PRESENTASI KASUS 5

35
PRESENTASI KASUS 5 FRACTURE HUMERUS Disusun oleh : Asep Tasrin Prasetya Pradana 1102007048 Cahya Dwi Lestari 1102009059 Santi Intansari 1102009260 PEMBIMBING : Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MH.Kes, FinaCs, ICS 0

description

PUNYA SAHNTI CANTIK

Transcript of PRESENTASI KASUS 5

Page 1: PRESENTASI KASUS 5

PRESENTASI KASUS 5

FRACTURE HUMERUS

Disusun oleh :

Asep Tasrin Prasetya Pradana 1102007048

Cahya Dwi Lestari 1102009059

Santi Intansari 1102009260

PEMBIMBING :

Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MH.Kes, FinaCs, ICS

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

RSUD ARJAWINANGUN JULI 2013

0

Page 2: PRESENTASI KASUS 5

BAB I

A. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. I Umur : 20 th Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Wiraswasta Agama : Islam Alamat : Jatibarang Tanggal masuk : 08 Juli 2013

B. ANAMNESISKeluhan UtamaLuka terbuka pada lengan kanan atas

Riwayat Penyakit SekarangPasien dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Arjawinangun 20 menit SMRS

karena sebelumnya mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien diantar oleh pengguna jalan yang berada di daerah tempat kejadian saat kecelakaan terjadi. Pasien mengalami kecelakaan saat menaiki motor bersama (pengendara), yang juga menjadi korban kecelakaan. Motor yang sedang dikendarai ditabrak oleh mobil sehingga membuat keduanya terjatuh, pasien yang saat itu dibonceng motor terpelanting keras, yang pertama kali terkena tangan kanan pasien.

Lengan kanan bagian atas tidak dapat digerakkan, bengkak, nyeri dan terdapat luka disertai tulang yang menonjol keluar pada lengan kanan atas dan beberapa luka lecet di daerah atas mata kiri dan dibawah mata kiri.

Riwayat Penyakit DahuluTidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK1. STATUS GENERALIS

a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedangb. Kesadaran : Compos mentisc. Tekanan Darah : 120/70 mmHgd. Frekuensi Napas : 20 x/menite. Frekuensi Nadi : 80 x/menitf. Suhu : 36,70Cg. Kepala

Normosefali, rambut hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut.h. Mata

Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-i. Hidung

Bentuk normal, secret -/-, hiperemis -/-j. Telinga

Bentuk normal, secret -/-k. Mulut

1

Page 3: PRESENTASI KASUS 5

Oral hygiene baik, faring tidak hiperemis.l. Leher

Trakea ditengah tidak deviasi.m. Thoraks

ParuInspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan dinamisPalpasi : vocal fremitus dan fremitus taktil kanan sama dengan kiri Perkusi : sonor di kedua lapang paruAuskultasi: suara napas vesikuler Kanan = Kiri, rhonki -/-, wheezing -/-JantungInspeksi : iktus kordis tidak tampakPalpasi : iktus kordis teraba pulsasiPerkusi :

Batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis dekstraBatas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, murmur (-), gallop (-)n. Abdomen

Inspeksi : CembungPalpasi : Supel, nyeri tekan (-)Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomenAuskultasi : Bising usus (+) Normal 10x/menit

o. Ekstremitas :Akral hangat, edema (-), CRT < 2’’

Status LokalisEkstremitas kanan atas : pergerakan terbatas, nyeri tekan (+), luka disertai penonjolan

akibat fraktur os humeriKepala : VE di atas mata kiri, VL di bawah mata kiri

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG7 JULI 2013

NO PEMERIKSAAN HASIL METODE NILAI NORMAL

SATUAN

1.2.

HematologiDarah RutinWaktu PerdarahanWaktu Pembekuan

1’2’

2-32-6

MenitMenit

9 JULI 2013Pemeriksaan Hasil Metode Nilai Normal SatuanKimia Klinik

GlukosaGlukosa sewaktu

Fungsi GinjalUreum

77

20,0

ACD-PAP

Urease UV Liqui

70-150

10,0-50,0

Mg/dl

Mg/dl

2

Page 4: PRESENTASI KASUS 5

Kreatinin 0,83 Jeffe Compt STA 0,6-1,38 Mg/dl

7 JULI 2013Result Unit Normal Limits

WBCLYMMONGRALYM%MON%GRA%

RBCHGBHCTMCVMCHMCHCRDW

PLTMPVPCTPDW

21,61,61,318,77,66,086,4

5,5711,334,862,520,332,514,0

2597,30,18916,2

103/µL103/µL103/µL103/µL%%%

106/µlg/dl%µN^3Dgg/dl%

10^3/µlµN^3%%

4-121-50,1-12-825-502-1050-80

4-6,2011-1735-5580-10026-3431-35,510-16

150-4007-110,200-0,50010-16

HUMERUS (RADIOLOGI) 9 JULI 2013

3

Page 5: PRESENTASI KASUS 5

Tampak garis fracture dengan fragmen fracture pada humerus kanan 1/3 medial dengan angulasi segmen distal ke lateral

