Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Daftar Isi Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera...
Transcript of Propinsi Sumatera Selatan - Bank Indonesia...Daftar Isi Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera...
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Propinsi Sumatera Selatan
Kantor Bank Indonesia Palembang
Triwulan II - 2008
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008” dapat
dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa
indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,
dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank
Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,
hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada
masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih
meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya
serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam
pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada
umumnya.
Palembang, Juli 2008
Ttd
Zainal Abidin Hasni
Pemimpin
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
ii
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK ix
INDIKATOR EKONOMI xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 9
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan (yoy) 9
SUPLEMEN 1 PERKEMBANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON 11
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan (qtq) 16
1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan 23
1.4. Struktur Ekonomi 24
1.5. Perkembangan Ekspor Impor 26
1.5.1. Perkembangan Ekspor 26
1.5.2. Perkembangan Impor 28
SUPLEMEN 2 OPTIMISME KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG SEMAKIN MENURUN 30
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG 39
2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 39
2.2. Inflasi Bulanan (mtm) 43
2.3. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang 46
SUPLEMEN 3 RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA 51
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
iv
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 57
3.1. Kondisi Umum 57
3.2. Kelembagaan 58
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 59
3.3.1. Penghimpunan DPK 59
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota 60
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 61
3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 61
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan 63
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten 64
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah 65
3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan 66
3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 66
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 66
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 67
3.7. Kelonggaran Tarik 68
3.8. Resiko Likuiditas 68
3.9. Perkembangan Perbankan Syariah 69
Suplemen 4 KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN SUMSEL TRIWULAN II 2008 LEBIH EKSPANSIF 71
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 79
4.1. Realisasi APBD 2007 79
4.2. Dana Bagi Hasil Pajak 81
4.3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 82
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 85
5.1. Perkembangan Kliring 85
5.2. Perkembangan Perkasan 86
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau 88
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
v
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 91
6.1. Ketenagakerjaan 91
6.2. Pengangguran 93
6.3. Pendapatan per Kapita 95
6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumsel 96
6.5. Nilai Tukar Petani (NTP) 97
6.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 99
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 101
7.1. Pertumbuhan Ekonomi 101
7.2. Inflasi 102
7.3. Perbankan 103
DAFTAR ISTILAH
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
vi
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen) 10
Tabel 1.2 Kenaikan Biaya Input Sektor Properti 15
Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Triwulan (qtq) PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen) 19
Tabel 1.4 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha) 19
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 23
Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 24
Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2008 25
Tabel 1.8 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2008 26
Tabel 1.9 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD) 26
Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan (mtm) Tertinggi di Kota Palembang Triwulan II 2008 45
Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 60
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun) 61
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 64
Tabel 3.4 Perkembangan Bank Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 70
Tabel 4.1 Perbandingan Realisasi APBD Sumsel TA. 2006 dan TA. 2007 (Rp Miliar) 79
Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan 2007 80
Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera Selatan 86
Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar) 87
Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) 88
Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi Triwulan II 2007–Triwulan II 2008 91
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
viii
Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen) 93
Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar
Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 95
Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Miskin Sumsel Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007 97
Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Mei 2008 serta Persentase Perubahannya 98
Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani 99
Tabel 6.7 IPM 2005 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan 100
Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Pertumbuhan Ekonomi Sumsel Pada Tw III 2008 101
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas 9
Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel 16
Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas 16
Grafik 1.4 Perkembangan Curah Hujan di Sumsel 17
Grafik 1.5 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 17
Grafik 1.6 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 17
Grafik 1.7 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 17
Grafik 1.8 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 17
Grafik 1.9 Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan II 2008 (persen) 18
Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumsel (juta KWH) 20
Grafik 1.11 Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel 21
Grafik 1.12 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Propinsi Sumsel (Jiwa) 22
Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008 22
Grafik 1.14 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan 24
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 27
Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 27
Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan 27
Grafik 1.18 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Tw II 2008 27
Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan 28
Grafik 1.20 Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan 28
Grafik 1.21 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal 29
Grafik 1.22 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Tw II 2008 29
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Palembang 39
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
x
Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan II 2008 40
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Terigu di Pasar Internasional 41
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Beras di Pasar Internasional 41
Grafik 2.5 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Internasional 41
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 41
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang 42
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang 43
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang 44
Grafik 2.10 Event Analysis Inflasi Kota Palembang 2007-2008 45
Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 (persen) 46
Grafik 2.12 Perkembangan Harga Minyak Goreng Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg) 46
Grafik 2.13 Perkembangan Harga Beras Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg) 47
Grafik 2.14 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 48
Grafik 2.15 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 48
Grafik 2.16 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 49
Grafik 2.17 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram) 49
Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Juni 2007-Juni 2008) 50
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan 57
Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan 58
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan 59
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tw II 2008 di Propinsi Sumatera Selatan 59
Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008 62
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan 63
Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008 63
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
xi
Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008 Berdasarkan Wilayah 64
Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan 65
Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit 65
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumsel 66
Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perbankan Sumsel 67
Grafik 3.13 Perkembangan NPL Perbankan Propinsi Sumatera Selatan 67
Grafik 3.14 Persentase NPL Perbankan Sumsel Tw II 2008 Berdasarkan Sektor Ekonomi 67
Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 68
Grafik 3.16 Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumsel 68
Grafik 3.17 Perkembangan Perbankan Syariah di Sumsel (Rp Miliar) 69
Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2007 Propinsi Sumatera Selatan 81
Grafik 4.2 Rasio Realisasi Sumber Pembiayaan APBD Tahun 2007 Propinsi Sumatera Selatan 81
Grafik 4.3 Pangsa DBH Pajak Prop. Sumatera Selatan 82
Grafik 4.4 Pangsa DBH Pajak Berdasarkan Wilayah 82
Grafik 4.5 Pangsa DBH SDA Propinsi Sumatera Selatan 83
Grafik 4.6 Pembagian DBH SDA Berdasarkan Wilayah 83
Grafik 5.1 Perkembangan Perputaran Kliring Sumsel 85
Grafik 5.2 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007-2008 87
Grafik 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun 2007-2008 89
Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan II 2008 92
Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan II 2008 94
Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 95
Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu 96
Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani 98
Grafik 7.1 Perbandingan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Persentase Responden Yang Memperkirakan Peningkatan Harga 3 Bulan Yang Akan Datang 103
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
xii
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionallay blank
Indikator Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
xiii
INDIKATOR EKONOMI
A. INFLASI DAN PDRB
TW II TW III TW IV TW I TW II
159.64 164.83 170.24 175.54 112.66*
6.82 9.24 8.20 10.87 13.96*
13,676 14,474 14,115 14,059 14,356
2,786 3,229 2,697 2,693 2,880
3,363 3,351 3,411 3,368 3,385
2,401 2,499 2,530 2,504 2,514
65 68 69 69 70
1,021 1,062 1,083 1,068 1,083
1,864 1,982 1,958 1,949 1,998
612 650 682 682 690
546 557 562 585 589
1,017 1,078 1,122 1,141 1,147
5.67 5.46 7.01 8.17 4.97
5.22 5.83 (2.48) (0.40) 2.12
632.90 648.58 727.18 772.80 464.6528.30 72.32 25.61 47.22 36.83
Volume ekspor nonmigas (ribu ton) 1,072.70 943.00 860.03 884.28 437.5963.01 105.53 82.69 98.62 72.22
*) Tahun dasar 2007
2007
MAKRO
Indeks Harga Konsumen
Laju Inflasi
- Tahunan (yoy)
INDIKATOR
- Bangunan
- Perdagangan, hotel dan restoran
PDRB - harga konstan (miliar Rp)
- Pertanian
- Pertambangan & penggalian
Volume impor nonmigas (ribu ton)
Pertumbuhan PDRB- Tahunan (yoy) %
- Triwulanan (qtq) %
2008
Nilai Impor nonmigas (USD Juta)Nilai ekspor nonmigas (USD Juta)
- Pengangkutan dan komunikasi
- Keuangan, persewaan dan jasa
- Jasa
- Industri pengolahan
- Listrik, gas dan air bersih
Indikator Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
xiv
B. PERBANKAN
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*Total PerbankanTotal Aset (Triliun Rp) 27.86 30.04 32.89 31.04 32.48
DPK (Triliun Rp) 20.89 22.03 24.14 23.20 23.29 - Tabungan 7.86 8.64 10.18 10.17 10.43 - Giro 4.98 5.27 4.76 4.49 4.60 - Deposito 8.06 8.13 9.20 8.54 8.27
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 15.38 15.75 16.58 17.22 18.87 - Modal Kerja 6.96 7.45 8.05 7.72 8.53 - Investasi 3.65 3.22 3.27 3.64 4.05 - Konsumsi 4.77 5.08 5.26 5.86 6.29
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Sektor ekonomi 15.38 15.75 16.58 17.22 18.87Pertanian 1.89 2.16 2.04 2.13 2.33 Pertambangan 0.32 0.02 0.03 0.04 0.08 Perindustrian 2.52 1.98 2.48 2.36 2.94 Perdagangan 3.20 3.43 3.69 3.77 4.17 Listrik, Gas dan Air 0.37 0.44 0.42 0.39 0.39 Konstruksi 0.98 1.24 1.19 1.18 1.23 Pengangkutan 0.24 0.23 0.25 0.25 0.26 Jasa Dunia Usaha 0.84 0.96 0.99 1.01 0.93 Jasa Sosial Masyarakat 0.26 0.21 0.22 0.23 0.24 Lain-lain 4.77 5.08 5.26 5.86 6.29
Kredit UMKM (Juta Rp) 9.41 10.24 10.61 11.33 12.12 - Modal Kerja 3.60 4.06 4.24 4.31 4.59 - Investasi 1.07 1.14 1.16 1.20 1.29 - Konsumsi 4.73 5.05 5.21 5.82 6.24
LDR 73.59% 71.49% 68.67% 74.23% 81.03%
NPL Gross 2.55% 1.84% 1.73% 1.94% 1.97%NPL Nett 0.74% 0.25% 0.42% 0.48% 1.05%NPL Kredit UMKM 2.59% 2.16% 2.14% 2.29% 2.38%
% Kelongaran Tarik 12.76% 2.98% 14.59% 14.21% 13.96%
INDIKATOR2007 2008
*) Data Sekda Mei 2008
Indikator Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
xv
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
Total Aset (Triliun Rp) 0.29 0.32 0.34 0.39 0.37
DPK (Triliun Rp) 0.22 0.24 0.26 0.31 0.29 - Tabungan 0.07 0.08 0.09 0.11 0.10 - Deposito 0.15 0.17 0.17 0.20 0.19
Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 0.17 0.19 0.21 0.22 0.24 - Modal Kerja 0.10 0.11 0.11 0.12 0.13 - Investasi 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 - Konsumsi 0.06 0.07 0.08 0.08 0.10 LDR 76.82% 79.76% 79.24% 71.66% 83.13%Nominal NPL (Triliun Rp) 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02NPL 12.70% 8.79% 8.06% 7.41% 7.33%
Total Aset (Triliun Rp) 0.64 0.72 0.80 0.84 0.87 DPK (Triliun Rp) 0.34 0.40 0.52 0.54 0.54 - Tabungan 0.17 0.19 0.27 0.28 0.31 - Giro 0.03 0.04 0.04 0.05 0.04 - Deposito 0.14 0.17 0.21 0.21 0.18 Pembiayaan (Triliun Rp) 0.48 0.57 0.64 0.74 0.81
FDR 141.66% 142.34% 123.44% 137.42% 150.41%
Jaringan Kantor (Unit) 6 6 6
INDIKATOR2007
*) Data LBU Mei 2008
2008
BPR/BPRS
Perbankan Syariah
C. SISTEM PEMBAYARAN
2007 2007 2007 2008 2008Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
1. Perputaran Kliring:
a. Nominal (Rp juta) 4,753,038 5,344,283 5,674,793 6,043,615 6,820,688 b. Warkat (lembar) 148,396 168,762 178,616 184,740 193,385
2. Perputaran perharia. Nominal (Rp juta) 237,652 83,504 94,580 100,727 108,265 b. Warkat (lembar) 7,420 2,637 2,977 3,079 3,070
3. Penolakan cek/BGa. Nominal (Rp juta) 18,328 45,072 50,898 49,211 63,882 b. Warkat (lembar) 935 1,225 1,705 1,589 1,731 Jumlah hari 62 64 60 60 63
4. Penolakan cek/BG> Nominal (%) 0.39% 0.84% 0.90% 0.81% 0.94%> Warkat (%) 0.63% 0.73% 0.95% 0.86% 0.90%
5. Mutasi kas (juta rupiah)a. Aliran uang masuk/inflow 332,170 687,220 1,776,091 1,092,299 986,835 b. Aliran uang keluar/outflow 2,283,922 1,194,424 2,848,477 1,414,098 2,693,779
Net Flow: Inflow (Outflow) (1,951,752) (507,204) (1,072,387) (321,799) (1,706,945)
KETERANGAN
Indikator Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
xvi
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan II 2008
1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan
II 2008 diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49
persen tanpa migas. Pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 8,17 persen (dengan migas) atau 10,39 persen (tanpa migas).
Secara triwulanan (qtq), ekonomi Sumsel diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau
sebesar 2,58 persen (tanpa migas). Meskipun perekonomian
mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan meningkatnya
keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy)
masih didominasi oleh konsumsi dan peningkatan ekspor.
Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61 persen (yoy). Secara
triwulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan.
Komponen yang mengalami petumbuhan paling tinggi adalah ekspor
yang tercatat meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor
ini tidak terlepas dari peningkatan kinerja di sektor pertanian
(terutama sub sektor perkebunan sawit dan karet).
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II 2008
Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada tw-II diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49 perse (tanpa migas).
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada Tw-II masih didominasi oleh konsumsi dan peningkatan ekspor.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
2
Berdasarkan kelompok sektor, PDRB triwulan II Sumsel masih
ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor
pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64 persen.
Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 25,54 persen
dari sebesar 25,89 persen pada triwulan sebelumnya. Sedangkan
pangsa sektor tersier menurun dari sebesar 30,99 persen pada
triwulan sebelumnya menjadi 30,82 persen.
Ekspor Sumsel pada Tw-II 2008 (data hingga Mei 2008) tercatat
sebesar USD 464,65 juta atau menurun sebesar 26,58 persen
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sementara
dibanding triwulan sebelumnya (qtq), ekspor pada Tw-II menurun
sebesar 39,87 persen. Berdasarkan komoditasnya, pangsa nilai ekspor
terbesar dicapai oleh karet yakni sebesar 82,73 persen kemudian
diikuti oleh komoditas sawit sebesar 13,44 persen. Berdasarkan
volume, ekspor pada tercatat sebesar 437.592 ton atau menurun
sebesar 59,21 persen dibanding triwulan yang sama tahun
sebelumnya (yoy) atau menurun sebesar 50,51 persen dibanding
triwulan sebelumnya (qtq).
Realisasi impor pada Tw-II tercatat sebesar USD36,83 juta,
meningkat sebesar 30,15 persen dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya (yoy), namun tercatat menurun sebesar 21,99 persen
dibanding triwulan sebelumnya (qtq).
Perkembangan Inflasi
Sejak 1 Juli 2008 penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di
Indonesia menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar
2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007.
Inflasi tahunan kota Palembang pada Triwulan II 2008 mencapai 13,96
persen (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan inflasi pada
triwulan sebelumnya yang mencapai 10,87 persen. Adapun secara
bulanan (mtm), pada bulan Juni 2008 Kota Palembang tercatat
mengalami inflasi sebesar 3,41 persen.
Ekspor Sumsel pada Tw-II (data hingga Mei 2008 ) tercatat sebesar USD 464,65 juta.
Inflasi tahunan kota Palembang mencapai 13,96 persen (yoy) dan secara bulanan mencapai 3,41 persen (mtm).
Struktur ekonomi Propinsi Sumsel pada triwulan II 2008 masih tetap didominasi oleh sektor primer dengan pangsa sebesar 43,64 persen.
Realisasi impor pada Tw-II tercatat sebesar USD 36,83 juta.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan II 2008
3
Berdasarkan kelompok barang, inflasi tahunan tertinggi terjadi
pada bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen, diikuti oleh kelompok
sandang sebesar 17,43 persen, kelompok makanan jadi sebesar 12,73
persen, dan kelompok perumahan sebesar 11,19 persen. Kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga mencatat laju inflasi sebesar 10,37
persen, kelompok kesehatan sebesar 9,49 persen, sedangkan kelompok
transportasi tercatat sebesar 6,69 persen.
Hasil pemantauan harga yang dilakukan KBI Palembang secara
independen melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Palembang
menunjukkan perkembangan harga yang tidak jauh berbeda dengan
hasil survei inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil SPH Kota Palembang dapat dijadikan salah
satu barometer dalam melihat perkembangan inflasi di kota Palembang
Perkembangan Perbankan Daerah
Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada
triwulan II 2008 (Mei 2008) dilihat dari beberapa variabel menunjukkan
perkembangan positif. Jumlah aset perbankan Sumsel meningkat
sebesar 16,58 persen dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
(yoy), yaitu dari Rp28,86 triliun menjadi Rp32,48 triliun. Penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 11,49 persen dari Rp20,89
triliun pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp23,29
triliun atau meningkat sebesar Rp2,40 triliun. Penyaluran
kredit/pembiayaan mengalami peningkatan dari Rp15,38 triliun pada
triwulan yang sama pada tahun sebelumnya menjadi Rp18,87 triliun
atau meningkat sebesar 22,76 persen.
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di wilayah Sumsel pada
triwulan II 2008 tercatat sebesar 81,03 persen, meningkat relatif tinggi
dari LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 74,23 persen.
NPL gross (belum memperhitungkan PPAP) pada triwulan II 2008 (Mei
2008) tercatat sebesar 1,97 persen dari total kredit yang disalurkan.
Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen.
Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada triwulan II 2008 (Mei 2008) menunjukkan perkembangan positif.
Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan II 2008 tercatat sebesar 81,03 persen.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
4
Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi penerimaan pemerintah pada tahun 2007 mencapai 94,46
persen, kondisi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan
realisasi pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 586,79 persen.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 94,52 persen atau
sebesar Rp2,14 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang
tercatat sebesar 175,96 persen. Secara nominal, realisasi belanja
Pemprop Sumsel tahun 2007 berada diatas rata-rata realisasi
penerimaan. Realisasi belanja Pemprop Sumsel tercatat sebesar 91,03
persen atau sebesar Rp2,33 triliun dengan realisasi belanja terbesar
pada belanja hibah dan belanja bantuan keuangan yang mencapai
100 persen.
Sumber pembiayaan untuk kegiatan operasional Pemerintah
Propinsi Sumsel sebagian besar bersumber dari dana perimbangan
yang mencapai 55,02 persen dari total belanja yang dikeluarkan. PAD
Propinsi Sumsel yang mencapai Rp847,97 miliar tercatat menyumbang
36,42 persen pembiayaan belanja daerah.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Perputaran kliring di Sumsel pada Tw-II menunjukkan peningkatan dari
segi jumlah warkat maupun nominalnya baik secara tahunan maupun
triwulanan. Pada Tw-II jumlah warkat yang dikliringkan tercatat
sebanyak 193.385 lembar dengan nominal sebesar Rp6,82 triliun.
Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw-II mencatat inflow sebesar
Rp0,99 triliun, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan triwulan
II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp0,33 triliun. Outflow tercatat
sebesar Rp2,69 triliun atau meningkat sebesar 17,95 persen
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang
sebesar Rp2,28 triliun. Dengan melihat angka inflow dan outflow, net-
outflow pada triwulan II 2008 tercatat sebesar Rp1,70 triliun,
sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat
mengalami net-outflow sebesar Rp1,95 triliun.
Perputaran kliring di pada triwulan II 2008 tercatat sebanyak 192,385 lembar dengan nilai nominal Rp6,82 triliun.
Realisasi penerimaan daerah pada tahun 2007 tercatat sebesar Rp2,14 triliun dan realisasi belanja sebesar Rp2,33 triliun.
Sumber pembiayaan sebagian besar bersumber dari dana perimbangan yang mencapai 55,02 persen.
Pada triwulan ini terjadi net-outflow sebesar Rp1,70 triliun
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan II 2008
5
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumsel pada Tw-II 2008 masih tetap
belum banyak menunjukkan perubahan yang berarti. Lambannya
transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder,
produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta pertumbuhan
angkatan kerja yang lebih besar dari pertumbuhan lapangan kerja,
menyebabkan pengangguran masih menjadi persoalan yang dilematis di
Sumsel.
Jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.205.147 orang atau
meningkat sebesar 1,36 persen dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebanyak 3.162.257 orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja
tersebut diiringi oleh sedikit peningkatan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dari 69,81 persen pada Tw-I 2008 menjadi
69,99 persen pada Tw-II 2008.
Dari tahun 2007 hingga saat ini tingkat pengangguran terbuka
(TPT) mengalami fluktuasi. Tingkat pengangguran terbuka pada Tw-II
2008 tercatat sebesar 8,05 persen, mengalami penurunan dari Tw-I yang
sebesar 8,45 persen. Seperti halnya TPT, tingkat setengah
pengangguran juga mengalami sedikit penurunan. Tingkat
pengangguran pada Tw-I 2008 yang sebesar 37,65 persen menjadi
sebesar 37,19 persen pada Tw-II 2008.
Pada Tw-II pendapatan regional per kapita Sumsel atas dasar
harga berlaku (dengan migas) tercatat sebesar Rp4.050.657 atau
meningkat sebesar 10,78 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar Rp3.656.596. Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk
salah satu propinsi yang kaya di Indonesia, tetapi jumlah penduduk
miskin di Sumatera Selatan termasuk tinggi. Jumlah penduduk miskin
tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Musi
Banyuasin, yaitu sebanyak 165.600 orang, sedangkan jumlah penduduk
miskin terendah terdapat di Kota Prabumulih yaitu sebanyak 10.000
orang.
Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumsel pada Tw-II 2008 masih tetap belum banyak menunjukkan perubahan yang berarti.
Tingkat pengangguran terbuka pada Tw-II 2008 tercatat sebesar 8,05 persen.
Jumlah penduduk miskin tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu sebanyak 165.600 orang.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
6
Perkembangan nilai tukar petani selama Juni 2007 sampai Mei
2008 cukup fluktuatif. Nilai tukar petani pada Tw-II 2008 (Mei 2008)
mengalami penurunan dari Tw-I yaitu dari sebesar 105,17 menjadi
sebesar 102,39. Penurunan nilai tukar terjadi karena kenaikkan indeks
harga yang dibayar petani melebihi kenaikan indeks harga yang
diterima petani. Indeks yang diterima petani mengalami penurunan
dari 113,32 pada Tw-I menjadi 110,37 pada Tw-II, sedangkan Indeks
yang Dibayar Petani mengalami kenaikan dari 105,85 pada Tw-I
menjadi 107,80 pada Tw-II.
Dari 30 propinsi yang diukur IPM-nya, Propinsi Sumsel
menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2
pada tahun 2005. Nilai tersebut sebagai akumulasi dari angka harapan
hidup yang mencapai 68,3 tahun dan pengeluaran riil per kapita yang
disesuaikan sebesar Rp 610.300. Berdasarkan penilaian per wilayah
kabupaten/kota, kota Palembang sebagai ibu kota Propinsi tercatat
memiliki peringkat IPM paling tinggi di Sumsel atau secara nasional
menempati ranking IPM ke-59 dengan indeks sebesar 73,6.
Sedangkan wilayah yang memiliki IPM terendah di Sumsel yaitu
kabupaten Musi Rawas yang menempatin peringkat ke-367 dengan
indeks sebesar 65,00.
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih tetap tergantung dari
sektor primer terutama sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh
faktor musiman. Pada triwulan III diperkirakan kinerja sektor pertanian
akan mengalami peningkatan dibanding dengan Tw-II terkait dengan
peningkatan kinerja sub sektor tanaman perkebunan.
