KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN...

129
KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN ASING INVASIF DI WILAYAH PEMERIKSAAN KARANTINA PERTANIAN DI JAKARTA RAHMA SUSILA HANDAYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN...

Page 1: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN

ASING INVASIF DI WILAYAH PEMERIKSAAN

KARANTINA PERTANIAN DI JAKARTA

RAHMA SUSILA HANDAYANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
Page 3: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Kajian Spesies Serangga dan

Tumbuhan Asing Invasif di Wilayah Pemeriksaan Karantina Pertanian di Jakarta”

adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Rahma Susila Handayani

NIM A352100144

Page 4: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

RINGKASAN

RAHMA SUSILA HANDAYANI. Kajian Spesies Serangga dan Tumbuhan

Asing Invasif di Wilayah Pemeriksaan Karantina Pertanian di Jakarta. Dibimbing

oleh PUDJIANTO dan SRI SUDARMIYATI TJITROSOEDIRDJO.

Badan Karantina Pertanian (BARANTAN) sedang mengembangkan tugas

untuk mencegah masuk dan menyebarnya spesies asing invasif di Indonesia.

Penelitian ini menganalisis spesies asing invasif yang menjadi Organisme

Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK), pemasukannya secara sengaja melalui

impor, dan pemasukan secara tidak sengaja melalui kontaminasi produk tumbuhan

impor. Hal ini dilakukan untuk menginventaris serangga dan tumbuhan yang

menjadi OPTK dan kontaminan, serta tumbuhan impor yang menjadi spesies

asing invasif, selanjutnya dipelajari potensi invasif serta keberadaannya di

Indonesia.

Penelitian ini difokuskan pada spesies serangga dan tumbuhan. Data

diperoleh dari inventarisasi daftar OPTK, pengambilan contoh produk pertanian

dan kehutanan impor seperti benih atau selain benih untuk diidentifikasi spesies

kontaminannya, hasil intersepsi BARANTAN tahun 2010-2011, koleksi intersepsi

pada Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok dan Soekarno Hatta,

survei tanaman ke nursery di Jabodetabek dan Karawang. Sebagai tambahan

adalah data impor BARANTAN tahun 2010-2011 berupa spesies benih, tanaman

hidup, dan biji bukan benih yang berpotensi tumbuh. Seluruh hasil inventarisasi

disandingkan dengan daftar spesies serangga dan tumbuhan invasif pada Global

Invasive Species Database (GISD). Spesies yang sama adalah spesies invasif yang

kemudian dikaji mengenai bioekologi, sejarah invasi, dan dampaknya. Spesies

yang tidak terdaftar di dalam GISD dilakukan pencarian informasi tentang potensi

invasifnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies asing invasif yang merupakan

target OPTK ada 12 spesies serangga dan 3 spesies gulma. Pemasukan spesies

asing invasif melalui kontaminasi produk impor ada 5 spesies serangga dan 37

spesies tumbuhan. Agrilus sulcicollis dan Megacyllene robiniae merupakan

serangga invasif yang belum terdapat di Indonesia dan tidak termasuk di dalam

daftar OPTK maupun GISD. Ada 5 spesies tumbuhan invasif yang sebelumnya

tidak dilaporkan di Indonesia yaitu Cirsium vulgare, Cirsium arvense (OPTK

kategori A1) Centaurea melitensis, Lepidium virginicum, dan Melilotus albus.

Spesies tumbuhan yang diimpor dan dari hasil survei menunjukkan terdapat 18

spesies tumbuhan berpotensi invasif. Satu dari 18 spesies tersebut memiliki

kesamaan nama spesies OPTK kategori A2 (Asystasia gangetica subsp.

micrantha). Spesies-spesies yang diketahui belum ada di Indonesia dari hasil

penelitian ini, dapat menjadi informasi sebagai bahan penetapan target

pemantauan, target IAS, dan revisi daftar OPTK. Pengelolaan spesies invasif di

pre-border perlu ditingkatkan dengan membuat target pemeriksaan spesies

invasif, peningkatan kemampuan identifikasi, peningkatan standar penerimaan

terhadap kualitas impor, dan penerapan standar Sanitary and Phytosanitary

Measures yang sebaik-baiknya.

Kata kunci: serangga, tumbuhan, asing, invasif, dan karantina

Page 5: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

SUMMARY

RAHMA SUSILA HANDAYANI. Study Invasive Alien Insects and Plants

Species in Indonesia. Supervised by PUDJIANTO and SRI SUDARMIYATI

TJITROSOEDIRDJO.

Agricultural Quarantine Agency (AQA) is developing a duty to prevent the

entry and spread of invasive alien species in Indonesia. This study was conducted

to analyze the potency of alien species listed in quarantine pests, introduction

intentionally through import, and introduction unintentionally through

contamination of imports plant products to become invasive and quarantine pest,

its revenue through import intentionally, and unintentionally income through

contamination of plant products imports. This is done to make an inventory of

invasive alien species, to know the character of invasive and existence in

Indonesia.

This study has focus on the species of insects and plants. Data were

obtained from the inventory insects and plants listed as quarantine pests, sampling

of imported agricultural and forestry products such as seed or non-seed to detect

and identify contaminant species, the results AQA interception in 2010-2011,

collection of interception at Agricultural Quarantine of Tanjung Priok Sea Port

and Soekarno Hatta Air Port, as well as survey of plants to the nursery in

Jabodetabek and Karawang. In addition, the data of imported living plants, seeds

and non-seeds in 2010-2011 BARANTAN were also analyzed. All data were

compared to the list of invasive species in Global Invasive Species Database

(GISD). The dentified that were listed in GISD were classified as invasive

species, and then were studied their bioecology, historical invasion, and impact.

Species that are not included in the list of GISD performed invasive potential of

information retrieval.

The results showed that 12 species of insects and 3 species of weeds listed

in the quarantine pests could be classified as invasive species. Five species as

contaminants of imported products were invasive insect species and 37 were

found plants. The invasive insects Agrilus sulcicollis and Megacyllene robiniae

not exist in Indonesia and are not listed in the quarantine pests and GISD. Five of

invasive plants which are not exist in Indonesia were Cirsium vulgare,

Cirsium arvense (quarantine pest A1 category), Centaurea melitensis,

Lepidium virginicum, and Melilotus albus. Introduction invasive alien plants were

imported and the results of survey there are 18 invasive plants species of GISD.

One of 18 plants species is known as quarantine pest A2 category (Asystasia

gangetica subsp. micrantha). The invasive alien species that do not exist in

Indonesia can be used as target material monitoring and revision is a list

quarantine pest. Management of invasive species in the pre-border needs to be

improved by making the target invasive species inspection, increased expertise of

identification, improvement of the quality standards of imported products, and the

acceptance of the application of Sanitary and Phytosanitary Measures as well as.

Key Words: insects, plants, alien, invasive, and quarantine.

Page 6: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
Page 8: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
Page 9: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Fitopatologi

KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN

ASING INVASIF DI WILAYAH PEMERIKSAAN

KARANTINA PERTANIAN DI JAKARTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

RAHMA SUSILA HANDAYANI

Page 10: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

Penguji pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Damayanti Buchori, MSc.

Penguji pada Ujian Terbuka: Prof Dr Ir Marimin, MS

Dr Ir Naresworo Nugroho, MS

Page 11: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

Judul Tesis : Kajian Spesies Serangga dan Tumbuhan Asing Invasif di Wilayah

Pemeriksaan Karantina Pertanian di Jakarta

Nama : Rahma Susila Handayani

NIM : A352100144

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Pudjianto, MSi

Ketua

Dr Sri Sudarmiyati T., MSc

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Fitopatologi

Dr Ir Sri Hendrastuti Hidayat, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

24 Februari 2014

Tanggal Lulus:

Page 12: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

Judul Tesis

Nama NIM

: Kajian Spesies Serangga dan Tumbuhan Asing Invasif di Wilayah Pemeriksaan Karantina Pertanian di Jakarta

: Rahma Susila Handayani : A352100144

Disetujui o1eh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Pudjianto, MSi Dr Sri Sudarmiyati T., MSc Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Fitopatologi

Dr Ir Sri Hendrastuti Hidayat, MSc

Tangga1 Ujian: Tanggal Lulus: 2 8 FEB 2014 24 Februari 2014

Page 13: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan

di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta, Laboratorium Balai Besar

Karantina Pertanian Tanjung Priok, Jl. Sambu, No. 9, Baranangsiang, Bogor dan

Laboratorium Herbarium-SEAMEO BIOTROP. Adapun tema dari penelitian ini

yaitu pembelajaran spesies serangga dan tumbuhan asing invasif diharapkan dapat

memberi sumbangsih bagi kegiatan perlindungan pertanian di Indonesia secara

umum. Sumber dana penelitian dan pendidikan pascasarjana penulis ini berasal

dari Anggaran DIPA tahun 2010 Badan Karantina Pertanian-Jakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing Dr Ir Pudjianto,

MSi dan Dr Sri Sudarmiyati Tjitrosoedirdjo, MSc atas kesabarannya dalam

membimbing penulis hingga selesainya tesis ini. Ungkapan terima kasih juga

penulis ucapkan kepada Ibu dan Bapak tercinta serta Kakak dan Adik yang selalu

memberikan motivasi serta semangat saat melakukan penelitian. Selain itu penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di Wilayah Kerja Karantina

Pertanian Kantor Pos Bogor, Ibu Trisnasari, Bapak Hermawan, Bapak Iman

suryaman, Bagus Seta Chandra W., Epriyanto serta rekan-rekan lainnya yang

telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyelesaian

tesis ini.

Penulis berharap, semoga tesis ini bermanfaat bagi pembacanya.

Bogor, Februari 2014

Rahma Susila Handayani

Page 14: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 4 Spesies Asing Invasif (IAS) 4 Karantina Pertanian di Indonesia 8

3 METODE 10 Tempat dan Waktu 10

Bahan 10 Alat 10 Metode Pelaksanaan 11

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 Kelompok Serangga 14

Kajian Spesies Serangga Asing Invasif yang Terdaftar sebagai

OPTK Indonesia 14

Kajian Spesies Serangga Kontaminan yang Berpotensi Invasif di

Indonesia 20

Kelompok Tumbuhan 27

Kajian Spesies Tumbuhan Asing Invasif yang Terdaftar sebagai

OPTK Indonesia 27

Kajian Spesies Tumbuhan Kontaminan yang Berpotensi Invasif

di Indonesia 30

Kajian Spesies Tumbuhan Impor yang Berpotensi Invasif

di Indonesia 42

Pengelolaan spesies asing invasif di Pre-Border 48

5 SIMPULAN DAN SARAN 49

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN 57

RIWAYAT HIDUP 109

Page 15: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

DAFTAR TABEL

1 Spesies serangga invasif yang tergolong OPTK 14

2 Lima negara asal barang impor dengan tingkat temuan kontaminasi

serangga dan tumbuhan asing tertinggi di tahun 2010 dan 2011 21

3 Lima produk pertanian impor tahun 2010 dan 2011 yang sering

terkontaminasi spesies serangga dan tumbuhan asing 22

4 Lima famili serangga dari Ordo Coleoptera yang sering

mengontaminasi produk pertanian impor di tahun 2010 dan 2011 23

5 Serangga yang sering ditemukan mengontaminasi kedelai impor di

tahun 2010 dan 2011 23

6 Status spesies serangga asing yang belum ada di Indonesia

mengontaminasi produk pertanian impor 24

7 Daftar spesies tumbuhan asing invasif yang merupakan OPTK

kelompok gulma di Indonesia 28

8 Biji tumbuhan yang sering mengontaminasi produk kedelai impor di

tahun 2010 dan 2011 31

9 Spesies tumbuhan asing invasif yang terdaftar di GISD dan ditemukan

mengontaminasi produk pertanian impor 33

10 Spesies tumbuhan asing kontaminan yang telah menjadi invasif di

Indonesia 35

11 Spesies tumbuhan asing yang berpotensi invasif hasil survei ke nursery

di Jabodetabek dan Karawang 43

12 Benih dan bibit tumbuhan impor tahun 2010-2011 yang terdaftar

sebagai spesies invasif di dalam GISD 44

DAFTAR GAMBAR

1 Imago Anthonomus grandis perbesaran 6.5x (Sumber: Koleksi

Penerimaan BBKP Tanjung Priok, foto oleh Rahma, mikroskop stereo

ZEISS Stemi 2000-C, kamera AxioCam ERc5s) 16

2 Imago Ceratitis capitata perbesaran 6.5x (Sumber: Koleksi Penerimaan

BBKP Tanjung Priok, foto oleh Rahma, mikroskop stereo ZEISS Stemi

2000-C, kamera AxioCam ERc5s) 17 3 Imago Trogoderma granarium perbesaran 6.5x (Sumber: Koleksi

Penerimaan BBKP Tanjung Priok, foto oleh Rahma, mikroskops stereo

ZEISS Stemi 2000-C, kamera AxioCam ERc5s) 20 4 Proporsi ordo serangga yang mengontaminasi produk pertanian impor

tahun 2010 dan 2011 22 5 Imago Agrilus sulcicollis perbesaran 6.5x (Sumber: foto oleh Rahma,

mikroskop stereo ZEISS Stemi 2000-C, kamera Canon Ixus 1000HS) 25

Page 16: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

DAFTAR GAMBAR (lanjutan)

6 Imago Megacylene robiniae perbesaran 6.5x (Sumber: foto oleh

Rahma, mikroskop stereo ZEISS Stemi 2000-C, kamera Canon Ixus

1000HS) 26 7 Imago Pyrrhidium sanguineum betina dan jantan (paling kanan)

perbesaran 6.5x (Sumber: foto oleh Rahma, mikroskop stereo ZEISS

Stemi 2000-C, kamera Canon Ixus 1000HS) 27 8 Tanaman Asystasia gangetica subsp. micrantha (Sumber: foto oleh

Rahma, kamera Canon Ixus 1000HS) 29

9 Proporsi famili tumbuhan yang mengontaminasi produk pertanian

impor tahun 2010 dan 2011 30 10 Polong dan biji melilotus albus perbesaran 10x (Sumber: foto oleh

Rahma, mikroskops stereo ZEISS Stemi 2000-C, kamera AxioCam

ERc5s) 40

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil intersepsi serangga dan tumbuhan kontaminan pada produk

pertanian impor dari Amerika Serikat tahun 2010 dan 2011 57

2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi spesies serangga dan tumbuhan

kontaminan pada sampel produk pertanian impor serta jadwal survei 62

3 Beberapa foto serangga hasil hasil deteksi dan identifikasi pada produk

pertanian impor 83

4 Beberapa foto dan deskripsi biji kontaminan hasil deteksi dan

identifikasi pada produk pertanian impor 85

5 Beberapa foto biji tumbuhan asing hasil deteksi dan identifikasi pada

produk pertanian impor 88

6 Impor produk pertanian berupa tanaman hidup, benih, dan hasil

tanaman hidup bukan benih, hasil tanaman mati diolah, dan tanpa

olahan periode tahun 2010 100

7 Impor produk pertanian berupa tanaman hidup, benih, dan hasil

tanaman hidup bukan benih, hasil tanaman mati diolah, dan tanpa

olahan periode tahun 2011 106

Page 17: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
Page 18: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Spesies asing invasif yang lebih dikenal dengan invasive alien species (IAS)

menurut McNeely (2001) adalah spesies, subspesies, atau varietas yang masuk ke

dalam suatu ekosistem bukan habitat aslinya baik secara langsung maupun tidak

langsung, menetap, dan bereproduksi sehingga dapat menjadi agen pengubah dan

mengancam ekosistem, habitat, keanekaragaman hayati, merugikan ekonomi dan

kesehatan manusia. Sekarang ini IAS telah menjadi perhatian publik sejak adanya

perjanjian KTT Bumi yang ditandai oleh Convention on Biological Diversity

(CBD) di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Prinsip utama perjanjian tersebut

adalah memperhatikan kondisi lingkungan dalam rangka pembangunan ekonomi.

Artikel ke-8 (h) di dalam CBD menyatakan bahwa setiap negara perlu mencegah

introduksi, mengendalikan, dan memusnahkan spesies-spesies asing yang dapat

mengancam ekosistem, habitat, dan spesies lainnya (Lopian 2005). Mengingat

pentingnya keanekaragaman hayati maka Indonesia merativikasi Konvensi

Keanekaragaman Hayati atau CBD melalui Undang-undang No. 5 tahun 1994

tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai

keanekaragaman hayati (Indrawan et al. 2007).

Pelaksanaan perlindungan dari IAS merupakan mandat dari CBD dan

Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) terhadap

International Plant Protection Convention (IPPC) karena peran pencegahan

introduksi spesies asing lebih sesuai dengan peran IPPC (Lopian 2005). Spesies

yang bersifat invasif dapat berupa: (1) bakteri, virus, cendawan, parasit; (2) hewan

liar; (3) serangga dan invertebrata lain; (4) organisme pengganggu ekosistem laut;

dan (5) gulma, (Australian Goverment Department of Sustainability,

Environment, Water, Population, and Communities 2010). Serangga dan gulma

merupakan bagian dari kelompok organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang

keberadaannya dapat dilihat secara makroskopis atau mata telanjang. Dua

kelompok OPT ini juga merupakan sebagian dari target pemeriksaan karantina

yang tercantum dalam daftar OPT-Karantina (OPTK). Menurut Lopian (2005),

tidak semua serangga OPTK merupakan spesies invasif. Oleh karena itu,

penelitian ini lebih mengutamakan pada bahasan serangga sebagai hama dan

tumbuhan yang berpotensi menjadi gulma.

Serangga yang dapat menjadi invasif dalam suatu ekositem umumnya dapat

berperan sebagai predator, polinator, dan hama. Hama merupakan yang paling

umum sebagai perusak. Sebagai contoh: kutu putih Paracoccus marginatus

merupakan serangga asli dari Mexico yang dilaporkan telah masuk dan menjadi

invasif di Indonesia dan India (Muniappan et al. 2008). Kutu putih ini sangat

merugikan secara ekonomi khususnya pada tanaman pepaya.

Tumbuhan yang menjadi gulma adalah tumbuhan yang tumbuh salah

tempat, belum diketahui manfaatnya, atau tidak diharapkan oleh kelompok orang

tertentu, tetapi berdasarkan observasi faktual gulma merupakan tumbuhan yang

efisien dan berhasil di tempat ia tumbuh. Keberhasilan gulma ditentukan oleh

beberapa karakter biologi (Tjitrosoedirdjo et al. 2011).

Page 19: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

2

Tumbuhan invasif memiliki karakter yang sama dengan gulma

(Tjitrosoedirdjo 2010). Tumbuhan yang memiliki karakter gulma yang baik

menjadi tumbuhan invasif yang berbahaya (Zihmdal 2007). Di Indonesia, gulma

dapat terjadi di ekosistem pertanian dan ekosistem non-pertanian (Tjitrosoedirdjo

2010). Keberadaan gulma di lingkungan pertanian antara lain dapat mengganggu

sistem produksi pertanian, mengontaminasi produk pertanian sehingga

mempengaruhi kualitas produksi, dan sebagai agens penyebaran OPT (Radosevich

et al. 2007). Menurut Ujiyani (2009), spesies invasif Bromus tectorum ditemukan

mengontaminasi komoditas pertanian yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung

Priok tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 yang merupakan salah satu OPTK

kategori A1 (belum ada di Indonesia). B. tectorum dilaporkan menginvasi dan

menyebabkan area pertumbuhan Artemisia tridentata sebagai sumber pakan

hebivora di Amerika Utara menjadi lebih mudah terbakar (Radosevich et al.

2007).

Penelitian tentang spesies invasif di Indonesia masih sangat terbatas.

Peluang masuknya IAS mempengaruhi kehidupan dan lingkungan di Indonesia

dan negara lain. Kejadian invasif bersifat unik di setiap lokasi yang diinvasi.

Globalisasi telah menstimulir peningkatan arus perdagangan, transportasi, dan

arus perjalanan wisatawan. Hal ini dapat menjadi fasilitas kemudahan masuk dan

tersebarnya spesies asing ke suatu area. Jika habitat baru merupakan habitat yang

mirip dengan habitat aslinya, spesies asing dapat bertahan dan bereproduksi.

Suatu spesies menjadi invasif jika mampu berkompetisi dengan organisme asli

untuk memperoleh makanan dan habitat, menyebar melalui lingkungan barunya,

mengalami peningkatan populasi, dan membahayakan ekosistem yang

diintroduksinya (CBD 2009a). Contoh spesies asing invasif yang menetap di

Indonesia dan merugikan secara ekonomi yaitu Paracoccus marginatus (kutu

putih). P. marginatus menghisap cairan tanaman, membentuk koloni yang padat

sehingga menghambat fotosintesis dan pertumbuhan tanaman tersebut, bahkan

menyebabkan kematian tanaman. Dampak dari introduksi P. marginatus memiliki

kontribusi terhadap penurunan produksi pepaya di wilayah kecamatan Sukaraja

(Bogor) hingga mencapai 58% dan terjadi peningkatan biaya produksi 46% akibat

penggunaan pestisida. Petani mengalami kerugian sekitar 14.2 juta ton/ha

(Ivakdalam 2010). Chromolaena odorata (Kirinyuh) merupakan tanaman invasif

yang agresif berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Pertama kali ditemukan di

Indonesia pada tahun 1934 tepatnya di Lubuk Pakam, Sumatera Utara, di

perkebunan tembakau. Kirinyuh ini menyebar sangat cepat di seluruh Indonesia

dari Aceh, Sumatera hingga Papua (Titrosoedirdjo 2005). Senyawa alelopati yang

dihasilkan tanaman ini di dalam tanah dapat mencegah perkecambahan dan

pertumbuhan tanaman yang asli (native). Kerugian yang diakibatkan C. odorata

menyebabkan kehilangan hasil tanaman mencapai 30% sampai dengan 35%,

tetapi kerugian meningkat pada tanaman kopi dan cokelat yaitu 45% (Wise et al.

2007). Enceng gondok (Eichhornia crassipes) telah menginvasi habitat tropis di

seluruh dunia, menyebar ke 50 negara lebih di lima benua. Enceng gondok dapat

menghambat saluran perairan, memusnahkan satwa liar perairan dan mata

pencaharian masyarakat lokal, serta dapat menjadikan kondisi yang ideal untuk

penyakit dan vektornya (CBD 2009b). Bahaya yang ditimbulkan IAS sangat

serius sehingga perlu penanganan khusus untuk meminimalkan peluang masuk ke

suatu wilayah, khususnya negara Indonesia.

Page 20: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

3

Pencegahan masuk IAS ke wilayah Indonesia lebih berkaitan dengan

peranan karantina pertanian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lopian (2005)

bahwa IAS berhubungan dengan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina

(OPTK). Sebagian besar OPTK merupakan IAS, dan IAS yang merugikan secara

ekonomi pada tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan

OPTK. Tupoksi karantina pertanian di Indonesia selama ini masih terbatas pada

OPTK/HPHK berdasarkan UU No. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan

dan Tumbuhan, PP No. 14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, dan PP No.

82 tahun 2000 tentang Karantina Hewan. Pengembangan tugas karantina dimulai

tahun 2009 yaitu menangani keamanan pangan. Karantina terus melakukan

pengembangan peran sesuai dengan perkembangan aturan di dunia, seperti

peranannya yang terkait dengan IAS. Badan Karantina Pertanian (BARANTAN)

dan FAO serta SEAMEO-BIOTROP berkolaborasi mempersiapkan program kerja

“Strengthening Quarantine Control System for Invasive Alien Species (IAS)”

beberapa diantaranya menyiapkan peraturan dan pengembangan kapasitas

kelembagaan meliputi sistem manajemen informasi (BARANTAN 2011).

Penelitian ini berkaitan dengan program kerja karantina tersebut sehingga

diharapkan dapat memberikan informasi mengenai IAS yang diperkirakan dapat

berada di wilayah Indonesia. Penelitian ini mengutamakan ruang lingkup pada

beberapa wilayah layanan pemeriksaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina

Tumbuhan di Jakarta yaitu Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta, Karawang, dan

Tangerang (Kementan 2010). Selain itu, target yang menjadi bahan pengamatan

ini dikhususkan pada serangga hama di ekosistem pertanian, kehutanan, dan

serangga gudang, sedangkan untuk tumbuhan meliputi tanaman hias, cover crop,

dan biji tumbuhan kontaminan yang berpotensi menjadi gulma.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk inventarisasi serangga dan tumbuhan yang

menjadi OPTK dan kontaminan, serta tumbuhan impor yang menjadi IAS dan

mempelajari kriteria potensi IAS di Indonesia melalui kajian taksonomi, biologi,

daerah asal, dan sejarah invasi. Kajian tersebut dilakukan terhadap spesies yang

invasif di ekosistem pertanian maupun ekosistem non-pertanian.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini berupa informasi yang dapat digunakan sebagai

bahan dalam penyusunan database IAS di Indonesia, untuk merevisi daftar OPTK,

pencegahan masuk dan tersebarnya IAS, serta penentuan teknik pengelolaan IAS

di Indonesia.

Page 21: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

Spesies Asing Invasif (IAS)

Pengertian IAS

Istilah spesies asing invasif ini dikenal pertama kali melalui pertemuan

para ahli lingkungan yaitu dalam CBD yang diorganisasikan oleh United Nations

Environment Programme (UNEP) dalam Earth Summit tahun 1992 dan lebih

dikenal dengan Invasive Alien Spesies (IAS) (Tjitrosoedirdjo 2010). Spesies asing

invasif menurut McNeely et al. (2001) adalah spesies introduksi baik secara

langsung maupun tidak langsung, menetap dan bereproduksi sehingga dapat

menjadi agen pengubah dan mengancam ekosistem, habitat, keanekaragaman

hayati, merugikan ekonomi dan kesehatan manusia. IAS dapat berupa tumbuhan,

hewan, patogen, dan organisme lain yang asing dalam ekosistem, yang

menyebabkan kerugian secara ekonomi, kerusakan lingkungan dan bahkan dapat

mengganggu kesehatan manusia, khususnya berdampak negatif terhadap

keanekaragaman hayati, termasuk penurunan dan penghilangan spesies asli

melalui kompetisi, pemangsaan, atau transmisi patogen dan terganggunya

ekosistem lokal serta fungsi ekosistem (CBD 2009c). Menurut Australian

Goverment Department of Sustainability, Environment, Water, Population,

Communities (2010), spesies invasif merupakan spesies yang terjadi, sebagai

akibat dari aktivitas manusia, diluar distribusi normalnya, dipertimbangkan

merugikan lingkungan, pertanian dan sumber daya lain. Spesies invasif ini

meliputi: (1) patogen dan parasit; (2) hewan liar; (3) serangga dan invertebrata

lain; (4) OPT di ekosistem laut; serta (5) gulma.

Proses Invasi

Invasi merupakan perluasan geografis dari suatu spesies pada daerah yang

sebelumnya tidak ada spesies tersebut. Tidak semua organisme yang masuk ke

dalam suatu wilayah/habitat baru menjadi invasi. Terkadang invasi dapat terjadi

kegagalan, tetapi invasi yang berhasil adalah peristiwa yang jarang. Invasi yang

berhasil memerlukan bahwa spesies itu sampai kesitu, mapan, bereproduksi,

menyebar, dan mengintegrasikan diri dengan anggota lain dari komunitas yang

diinvasi (Tjitrosoedirdjo 2010). Tiga fase mayor invasi tanaman menurut Raizada

(2007) yaitu introduksi, kolonisasi, dan naturalisasi. Hill (2008) menyatakan suatu

yang berbeda bahwa satu spesies harus dapat melalui enam fase untuk berhasil

menetap di lokasi baru. Hasil dari setiap fase memiliki keterkaitan kemungkinan

berhasil dan setiap fase harus diselesaikan sebelum pindah ke fase berikutnya.

Oleh karena itu, satu spesies harus melalui semua fase untuk berhasil melakukan

invasi yaitu: fase introduksi, fase bertahan secara individu, fase memasuki

lingkungan yang sesuai untuk bertahan jangka panjang, fase sukses bereproduksi

secara individu, fase sukses berkompetisi, dan fase perluasan dan penyebaran

populasi.

Kemiripan habitat baru dengan habitat asli dari suatu spesies yang masuk ke

suatu area dapat menyebabkan spesies tersebut dapat bertahan dan bereproduksi.

Suatu spesies menjadi invasif harus mampu berkompetisi dengan organisme asli

Page 22: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

5

untuk makanan dan habitat, menyebar melalui lingkungan barunya, populasi

meningkat, dan membahayakan ekosistem yang diintroduksinya (CBD 2009a).

Ada 4 tahapan proses invasi tumbuhan yang idealistik menurut

Tjitrosoedirdjo (2010), yaitu:

1. Berada di daerah baru

Tahapan ini merupakan periode pemeliharaan, seperti untuk tumbuhan yang

dibudidayakan dan tanaman hias, sedangkan untuk tumbuhan lain merupakan

periode dorman.

2. Mapan secara spontan

Periode telah menghasilkan 1 generasi dalam daerah baru tersebut tanpa

bantuan manusia.

3. Mapan secara permanen

Periode telah membentuk populasi dan mampu bertahan di daerah baru

tersebut.

4. Persebaran di daerah baru tersebut telah tuntas

Periode telah terjadi invasi di seluruh lokasi yang cocok untuk

pertumbuhannya sebagai implikasi sebaran baru telah tercapai.

