Kasus 5
-
Upload
helsa-eldatarina-j -
Category
Documents
-
view
220 -
download
1
description
Transcript of Kasus 5
Kasus 5Topik : Kasus Mediko Legal
Tanggal (Kasus) : 30 April 2015Presenter : dr. Helsa Eldatarina
Tanggal Presentasi : 29 Mei 2015Pendamping : dr. Nunung Retno/dr. Ella Amalia/dr.A.Anang, Sp.JP
Tempat Presentasi : RS H. Darjad Samarinda
Obyektif Presentasi :
( Keilmuan ( Keterampilan ( Penyegaran ( Tinjauan Pustaka
( Diagnostik ( Manajemen ( Masalah ( Istimewa
( Neonatus ( Bayi ( Anak ( Remaja ( Dewasa ( Lansia ( Bumil
( Deskripsi : Laki-laki, 27 tahun, demam tifoid
( Tujuan : Implementasi kode etik dokter
Bahan bahasan: ( Tinjauan Pustaka ( Riset ( Kasus ( Audit
Cara membahas: ( Diskusi ( Presentasi dan diskusi ( Email ( Pos
Data pasien : Nama : Tn. ANomor Registrasi : 140449
Nama Wahana : RS H. Darjad SamarindaTelp : -Terdaftar sejak : 22 April 2015
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Laki-laki, 27 tahun, datang dengan keluhan demam dan badan terasa pegal-pegal. Demam dirasakan hilang timbul sejak + 2 minggu yang lalu. Keluhan tidak disertai batuk, pilek, mual, muntah, serta BAB cair. Delapan hari yang lalu, pasien sudah datang berobat ke IGD RSHD, dan berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta lab, pasien didiagnosis demam tifoid. Kemudian pasien diberi obat rawat jalan berupa cefixime 2x1 tab, sumagesic 3x1, epexol 3x1 dan lansoprazol 1x1 cap. Saat itu pasien juga meminta surat sakit selama 4 hari karena sudah tidak bekerja selama 3 hari, tapi dokter hanya memberi ijin sakit selama 2 hari. Dokter tsb juga telah menyarankan pasien sebaiknya untuk rawat inap jika dirasakan tidak kuat bekerja, namun pasien menolak. Sekarang pasien datang kembali untuk meminta surat sakit selama 2 hari serta meminta surat sakit sebelumnya. Pasien mengatakan tidak mengambil obat rawat jalan yang diberikan sebelumnya dengan alasan uang yang dibawa tidak cukup, sehingga surat sakitnya juga tidak diambil pasien.
2. Riwayat Pengobatan: alergi obat disangkal
3. Riwayat kesehatan/Penyakit: -
4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama
5. Lain-lain
PEMERIKSAAN FISIK : Kesadaran : composmentis Tanda Vital Tekanan Darah : 130/40 mmHg
Nadi : 84 kali/menit, reguler, kuat angkat RR : 20 kali/menit
Suhu : 360C
Kepala/Leher : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+ normal, mata cekung (-/-), nafas cuping hidung (-), bibir sianosis (-), faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-), pembesaran KGB (-) Thorak
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Paru : vesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-) Jantung : S1 S2 tunggal reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, massa (-), distensi (-) Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat, CRT baik, oedem (-)TERAPI :
Sanmol 3 x 1 tab prn NB plus 1 x 1 tab
Daftar Pustaka:
1. Hanafiah, M.J.& Amir, A., 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.2. UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Hasil Pembelajaran:
1. Aplikasi tindakan medis berdasar sumpah dokter, peraturan praktik kedokteran dan kesehatan
Rangkuman Hasil Pembelajaran PortofolioPada dasarnya terdapat hak dan kewajiban baik pada diri pasien ataupun dokter. Hak dan kewajiban digolongkan dengan tujuan untuk menselaraskan persepsi antara hak serta kewajiban dan mencegah terjadinya perbedaan. Sebagaian besar kewajiban tenaga medis sudah tertuang secara outentik dalam sumpah dokter dan peraturan perundang-undangan praktik kedokteran dan kesehatan. Pada kasus ini pasien memang memiliki hak dan kewajiban sebagai seorang pasien. Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan pengobatan dan pelayanan medis komprehensif dari pusat pelayanan kesehatan ataupun tenaga medis, disamping itu tenaga medis juga mempunyai kewajiban untuk melakukan tindakan medis sesuai kemampuan yang dimiliki untuk melayani tindakan kesehatan kepada seseorang yang membutuhkan (pasien).
