Karena Aku Bukan Seekor Merpati

11
KARENA AKU BUKAN SEEKOR MERPATI Begitu indah kurasakan tatkala kutatap lekat benda-benda bercahaya yang membentuk sebuah sketsa indah.Binarnya tidak hanya mampu menggores langit,namun juga menggores dasar hatiku,seakan menggoreskan alunan nada-nada indah di sanubari, mendendangkan melodi-melodi lembut yang terekam jelas di ingatan.Begitu damai yang kurasakan saat binarnya jelas menyusup ke mataku.Namun,ketika semuanya berjalan sangat lambat kurasakan,binarnya yang mampu menentramkan hatiku semakin redup,buyar,dan perlahan menghilang.Semua sisi menjadi gelap.Aku tak dapat membedakan antara langit dan bumi yang kupijak.Tidak ada seberkas ataupun setitik cahaya yang terlihat,seolah berdiri di ruang kosong,ruang kosong tanpa batas. Dimana aku?kenapa begitu gelap?tanyaku dalam hati diiringi rasa ketakutan yang mulai menggerogoti otakku.Tapi aku hanya bisa diam dan berdiri kaku,berharap ada seberkas cahaya yang menuntunku dalam gelap ini.Tiba-tiba semilir angin lembut menyapa kulitku,menyibak pelan poni yang menutupi bagian dahi.Aku bergidik ngeri di tengah kegelapan ini.Saat rasa ketakutan mulai berakar di otakku,kulihat sepercik cahaya dari kejauhan.

description

cerpen,

Transcript of Karena Aku Bukan Seekor Merpati

KARENA AKU BUKAN SEEKOR MERPATIBegitu indah kurasakan tatkala kutatap lekat benda-benda bercahaya yang membentuk sebuah sketsa indah.Binarnya tidak hanya mampu menggores langit,namun juga menggores dasar hatiku,seakan menggoreskan alunan nada-nada indah di sanubari, mendendangkan melodi-melodi lembut yang terekam jelas di ingatan.Begitu damai yang kurasakan saat binarnya jelas menyusup ke mataku.Namun,ketika semuanya berjalan sangat lambat kurasakan,binarnya yang mampu menentramkan hatiku semakin redup,buyar,dan perlahan menghilang.Semua sisi menjadi gelap.Aku tak dapat membedakan antara langit dan bumi yang kupijak.Tidak ada seberkas ataupun setitik cahaya yang terlihat,seolah berdiri di ruang kosong,ruang kosong tanpa batas.Dimana aku?kenapa begitu gelap?tanyaku dalam hati diiringi rasa ketakutan yang mulai menggerogoti otakku.Tapi aku hanya bisa diam dan berdiri kaku,berharap ada seberkas cahaya yang menuntunku dalam gelap ini.Tiba-tiba semilir angin lembut menyapa kulitku,menyibak pelan poni yang menutupi bagian dahi.Aku bergidik ngeri di tengah kegelapan ini.Saat rasa ketakutan mulai berakar di otakku,kulihat sepercik cahaya dari kejauhan.Siapa dia?Tanyaku sembari melihat sosok lelaki berbadan tegap berdiri tak jauh dariku.Ia menunduk,sehingga aku tak bisa melihat dengan jelas wajahnya.Kucoba menyipitkan mataku agar sosok samar-samar tersebut semakin terlihat jelas.Sontak bola mataku membesar saat kudapati ia mengangkat wajahnya dan menoleh ke arahku,aku mengenalnya,sangat mengenalnya.Matanya sendu,sesendu bola mata merpati yang tiba-tiba ada di genggaman tangan kanannya.Ia tak lagi memandangku,melainkan menatap lekat merpati yang perlahan ia lepaskan dari genggamannya dan membiarkannya lepas. Tampak beberapa bulu terjatuh seiring kepergian merpati itu.Aku semakin dibuat tak mengerti dengan apa yang ada di hadapanku sekarang.Semua seperti ilusi,namun terlihat begitu nyata dan terekam di ingatanku.Ketika pikiranku