Keberhasilan invasi tergantung spesies dan kemudahan invasi dari habitat.

Kemampuan spesies menginvasi meliputi karakter sejarah kehidupan, sebaran asli

secara geografis luas, dan pola taksonomi. Kemudahan invasi dari habitat peran

pengrusakan dan peran keanekaragaman hayati, dan ketersediaan sumber daya

alam. Pengelolaan yang baik terhadap organisme dapat meminimalkan terjadinya

invasi.

Kriteria Tumbuhan Invasif

Tumbuhan invasif, salah satunya adalah gulma. Gulma merupakan

tumbuhan yang efisien dan berhasil di tempat ia tumbuh. Keberhasilannya

ditentukan oleh karakter biologi (Tjitrosoedirdjo et al. 2011).

Karakter biologis gulma ideal (Baker 1974 di dalam Tjtrosoedirdjo et al.

2011), yaitu:

1. Syarat perkecambahan dapat terpenuhi oleh berbagai lingkungan

2. Biji mempunyai viabilitas yang lama dan perkecambahan bersifat

diskontinyu

3. Pertumbuhan yang cepat dari fase vegetatif sampai ke taraf pembungaan

4. Terus menerus memproduksi biji sepanjang kondisi lingkungan

memungkinkan

5. Self-compatible, tetapi tidak autogami atau apomixis penuh

6. Perkawinan silang; bila terjadi tidk memerlukan polinator khusus ataupun

angin.

7. Produksi biji sangat tinggi, dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan

8. Produksi biji dapat terjadi dalam rentang kondisi lingkungan yang lebar,

toleran, dan plastis.

9. Teradaptasi untuk penyebaran jarak jauh maupun jarak dekat

10. Apabila berupa tumbuhan tahunan, reproduksi vegetatif sangat subur, atau

dapat ber-regenerasi dari fragmentasi

11. Apabila berupa tumbuhan semusim, bersifat mudah patah, sehingga tidak

mudah dicabut dari tanah

Page 23: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

6

12. Mempunyai kemampuan berkompetisi antar spesies dengan alat khusus

(roset, mencekik tumbuhan lain, dan alelopati)

Tingkat keinvasifan suatu spesies sangat beragam. Tingkat invasi

tumbuhan ditentukan dengan mengevaluasi karakteristik biologis dan ekologis

terhadap kriteria yang mencakup persyaratan menetap (established), tingkat

pertumbuhan dan kemampuan berkompetisi, metode reproduksi, dan mekanisme

pemencaran (Weiss dan Laconis 2002).

Karakter keinvasifan tumbuhan dapat diprediksi. Prediksi utama tingkat

keinvasifan menurut Rejmanek (2001) sebagai berikut:

1. Memiliki kebugaran yang konstan baik secara individu maupun populasi di

berbagai lingkungan.

2. Ukuran genom yang kecil, umumnya berkaitan dengan masa generasi yang

pendek, peridoe juvenile yang pendek, ukuran benih yang kecil, membuat

naungan yang cepat, tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi

3. Keinvasifan spesies tumbuhan berkayu dihubungkan dengan ukuran masa

biji yang ringan, periode penghasilan biji yang panjang, periode juvenil

yang pendek, dan periode pembentukan buah yang panjang

4. Dapat disebarkan oleh vertebrata

5. Spesies yang merupakan invasif di daerah sebaran aslinya

6. Dapat bereproduksi secara vegetatif

7. Tumbuhan asing berasal dari genus asing dan lebih invasif daripada di

habitat aslinya

8. Spesies tidak memiliki simbiosis mutualisme yang spesifik

9. Tumbuhan komunitas yang tidak berbahaya secara natural atau semi natural

akan lebih menginvasi tumbuhan yang tinggi

10. Penyebaran spesies asing umumnya tergantung pada aktivitas manusia.

Menurut (Weber 2003) tumbuhan invasif dapat berasal dari jenis tanaman

hias, tumbuhan untuk pengendali erosi, tumbuhan berkayu, pakan ternak, tanaman

pangan, tumbuhan pelindung, dan masih banyak lagi jenis yang belum dikenal.

Kriteria Serangga Invasif

Serangga merupakan bagian dari taksonomi Kingdom Animal yang

memiliki tubuh beruas-ruas dan bertungkai 3 pasang. Peranan serangga di dalam

suatu ekosistem antara lain sebagai bahan makanan serangga lain, herbivor,

predator, polinator, pesaing, vektor, parasit, parasitoid, dekomposer atau detrivor.

Invasif dapat berpengaruh terhadap perekonomian dan lingkungan secara

langsung melalui pemakanan dan persaingan, sedangkan cara tidak langsung

seperti penyebaran patogen.

Karakteristik yang mencirikan spesies serangga invasif menurut Worner

(2002) antara lain: berasosiasi dengan aktivitas manusia sehingga dapat menyebar

luas di wilayah aslinya, kelimpahan tinggi di wilayah aslinya, memiliki

kemampuan peningkatan populasi yang tinggi, berperan pada kondisi yang luas,

memiliki daya pencar yang besar, siklus hidup menyesuaikan lingkungan yang

baru secara cepat, memiliki reproduksi dengan berbagai cara, dan memiliki

keragaman genetik yang tinggi.

Menurut Sanders et al. (2010), kunci utama dalam menentukan karakteristik

spesies arthropoda invasif meliputi nama spesies, wilayah sebaran asli, kerusakan

di wilayah sebaran aslinya, kisaran wilayah introduksi, mekanisme introduksi,

Page 24: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

7

terkait dengan habitat buatan manusia, kisaran inang yang luas, dan kemampuan

sebagai vektor penyakit. Faktor lain yang dapat mendukung keinvasifan serangga

adalah faktor kondisi dan habitat. Faktor kondisi berupa tersedianya kesempatan

bagi spesies serangga untuk muncul dan menang dalam persaingan pemanfaatan

sumber daya. Habitat yang diperlukan adalah habitat yang telah mengalami

gangguan atau kerusakan. Habitat yang demikian rentan terhadap invasi (Worner

2002).

Penyebaran IAS

Penyebaran spesies asing dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja.

Proses penyebaran IAS secara sengaja dapat dipicu dengan adanya globalisasi.

Globalisasi telah mendorong peningkatan perdagangan, transportasi, perjalanan

dan wisatawan. Hal ini dapat menjadi fasilitas untuk masuk dan tersebarnya

spesies asing ke suatu area. Jika habitat baru merupakan habitat yang memadai

habitat asli spesies tersebut, memungkinkan spesies tersebut untuk bertahan dan

bereproduksi. Suatu spesies menjadi invasif harus mampu berkompetisi dengan

organisme asli untuk makanan dan habitat, menyebar melalui lingkungan barunya,

meningkatkan populasi, dan membahayakan ekosistem yang diintroduksinya

(CBD 2009a). Penyebaran IAS secara tidak sengaja dapat berupa adanya

organisme yang menjadi kontaminan atau menginvestasi komoditas pertanian

yang diedarkan.

Dampak Negatif IAS

Faktor yang dapat menyebabkan terganggunya keanekaragaman hayati di

suatu kawasan, salah satunya adalah pengaruh spesies asing (eksotik). Spesies

asing yang mempunyai daya adaptasi tinggi dan bersifat invasif mampu

mengubah ekosistem lokal (Shiva et al. dalam Kumalasari 2006). Kerugian yang

diakibatkan oleh IAS bervariasi tergantung spesies dan lingkungannya.

E. crassipes yang awalnya sebagai tanaman hias di aquarium, sekarang

menyebabkan kerugian secara ekonomi dan mengganggu ekosistem air.

Tumbuhan ini diketahui menjadi berbahaya setelah 30 tahun dari pemasukannya

(Tjitrosoedirdjo 2007). Mikania micrantha dari Amerika Selatan dapat merusak

ekosistem hutan di Indonesia dengan cara merambati kanopi sehingga

menghambat pertumbuhan vegetasi asli (Tjitrosoedirdjo & Subiakto 2010).

Penghambatan pertumbuhan dan perusakan keanekaragaman hayati menyebabkan

kerugian secara ekonomi. Sebagai contoh: P. marginatus merusak tanaman

pepaya dengan cara menusuk dan menghisap cairan tanaman dan membentuk

koloni yang padat sehingga menghambat fotosintesis dan pertumbuhan tanaman

tersebut. Dampak dari introduksi P. marginatus memiliki kontribusi terhadap

penurunan produksi pepaya di wilayah kecamatan Sukaraja (Bogor) hingga

mencapai 58%, tetapi terjadi peningkatan biaya produksi 46% akibat penggunaan

pestisida. Petani mengalami kerugian sekitar 14.2 juta ton/ha (Ivakdalam 2010).

Gulma di Indonesia dilaporkan dapat terjadi di berbagai tempat antara lain

pekarangan, lahan pertanian tanaman pangan, lahan perkebunan, dan hutan serta

perairan. Ageratum conyzoides merupakan gulma yang dapat ditemukan

diberbagai macam tempat di Indonesia kecuali di area perairan (Soerjani et al.

1986). Gulma ini merupakan spesies tumbuhan yang invasif. Selain menjadi

gulma, A. conyzoides menjadi inang beberapa penyakit tumbuhan. Alelopati yang

Page 25: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

8

dihasilkan dapat menginterfensi tumbuhan lain sehingga dapat menghambat

perkecambahan dan pertumbuhan tanaman lain. Gulma tersebut dapat

menyebabkan alergi dan mengganggu kesehatan manusia (ISSG 2011). Spesies

invasif lebih umum diketahui berasal dari spesies asing yang masuk, menetap dan

berkembang biak di negara lain. Ada sedikit pengecualian bahwa spesies dapat

menjadi invasif di daerah sebaran aslinya, seperti Imperata cyliandrica dan

Phragmites vallatoria yang merupakan spesies invasif asli di Indonesia

(Tjirosoedirdjo 2007).

Karantina Pertanian di Indonesia

Landasan Hukum Karantina Pertanian Terkait dengan IAS Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas pokok dan fungsi terkait

pencegahan masuk dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan

karantina/hama dan penyakit hewan karantina dengan dasar UU No. 16 tahun

1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, PP No. 14 tahun 2002

tentang Karantina Tumbuhan, dan PP No. 82 tahun 2000 tentang Karantina

Hewan. Karantina mulai mengembangkan tugas sesuai dengan peraturan dunia

yaitu dengan mengawasi keamanan pangan pada tumbuhan atau bahan asal

tumbuhan segar tahun 2009 sebagai implementasi Peraturan Menteri Pertanian

No. 27 /Permentan/PP.340/5/ Tahun 2009 juncto Peraturan Menteri Pertanian

Nomor: 38/Permentan/PP.340/8/2009. Peraturan yang terkait dengan spesies

invasif di Indonesia masih dalam proses pembentukan, tetapi karantina telah

menyiapkan berbagai sarana dan konsep untuk pelaksanaan kegiatan yang terkait

dengan spesies invasif. Pembentukan peraturan IAS didasarkan pada tindak lanjut

ratifikasi Indonesia terhadap peraturan CBD. Persiapan pembentukan peraturan

dan sistem informasi tentang IAS tersebut melibatkan kerjasama dengan berbagai

pihak di lingkungan instansi maupun lembaga penelitian serta lembaga

pendidikan. Seperti halnya IPB, SEAMEO-BIOTROP, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat

Karantina Ikan, Badan Penelitian Dan Pengembangan (Litbang) Kehutanan, Balai

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI, Balai Besar Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI,

dan Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Tindakan Karantina Pertanian Berkaitan dengan IAS

Karantina pertanian untuk penanganan IAS masih terbatas dalam

persiapan. Pencegahan IAS pada umumnya telah dilakukan seiring dengan

pencegahan OPTK. Kegiatan pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan

karantina baik di tempat masuk dan pengeluaran maupun di luar tempat tersebut.

Wilayah pelayanan pemeriksaan karantina tumbuhan di luar tempat pemasukan

dan pengeluaran ditetapkan oleh Menteri Pertanian yaitu nomor 56/Permentan/

OT.140/9/2010 tentang pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan di luar tempat

pemasukan dan pengeluaran. BARANTAN bekerja sama dengan SEAMO-

BIOTROP, Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), FAO dan instansi lain untuk

menyusun payung hukum mengenai IAS di Indonesia. Langkah awal untuk

mewujudkan tindakan karantina dalam menangani IAS salah satunya dengan

Page 26: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

9

menyusun database IAS di Indonesia untuk dijadikan pedoman sasaran

pemeriksaan seperti halnya daftar OPTK.

Page 27: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

10

3 METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP)

Soekarno-Hatta (Jakarta), di Laboratorium BBKP Tanjung Priok-Wilayah Kerja

Kantor Pos Bogor dan di Herbarium SEAMEO-BIOTROP, Bogor. Pengambilan

sampel dan survei dilakukan pada bulan September 2011 sampai dengan Januari

2012.

Bahan

Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini bersumber dari data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil deteksi dan identifikasi

spesies serangga dan tumbuhan kontaminan pada sampel produk pertanian impor

dan hasil survei nursery yang dipertimbangkan banyak melakukan importasi

tanaman hias, tanaman penutup tanah, dan tanaman pelindung. Data sekunder

diperoleh dari data pemasukan tanaman hidup dan benih yang terekam di dalam

database Eplaq System BARANTAN tahun 2010-2011, data intersepsi yang

terekam di dalam database Eplaq System BARANTAN tahun 2010-2011, data

koleksi biji tumbuhan dan serangga hasil intersepsi di BBKP Tanjung Priok dan

Soekarno-Hatta, dan data koleksi media pembawa OPT/OPTK impor di BBKP

Tanjung Priok dan Soekarno-Hatta. Selain itu, data yang digunakan berupa daftar

spesies OPTK kelompok serangga dan gulma yang tertera pada Lampiran

Peraturan Menteri Pertanian nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011 tentang

Spesies Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dan data spesies serangga

dan tumbuhan invasif internasional yang ada pada Global Invasive Species

Database (GISD) tahun 2011 [http://www.issg.org/database/welcome/].

Serangga yang menjadi bahan penelitian berupa arthropoda dari Kelas

Insekta yang menjadi hama gudang, hama di ekosistem hutan, dan di ekosistem

pertanian. Tumbuhan yang menjadi bahan kajian penelitian berupa benih atau

bibit tanaman hias, tanaman penutup tanah, rumput-rumputan, dan biji tumbuhan

yang mengontaminasi media pembawa OPT/OPTK (dalam penelitian ini disebut

produk pertanian impor).

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kamera digital Canon Ixus

1000HS, mikroskop stereo binokuler ZEISS Stemi 2000-C dengan kamera digital

AxioCamERc5s. Literatur berupa buku, internet, dan CD-ROM CABI 2007 untuk

identifikasi biji tumbuhan dan serangga.

Page 28: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

11

Metode Pelaksanaan

Pengambilan Sampel

Sampel produk pertanian impor diambil untuk dilakukan deteksi dan

identifikasi spesies serangga dan biji kontaminan. Produk pertanian tersebut

berupa tanaman hidup dan benih, hasil tanaman hidup bukan benih, dan hasil

tanaman mati yang tidak diolah atau telah diolah. Sampel hasil tanaman mati yang

diolah atau tidak diolah seperti beras, tepung jagung, bungkil kedelai, kayu, dan

lain sebagainya. Sampel hasil tanaman hidup bukan benih, contoh jagung, kedelai,

kacang tanah yang pemasukannya tidak dipergunakan sebagai benih atau untuk

ditanam.

Sampel produk pertanian impor yang berupa tanaman hidup dan benih yaitu

tanaman hias, rumput-rumputan, kelapa sawit, dan tanaman penutup tanah

diperoleh dari laboratorium Karantina Tumbuhan di BBKP Tanjung Priok dan

BBKP Soekarno-Hatta. Pengambilan sampel benih biji-bijian dilakukan sesuai

dengan panduan pada pedoman teknis pengambilan sampel biji-bijian untuk benih

yang dikeluarkan oleh BARANTAN tahun 2007, sedangkan untuk pelaksanaan

pengambilan sampel non-benih mengadopsi dan memodifikasi dari pedoman

tersebut. Ukuran sampel yang digunakan bergantung pada jenis produk pertanian

impor, jumlah produk pertanian yang diimpor, jenis kemasan, ukuran kemasan,

jumlah kemasan, dan alat yang digunakan untuk pengambilan sampel. Jenis

kemasan yang dimaksud adalah kemasan dalam bentuk kantong/kontainer dan

curah. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Sampel produk pertanian

impor yang dipergunakan minimum 200 g dan maksimum 5 000 g.

Sampel yang berupa hasil tanaman hidup bukan benih, dan hasil tanaman

mati yang tidak diolah atau telah diolah diperoleh dari Depo Arcola, Depo

Transporindo, laboratorium Karantina Tumbuhan di BBKP Tanjung Priok dan

BBKP Soekarno-Hatta. Sampel diambil selama penelitian berlangsung dengan

periode 1 minggu sekali.

Pendeteksian dan Identifikasi Spesies Kontaminan pada Sampel Produk

Pertanian Impor

Sampel produk pertanian impor yang diperoleh, kecuali tanaman hidup

dilakukan pemaparan sampel. Sampel yang diperoleh diletakkan dan dipaparkan

di dalam nampan plastik. Selanjutnya, sampel diperiksa untuk dideteksi

organisme kontaminannya dengan memilah antara sampel dan kontaminan

menggunakan kuas dan spatula di bawah magnifier lamp. Kontaminan kelompok

serangga dapat berupa bagian tubuh serangga atau stadia serangga, sedangkan

untuk kelompok tumbuhan ditemukan berupa biji. Hal ini tidak menutup

kemungkinan jika ditemukan bagian dari tanaman yang dapat diidentifikasi untuk

menentukan spesies. Hasil pendeteksian kontaminan diletakkan di dalam cawan

petri, kemudian diidentifikasi di bawah mikroskop stereo. Setelah teridentifikasi

spesies yang ditemukan dicatat.

Sampel produk pertanian yang berupa tanaman hidup dilakukan

pendeteksian langsung di Laboratorium Karantina Tumbuhan BBKP Tanjung

Priok dan BBKP Soekarno-Hatta yaitu dengan memeriksa fisik tanaman secara

cermat dengan bantuan magnifier lamp dan kuas untuk dideteksi keberadaan

Page 29: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

12

organisme yang terbawa pada sampel. Organisme yang ditemukan selanjutnya

dilakukan identifikasi morfologi dan dicatat.

Identifikasi morfologi dilakukan dengan mencocokkan morfologi

organisme kontaminan dengan master koleksi, buku identifikasi, kunci identifikasi

on-line, master koleksi, dan CD-ROM CABI 2007 atau menanyakan spesies

organsime tersebut dengan pakarnya.

Survei ke Nursery

Survei dilakukan pada enam wilayah layanan pemeriksaan UPT Karantina

Tumbuhan yang ada di Jakarta. UPT tersebut yaitu BBKP Tanjung Priok dan

BBKP Soekarno-Hatta. Adapun wilayah layanan pemeriksaan UPT tersebut yang

digunakan survei adalah Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta, Karawang, dan

Tangerang (Peraturan Menteri Pertanian nomor 56/Permentan/ OT.140/9/2010

tentang pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan di luar tempat pemasukan dan

pengeluaran). Informasi lokasi nursery diperoleh dari pencarian di internet,

informasi dari BBKP Tanjung Priok-Soekarno Hatta, dan informasi dari pihak

lain. Lokasi survei di Jakarta (Griya Dina Nursery dan Toko Trubus Bintaro),

Bogor (Top Nursery), Bekasi (Anisa Adenium Nursery dan R & D Nursery),

Tangerang (Flora Alam Sutra dan Bunga Desa Nursery), Depok (PT. Godong Ijo

Nursery), dan di Karawang (PT. Benara Nursery).

Survei difokuskan pada tanaman hias, tanaman penutup tanah, dan tanaman

pelindung. Survei dilakukan dengan melakukan interview kepada pemilik

mengenai importasi tanaman hias yang dilakukan dan jenisnya.

Kelompok Serangga

Kajian spesies OPTK kelompok serangga yang berpotensi invasif.

Daftar OPTK Kategori A1 (yang belum ada di Indonesia) dan A2 (yang sudah ada

di Indonesia dengan wilayah sebaran terbatas) diseleksi dan dikumpulkan khusus

spesies yang termasuk kelompok serangga baik OPTK ekosistem pertanian dan

OPTK tanaman kayu/hutan. Daftar tersebut disandingkan dengan daftar spesies

serangga invasif dari GISD khusus kelompok serangga. Selanjutnya, spesies yang

sama dari hasil penyandingan dilakukan kajian informasi bioekologi, dampak,

daerah asal, deskripsi, status keberadaan di Indonesia, sebaran geografi, dan

taksonomi.

Kajian spesies serangga kontaminan yang berpotensi invasif. Kajian

serangga kontaminan ini menggunakan bahan yang berasal dari spesies hasil

deteksi dan identifikasi, hasil intersepsi kelompok serangga dari database Eplaq

Sytem BARANTAN tahun 2010-2011, hasil koleksi serangga intersepsi dari

BBKP Tanjung Priok. Selanjutnya, semua data tersebut digabungkan dan

kemudian disandingkan dengan data spesies serangga invasif dari GISD. Spesies

yang sama dilakukan kajian informasi seperti metode sebelumnya.

Spesies serangga kontaminan yang tidak terdaftar GISD dilakukan kajian

status mengenai keberadaannya di Indonesia serta peranannya. Data intersepsi

dari database Eplaq Sytem BARANTAN tahun 2010-2011 umumnya berupa

organisme dari kelompok bakteri, cendawan, gulma, nematoda, serangga, dan

virus. Setiap satu jenis produk pertanian impor kemungkinan dapat tercatat lebih

dari 1 organisme temuan dan berasal dari berbagai kelompok sehingga perlu

penyeleksian data organisme khusus kelompok serangga.

Page 30: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

13

Kelompok Tumbuhan

Kajian spesies OPTK kelompok gulma yang berpotensi invasif. Daftar

spesies gulma yang ada di dalam lampiran OPTK baik kategori A1 dan A2

dikumpulkan dan selanjutnya disandingkan dengan daftar spesies tumbuhan

invasif dari GISD. Spesies yang sama dalam kedua daftar dilakukan kajian

informasi bioekologi, dampak, daerah asal, deskripsi, status keberadaan di

Indonesia, sebaran geografi, dan taksonomi.

Kajian spesies biji tumbuhan kontaminan yang berpotensi invasif.

Bahan yang digunakan dalam kajian ini adalah spesies hasil deteksi dan

identifikasi, spesies intersepsi kelompok serangga yang terekam di database Eplaq

Sytem BARANTAN tahun 2010-2011, dan spesies biji tumbuhan hasil koleksi

intersepsi dari BBKP Tanjung Priok. Selanjutnya, data tersebut digabungkan dan

disandingkan dengan data spesies tumbuhan invasif dari GISD. Spesies yang

sama dilakukan kajian informasi seperti metode sebelumnya. Spesies biji

tumbuhan kontaminan yang tidak terdaftar GISD dilakukan kajian status

mengenai keberadaannya di Indonesia serta peranannya.

Kajian spesies tumbuhan impor yang berpotensi invasif. Data yang

digunakan dalam kajian ini berasal dari spesies hasil survei ke nursery, hasil

koleksi media pembawa OPT/OPTK impor di BBKP Tanjung Priok dan BBKP

Soekarno Hatta, serta data pemasukan impor berupa tanaman hidup dan benih

yang terekam di database Eplaq Sytem BARANTAN tahun 2010-2011. Semua

data tersebut digabungkan, kemudian disandingkan dengan data spesies tumbuhan

invasif dari GISD. Spesies yang sama dilakukan kajian informasi seperti metode

sebelumnya. Spesies biji tumbuhan kontaminan yang tidak terdaftar GISD

dilakukan kajian status mengenai keberadaannya di Indonesia serta peranannya.

Page 31: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelompok Serangga

Kajian Spesies Serangga Asing Invasif yang Terdaftar sebagai OPTK

Indonesia

Spesies serangga yang terdaftar sebagai OPTK di dalam Lampiran

Keputusan Kepala BARANTAN No 28/Kpts/HK.060/1/2009 Tahun 2009

berjumlah 226 spesies yang termasuk kategori A1 dan 33 spesies yang termasuk

kategori A2. Spesies serangga yang terdaftar di dalam GISD tahun 2011 yang

telah di up date tahun 2011 berjumlah 86 spesies. Hasil penyandingan spesies

pada daftar OPTK tahun 2011 dengan daftar GISD diperoleh 11 spesies

berpotensi invasif tergolong OPTK kategori A1 dan 1 spesies yang tergolong

OPTK kategori A2 (Tabel 1). OPTK yang berpotensi invasif didominasi ordo

Coleoptera. Spesies serangga OPTK yang terdaftar invasif pada umumnya

merupakan hama pada tanaman kayu/kehutanan dan hama lapangan tanaman

pangan dan hortikultura, sedangkan untuk hama gudang hanya 1 spesies yang

terdaftar sebagai OPTK yang berpotensi invasif yaitu Trogoderma granarium.

Aturan nasional selalu berkembang sesuai perkembangan aturan dunia,

daftar OPTK harus selalu diperbarui. Penetapan daftar OPTK di Indonesia pada

umumnya berjalan setiap 3 tahun (Hermawan 20 Februari 2012, komunikasi

pribadi), tetapi pada 29 Desember 2011 bertepatan dengan proses penelitian ini,

telah terbit Peraturan Menteri Pertanian nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011

tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Perubahan daftar

Tabel 1. Spesies serangga invasif yang tergolong OPTK*)

No. Spesies Kategori Ordo Famili

1. Agrilus planipennis A1 Coleoptera Buprestidae

2. Anoplophora glabripennis A1 Coleoptera Cerambycidae

3. Anthonomus grandis A1 Coleoptera Curculionidae

4. Bactrocera tryoni A1 Diptera Tephritidae

5. Ceratitis capitata A1 Diptera Tephritidae

6. Coptotermes formosanus A1 Isoptera Rhinotermitidae

7. Hypanthria cunea A1 Lepidotera Arctidae

8. Ips typographus A1 Coleoptera Scolytidae

9. Icerya purchasi A2 Hemiptera Margarodidae

10. Lymantria dispar A1 Lepidoptera Lymantriidae

11. Sirex noctilio A1 Hymenoptera Siricidae

12. Trogoderma granarium A1 Coleoptera Dermestidae

*) Hasil penyandingan antara spesies pada Kementan (2011) dengan GISD.

Page 32: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

15

OPTK tersebut, mencantumkan adanya spesies serangga mengalami perubahan

daftar OPTK. Total serangga terdaftar OPTK yaitu 229 spesies, terjadi

penambahan 6 spesies, dan terjadi perubahan status kategori ada 2 spesies

(Bactrocera neohumeralis dan Heterobostrychus aequalis).

Penambahan spesies pada daftar OPTK terdiri atas 2 spesies kategori A1

(Caliothrips masculinus dan Chaetosiphon fragaefolii) dan 4 spesies kategori A2

(B. occipitalis, Pineus boerneri, Sexava nubila, dan, Thosea monolancha).

Perubahan daftar OPTK pada tahun 2011 tidak menunjukkan perbedaan hasil

spesies OPTK yang berpotensi invasif dengan pada daftar OPTK 2009. Presentase

spesies OPTK yang merupakan invasif kurang lebih 3.5%. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak semua spesies OPTK merupakan spesies invasif seperti yang

dinyatakan oleh Lopian (2005).

Agrilus planipennis. Serangga ini merupakan salah satu serangga kumbang

metalik penggerek kayu yang lebih dikenal dengan sebutan Emerald ash borer

(EAB). Kumbang ini menjadi invasif dan asli China Timur Laut, Korea, Jepang,

dan Rusia. Tubuh imago tidak ada spot, pronotum berwarna hijau keemasan, elitra

dan sternit abdomen berwarna hijau, tergit abdomen berwarna tembaga keunguan,

pigidium berbentuk cekung seperti duri, dan panjang tubuh 13 mm (Zablotny

2008). Serangan awal A. planipennis sangat sulit untuk dideteksi tetapi dapat

dicirikan bahwa tanaman yang terserang kumbang ini tidak mengeluarkan getah

atau cairan dan terbentuk lubang pada pohon seperti huruf “D” sebagai tempat

keluarnya imago. Pendeteksian serangan A. planipennis dapat dilakukan ketika

serangan tinggi atau pohon telah mati. Larva menyerang floem dan menggerek

lapisan kambium, umumnya serangan dengan pola zigzag. Larva bersifat kanibal

terutama pada kepadatan populasi yang tinggi. Imago tertarik pada cahaya, tetapi

akan jatuh atau pura-pura mati ketika ada bahaya dan kembali terbang. Imago

aktif pada kanopi yang terpapar cahaya dan pada kondisi suhu lebih dari 25 °C.

Satu generasi dihasilkan dalam kurun 1 tahun (Wang et al. 2010).

Kumbang ini membuat koloni dan serangannya menyebabkan kematian

pepohonan ash, terutama tanaman genus Fraxinus di daerah perkotaan dan hutan.

Selain itu, tanaman yang diserang adalah tanaman hias dan pohon yang ada di tepi

jalan dan kebun (EPPO 2005).

