kasus anestesi
Transcript of kasus anestesi
PENDAHULUAN
Sejak anestesi spinal / Sub-arachnoid block (SAB) diperkenalkan oleh
August Bier (1898) pada praktis klinis, tehnik ini telah digunakan dengan luas
untuk menyediakan anestesi, terutama untuk operasi pada daerah bawah
umbilicus.1 Anestesi spinal adalah suatu metode anestesi dengan
menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah
lumbal.2 Namun dilaporkan bahwa efek samping yang ditimbulkan adalah
hipotensi.3
Anestesi regional dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Blok sentral (blok neuroaxial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan
kaudal.
2. Blok perifer (blok saraf), misalnya blok pleksus brakialis, aksiler,
analgesia regional intravena, dan lain-lainnya.
Analgesia spinal (intatekal, intradural, subdural, subaraknoid) ialah
pemberian obat anestetik lokal kedalam ruang subaraknoid. Anestesia spinal
diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang
subaraknoid. Indikasi analgesia spinal : bedah ekstremitas bawah, bedah
panggul, tindakan sekitar rektum-perineum, bedah obstetri dan ginekologi,
bedah urologi, bedah abdomen bawah, pada bedah abdomen atas dan bedah
pediatri biasanya dikombinasi dengan anestesia umum ringan.
1
LAPORAN KASUS
Seorang wanita Ny.S umur 44 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
adanya benjolan pada daerah perut yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Selain
itu pasien juga mengeluh keluar darah dari jalan lahir yang dirasakan 1 minggu
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Darah yang keluar banyak. Pasien berobat
di dokter Spesialis Obgyn dan didiagnosis mioma uteri. Pasien makan dan minum
terakhir pada pukul 24.00. Riwayat penyakit asma, hipertensi, kencing manis,
penyakit jantung, alergi obat disangkal. Belum pernah mengalami operasi
sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum sedang dengan
kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
respirasi 20 x/menit, suhu 36,7 oC. Pada pemeriksaan laboratorium diketahui Hb :
9.4 g/dl dan hasil pemeriksaan laboratorium lain dalam batas normal.
Diagnosis kerja
Mioma uteri dengan status fisik anestesi ASA I
Terapi
Miomektomi dengan menggunakan spinal anestesi
Teknik anestesi
1. Pasien posisi supine , terpasang IV line pada tangan kiri, terpasang
monitor standar
2
2. Premedikasi : -
3. Prosedur SAB:
Pasien diminta membungkuk. Menetukan tempat yang akan dilakukan
penusukan.Tempat tusukan disterilkan dengan betadine dengan arah
memutar dari tengah ke pinggir.Setelah itu menyuntikkan spinocain no.25,
pada ruang antar vertebra lumbalis yang sudah dipilih. Kemudian mandrin
jarum spinal dicabut dan setelah cairan liquor serebrospinalis sudah
menetes keluar, bupivakain HCL dimasukkan menggunakan semprit.
Pasien siap dioperasi bila telah merasa kakinya berat dan tidakbisa
digerakkan.
4. Maintenance : O2 2 liter/menit
5. Pasien pindah Recovery room
3
PEMBAHASAN
A. PRE OPERATIF
Persiapan operasi yang pertama dilakukan adalah informed consent, suatu
persetujuan medis untuk mendapatkan ijin dari pasien sendiri dan keluarga pasien
untuk melakukan tindakan anestesi dan operasi, sebelumnya pasien dan keluarga
pasien diberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi selama operasi
dan post operasi. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan alat, penilaian dan
persiapan pasien, dan persiapan obat anestesi yang diperlukan. Penilaian dan
persiapan penderita diantaranya meliputi :4
1. Penilaian klinis penanggulangan keadaan darurat
2. Informasi penyakit
a. Anamnesis kejadian penyakit
b. Riwayat alergi, penyakit hipertensi, diabetes mellitus, riwayat operasi
sebelumnya, asma
c. Riwayat keluarga (penyakit dan komplikasi anestesia)
d. makan minum terakhir (mencegah aspirasi isi lambung karena
regurgitasi atau muntah pada saat anestesi)
Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien, maka pasien termasuk dalam
klasifikasi status fisik anestesi ASA I.
