4

    kali/hari @ - gelas belimbing, warna urin merah. Nyeri saat BAK (-),

    BAK menetes (-), anyang-anyangen (-), BAK berpasir (-), batu (-), darah

    (+). BAB 1 kali/hari @ - 1 gelas belimbing, konsistensi padat, warna

    kuning kecoklatan, darah (-), lendir (-).

    Sejak 4 hari SMRS pasien mengeluh bengkak pada wajah dan kaki.

    Bengkak mula-mula terjadi di kedua kelopak mata kemudian dirasakan

    merata di wajah. Kemudian kedua kaki pasien juga menjadi bengkak. Pasien

    menjadi mudah sesak nafas, aktivitas semakin terganggu karena sebentar-

    sebentar pasien mengeluhkan sesak nafas. Ketika berjalan beberapa meter

    pasien merasakan sesak nafas. Sesak nafas berkurang saat pasien

    beristirahat. Badan lemas (+), nggliyer (+), nyeri kepala (+), leher cengeng

    (+). Terkadang pasien merasa dada berdebar-debar, nyeri dada (-), mual (-),

    muntah (-). Oleh keluarganya pasien dibawa berobat ke RSUD Karanganyar.

    Dokter mengatakan kalau pasien mengalami sakit jantung dan ginjal. Selama

    dirawat di RS Karanganyar kondisi pasien tidak membaik, sesak nafas

    semakin bertambah parah sehingga pasien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta.

    Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluhkan penglihatan menjadi gelap.

    Pasien tidak mampu melihat dengan jelas dari jarak yang dekat sekalipun.

    Pandangan berangsur-angsur menurun tajam, semula hanya kabur, kemudian

    samar-samar, dan lama kelamaan menjadi gelap. Pandangan dobel (-),

    pandangan berkabut (-), pandangan berputar-putar (-), mata cekot-cekot (-).

    Karena kondisinya ini pasien sudah tidak dapat bekerja lagi dan berdiam diri

    di rumah saja.

    Sejak 5 bulan SMRS pasien mengeluh nyeri kepala dan kepala terasa

    berat. Nyeri kepala dirasakan terus menerus sampai mengganggu pekerjaan

    pasien sebagai buruh bangunan. Leher cengeng (+), telinga berdenging (+).

    Saat nyeri kepala pasien mengkonsumsi mixagrip namun nyeri tidak

    berkurang sama sekali. Pasien juga mengeluhkan badan menjadi semakin

    lemas, kadang-kadang merasa sesak nafas saat sedang bekerja. Pasien

    merasa pandangan mulai kabur, penglihatan tidak jelas lagi sehingga pasien

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    4/50

    4

    memeriksakan diri ke puskesmas. Dokter mengatakan kalau tensi pasien

    tinggi dan menyarankan pasien untuk rutin kontrol ke puskesmas. Karena

    keterbatasan biaya pasien tidak rajin kontrol dan hanya beberapa kali saja

    kembali ke puskesmas.

    Sejak 2 tahun SMRS pasien mengeluh sering pusing. Pusing dirasakan

    terus menerus dan tidak berkurang dengan obat pusing. Pusing cekot-cekot

    dan terasa sekali di tengkuk belakang, leher cengeng (+), telinga berdenging

    (+), dada berdebar-debar (-), nyeri dada (-). BAK 6-7 kali/hari @ - 1 gelas

    belimbing, warna kuning jernih. Nyeri saat BAK (-), BAK menetes (-),

    anyang-anyangen (-), BAK berpasir (-), batu (-), darah (-). BAB 1 kali/hari

    @ - 1 gelas belimbing, konsistensi padat, warna kuning kecoklatan, darah

    (-), lendir (-). Pasien pernah memeriksa tekanan darah di puskesmas dan

    dinyatakan bahwa pasien memiliki penyakit tekanan darah tinggi dan diberi

    obat penurun tensi. Namun setelah itu pasien jarang kontrol tensi ke

    puskesmas sehingga tidak lagi mengkonsumsi obat penurun tensi.

    D. Riwayat Penyakit Dahulu1. Riwayat sakit darah tinggi : (+) sejak 2 tahun SMRS2. Riwayat sakit gula : disangkal3. Riwayat sakit jantung : disangkal4. Riwayat sakit ginjal : disangkal5. Riwayat sakit kuning : disangkal6. Riwayat sakit asma : disangkal7. Riwayat mondok : (+) 3 hari SMRS di RS Karanganyar

    E. Riwayat Kebiasaan1. Riwayat merokok : (+) sejak 30 tahun yang lalu, pasien

    berhenti merokok 2 tahun SMRS

    2. Riwayat minum jamu : (+) sejak 5 tahun yang lalu, pasienmengkonsumsi jamu serbuk cap air

    mancur 1 kali seminggu kalau badan

    capek.

    3. Riwayat minum obat-obatan : (+) sejak 2 tahun yang lalu, pasiensering mengkonsumsi mixagrip untuk

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    5/50

    5

    menghilangkan pusing dan nyeri

    kepala.

    4. Riwayat minum alkohol : (+) sejak 20 tahun yang lalu, pasienberhenti minum alkohol 3 tahun

    SMRS.

    5. Riwayat suntik : disangkal

    F. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga1. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal2. Riwayat sakit gula : disangkal3. Riwayat sakit jantung : disangkal4. Riwayat sakit ginjal : disangkal5. Riwayat sakit asma : disangkal

    G. Riwayat Perkawinan dan Sosial EkonomiPasien adalah seorang suami dengan seorang istri dan dua orang anak.

    Pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Penghasilan pasien perbulan sebesar

    Rp. 800.000,- dengan pengeluaran perbulan berkisar Rp 600.000,- s.d Rp

    700.000,-. Sudah satu bulan pasien tidak bekerja karena sakitnya. Kesan

    ekonomi kurang dan pasien berobat dengan biaya jamkesmas.

    H. Riwayat GiziSebelum sakit, pasien makan 2-3 kali sehari dengan nasi, sayur, tahu,

    tempe dan terkadang ikan. Pasien jarang mengkonsumsi telur, daging dan

    buah-buahan.

    I. Anamnesis Sistem1. Keluhan utama : sesak nafas2. Kulit : pucat (+), kuning (-), kering (-), kebiruan (-), gatal (-),

    bercak kuning (-), luka (-), bintik-bintik perdarahan

    pada kulit (-).

    3. Kepala : pusing (+), nggliyer (+), nyeri kepala (+), kepalaterasa berat (+), leher cengeng (+), perasaan

    berputarputar (-), rambut mudah rontok (-).

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    6/50

    6

    4. Mata : mata berkunang kunang (+), pandangan kabur(+), pandangan gelap (+), gatal (-), mata kuning (-),

    mata merah (-), kelopak mata bengkak (+).

    5. Hidung : tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau airberlebihan (-), gatal (-).

    6. Telinga : telinga berdenging (+), pendengaran berkurang (-),keluar cairan atau darah (-).

    7. Mulut : bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawanberulang (-), gigi tanggal (-), sulit berbicara (-), papil

    lidah atrofi (-).

