KAPKAYO Prosiding - lppm.unisayogya.ac.id · PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Fani Mayasari, Mufdlilah ........
Transcript of KAPKAYO Prosiding - lppm.unisayogya.ac.id · PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Fani Mayasari, Mufdlilah ........
ProsidingProsiding
Kesiapan Tenaga KesehatanMenghadapi MEA
31 Oktober 2015
Kesiapan Tenaga KesehatanMenghadapi MEA
31 Oktober 2015
SEMINAR NASIONAL
Kerjasama
KAPKAYO dan LP3M STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
ISBN : 978-602-18471-2-1
KAPKAYO
ProsidingSEMINAR NASIONAL
Kesiapan Tenaga Kesehatan
menghadapi MEA
Tim Penyunting:Sarwinanti
Ismarwati
Yuli Isnaeni
Anjarwati
Widaryati
Lutfi Nurdian Asnindari
Siti Khotimah
Mamnu’ah
Menik Sri Daryati
Ery Khusnal
31 Oktober 2015
iv
DAFTAR ISI
Halaman judul ..................................................................... i Kata Pengantar .................................................................... iii Daftar isi ............................................................................ iv ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Catur Esty Pamungkas, Mufdlilah ............................................... 1 TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN Andi Kasrida Dahlan .............................................................. 9 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PREMATUR PADA IBU BERSALIN SPONTAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA Aulia Amini, Mufdlilah ............................................................ 20 SUNAT PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF BUDAYA DAN AGAMA Islamiyaturrohmah, Umu Hani .................................................. 34 PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN METODE PEER GROUP TERHADAP MINAT IBU MELAKUKAN PAP SMEAR Anita Dewi Widyastuti, Anjarwati .............................................. 45 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA PIJOT KECAMATAN KERUAK KABUPATEN LOMBOK TIMUR Ana Pujianti Harahap ............................................................. 54 HUBUNGAN GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PRE MENSTRUAL SYNDROME SISWI KELAS XI SMK NEGERI 1 BANTUL Elika Puspitasari ................................................................... 59 PENGARUH DISKUSI INTERAKTIF TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS PADA ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA SLEMAN TAHUN 2014 Anis Eka Pratiwi ................................................................... 69 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR TAHUN 2011 Nurfaizah Alza ..................................................................... 78
v
PERBEDAAN PENJEPITAN TALI PUSAT DINI DAN LAMBAT DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA BAYI BARU LAHIR DI RSKIA SADEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013 Evi Wahyuntari, Dewi Rokhanawati ............................................ 85 HUBUNGAN ANTARA PERAN BIDAN SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) Nur Hidayatul Ainiyah ............................................................ 96 STUDI KASUS SIKAP PASANGAN INFERTIL PRIMERDI DESA WONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 Agustin Endriyani .................................................................. 103 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Inge Anggi Anggarini .............................................................. 112 PENGALAMAN PASIEN SKIZOFRENIA DALAM MENJALANI PERAWATANDI RUMAH SAKIT JIWA: STUDI FENOMENOLOGI Mamnu’ah, Tenti Kurniawati .................................................... 122 PENGARUH PERINEAL CARE DENGAN AIR DAUN SIRIH MERAH TERHADAP KESEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH MUNTILAN TAHUN 2013 Nuli Nuryanti Zulala, Yuli Isnaeni ............................................... 137 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PARITAS DENGAN KUNJUNGAN NEONATAL TAHUN 2012 Tiara Pratiwi ....................................................................... 147 HUBUNGAN AKTIVITAS KELAS IBU HAMIL TERHADAP KESIAPAN IBU HAMIL DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS GEDONGTENGEN YOGYAKARTA 2014 Nila Qurmiasih, Umu Hani EN ................................................... 155 HUBUNGAN RIWAYAT PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM Nurul Mahmudah .................................................................. 163 FAKTOR PENGHAMBAT INTERNAL PENCAPAIAN INDEKS PRESTASI PADA MAHASISWA KEBIDANAN DIII Endang Koni Suryaningsih, Sjafiq, PA .......................................... 170 ANALISIS PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS KECAMATAN AMBALAWI KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT Nurul Hidayah, Ahmad Ahid Mudayana ........................................ 179
vi