Pasien mempunyai hak dan kewajiban yang tertuang dalam pasal 52 UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran dan pasal 4 serta 5 UU No.36 tentang kesehatan, dimana hak-hak pasien diantaranya adalah mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis. Disamping itu pasien juga memiliki kewajiban yang tertuang dalam pasal 53 UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran dan pasal 9 serta 10 UU No.36 tentang kesehatan, dimana kewajiban-kewajiban diantaranya adalah mematuhi nasihat dan petunjuk dokter serta berkewajiban untuk mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
Sedangkan untuk hak dan kewajiban dokter banyak tertuang dalam pasal 50 dan pasal 51 UU No.29 tahun 2004, diantaranya dokter berhak memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional serta mempunyai kewajiban memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar operasional serta kebutuhan medis pasien.
Dalam hal ini pasien sudah mendapatkan haknya untuk menerima pelayanan medis dan dokter juga sudah melakukan hak serta kewajibannya dengan memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional. Tetapi dalam kasus ini terdapat suatu masalah etik dimana pasien menghendaki untuk meminta ijin sakit selama 4 hari termasuk 2 hari sakit sebelum berobat. Bila dikorelasikan dengan hak serta kewajiban pasien, hak pasien sudah tidak bisa memenuhi untuk permintaan tersebut, karena meminta surat ijin sakit termasuk 2 hari sakit sebelum berobat dimana dokter tidak memeriksa kesehatan fisik pasien saat itu.SURAT KETERANGAN DOKTER
Salah satu bidang yang sering membuat pekerjaan dokter bersentuhan dengan hukum adalah ketika dokter harus membuat surat keterangan mengenai pasien yang diperiksanya. Surat keterangan dokter (medis) adalah surat keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter secara profesional mengenai keadaan tertentu yang diketahuinya dan dapat dibuktikan kebenarannya untuk tujuan tertentu mengenai keadaan kesehatan atau sakit seorang pasien atau permintaan pihak ketiga dengan persetujuan pasien. Surat keterangan itu dapat untuk:
I. Kepentingan pengadilan pidana ketika pasiennya sebagai terdakwa.
2. Kepentingan pengadilan ketika pasiennya menjadi korban tindak pidana.
3. Kepentingan perdata.
a) Antara pasiennya dengan tempatnya bekerja.b) Antara pasiennya dengan tempatnya bersekolah.c) Antara pasiennya dengan perusahaan asuransi.Seorang dokter hendaknya hanya memberikan surat keterangan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan dapat dibuktikan kebenarannya. Dokter yang membuat surat keterangan yang tidak benar dapat dikatakan melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia dan melanggar hukum. Sebagai pedoman dalam memberikan surat-surat keterangan dimaksud digunakan antara lain:
1. Bab I Pasal 7 KODEKI : Setiap dokter hanya memberikan keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
2. Bab II Pasal 12 KODEKI : Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien meninggal dunia.
3. Paragraf 4, pasal 48 UU No.29/2004 tentang praktik Kedokteran : Kepentingan kesehatan pasien, rahasia kedokteran hanya dapat dibuka untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum, atas permintaan pasien atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.Jenis-Jenis Surat Keterangan Dokter
1. Surat Keterangan Sakit
2. Surat Keterangan Sehat
3. Surat Keterangan Kelahiran
4. Surat Keterangan Kematian
5. Surat untuk kepentingan pengadilan (visum et repertum)
6. Surat Keterangan Cacat
7. Surat Keterangan Cuti Hamil
8. Surat Keterangan Ibu Hamil bepergian dengan pesawat udara
9. Laporan Penyakit Menular
10. Kuitansi
Format surat keterangan dokter terdiri dari beberapa unsur, yaitu:
1. Nama dan alamat instansi
2. Judul surat keterangan
3. Identitas pasien yang diberi keterangan
4. Isi keterangan
5. Tempat dan tanggal pembuatan surat keterangan
6. Nama lengkap dan tanda tangan dokter yang memberi surat keterangan
Hal hal yang perlu diperhatikan oleh seorang dokter pada waktu memberikan surat-surat keterangan tersebut adalah sebagai berikut:1. Surat Keterangan lahir
Surat keterangan kelahiran berisikan tentang waktu (tanggal dan jam) lahirnya bayi, kelamin, BB dan nama orang tua. Diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya oleh karena sering adanya permintaan khusus dari pasien. Kadangkala ada pasien yang meminta surat keterangan kelahiran dari anak yang dipungut (adopsinya) sebagai anak kandungnya sendiri. Hal ini berpengaruh terhadap harta warisan, wali nikah. Ada pula anak yg lahir diluar negeri diminta keterangan lahir di Indonesia untuk tujuan kewarganegaraan2. Surat Keterangan Meninggal
Surat keterangan untuk keperluan penguburan, perlu dicantumkan identitas jenazah, tempat, dan waktu meninggalnya. Surat Keterangan ( Laporan ) kematian mengenai hal ini perlu diisi sebab kematian sesuai dengan pengetahuan dokter. Karena bedah mayat klinik belum dapat dilakukan hingga waktu ini, sebab kematian secara klinik saja dilaporkan. Lamanya menderita sakit hingga meninggal dunia juga harus dicantumkan. Jika jenazah dibawa ke luar daerah atau luar negeri maka adanya kematian karena penyakit menular harus diperhatikan.
3. Surat Keterangan Sehat.Surat ini biasanya dibuat untuk : kepentingan seperti melamar pekerjaan, asuransi jiwa, menikah, pembuatan SIM dan general check up.Keterangan kesehatan untuk asuransi jiwa
Dalam menulis laporan pengujian kesehatan buat keperluan asuransi jiwa, perlu diperhatikan supaya :
a. Laporan dokter harus objektif, jangan dipengaruhi oleh keinginan calon nasabah atau agen perusahaan asuransi jiwa yg bersangkutan. Sesuai dengan kepentingan masing-masing tentu menghendaki supaya calon nasabah dapat diterima.
b. Sebaliknya jangan menguji kesehatan seorang calon yang masih atau pernah menjadi pasien sendiri untuk menghindarkan timbulnya kesukaran dalam mempertahankan wajib menyimpan rahasia jabatan.
c. Jangan diberitahukan kepada calon tentang kesimpulan dan hasil pemeriksaan medik. Serahkan hal itu kepada perusahaan asuransi itu sendiri.
Dokter penguji kesehatan sesungguhnya sebagai ahli, tidak sebagai orang kepercayaan dari perusahaan asuransi kesehatan.
Keterangan Kesehatan Untuk Memperoleh SIM.
Pengujian kesehatan untuk memperoleh SIM adalah penting terutama untuk mengetahui apakah ada yang menderita penyakit membahayakan seperti epilepsi dll.
Surat Keterangan Kesehatan Untuk Nikah
Di negara maju lazim dilakukan pemeriksaan dan konsultasi sebelum nikah untuk calon suami istri (premarital councelling). Bila dijumpai adanya kelainan,dokter wajib merahasiakan segala sesuatu ttg pasien tetapi tetap memberikan hasil pemeriksaannya kepada masing- masing.4. Surat Keterangan Sakit
Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan simulasi atau agravasi pada waktu memberikan keterangan mengenai cuti sakit seorang karyawan. Adakalanya cuti sakit disalahgunakan untuk tujuan lain. Surat keterangan cuti sakit palsu dapat menyebabkan seorang dokter dituntut menurut pasal 263 dan 267 KUHP.
