KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI … fileprovinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat)...

69
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI … fileprovinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat)...

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN-I

2010

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

iiiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang

tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.

Makassar, Mei 2010 BANK INDONESIA MAKASSAR

ttd.

Lambok A. Siahaan

Pemimpin

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

vKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ~ iii

DAFTAR ISI ~ v

DAFTAR GRAFIK ~ vii

DAFTAR TABEL ~ ix

RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1

INDIKATOR EKONOMI KER Trw. III-2009 ~5

BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7

1.1. Permintaan Daerah ~ 7

1.1.1. Konsumsi ~ 8

1.1.2. Investasi ~ 10

1.1.3. Perdagangan Eksternal ~ 11

1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 12

1.2.1. Sektor Pertanian ~ 13

1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian ~ 14

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ~ 15

1.2.4. Sektor Listrik-Gas_Air ~ 15

1.2.5. Sektor Bangunan~ 16

1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 17

1.2.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 18

1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa perusahaan ~ 19

1.2.9. Sektor Jasa-jasa~ 19

BOKS I MAPPING PRODUK UNGGULAN SAAT INI DAN PROSPEKNYA DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA ZONA SULAMPUA ~ 21

BOKS II PENGARUH PERDAGANGAN BEBAS ACFTA TERHADAP POTENSI PEMBIAYAAN DAERAH DI ZONA SULAMPUA~ 24

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 25

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 26

vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 35

3.1. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 35

3.1.1. Kelembagaan dan Aset ~ 35

3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 36

3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 40

3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 41

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 43

4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 43

4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 44

4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 45

4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 45

4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 45

4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 46

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 49

5.1. Ketenagakerjaan ~ 49

5.2. Kesejahteraan ~ 50

5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 50

5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 51

5.3. Survei ~ 53

BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 55

BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 57

7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 57

7.2. Outlook Inflasi ~ 59

7.3. Prospek Perbankan ~ 60

viiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 8 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 10 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 13 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian~ 14 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 15 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 16 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Bangunan ~ 16 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 17 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja SubSektor Angkutan ~ 18 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 19 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 25 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 26 Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 27 Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar ~

28 Grafik 2.5. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Perumahan ~ 29 Grafik 2.6. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar

~ 30 Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar

~ 31 Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan~ 32 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang~ 32 Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas~ 33 Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 33 Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 38 Grafik 3.2. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 39 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 39 Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S ~ 41 Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 41 Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 43 Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Kelaur (Outflow) ~ 43 Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 44 Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.IV-2009 ~ 45 Grafik 4.5. Transaksi RTGS – Incoming ~ 46 Grafik 4.6. Transaksi RTGS – Outgoing ~ 46 Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 50 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 51 Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 51

viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 51 Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 52 Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 ~ 52 Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 53 Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 53 Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 58 Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 60 Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 60

ixKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 13

Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 26 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 26 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok Tembakau ~ 27 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar ~ 28 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 30 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 31 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 32 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 33 Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan ~ 35 Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 36 Tabel 3.3. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank~ 36 Tabel 3.4. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum~ 37 Tabel 3.5. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 37 Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 38 Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum~ 39 Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank

Umum (m.t.m)~ 40 Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 40

Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. IV-2009 ~ 45 Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 46 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 49 Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan

IV-2009 ~ 55

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

1Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Ringkasan Eksekutif

Asesmen Ekonomi Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010 diperkirakan mengalami

pertumbuhan yang relatif stabil dibandingkan dengan triwulan IV-2009, namun lebih tinggi

apabila dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010

diperkirakan sebesar 6,68% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 6,69%, dan

pada triwulan triwulan I-2009 sebesar 4,06%.

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung

oleh pertumbuhan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor. Pertumbuhan konsumsi

sedikit mengalami perlambatan pada triwulan I-2010 jika dibandingkan triwulan sebelumnya,

namun pertumbuhan ekspor sudah mengalami perbaikan yang cukup signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya atau sejak akhir 2008 yang cenderung mengalami

pertumbuhan negatif. Dimana pertumbuhan impor cenderung stabil jika dibandingkan

dengan pertumbuhan triwulan IV-2009.

Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal

dari sektor angkutan-komunikasi, sektor bangunan, sektor pertambangan-

penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sementara di sektor industri

pengolahan diperkirakan sedikit mengalami perlambatan. Pertumbuhan tertinggi terjadi di

sektor angkutan-komunikasi terkait dengan beberapa maskapai penerbangan yang

membuka rute baru di daerah Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara dan ada juga yang masuk

ke Sulawesi Barat.

Asesmen Inflasi

Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya, namun cenderung sama dengan laju inflasi

nasional. Laju inflasi Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 3,46% (yoy), sementara

pada triwulan IV-2009 sebesar 3,39% (yoy) dan laju inflasi nasional sebesar 3,43%.

Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan

ini adalah pendidikan (7,09%; yoy) makanan jadi (6,22%; yoy) dan perumahan (3,48%;

yoy). Kemudian kelompok yang mengalami laju inflasi cukup rendah adalah sandang (2,17%;

yoy) dan transpor (1,18%; yoy). Secara sektoral, peningkatan laju inflasi yang cukup besar

2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

terjadi pada kelompok transpor, dimana pada triwulan IV-2009 mengalami deflasi -2,32%

(yoy) menjadi inflasi sebesar 1,18% (yoy) pada triwulan I-2010. Selain itu kelompok

pendidikan yang mengalami peningkatan inflasi dari 6,91% (yoy) menjadi 7,09% (yoy).

Namun di sisi lain, terjadi perlambatan inflasi yang cukup signifikan pada kelompok sandang,

yaitu dari 7,31% (yoy) pada triwulan I-2009 menjadi 2,17% (yoy) pada triwulan I-2010.

Asesmen Perbankan

Secara month to month, kinerja perbankan Sulawesi Selatan per Februari

2010 relatif menurun jika dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini tercermin dari

aset, dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh negatif. Namun di sisi lain, fungsi intermediasi

bank dalam menyalurkan kredit masih berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari

pertumbuhan kredit yang positif. Begitu juga untuk Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan

Sulawesi Selatan masih relatif baik dan tercatat di atas 100%. Sementara dari sisi kualitas

kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) juga

menunjukkan kondisi yang relatif baik jika dilihat dari nilainya yang relatif kecil.

Asesmen Sistem Pembayaran

Transaksi pembayaran tunai dan non tunai menunjukkan perkembangan

positif, namun lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009. Perlambatan transaksi

tersebut antara lain diperkirakan karena masih rendahnya realisasi proyek-proyek swasta dan

pemerintah. Salah satu pendorong peningkatan aktivitas sistem pembayaran pada triwulan

laporan adalah adanya persiapan Pilkada di beberapa daerah.

Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari

dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat net inflow sebesar Rp1,56 triliun, meningkat

dibandingkan kondisi pada triwulan IV-2009 yang mengalami net inflow sebesar Rp0,95

triliun.

Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan I-2010 tercatat

mengalami penurunan. Selain itu, seiring dengan perlambatan aktivitas ekonomi, jumlah

temuan uang rupiah palsu juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-

2009. Kemudian perkembangan RTGS, transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) pada

triwulan laporan menurun dibandingkan triwulan IV-2009. Incoming pada triwulan I-2010

lebih rendah apabila dibandingkan incoming pada triwulan IV-2009. Selain itu, Nominal

transaksi via kliring lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.

3Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2009

terhadap angkatan kerja relatif minim, mengingat terdapat tekanan dari krisis global,

terutama pada semester I-2009. Sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel sedikit

mengalami penurunan. Di sisi lain perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) masih

menunjukkan perkembangan positif yang didorong oleh peningkatan Indeks yang Diterima

Petani. Hal yang sama juga terjadi peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan

lapangan kerja dan penghasilan dibanding 6 bulan yang lalu.

Asesmen Keuangan Daerah

Pada triwulan I-2010, Perkembangan konsumsi pemerintah tersebut

tercermin dari realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah. Pada triwulan laporan,

realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah terealisasi sebesar 11,9%. Realisasi

anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan I-2010 tercatat hampir mencapai

target 25% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 24,5% atau mencapai Rp584,5

milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih dari 100% mengingat

target pendapatannya tumbuh sebesar 7,9% dari target pendapatan 2009. Dari komponen

pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 27,3%, terutama pada sub

komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang telah mencapai 33,3%. Dari sisi anggaran

belanja daerah, sampai dengan triwulan I-2010, realisasinya baru mencapai 11,9%. Realisasi

terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 13,2%,

Prospek Ekonomi Triwulan II-2010

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan II-2010 diperkirakan akan

relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I-2009. Hal tersebut diperkirakan

terjadi karena membaiknya kondisi recovery perekonomian dunia yang kemudian

mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional. Dorongan pertumbuhan

dari sisi permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi

penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan, listrik-gas-

air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran. Kemudian, laju

inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan, namun dalam besaran

yang masih relatif stabil.

Pada sisi permintaan, pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan II-2010 diperkirakan

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya.

Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan,

4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran.

Sektor bangunan mash tetap tumbuh meningkat meski tidak signifikan.

Laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan,

namun dalam besaran yang masih relatif stabil. Perkiraan kenaikan laju inflasi tahunan pada

triwulan II-2010 akan cenderung sekidit meningkat meski masih pada kisaran yang

terkendali.

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2010 diduga masih tumbuh lebih

baik jika dibandingkan triwulan I-2010 atau satu tahun sebelumnya. Selain kondisi

perekonomian dunia yang relatif membaik awal tahun 2010, kondisi dalam negeri kita juga

cukup kondusif. Hal ini trlihat dari bergerakan laju tingkat suku bunga yang cenderung

menurun sejalan dengan pregerakan BI rate sehingga sektor riil diharapkan mendapatkan

ruang gerak yang lebih besar pada triwulan II-2010.

5Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN

PROPINSI SULAWESI SELATAN

a. INFLASI dan PDRB

20103 4 1 2 3 4 1

MAKRO

- Sulawesi Selatan 114,78 115,05 116,09 115,04 117,88 118,94 120,11 - Sulawesi Utara 115,01 115,21 116,57 114,15 115,00 117,87 118,72 - Gorontalo 113,21 113,39 116,03 116,71 117,70 118,32 120,20 - Papua 114,96 115,32 115,25 114,84 116,62 117,53 119,07 - Irian Jaya Barat 130,62 128,83 130,53 131,16 132,25 133,45 134,75 - Maluku 116,28 110,70 113,20 110,45 112,46 117,87 121,22 - Sulawesi Tengah 115,13 114,41 116,45 116,03 119,92 120,96 120,19 - Sulawesi Tenggara 116,59 117,45 120,96 120,55 123,20 122,85 122,60 - Sulawesi Barat 119,60 119,25 118,83 118,90 120,62 121,37 122,39 - Maluku Utara 116,96 115,88 117,33 117,01 118,55 120,38 122,53

- Sulawesi Selatan 12,29 12,40 9,01 3,80 2,70 3,39 3,46 - Sulawesi Utara 13,15 9,71 8,85 2,25 (0,01) 2,31 1,84 - Gorontalo 12,26 9,20 10,54 7,22 3,97 4,35 3,59 - Papua 14,76 12,55 8,26 2,77 1,44 1,92 3,31 - Irian Jaya Barat 31,48 19,75 21,25 7,93 1,24 3,59 3,23 - Maluku 14,87 9,34 8,84 (0,21) (3,29) 6,48 7,08 - Sulawesi Tengah 14,33 10,40 11,07 5,83 4,16 5,73 3,21 - Sulawesi Tenggara 16,22 15,28 15,81 6,81 5,67 3,59 3,23 - Sulawesi Barat 17,69 11,66 9,64 5,24 0,85 1,78 3,00 - Maluku Utara 16,63 11,25 7,64 4,34 1,36 3,88 4,43

*1. Pertanian 3.337,44 3.156,79 3.369,85 3.304,76 3.542,10 3.201,60 3.428,62 2. Pertambangan dan Penggalian 1.010,37 972,53 923,44 935,74 966,80 1.028,20 1.029,56 3. Industri Pengolahan 1.557,92 1.566,83 1.560,65 1.675,46 1.741,40 1.593,80 1.585,52 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 115,31 117,61 119,83 123,40 131,00 120,51 124,22 5. Konstruksi/Bangunan 596,29 614,18 620,84 650,18 683,60 702,24 703,83 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.821,53 1.788,51 1.825,74 1.899,85 2.008,80 1.991,20 2.012,55 7. Angkutan dan Komunikasi 940,79 952,73 903,23 966,51 1.042,00 1.105,10 1.028,74 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 724,98 719,39 736,04 784,47 807,70 850,64 855,09 10. Jasa-jasa 1.250,61 1.299,81 1.305,65 1.324,66 1.334,50 1.343,90 1.355,85

8,13 3,92 4,06 5,24 7,95 6,69 6,68

722,90 424,61 238,40 143,59 643,66 311,77 109,77

239,00 245,47 149,43 155,33 266,36 220,16 104,03

162,78 229,91 185,08 84,60 130,88 139,65 62,60

233,37 198,53 195,25 217,65 257,87 294,70 181,09

Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007

2009

Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)

2008

*) Perkiraan KBI Mks

Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)Nilai Impor Non Migas (USD Juta)

Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)

PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp)

Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)

INDIKATOR

Indeks Haga Konsumen

6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN

PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN

20103 4 1 2 3 4 1 ****

Total Aset (Rp. Miliar) 35.555,84 36.361,21 37.587,50 38.881,67 40.388,42 43.746,72 37.053,67

26.435,33 28.743,25 28.625,67 29.520,99 29.450,83 33.601,07 29.894,34 Giro 4.866,81 5.007,32 5.108,73 5.062,09 4.939,34 4.994,19 4.860,04 Tabungan 13.457,12 14.920,47 14.135,56 15.169,42 14.965,87 18.460,23 14.808,85 Deposito 8.111,40 8.815,47 9.381,39 9.289,49 9.545,62 10.146,65 10.225,45