MANFAAT MUSCLE PUMPING EKSTREMITAS INFERIOR TERHADAP OEDEMA KAKI PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KELURAHAN SIDAKAYA KABUPATEN CILACAP Enny Fitriahadi .................................................................... 196 PENGARUH PEMBERIAN BEDSIDE TEACHING (BST) TERHADAP NILAI DIRECT OBSERVATIONAL OF PROCEDURAL SKILLS (DOPS) PADA KETRAMPILAN PEMERIKSAAN HB SAHLI PADA MAHASISWA KEBIDANAN Yekti Satriyandari ................................................................. 204 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MOTIVATOR KELOMPOK PENDUKUNG IBU (KP-IBU) TERHADAP PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Fani Mayasari, Mufdlilah ......................................................... 220 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) PADA IBU HAMIL Charunia Anggraini, Dhesi Ari Astuti ........................................... 232 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL Septi Indah Permata Sari, Fitria Siswi Utami ................................. 240 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Fatmah Zakaria .................................................................... 250 STRATEGI COPING PADA PEREMPUAN YANG MENGALAMI KEKERASAN DOMESTIK DI DAERAH URBAN YOGYAKARTA Laily Nikmah, Elli Nur Hayati, Mohammad Hakimi ........................... 257 HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN Intan Mutiara Putri ................................................................ 265 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKSUALITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI Dwi Atma Vica Yanottama, Anita Rahmawati, Hesty Widyasih ............ 272 PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG HEPATITIS B DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL YOGYAKARTA 2015 Lia Dian Ayuningrum, Lutfi Nurdian Asnindari ................................ 286
vii
PENGARUH FAKTOR BUDAYA TERHADAP PEMILIHAN IUD PADA PASANGAN USIA SUBUR DI PUSKESMAS SEWON II KABUPATEN BANTUL Ellyda Rizki Wijhati ............................................................... 295 GAMBARAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA BALITA KEMBAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARENGAN KABUPATEN TUBAN TAHUN 2014 Erien Luthfia ....................................................................... 304
PENGALAMAN PASIEN SKIZOFRENIA DALAM MENJALANI PERAWATANDI RUMAH SAKIT JIWA: STUDI FENOMENOLOGI
Mamnu’ah, Tenti Kurniawati STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman dan kebutuhan pasien gangguan jiwa skizofrenia selama menjalani perawatan di rumah sakit jiwa Grhasia DIY.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif.Subyek penelitian ini adalah pasien gangguan jiwa yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa Grhasia dan bertempat tinggal di Galur Kulonprogo DIY. Teknik sampel yang digunakan adalah snowball sampling sejumlah 5 partisipan, dan akan berhenti apabila telah mencapai saturasi data. Instrumen yang digunakan adalah peneliti, alat rekam dan pedoman wawancara semi struktur. Analisis data yang digunakan adalah Collaizi. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengalaman pasien selama dirawat di rumah sakit diperoleh delapan tema yaitu perasaan negatif, respon positif, tanda dan gejala gangguan jiwa skizofrenia, pelayanan petugas kesehatan yang baik, pemenuhan kebutuhan pakaian dan kebutuhan makan yang sehat, mandiri dalam pengobatan, pengendalian diri dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kata kunci: pengalaman, pasien skizofrenia, perawatan, rumah sakit
PENDAHULUAN
Kesehatan menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 adalah
keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Shives (2005)
menjelaskan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan positif yang
ditandai dengan adanya rasa tanggung jawab, menunjukkan kesadaran diri,
mampu menunjukkan diri, bebas dari rasa cemas dan mampu mengatasi masalah
yang dihadapi sehari-hari. Sedangkan Mohr (2006), menjelaskan bahwa kesehatan
jiwa adalah keberhasilan seseorang menampilkan fungsi mental, melakukan
122
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
aktivitas produktif, menjalin hubungan, dan kemampuan beradaptasi dengan
perubahan serta mengatasi kesulitan. Dari berbagai definisi kesehatan jiwa dapat
disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah kemampuan seseorang dalam
menyelesaikan masalah, serasi dan selaras hidup bersama dengan orang lain.
Kesehatan jiwa digambarkan dalam sebuah rentang respon dari adaptif
sampai dengan maladaptif yang terdiri dari sehat jiwa, masalah psikososial dan
gangguan jiwa (Stuart & Laraia, 2005). Kesehatan jiwa sangat diperlukan dalam
menjalani kehidupan, apabila tidak bisa mencapai kesehatan jiwa maka akan
terjadi masalah psikososial bahkan mungkin terjadi gangguan jiwa. Masalah
psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat
psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa (atau
gangguan kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang
berdampak pada lingkungan sosial. Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran sosial (Keliat, 2010).