jauh menerawang mencari titik celah dari ketidakmengertianku, sebuah kepakan sayap burung membuyarkan pikiranku.Aku menoleh ke sumber suara dan kudapati seekor merpati bertengger di bahu sosok berbadan tegap tadi.Pikirku itu adalah merpati tadi yang mencoba kembali.Namun,saat kuperhatikan secara seksama bola mata merpati tersebut,kudapati sebuah tatapan sinis,bukan tatapan sendu seperti yang tadi kulihat.Ingin rasanya aku teriak dan mengetuk kepalaku beberapa kali dengan tangan,agar otakku berjalan dengan lancar menjawab semua keanehan ini.Ingin dengan segera aku berlari menjauh dari pandangan yang malah membuat otakku seakan tidak berfungsi. Namun kemana aku akan berlari?Semua begitu gelap dan tak ada satupun jalan keluar di kegelapan ini.Aku mengepalkan tangan dengan erat dan memejamkan mata sesaat,agar ketika kubuka mata kembali,sosok lelaki bersama dua ekor merpati tersebut menghilang. Dugaanku benar,saat kubuka mata perlahan,kudapati sosok lelaki tersebut menghilang dan berganti dengan sosok lelaki lain yang duduk bersandar di sebuah kursi.Sosok lelaki tersebut memandangku dengan tatapan layu.Ayah?teriakku dengan nafas terengah-engah seraya melabuhkan pandangan mengitari ruangan tempat aku berada sekarang,dan kudapati aku berada di dalam kamarku.Jelas tadi hanya mimpi.***Tumben mendadak kayag giniujarku pelan sembari mengkerutkan dahi.Eh,pagi-pagi udah bengong,hayo mikirin apa?celetuk sebuah suara mengagetkanku. Membuatku harus mengalihkan pandangan keasal suara.Mau tau ajatukasku genit.Ah Naya,main rahasia-rahasian sama aku.Wajah adel seketika berubah cemberut.Mungkin karena ia begitu penasaran.Gak ada apa-apa kok del,cuma tadi Vino sms,katanya entar malam mau ngajak ketemuan.Aku heran aja,ada apa ya kok mendadak kayag gini,terus pas aku tanya ada apa,dia cuma bilang lihat aja entar malamucapku panjang lebar menjelaskan kronologisnya kepada Adel yang sedari tadi menganggap ini adalah rahasia besar,sehingga ia mengeluarkan jurus jitunya agar aku segera menceritakan hal yang sempat membuat ia penasaran.Ada apa ya?ujar Adel pelan seraya mengernyitkan dahi dengan telunjuk digoyang-goyangkan di kepala.Gaya lo sok detektif del.Celotehku sambil mamainkan rambutnya.Alhasil rambutnya sedikit berantakan.Naya!teriaknya geram.Aku hanya tertawa membalas teriakannya.Eh Nay,mungkin aja dia mau ngasi surprise buat lo,besok kan lo ultah, jadi dia sengaja buat lo penasaran.Aku terdiam mendengar penuturan Adel,dan sedikit membenarkan tuturannya.***Aku duduk sembari ditemani 2 cappucino hangat yang kupesan 5 menit lalu.Sengaja aku memesan minuman hangat karena saat ini cuaca sedikit dingin.Meski aku tahu Vino lebih senang memesan minuman dingin setiap berkunjung ke cafe ini.Sesekali aku memandang ke arah pintu masuk berharap Vino segera hadir dan segera memberitahukan maksud hatinya malam ini.Lama aku termenung seraya tak berkedip memandang ke arah pintu masuk,hingga aku tak sadar Vino tepat berada di hadapanku.Heypanggilnya dengan menggerak-gerakkan tangan tepat di depan mataku.Aku gelagapan karena ia memergokiku tengah melamun.Entah apa ekspresiku saat itu.Tanpa basa-basi Vino menyodorkan sebuah bingkisan padaku.Aku sedikit terkejut melihat sebuah bingkisan putih yang ia