KAK Kumuh Salatiga 2015

11
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) “Perencanaan Database Permukiman Kumuh Kota Salatiga” Uraian Pendahuluan 1 1. Latar Belakang Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman kumuh dapat dikatakan sebagai pengejawantahan dari kemiskinan, karena pada umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan, peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi penanggulangan kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan lingkungan pemukiman pada umumnya. Permukiman kumuh tumbuh diberbagai kawasan baik kawasan pusat kota maupun pedesaan. Permukiman kumuh di pusat kota disebabkan oleh migrasi penduduk dari desa ke kota dimana penduduk migrasi tersebut tidak mempunyai ketrampilan yang dapat diserap oleh pekerjaan di perkotaan. Akibatnya adalah penduduk tersebut mencari pekerjaan yang bersifat non formal. Dengan tidak terserapnya tenaga kerja penduduk di perkotaan maka mengakibatkan kemiskinan. Kemiskinan ini menjadikan masyarakat tidak mampu membeli atau menyewa rumah yang layak huni baik lokasi maupun kondisi bangunannya. Permukiman ini tumbuh dipusat kota besar. Berbeda dengan di perkotaan, pola penggunaan lahan di desa di dominasi oleh fungsi pertanian atau fungsi perhutanan (tergantung dari sifat desa tersebut, mis; pantai, pegunungan, pinggiran kota/urban fringe atau pedalaman), sifat dan karakter masyarakatnyapun juga berbeda. Pola perkembangan jumlah penduduk didesa lebih stabil dan lebih didomniasi oleh faktor alamiah dibanding dengan di perkotaan yang lebih didominasi oleh faktor migrasi. Dari ciri-ciri permukiman desa tersebut, kekumuhan lebih bersifat pada minimnya ketersediaan infrastruktur yang ada (infrastructure leak), sehingga beberapa cara yang diwujudkan kedalam program lebih bersifat pada pengadaan dan peningkatan infrastruktur 1 Uraian Pendahuluan memuat gambaran secara garis besar mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan.

description

sig kumuh salatiga

Transcript of KAK Kumuh Salatiga 2015

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Perencanaan Database Permukiman Kumuh Kota Salatiga

Uraian Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman kumuh dapat dikatakan sebagai pengejawantahan dari kemiskinan, karena pada umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan, peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi penanggulangan kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan lingkungan pemukiman pada umumnya.

Permukiman kumuh tumbuh diberbagai kawasan baik kawasan pusat kota maupun pedesaan. Permukiman kumuh di pusat kota disebabkan oleh migrasi penduduk dari desa ke kota dimana penduduk migrasi tersebut tidak mempunyai ketrampilan yang dapat diserap oleh pekerjaan di perkotaan. Akibatnya adalah penduduk tersebut mencari pekerjaan yang bersifat non formal. Dengan tidak terserapnya tenaga kerja penduduk di perkotaan maka mengakibatkan kemiskinan. Kemiskinan ini menjadikan masyarakat tidak mampu membeli atau menyewa rumah yang layak huni baik lokasi maupun kondisi bangunannya. Permukiman ini tumbuh dipusat kota besar. Berbeda dengan di perkotaan, pola penggunaan lahan di desa di dominasi oleh fungsi pertanian atau fungsi perhutanan (tergantung dari sifat desa tersebut, mis; pantai, pegunungan, pinggiran kota/urban fringe atau pedalaman), sifat dan karakter masyarakatnyapun juga berbeda. Pola perkembangan jumlah penduduk didesa lebih stabil dan lebih didomniasi oleh faktor alamiah dibanding dengan di perkotaan yang lebih didominasi oleh faktor migrasi.Dari ciri-ciri permukiman desa tersebut, kekumuhan lebih bersifat pada minimnya ketersediaan infrastruktur yang ada (infrastructure leak), sehingga beberapa cara yang diwujudkan kedalam program lebih bersifat pada pengadaan dan peningkatan infrastruktur yang ada. Akan tetapi perkembangan pada saat ini penanganan masalah permukiman perdesaan tidak hanya berorientasi pada perbaikan dan peningkatan infrastruktur (infrastrukture improvement) saja, akan tetapi pada aspek pengembangan potensi desa serta keterkaitan potensi antar desa. Hal tersebut disebabkan karena penanganan masalah permukiman perdesaan telah mengalami pergeseran yang berarti, baik dalam paradigma maupun persoalan persoalan nyata yang dihadapi.

