KAMIS, 14 APRIL 2011 Pengawasan Korupsi di Tangan UKP4 fileMAHKAMAH Konstitusi (MK) memutuskan agar...

1
MAHKAMAH Konstitusi (MK) memutuskan agar pemilihan kepala daerah (pemilu kada) di Kabupaten Tebo, Jambi, yang telah dilaksanakan pada 10 Maret 2011, diulang. Pasalnya, MK menemukan adanya kecurangan pasangan terpilih Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi dalam memenangi pemilu kada. Demikian putusan majelis hakim MK, dalam sidang yang digelar di Jakarta, kemarin. “Agar melaporkan kepada MK, hasil pemungutan suara ulang itu selambat-lambatnya 90 hari setelah putusan ini,” kata Ketua MK Mahfud MD, saat membacakan putusan. Untuk menjamin pemungut- an suara berlangsung adil, MK memerintahkan KPU pusat dan provinsi, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Panitia Pengawas Pemi- lihan Pemilu, mengawasi pe- mungutan suara ulang itu. Menurut Mahfud, salah satu fakta yang menjadi pertim- bangan MK ialah pertemuan dalam acara konsolidasi Partai Demokrat untuk pemenangan pasangan Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi, pada 7 Februari 2011. Pertemuan itu dihadiri oleh camat, kepala desa, dan tokoh masyarakat, sehingga melang- gar prinsip netralitas pegawai negeri sipil (PNS). Kuasa hukum KPU Tebo, Indra Lesmana, mengatakan pihaknya akan segera menin- daklanjuti putusan MK itu. Pemilu kada Tebo diikuti oleh tiga pasangan calon, yakni Sukandar-Hamdi, Ridham Priskap-Eko Putra, dan Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi. Jum- lah pemilih mencapai 207.958 orang yang tersebar di 668 TPS pada 12 kecamatan. Namun, karena dinilai berpihak, dua pasangan yang tersisih pun mengajukan gugatan ke MK dengan KPU Tebo sebagai pihak tergugat. Berbekal putusan MK, Heru Widodo, kuasa hukum Sukan- dar-Hamdi, berharap demokrasi ke depan bisa lebih sehat. “Aparat penyelenggara negara tingkat kabupaten dan provinsi untuk menahan diri tidak ikut terlibat aktif dengan para pasangan calon,” cetusnya. Bolaang Mongondow Di persidangan terpisah, dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, menyatakan keberatan atas hasil rekapitulasi perhi- tungan suara dalam pemilu kada yang dilaksanakan 22 Maret 2011. Dalam sidang panel yang dipimpin hakim konstitusi Ach- mad Sodiki, di Jakarta, Selasa (12/4), kuasa hukum pasangan Aditya Anugrah Moha-Norma Makalalag, Utomo A Karim, menyatakan ada konspirasi yang dilakukan KPUD dengan pasangan pemenang Salihi Mokodongan-Yanni Tuuk. Konspirasi tersebut, terlihat karena disahkannya Salihi menjadi calon walaupun tidak memenuhi syarat pencalonan, yaitu harus lulusan SMA atau sederajat. Selain itu, KPU Bolaang Mongondow pun dianggap menggugurkan bakal pasang- an calon Suharjo DM-Hasna Mokodompit. Protes yang di- ajukan secara lisan dan tertulis tidak digubris oleh KPUD dan akhirnya dilaporkan ke Pan- was, KPUD, dan KPU Pusat, tetapi tetap tidak ada tindak lanjut. (*/P-4) BADAN Kehormatan (BK) DPR diingatkan untuk mengusut keterlibatan sejumlah anggota Komisi III sebagai beking pe- nyelundupan dua kontainer BlackBerry dan minuman ber- alkohol. “BK DPR harus membukti- kan diri sebagai lembaga yang kredibel, apalagi sudah ada laporan dari masyarakat me- ngenai dugaan anggotanya ter- libat penyelundupan. BK DPR harus melakukan pemeriksaan, tidak bisa diam saja atau pura- pura tidak tahu,” ujar peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) Wahyudi Djafar di Jakarta, kemarin. Pada 24 Maret, Indonesia Corruption Watch (ICW) me- laporkan Wakil Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin ke BK DPR karena