Anoplophora glabripennis. Kumbang penggerek kayu terbesar di Asia

sebagai habitat aslinya seperti China, Jepang, Korea, dan Taiwan menyebar ke

Austria, Jerman, Kanada, Perancis, dan USA. Serangga ini banyak ditemukan di

daerah subtropik hingga beriklim sedang. A. glabripennis menyebabkan kerugian

secara ekonomi, sosial, dan ekosistem. Kerusakan berdampak pada ekosisten

tanaman berdaun lebar di Eropa, berkompetisi dengan serangga Xylophagus,

menyerang pohon di jalan dan kebun di daerah urban, mematikan tanaman sehat,

dan bahkan menyerang pohon yang telah dipanen (Sauvard 2006). Di Amerika

Serikat, kumbang ini menyerang populasi pohon kota. Perkiraan potensi dampak

maksimum secara nasional, A. glabripennis merusak 34.9% total kanopi,

menyebabkan kematian pohon 30.3% (1.2 milyar pohon), dan kerugian 669

milyar $US (Nowak et al. 2001). A. glabripennis jantan pada umumnya sebagai

penyerang inang pertama kali, kemudian mengundang betina untuk kawin dengan

feromon dan selanjutnya berkembang biak di pohon inang. Perkembangannya

diperkirakan dapat berhasil dan mapan di Indonesia mengingat kisaran suhu untuk

perkembangan sesuai dengan kisaran suhu di Indonesia. Imago betina mampu

Page 33: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

16

bertahan hidup pada kisaran suhu 3-39 °C dan jantan pada suhu 2-38 °C. Suhu

optimum untuk fekunditas maksimum adalah 23-24 °C. Telur cepat menetas pada

suhu 29 °C dan presentase penetasan tertinggi pada suhu 23 °C (Keena 2006).

Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan monitoring dan eradikasi (EPPO

2013b).

Anthonomus grandis. Kumbang moncong asli dari Meksiko hingga

Amerika Tengah dan menjadi invasif di USA. Ukuran tubuhnya 6-7 mm,

berambut kasar dan moncong melengkung. Elitra beralur dan dipenuhi rambut

kaku (Gambar 1). Kumbang ini memakan dan berkembang hanya pada kapas dan

tanaman malvaceous. Di daerah beriklim sedang, A. grandis dorman bereproduksi

tanpa makan sepanjang musim dingin dan akan kembali aktif hingga kapas

berbunga. Di daerah sub tropik dan tropik, imago aktif secara periodik selama

musim panas dan musim kapas tidak bereproduksi, dan kumbang akan makan dan

bereproduksi setelah tersedia inang yang sesuai. Serangan A. grandis

menyebabkan berkurangnya produksi kapas. Pengendalian yang dapat dilakukan

dengan mengaplikasikan insektisida pada daun dan bunga (ISSG 2011).

Bactrocera tryoni. Lalat buah ini dikenal sebagai Q-fly dan QFF yang

umum ditemui pada area kota dan hortikultura di Australia Timur. Serangga ini

sangat merusak sebagian besar buah-buahan, dan merugikan secara ekonomi.

Panjang tubuhnya 7 mm dengan panjang sayap 10-12 mm. Imago berwarna

cokelat kemerahan. Imago sepanjang hidupnya dapat meletakkan telur sampai

dengan ratusan butir. Perkembangan telur menjadi larva sangat cepat sehingga

dapat merusak buah dalam beberapa hari. Inang utama seperti apel, kopi, jambu

biji, lemon, mangga, kenanga, pepaya dan tomat serta masih banyak lagi jenis

buah impor yang menjadi inang lalat tersebut. Q-fly telah dilaporkan menyerang

60 jenis tanaman liar. Lalat ini mampu beradaptasi pada kisaran iklim yang luas.

Lalat mampu bertahan pada suhu -2 ºC sampai dengan 25 ºC bahkan lebih, lalat

ini tidak mati pada lokasi yang mengalami musim gugur yang bersuhu -4.5 ºC.

Pengendalian dilakukan dengan melakukan kombinasi penyemprotan umpan yang

diberi insektisida, menjaga kebersihan di kebun, dan pelepasan jantan mandul

(ISSG 2011).

Gambar 1 Imago Anthonomus grandis perbesaran 6.5x (Sumber: Koleksi

Penerimaan BBKP Tanjung Priok, foto oleh Rahma, mikroskop

stereo ZEISS Stemi 2000-C, kamera AxioCam ERc5s)

Page 34: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

17

Ceratitis capitata. Hama utama yang menyerang lebih dari 300 inang yang

berbeda, terutama pada buah daerah beriklim sedang dan subtropik. Lalat

menginvasi di beberapa negara dan penyebab utama kehilangan hasil bagi petani

buah. C. capitata memiliki toleransi yang tinggi pada suhu dingin daripada lalat

buah lainnya. Selain secara ekonomi, serangan lalat ini menyebabkan penurunan

estetika (ISSG 2011). Ukuran imago lalat 3.5-5 mm, dengan corak semburat

cokelat kekuningan pada tungkai, abdomen, dan sayap. Tanda pada sayap

mempunyai karakteristik khusus (Gambar 2). Tengah kepala ke bawah terdapat

seta berwarna putih, mata ungu kemerahan, terdapat rambut di sekitar oceli.

Apikal skutelum berwarna hitam. Siklus hidup kurang lebih 1 bulan dan imago

dapat hidup mencapai 2 bulan. Kisaran suhu perkembangan yang sesuai antara

13 °C dan 28 °C. Pengendalian dapat dilakukan dengan memasang perangkap

dengan umpan yang dikominasikan dengan insektisida malathion (EPPO 2011).

Kisaran suhu perkembangan lalat buah yang demikian dan kelimpahan inang

berupa buah-buahan sangat sesuai dengan kondisi di Indonesia sehingga perlu

kewaspadaan keberadaan C. capitata di Indonesia mengingat kerugian yang

diakibatkannya.

Coptotermes formosanus. Rayap yang banyak ditemukan di daerah

subteranian. Rayap ini menyukai daerah kelambaban tinggi dan tersedia kayu.

Hama ini bersifat agresif sehingga mampu bersaing dengan spesies lain. Rayap

mampu hidup pada suhu 17-32 °C. Pengendalian tidak dapat dilakukan secara

tuntas karena faktor koloni yang besar dan berada di dalam tanah. Rayap

memakan bahan yang terdapat selulosa. Serangga ini dapat berpindah tempat

dengan menginfestasi galangan kapal. Panjang tubuh 4-5 mm. Alate beukuran 12-

15 mm. Kerugian yang diakibatkan serangan rayap ini yaitu menyebabkan

kerugian ekonomi yang dikeluarkan untuk biaya pengendalian, berkuranngnya

persediaan bahan bangunan dari kayu, mampu bersaing dengan spesies rayap yang

asli di USA. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengawetkan kayu

menggunakan creosote dan garam anorganik, termitisida, dan umpan beracun

Gambar 2 Imago Ceratitis capitata perbesaran 6.5x (Sumber: Koleksi

Penerimaan BBKP Tanjung Priok, foto oleh Rahma, mikroskop

stereo ZEISS Stemi 2000-C, kamera AxioCam ERc5s)

Page 35: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

18

(CABI 2013). Indonesia sangat sesuai untuk perkembangbiakan C. formosanus

karena suhu yang mendukung dan kelimpahan kayu di Indonesia.

Hypanthria cunea. Serangga ini asli Amerika Utara, menyebabkan

kerusakan di area pertanian dan kerusakan keanekaragaman hayati. Serangga

bersifat polifagus dan menyerang lebih dari 100 spesies tanaman inang. Serangga

ini lebih menyukai inang cottonwood dan chokecherry. Satu tahun dapat terjadi 1

hingga 2 generasi tergantung lokasi. Larva hidup secara gregarius dan sebagai

fase perusak (Davis 2011). Di Amerika, suhu optimum untuk perkembangan

serangga ini yaitu 22-25 °C dengan kelembaban 70-80%. Serangga ini menyerap

menyerang daun hingga gundul. Telur diletakkan 293-1 892 butir selama 1-2 hari

(CABI 2013).

Iceriya purchasi. Serangga ini menyebabkan hilangnya cairan pada

tanaman sehingga daun dan buah berumur muda menjadi gugur serta kematian

cabang dan beberapa tanaman. Keberadaan serangga ini dapat memicu

pertumbuhan cendawan jelaga hitam yang menutupi permukaan daun sehingga

menghalangi proses fotosintesis. Serangga ini asli Australia dan telah menyebar di

beberapa daerah Galapagos (ISSG 2011). Tubuh serangga ini berwarna oranye

kecokelatan, dengan tungkai, antena dan rambut tubuh berwarna hitam, serta

panjang tubuh 10 mm. Umur jantan lebih pendek daripada betina. Ciri khas

serangga ini adalah mempunyai 2 spirakel pada abdomen, dan 3 citracices dan

seta yang berwarna hitam. Hama ini telah ada di Indonesia di wilayah Jawa,

Sulawesi, Sumatera, dan Papua Barat (CABI 2013).

Ips typographus. Serangga ini asli Eropa dan Asia. Kumbang ini berwarna

cokelat gelap, mengkilat, dan berambut. Tubuhnya berukuran 4.5-5.5 mm, antena

berbentuk clavate, dan kepala berada di bawah pronotum. Ciri khusus terletak

pada posterior di bagian elitra, dengan ujung seperti penyok dan tepi penyokan

terdapat empat tonjolan seperti gerigi, tonjolan ketiga lebih membulat dan besar.

Imago betina mampu memproduksi telur 30-80 butir dengan ukuran kurang dari

1 mm. Larva tidak bertungkai. Awalnya, imago jantan menyerang pohon dengan

menularkan cendawan Ceratocystis polonica untuk menanggulangi reaksi kimia

pada cairan tanaman, kemudian mempersiapkan diri untuk kawin dengan

mengeluarkan sex feromon untuk menarik betina di dalam pohon dan selanjutnya

betina bereproduksi di dalam pohon. Kondisi lingkungan yang sesuai akan

mendukung perkembangan hama dan umumnya 1 generasi tercapai dalam

2-2.5 bulan. Suhu yang rendah dapat menghambat perkembangan hama tersebut.

Perkembangan hama yang cepat mencirikan keinvasifan dengan menghasilkan

4-6 generasi per tahun dan itu tergantung pada kondisi lingkungan yang

mendukung. Suhu maksimum imago beraktivitas terbang pada 25-30 ºC (CABI

2013). Wabah serangan hama ini mengakibatkan kerugian 30 juta meter kubik

pohon cemara di Jerman, dan baru-baru ini serangan hama berserta adanya angin

kencang menyebabkan kerugian 7 juta meter kubik pohon cemara di Norwegia

dan Swedia (USDA 2013).

Lymantria dispar. Serangga ini dikenal dengan nama Asian gypsy moth,

sebaran aslinya Eurasia. Serangga ini menyerang dedaunan pada pohon naungan,

pohon buah-buahan, tanaman hias, dan tanam hutan kayu keras. Serangan berat

dapat menyebabkan gundulnya daun, terhambatnya pertumbuhan, dan kematian

pohon, serta berkurangnya kelembaban tanah. Imago mampu meletakkan telur

300-1 000 butir, diletakkan berkelompok dan ditutupi rambut-rambut berwarna

Page 36: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

19

kekuningan. Serangga ini mengalami periode dormansi dan mampu bertahan pada

suhu antara -30 dan -31.7 ºC. Ada 2 strain L. dispar yaitu strain Asia dan strain

Eropa. Strain Asia lebih invasif daripada strain Eropa. Kemampuan terbang

L. dispar strain Asia mencapai 25 mil untuk meletakkan telur, sehingga

memungkinkan penyebaran yang agresif. Larva instar terakhir mengonsumsi daun

paling banyak (85% dari total konsumsi). Wabah berlangsung 2 sampai 4 tahun

dan kemudian mati. Kematian umumnya disebabkan serangan virus, parasit,

predator, kelaparan, dan kondisi iklim yang tidak menguntungkan. Hama ini

menyerang 500 spesies tumbuhan. Serangan dapat menyebabkan kematian pohon

mencapai 30-40%. Rambut-rambut serangga ini menyebabkan alergi kulit, mata,

dan pernafasan (Fabel 2000). Penyebaran alami juga dapat dilakukan oleh larva

instar terkahir yang dapat berjalan hingga 100 m (ISSG 2011). Sebagian inang

hama ini merupakan spesies tanaman yang dibudidayakan di Indonesia sehingga

perlu diwaspadai pemasukan L. dispar karena kondisi lingkungan di Indonesia

sangat mendukung perkembangbiakannya.

Sirex noctilio. Tabuhan asli Eropa ini memiliki resiko invasif yang tinggi.

Di beberapa bagian Asia, tabuhan yang bersimbiosis dengan cendawan

Amylostereum areolatum menyebabkan kematian 80% pohon pinus. Ukuran

tubuh S. noctilio adalah 12-34 mm, berwarna biru gelap metalik. Tungkai depan

dan tengah berwarna kuning atau merah kecokelatan, dan tungkai belakang

berwarna hitam. Sayap berwarna kuning. Tabuhan ini mampu beradaptasi pada

keragaman suhu dan kelembaban yang luas. Inang utama yang diserang tabuhan

ini adalah Pinus spp. Tabuhan dapat terbawa melalui impor palet (ISSG 2011).

Trogoderma granarium. Kumbang ini sering disebut Khapra beetle,

serangga ini asli dari India dan telah menetap di Eropa, Afrika, dan Asia

(Arakelian 2013). Kumbang ini dipertimbangkan invasif karena dapat

menyesuaikan diri di berbagai kondisi lingkungan, memiliki inang beragam,

berkembang biak dengan cepat, dan merugikan secara ekonomi serta dapat

mengganggu kesehatan manusia. Imago berukuran 1.6-3.4 mm, tubuhnya ditutupi

dengan rambut, berbentuk oval, berwarna cokelat kehitaman, dan elitra terdapat

pola gelombang berwarna merah kekuningan (Gambar 3). Siklus hidupnya

26-220 hari bergantung pada suhu. Suhu perkembangan optimum yaitu 35 °C.

T. granarium mampu bertahan pada suhu di bawah -8 °C. Larva terkadang

mengalami diapause pada interval waktu yang panjang dan aktif kembali secara

tidak teratur bergantung pada ketersediaan inang yang baru. Larva dapat bertahan

hidup tanpa makanan hingga 3 tahun. Larva menyerang utamanya pada epikotil

biji. Serangan berat dapat menyebabkan rusaknya produk simpanan. Kumbang ini

menyerang serealia utuh, serealia bentuk remahan, biji yang mengandung lemak,

dan bahan makanan lainnya. Kumbang ini juga dapat menyerang komoditas

kering yang berasal dari hewan. Kerugian secara ekonomi yang disebabkan

serangan T. granarium berkisar 2-70%. Rambut-rambut dan eksuvie T. granarium

dapat menyebabkan dermatitis (Ahmedani et al. 2007).

Page 37: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

20

Kajian Spesies Serangga Kontaminan yang Berpotensi Invasif di Indonesia

Hasil intersepsi dari BARANTAN menunjukkan bahwa ada 5 negara asal

produk pertanian impor yang memiliki urutan frekuensi tertinggi yang memiliki

andil dalam pemasukan spesies serangga dan tumbuhan asing secara tidak sengaja

ke Indonesia. Amerika Serikat merupakan negara yang memiliki andil pemasukan

organisme asing terbanyak ke Indonesia (Tabel 2). Produk pertanian impor dari

negara maju tidak menjamin bahwa kualitas produk pertanian dalam hal

kebersihan dan kesehatan tanaman akan selalu baik. Adapun organisme serangga

dan tumbuhan kontaminan pada berbagai produk pertanian impor dari Amerika

Serikat tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat pada Lampiran 1. Produk pertanian

impor yang paling sering ditemukan serangga dan tumbuhan asing kontaminan

adalah kedelai (Tabel 3). Serangga yang mengontaminasi produk pertanian impor

di tahun 2010 dan 2011 pada umumnya berasal dari Ordo Coleoptera yaitu lebih

dari 75% (Gambar 4). Hasil intersepsi BARANTAN tahun 2010 banyak

menemukan serangga yang tidak diidentifikasi karena yang ditemukan hanya

berupa bagian dari tubuh dan atau stadia serangga. Umumnya serangga yang

ditemukan merupakan hama tetapi ada satu spesies yang termasuk agens hayati

berupa parasitoid di penyimpanan. Parasitoid tersebut dari Ordo Hymenoptera

yaitu Anisopteromalus calandrae.

Ordo Coleoptera yang sering mengontaminasi produk pertanian impor di

tahun 2010 ada 18 famili, sedangkan di tahun 2011 ada 12 famili. Famili

Nitidulidae sering ditemukan mengontaminasi produk pertanian impor di tahun

2010, sedangkan di tahun 2011 sering ditemukan organisme dari Famili

Tenebrionidae (Tabel 4). Hal ini disebabkan produk pertanian impor di tahun

2010 berupa mayoritas produk pertanian yang lembab atau mengandung air dan

mudah membusuk, seperti bawang merah, edamame, bawang putih, dan lain-lain.

Produk tersebut merupakan inang yang disukai serangga Famili Nitidulidae

karena beberapa serangga dari famili ini memakan getah tumbuhan dan cairan

pada buah (Government of Canada, Canadian Grain Commission 2013a), tetapi

famili ini juga dapat menyerang produk simpanan yang kering. Produk pertanian

Gambar 3. Imago Trogoderma granarium perbesaran 6.5x (Sumber: Koleksi

Penerimaan BBKP Tanjung Priok, foto oleh Rahma, mikroskop

stereo ZEISS Stemi 2000-C, kamera AxioCam ERc5s)

3 mm

Page 38: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

21

kering yang dimpor di tahun 2010 banyak yang berbentuk remahan dan sedikit

yang berbentuk biji, tetapi di tahun 2011 didominan dengan biji-bijian utuh dan

remahan. Famili Nitidulidae merupakan hama sekunder. Biji yang sering diserang

di penyimpanan umumnya biji yang telah berlubang atau mengalami kerusakan

sebelumnya atau berupa remahan. Famili Tenebrionidae umumnya menyerang

biji-bijian yang utuh dan stabil di penyimpanan, meskipun sebagian inang ada

yang menyukai tepung atau remahan. Serangga Famili Tenebrionidae umumnya

menjadi hama primer. Hal ini yang menyebabkan Famili Tenebrionidae lebih

banyak ditemukan pada produk pertanian impor di tahun 2011 yang mayoritas

bentuknya berupa biji (Government of Canada, Canadian Grain Commission

2013b).

Hasil intersepsi yang terekam di database Eplaq Sytem BARANTAN pada

umumnya kurang dapat menunjukkan jenis produk pertanian yang terbawa atau

terkontaminasi serangga maupun tumbuhan asing karena berdasarkan nomor

registrasi permohonan masuk. Satu kali permohonan yang masuk terkadang terdiri

atas 2 atau lebih jenis produk pertanian dan bahkan rekaman data produk impor

tidak mencukupi ruangan yang telah disediakan di aplikasi. Untuk lebih detail dan

rinci hasil intersepsi hanya dapat diperoleh dari hasil intersepsi di setiap UPT

Karantina Pertanian.

Tabel 2 Lima negara asal barang impor dengan tingkat temuan kontaminasi

serangga dan tumbuhan asing tertinggi di tahun 2010 dan 2011*)

Tahun Negara Frekuensi (kali) Persentase

temuan

(%)

Jumlah kontaminan

(organisme)

Impor Temuan Serangga Tumbuhan

2010 Amerika

Serikat

10 646 351 3.30 23 21

Malaysia 6 101 366 6.00 15 6

Singapura 6 327 18 0.28 12 1

Thailand 4 973 39 0.78 12 6

Vietnam 1 672 41 2.45 13 2

2011 Amerika

Serikat

7 345 131 1.78 8 27

India 4 691 22 0.47 10 0

Malaysia 5 409 16 0.30 7 1

Thailand 3 744 42 1.12 9 7

Vietnam 1 786 57 3.19 11 8

*) Sumber: dihitung dari database Eplaq Sytem BARANTAN.

Page 39: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

22

Tabel 3 Lima produk pertanian impor tahun 2010 dan 2011 yang sering

terkontaminasi spesies serangga dan tumbuhan asing*)

Tahun Produk pertanian Frekuensi temuan (kali)

2010 Kedelai (Soybean) 219

Bawang merah (Shallot) 109

Beras (Rice) 61

Kayu oak merah

(Round log/red oak logs) 57

Kedelai muda (Edamame) 52

2011 Kedelai (Soybean) 125

Beras (Rice) 78

Jagung (Corn) 17

Beras menir (Broken rice) 12

Bungkil jagung (Corn kernel) 9

*) Sumber: dihitung dari database Eplaq Sytem BARANTAN.

2010

2011

Gambar 4 Proporsi ordo serangga yang mengontaminasi produk pertanian

impor tahun 2010 dan 2011

Page 40: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

23

Tabel 4 Lima famili serangga dari Ordo Coleoptera yang sering

mengontaminasi produk pertanian impor di tahun 2010 dan 2011*)

Famili serangga Frekeunsi temuan (kali)

Tahun 2010 Tahun 2011

Anobiidae 51 27

Cucujidae 48 23

Curculionidae 30 37

Nitidulidae 219 28

Tenebrionidae 108 77 *)

Sumber: dihitung dari database Eplaq Sytem BARANTAN.

Kedelai yang diimpor pada tahun 2010, terkontaminasi serangga OPTK

kategori A1 yaitu Sitophilus granarius (Tabel 5). Seluruh hasil intersepsi

menunjukkan bahwa ada 3 spesies serangga asing invasif yang terdaftar sebagai

OPTK kategori A1 (Tabel 6). Adanya temuan spesies tersebut baik dalam keadaan

mati maupun hidup, sebagai tindakan antisipasi penyebaran spesies yang tahan

terhadap perlakuan di negara asal maka di Indonesia telah dilakukan tindakan

perlakuan terhadap produk pertanian yang terkontaminasi tersebut.

Tabel 5 Serangga yang sering ditemukan mengontaminasi kedelai impor di

tahun 2010 dan 2011*)

Negara asal Nama organisme serangga

kontaminan

Frekeunsi temuan (kali)

2010 2011

Amerika Serikat Ahasverus advena 2 1

Alphitobius diaperinus 1 -

Araecerus fasciculatus 2 -

Callosobruchus maculatus 2 2

Cryptolestes ferrugineus 3 1

Cryptolestes sp. 1 -

Liposcelis sp. 1 -

Oryzaephilus surinamensis 1 -

Sitophilus granarius 1 -

Sitophilus oryzae - 3

Sitophilus sp. 3 -

Tribolium castaneum 1 7

Tribolium sp. - 1

India Carpophilus sp. 1 -

Cryptolestes ferrugineus 1 -

Tribolium castaneum 2 -

Kanada Oryzaephilus surinamensis 2 -

Tribolium sp. 1 - *)

Sumber: dihitung dari database Eplaq Sytem BARANTAN.

- Tidak terdeteksi.

Page 41: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

24

Pendeteksian dan identifikasi spesies asing secara langsung dilakukan pada

31 produk pertanian impor dari berbagai negara yang masuk melalui pelabuhan

Tanjung Priok dan bandara Soekarno-Hatta. Keseluruhan hasil pengamatan

menunjukkan adanya 156 organisme asing yang terdiri atas kelompok tumbuhan

137 organisme dan kelompok serangga 19 organisme (Lampiran 2). Beberapa foto

serangga kontaminan terdapat pada Lampiran 3. Sembilan belas organisme

serangga kontaminan terdiri atas 15 spesies, 1 genus, 1 famili, dan 2 ordo. Jumlah

organisme asing terbanyak ditemukan pada kedelai impor dari Amerika Serikat

yaitu 48 organisme. Kelompok serangga yang terdeteksi mayoritas merupakan

serangga gudang kosmopolitan. Ada beberapa serangga yang merupakan hama

pada kayu yaitu A. sulcicollis, M. robiniae, dan P. sanguineum. Dua diantara

hama kayu tersebut merupakan serangga yang berpotensi invasif, sedangkan

P. sanguineum merupakan spesies yang terancam punah (Tabel 6). Data koleksi

yang bersumber dari kegiatan intersepsi untuk kelompok serangga tidak ada yang

menunjukkan OPTK atau spesies yang berpotensi invasif. Data koleksi serangga

yang ada di BBKP Soekarno-Hatta terbatas dari hasil pemantauan sehingga data

koleksi serangga intersepsi hanya diperoleh dari BBKP Tanjung Priok.

Tabel 6 Status spesies serangga asing yang belum ada di Indonesia

mengontaminasi produk pertanian impor

Spesies Produk pertanian/

Negara Asal

Sumber

perolehan Status

Agrilus sulcicollis Kayu log oak

merah/ Jerman

Identifikasi Invasif

Megacyllene robiniae Kayu log oak

merah/ Jerman

Identifikasi Invasif

Pyrrhidium sanguineum Kayu log oak

merah/ Jerman

Identifikasi Terancam

punah

Ceratitis capitata*)

Longan fresh/

Thailand

Intersepsi

tahun 2010

Invasif

Kurma/Mesir

Sirex noctilio*)

Kayu (Logs)/

Amerika Serikat

Intersepsi

tahun 2010

Invasif

Trogoderma granarium*)

Soybean Meal/

Argentina

Intersepsi

tahun 2010

Invasif

Bactrocera psidii**)

Yelow

Peas/Malaysia

Intersepsi

tahun 2010

Non-

invasif

Sitophilus granarius**)

Kedelai/ Amerika

Serikat

Intersepsi

tahun 2010

Non-

invasif

Beras/ Thailand

dan Vietnam

Intersepsi

tahun 2011

*) Terdaftar sebagai OPTK kategori A1 dan spesies invasif di dalam GISD.

**) Terdaftar sebagai OPTK kategori A1.

2 m

m

Page 42: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

25

A. sulcicollis. Serangga ini merupakan kumbang yang lebih dikenal dengan

European oak borer (EOB). Ukuran tubuh 7 mm, warna biru metalik, dan elitra

mengkilap (Gambar 5). Rincian deskripsi seperti pada laporan Jendek dan

Grebenniko (2009). Siklus hidup mencapai 1 hingga 2 tahun. Imago menyerang

batang dan pohon yang berdaging tebal dan lemah. Telur diletakkan di bawah

kulit kayu. Larva hidup dan menyerang bagian antara floem dan kulit kayu,

sehingga membuat pohon mudah terbakar. Serangga ini asli Eropa dan di Asia

meliputi Azerbaijan, Georgia, dan Kazakhstan tetapi kemungkinan yang

dilaporkan di Asia ialah A. buresi. Serangga ini lebih menyerang oak. Selain itu,

dapat menyerang Fagus sylvatica, Castanea. Spesies ini pernah dikoleksi di

Kanada menggunakan perangkap pada pohon Quercus rubra, Sticky-trapp pada

Carya cordiformis, dan perangkap di pohon Fraxinus sp. Kumbang A. sulcicollis

diketahui invasif di Kanada, yakni di Ontario Selatan. Serangga ini diperkirakan

telah masuk Ontario pada tahun 1995 (Jendek dan Grebenniko 2009). Spesies ini

memiliki genus yang sama pada spesies invasif yang terdaftar dalam GISD yaitu

A. planipennis. Spesies ini belum ada laporan yang menyatakan keberadaannya di

Indonesia.

Gambar 5 Imago Agrilus sulcicollis perbesaran 6.5x (Sumber: foto oleh Rahma,

mikroskop stereo ZEISS Stemi 2000-C, kamera Canon Ixus 1000HS)

Megacyllene robiniae. Locust borer, merupakan sebutan nama untuk

kumbang berwarna hitam, dengan garis berwarna kuning melintang pada toraks,

dan di setiap elitra terdapat pola “V” berwarna kuning sehingga jika elitra

menyatu, membentuk huruf “W”. Ukuran tubuh 16 mm (Gambar 6). Antena

panjang dan tungkai berwana kuning kemerahan. Imago M. robiniae meletakkan

telur di kulit atau cabang pohon, berukuran kecil sekitar 100-200 telur secara

terpisah atau berkelompok. Stadia larva yang paling merugikan karena larva

menghisap cairan tanaman dan menggerek pohon hingga kambium (pertengahan

pohon) dan kemudian menuju pertengahan batang dan cabang. Pohon menjadi

lemah dan mati. Siklus hidup menghasilkan 1 generasi per tahun. Serangga ini

menjadi hama di Kanada bagian Timur dan juga banyak terjadi di Amerika

7 m

m

Page 43: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

26

Serikat (Karren 2003). Menurut Ciesla (2011) serangga ini menyebar di Amerika

Utara, Kanada Selatan, dan USA. Inang utamanya ialah Robinia pseudoacacia

dan dapat menyerang kultivar Genus Robiniae lainnya seperti R. neomexicana.

Pohon yang rentan terhadap serangan hama ini adalah pohon yang tingginya

kurang dari 6 in, pohon yang vigornya melemah, pohon yang sakit, pohon pada

kondisi kering dan kurang gizi (Karren 2003). Serangga ini termasuk dalam daftar

spesies invasif yang telah menetap di Oregon tahun 2000 (Nugent et al. 2005).

