--- Asuhan ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Keperawatan Keluarga Tn
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T …
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T …
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN
DIAGNOSA MEDIS CVA INFARK DI RUANG
KRISAN RSUD BANGIL PASURUAN
Oleh :
CONNIE WAHYU WIJAYANTI
1701003
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
ii
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN
DIAGNOSA MEDIS CVA INFARK DI RUANG
KRISAN RSUD BANGIL PASURUAN
Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)
Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Oleh :
CONNIE WAHYU WIJAYANTI
1701003
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Connie Wahyu Wijayanti
NIM : 1701003
Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 08 Desember 1998
Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan CVA Infark Di RSUD Bangil Pasuruan” adalah bukan
Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam
bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Sidoarjo, 20 April 2020
Yang Menyatakan,
Connie Wahyu Wijayanti
(1701003)
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ns. Meli Diana, S.Kep.,M.Kes Ns. Marlita Dewi Lestari, S.Kep.,M.Kes
(NIDN. 0724098402) (NIDN.0709038302)
iv
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Connie Wahyu Wijayanti
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis CVA Infark
di RSUD Bangil Pasuruan
Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal : 08 Juni 2020
Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ns. Meli Diana, S.Kep.,M.Kes Ns. Marlita Dewi Lestari, S.Kep.,M.Kes
(NIDN. 0724098402) (NIDN.0709038302)
Mengetahui,
Direktur
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program D3
Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Tanggal : 08 Juni 2020
TIM PENGUJI
Tanda tangan
Ketua : Ns. Faida Annisa, S.Kep.,MNS (………………..)
Anggota : 1. Ns.Marlita Dewi Lestari, S.Kep.,M.Kes (………………..)
2. Ns. Meli Diana, S.Kep.,M.Kes (………………..)
Mengetahui,
Direktur
vi
MOTTO
“REFLECT ON YOUR
MISTAKES, BUT NEVER
REGRET YOUR ACTIONS”
By : Connie Wahyu Wijayanti
vii
Lembar Persembahan
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa
bangga dan bahagia saya sampaikan rasa syukur dan terimakasih saya kepada :
Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karunia-Nya lah maka skripsi ini dapat
dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan
penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.
Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta
do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan
do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.
Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang
tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk kalian bapak ibuku.
Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah
tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,
memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya
menjadi lebih baik.Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan
selalu terpatri di hati.
viii
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya
persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi.
Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang, Aamiin.
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Diagnosa Medis CVA Infark di RSUD Bangil Pasuruan” ini dengan tepat waktu
sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
Karya Tulis ini selesai dengan baik.
2. Orang tua, dan keluarga besar tercinta yang selalu mendukung dan
mendoakan sehingga semua bias berjalan lancar
3. Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan
Kerta Cendekia Sidoarjo
4. Meli Diana, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing 1 dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah
5. Marlita D. Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing 2 dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah
6. Pihak – pihak yang turut berjasa dalam penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu
x
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterimakasih apabila para pembaca
berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
bagi keperawatan.
Sidoarjo, 20 April 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................. i
Lembar Judul .................................................................................................... ii
Surat Pernyataan............................................................................................... iii
Halaman Persetujuan ........................................................................................ iv
Halaman Pengesahan ....................................................................................... v
Lembar Motto................................................................................................... vi
Lembar Persembahan ....................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi........................................................................................................... x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xii
Daftar Gambar .................................................................................................. xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4.1 Akademis ....................................................................................... 5
1.4.2 Bagi Pelayanan Di Rumah Sakit ................................................... 5
1.4.3 Peneliti ........................................................................................... 5
1.4.4 Bagi Peneliti Kesehatan ................................................................ 5
1.5 Metode Penulisan ....................................................................................... 5
1.5.1 Metode .......................................................................................... 5
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 6
1.5.3 Sumber Data ................................................................................. 6
1.5.4 Studi Kepustakaan ........................................................................ 6
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 7
1.6.1 Bagian Awal ................................................................................. 7
1.6.2 Bagian Inti .................................................................................... 7
1.6.3 Bagian Akhir................................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8
2.1 Konsep Penyakit ....................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian ...................................................................................... 8
2.1.2 Etiologi .......................................................................................... 9
2.1.3 Patofisiologi .................................................................................. 10
2.1.4 Manifestasi Klinis ......................................................................... 11
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang................................................................. 11
2.1.6 Diagnosa Banding ......................................................................... 12
2.1.7 Komplikasi .................................................................................... 12
2.1.8 Penatalaksanaan ............................................................................ 13
2.2 Asuhan Keperawatan ................................................................................ 15
2.2.1 Pengkajian ..................................................................................... 15
xi
2.2.2 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 16
2.2.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................. 20
2.2.4 Perencanaan .................................................................................. 20
2.2.5 Pelaksanaan ................................................................................... 26
2.2.6 Evaluasi ......................................................................................... 28
2.3 Pathway ..................................................................................................... 30
BAB 3 TINJAUAN KASUS........................................................................... 32
3.1 Pengkajian ................................................................................................. 32
3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................... 41
3.3 Intervensi Keperawatan .............................................................................. 42
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................ 44
3.5 Evaluasi ...................................................................................................... 50
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 53
4.1 Pengkajian ................................................................................................. 53
4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................... 63
4.3 Perencanaan................................................................................................ 64
4.4 Pelaksanaan ................................................................................................ 65
4.5 Evaluasi ...................................................................................................... 67
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 69
5.1 Simpulan ................................................................................................... 69
5.2 Saran ........................................................................................................... 70
Daftar Pustaka .................................................................................................. 72
Lampiran ........................................................................................................... 73
xii
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium………………………………. 40
Tabel 3.2 Analisa Data................................................................................. 41
Tabel 3.3 Rencana Tindakan keperawatan.................................................... 42
Tabel 3.4 Implementasi Keperawatan.......................................................... 44
Tabel 3.5 Catatan Perkembangan................................................................. 50
Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan.................................................................. 52
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Gambar Hal
Gambar 2.3 Pathway ....................................................................................... 30
Gambar 3.1 Genogram Keluarga..................................................................... 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Lampiran Hal
Lampiran 1 Surat ijin pengambilan studi pendahuluan....................................... 73
Lampiran 2 Balasan surat ijin pengambilan studi pendahuluan.......................... 74
Lampiran 3 Lembar Informed Consent ............................................................... 75
Lampiran 4 Lembar konsultasi ........................................................................... 76
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke atau CVA (Cerebro Vaskular Accident) merupakan suatu kondisi
yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba - tiba terganggu,
karena sebagian sel - sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah,
sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya
aliran darah menyababkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau
mematikan sel-sel saraf otak (Nabyl, 2012). Berdasarkan hasil suatu penelitian
menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Resiko
pria 1,25 lebih tinggi dari pada wanita, serangan stroke pada pria terjadi di usia
lebih muda sedangkan wanita lebih berpotensi terserang stroke pada usia lanjut
hingga kemungkinan meninggal karena penyakit itu lebih besar (Gofir, 2009).
Penanganan pertama yang dilakukan keluarga pasien stroke adalah memilih untuk
menggunakan minyak herbal yaitu minyak varash terlebih dahulu untuk di pijat
karena dipercaya dapat membuat organ tubuh bekerja secara normal kembali,
dibandingkan dengan segera membawa pasien ke Instalasi Gawat Darurat.
Padahal sebagian besar bahan alami belum memiliki bukti penelitian klinis yang
cukup untuk dapat menggantikan pengobatan medis stroke yang ada sehingga
penanganan stroke dengan minyak herbal tidak bisa mencegah komplikasi stroke
(Ratnawardani, 2018).
Menurut WHO Pada tahun 2015, kasus stroke di seluruh dunia
diperkirakan mencapai 50 juta jiwa, dan 9 juta diantaranya menderita kecacatan
1
2
berat yang lebih memprihatinkan lagi 10% diantaranya yang terserang stroke
mengalami kematian (Fitriana, 2017). Di Amerika Serikat stroke sebagai
penyebab kematian ketiga terbanyak setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya,
sekitar 610.000 mengalami serangan stroke yang pertama. Stoke juga merupakan
penyebab 134.000 kematian per tahun dalam terbitan Journal of the American
Heart (JAHA) 2016 menyatakan terjadi peningkatan pada individu yang berusia
25 sampai 44 tahun menjadi 44,8% (JAHA, 2016). Hasil data Rikesdas tahun
2013 menemukan prevalensi stroke di Indonesia sebesar 12,1 per 1.000 penduduk.
Angka tersebut naik sebesar 8,3% dibandingkan Rikesda tahun 2007 (Wayunah,
2016). Berdasarkan data awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan total
penderita Cva Infark di RSUD Bangil berjumlah 795 orang selama bulan Januari
sampai dengan bulan Desember 2019 (Rekam Medik RSUD Bangil, 2020).
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami
kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah di otak. Aliran darah yang berhenti membuat oksigen zat makanan ke otak
juga berhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa disebabkan adanya
sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah sehingga mengakibatkan
serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau kematian sel-sel otak.
Dalam penanganan pasien stroke memiliki golden periode yang sangat bervariasi
yaitu antara 3-12 jam tergantung kondisi, usia, gizi, dan beratnya penyakit
penderita. Pada time window inilah kesempatan yang terbaik untuk
menyelamatkan sel saraf yang walaupun fungsinya terganggu namun strukturnya
3
masih utuh yang disebut dengan penumbra. Jaringan penumbra ini dapat bertahan
sampai 12 jam. Oleh sebab itu terapi yang dapat memberikan hasil optimal apabila
stroke infark diobati sebelum 12 jam setelah onset (Junaidi, 2011). Apabila tidak
ditangani secara tepat, penyakit ini tidak dapat diselamatkan, kadang – kadang si
penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, menghilangnya
sebagian ingatan, atau menghilangnya kemampuan berbicara. Bentuknya dapat
berupa lumpuh sebelah (hemiplegia), berkurangnya kekuatan sebelah anggota
tubuh (hemiparesis), gangguan bicara, serta gangguan rasa (sensasi) di kulit
wajah, lengan, atau tungkai (Utami, 2010).
Dalam hal ini dapat dilakukan asuhan keperawatan yang meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Promotif dengan meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit stroke, pengertian, gejala, penyebab serta
komplikasi yang ditimbulkan. Preventif perawat dapat memberikan penjelasan
bagaimana pencegahan penyakit stroke, misalnya diit rendah garam,
mempertahankan berat badan, dan berolahraga secara teratur. Kuratif, perawat
dapat memberikan terapi seperti terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasi maupun
obat - obatan sebagai tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan lain (Brunner &
Suddarth, 2010). Upaya rehabilitatif yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberikan informasi terkait dengan proses perawatan dirumah yang dapat
dilakukan oleh keluarga untuk pemenuhan kebutuhan penderita stroke. Informasi-
informasi tersebut dapat berupa health education kepada keluarga terkait dengan
terapi misalnya dengan latihan fisik yang bertujuan untuk merangsang sel syaraf
dan otot-otot yang selama ini mengalami kerusakan, diet bagi penderita stroke
misalnya dengan memperbaiki pola makan dan gaya hidup, cara deteksi dini
4
terjadinya serangan stroke berulang misalnya dengan mengetahui tanda dan gejala
yang dialami oleh penderita stroke, serta menciptakan suasana dan kondisi
dirumah yang sesuai bagi penderita stroke (Wiwit, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada
klien stroke dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah
asuhan keperawatan pada Tn.T dengan diagnosa CVA Infark di RSUD Bangil?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada Tn. T
dengan diagnosa medis CVA Infark di RSUD Bangil.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengkaji Tn. T dengan diagnosa CVA Infark di RSUD Bangil
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa CVA
Infark di RSUD Bangil.
