kardiomegali jadi normal
Click here to load reader
-
Upload
teuku-ilza-nanta-satia -
Category
Documents
-
view
275 -
download
0
Transcript of kardiomegali jadi normal
Tugas Ujian Perbaikan Ilmu Penyakit Dalam
1. Jelaskan Sindrom Zollinger-Ellison!
2. Sebutkan indikasi tranfusi!
3. Apakah kardiomegali dapat kembali ke bentuk normal pada pasien dengan :
a. HHD
b. PJK
c. Anemia
SINDROM ZOLLINGER – ELLISON
Definisi
Sindrom Zollinger Ellison (SZE) disebabkan oleh sel-sel non beta, sekresi gastrin
pada tumor pancreas yang menstimulasi sel mensekresi asam di perut untuk kerja maksimal,
dengan konsekuensi ulserasi mukosa. SZE dapat terjadi secara sporadic atau sebagai bagian
dari sindrom familial autosomal dominan yang disebut multiple endokrin neoplasia tipe I
(MEN I). tumor primer biasanya terletak di daerah duodenum, pancreas, dan limfonodus
abdomen, akan tetapi lokasi ektopik lain juga dapat dijelaskan ( contoh, jantung, ovarium,
kandung empedu, hati, ginjal).
Patofisiologi
Gejala dari SZE ini lebih karena hipergastreinemia, dimana dapat menyebabkan
hipertofi dari mukosa lambung, mengakibatkan sejumlah peningkatan dari sel-sel parietal dan
peningkatan pengeluaran asam yang tinggi. Pada jumlah asam yang disekresi secara
berlebihan, mengakibatkan ulserasi mukosa gastrointestinal. Dan dapat menimbulkan diare
dan malabsorpsi. Malabsorpsi pada SZE biasanya multifactor, sering disebabkan oleh
kerusakan mucosa langsung oleh asam, inaktivasi enzim pancreas, dan pengendapan garam
empedu. SZE sporadic pada 75% pasien, sedangkan 25% lainnya dihubungkan dengan MEN
I, kondisi autosomal dominan dikarakterisasikan dengan hiperparatiroidisme, tumor endokrin
pancreas, dan tumor hipofisis.
Riwayat Sakit
Nyeri abdomen adalah keluhan yang tersering, sekitar 75% pada pasien. Secara
tipikal, lokasi di abdomen bawah dan menyerupai penyakit ulkus peptikum. Gejala ini
dilaporkan lebih sering pada pria dan pasien dengan bentuk sporadic dari SZE. 73% pasien
dengan SZE mengalami diare, dan merupakan keluhan tersering pada pasien yang memilik
MEN I/SZE pada wanita. Kombinasi diare dan nyeri perut muncul hampir setengah dari
pasien. Rasa terbakar merupakan gejala ketiga yang tersering dan menyerupai
gastroesophageal reflux disease (GERD). Gejala lain seperti mual, muntah, perdarahan
saluran cerna, dan penurunan berat badan. Perdarahan saluran cerna sering disebabkan oleh
ulserasi pada duodenum dan gejala muncul pada 25% kasus. Pada pasien yang memiliki
kemungkinan MEN I/SZE, yangmenunjukkan riwayat nefrolitiasis, hiperkalsemia dan
gangguan hipofisis harus dicari. Riwayat keluarga nefroliatiasis, hiperparatiroidisme, dan
gastrinoma mungkin dapat terjadi.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan keadaan normal. Pasien mungkin pucat yang
menunjukkan adanya perdarahan saluran cerna. Kuning dapat terjadi jika tumor menekan
pusat duktus biliaris, keluhan ini mungkin sangat jarang. Epigastric tenderness dapat muncul.
Erosi dental dapat dimasukkan jika gejala sesuai dengan GERD pada sebagian pasien.
Adanya pembesaran menunjukkan metastasis hepar.
Pemeriksaan Penunjang
a. Tes laboratorium :
b. Serum gastrin puasa
c. Tes sekresi asam lambung
d. Tes provokatif
e. Kenaikan kadar serum kalsium
Pencitraan
a. SRS lebih sensitive pada pencitraan untuk mendeteksi penyebab utama dan lesi
metastasis pada SZE dan kemudian menjadi pilihan untuk pencitraan pada SZE.
b. CT Scan dapat menunjukkan lokasi tumor dan berguna untuk evaluasi pada metastasis
penyakit. Bagaimanapun juga, tingkat sensitifitas pada lokalisasi tumor pencetus
hanya 50% dan sering kali tumor yang lebih kecil dari 1 cm tidak terlihat.
c. MRI dan abdominal ultrasound juga dapat dilakukan, namun tingkat sensitifitasnya
lebih rendah dibandingkan CT Scan maupun SRS.
d. Endoscopic ultrasound merupakan salah satu metode terbaru untuk menentukan lokasi
tumor-tumor gaster (gastrinomas). Sensitivitas lebih tinggi untuk gastrinoma pancreas
(40-75%) daripada duodenal gastrinoma (50%).
e. Esofagogastroduodenoskopi dapat dilakukan untuk melihat ulserasi duodenal dan
hipertrofi lipatan-lipatan gaster. Tingkat sensitivitas untuk hipertrofi lipatan-lipatan
gaster adalah 94%, lipatan gaster yang tebal sekalipun dapat terlihat.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang terbaik adalah control medis dari hipersekresi asam lambung dan
reseksi bedah tumor. Dan dapat digunakan terapi dengan proton pump inhibitor untuk
mengurangi gejala.
