FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid...

59
FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS KARAKTER KE-5 DAN KODE EXTERNAL CAUSE PADA KASUS FRAKTUR DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun Oleh : WACHID ROCHIM 1 3 1 3 0 2 5 PROGRAM STUDI REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (D-3) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2016

Transcript of FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid...

Page 1: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS

KARAKTER KE-5 DAN KODE EXTERNAL CAUSE

PADA KASUS FRAKTUR

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh :

WACHID ROCHIM

1 3 1 3 0 2 5

PROGRAM STUDI

REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (D-3)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2016

Page 2: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

HALAMAN PENGESAHAN

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS

KARAKTER KE-5 DAN KODE EXTERNAL CAUSE

PADA KASUS FRAKTUR

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Oleh :

WACHID ROCHIM

1 3 1 3 0 2 5

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Ahli Madya

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Tanggal : ……………….

Menyetujui :

Mengesahkan,

a.n Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Ketua Program Studi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan (D-3)

Sis Wuryanto, A.Md.PerKes., SKM., MPH

NPP : 2013.13.148

Pembimbing

Sis Wuryanto, A.Md.PerKes., SKM., MPH

NPP : 2013.13.148

Penguji

Suryo Nugroho Markus, SE., MPH

NIDN/NPP :

Page 3: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Wachid Rochim

NPM : 1313025

Program Studi : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Institusi : Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah dengan judul

“Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode Diagnosis Karakter Ke-5 Dan Kode

External Cause Pada Kasus Fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping Tahun

2016” ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan

atau plagiatisme dengan cara yang tidak sesuai dengan keilmuan yang berlaku.

Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar Ahli Madya di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya belum terdapat karya tulis ilmiah atau pendapat yang pernah

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016

Yang menyatakan

Wachid Rochim

Page 4: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah

dan rahmat-Nya-lah saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode Karakter Ke-5 dan Kode External Cause

Pada Kasus Fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping Tahun 2016”

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini saya mengalami hambatan-

hambatan, Namun adanya bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak,

hambatan-hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu saya ucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu saya, yaitu :

1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku ketua STIKES Jenderal Achmad

Yani Yogyakarta;

2. Sis Wuryanto, AMd Perkes.,SKM., MPH selaku pembimbing dan Ketua

Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes

Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta;

3. Suryo Nugroho Markus, SE., MPH selaku penguji karya tulis ilmiah ini;

4. H. Ahmad Faesol, dr., Sp.Rad., M.Kes selaku Direktur RS PKU

Muhammadiyah Gamping yang telah memberikan ijin dalam penelitian

ini;

5. Sri Subekti RL, A.Md selaku pembimbing lapangan yang membantu saya

dalam pencarian data maupun dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini;

6. Seluruh Dosen Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi

Kesehatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah membantu

saya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Page 5: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

v

7. Seluruh Staf Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping yang telah

membantu saya dalam pencarian data dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini;

8. Ayah dan Ibu di Sleman yang terhormat dan tersayang yang telah memberi

dukungan dan semangat kepada saya selama penelitian maupun dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini;

9. Teman-teman mahasiswa D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Angkatan 2013 Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah

membantu dan mendukung dalam penyelesaian laporan ini yang tidak bisa

disebut satu persatu;

10. Pihak lain yang telah membantu saya dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini. Oleh

sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat

membangun untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Yogyakarta, 25 Agustus 2016

Penulis

Wachid Rochim

Page 6: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ x

INTISARI .............................................................................................................. xii

ABSTRACT ........................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian .................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Konsep ........................................................................................ 8

1. Rekam Medis ..................................................................................... 8

2. Diagnosis ........................................................................................... 9

3. Fraktur .............................................................................................. 10

4. International Statistical Classification of Diseases and Related

Health Problems 10th revision (ICD-10) ........................................ 12

5. Pengodean (Coding) ........................................................................ 16

6. Petugas Pengodean .......................................................................... 19

Page 7: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

vii

7. Keterisian Kode Karakter Ke-5 dan External cause ........................ 19

B. Landasan Teori ........................................................................................ 21

C. Kerangka Teori Penelitian ...................................................................... 23

D. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .................................................................................... 24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 25

C. Sumber Data ............................................................................................ 25

D. Teknik Ambil Data dan Instrumen Penelitian ........................................ 26

E. Definisi Operasional ............................................................................... 29

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 31

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 31

H. Etika Penelitian ....................................................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum RS PKU Muhammadiyah Gamping .......................... 35

B. Hasil ........................................................................................................ 35

1. Proses Pengodean ............................................................................ 35

2. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode Karakter Ke-5 ................... 46

3. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode External cause .................. 54

C. Pembahasan ............................................................................................. 56

1. Proses Pengodean ............................................................................ 56

2. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode Karakter Ke-5 ................... 62

3. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode External cause .................. 66

D. Hambatan ................................................................................................ 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 69

B. Saran ....................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kode Karakter ke 5 .............................................................................. 13

Tabel 2. 2 Kode Lokasi Kejadian .......................................................................... 15

Tabel 2. 3 Kode Aktivitas ..................................................................................... 15

Tabel 4. 1 Checklist Observasi Proses Pengodean Karakter Ke-5 ………………40

Tabel 4. 2 Checklist Observasi Penulisan Kode Karakter Ke-5 Pada

Berkas Rekam Medis ........................................................................... 41

Tabel 4. 3 Checklist Proses Pengodean External cause ........................................ 44

Page 9: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Prosedur Pengodean (Coding) .......................................................... 17

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 23

Gambar 2. 3 Kerangka Teori Penelitian ................................................................ 23

Gambar 4. 1 SIMRS Untuk Pengodean Diagnosis ............................................... 50

Gambar 4. 2 SPO Pengodean Diagnosis di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping ............................................................... 53

Gambar 4. 3 Lanjutan SPO Pengodean Diagnosis di Instalasi Rekam Medis RS

PKU Muhammadiyah Gamping ...................................................... 54

Page 10: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

x

DAFTAR SINGKATAN

PKU : Pembina Kesejahteraan Umat

ICD : International Statistical Classification of Diseases and Related

Health Problems

SIMRS : Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

WHO : World Health Organization

BRM : Berkas Rekam Medis

KLL : Kecelakaan Lalu Lintas

SPO : Standar Prosedur Operasional

Page 11: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari RS PKU Muhammadiyah Gamping

Lampiran 3 Pernyataan Responden 1

Lampiran 4 Pernyataan Responden 2

Lampiran 5 Pernyataaan Subjek Triangulasi

Lampiran 6 Pedoman Wawancara

Lampiran 7 Checklist Observasi

Lampiran 8 Studi Pendahuluan

Lampiran 9 Hasil Wawancara Responden 1

Lampiran 10 Hasil Wawancara Responden 2

Lampiran 11 Hasil Wawancara Subjek Triangulasi

Lampiran 12 Checklist Hasil Observasi

Lampiran 13 SK Direktur tentang penetapan ICD-10

Lampiran 14 SPO Pengodean

Lampiran 15 SIMRS

Lampiran 16 Daftar Hadir Bimbingan

Lampiran 17 Daftar Hadir Ujian

Page 12: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

xii

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS

KARAKTER KE-5 DAN

KODE EXTERNAL CAUSE PADA KASUS FRAKTUR

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING TAHUN 2016

Oleh :

Wachid Rochim1, Sis Wuryanto

2

INTISARI

Latar belakang : Pentingnya kode diagnosis adalah untuk memudahkan

pencatatan, pengumpulan dan pengambilan kembali informasi terkait dengan

diagnosis ataupun tindakan yang diperlukan. Kode diagnosis juga digunakan

untuk memudahkan pemasukan data ke database komputer dan dapat

diperlukan oleh sistem pembayaran atau penagihan biaya atau klaim biaya serta

digunakan untuk pelaporan morbiditas. Klasifikasi penyakit yang digunakan

untuk pengodean diagnosis di Indonesia adalah ICD-10 yang didalamnya memuat

klasifikasi pada kasus fraktur. Kode diagnosis kasus fraktur perlu dilengkapi

dengan kode karakter ke-5 dan kode external cause. Di berbagai rumah sakit

pengisian kode karakter ke-5 dan kode external cause pada berkas rekam medis

sering diabaikan. Studi pendahuluan tanggal 15 Juni 2016 di Instalasi rekam

Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping pada 20 berkas rekam medis rawat

inap dengan kasus fraktur menunjukkan kode karakter ke-5 dan kode external

cause tidak terisi pada berkas rekam medis.

Tujuan : Untuk mengetahui faktor penyebab ketidakterisian kode karakter ke-5

dan kode external cause pada kasus fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Metodologi Penelitian : Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan

cross sectional. Sampel yang digunakan adalah sampel subjek yaitu petugas

pengodean dan Kepala Instalasi Rekam Medis.