Angka gangguan jiwa di dunia cukup tinggi. Menurut World Health
Organization (2006 dalam Moedjiono, 2007), menggambarkan bahwa satu dari
empat orang berisiko menderita gangguan jiwa pada satu saat dalam
kehidupannya. Dilaporkan 2% dari seluruh penduduk di dunia menderita
gangguan jiwa dan hampir 1% menderita skizofrenia (Siswono, 2006). Menurut
The World Health Report (2001, dalam Hidayat 2007), prevalensi gangguan jiwa
dan perilaku adalah: 25% dari seluruh penduduk pada suatu waktu dalam
kehidupannya pernah mengalami gangguan jiwa, 40% didiagnosis secara tidak
tepat sehingga menghabiskan biaya besar dan mendapatkan terapi yang tidak
tepat dan 10 % populasi dewasa pada suatu ketika pernah mengalami gangguan
jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa perlu mendapat
penanganan yang serius.
Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI pada tahun
123
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
2013 angka gangguan jiwa berat di DIY melebihi angka nasional yaitu 2,7 permil.
Klien yang mengalami gangguan jiwa berat suatu ketika membutuhkan perawatan
di rumah sakit (Moerdjiono, 2010), padahal kapasitas rumah sakit jiwa Grhasia
sekitar 200 dan tidak memungkinkan untuk menampung semua klien yang
membutuhkan perawatan.
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat, yang diduga
penyebabnya multifaktor yaitu berbagai faktor yang secara bersama-sama
berkontribusi mencetuskan terjadinya gangguan ini. Angka prevalensi skizofrenia
sekitar 1% dari seluruh penduduk, 15% anak yang salah satu orangtuanya
penderita skizofrenia, dan 35% anak yang kedua orangtuanya menderita
skizofrenia (Videbeck, 2008). Satu diantara seribu orang menderita skizofrenia
(Darwis, 2007). Jika diasumsikan prevalensi di Indonesia 1 persen dan jumlah
penduduk 220 juta jiwa, setidaknya ada 2,2 juta penduduk Indonesia menderita
skizofrenia. Angka ini cukup tinggi sehingga menuntut pemikiran pemerintah,
masyarakat dan sektor swasta untuk mengatasinya (Moedjiono, 2010).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dan kronik yang menjadi
beban utama pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia sejak jaman pemerintahan
Hindia Belanda sampai sekarang. Menjadi beban karena ciri pokok skizofrenia
adalah keruntuhan fungsi peran dan pekerjaan, sehingga klien menjadi tidak
produktif dan harus ditanggung hidupnya selamanya oleh sanak keluarga,
masyarakat, atau pemerintah (Hidayat, 2005). Skizofrenia juga dianggap menjadi
beban karena mempunyai gejala yang mempengaruhi kemampuan kognitif klien,
padahal sebagian pekerjaan membutuhkan kemampuan kognitif, seperti mampu
membuat keputusan, menyelesaikan suatu masalah yang semua ini tidak dapat
dilakukan oleh individu dengan skizofrenia. Tingginya angka skizofrenia dan
dampaknya yang besar dibutuhkan suatu perawatan yang holistik dan terintegrasi
yang sesuai kebutuhan pasien, untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian
eksplorasi kebutuhan pasien selama menjalani perawatan kesehatan agar bisa
memenuhi kebutuhan pasien dan mengurangi risiko kekambuhan.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit jiwa Grhasia masih berfokus pada
aspek biologis, pemenuhan kebutuhan nutrisi dan obat. Pasien yang masuk ke
124
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
rumah sakit menggunakan seragam pasien gangguan jiwa, memakai pakaian
dalam yang dipakai bersamaan, handuk dan alat mandi bersama. Kondisi ini di
samping mempengaruhi penularan penyakit kulit juga mempengaruhi aspek
psikologis pasien gangguan jiwa. Bagaimana perasaan pasien dengan penggunaan
alat mandi, pakaian dalam, alat makan yang dipakai bersama. Kebijakan rumah
sakit dalam pemberian asuhan keperawatan belum berorientasi pada kebutuhan
pasien tetapi masih berorientasi pada kebutuhan rumah sakit yaitu untuk
memudahkan pihak rumah sakit kalau ada pasien yang lari dari rumah sakit bisa
dikenali, ditangkap dan dikembalikan ke rumah sakit. Bagi pasien yang
kondisinya sudah bagus tapi belum diijinkan pulang oleh rumah sakit mengatakan
kondisi ini sangat tidak diharapkan, begitupun keluarga sebetulnya merasa berat
memasukkan anggota keluarganya ke rumah sakit jiwa dengan kondisi pelayanan
seperti itu akan tetapi mereka terpaksa.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, penelitian kualitatif ini
diharapkan mampu menggali perasaan, respon dan kebutuhan pasien skizofrenia
dalam menjalani perawatan yang bisa mempengaruhi kebijakan perawatan pasien
sesuai kebutuhan pasien sehingga bisa memberikan kontribusi yang lebih besar
dibanding cara yang lain karena sesuai dengan kebijakan pemerintah pelayanan
berorientasi kepada pasien atau patiens center. Rumusan masalah dari penelitian
ini adalah “Bagaimana pengalaman pasien dalam menjalani perawatan di rumah
sakit jiwa Grhasia?” Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perasaan,
respon, penyebab, harapan terhadap pelayanan kesehatan dan makna menjalani
perawatan di rumah sakit jiwa. Target luaran yang ingin dicapai dari penelitian ini
menjadi karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah dan juga sebagai bahan
pengayaan untuk penyusunan buku ajar terutama untuk pelayanan keperawatan
jiwa di rumah sakit.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi
kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan fenomenologi.
