KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

40
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tahun 2000 keatas dikenal dengan abad globalisasi, kita dituntut untuk bersaing dalam segala aspek kehidupan supaya kita bisa tetap bertahan dan terus memberikan kontribusi positif untuk kemajuan negara, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Indonesia yang dikenal oleh negara luar sebagai plural country (negara majemuk), sebab memiliki beragam budaya di dalamnya, tidak hanya satu ras, melainkan banyak sekali ras, budaya bahkan kehidupan sosial yang terangkum dalam tajuk adapt istiadat yang semuanya juga berbeda-beda. Hal ini sangat dibutuhkan kekuatan yang sangat ekstra untuk dapat mempertahankannya sehingga masih ada yang bisa dibanggakan dari negara terbesar di Asean ini. Dari berbagai budaya dan bahasa yang ada di Indonesia, negara tetap memilki bahasa pemersatu sebagai kekuatan nasionalisme yang menghiasi perbedaan yang ada, sejak dulu bangsa Indonesia selalu bangga akan bahasa 1

Transcript of KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

Page 1: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tahun 2000 keatas dikenal dengan abad globalisasi, kita dituntut untuk bersaing

dalam segala aspek kehidupan supaya kita bisa tetap bertahan dan terus

memberikan kontribusi positif untuk kemajuan negara, baik di luar negeri maupun

di dalam negeri. Indonesia yang dikenal oleh negara luar sebagai plural country

(negara majemuk), sebab memiliki beragam budaya di dalamnya, tidak hanya satu

ras, melainkan banyak sekali ras, budaya bahkan kehidupan sosial yang

terangkum dalam tajuk adapt istiadat yang semuanya juga berbeda-beda. Hal ini

sangat dibutuhkan kekuatan yang sangat ekstra untuk dapat mempertahankannya

sehingga masih ada yang bisa dibanggakan dari negara terbesar di Asean ini.

Dari berbagai budaya dan bahasa yang ada di Indonesia, negara tetap memilki

bahasa pemersatu sebagai kekuatan nasionalisme yang menghiasi perbedaan yang

ada, sejak dulu bangsa Indonesia selalu bangga akan bahasa Indonesia yang tidak

lain adalah bahasa kesatuan yang kita gunakan sehari-hari. Bahasa tersebut

tersusun atas serapan dari berbagai bahasa yang ada di Indonesia sehingga dapat

memberikan sinergisitas terhadap bahasa daerah. Tentunya kita pun harus bengga

terhadap keduanya. Baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.

Mengingat hal tersebut diatas, sepertinya sinergisitas tersebut tidak terlalu

dirasakan oleh salah satu daerah yang merupakn salah satu kamar dari 32 provinsi

yang ada di Indonesia. Daerah tersebut adalah Lampung, daerah yang memiliki

potensi yang sangat besar untuk menumbuhkan taraf ekonomi, sosial serta budaya

apabila kita tinjau dari strategisnya letak wilayah. Hanya saja mungkin hal itu

1

Page 2: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

merupakan sebuah mimpi disiang bolong, sebab orang Lampung sendiri kurang

respect (menghargai) bahasa asli daerah tersebut, mungkin tidak telalu

memberikan efek serius terhadap kehidupan ekonomi, tetapi untuk sosial dan

budaya, hal ini akan memberikan dampak yang berarti dikemudian hari terhadap

nilai-nilai sosial budaya daerah Lampung.

Di dalam penjelasan UUD’45 Pasal 36 (sebelum amandemen) dikatakan bahwa

“Didaerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh

rakyatnya dengan baik-baik, maka bahasa tersebut dihormati dan dipelihara oleh

negara. Bahasa-bahasa itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia

yang hidup.”

Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung

dikuasai oleh kesultanan Banten.

Putra mahkota Banten, Sultan Haji, menyerahkan beberapa wilayah kekuasaan

Sultan Ageng Tirtayasa kepada Belanda. Di dalamnya termasuk Lampung sebagai

hadiah bagi Belanda karena membantu melawan Sultan Ageng Tirtayasa.

Permintaan itu termuat dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint

Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat

bertanggal 12 Maret 1682 itu isinya, Saya minta tolong, nanti daerah Tirtayasa

dan negeri-negeri yang menghasilkan lada seperti Lampung dan tanah-tanah

lainnya sebagaimana diinginkan Mayor/ Kapten Moor, akan segera serahkan

kepada kompeni.

Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682

yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.

Akan tetapi, upaya menguasai pasar lada hitam Lampung kurang memperoleh

sambutan baik. Pada 21 November 1682 VOC kembali ke pulau Jawa hanya

membawa 744.188 ton lada hitam seharga 62.292,312 gulden.

Dari angka itu dapat disimpulkan bahwa Lampung kala itu dikenal sebagai

penghasil lada hitam utama. Lada hitam pula yang mengilhami berbagai negara

2

Page 3: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

Eropa ambil bagian dalam konstelasi politik Nusantara kala itu. Penguasaan

sumber rempah-rempah dunia berarti menguasai perdagangan dunia-dan tentu saja

wilayah.

Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya

sehingga tercipta lagu ’Tanoh Lada.’ Bahkan, ketika Lampung diresmikan

menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian

lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah pudar. Hal ini

juga yang menjadi kekhawatiran tetua Lampung akan kehidupan sosial budaya

Lampung, yang telah mereka pertahankan.

Dapat disinyalir bahwa bahasa Lampung dalam 10 tahun akan hanya menjadi

sejarah jika keadaannya terus seperti ini bahkan lebih buruk lagi. Hal yang terjadi

di Lampung sendiri adalah tidak adanya sifat bangga dan menghargai budaya

yang ada. Kebanyakan dari mereka lebih memilih mengaku sebagai orang

pendatang, padahal ia lahir dan tinggal di daerah lampung. Masih saja ada ego

sukuisme yang terjadi di Lampung, maka bahasa lampung tidak begitu popular,

bahkan orang yang ada di Lampung lebih bisa bahasa Jawa, Sunda, Palembang,

Batak, Padang serta bahasa yang lainnya yang dibawa oleh pendatang.

