PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

78
, , I .) BUPATI MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURANDAERAHKABUPATENMUSI BANYUASIN NdMOR .;23 TAHUN2016 TENTANG BANGUNANI GEDUNG DENGANRAHMATTUHANYANGMAHAESA BUPATIMUSI BANYTJASIN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 109 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 T@un 2002 tentang Bangunan Gedung, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung; I I Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tk. II dan Kota Praja di Sumatera Selatan (Lembaran Negatit Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia NOmor 4247); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, rentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repubfik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- JJndang Nomor 9 Tahun 201~ tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah .(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5g, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); S. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 ten tang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2,902 tentang Bangunan Gedung (Lembar~; Negara Republik Indonesia Tatun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532).

Transcript of PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

Page 1: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

, ,

I

.)

BUPATI MUSI BANYUASINPROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURANDAERAHKABUPATENMUSI BANYUASINNdMOR .;23 TAHUN2016

TENTANG

BANGUNANIGEDUNG

DENGANRAHMATTUHANYANGMAHAESA

BUPATIMUSI BANYTJASIN,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 109 ayat (1)Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentangPeraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 T@un 2002tentang Bangunan Gedung, perlu menetapkan PeraturanDaerah tentang Bangunan Gedung; •I

I

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentangPembentukan Daerah Tk. II dan Kota Praja di SumateraSelatan (Lembaran Negatit Republik Indonesia Tahun1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 1821);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentangBangunan Gedung (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia NOmor4247);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, rentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepubfikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-JJndang Nomor 9 Tahun 201~ tentang Perubahan KeduaAtas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah .(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor 5g, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5679);

S. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 ten tangPeraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 Tahun2,902 tentang Bangunan Gedung (Lembar~; NegaraRepublik Indonesia Tatun 2005 Nomor 83, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532).

Page 2: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

I)en~an PeTsetujuan Bersama

DEWANPERWAKILANRAKYATDAERAHKABUPATENMUSIBANYUASIN

SUPATIMUSIBANYUASIN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURANDAERAHTENTANGBANGUNANGEDUNG.

BAB!KETENTUANUMUM

Bagian Kesatu .Pengertian

PasallDalam Peraturari Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Kabupaten adalah Kabupaten Musi Banyuasin

2. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati Musi Banyuasin dan Perangkat IDaerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Kabupaten •

. 3. Bupati adalah Bupati Musi Banyuasin .

4. Dewan PeIWakilan Rakyat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin, yang iselanjutnya disingkat DPRD adalah adalah lembaga peIWaJciJanrakyatdaerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

5, Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden.Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara.Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Bangunan Gedung adalah wujud fisik basil peketjaan konstruksi yang.menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada.di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagaitempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat I

tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya;maupun kegiatan khusus.

7. Bangunan Gedung Umum adalah Bangunan Gedung yang fungsinya.untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, I

maupun fungsi sosial dan budaya.8. Bangunan Gedung Tertentu adalah Bangunan Gedung yang digunakan.

rmtuk kepentingan umum dan Bangunan Gedung fungsi khusus, i.yang dalam pembangunan dan/ atau pemanfaatannya membutuhkanpengelolaan khusus dan/ atau memiJiJcikompleksitas tertentu yang dapat .menimbulkan dampak penting terbadap masyarakat dan lingkungannya.

9. Bangunan Gedung adat merupakan Bangunan Gedung yang didirikaIimenggunakan kaidah/norma adat masyarakat setempat sesuai denganbudaya dan sistem nilai yan~ berlaku, untuk dimanfaatkan se~ai wadah~adM,

Page 3: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 3 -

10. Bangunan Gedung dengan gayajlanggam tradisional merupakanBangunan Gedung yang didirikan menggunakan kaidahj normatradisional masyarakat setempat sesuai dengan budaya yang diwariskansecara mrun temurun, untuk dimanfaatkan sebagai wadah kegiatanmasyarakat sehari-hari selain dari kegiatan adat.

11. Klasifikasi Bangunan Gedung adalah klasifikasi dari fungsi BangunanGedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif danpersyaratan teknisnya.

12. Keterangan Rencana Kabupaten adalah informasi tentang persyaratan tatabangunan dan lingkungan yang diberlakukan oleh Pemerintah Kabupatenpada lokasi tertentu.

13. 1zin Mendirikan Bangunan Gedung, yang selanjutnya disingkat 1MBadalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten MusiBanyuasin kepada Pemilik Bangunan Gedung untuk membangun barn,mengubah, memperluas, mengurangi danjatau merawat BangunanGedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.

14. Permohonan 1zinMendirikan Bangunan Gedung adalah permohonan yangdilakukan Pemilik Bangunan Gedung kepada Pemerintah Daerah untukmendapatkan izin mendirikan Bangunan Gedung.

15. Garis Sempadan Bangunan Gedung adalah garis maya pada persil atautapak sebagai batas minimum diperkenankannya didirikan BangunanGedung, dihitung dari garis sempadan jalan, tepi sungai atau tepi pantaiatau jaringan tegangan tinggi atau garis sempadan pagar atau batas persilatau tapak.

16. Koefisien Dasar Bangunan, yang selanjutnya disingkat KDBadalah angkapersentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar BangunanGedung dan luas lahanjtanah perpetakanjdaerah perencanaan yangdikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan danlingkungan.

17. Koefisien Lantai Bangunan, yang selanjutnya disingkat KLBadalah angkapersentase perbandingan antara luas seluruh lantai Bangunan Gedungdan luas tanah perpetakanj daerah perencanaan yang dikuasai sesuairencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

18. Koefisien Daerah Hijau, yang selanjutnya disingkat KDH adalah angkapersentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luarBangunan Gedung yang diperuntukkan bagi pertamananjpenghijauandan luas tanah perpetakanj daerah perencanaan yang dikuasai sesuairencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

19. Koefisien Tapak Basemen, yang selanjutnya disingkat KTB adalah angkapersentase perbandingan antara luas tapak basemen dan luaslahanjtanah perpetakanjdaerah perencanaan yang dikuasai sesuairencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

20. Pedoman Teknis adalah acuan teknis yang merupakan penjabaran lebihlanjut dari peraturan pemerintah dalam bentuk ketentuan teknispenyelenggaraan Bangunan Gedung.

21. Standar Teknis adalah standar yang dibakukan sebagai standar tata cara,

Page 4: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 4-

standar spesifikasi, dan standar metode uji baik berupa Standar NasionalIndonesia maupun standar internasional yang diberlakukan dalampenyelenggaraan Bangunan Geclung.

22. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, yang selanjutnya disebut RTRWadalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten yang telahditetapkan dengan peraturan daeraL

23. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, yang selanjutnya disebutRDTRadalah penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten ke.dalam rencana pemanfaatan kawasan perkotaan.

24. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratanpemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuksetiap blokf zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencanarinci tata ruang.

25. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, yang selanjutnya disingkatRTBL adalah panduan rancang bangun suatu kawasan untukmengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program.bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedomanpengendalian pelaksanaan.

26. Penyelenggaraan Bangunan Gedung adalah kegiatan pembangunanBangunan Gedung yang meliputi proses Perencanaan Teknis danpelaksanaan konstruksi serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian danpembongkaran.

27. Perencanaan Teknis adalah proses membuat gambar teknis BangunanGedung dan kelengkapannya yang mengikuti tahapan prarencana,pengembangan rencana dan penyusunan gambar kerja yang terdiri atas:rencana arsitektur, rencana struktur, rencana mekanikalfelektrikal,rencana tata ruang luar, rencana tata ruang-dalamjinterior serta rencanaspesifikasi teknis, rencana anggaran biaya, dan perhitungan teknispendukung sesuai pedoman dan Standar Teknis yang berlaku.

28. Pertimbangan Teknis adalah pertimbangan dari Tim Ahli BangunanGedung yang disusun secara tertulis dan profesional terkait denganpemenuhan persyaratan teknis Bangunan Gedung baik dalam prosespembangunan, pemanfaatan, pelestarian, maupun pembongkaranBangunan Gedung.

29. Pemanfaatan Bangunan Gedung adalah kegiatan memanfaatkanBangunan Gedung sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasukkegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala.

30. Pemeriksaan Berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan seluruhatau sebagian Bangunan Gedung, komponen, bahan bangunan, dan Iatauprasarana dan sarananya dalam tenggang waktu tertentu gunamenyatakan kelaikan fungsi Bangunan Gedung.

31. Laik Fungsi adalah suatu kondisi Bangunan Gedung yang memenuhipersyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsiBangunan Gedung yang ditetapkan.

Page 5: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 5 -

32. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan Bangunan Gedungbeserta prasarana dan sarananya agar selalu Laik FungSl.

33. Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagianBangunan Gedung, komponen, bahan bangunan, dan/ atau prasarana dansarana agar Bangunan Gedung tetap Laik Fungsi.

34. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaanBangunan Gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalanJangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaanmenurut periode yang dikehendaki.

35. Pemugaran Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan adalahkegiatan memperbaiki, memulihkan kembali Bangunan Gedung kebentuk aslinya.

36. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau merobohkan seluruhatau sebagian Bangunan Gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atauprasarana dan sarananya.

37. Penyelenggara Bangunan Gedung adalah pemilik, Penyedia JasaKonstruksi, dan Pengguna Bangunan Gedung.

38. Pemilik Bangunan Gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang,atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai Pemilik BangunanGedung.

39. Pengguna Bangunan Gedung adalah Pemilik Bangunan Gedung dan/ataubukan Pemilik Bangunan Gedung berdasarkan kesepakatan dengan'Pemilik Bangunan Gedung, yang menggunakan dan/atau mengelolaBangunan Gedung atau bagian Bangunan Gedung sesuai dengan fungsiyang ditetapkan.

40. Penyedia Jasa Konstruksi Bangunan Gedung adalah orang peroranganatau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksibidang Bangunan Gedung, meliputi perencana teknis, pelaksanakonstruksi, pengawas/manajemen konstruksi, termasuk Pengkaji TeknisBangunan Gedung dan Penyedia Jasa Konstruksi lainnya.

41. Tim Ahli Bangunan Gedung, yang selanjutnya disingkat TABGadalah timyang terdiri dari para ahli yang terkait dengan penyelenggaraan BangunanGedung untuk memberikan Pertimbangan Teknis dalam proses penelitiandokumen rencana teknis dengan masa penugasan terbatas, dan jugauntuk memberikan masukan dalam penyelesaian masalahpenyelenggaraan Bangunan Gedung Tertentu yang susunan anggotanyaditunjuk secara kasus per kasus disesuaikan dengan kompleksitasBangunan Gedung Tertentu terse but.

42. Pengkaji Teknis adalah orang perorangan, atau badan hukum yangmempunyai sertifikat keahlian untuk melaksanakan pengkajian teknisatas kelaikan fungsi Bangunan Gedung sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

43. Pengawas adalah orang yang mendapat tugas untuk mengawasipelaksanaan mendirikan bangunan sesuai dengan 1MByang diangkat olehPemilik Bangunan Gedung.

Page 6: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 6-

44. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha, danlembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang Bangunan Genung,termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yangaerkepentingan dengan penyelenggaraan Bangunan Gedung.

45. Peran Masyarakat dalam penye1enggaraan Bangunan Gedung adalahberbagai kegiatan masyarakat yang merupakan perwujudan kehendak dankeinginan masyarakat untuk memantau dan menjaga ketertiban, memberimasukan, menyampaikan pendapat dan pertimbangan, serta melakukanGugatan Perwakilan berkaitan dengan penyelenggaraan BangunanGedung.

46. Dengar Pendapat Publik adalah forum dialog yang diadakan untukmendengarkan dan menampung aspirasi masyarakat baik berupapendapat, pertimbangan maupun usulan dari masyarakat umum sebagaimasukan untuk menetapkan kebijakan Pemerintah/Pemerintah Daerahdalam penyelenggaraan Bangunan Gedung.

47. Gugatan Perwakilan adalah gugatan yang berkaitan denganpenyelenggaraan Bangunan Gedung yang diajukan oleh satu orang ataulebih yang mewakili ke1ompok dalam mengajukan gugatan untukkepentingan mereka sendiri dan sekaligus mewakili pihak yang dirugikanyang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompokdan anggota kelompok yang dimaksud.

48. Pembinaan Penyelenggaraan Bangunan Gedung adalah kegiatanpengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan dalam rangka mewujudkantata pemerintahan yang baik sehingga setiap penyelenggaraan BangunanGedung dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan BangunanGedung yang sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastianhukum.

49. Pengaturan adalah penyusunan dan pelembagaan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan Standar Teknis Bangunan Gedungsampai di daerah dan operasionalisasinya di masyarakat.

50. Pemberdayaan adalah kegiatan untuk menumbuhkembangkan kesadaranakan hak, kewajiban, dan peran para Penye1enggara Bangunan Gedungdan aparat Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan BangunanGedung.

51. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan penerapanperaturan perundang- undangan bidang Bangunan Gedung dan upayapenegakan hukum.

Bagian KeduaMaksud, Tujuan, dan Lingkup

Paragraf 1Maksud

Pasal2

Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai pengaturan lebih lanjut dariUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan

Page 7: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 7 -

Peraturan Pemerlntah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana 'Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, bookdalam .pemenuhan persyaratan yang diperlukan dalam penyelenggaraan bangunangedung, maupun dalam pemenuhan tertib penyelenggaraan bangunan gedungdidaerah.

Paragraf2Tujuan

Pasal3

Peraturan Daerah ini bertujuan untuk:

a

b

c

mewujudkan Bangunan Gedung yang fungsional dan sesuOOdengan tata .Bangunan Gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;

mewujudkan tertib penyelenggaraan Bangunan Gedung yang menjamin 'keandalan teknis Bangunan Gedung dari segi keselamatan, kesehatan, Ikenyamanan, dan kemudahan; :

mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung.

Paragraf 3Lingkup

Pasal4

(I) Lingkup Peraturan Daerah ini meliputi ketentuan mengenai fungsi dan •KlasifIkasi Bangunan Gedung, persyaratan Bangunan Gedung, :penyelenggaraan Bangunan Gedung, TABG,Peran Masyarakat, pembinaandalam penye1enggaraan Bangunan Gedung, sanksi administratif,'penyidikan, pidana, dan peralihaE..

(2) Untuk Bangunan Gedung fungsi khusus, dalam hal persyaratan, :penyelenggaraan dan pembinaan tidak diatur dalam Peraturan Daerah inL I

BABIIFUNGSIDANKLASIFlKASIBANGUNANGEDUNG

Pasal5

(1) Fungsi Bangunan Gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan.persyaratan teknis Bangunan Gedung ditinjau dari segi tata bangunan danlingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasiyang diatur dalam RTRW,RDTRdanfatau RTBL.

~2} Fungsi Bangunan Gedung meliputi:

a. Bangunan Gedung fungsi hunian, dengan fungsi utama sebagOOtempat manusia tinggaI;

b. Bangunan Gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagOO.tempat manusia melakukan ibadah; I,

c. Bangunan Gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagOOtempatmanusia melakukan kegiatan usaha;

d. Bangunan Gedung fungsi sosial dan budaya dengan fungsi utamasebagOOtempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya;

Page 8: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 8 -

e. Bangunan Gedung fungsi khusus dengan fungsi utama sebagaitempat manusia melakukan kegiatan yang mempunyai tingkatkerahasiaan tinggi danl atau tingkat risiko bahaya tinggi; dan

f. Bangunan Gedung lebih dari satu fungsi.

Palla16

(1) Bangunan Gedung fungsi hunian dengan fungsi utama sebagai tempa!manusia tinggal dapat berbentuk:

a. bangunan rumah tinggal tunggal;

b. bangunan rumah tinggal deret;

c. bangunan rumah tinggal susun; dan

d. bangunan rumah tinggal sementara.

(2) Bangunan Gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagaitempat manusia melakukan ibadah keagamaan dapat berbentuk:

a. bangunan masjid, mushalla, langgar, surau;

b. bangunan gereja, kapel;

c. bangunan pura;

d. bangunan vihara;

e. bangunan kelenteng; dan

f. bangunan keagamaan dengan sebutan lainnya.

(3) Bangunan Gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempatmanusia melakukan kegiatan usaha dapat berbentuk::

a. Bangunan Gedung perkantoran seperti bangunan perkantoran non-pemerintah dan sejenisnya;

b. Bangunan Gedung perdagangan seperti bangunan pasar, pertokoan,pusat perbelanjaan, mal dan sejenisnya;

c. Bangunan Gedung pabrik;

d. Bangunan Gedung perhotelan seperti bangunan hotel, motel, hostel,penginapan dan sejenisnya;

e. Bangunan Gedung wisata dan rekreasi seperti tempat rekreasi,bioskop dan sejenisnya;

f. Bangunan Gedung terminal seperti bangunan stasiun kereta api,terminal bus angkutan umum, halte bus, terminal peti kemas,pelabuhan laut, pelabuhan sungai, pelabuhan perikanan, bandarudara;

g. Bangunan Gedung tempat penyimpanan sementara seperti bangunangudang, gedung parkir dan sejenisnya; dan

h. Bangunan Gedung tempat penangkaran atau budidaya sepertibangunan sarang burung walet, bangunan peternakan sapi dansejenisnya.

(4) Bangunan Gedung sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat

Page 9: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya dapat berbentuk:

a. Bangunan Gedung pelayanan pendidikan seperti bangunan sekolan .taman kanak kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah,pendidikan tinggi, kursus dan semacamnya;

b. Bangunan Gedung pelayanan kesehatan seperti bangunanpuskesmas, poliklinik, rumah bersalin, rumah sakit termasuk panti-panti dan sejenisny~,

c. Bangunan Gedung kebudayaan seperti bangunan museum, gedungkesenian, Bangunan Gedung adat dan sejenisnya;

d. Bangunan Gedung laboratorium seperti bangunan laboratoriumfisika, laboratorium kimia, dan laboratorium lainnya, dan

e. Bangunan Gedung pelayanan umum seperti bangunan stadion,gedung olah raga dan sejenisnya.

(5) Bangunan fungsi khusus dengan fungsi utama yang memerlukan tingkatkerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional dan/atau yangmempunyai tingkat risiko bahaya yang tinggi.

(6) Bangunan Gedung lebih dari satu fungsi dengan fungsi utama kombinasilebih dari satu fungsi dapat berbentuk:

a. bangunan rumah dengan toko (ruko);

b. bangunan rumah dengan kantor (rukan);

c. Bangunan Gedung mal-apartemen-perkantoran;

d. Bangunan Gedung mal-apartemen-perkantoran-perhotelan;

e. dan sejenisnya.

Pasal 7

(1) Klasifikasi Bangunan Gedung menurut kelompok fungsi bangunandidasarkan pada pemenuhan syarat administrasi dan persyaratan teknisBangunan Gedung.

(2) Fungsi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5diklasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas, tingkat permanensi,.tingkat risiko kebakaran, zonasi gempa, lokasi, ketinggian, dan/atau.kepemilikan.

(3) Klasifikasi berdasarkan tingkat kompleksitas meliputi:a Bangunan Gedung sederhana, yaitu Bangunan Gedung dengankarakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologisederhana danl atau Bangunan Gedung yang sudah memiliki desainprototip;

b. Bangunan Gedung tidak sederhana, yaitu Bangunan Gedung dengankarakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan atauteknologi tidak sederhana; serta

c. Bangunan Gedung khusus, yaitu Bangunan Gedung yang memilikipenggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan danpelaksanaannya memerlukan penyelesaian / teknologi khusus.

(4) Klasifikasi berdasarkan tingkat permanensi meliputi:

Page 10: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

.10-

a Bangunan Gedung darurat atau sementara, yaitu Bangunan Gedungyang karena fungsinya direncanakan mempunyai umur layanansampai dengan 5 (lima)tahun;

b. Bangunan Gedung semi permanen, yaitu Bangunan Gedung yangkarena fungsinya direncanakan mempunyai umur Iayanan di atas 5(lima)sampai dengan 10 (sepuluh) ta:hun; sert~

c. Bangunan Gedung permanen, yaitu Bangunan Gedung yang karenafungsinya direncanakan mempunyai umur layanan di atas 20 (duapuiuh) tahun.

(5) Klasifikasi berdasarkan tingkat risiko kebakaran meliputi:

a Tingkat risiko kebakaran rendah, yaitu Bangunan Gedung yangkarena fungsinya, disain penggunaan bahan dan komponen unsurpembentuknya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada didalamnya tingkat mudah terbakarnya rendah;

b. Tingkat risiko kebakaran sedang, yaitu Bangunan Gedung yangkarena fungsinya, disain penggunaan bahan dan komponen unsurpembentuknya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada didalamnya tingkat mudah terbakarnya sedang; serta

c. Tingkat risiko kebakaran tinggi, yaitu Bangunan Gedung yang karenafungsinya, dan disain penggunaan bahan dan komponen unsurpembentuknya, serta kuantitas dan kualitas bahan yang ada didalamnya tingkat mudah terbakarnya sangat tinggi dan/atau tinggi.

(6) Klasifikasi berdasarkan lokasi meIiputi:

a Bangunan Gedung di lokasi renggang, yaitu Bangunan Gedung yangpada umumnya terletak pada daerah pinggiran/luar kota atau daerahyang berfungsi sebagai resapan;

b. Bangunan Gedung di Iokasi sedang, yaitu Bangunan Gedung yangpada umumnya terletak di daerah permukiman; serta

c. Bangunan Gedung di lokasi padat, yaitu Bangunan Gedung yang padaumumnya terletak di daerah perdagangan/pusat kota.