5. Surat Keterangan Cacat
Sangat erat hubungannya dengan besarnya tunjangan atau pensiun yang akan diterima oleh pekerja, yang tergantung kepada keterangan dokter tentang sifat cacatnya.
6. Surat Keterangan Cuti Hamil Hak cuti hamil seorang ibu adalah 3 bulan. Tujuan : agar si ibu cukup istirahat dan mempersiapkan dirinya dalam menghadapi proses persalinan, dan mulai kerja kembali setelah masa nifas. 7. Surat Keterangan Ibu hamil, bepergian dengan pesawat udara
Sesuai dengan ketentuan internasional Aviation, Ibu hamil tidak dibenarkan bepergian dengan pesawat udara, jika mengalami :
hiperemesis atau emesis gravidarum
hamil dengan komplikasi ( perdarahan,preeklamsi dsb )
hamil >36 minggu
hamil dengan penyakit-penyakit lain yang beresiko.
8. Visum et Repertum
Visum et repertum (VeR) adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter untuk penyidik dan pengadilan. VeR mempunyai daya bukti dan alat bukti yang sah dalam perkara pidana.
9. Laporan Penyakit Menular
Diatur dalam UU No. 6 tahun 1962 tentang wabah. Kepentingan umum yang diutamakan. Pasal 50 KUHP : Tiada boleh dihukum
barang siapa melakukan perbuatan untuk menjalankan aturan undang-undang.
10. Kuitansi
Sering diminta sebagai bukti pembayaran, tidak menimbulkan masalah apabila sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Berhubungan dengan penggantian biaya berobat dari perusahaan tepat pasien atau pasangannya bekerja.Sebagai contoh :
A. Perusahaan hanya mengganti biaya pengobatan sebesar 50 %. Pasien meminta agar kuitansi ditulis sebesar 2 x imbalan yang diterima dokter, agar dengan demikian seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan.
B. Pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dan sisa antara imbalan jasa dokter yang sebenarnya dg yang dicantumkan dibagi 50-50 % antara dokter dan pasiennya.
C. Pasien meminta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari luar kota ke tempat berobat dimasukkan dalam kuitansi berobat (built in) sedangkan dokter tidak menerima bagian dari biaya pengangkutan tsb. Hal tsb pada a, b jelas merupakan malpraktek etika dan malpraktek kriminal.
SANKSI HUKUM
Implikasi hukum surat keterangan dokter pada umumnya berkaitan dengan:1. Pemalsuan2. Membuka rahasia3. Menyebabkan kerugian4. Diluar kompetensi IMPLIKASI HUKUM SKD HUKUM PIDANA (Ps 263, 267, 268) HUKUM PERDATA (Ps 322, 1365, 1366, 1367) PELANGGARAN DISIPLIN MEDIS (MKDKI) PELANGGARAN ETIKA KEDOKTERAN (KODEKI) UU 29/2004 ttg Praktik Kedokteran. UU 36/2009 ttg Kesehatan. UU 44/2009 ttg Rumah Sakit. PP 32/1996 ttg Tenaga Kesehatan. PP 10/1966 ttg Wajib Simpan Rahasia Kedok. Penyimpangan dalam pembuatan surat keterangan, selain tidak etis juga merupakan pelanggaran terhadap pasal 267 KUHP sebagai berikut :
1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacat diancam dengan hukuman penjara paling lama empat tahun.
2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang dalam rumah sakit gila atau untuk menahannya disitu, dijatuhkan hukuman penjara paling lama delapan tahun enam bulan.3. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.KUHP Pasal 263 (1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun. (2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian. KUHP Pasal 268Pasal 268 (1) barangsiapa membuat secara palsu atau memalsu surat keterangan dokter tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacad dengan maksud untuk menyesatkan penguasa umum atau penanggung, diancam dengan penjara dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.Pasal 268 (2) diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan maksud yang sama memakai surat keteragan tidak benar atau yang palsu, seolah-olah surat itu benar dan tidak dipalsu. Selanjutnya dalam pasal 179 KUHAP tercantum sebagai berikut :
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
12