Kita lihat saja sebagai contoh kota Bandar Lampung, sebagai representasi kecil

provinsi Lampung. Di kota Bandar Lampung sendiri sangat jarang sekali

terdengar orang lampung berbicara dengan bahasa Lampung, hanya daerah raja

basa dan way halim yang masih menggemakan bahasa Lampung, itu pun jarang

sekali. Maka akan timbul pertanyaan jika ada orang luar yang berkunjung ke

Lampung, ‘apakah bahasa lampung sama dengan bahasa jawa?’. Bahkan pemuda

di Bandar Lampung lebih senang menggunakan bahasa gaul, seperti yang sering

divokalkan dengan bunyi “Loe atau Gua” ( kamu atau Saya). Maka disini penulis

mengusung judul diatas agar dapat memberikan solusi atas kasus serius yang

dialami oleh provinsi paling selatan di pulau sumatera tersebut.

3

Page 4: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulis dalam menulis kaya tulis ini adalah, sebagai berikut:

a. Memberikan dorongan bagi seluruh penduduk Lampung untuk dapat

melestarikan bahasa Lampung.

b. Dapat melahirkan soslusi permasalahan kebudayaan khususnya kecintaan

terhadap bahasa Lampung serta nilai-nilai sosial budaya Lampung.

c. Memberikan suntikan kepada pemuda Lampung untuk dapat menjadi tuan

rumah di daerah sendiri.

d. Mengkampanyekan untuk mempertahankan bahasa Lampung.

e. Memberi masukan kepada pihak terkait untuk dapat memperjuangkan

bahasa Lampung sebagai bahasa kebanggan nomor satu di Lampung.

f. Memberikan pengertian terhadap kaum pendatang di Lampung untuk

berpaeran serta ikut dalam melestarika bahasa Lampung.

I.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah mahasiswa kali ini adalah, sebagai

berikut:

a. Menjadi referensi pihak terkait sebagai bahan analisa tentang nilai-nilai

sosial budaya provinsi Lampung.

b. Menjadi jalan rekomendasi untuk pembenahan sistem nilai-nilai sosial

budaya di provinsi Lampung yang hampir punah akibat tekanan dari suku

atau penduduk pendatang

4

Page 5: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pandangan Terhadap Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi dan alat interaksi yang dimilki oleh manusia.

Bahasa dapat dikaji scara internal dan eksternal. Secara internal, artinya

pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu sendiri, sperti

struktur fonologi, morfologi atau sintaksisnya. Sedangkan secara eksternal,

artinya pengkajian bahasa tersebut dilakukan terhadap faktor-faktoryang berada di

luar bahasa, tetapi berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya

didalam kelompok-kelompok sosial masyarakat.

Dalam buku Sosiolinguistik, De Saussure (1916) pada awal abad ke 20 ini telah

menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu lembaga kemasyarakatan, sama

dengan adat istiadat serta nilai-nilai sosial budaya lainnya, seperti tata cara

pernikahan, pewarisan harta dan tahta serta acara dat lainnya. Pakar lain, Charles

Morris, di dalam bukunya ‘Sign, Language and Behavior’ (1946) yang juga

dilansir dalam buku ‘Sosiolingustik‘ yang membicarakan bahasa sebagai sistem

lambang, membedakan adanya tiga macam kajian bahasa berkenaan dengan fokus

perhatian yang diberikan, yaitu hubungan fokus lambang terhadap maknanya

dinamakan semantik. Fokus hubungan lambang dengan lambang disebut sintatik.

Kemudian fokus hubungan lambang terhadap penuturnya disebut pragmatik.

Karena bahasa yang ada di Indonesia sangatlah beragam, dimana termasuk adalah

bahasa asli yang dimiliki seluruh daerah yang telah diatur dalam UUD’45 pasal 36

tentang pemeliharaan bahasa daerah. Bahasa Lampung pun masuk kedalam

himpunan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia, yang butuh perlindungan serta

5

Page 6: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

pemeliharaab yang benar-benar baik dari rakyat Lampung maupun negara, sebab

telah di atur dalam undang-undang.

Ketika kita tinjau secara tradisional bahwa bahasa dianggap sebagai alat

komunikasi manusia sejak pertengahan tahun 500-1500 M sangat erat sekali

bahwa bahasa dan manusia saling terkait satu sama lain, yaitu hubungan bahasa

dengan masyarakat. Hubungan itu kemudian dapat melahirkan beberapa aspek

dalam pembedaan bahasa. dimana selalu dipelajari pada sosiolinguistik. Terdapat

berbarbagai hubungan yang akhirnya mengacu kepada masalah kemayarakatan,

diantaranya :

2.1.1 Bahasa dan Tingkat Sosial Masyarakat

Bahwa adnya bentuk-bentuk hubungan tertentu dalam setiap bahasa yang disebut

sebagai variasi bahasa, ragam bahasa atau dialek dengan penggunaan fungsi-

fungsi tertentu yang digunakan oleh masyarakat. Untuk mengetahui hubungan

tingkat sosial masyarakat dengan suatu bahasa, adalah kita perlu mengetahui

sebenarnya parameter tingkat sosial. Sebab ada dua metode untuk dapat melihat

parameter tingkat sosial masyarakat. Pertama dengan kebangsawanan, jika ada.

Kedua dengan melihat kedudukan sosial seperti keadaan ekonomi dan jenjang

pendidikan. Ketika kita sudah meninjau tingkatan sosial, maka kita dapat

mengambil jalan tengan bahawa tingkatan sosial dapat menjadi pembeda dalam

variasi bahasa.

2.1.2 Bahasa, Sastra dan Sejarah

Jauh sebelum manusia mengenal sejarah, sebenarnya manusia telah mengalami

peristiwa-peristiwa penting di dunia, hanya saja mereka tidak mampu untuk

merekan semua peristiwa tersebut. Seiring dengan perkembangan volume otak

manusia yang bertambah, akhirnya timbul sebuah simbol yang dapat dijadikan

sebagai sarana perekam kejadian, simbol yang dikenal sebagai tulisan, huruf dan

lambang. Simbol tersebut memberikan informasi penting serta rentetannya dapat

6

Page 7: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

memberikan daya rekan yang luar biasa di dalam otak manusia, sehingga manusia

mampu mengingat dengan jelas. Rentetan simbol yang diatur sedemikian rupa

merupakan suatu sistem yang memiliki pola tetap dan berkaidah atau dengan kata

lain adalah bahasa. setelah bahasa dikenal sebagai alat komunikasi dan interaksi,

maka timbul karya-karya fenomenal yang harus diabadikan sebab itu merupakan

ciri khas daerah yang harus kita junjung tinggi.sehingga dapat dikatakan bahasa

dapat melahirkan sastra.