(7) Klasifikasi berdasarkan ketinggian Bangunan Gedung meliputi:

a Bangunan Gedung bertingkat rendah, yaitu Bangunan Gedung yangmemilikijumlah lantai sampai dengan 4lantai;

b. Bangunan Gedung bertingkat sedang, yaitu Bangunan Gedung yangmemiliki jumlah Iantai mulai dari 5 lantai sampai dengan 8 Iantai;serta

c. Bangunan Gedung bertingkat tinggi, yaitu Bangunan Gedung yangmemilikijumlah lantai lebih dari 8lantai.

(8) Klasifikasi berdasarkan kepemilikan meliputi:

a Bangunan Gedung milik negara, yaitu Bangunan Gedung untukkeperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negaradan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari danaAPBN, dan/atau APBD, dan/atau sumber pembiayaan lain, seperti:

Page 11: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 11 -

gedung kantor dinas, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang,rumah negara, dan lain-lain;

b. Bangunan Gedung milik perorangan, yaitu Bangunan Gedung yangmerupakan kekayaan milik pribadi atau perorangan dan diadakandengan sumber pembiayaan dari dana pribadi atau perorangan; serta

c. Bangunan Gedung milik badan usaha, yaitu Bangunan Gedung yangmerupakan kekayaan milik badan usaha non pemerintah danriiadakan dengan sumber pembiayaan dari dana badan usaha nonpemerintah tersebut.

Pasal8

(1) Penentuan Klasifikasi Bangunan Gedung atau bagian dari gedungditentukan berdasarkan fungsi yang digunakan dalam perencanaan,pelaksanaan atau perubahan yang diperlukan pada Bangunan Gedung.

(2) Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung harus sesuai denganperuntukan lokasi yang diatur dalam RTRW,RDTR,dan/ atau RTBL.

(3) Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung diusulkan oleh PemilikBangunan Gedung dalam bentuk rencana teknis BangunanGedung.melalui pengajuan permohonan izin mendirikan Bangunan Gedung.

(4) Penetapan fungsi Bangunan Gedung dilakukan oleh Pemerintah Daerahmelalui penerbitan 1MB berdasarkan RTRW, RDTR dan/atau RTBL,kecuali Bangunan Gedung fungsi khusus oleh Pemerintah

Pasal9

(1) Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung dapat diubah dengan.mengajukan permohonan 1MBbarn.

(2) Perubahan fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh pemilik dalam bentuk rencanateknis Bangunan Gedung sesuai dengan peruntukan lokasi yang diaturdalam RTRW,RDTRdanj atau RTBL,

(3) Perubahan fungsi dan/ atau Klasifikasi Bangunan Gedung harus diikutidengan pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknisBangunan Gedung yang baru.

(4) Perubahan fungsi dan/atau Klasifikasi Bangunan Gedung harus diikutidengan perubahan data fungsi dan/ atau Klasifikasi Bangunan Genung .

.(5) Perubahan fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung ditetapkan. olehPemerintah Daerah dalam izin mendirikan Bangunan Gedung, kecualiBangunan Gedung fungsi khusus ditetapkan oleh Pemerintah.

BABIIIPERSYARATANBANGUNANGEDUNG

Bagian KesatuUmum

PasallO

(1) Setiap Bangunan Gedung harus memenuhi persyaratan administratif danpersyaratan teknis sesuai dengan fungsi Bangunan Gedung.

Page 12: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 12-

(2) Persyaratan administratif Bangunan Gedung meliputi:

a. status hak atas tanah danl atau izin pemanfaatan dari pemegang hakatas tanah;

b. status kepemilikan Bangunan Gedung, serta

c. 1MB.

(3) Persyaratan teknis Bangunan Gedung meliputi:

a. persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang terdiri atas:

1) persyaratan peruntukan lokasi;

2) intensitas Bangunan Gedung;

3) arsitektur Bangunan Gedung;

4) pengendalian dampak lingkungan untuk Bangunan GedungTertentu; serta

5) rencana tata bangunan dan lingkungan.

b. persyaratan keandalan Bangunan Gedung terdiri atas:

1) persyaratan keselamatan;

2) persyaratan kesehatan;

3) persyaratan kenyamanan; serta

4) persyaratan kemudahan.

Bagian KeduaPersyaratan Administratif

Paragraf 1

Status Hak Atas Tanah

Pasalll

(1) Setiap Bangunan Gedung hams didirikan di atas tanah yang jelaskepemilikannya, baik milik sendiri atau milik pihak lain

(2) Status hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkandalam bentuk dokumen sertifikat hak atas tanah atau bentuk dokumenketerangan status tanah lainnya yang sah.

(3) Dalam hal tanahnya milik pihak lain, Bangunan Gedung hanya dapatdidirikan dengan izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanahatau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hakatas tanah atau pemilik tanah dengan Pemilik Bangunan Gedung.

(4) PeIjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat palingsedikit hak dan kewajiban para pihak, luas, letak, dan batas-batas tanah,serta fungsi Bangunan Gedung dan jangka waktu pemanfaatan tanah.

(5) PeIjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memuat palingsedikit hak dan kewajiban para pihak, luas, letak, dan batas-batas tanah,serta fungsi Bangunan Gedung dan jangka waktu pemanfaatan tanah

(6) Bangunan Gedung yang karena faktor budaya atau tradisi setempat hamsdibangun di atas air sungai, air laut, air danau hams mendapatkan izin

Page 13: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 13-

dari Bupati.

(7) Bangunan Gedung yang akan dibangun di atas tanah milik sendiri atau diatas tanah milik orang lain yang terletak di kawasan rawan bencana alamharus mengikuti persyaratan yang diatur dalam Keterangan RencanaKabupaten.

Paragraf2Status Kepemilikan Bangunan Gedung

Pasal 12

(1) Status kepemilikan Bangunan Gedung dibuktikan dengan surat buktikepemilikan Bangunan Gedung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah,kecuali Bangunan Gedung fungsi khusus oleh Pemerintah.

(2) Penetapan status kepemilikan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan pada saat proses 1MB danjatau pada saatpendataan Bangunan Gedung, sebagai sarana tertib pembangunan, tertibpemanfaatan dan kepastian hukum atas kepemilikan Bangunan Gedung.

(3) Status kepemilikan Bangunan Gedung adat pada masyarakat hukum adatditetapkan oleh masyarakat hukum adat bersangkutan berdasarkannorma dan kearifan lokal yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.

(4) Kepemilikan Bangunan Gedung dapat dialihkan kepada pihak lain.

(5) Pengalihan hak kepemilikan Bangunan Gedung kepada pihak lain harnsdilaporkan kepada Bupati untuk diterbitkan surat keterangan buktikepemilikan baru.

(6) Pengalihan hak kepemilikan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (5) oleh Pemilik Bangunan Gedung yang bukan pemegang hakatas tanah, terlebih dahulu harns mendapatkan persetujuan pemeganghak atas tanah.

(7) Tata cara pembuktian kepemilikan Bangunan Gedung kecualisebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) diatur sesuai denganKeputusan Bupan.

Paragraf3Izin Mendirikan Bangunan (1MB)

Pasal13

(1) Setiap orang atau badan wajib memiliki 1MB dengan mengajukanpermohonan 1MBkepada Bupati untuk melakukan kegiatan:

a. pembangunan Bangunan Gedung danj atau prasarana BangunanGedung.

b. rehabilitasij renovasi Bangunan Gedung danj atau prasaranaBangunan Gedung meliputi perbaikanjperawatan, perubahan,perluasanjpengurangan; dan

c. pemugaranjpelestarian dengan mendasarkan pada surat KeteranganRencana Tata Ruang (advis planning) untuk lokasi yangbersangkutan.

(2) lzin mendirikan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan oleh Pemerintah Daerah, kecuali Bangunan Gedung fungsi

Page 14: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 14-

khusus oleh Pemerintah.

(3) Pemerintah Daerah wajib memberikan secara cuma-cuma suratKeterangan Rencana Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)untuk lokasi yang bersangkutan kepada setiap orang yang akanmengajukan permohonan 1MBsebagai dasar penyusunan rencana teknisBangunan Gedung.

(4) Surat Keterangan Rencana Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat(3) merupakan ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutandan berisi:a. fungsi Bangunan Gedung yang dapat dibangun pada Iokasi

bersangkutan;b. ketinggian maksimum Bangunan Gedung yang diizinkan;c. jumlah Iantai/lapis Bangunan Gedung di bawah permukaan tanah

dan KTByang diizinkan;d. garis sempadan dan jarak bebas minimum Bangunan Gedung yang

diizinkan;e. KDBmaksimum yang diizinkan;f. KLBmaksimum yang diizinkan;g. KDHminimum yang diwajibkan;h. KTBmaksimum yang diizinkan; dani. jaringan utilitas kota,

(5) Dalam surat Keterangan Rencana Kabupaten sebagaimana dimaksud padaayat (4) dapat juga dicantumkan ketentuan-ketentuan khusus yangberlaku untuk Iokasi yang bersangkutan.

Paragraf41MBdi Atas danl atau di Bawah Tanah, Air danl atau Prasaranaj Sarana

Umum

PasaI 14

(I) Permohonan 1MB untuk Bangunan Gedung yang dibangun di atasdan/atau di bawah tanah, air, atau prasarana dan sarana umum harusmendapatkan persetujuan dari instansi terkait.

(2) 1MBuntuk pembangunan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib mendapat Pertimbangan Teknis TABG dan denganmempertimbangkan pendapat masyarakat.

(3) Pembangunan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)wajib mengikuti Standar Teknis dan pedoman yang terkait.

Paragraf 5Ke1embagaar:

PasaI 15

(1) Dokumen Permohonan 1MBdisampaikan/diajukan kepada instansi yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perizinan.

(2) Pemeriksaan dokumen rencana teknis dan administratif dilaksanakanoleh instansi teknis pembina yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang Bangunan Gedung.

Page 15: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 15 -

(3) Bupati dapat rnelirnpahkan sebagian kewenangan penerbitan 1MBsebagairnana dirnaksud pada ayat (1)dan ayat (2)kepada CarnaL

(4) Pe1irnpahansebagian kewenangansebagairnana dirnaksud pada ayat (3)mempertimbangkan faktor:

a. efisiensi dan efektivitas;

b. mendekatkan pelayanan pemberian 1MBkepada rnasyarakat;

c. fungsi bangunan, kIasifikasi bangunan, luasan tanah dan/ataubangunan yang mampu diselenggaraan di kecarnatan; dan

d. kecepatan penanganan penanggulangan darurat dan rehabilitasiBangunan Gedung pascabencana.

(5) Ketentuan lebih lanjut rnengenai pelirnpahan sebagian kewenangansebagaimana dimaksud pada ayat (3)diatur dengan peraturan Bupati.

Bagian KetigaPersyaratan Teknis Bangunan Gedung

Paragraf 1Umum

Pasal16

Persyaratan teknis Bangunan Gedung rneliputi persyaratan tata bangunan dan.lingkungan dan persyaratan keandalan bangunan.

Paragraf2Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan

PasaI17

Persyaratan tata bangunan dan lingkungan sebagairnana dirnaksud dalamPasal 16 rneliputi persyaratan peruntukan dan intensitas Bangunan Gedung,persyaratan arsitektur Bangunan Gedung dan persyaratan pengendaliandampak lingkungan.

Paragraf3Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung

Pasal 18

(1) Bangunan Gedung harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukanlokasi yang telah ditetapkan dalam RTRW,RDTRdan/ atau RTBL.

(2) Pernerintah Daerah wajib rnernberikan inforrnasi rnengenai RTRW,RDTRdan/atau RTBLsebagairnana dirnaksud pada ayat (1) kepada rnasyarakatsecara curna-curna.

(3) Informasi sebagairnana dirnaksud pada ayat (2)rnengenai peruntukan lokasi, intensitas bangunankepadatan bangunan, ketinggian bangunan, danbangunan.

(4) Bangunan Gedung yang dibangun:a. di atas prasarana dan sarana urnurn;b. di bawah prasarana dan sarana umum;c. di bawah atau di atas air;

berisi keteranganyang terdiri darigaris sernpadan

Page 16: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 16-

d. di daerah jaringan transmisi listrik tegangan tinggi:e. di daerah yang berpotensi bencana alam: danf. di Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP);

harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan danmemperoleh pertimbangan serta persetujuan dari Pemerintah Daerahdan/atau instansi terkait iamnya.

(5) Dalam hal ketentuan mengenai peruntukan lokasi sebagaimana dimaksudpada ayat (I) belum ditetapkan, maka ketentuan mengenai peruntukan~okasisebagaimana dimaksud pada ayat (I) dapat diatur sementara dalamperaturan Bupati.

Pasal 19

{I) Dalam hal terjadi perubahan RTRW, RDTR dan/atau RTBL yangmengakibatkan perubahan peruntukan lokasi, fungsi Bangunan Gedungyang tidak sesuai dengan peruntukan yang baru harus disesuaikan.

(2) Terhadap kerugian yang timbul akibat perubahan peruntukan lokasisebagaimana dimaksud pada ayat (I) Pemerintah Daerah memberikanpenggantian yang layak kepada Pemilik Bangunan Gedung sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal20

{I) Bangunan Gedung yang ~an dibangun harus memenuhi persyaratanintensitas Bangunan Gedung yang meliputi persyaratan kepadatan,ketinggian dan jarak bebas Bangunan Gedung, berdasarkan ketentuanyang diatur dalam RTRW,RDTR,danl atau RTBL.

(2) Kepadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) meliputi ketentuan KDBdan Koefisien Daerah Hijau (KDH) pada tingkatan tinggi, sedang danrenda.h.

(3) Ketinggian sebagaimana dimaksud pada ayat (I) meliputi ketentuantentangjumlah lantai bangunan, tinggi bangunan dan KLBpada tingkatan'KLBtinggi, sedang dan rendah.

(4) Ketinggian Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak'boleh mengganggu lalu lintas penerbangan.

(5) Jarak bebas Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (I)meliputi ketentuan tentang Garis Sempadan Bangunan Gedung dan jarak iantara Bangunan Gedung dengan batas persil, jarak antar bangunan, danjarak antara as jalan dengan pagar halaman.

(6) Dalam hal ketentuan mengenai persyaratan intensitas Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (I) belum ditetapkan, maka ketentuanmengenai persyaratan intensitas Bangunan Gedung dapat diatursementara untuk suatu lokasi dalam peraturan Bupati yang berpedomanpada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi denganmemperhatikan pendapat TABG.

Page 17: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 17-

Pasal21

(1) KDB ditentukan atas dasar kepentingan daya dukung lingkungan,pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsiperuntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan.

(2) Ketentuan besarnya KDB sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL dan/ataupengaturan sementara persyaratan intensitas Bangunan Gedung dalamperaturan Bupati.

Pasal22

(1) KDHditentukan atas dasar kepentingan daya dukung lingkungan, fungsiperuntukan, fungsi bangunan, kesehatan dan kenyamanan bangunan ..

(2) Ketentuan besarnya KDH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL dan/ataupengaturan sementara persyaratan intensitas Bangunan Gedung dalamperaturan Bupati.

Pasal 23

(1) KLB ditentukan atas dasar daya dukung lingkungan, pencegahanterhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan,fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan, keselamatandan kenyamanan umum.

(2) Ketentuan besarnya KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL dan/ataupengaturan sementara persyaratan intensitas Bangunan Gedung dalam.peraturan Bupati.

Pasal24

(1) Jumlah lantai Bangunan Gedung dan tinggi Bangunan Gedung ditentukanatas dasar pertimbangan Iebar jalan, fungsi bangunan, keselamatanbangunan, keserasian dengan lingkungannya serta keselamatan lalu lintaspenerbangan.

(2) Bangunan Gedung dapat dibuat bertingkat ke bawah tanah sepanJangmemungkinkan untuk itu dan tidak bertentangan dengan ketentuanperundang undangan.

{3) Ketentuan besarnya jumlah lantai Bangunan Gedung dan tinggiBangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikandengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL dan/atau pengaturansementara persyaratan intensitas Bangunan Gedung dalam peraturanBupati.

Pasal25

(1) Garis sempadan bangunan ditentukan atas pertimbangan keamanan,kesehatan, kenyamanan dan keserasian dengan lingkungan danketinggian bangunan.

(2) Garis Sempadan Bangunan Gedung meliputi ketentuan mengenai jarak

Page 18: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 18 -

Bangunan Gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, rei kereta apidan/atau jaringan listrik tegangan tinggi, dengan mempertimbangkanaspek keselamatan dan kesehatan;

(3) Garis sempadan bangunan meliputi garis sempadan bangunan untukbagian muka, samping, dan belakang.

(4) Penetapan garis sempadan bangunan berlaku untuk bangunan di ataspermukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah (besmen).

(5) Ketentuan besarnya garis sempadan bangunan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW,RDTR,RTBLdan/atau pengaturan sementara dalam peraturan Bupati.

(6) Bupati dapat menetapkan lain untuk kawasan-kawasan tertentu danspesifik.

Pasal26

(1) Jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil, jarak antarbangunan,dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman ditetapkan untuk setiapIokasi sesuai dengan peruntukannya atas pertimbangan keselamatan,kesehatan, kenyamanan, kemudahan, dan keserasian dengan lingkungandan ketinggian bangunan.

(2) Jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil, jarak antarbangunan,dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman yang diberlakukan perkapling/persil dan/ atau per kawasan.

(3) Penetapan jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil, jarakantarbangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman berlakuuntuk di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah(besmen).

(4) Penetapan jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil, jarakantarbangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman untuk dibawah permukaan tanah didasarkan pada pertimbangan keberadaan ataurencana jaringan pembangunan utilitas umum.

(5) Ketentuan besarnya jarak antara Bangunan Gedung dengan batas persil, i

jarak antarbangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman 'sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuandalam RTRW,RDTR,RTBLdan/atau pengaturan sementara persyaratanintensitas Bangunan Gedung dalam peraturan Bupati.

(6) Bupati dapat menetapkan lain untuk kawasan-kawasan tertentu danspesifik.

Paragraf4Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung

Pasal27

Persyaratan arsitektur Bangunan Gedung meliputi persyaratan penampilanBangunan Gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dankeselarasan Bangunan Gedung dengan lingkungannya, sertamemperimbangkan adanya keseimbangan antara nilai-nilai adat/tradisionalsosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitekturdan rekayasa.

Page 19: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

Pasal28

(1) Persyaratan penampilan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud Galan:,Pasal 27 disesuaikan dengan penetapan tema arsitektur bangunan dijalam peraturan Bupati tentang RTBL.

(2) Penampilan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memperhatikan kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur,dan lingkungan yang ada di sekitarnya serta dengan mempertimbangkar.;midah pelestarian.

(3) Penampilan Bangunan Gedung yang didirikan berdampingan denganBangunan Gedung yang dilestarikan, harus dirancang denganmempertimbangkan kaidah estetika bentuk dan karakteristik dariarsitektur Bangunan Gedung yang dilestarikan.

(4) Pemerintah Daerah dapat mengatur kaidah arsitektur tertentu pada suatukawasan setelah mendengar pendapat TABG dan pendapat masyarakatdalam peraturan Bupati.

Pasal29

(el) Bentuk denah Bangunan Gedung sedapat mungkin memiliki bentuk yangdapat mengantisipasi kerusakan akibat bencana alam gempa danpenempatannya tidak boleh mengganggu fungsi prasarana kota, lalu lintasdan ketertiban.

(2) Bentuk Bangunan Gedung sedapat mungkin dirancang denganmemperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur di sekitarnya denganmempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan yang nyaman dar.serasi terhadap lingkungannya.

(3) Bentuk denah Bangunan Gedung adat atau tradisional harusmemperhatikan sistem nilai dan kearifan lokal yang berlaku di lingkunganmasyarakat adat bersangkutan.

(4) Atap dan dinding Bangunan Gedung harus dibuat dari konstruksi danbahan yang aman dari kerusakan akibat bencana alamo

Pasal30

(1) Persyaratan tata ruang dalam Bangunan Gedung sebagaimana dimaksuddalam Pasal 27 harus memperhatikan fungsi ruang, arsitektur BangunanGedung, dan keandalan Bangunan Gedung.

(2) Bentuk Bangunan Gedung harus dirancang dengan konsep BangunanHijau (Green Building) agar setiap ruang dalam dimungkinkanmenggunakan pencahayaan dan penghawaan alami, kecualifungs~.Bangunan Gedung diperlukan sistem pencahayaan dan penghawaartbuatan.

(3) Ruang dalam Bangunan Gedung harus mempunyai tinggi yang cukupsesuai dengan fungsinya dan arsitektur bangunannya.

(4) Perubahan fungsi dan penggunaan ruang Bangunan Gedung atau bagianBangunan Gedung harus tetap memenuhi ketentuan penggunaanBangunan Gedung dan dapat menjamin keamanan dan keselamatan

Page 20: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 20-

bangunan dan penghuninya.

(5) Pengaturan ketinggian pekarangan adalah apabila tinggi tanahpekarangan berada di bawah titik ketinggian (peil) bebas banjir yangditetapkan aleh Balai Sungai atau instansi berwenang setempat atauterdapat kemiringan yang euram atau perbedaan tinggi yang besar padatanah asli suatu perpetakan, maka tinggi maksimal lantai dasa:ditetapkan tersendiri.

(6) Tinggi lantai dasar suatu Bangunan Gedung diperkenankan meneapaimaksimal 1,20 m di atas tinggi rata-rata tanah pekarangan atau tinggirata-ratajalan, dengan memperhatikan keserasian lingkungan.

(7) Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah titik ketinggian (peil)bebas banjir atau terdapat kemiringan euram atau perbedaan tinggi yangbesar pada suatu tanah perpetakan, maka tinggi maksimal lantai dasarditetapkan tersendiri.

(8) Permukaan atas dari lantai denah (dasar):a. Sekurang-kurangnya 15 em di atas titik tertinggi dari pekarangan

yang sudah dipersiapkan;

b. Sekurang-kurangnya 25 em di atas titik tertinggi dari sumbu jalanyang berbatasan;

e. Dalam hal-hal yang luar biasa, ketentuan dalam huruf a, tidakberlaku jika letak lantai-lantai itu lebih tinggi dari 60 em di atastanah yang ada di sekelilingnya, atau untuk tanah-tanah yangmlrmg.