diduga mem- bekingi penyelundupan dua peti kemas berisi BlackBerry dan minuman beralkohol. Peneliti Divisi Korupsi Politik ICW Abdullah Dahlan meng- ungkapkan, laporan itu ber- awal saat rombongan komisi hukum yang dipimpin Aziz pada 10 Januari 2011 berkun- jung ke Kantor Imigrasi Ban- dara Soekarno-Hatta terkait ka- sus paspor maa pajak Gayus Tambunan. Pada saat kembali ke Senayan, tiba-tiba rombong- an itu berbelok arah menuju Tanjung Priok. Pembelokan itu, menurut Dahlan, diduga karena me- minta kepada Komite Peng- awasan Perpajakan Priok untuk melepaskan dua peti kemas barang milik PT AUK. Wahyudi menambahkan, selain Aziz, kasus itu diduga melibatkan anggota Komisi III DPR lain berinisial HH yang diduga beberapa kali melaku- kan pertemuan di Singapura dengan Dirut PT AUK, HM. Anggota Komisi III DPR Her- man Hery yang diduga sebagai orang berinisial HH, memban- tah dengan tegas tudingan itu. Anggota F-PDIP tersebut me- ngatakan, semua tuduhan itu bohong. Dirinya juga mengaku sama sekali tidak mengenal Harry Mulya atau HM. Bahkan Herman menuding informasi tersebut sengaja di- hembuskan pihak-pihak yang ingin memojokkan dirinya. “Jangan percaya informasi se- perti itu, kalau berani pertemu- kan saya dengan orang yang memberi informasi tersebut,” ujar Herman Hery. Terhadap sangkaan yang dialamatkan kepada sesama koleganya, anggota Komisi III DPR Ruhut Sitompul mengaku sangat prihatin dan sedih. “Saya sangat sedih jika itu benar dilakukan oleh teman- teman Komisi III. Ini harus diusut tuntas,” ujarnya. Pada 11 April, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mende- ngarkan tuntutan jaksa ter- hadap Jonny Abbas. Jonny menjadi terdakwa dituntut dua tahun penjara dalam du- gaan kasus penipuan terkait reekspor 30 kontainer yang dilaporkan oleh Harry Mulya sebagai tekstil. (Ant/P-1) AKHMAD MUSTAIN U NIT Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) bakal mendapat tugas baru, yakni mengawasi pelak- sanaan instruksi presiden (in- pres) tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi yang kini tengah digodok. “Wakil Presiden (Wapres) Boediono meminta penyusunan indikator yang bisa dimonitor secara jelas pada setiap kuartal. Pemantauannya sendiri akan berlangsung secara mikro oleh UKP4,” kata juru bicara Wapres Boediono, Yopie Hidayat di Kan- tor Wapres di Jakarta, kemarin. Hal itu merupakan salah satu hasil pembahasan nalisasi draf inpres tentang rencana aksi untuk pencegahan dan pembe- rantasan korupsi yang dipimpin oleh Wapres Boediono. Ia menambahkan, draf in- pres itu memuat 45 langkah pemberantasan korupsi yang menekankan pada bidang pencegahan. Dari 45 langkah itu, lanjut dia, 31 langkah ialah bidang pencegahan, 5 langkah bidang penindakan, 4 lang- kah bidang legislasi, 3 bidang pengembalian aset, 1 bidang kerja sama internasional, dan 1 bidang pelaporan. Yopie menjelaskan, rencana aksi itu, antara lain, bertujuan untuk meningkatkan transpa- ransi penanganan perkara di ber- bagai lembaga penegak hukum, termasuk peradilan pajak. “Beberapa butir rencana juga menargetkan perbaikan proses rekrutmen dan penunjukan pejabat tinggi di bidang pene- gakan hukum, termasuk pe- laporan harta kekayaan penye- lenggara negara,” jelas dia. Rancangan inpres dan ren- cana aksi itu disusun oleh Badan Perencanaan Pemba- ngunan Nasional (Bappenas) di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Rencana aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi ini semakin penting karena peme- rintah RI telah meratikasi The United Convention Against Corruption (UNCAC) melalui UU