4
B. DURANTE OPERATIF
Pada kasus ini, pasien mengeluh terdapat benjolan pada perutnya sejak 1
tahun, disertai dengan perdarahan yang banyak. Oleh dokter spesialis kandungan
didiagnosis sebagai mioma uteri dan direncanakan untuk dilakukan miomektomi.
Pasien mendapatkan tindakan regional anestesi dengan spinal anestesi untuk
operasinya.
Tindakan pemilihan jenis anestesi pada pasien obstetri diperlukan
beberapa pertimbangan. Pada pasien ini digunakan teknik Regional Anestesi (RA)
dengan Sub Arakhnoid Block (SAB), yaitu pemberian obat anestesi lokal ke ruang
subarakhnoid, sehingga pada pasien dipastikan tidak terdapat tanda-tanda
hipovolemia. Teknik ini sederhana, cukup efektif. 4
Induksi menggunakan Bupivacaine HCL yang merupakan anestesi lokal
golongan amida. Obat anestesi regional bekerja dengan menghilangkan rasa asakit
atau sensasi pada daerah tertentu dari tubuh. Cara kerjanya yaitu memblok proses
konduksi syaraf perifer jaringan tubuh, bersifat reversibel. 4
Keuntungan penggunaan anestesi spinal adalah waktu mula yang
cepat, obat yang dibutuhkan relatif lebih sedikit dan menghasilkan keadaan
anestesi yang memuaskan.5
5
Indikasi penggunaan regional anestesi dengan spinal anestesi antara lain:
Bedah ekstrimitas bawah, Bedah panggul, Tindakan sekitar rektum perineum,
Bedah obstetrik- ginekologi, Bedah urologi, Bedah abdomen bawah.5
Kontraindikasi regional anestesi dengan spinal anestesi terbagi atas
kontraindikasi relatif antara lain: Infeksi sistemik (sepsis, bakterium), nyeri
punggung kronis, kelainan neurologis, distensi abdomen, dan penyakit jantung ,
sedangkan kontraindikasi absolut seperti kelainan pembekuan, koagulopati atau
mendapat terapi koagulopati, tekanan intrakranial tinggi, infeksi kulit pada daerah
pungsi, fasilitas resusitasi minim.5
Komplikasi dari spinal anestesi antara lain: hipotensi, bradikardi, sakit
kepala,dan mual muntah. Monitor tekanan darah setiap 5 menit sekali untuk
mengetahui penurunan tekanan darah yang bermakna. Tekanan darah yang turun
setelah anestesi spinal sering terjadi. Hipotensi terjadi bila terjadi penurunan
tekanan darah sebesar 20-30% atau sistole kurang dari 100 mmHg. Hipotensi
merupakan salah satu efek dari pemberian obat anestesi spinal, karena penurunan
kerja syaraf simpatis.6
Biasanya terjadinya pada 10 menit pertama setelah suntikan, maka kita
harus bertindak cepat untuk menghindari cedera pada ginjal, jantung dan otak.
Hipotensi terjadi karena vasodilatasi, akibat blok simpatis, makin tinggi blok
makin berat hipotensi. Pencegahan hipotensi dilakukan dengan memberikan
infuse cairan kristaloid (NaCl, Ringer laktat) secara cepat segera setelah
penyuntikan anestesi spinal dan juga berikan oksigen. Bila dengan cairan infus
6
cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati dengan vasopressor seperti
efedrin 5-15 mg secara intravena. 7
Pada pasien ini terjadi hipotensi, sehingga pemberian cairan dicepatkan,
diberikan bolus ephedrin sebanyak 10 mg secara intravena dan oksigen 2 liter
permenit.