Subyek penelitian adalah pasien skizofrenia yang menjalani perawatan di rumah
125
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
sakit jiwa Grhasia yang bertempat tinggal di Galur Kulonprogo Daerah Istimewa
Yogyakarta, teknik pengambilan sampel menggunakan snowballsampling. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak empat orang. Alat yang digunakan adalah
pedoman wawancara dan lembar catatan lapangan. Teknik pengambilan data
menggunakan wawancara mendalam. Analisis data menggunakan langkah dari
Collaizi (1978 dalam Holloway & Wheeler, 1996). Peneliti mempertimbangkan
prinsip-prinsip etika penelitian yaitu informed consent, autonomy, justice,
confidenciality dan anonymity.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Karakeristik Responden
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah empat orang. Usia partisipan
bervariasi, dengan usia termuda 22 tahun dan usia tertua 57 tahun. Partisipan
semuanya berjenis kelamin laki-laki.Tingkat pendidikan partisipan bervariasi
yaitu satu orang di SLB, dua orang di SMU dan satu orang di Akademi.Semua
partisipan beragama Islam.Pekerjaan partisipan bervariasi yaitu satu orang tidak
bekerja, satu orang mantan polisidan dua orang berwiraswasta. Lama merawat
paling pendek 3 tahun, paling lama 30 tahun. Status pernikahan satu orang cerai
hidup dan tiga orang belum menikah. Pengalaman dirawat di RS Grhasia satu
orang pernah dirawat 3 kali dan tiga orang lainnya baru sekali dirawat di RS
tersebut. Terakhir dirawat paling cepat empat bulan yang lalu dan terlama sepuluh
tahun yang lalu.
Analisis Tema
Berdasarkan hasil analisis data yang mengacu pada Collaizzi (1978 dalam
Polit & Beck, 2004), peneliti mengidentifikasi ada 8 tema sebagai hasil dari
penelitian ini. Tema-tema pada penelitian ini akan diuraikan berdasarkan tujuan
penelitian.
126
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
Gambaran perasaan partisipan selama dirawat di rumah sakit
Gambaran perasaan partisipan selama dirawat di rumah sakit terjawab
melalui tema perasaan negative.Pembahasan terkait tema tersebut sebagai berikut.
Tema 1 : Perasaan negatif
Tema perasaan negatif teridentifikasi dari sub tema kebosanan, dan
tertekan. Sub tema kebosanan tergambar dari kategori perasaan jenuh. Sub tema
tertekan tergambar dari kategori tidak bebas dan kurang hiburan. Kategori
perasaan jenuh tergambar dalam pernyataan partisipan sebagai berikut:
“….perasaan jenuh..yang dilihat itu itu saja..”(P2) “Rasanya jenuh….(P3)
Kategori tidak bebas tergambar dalam pernyataan partisipan sebagai berikut :
“….…agak kurang bebas..pinginnya bebas....”(P2) “..Seperti tersiksa, dikurung terus ….(P3) “…nggak boleh kemana mana…”(P1 dan P4)
Kategori kurang hiburan tergambar dalam pernyataan partisipan sebagai berikut :
“….……nggak ada hiburan...nggak bisa mendengarkan radio...”(P1) “…....nggak boleh main-main..….(P4)
Gambaran respon partisipan selama dirawat di rumah sakit
Gambaran respon partisipan selama dirawat di rumah sakit terjawab
melalui tema respon positif.Pembahasan terkait tema tersebut sebagai berikut.