Pasal3f

(1) Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasan BangunanGedung dengan lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar dan ruang terbuka hijauyang seimbang, serasi dan se1aras dengan lingkungannya yangdiwujudkan dalam pemenuhan persyaratan daerah resapan, aksespenyelamatan, sirkulasi kendaraan dan manusia serta terpenuhinyakebutuhan prasarana dan sarana luar Bangunan Gedung.

'(2) Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasan BangunanGedung dengan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:

a. Persyaratan ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP);

b. Persyaratan ruang sempadan Bangunan Gedung;

e. Persyaratan tapak besmen terhadap lingkungan;

d. Ketinggianpekarangan dan lantai dasar bangunan;

e. Daerah hijau pada bangunan;

f. Tata tanaman;

g. Sirkulasi dan fasilitas parkir;

h. Pertandaan (Signage); serta

I. Peneahayaan ruang luar Bangunan Gedung.

Page 21: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

Pasal32

(1) Ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP) sebagaimana dimaksud pad",Pasal 31 ayat (2) huhlf a sebagai ruang yang berhubungan langsungdengan dan terletak pada persil yang sarna dengan Bangunan Gedung,berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, peresapan air, sirkulasi,un sur estetik, sebagai ruang untuk kegiatan atau ruang fasilitab(amenitas).

(2) Persyaratan RTHPditetapkan dalam RTRW,RDTRdan/atau RTBL,secaralangsung atau tidak langsung dalam bentuk Garis Sempadan Bangunan,Koefisien Dasar Bangunan,Koefisien Dasar Hijau, Koefisien Lantai Bangunan, sirkulasi dan fasilitasparkir dan ketetapan lainnya yang bersifat mengikat semua pihakberkepentingan.

(3) Dalam hal ketentuan mengenai persyaratan RTHPsebagaimana dimaksudpada ayat (2) belum ditetapkan, maka ketentuan mengenai persyaratanRTHPdapat diatur sementara untuk suatu lokasi dalam peraturan Bupatisebagai acuan bagi penerbitan 1MB.

Pasal33

(1) Persyaratan ruang sempadan depan Bangunan Gedung sebagaimana.dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf b harus mengindabkan.keserasian lansekap pada ruas jalan yang terkait sesuai dengan ketentuandalam RTRW,RDTR,dan/atau RTBL,yang mencakup pagar dan gerbang,tanaman besar/pohon dan bangunan penunjang.

(2) Terhadap persyaratan ruang sempadan depan bangunan sebagaimanadimaksud pada ayat(I) dapat ditetapkan karakteristik lansekap jalan atau ruas jalan denganmempertimbangkan keserasian tampak depan bangunan, ruangsempadan depan bangunan, pagar, jalur pajalan kaki, jalur kendaraandan jalur hijau median jalan dan sarana utilitas umum lainnya.

Pasa134

(1) Persyaratan tapak besmen terhadap lingkungan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 31 ayat (2) huruf c berupa kebutuhan besmen dan besaranKoefisien Tapak Besmen (KTB) ditetapkan berdasarkan rencanaperuntukan laban, ketentuan teknis dan kebijakan daerah.

(2) Untuk penyediaaan RTHP yang memadai, lantai besmen pertama tidakdibenarkan keluar dari tapak bangunan di atas tanah dan atap besmen.kedua harus berkedalaman sekurang kurangnya 2 (dua) meter daripermukaan tanah.

Pasal35

(1) Daerab hijau bangunan (DHB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31ayat (2) huruf e dapat berupa taman atap atau penanaman pada sisibangunan.

(2) DHB merupakan bagian dari kewajiban permohonan 1MB untukmenyediakan RTHPdengan luas minimum 10%dari RTHP.

Page 22: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 22-

Pasal36. I

Tata Tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf f meliputi:aspek pemilihan karakter tanaman dan penempatan tanaman denganmemperhitungkan tingkat kestabilan tanah/wadah tempat tanaman tumbuhdan tingkat bahaya yang ditimbulkannya.

Pasal37

(1) Setiap bangunan bukan rumah tinggal wajib menyediakan fasilitas parkirkendaraan yang proporsional dengan jumlah luas lantai bangunan sesuaiStandar Teknis yang te1ahditetapkan.

(2) Fasilitas parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf gtidak boleh mengurangi daerah hijau yang telah ditetapkan dan harusberonentasi pada pejalan kaki, memudahkan aksesibilitas dan tidakterganggu oleh sirkulasi kendaraan.

(3) Sistem sirkulasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 ayat (2) huruf g.harus saling mendukung antara sirkulasi ekternal dan sirkulasi intemalBangunan Gedung serta antara individu pemakai bangunan dengansarana transportasinya.

Pasa138

(1) Pertandaan (Signage) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2)huruf h yang ditempatkan pada bangunan, pagar, kavling dan/atau ruang.publik tidak boleh mengganggu karakter yang akandiciptakan/ dipertahankan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pertandaan (signage) Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diatur dalam peraturanBupati.

Pasa139

(1) Pencahayaan ruang luar Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalamPasal 31 ayat (2) huruf i harus disediakan dengan memperhatikankarakter lingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan, estetika amenitasdan komponen promosi. .

(2) Pencahayaan yang dihasilkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemenuhi keserasian dengan pencahayaan dan dalam bangunan dan,pencahayaan dari penerangan jalan umum.

Paragraf 5Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

Pasal40

(1) Setiap kegiatan dalam bangunan dan/atau lingkungannya yangmengganggu atau menimbulkan dampak besar dan penting harusdilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

(2) Kegiatan dalam bangunan dan/atau lingkungannya yang tidakmengganggu atau tidak menimbulkan dampak besar dan penting tidak

Page 23: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 23-

perlu dilengkapi dengan AMDALtetapi cukup dengan Upaya PengelolaanLingkungan (UKL)dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

(3) Kegiatan yang memerlukan AMDAL,UKL dan UPL disesuaikan denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf6Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Pasal41

(1) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan atau RTBL memuat programbangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,rencana investasi dan ketentuan pengendalian rencana dan pedomanpengendalian pelaksanaar1.

(2) Program bangunan dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memuat jenis, jumlah, besaran, dan luasan Bangunan Gedung, sertakebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasaranaaksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan,baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupunbaru.

(3) Rencana umum dan panduan rancangan sebagaimana dimaksud padaayat (I) merupakan ketentuan-ketentuan tata bangunan dan lingkunganpada suatu lingkunganj kawasan yang memuat rencana peruntukanlahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencanasistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasaranadan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan ruangterbuka hijau.

(4) Rencana investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakanarahan program investasi Bangunan Gedung dan lingkungannya yangdisusun berdasarkan program bangunan dan lingkungan serta ketentuanrencana umum dan panduan rencana yang memperhitungkan kebutuhannyata para pemangku kepentingan dalam proses pengendalian investasidan pembiayaan dalam penataan lingkunganjkawasan, dan merupakanrujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakaninvestasi dan pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolokukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambunganpentahapan pelaksanaan pembangunan.

(5) Ketentuan pengendalian rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan alat mobilisasi peran masing-masing pemangku kepentinganpada masa pelaksanaan atau masa pemberlakuan RTBLsesuai dengankapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakati bersama, dan berlakusebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk mengukurtingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaanpembangunan.

(6) Pedoman pengendalian pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan alat untuk mengarahkan perwujudan pelaksanaan penataanbangunan dan lingkunganjkawasan yang berdasarkan dokumen RTBL,dan memandu pengelolaan kawasan agar dapat berkualitas, meningkat,dan berkelanjutan.

Page 24: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 24-

(7) RTBLdisusun berdasarkan pada po!a penataan Bangunan Gedung danlingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan/ataumasyarakat serta dapat dilakukan melalui kemitraan PemerintahDaerahdengan swasta danl atau masyarakat sesuai dengan tingkat permasalahanpada lingkungan/kawasan bersangkutan dengan mempertimbangkanpendapat para ah!i dan masyarakat.

(8) Pola penataan Bangunan Gedung dan lingkungan sebagaimana dimaksudpada ayat (7) meliputi pembangunan baru (new development),pembangunan sisipan parsial (infill development), peremajaan kota (urbanrenewa4, pembangunan kembali wilayah perkotaan (urban redevelopment),pembangunan untuk menghidupkan kembali wilayah perkotaan (urbanrevitalization), dan pe1estarian kawasan.

(9) RTBLyang didasarkan pada berbagai po!a penataan Bangunan Gedungdan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ini ditujukan bagiberbagai status kawasan seperti kawasan baru yang potensialberkembang, kawasan terbangun, kawasan yang dilindungi dandilestarikan, atau kawasan yang bersifat gabungan atau campuran dariketiga jenis kawasan pada ayat ini. RTBLditetapkan dengan peraturanBupati.

Paragraf7Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung

Pasal42

Persyaratan keandalan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal16 meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan.

Paragraf 8Persyaratan Kese!amatan Bangunan Gedung

Pasal43

Persyaratan keandalan Bangunan Gedung terdiri dari persyaratan kese!amatanBangunan Gedung, persyaratan kesehatan Bangunan Gedung, persyaratankenyamanan Bangunan Gedung dan persyaratan kemudahan BangunanGedung.

Pasal44

Persyaratan kese!amatan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalamPasa! 43 me1iputi persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bebanmuatan, persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahayakebakaran dan persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahayapetir.

Pasal45

(1) Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatansebagaimana dimaksud dalam Pasa! 44 me1iputi persyaratan strukturBangunan Gedung, pembebanan pada Bangunan Gedung, struktur atasBangunan Gedung, struktur bawah Bangunan Gedung, pondasi langsung,

Page 25: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 25-

pondasi dalam, keselamatan struktur, keruntuhan struktur danpersyaratan bahan,

(2) Struktur Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) haruskuat/kokoh, stabil dalam memikul beban dan memenuhi persyaratankeselamatan, persyaratan kelayanan selama umur yang direncanakandengan mempertimbangkan:

a. fungsi Bangunan Gedung, 1okasi, keawetan dan kemungklnanpelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung;

b. pengaruh aksi sebagai akibat dari beban yang bekerja selama umur1ayanan struktur baik beban muatan tetap maupun sementara yangtimbul akibat gempa, angin, korosi, jamur dan serangga perusal~,

c. pengaruh gempa terhadap substruktur maupun struktur BangunanGedung sesuai zona gempanya;

d. struktur bangunan yang direncanakan secara daktail pada kondisipembebanan maksimum, sehingga pada saat terjadi keruntuhan,kondisi strukturnya masih memungkinkan penye1amatan diripenghuninya;

e. struktur bawah Bangunan Gedung pada lokasi tanah yang dapatterjadi likulfaksi, dan;

f. keandalan Bangunan Gedung.

{3) Pembebanan pada Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus dianalisis dengan memeriksa respon struktur terhadap bebantetap, beban sementara atau beban khusus yang mungkin bekerja selamaumur pe1ayanan dengan menggunakan SNI 03-1726-2002 Tata CaThperencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau edisiterbaru; SNI 03-1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untukrumah dan gedung, atau edisi terbaru; atau standar baku dan! atauPedoman Teknis.

(4) Struktur atas Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi konstruksi beton, konstruksi baja, konstruksi kayu, konstruksibambu, konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus di1aksanakandengan menggunakan standar sebagai berikut:

a. konstruksi beton: SNI 03-1734-1989 Tata cara perencanaan betondan struktur dinding bertulang untuk rumah dan gedung, atau edisiterbaru, SNI 03-2847-1992 Tata cara penghitungan struktur betonuntuk Bangunan Gedung, atau edisi terbaru,SNI 03-3430-1994 Tata cara perencanaan dinding struktur pasanganblok beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan gedung,atau edisi terbaru, SNI 03- 3976-1995 Tata cara pengadukanpengecoran beton, atau edisi terbaru, SNI 03- 2834-2000 Tata carapembuatan rencana campuran beton normal, atau edisi terbaru, SNI03-3449-2002 Tata cara rencana pembuatan campuran beton ringandengan agregat ringan, atau edisi terbaru; tata cara perencanaan danpalaksanaan konstruksi beton pracetak dan prategang untukBangunan Gedung, metode pengujian dan penentuan parameterperencanaan tahan gempa konstruksi beton pracetak dan prategang

Page 26: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 26-

untuk Bangunan Gedung dan spesifikasi sistem dan materialkonstruksi beton pracetak dan prategang untuk Bangunan Gedung:

b. konstruksi baja: SNI 03-1729-2002 Tata cara pembuatan danperakitan konstruksi baja, dan tata cara pemeliharaan konstruksibaja se1amamasa konstruksi;

c. konstruksi kayu: SNI 03-2407-1944 Tata cara perencanaankonstruksi kayu untuk BangunanGedung, dan tata cara pembuatan.:ianperakitan konstruksi kayu;

d. konstruksi bambu: mengikuti kaidah perencanaan konstruksi bambuberdasarkan pedoman dan standar yang terkait, dan

e. konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus: mengikuti kaidahperencanaan konstruksi bahan dan teknologi khusus berdasarkanj?edoman dan standar yang terkait.

(5) Struktur bawah Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1~meliputi pondasi langsung dan pondasi dalam.

(6) Pondasi langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harusdirencanakan sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yangmantap dengan daya dukung tanah yang cukup kuat dan selamaberfungsinya Bangunan Gedung tidak mengalami penurunan yangme1ampaui batas.

(7) Pondasi dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (5)digunakan dalam hallapisan tanah dengan daya dukung yang terletak cukup jauh di bawahpermukaan tanah sehingga pengguna pondasi langsung dapatmenyebabkan penurunan yang berlebihan atau ketidakstabilankonstruksi.

,(8) Keselamatan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

salah satu penentuan tingkat keandalan struktur bangunan yangdiperoleh dari hasil Pemeriksaan Berkala oleh tenaga ahli yangbersertifikat sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri PekerjaanUmum Nomor 16jPRTjMj2010 tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan I

Berkala Bangunan Gedung.

(9) Keruntuhan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakansalah satu kondisi yang harus dihindari dengan cara me1akukanPemeriksaan Berkala tingkat keandalan Bangunan Gedung sesuai denganPeraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16jPRTjM/2010 tentangPedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung.

(10) Persyaratan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhipersyaratan keamanan, keselamatan lingkungan dan Pengguna BangunanGedung serta sesuai dengan SNIterkait.

Pasal46

(1) Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya kebakaranmeliputi sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratanpencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan sistem peringatan bahaya,persyaratan komunikasi dalam Bangunan Gedung, persyaratan instalasi

Page 27: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 27-

bahan bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran.

(2) Setiap Bangunan Gedung kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deretsederhana harus dilindungi dari bahaya kebakaran dengan sistem proteksiaktif yang meliputi sistem pemadam kebakaran, sistem diteksi dan alarmkebakaran, sistem pengendali asap kebakaran dan pusat pengendalikebakara.p•.

(3) Setiap Bangunan Gedung kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deretsederhana harus dilindungi dari bahaya kebakaran dengan sistem proteksipasif dengan mengikuti SNI 03- 1736-2000 Tata cara perencanaan sistemproteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada BangunanGedung, atau edisi terbaru dan SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaandan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penye1amatan terhadapbahaya kebakaran pada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru.

(4) Persyaratan ja1an ke luar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaranmeliputi perencanaan akses bangunan dan lingkungan untuk pencegahanbahaya kebakaran dan perencanaan dan pemasangan jalan ke1uar untukpenyelamatan sesuai dengan SNI 03- 1735-2000 Tata cara perencanaanbangunan dan lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran padabangunan rumah dan gedung, atau edisi terbaru, dan SNI 03-1736-2000Tata cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahayakebakaran pada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru.

(5) Persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan sistemperingatan bahaya dimaksudkan untuk memberikan arahan bagipengguna gedung dalam keadaaan darurat untuk menyelamatkan dirisesuai dengan SNI 03-6573-2001 Tata cara perancangan pencahayaandarurat, tanda arah dan sistem peringatan bahaya pada BangunanGedung, atau edisi terbaru.

(6) Persyaratan komunikasi dalam Bangunan Gedung sebagai penyediaansistem komunikasi untuk keperluan internal maupun untuk hubungan keluar pada saat terjadi kebakaran atau kondisi lainnya harus sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan mengenai telekomunikasi.

(7) Persyaratan instalasi bahan bakar gas meliputi jenis bahan bakar gas daninstalasi gas yang dipergunakan baik dalam jaringan gas kota maupun gastabung mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh instansi yangberwenang.

(8) Setiap Bangunan Gedung dengan fungsi, klasifikasi, luas, jumlah lantaidan/atau jumlah penghuni tertentu harus mempunyai unit manajemenproteksi kebakaran Bangunan Gedung.

Pasal47

(1) Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya petir danbahaya kelistrikan meliputi persyaratan instalasi proteksi petir danpersyaratan sistem kelistrikan.

(2) Persyaratan instalasiproteksi petir harus memperhatikan perencanaansistem proteksi petir, instalasi proteksi petir, pemeriksaan danpemeliharaan serta memenuhi SNI 03- 7015-2004 Sistem proteksi petir

Page 28: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 28-

pada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru danJ atau Standar Teknislainnya.

(3) Persyaratan sistem kelistrikan harus memperhatikan perencanaaninstalasi listrik, jaringan distribusi listrik, beban listrik, sumber dayalistrik, transformator distribusi, pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaandan memenuhi SNI 04-0227-1994 Tegangan standar, atau edisi terbani,SNI04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi listrik, atau edisi terbaru,SNI 04-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga, atauedisi terbaru dan SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya listrik daruratmenggunakan energi tersimpan, atau edisi terbaru danJatau StandarTeknis lainnya.

Pasal48

(1) Setiap Bangunan Gedung untuk kepentingan umum harus dilengkapidengan sistem pengamanan yang memadai untuk mencegah terancamnyakeselamatan penghuni dan harta benda akibat bencana bahan peledak.

(2) Sistem pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakankelengkapan pengamanan Bangunan Gedung untuk kepentingan umumdari bahaya bahan peledak, yang meliputi prosedur, peralatan danpetugas pengamanal'i.

(3) Prosedur pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)merupakantata cara proses pemeriksanaan pengunjung Bangunan Gedung yangkemungkinan membawa benda atau bahan berbahaya yang dapatmeledakkan dan/atau membakar Bangunan Gedung dan/ataupengunjung di dalamnya.

(4) Peralatan pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)merupakanperalatan detektor yang digunakan untuk memeriksa pengunjungBangunan Gedung yang kemungkinan membawa benda atau bahanberbahaya yang dapat meledakkan dan/ atau membakar BangunanGedung dan/atau pengunjung di dalamnya.

(5) Petugas pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) merupakanorang yang diberikan tugas untuk memeriksa pengunjung BangunanGedung yang kemungkinan membawa benda atau bahan berbahaya yangdapat me1edakkan dan/atau membakar Bangunan Gedung dan/ataupengunjung di dalamnya.

(6) Persyaratan sistem pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)yang meliputi ketentuan mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,pemeliharaan instalasi sistem pengamanan disesuaikan dengan pedomandan Standar Teknis yang terkait.

Paragraf9Persyaratan Kesehatan Bangunan Gedung

Pasal49

Persyaratan kesehatan Bangunan Gedung meliputi persyaratan sistempenghawaan, pencahayaan, sanitasi dan penggunaan bahan bangunan.

Page 29: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 29-

Pasal50

(1) Sistem penghawaan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalaniPasal 49 dapat berupa ventilasi alami danfatau ventilasi mekanikfbuatansesuai dengan fungsinya.

(2) Bangunan Gedung tempat tinggal dan Bangunan Gedung untukpelayanan umum harus mempunyai bukaan permanen atau yang dapatdibuka untuk kepentingan ventilasi alami dan kisi-kisi pada pintu dan.jendela.

(3) Persyaratan teknis sistem dan kebutuhan ventilasi harus mengikuti SNI03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada BangunanGedung, atau edisi terbaru, SNI 03- 6572-2001 Tata cara perancangansistem ventilasi dan pengkondisian udara pada Bangunan Gedung, atauedisi terbaru, standar tentang tata cata perencanaan, pemasangan danpemeliharaan sistem ventilasi danfatau Standar Teknis terkait.

Pasal51

(1) Sistem pencahayaan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalamPasal 49 dapat berupa sistem pencahayaan alami danf atau buatandanjatau pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.

(2) Bangunan Gedung tempat tinggal dan Bangunan Gedung untukpelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alamiyang optimal disesuaikan dengan fungsi Bangunan Gedung dan fungsitiap-tiap ruangan dalam Bangunan Gedung.

(3) Sistem pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemenuhi persyaratan:

a. mempunyai tingkat iluminasi yang disyaratkan sesuai fungsi ruangdalam dan tidak menimbulkan efek silauf pantulan;

b. sistem pencahayaan darurat hanya dipakai pada Bangunan Gedungfungsi tertentu, dapat bekerja secara otomatis dan mempunyaitingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi;

c. harus dilengkapi dengan pengendali manualf otomatis danditempatkan pada tempat yang mudah dicapaijdibaca oleh penggunaruangan.

(4) Persyaratan teknis sistem pencahayaan harus mengikuti SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan pada BangunanGedung, atau edisi terbaru, SNI 03- 2396-2001 Tata cara perancangansistem pencahayaan alami pada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru, SNI03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan padaBangunan Gedung, atau edisi terbaru danf atau Standar Teknis terkait.

