KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI … · melakukan pengkajian serta penelitian mengenai...
Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI … · melakukan pengkajian serta penelitian mengenai...
KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI SULAWESI SELATAN
TRIWULAN-II2011
Halam ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kata PengantarSebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang
tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligencedan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.
Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan denganketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh.
Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya.
Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami mengharapkan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Agustus 2011BANK INDONESIA MAKASSAR
ttd.
Lambok A. SiahaanPemimpin
Halam ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ vii
DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI KER Trw. I-2011 ~5
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7
1.1. Permintaan Daerah ~ 7
1.1.1. Konsumsi ~ 8
1.1.2. Investasi ~ 10
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor) ~ 11
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 15
1.2.1. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan~ 16
1.2.2. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 18
1.2.3. Sektor Bangunan ~ 19
1.2.4. Sektor Angkutan Komunikasi ~ 20
1.2.5. Sektor Pertanian ~ 21
1.2.6. Sektor Jasa-jasa ~ 23
1.2.7. Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 23
1.2.8. Sektor Listrik-Gas-Air ~ 24
1.2.9. Sektor Industri Pengolahan ~ 24
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 27
2.1. Perkembangan Inflasi ~ 27
2.1.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ~ 27
2.1.2 Inflasi Berdasarkan Kota ~ 41
2.2 Disagregasi Inflasi ~ 43
2.3 Pemantauan Inflasi oleh KBI~ 44
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 47
A. Perbankan~ 47
3.1. Kondisi Umum ~ 47
3.1.1. Perkembangan Kelembagaan ~ 47
3.1.2. Perkembangan Aset Perbankan ~ 48
3.2. Intermediasi Perbankan ~ 48
3.2.1. Perkembangan Dana Masyarakat ~ 49
3.2.2. Penyaluran Kredit ~ 49
3.2.3. Kredit UMKM ~ 53
3.3. Perbankan Syariah ~ 54
3.4. Perbankan BPR ~ 55
B. Sistem Pembayaran~ 56
3.5. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 56
3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 56
3.7. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 57
3.8. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 58
3.8.1. Perkembangan RTGS ~ 58
3..2. Perkembangan Kliring ~ 59
BOKS I PENGEMBANGAN KLUSTER CABE DI KABUPATEN MAROS,
SULAWESI SELATAN ~ 61
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 63
4.1. Pendapatan Daerah ~ 63
4.2. Belanja Daerah dan Transfer ~ 63
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 65
5.1. Ketenagakerjaan ~ 65
5.2. Kesejahteraan ~ 66
5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 66
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 68
5.3. Survei ~ 69
BAB 6 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 71
6.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 72
6.2. Outlook Inflasi ~ 76
6.3. Prospek Perbankan ~ 77
LAMPIRAN ~ 79
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 9Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 11Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 12Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 14Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan~ 17Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel Restauran~ 18Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan~ 20Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja SubSektor Angkutan~ 20Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 21Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 23Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 24Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 25
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 27Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 28Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil
SPH di Makassar ~ 29Grafik 2.4. Harga CPO Internasional ~ 29Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 30Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang~ 31Grafik 2.7. Perkembangan Harga Internasioanal: Komoditas Emas~ 31Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapan~ 31Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan ~ 31Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 32Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.Bahan Kimia~ 32Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 33Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 34Grafik 2.14. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
Sulawesi Selatan ~ 34Grafik 2.15. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-
Rokok SPH di Makassar~ 35Grafik 2.16. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau~ 35Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar~ 36Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar Sulawesi
Selatan ~ 36Grafik 2.19. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi ~ 37Grafik 2.20. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 38Grafik 2.21. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~38Grafik 2.22. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 38Grafik 2.23. Perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini DIbandingkan 6 b.y.l~ 38Grafik 2.24. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Tulis ~39Grafik 2.25. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 40Grafik 2.26. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
Sulawesi Selatan ~ 40Grafik 2.27. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia ~41Grafik 2.28. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan & Suku Cadang ~41Grafik 2.29. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 42
Grafik 2.30. Sumbangan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 44Grafik 2.31. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 44
Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 50Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bln y.a.d~ 50Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 50Grafik 3.4. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 50Grafik 3.5. NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 52Grafik 3.6. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 53Grafik 3.7. Perkembangan Aset BPR/S ~ 55Grafik 3.8. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 55Grafik 3.9. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 56Grafik 3.10. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow) ~ 56Grafik 3.11. Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-keluar (Net Inflow) ~ 56Grafik 3.12. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 57Grafik 3.13. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.IV-2010 ~ 58Grafik 3.14. Transaksi RTGS – Total Transaksi ~ 59Grafik 3.15. Transaksi RTGS – Incoming ~ 59Grafik 3.16. Transaksi RTGS – Outgoing ~ 59
Grafik 5.1. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 66Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 67Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 67Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 68Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 68Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2010 ~ 69Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 69Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Yang Lalu ~ 69
Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 72Grafik 6.2. Indeks PDRB SUlsel (yoy) dan Proyeksinya~ 72Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan y.a.d ~ 73Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bulan y.a.d ~ 73Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 bulan y.a.d ~ 73Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 73Grafik 6.7. Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods ~ 73Grafik 6.8. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 76Grafik 6.9. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 76Grafik 6.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 77Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 77
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (yoy) ~ 8Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (yoy) ~ 16
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) ~ 28Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang~ 31Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 32Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 34Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 36Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga~ 38Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 40Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 42
Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 48Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 49Tabel 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 49Tabel 3.4. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 50Tabel 3.5. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 52Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 52Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank
Umum (y.o.y) ~ 53Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 54Tabel 3.9. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar
Trw. II-2011~ 58Tabel 3.10. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 60
Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester II-2010~ 64
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 65
Ringkasan Eksekutif
Asesmen EkonomiPertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan II-2011
cenderung meningkat apabila dibandingkan triwulan sebelumnya namun melambat
dibandingkan triwulan II-2010 (sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan).
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 8,62% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 9,04% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan I-
2011 sebesar 7,34% (y.o.y). Perekonomian Sulsel pada triwulan II-2011 tumbuh di atas
pertumbuhan nasional yang sebesar 6,49% (y.o.y), dengan pola pertumbuhan yang relatif
searah.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama didukung oleh
pertumbuhan investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), sektor
utama yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi adalah pertanian, perdagangan-
hotel-restauran, keuangan-persewaan-jasa perusahaan.
Asesmen InflasiLaju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan II-2011, masih sejalan dengan
proyeksi inflasi di kisaran 6,72% ± 0.5% (y.o.y), meningkat pada tingkat yang
moderat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan II-2011 sebesar
6,37% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan II-2010 dan triwulan I-2011 masing-masing
sebesar 5,00% (y.o.y) dan 6,32% (y.o.y). Sementara itu, dibandingkan inflasi nasional
sebesar 5,54% (y.o.y)1, inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih tinggi.
Secara tahunan, terdapat 3 (tiga) kelompok komoditas yang memiliki laju inflasi
tertinggi yaitu kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok kesehatan.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hampir semua kelompok mengalami peningkatan,
kecuali kelompok pendidikan.
1 Sumber : BPS
Asesmen Perbankan dan Sistem PembayaranKinerja perbankan Sulsel pada triwulan II-2011 masih tumbuh pada level
yang lebih tinggi dari kinerja perbankan nasional, yang tercermin dari indikator
perbankan seperti total aset, kredit dan dana pihak ketiga. Dibandingkan triwulan
sebelumnya, total aset perbankan tumbuh sebesar 22,02% (yoy), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 27,17%. Perlambatan pertumbuhan total aset tersebut sejalan
dengan melambatnya pertumbuhan DPK namun disisi lain pertumbuhan kredit relatif stabil
sehingga mendorong peningkatan LDR perbankan Sulsel menjadi sebesar 127,9% dari
sebelumnya 124,2%. Sedangkan NPLs (Non Performing Loans) Bank Umum pada triwulan
laporan secara gross tercatat sebesar 3,36%, masih berada dibawah batas aman 5,00%.
Perbankan Syariah Sulsel pada triwulan II-2011 juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat
tinggi melebihi pertumbuhan bank umum konvensional Sulsel baik pada sisi pembiayaan
maupun DPK. Peningkatan penyaluran pembiayaan tercermin juga dari level Finance to
Deposit Ratio (FDR) yang tinggi sebesar 206,1% meningkat dari 188,1% pada triwulan
sebelumnya. Selain itu, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) juga
cenderung membaik, terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan DPK dan
kredit/pembiayaan.
Transaksi sistem pembayaran di Sulsel pada triwulan II-2011 mengalami
peningkatan, khususnya transaksi pembayaran non tunai. Hal ini tercermin dari
naiknya nilai maupun volume RTGS, di wilayah Sulsel. Kondisi tersebut sejalan dengan
semakin meningkatnya aktivitas perekonomian Sulsel pada triwulan laporan.
Pada triwulan II-2011, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan
net inflow sebesar Rp0,19 triliun. Di sisi lain, jumlah uang kartal dengan kondisi tidak layak
edar yang telah dibukukan sebagai PTTB tercatat sebesar Rp0,72 triliun, relatif menurun
apabila dibandingkan PTTB pada triwulan I-2011. Sedangkan Jumlah temuan uang palsu
di KBI Makassar selama triwulan laporan tercatat sebanyak 217 lembar dengan nilai nominal
sebesar Rp14,07 juta, mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya
Dari sisi transaksi non-tunai, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan
II-2011 meningkat menjadi Rp38,2 triliun atau tumbuh sebesar 9,1% (y.o.y). Transaksi BI-
RTGS dalam periode laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk (incoming) ke
perbankan Sulsel dengan nilai sebesar Rp26,1 triliun. Selain itu, nominal perputaran kliring
pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang relatif stabil meski sedikit
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Asesmen Keuangan DaerahKinerja keuangan Pemerintah Propinsi Sulsel sampai dengan triwulan II-2011
berada pada posisi yang lebih baik apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun
2010. Pada sisi penerimaan, realisasi jumlah pendapatan mencapai 49,37% pada triwulan II-
2011, meski demikian jika dilihat dari sisi belanja daerah realisasi pun masih relatif kecil.
Kondisi tersebut relatif sejalan dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II-
2011 yang relatif kecil, yaitu sebesar 0,19% (y.o.y).
Asesmen Ketenagakerjaan dan KesejahteraanDaya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel hingga Februari
2011 terhadap angkatan kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari naiknya Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2011 (65,0%) apabila dibandingkan tahun
sebelumnya (62,2%). Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel
tercatat mengalami penurunan sebesar 1,3%, dari 8,0% pada Februari 2010 menjadi
6,7% pada Februari 2011. Selanjutnya di sisi lain pertumbuhan ekonomi Sulsel juga
memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan petani yang
tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang menunjukkan peningkatan
pertumbuhan pada triwulan laporan. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-
2011 tercatat tumbuh meningkat sebesar 6,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,13% (yoy).