Pada pasien ini berikan cairan infus RL (Ringer Laktat) sebagai cairan
fisiologis untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. gelatin juga
diberikan untuk mempertahankan circulating blood volume. Pasien sudah tidak
makan dan minum ± 9 jam, maka kebutuhan cairan pada pasien ini :
Jika BB pasien = 55 kg
Kebutuhan cairan perjam = 35 x 55 kg = 1.925 cc/24 jam
=81 cc/jam
Kebutuhan cairan pengganti puasa = 9 x maintenance = 9 x 81 cc = 729 cc/jam
Sekuestrasi = 8 cc/kgBB/jam = 8 x 55= 440 cc/jam
Kebutuhan cairan intra operatif
Jam pertama = ½ x cairan pengganti puasa + cairan perjam + sekuestrasi
= ½ x 729 + 81+ 440 = 886 cc
Jam kedua = ¼ x cairan pengganti puasa + cairan perjam + sekuestrasi
= ¼ x 729 +81 +440 = 704 cc
7
Jam ketiga = ¼ x cairan pengganti puasa + cairan perjam + sekuestrasi
= ¼ x 729 +81 +440 = 704 cc
Maintenance IV = kebutuhan cairan perjam + sekuestrasi
= 81 + 440 = 521 cc
C. POST OPERATIF
Setelah operasi selesai, pasien bawa ke VK IGD. Pasien berbaring
dengan posisi kepala lebih tinggi untuk mencegah spinal headache, karena
efek obat anestesi masih ada. Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit. Setelah
keadaan umum stabil, maka pasien dibawa ke ruangan.
8
KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien adalah seorang wanita berumur 42 tahun yang
didiagnosis dengan Mioma Uteri dan akan dilakukan tindakan Miomektomi. Jenis
anestesi yang digunakan adalah regional anestesi dengan spinal anestesi.
Pemilihan teknik anestesi ini, dengan pertimbangan segi-segi keamanan dan
kenyamanan pasien. Selain itu juga pemilihan teknik anestesi ini juga berdasarkan
pada faktor-faktor seperti usia, status fisik, jenis dan lokasi operasi, keterampilan
ahli bedah, keterampilan ahli anestesi dan keinginan pasien. Teknik spinal
anestesi ini dipilih sesuai indikasi yaitu bedah abdomen bawah serta tidak ada
kontra indikasi baik absolut maupun relatif. Prosedur tindakan anestesi regional
ini sudah dilakukan dengan tepat. Setelah tindakan anestesi selesai, pada
pemeriksaan tidak ditemukan adakan komplikasi dari tindakan anestesi.
Pemilihan jenis anestesi pada kasus ini sudah tepat, hal ini didasarkan
oleh tidak terdapatnya kontra indikasi pada penggunaan teknik tersebut pada
pasien tersebut. Selain itu penggunaan regional anestesi juga mempunyai banyak
keuntungan seperti biaya relatif lebih murah, relatif aman bagi pasien, tidak ada
komplikasi jalan nafas dan respirasi, tidak terdapat polusi kamar operasi oleh gas
anestesi dan perawatan post operasi lebih ringan.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Diakases pada tanggal 23 oktober 2013 pada tanggal http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22847/4/Chapter%20II.pdf
2. Triahardiyanto I. Pengaruh Anestesi Spinal Terhadap Hemodinamik Pada Penderita Dengan Seksio Sesarea. Semarang. 2006. Diakses pada tanggal 23 oktober dari http://eprints.undip.ac.id/18973/1/ismar.pdf
3. Anonim. Diakses padatanggal 23 oktober 2013 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35224/6/Abstract.pdf
4. Himendra. Teori anestesiologi, Bandung : Yayasan Pustaka Wina. 1994.
5. http://eprints.undip.ac.id/37639/1/Nitami_Kartika_G2A008127_Lap.KTI.pdf
6. Edward Morgan dan Maged S. Mikhail. Clinical anaethesiology second edition, USA : Prentice-Hall International, Inc. 1996.
7. Anonim. Diakses pada tanggal 23 oktober 2013 dari http://www.scribd.com/doc/171311550/96411912-REFERAT-anestesi
10
BAGIAN ILMU ANESTESI DAN MANAJEMEN NYERI LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SPINAL ANESTESI PADA MIOMEKTOMI
OLEH :
Paramitha Puspasari Harman
10542 0024 08
PEMBIMBING :
dr. Hisbullah, Sp.An
11
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU ANESTESI DAN MANAJEMEN NYERI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013
12