Hasil : Faktor penyebab ketidakterisian kode karakter ke-5 adalah dari segi SDM,

SIMRS, dan Kebijakan. Faktor penyebab ketidakterisian kode external cause

adalah faktor dari Segi SDM dan Kebijakan.

Kesimpulan : Ketidakterisian kode karakter ke-5 disebabkan karena SDM yang

kurang peduli, SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

kebijakanterntang pengodean karakter ke-5 pada berkas. Ketidakterisian kode

external cause disebabkan karena SDM yang kurang peduli dan Belum adanya

kebijakan tentang pengodean external cause pada berkas.

Kata Kunci : Faktor Penyebab, Ketidakterisian, Kode Karakter Ke-5, Kode

external cause, Fraktur.

1 Mahasiswa Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2 Dosen Pembimbing Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi

Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Page 13: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

xiii

CAUSE FACTOR OF ABSENCE 5th

CHARACTER DIAGNOSIS CODE

AND EXTERNAL CAUSE CODE AT FRACTURE CASE

IN PKU MUHAMMADIYAH GAMPING HOSPITAL 2016

By :

Wachid Rochim1, Sis Wuryanto

2

ABSTRACT

Background : Importance of diagnosis code is to facilitate the recording,

collection and retrieval of information related to diagnosis or necessary action.

Diagnosis codes are also used to facilitate data entry into a computer database and

can be required by the system of payment or billing fees or claim for costs and is

used for reporting morbidity. Disease classification used for coding diagnoses in

Indonesia is ICD-10 which includes the classification of the fractures. Diagnosis

codes fracture cases need to be equipped with all 5th

character code and code

external cause. In many hospitals charging all 5th

character code and external code

cause the medical record file is often overlooked. Preliminary study dated June

15, 2016 in the Medical records installation of PKU Muhammadiyah Gamping

Hospital at 20 inpatient medical record file with fractures show all 5th

character

code and external cause code is not filled in the medical record file.

Objective : To determine the factors that cause absence of 5th

character code to

external code and cause the fractures in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

Research Methodology : This type of qualitative descriptive study with cross

sectional design. The sample used is a sample of the subject of coding clerk and

Head Installation Medical Record.

Results : Factors causing absence of 5th character code is in terms of human

resources, SIMRS, and Policy. Factors causing absence of external cause code is

the factor of Human Resources and Policy Aspects.

Conclusion : Absence of 5th

character code due SDM less concerned, SIMRS not

adequate and there is no policy on the 5th

character code. Absence external cause

code due to human resources and less concerned about the absence of policies on

file-coding of external cause.

Keywords : Causes, Absence, 5th

character code, the code of external cause,

Fracture.

1 A student of Diploma 3 Medical Record and Health Information Study Program

of Achmad Yani High School Of Helath Science Yogyakarta.

2 A conseling lecture of Diploma 3 Medical Record and Health Information Study

Program of Achmad Yani High School Of Helath Science Yogyakarta.

Page 14: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang dituntut untuk

dapat memberikan pelayanan yang bermutu, bukan hanya dari pelayanan

medis tetapi juga dari informasi kesehatan, yang dapat berguna sebagai

alat informasi dasar dalam upaya perencanaan dan peningkatan mutu

pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk perencanaan masa depan. Salah

satu indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu

penyelenggaraan rekam medis baik. Untuk itu maka setiap rumah sakit wajib

menyelenggarakan kegiatan rekam medis (UU No.44, 2009).

Menurut Ismainar (2015), Rekam medis merupakan berkas yang berisi

catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesa, diagnosis, pengobatan,

tindakan, dan pelayanan penunjang yang diberikan kepada pasien selama

mendapat pelayanan di unit rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat serta

catatan yang juga harus dijaga kerahasiaannya dan merupakan sumber

informasi tentang pasien yang datang berobat kerumah sakit.

Menurut (Dorland, 2011) diagnosis adalah penentuan sifat penyakit atau

membedakan satu penyakit dengan yang lainnya berdasarkan tanda, gejala

dan pemeriksaan laboratorium selama kehidupan. Untuk kepentingan

pembiayaan, pengolahan data dan statistik, diagnoisis diberi kode

berdasarkan standar klasifikasi internasional. Standar klasifikasi yang

digunakan adalah International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problems 10th

revision (ICD-10).

Page 15: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

2

ICD-10 memuat tentang statistik dan klasifikasi penyakit serta masalah yang

berkaitan dengankesehatan. ICD-10 terbagi dalam 3 volume salah satunya

adalah volume 1 daftar tabulasi yang diklasifikasikan dalam 22 Bab yang

salah satu didalamnya memuat tentang klasifikasi pada kasus Fraktur.

Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau

tulang rawan bisa komplet atau inkomplet. Penyebab dari Fraktur biasanya

adalah karena terjatuh atau kecelakaan lalu lintas.

Kasus fraktur diklasifikasikan dalam Bab XIX tentang cedera, keracunan

dan konsekuensi tertentu lainnya dari penyebab luar. Berbeda dengan kode

diagnosis pada kasus cedera lainnya, menurut buku ICD-10 kode diagnosis

pada kasus Fraktur harus dilengkapi dengan kode karakter ke-5 yang

menunjukkan apakah suatu fraktur termasuk fraktur terbuka atau tertutup dan

harus dilengkapi kode penyebab luar cedera yang termuat dalam ICD-10 Bab

XX. Sebagai contoh pada kasus “Closed fracture femur sinistra karena KLL

sepeda motor dengan dengan sepeda motor pada saat mengantar anak

sekolah”, kode yang tepat sesuai dengan ICD-10 adalah S72.9 0 dan V22.4 3.

Data Unit Kecelakaan Lalu Lintas Sat Lantas Yogyakarta Polresta

Yogyakarta tahun 2015, hingga Senin tanggal 21 Desember 2015 tercatat

terjadi peningkatan mencapai 32 persen (%) dari tahun 2014. Seiring dengan

bertambahnya angka kecelakaan lalu lintas maupun angka kecelakaan karena

terjatuh maka bertambah pula pasien yang mengalami cedera fraktur. Oleh

karena itu kode karakter ke-5 dan kode external cause perlu

didokumentasikan ke dalam berkas rekam medis. Sehingga dengan data

Page 16: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

3

tersebut petugas kesehatan akan lebih mudah untuk melaksanakan

perencanaan perawatan dan pengobatan, perencanaan mengurangi kasus yang

sama, serta sebagai data pelengkap dalam pembuatan laporan internal yang

tepat dan akurat. Pelaksanaan pengodean diagnosis harus lengkap dan akurat

(WHO, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Suparyanta (2010) di RSUD Sleman, proses

pelaksanaan pendokumentasian berkas rekam medis pasien rawat inap kasus

KLL diketahui bahwa pengisian external cause oleh dokter bangsal masih

banyak yang belum terisi. Sesuai dengan hasil analisis diketahui external

cause terisi pada lembar resume sebanyak 32 lembar atau sebesar 55,17%

dari total berkas sebanyak 58 berkas. Sedangkan pengisian external cause

pada lembar ringkasan masuk keluar tidak ada satupun yang terisi. Hasil

serupa juga disebutkan dalam penelitian yang berbeda oleh Rokhana (2010)

di RSUD Panembahan Senopati Bantul, faktor penyebab ketidaklengkapan

pengisian kode tindakan pada lembar ringkasan masuk dan keluar adalah

petugas pengodean merasa kewalahan dalam mengode karena petugas tidak

hanya mengode tetapi juga menata berkas dan melengkapi berkas rekam

medis, faktor yang kedua adalah belum adanya kebijakan yang mengatur

tentang pemakaian ICD-9CM dan rumah sakit belum memberlakukannya.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut, masih terdapat pengisian kode

diagnosis kurang lengkap, sehingga peneliti ingin mengetahui penyebab

ketidakterisian kode pada berkas rekam medis kasus fraktur terkait kode

karakter ke-5 dan kode external causenya. Hal ini dikarenakan pada kasus ini

Page 17: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

4

kode yang tepat dan lengkap dapat digunakan untuk dasar pembiayaan

kesehatan dan untuk data pelengkap sebagai dasar pembuatan laporan

morbiditas pasien rawat inap (RL4a) yang tepat dan akurat. Selain itu

berdasarkan wawancara dengan kepala instalasi rekam medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman pada tanggal 25 Mei 2016, penelitian

dengan tema faktor penyebab ketidakterisian kode diagnosis karakter ke-5

dan kode external cause pada kasus fraktur berdasarkan ICD-10 belum

pernah dilakukan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15

Juni 2016 pada 20 berkas rekam medis rawat inap dengan kasus fraktur di

Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman tanggal

15 Juni 2016, kode diagnosis pada kasus fraktur tidak dilengkapi dengan kode

karakter Ke-5 dan tidak disertai dengan kode external cause. Maka untuk

mengetahui penyebab ketidakterisian kode diagnosis karakter Ke-5 dan kode

external cause pada kasus fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping

Sleman peneliti tertarik untuk menyusun tugas akhir dengan judul “Faktor

Penyebab Ketidakterisian Kode Diagnosis Karakter Ke-5 Dan Kode External

Cause Pada Kasus Fraktur Di RS PKU Muhammadiyah Gamping Tahun

2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah faktor penyebab ketidakterisian kode diagnosis

Page 18: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

5

karakter Ke-5 dan kode external cause pada kasus fraktur di RS PKU

Muhammadiyah Gamping ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor penyebab ketidakterisian kode diagnosis karakter

Ke-5 dan kode external cause pada kasus fraktur di RS PKU

Muhammadiyah Gamping.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi proses pengodean diagnosis pada kasus fraktur di

RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

b. Mengidentifikasi faktor penyebab ketidakterisian kode diagnosis

karakter Ke-5 pada kasus fraktur di RS PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman.

c. Mengidentifikasi faktor penyebab ketidakterisian kode external

cause pada kasus fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping

Sleman.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana latihan dan penerapan ilmu pengetahuan perkuliahan.

b. Memperoleh keterampilan

c. Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan

kerja

Page 19: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

6

d. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan di lapangan

kerja mengenai dunia kerja rekam medis dan informasi kesehatan.

2. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Digunakan sebagai informasi, masukan dan evaluasi pelayanan

kesehatan untuk meningkatkan kinerja petugas rekam medis dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RS PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman.

3. Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai bahan pertimbangan dan panduan untuk mahasiswa Stikes

Jenderal Achmad Yani khususnya program studi D3 Perekam Medis dan

Informasi Kesehatan yang akan melakukuan penelitian di masa yang

akan datang dan menambah kerja sama dengan rumah sakit pemerintah

maupun swasta.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul “faktor penyebab ketidakterisian kode diagnosis

karakter Ke-5 dan kode external cause pada kasus fraktur di RS PKU

Muhammadiyah Gamping” belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun

demikian, berikut ini penelitian sejenis yang telah dilakukan:

1. Suparyanta (2010) dengan judul “Proses pelaksanaan pendokumentasian

external cause pada berkas rekam medis kasus kecelakaan lalu lintas

pasien rawat inap di RSUD Sleman”. Jenis penelitian yang dilakukan

adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan cross-

Page 20: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

7

sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Suparyanta (2010) adalah

sama-sama mengangkat tema tentang pendokumentasian pada berkas

rekam medis rawat inap. Selain itu sama-sama menggunakan metode

penelitiajn deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan cross

sectional. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian,

penelitian ini berfokus pada ketidakterisian kode diagnosis karakter Ke-5

dan kode external cause pada kasus Fraktur.

2. Rokhana (2010) dengan judul “Faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan

pengisian kode tindakan pada lembar ringkasan masuk dan keluar di

RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Rancangan yang

digunakan adalah cross-sectional. Teknik pengumpulan data dengan

wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rokhana (2010) adalah sama

sama mengangkat tema tentang faktor penyebab ketidaklengkapan

pengisian kode diagnosis. Selain itu sama-sama menggunakan metode

penelitiajn deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan cross

sectional. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian,

penelitian ini berfokus pada ketidakterisian kode diagnosis karakter Ke-5

dan kode external cause pada kasus fraktur.

Page 21: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum RS PKU Muhammadiyah Gamping

RS PKU Muhammadiyah Gamping beralamat di Jalan Wates Km.5.5

Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta sekitar 500 meter sebelah

barat Pasar Gamping Sleman terletak di sebelah utara jalan. Jenis pelayanan

yang diberikan diantaranya adalah : 1.Pelayanan Gawat Darurat; 2.Klinik

Spesialis; 3.Pelayanan Rawat Inap; 4.Kamar Bayi; 5. Perawatan Intensif;

6.Kamar; 7.Hemodialisa; 8.Laboratorium; 9.Fisioterapi; 10.Radiologi; 11.

Farmasi; 12.Gizi; 13. Bina Ruhani; 14.Pemulasaran Jenazah.

B. Hasil

1. Proses Pengodean

a. Petugas Pengodean

Petugas rekam medis bagian pengodean di Instalasi Rekam

Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping berlatarbelakang

pendidikan D3 Rekam Medis. Hal tersebut sesuai dengan keterangan

yang diberikan oleh responden 1 pada wawancara yang dilakukan

tanggal 28 Juli 2016 di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping . Keterangan yang diberikan adalah

sebagai berikut :

“Iya D3 Rekam Medis”

Responden 1

Page 22: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

36

Keterangan yang sama juga diberikan oleh responden 2 pada

wawancara yang dilakukan pada tanggal 29 Juli 2016. Beliau

menyatakan bahwa pendidikan terakhir petugas pengodean di

Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping adalah

D3 Rekam Medis. Keterangan yang diberikan adalah sebagai

berikut:

Keterangan tersebut dibenarkan dengan hasil triangulasi sumber

dengan kepala Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah

Gamping yang dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2016 pukul

07.15 WIB di Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah

Gamping . Keterangan Keterangan triangulasi tersebut adalah

sebagai berikut :

Dengan kualifikasi pendidikan tersebut, petugas pengodean

belum pernah mengikuti pelatihan khusus untuk pengodean

diagnosis. hal tersebut diungkapkan oleh responden 1 dalam kutipan

hasil wawancara berikut :

“Emm.. D3 Rekam Medis”

Responden 2

“Untuk coding disini baik rawat inap maupun rawat jalan

semuanya D3 Rekam Medis”

“Kalau pelatihan yang dari rumah sakit belum pernah.. Cuma

dapet pelatihan dari akademik aja dari kampus itu”

Triangulasi Sumber

Page 23: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

37

Keterangan yang sama juga diungkapkan oleh responden 2 dalam

kutipan wawancara berikut ini :

Keterangan tersebut dibenarkan oleh kepala instalasi rekam medis

dalam kutipan wawancara triangulasi berikut ini :

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa petugas pengodean

diagnosis pasien rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Gamping

adalah perekam medis dengan pendidikan minimal D3 Rekam

Medis. akan tetapi petugas pengodean belum pernah mengikuti

pelatihan pengodean ICD-10.

b. Proses Pengodean Diagnosis Pasien Rawat Inap

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden 1 pada tanggal

28 Juli 2016 pukul 07.10 WIB. Responden 1 adalah seorang petugas

rekam medis bagian pengodean rawat inap yang berpendidikan D3

Rekam Medis. Beliau menyatakan bahwa proses pengodean

diagnosis dilakukan dengan melihat diagnosis pada lembar resume

“Kalau pelatihan yang dari rumah sakit belum pernah.. Cuma

dapet pelatihan dari akademik aja dari kampus itu”

Triangulasi Sumber

“Belum pernah”

Responden 1

“Kalau pelatihan belum pernah tapi kalau seminar-seminar gitu

pernah”

Responden 2

Page 24: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

38

medis kemudian diberikan kode dengan menggunakan ICD-10.

Keterangan yang diberikan adalah sebagai berikut :

Keterangan tersebut sejalan dengan keterangan yang diperoleh

dari hasil wawancara dengan responden 2 pada tanggal 29 Juli 2016

pukul 09.30 WIB. Responden 2 adalah seorang petugas rekam medis

bagian pengodean diagnosis untuk klaim JKN yang berpendidikan

D3 Rekam Medis. Beliau menyatakan bahwa proses pengodean

diagnosis dilakukan dengan melihat diagnosis pada lembar resume

medis. Selanjutnya diagnosis diberikan kode dengan menggunakan

ICD-10 volume 3 dan untuk memastikan ketepatan kode petugas

melakukan crosscheck dengan melihat pada ICD-10 volume 1.

