kasus anestesi

17
PENDAHULUAN Sejak anestesi spinal / Sub-arachnoid block (SAB) diperkenalkan oleh August Bier (1898) pada praktis klinis, tehnik ini telah digunakan dengan luas untuk menyediakan anestesi, terutama untuk operasi pada daerah bawah umbilicus. 1 Anestesi spinal adalah suatu metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah lumbal. 2 Namun dilaporkan bahwa efek samping yang ditimbulkan adalah hipotensi. 3 Anestesi regional dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Blok sentral (blok neuroaxial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal. 2. Blok perifer (blok saraf), misalnya blok pleksus brakialis, aksiler, analgesia regional intravena, dan lain-lainnya. Analgesia spinal (intatekal, intradural, subdural, subaraknoid) ialah pemberian obat anestetik lokal 1

Transcript of kasus anestesi

Page 1: kasus anestesi

PENDAHULUAN

Sejak anestesi spinal / Sub-arachnoid block (SAB) diperkenalkan oleh

August Bier (1898) pada praktis klinis, tehnik ini telah digunakan dengan luas

untuk menyediakan anestesi, terutama untuk operasi pada daerah bawah

umbilicus.1 Anestesi spinal adalah suatu metode anestesi dengan

menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah

lumbal.2 Namun dilaporkan bahwa efek samping yang ditimbulkan adalah

hipotensi.3

Anestesi regional dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Blok sentral (blok neuroaxial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan

kaudal.

2. Blok perifer (blok saraf), misalnya blok pleksus brakialis, aksiler,

analgesia regional intravena, dan lain-lainnya.

Analgesia spinal (intatekal, intradural, subdural, subaraknoid) ialah

pemberian obat anestetik lokal kedalam ruang subaraknoid. Anestesia spinal

diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang

subaraknoid. Indikasi analgesia spinal : bedah ekstremitas bawah, bedah

panggul, tindakan sekitar rektum-perineum, bedah obstetri dan ginekologi,

bedah urologi, bedah abdomen bawah, pada bedah abdomen atas dan bedah

pediatri biasanya dikombinasi dengan anestesia umum ringan.

1

Page 2: kasus anestesi

LAPORAN KASUS

Seorang wanita Ny.S umur 44 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan

adanya benjolan pada daerah perut yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Selain

itu pasien juga mengeluh keluar darah dari jalan lahir yang dirasakan 1 minggu

yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Darah yang keluar banyak. Pasien berobat

di dokter Spesialis Obgyn dan didiagnosis mioma uteri. Pasien makan dan minum

terakhir pada pukul 24.00. Riwayat penyakit asma, hipertensi, kencing manis,

penyakit jantung, alergi obat disangkal. Belum pernah mengalami operasi

sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum sedang dengan

kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg,  nadi 80 x/menit,

respirasi 20 x/menit, suhu 36,7 oC. Pada pemeriksaan laboratorium diketahui Hb :

9.4 g/dl dan hasil pemeriksaan laboratorium lain dalam batas normal.

Diagnosis kerja

Mioma uteri dengan status fisik anestesi ASA I

Terapi

Miomektomi dengan menggunakan spinal anestesi

Teknik anestesi

1. Pasien posisi supine , terpasang IV line pada tangan kiri, terpasang

monitor standar

2

Page 3: kasus anestesi

2. Premedikasi : -

3. Prosedur SAB:

Pasien diminta membungkuk. Menetukan tempat yang akan dilakukan

penusukan.Tempat tusukan disterilkan dengan betadine dengan arah

memutar dari tengah ke pinggir.Setelah itu menyuntikkan spinocain no.25,

pada ruang antar vertebra lumbalis yang sudah dipilih. Kemudian mandrin

jarum spinal dicabut dan setelah cairan liquor serebrospinalis sudah

menetes keluar, bupivakain HCL dimasukkan menggunakan semprit.

Pasien siap dioperasi bila telah merasa kakinya berat dan tidakbisa

digerakkan.