Berdasarkan proyeksi dan mempertimbangkan kondisi ekonomi
terkini, pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan III 2008
diperkirakan berada pada kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara
triwulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ± 0,5 persen.
Propinsi Sumsel menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2 pada tahun 2005.
Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan III 2008 diperkirakan berada pada kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara triwulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ± 0,5 persen.
Nilai tukar petani pada Tw-II 2008 (Mei 2008) mengalami penurunan dari Tw-I yaitu dari sebesar 105,17 menjadi sebesar 102,39.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan II 2008
7
Mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan
pergerakan harga barang dan jasa, perkembangan inflasi pada
triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada level yang
moderat dan meningkat dibanding Tw-II terkait dengan masih
terasanya dampak kenaikan BBM dan menjelang bulan Ramadhan.
Tekanan inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan
makanan, kelompok makanan jadi, serta kelompok sandang.
Kelompok bahan makanan diperkirakan masih tetap menjadi pemicu
inflasi terkait dengan kenaikan harga beberapa komoditas pangan
seperti beras, kedelai, tepung terigu, serta minyak goreng meskipun
kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan pada Tw-II.
Inflasi tahunan pada triwulan III 2008 diperkirakan masih berada
pada level double digit. Hal yang masih perlu diwaspadai hingga saat
ini adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa, faktor distribusi, dan
lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu. Berdasarkan hasil
proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta
determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka tekanan inflasi
triwulanan (qtq) pada triwulan III 2008 diperkirakan mencapai 4,90 ±
0,5 persen.
Tekanan inflasi triwulanan (qtq) pada Tw III 2008 diperkirakan mencapai 4,90 ± 0,5 persen.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
8
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
9
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan (yoy)
Pada triwulan II 2008 (Tw-II) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera
Selatan atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 diperkirakan sebesar Rp14,36 triliun
(dengan migas) atau Rp11,04 triliun (tanpa migas). Sementara itu PDRB atas dasar harga
berlaku tercatat sebesar Rp33,92 triliun (dengan migas) atau Rp21,91 triliun (tanpa migas).
Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Tumbuhnya perekonomian Sumsel di triwulan II 2008 dikonfirmasi oleh hasil liaison
ke beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahwa kendati telah terjadi kenaikan harga
BBM, perekonomian Sumsel masih mampu tumbuh karena ditopang oleh sektor primer dan
sektor lainnya yang tidak terpengaruh dampak langsung dari kenaikan BBM. Hal tersebut
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
13.68
14.47
14.1214.06
14.36
4.97
8.17
7.01
5.46
5.67
13.20
13.40
13.60
13.80
14.00
14.20
14.40
14.60
Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II
2007 2008
Rp
Trili
un
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Pers
en
Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Pertumbuhan ekonomi
tahunan (yoy) Sumatera Selatan
diperkirakan sebesar 4,97 persen
(dengan migas) atau 6,49 persen
(tanpa migas). Pertumbuhan
ekonomi tahunan tersebut lebih
rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 8,17 persen (dengan migas)
atau 10,39 persen (tanpa migas).
Secara tahunan, semua sektor
ekonomi mencatat pertumbuhan
dengan pertumbuhan terendah
terjadi pada sektor pertambangan
dan penggalian sebesar 0,64 persen.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
10
ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang
menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan
yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan,
perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik.
Cukup baiknya kondisi usaha contact liaison lebih banyak tertolong oleh terus membaiknya
harga komoditas-komoditas primer di pasar internasional, misalnya crude palm oil (CPO),
crumb rubber, dan batu bara. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi
internal dalam negeri belum sepenuhnya kondusif bagi perkembangan usaha.
Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha,
antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii)
kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk (NPK dan
phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.
Pada Tw-II 2008 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan ekonomi tahunan
tertinggi adalah sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 12,80
persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa 12,76 persen, serta sektor keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan sebesar 7,90 persen.
Pertumbuhan pada sektor
pengangkutan dan komunikasi
terutama disumbang oleh
pertumbuhan sub sektor
komunikasi yang tumbuh sebesar
26,58 persen. Pertumbuhan
sektor ini ditandai dengan
semakin beragamnya produk dan
jasa telekomunikasi yang
sekarang ini memasuki pasar
Sumsel. Saat ini di Sumsel tercatat
sedikitnya 3 operator layanan
telepon berbasis GSM (Global
System for Mobile) dan 4 operator
layanan telepon berbasis CDMA
(Code Division Multiple Access).
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)
PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen) 2007 2008 Lapangan
Usaha Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II
Pertanian 7.17 3.33 10.26 12.18 3.37
Pertambangan dan Penggalian
0.11 0.01 1.55 2.49 0.64
Industri Pengolahan
6.03 6.26 2.95 5.55 4.68
Listrik, Gas & Air Bersih
6.66 8.08 7.95 7.22 6.83
Bangunan 8.33 7.27 8.16 7.59 6.10
Perdagangan, Hotel & Restoran
8.48 10.08 10.50 10.52 7.21
Pengangkutan & Komunikasi
13.50 16.43 14.77 15.55 12.80
Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan
8.45 10.02 10.05 9.94 7.90
Jasa-jasa 6.68 9.84 13.96 14.64 12.76
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
11
PERKEMBANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON*
Perkembangan usaha pada contact liaison di triwulan II-2008 menunjukkan arah yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan, perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi internal dalam negeri belum sepenuhnya kondusif bagi perkembangan usaha. Kondisi tersebut, salah satunya, yang menyebabkan beroperasinya usaha di bawah kapasitas terpasang (tidak lebih dari 80 persen). Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha, antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii) kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk (NPK dan phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.
Permintaan pasar terhadap produk contact liaison saat ini cukup besar. Hal ini terbukti dari permintaan pasar domestik beberapa produk di sektor bangunan dan industri otomotif selama Tw-II 2008 menunjukkan peningkatan. Produk-produk yang mengalami peningkatan antara lain minyak goreng, batu bara, juga pada beberapa contact liaison di industri perbankan, perhotelan, bangunan, dan transportasi. Meningkatnya pertumbuhan permintaan sektor perumahan antara lain didukung oleh tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah yang masih menarik. Namun, dengan kecenderungan meningkatnya laju inflasi, benchmark BI rate juga mengalami koreksi naik yang sampai akhir Juni mencapai 8,50% atau naik 50 basis point dan dikhawatirkan berimbas pada kenaikan suku bunga kredit secara umum.
Contact Liaison di industri perhotelan mengatakan bahwa occupancy rate ditunjang oleh tamu-tamu yang datang untuk kegiatan bisnis, bukan karena program Visit Musi 2008. Pada sektor industri transportasi kota, yakni jasa taksi, kendati telah terjadi kenaikan harga BBM (Tabel 1) namun permintaan jasa angkutan taksi tetap besar dikarenakan masih banyak pangsa pasar yang belum tergarap. Sektor perbankan juga cenderung baik, terbukti dari pertumbuhan penyaluran kredit yang berkisar sekitar 30%.
Suplemen 1
Grafik 1 Suku Bunga Kredit;BI rate; Inflasi
-
3
6
9
12
15
18
21
24
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
[BI rate dan Kredit Konsusmsi rate %] [Inflation rate %]
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
BI rate [LHS]Rate Kredit Konsumsi [RHS]Inflas Ratei [RHS]
Tabel 1 Kenaikan BBM Bersubsidi Premium M. Tanah Solar Rata-Rata Kenaikan %
1 Feb 2005 1810 1800 16501 Mar 2005 2400 2200 2100 27.381 Oct 2005 4500 2000 4300 61.1924 Mei 2008 6000 2300 5500 27.78
*) Liaison adalah kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
12
Permintaan pasar luar negeri masih didominasi sektor ekonomi yang berbasis SDA seperti sub sektor perkebunan, industri pengolahan, dan pertambangan. Penjualan batu bara untuk pasar ekspor sebesar 34,7% dan selebihnya untuk penjualan domestik. Namun, usaha untuk meningkatkan volume penjualan terkendala oleh terbatasnya daya angkut kereta api dari Tanjung Enim menuju Pelabuhan Laut Tarahan di Lampung. Keterbatasan tersebut dapat ditanggulangi dengan penambahan kereta dengan gerbong yang cukup. Menurut contact liaison di industri pengolahan CPO, pengenaan pajak ekspor CPO secara progresif mengakibatkan pengusaha tidak dapat memaksimalkan keuntungan yang dikarenakan tingginya harga CPO di pasar internasional.
Rata-rata kondisi kapasitas utilisasi contact liaison selama Tw-II 2008 tidak lebih dari 80%. Penggunaan kapasitas produksi terpasang, khususnya di sektor industri pengolahan terhambat oleh sulitnya mendapatkan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) untuk diolah menjadi sawit, kesulitan perluasan lahan perkebunan, dan adanya pabrik tanpa kebun (petani plasma menjual CPO kepada inti secara ilegal) karena rendahnya law enforcement. Kekurangan bahan baku serta tingginya biaya produksi dikarenakan mahalnya biaya listrik juga mempengaruhi industri crumb rubber.
Investasi juga masih diminati oleh para contact liaison. Ini terbukti sekitar 70% contact liaison di Tw-II berencana untuk melakukan investasi di tahun 2008 dan 2009 dalam bentuk: (i) perluasan jaringan kantor, (ii) pengadaan sarana transportasi, (iii) investasi pemanfaatan limbah sebagai alternatif bahan bakar dalam rangka efisiensi, (iv) pembelian mesin untuk meningkatkan pelayanan kepada customer. Sebagian besar pembiayaan di Tw-II ini menggunakan dana non-perbankan dan hanya 40% yang menggunakan dana perbankan untuk keperluan investasi dan modal kerja mereka. Suku bunga kredit rupiah dan valas dinilai oleh contact liaison masih relatif tinggi. Jumlah tenaga kerja yang digunakan relatif stabil. Rekrutmen tenaga kerja dilakukan antara lain dikarenakan: tenaga kerja yang pensiun, mengundurkan diri, dan habis masa kontrak kerjanya.
Grafik 2 Harga Dunia Beberapa Komoditas Pilihan
5
15
25
35
45
55
65
75
85
95
105
115
125
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
USD/bbl; UScents/pound USD/Mton
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Malaysia Palm Oil, USD/Mton (LHS)
Rubber Smoked Sheed, US censt/pound [RHS]
Crude Oil, USD/bbl [RHS]
Coal, USD/MTon [RHS]
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
13
Di sektor industri pengolahan, umumnya perputaran bahan baku sangat cepat. Misalnya untuk industri crumb rubber hanya membutuhkan waktu dua minggu untuk memproses bokar menjadi crumb rubber yang siap diekspor. Demikian pula dengan industri CPO, TBS yang baru dipetik petani harus segera diproses untuk menghindari terjadinya kerusakan yang akan mengurangi mutu CPO. Harga jual produk dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perkembangan harga jual komoditas di pasar internasional, meningkatnya harga BBM dan kenaikan harga-harga input. Walaupun harga jual di pasar internasional terus membaik, margin keuntungan diperkirakan tidak banyak mengalami perubahan. Hal itu antara lain disebabkan oleh: (i) kenaikan harga-harga bahan baku, kenaikan harga bahan penolong atau input lainnya, (ii) contact liaison yang tidak ingin serta merta menaikkan harga jual karena tidak ingin kehilangan pembeli atau pelanggan yang daya belinya belum mengalami peningkatan, (iii) terdapat kontrak jual untuk jangka waktu tertentu.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
14
Namun demikian, dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada
triwulan sebelumnya, sub sektor telekomunikasi mengalami perlambatan pertumbuhan.
Demikian pula dengan sub sektor pengangkutan yang tumbuh sebesar 4,76 persen, juga
mengalami perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 6,86 persen. Dari hasil liaison yang dilakukan KBI Palembang
diperoleh informasi bahwa kondisi usaha di sub sektor pengangkutan (khususnya angkutan
darat) cukup baik dengan peningkatan margin keuntungan rata-rata sebesar 10 persen.
Pertumbuhan ekonomi di sektor jasa-jasa secara umum sangat dipengaruhi oleh
peningkatan aktivitas jasa pemerintahan yang didorong oleh peningkatan belanja pegawai.
Salah satu faktor penyebab percepatan pertumbuhan sektor ini adalah pencairan rapel
kenaikan gaji PNS pada triwulan ini.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor
perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masing-masing tercatat tumbuh sebesar 7,90
persen dan 7,21 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
pertumbuhan tahunan sektor keuangan tercatat mengalami perlambatan. Melambatnya
pertumbuhan ekonomi tahunan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa dibandingkan
pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya tidak terlepas dari menurunnya kinerja
sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan dengan sektor keuangan, persewaan,
dan jasa. Sub sektor hotel tercatat mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 17,21 persen.
Sektor lain yang mengalami pertumbuhan cukup baik adalah sektor listrik, gas
dan air bersih, sektor bangunan, dan sektor industri pengolahan yang masing-masing
tumbuh sebesar 6,83 persen, 6,10 persen, dan 4,68 persen. Pertumbuhan ekonomi di sektor
industri pengolahan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian yang merupakan bahan
baku bagi mayoritas industri pengolahan di Sumsel. Seiring dengan kondisi pada sub sektor
tanaman perkebunan, sektor industri pengolahan Sumsel yang mayoritas menggunakan
bahan baku dari tanaman perkebunan mengalami kondisi yang cukup baik. Dari hasil liaison
diperoleh informasi bahwa tingginya permintaan CPO dari pasar domestik maupun
internasional menjadi pendorong pertumbuhan di sektor ini. Namun demikian terdapat
beberapa kendala berupa : kenaikan harga BBM, kenaikan harga pupuk (NPK dan Phospat),
perda yang tidak kondusif serta kesulitan perizinan.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
15
Sektor bangunan yang pada triwulan I tumbuh sebesar 7,59 persen masih
terkendala dengan peningkatan harga bahan bangunan maupun biaya lain terkait dengan
kenaikan harga BBM pada akhir bulan Mei 2008. Hal tersebut terkonfirmasi oleh kegiatan
liaison program yang menunjukkan bahwa
selain peningkatan harga bahan bangunan
yang rata-rata di atas 10 persen, juga terjadi
kenaikan antara lain, upah pekerja, biaya
perijinan, birokrasi serta keterbatasan lahan
dan akses listrik PLN yang masih sulit.
Berdasarkan hasil Survei Harga Properti
Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia diperoleh informasi mengenai
terjadinya kenaikan harga jual rumah rata-rata
sebesar 4-5 persen sebagai imbas dari
kenaikan harga bahan bangunan.
Sektor pertanian pada Tw-II 2008 tumbuh sebesar 3,37 persen. Pertumbuhan
tahunan pada triwulan ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan
tahunan triwulan sebelumnya yang disebabkan karena kontraksi pertumbuhan pada sub
sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor kehutanan. Sub sektor tanaman bahan
makanan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,95 persen yang
disebabkan karena kondisi pasca panen yang terjadi di wilayah sentra beras Sumsel,
sedangkan kontraksi yang dialami sub sektor kehutanan lebih disebabkan karena semakin
terbatasnya hutan areal produksi sehingga menyulitkan dalam mendapatkan bahan baku.
Sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan
tahunan yang paling rendah yakni sebesar 0,64 persen. Rendahnya pertumbuhan tahunan
di sektor ini disebabkan karena ketidakoptimalan kapasitas produksi yang terjadi di sub
sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang tumbuh sebesar 0,12 persen maupun di
sub sektor pertambangan tanpa migas yang tercatat mengalami pertumbuhan tahunan
sebesar 2,30 persen. Rendahnya produksi di sub sektor pertambangan migas lebih
disebabkan karena faktor usia sumur yang sudah tua dan tidak adanya penemuan sumur
baru, sedangkan rendahya pertumbuhan di sub sektor pertambangan non migas (terutama
Tabel 1.2 Kenaikan Biaya Input Sektor Properti
No Komponen Input
Kenaikan Harga
1 Semen 30 s.d 50 persen 2 Besi Beton 50 s.d 75 persen 3 Kayu Balokan 10 s.d 20 persen 4 Batu 10 s.d 15 persen 5 Batu Bata/Batu
Tela 10 s.d 15 persen
6 Daun Pintu 10 s.d 15 persen 7 Genteng 10 s.d 15 persen 8 Seng 10 s.d 15 persen 9 Tukang Bukan
Mandor 20 s.d 30 persen
Sumber : Survei Harga Properti Residensial KBI Palembang, diolah
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
16
batu bara) seperti yang terkonfirmasi
pada kegiatan liaison adalah adanya
kendala pada pengiriman hasil
produksi sehingga produksi batu bara
cenderung stagnan. Saat ini
pengiriman batu bara terkendala
dengan keterbatasan daya tampung
kereta api yang mengangkut batu
bara tersebut ke pelabuhan.
1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan (qtq)
Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumsel pada Tw-II diperkirakan mengalami
pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau sebesar 2,58 persen (tanpa migas).
Meskipun perekonomian mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan
meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian (lihat Suplemen 2.
Optimisme Keyakinan Konsumen Palembang Semakin Menurun). Sektor pertanian
diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi triwulanan tertinggi yakni sebesar 6,95
persen yang disebabkan peningkatan pertumbuhan triwulanan yang cukup tinggi pada sub
sektor tanaman perkebunan yang tumbuh sebesar 37,04 persen.
Tingginya pertumbuhan
ekonomi triwulanan pada sub sektor
tanaman perkebunan tidak terlepas
dari faktor cuaca yang kondusif
terutama untuk penyadapan karet
maupun sawit. Selain itu, harga CPO
(crude palm oil) dan harga karet
mentah yang tinggi di pasar
internasional tetap menjadi insentif
bagi sub sektor perkebunan. Dari hasil
liaison yang dilakukan KBI Palembang
diperoleh informasi bahwa
Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB
Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas
13.68
14.47
14.1214.06
14.36
2.12
(0.40)
(2.48)
5.835.22
13.20
13.40
13.60
13.80
14.00
14.20
14.40
14.60
Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II
2007 2008
Rp
Trili
un
(3.00)
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Pers
en
Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM
Propinsi Sumsel
156,836170,468 161,780 167,051
189,675
60,461 61,716 62,972 54,269
140,318130,181
134,743
128,477117,054
57,368
020000400006000080000
100000120000140000160000180000200000
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
liter
Premium Solar M. Tanah
Sumber: Pertamina UPMS II Palembang
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
17
permintaan terhadap CPO dipastikan
akan tetap tinggi terkait dengan
kebutuhan CPO dunia yang sangat tinggi
baik untuk diolah menjadi minyak
goreng, bahan baku biodiesel, dan bahan
baku komoditas-komoditas lainnya.
Grafik 1.5 Perkembangan Harga Karet
di Pasar Internasional
337.15313.07303.42298.16286.86
270.66256.35
248.93
240.61229.97226.01230.67
241.52
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2007 2008
USD
Cen
t / K
g
Sumber: DSM Bank Indonesia
Grafik 1.6 Perkembangan Harga CPO
di Pasar Internasional
750.04730.13
768.51768.51
1,103.98
1,098.01
826.06883.12887.78
984.80
1,100.411,148.52
1,085.42
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2007 2008
USD
/Met
rik T
on
Sumber: DSM Bank Indonesia
Grafik 1.7 Perkembangan Harga Batu Bara
di Pasar Internasional
87.1878.9080.67
58.8754.0750.80
46.04
102.07
114.05
47.05 44.66
42.9844.13
-
20
40
60
80
100
120
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2007 2008
USD
/Met
rik T
on
Sumber: DSM Bank Indonesia
Grafik 1.8 Perkembangan Harga Minyak
di Pasar Internasional
125.66
112.62105.34
95.39
93.0091.7694.9085.9079.61
72.38
74.02
133.93
67.49
-
20
40
60
80
100
120
140
160
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2007 2008
USD
/Bar
el
Sumber: DSM Bank Indonesia
Grafik 1.4 Perkembangan Curah Hujan di Sumsel
050
100150200250300350400450500
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
tS
ep Okt
Nov
Des Ja
nFe
bM
arA
prM
eiJu
n
2007 2008
mm
02468101214161820
Curah Hujan Hari Hujan
Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
18
Karet dan sawit masih tetap menjadi primadona komoditas hasil perkebunan di
Sumsel. Pada Tw-II, curah hujan yang mulai berkurang menyebabkan produksi karet agak
meningkat. Sementara itu, untuk sawit, kondisi cuaca cukup mendukung produksi namun
berdasarkan informasi dari para pelaku usaha masih terdapat beberapa kendala yang
dihadapi dan membatasi keuntungan yakni berupa peraturan perpajakan, yakni: (1) dasar
penetapan pajak penghasilan (PPH) yang sebesar 25 ton/hektar/tahun dirasakan
memberatkan. Hal tersebut dikarenakan tingkat produksi lahan pada musim kemarau
biasanya hanya mencapai 20 ton/hektar/tahun, (2) dasar penetapan pajak alat berat yang
dirasakan tidak fair karena alat yang lama dan yang baru dasar perhitungannya sama.
Grafik 1.9 Pertumbuhan Triwulanan (qtq)
Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan II 2008 (persen)
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Rata-rata harga CPO dunia pada selama Tw-II tercatat sebesar USD1.103,98/metrik
ton, meningkat sebesar 43,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
(yoy). Namun demikian apabila dibandingkan triwulan sebelumnya tercatat mengalami
penurunan sebesar 3,88 persen dari sebesar USD1.148,52/metrik ton. Sementara itu, harga
karet dunia masih menunjukkan trend peningkatan, dimana pada triwulan ini tercatat
sebesar USD337,15 sen/kg atau meningkat sebesar 39,60 persen dibandingkan harga pada
triwulan II 2007 (yoy) yang sebesar USD241,52 sen/kg atau meningkat sebesar 13,08
persen dibanding harga pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar USD298,16 sen/kg.
-25.95
-6.57
13.38
6.18
Tabama
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
19
Sub sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada sektor pertanian adalah
sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan sub sektor peternakan dan hasil-
hasilnya. Kontraksi sebesar 25,95 persen di sub sektor tabama disebabkan karena telah
lewatnya masa panen raya yang terjadi pada bulan Maret 2008.
Informasi yang diperoleh
dari kegiatan liaison
menunjukkan terjadinya
kegagalan panen akibat
peredaran pupuk dan bibit palsu
di sejumlah sentra beras seperti
Pagar Alam dan Banyuasin.
Tercatat lebih dari 2.588 Ha
sawah di kedua wilayah tersebut
mengalami puso. Penurunan
produksi tanaman bahan
makanan (khususnya padi) terjadi
di hampir seluruh wilayah
kabupaten/kota yang berada di
wilayah Sumsel.
Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Triwulan (qtq)
PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen) 2007 2008 Lapangan
Usaha Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II
Pertanian 16.06 15.89 (16.47) (0.16) 6.95
Pertambangan dan Penggalian
2.33 (0.38) 1.80 (1.25) 0.48
Industri Pengolahan
1.24 4.05 1.25 (1.04) 0.40
LGA 1.78 3.97 1.92 (0.60) 1.41
Bangunan 2.83 4.02 1.99 (1.38) 1.41
PHR 5.70 6.31 (1.18) (0.48) 2.54
Pengangkutan & Komunikasi
3.72 6.14 5.03 (0.06) 1.25
Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan
2.64 1.97 0.99 4.01 0.74
Jasa-jasa 2.16 5.98 4.07 1.74 0.49
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Tabel 1.4 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)
LT LP LT LP LT LP LT LP LT LP
1 Palem bang 45 47 2,583 5 1,868 38 1,371 4,228 86 1,3022 M usi Banyuasin 4,765 22,004 3,952 17,464 4,912 284 5,646 8,421 35 ,625 5,3643 Banyuasin 29,391 101,004 18,398 33,287 18,732 5,950 2,139 35,274 115,236 2,0324 O gan Ilir 267 2,120 11,632 799 19,514 78 15,260 29,589 1,702 14,4975 O gan Kom ering Ilir 7 ,958 44,487 33,052 16,008 16,532 1,279 8,875 47,105 49 ,783 8,4316 O KU T im ur 24,255 41,916 35,387 18,596 14,438 6,303 18,410 47,334 25 ,773 17,4907 O gan Kom ering U lu 1,188 5,086 908 3,064 507 162 171 1,344 8,494 1628 O KU Se latan 4,050 5,416 5,224 2,513 1,199 1,180 2,987 6,102 6,195 2,8389 M uara Enim 4,192 16,262 10,562 7,462 11,429 247 4,564 20,891 16 ,411 4,336
10 Lahat 6,050 13,932 4,527 5,860 1,919 901 7,904 6,124 19 ,508 7,50911 M usi Rawas 11,438 20,861 5,609 12,264 3,884 787 14,018 9,018 21 ,401 13,31712 Pagar A lam 1,556 1,664 1,278 1,187 468 331 1,748 1,659 1,679 1,66113 Prabum ulih 0 799 100 430 430 0 58 504 1,223 5514 Lubuk L inggau 948 784 677 669 640 327 1,158 1,251 623 1,10015 Em pat Lawang 5,789 5,763 943 3,473 1,157 1,966 3,193 1,995 4,113 3,033
Jum lah 101,892 282,145 134,832 123,080 97,629 19,830 87,502 220,838 307,852 83,127
Tw III Tw IVREALISASI SASARAN
Tw I Tw II*No Kabupaten / Kota Juni
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
20
Menyikapi turunnya produksi beras pada triwulan II ini, pemerintah daerah c.q
Bulog telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar 9,30 persen dari
Rp4.300/kg menjadi Rp.4.700/kg untuk dapat lebih banyak menyerap beras dari petani.
Namun demikian, peningkatan HPP tersebut juga disertai dengan peningkatan kualifikasi
beras yang diterima Bulog yakni dengan menurunkan kadar maksimal beras broken menjadi
sebesar 15 persen, dan bulir kuning rusak menjadi 3 persen sehingga tetap menyulitkan
bagi petani untuk memenuhinya. Berdasarkan hasil SKDU di beberapa sentra beras Sumsel
seperti Belitang diperoleh informasi bahwa para petani lebih memilih untuk menjual
beras/gabah kepada para tengkulak karena faktor administrasi yang tidak rumit dan dapat
segera mendapatkan uang tunai untuk keperluan sehari-hari.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada Tw-II mencatat
pertumbuhan triwulanan sebesar 2,54 persen. Periode bulan Juni s.d Juli merupakan
puncak dari tingkat hunian hotel di Palembang. Mulai dicairkannya APBD untuk kegiatan
rutin dan banyaknya event-event bertaraf nasional maupun internasional seperti Festival
Sriwijaya telah mendorong tingkat hunian hotel hingga mencapai 80 persen. Namun
demikian, kalangan perhotelan mengemukakan bahwa peningkatan tingkat hunian lebih
terkait dengan menggeliatnya aktivitas bisnis, bukan karena Program Visit Musi 2008.
Sektor listrik, gas, dan air
bersih serta sektor bangunan sama-
sama mencatat pertumbuhan triwulanan
sebesar 1,41 persen. Pertumbuhan sektor
listrik, gas, dan air bersih selain
disebabkan karena faktor siklikal juga
disebabkan karena kenaikan harga
komoditas gas (LPG) terkait dengan
kenaikan BBM pada akhir Juni 2008 yang
menyebabkan terjadinya kelangkaan
komoditas tersebut.
Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik
Propinsi Sumsel (juta KWH)
0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
T wI I
T wI I I
T wI V
T wI
T wI I *
2 0 0 7 2 0 0 8
S o s i a l
R u m a hT a n g g aB i s n i s
I n d u s t r i
P e m e r i n t a h
T o t a l
Sumber : PLN Sumbagsel
*) Prediksi
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
21
Kondisi sektor bangunan sampai dengan triwulan II 2008 masih cukup baik
dengan tingkat penjualan tahunan berkisar 10-20 persen untuk RSH dan sebesar 10 persen
untuk Rumah Sederhana. Namun demikian masalah kenaikan harga bahan bangunan, serta
kenaikan harga BBM dan kesulitan pengadaan sambungan listrik dan PAM menjadi kendala
bagi pengusaha di sektor bangunan. Selain itu, melonjaknya harga tanah sebagai akibat
dari kenaikan NJOP yang signifikan turut memberikan andil dalam peningkatan biaya
produksi.
Berdasarkan data dari
Asosiasi Semen Indonesia,
sampai dengan bulan triwulan II
2008 diprediksi terjadinya
peningkatan penjualan semen
sebesar 1,54 persen (qtq).
Meningkatnya konsumsi semen
ini tidak terlepas dari kebutuhan
perumahan yang tetap tinggi
kendati masih terdapat kendala-
kendala seperti telah
disampaikan sebelumnya.
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 1,25 persen dibanding
triwulan sebelumnya. Peningkatan di sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub
sektor komunikasi yang tumbuh sebesar 4,35 persen. Tingkat permintaan masyarakat yang
tetap tinggi terhadap jasa komunikasi serta promosi yang gencar dari operator layanan
komunikasi dengan perang tarif antar operator diyakini menjadi penyebab tumbuhnya sub
sektor ini. Kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan rata-rata
sebesar 25 persen membuat pertumbuhan di sektor transportasi (khususnya transportasi
darat) menurun, begitupun halnya dengan transportasi udara yang terpaksa menaikkan
harga tiket penerbangan sehingga menyebabkan pertumbuhan di sub sektor transportasi
mengalami penurunan sebesar 0,83 persen.
Grafik 1.11 Perkembangan Konsumsi Semen
Propinsi Sumsel
226,950
275,729 271,458 263,997 268,073
(2.75)
1.54
21.49
18.59
(1.55)-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
2007 2008
Ton
(5)
-
5
10
15
20
25
Per
sen
Jumlah (ton) Pertumbuhan (qtq)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
22
Sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan,
tumbuh sebesar 0,74 persen atau
mengalami perlambatan
pertumbuhan triwulanan
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 4,01 persen.
Sektor jasa-jasa, tumbuh sebesar
0,49 persen atau lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 1,74 persen.
Di sektor pertambangan dan penggalian, tingginya harga minyak bumi di pasar
dunia yang berada pada kisaran di atas USD120/barel (bahkan pada bulan Juni 2008
sempat menembus USD133,93/barel) merupakan satu-satunya insentif bagi sektor ini. Dari
sisi produksi, tidak adanya penemuan sumur baru dan juga faktor usia sumur yang ada
relatif sudah tua menjadi penyebab produksi minyak mentah tidak mengalami peningkatan
yang berarti. Pada triwulan ini sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami
pertumbuhan triwulanan (qtq) sebesar 0,48 persen.
Sektor industri pengolahan
tercatat sebagai sektor ekonomi yang
mengalami pertumbuhan terendah pada
triwulan II 2008 yakni sebesar 0,40 persen.
Tingginya pertumbuhan di sub sektor
tanaman perkebunan yang merupakan
mayoritas bahan baku industri pengolahan
di Sumsel tidak menyebabkan
pertumbuhan yang signifikan pada sektor
ini karena terdapatnya beberapa kendala
berupa : kenaikan harga BBM, kenaikan
harga pupuk (NPK dan Phospat), perda
yang tidak kondusif serta kesulitan
perizinan untuk ekspansi lahan.
Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000
Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
2 0 .0 6 %
2 3 .5 8 %
1 7 .5 1 %
1 3 .9 2 %
0 .4 9 %
7 .5 4 %
7 .9 9 %4 .1 0 %
4 .8 1 %
P e r ta n ia n P e r ta m b a n g a nIn d u s t r i L G AB a n g u n a n P H RA n g k u ta n K e u . S e w aJ a s a - ja s a
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 1.12 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara
Propinsi Sumsel (Jiwa)
375.83
396.98424.20
428.44
365.27 18.40
26.60
39.67
21.4018.83
320
340
360
380
400
420
440
Tw II Tw III Tw IV Tw I TW II
2007 2008
Rib
u
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Rib
u
Penumpang Domestik Penumpang Internasional
Sumber : PT. Angkasa Pura II Palembang, diolah
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
23
1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan
Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada Tw-II masih didominasi
oleh konsumsi dan peningkatan ekspor. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61
persen (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba, serta
konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 7,04 persen, 8,38 persen dan 12,08 persen.
Menurut pangsanya, konsumsi pemerintah tercatat mengalami pertumbuhan yang paling
tinggi yang diperkirakan sebagai akibat dari mulai cairnya anggaran belanja pemerintah pada
triwulan berjalan.
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan
ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (persen)
II III IV I II
1. Konsumsi Rumah Tangga 7.99 7.74 6.92 7.36 7.04
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 4.40 5.58 7.77 8.36 8.38
3. Konsumsi Pemerintah 5.02 7.21 9.15 9.31 12.08
4. Investasi 76.49 45.55 0.16 (0.15) (14.38)
5. Ekspor Barang dan Jasa (8.53) (8.68) 10.60 13.82 11.99
6. Impor Barang dan Jasa 14.86 6.55 8.88 9.67 8.66
TOTAL 5.67 5.46 7.01 8.17 4.97
Penggunaan20082007
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Dari kegiatan perdagangan, ekspor tumbuh sebesar 11,99 persen, melambat
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,82 persen.
Sementara itu, impor mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 8,66 persen, melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,67 persen.
Secara triwulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan.
Komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah ekspor yang tercatat
meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor ini tidak terlepas dari peningkatan
kinerja sektor pertanian (terutama sub sektor perkebunan sawit dan karet).
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
24
Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan
ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 – 2008 (persen)
II III IV I II
1. Konsumsi Rumah Tangga 2.52 2.61 2.67 (0.60) 2.22
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 1.76 2.69 3.76 (0.06) 1.78
3. Konsumsi Pemerintah 1.33 5.04 5.16 (2.34) 3.89
4. Investasi 8.94 11.16 (24.67) 9.47 (6.58)
5. Ekspor Barang dan Jasa 6.41 5.93 2.59 (1.57) 4.69
6. Impor Barang dan Jasa 2.56 2.57 2.06 2.15 1.61
TOTAL 5.22 5.83 (2.48) (0.40) 2.12
Penggunaan20082007
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
1.4. Struktur Ekonomi
Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni
sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64
persen. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 43,12 persen. Peningkatan pangsa di sektor primer ini terjadi pada
sektor pertanian dari sebesar 19,16 persen menjadi 20,06 persen.
Sektor sekunder mengalami
penurunan pangsa menjadi 25,54
persen dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 25,89 persen. Penurunan
pangsa sektor sekunder tersebut
disebabkan penurunan pangsa pada
sub sektor industri pengolahan dan
sektor bangunan. Sektor industri
pengolahan mengalami penurunan
dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 17,81 persen menjadi 17,51 persen. Sektor bangunan mengalami
penurunan pangsa menjadi sebesar 7,54 persen dari sebesar 7,60 persen pada triwulan
sebelumnya. Sedangkan sektor LGA tercatat tidak mengalami perubahan pangsa yakni
tetap sebesar 0,49 persen.
Grafik 1.14 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan
0
5
1 0
1 5
2 0
2 5
3 0
3 5
4 0
4 5
5 0
T w . I 2 0 0 7 T w . I I 2 0 0 7 T w . I I I2 0 0 7
T w . I V2 0 0 7
T w . I 2 0 0 8
pers
en
P r im e r S e k u n d e r T e r s ie r
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
25
Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008
II III IV I II
1. Pertanian 20.37% 22.31% 19.11% 19.16% 20.06%
2. Pertam bangan 24.59% 23.15% 24.17% 23.96% 23.58%
Sektor Prim er 44.97% 45.46% 43.28% 43.12% 43.64%
3. Industri 17 .56% 17.26% 17.92% 17.81% 17.51%
4. Listrik , Gas, A ir 0 .48% 0.47% 0.49% 0.49% 0.49%
5. Bangunan 7.46% 7.34% 7.67% 7.60% 7.54%
Sektor Sekunder 25.50% 25.07% 26.09% 25.89% 25.54%
6. Perdagangan 13.63% 13.69% 13.87% 13.86% 13.92%
7. Pengangkutan 4 .48% 4.49% 4.83% 4.85% 4.81%
8. Keuangan 3.99% 3.85% 3.98% 4.16% 4.10%
9. Jasa-Jasa 7 .44% 7.45% 7.95% 8.12% 7.99%
Sektor Tersier 29.53% 29.47% 30.64% 30.99% 30.82%
T o t a l 100% 100% 100% 100% 100%
Sektor20082007
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Pangsa sektor tersier menurun dari sebesar 30,99 persen pada triwulan
sebelumnya menjadi 30,82 persen. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya penurunan
pangsa dari seluruh sub sektor pada sektor ini, kecuali sub sektor PHR yang tumbuh
menjadi 13,92 persen dari triwulan sebelumnya yang sebesar 13,86 persen.
Dari sisi penggunaan, secara struktural konsumsi masih memperlihatkan peran
yang sangat dominan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Selatan pada
Tw-II 2008. Kontribusi konsumsi pada Tw-II yang mencapai 68,76 persen sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 68,57 persen. Kontribusi konsumsi rumah
tangga tercatat sebesar 59,82 persen, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 59,76 persen terkait dengan peningkatan harga-harga barang konsumsi. Demikian
pula dengan konsumsi pemerintah yang meningkat menjadi sebesar 7,81 persen dari
sebesar 7,68 persen pada triwulan sebelumnya seiring dengan siklus realisasi anggaran
pemerintah sebagai stimulus fiskal. Adapun konsumsi swasta nirlaba tidak mengalami
perubahan pangsa dari triwulan sebelumnya.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
26
Tabel 1.8 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008
II III IV I II
86.15% 85.23% 84.31% 85.58% 84.32%
67.08% 65.20% 68.84% 68.57% 68.76%
1. Konsumsi Rumah Tangga 58.66% 56.87% 59.88% 59.76% 59.82%
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
1.10% 1.07% 1.14% 1.14% 1.14%
3. Konsumsi Pemerintah 7.31% 7.26% 7.83% 7.68% 7.81%
19.07% 20.03% 15.47% 17.01% 15.56%
13.85% 14.77% 15.69% 14.42% 15.68%
42.35% 42.39% 44.59% 44.07% 45.18%
28.50% 27.62% 28.91% 29.65% 29.50%
2007
b. Impor Barang dan Jasa
I. Komponen Internal
II. Komponen Eksternal
Penggunaan
a. Komponen Konsumsi
b. Investasi
a. Ekspor Barang dan Jasa
2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Pangsa investasi pada triwulan ini tercatat menurun apabila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya maupun tahun sebelumnya, penurunan pangsa investasi tidak terlepas
dari kontraksi pertumbuhan yang terjadi sebagai akibat dari kondisi infrastruktur yang
dipandang masih menjadi kendala bagi pengembangan usaha.
1.5. Perkembangan Ekspor Impor
1.5.1. Perkembangan Ekspor
Ekspor Sumsel pada Tw-II 2008 (data hingga Mei 2008) tercatat sebesar USD 464,65 juta
atau menurun sebesar 26,58 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
sebesar USD632,90 juta. Sementara dibanding triwulan sebelumnya, ekspor pada Tw-II
menurun sebesar 39,87 persen (qtq) dari sebesar USD772,80 juta. Berdasarkan
komoditasnya, pangsa nilai ekspor terbesar dicapai oleh karet yakni sebesar 82,73 persen
kemudian diikuti oleh komoditas sawit sebesar 13,44 persen.
Tabel 1.9 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD)
Tw II 07 Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08Total Ekspor 632,898,254 648,583,422 727,180,190 772,802,373 464,650,483Karet 351,773,134 407,154,547 358,308,018 445,838,259 348,419,834Batubara 3,677,773 8,163,435 9,233,233 6,952,998 9,350,431Sawit 101,583,724 56,559,220 148,016,517 247,905,355 62,436,599Lain-lain 175,863,623 176,706,220 211,622,422 72,105,761 44,443,619
Sumber : DSM Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
27
Berdasarkan volume, ekspor pada Tw-II tercatat sebesar 437.592 ton atau menurun
sebesar 59,21 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang
tercatat sebesar 1.072.704 ton atau menurun sebesar 50,51 persen dibanding triwulan
sebelumnya (qtq) yang sebesar 884.284 ton.
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi
Sumatera Selatan
464.65
648.58632.90
772.80727.18
(39.87)
6.2712.12
2.483.81
(26.58)
26.7630.01
(15.02)(12.50)
0100200300400500600700800900
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Juta
(50)(40)(30)(20)(10)-10203040
Pers
en
Nilai Ekspor (USD)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi
Sumatera Selatan
437.59
943.001,072.70 884.28
860.03
(50.51)
2.82
(8.80)(12.09)
39.55
(59.21)
15.041.851.20(2.16)
0
200
400
600
800
1,000
1,200
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Rib
u(70)(60)(50)(40)(30)(20)(10)-1020304050
Pers
en
Volume Ekspor (Kg)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera
Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
112.91 119.08 103.43 126.58 126.3425.89 32.40 57.58 43.98
124.52 119.49
147.30 232.1764.79
369.57 377.62
329.22 356.48
229.53
147.23
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
US
$ Ju
ta
USA Malaysia China Lainnya
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.18 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan Negara Tujuan Tw II 2008
Malaysia9.46%
China13.94%
USA27.19%
Lainnya49.40%
Sumber : DSM Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
28
Harga komoditas karet dan sawit di pasar dunia yang masih tetap tinggi diharapkan
menjadi pendukung tingginya kinerja komoditas primadona Sumsel pada saat-saat
mendatang. Dengan memperhatikan kinerja beberapa komoditas unggulan Sumsel dan
trend harga komoditas unggulan Sumsel di pasar dunia diprediksikan kinerja ekspor Sumsel
pada triwulan ini sampai dengan Juni 2008 akan meningkat.
Jika dilihat berdasarkan negara tujuan ekspor, Amerika Serikat merupakan negara
tujuan utama ekspor Sumatera Selatan dengan pangsa terbesar 27,19 persen, diikuti oleh
China sebesar 13,94 persen dan Malaysia sebesar 9,46 persen.
1.5.2. Perkembangan Impor
Realisasi impor tercatat sebesar USD36,83 juta, meningkat sebesar 30,15 persen dibanding
triwulan yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar USD28,30 juta, namun
tercatat menurun sebesar 21,99 persen dibanding triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat
sebesar USD47,22 juta. Penurunan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan
penurunan penggunaan komponen impor terutama mesin, perlengkapan transportasi,
bahan baku industri dan produk industri.
Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Impor Propinsi
Sumatera Selatan
36.83
72.32
28.30
47.22
25.61
(21.99)
84.36
(64.59)
155.53
(27.90)
30.1520.29(68.13)
(28.73)(67.67)
0
1020
30
40
5060
70
80
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Juta
(100)
(50)
-
50
100
150
200
Pers
en
Nilai Impor (USD)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.20 Perkembangan Volume Impor Propinsi
Sumatera Selatan
72.22
105.53
63.01
98.62
82.69
(26.77)
19.27
(21.64)
67.49
(30.60)
14.638.64(34.55)
(5.39)
(45.74)
0
20
40
60
80
100
120
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Rib
u
(60)(50)(40)(30)(20)(10)-1020304050607080
Pers
en
Volume Impor (Kg)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)Pertumbuhan Tahunan (yoy)
Sumber : DSM Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
29
Berdasarkan negara asal, pangsa impor Sumsel terbesar pada triwulan ini berasal
dari negara China yakni sebesar 22,90 persen, diikuti oleh Malaysia sebesar 18,94 persen,
Australia sebesar 12,53 persen, dan Amerika Serikat sebesar 9,76 persen.
Grafik 1.21 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera
Selatan Berdasarkan Negara Asal
1.55 3.76 4.60 5.43 3.602.174.27
9.93 6.987.1615.04
4.687.57
8.442.78
3.60
2.80
2.42 4.6114.64
45.65
9.06
21.8713.21
4.470
10
20
30
40
50
60
70
80
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
USD
Jut
a
USA Malaysia China Australia Lainnya
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.22 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Tw II 2008
Lainnya35.87%
Malaysia18.94%
China22.90%
USA9.76%
Australia12.53%
Sumber : DSM Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
30
OPTIMISME KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG SEMAKIN MENURUN I. Perkembangan Umum
Tingkat Keyakinan Konsumen Palembang selama triwulan II – 2008 secara umum
menurun dibandingkan dengan triwulan I - 2008. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) pada triwulan II - 2008 tercatat sebesar 86.09 atau menurun dari triwulan sebelumnya
yang mencapai 101.83, sedangkan rata-rata Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) dan
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masing-masing tercatat sebesar 86.89 dan 85.30,
menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 96.26 dan 107.41. Dibandingkan
dengan indeks triwulan yang sama tahun 2007, IKK, IKESI, dan IEK juga mengalami
penurunan. Grafik 1
IKK, IKESI, IEK periode 2007-2008
-
20
40
60
80
100
120
140
Juni Juli
Agu
st
Sep
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
2007 2008
Inde
ks
IKK IKE IEK
Opt
imis
Pesim
is
Selama triwulan II - 2008, beberapa hal yang menjadi concern bagi konsumen
Palembang antara lain; tingkat penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, serta perkiraan
harga barang dan jasa (lihat grafik 2). Grafik 2
Pembentuk Keyakinan Konsumen periode 2007-2008
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Juni Juli
Agus
t
Sep
Okt
Nov Des
Jan
Feb
Mar Apr
Mei
Juni
2007 2008
Inde
ks
Penghasilan saat inidibandingkan 6 bln yanglalu
Ekspektasi penghasilan 6bulan yad
Ketersediaan lapangankerja saat ini
Ketersediaan lapangankerja 6 bulan yad
Ketepatan waktupembelian (konsumsi)barang tahan lama
Kondisi ekonomi 6 bulanyad
Opt
imis
Pesim
is
Suplemen 2
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
31
II. Keyakinan Konsumen Bulan April 2008
IKK pada bulan April mencapai 87.11, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 83.67 dan
90.56. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 109.33,
Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 123.33, Indeks
Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini sebesar 53.33, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6
bulan Yang Akan Datang sebesar 73.67, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan
Lama sebesar 88.33, dan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan Yang Akan Datang sebesar
74.67.
2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi
Sebanyak 64.67 persen responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih
buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 27.33 persen berpendapat kondisi
ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 8.00 persen yang
berpendapat kondisi ekonomi saat ini lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian
besar responden kondisi ekonomi pada bulan April ini lebih buruk dibandingkan 6 bulan
yang lalu (lihat Tabel 1).
Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 19 63 149 231Rp3-5 juta 3 13 40 56>Rp 5 juta 2 6 5 13Jumlah Responden 24 82 194 300
Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu
Tabel 1Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan
Pengeluaran per Bulan
2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks ketersediaan lapangan pekerjaan merupakan indeks yang terendah yakni sebesar
53.33. Sebagian besar responden atau sekitar 60 persen berpendapat bahwa ketersediaan
lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara
itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6
bulan silam sebanyak 26.67 persen, sedangkan yang berpendapat lebih baik sebanyak
13.33 persen. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada
dalam level pesimis. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketenagakerjaan merupakan
bidang yang mendapatkan perhatian serius di mata konsumen (lihat Tabel 2).
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
32
Tabel 2
Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan
Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding
6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan
Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah
Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 32 59 140 231
Rp3-5 juta 6 15 35 56
>Rp 5 juta 2 6 5 13
Jumlah Responden 40 80 180 300
2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan
Sebanyak 57.33 persen responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung
tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 26.00 persen berpendapat lebih baik,
sedangkan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 16.67 persen. Berdasarkan informasi
tersebut, maka sebagian besar penghasilan responden diperkirakan tidak mengalami
perubahan dibandingkan penghasilan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 3).