Keterangan yang diberikan adalah sebagai berikut :

Keterangan tersebut berbeda dengan hasil triangulasi sumber

yang dilaksanakan dengan Kepala Instalasi rekam medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping . Beliau menerangkan bahwa proses

pengodean diagnosis pasien rawat inap di RS PKU Muhammadiyah

Gamping tidak semua diagnosis diberi kode dengan ICD-10 volume

“Tahapannya kita dengan menggunakan ICD-10 elektronik

volume ke 3, terus seumpama masih ragu kita cek lagi di volume

1 nya”

Responden 2

“Diagnosa dilihat dari resume medis …. Dikode dengan ICD-10

volume 1 sampai dengan 3 .. semuanya”

Responden 1

Page 25: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

39

3 dan Volume 1, melainkan hanya diagnosis dengan spesifikasi

khusus yang diberi kode dengan menggunakan ICD-10 volume 3 dan

volume 1. Hasil triangulasi tersebut adalah sebagai berikut :

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pengodean

diagnosis pasien rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Gamping

belum maksimal khususnya dalam penggunaan ICD-10 volume 1

untuk crosscheck kode diagnosis. tidak semua diagnosis dikode

dengan menggunakan ICD-10 volume 1 dan volume 3. Hanya

diagnosis dengan spesifikasi khusus yang diberi kode sesuai dengan

ICD-10 volume 1. Sedangkan diagnosis lain yang tidak spesifik

langsung dikode dengan menggunakan ICD-10 volume 3 tanpa

melihat pada ICD-10 volume 1.

c. Proses Pengodean Diagnosis Pada Kasus Fraktur

Ketika peneliti melakukan studi pendahuluan pada tanggal 15

Juni 2016 pukul 08.45 di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping. Berkas rekam medis rawat inap dengan

kasus fraktur yang sudah kembali ke ruang filing tidak terisi kode

diagnosis karakter Ke-5 dan tidak terisi kode external causenya.

“Biasanya kita lihat diagnosa nya apa, teruss kita cari di ICD-10

Volume 3 , terus untuk diagnosa yang sudah pasti itu kita

langsung kode dengan volume 3, tapi untuk diagnosa yang kaya

DM dengan apa, dengan apa gitu kita baru lihat di volume 1”

Triangulasi Sumber

Page 26: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

40

1) Karakter Ke-5

Hasil observasi yang dilakukan di Instalasi Rekam Medis pada

tanggal 28 Juli 2016 menunjukkan bahwa pengodean diagnosis

pada berkas rekam medis pasien rawat inap dengan kasus fraktur

dilengkapi dengan karakter Ke-5 yang menunjukkan pasien

mengalami fraktur terbuka atau tertutup. Sebelum melakukan

proses pengodean petugas mereview kelengkapan diagnosis pada

, apabila tidak terdapat keterangan fraktur terbuka atau tertutup

pada lembar resume medis, petugas melihat pada lembar

kegawatdaruratan pasien pasien. Hasil observasi adalah sebagai

berikut :

Tabel 4. 1 Checklist Observasi Proses Pengodean Karakter

Ke-5

No Aspek yang diamati Ya Tidak

1 Petugas menambahkan kode karakter Ke-5

untuk melengkapi kode diagnosis utama

kasus fraktur.

2 Petugas pengodean mereview diagnosis

pada lembar resume sebelum memberikan

kode diagnosis sampai karakter ke-5 pada

kasus fraktur.

3 Apabila tidak terdapat keterangan fraktur

terbuka atau tertutup pada lembar ringkasan

masuk dan keluar, petugas pengodean

melihat lembaran lain dalam berkas rekam

medis pasien.

4 Apabila tidak lengkap keterangan fraktur

terbuka atau tertutup dalam rekam medis.

petugas pengodean tetap memberikan kode

karakter ke-5 ICD-10 pada kasus fraktur

sebagai fraktur tertutup yaitu “.0”.

5 Petugaspengodean telah menggunakan

ICD-10 dalam memberikan kode karakter

ke-5 pada diagnosis kasus fraktur.

Page 27: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

41

Observasi pada berkas rekam medis juga menunjukkan kode

karakter Ke-5 pada kasus fraktur tidak dituliskan pada berkas

rekam medis. checklist observasi dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4. 2 Checklist Observasi Penulisan Kode Karakter Ke-5

Pada Berkas Rekam Medis

No Aspek yang diamati Ya Tidak

1 Petugas pengodean menuliskan kode

karakter ke-5 ICD-10 pada kasus fraktur

di kolom kode pada lembar ringkasan

masuk dan keluar.

Hasil tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan

responden 1 pada tanggal 28 Juli 2016. Proses pengodean

diagnosis pada kasus fraktur belum maksimal khususnya pada

pengodean karakter Ke-5 pada berkas rekam medis.

Proses pengodean diagnosis pada kasus fraktur sama dengan

proses pengodean pada umumnya yaitu dimulai dengan melihat

diagnosis pada lembar resume medis kemudian menentukan

leadterm diagnosis. setelah itu dicari kodenya dengan

menggunakan ICD-10 elektronik semua volume. Diagnosis

fraktur dilihat dari resume medis pasien, apabila diagnosis belum

lengkap maka dilihat dari lembar kegawatdaruratan pasien.

Keterangan yang diberikan adalah sebagai berikut :

Page 28: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

42

Keterangan tersebut dibenarkan dengan hasil triangulasi

sumber yang dilakukan dengan Kepala Instalasi Rekam Medis RS

PKU Muhammadiyah Gamping pada tanggal 3 Agustus 2016.

Beliau menerangkan bahwa proses pengodean diagnosis pada

kasus fraktur yaitu dimulai dengan melihat diagnosis pada lembar

resume medis pasien untuk mereview diagnosisnya, jika diagnosis

pada lembar resume medis belum lengkap maka diagnosis dapat

dilihat di lembar kegawatdaruratan pasien. Prosedur

pengodeannya sama dengan proses pengodean diagnosis pada

secara umum akan tetapi untuk kode karakter Ke-5 belum semua

dicantumkan pada berkas rekam medis pasien. Keterangan

tersebut adalah sebagai berikut :

“Biasanya dokter kan udah mendiagnosa fraktur apa , kanan

kiri, terbuka tertutup di lembar resume medis, tapi kalau belum

dicantumkan lihat di lembar IGD, lalu kita lihat di ICD-10

untuk kodingnya… tahapannya sama seperti coding diagnosis

biasa cuma nanti ditambah kode terbuka tertutupnya”

“Kadang dikode kadang enggak”

Triangulasi Sumber

“Heem.. Sama yaitu kita cari leadtermnya ..fraktur kemudian

kita cari lokasinya lalu kita kode dengan ICD-10 volume 3 dan

volume 1”

“Kemudian kalau seumpama sudah lengkap fraktur terbuka

tertutupnya kita kode karakter kelimanya”

“Kalau tidak dicantumkan kita lihat di lembar

kegawatdaruratan, kalau di lembar kegawatdaruratan itu juga

tidak dicantumkan, tidak dikode”

Responden 1

Page 29: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

43

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses

pengodean diagnosis pada kasus fraktur belum maksimal

khususnya pengodean diagnosis karakter Ke-5 pada berkas rekam

medis.

Proses pengodean diagnosis pasien rawat inap pada kasus

fraktur dilakukan dengan melihat diagnosis pada lembar resume

medis pasien, apabila diagnosis belum lengkap maka diagnosis

dapat dilihat pada lembar kegawatdaruratan pasien. Pengodean

dilakukan dengan menggunakan ICD-10 akan tetapi kode karakter

Ke-5 tidak dicantumkan pada berkas rekam medis.

2) External Cause

Hasil observasi pada tanggal 28 Juli 2016 di Instalasi Rekam

Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping menunjukkan bahwa

pengodean diagnosis pada kasus fraktur mesih kurang maksimal

khususnya dalam pendokumentasian kode external causepa pada

berkas rekam medis. Proses pengodean dilakukan dengan melihat

external cause pada lembar resume medis pasien, apabila belum

lengkap maka dapat melihat pada lembar kegawatdaruratan

pasien. Pengodean external casue dilakukan dengan

menggunakan ICD-10 akan tetapi kode external cause tidak

didokumentasikan pada lembar resume medis pasien. Hasil

obsevasi dapat dilihat sebagai berikut :

Page 30: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

44

Tabel 4. 3 Checklist Proses Pengodean External Cause

No Aspek yang diamati Ya Tidak

1 Apakah petugas pengodean

menambahkan kode external cause ?

2 Petugas pengodean mereview external

cause pada rekam medis sebelum

memberikan kode external cause pada

kasus fraktur ?

3 Apabila tidak terdapat keterangan external

cause pada lembar ringkasan masuk dan

keluar, petugas melihat lembaran lain

dalam berkas rekam medis pasien.

4 Petugas pengodean menuliskan kode

external cause pada kasus fraktur di

kolom kode pada lembar ringkasan masuk

dan keluar.

5 Petugas telah menggunakan ICD-10

dalam memberikan kode external cause

pada diagnosis kasus fraktur.

Hasil tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan

responden 1 pada tanggal 28 Juli 2016 di Instalasi Rekam Medis

RS PKU Muhammadiyah Gamping. Beliau menerangkan bahwa

kode diagnosis kasus fraktur disertai dengan kode external cause.