Nomor 7 Tahun 2006. Pemerintah, lanjut Yopie, juga akan memakai indeks persepsi korupsi atau Corruption Per- ception Index (CPI) sebagai tolok ukur keberhasilan pem- berantasan korupsi. CPI adalah indeks yang mendapat peng- akuan secara internasional. Targetnya, tambah Yopie, CPI Indonesia naik dari 2,8 pada 2010 menjadi 3 pada 2011. Pada 2014, pemerintah menginginkan CPI Indonesia berada pada posisi 4,8. Tidak fokus Wakil Koordinator ICW Emer- son Yuntho berharap inpres itu tidak sekadar menjadi rencana aksi. Apalagi, lanjut dia, meng- acu draf revisi UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), selain menjadikan korupsi tidak lagi kejahatan luar biasa, juga menyimpan agenda pengerdilan KPK. Selain itu, Emerson meng- kritisi penunjukan UKP4 seba- gai lembaga monitoring pelak- sanaan inpres itu. “Apa tidak kebanyakan tugas? Ketua UKP4 juga merangkap Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Maa Hukum. Hasil kerja UKP4 dalam evaluasi kabinet saja tidak ketahuan dampaknya.” Belum lagi, lanjut dia, hal itu justru semakin menunjukkan Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono tidak memimpin lang- sung pemberantasan korupsi. “Presiden justru menyerahkan ke bawahannya,” kata dia. Ia memperkirakan terjadi timpang tindih pelaksanaan inpres itu dengan tugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “Takutnya mereka justru bersi- nergi untuk saling meniadakan kasus korupsi atau menjadi alat pemerintah dalam memberan- tas musuh politik saja.” (P-1) [email protected] Pengawasan Korupsi di Tangan UKP4 Inpres pencegahan dan pemberantasan korupsi jangan sekadar menjadi rencana aksi atau upaya menyerang musuh politik. WAKIL Ketua Komisi Yudi- sial (KY) Imam Anshori Saleh merasa heran atas ketidakjelas- an keberadaan permohonan surat izin pemeriksaan sejum- lah kepala daerah yang diduga melakukan korupsi. “Sulit dimengerti, betapa bu- ruknya administrasi di peme- rintahan kita, sampai-sampai Presiden harus bicara soal keberadaan surat itu,” katanya di Jakarta, kemarin. Bagi KY, sambungnya, ad- ministrasi pemerintahan yang buruk dapat menghambat ter- wujudnya peradilan cepat, murah, dan sederhana. “Karena itu, reformasi birokrasi sudah sangat men- desak,” tandasnya. Ia juga mengingatkan berbagai pihak agar jangan sampai ada kesan kalau menyangkut pejabat aktif, proses hukum berjalan sangat lambat, sedangkan ter- hadap rakyat kecil atau pejabat masa lalu, berlaku sebaliknya. “Jadi, perlu ada kesamaan perlakuan kepada semua orang sesuai prinsip equality before the law, kesamaan di hadapan hukum,” tegas mantan anggota Komisi III DPR bidang hukum dan HAM itu. Kalau perlu, lanjutnya, harus ada limitasi waktu berapa lama permohonan izin harus disele- saikan di sebuah instansi. “Ini kan era IT (information technology), semuanya harus terukur. Bukan seperti seka- rang, administrasi pemerin- tahan amburadul seperti zaman kuda gigit besi,” ujarnya. Kelambanan dalam pemro- sesan izin, menurutnya, juga dapat berpotensi penghilangan bukti dan rekayasa oleh pejabat yang bersangkutan. Keprihatinan atas ketidak- beresan mekanisme pemberian izin bagi kepala daerah untuk diproses hukum juga datang dari Indonesia Corruption Watch (ICW). Menurut lem- baga itu, agar proses hukum terhadap kepala daerah ber- langsung lebih cepat, sebaiknya tidak perlu lagi ada persetujuan dari Presiden. Dengan demiki- an terjadi kesamaan perlakuan bagi seluruh warga negara. “Kita sendiri lebih sepakat kalau izin itu dicabut karena masalah equality before the law. Kalau perlu izin, artinya ini