Tabel 3 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6
bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan
Lebih
Baik Sama
Lebih
Buruk
Jumlah
Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 61 132 38 231
Rp3-5 juta 12 33 11 56
>Rp 5 juta 5 7 1 13
Jumlah Responden 78 172 50 300
2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang
Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami
peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 86.00 persen responden yang berpendapat bahwa
harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan, responden
yang berpendapat akan stabil sebanyak 13.00 persen, sedangkan hanya 1.00 persen yang
berpendapat akan terjadi penurunan (lihat Tabel 4).
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
33
Tabel 4 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan
Yang Akan Datang Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan
Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang Pengeluaran per Bulan
Naik Tetap Turun Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 196 33 2 231 Rp3-5 juta 49 6 1 56 >Rp 5 juta 13 0 0 13 Jumlah Responden 258 39 3 300
III. Keyakinan Konsumen Bulan Mei 2008
IKK pada bulan Mei mencapai 91.22, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 93 dan
89.44. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 122.67,
Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 121, Indeks Ketersediaan
Lapangan Kerja Saat Ini sebesar 63.33, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan Yang
Akan Datang sebesar 76.33, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
sebesar 93, dan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 71.
3.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi
Sebanyak 60.67 persen responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih
buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 31 persen berpendapat kondisi
ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 8.33 persen yang
berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian besar
responden kondisi ekonomi pada bulan Mei ini lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu
(lihat Tabel 5). Tabel 5
Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan
Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu
Pengeluaran per Bulan Lebih Baik
Sama Lebih Buruk
Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 13 68 142 223 Rp3-5 juta 7 19 37 63 >Rp 5 juta 5 6 3 14 Jumlah Responden 25 93 182 300
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
34
3.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks ketersediaan lapangan pekerjaan merupakan indeks yang terendah yakni sebesar
63.33. Sebagian besar atau sekitar 52 persen responden berpendapat bahwa ketersediaan
lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara
itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6
bulan silam sebanyak 32.67 persen, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 15.33
persen. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam
level pesimis atau dengan kata lain permasalahan ketenagakerjaan belum mengalami
perbaikan(lihat Tabel 6).
Tabel 6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini
dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan
Lebih Baik Sama Lebih
Buruk Jumlah
Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 28 73 122 223 Rp3-5 juta 12 21 30 63 >Rp 5 juta 6 4 4 14 Jumlah Responden 46 98 156 300
3.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan
Sebanyak 56 persen responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap
dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 33.33 persen berpendapat lebih baik, dan yang
menyatakan lebih buruk sebanyak 10.67 persen. Dengan demikian, maka sebagian besar
responden penghasilannya tidak mengalami perubahan dibandingkan penghasilan 6 bulan
yang lalu (lihat Tabel 7).
Tabel 7 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu
Pengeluaran per Bulan Lebih Baik
Sama Lebih Buruk
Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 67 129 27 223 Rp3-5 juta 23 36 4 63 >Rp 5 juta 10 3 1 14 Jumlah Responden 100 168 32 300
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
35
3.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang
Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami
peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 84.33 persen responden berpendapat bahwa
harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami kenaikan, sebanyak
14.33 persen responden berpendapat akan stabil, dan hanya 1.33 persen yang
berpendapat akan terjadi penurunan (lihat Tabel 8).
Tabel 8 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan
yang akan datang Pengeluaran per Bulan
Naik Tetap Turun Jumlah Responden
Rp 1juta-Rp3 Juta 188 31 4 223 Rp3-5 juta 54 9 0 63 >Rp 5 juta 11 3 0 14 Jumlah Responden 253 43 4 300
IV. Keyakinan Konsumen Bulan Juni 2008
IKK pada bulan Juni tercatat sebesar 79.94, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 84 dan
75.89. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 108.67,
Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 114, Indeks Ketersediaan
Lapangan Kerja Saat Ini sebesar 54.67, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan Yang
Akan Datang sebesar 65.33, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
sebesar 88.67, dan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 48.33.
4.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi
Sebanyak 69.33 persen responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih
buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 25.67 persen berpendapat kondisi
ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 5 persen yang
berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, pendapat konsumen tentang
buruknya kondisi perkonomian belum mengalami perubahan selama triwulan II - 2008
bahkan terus mengalami penurunan (lihat Tabel 9).
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
36
Tabel 9 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu
Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah
Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 7 58 148 213 Rp3-5 juta 6 14 47 67 >Rp 5 juta 2 5 13 20 Jumlah Responden 15 77 208 300
4.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja
Sebagian besar atau sekitar 58.67 persen responden berpendapat bahwa ketersediaan
lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara
itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6
bulan silam sebanyak 28 persen, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 13.33
persen. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam
level pesimis. Tidak berbeda dengan pendapat konsumen terhadap kondisi perekonomian,
kondisi ketenagakerjaan pun dinilai tidak mengalami perbaikan menurut sebagian besar
konsumen sepanjang triwulan II – 2008 (lihat Tabel 10).
Tabel 10 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan
yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah
Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 31 58 124 213 Rp3-5 juta 8 23 36 67 >Rp 5 juta 1 3 16 20 Jumlah Responden 40 84 176 300
4.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan
Sebanyak 63.33 persen responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung
tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 22.67 persen berpendapat lebih baik, dan
yang menyatakan lebih buruk sebanyak 14 persen. Berdasarkan informasi tersebut, maka
sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan atau dengan kata
lain konstan (lihat Tabel 11).
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
37
Tabel 11 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu
Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah
Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 42 144 27 213 Rp3-5 juta 22 34 11 67 >Rp 5 juta 4 12 4 20 Jumlah Responden 68 190 42 300
4.4 Prakiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang
Harga barang/jasa pada 3 bulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan
oleh sebagian besar konsumen. Hal tersebut tercermin dari 87.67 persen responden
berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada tiga bulan mendatang akan mengalami
kenaikan dan sebanyak 12.33 persen responden berpendapat akan stabil (lihat Tabel 12).
Tabel 12 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang
akan datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah
Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 185 28 0 213 Rp3-5 juta 60 7 0 67 >Rp 5 juta 18 2 0 20 Jumlah Responden 263 37 0 300
Tabel 13 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Palembang
Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei JuniIKK 98.06 109.72 113.78 108.67 108.72 115.39 112.06 106.89 99.72 98.89 87.11 91.22 79.94
IKESI 90.00 99.89 102.11 97.89 103.44 110.67 109.56 101.67 94.67 92.44 83.67 93.00 84.00
IEK 106.11 119.56 125.44 119.44 114.00 120.11 114.56 112.11 104.78 105.33 90.56 89.44 75.89
2007 2008
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
38
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Perkembangan inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
39
Sejak 1 Juli 2008 penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia menggunakan
tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya
Hidup (SBH) 2007. Cakupan kota bertambah dari 45 kota menjadi 66 kota. Paket
komoditas secara nasional naik dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 di tahun 2007,
sementara paket komoditas untuk kota Palembang juga bertambah dari 314 komoditas
menjadi 360 komoditas.
2.1. Inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi tahunan kota Palembang pada Triwulan II 2008 (Tw-II) mencapai 13,96 persen (yoy),
meningkat apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai
10,87 persen.
Berdasarkan kelompok barang,
pada Tw-II ini inflasi tahunan tertinggi
terjadi pada bahan makanan yakni
sebesar 24,76 persen, diikuti oleh
kelompok sandang sebesar 17,43
persen, kelompok makanan jadi sebesar
12,73 persen, dan kelompok
perumahan sebesar 11,19 persen.
Kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga mencatat laju inflasi sebesar
10,37 persen, kelompok kesehatan
sebesar 9,49 persen, sedangkan
kelompok transportasi tercatat sebesar
6,69 persen.
PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG2
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy)
Palembang
6.82
9.248.20
10.87
13.96
-
2
4
6
8
10
12
14
16
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
2007 2008
Pers
en
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*) Tahun Dasar 2007 = 100
Perkembangan Inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
40
Grafik 2.2
Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran
Triwulan II 2008
13.96
24.76
12.7311.19
17.43
9.49 10.37
6.69
0
5
10
15
20
25
30Pe
rsen
UMUM
BAHANMAKANANMAKANAN JADI
PERUMAHAN
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN
TRANSPORTASI
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Penyebab inflasi di kelompok bahan makanan diyakini sangat dipengaruhi antara
lain karena tingginya inflasi pada sub kelompok kacang-kacangan, sub kelompok minyak
dan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian & hasilnya. Penyebab tingginya inflasi pada
sub kelompok kacang-kacangan tidak terlepas dari peningkatan harga kacang kedelai yang
signifikan di pasar dunia. Pada triwulan ini rata-rata harga kacang kedelai di pasar
internasional mencapai USD13,59/bushel atau naik sebesar 82,90 persen dari rata-rata
harga kedelai pada periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).
Seperti halnya perkembangan harga kacang kedelai, perkembangan harga bahan
makanan lainnya yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga internasional seperti
beras dan terigu pun tercatat mengalami perkembangan yang sama. Rata-rata harga beras
tercatat mengalami peningkatan sebesar 81,69 persen dibandingkan tahun lalu dari sebesar
USD314,68/MT (metric ton) menjadi USD571,74/MT. Begitupun peningkatan harga terigu
di pasar internasional yang naik lebih dari 70 persen dari sebesar USD4,83/bushel menjadi
USD8,29/bushel. Namun demikian apabila dibandingkan dengan peningkatan harga
tahunan pada triwulan sebelumnya, laju peningkatan harga terigu pada triwulan II
mengalami penurunan. Selain dipengaruhi oleh perkembangan harga beberapa sub
kelompok di atas, persistennya kenaikan harga CPO dunia merupakan salah satu
penyumbang tingginya inflasi tahunan pada triwulan II 2008.
Perkembangan inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
41
Grafik 2.3 Perkembangan Harga Terigu
di Pasar Internasional
4.835.43
8.17 10.17 8.29
10.3321.22
70.41
124.12
71.80
-
2
4
6
8
10
12
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
US$
/ B
ushe
l
-
20
40
60
80
100
120
140
Pers
en
Harga Terigu (axis kiri) (yoy)
Sumber : Bloomberg, diolah
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Beras
di Pasar Internasional
314.68 330.41 325.25363.99 571.74
9.18 12.18 12.1821.89
81.69
-
100
200
300
400
500
600
700
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008U
S$ /
MT
-102030405060708090
Pers
en
Harga Beras (axis kiri) (yoy)
Sumber : Bloomberg, diolah
Grafik 2.5 Perkembangan Harga Kedelai
di Pasar Internasional
7.43
13.5912.77
10.23
8.27
82.9081.21
66.06
50.98
31.15
-2468
10121416
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
US$
/ B
ushe
l
-102030405060708090
Pers
en
Harga Kedelai (axis kiri) (yoy)
Sumber : Bloomberg, diolah
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Emas
di Pasar Internasional
667.58
897.30
924.95790.07681.70
34.41
42.23
28.56
9.786.46
-100200300400500600700800900
1,000
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
US$
/ O
z
-51015202530354045
Pers
en
Harga Emas (axis kiri) (yoy)
Sumber : Bloomberg, diolah
Perkembangan Inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
42
Tidak berbeda dengan kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi tahunan
sebesar 24,76 persen, inflasi tahunan kelompok sandang sebesar 17,43 persen lebih
banyak dipengaruhi oleh peningkatan harga emas di pasar internasional yang mencapai
34,41 persen sehingga menyebabkan sub sektor barang pribadi dan sandang lainnya
mengalami inflasi yang cukup tinggi.
Seiring dengan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok
makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pun mengalami inflasi yang cukup tinggi yakni
sebesar 12,73 persen. Sub sektor makanan jadi yang banyak dipengaruhi oleh pergerakan
harga terigu sebagai bahan dasarnya diperkirakan menyumbang inflasi yang cukup tinggi di
sektor ini. Selain itu, peningkatan harga BBM pada bulan Mei 2008 secara tidak langsung
meningkatkan pula inflasi pada sub sektor minuman yang tidak beralkohol terutama karena
meningkatnya ongkos transportasi yang digunakan untuk pengiriman barang sampai ke
tempat tujuan.
Grafik 2.7
Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang
0
5
10
15
20
25
30
Tw III 07 Tw IV 07 Tw I 08 Tw II 08*
Pers
en
Bahan makanan Makanan jadi Perumahan SandangKesehatan Pendidikan Transpor
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*) Tahun Dasar 2007 = 100
Perkembangan inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
43
Kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah pada akhir bulan Mei 2008 lalu
secara langsung telah meningkatkan inflasi terutama pada sub kelompok bahan bakar,
penerangan dan air pada kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar. Laju inflasi pada
kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar tercatat sebesar 11,19 persen.
Inflasi yang terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga sebesar 10,37
persen diperkirakan masih disebabkan oleh sub kelompok jasa pendidikan dan kursus-
kursus pelatihan yang mengalami peningkatan jumlah konsumsi yang cukup tinggi. Adapun
sub sektor olahraga diperkirakan tidak mengalami peningkatan inflasi yang begitu tinggi.
Kelompok kesehatan dan kelompok transportasi & komunikasi tercatat mengalami
inflasi tahunan paling rendah pada triwulan ini, yakni masing-masing hanya mencatat inflasi
sebesar 9,49 persen dan 6,69 persen. Inflasi pada kelompok kesehatan diperkirakan
terutama didorong oleh sub sektor jasa kesehatan dan sub kelompok perawatan jasmani
dan kosmetika. Sedangkan penyumbang utama di sektor transportasi dan komunikasi
adalah karena meningkatnya harga BBM yang menyebabkan meningkatnya tarif
angkutan/transportasi dengan rata-rata sebesar 25 persen.
2.2. Inflasi Bulanan (mtm)
Inflasi Kota Palembang secara
bulanan (mtm) pada bulan Juni 2008
tercatat sebesar 3,41 persen. Inflasi
bulanan yang terjadi terutama
disumbangkan oleh inflasi yang
terjadi pada kelompok transportasi
dan komunikasi yang mengalami
inflasi sebesar 8,99 persen. Tingginya
inflasi pada kelompok ini terkait
dengan kenaikan harga BBM yang
ditetapkan pemerintah pada akhir
bulan Mei 2008 yang diikuti dengan
kenaikan tarif angkutan sebesar 25
persen.
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm)
Palembang
0.76
1.56
3.41
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
Jun
Jul
Aug
Sep
t
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun*
2007 2008
Pers
en
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*) Tahun Dasar 2007 = 100
Perkembangan Inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
44
Kelompok bahan makanan tercatat menyumbang inflasi terbesar kedua dengan
inflasi sebesar 3,09 persen. Inflasi yang terjadi pada kelompok ini terutama disumbangkan
oleh komoditas beras dan kacang panjang yang memberikan andil inflasi masing-masing
sebesar 0,33 persen dan 0,08 persen.
Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar tercatat mengalami inflasi
sebesar 3,08 persen terkait dengan kenaikan harga BBM. Komoditas bensin dan komoditas
bahan bakar rumah tangga tercatat memberikan sumbangan inflasi masing-masing sebesar
0,59 persen dan 0,09 persen. Selain itu, kelompok kesehatan mencatat laju inflasi bulanan
sebesar 3,07 persen.
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) per Kelompok Barang dan Jasa
di Palembang
(4)(2)
-2468
1012141618
Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun*
2007 2008
Pers
en
Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan SandangKesehatan Pendidikan Transportasi
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*) Tahun Dasar 2007 = 100
Selain dari keempat kelompok tersebut, kelompok lainnya hanya mengalami inflasi
bulanan dibawah satu persen. Kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga tercatat
mengalami inflasi bulanan sebesar 0,99 persen, sedangkan kelompok sandang mencatat
inflasi bulanan sebesar 0,73 persen. Sementara itu, kelompok makanan jadi, minuman,
rokok & tembakau tercatat mengalami inflasi bulanan yang paling rendah yakni hanya
sebesar 0,46 persen dengan komoditas nasi sebagai penyumbang tertinggi dengan andil
sebesar 0,05 persen.
Perkembangan inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
45
Tabel 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan (mtm) Tertinggi
di Kota Palembang Triwulan II 2008 No. Komoditas Sumbangan Inflasi (%) 1 Angkutan dalam kota 0,84 2 Bensin 0,59 3 Beras 0,33 4 Bahan Bakar Rumah Tangga 0,09 5 Kacang Panjang 0,08 6 Batu Bata 0,07 7 Besi Beton 0,06 8 Angkutan Antar Kota 0,06 9 Semen 0,06 10 Surat Kabar Harian 0,05
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Secara garis besar inflasi yang terjadi pada bulan Juni 2008 (triwulan II 2008) lebih
disebabkan karena kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah pada akhir bulan Mei
2008.
Grafik 2.10 Event Analysis Inflasi Kota Palembang 2007-2008
0.76
1.08 1.10 1.01
1.41
0.24
1.61
0.91
0.35
1.83
2.38
1.56
3.41
6.82 7.388.49
9.248.18 7.92 8.20 8.99
8.67
10.87
14.24
15.1813.96
-
1
2
3
4
Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun*
2007 2008
Per
sen
-
2
4
6
8
10
12
14
16
Per
sen
mtm (axis kiri) yoy (axis kanan)
kenaikan harga
kedelai sebagai
bahan baku tempe/tahu
kenaikan biaya tempat
tinggal, semen, dan
tukang bukan
mandor
kenaikan harga
menjelang Idul Fitri
kenaikan harga bahan
makanan, susu, dan
tahun ajaran baru
kenaikan harga
rokok & kacang-
kacangan
kenaikan harga BBMkenaikan
harga bahan
makanan secara umum
Keterangan: Data dan Informasi diolah dari BPS Propinsi Sumatera Selatan
*) Tahun Dasar 2007 = 100
Perkembangan Inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
46
Dibandingkan dengan pola inflasi nasional secara bulanan, pola inflasi bulanan kota
Palembang memiliki tendensi pergerakan yang hampir sama dengan tingkat inflasi kota
Palembang yang selalu lebih tinggi kecuali pada bulan Januari dan Februari. Kenaikan harga
kedelai yang terjadi sekitar bulan Januari-Februari sangat berpengaruh dalam menyumbang
inflasi secara nasional sehingga menyebabkan inflasi nasional lebih tinggi dari inflasi kota
Palembang.
Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm)
Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 ( persen)
0
1
2
3
4
J u n J u l A g s S e p O k t N o v D e s J a n F e b M a r A p r M e i J u n *
2 0 0 7 2 0 0 8
P a le m b a n g N a s io n a l
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
*) Tahun Dasar 2007 = 100
2.3. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang
Berdasarkan hasil Survei Pemantauan
Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia Palembang secara mingguan
pada beberapa pasar di Kota
Palembang terdapat tendensi kenaikan
harga yang secara rata-rata meningkat
sebesar 20,85 persen. Harga minyak
goreng yang pada triwulan I 2008
sempat menunjukkan gejala
penurunan, ternyata pada akhir
triwulan II 2008 ini (bulan Juni 2008)
kembali menunjukkan peningkatan dan
mencapai kisaran harga Rp13.000/kg.
Grafik 2.12 Perkembangan Harga Minyak Goreng
Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Rp/
Kg
Sumber : SPH KBI Palembang
Perkembangan inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
47
Meningkatnya kembali harga minyak goreng tersebut terkait dengan kenaikan
harga CPO di pasar internasional. Berdasarkan data dari Bloomberg, pada bulan Juni 2008
rata-rata harga CPO dunia mencapai USD1.103,98/metrik ton atau meningkat 43,65 persen
dibandingkan bulan Juni 2007 yang tercatat sebesar USD768,51/metrik ton.
Secara umum, pergerakan rata-rata harga beras di Palembang menunjukkan trend
sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terkait dengan masa
panen yang terjadi pada beberapa sentra beras pada Tw-I, meskipun selama Tw-II sendiri
terjadi panen gadu (panen ke-2) di beberapa wilayah sentra beras Sumsel namun hal
tersebut tidak sebanyak ketika panen raya. Rata-rata harga beras pada bulan Juni 2008
meningkat sebesar 7,79 persen dibandingkan bulan Maret 2008. Berdasarkan jenis beras,
beras Rojolele mengalami peningkatan harga paling tinggi yakni sebesar 9,03 persen
dibandingkan rata-rata harga pada bulan Maret 2008. Sementara itu, harga beras IR 64 II
meningkat sebesar 4,09 persen, beras Cianjur Kepala meningkat sebesar 3,80 persen, dan
harga beras IR 64 I meningkat sebesar 1,55 persen.
Grafik 2.13 Perkembangan Harga Beras Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000Ju
n Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Rp/
Kg
Rata-rata IR 64 I IR 64 II Rojolele Cianjur Kepala
Sumber : SPH KBI Palembang
Perkembangan Inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
48
Grafik 2.14 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
Harga beberapa komoditas lainnya, seperti harga daging sapi dan emas
memperlihatkan tendensi penurunan. Hal tersebut cenderung dipengaruhi oleh kondisi
pasokan yang dinilai mencukupi. Selain itu melemahnya permintaan dari konsumen
memaksa beberapa pedagang emas untuk sedikit menurunkan harga jualnya. Hal yang
bertolak belakang terjadi pada harga minyak goreng yang cenderung meningkat.
Permintaan yang tinggi terhadap minyak goreng disinyalir dimanfaatkan oleh beberapa
pedagang untuk mengambil untung dengan cara menaikkan harga jualnya.
Grafik 2.15
Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)
Pasar Cinde
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Pasar Lemabang
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Pasar Cinde
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Pasar Lemabang
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Perkembangan inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
49
Grafik 2.16 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/kg)
Grafik 2.17 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram)
Hasil pemantauan harga yang dilakukan oleh KBI Palembang secara independen
melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Palembang menunjukkan perkembangan
harga yang tidak jauh berbeda dengan hasil survei inflasi yang dilakukan secara bulanan
oleh BPS. Hal ini menunjukkan bahwa hasil SPH Kota Palembang dapat dijadikan salah satu
barometer dalam melihat perkembangan inflasi di kota Palembang.
Pasar Cinde
43,000
44,000
45,000
46,000
47,000
48,000
49,000
50,000
51,000Ju
n
Jul
Agu
st
Sep
t
Okt
Nov
Des Ja
n
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Pasar Lemabang
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Jun
Jul
Agu
st
Sep
t
Okt
Nov
Des Ja
n
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Pasar Lemabang
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000Ju
n Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Pasar Cinde
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Sumber : SPH KBI Palembang
Perkembangan Inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
50
Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH
di Kota Palembang (Juni 2007 – Juni 2008)
0
1
2
3
4
Jun
Jul
Agu
st
Sep
t
Okt
Nov
Des Ja
n
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun*
2007 2008
Per
sen
(25)(20)(15)(10)(5)-5101520
Per
sen
Inf lasi BPS, Bulanan(Axis Kiri)
Inflasi SPH, Bulanan(Axis Kanan)
Keterangan : Data dan informasi diolah dari BPS Propinsi Sumsel dan SPH Bank Indonesia Palembang *) Tahun Dasar 2007 = 100
Perkembangan inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
51
RINGKASAN HASIL PENELITIAN
KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA
Bank Indonesia Palembang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik Propinsi
Sumatera Selatan melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Inflasi Kota Palembang. Penelitian tersebut bertujuan untuk : (i)
mengetahui komoditas-komoditas penyumbang inflasi kota Palembang, dan (ii)
mengetahui pola pembentukan harga-harga komoditas penyumbang inflasi.
Penelitian melibatkan 57 responden yang meliputi produsen, pedagang besar, dan
pedagang eceran di Kota Palembang dan daerah sentra produksi beras.
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut diketahui bahwa terdapat 20
besar komoditas yang memberikan
sumbangan terbesar terhadap
pembentukan inflasi kota Palembang
sebagaimana pada Tabel 1.
