Kajian Filsafat Dalam Perjalanan Muhammadiyah

6
renungan ramadhan " resume makalah diskursus imm " oleh Ahmad Ozy pada 05 September 2010 jam 2:12 Ukuran Modernitas Muhammadiyah: Dari Tradisional ke Liberal- Religius (Sebuah Tinjauan Historigrafi Filsafat) oleh Imm Bskm pada 04 September 2010 jam 19:56 Sumber: http://immcabangbskm.wordpress.com/2010/09/04/ukuran- modernitas-muhammadiyah/ Kategori: Resume Makalah Oleh: Ahmad Mujahid Ar-Rozy* Dalam penelitian-penelitian sejarah dan sosiologi, Muhammadiyah pada tahun 1912 hingga 1990 dapat diidentikkan sebagai gerakan modernis. Hal ini sangat kentara, ketika peneliti seperti : Deliar Noer dan Mitsuo Nakamura menjustifikasi kesimpulan tersebut. Muhammadiyah dengan basis pendidikan Islam perkotaan telah mampu membangun infrastruktur dengan hebatnya. Dan ketika kepemimpinan AR Fakhruddin, Muhammadiyah mampu menerima Paus Paulus XVII dengan kiriman surat yang berisi tentang toleransi. Namun dalam perjalanan Muhammadiyah, dari tahun 1994 hingga sekarang, Muhammadiyah mulai kehilangan nilai historis-kulturalnya sehingga yang terjadi ekspresi keberagamaan yang ekstrimis. Pada tahun 1994 beberapa gerakan anak muda Muhammadiyah yang terlembagakan menjadi Gerakan Pemuda Ka’bah ( GPK ) melakukan tindak penjarahan terhadap etnis Tionghoa disebabkan provokasi dari oknum Partai Islam masa orde baru karena isu pribumisasi etnis.

Transcript of Kajian Filsafat Dalam Perjalanan Muhammadiyah

Page 1: Kajian Filsafat Dalam Perjalanan Muhammadiyah

renungan ramadhan " resume makalah diskursus imm "

oleh Ahmad Ozy pada 05 September 2010 jam 2:12

Ukuran Modernitas Muhammadiyah: Dari Tradisional ke Liberal-Religius (Sebuah Tinjauan Historigrafi Filsafat)

 

oleh Imm Bskm pada 04 September 2010 jam 19:56

Sumber: http://immcabangbskm.wordpress.com/2010/09/04/ukuran-modernitas-muhammadiyah/

Kategori: Resume Makalah

 

Oleh: Ahmad Mujahid Ar-Rozy*

 

Dalam penelitian-penelitian sejarah dan sosiologi, Muhammadiyah pada tahun 1912 hingga 1990 dapat diidentikkan sebagai gerakan modernis. Hal ini sangat kentara, ketika peneliti seperti : Deliar Noer dan Mitsuo Nakamura menjustifikasi kesimpulan tersebut. Muhammadiyah dengan basis pendidikan Islam perkotaan telah mampu membangun infrastruktur dengan hebatnya. Dan ketika kepemimpinan AR Fakhruddin, Muhammadiyah mampu menerima Paus Paulus XVII dengan kiriman surat yang berisi tentang toleransi. Namun dalam perjalanan Muhammadiyah, dari tahun 1994 hingga sekarang, Muhammadiyah mulai kehilangan nilai historis-kulturalnya sehingga yang terjadi ekspresi keberagamaan yang ekstrimis. Pada tahun 1994 beberapa gerakan anak muda Muhammadiyah yang terlembagakan menjadi Gerakan Pemuda Ka’bah ( GPK ) melakukan tindak penjarahan terhadap etnis Tionghoa disebabkan provokasi dari oknum Partai Islam masa orde baru karena isu pribumisasi etnis.

 

Hal ini dapat diperhatikan, ternyata ‘agama’ mempunyai sarat berbagai kepentingan. Agama dipaksa masuk melalui komodifikasi yang sangat panjang. Maka tak salah jika Amin Abdullah menyebutnya sebagai multifaces. Karena agama dapat mempunyai wajah politik, ekstrimis, kelembagaan, dan lain-lain. Apalagi dalam beberapa kasus aktual ini, terdapat doktor kehaditsan yang melakukan plagiasi dalam tubuh kelembagaan Muhammadiyah. Nalar kritik pun tak dapat disampaikan karena klaim-klaim kesakralan. Karena kritik sakralitas ( taqdis al-afkar ad-dinniy ) disisihkan maka otoritas keagamaan pun makin menguat. Dampaknya otoritas keagamaan pun dapat dipolitisasi oleh mereka yang mempunyai daya kesewenangan. Arkoun mengilustrasikan seperti ini dengan “menyemprot bensin pada kobaran api” ( zabbu zait ‘alal naar ).

