kajian pkem sumatera selatan

7

Click here to load reader

Transcript of kajian pkem sumatera selatan

Page 1: kajian pkem sumatera selatan

LAPORAN TINJAUAN EKONOMI DAN FISKAL TRIWULAN II TA 2013

PROVINSI SUMATERA SELATAN

1. Perkembangan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan

Laju pertumbuhan ekonomi dengan migas Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel)

di tahun 2011 adalah sebesar 6.50 persen, naik dari 5,63 persen di tahun 2010.

Sektor bangunan , pengangkutan dan komunikasi laju pertumbuhan tertinggi

dibandingkan sektor lainnya yaitu 12,77 persen dan 12,32 persen. Keadaaan ini

dapat dikaitkan dengan meningkatnya pembangunan gedung-gedung, sarana dan

prasarana publik di Sumatera Selatan seperti misalnya hotel, pusat perbelanjaan

modern, sarana olahraga, dan pengembangan daerah baru terkait dengan

meningkatnya penyelenggaraan event-event Internasional dan Nasional di kota

Palembang, ibukota Provinsi Sumsel. Berdasarkan distribusi PDRB, sektor industri

pengolahan memberikan kontribusi terbesar yaitu 26,82 persen,diikuti oleh industri

pertambangan dan penggalian sebesar 21,52 persen. Berdasarkan pengeluaran,

pengeluaran konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terhadap PDRB

sebesar 61,01 persen dan diikuti oleh pengeluaran Investasi sebesar 24,41%.

Inflasi kota Palembang yang mencerminkan inflasi di provinsi Sumsel

sampa i dengan bu lan Maret 2013 sebesar 2 ,2 persen, mas ih d i

bawah angka Inflasi nasional. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi di

kota Palembang didominasi oleh kelompok pengeluaran bahan makanan dan

sandang.

Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumsel menunjukkan dari tahun

2010 sampai dengan 2011, angka HDI di Propinsi Sumatera Selatan selalu

mengalami peningkatan positif baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Tahun 2010 HDI menunjukkan angka 72,95 dan meningkat menjadi 73,31 di tahun

2011. Dengan nilai sebesar 73,31, Provinsi Sumatera Selatan menduduki ranking ke

10 nasional dan termasuk dalam kategori menengah atas (66≤IPM≤80). Berdasarkan

data HDI tahun 2011 menurut kabupaten/kota di provinsi Sumatera Selatan diketahui

bahwa Kota Palembang mempunyai angka Indeks Pembangunan Manusia paling

tinggi yaitu sebesar 76.63, sementara yang terendah adalah Kab. Musi Rawas pada

angka 68.20. Kota Pagar Alam menempati peringkat ketiga setelah Kab. Prabumulih

yaitu sebesar 73.51.

Pada tahun 2011, tercatat jumlah penduduk Sumatera Selatan mencapai

7.593.425 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,92%. Laju pertumbuhan

penduduk di Sumatera Selatan tersebut dipacu oleh laju pertumbuhan penduduk di

Kabupaten Musi Banyuasin yaitu sebesar 3,39% dengan jumlah penduduk sebanyak

Page 2: kajian pkem sumatera selatan

580.489 jiwa. Sedangkan pada tahun 2012 tercatat jumlah penduduk Sumatera

Selatan mengalami kenaikan sebanyak 108.103 jiwa dibandingkan jumlah penduduk

tahun 2011. Pada tahun 2012, jumlah penduduk Sumatera Selatan mencapai

7.701.528 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,42%. Angka tersebut masih

lebih rendah dibanding laju pertumbuhan penduduk secara nasional sebesar

1.58%. Sedangkan jika dilihat laju pertumbuhan penduduk per Kabupaten/Kota di

provinsi Sumatera Selatan tercatat untuk tahun 2012 hampir merata untuk tiap

kabupaten kotanya. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Sumatera

Selatan menanggapi masalah kependudukan sebagai suatu masalah yang urgent.

