Kaki Diabetik
-
Upload
stepvani-megawati -
Category
Documents
-
view
249 -
download
1
description
Transcript of Kaki Diabetik
Kaki Diabetik
Diabetes Melitus (DM) memiliki berbagai komplikasi, salah satunya adalah kaki diabetes. Kaki
diabetes di Amerika Serikat merupakan penyebab utama amputasi ekstremitas bawah
nontraumatik. Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) tahun
2003, angka amputasi mencapai 25% dan angka kematiannya mencapai 16%. Faktor resiko
terjadinya ulkus kaki atau amputasi antara lain laki-laki, diabetes > 10 tahun, neuropati perifer,
struktur kaki yang abnormal, penyakit arteri perifer, merokok, riwayat ulkus atau amputasi, dan
buruknya kontrol glikemik.
Faktor resiko dan mekanisme dalam menyebabkan kaki diabetik
Faktor Resiko Mekanisme
Neuropati perifer motorik Anatomi kaki abnormal, clawing toe, arkus pedis meninggi,
subluksasi metatarsofalang, meningkatkan tekanan dan memicu
pembentukan kalus dan luka
Neuropati perifer sensorik Penurunan ambang sensasi nosiseptif, sering tidak sadar
munculnya luka
Neuropati perifer otonom Kulit kering dan terbentuk fisura akibat anhidrosis dan gangguan
perfusi kaki
Neuro-osteoartropati
(Artropati Charcot )
Anatomi kaki abnormal, meningkatkan tekanan pada daerah
midplantar
Insufisiensi vascular Mengganggu proses penyembuhan luka dan perekrutan neutrofil
Hiperglikemia dan gangguan
metabolic lainnya
Mengganggu fungsi respon imun (neutrofil), proses
penyembuhan luka dan penyusunan kolagen
Disabilitas Gangguan penglihatan, keterbatasan mobilitas dan mungkin
riwayat amputasi
Kebiasaan pasien Kepatuhan kurang baik, kebersihan kurang, berat badan tinggi,
alas kaki yang tidak sesuai
Sistem kesehatan Kurang edukasi dan pemantauan gula darah serta perawatan kaki
Infeksi memegang peranan penting dalam terjadinya kaki diabetes. Pada kaki diabetes, infeksi terjadi dan melibatkan banyak spesies bakteri yang akan mempersulit penatalaksanaan. Kemungkinan timbulnya infeksi pada kaki diabetes semakin meningkat akibat adanya penyakit arteri perifer dan gangguan penyembuhan luka.
Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan alamiah kaki diabetes (Edmonds 2004-2005)
Stage 1 Normal Foot Peran pencegahan primer sangat penting dan dapat dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrics/chiropodist maupun oleh dokter umum/keluarga
Stage 2 High Risk Foot
Stage 3 Ulcerated Foot Sebagian besar memerlukan perawatan ditingkat pelayanan kesehatan yang lebih memadai dan memerlukan pelayanan spesialistik
Stage 4 Infected Foot
Stage 5 Necrotic Foot Merupakan kasus rawat inap dan memerlukan tim dokter bedah terutama ahli bedah vascular/bedah plastic dan rekonstruksi
Stage 6 Unsalvable Foot
Klasifikasi Wagner
Grade 0 Kulit intak / utuhGrade 1 Ulkus superficial tanpa melibatan jaringan bawah kulitGrade 2 Ulkus dalam (sampai tendon dan tulang)Grade 3 Ulkus dalam dengan infeksiGrade 4 Ulkus dengan gangren pada 1-2 jari kaki Grade 5 Ulkus dengan gangren luas pada seluruh kaki
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus kaki diabetes seperti sering kesemutan, nyeri kaki saat istirahat.,
sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi arteri dorsalis
pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal serta kulit menjadi
kering.
Diagnosis
Dalam mengevaluasi ulkus pada kaki diabetes dilakukan anamnesis baik umum dan terarah,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang cermat. Pemeriksaan ekstremitas meliputi
pemeriksaan vascular (inspeksi, palpasi, Ankle Brachial Index/ABI), pemeriksaan neuropati
(vibrasi dengan garpu tala 128 Hz, sensasi halus, diskriminasi, reflex, keseimbangan, sensasi
suhu, raba dan nyeri).