Dari kedua pembeda diatas, ketika kita tinjau Bahasa Lampung adalah sebuah

bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Propinsi Lampung, selatan

Palembang dan pantai barat Banten.

Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat

dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak,

bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.

Aksara Lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang

memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya

fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab

dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di

baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan

menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama

tersendiri.

Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf

Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong,

Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf

induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing,

angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan

dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.

7

Page 8: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama,

subdialek A (api) yang dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai, Pesisir Rajabasa,

Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan Ranau, Komering, dan

Kayu Agung (yang beradat Lampung Peminggir/Saibatin), serta Way Kanan,

Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek o (nyo)

yang dipakai oleh ulun Abung dan Menggala/Tulangbawang (yang beradat

Lampung Pepadun).

2.2 Klasifikasi Bahasa di Provinsi Lampung

Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu

Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.

A. Dialek Belalau (Dialek Api), terbagi menjadi:

1. Bahasa Lampung Logat Belalau dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang

berdomisili di Kabupaten Lampung Barat yaitu Kecamatan Balik Bukit,

Batu Brak, Belalau, Suoh, Sukau, Ranau, Sekincau, Gedung Surian, Way

Tenong dan Sumber Jaya. Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan

Kalianda, Penengahan, Palas, Pedada, Katibung, Way Lima,

Padangcermin, Kedondong dan Gedongtataan. Kabupaten Tanggamus di

Kecamatan Kotaagung, Semaka, Talangpadang, Pagelaran, Pardasuka,

Hulu Semuong, Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung

di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara,

Panjang, Kemiling dan Raja Basa. Banten di di Cikoneng, Bojong,

Salatuhur dan Tegal dalam Kecamatan Anyer, Serang.

2. Bahasa Lampung Logat Krui dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir

Barat Lampung Barat yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Utara,

Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong, Bengkunat dan Ngaras.

3. Bahasa Lampung Logat Melinting dipertuturkan Masyarakat Etnis

Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung Timur di

Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pugung

dan Kecamatan Way Jepara.

8

Page 9: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

4. Bahasa Lampung Logat Way Kanan dipertuturkan Masyarakat Etnis

Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way Kanan yakni di

Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu.

5. Bahasa Lampung Logat Pubian dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang

berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Natar, Gedung Tataan

dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan

Padangratu. Kota Bandar Lampung Kecamatan Kedaton, Sukarame dan

Tanjung Karang Barat.

6. Bahasa Lampung Logat Sungkay dipertuturkan Etnis Lampung yang

Berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Sungkay

Selatan, Sungkai Utara dan Sungkay Jaya.

7. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring dipertuturkan

oleh Masyarakat Etnis Lampung yang berada di Muara Dua, Martapura,

Komring, Tanjung Raja dan Kayuagung di Propinsi Sumatera Selatan.

B. Dialek Abung (Dialek Nyow), terbagi menjadi:

1. Bahasa Lampung Logat Abung Dipertuturkan Etnis Lampung yang yang

berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Kotabumi,

Abung Barat, Abung Timur dan Abung Selatan. Lampung Tengah di

Kecamatan Gunung Sugih, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman,

Seputih Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia. Lampung Timur di

Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way

Jepara. Kota Metro di Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar

Lampung di Gedongmeneng dan Labuhan Ratu.

2. Bahasa Lampung Logat Menggala Dipertuturkan Masyarakat Etnis

Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang meliputi

Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah,

Gunung Terang dan Gedung Aji.

Kemudian ada juga klasifikasi penggunaan bahasa menurut marga yang ada di

lampung. Lampung mengenal marga-marga yang mulanya bersifat geneologis-

9

Page 10: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

territorial. Tapi, tahun 1928, pemerintah Belanda menetapkan perubahan marga-

marga geneologi-territorial menjadi marga-marga territoroal-genealogis, dengan

penentuan batas-batas daerah masing-masing.

Setiap marga dipimpin oleh seorang kepala marga atas dasar pemilihan oleh dan

dari punyimbang-punyimbang yang bersangkutan. Demikian pula, kepala-kepala

kampung ditetapkan berdasarkan hasil pemilihan oleh dan dari para punyimbang.

Klasifikasi Pemetaan Teritirial Geneologis masyarakat Adat Lampung

Menurut Tim Peneliti Unila tahun 2000

No Kabupaten/Kota madya Kecamatan Kebuawaian/Marga

1 Bandar Lampung Kedaton Pepadun

2 Bandar Lampung Kedaton Pepadun

3 Bandar Lampung Kedaton Pepadun

4 Bandar Lampung Kedaton Pepadun

5 Bandar Lampung Sukarame Pepadun

6 Bandar Lampung Tj. Karang Barat Pepadun

7 Bandar Lampung Tj. Karang Timur Pepadun

8 Bandar Lampung T. Betung selatan Sebatin

9 Bandar Lampung T. Betung Barat Sebatin

10 Bandar Lampung T. Betung Barat Sebatin

11 Bandar Lampung T. Betung Barat Sebatin

12 Bandar Lampung T. Betung Barat Sebatin

13 Bandar Lampung T. Betung Barat Sebatin

14 Bandar Lampung T. Betung Utara Sebatin

15 Lampung Selatan Penengahan Sebatin

16 Lampung Selatan Penengahan Sebatin

17 Lampung Selatan Kalianda Sebatin

18 Lampung Selatan Kalianda Sebatin

19 Lampung Selatan Kalianda Sebatin

20 Lampung Selatan Kalianda Sebatin

(…….selengkapnya di Lampiran)

10

Page 11: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

Keanekaragaman bahasa di Lampung, mampu menambah nilai sosial dan budaya.

Orang Lampung mampu memahami bahasa yang dipakai oleh lawan bicaranya

meski dialek yang dituturkannya lain dengan dialek yang dia pakai sehari-hari,

contoh orang yang memakai dialek nyou meski dia sendiri memakai dialek api

dikesehariannya. Hal ini merupakan indikator bahwa perbedaan adalah bukan

segalanya, melainkan sebuah kekuatan baru yang tidak perlu dibeda-bedakan

sebab memang hakikatnya sudah berbeda sejak penurunan bahasa.