Oleh karena itu, upaya pengendalian pertumbuhan penduduk disertai dengan upaya

peningkatan kesejahteraan penduduk merupakan suatu upaya yang

berkesinambungan dengan program pembangunan yang sedang dan akan terus

dilaksanakan.

Tingkat ketimpangan pemerataan pendapatan di Sumatera Selatan berkisar

diantara 0,2 sampai 0,4. Ini menandakan Gini Ratio di Sumatera Selatan berada

pada level sedang, namun demikian perlu perhatian khusus dari pemerintah provinsi

untuk meningkatkan investasi yang bersifat labour intensive dan memperbaiki sistim

pengubahan dan membuat perencanaan untuk kependudukan.

Pada triwulan I tahun 2013, terjadi penurunan kelompok penduduk yang bekerja

namun dibarengi dengan tingkat pengangguran yang juga mengalami penurunan.

Berdasarkan Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan BPS

Prov. pada bulan Februari dan Agustus, jumlah angkatan kerja provinsi Sumatera

Selatan pada bulan Februari 2011 tercatat sebesar 3,760,226 orang dan pada bulan

Februari 2012 mengalami peningkatan menjadi 3,929,461 orang. Dari total

angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja di bulan Agustus 2013 tercatat

sebesar 3.690.603 orang, berkurang 19.080 orang atau turun 0,5% (yoy) jika

dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Angka TPAK

provinsi Sumsel pada bulan Maret 2013 adalah sebesar 69,56 persen, dan angka

TPT adalah sebesar 5,49 persen.

Page 3: kajian pkem sumatera selatan

2. Perkembangan Fiskal Provinsi Sumatera Selatan

2.1 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

Pada Tahun Anggaran 2013, pemerintah pusat menargetkan pendapatan

negara dari provinsi Sumsel adalah sebesar Rp. 1.488,32 trilyun, naik

sebesar 11,2 persen dari tahun 2012 yang sebesar Rp. 1.338,32 trilyun.

Berdasarkan I-Account provinsi Sumsel terlihat bahwa Pendapatan Negara

dan Hibah mengalami peningkatan yang cukup tinggi di tahun 2012 dibanding

dengan dua tahun sebelumnya sedangkan belanja Negara mengalami

peningkatan sekitar 9 % tiap tahunnya dari tahun 2010 sampai 2012.

Terdapat pembiayaan di tahun 2010 dikarenakan adanya penarikan pinjaman

proyek sebesar Rp 114 miliar. Terjadinya surplus anggaran dari tahun 2010

s/d 2012 dikarenakan adanya selisih lebih (positif) antara pendapatan dan

belanja Negara yang menimbulkan SILPA dari tahun 2010 s/d 2012.

Perkembangan realisasi penerimaan pajak sampai dengan Triwulan II TA 2013 di

Sumatera Selatan mencapai Rp 3,106 triliun. Pada triwulan II tahun 2013

penerimaan terbesar adalah berasal PPN sebesar 45 persen dari total . Pada

tahun 2012, penerimaan terbesar dari PPh sebesar 65 persen dari total.

Dari sisi belanja pemerintah pusat, pada TA 2013 ada peningkatan

pagu sebesar Rp 9395 milyar rupiah dari sebelumnya Rp 9256 milyar di

tahun 2012, dengan peningkatan realisasi sebesar 92 persen dari

sebelumnya 86 persen.

2.2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

Total APBD Prov. Sumatera Selatan dari tahun 2010 sampai dengan

tahun 2012 masih mengalami defisit anggaran dikarenakan jumlah

pendapatan masih belum mencukupi dalam mendanai belanja dan

pembiayaan daerah. Tren positif defisit anggaran ditunjukkan dengan

menurunnya defisit anggaran dari tahun 2010 dan 2011 sekitar Rp 300 miliar

tetapi defisit anggaran tersebut naik lagi menjadi sekitar Rp 300 miliar di

tahun 2012. Pendapatan provinsi Sumsel pada tahun 2012 meningkat

sebesar 19,78 persen dari pendapatan tahun 2011. Dari pendapatan TA

2012 sebesar Rp 17.189 milyar, 74 persen nya berasal dari Dana

perimbangan. Sumber pendapatan dari PAD hanya sebesar 14,68 persen.