Prospek Ekonomi Triwulan II-2011Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2011 diperkirakan masih
akan tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 8,37%+0,5% (yoy). Pada sisi permintaan,
peningkatan pertumbuhan pada triwulan III-2011 diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh
meningkatnya konsumsi rumah tangga, swasta dan pemerintah sejalan dengan proyeksi
meningkatnya aktivitas perekonomian Sulsel. Realisasi belanja pemerintah yang masih relatif
kecil pada periode laporan diperkirakan akan mulai meningkat cukup besar pada triwulan
mendatang. Selain itu, hadirnya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri diproyeksikan ikut
menjadi pemicu dorongan konsumsi Sulsel. Selanjutnya investasi pada triwulan III-2011,
diprediksi masih tinggi sejalan dengan masih derasnya penanaman modal asing di Sulsel yang
terlihat sejak awal tahun 2011. Pada sisi ekspor-impor, kinerja net ekspor Sulsel diperkirakan
akan cenderung meningkat. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya
permintaan Jepang pasca tsunami yang memasuki proses recovery perekonominnya. Selain
itu pembangunan PLTA Karebe yang diprediksi akan selesai pada triwulan III-2011. PLTA
dimaksud dapat memproduksi energi hidroelektrik yang cukup besar untuk menggantikan
bahan bakar dan diesel yang ada dan memasok tanur-tanur listrik di fasilitas Sorowako, serta
akan mengurangi biaya energi perseroan dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan
berkelanjutan. Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan diprediksikan karena
meningkatnya kinerja sektor pertanian, angkutan-komunikasi, industri pengolahan dan
pertambangan-penggalian.
Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung
melambat pada level yang moderat apabila dibandingkan triwulan II-2011, yaitu pada kisaran
5,21% ± 0.5% (yoy). Tekanan inflasi pada triwulan III-2011 diperkirakan masih bersumber
dari peningkatan inflasi volatile food dan administered inflation. Sementara laju inflasi inti
masih relatif terkendali.
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2011 diperkirakan akan tumbuh pada
level yang moderat meski cenderung melambat. Intermediasi perbankan diprediksi akan
sedikit melambat sehubungan dengan meningkatnya biaya dana alias cost of fund. Selain itu,
perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) diperkirakan melambat, sejalan dengan proyeksi
peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan III-2011. Meski demikian, perkembangan
perbankan Sulsel masih terus tumbuh cukup baik, dimana rasio kredit bermasalah (NPL/Non
Performing Loan) gross terjaga di bawah 5%.
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
1 2 3 4 1 2**MAKRO
- Sulawesi Selatan 120.11 120.79 125.64 126.75 127.70 130.74 - Sulawesi Utara 118.72 118.96 123.49 125.27 126.91 128.49 - Gorontalo 120.20 119.90 126.65 127.11 127.14 125.09 - Papua 119.07 120.30 121.94 122.80 123.97 128.42 - Irian Jaya Barat 134.75 137.15 143.69 143.34 141.35 125.03 - Maluku 121.22 121.54 127.25 128.22 126.62 143.73 - Sulawesi Tengah 120.19 122.19 128.22 128.70 131.90 133.69 - Sulawesi Tenggara 122.60 123.46 128.12 127.61 130.61 130.99 - Sulawesi Barat 122.39 123.13 125.07 127.59 129.63 132.76 - Maluku Utara 122.53 120.99 124.11 126.78 127.41 129.17
- Sulawesi Selatan 3.46 5.00 6.58 6.57 6.33 6.18 - Sulawesi Utara 1.84 4.21 7.38 6.28 6.90 6.38 - Gorontalo 3.59 2.73 7.60 7.43 5.77 5.15 - Papua 3.31 4.75 4.56 4.48 4.12 7.11 - Irian Jaya Barat 3.23 4.57 8.65 7.41 4.90 3.93 - Maluku 7.08 10.04 13.15 8.78 4.45 4.80 - Sulawesi Tengah 3.21 5.31 6.92 6.40 9.74 10.00 - Sulawesi Tenggara 1.35 2.41 3.99 3.87 6.53 7.20 - Sulawesi Barat 3.00 3.56 3.69 5.12 5.92 7.53 - Maluku Utara 4.43 3.40 4.69 5.32 3.98 6.76
1. Pertanian 3,265.68 3,615.33 3,780.29 3,218.25 3,582.10 3,978.80 2. Pertambangan dan Penggalian 1,157.58 1,101.71 1,087.69 1,143.21 1,005.80 1,126.00 3. Industri Pengolahan 1,648.87 1,748.89 1,738.57 1,733.02 1,700.00 1,774.80 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 123.69 136.38 139.20 130.32 128.70 139.30 5. Konstruksi/Bangunan 694.20 709.11 733.65 763.20 753.10 789.60 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,043.86 2,102.33 2,220.16 2,332.84 2,279.30 2,369.20 7. Angkutan dan Komunikasi 1,061.81 1,123.81 1,181.41 1,253.06 1,201.00 1,239.10 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 929.37 930.77 903.17 978.82 1,010.00 1,056.90 10. Jasa-jasa 1,348.10 1,366.30 1,390.83 1,430.40 1,439.80 1,467.60
7.96 9.22 7.48 8.93 7.34 8.62 *
478.48 477.22 592.28 466.81 448.01 399.05 194.26 166.57 271.79 241.98 222.94 149.15 122.67 102.04 256.08 178.49 174.14 119.18 254.08 305.13 201.77 233.87 225.88 295.90
Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007*) Sementara
Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)
2010 2011
Indeks Haga Konsumen
Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)
PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp)
Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)
INDIKATOR
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
B. PERBANKAN
1 2 3 4 1 2**
Total Aset (Rp. Miliar) 42,063 46,117 48,938 52,865 53,491 56,464
30,175.34 32,752.57 33,958.94 37,298.83 37,461.05 37,904.15 Giro 5,148.85 5,731.33 5,947.53 5,627.99 6,515.71 6,256.37 Tabungan 14,676.24 16,737.24 18,273.54 20,864.60 19,647.54 20,265.08 Deposito 10,350.25 10,283.99 9,737.87 10,806.24 11,297.80 11,382.70
37,041.42 39,883.76 41,120.47 43,025.20 46,519.87 48,615.32 - Modal Kerja 13,853.82 14,873.23 15,424.31 16,609.73 17,246.85 18,015.06 - Investasi 7,705.26 8,143.12 7,975.95 8,960.67 9,147.97 9,670.26 - Konsumsi 15,482.34 16,867.42 17,720.21 17,454.80 20,125.05 20,930.00
122.75% 121.77% 121.09% 115.35% 124.18% 128.26%
37,041.42 39,883.76 41,120.47 43,025.20 46,519.87 48,615.32 - Pertanian 513.85 448.33 412.95 468.23 498.92 639.09 - Pertambangan 263.03 259.60 263.17 331.22 339.16 431.49 - Industri pengolahan 2,921.77 3,277.68 3,366.74 3,884.30 3,700.81 3,985.75 - Listrik,Gas dan Air 339.47 299.16 417.94 440.60 419.63 288.53 - Konstruksi 1,934.70 2,319.01 2,529.77 2,678.57 2,869.88 2,797.51 - Perdagangan 9,057.40 9,853.48 11,435.18 12,677.98 11,994.85 12,837.71 - Pengangkutan 1,175.62 1,284.72 1,020.97 1,005.47 1,040.09 1,274.54 - Jasa Dunia Usaha 1,100.71 899.49 986.38 1,577.55 1,932.32 2,216.38 - Jasa Sosial Masyarakat 1,515.69 1,678.92 1,461.84 1,640.52 1,684.90 1,725.44 - Lain-lain 18,219.20 19,563.37 19,225.53 18,320.78 22,039.30 22,418.88
17,563.20 20,207.56 13,412.15 13,198.51 14,970.24 15,216.14
3,901.54 4,608.93 1,702.46 1,189.31 2,279.30 2,693.14 - Modal Kerja 1,223.68 1,458.37 1,335.60 845.46 1,965.22 2,329.26 - Investasi 369.88 450.21 366.87 343.85 314.08 363.88 - Konsumsi 2,307.99 2,700.34 - - - -
10,342.59 10,926.40 7,066.34 6,654.87 7,604.87 8,096.46 - Modal Kerja 3,765.82 4,271.83 5,016.06 4,588.83 5,122.02 5,145.70 - Investasi 1,564.84 1,786.43 1,949.52 1,961.89 2,482.85 2,950.76 - Konsumsi 5,011.93 4,868.15 100.76 104.15 - -
3,319.07 4,672.24 4,643.34 5,354.33 5,086.08 4,426.54 - Modal Kerja 2,343.29 3,372.92 3,540.80 4,038.91 4,000.27 3,598.57 - Investasi 832.52 1,123.67 1,102.54 1,315.41 1,085.81 827.97 - Konsumsi 143.26 175.65 - - - -
3.47% 2.95% 3.06% 2.94% 3.25% 3.54%
2.99% 3.01% 3.75% 3.94% 4.89% 5.88%
BANK UMUM SYARIAH1,465.95 1,525.11 1,575.50 1,978.89 1,994.61 2,378.58
884.32 900.65 952.41 1,192.44 1,253.51 1,289.01 Giro 79.86 92.94 130.68 208.60 162.30 153.40 Tabungan 377.86 395.69 414.33 479.01 544.78 569.44 Deposito 426.60 412.01 407.40 504.83 546.43 566.17
1,699.14 1,650.08 1,954.48 2,020.19 2,357.99 2,656.38 - Modal Kerja 585.30 578.31 660.86 662.12 790.24 762.31 - Investasi 165.20 388.05 376.63 346.89 353.25 352.14 - Konsumsi 948.65 683.72 916.99 1,011.17 1,214.50 1,541.93
192.14% 183.21% 205.21% 169.42% 188.11% 206.08%
Catt.* (<Rp. 50 Juta)** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta)*** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M)**** Data Sementara
20112010
NPL UMKM gross (%)
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)
NPL Total gross (%)
D P K (Rp. Miliar)
L D R
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
INDIKATOR
BANK UMUM :
FDR
Total Aset (Rp. Miliar)
D P K (Rp. Miliar)
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
Bab 1 Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) menunjukan kinerja yang semakin membaik.
Perekonomian Sulsel pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 8,62% (y.o.y), mengalami
peningkatan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,34% namun
lebih rendah dibandingkan triwulan II-2010 (sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan).
