Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

25

Click here to load reader

Transcript of Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

Page 1: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

Dampak PNPM Perdesaan Terhadap Pelayanan Pemerintahan Desa Di Wilayah Pantai Utara Jawa

Oleh:Dr. Nina Karlina, S.IP., M.Si.([email protected])Dr. Herijanto Bekti, M.Si.

Ramadhan Pancasilawan, S.Sos., M.Si.([email protected])

PENDAHULUAN

Kajian mengenai pelayanan pemerintahan desa menjadi menguat dan

merupakan bagian dari kajian kebijakan publik, hal ini dikarenakan dalam

perkembangan era globalisasi yang ditandai dengan perubahan lingkungan dan

munculnya banyak kompetitor, mengharuskan Pemerintah Daerah terutama pada

pemberi pelayanan terdepan yaitu pemerintahan desa harus dapat melakukan

repositioning pelayanan publik yang sebelumnya berparadigma monopolistic serta

captive-market, menuju pada paradigma market atau ‘customer oriented’. Dorongan

kearah perubahan paradigma pelayanan publik tersebut juga sejalan dengan dimulai

diimplementasikannya Peraturan Perundangan mengenai otonomi daerah dan atau

pemerintahan daerah yaitu UU No. 22 dan No.25 tahun 1999 yang kemudian revisinya

yaitu No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat

memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan

keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya

Peraturan-peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa

yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan

dengan optimal.

Bertitik tolak pada latar belakang tersebut, maka suatu studi tentang kualitas

pelayanan publik khususnya dilihat dari pelaksanaan pemerintahan desa yang

dirasakan oleh masyarakat dapat terlihat perubahannya dengan seiringnya

implementasi PNPM Perdesaan yang juga memiliki tujuan untuk pemberdayaan

masyarakat desa yang menjadi sasaran program.

Page 2: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

Melihat tingkat kesejahteraan nelayan di Wilayah Pantai Utara Jawa Barat,

PNPM Perdesaan menjadi program andalan dalam menangani masalah kemiskinan.

Berdasarkan RPJMD Jawa Barat Tahun 2008-2013, rumah tangga miskin penerima

Bantuan Langsung Tunai di Jawa Barat pada tahun 2008 mencapai jumlah 2.897.867

rumah tangga atau sebesar 25,88% dari jumlah rumah tangga seluruhnya sebesar

11.196.368 rumah tangga. Bila melihat secara kewilayahan, Jawa Barat bagian utara

berjumlah 874.347. rumah tangga (7,81%), bagian tengah sebesar 1.118.200 rumah

tangga (9,99%), dan bagian selatan 905.320 (8,09%). Melihat angka tersebut wilayah

utara Jawa Barat termasuk tinggi sebab melihat infrastruktur dan tingkat

pembangunan daerah di wilayah utara lebih maju dari pada wilayah lainnya.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

sebagai salah satu kebijakan Pemerintah yang bertujuan membangun kembali

partisipasi masyarakat sebagai kapasitas lokal. Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan

itu sendiri merupakan pengembangan atas Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

yang dinilai berhasil dalam program pembangunan perdesaan. Kedua program itu

sendiri merupakan perbaikan atas keterbatasan dari program pembangunan perdesaan

terdahulu, utamanya IDT dan P3DT. Secara konseptual kebijakan PNPM Mandiri

Perdesaan memiliki komitmen yang sangat kuat untuk membangun kembali

partisipasi masyarakat desa, dengan memberikan ruang yang sangat luas kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap tahapan kegiatan pembangunan, mulai

dari perencanaan, pelaksanaan (implementasi), evaluasi dan pemanafaatan dan

pemeliharan (operation and maintanance) hasil kegiatan. (lihat manual PNPM

Mandiri Perdesaan, 2008).

Kekuatan PNPM Mandiri Perdesaan terletak pada sistem kelembagan program

yang berbasis good governance, yaitu pelibatan seluruh stakeholders secara sinergis

dalam kegiatan pembangunan di perdesaan. Namun sistem kelembagaan program

tersebut berhadapan dengan sistem kelembagaan reguler (berdasarkan UU 32/2004).