Tema 2 : Respon positif
Tema respon positif teridentifikasi dari sub tema melakukan aktivitas
mandiri dan mengikuti program rumah sakit. Sub tema melakukan aktivitas
mandiri tergambar dari kategori jalan-jalan di lingkungan rumah sakit. Sub tema
mengikuti program rumah sakit tergambar dari kategori melakukan aktifitas
rehabilitasi dan olahraga. Kategori jalan-jalan di lingkungan rumah sakit
tergambar dalam pernyataan partisipan sebagai berikut :
“….…jalan jalan ke kamar lain….”(P1) “…..jalan-jalan di lingkungan RS ….(P2)
Kategori melakukan aktifitas rehabilitasi tergambar dalam pernyataan partisipan
sebagai berikut :
127
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
“….…..sering ke rehab…….”(P3 dan P4)
Kategori melakukan aktifitas olahraga tergambar dalam pernyataan partisipan
sebagai berikut :
“….…....ke tempat senam…seneng …….”(P4) “…… kadang bermain tenis meja…sepak bola…”(P2)
Persepsi partisipan tentang penyebab dirawat di rumah sakit
Persepsi partisipan tentang penyebab dirawat di rumah sakit terjawab
melalui tema tanda dan gejala gangguan jiwa skizofrenia.Pembahasan terkait tema
tersebut sebagai berikut.
Tema 3 : Tanda dan gejala gangguan jiwa skizofrenia
Tanda dan gejala gangguan jiwa skizofrenia teridentifikasi dari sub tema
halusinasi dengar, melakukan tindakan kekerasan, dan tanda-tanda kecemasan.
Sub tema halusinasi dengar tergambar dari kategori mendengar suara yang
menyuruh melakukan sesuatu. Sub tema melakukan tindakan kekerasan tergambar
dari kategori memukul orang lain, marah marah, dan mengamuk. Sub tema tanda-
tanda kecemasan tergambar dari kategori gelisah, kuatir, bingung, takut. Kategori
mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu tergambar dalam pernyataan
partisipan sebagai berikut :
“........kayak ada yang nyuruh…pukul orang tuamu… ” (P1) “….dengar-dengar…seperti ada yang nyuruh bentak bentak orang tua..”(P2) “…..suara ya dengar…..seperti ada yang ngece…..(P3) “…membakar baju..ada yang nyuruh…” (P4)
Kategori memukul orang lain tergambar dalam pernyataan partisipan sebagai
berikut :
“….memukul orang tua..”(P1) “…sering memukuli temennya…(P4)
Kategori marah marah tergambar dalam pernyataan partisipan sebagai berikut :
“…..sering marah, marah, bentak bentak orang tua..”(P2)
Kategori mengamuk tergambar dalam pernyataan partisipan sebagai berikut :
“…..ngamuk…”(P3 dan P4)
128
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
Kategori gelisah, kuatir, bingung, takut tergambar dalam pernyataan partisipan
sebagai berikut :
“…..punya rasa was- was, kuatir, resah, gelisah..jalan jalan sendiri …”(P2) “….naik motor ditangkap polisi ..bingung..ke blandang…”(P4) “…ada perasaan takut…takut sama orang lain, kayaknya tetangga mau membunuh…”(P1)
Persepsi partisipan tentang harapannya terhadap rumah sakit dalam membantu masalah partisipan
Persepsi partisipan tentang harapannya terhadap rumah sakit dalam
membantu masalah partisipan terjawab melalui tema pelayanan petugas kesehatan
yang baik dan pemenuhan kebutuhan dasar pakaian dan makanan yang
sehat.Pembahasan terkait tema tersebut sebagai berikut.
Tema 4 : Pelayanan petugas kesehatan yang baik
Pelayanan petugas kesehatan yang baik teridentifikasi dari sub tema
perilaku petugas caring. Sub tema perilaku petugas caring tergambar dari kategori
tidak memerintah, diberi kebebasan dan refresing, serta petugas lebih lunak dan
ramah. Kategori tidak memerintah tergambar dalam pernyataan partisipan
sebagai berikut :
“..nggak usah disuruh kerja, ngak usah dibangunkan..”(P1) “..saya pernah disuruh apa nggak mau..dikeplak..”(P2)
Kategori diberi kebebasan dan refresing tergambar dalam pernyataan partisipan
sebagai berikut :
“..…seneng nggak disel, ikut senam dan sering jalan jalan..”(P4) “..boleh ke pasar pakem, boleh kemana-mana...”(P1) “……boleh ke pasar pakem, boleh kemana-mana…(P2) “……diberi refresing…kemana jalan jalan..kaliurang kan dekat .…(P2)
Kategori petugas lebih lunak dan ramah tergambar dalam pernyataan partisipan
sebagai berikut :
“…..jangan terlalu ketat, diperlunak..diperhatikan pelayanan lebih bagus…” (P2) “…….seneng di Nirmala…rasa enak ...lebih ramah….” (P3) “…petugasnya ada yang galak….”(P4)
129
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
Tema 5: Pemenuhan kebutuhan dasar pakaian dan makanan yang sehat
Pemenuhan kebutuhan dasar pakaian dan makanan yang sehat
teridentifikasi dari sub tema pakaian yang bersih dan makanan yang enak serta
variasi. Sub tema Pakaian yang bersih dan makanan yang enak serta variasi
tergambar dari kategori kebersihan pakaian diperhatikan dan menu makanan
diperhatikan rasa serta variasinya. Kategori kebersihan pakaian diperhatikan
tergambar dalam pernyataan partisipan sebagai berikut :
“....masalah baju kurang bersih…sering gatal gatal..”(P2) “..diPuri Nirmala ganti ganti baju, nggak ada seragam seperti di Grhasia, lebih enak pakai bajunya sendiri..”(P3)
Kategori menu makanan diperhatikan rasa serta variasinya tergambar dalam
pernyataan partisipan sebagai berikut :
“....masalah makanan kurang bagus…nek bedug enak, pagi..sore kurang cocok..”(P2) “….di Puri Nirmala makanannya seger seger …rasanya enak…..”(P3)
Persepsi partisipan tentang makna/ hikmah dirawat dirumah sakit
Persepsi partisipan tentang makna/ hikmah dirawat dirumah sakit terjawab
melalui tema mandiri, pengendalian diri, dan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.Pembahasan terkait tema tersebut sebagai berikut.