Penanganan permasalahan permukiman kumuh tidak hanya berorientasi pada pembangunan rumah baru bagi penduduk setempat, namun juga harus dilakukan secara komprehensif serta berkesinambungan dengan lingkungan sekitarnya. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya keberadaan permukiman kumuh tersebut seperti faktor ekonomi keluarga dan lingkungan setempat, ketersediaan prasarana dan sarana permukiman, keterbatasan dana dari pemerintah/masyarakat, dan masih rendahnya tingkat kedisiplinan serta kesadaran masyarakat. Penanganan peremajaan kawasan permukiman kumuh yang dilaksanakan secara berkelanjutan, masih diperlukan pendampingan pelaksanaan peremajaan kawasan tersebut. Untuk dapat ditangani secara tepat maka perlu sebuah studi Perencanaan Database Permukiman Kumuh Kota Salatiga yang menjabarkan kondisi eksisting, permasalahan utama pada kawasan.Sebagaimana yang tertuang di dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman terutama Pasal 18 bahwa Pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan mempunyai wewenang:

1. menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;

2. menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang- undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota bersama DPRD;

3. memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;

4. melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota;

5. mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR;

6. menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota;

7. memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;

8. menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota; dan

9. memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.Langkah awal penanganan permasalahan tersebut di atas adalah dengan melakukan pendataan dan inventarisasi perumahan dan permukiman tersebut. Saat ini, sebagian besar pihak/instansi masih menggunakan pola manual dalam menginventarisasi perumahan dan permukiman di wilayahnya. Di era kemajuan teknologi saat ini, pola semacam ini disinyalir memiliki kekurangan yang cukup mendasar terutama dalam hal keakuratan data, efektifitas pembaharuan data dan pengorganisasian data.

Salah satu teknologi yang mampu mengadopsi semua kepentingan tersebut adalah teknologi sistem informasi data base. Pengelolaan dan akses database perumahan dan permukiman secara terpadu antarlembaga dengan pendekatan sistem informasi merupakan solusi yang lebih ekonomis dan realisitis di tengah terbatasnya anggaran yang tersedia untuk mengelola database perumahan dan permukiman. Kemampuan sistem informasi yang dapat menganalisis, menyimpan dan menampilkan data spasial dan non-spasial untuk mendukung pengambilan keputusan dalam upaya memecahkan masalah perumahan dan permukiman merupakan nilai lebih yang memberikan kemudahan dan keakuratan data daripada hanya dengan pendekatan sistem manajemen database. Kemampuan analisis spasial dari sistem informasi yang bersifat geografis memberikan presepsi tentang permasalahan secara lebih baik sehingga mampu memberikan keputusan mana yang perlu diprioritaskan dengan anggaran pembangunan yang terbatas.

Pada tahun 2011 2014 telah disusun database kawasan permukiman kumuh Kota Salatiga pada 11 kelurahan yang meliputi: Kelurahan Gedongan, Kalicacing, Kutowinangun, Mangunsari, Salatiga, Sidorejo Lor, Bugel, Kauman Kidul, Pulutan, Ledok, dan Tegalrejo. Karena perkembangan kota dan wilayah serta permasalahan permukiman terutama pada kawasan permukiman kumuh di Kota Salatiga, maka pada tahun 2015 ini Pemerintah Kota Salatiga melakukan penyempurnaan database kawasan permukiman kumuh pada 11 kelurahan yang telah diinventarisaasi dan diidentifikasi serta disusun databasenya pada tahun 2011 2014 serta menyusun database kawasan permukiman kumuh pada 11 kelurahan yang belum terinventarisasi dan teridentifikasi yang meliputi:

10. Kel. Blotongan

11. Kel. Sidorejo Kidul

12. Kel. Kalibening

13. Keli Tingkir lor

14. Kel. Tingkir tengah

15. Kel. Cebongan

16. Kel. Randuacir

17. Kel. Noborejo

18. Kel. Kumpulrejo

19. Kel. Dukuh

20. Kel. Kecandran

2. Maksud dan TujuanMaksud dari pekerjaan Perencanaan Database Permukiman Kumuh Kota Salatiga adalah:

21. Tersedianya dokumen database kawasan permukiman kumuh di Kota Salatiga;22. Tersedianya data aktual tentang kawasan permukiman kumuh di Kota Salatiga sebagai salah satu input di dalam penerapan kebijakan atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.Tujuan dari pekerjaan Perencanaan Database Permukiman Kumuh Kota Salatiga ini adalah :

23. Penyempurnaan (updating) database permukiman kumuh Kota Salatiga di 11 kelurahan yang sudah disusun databasenya pada tahun 2011 2014;24. Penyusunan database permukiman kumuh pada 11 kelurahan yang belum tersusun database permukiman kumuhnya.