Investasi program dapat berkelanjutan, diperlukan integrasi antara kelembagaan

program dengan kelembagaan reguler, khusus dalam kegiatan pembangunan

(developing). Karena integrasi ini tidak akan mengurangi fungsi dan peran

pemerintahan desa, yang fungsinya tidak sekedar developing, tetapi meliputi fungsi-

fungsi pemerintahan lainnya, yaitu: fungsi servicing, regulating, protecting, dan

Page 3: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

sebagainya. Dengan adanya PNPM Perdesaan tersebut memberikan peluang besar

bagi Pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakatnya.

Perkembangan paradigma untuk pemberian pelayanan kepada masyarakat

semakin menjadi tuntutan kepada pemerintah. Paradigma baru pemerintahan yang

lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat, desentralisasi dan transparansi

telah membuka kesadaran tentang perlu dan pentingnya pemerintahan daerah (local

goverment) yang semakin otonom dibandingkan dengan masa sebelumnya.

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dituntut untuk mempunyai akuntabilitas yang

tinggi dengan menerapkan konsep good governance di segala lini.

Implementasi PNPM Perdesaan yang telah dilakukan telah memberikan

pengaruh besar dalam roda pemerintahan desa terutama dalam menerapkan konsep

good governance di tingkat lokal. Hal ini dengan disinergiskannya pelaksanaan

Musrembang Desa dengan implementasi PNPM Perdesaan. Dengan adanya

sinergisitas ini seharusnya memberikan kemudahan dan terfokusnya pembangunan

desa, sebab akan jelas alokasi pembangunan desa yang didanai dari pemerintah

melalui desa atau pembangunan yang berasal dari PNPM Perdesaan.

Sedangkan berdasarkan data bahwa pembangunan wilayah Jawa Barat Utara

lebih maju dengan lebih baiknya infrastruktur pembangunan, namun kondisi

masyarakat yang masih banyak kantung-kantung kemiskinan memberikan pekerjaan

berat bagi PNPM Perdesaan. Bahkan dengan adanya program ini, implementasi

pelayanan pemerintahan desa masih sering terjadi bentrok dalam masalah

pembangunan desa. Maka dari itu dalam kajian ini akan memfokuskan pada

permasalahan dampak implementasi PNPM Perdesaan terhadap pelayanan

pemerintahan pemerintahan desa di Wilayah Pantai Utara Jawa Barat

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat

memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan

keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya

Peraturan-peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa

Page 4: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan

dengan optimal.

Untuk meningkatkan kinerja dari pemerintahan daerah, termasuk pemerintahan

desa, pemerintah pusat beberapa kali telah mengeluarkan Undang-Undang yang

berkaitan dengan hal tersebut, diantaranya Undang-Undang No, 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Dalam undang-Undang ini disebutkan disebutkan:

1. Desa berdasarkan undang-undang ini adalah Desa atau yang disebut dengan

nama lain sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa, sebagaimana

dimaksud dalam penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945. Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan

masyarakat.

2. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem penyelenggaraan

pemerintahan sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat. Kepala Desa bertanggung jawab pada

badan perwakilan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas tersebut

kepada Bupati.

2.2. PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemerintah Indonesia dalam

upaya menanggulangi persoalan mendasar yang dihadapi bangsa ini yaitu kemiskinan

dan pengangguran melalui pendekatan Community Development (pemberdayaan

masyarakat). Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan

potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat

mengaktualisasikan jati diri, harkat, dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan

dan mengembangkan diri secara manidiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat

dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan

demikian pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan

kemandirian, baik di bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik.