Perhitungan sumbangan masing-
masing komoditas terhadap inflasi
didasarkan pada nilai konsumsi per
bulan masing-masing komoditas,
kemudian dari tabel tersebut
dilakukan judgement untuk
menentukan tiga komoditas yang
perlu didalami proses pembentukan
harganya. Penentuan tiga komoditas tersebut juga mempertimbangkan
karakteristik komoditas bagi Palembang. Hasil judgement menghasilkan tiga barang
yakni beras, minyak goreng, dan tepung terigu. Kenapa beras atau minyak goreng
dan tepung terigu? Selain berdasarkan bobot sumbangannya, dimasukkannya beras
sebagai komoditas yang akan didalami proses pembentukan harganya adalah
didasarkan pada sifat beras sebagai bahan makanan pokok yang tidak mempunyai
substitusi. Pemilihan minyak goreng didasarkan pada pertimbangan bahwa
komoditas tersebut juga merupakan kebutuhan pokok dan tidak ada barang
Tabel 1Komoditas Penyumbang Inflasi Palembang
Periode 2007 Perubahan
Harga Sumbangan
Inflasi
(%) (%)1 Minyak Goreng 51.10 2.37 1.212 Daging Ayam Ras 46.44 1.98 0.923 Mie 30.36 1.78 0.544 Emas Perhiasan 39.39 1.27 0.505 Roti Manis 60.71 0.69 0.426 Empek-Empek 24.44 1.62 0.407 Tarif SLTA 55.03 0.64 0.358 Telur Ayam Ras 31.67 0.98 0.319 Bawang Merah 44.06 0.68 0.30
10 Beras 5.19 5.53 0.2911 Rokok Kretek Filter 11.29 2.45 0.2812 Tahu Mentah 28.57 0.95 0.2713 Bayam 97.03 0.27 0.2614 Semen 34.04 0.73 0.2515 Ikan Gabus 34.87 0.63 0.2216 Tarip Air Minum 21.08 1.04 0.2217 Tepung Terigu 44.81 0.38 0.1718 Tempe 15.63 0.95 0.1519 Jeruk 38.62 0.37 0.1420 Rokok Kretek 9.17 1.46 0.13
No. KomoditiBobot
Komoditas (%)
Suplemen 3
Perkembangan Inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
52
substitusi yang lebih murah. Pertimbangan serupa juga dilakukan pada tepung
terigu. Selain tentunya sebagai barang kebutuhan pokok dan tidak ada barang
substitusi, tepung terigu juga merupakan bahan baku dari berbagai makanan khas
Palembang, antara lain, empek-empek, tekwan, model, serta bahan baku panganan
lain, misalnya roti, mie instan, dan mie basah.
Secara empiris, setidaknya dalam
setahun terakhir, khususnya harga minyak
goreng dan tepung terigu, mengalami
peningkatan yang persisten dari waktu ke
waktu. Sebagaimana dideskripsikan pada
Grafik 1 terlihat bahwa pada awal tahun
2007, harga minyak goreng curah sebesar
Rp6.490 per kg, kemudian terus mengalami
peningkatan dan pada akhir tahun telah
mencapai Rp8.650 per kg.
Hal yang sama juga terjadi pada harga
tepung terigu merk Segitiga Biru (lihat Grafik
2). Pemilihan tepung terigu Segitiga Biru
dengan pertimbangan bahwa merk tersebut
merupakan merk tepung terigu yang paling
banyak dikonsumsi oleh masyarakat kota
Palembang. Pada awal tahun 2007 harga
tepung terigu sebesar Rp4.500 per Kg,
sedangkan di akhir tahun sudah mencapai
Rp5.910 per Kg. Kenaikan harga tepung
terigu juga tidak lepas dari perkembangan
harga tepung terigu di pasar internasional
yang sempat mengalami eskalasi pada tahun
lalu.
Sementara itu, fluktuasi dari harga
beras di Palembang sangat dipengaruhi oleh
faktor musiman atau siklus produksi beras.
Grafik 2 Perkembangan Harga Tepung Terigu
Tahun 2007
4.5004.5004.500 4.5004.5004.5004.525 4.775
5.206
5.4385.500
5.910
4.000
4.200
4.400
4.600
4.800
5.000
5.200
5.400
5.600
5.800
6.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Bulan
Rp.
Grafik 3 Perkembangan Harga Beras Tahun 2007
5.3565.332
5.629
4.9094.9154.9184.896 4.953
5.1695.219
5.185
5.471
4.000
4.200
4.400
4.600
4.800
5.000
5.200
5.400
5.600
5.800
6.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Rp.
Grafik 1 Perkembangan Harga Minyak
Goreng Curah, 2007
8.650
8.5658.5008.5928.808
8.107
8.598
7.883
7.324
6.3506.4906.400
6.000
6.500
7.000
7.500
8.000
8.500
9.000
9.500
10.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Bulan
Rp.
Perkembangan inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
53
Pada penelitian ini, pembentukan harga beras dibagi menjadi tiga kerangka waktu
yakni pada saat: (i) panen, (ii) normal, dan (iii) paceklik. Pada grafik 3 terlihat bahwa
harga beras mengikuti tiga kerangka waktu dimaksud. Harga beras yang dihitung
merupakan harga beras rata-rata dari berbagai merk yakni: (i) selancar, (ii) sepat
siam, (iii) patin), (iv) dewi, (v) topi koki, (vi) arjuna, dan (vii) arjuna. Secara empiris,
harga beras tertinggi terjadi berkisar pada triwulan I, kemudian menurun pada
triwulan II dan III. Setelah itu, harga beras kembali meningkat pada triwulan IV
sehubungan peningkatan permintaan sehubungan dengan bulan puasa dan hari
besar keagamaan di samping terjadi musim kemarau.
Pembentukan Harga Beras, Minyak Goreng, dan Tepung Terigu
Penelitian menemukan bahwa terdapat 6 komponen pembentuk harga di
komoditas beras masing-masing sebagai berikut: (i) modal untuk pembelian beras,
(ii) transpor, (iii) tenaga kerja, (iv) kemasan, (v) biaya lain-lain, dan (vi) keuntungan.
Selain dibedakan berdasarkan kerangka waktu, pembentukan harga juga
dikelompokkan dalam tiga golongan yakni : (i) produsen, (ii) pedagang besar, dan
(iii) pedagang eceran.
Pada tingkat produsen, sebagian besar harga dibentuk oleh pengeluaran
untuk bahan baku, yakni bibit, pupuk, dan saprodi lainnya yang secara persentase
jumlahnya mencapai 86.78 persen untuk setiap kilogramnya. Angka tersebut
merupakan angka rata-rata persentase di tiga periode (panen, normal, dan
paceklik). Rata-rata margin keuntungan di tingkat produsen sebesar 9,03 persen.
Sementara itu, komponen pembentuk harga lainnya (transpor, tenaga kerja,
kemasan, biaya lain-lain) relatif rendah yakni berkisar 0,65 persen sd. 1,74 persen
(lihat Tabel 2).
Di tingkat produsen, besaran persentase komponen harga tidak jauh
berbeda, dimana rata-rata komposisi modal untuk pembelian komoditi juga
merupakan yang terbesar (90,87 persen). Besarnya margin keuntungan rata-rata
5,33 persen. Di tingkat pedagang eceran pun tidak jauh berbeda, hanya komponen
pembelian komoditi yang terbesar, sedangkan keuntungan hanya 6,39 persen.
Komponen pembentukan harga pada waktu paceklik, bahan baku dan
modal pembelian komoditas merupakan komponen terbesar, baik di sisi produsen,
Perkembangan Inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
54
pedagang besar, serta pedagang eceran. Selain itu, margin keuntungan pun
terendah di saat musim paceklik bagi pedagang eceran dan pedagang besar.
Pembentukan harga
minyak goreng curah
dikelompokkan pada tiga
golongan yakni: (i) pedagang
eceran, (ii) pedagang besar,
dan (iii) produsen (lihat Tabel
3). Modal pembelian
komoditas dan bahan baku di
masing-masing kategori pelaku
usaha merupakan komponen
terbesar dalam pembentukan
harga. Alokasi untuk
keuntungan secara rata-rata di
bawah 10 persen, 0,51 persen
untuk produsen, 2,74 persen
untuk pedagang besar, dan
6,32 persen untuk pedagang
eceran. Sementara itu, untuk
komponen-komponen lainnya
relatif rendah.
Pola pembentukan
harga untuk komoditas tepung
terigu di Kota Palembang juga
tidak berbeda dengan dua
komoditas lainnya. Namun
pelaku usaha yang terkait
hanya meliputi dua yakni: (i) pedagang eceran dan (ii) pedagang besar. Hal ini
dikarenakan tidak terdapatnya produsen tepung terigu di Sumatera Selatan. Modal
pembelian komoditas merupakan komponen terbesar dalam pembentukan harga
terigu atau berada dalam kisaran 91,02 sd. 93,42 persen, sedangkan untuk
keuntungan masing-masing mencapai 3,86 persen untuk pedagang besar dan 6,61
Tabel 2 Pola Pembentukan Harga Beras Pada Tingkat Produsen
di Propinsi Sumatera Selatan (dalam % per Kg) Periode Musim Variabel Pembentuk
Harga Panen Normal Paceklik Rata-Rata
(1) (2) (3) (4) (5)
Bahan Baku 84,81 88,14 87,39 86,78
Transport 0,88 0,80 0,69 0,79
Tenaga Kerja 1,47 1,82 1,92 1,74
Kemasan 0,68 0,66 0,62 0,65
Biaya lain-lain 1,13 1,08 0,81 1,01
Keuntungan 11,03 7,50 8,57 9,03
JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008
Tabel 3 Pola Pembentukan Harga Minyak Goreng Curah
di Kota Palembang (dalam % per Kg) Kategori Variabel Pembentuk
Harga Pedagang Eceran
Pedagang Besar Produsen
(1) (2) (3) (4)
Modal Pembelian Komoditi*
92,17 93,65 91,25
Transport 0,03 1,98 2,24
Tenaga Kerja 0,69 0,20 0,49
Kemasan 0,56 0,04 **
Biaya lain-lain 0,25 1,41 5,52
Keuntungan 6,32 2,74 0,51
JUMLAH 100,00 100,00 100,00
Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008 * Modal Pembelian Komoditi = Bahan Baku (untuk tingkat
Produsen) ** termasuk dalam biaya lain-lain
Perkembangan inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
55
persen pedagang eceran.
Komponen-komponen pembentuk
harga lainnya berada di bawah 2
persen. Untuk ketiga komoditas,
biaya-biaya lain antara lain meliputi
sewa gudang, jasa keamanan,
retribusi, dan termasuk pungutan-
pengutan tidak resmi lainnya.
Implikasi dan Rekomendasi
Kebijakan
Hasil penelitian tersebut setidaknya
telah menjadi langkah untuk kita membedah proses pembentukan harga komoditas
yang mempunyai sumbangan strategis terhadap inflasi kota Palembang. Stabilisasi
harga beras pada level yang wajar, sebagai contoh, perlu dilakukan melalui upaya
peningkatan produksi dan mekanisme tata niaga yang efektif. Saat ini biaya
produksi petani masih cukup tinggi, hal tersebut dapat menjadi obyek kajian
bagaimana petani-petani di Sumsel mendapatkan bibit, pupuk, BBM, dan saprodi
lainnya. Berdasarkan survei-survei terpisah, para petani padi di Sumsel saat ini
tengah menghadapi masalah kenaikan harga pupuk, BBM untuk traktor, kenaikan
biaya tenaga kerja, kenaikan harga saprodi. Selain itu, di beberapa sentra produksi
terdapat pula permasalahan serangan hama (tikus dan tungro), demikian pula kasus
pupuk oplosan dan bibit palsu. Saat ini mekanisme tata niaga belum sepenuhnya
berjalan optimal, berdasarkan informasi dari para petani di sentra produksi,
sebagian besar petani sudah terjerat oleh ijon dan hasil panen petani sebagian besar
di jual kepada pedagang beras dari luar Sumsel. Hal tersebut menyebabkan pasokan
beras untuk Sumsel berkurang. Kekurangan pasokan tentunya berpotensi
meningkatkan harga. Dalam hal ini kebijakan stok pangan di Sumsel dalam
memenuhi kebutuhan perlu ditinjau kembali. Untuk komoditas tepung terigu dan
minyak goreng, kebijakan yang dapat diambil adalah pengkajian kembali kebijakan
operasi pasar. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pemberantasan pungutan liar di
sepanjang titik distribusi. Selanjutnya, sebagai tahapan pendalaman, tentunya
diperlukan penelitian lanjutan ke depan yang bertujuan untuk mengetahui
interregional inflation untuk melihat lebih detail sumber tekanan inflasi.
Tabel 4 Pola Pembentukan Harga Tepung Segitiga Biru
di Kota Palembang (dalam %) Kategori
Variabel Pembentuk Harga Pedagang Eceran
Pedagang Besar
(1) (2) (3) Modal Pembelian Komoditi
91,02 93,42
Transport 0,04 0,95
Tenaga Kerja 0,24 1,55
Kemasan 1,45 0,00
Biaya lain-lain 0,66 0,23
Keuntungan 6,61 3,86
JUMLAH 100,00 100,00
Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008
Perkembangan Inflasi Palembang
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
56
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
57
3.1. Kondisi Umum
Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada triwulan II 2008 (Mei 2008)
dilihat dari beberapa variabel menunjukkan perkembangan positif. Jumlah aset perbankan
Sumsel meningkat sebesar 16,58 persen dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
(yoy), yaitu dari Rp27,86 triliun menjadi Rp32,48 triliun. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
(DPK) meningkat sebesar 11,49 persen dari Rp20,89 triliun pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya menjadi Rp23,29 triliun atau meningkat sebesar Rp2,40 triliun. Penyaluran
kredit/pembiayaan mengalami peningkatan dari Rp15,38 triliun pada triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya menjadi Rp18,87 triliun atau meningkat sebesar 22,76 persen.
Secara triwulanan (qtq),
kinerja perbankan di Propinsi Sumsel
juga menunjukkan trend peningkatan
dalam berbagai komponen. Jumlah
aset meningkat sebesar Rp1,44 triliun
atau 4,61 persen dibandingkan
triwulan I 2008 yang tercatat sebesar
Rp31,04 triliun. Jumlah simpanan/DPK
meningkat sebesar Rp0,09 triliun atau
sebesar 0,42 persen dari posisi
triwulan sebelumnya. Jumlah
penyaluran kredit/pembiayaan meningkat sebesar Rp1,65 triliun atau sebesar 9,61 persen
dari posisi triwulan I 2008. Meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan tersebut terutama
didorong oleh meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan pada sektor perindustrian yang
memberikan andil sebesar 3,87 persen.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3
Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan
Palembang61%
Lematang Ilir Ogan Tengah
5%
Ogan Komering Ulu5%
Ogan Komering Ilir6%
Musi Rawas3%
Musi banyuasin7%Prabumulih
4%
Pagar Alam1%
Lubuklinggau3%
Baturaja2%
Lahat3%
Lainnya0%
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
58
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di wilayah Sumsel pada triwulan II 2008
tercatat sebesar 81,03 persen, meningkat relatif tinggi dari LDR pada triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 74,23 persen.
Penyaluran Kredit Mikro Kecil Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat
mengalami peningkatan sebesar Rp2,72 triliun atau sebesar 28,87 persen menjadi sebesar
Rp12,12 triliun. Sementara itu secara triwulanan (qtq) meningkat sebesar Rp0,70 triliun
atau sebesar 7,02 persen dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp11,33 triliun.
Tingkat rasio Non-Performing Loan (NPL) triwulan II 2008 (Mei 2008) menunjukkan
peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 1,94 persen menjadi 1,97
persen. Namun demikian, rasio NPL tersebut masih berada di bawah toleransi 5 persen
sebagaimana yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
3.2. Kelembagaan
Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi
Sumatera Selatan sampai dengan triwulan
II 2008 adalah 48 Bank dengan memiliki
392 kantor bank sebagai jaringannya
yang terdiri dari 4 Kantor Wilayah Bank
Umum Konvensional, 1 Kantor Pusat
Bank Pemerintah Daerah, 59 Kantor
Cabang Bank Umum Konvensional, 19
Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan
21 Kantor BPR/S, 229 Kantor Cabang
Pembantu dan 59 Kantor Kas. Jumlah
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat
sebanyak 307 unit.
Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan
4821
83
229
59
392
307
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
JUMLAHBANK
KP/KWL KC KCP KK JML ATM
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
59
3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
3.3.1 Penghimpunan DPK
DPK secara tahunan (yoy) mengalami peningkatan kecuali untuk simpanan giro. Simpanan
giro tercatat menurun dari Rp4,98 triliun menjadi Rp4,60 triliun atau menurun sebesar 7,64
persen. Simpanan deposito meningkat dari Rp8,06 triliun menjadi Rp8,27 triliun atau
meningkat sebesar 2,61 persen. Simpanan tabungan meningkat dari Rp7,86 triliun menjadi
Rp10,43 triliun atau meningkat sebesar 32,71 persen.
Sementara itu, dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya (qtq),
penghimpunan DPK perbankan pada
triwulan II 2008 ini mengalami
peningkatan sebesar Rp96,91 miliar
atau sebesar 0,42 persen. Simpanan
giro meningkat sebesar 2,43 persen dari
Rp4,49 triliun menjadi Rp4,60 triliun.
Simpanan tabungan mengalami
peningkatan sebesar 2,57 persen dari
Rp10,17 triliun menjadi Rp10,43 triliun.
Sedangkan simpanan deposito
mengalami sedikit penurunan sebesar
3,20 persen dari Rp8,54 triliun menjadi
RP8,27 triliun.
Berdasarkan pangsa masing-
masing terhadap DPK, simpanan
tabungan tetap memiliki pangsa
terbesar yakni sebesar 44,78 persen
diikuti oleh simpanan deposito sebesar
35,49 persen dan simpanan giro
sebesar 19,74 persen.
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan
5.274.76 4.49 4.60
7.868.64
10.18 10.17 10.43
9.208.54 8.27
4.98
8.068.13
0
2
4
6
8
10
12
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Rp.
Tril
iun
Giro Tabungan Deposito
Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tw II 2008
di Propinsi Sumatera Selatan
19.74%
44.78%
35.49%
Giro Tabungan Deposito
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
60
3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota
Saat ini sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia masih mengelompokkan
daerah berdasarkan 11 kabupaten/kota. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan
(yoy), laju pertumbuhan penghimpunan DPK Musi Rawas tercatat mengalami pertumbuhan
paling tinggi yakni sebesar 172,33 persen dari sebesar Rp3,18 miliar menjadi Rp8,67 miliar.
Penghimpunan DPK di Kota Palembang sebagai pusat perekonomian Sumsel tercatat
tumbuh sebesar 10,96 persen dari sebesar Rp14,72 triliun menjadi sebesar Rp16,33 triliun.
Kabupaten yang tercatat mengalami penurunan DPK secara tahunan adalah Lematang Ilir
Ogan Tengah dengan penurunan sebesar 14,98 persen dari Rp1,08 triliun menjadi Rp0,92
triliun.
Penghimpunan DPK secara triwulanan (qtq) berdasarkan kabupaten di Propinsi
Sumsel menunjukkan kabupaten Musi Rawas mengalami peningkatan paling tinggi dari
Rp4,18 miliar menjadi Rp8,67 miliar atau meningkat sebesar 107,37 persen. DPK Kota
Palembang mengalami penurunan dari Rp16,49 triliun menjadi Rp16,33 triliun atau
menurun sebesar 0,94 persen. Wilayah yang mencatat penurunan DPK paling tinggi adalah
wilayah Lematang Ilir Ogan Tengah yang tercatat mengalami penurunan dari Rp0,98 triliun
menjadi Rp0,92 triliun atau menurun sebesar 6,53 persen.
Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang tercatat sebagai daerah dengan pangsa
DPK terbesar yakni sebesar 70,10 persen dari total DPK Sumsel, kemudian daerah yang
mempunyai pangsa paling kecil adalah kabupaten Musi Rawas dengan pangsa sebesar 0,04
persen.
Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan
Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIPrabumulih 851,728 907,312 959,248 906,349 913,243Pagar Alam 251,472 330,850 329,253 305,480 334,488Lubuklinggau 1,176,911 1,253,786 1,143,114 1,241,037 1,346,746Baturaja 637,584 513,421 602,944 673,660 675,977Palembang 14,716,885 15,691,036 17,108,535 16,485,719 16,329,967Ogan Komering Ulu 440,205 560,177 471,945 488,806 479,225Ogan Komering Ilir 640,242 735,158 633,587 777,485 883,233Musi banyuasin 628,360 581,442 846,279 751,344 794,700Musi Rawas 3,184 3,340 3,606 4,181 8,670Lematang Ilir Ogan Tengah 1,079,602 888,751 1,469,022 981,977 917,854Lahat 467,447 568,524 574,938 581,692 610,537
Kabupaten 2007 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
61
3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan
3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral
Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada triwulan II 2008 tercatat mengalami
peningkatan sebesar 22,76 persen dari tahun sebelumnya (yoy). Meningkatnya penyaluran
kredit/pembiayaan dari Rp15,38 triliun menjadi Rp18,87 triliun ini terkait dengan
peningkatan kredit di sektor
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran (PHR) serta sektor
Konstruksi yang masing-
masing meningkat sebesar
30,35 persen dan 24,89 persen.
Meningkatnya kredit di sektor
PHR sangat erat kaitannya
dengan meningkatnya aktivitas
pariwisata dan perdagangan
dibanding periode yang sama
pada tahun sebelumnya.
Program Visit Musi 2008 dan
banyaknya kegiatan berskala
nasional maupun internasional
di kota Palembang merupakan
beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kinerja sektor PHR.
Penyaluran kredit di Sektor Pertanian meningkat sebesar 23,47 persen yang
mayoritas digunakan untuk membiayai kegiatan investasi pada sub sektor perkebunan karet
dan sawit. Harga sawit dan karet yang tinggi menjadi pendorong para pelaku usaha di
sektor ini untuk terus mengembangkan usahanya. Sektor lainnya yang mengalami
peningkatan adalah sektor Perindustrian, sektor Pengangkutan, sektor Jasa Dunia
Usaha dan sektor LGA masing-masing sebesar 16,95 persen, 11,96 persen, 11,80, dan
4,78 persen.
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral
Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun) 2007 2008
Sektor Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Pertanian 1.89 2.16 2.04 2.13 2.33
Pertambangan 0.32 0.02 0.03 0.04 0.08
Perindustrian 2.52 1.98 2.48 2.36 2.94
LGA 3.20 3.43 3.69 3.77 4.17
Konstruksi 0.37 0.44 0.42 0.39 0.39
Perdagangan 0.98 1.24 1.19 1.18 1.23
Pengangkutan & Komunikasi
0.24 0.23 0.25 0.25 0.26
Jasa Dunia Usaha 0.84 0.96 0.99 1.01 0.93
Jasa-jasa Sosial 0.26 0.21 0.22 0.23 0.24
Lain-lain 4.77 5.08 5.26 5.86 6.29
Total kredit 15.38 15.75 16.58 17.22 18.87
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
62
Sektor Pertambangan dan sektor Jasa Sosial tercatat mengalami penurunan
kredit masing-masing sebesar 74,92 persen dan 6,03 persen. Tingginya penurunan
penyaluran kredit di sektor pertambangan seiring dengan rendahnya pertumbuhan tahunan
di sektor tersebut yang disebabkan karena terkendalanya upaya peningkatan produksi di
sub sektor pertambangan migas dan penggalian batu bara dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Secara triwulanan (qtq), hampir seluruh sektor mengalami peningkatan penyaluran
kredit/pembiayaan kecuali sektor jasa dunia usaha yang mengalami penurunan sebesar 7,55
persen. Peningkatan kredit tercermin pula dari hasil Survei Kredit Perbankan di wilayah
Sumsel yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang (lihat Suplemen 4.
Kredit/Pembiayaan Perbankan Sumsel Triwulan II 2008 Lebih Ekspansif). Pada triwulan ini
sektor pertambangan justru tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit yang paling
tinggi yakni sebesar 108,07 persen. Meningkatnya penyaluran kredit di sektor tersebut
diperkirakan terkait erat dengan upaya pengembangan di sub sektor pertambangan non
migas (batu bara) dalam bentuk kredit investasi.