Kesan : Fragmented fracture pada humerus kanan 1/3 medial dengan emphysema subcutis

THORAX (RADIOLOGI) 09 JULI 2013

COR : Tidak membesar, sinuses dan diafragma normalPULMO : - Hili normal

- Corakan paru bertambah- Tidak tampak perbercakan

KESAN : - Tidak tampak traumatic wet lung lunak- Tidak tampak fraktur costae atau klavikula

E. DIAGNOSIS KERJAOpen fracture 1/3 medial os humerus dextra

F. DIAGNOSIS BANDING Close fraktur os humerus Fraktur 1/3 distal os Humerus dextra

4

Page 6: PRESENTASI KASUS 5

G. PENATALAKSANAANNon farmakologi

o Istirahat dan pembatasan aktivitaso Sterilisasi luka dan menghentikan perdarahano Penjahitan luka pada lengan kanan atas pasieno Dilakukan pemasangan bidai pada lengan kanan atas

Farmakologio Infus RL 30 gtt/menito Ceftriaxone 3 x 1o Ketorolac 3 x 1o Ranitidine 3 x1

H. PROGNOSISAd vitam : Bonam Ad Fungsionam : dubia ad bonamAd Sanationam : dubia ad bonam

BAB II

5

Page 7: PRESENTASI KASUS 5

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Humerus dan Jaringan Sekitarnya

Humerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior.

Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal bersendi

pada siku lengan dengan dua tulang, ulna dan radius.3

Ujung proksimal humerus memiliki bentuk kepala bulat (caput humeri) yang bersendi

dengan kavitas glenoidalis dari scapula untuk membentuk articulatio gleno-humeri. Pada bagian

distal dari caput humeri terdapat collum anatomicum yang terlihat sebagai sebuah lekukan oblik.

Tuberculum majus merupakan sebuah proyeksi lateral pada bagian distal dari collum

anatomicum. Tuberculum majus merupakan penanda tulang bagian paling lateral yang teraba

pada regio bahu. Antara tuberculum majus dan tuberculum minus terdapat sebuah lekukan yang

disebut sebagai sulcus intertubercularis. Collum chirurgicum merupakan suatu penyempitan

humerus pada bagian distal dari kedua tuberculum, dimana caput humeri perlahan berubah

menjadi corpus humeri. Bagian tersebut dinamakan collum chirurgicum karena fraktur sering

terjadi pada bagian ini.3

Corpus humeri merupakan bagian humerus yang berbentuk seperti silinder pada ujung

proksimalnya, tetapi berubah secara perlahan menjadi berbentuk segitiga hingga akhirnya

menipis dan melebar pada ujung distalnya. Pada bagian lateralnya, yakni di pertengahan corpus

humeri, terdapat daerah berbentuk huruf V dan kasar yang disebut sebagai tuberositas deltoidea.

Daerah ini berperan sebagai titik perlekatan tendon musculus deltoideus.3

Beberapa bagian yang khas merupakan penanda yang terletak pada bagian distal dari

humerus. Capitulum humeri merupakan suatu struktur seperti tombol bundar pada sisi lateral

humerus, yang bersendi dengan caput radii. Fossa radialis merupakan suatu depresi anterior di

atas capitulum humeri, yang bersendi dengan caput radii ketika lengan difleksikan. Trochlea

humeri, yang berada pada sisi medial dari capitulum humeri, bersendi dengan ulna. Fossa

coronoidea merupakan suatu depresi anterior yang menerima processus coronoideus ulna ketika

lengan difleksikan. Fossa olecrani merupakan suatu depresi posterior yang besar yang menerima

olecranon ulna ketika lengan diekstensikan. Epicondylus medialis dan epicondylus lateralis

merupakan suatu proyeksi kasar pada sisi medial dan lateral dari ujung distal humerus, tempat

kebanyakan tendon otot-otot lengan menempel. Nervus ulnaris, suatu saraf yang dapat membuat

6

Page 8: PRESENTASI KASUS 5

seseorang merasa sangat nyeri ketika siku lengannya terbentur, dapat dipalpasi menggunakan jari

tangan pada permukaan kulit di atas area posterior dari epicondylus medialis.3

Berikut ini merupakan tabel tentang saraf dan otot yang menggerakkan humerus.