Perekonomian Sulsel pada triwulan II-2011 tumbuh di atas pertumbuhan nasional yang
sebesar 6,49% (y.o.y), dengan pola pertumbuhan yang relatif searah, dan telah berlangsung
selama dua tahun terakhir.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama maish didukung oleh
kinerja investasi dan konsumsi serta membaiknya kinerja net ekspor-impor. Sementara dari
sisi penawaran (sektoral), sektor utama yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi
adalah sektor pertanian, sektor perdagangan-hotel-restauran, dan sektor keuangan-
persewaan-jasa keuangan.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
1.1 Permintaan Daerah
Pada triwulan II-2011, secara umum seluruh komponen permintaan mengalami
pertumbuhan positif. Kegiatan investasi masih menjadi faktor utama pendorong
pertumbuhan ekonomi Sulsel. Peran konsumsi yang sebelumnya lebih dominan dalam
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**
2009 2010 2011
y.o.y Sulsel
y.o.y Nas
Sumber : BPS, diolah
memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan perekonomian Sulsel mulai digeser
perannya oleh kinerja investasi sejak triwulan I-2011. Pertumbuhan investasi pada triwulan II-
2011 tercatat sebesar 18,56% (y.o.y), sehingga memberikan sumbangan sebesar 4,12%.
Sementara pertumbuhan konsumsi cenderung melambat pada triwulan laporan menjadi
sebesar 4,09% (y.o.y) atau lebih kecil apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 4,65% (y.o.y), namun masih memberikan sumbangan yang cukup baik
sebesar 2,79%. Kegiatan perdagangan eksternal juga menunjukan peningkatan
pertumbuhan baik ekspor maupun impor, sehingga mengakibatkan peningkatan yang
signifikan net ekspor menjadi sebesar 17,88% (yoy) pada triwulan II-2011 dengan
sumbangan sebesar 1,71%.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
1.1.1. Konsumsi
Kinerja konsumsi pada triwulan laporan masih cukup baik yaitu tercatat sebesar
4,09% (y.o.y), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 4,65%
(y.o.y) dan triwulan II-2010 sebesar 6,48% (y.o.y). Pertumbuhan konsumsi yang relatif
melambat tersebut dipengaruhi oleh realisasi anggaran pemerintah yang sampai dengan
triwulan II-2011 belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan realisasi sebesar
33,94% dari total anggaran Rp1,01 triliun (lihat Bab Keuangan Daerah). Sejalan dengan itu,
konsumsi rumah tangga-nirlaba juga tumbuh melambat pada tingkat yang moderat. Selain
itu, apabila dibandingkan triwulan II-2010 terdapat perbedaan yang relatif menonjol, yaitu
pada triwulan II-2011 tidak terdapat penyelenggaraan Pemilukada, sedangkan pada triwulan
II-2010 ada sebanyak 10 Pemilukada kabupaten/kota di Sulsel dengan jumlah kandidat relatif
cukup banyak1.
1 Sepuluh kabupaten dimaksud adalah Luwu Utara, Bulukumba, Maros, Pangkep, Tana Toraja, dan Soppeng, Gowa, Barru, Luwu Timur, Kepulauan Selayar.
Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL1 4.75% 32.03% -44.04% -40.98% -55.43% 4.09% 3.34% 6.29% -20.79% -15.25% -5.54% 4.09%2 6.17% 11.09% -30.04% -36.22% -5.13% 6.19% 4.31% 2.34% -13.62% -13.16% -0.46% 6.19%3 6.30% 1.04% -29.27% -46.39% 38.34% 8.04% 4.41% 0.22% -12.87% -16.28% 3.41% 8.04%4 7.23% 22.80% 26.29% 43.77% -33.40% 6.53% 5.17% 4.43% 10.65% 13.71% -3.06% 6.53%1 6.19% 2.75% 90.54% 98.08% 53.35% 7.35% 4.38% 0.69% 22.98% 20.70% 2.28% 7.35%2 6.48% 9.64% 57.06% 67.22% 29.55% 9.04% 4.53% 2.13% 17.04% 14.66% 2.38% 9.04%3 5.63% 7.03% 62.70% 91.46% 18.68% 7.39% 3.88% 1.39% 18.05% 15.93% 2.13% 7.39%4 5.78% 6.62% 18.27% 12.97% 57.38% 8.93% 4.16% 1.48% 8.77% 5.48% 3.29% 8.93%1 4.65% 28.44% 5.90% 13.77% -44.24% 7.34% 3.26% 6.78% 2.66% 5.36% -2.70% 7.34%2 4.09% 18.56% 23.20% 24.72% 17.88% 8.62% 2.79% 4.12% 9.98% 8.27% 1.71% 8.62%34
Sumber : BPS & Proyeksi BINote: Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan inventori* Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara
2011
**
PERIODEPERTUMBUHAN (yoy) SUMBANGAN (yoy)
2009
2010
*
Pertumbuhan konsumsi yang cenderung melambat tersebut, didukung pula oleh hasil
survei konsumen Bank Indonesia Makassar yang menunjukkan penurunan optimisme Indeks
Keyakinan Konsumen pada triwulan laporan dibandingkan triwulan I-2011 (grafik 1.2.1).
Prompt indikator yang juga menunjukkan penurunan konsumsi adalah melambatnya volume
impor consumer goods (grafik 1.2.4). Sementara, pemakaian air (grafik 1.2.9) dan
perkembangan indeks penjualan eceran kelompok bahan bakar (grafik 1.2.6) menunjukan
pergerakan yang relatif stabil. Selain itu, perkembangan indeks penjualan eceran untuk
kelompok peralatan rumah tangga (grafik 1.2.10.) juga relatif stagnan apabila dibandingkan
triwulan I-2011.
Meskipun tingkat pertumbuhan konsumsi Sulsel melambat menjadi sebesar 4,09%
(y.o.y), namun relatif dinilai masih berada pada level yang relatif cukup tinggi. Beberapa
indikator lain yang masih menunjukan baiknya kinerja konsumsi Sulsel, a.l tercermin dari
pertumbuhan konsumsi listrik sektor rumah tangga (grafik 1.2.2) dan sektor sosial (grafik
1.2.3) yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Selain itu, perkembangan indeks
penjualan eceran untuk beberapa kelompok seperti kelompok pakaian-perlengkapan dan
peralatan tulis (grafik 1.2.5 dan 1.2.6) juga menunjukan peningkatan jika dibandingkan
triwulan I-2011.
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi
Grafik 1.2.1.Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.2.2.Konsumsi Listrik Sektor RT
Grafik 1.2.3.Konsumsi Listrik Sektor Sosial
Grafik 1.2.4.Volume Impor Consumers Goods
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
95
100
105
110
115
120
125
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011Juta
GW
H
Rumah Tanggay.o.y
Sbr : PLN Divre VII
0%
5%
10%
15%
20%
25%
-
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Juta
GW
H
Sosial y.o.y Sbr : PLN Divre VII
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**
2009 2010 2011Juta
Kg
Consumer Goods
Consumer Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
Grafik 1.2.5.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Pakaian dan Perlengkapan
Grafik 1.2.7.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Makanan dan Tembakau
Grafik 1.2.6.Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar
Grafik 1.2.8.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Perlatan Tulis
Grafik 1.2.9.Pemakaian Air (M3)
Grafik 1.2.10.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan Rumah Tangga
1.1.2. Investasi
Kinerja investasi pada triwulan laporan yang masih tumbuh cukup signifikan yaitu
sebesar 18,56% (y.o.y), meski melambat dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 28,44%
(y.o.y). Namun demikian, pertumbuhan investasi pada periode laporan jauh lebih tinggi
apabila dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 9,64% (y.o.y). Pertumbuhan investasi di Sulsel
pada triwulan ini masih didorong oleh realisasi proyek-proyek infrastruktur swasta.
Penanaman Modal Asing (PMA) diperkirakan masih akan mendominasi investasi di Provinsi
-50%0%50%100%150%200%250%300%
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Perlt RT
yoy
Smb : SPE
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Mknn & Temb yoy
Smb : SPE
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%
0 10 20 30 40 50 60 70 80
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Bhn Bkr yoy
Smb : SPE
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Prltn Tls yoy
Smb : SPE
-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Juta
M3
Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks* Sementara -50%
0%50%100%150%200%250%300%
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Perlt RT
yoy
Smb : SPE
Sulsel pada 2011. Sejumlah investasi yang direalisasikan pada 2011 merupakan realisasi dari
komitmen investor yang disepakati sepanjang 2010, seperti investasi pembangkit listrik2.
Sebaliknya, investasi di sektor pemerintah diperkirakan masih cenderung melambat karena
masih rendahnya realisasi belanja modal Pemda yang baru mencapai 27,86% (lihat Bab
Keuangan Daerah).
Perkembangan investasi yang cukup tinggi tercermin dari hasil survei penjualan
eceran untuk kelompok bahan konstruksi menunjukan peningkatan pada triwulan laporan
(grafik 1.3.1). Selain itu, peningkatan pertumbuhan investasi, juga ditandai dengan masih
tingginya volume impor capital goods (grafik 1.3.2) dan realisasi pengadaan semen (grafik
1.3.3.).
Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi
Grafik 1.3.1.Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi
Grafik 1.3.2.Volume Impor Capital Goods
Grafik 1.3.3.Realisasi Pengadaan Semen
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)
Dari sisi perdagangan eksternal, kinerja net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan
mengalami peningkatan yang cukup signifikan apabila dibandingkan triwulan I-2011, yaitu
2 Seputar Sulawesi, 8 Maret 2011, PMA Dominasi Investasi Sulsel 2011, http://seputarsulawesi.com/news-1319-pmadominasiinvestasisulsel2011.html.
-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%
0 100 200 300 400 500 600 700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Bhn Kons
yoy
Smb : SPE
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
900%
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**
2009 2010 2011Juta
Kg
Capital GoodsCapital Goods Series2
* SementaraSmb : Cognos - BI
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Ribu
an T
on
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : Sementara
dari kontraksi atau tumbuh -44,24% (y.o.y) menjadi tumbuh sebesar 17,88% (y.o.y).
Peningkatan kinerja net ekspor-impor pada triwulan laporan, terutama disebabkan oleh
pertumbuhan volume ekspor luar negeri non migas Sulsel (grafik 1.4.1). Kenaikan kinerja
ekspor Sulsel melebihi impor, menyebabkan net ekspor Sulsel menigkat sangat signifikan
pada periode laporan.
Peningkatan pertumbuhan ekspor juga didorong oleh 5 komoditas ekspor unggulan
Sulsel, seperti nikel, kakao, ikan-udang-kerang, biji-bijian berminyak dan kayu olahan (grafik
1.4) pada Juni 20113. Peningkatan ekspor nikel didukung oleh produksi yang meningkat
dengan selesainya perawatan tanur yang dilakukan pada triwulan I-2011 dan juga
dipengaruhi oleh mulai meningkatnya permintaan Jepang memasuki masa recovery pasca
tsunami, Maret 2011. Peningkatan tersebut juga sejalan dengan prompt kenaikan muat luar
negeri via pelabuhan (grafik 1.4.3).