membeda-bedakan, mana sipil mana pejabat. Ini bisa jadi ada upaya menarik kasus hukum ke politik,” kata peneliti ICW Tama S Langkun. (Ant/P-2) MASIH tingginya tingkat kri- minalitas saat ini mengharus- kan Indonesia memiliki pusat informasi kriminal yang mam- pu menyimpan, mengolah, dan menganalisis data kriminal secara nasional. Dalam kunjungannya ke Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) Jakarta, kemarin, Kepala Bidang Kerja Sama Pusat In- formasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Bareskrim Mabes Polri Kombes Sudarsono me- maparkan, setiap lembaga penegak hukum nantinya akan bisa memanfaatkan keberadaan pusat informasi itu untuk me- ningkatkan sinergi penanganan perkara. “Di setiap negara selalu ada Pusiknas seperti ini dan mem- bawahi instansi yang mem- punyai kewenangan dalam penegakan hukum,” kata Su- darsono. Diterangkannya, hingga saat ini sudah 169 titik pemba- ngunan sistem pusat informasi yang dibangun di seluruh Indo- nesia. Pusat informasi itu sudah terhubung dengan 31 polda, 41 polres, dan 4 polwil di seluruh Indonesia. Dalam paparannya, Sudar- sono menjelaskan tujuan ke- datangannya ke Gedung MK dalam rangka sosialisasi dan koordinasi tentang pemba- ngunan Pusiknas Polri. “Kami mendapatkan soft loan dari Ko- rea Selatan untuk pengembang- an data base informasi kriminal ini,” tuturnya. Dalam kesempatan itu, Kepala Biro Humas MK Noor Sidharta menyebutkan kun- jungan itu sebagai bagian dari upaya meningkatkan kerja sama antara Polri dan MK. “Tahun kemarin kami me- nandatangani MoU (nota ke- sepahaman) dengan Bareskrim tentang tindak lanjut pena- nganan perkara pemilu kada, misalnya soal saksi yang mem- beri keterangan palsu dan bukti palsu,” ujarnya. Jika sudah terbentuk nanti, Pusiknas akan menjadi sebuah lembaga yang berfungsi me- ngumpulkan, menyimpan, mengolah, dan menganalisis data kriminal secara nasional, termasuk dari Interpol. Khusus untuk membantu kerja MK, Pusiknas akan menyediakan layanan informasi kriminal, pengembangan sistem, dan pendataan. Diakui juga, Pusiknas masih butuh banyak evaluasi, di antaranya pada sistem, jaring- an, input data, SDM, prosedur operasi standar, dan budaya. “Meski demikian, Pusiknas ke depan diharapkan bisa menjadi satu-satunya data base informasi kriminal di lingkungan Polri, bahkan se- cara nasional. Ini agar se- jalan dengan perintah Kapolri mengenai optimalisasi dan akselerasi input data kriminal,” terang Sudarsono. Ia juga memaparkan sejum- lah kategori kejahatan dan pelanggaran. “Di antaranya kejahatan konvensional, keja- hatan transnasional (lintas ba- tas), dan pelanggaran HAM,” jelasnya. (*/P-2) Pemerintah Istimewakan Pejabat Polri-MK Bahas Pusat Informasi BK DPR harus melakukan pemeriksaan, tidak bisa diam saja atau pura-pura tidak tahu.” Wahyudi Djafar Peneliti Elsam BK Didesak Tuntaskan Kasus Beking Penyelundupan Pemilu Kada Kabupaten Tebo Diulang PEMILU KADA ULANG: Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD kemarin menyatakan pemilu kada di Kabupaten Tebo, Jambi, harus diulang karena MK menemukan adanya kecurangan pasangan terpilih Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi dalam memenangi pemilu kada. DEWAN PENYANTUN: Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri (kiri), memperkenalkan Dewan Penyantun Universitas Bung Karno (UBK) 2011-2015 Rizal Ramli (kedua dari kiri), Bernard K Sondakh (tengah), Widigdo Sukarman, dan Guruh Soekarnoputra (kanan), di Kampus UBK, Jl Kimia, Jakarta Pusat, kemarin. MI/SUSANTO MI/ROMMY PUJIANTO 4 KAMIS, 14 APRIL 2011 P OLKAM