1.3.2.3 Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa CVA
Infark di RSUD Bangil.
1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa CVA
Infark di RSUD Bangil.
1.3.2.5 Mengevaluasi tindakan keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa CVA
Infark di RSUD Bangil.
1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa
CVA Infark di RSUD Bangil.
5
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat
memberi manfaat :
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan ilmu bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien CVA.
1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi:
1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS
agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan CVA dengan baik.
1.4.2.2 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada klien
dengan CVA.
1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien dengan CVA.
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Metode
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan
yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan
proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
6
1.5.2.1 Wawancara
Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien,
keluarga maupun tim kesehatan lain.
1.5.2.2 Observasi
Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien
1.5.2.3 Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat
menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.
1.5.3 Sumber Data
1.5.3.1 Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dari klien.
1.5.3.2 Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat
dengan pasien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan
yang lain.
1.5.4 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan mempelajari buku sumber yang
berhubungan dengan judul karya tulis dan masalah yang dibahas.
7
1.6 Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1.6.1 Bagian awal
Memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi.
1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub
bab berikut ini:
Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat
penelitian, sistematika penulisan studi kasus.
Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa Tuberkulosis Paru serta
kerangka masalah.
Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.
1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke (CVA). Konsep dasar penyakit
akan diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis. Konsep dasar
keperawatan akan diuraikan masalah - masalah yang muncul pada penyakit Stroke
(CVA) dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Stroke atau CVA (Cerebro Vaskular Accident) merupakan suatu kondisi
yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena
sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena
sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya
aliran darah menyababkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau
mematikan sel-sel saraf otak (Nabyl, 2012).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah
di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan
menjadi terganggu. Kebanyakan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan
kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala
stroke (Junaidi, 2011).
Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah sindrom klinis yang
ditandai dengan adanya defisit neurologis serebral fokal atau global yang
8
9
berkembang secara cepat dan berlangsung selama minimal 24 jam atau
menyebabkan kematian yang semata-mata disebabkan oleh kejadian vascular,
baik perdarahan spontan pada otak (stroke perdarahan) maupun suplai darah yang
inadekuat pada bagian otak (stroke iskemik) sebagai akibat aliran darah yang
rendah, thrombosis atau emboli yang berkaitan dengan penyakit pembuluh darah
(arteri dan vena), jantung dan darah. (Setiati, 2014).
2.1.2 Etiologi
Stroke juga dikenal sebagai Cerebrovaskular Accident (CVA) atau
serangan otak. Persediaan darah diinterupsi untuk bagian tertentu dari otak,
menyebabkan sel otak mati; ini mengakibatkan klien kehilangan fungsi otak di
dalam area yang terpengaruh. Gangguan pada umumnya disebabkan oleh suatu
sumbatan pada aliran darah aterial (iskemik stroke), seperti pembentukan
gumpalan darah, tetapi dapat pula disebabkan oleh kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah (hemorrhagic stroke). Suatu gumpalan darah dapat berkembang
dari sepotong plak yang tidak stabil, atau suatu embolus yang berjalan dari bagian
lain tubuh dan berhenti di pembuluh darah. Pendarahan mungkin terjadi sebagai
hasil dari trauma atau secara spontan, seperti pada hipertensi tak terkendali.
Iskemia terjadi ketika darah tidak cukup mencapai jaringan otak. Ini
mengakibatkan kurangnya ketersediaan oksigen (hipoksia) dan glukosa
(hipoglisemia) pada otak. Ketika gizi tersedia untuk periode panjang, sel otak
mati, menyebabkan suatu area infarktus. Defisit permanen diakibatkan oleh
infarktus. Ada peningkatan risiko stroke pada klien dengan sejarah hipertensi,
diabetes mellitus, kolesterol tinggi, fibrilasi atrial, obesitas, merokok, atau
penggunaan kontrasepsi secara oral. Klien dapat juga mengalami Transient
10
Ischemic Attack (TIA) dimana gejala diakibatkan oleh masalah temporer dengan
darah mengalir ke suatu area khusu otak. Gejala mempunyai jangka waktu antara
beberapa menit dan 24 jam (Andi, 2014).
2.1.3 Patofisiologi
Otak sangat bergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen. Bila terjadi anoreksia seperti halnya yang terjadi pada penyakit stroke
atau CVA, metabolisme di otak segera mengalami perubahan, kematian sel dan
kerusakan permanen dapat terjadi dalam 3 sampai 10 menit. Tetapi kondisi yang
menyebabkan perubahan perfusi otak akan menimbulkan hipoksia atau anoreksia.
Hipoksia menyebabkan iskemik otak. Iskemik otak dalam waktu lama
menyebabkan sel mati permanen dan berakibat infark otak disertai dengan odema
otak karena pada daerah yang dialiri darah terjadi penurunan perfusi dan oksigen
(Ariani, 2012).
Menurut Satyanegara (2012), adanya gangguan perdarahan darah ke otak
dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme yaitu:
adanya penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau
penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya kesebagian otak akan
tidak adekuat, serta selanjutnya akan mengakibatkan perubahan - perubahan
iskemik otak. Apabila hal ini terjadi terus menerus, dapat menimbulkan nekrosis
(infark). Kedua yaitu diakibatkan oleh dinding arteri serebral pecah sehingga akan
menyebabkan bocornya darah ke jaringan (hemoragi). Selanjutnya, pembesaran
sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak (misalnya:
malformasiangiomatosa, aneurisma). Dan yang terakhir yaitu adanya odema
serebri yang merupakan pengumpulkan cairan di ruang intersisial jaringan otak.
11
2.1.4 Manifestasi klinis menurut Nanda Nic-Noc (2015)
2.1.4.1 Tiba – tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan
2.1.4.2 Tiba – tiba hilang rasa peka
2.1.4.3 Bicara cadel atau pelo
2.1.4.4 Gangguan bicara dan bahasa
2.1.4.5 Gangguan penglihatan
2.1.4.6 Mulut mencong atau tidak simestris
2.1.4.7 Gangguan daya ingat
2.1.4.8 Nyeri kepala hebat
2.1.4.9 Vertigo
2.1.4.10 Kesadaran Menurun
2.1.4.11 Proses kencing terganggu
2.1.4.12 Gangguan fungsi otak
2.1.5 Pemeriksaan penunjang menurut Muttaqin (2008)
2.1.5.1 Angiografi Serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
2.1.5.2 Lumbal pungsi, CT – Scan, EEG, Magnetic Imaging Resnance (MRI)
2.1.5.3 USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system
karotis).
12
2.1.6 Diagnosa banding menurut Londok (2011)
Berikut diagnosa pembanding untuk stroke adalah:
2.1.6.1 Ensefalopati
2.1.6.2 Epilepsi
2.1.6.3 Migrain
2.1.6.4 Tumor otak
2.1.6.5 Abses otak
2.1.7 Komplikasi
Menurut Gofir (2011), komplikasi stroke dapat digolongkan menjadi
beberapa, diantaranya:
2.1.7.1 Komplikasi akut
1) Kenaikan tekanan intrakranial dan herniasi.
2) Aspirasi dan pneunemoni.
2.1.7.2 Komplikasi karena imobilitas
1) Pneunemoni.
2) Kontraktur.
3) Deep vein trombhosis.
4) Infeksi saluran kencing konstipasi, decubitus.
2.1.7.3 Komplikasi lanjut
1) Depresi.
2) Epilepsi.
3) Demensia.
4) Gangguan fungsi luhur lainnya.
5) Nyeri talamik.
13
6) Problem sosial.
2.1.8 Penatalaksaan menurut Muttaqin (2008)
2.1.8.1 Penatalaksaan Umum
1) Pada fase akut
(1) Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan
ventilator.
(2) Monitor peningkatan tekanan intrakranial.
(3) Monitor fungsi pernapasan: analisa gas darah.
(4) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG.
(5) Evaluasi status cairan dan elektrolit.
(6) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan
cegah resiko injuri.
(7) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung
dan pemberian makanan.
(8) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan.
(9) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan
pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial, dan reflek.
2) Fase rehabilitasi
(1) Pertahankan nutrisi yang adekuat.
(2) Program management bladder dan bowel.
(3) Mempertahankan keseimbangan tubuh dengan rentang gerak sendi
(ROM).
(4) Pertahankan integritas kulit.
(5) Pertahankan komunikasi yang efektif.
14
(6) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
(7) Persiapan pasien pulang
2.1.8.2 Pembedahan
Pembedahan dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih
dari 3cm atau volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau pemasangan
pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif akut.
2.1.8.3 Terapi Obat – Obatan
1) Antagonis kalsium: nomodipin, piracetam.
2) Antiplatelet: aspirin.
3) Antikoagulan: heparin.
4) Trombolitik: stepokinase.
2.1.9 Dampak Masalah
Dampak saat terjadi pada serangan stroke adalah terganggunya sistem
persyarafan yang di sebabkan karena beberapa faktor di antaranya karena
mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi makanan yang berkolesterol tinggi dan
tinggi lemak, mengkonsumsi makanan junk food, merokok, serta kurang
beraktifitas atau berolahraga. Hal ini dapat mengakibabatkan terjadinya kerusakan
akibat stroke. Dampak fisik pada pasien yang mengalami stroke berupa
keterbatasan dalam melakukan kegiatan fisik secara normal. Sedangkan, dampak
sosial dan mental terhadap pasien stroke dapat berupa terisolasi karena harus
melakukan pengobatan secara intensif sehingga untuk bersosialisasi akan
mendapat kesulitan. Dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah sehingga mengubah gaya
15
hidup individu. Selain itu juga berdampak pada status ekonomi klien karena biaya
perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit (Wiwit, 2010).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas
Pengkajian pada identitas klien meliputi nama, setelah berumur 55
tahun risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun
(Wiratmoko, 2008). American Heart Assosiation mengungkapkan bahwa
serangan stroke lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
prevalensi kejadian stroke lebih banyak pada laki-laki (Goldstein, dkk.,
2006). Pendidikan yang terlalu berat sehingga membuat stress, pekerjaan
misalnya pekerjaan dengan tingkat stress yang tinggi dan membutuhkan
tenaga ekstra khususnya pikiran. Tanggal dan jam MRS, nomor register,
dan diagnosa medis.
2.2.1.2 Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi penurunan
kesadaran atau koma, kelemahan anggota gerak sebelah badan yang terjadi
pada saat istirahat atau aktivitas, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
2.2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Tiba – tiba klien merasakan ada keluhan gerak tubuh yang
biasanya dialami saat aktivitas atau istirahat.