Tujuan PNPM adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja

masyarakat miskin secara mandiri. Sedangkan tujuan khususnya adalah:

Page 5: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat termasuk masyarakat miskin,

kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat

lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan

keputusan dan pengelolaan pembangunan.

b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif,

dan akuntabel.

c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program, dan

penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan

tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok

peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

e. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas

pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi

kemiskinan di wilayahnya.

f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi

sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna, informasi, dan

komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

METODE PENELITIAN

Makalah ini merupakan bagian dari hasil penelitian mengenai dampak

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan terhadap

pelayanan Pemerintahan Desa di daerah Pantai Utara Jawa Barat dengan mengambil

lokasi di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Subang. Sesuai

dengan sifat, proses dan fungsi masalah yang akan dijelaskan, maka pendekatan

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data seperti :

1. Studi kepustakaan, yaitu mempelajari berbagai literatur dan dokumen-

dokumen serta laporan-laporan yang berkaitan dengan masalah yang sedang

diteliti.

Page 6: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data lapangan dengan menggunakan

teknik-teknik sebagai berikut :

a. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya

jawab langsung dengan pihak-pihak terkait.

b. Observasi Non-Partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan pengamatan langsung dan pencatatan terhadap gejala-gejala

atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di objek penelitian tetapi penulis tidak

terlibat langsung dalam proses kerja.

c. Angket, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan daftar

pertanyaan tertulis kepada responden. Jenis angket yang digunakan bersifat

tertutup dan terstruktur artinya jawaban responden pada setiap pertanyaan

terikat pada sejumlah alternatif yang disediakan dan responden tidak diberi

kesempatan untuk memberikan jawaban lain selain jawaban-jawaban yang

disediakan.

Dalam penelitian ini, akan mengambil informan berdasarkan tujuan/kebutuhan

penelitian atau menggunakan teknik Purposive. Dalam teknik ini, siapa yang akan

diambil sebagai informan diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang

menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Jadi, pengumpul data yang

telah diberi penjelasan oleh penulis akan mengambil siapa saja yang menurut

pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

Berdasarkan tujuan penelitian ini untuk melihat dampak Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan terhadap pelayanan

Pemerintahan Desa di daerah Pantai Utara Jawa Barat dengan mengambil lokasi di

Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Subang. Maka informan

akan terkategori berdasarkan lokasinya yaitu di Kabupaten Subang, Kabupaten

Indramayu, dan Kabupaten Cirebon. Kemudian secara vertikal informan akan dipilih

dari unsur pemerintah provinsi sampai pada pemerintah desa. Kemudian unsur-unsur

lainnya yang terkait dengan PNPM Mandiri Perdesaan di wilayah Pantai Utara Jawa

barat.

Page 7: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

PEMBAHASAN

4.1. Pelayanan Pemerintahan dan PNPM Perdesaan di Wilayah Pantura

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemerintah dalam upaya

penanggulangan kemiskinan dan pengangguran yang berdasarkan melalui

pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan adalah upaya yntuk meningkatkan

kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga dapat

mengaktualisasikan diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk

mempertahankan dan mengembangkan diri secara mandiri. Hal ini dilakukan agar

masyarakat dapat terbebas dari belenggu kemiskinan. Dengan demikian

pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan

kemandirian, baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM

Mandiri Perdesaan) merupakan pengembangan dari Program Pengembangan

Kecamatan (PPK) yang selama ini dinilai behasil. Beberapa kebersasilan PPK adalah

berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,

efesiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan

partisipasi masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuan umum PNPM Mandiri Perdesaan

adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di

perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan

pengelolaan pembangunan (Petunjuk Teknis Operasuional PNPM Mandiri Perdesaan,

2008: 1).