    8. Tenggorokan : rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan (-),sakit tenggorokan (-), suara serak (-).

    9. Sistem respirasi : sesak nafas (+), batuk (-), dahak (-), darah (-), nyeridada (-), mengi (-).

    10.Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-),sering pingsan (-), berdebar-debar (+),

    keringat dingin (-), ulu hati terasa panas (-),

    bangun malam karena sesak nafas (+).

    11.Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (-),perut sebah (-), cepat kenyang (-), nafsu

    makan berkurang (+), BAB darah (-), BAB

    warna seperti dempul (-), diare (-), sulit BAB

    (-), perut nyeri setelah makan(-).

    12.Sistem musculoskeletal : lemas (+), badan terasa keju-kemeng (+),kaku sendi (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi

    (-), nyeri otot (-), kaku otot (-), kejang (-).

    13.Sistem genitouterina : nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-),sering buang air kecil (-), air kencing warna

    seperti teh (-), urin warna merah (+), nanah

    (-), BAK berkali-kali karena tidak lampias/

    anyang-anyangan (-), sering menahan kencing

    (-), rasa pegal di pinggang, rasa gatal pada

    saluran kencing (-), rasa gatal pada alat

    kelamin (-).

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    7/50

    7

    14.Ekstremitas :a. Atas : luka (-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jari

    terasa dingin (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-), nyeri (-/-),

    lebam-lebam kulit (-/-)

    b. Bawah : luka (-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jariterasa dingin (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-), nyeri (-/-),

    lebam-lebam kulit (-/-)

    15.Sistem neuropsikiatri : kesemutan (-), kejang (-), gelisah (-), mengigau(-)

    II. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 23 April 2011

    1. Keadaan UmumSakit sedang, kesadaran compos mentis, gizi kesan cukup

    2. Tanda VitalTensi : 230/120 mmHg

    Nadi : 92 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

    Denyut jantung : 92 x/menit, irama reguler

    Frekuensi nafas : 30 x/menit, pernafasan torakoabdominal

    Suhu : 38,2C per aksiler

    3. Status GiziBB = 60 kg

    TB = 165 cm

    BMI = 60/(1,65)2= 22,04 kg/m

    2(harga normal = 18,5-22,5 kg/m

    2)

    Kesan : normoweight

    4. KulitWarna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), kering (-),

    teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-), ekimosis (-), lebam kemerahan (-).

    5. KepalaBentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban (-), mudah rontok (-), luka (-)

    6. WajahSimetris, eritema (-)

    7. Mata

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    8/50

    8

    Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan

    subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya

    (+/+) normal, edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).

    8. TelingaMembran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri

    tekan tragus (-), gangguan fungsi pendengaran (-).

    9. HidungDeviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-),

    fungsi pembau baik, foetor ex nasal (-)

    10.MulutSianosis (-), papil lidah atrofi (-),gusi berdarah (-), bibir kering (-), stomatitis

    (-), pucat (-), lidah tifoid (-), luka pada sudut bibir (-).

    11.LeherJVP R+3 cm H2O, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),

    pembesaran kelenjar getah bening (-), leher kaku (-), distensi vena leher (-).

    12.ThoraksBentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), spider nevi (-),

    pernafasan thorakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah

    bening aksilla (-), rambut ketiak rontok (-), ginecomastia (-).

    Jantung :

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-)

    Perkusi :

    kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra kiri bawah : SIC V 2 cm lateral linea midclavicularis sinistra kanan atas : SIC II linea sternalis dextra kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra konfigurasi jantung kesan melebar ke kaudolateral

    Auskultasi : HR 92x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,

    bising (-), gallop (-)

    Pulmo :

    Depan

    Inspeksi :

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    9/50

    9

    Statis : normochest, simetris kanan-kiri, sela iga tak melebar,

    retraksi (-), sela iga tidak mendatar

    Dinamis : simetris, pengembangan dada kanan = kiri, sela iga tak

    melebar, retraksi (-),

    Palpasi :

    Statis : simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-), tidak ada yang

    tertinggal

    Dinamis : pengembangan paru simetris, tidak ada yang tertinggal,

    fremitus raba kanan = kiri

    Perkusi :

    Kanan : sonor hingga SIC III, batas paruhepar redup relatif di SIC

    VI LMCD, batas paru hepar redup absolut di SIC VII

    LMCD

    Kiri : sonor, sesuai batas paru jantung pada SIC VI LMCS.

    Auskultasi :

    Kanan : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-)

    ronki basah kasar (-), ronki basah halus (+), krepitasi (-)

    Kiri : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-)

    ronki basah kasar (-), ronki basah halus (+), krepitasi (-)

    Belakang

    Inspeksi :

    Statis : punggung kanan kiri simetris

    Dinamis : pengembangan dada simetris

    Palpasi :

    Statis : punggung kanan dan kiri simetris

    Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri

    Perkusi :

    Kanan : sonor, mulai redup pada batas paru bawah V Th X

    Kiri : sonor, mulai redup pada batas paru bawah V Th XI

    Peranjakan diafragma 5 cm kanan sama dengan kiri.

    13.Punggungkifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-/-)

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    10/50

    10

    14.AbdomenInspeksi : dinding perut setinggi dinding dada, distended (-),

    venektasi (-), caput medusae (-), ikterik (-)

    Auskultasi : peristaltik (+) normal, bruit hepar (-), bising epigastrium

    (-)

    Perkusi : tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-)

    Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

    15.GenitourinariaUlkus (-), secret (-), tanda-tanda radang (-)

    16.Rectal toucherTonus sphincter ani (++), mukosa licin, benjolan (-), massa (-), darah (-)

    17.Kelenjar getah bening inguinalTidak membesar.

    18.EkstremitasAkral dingin Edema Palmar eritema Sianosis

    III. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. Pemeriksaan Laboratorium DarahHematologi