Transcript of KAMIS, 14 APRIL 2011 Pengawasan Korupsi di Tangan UKP4 fileMAHKAMAH Konstitusi (MK) memutuskan agar...

Page 1: KAMIS, 14 APRIL 2011 Pengawasan Korupsi di Tangan UKP4 fileMAHKAMAH Konstitusi (MK) memutuskan agar pemilihan kepala daerah (pemilu kada) di Kabupaten Tebo, Jambi, yang telah dilaksanakan

MAHKAMAH Konstitusi (MK) memutuskan agar pemilihan kepala daerah (pemilu kada) di Kabupaten Tebo, Jambi, yang telah dilaksanakan pada 10 Maret 2011, diulang.

Pasalnya, MK menemukan adanya kecurangan pasangan terpilih Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi dalam memenangi pemilu kada. Demikian putusan majelis hakim MK, dalam sidang yang digelar di Jakarta, kemarin.

“Agar melaporkan kepada MK, hasil pemungutan suara ulang itu selambat-lambatnya 90 hari setelah putusan ini,” kata Ketua MK Mahfud MD, saat membacakan putusan.

Untuk menjamin pemungut-an suara berlangsung adil, MK memerintahkan KPU pusat dan provinsi, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Panitia Pengawas Pemi-lihan Pemilu, mengawasi pe-mungutan suara ulang itu.

Menurut Mahfud, salah satu fakta yang menjadi pertim-bangan MK ialah pertemuan dalam acara konsolidasi Partai Demokrat untuk pemenangan pasangan Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi, pada 7 Februari 2011. Pertemuan itu dihadiri oleh camat, kepala desa, dan tokoh masyarakat, sehingga melang-

gar prinsip netralitas pegawai negeri sipil (PNS).

Kuasa hukum KPU Tebo, Indra Lesmana, mengatakan pihaknya akan segera menin-daklanjuti putusan MK itu.

Pemilu kada Tebo diikuti oleh tiga pasangan calon, yakni Sukandar-Hamdi, Ridham Priskap-Eko Putra, dan Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi. Jum-lah pemilih mencapai 207.958 orang yang tersebar di 668 TPS pada 12 kecamatan. Namun,

karena dinilai berpihak, dua pasangan yang tersisih pun mengajukan gugatan ke MK dengan KPU Tebo sebagai pihak tergugat.

Berbekal putusan MK, Heru Widodo, kuasa hukum Sukan-dar-Hamdi, berharap demokrasi ke depan bisa lebih sehat. “Aparat penyelenggara negara tingkat kabupaten dan provinsi untuk menahan diri tidak ikut terlibat aktif dengan para pasang an calon,” cetusnya.

Bolaang MongondowDi persidangan terpisah,

dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, menyatakan keberatan atas hasil rekapitulasi perhi-tungan suara dalam pemilu kada yang dilaksanakan 22 Maret 2011.

Dalam sidang panel yang dipimpin hakim konstitusi Ach-mad Sodiki, di Jakarta, Selasa (12/4), kuasa hukum pasangan Aditya Anugrah Moha-Norma Makalalag, Utomo A Karim, menyatakan ada konspirasi yang dilakukan KPUD dengan pasangan pemenang Salihi Mokodongan-Yanni Tuuk.

Konspirasi tersebut, terlihat karena disahkannya Salihi menjadi calon walaupun tidak memenuhi syarat pencalonan, yaitu harus lulusan SMA atau sederajat.

Selain itu, KPU Bolaang Mongondow pun dianggap menggugurkan bakal pasang-an calon Suharjo DM-Hasna Mokodompit. Protes yang di-ajukan secara lisan dan tertulis tidak digubris oleh KPUD dan akhirnya dilaporkan ke Pan-was, KPUD, dan KPU Pusat, tetapi tetap tidak ada tindak lanjut. (*/P-4)

BADAN Kehormatan (BK) DPR diingatkan untuk mengusut keterlibatan sejumlah anggota Komisi III sebagai beking pe-nyelundupan dua kontainer BlackBerry dan minuman ber-alkohol.

“BK DPR harus membukti-kan diri sebagai lembaga yang kredibel, apalagi sudah ada laporan dari masyarakat me-ngenai dugaan anggotanya ter-libat penyelundupan. BK DPR harus melakukan pemeriksaan, tidak bisa diam saja atau pura-pura tidak tahu,” ujar peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) Wahyudi Djafar di Jakarta, kemarin.

Pada 24 Maret, Indonesia Corruption Watch (ICW) me-laporkan Wakil Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin ke BK DPR karena diduga mem-bekingi penyelundupan dua peti kemas berisi BlackBerry dan minuman beralkohol.