Di sisi lain, pertumbuhan ekspor Sulsel pada triwulan laporan terbantu oleh kinerja
perdagangan antar pulau (ekspor antar pulau), yang tercermin dari peningkatan aktivitas
muat dalam negeri via pelabuhan (grafik 1.4.2). Kegiatan ekspor antar pulau diperkirakan
didominasi oleh komoditas makanan seperti beras dan gula yang pasokannya cukup
berlimpah di wilayah Sulsel karena panen raya yang terjadi pada Maret-April 2011. Selain itu,
juga terdapat pabrik gula rafinasi di Sulsel yang cukup besar produksinya untuk memenuhi
permintaan daerah di luar Sulsel.
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor
Grafik 1.4.1.Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total
Grafik 1.4.2.Volume Muat Dalam Neg. via Pelabuhan
3 Sumber BPS: BRS Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Selatan Juli 2011
-60%-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010 2011
Ribu
Ton
EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-60%-50%
-40%
-30%-20%
-10%0%
10%20%
30%
40%
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Ribu
Ton
MUAT AP
yoySumber : Pelindo IV* : Sementara
Grafik 1.4.3.Volume Muat Luar Negeri
via Pelabuhan
Grafik 1.4.4.Volume Ekspor Luar Negeri
Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Grafik 1.4.5.Volume Ekspor Luar Negeri
Kopi, Teh, Kakao dan Sejenisnya
Grafik 1.4.6.Volume Ekspor Luar Negeri
Komoditas Nikel
Grafik 1.4.7.Volume Ekspor Luar Negeri Kayu Olahan
Sementara, meningkatnya kinerja impor terutama terjadi karena menguatnya
permintaan terhadap barang-barang intermediate goods (grafik 1.5.4), yang terindikasi dari
meningkatnya aktivitas bongkar luar negeri via pelabuhan (grafik 1.5.6). Peningkatan impor
tersebut diduga berkaitan dengan masih menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap USD (grafik
1.5.7) pada periode laporan yng didukung pula aktivitas perekonomian yang cenderung
meningkat menjelang pertengahan tahun. Membaiknya aktivitas perekonomian tercermin
dari hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, yang menunjukan peningkatan indeks
penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu. Selain itu Survei Penjualan Eceran Bank
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.0
0.0
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Ribu
Ton
MUAT LN
Series2Sumber : Pelindo IV* : Sementara
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
-
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010 2011
Ribu
Ton
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTAL y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%
-10 20 30 40 50 60 70 80 90
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010 2011
Ribu
Ton
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
TOTAL y.o.ySmb : Cognos - BI* Sementara
-400%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
1400%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Volume Ekspor Nikely.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-60%-40%-20%0%20%40%60%
-2 4 6 8
10 12 14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010 2011
Ribu
Ton
BARANG2 KAYU & GABUSTOTAL y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
Indonesia juga menunjukan pergerakan yang searah, terutama pada kelompok pakaian-
perlengkapan, peralatan tulis dan bahan kimia (grafik 1.2.8, 1.2.9 dan 1.2.10).
Namun demikian, pertumbuhan impor beberapa komoditas masih relatif stagnan,
seperti impor capital goods (grafik 1.5.1) dan consumer goods (grafik 1.5.3), yang tercermin
dengan sedikit menurunnya aktivitas bongkar dalam negeri via pelabuhan (grafik 1.5.5).
Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor
Grafik 1.5.1.Volume Impor Luar Negeri Capital Goods
Grafik 1.5.2.Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6
bln yg lalu
Grafik 1.5.3.Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods
Grafik 1.5.4.Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods
Grafik 1.5.5.Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan
Grafik 1.5.6.Volume Bongkar Luar Negeri via Pelabuhan
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
900%
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**
2009 2010 2011Juta
Kg
Capital GoodsCapital Goods Series2
* SementaraSmb : Cognos - BI
-25%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**
2009 2010 2011Juta
Kg
Consumer Goods
Consumer Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**
2009 2010 2011
Juta
Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Ribu
Ton
BONGKAR APyoy
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0.0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
0.4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Ribu
Ton
BONGKAR LN
yoySumber : Pelindo IV* : Sementara
Grafik 1.5.7.Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
Grafik 1.2.8.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Pakaian dan Perlengkapan
Grafik 1.5.9.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan Tulis
Grafik 1.5.10.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Bahan Kimia
Meski pertumbuhan net ekspor-impor pada periode laporan sangat tinggi namun
cederung melambat apabila dibandingkan triwulan II-2010 yang tumbuh sebesar 29,55%.
Salah satu penyebabnya diperkirakan karena pada triwulan II-2011 tidak terdapat persiapan
Pilkada sebagaimana yang terjadi pada triwulan II-2010 yaitu pada 10 (sepuluh) kabupaten di
Sulsel yang berlangsung pada 23 Juni 2010. Tingginya impor antar provinsi pada triwulan II-
2010 tercermin juga dari meningkatnya volume bongkar dalam negeri via pelabuhan pada
triwulan II-2010 (grafik 1.5.5).
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)
Dari sisi penawaran (sektoral), secara tahunan (y.o.y) seluruh sektor mengalami
pertumbuhan positif. Beberapa sektor menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi
pada triwulan laporan yaitu pertanian, perdagangan-hotel-restauran, keuangan-persewaan-
jasa perusahaan dan angkutan-komunikasi. Dibandingkan triwulan I-2011, secara umum
hampir semua sektor-sektor perekonomian mengalami peningkatan pertumbuhan pada
triwulan laporan kecuali 4 (empat) sektor, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, listrik-
gas-air dan angkutan-komunikasi yang pertumbuhannya melambat pada level yang moderat.
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Rata-rata Kurs Tengahyoy
-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Pakn & Perlgkyoy
Smb : SPE
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Prltn Tls yoy
Smb : SPE
0%10%20%30%40%50%60%70%
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Bhn Kimia yoy
Sektor pertambangan merupakan satu-satunya sektor yang mengalami kontraksi pada
triwulan I-2011, kembali tumbuh positif pada triwulan II-2011.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan,
diikuti berturut-turut oleh sektor perdagangan-hotel-restauran, bangunan, angkutan-
komunikasi, pertanian, jasa-jasa, pertambangan-galian, listrik-gas-air bersih dan
pertumbuhan terendah tercatat pada sektor industri pengolahan.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
1.2.1. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Pertumbuhan sektor ini paling tinggi dibandingkan 9 (sembilan) sektor perekonomian
di Sulsel yaitu sebesar 13,56% (y.o.y) dan jauh lebih tinggi apabila dibandingkan
pertumbuhan triwulan I-2011 sebesar 8,67% (y.o.y). Meningkatnya pertumbuhan sektor
dimaksud disebabkan oleh meningkatnya kegiatan usaha jasa perbankan, jasa pembiayaan
dan juga kegiatan sub-sektor persewaan seperti persewaan motor, mobil dan bus pariwisata,
sejalan maraknya aktivitas MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) di Sulsel.
Peningkatan sub sektor perbankan dimaksud tercermin dari meningkatnya pertumbuhan
Tani Tambang Industri LGA Bgn PHR Angkom Keu Jasa TOTAL1 7.22% -13.99% -5.80% 9.25% 15.78% 10.93% 4.77% 5.94% 7.65% 4.09%2 4.12% -4.51% 6.69% 9.86% 11.74% 10.55% 8.67% 9.16% 6.80% 6.19%3 6.43% -4.31% 11.78% 13.62% 14.64% 10.28% 10.75% 11.41% 6.71% 8.04%4 0.84% 5.73% 1.72% 2.47% 14.34% 11.33% 15.99% 18.24% 3.39% 6.53%1 -6.98% 25.52% 14.12% 5.08% 11.83% 8.99% 17.56% 25.16% 3.25% 7.35%2 7.68% 17.85% 3.56% 12.58% 9.07% 9.67% 15.44% 15.88% 3.13% 9.04%3 6.42% 12.52% -0.16% 6.31% 7.33% 10.51% 13.38% 11.82% 4.21% 7.39%4 1.09% 11.20% 8.74% 8.20% 8.68% 17.15% 13.39% 15.07% 6.44% 8.93%1 12.08% -13.16% 3.10% 4.05% 8.48% 11.52% 13.11% 8.67% 6.80% 7.34%2 10.05% 2.19% 1.48% 2.08% 11.35% 12.70% 10.27% 13.56% 7.42% 8.62%34
PERIODEPERTUMBUHAN (yoy)
2011
**20
0920
10*
Tani Tambang Industri LGA Bgn PHR Angkom Keu Jasa TOTAL1 2.12% -1.37% -0.81% 0.09% 0.77% 1.69% 0.38% 0.38% 0.85% 4.09%2 1.20% -0.40% 0.95% 0.10% 0.62% 1.65% 0.70% 0.61% 0.76% 6.19%3 1.89% -0.38% 1.62% 0.14% 0.77% 1.65% 0.89% 0.73% 0.74% 8.04%4 0.24% 0.50% 0.24% 0.03% 0.79% 1.81% 1.36% 1.17% 0.39% 6.53%1 -2.11% 2.07% 1.79% 0.05% 0.65% 1.48% 1.39% 1.64% 0.37% 7.35%2 2.19% 1.42% 0.51% 0.13% 0.50% 1.57% 1.28% 1.08% 0.35% 9.04%3 1.86% 0.99% -0.02% 0.07% 0.41% 1.72% 1.14% 0.78% 0.46% 7.39%4 0.29% 0.97% 1.17% 0.08% 0.51% 2.87% 1.24% 1.08% 0.73% 8.93%1 3.16% -1.25% 0.42% 0.04% 0.48% 1.93% 1.14% 0.66% 0.75% 7.34%2 2.83% 0.19% 0.20% 0.02% 0.63% 2.08% 0.90% 0.98% 0.79% 8.62%34
Sumber : BPS & Proyeksi BI* Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara
PERIODESUMBANGAN (yoy)
2011
**20
09*
2010
*
indikator pembiayaan kredit (grafik 1.6.4), nilai tambah bruto (grafik 1.6.3), lembaga
keuangan non bank (grafik 1.6.1 dan 1.6.2).