Sebagai program nasional, penerapan PNPM Mandiri Perdesaan di Jawa Barat

mengikuti kebijakan yang telah digariskan secara nasional tidak terkecuali untuk

wilayah Pantai Utara Jawa Barat, juga menerapkan PNPM sesuai dengan Petunjuk

Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan yang berlaku secara nasional. Ciri

utama kebijakan ini adalah menawarkan suatu model pembangunan partisipatif,

artinya bahwa proses pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pengambilan

keputusan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pemanfaatan dan pemeliharaan

(operation and maintenance) dilakukan bersama-sama secara sinergis antara

pemerintahan desa dan kecamatan dengan masyarakat. Untuk menjamin

terselenggaranya sistem pembangunan partisipatif tersebut secara optimal, maka

Page 8: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

PNPM Mandiri Perdesaan membentuk dan memperkuat suatu sistem kelembagaan

pembangunan perdesaan yang barbasis good governance, terdiri dari: (1) lembaga

pengambilan keputusan bersama, yaitu: Lembaga Musyawarah Antar Desa (MAD) di

tingkat kecamatan, serta Lembaga Musyawarah Desa (Musdes) dan Musyawarah

Dusun (Musdus) dan (2) lembaga pelaksana keputusan yaitu: Unit Pengelola Kegiatan

(UPK) di tingkat kecamatan dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK)di tingkat desa, serta

Kelompok Pemanfaat yang disebut juga Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

Sistem kelembagaan ini beroperasi dalam suatu siklus (tahapan) sesuai dengan

jadwal tahun anggaran pemerintah, sehingga kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan lebih

mudah untuk dikoordinasikan dan diintegrasikan dengan kegiatan pemerintah lainnya.

Lembaga pengambilan keputusan yang dibentuk PNPM Mandiri Perdesaan bersifat

adhoc sehingga dalam rangka menjamin keberlanjutan program utamanya ketika

kurun proyek berakhir, maka telah dilakukan berbagai upaya untuk formalisasi dan

integrasi ke dalam sistem kelembagaan pembangunan reguler yang juga di atur

dalamUU 32/2004, yaitu dengan dibentuknya Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD).

Proporsi besaran dana program terdiri dari dana bantuan pemerintah pusat

sebesar 80% dan sebesar 20% dari dana partisipasi/ cost sharing dari Pemerintah

Kabupaten. Dana partisipasi pemerintah kabupaten ini wajib sifatnya untuk

dialokasikan dalam APBD masing-masing, apabila berkeinginan untuk memperoleh

dana bantuan pemerintah pusat tersebut. Ide dasarnya bahwa dengan dialokasikan

dana partisipasi dalam APBD, maka sudah merupakan modal dasar bahwa pemerintah

kabupaten memiliki kepedulian untuk keberhasilan program utamanya dalam menjaga

investasi program ketika proyek berakhir (pasca program). Hal ini juga untuk

menghindari kebiasaan lama dalam mengelola proyek pemerintah yang cenderung hit

and run, yaitu ketika proyek berakhir maka berakhir juga seluruh kegiatan yang

berkaitan dengan program tersebut.

Ciri khas PNPM Mandiri perdesaan merupakan salah satu program

pengentasan mayarakat dari kemiskinan, melalui pemberdayaan masyarakat dan

aparat secara simultan. Berbeda dengan program-program sebelumnya, program

PNPM Mandiri perdesaan ini dilakukan dengan “pendekatan baru,” di mana

masyarakat diberikan hak secara “otonom” untuk menyelesaikan sendiri

Page 9: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

permasalahannya (terutama masalah ketertinggalan bidang ekonomi). Melalui

“pendekatan baru” ini, masyarakat diberikan kepercayaan dalam hal: Pertama,

mendefinisikan sendiri kebutuhannya, serta merumuskan jalan ke luar (secara

demokratis) menurut perpektif mereka terutama untuk keluar dari jerat kemiskinan.

Kedua, mengelola sendiri sumberdaya dan sumberdana yang dimiliki untuk digulirkan

dalam komunitas mereka sendiri sehingga terjadi akumulasi modal di dalam

masyarakat. Dengan demikian, pola pembangunan yang terjadi adalah bersifat bottom-

up dan bukan lagi bersifat top-down, seperti yang pernah terjadi di masa lalu (dan

gagal). Dengan demikian, program PNPM Mandiri perdesaan sangat sesuai (match)

dengan derap otonomi daerah yang mulai dilaksanakan.