Tabel 2.1. Saraf dan Otot yang Menggerakkan Humerus4

Otot Origo Insertio Aksi Persarafan

Otot-Otot Aksial yang Menggerakkan Humerus

M. pectoralis

major

Clavicula,

sternum,

cartilago

costalis II-

VI,

terkadang

cartilago

costalis I-VII

Tuberculum

majus dan

sisi lateral

sulcus

intertubercul

aris dari

humerus

Aduksi dan

merotasi medial

lengan pada sendi

bahu; kepala

clavicula

memfleksikan

lengan dan kepala

sternocostal

mengekstensikan

lengan yang fleksi

tadi ke arah truncus

Nervus

pectoralis

medialis dan

lateralis

M. latissimus

dorsi

Spina T7-L5,

vertebrae

lumbales,

crista sacralis

dan crista

iliaca, costa

IV inferior

melalui

fascia

thoracolumb

alis

Sulcus

intertubercul

aris dari

humerus

Ekstensi, aduksi,

dan merotasi

medial lengan pada

sendi bahu;

menarik lengan ke

arah inferior dan

posterior

Nervus

thoracodorsalis

Otot-Otot Scapula yang Menggerakkan Humerus

M. deltoideus Extremitas

acromialis

Tuberositas

deltoidea dari

Serat lateral

mengabduksi

Nervus axillaris

7

Page 9: PRESENTASI KASUS 5

dari

clavicula,

acromion

dari scapula

(serat

lateral), dan

spina

scapulae

(serat

posterior)

humerus lengan pada sendi

bahu; serat anterior

memfleksikan dan

merotasi medial

lengan pada sendi

bahu, serat

posterior

mengekstensikan

dan merotasi lateral

lengan pada sendi

bahu.

M.

subscapularis

Fossa

subscapularis

dari scapula

Tuberculum

minus dari

humerus

Merotasi medial

lengan pada sendi

bahu

Nervus

subscapularis

M.

supraspinatus

Fossa

supraspinata

dari scapula

Tuberculuum

majus dari

humerus

Membantu M.

deltoideus

mengabduksi pada

sendi bahu

Nervus

subscapularis

M.

infraspinatus

Fossa

infraspinata

dari scapula

Tuberculum

majus dari

humerus

Merotasi lateral

lengan pada sendi

bahu

Nervus

suprascapularis

M. teres

major

Angulus

inferior dari

scapula

Sisi medial

sulcus

intertubercul

aris

Mengekstensikan

lengan pada sendi

bahu dan

membantu aduksi

dan rotasi medial

lengan pada sendi

bahu

Nervus

subscapularis

M. teres

minor

Margo

lateralis

Tuberculum

majus dari

Merotasi lateral dan

ekstensi lengan

Nervus axillaris

8

Page 10: PRESENTASI KASUS 5

inferior dari

scapula

humerus pada sendi bahu

M.

coracobrachi

alis

Processus

coracoideus

dari scapula

Pertengahan

sisi medial

dari corpus

humeri

Memfleksikan dan

aduksi lengan pada

sendi bahu

Nervus

musculocutaneus

Gambar 2.1. Tampilan Anterior Humerus5 Gambar 2.2. Tampilan Posterior Humerus5

Di bagian posterior tengah humerus, melintas nervus radialis yang melingkari periosteum

diafisis humerus dari proksimal ke distal dan mudah mengalami cedera akibat patah tulang

humerus bagian tengah. Secara klinis, pada cedera nervus radialis didapati ketidakmampuan

melakukan ekstensi pergelangan tangan sehingga pasien tidak mampu melakukan fleksi jari

secara efektif dan tidak dapat menggenggam.1

2. Fraktur Humerus

2.1 Defenisi

9

Anatomic neck

Page 11: PRESENTASI KASUS 5

Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang , tulang rawan sendi, tulang rawan

epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada tulang humerus.2

2.2 Etiologi

Kebanyakan fraktur dapat saja terjadi karena kegagalan tulang humerus menahan tekanan

terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.2

Trauma dapat bersifat2:

1. Langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah

tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami

kerusakan.

