Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
Transcript of Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 1/61
KAJIAN MANFAAT MADU HUTAN ANGGOTA
JMHI TERHADAP PENYAKIT KANGKER
DAN ANTI AGING
Oleh :
Rita Kartika Sari
Rio Bertoni
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 2/61
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya dengan
telah selesainya riset Ke-2 “KAJIAN MANFAAT MADU HUTAN ANGGOTA
JMHI TERHADAP PENYAKIT KANGKER DAN ANTI AGING ” anggota
Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI).
Hasil Riset ini diharapkan menjadi sumber infomarsi manfaat madu hutan
bagi konsumen khususnya terhadap penyakit kanker dan antiaging. Kajian ini
memberikan gambaran betapa besarnya manfaat madu hutan yang selama ini tidak
begitu mendapat perhatian oleh banyak pihak, ternyata banyak memberikan
kontribusi bagi kehidupan, baik secara ekonomi, ekologi dan kesehatan manusia.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada NTFP-EP
Indonesia sebagai penyandang dana penelitian ini. Kami juga mengucapkan para
pihak yang telah berkontribusi khususnya anggota JMHI yang memberika dukungan
atas madu hutanya dari masing-masing wilayah kelola di beberapa wilayah di
Indonesia
Kami Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) berharap melalui Kajian ini
pemanfaatan produk HHBK khususnya madu hutan menjadi salah cara untuk
mendorong semua pihak ( stakeholders) untuk mendukung pengembangan dan
pemanfaat secara berkelanjutan serta pengelolaan hutan yang adil dan lestari.
Semoga hasil kajian ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membaca.Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pontianak, 30 November 2014
Koordinator Nasional
Jaringan Madu Hutan Indonesia
Rio Bertoni
i
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 3/61
RINGKASAN
Madu hutan diduga mengandung senyawa bioaktif yang lebih tinggi dan beragam. Kandungan kimia dan bioaktivitas madu dipengaruhi oleh jenis nektar
bunga (pohon) dan letak geografis sarang lebah. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
adalah menganalisis proksimat dan kandungan fitokimia secara kualitatif dan
kuantitatif serta menguji aktivitas antikanker, antiaging, dan inhibitor tirosinase
berdasarkan pengujian secara in vitro dari 8 jenis madu hutan yang berasal dari
anggota JMHI, yaitu JMHS, APDS, Gapoktan Rita Bala, APMTN, KTMHUK,
JMHU, JMM, Boan Aning serta membandingkannya dengan madu impor Neetflor®
( Acacia honey) dan madu Alshifa®.
Analisa proksimat seperti kadar air, kadar abu, kadar lipida (lemak), kadar
protein, kadar karbohidrat dan energi mengacu pada SNI. Analisis fitokimia
kualitatif mengacu pada Harborne (1996). Analisis kandungan fenolat totalmengacu pada metode yang digunakan Javanmardi et al. (2003). Komposisi kimia
madu dianalisis menggunakan alat kromatograf gas-spektrometer massa Shimadzu
Pyr-GCMS QP2010. Pengujian bioassay aktivitas antikanker secara in vitro
menggunakan metode uji mikrokultur tetrazolium (MTT). Sel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sel normal Vero (ATCC CCL 81), sel kanker payudara MCF7
(ATCC HTB 22), dan sel kanker serviks HeLa (ATCC CCL2). Potensi antiaging
dapat ditentukan dari aktivitas antioksidan. Pengujian antioksidan menggunakan
metode DPPH. Pengujian aktivitas inhibitor tirosinase ini mengacu pada metode
yang telah dilakukan oleh Batubara et al. (2010).
Berdasarkan analisis proksimat, kedelapan jenis madu hutan asal Indonesia
memiliki kadar air 18,8-28,9%, kadar abu 0,15-1,13%, protein 0,36-0,87%, lemak0-0,23%, karbohidrat 70,1-79,8%, dan energi 284-322 kalori/100 g madu.
Kedelapan jenis madu hutan terdeteksi mengandung flavonoid dan saponin. Hanya
madu JMHS, APDS, JMM, dan JMH Boan Aning yang terdeteksi mengandung
triterpenoid, dan hanya madu JMHS dan APDS yang terdeteksi mengandung
alkaloid. Kedelapan madu tidak mengandung p-hidroqinon, steroid dan tanin.
Kandungan senyawa fenolik total kedelapan jenis madu tersebut beragam, yaitu
170-330 mg GAE/kg madu . Total fenolat tertinggi adalah Madu Gapoktan,
sedangkan madu JMM mengandung total fenolat terendah.. Analisis GC-MS dapat
dijadikan sebagai fingerprint untuk mengetahui asal/ otentifikasi madu.
Madu hutan Indonesia memiliki aktivitas antikanker payudara MCF7 yang
lebih tinggi dibandingkan antikanker serviks Hela. Madu Gapoktan memiliki
aktivitas antikanker payudara MCF7 tertinggi, diikuti oleh madu APMTN, APDS,
JMM, KTMHUK, JMHS, JMHU dan Boan aning dengan nilai IC50 berturut-turut
0.44, 1.10, 1.49, 1.55, 1.82 , 1.97, 2.79, dan 3.10%, sedangkan nilai IC50
madu impor Neetflor dan Alshifa adalah 1,50 dan 1,83% . Madu Gapoktan
memiliki aktivitas antikanker serviks Hela tertinggi, diikuti oleh madu JMHU,
APDS, Boan aning APMTN, KTMHUK, JMM, dan JMHS dengan nilai IC50
berturut-turut 1.61, 2.30, 3.31, 3.66, 4.31, 4.54, 5.54, dan 5.27%, sedangkan nilai
IC50 madu impor Neetflor dan Alshifa adalah 3,69 dan 3,97% .
Kedelapan madu memilki potensi sebagai antiaging dengan aktivitas
antioksidan beragam dengan nilai EC50 9248,3-15915,0 µg/mL, sedangkan nilai
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 4/61
EC50 madu impor Neetflor dan Alshifa adalah 17149,4 dan 13856,2 µg/mL. Madu
JMHS memiliki aktivitas antioksidan tertinggi, diikuti oleh Gapoktan, APDS, Boan
Aning, JMHU, KTMHUK, APMTN, dan JMM.
Madu hutan Indonesia yang memiliki aktivitas antitirosinase tertinggi adalah
madu APDS, diikuti oleh madu gapoktan, JMHU, APMTN, KTMHUK, Boan
aning, JMHS, dan JMM dengan nilai IC50 pada reaksi difenolase berturut-turut
adalah 2407, 4457, 4486, 4576, 4609, 4885, 5030, dan 5450 µg/mL. Nilai IC50
madu impor Alshifa dan Neetflor adalah 4378 dan 5352µg/mL).
iii
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 5/61
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................. i
Ringkasan .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
II. BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 9
3.1. Proksimat madu ............................................................................................. 9
3.2. Fitokimia Madu ............................................................................................ 12
3.3. Aktivitas antikanker madu ............................................................................. 16
3.4. Aktivitas antioksidan madu .......................................................................... 21
3.5. Aktivitas inhibitor tirosinase madu ................................................................. 25
IV. KESIMPULAN ................................................................................................. 28
V. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 29
LAMPIRAN ............................................................................................................ 30
iv
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 6/61
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Madu hutan merupakan salah satu dari lima produk hasil hutan bukan kayu
(HHBK) unggulan. Pengembangan madu hutan menjadi prioritas utama dalam
rencana kehutanan tingkat nasional 2010-2019 karena diyakini dapat
mengembalikan potensi multi fungsi hutan, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan
berkontribusi nyata bagi kepentingan pemeliharaan lingkungan global karena secara
tidak langsung melibatkan masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan di mana
sarang lebah Apis dorsata berada. Sarang lebah menghasilkan madu yang menjadi
sumber pendapatan masyarakat (Kemenhut 2009). Selain itu, pengembangan madu
hutan ditujukan untuk memenuhi permintaan madu dalam negeri Indonesia yang
mencapai 3000 ton per tahun, tetapi hanya 30% saja yang dapat dipenuhi oleh
produsen madu dalam negeri (Wismoro 2013).
Selajan dengan pencanangan madu hutan sebagai salah satu produk unggulan
di sektor kehutanan, produksi madu hutan mengalami peningkatan. Namun,
Wismoro (2013) mengemukakan bahwa potensi madu hutan Apis dorsata di
Indonesia mencapai 200 ton per tahun, sementara daya serap pasar lokal hanya 13
persennya saja. Salah satu hal yang menyebabkan pasar madu hutan kalah bersaing
adalah kurangnya informasi dan kajian ilmiah yang mengungkapkan keunggulannya
seperti potensi khasiat obat madu secara ilmiah.
Madu hutan diduga mengandung senyawa bioaktif yang lebih tinggi dan
beragam karena dihasilkan dari areal aktivitas lebah yang multi flora. Beberapa
hasil penelitian membuktikan bahwa madu mengandung senyawa bioaktif karna
terbukti memiliki berbagai aktivitas biologis. Madu memiliki aktivitas antikanker
(Pichichero et al . 2010), antibakteri (Sherlock et al . 2010), antivirus (Al-Waili
2004), antioksidan (Giorgi et al . 2011), antidiabetes (Al-Waili 2004), antiinflamasi
(Ahmad et al. 2009), dan antimalaria (Kaewmuangmoon 2012), dan antijamur
patogen (El-Gendy 2010). Kajian mengenai potensi senyawa bioaktif berkhasiat
obat di dalam madu hutan sangat diperlukan.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa kandungan kimia dan bioaktivitas
madu dipengaruhi oleh jenis nektar bunga (pohon) dan letak geografis sarang lebah
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 7/61
2
(El-Gendy 2010, Parwata et al. 2010, Sherlock et al. 2010). Oleh karena itu, kajian
mengenai potensi kandungan senyawa berkhasiat dari mdu yang diperoleh dari
kawasan hutan berbeda perlu dilakukan.
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis proksimat dan kandungan fitokimia
secara kualitatif dan kuantitatif serta menguji aktivitas antikanker, antiaging, dan
inhibitor tirosinase berdasarkan pengujian secara in vitro 8 jenis madu hutan yang
berasal dari anggota JMHI, yaitu 1). JMHS(Sumbawa/NTB) Dian Niaga Jakarta, 2)
APDS (Danau Sentarum), 3) Gapoktan Rita Bala (Flores/NTT, 4). APMTN (Tesso
Nilo), 5) KTMHUK (Ujung Kulon), 6). JMHU (Uessi/SulTra), 7). JMM
(Mutis/NTT), 8) JMH (Sumbawa/NTB) Boan Aning serta membandingkannya
dengan madu Neetflor® ( Acacia honey) yang diimpor dari Switzerland dan madu
Alshifa® yang diimport dari Arab Saudi.
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 8/61
3
II. BAHAN DAN METODE
2.1. Penyiapan bahan baku
Bahan baku penelitian ini adalah 8 jenis madu hutan yang diperoleh dari
berbagai kawasan hutan di Indonesia melalui kelompok petani pemungut lebah
madu anggota JMHI. Sebagai pembanding, 2 jenis madu impor sebagai
pembanding, yaiitu madu Neetflor® ( Acacia honey) dari Switzerland dan Alshifa®
dari Arab Saudi. Selain perbedaan kawasan hutan tempat pemungutan madu, jenis
pohon sebagai sumber nektar lebah madu dari keempat kawasan hutan tersebut
berbeda pula (Tabel 1).