Tema 6 : Mandiri dalam pengobatan
Tema mandiri teridentifikasi dari sub tema mengenal kebutuhan diri
sendiri. Sub tema mengenal kebutuhan diri sendiri tergambar dari kategori
kesadaran untuk melakukan kontrol rutin. Kategori mendidik anak tergambar
dalam pernyataan partisipan sebagai berikut :
“........kontrol di puskesmas terdekat, kalau mau habis obat, saya kontrol…” (P3) “......sering berobat di Wates, Grhasia jauh. Sering menyadari..obat habis…bu obate entek.…” (P4)
Tema 7 : Pengendalian diri
Tema pengendalian diri teridentifikasi dari sub tema manajemen emosi.
Sub tema manajemen emosi tergambar dari kategori dapat mengendalikan emosi
130
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
diri sendiri. Kategori dapat mengendalikan emosi diri sendiri tergambar dalam
pernyataan partisipan sebagai berikut :
“........kalau nggak disuka orang, (berdoa), doanya orang dianiayakan terkabul.. ” (P1) “..........malah bisa tahu kekurangannya, …..bisa nyetir awake dewe…. ” (P2) “..........sering ada yang mengejek anak kecil, anak besar, ya nggak ngamuk lagi …. ” (P3)
Tema 8: Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
Tema pemenuhan kebutuhan dasar manusia teridentifikasi dari sub tema
pemenuhan kebutuhan fisiologis dan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri. Sub
tema pemenuhan kebutuhan fisiologis tergambar dari kategori pemenuhan
kebutuhan mandi dan makan. Sub tema pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri
tergambar dari kategori melakukan kegiatan ibadah: sholat dan ngaji, berperan
serta dalam kegiatan di masyarakat, sosialisasi dengan lingkungan, bisa
bekerja/berkarya, dan lebih mandiri. Kategori pemenuhan kebutuhan mandi dan
makan tergambar dalam pernyataan partisipan sebagai berikut :
“........mandi sehari 2 kali, sendiri, dan gosok gigi… ” (P1) “........makan 2 kali sehari.. ” (P3)
Kategori melakukan kegiatan ibadah: sholat dan ngaji tergambar pada pernyataan
partisipan sebagai berikut :
“.......bisa sholat rutin, sholat sunah banyak sekali, baca Al Quran … ” (P1) “........saya ikut ngaji di pondok malam senin, malam jumat ngaji sama remaja.. ” (P4)
Kategori berperan serta dalam kegiatan di masyarakat tergambar pada pernyataan
partisipan sebagai berikut :
“........di masyarakat digunakan..ngajar TPA 3 kali seminggu … ” (P2) “........…membangun pondok dengan remaja.... ” (P4)
Kategori sosialisasi dengan lingkungan tergambar pada pernyataan partisipan
sebagai berikut :
“........saya bisa bekerja di Malaysia,… ” (P2) “..........ngarit untuk sapi….. ” (P4) “…..kalau ada perasaan enak..bantu bantu bapak…”(P1)
131
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
Kategori lebih mandiri tergambar pada pernyataan partisipan sebagai berikut :
“........jadi berani, rasa takutnya berkurang….ke Grhasia sendiri … ” (P1) “.......kontrol di puskesmas terdekat.. ” (P3) “…….merasa enak, lebih nyaman bisa nyetir awake dewe…(P2)
Perasaan partisipan selama dirawat di rumah sakit
Perasaaan partisipan selama dirawat di rumah sakit adalah perasaan
negatif. Diperlihatkan dari ungkapan-ungkapan pasien yang mengatakan bahwa
adanya perasaan jenuh, tidak bebas, tidak bisa kemana-mana. Hal ini berbeda
ketika berada di rumah, bisa keluar masuk rumah sesuai kebutuhan. Pasien merasa
seperti di penjara. Hasil penelitian Shattel, Allister, Hogan dan Thomas (2006)
bahwa kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit menginginkan adanya
interaksi pasien dan petugas, pasien ingin didengarkan oleh petugas kesehatan
sehingga petugas kesehatan harus mempunyai kemampuan mendengar yang baik.