Selain M. robiniae berpotensi merusak, kriteria potensi invasif juga didukung oleh

keinvasifan inangnya. R. pseudoacacia merupakan spesies invasif. Tanaman ini

telah dibudidayakan khususnya di Jawa yang lebih dikenal dengan sebutan Jati

Unggul. Tumbuhan ini pernah dilaporkan invasif di Amerika Selatan, Australia,

Bostwana, beberapa negara bagian Amerika Utara, beberapa negara bagian Eropa,

Israel, Namibia, New Zealand, dan Turki (CABI 2013), tetapi belum ada

pelaporan tentang hama tersebut di Indonesia. Invasi yang diakibatkan tumbuhan

ini berdampak menghambat pertumbuhan tanaman asli dan mempengaruhi

komposisi tumbuhan di dalam ekosistem. Selain itu, R. pseudoacacia mampu

memfiksasi nitrogen dan keberadaannya menyebabkan peningkatan kadar

nitrogen di perairan (Sabdo 2000). Perlu kewaspadaan tinggi masuknya hama

M. robiniae ke Indonesia karena dapat merusak R. pseudoacacia yang

dibudidayakan di Indonesia. Meskipun R. pseudoacacia dibudidayakan di

Indonesia perlu perhatian khusus cara pengelolaan yang baik dalam skala budi

daya agar tidak menjadi invasif di Indonesia.

Pyrrhidium sanguineum. Longhorned beetle merupakan kumbang yang

menyerang kayu dan cabang tebal yang baru mati yang terpapar matahari atau

bagian batang oak. Larva menggerek kayu dan membuat jalur datar di bawah kulit

kayu. Hidupnya bergantung pada ketersediaan kayu dan cabang tebal yang mati.

Kumbang ini dilaporkan bertahan hidup pada habitat hutan yang memiliki

proporsi kayu tegakan hutan yang tinggi seperti di bagian Timur dari Småland dan

Öland pusat. Kumbang telah menyebabkan masalah pada limbah pemotongan

Gambar 6 Imago Megacyllene robiniae perbesaran 6.5x (Sumber: foto oleh

Rahma, mikroskop stereo ZEISS Stemi 2000-C, kamera Canon

Ixus 1000HS)

16 m

m

Page 44: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

27

kayu dan sempalan sebagai energi hutan (Ehnström 1999). Ukuran tubuh

6-13 mm, tubuh imago berwarna merah bata menyala, dan elitra berambut. Kepala

dan antena berwarna hitam. Antena berukuran setengah panjang tubuh (Gambar

7). P. sanguineum merupakan spesies yang dikhawatirkan terancam punah dan

tercantum pada “Red List status of European saproxylic beetles” (Nieto dan

Alexander 2010). Wilayah sebarannya meliputi Tunisia, Algeria, Eropa, Rusia,

Turki, Syria, Iran, dan Kazakhstan. Penyebaran berlanjut dari semua negara

Nordik dan negara-negara Baltik. Prevalensi dunia mulai dari Eropa Selatan dan

Barat ke arah Timur ke Turki dan Iran (Ehnström 1999).

Sebagai catatan bahwa A. sulcicollis, M. robiniae, dan P. sanguineum

diperoleh dari hasil deteksi dan identifikasi pada kayu log oak merah impor dari

Jerman melalui BBKP Tanjung Priok pada akhir 2011 dan telah diberi perlakuan

menggunakan metil bromida.

Gambar 7 Imago Pyrrhidium sanguineum betina dan jantan (paling kanan)

perbesaran 6.5x (Sumber: foto oleh Rahma, mikroskop stereo ZEISS

Stemi 2000-C, kamera Canon Ixus 1000HS)

Kelompok Tumbuhan

Kajian Spesies Tumbuhan Asing Invasif yang Terdaftar sebagai OPTK

Indonesia

Spesies gulma yang terdaftar sebagai OPTK di dalam Lampiran Keputusan

Kepala BARANTAN No 28/Kpts/HK.060/1/2009 Tahun 2009 berjumlah 58

spesies yang termasuk kategori A1 dan tidak ada gulma yang terdaftar sebagai

OPTK kategori A2. Seiring proses penelitian berjalan, daftar OPTK di Indonesia

mengalami perubahan pada tanggal 29 Desember 2011 dengan terbitnya Peraturan

Menteri Pertanian nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Jenis Organisme

Pengganggu Tumbuhan Karantina. Perubahan penetapan daftar OPTK tahun 2011

telah mencantumkan 3 spesies gulma OPTK kategori A2 dan 38 spesies gulma

OPTK kategori A1.

Target pemeriksaan Karantina Tumbuhan (daftar OPTK) terbaru,

diketahui bahwa ada 2 spesies tumbuhan asing invasif yang merupakan gulma

OPTK Kategori A1 dan 1 spesies yang tergolong OPTK kategori A2 (Tabel 7).

13 m

m

Page 45: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

28

Spesies tumbuhan asing invasif yang terdaftar di dalam OPTK lebih didominasi

oleh Famili Asteraceae. Menurut Williams et al. (2001) bahwa Asteraceae

merupakan famili dari gulma paling penting dengan jumlah spesies tertinggi di

dunia. Sebagian besar OPTK kelompok gulma merupakan gulma pada ekosistem

pertanian yang dapat merugikan secara ekonomi. Famili Asteraceae dilaporkan

menjadi salah satu famili mayoritas tumbuhan invasif di Canada (Canadian Food

Inspection Agency 2008) dan Cina (Weber et al. 2008).

Tabel 7 Daftar spesies tumbuhan asing invasif yang merupakan OPTK kelompok

gulma di Indonesia*)

No Spesies Famili Kategori

1 Asystasia gangetica subsp. micrantha

(sinonim Asystasia intrusa)

Acanthaceae A2

2 Cirsium arvense Asteraceae A1

3 Parthenium hysterophorus Asteraceae A1 *)

Hasil penyandingan daftar OPTK 2011 dengan GISD.

Asystasia gangetica subsp. micrantha. Tumbuhan ini asli dari Afrika.

Tumbuhan ini menginvasi suatu tempat dengan cara berkembang biak secara

cepat, membentuk semak belukar yang sangat tebal, mengalahkan tumbuhan lain

di sekitarnya. Tumbuhan ini memiliki ciri khas bunga berwarna putih dengan

bintik keunguan (Gambar 8). Di Indonesia, Tumbuhan ini menginvasi di pinggir

jalan, lahan terlantar, tepi sungai, perkebunan kelapa sawit, karet, cokelat, HTI

Eucalyptus, dan lain-lain. A. gangetica subsp. micrantha dapat tumbuh di lahan

terbuka atau lahan yang ternaungi. Di tempat teduh, tumbuhan ini akan tumbuh

menjalar dan menghasilkan masa vegetatif yang berlimpah sehingga perlu upaya

dan tenaga kerja yang cukup besar untuk mengendalikannya. Di tempat terbuka

akan lebih banyak menghasilkan bunga dan biji. Tumbuhan ini menjadi gulma

yang produktif dan kompetitif. Pertumbuhan A. gangetica subsp. micrantha

memerlukan nutrisi N dan P yang tinggi. Penyebaran dapat melalui ternak yang

memakan biji. Produksi biji dengan 85% viabilitas dan dapat bertahan 8 bulan di

tanah. Secara alami, biji dapat tumbuh 30 hari setelah tanam dan memerlukan 8

bulan atau lebih untuk memproduksi biji. Sebaran di Indonesia meliputi Jawa

Barat, Kalimantan, dan Sumatera (SEAMEO-BIOTROP 2014a).

Cirsium arvense. Tumbuhan ini merupakan herba perennial asli Eropa

Tenggara, Asia Barat, dan Afrika Utara. C. arvense merupakan tanaman berumah

dua (duocieous) dan mempunyai akar yang dalam. Herba ini tumbuh baik pada

daerah yang lembab, mampu tumbuh pada tanah berlempung, tanah liat, dan tanah

berpasir. Biji bertipe achene, dapat memproduksi hingga 40.000 biji per tahun,

dan mampu memencar jauh dari tumbuhan induk hingga 1 km. Biji berkecambah

dengan baik pada kedalaman 1 cm dari permukaan tanah pada suhu antara 20 ºC

dan 30 ºC. Biji dapat mengapung di air dan dapat dipencarkan melalui tiupan

angin. Biji juga dapat menempel pada kulit atau bulu hewan. Perkecambahan biji

rata-rata 90% dalam satu tahun. Biji dapat menjadi dorman di dalam tanah hingga

20 tahun (Klein 2011). Habitat yang diinvasi berupa hutan, padang rumput,

Page 46: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

29

riparian, tepi danau dan daerah berpasir. C. arvense memiliki akar yang tumbuh

mendalam di dalam tanah sehingga sulit untuk dikendalikan (Weber 2003).

Keberadaannya dapat menggusur tanaman asli, mengurangi hasil panen, merubah

struktur dan komposisi suatu habitat, serta menjadi inang hama Aphid dan

penggerek batang (ISSG 2011).

Gambar 8 Tanaman Asystasia gangetica subsp. micrantha (Sumber: foto oleh

Rahma, kamera Canon Ixus 1000 HS)

Parthenium hysterophorus. Tumbuhan ini merupakan gulma herba agresif

asli daerah tropik dan subtropik Amerika Utara dan Selatan. Gulma ini mampu

tumbuh pada tanah berpasir hingga tanah liat. P. hysterophorus mampu tumbuh

pada daerah yang bercurah hujan tinggi dan toleran terhadap tanah kering (Masum

et al. 2013). Gulma ini dapat mengolonisasi area dengan cepat dan menggusur

vegetasi asli, serta dapat menyebabkan alergi pada manusia. Selain itu, gulma ini

tidak dapat dimakan oleh hewan ternak karena mengandung parthenin yang

hepatotoksik. Biji yang dihasilkan berukuran kecil dan ringan sehingga dapat

dipencarkan oleh angin dan air. Pemencaran selain dari biji dapat dilakukan

dengan bagian tanaman lainnya seperti bonggol, akar dan pelepah yang tersisa di

tanah. Biji yang dihasilkan mencapai 25 000 biji per tanaman. Kemunculan

P. hysterophorus dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

karena menghasilkan asam fenolat dan seskuiterpen (Kohli et al. 2006). Asam

fenolat dapat dikeluarkan oleh gulma Parthenium dari akar, daun, achene, dan

sisa-sisa tanaman yang membusuk di tanah (Masum et al. 2013). Ekstrak daun

P. hysterophorus dapat menghambat perkecambahan gandum hingga 22% (Gella

et al. 2013). Tanaman ini dapat menjadi inang kutu kebul. Tanpa pengendalian

P. hysterophorus sepanjang musim dapat merugikan hasil panen sorghum antara

40-97% di Ethiopia. Viabilitas biji tetap tinggi lebih dari 50% setelah 26 bulan

terkubur di dalam tanah. Secara alami biji akan berkecambah setelah 60 hari

berada di tanah. Biji mampu berkecambah dengan baik di tanah pada kedalaman

kurang dari 5 cm (Tamado et al. 2002).

Page 47: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

30

Kajian Spesies Tumbuhan Kontaminan yang Berpotensi Invasif di Indonesia

Kajian ini diperoleh dari hasil intersepsi kelompok gulma dari database

Eplaq Sytem BARANTAN tahun 2010-2011, hasil deteksi dan identifikasi

tumbuhan kontaminan secara langsung, serta koleksi intersepsi biji gulma yang

ada di BBKP Tanjung Priok dan BBKP Soekanro-Hatta. Hasil intersepsi gulma

BARANTAN tahun 2010-2011 menunjukkan adanya 73 organisme kelompok

tumbuhan kontaminan yang terdiri atas 54 yang teridentifikasi hingga spesies dan

18 yang teridentifikasi hingga genus. Kontaminasi kelompok tumbuhan di tahun

2010 didominasi dari Famili Malvaceae, sedangkan di tahun 2011 didominasi dari

Famili Poaceae (Gambar 9). Kedelai merupakan produk pertanian impor yang

paling sering ditemukan terkontaminasi serangga dan tumbuhan asing. Adapun

organisme tumbuhan kontaminan pada kedelai impor di tahun 2010 dan 2011

terlihat pada Tabel 8. Biji tumbuhan kontaminan lebih banyak ditemukan di tahun

2010 daripada tahun 2011.

Hasil deteksi kelompok tumbuhan kontaminan secara langsung diperoleh

dari 31 produk impor. Jumlah identifikasi kontaminan tersebut adalah 120 spesies,

11 genus, dan 6 famili. Hasil identifikasi organisme tumbuhan yang terdeteksi

mengontaminasi sampel produk pertanian impor di BBKP Tanjung Priok dan

Gambar 9 Proporsi famili tumbuhan yang mengontaminasi produk pertanian

impor tahun 2010 dan 2011

2010

2011

Page 48: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

31

BBKP Soekarno-Hatta terdapat pada Lampiran 2. Beberapa deskripsi dan foto biji

tumbuhan kontaminan hasil deteksi dan identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 4

dan 5.

Koleksi biji tumbuhan kontaminan hasil intersepsi pada kegiatan impor

diperoleh dari koleksi OPT/OPTK di BBKP Tanjung Priok berjumlah 106 spesies

dan 4 genus. Koleksi kelompok tumbuhan di BBKP Soekarno-Hatta masih

terbatas pada koleksi media pembawa OPT/OPTK sehingga tidak diperoleh data

koleksi biji tumbuhan intersepsi dari BBKP Soekarno-Hatta.

Keseluruhan data tumbuhan asing kontaminan menunjukkan bahwa terdapat

spesies yang merupakan OPTK dan atau spesies invasif yang terdaftar di dalam

GISD serta spesies tanaman budidaya. Ada 2 spesies tumbuhan kontaminan yang

termasuk OPTK yaitu Cirsium arvense dan Cuscuta epithymum. C. arvense

merupakan spesies kontaminan yang termasuk OPTK invasif. Tumbuhan asing

yang mengontaminasi produk impor dan terdaftar di dalam GISD ada 20 spesies

(Tabel 9), 11 spesies diantaranya telah dilaporkan mapan di Indonesia (ISSG

2011). Beberapa spesies tumbuhan asing kontaminan ada yang merupakan spesies

tanaman budidaya di Indonesia antara lain: Anoda cristata, Avena fatua,

Beta vulgaris, Brassica campestris, Carica papaya, Cicer arietinum,

Fagopyrum esculentum, Glycine max, Helianthus annuus, Hordeum vulgare,

Linum usitatissimum, L. temulentum, Melilotus indicus, Phaseolus vulgaris,

Sesamum indicum, Trigonella faecumgraecum, dan Vigna radiata. Selain itu,

ditemukan spesies tumbuhan asing kontaminan yang diketahui telah menjadi

invasif di Indonesia (Tabel 10). Berdasarkan perihal keanekaragaman hayati, ada

8 spesies tumbuhan kontaminan yang terdaftar di dalam The IUCN Red List of

Threatened Species dengan kategori dikhawatirkan punah (Least Concern) antara

lain: Aeschynomene indica, Cyanotis axillaris, Mimosa pudica,

Paspalum scrobiculatum, Polygonum barbatum, Polygonum lapathifolium,

Polygonum persicaria, dan Sorghum bicolor.

Tabel 8 Biji tumbuhan yang sering mengontaminasi produk kedelai impor di

tahun 2010 dan 2011*)

Negara asal Nama organisme kontaminan Frekeunsi temuan (kali)

Tahun 2010 Tahun 2011

Amerika Serikat Abutilon theophrasti 4 11

Amaranthus sp. 3 -

Ambrosia artemisiifolia 26 21

Ambrosia confertiflora 1 -

Ambrosia sp. 1 2

Ambrosia spp. - 1

Ambrosia trifida 86 21

Anoda cristata - 1

Asteraceae 1 -

Avena sativa - 1

Brassica campestris 1 - *)

Sumber: dihitung dari database Eplaq Sytem BARANTAN.

- Tidak terdeteksi.

Page 49: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

32

Tabel 8 Biji tumbuhan...(lanjutan)

Negara asal Nama organisme kontaminan Frekeunsi temuan (kali)

Tahun 2010 Tahun 2011

Amerika Serikat Cassia obtusifolia - 1

(lanjutan) Echinochloa sp. - 1

Ipomoea purpurea 7 9

Ipomoea sp. 6 -

Leguminosae 1 -

Panicum repens - 1

Phytolaca sp. 1 1

Phytolacca americana 1 2

Polygonum convolvulus - 1

Polygonum pensylvanicum 2 5

Polygonum persicaria - 3

Polygonum sp. - 2

Polygonum scandens 1 -

Proboscidea louisianica 3 -

Proboscidea sp. 1 1

Setaria parviflora - 4

Setaria pumila - 2

Setaria sp. - 1

Sida sp. - 1

Sida spinosa - 5

Sorghum bicolor - 5

Sorghum halepense - 1

Solanum rostratum 1 -

Xanthium sp. - 3

Xanthium strumarium 31 3

Kanada Ambrosia trifida 2 -

Malaysia Emex australis 1 -

Urena lobata 1 -

Uruguay Ambrosia trifida 5 -

Ambrosia artemisiifolia 1 -

Ambrosia trifida 3 -

Xanthium strumarium 3 - *)

Sumber: dihitung dari database Eplaq Sytem BARANTAN.

- Tidak terdeteksi.

Secara umum hasil intersepsi BARANTAN tahun 2010-2011 kelompok

gulma menunjukkan bahwa beberapa spesies telah ada di Indonesia tetapi ada

yang belum diketahui potensi invasif dan status keberadaanya di Indonesia.

Spesies tersebut adalah A. confertiflora, Cyperus schweinitzii, P. americana, dan

P. pensylvanicum. Spesies kontaminan yang tidak terdaftar dalam GISD seperti P.

louisianica dan Brachiaria decumbens telah diketahui berpotensi invasif tetapi

dengan tingkatan yang rendah. B. decumbens merupakan gulma lingkungan yang

menjajah lingkungan terganggu, pertumbuhannya bersifat agresif, umumnya

Page 50: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

33

memerlukan N dan P yang tinggi, dapat beradaptasi pada tanah dengan kesuburan

rendah, mengalami dormansi, dormansi dapat dipatahkan setelah 6-9 bulan

penyimpanan atau dengan skarifikasi asam dan produk biji berlimpah, tetapi

beberapa negara telah membudidayakan gulma ini sebagai pakan ternak (Cook et

al. 2005). Menurut Shelton (tahun tidak diketahui) bahwa gulma ini tumbuh

dengan cepat tetapi tidak menimbulkan bahaya. P. lousianica menjadi invasif di

Victoria karena semak ini berbuah yang berbentuk seperti cakar dan dapat

melukai kaki manusia, umumnya tumbuh pada lingkungan terganggu, daya saing

tumbuh tinggi terhadap tanaman kapas (DEPI 2013).

Tabel 9 Spesies tumbuhan asing invasif yang terdaftar di GISD dan ditemukan

mengontaminasi produk pertanian impor

Spesies kontaminan Produk

pertanian Negara Asal Sumber

Ageratum conyzoides*)

Edamame,

groundnut

kernel, dan

bawang merah

Malaysia Intersepsi

2010

- -

Koleksi

2005

Ambrosia artemisiifolia Kedelai Amerika

Serikat Identifikasi

Kedelai Amerika

Serikat dan

Uruguay

Intersepsi

2010

White oak Jerman Intersepsi

2010

- - Koleksi

2005; 2008

Centaurea melitensis - - Koleksi

2008

Cirsium arvense - - Koleksi

2008

Cirsium vulgare - - Koleksi

2008

Lepidium virginicum - - Koleksi

2008

Melilotus albus Gandum Pakistan Identifikasi

Mimosa pudica*)

Edamame,

groundnut

kernel, kacang

hijau, dan

bawang merah

Malysia Intersepsi

2010

*) Spesies invasif yang dilaporkan ada di Indonesia menurut GISD.

- Informasi tidak diperoleh.

Page 51: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

34

Tabel 9 Spesies tumbuhan ... (lanjutan)

Spesies kontaminan Produk

pertanian Negara Asal Sumber

Mimosa pigra*)

- - Koleksi

2005

Panicum repens*)

Kedelai Amerika

Serikat

Intersepsi

2011

Paspalum

scrobiculatum*)

Beras Thailand Identifikasi

Prosopis farcta*)

- - Koleksi

2005

Prosopis pallida*)

- - Koleksi

2005

Prosopis pubescens*)

- - Koleksi

2008

Rottboellia

cochinchinensis*)

Vigna radiata Myanmar Identifikasi

Pueraria

javanica Malaysia Identifikasi

Rumex acetosella - - Koleksi

2008

Rumex crispus Gandum Pakistan Identifikasi

- -

Koleksi

2008

Rumex obtusifolisus Gandum Pakistan Identifikasi

Setaria verticillata*)

- - Koleksi

2008

Sorghum halepense*)

Jinten hitam Djibouti Identifikasi

Kedelai Amerika

Serikat

Intersepsi

2011 *)

Spesies invasif yang dilaporkan ada di Indonesia menurut GISD.

- Informasi tidak diperoleh.

Hasil deteksi dan identifikasi spesies tumbuhan kontaminan diperoleh

Cynoglossum glochidiatum yang keberadaannya juga belum ada di Indonesia dan

memiliki kesamaan genus pada spesies invasif GISD yaitu C. officinale. Informasi

tentang C. glochidiatum masih terbatas. Biji C. officinale berkuruan lebih besar

daripada C. glochidiatum.

Koleksi spesies tumbuhan kontaminan di BBKP Tanjung Priok umumnya

berupa gulma. Spesies hasil koleksi BBKP Tanjung Priok tahun 2005-2008 yang

selama ini teridentifikasi sebagai Verbascum thapsus dan Ipomoea locunosa telah

mengalami re-identifikasi bahwa spesies tersebut berurutan adalah

Cyanotis axillaris dan Melochia corchorifolia. Dua spesies tersebut telah ada dan

menetap di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada spesies invasif

V. thapsus dan I. locunosa yang masuk melalui BBKP Tanjung Priok seperti yang

telah dilaporkan oleh Ujiyani (2009). M. corchorifolia telah diverifikasi dengan

Page 52: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

35

melakukan identifikasi biji dan seedling, sedangkan C. axillaris diverifikasi

berdasarkan referensi identifikasi biji. Biji M. corchorifolia umumnya berukuran

2 mm, warna hitam, dengan hilum di ujung seperti terdapat garis-garis yang

tersusun melingkar, irisan melintang biji berbentuk segitiga dengan tepiannya

cenderung halus. Biji I. locunosa berwarna cokelat kehitaman, berukuran 4 mm,

irisan melintang biji berbentuk segitiga dengan tepian tajam, dan hilum berbentuk

bulat-cekung terletak di ujung (Lampiran 4).

Tabel 10 Spesies tumbuhan asing kontaminan yang telah menjadi invasif di

Indonesia*)

No. Spesies Famili

1 Aeschynomene americana Fabaceae

2 Aeschynomene indica Fabaceae

3 Ageratum conyzoides Asteraceae

4 Amaranthus spinosus Asteraceae

5 Ambrosia artemisiifolia Asteraceae

6 Borreria alata Rubiaceae

7 Centrosema pubescens Fabaceae

8 Cleome rutidosperma Cleomaceae

9 Crotalaria juncea Fabaceae

10 Cyanotis axillaris Commelinaceae

11 Echinochloa colonum Poaceae

12 Echinochloa crus-galli Poaceae

13 Eriochloa polystachya Poaceae

14 Euphorbia heterophylla Euphorbiaceae

15 Hyptis capitata Lamiaceae

16 Ipomoea triloba Convolvulaceae

17 Mimosa pigra Fabaceae

18 Mimosa pudica Fabaceae

19 Panicum repens Poaceae

20 Paspalum scrobiculatum Poaceae

21 Polygonum barbatum Polygonaceae

22 Rottboellia cocchinchinensis Polygonaceae

23 Rumex acetosella Polygonaceae

24 Rumex crispus Polygonaceae

25 Silene gallica Caryophyllaceae

26 Tribulus terestris Zygophyllaceae *)

Sumber KLH (2003).

Cuscuta epithymum. Spesies ini dikenal dengan clover dodder. Tumbuhan

ini tidak berakar, bersifat parasit dan memiliki daun yang tereduksi. Batangnya

berbulu, seperti benang (tebal 0.25-0.40 mm), dan berwarna kuning, merah, atau

Page 53: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

36

keunguan. Tumbuhan ini menghasilkan bunga dan buah. Buah berbentuk kapsul

yang berisi 4 biji. Biji berukuran 1 mm. C. epithymum asli Eropa dan menyebar

hampir di seluruh dunia. Pada umumnya spesies tersebut memarasit tanaman

Calluna vulgaris, Ulex europaeus, dan Trifolium spp. Biji yang berkecambah

harus segera menemukan inang untuk dihisap cairannya dan bertahan hidup.

C. epithymum membentuk haustorium sebagai alat untuk menembus ke jaringan

tanaman dan sebagai penghubung transfer makanan. Adanya kontak langsung

dengan tanaman akan mempercepat pertumbuhan C. epithymum. C. epithymum

tumbuh melilit tanaman inang berlawanan dengan arah jarum jam. Tingkat

pertumbuhan C. epithymum tergantung kesesuaian inang dan kekuatan inang. Di

Eropa Barat, C. epithymum hidup pada tanaman berbunga yag berumur 0-3 tahun

di daerah panas. Gangguan pemangkasan, pembakaran, dan pemotongan dapat

membantu perkecambahan biji. Biji dapat menjadi dorman dan mampu

berkecambah hingga beberapa tahun. C. epithymum banyak dimanfaatkan sebagai

obat pencahar dan untuk mengobati gangguan pada hati, limpa serta saluran

kemih (King dan Harris 2013). Menurut CABI (2013) bahwa C. epithymum

berpotensi invasif. Penyebarannya melalui biji dan bagian vegetatif tumbuhan.

C. epithymum mampu menghasilkan 16 000 biji. Perkecambahan biji optimum

pada suhu 15-20 ºC. C. epithymum belum ada di Indonesia dan terdaftar sebagai

OPTK kategori A1 (Kementan 2011).

Aeschynomene americana. Tumbuhan asli Amerika Tengah dan Amerika

Selatan tropik. Tumbuhan ini pada umumnya menjadi gulma pada padi dan

kedelai sehingga memerlukan pengendalian budidaya dan kimia yang memadai

mengingat gulma tersebut Famili Fabaceae yang juga merupakan famili tanaman

inang. Gulma telah ternaturalisasi di Sri Lanka. Biji berukuran 2-3 mm berwarna

abu-abu kecokelatan. Tumbuh di daerah basah dataran rendah dan tanah tergenang

air. Kemampuan beradapatasinya tinggi pada kesuburan tanah yang rendah dan

tahan terhadap nanungan yang moderat. A. americana menghasilkan fiksasi

nitrogen yang tinggi (Cook 2007). A. americana juga dilaporkan telah

ternaturalisasi di Indonesia (KLH 2003 dan Cook et al. 2005).

Aeschynomene indica. A. indica sebagai salah satu gulma padi utama di

Asia Tenggara. Gulma ini dilaporkan sebagai inang alternatif dari

Helicoverpa armigera di India. Fiksasi nitrogen tinggi dan dilaporkan berbahaya

untuk dikonsumsi kuda bila dalam tahap berbuah. Ukuran biji A. indica lebih

besar daripada A. americana. A. indica lebih menyukai kondisi tanah basah dan

sering ditemukan di sepanjang perbatasan selokan atau kolam renang, atau di

lahan pertanian basah. Tumbuhan ini telah ada dan ternaturalisasi di Indonesia

(CABI 2013).

Amaranthus spinosus. Tanaman ini asli Amerika Tropik. Benih memiliki

viabilitas yang panjang, disimpan di dalam kaca selama 19 tahun mempunyai

viabilitas 4%. Biji dihasilkan sebanyak 235 000 biji per tanaman. Biji dapat

disebarkan oleh air dan angin. Tumbuhan mampu beradaptasi pada tanah kering

dan basah, tetapi tidak tahan terhadap genangan air. Tumbuhan memiliki duri.

(Gordon et al. 2008). Tumbuhan ini menghasilkan alelopati sehingga dapat

menghambat pertumbuhan terutama pada tanaman C4. A. spinosus telah menyebar

luas di Indonesia (CABI 2013).

Ageratum conyzoides. Tumbuhan asli Amerika Tropik yang lebih dikenal

dengan sebutan nama daerah Babadotan. Spesies ini dapat terjadi di daerah

Page 54: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

37

lembab di lahan pertanian, limbah tanah, pinggir jalan, perkebunan, padang

rumput dan ladang padi gogo. Tumbuhan ini merupakan herba semusim yang

mampu memproduksi 40 000 atau lebih biji per individu. Biji mampu disebarkan

oleh angin dan air. Siklus hidup sekitar 2 bulan. Tumbuhan ini menjadi inang

beberapa hama dan penyakit tumbuhan. Keberadaan A. conyzoides secara

signifikan mengurangi biomassa total dan jumlah spesies, yaitu keanekaragaman

hayati sekaligus merubah struktur komunitas vegetasi dan regim tanah. Spesies ini

penghasil zat alelopati dan dapat menyebabkan alergi ke beberapa manusia (ISSG

2011). Tumbuhan ini telah menyebar di Indonesia (KLH 2003).