Tabel 1. Jenis pohon sebagai sumber nektar lebah dari empat jenis madu hutan
No Jenis madu Jenis pakan
1 JMHS(Sumbawa/NTB)
Dian Niaga Jakarta
Udu, Maja, Kayu Tie, Mpang, Doat, Rimas,
Belinat
2 APDS (Danau Sentarum) Emasung, Taun, Ubah, Marbemban, Putat,
Samak,, Libang. Kawi
3 Gapoktan Rita Bala
(Flores/NTT Asam, Palawan, Kesambi, Kedanga, Lontar
4 APMTN
(Tesso Nilo)
Mempeni, Laban, Rengas, Jaduik, Akar Lanjeo,
Akar , Kakasok, Karet, Akasia, Sawit, Rambai,Kelapa, Mangga
5 KTMHUK
(Ujung Kulon
Kiganik
6 JMHU
(Uessi/SulTra)
Kawu-kawu (pohon Kapuk randu), pohon Toho
(nama lokal), pohon O kapu (nama lokal), pohon
Bolongita (nama lokal)
7 JMM
(Mutis/NTT)
Hue’e (Kayu Putih/ Eucalyptus alba, Ampupu
( Eucalyptus urophyla), Angka’I ( Albizia
Sinensis), Nunuh (Beringin/ Ficus sp.), Kunfus
8 JMH (Sumbawa/NTB)
Boan Aning
Maja (Cressentia cujete), Kesaming (Schleichere
ileosa Merr), Doat (Syzygium polyantha), Binong(Tetramelesnudiflora), Suran (Toona sureni)
2.2. Analisis proksimat
Analisa proksimat bahan pangan seperti madu ini terdiri dari analisa kadar air, kadar
abu, kadar lipida (lemak), kadar protein, kadar karbohidrat dan energi. Analisis
kadar air mengacu pada SNI 3545-2013, Lampiran E, sedangkan kaadar abu, kadar
lipida (lemak), dan kadar protein berturut-turut mengacu pada SNI 01-2891-1992,
butir 6.1, butir 7.1, dan butir 8.2.
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 9/61
4
2.3. Analisis Fitokimia
2.3.1. Analisis kulitatif
Analisis fitokimia kualitatif terhadap madu hutan Indonesia dilakukan untukmengetahui ada tidaknya golongan-golongan senyawa yang aktif dalam madu.
Pengujian fitokimia dilakukan di Laboratorium Balitro (Balai Tanaman Hutan dan
Rempah). Prosedur pengujiannya mengacu pada Harborne (1996) dan Medichal
Material Plant MMI (Materia Medika Indonesia) Jilid VI (Depkes 1995).
2.3.2. Analisis kuantitatif
2.3.2.1. Kandungan fenolat total
Analisis kandungan fenolat total mengacu pada metode yang digunakan Javanmardi
et al. (2003). Sebanyak 0,2 mL madu dicampurkan dengan 2,5 mL reagen Folin-
Ciocalteau 10% (v/v). Setelah 5 menit, larutan tersebut ditambahkan 2 ml larutan
Na2CO3 7,5% (b/v) lalu campuran dihomogenisasi dan diinkubasi pada ruang gelap
selama 1 jam. Campuran dihomogenisasi kembali dan absorbansnya diukur pada
panjang gelombang 765 nm. Kurva standar fenol dibuat dengan menggunakan
standar asamgalat (konsentrasi 0, 40, 60, 80, 100 mg/L) Oleh karena itu, kandunganfenolat total dalam ekstrak diekspresikan sebagai mg asam galat ekuivalen dalam g
ekstrak (mg/kg AGE).
2.3.2.2. Komposisi kimia
Komposisi kimia madu dianalisis menggunakan alat kromatograf gas-
spektrometer massa Shimadzu Pyr-GCMS QP2010 dengan kolom kapiler kuarsa
yang dilapisi resin poliamida. Alat ini bekerja pada suhu pirolisis 400 °C selama 1
jam, suhu injeksi 280 °C, suhu detektor relatif, dan suhu awal kolom 50 °C dengan
peningkatan 15 °C per menit. Identifikasi senyawa dilakukan dengan mencocokkan
data waktu retensi, spektrum masa dan fragmentasi ion senyawa minyak atsiri
dengan data yang ada dalam pangkalan data WILEY 7 th library.
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 10/61
5
2.4. Uji bioassay aktivitas antikanker secara in vitro
Uji aktivitas antikanker madu dilakukan secara in vitro ini dilakukan untuk
mengetahui antiproliferasi sel kanker serviks dan sel kanker payudara.Antiproliferasi sel adalah penghambatan pembelahan sel (cell division) dan
pertumbuhan sel (cell growth) yang tidak normal. Metode pengujian mengacu pada
metode yang digunakan Sajuthi (2001). Pengujian antiproliferasi secara in vitro
menggunakan metode uji mikrokultur tetrazolium (MTT) dengan reagen garam 3-
(4.5-dimetiltiazol-2-il)-2.5-difeniltetra zolium bromida).
Sel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel normal Vero (ATCC CCL
81), sel kanker payudara MCF7 (ATCC HTB 22), dan sel kanker serviks HeLa
(ATCC CCL2). Sel Vero dan HeLa ditumbuhkan dalam campuran Dulbecco’s Modified
Eagle’s Medium (D-MEM), Fetal Bovine Serum (FBS) 10%, penisilin 100 U ml-1, dan
streptomisin 100 μg ml-1 (5000 sel dalam 100 μl media). sel kanker payudara MCF7
ditumbuhkan dalam campuran RPMI 1640, FBS 10%, penisilin 100 U ml -1 dan
streptomisin 100 μg ml-1. Sel diinkubasi pada suhu 37 °C dengan kelembaban 100% dan
kandungan CO2 5% sampai sel kultur mengalami konfluen 50%.
Madu dalam berbagai konsentrasi (pelarut: media penumbuh) ditambahkan ke
dalam media pertumbuhan dan diinkubasi. Uji MTT dilakukan setelah 48 jam
inkubasi dengan menambahkan MTT (5 mg ml-1) sebanyak 10 μl per sumur dan
diinkubasi selama 4 jam pada suhu 37 °C. Kristal formazan dilarutkan dalam 0,1 N
HCl dalam isopropanol, Intensitas warna yang dihasilkan diukur dengan
menggunakan ELISA plate reader pada λmax 595 nm. Persen penghambatan
dihitung berdasarkan persamaan berikut:
x100%A
B-A
anPenghambat%
dimana, A: serapan kontrol negatif, B: serapan madu
Dari data persen penghambatan dan konsentrasi madu, nilai IC50 dihitung
melalui persamaan regresi yang diolah menggunakan Curve Expert 1.4, IC50 adalah
konsentrasi madu yang menghambat pertumbuhan 50% sel uji dan morfologi sel
menjadi abnormal.
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 11/61
6
2.5. Uji Anti aging (antioksidan secara in vitr o)
Potensi antiaging dapat ditentukan dari aktivitas antioksidan. Menurut
Ardhie (2011), sediaan antioksidan ditujukan sebagai sediaan antipenuaan dini
(antiaging). Pengujian antioksidan menggunakan metode DPPH yaitu salah satu
metode sederhana dalam menentukan kadar antioksidan suatu bahan dengan
menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) sebagai senyawa pendeteksi
(Blois 1958 dalam Hannani et al. 2005).
Pengujian aktivitas antioksidan mengacu pada metode yang digunakan
Hannani et al. ( 2005). Pengujian dilakukan pada konsentrasi madu 500 µg/mL,
250 µg/mL, 125 µg/mL, dan 62,5 µg/mL dalam microplate. Nisbah larutan madu
dengan larutan DPPH dalam pengujian ini adalah 1:1. Total larutan dalam wadah
uji adalah 200 µL yang terdiri atas larutan ekstrak sebanyak 100 µL dan 100 µL
larutan DPPH ((125 µM dalam etanol). Pemberian larutan madu 1.000 µg/mL akan
menghasilkan konsentrasi madu dalam microplate 500 µg /mL. Kontrol negatif
dibuat dengan mencampurkan 100 µL etanol dengan 100 µL larutan DPPH. Setelah
homogen, wadah uji yang berisi larutan tersebut diinkubasi dalam tempat gelap
selama 30 menit. Perubahan warna dari ungu menjadi warna lainnya (Gambar 1)
diukur serapan cahayanya dengan ELISA reader pada λmaks 517 nm.
Aktivitas antioksidan ditentukan dengan menghitung persen penangkapan
radikal bebas DPPH oleh larutan madu dengan rumus:
% Penangkapan radikal =
dimana A: serapan kontrol negatif, B: serapan minyak atsiri uji
Korelasi antara persen penangkapan radikal dan konsentrasi contoh uji
diplotkan dan EC50 dihitung melalui persamaan regresinya. EC50 adalah
konsentrasi efektif yang mampu menangkap 50% DPPH. Nilai EC50 yang semakin
rendah berarti aktivitas antioksidan ekstrak semakin tinggi.
2.6. Uji Aktivitas Inhibitor Tirosinase
Pengujian aktivitas inhibitor tirosinase ini mengacu pada metode yang telah
dilakukan oleh Batubara et al. (2010). Pembuatan larutan ekstrak dengan berbagai
konsentrasi dilakukan dengan melarutkan 2 mg ekstrak padat menggunakan DMSO
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 12/61
7
hingga didapat konsentrasi sebesar 20 mg/mL. Ekstrak ini merupakan stok yang
nantinya akan diencerkan dalam buffer natrium fosfat (50 mM dan pH 6,5).
Konsentrasi ekstrak yang digunakan pada pengujian ini adalah 31.25-2000 ppm.
Pengujian ini menggunakan asam kojat sebagai kontrol positif dan diuji pada
konsentrasi 7,8125-500 µg/mL. Asam kojat dipilih karena merupakan inhibitor
tirosinase yang memiliki daya hambat dan kestabilan paling tinggi dalam suatu
kosmetik pencerah kulit (Miyazawa et al . 2006).
Pengujian ini menggunakan plate dengan 96 sumur, pada lubang-lubang
sumur tersebut dimasukkan ekstrak dari berbagai konsentrasi sebanyak 70 µL lalu
ditambahkan dengan 30 µL tirosinase, masing-masing konsentrasi dilakukan dengan
tiga kali ulangan. Setelah itu, plate disimpan di dalam ruangan inkubasi yang
bertemperatur (37 oC) selama 5 menit. Selanjutnya, ditambahkan substrat (2 mM L-
tirosin dan 12 mM L-DOPA) sebanyak 110 µL ke dalam tiap-tiap lubang sumur.
Kemudian disimpan kembali plate tersebut ke dalam ruang inkubasi selama 30
menit. Panjang optik dari tiap sumur kemudian ditentukan menggunakan multi-well
reader pada panjang gelombang 492 nm. Selanjutnya, konsentrasi dari masing-
masing ekstrak yang dapat menghambat setengah dari aktivitas tirosinase (IC50)
tersebut ditentukan dengan cara membandingkan absorbans sampel tanpa
penambahan ekstrak dengan penambahan ekstrak pada panjang gelombang 492 nm.
Cara perhitungan absorbans menggunakan rumus:
Absorbansi difenol-sampel= C – A
Keterangan: C= Difenolase, A= Sampel+enzim
Cara menghitung % penghambatan menggunakan rumus sebagai berikut:
% Inhibisi difenolase = %100A
AA
difenol blangko
difenoldifenol blangko
% Inhibisi monofenolase = %100A
AA
monofenol blangko
monofenolmonofenol blangko
Reaksi yang terjadi antara enzim tirosinase dengan substrat L-tirosin atau L-
DOPA akan menghasilkan produk dopakrom yang selanjutnya akan membentuk
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 13/61
8
melanin. Pembentukan dopakrom dapat terlihat dengan adanya warna cokelat pada
saat pengujian (Gambar 2).
Pengujian ini menggunakan asam kojat sebagai kontrol positif dan diuji pada
konsentrasi 7,8125-500 µg/mL. Asam kojat dipilih karena merupakan inhibitor
tirosinase yang memiliki daya hambat dan kestabilan paling tinggi dalam suatu
kosmetik pencerah kulit (Miyazawa et al . 2006).
Gambar 1. Pengukuran aktivitas antioksidan berdasarkan perubahan warna ungumenjadi warna lainnya setelah pemberian madu.
Gambar 2. Pengukuran aktivitas antitirosinase berdasarkan perubahan warna
menjadi coklat setelah pemberian madu.
pencokelatan
Perubahan warna dari ungu
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 14/61
9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Proksimat madu
3.1.1. Kadar air
Kadar air kedelapan jenis madu hutan bervariasi antara 18,8% hingga 28,9%.
Hanya madu JMHS, APDS, dan KTMHUK yang memenuhi SNI 3545-2013 karena
kadar airnya kurang dari kadar air yang dipersyaratkan SNI, yaitu di bawah 22%
(Tabel 2). Hal ini berarti ketiga jenis madu aman untuk disimpan lebih lama. Akan
tetapi, kelima jenis madu hutan lainnya terutama madu JMHU yang mengandung air
tertinggi (kadar air 28,9%) kurang tahan lama disimpan. Kadar air dalam madu
mempengaruhi umur simpan madu karena madu dengan kandungan air lebih dari18% beresiko mengalami fermentasi (Saragih et al. 1981).