Berdasarkan klasifikasi fungsi, dalam APBD provinsi Sumsel, fungsi

pelayanan umum, merupakan alokasi yang terbesar disusul fungsi pendidikan

Page 4: kajian pkem sumatera selatan

dan yang mendapat alokasi dana yang terkecil adalah fungsi pariwisata dan

budaya. Berdasarkan klasifikasi urusan, dalam APBD lingkup Prov. Sumsel

terdapat empat urusan yang mendapat alokasi dana terbesar yaitu urusan

pemerintahan umum, pendidikan, pekerjaan umum dan kesehatan. Adapun

porsi dana yang terkecil adalah urusan statistik dan transmigrasi. Urusan

pemerintahan umum senantiasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

dalam kisaran Rp 1 triliun tiap tahun. Urusan pendidikan juga mengalami

peningkatan sebesar Rp. 873 miliar di tahun 2011 dibandingkan dengan

tahun 2010 sejalan dengan amanat Undang-Undang yang mengharuskan

porsi 20% dari APBD untuk sector pendidikan. Urusan statistic dan

transmigrasi dari tahun 2010 sampai dengan 2012 hanya mempunyai alokasi

sekitar Rp 3 miliar sampai Rp miliar tiap tahun karena kedua urusan ini

merupakan urusan pilihan yang bukan merupakan urusan wajib yang

ditekankan dalam pengalokasian dana pada APBD.

Rekomendasi:

1. Pemerintah provini Sumsel perlu meningkatkan investasi yang bersifat

labour intensive dan memperbaiki sistim pengupahan serta

merencanakan pola demografi yang tepat.

2. Perlu peningkatan penyerapan belanja modal dalam realisasi APBD

3. Perlu peningkatan alokasi anggaran untuk perbaikan infrastruktur terkait

dengan investasi

Page 5: kajian pkem sumatera selatan

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL

TRIWULAN III TAHUN 2013 PROVINSI SUMATERA SELATAN

1. Perkembangan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan

Pertumbuhan ekonomi provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami

penurunan sebesar 0,7 persen pada triwulan III tahun 2013 menjadi 5,4 persen

(yoy) dari sebelumnya 6,1 persen (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh

menurunnya kinerja di sektor pertanian, pertambangan dan industri pengolahan.

Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III (yoy) adalah sebesar 2,2 persen,

turun dari triwulan sebelumnya (yoy) yang sebesar 3,6 persen. Penurunan ini

dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain perkembangan curah hujan yang

mempengaruhi produksi dan waktu panen, harga komoditi di pasar dunia yang

belum stabil dan cenderung rendah. Sektor pertambangan mengalami penurunan

di triwulan III (yoy) menjadi 0,7 persen yang sebelumnya 2,5 persen di triwulan II

(yoy). Penurunan ini disebabkan antara lain oleh penurunan harga batubara di

pasar dunia. Kinerja sektor industri pengolahan menurun menjadi 6,16 persen

(yoy) dari sebelumnya 7,5 persen di triwulan II. Penurunan ini dipengaruhi antara

lain oleh dinamika permintaan pasar domestik dan faktor biaya produksi. Sejauh

ini kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sumsel adalah sebesar 21 persen,

sektor pertambangan sebesar 19 persen dan sektor industri sebesar 17 persen.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumsel masih didominasi oleh

konsumsi rumah tangga. Andil konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan

ekonomi Sumsel di triwulan III adalah sebesar 2,6 persen. Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga dipicu oleh konsumsi non makanan. Pengeluaran

investasi di triwulan III 2013 (yoy) tumbuh sebesar 8 persen, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya (yoy) yang sebesar 16,6 persen. Ekspor non

migas Sumsel mengalami penurunan di triwulan III 2013, hal ini dapat dikaitkan

dengan menurunnya ekspor beberapa komoditi andalan seperti karet olahan,

CPO dan batubara.