    Rutin

    13 April

    2011

    14 April

    2011

    17 April

    2011

    23 April

    2011Satuan Rujukan

    Hb 7,1 7,2 9,5 9,9 g/dl 1417,5

    HCT 13,6 23 25,5 30 4052

    AL 7,2 7 6,6 9,8 103/l 411,3

    AT 98 113 112 126 103/l 150450

    AE 2,44 2,53 3,25 3,47 106/l 4,55,9

    Gol.darah B

    Index Eritrosit

    MCV 90,8 /um 80-96.0

    MCH 28,5 Pg 28.0-33.0

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    11/50

    11

    MCHC 31,5 g/dl 33.0-36.0

    RDW 14,2 % 11.6-14.6

    HDW 2,8 g/dl 2.2-3.2

    MPV 5,5 Fl 7.2-11.1PDW 49 % 25-65

    Hitung Jenis

    Eosinofil 2,10 % 0-4

    Basofil 0,30 % 0-2

    Netrofil 80,70 % 55-80

    Limfosit 11,70 % 22-44

    Monosit 5,20 % 0-7

    LUC 0,80 % -

    Retikulosit % 0.51.5

    Kimia Klinik

    GDS 128 mg/dL 80-140

    GDP 125 mg/dl 70-110

    GD2PP mg/dl 80-140

    HbA1c % 4,8-5,9

    SGOT 27 U/L 0-35

    SGPT 18 U/L 0-45

    GammaGT 41 U/L

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    12/50

    12

    HDL-Kolest. 44 mg/dl 31-875

    LDL-Kolest. 103 mg/dl 88-186

    Trigliserid 125 mg/dl

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    13/50

    13

    Keton 5 mg/dl Negatif

    Urobilinogen Normal mg/dl Normal

    Bilirubin Negatif mg/dl Negatif

    Eritrosit 250 /ul NegatifMikroskopis

    Eritrosit 94.022 /ul 0-6,4

    Eritrosit 16.924 /lpb 0-5

    Leukosit 500 /ul 0-5,8

    Leukosit 1-2 /lpb 0-12

    Epitel

    Epitel - /ul 0,0-3,5Epitel - /lpb 0-2

    Epitel squamosa - /lpb Negatif

    Epitel transisional - /lpk Negatif

    Epitel bulat - /lpk Negatif

    Silinder

    Hialin 0 /lpk 03

    Granulated - /lpk NegatifLeukosit - /lpk Negatif

    Kristal - /lpb Negatif

    Silinder 0 /LPK 0-3

    Lain-lain

    Bakteri + /L 0,0-93,0

    Kristal 0 /L 0,0-0,0

    Yeast Like Cell 0 /L 0,0-0,0Mukus 0 /L 0,00-0,00

    Sperma 0 /L 0,0-0,0

    Small round cell 9,2 / L 0,0-0,0

    Konduktivitas 11,6 mS/cm 3,0-32,0

    Lain-lain Bakteri (+), Leukosit 1-2/LPB

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    14/50

    14

    C. Pemeriksaan USG Abdomen tanggal 20 April 20111. Hepar, VF, Pancreas Lien, VU, dan Prostat dalam batas normal2. Efusi pleura bilateral3. Ukuran kedua ren normal, echostruktur meningkat4. Batas korteks dan medulla mengabur, batu (-)Kesan : Acute on CKD dengan efusi pleura bilateral

    IV. RESUMESejak 1 hari SMRS pasien mengeluh sesak nafas terutama saat pasien

    beraktivitas. Sesak nafas dirasakan makin lama makin memberat sehingga

    aktivitas ringan saja sudah membuat pasien merasa sesak. Sesak nafas tidak

    berkurang dengan istirahat. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, debu, kotoran,

    ataupun kondisi emosional pasien. Pasien sering terbangun pada malam hari

    karena sesak nafasnya. Sesak bertambah parah jika posisi pasien berbaring.

    Sesak nafas berkurang dengan posisi setengah duduk. Pasien juga mengeluhkan

    mual dan muntah yang terus menerus tiap kali makan. Nafsu makan pasien

    menurun, badan terasa lemas, mudah capek, nggliyer, bengkak pada wajah dan

    kaki. Pasien mengeluhkan nyeri kepala dan leher terasa cengeng, jimpe-jimpe,

    dan perut sebah. BAK pasien berkurang 3-4 kali/hari @ - gelas belimbing,

    warna merah.

    Sejak 4 hari SMRS pasien mengeluh bengkak pada wajah dan kaki. Bengkak

    mula-mula terjadi di kedua kelopak mata kemudian dirasakan merata di wajah.

    Kemudian kedua kaki pasien juga menjadi bengkak. Pasien menjadi mudah

    sesak nafas saat beraktivitas. Sesak nafas berkurang dengan istirahat. Badan

    lemas, nggliyer, nyeri kepala, leher cengeng. Terkadang pasien merasa dada

    berdebar-debar. Oleh keluarganya pasien dibawa berobat ke RSUD

    Karanganyar. Dokter mengatakan kalau pasien mengalami sakit jantung dan

    ginjal. Selama dirawat di RS Karanganyar kondisi pasien tidak membaik, sesak

    nafas semakin bertambah parah sehingga pasien dirujuk ke RSUD Dr.

    Moewardi Surakarta.

    Sejak 1 bulan SMRS pasien mengeluhkan penglihatan menjadi gelap. Pasien

    tidak mampu melihat dengan jelas dari jarak yang dekat sekalipun. Pandangan

    berangsur-angsur menurun tajam, semula hanya kabur, kemudian samar-samar,

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    15/50

    15

    dan lama kelamaan menjadi gelap. Karena kondisinya ini pasien sudah tidak

    dapat bekerja lagi dan berdiam diri di rumah saja.

    Sejak 5 bulan SMRS pasien mengeluh nyeri kepala dan kepala terasa berat.

    Pasien juga mengeluhkan leher cengeng dan telinga berdenging. Saat nyeri

    kepala pasien mengkonsumsi mixagrip namun nyeri tidak berkurang sama

    sekali. Badan terasa lemas, kadang-kadang pasien merasa sesak nafas saat

    sedang bekerja. Pasien merasa pandangan mulai kabur, penglihatan tidak jelas

    lagi sehingga pasien memeriksakan diri ke puskesmas. Dokter mengatakan

    kalau tensi pasien tinggi dan menyarankan pasien untuk rutin kontrol ke

    puskesmas. Karena keterbatasan biaya pasien tidak rajin kontrol dan hanya

    beberapa kali saja kembali ke puskesmas.

    Sejak 2 tahun SMRS pasien mengeluh sering pusing. Pusing dirasakan terus

    menerus dan tidak berkurang dengan obat pusing. Pusing cekot-cekot dan terasa

    sekali di tengkuk belakang, leher cengeng, telinga berdenging. BAK 6-7

    kali/hari @ - 1 gelas belimbing, warna kuning jernih. BAB tidak ada kelainan.

    Pasien pernah memeriksa tekanan darah di puskesmas dan dinyatakan bahwa

    pasien memiliki penyakit tekanan darah tinggi dan diberi obat penurun tensi.

    Namun setelah itu pasien jarang kontrol tensi ke puskesmas sehingga tidak lagi

    mengkonsumsi obat penurun tensi.

    Pada pemeriksaan fisik tanggal 23 April 2011 didapatkan keadaan umum

    pasien sakit sedang kesadaran compos mentis, gizi kesan cukup. Tensi =

    230/120 mmHg, nadi 92 kali/menit, frekuensi nafas 30 kali/menit, dan suhu

    peraksiler 38,2 C. BMI = 22,04 dengan kesan normoweight. Pemeriksaan fisik

    tanggal 23 April 2011 didapatkan batas jantung kesan melebar ke kaudolateral,

    dan ronki basah halus di kedua lapang paru. Pemeriksaan laboratorium tanggal

    23 April 2011 didapatkan trombosit 126.000/ul, ureum 114 mg/dl, kreatinin 12,1

    mg/dl, ion Ca 1,13 mmol/l dan pada tanggal 14 April 2011 GDP 125 mg/dl,

    asam urat 9,7 mg/dl. Pemeriksaan urin rutin tanggal 14 April 2011 diperoleh

    leukosit 500/ul, protein 500 mg/dl, eritrosit 250/ul. USG abdomen tanggal 20

    April 2011 menunjukkan akut on CKD dengan efusi pleura bilateral.