Pasal52

(1) Sistem sanitasi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam pasal49dapat berupa sistem air minum dalam Bangunan Gedung, sistempengolahan dan pembuangan air limbahfkotor, persyaratan instalasi gasmedik, persyaratan penyaluran air hujan, persyaratan fasilitasi sanitasidalam Bangunan Gedung (saluran pembuangan air kotor, tempat sampah,

Page 30: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 30-

penampungan sampah dan/atau pengolahan sampah).

(2) Sistern air rninurn dalam Bangunan Gedung sebagairnana dimaksud padaayat (1) harus direncanakan dengan rnernpertirnbangkan surnber airrninurn, kualitas air bersih, sistern distribusi dan penarnpungannya.

(3) Persyaratan air rninurn dalarn Bangunan Gedung harus rnengikuti:

a. kualitas air rninurn sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan rnengenai persyaratan kualitas air rninurn dan PedornanTeknis rnengenai sistern plambing;

b. SNI03-6481-2000 Sistern Plambing 2000, atau edisi terbaru, dan

c. Pedornan dan/ atau Pedornan Teknis terkait.

Pasa153(1) Sistern pengolahan dan pernbuangan air lirnbah/kotor sebagairnana

dirnaksud dalam Pasal 49 harus direncanakan dan dipasang denganrnernpertirnbangkan jenis dan tingkat bahayanya yang diwujudkan dalambentuk pernilihan sistern pengaliran/pernbuangan dan penggunaanperalatan yang dibutuhkan dan sistern pengolahan dan pernbuangannya.

(2) Air lirnbah beracun dan berbahaya tidak boleh digabung dengan air lirnbahrurnah tangga, yang sebelurn dibuang ke saluran terbuka harus diprosessesuai dengan pedornan dan Standar Teknis terkaiL

(3) Persyaratan teknis sistern air lirnbah harus rnengikuti SNI 03-6481-2000Sistern Plarnbing 2000, atau edisi terbaru, SNI 03-2398-2002 Tata caraperencanaan tangki septik dengan sistern resapan, atau edisi terbaru, SNI03-6379-2000 Spesifikasi dan pernasangan perangkap bau, atau edisiterbaru dan/ atau Standar Teknis terkait.

Pasal54

(1) Persyaratan instalasi gas rnedik sebagairnana dirnaksud dalam Pasal 49wajib diberlakukan di fasilitas pelayanan kesehatan di rurnah sakit,rurnah perawatan, fasilitas hiperbank, klinik bersalin dan fasilitaskesehatan lainnya.

(2) Potensi bahaya kebakaran dan ledakan yang berkaitan dengan sisternperpipaan gas rnedik dan sistern vacurn gas rnedik harus dipertirnbangkanpada saat perancangan, pernasangan, pengujian, pengoperasian danperneliharaannya.

(3) Persyaratan instansi gas rnedik harus rnengikuti SNI 03-7011-2004Keselarnatan pada bangunan fasilitas pelayanan kesehatan, atau edisiterbaru danl atau standar baku I Pedornan Teknis terkait.

Pasal55

(1) Sistern air hujan sebagairnana dirnaksud dalam Pasal 49 harusdirencanakan dan dipasang dengan rnernpertirnbangkan ketinggianpermukaan air tanah, permeabilitas tanah dan ketersediaan jaringandrainase lingkungan/kota.

(2) Setiap Bangunan Gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengansistern penyaluran air hujan baik dengan sistern peresapanair ke dalam

Page 31: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 31 -

tanah pekarangan danl atau dialirkan ke dalam sumur resapan sebe1umdialirkan ke jaringan drainase 1ingkungan.

(3) Sistem penyaluran air hujan harus dipe1ihara untuk mencegah teIjadinyaendapan dan penyumbatan pada saluran.

(4) Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti ketentuan SNI 03-4681-2000 Sistem p1ambing 2000, atau edisi terbaru, SNI 03-2453-2002Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk 1ahan pekarangan,atau edisi terbaru, SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air hujanuntuk lahan pekarangan, atau edisi terbaru, dan standar tentang tatacara perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan sistem penyaluran airhujan pada Bangunan Gedung atau standar baku dan/atau pedomanterkait.

Pasal56

(1) Sistem pembuangan kotoran, dan sampah dalam Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 harus direncanakan dan dipasangdengan mempertimbangkan fasi1itas penampungan danjeriisnya.

(2) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentukpenyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada BangunanGedung dengan memperhitungkan fungsi bangunan, jum1ah penghunidan volume kotoran dan sampan.

(3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentukpenempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggukesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

(4) Pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah, alatpengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara, sedangkanpengangkatan dan pembuangan akhir dapat bergabung dengan sistemyang sudah ada.

(5) Potensi reduksi sampah dapat dilakukan dengan mendaur ulang danl ataumemanfaatkan kembali sampah bekas.

(6) Sampah beracun dan sampah rumah sakit, laboratoriun dan pelayananmedis harus dibakar dengan insinerator yang tidak menggangulingkungan.

Pasal57

(1) Bahan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 harusaman bagi kesehatan Pengguna Bangunan Gedung dan tidakmenimbu1kan dampak penting terhadap lingkungan serta penggunannyadapat menunjang pe1estarian lingkungar,.

(2) Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan dan tidak menimbu1kandampak penting harus memenuhi kriteria:

a. tidak mengandung bahan berbahaya/beracun bagi kesehatanPengguna Bangunan Gedung;

b. tidak menimbu1kan efek silau bagi pengguna, masyarakat danlingkungan sekitarnya;

Page 32: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

-32 -

c. tidak menimbulkan efek peningkatan temperatur;

d. sesuai dengan prinsip konservasi; dan

e. ramah lingkungan.

Paragraf 10Persyaratan Kenyamanan Bangunan Gedung

Pasal58

Persyaratan kenyamanan Bangunan Gedung meliputi kenyamanan ruanggerak dan hubungan antar ruang, kenyamanan kondisi udara dalam ruang,kenyamanan pandangan, serta kenyamanan terhadap tingkat getaran dankebisingar•.

Pasal59

{I) Persyaratan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 merupakan tingkat kenyamananyang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang serta sirkulasiantarruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.

(2) Persyaratan kenyamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus I

mempertimbangkan fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/furnitur,'aksesibilitas ruang dan persyaratan keselamatan dan kesehatan.

Pasal60

.(1) Persyaratan kenyamanan kondisi udara di dalam ruang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 58 merupakan tingkat kenyamanan yang diperolehdari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranyafungsi Bangunan Gedung.

(2) Persyaratan kenyamanan kondisi udara sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus mengikuti SNI 03-6389-2000 Konservasi energi selubungbangunan pada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru, SNI 03-6390-2000 IKonservasi energi sistem tata udara pada Bangunan Gedung, atau edisi :terbaru, SNI 03-6196-2000 Prosedur audit energi pada Bangunan Gedung,atau edisi terbaru, SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistemventilasi dan pengkondisian udara pada Bangunan Gedung, atau edisiterbaru dan/atau standar baku dan/atau Pedoman Teknis terkait.

Pasal61

.(l) Persyaratan kenyamanan pandangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal58 merupakan kondisi dari' hak pribadi pengguna yang di dalammelaksanakan kegiatannya di dalam gedung tidak terganggu BangunanGedung lain di sekitarnya.

(2) Persyaratan kenyamanan pandangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus mempertimbangkan kenyamanan pandangan dari dalam bangunan,ke luar bangunan, dan dari luar ke ruang-ruang tertentu dalam BangunanGedung.

(3) Persyaratan kenyamanan pandangan dari dalam ke luar bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (2)harus mempertimbangkan:

Page 33: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 33-

a. gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata ruang dalam danluar bangunan dan rancangan bentuk luar bangunan;

b. pemanfaatan potensi ruang luar Bangunan Gedung dan penyediaanRTH.

Gedungmemenuhi'

,

(5)

(4) Persyaratan kenyamanan pandangan dari luar ke dalam bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (2)harus mempertimbangkan:

a. rancangan bukaan, tata ruang dalam dan luar bangunan danrancangan bentuk luar bangunan;

b. keberadaan Bangunan Gedung yang ada dan/atau yang akan ada disekitar Bangunan Gedung dan penyediaan RTH.

c. pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar.

Persyaratan kenyamanan pandangan pada Bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harusketentuan dalam Standar Teknis terkait

Pasal62

U) Persyaratan kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingansebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 merupakan tingkat kenyamanany<;j-ngditentukan oleh satu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna i

dan fungsi Bangunan Gedung terganggu oleh getaran danfatau I

kebisingan yang timbul dari dalam Bangunan Gedung maupunlingkungannya.

(2) Untuk mendapatkan kenyamanan dari getaran dan kebisingansebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penyelenggara Bangunan Gedungharus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan danf atausumber getar dan sumber bising lainnya yang berada di dalam maupun diluar Bangunan Gedung.

(3) Persyaratan kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan padaBangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhiketentuan dalam Standar Teknis mengenai tata cara perencanaankenyamanan terhadap getaran dan kebisingan pada Bangunan Gedung

Paragraf 11Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung

Pasal63

Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari dan di dalamBangunan Gedung serta kelengkapan sarana dan prasarana dalamPemanfaatan Bangunan Gedung.

Pasal64

(1) Kemudahan hubungan ke, dari dan di dalam Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 meliputi tersedianya fasilitas danaksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman termasuk penyandang cacatdan lanjut usia.

(2) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 34: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 34-

harns mempertimbangkan tersedianya hubungan horizontal dan vertikalantarruang dalam Bangunan Gedung, akses evakuasi termasuk bagipenyandang cacat danlanjut usia.

(3) Bangunan Gedung Umum yang fungsinya untuk kepentingan publik,harns menyediakan fasiIitas dan ke1engkapan sarana hubungan vertikalbagi semua orang termasuk manusia berkebutuhan khusu>...

(4) Setiap Bangunan Gedung harns memenuhi persyaratan kemudahanhubungan horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yangmemadai dalam jumlah, ukuran dan jenis pintu, arah bukaan pintu yangdipertimbangkan berdasarkan besaran ruangan, fungsi ruangan danjumlah Pengguna Bangunan Gedung.

(5) Ukuran koridor sebagai akses horizontal antarruang dipertimbangkanberdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang dan jumlah pengguna.

(6) Kelengkapan sarana dan prasarana harus disesuaikan dengan fungsiBangunan Gedung dan persyaratan lingkungan Bangunan Gedung.

Pasal65

(1) Setiap bangunan bertingkat harns menyediakan sarana hubungan vertikalantar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi BangunanGedung berupa tangga, ram, lif, tangga berjalan (eskalator) atau lantaiberjalan (trave!ator\.

(2) Jumlah, ukuran dan konstruksi sarana hubungan vertikal harusberdasarkan fungsi Bangunan Gedung, luas bangunan dan. jumlahpengguna ruang serta kese1amatan Pengguna Bangunan Gedung,.

(3) Bangunan Gedung dengan ketinggian di atas 5 (lima) lantai harnsmenyediakan lif penumpang.

(4) Setiap Bangunan Gedung yang memiliki lif penumpang harnsmenyediakan lif khusus kebakaran, atau lif penumpang yang dapatdifungsikan sebagai lifkebakaran yang dimulai dari lantai dasar BangunanGedung.

(5) Persyaratan kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mengikuti SNI 03-6573-2001 tentang tata caraperancangan sistem transportasi vertikal dalam gedung (lif), atau edisiterbarn, atau penggantinya.

Bagian KeempatPersyaratan Pembangunan Bangunan Gedung di Atas atau di Bawah Tanah,Air atau Prasarana/Sarana Umum, danpada Daerah Hantaran Udara Listrik

Tegangan Tinggi atau Ekstra Tinggiatau Ultra Tinggidan/ atau MenaraTelekomunikasi dan/atau Menara Air

Pasal66

(1) Pembangunan Bangunan Gedung di atas prasarana dan/atau saranaumum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. sesuai dengan RTRW,RDTRdan/atau RTBL;

b. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada dibawahnya dan/ atau di sekitarnya;

Page 35: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

(2)

,,

I,

bagi'

- 3S-

c. tetap memperhatikan keserasian bangunan terhadap lingkungannya:.

d. mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang; dale

e. mempertimbangkan pendapat TABGdan pendapat masyarakat.

Pembangunan Bangunan Gedung di bawah tanah yang melintasi prasaranaI

danf atau sarana umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: '

a. sesuai dengan RTRW,RDTR,danfatau RTBL;

b. tidak untuk fungsi hunian atau tempat tinggal;

c. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada di bawahtanah;

d. memiliki sarana khusus untuk kepentingan keamanan dankeselamatan bagi pengguna bangunan;

f. mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang; dan

e. mempertimbangkan pendapat TABGdan pendapat masyarakat.

(3) Pembangunan Bangunan Gedung di bawah daI1fatau di atas air harusmemenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. sesuai dengan RTRW,RDTR,danf atau RTBL;

b. tidak mengganggu keseimbangan lingkungan dan fungsi lindungkawasan;

c. tidak menimbulkan pencemaran;

d. telah mempertimbangkan faktor keselamatan,kenyamanan, kesehatan dan kemudahanpengguna 'bangunan;

g. mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang; dan

e. mempertimbangkan pendapat TABGdan pendapat masyarakat.(4) Pembangunan Bangunan Gedung pada daerah hantaran udara listrik

tegangan tinggif ekstra tinggifultra tinggi danf atau menara telekomunikasidanfatau menara air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. sesuai dengan RTRW,RDTR,danfatau RTBL;

b. telah mempertimbangkan faktor keselamatan, kenyamanan, I

kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan;

c. khusus untuk daerah hantaran listrik tegangan tinggi harusmengikuti pedoman danfatau Standar Teknis tentang ruang bebasudara tegangan tinggi dan SNI Nomor 04-6950-2003 tentang SaluranUdara Tegangan Tinggi (SUTT)dan Saluran Udara Tegangan EkstraTinggi (SUTET) - Nilai ambang batas medan listrik dan medanmagnet;

d. khusus menara telekomunikasi harus mengikuti ketentuan peraturanperundang- undangan mengenai pembangunan dan penggunaan'menara telekomunikasi;

e. mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang; dan

f. mempertimbangkan pendapat Tim Ahli Bangunan Gedung danpendapat masyarakat.

Page 36: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 36-

Bagian KelimaPersyaratan Bangunan Gedung Adat, Bangunan Gedung Tradisionat

Pemanfaatan Simbol dan Unsur/Elemen Tradisional serta Kearifan LokaiParagraf 1

Bangunan Gedung AdatPasal67

(1) Bangunan Gedung adat dapat berupa bangunan ibadah, kantor lembagamasyarakat adat, balail gedung pertemuan masyarakat adat, atausejenisnya.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung adat dilakukan oleh masyarakat adatsesuai ketentuan hukum adat yang tidak bertentangan dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung adat dilakukan dengan mengikutipersyaratan administratif dan persyaratan teknis sebagaimana dimaksuddalam Pasal 10 ayat (1).

(4) Pemerintah Daerah dapat mengatur persyaratan administratif danpersyaratan teknis lain yang besifat khusus pada penyelenggaraanBangunan Gedung adat dalam peraturan Bupati.

Paragraf2Bangunan Gedung dengan Gaya/Langgam Tradisional

Pasal68

(1) Bangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisional dapat berupa fungsihunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, dan/ atau fungsi sosial danbudaya.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisionaldilakukan oleh perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga swasta ataulembaga pemerintah sesuai ketentuan kaidah/norma tradisional yangtidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisionaldilakukan dengan mengikuti persyaratan administratif dan persyaratanteknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1).

{4) Pemerintah Daerah dapat mengatur persyaratan administratif danpersyaratan teknis lain yang besifat khusus pada penyelenggaraanBangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisional dalam peraturanBupati.

Paragraf 3Kearifan Lokal

Pasal69

(1) Kearifan lokal merupakan petuah atau ketentuan atau norma yangmengandung kebijaksanaan dalam berbagai perikehidupan masyarakatsetempat sebagai sebagai warisan turun temurun dari leluhur.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dilakukan dengan mempertimbangkankearifan lokal yang berlaku pada masyarakat setempat yang tidakbertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan kearifan lokal yang berkaitan

Page 37: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 37-

dengan penyelenggaraan Bangunan Gedung dapat diatur lebih lanjutdalam peraturan BupatL

Bagian KeenamPersyaratan Bangunan Gedung Semi Permanen

dan Bangunan.Gedung Darurat

Paragraf 1.Bangunan Gedung Semi Permanen dan Darurat

Pasal 70

(1) Bangunan Gedung semi permanen dan darurat merupakan BangunanGedung yang digunakan untuk fungsi yang ditetapkan dengan konstruksisemi permanen dan darurat yang dapat ditingkatkan menjadi permanen.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus tetap dapat menjamin keamanan, keselamatan, kemudahan,keserasian dan keselarasan Bangunan Gedung dengan lingkungannya.

(3) Tata cara penyelenggaraan Bangunan Gedung semi permanen dan daruratdiatur lebih lanjut dalam peraturan Bupati.

Bagian KetujuhPersyaratan Bangunan Gedung di Kawasan Rawan Bencana Alam

Paragraf 1UmumPasa171

(1) Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan tanah longsor,kawasan rawan gelombang pasang, kawasan rawan banjir dan kawasarirawan bencana alam geologi.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawan bencana alamsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memenuhipersyaratan tertentu yang mempertimbangkan keselamatan dankeamanan demi kepentingan umum.

(3) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdalam RTRW,RDTR, peraturan zonasi dan/atau penetapan dari instansiyang berwenang lainnya.

(4) Dalam hal penetapan kawasan rawan bencana alam sebagaimanadimaksud pada ayat (1) belum ditetapkan, Pemerintah Daerah dapatmengatur suatu kawasan sebagai kawasan rawan bencana alam denganlarangan membangun pada batas tertentu dalam peraturan Bupati denganmempertimbangkan keselamatan dan keamanan demi kepentingan umum.

Paragraf2Persyaratan Bangunan Gedung di Kawasan Rawan Tanah Longsor

Pasal 72

(1) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat(1) merupakan kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadapperpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawan timah longsor

Page 38: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 38-

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sesuaiketentuan dalam RTRW,RDTR,peraturan zonasi dan/atau penetapan dariinstansi yang berwenang lainnya.

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belumditetapkan, Pemerintah Daerah dapat mengatur mengenai peryaratanpenyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawan tanah iongsordalam peraturan Bupan.

(4) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawan tanah longsorsebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki rekayasa teknistertentu yang mampu mengantisipasi kerusakan Bangunan Gedung akibatkejatuhan material longsor dan/atau keruntuhan Bangunan Gedungakibat longsoran tanah pada tapak.

Paragraf 3Persyaratan Bangunan Gedung di Kawasan Rawan Banjir

Pasa173

(1) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (I)merupakan kawasan yang diidentifikasikan sering dan/ atau berpotensitinggi mengalami bencana alam banjir.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawan banjir sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuandalam RTRW,RDTR, peraturan zonasi dan/atau penetapan dari instansiyang berwenang lainnya.

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belumditetapkan, Pemerintah Daerah dapat mengatur mengenai peryaratanpenyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawan banjir dalamperaturan Bupan.

(4) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawan banjir sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus memiliki rekayasa teknis tertentu yangmampu mengantisipasi keselamatan penghuni dan/ atau kerusakanBangunan Gedung akibat genangan banjir.

Paragraf4Tata Cara Dan Persyaratan Penyelenggaraan Bangunan Gedung di Kawasan

Rawan Bencana Alam

Pasal 74

Tata cara dan persyaratan penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasanrawan bencana alam sebagaimana dimaksud Pasal 71 diatur lebih lanjut dalamPeraturan Bupati .

BABrvPENYELENGGARAANBANGUNANGEDUNG

Bagian KesatuUmumPasal 75

(1) Penyeienggaraan Bangunan Gedung terdiri atas kegiatan pembangunan,pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

Page 39: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

c<.y;-

(2) Kegiatan pembangunan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud padaayat (1) diselenggarakan melalui proses Perencanaan Teknis dan prosespelaksanaankonstrUKfI •.

(3) Kegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan secaraberkala, perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi, dan pengawasariPemanfaatan Bangunan Gedun~.

(4) Kegiatan pelestarian Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi kegiatan penetapan dan pemanfaatan termasuk perawatandan pemugaran serta kegiatan pengawasannya.

(5) Kegiatan pembongkaran Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud padaayat (1) me1iputi penetapan pembongkaran dan pe1aksanaanpembongkaran serta pengawasan pembongkaran.

(6) Di dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) Penyelenggara Bangunan Gedung wajib memenuhipersyaratan administrasi dan persyaratan teknis untuk menjaminkeandalan Bangunan Gedung tanpa menimbulkan dampak penting bagilingkungan.

(7) Penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilaksanakan oleh perorangan atau penyedia jasa di bidangpenyelenggaraan gedung.

Bagian KeduaKegiatan Pembangunan

Paragraf IUmumPasal 76

Kegiatan pembangunan Bangunan Gedung dapat diselenggarakan secaraswakelola atau menggunakan penyedia jasa di bidang perencanaan,pelaksanaan dan/atau pengawasan.

Pasal 77

(1) Penyelenggaraan pembangunan Bangunan Gedung secara swakelolasebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 menggunakan gambar rencanateknis sederhana atau gambar rencana prototip.

(2) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan teknis kepada PemilikBangunan Gedung dengan penyediaan rencana teknik sederhana ataugambar prototip.

(3) Pengawasan pembangunan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka kelaikanfungsi Bangunan Gedung.

Paragraf2Perencanaan Teknis

Pasal78

{I) Setiap kegiatan mendirikan, mengubah, menambah dan membongkar

Page 40: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 40-

Bangunan Gedung harns berdasarkan pada Perencanaan Teknis yangdirancang oleh penyedia jasa perencanaan Bangunan Gedung yangmempunyai sertifikasi kompetensi di bidangnya sesuai dengan fungsi danklasifikasinya.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)perencanan teknis untuk Bangunan Gedung hunian tunggal sederhana,Bangunan Gedung hunian deret sederhana, dan Bangunan Gedungdarurat.