3.1.2. Kadar abu
Kadar abu merupakan cerminan dari kandungan mineral yang terdapat di
dalam madu. Hasil analisis seperti tertera pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar
abu kedelapan jenis madu hutan bervariasi, yaitu 0,15-1,13%. Keragaman kadar abu
madu ini dipengaruhi oleh kandungan mineral tanah tempat pohon yang menjadi
sumber nektar lebah itu tumbuh. Oleh karena itu kadar mineral madu tidak selalu
sama, tergantung pada sumber-sumber mineral dari tanah (Antari et al. 2013).
Berdasarkan besaran nilai kadar abunya, maka hanya madu JMHU, APMTN,
dan JMM yang memenuhi standar mutu SNI 3545-2013 karena kadar abunya <
0,5%. Kadar abu tertinggi dimiliki oleh madu APDS (1,136%), diikuti madu JMHS,
KTMHUK, Gopaktan, dan Boin aning dengan nilai kadar abu berturut-turut 0,86%,
0,62%, 0,6%, dan 0,57%. Tingginya kadar abu ini berkorelasi positif dengan
kandungan mineral madu. Penelitian Sari et al . (2013) melaporkan bahwa semakin
tinggi kadar abu terbukti kandungan mineral seperti natrium, kalium, besi, dan
mangan yang semakin tinggi pula. Madu KTMHUK mengandung abu 1,6% terbukti
mengandung natrium dan kalium 25,3 dan 372 mg/100 g madu, sedangkan madu
APDS yang berkadar abu 0,75% mengandung natrium dan kalium 17,6 dan 164
mg/100 g madu dan madu JMHS dengan kadar abu 0,53% mengandung natrium dan
kalium 6,87 dan 113 mg/100 g madu. Natrium dan kalium sangat dibutuhkan oleh
tubuh. Taksiran kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 500
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 15/61
10
mg sebab jika dikonsumsi secara berlebihan tidak baik untuk kesehatan. Antari et al.
(2013) menyatakan bahwa batas konsumsi garam dapur menurut WHO adalah
maksimum 6 g (ekivalen dengan 2400 mg natrium), sedangkan kebutuhan minimum
akan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg sehari.
3.1.3. Kandungan protein
Tabel 2 menunjukkan bahwa protein di dalam kedelapan jenis madu hutan
beragam (0,36-0,87%). Nilai protein madu tertinggi adalah madu JMHU (0,87%),
sedangkan madu JMM mengandung protein terendah (0,36%). Hanya madu JMHU
dan madu APMTN (0,82%) yang kandungan proteinnya jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan madu-madu yang berasal dari luar negeri (rata-rata 0,5%).
Namun, kontribusi protein dalam madu tersebut untuk memenuhan kebutuhan
protein manusia tergolong kecil karena recommended daily intake (RDI) protein
adalah 13-59% (Bogdanov et al. (2008). Meskipun kandungan protein dalam madu
tergolong kecil, tetapi protein madu terdiri dari asam amino bebas yang mampu
membantu penyembuhan penyakit, dan bahan pembentukan neurotransmitter atau
senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak.
3.1.4. Kandungan karbohidratKomponen utama madu adalah karbohidrat dari golongan monosakarida yang
terdiri atas jenis gula glukosa dan fruktosa. Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan
total gula kedelapan madu hutan tersebut adalah 70,1-79,8%, dengan kandungan gula
tertinggi adalah madu JMHS, sedangkan madu JMHU mengandung total gula
terendah. Berdasarkan nilai kandungan gulanya, kedelapan madu hutan memenuhi
standar SNI 3545-2013 karena kandungan gulanya lebih dari 65%. Kandungan gula
kedelapan madu masih tergolong lebih tinggi dibandingkan kandungan total madu
akasia yang berasal dari Malaysia (62,3-70,1%), tetapi lebih rendah bila
dibandingkan dengan madu akasia asal Pakistan yang mengandung gula 81,4%
(Moniruzzaman et al. 2013). Dalam proses pencernaan, asupan madu yang
mengandung karbohidrat utama seperti fruktosa dan glukosa dengan cepat diangkut
ke dalam darah dan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan energi manusia. Dosis
harian 20 g madu akan memenuhi sekitar 3% kebutuhan energi harian (Singh et al.
2012).
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 16/61
11
Tabel 2. Analisis proksimat 8 jenis madu hutan anggota JMHI
No Jenis madu Kadar air (%) Kadar abu
(%)
Protein
(%)
Lemak
(%)
Karbohidrat
(%)
Energi
(Kal/100 g)
1 JMHS
(Sumbawa /NTB)
Dian Niaga Jakarta
18,8 0,86 0,42 0,13 79,8 322
2 APDS (Danau Sentarum) 19,2 1,13 0,36 0,10 79,2 319
3 Gapoktan Rita Bala (Flores/NTT 23,6 0,60 0,39 0,0 75,4 303
4 APMTN
(Tesso Nilo)
23,4 0,22 0,82 0,00 75,6 312
5 KTMHUK
(Ujung Kulon
21,6 0,62 0,51 0 77,4 312
6 JMHU
(Uessi/SulTra)
28,9 0,15 0,87 0,00 70,1 284
7 JMM
(Mutis/NTT)
23,8 0,43 0,36 0,21 75,2 304
8 JMH (Sumbawa/NTB)
Boan Aning
22,1 0,57 0,48 0,23 76,6 310
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 17/61
12
3.2. Fitokimia Madu
Fitokimia yang dimaksudkan di sini adalah senyawa kimia hasil metabolisme
sekunder pohon (zat ekstraktif) yang terbawa ke dalam madu akibat aktivitas lebahmadu memakan nektar yang berasal dari pohon. Oleh karena itu, sumber nektar yang
berbeda akan menghasilkan madu dengan kandungan fitokimia yang berbeda.
3.2.1. Analisis kualitatif
Berdasarkan hasil analisis fitokimia, kedelapan jenis madu hutan terdeteksi
mengandung senyawa fitokimia dari kelompok flavonoid dan saponin dengan
intensitas deteksi yang beragam. Hanya madu JMHS, APDS, JMM, dan JMH Boan
Aning yang terdeteksi mengandung triterpenoid dan hanya madu JMHS dan APDS
yang terdeteksi mengandung alkaloid dengan intensitas deteksi yang lemah. Akan
tetapi, kedelapan madu tidak mengandung p-hidroqinon, steroid dan tanin (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil analisis fitokimia secara kualitatif
No Jenis madu Kelompok senyawa
Flavo
Noid
Triter
Penoid
Saponin Tanin Alkaloid Steroid P-
hidrokion
1 JMHSDian Niaga
++ + + - + - -
2 APDS (Danau
Sentarum)
++ + ++ - + - -
3 Gapoktan Rita
(Flores/NTT
++++ - + - - - -
4 APMTN
(Tesso Nilo)
++ - + - - - -
5 KTMHUK
(Ujung kulon)
++ - ++ - - - -
6 JMHU
(Uessi/SulTra)
+++ - + - - - -
7 JMM
(Mutis/NTT)
++ + + - - - -
8 JMH
Boan Aning
++ + + - - - -
Keterangan: ++++: Terdeteksi sangat kuat +++: Terdeteksi kuat ++: Terdeteksi sedang
+: Terdeteksi lemah -: Tidak terdeteksi
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 18/61
13
Pada pengujian ini, madu APMTN dan madu KTMHUK tidak terdeteksi
mengandung alkaloid dan triterpenoid, sedangkan Sari et al. (2013) kedua jenis
madu tersebut terdeteksi mengandung alkaloid dan triterpenoid. Perbedaan tersebut
dapat terjadi karena perbedaan jenis nektar dan kadar air madu. Sumber nektar dari
madu KTMHKU pada penelitian ini adalah kiganik, sedangkan nektar madu
KTMHUK penelitian Sari et al. (2013) adalah salam. Madu APMTN dan
KTMHUK pada penelitian ini berkadar air 23,4% dan 21,6%, sedangkan madu
tersebut pada penelitian Sari et al. (2013) lebih rendah yaitu 17% dan 17,4%. Oleh
karena pengujian ini merupakan pengujian secara kualitatif dimana deteksi
kandungan senyawa berdasarkan warna yang ditimbulkan, maka pada kadar air
yang rendah madu terdeteksi dengan intensitas lemah mngandung alkaloid dan
triterpenoid, pada kadar air yang lebih tinggi menjadi tidak terdeteksi.
3.2.2. Analisis kuantitatif
3.2.2.1. Kandungan Fenolat Total
Kandungan nutrisi dalam madu yang berfungsi sebagai antioksidan adalah
vitamin C, asam organik, enzim, asam fenolat, flavonoid dan beta karoten yang
bermanfaat sebagai antioksidan tinggi. Adapun jenis-jenis senyawa fenolat yang
menyusun sebagian besar madu di berbagai negara terutama adalah asam galat, asam
sinamat, pinokembrin, krisin, dan kumarin (Hussein 2011). Untuk itu, ada korelasi
positif antara kandungan fenolat total dengan aktivitas antioksidan. Kandungan
fenolat total dalam madu dinyatakan dalam GAE ( gallic acid equivalent) yaitu
jumlah kesetaraan mg asam galat dalam 1 kg madu.
Kandungan senyawa fenolik total dari 8 jenis madu hutan Indonesia dalam 1
kg madu yang beragam, yaitu 170-330 mg GAE. Kandungan total fenolat madu
hutan Indonesia tertinggi adalah madu Gapoktan Rita Bala (Flores/NTT, sedangkan
kandungan total fenolat terendahnya adalah madu hutan dari JMM (Mutis/NTT)
(Tabel 4). Perbedaan kandungan total fenolat ini dipengaruhi perbedaan jenis
nektarnya (Tabel 1). Hal ini dipertegas oleh hasil analisis Zegarat et al. (2009),
bahwa total fenolat dari 11 jenis madu monofloral dan 7 heteroflora yang berasal
dari Kroasia bervariasi diantara 12,64-90,57 mg GAE/100 g madu, dengan total
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 19/61
14
fenolat rata-rata madu monofloral 42,24 mg GAE/100 g) dan madu heterofloral
58,75 mg GAE/100 g).
Tabel 4. Hasil analisis kandungan total fenolat madu hutan Indonesia dan maduimpor
No Jenis madu Kandungan total fenolat
(mg GAE/kg madu)
1 JMHS (Sumbawa /NTB)
Dian Niaga Jakarta
310
2 APDS (Danau Sentarum) 280
3 Gapoktan Rita Bala (Flores/NTT 330
4 APMTN
(Tesso Nilo)
220
5 KTMHUK
(Ujung Kulon
180
6 JMHU
(Uessi/SulTra)
220
7 JMM
(Mutis/NTT)
170
8 JMH (Sumbawa/NTB)
Boan Aning
230
9 Neetflor ( Acacia honey) Impor dari
Switzerland
100
10 Alshifa import dari Arab Saudi 230
Selain dipengaruhi oleh jenis nektar, kandungan total fenolat madu juga
dipengaruhi kondisi tempat tumbuh, yaitu kondisi tanah, iklim, dan letak geografis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa madu akasia yang diimpor dari Switzerland
(Nectaflor®) mengandung total fenolat 100 mg GAE/kg madu. Akan tetapi,
penelusuran pustaka menunjukkan bahwa madu akasia yang berasal dari negara
lainnya mengandung total fenolat yang sangat bervariasi. Madu akasia yang berasal
dari Malaysia, Itali, Slovenia, Polandia, dan Jerman memiliki kandungan total
fenolat berturut-turut 233 mg GAE/kg, 55 mg GAE/kg, 26-68 mg GAE/kg, 325 mg
GAE/kg, dan 628 mg GAE/kg (Moniruzzaman 2013). Bahkan Krpan et al. (2009)
melaporkan bahwa madu akasia yang berasal dari 30 lokasi tempat tumbuh di satu
negara, yaitu Kroasia mengandung total fenolat yang beragam, yaitu 32-80 mg
GAE/kg. Kandungan madu tualang yang sama-sama berasal dari Malaysia ternyata
mengandung total fenolat yang juga bervariasi. Kihore et al. (2011) melaporkan
bahwa madu tualang mengandung total fenolat 839 mg GAE/kg, sedangkan
Mohamed et al. (2010) dan Moniruzzaman et al. (2013) melaporkan bahwa madu
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 20/61
15
tualang asal Malaysia juga mengandung total fenolat yang lebih rendah, yaitu 353
mg GAE/kg dan 252 mg GAE/kg. Kishore et al . (2011) menyatakan bahwa madu dari
lebah dorsata seperti tualang dan madu hutan mengandung asam fenolat seperti asam
galat, asam siringat, asam benzoat, asam trans sinamat, asam fumarat dan asam kafeat serta
senyawa flavonoid seperti katekin, kaempferol, naringenin, luteolin, dan apigenin.