Bahasa Lampung sendiri sangat mudah untuk dipelajari, sebab bahasa lampung

banyak menyerap bahasa-bahasa yang mudah di cerna oleh manusia, diantarannya

bahasa Arab, bahasa Melayu, bahasa Nusatenggara, bahasa Sansekerta dan bahasa

yang lainya. Semua bahasa yang proporsional bahkan banyak diserap sebagai

bahasa Lampung.

Pemeliharaan budaya, bahasa serta nilai-nilai yang lainnya sangatlah penting,

sebab perlakuan seperti itu menunjukan bahwa kita sangat menghargai serta

mengakui dengan bangga peninggalan-peninggalan yang harus kita jaga

kelestariannya. Ketika kita sudah mengabaikan salah satu diantaranya, maka

lambatlaun yang lain akan ikut merasakan dampaknya. Apalagi ketika bahasa

daerah sudah tidak dihargai lagi oleh penduduk setempat, maka bahasa tersebut

tidak mengalami transformasi kepada generasi penerus, akhirnya bahasa tersebut

hilang dan hanya tinggal sejarah. Ketika hal itu telah terjadi, kebanggaan terhadap

daerah atau rasa cinta terhadap daerah tempat lahir kita akan berkurang, kita akan

sulit untuk mempertahankan tradisi serta warisan-warisan yang ditinggalkan oleh

nenek moyang, sebab kita tidak bangga terhadap daerah. Imbasnya, seluruh karya

yang telah diabadikan sebagai nilai-nilai sosial budaya, melebur seiring dengan

tidak bangganya kita terhadap nilai-nilai sosial buadaya. Bahkan adat istiadat pun

akan hilang, ketika adat istiadat tidak lagi ada maka tidak adalagi ciri khas, jati

diri, bahkan kesempurnaan dari daerah tersebut juga tidak ada. Kemungkinan

daerah itupun hanya tinggal dongeng pengantar tidur.

Perlu diketahui bahwa semua sastra Lampung yang terlahir dari bahasa juga

sangat butuh sentuhan generasi penerus. Sastra lisan Lampung menjadi milik

11

Page 12: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

kolektif suku Lampung. Ciri utamanya kelisanan, anonim, dan lekat dengan

kebiasaan, tradisi, dan adat istiadat dalam kebudayaan masyarakat Lampung.

Sastra itu banyak tersebar dalam masyarakat dan merupakan bagian sangat

penting dari khazanah budaya etnis Lampung.

2.3 Budaya dan Sastra Lampumg

2.3.1 Jenis sastra lisan Lampung

Effendi Sanusi (1996) membagi lima jenis sastra tradisi lisan Lampung:

peribahasa, teka-teki, mantera, puisi, dan cerita rakyat.

a. Sesikun/sekiman adalah bahasa yang memiliki arti kiasan atau semua

berbahasa kias. Fungsinya sebagai alat pemberi nasihat, motivasi, sindiran,

celaaan, sanjungan, perbandingan atau pemanis dalam bahasa.

b. Seganing/teteduhan adalah soal yang dikemukakan secara samar-samar,

biasanya untuk permainan atau untuk pengasah pikiran.

c. Memmang adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya

gaib: dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan celaka, dan sebagainya.

d. Warahan adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan;

bisa berbentuk epos, sage, fabel, legenda, mite maupun semata-mata fiks.

e. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

seseorang secara imajinatif dan disusun dengan semua kekuatan bahasa

dengan pengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.

2.3.2 Bentuk-Bentuk Puisi Lisan Lampung

Berdasarkan fungsinya, ada lima macam puisi dalam khasanah sastra tradisi lisan

Lampung: paradinei/paghadini, pepaccur/pepaccogh/wawancan,

pattun/segata/adi-adi,bebandung, dan

ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang.

Ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang adalah puisi

tradisi Lampung yang lazim digunakan sebagai pengantar acara adat, pelengkap

12

Page 13: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

acara pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin pria, pelengkap acara

tarian adat (cangget), pelengkap acara muda-mudi (nyambai, miyah damagh, atau

kedayek), senandung saat meninabobokan anak, dan pengisi waktu bersantai.

2.3.3 Sastra Modern Lampung

Sebagaimana Melayu di Sumatra pada umumnya, Suku Lampung sangat kental

dengan tradisi kelisanan. Pantun, syair, mantra, dan berbagai jenis sastra

berkembang tidak dalam bentuk keberaksaraan, sehingga wajar jika memiliki

pola-pola sastra lama yang serupa sebagai ciri dari kelisanan itu. Sastra tersebut

erat kaitannya dengan bahasa, bayangkan jika bahasa Lampung tdak dikenal oleh

orang Lampung sendiri.

Tidak seperti sastra Jawa, Sunda, dan Bali yang sudah lama memiliki sastra

modern, sastra modern berbahasa Lampung baru bisa ditandai dengan kehadiran

kumpulan sajak dwibahasa Lampung Indonesia karya Udo Z. Karzi, Momentum

(2002). 25 puisi yang terdapat dalam Momentum tidak lagi patuh pada konvensi

lama dalam tradisi perpuisian berbahasa Lampung, baik struktur maupun dalam

tema. Dengan kata lain, Udo melakukan pembaruan dalam perpuisian Lampung

sehingga ada yang menyebutnya "Bapak Puisi Modern Lampung".

Di Lampung sendiri yang memilki beragam bahasa, Lampung juga memilki

karya-karya sastra serta nili-nilai sosial yang sangat rindu sentuhan pemuda

lampung. Sasta yang sangat terkenal di Lampung, diantaranya Adi-adi, Hahiwang,

Bubandung, Pantun serta nilai-nilai sosial yang lain, seperti tarian adat khas

Lampung, lagu daerah Lampung, prosesi pernikahan khas Lampung, prosesi

penyemaiaman jenazah khas Lampung, bahkan semua artefak-artefak peninggalan

nenek moyang yang harus benar-benar dijaga, dipelihara dan dilestarikan.