16
2.2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa - masa dahulu seperti
adanya riwayat diabetes mellitus, hipertensi, kelainan jantung, riwayat
tinggi kolesterol karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas
pembuluh darah otak menjadi menurun.
2.2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
mellitus, atau adanya riwayat stroke pada generasi terdahulu.
2.2.2 Pemeriksaan Fisik menurut Mutaqqin (2008)
2.2.2.1 Sistem Pernafasan (Breathing)
(1) Inspeksi
Pada klien stroke terlihat adanya peningkatan produksi sputum,
sesak nafas, serta penggunaan otot bantu pernafasan, dan
peningkatan frekuensi pernafasan. Inspeksi dada terutama untuk
melihat postur bentuk dan kesimetrisan.
(2) Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus
normal dan seimbang kanan dan kiri.
(3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
(4) Auskultasi
Terdapat suara nafas tambahan seperti ronkhi karena adanya
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
17
yang didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat
kesadaran koma.
2.2.2.2 Sistem Cardiovaskular (Blood)
(1) Inspeksi
Tidak terpadat sianosis
(2) Palpasi
Deteksi adanya tanda-tanda peningkatan tekanan darah, tidak ada
pembesaran jantung serta deteksi adanya pelebaran nadi dan
penurunan jumlah nadi.
(3) Perkusi
Perkusi biasanya pekak.
(4) Auskultasi
Suara jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), mur-mur(-)
2.2.2.3 Sistem Persyarafan (Brain)
(1) Inspeksi
Adanya sinkop, pusing, sakit kepala berat, kelemahan, kesemutan,
kebas pada sisi tertekan seperti mati atau lumpuh. Di samping itu,
diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan tingkat kesadaran
klien apakah compos mentis, apatis, delirium, somnolen, sopor,
semi koma atau koma.
Pada pemeriksaan syaraf kranial:
(1) Nervus I: perubahan ketajaman sensori pada pembau atau
penciuman
18
(2) Nervus II, III, IV, VI: perubahan ketajaman sensori pada
penglihatan
(3) Nervus V, X, XI: kehilangan fungsi nervus ini dapat menyebabkan
penurunan gerakan mengunyah, dan kesulitan menelan.
(4) Nervus VII: terdapat kerusakan otot wajah, sehingga dapat
mengakibatkan disfungsi bahasa dan komunikasi.
(5) Nervus VIII: tidak ditemukan adanya kerusakan pada sistem
pendengaran.
(6) Nervus XI: adanya penurunan fungsi motorik dan muskuluskeletal.
(7) Nervus XII: perubahan ketajaman sensori pada pengecapan.
2.2.2.4 Sistem Perkemihan (Bladder)
(1) Inspeksi
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan
dengan intake cairan. Pada penderita stroke ditemukan adanya
perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine dan anuria
yang disebabkan karena kerusakan kontrol sfingter urin yang
mengakibatkan ketidak mampuan untuk mengendalikan kandung
kemih.
(2) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan kandung kemih.
(3) Perkusi
Tidak terdapat tanda-tanda kembung.
19
2.2.2.5 Sistem Pencernaan (Bowel)
(1) Inspeksi
Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi
dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien
dengan stroke, sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadinya penurunan nafsu
makan, mual dan muntah, kehilangan sensasi (rasa kecap pada
lidah), dan adanya kesulitan menelan.
(2) Palpasi
Ditemukan adanya massa feses karena pasien mengalami
konstipasi akibat dari bed rest dan penurunan nafsu makan.
(3) Perkusi
Terdengar suara thympani, tidak ada nyeri tekan.
(4) Auskultasi
Bising usus normalnya 5x/menit.
2.2.2.6 Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (Bone)
(1) Inspeksi
Terdapat kelumpuhan badan dan atau anggota gerak, kemungkinan
adanya kontraksi abnormal dan tremor, serta terdapat dekubitus
akibat tirah baring lama..
(2) Palpasi
Palpasi pada setiap ekstremitas dan rasakan kekuatan ototnya, CRT
< 2 detik, turgor kulit cukup elastis.
20
2.2.2.7 Sistem Penginderaan
(1) Inspeksi
Pada klien penderita stroke ditemukan adanya kerusakan
penginderaan seperti pada penglihatan, gangguan indera pengecap,
dan gangguan indera pembau.
2.2.2.8 Sistem Endokrin
(1) Inspeksi
Pada penderita stroke tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar
endokrin.
2.2.3 Diagnosa keperawatan menurut Nurarif & Kusuma (2015)
2.2.3.1 Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran
darah, gangguan oklusi, hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral.
2.2.3.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan disfagia sekunder akibat cedera serebrovaskuler.
2.2.3.3 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan fungsi
motorik otot – otot bicara akibat cedera cerebrovaskukar.
2.2.3.4 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan kekuatan
dan ketahanan sekunder akibat paralisis parsial atau total.
2.2.3.5 Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik.
2.2.4 Intervensi
2.2.4.1 Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran
darah, gangguan oklusi, hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral.
21
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan fungsi
serebral membaik atau meningkat, penurunan fungsi neurologis dapat
diminimalkan.
Kriteria Hasil: Klien tidak gelisah, tingkat kesadaran membaik (GCS 12-15), tidak
ada peningkatan TIK, bisa mengingat, orientasi baik, perbaikan respon motorik /
sensorik, pupil isokor, refleks cahaya positif, nadi dalam batas normal dan tekanan
darah dalam batas normal (90-140/60-90 mmHg).
Intervensi:
1) Pantau status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan
nilai standar.
Rasional: Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan
kemajuan / resolusi kerusakan SSP.
2) Pantau TTV, seperti adanya hipertensi / hipotensi, frekuensi dan
irama jantung, auskultasi adanya murmur, pola dan irama
pernafasan.
Rasional: Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan atau trauma
serebral pada daerah vasomotor otak. Hipotensi dapat terjadi
karena syok, peningkatan TIK dapat terjadi.
3) Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan, dan reaksinya
terhadap cahaya.
Rasional: Berguna dalam menentukan apakah batang otak masih
baik.
22
4) Pertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang
tenang, batasi pengunjung / aktivitas pasien sesuai indikasi.
Rasional: Aktivitas yang continue dapat meningkatkan TIK.
Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk mencegah
pendarahan.
5) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan, seperti
obat anti koagulan.
Rasional: Mempercepat proses penyembuhan klien.
2.2.4.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan disfagia sekunder akibat cedera serebrovaskuler.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nutrisi
klien terpenuhi.
Kriteria hasil: Tidak terjadi penurunan berat badan, nafsu makan meningkat, HB
dan albumin dalam batas normal HB: 13,4–17,6 dan Albumin: 3,2-5,5 g/dl.
Intervensi:
1) Jelaskan pentingnya nutrisi bagi klien.
Rasional: Nutrisi yang adekuat membantu meningkatkan kekuatan
otot.
2) Pantau kemampuan klien dalam mengunyah dan menelan.
Rasional: Untuk menetapkan jenis makanan yang diberikan kepada
klien.
3) Letakkan kepala lebih tinggi pada waktu selama & sesudah makan.
Rasional: Memudahkan klien untuk menelan.
23
4) Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual
dengan menekan ringan di atas bibir/ bawah dagu jika dibutuhkan.
Rasional: Membantu dalam melatih kembali sensori dan
meningkatkan kontrol muskuler.
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral atau memberi
makanan melalui NGT.
Rasional: Membantu memberi cairan dan makanan pengganti jika
klien tidak mampu memasukan secara peroral.
6) Pantau keadaan, keluhan dan asupan nutrisi.
Rasional: Mengetahui keberhasilan tindakan dan untuk
menentukan intervensi selanjunya.
2.2.4.3 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan fungsi
motorik otot – otot bicara akibat cedera cerebrovaskukar.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan proses
komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal.
Kriteria hasil: Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat
terpenuhi, klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isyarat.
Intervensi:
1) Berikan metode alternatif komunikasi misalnya bahasa isyarat.
Rasional: Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan
kemampuan klien.
2) Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi.
24
Rasional: Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang
lain.
3) Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya “ya” atau “tidak”.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan kebingunan pada saat
berkomunikasi.
4) Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien.
Rasional: Mengurangi rasa isolasi sosial dan meningkatkan
komunikasi yang efektif.
5) Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi.
Rasional: Memberi semangat pada klien agar lebih sering
melakukan komunikasi.
6) Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan bicara.
Rasional: Melatih klien berbicara secara mandiri dengan baik dan
benar.
2.2.4.4 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan kekuatan
dan ketahanan sekunder akibat paralisis parsial atau total.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan klien
mampu beraktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil: Kebutuhan klien terhadap pergerakan dapat terpenuhi,
meningkatkan kekuatan dan kemampuan untuk berpindah, klien menunjukkan
tindakan untuk meningkatkan mobilitas, peningkatan kekuatan otot.
Intervensi:
1) Pantau kemampuan klien dalam mobilitas.
25
Rasional: Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan member
informasi tentang pemulihan.
2) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstremitas
Rasional: Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah kontraktur.
3) Anjurkan klien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
menggunakan esktremitas yang tidak sakit untuk menyokong yang
lemah.
Rasional: Dapat berespon dengan baik jika yang sakit tidak
menjadi lebih terganggu dan memerlukan dorongsn serta latihan
aktif.
4) Konsultasi dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan dan ambulasi
klien.
Rasional: Memenuhi kebutuhan mobilitas, koordinasi dan kekuatan
pada ekstremitas.
5) Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
Rasional: Mencegah terjadinya cedera.
2.2.4.5 Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan klien
tidak mengalami jatuh.
Kriteria hasil: Tidak menunjukan tanda-tanda potensial jatuh pada klien, klien
terbebas dari resiko jatuh, klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah
jatuh.
26
Intervensi:
1) Sediakan lingkungan yang aman untuk klien.
Rasional: Lingkungan yang aman dapat mencegah terjadinya jatuh.
2) Anjurkan keluarga untuk menemani klien.
Rasional: Membantu memudahkan klien dalam meminta bantuan.
3) Beri pengamanan di tempat tidur klien seperti pagar tempat tidur.
Rasional: Berfungsi melindungi klien dari terjatuh saat terjadi
penurunan kesadaran.
4) Identifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif klien.
Rasional: Untuk mengetahui kebutuhan keamanan klien
2.2.5 Penatalaksaan
Pada diagnosa perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
interupsi aliran darah, gangguan oklusi, hemoragi, vasospasme serebral, edema
serebral, selama 3 x 24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa pemantauan
status neurologis sesering mungkin dan membandingkan dengan nilai standar,
melakukan pemantauan TTV, seperti adanya hipertensi / hipotensi, frekuensi dan
irama jantung, auskultasi adanya murmur, pola dan irama pernafasan,
mengevaluasi pupil, mencatat ukuran, bentuk, kesamaan, dan reaksinya terhadap
cahaya, mempertahankan keadaan tirah baring, menciptakan lingkungan yang
tenang, membatasi pengunjung / aktivitas pasien sesuai indkasi, berkolaborasi
dengan tim medis lain.
Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfagia sekunder akibat cedera serebrovaskuler, selama 3 x
27
24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa menjelaskan pentingnya nutrisi
bagi klien, mengkaji kemampuan klien dalam mengunyah dan menelan,
memposisikan letak kepala lebih tinggi pada waktu selama & sesudah makan,
menstimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan
menekan ringan di atas bibir/bawah dagu jika dibutuhkan, berkolaborasi dalam
pemberian cairan parenteral atau memberi makanan melalui NGT, melakukan
observasi keadaan, keluhan dan asupan nutrisi.
Pada diagnosa gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
kerusakan fungsi motorik otot – otot bicara sekunder akibat cedera
cerebrovaskular, selama 3 x 24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa
memberikan metode alternatif komunikasi misalnya bahasa isyarat,
mengantisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi, berbicar dengan klien
secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”,
menganjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien,
menghargai kemampuan klien dalam berkomunikasi, berkolaborasi dengan
fisioterapis untuk latihan bicara.
Pada diagnosa hambatan mobilitas fisk berhubungan dengan
ketidakmampuan kekuatan dan ketahanan sekunder akibat paralisis parsial atau
total, selama 3 x 24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa mengkaji
kemampuan klien dalam mobilisasi, menganjurkan klien untuk membantu
pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang tidak sakit untuk
menyokong yang lemah, berkonsultasi dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan
dan ambulasi klien, dan memberikan alat bantu jalan jika klien memerlukan.
28
Pada diagnosa resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan mobilitas
fisik, selama 3 x 24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa menyediakan
lingkungan yang aman untuk klien, menganjurkan keluarga untuk menemani
klien, memberi pengamanan di tempat tidur klien seperti pagar tempat tidur,
mengidentifikasi kebutuhan keamanan klien sesuai dengan kondisi fisik dan
kognitif klien.
2.2.6 Evaluasi
Pada diagnosa perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
interupsi aliran darah, gangguan oklusi, hemoragi, vasospasme serebral, edema
serebral, setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan klien
menunjukkan perfusi jaringan serebral adekuat yang ditandai dengan klien tidak
gelisah, tingkat kesadaran membaik (GCS 12-15), tidak ada peningkatan TIK, bisa
mengingat, orientasi baik, perbaikan respon motorik/sensorik, pupil isokor, refleks
cahaya positif, nadi dalam batas normal dan tekanan darah dalam batas normal
(90-140/60-90 mmHg).
Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfagia sekunder akibat cedera serebrovaskuler, setelah
dilakukan tindakan keperaatan 3 x 24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi yang
ditandai dengan tidak terjadi penurunan berat badan, nafsu makan meningkat, HB
dan albumin dalam batas normal HB: 13,4–17,6 dan Albumin: 3,2-5,5 g/dl.
Pada diagnosa gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
kerusakan fungsi motorik otot – otot bicara sekunder akibat cedera
cerebrovaskular, setelah dilakukan tindaakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal yang ditandai dengan
29
terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi, klien
mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat.
Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidakmampuan kekuatan dan ketahanan sekunder akibat paralisis parsial atau
total, dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan klien
terhadap pergerakan dapat terpenuhi, adanya peningkatan kekuatan dan
kemampuan untuk berpindah, klien menunjukkan peningkatkan mobilitas
Pada diagnosa resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan mobilitas
fisik, setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan klien tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda potensial jatuh, klien terbebas dari resiko jatuh,
dan adanya kemampuan untuk memodifikasi gaya hidup untuk mencegah resiko
jatuh.
30
2.3 Pathway
Faktor pencetus
etiologi
Penimbunan
lemak/kolesterol
yang meningkat
dalam darah
Lemak yang
sudah nekrotik
Menjadi
kapur/mengandung
kolesterol dengan
infiltrasi limfosit
(trombus)
Ateriosklerosis
Thrombus/emboli
di serebral
Stroke non
hemoragik
Stroke hemoragik
Pembuluh darah
menjadi kaku &
pecah
Arteri vertebra
basilaris
Kompresi
jaringan otak
Herniasi
Penyempitan pembuluh
darah
(oklusi vaskuler)
Aliran darah terhambat
Eritrosit bergumpal,
endotel rusak
Cairan plasma hilang
Peningkatan TIK Cairan plasma hilang Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Otak
Arteri carotis
interna
Arteri cerebri
media
Nyeri Akut
Disfungsi N.II
(optikus)
Penurunan aliran
darah
Penurunan
kemampuan
retina untuk
menangkap
objek/bayangan
Kerusakan
ketajaman
sensori, pembau,
penglihatan &
pengecap
Kerusakan
neurocerebrospial
N.VII(facial),
N.XI
(glosofaringeus)
Disfungsi N.XI
(asessoris)
Penurunan fungsi
motorik dan
muskuluskeletal
Kelemahan pd
satu/keempat anggota
gerak
Kontrol otot
facial/oral
menjadi lemah
Ketidakmampuan
bicara
Perubahan
ketajaman
sensori, pembau,
penglihatan &
pengecap
31
Gambar 2.3 Pathway CVA Infark (Nurarif & Kusuma, 2015)
Ketidakmampuan
mencium,
melihat,
mengecap Kebutaan
Hemiparase/plegi
kanan/kiri
Kerusakan
artikular,tidak
dapat berbicara
(disatria)
Kerusakan
Komunikasi
Verbal Resiko Jatuh Arteri vertebra
basilaris
Penurunan fungsi
N.X (vagus),
N.IX
(glosovaringeus)
Proses menelan
tidak efektif
Refluks
Disfagia
Anoreksia
Ketidak
Seimbangan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh
Hambatan
Mobilitas Fisik
Kerusakan Integritas Kulit
Tirah baring lama
Tirah baring lama
Gangguan
Menelan
Kelemahan pd
satu/keempat anggota
gerak
Ketidakmampuan
bicara
Perubahan
ketajaman
sensori, pembau,
penglihatan &
pengecap
Penurunan
kemampuan
retina untuk
menangkap
objek/bayangan
32
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Untuk mendapatkan gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. T
dengan CVA Infark, maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati
mulai tanggal 30 Desember 2019 sampai 02 Januari 2020 dengan data pengkajian
pada tanggal 30 Desember 2019 jam 15.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari klien,
keluarga klien dan rekam medis No. Register 00413xxx sebagai berikut:
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Tn. T (50 tahun), sudah menikah, suku madura, beragama Islam, tidak
sekolah, bekerja serabutan, alamat Kedung Banteng Pasuruan. Klien
dirawat dengan diagnosa medis CVA Infark
3.1.2 Keluhan Utama
Klien mengatakan tangan kiri dan kaki kirinya tidak bisa digerakan
3.1.3 Riwayat Kesehatan
3.1.3.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan saat di rumah setelah bangun tidur tangan kiri dan kaki
kiri tidak bisa digerakan, disertai kepala terasa mbliyur. Oleh keluarga
langsung di bawa ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 29 Desember 2019
dan di sarankan dokter untuk menjalani rawat inap. Saat di kaji, klien
mengatakan tangan kiri dan kaki kirinya masih belum bisa digerakan.
Masalah Keperawatan : Hambatan Mobilitas di Tempat Tidur
32
33
3.1.3.2 Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun sebelumnya.
3.1.3.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit sama
dengan klien.
3.1.3.4 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Klien mengatakan bahwa dirinya jarang berolahraga.
3.1.3.5 Lingkungan rumah dan komunitas
Klien mengatakan lingkungan rumahnya normal saja, tidak dekat sungai
dan tidak dekat sawah.
3.1.3.6 Persepsi dan pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanannya
Klien mengatakan bahwa penyakitnya ini karena dirinya kurang menjaga
kesehatan dan klien mengatakan mau melakukan terapi kesehatan yang
sudah dianjurkan.
3.1.4 Status Cairan dan Nutrisi
Nafsu makan sebelum sakit baik dan saat sakit juga baik, pola makan klien
sebelum sakit 3-4x sehari (1 porsi habis) dan saat sakit 3x sehari (1 porsi
habis), jenis minum sebelum sakit air putih, kopi sebanyak 2000cc perhari
dan saat sakit air putih sebanyak 1000cc perhari, tidak ada pantangan
makan, menu makanan sebelum sakit dan saat sakit tetap sama yaitu nasi,
lauk, sayur. Berat badan sebelum sakit 55kg dan saat sakit 54kg, klien
mengalami penurunan BB selama 5 bulan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
34
3.1.5 Genogram
= Perempuan
= Laki-laki
= Klien
= Meninggal
= Tinggal serumah
Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark di RSUD
Bangil.
3.1.6 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, terpasang infus di tangan kiri, tekanan darah : 110/70
mmhg, suhu : 36,5 oc (lokasi pengukuran: axilla), nadi : 120x/menit (lokasi
penghitungan: arteri radialis), respirasi: 19x/menit.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.1 Sistem Pernafasan (Breathing)
(1) Inspeksi
Pada inspeksi ditemukan bentuk dada simetris, susunan ruas tulang
belakang normal, tidak ada otot bantu nafas tambahan, tidak terpasang alat
bantu nafas, tidak ada batuk dan produksi sputum.
(2) Palpasi
Vocal fremitus klien simetris kanan dan kiri.
(3) Perkusi
Perkusi thorax sonor.
(4) Auskultasi
Suara nafas klien vasikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
35
3.1.6.2 Sistem Cardiovaskular (Blood)
(1) Inspeksi
Tidak ada sianosis pada klien, tidak terdapat nyeri dada
(2) Palpasi
Tidak ada peningktan tekanan darah, tidak ditemukan pembesaran jantung,
tidak ada peningkatan atau penurunan jumlah nadi, tidak ada clubbing
finger, JVP normal
(3) Perkusi
Perkusi jantung pekak dengan posisi jantung ics 2 dextra sinistra sampai
ics 5 midclavikula sinistra
(4) Auskultasi
Bunyi jantung S1 S2 reguler, tidak terdengar mur-mur atau gallop, irama
jantung normal
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.3 Sistem Persyarafan (Brain)
(1) Inpeksi
Kesadaran composmentis, CGS 4-5-6, orientasi baik, tidak terdapat
kejang, tidak ada nyeri kepala, klien mengatakan kepalanya terasa
mbliyur, pupil isokor, reflek cahaya baik, istirahat tidur : siang 2 jam/hari,
malam 8 jam/hari
(2) Pemeriksaan Syaraf Kranial
Nervus I : tidak ada perubahan ketajaman sensori pada pembau atau
penciuman
36
Nervus II, III, IV, VI : tidak ada perubahan ketajaman sensori pada
penglihatan
Nervus V, X, IX : tidak ada penurunan gerakan mengunyah, dan kesulitan
menelan pada klien
Nervus VII : tidak terdapat kerusakan otot wajah, sehingga klien tidak
mengalami pelo atau kesulitan berbicara
Nervus VIII : tidak ditemukan adanya kerusakan pada sistem pendengaran
Nervus XI : adanya penurunan fungsi motorik dan muskuluskeletal pada
tangan kiri dan kaki kiri
Nervus XII : tidak ditemukan perubahan ketajaman sensori pada
pengecapan
Masalah Keperawatan : resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
3.1.6.4 Sistem Perkemihan (Bladder)
(1) Inspeksi
Bentuk alat kelamin normal, frekuensi berkemih 6-7x sehari, jumlah urine
1050cc/24jam, warna kuning, tidak terpasang alat bantu kateter
(2) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada kandung kemih
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.5 Sistem Pencernaan (Bowel)
(1) Inspeksi
Klien tidak mengalami kesulitan makan, tidak ada penurunan nafsu
makan, tidak ada mual dan muntah. Kebiasaan BAB 1x sehari dengan
37
konsistensi padat, warna cokelat, bau khas, tempat yang digunakan adalah
pampers.