Meskipun pada triwulan II-2011 tumbuh relatif cukup tinggi, namun melambat
dibandingkan triwulan II-2010 yaitu sebesar 15,88% (y.o.y). Sumber penyebab tingginya
pertumbuhan pada triwulan II pada 2010 dan 2011 sangat berbeda. Tingginya kontribusi
sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Sektor keuangan-persewaan dan jasa
perusahaan pada triwulan II-2010 diduga karena penyelenggaraan aktivitas Pemilukada pada
10 (sepuluh) kabupaten di Sulsel, Juni 2010. Hal ini tercermin dari tingkat pertumbuhan NTB
Bank Umum (grafik 1.6.3) yang cukup tinggi pada triwulan II-2010 dan juga tercermin dari
terjadinya peningkatan transaksi RTGS di Sulsel (grafik 1.6.4) yang secara nominal cukup
tinggi pada triwulan II-2010. Sedangkan pada triwulan II-2011, peningkatan sektor
keuangan-persewaan-jasa perusahaan diperkirakan karena pengaruh dari relatif besarnya
aliran investasi asing atau peran swasta di Sulsel pada 2011.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Grafik 1.6.1.Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
(Penggadaian)
Grafik 1.6.2.Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
(FIF)
Grafik 1.6.3.Nilai Tambah Bruto Bank Umum
Grafik 1.6.4.Perkembangan Kredit Bank Umum
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Mill
ions
Sbr : Kanwil Pegadaian Mks* Sementara
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
050
100150200250300350400450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Mily
ar R
p
Sbr : FIF Mks
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011Trily
un R
p
NTB SULSELy.o.y
Sbr : LBU - BI
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Trili
un R
p
KREDIT yoy
Grafik 1.6.5.Transaksi RTGS
1.2.2. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR)
Pertumbuhan sektor ini juga cukup tinggi dengan tingkat pertumbuhan, sebesar
12,70% (y.o.y). Pertumbuhan pada triwulan laporan cenderung meningkat apabila
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,52% (y.o.y). Peningkatan pada sektor ini
tercermin dari beberapa prompt indikator seperti volume bongkar muat luar negeri via
pelabuhan (grafik 1.7.1) dan rata-rata tingkat penghunian kamar (TPK) berbintang (grafik
1.7.2).
Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Grafik 1.7.1.Volume Bongkar Muat Luar Negeri
Via Pelabuhan
Grafik 1.7.2.Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar
Hotel Berbintang
Grafik 1.7.3.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Makanan dan Tembakau
Grafik 1.7.4.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Pakaian dan Perlengkapan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Total
Y.O.YTr
iliun
Rp
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
0.4
0.5
0.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Ribu
Ton
BONGKAR LN
MUAT LN
Growth (yoy)
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Ss yoy
Sumber: BPS
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Mknn & Temb yoy
Smb : SPE
-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Pakn & Perlgkyoy
Smb : SPE
Grafik 1.7.5.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan Tulis
Grafik 1.7.6.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Bahan Kimia
Faktor pendorong pertumbuhan diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsi
masyarakat terhadap bahan makanan maupun makanan jadi, yang secara langsung maupun
tidak langsung juga berkontribusi terhadap pertumbuhan sub-sektor perdagangan dan
restauran pada triwulan laporan. Kondisi sektor tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya
indeks penjualan eceran untuk kelompok komoditas makanan dan tembakau (grafik 1.7.3),
pakaian-perlengkapan (grafik 1.7.4), peralatan tulis (grafik 1.8.5) serta kelompok komoditas
bahan kimia (grafik 1.7.6).
1.2.3. Sektor Bangunan
Sektor yang juga mencatat pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan laporan adalah
sektor bangunan, tumbuh sebesar 11,35% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya sebesar 8,48%. Peningkatan pertumbuhan sektor bangunan,
diperkirakan terjadi karena mulai berjalannya proyek-proyek pembangunan swasta pada
pertengahan tahun 2011, terutama pada sektor konstruksi. Hal ini tercemin dari
meningkatnya realisasi pengadaan semen (grafik 1.8.1) dan juga meningkatnya indeks
penjualan eceran untuk kelompok bahan konstruksi (grafik 1.8.2). Tingginya pertumbuhan
sektor dimaksud sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan
(18,56%). Meskipun demikian, jika ditinjau dari realisasi proyek-proyek pemerintah
menunjukkan bahwa realisasi belanja modal, sampai dengan triwulan II-2011 baru mencapai
sebesar 27,55% belum optimal mendorong pertumbuhan sektor ini.
Selanjutnya, apabila dibandingkan triwulan II-2010 (9,07%), pertumbuhan sektor
bangunan pada triwulan ini tercatat masih lebih tinggi. Hal ini menunjukkan perkembangan
sektor ini cenderung membaik, seiring dengan meningkatnya pembangunan sarana
perkantoran, perbelanjaan, perhotelan maupun properti residensial.
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Prltn Tls yoy
Smb : SPE
0%10%20%30%40%50%60%70%
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Bhn Kimia yoy
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan
Grafik 1.8.1Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.8.2Indeks Penjualan EceranKel. Bahan Konstruksi
1.2.4. Sektor Angkutan-Komunikasi
Sektor angkutan-komunikasi masih mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi
dibandingkan sektor lainnya pada triwulan II-2011. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat
tumbuh sebesar 10,27% (y.o.y), relatif melambat apabila dibandingkan triwulan I-2011
sebesar 13,11% (y.o.y). Perlambatan sektor ini sejalan dengan prompt indikator aktivitas lalu
lintas penumpang dan pesawat udara yang cenderung tumbuh melambat namun secara
total, jumlahnya terus meningkat (grafik 1.9.1 dan 1.9.2) dengan level pertumbuhan di atas
10%. Selain itu hasil Survey Penjualan menunjukkan bahwa penjualan kelompok komoditas
bahan bakar menununjukan pertumbuhan yang cenderung stabil (grafik 1.9.4).
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan
Grafik 1.9.1.Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Udara
Grafik 1.9.2.Lalu Lintas Pesawat
Angkutan Udara
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Ribu
an T
on
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : Sementara
-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%
0 100 200 300 400 500 600 700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Bhn Kons
yoy
Smb : SPE
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010 2011
Ribu
Org
DEP ARRy.o.y
Lalu Lintas Penumpang
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-2,000 4,000 6,000 8,000
10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2008 2009 2010 2011
DEPARRy.o.y
Lalu Lintas Pesawat
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
Grafik 1.9.3.Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Laut
Grafik 1.9.4.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Bahan Bakar
Grafik 1.9.5.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Kendaraan dan Suku Cadang
Perlambatan pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan berasal dari menurunnya
aktivitas lalu lintas darat. Sejalan dengan hasil Survei Bank Indonesia, yang menunjukan
relatif menurunnya indeks penjualan eceran kelompok kendaraan dan suku cadang (grafik
1.9.5) dan relatif stagnannya penjualan kelompok bahan bakar.
1.2.5. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada dua triwulan terakhir tumbuh cukup signifikan di atas 10%.
Pada triwulan II-2011, sektor pertanian masih mencatat pertumbuhan sebesar 10,05%,
sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai sebesar
12,08% (y.o.y). Meskipun masa panen raya komoditas padi sudah berlalu namun adanya
beberapa daerah baru mengalami panen cukup membantu menahan perlambatan
pertumbuhan sektor ini. Musim tanam yang tidak serempak itu dan adanya keterbatasan
ataupun kelebihan air irigasi di masing-masing wilayah diperkirakan menjadi penyebab
terjadinya pun secara bertahap.
-
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Embarkasi (keluar)
Debarkasi (masuk)
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
ribu
org
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%
0 10 20 30 40 50 60 70 80
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Bhn Bkr yoy
Smb : SPE
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Kend & Sk Cd
yoy
Smb : SPE
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian
Grafik 1.10.1.Realisasi dan Perkiraan
Luas Panen & Produksi Padi
Grafik 1.10.2.Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani
Grafik 1.10.3.Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Diterima Petani
Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian dimaksud juga dicerminkan oleh
menurunnya produksi padi dan luas panen pada triwulan II-2011 (grafik 1.10.1). Meskipun
demikian, kesejahteraan petani cenderung meningkat karena pasokan komoditas yang lebih
kecil menyebabkan harga cenderung lebih mahal. Di sisi lain indeks yang dibayar oleh petani
relatif stabil yang tercermin dari tingkat inflasi relatif terkendali. Hal tersebut tercermin pada
Indeks Nilai Tukar Petani yang meningkat karena indeks yang diterima petani yang
meningkat dibandingkan periode sebelumnya (grafik 1.10.2 dan 1.10.3).
Dibandingkan triwulan II-2010, pertumbuhan kinerja sektor pertanian ini tercatat
lebih tinggi yang tumbuh sebesar 7,68% (y.o.y). Pada tahun 2010, kinerja sektor pertanian
terlalu oleh kondisi cuaca yang menghambat pertumbuhan pertanian Sulsel karena
mengakibatkan pergeseran awal musim hujan dan kemarau sehingga merubah pola dan
waktu tanam. Sementara kondisi paruh pertama tahun 2011, siklus cuaca relatif lebih baik,
sehingga pertumbuhan sektor pertanian triwulan II-2011 menjadi lebih baik.
020,00040,00060,00080,000100,000120,000140,000160,000180,000200,000
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
Jan Feb Mar Apr Mei* Jun**
2011
Luas Tanam (HA)
Luas Panen (HA)
Produksi (TON)
TON HA
Sumber: Dinas Pertanian
TON HA
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
94
96
98
100
102
104
106
108
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
NTP y.o.y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
105
110
115
120
125
130
135
140
145
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
1.2.6. Sektor Jasa-jasa
Pertumbuhan sektor jasa-jasa menunjukkan terus mengalami peningkatan sejak
tahun 2010. Pada triwulan laporan, sektor jasa-jasa mengalami sedikit peningkatan apabila
dibandingkan triwulan I-2011 dari tumbuh sebesar 6,80% menjadi sebesar 7,42% (y.o.y).
Peningkatan ini diperkirakan karena meningkatnya kegiatan jasa sosial dan
kemasyarakatan seperti lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi, bimbingan belajar dan berbagai lembaga kursus lainnya di bidang seni. Hal ini sejalan
dengan permintaan masyarakat yang semakin meningkat akan layanan jasa-jasa dimaksud.
1.2.7. Sektor Pertambangan - Penggalian
Pada triwulan laporan sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup
besar yaitu dari terkontraksi atau tumbuh negatif 13,16% pada triwulan I-2011, menjadi
tumbuh positif 2,19% (y.o.y) pada triwulan laporan. Peningkatan kinerja sektor dimaksud
tercermin pada peningkatan volume ekspor luar negeri nikel (grafik 1.11.1). Kondisi ini
antara lain didorong oleh peningkatan produksi nikel oleh PT International Nickel Indonesia
Tbk (INCO) berencana menggenjot produksi pasca melakukan perawatan pabrik pada akhir
triwulan I-2011 sekaligus didukung oleh mulai meningkatnya permintaan dari Jepang pasca
tsunami. Selain itu, dukungan penyelesaian proyek PLTA Karebe sudah mencapai 99%.