13

Page 14: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penilitian i ini adalah tentang permasalahan kelestarian nilai-nilai sosial budaya

Lampung yang disebabkan oleh pengenyampingan bahasa Lampung. Dimana

bahasa Lampung adalah sebagai bahasa daerah, kemudian sangat erat

hubungannya dengan budaya Lampung seperti sastra serta yang lainnya.

Adapun ruang lingkup pembahasan ini yaitu:

Pengamatan keseharian terhadap penggunaan bahasa Lampung di daerah

Lampung, serta menganalisa dampaknya terhadap kelestarian nilai-nilai sosial

budaya Lampung

3.2 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan membaca beberapa literatur dari buku-buku di

perpustakaan dan mengumpulkan sumber bacaan lain dengan memanfaatkan

sistem internet di dalam dan luar lingkungan Universitas Lampung.

3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan didaerah perkotaan khususnya Bandar Lampung, sebab

Bandar Lampung merupakan representasi kecil provinsi Lampung, yang menjadi

acuan terhadap wisatawan dari luar, Bandar Lampung merupakan awalan mereka

untuk menginjak tanah Lampung, setelah Lampung selatan.

14

Page 15: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

BAB IV

PEMBAHASAN

Melalui semua yang kita peroleh, bahwa sebenarnya bahasa sangatlah penting

bagi manusia. Bahasa dapat dijadikan alat komunikasi untuk men-transfer

informasi kepada orang lain. Sebab beberapa ahli mendukung teori tersebut.

Dikatakan adalah bahwa bahasa merupakan suatu sistem, dibuat oleh sekumpulan

komponen yang berpola serta dapat diambil kaidahnya. Dimana karena sistem

tersebut maka bahasa sangatlah dikenal sebagai salah satu karya manusia yang

sistematis sehingga dapat memberikan revolusi positif terhadap manusia itu

sendiri. Hal yang terpenting adalah dengan lahirnya bahasa, akhirnya manusia

dapat berinteraksi satu dengan yang lain, ditambah lagi akal serta hawa nafsu

manusia yang mengembangkan bahasa menjadi sebuah sastra yang menarik dan

memilki nilai artistik. Secara tidak langsung, ternyata bahasa telah memberikan

kehidupan yang baru terhadap manusia dengan mengenal revolusi yang terjadi.

Proses yang sangat panjang dilalui oleh manusia dalam menemukan sebuah

bahasa. interaksi yang dilakukan manusia sangatlah beragam, semuanya

bergantung pada kondisi serta situasi tempat, hal itulah yang membuat mengapa

bahasa juga beraneka ragam. Jauh sebelum sejarah muncul, banyak peristiwa yang

sudah terjadi dalam kehidupan manusia. Hanya saja manusia tidak dapat merekam

semua kejadian tersebut, mengingat volume otak yang sangat kecil dan belum

mengerti akan guna sejarah. Kemudian manusian terus mencoba agar setiap

peristiwa dapat diingat dan selalu menjadi pelajaran berharga, maka manusia

harus merekam kejadian tersebut. Tidak lama kemudian para cendikiawan masa

itu menemukan huruf/simbol/tulisan yang menjadi sarana perekam seluruh

kejadian. Hanya saja tidak semua manusia pada saat itu dapat menerjemahkan

tulisan. Maka dipakailah tulisan tersebut kemudian dikumandangkan secara lisan,

15

Page 16: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

akhirnya semua dapat menerima informasi yang ada. Hal itu perlu sekali

dilakukan mengingat manusia tidak semuanya dapat membaca dan menulis.

Ketika manusia mengumandangkan informasi secara lisan sehingga yang lainnya

dapat menerima, tanpa terasa ternyata mereka telah menemukan bahasa yang

langsung mereka aplikasikan dengan komunikasi sesama manusia. Akhirnya

banyak dari manusia terus belajar untuk berubah dan merasa harus dapat bertahan

dari seleksi alam. Setelah semuanya berlalu, manusia akhirnya mengembangkan

potensi diri mereka dengan menciptakan karya-karya yang sangat bagus dan

kemudian menjadi tradisi atau adat istiadat, secara tidak langsung itu merupakan

budaya baru dan semuanya harus dipertahankan, dipelihara serta dipakai setiap

waktu. Supaya semua yang telah diciptakan oleh nenek moyang kita tidak hanya

tingal sejarah.

Ternyata ketika kita lihat dari narasi diatas, dapat kita tarik hubungan antara

bahasa, sastra dan sejarah adalah sebagai berikut:

Tulisan

Bahasa

Sastra / Kebudayaan

Sejarah

Dimana sejarah harus kita tulis dan kita bahasakan terus sehingga tidak akan lupa

pelajaran berharga yang ada.

16

Page 17: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

Begitu pula bagi bahasa Lampung, dimana provinsi Lampung memilki banyak

sekali persepektif terhadap sejarah daerah Lampung sendiri. Ada yang

mengatakan bahwa Lampung berkaitan dengan suku melayu, ada juga yang

mengatakan bahwa Lampung merupakan keturunan dari Majapahit. Bahkan ada

yang menyebutkan bahwa Lampung juga keturunan cina. Perbedaan perspektif

itulah yang membuat orang Lampung sulit mengungkapkan misteri tentang

bahasa Lampung. Hanya saja hal itu tidak terlalu penting, yang menjadi bahasan

kali ini adalah tentang “mengapa bahasa Lampung tidak populer di provinsi

Lampung.”

4.1 Faktor Yang Menyebabkan Bahasa Lampung Menjadi Bahasa

Asing Di Negeri Sendiri

Menurut penulis ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa hal ini terjadi,

kondisi dimana bahasa lampung tidak populer dan dipakai oleh orang Lampung

sendiri, diantaranya :

1. Penduduk provinsi Lampung lebih banyak pendatang

2. Penduduk asli lampung sendiri, tidak memilki kemauan besar untuk

mempertahankan.

3. Penduduk lampung tidak tanggap terhadap kebudayaan provinsi Lampung.

4. Penduduk lampung masih bersifat ego sukuisme.

5. Heterogenitas yang memaksa agar lebih bersifat nasionalisme dan

berbahasa Indonesia.

6. Kuranganya kebanggaan penduduk terhadap daerah.

Dari beberapa faktor diatas, ternyata masayarakat Lampung belum dapat

menemukan strategi dalam mempertahankan kehidupan sosial budaya Lampung.