(2) Palpasi
Tidak ada massa feses, tidak ada nyeri tekan abdomen
(3) Auskultasi
Bising usus 12x/menit
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.6 Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (Bone)
(1) Inspeksi
Terdapat adanya kelumpuhan pada anggota gerak di tangan kiri dan kaki
kiri, tidak ada tremor, tidak terdapat dekubitus, tida ada oedema, tidak
terdapat dislokasi, tidak ada fraktur, kemampuan ADL parsial, klien bisa
makan sendiri, BAK, BAB, berganti pakaian, duduk, seka dibantu
keluarga.
(2) Palpasi
CRT <3 detik, akral hangat, kekuatan otot 5 1
5 0
Masalah Keperawatan : hambatan mobilitas di tempat tidur
3.1.6.7 Sistem Penginderaan
(1) Inspeksi
Pada klien tidak ditemukan adanya kerusakan penginderaan seperti pada
penglihatan, gangguan indera pengecap, dan gangguan indera pembau.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
38
3.1.6.8 Sistem Endokrin
(1) Inspeksi
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar edokrin pada klien.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.9 Data Psikososial
(1) Gambaran diri/citra diri
Klien mengatakan bangga dengan dirinya sendiri, klien mengatakan
menyukai semua bagian tubuhnya, klien mengatakan selalu sabar dan
ikhlas menghadapi semua.
(2) Identitas
Status klien dalam keluarga adalah sebagai suami dan ayah, klien
mengatakan puas dengan posisinya, klien juga puas terhadap jenis
kelaminnya.
(3) Peran
Klien mengatakan perannya sebagai kepala rumah tangga, klien juga
mengatakan sanggup melakukan perannya sebagai kepala keluarga.
(4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin selalu diberi kesehatan dan ingin cepat sembuh,
klien mengatakan posisinya dalam pekerjaan adalah bekerja serabutan dan
hanya menerima perintah dari atasan, klien mengatakan agar istrinya
39
selalu mendampinginya dan berharap keluarganya selalu mendukungnya,
klien mengatakan tidak ingin dikucilkan dalam lingkungan masyarakat,
harapan klien adalah agar cepat sembuh dan dapat beraktivitas kembali.
(5) Harga diri
Klien mengatakan selalu menghargai dirinya sendiri
(6) Data sosial
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik saja, reaksi klien saat
interaksi baik, tenang, dan kooperatif.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.10 Data Spiritual
Klien mengatakan ini semua hanya cobaan dari Allah, sumber kekuatan
dan harapan saat sakit adalah Allah, klien mengatakan bahwa dirinya
selalu sholat dan rajin berdoa, klien mengatakan bahwa yakin dirinya akan
sembuh.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
40
3.1.7 Data Penunjang
3.1.7.1 Pemeriksaan Laboratorium (29 Desember 2019)
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada Tn. T dengan diagnosa
medis CVA Infark
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi
Darah Lengkap
Leukosit (WBC)
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil %
Limfosit %
Monosit %
Eosinofil %
Basofil %
Eritrosit (RBC)
Hemoglobin (HGB)
Hematokrit (HCT)
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
Klinik Kimia
Gula Darah
Gula darah sewaktu
18,51
11,7
2,92
1,1
2,619
0,19
63,2
15,8
5,9
14,2
1,0
5,092
12,20
37,8
74,22
23,95
32,28
16,95
561
4,094
107
x10³/µL
x10³/µL
x10³/µL
x10³/µL
x10³/µL
x10³/µL
%
%
%
%
%
g/dL
%
fL
pg
%
%
10³/µL
fL
mg/dL
4,5 - 11
1,5 – 8,5
1,1 – 5,0
0,14 – 0,66
0 – 0,33
0 – 0,11
35 - 66
24 - 44
3 – 6
0 – 3
0 – 1
4,5 – 5,9
13,5 – 17,5
37 – 53
80 – 100
26 – 34
32 – 36
11,5 – 13,1
150 – 450
6,90 – 10,6
< 200
3.1.7.2 Pemeriksaan CT-Scan (29 Desember 2019) : CVA Infark
3.1.8 Therapi (30 Desember 2019)
3.1.8.1 Inf. Asering 1500cc/24jam : memenuhi kebutuhan glukosa dalam tubuh
untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
41
3.1.8.2 Inj. Antrain 3 x 1 gr : untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
3.1.8.3 Inj. Ondansentron 3 x 4 mg : untuk mencegah serta mengobati mual dan
muntah
3.1.8.4 Inj. Kalmeco 1 x 500 mg : untuk membantu menghasilkan sel darah
merah, menjaga kesehatan sistem saraf
3.1.8.5 Inj. Citicolin 2 x 250 mg : untuk mengatasi serebrovaskular
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Analisa Data
Tanggal : 30 Desember 2019 Umur : 50 Tahun
Nama pasien : Tn. T No RM : 00413xxx
Tabel 3.2 Analisa data pada Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark di RSUD
Bangil
NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Klien mengatakan tangan
kiri dan kaki kirinya tidak
bisa digerakan
DO :
- K/U : baik
- GCS 4-5-6
- Klien duduk, BAB, BAK,
seka, berganti pakaian di
bantu oleh keluarga
- Klien dapat makan sendiri
- Kekuatan otot
5 1
5 0
Gangguan
neuromuscular
Hambatan
mobilitas di tempat
tidur
2. DS : Klien mengatakan kepala-
nya terasa mbliyur
DO :
- Gang. Saraf nervus XI
adanya penurunan fungsi
muskuloskeletal
Embolisme Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
42
- GCS 4-5-6
- Kesadaran composmentis
- Orientasi baik
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,5ºc
3.2.2 Daftar Masalah Keperawatan
3.2.2.1 Hambatan mobilitas di tempat tidur
3.2.2.2 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
3.2.3 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Priorotas
3.2.3.1 Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan gangguan
neuromuskular
3.2.3.2 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
embolisme
3.3 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.3 Intervensi keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark
di RSUD Bangil
No.
Dx
Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Rasional
1.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan
klien mampu beraktifitas
fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu
menjelaskan kembali
1. Bina hubungan
saling percaya
2. Jelaskan tentang
pentingnya latihan
gerak aktif dan pasif
3. Anjurkan klien
membantu
menyokong
1. Meningkatkan
kepercayaan klien
kepada perawat
2. Menambah
informasi klien
agar tidak cemas
3. Melatih kekuatan
otot bagian yang
sakit agar tidak
43
No.
Dx
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi
Rasional
2.
tentang pentingnya
latihan gerak aktif dan
pasif
2. Klien melaporkan
mampu menggerakan
ekstremitas yang sakit
3. Klien mau melakukan
terapi yang diberikan
tim medis
4. Klien mampu mende-
monstrasikan ulang
latihan gerak aktif dan
pasif
5. Kekuatan otot
meningkat
6. Klien dapat
melakukan ADL
secara mandiri
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan
tidak terjadi penurunan
fungsi serebral pada
klien.
Kriteria hasil :
1. GCS dalam batas
normal
2. Tidak ada penurunan
kesadaran pada klien
3. Tekanan darah dalam
batas normal, rentang
normal pada orang
dewasa (120/80
mmHg)
4. Rasa mbliyur pada
kepala klien dapat
berkurang atau hilang
pergerakan
ekstremitas yang
sakit dengan yang
sehat
4. Ajarkan klien
latihan rentang
gerak aktif dan pasif
5. Observasi
kemampuan klien
dalam mobilitas
6. Observasi kekuatan
otot kien
7. Kolaborasi dengan
ahli fisioterapi
secara aktif
1. Posisikan klien
terlentang
2. Observasi tingkat
kesadaran klien
3. Observasi status
neurologis klien
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian therapi
obat
bertambah parah
4. Meminimalisir
adanya atrofi otot
5. Mengidentifikasi
kekuatan dan
kelemahan klien
6. Mengidentifikasi
kekuatan otot klien
7. Memenuhi latihan
kebutuhan
mobilitas klien
1. Untuk
meningkatkan
sirkulasi darah ke
otak
2. Untuk mengetahui
perkembangan
klien
3. Untuk mengetahui
perkembangan
klien
4. Mempercepat
proses kesembuhan
klien
44
3.4 Implementasi Keperawatan
Tabel 3.4 Implementasi keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa medis Cva
Infark di RSUD Bangil
No.
Dx
Tanggal Jam Implementasi Nama/Tanda
tangan
1.
30-12-
2019
16.00
1. Mengucapkan salam dengan
sopan, perkenalan diri,
menanyakan nama dan
memberitahukan tujuan
pertemuan.
Respon : klien menjawab salam
dan kooperatif
2. Menjelaskan pentingnya dan cara
melakukan latihan gerak aktif dan
pasif untuk meminimalisir atrofi
otot.
Respon : klien memperhatikan
penjelasan petugas tentang
pentingnya dan cara melakukan
latihan gerak aktif dan pasif
3. Menganjurkan klien membantu
menyokong pergerakan
ekstremitas yang sakit dengan
yang sehat (meminta klien
membantu pergerakan tangan kiri
dan kaki kiri yang sakit dengan di
sokong tangan kanan).
Respon : klien memahami dan
mau melakukan apa yang
dianjurkan perawat
4. Mengajarkan klien latihan gerak
rentang aktif dan pasif
(menggerakkan tangan dan kaki
yang sehat dengan cara di naik
turunkan dengan posisi bedrest,
membantu klien menggerakkan
tangan dan kaki yang sakit dengan
cara di naik turunkan dengan
posisi bedrest).
Respon : klien dapat
Connie
45
No.
Dx
Tanggal Jam Implementasi Nama/Tanda
Tangan
2.
30-12-
2019
16.00
mendemonstrasikan ulang cara
latihan gerak aktif dan pasif
5. Mengobservasi kemampuan klien
dalam melakukan mobilitas
(mengamati klien saat melakukan
mobilisasi, sebagian besar
aktifitas klien di bantu keluarga).
Respon : klien kooperatif saat di
periksa
6. Mengobservasi kekuatan otot
klien (adanya kelemahan otot
pada tangan kiri dan kaki kiri).
Respon : klien kooperatif saat di
periksa dan ditemukan adanya
kelemahan otot pada tangan kiri
dan kaki kiri
1. Memposisikan klien terlentang
(bed klien didatarkan dan
meminta klien untuk bedrest
dengan posisi terlentang tanpa
bantal)
Respon : klien kooperatif dan mau
melakukan apa yang dikatakan
perawat
2. Mengobservasi tingkat kesadaran
klien (kesadaran klien
composmentis, GCS 4-5-6,
keadaan umum baik, klien
kooperatif).