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    16/50

    16

    V. DAFTAR ABNORMALITASAnamnesis :

    1. sesak nafas2. bangun malam karena sesak nafas3. mual4. muntah5. nafsu makan berkurang6. badan lemas7. mudah lelah8. nggliyer9. bengkak pada wajah10.bengkak pada kaki11.badan keju kemeng12.nyeri kepala13.leher cengeng14.telinga berdenging15.perut sebah16.dada berdebar-debar17.pandangan gelap18.pandangan kabur

    Pemeriksaan Fisik :

    19.tensi 230/120 mmHg20.frekuensi nafas 30 kali/menit21.suhu 38,2C per aksiler22.konfigurasi jantung kesan melebar ke kaudolateral23.ronki basah halus

    Pemeriksaan Laboratorium :

    24.trombosit 126.000/ul25.ureum 150 mg/dl26.kreatinin 12,1 mg/dl27.asam urat 9,7 mg/dl28.GDP 125 mg/dl

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    17/50

    17

    29.calsium 1,13 mmol/L30.urin berwarna merah31.leukosit urin 500/ul32.nitrit urin positif33.protein urin 500 mg/dl34.glukosa urin 50 mg/dl35.keton urin 5 mg/dl36.eritrosit urin 250/ul37.USG abdomen batas korteks dan medulla mengabur38.USG abdomen efusi pleura bilateral

    VI. ANALISIS DAN SINTESISa. Abnormalitas 1,3,4,5,6,8,9,15,25,26,32,33,34,35,37 CKD Stage Vb. Abnormalitas 2,7,10,20,22,23 CHF NYHA III-IVc. Abnormalitas 12,13,14,16,19 hipertensi emergencyd. Abnormalitas 1,23,38efusi pleura bilaterale. Abnormalitas 17,18 retinopati hipertensif. Abnormalitas 24 trombositopeniag. Abnormalitas 28 hiperglikemiah. Abnormalitas 29 hipokalsemiai. Abnormalitas 11,27 hiperurisemia

    j. Abnormalitas 21,30,31,36 pyuri hematuri

    VII. PROBLEM1. CKD Stage V2. Hipertensi emergency3. CHF NYHA III-IV4. Efusi pleura bilateral5. Retinopati hipertensi6. Trombositopenia7. Hiperglikemia8. Hipokalsemia9. Hiperurisemia10.Pyuri Hematuri

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    18/50

    18

    VIII. RENCANA PEMECAHAN MASALAHProblem 1. CKD Stage V

    Ass : etiologi e.c nefropati hipertensi

    Ip.Dx : USG urologi, biopsi renal

    Ip.Tx : - Bed rest tidak total, posisi setengah duduk

    - 2 lpm

    - Diet ginjal 1700 kkal protein < 40 gr, garam < 5 gr

    - Infus D5% 20 tpm

    - Infus Aminovel 1 fl / hari

    - Inj furosemid 4 amp/6 jam

    - Inj ceftriaxon 2 gr/24 jam

    - Inj ranitidin 1 amp/12 jam

    - Inj ondansetron 1 amp k/p

    - Asam folat 3 x 1 tab

    - Vit B plex 3 x 1 tab

    - HD

    Ip.Mx : - ureum, kreatinin, elektrolit

    - BC seimbang

    Ip.Ex : edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya

    Px : Ad vitam : dubia ad malam

    Ad sanam : dubia ad malam

    Ad fungsionam` : dubia ad malam

    Problem 2. Hipertensi Urgency

    Ass : - kegawatan

    - penatalaksanaan

    Ip Dx : ekokardiografi, CT scan

    Ip Tx : - diet rendah garam < 5 gram/hari

    - clonidin 0,15 mg 2 x 1 tab

    Ip Mx : KUVS

    Ip Ex : edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan

    komplikasinya

    Px : Ad vitam : dubia ad malam

    Ad sanam : dubia ad malam

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    19/50

    19

    Ad fungsionam : dubia ad malam

    Problem 3. CHF NYHA III-IV

    Ass : menegakkan diagnosis

    Fungsional : decompensatio cordis NYHA III-IV

    Anatomi : LVH

    Etiologi : penyakit jantung hipertensi

    Ip Dx : ekokardiografi

    Ip Tx : - Bed rest tidak total, posisi setengah duduk

    - Diet rendah garam < 5 gram/hari

    - ISDN tab 3 x 5 mg

    Ip Mx : KUVS, BC seimbang

    Ip Ex : edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya

    Px : Ad vitam : dubia ad malam

    Ad sanam : dubia ad malam

    Ad fungsionam : dubia ad malam

    Problem 4. Efusi Pleura Bilateral

    Ass : Etiologi DD sekunder problem I

    CHF

    hipoalbumin

    Ip Dx : Pungsi cairan pleura

    Ip Tx : -

    Ip Mx : albumin, globulin, rontgen thorax ulang post pungsi pleura

    Ip Ex : edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya

    Px : Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad sanam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

    Problem 5. Retinopati Hipertensi

    Ass : etiologi e.c sekunder problem II

    Ip Dx : funduskopi

    Ip Tx : -

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    20/50

    20

    Ip Mx : -

    Ip Ex : edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya

    Px : Ad vitam : dubia ad malam

    Ad sanam : dubia ad malam

    Ad fungsionam : dubia ad malam

    Problem 6. Trombositopenia

    Ass : etiologi DD sekunder problem I

    DF-DHF

    Ip Dx : uji HI

    Ip Tx : -

    Ip Mx : tanda perdarahan, DR3 ulang

    Ip Ex : edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya

    Px : Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad sanam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

    Problem 7. Hiperglikemia

    Ass : etiologi dd reaktif

    DM tipe 2

    Ip Dx : GDP, G2PP, HbA1C

    Ip Tx : -

    Ip Mx : GDS

    Ip Ex : edukasi pasien untuk menjaga pola makan, mengurangi makanan

    yang tinggi gula dan makanan berlemak serta berolahraga dengan

    teratur

    Px : Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad sanam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

    Problem 8. Hipokalsemia

    Ass : etiologi dd hipoalbumin

    intake kurang

    Ip Dx : cek albumin ulang

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    21/50

    21

    Ip Tx : - koreksi hipoalbumin

    - CaCO3 tab 3 x 1

    Ip Mx : kadar kalsium post terapi

    Ip Ex : edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya

    Px : Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad sanam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

    Problem 9. Hiperurisemia

    Ass : etiologi dd gangguan ekskresi

    intake berlebih

    Ip Dx : asam urat urin tampung 24 jam

    Ip Tx : diet rendah purin

    Ip Mx : kadar asam urat post terapi

    Ip Ex : edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya

    Px : Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad sanam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

    Problem 9. Pyuri Hematuri

    Ass : Etiologi DD sekunder problem I

    ISK

    BSK

    Ip Dx : kultur urin dan tes sensitivitas, USG Urologi

    Ip Tx : - inj Ceftriaxon 2gr/24 jam

    - jika sudah ada hasil kultur, berikan antibiotik sesuai dengan hasil

    kultur dan tes sensitivitas

    Ip Mx : urin rutin

    Ip Ex : edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya

    Px : Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad sanam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    22/50

    22

    PROGRESS REPORT

    23 April 2011 24 April 2011 25 April 2011

    Subjektif Sesak nafas, mual, muntah Sesak nafas, mual, muntah Sesak nafas, mual, muntah