Peneliti Divisi Korupsi Politik ICW Abdullah Dahlan meng-ungkapkan, laporan itu ber-awal saat rombongan komisi hukum yang dipimpin Aziz pada 10 Januari 2011 berkun-jung ke Kantor Imigrasi Ban-

dara Soekarno-Hatta terkait ka-sus paspor mafi a pajak Gayus Tambunan. Pada saat kembali ke Senayan, tiba-tiba rombong-an itu berbelok arah menuju Tanjung Priok.

Pembelokan itu, menurut Dahlan, diduga karena me-minta kepada Komite Peng-awasan Perpajakan Priok untuk melepaskan dua peti kemas barang milik PT AUK.

Wahyudi menambahkan, selain Aziz, kasus itu diduga melibatkan anggota Komisi III DPR lain berinisial HH yang diduga beberapa kali melaku-kan pertemuan di Singapura dengan Dirut PT AUK, HM.

Anggota Komisi III DPR Her-man Hery yang diduga sebagai orang berinisial HH, memban-

tah dengan tegas tudingan itu. Anggota F-PDIP tersebut me-ngatakan, semua tuduhan itu bohong. Dirinya juga mengaku sama sekali tidak mengenal Harry Mulya atau HM.

Bahkan Herman menuding informasi tersebut sengaja di-hembuskan pihak-pihak yang ingin memojokkan dirinya. “Jangan percaya informasi se-perti itu, kalau berani pertemu-kan saya dengan orang yang memberi informasi tersebut,” ujar Herman Hery.

Terhadap sangkaan yang dialamatkan kepada sesama koleganya, anggota Komisi III DPR Ruhut Sitompul mengaku sangat prihatin dan sedih.

“Saya sangat sedih jika itu benar dilakukan oleh teman-teman Komisi III. Ini harus diusut tuntas,” ujarnya.

Pada 11 April, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mende-ngarkan tuntutan jaksa ter-hadap Jonny Abbas. Jonny menjadi terdakwa dituntut dua tahun penjara dalam du-gaan kasus penipuan terkait reekspor 30 kontainer yang dilaporkan oleh Harry Mulya sebagai tekstil. (Ant/P-1)

AKHMAD MUSTAIN

UNIT Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian P e m b a n g u n a n

(UKP4) bakal mendapat tugas baru, yakni mengawasi pelak-sanaan instruksi presiden (in-pres) tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi yang kini tengah digodok.

“Wakil Presiden (Wapres) Boediono meminta penyusunan indikator yang bisa dimonitor secara jelas pada setiap kuartal. Pemantauannya sendiri akan berlangsung secara mikro oleh UKP4,” kata juru bicara Wapres Boediono, Yopie Hidayat di Kan-tor Wapres di Jakarta, kemarin.

Hal itu merupakan salah satu hasil pembahasan fi nalisasi draf inpres tentang rencana aksi untuk pencegahan dan pembe-rantasan korupsi yang dipimpin oleh Wapres Boediono.

Ia menambahkan, draf in-pres itu memuat 45 langkah pemberantasan korupsi yang menekankan pada bidang pencegahan. Dari 45 langkah itu, lanjut dia, 31 langkah ialah bidang pencegahan, 5 langkah bidang penindakan, 4 lang-kah bidang legislasi, 3 bidang pengembalian aset, 1 bidang kerja sama internasional, dan 1 bidang pelaporan.

Yopie menjelaskan, rencana

aksi itu, antara lain, bertujuan untuk meningkatkan transpa-ransi penanganan perkara di ber-bagai lembaga penegak hukum, termasuk peradilan pajak.

“Beberapa butir rencana juga menargetkan perbaikan proses rekrutmen dan penunjukan pejabat tinggi di bidang pene-gakan hukum, termasuk pe-laporan harta kekayaan penye-lenggara negara,” jelas dia.

Rancangan inpres dan ren-cana aksi itu disusun oleh Badan Perencanaan Pemba-ngunan Nasional (Bappenas) di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan.

Rencana aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi ini semakin penting karena peme-rintah RI telah meratifi kasi The United Convention Against Corruption (UNCAC) melalui UU Nomor 7 Tahun 2006.