Kandungan fenolat madu hutan Indonesia tertinggi adalah madu Gapoktan
Rita Bala (Flores/NTT) (Tabel 4). Akan tetapi penelusuran pustaka menunjukkan
bahwa kandungan senyawa fenolik madu Gapoktan ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan madu randu dan madu kelengkeng asal Indonesia (1380 dan
1140 mg GAE/kg) (Ratnayani et al. 2012), madu tualang dan gelam asal Malaysia
(840 dan 740 mg GAE/kg) (Kishore et al. 2011), madu tualang Malaysia (353 mgGAE/kg) (Moniruzzaman et al. 2013), madu Algeria (460 mg GAE/g) (Khalil et al
2012), dan madu Manuka (530 mg GAE/ g) (Khalil et al. 2011).
Hasil analisis kimia secara bersamaan antara madu hutan Indonesia dengan 2
jenis madu impor (Tabel 1) menunjukkan bahwa semua jenis madu hutan Indonesia
yang diujikan ini mengandung fenolat total yang lebih tinggi dibandingkan madu
akasia yang diimpor dari Switzerland (Nectaflor®) yang hanya mengandung fenolat
total 100 mg GAE/kg. Hasil analisis yang dilakukan ini juga menginformasikan
bahwa kandungan total senyawa fenolat madu JMHS Dian Niaga (Sumbawa /NTB),
APDS (Danau Sentarum), dan Gapoktan Rita Bala (Flores/NTT) lebih tinggi
dibandingkan madu import dari Arab Saudi (Alshifa®), sedangkan kandungan
fenolat madu Boan Aning setara dengan madu Alshifa®. Berdasarkan penelusuran
pustaka, beberapa jenis madu hutan asal Indonesia ini megandung total fenolat yang
lebih tinggi dari madu asal Australia karena Bruce (2005) melaporkan bahwa total
fenolat pada beberapa madu flora Australia bervariasi antara 14- 195,96 mg GAE/kg.
Hal ini menunjukkan bahwa ditinjau dari kandungan total fenolatnya, madu impor
dengan harga yang jauh lebih tinggi belum tentu lebih baik dibandingkan madu hutan
Indonesia.
3.2.2.2. Komposisi fitokimia madu
Analisis kuantitatif menggunakan data spektrum dari alat kromatograf gas-
spektrometer massa pirolisis merk Shimadzu Pyr-GCMS QP2010 dengan kolom
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 21/61
16
kapiler kuarsa yang dilapisi resin poliamida. Hasil analisis GCMS menunjukkan
bahwa terdapat senyawa yang hanya terdeteksi terdapat di dalam suatu madu dan
tidak terdapat di dalam jenis madu lainnya Sebagai contoh adalah madu JMHS yang
terdeteksi mengandung aziridine, champor, cyclopentanone, dan morpholine.
Senyawa-senyawa tersebut tidak terdeteksi terdapat pada madu hutan lainnya.
Demikian pula halnya dengan dimethyl piperazine yang hanya terdeteksi pada madu
APDS (Tabel 5). Akan tetapi hasil analisis GC-MS ini perlu divalidasi kembali
dengan hasil analisis GCMS dari ekstrak madunya, karena pada penelitian ini
menggunakan madu murni yang sebagian besar mengandung gula sehingga senyawa
potensial yang dapat digunakan sebagai fingerprint untuk membedakan jenis madu
yang satu dengan lainnya bisa saja terdeteksi dengan intensitas yang rendah atau
bahkan menjadi tidak terdeteksi. Oleh karena itu, kegiatan untuk mendeteksi
keaslian madu yang berasal dari nektar tertentu dari fingerprint senyawa volatil
dalam madu yang menghasilkan aroma khas tersebut perlu dikaji kembali dengan
hasil analisis GCMS dari hasil ekstraksi madunya seperti yang telah dilakukan oleh
Aliferis et al . (2010).
3.3. Aktivitas antikanker madu
Aktivitas antikanker madu ditunjukkan dari kemampuan madu bersifat anti
proliferasi sel, yaitu menghambatan pembelahan dan pertumbuhan sel kanker.
Berdasarkan uji antiproliferasi sel secara in vitro, kedelapan madu hutan asal
Indonesia menunjukkan adanya aktivitas antikanker payudara dan serviks karena
peningkatan konsentrasi madu telah meningkatkan persentase penghambatan sel
kanker kanker payudara dan sel kanker serviks yang lebih tinggi dibandingkan sel
normal. Pada konsentrasi madu 2,5%, persentase penghambatan proliferasi sel
kanker payudara MCF-7 dan serviks berturut-turut adalah 39,95-87,14% dan 13,6-
58,96%, sedangkan sel normalnya lebih rendah, yaitu 4,2-25,53%. Peningkatan
konsentrasi madu menjadi 5% telah meningkatkan persentase penghambatan
proliferasi sel kanker payudara MCF-7 dan sel kanker serviks menjadi 74,76-
91,33% dan 43,2-95,54%, tetapi peningkatan persentase penghambatan sel normal
hanya menjadi 14,2-44,84% (Gambar 3 dan 4).
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 22/61
17
Tabel 5. Komposisi kimia madu hutan berdasarkan analisis GC-MS pirolisis
Jenis senyawa
Konsentrasi relatif (%)
JMHS APDS Gapoktan APMTN KTMHUK JMHU JMM JMH Boan
Aning
Acetoxypyridine - - - - - - - 0,92
Aziridine (alkaloid) 2,24 - - - - - - -
Bilorin (formic acid) 3,27 2,19 0,87 2,30 5,65 5,04
3-bromo-5,5-dimethyl-
cyclohex-2-enol
- 0,82 - - 0,29 - - -
Capric acid - - - - - - 1,48
Champor 2,29 - - - - - - -
Corylon - 2,29 - 1,2 2,62 - - -
1,3-Cyclopentenedione 1,14 - 3,12 - 1,13 - 0,62 0,85
Cyclopentanone 1,75 - - - - - - -
Dimethylpiperazine - 1,7 - - - - - -
2-diethoxy-4-
ethylbenzene
0,89 - - - - - - -
Ethylic acid 4,86 3,48 9,91 0,48 3,92 8,35 3,19 15,33
Ethyl linoleat - - 1,57 - - - - -
Ethyl vinyl ketone - - - - - - 0,26 0,72
Furfural alkohol 2,04 2,78 2,78 0,66 3,63 - 2.14 3,6
Furoic acid 1,63 0,54 1,31 0,30 2,18 - 1,67 1,58
Milchsaeure - - 1,14 - - - - -
Morpholine 1,01 - - - - - - - Ketoisophorone - 0,69 - - 1,08 - - -
Palmitic acid - - - - - 0,53 - -
Orcinol - - - - - - - -
Triedeuteroacetonitrile - - - - - 0,5 - -
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 23/61
18
Gambar 3. Grafik hubungan konsentrasi madu dengan persentase penghambatan
proliferasi sel kanker serviks Hela (a), sel kanker payudara MCF-7 (b), dan sel
normal Vero (c).
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 24/61
19
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 4. Penampakan pertumbuhan sel kanker setelah 48 jam pemberian madu
(a) sel serviks Hela kontrol/tidak terhambat, (b) sel serviks Hela terhambat 24%, (c)
sel serviks Hela terhambat 74%, (d) sel payudaraMCF-7 kontrol/tidak terhambat, (e)
sel payudaraMCF-7 terhambat 36%, (f) sel sel payudaraMCF-7 terhambat 88%.
Berdasarkan pengolahan data konsentrasi madu dan persentase penghambatan
proliferasi sel menggunakan Curve Expert 1.4, IC50 dapat ditentukan. Nilai IC50 menggambarkan konsentrasi madu yang menghambat pertumbuhan 50% sel uji dan
morfologi sel menjadi abnormal. Artinya, semakin rendah nilai IC50 maka aktivitas
antikankernya semakin tinggi.
Gambar 5. Aktivitas antikanker serviks Hela dan payudara MCF-7 dari delapan
jenis madu hutan Indonesia dan dua jenis madu impor berdasarkan nilai IC50..
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 25/61
20
Gambar 5 menunjukkan bahwa kecuali madu JMHU, ketujuh jenis madu hutan
Indonesia memiliki aktivitas anti proliferasi sel kanker payudara MCF7 yang lebih
tinggi dibandingkan terhadap sel kanker serviks Hela hal ini disebabkan oleh enzim-
enzim pemicu karsinogenetik sel kanker payudara berbeda baik jenis maupun
kadarnya dengan sel kanker serviks. Senyawa-senyawa bioaktif yang terkandung
dalam madu diduga lebih aktif dalam menjaga atau menghambat enzim-enzim
pemicu karsinogenik pada sel MCF7 dibandingkan sel HeLa. Senyawa yang
terkandung dalam madu diduga mengandung zat yang lebih aktif mencegah
degradasi p53 sehingga terjadi apoptosis. Selain itu, senyawa aktif dalam madu
mungkin mengandung senyawa yang lebih aktif dalam menghambat aktivasi protein
E6 dan E7 sehingga enzim telomerase yang membuat sel bersifat immortal menjadi
terhambat dan sel mati (Meiyanto et al. 2003). Mekanisme penghambatan proliferasi
sel kanker madu perlu diteliti lebih lanjut.
Gambar 5 menunjukkan bahwa madu yang memiliki aktivitas penghambatan
proliferasi sel kanker payudara MCF7 tertinggi adalah madu Gapoktan, diikuti
berturut-turut oleh madu APMTN, APDS, JMM, KTMHUK, JMHS, JMHU,
sedangkan madu Boan aning memiliki aktivitas penghambatan proliferasi sel kanker
payudara MCF 7 terendah. Aktivitas penghambatan proliferasi sel kanker payudara
MCF7 dari madu Gapoktan, APMTN, dan APDS lebih tinggi dibandingkan madu
akasia impor Neetflor. Selain ketiga jenis madu hutan Indonesia tersebut, madu
JMM dan madu JMHU juga memiliki aktivitas penghambatan proliferasi sel kanker
payudara MCF7 yang lebih tinggi dibandingkan madu impor Alshifa. Perbedaan
aktivitas antikanker ini disebabkan oleh perbedaan kandungan senyawa aktif
antikanker. Salah satu kelompok senyawa aktif yang berperan terhadap aktivitas
antikanker madu adalah kelompok senyawa fenolat. Madu Gapoktan mengandung
total fenolat tertinggi (Tabel 4) terbukti memiliki aktivitas antikanker payudara
MCF7 tertinggi pula. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Othman (2012) bahwa
beberapa senyawa fenolat sederhana hingga polifenol yang terdeteksi di dalam madu
seperti caffeic acid, caffeic acid phenyl esters, chrysin, galangin, quercetin,
kaempferol, acacetin, pinocembrin, pinobanksin, dan apigenin diduga berperan
sebagai agen preventif dan kuratif antikanker.
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 26/61
21
Penelitian Fauzi et al. (2011) melaporkan bahwa madu Tualang dari Malaysia
memiliki aktivitas antiproliferasi sel kanker payudara MCF7 dengan nilai IC50 2,4%.
Berdasarkan nilai IC50, aktivitas antikanker payudara dari madu Gapoktan, APMTN,
APDS, JMM, JMHS, dan KTMHUK pada penelitian ini lebih tinggi dari madu
tualang karena nilai IC50 < 2,4% (Gambar 5).
3.4. Aktivitas antioksidan madu
Tabel 6 menunjukkan bahwa semua madu yang diujikan memiliki aktivitas
antioksidan. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya aktivitas penangkapan radikal
bebas akibat meningkatnya konsentrasi madu. Namun, persentase penangkapan
radikal antar madu berbeda. Persentase penangkapan radikal DPPH tertinggi terjadi pada konsentrasi madu 8000 µg/mL, yaitu 26-51%. Perbedaan persentase
penangkapan radikal bebas menunjukkan aktivitas antioksidan kesepuluh jenis madu
yang diujikan berbeda. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada
madu floral Australia dan Malaysia bahwa sumber nektar yang berbeda
menghasilkan madu dengan kandungan total fenolat yang berbeda dan berimplikasi
terhadap aktivitas antioksidan yang juga berbeda (Bruce 2005 dan Kishore et al.