Komplikasi
1. Perforasi sekunder abdomen karena ulserasi (sering pada duodenum dan jejunum)
2. Striktur esofagus, dengan refluks
3. Obstruksi
4. Perdarahan saluran cerna
5. Gastric carcinoids (terutama pada pasien dengan MEN 1)
Prognosis
Prognosis pasien sangat baik jika tidak disertai dengan metastasis penyakit.
Sumber : Roy, Praveen K. Zollinger-Ellison Syndrome. Medscape from web MD E-Book.
INDIKASI TRANSFUSI DARAH
Indikasi transfusi darah pada anemia :
1. Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar haemoglobin (Hb)
<7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik
dan/atau penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih
rendah dapat diterima.
2. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7 – 10 g/dl apabila
ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium.
3. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥ 10 g/dl, kecuali bila ada ndikasi tertentu,
misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi
(contoh: penyakit paru obstruksi kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat).
Sumber : HTA Indonesia_2003_Transfusi Komponen Darah: Indikasi dan Skrining. Depkes
RI.
Indikasi transfusi darah :
1. Kehilangan darah yang akut, jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka
baik penggantian sel darah merah maupun volume dibutuhkan.
2. Transfusi darah prabedah jika kadar Hb 8.0 g/dl atau kurang.
3. Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun, seperti penderita penyakit
keganasan, artritis rheumatoid, atau proses radang menahun yang tidak berespon
terhadap hematinic perlu dilakukan.
4. Gagal ginjal, anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal diobati dengan tranfusi
sel darah merah dan komponen lain.
5. Penderita yang tergantung transfuse seperti pada thalassemia berat, anemia aplastic
dan anemia sideroblastik membutuhkan transfusi secara teratur.
6. Penyakit sel bulan sabit, beberapa penderita ini juga membutuhkan transfusi secara
teratur.
7. Indikasi lain untuk transfusi pengganti pada penyakit hemolitik neonates, malaria
berat karena plasmodium falciparum dan septikemia meningokokus.
Sumber : http://ababar.blogspot.com/2008/12/transfusi-darah.html
Apakah kardiomegali dapat kembali menjadi ukuran normal pada pasien :
a. Penyakit Jantung Hipertensi
b. Penyakit Jantung Koroner
c. Penyakit Jantung Anemia
a. Penyakit Jantung Hipertensi
Hipertensi kronik atau esensial terbentuk akibat interaksi kompleks antara pengaruh
genetic dan faktor gaya hidup dan diet; tidak ada penyebab definitive dan tidak ada
pengobatan, meskipun darah biasanya dapat dikontrol dengan terapi obat kombinasi dan diet
dan modifikasi gaya hidup. Tekanan darah bergantung pada keluaran dari jantung (curah
jantung), kondisi dari pembuluh darah (struktur vaskular) dan fungsi ginjal dalam meregulasi
keseimbangan cairan tubuh. Salah satu bagian dari ginjal fungsi ginjal yang normal adalah
mengeluarkan diet natrium (eksresi natrium di ginjal), dimana terjadi kesulitan ketika
kelebihan natrium tertelan. Asupan tinggi natrium, pada gilirannya, dapat mengakibatkan
retensi air, menyebabkan tekanan darah tinggi. Penyempitan pembuluh darah berkontribusi
pada tekanan darah dengan konstriksi aliran darah (meningkatkan resistensi vascular),
dimana dibutuhkan tekanan lebih besar untuk mengalirkan darah ke sistemik. Jika tekanan
darah tidak terkontrol karena seseorang tidak sadar kondisi atau tidak terpenuhi dengan terapi
obat yang ditentukan dan diet atau perubahan gaya hidup, tekanan darah tinggi akan berakibat
pada bentuk tampilan dari bagian jantung kiri, dan ventrikel akan menjadi membesar.
Meskipun pembesaran ventrikel yang diindikasikan oleh penyakit jantung hipertensi muncul,
khususnya akibat regulasi tekanan darah, dapat mencegah komplikasi jantung yang serius
pada masa yang akan datang. Kebanyakan dari individu berespon baik terhadap terapi
hipertensi dan dihubungkan dengan masalah jantung, dimana biasanya berhasil dalam
mengurangi ukuran pada ventrikel kiri.