Petugas yang mendengarkan keluhan pasien akan mampu memberikan pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan pasien sehingga kondisi pasien akan cepat pulih.
Respon partisipan selama dirawat di rumah sakit
Partisipan memberikan respon perilaku yang positif selama di rumah
sakit terutama bagi partisipan yang sudah diijinkan pulang.Partisipan merasakan
ketidaknyamanan di rumah sakit tetapi pasien berusaha berperilaku positif agar
diijnkan pulang.Banyak kegiatan yang dilakukan partisipan selama menunggu
keluarga menjemput seperti olahraga, mengikuti kegiatan rehabilitasi, senam,
menyanyi dan lain-lain. Menurut Keliat (2010) pencegahan tersier diperlukan
untuk mencegah kekambuhan pasien melalui kegiatan rehabilitasi, terapi aktifitas
kelompok (TAK) dan menyiapkan perawatan di komunitas.
Penyebab partisipan dirawat di rumah sakit
Penyebab partisipan dirawat di rumah sakit karena tanda dan gejala
gangguan jiwa skizofrenia yang dialami seperti mendengar suara-suara yang
menyuruh untuk melakukan kekerasan, mengejek, adanya perasaan bingung
kuatir, merasa akan dibunuh oleh tetangga. Hal ini sesuai dengan teori Stuart
132
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
(2009; Stuart & Laraia, 2005) yang mengatakan bahwa tanda gejala skizofrenia
adalah adanya halusinasi yang dialami pasien. Halusinasi yang paling banyak
adalah halusinasi dengar. Isi halusinasi ini akan mempengaruhi pasien melakukan
tindakan membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Penyebab pasien dirawat di rumah sakit jiwa dikarenakan pasien
berperilaku membahayakan baik terhadap dirinya maupun orang lain. Sesuai
dengan hasil penelitian Mamnu’ah (2010) bahwa Keluarga yang merawat anggota
keluarga yang mengalami halusinasi mengalami stres apabila melihat perilaku
klien yang membahayakan dirinya maupun orang lain di sekitarnya. Pada
penelitian ini juga teridentifikasi bahwa alasan pasien masuk rumah sakit
dikarenakan perilaku pasien yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Cohen, Sansoni dan Vellone (2002; Chao &
Chiang, 2005), adanya perubahan perilaku pada klien membuat keluarga stres
karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Didukung juga hasil penelitian
Seloilwe (2006) yang mengatakan bahwa perilaku klien tidak bisa diprediksi, tiba-
tiba kambuh sehingga membuat keluarga khawatir. Persamaannya adalah sama-
sama adanya perubahan perilaku klien membuat keluarga stres.
Menurut Torrey (1988 dalam Arif, 2006) masalah yang akan muncul pada
keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan halusinasi adalah: tidak
hanya perilakunya yang agresif tetapi juga ketidakmampuan merawat diri,
ketidakmampuan mengelola uang, kebiasaan-kebiasaan pribadi yang tidak lazim,
ancaman bunuh diri, dan ketakutan dan keselamatan anggota keluarga lain. Hal
yang sama pada penelitian ini adalah adanya perilaku agresif yang membuat takut
anggota keluarga yaitu perilaku yang membahayakan dirinya.
Harapan partisipan terhadap pelayanan di rumah sakit
Ada dua harapan partisipan terhadap pelayanan di rumah sakit yaitu
pelayanan petugas kesehatan yang baik dan pemenuhan kebutuhan pakaian dan
kebutuhan makanan yang sehat. Pelayanan petugas kesehatan yang baik sangat
diharapkan oleh partisipan karena partisipan mengalami pemukulan yang
dilakukan petugas kesehatan di rumah sakit misalnya kalau tidak mau makan atau
133
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
mandi dibentak bahkan dipukul oleh petugas. Partsipan menginginkan sikap
caring dari petugas, ini sesuai dengan teori Potter & Perry (2005) bahwa sikap
caring harus dimiliki dan diterapkan oleh tenaga kesehatan terutama perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Pasien juga menginginkan kebutuhan personal higienenya terpenuhi
seperti penggunaan sabun, samphoo, sikat gigi, odol bisa diberikan per pasien
tidak dipakai bersama-sama karena ada partisipan yang mengalami gatal-gatal
selama dirawat di rumah sakit. Dalam hal pemakaian baju, partisipan lebih suka
kalau memakai baju sendiri bukan seragam rumah sakit. Begitupun kebutuhan
makan, menginginkan ada variasi makanan. Sesuai dengan NANDA (2013)
bahwa kebutuhan perawatan diri pasien sebaiknya dipenuhi meliputi mandi,
berdandan, makan dan toileting.Harapannya pasien bisa seperti di rumah dalam
memenuhi kebutuhan personal higiennya. Bisa mengelola kebutuhan personal
higiennya sendiri sehingga ketika kembali ke rumah bisa melakukan sendiri
tandap dibantu oleh keluarga maupun orang-orang di sekitarnya.