Respon : klien kooperatif saat di
periksa
3. Mengobservasi status neurologis
klien (melakukan pemeriksaan
pada 12 saraf nervus, ditermukan
adanya penurunan fungsi pada
saraf nervus XI).
Connie
46
No.
Dx
Tanggal Jam Implementasi Nama/Tanda
Tangan
1.
31-12-
2019
09.00
Respon : klien kooperatif saat di
periksa
4. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapi obat
- Inf. Asering 1500cc/24jam
- Inj. Antrain 1x1 gr
- Inj. Ondansentron 1x4 mg
1. Mengucapkan salam dengan
sopan, perkenalan diri,
menanyakan nama dan
memberitahukan tujuan
pertemuan.
Respon : klien menjawab salam
dan kooperatif
2. Menganjurkan klien membantu
menyokong pergerakan
ekstremitas yang sakit dengan
yang sehat (meminta klien
membantu pergerakan tangan kiri
dan kaki kiri yang sakit dengan di
sokong tangan kanan).
Respon : klien memahami dan
mau melakukan apa yang
dianjurkan perawat
3. Menganjurkan klien latihan gerak
rentang aktif dan pasif
(menggerakkan tangan dan kaki
yang sehat dengan cara di naik
turunkan dengan posisi bedrest,
membantu klien menggerakkan
tangan dan kaki yang sakit dengan
cara di naik turunkan dengan
posisi bedrest).
Respon : klien dapat
mendemonstrasikan ulang cara
latihan gerak aktif dan pasif
Connie
47
No.
Dx
Tanggal Jam Implementasi
Nama/Tanda
Tangan
2.
31-12-
2019
09.00
5. Mengobservasi kemampuan klien
dalam melakukan mobilitas
(mengamati klien saat melakukan
mobilisasi, sebagian besar
aktifitas klien di bantu keluarga).
Respon : klien kooperatif saat di
periksa
6. Mengobservasi kekuatan otot
klien (adanya kelemahan otot
pada tangan kiri dan kaki kiri).
Respon : klien kooperatif saat di
periksa dan ditemukan adanya
kelemahan otot pada tangan kiri
dan kaki kiri
1. Memposisikan klien terlentang
(bed klien didatarkan dan
meminta klien untuk bedrest
dengan posisi terlentang tanpa
bantal)
Respon : klien kooperatif dan mau
melakukan apa yang dikatakan
perawat
2. Mengobservasi tingkat kesadaran
klien (kesadaran klien
composmentis, GCS 4-5-6,
keadaan umum baik, klien
kooperatif).
Respon : klien kooperatif saat di
periksa
3. Mengobservasi status neurologis
klien (melakukan pemeriksaan
pada 12 saraf nervus, ditermukan
adanya penurunan fungsi pada
saraf nervus XI).
Respon : klien kooperatif saat di
periksa
Connie
48
No.
Dx
Tanggal Jam Implementasi Nama/Tanda
Tangan
1.
01-01-
2020
09.00
4. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapi obat
- Inf. Asering 1500cc/24jam
- Inj. Antrain 1x1 gr
- Inj. Ondansentron 1x4 mg
- Inj. Kalmeco 1x500 mg
- Inj. Citicoline 1x250 mg
1. Mengucapkan salam dengan
sopan, perkenalan diri,
menanyakan nama dan
memberitahukan tujuan
pertemuan.
Respon : klien menjawab salam
dan kooperatif
2. Menganjurkan klien membantu
menyokong pergerakan
ekstremitas yang sakit dengan
yang sehat (meminta klien
membantu pergerakan tangan kiri
dan kaki kiri yang sakit dengan di
sokong tangan kanan).
Respon : klien memahami dan
mau melakukan apa yang
dianjurkan perawat
3. Menganjurkan klien latihan gerak
rentang aktif dan pasif
(menggerakkan tangan dan kaki
yang sehat dengan cara di naik
turunkan dengan posisi bedrest,
membantu klien menggerakkan
tangan dan kaki yang sakit dengan
cara di naik turunkan dengan
posisi bedrest).
Respon : klien dapat
mendemonstrasikan ulang cara
latihan gerak aktif dan pasif
Connie
49
No.
Dx
Tanggal Jam Implementasi Nama/Tanda
Tangan
4. Mengobservasi kemampuan klien
dalam melakukan mobilitas
(mengamati klien saat melakukan
mobilisasi, sebagian besar
aktifitas klien di bantu keluarga).
Respon : klien kooperatif saat di
periksa
5. Mengobservasi kekuatan otot
klien (adanya kelemahan otot
pada tangan kiri dan kaki kiri).
Respon : klien kooperatif saat di
periksa dan ditemukan adanya
kelemahan otot pada tangan kiri
dan kaki kiri
50
3.5 Evaluasi Keperawatan
3.5.1 Catatan Perkembangan
Tabel 3.5 Catatan perkembangan pada Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark
di RSUD Bangil
Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
31-12-
2019
31-12-
2019
Hambatan mobilitas di
tempat tidur berhubungan
dengan neuromuskular
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan
embolisme
S : Klien mengatakan kaki
kirinya bisa digerakkan sedikit
O :
- Klien mampu menjelaskan
kembali tentang pentingnya
latihan gerak aktif dan pasif
- Klien mau membantu
pergerakan ekstremitas sakit
dengan di sokong
ekstremitas yang sehat
- Klien mampu
mendemonstrasikan ulang
latihan gerak aktif dan pasif
- Aktifitas klien di bantu
keluarga seperti seka, BAB,
BAK, berganti pakaian,
duduk
- Kekuatan otot
5 1
5 1
- Klien rutin melakukan
therapi dengan ahli
fisioterapi dan kooperatif
saat di lakukan therapi
mobilisasi
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
(3,4,5,6,7)
S : Klien mengatakan kepalanya
masih terasa mbliyur
O :
- GCS 4-5-6
- Keadaan umum baik
- Orientasi baik
- Klien kooperatif
Connie
Connie
51
Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
01-01-
2020
01-01-
2020
Hambatan mobilitas di
tempat tidur berhubungan
dengan neuromuskular
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringn serebral
berhubungan dengan
embolisme
- Klien rutin mengkonsumsi
- Obat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
(1,2,3,4)
S : Klien mengatakan tangan
kirinya bisa di angkat sedikit
lalu jatuh lagi
O :
- Klien mampu menjelaskan
kembali tentang pentingnya
latihan gerak aktif dan pasif
- Klien mau membantu
pergerakan ekstremitas sakit
dengan di sokong
ekstremitas yang sehat
- Klien mampu
mendemonstrasikan ulang
latihan gerak aktif dan pasif
- Aktifitas klien di bantu
keluarga seperti seka, BAB,
BAK, berganti pakaian,
duduk
- Klien mampu makan sendiri
- Kekuatan otot
5 1
5 1
- Klien rutin melakukan
therapi dengan ahli
fisioterapi dan kooperatif
saat di lakukan therapi
mobilisasi
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
(3,4,5,6,7)
S : Klien mengatakan kepalanya
sudah tidak mbliyur lagi
O :
- GCS 4-5-6
- Keadaan umum baik
- Orientasi baik
Connie
Connie
52
Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
- Klien rutin mengkonsumsi
obat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3.5.2 Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.6 Evaluasi keperawatan pada Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark
di RSUD Bangil
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
02-01-
2020
Hambatan mobilitas di
tempat tidur berhubungan
dengan neuromuscular
S : Klien mengatakan tangan kiri
dan kaki kirinya bisa digerakkan
O :
- Klien mampu menjelaskan
kembali tentang pentingnya
latihan gerak aktif dan pasif
- Klien mau membantu
pergerakan ekstremitas sakit
dengan di sokong ekstremitas
yang sehat
- Klien mampu
mendemonstrasikan ulang
latihan gerak aktif dan pasif
- Klien mampu makan,
berganti pakaian sendiri
- Kekuatan otot
5 3
5 2
- Klien rutin melakukan
therapi dengan ahli
fisioterapi dan kooperatif
saat di lakukan therapi
mobilisasi
A : Masalah belum teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
(3,4)
Connie
53
BAB 4
PEMBAHASAN
Padabab IV akan dilakukan pembahasan mengenai asuhan keperawatan
pada pasien Tn. T dengan diagnosa medis Cva Infark di RSUD Bangil Pasuruan
yang dilaksanakan mulai tanggal 30 Desember 2019 sampai 02 Januari 2020.
Melalui pendekatan studi kasus untuk mendapatkan kesenjangan antara teori dan
praktek dilapangan. Pembahasan terhadap proses asuhan keperawatan ini dimulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4.1 Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian pada Tn. T dengan melakukan anamnesa
pada pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan data
dari pemeriksaan penunjang medis. Pembahasan akan dimulai dari :
4.1.1 Identitas
Data yang didapatkan Tn. T berusia 50 tahun, sudah menikah, berjenis
kelamin laki-laki, pendidikan tidak sekolah, pekerjaan serabutan. American Heart
Assosiation mengungkapkan bahwa serangan stroke lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibandingkan perempuan dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa prevalensi kejadian stroke lebih banyak pada laki-laki
(Goldstein, dkk., 2006). Resiko pria 1,25 lebih tinggi dari pada wanita, serangan
stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sedangkan wanita lebih berpotensi
terserang stroke pada usia lanjut hingga kemungkinan meninggal karena penyakit
itu lebih besar (Gofir, 2009).
53
54
4.1.2 Riwayat Kesehatan
4.1.2.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang klien tidak terjadi kesenjangan
antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, klien datang dengan
keluhan kelumpuhan pada anggota gerak dan disertai kepala terasa
mbliyur. Menurut Satyanegara (2012), adanya gangguan perdarahan darah
ke otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat
mekanisme yaitu: adanya penebalan dinding arteri serebral yang
menimbulkan penyempitan atau penyumbatan lumen sehingga aliran darah
dan suplainya kesebagian otak akan tidak adekuat, serta selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan - perubahan iskemik otak.
4.1.2.2 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu klien terjadi kesenjangan antara
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, klien mengatakan sebelumnya
tidak pernah mengalami suatu penyakit apapun seperti hipertensi atau
diabetes mellitus dan klien mengatakan bahwa dirinya jarang berolahraga.
Menurut Dourman (2013) Seseorang dapat menderita stroke karena dalam
kehidupan sehari-harinya memiliki perilaku yang dapat meningkatkan
faktor resiko terjadinya stroke, yaitu gaya hidup yang tidak sehat seperti
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan kolesterol, kurang
aktivitas fisik mampu meningkatkan resiko terkena penyakit stroke.
4.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga klien terjadi kesenjangan antara
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, istri Tn. T mengatakan bahwa
55
sebelumnya tidak ada keluarga klien yang mengalami masalah kesehatan
menurun, menahun, menular. Sedangkan pada tinjauan pustaka menurut
Muttaqin (2008) adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes mellitus, atau adanya riwayat stroke pada generasi terdahulu.