4. Maintenance : O2 2 liter/menit

5. Pasien pindah Recovery room

3

Page 4: kasus anestesi

PEMBAHASAN

A. PRE OPERATIF

Persiapan operasi yang pertama dilakukan adalah informed consent, suatu

persetujuan medis untuk mendapatkan ijin dari pasien sendiri dan keluarga pasien

untuk melakukan tindakan anestesi dan operasi, sebelumnya pasien dan keluarga

pasien diberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi selama operasi

dan post operasi. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan alat, penilaian dan

persiapan pasien, dan persiapan obat anestesi yang diperlukan. Penilaian dan

persiapan penderita diantaranya meliputi :4

1. Penilaian klinis penanggulangan keadaan darurat

2. Informasi penyakit

a. Anamnesis kejadian penyakit

b. Riwayat alergi, penyakit hipertensi, diabetes mellitus, riwayat operasi

sebelumnya, asma

c. Riwayat keluarga (penyakit dan komplikasi anestesia)

d. makan minum terakhir (mencegah aspirasi isi lambung karena

regurgitasi atau muntah pada saat anestesi)

Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien, maka pasien termasuk dalam

klasifikasi status fisik anestesi ASA I.

4

Page 5: kasus anestesi

B. DURANTE OPERATIF

Pada kasus ini, pasien mengeluh terdapat benjolan pada perutnya sejak 1

tahun, disertai dengan perdarahan yang banyak. Oleh dokter spesialis kandungan

didiagnosis sebagai mioma uteri dan direncanakan untuk dilakukan miomektomi.

Pasien mendapatkan tindakan regional anestesi dengan spinal anestesi untuk

operasinya.

Tindakan pemilihan jenis anestesi pada pasien obstetri diperlukan

beberapa pertimbangan. Pada pasien ini digunakan teknik Regional Anestesi (RA)

dengan Sub Arakhnoid Block (SAB), yaitu pemberian obat anestesi lokal ke ruang

subarakhnoid, sehingga pada pasien dipastikan tidak terdapat tanda-tanda

hipovolemia. Teknik ini sederhana, cukup efektif. 4

Induksi menggunakan Bupivacaine HCL yang merupakan anestesi lokal

golongan amida. Obat anestesi regional bekerja dengan menghilangkan rasa asakit

atau sensasi pada daerah tertentu dari tubuh. Cara kerjanya yaitu memblok proses

konduksi syaraf perifer jaringan tubuh, bersifat reversibel. 4

Keuntungan penggunaan anestesi spinal adalah waktu mula yang

cepat, obat yang dibutuhkan relatif lebih sedikit dan menghasilkan keadaan

anestesi yang memuaskan.5

5

Page 6: kasus anestesi

Indikasi penggunaan regional anestesi dengan spinal anestesi antara lain:

Bedah ekstrimitas bawah, Bedah panggul, Tindakan sekitar rektum perineum,

Bedah obstetrik- ginekologi, Bedah urologi, Bedah abdomen bawah.5

Kontraindikasi regional anestesi dengan spinal anestesi terbagi atas

kontraindikasi relatif antara lain: Infeksi sistemik (sepsis, bakterium), nyeri

punggung kronis, kelainan neurologis, distensi abdomen, dan penyakit jantung ,

sedangkan kontraindikasi absolut seperti kelainan pembekuan, koagulopati atau

mendapat terapi koagulopati, tekanan intrakranial tinggi, infeksi kulit pada daerah

pungsi, fasilitas resusitasi minim.5

Komplikasi dari spinal anestesi antara lain: hipotensi, bradikardi, sakit

kepala,dan mual muntah. Monitor tekanan darah setiap 5 menit sekali untuk

mengetahui penurunan tekanan darah yang bermakna. Tekanan darah yang turun

setelah anestesi spinal sering terjadi. Hipotensi terjadi bila terjadi penurunan

tekanan darah sebesar 20-30% atau sistole kurang dari 100 mmHg. Hipotensi

merupakan salah satu efek dari pemberian obat anestesi spinal, karena penurunan

kerja syaraf simpatis.6

Biasanya terjadinya pada 10 menit pertama setelah suntikan, maka kita

harus bertindak cepat untuk menghindari cedera pada ginjal, jantung dan otak.

Hipotensi terjadi karena vasodilatasi, akibat blok simpatis, makin tinggi blok

makin berat hipotensi. Pencegahan hipotensi dilakukan dengan memberikan

infuse cairan kristaloid (NaCl, Ringer laktat) secara cepat segera setelah

penyuntikan anestesi spinal dan juga berikan oksigen. Bila dengan cairan infus

6

Page 7: kasus anestesi

cepat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati dengan vasopressor seperti

efedrin 5-15 mg secara intravena. 7

Pada pasien ini terjadi hipotensi, sehingga pemberian cairan dicepatkan,

diberikan bolus ephedrin sebanyak 10 mg secara intravena dan oksigen 2 liter

permenit.