 

Page 2: Kajian Filsafat Dalam Perjalanan Muhammadiyah

Upaya penjernihan kekalutan diatas perlu segera diamalkan jika tidak nama kelembagaan pun menjadi tidak bersih kembali. Dari hasil resume penulis ini. Perlu diamati Muhamadiyah dari :

1. Ketegasan teologis

2. Akal dinomorduakan

3. Pengertian jihad perspektif Muhammadiyah

4. Problem dialog teks-konteks yang berdampak konflik antar aliran agama dan agama

5. Rutinisme dalam belenggu konservatisasi

 

Maka gerakan ilmu menjadi konsep penting dimana Muhammadiyah dapat membenahi problematika diatas. Tentunya dalam proyek pengembangan filsafat Islam. Keragaman aliran-aliran dalam Islam dapat diamati dari atas. Yang mempunyai aspek : tauhid, ibadat, politik, syari’at, falsafat, tasawuf, dan tajdid.

1. Tauhid : Khawarij, Mu’tazilah, Asy’ariyah, Murji’ah, dan Maturidiyah.

2. Ibadat : Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali.

3. Syari’at : Sama dengan ibadat.

4. Politik : Khawarij, Syi’ah, Sunni.

5. Falsafat : Tradisional dan Liberal.

6. Tasawuf : Syi’ah dan Sunni.

7. Tajdid : Tradisional dan Progresif.

 

Dalam penggambaran Harun Nasution semua menuju shirotul mustaqim. Dalam hal ini, mestinya sirkulasi masyarakat era industri dapat dirubah oleh Muhammadiyah menjadi masyarakat ilmu jika Muhammadiyah mampu memegang kunci peradaban utama melalui proses objektivikasi filsafat tadi. Penulis sepakat dengan pemetaan sosiologis yang dilakukan Habib Chirzin terdapat perubahan-perubahan dalam perspektif ilmu-ilmu kemasyarakatan ( al-‘ulum al-ijtimaa’iyaah ). Dapat diskemakan dibawah ini :

Masyarakat Industri

1 Hirarki

2 Keseragaman

Page 3: Kajian Filsafat Dalam Perjalanan Muhammadiyah

3 Standarisasi

4 Sentralisasi

5 Efisiensi

6 Spesialisasi

7 Maksimalisasi

8 Kekayaan Material

9 Penekanan pada jumlah isi

10 Keamanan Diri

 

Masyarakat Ilmu

1  Kesetaraan

2 Keunikan pribadi dan kreativitas

3  Keanekaragaman

4 Desentralisasi

5  Efektifitas

6  Generasi, Interdisiplin, Holistik

7  Kualitas, hidup

8 Pelestarian Sumber Daya Alam

9 Penekanan pada Kualitas Keluaran

10 Ekpresi diri dan Aktualisasi Diri

Suka · · Bagikan Mazia Chekova menyukai ini.

o

Page 4: Kajian Filsafat Dalam Perjalanan Muhammadiyah

Ajib Purnawan banyak kader kita yang masih mengharamkan belajar filsafat, lihat saja kampus2 PTM. Ga ada jurusan filsafat dan sejarah, ya to.....hehehhe

05 September 2010 jam 4:07 · Suka

o

Anin Belle Like this....(^_^)

05 September 2010 jam 4:08 melalui seluler · Suka

o

Zulfi Muhammad Ifani GPK itu bukannya underbouw PPP ya? Sampai sekarang kan masih ada.

05 September 2010 jam 4:31 melalui seluler · Suka

o

Haqqi Hasan Inamul Ini hasil editan ya? Menurutku mengeditnya terlalu singkat, sehingga judul "liberal-relijius" dan juga mengenai masyarakat ilmu kurang terelaborasi

@ mas ajib: bukan karna filsafat haram mas, tapi PTM hanya mau membuka jurusan populer. Ditambah orientasi mencetak lulusan sesuai kebutuhan pasar. FAI saja hanya berisi jurusan pendidikan dan ekonomi islam, jarang ada ushuluddin.

05 September 2010 jam 11:09 melalui seluler · Suka

o

Ahmad Ozy @ mas Ajib : iyae, mas....PTM mulai mengalami kemandegan, @ Fani : Iya, Fan. tapi itu dulu diisi oleh pemuda2 Muhammadiyah, mereka emg blm faham. Dus apalagi agama dimasukkan ke ranah politik coz yg terjadi malah ambivalensi krn ketidaktahuan. @ Rety : bingung y, mbaca tulisanku wkk...wkkk @ Haqi : Sepakat, Qi. jgn2 PTM Pro bisnis pndidikan.Thx Qi. sarannya.

07 September 2010 jam 0:46 · Suka

Page 5: Kajian Filsafat Dalam Perjalanan Muhammadiyah

o

Abdoel Malik R. yang pertama kali membuka tasawuf bagi masyarakat luas dari warga Muhammadiyah seingatku adalah Buya Hamka (yang belum juga ditokohkan oleh Muhammadiyah); Falsafah Hidup, Tasawuf, dan Tasawuf Modern..

Kalau ada unsur Syiah dalam (kalau ada) tasawufnya Muhammadiyah, ini perlu kajian lebih dalam.

07 September 2010 jam 8:37 · Suka

o

Ahmad Ozy @ Bang Malik : Itu cmn gambaran aliran-aliran dlm Islam bukan dlm Muh. Tapi alangkah lebih bijaknya aktivis Muhammadiyah mengetahui perbedaan2 yg ada. Tetapi dlm ideologisasi, aktivis Muh. kudu tegas dn proporsional dgn menyiapkan kultur keislaman dn keilmuan.

07 September 2010 jam 12:26 · Suka