Selain memberdayakan masyarakat, program PNPM Mandiri perdesaan juga

sekaligus pemberdayaan aparat (pemerintah lokal). Ini tampak dari posisi dan peran

aparat pemerintah dalam program PNPM Mandiri perdesaan ini sangat strategis,

terutama perannya sebagai pembina yang sekaligus sebagai pendamping para pelaku

proyek. Sebab, selain dimaksudkan untuk penanggulangan kemiskinan melalui

bantuan modal usaha dan penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan

ekonomi, program ini juga merupakan sarana pembelajaran bagai aparat dan

masyarakat dalam rangka pengambilan keputusan, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, serta pelestariannya. Ini merupakan suatu bentuk kerjasama

(partnership) yang ideal, antara pihak yang seharusnya dilayani dengan yang

memberikan pelayanan (pemerintah).

4.2. Dampak PNPM Mandiri Perdesaan terhadap Pelayanan Pemerintahan Desa

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Indonesia dalam

upaya menanggulangi persoalan mendasar yang dihadapi bangsa ini yaitu kemiskinan

dan pengangguran melalui pendekatan Community Development (pemberdayaan

masyarakat). Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan

potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat

mengaktualisasikan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan

dan mengembangkan diri secara manidiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat

dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan

Page 10: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

demikian pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan

kemandirian, baik di bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik.

Dalam rentang waktu pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan (dan sebelumnya

PPK) telah mendorong terciptanya perangkat sistem sosial yang bersifat dinamis.

Sistem sosial yang dibangun oleh PNPM Mandiri Perdesaan memungkinkan warga

desa memperoleh peningkatan kapasitas tidak hanya dalam bentuk kursus dan

pelatihan, tetapi juga pembiasaan cara berpikir dan cara bertindak bagi warga desa

ketika mereka menjalankan peranannya masing‐masing di dalam pelaksanaan

program. Masyarakat dibiasakan memperoleh pengalaman nyata menjalankan sebuah

proses pembangunan desa yang bersifat partisipatif.

Berdasarkan hasil pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan), dapat diperoleh beragam pengalaman

empiris yang membuktikan keunggulan dan juga beberapa kekurangan dari PNPM

Mandiri Perdesaan khususnya di daerah wilayah Pantura Jawa Barat (Kabupaten

Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu) memiliki karakteristik yang

berbeda-beda seperti keterangan berikut:

1. Desa Balongan Kabupaten Indramayu

Pembangunan fisik desa yang mengalami kemajuan, seperti pembangunan

saluran pemabuangan air limbah (misalkan gorong-gorong atau pun saluran air

kotor), pembuatan jalan dan jembatan. Pembangunan ini sangat dirasakan

kebermanfaatannya bagi masyarakat.

Namun, berdasarkan hasil penggalian data dari informan, bahwa pembangunan

fisik oleh PNPM lebih kecil sebab Desa Balongan juga mendapatkan program

CSR dari Pertamina Balongan. Program dari Pertamina tersebut lebih banyak

dalam bentuk pembangunan fisik dan lebih besar daripada PNPM Mandiri

Perdesaan. Bahkan dari cairnya dana, PNPPM Mandri Perdesaan lebih lama

bahkan dianggap terlalu rumit dan dianggap terlalu banyak prosedur yang arus

dilalui.

Sedangkan untuk bentuk kegiatan lainnya yaitu Simpan Pinjam Perempuan

(SPP), memiliki respon yang positif dari masyarakat Desa Balongan, sebab dalam

kegiatan ini dibentuk kelompok-kelompok perempuan yang diberikan dana

bantuan untuk mengembangkan usahanya. Dalam impmlementasinya, tidak

Page 11: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

berarti selalu lancar, kegiatan SPP ini juga mengalami pasang surut dalam

kemajuannya sebab dalam proses perguliran dananya masih ada yang tersendat.