2011).
Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi
madu 8000 µg/mL, persentase penangkapan radikal DPPH sekitar 26-51%.
Persentase penangkapan radikal ini lebih rendah dari yang dilaporkan Ratnayani et
al. (2012) bahwa madu randu dan madu kelengkeng pada konsentrasi 8000 µg/mL
mampu meredam DPPH sebesar 95 dan 62%. Hal ini menunjukkan bahwa madu
randu dan madu kelengkeng memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
dibandingkan kedelapan madu hutan yang diujikan ini. Tingginya aktivitas
antioksidan madu randu dan madu kelengkeng disebabkan oleh lebih tinggi
kandungan total fenolatnya, yaitu 1380 dan 1140 mg GAE/kg, sedangkan kedelapan
madu hutan Indonesia mengandung total fenolat hanya 170-330 mg GAE/kg.
Interpolasi antara konsentrasi madu dengan persentase penangkapan radikal
bebas DPPH menghasilkan persamaan regresi. Dari persamaan regresi tersebut,
penghitungan konsentrasi madu yang dapat meredam 50% radikal DPPH
menghasilkan nilai EC50. Semakin rendah nilai EC50 madu menunjukkan aktivitas
antioksidan yang semakin tinggi. Persamaan regresi dari interpolasi konsentrasi
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 27/61
22
madu dengan persentase penangkapan radikal DPPH dan nilai EC50 madu hutan
Indonesia disajikan pada Tabel 7.
Tabel 6. Persentase penangkapan radikal bebas DPPH pada berbagai konsentrasi
madu
NO Jenis madu
Persen penangkapan radikal bebas DPPH (%)
125
(µg/ml)
250
(µg/ml)
500
(µg/ml)
1000
(µg/ml)
2000
(µg/ml)
4000
(µg/ml)
8000
(µg/ml)
1 JMHS
(Sumbawa)
Dian Niaga
9 15 16 18 18 28 45
2 APDS (Danau
Sentarum) 8 9 10 14 18 28 35
3 Gapoktan Rita
Bala(Flores/NTT 7 8 9 14 18 30 51
4 APMTN
(Tesso Nilo) 12 13 13 14 15 25 33
5 KTMHUK
(Ujung Kulon 6 7 10 12 13 21 31
6 JMHU
Uessi/SulTra 10 11 14 15 16 21 35
7 JMM
(Mutis/NTT) 12 12 13 13 16 25 29
8 JMH
(Sumbawa/Boan Aning
9 10 9 15 20 25 33
9 Neetflor
Acacia honey 2 6 13 16 17 19 26
10 Alshifa dari
Arab Saudi4 9 9 14 17 30 41
Tabel 7 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan kedelapan jenis madu
hutan asal Indonesia ini beragam seperti yang ditunjukkan dari nilai EC50, yaitu
9248,3-15915,0 µg/mL. Madu JMHS Dian Niaga memiliki aktivitas antioksidantertinggi, diikuti oleh Gapoktan Rita (Flores/NTT), APDS (Danau Sentarum), JMH
(Sumbawa/ Boan Aning), JMHU Uessi/SulTra, KTMHUK (Ujung Kulon, APMTN
(Tesso Nilo), dan aktivitas antioksidan terendah adalah maduJMM (Mutis/NTT).
Perbedaan aktivitas antioksidan madu tersebut dipengaruhi oleh kandungan total
fenolatnya. Menurut Gordon (2001), senyawa fenolat berfungsi sebagai antioksidan
karena kemampuannya dalam memberikan atom hidrogen secara cepat kepada
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 28/61
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 29/61
24
kumarat, isoramnetin, krisin, kuersetin, galangin, luteolin, kaempferol, dan alangin
yang bersifat antioksidan.
Gambar 6. Korelasi antara kandungan total fenolat madu dengan aktivitas
antioksidannya (nilai EC50)
Berdasarkan nilai EC50, kedelapan madu hutan Indonesia yang diteliti
bersama-sama dengan 2 jenis madu import memiliki aktivitas antioksidan yang
lebih tinggi dari madu akasia Nectaflor® asal Switzerland dan hanya madu JMM
(Mutis/NTT), APMTN (Teso Nilo), dan KTMHUK (Ujung Kulon) dengan aktivitas
antioksidan yang lebih rendah dari madu Alshifa® yang diimpor dari Arab Saudi
(Tabel 7). Akan tetapi, kedelapan jenis madu hutan ini memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih rendah dari madu tualang dan gelam asal Malaysia karena
nilai EC50 kedelapan jenis madu hutan ini lebih rendah dari madu tualang dan gelam
tersebut. Kishore et al. (2011) melaporkan bahwa madu tualang dan gelam dengan
kandungan total fenolat 839 mg GAE/kg dan 741 mg GAE/kg madu berdasarjan uji
antioksidan terhadap radikal DPPH memiliki nilai EC50 5,8 mg/mL (5800 µg/mL)dan 6,68 mg/mL (6680 µg/mL).
Berdasarkan uji secara in vitro , kedelapan madu hutan bersifat antioksidan.
Namun, dosis efektif madu memiliki aktivitas antioksidan tersebut perlu diuji secara
in vivo. Rahma et al. (2014) melaporkan bahwa MDA mencit yang diberi madu
hutan Sulawesi Selatan selama 15 hari dengan dosis 0,26 mg/20 gBB/hari turun dari
0,80 menjadi 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan madu yang
dibuktikan secara in vitro juga efektif bersifat antioksidan berdasarkan uji in vivonya.
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 30/61
25
3.5. Aktivitas inhibitor tirosinase madu
Gambar 7 menunjukkan bahwa semua madu yang diujikan memiliki aktivitas
menghambat aktivitas enzim tirosinase penyebab pencoklatan kulit. Hal ini
ditunjukkan oleh meningkatnya aktivitas penghambatan enzim tirosinase akibat
meningkatnya konsentrasi madu.. Pada konsentrasi madu 625 µg/mL, persentase
penghambatan enzim tirosinase pada reaksi monofenolase dan difenolasenya hanya
8,21-31,91% dan 0,84-32,19%, tetapi peningkatan konsentrasi madu menjadi 5000
µg/mL persentase penghambatan enzim tirosinase pada reaksi monofenolase dan
difenolasenya menjadi 40,89-90,48% dan 41,07-77,73%. Persentase penghambatan
aktivitas enzim tirosinase tertinggi terjadi pada konsentrasi madu 1000 µg/mL, yaitu
90,6-100% untuk reaksi monofenolase, dan 85,36-100% untuk reaksi difenolase.
Namun, persentase penghambatan kerja enzim tirosinase antar madu berbeda.
Perbedaan persentase penghambatan enzim tirosinase menunjukkan aktivitas
antitirosinase kesepuluh jenis madu yang diujikan berbeda.
Berdasarkan pengolahan data konsentrasi madu dan persentase penghambatan
kerja enzim tirosinase menggunakan Curve Expert 1.4, IC50 dapat ditentukan. Nilai
IC50 menggambarkan konsentrasi madu yang menghambat kerja enzim tirosinase
dalam memproduksi melamin pecoklat kulit sebesar 50%. Artinya, semakin rendah
nilai IC50 maka aktivitas antitirosinasenya semakin tinggi.
Berdasarkan nilai IC50, Gambar 8 memperlihatkan bahwa madu hutan
Indonesia yang memiliki aktivitas antitirosinase tertinggi adalah madu APDS,
diikuti oleh madu gapoktan, JMHU, APMTN, KTMHUK, Boan aning, JMHS, dan
JMM dengan nilai IC50 pada reaksi difenolase berturut-turut adalah 2407, 4457,
4486, 4576, 4609, 4885, 5030, dan 5450 µg/mL. Hanya madu APDS yang
memiliki aktivitas antitirosinase lebih tinggi dari madu impor Alshifa (nilai IC 50 4378 µg/mL), tetapi hanya madu JMM yang memiliki aktivitas antitirosinase lebih
rendah daripada madu impor Neetflor (nilai IC50 5352 µg/mL).
.
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 31/61
26
(a) Monofenolase
(b) Difenolase
Gambar 7. Grafik hubungan konsentrasi madu dengan persentase penghambatan
enzim tirosinase pemicu pencoklatan kulit (a) pada reaksi monofenolase (merubah
Litirosin menjadi L-DOPA), dan b) pada reaksi difenolase (merubah L-DOPA
menjadi dopakuinon pembentuk melamin).
Gambar 8. Aktivitas antitirosinase dari delapan jenis madu hutan Indonesia dan dua
jenis madu impor berdasarkan nilai IC50..
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 32/61
27
Kesepuluh jenis madu yang diujikan ini memiliki aktivitas yang jauh lebih
rendah dibandingkan kontrol positif, yaitu asam kojat. Hal ini ditunjukkan dari nilai
IC50. Nilai IC50 kesepuluh madu adalah 2010-5146 µg/mL untuk reaksi
monofenolase, dan 2407-5450 µg/mL untuk reaksi difenolase, sedangkan asam kojat
memiliki nilai IC50 65 µg/mL untuk reaksi monofenolase, dan 203 µg/mL untuk
reaksi difenolase. Golongan senyawa yang diduga memiliki aktivitas sebagai anti
tirosinase adalah flavonoid, sesuai dengan pernyataan Chang (2009) bahwa senyawa
golongan flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa yang aktif sebagai
penghambat tirosinase. Nangka ( Artocarpus sp.) juga memiliki potensi sebagai anti
tirosinase karena mengandung senyawa fenol dari golongan flavonoid yang lebih
besar dibandingkan senyawa non fenol dari golongan triterpenoid dan steroid
(Nomura & Aida dalam Al-Ash’ary et al . 2010). Tabel 3 dan 4 memperkuat alasan
tersebut, karena madu APDS dan Gapoktan terdeteksi mengandung flavonoid dengan
intensitas kuat dan sangat kuat, dan dibuktikan dengan kadar fenolat totalnya.
Senyawa-senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid dan berperan sebagai
penghambat tirosinase diantaranya adalah kuersetin (5,7,3',4'-tetrahidroksiflavonol),
mirisetin (5,7,3',4',5'-pentahidroksi-flavonol), kaemferol (5,7,4'-trihidroksiflavonol),
galangin (5,7-dihidroksiflavonol), morin, buddlenoid A, dan buddlenoid B ( Xie et
al. dalam Chang 2009).
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 33/61
28
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis proksimat, kedelapan jenis madu hutan asal Indonesia
memiliki kadar air 18,8-28,9%, kadar abu 0,15-1,13%, protein 0,36-0,87%, lemak0-0,23%, karbohidrat 70,1-79,8%, dan energi 284-322 kalori/100 g madu.
Kedelapan jenis madu hutan terdeteksi mengandung flavonoid dan saponin.
Hanya madu JMHS, APDS, JMM, dan JMH Boan Aning yang terdeteksi
mengandung triterpenoid, dan hanya madu JMHS dan APDS yang terdeteksi
mengandung alkaloid. Kedelapan madu tidak mengandung p-hidroqinon, steroid
dan tanin. Kandungan senyawa fenolik total kedelapan jenis madu tersebut
beragam, yaitu 170-330 mg GAE/kg madu . Total fenolat tertinggi adalah MaduGapoktan, sedangkan madu JMM mengandung total fenolat terendah.. Analisis GC-
MS dapat dijadikan sebagai fingerprint untuk mengetahui asal/ otentifikasi madu.
Madu hutan Indonesia memiliki aktivitas antikanker payudara MCF7 yang
lebih tinggi dibandingkan antikanker serviks Hela. Madu Gapoktan memiliki
aktivitas antikanker payudara MCF7 tertinggi, diikuti oleh madu APMTN, APDS,
JMM, KTMHUK, JMHS, JMHU dan Boan aning dengan nilai IC50 berturut-turut
0.44, 1.10, 1.49, 1.55, 1.82 , 1.97, 2.79, dan 3.10%, sedangkan nilai IC50
madu impor Neetflor dan Alshifa adalah 1,50 dan 1,83% . Madu Gapoktan
memiliki aktivitas antikanker serviks Hela tertinggi, diikuti oleh madu JMHU,
APDS, Boan aning APMTN, KTMHUK, JMM, dan JMHS dengan nilai IC50
berturut-turut 1.61, 2.30, 3.31, 3.66, 4.31, 4.54, 5.54, dan 5.27%, sedangkan nilai
IC50 madu impor Neetflor dan Alshifa adalah 3,69 dan 3,97% .