Proses pengodean external cause dimulai dengan melihat external

cause pada lembar resume medis pasien, apabila belum lengkap

untuk external cause maka petugas pengodean melihat pada

lembar kegawatdaruratan pasien. Proses pengodean external

cause dilakukan dengan menggunakan ICD-10 elektronik. Beliau

juga menerangkan bahwa external cause harus dikode karena

pada kode diagnosis kasus fraktur jika tidak dilengkapi dengan

kode external cause tidak busa diinputkan dalam SIMRS, akan

Page 31: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

45

tetapi pengodean pada lembar resume medis kode external cause

tidak dicantumkan. Keterangan tersebut adalah sebagai berikut :

Keterangan tersebut dibenarkan dengan hasil triangulasi

sumber yang dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2016. Beliau

menerangkan bahwa proses pengodean external cause dilakukan

dengan melihat pada lembar resume medis pasien, apabila belum

dilengkapi melihat pada lembar kegawatdaruratan pasien

kemudian dikode dengan ICD-10. Beliau juga menerangkan

bahwa external cause harus dikode karena pada SIMRS

mewajibkan untuk kode external cause harus diinputkan akan

tetapi pengodean external cause pada berkas belum maksimal.

Hasil triangulasi adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengodean

external cause pada kasus fraktur di RS PKU Muhammadiyah

Gamping dilakukan dengan melihat external cause yang tertulis

“Kita lihat external cause nya di resume, kalau belum lengkap

lihat di lembar kegawatdaruratan pasien”

“Kalau untuk external cause nya itu kalau kita tidak berusaha

untuk mencari tau maka nanti pada sistemnya sendiri tidak

bisa disimpan, jadi harus dikode”

“Kalau pada berkasnya kedepannya akan kita lengkapi”

Responden 1

“Ya sama.. external cause dilihat pada resume medis kalau

belum lengkap lihat di lembar kegawatdaruratan terus dikode

dengan ICD-10”

“Kalau di berkas dikoding tapi belum maksimal, tapi kalau di

sistem kita koding karna disistemnya kalau tidak dikoding

tadak bisa disimpan”

Triangulasi Sumber

Page 32: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

46

pada lembar resume medis, apabila belum lengkap petugas

pengodean melihat pada lembar kegawatdaruratan kemudian

dikode dengan menggunakan ICD-10. Selain itu pengodean

external cause pada SIMRS diharuskan karena apabila kode

external cause tidak diinputkan maka kode diagnosis fraktur tidak

dapat disimpan di SIMRS. Akan tetapi untuk pengodean external

cause pada berkas rekam medis belum dilakukan secara

maksimal.

Pada pelaksanaannya kode external causes pada kasus fraktur

tidak didokumentasikan pada berkas rekam medis.

2. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode Karakter Ke-5

Berdasrakan hasil wawancara dan observasi diperoleh faktor

penyebab ketidakterisian kode karakter Ke-5 adalah sebagai berikut

a. Dari segi SDM

Kebiasaan untuk tidak terlalu memperhatikan pengisian kode

karakter Ke-5 menjadi salah satu faktor penyebab ketidakterisian kode

karakter Ke-5 di Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah

Gamping . Hal ini sejalan dengan keterangan yang diberikan

responden 1. Beliau menyatakan bahwa pengisian kode karakter Ke-5

pada berkas rekam medis tidak terlalu diperhatikan. Hal ini karena

karena disebabkan oleh 2 hal yaitu dari dokter dan dari petugas

pengodean itu sendiri.

Page 33: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

47

1) Dokter

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden 1 dokter sering

tidak menuliskan diagnosis yang spesifik pada lembar resume

medis pasien. Sehingga petugas pengodean juga mengalami

kesulitan dalam memberikan kode apakah pasien mengalami

fraktur terbuka atau tertutup.

2) Petugas pengodean

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden 1 tingkat

pengetahuan petugas pengodean yang berbeda tentang pemberian

kode karakter Ke-5 dan kurangnya kepedulian untuk kode

karakter ke-5 juga menjadi salah satu alasannya.

Keterangan yang diberikan responden 1 adalah sebagai berikut :

Keterangan tersebut diperkuat dengan hasil triangulasi sumber

dengan Kepala Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah

Gamping pada tanggal 2 Agustus 2016. Belau menerangkan bahwa

ketidakterisian kode karakter Ke-5 salah satunya disebabkan karena

tidak semua dokter mencantumkan keterangan fraktur terbuka atau

tertutup sehingga petugas pengodean tidak bisa memberi kode yang

spesifik. Selain itu di RS PKU Muhammadiyah Gamping kode

karakter Ke-5 belum merasa “perlu” untuk dicantumkan pada berkas

“Tidak terlalu memperhatikan”

“Tergantung pemahaman dokter…..kalau pada penunjang dari

IGD tidak dicantumkan tidak kita kode”

“Mungkin pengetahuan coder yang berbeda mengenai karakter

kelima”

Responden 1

Page 34: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

48

karena beberapa hal. Keterangan triangulasi sumber adalah sebagai

berikut:

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kode karakter

Ke-5 di Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping

tidak terlalu diperhatikan. Penyebabnya adalah dari faktor SDM yaitu

tidak semua dokter menuliskan secara rinci diagnosis fraktur pasien

sehingga menyebabkan petugas pengodean tidak dapat memberikan

kode secara spesifik. Selain itu kurangnya pengetahuan petugas

pengodean akan perlunya kode karakter Ke-5 juga menjadi faktor

penyebab tidak terisinya kode diagnosis pada berkas rekam medis.

b. Faktor SIMRS

SIMRS untuk pengodean yang belum memadahi untuk

pengodean karakter Ke-5 menjadi salah satu faktor penyebab

ketidakterisian kode karakter Ke-5 pada berkas rekam medis pasien

rawat inap dengan kasus fraktur di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping . Hal tersebut sejalan dengan keterangan

yang diberikan responden 1. Beliau menyatakan bahwa SIMRS yang

digunakan untuk menunjang pengodean diagnosis hanya sampai

karakter ke-4 saja oleh karena itu petugas pengodean tidak terlalu

“Kadang dokter tidak mencantumkan”

“Belum begitu merasa “perlu” ”

Triangulasi Sumber

Page 35: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

49

memperhatikan pendokumentasian kode karakter Ke-5 pada berkas

rekam medis. Keterangan yang diberikan adalah sebagai berikut :

Keterangan tersebut dibenarkan dengan hasil triangulasi sumber

yang dilakukan dengan Kepala Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping pada tanggal 2 Agustus 2016 pukul 07.15

di Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping . Beliau

menerangkan bahwa ketidakterisian kode karakter Ke-5 salah satu

faktor penyebabnya adalah dari faktor SIMRS yang belum

mendukung untuk pengodean karakter Ke-5. Hasil triangulasi sumber

adalah sebagai berikut :

Triangulasi tersebut dibuktikan dengan hasil observasi pada

SIMRS yang digunakan untuk menunjang proses pengodean sebagai

berikut :

“Terus untuk penunjangnya karena kami program rumah sakit

untuk menunjang pengodean karena cuma sampai 4 digit, jadi

untuk karakter kelima nya tidak terlalu…tapi untuk kedepannya di

resume medis akan kita lengkapi”

Responden 1

“Dari segi Software sendiri tidak mendukung.. sehingga dari hal

tersebut kami merasa masih belum “diperlukan” karena beberapa

hal”

Triangulasi Sumber

Page 36: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

50

Gambar 4. 1 SIMRS Untuk Pengodean Diagnosis

Sumber : Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kode karakter

Ke-5 pada kasus fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping tidak

terlalu diperhatikan khususnya pada pendokumetasian kode karakter

Ke-5 pada berkas rekam medis. hal ini karena SIMRS di Instalasi

Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping belum memadahi

untuk pengodean karakter Ke-5. Sehingga petugas pengodean tidak

terlalu memperhatikan pendokumentasian kode karakter Ke-5 pada

berkas rekam medis.

c. Faktor Kebijakan

Belum adanya kebijakan, aturan, SPO dan sosialisasi khusus yang

mengatur pemberian kode karakter Ke-5 juga sebagai salah satu faktor

yang menjadi penyebab ketidakterisian kode karakter Ke-5 pada

Page 37: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

51

berkas rekam medis pasien rawat inap dengan kasus fraktur di

Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping . Hal

tersebut sejalan dengan keterangan yang diberikan responden 1.