2. Tidak langsung

Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari

daerah fraktur.

Tekanan pada tulang dapat berupa2:

1. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral

2. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

3. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau

fraktur dislokasi

4. Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah

5. Trauma oleh karena remuk

6. Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik sebagian tulang

2.3 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, fraktur diafisis humerus terjadi sebanyak 1,2% kasus dari seluruh

kejadian fraktur, dan fraktur proksimal humerus terjadi sebanyak 5,7% kasus dari seluruh

fraktur.7 Fraktur proksimal humerus sering terjadi pada usia dewasa tua dengan umur rata-rata

64,5 tahun. Sedangkan fraktur proksimal humerus merupakan fraktur ketiga yang paling sering

terjadi setelah fraktur pelvis dan fraktur distal radius. Fraktur diafisis humerus lebih sering pada

usia yang sedikit lebih muda yaitu pada usia rata-rata 54,8 tahun.7

10

Page 12: PRESENTASI KASUS 5

2.4 Klasifikasi

Fraktur humerus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Fraktur Proksimal Humerus(9,10)

Pada fraktur jenis ini, insidensinya meningkat pada usia yg lebih tua yang terkait dengan

osteoporosis. Perbandingan wanita dan pria adalah 2:1.

Mekanisme trauma pada orang dewasa tua biasa dihubungkan dengan kerapuhan

tulang (osteoporosis). Pada pasien dewasa muda, fraktur ini dapat terjadi karena high-

energy trauma, contohnya kecelakaan lalu lintas sepeda motor. Mekanisme yang jarang

terjadi antara lain peningkatan abduksi bahu, trauma langsung, kejang, proses patologis:

malignansi.

Gejala klinis pada fraktur ini adalah nyeri, bengkak, nyeri tekan, nyeri pada saat

digerakkan, dan dapat teraba krepitasi. Ekimosis dapat terlihat dinding dada dan

pinggang setelah terjadi cedera. Hal ini harus dibedakan dengan cedera toraks.

Menurut Neer, proksimal humerus dibentuk oleh 4 segmen tulang:

1. Caput/kepala humerus

2. Tuberkulum mayor

3. Tuberkulum minor

4. Diafisis atau shaft

Klasifikasi menurut Neer, antara lain:

1. One-part fracture : tidak ada pergeseran fragmen, namun terlihat garis fraktu

2. Two-part fracture :

anatomic neck

surgical neck

Tuberculum mayor

Tuberculum minor

3. Three-part fracture :

Surgical neck dengan tuberkulum mayor

Surgical neck dengan tuberkulum minus

4. Four-part fracture

11

Page 13: PRESENTASI KASUS 5

5. Fracture-dislocation

6. Articular surface fracture

12

I

MINIMAL DISPLACEMENT

II

ANATOMICAL NECK

III

SURGICALL NECK

IV

GREATER TUBEROSITY

V

LESSER TUBEROSITY

VI

FRACTURE DISLOCATION

ARTICULAR SURFACE

A

P

2-PART 3-PART 4-PART

Page 14: PRESENTASI KASUS 5

2) Fraktur Shaft Humerus(9)

Fraktur ini adalah fraktur yang sering terjadi. 60% kasus adalah fraktur sepertiga

tengah diafisis, 30% fraktur sepertiga proximal diafisis dan 10% sepertiga distal diafisis.

Mekanisme terjadinya trauma dapat secara langsung maupun tidak langsung.

Gejala klinis pada jenis fraktur ini adalah nyeri, bengkak, deformitas, dan dapat

terjadi pemendekan tulang pada tangan yang fraktur. Pemeriksaan neurovaskuler adalah

penting dengan memperhatikan fungsi nervus radialis. Pada kasus yang sangat bengkak,

pemeriksaan neurovaskuler serial diindikasikan untuk mengenali tanda-tanda dari

sindroma kompartemen. Pada pemeriksaan fisik terdapat krepitasi pada manipulasi

lembut.