    Objektif T : 230/120 mmHg

    N : 92 x/menit

    Rr: 30 x/menit

    S : 38,3C

    - Mata :

    konjungtiva pucat (-/-)

    sklera ikterik (-/-)

    - Leher :

    JVP R+2, KGB tdk >>

    - Cor :

    IC tdk tampak, IC tdk kuat

    angkat, Batas melebar ke

    kaudolateral, BJ I-II Reg

    Bising (-), Gallop (-)

    - Pulmo :

    PD kanan = kiri, FR kanan

    =kiri, perkusi sonor/sonor,

    SDV(+/+) ,RBH (+/+)

    - Abdomen :

    DP setinggi DD, BU (+)

    N, PA (-), PS (-), NT (-),

    Hepar Lien tidak teraba

    Akral dingin - -

    - -

    Oedem - -

    - -

    T : 290/140 mmHg

    N : 140 x/menit

    Rr: 32 x/menit

    S : 38,8C

    - Mata :

    konjungtiva pucat (-/-)

    sklera ikterik (-/-)

    - Leher :

    JVP R+2, KGB tdk >>

    - Cor :

    IC tdk tampak, IC tdk kuat

    angkat, Batas melebar ke

    kaudolateral, BJ I-II Reg

    Bising (-), Gallop (-)

    - Pulmo :

    PD kanan = kiri, FR kanan

    =kiri, perkusi sonor/sonor,

    SDV(+/+) ,RBH (+/+)

    - Abdomen :

    DP setinggi DD, BU (+) N,

    PA (-), PS (-), NT (-),

    Hepar Lien tidak teraba

    Akral dingin - -

    - -

    Oedem - -

    - -

    T : 210/120 mmHg

    N : 122 x/menit

    Rr: 30 x/menit

    S : 38,4C

    - Mata :

    konjungtiva pucat (-/-)

    sklera ikterik (-/-)

    - Leher :

    JVP R+2, KGB tdk >>

    - Cor :

    IC tdk tampak, IC tdk kuat

    angkat, Batas melebar ke

    kaudolateral, BJ I-II Reg

    Bising (-), Gallop (-)

    - Pulmo :

    PD kanan = kiri, FR kanan

    =kiri, perkusi sonor/sonor,

    SDV(+/+) ,RBH (+/+)

    - Abdomen :

    DP setinggi DD, BU (+)

    N, PA (-), PS (-), NT (-),

    Hepar Lien tidak teraba

    Akral dingin - -

    - -

    Oedem - -

    - -

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    23/50

    23

    DIAGNOSIS - CKD stage V

    - CHF HYHA III-IV

    - Efusi pleura bilateral

    - Retinopati Hipertensi- Trombositopenia

    - Hipokalsemia

    - CKD stage V

    - CHF HYHA III-IV

    - Efusi pleura bilateral

    - Retinopati Hipertensi- Trombositopenia

    - Hipokalsemia

    - CKD stage V

    - CHF HYHA III-IV

    - Efusi pleura bilateral

    - Retinopati Hipertensi- Trombositopenia

    - Hipokalsemia

    TERAPI - Bed rest tidak total

    - O2 2 lpm

    - Diet ginjal 1700 kkal,

    Garam < 5 gr, Protein 60 - Tidak dianjurkan Tdk dibatasi

    2560 - 0,6-0,8 kg/hr termasuk 0,35 gr/kg/hr nilai

    biologi tinggi

    10 g

    525- 0,6-0,8 kg/hr termasuk 0,35 gr/kg/hr nilai

    biologi tinggi atau tambahan 0,3 g asam amino

    esensial atau asam keto

    10 g

    < 60

    (sindromnefrotik)

    - 0,8/kg/hr (+1 gr protein / g proteinuria atau

    0,3 g/kg tambahan asam amino esensial atauasam keto

    9 g

    Konsumsi Protein hewani tergantung LFG

    1. GGK ringan (LFG > 70ml/min/1,73 m2)

    a. Tanpa penurunan progresif LFG

    Jumlah protein hewani yang dianjurkan antara 1,0-1,2 gr/kgBB/hari

    b. Disertai penurunan progresif LFG

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    37/50

    37

    Jumlah protein yang dianjurkan antara 0,55-0,60 gr/kgBB/hari dan lebih dari

    0,35gr/kgBB/hari terdiri dari protein hewani dengan nilai biologis tinggi.

    2. GGK moderat (LFG 25-70ml/min/1,73 m2)

    Jumlah protein yang dianjurkan 0,55-0,60gr/kgBB/hari, lebih dari

    0,35gr/kgBB/hari protein nilai biologis tinggi atau 0,28 gr protein/kgBB/hari

    dengan 10-20gr/hari asam amio esensial atau asam keto.

    3. GGK tingkat lanjut (LFG 5-25ml/min/1,73 m2)

    Jumlah protein yang dianjurkan antara 0,55-0,60gr/kgBB/hari, lebih

    0,35gr/kgBB/hari protein nilai biologis tinggi atau 0,28gr protein/kgBB/hari

    dengan 10gr/hari asam amino esensial per keto.

    Tujuan diet penyakit ginjal kronik adalah untuk:

    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan

    sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.

    1. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).

    2. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

    3. Mencegah atau mengurangi progesivitas gagal ginjal, dengan memperlambat

    turunnya laju filtrasi glomerulus.

    Terapi pada pasien gagal ginjal kronik :

    1. Terapi konservatif

    Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara

    progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,

    memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan

    dan elektrolit (Sukandar, 2006).

    a. Peranan diet

    Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau

    mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan

    terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.

    b. Kebutuhan jumlah kalori

    Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan

    tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen,

    memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.

    c. Kebutuhan cairan

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    38/50

    38

    Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah

    diuresis mencapai 2 L per hari.

    d. Kebutuhan elektrolit dan mineral

    Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari

    LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).

    2. Terapi simtomatik

    a. Asidosis metabolik

    Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium

    (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat

    diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera

    diberikan intravena bila pH 7,35 atau serum bikarbonat 20 mEq/L.

    b. Anemia

    Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan

    terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus

    hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.

    c. Keluhan gastrointestinal

    Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering

    dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama

    (chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi

    mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu

    program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.

    d. Kelainan kulit

    Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.

    e. Kelainan neuromuskular

    Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler

    yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.

    f. Hipertensi

    Pemberian obat-obatan anti hipertensi.

    g. Kelainan sistem kardiovaskular

    Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang

    diderita.

    3. Terapi pengganti ginjal

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    39/50

    39

    Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu

    pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,

    dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).

    a. Hemodialisis

    Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik

    azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada

    pasien GGK yang belum tahap akhir karena akan memperburuk faal ginjal

    (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi

    elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,

    ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang

    tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan

    Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi

    elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah,

    dan astenia berat (Sukandar, 2006).

    b. Dialisis peritoneal (DP)

    Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis

    (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD,

    yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien

    yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasienpasien yang

    cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan

    pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal

    terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik

    disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan

    pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri),

    dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006).

    c. Transplantasi ginjal

    Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).

    Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:

    1. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%)

    faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal

    ginjal alamiah.