Apabila selama 25 tahun kedepan keadaan terus sperti ini dan tidak ada perubahan

yang sigifikan, maka sosial budaya dikehidupan Lampung hanya akan tinggal

sejarah.

17

Page 18: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

4.1.1 Penduduk Provinsi Lampung Lebih Banyak Pendatang

Provinsi Lampung dikenal juga dengan julukan “Sang Bumi Ruwa Jurai” yang

berarti satu bumi yang didiami oleh dua macam masyarakat (suku/etnis), yaitu

masyarakat Pepadun dan Saibatin. Masyarakat pertama mendiami daratan dan

pedalaman Lampung, seperti daerah Tulang Bawang, Abung, Sungkai, Way

Kanan, dan Pubian, sedangkan masyarakat kedua mendiami daerah pesisir pantai,

seperti Labuhan Maringgai, Pesisir Krui, Pesisir Semangka (Wonosobo dan Kota

Agung), Balalau, dan Pesisir Rajabasa.

Di samping penduduk asli Suku Lampung, Suku Banten, Suku Bugis, Jawa, dan

Bali juga menetap di provinsi itu. Suku-suku ini masuk secara massif ke sana

sejak Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905 memindahkan orang-orang

dari Jawa dan ditempatkan di hampir semua daerah di Lampung. Kebijakan ini

terus berlanjut hingga 1979, batas akhir Lampung secara resmi dinyatakan tidak

lagi menjadi daerah tujuan transmigrasi. Namun, mengingat posisi Lampung yang

strategis sebagai pintu gerbang pulau Sumatera dan dekat dengan Ibu Kota

Negara, pertumbuhan penduduk yang berasal dari pendatang pun tetap saja tak

bisa di bendung setiap tahunnya.

Hanya saja perjuangan para tetua Lampung saat itu dapat kita nilai sangat sia-sia

ketika kita lihat kondisi hari ini, dimana penduduk asli jumlahnya sangat minim

dibanding suku pendatang, mereka pun tidak segan-segan menggunakan bahasa

asli aderah mereka sendiri di tanah ruwai jurai. Para pendatang sangat enggan

untuk berbahasa Lampung. Alasan nasionalisme terus diungkapkan sebagai

tameng untuk sedikit berbahasa Lampung. Akhirnya masyarakat asli Lampung

pun terkontaminasi dengan kehidupan mereka, sebagai contoh suatu pekon atau

dalam bahasa indonesia disebut desa, didominasi oleh orang dari jawa, karena

masarakat asli Lampung jumlahnya sangat minim, maka secara tidak langsung

masyarakat asli pun akan terkontaminasi dan termanjakan dengan budaya jawa.

Yang lebih miris lagi, ketika kita berbincang dengan pendatang kita harus bisa

18

Page 19: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

bahasa mereka. Hal ini yang selalu menjadi penghalang untuk dapat

mempertahankan bahasa Lampung.

4.1.2 Penduduk Asli Lampung Sendiri, Tidak Memilki Kemauan Besar

Untuk Mempertahankan Bahasa Asli

Sudah sedikit disinggung pada penjelasan diatas, bahwa penduduk lampung terdiri

dari berbagai macam suku, baik suku banten, suku jawa, suku bali, suku minang,

suku batak, suku melayu bahkan warga keturunan tiong hoa. Sejak 1905

pemerintan Hindia Belanda melakukan pemerataan penduduk dari pulau jawa

menuju pulau sumatera. Maka tidak heran bahwa provinsi Lampung mayoritas

penduduknya adalah suku jawa.

Kemudian ketika tahun 1979 lampung ditetapkan bukan lagi sebagai daerah

tujuan transmigrasi, namun mengingat letak Lampung yang strategis serta

kandungan sumber daya alam yang dimiliki hal ini yang memberikan dorongan

bahwa Lampung menjadi tujuan utama orang jawa untuk menetap di Lampung,

sebab tidak terlalu jauh dengan kampung halaman mereka.

Berkenaan dengan itu jumlah penduduk asli Lampung menjadi berkurang

presentasinya jika dibandingkan dengan kaum pendatang. Banyaknya jumlah

kaum pendatang memberikan sedikit dampak negatif terhadap kehidupan sosial

buday khas lampung. Penduduk asli Lampung mendapatkan beban yang begitu

berat untuk mempertahankan tradisi ditengah-tengah kehidupan para pendatang

yang memaksa untuk bersifat nasionalisme. Penduduk asli Lampung sebenarnya

menginginkan bahwa kebudayaan Lampung harus tetap ada, mereka perlu bekerja

sama dengan kaum pendatang untuk mewujudkan keinginan tersebut. Niat

penduduk asli Lampung begitu besar, hanya saja kaum pendatang kurang

memberikan perhatian serta tanggap terhadap niat penduduk asli tersebut.

Sehingga hal inilah yang membuat penduduk Lampung menjadi pesimis dan

terkesan tidak peduli terhadap tradisi.

19

Page 20: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

4.1.3 Penduduk Lampung Tidak Tanggap Terhadap Kebudayaan Provinsi

Lampung

Kehidupan sosial buday di provinsi Lampung menggema sejak lama, banyak

sekali tradisi serta nilai-nilai yang dianggap menjadi prinsip teguh penduduk asli

Lampung. Sektor penataan kemasyarakatan hingga sumber ilu pengetahuan

sebenarnya telah menjadi daya tarik tersendiri bagi masayarakat lampung yang

harus dipertahankan.

Umumnya masyarakat Lampung mendiami kampung yang disebut dengan Tiyuh,

Anek, atau Pekon. Beberapa kampung tergabung dalam satu marga, sedangkan

kampung itu sendiri terdiri atas beberapa buway. Di setiap buwat atau gabungan

buway terdapat rumah besar yang disebut Nuwou Balak. Biasanya Nuwou Balak

ini merupakan rumah dari kepala kerabat yang merupakan pemimpin klan dari

kebuwayan tersebut, yang disebut juga dengan punyimbang bumi.

Masyarakat Lampung memiliki bahasa dan aksara sendiri, namun penggunaan

bahasa Lampung pada daerah perkotaan masih sangat minim akibat heterogenitas

masyarakat perkotaan dan karena itu penggunaan Bahasa Indonesia lebih

menonjol. Untuk daerah pedesaan, terutama pada perkampungan masyarakat asli

Lampung (riyuh ataupun pekon), penggunaan Bahasa Lampung sangat dominan.