31.281,15 31.543,97 31.563,21 32.919,44 33.872,77 36.430,30 35.935,52 - Modal Kerja 12.307,66 12.368,15 12.195,55 13.239,15 13.582,62 14.671,89 12.292,21 - Investasi 6.443,33 6.440,57 6.398,84 6.230,54 6.299,91 6.769,70 7.634,85 - Konsumsi 12.530,16 12.735,26 12.968,81 13.449,75 13.990,23 14.988,71 16.008,47

118,33% 109,74% 110,26% 111,51% 115,01% 108,42% 120,21%

31.281,15 31.543,97 31.563,21 32.919,44 33.872,77 36.430,30 35.935,52 - Pertanian 1.048,89 1.086,10 988,37 918,73 986,73 989,64 466,47 - Pertambangan 114,72 58,48 170,56 169,82 218,30 201,51 235,89 - Industri pengolahan 3.491,11 3.476,27 3.376,72 3.395,70 3.160,59 3.148,85 3.065,38 - Listrik,Gas dan Air 77,11 70,33 56,56 74,50 169,35 253,63 313,98 - Konstruksi 2.009,88 2.005,23 1.932,56 2.170,31 2.248,17 2.224,73 1.901,22 - Perdagangan 8.379,32 8.524,02 8.578,93 9.509,54 9.805,49 11.105,77 8.176,55 - Pengangkutan 1.664,25 1.521,37 1.444,98 1.079,02 1.060,54 1.178,16 1.209,06 - Jasa Dunia Usaha 1.698,89 1.760,30 1.730,04 1.794,99 1.843,65 1.964,50 1.602,32 - Jasa Sosial Masyarakat 266,83 306,62 315,69 357,08 389,72 374,81 1.355,32 - Lain-lain 12.530,16 12.735,26 12.968,81 13.449,75 13.990,23 14.988,71 17.609,34

21.638,27 22.215,45 22.626,12 24.012,99 24.785,66 26.872 24.315

6.474,04 6.282,14 6.440,47 6.714,52 7.010,43 7.152,79 3.587,21 - Modal Kerja 1.048,58 1.109,70 1.154,74 1.263,32 1.343,63 1.299,20 322,75 - Investasi 168,59 173,62 143,15 161,72 167,39 144,31 150,10 - Konsumsi 5.256,87 4.998,82 5.142,58 5.289,48 5.499,41 5.709,28 3.114,37

9.201,58 9.892,90 10.109,69 10.693,36 11.054,72 11.934,71 13.199,64 - Modal Kerja 2.430,52 2.571,68 2.624,75 2.832,74 2.910,72 3.083,08 2.843,05 - Investasi 622,04 687,77 754,18 849,18 925,01 1.024,82 1.444,03 - Konsumsi 6.149,02 6.633,45 6.730,76 7.011,44 7.218,99 7.826,81 8.912,56

5.962,66 6.040,41 6.075,96 6.605,11 6.720,52 7.784,53 7.528,55 - Modal Kerja 3.878,32 3.980,80 4.042,81 4.468,59 4.445,99 5.212,03 4.655,88 - Investasi 1.015,21 1.003,44 973,98 1.015,74 1.032,26 1.154,59 1.582,13 - Konsumsi 1.069,13 1.056,17 1.059,18 1.120,79 1.242,27 1.417,91 1.290,54

-8,29% 2,32% 3,82% 3,05% 4,08% 3,08% 3,43%

2,67% 2,31% 2,96% 3,37% 3,45% 2,93% 3,44%

BANK UMUM SYARIAH1.179,94 1.176,31 1.395,53 1.288,73 1.308,37 1.361,65 1.457,10

701,34 673,39 714,07 833,87 861,66 898,68 939,77 Giro 112,65 76,28 76,92 149,44 133,05 142,56 126,05 Tabungan 287,22 297,78 311,38 351,00 344,76 360,76 386,93 Deposito 301,47 299,33 325,77 333,43 383,85 395,36 426,79

1.304,38 1.272,80 1.443,14 1.405,82 1.422,01 1.431,97 1.428,53 - Modal Kerja 468,52 426,818 528,45 474,63 492,53 520,20 549,10 - Investasi 132,25 126,394 121,53 171,97 165,07 159,53 332,55 - Konsumsi 703,61 719,587 793,16 759,23 764,41 752,24 546,88

185,98% 189,01% 202,10% 168,59% 165,03% 159,34% 152,01%

Catt.* (<Rp. 50 Juta)** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta)*** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M)**** Data Sementara

FDR

Total Aset (Rp. Miliar)

D P K (Rp. Miliar)

Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Milia

D P K (Rp. Miliar)

L D R

Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)

NPL UMKM gross (%)

Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Kredit Mikro* (Rp. Miliar)

Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)

Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)

NPL Total gross (%)

2008

Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)

INDIKATOR 2009

BANK UMUM :

7Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Bab 1

Perkembangan Kondisi Makroekonomi

Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010 diperkirakan mengalami

pertumbuhan yang relatif stabil dengan triwulan IV-2009, namun lebih tinggi dibandingkan

triwulan I-2009. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 diperkirakan sebesar 6,68%

(yoy), sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 6,69%, dan pada triwulan triwulan I-2009

sebesar 4,06%. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung

oleh pertumbuhan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor.

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB

Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor

angkutan-komunikasi, sektor bangunan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor

perdagangan-hotel-restoran. Sementara di sektor industri pengolahan diperkirakan sedikit

mengalami perlambatan. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor angkutan-komunikasi

terkait dengan beberapa maskapai penerbangan yang membuka rute baru di daerah

Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara dan ada juga yang masuk ke Sulawesi Barat.

1.1 Permintaan Daerah

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010, dari sisi permintaan

ditopang oleh konsumsi dan perdagangan luar negeri (ekspor). Pertumbuhan konsumsi

sedikit mengalami perlambatan pada triwulan I-2010 jika dibandingkan triwulan sebelumnya,

namun pertumbuhan ekspor sudah mengalami perbaikan yang cukup signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya atau sejak akhir 2008 yang cenderung mengalami

10 

12 

14 

‐3

‐2

‐1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2005 2006 2007 2008 2009 2010

%

%

qtq ‐ axis kiri

yoy ‐ axis kanan

Sumber : BPS, diolah* : Proyeksi BI

8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

pertumbuhan negatif. Dimana pertumbuhan impor cenderung stabil jika dibandingkan

dengan pertumbuhan triwulan IV-2009.

Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)

1.1.1. Konsumsi

Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan sedikit mengalami perlambatan

pertumbuhan, yaitu dari sebesar 7,23% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 6,97% pada

triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut didorong oleh pertumbuhan

kinerja konsumsi rumah tangga. Di konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar

6,97% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2009 yang

tercatat sebesar 7,23% (yoy). Faktor penyebab perlambatan pertumbuhan tersebut terutama

disebabkan adanya pola seasonal di awal tahun dimana konsumsi masyarakat biasanya

cenderung menurun jika dibandingkan dengan periode akhir tahun yang bersamaan dengan

Hari Raya Natal, Tahun Baru dan liburan sekolah.

Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi

Pemakaian Air (M³)

di Makassar Perkembangan Konsumsi Listrik

Sektor Rumah Tangga

II‐08 III‐08 IV‐08 I‐09 II‐09 III‐09 IV‐09 I‐10*

Konsumsi 6.11% 6.59% 5.03% 4.75% 6.16% 6.30% 7.23% 6.97%Investasi 31.40% 28.46% 12.25% 30.16% 11.93% 0.63% 23.65% ‐1.77%Ekspor ‐11.16% 7.26% ‐9.08% ‐21.53% ‐21.99% ‐29.27% 26.29% 43.14%

(Impor) ‐10.19% 14.63% ‐6.76% ‐13.34% ‐25.21% ‐46.39% 43.77% 42.54%

TOTAL 8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 6.01% 7.95% 6.69% 6.68%

Konsumsi 4.35% 4.68% 3.56% 3.34% 4.30% 4.41% 5.17% 4.94%Investasi 5.46% 5.08% 2.20% 5.92% 2.52% 0.13% 4.59% ‐0.44%Ekspor ‐6.16% 3.22% ‐4.20% ‐10.16% ‐9.97% ‐12.87% 10.65% 15.36%(Impor) ‐4.46% 4.84% ‐2.36% ‐4.96% ‐9.16% ‐16.28% 13.71% 13.18%

TOTAL 8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 6.01% 7.95% 6.69% 6.68%Sumber : BPS diolah* Proyeksi Bank Indonesia Makassar

Sumbangan (y.o.y)

KOMPONENPertumbuhan (y.o.y)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010

Juta M

3

Pemakaian Air (M³)

Y.O.Y (PA)

Sumber : PDAM Mks* Sementara

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

200 220 240 260 280 300 320 340 360 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010

Juta GWH

Rumah Tangga y.o.y

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

9Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapannya

Indeks Ketepatan Konsumsi Barang Tahan Lama

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Kel. Makanan dan Tembakau Perkembangan Konsumsi Listrik

Sektor Sosial

Perkembangan

Indeks Keyakinan Konsumen Perkembangan Konsumsi Listrik

Penerangan Jalan Umum

Selain itu kegiatan konsumsi sektor pemerintah diperkirakan masih relatif kecil,

karena pelaksanaan program-program pemerintah masih relatif rendah diawal tahun. Di sisi

lain, dorongan pertumbuhan konsumsi dipengaruhi oleh masuknya musim panen pada akhir

triwulan I-2010. Selain itu, mengacu pada beberapa pergerakan indikator konsumsi seperti

meningkatnya UMP (Upah Minimum Provinsi), NTP (Nilai Tukar Petani) dan jumlah kendaraan

bermotor. Pertumbuhan kinerja konsumsi pada triwulan I-2010 ini relatif sejalan dengan hasil

Survei Konsumen (SK) yang menunjukan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen pada triwulan

I-2010 mengalami pertumbuhan. Selain itu, hasil Survei Penjualan Eceran terhadap penjualan

‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%50%

50 

100 

150 

200 

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

Pakn & Perlgk yoy

Smb : SPE

‐30%

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

7880828486889092949698100

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

Ketepatan wkt pembelian durable goods

y.o.y

‐50%

0%

50%

100%

150%

200%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

Mknn & Temb yoy

Smb : SPE

‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010Juta GWH

Sosialy.o.y

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

95

100

105

110

115

120

125

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

IKK

yoy

‐50%

0%

50%

100%

150%

200%

10 15 20 25 30 35 40 45 50 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010Juta GWH

Gd Kantor Pemerintahany.o.y

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

11Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)

Net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan diperkirakan masih mengalami surplus

dan mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup besar. Pertumbuhan net ekspor-

impor pada triwulan I-2010 diperkirakan sebesar 50,70% (yoy), cukup tinggi jika

dibandingkan triwulan sebelumnya yang kontraksi sebesar 31,78%. Pertumbuhan ini masih

didorong oleh peningkatan ekspor komoditas hasil tambang dan perikanan serta

perdagangan antar pulau yang diperkirakan masih tumbuh positif.

Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total Volume Produksi Nikel

Volume Ekspor Luar Negeri

Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain Volume Ekspor Luar Negeri

Kayu Olahan

Volume Muat Dalam Negeri

Melalui Pelabuhan Volume Muat Luar Negeri

Melalui Pelabuhan

‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

400 

450 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009 2010

Ribu Ton

EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y

Smb : Cognos  ‐ BI* Sementara

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

14.500 

15.000 

15.500 

16.000 

16.500 

17.000 

17.500 

18.000 

18.500 

19.000 

19.500 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010

Produksi nikel dlm matte

y.o.y

Sbr.: Press Release PT. Inco

* Sementara

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009 2010

Ribu Ton

IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTALy.o.y

Smb : Cognos ‐BI* Sementara

‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%50%

10 

12 

14 

16 

18 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009 2010

Ribu Ton

BARANG2 KAYU & GABUSTOTALy.o.y

Smb : Cognos ‐BI* Sementara

‐70%

‐60%

‐50%

‐40%

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2008 2009 2010

Ribu Ton

MUAT AP

Y.O.Y

Sumber : Pelindo IV* : Sementara

‐80%

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

0,0

0,0

0,0

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,2

0,2

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2008 2009 2010

Ribu Ton

MUAT LN

Y.O.Y

Sumber : Pelindo IV* : Sementara

12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Sementara kinerja impor, seiring dengan menurunnya kegiatan perdagangan di

internal Sulsel, diperkirakan mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, diperkirakan

tumbuh 42,54% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar

43,77%. Melambatnya pertumbuhan kinerja impor tersebut ditandai dengan mulai adanya

perlambatan volume impor, khususnya dari luar negeri. Perlambatan kinerja impor ini

didorong oleh melambatnya konsumsi masyarakat.

Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor

Volume Impor Luar Negeri

Non Migas Total Volume Impor Luar Negeri

Consumer Goods

Volume Bongkar Dalam Negeri Melalui Pelabuhan

Volume Bongkar Luar Negeri Melalui Pelabuhan

1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)

Dari sisi penawaran, secara tahunan (yoy), sektor angkutan-komunikasi,

sektor bangunan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran

diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Sementara di sektor industri pengolahan diperkirakan sedikit mengalami perlambatan.

Dari sisi pertumbuhan, pencapaian tertinggi terjadi pada sektor angkutan-

komunikasi terkait dengan beberapa maskapai penerbangan yang membuka rute baru di

daerah Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara dan ada juga yang masuk ke Sulawesi Barat.

Sementara pertumbuhan terendah diperkirakan terdapat pada sektor industri pengolahan

dan pertanian.

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1*

2007 2008 2009 2010

Juta Kg

SULSELS  I   T  C y.o.y

* Sementara

Smb : Cognos ‐ BI

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1*

2007 2008 2009 2010Juta Kg

Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y

* SementaraSmb : Cognos ‐BI

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2008 2009 2010

Ribu Ton

BONGKAR AP

Y.O.YSumber : Pelindo IV* : Sementara

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0,0

0,1

0,1

0,2

0,2

0,3

0,3

0,4

0,4

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2008 2009 2010

Ribu Ton

BONGKAR LN

y.o.y

Sumber : Pelindo IV* : Sementara

13Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)

1.2.1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan I-2010, diperkirakan mengalami peningkatan

sehubungan dengan membaiknya kondisi cuaca dan juga datangnya masa panen pada akhir

triwulan I-2010. Pertumbuhan sektor ini, pada triwulan laporan, diperkirakan sebesar 1,74%

(yoy), relatif lebih besar dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar 1,42%. Peningkatan

pertumbuhan sektor pertanian ini tampak pada peningkatan volume ekspor komoditi pada

komoditas hasil pertanian, sementara terjadi perlambatan penambahan luas panen, luas

produksi dan produktifitas padi (ARAM III).

Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian

Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain

II‐08 III‐08 IV‐08 I‐09 II‐09 III‐09 IV‐09 I‐10*

8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 6.01% 7.95% 6.69% 6.68%

1. Pertanian 4.87% 6.06% 1.59% 5.16% 3.51% 6.13% 1.42% 1.74%

2. Pertambangan & Penggalian ‐7.23% ‐2.98% ‐9.45% ‐13.93% ‐4.51% ‐4.31% 5.72% 11.49%

3. Industri Pengolahan 12.01% 6.79% 3.94% 1.75% 6.68% 11.78% 1.72% 1.59%

4. Listrik,Gas & Air Bersih 12.94% 13.85% 9.66% 11.22% 9.85% 13.61% 2.47% 3.66%5. Bangunan 25.15% 23.20% 15.03% 15.79% 11.74% 14.64% 14.34% 13.37%6. Perdagangan, Hotel  & Restoran 12.24% 13.75% 7.77% 8.00% 10.55% 10.28% 11.33% 10.23%7. Angkutan & Komunikasi 14.40% 13.21% 9.13% 4.77% 8.68% 10.76% 15.99% 13.90%8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan  14.48% 11.22% 3.71% 5.00% 9.17% 11.41% 18.24% 16.17%9. Jasa ‐ jasa 5.34% 5.52% 7.38% 7.65% 6.80% 6.71% 3.39% 3.84%

8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 6.01% 7.95% 6.69% 6.68%1. Pertanian 1.46% 1.82% 0.46% 1.51% 1.02% 1.80% 0.40% 0.52%

2. Pertambangan & Penggalian ‐0.74% ‐0.30% ‐0.94% ‐1.37% ‐0.40% ‐0.38% 0.50% 0.93%

3. Industri Pengolahan 1.66% 0.94% 0.55% 0.25% 0.95% 1.62% 0.24% 0.22%

4. Listrik,Gas & Air Bersih 0.12% 0.13% 0.10% 0.11% 0.10% 0.14% 0.03% 0.04%

5. Bangunan 1.14% 1.07% 0.75% 0.77% 0.62% 0.77% 0.79% 0.73%

6. Perdagangan, Hotel  & Restoran 1.84% 2.10% 1.20% 1.24% 1.65% 1.65% 1.81% 1.64%

7. Angkutan & Komunikasi 1.10% 1.05% 0.74% 0.38% 0.70% 0.89% 1.36% 1.10%

8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan  0.91% 0.70% 0.24% 0.32% 0.61% 0.73% 1.17% 1.05%

9. Jasa ‐ jasa 0.61% 0.62% 0.83% 0.85% 0.76% 0.74% 0.39% 0.44%

Sumber : BPS SulselKet. : Angka Sementara*) Perkiraan Bank Indonesia

SEKTOR EKONOMI Sumbangan (%, y.o.y)

SEKTOR EKONOMI Pertumbuhan (%, y.o.y)

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009 2010

Ribu Ton

IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTALy.o.y

Smb : Cognos ‐BI* Sementara

14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll

Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Padi (ARAM III)

1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian

Diperkirakan mulai menunjukkan pertumbuhan positif sehubungan dengan

tingkat harga nikel di pasar internasional yang mulai menunjukkan perbaikan.

Pertumbuhan sektor ini diperkirakan sebesar 11,49% (yoy), sementara pada triwulan

IV-2009 kontraksi sebesar 5,72%. Di sisi lain, terdapat dorongan produktivitas pada

hasil tambang barang mineral non logam yang mengalami peningkatan ekspor.

Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian

Volume Produksi Nikel Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia

Volume Ekspor Luar Negeri Barang Mineral Non Logam

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

10 

20 

30 

40 

50 

60 

70 

80 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 *

2007 2008 2009 2010

Ribu Ton

KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA

TOTAL y.o.ySmb : Cognos ‐BI* Sementara

44 

45 

46 

47 

48 

49 

50 

51 

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009juta

Luas Panen (Ha)  ‐ kiriProduksi (Ton)  ‐ kiriProduktifitas (Kuintal/Ha)  ‐ kanan

Smb : BPS (ARAM III)

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

14.500 

15.000 

15.500 

16.000 

16.500 

17.000 

17.500 

18.000 

18.500 

19.000 

19.500 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010

Produksi nikel dlm matte

y.o.y

Sbr.: Press Release PT. Inco

* Sementara

‐5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009 2010

US$/Metric Ton

Sumber : Bloomberg

‐150%

‐100%

‐50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

20 

40 

60 

80 

100 

120 

140 

160 

180 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 *

2007 2008 2009 2010

Ribu Ton

BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM

TOTAL y.o.y

Smb : Cognos ‐ BI* Sementara

15Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan

Diperkirakan terjadi sedikit perlambatan pertumbuhan pada sektor ini, yaitu sebesar

1,59% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 1,72% maupun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang

sebesar 1,75%. Perlambatan pertumbuhan sektor ini ditandai dengan melambatnya

pertumbuhan realisasi pengadaaan semen. Hal tersebut diperkirakan karena realisasi proyek-

proyek infrastruktur pada awal tahun, masih cenderung kecil, dan konsumsi masyarakat pada

awal tahun cenderung melambat sehubungan dengan berakhirnya perayaan Hari Raya dan

liburan sekolah. Sementara subsektor industri pengolahan bahan makanan diperkirakan

mengalami peningkatan pertumbuhan, yang salah satu indikatornya adalah realisasi produksi

tepung terigu yang diperkirakan mengalami peningkatan.

Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan

Realisasi Pengadaan Semen Realisasi Produksi Tepung Terigu

Volume Impor Gandum

1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air

Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan cenderung mengalami

peningkatan, terutama pada subsektor listrik. Kondisi tersebut disebabkan karena

kinerja PLTA Bakaru yang meningkat pesat sehubungan dengan adanya supply air

yang memadai akibat dari musim penghujan yang masih berlangsung pada triwulan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

2  3  4  1  2  3  4  1*

2009 2010

Ribuan Ton

Sulsel

y.o.y

Sumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

‐35%

‐30%

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

1  2  3  4  1  2  3  4  1*

2008 2009 2010

Ribuan Ton

Produksi‐axis kiriyoy‐axis kanan

Sumber : EFM Mks* : Sementara

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1*

2007 2008 2009 2010

Juta Kg

GandumVol impor

yoy

Smb : Cognos ‐BI

16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

I-2010. Pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 3,66% (yoy),

sementara pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 2,47%. Selain itu, di subsektor air

bersih diperkirakan mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Kondisi tersebut

salah satunya ditandai dengan peningkatan pemakaian air bersih di Makassar, namun

pemasangan saluran air di Makassar mengalami perlambatan pertumbuhan.

Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih

Penjualan Listrik (Juta Kwh) Pemakaian Air (M³) di Makassar

Pemasangan Saluran Air

di Makassar

1.2.5. Sektor Bangunan

Sehubungan dengan berakhirnya sebagian besar proyek-proyek sarana dan

prasarana, baik swasta maupun pemerintah, maka pertumbuhan sektor ini

diperkirakan relatif melambat. Sektor bangunan pada triwulan laporan diperkirakan

tumbuh sebesar 13,37% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,34%.

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

540 560 580 600 620 640 660 680 700 720 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010

Juta KWH

Total Pemakaian  Listrik

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010

Juta M

3

Pemakaian Air (M³)

Y.O.Y (PA)

Sumber : PDAM Mks* Sementara

0,0%0,5%1,0%1,5%2,0%2,5%3,0%3,5%4,0%4,5%5,0%

395 400 405 410 415 420 425 430 435 440 445 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010Ribuan

Sambungan Langganan (SL)Y.O.Y (SL)

Sumber : PDAM Mks* Sementara

17Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan

Realisasi Pengadaan Semen

Perkembangan Indeks Penjualan EceranKel. Bahan Konstruksi

1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR)

Sektor ini diperkirakan sedikit lebih rendah pertumbuhannya dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yaitu dari 11,33% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi sebesar 10,23%

pada triwulan laporan.

Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran

Arus Bongkar Muat Melalui

Angkutan Laut Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar

Hotel Berbintang

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Kel. Pakaian dan Perlengkapannya Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Kel. Peralatan Rumah Tangga

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

2  3  4  1  2  3  4  1*

2009 2010

Ribuan Ton

Sulsel

y.o.y

Sumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara

‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

Bhn Kons

yoy

Smb : SPE

‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%50%

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2008 2009 2010

Ribu Ton

BONGKAR

MUAT

Sumber : Pelindo IV* : Sementara

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

10 

15 

20 

25 

30 

35 

40 

45 

50 

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Rata‐rata TPK

y.o.y

Smb : BPS diolah* sementara

‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%50%

50 

100 

150 

200 

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

Pakn & Perlgk yoy

Smb : SPE

‐50%0%50%100%150%200%250%300%350%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

Perlt RT

yoy

18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Perlambatan pada sektor PHR disebabkan karena pola siklikal yaitu periode low

season pada awal tahun, terutama pada subsektor hotel dan restoran. Hal tersebut salah

satunya ditandai dengan melambatnya rata-rata TPK (Tingkat Penghunian Kamar) hotel

berbintang di Sulsel. Sementara pendorong pertumbuhan sektor ini diperkirakan dipicu oleh

subsektor perdagangan, yang salah satunya ditandai dengan peningkatan indikator arus

bongkar muat melalui angkutan laut.

1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi

Berakhirnya masa liburan dan perayaan Hari Besar keagamaan cenderung

mempengaruhi tingkat mobilitas penduduk maupun wisatawan pada triwulan I-

2010. Kondisi ini yang relatif menyebabkan pertumbuhan sektor ini melambat, pada

triwulan laporan, yaitu sebesar 13,90% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan IV-2009 yang sebesar 15,99%.

Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan

Lalu Lintas Penumpang

Angkutan Udara Lalu Lintas Pesawat

Angkutan Udara

Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar

Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut

‐10%0%

10%20%

30%

40%50%

60%

70%

200 

400 

600 

800 

1.000 

1.200 

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2008 2009 2010

Ribu Org

DEP ARR y.o.y

Lalu Lintas Penumpang

Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

‐2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2008 2009 2010

DEP

ARR

Lalu Lintas Pesawat

Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

20 

40 

60 

80 

100 

120 

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

Bhn Bkr yoy

Smb : Survei Pedagang Eceran

Smb : SPE

‐30%

‐20%

‐10%

0%

10%

20%

30%

40%

50.000 

100.000 

150.000 

200.000 

250.000 

300.000 

350.000 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010

Embarkasi (keluar)Debarkasi (masuk)Y.O.Y

Sumber : Pelindo IV* : Sementara

19Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Hal ini terutama ditandai dengan menurunnya arus penumpang angkutan

udara, sementara arus penumpang angkutan laut terjadi peningkatan. Sehingga

sektor ini masih mengalami pertumbuhan positif.

1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Transportasi

Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan juga diperkirakan melambat

menjadi sebesar 16,10% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan IV-2009 yang sebesar 18,24%. Beberapa indikator perlambatan

pertumbuhan sektor ini ditandai relatif stagnannya pertumbuhan Nilai Tambah Bruto

(NTB) Bank Umum serta melambatnya pembiayaan lembaga keuangan non bank.

Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan

Nilai Tambah Bruto

Bank Umum Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank

(PT. Pegadaian)

1.2.9. Sektor Jasa-jasa

Pertumbuhan sektor ini, diperkirakan didorong oleh belanja operasional pemerintah

daerah, sementara subsektor hiburan/rekreasi diperkirakan mengalami penurunan yang

disebabkan karena berkurangnya frekuensi hari libur selama triwulan I-2010.

Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa

Konsumsi Listrik Sektor Sosial Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Trilyun Rp

NTB SULSEL y.o.y

Sbr : LBU ‐ BI* Sementara

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Millions

Sbr : Kanwil Pegadaian   Mks* Sementara

‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010Juta GWH

Sosialy.o.y

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

‐50%

0%

50%

100%

150%

200%

10 15 20 25 30 35 40 45 50 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010Juta GWH

Gd Kantor Pemerintahany.o.y

Sbr : PLN Divre VII* Sementara

20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum)

Dengan kondisi tersebut maka pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan sedikit

mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 3,39% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi

sebesar 3,84%.

‐70%‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%

10 

15 

20 

25 

30 

2 3 4 1 2 3 4 1*

2009 2010

Juta GWH

Penerangan Jln Umum y.o.y

21Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

BOKS I

MAPPING PRODUK UNGGULAN SAAT INI DAN PROSPEKNYA DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN - CHINA

ZONA SULAMPUA

Untuk memetakan dampak perdagangan bebas ASEAN-China terhadap produk unggulan daerah, seluruh KBI di zona Sulampua telah melakukan survei terhadap perusahaan-perusahaan eksportir di daerah masing-masing. Terdapat 2 jenis komoditas yang menjadi sasaran analisis, yaitu biji kakao/coklat, dan hasil perikanan.