Kedelapan madu memilki potensi sebagai antiaging dengan aktivitas
antioksidan beragam dengan nilai EC50 9248,3-15915,0 µg/mL, sedangkan nilai
EC50 madu impor Neetflor dan Alshifa adalah 17149,4 dan 13856,2 µg/mL. Madu
JMHS memiliki aktivitas antioksidan tertinggi, diikuti oleh Gapoktan, APDS, Boan
Aning, JMHU, KTMHUK, APMTN, dan JMM.
Madu hutan Indonesia yang memiliki aktivitas antitirosinase tertinggi adalah
madu APDS, diikuti oleh madu gapoktan, JMHU, APMTN, KTMHUK, Boan
aning, JMHS, dan JMM dengan nilai IC50 pada reaksi difenolase berturut-turut
adalah 2407, 4457, 4486, 4576, 4609, 4885, 5030, dan 5450 µg/mL. Nilai IC50
madu impor Alshifa dan Neetflor adalah 4378 dan 5352µg/mL).
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 34/61
29
DAFTAR PUSTAKA
Aliferis KA, Tarantilis PA, Harizanis PC, Alissandrakis E. 2010. Botanical
discrimination and classification of honey samples applying gas
chromatography/mass spectrometry fingerprinting of headspace volatile
compounds. Food Chem. 121: 856 – 862.
Antary PSS, Ratnayani K, Laksmiwati AAIAM 2013. Nilai daya hantar listrik,
kadar abu, natrium, dan kalium pada madu bermerk di pasaran dibandingkan
dengan madu alami (lokal). Jurnal Kimia 7(2):172-180.
Bruce RDA. 2005. Antioxidants in Australian Floral Honeys – Identification of
Health-Enhancing Nutrient Components. Sidney: RIRDC publication.
Fauzi AN, Norazmi MN, Yaacob NS. 2011. Tualang honey induces apoptosis and
disrupts the mitochondrial membrane potential of human breast and cervical
cancer cell lines. Food Chem. Toxicol. 49: 871 – 878.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor: P.19/Menhut-Ii/2009 tentang Strategi
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Nasional. Jakarta: Kementerian
Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Kishore RK, Halim AS, Syazana MSN, Sirajudeen KNS. 2011. Tualang honey has
higher phenolic content and greater radical scavenging activity compared with
other honey sources. Nutrition Research 31:322 – 325.
Khalil MI, Sulaiman SA, Boukraa L. 2010. Antioxidant properties of honey and its
role in preventing health disorder. The Open Nutraceuticals J.10(3): 6-16.
Khalil MI, Alam N, Moniruzzaman M, Sulaiman S, Gan S. 2011. Phenolic acid
composition and antioxidant properties of Malaysian honeys. J Food Sci
76(6):C921 – C928.
Khalil MI, Moniruzzaman M, Boukraâ L, Benhanifia M, Islam MA, Islam MN,
Sulaiman SA, Gan SH. 2012. Physicochemical and antioxidant properties of
Algerian honey. Molecules 17:11199-11215. doi:10.3390/molecules
170911199.
Krpan M, Markovi K, Šaric G, Skoko B, Hrušk ar M, Vahčić N. 2009. Antioxidant
activities and total phenolics of acacia honey. Czech J. Food Sci. 27: S245-
S247.
Misiak IJ, Poliwoda A. Derea M, Kafarski P. 2011. Phenolic compounds and
abscisic acid as potential markers for the floral origin of two polish unifloral
honeys. Food Chem. doi:10.1016/j.foodchem.2011.09.083.
Moniruzzaman M, Sirajudeen KN, Swamy M, Yaacob NS, Sulaiman SA. 2010.
Studies on the antioxidant properties of Tualang honey of Malaysia. Afr J
Tradit Complement Altern Med.7(1):59 – 63.
Moniruzzaman M , Sulaiman SA, Azlan SAM, Gan SH. 2013. Two-year variations
of phenolics, flavonoids and antioxidant contents in acacia honey. Molecules
18:14694-14710; doi:10.3390/molecules181214694.
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 35/61
30
Othman NH. 2012. Honey and cancer: Sustainable inverse relationship particularly
for developing nations — a review. EBC Alt. Med. 2012:1-10.
doi:10.1155/2012/410406.
Rahma S, Natsir R, Kabo P. 2014. Pengaruh antioksidan madu dorsata dan madu
trigona terhadap penghambatan oksidasi ldl pada mencit hiperkolesterolemia.
JST Kesehatan 4(4):377 – 384.
Ratnayani K, Laksmiwati AM, Septian NPI. 2012. Kadar total senyawa fenolat
pada madu randu dan madu kelengkeng serta uji aktivitas antiradikal bebas
dengan metode DPPH (Difenilpikril Hidrazil). Jurnal Kimia 6 (2):163-168.
Singh MP, Chourasia HR, Agarwal M, Malhotra A, Sharma M , Sharma D, Khan S.
2012. Honey as complementary medicine: - a review. Internat. J Pharma
Bio Sci. 3(2): 12-31.
Wismoro S. 2013. Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu untuk Penguatan
Ekonomi Hijau. Jakarta: Satgas REDD.
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 36/61
31
Lampiran
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel Hela
No 1 UlanganAR rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.192 51.64 0.152 64.15 0.126 69.71 0.16 61.83
5 0.240 39.55 0.244 42.45 0.218 47.60 0.23 43.20
2.5 0.344 13.35 0.381 10.14 0.344 17.31 0.36 13.60
0 0.397 0.00 0.424 0.00 0.416 0.00 0.41 0.00
C I
Rational
Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 8.15E-10 X1
9.98194
5
b = 3.07E+00 X2
5.53650
3
c = -2.19E-01
d = 1.81E-02
No 2Ulanga
nAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.50.010
98.39
5 0.019 96.940 0.018 97.073
0.01
697.469
50.180
71.10
8 0.214 65.539 0.226 63.252
0.20
766.633
2.50.344
44.78
3 0.359 42.190 0.378 38.537
0.36
041.837
Cell
control 0.623 0.000 0.621 0.000 0.615 0.000
0.62
0 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 1.1E-07 X1 -8.73737
b = 32.24334 X2
3.30788
8
c = 0.45701
d = -0.0346
S = 5.36654843
r = 0.98408957
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
S = 2.59354969
r = 0.99824124
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 37/61
32
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel Hela
No 3Ulanga
n AR rataInhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.052 87.736 0.100 75.787 0.079 81.368 0.077 81.630
5 0.111 73.821 0.117 71.671 0.116 72.594 0.115 72.695
2.5 0.191 54.953 0.191 53.753 0.135 68.160 0.172 58.955
Cell
control 0.424 0.000 0.413 0.000 0.424 0.0000.420 0.000
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = -1.28E-10 X1
-30.149
3
b = 7.84E+01 X2
1.6128
97
c = 9.82E-01
d = -2.06E-02
No 4 UlanganAR rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.024 96.15 0.058 90.66 0.038 93.82 0.04 93.54
5 0.160 74.32 0.301 51.53 0.313 49.11 0.26 58.32
2.5 0.357 42.70 0.471 24.15 0.484 21.30 0.44 29.38
0 0.623 0.00 0.621 0.00 0.615 0.00 0.62 0.00
C I
Rational
Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)Coefficient Data:
a = 4.93E-09 X1
-
36.480
6
b = 12.78787 X2
4.3087
85
c = 0.051085
d = -0.00636
S = 5.02039722
r = 0.99180743
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
S = 8.64218549
r = 0.97999994
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 38/61
33
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel Hela
7.5 72.3
No 5
Ulanga
n AR rata Inhibrata
% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.073 84.599 0.103 75.359 0.107 77.893 0.094 79.284
5 0.157 66.878 0.169 59.569 0.191 60.537 0.172 62.328
2.5 0.456 3.797 0.403 3.589 0.327 32.438 0.395 13.275
Cell
control 0.474 0.000 0.418 0.000 0.484 0.0000.459 0.000
Rational
Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)Coefficient Data:
a = -3.7E-07 X1
9.41174
5
b =
2.38708
5 X2
4.54245
9
c =
-
0.27865
d = 0.02339
No 6Ulangan
AR rata Inhibrata
% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.149 64.953 0.142 65.617 0.149 64.929 0.146 65.167
5 0.171 59.670 0.165 60.048 0.161 62.028 0.166 60.582
2.5 0.202 52.358 0.189 54.237 0.224 47.170 0.205 51.255
Cell
control 0.424 0.000 0.413 0.000 0.424 0.0000.420 0.000
Rational
Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 5.51E-08 X1
-
62.5003
b = 7.24E+01 X2
2.30372
4
c = 1.03E+00
d = -6.95E-03
S = 1.94661129
r = 0.99814179
X Axis (units)
Y A
x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
S = 8.85990077
r = 0.97677145
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 39/61
34
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel Hela
No 7 Ulangan
AR rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.015 97.59 0.011 98.23 0.019 96.91 0.02 97.58
5 0.035 94.38 0.023 96.30 0.025 95.93 0.03 95.54
2.5 0.325 47.83 0.292 52.98 0.341 44.55 0.32 48.45
0 0.623 0.00 0.621 0.00 0.615 0.00 0.62 0.00
C I
Rational
Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a =
8.44E-
14 X1 15.28922
b =
13.3978
3 X2 2.565513
c =
-
0.18723
d =
0.02549
4
No 8Ulanga
nAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.104 75.47 0.110 73.36 0.111 73.821 0.108 74.219
5 0.180 57.54 0.128 69.00 0.146 65.566 0.151 64.040
2.5 0.270 36.32 0.278 32.68 0.283 33.255 0.277 34.088
Cell
control 0.424 0.000 0.413 0.000 0.424 0.0000.420 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 9.80E-11 X1 16.24441
b = 1.15E+01 X2 3.663782
c = -1.04E-01
d = 1.68E-02
S = 3.14761907
r = 0.99607492
X Axis (units)
Y A
x i s
( u n
i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
S = 2.20845426
r = 0.99898666
X Axis (units)
Y A
x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 40/61
35
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel Hela
No 9 Ulangan AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.083 80.42 0.063 84.75 0.070 83.49 0.07 82.89
5 0.096 77.36 0.100 75.79 0.104 75.47 0.10 76.21
2.5 0.313 26.18 0.272 34.14 0.342 19.34 0.31 26.55
0 0.424 0.00 0.413 0.00 0.424 0.00 0.42 0.00
C I
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 1.75E-12 X1
11.158
91
b = 5.68E+00 X2
3.6932
98
c = -2.47E-01
d = 2.43E-02
7.5 72.3
No 10Ulanga
n ARrata Inhibrata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.053 91.49 0.015 97.58 0.013 97.886 0.02 95.65
5 0.232 62.71 0.219 64.73 0.253 58.862 0.23 62.10
2.5 0.302 51.52 0.361 41.86 0.388 36.911 0.35 43.43
Cell
control 0.623 0.000 0.621 0.000 0.615 0.0000.62 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)Coefficient Data:
a = -3E-11 X1
-
1.3708
6
b = 104.7474 X2
3.4740
1
c = 2.536562
d = -0.20998
S = 3.89980453
r = 0.99577272
X Axis (units)
Y
A x i s ( u
n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
S = 4.39170735
r = 0.99465596
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0 0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 41/61
36
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel kanker payudara MCF-7
No 1 Ulangan AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.027 90.63 0.022 92.36 0.028 88.24 0.03 90.41
5 0.060 78.87 0.058 79.86 0.060 74.66 0.06 77.80
2.5 0.111 60.92 0.121 57.99 0.115 51.87 0.12 56.93
0 0.284 0.00 0.288 0.00 0.238 0.00 0.27 0.00
C I
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = -8.64E-08 X1
-
83.6117
2
b = 4.57E+01 X2
1.96906
2
c = 4.17E-01
d = -6.07E-03
No 2Ulanga
nAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.50.231
58.37
8 0.171 68.966 0.148 73.4290.183 66.924
50.002
99.64
0 0.077 86.025 0.065 88.3300.048 91.332
2.50.091
83.60
4 0.093 83.122 0.107 80.7900.097 82.505
Cell
control 0.555 0.000 0.551 0.000 0.557 0.0000.554 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 3.34E-13 X1
9.89881
3
b = 2.58E+01 X2
1.48773
5
c = -2.57E-01
d = 6.79E-02
S = 2.88064075
r = 0.99770091
X Axis (units)
Y
A x i s (
u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
S = 5.36454615
r = 0.99261162
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 42/61
37
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel kanker payudara MCF-7
No 3Ulanga
nAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.50.105
81.08
1 0.083 84.936 0.073 86.8940.087 84.304
50.056
89.91
0 0.054 90.200 0.087 84.3810.066 88.163
2.50.083
85.04
5 0.059 89.292 0.072 87.0740.071 87.137
Cell
control 0.555 0.000 0.551 0.000 0.557 0.0000.554 0.000