Makna/ hikmah dirawat di rumah sakit
Selama dirawat di rumah sakit pasien merasakan hikmah atau makna
yaitu menjadi lebih baik yaitu mandiri dalam pengobatan, pengendalian diri dan
pemenuhan kebutuhan dasar masusia.Hal ini sesuai dengan teori Stuart and Laraia
(2005) bahwa pasien yang mengalami kekambuhan akandilakukan perawatan di
rumah sakit. Selama di rumah sakit pasien diberikan psikofarmaka juga dilakukan
terapi individu, terapi aktifitas kelompok dan terapi keluarga. Pasien diajarkan
bagaimana berkenalan dengan temannya, cara bersosialisasi, cara memenuhi
kebutuhan personal hygiene. Selama di rumah sakit pasien juga diberikan
rehabilitasi berupa pelatihan-pelatihan kerja.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengalaman pasien selama dirawat di rumah sakit diperoleh delapan tema
yaitu perasaan negatif, respon positif, tanda dan gejala gangguan jiwa skizofrenia,
134
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
pelayanan petugas kesehatan yang baik, pemenuhan kebutuhan pakaian dan
kebutuhan makan yang sehat, mandiri dalam pengobatan, pengendalian diri dan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Saran
Diharapkan bagi direktur rumah sakit jiwa membuat kebijakan agar pasien
dipenuhi kebutuhan personal hygienenya secara perseorangan dan bagi perawat
diharapkan memberikan asuhan keperawatannya tidak menggunakan
kekerasan.Diharapkan pasien dapat menerapkan asuhan yang diberikan selama di
rumah sakit dan mempraktekkan ketika pasien kembali ke rumah.Diharapkan
peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang pengalaman rehabilitasi pasien
di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Arif, I. S. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. PT Refina Aditama. Cetakan Pertama. Bandung
Chao, M.L. & Chiang, C.V.C.(2005). Experiences and Perceptions of parents caring for children with a serious chronic illness in Taipei.Thai Journal of Nursing Research.July-September. Volume 9(3), 193-206.
Cohen, M.Z., Sansoni, J., & Vellone, E. (2002). The Experience of Italians Caring for Family Members with Alzheimer’s Disease, Journal of Nursing Scholarship, Volume 34, Number 4, 323-331
Darwis, Y. (2007). 50 Persen Orang Gila Terlantar di RSJ. http://www.banjarmasin post.co.id/content/view/4131/297/, diperoleh tanggal 31 Januari 2008
Hidayat, T. (2005). Masyarakat dilarang sakit jiwa. http://www.Masyarakat%20 Dilarang%20Sakit%20Jiwa_psikofarmaka%20jiwa.htm., diperoleh tanggal 17 Januari 2007
Holloway, I., & Wheeler, S. (1996). Qualitative research for nurses.USA: Blackwell science Ltd.
Keliat, B.A. & Akemat.(2010). Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mamnuah, (2010). Stres dan Strategi Koping Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami Halusinasi, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 6 No. 2, Desember 2010
135
Prosiding Seminar Nasional “Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA”
31 Oktober 2015
Mohr, W. K. (2006). Psychiatric mental helath nursing. (6th ed.). Philadhelpia: Lippincott Williams Wilkins.
Moedjiono, Atika Walujani (2007). Pelayanan sensitive budaya.¶ 1. http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/kolom/artikel.php?aid=22206, diakses tanggal 28 April 2009)
NANDA. (2013). Nursing Diagnoses: Definitions & Clacification 2013-2014. Philadelphia USA: NANDA International
Shives, L.R. (2005). Basic concept of psychiatric-mental health nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Seloilwe, E.S. (2006). Experineces and demands of families with mentally ill people at home in Botswana, Journal of Nursing Scholarship, 38(3),262-268
Stuart, G. W. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing. (9th edition). Canada: Mosby Elsevier.
Stuart,G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. (7th edition). St Louis: Mosby
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta.
136