Deskripsi klasifikasi fraktur shaft humerus :

a. Fraktur terbuka atau tertutup

b. Lokasi : sepertiga proksimal, sepertiga tengah, sepertiga distal

c. Derajat : dengan pergeseran atau tanpa pergeseran

d. Karakter : transversal, oblique, spiral, segmental, komunitif

e. Kondisi intrinsik dari tulang

f. Ekstensi artikular

3) Fraktur Distal Humerus9

Fraktur ini jarang terjadi pada dewasa. Kejadiannya hanya sekitar 2% untuk semua

kejadian fraktur dan hanya sepertiga bagian dari seluruh kejadian fraktur humerus.(9)

Mekanisme cedera untuk fraktur ini dapat terjadi karena trauma langsung atau trauma

tidak langsung. Trauma langsung contohnya adalah apabila terjatuh atau terpeleset dengan

posisi siku tangan menopang tubuh atau bisa juga karena siku tangan terbentur atau dipukul

benda tumpul. Trauma tidak langsung apabila jatuh dalam posisi tangan menopang tubuh

namun posisi siku dalam posisi tetap lurus. Hal ini biasa terjadi pada orang dewasa usia

pertengahan atau wanita usia tua.(9,10)

13

Page 15: PRESENTASI KASUS 5

Gejala klinis dari fraktur ini antara lain pada daerah siku dapat terlihat bengkak,

kemerahan, nyeri, kaku sendi dan biasanya pasien akan mengeluhkan siku lengannya seperti

akan lepas. Kemudian dari perabaan (palpasi) terdapat nyeri tekan, krepitasi, dan

neurovaskuler dalam batas normal.(9,10)

1. Suprakondiler Fraktur

Fraktur suprakondilus merupakan salah satu jenis fraktur yang mengenai daerah siku,

dan sering ditemukan pada anak-anak. Fraktur suprakondilus adalah fraktur yang mengenai

humerus bagian distal di atas kedua kondilus. Pada fraktur jenis ini dapat dibedakan menjadi

fraktur supracondilus extension type (pergeseran posterior) dan flexion type (pergeseran

anterior) berdasarkan pada bergesernya fragmen distal dari humerus. Jenis fleksi adalah jenis

yang jarang terjadi. Jenis ekstensi terjadi karena trauma langsung pada humerus distal

melalui benturan pada siku dan lengan bawah dalam posisi supinasi dan dengan siku dalam

posisi ekstensi dengan tangan yang terfiksasi. Fragmen distal humerus akan terdislokasi ke

arah posterior terhadap humerus.(11)

Fraktur humerus suprakondiler jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh

pada telapak tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit

fleksi. Pada pemeriksaan klinis didapati siku yang bengkak dengan sudut jinjing yang

berubah. Didapati tanda fraktur dan pada foto rontgen didapati fraktur humerus suprakondiler

dengan fragmen distal yang terdislokasi ke posterior.(11)

Gambaran klinis, setelah jatuh anak merasa nyeri dan siku mengalami

pembengkakan, deformitas pada siku biasanya jelas serta kontur tulang abnormal. Nadi perlu

diraba dan sirkulasi perlu diperiksa, serta tangan harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya

bukti cedera saraf dan gangguan vaskularisasi, sehingga bila tidak diterapi secara cepat dapat

terjadi: "acute volksman ischaemic" dengan tanda-tanda: pulseless; pale; pain; paresa;

paralysis.(11)

Pada lesi saraf radialis didapati ketidakmampuan untuk ekstensi ibu jari dan ekstensi

jari lain pada sendi metacarpofalangeal. Juga didapati gangguan sensorik pada bagian dorsal

serta metacarpal I. Pada lesi saraf ulnaris didapati ketidakmampuan untuk melakukan

gerakan abduksi dan adduksi jari. Gangguan sensorik didapati pada bagian volar jari V. Pada

lesi saraf medianus didapati ketidakmampuan untuk gerakan oposisi ibu jari dengan jari lain.

Sering didapati lesi pada sebagian saraf medianus, yaitu lesi pada cabangnya yang disebut

14

Page 16: PRESENTASI KASUS 5

saraf interoseus anterior. Di sini didapati ketidakmampuan jari I dan II untuk melakukan

fleksi.

a. Pada Dewasa

Fraktur suprakondilus extension type

Menunjukkan cedera yang luas, dan biasanya akibat jatuh pada tangan yang

terekstensi. Humerus patah tepat di atas condilus. Fragmen distal terdesak ke belakang

lengan bawah (biasanya dalam posisi pronasi) terpuntir ke dalam. Ujung fragmen

proksimal yang bergerigi mengenai jaringan lunak bagian anterior, kadang mengenai

arteri brachialis atau n. medianus. Periosteum posterior utuh,sedangkan periosteum

anterior ruptur; terjadi hematom fossa cubiti dalam jumlah yang signifikan.(11)