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = -9.13E-10 X1
33.0489
9
b = 2.04E+02 X2
0.43798
1
c = 1.77E+00
d = 6.91E-02
No 4 Ulangan AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.203 63.42 0.149 72.96 0.207 62.84 0.19 66.41
5 0.093 83.24 0.108 80.40 0.115 79.35 0.11 81.00
2.5 0.097 82.52 0.105 80.94 0.105 81.15 0.10 81.54
0 0.555 0.00 0.551 0.00 0.557 0.00 0.55 0.00
C I
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 1.69E-12 X1
11.0953
9
b = 5.07E+01 X2
1.10374
2
c = 1.73E-02
d = 8.17E-02
S = 2.45017718
r = 0.99857980
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
S = 3.04436776
r = 0.99727438
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 43/61
38
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel kanker payudara MCF-7
7.5 72.3
No 5Ulanga
nAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.051 82.04 0.031 89.236 0.024 89.916 0.035 87.065
5 0.063 77.81 0.084 70.833 0.058 75.630 0.068 74.760
2.5 0.104 63.38 0.112 61.111 0.124 47.899 0.113 57.464
Cell
control 0.284 0.000 0.288 0.000 0.238 0.0000.270 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = -6.10E-11 X1
-
26.6954
5
b = 6.24E+01 X2
1.82389
4
c = 7.38E-01
d = -2.05E-02
No 6Ulanga
nAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.088 84.14 0.100 81.851 0.100 82.047 0.096 82.681
5 0.108 80.50 0.098 82.214 0.138 75.224 0.115 79.314
2.5 0.300 45.94 0.300 45.554 0.320 42.549 0.307 44.683
Cell
control 0.555 0.000 0.551 0.000 0.557 0.0000.554 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 2.55E-11 X1
15.1393
1
b = 1.44E+01 X2
2.78592
23
c = -1.37E-01
d = 2.37E-02
Lampira
n
S = 5.04207781
r = 0.99246796
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
S = 2.14155012
r = 0.99862697
X Axis (units)
Y A
x i s
( u n i t s )
0.0 1.4 2.8 4.1 5.5 6.9 8.3 0. 0
0
1 5. 4 3
3 0. 8 5
4 6. 2 8
6 1. 7 1
7 7. 1 3
9 2. 5 6
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 44/61
39
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel kanker payudara MCF-7
No 7 Ulangan AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.045 91.89 0.064 88.38 0.071 87.25 0.06 89.18
5 0.085 84.68 0.087 84.21 0.092 83.48 0.09 84.13
2.5 0.196 64.68 0.194 64.79 0.184 66.97 0.19 65.48
0 0.555 0.00 0.551 0.00 0.557 0.00 0.55 0.00
C I Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 6.56E-09 X1
48.0634
7
b = 4.92E+01 X2
1.54976
5
c = 3.17E-01
d = 1.34E-02
7.5 72.3
No 8Ulanga
nAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.50.086
84.505 0.074 86.570 0.094 83.124
0.085 84.733
50.148
73.33
3 0.148 73.140 0.123 77.9170.140 74.797
2.50.342
38.37
8 0.300 45.554 0.357 35.9070.333 39.946
Cell
control 0.555 0.000 0.551 0.000 0.557 0.0000.554 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 1.99E-10 X1
17.5399
2
b = 1.32E+01 X2
3.10101
3
c = -1.15E-01
d = 1.84E-02
S = 1.40298912
r = 0.99948203
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
S = 2.97614944
r = 0.99734008
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.4 2.8 4.1 5.5 6.9 8.3 0. 0
0
1 5. 8 7
3 1. 7 4
4 7. 6 1
6 3. 4 8
7 9. 3 6
9 5. 2
3
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 45/61
40
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel kanker payudara MCF-7
No 9 Ulangan AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.072 87.03 0.084 84.75 0.143 74.33 0.10 82.04
5 0.122 78.02 0.125 77.31 0.117 78.99 0.12 78.11
2.5 0.195 64.86 0.190 65.52 0.218 60.86 0.20 63.75
0 0.555 0.00 0.551 0.00 0.557 0.00 0.55 0.00
C I
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 3.40E-10 X1
54.1989
3
b = 5.87E+01 X2
1.50289
3
c = 4.90E-01
d = 1.23E-02
No 10Ulanga
nAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.089 83.91 0.095 82.759 0.089 83.968 0.091 83.545
5 0.053 90.50 0.054 90.200 0.051 90.844 0.053 90.515
2.5 0.182 67.22 0.121 78.040 0.272 51.167 0.192 65.477
Cell
control 0.555 0.000 0.551 0.000 0.557 0.0000.554 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = -3.18E-10 X1
15.0973
2
b = 2.59E+01 X2
1.82883
6
c = -9.48E-02
d = 3.62E-02
S = 3.63760879
r = 0.99598032
X Axis (units)
Y
A x i s
( u
n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
S = 6.77124888
r = 0.98825945
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 46/61
41
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel normal Vero
No 1 Ulangan AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.139 70.68 0.10 76.32 0.13 72.31 0.12 73.10
5 0.286 39.66 0.29 31.34 0.33 32.85 0.30 34.62
2.5 0.363 23.42 0.33 20.33 0.33 32.85 0.34 25.53
0 0.474 0.00 0.42 0.00 0.48 0.00 0.46 0.00
C I
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = -5.69E-11 X1
6.3799
8
b =
-
3.24E+11 X2 8.6E-11
c =
-
1.81E+10
d =
1.821E+0
9
No 2 Ulangan
AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.194 54.24 0.160 61.25 0.143 66.274 0.166 60.593
5 0.270 36.32 0.281 31.96 0.250 41.038 0.267 36.440
2.5 0.322 24.05 0.328 20.70 0.322 24.057 0.324 22.938
Cell
control 0.424 0.000 0.413 0.000 0.424 0.0000.420 0.000
Rational Function:
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 8.94E-12 X1 -1.7641
b = 2.56E+01 X2
6.6506
9
c = 9.28E-01
d = -8.52E-02
S = 4.42058949
r = 0.99065939
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.4 2.8 4.1 5.5 6.9 8.3 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
S = 3.90064378
r = 0.98963709
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.4 2.8 4.1 5.5 6.9 8.3 0. 0
0
1 2. 1 5
2 4. 3 0
3 6. 4 5
4 8. 6 0
6 0. 7 5
7 2. 9 0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 47/61
42
Lampiran
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel normal Vero
No 3
Ulang
an ARrata
Inhibrata
% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.217 65.16 0.213 65.70 0.201 67.268 0.210 66.046
5 0.390 37.40 0.390 37.19 0.380 38.211 0.387 37.603
2.5 0.475 23.75 0.496 20.12 0.470 23.577 0.480 22.487
Cell
control 0.623 0.000 0.621 0.000 0.615 0.0000.620 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:a = -2.09E-11 X1 -2.2939
b = 2.08E+01 X2 6.3712
c = 6.94E-01
d = -6.84E-02
No 4 Ulangan AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.232 45.28 0.199 51.82 0.219 48.35 0.22 48.48
5 0.362 14.62 0.341 17.36 0.379 10.61 0.36 14.20
2.5 0.413 2.59 0.397 3.87 0.398 6.13 0.40 4.20
0 0.424 0.00 0.413 0.00 0.424 0.00 0.42 0.00
C I
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = -2.97E-11 X1
32.063
6
b =
1.131330
4 X2
7.5523
6
c = -0.14097
d =
0.004129
6
S = 8.64218549
r = 0.97999994
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
S = 2.52036843
r = 0.99421558
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
S = 1.18933230
r = 0.99918247
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.4 2.8 4.1 5.5 6.9 8.3 0. 0
0
1 2. 3 3
2 4. 6 6
3 7. 0 0
4 9. 3 3
6 1. 6 6
7 3. 9 9
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 48/61
43
Lampiran
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel normal Vero
7.5 72.3
No 5
Ulang
an ARrata
Inhibrata
% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.211 46.85 0.189 55.42 0.170 59.135 0.190 53.804
5 0.246 38.03 0.277 34.67 0.271 34.856 0.265 35.854
2.5 0.302 23.92 0.297 29.95 0.275 33.894 0.291 29.259
Cell
control 0.397 0.000 0.424 0.000 0.416 0.0000.412 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)Coefficient Data:
a = 9.44E-10 X1 -9E-09
b = 4.80E+09 X2
7.1049
2
c = 2.10E+08
d =
-
1.60E+07
No 6Ulang
anAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.216 65.32 0.215 65.37 0.201 67.252 0.211 65.987
5 0.440 29.37 0.431 30.54 0.433 29.675 0.435 29.865
2.5 0.482 22.63 0.434 30.11 0.473 23.089 0.463 25.278
Cell
control 0.623 0.000 0.621 0.000 0.615 0.0000.620 0.000
Rational Function:
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = -8.39E-08 X1
6.7169
8
b =
-
1.61E+08 X2 1.5E-07
c =
-
9.77E+06
d = 9.76E+05
S = 8.85990077
r = 0.97677145
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
S = 4.24274305
r = 0.98436069
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
S = 3.52653844
r = 0.99253559
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.4 2.8 4.1 5.5 6.9 8.3 0. 0
0
1 2. 3 3
2 4. 6 6
3 6. 9 9
4 9. 3 2
6 1. 6 5
7 3. 9 8
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 49/61
44
Lampiran
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel normal Vero
No 7 Ulangan AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.212 50.00 0.208 49.64 0.240 43.40 0.22 47.68
5 0.360 15.09 0.324 21.55 0.342 19.34 0.34 18.66
2.5 0.370 12.74 0.388 6.05 0.381 10.14 0.38 9.64
0 0.424 0.00 0.413 0.00 0.424 0.00 0.42 0.00
C I Rational Function:
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a = 2.21E-09 X1 -1.813
b = 7.62E+00 X2
7.5821
8
c = 5.72E-01
d = -7.27E-02
No 8Ulang
anAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.209 66.45 0.202 67.53 0.201 67.268 0.204 67.086
5 0.360 42.21 0.342 44.97 0.324 47.317 0.342 44.837
2.5 0.476 23.59 0.432 30.43 0.433 29.659 0.447 27.896
Cell
control 0.623 0.000 0.621 0.000 0.615 0.0000.620 0.000
Rational Function:
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)Coefficient Data:
a = 2.62E-14 X1 -3.0558
b = 2.66E+01 X2
5.7887
6
c = 6.87E-01
d = -5.65E-02
S = 2.99558832
r = 0.99071772
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.4 2.8 4.1 5.5 6.9 8.3 0. 0
0
9. 1 7
1 8. 3 3
2 7. 5 0
3 6. 6 7
4 5. 8 3
5 5. 0 0
S = 2.15201919
r = 0.99742525
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.4 2.8 4.1 5.5 6.9 8.3 0. 0
0
1 2. 3 8
2 4. 7 6
3 7. 1 4
4 9. 5 3
6 1. 9 1
7 4. 2 9
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 50/61
45
Lampiran
Data Olahan Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel normal Vero
No 9 Ulangan AR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.076 87.80 0.165 73.43 0.147 76.10 0.13 79.11
5 0.442 29.05 0.406 34.62 0.362 41.14 0.40 34.94
2.5 0.520 16.53 0.557 10.31 0.515 16.26 0.53 14.37
0 0.623 0.00 0.621 0.00 0.615 0.00 0.62 0.00
C I
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a =
5.218E-
11 X1 -21.897
b =
5.332742
5 X2
6.1513
4
c =
-
0.010244
d =
-
0.007424
7.5 72.3
No 10Ulang
anAR
rata
Inhib
rata% AB 1 I 1 AB2 I 2 AB3 I 3
7.5 0.206 51.41 0.232 43.82 0.230 45.755 0.223 46.998
5 0.307 27.59 0.304 26.39 0.318 25.000 0.310 26.329
2.5 0.407 4.009 0.399 3.390 0.402 5.118 0.403 4.172
Cell
control 0.424 0.000 0.413 0.000 0.424 0.0000.420 0.000
Rational Function:
y=(a+bx)/(1+cx+dx^2)
Coefficient Data:
a =
1.263E-
12 X1
7.2299
3
b =
0.720777
4 X2
6.3299
3
c =
-
0.281878
d =
0.021850
8
S = 4.88551508
r = 0.99089826
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
S = 4.39170735
r = 0.99465596
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
7 5. 0 0
1 0 0. 0
0
S = 2.12204188r = 0.99579229
X Axis (units)
Y
A x i s
( u n i t s )
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 0. 0
0
2 5. 0 0
5 0. 0 0
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 51/61
46
Lampiran
Uji Inhibitor tirosinase Madu JMHS Dian Niaga
Konsentra
si (ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
10000 0.045 0.048 0.05 0.051 0.28
0.00
2 0.35 0.003 99.29 99.16
5000 0.043 0.08 0.193 0.229
0.11
3 0.149 59.64 58.38
2500 0.043 0.046 0.26 0.313
0.21
4 0.267 23.57 25.42
1250 0.043 0.046 0.315 0.387
0.26
9 0.341 3.93 4.75
625 0.042 0.043 0.315 0.398
0.27
2 0.355 2.86 0.84
Blanko 0.04 0.045 0.325 0.403 0.28
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =
0.01
07
X
= 5018 a =
0.01
1 X=
5029.