(3) Pemerintah Daerah dapat mengatur perencanan teknis untuk jenisBangunan Gedung lainnya yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (1)yang diatur di dalam peraturan Bupati.

(4) Perencanaan Teknis Bangunan Gedung dilakukan berdasarkan kerangkaacuan kerja dan dokumen ikatan kerja dengan penyedia jasa perencanaanBangunan Gedung yang memiliki sertifikasi sesuai dengan bidangnya.

(5) Perencanaan Teknis Bangunan Gedung harus disusun dalam suatudokumen rencana teknis Bangunan Gedung.

Paragraf 3Dokumen Rencana Teknis

Pasal79{I) Dokumen rencana teknis Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam

PasaI 78 ayat (5)dapat meliputi:

a. gambar rencana teknis berupa: rencana teknis arsitektur, struktur

dan konstruksi, mekanikalj elektrikal;

b. gambar detail;

c. syarat-syarat umum dan syarat teknis;

d. rencana anggaran biaya pembangunan;

e. Iaporan perencanaan.

(2) Dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperiksa,dinilai, disetujui dan disahkan sebagai dasar untuk pemberian 1MBdengan mempertimbangkan kelengkapan dokumen sesuai dengan fungsidan klasifkasi Bangunan Gedung, persyaratan tata bangunan,'keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

(3) Penilaian dokumen rencana teknis Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat(2)wajib mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. pertimbangan dari TABGuntuk Bangunan Gedung yang digunakanbagi kepentingan umum;

b. pertimbangan dari TABGdan memperhatikan pendapat masyarakatuntuk Bangunan Gedung yang akan menimbulkan dampak penting;

c. koordinasi dengan Pemerintah Daerah, dan mendapatkanpertimbangan dari TABGserta memperhatikan pendapat masyarakatuntuk Bangunan Gedung yang diselenggarakan oleh Pemerintah.

Page 41: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 41 -

,

sebagaimanaI

Persetujuan dan pengesahan dokumen rencana teknisdimaksud pada ayat(2)diberikan secara tertu1is o1ehpejabat yang berwenang.

(5) Dokumen rencana teknis yang te1ah disetujui dan disahkan dikenakanbiaya retribusi 1MByang besamya ditetapkan berdasarkan fungsi danKlasifikasi Bangunan Gedung.

(6) Berdasarkan pembayaran retribusi 1MBsebagaimana dimaksud pada ayat(5)Bupati menerbitkan 1MB.

(4)

Paragraf4Pengaturan Retribusi 1MB

Pasal80

Pengaturan retribusi 1MBsebagaimana dimaksud da1amPasal 79 ayat (6)meIiputi:

a. jenis kegiatan dan obyek yang dikenakan retribusi;

b. penghitungan besamya retribusi 1MB;

c. indeks penghitungan besarnya retribusi 1MB;

d. harga satuan (tarit) retribusi 1MB.

perubahan,

Pasal81

(1) Jenis kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung yang dikenakanretribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf a meliputi:

a. pembangunan baru;

b. rehabilitasi/renovasi (perbaikan/perawatan,periuasan/pengurangan); dan

c. pelestarian/pemugaran.

(2) Obyek retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf a meliputibiaya penyelenggaraan 1MByang terdiri atas pengecekan, pengukuran1okasi, pemetaan, pemeriksaan dan penatausahaan pada Bangunan,Gedung dan prasarana Bangunan Gedung. I

Pasal82

t1) Penghitungan besamya 1MBsebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 hurufb meliputi:

a. komponen retribusi dan biaya;

b. besamya retribusi;

c. tingkat penggunaan jasa.

(2) Komponen retribusi dan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufamelipuh,

a. retribusi Pembinaan Penye1enggaraanBangunan Gedung;

b. retribusi administrasi 1MB;

Page 42: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 42-

c. retribusi penyediaan formulir permohonan 1MB.

(3) Besamya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dihitungdengan penetapan berdasarkan:a. Hngkup butir komponen retribusi sesuai dengan permohonan yang

diajukan;

b. lingkup kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasa18b;

c. volume/besaran, indeks, harga satuan retribusi untuk BangunanGedung dan/atau prasarananya.

(4) Tingkat penggunaan jasa atas pemberian layanan 1MB sebagaimanadimaksud pacia ayat(1) huruf c menggunakan indeks berdasarkan fungsi, klasifikasi dan.waktu penggunaan Bangunan Gedung serta indeks untuk prasaranagedung sebagai tingkat intensitas penggunaan jasa dalam proses perizinandan sesuai dengan cakupan kegiatannya.

Pasal83

(1) Indeks penghitungan besarnya retribusi 1MBsebagaimana dimaksud dalamPasal 80 huruf c mencakup:

a. penetapan indeks penggunaan jasa sebagai faktor pengali terhadap.harga satuan retribusi untuk mendapatan besamya retribusi; I

b. skala indeks;

c. kode.

(2) Penetapan indeks penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1,\meliputi: I

a. indeks untuk penghitungan besarnya retribusi Bangunan Gedungberdasarkan fungsi, klasifikasi setiap Bangunan Gedung denganmempertimbangkan spesifikasi Bangunan Gedung;

b. indeks untuk penghitungan besamya retribusi prasarana Bangunan:Gedung ditetapkan untuk setiap jenis prasarana Bangunan Gedung;

c. kode dan indeks penghitungan retribusi 1MBuntuk Bangunan Gedungdan prasarana Bangunan Gedung.

Pasal84

~1) Harga satuan (tarit) retribusi 1MBsebagaimana dimaksud dalam Pasal 80huruf d mencakup:

a. harga satuan Bangunan Gedung;

b. harga satuan prasarana Bangunan Gedung. I(2) Harga satuan (tarit) retribusi 1MBsebagaimana dimaksud pada ayat (1l'

ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan tingkat kemampuan ekonomimasyarakat dan pertimbangan lainnya.

(3) Harga satuan (tarit) 1MBBangunan Gedung dinyatakan per satuan luas

(m2) lantai bangunan.(4) Harga satuan Bangunan Gedung ditetapkan berdasarkan ketentuan

sebagai berikut:

Page 43: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 43-

a. luas Bangunan Gedung dihitung dari garis sumbu (as)dinding/kolom;

b. luas teras, balkon dan selasar luar Bangunan Gedung dihitungsetengah dari luas yang dibatasi oleh sumbu-sumbunya;

c. luas bagian Bangunan Gedung seperti canopy dan pergola (yangberkolom) dihitung setengah dari luas yang dibatasi oleh garlssunibu-sum'bunya;

d. luas bagian Bangunan Gedung seperti canopy dan pergola (tanpakolom) dihitung setengah dari luas yang dibatasi oleh garis tepi atapkonstruksi tersebut;

e. luas overstek/luifel dihitung dari luas yang dibatasi oleh garis tepikonstruksi tersebut.

(5) Harga satuan prasarana Bangunan Gedung dinyatakan per satuan volumeprasarana berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

a. konstruksi pembatas/pengaman/penahan per m2;

b. konstruksi penanda masuk lokasi per m2 atau unit standar;

c. konstruksi perkerasan per m2;

d. konstruksi penghubung per m2 atau unit standar;

e. konstruksi kolam/reservoir bawah tanah per m2;

f. konstruksi menara per unit standar dan pertambahannya;

g. konstruksi monumen per unit standar dan pertambahannya;

h. konstruksi instalasi/ gardu per m2;

1. konstruksi reklame per unit standar dan pertambahannya, dan

j. konstruksi bangunan lainnya yang termasuk prasarana BangunanGedung.

Pasal85

Penghitungan besarnya 1MBsebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (I)merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung.

Paragraf5Tata Cara Penerbitan 1MB

Pasal86

(I) Permohonan 1MBdisampaikan kepada bupati Musi Banyuasin dengandilampiri persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuaidengan fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5, Pasal6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9.

(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. tanda bukti status hak atas tanah, atau tanda bukti perjanjianpemanfaatan tanah;

b. data Pemilik Bangunan Gedung;c. rencana teknis Bangunan Gedung;

Page 44: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 44-

d. hasil analisis mengenai dampak 1ingkungan bagi Bangunan Gedungyang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

e. dokumenj surat surat 1ainnyayang terkait.

(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:a. data umum Bangunan Gedung, danb. reneana teknis Bangunan Gedung.

(4) Data umum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berisi informasimengenai:a. fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung;b. luas 1antai dasar Bangunan Gedung;e. totalluas lantai Bangunan Gedung;d. ketinggianjjum1ah 1antai Bangunan Gedung;e. reneana pelaksanaan.

(5) Reneana teknis Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (4)terdiri dari:

a. gambar pra reneana Bangunan Gedung yang terdiri dari gambarreneana tapak atau situasi, denah, tampak dan gambar potongan;

b. spesifikasi teknis Bangunan Gedung;c. rancangan arsitektur Bangunan Gedung;d. reneangan struktur seeara sederhanaj prinsip;e. raneangan utilitas Bangunan Gedung seeara prinsip;f. spesifikasi umum Bangunan Gedung;g. perhitungan struktur Bangunan Gedung 2 (dua) lantai atau lebih

dan/atau bentang struktur 1ebihdari 6 meter;h. perhitungan kebutuhan utilitas (mekanika1dan elektrika1);1. rekomendasi instansi terkait.

(6) Reneana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disesuaikan denganpenggolongannya, yaitu:

a. reneana teknis untuk Bangunan Gedung fungsi hunian meliputi:

1) bangunan hunian rumah tinggal tunggal sederhana (rumah intitumbuh, rumah sederhana sehat, rumah deret sederhaml);

2) bangunan hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deretsampai dengan 2 1antai;

3) bangunan hunian rumah tinggal tunggal tidak sederhana atau 21antai atau 1ebihdan gedung 1ainnya pada umumnya.

b. reneana teknis untuk Bangunan Gedung untuk kepentingan umum;e. reneana teknis untuk Bangunan Gedung fungsi khusus; dand. reneana teknis untuk Bangunan Gedung kedutaan besar negara asing'

dan Bangunan Gedung diplomatik lainnya.

Pasal87

(1) Bupati memeriksa dan menilai syarat-syarat sebagaimana dimaksuddalam Pasal 86 serta status/keadaan tanah dan/atau bangunan untukdijadikan sebagai bahan persetujuan pemberian 1MB.

(2) Bupati menetapkan retribusi 1MB berdasarkan bahan persetujuansebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Page 45: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 45-

(3) Pemeriksaan dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danpenetapan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama r(tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima permohonan 1MB.

(4) Pemeriksaan dan penilaian permohonan 1MBuntuk Bangunan Gedungyang memerIukan penge101aan khusus atau mempunyai tingkatkomp1eksitas yang dapat menimbu1kan dampak kepada masyarakat dar.Iingkungan paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tangga1diterima permohonan 1MB.

(5) Berdasarkan penetapan retribusi 1MBsebagaimana dimaksud pada ayat (2)pemohon 1MBmelakukan pembayaran retribusi 1MBke kas daerah danmenyerakan tanda bukti pembayarannya kepada Bupati..

(6) Bupati menerbitkan 1MBpaling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejakditerimanya bukti pembayaran retribusi 1MBoleh Bupati.

(7) Ketentuan mengenai 1MB berIaku pula untuk rumah adat kecualiditetapkan lain oleh Pemerintah Daerah dengan mempertimbangkan faktornilai tradisional dan kearifan lokal yang berlaku di masyarakat hukum.adatnya.

Pasal88

(1) Sebelum memberikan persetujuan atas persyaratan administrasi danpersyaratan teknis Bupati dapat meminta pemohon 1MB untukmenyempurnakan danl atau melengkapi persyaratan yang diajukan.

(2) Bupati dapat menyetujui, menunda, atau menolak permohonan 1MByangdiajukan oleh pemohon.

Pasal89

(1) Bupati dapat menunda menerbitkan 1MBapabila:

a. Bupati masih memerlukan waktu tambahan untuk menilai,khususnya persyaratan bangunan serta pertimbangan nilailingkungan yang direncanakan;

b. Bupati sedang merencanakan rencana bagian kota atau rencanaterperinci kota.

(2) Penundaan penerbitan 1MBsebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyadapat dilakukan 1 (satu) kaIi untuk jangka waktu tidak lebih dari 2 (dua)bulan terhitung sejak penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Bupati dapat menolak permohonan 1MBapabila Bangunan Gedung yangakan dibangun:

a. Tidak memenuhi persyaratan administratif dan teknis;

b. Penggunaan tanah yang akan didirikan Bangunan Gedung tidaksesuai dengan rencana kota;

c. Mengganggu atau memperburuk Iingkungan sekitarnya;

d. Mengganggu lalu Iintas, aliran air, cahaya pada bangunan sekitarnyayang telah ada, dan

e. Terdapat keberatan dari masyarakat.

Page 46: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 46-

(4) Penolakan permohonan 1MB sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan alasannya.

Pasal90

V) Surat penolakan permohonan 1MBsebagaimana dimaksud dalam Pasal88ayat (2) harus sudah diterima pemohon dalam waktu paling lambat 7(tujuh) hari setelah surat penolakan dikeluarkan Bupati.

(2) Pemohon dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelahmenerima surat penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatmengajukan keberatan kepada Bupati.

(3) Bupati dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah menerimakeberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memberikanjawaban tertulis terhadap keberatan pemohon.

(4) Jika pemohon tidak melakukan hak sebagaimana maksud pada ayat (2)pemohon dianggap menerima surat penolakan tersebut.

(5) Jika Bupati tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat(3) bupatil walikota dianggap menerima alasan keberatan pemohonsehingga Bupati harus menerbitkan 1MB.

(6) Pemohon dapat melakukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negaraapabila Bupati tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (5).

Pasal91

(1) Bupati dapat mencabut 1MBapabila:

a. Pekerjaan Bangunan Gedung yang sedang dikerjakan terhenti se1ama3 (tiga) bulan dan tidak dilanjutkan lagi berdasarkan pernyataan daripemilik bangunan.

b. 1MBdiberikan berdasarkan data dan informasi yang tidak benar.

c. Pelaksanaan pembangunan menyimpang dari dokumen rencanateknis yang telah disahkan danl atau persyaratan yang tercantumdalam izin.

(2) Sebelum pencabutan 1MBsebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepadapemegang 1MBdiberikan peringatan secara tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 30 (tigapuluh) hari dan diberikankesempatan untuk mengajukan tanggapannya.

(3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diperhatikandan ditanggapi danl atau tanggapannya tidak dapat diterima, Bupati dapatmencabut 1MBbersarigkutan.

(4) Pencabutan 1MBsebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalambentuk surat keputusan Bupati yang memuat alasan pencabutannya.

Pasal92

(1) 1MBtidak diperlukan untuk pekerjaan tersebut di bawah ini:

a. Memperbaiki Bangunan Gedung dengan tidak mengubah bentuk dan

Page 47: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 47-

luas, serta menggunakari jenis bahan semula antara lain:

1) Memlester;

2) Memperbaiki retak bangunan;

3) Memperbaiki daun pintu danl atau daun jendela;

4) Memperbaiki penutup udara tidak melebihi 1m2;

5) Membuat pemindah halaman tanpa konstruksi;

6) Memperbaiki langit-langit tanpa mengubah jaringan utilitas;

7) Mengubah bangunan sementara.

b. Memperbaiki salman air hujan dan selokan dalam pekarangan'bangunar::.:;

c. Membuat bangunan yang sifatnya sementara bagi kepentinganpemeliharaan ternak dengan luas tidak melebihi garis sempadanbelakang dan samping serta tidak mengganggu kepentingan oranglain atau umum;

d. Membuat pagar halaman yang sifatnya semen tara (tidak permanen)yang tingginya tidak melebihi 120 (seratus dua puluh) centimeterkecuali adanya pagar ini mengganggu kepentingan orang lain atauumum.

e. Membuat bangunan yang sifat penggunaannya sementara waktu.

(2) Pekerjaan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapdipersyaratkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasa184.

(3) Tata cara mengenai perizinan Bangunan Gedung diatur lebih Ianjut dalamperaturan Bupati.

Paragraf6Penyedia Jasa Perencanaan Teknis

Pasal93,

(1) Perencanaan Teknis Bangunan Gedung dirancang olehpenyedia .iaseperencanaan Bangunan Gedung yang mempunyai sertifikasi kompetensi dibidangnya sesuai dengan klasifikasinya.

(2) Penyedia jasa perencana Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud padaayat (1) terdiri atas:a. Perencana arsitektur;

b. Perencana stuktur;

c. Perencana mekanikal;

d. Perencana elektrikal;

e. Perencana pemipaan (plumber);

f. Perencana proteksi kebakaran;

g. Perencana tata lingkungan.

(3) Pemerintah Daerah dapat menetapkan perencanan teknis untuk jenisBangunan Gedung yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (1)yang diatur dalam peraturan Bupati.

Page 48: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 48-

(4) Lingkup layanan jasa Perencanaan Teknis Bangunan Gedung meliputi:

a. penyusunan konsepperencanaan;

b. prarencana;

c. pengembangan rencana;

d. rencana detail;

e. pembuatan dokumen pelaksanaan konstruksi;

f. pemberian penjelasan dan evaluasi pengadaan jasa pelaksanaan;

g. pengawasan berkala pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung, dan

h. penyusunan petunjuk Pemanfaatan Bangunan Gedung.

(5) Perencanaan Teknis Bangunan Gedung harns disusun dalamsuatudokumen rencana teknis Bangunan Gedung.

Bagian KetigaPelaksanaan Konstruksi

Paragraf 1

Pelaksanaan Konstruksi

Pasal94

(1) Pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung meliputi kegiatanpembangunan barn, perbaikan, penambahan, perubahan dan/ataupemugaran Bangunan Gedung dan/atau instalasi dan/atau perlengkapanBangunan Gedung.

(2) Pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung dimulai setelah PemilikBangunan Gedung memperoleh 1MB dan dilaksanakan berdasarkandokumen rencana teknis yang telah disahkan.

(3) Pelaksana Bangunan Gedung adalah orang atau badan hukum yang telahmemenuhi syarat menurut ketentuan peraturan perundang-undangankecuali ditetapkan lain oleh Pemerintah Daerah.

(4) Dalam melaksanakan pekerjaan, pelaksana bangunan wajib mengikutisemua ketentuan dan syarat-syarat pembangunan yang ditetapkan dalam1MB.

Pasa195

Untuk memulai pembangunan, pemilik 1MB wajib menglsl lembaranpermohonan pelaksanaan bangunan, yang berisikan keterangan mengenai:a. Nama dan Alamat;

b. Nomor1MB;

c. Lokasi Bangunan;

d. Pelaksana atau Penanggung jawab pembangunan.

Pasal96

(1) Pelaksanaan konstruksi didasarkan pada dokumen rencana teknis yangsesuai dengan 1MB.

Page 49: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

.49.

(2) Pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada.ayat (1) berupa pembangunan Bangunan Gedung baru, perbaikan,penambahan, perubahan danJ atau pemugaran Bangunan GedungdanJatau instalasi danJatau perlengkapan Bangunan Gedung.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Pasal97

Kegiatan pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 94 terdiri atas kegiatan pemeriksaan dokumen.pelaksanaan oleh Pemerintah Daerah, kegiatan persiapan lapangan,:kegiatan konstruksi, kegiatan pemeriksaan akhir pekerjaan konstruksidan kegiatan penyerahan hasil akhir pekerjaan.

Pemeriksaan dokumen pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi pemeriksaan kelengkapan, kebenaran. dan keterlaksanaankonstruksi dan semua pelaksanaan pekerjaan. I

Persiapan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputipenyusunan program pelaksanaan, mobilisasi sumber daya danpenyiapan fisik lapangan.

Kegiatan konstruksi meliputi kegiatan pelaksanaan konstruksi di,

1apangan, pembuatan laporan kemajuan pekerjaan, penyusunan gambarkerja pelaksanaan (shop drawings) dan gambar pelaksanaan pekerjaartsesuai dengan yang telah dilaksanakan (as built drawings) serta kegiatanmasa pemeliharaan konstruksi .

Kegiatan pemeriksaaan akhir pekerjaan konstruksi meliputi pemeriksaanhasil akhir pekerjaaan konstruksi Bangunan Gedung terhadap kesesuaiandengan dokumen pelaksanaan yang berwujud Bangunan Gedung yangLaik Fungsi dan dilengkapi dengan dokumen pelaksanaan konstruksi,gambar pelaksanaan pekerjaan (as built drawings), pedomanpengoperasian dan pemeliharaan Bangunan Gedung, peralatan sertaperlengkapan mekanikal dan elektrikal serta dokumen penyerahan hasil.pekerjaan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan akhir sebagaimana dimaksud pada ayat(5), Pemilik Bangunan Gedung atau penyedia jasaJpengembangmengajukan permohonan penerbitan Sertifikat Laik Fungsi BangunanGedung kepada Pemerintah Daerah.

Paragraf2Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi

Pasa198

(1) Pelaksanaan konstruksi wajib diawasi oleh petugas pengawas pelaksanaankonstruksi.

(2) Pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung meliputi pemeriksaankesesuaian fungsi, persyaratan tata bangunan, kese1amatan, kesehatan,kenyamanan dan kemudahan, dan 1MB.

Pasa199

Petugas pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 berwenang:

Page 50: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 50-

a. Memasuki dan mengadakan pemeriksaan di tempat pelaksanaankonstruksi setelah menunjukkan tanda pengenal dan surat tugas.

b. Menggunakan acuan peraturan umum bahan bangunan, rencana keIjasyarat-syarat dan 1MB.

c. Memerintahkan untuk menyingkirkan bahan bangunan dan bangunanyang tidak memenuhi syarat, yang dapat mengancam kesehatan dankeselamatan umum.

d. Menghentikan pelaksanaan konstruksi, dan melaporkan kepada instansiyang berwenang.