Beliau menyatakan bahwa sampai saat ini aturan khusus yang

mengatur pemberian kode karakter Ke-5 pada kasus fraktur pasien

rawat inap belum ada. Keterangan yang diberikan adalah sebagai

berikut:

Keterangan yang sama juga diberikan oleh responden 2 pada saat

wawancara yang dilakukan tanggal 29 Juli 2016. Beliau menerangkan

bahwa aturan mengenai pengodean karakter Ke-5 pada berkas rekam

medis pasien rawat inap dengan kasus fraktur belum ada.Keterangan

responden 2 adalah sebagai berikut :

Keterangan tersebut sejalan dengan hasil triangulasi sumber yang

dilakukan dengan Kepala Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping . Beliau menerangkan bahwa aturan khusus

yang mengatur pengodean karakter Ke-5 belum ada, akan tetapi aturan

pengodean di RS PKU Muhammadiyah Gamping adalah diagnosis

dikode sesuai dengan ICD-10 untuk diagnosis penyakit dan tindakan

“Sampai saat ini belum”

Responden 1

“Kalau sampai saat ini aturan memang belum ada…”

Responden 2

Page 38: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

52

dikode sesuai dengan ICD-9CM. Hasil triangulasi adalah sebagai

berikut :

Hasil tersebut dibuktikan dengan studi dokumentasi pada SPO

pengodean yang ada di Instalasi Rekam Medis di RS PKU

Muhammadiyah Gamping. Adapun SPO nya adalah sebagai berikut :

“Aturan Pengodean disini ya diagnosa dikode sesuai dengan aturan

ICD-10 …”

Triangulasi Sumber

Page 39: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

53

Gambar 4. 2 SPO Pengodean Diagnosis di Instalasi Rekam Medis

RS PKU Muhammadiyah Gamping

Sumber : Studi dokumentasi di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping

Page 40: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

54

Gambar 4. 3 Lanjutan SPO Pengodean Diagnosis di Instalasi Rekam Medis

RS PKU Muhammadiyah Gamping

Sumber : Studi dokumentasi di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping

3. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode External cause

a. Faktor SDM

Tingkat kepedulian petugas pengodean terhadap pengodean

external cause pada berkas menjadi salah satu faktor penyebab

ketidakterisian kode external cause pada berkas rekam medis rawat

inap dengan kasus fraktur. Hal ini sejalan dengan keterangan yang

Page 41: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

55

diberikan oleh responden 1. Beliau menyatakan bahwa kurangnya

kepedulian petugas pengodean terhadap pengodean external cause

pada berkas rekam medis rawat inap dengan kasus fraktur

menyebabkan tidakterisinya kode external cause pada berkas.

Keterangan beliau adalah sebagai berikut :

Keterangan tersebut diperkuat dengan triangulasi sumber kepada

Kepala Inslatasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping

pada tanggal 3 Agustus 2016. Beliau menerangkan bahwa untuk

pengodean external cause kasus fraktur pada berkas rekam medis

belum merasa diperlukan. Keterangan beliau adalah sebagai berikut :

b. Faktor Kebijakan

Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping belum

memiliki aturan khusus yang mengatur untuk pengodean external

cause pada berkas rekam medis pasien dengan kasus fraktur sehingga

hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab ketidakterisian kode

external cause. Hal yang demikian ini sejalan dengan keterangan yang

“Nggak terlalu penting untuk mengejar itu.. karena untuk efisiensi

waktu, daripada kita mengerjakan itu kan mending untuk

ngerjakan yang lain jadi tidak ndobel di sistem sama di berkas jadi

untuk di berkas nya tidak, kan kita kalo mau narik laporan udah

bisa dari sistemnya itu.”

Responden 1

Responden 1

“Karena ya kita masih belum merasa perlu untuk ngoding di

berkasnya karna kan udah ada di sistem.”

Triangulasi Sumber

Page 42: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

56

diberikan oleh responden 1 pada wawancara yang dilakukan pada

tanggal 28 Juli 2016. Beliau menyatakan bahwa hingga saat ini belum

ada aturan khusus yang mengatur tentang pengodean external cause

pada berkas rekam medis pasien dengan kasus fractur. Keterangan

yang diberikan adalah sebagai berikut :

Hasil yang sama juga diperoleh dari Triangulasi sumber

dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2016 kepada Kepala Instalasi

Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping. Beliau juga

menerangkan bahwa untuk Kebijakan, Protap SPO, sosialisasi khusus

mengenai pengodean external cause pada berkas rekam medis belum

ada. Keterangan beliau adalah sebagai berikut :

C. Pembahasan

1. Proses Pengodean

a. Petugas Pengodean

Kegiatan pengodean adalah salah satu kegiatan yang sangat

penting dalam proses pengolahan rekam medis. Kegiatan pengodean

diagnosis di Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah

Gamping dilakukan oleh petugas rekam medis dengan berlatar

“Belum ada, yang ada hanya SPO pengodean diagnosis dan

tindakan dengan ICD-10”

Triangulasi Sumber

“Saat ini belum ada”

Responden 1

Page 43: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

57

belakang pendidikan D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

Dalam hal ini petugas pengodean di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping sudah memenuhi persyaratan petugas

rekam medis yang ada di dalam Permenkes 55 tahun 2013 tentang

penyelenggaraan pekerjaan perekam medis. Menurut Permenkes 55

tahun 2013 pasal 13 kegiatan klasifikasi klinis dan kodefikasi penyakit

yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis sesuai

terminologi medis yang benar harus dilakukan oleh seorang perekam

medis dengan kualifikasi pendidikan Ahli Madya Perekam Medis dan

Informasi Kesehatan.

b. Proses pengodean diagnosis

Pengodean diagnosis di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping dilakukan dengan menggunakan ICD-10

elektronik. ICD-10 merupakan Klasifikasi statistik internasional

mengenai penyakit revisi ke-10. Dalam hal ini Instalasi Rekam Medis

RS PKU Muhammadiyah Gamping menggunakan sistem klasifikasi

penyakit yang berlaku di Indonesia seperti yang sudah ditetapkan oleh

Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 tahun 1998. Dalam

Surat Keputusan Direktur Operasional RS PKU Muhammadiyah

Gamping juga ditetapkan bahwa ICD-10 digunakan sebagai pedoman

klasifikasi penyakit di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Selain itu

SPO pengodean diagnosis di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Page 44: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

58

Muhammadiyah Gamping menggunakan ICD-10 volume 1,2 dan 3

sebagai pedoman untuk menetukan kode diagnosis.

Akan tetapi pada kenyataannya proses pengodean yang dilakukan

di Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping belum

sepenuhnya mengacu pada prosedur pengodean yang ada dalam ICD-

10 volume 2. Pada pelaksanaannya diagnosis yang tidak memiliki

spesifikasi khusus dikode dengan hanya menggunakan ICD-10

volume 3 tanpa melihat kembali pada ICD-10 volume 1 untuk

mengecek kembali ketepatan kodenya. Sedangkan diagnosis dengan

spesifikasi khusus dikode dengan menggunakan ICD-10 volume 3 dan

kemudian melihat kembali pada ICD-10 volume 1. Hal ini tentu

bertentangan dengan prosedur pengodean yang ada pada ICD-10

Volume 2.

Hatta (2013) menyebutkan bahwa proses pengodean dalam ICD-

10 volume 2 dilakukan dengan menggunakan ICD-10 volume 3 dan

menggunakan ICD-10 volume 1 untuk mengkroschek ulang

kebenaran kode serta memperhatikan catatan dan aturan yang ada

supaya kode yang dihasilkan tepat dan akurat.

c. Pengodean diagnosis pada kasus fraktur

Di RS PKU Muhammadiyah Gamping Pengodean diagnosis

fraktur pada berkas rekam medis rawat inap tidak dilengkapi dengan

kode karakter ke-5 dan tidak disertai dengan kode external cause pada

resume medis.

Page 45: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

59

1) Karakter Ke-5

SPO Pengodean diagnosis di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping menunjukkan bahwa dalam menentukan

kode diagnosis menggunakan ICD-10 volume 3 untuk menemukan

istilah/diagnosis yang dicari kemudian menggunakan ICD-10

volume 1 untuk memeriksa kode yang dipilih. Akan tetapi pada

kenyataanya pengodean diagnosis kasus fraktur di Instalasi Rekam

Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping tidak mencantumkan

kode karakter Ke-5 yang merupakan kode tambahan untuk kasus

fraktur yang menunjukkan fraktur terbuka atau tertutup. Hali ini

akan berpengaruh pada jumlah biaya dalam klaim JKN dan apabila

dilakukan pencarian kembali terhadap berkas rekam medis dengan

kasus fraktur terbuka atau tertutup akan mengalami kesulitan dalam

penyediaannya. Sehingga tujuan dari pengodean belum dapat

terpenuhi.

Hatta (2013) menyebutkan bahwa dalam prosedur pengodean

pada ICD-10 volume 2 untuk menentukan kode diagnosis juga

harus memperhatikan aturan-aturan khusus seperti memperhatikan

perintah untuk membubuhi kode tambahan (additional code) serta

aturan cara penulisan dan pemanfaatanya dalam pengembangan

indeks penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan

mortalitas pasien.