Sedangkan dampak bagi pelayanan pemerintahan desa, PNPM Mandiri

Perdesaan dianggap tidak memberikan dampak secara langsung dalam pelayanan

pemerintahan desa. Hal ini dikarenakan PNPM Mandiri Perdesaan tidak terkait

dengan pelayanan pemerintah Desa. Tatapi pemerintah desa memiliki kontribusi

seperti dukungan terhadap program pelayanan PNPM dengan memberikan data-

data atau menjadi pihak yang memberikan masukan kepada fasilitator dalam

menjalankan kegiatannya di wilayah desa tersebut, sebagai contoh dalam

pelayanan simpan pinjam perempuan (SPP), pelaksana/fasilitator PNPM meminta

pendapat kepada pemerintah desa apakah orang yang mengajukan pinjaman

tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan pinjaman dari PNPM. Karena orang

yang berhak medapatkan pinjaman tersebut adalah masyarakat yang tingkat

ekonominya di garis kemiskinan, dan yang mememahami kondisi warga desa

tersebut adalah pemerintah desa itu sendiri.

2. Desa Bungko Kabupaten Cirebon

PNPM Mandiri Perdesaan lebih terkena dampaknya bagi masyarakat terutama

dalam bidng fisik. Jalan-jalan yang sebelumnya berbatu sudah diaspal dan dapat

dilalui kendaran besar. Hal ini memberikan kemudahan bagi nelayan, sebab akses

untuk memasarkan hasil tangkapan ikan lebih cepat dan mudah.

Untuk Desa Bungko mendapatkan bantuan sebesar 15.789.500 untuk yang

program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) diperuntukkan untuk 3 kelompok

khusus ibu-ibu. Rata-rata per kelompok dapat pinjaman 5 juta. Untuk Non SPP

yang didanai oleh desa adalah perkerasan jalan dengan konstruksi rabat beton

dengan panjang 332 m dgn lebar 2.5 M. dana yang diterima Rp. 59.284.200.

Sedangkan tahun 2012, Desa Bungko mendapatkan dana total sebebsar Rp.

125.233.000. untuk SPP sebesar Rp. 26.350.000, sedangkan untuk non SPP

permintaannya sama berupa jalan karena kebutuhan mendesak dari desa besarnya

Rp. 98.918.000 dengan panjang 465 m. Sedangkan tahun 2013 sekarang usulan

yang diajukan Desa Bungko adalah pembangunan madrasah. Namun Desa

Bungko tidak ada alokasi untuk SPP karena dapat surat dari pusat yang aset UPK

lebih dari 2 miliar tidak boleh untuk mengalokasikan untuk SPP.

Page 12: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

Hal ini memperlihatkan dalam pelaksanaan PNPM M Perdesaan di Desa

Bungko berjalan dengan baik walaupun ada hambatan-hambatan kecil seperti ada

beberapa desa yang tidak mendapatkan dana dari PNPM yang menyebabkan

timbulnya kecemburuan antar desa.

Sedangkan dampak bagi pelayanan pemerintahan Desa Bungko adalah dalam

pembangunan desa maka pelayanan pemerintah desa tidak secara langsung

memberikan dampak hanya saja dengan pembangunan desa yang lebih baik

memudahkan bagi masayrakat untuk mendapatkan pelayanan desa.

Sedangkan peran pemerintah desa dalam PNPM adalah terfokus pada rencana

kegiatan pembangunan desa. Dalam musyawarah pembangunan desa

(Musrembangdes) terjadi saling sinergisitas dalam alokasi rencana pembangunan

yang akan dilakukan oleh desa dengan PNPM Mandiri Perdesaan. Inilah yang

menjadi pembagian urusan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam membangun

desa.

3. Desa Bojong Tengah Kabupaten Subang

Desa ini ini telah berhasil menjadi Juara Tingkat Kabupaten Subang tahun

2012 yang telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati No. 147.44/KEP.559-

BPMKB 2012 tentang penetapa Juara Juara Lomba Kinerja Desa dn Kelurahan

Mandiri Gotong Royonghasil pemodelan batch II. Kemudian Desa Bojong

Tengah masuk 4 besar desa terbaik pada tingkat Provinsi. Hal ini memberikan

kebanggaan bagi masyarakat Desa Bojong Tengah maupun Kabupaten Subang.