No. Komoditas Jumlah

Responden Lokasi

1. Biji Kakao 12 Sulsel, Sulteng, Sulbar, Sultra, dan Gorontalo 4. Hasil Perikanan 8 Maluku, Malut, Irian Jaya

Komoditas Biji Kakao 

Biji Kakao di Indonesia banyak dihasilkan di daerah timur, terutama di Provinsi Sulteng, Sultra, Sulsel, dan Sulbar. Sebanyak +80% hasil produksi biji kakao Indonesia dijual ke luar negeri karena industri pengolahan kakao di dalam negeri masih kurang berkembang. Negara utama tujuan ekspor biji kakao responden adalah Malaysia (44,7%) dan Amerika Serikat (42,0%), diikuti oleh Brazil (11,3%). Dalam hubungannya dengan ACFTA, biji kakao masuk ke dalam komoditas yang dikelompokkan dalam Normal Track 1 (NT1). Pemberlakuan tarif bea masuk yang semula 5% sudah diturunkan hingga 0% sejak Januari 2009. Berlakunya ACFTA bagi sebagian besar responden (66,7%) dianggap dapat meningkatkan peluang pasar karena akan ada peningkatan permintaan dari Cina, Malaysia, atau Thailand. Peningkatan permintaan tersebut selain karena tarif masuk nol persen sesuai kesepakatan ACFTA, juga dapat didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan ekspor. Peluang untuk menjual komoditas ke negara-negara tersebut didukung pula oleh fakta bahwa 91,7% responden tidak merasakan adanya non-tariff barrier dari negara tujuan ekspor. Namun perkiraan peningkatan peluang pasar belum tentu dapat diikuti dengan peningkatan penjualan dalam level yang sama. Terbatasnya volume produksi kakao menjadi penghambat utama (dialami oleh 75% responden) dalam peningkatan penjualan. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh umur tanaman kakao di Indonesia yang sudah terlalu tua dan masalah serangan hama. Untuk mengatasi masalah ini, eksportir kakao menaruh harapan besar pada Gerakan Nasional (Gernas) Kakao yang dilakukan pemerintah. Dalam menghadapi ACFTA, strategi utama eksportir kakao adalah meningkatkan kualitas kakao yang di-ekspor untuk meningkatkan harga jualnya. Bila ditarik lebih jauh, strategi peningkatan kualitas tersebut perlu dijawab oleh para petani kakao. Tanaman kakao yang tua seperti di Indonesia semakin lama akan semakin turun kualitas bijinya. Peremajaan tanaman kakao yang sekarang dijalankan lewat Gernas Kakao diharapkan dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas biji kakao di Indonesia. Cara lain untuk meningkatkan kualitas kakao adalah dengan memberi perlakuan yang benar pada kakao setelah selesai dipanen, sehingga mampu memenuhi standar kualitas internasional. Dalam hal ini, peran asosiasi sangat besar untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada para petani kakao.

22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Strategi yang diambil oleh para eksportir dalam menghadapi ACFTA adalah peningkatan kualitas biji kakao yang diharapkan dapat memberi manfaat yang semakin besar terhadap peluang pasar yang terbuka dengan berlakunya ACFTA.

Permasalahan yang dialami oleh eksportir biji kakao di Sulampua 

Hasil Perikanan  

 Responden perusahaan hasil perikanan di Sulampua, yang tersebar di Propinsi Maluku, Maluku Utara, dan Jayapura, menyatakan bahwa pasar untuk jual-beli ikan di pasar global memiliki permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah ikan yang dihasilkan. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat persaingan antar negara penghasil ikan relatif kecil, karena pasar yang tersedia masih cukup luas.

Berdasarkan hasil survei, perusahaan di Sulampua menjual sebagian besar hasil tangkapannya ke Jepang (81,4%). Negara tujuan ekspor terbesar kedua adalah Amerika Serikat dengan pangsa 11,3% dari total ekspor responden. Sedangkan ekspor ke negara ASEAN dan Cina hanya mencapai 7,1%, dan hanya dilakukan oleh satu responden. Terbaginya komposisi pangsa negara tujuan ekspor tersebut banyak dibentuk oleh permintaan pasar, dimana jenis ikan hasil tangkapan Indonesia banyak diminati oleh konsumen di Jepang dan Amerika Serikat.

Berlakunya ACFTA bagi sebagian responden diperkirakan akan meningkatkan peluang pasar, namun tidak banyak berpengaruh pada peningkatan penjualan. Walaupun peluang pasar cukup terbuka, eksportir memiliki minat yang kecil untuk memanfaatkannya karena ketersediaan ikan yang terbatas. Terbatasnya ketersediaan bahan baku menjadi penghambat dalam peningkatan penjualan, terutama dari sisi kuantitasnya. Adanya pembatasan wilayah penangkapan karena otonomi daerah dan pengaruh cuaca yg ekstrem telah menekan produksi ikan Sulampua. Selain itu biaya energi berupa BBM solar untuk kapal penangkap ikan ikut mendorong keterbatasan perusahaan perikanan melakukan ekspansi pasar.

Permasalahan yang Dialami Perusahaan Perikanan di Sulampua

Catatan : Kesulitan Lainnya antara lain cuaca buruk dan mengecilnya fishing ground sebagai dampak otonomi daerah

50,0%

33,3%

0,0%

16,7% 16,7%

75,0%

33,3%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Persen

tase Respo

nden

50.0%

37.5%

12.5%

25.0%

12.5%

25.0%

50.0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Persen

tase Respo

nden

23Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Dalam menghadapi ACFTA, strategi utama perusahaan perikanan adalah melakukan efisiensi biaya. Ini berkaitan dengan permasalahan mahalnya harga BBM yang menjadi pembatas bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil penangkapannya. Untuk mengatasi permasalahan ini perusahaan mengharapkan bahwa subsidi BBM pemerintah untuk penangkap ikan kecil dan menengah direalisasikan dengan tepat sasaran.

24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

BOKS II

PENGARUH PERDAGANGAN BEBAS ACFTA TERHADAP POTENSI PEMBIAYAAN DAERAH

DI ZONA SULAMPUA

ACFTA membawa kekhawatiran bagi sebagian sektor usaha, tetapi juga menjadi peluang bagi sebagian sektor usaha lain. Bagi sektor usaha yang tidak mampu bersaing dengan produk Cina, ACFTA dikhawatirkan memperburuk kinerja usaha. Sedangkan, bagi sektor usaha yang menggunakan barang negara ASEAN/Cina sebagai bahan baku atau barang dagangan, perdagangan bebas dapat menurunkan beban biaya yang pada akhirnya dapat meningkatkan margin usaha atau keuntungan. Untuk menangkap dampak dan peluang ACFTA terhadap pembiayaan, dilakukan survei terhadap beberapa BPR dan bank yang berkantor pusat di Sulawesi, Maluku, dan Papua serta kepada debitur bank-bank tersebut.

Berdasarkan hasil survei dan interview kepada perbankan, debitur terbesar di bank-bank tersebut berasal dari sektor konstruksi, properti dan pengangkutan. Dengan demikian berlakunya ACFTA diperkirakan tidak berpengaruh negatif pada kinerja debitur besar perbankan daerah. Dampak ACFTA terhadap debitur UMKM diperkirakan sangat kecil karena kredit UMKM mayoritas disalurkan untuk sektor lain-lain (konsumtif) dan sektor perdagangan. Untuk sektor perdagangan, ACFTA justru diperkirakan akan membawa dampak positif karena pedagang bisa mendapatkan margin yang lebih besar dengan menjual barang-barang buatan Cina. Survei juga dilakukan kepada 105 debitur bank yang berkantor pusat di Sulawesi, Maluku, dan Papua (BPD dan BPR). Responden secara umum didominasi oleh debitur UMKM dari sektor usaha perdagangan-hotel-restoran. Sementara jumlah responden besar cukup terbatas dan 66,7% berasal dari sektor konstruksi. Sebanyak 81% responden menjawab bahwa pemberlakuan ACFTA tidak berpengaruh terhadap kinerja usaha. Sebanyak 12% responden mengatakan bahwa ACFTA berpotensi meningkatkan keuntungan, terutama untuk sektor usaha yang menggunakan bahan baku impor serta sektor yang memperjualbelikan produk impor. Hanya 6,7% responden yang memperkirakan akan ada dampak negatif, namun tidak sampai mengganggu kelancaran pembayaran kredit.

Pengaruh ACFTA Terhadap Usaha Responden Debitur Bank Berkantor Pusat di Daerah  

100,00%

87,50%

82,26%

66,67%

71,43%

57,14%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Pertanian

Ind. Pengolahan

PHR

Transport/Komun…

Konstruksi

Jasa‐Jasa

Menguntungkan Merugikan Tdk Berpengaruh

7

14

3

62

8

11

Jml Resp.

25Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Bab 2

Perkembangan Inflasi

Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya, namun cenderung sama dengan laju inflasi nasional. Laju

inflasi Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 3,46% (yoy), sementara pada triwulan IV-

2009 sebesar 3,39% (yoy) dan laju inflasi nasional sebesar 3,43%. Peningkatan laju inflasi

tersebut, diperkirakan karena pada awal triwulan I-2010 terdapat kecenderungan naiknya

harga pada beberapa komoditas seperti beras, gula dan juga pada kelompok sayur-sayuran.

Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan ini adalah

pendidikan (7,09%; yoy) makanan jadi (6,22%; yoy) dan perumahan (3,48%; yoy).

Kemudian kelompok yang mengalami laju inflasi cukup rendah adalah sandang (2,17%; yoy)

dan transpor (1,18%; yoy).

Terkait dengan target inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju

inflasi Sulsel sampai dengan Maret 2010 yang sebesar 0,98% (ytd) menunjukan bahwa inflasi

di Sulsel masih berada pada tingkat yang terkendali. Mengacu pada arah pergerakan inflasi

yang relatif semakin berhimpit dengan inflasi nasional sejak triwulan II-2009, maka acuan

target inflasi nasional cukup relevan untuk digunakan sebagai acuan pengendalian tingkat

inflasi di Sulsel.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan

Jika membandingkan laju inflasi tahunan triwulan ini dengan periode sebelumnya,

maka laju inflasi pada kelompok makanan jadi, perumahan dan kesehatan relatif stabil.

Peningkatan laju inflasi yang cukup besar terjadi pada kelompok transpor, dimana pada

triwulan IV-2009 mengalami deflasi -2,32% (yoy) menjadi inflasi sebesar 1,18% (yoy) pada

triwulan I-2010. Selain itu kelompok pendidikan yang mengalami peningkatan inflasi dari

‐2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

y.o.y ‐Nas

y.o.y ‐Ss

Sumber : BPS diolah%

26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

6,91% (yoy) menjadi 7,09% (yoy). Namun di sisi lain, terjadi perlambatan inflasi yang cukup

signifikan pada kelompok sandang, yaitu dari 7,31% (yoy) pada triwulan I-2009 menjadi

2,17% (yoy) pada triwulan I-2010.

Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)

2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan

I-2010 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai

berikut :

Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya tercatat sebesar

7,09%, sementara pada triwulan IV-2009 yang

sebesar 6,91%. Peningkatan laju inflasi ini

didorong oleh peningkatan laju inflasi yang cukup

siginifikan pada subkelompok jasa pendidikan,

yang diperkirakan karena kenaikan biaya

pendidikan yang mencapai 13,24% (yoy). Kondisi

ini berbeda dengan triwulan yang sama pada

tahun sebelumnya sebesar 5,08% (yoy).

Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan

20101 2 3 4 1 2 3 4 1

Bahan Makanan 17.27 21.16 18.30 21.45 13.17 4.14 3.38 3.60 2.69 Makanan Jadi 8.67 10.37 14.10 14.46 11.97 10.63 6.74 6.23 6.22 Perumahan 5.04 9.30 11.91 11.13 9.34 4.66 3.26 3.55 3.48 Sandang 13.87 13.53 11.89 11.32 11.12 7.65 6.92 7.31 2.17 Kesehatan 4.34 7.65 8.96 11.11 10.21 6.51 3.89 2.86 2.98 Pendidikan 6.19 6.07 3.16 3.72 3.55 3.46 4.66 6.91 7.09 Transpor 0.31 7.82 7.84 5.29 1.77 (5.01) (4.72) (2.32) 1.18 UMUM / TOTAL 8.13 11.92 12.29 12.40 9.01 3.80 2.70 3.39 3.46

Sumber : BPS, diolah

Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007

20092008KETERANGAN

10 

12 

14 

16 

18 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga

27Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Apabila meninjau pergerakan inflasi yoy secara bulanan untuk periode triwulan I-

2010, sebenarnya relatif stabil, namun terjadi kenaikan inflasi pada sub kelompok

pelengkapan-peralatan pendidikan dan olahraga. Sedangkan untuk sub kelompok rekreasi

cenderung menurun sejak bulan Februari seiring dengan berakhirnya masa liburan sekolah.

Kelompok Makanan Jadi-Minuman-

Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya

tercatat sebesar 6,22% (yoy) pada triwulan

laporan, relatif stabil jika dibandingkan dengan

triwulan IV-2009 yang sebesar 6,23%. Cukup

stabilnya laju inflasi pada kelompok ini

disebabkan oleh adanya peningkatan laju

inflasi pada sub kelompok makanan jadi yaitu dari 5,27% (yoy) pada triwulan IV-2009

menjadi 5,69% (yoy). Peningkatan laju inflasi pada kelompok ini dipicu oleh naiknya harga

komoditas beras karena adanya kenaikan HPP beras. Namun diimbangi dengan melemahnya

inflasi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol, dimana pada periode sebelumnya

sebesar 11,89% (yoy) yang menurun menjadi 10,95% (yoy).

Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Jika menganalisa pergerakan inflasi yoy perbulannya, maka didapati bahwa laju inflasi

subkelompok minuman tidak beralkohol cenderung menurun sejak bulan Februari, yang

diperkirakan karena pengaruh penurunan harga pada komoditas gula meskipun masih pada

level yang cukup tinggi. Kemudian untuk inflasi subkelompok makanan jadi, pergerakannya

relatif stabil meski sempat menurun pada bulan Februari yang diperkirakan karena pengaruh

penurunan harga pada beberapa komoditas bahan baku makanan jadi tersebut, seperti

daging, namun pada bulan berikutnya kembali mengalami peningkatan laju inflasi. Kedua hal

tersebut, kemudian saling menyeimbangkan sehingga pada akhir periode triwulan I-2010

‐2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau

28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

inflasi untuk kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau menjadi relatif stabil. Akan

tetapi jika dibandingkan dengan periode yang sama satu tahun lalu, maka secara umum

telihat bahwa telah terjadi perlambatan inflasi yang cukup signifikan dimana secara yoy, laju

inflasi triwulan I-2009 pada kelompok ini mencapai 11,97% (yoy)

Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar

Ayam Goreng Mie

Gula Pasir Nasi

Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-

Bahan Bakar, relatif mengalami perlambatan

laju inflasi yaitu dari 3,55% pada triwulan IV-

2010 menjadi sebesar 3,48% (yoy). Perlambatan

laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh

perlambatan inflasi yang terjadi pada

subkelompok perlengkapan rumah tangga yang

mengalami inflasi sebesar 2,27% (yoy) pada triwulan laporan dimana pada triwulan IV-2009

laju inflasinya sebesar 3,11% (yoy). Perlambatan ini diperkirakan karena menurunnya harga

terutama pada komoditas barang elektronik rumah tangga, seperti lemari es, air conditioner

dan rice cooker. Selain itu, subkelompok penyelenggaraan rumah tangga juga mengalami

‐4%‐3%‐3%‐2%‐2%‐1%‐1%0%1%1%2%

6.800 

6.900 

7.000 

7.100 

7.200 

7.300 

7.400 

2  3  4  1  2  3  4  1 

2009 2010

Ayam Goreng

yoy ‐ a.kanan

‐40%

‐35%

‐30%

‐25%

‐20%

‐15%

‐10%

‐5%

0%

1.000 

2.000 

3.000 

4.000 

5.000 

6.000 

2  3  4  1  2  3  4  1 

2009 2010

Mie

yoy ‐ a.kanan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

2.000 

4.000 

6.000 

8.000 

10.000 

12.000 

2  3  4  1  2  3  4  1 

2009 2010

Gula Pasir

yoy ‐ a.kanan

‐4%

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

6.400 

6.600 

6.800 

7.000 

7.200 

7.400 

7.600 

7.800 

8.000 

2  3  4  1  2  3  4  1 

2009 2010

Nasi

yoy ‐ a.kanan

Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar

29Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

perlambatan laju inflasi, dari 4,39% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 3,19% (yoy) pada

triwulan I-2010. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok ini diperkirakan karena terjadi

penurunan harga pada beberapa komoditas seperti sabun cuci dan pembersih lantai.

Di sisi lain, terjadi peningkatan laju inflasi pada subkelompok bahan bakar,

penerangan dan air dimana pada triwulan I-2010 mencapai 7,32% (yoy) sedangkan pada

periode sebelumnya masih sebesar 6,68% (yoy). Kenaikan inflasi pada diperkirakan masih

dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak tanah karena adanya program konversi ke gas elpiji.

Dimana dengan adanya program konversi tersebut mendorong kenaikan harga pada minyak

tanah sejalan dengan dicabutnya subsidi minyak tanah. Subkelompok biaya tempat tinggal

juga menunjukkan peningkatan laju inflasi, yaitu dari 2,01% (yoy) menjadi 2,30%, yang

diperkirakan dipicu oleh kenaikan harga pada beberapa bahan bangunan, seperti semen dan

besi beton.

Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan

Apabila inflasi year on year ditinjau pergerakannya secara bulanan, secara umum

hampir semua subkelompok mengalami kenaikan inflasi pada bulan Januari dan kemudian

melambat dibulan berikutnya sampai dengan Maret. Sub kelompok bahan bakar-penerangan

dan air mengalami inflasi sebesar 7,32% (yoy) pada Maret dimana telah melambat jika

dibandingkan dengan inflasi pada bulan Februari yaitu sebesar 7,64% (yoy). Kemudian sub

kelompok penyelenggaraan rumah tangga relatif mengalami perlambatan sejak Februari

2010. Selain itu, sub kelompok biaya tempat tinggal juga memiliki pola yang hampir serupa

dimana pada bulan Januari mengalami inflasi sebesar 3,05% (yoy) yang kemudian melambat

pada bulan berikutnya hingga pada bulan Maret tercatat 2,30% (yoy). Kenaikan inflasi

diawal tahun diduga karena adanya penyesuaian harga-harga kebutuhan rumah tangga di

awal tahun. Misalnya biaya sewa rumah dan bahan bangunan.

10 

12 

14 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

%

y.t.d

y.o.ySumber : BPS diolah

30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Kelompok Kesehatan pada triwulan

laporan tercatat relatif mengalami kenaikan laju

inflasi tahunan. Pada triwulan IV-2009, laju inflasi

kelompok ini sebesar 2,86% (yoy), yang

kemudian naik menjadi sebesar 2,98% pada

triwulan laporan. Kenaikan inflasi pada triwulan

laporan ini didorong oleh sebagian besar

subkelompoknya kecuali subkelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani. Namun

untuk subkelompok obat-obatan dan perawatan jasmani dan kosmetika mengalami

perlambatan inflasi pada triwulan I-2010 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Ketika melihat pergerakan inflasi yoy secara bulanan, maka subkelompok yang terus

mengalami peningkatan inflasi sejak bulan Januari hingga bulan Maret 2010 adalah

subkelompok jasa kesehatan, dimana pada Januari 2009 tercatat inflasinya sebesar 4,91%

(yoy) dan pada Maret menjadi 6,49% (yoy). Kondisi ini diduga karena pengaruh kondisi

cuaca yang relatif kurang kondusif bagi kesehatan sehingga mendorong terjadinya

peningkatan permintaan jasa kesehatan. Selain itu, pada subkelompok jasa perawatan

jasmani yang inflasinya sempat melambat pada Januari 2010 (5,79%; yoy) pada bulan Maret

2010 naik menjadi sebesar 6,81% (yoy). Sedangkan untuk subkelompok obat-obatan yang

cenderung mengalami peningkatan laju inflasi sejak awal triwulan I-2010 (1,81% pada

Januari 2010 dan 1,93% pada Februari 2010), kemudian melambat hingga menjadi 1,02%

(yoy). Peningkatan laju inflasi yang sesaat pada subkelompok ini diperkirakan karena adanya

penetapan HET (Harga Eceran Tertinggi) untuk obat generik pada tanggal 27 Januari 2010.

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan

‐2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan

31Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi

tahunannya pada triwulan laporan tercatat

mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

IV-2009. Perlambatan tersebut diduga terjadi

karena terdapat deflasi pada subkelompok

bumbu-bumbuan, lemak-minyak, ikan segar, ikan

diawetkan dan daging-hasilnya. Sedangkan di sisi

lain, peningkatan laju inflasi tersebut didorong

oleh inflasi pada subkelompok buah-buahan,

padi-padian, umbi-umbian-hasilnya dan sayur-

sayuran, yang secara umum diperkirakan karena

faktor kekurangan pasokan akibat belum

datangnya masa panen dan adanya kenaikan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) beras per 1

Januari 2010.

Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan

Hasil SPH di Makassar

Cabe Rawit Daging Ayam Ras

Beras Bandeng

Apabila inflasi year on year pada triwulan I-2010 dianalisa secara bulanan, laju inflasi

bumbu-bumbuan pada awal triwulan I-2010 masih mengalami inflasi hingga 17,67% (yoy)

yang kemudian mulai melambat pada bulan berikutnya hingga akhirnya deflasi pada bulan

5.000 

10.000 

15.000 

20.000 

25.000 

30.000 

1  2  3  4  1 

2009 2010

Cabe Rawit

‐15%‐10%‐5%0%5%10%15%20%25%30%

5.000 

10.000 

15.000 

20.000 

25.000 

30.000 

2  3  4  1  2  3  4  1 

2009 2010

Daging Ayam Ras

yoy ‐ a.kanan

0%

5%

10%

15%

20%

25%

1.000 

2.000 

3.000 

4.000 

5.000 

6.000 

7.000 

8.000 

2  3  4  1  2  3  4  1 

2009 2010

Beras

yoy ‐ a.kanan

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

5.000 

10.000 

15.000 

20.000 

25.000 

2  3  4  1  2  3  4  1 

2009 2010

Ikan Bandeng

yoy ‐ a.kanan

Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan

32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Maret 2010 menjadi sebesar -9,22% (yoy). Selain itu subkomoditas ikan segar juga

mengalami pola yang sama, dimana pada Januari 2010 masih inflasi sebesar 2,3% (yoy),

namun kemudian pada bulan berikutnya terjadi deflasi yang cukup signifikan pada

subkelompok ini yaitu menjadi -6,65% (yoy) dan akhirnya pada akhir triwulan I-2010 masih

mengalami deflasi meski tidak sebesar bulan sebelumnya yaitu -4,02% (yoy). Hal tersebut

diperkirakan karena faktor cuaca yang sudah mulai membaik pada awal tahun 2010 untuk

perikanan tangkap sehingga hasil tangkapan nelayan menjadi relatif berlimpah.

Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Kelompok Sandang, mengalami

perlambatan inflasi dimana pada triwulan I-2010

tercatat sebesar 2,17% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan IV-2009 yaitu sebesar

7,31%. Perlambatan laju inflasi pada triwulan ini

disebabkan oleh perlambatan inflasi yang terjadi

pada subkelompok barang pribadi dan sandang

lainnya.

Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang

‐5

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

‐2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang

33Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas

Makassar Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan

Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, mengalami inflasi yang

cukup besar yaitu 1,18% (yoy) pada triwulan laporan, jika dibandingkan dengan triwulan IV-

2009 yang mengalami deflasi sebesar 2,32%

(yoy). Peningkatan laju inflasi pada kelompok ini

diperkirakan dipicu oleh sub kelompok transpor

dimana pada triwulan sebelumnya mengalami

deflasi sebesar 3,20% (yoy) yang kemudian

naik menjadi 1,51% pada triwulan I-2010. Hal

ini diprediksi karena terjadi kenaikan harga

minyak yang kemudian memicu terjadinya kenaikan biaya tiket pesawat udara, terutama fuel

surcharge.

Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi

Jika menganalisa inflasi year on year secara bulanan selama triwulan laporan,

peningkatan laju inflasi pada subkelompok transport mulai mengalami peningkatan inflasi

cukup signifikan pada bulan Februari 2010, yaitu mencapai 2,42% (yoy) jika dibandingkan

dengan Desember 2009 (-0,42%; yoy) dan kemudian mulai melambat pada akhir triwulan I-

0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

2  3  4  1  2  3  4  1 

2009 2010Rp Ribuan

Emas Perhiasan

yoy ‐ a.kanan

500 

600 

700 

800 

900 

1.000 

1.100 

1.200 

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

$/Troy oz

Harga Emas

(10)

10 

20 

30 

40 

50 

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

%

y.t.d

y.o.y

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan

34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

2010 yang tercatat sebesar 1,51% (yoy). Namun di sisi lain cenderung terjadi perlambatan

sejak Februari 2010 (5,59%; yoy) untuk subkelompok sarana dan penunjang transpor,

dimana pada Januari mencapai 7,30% dan akhirnya melambat hingga sebesar 4,93% pada

akhir triwulan I-2010.

35Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Bab 3

Perkembangan Perbankan

Sejak Januari 2010 diberlakukan pelaporan data bank dengan menggunakan sistem

Basel II yang mekanisme pelaporannya tersentralisasi dan online kepada Bank Indonesia

secara terpusat. Oleh karena itu pada analisa kajian perbankan untuk periode triwulan I-

2010, data-data yang disajikan masih bersifat sementara dan juga metode analisa time series

yang biasa digunakan akan relatif lebih terbatas sehubungan dengan masa transisi

perubahan sistem pelaporan dari LBU 2000 menjadi Basel II.

Secara month to month, kinerja perbankan Sulawesi Selatan per Februari 2010 relatif

menurun jika dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini tercermin dari aset, dana pihak

ketiga (DPK) yang tumbuh negatif. Namun di sisi lain, fungsi intermediasi bank dalam

menyalurkan kredit masih berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari pertumbuhan

kredit yang positif. Begitu juga untuk Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Sulawesi

Selatan masih relatif baik dan tercatat di atas 100%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang

disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) juga

menunjukkan kondisi yang relatif baik.

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan

Catatan: Sejak Januari 2010 pencatatan data perbankan menggunakan Basel II

3.1 Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)

3.1.1. Kelembagaan dan Aset

Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010 (per

Februari 2010) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang

mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan IV-2009, meskipun jumlah bank tidak

mengalami perubahan. Per Februari 2010, terdapat penambahan jumlah kantor bank

nominal (dlm Rp juta) pertumbuhan (m.t.m)1. Total Aset 37,053,666                   ‐9.64%2. DPK 29,894,336                   ‐1.90%   a. Giro 4,860,040                      ‐4.96%   b. Tabungan 14,808,850                   ‐2.56%   c. Deposito 10,225,446                   0.63%3. Kredit 35,935,523                   2.21%4. LDR (%) 120.21%5. NPLs Gross (%) 3.43%

per Februari 2010KOMPONEN

36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

sebanyak 2 buah menjadi 692 kantor bank pada triwulan laporan. Penambahan kantor bank

tersebut terdiri dari 2 kantor bank konvensional.

Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan

Pada Februari 2010, total aset

bank umum Sulsel tercatat sebesar

Rp37,1 triliun meski tumbuh negatif jika

dibandingkan bulan Januari 2010 yaitu

sebesar -9,64%. Dimana untuk

kelompok bank pemerintah, asetnya

mengalami pertumbuhan negatif

sebesar 10,18% (mtm) atau menjadi

sebesar Rp23,8 triliun. Kemudian diikuti

oleh kelompok bank swasta nasional dan kelompok bank asing/campuran, dimana masing-

masing tumbuh sebesar -8,67% (mtm) menjadi Rp12,5 triliun dan -8,45% (mtm) menjadi

Rp772,5 juta. Terlepas dari besaran penurunannya, berdasarkan analisa runtut waktu,

pertumbuhan aset perbankan pada awal periode triuwlan I cenderung tumbuh negatif yang

biasanya akan membaik pada akhir periode triwulan pertama. Hal tersebut disebabkan

karena pada awal tahun ekspansi kredit cenderung melambat. Aktivitas pelunasan pinjaman

biasa yang terjadi selama periode itu dibandingkan dengan pengucuran kredit baru.

3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan

Pada Februari 2010, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum

tercatat tumbuh negatif 1,90% (mtm) atau menjadi sebesar Rp29,9 triliun. Pertumbuhan

DPK bank umum ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Penurunan pertumbuhan yang utama terjadi pada giro dan tabungan, dimana masing-masng

tumbuh negatif sebesar 4,96% dan 2,56% (mtm). Meski pertumbuhan deposito month to

month per Februari 2010 relatif kecil, namun masih tumbuh positif, yaitu sebesar 0,63%.