Ambrosia artemisiifolia. Spesies ini merupakan tumbuhan herba semusim

asli USA dan Kanada. Spesies ini kompetitif, agresif, dan dianggap sebagai gulma

berbahaya yang mengganggu tanaman budidaya. Kondisi yang sesuai untuk

perkembangannya bergantung pada sinar matahari yang penuh, area yang hangat,

kaya nutrisi, tanah yang sedikit asam, dan spesies ini dapat mentolerir kondisi

tanah yang kering. Serbuk sari bunga jantan menyebabkan alergi ke beberapa

orang yang sensitif seperti; rhinitis, oculorhinitis, asma dan iritasi kulit. Biji dapat

menyebabkan penyakit pada ternak yang menelannya. Spesies ini dapat menjadi

gulma di area bunga matahari, jagung, bit, dan sereal lainnya. Kerugian ekonomi

yang ditimbulkan akibat pengeluaran biaya perawatan dan waktu tenaga kerja

(ISSG 2011). Satu tanaman dapat menghasilkan 3 000–4 000 biji, bahkan hingga

mencapai 32 000 biji per individu. Biji mampu bertahan hingga 40 tahun dan

viabilitas berkurang dipengaruhi oleh waktu penyimpanan. Biji yang matang

mempunyai daya kecambah yang rendah, dan memerlukan stratifikasi dingin

untuk perkecambahan. Biji dapat mengalami dormansi skunder (CABI 2013).

A. artemisiifolia telah masuk ke wilayah Indonesia (KLH 2003).

Centaurea melitensis. Tumbuhan herba asli Afrika Selatan dan Eropa

Selatan. Spesies ini menyerang area terbuka, area terganggu, dan penyebarannya

dapat dengan bantuan manusia atau tanah yang terkontaminasi, benih tanaman,

serta rumput. C. melitensis memiliki duri dan dapat memproduksi 6 000 biji per

individu. Kebakaran dapat membantu perkcambahan dan pemencaran biji.

Pertumbuhan spesies ini lebih cepat dibandingkan dengan vegetasi asli (CABI

2013). Belum ada informasi mengenai keberadaannya di Indonesia.

Centrosema pubescens. Tumbuhan asli Amerika Selatan Tropik. Tumbuh

merambat dengan sedikit bulu pada permukaan daun dan batang. Tumbuhan ini

memproduksi 20 biji per polong, biji berwarna hitam kecokelatan dan terdapat

pola bintik-bintik warna gelap dengan halo berwarna lebih terang. Biji berukuran

4 mm. C. pubescens mampu tumbuh pada tanah berlempung dan berpasir, daerah

tropik basah dengan curah hujan 750 mm atau lebih. Akar berupa akar tunggang

sehingga toleran terhadap kekeringan. Selain itu, toleran terhadap banjir sampai

dengan terendam selama 2 bulan. Tumbuhan ini juga toleran terhadap tanah yang

memiliki kandungan mangan yang tinggi, toleran terhadap naungan, dan mampu

menghasilkan fiksasi nitrogen yang tinggi. Kebakaran dapat memicu

perkecambahan biji. Perkecambahan biji 60% memerlukan skarifikasi, biji

mempunyai pelindung yang keras sehingga tahan abrasi dan hampir kedap air

(PIER 2005). Tumbuhan ini dikenal dengan sentro yang dapat tumbuh alami di

Jawa Timur (Schlutze-Kraft dan Clements 1990).

Cirsium vulgare. C. vulgare merupakan tumbuhan asli Afrika Utara, Asia,

dan Eropa. Tumbuhan ini berpotensi untuk bersaing dengan banyak spesies

Page 55: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

38

tumbuhan asli dan mampu menggantikan vegetasi asli. Kemampuan mentolerir

kondisi lingkungan yang merugikan dan beradaptasi dengan habitat yang berbeda

menyebabkan mampu menyebar secara terus menerus dan menempati daerah baru

meskipun tindakan pengendalian diterapkan. Satu individu mampu menghasilkan

1 600-8 400 biji bahkan ada yang mencapai 50 000 biji. Produksi biji yang tinggi,

mengalami dormansi yang bervariasi, dan kebiasaan pertumbuhan kuat membuat

spesies ini menjadi invasif. Tumbuhan ini mampu bersaing dengan spesies lain di

padang rumput, lahan pertanian, dan dapat menyebabkan cedera fisik untuk

binatang (CABI 2013). Belum ada laporan tentang keberadaannya di Indonesia.

Crotalaria juncea. Tumbuhan ini asli Amerika Tengah yang mampu

tumbuh di daerah tropik dan subtropik. Kemampuan beradaptasi pada tanah

kering sangat tinggi, mampu beradaptasi pada tanah berpasir, lebih produktif pada

tanah yang lembab, toleransi rendah sampai dengan sedang pada tanah yang salin.

Tumbuhan memproduksi alkaloid pada biji dan polong, tetapi tidak untuk daerah

topik. Ukuran benih bervariasi dari 11 000 sampai dengan 77 000 per pon

(Sheahan 2012). Batas suhu untuk perkembangan dan pertumbuhan C. juncea

9-30 ºC (Orwa et al. 2009). Spesies ini menjadi tanaman pupuk yang ditemukan

tumbuh di Indonesia, Rodhesia, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan China (Rotar

dan Joy 1983).

Echinochloa colonum. Tumbuhan ini merupakan asli India yang umum

menjadi gulma penting pada lahan padi. E. colonum menjadi gulma kosmopolit

pada area budidaya, area sampah, selokan dan lapangan. Kemampuan bersaing

dengan padi ditandai dengan tumbuh lebih cepat dan memiliki kumpulan akar

yang lebih besar sehingga penyerapan nitrogen, fosfor, dan kalium jauh lebih

besar daripada padi. Tumbuhan mampu memproduksi biji sebanyak 42 000 biji

viabel, dan biji mampu bertahan hingga 3 tahun. Gulma mendominasi lahan

sehingga dapat mengurangi hasil panen padi gogo rancah sekitar 74-98% (CABI

2013). Spesies ini telah ternaturalisasi di Indonesia (KLH 2003).

Echinochloa cruss-galli. E. cruss-galli tersebar luas di daerah beriklim

sedang dan subtropik hangat di dunia, memperluas ke daerah tropik. Tumbuhan

ini lebih suka tempat cerah terbuka dan sebagian besar terbatas pada tanah basah,

tanah liat sampai tanah liat berpasir. Gulma ini dapat mentolerir tanah kering,

tetapi juga dapat terus tumbuh ketika sebagian terendam. Benih memiliki

dormansi 3-4 bulan dan tidak berkecambah dalam air yang lebih dalam dari 12

cm, suhu tanah optimum untuk perkecambahan adalah 20-30 °C. Gulma

menghasilkan 3 500-80 000 biji bergantung pada jenis tanaman yang berkompetisi

dengan gulma tersebut (CABI 2013). Spesies ini telah ternaturalisasi di Indonesia

(KLH 2003).

Euphorbia heterophylla. Tumbuhan ini asli daerah tropik dan subtropik di

Amerika. Biji diproduksi dalam jumlah besar dan kelangsungan hidup yang

tinggi. Pertumbuhan optimum pada suhu 25 dan 35 °C. E. heterophylla bersama

gulma lain menghasilkan zat alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan dan

menurunkan hasil tanaman (CABI 2013). Spesies ini telah ternaturalisasi di

Indonesia (KLH 2003).

Hyptis capitata. Tumbuhan asli Amerika Tropik dengan nama lain

H. rhomboidea. Tumbuhan banyak menginvasi sisi jalan, selokan, area sampah,

lahan kering, perkebunan karet, dan hutan jati yang lembab. Habitat yang disukai

Page 56: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

39

daerah yang cerah atau terdapat nanungan dan mampu berbunga sepanjang tahun.

Tumbuhan ini telah menyebar di seluruh Indonesia (SEAMEO-BIOTROP 2014b).

Ipomoea triloba. Spesies ini asli dari Amerika Tropik. Tumbuhan ini telah

ada di Jawa dan ditemukan di perkebunan karet, ladang tebu, pinggir jalan, serta

lahan pembuangan sampah. I. triloba tumbuh melilit dan memproduksi biji.

Pertumbuhannya bergantung pada curah hujan. Kelembaban tanah yang sesuai

untuk perkecambahan biji ialah 40-80%. Biji mengalami dormansi. Pemecahan

dormansi yang paling efektif dengan memotong atau membuka kulit biji

menggunakan pisau. Spesies ini menjadi gulma serius di Australia dan Filipina

terutama pada tanaman monokultur. I. triloba berpotensi invasif karena

kemampuan bersaing dengan tanaman lain untuk memperoleh air dan nutrisi, serta

pertumbuhannya yang melilit dapat menyebabkan kesulitan pemanenan secara

mekanik. I. triloba ini diketahui menjadi inang penyakit sapu setan pada ubi jalar

dan inang alternatif Meloidogyne javanica dan M. incognita (CABI 2013).

Lepidium virginicum. Spesies ini asli dari Amerika Utara, Amerika

Selatan, Costa Rica, El Salvador, Guatemala, Honduras, Nicaragua, dan Panama.

Tumbuhan ini menjadi gulma di lahan pertanian, sayuran, buah-buahan, dan di

lahan pembibitan. Tumbuhan ini ternaturalisasi di Amerika Serikat bagian Barat,

Hawai, dan menyebar cepat ke Grand Cayman, serta ternaturalisasi di Turki. Buah

berbentuk silica membulat, dengan ujung bertakik, lebar buah 4 mm, pipih dan

bersayap di bagian eksterior. Tanaman ini dapat tumbuh daerah yang ternaungi

atau daerah yang mendapat sinar matahari penuh (PIER 2013). Spesies ini belum

ada pelaporannya di Indonesia.

Melilotus albus. Spesies ini merupakan herba biennial asli Afrika Utara,

Asia, dan Eropa. Tumbuhan ini menghasilan coumarin yang beracun bagi hewan

(ISSG 2011). Produksi biji tinggi dengan indeks produktivitas sebesar 14-26%

(Kolyasnikova 2013). M. albus memproduksi biji hingga 350 000 biji baik dari

hasil penyerbukan silang maupun hasil penyerbukan sendiri. Biji tetap viabel

meskipun terkubur di dalam tanah hingga 81 tahun. Kebakaran baik alami

maupun dari kegiatan manusia dapat menyebabkan skarifikasi biji dan

menstimulir perkecambahan biji. Suhu kurang dari 59 ºF merupakan suhu

optimum perkecambahan biji. Tumbuhan ini toleran pada tanah dengan

kandungan garam moderat dan tidak toleran terhadap naungan. Gulma ini dapat

terjadi di hutan, perairan, dan padang rumput (NPS 2013). Biji yang dihasilkan

berbentuk hati dengan warna hijau kekuningan hingga kuning kecokelatan,

permukaan biji halus, berukuran panjang 1-2 mm. Satu polong menghasilkan 1

biji seperti ada alur gelombang pada permukaan polong (Gambar 10). Informasi

tentang keberadaannya di Indonesia belum diketahui.

Mimosa pudica. Spesies ini merupakan herba Amerika, menghasilkan biji

600-700 biji per musim. Biji dapat bertahan hingga 19 tahun disimpan di

Laboratorium dengan daya kecambah 2%. Kulit polong berbulu memungkinkan

dapat dipencarkan melalui manusia atau bulu hewan. Biji juga dapat dipencarkan

oleh air. M. pudica dapat tumbuh pada kisaran kondisi tanah yang luas.

Tumbuhan ini toleran pada daerah yang teduh. Daun yang dihasilkan dapat mudah

terbakar. Tumbuhan di duga menghasilkan zat beracun sehingga meracuni ternak

di Papua New Guinea. Populasi yang tinggi dengan batang yang berduri

menyebabkan berkurangnya ketersediaan hijauan untuk merumput ternak.

M. pudica dan M. pigra dilaporkan sebagai gulma berbahaya di Australia (Gordon

Page 57: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

40

et al. 2008). Introduksi ke Indonesia pertama kali di perkebunan tembakau di Deli,

Sumatera. Di jawa telah ternaturalisasi dan sekarang telah menyebar keseluruh

Indonesia. Tumbuhan ini menjadi gulma penting di nursery dan perkebunan karet

(SEAMEO-BIOTROP 2014c).

Gambar 10 Polong dan biji Melilotus albus perbesaran 10 x (Sumber: foto

oleh Rahma, mikroskop ZEISS Stemi 2000-C, kamera

AxioCam ERc5s)

Mimosa pigra. Habitat yang disukai adalah daerah lembab. Spesies ini

merupakan herba asli Amerika Tropik yang menyebar sebagai tanaman hias atau

tanaman penutup tanah. Spesies ini menjadi gulma di pertanian, pesisir pantai, di

hutan yang lembab, dan di padang rumput. Gulma mampu beradaptasi dan

tumbuh di berbagai tipe tanah. Berkembang biak dengan biji dan suckers.

Tanaman menghasilkan biji sampai dengan 90 000 biji di Laboratorium. Biji

mempunyai sifat dorman lebih dari 15 tahun. Kemampuan bertahan hidup biji

yang terkubur di dalam tanah bervariasi (Gordonet al. 2008). Sebaran di Indonesia

masih terbatas di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Di Jawa, tumbuhan ini lebih

agresif daripada propinsi lain. Tumbuhan ini menginvasi waduk di Bening dan

Saradan, Jawa. Di Saradan, M. pigra menjadi spesies dominan (Tjitrosoedirdjo

1988/1989).

Panicum repens. Jenis rumput asli Afrika Topik, Afrika Utara, dan

Mediteranian. Akarnya yang bersifat rizoma menyebabkan tumbuhan ini sulit

dikendalikan. Rumput ini menjadi gulma di daerah basah, baik pesisir dan

pedalaman, yang terjadi secara alami di sepanjang tepi sungai, saluran irigasi,

danau dan tepi pantai payau. Gulma ini toleran pada berbagai tipe tanah dan tidak

sensitif terhadap pH tanah dan salinitas tanah. Suhu pertumbuhan optimum

30-35 ºC. Dormansi biji terjadi pada biji muda. Perkecambahan biji dapat

ditingkatkan dengan dingin, nitrat, dan perubahan suhu. Rumput ini dapat

menyebabkan penurunan hasil hingga 50% pada tanaman tebu karena

menghasilkan zat alelopati. Selain itu, P. repens dapat menjadi inang kutu loncat

padi, Ustilago spp., dan Pyrricularia spp. Spesies ini telah banyak ditemukan di

Indonesia (CABI 2013).

Paspalum scrobiculatum. Spesies ini merupakan gulma berbahaya di

Amerika Serikat dan berpotensi menjadi invasif di Pasifik. Gulma ini menjadi

Page 58: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

41

OPTK di 10 negara bagian Amerika. Spesies ini asli Afrika (ISSG 2011). Spesies

ini telah menyebar di Indonesia (CABI 2013).

Polygonum barbatum. Tumbuhan ini merupakan herba tahunan yang

tercatat sebagai salah satu gulma dari tujuh spesies gulma yang dapat mengurangi

65% hasil panen kentang di India. Pertumbuhan yang padat di perairan dapat

menurunkan kualitas air, dan transportasi air (Plantwise Knowledge Bank 2013).

Gulma ini salah satu spesies asing yang menginvasi perairan terbuka di Waduk Ir.

P. M. Noor, Kalimantan Selatan (Tjitrosoedirdjo 2005).

Rottboellia cochinchinensis. Rumput yang lebih sering tumbuh daerah

yang beriklim tropik dan subtropik. Rumput ini menjadi gulma di pertanian dan di

tepi jalan di Pasifik. Gulma ini membahayakan tanaman budidaya karena

menghasilkan alelopati, selain itu juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia

karena menyebabkan luka karena rambut kasar pada daun dan batang. Rumput ini

menjadi inang alternatif virus yaitu rice leaf gall virus dan corn leaf gall virus.

Rumput ini menajdi gulma pada tanah liat dan liat berpasir. Biji diproduksi

setelah 6-7 minggu dari kemunculan. Biji tidak terdapat awn dan dipencarkan oleh

air. Biji diproduksi 2 200-16 500 biji per individu. Biji tetap bertahan dan viabel

di dalam tanah hingga 4 tahun (Gordon et al. 2008). Spesies ini ada di Jawa,

Nusa Tenggara, dan Sumatera (CABI 2013).

Rumex acetosella. Tumbuhan merupakan herba tahunan asli Eurasia dan

Chili dapat terjadi di daerah terganggu, seprti pinggir jalan dan padang rumput

dan hutan. Herba ini menghasilkan asam oksalat sehingga beracun bagi hewan.

Hal ini juga menyebabkan demam pada manusia. Pertumbuhan yang cepat dan

mampu mengolonisasi daerah terganggu. Spesies ini dapat menghambat

pembentukan kembali spesies asli dan mempengaruhi proses suksesi alami (ISSG

2011). Peningkatan invasi didukung oleh bank benih yang relatif besar. Tanaman

menghasilkan biji mencapai 1 622 biji per ramet. Hal ini bergantung dari lokasi

dan genetik. Perkembangan optimum pada suhu 17.5-30 ºC. Peneduh dapat

menghambat pertumbuhan R. acetosella. Biji masih viabel walau terkubur di

dalam tanah selama 5 tahun. Perlakuan suhu lebih dari 70 ºC dapat mengurangi

vibilitas biji (CABI 2013).

Rumex crispus. Tumbuhan herba asli Afrika Utara, Asia Tropik, dan

Eropa. Tumbuhan menginvasi air tawar, lahan basah, rawa, dan pesisir. Selain itu,

dapat ternaturalisasi di daerah temperate. Tumbuhan ini merupakan gulma di

pertanian di seluruh benua. Tumbuhan ini menghasilkan racun sehingga dapat

menyebabkan kembung dan dermatistids pada hewan. Gulma ini tumbuh subur

pada tanah yang kaya nutrisi dan nitrogen, lembab, dan berlempung. Herba ini

memproduksi hingga 60 000 biji per individu dan biji yang disimpan masih viabel

hingga berapa dekade (Gordon et al. 2008). Menurut CABI (2013) spesies ini

tidak menjadi invasif di Jawa.

Rumex obtusifolius. Tumbuhan ini menghasilkan asam oksalat yang

beracun bagi hewan dan dapat mengurangi palatabilitas rumput hingga 65%.

Tumbuhan ini menjadi gulma di pertanian, di padang rumput, dan di perkebunan.

Di wilayah Sub Antartika, gulma ini menginvasi berbagai habitat termasuk daerah

yang didominasi oleh spesies tumbuhan asli (ISSG 2011). Biji diproduksi

bervariasi 100-60 000 biji per individu per tahun. Viabilitas biji tinggi mencapai

83% setelah terkubur selama 21 tahun. Selain biji, gulma ini dapat berkembang

biak secara vegetatif yaitu dengan akar. Kemampuan beradaptasi terhadap

Page 59: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

42

lingkungan yang ekstrim terhadap dingin dan kering. Gulma ini juga

mengeksfoliasi nitrogen sehingga dapat merugikan spesies asli (CABI 2013). R. obtusifolisus telah mapan, tetapi tidak menjadi invasif di Tengger, Jawa Timur

(KLH 2003).

Setaria verticillata. Tumbuhan asli Eropa. Tumbuhan ini menjadi gulma

pada lahan pertanian, kota, dan daerah terganggu. Kerugian yang ditimbulkan oleh

keberadaan S. verticillata meliputi kerugian ekonomi dan lingkungan. Gulma ini

dapat beradaptasi dengan lingkungan lokal dengan cepat, serta resisten terhadap

beberapa pestisida (ISSG 2011). Biji memiliki sifat dorman selama 7 bulan

setelah terpencar. Suhu 25-35 °C yang paling menguntungkan untuk

perkecambahan (minimum 15 °C, maksimum 40 °C) dengan perubahan gelap dan

terang. Biji akan menurun viabilitasnya setelah 18 bulan tersimpan di dalam

tanah. Spesies ini telah ada di Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi (CABI 2013).

Silene gallica. Spesies yang asli Afrika Utara, Asia Barat, dan Eropa.

Spesies ini menginvasi daerah terganggu terutama pada daerah pantai. S. gallica

mampu tumbuh di tanah subur dan limbah, cenderung berpasir, daerah semi-teduh

dan terbuka, termasuk padang rumput, lahan pertanian, daerah berhutan ringan,

pinggir jalan, jalan, dan daerah terganggu. Tumbuhan ini mampu berkompetisi

dengan spesies asli untuk kelembaban, toleran terhadap suhu rendah hingga 10 ºC

dan toleran terhadap kekeringan (GOERT 2011). Spesies ini ditemukan di Jawa

Timur (KLH 2003).

Sorghum halepense. Spesies ini merupakan tumbuhan asli Eropa Tenggara

yang berproduksi dengan biji dan rizoma. Tumbuhan ini merupakan gulma

berbahaya yang sangat invasif dengan distribusi di seluruh dunia. Produksi benih

yang tinggi dan sistem perakaran yang luas membuatnya sulit untuk diberantas.

Spesies ini memiliki sejumlah efek merugikan meliputi toksisitas terhadap hewan

merumput, resiko kebakaran selama musim panas dan eksklusi kompetitif

tanaman lain. Gulma ini mengurangi kesuburan tanah, bertindak sebagai inang

untuk patogen tanaman dan dapat menyebabkan alergi (ISSG 2011).

Tribulus terestris. Spesies ini asli Eropa Selatan, Afrika beriklim sedang

dan Asia Tropik. Tumbuhan ini memiliki kandungan nitrat yang tinggi yang

bersifat racun pada hewan ternak. Spesies ini toleran pada berbagai tipe tanah,

berkembang sangat baik pada tanah kering yang berpasir. Buah memiliki duri. Biji

dihasilkan 200-5 000 biji per individu (Clifford 2010). Tumbuhan ini sering

dibudidayakan di Indonesia sebagai obat tradisional. Spesies tumbuhan asing invasif yang ditemukan pada produk pertanian impor

pada umumnya merupakan spesies invasif yang merugikan ekosistem pertanian. Oleh

karena itu, sangat penting dan wajib dilakukan pemeriksaan karantina terhadap

produk pertanian khususnya yang berasal dari tumbuhan yang akan diperdagangkan

dan atau dilalulintaskan di dan ke wilayah Indonesia untuk mencegah masuk dan

tersebarnya spesies yang berpotensi invasif.

Kajian Spesies Tumbuhan Impor yang Berpotensi Invasif di Indonesia

Kajian ini diperoleh dari survei ke nursery dan data spesies tumbuhan

impor berupa bibit/benih/biji BARANTAN Tahun 2010 sampai dengan 2011 serta

koleksi media pembawa OPT/OPTK impor di BBKP Tanjung Priok dan BBKP

Soekarno-Hatta. Survei dilakukan di wilayah jabodetabek dan karawang. Hasil

survei menunjukkan bahwa pada umumnya tanaman yang diperjualbelikan

merupakan tanaman hasil penyilangan atau hibrida, sehingga kecil potensinya

Page 60: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

43

menjadi invasif. Akan tetapi tidak semua tanaman yang diperdagangkan

merupakan hasil persilangan sehingga jalur perdagangan tersebut dapat berpotensi

sebagai jalur penyebaran spesies invasif di wilayah Indonesia. Ada 13 spesies

tumbuhan asing yang berpotensi invasif yang diperdagangkan di nursery (Tabel

11). Data spesies berpotensi invasif banyak diperoleh dari Depok (PT. Godong Ijo

Nursery) dan di Karawang (PT. Benara Nursery). Paling banyak macam tanaman

hias ada di Karwang. Spesies yang memiki genus yang sama dengan spesies

OPTK kelompok gulma kategori A2, yaitu A. gangetica pernah diperdagangkan di

tahun 2011, tetapi pada awal tahun 2012 tidak lagi diperdagangkan seiring dengan

adanya perkembangan aturan daftar OPTK tahun 2011.

Tabel 11 Spesies tumbuhan asing yang berpotensi invasif hasil survei ke nursery

di Jabodetabek dan Karawang*)

No. Spesies Famili

1 Alpinia zerumbet Zingiberaceae

2 Ardisia elliptica Primulaceae

3 Arundo donax Poales

4 Asystasia gangetica**)

Acanthaceae

5 Citharexylum spinosum Verbenaceae

6 Flacourtia indica Salicaceae

7 Lonicera japonica Caprifoliaceae

8 Melaleuca quinquinervia Myrtaceae

9 Phoenix canariensis Arecaceae

10 Samanea saman Fabaceae

11 Spathodea campanulata Bignoniaceae

12 Tecomaria capensis Bignoniaceae

13 Thevetia peruviana Apocynaceae *)

Hasil penyandingan dengan daftar GISD **)

Spesies yang sama dengan OPTK tahun 2011

Jenis produk pertanian impor pada tahun 2010 dan 2011 yang tercatat di

BARANTAN (Lampiran 6 dan 7), diketahui bahwa ada 5 spesies tumbuhan yang

merupakan spesies invasif yang terdaftar di dalam GISD (Tabel 12). Benih

Elaeis guineensis dan Ipomoea aquatica merupakan benih tanaman yang

dibudidayakan sehingga kemungkinan menjadi invasif sangat tipis selama selalu

dalam pengelolaan yang baik. Tiga spesies lain perlu di awasi pengelolaannya,

karena bersifat tanaman hias dan penutup tanah sehingga apa bila pengelolaan

tidak dilakukan secara terus menerus potensi invasif akan muncul. Tanaman hias

pengelolaannya cenderung sesuai kebutuhan dan minat terhadap suatu tumbuhan

dari pengelola, sehingga hal ini yang mendorong kemungkinan munculnya potensi

invasif jika pengelolaan tidak dilakukan secara terus menerus. Tumbuhan invasif

umumnya berasal dari tanaman hias (Ujiyani 2009).

Page 61: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

44

Tumbuhan yang diimpor pada umumnya tercatat dalam bentuk nama

umum dan genus, sehingga untuk menentukan dan penyandingan nama spesies

invasif agak terkendala. Detail komoditi umumnya tersimpan di setiap unit

pelaksana teknis yang melakukan pemasukan data ke dalam database Eplaq

System BARANTAN. Sebagian dari tumbuhan impor ada yang memiliki genus

yang sama dengan spesies invasif tetapi tumbuhan impor ini lebih banyak

dipergunakan untuk benih tanaman hortikultura atau buah-buahan. Sampel produk

pertanian impor yang masuk selama penelitian berlangsung ada yang termasuk

spesies invasif yang terdafar di dalam GISD, tetapi juga telah ada di Indonesia dan

menjadi invasif seperti Cynodon dactylon dan Calopogonium caeruleum (KLH

2003). E. guineensis merupakan tanaman budidaya yang memiliki potensi invasif

yang terdaftar di GISD. Pengelolaan budidaya tanaman yang baik dan

berkelanjutan sangat diperlukan untuk meminimumkan terjadinya ledakan atau

invasi.

Tabel 12 Benih dan bibit tumbuhan impor tahun 2010-2011 yang terdaftar

sebagai spesies invasif di dalam GISD

No. Spesies Tahun Volume Satuan Negara Asal

1. Cynodon dactylon 2010 9 344.2 kg Filipina,

Singapura,

Taiwan, dan

Thailand.

2. Elaeis guineensis 2010 3 505 621 batang Afrika Selatan,

Costa Rica,

Malaysia, Pantai

Gading, Papu

Nugini dan

Thailand.

411 632.1 kg

2011 4 031 435 batang Angola,

Kolombia,

Costarica,

Malaysia,

Panama, Papua

nugini, Perancis,

Pantai Gading,

Thailand

18 704.7 kg

3. Impatiens walleriana* 2011 710 batang Belanda

4. Ipomoea aquatica 2010 1 500 kg Amerika Serikat

2011 7 980 kg China, Taiwan,

Thailand

5. Zantedeschia

aethiopica

2011 594 kg Taiwan

* Total pemasukan spesies ini bersamaam dengan spesies Begonia semperflorens.

Page 62: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

45

Koleksi spesies tumbuhan impor yang ada di BBKP Tanjung Priok dan

BBKP Soekanro-Hatta pada umumnya berasal dari biji-bijian tanaman

hortikultura dan tanaman pangan hibrida sehingga tidak berpotensi invasif.

Koleksi media pembawa yang ada di BBKP Tanjung Priok diperoleh ada satu

spesies yang berpotensi invasif dan terdaftar di dalam GISD yaitu

Cyperus rotundus. Sumber koleksi spesies ini diperoleh dari kegiatan impor.

C. rotundus dimasukkan ke Indonesia untuk reklamasi lahan di area

pertambangan. Koleksi yang ada di BBKP Soekarno-Hatta yang berpotensi

invasif adalah E. guineensis.

Alpinia zerumbet. Semak yang tumbuh padat di habitat seperti sungai dan

lereng yang teduh. Tumbuhan ini menghasilkan sebanyak 1 000 biji per kaki

persegi. Biji berdaging buah dan dapat terbawa air ketika tumbuh di dekat sungai.

Selain dengan biji, tanaman juga dapat berkembang biak dengan pembelahan

rimpang (ISSG 2011). A. zerumbet ternaturalisasi di Afrika bagian Selatan,

Hawai, dan Puerto Rico (PIER 2013).

Ardisia elliptica. Tumbuhan ini berkembang cepat dan mampu menginvasi

daerah hutan lembab yang terganggu serta tidak terganggu. Viabilitas biji sangat

tinggi mencapai 99% dan tidak mempunyai sifat dormansi yang lama. Biji dan

tanaman muda dapat bertahan dalam kondisi yang teduh selama bertahun-tahun

(PIER 2013).