    2. Kualitas hidup normal kembali

    3. Masa hidup (survival rate) lebih lama

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    40/50

    40

    4. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan

    obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan

    B. HIPERTENSI

    1. Definisi dan KlasifikasiHipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal (140/90) pada

    kondisi istirahat. Klasifikasi hipertensi pada umumnya digunakan klasifikasi

    JNC 7.

    Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

    Klasifikasi Tekanan

    Darah

    Tekanan Darah

    Sistolik (mmHg)

    Tekanan Darah

    Diastolik

    (mmHg)Normal < 120 Dan < 80

    Prehipertensi 120139 Atau 8089

    Hipertensi derajat 1 140159 Atau 9099

    Hipertensi derajat 2 160 Atau 100

    2. EtiologiBerdasarkan penyebabnya, selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:

    a. Hipertensi Primer atau EsensialPenyebabnya tidak diketahui dan mencakup 95% kasus hipertensi. Hipertensi

    esensial merupakan penyakit multifaktorial yang timbul akibat interaksi

    beberapa faktor risiko, seperti:

    1)Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas, aktivitasfisik, stres.

    2)Faktor genetis dan usia3)Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal.4)Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi.5)Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam sistem renin,

    angiotensin, dan aldosteron.

    b. Hipertensi SekunderMerupakan suatu keadaan dimana peningkatan tekanan darah yang terjadi

    disebabkan oleh penyakit tertentu. Hipertensi jenis ini mencakup 5% kasus

    hipertensi. Beberapa penyebab antara lain glomerulonefritis akut, nefritis

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    41/50

    41

    kronis, kelainan renovaskuler, feokromositoma, Sindrom Conn, dan

    hipertiroid.

    3. Kerusakan Organ TargetHipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara langsung

    maupun tidak langsung. Kerusakan organ yang umum ditemui pada pasien

    hipertensi adalah:

    a. Jantung seperti LVH (left ventricel hypertrophy), angina atau infark miokard,dan gagal jantung.

    b. Otak seperti stroke atau transcient ischemic attackc. Penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, retinopati

    Kerusakan organ target akan memperburuk prognosis pasien hipertensi.

    Tingginya angka morbiditas dan mortalitas hipertensi terutama disebabkan oleh

    timbulnya penyakit kardiovaskuler.

    4. DiagnosisDiagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran.

    Diagnosis baru dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada

    kunjungan yang berbeda kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-

    gejala klinis.

    Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan antara lain tes darah rutin, glukosa

    darah (sebaiknya puasa), koleterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum,

    trigliserida serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum, Hb

    dan Hct, urinalisis, dan EKG.

    5. PenatalaksanaanTarget tatalaksana hipertensi:

    TD < 140/90 pada individu tanpa risiko tinggiTD < 130/80 pada pasien HT dengan diabetesTD < 125/75 pada pasien HT dengan gagal ginjal (proteinuria > 1g/hari)

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    42/50

    42

    Algoritma Tatalaksana Hipertensi

    ObatObat Hipertensi terdiri dari:

    1st

    lineACEI, -blocker, Ca Antagonis, Diuretik, ARB2

    ndlineAgonis -2, vasodilator, penghambat saraf adrenergik

    Tabel 2. Jenis Obat HT, sediaan, dan dosis (yang sering digunakan di klinik)

    Golongan Jenis Obat Dosis (mg) Frek/hr Sediaan

    Diuretik tiazid Hct 12,525 1x Tab 25 mg

    Diuretik kuatFurosemid 2080 2-3 x Tab 40mg, amp 20 mg

    Torsemid 2,510 1-2 x Tab 5,10,20 mg; amp 10 mg/ml

    Diuretik hemat K+ Spironolakton 25100 1x Tab 25, 100 mg

    ACEI Captopril 25-100 2-3x Tab 12,5; 25 mg

    ARBLasartan 25-100 1-2 x Tab 50 mg

    Valsartan 80-320 1x Tab 40, 80 mg

    Ca Antagonis

    Nifedipin 3-4x Tab 10 mg

    Verapamil 80-320 2-3x Tab 40, 80, 120 mg

    Diltiazem 90-180 3x Tab 30, 60 mg

    -blockerAtenolol Max 100 1x Tab 5, 100 mg

    Bisprolol Max 10 1x Tab 5 mg

    Propanolol 160 2-3x Tab 10, 40 mg

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    43/50

    43

    Tabel 3. Obat- Obat HT pada kondisi khusus

    Tabel 4. Indikasi dan Kontraindikasi Obat Anti Hipertensi

    Golongan Obat IndikasiKontraindikasi

    Mutlak Absolut

    Diuretik tiazid Gagal jantung kongestif,

    geriatri, isolated systolic HT

    Gout Kehamilan

    Loop diuretik Insufisiensi ginjal, gagal

    jantung kongestif

    Diuretik hemat K+

    Gagal jantung kongestif,

    post AMI

    Gagal ginjal,

    hiperkalemia

    -blocker Angina pectoris, post AMI,

    gagal jantung kongestif,

    kehamilan, takiaritmia

    Asma, PPOK, AV

    block derajat 2

    atau 3

    Peny. pembuluh

    darah perifer,

    intoleransi glukosa,

    atlet, pasien yg

    aktif secara fisik

    Ca Antagonis

    (verapamil, diltiazem)

    Angina pectoris,

    aterosklerosis karotis,

    takakikardia

    supraventrikuler

    AV block derajat

    2 atau 3, DC

    ACEI Gagal jantung kongestif,

    disfungsi ventricel sn, post

    AMI, non diabetik nefropati,

    nefropati DM tipe 1,

    proteinuria

    Kehamilan,

    hiperkalemia,

    stenosis a. renalis

    bilateral

    ARB Nefropati DM tipe 2,

    mikroalbuminuria diabetik,

    proteinuria, LVH, batuk

    karena ACEI

    Kehamilan,

    hiperkalemia,

    stenosis a. renalis

    bilateral

    -blocker BPH, hiperlipidemia Hipotensi

    ortostatis

    Gagal jantung

    kongestif

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    44/50

    44

    KRISIS HIPERTENSI (KEDARURATAN HIPERTENSI)

    A. GAWAT DARURAT HIPERTENSI (HIPERTENSI EMERGENCY)

    I. Definisi

    Suatu keadaan klinis dimana kenaikan tekanan darah tinggi berakibat kerusakan

    target organ sehingga harus diturunkan paling lambat 2 jam, maksimal 25 %.

    II. Yang termasuk gawat darurat hipertensi adalah hipertensi berat yang disertai :

    a. EnsefalopatiGejala : sakit kepala hebat, mual, muntah, gelisah, kejang sampai koma.

    b. Perdarahan intrakranial.c. Unstable angina pectoris, infark jantung akut.d. Disecting aortic aneurysma.e. Eklamsia.f. Gagal Ginjal Progresif.g. Trauma Kepalah. Luka bakar yang luas.