Tingkat inflasi di Sumsel pada triwulan III 2013 (yoy) mengalami peningkatan

menjadi 7,21 persen dari sebelumnya 4,74 persen di triwulan II 2013 (yoy).

Sumber utama peningkatan inflasi adalah kenaikan harga bahan bakar minyak

(BBM) bersubsidi dan tarif tenaga listrik (TTL). Tingkat Inflasi Sumsel lebih

rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional yang mencapai 8,40 persen

di triwulan III (yoy) tahun 2013.

Page 6: kajian pkem sumatera selatan

Jumlah angkatan kerja di provinsi Sumsel pada triwulan III 2013 adalah

sebesar 3.646.996 orang, turun 2,30 persen jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 95 persen nya adalah angkatan kerja yang

bekerja. Sektor yang dominan dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor

pertanian yaitu sebesar 54,69 persen dari total tenaga kerja yang bekerja.

Peningkatan terbesar dalam penyerapan tenaga kerja adalah di sektor

perdagangan, rumah makan dan akomodasi, sebesar 5,45 persen (yoy).

Berdasarkan kegiatan ekonomi yaitu formal dan informal, sebanyak 64 persen

dari tenaga kerja, bekerja di sektor informal dan sisanya yaitu 36 persen bekerja

di sektor formal.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) provinsi Sumsel di triwulan III 2013

mengalami penurunan sebesar 0,49 persen dari 5,49 persen di triwulan II

menjadi 5 persen . Hal ini dapat dikaitkan dengan meningkatnya aktivitas

ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan restoran, juga meningkatnya

penyelenggaraan event- event Internasional dan Nasional di Sumsel

II. Perkembangan Fiskal Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan data per 30 September 2013, realisasi pendapatan pemerintah

Sumsel mencapai 68,25 persen dari total anggaran, atau seebsar Rp 4,09 triliun. Dana

perimbangan masih mendominasi pendapatan APBD pemerintah Sumsel. Realisasi dana

perimbangan adalah 68,84 persen dari total yang dianggarkan. Dibandingkan dengan total

pendapatan, realisasi dana perimbangan adalah sebesar 34,14 persen. Realisasi terbesar

dari dana perimbangan adalah Bagi Hail Pajak dan Bukan Pajak yaitu sebesar 63,17 persen

atau Rp 1,30 Triliun. Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai komponen kedua dominan

dalam struktur pendapatan Sumsel, mencapai realisasinya sebesar 66,38 persen atau Rp

1,47 triliun. Komponen PAD yang mencapai realisasi tertinggi adalah Pajak Daerah yaitu

sebsar 69,58 persen dari anggaran atau Rp 1,39 triliun.

Belanja pemerintah Provinsi Sumsel , sampai dengan September 2013 terealisasi

sebesar 62,65 persen atau Rp 3,90 triliun. Belanja pemerintah Sumsel didominasi oleh

Belanja Tidak langsung yang realisasinya mencapai 67,93 persen dari anggaran atau Rp

2,70 triliun. Dari komponen belanja tidak langsung, realisasi terbesar berasal dari Belanja

Hibah yang mencapai Rp 1,62 triliun atau 76,70 persen dari total anggaran . Realisasi

belanja langsung pada triwulan III adalah sebesar 53,33 persen atau sebesar Rp 1,20 triliun.

Komponen terbesar belanja langsung adalah belanja barang dan jasa yang realisasinya

sebesar 52,75 persen atau Rp 624,40 milyar.

Rekomendasi:

Page 7: kajian pkem sumatera selatan

1. Pemerintah provinsi Sumsel harus meningkatkan investasi di sektor formal untuk

meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor formal terkait dengan penetapan upah

minimum yang berlaku hanya di sektor formal

2. Pemerintah provinsi Sumsel harus membuat perencanaan sektor yang saling terkait dan

mengutamakan hilirisasi, mengingat ekspor utama Sumsel didominasi oleh ekspor

komoditas primer

3. Pemerintah provinsi Sumsel harus membuat perencanaan SDM yang visioner terkait

dengan efektivitas dan efisiensi belanja tidak langsung.