Prognosis:
Terapi obat dan modifikasi gaya hidup dapat mengontrol tekanan darah dan mengurangi
resiko gagal jantung kongestif atau kardiomiopati dan biasanya akan mengembalikan
ventrikel kiri yang membesar.
Sumber : http://www.mdguidelines.com/hypertensive-heart-disease
b. Penyakit Jantung Koroner
Pada penyakit jantung koroner terdapat kerusakan otot jantung. Kerusakan otot
jantung terjadi karena adanya sumbatan pada arteri koroner sehingga terjadi gangguan aliran
darah dan suplai oksigen menjadi berkurang. Jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang
lama, otot jantung akan nekrosis. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pompa fungsi
jantung (disfungsi sistolik). Selain itu kurangnya aliran darah juga dapat menurunkan
kemampuan jantung untuk relaksasi sehingga terjadi gangguan pengisian jantung (disfungsi
diastolik).
Sumber : http://www.ml.scribd.com/doc/96830388/BAB-II-CHF
Kardiomegali, dikenal juga sebagai pembesaran jantung, memiliki gejala dari
beberapa penyait yang mendasarinya atau kondisi seperti stress atau penyakit arteri koroner.
Pembesaran jantung dapat kembali menjadi ukuran normal jika kondisi yang mendasarinya di
obati secara dini, tapi lama kelamaan dapat terjadi kerusakan permanen. Komplikasi berat,
sangat serius, dapat terjadi yang disebabkan oleh dampak kardiomegali pada jantung itu
sendiri dan seluruh tubuh.
Sumber : http://www.livestrong.com/article/176089-cardiomegaly-complications/
c. Penyakit Jantung anemia
Pada keadaan anemia dengan kadar haemoglobin < 7 g/dl mengakibatkan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh sel darah merah menurun. Suatu proses penghantaran oksigen ke
organ ataupun jaringan dipengaruhi oleh 3 faktor diantaranya faktor hemodinamik yaitu
cardiac output, dan distribusinya, kemampuan pengangkutan oksigen di darah yaitu
konsentrasi haemoglobin, dan oxygen extraction yaitu perbedaan saturasi oksigen antara
darah arteri dan vena.
Pada keadaan anemia terjadi perubahan nonhemodinamik dan hemodinamik sebagai
kompensasi dari penurunan konsentrasi haemoglobin. Mekanisme nonhemodinamik
diantaranya yaitu peningkatan produksi eritropoetin untuk merangsang eritropoesis dan
meningkatkan oxygen extraction. Ketika konsentrasi haemoglobin di bawah 10 g/dl, faktor
nonhemodinamik berperan dan terjadi peningkatan curah jantung serta aliran darah sebagai
kompensasi terhadap hipoksia jaringan.
Kompensasi mekanisme hemodinamik bersifat kompleks, antara lain terjadi
penurunan afterload akibat berkurangnya tahanan vaskular sistemik, peningkatan preload
akibat peningkatan venou return dan peningkatan fungsi ventrikel kiri yang berhubungan
dengan peningkatan aktivitas simpatetik dan faktor inotropic. Pada anemia kronik, terjadi
peningkatan kerja jantung menyebabkan pembesaran jantung dan hipertofi ventrikel kiri.
Manifestasi kardiovaskular pada pasien dengan anemia kronis yang berat tidak terlihat
jelas kecuali pada pasien mengalami gagal jantung kongestif. Pasien biasanya mengalami
pucat, bias terlihat kuning, denyut jantung saat istirahat cepat, precordial aktif dan dapat
terjadi murmur sistolik.
Pada tingkat jaringan, anemia menyebabkan hipoksia, vasodilatasi dan peningkatan
venous return. Dalam suatu penelitian, setiap penurunan konsentrasi heoglobin 1 g/dl
berhubungan dengan dilatasi ventrikel yang dipantau dengan ekokardiografi, perkembangan
menjadi gagal jantung, kejadian gagal jantung berulang dan kematian. Penelitian ini
menunjukkan bahwa anema yang terjadi dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kpembesaran ventrikel kiri maladaptive, dekompensasi jantung, gagal jantung serta kematian.
Pada tahun 1931, suatu penelitian pertama kali melaporkan sebuah kasus anemia berat
dengan bantuan rontgenogram mendapatkan bahwa terjadinya penurunan ukuran jantung
sejalan dengan perbaikan anemia. Penelitian lain pada tahun 1939 meneliti 47 pasien dengan
berbagai macam tipe dan derajat anemia. 38 kasus diteliti dengan x-ray, 20 kasus
menunjukkan pembesaran jantung. Pengamatan selanjutnya pada 20 pasien menunjukkan
pengurangan ukuran jantung sebanyak 18 pasien dengan sejalan perbaikan level
haemoglobin.
Sumber : www.repository.usu.ac.id/