sodorkan.Selamat ulang tahun Nayaucapnya diiringi sebuah senyum, senyum yang hambar menurutku.TapiIya aku tahu,ultah kamu besok kan?tapi apa salahnya aku memberinya malam ini. Siapa tahu besok kita gak ketemu.Kita kan gak tau Nay,apakah tuhan masih memberi kita waktu untuk ketemu.Sontak beribu pertanyaan terngiang di otakku.Kata-kata yang barusan kudengar seakan bukan keluar dari mulut seorang yang sudah kukenal semenjak 3 tahun terakhir ini. Serasa ada hembusan angin yang masuk ke hatiku dan membuatnya sedikit perih.Entah mengapa kata-kata yang ia keluarkan seolah membawa goresan luka di hatiku,meski aku sejatinya tidak mengerti tentang apa yang ia katakan.Naya,aku tahu ini terlalu mendadak.Namun,sebelum aku mengutarakan semuanya, aku ingin minta maaf ke kamu,dan aku tahu kamu wanita yang tegar,aku tahu itu karena aku begitu mengenalmu. Vino terdiam sesaat,sepertinya ia mencari kata-kata pas agar aku tidak tersinggung. Namun aku yakin,ini pertanda buruk.Nay,terkadang semua yang kita inginkan belum tentu berjalan sesuai yang kita rencanakan.Aku tahu,banyak rencana yang kita buat untuk masa depan kita.Tapi kita harus sadar Nay,manusia hanya mampu berencana dan Tuhan lah yang berkehendak.Aku sayang sama kamu Nay,aku pengen semua planning kita terwujud.Tapi Nay,aku sadar aku gak bisa mewujudkan semua itu dengan kamu, karena,Karena kamu ingin mewujudkannya dengan wanita lain?sambungku memotong pembicaraannya.Aku sudah bisa menebak ke arah mana pembicaraannya ini.Orang tuaku sudah memilih calon untukku Nay.Dan kamu tidak menolak?Vino hanya menggeleng membalas pertanyaanku.Kamu juga punya rasa dengan wanita itu?tanyaku dengan suara lirih.Aku menahan kuat-kuat tangisku yang sedari tadi ingin pecah. Sedikit Nay.Ia teman masa kecilku,dan keluarga kami sangat dekatujar Vino pelan.Aku mengalihkan pandangan ke arah jendela cafe.Tak sedikitpun terlihat kerlip bintang.Langit begitu suram,sesuram hatiku saat ini.Untuk beberapa menit keadaan menjadi hening. Aku berusaha memecah keheningan tersebut.Oh iya,tadi aku memesan cappucino kesukaanmu,minum ya entar keburu gak enak. Maaf aku pesan cappucino hangat,soalnya aku fikir cuaca sekarang lagi dingin,jadi enak minum yang hangat-hangat.Oh iya maaf ya Vin,aku duluan.Takutnya hujan lebat,ayah dan ibu pasti khawatir tukasku dengan tetap tersenyum,meski sejatinya hati ini menangis.***Lo salah Vin,aku tak setegar yang kamu bayangkan,aku juga bisa rapuh.Aku manusia biasa,sama sepertimuucapku lirih di antara isak tangis. Dering Hp yang sedari tadi memaksa untuk diangkat,tak ku perdulikan.Jangankan untuk mengangkat panggilan tersebut,menoleh ke Hp saja tidak.Aku tahu panggilan tersebut pasti dari Adel,karena sebelumnya aku mengirim pesan singkat kepadanya bahwa aku dan Vino sudah putus.Pikiranku tak berfokus kepada Hp ataupun hal-hal lain,aku hanya memejamkan mata dan fokus terhadap apa yang aku rasakan saat ini.Mataku mungkin terlalu perih untuk dibuka,hingga aku lebih memilih untuk terpejam dan barangkali dengan begitu aku bisa tertidur lelap serta melupakan kejadian memilukan malam ini.Namun bukan malah tertidur, yang ada pikiranku terlintas akan mimpi yang mengangguku tempo hari.Aku sadar,secara tidak langsung ini berhubungan dengan mimpi