Arundo donax. A. donax merupakan hidrofit yang dapat tumbuh di tanah

lembab hingga tanah kering. Preferensi tanah terjadi pada pasir kasar, tanah liat

dan sedimen sungai air tawar, dan payau, parit, dan sepanjang tepi sungai.

A. donax tidak menghasilkan biji yang layak di sebagian besar wilayah dan

mampu beradaptasi dengan baik. Spesies ini berkembang biak dengan vegetatif.

Tumbuhan ini dilaporkan mentolerir curah hujan tahunan 300-4 000 mm, suhu

tahunan dari 9-29 °C dan pH tanah 5.0-8.7. Ekosistem yang terinvasi telah

berubah struktur dan komunitasnya (CABI 2013).

Citharexylum spinosum. Spesies ini merupakan jenis pohon yang memiliki

akar dengan pertumbuhan yang agresif. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan

pada pipa dan jaringan lain di dalam tanah. Kejadian tersebut dapat terjadi di area

pertanian, perkotaan, pesisir, dan area terganggu. Tumbuhan ini membentuk

kanopi yang lebat sehingga dapat mengancam spesies lain (ISSG 2011).

Cynodon dactylon. Spesies gulma pertanian yang potensial berasal dari

jenis rumput-rumputan. Gulma mampu bertahan hidup di daerah kering dan

banjir. Tumbuhan ini menghasilkan alelopati yang dapat menghambat

pertumbuhan dan mengurangi 41-86% hasil panen tanaman budidaya. Alat

perkembangbiakan dapat melalui biji, stolon, dan rizoma. Benang sari dapat

menyebabkan alergi seperti demam. Tumbuhan ini dapat menstimulir kebakaran

pada kondisi kering yang berkepanjangan, toleran pada berbagai jenis dan kondisi

tanah. Biji dihasilkan pada kondisi yang kurang subur, pada umumnya gulma

jarang menghasilkan biji pada kondisi subur. Biji dapat bertahan di tanah

maksimum 2 tahun. Biji tetap viabel meskipun melalui pencernaan ternak dan

setelah perendaman air selama 50 hari (PIER 2013).

Elaeis guineensis. Tumbuhan ini merupakan palm asli hutan hujan tropik

Afrika Barat. Akar, buah, dan batang tahan terhadap api. Polen dapat

menyebabkan alergi polinosis di Malaysia dan Singapura. Pertumbuhan lambat

tetapi menjadi cepat jika didukung oleh kelembaban tanah yang tinggi dan kaya

Page 63: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

46

nutrisi (PIER 2013). Di Indonesia, tumbuhan ini dibudidayakan dan dikelola

dengan baik untuk penghasil minyak.

Flacourtia indica. Tumbuhan ini merupakan semak yang dapat menyerang

daerah terganggu, tepi hutan, dan pembukaan lahan. Biji bersifat orthodoks dan

tetap viabel setelah lebih dari 1 tahun di simpan kering pada suhu 5 ºC.

Perkecambahan biji lambat. Tumbuhan mempunyai duri yang dapat berbahaya

bagi manusia dan hewan (PIER 2013).

Impatiens walleriana. Tumbuhan ini merupakan herba dari Afrika.

Pemotongan dapat menyebabkan pertumbuhan kembali setelah 2-3 minggu.

Kebugaran biji berkurang maksimum 2 tahun di bawah kondisi laboratorium. Biji

berukuran kecil 65 000 butir di dalam setengah sendok teh. Biji memiliki

fotodormansi. Spesies ini tumbuh pada tanah sedikit asam, tanah berlempung atau

berpasir yang kaya organik maupun tanah organik, dan berdrainase baik. Ada

spesies yang memiliki genus yang sama dan umum menjadi gulma di Indonesia

yaitu I. platypetala (PIER 2013). I. walleriana menyebabkan punahnya spesies

asli dan mengancam tegakan tertentu pada hutan hujan pesisir di New South

Wales (Queensland Goverment 2011), tetapi spesies ini mempunyai penilaian

resiko yang rendah (PIER 2013).

Ipomoea aquatica. Tumbuhan semusim atau tahunan yang tumbuh sangat

cepat berasal asli dari India. Perbanyakan dapat dilakukan dengan pemotongan

atau biji. Buah berupa kapsul yang terdiri dari 4 biji dengan ukuran 4 mm. Satu

individu dapat menghasilakan 175-250 biji. Biji yang baru matang memiliki

viabilitas 80% dan 100% setelah 3 hari. Penyimpanan dapat memicu dormansi

sekunder pada biji, dan memerlukan skarifikasi dengan membuang kulit biji.

Tumbuhan ini toleran pada panas tetapi tidak toleran terhadap garam. Tumbuhan

ini menyebabkan polusi pada air, mengganggu sistem irigasi, dapat menurunkan

hasil panen pada padi dan tebu. Kondisi Banjir dapat meningkatkan pertumbuhan

I. aquatica (Lethonen 1993).

Lonicera japonica. Tumbuhan ini asli Jepang dan Korea. Keberadaannya

dapat menyebabkan punahnya spesies asli tanaman hutan, dan memicu adanya

invasi spesies lain. L. japonica bersaing dengan spesies asli untuk memperoleh

cahaya dan nutrisi. Pertumbuhan merambati kanopi, melilit, dan mencekik pohon

sehingga menyebabkan kematian pohon tersebut. Tumbuhan ini toleran terhadap

naungan dan kondisi kering (ISSG 2011).

Melaleuca quinquinervia. Spesies asli Australia Timur. Benih spesies ini

banyak dan dapat menjadi gulma, terutama di area yang mengalami kebakaran

periodik. Hal tersebut memberikan persemaian yang cocok, seperti di Florida

Selatan. Keberadaannya meluas ke Selatan Papua Nugini dan Irian Jaya,

Indonesia, dan memiliki distribusi yang luas di Kaledonia Baru, terutama di

sebelah Barat Laut dari pulau. Suhu untuk pertumbuhan M. quinquinervia antara

4 ºC dan 38ºC. Tumbuhan ini sangat toleran terhadap api kecuali bibit muda

(PIER 2013).

Phoenix canariensis. Palm asli dan endemik Kepulauan Canary.

Tumbuhan ini memiliki duri tajam yang dapat menyebabkan infeksi bagi manusia

dan hewan. Selain itu, daun-daun yang kering dapat menyebabkan asma pada

sebagian orang yang sensitif. Keberadaannya dapat menggantikan spesies asli

(ISSG 2011).

Page 64: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

47

Samanea saman. Kacang-kacangan ini tumbuh dengan cepat mencapai

ketinggian 25 m. Spesies ini menjadi invasif di Fiji yang menyerang ekosistem

hutan. Biji yang dihasilkan produktif antara 4 400 dan 7 700 biji/kg dengan kulit

biji yang keras. Toleran terhadap berbagai kondisi dan tekstur tanah. Getah yang

memancar dapat merusak rumput atau tumbuhan yang dibawahnya karena

kandungan alelopati. Spesies ini dapat memperbaiki kesuburan tanah karena

mampu memfiksasi nitrogen (CABI 2013). S. saman telah ada di Indonesia tetapi

tidak menjadi invasif (KLH 2003).

Spathodea campanulata. Pohon asli Afrika Barat. Perkecambahan biji

cepat sehingga cepat membentuk semak dan dapat membentuk kanopi yang dapat

menggantikan spesies asli. Spesies ini dapat menjadi gulma di area pertanian,

kehutanan, dan perkotaan. Penyebarannya sangat cepat dapat melalui air dan

angin. Spesies sering ditemukan di daerah yang lembab. Biji bersayap sehingga

mudah diterbangkan oleh angin (PIER 2013).

Tecomaria capensis. Tanaman toleran pada tanah liat, berpasir, asam,

netral, basa, bergaram, dan agak toleran kekeringan. Tumbuh cepat dan memadat

memebentuk belukar. Buah yang diproduksi menghailkan biji dalam jumlah

banyak. Perkecambahan biji 6-21 hari. Spesies ini tumbuh kuat dan membekap

tanaman sehingga dapat menggantikan spesies asli (PIER 2013).

Thevetia peruviana. Tumbuhan semak asli Amerika Tropik. Buah dan biji

beracun bahkan dapat menyebabkan kematian. Biji tahan terhadap kebakaran.

Habitat yang disukai adalah tanah yang subur hingga kering, umumnya di daerah

terganggu (PIER 2013).

Zantedeschia aethiopica. Tumbuhan asli Afrika Selatan yang mampu

beradaptasi pada berbagai type tanah, toleran terhadap iklim tropik dan dingin.

Infestasi dapat menyebabkan berkurangnya area hijauan merumput, menggantikan

spesies asli padang rumput, dan menurunkan produktivitas padang rumput.

Penurunan produktivitas lebih dari 5%. Seluruh bagian tanaman dapat

menyebabkan keracunan pada hewan dan manusia. Pengendalian dapat

menyebabkan alergi dan iritasi (PIER 2013).

Sebagai catatan, hasil survei tanaman di nursery ada yang merupakan

spesies yang sama dengan spesies invasif di GISD, tetapi spesies tersebut tidak

invasif di Indonesia yaitu Psidium guajava dan Lantana camara. Dua spesies

tersebut yang diperdagangkan di nursery umumnya telah berkurang sifat liarnya

dan telah mengalami perbaikan genetik. P. guajava yang lebih dikenal jambu biji,

telah disilangkan untuk mendapatkan tanaman yang berproduksi buah banyak,

cepat panen, berdaging buah tebal, dan umumnya kurang berbiji bahkan tidak

berbiji. L. camara yang diperjualbelikan di nursery, umumnya telah

dipersilangkan dan memiliki varietas yang beranekaragam, pertumbuhannya

lambat sehingga memudahkan perawatan sebagai tanaman hias, bunga yang

dihasilkan banyak dan berukuran besar.

P. guajava dan L. camara yang menjadi invasif umumnya memiliki

perkembangan cepat, tumbuh liar, berbuah atau berbunga banyak, umumnya

ukuran biji kecil dan biji diproduksi dalam jumlah banyak. P. guajava yang

invasif, cepat membentuk semak padat menyebabkan berkurangnya daerah

hijauan pada padang rumput. Daun mengandung alelopati dan eksudat akar dapat

menghambat pertumbuhan gulma lain (PIER 2013). L. camara yang invasif

menghasilkan zat alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan spesies lain dan

Page 65: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

48

menurunkan hasil panen tanaman budidaya. Daun dan biji menghasilkan

triterpenoid yang menyebabkan kercaunan pada hewan. Biji tetap viabel sampai

beberapa tahun (PIER 2013).

Kajian spesies tumbuhan asing invasif pada tumbuhan impor ditujukan

untuk mengetahui spesies asing invasif yang dapat merugikan ekosistem non-

pertanian. Tumbuhan yang menjadi invasif umumnya dari tanaman hias.

Pengelolaan Spesies Asing Invasif di Pre-Border

Badan Karantina Pertanian selaku pelaksana hukum dalam mencegah masuk

dan tersebarnya OPTK maupun spesies asing invasif di pre-Border. Spesies asing

yang berupa produk tumbuhan yang akan dimasukkan ke dalam wilayah RI harus

memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan sesuai UU no. 16 tahun 1992 dan PP

no 14 tahun 2002. Pemasukan yang berupa bibit atau benih atau bagian-bagiannya

yang difungsikan untuk di tanam, sebelum dilaporkan ke petugas Karantina untuk

dilakukan pemeriksaan tindakan karantina tumbuhan maka wajib mendapat ijin

pemasukan dari Menteri Pertanian yaitu SIPMENTAN. SIPMENTAN

dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian

(PPVTPP). Izin pemasukan tersebut dikeluarkan atas dasar pertimbangan-

pertimbangan terutama Analisis Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan

(AROPT) pada media pembawa yang termasuk WRA (Weed Risk Analys). Hal ini

untuk menentukan tolak, terima, dan perlu evaluasi terhadap produk impor

tersebut.

Pemeriksaan produk impor yang berasal dari tumbuhan dilakukan tindakan

karantina tumbuhan berdasarkan target pemeriksaan yaitu OPTK. OPTK disusun

melalui berbagai tahap dari hasil AROPT dan WRA maupun dari hasil penelitian

dan informasi outbreak serta hasil pemantauan OPT/OPTK. Penetapan status

OPTK dilakukan berdasarkan dari hasil rapat dengan pihak-pihak berwenang dan

ahli dalam bidangnya. Perubahan status OPTK umumnya dilakukan setiap tahun,

tetapi di Indonesia dilakukan maksimum 3 tahun. Pemeriksaan yang dilakukan

antara lain pemeriksaan administrasi, kesehatan fisik dan atau kesehatan

laboratorium. Hasil pemeriksaan tersebut akan menunjukkan kesehatan tanaman

secara jelas dan akurat, oleh karena itu diperlukan peningkatan akurasi alat dan

sdm di dalam hal identifikasi spesies temuan. Hasil pemeriksaan yang sesuai

dengan target OPTK akan dilakukan tindakan karantina tumbuhan sesuai dengan

golongan OPTK. Jika produk pertanian impor ditemukan target OPTK golongan I

(tidak dapat dibebeaskan) maka dilakukan tindakan pemusnahan atau penolakan

jika produk tersebut belum turun dari alat angkut. Temuan golongan II (dapat

dibebaskan) maka dilakukan tindakan perlakuan seperti fumigasi, iradiasi, purity

analys dan lain sebagainya. Pemeriksaan yang demikian dapat memperkecil

peluang masuk dan tersebarnya OPTK dan spesies asing invasif. Target spesies

asing invasif di Indonesia telah dilakukan pembuatannya dengan pembuatan

website Invasive Alien Species (IAS). Namun, petunjuk teknis tentang

pemeriksaan tentang IAS khususnya masih dalam proses pembuatan.

Pencegahan masuk dan tersebarnya IAS maupun OPTK dapat dipermudah

dengan memberlakukan persyaratan teknis dan mutu terhadap produk pertanian

impor tersebut.

Page 66: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

49

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Target OPTK kelompok serangga yang berpotensi invasif ada 12 spesies.

Tiga spesies diantaranya ditemukan mengontaminasi produk pertanian impor

(Ceratitis capitata, Sirex notilio, dan Trogoderma granarium). Agrilus sulcicollis

dan Megacyllene robiniae merupakan spesies asing invasif yang belum ada di

wilayah Indonesia ditemukan mengontaminasi produk pertanian impor. Target

OPTK kelompok gulma yang berpotensi invasif terdapat 3 spesies. Asystasia

gangetica subsp. micrantha (OPTK kategori A2 berpotensi invasif) telah ada di

Indonesia dalam wilayah sebaran terbatas, penyebarannya diasumsikan melalui

perdagangan nursery. Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat spesies tanaman

hias yang sama dengan OPTK tersebut yaitu A. gangetica. Cirsium arvense

(OPTK kategori A1 berpotensi invasif) ditemukan mengontaminasi produk

pertanian impor. Centaurea melitensis, Cirsium vulgare, Lepidium virginicum,

dan Melilotus albus merupakan spesies yang belum ada di Indonesia yang juga

ditemukan mengontaminasi produk pertanian impor. Tumbuhan asing berpotensi

invasif yang diimpor dan hasil survei ada 18 spesies. Data spesies asing invasif

yang belum ada di Indonesia dapat menjadi bahan informasi sebagai penetapan

target pemantauan, target IAS, dan revisi daftar OPTK. Spesies asing invasif yang mengontaminasi produk pertanian umumnya

berpotensi menginvasi ekosistem pertanian, sedangkan spesies tumbuhan impor

yang berpotensi invasif umumnya merugikan ekosistem non-pertanian. Spesies

yang dipertimbangkan sebagai OPTK ialah spesies yang dapat merugikan secara

ekonomi. Spesies invasif yaitu spesies yang memiliki karakter berkembang cepat,

mampu beradaptasi di kisaran lingkungan yang luas, dapat berpotensi menjadi

vektor, unggul dalam berkompetisi dengan spesies lain, merugikan secara

ekonomi, keanekaragaman hayati, lingkungan, dan atau kesehatan manusia.

Keberhasilan invasi juga dibatasi oleh keberadaan musuh alaminya dan

pengelolaan yang baik.

Pengelolaan spesies asing invasif di tingkat pre-border dapat dilakukan

sama dengan halnya pengelolaan OPTK yaitu melalui pemeriksaan karantina

tumbuhan. Pencegahan masuk dan tersebarnya IAS/OPTK dapat diupayakan

dengan penertiban pemeriksaan, peningkatan keakuratan identifikasi, penerapan

persyaratan tekhnis dan persyaratan kualitas produk yang diimpor serta Sanitary

and Phytosanitary Measures yang baik.

Saran

Spesies invasif yang belum ada di Indonesia (Agrilus sulcicollis, Centaurea

melitensis, Cirsium arvense, Cirsium vulgare, Cynoglossum glochidiatum,

Lepidium virginicum, Melilotus albus, dan Megacyllene robiniae) sebaiknya

dilakukan penelitian atau monitoring lebih lanjut mengenai sebaran dan

dampaknya di Indonesia mengingat pernah menjadi kontaminasi produk pertanian

impor.

Page 67: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

50

DAFTAR PUSTAKA

Ahmedani MS, Khaliq A, Tariq M, Anwar M, Naz S. 2007. Khapra beetle

(Trogoderma granarium everts): a serious threat to food security and safety.

Pak. J. Agri. Sci. Vol. 44(3): 481-493.

Arakelian G. 2013. Field Guide to Target Insects in Pest Detection Programs.

Los Angeles (CA): County Department of Agricultural

Commissioner/Weights and Measures.

Australian Government Deparment of Sustainability, Environment, Water,

Population, and Comunities. 2010. Invasive species [Internet]. [diunduh

2011 Jun 18]; Canbera (AU): Asutralian Government Deparment of

Sustainability, Environment, Water, Population, and Comunities. Tersedia

pada: http://www.environment. gov.au/ biodiversity/invasive/.

[BARANTAN] Badan Karantina Pertanian. 2011. Tentang invasive alien spesies

Invasive Alien Species [Internet]. [diunduh 2011 des 15]; Jakarta (ID):

BARANTAN. Tersedia pada: http://ias.karantina.deptan.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=55&Itemid=60.

CABI. 2013. Invasive species compendium [Internet]. [diunduh 2012 Jul 17];

Wallingford (UK): CAB International. Tersedia pada: http://www.cabi.org

/isc.

Canadian Food Inspection Agency. 2008. Invasive Alien Plants in Canada.

Ottawa (CA) : CFIA.

[CBD] Convention on Biological Diversity. 2009a. Cause and impact of invasive

alien species CBD [Internet]. [diunduh 2011 Jun 16]; Montreal (CA):

Convention on Biological Diversity. Tersedia pada: http://www.cbd.int/idb/

2009/about/causes/.

[CBD] Convention on Biological Diversity. 2009b. Examples of invasive alien

species CBD [Internet]. [diunduh 2011 Jun 16]; Montreal (CA):

Convention on Biological Diversity. Tersedia pada: http://www.cbd.int/idb/

2009/about/examples/.

[CBD] Convention on Biological Diversity. 2009c. What are alien invasive

species? [Internet]. [diunduh 2011 Jul 1]; Montreal (CA): Convention on

Biological Diversity. Tersedia pada: https://www.cbd.int/idb/2009/about/

what/.

Ciesla WM. 2011. Forest Entomology A Global Perspective. West Sussex (UK):

Wiley-Blackwell.

Clifford P. 2010. Tribulus terrestris (Zygophyllaceae) [Internet]. [diunduh 2012

Feb 17]; Pasific Island (US): US Forest Service, Pacific Island Ecosystems

at Risk (PIER). Tersedia pada: http://www.hear.org/pier/wra/pacific/

Tribulus_terrestris_PMC.pdf.

Cook B, Pengelly B, Brown S, Donnelly J, Eagles D, Franco A, Hanson J, Mullen

B, Partridge I, Peters M, et al. 2005. Tropical forages: an interaktif

selection tool [Internet]. [Diunduh 2013 Mei 20]; St Lucia (AU): CSIRO,

DPI&F Queensland, CIAT, dan ILRI. Tersedia pada: http://www.tropical

forages.info.

Page 68: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

51

Cook BG. 2007. American jointvetch [Internet]. [diunduh 2011 Agu 12].

Tersedia pada: http://www.pasturepicker.com.au/Html/American_joint-

vetch.htm.

Davis RS. 2011. Fall webworm [Internet]. Utah State University Extension and

Utah Plant Pest Diagnostic Laboratory. [diunduh 2012 Jun 12]. Tersedia

pada: http://extension.usu.edu/files/publications/factsheet/fall-webworm

2010.pdf.

[DEPI] Departmen of Environment and Primary Industries. 2013. Impact

assessment - Devil's Claw (purple flower) (Proboscidea louisianica) in

Victoria. Victorian Resources Online [Internet]. [diunduh 2013 Mei 20].

Tersedia pada: http://vro.depi.vic.gov.au/dpi/vro/vrosite.nsf/pages/impact_

devils_claw_ purple.

Ehnström B. 1999. Pyrrhidium sanguineum [Internet]. [diunduh 2013 Des 22];

ArtDatabanken. Tersedia pada: http://www.artfakta.se/artfaktablad/

Pyrrhidium_Sanguineum_101690.pdf

[EPPO] European and Mediterranean Plant Protection Organization. 2005. Data

sheets on quarantine pests Agrilus planipennis. Bulletin OEPP/EPPO 41:

340-346.

[EPPO] European and Mediterranean Plant Protection Organization. 2011.

Diagnostic Ceratitis capitata. Bulletin OEPP/EPPO 41: 340-346.

[EPPO] European and Mediterranean Plant Protection Organization. 2013b.

National regulatory control systems, PM 9/15 (1) Anoplophora

glabripennis: procedures for official control. Bulletin OEPP/EPPO 43 (3):

510–517. DOI: 10.1111/epp.12064.

Fabel S. 2000. Effects of Lymantria dispar, the Gypsy Moth, on broadleaved

forests In Eastern North America. Restoration and Reclamation Review

[Internet]. [diunduh 30 Jan 2014]; 6(6). Tersedia pada:

http://conservancy.umn.edu/bitstream/11299/60112/1/6.6.Fabel.pdf.

Gella D, Ashagre H, dan NegewoT. 2013. Allelopathic effect of aqueous extracts

of major weed species plant parts on germination and growth of wheat.

J. Agric. Crop Res. Vol. 1(3): 30-35.

[GOERT] Garry Oak Ecosystems Recovery Team. 2011. Silene gallica-common

catchfly [Internet]. [diunduh 2012 Jun 13]; Columbia (UK): Garry Oak And

Associated Ecosystems In British Columbia. Tersedia pada:

http://www.goert.ca/documents/Silene-gallica.pdf.

Gordon DR, Onderdonk DA, Fox AM, Stocker RK, Gantz C. 2008. Predicting

invasive plants in Florida using the Australian weed risk assessment.

Invasive Plant Science and Management 1: 178-195.

Government of Canada, Canadian Grain Commission. 2013a. Secondary insect

pests [Internet]. [diunduh 2013 Des 02]. Tersedia pada:

https://www.grainscanada. gc.ca/storage-entrepose/sip-irs/sip-irs-eng.htm

Government of Canada, Canadian Grain Commission. 2013b. Primary insect

pests [Internet]. [diunduh 2013 Des 02]. https://www.grainscanada.gc.ca/

storage-entrepose/pip-irp/pip-irp-eng.htm

Hill JE. 2008. Non-native species in aquaculture: terminology, potential impacts,

and the invasion process. Southern Regional Aquaculture Center

Publication [internet]. [diunduh 2011 Jul 1]; No. 4303. Tersedia pada:

https://srac.tamu. edu/index.cfm/event/getFactSheet/whichfactsheet/209/.

Page 69: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

52

Indrawan M, Primack RB, Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi, Edisi Revisi.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

[ISSG] The Invasive Species Specialist Group (ISSG). 2011. Global invasive

species database [Internet]. [diunduh 2012 Feb 02]. Tersedia pada:

http://www.issg.org/database/welcome/.

Ivakdalam LM. 2010. Dampak ekonomi usahatani pepaya akibat serangan hama

Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) di Kecamatan

Sukaraja. Jurnal Ilmiah Agribisnis Perikanan. 3(2): 66-73.

Jendek E, Grebenniko VV. 2009. Agrilus sulcicollis (Coleoptera: Buprestidae), a

new alien species in North America. Can. Entomol. 141: 236–245.

Karren JB. 2003. Locust Borer fact. Sheet 35 [Internet]. [diunduh 2012 Des 02].

Utah State University Cooperative Extension. Tersedia pada:

http://extension.usu.edu/files/publications/factsheet/locust-borers02.pdf.

Keena MA. 2006. Effects of temperature on Anoplophora glabripennis

(Coleoptera: Cerambycidae) adult survival, reproduction, and egg hatch.

Environ. Entomol. 35(4): 912-921.

[Kementan] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2010. Lampiran

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56/Permentan/OT.140/9/2010 tentang

Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan di Luar Tempat Pemasukan dan

Pengeluaran. Jakarta (ID): Kementan.

[Kementan] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2011. Lampiran

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/12/2011 tentang

Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Jakarta (ID):

Kementan.

King S, Harris T (editor). 2013. Cuscuta epithymum (clover dodder). Kew Royal

Botanic Gardens [internet]. [diunduh 2013 Feb 14]. Tersedia pada:

http://www.kew.org/plants-fungi/Cuscuta-epithymum.htm.

[KLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 2003. Penyebaran Jenis Tumbuhan

Asing di Indonesia. Jakarta (ID): Kementrian Lingkungan Hidup

bekerjasama dengan SEAMEO-BIOTROP.

Klein H. 2011. Canada thistle. University of Alaska Anchirage (UAA)

[Internet]. [diunduh 2012 Mei 13]. Tersedia pada: http://aknhp.uaa.

alaska.edu/wp-content/uploads/2013/01/Cirsium_arvense_ BIO_CIAR4.pdf.

Kohli RK, Batish DR, Singh HP, Dogra KS. 2006. Status, invasiveness and

environmental threats of three tropical American invasive weeds

(Parthenium hysterophorus L., Ageratum conyzoides L., Lantana camara

L.) in India. Biological Invasions 8:1501–1510. DOI 10.1007/s10530-005-

5842-1.

Kolyasnikova NL. 2013. The Flowering and seed production species of

Melilotus albus and Melilotus officinalis. Middle-East J Sci Res 16 (11):

1466-1469. DOI: 10.5829/idosi.mejsr.2013.16.11.12064.

Kumalasari NR. 2006. Analisis pengaruh jenis asing invasif Acacia nilotica Will

ex Dell 1813 terhadap pola pergerakan banteng (Bos javanicus d’Alton

1823) di Padang Savana Bekol, Taman Nasional Baluran [Tesis]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Lethonen P. 1993. Pest Risk Assessment on Chinese Water Spinach [Internet].

[diunduh 2012 Des 02]; USDA. Tersedia pada: http://www.aphis.usda.gov/

plant_health/plant_pest _info/weeds/downloads/wra/Ipomoea_aquatica.pdf.

Page 70: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

53

Lopian R. 2005. The international plant protection convention and invasive alien

species. Di dalam: IPPC Secretariat, editor. Identification of Risks and

Management of Invasive Alien Species Using The IPPC Framework.

Proceedings of The Workshop on Invasive Alien Species and The

International Plant Protection Convention [Internet]; 2003 Sep 22-26;

Braunschweig, Germany. Roma (IT): FAO; [diunduh 2011 Jul 2]. Tersedia

pada: http://www.fao.org/ docrep/008/y5968e/y5968e07.htm.

Masum SM, Hasanuzzaman M, Ali MH. 2013. Threats of Parthenium

hysterophorus on agro-ecosystems and its management: a review. Intl J

Agri Crop Sci [Internet]. [diunduh 2013 Okt 21]; 6 (11): 684-697.

http://www.ijagcs.com/wp-content/uploads/2013/10/684-697.pdf.

McNeely JA, Mooney HA, Neville NE, Schei P, Waage JK (editor). 2001.

A Global Strategy on Invasive Alien Species. Cambridge (UK): IUCN.

Muniappan R, Shepard BM, Watson GW, Carner GR, Sartiami D. 2008. First

report of the papaya mealybug, Paracoccus marginatus (Hemiptera:

Pseudococcidae), in Indonesia. J. Agric. Urban Entomol. 25(1): 37-40.

Nieto A, Alexander KNA. 2010. European Red List of Saproxylic Beetles.

Luxembourg (LU): Publications Office of the European Union.

Nowak DJ, Pasek JE, Sequeira RA, Crane DE, Mastro VC. 2001. Potential effect

of Anoplophora glabripennis (Coleoptera: Cerambycidae) on urban trees in

the United States. J. Econ. Entomol. 94(1): 116-122.

[NPS] National Park Service U.S Department of The Interior. 2013. White

Sweetclover [Internet]. [diunduh 2013 Jan 15]. Tersedia pada: http://

www.nps.gov/akso/NatRes/EPMT/Species_bios/Melilotus%20alba.pdf.

Nugent M, Alexanian K, Chan S, Cudd S, Demasi R, Guntermann C, Henry R,

Hilburn D, Reynolds B, Schwamberger E, et al. 2005. Oregon Invasif

Spesies Action Plan [Internet]. [diunduh: 2013 Sep 02]; Portland (OR):

Oregon Department of Fish & Wildlife. Tersedia pada:

http://www.oregon.gov/ oisc/docs/pdf/oisc_plan6_05.pdf.

Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Simons A. 2009. Agroforestree

database: a tree reference and selection guide. version 4.0. World

Agroforestry Centre, Kenya [Interrnet]. [diunduh 2012 Jun 20]. Tersedia

pada: http://www.worldagroforestry.org/resources/databases/ agroforestree.

[PIER] Pacific Island Ecosystems at Risk. 2005. Centrosema pubescens

[Internet]. [diunduh 2012 Apr 6]. Tersedi pada: http://www.hear.org/pier/

wra/pacific/centrosema_molle_htmlwra.htm.

[PIER] US Forest Service, Pacific Island Ecosystems at Risk. 2013. Plant

Threats to Pacific Ecosystems. [Internet]. [diunduh 2013 Jub 6]. Tersedi

pada : http://www.hear.org/pier/scientificnames/index.html.

Plantwise Knowledge Bank. 2013. Knot grass (Polygonum barbatum).

plantwise knowledge bank [Internet]. [diunduh 2013 Mar 02]. Tersedia

pada: http://www.plantwise.org/KnowledgeBank/Datasheet.aspx?dsid=

42686.

Queensland Goverment. 2011. Environmental weeds of Australia for biosecurity

Queensland: Impatiens walleriana [internet]. [diunduh 2013 Des 29];

Queensland (AU): Queensland Goverment. Tersedia pada: http://keyserver.

lucidcentral.org/weeds/data/03030800-0b07-490a-8d04-0605030c0f01/

media/Html/Impatiens_walleriana.htm.

Page 71: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

54

Radosevich SR, Holt JS, Ghersa CM. 2007. Ecology of Weeds and Invasive

Plants: Relationship to Agriculture and Natural Resource Management.

Canada (US): John Wiley & Sons, Inc.

Raizada P. 2007. Invasive species: the concept, invasion process, and impact and

management of invaders. International Society of Environmental Botanist

[internet]. [diunduh 2011 Jul 1]; Vol.13 No. 3. Tersedia pada:

http://isebindia.com/05_08/07-07-2.html.

Rejmanek M. 2001. What tools do we have to detect invasive plant species?.

Groves FH, Panetta FD, Virtue JG, editor. Weed Risk Assessment. Asutralia:

CSIRO Publishing.

[RI] Presiden Republik Indonesia. 1992. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 14 tentang Karantina Tumbuhan. Jakarta: RI.

[RI] Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 16 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Jakarta: RI.

Rotar PP, Joy RJ. 1983. 'Tropic Sun' sunn hemp, Crotalaria juncea L. Research

Extension Series: 0271-9916.

Sabdo E. 2000. Robinia pseudoacacia invasions and control in North America

and Europe. Student On-Line Journal [Internet]. [diunduh 2014 Feb 24]

vol (6). Tersedia pada: http://conservancy.umn.edu/bitstream/59729/1/6.3.

Sabo.pdf.

Sanders CJ, Mellor PS, Wilson AJ. 2010. Invasive arthropods. Rev. sci. tech. Off.

int. Epiz [Internet]. [diunduh 2013 Mei 28]; 29 (2): 273-286. Tersedia pada:

http://www.oie.int/doc/ged/D7614.PDF.

Sauvard D. 2006. Anoplophora glabripennis [internet]. [diunduh 05 feb 2012].

[DAISIE] Delivering Alien Invasive Species Inventories for Europe.

Tersedia pada: http://www.europe-aliens.org/pdf/Anoplophora_glabripennis

.pdf.

Schlutze-Kraft R, Clements J. 1990. Centrosema: Biology, Agronomy, and

Utilization. Cali (CO): Centro Internacional de Agricultura Tropical

[CIAT].

SEAMEO-BIOTROP. 2014a. Invasive alien species [Internet]. Bogor (ID):

SEAMEO-BIOTROP. [Diunduh 2014 Jan 20]. Tersedia pada:

http://www.biotrop.org/database.php?act=dbias&page=2.

SEAMEO-BIOTROP. 2014b. Invasive alien species [Internet]. Bogor (ID):

SEAMEO-BIOTROP. [Diunduh 2014 Feb 24]. Tersedia pada:

http://www.biotrop.org/database.php?act=dbias&page=6

SEAMEO-BIOTROP. 2014c. Invasive alien species [Internet]. Bogor (ID):

SEAMEO-BIOTROP. [Diunduh 2014 Feb 24]. Tersedia pada:

http://www.biotrop.org/database.php?act=dbias&page=4.

Sheahan CM. 2012. Plant guide for sunn hemp (Crotalaria juncea). USDA-

Natural Resources Conservation Service, Cape May Plant Materials

Center. Cape May, NJ . 08210 [Internet]. [diunduh 2013 Jan 14]. Tersedia

pada: https://plants.usda.gov/plantguide/pdf/pg_crju.pdf.

Shelton M. Tahun tidak diketahui. Brachiaria decumbens [Internet]. [diunduh

2013 Mei 20]; Roma (IT): FAO Tersedia pada: http://www.fao.org/ag/

AGP/AGPC/doc/Gbase/data/pf000188.htm.

Page 72: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

55

Soerjani M, Sundaru M, Anwar C. 1986. Present status of weed problems and

their control in Indonesia. Symposium in Weed Science. Proceedings of The

Symposium in Weed Science; 1984 Apr 10-12; . Bogor. Bogor (ID):

SEAMO-BIOTROP.

Tamado T, Schütz W, Milberg P. 2002. Germination ecology of the weed

Parthenium hysterophorus in eastern Ethiopia. Ann. appl. Biol. 140: 263-

270.

Tjitrosoedirdjo SS. 1988/1989. The distribution and potential problems of

Mimosa pigra l. In indonesia. BIOTROPIA (2): 18-24.

Tjitrosoedirdjo SS. 2005. Inventory of the invasive allien plant species in

Indonesia. BIOTROPIA NO. 25: 60 – 73.

Tjitrosoedirdjo SS. 2007. Notes on the profile of Indonesian invasive alien plant

species. BIOTROPIA. 14(1): 57-66.

Tjitrosoedirdjo S. 2010. Konsep gulma dan tumbuhan invasif. Jurnal Gulma

dan Tumbuhan Invasif Tropika. Bogor (ID): Vol. 1 No. 2: 89-100.

Tjitrosoedirdjo S dan Subiakto A. 2010. Mikania micrantha suatu jenis asing

invasive mengancam rehabilitasi hutan alam bekas tebangan di Indonesia.

Jurnal Gulma dan Tumbuhan Invasif Tropik. Bogor (ID): Vol. 1 No. 1: 1-7.

Tjitrosoedirdjo SS, Tjitrosoedirdjo S, Mochtar M, dan Cicuzza D. 2011.

Pengelolaan Gulma dalam Sistem Agroforestri Kakao di Sulawesi Tengah.

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, IPB Press. 1-140. ISBN: 978-979-493-

319-0.

Ujiyani F. 2009. Inventarisasi dan kajian potensi invasif arthropoda dan

tumbuhan yang mauk ke wilayah Indonesia melalui Bandara Soekarno-

Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[USDA] United States Department of Agriculture National Agricultural. 2013.

National invasive species information center: European spruce bark beetle

[Internet]. [Diunduh 2013 Apr 12]. Tersedia pada:

http://www.invasivespeciesinfo.gov/animals/eurosbb.shtml.

Wang XY, Yang ZQ, Gould JR, Zhang YN, Liu GJ, Liu ES. 2010. The biology

and ecology of the emerald ash borer, Agrilus planipennis, in China.

Journal of Insect Science [Internet]. [Diunduh 2013 Apr 12]; 10: 128.

Tersedia pada: http://www.insectscience.org/10.128/i1536-2442-10-128.pdf.

Weber E. 2003. Invasive Plant Species of The World Areference Guide to

Eenvironmental Weeds. Oxon (UK): CABI.

Weber E, Guo Shun S, Li B. 2008. Invasive alien plants in China: diversity and

ecological insights. Biol Invasions 10:1411–1429. DOI 10.1007/s10530-

008-9216-3.

Weiss JER, Laconis LJ. 2002. Pest Plant Invasiveness Assessment. Victoria

(AU): Parks Victoria.

Williams PA, Nicol E, Newfield M. 2001. Assesing the risk to indigenous biota

of plant taxa new to New Zealand. Di dalam: Groves RH, Panetta FD, dan

Virtue JG, editor. Weed Risk Assessment. Collingwood (AU): CSIRO

Publishing. hlm 100-116.

Page 73: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

56

Wise RM, van Wilgen BW, Hill Mp, Schulthess F, Tweddle D, Chabi-Olay A,

Zimmermann HG. 2007. The Economic Impact and Appropriate

Management of Selected Invasive Alien Species on the African Continent.

Afrika Selatan: CISR.

Worner P. 2002. Prediciting the invasive potential of exotic insects. Di dalam:

Hallman GJ dan Schwalbe CP, editor. Invasive Arthropods in Agriculture.

Enfield (NH): Science Publishers. hlm 119-137.

Zablotny JE. 2008. Agrilus planipennis Fairmaire Screening Aid [internet].

[diunduh 2013 Feb 20]. New York (US): USDA APHIS PPQ. Tersedia

pada: http://caps.ceris.purdue.edu/screening/agrilus_planipennis.

Zimdahl RL. 2007. Fundamentals of Weed Science. California (US): Academic

Press.

Page 74: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

LAMPIRAN

Page 75: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
Page 76: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

57

Lampiran 1 Hasil intersepsi serangga dan tumbuhan kontaminan pada produk pertanian impor dari Amerika Serikat tahun 2010 dan 2011*)

Negara/ Tahun

Frekuensi

temuan/negara

(kali)

Jumlah

serangga

dan

tumbuhan

kontaminan

(organisme)

Organisme kontaminan

Frekuensi

temuan

individu/negara

(kali)

Produk pertanian impor

1 2 3 4 5 6

Amerika Serikat 351 44 Abutilon theophrasti 4 Soybean

/ 2010

Ahasverus advena 2 Soybean

Alphitobius diaperinus 1 Soybean

Amaranthus sp. 3 Soybean

Ambrosia artemisiifolia 23 Soybean

Ambrosia confertiflora 1 Soybean

Ambrosia sp. 1 Soybean

Ambrosia trifida 86 Soybean

Araecerus fasciculatus 1 Soybean

Famili Asteraceae 1 Soybean

Avena sativa 3 Wheat grain

Bagian tubuh serangga 2 Oak logs

Brassica campestris 2 Soybean

Wheat grain

Brassica nigra 1 Wheat grain

Callosobruchus maculatus 2 Soybean

Carpophilus hemipterus 2 Corn pellet

Distillers dried grains *)

Sumber: hasil ringkasan dari database Eplaq System BARANTAN tahun 2010 dan 2011.

Page 77: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

58

Lampiran 1 Hasil intersepsi serangga ...(lanjutan)

1 2 3 4 5 6

Cryptolestes ferrugineus 3 Soybean

Cryptolestes sp. 1 Soybean

Drosophila melanogaster 1 Distillers dried grains

Famili Cerambycidae 3 Red oak veneer logs

White oak logs

Ipomoea purpurea 7 Soybean

Ipomoea sp. 6 Soybean

Tungkai serangga 43 Hard Maple Logs

Hard maple saw logs

Hickory logs

Hickory logs, red oak logs

Logs

Red oak logs

Red oak saw logs hickory log

Red oak

Round log/red oak logs

Round logs

Famili Leguminosae 1 Soybean

Liposcelis sp. 1 Soybean

Oryzaephilus surinamensis 1 Soybean

Phytolaca sp. 1 Soybean

Phytolacca americana 1 Soybean

Polygonum pensylvanicum 2 Soybean

Polygonum scandens 1 Soybean *)

Sumber: hasil ringkasan dari database Eplaq System BARANTAN tahun 2010 dan 2011.

Page 78: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

59

Lampiran 1 Hasil intersepsi serangga ...(lanjutan)

1 2 3 4 5 6

Proboscidea louisianica 3 Soybean

Proboscidea sp. 1 Soybean

Pupa serangga 86 Hard maple logs

Hickory logs

Hickory logs, red oak logs

Logs

Red oak logs

Red oak

Round log/red oak logs

Round logs

White oak logs, red oak logs

Sirex noctilio 1 Logs

Sitophilus granarius 1 Soybean

Sitophilus sp. 1 Soybean

Solanum rostratum 1 Soybean

Famili staphylinidae 1 White oak

Tribolium castaneum 11 Corn meal

Corn pellet

Distillers dried grains

Soybean

Tribolium sp. 2

U.S. no.2 or better hard red

winter wheat

Xanthium strumarium 31 Soybean *)

Sumber: hasil ringkasan dari database Eplaq System BARANTAN tahun 2010 dan 2011.

Page 79: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

60

Lampiran 1 Hasil intersepsi serangga ...(lanjutan)

1 2 3 4 5 6

Xyleborinus sp. 1 White oak logs

Xylosandrus sp. 1 Red oak logs

Xylotrechus sp. 3 Red oak

White oak logs

Amerika serikat / 131 35 Abutilon theophrasti 11 Soybean

2011 Ahasverus advena 2 Black cherry (lumber)

Soybean

Ambrosia artemisiifolia 19 Soybean

Ambrosia sp. 2 Soybean

Ambrosia spp. 2 Edamame

Soybean

Ambrosia trifida 21 Soybean

Anoda cristata 1 Soybean

Avena sativa 1 Soybean

Callosobruchus maculatus 2 Soybean

Cassia obtusifolia 1 Soybean

Cryptolestes ferrugineus 1 Soybean

Cryptolestes pusillus 1 Black cherry (lumber)

Echinochloa sp. 1 Soybean

Ipomoea purpurea 9 Soybean

Panicum repens 1 Soybean

Phytolaca sp. 1 Soybean

Phytolacca americana 2 Soybean

Polygonum convovulus 1 Soybean *)

Sumber: hasil ringkasan dari database Eplaq System BARANTAN tahun 2010 dan 2011.

Page 80: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

61

Lampiran 1 Hasil intersepsi serangga ...(lanjutan)

1 2 3 4 5 6

Polygonum pensylvanicum 5 Soybean

Polygonum persicaria 3 Soybean

Polygonum sp. 2 Soybean

Proboscidea sp. 1 Soybean

Setaria parviflora 4 Soybean

Setaria pumila 2 Soybean

Setaria sp. 1 Soybean

Sida sp. 1 Soybean

Sida spinosa 5 Soybean

Sitophilus oryzae 3 Soybean

Sorghum bicolor 5 Soybean

Sorghum halepense 1 Soybean

Tribolium castaneum 9 Ampas jagung

Edamame

Corn

Soybean

Tribolium sp. 1 Soybean

Xanthium sp. 4 Edamame

Soybean

Xanthium strumarium 3 Soybean

Xylotrechus sp. 2 Red oak *)

Sumber: hasil ringkasan dari database Eplaq System BARANTAN tahun 2010 dan 2011.

Page 81: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

62

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi spesies serangga dan tumbuhan kontaminan pada produk pertanian impor serta jadwal

survei

Tanggal

Pengambilan

Sampel

Lokasi Komoditas

Pertanian

Negara

Asal Identifikasi

Jumlah

Impor

Total Impor

dalam 1 bulan

1 2 3 4 5 6 7

01-Sep-11 Depo Transporindo Vigna radiata Myanmar Rottboellia cochinchinensis 25 000 kg 25 000 kg

02-Sep-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada

sampel yang

memiliki target

gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - - -

06-Sep-11 Depo Arcola Gandum Australia Avena fatua 515 800 kg 112 093 975 kg

Brassica campestris

Brassica juncea

Brassica napus

Brassica notatum

Convolvulus arvensis

Echinochloa cruss-galli

Lolium perenne

Lolium temulentum

Melilotus indicus

Phalaris minor

Raphanus raphanistrum

Rumex altisimus

Page 82: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

63

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

06-Sep-11 Depo Transporindo Milet Amerika Sorghum bicolor 86 945 kg 86 945 kg

Serikat Hordeum vulgare

Helianthus anus

Convolvulus arvensis

Poaceae1

Aeolus sp.

Cenchrus longispinus

Euphorbia heterophylla

Layia platyglossa

Eragrostis cilianensis

06-Sep-11 Depo Transporindo Barley Malt Belgia Brassica sp. 198 000 kg 674 020 kg

Veronica hederifolia

09-Sep-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - - -

12-Sep-11 Lab. KT Tanjung Priok Pueraria javanica Malaysia Urena lobata 4 000 kg 21 327 kg

Carica papaya

Rottboellia cochinchinensis

Page 83: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

64

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

12-Sep-11 Lab. KT Tanjung Priok Callopogonium Malaysia Fabaceae 1 4 000 kg 21 327 kg

coeruleum

Pueraria javanica

Fabaceae 2

Malvaceae 1

Araecerus fasciculatus

Vigna radiata

Centrosema pubescens

12-Sep-11 Depo Transporindo Kedelai hitam China Fabaceae 3 44 500 kg 44 500 kg

Fabaceae 4

Panicum miliaceum

Polygonum convolvulus

Setaria italica

Sitophilus oryzae

Sorghum bicolor

Vigna radiata

Phaseolus vulgaris

Vigna angularis

Fagopyrum esculentum

Canabis sp.

Vicia angustifolia

Panicum notatum

Tribulus terestris

Page 84: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

65

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

12-Sep-11 Depo Transporindo

(lanjutan)

Kedelai hitam China Sinapsis alba

16-Sep-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki target

gulma dan serangga

(kultur jaringan)

- - - -

18-Sep-11 SURVEY

TANGERANG

19-Sep-11 Lab. KT Tanjung Priok Gandum Australia Avena sterilis 255 580 kg 91 114 198.6 kg

Vicia sp.

19-Sep-11 Depo Arcola Kedelai Amerika Sitophilus oryzae 412 799 kg 17 856 090 kg

Serikat Phyllanthus sp.

Lolium perenne

Brassica sp.

19-Sep-11 Depo Transporindo Jagung Pakistan Rhyzopertha dominica 485 980 kg 7 749 875.99 kg

Oryzaephilus mercator

Oryzaephilus

surinamensis

Triticum aestivum

23-Sep-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki target

gulma dan serangga

(kultur jaringan)

- - -

Page 85: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

66

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

26-Sep-11 Depo Transporindo Barley malt Australia Avena fatua 239 220 kg 695 580 kg

Bromus tectorum

26-Sep-11 Depo Arcola Black cummin Djibouti Avena fatua 30 000 kg 30 000 kg

seed

Avena sativa

Coriandrum sativum

Lolium temulentum

Phaseolus lunatus

Setaria sp.

Sorghum halapense

Triticum aestivum

Trigonella

faecumgraecum

Linum usitatissimum

Cynoglossum

glochidiatum

Setaria macrostachya

Sesamum indicum

Phyllanthus virgatus

Myriophyllum

verrucosum

Physalis heterophylla

Eriochloa polystachya

Page 86: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

67

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

01-Okt-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kuljar)

- - - -

03-Okt-11 Depo Arcola Jagung Pakistan Rhyzopertha dominica 119 400 kg 16 284 296.99 kg

Tribolium castaneum

Cryptolestes ferrugineus

Cryptolestes pusillus

Triticum aestivum

Sitophilus oryzae

Alphitobius diaperinus

Alphitobius laevigatus

04-Okt-11 Lab. KT Tanjung Priok Gandum Australia Avena sterilis 325 870 kg 91 114 198.6 kg

Lolium perenne

Lolium temulentum

Amaranthus retroflexus

Amaranthus albus

Papaver orientale

Polygonum scandens

Rumex maritimus

Page 87: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

68

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

07-Okt-11 Depo Transporindo Jagung India Sysimbrium officinale 249 645 kg 49 735 370 kg

Cryptolestes ferrugineus

Larva lepidoptera

Oryzaephilus mercator

Rhyzopertha dominica

Sitophilus oryzae

Tribolium castaneum

Vigna radiata

08-Okt-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - - -

10-Okt-11 Lab. KT Tanjung Priok Ketan pecah Thailand Ipomoea locunosa 250 000 kg 2 775 000 kg

Aeschynomene indica

Cyanotis axyllaris

10-Okt-11 Depo Arcola Beras Pecah Myanmar Trifolium avense 344 000 kg 1 140 000 kg

Echinochloa colonum

Echinochloa cruss-galli

Oryzaephilus surinamensis

Rhyzopertha dominica

Page 88: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

69

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

10-Okt-11 Depo Arcola (lanjutan) Beras Pecah Myanmar Scirpus robustus

Ipomoea triloba

Cyanotis axyllaris

Melochia corchorifolia

14-Okt-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - -

17-Okt-11 Depo Transporindo Barley malt Australia Avena fatua 239 240 kg 1 304 740 kg

Brassica oleraceae

Lolium perenne

17-Okt-11 Lab. KT Tanjung Priok Beras pecah Myanmar Aeschynomene indica 500 000 kg 1 140 000 kg

Cryptolestes pusillus

Echinochloa cruss-galli

Famili Bostrichidae

Sitophilus oryzae

Tribolium castaneum

Cyanotis axyllaris

Melochia corchorifolia

21-Okt-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Elaeis guineensis

benih biji

Costa Rica Nihil 474 kg 474 kg

23-Okt-11 SURVEI JAKARTA

Page 89: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

70

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

24-Okt-11 Lab. KT Tanjung Priok Beras Myanmar Alphitobius laevigatus 296 000 kg 1 140 000 kg

Alphitobius diaperinus

Cryptolestes ferrugineus

Echinochloa cruss-galli

Ipomoea sp.

Rhyzopertha dominica

Sitophilus oryzae

Tribolium castaneum

Aeschynomene indica

Aeschynomene americana

Canabis sp.

24-Okt-11 Depo Transporindo Kedelai Amerika Triticum aestivum 335 988 kg 17 574 814.64 kg

Serikat Abutilon theophrasti

Brassica notatum

Echinochloa cruss-galli

Echinochloa colonum

Ambrosia trifida

Thlaspi arvense

Sida spinosa

Ipomoea purpurea

Page 90: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

71

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

24-Okt-11 Depo Transporindo Kedelai Amerika Amaranthus retroflexus

(lanjutan)

Serikat Amaranthus spinosus

Anoda cristata

Rumex crispus

Chenopodium album

Hibiscus trionum

Polygonum pensylvanicum

Setaria pumila

Aster pilosus

Malva neglecta

24-Okt-11 Depo Arcola Jagung Amerika

Serikat

Nihil 25 900 kg 451 301 kg

28-Okt-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada

sampel yang

memiliki target

gulma dan

serangga

(kultur

jaringan)

- - - -

31-Okt-11 Depo Transporindo Kedelai Amerika Amaranthus palmeri 212 029 kg 17 574 814.64 kg

Serikat Amaranthus retroflexus

Amaranthus rudis

Abutilon theophrasti

Page 91: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

72

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

31-Okt-11 Depo Transporindo Kedelai Amerika Ambrosia trifida

(lanjutan)

Serikat Anoda cristata

Cryptolestes ferrugineus

Echinochloa cruss-galli

Ipomoea hederaceae

Palorus ratzeburgii

Rhyzopertha dominica

Setaria pumila

Sida spinosa

Tribolium castaneum

Triticum aestivum

Urochloa ramosa

Vigna radiata

Polygonum laphatifolium

Chenopodium album

Ambrosia artemisiifolia

Hibiscus trionum

Phalaris canariensis

Polygonum pensylvanicum

Polygonum scandens

Page 92: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

73

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

31-Okt-11 Depo Transporindo

(lanjutan)

Kedelai Amerika

Serikat

Digitaria sanguinalis

31-Okt-11 Depo Arcola Red millet China Panicum miliaceum 21 000 kg 67 000 kg

Shorgum bicolor

Setaria italica

Setaria viridis

Fagopyrum tartaricum

Panicum laetum

Setaria palmifolia

Corispermum declinatum

01-Nop-11 Depo Transporindo Jagung Pakistan Cryptolestes ferrugineus 351 010 kg 1 584 790 kg

Cryptolestes pusillus

Rhyzopertha dominica

Sitophilus oryzae

Tribolium castaneum

Triticum aestivum

03-Nop-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - - -

Page 93: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

74

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

09-Nop-11 Lab. KT Tanjung Priok Beras ketan Vietnam Nihil 300 000 kg 9 051 200 kg

11-Nop-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - - -

13-Nop-11 SURVEY BEKASI

16-Nop-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - - -

18-Nop-11 Lab. KT Tanjung Priok Barley Belgia Avena fatua 237 920 kg 473 840 kg

Oryza sativa

18-Nop-11 Lab. KT Tanjung Priok Beras pecah Thailand Sitophilus oryzae 75 000 kg 17 305 530 kg

Echinochloa cruss-galli

Aeschynomene indica

18-Nop-11 Lab. KT Tanjung Priok Beras India Shorgum bicolor 20 000 kg 1 235 000 kg

Triticum aestivum

Panicum miliaceum

Cryptolestes ferrugineus

Helianthus annuus

Avena sativa

Page 94: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

75

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

18-Nop-11 Lab. KT Tanjung Priok Beras

Cryptolestes ferrugineus

(lanjutan)

Setaria viridis

Panicum virgatum

18-Nop-11 Lab. KT Tanjung Priok Beras ketan Vietnam Nihil 500 000 kg 10 840 940 kg

18-Nop-11 Lab. KT Tanjung Priok Beras pecah Pakistan Nihil 270 300 kg 270 300 kg

22-Nop-11 Depo Transporindo Biji bunga

matahari

China Nihil 120 000 kg 934 000 kg

25-Nop-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada

sampel yang

memiliki target

gulma dan

serangga

(kultur

jaringan)

- - - -

28-Nop-11 Depo Transporindo Herb

medicinal

plant

China Nihil 12 981 kg 54 559 kg

02-Des-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Beras Saudi Tribolium castaneum 50 kg 50 kg

Arabia Oryzaephilus surinamensis

04-Des SURVEY BOGOR

DAN DEPOK

05-Des-11 Depo Transporindo Barley Malt Australia Avena sterilis 240 020 kg 825 260 kg

Lupinus angustifolius

Page 95: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

76

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

05-Des-11 Depo Transporindo Barley Belgia Avena fatua 220 920 kg 1 357 240 kg

Avena sterilis

Galium aparine

Galium sp.

Beta vulgaris

Brassica oleraceae

05-Des-11 Depo Transporindo Barley Malt Belgia Zea mays 238 600 kg 864 788 kg

Avena sterilis

Polygonum convolvulus

Galium sp.

05-Des-11 Lab. KT Tanjung Priok Beras Ketan Thailand Paspalum scrobiculatum 250 000 kg 5 445 000 kg

Echinochloa cruss-galli

Scirpus robustus

Aeschynomene americana

Cyanotis axyllaris

Melochia corchorifolia

05-Des-11 Depo Arcola Herb

medicinal

plant

China Nihil 8 283 kg 19 421 kg

05-Des-11 Depo Arcola Gandum Pakistan Melilotus indicus 523 300 kg 1 479 990 kg

Rumex crispus

Page 96: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

77

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

05-Des-11 Depo Arcola (lanjutan) Gandum Pakistan Chenopodium album

Medicago polymorpha

Avena fatua

Avena sterilis

Beta vulgaris

Brassica campestris

Brassica notatum

Coriandrum sativum

Cyperus sp.

Lathyrus sp.

Linum usitatissimum

Lolium temulentum

Lophocateres pusillus

Lupinus sp.

Phalaris minor

Phaseolus lunatus

Polygonum sp.

Rhyzopertha dominica

Tribolium castaneum

Melilotus albus

Raphanus raphanistrum

Kumerowia stipulacea

Rumex obtusifolius

Page 97: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

78

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

05-Des-11 Depo Arcola (lanjutan) Gandum Pakistan Rumex brownii

09-Des-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki target

gulma dan serangga

(kultur jaringan)

- - - -

14-Des-11 Lab KT Tanjung Priok Barley Belgia Avena sativa 216 880 kg 864 788 kg

Brassica notatum

16-Des-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki target

gulma dan serangga

(kultur jaringan)

- - - -

19-Des-11 Depo Transporindo Feed oats for horses Australia Avena strigosa 521 028 kg 521 028 kg

19-Des-11 Depo Transporindo Herb medicinal plant China Ordo Coleoptera 17 755 kg 55 044 kg

19-Des-11 Depo Transporindo Jagung India Tribolium castaneum 199 945 kg 34 209 873 kg

Brassica notatum

19-Des-11 Lab. KT Tanjung Priok Cynodon dactylon

Amerika

Serikat Nihil 4 350 kg 4 350 kg

23-Des-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki target

gulma dan serangga

(kultur jaringan)

- - - -

Page 98: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

79

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

26-Des-11 Lab. KT Tanjung Priok Ketan Thailand Echinochloa cruss-galli 3 270 000 kg 5 445 000 kg

Echinochloa colonum

Ipomoea sp.