Page 46: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

60

Selain itu dalam ICD-10 volume 1 memuat aturan mengenai

pengodean pada kasus fraktur. Dalam aturan tersebut dijelaskan

bahwa terdapat kode tambahan pada kasus fraktur yang

menunjukkan fraktur terbuka atau tertutup, apabila fraktur tidak

jelas terbuka atau tertutup maka dikode sebagai fraktur tertutup.

Aturan tersebut adalah sebagai berikut :

(The following subdivisions are provided for optional use

in a supplementary character position where it is not

possible or not desired to use multiple coding to identify

fracture and open wound; a fracture not indicated as

closed or open should be classified as closed.

.0 Closed

.1 Open)

Oleh karena itu kode kasus fraktur perlu dilengkapi dengan

kode karakter ke-5 sehingga apabila dilakukan pencarian kembali

berkas rekam medis dengan kasus fraktur terbuka atau tertutup

penyediaan berkas rekam medisnya akan lebih mudah dan apabila

diperlukan statistik pada kasus fraktur informasi yang dihasilkan

lengkap dan akurat.

2) External cause

ICD-10 volume 2 mejelaskan kode external cause digunakan

untuk melengkapi kode diagnosis dengan kasus cedera, kercunan

dan konsekuensi lain dari penyebab luar yang terklasifikasi dalam

bab IX ICD-10 volume 1.

Page 47: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

61

The codes for external causes (V01-Y89) should be used as the primary codes for single-condition coding and tabulation of the underlying cause when, and only when, the morbid condition is classifiable to Chapter XIX (Injury, poisoning and certain other consequences of external causes).

Dalam Hal ini kode external cause diperlukan untuk

melengkapi kode diagnosis kasus fraktur. Pada Kenyataannya di

Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping

pengodean diagnosis pada kasus fraktur dilengkapi dengan kode

external cause karena untuk melakukan input kode diagnosis

fraktur pada SIMRS harus dilengkapi kode external cause. Akan

tetapi pada berkas rekam medis kode external cause tidak

dicantumkan dengan alasan untuk efisiensi waktu pengerjaan.

Sehingga apabila dilakukan telaah kelengkapan berkas rekam

medis maka rekam medis dalam keadaan tidak lengkap. Selain itu

apabila dibutuhkan data mengenai kode external cause pada berkas

rekam medis untuk kepentingan statistic atau untuk kepentingan

penelitian maka data yang dihasilkan dari rekam medis tidak

lengkap karena tidak terdapat kode external cause.

Menurut Huffman (1994) dalam penelitian Al-Ghifari(2007)

rumah sakit harus memiliki sistem pencatatan medis yang

memungkinkan pengembalian catatan rawat inap dan rawat jalan

sebelumnya secara cepat. Rekam medis yang bermutu adalah

rekam medis yang diisi lengkap dan dikembalikan tepat pada

waktunya.

Page 48: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

62

Oleh karena itu dalam hal ini kode external cause juga harus

dicantumkan ke dalam berkas rekam medis pasien supaya kode

diagnosis pada kasus fraktur lengkap dan tujuan dari klasifikasi

dapat tercapai serta kelengkapan rekam medis dapat tercapai.

2. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode Karakter Ke-5

a. Faktor SDM

1) Dokter

Kurangnya kepedulian dokter untuk mendokumentasikan

diagnosis kasus fraktur secara lengkap pada berkas rekam medis

rawat inap menjadi salah satu faktor penyebab ketidakterisian

kode karakter Ke-5 pada berkas rekam medis. dokter hanya

menuliskan diagnosa secara umum tanpa disertai dengan

keterangan fraktur terbuka atau tertutup sehingga dalam hal ini

menjadi hambatan bagi petugas pengodean dalam menentukan

kode karakter ke-5 pada kasus fraktur yang menunjukkan

apakah pasien mengalami fraktur terbuka atau tertutup. Hal ini

tidak sejalan dengan Permenkes 269 tahun 2008 dimana dalam

peraturan tersebut disebutkan bahwa dalam pasal 5 ayat (1)

disebutkan bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan wajib membuat rekam

medis, ayat (2) disebutkan bahwa rekam medis yang disebutkan

dalam ayat (1) harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien

selesai menerima pelayanan kesehatan. Selain itu dalam ayat (3)

Page 49: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

63

juga disebutkan bahwa pembuatan rekam medis dilaksanakan

melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien. sehingga dalam hal ini dokter mempunyai

kewajiban untuk menuliskan diagnosis secara lengkap pada

rekam medis pasien.

2) Petugas Pengodean

Kurangnya kepedulian petugas pengodean untuk mengode

karakter Ke-5 juga merupakan faktor SDM yang menyebabkan

ketidakterisian kode karakter Ke-5 pada berkas rekam medis

pasien rawat inap dengan kasus fraktur di Instalasi Rekam

Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping. SPO Pengodean di

Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping

menyebutkan bahwa petugas pengodean harus mencantumkan

kode ICD-10 ke lembar resume medis (RM 10).

Pada kenyataanya petugas pengodean kurang peduli

terhadap pengodean karakter Ke-5 pada berkas rekam medis.

Kurangnya kepedulian tersebut terjadi karena dalam SIMRS

yang digunakan untuk menunjang pengodean diagnosis belum

mendukung untuk pengodean diagnosis pasien rawat inap

sehingga dalam hal ini petugas pengodean belum merasa “perlu”

untuk memberikan kode karakter Ke-5 pada berkas rekam

medis.

Page 50: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

64

Menurut Skurka (2003) dalam penelitian Suparyanta (2010)

Petugas rekam medis bertanggung jawab untuk mengkode dan

mengklasifikasikan data , memastikan informasi kesehatan

lengkap dan tersedia sewaktu-waktu untuk pengguna yang sah.

Selain itu, dalam permenkes nomor 55 tahun 2013 disebutkan

bahwa kewenangan dari seorang ahli madya perekam medis dan

informasi kesehatan salah satunya adalah melaksanakan sistem

klasifikasi klinis dan kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan

kesehatan dan tindakan sesuai dengan terminologi medis yang

benar. Oleh karena itu petugas pengodean harus tetap

memberikan kode diagnosis pada berkas rekam medis pasien

rawat inap dengan kasus fraktur secara lengkap sampai dengan

karakter Ke-5.

b. Faktor SIMRS

SIMRS yang digunakan untuk menunjang pengodean diagnosis

di Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping belum

mendukung untuk pengodean diagnosis pasien dengan kasus fraktur

yaitu hanya sampai dengan karakter ke-4 saja. Dengan demikian

petugas pengodean tidak bisa menginputkan kode diagnosis kasus

fraktur sampai dengan karakter Ke-5 sehingga petugas pengodean

belum merasa perlu untuk memberikan kode karakter Ke-5 pada

berkas rekam medis. Oleh karena dalam ICD-10 volume 1

disebutkan bahwa pada kode diagnosis fraktur perlu dilengkapi

Page 51: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

65

dengan kode karakter ke-5 sebagai kode tambahan yang

menunjukkan fraktur terbuka atau tertutup maka apabila SIMRS

dikembangkan dengan menambahkan karakter Ke-5 untuk

pengodean sesuai dengan aturan pengodean dalam ICD-10 volume 1

yang mengatur tentang penambahan kode karakter Ke-5 pada

diagnosis dengan kasus fraktur mungkin petugas pengodean akan

lebuh peduli untuk menambahkan kode karakter Ke-5 pada berkas

rekam medis.

c. Faktor Kebijakan

Belum adanya aturan yang diterapkan untuk mengatur pengodean

karakter Ke-5 pada berkas rekam medis dengan kasus fraktur juga

menjadi faktor yang menyebabkan ketidakterisian kode karakter Ke-5

pada berkas rekam medis pasien rawat inap dengan kasus fraktur di

Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping. Sehingga

petugas pengodean kurang peduli dan tidak mencantumkan kode

karakter Ke-5 pada lembar resume medis dalam Rekam Medis. Akan

tetapi pada kenyataanya Instalasi Rekam Medis sudah memiliki SPO

Pengodean diagnosis. Dalam SPO ini diebutkan bahwa petugas

pengodean harus menggunakan ICD-10 volume 2 sebagai kamus

penunjuk untuk memberikan kode dan petugas pengodean

mencantumkan kode pada lembar RM 10. Hal tersebut tentu tidak

sejalan dengan SPO dan Prosedur pengodean diagnosis yang ada pada

ICD-10 volume 2. Oleh karena itu aturan tentang pengodean tersebut

Page 52: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

66

perlu diperjelas karena mengingat dalam prosedur pengodean dalam

ICD-10 volume 2 memuat perintah untuk membubuhkan kode

tambahan (additional code) serta aturan cara penulisa dan

pemanfaatanya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam

sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas .

3. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode External cause

a. Faktor SDM

Kurangnya kepedulian untuk menuliskan kode external cause

pada berkas rekam medis pasien rawat inap dengan kasus fraktur

menjadi faktor penyebab ketidakterisian kode external cause pada

berkas rekam medis di Instalasi Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping. Pada kenyataanya petugas pengodean

hanya menginputkan kode external cause ke dalam SIMRS saja tanpa

menuliskan di berkas rekam medis. Hal ini dilakukan dengan alasan

efisiensi waktu. Selain itu petugas pengodean tidak menuliskan pada

berkas rekam medis karena pada lembar resume medis belum ada

kolom untuk kode external cause itu sendiri. Hal ini tidak sejalan

dengan teori menurut WHO (2002) dalam Hariyati (2010) bahwa ICD-

10 digunakan di berbagai negara untuk mengode penyakit, cedera dan

penyebab luar cedera. Petugas rekam medis diharuskan menggunakan

kode tiga digit atau empat digit dari ICD-10. Selain itu dalam

penelitian Suparyanta(2010), Skurka(2003) menyebutkan bahwa

petugas rekam medis bertanggung jawab untuk mengkode dan

Page 53: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

67

mengklasifikasikan data, memastikan informasi kesehatan lengkap dan

tersedia sewaktu-waktu untuk pengguna yang sah. Oleh karena itu

selain melakukan pengodean external cause pada SIMRS, Petugas

pengodean juga harus melakukan pengodean pada berkas rekam medis.

b. Faktor kebijakan

Belum diterapkannya aturan mengenai pengodean external cause

pada berkas rekam medis pasien rawat inap dengan kasus fraktur

menyebabkan petugas pengodean kurang peduli untuk menuliskan

kode external casue pada berkas rekam medis. Pada kenyataanya di

Instalasi Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping sudah

memiliki SPO Pengodean diagnosis dengan ICD-10. Prosedur

pengodean dalam SPO tersebut salah satunya memuat aturan bahwa

petugas pengodean menggunakan ICD-10 volume 2 sebagai kamus

penunjuk sehingga petugas pengodean menyertakan kode external

cause untuk pengodean pada kasus fraktur. Hal tersebut sejalan dengan

aturan pengodean dalam ICD-10 volume 2 bahwa kode external cause

digunakan untuk melengkapi kode diagnosis dengan kasus cedera,

kercunan dan konsekuensi lain dari penyebab luar yang terklasifikasi

dalam bab IX ICD-10 volume 1. Akan tetapi kode external cause tidak

dicantumkan dalam berkas rekam medis. hal tersebut tentu belum

sejalan dengan permenkes 269 tahun 2008 pasal 5 ayat (2) dan (3).

Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa rekam medis harus dilengkapi

setelah pasien menerima pelayanan. Oleh karena itu apabila dalam

Page 54: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

68

SPO pengodean diagnosis diperjelas dengan memberikan keterangan

pengodean external cause pada berkas rekam medis mungkin petugas

pengodean akan lebih peduli untuk mencantumkan kode external

cause pada berkas rekam medis.

D. Hambatan

Hambatan dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti tidak bisa melakukan wawancara dengan dokter karena

keterbatasan waktu penelitian.

2. Pertanyaan yang diajukan kepada responden 2 belum semua terjawab

karena tidak bisa memberikan keterangan dengan alasan uraian pekerjaan

yang berbeda.

Page 55: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses Pengodean Kasus Fraktur

Pengodean diagnosis pada kasus fraktur di Instalasi Rekam Medis

RS PKU Muhammadiyah Gamping tidak mencatumkan kode karakter

Ke-5 dan external cause pada berkas rekam medis rawat inap karena

kode karakter ke-5 dan kode external cause pada berkas rekam medis

tidak terlalu diperhatikan.

2. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode Karakter Ke-5

Faktor penyebab ketidakterisian kode karakter Ke-5 pada kasus

fraktur adalah petugas pengodean yang tidak terlalu memperhatikan

pengodean karakter Ke-5, SIMRS yang belum memadahi untuk

pengodean karakter Ke-5 dan Belum adanya kebijakan yang mengatur

tentang pengodean karakter Ke-5 pada berkas rekam medis.

3. Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode External Cause

Faktor penyebab ketidakterisian kode external cause pada kasus

fraktur adalah kurangnya kepedulian petugas pengodean terhadap

pengodean external cause pada berkas rekam medis dan belum adanya

kebijakan yang mengatur pengodean external cause pada berkas rekam

medis.

Page 56: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

70

B. Saran

1. Sebaiknya dalam proses pengodean diagnosis kasus fraktur

mencantumkan kode karakter Ke-5 dan kode external cause pada berkas

rekam medis sesuai dengan SPO yang ada agar kode diagnosis lengkap

dan tepat sehingga apabila sewaktu-waktu rekam medis dibutuhkan,

informasi kode diagnosis yang ada di dalam rekam medis sudah lengkap.

2. Sebaiknya dilakukan sosialisasi kepada SDM terkait tentang pengodean

karakter Ke-5, merencanakan pengembangan SIMRS untuk pengodean

karakter Ke-5, dan pengadaan Kebijakan yang mengatur tentang

pengodean karakter Ke-5 pada berkas rekam medis agar petugas

pengodean lebih peduli untuk mencantumkan kode karakter ke-5 pada

berkas rekam medis.

3. Sebaiknya dilakukan sosialisasi kepada Petugas pengodean tentang

pengodean external cause pada berkas rekam medis dan pengadaan

kebijakan yang mengatur tentang pengodean external cause pada berkam

medis untuk menumbuhkan kepedulian petugas rekam medis dalam

pengisian kode external cause pada berkas rekam medis.

Page 57: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

71

DAFTAR PUSTAKA

Abdelhak, M., Grostik, S., Hanker, M. A., & Jacob, E. (2001). Health

Information: Management of A Strategic Resource Second Edition.

Philadelphia: W.B. Sounder Company.

Al-Ghifary, L.F. (2007). Keterisian Resume Medis Untuk Kelancaran Pengajuan

Klaim Asuransi Di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Program Diploma 3

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Gadjah Mada: (Tidak

dipublikasikan)

Bungin, B. (2009). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Data Unit Kecelakaan Lalu Lintas Sat Lantas Yogyakarta [ diakses dari

jogja.tribunnews.com pada tanggal 27 Mei 2016 ]

Departemen Kesehatan RI. 1997 Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah

Sakit Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Dorland, W. A. (2011). Dorland's Pocket Medical Dictionary. In A. A. Mahode,

Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 28 (p. 309). Jakarta: EGC.

Haryati, G. I. (2010). Ketepatan Kode Penyebab Luar Cedera Kecelakaan Sepeda

Motor Berdasarkan ICD-10 Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten. Yogyakarta: Program Studi Diploma 3 Universitas

Gadjah Mada.

Hatta, G. R. (2013). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana

Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Salemaba.

Helmi, Z. N. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba.

Ismainar, H. 2015. Manajemen Unit Kerja. Yogyakarta: Budi Utama [diakses

melalui google book tanggal 21 juni 2016]

Konsil Kedokteran Indonesia Tahun 2006 tentang Manual Rekam Medis.

Page 58: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

72

Maghfuroh, K. (2013). Analisis Kode Diagnosis Pada Berkas Rekam Medis Dan

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Berdasarkan ICD-10 Pasien

Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal Manajemen

Informasi Kesehatan Indonesia, 1-2.

Noor, J. (2012). Metodologi Penelitan : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya

Ilmiah. Jakarta: Prenada Media.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuryati. (2014). Evaluasi Ketepatan Diagnosis Dan Tindakan Di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta Pada Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN). Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 16-17.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2013 Tentang

Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis

Skurka, M.A. 2003. Health Information Management. Chicago. AHA Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suparyanta, Edi (2010). Pelaksanaan Pendokumentasian External cause Pada

Berkas Rekam Medis Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Pasien Rawat Inap di

RSUD Sleman.Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta : DIII Rekam Medis dan

Informasi Kesehatan FMIPA UGM (tidak dipublikasikan)

Surat Kepurtusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

50/Menkes/SK/I/1998 Tentang Pemberlakuan Klasifikasi Statistik

Internasional Mengenai Penyakit Revisi Sepuluh

Suratun, Heryati, Manurung, S., & Raenah, E. (2008). Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Page 59: FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTERISIAN KODE DIAGNOSIS …repository.unjaya.ac.id/562/1/Wachid Rochim_1313025_nonfull.pdf · A. Definisi Konsep ... SIMRS yang belum memadahi dan belum adanya

73

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

WHO. 2002. Medical Record Manual: A Guide for Developing Countries.

WHO. 2010. International Statistical Classification of Deaseases and Related

Health Problems 10th

Revision. Vol. 1, 2, 3 Second Edition Th. 2010.

Geneva.