Kemenangan tersebut dikarenakan Desa Bojong Tengah memiliki sarana dan

prasarana yang paling lengkap dan mewah mulai dari gedung, sarana orahraga,

manajemen pemerintahan dan infrastruktur pembangunan desa serta

kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Kondisi ini ternyata juga merupakan dampak adanya program PNPM yang

memfokuskan pada pembangunan fisik di desa. Program tersebut berupa

perbaikan jalan, perbaikan atau pembuatan jembatan, pembuatan tempat

musyawarah, dan lain-lain. Dalam menentukan program fisik ini dilihat dari

prioritas program desa itu sendiri dalam penentuan prioritasnya ini

menggunakannya cara rangking, yaitu merangking program mana yang akan

menjadi prioritas utama pada tahun berjalan. Selain fisik juga sama dengan di

Page 13: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

tempat yang lain, di Desa Bojong Tengah juga memberikan pelayanan yang

dikhususkan bagi perempuan, yaitu berupa Simpan Pinjam Perempuan (SPP).

SPP berupa program-program yang diinginkan oleh para wanita, misalkan

pembuatan paud atau posyandu dan juga kegiatan pemberian dana bergulir.

Hambatan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desa ini yang

dirasakan oleh masayrakat adalah adanya keterlambatan dalam pencairan dana

bergulir. Hal ini dikarenakan situasi politik yang terjadi di Kabupaten Subang.

Kemudian hambatan lainnya adalah dalam pross PNPM harus melalui proses

yang harus diperlukan pemahaman dan dilakukan oleh kelompok masayrakat.

Untuk meningkatkan partisipasi masayrakat dalam keikutsertaan program-

program PNPM dan juga pembangunan desa terus dilakukan sosialisasi dari Tim

Pengelola Kegiatan (TPK) PNPM kepada desa maupun kepada masayarakat.

Sedangkan dampak yang terjadi dalam pelayanan pemerintahan Desa Bojong

Tengah adalah semkain baiknya pelayanan yang dberikan oleh desa, sebab

saranan dan prasarana yang sudah memadai.

Jika melihat dari pembahasan sebelumnya maka terlihat jelas PNM Mandiri

Perdesaan di wilayah Pantura khususnya di Desa Balongan Kabupaten Indramayu,

Desa Bungko Kabupaten Cirebon, dan Desa Bojong Tengah Kabupaten Subang, telah

memberikan dampak positif bagi masayrakat desa seperti: (1) meningkatnya

kemampuan masyarakat dalam mengelola kegiatan pembangunan desa; (2) adanya

partisipasi dan swadaya masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan; (3)

Mulai meningkatnya proses keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan

pengelolaan keuangannya cukup kuat, hal ini untuk mempersiapkan pula bagi

masayrakat desa yang akan menghadapi otonomi desa.

Selain itu dalam implementasinya memiliki kelemahan-kelemahan

diantaranya: (1) bagi masayrakat dalam prosesnya cukup rumit sebab harus sesuai

dengan prosedur kerja yang bersifat khusus (Petunjuk Teknis Operasional/PTO

tersendiri) sehingga masyarakat menjadi tergantung kepada tim fasilitator dalam

pelaksanaannya. Kemudian dengan proses yang rumit ini juga menyebabkan kurang

mempertimbangkan penyatupaduan dengan prosedur perencanaan pembangunan yang

bersifat reguler; (2) walapun ada desa yang berhasil menjadi juara tingkat kabupaten

Page 14: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

ataupun provinsi, tetapi program yang berkarakter proyek bersifat sementara (ad hoc),

bahkan ada yang melakukan kegiatannya dalam bentuk pembangunan fisik saja

(100%) hal ini dikarenakan masih belum siapnya jika melakukan program dana

bergulir; (3) aspirasi masyarakat dan keputusan pemerintah cenderung belum menjadi

satu keputusan pembangunan yang harmonis dan saling mendukung dikarenakan

perecanaan pembangunan belum terpadu.