Paragraf 3Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung

PasallOO

(1) Pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung dilakukan setelahBangunan Gedung selesai dilaksanakan oleh pelaksana konstruksisebelum diserahkan kepada Pemilik Bangunan Gedung.

(2) Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan oleh penyedia jasa pengkajian teknis bangunangedung, kecuali untuk rumah tinggal tunggal dan rumah tinggal deret olehpemerintah daerah.

(3) Segala biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan kelaikan fungsi olehpenyedia jasa pengkajian teknis bangunan gedung menjadi tanggungjawab pemilik atau pengguna.

(4) Pemerintah daerah dalam melakukan pemeriksaan kelaikan fungsibangunan gedung dapat mengikutsertakan pengkaji teknis profesional,dan penilik bangunan (building inspector) yang bersertifikat sedangkanpemilik tetap bertanggung jawab dan berkewajiban untuk menjagakeandalan bangunan gedung.

(5) Dalam hal belum terdapat pengkaji teknis bangunan gedung, pengkajianteknis dilakukan oleh pemerintah daerah dan dapat bekeIja sama denganasosiasi profesi yang terkait dengan bangunan gedung.

PasallOi

(1) Pemilik/pengguna bangunan yang memiliki unit teknis dengan SDMyangmemiliki sertifikat keahlian dapat melakukan Pemeriksaan Berkala dalamrangka pemeliharaan dan perawatan.

(2) Pemilik/pengguna bangunan dapat melakukan ikatan kontrak denganpengelola berbentuk badan usaha yang memiliki unit teknis dengan SDMyang bersertifikat keahlian Pemeriksaan Berkala dalam rangkapemeliharaan dan parawatan Bangunan Gedung.

(3) Pemilik perorangan Bangunan Gedung dapat melakukan pemeriksaansendiri secara berkala selama yangbersangkutan memiliki sertifikatkeahlian.

Pasal102

(1) Pelaksanaan pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung untuk

Page 51: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

. 51 .

proses penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)Bangunan Gedung hunianrumah tinggal tidak sederhana, Bangunan Gedung lainnya atau BangunanGedung Tertentu dilakukan oleh penyedia jasa pengawasan ataumanajemen konstruksi yang memiliki sertifikat keahlian.

(2) Pe1aksanaan pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung untuk prosespenerbitan SLF Bangunan Gedung fungsi khusus dilakukan oleh penyediajasa pengawasan atau manajemen konstruksi yang memiliki sertifikat dantim internal yang memiliki sertifikat keahlian dengan memperhatikanpengaturan internal dan rekomendasi dari instansi yang bertanggungjawab di bidang fungsi khusus terse but.

(3) Pengkajian "teknis untuk pemeriksaan ke1aikan fungsi Bangunan Gedunguntuk proses penerbitan SLF Bangunan Gedung hunian rumah tinggaltidak sederhana, Bangunan Gedung lainnya pada umumnya danBangunan Gedung Tertentu untuk kepentingan umum dilakukan olehpenyedia jasa pengkajian teknis konstruksi Bangunan Gedung yangmemiliki sertifikat keahlian.

(4) Pelaksanaan pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung untuk prosespenerbitan SLF Bangunan Gedung fungsi khusus dilakukan oleh penyediajasa pengkajian teknis konstruksi Bangunan Gedung yang memilikisertifikat keahlian dan tim internal yang memiliki sertifikat keahliandengan memperhatikan pengaturan internal dan rekomendasi dariinstansi yang bertanggung jawab di bidang fungsi dimaksud.

(5) Hubungan kerja antara pemilikjPengguna Bangunanpenyedia jasa pengawasanjmanajemen konstruksi ataupengkajian teknis konstruksi Bangunan Gedungberdasarkan ikatan kontrak.

Pasal103

Gedung danpenyedia jasadilaksanakan

(1) Pemerintah Daerah, khususnya instansi teknis pembina penye1enggaraanBangunan Gedung, dalam proses penerbitan SLF Bangunan Gedungme1aksanakan pengkajian teknis untuk pemeriksaan kelaikan fungsiBangunan Gedung hunian rumah tinggal tunggal termasuk rumah tinggaltunggal sederhana dan rumah deret dan Pemeriksaan Berkala BangunanGedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret.

(2) Dalam hal di instansi Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud ada ayat(1) tidak terdapat tenaga teknis yang cukup, Pemerintah Daerah dapatmenugaskan penyedia jasa pengkajian teknis kontruksi BangunanGedung untuk melakukan pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedunghunian rumah tinggal tunggal sederhana dan rumah tinggal deretsederhana.

(3) Dalam hal penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belumtersedia, instansi teknis pembina Penyelenggara Bangunan Gedung dapatbekerja sarna dengan asosiasi profesi di bidang Bangunan Gedung untukmelakukan pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung.

Page 52: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 52-

Paragraf 4Tata Cara Penerbitan SLF Bangunan Gedung.

Pasal 104

11) Penerbitan SLF Bangunan Gedung dilakukan atas dasar permintaanpemilik/Pengguna Bangunan Gedung untuk Bangunan Gedung yang telah 'selesai pelaksanaan konstruksinya atau untuk perpanjangan SLF'Bangunan Gedung yang telah pemah memperoleh SLF.

(2) SLF Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikandengan mengikuti prinsip pelayanan prima dan tanpa pungutan biaya.

(3) SLF Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikansetelah terpenuhinya persyaratan administratif dan persyaratan teknissesuai dengan fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam PasalS, Pasal6, Pasal 7, PasalB, dan Pasal9.

(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. Pada proses pertama kali SLF Bangunan Gedung:

1) kesesuaian data aktual dengan data dalam dokumen status hakatas tanah;

2) kesesuaian data aktual dengan data dalam 1MB dan/ataudokumen status kepemilikan Bangunan Gedung;

3) kepemilikan dokumen 1MB.

b. Pada proses perpanjangan SLFBangunan Gedung:1) kesesuaian data aktual dan/atau adanya perubahan dalam

idokumen status kepemilikan Bangunan Gedung; i

2) kesesuaian data aktual (terakhir) dan/ atau adanya peruhahandalam dokumen status kepemilikan tanah; dan

3) kesesuaian data aktual (terakhir) dan/atau adanya perubahandata dalam dokumen 1MB.

(5) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaiberikut:

a. Pada proses pertama kali SLFBangunan Gedung:

1) kesesuaian data aktual dengan data dalam dokumen:pelaksanaan konstruksi termasuk as built drawings, pedomani

pengoperasian dan pemeliharaan/perawatan Bangunan Gedung,'peralatan serta perlengkapan mekanikal dan elektrikal dandokumen ikatan kerja;

2) pengujian lapangan (on site) dan/atau laboratorium untuk aspekkeselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan padastruktur, peralatan dan perlengkapan Bangunan Gedung sertaprasarana pada komponen konstruksi atau peralatan yangmemerlukan data teknis akurat sesuai dengan Pedoman Teknisdan tata cara pemeriksaan ke1aikan fungsi Bangunan Gedung.

b. Pada proses perpanjangan SLFBangunan Gedung:

Page 53: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 53-

1) kesesuaian data aktual dengan data dalam dokumen hasHPemeriksaan Berkala, laporan pengujian struktur, peralatan danperlengkapan Bangunan Gedung serta prasarana BangunanGedung, laporan hasH perbaikan dan/ atau penggantian padakegiatan perawatan, termasuk perubahan fungsi, intensitas,arsitektrur dan dampak lingkungan yang ditimbulkan;

2) pengujian lapangan (on site) dan/atau laboratorium untuk aspekkeselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan padastruktur, peralatan dan perlengkapan Bangunan Gedung sertaprasarana pada struktur, komponen konstruksi dan peralatan ,yang memerlukan data teknis akurat termasuk perubahanfungsi, peruntukan dan intensitas, arsitektur serta dampaklingkungan yang ditimbulkannya, sesuai dengan Pedoman Teknisdan tata cara pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung.

(6) Data hasH pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dicatatdalam daftar simak, disimpulkan dalam surat pernyataan pemeriksaan:kelaikan fungsi Bangunan Gedung atau rekomendasi pada pemeriksaan I

pertama dan Pemeriksaan Berkala.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Paragraf5Pendataan Bangunan Gedung

Pasall05

Bupati wajib melakukan pendataan Bangunan Gedung untuk keperluan I,

tertib administrasi pembangunan dan tertib administrasi PemanfaatanBangunan Gedung.

Pendataan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi Bangunan Gedung baru dan Bangunan Gedung yang telah ada.

Khusus pendataan Bangunan Gedung baru, dilakukan bersamaan denganproses 1MB, proses SLF dan proses sertifikasi kepemilikan BangunanGedung. I

Bupati wajib menyimpan secara tertib data Bangunan Gedung sebagaiarsip Pemerintah Daerah.

Pendataan Bangunan Gedung fungsi khusus dilakukan oleh PemerintahDaerah dengan berkoordinasi dengan Pemerintah.

Bagian KeempatKegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung.

Paragraf 1Umum

Pasall06

Kegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung meliputi pemanfaatan, pemeliharaan.perawatan, pemeriksaan secara berkala, perpanjangan SLF, dan pengawasanpemanfaatan.

Page 54: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 54-

Pasal107

(1) Pemanfatan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138merupakan kegiatan memanfaatkan Bangunan Gedung sesuai denganfungsi yang ditetapkan dalam 1MBsetelah pemilik memperoleh SLF.

(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secaratertib administrasi dan tertib teknis untuk menjamin kelaikan fungsiBangunan Gedung tanpa menimbulkan dampak penting terhadaplingkungan.

(3) Pemilik Bangunan Gedung untuk kepentingan umum harns mengikutiprogram pertanggungan terhadap kemungkinan kegagalan BangunanGedung se1amaPemanfaatan Bangunan Gedung.

Paragraf2Pemeliharaan

Pasal108

(1) Kegiatan pemeliharaan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106meliputi pembersihan, perapian, pemeriksaan, pengujian, perbaikandan/atau penggantian bahan atau perIengkapan Bangunan Gedungdan/ atau kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasiandan pemeliharaan Bangunan Gedung.

(2) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung harus melakukan kegiatanpemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dapattnenggunakan penyedia jasa pemeliharaan gedung yang mempunyaisertifikat kompetensi yang sesuai berdasarkan ikatan kontrakberdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3) Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan oleh penyedia jasa sebagaimanadimaksud pada ayat(2)harns menerapkan prinsip keselamatan dan kesehatan keIja (K3).

(4) HasHkegiatan pemeliharaaan dituangkan ke dalam laporan pemeliharaanyang digunakan sebagai pertimbangan penetapan perpanjangan SLF.

Paragraf3Perawatan

Pasal109

(1) Kegiatan perawatan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalamPasal 106 meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian BangunanGedung, komponen, bahan bangunan dan/ atau prasarana dan saranaberdasarkan rencana teknis perawatan Bangunan Gedung.

(2) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung di dalam melakukan kegiatanperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakanpenyedia jasa perawatan Bangunan Gedung bersertifikat dengan dasarikatan kontrak berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenaijasa konstruksi.

,(3) Perbaikan dan/ atau penggantian dalam kegiatan perawatan Bangunan

Page 55: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 55-

Gedung dengan tingkat kerusakan sedang dan berat dilakukan setelahdokumen rencana teknis perawatan Bangunan Gedung disetujui olehPemerlntah Daerah.

(4) HasH kegiatan perawatan dituangkan ke dalam laporan perawatan yangakan digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan penetapanperpanjangan SLF.

(5) Pelaksanaan kegiatan perawatan oleh penyedia jasa sebagaimanadimaksud pada ayat (2) harus menerapkan prinsip keselamatan dankesehatan kerja (K3).

Paragraf4Pemerlksaan Berkala

Pasal110

(1) Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalamPasal 106 dilakukan untuk seluruh atau sebagian Bangunan Gedung,komponen, bahan bangunan, danl atau sarana dan prasarana dalamrangka pemeliharaan dan perawatan yang harus dicatat dalam laporanpemeriksaan sebagai bahan untuk memperoleh perpanjangan SLF.

.(2) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung di dalam melakukan kegiatanPemeriksaan Berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatmenggunakan penyedia jasa pengkajian teknis Bangunan Gedung atauperorangan yang mempunyai sertifikat kompetensi yang sesuai.

(3) Lingkup layanan Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pemeriksaan dokumen administrasi, pelaksanaan, pemeliharaan danperawatan Bangunan Gedung;

Bangunan Gedung terhadaptermasuk pengujian keandalan

b. kegiatan pemeriksaan kondisipemenuhan persyaratan teknisBangunan Gedung;

c. kegiatan analisis dan evaluasi, dan

d. kegiatan penyusunan laporan.

(4) Bangunan rumah tinggal tunggal, bangunan rumah tinggal deret danbangunan rumah tinggal sementara yang tidak Laik Fungsi, SLF-nyadibekukan.

(5) Dalam hal belum terdapat penyedia jasa pengkajian teknis sebagaimanadimaksud pada ayat (2), pengkajian teknis dilakukan oleh pemerintahdaerah dan dapat bekerja sama dengan asosiasi profesi yang terkakdengan bangunan gedung.

Paragraf 5Perpanjangan SLF

Pasal 111

(1) Perpanjangan SLFBangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal106 diberlakukan untuk Bangunan Gedung yang telah dimanfaatkan danmasa berlaku SLF-nya telah habis.

Page 56: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 56-

(2) Ketentuan masa berlaku SLF sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)yaitu:a. untuk bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana

dan rumah deret sederhana tidak dibatasi (tidak ada ketentuanuntuk perpanjangan SLF);

b. untuk bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal, dan rumahderet sampai dengan 2 (dua) lantai ditetapkan dalam jangka waktu 20(dua puluh) tahun;

c. untuk untuk bangunan gedung hunian rumah tinggal tidaksederhana, bangunan gedung lainnya pada umumnya, dan bangunangedung tertentu ditetapkan dalam jangka waktu 5 (lima)tahun,

(3) Pengurusan perpanjangan SLF Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan paling lambat 60 (enam puluh) hari kalendersebelum berkhirnya masa berlaku SLF dengan memperhatikan ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1).

pemilikjhasil

(4) Pengurusan perpanjangan SLF dilakukan setelahpenggunaj pengelola Bangunan Gedung memilikipemeriksaan/kelaikan fungsi Bangunan Gedung berupa:

a. laporan Pemeriksaan Berkala, laporan pemeriksaan dan perawatanBangunan Gedung;

b. daftar simak pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung; dan

c. dokumen surat pernyataan pemeriksaan kelaikan fungsi BangunanGedung atau rekomendasi.

(5) Permohonan perpanjangan SLF diajukan oleh pemilikjpenggunajpengelola Bangunan Gedung dengan dilampiri dokumen:

a. surat permohonan perpanjangan SLF;

b. surat pernyataan pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedungatau rekomendasi hasil pemeriksaan kelaikan fungsi BangunanGedung yang ditandatangani di atas meterai yang cukup;

c. as built drawings;

d. fotokopi 1MBBangunan Gedung atau perubahannya;

e. fotokopi dokumen status hak atas tanah;

f. fotokopi dokumen status kepemilikan Bangunan Gedung;

g. rekomendasi dari instansi teknis yang bertanggung jawab di bidangfungsi khusus; dan

h. dokumen SLFBangunan Gedung yang terakhir.

(6) Pemerintah Daerah menerbitkan SLF paling lama 30 (tiga puluh) harisetelah diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

(7) SLF disampaikan kepada pemohon selambat-lambatnya 7 (tujuh) harikerja sejak tanggal penerbitan perpanjangan SLF.

Pasal 112

Tata cara perpanjangan SLFdiatur lebih lanjut dalam peraturan Bupati.

Page 57: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 57-

Paragraf6Pengawasan Pemanfaatan Bangunan Gedung

Pasa1113

Pengawasan Pemanfaatan Bangunan Gedung dilakukan oleh PemerintahDaerah:

a. pada saat pengajuan perpanjangan SLF;

b. adanya laporan dari masyarakat, dan

c. adanya indikasi perubahan fungsi dan/ atau Bangunan Gedung yangmembahayakan lingkungan.

Paragraf7Pelestarian

Pasa1114

(1) Pelestarian Bangunan Gedung meliputi kegiatan penetapan danpemanfaatan, perawatan dan pemugaran, dan kegiatan pengawasannyasesuai dengan kaidah pelestarian.

(2) Pelestarian Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan secara tertib dan menjamin kelaikan fungsi BangunanGedung dan lingkungannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 8Penetapan dan Pendaftaran Bangunan Gedung yang Dilestarikan

Pasal115

(1) Bangunan Gedung dan lingkungannya dapat ditetapkan sebagaibangunan eagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan apabila te1ahberumur paling sedikit 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gayasekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyainilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan termasuk nilaiarsitektur dan teknologinya, serta memiliki nilai budaya bagi penguatankepribadian bangsa.

(2) Pemilik, masyarakat, Pemerintah Daerah dapat mengusulkan BangunanGedung dan lingkungannya yang memenuhi syarat sebagaimanadimaksud pada ayat (1)untuk ditetapkan sebagai bangunan cagar budayayang dilindungi dan dilestarikan.

(3) Bangunan Gedung dan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat(1) sebelum diusulkan penetapannya harus telah mendapat pertimbangandari tim ahli pelestarian Bangunan Gedung dan hasil dengar pendapatmasyarakat dan harus mendapat persetujuan dari Pemilik BangunanGedung.

(4) Bangunan Gedung yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai BangunanGedung yang dilindungi dan dilestarikan sebagaimana dimaksud padaayat (1)dilakukan sesuai dengan klasifikasinya yang terdiri atas:

a. klasifikasi utama yaitu Bangunan Gedung dan lingkungannya yang

Page 58: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 58-

bentuk fisiknya sarna sekali tidak boleh diubah;

b. klasifikasi madya yaitu Bangunan Gedung dan lingkungannya yangbentuk fisiknya dan eksteriomya sama sekali tidak boleh diubah,narnun tata ruang dalamnya sebagian dapat diubah tanpamengurangi nilai perlindungan dan pelestariannya;

e. klasifikasi pratama yaitu Bangunan Gedung dan lingkungannya yangbentuk fisik aslinya boleh diubah sebagian tanpa mengurangi nilaiperlindungan dan pelestariannya serta tidak menghilangkan bagianutarna Bangunan Gedung tersebut.

(5) Pemerintah Daerah me1alui instansi terkait meneatat Bangunan Gedungdan lingkungannya yang dilindungi dan dilestarikan serta keberadaanBangunan Gedung dimaksud menurut klasifikasi sebagaimana dimaksudpada ayat (4).

(6) Keputusan penetapan Bangunan Gedung dan Iingkungannya yangdilindungi dan dilestarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)disampaikan seeara tertulis kepada pemilik.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Paragraf9Pemanfaatan Bangunan Gedung yang Dilestarikan

Pasal116

Bangunan Gedung yang ditetapkan sebagai bangunan eagar budayasebagaimana dimaksud dalarn Pasal 115 ayat (2)dapat dimanfaatkan oleh;pemilik danl atau pengguna dengan memperhatikan kaidah pe1estarian'dan Klasifikasi Bangunan Gedung eagar budaya sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Bangunan Gedung eagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agarna, sosial, pariwisata,pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dengan mengikutiketentuan dalam klasifikasi tingkat perlindungan dan pelestarianBangunan Gedung dan lingkungannya.

Bangunan Gedung eagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tidak dapat dijual atau dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa seizinPemerintah Daerah.Pemilik Bangunan Gedung eagar budaya wajib melindungi BangunanGedung danl atau lingkungannya dari kerusakan atau bahaya yangmenganeam keberadaannya, sesuai dengan klasifikasinya.

Pemilik Bangunan Gedung eagar budaya sebagaimana dimaksud dalainayat (4)berhak memperoleh insentif dari Pemerintah Daerah. t

Besamya insentif untuk melindungi Bangunan Gedung .sebagaimanadimaksud pada ayat(5)diatur dalarn peraturan Bupati berdasarkan kebutuhan nyata.

Pasall17

(1) Pemugaran, pemeliharaan, perawatan, ,pemeriksaan seeara berkalaBangunan Gedung eagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 146dilakukan oleh Pemerintah Daerah atas beban APBD.

Page 59: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 59-

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai denganrencana teknis pelestarian dengan mempertimbangkan keaslian bentuk,tata letak, sistem struktur, penggunaan bahan bangunan, dan nilai-nilaiyang dikandungnya sesuai dengan tingkat kerusakan Bangunan Gedung'dan ketentuan klasifikasinya.

Bagian KelimaPembongkarat!

Paragraf 1Umum

Pasa1118

(1) Pembongkaran Bangunan Gedung meliputi kegiatan penetapanpembongkaran dan pelaksanaan pembongkaran Bangunan Gedung, yang'

,

dilakukan dengan mengikuti kaidah- kaidah pembongkaran secara umuml,

serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. I

(2) Pembongkaran Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus dilaksanakan secara tertib dan mempertimbangkan keamanan,'keselamatan masyarakat dan lingkungannya.

(3) Pembongkaran Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus sesuai dengan ketetapan perintah pembongkaran atau persetujuanpembongkaran oleh Pemerintah Daerah, kecuali Bangunan Gedung fungsikhusus oleh Pemerintah.

Paragraf2Penetapan Pembongkaran

Pasa1119

(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengidentifikasi BangunanGedung yang akan ditetapkan untuk dibongkar berdasarkan hasilpemeriksaan dan/atau laporan dari masyarakat.