4.1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik didapatkan beberapa masalah yang bisa dipergunakan
sebagai data dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang aktual maupun
resiko. Adapun pemeriksaan dilakukan berdasarkan persistem yaitu :
4.1.3.1 Sistem Pernafasan (Breathing)
Pada tinjauan pustaka didapatkan data adanya peningkatan
produksi sputum, sesak nafas, serta penggunaan otot bantu pernafasan, dan
peningkatan frekuensi pernafasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat
postur bentuk dan kesimetrisan. Pada palpasi biasanya kesimetrisan,
ekspansi, dan taktil fremitus normal dan seimbang kanan dan kiri, perkusi
didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi
datar dan rendah, terdapat suara nafas tambahan seperti ronkhi karena
adanya peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
yang didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran
koma (Muttaqin, 2008).
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data pada inspeksi
bentuk dada simetris, susunan ruas tulang belakang normal, tidak ada otot
bantu nafas tambahan, tidak terpasang alat bantu nafas, tidak ada batuk
dan produksi sputum, vocal fremitus klien simetris kanan dan kiri, perkusi
thorax sonor, suara nafas klien vasikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
56
Terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan adanya batuk serta produksi
sputum, tidak terpasang alat bantu pernafasan, suara nafas vesikuler hal ini
disebabkan klien tidak mengalami penurunan kesadaran, fungsi pernafasan
baik sehingga tidak ditemukan adanya akumulasi sekret dan tidak
ditemukan masalah pada sistem pernafasan karena bila terjadi sumbatan
pada daerah bronkus maka akan menyebabkan penekanan pada kelenjar
getah bening, dan menimbulkan suara mengi, suara nafas akan melemah
dan dada sesak (Meidania, 2015), sedangakan pada klien tidak ditemukan
tanda-tanda tersebut.
4.1.3.2 Sistem Cardiovaskular (Blood)
Pada tinjauan pustaka didapatkan data adanya tidak ada sianosis,
deteksi adanya tanda-tanda peningkatan tekanan darah, tidak ada
pembesaran jantung serta deteksi adanya pelebaran nadi dan penurunan
jumlah nadi, perkusi biasanya pekak, suara jantung S1 dan S2 reguler,
gallop (-), mur-mur(-) (Muttaqin, 2008).
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data tidak ada sianosis
pada klien, tidak terdapat nyeri dada, tidak ada peningktan tekanan darah,
tidak ditemukan pembesaran jantung, tidak ada peningkatan atau
penurunan jumlah nadi, tidak ada clubbing finger, JVP normal, perkusi
jantung pekak dengan posisi jantung ics 2 dextra sinistra sampai ics 5
midclavikula sinistra, bunyi jantung S1 S2 reguler, tidak terdengar murmur
atau gallop, irama jantung normal.
57
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
karena sama-sama ditemukan tidak ada sianosis, perkusi jantung pekak,
tidak ada peningkatan jumlah nadi karena klien tidak memiliki riwayat
penyakit hipertensi, tekanan darah klien dalam batas normal sehingga tidak
ditemukan adanya masalah pada sistem kardiovaskuler. Menurut
(Muttaqin, 2008) peningkatan tekanan darah berhubungan dengan adanya
masalah pada sistem kardiovaskuler.
4.1.3.3 Sistem Persyarafan (Brain)
Pada tinjauan pustaka didapatkan data adanya sinkop, pusing, sakit
kepala berat, kelemahan, kesemutan, kebas pada sisi tertekan seperti mati
atau lumpuh. Di samping itu, diperlukan pemeriksaan GCS untuk
menentukan tingkat kesadaran klien apakah compos mentis, apatis,
delirium, somnolen, sopor, semi koma atau koma. Pada pemeriksaan
syaraf kranial: Nervus I: perubahan ketajaman sensori pada pembau atau
penciuman, Nervus II, III, IV, VI: perubahan ketajaman sensori pada
penglihatan, Nervus V, X, XI: kehilangan fungsi nervus ini dapat
menyebabkan penurunan gerakan mengunyah, dan kesulitan menelan,
Nervus VII: terdapat kerusakan otot wajah, sehingga dapat mengakibatkan
disfungsi bahasa dan komunikasi, Nervus VIII: tidak ditemukan adanya
kerusakan pada sistem pendengaran, Nervus XI: adanya penurunan fungsi
motorik dan muskuluskeletal, Nervus XII: perubahan ketajaman sensori
pada pengecapan (Muttaqin, 2008).
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data kesadaran
composmentis, CGS 4-5-6, orientasi baik, tidak terdapat kejang, tidak ada
58
nyeri kepala, klien mengatakan kepalanya terasa mbliyur, pupil isokor,
reflek cahaya baik, istirahat tidur : siang 2 jam/hari, malam 8 jam/hari,
Nervus I : tidak ada perubahan ketajaman sensori pada pembau atau
penciuman, Nervus II, III, IV, VI : tidak ada perubahan ketajaman sensori
pada penglihatan, Nervus V, X, XI : tidak ada penurunan gerakan
mengunyah, dan kesulitan menelan pada klien, Nervus VII : tidak terdapat
kerusakan otot wajah, sehingga klien tidak mengalami pelo atau kesulitan
berbicara, Nervus VIII : tidak ditemukan adanya kerusakan pada sistem
pendengaran, Nervus XI : adanya penurunan fungsi motorik dan
muskuluskeletal pada tangan kiri dan kaki kiri, Nervus XII : tidak
ditemukan perubahan ketajaman sensori pada pengecapan.
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus sama-sama ditemukan adanya perubahan fungsi pada Nervus XI
adanya penurunan fungsi motorik dan muskuloskeletal dan disertai kepala
terasa mbliyur karena kondisi ini dapat terjadi ketika pasokan darah ke
suatu bagian otak tiba-tiba terganggu akibat gangguan aliran darah karena
sumbatan dapat menyababkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat
merusak atau mematikan sel-sel saraf otak (Nabyl, 2012).
4.1.3.4 Sistem Perkemihan (Bladder)
Pada tinjauan pustaka didapatkan data adanya pengukuran volume
output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan. Pada
penderita stroke ditemukan adanya perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urine dan anuria yang disebabkan karena kerusakan kontrol
sfingter urin yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk mengendalikan
59
kandung kemih, tidak terdapat nyeri tekan kandung kemih, tidak terdapat
tanda-tanda kembung (Muttaqin, 2008).
Sedangkan pada tinjauan kasus di dapatkan data adanya bentuk alat
kelamin normal, frekuensi berkemih 6-7x sehari, jumlah urine 1050cc/
24jam, warna kuning, tidak terpasang alat bantu kateter, tidak terdapat
nyeri tekan pada kandung kemih.
Terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan inkontinensia urine dan
kerusakan kontrol sfingter urine karena hanya pada saraf Nervus XI pada
klien yang mengalami penurunan fungsi sehingga tidak mengganggu
fungsi pada saraf Nervus lainnya. Menurut (Pujianto, 2008), Cva dapat
menyebabkan berbagai defisit neurologi, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat).
4.1.3.5 Sistem Pencernaan (Bowel)
Pada tinjauan pustaka didapatkan data adanya pengkajian tentang
status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan-kesulitan
dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien dengan stroke, sangat
potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena
terjadinya penurunan nafsu makan, mual dan muntah, kehilangan sensasi
(rasa kecap pada lidah), dan adanya kesulitan menelan, ditemukan adanya
massa feses karena pasien mengalami konstipasi akibat dari bed rest dan
penurunan nafsu makan, terdengar suara thympani, tidak ada nyeri tekan,
bising usus normalnya 5x/menit (Muttaqin, 2008).
60
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data klien tidak
mengalami kesulitan makan, tidak ada penurunan nafsu makan, tidak ada
mual dan muntah. Kebiasaan BAB 1x sehari dengan konsistensi padat,
warna cokelat, bau khas, tempat yang digunakan adalah pampers, tidak ada
massa feses, tidak ada nyeri tekan abdomen, bising usus 12x/menit.
Terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan adanya kesulitan menelan,
klien tidak mengalami konstipasi, tidak terjadi penurunan nafsu makan
karena pada klien dengan stroke, sangat potensial terjadi kekurangan
pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadinya penurunan nafsu
makan, mual dan muntah, kehilangan sensasi dan adanya kesulitan
menelan (Nuranif & Kusuma, 2015) sedangkan pada klien tidak ditemukan
tanda-tanda tersebut.
4.1.3.6 Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (Bone)
Pada tinjauan pustaka didapatkan data adanya kelumpuhan badan
dan atau anggota gerak, kemungkinan adanya kontraksi abnormal dan
tremor, serta terdapat dekubitus akibat tirah baring lama, palpasi pada
setiap ekstremitas dan rasakan kekuatan ototnya, CRT < 2 detik, turgor
kulit cukup elastis (Muttaqin, 2008).
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data adanya
kelumpuhan pada anggota gerak di tangan kiri dan kaki kiri, tidak ada
tremor, tidak terdapat dekubitus, tida ada oedema, tidak terdapat dislokasi,
tidak ada fraktur, kemampuan ADL parsial, klien bisa makan sendiri,
BAK, BAB, berganti pakaian, duduk, seka dibantu keluarga. CRT <3
61
detik, akral hangat, kekuatan otot ekstremitas kanan atas dan bawah adalah
5, sedangkan kekuatan otot ekstremitas kiri atas 1 dan kiri bawah 0.
Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus sama-sama ditemukan
adanya kelumpuhan pada anggota gerak, karena klien mengalami
penurunan perubahan fungsi pada saraf Nervus XI. Menurut (Ariani, 2012)
otak sangat bergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen, bila terjadi hipoksia dapat menyebabkan kematian sel dan
kerusakan permanen sehingga mengganggu fungsi saraf Nervus yang
harus bekerja semestinya
4.1.3.7 Sistem Penginderaan
Pada tinjauan pustaka didapatkan data klien penderita stroke
ditemukan adanya kerusakan penginderaan seperti pada penglihatan,
gangguan indera pengecap, dan gangguan indera pembau (Muttaqin,
2008).
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data tidak ditemukan
adanya kerusakan penginderaan seperti pada penglihatan, gangguan indera
pengecap, dan gangguan indera pembau.
Terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan adanya gangguan penglihatan,
gangguan pengecapan, dan gangguan pembau karena tidak ditemukan
adanya perubahan fungsi pada saraf Nervus I, II, III, IV, VI, V, X, XI.
Menurut (Wanhari, 2008) stroke ini ditandai dengan kelemahan atau
62
hemiparesis, nyeri kepala, mual muntah, pendangan kabur, dan disfagia,
namun pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda tersebut.
4.1.3.8 Sistem Endokrin
Pada tinjauan pustaka didapatkan data penderita stroke tidak
ditemukan adanya pembesaran kelenjar endokrin (Muttaqin, 2008).
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data tidak ditemukan
adanya pembesaran kelenjar edokrin pada klien.
Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus sama-sama tidak
ditemukan adanya pembesaran kelenjar endokrin karena kebanyakan pada
kasus Cva organ yang di serang adalah pembuluh darah otak yang
mengakibatkan perubahan fungsi pada beberapa atau sebagian saraf
Nervus. Menurut (Junaidi, 2011) terhambatnya pembuluh darah otak
menyebabkan gangguan fungsi otak yang akan memunculkan kematian sel
saraf (neuron) karena otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen
dan zat makanan menjadi terganggu.