Meski belum optimal, proyek tersebut nantinya akan memproduksi cukup energi
hidroelektrik untuk menggantikan bahan bakar dan diesel yang ada untuk memasok tanur-
tanur listrik di fasilitas Sorowako, serta akan mengurangi biaya energi perseroan dengan cara
yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian
Grafik 1.11.1.Harga Nikel Internasional
Grafik 1.11.2.Volume Ekspor Luar Negeri Nikel
Selanjutnya apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2010 yang sebesar
17,85% (y.o.y), maka pertumbuhan pada triwulan ini tercatat jauh lebih rendah karena pada
Maret 2011, Jepang selaku negara tujuan ekspor utama Indonesia terkena tsunami dan
-80%-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%
-
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011Thou
sand
s
USD/metric tonyoy indeks
-400%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
1400%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Volume Ekspor Nikely.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
menyebabkan perekonomiannya terpuruk jika dibandingkan tahun 2010. Meski di sisi lain,
harga nikel internasional masih cukup baik (grafik 1.11.1).
1.2.8. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Pertumbuhan sektor listrik-gas-air bersih menduduki peringkat ke delapan dari 9
(sembilan) sektor perekonomian Sulsel. Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan
cenderung mengalami perlambatan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan laporan sektor ini tercatat tumbuh sebesar 4,05% (y.o.y), sementara pada triwulan
II-2011 tumbuh sebesar 2,08%. Perlambatan pertumbuhan tersebut diduga bersumber dari
realtif stagnan-nya pertumbuhan sub sektor air di Sulsel (grafik 12.2). Meski demikian
dorongan kinerja sub sektor listrik menyumbang positif bagi pertumbuhan sektor listrik-gas
dan air secara keseluruhan.
Sementara secara tahunan, apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2010
sebesar 12,58% (y.o.y), pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat jauh lebih
rendah. Perlambatan pertumbuhan tersebut sejalan dengan konfirmasi PDAM Makssar pada
awal Juli 2011, dimana telah terjadi penurunan penggunaan air. Namun hal tersebut, diduga
karena telah terjadi pencurian air maupun terdapatnya sambungan illegal, karena pelanggan
dengan penggunaan air nol meter, mencapai angka 10 ribu orang4.
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Grafik 1.12.1.Penjualan Listrik (Juta Kwh)
Grafik 1.12.2.Pemakaian Air (M3)
1.2.9. Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan II-2011, sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup
besar apabila dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari tumbuh dari sebesar 3,10%
(y.o.y) pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 1,48% pada triwulan laporan. Perlambatan
4 Fajar, 2 Juli 2011, PDAM Sidak Indikasi Pencurian Air, http://www.fajar.co.id/read-20110701203555-pdam-sidak-indikasi-pencurian-air.
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-100 200 300 400 500 600 700 800 900
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011Juta
KW
H
Total Pemakaian Listriky.o.y
Sbr : PLN Divre VII
-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Juta
M3
Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
pertumbuhan tersebut diperkirakan terjadi pada industri makanan-minuman di Sulsel, yang
tercermin pada penurunan jumlah produksi tepung terigu pada triwulan laporan apabila
dibandingkan periode sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan sebagai akibat dari masih
tingginya harga gandum internasional (grafik 1.14.2), yang mempengaruhi stock gandum
sebagai bahan baku impor industri tepung terigu. Hal tersebut tercermin dari impor
intermediate goods yang relatif rendah pada triwulan I-2011 (grafik 1.14.3).
Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan masih tertahan
karena masih cukup baik dukungan pertumbuhan dari industri semen. Hal ini diperkirakan
masih akan meningkat sejalan dengan pengerjaan proyek-proyek swasta, termasuk pelaku
bisnis (investor) asing yang cukup besar pada tahun 2011 (grafik 1.14.4).
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.13.1.Realisasi Produksi Tepung Terigu
Grafik 1.13.2.Harga Gandum Internasional
Grafik 1.13.3.Volume Impor Intermediate Goods
Grafik 1.13.4.Realisasi Pengadaan Semen
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Ribu
an T
on
Produksi-axis kiriyoy-axis kanan
Sumber : EFM Mks
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-100 200 300 400
500 600 700 800 900
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
$/bushelyoy indeks
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**
2009 2010 2011
Juta
Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2*
2009 2010 2011
Ribu
an T
on
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : Sementara
Halam ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
27Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Bab 2 Perkembangan Inflasi
2.1. Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan II-2011, masih sejalan dengan proyeksi inflasi
di kisaran 6,72% ± 0.5% (y.o.y), meningkat pada tingkat yang moderat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan II-2011 sebesar 6,37% (y.o.y), meningkat
dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 5,00% (y.o.y) dan triwulan I-2011 sebesar 6,32%
(y.o.y). Sementara itu, inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional
sebesar 5,54% (y.o.y)1.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011
y.o.y - Nasy.o.y - Ssy.t.d - Ss
Sumber : BPS diolah
%
2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa
Secara tahunan, urutan inflasi Sulsel pada triwulan II-2011 berdasarkan kelompok
barang dan jasa, dari yang tertinggi hingga terkecil adalah sebagai berikut :
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunan (y.o.y) pada triwulan laporan
meningkat cukup tinggi menjadi sebesar 12,10%, dibandingkan triwulan yang sama tahun
2010 sebesar 7,64% (tabel 2.1). Peningkatan inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga
pada sub-kelompok ikan segar, sub-kelompok lemak-minyak dan sub-kelompok ikan
diawetkan yang inflasinya secara berurutan tercatat sebesar 25,11% (y.o.y); 17,75%; dan
1 Sumber : BPS
28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
16,71%. Kenaikan harga masing-masing sub kelompok pada triwulan II-2011 tersebut jauh
lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan II-2010 masing-masing sebesar -0,73%; -7,08%
dan -0,86% (tabel 2.2).
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM
1 13.17 11.97 9.34 11.12 10.21 3.55 1.77 9.01 2 4.14 10.63 4.66 7.65 6.51 3.46 (5.01) 3.80 3 3.38 6.74 3.26 6.92 3.89 4.66 (4.72) 2.70 4 3.60 6.23 3.55 7.31 2.86 6.91 (2.32) 3.39 1 2.68 6.22 3.48 2.16 2.98 7.08 1.18 3.45 2 7.64 5.23 4.11 7.56 2.73 7.08 1.06 5.00 3 13.43 6.21 4.13 7.65 2.92 4.07 1.76 6.58 4 14.27 5.90 4.14 7.35 3.06 1.80 1.75 6.56 1 13.96 4.47 4.16 8.30 3.08 1.48 1.84 6.32 2 12.10 5.27 4.57 8.83 6.41 2.43 2.08 6.37 3 - - - - - - - -4 - - - - - - - -
Sumber : BPS, diolah
Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2011
2009
2010
TAHUN
Tekanan inflasi pada sub-kelompok ikan segar tersebut disebabkan karena faktor
cuaca yang kurang kondusif, yaitu masih cukup tingginya curah hujan pada bulan Mei 2011
menyebabkan kenaikan harga ikan laut (lihat grafik 2.3). Kenaikan harga ikan laut juga
berdampak pada jenis ikan tambak seperti bandeng maupun ikan air tawar antara lain mujair
dan lele. Pasokan produk ikan tambak juga dipengaruhi oleh adanya banjir di beberapa
daerah karena tingginya curah hujan di awal 2011 sehingga menyebabkan hanyutnya benih
ikan, terutama di daerah sentra produksi seperti Kabupaten Pangkep, Pinrang, Maros serta
Kabupaten Barru2. Sementara waktu yang dibutuhkan dari pembibitan hingga panen pada
budidaya bandeng sekitar 5 bulan dan udang membutuhkan waktu 4 bulan.
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan
-5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.t.d
y.o.ySumber : BPS diolah
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan
2 4 1 2BAHAN MAKANAN 7.65% 14.27% 13.96% 12.10%
1 Padi-padian 11.75% 15.02% 6.47% 6.65%2 Daging & Hasilnya 3.94% 8.45% 0.55% 8.08%3 Ikan Segar -0.73% 6.58% 22.91% 25.11%4 Ikan Diawetkan -0.86% 5.10% 13.21% 16.71%5 Telur, Susu & Hasilnya 1.28% 4.42% 6.02% 7.39%6 Sayur-sayuran 38.14% 15.98% 8.31% 3.32%7 Kacang-kacangan 0.95% 9.02% 6.63% 9.26%8 Buah-buahan 21.53% 12.42% -5.17% 3.37%9 Bumbu-bumbuan 19.16% 74.18% 76.59% 17.83%
10 Lemak & Minyak -7.08% 10.81% 14.44% 17.75%11 Bhn Makanan Lainnya 2.15% 4.97% 3.85% 6.60%
2011KeteranganNo
2010
2 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel
29Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Tekanan inflasi juga terjadi pada sub-kelompok lemak dan minyak, antara lain
disebabkan karena harga CPO di tingkat dunia yang masih terus meningkat sejak triwulan II-
2010. Kenaikan harga CPO dimaksud dipengaruhi oleh peningkatan permintaan CPO di
sejumlah negara di Asia seperti China dan India karena adanya kegiatan perayaan hari
raya. Lonjakan harga CPO dimaksud kemudian mempengaruhi peningkatan harga minyak
goreng dan produk turunannya di Indonesia, termasuk di Sulsel (grafik 2.4).
Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar
Cakalang dan Tongkol
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Tongkol
Cakalang
Layang
Minyak Goreng
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
-20.00%
-15.00%
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Minyak Goreng
Growth (yoy)
Daging Ayam Ras
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
-15.00%
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Daging Ayam Ras
Growth (yoy)
Daging Sapi
67,000 68,000 69,000 70,000 71,000 72,000 73,000 74,000 75,000 76,000 77,000
-4.00%-2.00%0.00%2.00%4.00%6.00%8.00%
10.00%12.00%14.00%16.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Daging Sapi
Growth (yoy)
Grafik 2.4.Harga CPO Internasional
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
ringgit/ton (metrik)
yoy indeks
30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
Grafik 2.5.Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan
-10
-5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011
%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
Dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), pada triwulan laporan yang kelompok
bahan makanan mengalami deflasi 0,74% (qtq), tercatat lebih rendah sebesar 1,77% dari
inflasi pada triwulan I-2011 sebesar 1,03% (qtq). Penyebab utama deflasi kelompok bahan
makanan karena faktor musiman, dimana pada pada akhir triwulan I-2011 Sulsel memasuki
panen raya sehingga terjadi peningkatan stock beras di Sulsel pada triwulan II-2011.