20101 2 3 4 1 2 3 4 1*

Jumlah Bank 64 65 68 69 68 68 69 69 69

Bank Umum 36 37 40 41 41 41 42 42 42Konvensional 27 28 30 30 30 30 30 30 30Syariah 3 3 3 3 3 4 4 4 4UUS 6 6 7 8 8 7 8 8 8

BPR 28 28 28 28 27 27 27 27 27Jumlah Kantor Bank 625 630 638 664 669 679 680 690 692

Kelembagaan2008 2009

Tabel 3.3.

Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank

37Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Namun share DPK jenis giro, tabungan dan deposito dengan membandingkan posisi Januari

dan Februari masih relatif tetap, yaitu masing-masing sebesar 0,16%, 0,50% dan 0,34%.

Kondisi tersebut diperkirakan karena terjadinya penurunan bunga deposito yang

lebih cepat dari bunga pinjaman pada akhir tahun lalu, sejalan dengan stabilnya BI rate pada

tingkat 6,50% setelah cenderung menurun sejak pertengahan tahun 2009. Oleh sebab itu,

maka diduga masyarakat cenderung menarik uangnya dan menempatkannya ke tempat lain

karena bunga yang mereka dapatkan dari penempatan pada giro maupun tabungan, relatif

kurang menguntungkan lagi.

Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum Sulsel juga tercatat masih mengalami

pertumbuhan yang positif, yaitu 2,21% (mtm) pada Februari 2010. Pertumbuhan kredit yang

masih relatif kecil ini bersifat periodik, dimana biasanya pada awal tahun ekspansi kredit

cenderung melambat. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas pelunasan

pinjaman yang terjadi selama periode tersebut lebih besar dibandingkan dengan pengucuran

kredit baru. Meski demikian, LDR bank umum tercatat masih berada diatas 100%, yaitu

sebesar 120,2% per Februari 2010.

Tabel 3.4.

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

Tabel 3.5. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

Per Jenis Penggunaan

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit produktif (modal kerja dan investasi)

mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan bulan Januari 2010. Per Februari

2010, kredit produktif tercatat tumbuh sebesar 3,34% (mtm). Pertumbuhan pada kredit

produktif didorong oleh pertumbuhan pada investasi yang tumbuh sebesar 4,71% (mtm),

kemudian kredit modal modal kerja yaitu sebesar 2,51% (mtm). Kondisi ini jauh lebih baik

jika dibandingkan dengan periode yang sama satu tahun yang lalu. Meski jika dibandingkan

dengan pertumbuhan Desember 2009, maka masih relatif melambat akibat pola/siklus usaha

tahunan.

Pertumbuhan kredit konsumsi juga masih positif meski dalam tingkat yang cukup

kecil, yaitu dari 0,83%(mtm) pada Februari 2010. Meski demikian, namun dilihat dari share

2 12 2 DPK ‐0.69% 8.49% ‐1.90%   a. Giro ‐1.36% 4.19% ‐4.96%   b. Tabungan ‐2.73% 13.06% ‐2.56%   c. Deposito 2.89% 3.01% 0.63%Kredit ‐0.02% 5.21% 2.21% LDR (%) 111.0% 108.4% 120.2% NPLs Gross (%) 3.8% 3.1% 3.4%

KOMPONEN2009 2010

2 12 2Kredit ‐0.02% 5.21% 2.21%‐  Investasi ‐0.17% 2.75% 4.71%‐  Konsumsi 0.21% 3.09% 0.83%‐   Modal Kerja  ‐0.19% 8.70% 2.51%

KOMPONEN2009 2010

38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

masih dominan dengan tingkat yang relatif tidak berubah jika dibandingkan bulan Januari

2010, yaitu 45%. Sedangkan untuk kredit investasi dan modal kerja share masing-masing

adalah sebesar 21% dan 34%.

Secara sektoral, terdapat 3 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit

relatif menonjol dibandingkan sektor-sektor yang lain yaitu sektor listrik-gas-air, sektor

perdagangan dan sektor industri, dimana masing-masing tumbuh 13,09% (mtm), 4,14%

dan 4,00%. Peningkatan pertumbuhan pemberian kredit yang cukup signifikan terjadi pada

sektor industri, dimana pada periode yang sama setahun yang lalu pertumbuhan kreditnya

negatif. Hal ini diduga karena persepsi positif akan proses recovery perekonomian dunia,

sehingga kredit pada bidang industri kembali mengalami peningkatan.

Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi

Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi

Sedangkan penyaluran kredit pada sektor pertambangan dan pengangkutan

mengalami pertumbuhan yang negatif pada bulan Februari 2010 jika dibandingkan dengan

bulan sebelumnya. Meski pertumbuhanya negatif, namun sudah relatif membaik jika

dibandingkan pertumbuhan mtm pada bulan Desember 2009 yang mencapai -5,31%. Selain

Industri9%

Js Dunia Ush4%

Js Sos Masy.4%

Konstruksi5%

Lain‐lain49%

LGA1%

Pengangkutan3%

Perdagangan23% Pertambangan

1%Pertanian

1%

2 12 2Kredit ‐0.02% 5.21% 2.21%*    Pertanian ‐4.55% 16.02% 2.30%*    Pertambangan ‐0.33% ‐5.31% ‐0.79%*    Industri pengolahan ‐2.71% 1.26% 4.00%*    Listrik,Gas dan Air ‐3.33% 16.64% 13.09%*    Konstruksi 1.62% ‐1.64% 2.62%*    Perdagangan 1.47% 10.64% 4.14%

*    Pengangkutan ‐2.65% ‐0.27% ‐1.82%*    Jasa Dunia Usaha ‐0.29% 5.30% 4.41%

*    Jasa Sosial Masyarakat 1.91% 8.09% 4.97%*    Lain‐lain 0.21% 3.09% 0.75%

KOMPONEN2009 2010

39Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

itu, pertumbuhan kredit pada sektor angkutan juga memiliki kecenderungan pertumbuhan

yang negatif pada periode yang sama tahun lalu dan juga pada bulan Desember 2009.

Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross

Bank Umum

Grafik 3.2. Pangsa NPLs

Per Sektor Ekonomi

Aspek pengelolaan manajemen risiko usaha bank umum di Sulsel pada Februari 2010

menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan bulan Januari 2010, meski masih pada

tingkat yang relatif kecil. Hal tersebut tercermin dari NPLs-Gross bank umum per Februari

2010 yang tercatat menjadi 3,44%. Secara sektoral, per Februari 2010 NPL tertinggi terjadi

terdapat pada sektor industri yang mencapai 7,74%. Kemudian diikuti oleh sektor jasa sosial

masyarakat, sektor jasa dunia usaha dan konstruksi, yang masing-masing NPL-nya adalah

sebesar 5,70%, 5,66% dan 5,47%.

Grafik 3.3. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi

2 12 2NPL Gross 2.87% 2.93% 3.44%NPL Net 1.70% 0.79% 1.01%

2010KOMPONEN

2009

7.74%

5.66%

5.70%

5.47%

2.21%

0.00%

0.89%

3.68%

0.07%

4.52%

0% 2% 4% 6% 8% 10%

Industri

Js Dunia Ush

Js Sos Masy.

Konstruksi

Lain‐lain

LGA

Pengangkutan

Perdagangan

Pertambangan

Pertanian

Industri2%

Js Dunia Ush4%

Js Sos. Masy.5%

Konstruksi3%

Lain‐lain61%

Listrik,Gas dan Air0%

Pengangkutan1%

Perdagangan23%

Pertambangan0%

Pertanian1%

40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (m.t.m)

Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan bank

umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM).

Pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi untuk Februari 2010, sebagian besar

masih didominasi oleh sektor perdagangan 23%, kemudian diikuti oleh sektor jasa sosial

kemasyarakatan sebesar 5%. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM secara month to month

mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama untuk tahun sebelumnya,

namun relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan mtm pada Desember 2009.

Sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan cukup signifikan dibandingkan setahun

yang lalu adalah sektor pertanian, perdagangan dan sektor industri. Hal ini menunjukan

bahwa perbankan sudah lebih optimis dalam menyalurkan kredit untuk sektor MKM

daripada setahun yang lalu ketika masih dibayang-bayangi oleh dampak krisis global.

3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah

Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan

dibandingkan triwulan IV-2009, yakni sebanyak 12 Bank Syariah dengan rincian 4 Bank

Umum Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah.

Secara month to month, kinerja

perbankan Syariah Sulawesi Selatan per

Februari 2010 cukup baik jika

dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini

tercermin dari aset, dana pihak ketiga

(DPK) yang tumbuh positif. Namun di sisi

lain, fungsi intermediasi bank dalam

pembiayaan tumbuh negatif per Februari

2010 yaitu sebesar 4,49% (mtm). Ditinjau

2 12 2Kredit 0.41% 3.70% 2.72%*   Pertanian ‐8.57% 17.38% 6.48%*   Pertambangan ‐2.74% ‐36.11% ‐3.36%*   Industri pengolahan ‐1.20% ‐0.86% 1.20%*    Listrik,Gas dan Air 18.56% ‐14.64% ‐23.45%*    Konstruksi 2.35% ‐4.40% 2.50%*    Perdagangan 1.47% 7.26% 7.09%*    Pengangkutan 5.28% ‐27.79% ‐0.26%*    Jasa Dunia Usaha ‐0.36% 3.97% 3.30%*    Jasa Sosial Masyarakat 2.09% 2.30% 6.40%*    Lain‐lain 0.24% 3.06% 0.99%

KOMPONEN2009 2010

Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah

41Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

dari sisi Finance to Deposit Ratio (FDR) perbankan Sulawesi Selatan relatif baik dan tercatat di

atas 100% atau lebih tepatnya 152,0%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan,

yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) juga menunjukkan kondisi

yang cukup baik.

3.2. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S)

Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan I-

2010 (per Februari 2010), tidak mengalami

perubahan jumlah jaringan kantor sehingga

jumlahnya tetap 52 kantor.

Pada triwulan I-2010 per Februari

2010, total aset perbankan kelompok BPR/S

tercatat tumbuh sebesar 32,9% (y.o.y)

sehingga menjadi Rp409,1 miliar.

Pertumbuhan aset ini tercatat lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 23,6%.

Dari sisi penghimpunan dana, DPK

BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan

sebesar 75,68% (y.o.y) menjadi Rp217,7

miliar pada triwulan I-2010 jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang hanya tumbuh sebesar 74,49% (y.o.y).

Pada triwulan laporan, kredit/pembiayaan

yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tercatat

tumbuh sebesar 14,95% (yoy), sementara

pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar

56,51%. Dari rasio perbandingan

kredit/pembiayaan dengan dana pihak

ketiga BPR/S pada triwulan laporan tercatat sebesar 121,7%, lebih rendah dibanding LDR

pada triwulan IV-2009 yang sebesar 159,4%. Penurunan LDR ini lebih disebabkan oleh

penurunan yang kredit yang cukup signifikan.

Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR

BPR/S

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

200%

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2007 2008 2009 2010Milyar Rp

DPK

Kredit

LDR

Smb : LB‐BPR/S* Sementara

Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S

224.77273.40

312.94

317.45

307.78337.08

360.28392.51 409.10

59.8%80.4%

75.3%

96.7%

36.9%

23.3% 15.1%23.6%

32.9%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

50 

100 

150 

200 

250 

300 

350 

400 

450 

1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2008 2009 2010Rp M

ilyar

Asety.o.y

Smb : LB‐BPR/S* Sementara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

43Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Bab 4

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perkembangan sistem pembayaran selama triwulan laporan relatif searah dengan

pergerakan aktivitas perekonomian Sulsel. Transaksi pembayaran tunai dan non tunai

menunjukkan perkembangan positif, namun lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009.

Perlambatan transaksi tersebut antara lain diperkirakan karena masih rendahnya realisasi

proyek-proyek swasta dan pemerintah. Salah satu pendorong peningkatan aktivitas sistem

pembayaran pada triwulan laporan adalah adanya persiapan Pilkada di beberapa daerah.

4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)

Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari

dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat net inflow sebesar Rp1,56 triliun, meningkat

dibandingkan kondisi pada triwulan IV-2009 yang mengalami net inflow sebesar Rp0,95

triliun.

Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)

Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow)

Dari sisi aliran uang kartal masuk (inflow) ke KBI Makassar, relatif melambatnya

pertumbuhan ekonomi di Sulsel pada triwulan laporan (lihat Bab 1) salah satunya tercermin

dari nominal inflow perbankan ke KBI Makassar yang menunjukkan peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflow pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,86

triliun atau tumbuh sebesar -16,9% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar

Rp1,65 triliun atau tumbuh sebesar -24,8% (yoy). Peningkatan arus uang kartal masuk

tersebut diperkirakan karena relatif berkurangnya aktivitas pembangunan di Sulsel pada awal

tahun dibandingkan triwulan sebelumnya (triwulan IV-2009). Sedangkan apabila

dibandingkan dengan inflow pada triwulan I-2009 yang sebesar Rp2,23 triliun dengan

‐100%

‐50%

0%

50%

100%

150%

0.50 

1.00 

1.50 

2.00 

2.50 

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Inflow

Y.O.Y

Triliun Rp

‐200%

‐100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

0.20 

0.40 

0.60 

0.80 

1.00 

1.20 

1.40 

1.60 

1.80 

2.00 

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Outflow

Y.O.Y

Triliun Rp

44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

pertumbuhan sebesar -4,3% (yoy), maka nominal inflow pada triwulan I-2010 tercatat

mengalami penurunan. Kondisi ini juga relatif sejalan dengan perkembangan pertumbuhan

ekonomi Sulsel pada triwulan I-2010 yang relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009.