7
b =
-
3.69
1 b =
-
3.82
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 52/61
47
Uji Inhibitor tirosinase Madu APDS
Konsentrasi
(ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
100000.04
3 0.0510.04
9 0.0530.37
6 00.49
40.00
2100.0
0 99.60
5000
0.04
2 0.051
0.11
4 0.161
0.06
3 0.11 83.24 77.73
2500
0.13
8 0.061
0.21
9 0.3
0.15
8
0.23
9 57.98 51.62
1250
0.04
3 0.063
0.27
8 0.35
0.21
5
0.28
7 42.82 41.90
625
0.04
1 0.064 0.32 0.399
0.25
6
0.33
5 31.91 32.19
Blanko
0.05
1 0.045
0.42
1 0.539
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =
0.00
71 X= 2010 a =
0.00
7 X=
2407.
4
b =
35.7
27 b =
33.1
5
Absorbansi (a)
KS= Kontrol Sampel S= Sampel A= a (Blanko - Kontrol (LT)
KB= Kontrol Blanko LT= L-Tirosin B= a(Sampel - Kontro lLT)
e= enzim tirosinase LD= L-DOPA C= a(Blanko - Kontrol LD)
D= a( Sampel - KontrolLD)
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 53/61
48
Uji Inhibitor tirosinase Madu Gapoktan
Konsentrasi
(ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
100000.05
8 0.0520.05
8 0.0610.31
2 00.44
20.00
3100.0
0 99.32
5000
0.06
6 0.045
0.20
1 0.266
0.13
5 0.2 56.73 54.75
2500
0.06
9 0.047
0.26
3 0.356
0.19
4
0.28
7 37.82 35.07
1250
0.06
5 0.043 0.31 0.407
0.24
5
0.34
2 21.47 22.62
625
0.06
5 0.05
0.33
5 0.449 0.27
0.38
4 13.46 13.12
Blanko
0.05
7 0.04
0.36
9 0.499
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =
0.00
9 X= 4339 a =
0.00
9 X=
4457.
1
b =
10.9
51 b =
10.3
3
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 54/61
49
Uji Inhibitor tirosinase Madu APMTN
Konsentrasi
(ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
100000.04
9 0.054 0.06 0.0510.28
50.00
6 0.39 0 97.89 100.00
5000 0.06 0.054
0.16
2 0.214
0.10
8 0.16 62.11 58.97
2500
0.04
6 0.049
0.25
2 0.316
0.20
3
0.26
7 28.77 31.54
1250
0.04
9 0.055 0.28 0.389
0.22
5
0.33
4 21.05 14.36
625
0.04
3 0.049 0.29 0.397
0.24
1
0.34
8 15.44 10.77
Blanko
0.04
7 0.045 0.33 0.435
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =
0.00
9 X= 4435 a = 0.01 X=
4576.
4
b =
10.0
88 b =
5.60
9
Absorbansi (a)
KS= Kontrol Sampel S= Sampel A= a (Blanko - Kontrol (LT)
KB= Kontrol Blanko LT= L-Tirosin B= a(Sampel - Kontro lLT)
e= enzim tirosinase LD= L-DOPA C= a(Blanko - Kontrol LD)
D= a( Sampel - KontrolLD)
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 55/61
50
Uji Inhibitor tirosinase Madu KTMHUK
Konsentrasi
(ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
100000.05
3 0.0520.05
2 0.0660.29
1 00.43
90.01
4100.0
0 96.81
5000
0.04
6 0.047
0.21
9 0.302
0.17
2
0.25
5 40.89 41.91
2500
0.04
3 0.057
0.28
6 0.352
0.22
9
0.29
5 21.31 32.80
1250 0.05 0.047
0.28
4 0.361
0.23
7
0.31
4 18.56 28.47
625
0.04
6 0.048
0.30
3 0.395
0.25
5
0.34
7 12.37 20.96
Blanko
0.04
2 0.047
0.33
8 0.486
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =
0.00
93 X= 5096 a =
0.00
8 X=
4609.
4
b =
2.60
6 b =
14.0
5
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 56/61
51
Uji Inhibitor tirosinase Madu JMHU
Konsentrasi
(ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
10000
0.04
5 0.05
0.04
9 0.057 0.28 0
0.42
8
0.00
7
100.0
0 98.36
5000
0.04
9 0.049
0.19
4 0.256
0.14
5
0.20
7 48.21 51.64
2500
0.04
5 0.052
0.25
1 0.332
0.19
9 0.28 28.93 34.58
1250
0.04
6 0.051
0.28
8 0.382
0.23
7
0.33
1 15.36 22.66
625
0.04
7 0.046
0.30
3 0.408
0.25
7
0.36
2 8.21 15.42
Blanko
0.04
5 0.049
0.32
9 0.477
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =0.00
96 X= 4915 a =0.00
9 X= 4486
b =
2.81
25 b =
10.9
7
Absorbansi (a)
KS= Kontrol Sampel S= Sampel A= a (Blanko - Kontrol (LT)
KB= Kontrol Blanko LT= L-Tirosin B= a(Sampel - Kontro lLT)
e= enzim tirosinase LD= L-DOPA C= a(Blanko - Kontrol LD)
D= a( Sampel - KontrolLD)
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 57/61
52
Uji Inhibitor tirosinase Madu Neetflor Switzerland
Konsentrasi
(ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
10000
0.08
4 0.061
0.07
2 0.092 0.31
0.01
1
0.47
1
0.03
1 96.45 93.42
5000
0.06
6 0.053
0.19
8 0.309
0.14
5
0.25
6 53.23 45.65
2500
0.05
3 0.049
0.25
9 0.391 0.21
0.34
2 32.26 27.39
1250
0.04
9 0.046
0.29
3 0.456
0.24
7 0.41 20.32 12.95
625
0.03
9 0.032
0.30
3 0.472
0.27
1 0.44 12.58 6.58
Blanko
0.04
2 0.047
0.35
7 0.518
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =0.00
8 X= 5146 a =0.00
9 X=5352.
1
b =
8.83
06 b =
1.83
1
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 58/61
53
Uji Inhibitor tirosinase Madu Alshifa
Konsentrasi
(ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
10000
0.05
9 0.065
0.07
7 0.081 0.21
0.01
2
0.39
9
0.01
6 94.29 95.99
5000
0.04
7 0.05 0.07 0.208 0.02
0.15
8 90.48 60.40
2500
0.04
4 0.049
0.10
7 0.303
0.05
8
0.25
4 72.38 36.34
1250
0.04
6 0.048
0.20
7 0.353
0.15
9
0.30
5 24.29 23.56
625
0.04
2 0.044
0.24
3 0.4
0.19
9
0.35
6 5.24 10.78
Blanko 0.04 0.0420.25
2 0.441
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =
0.00
86 X= 3015 a =
0.00
9 X=
4377.
6
b =
24.0
67 b =
11.4
8
Absorbansi (a)
KS= Kontrol Sampel S= Sampel A= a (Blanko - Kontrol (LT)
KB= Kontrol Blanko LT= L-Tirosin B= a(Sampel - Kontro lLT)
e= enzim tirosinase LD= L-DOPA C= a(Blanko - Kontrol LD)
D= a( Sampel - KontrolLD)
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 59/61
54
Uji Inhibitor tirosinase Madu JMM
Konsentrasi
(ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
100000.04
4 0.0490.05
5 0.0760.19
10.00
60.39
20.02
7 96.86 93.11
5000
0.04
4 0.047 0.15 0.278
0.10
3
0.23
1 46.07 41.07
2500
0.04
4 0.046
0.16
1 0.339
0.11
5
0.29
3 39.79 25.26
1250
0.04
4 0.045
0.17
1 0.385
0.12
6 0.34 34.03 13.27
625
0.04
2 0.048
0.19
5 0.413
0.14
7
0.36
5 23.04 6.89
Blanko
0.03
9 0.049 0.24 0.441
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =
0.00
73 X= 4172 a =
0.00
9 X=
5450.
4
b =
19.5
46 b =
0.94
6
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 60/61
55
Uji Inhibitor tirosinase Madu JMH Boan Aning
Konsentrasi
(ppm) KS KS+e S+LT S+LD A B C D ILT ILD
10000
0.06
3 0.075
0.09
7 0.134
0.23
4
0.02
2
0.40
3
0.05
9 90.60 85.36
5000
0.04
6 0.06
0.13
4 0.218
0.07
4
0.15
8 68.38 60.79
2500
0.04
3 0.063
0.19
2 0.298
0.12
9
0.23
5 44.87 41.69
1250
0.05
6 0.063 0.26 0.417
0.19
7
0.35
4 15.81 12.16
625
0.05
5 0.06
0.27
2 0.43
0.21
2 0.37 9.40 8.19
Blanko
0.04
1 0.041
0.27
5 0.444
Monofenolase Difenolase
Linear Fit: y=a+bx Linear Fit: y=a+bx
a =
0.00
86 X= 4348 a =
0.00
8 X=
4884.
6
b =
12.6
07 b =
9.94
6
Absorbansi (a)
KS= Kontrol Sampel S= Sampel A= a (Blanko - Kontrol (LT)
KB= Kontrol Blanko LT= L-Tirosin B= a(Sampel - Kontro lLT)
e= enzim tirosinase LD= L-DOPA C= a(Blanko - Kontrol LD)
D= a( Sampel - KontrolLD)
8/9/2019 Kajian Manfaat Madu Hutan Anggota JMHI Terhadap Penyakit Kangker Dan Anti Aging
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-manfaat-madu-hutan-anggota-jmhi-terhadap-penyakit-kangker-dan-anti-aging 61/61
BIODATA PENULIS
Rita Kartika Sari, lahir di Sukabumi Jawa Barat Tahun 1968,Beliau adalah staf pengajar dan peneliti di Departemen Hasil
Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Beliau
menyelesaikan studi S1 hingga S3 di IPB. Bidang keahliannya
adalah kimia hasil hutan khususnya hasil hutan bukan kayu
(HHBK).
Rio Bertoni, lahir di Bandar Lampung Tahun 1978, menyelesaikan
pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas
Peternakan. Saat ini beliau mendapat mandat dari anggota Jaringan
Madu Hutan Indonesia (JMHI) menjadi Koordinator Nasional
JMHI periode 2013-2017. Keinginan beliau mendukung produk
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) begitu besar, khususnya madu
hutan yang menjadi bagian dari pelestarian hutan dan peningkatan ekonomi
masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang
berkelanjutan.
Saat ini beliau sangat konsen melakukan penelitian mengenai investigasi senyawa
berkhasiat obat yang terkandung dalam komoditas HHBK (salah satunya adalah
madu hutan) serta pengembangan fitofarmaka berbasis HHBK.