Fraktur suprakondilus flexion type

Tipe fleksi terjadi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung pada sendi siku

pada distal humeri.(11)

b. Pada Anak

Angka kejadiannya pada anak sekitar 55% sampai 75% dari semua fraktur siku. Insidensi

puncaknya adalah pada anak berusia 5-8 tahun. 98% dari fraktur suprakondiler pada anak

adalah fraktur suprakondiler tipe ekstensi. Gejala klinisnya adalah bengkak, nyeri pada

daerah siku pada saat digerakkan. Dapat ditemukan Pucker Sign, cekungan dari kulit pada

bagian anterior akibat penetrasi dari fragmen proximal ke muskulus brakhialis. Pada anak,

fraktur suprakondiler dapat diklasifikasikan menurut Gartland.(9)

Klasifikasi Gartland(9)

Tipe I : tidak ada pergeseran

Tipe II : ada pergeseran dengan korteks posterior intak, dapat disertai

angulasi atau rotasi

Tipe III : pergeseran komplit; posteromedial atau posterolateral

2. Transkondiler Fraktur(9)

Biasanya terjadi pada pasien usia tua dengan tulang osteopenik.

3. Interkondiler Fraktur(9)

Pada dewasa, jenis fraktur ini adalah tipe paling sering diantara tipe fraktur humerus distal

yang lain.

15

Page 17: PRESENTASI KASUS 5

Klasifikasi menurut Riseborough and Radin:

Tipe I : fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya ada berupa garis fraktur

Tipe II : terjadi sedikit pergeseran dengan tidak ada rotasi antara fragmen kondilus

Tipe III : pergeseran dengan rotasi

Tipe IV : fraktur komunitif berat dari permukaan articular

4. Kondiler Fraktur(9)

a. Pada Dewasa

Dapat dibagi menjadi fraktur kondilus medial dan fraktur kondilus lateral.

Klasifikasi menurut Milch :

Tipe I : penonjolan lateral troklea utuh,tidak terjadi dislokasi radius dan ulna

Tipe II : terjadi dislokasi radius ulna, kerusakan kapsuloligamen

b. Pada Anak

Lateral Condyler Physeal Fractures(9)

Pada anak, kejadian fraktur jenis ini adalah sebanyak 17% dari seluruh fraktur distal

humerus. Usia puncaknya adalah pada saat anak berusia 6 tahun.

Klasifikasi Milch :

Tipe I : garis fraktur membelah dari lateral ke troklea melalui celah

kapitulotroklear. Hal ini timbul pada fraktur salter- harris tipe IV. Siku

stabil dikarenakan troklea intak.

Tipe II : garis fraktur meluas sampai apeks dari troklea. Ini timbul pada fraktur

salter-harris tipe II. Siku tidak stabil oleh

karena ada kerusakan pada troklea.

Klasifikasi Jacob:

Stage I : fraktur tanpa pergeseran dengan permukaan artikuler Intak

Stage II : fraktur dengan pergeseran sedang

Stage III : pergeseran dan dislokasi komplit dan instabilitas siku

Medial Condyler Physeal Fractures(9)

Fraktur jenis ini biasanya terjadi pada umur 8 sampai 14 tahun.

Klasifikasi Milch:

16

Page 18: PRESENTASI KASUS 5

Tipe I : garis fraktur melewati sepanjang apex dari troklea. Hal ini timbul

pada fraktur salter-harris tipe II.

Tipe II : garis fraktur melewati celah capitulotroklear. Ini timbul pada fraktur

salter-harris tipe VI.

Klasifikasi kilfoyle :

Stage I : tidak ada pergeseran, permukaan artikular intak

Stage II : garis fraktur komplit dengan pergeseran yang minimal

Stage III : pergeseran komplit dengan rotasi fragmen dari penarikan otot fleksor

2.5 Manifestasi Klinis Fraktur13

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh

ditemukan :

a) Pasien merasakan tulangnya terasa patah

b) Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat atau mengalami angulasi

abnormal

c) Pasien tidak mampu menggerakkan esktremitas yang cedera

d) Posisi ekstremitas yang abnormal

e) Memar

f) Bengkak

g) Perubahan bentuk

h) Nyeri gerak aktif dan pasif

i) Nyeri sumbu

j) Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas yang

mengalami cidera (krepitasi)

k) Perdarahan bisa ada atau tidak

l) Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cidera

m) Kram otot disekitar lokasi cidera

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara umum:

1. Bila terjadi trauma, dilakukan primary survey terlebih dahulu.

17

Page 19: PRESENTASI KASUS 5

2. Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk mengurangi nyeri, mencegah

(bertambahnya) kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan fraktur. Bila

tidak terdapat bahan untuk bidai, maka bila lesi di anggota gerak bagian atas untuk

sementara anggota yang sakit dibebatkan ke badan penderita

Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan

pengobatan fraktur yaitu mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu

sesingkat mungkin.12

Pilihan Terapi

Ada 2 terapi, pilihan berdasarkan banyak faktor seperti bentuk fraktur, usia penderita,

level aktivitas, dan pilihan dokter sendiri.

a. Terapi pada fraktur tertutup

Pilihannya adalah terapi konservatif atau operatif .