Bahasa Lamapung terdiri dari dua dialek, pertama dialek “O” yang biasanya di

gunakan oleh masyarakat Pepaduan, meliputi Abung dan Menggala: serta dialek

“A” dan umumnya digunakan masyarakat Saibatin, seperti Labuhan meringis,

Pesisir Krui, Pesisie Semangka, Belalau, Ranau, Pesisir Rajabasa, Komering, dan

Kayu Agung. Namun demikian ada pula masyarakat Pepaduan yang

menggunakan dialek “A” ini, yaitu Way Kanan, Sungkai, dan Pubian. Di samping

memiliki bahasa daerah yang khas, masyarakat Lampung juga memiliki aksara

sendiri yang disebut dengan huruf kha gha nga. Aksara dan Bahasa Lampung itu

menjadi kurikulum muatan lokal yang wajib dipelajari oleh murid-murid SD dan

SMP di seluruh Provinsi Lampung.

20

Page 21: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

Nilai-nilai budaya masyarakat Lampung bersumber pada falsafah Pi’il Pasenggiri

(kehormatan, harga diri, sikap dan prilaku) yang terdiri atas:

a. Nengah nyappur (hidup bermasyarakat, membuka diri dalam pergaulan):

b. Nemui nyimah (terbuka tangan, murah hati dan ramah pada semua orang)

c. Berjuluk Beadek (bernama, bergelar, saling menghormati)

d. Sakai Sambayan (gotong royong, tolong menolong)

Nilai-nilai masyarakat Lampung tercermin pula dalam bentuk kesenian

tradisional, mulai dari tari tradisional, gitar klasik Lampung, sastra lisan, sastra

tulis, serta dalam bentuk upacara kelahiran, pernikahan dan kematian. Pembinaan

terhadap seni budaya daerah ini dilakukan oleh pemerintah daerah dan lembaga

adat secara sinergis. Pada tahun 2006 terdapat sejumlah organisasi kesenian, baik

yang bersifat seni tradisional maupun kreasi

Provinsi ini juga memiliki 438 benda cagar budaya yang dimiliki warga

masyarakat dan 93 lokasi komplek situs kepurbakalaan yang tersebar di berbagai

daerah. Situs kepurbakalaan zaman prasejarah itu antara lain Taman Purbakala

Pugung Raharjo do Lampung Timur, situs Batu Bedil di Tanggamus, dan situs

Kebon Tebu di Lampung Barat yang berupa menhir dan dolmen. Ada juga situs

purbakala zaman Islam berupa kuburan kuno di Bantengsari, Lampung Timur,

dan makam Islam di Wonosobo, Tanggamus. Situs kesejarahan antara lain

Makam Pahlawan Nasional Raden Intan II di Lampung Selatan. Di Museum

Negeri Rua Jurai Lampung, menurut catatan terakhir 2006, ada 4.369 benda

berharga yang berasal dari berbagai jenis koleksi yang bernilai sejarah, budaya,

dan ilmu pengetahuan.

Semua yang telah dijelaskan, merupakan kekayaan Lampung yang harus

dipelihara dan terus dijaga keabadiannya. Hanya saja masyarakat Lampung tidak

terlalu tenggap dengan ini semua. Atau pertanyaanya, apakah masyarakat

Lampung sendiri tidak tahu bahwa informasi diatas adalah sedikit dari berbagai

nilai-nilai sosial kehidupan budaya Lampung. Sebagai contoh saja ketika

informasi ini kita berikan kepada anak cucu kita, maka informasi ini akan mereka

21

Page 22: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

rekam dan terus merekan transformasikan, sehingga kehidupan sosial budaya

lampung tidak akan punah.

4.1.4 Penduduk Lampung Masih Bersifat Ego Sukuisme

Telah terbukti baik secara de facto maupun dejure, ternyata penduduk lampung

sebagian besar berasal dari suku pendatang. Dan pendatang yang dibahas disini

adalah pendatang yang menetap di lampung atas dasar perintah transmigrasi oleh

pemerintah hindia belanda sejak tahun 1905. Kemudian mereka hidup dan

berkembang biak hingga melahirkan keturunan di tanah ruwai jurai. Tetapi ada

kekeliruan yang besar disini. Mereka tetap mengangap anak mereka adalah suku

asli mereka. Sebagi contoh pendatang asli dari daerah Medan dengan suku

Batak.berpindah ke Lampung dan melahirkan anak di Lampung. Mereka akan

menganggap anak mereka tetap orang batak. Padahal lain, menurut kamus bahasa,

seorang anak yang lahir di sebuah daerah, maka anak tersebut adalah terhitung

sebagai penduduk asli di daerah tersebut. Lain halnya dengan susku. Suku

memang tidak dapat dihapuskan, sebab berhubungan dengan nilai-nilai

persaudaraan dan kekerabatan setra terikat oleh gen yang hampir mirip. Dari

contoh diatas, anak dari suku batak tersebut adalahpenduduk asli Lampung, hanya

saja mengalir darah suku batak. Hanya saja kebanyakan para pendatang masih

selalu ego terhadap sukunya. Padahal ini sangat tidak dianjurkan, yang

diperhitungkan adalah dimana dia lahir dan besar. Bukan ego sukuisme. Hal ini

yang sampai sekarang masih melekat pada masyarakat Lampung sebab dia tidak

mengaku sebagai orang lampung, padahal dia lahir dan menetap tinggal di

Lampung.

Permasalahn inilah yang menjadikan bahasa Lampung harus terkontaminasi oleh

bahasa daerah lain yang dibawa oleh pendatang. Dan sangat sulit sekali ketika

suku asli Lampung meminta kerja sama pendatang untuk mempertahankan

budaya asli Lampung, sebab kebanyakan pendatang masih memegang pedoman

ego sukuisme. Dan anehnya suku pendatang yang lahir di Lampung selamanya

ingin disebut PENDATANG.

22

Page 23: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

4.1.5 Heterogenitas Yang Memaksa Agar Lebih Bersifat Nasionalisme dan

Berbahasa Indonesia.