3. Sasaran

Secara umum sasaran pekerjaan Perencanaan Database Permukiman Kumuh Kota Salatiga ini adalah :

25. Menyiapkan indikator dan aspek kawasan kumuh secara normatif;

26. Menyiapkan kebutuhan data yang sesuai terhadap lingkup materi pekerjaan;

27. Menyiapkan perangkat survei yang lebih cepat dan akurat sehingga menjamin terciptanya hasil inventarisasi yang lebih baik, seperti halnya : peta kawasan studi;

28. Data sekunder yang berkaitan dengan materi dan lingkup pekerjaan;

29. Form kuesioner yang mudah dipahami dan berbobot;

30. Peralatan pendukung survei, seperti halnya digital camera, GPS, alat ukur dan tulis.

31. Melakukan kompilasi data baik yang bersifat primer maupun sekunder;32. menginventarisasi kawasan kumuh di Kota Salatiga baik berupa peta, tabulasi dan deskripsi jelas yang menguraikan karakteristik kawasan pada 11 kelurahan kelurahan yang belum tersusun database permukiman kumuhnya;

33. mengidentifikasi karakteristik kawasan baik karakter fisik, sosial dan ekonomi pada 11 kelurahan kelurahan yang belum tersusun database permukiman kumuhnya;

34. menyusun rekomendasi awal terhadap penanganan kawasan kumuh di kawasan studi pada 11 kelurahan kelurahan yang belum tersusun database permukiman kumuhnya.

4. Lokasi KegiatanSecara spasial, lokasi kegiatan berada di kawasan permukiman kumuh di Kota Salatiga.

5. Sumber PendanaanKegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBD Kota Salatiga Tahun Anggaran 2015 dengan pagu anggaran sebesar Rp. 235.000.000,00 (Terbilang : Dua Ratus Tiga Puluh Lima Juta Rupiah)

6. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat KomitmenNama Pejabat Pembuat Komitmen:

Joko Widodo, ST, MMNIP. 19751019 200604 1 002Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Salatiga

Data Penunjang

7. Data Dasar35. Kota Salatiga Dalam Angka Tahun 201336. Data Penduduk Pra Sejahtera di Kota Salatiga Tahun 201337. Peta Citra Kota Salatiga

8. Standar Teknis-

9. Studi-Studi Terdahulu1. Penyusunan Database Bangunan Perumahan dan Permukiman Kelurahan Kauman Kidul, Tahun 20122. Penyusunan Data Pendukung Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kota Salatiga, Tahun 20123. Penyusunan Sistem Informasi Geografis Permukiman Kumuh Kelurahan Sidorejo Lor dan Bugel, Tahun 2013

4. Penyusunan Database Bangunan Perumahan dan Permukiman Kelurahan Pulutan, Tahun 20135. Konsultansi Perencanaan Kelurahan Ledok (Penyusunan Database Rumah Tidak Layak Huni), Tahun 2014

6. Konsultansi Perencanaan Kelurahan Tegalrejo (Penyusunan Database Rumah Tidak Layak Huni), Tahun 2014

7. Dan / atau kegiatan lainnya yang sejenis.

10. Referensi Hukum38. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-pokok Agraria;

39. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

40. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

41. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

42. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

43. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

44. Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

45. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

46. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

47. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

48. Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

49. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

50. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;

51. Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

52. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

53. Undang-Undang No. 41 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

54. Undang-Undang No. 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

55. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah.

56. Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan;

57. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;

58. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan;

59. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kota/Kota;

60. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;

61. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

62. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

63. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;

64. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;

65. Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan;

66. Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

67. Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan;

68. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan;

69. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2010 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional;

70. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

71. Keputusan Presiden No. 59 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya;

72. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

73. Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;

74. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;

75. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;

76. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang ;

77. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi;

78. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Bencana Longsor;

79. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 41/PRT/M2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya;

80. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan;

81. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta rencana rincinya;

82. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;

83. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. 84. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;

85. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 27 tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;

86. Kepmen Kimpraswil No 327/KPTS/2002 tentang Penetapan Pedoman Bidang Penataan Ruang.87. Peraturan Daerah Kota Salatiga No 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga tahun 2010-2030

Ruang Lingkup

11. Lingkup KegiatanSecara garis besar, lingkup materi pekerjaan memuat :

88. Inventarisasi dan pengumpulan data

Inventarisasi merupakan mekanisme untuk pengarsipan terhadap kondisi di permukiman sebagai dasar dalam analisa dan sintesa. Inventarisasi merupakan alat untuk melihat kondisi di lapangan dalam keadaan sesuai dengan fakta. Inventarisasi apabila dilakukan secara berkelanjutan akan memperlihatkan perkembangan kondisi di lapangan. Inventarisasi juga berfungsi untuk melakukan tindakan solusi berdasarkan pada kondisi eksisting. Inventarisasi ini dilakukan berdasarkan pada variabel yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga mendapatkan gambaran secara keseluruhan. Pada 11 kelurahan yang sudah disusun database permukiman kumuh inventarisasi dan pengumpulan data ini bersifat updating. 89. Identifikasi