Untuk mengevaluasi ulkus dengan atau tanpa infeksi menggunakan criteria PEDIS (Perfusion,
Extent, Depth, Infection, Sensation) menurut International Working Group on The Diabetic Foot:
P – Perfusion (perfusi)
Derajat 1 : tidak ada gejala maupun tanda penyakit arteri perifer pada kaki yang
terkena, dikombinasi dengan:
o Arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior yang teraba, atau
o ABI 0.9-1.10, atau
o Toe Brachial Index (TBI) > 0.6, atau
o Tekanan Oksigen Transkutan (TcPO2) > 60 mmHg
Derajat 2 : gejala atau tanda penyakit arteri perifer, namun belum mencapai
critical limb ischemia (CLI)
o Adanya klaudikasio intermiten
o ABI < 0.9, namun tekanan ankle > 50 mmHg, atau
o TBI < 0.6, namun tekanan darah sistolik ibu jari > 30 mmHg, atau
o TcPO2 30-60 mmHg, atau
o Ada kelaian lain pada uji noninvasive yang sesuai dengan penyakit arteri
perifer tapi bukan merupakan status CLI
Derajat 3 : CLI
o Tekanan sistolik ankle < 50 mmHg, atau
o Tekanan sistolik ibu jari < 30 mmHg, atau
o TcPO2 < 30 mmHg
E - Extent (ukuran)
Ukuran luka dalam sentimeter persegi
D – Depth (kedalaman)
Derajat 1: ulkus tebal superficial yang tidak menembus jaringan dibawah dermis
Derajat 2: ulkus dalam, menembus jaringan dibawah dermis hingga ke subkutan,
fascia, otot atau tendon
Derajat 3: meliputi seluruh lapisan jaringan pada kaki, termasuk tulang dan atau
sendi
I – Infection (infeksi)
Derajat 1 : tidak ada tanda atau gejala infeksi
Derajat 2 : infeksi hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan (tanpa
keterlibatan jaringan yang terletak lebih dalam dan tanpa disertai tanda sistemik)
o Pembengkakan atau indurasi local
o Eritema 0.5 – 2 cm disekitar ulkus
o Nyeri lokal
o Hangat pada perabaan local
o Duh purulen (sekret tebal, opak hingga putih atau sanguinosa)
Derajat 3 : eritema >2cm ditambah salah satu temuan diatas, atau adanya
infeksi yang melibatkan struktur dibawah kulit dan jaringan subkutan,
misalnya abses, osteomyelitis, arthritis septic maupun fascilitis. Tidak
ditemukan tanda respon inflamasi sistemik
Derajat 4 : infeksi kaki dengan tanda sindrom respon inflamasi sistemik
(SIRS) yaitu dua atau lebih keadaan:
o Suhu < 36 atau > 38 derajat celcius
o Frekuensi denyut jantung > 90x/menit
o Frekuensi pernapasan > 20x/menit
o PaCO2 < 32 mmHg
o Hitung leukosit < 4.000 atau > 12.000 sel/mm3
o 10% bentuk imatur
S – Sensation (sensasi)
Derajat 1 : tidak ada kehilangan sensasi protektif pada kaki yang terkena
Derajat 2 : terdapat kehilangan sensasi protektif pada kaki yang terkena.
Dalam hal ini berarti terdapat kehilangan persepsi pada salah satu
pemeriksaan dibawah ini:
o Tidak adanya sensasi tekanan pada pemeriksaan monofilament 10g
pada 2 dari 3 titik plantar pedis
o Tidak adanya sensasi getar pada pemeriksaan garpu tala 128 Hz
atau ambang vibrasi > 25V. Pemeriksaan dilakukan pada region
hallux.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi hematologi-hemostasis, fungsi ginjal,
fungsi hati, jantung, paru, factor infeksi (kultur pus, penanda infeksi, foto polos pedis) dan
pemeriksaan vascular (ABI, USG Doppler, arteriografi).
Tatalaksana
Kontrol Mekanik Mengistirahatkan kaki, menghindari tekanan pada daerah luka,
menggunakan kasur dekubitus, alas kaki ortotik, manajemen callus,
perawatan kuku
Kontrol Metabolik Pengaturan glukosa darah, pengendalian factor komorbiditas (HT,
dislipidemia, gangguan fungsi ginjal dan hati, gangguan elektrolit,
anemia, infeksi penyerta serta hipoalbuminemia)
Kontrol Vaskular Evaluasi status vascular kaki, pemeriksaan ABI, tekanan oksigen
transkutan, tekanan ibu jari kaki dan angiografi
Kontrol Luka Jaringan nekrotik dan pus yang ada harus dievakuasi dengan nekrotomi
atau debridement. Luka ditutup dengan kassa basah atau lembap.
Tindakan amputasi perlu dipertimbangkan.
Kontrol Infeksi Pada luka yang superficial dan tidak mencapai subkutan dapat
diberikan antibiotic kuman gram positif.
Luka yang mencapai subkutan diperlukan antibiotic spectrum kuman
gram negative atau golongan metronidazol bila curiga infeksi bakteri
anaerob
Kontrol Edukasi Menekankan pada upaya pencegahan dan deteksi dini pada kaki yang
normal atau sudah ada gangguan neuropati/neuroiskemi namun belum
ada luka.
Pemilihan alas kaki yang tepat
Pemeriksaan kaki harian untuk mendeteksi tanda alas kaki yang
tidak tepat atau trauma minor
Menjaga kebersihan dan kelembapan kaki
Mencegah tatalaksana yang tidak tepat dan menghindari
perilaku yang berisiko tinggi
Berkonsultasi pada tenaga kesehatan apabila terjadi kelainan
Prognosis
Berat ringannya komplikasi dan penyakit penyerta mempengaruhi prognosis. Angka kejadian
amputasi mencapai 25% sehingga penatalaksanaan secara holistic harus ditekankan untuk
menurunkan mortalitas dan morbiditas kaki diabetes.