Sementara aliran uang kartal keluar (outflow) yang merupakan permintaan

perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat, pada triwulan

laporan juga menunjukkan perbaikan pertumbuhan yaitu dari -53,8% (yoy) pada triwulan

lalu menjadi 22,9%. Secara nominal, outflow pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp0,29

triliun, lebih rendah dibandingkan outflow pada triwulan IV-2009 yang sebesar Rp0,70

triliun, namun lebih tinggi dibandingkan outflow pada triwulan I/2009 yang sebesar Rp0,24

triliun. Lebih rendahnya nominal outflow pada triwulan laporan dibandingkan triwulan IV-

2009 ini relatif sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan

laporan dibandingkan triwulan IV-2009. Begitu juga sebaliknya, nominal outflow pada

triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 relatif menunjukkan

pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2010 lebih tinggi dibandingkan triwulan I-

2009, yang salah satunya karena adanya persiapan Pilkada pada beberapa daerah di Sulsel.

4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan I-2010 tercatat

mengalami penurunan. PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun, lebih

rendah dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar Rp1,19 triliun. Namun lebih tinggi

apabila dibandingkan dengan PTTB pada triwulan I-2009 yang sebesar Rp0,25 triliun. Kondisi

nominal PTTB ini relatif sejalan dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi Sulsel, mengingat

PTTB ini relatif mencerminkan tingkat penggunaan uang untuk aktivitas ekonomi. Apabila

nominal PTTB meningkat, maka pertumbuhan ekonomi relatif akan mengalami peningkatan,

begitu juga sebaliknya.

Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

PTTB

 / Inflo

w

Inflo

w & PTTB (Triliun Rp

)

Inflow PTTB PTTB/Inflow

45Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Hal yang sama juga apabila ditinjau dari rasio PTTB-inflow, rasio PTTB-inflow pada

triwulan laporan tercatat sebesar 55,9%, lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009 yang

sebesar 72,5%, namun lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009.

4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triwulan laporan, seiring dengan perlambatan aktivitas ekonomi, jumlah temuan

uang rupiah palsu juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2009. Pada

triwulan I-2010, jumlah uang palsu yang ditemukan sebesar Rp19,05 juta, dari Rp26,92 juta

pada triwulan IV-2009. Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- masih merupakan

jenis uang yang paling banyak dipalsukan yakni 181 lembar atau 61,1% dari total lembar

temuan uang palsu.

Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker

KBI Makassar Triwulan I-2010

Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu

Berdasarkan Pecahan Triwulan I-2010

4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS

4.4.1. Perkembangan RTGS

Pergerakan aktivitas perekonomian Sulsel selama triwulan laporan juga relatif

tercermin dari pergerakan transaksi via BI-RTGS. Perkembangan transaksi transfer keluar via

RTGS (outgoing) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp11,9 triliun atau meningkat

sebesar 43,9% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp15,1 triliun dan

pada triwulan I-2009 sebesar Rp8,3 triliun. Menurunnya outgoing pada triwulan laporan

dibandingkan triwulan IV-2009 relatif menunjukkan aktivitas perekonomian Sulsel pada

triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009. Begitu juga sebaliknya apabila

dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar Rp8,3 triliun.

Kondisi yang sama juga apabila ditinjau dari transaksi transfer masuk via RTGS

(incoming). Incoming pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp18,0 triliun, lebih rendah

apabila dibandingkan incoming pada triwulan IV-2009 yang sebesar Rp21,9 triliun, namun

Pecahan

100.000       50.000         20.000         10.000         5.000           

Trw IV‐2008 62 123 11 5 2 203

Trw I‐2009 44 116 9 4 2 175

Trw II‐2009 58 87 11 4 1 161

Trw III‐2009 103 277 8 8 19 415

Trw IV‐2009 139 251 16 3 24 433

Trw I‐2010 97 181 13 3 2 296Sumber : Bank Indonesia

Periode Total

100,000 24.21%

50.000 61,1%

20.000 4,4%

10.000 1,0%

5.000 0,7%

46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

lebih tinggi apabila dibandingkan dengan incoming pada triwulan I-2009 yang sebesar

Rp11,7 triliun.

Grafik 4.5. Transaksi RTGS - Incoming

Grafik 4.6. Transaksi RTGS - Outgoing

Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulsel tercatat masih mengalami net

inflow yaitu sebesar Rp5,6 triliun, yang tumbuh sebesar 66,4% (yoy). Apabila dibandingkan

dengan net inflow triwulan IV-2009, net inflow pada triwulan I-2010 tercatat lebih rendah

dibandingkan net inflow pada triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar Rp6,8 triliun, namun

lebih tinggi apabila dibandingkan net inflow triwulan I-20009 yang sebesar Rp3,4 triliun.

4.4.2. Perkembangan Kliring

Perkembangan penyelesaian non tunai via kliring pada triwulan I-2010 juga

menunjukkan perkembangan yang searah dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi Sulsel.

Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 10,6% (yoy),

sehingga menjadi Rp7,2 triliun. Nominal transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp7,4 triliun, namun lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar Rp6,5 triliun.

Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

10 

15 

20 

25 

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Incoming

Y.O.Y

Triliun Rp

‐60%

‐40%

‐20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

10 

12 

14 

16 

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Outgoing 

Y.O.Y

Triliun Rp

2010

3 4 1 2 3 4 1

Total Perputaran Kliring‐ Nominal (miliar rupiah) 7,875.5     7,304.5     6,543.4     6,894.5     7,362.1      7,460.4      7,239.1     ‐ Lembar (ribuan) 270.9        251.7       242.2      258.4      262.3       263.6         253.5        Rata‐rata Harian Perputaran Kliring‐ Nominal (miliar rupiah) 125.0        121.7       110.9      111.2      120.7       118.4         118.7        ‐ Lembar (ribuan) 4.3             4.2            4.1           4.2           4.3           4.2             4.2           Nisbah Rata‐rata Penolakan Cek/ BG Kosong‐ Nominal (%) 1.1             1.3            1.7           2.0           2.7           2.9             2.3           ‐ Lembar (%) 1.0             1.2            1.7           1.6           2.3           2.2             2.3           Sumber : BI‐RTGS

2008 URAIAN 

2009

47Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Dari sisi rata-rata harian, nilai nominal perputaran kliring tercatat mengalami

peningkatan. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan I-2010 tercatat

sebesar Rp118,7 miliar, sedikit lebih baik dibanding triwulan IV-2009 dan triwulan I-2009

yang masing-masing sebesar Rp118,4 miliar dan Rp110,9 miliar. Perbaikan pertumbuhan

nominal transaksi via kliring tersebut relatif menggambarkan aktivitas ekonomi yang nominal

transaksinya dibawah Rp25 juta mengalami peningkatan.

Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara

nominal tercatat mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 2,9% pada triwulan IV-2009

menjadi sebesar 2,3% pada triwulan laporan. Namun dari jumlah lembar, rasio rata-rata

warkat yang ditolak sedikit meningkat menjadi sebesar 2,3%, sementara pada triwulan IV-

2009 sebesar 2,2%.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

49Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan UtamaAgustus Agustus

2008 2009Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 5,559,748 5,660,624 Angkatan Kerja 3,447,879 3,536,920

a. Bekerja 3,136,111 3,222,256 b. Pengangguran 311,768 314,664

Bukan Angkatan Kerja 2,111,869 2,123,704 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.0% 62.5%Tingkat Pengangguran Terbuka 9.0% 8.9%Sumber : BPS

KEGIATAN UTAMA

Bab 5

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2009

terhadap angkatan kerja relatif minim, mengingat terdapat tekanan dari krisis global,

terutama pada semester I-2009. Sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel sedikit

mengalami penurunan. Di sisi lain perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) masih

menunjukkan perkembangan positif yang didorong oleh peningkatan Indeks yang Diterima

Petani. Hal yang sama juga terjadi peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan

lapangan kerja dan penghasilan dibanding 6 bulan yang lalu.

5.1. Ketenagakerjaan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2009 mengalami

peningkatan. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 2,6%

dari 3,4 juta orang pada Agutsus 2008 menjadi 3,5 juta orang (62,5% dari total penduduk

usia kerja). Dengan

pertumbuhan tersebut, TPAK

sedikit mengalami peningkatan,

yaitu dari 6,0% pada Agustus

2008 menjadi 6,5% pada

Agustus 2009. Kondisi tersebut

menggambarkan daya serap

pembangunan ekonomi Sulsel

terhadap angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009 tersebut, hanya

mampu menyerap penambahan jumlah angkatan kerja sebesar 86 ribu orang saja, atau

hanya menyerap 27,6% pengangguran pada Agustus 2008. Kondisi tersebut mengakibatkan

tingkat pengangguran terbuka (TPT) Sulsel sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 0,1%

yaitu dari 9,0% pada Agustus 2008 menjadi 8,9% pada Agustus 2009. Di sisi lain, relatif

minimnya penambahan daya serap tenaga kerja di Sulsel tersebut diperkirakan karena

kondisi dunia usaha yang sedang menghadapi dampak krisis, terutama pada semester I-

2009. Sehingga cenderung tidak terdapat penambahan ekspansi usaha.

Dari sisi lapangan pekerjaan utama, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di

sektor pertanian ke sektor non pertanian, terutama sektor industri, sektor konstruksi dan

sektor perdagangan. Pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian tercatat

50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

sebesar 49,3%, sementara pada Agustus 2008 tercatat sebesar 51,5%. Sedangkan pangsa

jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri, sektor konstruksi dan sektor

perdagangan mengalami peningkatan. Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena

pengaruh musim kemarau yang mengurangi tingkat produktifitas di sektor pertanian

sehingga relatif mendorong perpindahan tenaga kerja ke sektor lain untuk mempertahankan

tingkat pendapatan.

Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Agustus 2008 Agustus 2009

Pergeseran angkatan kerja ke non-pertanian tersebut, salah satunya ditandai dengan

meningkatnya pangsa jumlah buruh/karyawan terhadap total tenaga kerja yang bekerja,

yaitu dari 23,2% pada Agustus 2008 menjadi 24,1% pada Agustus 2009. Sedangkan di

pekerja bebas pertanian relatif sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 4,1% menjadi

4,4%.

5.2. Kesejahteraan

5.2.1. Nilai Tukar Petani

Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan kembali menunjukan

perkembangan positif. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat

tumbuh sebesar 2,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan IV-

2009 yang sebesar 3,3% (yoy). Kondisi ini diperkirakan karena pengaruh ekpekstasi tingkat

harga produk pertanian yang terbentuk pada akhir tahun 2009 sehubungan dengan rencana

penetapan HPP beras.

Pertanian

51.5%

Industri5.8%

Konstruksi

4.7%

Perdagangan

18.5%

Angkutan/Komuni

kasi6.2% Jasa

11.2%

Lainnya *)

2.0%

Pertanian

49.3%

Industri6.7%

Konstruksi

5.2%

Perdagangan

19.8%

Angkutan/Komuni

kasi5.8% Jasa

11.2%

Lainnya *)

2.0%

51Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Hal tersebut tampak dari peningkatan ‘Indeks yang Diterima Petani’ pada triwulan

laporan tercatat sebesar 12,8% (yoy) sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 7,9%.

Peningkatan indeks ini tercatat lebih besar dibandingkan peningkatan ‘Indeks yang Dibayar

Petani’. Peningkatan indeks ini diduga karena faktor penetapan HPP beras per 1 Januari 2010

dan peningkatan produktifitas sektor pertanian.

Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata

Nilai Tukar Petani

Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata

Indeks Yang Diterima Petani

Grafik 5.4

Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani

Untuk ‘Indeks yang Dibayar Petani’ menunjukkan peningkatan pertumbuhan, yaitu

dari 4,48% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 4,84% pada triwulan laporan. Peningkatan

indeks tersebut relatif tertahan sehubungan dengan adanya program subsidi pupuk dari

pemerintah. Sehingga tekanan harga pupuk relatif berkurang. Selain itu tekanan konsumsi

rumah tangga petani diperkirakan relatif stabil mengingat laju inflasi Sulsel sampai dengan

maret 2010 yang relatif stabil.

5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin di Sulsel per Maret 2009 tercatat sebesar 12,31% dari

jumlah penduduknya atau sebesar 963 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 12,92% berada di

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

97

98

99

100

101

102

103

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

NTP ‐ axis kiriy.o.y ‐ axis kanan

0%2%4%6%8%10%12%14%16%

100

105

110

115

120

125

130

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

Indeks Yang Diterima Petani ‐ axis kiriy.o.y It

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

100

105

110

115

120

125

130

2 3 4 1 2 3 4 1

2009 2010

Indeks Yang Dibayar Petani ‐ axis kiriy.o.y Ib

52 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Grafik 5.5.Jumlah Penduduk Miskin Sulsel

152.8 150.8

930.3

880.9

13.33%

12.31%

11.8%

12.0%

12.2%

12.4%

12.6%

12.8%

13.0%

13.2%

13.4%

13.6%

0

200

400

600

800

1000

1200

2008 2009

Desa Kota Total

Sumber : BPS

daerah perkotaan sedangkan sisanya berada di daerah pedesaan. Persentase pangsa jumlah

penduduk miskin di perkotaan tersebut mengalami penurunan dibanding Maret 2008 yang

tercatat sebesar 14,62% dari jumlah penduduk miskin pada tahun tersebut.

Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari

1.031,7 ribu per Maret 2008 menjadi 963,6 ribu pada Maret 2009, atau menurun 6,6%.

Penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi di perkotaan, yang tercatat -17,45%,

yaitu dari 150,8 ribu orang menjadi

124,5 ribu orang. Jumlah tersebut

merupakan 1,59% dari total

penduduk Sulsel. Penurunan tersebut

juga terjadi di pedesaan yang

tercatat sebesar -4,75% yaitu dari

880,9 ribu orang menjadi 839,1 ribu

orang. Jumlah tersebut merupakan

10,72% dari total penduduk Sulsel.

Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskinse-Sulampua per Maret 2009

Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk

miskin di Sulsel tercatat urutan ketiga terendah setelah provinsi Sulawesi Utara (9,79%) dan

Maluku Utara (10,35%). Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di

Sulampua tercatat sebesar 37,53% yaitu di provinsi Papua. Sementara jumlah penduduk

miskin se-Sulampua tercatat sebesar 1,73% dari total penduduk Indonesia.