- Terapi konservatif

1. Proteksi saja

Untuk penanganan fraktur dengan dislokasi fragüen yang minimal atau dengan

dislokasi yang tidak akan menyebabkan cacat di kemudian hari.

2. Immobilisasi saja tanpa reposisi

Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan

kedudukan yang baik.

3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti. Fragüen distal

dikembalikan ke kedudukan semula terhadap fragüen proksimal dan

dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips.

4. Traksi

Ini dilakukan pada fraktur yang akan terdislokasi kembali di dalam gips. Cara ini

dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat. Traksi dapat untuk reposisi secara

perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips estela tidak sakit lagi.

Pada anak-anak dipakai kulit (traksi Hamilton Russel/traksi Bryant). Traksi kulit

terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban

tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka

18

Page 20: PRESENTASI KASUS 5

diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus

traksi skeletal berupa balanced traction.

- Terapi operatif

Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis.

a. reposisi tertutup – fiksasi externa

Setelah reposisi berdasarkan control radiologis intraoperatif maka dipasang fiksasi

externa. Untuk fiksasi fragmen patahan tulang, digunakan pin baja yang

ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh

dengan batangan logam di luar kulit.

b. reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti fiksasi interna.

Fragmen direposisi secara non operatif dengan meja traksi. Setelah tereposisi

dilakukan pemasangan pen secara operatif.

Terapi operatif dengan membuka frakturnya

1. Reposisi terbuka dan fikasasi interna /ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)

fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa juga

berupa plat dengan skrup di permukaan tulang. Keuntungan ORIF adalah bisa dicapai

reposisi sempurna dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak

perlu lagi dipasang gips dan segera bisa dilakukan immobilisasi. Kerugiannya adalah

reposisi secara operatif ini mengundang resiko infeksi tulang.

Indikasi ORIF:

a) fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi.

b) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

c) Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.

d) Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan

operasi, misalnya fraktur femur.

2. Excisional arthroplasty

19

Page 21: PRESENTASI KASUS 5

Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi.

3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis

dilakukan pada fraktur kolum femur.

b. Terapi pada fraktur terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.

Tindakan harus sudah dimulai dari fase pra rumah sakit:

- pembidaian

- menghentikan perdarahan dengan perban tekan

- menghentikan perdarahan dengan perban klem.

Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40%

dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan life-saving harus selalu di

dahulukan dalam kerangka kerja terpadu.

Tindakan terhadap fraktur terbuka:

a. Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta

pembidaian anggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan.

b. Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta

tindakan reposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam waktu

kurang dari 6 jam (golden period 4 jam)

c. penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

Tindakan reposisi terbuka:

1. Pemasangan torniquet di kamar operasi dalam pembiusan yang baik.

2. Ambil swab untuk pemeriksaan mikroorganisme dan kultur/ sensitifity test.

3. Dalam keadaan narkose, seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan

dicukur.

4. Luka diirigasi dengan cairan Naci steril atau air matang 5-10 liter. Luka derajat 3

harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi.

5. Tutup luka dengan doek steril

6. Ahli bedah cuci tangan dan seterusnya

20

Page 22: PRESENTASI KASUS 5

7. Desinfeksi anggota gerak

8. Drapping

9. Debridement luka (semua kotoran dan jaringan nekrosis kecuali neirovascular

vital termasuk fragmen tulang lepas dan kecil) dan diikuti reposisi terbuka, kalau

perlu perpanjang luka dan membuat incisi baru untuk reposisi tebuka dengan baik.

10. Fiksasi:

fiksasi interna untuk fraktur yang sudah dipertahankan reposisinya (unstable

fracture) minimal dengan Kischner wire

Intra medular nailing atau plate screw sesuai dengan indikasinya seperti pada

operasi elektif, terutama yang dapat dilakukan dalam masa golden period

untuk fraktur terbuka grade 1-2

Tes stabilitas pada tiap tindakan. Apabila fiksasi interna tidak memadai

(karena sifatnya hanya adaptasi) buat fiksasi luar (dengan gips spalk atau

sirkular)

Setiap luka yang tidak bisa dijahit, karena akan menimbulkan ketegangan,

biarkan terbuka dan luka ditutup dengan dressing biasa atau dibuat sayatan

kontra lateral.