Dari sisi kontribusi, selain
sektor lain-lain, sektor perdagangan
tercatat masih mendominasi
penyaluran kredit pada triwulan II
2008 ini dengan pangsa sebesar
22,11 persen. Kemudian berturut-
turut diikuti oleh penyaluran kredit
pada sektor perindustrian, sektor
pertanian, sektor konstruksi, dan
sektor jasa dunia usaha masing-
masing sebesar 15,59 persen, 12,33
persen, 6,51 persen, dan 4,95
persen. Adapun penyaluran kredit/
pembiayaan pada sektor LGA, sektor pengangkutan, sektor jasa sosial, dan sektor
pertambangan tercatat hanya memiliki pangsa kurang dari 3 persen.
Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral
Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008
Lain-lain33.34%
Listrik, Gas dan Air2.05%
Konstruksi 6.51%
Pengangkutan
1.40%
Jasa Sosial Masyarakat
1.29%Jasa Dunia
Usaha4.95%
Pertanian12.33% Pertambanga
n0.43%
Perindustrian15.59%
Perdagangan22.11%
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
63
3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan
Seluruh penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaannya mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit konsumsi tercatat
mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 32,00 persen menjadi sebesar Rp6,29
triliun. Kredit modal kerja mencatat
pertumbuhan sebesar 22,53 persen,
sedangkan kredit investasi tercatat hanya
tumbuh sebesar 11,14 persen.
Rendahnya pertumbuhan penyaluran
kredit investasi secara tahunan tidak terlepas
dari situasi bisnis dan tingkat suku bunga
investasi yang menurut sebagian pelaku
usaha masih cukup tinggi sehingga hal
tersebut berdampak negatif terhadap
keputusan untuk berinvestasi. Selain itu,
kenaikan harga BBM yang ditetapkan
pemerintah pada akhir Mei 2008 memaksa para pelaku usaha untuk menghitung ulang
rencana investasinya.
Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan investasi tercatat mengalami
peningkatan tertinggi yakni sebesar 11,47 persen, sedangkan kredit modal kerja dan kredit
konsumsi tercatat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 10,48 persen dan 7,30
persen.
Dari segi komposisi, penyaluran kredit
berdasarkan penggunaan pada triwulan II
2008 ini masih didominasi oleh kredit modal
kerja, yakni sebesar 45,18 persen, kemudian
diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 33,33
persen, dan kredit investasi dengan pangsa
sebesar 21,48 persen.
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan
Propinsi Sumatera Selatan
8.537.728.05
7.456.96
4.053.643.273.223.65
4.77 5.08 5.26 5.866.29
-
5
10
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Rp
Trili
un
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan
Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008
Konsum si33.33%
Investasi21.48%
M odal Kerja
45.18%
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
64
3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten
Menurut daerah penyaluran kredit, pada periode triwulan II 2008 ini kota Pagar Alam dan
Lematang Ilir Ogan Tengah tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan
secara tahunan (yoy) yang signifikan yakni masing-masing sebesar 42,91 persen dan 41,16
persen. Kabupaten Musi Rawas tercatat mengalami penurunan penyaluran
kredit/pembiayaan sebesar 22,77 persen.
Secara triwulanan (qtq), penyaluran
kredit/pembiayaan di wilayah Baturaja
tercatat mengalami peningkatan tertinggi
yakni sebesar 41,43 persen, sedangkan
wilayah Musi Banyuasin tercatat mengalami
penurunan penyaluran kredit sebesar 1,76
persen. Penyebaran kredit/pembiayaan
berdasarkan wilayah di Propinsi Sumsel
didominasi oleh kota Palembang dengan
pangsa kredit sebesar 61,73 persen.
Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan
Propinsi Sumatera Selatan Tw II 2008 Berdasarkan Wilayah
Palembang61%
Lematang Ilir Ogan Tengah
5%
Ogan Komering Ulu5%
Ogan Komering Ilir6%
Musi Rawas3%
Musi banyuasin7%Prabumulih
4%
Pagar Alam1%
Lubuklinggau3%
Baturaja2%
Lahat3%
Lainnya0%
Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan
Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIPrabumulih 595,760 676,835 677,125 661,416 682,034Pagar Alam 143,621 147,257 148,918 160,856 205,251Lubuklinggau 428,582 530,294 466,554 474,199 526,495Baturaja 272,510 192,291 223,067 209,347 296,080Palembang 9,545,361 9,740,643 10,397,330 10,601,396 11,651,805Ogan Komering Ulu 688,753 806,755 860,923 883,257 960,506Ogan Komering Ilir 863,379 831,082 843,993 899,331 1,053,820Musi banyuasin 1,071,715 1,278,754 1,429,902 1,504,852 1,478,369Musi Rawas 613,335 361,257 383,468 400,277 473,696Lematang Ilir Ogan Tengah 696,446 742,452 707,656 928,589 983,076Lahat 369,053 368,715 357,603 433,798 498,905Lainnya 86,518 75,099 82,793 62,809 64,698
Kabupaten/Kota 2007 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
65
3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat
mengalami peningkatan sebesar Rp2,72 triliun atau sebesar 28,87 persen dari Rp9,41 triliun
menjadi sebesar Rp12,12 triliun.
Sementara itu, secara triwulanan (qtq)
mengalami peningkatan sebesar Rp0,28
triliun atau sebesar 7,02 persen
dibanding triwulan sebelumnya.
Menurut penggunaan, kredit yang
diberikan banyak digunakan untuk
konsumsi dan modal kerja. Kredit
konsumsi tercatat sebesar Rp6,24 triliun
atau dengan pangsa sebesar 51,49
persen. Kredit Modal Kerja tercatat
sebesar Rp4,59 triliun atau dengan
pangsa sebesar 37,86 persen.
Berdasarkan plafon kredit,
realisasi penyaluran kredit mikro (plafon
sd. Rp50 juta) tercatat sebesar Rp4,64
triliun atau berpangsa sebesar 38,29
persen, kredit kecil (plafon Rp51 juta
s.d. Rp500 juta) tercatat sebesar Rp4,00
triliun atau berpangsa sebesar 33,01
persen, dan kredit menengah (Rp501
juta s.d. Rp5 miliar) tercatat sebesar
Rp3,48 triliun atau dengan pangsa
sebesar 28,70 persen.
Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan
Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan
3.604.06 4.24
1.07 1.14 1.16 1.20 1.29
4.73 5.05 5.215.82
6.24
4.594.31
0
1
2
3
4
5
6
7
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Rp
Trili
un
KMK Investasi Konsumsi
Grafik 3.10
Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit
4.01
2.622.78
4.17
3.043.04
4.13
3.273.21
4.47
3.603.26
4.64
4.00
3.48
0
1
2
3
4
5
Rp
Trili
un
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008Mikro Kecil Menengah
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
66
3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan
Suku bunga perbankan yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman
pada triwulan II 2008 tercatat mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya maupun dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan
Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata mengalami penurunan dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya (yoy) maupun dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq).
Rata-rata tingkat suku bunga
simpanan pada triwulan II 2008 tercatat
sebesar 7,64 persen, menurun
dibandingkan tingkat suku bunga
simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq)
yang sebesar 7,83 persen maupun apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
(yoy) yang tercatat sebesar 9,25 persen.
Berdasarkan lamanya simpanan, suku
bunga simpanan 24 bulan mencatat suku
bunga paling tinggi yakni sebesar 9,31
persen.
3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman
Seperti halnya dengan perkembangan suku bunga simpanan, suku bunga pinjaman yang
terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara rata-
rata mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
(yoy) maupun dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq).
Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan II 2008 tercatat sebesar 15,03
persen, menurun apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan
sebelumnya (qtq) yang sebesar 15,40 persen maupun apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 16,35 persen.
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan
Perbankan Sumsel
9.258.22 8.18 7.83 7.64
-2468
101214
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Pers
en
1 bln 3 bln 6 bln12 bln 24 bln Rata2
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
67
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan
Berdasarkan data LBU KBI Palembang, NPL gross (belum memperhitungkan PPAP) pada
triwulan II 2008 (Mei 2008) tercatat sebesar 1,97 persen dari total kredit yang disalurkan,
sementara pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,94 persen. Sementara itu, NPL net
(sudah memperhitungkan PPAP) pada triwulan II 2008 tercatat sebesar 1,05 persen dari
total kredit, sedangkan NPL Net (sudah memperhitungkan PPAP) pada triwulan yang lalu
tercatat sebesar 0,48 persen dari total kredit.
Grafik 3.13 Perkembangan NPL Perbankan
Propinsi Sumatera Selatan
2.55%
1.97%
0.74%
0.25%0.42% 0.48%
1.05%
1.94%
1.73%1.84%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
3.0%
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
NPL Gross NPL Nett
Grafik 3.14 Persentase NPL Perbankan Sumsel
Tw II 2008 Berdasarkan Sektor Ekonomi
0.12%
7.06%
0.00%
9.18%
1.18%
16.04%
29.31%
8.23%
4.50%
24.37%
Pertanian PertambanganPerindustrian LGAKonstruksi PHRAngkutan Jasa. UsahaJasa Sosial Lain-lain
Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman
Perbankan Sumsel
16.35 15.84 15.81 15.40 15.03
-2468
101214161820
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Pers
en
Modal Kerja InvestasiKonsumsi Rata2
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
68
Dilihat dari sektor ekonominya, persentase NPL gross terbesar di triwulan II 2008
masih berasal dari sektor perdagangan yakni sebesar 29,31 persen. NPL sektor lain-lain
tercatat menyumbang sebesar 24,37 persen, sedangkan sektor pertanian yang juga
merupakan salah satu sektor unggulan Sumsel tercatat menyumbang NPL sebesar 16,04
persen.
3.7. Kelonggaran Tarik
Dari LBU KBI Palembang diperoleh informasi
bahwa undisbursement loan (kredit yang
belum direalisasikan oleh debitur) pada
triwulan II 2008 tercatat sebesar 13,96
persen dari plafon kredit yang disetujui oleh
perbankan, meningkat dibanding tahun
sebelumnya yang tercatat hanya sebesar
12,76 persen. Namun apabila dibandingkan
triwulan sebelumnya tercatat mengalami
penurunan yakni dari sebesar 14,21 persen.
3.8. Resiko Likuiditas
Resiko likuiditas bank umum di Propinsi Sumsel pada triwulan II 2008 tergolong sangat
likuid dengan besaran angka rasio likuiditas sebesar 178,66 persen. Namun demikian, rasio
tersebut tercatat menurun baik
dibandingkan dengan rasio likuiditas tahun
sebelumnya maupun triwulan sebelumnya
yang masing-masing tercatat sebesar
196,76 persen dan 189,27 persen.
Jumlah aktiva likuid < 1 bulan
tercatat sebesar Rp38,90 triliun atau
meningkat sebesar 5,31 persen dari tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp36,94
triliun. Jumlah pasiva likuid < 1 bulan
Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan
Perbankan Sumatera Selatan
1.55
2.042.20
2.071.71
12.76%12.98%
14.59%
13.96%14.21%
-
1
2
3
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Rp
Trili
un
11%
12%
13%
14%
15%
Nominal Kelonggaran TarikPersentase Kelonggaran Tarik
Grafik 3.16 Perkembangan Resiko Likuiditas
Perbankan Sumsel
40.32 40.34 38.9036.94
41.61
21.31 21.77
18.7820.84
23.13
196.76%
193.48%
179.90% 178.66%
189.27%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Rp
Trili
un
165%
170%
175%
180%
185%
190%
195%
200%
Aktiva Likuid < 1 bulanPasiva Likuid < 1 bulanRasio Likuiditas
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
69
tercatat sebesar Rp21,77 triliun atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp18,78 triliun.
3.9. Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan perbankan umum Syariah menunjukkan kinerja yang menggembirakan
dilihat dari indikator aset, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran
pembiayaan. Pada Tw-II (data Mei 2008) total aset tercatat sebesar Rp873,06 miliar,
meningkat sebesar 35,84 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy)
yang tercatat sebesar Rp642,71 miliar atau secara triwulanan meningkat sebesar 3,64
persen dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar Rp842,40
miliar.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp535,89 miliar,
meningkat 57,76 persen dibanding triwulan II 2007 (yoy) yang sebesar Rp339,69 miliar atau
menurun sebesar 0,14 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat
sebesar Rp536,64 miliar. Dana investasi tidak terikat mendominasi pangsa penghimpunan
DPK yakni sebesar 89,87 persen atau sebesar Rp481,62 miliar yang terdiri dari komponen
tabungan mudarabah sebesar Rp299,17 miliar dengan pangsa sebesar 55,83 persen dari
total DPK dan deposito mudarabah sebesar Rp182,45 miliar atau dengan pangsa sebesar
34,05 persen.
Grafik 3.17 Perkembangan Perbankan Syariah di Sumsel (Rp Miliar)
642.71717.51
804.34 842.40 873.06
339.69401.90
519.39 536.64 535.89481.19
572.07641.13
737.44806.03
-100200300400500600700800900
1,000
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2007 2008
Rp
Mili
ar
Asset DPK Pembiayaan
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
70
Sejalan dengan peningkatan aset dan penghimpunan DPK, penyaluran pembiayaan
secara tahunan (yoy) juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yakni sebesar 67,51
persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau meningkat sebesar 9,30
persen dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (qtq). Dari total penyaluran pembiayaan
yang mencapai Rp806,03 miliar, pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah sebesar
56,90 persen atau sebesar Rp458,66 miliar, diikuti oleh pembiayaan mudharabah sebesar
Rp264,86 miliar dengan pangsa 32,86 persen dan pembiayaan musyarakah sebesar
Rp51,30 miliar dengan pangsa 6,36 persen. Sementara itu, piutang qardh dan piutang
istishna pangsanya masih relatif kecil yakni masing-masing sebesar 3,08 persen dan 0,79
persen.
Pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih besar dibanding pertumbuhan
penghimpunan DPK menyebabkan angka Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari
sebesar 137,42 persen pada triwulan sebelumnya menjadi 150,41 persen. Tingkat FDR yang
lebih dari 100 persen tersebut mencerminkan bahwa masih banyak peluang penyaluran
pembiayaan yang terbuka bagi kalangan perbankan syariah untuk lebih meningkatkan
fungsi intermediasi.
Tabel 3.4 PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI SUMATERA SELATAN (Rp Juta)
2007 2008 INDIKATOR Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*
Total Aset 642,713 717,505 804,344 842,396 873,061 Dana Pihak Ketiga 339,689 401,899 519,390 536,641 535,886 1. Simpanan Wadiah 29,943 41,759 48,678 54,798 54,264 - Giro Wadiah 28,758 38,606 44,131 49,697 40,988 - Tabungan Wadiah 1,185 3,153 4,547 5,101 13,276 2. Dana Investasi tidak terikat 309,746 360,140 470,712 481,843 481,622 - Tabungan Mudharabah 165,900 185,383 260,706 271,919 299,172 - Deposito Mudharabah 143,846 174,757 210,006 209,924 182,450 Komposisi Pembiayaan 481,188 572,071 641,126 737,437 806,032 - Piutang Murabahah 315,896 345,604 367,477 411,351 458,661 - Piutang Istishna 65 2,530 6,563 6,544 6,371 - Piutang Qardh 9,506 10,115 17,618 28,717 24,839 - Pembiayaan Mudharabah 147,618 196,017 219,873 253,071 264,860 - Pembiayaan Musyarakah 8,103 17,805 29,595 37,754 51,301
*) Data s.d Mei 2008
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
71
KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN SUMSEL TRIWULAN II 2008
LEBIH EKSPANSIF
Hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) di wilayah Palembang pada triwulan II 2008
menunjukkan proyeksi perkembangan kredit/pembiayaan yang menggembirakan. Survei
Kredit/pembiayaan Perbankan wilayah Palembang pada triwulan II 2008 menyertakan 86
bank yang terdiri dari bank umum dan syariah (bank pelapor Laporan Bank Umum atau
Syariah – LBU/S) serta bank perkreditan rakyat (BPR/S) sebagai responden. Dari 86 bank
responden, tercatat sebanyak 53 bank yang mengembalikan kuesioner tersebut. Secara
garis besar, permintaan kredit perbankan diproyeksi mengalami peningkatan seiring dengan
mulai dikucurkannya dana APBD pemerintah di triwulan ini.
Perkiraaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Triwulan II-2008
Permintaan kredit perbankan selama triwulan II rata-rata meningkat pada kisaran 1 persen
sd. 10 persen (lihat tabel 1). Sebanyak 31 kantor bank menyatakan kreditnya tumbuh
dalam kisaran 1 persen sd. 10 persen, 13 kantor bank meningkat tajam di atas 10 persen
(terdiri 7 bank pemerintah, 5 BUSN, dan BPR/S), sedangkan 3 kantor bank kreditnya relatif
konstan. Sebaliknya terdapat 5 kantor bank mengalami penurunan kredit pada kisaran 1
persen sd. 10 persen, sedangkan 1 kantor bank mengalami penurunan tajam dengan
kisaran lebih dari 10 persen (1 BUSN).
Tabel 1 Permintaan Kredit di Triwulan II-2008 dibanding Triwulan Sebelumnya
Permintaan kredit dibanding Tw sebelumnya
Status Bank Meningkat tajam (>10%)
Meningkat (>1% sd.
10%)
Sama (-1% sd 1%)
Menurun (-1% sd. -
10%)
Menurun tajam (>-
10%) Bank Pemerintah 7 17 0 1 0 BUSN 5 7 1 2 1 Bank Campuran 0 1 0 0 0 BPR/S 1 6 2 2 0
Total 13 31 3 5 1
Sebagian besar kantor bank menyatakan bahwa penyaluran kredit pada triwulan II
berupa modal kerja (lihat Tabel 2) yaitu sebanyak 31 kantor bank, disusul untuk konsumsi
17 kantor bank, dan investasi 5 kantor bank. Pola penyaluran kredit kepada kredit modal
kerja ini merupakan ciri dari perbankan Sumsel yang sudah berlangsung cukup lama.
Suplemen 4
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
72
Tabel 2 Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan Triwulan II-2008
Prioritas jenis penggunaan kredit Status Bank Modal Kerja Investasi Konsumsi
Bank Pemerintah 12 1 12 BUSN 10 3 3 Bank Campuran 1 0 0 BPR/S 8 1 2
Total 31 5 17
Peningkatan kredit perbankan menurut para responden terutama disebabkan oleh
peningkatan prospek usaha debitur sebesar 48.78 persen, karena rendahnya tingkat suku
bunga sebesar 34.15 persen, karena alasan persyaratan kredit yang ringan sebesar 12.19
persen, dan faktor lainnya (4.88 persen).
Tabel 3 Alasan Utama Peningkatan Permintaan Kredit pada Triwulan II-2008
Alasan utama peningkatan permintaan kredit (jika naik)
Status Bank Persyaratan kredit ringan
Tingkat suku
bunga kredit rendah
Prospek Usaha
Nasabah yang
meningkat
Lain-lain
Kondisi perekonomian
membaik
Bank Pemerintah 4 9 9 0 0 BUSN 0 3 6 2 0 Bank Campuran 0 0 1 0 0 BPR/S 1 2 4 0 0
Total 5 14 20 2 0
III. Perkiraan Penyaluran Kredit Triwulan III-2008
Tidak berbeda dengan triwulan II, permintaan kredit pada triwulan III nanti diperkirakan
meningkat pada kisaran 1 persen sd. 10 persen atau sebanyak 75.47 persen dari perbankan
(lihat tabel 4). Terdapat 8 kantor bank atau 15.09 persen memprediksi peningkatan kredit
di atas 10 persen, sedangkan yang memprediksi relatif konstan sebanyak 4 kantor bank
atau 7.55 persen dan 1 kantor bank yang memprediksi terjadi penurunan pada kisaran 1
persen sd. 10 persen.
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
73
Tabel 4 Perkiraan Permintaan Kredit Triwulan Mendatang
Perkiraan permintaan kredit di Tw mendatang
Status Bank Meningkat tajam (>10%)
Meningkat (>1% sd.
10%)
Sama (-1% sd 1%)
Menurun (-1% sd. -
10%)
Menurun tajam (>-
10%) Bank Pemerintah 5 20 0 0 0 BUSN 2 13 1 0 0 Bank Campuran 0 1 0 0 0 BPR/S 1 6 3 1 0
Total 8 40 4 1 0
Untuk triwulan yang sama, diprediksikan juga penyaluran kredit berdasarkan
penggunaan masih pada kredit modal kerja, kemudian kredit konsumsi dan kredit investasi
(lihat tabel 5). Didominasinya penyaluran kredit pada modal kerja dan bukannya pada
konsumsi merupakan salah satu cerminan bahwa kegiatan investasi baru belum banyak
tumbuh di Sumsel. Selain itu, dapat juga merupakan indikasi bahwa kegiatan ekonomi
masih dijalankan oleh pelaku-pelaku usaha lama atau belum adanya pelaku usaha baru
yang memanfaatkan pembiayaan perbankan dari Sumsel.
Tabel 5 Prioritas Jenis Penggunaan Kredit Triwulan Mendatang
Prioritas jenis penggunaan kredit pada Tw mendatang Status Bank
Modal Kerja Investasi Konsumsi Bank Pemerintah 14 0 11 BUSN 10 3 3 Bank Campuran 0 1 0 BPR/S 7 1 2
Total 31 5 16
Faktor utama yang dikemukakan oleh kalangan perbankan yang diperkirakan
menopang pertumbuhan kredit pada triwulan III-2008 adalah meningkatnya prospek usaha
nasabah. Jumlah kantor bank yang mengatakan demikian adalah sebanyak 25 atau secara
prosentase sebesar 55.55 persen. Rendahnya tingkat suku bunga juga merupakan faktor
yang diperkirakan mendorong peningkatan kredit di triwulan mendatang. Hal tersebut
dikemukakan oleh 11 kantor bank atau sebanyak 24.44 persen, kemudian karena alasan
persyaratan kredit ringan oleh 5 kantor bank dan disusul oleh faktor lainnya sebanyak 4
kantor bank (lihat tabel 6).
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
74
Tabel 6 Alasan Utama Peningkatan Kredit Triwulan Mendatang
Alasan utama peningkatan kredit di Tw mendatang (jika naik)
Status Bank Persyaratan kredit ringan
Tingkat suku
bunga kredit rendah
Prospek Usaha
Nasabah yang
meningkat
Lain-lain
Perekonomian membaik
Bank Pemerintah 3 9 9 1 0 BUSN 0 1 11 3 0 Bank Campuran 0 0 1 0 0 BPR/S 2 1 4 0 0
Total 5 11 25 4 0
Semua bank yang disurvei mengatakan bahwa pada triwulan II telah terjadi
pemberian kredit baru yang besarnya bervariasi namun dalam kisaran 1 persen sd. 10
persen (lihat tabel 7 dan 8). Pemberian kredit baru merupakan salah satu indikasi
peningkatan intermediasi kredit. Namun dari sisi magnitude, laju pertumbuhan kredit masih
dirasakan tidak terlalu tinggi.
Tabel 7 Pemberian Kredit Baru Triwulan II-2008
Apakah ada pemberian kredit baru dalam triwulan laporan Status Bank
Ya Tidak ada Bank Pemerintah 25 0 BUSN 15 1 Bank Campuran 1 0 BPR/S 11 0
Total 52 1
Dalam triwulan laporan, terdapat 9 kantor bank yang mengalami peningkatan
penyaluran kredit baru di atas 10 persen. Sebagian besar kredit baru tumbuh pada kisaran
1 persen sd. 10 persen atau secara prosentase sebanyak 68.63 persen. Terdapat pula kantor
bank yang mengalami penurunan jumlah kredit baru yang disalurkan pada triwulan II-2008,
penurunan tersebut terjadi di 1 kantor bank (BPR/S).
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
75
Tabel 8 Jumlah Realisasi Penyaluran Kredit Baru pada Triwulan II-2008
Jumlah realisasi penyaluran kredit baru
Status Bank Meningkat tajam (>10%)
Meningkat (>1% sd.