Aeschynomene americana

Aeschynomene indica

Cyanotis axyllaris

Sesbania sericea

Melochia corchorifolia

26-Des-11 Depo Arcola Kayu oak merah Jerman Megacyllene robiniae 48 000 kg 3 385 235 kg

log

Pyrhidium sanguineum

Agrilus sulcicollis

30-Des-11 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

03-Jan-12 Depo Transporindo Rape seed meal India Cyamopsis tetragonoloba 212 400 kg 48 000 kg

06-Jan-12 Lab. KT Soekarno-Hatta Cynodon dactylon

stolon

Nihil

09-Jan-12 SURVEY

KARAWANG

Page 99: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

80

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

10-Jan-12 Lab. KT Tanjung Priok Gandum Rusia Avena sterilis 1 849 210 kg 1 849 210 kg

Ipomoea sp.

Brassica oleraceae

Brassica rapa

Polygonum convolvulus

Brassica sp.

Polygonum sp.

Galium aparine

Convolvulus arvensis

Lolium perenne

Helianthus annuus

Brassica napus

Calystegia sepium

Lithospermum arvense

Polygonum scandens

Echium plantagineum

13-Jan-12 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - - -

Page 100: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

81

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

16-Jan-12 Lab. KT Tanjung Priok Beras pecah Thailand Echinochloa cruss-galli 1 730 000 kg 21 601 400 kg

Aeschynomene americana

Ipomoea aquatica

Aeschynomene indica

Cyanotis axyllaris

Sesbania sericea

Melochia corchorifolia

20-Jan-12 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada

sampel yang

memiliki target

gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - - -

23-Jan-12 Lab. KT Tanjung Priok Beras Thailand Echinochloa cruss-galli

Echinochloa colonum

Crotalaria striata

Vigna radiata

23-Jan-12 Lab. KT Tanjung Priok

(lanjutan)

Beras Thailand Melochia corchorifolia

23-Jan-12 Lab. KT Tanjung Priok Beras pecah Thailand Echinochloa cruss-galli 125 000 kg 21 601 400 kg

Melochia corchorifolia

Page 101: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

82

Lampiran 2 Data pelaksanaan deteksi-identifikasi... (lanjutan)

1 2 3 4 5 6 7

27-Jan-12 Lab. KT Soekarno-Hatta Tidak ada sampel

yang memiliki

target gulma dan

serangga (kultur

jaringan)

- - - -

Page 102: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,
Page 103: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

83

Lampiran 3 Beberapa foto serangga hasil deteksi dan identifikasi produk

pertanian impor*

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

1.

Alphitobius laevigatus 6.5x

A. laevigatus 20.0x

Imago

dan

Mata faset

2.

Cryptolestes ferrugineus

12.5x

Imago

3.

Cryptolestes pusillus 12.5x

Imago

4.

Famili Bostrichidae 10.0x

Imago

* Foto diambil menggunakan bantuan mikroskop stereo binokuler ZEISS Stemi 2000-C dengan

kamera AxioCam ERc5s.

Page 104: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

84

Lampiran 3 Beberapa foto serangga...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

5.

Pseudoscorpion 10.0x

Imago

6.

Araecerus fasciculatus 6.5x

Imago

7.

Lophocateres pusillus 12.5x Imago

8.

Palorus ratzeburgii 10.0x Imago

* Foto diambil menggunakan bantuan mikroskop stereo binokuler ZEISS Stemi 2000-C dengan

kamera AxioCam ERc5s.

Page 105: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

85

Lampiran 4 Beberapa foto dan deskripsi biji kontaminan hasil deteksi dan

identifikasi produk pertanian impor*)

No. Foto Spesies/Perbesaran/Deskripsi Keterangan

1.

Avena fatua 6.5x

o caryopsis panjang, sempit,

dan ada penipisan pada

tengah atas caryopsis,

panjang caryopsis 7-8 mm

o Permukaan floret agak

kasar, tetapi cenderung

berbulu dan terlihat

mengkilap, posisi awn

terletak di bagian tengah

atas pada glume, bagian

dasar semua floret

membulat seperti tapal

kuda, ujung rachila

membulat segitiga pada

semua floret, panjang floret

14-20 mm. Umumnya floret

ditemukan tunggal.

Caryopsis

dan Floret

-Dapat

ditemukan

berupa

caryopsis,

floret, dan

jarang berupa

spikelet

2.

Aeschynomene americana 12.5x

o Biji kecil berwarna cokelat

hingga kehitaman, biji

seperti huruf “C”,

berukuran 2 mm, hilum

terletak di bagian atas,

tepian biji tipis, hilum

berbentuk bulat kecil.

Biji

3.

Beta vulgaris 10.0x (biji) dan

6.5x (kapsul)

o Biji terbungkus kapsul yang

keras karena biji mudah

hancur, kulit biji tipis,

berwarna cokelat

kemerahan, dan mengkilap.

Diameter biji 1-2 mm.

Biji

dan

Kapsul

-Umumnya

ditemukan

berupa kapsul

Page 106: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

86

Lampiran 4 Beberapa foto dan deskripsi biji...(lanjutan)

No. Foto Spesies/Perbesaran/Deskripsi Keterangan

4.

Cynoglossum glochidiatum 10.0 x

o Biji nampak seperti berduri,

duri memiliki karakter seperti

menara, biji berukuran 2-3

mm.

Biji

5.

Cyanotis axillaris 10.0x

o Biji berbentuk tabung,

berukuran 2 mm, berwarna

cokelat kehitaman, jika dibelah

melintang seperti bentukan

busur panah yang dibentang,

terdapat cerukan dipermukaan

biji, hilum terletak di atas

bagian tepi yang pipih.

Biji

6.

Melochia corchorifolia 10.0x

o Biji berbentuk segitiga dengan

salah satu posisi tepian

membulat, berwarna hitam,

hilum terletak dibagian ujung

biji, berukuran 2 mm.

Biji

7.

Rotboellia cocchinchinensis 6.5x

o Floret berbentuk tabung,

dengan lema dan glume yang

keras, berwarna hijau hingga

kuning, erukuran 6-7 mm.

Floret umumnya tersusun

membentuk spikelet seperti

pensil

Floret

-Umumnya

ditemukan

berupa floret

o Caryopsis berwarna kuning,

bentuk seperti kapal boat,

hilum bulat, panjang 4 mm,

dan lebar 1.5 mm.

Caryopsis

Page 107: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

87

Lampiran 4 Beberapa foto dan deskripsi biji...(lanjutan)

No. Foto Spesies/Perbesaran/Deskripsi Keterangan

8.

Corispermum declinatum 10.0x

o Biji berwarna cokelat,

berbentuk pipih, ujung biji

seperti capit, permukaan biji

ada tonjolan-tonjolan,

panjang 3 mm, dan lebar 1.5

mm.

Biji

9.

Ipomoea locunosa 8.0x

o Biji berwarna cokelat

kehitaman, berbentuk

segitiga jika dilihat dari

samping, sudut tepi tegas,

panjang 4 mm, dan lebar 4-

5 mm.

Biji

10.

Raphanus raphanistrum 8.0x

o Umumnya polong yang

ditemukan mengontaminan

berbentuk gada atau

potongan kayu, tekstur

polong tidak teralalu keras,

permukaan polong cenderung

halus dan terkadang beralur

garis memanjang.

o Biji bulat lonjong berwarna

merah kecokatan, bagian

salah satu tepi biji terdapat

alur, bagian ujung biji agak

datar dan terdapat hilum.

Umumnya disekitar hilum

terlihat seperti ada tepung

putih.

Polong

-Dapat

ditemukan

berupa

polong dan

terkadang

berupa biji

Biji

* Foto diambil menggunakan bantuan mikroskop stereo binokuler ZEISS Stemi 2000-C dengan

kamera AxioCam ERc5s.

Page 108: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

88

Lampiran 5 Beberapa foto biji tumbuhan asing hasil deteksi dan identifikasi

produk pertanian impor*

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

1.

Abutilon theophrasti 8.0x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

2.

Ambrosia artemisiifolia

10.0x

Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

3.

Aster pilosus 8.0x

A. pilosus 12.5x

Bunga

majemuk

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

dan

Bunga

tunggal

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

-Umumnya

ditemukan

berupa bunga

majemuk

Page 109: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

89

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

4.

Avena strigosa 6.5x

Floret

(Kamera

Canon Ixus

1000HS)

5.

Canabis sp. 6.5x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

6.

Cenchrus longispinus 10.0x Caryopsis

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

-Umumnya

ditemukan

berupa

spikelet.

7.

Centrosema pubescens 8.0x

Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

8.

Convolvulus arvensis 8.0x

Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 110: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

90

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

9.

Digitaria sanguinalis 10.0x Caryopsis

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

10.

Echium plantagineum 10.0x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

11.

Eragrostis cilianensis 10.0x Spikelet

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

dan

caryopsis

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 111: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

91

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

12.

Eriochloa polystachya

10.0x

Caryopsis

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

13.

Euphorbia heterophylla

10.0x

Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

14.

Fagopyrum esculentum 6.5x

Kapsul dan

Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

-Biji umumnya

ditemukan

bersama

kapsulnya

15.

Galium aparine 12.5x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 112: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

92

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

16.

Hibiscus trionum 10.0x Biji

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

17.

Kochia scoparia 10.0x Biji

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

kapsul

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

-Umumnya

ditemukan

berupa kapsul

18.

Layia platyglossa 10.0x Achene

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

19.

Linum usitatissimum 10.0x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

20.

Lithospermum arvense 8.0x

(Sinonim dari

Buglossoides arvensis)

Biji

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 113: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

93

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

21.

Lolium temulentum 6.5x Caryopsis

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

22.

Lupinus angustifolius 6.5x Biji

(Kamera

Canon Ixus

1000HS)

23.

Medicago polymorpha 6.5x Polong

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

dan

M. polymorpha 12.5x Biji

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

24.

Melampyrum verrucosum

10.0x

Biji

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 114: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

94

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

25.

Melilotus indicus 10.0x Polong

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

Biji

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

26.

Panicum notatum 10.0x Floret

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

27.

Paspalum scrobiculatum 10.0x Floret

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 115: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

95

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

28.

Phalaris minor 10.0x Floret

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

Caryopsis

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

29.

Phyllanthus virgatus 12.5x

Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

30.

Physalis heterophylla 10.0x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

31.

Polygonum scandens 12.5x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

32.

Fagopyrum tartaricum 10.0x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 116: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

96

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

33.

Rumex altissimus 10.0x Kapsul

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

Kapsul

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

-dapat

ditemukan

berupa kapsul

atau biji

34.

Scirpus robustus 10.0x

Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

35.

Sesamum indicum 10.0x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

36.

Sesbania sericea 12.5x

Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 117: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

97

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

37.

Setaria faberi 12.5x Floret

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

dan

Caryopsis

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

-Umunya

ditemukan

floret, jarang

sekali

ditemukan

berupa

caryopsis

38.

Setaria pumila 10.0x Floret

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

39.

Setaria macrostachya 10.0x

Floret

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 118: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

98

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

40.

Setaria sphacelata 12.5x Floret

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

41.

Setaria viridis 12.5x Floret

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

42.

Sida spinosa 10.0x Kapsul

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

dan

Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

43.

Sorghum halapense 10.0x

Floret

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

Page 119: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

99

Lampiran 5 Beberapa foto biji ...(lanjutan)

No. Foto Nama ilmiah/Perbesaran Keterangan

44.

Thlaspi arvense 12.5x Biji (Kamera

AxioCam

ERc5s)

45.

Urena lobata 6.5x

Kapsul

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

dan

Biji

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

46.

Urochloa ramosa 10.0x Biji

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

47.

Veronica hederifolia 8.0x

Biji

(Kamera

AxioCam

ERc5s)

* Foto diambil menggunakan bantuan mikroskop stereo binokuler ZEISS Stemi 2000-C.

Page 120: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

100

Lampiran 6 Impor produk pertanian berupa tanaman hidup, benih dan hasil

tanaman hidup bukan benih, hasil tanaman mati diolah, dan tanpa

olahan periode tahun 2010*)

Kelompok

Tanaman Jenis produk pertanian Frekuensi Volume Satuan

Hias Acacia spp. 1 96 kg

Acorus spp. 1 7 275 kg

Agave spp. 1 150 000 batang

Aglaonema spp. 56 32 823 batang

1 300 kg

Aglaonema spp., Anthurium spp.,

Sansevieria spp., Phalaenopsis spp. 1 1.500 batang

Anthurium spp. 7 12 455 batang

1 5 000 kg

1 5 000 kg

Arecaceae 2 236 batang

2 24 000 kg

Auricularia polytricha 2 420 kg

Bambusa spp. 1 30 000 batang

Begonia spp. 2 1 445 batang

Begonia spp., Bidens spp.,

Brachyscome spp., Impatiens spp.,

Lobelia spp., Sanvi spp.

1 77 430 batang

Benih bunga 2 20 050 kg

Bibit anggrek 2 23 250 batang

Bibit hias 6 3 252.60 batang

Boswellia carteri 1 90 kg

Bromelia spp. 1 280 batang

Cannabis spp. 1 120 kg

Cassia spp. 1 435 kg

Cattleya spp., Dendrobium spp.,

Vanda spp. 1 24 750 batang

Cattleya spp., Phalaenopsis spp. 1 24 750 batang

Chamelaucium ciliatum,

Eriostemon spp., Banksia serrata 1 148 kg

Chrysanthemum indicum 8 167 100 batang

Chrysanthemum spp. 2 21 408 kg

Cichorium intybus 1 20 000 kg

Commiphora myrrha 1 90 kg

Copernicia alba 1 10 batang

Cuscuta spp. 1 180 kg

Cycas spp. 1 12 batang

2 3.398 kg

Cymbidium spp, Lilium spp.,

Tulipa sp. 1 242 kg

Page 121: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

101

Lampiran 6 Impor ... (lanjutan)

Kelompok

Tanaman Jenis produk pertanian Frekuensi Volume Satuan

Hias Dendrobium spp. 12 163 830 batang

Dendrobium spp.,

Phalaenopsis spp.,

Vanda spp.

1 24 500 batang

Dianthus caryophyllus 3 14 745 batang

Dianthus spp. 1 320 kg

Dracaena spp. 1 30 batang

1 1 500 kg

Encephalartos spp. 5 185 batang

3 84 kg

Eucalyptus spp. 1 1.13 kg

1 15 kemasan

Flowerbulbs 6 89 000 batang

Gerbera spp. 1 10 500 batang

1 595 kemasan

Helianthus annuus 74 5 258 167.10 kg

Lilium spp. 7 22 011 batang

34 107 321.50 kg

Livistona rotundifolia 1 100 batang

1 3 000 kg

Lomandra spp.,

Dianella spp. 1 740 batang

Lomandra spp., Dianella

spp., Anigozanthos spp. 1 3 509 batang

Lophanthera lactescens 1 50 batang

Lophanthera spp 1 800 kg

Loropetalum chinensis 1 0 kg

Nelumbo nucifera 3 675 kg

Oncidium spp. 2 5 .678 batang

Oncidium spp.,

Phalaenopsis amabilis 1 2 742 batang

Oncidium spp.,

Phalaenopsis spp. 1 2 060 batang

Papaver somniferum 1 3 402.48 kg

Papaver spp. 1 16.18 kg

Parent seed 2 68 522 kg

Perilla frutescens 1 360 kg

Phalaenopsis amabilis 16 117 460 batang

1 7 000 kg

17 3 926 kemasan

Phalaenopsis spp. 3 6 052 batang

1 320 kemasan

Phalaenopsis spp.,

Dendrobium spp.,

Cymbidium spp.

1 5 401 batang

Page 122: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

102

Lampiran 6 Impor ... (lanjutan)

Kelompok

Tanaman Jenis produk pertanian Frekuensi Volume Satuan

Hias Philodendron spp. 5 1 140 batang

1 930 kg

Phoenix sp. 1 20 batang

Phoenix spp. 4 254 batang

1 3 000 kg

Phoenix sylvestris 1 90 batang

Platycladus orientalis 2 600 kg

Pruni persicae 2 170 kg

Prunus spp. 1 200 kg

Pterocarpus indicus 1 50 batang

Pruni persicae 2 170 kg

Rhapis excelsa 1 50 batang

1 600 kg

Rheum palmatum 1 17 500 kg

Rosa spp. 5 18 145 batang

270 kg

Sandersonia auratiaca,

Calla palustris 1 155 kg

Sanseivera spp. 11 3 175 batang

Saracca spp. 1 50 batang

1 1 600 kg

Sargassum spp. 1 160 kg

Aquarium 1 1 985 batang

Tanaman Hias 1 8 794 batang

Vaccaria spp. 1 169 kg

Vanda spp. 1 300 batang

Wrightia religiosa 1 50 batang

1 600 kg

Xanthorea spp. 1 10 batang

Xanthostemon spp. 1 800 kg

Zambila hyachitus 1 1 batang

Ziziphi spinosae 2 300 kg

Hortikultura Cucurbita pepo 2 6 850 kg

Olea europaea 1 660 kg

Allium ampeloprasum 1 10 kg

Allium cepa 48 2 441 735 kg

Amaranthus spp. 2 2 508 kg

Ananas comosus 1 240 000 batang

Apium graveolens 1 9 687 kg

Apium

graveolens subsp. dulce 1 100 kg

Benih sayuran (campuran) 19 26 464.8 kg

Bibit sayuran 1 124 kg

Brassica napus 6 121 036 kg

Page 123: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

103

Lampiran 6 Impor ... (lanjutan)

Kelompok

Tanaman Jenis produk pertanian Frekuensi Volume Satuan

Hortikultura Brassica oleracea 34 7952.25 kg

Brassica oleracea var.

botrytis 2 120 kg

Brassica spp. 12 125 527.50 kg

Capsicum spp. 3 1 717.25 kg

Citrullus lanatus 9 3 948 kg

Citrullus lanatus,

Cucumis sativus 1 450.2 kg

Citrullus lanatus,

Lactuca sativa,

Capsicum annuum

1 6.75 kg

Citrus spp. 3 11 450 batang

Coriandrum sativum 11 298 192 kg

Cucumis sativus 1 50 kg

Cucurbita moschata 8 610.04 kg

Cuminum cyminum 16 273 065.75 kg

Curcuma longa 2 11 200 kg

Daucus carota,

Brassica oleracea 1 1 228 kg

Daucus carota,

Solanum lycopersicum 1 1 300 kg

Fragaria × ananassa 3 88 250 batang

3 1 040 kg

Glycine max 2 4 915 kg

Illicium verum 2 34 640 kg

Ipomoea aquatica 5 9 344.20 kg

Jatropha curcas 1 300 kg

Jatropha spp. 1 112 kg

Lactuca sativa 2 1.500 kg

Lathyrus odoratus 2 6.812 kg

Momordica charantia 1 27 kg

Momordica charantia;

Cucurbita moschata 1 25.19 kg

Musa spp. 3 50 000 batang

Nymphaea spp. 2 6 375 kg

Ocimum basilicum 7 73 584 kg

Ocimum tenuiflorum 2 30 000 kg

Origanum majorana 1 20 kg

Petoselinum crispum 8 44.25 kg

Pisum sativum

ssp. sativum 2 15 220 kg

Raphanus sativus 4 490 kg

Rubus spp. 1 5 000 batang

Sesamum indicum 12 209 228 kg

Page 124: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

104

Lampiran 6 Impor ... (lanjutan)

Kelompok

Tanaman Jenis produk pertanian Frekuensi Volume Satuan

Hortikultura Solanum lycopersicum 3 736.04 kg

Syzygium aqueum,

Nephelium lappaceum 1 710 kg

Syzygium malaccense 1 50 kg

Trachyspermum ammi 1 6 300 kg

Vaccinium myrtillus 1 4 339 kg

Vitis vinifera 1 10 000 batang

Wasabia japonica 2 54 kg

Kehutanan Acacia spp. 1 75 kg

Albizia chinensis 1 1 043 kemasan

Corylus spp. 4 42 500 kg

Swietenia macrophylla 1 3 kg

Obat Folium artemisiae 2 774 kg

Folium eriobotryae 1 450 kg

Folium mori(sangye) 1 416 kg

Folium perillae 1 399 kg

Tribulus terestris 1 150 kg

Vitex spp. 1 160 kg

Xanthium spp. 1 180 kg

Pangan Manihot utilisima 1 9.37 kg

Oryza sativa 57 2 504 940.70 kg

Solanum lycopersicum 2 558.07 kg

Solanum tuberosum 17 1 924 400 kg

Sorghum bicolor 1 2 000 kg

Zea mays 40 923 929.71 kg

Penutup

Tanah,

rumput, dan

pakan

ternak

Benih pakan ternak 1 5 kg

Benih rumput 1 6 530 kg

Callopogonium caeruleum 3 40 000 kg

Callopogonium mucunoides 1 10 000 kg

Croton sp. 3 827 batang

Croton spp. 1 1 000 kg

Cynodon dactylon 1 1 500 kg

Brachiaria decumbens;

Chloris gayana; Stylosanthes

hamata; dan C. dactylon

1 5 530 kg

Linum usitatissimum 9 163 876.53 kg

Medicago sativa 47 16 044.04 kg

Mucuna bracteata 7 10 470 kg

Phalaris canariensis 9 422 962 kg

Page 125: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

105

Lampiran 6 Impor ... (lanjutan).

Kelompok

Tanaman

Jenis produk

pertanian Frekuensi Volume Satuan

Penutup

Tanah, rumput,

dan pakan

ternak

Pueraria javanica 7 127 000 kg

Serinus canaria 2 219 500 kg

Penutup tanah 31 613 600 kg

Perkebunan Areca catechu 1 11 200 kg

Canarium spp. 5 439 360 kg

Coccos nucifera 1 26 koli

Coffea spp. 2 134 400 kg

Elaeis guineensis 43 6 372 483 batang

45 422 048.60 kg

Gossypium spp. 2 49 314 kg

Nicotiana tabacum 2 85.6 kg

Theobroma cacao 1 150 000 kg *)

Sumber: Eplaq System BARANTAN tahun 2010 dan telah dilakukan pencarian nama spesies.

Page 126: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

106

Lampiran 7 Impor produk pertanian berupa tanaman hidup, benih dan hasil

tanaman hidup bukan benih, hasil tanaman mati diolah, dan tanpa

olahan periode tahun 2011*)

Kelompok

Tanaman Jenis produk pertanian Frekuensi Volume Satuan

Kehutanan Acacia spp. 4 115.19 kg

Fcus benjamina 1 5 060 kg

Swietenia macrophylla 1 89 269.15 kg

Tectona grandis 1 246 922.8 batang

Hias Agalaonema spp. 30 14 500 batang

Agastache cana 1 12 batang

Agave spp. 1 130 000 batang

Anthurium andraeanum 1 30 kg

Arecaceae 1 44 batang

Begonia glabra 3 35 360 batang

Begonia semperflorens,

Impatiens walleriana 1 710 batang

Brachiaria decumbens 1 200 kg

Chloris gayana 1 300 kg

Chrysanthemum indicum 8 80 396 batang

Cichorium intybus 13 76 598 kg

Crocosmia x crocosmiiflora 1 24 batang

Dahlia spp., Penstemon spp. 1 1 595 batang

Dendrobium spp. 8 272 150 batang

328.5 kg

Dracaena spp. 1 297 kg

Echinacea purpurea 1 12 batang

Eustoma grandiflorum 1 8 000 batang

Gerbera spp. 2 7 130 batang

Guizotia abyssinica 2 36 191 kg

Gypsophila spp. 2 12 500 batang

Helianthus annuus 77 6 506

989.87 kg

Heuchera sanguinea 1 48 batang

Impatiens spp. 3 3 300 batang

Lilium spp. 20 40 506 batang

130 810 kg

Neliumbium nucifera 1 1 500 kg

Nigella spp. 1 1 996 kg

Orcidaceae 1 14 640 batang

Salam seashore paspalum 1 1 880 kg

Setaria sphacelata 1 500 kg

Stylosanthes hamata 1 300 kg

Petunia spp. 1 40 batang

Phalaenopsis amabilis 17 102 672 batang

0.20 kg

Page 127: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

107

Lampiran 7 Impor ...(lanjutan)

Kelompok

Tanaman Jenis produk pertanian Frekuensi Volume Satuan

Hias Phalaenopsis amabilis 3 730 kemasan

Phalaenopsis spp. 11 33 batang

5 960.20 kg

3 760 kemasan

3 koli

Phoenix spp. 2 28 kg

Podocarpus costalis 1 100 batang

Rheum palmatum 1 20 000 kg

Rosa spp. 4 68 030 batang

Rudbeckia

subtomentosa 1 12 batang

Salvia officinalis 1 12 batang

Sandersonia auratica 2 284.50 kg

Saururus cernuus 1 36 kg

Stevia rebaudiana 2 200 000 batang

Valeriana officinalis 1 9 250 kg

Vanda spp.; P amabilis;

Cattleya spp.;

Dendrobium spp.

2 52 250 batang

Zantedeschia aethiopica 2 670.5 kg

Tanaman hias 2 300 batang

Hortikultura Allium ampeloprasum 4 41 228 kg

Allium ascalonicum 16 928 000 kg

Amaranthus spp. 3 2 496.20 kg

Ananas comosus 6 660 340 batang

Apium graveolens 1 2 190 kg

Brassica napus 7 1 968 kg

Brassica oleracea 14 5 060 kg

Brassica oleracea

gemmifera

8 1 185 kg

Brassica paradisi 8 895 kg

Capsicum annuum 9 1 312.57 kg

Citrullus vulgaris 11 2 984.1 kg

Citrus sp. 2 2 600 batang

Coriandrum sativum 1 20 000 kg

Cucumis melo 1 1 200 kg

Cucumis sativus 3 26.21 kg

Cucurbita spp. 2 3.20 kg

Cycas rumphii 1 41 000 batang

Daucus carota 1 18 000 kg

Fragaria × ananassa 1 40 000 batang

Ipomoea aquatica 5 7 980 kg

Lactuca sativa 5 25 910.60 kg

Page 128: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

108

Lampiran 7 Impor (lanjutan)

Kelompok

Tanaman Jenis produk pertanian Frekuensi Volume Satuan

Hortikultura Momordica charantia 3 18 862.67 kg

Ocimum spp. 1 2 000 kg

Origanum majorana 1 10 kg

Petroselinum crispum 1 40 kg

Pisum sativum 2 5 870 kg

Pyrus pyrifolia 1 5 000 kg

Raphanus sativus 5 1 131.95 kg

Rubus idaeus 1 4 000 batang

Solanum lycopersicum 6 1 989.98 kg

Vigna unguiculata 7 312 000 kg

Wasabia japonica 2 7 kg

Benih sayuran (campuran) 47 97 083.15 kg

Kehutanan Aquilaria spp 1 15 000 batang

Corylus spp 5 45 219.96 kg

Gingko biloba 2 240 kg

Pangan Linum usitatissimum 2 4 917 kg

Oryza sativa 33 2 151 794.442 kg

Solanum tuberosum 12 864000 kg

Zea mays 54 1 393 642.53 kg

Penutup

Tanah.

rumput. dan

pakan

ternak

Medicago sativa 53 1 313 431.79 kg

Lomandra spp 2 9 148 batang

225 kemasan

Mucuna spp 7 23 540 kg

Phalaris canariensis 3 180 530 kg

Penutup Tanah 29 242 077 kg

Benih Leguminosae 1 31.8 kg

Benih rumput 1 1 000 kg

Perkebunan Elaeis guineensis 99 4 031 435 batang

18 476.60 kg

Encephalartos spp 2 13 batang

Gossypium herbaceum 1 18 000 kg

Jatropha curcas 10 6 400 batang

1 267.50 kg

Nicotiana tabacum 3 21.2 kg

Phoenix dactylifera 1 28 kg *)

Sumber: Eplaq System BARANTAN tahun 2011 dan telah dilakukan pencarian nama spesies.

Page 129: KAJIAN SPESIES SERANGGA DAN TUMBUHAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68762/2014rsh.pdf · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik,

109

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun, Jawa Timur pada tanggal 06 April 1981 dari

pasangan Bapak Rakidin dan Ibu Ismojowati, SPd. Penulis merupakan putri kedua

dari empat bersaudara.

Penulis lulus pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri I Mejayan

pada tahun 1999 dan melanjutkan pendidikan strata-1 (S1) di Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui Jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) dan

memilih jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian dan lulus

pada tahun 2004.

Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis yaitu peserta Olimpiade

Matematika Tingkat Karisidenan Madiun pada tahun 1994, peserta Olimpiade

Kimia Tingkat Kotamadya Madiun pada tahun 1996, menjadi pemrasaran pada

Symposisum PEI tahun 2004 dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Pakan Madu

terhadap Lama Hidup dan Produksi telur Trichogramma pretiosum”, menjadi

anggota PEI Cabang Bogor Tahun 2004 sampai dengan sekarang dan anggota PFI

Cabang Jakarta sejak tahun 2012 sampai dengan sekarang.

Penghargaan yang pernah diperoleh penulis yaitu sebagai mahasiswa

lulusan terbaik tingkat Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, IPB tahun

2004.

Pengalaman kerja penulis yaitu sebagai asisten peneliti di laboratorium

Ekologi-Parasitoid IPB dan di Yayasan Peduli Konservasi Alam (PEKA)

Indonesia pada tahun 2004-2005, Pegawai Negeri Sipil-Fungsional Pengendali

Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di Balai Karantina Tumbuhan Kelas I

Bandar Lampung dari Januari 2005 sampai dengan April 2013, selanjutnya dari

April 2013 sampai dengan sekarang penulis bekerja sebagai POPT di Balai Besar

Karantina Pertanian Tanjung Priok tepatnya di Wilayah Kerja Karantina Pertanian

Kantor Pos Bogor.