(2) Bangunan Gedung yang dapat dibongkar sebagaimana dimaksud padaayat (1)meliputi:

a. Bangunan Gedung yang tidak Laik Fungsi dan tidak dapat diperbaikilagi;

b. Bangunan Gedung yang pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi ,pengguna, masyarakat, dan lingkungannya;

c. Bangunan Gedung yang tidak memiliki 1MB;danl atau

d. Bangunan Gedung yang pemiliknya menginginkan tampilan baru.

(3) Pemerintah Daerah menyampaikan hasil identifikasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1)kepada pemilik/Pengguna Bangunan Gedung yangakan ditetapkan untuk dibongkar.

(4) Berdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),pemilik/penggunajpengelola Bangunan Gedung wajib melakukanpengkajian teknis dan menyampaikan hasilnya kepada PemerintahDaerah.

Page 60: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 60-

(5) Apabila hasil pengkajian tersebut sesuai dengan ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) Pemerintah Daerah menetapkan BangunanGedung tersebut untuk dibongkar dengan surnt penetapan pembongkaranatau surnt pesetujuan pembongkaran dati Bupati, yang memuat bataswaktu dan prosedur pembongkaran serta sanksi atas pelanggaran yangteIjadi.

(6) Dalam hal pemilik/pengguna/pengelola Bangunan Gedung tidakmelaksanakan perintah pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat(5), pembongkaran akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah atas bebanbiaya pemilik/pengguna/pengelola Bangunan Gedung, kecuali bagipemilik bangunan rumah tinggal yang tidak mampu, biayapembongkarannya menjadi beban Pemerintah Daerah.

Paragraf3Rencana Teknis Pembongkaran

Pasa1120

(1) Pembongkaran Bangunan Gedung yang pelaksanaannya dapatmenimbulkan dampak luas terhadap keselamatan umum dan lingkunganharus dilaksanakan berdasarkan rencana teknis pembongkaran yangdisusun oleh penyedia jasa Perencanaan Teknis yang memiliki sertifIkatkeahlian yang sesuai.

(2) Rencana teknis pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus disetujui oleh Pemerintah Daerah, setelah mendapat pertimbangandariTABG.

(3) Dalam hal pelaksanaan pembongkaran berdampak luas terhadapkeselamatan umum dan lingkungan, pemilik dan/atau Pemerlntah Daerahmelalrukan sosialisasi dan pemberitahuan tertulis kepada masyarakat disekitar Bangunan Gedung, sebelum pelaksanaan pembongkaran.

(4) Pelaksanaan pembongkaran mengikuti prinsip-prlnsipkeselamatan dankesehatan keIja (K3).

Paragraf4Pelaksanaan Pembongkaran

Pasa1121

(1) Pembongkaran Bangunan Gedung dapat dilakukan oleh pemilik dan/atauPengguna Bangunan Gedung atau menggunakan _penyedia jasapembongkaran Bangunan Gedung yang memiliki sertifikat keahlian yangsesuai.

(2) Pembongkaran Bangunan Gedung yang menggunakan peralatan beratdan/ atau bahan peledak harus dilaksanakan oleh penyedia jasapembongkaran Bangunan Gedung yang mempunyai sertifikat keahlianyang sesuai.

(3) Pemilik dan/atau Pengguna Bangunan Gedung yang tidak melaksanakanpembongkaran dalam batas waktu yang ditetapkan dalam surat perintahpembongkaran, pelaksanaan pembongkaran dilakukan oleh Pemerintah

Page 61: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 61-

Daerah atas beban biaya pemilik dan/ atau Pengguna Bangunan Gedung. ,

Paragraf5Pengawasan Pembongkaran Bangunan Gedung

Pasall22

(1) Pengawasan pembongkaran Bangunan Gedung tidak sederhana dilakukanoleh penyedia jasa pengawasan yang merniliki sertifikat keahlian yangseSUaL

(2) Pembongkaran Bangunan Gedung tidak sederhana sebagairnanadirnaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan rencana teknis yang telahmemperoleh persetujuan dati Pemerintah Daerah.

(3) Hasil pengawasan pembongkaran Bangunan Gedung sebagairnanadirnaksud pada ayat (2)dilaporkan kepada Pemerintah Daerah.

(4) Pemerintah Daerah melakukan pemantauan atas pelaksanaan kesesuaianlaporan pelaksanaan pembongkaran dengan rencana teknispembongkaran.

Bagian Keen.an1Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pascabencana

Paragraf 1Penanggulangan Darurat

Pasal123

(1) Penanggulangan darurat merupakan tindakan yang dilakukan untukmengatasi sementara waktu akibat yang ditimbulkan oleh bencana alamyang menyebabkan rusaknya Bangunan Gedung yang menjadi hunianatau tempat beraktivitas .

.(2)Penanggulangan darurat sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) dilakukanoleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/ atau kelompok masyarakat.

(3) Penanggulangan dafUtatsebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dilakukansetelah terjadinya bencana alam sesuai dengan skaJanya yang mengancamkeselamatan Bangunan Gedung dan penghuninya.

(4) Skala benmaalam sehagairnana dimaksud pada ayat (3) ditetapkanolehpejabat yang berwenang dalam setiap tingkatan pemerintahanyaitu:a. Presiden untuk bencana alam dengan skala nasional;

b. Gubemur untuk bencana alam dengan skala provinsi;

c. Bupati untuk bencana alam skala Kabupaten .

.(5) Di dalam menetapkan skala bencana alam sebagaimana dimaksud padaayat(4) berpedoman pada peraturan perundangcundangan terkait.

Paragraf2Bangunan Gedung UmUInSebagai Tempat Penampungan

Pasal124

(1) Pemerintah atauI'enangguJangan

Pemerintah Daerah wajib melakukan upayadarurat berupa penyelamatan dan penyediaan .

Page 62: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 62-

penamplll\gan sementara.

(2) Penampnngan sementara pengungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan paoo lokasi yang aman dari ancaman bencana dalam bentuktempat tinggal sementara selama korban bencana mengungsi berupatempat penampungan massal, penamp"ngan keluarga atau individual.

(3) Bangunan sementara sebagaimana dimaksud paoo ayat (2) dilengkapidengan fasilitas penyed:iaan air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai.

(4) Penyelenggaraan bangunan penampungan sebagaimana dimaksud paooayat (2) ditetapkan dalam pemturan Bupati berdasarkan pe1syaratanteknis sesuai dengan lokasi bencananya.

Bagian KetujuhRehabilitasi Pascabencana

Pasal125

(1) Bangunan Gedung yang rusak akibat bencana dapat diperbaiki ataudibongkar sesuai dengan tingkat kerusakannya.

(2) Bangunan Gedung yang rusak tingkRt sedang dan masib dapat diperbaiki,OOpat dilakukan rehabilitasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkanoleh Pemerintah Daerah.

(3) Rehabilitasi Bangunan Gedung yang berfungsi sebagai hun ian mmahtinggal pascabencana berbentuk pemberian bantuan perbaikan rumahmasyarakat.

(4) Bantuan perbaikan nlmah masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(3)meliputi dana, peralatan, material, dan sumber OOyamanusia.

(5) Pelsyamtan teknis rehabilitasi Bangunan Gedung yang rusak disesuaikandengan kamkteristik bencana yang mungkin teIjadi di masa yang akanOOtangdan dengan memperhatikan standar konstruksi bangunan. kondisisosial, aOOtistiadat. buOOyadan ekonomi.

(6) PeJaksanaan pemberian bantuan perbaikan mmah masyarakatsebagaimana dimaksud paOOayat (5) dilakukan melalui bimbingan teknisdan bantuan teknis oleh instansi/ lembaga terkait.

(7) Tata cara dan persyaratan rehabilitasi Bangunan Gedung pascabencanadiatur lebih lanjut daJam peraturan Bupati.

(8) Dalam melaksanakan rehabilitasi. BangunanGedung hunian. sebagaimana .dimaksud paOO ayat (3) Pemerintah Daerah memberikan kemudabankepaOOPemilik Bangunan Gedung yang akan direhabilitasi berupa:

a. Pengurangan atau pembebasan biaya 1MB,atau

b. Pemberian desain prototip yang sesuai dengan kamkter bencana. atau

c. Pemberian bantuan konsultansi penyelenggaraan rekonstruksiBangunan Gedung, atau

d. Pemberian kemudahan kepaOOpermohonan SLF;

e. Bantuan lainnya.(9) Untuk mempercepat pelaksanaan rehabilitasi Bangunan Gedung hunian

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati OOpat menyerabkan

Page 63: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 63-

.kewenangan penerbitan 1MB .kepada pejabat pemerintaban di tingkatpaling bawah.

(10) Rebabilitasi mmab bunian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilaksanakan meJalui proses Peran Masyarakat di lokasi bencana. dengandifasilitasi.oleb Pemerintab danl atau Pemerintab Daerah.

(11) Tata cam penerbitan 1MBBangunan Gedung bunian £lJIDabtinggal padatabap rebabilitasi pascabencana, diIakukan dengan mengikuti ketenhlansebagaimana dimaksud dalam Pasal86.

(12) Tata cam penerbitan SLF Bangunan Gedung hunian mmab tinggal padatabap rehabilitasi pascabencana, diIakukan dengan mengikuti ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasall04.

Pasal126

Rumab tinggal yang mengalami kemsakan akibat bencana dapat diIakukanrehabilitasi dengan menggunakan konstruksi Bangunan Gedung yang sesuaidengan karakteristik bencana..

BABVTIMAHLIBANGUNANGEDUNG(TABG)

Bagian KesatuPembentukan TABG

Pasall27

(1) TABGdibentuk dan ditetapkan oleh Bupati.

(2) TABGsebagaimana dimaksud pada ayat (1) barns sudah ditetapkan oleh.Bupatiselambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Peraturan Daerah inidinyatakan berlaku.

Pasal128

(1) Susunan keanggotaan TABGterdiri dari:

a. Pengarah

b. Ketua

c. Wakil Ketua

d. Sekretaris

e. Anggota(2) Keanggotaan TABGdapat terdiri dari unsur-unsur:

a. asosiasi profesi;

b. masyarakat ahli di luar disiplin Bangunan Gedung termasukmasyarakat adat;

c. perguruan tinggi;

d. instansi Pemerintab Daerah.

(3) Keterwakilan unsur-unsur asosiasi profesi. perguruan tinggi, danmasyarakat ahli termasuk masyarakat adat, minimum sama dengan

Page 64: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 64-

keterwakilan unsur-unsur instansi Pemerintah Daerah.

(4) Keanggotaan TABGtidak bersifat tetap;

(5) Setiap unsur diwakili oleh 1 (saW)orang sebagai anggota.

(6) Nama-nama anggota TABG diusuJkan oleh asosiasi profesi, pergumannnggi danmasyarakat ahli .termasuk masyamkat adat yang disimpandaJam basis data daftar anggota TABG.

Bagian KeduaTugas dan Fungsi

Pasal129

(1) TABGmempunyai tugas:

a. Memberikan Pertimbangan Teknis berupa naseha.t. pendapat, danpertimbangan profesional pada pengesahan rencana teknisBangunan Gedung untuk kepentingan umum.

b. Memberikan masukan tentang program daJam pelaksanaan tugaspokok dan fungsi instansi yang terkait.

(2) Dalam meJaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a,TABGmempunyai fungsi: .

a. Pengkajian dokumen rencana teknis yang telah disetujui olehinstansi yang berwenang;

b. Pengkajian dokumen rencana teknis berdasarkan ketentuan tentailgpersyaratan tatabangunan.

c. Pengkajian dokumen rencana teJrnis berdasarkan ketentuan tentangpersyaratan keandaJan Bangunan Gedung.

(3) Disamping 1ugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TABGdapatmembantu:

a. Pembuatan acuan dan penilaian; .b. Penyelesaian masaJah;

c. Penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar.

P8.sa1130 .

(1) .Masa keIja TABGditetapkan 1 (satu) tahun anggaran.

(2) Masa keIja TABG dapat diperpanjang sebanyak-banyaknya 2 (dua) kalimasa keIja sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian KetigaPembiayaan TABG

Pasal131

(1) Biaya pengelolaan database dan operasional anggota TABG dibebankanpada APBDPemerintah Daerah.

(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:

Page 65: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 65.

a. Biaya pengeiolaan basis data.

b. Biaya operasionalTABGyangterdiridari:

1) Biaya sekretariat;

2) Persidangan;

3) Honorarium dan tunjangan;

4) Biaya peJ.jalanandinas .

. (3) Pembiayaan sebagaimana dirnaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuaiperaturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan Iebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dirnaksudpada ayat (3)diatur dalarn peraturan Bupati.

BABVI ..PERANMASYARAKATDALAMPENYELENGGARAAN

BANGUNANGEDUNG

Paragraf 1Lingkup Peran Masyarakat

Pasal132

Peran Masyarakat dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung dapat terdiri atas:

a. pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan BangunanGedung;

b. pemberian masukan kepada Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerahdalarn penyempumaan. peraturan, pedoman dan Standar Teknis dibidang Bangunan Gedung;

c. penyampaian pendapat dan pertimbangan kepada instansi yangberwenang terhadap penyusunan RTBL. rencana teknis bangunantertentu dan kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung yangmenimbulkan dampak penting terbadap lingkungan;

d. pengajuan Gugatan Perwakilan terbadap Bangunan Gedung yangmengganggu, memgikan dan/ atau membahayakan kepentingan umum.

Pasal133

(1) Obyek pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan BangunanGedung sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal132 huruf a meliputi kegiatanpembangunan, kegiatan pernanfaatan, kegiatan pelestarian termasukperawatan dan/atau pemugaran Bangunan Gedung dan lingJomgannyayang dilindungi dan dilestarikan dan/ atau kegiatan pembongkaranBangunan Gedung.

(2) Pemantauan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) harus memenuhipersyaratan:

a. dilakukan secara objektif;

b. dilakukan dengan penuh tanggungjawab;

c. dilakukan dengan tidak menimbnlkan gangguan kepadapemilik/Pengguna Bangunan Gedung, masyarakat dan lingJomgan;

Page 66: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 66-

d. diIakukan dengan tidak menimbnlkan kerugian kepadapemi1ik/Pengguna Bangunan Gedung. masyarakat dan lingkungan..

(3) Pemantauan sebagaimana dimaksud pacta ayat (1) dapat dilakukan olehperorangan. kelompok. atau organisasi kemasyarakatan melalui kegiatanpengamatan. penyampaian masukan. usulan dan pengaduan terbadap:

a. Bangunan Gedung yang ditengarai tidak LaikFungsi;

b. Bangunan Gedung yang pembangunan. pemanfaatan. pelestariandanl atau pembongkarannya berpotensi menimbulkan tingkatgangguan bagi pengguna dan/ atau masyarakat dan lingkunganDya;

c. Bangunan Gedung yang pembangunan. pemanfaatan, pelestariandan/atau pembongkarannya berpotensi menimbulkan tingkat bahayatertentu bagi pengguna dan/atau masyarakat dan 1ingkungannya..

d. Bangunan Gedung yang ditengarai meJanggar ketentuan perizinandan lokasi Bangunan GedUDg-

(4) Hasil pantauan sebagaimana dimaksud pacta ayat (3) dilaporkan secaratertulis kepada Pemerintah Daerah secara langsung atau melalui TABG.

(5) Pemeritah daerah wajib menanggapi dan menindaklanjuti lapomnsebagaimana dimaksud pacta ayat (4) dengan melakukan penelitian danevaluasi secara administratif dan secara teknis melalui pemeriksaanlapangan dan melakukan tindakan yang di:perlukan serta menyampaikanhasilnya kepada pelapor.

Pasal134

(1) .Penjagaan ketertiban penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 132 huruf a dapat diIakukan oleh masyarakatmelalui:

a. pencegaban perbuatan perorangan atau kelompok masyarakatyang dapat mengurangi tingkat keandalan Bangunan Gedung;

b. pencegaban perbuatan perseorangan atau kelompok masyarakatyang dapat menggangu penyelenggaraan Bangunan Gedung danlingkungannya.

(2) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pacta ayat (1) masyarakatdapat melaporkan secara lisan dan/ atau tertulis kepada'

a. Pemerintah Daerah meJalui instansi yang menyelenggarakan urusanpemerintaban di bidang keamanan dan ketertiban, serta

b. pihak pemilik, pengguna atau pengelolaBangunan Gedung.

(3) Pemeritah daerah wajib menanggapi dan menindaklanjuti lapomnsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan melakukan penelitian danevaluasi secara administratif dan secara teknis me1aJui pemeriksaanlapangan dan melakukan tindakan yang diperlukan serta menyampaikanhasilnya kepada pelapor.

Pasal135

(1) Obyek pemberian masukan atas penyeJenggaraan Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 132 huruf b meliputi masukan

Page 67: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 67-

terhadap penyusunan danl atau penyempumaan perat:uran, pedoman danStandar Teknis di bidang Bangunan Gedung yang disusun olehPemerintah Daerah. .

(2) Pemberian masukan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) dapatdilakukan dengan menyampaikannya secara tertulis oleh.:

a. perorangan;

b. kelompokmasyarakat;

c. organisasi kemasyarakatan;

d. masyarakat abli; atau

e. masyarakat hukum adat.(3) Masukan masyarakat sebagairnana dirnaksud pada ayat (2) dijadikan

bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dalarn menyusun dan/ataumenyempurnakan peraturan, pedoman dan Standar Teknis di hidangBangunan Gedung.

Pasal136

(1) Penyampaian pendapat dan pertimbangan kepada instansi yangberwenang terhadap penyusunan RTBL, rencana teknis bangunantertentu dan kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung yangmenimbulkan dampak penting terhadap lingkungan sebagairnanadirnaksud dalarn Pasal 132 huruf c bertujuan untuk mendorongmasyarakat agar merasa ber:kepentingan dan bertanggungjawab dalarnpenataan Bangunan Gedung dan lingkungannya..

(2) Penyampaian pendapat dan pertimbangan sebagaimana dimaksud padaayat (1)dapat dilakukan oleh:a. perorangan;b. kelompokmasyarakat;c. organisasi kemasyarakatan;d. masyarakat abli, ataue. masyarakat hukum adat.

(3) Pendapat dan pertimbangan masyarakat untuk RTBLyang lingkungannyaberdiri Bangunan Gedung Tertentu danl atau terdapat kegiatan BangunanGedung yang menimbulkan dampak penting terbadap lingkungan dapatdisampaikan melalui TABGatau dibahas dalam forum dengar pendapatmasyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Daenm. kecuali untukBangunan Gedung fungsi khusus difasilitasi oleh Pemerintah melaluikoominasi dengan Pemerintah Daerah.

(4) Hasil dengar pendapat dengan masyarakat dapat dijadikan pertimbangandalarn proses penetapan rencana teknis oleh Pemerintah atau PemerintahDaerah.

Paragraf2Forum Dengar Pendapat

Pasal137

(1) Forum dengar pendapat diselenggarakan untuk memperoleh pendapat danpertimbangan masyarakat atas penyusunan RTBL, rencana teknis

Page 68: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 68-

Bangunan Gedung Tertentu atau kegiatan penyelenggaraan yangmenimbuJkan dampak:penting terbadap Jinglomgan

(2) Tata cara penyelenggaraan forum dengar pendapat masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan terlebih dahulumelakukan tahapan kegiatanyaitu:a. penyusunan konsep RfBL atau rencana kegiatan penyelenggaraan

Bangunan Gedung yang menirnbnJkan dampak: penting bagilingkungan;

b. penyebarluasan konsep atau rencana sebagairnana dimaksud padahuruf a kepada masyarakat khususnya masyarakat yangberkepentingan dengan RfBL dan Bangunan Gedung yang akanmenimbuJkan dampak:penting bagi Jinglomgan;

c. mengundang masyarakat sebagairnana dirnaksud pada huruf buntuk mengbadiri forum dengar pendapat.

(3) Masyarakat yang diJmdang sebagairnana dimaksud pada ayat (2) huruf cadaJah masyarakat yang berkepentingan dengan RfBL, rencana teknisBangunan Gedung Tertentu dan penyelenggaraan Bangunan Gedung yangakan menirnbuJkan dampak:penting bagi IingkungaD.-

(4) Hasil dengar pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diblBngkandaJarn doknmen risaJah rapat yang ditandatangani oleh penyelenggara danwakil dari peserta yang diundang.

(5) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berisi simpuIan dankeputusan yang rnengikat dan harus diJaksanakan oleh PenyelenggaraBangunan Gedung.

(6) Tata cam penyelenggaraan forum dengar pendapat sebagaimanadimaksud pada ayat (1)diahJr lebih lanjut dengan peraturan Bupati.

Paragraf3 .Gugatan PerwakiJan

Pasal138

(1) Gugatan PerwakiJan terhadap penyelenggaraan Bangunan Gedungsebagairnana dirnaksud daJarn Pasal 132 huruf d dapat ~ kepengadilan apabila basil penyelenggaraan Bangunan Gedung telahmenirnbuJkan dampak:yang mengganggu atau merugikan masyarakat danlingkungannya yang tidak diperkirakan pada saat perencanaan,pelaksanaan dan/ ataupemantauan.

(2) Gugatan Perwakilan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1)dapat dilakukanoleh perseorangan atau kelompok masyarakat atau organisasikemasyarakatan yang bertindak sebagai wakil para pihak yang dirugikanakihat dari penyelenggaraan Bangunan Gedung yang mengganggu,merugikan atau membahayakan kepentingan umum.

(3) Gugatan PeIwakilan sebagairnana dirnaksud pada ayat (2) disarnpaikankepada pengadilan yang berwenang sesuai dengan hukJIrn acara GugatanPerwakilan.