tersebut.Aku mengerti kenapa dalam mimpiku,aku melihat Vino berdiri dengan dua merpati,dan aku mengerti,salah satu dari kedua merpati tersebut adalah aku.Merpati dengan mata sendu yang secara perlahan Vino lepaskan dari genggaman tangannya,berganti dengan merpati baru yang lebih indah dan lebih menarik dariku.Merpati yang menjadi pilihan terakhir Vino saat ini.Tapi, ada yang tidak aku mengerti,mengapa selain Vino,aku melihat sosok Ayah dalam mimpi tersebut. Entahlah,aku terlalu lelah untuk berfikir.Rasa perih terlalu menguasai hatiku saat ini.***Apa?ucapku setengah berteriak.Aku baru bangun tidur saat itu,saat bibi membangunkanku dengan paksa dan memberikan kabar bahwa ayah telah meninggal dunia.Dengan sigap aku berlari dan mencari keberadaan ayah.Kudapati ibuku dan beberapa tetangga berkumpul melingkari jenazah ayah.Kupeluk dengan segera jasad ayah yang telah terbujur kaku.Ingin rasanya aku teriak sekencang-kencangnya melepaskan semua beban yang ada di hatiku,dan ingin rasanya aku menangis sejadi-jadinya agar perih ini hilang dengan sendirinya.Tapi rasanya semalam air mataku sudah kering,dan untuk saat ini aku harus menagis lagi?Ya Tuhan,aku tidak sanggup.Mata ini terlalu sakit untuk menangis lagi Tuhan.Mungkin seribu goresan pena tak dapat melambangkan rasa sedihku saat ini, terlalu dilema untuk diungkapkan.Tepat disaat hari bertambahnya usiaku,seharusnya aku melewatinya dengan bahagia bersama orang-orang terdekatku.Namun,kenyataan berbeda dengan harapan.Penopang hidupku telah pergi jauh dan tak akan pernah kembali lagi dan sosok yang kadang memberiku motivasi juga telah pergi.Meski aku tidak tahu apakah ia akan kembali atau mungkin tak kan pernah kembali.***...aku bukan seekor merpati bermata sendu yang pergi membawa luka seperti dalam mimpiku,itu hanya sebuah mimpi yang secara kebetulan terealisasi dalam kehidupanku. Walaupun secara tidak langsung merpati itu mengisahkan tentang diriku,tapi tetap saja aku adalah aku,bukan seorang wanita yang hidupnya tergantung dalam mimpi.Aku hidup di kehidupan nyata.Kehidupan nyata yang sempat menoreh perih di hatiku.Kehilangan dua sosok paling berarti,sosok yang menjadi penopang hidupku selama ini.Namun,tak ada gunanya aku terlarut dalam kesedihan.Toh,waktu akan terus berjalan dan tak kan menunggu aku sampai bangkit,kalau bukan aku sendiri yang mencoba untuk bangkit.Ku tarik nafas perlahan sembari menutup buku harian.Aku puas mencurahkan isi hati lewat goresan pena.Setidaknya ia menjadi teman bicara dan saksi bisu kehidupanku selama ini.Teman yang mendengarkan setiap puzzle-puzzle kehidupanku yang kadang harus kupecahkan dengan menguras air mata.Tapi,air mata bukanlah tanda bahwa aku wanita yang lemah. Ku goreskan sedikit senyum kecil.Hanya perlu sehari untukku tersudut dalam kesedihan dan ada benarnya juga yang dikatakan Vino,bahwa aku wanita yang tegar.Tegar dalam artian bukan mengabaikan kepergian seseorang.Tapi mencoba mengikhlaskan kepergian seseorang yang berarti dalam hidupku dan mengambil hikmah dari semuanya. Kuhirup udara segar di pagi ini,sembari memandang hamparan dedaunan hijau di taman mungilku.Meski bias matahari membuat mataku menyipit.Tapi aku bersyukur,karena setidaknya aku masih bisa menikmati hari ini.