Keberhasilan panen raya pertanian Sulsel tahap pertama 2011 juga didukung keberadaan
sawah tadah hujan yang justru relatif diuntungkan oleh curah hujan tinggi yang melanda
Indonesia.
Kelompok Sandang, dibandingkan tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan (y.o.y)
pada triwulan II-2011 yang sebesar 8,83% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010
sebesar 7,56% (y.o.y) atau meningkat sebesar 1,27%. Peningkatan tersebut bersumber dari
kenaikan inflasi pada sub-kelompok barang pribadi dan sandang lain, terutama pada
komoditas emas yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan sejak tahun 2010 (grafik
2.7). Masih belum pulihnya perekonomian global menyebabkan emas menjadi salah satu
komoditas yang diburu mengingat nilainya yang cenderung naik dari tahun ke tahun.
Kondisi perekonomian AS yang masih belum menggembirakan, menimbulkan spekulasi
bahwa The Federal Reserve akan kembali menggelontorkan quantitative easing (Lachlan
Shaw, analis Commonwealth Bank of Australia). Selain itu, kenaikan inflasi juga terjadi pada
sub-kelompok sandang laki-laki dan perempuan. Peningkatan inflasi pada kelompok sandang
sejalan dengan indeks penjualan eceran untuk kelompok pakaian dan perlengkapan pada
triwulan II-2011 yang tumbuh lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan I-2011 (grafik 2.8).
31Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang
2 4 1 2SANDANG 7.57% 7.35% 8.30% 8.83%
1 Sandang Laki-laki 3.96% 3.40% 3.46% 4.42%2 Sandang Wanita 3.17% 2.72% 2.38% 4.24%3 Sandang Anak-anak 8.71% 8.58% 8.50% 8.01%4 Brg Pribadi & Sandang Lain 13.99% 13.85% 17.51% 16.64%
2011KeteranganNo 2010
Grafik 2.7.Perkembangan Harga Internasaional:
Komoditas Emas
-5%0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
$/troy oz
Grafik 2.8.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel.Pakaian dan Perlengkapan
-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Pakn & Perlgkyoy
Smb : SPE
Grafik 2.9.Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
Selanjutnya, secara triwulanan (q.t.q), inflasi pada triwulan laporan cenderung lebih
tinggi apabila dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu naik dari 0,56% (q.t.q) menjadi
2,72% (q.t.q) - grafik 2.9. Kenaikan inflasi pada kelompok dimaksud, diduga merupakan
dampak musiman dari peningkatan permintaan pada saat liburan sekolah dan tahun ajaran
baru sehingga mendorong naiknya permintaan pakaian triwulan II-2011 apabila
32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
dibandingkan triwulan I-2011. Hal ini sejalan dengan hasil survei penjualan eceran Bank
Indonesia Makassar yang menunjukan terjadi peningkatan penjualan kelompok pakaian dan
perlengkapan pada periode laporan (grafik 2.8).
Kelompok Kesehatan, inflasi periode laporan apabila dibandingkan tahun
sebelumnya, meningkat dari 2,73% pada triwulan II-2010 menjadi sebesar 6,41% (y.o.y)
pada triwulan II-2011 (grafik 2.14). Semua sub-kelompok mengalami kenaikan harga, yang
terbesar adalah pada sub-kelompok jasa kesehatan. Tekanan inflasi pada sub-kelompok
obat-obatan disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku obat sekitar 5%-8% sejak awal
tahun 2011 sehingga mendorong kenaikan harga obat sekitar 10 persen. Faktor-faktor
tersebut menyebabkan inflasi pada sub-kelompok obat-obatan pada triwulan ini meningkat
apabila dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.t.dy.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
2 4 1 2KESEHATAN 2.73% 3.06% 3.08% 6.41%
1 Jasa Kesehatan 6.40% 6.47% 5.68% 12.17%2 Obat-obatan 1.11% 2.62% 3.32% 4.95%3 Js Prwtn Jas. 6.25% 4.60% 3.92% 8.81%4 Prwtn Jas. & Kos. 0.62% 0.98% 1.30% 3.10%
2011KeteranganNo 2010
Grafik 2.11.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel.Bahan Kimia
0%10%20%30%40%50%60%70%
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Bhn Kimia yoy
33Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Grafik 2.12.Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sulawesi Selatan
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
Selanjutnya berdasarkan perkembangan triwulanan (q.t.q), inflasi kelompok
kesehatan meningkat dari laju inflasi sebesar 1,29% (q.t.q) pada triwulan I-2011 menjadi
3,46% (q.t.q) pada triwulan II-2011 (grafik 2.12). Peningkatan laju inflasi pada triwulan
laporan ini didorong oleh sub-kelompok obat-obatan, karena adanya perubahan tarif bea
masuk yang berlaku sejak 18 April 20113 atas 190 produk (pos tarif), yang salah satunya
adalah industri kimia dasar sehingga menyebabkan harga obat-obatan cenderung meningkat
pada triwulan II-2011.
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, apabila dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan (y.o.y) pada triwulan II-2011
relatif stabil. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 5,27% (y.o.y),
cenderung stabil apabila dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 5,23% (y.o.y) (tabel 2.4).
Meskipun demikian, terjadi kenaikan inflasi pada sub-kelompok minuman tidak beralkohol
(tabel 2.4). Salah satu komoditas yang cukup dominan mempengaruhi inflasi sub-kelompok
dimaksud adalah air kemasan. Di sisi lain, terjadi perlambatan laju inflasi pada sub sektor
makanan jadi dan tembakau-minuman beralkohol. Beberapa komoditas yang mewakilinya
adalah ayam goreng, mie dan rokok kretek yang menunjukan kecenderungan penurunan
harga. Hal dimaksud searah dengan hasil Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh KBI
Makassar (grafik 2.15).
3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.011/2011 tentang tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.01 0/2006 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor.
34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.5Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau
2 4 1 2MKNN JADI, M, R & T. 5.23% 5.90% 4.47% 5.27%
1 Makanan Jadi 5.19% 5.65% 4.11% 4.33%2 Min. yg tdk Beralkohol 4.49% 8.17% 3.78% 8.58%3 Temb. & Min. Beralkohol 6.35% 4.97% 5.90% 5.56%
2011KeteranganNo 2010
Grafik 2.14.Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
Sulawesi Selatan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
Selanjutnya apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), laju inflasi kelompok
dimaksud relatif stabil, meski sedikit meningkat dari 0,94% (q.t.q) pada triwulan I-2011
menjadi 1,01% (q.t.q) --- grafik 2.14. Relatif stabil laju inflasi dimaksud, terutama didorong
oleh menurunnya laju inflasi sub-kelompok minuman yang tidak beralkohol yang cenderung
stabil, terutama disebabkan oleh stabilnya harga gula pasir di tingkat agen (grafik 2.15),
sebagai komoditas utama penyumbang inflasi pada sub-kelompok tersebut. Turunnya harga
gula pasir akibat dari faktor distribusi yang lancar dan stock yang cukup banyak, di sisi lain
permintaannya yang relatif stagnan menyebabkan harga gula pasir menjadi cenderung turun.
Selain itu, harga komoditas makanan jadi juga relatif menurun yang disebabkan karena
pengaruh dari berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan (grafik 2.15).
35Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-rokok
Hasil SPH di Makassar
Ayam Goreng
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Ayam Goreng
Growth (yoy)
Mie
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Mie Growth (yoy)
Kue Basah
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Rokok Kretek Filter
Growth (yoy)
Air Kemasan
1,500
1,550
1,600
1,650
1,700
1,750
-1.00%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Air Kemasan
Growth (yoy)
Gula
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Gula Pasir
Growth (yoy)
Minyak Goreng
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
-20.00%
-15.00%
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Minyak Goreng
Series1
Grafik 2.16.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Makanan dan Tembakau
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Mknn & Temb yoy
Smb : SPE
36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, apabila dibandingkan
periode yang sama tahun lalu, inflasi pada triwulan II-2011 relatif stabil meski sedikit
mengalami peningkatan dari sebesar 4,11% menjadi 4,57% (y.o.y). Kenaikan laju inflasi
tahunan tersebut didorong oleh peningkatan laju inflasi pada sub-kelompok biaya tempat
tinggal dan sub-kelompok perlengkapan rumah tangga (tabel 2.5). Peningkatan laju inflasi
pada sub-kelompok biaya tempat tinggal diduga didorong oleh kenaikan harga beberapa
bahan bangunan seperti besi, seng dan batu-bata akibat tekanan harga-harga komoditas
internasional. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) kelompok bahan konstruksi juga
menunjukkan kecenderungan kenaikan tingkat permintaan yang akhirnya mendorong
peningkatan harga barang tersebut (grafik 2.19.).
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
-
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011
%
y.t.d
y.o.ySumber : BPS diolah
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
2 4 1 2PERUMAHAN,A, L,G & BB 4.11% 4.14% 4.16% 4.57%
1 Biaya Tempat Tinggal 3.88% 3.75% 3.79% 4.46%2 BB, Penerangan & Air 6.22% 6.62% 6.36% 6.35%3 Perlengkapan RT 1.90% 1.88% 2.59% 3.99%4 Penyelenggaraan RT 2.74% 2.42% 2.41% 1.69%
2011KeteranganNo 2010
Grafik 2.18.Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar
Sulawesi Selatan
(2)
-
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
37Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Selanjutnya apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), inflasi pada triwulan
laporan cenderung stabil. Inflasi pada triwulan I-2011 tercatat sebesar 0,87% (q.t.q),
sementara pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 0,82% (q.t.q), hanya meningkat sebesar
0,05% dibandingkan triwulan I-2011 (grafik 2.18). Hal ini diduga karena masih belum ada
penyesuaian tarif air dan listrik. Meski ada kenaikan pada beberapa komoditas bahan
bangunan sebagai akibat dari meningkatnya permintaan akan bahan bangunan sejalan
dengan tingginya pertumbuhan sektor bangunan di Sulsel, namun kenaikan inflasi tersebut
masih pada tingkat yang relatif terkendali.
Grafik 2.19.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Bhn Konstruksi
-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%
0 100 200 300 400 500 600 700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Bhn Kons
yoy
Smb : SPE
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, apabila dibandingkan tahun
sebelumnya maka inflasi periode triwulan II-2011 mengalami perlambatan yang cukup
signifikan. Inflasi triwulan II-2010 tercatat sebesar 7,09% turun menjadi sebesar 2,43%
(y.o.y) pada triwulan II-2011. Perlambatan tersebut terjadi pada hampir seluruh sub-
kelompok, namun terjadi kenaikan inflasi pada sub-kelompok kursus/pelatihan dan olahraga.