Page 69: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

- 69-

(4.) Biaya yang timbul akihat dilakukan Gugatan PelwakiJan sebagairmmadirnaksud pada ayat (3)dibebankan kepada pibak pemohon gugatan

(5) Dalam hal tertentu Pemerintah Daerah dapat rnembantu pembiayaansebagairnana dirnaksud pada ayat (4)dengan IDeIJyediakananggarannya didalamAPBD;

Paragraf4Bentuk Peran Masyarakat daJarnTahap Rencana Pembangunan

Pasal139

!>eranMasyarakat daJam tabap rencana pembangunan Bangnnan Ged:ungdapatdilakukan dalam bentuk:

a. penyampaian keberatan terbadap rencana pembangunan BangnnanGedung yang tidak sesuai dengan RTRW, RDTR. Peraturan Zonasidan/ atau RTBL;

b. pemberianmasukan kepada Pemerintah Daerah dalam rencanapembangunan Bangnnan Gedung;

c. pemberian masukan kepada Pemerintah Daerah untuk meJaksanakanpertemuan konsultasi. dengan masyarakat tentang rencana pembangunanBangunan Gedung.

ParagrafSBentuk Peran Masyarakat daJam Proses PeJaksanaan Konstruksi

Pasal140

Peran Masyarakat daJam pe1aksanaan konstruksi Bangnnan Ged:ungdapatdilakukan daJam bentuk:

a. menjaga ketertiban daJarn kegiatan pembangunan;

b. mencegah perbuatan perseorangan atau kelompok yang dapatmengurangi tingkat keandalan Bangnnan Ged:ungdan/ atau mengganggupenyelenggaraan Bangnnan Gedung dan lingkungan;

c. melaporkan kepada instansi yang berwenang atau kepada pibak yangberkepentingan atas perbuatan sebagairnana dirnaksud pada hurufb;

d. melaporkan kepada instansi yang beIwellang tentang aspek teknispembangunan Bangnnan Gedung yang membabayakan kepentinganumum;

e. meIakukan gugatan ganti rugi kepada Penyelenggara.BangIman Ged:ungatas kerugian yang diderita masyarakat akibat dari penyelenggaraanBangunan Gedung.

Paragraf6Bentuk Peran Masyarakat dalarn Pemanfaatan Bangnnan Gedung

Pasal141

Peran Masyarakat daJarn Pernanfaatan Bangnnan Ged:ungdapat dilakukandaJarn bentuk:

a. menjaga ketertiban daJarn kegiatan Pemanfaatan Bangnnan.Gedung;

Page 70: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

-70-

.. b. m.encegah perbuatan perorangan atau kelompok yang dapat menggangguPemanfaatan Bangunan Gedung;

c. melaporkan kepada instansi yang betwenang atau kepada pihak yangberkepentingan atas penyimpangan Pemanfaatan Bangunan Gedung;

d. meJaporkan kepada instansi yang berwenang tentang aspek teknisPemanfaatan Bangunan Gedung yang membabayakan kepentinganumum;

. e. melakukan gugatan ganti rugi kepada Penyelenggara Bangunan Gednngatas kerugian yang diderita masyarakat akibat dari penyimpanganPemanfaatan Bangunan Gedung.

Paragraf7Bentuk Peran Masyarakat daJam Pelestarian Bangunan Gedung

Pasa1142

Peran Masyarakat dalam pelestarian Bangunan Gedung dapst diJakukan daJambentuk:

a. memberikan informasi kepada instansi yang betwenang atau PemilikBangunan Gedung tentang kondisi Bangunan Gedung yang tidakterpelihara, yang dapst mengancam keselamatan masyarakat,. dan yangmemerlukan pemelibaraan;

b. memberikan informasi kepada instansi yang betwenang atau PemilikBangunan Gedung tentang kondisi Bangunan Gedung bersejarah yangkurang terpelibara dan terancam kelestariannya;

Co memberikan informasi kepada instansi yang berwenang atau PemiljkBangunan Gedung tentang kondisi Bangunan Gedung yang kurangterpelibara dan mengancam keselamatan masyarakat dan lingkungannya;

d. melakukan gllgatan ganti rugi kepada Pemilik Bangunan Gedung ataskerugian yang diderita masyarakat akibat dari kelalaian pemiJikdi dalammelestarikan Bangunan Gedung.

Paragraf8Bentuk Peran Masyarakat dalam Pembongkaran Bangunan Gedung

Pasall43

Peran Masyarakat dalam pembongkarnn Bangunan Gedung daps! dilalmkandalam bentuk:

a. mengajukan keberatan kepada instansi yang betwe"ang atas rencanapembongkaran Bangunan Gedung yang masuk dalam kategori eagarbudaya;

b_ mengajukan keberatan kepada instansi yang betweuang atau PemiljkBangunan Gedung atas metode pembongkaran yang mengancamkeselamatan atau kesehatan masyarakat dan lingkungannya;

c. melakukan gugatan ganti rugi kepada instansi yang berwenang atauPemilik Bangunan Gedung atas kerugian yang diderita masyarakat danlingkungannya akibat yang timbul dari pelaksanaan pembongkaran

Page 71: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

-71-

.Bangunan Gedung;

d. melakukan pemantauan atas peJaksanaan pembangunan BangunanGedung.

Paragraf9Tindak Lanjut

PasalI44

Instansi yang berwenang wajib menanggapi keluhan masyarakat sebagaimanadimaksud daJam Pasal 139, Pasal 140, Pasal 141, Pasal 142, dan Pasal 143dengan meJakukan kegiatan tindak lanjut baik secara telmis maupun secaraadministratif untuk dilakukan tindakan yang diperlukan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

BABVIIPEMBINAAN

Bagian KesatuUmum

Pasal145

(1) Pemerintab Daerah melakukan Pembinaan Penyelenggm;aan BangunanGedung melalui kegiatan pengaturan, pemberdayaan. dan pengawasan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan agarpenyelenggaman Bangunan Gedung dapat berlangsung tertib dan ten:apaikeandaJan Bangunan Gedung yang sesuai dengan fungsinya, sertaterwujudnya kepastian hukum.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepadaPenyelenggara Bangunan Gedung.

.Bagian KeduaPengaturan

Pasall46

(1) Pengaturan sebagaimana dimaksud daJam Pasal 145 ayat (1) dituangkanke daJam peraturan daerah atau peraturan Bupati sebagai kebijakanPemerintab Daerah daJam penyelenggaraan Bangunan Gedung.

(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dituangkan kedaJam Pedoman Teknis, Standar Teknis Bangunan Gedung dan tata caraoperasionalisasinya

(3) Di daJam penyusunan kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)hanIS mempertimbangkan RTRW, RDTR, Peraturan Zonasi dan/atauRlBL serta dengan mempertimbangkan pendapat tenaga ahli di bidangpenyelenggaraan Bangunan Gedung.

(4) Pemerintab Daerah menyebarJuaskan kebijakan sebagaimana dimaksudpada ayat (2)kepada Penyelenggara Bangunan Gedung.

Page 72: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

.72 .

Bagian Ketiga .Pemberdayaan

PasalI47

(1) Pemberdayaan sebagairnana dirnaksud daJarn PasalI45 ayat (1)dilakukan.oleh Pemerintah Daerah kepada Penyelenggara Bangunan Gedung.

(2) Pemberdayaan sebagairnana dirnaksud pada ayat (l)dilakukan melaluipeningkatan profesionalitas Penyelenggara Bangunan Gedung denganpenyadaran akan hak dan kewajiba.n dan peran daJam penyelenggaraanBangunan Gedung terutama di daerah rawan benCaruL

(3) Pemberdayaan sebagairnana dirnaksud pada ayat (2) dilakukan melaluipendataa.n. sosialisasi, penyebarluasan dan pelatihan di bidangpenyelenggaraan Bangunan Gedung.

PasaI 148 .

Pemberdayaan terhadap masyarakat yang belum mampu memenuhipersyaratan teknis Bangunan Gedung dilakukan bersarna-sarna denganmasyarakat yang terkait dengan Bangunan Gedung melalui:

a. forum dengar pendapat dengan masyarakat;

b. pendampingan pada saat penyelenggaraan Bangunan Gedung daJarnbentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan teknis, pelatihan danpemberian tenaga teknis pendarnping;

c. pemberian bantuan percontohan mrnab tinggal yang memenuhipersyaratan teknis daJarn bentuk pemberian stimulan baban bangunanyang dikelola masyarakat secara bergulir; dan! atau

d. bantuan penataan bangunan dan lingk:ungan yang serasi daJarn bentukpenyiapan RTBL serta penyediaan prasarana dan sarana dasarperm' !kirnan.

PasalI49

.Bentuk dan tata earn.pelaksanaan forum dengar pendapat dengan masyarakatsebagairnana dirnaksud daJarn Pasal 148 huruf a diatur lebih lanjut dalarnperaturan Bupati.

Bagian KeempatPengawasan

PasalI50

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terbadap peJaksanaanPeraturan Daerah ini melalui mekanisme penerbitan 1MB,SLF, dan suratpersetujuan dan penetapan pembongkaran Bangunan Gedung.

(2) Dalam pengawasan peJaksanaan peraturan perundang-llndangan dibidang penyelenggaraan Bangunan Gedung, Pemerintab Daera.h dapatmelibatkan Peran Masyarakat:

a. dengan mengikuti mekanisme yang ditetapkan oleh PemerintahDaerah;

Page 73: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

-73 -

....b. pada .setiap tabapan penyelenggaraan Bangunan Gedung;

c. dengan mengembangkan sistem pemberian pengbargaan bempatanda jasa danl atau insentif untuk meningkatkan PeranMasyarakat.

BABVIII .. SANKSIADMINISTRATIF

Bagian KesatuUmum

PasallS1

(1) Pemilik dan/atau Pengguna Bangunan Gedung yang meJanggar ketentuanPeraturan Daerab ini dikenakan sanksi administratif, berupa:

a. peringatan tertulis;

b. .pembatasan kegiatan pembangunan;

c. penghentian sementara atau tetap pada pekeIjaan pelaksanaanpembangunan;

d. penghentian sementara atau temp pada Pemanfaatan BangunanGedung;

e. pembekuan 1MBgedung;

f. pencabutan 1MBgedung;

g. pembekuan SLFBangunan Gedung;

h. pencabutan SLFBangunan Gedung; .atau

i. perintah pembongkaran Bangunan Gedung.

(2) Se1ain pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dikenai sanksi denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus)dari nilai bangunan yang sedang atau telah dibangun.

(3) Penyedia Jasa Konstruksi yang me1anggar ketentuan Peratw:an Daemh inidikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam peraturan penmdang-undangan di bidangjasa konstruksi

(4) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetor ke rekeningkas Pemerintah Daerab.

(5) Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)didasarkan pada berat atau ringannya peJanggaran yang dilakukansetelah mendapatkan pertimbangan TABG.

Bagian.KeduaSanksi AdministratifPada Tahap Pembangunan

Pasal152

. (1) Pemilik Bangunan Gedung yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (3),Pasal 18 ayat (1) dan ayat (4), Pasal20 ayat (1), Pasal99 ayat (2), Pasal109 ayat (3) dan Pasal 114 ayat (2)dikenakan sanksi peringatan tertulis.

(2) Pemilik Bangunan Gedung yang tidak mematuhi peringatan tertulissebanyak 3 (tiga) ka1i berturut-turut daJam tenggang waktu masing-

Page 74: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

-74-

masing 7 (tujuh) hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan ataspelanggaran sebagairnana dimaksud pada ayat (1). dikenakan sanksjberupa pembatasan kegiatan pembangllnan

(3) Pemilik Bangunan Gedung yang telah dikenakan sanksi sebagaimanadimaksud pada ayat(2) se1arna 14 (empat belas) hari kalender dan tetap tidak melakukanperbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).dikenakan sanksi berupa pengbeutian sementara pembanglloao danpembekuan izin mendirikan Bangunan Gedung.

(4) Pemilik Bangunan Gedung yang telah dikenakao saoksi sebagaimanadimaksud pada ayat(3) selama 14 (empat belas) hari kelender dan tetap tidak melakukanperbaikan atas peIanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dikenakan sanksi berupa pengbentian tetap pembangunan. pencabutanizin mendirikan Bangunan Gedung. dan perintah pembongkaranBangunan Gedung.

(5) Dalam hal Pemilik Bangunan Gedung tidak melakukan pembongkaransebagaimana dimaksud pada ayat (4) dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)hari kalender. pembongkarannya dilakukan oleh Pemerintah Daemh atasbiaya PemilikBangunan Gedung.

(6) Dalam hal pembongkaran dilakukan oleh Pemerintah Daemh. PemilikBangunan Gedung juga dikenakan denda administratif yang besarnyapaling banyak 10 % (sepuluh per seratus) dari nilai total BangunanGedung yang bersangkutan.

(7) Besarnya denda administratif ditentukan berdasarkan berat danringannya pelanggaran yang dilakukan setelah mendapat pertimbangandari TimAh1iBangunan Gedung.

PasalI53

(1) Pemilik Bangunan Gedung yang melaksanakan pembangunan BangunanGedungnya me1anggar ketentuan Pasal 13 ayat (1) dikenakan sanksipengbentian sementara sampai denga.n diperoIehnya izin mendirikanBangunan Gedung.

(2) PemilikBangunan Gedung yang tidak memiliki izin mendirikan BangunanGedung dikenakan sanksi perintah pembongkaran.

Bagian KetigaSanksi Administratif Pada Tahap Pemanfaatan

Pasal154

(1) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung yang me1anggar ketentuanPasal 9 ayat (3). Pasal 19 ayat (1). Pasal 139 ayat (1) dengan sampai ayat(3), Pasal 140 ayat (2), Pasal 143 ayat (3), Pasal 148 ayat (2) dan ayat (4)dikenakan sanksi peringatan tertulis.

(2) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung yang tidak mematuhiperingatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam tenggangwaktu masing-rnasing 7 (tujuh) hari kalender dan tidak melakukanperbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dikenakan sanksi berupa pengbentian sementara kegiatan PemanfaatanBangunan Gedung dan pembekuan sertifikat LaikFungsi.

Page 75: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

-75 -

(3) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung yang telah dikenakan sanksisebagaimana dimaksud pada ayat (2) seJama 30 (tiga puluh) hari kalenderdan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimanadimaksud pada ayat (i), dikenakan sanksi berupa penghentian tetappernanfaatan dan pencabutan sertifikat LaikFungsi.

(4) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung yang terlambat melakukanperpanjangan sertifikat Laik Fungsi sampai dengan batas waktuberlakunya sertifikat Laik Fungsi, dikenakan sanksi denda administratifyang besamya i % (satu per seratus) dari nilai total Bangunan Gedungyang bersangkutan_

BABIX

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasa1i55

(i) Penyidikan terhadap suatu kasus dilaksanakan setelah diketahui terjadisuatuperistiwa yang diduga merupakan tindak pidana bidangpenyeIenggaraan bangunan gedung berdasarkan laporan kejadian

(2) Penyidikan dllgaan tindak pidana bidang penyelenggaraan bangunangedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (i), dilakukan oleh penyidikumum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

BABXKETENTUAN PIDANA.

Bagian KesatuFaktor Kesengajaan yang Tidak Mengakibatkan Kerugian Orang Lain

Pasa1i56

Setiap perniJik dan/ atau Pengguna Bangunan Gedung yang tidak memenuhiketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurunganpaling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp- 50_000.000,00 (limapuluhjuta rupiah).

Bagian KeduaFaktor Kesengajaan yang Mengakibatkan Kemgian Orang Lain

Pasa1i57(i) Setiap pemilik dan/atau Pengguna Bangunan Gedung yang tidak

memenuhi ketentuan dalam Peraturan Dae:rah :ini. yang mengakibatkankerugian harta benda orang lain diancam dengan pidana penjara palinglama 3 (tiga) tahun, dan denda paling banyak iO% (sepuluh per seratus)dari nilai bangunan dan penggantian kerugian yang diderita.

(2) Setiap pemilik dan/ atau Pengguna Bangunan Gedung yang tidakmemenuhi ketentuan dalam Peraturan Daerah :ini.yang mengakibatkankecelakaan bagi orang lain atau mengakibatkan cacat seumur hidupdiancam dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan dendapaling banyak i5% (lima belas per seratus) dari nilai bangunan danpenggantian kerugian yang diderita.

(3) Setiap pernilik dan/ atau Pengguna Bangunan Gedung yang tidak

Page 76: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

-76-

.memenuhi ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, yang mengakibatlmnhilangnya nyawa orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan denda paling banyak 200k (dua puluh per seratus) darinilai bangunan dan penggantian kerugian yang diderita.

(4) Dalam proses peradilan atas tindalmn sebagaimana dimaksud dalam ayat(I), ayat (2)dan ayat (3) bakim memperbatikan pertimbangan TABG.

Bagian KetigaFaktor Kelalaian.yang Mengakihatkan Kerugian Orang Lain

Pasall58

(I) Setiap omng atau hadan hukum yang karena keJalaiannya melanggarketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan ini sehinggamengakibatkan bangunan tidak Laik Fnngsi dapat dipidana kurungan,pidana denda dan penggantian kerugiaIL

(2) Pidana kurungan, pidana denda dan penggantian kerugian sebagaimanadimaksud pada ayat (I) meliputi:

a. Pidana kurungan paling lama 1 (saW) tahun atau pidana dendapaling banyak 1% (satu per seratus) dari nilai bangunan dan gantikerugian jika mengakibatkan kerugian barta benda orang lain;

b. Pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun atau pidana dendapaling banyak 2% (dua per seratus) dari nilai bangunan dan gantikerugian jika mengakihatkan kecelakaan bagi orang lain sebinggamenimbullmn cacat;

c. Pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana dendapaling banyak 3% (tiga per seratus) dari nilai bangunan dan gantikerugian jika mengakihatkan bilangnya nyawa orang lain.

BABXIKETENTUAN PERAUHAN

Pasall59(I) Bangunan Gedung yang sudah diJengkapi dengan 1MBsebelum Peraturan

Daerah ini berlaku, dan 1MByang dimiliki sudah sesuai dengan ketentuandalam Peraturan Daerah ini, maim 1MByang dimilikinya dinyatalmn tetapberlaku.

(2) Bangunan Gedung yang sudah diJengkapi 1MBsebelum Peraturan Daerahini berlaku, namun 1MB yang dimiliki tidak sesuai dengan ketentuandalam Peraturan Daerah ini, maim Pemilik Bangunan Gedung wajibmengajukan permohonan 1MBbaru.

(3) Bangunan Gedung yang sudah memiliki 1MBsebelum Peraturan Daerahini berlaku, namun dalam proses pembangunannya tidak sesuai denganketentuan dan persyaratan dalam 1MB,maim Pemilik Bangunan Gedungwajib mengajukan permohonan 1MB bam atau melakl1kan perbaikan(retrofitting)secara bertahap.

(4) Permohonan 1MB yang telah masuk/terdaftar sebelum ber1akl1nyaPeraturan Daerah ini, tetap diproses dengan disesuaikan pada ketentuandalam Peraturan Daerah ini.

Page 77: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

-77 -

(S) Bangunan Gedung yang pada saat berlakunya Peratumn Daerahini belumdilengkapi 1MB, maka Pemilik Bangunan Gedung wajib mengajukanpermohonan 1MB.

(6) Bangunan Gedung pada saat berlakunya Peratumn Daerah ini belumdilengkapi SLF, maka pemilik/Pengguna Bangunan Gedung wajibmengajukan permohonan SLF.

(7) Permohonan SLF yang teIah masuk/terdaftar sebelum berlakunyaPeratumn Daerah ini, tetap diproses dengan disesuaikan pada ketentuandalam Peratumn Daerah ini.

(8) Bangunan Gedung yang sudah dilengkapi SLF sebelum Peratumn Daerahini berlaku, namun SLFyang dimilikitidak sesuai dengan Jretentuan dalamPeratumn Daerah ini, maka pemilik/Pengguna Bangunan Gedung wajibmengajukan permohonan SLFbarn.

(9) Bangunan Gedung yang sudah diJengkapi SLF sebelum Peratumn Daerahini berlaku, namun kondisi Bangunan Gedung tidak Laik Fungsi, makapemiIik/Fengguna Bangunan Gedung wajib melakukan perbaikan(retrofitting) secara bertabap.

flO) Bangunan Gedung yang sudah dilengkapi SLF sebelum Peratumn Daerahini berIaku, dan SLFyang dimiliki sudah sesuai dengan Jretentuan daJamPeratumn Daerah ini, maka SLF yang dimilikinya dinyatakan tetapberIaku.

(11) Pemerintah Daerah melaksanakan penertiban Jrepemilikan 1MBdan SLFdengan Jretentuan pentahapan sebagai berikut

a. untuk Bangunan Gedung seIain dari fungsi hunian, penertibankepemilikan 1MB dan SLF hams sudah dilakukan seIambat-lambatnya 10 (sepuluh) tahun sejak diberIakukannya PeratumnDaerahini;

b. untuk Bangunan Gedung fungsi hunian dengan spesifikasi non-sederbana, penertiban kepemilikan 1MB dan SLF hams sudahdilakukan se1ambat-lambatnya 5 (lima)tahun sejak diberlakukannyaPeraturan Daerah ini;

c. untuk Bangunan Gedung fungsi hunian dengan spesifikasisederbana, penertiban kepemiIikan 1MB dan SLF hams sudahdilakukan selambat-lambatnya 20 (dua puluh) tahun sejakdiberlakukannya Peraturan Daerah ini.

BABXIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 160

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Jretentuan yang bertentangandanl atau tidak sesuai hams disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal 161

Peraturan Daerah ini muIai berIaku I (satu) tahun sejak tanggal diImdangkan

Page 78: PROVINSI SUMATERA SELATAN - jdih.mubakab.com

2016

-78 -

. Agar setiap orang mengetahuinya. memerintabkan pengundangan Peratumn .Daerah ini dengan penempatannya. daJam Lembaran Daerah Kabupaten MusiBanyuasin

. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2016 NOMOR n

NOMOR REGISTER: (I9/MUBA/2016)