Heterogenitas yang terjadi di daerah Lampung bukan menjadi suatu isu yang baru,

bahkan isu ini juga menjadi ancaman akan keberlangsungan kehidupan budaya

lampung. Hal ini kita lihat secara nyata bahwa sifat nasionalisme yang ada

didaerah Lampung sangatlah tinggi. Masyarakat Lampung sangat menghargai

kesamaan hak nasionalisme. Besarnya presentasi jumlah penduduk yang berasal

dari luar menjadikan Lampung memilki nilai positif dalam menjunjung tinggi

nasionalisme.

Hanya saja hal ini sangat ironis ketika kita melihat sisi kehidupan sosial budaya

lampung. Justru heterogenitas menjadi kendala penting bagi masyarakat lampung

dalam mempertahankan tradisi serta kebudayaan. Masyarakat Lampung memiliki

bahasa dan aksara sendiri, namun penggunaan bahasa Lampung pada daerah

perkotaan masih sangat minim akibat adanya heterogenitas masyarakat perkotaan

dan karena itu penggunaan Bahasa Indonesia lebih menonjol.

4.1.6 Kuranganya Kebanggaan Penduduk Terhadap Daerah

Hal ini dapat kita lihat secara nyata apabila kita melihat sisi kehidupan remaja

Lampung yang sedikit melupakan budaya asli, mereka terlalu asyik dengan

kemanjaan perkembangan zaman yang begitu canggih, serta pengaruh globalisasi

yang begitu terasa. Contoh saja remaja Lampung lebih bangga ketika mereka bisa

menari break dance dari pada mereka bisa menari bedana atau sembah. Sebab

yang menjadi ukuran mereka saat ini adalah trend. Padahal jika kita dapat

menghayati tarian-tarian adat Lampung, tarian itu sungguh bermakna dan ada

nilai mistis yang terkandung dalam tarian. Lagi-lagi remaja Lampung mungkin

belum tahu akan itu. Mereka hanya berfikir tuntutan trend dan pergaulan.

Bukan hanya dibidang seni saja, bahwa remaja Lampung kurang sekali cinta

terhadap bahasa daerah, tuntutan trend yang menjadi parameter serta

23

Page 24: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

kemajemukan menjadi alternatif bahwa mereka lebih memilih bahasa ‘gaul’

seperti ‘gua atau lu’ yang berarti ‘saya atau kamu.’

Demikian sedikit gambaran tentang penjelasan beberapa faktor yang menjadi

kendala mengapa bahasa Lampung belum menjadi bahasa favorit di Lampung.

Sebuah tawaran soslusi yang mungkin dapat dijadikan bahan kajian bagi

masyarakat Lampung sendiri, diperlukan gerakan dari semua elemen untuk dapat

mempertahankan kebudayaan Lampung melalui bahasa. diantaranya adalah

pemerintah daerah serta dewan legislatif, mahasiswa serta pemuda, sektor formal

serta informal dan seluruh kaum yang menetap di provinsi Lampung.

4.2 Solusi

Pemerintah daerah serta legislatif harus membuat Undang-Undang atau Perda

agar masyarakat Lampung setidaknya merasa terikat dan mulai sedikit berbahasa

Lampung. Kemudian mahasiswa serta elemen pemuda mengkampanyekan agar

bahasa Lampung menjadi bahasa keseharian atau mempertahankan bahasa

Lampung sebagai bahasa di negeri Lampung. Kemudian dari sektor formal dan

akademisi, membuat kurikulum muatan lokal untuk pelajaran bahasa Lampung

bukan hanya sekedar penulisan benah sukhat atau tulisan Lampung, tetapi juga

dituntut untuk dapat berbahasa Lampung dengan baik secara oral. Sehingga dapat

memberikan kontribusi lebih terhadap kehidupan sosial budaya provinsi

Lampung. Begitu juga seluruh kaum/suku/agama serta seluruhnya yang ada di

provinsi Lampung mampu bekerja sama dengan mendukung program pemerintah

serta mulai menghargai daerah Lampung dengan mulai berbahasa Lampung.

Setidaknya bahasa Lampung harus digunakan sehari-hari minimal untuk kata-kata

familiarnya. Layaknya kita orang lampung ketika berkunjung ke Palembang,

Bandung atau Surabaya mungkin, setidaknya kita sedikit menguasai bahasa

daerah setempat.

24

Page 25: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Adapun simpulan yang diperoleh oleh penulis melalui penjelasan serta

tulisan karya tulis yang berjudul ‘BAHASA LAMPUNG TERASING DI

NEGERI SENDIRI’ adalah, sebagai berikut:

Kepunahan bahasa asli Lampung dapat memicu kepunahan pada nilai-nilai sosial

budaya yang lain terutama pada sastra lisan atau tradisi adat yang erat kaitannya

dengan bahasa Lampung sendiri.

5.2 Saran

Adapun saran yang mampu diberikan penulis pada karya ilmiah yang

berjudul ‘BAHASA LAMPUNG TERASING DI NEGERI SENDIRI’ adalahh

sebagai berikut :

a. Perlu sekali sentuhan dari para pemuda, mahasaswa serta remaja Lampung

dalam mempertahankan bahasa lampung.

b. Penduduk Lampung harus mampu mempertahankan bahasa asli Lampung

agar tidak punah.

c. Berhenti tidak bangga terhadap budaya lampung yang sangat spektakuler.

d. Berhenti untuk terus menganggap diri sebagai pendatang.

e. Perlu banyak mengkaji tentang kebudayaan lampung yang sangat

beragam.

25

Page 26: KARYA TULIS MAHASISWA Bayu Agung.doc Permana

f. Perlu menggali lebih dalam dengan mencari sumber lain mengingat buku

atau sumber yang menuliskan kebudayaan Lampung sangatlah sedikit.

g. Perlu membudayakan bahasa lampung mulai saat ini dan dari kita sendiri,

untuk mengkampanyekan ‘ menggunakan bahasa Lampung di negeri

lampung.’

h. Perlu kesadaran yang penuh dari masyarakat serta dukungan dan sikap

menghargai penuh dari para pendatang supaya bahasa Lampung dapat

lestari sehingga mampu mendobrak nilai-nilai sosial budaya Lampung

yang kian hari kian menurun.

i. Mulailah dengan menggunakan bahasa Lampung sebagai bahasa sehari-

hari.

26