Analisa data pada tinjauan pustaka hanya menguraikan teori saja
sedangkan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan nyata yang
dialami klien karena penulis menghadapi pasien secara langsung.
63
4.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pada tinjauan pustaka ditemukan lima
diagnosa keperawatan, yaitu :
4.2.1 Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran
darah, gangguan oklusi, hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral.
4.2.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan disfagia sekunder akibat cedera serebrovaskuler.
4.2.3 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan fungsi
motorik otot – otot bicara akibat cedera cerebrovaskukar.
4.2.4 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan kekuatan
dan ketahanan sekunder akibat paralisis parsial atau total.
4.2.5 Resiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik
Pada tinjauan kasus hanya ditemukan dua diagnosa keperawatan yaitu
Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, dan Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan embolisme.
Pada diagnosa keperawatan ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan
tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus dimunculkan diagnosa keperawatan Hambatan
mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan gangguan neuromoskular karena
pada saat dikaji ditemukan data klien sedang bedrest, mengalami kelumpuhan
pada anggota gerak, dan ADL klien dibantu oleh keluarga diatas tempat tidur. Dan
dimunculkan pula diagnosa Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan embolisme karena ditemukan data klien mengatakan
64
kepalanya terasa mbliyur, serta ditemukan adanya gangguan pada saraf nervus XI
yaitu penurunan fungsi musculoskeletal.
Diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada klien antara lain :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
disfagia sekunder akibat cedera serebrovaskuler karena klien tidak mengalami
masalah pada pemenuhan nutrisi dan tidak mengalami kesulitan menelan,
mengunyah, Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan fungsi
motorik otot – otot bicara akibat cedera serebrovaskular karena pada saraf Nervus
VII klien tidak mengalami penurunan atau perubahan fungsi, Hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan ketidakmampuan kekuatan dan ketahanan sekunder
akibat paralisis parsial atau total karena klien menjalani bedrest di atas tempat
tidur dan tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik, Resiko jatuh
berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik karena pagar tempat tidur klien
selalu terpasang dan ada keluarga yang menjaga klien serta perawat yang selalu
mengobservasi klien.
Pada diagnosa keperawatan dimunculkan diagnosa baru sesuai kondisi klien
yaitu Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan neuromuskular
karena klien mengalami penurunan fungsi anggota gerak dan tida bisa melakukan
aktivitas fisik seperti biasanya.
4.3 Intervensi Keperawatan
Pada perumusan perencanaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
terjadi kesenjangan yang cukup berarti karena perencanaan pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
65
Pada intervensi keperawatan dimunculkan diagnosa tambahan Hambatan
mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan gangguan neuromuscular yang
pada tinjauan pustaka tidak ditemukan diagnosa ini karena pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan kebutuhan klien. Pada diagnosa ini dilakukan tindakan
keperawatan Bina hubungan saling percaya, Jelaskan tentang pentingnya latihan
gerak aktif dan pasif, Anjurkan klien membantu menyokong pergerakan
ekstremitas yang sakit dengan yang sehat, Ajarkan klien latihan rentang gerak
aktif dan pasif, Observasi kekuatan otot klien, Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
secara aktif.
Pada diagnosa Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan embolisme dilakukan tindakan keperawatan Posisikan klien
terlentang, Observasi tingkat kesadaran klien, Observasi status neurologis klien,
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi obat.
4.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah perwujudan dari perencanaan yang telah disusun.
Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat diwujudkan karena hanya
membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada tinjauan kasus pelaksanaan
telah disusun dan diwujudkan pada pasien dan ada pendokumentasian serta
intervensi keperawatan.
Pada diagnosa keperawatan hambatan mobilitas di tempat tidur
berhubungan dengan neuromuskular, semua perencanaan tindakan keperawatan
telah dilakukan seperti membina hubungan saling percaya (mengucapkan salam
dengan sopan, perkenalan diri, menanyakan nama dan memberitahukan tujuan
pertemuan), menjelaskan pentingnya dan cara melakukan latihan gerak aktif dan
66
pasif untuk meminimalisir atrofi otot, menganjurkan klien membantu menyokong
pergerakan ekstremitas yang sakit dengan yang sehat (meminta klien membantu
pergerakan tangan kiri dan kaki kiri yang sakit dengan di sokong tangan kanan),
mengajarkan klien latihan gerak rentang aktif dan pasif (menggerakkan tangan
dan kaki yang sehat dengan cara di naik turunkan dengan posisi bedrest,
membantu klien menggerakkan tangan dan kaki yang sakit dengan cara di naik
turunkan dengan posisi bedrest), mengobservasi kemampuan klien dalam
melakukan mobilitas (mengamati klien saat melakukan mobilisasi, sebagian besar
aktifitas klien di bantu keluarga), mengobservasi kekuatan otot klien (adanya
kelemahan otot pada tangan kiri dan kaki kiri). Sedangkan pada tindakan
keperawatan berkolaborasi dengan ahli fisioterapi tidak terlaksana hal ini
disebabkan karena tidak tersedia layanan fisioterapi di ruang krisan RSUD Bangil.
Tindakan fisioterapi pada klien dilaksanakan oleh perawat.
Pada diagnosa keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan embolisme, semua perencanaan tindakan keperawatan telah
dilakukan seperti memposisikan klien terlentang (bed klien didatarkan dan
meminta klien untuk bedrest dengan posisi terlentang tanpa bantal),
mengobservasi tingkat kesadaran klien (kesadaran klien composmentis, GCS 4-5-
6, keadaan umum baik, klien kooperatif), mengobservasi status neurologis klien
(melakukan pemeriksaan pada 12 saraf nervus, ditermukan adanya penurunan
fungsi pada saraf nervus XI), berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapi obat.
67
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan
dikarenakan pasien dan keluarga kooperatif dengan perawat, sehingga rencana
tindakan dapat dilakukan.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan
kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilaksanakan karena
dapat diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung.
Pada akhir evaluasi diagnosa keperawatan hambatan mobilitas di tempat
tidur berhubungan dengan neuromuskular disimpulkan bahwa masalah
keperawatan pasien teratasi sebagian karena sampai 3x24 jam klien mengalami
peningkatan kekuatan otot pada esktremitas kanan atas 5 dan bawah 5, pada
ekstremitas kiri atas 3 dan bawah 2. Sedangkan kekuatan otot pada ekstremitas
yang mengalami penurunan fungsi hingga mencapai skor 5 membutuhkan waktu
5-7 hari dan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu peningakatan kekuatan otot
klien. Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarif & Kusuma (2015), bahwa
tujuan keperawatan dari diagnosa keperawatan hambatan mobilitas di tempat tidur
berhubungan dengan neuromuskular yaitu peningkatan kekuatan otot klien.
Pada akhir evaluasi diagnosa keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan embolisme pembuluh darah otak
disimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien teratasi karena sudah sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu tidak terjadi penurunan
kesadaran, GCS 4-5-6, rasa mbliyur hilang. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Nurarif & Kusuma (2015), bahwa tujuan keperawatan dari diagnosa keperawatan
resiko ketifakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan embolisme
68
yaitu fungsi serebral membaik atau meningkat, dan tidak terjadi penurunan fungsi
serebral.
Hasil evaluasi pada Tn. T masih ada yang belum sesuai dengan harapan
karena ada satu masalah yang teratasi sebagian tetapi kondisi Tn. T suduh cukup
baik dari sebelumnya sehingga Tn. T dianjurkan untuk KRS.
69
BAB 5
PENUTUP
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan
keperawatan secara langsung pada klien dengan kasus Cva Infark di RSUD Bangil
Pasuruan maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang
dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien dengan
Cva Infark
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien
Cva Infark, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Pada pengkajian klien didapatkan data fokus pada sistem muskuloskeletal
dan integumen dengan data sebagai berikut terdapat penurunan kekuatan otot
pada ekstremitas kiri atas 1 dan bawah 0, kemampuan ADL parsial, klien BAK,
BAB, berganti pakaian, duduk, seka dibantu keluarga, klien hanya bisa makan
sendiri.
5.1.2 Masalah keperawatan yang muncul adalah hambatan mobilitas di tempat
tidur dan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
5.1.3 Hambatan mobilitas di tempat tidur berhubungan dengan neuromuskular
sehingga menyebabkan adanya penurunan fungsi pada anggota gerak. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dengan tujuan klien mampu beraktifitas fisik
sesuai kemampuannya. Kriteria hasilnya klien mampu menjelaskan kembali
tentang pentingnya latihan gerak aktif dan pasif, klien melaporkan mampu
menggerakan ekstremitas yang sakit, klien mampu mende-monstrasikan ulang
latihan gerak aktif dan pasif, kekuatan otot meningkat. Resiko ketidakefektifan
69
70
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan embolisme. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan dengan tujuan tidak terjadi penurunan fungsi serebral pada
klien. Kriteria hasilnya kesadaran composmentis, GCS 4-5-6.
5.1.4 Beberapa tindakan mandiri keperawatan pada klien dengan Cva Infark
menganjurkan klien membantu menyokong pergerakan ekstremitas yang sakit
dengan yang sehat. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, penulis melibatkan
klien secara aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan karena banyak tindakan
keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat dan klien.
5.1.5 Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya kerjasama
yang baik antara klien dan tim kesehatan. Hasil evaluasi pada Tn.T sudah sesuai
dengan harapan dan masalah teratasi.
5.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
5.2.1 Bagi akademis, untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan,
diperlukan hubungan yang baik dan keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan
lainnya.
5.2.2 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit, dalam meningkatkan mutu
asuhan keperawatan yang professional alangkah baiknya diadakan suatu
penyuluhan atau suatu pertemuan yang membahas tentang masalah kesehatan
yang ada pada klien.
5.2.3 Bagi peneliti, pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan
perlu ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan dalam
bidang pengetahuan.
71
5.2.4 Bagi profesi kesehatan, perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan
hendaknya mempunyai pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat
bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Cva Infark.
72
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, G. 2009. Manajemen stroke. Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press.
Andi Prastowo. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Ariani, April T. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. 2010. Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition.
China: LWW.
Christina Whidya Utami. 2010. Manajemen ritel: Strategi dan Implementasi Ritel
Modern, Jakarta: Salemba Empat.
Goldstein L., Szarek M., Sillesen H., Rudolph A., Callahan A., Amarenco P.,
Hennerici M. 2006. Effects of Intense Low-Density Lipoprotein
Cholesterol Reduction in Patients With Stroke or Transient Ischemic
Attack. American Heart Association. 38: 3198-3204
Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: ANDI.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction.
Pujianto, Sri. 2008. Menjelajahi Dunia Biologi 1. Jakarta : PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
R. A, Nabyl. 2012. Deteksi dini dan pengobatan stroke, solusi hidup sehat bebas
stroke. Yogyakarta: Aulia Publishing.
Satyanegara, 2012. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wiratmoko, H. 2008. Deteksi Dini Serangan dan Penanganan Stroke di Rumah.
Jurnal Infokes STIKES Insan Unggul, hal. 37-44
Wiwit, S. 2010. Stroke & Penanganannya. Yogyakarta: Katahati.