    III. Pada prinsipnya, pengelolaan gawat darurat hipertensi adalah :

    a. Tensi biasanya lebih dari 200 / 130 mm Hg.b. Penurunan tekanan darah sekitar 25 %, paling lama 2 jam, usahakan tekanan

    darah tidak menjadi kurang dari 160 / 100 mm Hg.

    c. Pedoman tekanan darah tidak mutlak tergantung pula pertimbangan klinis.d. Penurunan tekanan darah secara cepat (kurang dari 2 jam) dapat

    menyelamatkan target organ (otak, jantung, ginjal).

    e. Penderita gawat darurat hipertensi harus dikelola di rumah sakit.f. Bila ada keraguan harap menghubungi dokter jaga atau konsultan.g. Tensi setelah diturunkan dijaga supaya tetap stabil paling sedikit selama 24

    jam (tensi paling lama diukur tiap 3 jam).

    IV. Terapi Gawat Darurat Hipertensi

    1. Furosemid 20 40 mg iv. (satu sampai 2 ampul) kalau perlu tiap 6 jam.2. Klonidin 0,15 mg (1 ampul) diencerkan dengan D5 sampai 10 cc, iv pelan-

    pelan (5 - 10 menit). Tekanan darah diukur tiap 10 menit (mencegah terlalu

    rendah). Bila selama 40 menit tekanan darah diastolik masih diatas 120 mm

    Hg, pemberian Klonidin dapat diulang.

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    45/50

    45

    B. GAWAT HIPERTENSI (HIPERTENSI URGENCY)

    I. Definisi

    Gawat hipertensi adalah hipertensi berat yang harus dikendalikan dalam waktu 24

    jam karena potensial terjadi komplikasi.

    II. Yang termasuk gawat hipertensi adalah :

    1. Hipertensi derajat 3 " accelerated hypertension " (KW.III)2. Hipertensi berat perioperatif (memerlukan cito operasi).3. Feokromositoma dan Withdrowal syndrom akibat penghentian obat hipertensi

    mendadak.

    III. Pada prinsipnya pengelolaan gawat hipertensi antara lain :

    1. Pengelolaan harus terkendali ( Diastole 110 mmHg ) dalam waktu 24 jam2. Obat oral cukup kuat tetapi bila perlu dapat dipakai Furosemid 20 mg i.v

    sebagai terapi awal.

    IV. Terapi Gawat Hipertensi

    1. Nifedipin 10 mg. kalau perlu dapat diulang tiap 3 jam.2. Captopril 25 - 50 mg.dapat diulang tiap 6 jam dan dapat diberikan dengan

    digerus sub lingual.

    3. Klonidin 0,15 mg dapat diberikan tiap jam sampai 3 kali.

    C. Gagal Jantung

    Definisi dan Terminologi

    Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu memompa

    darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

    Sebagai sebuah pompa, faktor yang mempengaruhi kerja jantung antara lain :

    kontraktilitas miokard, denyut jantung (irama dan kecepatan/menit), beban awal

    dan beban akhir. Beban awal (preload) merupakan beban yang diterima ventrikel

    kiri saat akhir diastol. Beban awal ini sama dengan volume akhir diastolik

    ventrikel kiri dan tekanan pengisian akhir diastol ventrikel kiri. Beban akhir

    (afterload) merupakan beban yang dihadapi oleh otot jantung saat berkontraksi

    memompa darah keluar dari ventrikel kiri ke aorta, yaitu tahanan perifer.

    Beberapa istilah yang berkaitan dengan gagal jantung :

    1. Gagal jantung curah tinggi (high output state), yaitu gagal jantung dimanacurah jantung masih tetap lebih besar dari keadaan normal. Misalnya pada

    penderita anemia berat, hipertiroid, penyakit Paget metabolisme

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    46/50

    46

    meningkat, jantung bekerja lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh,

    pada keadaan istirahat curah jantung sudah lebih besar daripada normal.

    Apabila beban metabolisme melampaui kemampuan fisiologis jantung

    maka akan terjadi gagal jantung curah tinggi.

    2. Gagal jantung curah rendah (low output state), yaitu gagal jantung denganpenurunan curah jantung. Misalnya pada hipertensi, kardiomiopati dilatasi,

    kelainan katup dalam keadaan istirahat curah jantung mampu

    memenuhi kebutuhan tubuh meskipun lebih rendah dari normal. Saat

    beraktifitas fisik, curah jantung mula-mula akan meningkat sedikit tapi

    segera menurun kembali, bahkan akan lebih rendah dari keadaan istirahat.

    3. Gagal jantung sistolik, yaitu gagal jantung akibat ketidakmampuankontraksi otot jantung pada fase sistolik sehingga curah jantung menurun.

    4. Gagal jantung diastolik, yaitu gagal jantung akibat gangguan relaksasi dangangguan pengisian ventrikel.

    5. Gagal jantung kiri, yaitu gagal jantung akibat kelemahan ventrikel kiriyang mengakibatkan peningkatan tekanan vena pulmonalis dan paru

    sehingga pasien mengalami sesak nafas dan ortopneu.

    6. Gagal jantung kanan, yaitu gagal jantung akibat kelemahan ventrikelkanan karena tekanan pulmonal yang meningkat misalnya pada penyakit

    HT pulmonal dan tromboemboli paru kronik sehingga terjadi kongesti

    vena sistemik yang menyebabkan edema perifer, hepatomegali, dan

    distensi vena jugularis.

    7. Gagal jantung kongestif, yaitu gagal jantung kiri bersamaan dengan gagaljantung kanan.

    8. Gagal jantung akut (GJA), yaitu kegagalan fungsi jantung yang terjadisecara mendadak / serangan cepat (rapid onset). GJA dapat berupa acute

    de novo (GJA tanpa kelainan jantung sebelumnya) atau dekompensasi akut

    dari gagal jantung kronis (GJK). Penyebab GJA misalnya rupture katup

    akibat endokarditis, krisis hipertensi, aritmia akut, stenosis katup aorta

    berat, dll).

    9. Gagal jantung kronis (GJK), yaitu sindrom klinik kompleks yang disertaikeluhan gagal jantung berupa sesak nafas, fatik, baik dalam keadaan

    istirahat maupun beraktivitas, edema dan tanda objektif adanya disfungsi

    jantung dalam keadaan istirahat.

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    47/50

    47

    Patofisiologi

    Disfungsi Sistolik

    Pada disfungsi sistolik, kontraktilitas miokard mengalami gangguan sehingga

    isi sekuncup ventrikel berkurang dan terjadi penuruanan curah jantung.

    Pengosongan ventrikel yang tidak sempurna selanjutnya menyebabkan

    peningkatan volume diastolik akibatnya juga terjadi peningkatan tekanan. Pada

    gagal jantung kiri, peningkatan tekanan diastolik akan diteruskan secara retrogard

    ke atrium kiri kemudian ke vena dan kapiler paru. Kenaikan tekanan hidrostatik

    kapiler paru diatas 20 mmHg bisa menyebabkan transudasi cairan ke interstisiel

    paru sehingga timbul keluhan kongesti paru. Cairan akan tertahan di interstisiel

    paru, menyebabkan edema interstisiel maka pergerakan alveoli akan terganggu.