Sedangkan dampak PNPM Mandiri Perdesaan terhadap pelayanan pemerintah

desa adalah pemerintah desa sangat terbantu dalam pembagunan desanya. Hal ini

memberikan nunasa yang baik terhadap pelayanan desa. Maka dari itu dampak yang

ditimbulkan lebih kepada pembangunan fisik desa.

Hal ini senada dengan hasil wawancara terhadap beberapa informan baik dari

pelaksana program maupun kepada masyarakat sebagai sasaran program di wlayah

Kabupaten Cirebon, Kabuaten Subang dan Indramayu dikemukakan bahwa secara

umum program ini disebutkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

setiap tahapan pembangunan. Selain itu, program ini juga dapat meningkatkan

kegiatan usaha, memperluas kesempatan kerja, dan sumber pendapatan masyarakat,

menyediakan prasarana dan sarana bagi upaya pengembangan kegiatan ekonomi, serta

meningkatkan kemampuan kemitraan antara lembaga masyarakat maupun aparat di

desa dan kecamatan untuk memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat dalam

program pembangunan.

Dengan demikian agar mendapatkan pembangunan desa yang lebih baik harus

mengoptimalkan simpul yang mempertemukan Perencanaan Pembangunan Partisipatif

yang reguler dengan perencanaan partisipatif dalam PNPM Mandiri Perdesaan seperti

dalam Rencana Jangka Menengah Desa (RPJM‐Desa) dan penyusunan Rencana Kerja

Pembangunan Desa (RKPDesa).

SIMPULAN

Secara umum, PNPM-Perdesaan telah dilaksanakan dengan cukup baik, hal

ini dikarenakan PNPM-Perdesaan dianggap sangat bermanfaat oleh masyarakat di

ketiga desa penelitian, terutama dalam penyediaan infrastruktur di perdesaan. Hampir

semua proyek PNPM-Perdesaan berbentuk proyek infrastruktur. Hanya ada sedikit

Page 15: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

proyek yang berbentuk kegiatan seperti SPP (Simpan Pinjam Perempuan), dan atau

pelatihan keterampilan bagi masyarakat.

Namun kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di wilayah Pantura tersebut masih

belum secara keseluruhan sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin sebab lebih

didominasi oleh proyek infrastruktur.

Sedangkan dampak kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di wilayah Pantura

tersebut bagi pelayanan pemerintah desa lebih kepada pembangunan desa, sebab

pemerintahan desa tidak secara langsung mengintervensi kegiatan PNPM. Oleh krena

itu dengandampak yang muncul adalah kemudahan bagi masyarakat dalam menerima

pelayanan desa yang disebabkan oleh infrastruktur desa yang semakin baik, seperti

jalan yang dapat dilalui, memiliki gedung pelayanan dasar masyarakat seperti

posyandu, ataupun sarana prasarana kantor desa dan sarana prasarana sosial dan

umum.

SARAN

Berdasarkan hasil simpulan tersebut, maka hal yang dilakukan awal adalah

harus adanya model sinergisitas anatra PNPM Mandiri Perdesaan dengan pelayanan

pemerintahan desa. Sebab tidak menutup kemungkinan simpul sinergisitas tidak hanya

dalam perencanaan pembangunan tetapi juga dalam pemberian layanan dasar kepada

masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta. FE UI.

Conyers, Diana, 1992. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga Suatu Pengantar, Diterjemahkan oleh Susetiawan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Creswell, John W. 2002. Desain Penelitian, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif: Jakarta: KIK Press.

Garna. K. Judistira. 2000. Metode Penelitian Sosial.Penelitian Dalam Ilmu Pemerintahan ( Desain dan Rencana Penelitian ). Bandung : Primaco.

Hikmat. Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humaniora Utama Press (HUP).

Page 16: Karlina dampak pnpm-perdesaan_terhadap_pelayanan_pemerintahan_desa_di_wilayah_pantai_utara_jawa-163

Indarwanto. 2001. Teori Admnistrasi dan Birokrasi (perspektif Transendental). Taroda.