Pemerintah, lanjut Yopie, juga akan memakai indeks persepsi korupsi atau Corruption Per-ception Index (CPI) sebagai tolok ukur keberhasilan pem-berantasan korupsi. CPI adalah indeks yang mendapat peng-akuan secara internasional.

Targetnya, tambah Yopie, CPI Indonesia naik dari 2,8 pada 2010 menjadi 3 pada 2011. Pada 2014, pemerintah menginginkan CPI Indonesia berada pada posisi 4,8.

Tidak fokusWakil Koordinator ICW Emer-

son Yuntho berharap inpres itu tidak sekadar menjadi rencana aksi. Apalagi, lanjut dia, meng-acu draf revisi UU No 31 Tahun 1999 tentang Pembe rantasan Tindak Pidana Korup si (Tipikor), selain menjadikan korupsi tidak lagi kejahat an luar biasa, juga menyimpan agenda pengerdilan KPK.

Selain itu, Emerson meng-kritisi penunjukan UKP4 seba-gai lembaga monitoring pelak-sanaan inpres itu. “Apa tidak kebanyakan tugas? Ketua UKP4 juga merangkap Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Mafi a Hukum. Hasil kerja UKP4 dalam evaluasi kabinet saja tidak ketahuan dampaknya.”

Belum lagi, lanjut dia, hal itu justru semakin menunjukkan Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono tidak memimpin lang-sung pemberantasan korupsi. “Presiden justru menyerahkan ke bawahannya,” kata dia.

Ia memperkirakan terjadi timpang tindih pelaksanaan inpres itu dengan tugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “Takutnya mereka justru bersi-nergi untuk saling meniadakan kasus korupsi atau menjadi alat pemerintah dalam memberan-tas musuh politik saja.” (P-1)

[email protected]

Pengawasan Korupsi

di Tangan UKP4Inpres pencegahan dan pemberantasan korupsi jangan sekadar

menjadi rencana aksi atau upaya menyerang musuh politik.

WAKIL Ketua Komisi Yudi-sial (KY) Imam Anshori Saleh merasa heran atas ketidakjelas-an keberadaan permohonan surat izin pemeriksaan sejum-lah kepala daerah yang diduga melakukan korupsi.

“Sulit dimengerti, betapa bu-ruknya administrasi di peme-rintahan kita, sampai-sampai Presiden harus bicara soal keberadaan surat itu,” katanya di Jakarta, kemarin.

Bagi KY, sambungnya, ad-ministrasi pemerintahan yang buruk dapat menghambat ter-wujudnya peradilan cepat, murah, dan sederhana.

“Karena i tu , reformasi birokrasi sudah sangat men-desak,” tandasnya.

Ia juga mengingatkan berbagai pihak agar jangan sampai ada kesan kalau menyangkut pejabat aktif, proses hukum berjalan sa ngat lambat, sedangkan ter-hadap rakyat kecil atau pejabat masa lalu, berlaku sebaliknya.

“Jadi, perlu ada kesamaan perlakuan kepada semua orang sesuai prinsip equality before the law, kesamaan di hadapan hukum,” tegas mantan anggota Komisi III DPR bidang hukum dan HAM itu.

Kalau perlu, lanjutnya, harus

ada limitasi waktu berapa lama permohonan izin harus disele-saikan di sebuah instansi.

“Ini kan era IT (information technology), semuanya harus terukur. Bukan seperti seka-rang, administrasi pemerin-tahan amburadul seperti zaman kuda gigit besi,” ujarnya.

Kelambanan dalam pemro-sesan izin, menurutnya, juga dapat berpotensi penghilangan bukti dan rekayasa oleh pejabat yang bersangkutan.

Keprihatinan atas ketidak-beresan mekanisme pemberian izin bagi kepala daerah untuk diproses hukum juga datang

dari Indonesia Corruption Watch (ICW). Menurut lem-baga itu, agar proses hukum terhadap kepala daerah ber-langsung lebih cepat, sebaiknya tidak perlu lagi ada persetujuan dari Presiden. Dengan demiki-an terjadi kesamaan perlakuan bagi seluruh warga negara.