    Penderita akan merasa sesak nafas dengan nadi yang cepat. Bila cairan telah

    memasuki alveoli akan terjadi edema paru dengan gejala sesak nafas yang hebat,

    Aktivasi dari :

    - sistem simpatis

    - renin angiotensin

    - sistem adrenal

    GAGAL JANTUNG

    Disfung sistolik

    dan/atau diastolik Peninggian beban

    akhir (afterload)

    Peninggian impedans

    Peninggian tahanan

    pembuluh sistemik

    Penurunan relatif

    curah jantung

    Mekanisme

    kompensasi

    Peninggian tekanan

    pengisian (preload)

    * norepinefrin

    * aldosteron

    * kortikosteroid

    - hormon antidiuretik

    - intensifikasi oleh ginjal- resorpsi air dan natrium di proksimal

    Penurunan regulasi reseptor beta

    adrenergik di miokard

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    48/50

    48

    takikardia, tekanan darah menurun, dan kalau tidak teratasi dapat menyebabkan

    syok kardiogenik.

    Bila ventrikel kanan gagal, peningkatan tekanan diastolik akan diteruskan ke

    atrium kanan selanjutnya timbul bendungan pada vena sistemik dan mucullah

    tanda-tanda gagal jantung kanan. Peningkatan berlebihan beban akhir (afterload)

    pada ventrikel kanan paling sering diakibatkan oleh gagal jantung kiri karena

    adanya peningkatan tekanan vena dan arteri pulmonalis yang menyertai disfungsi

    ventrikel kiri. Gagal jantung kanan yang murni (isolated) dimana fungsi ventrikel

    kiri normal jarang ditemukan. Keadaan gagal jantung murni sering mencerminkan

    peningkatan beban akhir ventrikel kanan akibat penyakit parenkim paru atau

    pembulu paru sehingga gagal jantung ini disebut kor pulmonal.

    Disfungsi Diastolik

    Sebagian penderita gagal jantung mempunyai fungsi kontraktilitas (sistolik)

    yang normal namun menunjukkan kelainan fungsi diastolik berupa gangguan

    relaksasi, peningkatan kekakuan dinding ventrikel, atau keduanya. Keadaan ini

    bisa terjadi pada iskemia miokard, hipertrofi ventrikel kiri, atau kardiomiopati

    restriktif. Dalam fase diastol, pengisian ventrikel menyebabkan tekanan diastolik

    di atas normal. Penderita disfungsi diastolik memperlihatkan tanda-tanda

    bendungan akibat peninggian tekanan diastolic yang diteruskan ke vena

    pulmonalis dan sistemik.

    Manifestasi Klinis

    1. Gagal Jantung KiriGejala yang muncul pada gagal jantung kiri berasal dari penurunan curah

    jantung disertai dengan mekanisme kompensasi jantung dan gejala akibat

    bendungan paru.

    a. Dispneu de effort sesak nafas saat aktivitas fisikb. Ortopneu sesak nafas yang terjadi pada saat berbaring dan dapat

    dikurangi dengan sikap duduk atau berdiri.

    Hal ini disebakan pada saat berdiri terjadi penimbunan cairan di kaki dan

    perut. Pada waktu berbaring cairan ini kembali ke pembuluh darah dan

    menambah aliran balik sehingga terjadi sesak nafas.

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    49/50

    49

    c. Paroksismal nocturnal dispneu (PND) sesak nafas pada malam hari,pasien yang sedang tidur terbangun karena sesak nafas.

    Berbeda dengan ortopneu yang dengan cepat dapat disembuhkan dengan

    perubahan posisi dari tidur ke posisi berdiri, PND memerlukan waktu agak

    lama kira-kira 30 menit. PND disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor :

    menurunnya tonus simpatis, darah balik yang bertambah, penurunan

    aktivitas pusat pernafasan di malam hari, dan edema paru.

    d. Gejala lain seperti takikardia, tekanan darah menurun, hemoptoe,berkeringat dingin, pucat, dan lain-lain.

    2. Gagal Jantung Kanana. Bendungan darah di atrium kanan, vena kava superior et inferior

    menyebabkan aliran balik berkurang sehingga terjadi penurunan tekanan

    darah.

    b. Bendungan darah di vena sistemik secara klinis dapat dilihat denganadanya bendungan di vena jugularis eksterna (peningkatan JVP), vena

    lienalis (splenomegali), vena hepatika (hepatomegali), dan vena perifer

    (edema perifer).

    3. Gagal Jantung KongestifGagal jantung kiri dalam jangka waktu panjang dapat diikuti gagal jantung

    kanan atau sebaliknya. Bilamana kedua gagal jantung tersebut terjadi

    bersamaan maka disebut gagal jantung kongestif. Secara klinis penderita

    mengalami sesak nafas disertai gejala bendungan di vena jugularis,

    hepatomegali, splenomegali, asites, dan edema perifer.

    Klasifikasi fungsional gagal jantung berdasarkan NYHA (New York Heart

    Association) :

    NYHA kelas I gejala sesak nafas terjadi pada aktivitas berat. NYHA kelas II gejala sesak nafas terjadi pada aktivitas sedang. NYHA kelas III gejala sesak nafas terjadi pada aktivitas ringan. NYHA kelas IV gejala sesak nafas terjadi pada saat istirahat.

    Diagnosis

    Diagnosis gagal jantung ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,

    pemeriksaan penunjang (EKG, foto thoraks, ekokardiografi Doppler).

  • 8/2/2019 Kasus Besar Dr. Wachid

    50/50

    Kriteria Framingham digunakan untuk menegakkan diagnosis gagal jantung

    kongestif (diagnosis ditegakkan minimal 1 kriteria major dan 2 kriteria minor) :

    Kriteria Major Kriteria Minor

    - paroksismal nocturnal dispneu

    - distensi vena leher

    - ronki paru

    - kardiomegali

    - edema paru akut

    - gallop S3

    - peninggian tekanan vena jugularis

    - refluks hepatojuguler

    - edema ekstremitas

    - batuk malam hari

    - dispneu de effort

    - hepatomegali

    - efusi pleura

    - penurunan kapasitas vital 1/3 normal

    - takikardia (lebih dari 120 permenit)

    Penatalaksanaan

    Tindakan dan pengobatan gagal jantung ditujukan pada 4 aspek yaitu :

    1) Mengurangi beban jantung.Beban awal (preload) dikurangi dengan pembatasan cairan dan garam,

    pemberian diuretik, pemberian nitrat (nitrogliserin,isosorbid dinitrat) atau

    vasodilator lainnya seperti ACE inhibitor, nitrat long acting, prasozin, dan

    hidralazin.

    2) Memperkuat kontraktilitas miokard.Obat yang digunakan untuk memperkuat kontraktilitas miokard (inotropik)

    adalah preparat digitalis (digoksin), aminsimpatomimetik seperti dopamine

    dan dobutamin, dan golongan inotropik lain seperti amrinon.

    3) Mengurangi kelebihan cairan dan garam.Diuretik merupakan pengobatan garis pertama untuk jantung meskipun

    dampak pemakaiannya dengan mengurangi beban awal tidak memperbaiki

    curah jantung. Diuretik yang sering digunakan adalah golongan tiazid (HCT)

    dan loop diuretic (furosemid).

    4) Melakukan tindakan dan pengobatan khusus terhadap faktor penyebab, faktorpencetus, dan kelainan yang mendasarinya.