Identifikasi adalah tahap selanjutnya dari inventarisasi. Inventarisasi yang dianalisa untuk mendapatkan karakteristik yang sebenarnya dari permukiman kumuh serta berbagai permasalahan pokok yang melatarbelakangi terjadinya kekumuhan. Dari identifikasi ini maka dapat dilakukan penanganan di lapangan. Pada 11 kelurahan yang sudah disusun database permukiman kumuh identifikasi ini bersifat updating.90. Rekomendasi

Rekomendasi berupa pengajuan usulan dalam pemecahanan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya berupa rencana tindak yang lebih operasional. Usulan ini masih bersifat konsep umum yang perlu diperdalam lagi pada saat pelaksanaan. Rekomendasi ini dilakukan hanya pada 11 kelurahan yang belum tersusun database permukiman kumuhnya.

12. Lingkup WilayahLingkung wilayah kegiatan Perencanaan Database Permukiman Kumuh Kota Salatiga Tahun 2015 di batasi untuk 11 (sebelas) yaitu :a. Kelurahan Blotonganb. Kelurahan Sidorejo Kidulc. Kelurahan Kalibeningd. KelurahanTingkir Lore. Kelurahan Tingkir Tengahf. Kelurahan Cebongang. Kelurahan Randuacirh. Kelurahan Noborejoi. Kelurahan Kumpulrejoj. Kelurahan Dukuhk. Kelurahan KecandranUntuk pendataan permukiman kumuh pada kelurahan lainnya di lakukan pembaharuan data atau updating.

13. Keluaran

Keluaran dalam kegiatan ini adalah :

Inventarisasi kawasan kumuh di Kota Salatiga yang berupa peta, tabulasi dan deskripsi.

14. Jangka Waktu Penyelesaian KegiatanJangka waktu penyelesaian kegiatan ini adalah 120 (seratus dua puluh) hari kalender sejak diterbitkannya SPMK

15. PersonilPosisiKualifikasiJumlah

Orang Bulan (MM)

Tenaga Ahli:

Team Leader (Ahli Perencanaan Wilayah/ Planologi)

Ahli Arsitektur Kota

Ahli Infrastruktur

Ahli Informatika

S1 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota/Planologi dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang perencanaan kawasanS1 Teknik Arsitektur dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidang bangunan permukiman

S1 Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidang infrastruktur

S1 Teknik Komputer dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidang database4444

Tenaga Pendukung (jika ada):

Administrasi dan Keuangan

Drafter CAD (4 org)Surveyor (18 org)SMA/SMK

SMK/D3 SMK/D3 41627

Laporan

16. Laporan PendahuluanLaporan Pendahuluan memuat: latar belakang dan metodologi pelaksanaan pekerjaan.

Laporan harus dibahas dan didiskusikan dengan Tim Teknis selambat-lambatnya: 14 (empat belas) hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan dan disajikan dalam bentuk Draf Laporan Pendahuluan sebanyak 10 (sepuluh) buku.Hasil revisi dari Draf Laporan Pendahuluan tersebut diserahkan sebanyak 5 (lima) buku dicetak fullcolour dan dijilid softcover.

17. Laporan AkhirLaporan Akhir memuat: hasil akhir pekerjaan.Laporan harus dibahas dan didiskusikan dengan Tim Teknis selambat-lambatnya: 100 (seratus) hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan dan disajikan dalam bentuk Draf Laporan Akhir sebanyak 10 (sepuluh) buku.

Hasil revisi dari Draf Laporan Akhir tersebut diserahkan sebanyak 5 (lima) buku dicetak fullcolour dan dijilid softcover selambat-lambatnya 115 (seratus lima belas) hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkanBagian tidak terpisahkan dari Laporan Akhir ini antara lain :a. Album Peta dicetak pada kertas ukuran A3 fullcolour dan dijilid softcover sebanyak 5 (lima) buku;

b. Keping CD berisi softcopy seluruh laporan sebanyak 5 (lima) keping.

Hal-Hal Lain

23.Produksi dalam NegeriSemua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

26.Alih PengetahuanJika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil proyek/satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen

Salatiga, 00 Februari 2015PEJABAT PEMBUAT KOMITMENJOKO WIDODO, ST, MMNIP. 19751019 200604 1 002 Uraian Pendahuluan memuat gambaran secara garis besar mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Data penunjang terdiri dari data yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Dijelaskan pula keterkaitan antara suatu keluaran dengan keluaran lain.