Untuk grade 3 kalau perlu:

Pasang fikasasi externa dengan fixator externa (pin/screw dengan K nail/wire

dan acrylic cement). Usahakan agar alignment dan panjang anggota gerak

sebaik-baiknya. Apabila hanya dipasang gips, pasanglah gips sirkuler dan

kemudian gips dibelah langsung (split) setelah selesai operasi.

Buat x-ray setelah tindakan

2.7 Komplikasi12

Adapun komplikasi yang dapat terjadi:

1. Kekakuan sendi bahu (ankilosis). Lesi pada n.Sirkumfleksi aksilaris menyebabkan paralisis

m.Deltoid.

2. Apabila pada fraktur medial humerus disertai komplikasi cdera n.Radialis, harus dilakukan

operasi reduksi dan internal fiksasi dengan plate screw untuk humerus disertai eksplorasi

n.Radialis.

21

Page 23: PRESENTASI KASUS 5

3. Sindroma kompartemen yang biasa disebut dalam 5 P (Pain, Pallor, Pulselesness,

Paraesthesia, Paralysis), terjepitnya a. Brakhialis yang akan menyebabkan nekrosis otot-otot

dan saraf.

4. Mal union cubiti varus (carrying angle berubah) dimana siku berbentuk O, secara fungis

baik, tapi kosmetik kurang baik. Perlu dilakukan koreksi dengan operasi meluruskan siku

dengan teknik French osteotomy.

2.8 Prognosis

Prognosis dari fraktur humerus untuk kehidupan adalah bonam. Pada sisi fungsi dari

lengan yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke performa semula, namun hal ini sangat

tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi yang dipilih, dan bagaimana respon tubuh

terhadap pengobatan. Hampir semua penderita akan merasakan kaku dan nyeri di pergelangan

tangan pada satu atau dua bulan setelah gips dilepas atau pembedahan, hal ini dapat berlanjut

sampai dua tahun bahkan lebih terutama pada trauma kecepatan tinggi, pasien di atas 50 tahun,

atau pasien yang memiliki osteoartritis. Namun kekakuan yang terjadi hanya ringan dan tidak

mempengaruhi keseluruhan fungsi lengan.

22

Page 24: PRESENTASI KASUS 5

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad, C., dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC, 2010, Bab 42; Sistem

Muskuloskeletal.

2. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone, 2007, Bab. 14;

Trauma.

3. Tortora G.J. & Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology 12 th Edition. New

Jersey: John Wiley & Sons, 2009, Chapter 8; The Skeletal System: The Appendicular

Skeleton.

4. Tortora G.J. & Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology 12th Edition. New

Jersey: John Wiley & Sons, 2009, Chapter 11; The Muscular System.

5. Standring, S. Gray’s Anatomy 39th Edition. USA: Elsevier, 2008, Chapter 48; General

Organization and Surface Anatomy of The Upper Limb.

6. Wang, E.D. & Hurst, L.C. Netter’s Orthopaedics 1st Edition. Philadelphia: Elsevier, 2006,

Chapter 15; Elbow and Forearm.

7. Emedicine. 2012. Humerus Fracture. Accessed: 2nd February 2012. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/825488-overview

8. Aaron N., Michael D.M., et.al., 2011. Distal Humeral Fractures in Adults. Accessed: 2nd

February 2012. Available from: http://www.jbjs.org/article.aspx?articleid=35415

9. Egol, K.A., Koval, K.J., Zuckerman, J. D. Handbook Of Fractures. Philadelphia:Lippincott

Williams & Wilkins. 2010:p. 193-229;604-614

10. Thompson, J.C. Netter’s: Concise Otrhopaedic Anatomy 2nd ed. Philadelphia: Elsevier Inc.

2010:p. 109-116.

11. Noffsinger, M. A. Supracondylar Humerus Fractures. Available at www.emedicine.com.

Accessed on 4thMarch 2012

12. Reksoprodjo, S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher, 2009,

Bab 9; Orthopaedi.

13. Yudha Herry Setya. Teori dan Praktek Pembidaian Sehari-hari.

www.dokterbedahherryyudha.com. (diakses 14 Juli 2013)

23