36.09

 

11.16

 

12.92

 

6.03  9.88 

27.50

 

10.20

 

8.90 

3.33 

3.71 

63.91

 

88.84

 

87.08

 

93.97

 

90.12

 

72.50

 

89.80

 

91.10

 

96.67

 

96.29

 

9.79 

18.99 

12.31 

18.93 

25.01 

15.29 

28.22 

10.35 

35.72 37.53 

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gor Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua

Desa Kota % Total Penddk Miskin

Sumb

er : B

PS, d

iolah

%

53Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

5.3. Survei

Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar, pada

triwulan laporan rata-rata ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’ (IKLK) menunjukkan

peningkatan. Rata-rata IKLK pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 18,9% (yoy),

sementara pada triwulan IV-2009 kontraksi sebesar 0,2%. Perbaikan indeks ini diperkirakan

karena kondisi perekonomian Sulsel yang mulai menunjukkan perkembangan positif,

meskipun pada triwulan laporan ini, kinerja investasi yang terjadi diperkirakan mengalami

perlambatan.

Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Saat Ini

Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu

Sejalan dengan perkembangan ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’, rata-

rata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga mengalami peningkatan

pertumbuhan, yaitu dari kontraksi 3,4% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi tumbuh 2,1%.

Terdapat beberapa hal yang dapat mendorong terjadinya peningkatan keyakinan responden

atas penghasilan saat ini antara lain kenaikan UMP (Upah Minimum Regional), NTP (Nilai

Tukar Petani) sehubungan dengan peningkatan HPP beras per 1 Januari 2010 dan relatif

terkendalinya laju inflasi sampai dengan Maret 2010.

‐15%

‐10%

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20

40

60

80

100

120

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Ketersediaan lap kerja saat  ini y.o.y

‐10%

‐8%

‐6%

‐4%

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

120

122

124

126

128

130

132

134

136

138

140

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Penghasilan saat  ini dibanding 6 bln yl

y.o.y

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

 

55Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Bab 6

Keuangan Daerah

Pada triwulan I-2010, sebagaimana diuraikan dalam perkembangan kondisi ekonomi

(Bab I), bahwa kinerja konsumsi mempunyai sumbangan tertinggi dalam pertumbuhan

ekonomi di Sulawesi Selatan. Dari pertumbuhan konsumsi sebesar 6,97% (yoy), sumbangan

konsumsi pemerintah mencapai 21,7% sementara konsumsi rumah tangga mencapai

78,3%. Sumbangan konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut

tercatat relatif sama dengan konsumsi pada triwulan IV-2009 yang tercatat memberikan

sumbangan sebesar 22,8%. Perkembangan konsumsi pemerintah tersebut tercermin dari

realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulsel. Pada triwulan laporan, realisasi

belanja pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah terealisasi sebesar 11,9%. Selanjutnya

performance Keuangan Pemerintah Daerah pada Triwulan I-2010 tercermin dalam tabel

dibawah :

Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan IV-2009

(Milyar Rupiah)

ANGGARAN REALISASI % REALISASI

1. PENDAPATAN1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,430.08               323.71         22.64%

‐ Pendapatan Pajak Daerah 1,222.80               296.13         24.22%‐ Pendapatan Retribusi Daerah 113.55                  18.03           15.88%‐ Bagian Laba Hasil Daerah 59.61                    ‐                0.00%‐ Lain‐lain PAD  yang Sah 34.12                    9.55             27.99%

1.2. PENDAPATAN TRANSFER 953.58                  260.75         27.34%Dana Perimbangan 952.35                  260.75         27.38%‐ Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 216.84                  25.29           11.66%‐ DAU 706.28                  235.43         33.33%‐ DAK 29.24                    0.04             0.13%Transfer Pemerintah Pusat‐Lainnya 1.23                      ‐                0.00%

1.3. Lain‐lain Pendapatan yang Sah ‐                        ‐                0.00%JUMLAH PENDAPATAN 2,383.66               584.47         24.52%

‐                        ‐                 2. BELANJA  ‐                        ‐                 2.1. BELANJA OPERASI 2,199.15               290.70         13.22%2.2. BELANJA MODAL 230.12                  0.73             0.32%2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15.00                    0.30             1.97%

JUMLAH BELANJA 2,444.27               291.72         11.93%‐                        ‐               

2.4. TRANSFER ‐                        ‐                0.00%‐                        ‐                 

SURPLUS / (DEFISIT) (60.60)                   292.75         ‐483.05%Sumber : Pemprov Sulsel

NO. U R A I A Ns/d TRIWULAN I‐2010

56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan I-2010 tercatat

hampir mencapai target 25% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 24,5% atau

mencapai Rp584,5 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih dari

100% mengingat target pendapatannya tumbuh sebesar 7,9% dari target pendapatan

2009.

Dari komponen pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 27,3%,

terutama pada sub komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang telah mencapai 33,3%.

Sementara realisasi komponen “Pendapatan Asli Daerah” baru mencapai 22,6%, terutama

pada sub komponen “Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah” dan “Pendapatan Pajak

Daerah” yang masing-masing telah mencapai 27,9% dan 24,2%. Realisasi pada sub

komponen “Pendapatan Pajak Daerah” tersebut relatif menggambarkan kinerja konsumsi

rumah tangga (PDRB), mengingat objek penerimaan dari “Pendapatan Pajak Daerah”

tersebut antara lain adalah pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor.

Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan I-2010, realisasinya baru

mencapai 11,9%. Realisasi terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 13,2%,

diikuti oleh pos ‘Belanja Modal’ (0,32%). Masih rendahnya realisasi pos “Belanja Operasi”

tersebut relatif sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kinerja konsumsi pemerintah

(PDRB) pada triwulan laporan. Sementara masih rendahnya realisasi pos “Belanja Modal”

juga relatif sejalan dengan melambatnya kinerja investasi (PDRB) pada triwulan laporan, yang

diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 1,77%.

Realisasi ‘Belanja Operasi’ tersebut sendiri lebih banyak dipergunakan untuk Belanja

Bunga yang telah terealisasi sebesar 21,0% dan untuk Belanja Bagi Hasil yang telah

terealisasi sebesar 18,1%. Belanja Bagi Hasil tersebut merupakan bagi hasil pajak daerah

kepada Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan. Sementara untuk ‘Belanja Modal’, realisasi

masih terdapat pada pos ’Belanja Peralatan dan Mesin’ yang tercatat sebesar 1,43% dan pos

’Belanja Aset Lainnya’ yang terealisasi sebesar 0,9%.

57Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Bab7

Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan II-2010 diperkirakan akan relatif

meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal tersebut diperkirakan terjadi

karena membaiknya kondisi recovery perekonomian dunia yang kemudian mempengaruhi

peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional. Dorongan pertumbuhan dari sisi

permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran,

peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan, listrik-gas-air,

pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran. Kemudian, laju

inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan, namun dalam besaran

yang masih relatif stabil.

7.1 Outlook Kondisi Makroregional

Pada sisi permintaan, pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan II-2010 diperkirakan

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya.

Hal tersebut diperkirakan terjadi karena membaiknya kondisi recovery perekonomian dunia

yang kemudian mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional.

Pada triwulan mendatang, diperkirakan konsumsi masyarakat akan cenderung

meningkat pertumbuhannya mengingat di akhir triwulan II-2010 memasuki masa liburan

anak sekolah dan juga persiapan untuk tahun ajaran baru sehingga konsumsi rumah tangga

otomatis akan naik. Selain itu konsumsi pemerintah juga diduga akan meningkat,

mengingat program-program pembangunan daerah untuk tahun 2010 diperkirakan sudah

mulai berjalan meski belum optimal. Selain itu, adanya pelaksanaan Pilkada di beberapa

daerah pada triwulan II-2010 akan lebih mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi.

Kemudian untuk investasi, pada triwulan II-2010 diprediksi akan relatif meningkat

karena terdapat 10 proyek pembangunan di Sulsel di tahun 2010, yaitu pengembangan

pelabuhan Makassar, proyek Central Point of Indonesia (CPI), pelabuhan ikan Nusantara

Unita, pengembangan Kawasan Industri Makassar (KIMA 2), jaringan kereta api yang

menghubungan Makassar dengan Pare-pare, pembangkit listrik tenaga sampah,

pembangunan industri pengolahan kakao, industria pengolahan rumput laut, pembibitan-

penggemukan sapi terpadu dan proyek pembangunan resort pulau-pulau kecil di Makassar.

58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Pada sisi ekspor-impor juga diperkirakan terjadi peningkatan pertumbuhan net

ekspor. Kenaikan ekspor yang didorong oleh membaiknya penjualan nikel di dunia sejalan

dengan membaiknya perekonomian dunia yang kemudian mendorong pulihnya permintaan

baja anti karat dan akhirnya memicu permintaan nikel. Hal tersebut terrefleksi dari tingkat

harga yang cenderung naik sejak awal 2010 pada hingga pada bulan April 2010.

Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen

Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri,

bangunan, listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-

restauran. Sektor bangunan masih tetap tumbuh meningkat meski tidak signifikan. Hal

tersebut masih searah dengan masih berlangsungnya proyek-proyek pembangunan di Sulsel.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara otomatis, akan berpengaruh pada sektor

industri pengolahan, khususnya industri semen di Sulawesi Selatan.

Kemudian pada sektor listrik-gas-air, diduga akan terjadi kenaikan kinerja khususnya

pada subsektor listrik jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Penyebabnya peningkatan

pertumbuhan sub sektor tersebut diduga karena PT.PLN telah berhasil melakukan perbaikan

mesin pada PLTG Sengkang. Di sisi lain, masih terdapat supply air yang cukup untuk

menjalankan PLTA Bakaru. Selain itu, sektor pertambangan diduga relatif akan tumbuh lebih

tinggi sejalan dengan meningkatnya produksi nikel PT.Inco seiring dengan membaiknya

permintaan nikel internasional yang ditandai dengan meningkatnya harga nikel.

Terakhir adalah proyeksi peningkatan pertumbuhan pada sektor angkutan-

komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran yang biasanya berjalan seiringan. Hal itu

disebabkan karena di penghujung triwulan tersebut, sudah memasuki periode liburan anak

sekolah sehingga biasanya momen tersebut digunakan untuk berlibur. Terlepas dari hal

tersebut, diproyeksikan pada triwulan mendatang akan lebih banyak acara yang bersifat

MICE (Meeting Incentive Conference Event) diselenggarakan di Sulawesi Selatan, jika

dibandingkan dengan triwulan I-2010.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2007 2008 2009 2010

Indeks Ekspektasi  Konsumen

59Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel

pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-

2010 (6,68%; y.o.y). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2010 pada

kisaran 7,61% + 0,5% (y.o.y).

7.2 Outlook Inflasi (3,77 +0,5%)

Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung

mengalami kenaikan, namun dalam besaran yang masih relatif stabil. Perkiraan kenaikan laju

inflasi tahunan pada triwulan II-2010 akan cenderung sekidit meningkat meski masih pada

kisaran yang terkendali. Diduga pergerakan harga yang berasal dari kelompok bahan

makanan akan cenderung deflasi, mengingat periode masa panen yang jatuh pada bulan

April sampai dengan Juni akan cenderung membuat kesediaan pasokan seperti sayuran,

bumbu-bumbuan dan buah-buahan relatif lebih berlimpah. Selain itu, komoditas ikan juga

cenderung stabil karena faktor cuaca masih relatif kondusif bagi para nelayan untuk melaut.

Namun di sisi lain, tekanan inflasi berasal dari komoditas sandang, terutama dari

komoditas emas. Permintaan emas untuk investasi diyakini terus meningkat dalam beberapa

waktu ke depan. Investor lebih memilih emas sebagai instrumen investasi karena dianggap

lebih aman. Mereka yakin emas instrumen yang lebih aman dibandingkan instrumen investasi

lain, seperti valuta asing (valas) dan saham. Harga emas yang cenderung naik sejak akhir

triwulan I-2010 diduga akan mendorong terjadinya inflasi pada triwulan II-2010.

Kemudian kebijakan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada tahun 2010 diproyeksikan

akan memberikan dampak ekspektasi sendiri terutama bagi kalangan industri maupun

pengusaha. Meskipun belum ada keputusan yang pasti akan waktu pemberlakukan

kenaikannya, namun tindakan para pelaku usaha khususnya subsektor hotel, telah

menaikkan tarif hunian kamarnya terutama nanti memasuki masa peak season.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan II-

2010 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan sedikit lebih besar daripada triwulan

sebelumnya, yaitu pada kisaran 3,77% ± 0.5% (y.o.y). Kecenderungan tersebut searah

dengan Survei Konsumen (SK) bulan Maret yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana

Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang, yaitu sebesar 144

yang mengindikasikan bahwa persepsi responden SK akan harga akan cenderung meningkat

pada triwulan mendatang.

60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010

Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d

Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya

7.3. Prospek Perbankan

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2010 diduga masih tumbuh lebih baik

jika dibandingkan triwulan I-2010 atau satu tahun sebelumnya. Selain kondisi perekonomian

dunia yang relatif membaik awal tahun 2010, kondisi dalam negeri kita juga cukup kondusif.

Hal ini trlihat dari bergerakan laju tingkat suku bunga yang cenderung menurun sejalan

dengan pregerakan BI rate sehingga sektor riil diharapkan mendapatkan ruang gerak yang

lebih besar pada triwulan II-2010.

Terkait dengan hal tersebut, diduga pada triwulan mendatang kredit yang disalurkan

perbankan akan meningkat. Kemudian pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga

diharapkan akan mengalami kenaikan, hal tersebut dimungkinkan karena masyarkat diduga

sudah akan merasa lebih yakin dengan kondisi perekonomian pada periode dimaksud

sehingga mereka sudah tidak ragu lagi untuk menempatkan dananya di bank. Sejalan

dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional dan regional maka diharapkan Non

Performing Loan (NPL) juga dapat turun.

‐20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0 180.0 200.0 

2 3 4 1 2 3 4 1

2008 2009 2010

Indeks Ekspekstasi  Perubahan Harga Umum  3 bulan yad

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**

2007 2008 2009 2010

%y.o.y  ‐ Sulsel

y.o.y  ‐ Nas

Sumber : BPS, diolah