“Kita sendiri lebih sepakat kalau izin itu dicabut karena masalah equality before the law. Kalau perlu izin, artinya ini membeda-bedakan, mana sipil mana pejabat. Ini bisa jadi ada upaya menarik kasus hukum ke politik,” kata peneliti ICW Tama S Langkun. (Ant/P-2)

MASIH tingginya tingkat kri-minalitas saat ini mengharus-kan Indonesia memiliki pusat informasi kriminal yang mam-pu menyimpan, mengolah, dan menganalisis data kriminal secara nasional.

Dalam kunjungannya ke Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) Jakarta, kemarin, Kepala Bidang Kerja Sama Pusat In-formasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Bareskrim Mabes Polri Kombes Sudarsono me-maparkan, setiap lembaga penegak hukum nantinya akan bisa memanfaatkan keberadaan pusat informasi itu untuk me-ningkatkan sinergi penanganan perkara.

“Di setiap negara selalu ada Pusiknas seperti ini dan mem-bawahi instansi yang mem-

punyai kewenangan dalam penegakan hukum,” kata Su-darsono.

Diterangkannya, hingga saat ini sudah 169 titik pemba-ngunan sistem pusat informasi yang dibangun di seluruh Indo-nesia. Pusat informasi itu sudah terhubung dengan 31 polda, 41 polres, dan 4 polwil di seluruh Indonesia.

Dalam paparannya, Sudar-sono menjelaskan tujuan ke-datangannya ke Gedung MK dalam rangka sosialisasi dan koordinasi tentang pemba-ngunan Pusiknas Polri. “Kami mendapatkan soft loan dari Ko-rea Selatan untuk pengembang-an data base informasi kriminal ini,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Kepala Biro Humas MK Noor

Sidharta menyebutkan kun-jungan itu sebagai bagian dari upaya meningkatkan kerja sama antara Polri dan MK.

“Tahun kemarin kami me-nandatangani MoU (nota ke-sepahaman) dengan Bareskrim tentang tindak lanjut pena-nganan perkara pemilu kada, misalnya soal saksi yang mem-beri keterangan palsu dan bukti palsu,” ujarnya.

Jika sudah terbentuk nanti, Pusiknas akan menjadi sebuah lembaga yang berfungsi me-ngumpulkan, menyimpan, meng olah, dan menganalisis data kriminal secara nasional, termasuk dari Interpol. Khusus untuk membantu kerja MK, Pusiknas akan menyediakan layanan informasi kriminal, pengembangan sistem, dan

pendataan.Diakui juga, Pusiknas masih

butuh banyak evaluasi, di antaranya pada sistem, jaring-an, input data, SDM, prosedur operasi standar, dan budaya.

“Meski demikian, Pusiknas ke depan diharapkan bisa menjadi satu-satunya data base informasi kriminal di lingkung an Polri, bahkan se-cara nasional. Ini agar se-jalan dengan perintah Kapolri mengenai optimalisasi dan akselerasi input data kriminal,” terang Sudarsono.

Ia juga memaparkan sejum-lah kategori kejahatan dan pelanggaran. “Di antaranya kejahatan konvensional, keja-hatan transnasional (lintas ba-tas), dan pelanggaran HAM,” jelasnya. (*/P-2)

Pemerintah Istimewakan Pejabat

Polri-MK Bahas Pusat Informasi

BK DPR harus melakukan

pemeriksaan, tidak bisa diam saja atau pura-pura tidak tahu.”

Wahyudi DjafarPeneliti Elsam

BK Didesak Tuntaskan Kasus Beking Penyelundupan

Pemilu Kada Kabupaten Tebo Diulang

PEMILU KADA ULANG: Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD kemarin menyatakan pemilu kada di Kabupaten Tebo, Jambi, harus diulang karena MK menemukan adanya kecurangan pasangan terpilih Yopi Muthalib-Sri Sapto Edi dalam memenangi pemilu kada.

DEWAN PENYANTUN: Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri (kiri), memperkenalkan Dewan Penyantun Universitas Bung Karno (UBK) 2011-2015 Rizal Ramli (kedua dari kiri), Bernard K Sondakh (tengah), Widigdo Sukarman, dan Guruh Soekarnoputra (kanan), di Kampus UBK, Jl Kimia, Jakarta Pusat, kemarin.

MI/SUSANTO

MI/ROMMY PUJIANTO

4 KAMIS, 14 APRIL 2011POLKAM