10%)
Sama (-1% sd 1%)
Menurun (-1% sd. -
10%)
Menurun tajam (>-
10%) Bank Pemerintah 4 20 1 0 0 BUSN 4 9 2 0 0 Bank Campuran 0 1 0 0 0 BPR/S 1 5 3 1 0
Total 9 35 6 1 0
Peningkatan kredit baru menurut perbankan paling dominan dikarenakan sisi
permodalan bank cukup menunjang terjadi ekspansi kredit. Jumlah kantor bank yang
mengatakan demikian sebanyak 17 kantor bank atau sebanyak 40.48 persen. Faktor
pendukung kedua adalah membaiknya kualitas portfolio kredit yakni sebanyak 14 kantor
bank yang menjawab atau secara prosentase sebanyak 33.33 persen. Faktor selebihnya
disebabkan oleh likuiditas bank yang berlebih serta faktor-faktor lain-lainnya (lihat tabel 9).
Tabel 9 Alasan Internal Peningkatan Realisasi Penyaluran Kredit Baru
Alasan Internal peningkatan realisasi penyaluran kredit baru
Status Bank Permodalan bank cukup
Kualitas portfolio
kredit meningkat
Likuiditas berlebih
Lainnya
Bank Pemerintah 12 7 1 3 BUSN 3 7 1 1 Bank Campuran 0 0 1 0 BPR/S 2 0 4 0
Total 17 14 7 4
Secara lebih diperinci, peningkatan kredit baru pada triwulan II didukung oleh
membaiknya prospek usaha debitur (69.05 persen). Hal tersebut diungkapkan oleh 29
kantor bank. Sementara faktor membaiknya kondisi perekonomian (14.29 persen)
diungkapkan oleh 6 kantor bank. Selebihnya adalah faktor rendahnya risiko usaha, kondisi
keamanan dan faktor-faktor lainnya (lihat tabel 10).
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
76
Tabel 10 Alasan Eksternal Peningkatan Realisasi Penyaluran Kredit Baru
Alasan eksternal peningkatan realisasi penyaluran kredit baru
Status Bank Prospek usaha
nasabah membaik
Rendahnya risiko usaha
Kondisi ekonomi membaik
Kondisi keamanan membaik
Lain-lain
Bank Pemerintah 16 2 2 0 3 BUSN 7 0 4 0 1 Bank Campuran 1 0 0 0 0 BPR/S 5 0 0 1 0
Total 29 2 6 1 4
Prioritas penyaluran kredit baru pada triwulan II, juga tidak berbeda dengan posisi
kredit secara keseluruhan yakni didominasi oleh kredit modal kerja, konsumsi dan investasi
(lihat tabel 11). Hal tersebut terjadi secara umum hampir di semua kelompok bank; bank
pemerintah, bank swasta umum nasional, bank campuran, dan BPR/S.
Tabel 11 Penyaluran Kredit Baru Berdasarkan Penggunaan
Prioritas penggunaan dalam penyaluran kredit baru Status Bank
Modal Kerja Investasi Konsumsi Bank Pemerintah 9 1 15 BUSN 8 3 4 Bank Campuran 0 1 0 BPR/S 8 1 2
Total 25 6 21
Grafik 1. Sektor Ekonomi Yang Paling Banyak Mendapatkan Kredit Baru
pada Triwulan II 2008
18%
10%
42%
4%
26%
PertanianKonstruksiPHRJasa Dunia UsahaLainnya
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
77
Sektor ekonomi paling banyak mendapat kucuran kredit baru dari perbankan
adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), disusul oleh sektor lain-lain
(konsumsi) dan sektor pertanian. Prosentase bank yang mengalokasikan kredit ke sektor
PHR mencapai 42 persen. Sedangkan untuk sektor lain-lain sebesar 26 persen dan sektor
pertanian sebesar 18 persen. Sektor konstruksi juga merupakan salah satu sektor ekonomi
yang mendapat kucuran kredit baru pada triwulan II, yakni diberikan oleh 5 kantor bank
(lihat grafik 1).
Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
78
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
79
4.1. Realisasi APBD 2007
Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, realisasi
penerimaan Propinsi Sumatera Selatan tahun 2007 telah mencapai lebih dari 50 persen.
Sedangkan realisasi belanja pemerintah cukup tinggi yakni sebesar 91,03 persen.
Realisasi penerimaan pemerintah
pada tahun 2007 mencapai 94,46 persen,
kondisi tersebut lebih rendah jika
dibandingkan dengan realisasi
penerimaan pada tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 586,79 persen. Realisasi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai
94,52 persen, lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun 2006 yang
tercatat sebesar 175,96 persen.
Realisasi Dana Perimbangan tercatat sebesar 95,89 persen, juga lebih rendah bila
dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 839,54 persen. Satu
hal yang menarik adalah, bahwa pencapaian retribusi daerah mencapai 111,18 persen dari
rencana anggaran di awal tahun, tetapi jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan
realisasi pada tahun sebelumnya. Realisasi lain-lain PAD yang sah mencapai 63,70 persen,
lebih rendah dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya yang mencapai 565,99 persen.
Besarnya realisasi PAD maupun PAD lainnya yang sah menunjukkan kinerja yang baik dari
pemerintah daerah dalam mengatur sumber PAD nya. Realisasi Dana Perimbangan telah
mencapai 95,89 persen dengan realisasi Dana Alokasi umum (DAU) yang telah mencapai
100 persen. Adapun realisasi dana bagi hasil pajak/bukan pajak yang mencapai 93,34
persen.
PERKEMBANGANKEUANGAN DAERAH 4
Tabel 4.1 Perbandingan Ralisasi APBD Sumsel
TA.2006 dan TA.2007 (Rp Miliar)
Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %Penerimaan 1,602.86 9,405.39 586.79 2,241.04 2,135.83 95.31 PAD 619.28 1,089.68 175.959 897.16 847.97 94.52 Dana Perimbangan
983.58 8,257.61 839.544 1,335.85 1,280.90 95.89
Lain-lain - 58.10 - 8.04 6.96 86.62 Belanja 1,580.36 8,664.77 548.278 2,557.66 2,328.23 91.03 Pembiayaan 22.50 0 296.60 192.40 64.87 Surplus/Defisit 0 740.62 - - - -
TA. 2006 TA. 2007
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
80
Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007
No Uraian Anggaran (Juta Rp)
Realisasi Thn 2007 (Juta Rp)
(%)
1 Pendapatan 2,261,060 2,135,832 94.46
1.1 PAD 897,156 847,971 94.52
- Pajak Daerah 769,431 748,373 97.26 - Retribusi Daerah 10,211 11,353 111.19
- Lain-lain PAD Yang Sah 86,755 55,267 63.70
- Hasil Pengelolaan Yang Dipisahkan 30,759 32,977 107.21
1.2 Pendapatan Transfer 1,355,864 1,280,898 94.47
1.2.1. Dana Perimbangan 1,335,864 1,280,898 95.89
- Bagi Hasil Pjk/ Non Pajak 825,667 770,701 93.34
- DAU 510,197 510,197 100.00
1.2.2. Transfer Pemerintah Pusat 20,000 0 0.00
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 8,040 6,964 86.62
- Pendapatan Hibah 8,040 6,964 86.62
2 Belanja 2,557,656 2,328,232 91.03
Belanja Operasi 1,136,975 967,655 85.11
Belanja Modal 1,038,506 984,280 94.78
Belanja Tidak Terduga 6,250 3,686 58.98
Transfer 375,926 372,612 99.12
Surplus/Defisit -296,596 -192,400 64.87
3 Pembiayaan 296,596 293,862 99.08
- Penerimaan Daerah 337,896 337,302 99.82
- Pengeluaran Daerah 41,300 43,440 105.18
Sumber : Diolah dari data Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Realisasi belanja Pemprop Sumsel tahun 2007 berada diatas rata-rata realisasi
penerimaan. Realisasi belanja Pemprop Sumsel tercatat sebesar 91,03 persen dengan
realisasi belanja terbesar pada belanja hibah dan belanja bantuan keuangan yang mencapai
100 persen. Realisasi belanja pemerintah Sumsel pada tahun 2007 ini tercatat lebih rendah
dibandingkan realisasi belanja pada semester yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 548,28 persen.
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
81
Sumber pembiayaan untuk kegiatan operasional Pemerintah Propinsi Sumsel
sebagian besar bersumber dari dana perimbangan yang mencapai 55,02 persen dari total
belanja yang diperlukan. PAD Propinsi Sumsel yang mencapai Rp847,97 miliar tercatat
menyumbang 36,42 persen sumber pembiayaan belanja daerah.
Dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya, pangsa PAD sebagai sumber
pembiayaan tercatat mengalami peningkatan. Pada realisasi APBD tahun lalu, PAD tercatat
hanya menyumbang 11,59 persen dari pembiayaan APBD Sumsel, sedangkan dana
perimbangan tercatat memiliki pangsa sebesar 87,80 persen dalam menyumbang
pembiayaan APBD Sumsel.
4.2. Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Pajak (DBH Pajak) adalah bagian dana perimbangan untuk mengatasi
masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah) yang dilakukan melalui pembagian
hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari sebagian penerimaan perpajakan
(nasional).
Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD
Tahun 2007 Propinsi Sumatera Selatan
0
400
800
1200
1600
2000
2400
2800
Penda
patan
PAD
Dana P
erim
bang
an
Belanja
Rp
Miliar
Realisasi 2007 APBD 2007
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Grafik 4.2 Rasio Realisasi Sumber Pembiayaan APBD
Tahun 2007 Propinsi Sumatera Selatan
36.42%
55.02%
0.30%
8.26%
PAD Dana PerimbanganLain-lain Pembiayaan
Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
82
DBH Pajak total yang diterima
oleh Propinsi Sumsel pada tahun 2007
adalah sebesar Rp1,27 triliun yang terdiri
dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
sebesar Rp1,04 triliun, Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
sebesar Rp0,10 triliun, dan Pajak
Penghasilan atas Orang Pribadi (PPHOP)
sebesar 0,13 triliun.
Berdasarkan wilayah kabupaten/kota penerimanya, Kabupaten Musi Banyuasin
tercatat sebagai wilayah yang menerima Dana Bagi Hasil Pajak terbesar yakni sebesar
Rp190,07 miliar atau dengan pangsa sebesar 15%, disusul kemudian oleh Kabupaten
Muara Enim dengan pangsa sebesar 8,32 persen. Kota Palembang sendiri tercatat
menerima DBH sebesar Rp95,23 miliar atau dengan pangsa sebesar 7,52 persen.
4.3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA) bagian dana perimbangan untuk mengatasi
masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah) yang dilakukan melalui pembagian
hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari sebagian penerimaan sumber
daya alam.
Grafik 4.3 Pangsa DBH Pajak Prop. Sumatera Selatan
81.80%
7.95%10.26%
PBB BPHTB PPH OP
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Grafik 4.4 Pembagian DBH Pajak Berdasarkan Wilayah
050
100150200
250300
Propin
si
Kab. L
ahat
Kab. M
usi B
anyu
asin
Kab. M
usi R
awas
Kab. M
uara
Enim
Kab. O
gan K
omer
ing Ili
r
Kab. O
gan K
omer
ing U
lu
Kota P
alemba
ng
Kota P
agar
Alam
Kota L
ubuk
Ling
gau
Kota P
rabu
mulih
Kab. B
anyu
asin
Kab. O
gan I
lir
Kab. O
KU Timur
Kab. O
KU Sela
tan
Rp M
iliar
0%
5%
10%
15%
20%
25%
Nominal DBH Persentase DBH
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
83
DBH SDA total yang diterima
oleh Propinsi Sumsel pada tahun
2007 adalah sebesar Rp2,23 triliun
yang terdiri dari DBH Migas sebesar
Rp2,08 triliun, DBH Kehutanan
sebesar Rp51,74 miliar, DBH
Pertambangan Umum sebesar
Rp92,56 miliar, dan DBH Perikanan
sebesar 6,36 miliar.
Berdasarkan wilayah kabupaten/kota penerima, Kabupaten Musi Banyuasin tercatat
sebagai wilayah yang menerima Dana Bagi Hasil SDA terbesar yakni sebesar Rp747,36
miliar atau dengan pangsa sebesar 33,52 persen, disusul kemudian oleh Kabupaten Musi
Rawas dengan pangsa sebesar 4,91 persen. Kota Palembang sendiri tercatat menerima DBH
SDA sebesar Rp68,79 miliar atau dengan pangsa sebesar 3,09 persen.
Grafik 4.5 Pangsa DBH SDA Propinsi Sumatera Selatan
93.24%
4.15%2.32%0.29%
Migas Kehutanan Pertambangan Umum Perikanan
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Grafik 4.6 Pembagian DBH SDA Berdasarkan Wilayah
-100200300400500600700800
Kab. La
hat
Kab. Mus
i Bany
uasin
Kab. Mus
i Raw
as
Kab. Mua
ra Enim
Kab. Oga
n Kom
ering I
lir
Kab. Oga
n Kom
ering U
lu
Kota Pale
mbang
Kota Pag
ar Alam
Kota Lu
buk L
inggau
Kota Prab
umuli
h
Kab. Ban
yuas
in
Kab. Oga
n Ilir
Kab. OKU Ti
mur
Kab. OKU Sela
tan
Bagian P
rovinsi
Rp M
iliar
0%5%10%15%20%25%30%35%40%
Nominal DBH SDA Persentase DBH SDA
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
Perkembangan Keuangan Daerah
84
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
85
5.1. Perkembangan Kliring
Perputaran kliring di Sumsel pada Tw-II
menunjukkan peningkatan dari segi
jumlah warkat maupun nominalnya baik
secara tahunan maupun triwulanan.
Jumlah warkat yang dikliringkan tercatat
sebanyak 193.385 lembar dengan
nominal sebesar Rp6,82 triliun. Secara
tahunan, volume warkat meningkat
30,31 persen dibanding triwulan II 2007
yang tercatat sebanyak 148.396 lembar
dan secara nominal meningkat 43,50
persen dari sebesar Rp4,8 triliun (yoy).
Secara triwulanan (qtq) terjadi peningkatan volume warkat sebesar 4,68 persen dari
sebanyak 184.740 lembar dan berdasarkan nilai nominalnya meningkat 12,86 persen dari
sebesar Rp6,04 triliun. Sementara cek/bilyet giro (BG) kosong tercatat sebanyak 1.731
lembar yang dikliringkan dengan nilai nominal sebesar Rp63,88 miliar. Angka tersebut
dilihat dari jumlah warkat dan nilai nominalnya mengalami peningkatan baik secara
tahunan maupun triwulanan.
Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) jumlah warkat cek/BG
kosong naik sebesar 85,13 persen dari sebanyak 935 lembar, sedangkan dari sisi nominal
tercatat meningkat sebesar 248,54 persen dari sebesar Rp18,33 miliar. Secara triwulanan,
jumlah cek/BG kosong yang dikliringkan meningkat sebesar 8,94 persen dari sebanyak
1.589 dan dari sisi nominal meningkat sebesar 29,81 persen dari sebesar Rp49,21 miliar
pada Tw-II 2008.
Grafik 5.1 Perkembangan Perputaran Kliring Sumsel
193.39184.74178.62
168.76148.40
6.826.04
5.675.344.75
0
50
100
150
200
250
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
2007 2008
Rib
u Le
mba
r
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Rp
Trili
un
Lembar (axis kiri) Nilai (axis kanan)
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN5
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
86
Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong
Propinsi Sumatera Selatan
II III IV I IIPerputaran Kliring
1. Lembar Warkat 148.396 168.762 178.62 184.74 193.385
2. Nominal (Triliun Rp) 4,75 5,34 5,67 6,04 6,82
Cek/Bilyet Giro Kosong
1. Lembar Warkat 935 1.225 1.705 1.589 1.731
2. Nominal (Miliar Rp) 18,33 45,07 50,90 49,21 63,88
2008Ketarangan
2007
Secara bulanan, aktivitas kliring tertinggi terjadi pada bulan Juni dengan jumlah
warkat sebanyak 65.850 lembar dan nilai nominal sebesar Rp2,36 triliun. Pada bulan April
tercatat sebanyak 63.871 lembar senilai Rp2,21 triliun dan bulan Mei sebanyak 63.664
lembar senilai Rp2,3 triliun. Sementara dari jumlah cek/bilyet giro kosong, aktivitas
perputaran warkat maupun nominal tertinggi terjadi pada bulan Juni yakni sebanyak 644
lembar senilai Rp25,18 miliar. Pada bulan April tercatat sebanyak 528 lembar senilai
Rp19,50 miliar dan bulan Mei sebanyak 559 lembar senilai Rp19,20 miliar.
5.2. Perkembangan Perkasan
Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw-II mencatat inflow sebesar Rp0,99 triliun, meningkat
hampir dua kali lipat dibandingkan triwulan II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp0,33
triliun. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) menunjukkan
penurunan sebesar 9,66 persen dari sebesar Rp1,09 triliun. Pada periode yang sama,
outflow tercatat sebesar Rp2,69 triliun atau meningkat sebesar 17,95 persen dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp2,28 triliun. Demikian pula
apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) tercatat mengalami peningkatan
sebesar 90,49 persen dari sebesar Rp1,41 triliun pada triwulan I 2008. Dengan melihat
angka inflow dan outflow, net-outflow selama triwulan II 2008 tercatat sebesar Rp1,70
triliun, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat mengalami net-
outflow sebesar Rp1,95 triliun. Namun demikian net-outflow triwulan ini tercatat lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 330,03 miliar.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
87
Tabel 5.2
Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar)
II III IV I IIInflow 332,17 687,22 1.176,09 1.092,3 986,83Outflow 2.283,92 1.194,42 2.848,48 1.414,1 2.693,78Net Outflow 1.951,75 507,20 1.072,39 321,80 1.706,94
2008Keterangan
2007
Sama halnya dengan dinamika
sistem pembayaran non tunai,
peningkatan kegiatan perkasan
merupakan salah satu indikator
peningkatan kegiatan ekonomi. Tingginya
aktivitas perkasan maupun kliring pada
triwulan ini selain terkait dengan
kenaikan harga barang juga bersamaan
dengan saat libur sekolah dan persiapan
menjelang tahun ajaran baru.
Terkait dengan uang palsu, berdasarkan laporan dari perbankan dan masyarakat
terdapat beberapa temuan uang palsu namun secara kuantitas masih tergolong rendah.
Besarnya rasio uang palsu dengan uang yang masuk ke Bank Indonesia sebesar 0,0003
persen. Secara komposisi, seluruh uang palsu yang ditemukan dilaporkan oleh masyarakat.
Berdasarkan komparasi rasio, rasio temuan uang palsu pada Tw-II meningkat bila
dibandingkan dengan triwulan II 2007 maupun triwulan I 2008 yang masing-masing
tercatat sebesar 0,00022 persen dan 0,00013 persen.
Rendahnya rasio angka temuan uang palsu tersebut merupakan salah satu indikator
yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah lebih mengenal ciri-ciri keaslian rupiah. Dalam
rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian rupiah, Bank
Indonesia Palembang secara rutin melakukan sosialisasi baik kepada kalangan perbankan,
akademisi dari tingkat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, maupun ibu rumah tangga
dengan harapan agar masyarakat dapat lebih waspada terhadap peredaran uang palsu.
Grafik 5.2 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel
2007- 2008
(0.50)
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Jun
Jul
Agt
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2007 2008
Rp
Trili
un
Outflow Inflow Net Outflow
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
88
Kegiatan sosialisasi meliputi bagaimana mengetahui ciri-ciri keaslian uang yang secara
populer dapat dilakukan masyarakat melalui 3D (dilihat, diraba, diterawang). Kegiatan
sosialisasi dilakukan baik di Kota Palembang maupun di kabupaten/kota lainnya. Selain itu
untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan para kasir, Bank Indonesia secara
rutin mengirimkan para kasir untuk memperdalam pengetahuan dalam penanganan tindak
pidana pemalsuan uang. Bank Indonesia juga secara kooperatif membantu aparat hukum
dalam penyelesaian proses perkara yang terkait dengan tindak pidana pemalsuan uang.
5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau
Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, di Sumsel juga terdapat
kegiatan kas titipan yang dilaksanakan di Kota Lubuk Linggau. Kas titipan tersebut
dilaksanakan mulai tahun 2005 yang ditandai dengan penandatangan Memorandum of
Understanding (MoU) antara Bank Indonesia Palembang dengan PT. BRI Cabang Lubuk
Linggau yang ditunjuk sebagai bank penyelenggara kas titipan. Pertimbangan
penyelenggaraan kas titipan di Lubuk Linggau dilatarbelakangi oleh relatif tingginya
kebutuhan terhadap uang kas serta jarak yang cukup jauh dari Kota Palembang sehingga
menyulitkan distribusi uang kartal.
Tabel 5.3
Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar)
II III IV I II
Inflow 266,54 296,13 442,28 438,66 546,64
Outflow 306 289,52 449,92 357,42 1.258,24
Net Outflow 39,46 (6,61) 7,64 (81,24) 711,60
2008Keterangan
2007
Aktivitas kas titipan pada triwulan ini semakin meningkat. Hal ini terbukti pada
tercatatnya inflow sebesar Rp546,64 miliar atau meningkat sebesar 105 persen persen
dibandingkan triwulan II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp266,54 miliar, demikian pula
apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) tercatat mengalami peningkatan
sebesar 24,62 persen. Outflow tercatat sebesar Rp1.258,24 miliar atau meningkat sebesar
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
89
311,21 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat
sebesar Rp305,99 miliar. Sedangkan secara triwulanan (qtq) tercatat mengalami
peningkatan sebesar 252,03 persen dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp357,42 miliar. Secara keseluruhan, pada Tw-II tercatat net-outflow sebesar Rp711,60
miliar, meningkat sebesar 1.703 persen dibanding triwulan II 2007 (yoy) yang tercatat
sebesar Rp39,46 miliar.
Grafik 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan
Tahun 2007-2008
(750)
(250)
250
750
Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Rp
Mili
ar
outf low inflow net inf low
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
90
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
91
6.1. Ketenagakerjaan
Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumsel masih tetap belum banyak menunjukkan
perubahan yang berarti. Lambannya transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor
sekunder, produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta pertumbuhan
angkatan kerja yang lebih besar dari pertumbuhan lapangan kerja, menyebabkan
pengangguran masih menjadi persoalan yang dilematis di Sumsel.
Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi
Triwulan II 2007 – Triwulan II 2008
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
1. Pertanian 1.957.467 63,31 1.896.167 63,15 1.933.405 63,05 1.978.361 62,56 1.990.392 62.1
2. Pertambangan 24.353 0,76 23.473 0,74 22.453 0,73 25.639 0,81 26.589 0.83
3. Industri 136.006 3,74 154.879 3,72 113.422 3,70 132.342 4,19 143.634 4.48
4. Listrik, Gas dan Air 9.732 0,63 6.333 0,64 19.801 0,65 9.467 0,30 4.461 0.14
5. Kontruksi 99.619 2,68 97.571 2,66 81.094 2,64 108.761 3,44 118.024 3.68
6. Perdagangan 367.594 15,76 380.319 15,73 482.544 15,74 471.520 14,91 466.289 14.55
7. Transportasi 137.155 3,79 145.229 3,83 117.880 3,84 149.554 4,73 159.191 4.97
8. Lembaga Keuangan 17.615 0,59 24.502 0,61 18.780 0,61 19.910 0,63 19.327 0.6
9. Jasa 298.161 8,72 329.045 8,92 277.032 9,03 266.703 8,43 277.267 8,65
Jumlah 3.047.702 100,00 3.057.518 100,00 3.066.413 100,00 3.162.257 100,00 3.205.174 100,00
Tw-II 2008Tw-I 2008SEKTOR
Tw-II 2007 Tw-III 2007 Tw-IV 2007
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Pada Tw-II jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.205.147 orang atau
meningkat sebesar 1,36 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak
3.162.257 orang. Peningkatan angkatan kerja tersebut selain terkait dengan
peningkatan jumlah penduduk usia kerja, juga disebabkan oleh semakin bertambahnya
jumlah penduduk yang menyelesaikan jenjang pendidikan yang ditempuh dan siap
memasuki dunia kerja. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut diiringi oleh sedikit
peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari 69,81 persen pada Tw-I
2008 menjadi 69,99 persen pada Tw-II 2008.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 6
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
92
Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi, distribusi sektoral menunjukkan bahwa
konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 62,10 persen
tenaga kerja, meskipun angka ini sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 62,56 persen, namun tetap membuktikan bahwa sektor pertanian masih
tetap menjadi tumpuan utama bagi sebagian besar masyarakat Sumatera Selatan.
Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja
Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan II 2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
masyarakat untuk menggeluti sektor pertanian. Selain itu, kondisi cuaca yang cukup
mendukung bagi sub sektor tanaman bahan makanan khususnya padi juga menjadi daya
tarik bagi masyarakat untuk menanam padi.
Dari sektor sekunder, sektor industri pengolahan pada Tw-II ini menyerap tenaga kerja
sebesar 4,48 persen, menurun dibanding triwulan sebelumnya 4,19 persen. Sementara sektor
llistrik gas dan air mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja yakni dari 0,30 persen pada
Tw-I 2008 menjadi 0,14 persen pada Tw-II 2008. Demikian pula dengan sektor bangunan yang
pada Tw-II hanya mampu menyerap 3,68 persen tenaga kerja atau meningkat dibanding
triwulan sebelumnya yang sebesar 3,44 persen. Penurunan penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri pengolahan diantaranya terkait dengan kinerja sektor sekunder dalam menyerap
62.10
0.83
4.48
0.14
3.68
14.55
4.97
0.60
8.65
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air
Bangunan
Perdagangan
Pengangkutan
Keuangan
Jasa-jasa
Selama beberapa periode
terakhir, sektor pertanian masih
tetap menjadi sektor yang
mendominasi penyerapan tenaga
kerja di Sumsel. Masih terbatasnya
lapangan kerja sektor formal di luar
sektor pertanian, menyebabkan
masyarakat masih menjadikan
sektor pertanian sebagai pilihan
karena tidak terlalu membutuhkan
keterampilan dan pendidikan yang
tinggi serta lebih fleksibel. Selain itu,
masih tingginya harga-harga
komoditas pertanian terutama
tanaman perkebunan seperti karet,
sawit, dan kopi menjadi daya tarik
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
93
tenaga kerja belum dapat diharapkan karena belum banyaknya realisasi pembangunan proyek
infrastruktur yang didanai oleh pemerintah yang bersifat padat karya.
Sama halnya dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor sekunder, kinerja
penyerapan tenaga kerja pada sektor tersier juga mengalami peningkatan meskipun tidak
terlalu besar, terutama pada sektor transportasi dan sektor jasa-jasa. Sektor transportasi dan
komunikasi sedikit meningkat dari 4,73 persen pada Tw-I 2007 menjadi 4,97 persen,
sedangkan sektor jasa-jasa meningkat menjadi 8,65 persen dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 8,43 persen. Sektor perdagangan tercatat menyerap 14,55 persen tenaga
kerja atau sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 14,91 persen.
Melihat perkembangan kinerja lapangan pekerjaan dalam penyerapan tenaga kerja sampai
dengan Tw-II ini dapat disimpulkan bahwa daya serap tenaga kerja sektoral masih belum
mengalami perubahan dan transformasi tenaga kerja dapat dikatakan masih berjalan di
tempat. Ke depan, upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan ini perlu
menjadi perhatian agar tidak menimbulkan permasalahan sosial yang lebih besar lagi.
6.2. Pengangguran
Masalah pengangguran merupakan masalah yang melekat pada aspek
ketenagakerjaan. Penduduk yang menganggur a d a l a h p e n d u d u k y a n g sedang
mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja),
yang mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan.
Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007 – 2008 (persen)
TingkatPengangguran Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II **)
Pengangguran Terbuka (%) 9,87 9,34 9,34 8,45 8,05
Setengah Pengangguran (%) 38,84 38,53 38,54 37,65 37,19
2007 2008
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Dari tahun 2007 hingga saat ini tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami
fluktuasi. Tingkat pengangguran terbuka pada Tw-I 2008 tercatat sebesar 8,45 persen dan
mengalami penurunan pada Tw-II menjadi 8,05 persen.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
94
Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung
(Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan
di Propinsi Sumsel Triwulan II 2008
Sum
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan sektor ekonominya, persentase tingkat setengah pengangguran
terbesar terjadi pada sektor pertanian yakni sebesar 46,65 persen terkait dengan
karakteristik sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh musim sehingga beban
kerjanya juga mengikuti siklus musim.
Jumlah jam kerja normal dan di atas normal lebih banyak terdapat pada lapangan
pekerjaan yang banyak kegiatan formalnya seperti pertambangan, industri, listrik, gas
dan air, keuangan, konstruksi, serta transportasi dan komunikasi. Pada sektor transportasi,
meskipun di dalamnya banyak terdapat kegiatan yang informal namun pada umumnya
kegiatan di sektor ini membutuhkan jam kerja yang lama. Sebaliknya, terdapat pula sektor-
sektor yang secara umum mempekerjakan tenaga kerja dengan jam kerja di atas normal,
seperti sektor pertambangan, sektor industri, sektor listrik gas dan air bersih, sektor
keuangan, sektor transportasi dan komunikasi.
46.65
0.12
1.51
0.13
0.42
4.82
0.48
0.08
5.68
PertanianPertambangan
Industri PengolahanListrik, Gas, dan Air
Bangunan
PerdaganganPengangkutan
Keuangan
Jasa-jasa
Seperti halnya TPT, tingkat
setengah pengangguran juga
mengalami sedikit penurunan.
Tingkat pengangguran pada Tw-I
2008 sebesar 37,65 menjadi 37,19
pada Tw-II 2008. Penurunan pada
tingkat pengangguran merupakan
dampak dari terjadinya kenaikan
pada jumlah orang yang bekerja
walaupun peningkatan yang terjadi
tidak begitu besar. Walaupun
demikian, pembukaan lapangan
kerja diberbagai sektor ekonomi
masih diperlukan, terlebih lagi
lapangan kerja yang padat karya.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
95
Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
6169
5862 63 64
72
88
7379
95
83 80
67 64
53
63
55
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni Juli
Agu
stSe
pO
ktN
ov Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
2007 2008
6.3. Pendapatan per Kapita
Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku (dengan migas) Propinsi
Sumatera Selatan tercatat sebesar Rp4.050.657 atau meningkat sebesar 9,71 persen
dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp3.692.181. Namun jika tanpa
memperhitungkan komponen migas, pendapatan per kapita meningkat sebesar 7,96 persen
yaitu dari Rp2.414.467 menjadi Rp2.606.623.
Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008
Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah)
II III IV I II
Harga Berlaku
Dengan migas 3.173.562 3.461.178 3.656.596 3.692.181 4.050.657
Tanpa migas 2.175.160 2.410.544 2.385.407 2.414.467 2.606.623
Harga Konstan
Dengan migas 1.638.793 1.729.570 1.680.196 1.668.895 1.698.719
Tanpa migas 1.239.127 1.335.388 1.278.896 1.274.409 1.303.124
2008 **)PDRB
2007 *)
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan
Seperti triwulan sebelumnya,
masih terbatasnya lapangan pekerjaan
tersebut juga seiring dengan
konfirmasi yang diperoleh dari hasil
survei konsumen yang
diselenggarakan di kota Palembang.
Dari hasil survei tersebut, konsumen
rumah tangga menengah ke atas
yang menjadi responden survei
merasa semakin pesimis dengan
ketersediaan lapangan kerja walaupun
sempat terjadi sedikit kenaikkan pada
bulan Mei tetapi kembali mengalami
penurunan pada bulan Juni, yaitu dari
63 menjadi 55.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
96
Dengan mengeliminasi faktor harga, maka akan didapat besaran pendapatan
perkapita atas dasar konstan 2000 (dengan migas). Pada Tw-II, pendapatan perkapita
atas dasar harga konstan 2000 (dengan migas) mencapai Rp1.698.719. Angka ini
mengalami peningkatan sebesar 1,79 persen dibanding dengan Tw-I 2008 yang mencapai
Rp1.668.895. Sementara itu, pendapatan per kapita regional atas dasar konstan tanpa
migas juga mengalami peningkatan sebesar 2,25 persen dari Rp1.274.409 menjadi
Rp1.303.124.
Grafik 6.4Indeks Penghasilan Saat ini dibandingkan
6 bln yang lalu
109121
136125
134131132135121128125126 125124
114121141
113
020406080
100120140160
Jan
FebM
ar AprMei
Juni Ju
li
Agust
Sep
OktNov Des Ja
nFe
bM
ar AprM
ay Jun
Inde
ks
nya di masa mendatang namun optimisme tersebut mengalami penurunan yang
tercermin dari indeks penghasilan saat ini sebesar 121 pada bulan Mei menjadi 114
pada bulan Juni.
6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumsel
Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk salah satu propinsi yang kaya di Indonesia,
tetapi jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan termasuk tinggi. Jumlah penduduk
miskin tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, yaitu
sebanyak 165.600 orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah adalah di Kota
Prabumulih yaitu sebanyak 10.000 orang (data tahun 2007). Adapun jumlah penduduk
miskin di Sumsel pada tahun 2008 (posisi Maret 2008) tercatat sebanyak 1.249.600 jiwa
atau sebesar 17,73 persen.
Berdasarkan hasil survei
konsumen yang secara
bulanan dilakukan oleh Bank
Indonesia Palembang
terhadap konsumen rumah
tangga, meskipun konsumen
masih memandang optimis
terhadap pendapatan yang
diterimanya baik pada masa
sekarang maupun ekspektasi-
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
97
Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Miskin Sumsel
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007 Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan) No Kabupaten/Kota
2004 2005 2006 2007 1. OKU 201,4 45,2 46,1 40,62. OKI 218,9 161,6 174,1 152,73. Muaraenim 138,3 140,3 140,7 128,54. Lahat 160,2 162,6 163,1 94,95. Musi Rawas 164 166,4 166,9 160,36. Musi Banyuasin 164,4 171,3 171,8 165,67. Banyuasin 147,3 149,5 149,9 136,88. OKU Selatan - 58,8 67,8 61,29. OKU Timur - 102,8 103,1 90,7
10. Ogan Ilir - 85,5 82,7 79,611. Empat Lawang - - - 49,712. Palembang 124,1 125,9 126,3 124,413. Prabumulih 15,8 15,5 12,3 1014. Pagaralam 16,9 15,2 13,7 11,215. Lubuklinggau 28 28,4 28,5 25,6
Sumsel 1.379 1.429 1.446,9 1.331,8
Sumber : Sakernas BPS
6.5. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai tukar petani merupakan indikator untuk menunjukkan kemampuan daya beli petani.
Perkembangan nilai tukar petani selama Juni 2007 sampai Mei 2008 cukup fluktuatif. Nilai
tukar petani pada Tw-II 2008 (Mei 2008) mengalami penurunan dari Tw-I 2008 yaitu dari
sebesar 105,17 menjadi sebesar 102,39. Penurunan nilai tukar terjadi karena kenaikkan
indeks harga yang dibayar petani melebihi kenaikan indeks harga yang diterima petani.
Indeks yang diterima petani mengalami penurunan dari 113,32 pada triwulan sebelumnya
menjadi 110,37, sedangkan Indeks yang Dibayar Petani mengalami kenaikan dari 105,85
menjadi 107,80.
Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani mengalami peningkatan dari 106,6 menjadi
108,32. Konsumsi paling besar terjadi pada konsumsi untuk pendidikan, rekreasi dan olah
raga yang indeksnya mencapai 118,1. Konsumsi terendah petani ada pada sektor
transportasi dan komunikasi yang terlihat dari indeksnya sebesar 99,44.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
98
Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani
108.22
111.32110.37
103.89104.85
105.85107.29 107.8106.92
101.03102.39
108.4
112.1
104.17105.17
949698
100102104106108110112114
Jan Feb Mar Apr Mei
2008
Inde
ks
Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani
Sumber : BPS Propinsi Sumsel
Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Mei 2008 serta
Persentase Perubahannya
Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok Jan Feb Mar Apr Mei
% Feb thd Jan
% Mar thd Feb
% Apr thd Mar
% Mei thd Apr
Konsumsi Rumah Tangga 104.14 105.2 106.6 107.64 108.3 1.06 1.29 0.97 0.63
1. Bahan Makanan 102.62 103.9 105.4 106.29 107.5 1.28 1.40 0.85 1.11
2. Makanan Jadi 103.77 104.1 106.1 106.74 106.7 0.27 1.93 0.64 0
3. Perumahan 102.75 105.0 105.3 107.40 108.3 2.15 0.33 1.98 0.80
4. Sandang 111.10 111.4 116.1 117.04 116.0 0.30 4.17 0.83 -0.86
5. Kesehatan 107.74 109.1 109.2 112.60 112.9 1.28 0.11 3.08 0.25 6. Pendidikan,Rekreasi dan Olahraga 116.77 119.1 118.1 118.04 118.0 1.97 -0.81 -0.06 0 7. Transportasi dan Komunikasi 100.29 99.5 99.44 100.37 100.6 0.79 -0.07 0.94 0.21
Sumber : BPS Propinsi Sumsel
Biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami peningkatan. Hal ini
tercermin dari indeks biaya produksi dan penambahan modal dari sebesar 103,62 menjadi
106,51. Peningkatan pengeluaran petani dalam proses produksi paling besar terjadi pada
pembelian bibit yang naik 20 persen dari 95.22 menjadi 114.24. Petani tidak mengalami
penambahan barang modal, hal ini terlihat dari indeks penambahan barang modal yang
menurun, yaitu dari sebesar 103,84 menjadi 103,83.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
99
Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani
Sektor,Kelompok dan Sub Kelompok Jan Feb Mar Apr Mei % Feb
thd Jan
% Mar thd Feb
% Apr thd Mar
% Mei thd Apr
Biaya Produksi dan Penambahan Modal 103.22 103.7 103.6 106.25 106.5 0.46 -0.07 2.54 0.24 1. Bibit 97.09 98.05 95.22 115.98 114.2 0.98 -2.89 21.8 -1.5 2. Obat-obatan dan pupuk 100.07 101.1 101.3 101.88 104.1 1.05 0.2 0.56 2.16 3. Sewa lahan, pajak dan lainnya 104.94 104.9 104.9 104.95 105.1 -0.02 0 0.02 0.18 4. Transportasi 102.42 102.7 99.11 107.78 107.9 0.24 -3.46 8.75 0.13 5. Penambahan barang modal 102.68 102.9 103.8 103.83 103.8 0.22 0.91 -0.01 0.01 6. Upah buruh tani 107.92 108.2 109 108.9 109 0.28 0.71 -0.09 0.13
6.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup
untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
sebuah wilayah adalah wilayah maju, wilayah berkembang atau wilayah terbelakang,
serta untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Pada tahun 2005, dari 30 propinsi yang diukur IPM-nya, Propinsi Sumsel menempati
peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2. Nilai tersebut sebagai akumulasi
dari angka harapan hidup yang mencapai 68,3 tahun dan pengeluaran riil per kapita yang
disesuaikan sebesar Rp 610.300. Di bidang pendidikan, rata-rata lama sekolah yang
merepresentasikan tingkat pendidikan di Sumsel tergolong moderat, rata-rata lama sekolah
penduduk Sumsel pada tahun 2005 tercatat sebesar 7,5 tahun. Namun satu hal yang
menggembirakan adalah pendidikan telah cukup dinikmati secara merata oleh penduduk
Sumsel yang dibuktikan dengan persentase angka melek huruf yang mencapai 95,90
persen.
Berdasarkan penilaian per wilayah kabupaten/kota, kota Palembang sebagai ibu
kota Propinsi tercatat memiliki peringkat IPM paling tinggi di Sumsel atau secara nasional
menempati ranking IPM ke-59 dengan IPM sebesar 73,6. Sedangkan wilayah yang memiliki
IPM terendah di Sumsel yaitu kabupaten Musi Rawas yang menempati peringkat ke-367
dengan IPM sebesar 65,00.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
100
Tabel 6.7 IPM 2005 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan
No Kabupaten/Kota
Angka Harapan
Hidup (tahun)
Angka Melek Huruf
(persen)
Rata-rata Lama
Sekolah (tahun)
Pengeluaran per kapita riil disesuaikan
(Rp. 000)
IPM Peringkat Nasional
1 Kota Palembang 69.90 97.70 9.70 616.80 73.60 592 Kota Prabumulih 70.00 97.70 8.30 597.10 71.10 1323 Ogan Komering Ulu 68.80 95.10 7.00 610.50 69.90 1724 Kota Pagar Alam 69.20 97.20 8.00 591.50 69.90 1735 OKU Selatan 68.90 93.70 6.90 599.60 68.80 2196 Ogan Komering Ilir 66.90 94.70 6.70 613.20 68.80 2217 Musi Banyuasin 68.70 95.90 6.80 594.90 68.70 2238 Muara Enim 66.60 98.80 7.30 596.40 68.70 2289 Lahat 66.80 96.00 7.10 590.60 67.60 271
10 Banyuasin 66.60 93.50 7.00 595.40 67.20 28911 Kota Lubuk Linggau 64.70 95.00 7.60 587.40 66.30 32512 Ogan Ilir 64.80 94.20 6.60 595.00 66.00 33413 OKU Timur 67.80 91.20 6.50 573.90 65.40 35714 Musi Rawas 63.20 95.50 6.90 587.10 65.00 367
Sumber : BPS Propinsi Sumsel
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
101
7.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih tetap tergantung sektor primer terutama
sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada triwulan III
diperkirakan kinerja sektor pertanian akan mengalami peningkatan dibanding dengan Tw-II
terkait dengan peningkatan pada sub sektor tanaman perkebunan. Harga karet di pasar
dunia yang masih terus meningkat juga berdampak positif terhadap pendapatan petani.
Disamping itu, sawit juga diperkirakan akan meningkat produktivitasnya yang disebabkan
selain karena terdorong oleh harga CPO di pasar dunia yang tinggi juga karena
peningkatan produksi sebagai akibat dari perluasan lahan dan peremajaan tanaman sawit.
Sub sektor perikanan diperkirakan juga akan meningkat kinerjanya terkait dengan kondisi
cuaca yang cukup kondusif untuk kegiatan penangkapan ikan.
Selain sektor pertanian, sektor
lain yang diperkirakan meningkat
adalah sektor perdagangan, hotel,
dan restoran (PHR) dimana pada
bulan Juli merupakan salah satu
puncak bagi tingkat hunian hotel di
Palembang. Sektor perdagangan juga
diperkirakan akan meningkat terkait
dengan bulan Ramadhan yang
bertepatan pada awal September
2008.
PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
7
Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Pertumbuhan
Ekonomi Sumsel Pada Tw III 2008 Harga Penjualan/Ekspor
Pertaniana. Tanaman bahan makanan + +b. Perkebunan ++ ++
Industri Pengolahan + +
Pertambangana. Pertambangan migas +++ +b. Pertambangan non migas ++ 0
0 +
PHRa. Perdagangan eceran + ++b. Hotel + +
Transportasia. Transportasi ++ ++
+++ Sangat Baik - Cukup Buruk++ Baik -- Buruk+ Cukup Baik --- Sangat Buruk0 Normal
Sektor/Sub Sektor
Keterangan
Bangunan
Produksi
-++
++
00
0
++0
0
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Palembang
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
102
Namun demikian, kondisi iklim pada masa sekarang yang sulit diprediksi sebagai
dampak dari pemanasan global harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.
Dengan asumsi bahwa kondisi iklim pada triwulan III 2008 tidak terlalu jauh berbeda
dengan kondisi tahun sebelumnya serta sesuai dengan karakteristik siklikal pertumbuhan
ekonomi Sumsel, pertumbuhan ekonomi Sumsel pada Tw-III diperkirakan akan tumbuh
positif.
Berdasarkan proyeksi dan mempertimbangkan kondisi ekonomi terkini,
diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan III 2008 akan berada pada
kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara triwulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ±
0,5 persen. Angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa asumsi
yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang semakin besar, meningkatnya pendapatan
masyarakat terkait rapel gaji PNS di bulan Juli walaupun masih dipengaruhi oleh tingginya
harga barang dan jasa domestik menjelang Idul Fitri.
7.2. Inflasi
Mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga barang dan jasa,
perkembangan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada level yang
moderat dan meningkat terkait dengan masih terasanya dampak kenaikan BBM dan
menjelang bulan Ramadhan. Tekanan inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok
bahan makanan, kelompok makanan jadi, serta kelompok sandang. Kelompok bahan
makanan diperkirakan masih tetap menjadi pemicu inflasi terkait dengan kenaikan harga
beberapa komoditas pangan seperti beras, kedelai, tepung terigu, serta minyak goreng
meskipun kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan pada Tw-II.
Inflasi tahunan pada triwulan III 2008 diproyeksikan masih berada pada level double
digit. Hal yang masih perlu diwaspadai hingga saat ini adalah ketersediaan pasokan barang
dan jasa, faktor distribusi, dan lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu.
Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta
determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka tekanan inflasi triwulanan (qtq)
diperkirakan akan mencapai 4,90 ± 0,5 persen.
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
103
Grafik 7.1 Perbandingan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Persentase
Responden Yang Memperkirakan Peningkatan Harga 3 Bulan Yang Akan Datang
0
20
40
60
80
100
120
140
Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
2007 2008
Inde
ks
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pers
en
IEK % responden yg memperkirakan peningkatan harga di 3 bulan mendatang
7.3. Perbankan
Berdasarkan rencana bisnis perbankan, kinerja perbankan pada Tw-III diperkirakan akan
mengalami peningkatan baik dari penghimpunan dana pihak ketiga maupun penyaluran
kredit.
Hasil Survei Kredit Perbankan yang dilakukan di Sumatera Selatan mengkonfirmasi
hal tersebut. Permintaan kredit pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat
meskipun masih dalam kisaran yang tidak terlalu tinggi (1-10 persen). Berdasarkan jenis
penggunaannya, mayoritas kredit/pembiayaan terutama masih ditujukan untuk modal kerja,
diikuti dengan konsumsi dan investasi. Peluang penyaluran kredit masih terbuka, dan
diperkirakan akan terus meningkat terkait dengan peningkatan permintaan masyarakat.
Selain penyaluran kredit, penghimpunan dana pihak ketiga melalui giro, deposito
dan tabungan juga diperkirakan akan meningkat pada kisaran 1–10 persen. Meningkatnya
BI Rate sebagai acuan penetapan suku bunga perbankan diperkirakan sebagai salah satu
faktor penyebabnya. Dana pihak ketiga diperkirakan akan didominasi tabungan, diikuti
deposito dan giro. Selain pelayanan yang ditawarkan dalam penghimpunan dana dan
penyaluran kredit, fasilitas jasa perbankan yang ditawarkan, inovasi produk dan layanan
berbasis teknologi diharapkan akan meningkatkan kinerja penghimpunan dana oleh
perbankan ditengah persaingan dengan produk sekuritas dan alternatif investasi lain. Selain
itu, tingkat suku bunga yang semakin rendah dan promosi dan layanan yang diberikan
diharapkan akan meningkatkan penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan.
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2008
104
Halaman ini sengaja dikosongkan
This page is intentionally blank
DAFTAR ISTILAH
Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Qtq
Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Share Of Growth
Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan
Migas
Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas
Omzet
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Share effect
Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Ekspor
Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil mau
Impor
Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil
PDRB atas dasar harga berlaku
Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian
PDRB atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito
Loan to Deposits Ratio (LDR)
Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya
Aktiva Produktif
Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional
Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent) Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu
Kliring Debet
Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional
Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)
Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.