Pada pasien ini berikan cairan infus RL (Ringer Laktat) sebagai cairan

fisiologis untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. gelatin juga

diberikan untuk mempertahankan circulating blood volume. Pasien sudah tidak

makan dan minum ± 9 jam, maka kebutuhan cairan pada pasien ini :

Jika BB pasien = 55 kg

Kebutuhan cairan perjam = 35 x 55 kg = 1.925 cc/24 jam

=81 cc/jam

Kebutuhan cairan pengganti puasa = 9 x maintenance = 9 x 81 cc = 729 cc/jam

Sekuestrasi = 8 cc/kgBB/jam = 8 x 55= 440 cc/jam

Kebutuhan cairan intra operatif

Jam pertama = ½ x cairan pengganti puasa + cairan perjam + sekuestrasi

= ½ x 729 + 81+ 440 = 886 cc

Jam kedua = ¼ x cairan pengganti puasa + cairan perjam + sekuestrasi

= ¼ x 729 +81 +440 = 704 cc

7

Page 8: kasus anestesi

Jam ketiga = ¼ x cairan pengganti puasa + cairan perjam + sekuestrasi

= ¼ x 729 +81 +440 = 704 cc

Maintenance IV = kebutuhan cairan perjam + sekuestrasi

= 81 + 440 = 521 cc

C. POST OPERATIF

Setelah operasi selesai, pasien bawa ke VK IGD. Pasien berbaring

dengan posisi kepala lebih tinggi untuk mencegah spinal headache, karena

efek obat anestesi masih ada. Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit. Setelah

keadaan umum stabil, maka pasien dibawa ke ruangan.

8

Page 9: kasus anestesi

KESIMPULAN 

Pada kasus ini, pasien adalah seorang wanita berumur 42 tahun yang

didiagnosis dengan Mioma Uteri dan akan dilakukan tindakan Miomektomi. Jenis

anestesi yang digunakan adalah regional anestesi dengan spinal anestesi.

Pemilihan teknik anestesi ini, dengan pertimbangan segi-segi keamanan dan

kenyamanan pasien. Selain itu juga pemilihan teknik anestesi ini juga berdasarkan

pada faktor-faktor seperti usia, status fisik, jenis dan lokasi operasi, keterampilan

ahli bedah, keterampilan ahli anestesi dan keinginan pasien. Teknik spinal

anestesi ini dipilih sesuai indikasi yaitu bedah abdomen bawah serta tidak ada

kontra indikasi baik absolut maupun relatif. Prosedur tindakan anestesi regional

ini sudah dilakukan dengan tepat. Setelah tindakan anestesi selesai, pada

pemeriksaan tidak ditemukan adakan komplikasi dari tindakan anestesi.

Pemilihan jenis anestesi pada kasus ini sudah tepat, hal ini didasarkan

oleh tidak terdapatnya kontra indikasi pada penggunaan teknik tersebut pada

pasien tersebut. Selain itu penggunaan regional anestesi juga mempunyai banyak

keuntungan seperti biaya relatif lebih murah, relatif aman bagi pasien, tidak ada

komplikasi jalan nafas dan respirasi, tidak terdapat polusi kamar operasi oleh gas

anestesi dan perawatan post operasi lebih ringan.

9

Page 10: kasus anestesi

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Diakases pada tanggal 23 oktober 2013 pada tanggal http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22847/4/Chapter%20II.pdf

2. Triahardiyanto I. Pengaruh Anestesi Spinal Terhadap Hemodinamik Pada Penderita Dengan Seksio Sesarea. Semarang. 2006. Diakses pada tanggal 23 oktober dari http://eprints.undip.ac.id/18973/1/ismar.pdf

3. Anonim. Diakses padatanggal 23 oktober 2013 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35224/6/Abstract.pdf

4. Himendra. Teori anestesiologi, Bandung : Yayasan Pustaka Wina. 1994.

5. http://eprints.undip.ac.id/37639/1/Nitami_Kartika_G2A008127_Lap.KTI.pdf

6. Edward Morgan dan Maged S. Mikhail. Clinical anaethesiology second edition, USA : Prentice-Hall International, Inc. 1996.

7. Anonim. Diakses pada tanggal 23 oktober 2013 dari http://www.scribd.com/doc/171311550/96411912-REFERAT-anestesi

10

Page 11: kasus anestesi

BAGIAN ILMU ANESTESI DAN MANAJEMEN NYERI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SPINAL ANESTESI PADA MIOMEKTOMI

OLEH :

Paramitha Puspasari Harman

10542 0024 08

PEMBIMBING :

dr. Hisbullah, Sp.An

11

Page 12: kasus anestesi

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU ANESTESI DAN MANAJEMEN NYERI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2013

12