Besarnya perlambatan inflasi pada sub kelompok disebabkan karena menghilangnya efek
tekanan inflasi sub-kelompok ini pada triwulan II-2011, dimana pada tahun 2010 terjadi
kenaikan biaya pendidikan sehingga inflasi pada sub-kelompok pendidikan pada triwulan II-
2010 mencapai 12,96% (y.o.y) dan kembali rendah pada periode laporan. Selain itu, sub-
kelompok rekreasi juga mengalami perlambatan inflasi namun masih pada level yang
moderat. Relatif melambatnya inflasi sub kelompok ini pada triwulan II-2011 apabila
dibandingkan triwulan laporan diperkirakan karena beberapa faktor, yaitu maraknya pesta
diskon barang-barang elektronik seperti TV berwarna, kamera dan handycam, diberbagai
pusat perbelanjaan yang didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan ditambah
lagi dengan pengaruh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap USD yang cenderung menguat
hingga periode laporan (grafik 2.22, grafik 2.23 dan grafik 2.24).
38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
Grafik 2.20.Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
Sulawesi Selatan
(1)
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.o.yq.t.q
Sumber : BPS diolah
Selanjutnya, apabila dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi kelompok ini
mengalami peningkatan pada level yang moderat, yaitu dari sebesar 0,03% (q.t.q) pada
triwulan I-2011 meningkat menjadi sebesar 1,04% (q.t.q) pada triwulan laporan (grafik
2.20). Peningkatan laju inflasi tersebut terutama terjadi karena faktor musiman, menjelang
masa liburan anak sekolah. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Penjualan Eceran Bank
Indonesia Makassar pada kelompok perlatan tulis, yang menunjukkan terjadinya peningkatan
pada periode laporan sehingga menimbulkan tekanan inflasi.
Grafik 2.21. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.t.dy.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-Rekreasi-
Olahraga
2 4 1 2PENDIDIKAN, R & OR 7.09% 1.80% 1.48% 2.43%
1 Pendidikan 12.96% 2.05% 2.03% 2.50%2 Kursus/Pelatihan 3.66% 2.21% 2.08% 15.32%3 Prlngkpn/Prltn Pendd. 2.00% 1.68% 1.59% 1.16%4 Rekreasi 1.71% 1.57% 0.28% 0.58%5 Olahraga 2.33% 0.74% 1.59% 4.74%
2011KeteranganNo 2010
Grafik 2.22.Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
USD
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Rata-rata Kurs Tengahyoy
Grafik 2.23.Perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini
Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu
-25%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
39Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Grafik 2.24.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan Tulis
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Prltn Tls yoy
Smb : SPE
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, apabila dibandingkan tahun
sebelumnya, inflasi pada triwulan II-2011 sedikit mengalami peningkatan, dari 1,84%
menjadi sebesar 2,08% (y.o.y) (grafik 2.25). Kontribusi kenaikan laju inflasi pada kelompok
ini yang terbesar terdapat pada sub-kelompok sarana dan penunjang transpor. Hal ini
disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam menaikkan biaya pengurusan jasa Surat Tanda
Kendaraan Bermotor (STNK) dan biaya perpanjangan, pembuatan surat izin mengemudi
(SIM) pada awal Juli 20104 yang diperkirakan akan memberikan dampak peningkatan inflasi
sub-kelompok dimaksud hingga 1 (satu) tahun kedepan. Selain itu, juga terdapat beberapa
kenaikan jenis tarif layanan yang berkisar antara 80% hingga 100%. Tarif yang mengalami
kenaikan di antaranya adalah penerbitan SIM, pelayanan ujian keterampilan mengemudi
melalui simulator, penerbitan STNK, penerbitan surat tanda coba kendaraan (STCK), dan
penerbitan tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB). Tarif layanan surat lainnya yang
meningkat tarif pada penerbitan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB), penerbitan surat
mutasi kendaraan ke luar daerah, penerbitan surat izin senjata api dan bahan peledak,
penerbitan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK), penerbitan surat keterangan lapor
diri, dan penerbitan kartu sidik jari. Selain dari kenaikan tarif pengurusan surat-surat, juga
terjadi peningkatan tarif untuk pembuatan pelat nomor kendaraan sebesar 100%. Dampak
peningkatan harga minyak dunia yang cenderung meningkat kembali sejak triwulan IV-2010
hingga triwulan laporan (grafik 2.27) diperkirakan juga memicu inflasi pada sub-kelompok
dimaksud, karena akan berdampak pada peningkatan harga karet dan akhirnya berpengaruh
pada harga ban kendaraan.
4 Kenaikan Biaya Perpanjangan STNK Sumbang Inflasi Sulsel, Tribun Timur.com, http://202.146.4.121/read/artikel/121399/sitemap.html.
40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
Grafik 2.25. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
(8)
(6)
(4)
(2)
-
2
4
6
8
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2..8. Inflasi Per-Sub Kel.
Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan
2 4 1 2TRANSPOR, KOM. & JK 1.07% 1.75% 1.84% 2.08%
1 Transpor 1.44% 0.46% 0.63% 0.80%2 Kom. & Pengiriman -1.56% -0.55% -0.36% -0.13%3 Srn & Penunjang Transpor 4.57% 21.73% 20.50% 21.35%4 Js Keuangan 0.41% 0.00% 0.00% 0.00%
2011KeteranganNo 2010
Namun di sisi lain, inflasi pada sub-kelompok transpor mengalami perlambatan
apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan karena pengaruh dari
Pemilukada di 10 kabupaten di Sulsel pada Juni 2010 sehingga menyebabkan pertumbuhan
pada periode tersebut relatif lebih besar pasca berakhirnya event tersebut.
Grafik 2.26.Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
Sulawesi Selatan
(8)
(6)
(4)
(2)
-
2
4
6
8
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
Selanjutnya apabila inflasi triwulan II-2011 dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q),
inflasi kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan, masih relatif stabil dari 0,36% pada
triwulan I-2011 menjadi 0,38% (q.t.q) pada triwulan laporan (grafik 2.26). Peningkatan laju
inflasi pada kelompok dimaksud terutama dipengaruhi oleh kenaikan inflasi pada sub-
kelompok transpor. Hal tersebut antara lain disebabkan karena relatif menurunnya harga
minyak dunia pada periode laporan sebagai akibat dari melambatnya pertumbuhan Amerika
pada triwulan II-2011, sehingga tidak menyebabkan kenaikan harga tiket angkutan udara
pada triwulan II-2011 apabila dibandingkan triwulan II-2011.
41Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Grafik 2.27. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak
Dunia
-80%
-60%-40%-20%
0%20%
40%60%
80%100%
-
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
$/barrelyoy indeks
Grafik 2.28.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Kendaraan & Suku Cadang
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%80%
100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Kend & Sk Cd
yoy
Smb : SPE
2.1.2. Inflasi Berdasarkan Kota
Dari pergerakan data mengenai pertumbuhan inflasi daerah-daerah yang tergabung
dalam Sulsel dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut:
Berdasarkan perbandingan tingkat pertumbuhan inflasi dengan triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya, maka kota/daerah yang menunjukkan pergerakan pertumbuhan
inflasi yang paling tinggi adalah Watampone dengan tingkat inflasi sebesar 6,80% pada
triwulan II-2011, meningkat sebesar 1,09%, dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 5,71%.
Pertumbuhan inflasi kedua tertinggi di Sulsel adalah Makassar dengan tingkat inflasi pada
triwulan II-2011 sebesar 6,58% naik dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar
5,25%. Selanjutnya, kota Palopo mengalami inflasi terbesar ketiga pada periode laporan
yaitu sebesar 5,11%, lebih besar dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar 3,93%.
Kota terakhir yang mengalami peningkatan inflasi terkecil adalah Pare-pare dengan tingkat
inflasi sebesar 4,84%, naik dibandingkan inflasi triwulan II-2010 sebesar 2,61%. (grafik
2.29).
Apabila dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya, maka terdapat 2 (dua) kota
yang mengalami peningkatan inflasi dan 2 (dua) kota lainnya mengalami penurunan inflasi.
Kota yang mengalami kenaikan inflasi terbesar adalah Palopo dengan tingkat inflasi pada
triwulan II-2011 sebesar 5,11%, sementara tingkat inflasi pada triwulan I-2011 tercatat
sebesar 3,96%. Kota yang mencatat mengalami peningkatan inflasi terbesar kedua adalah
Watampone dengan tingkat inflasi sebesar 6,80% pada triwulan II-2011, lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2011 yang sebesar 5,97%. Di sisi lain, kota yang tercatat mengalami
perlambatan terbesar adalah Pare-pare dengan tingkat inflasi sebesar 4,84% pada triwulan
II-2011, turun dibandingkan triwulan I-2011 yang sebesar 5,66%. Selanjutnya kota yang
mencatat penurunan tingkat inflasi paling kecil adalah Makassar dengan tingkat inflasi
sebesar 6,58% pada triwulan II-2011, turun dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat
sebesar 6,60%.
42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
Grafik 2.29.Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel
0.002.004.006.008.00
10.0012.0014.0016.0018.0020.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011
Gro
wth
(y.
o.y)
Makasar PalopoPare-pare WatamponeSulawasi Selatan
Hal yang menarik dicermati dari data maupun grafik yang disampaikan adalah
pergerakan pertumbuhan semua kota yang ada di Sulsel terlihat relatif searah dan secara
garis tren menunjukkan indikasi bahwa pergerakan pertumbuhan inflasi yang relatif stabil
sejak akhir 2010. Kota yang pergerakan inflasinya mirip dengan pergerakan inflasi Provinsi
Sulsel secara keseluruhan adalah Makassar. Selain itu, pergerakan inflasi Palopo mengalami
penurunan yang sangat signifikan apabila dibandingkan kota-kota lainnya, dimana sebelum
triwulan I-2010 tingkat inflasinya berada diatas inflasi Sulsel. Namun setelah triwulan I-2010
berada di bawah inflasi Sulsel bahkan sejak triwulan IV-2010 tingkat inflasinya secara rata-
rata paling rendah apabila dibandingkan dengan 3 (tiga kota) lainnya, yaitu Makasar,
Watampone dan Pare-pare. Meski demikian, pada periode laporan inflasi Pare-pare tercatat
paling rendah dibandingkan 3 (kota lainnya)
Berdasarkan bobot inflasi masing-masing kota di Sulsel, Makassar memiliki bobot
inflasi terbesar baik terhadap nasional maupun terhadap Sulsel, yang bobot inflasinya
masing-masing sebesar 2,56% dan 81,27%. Kota kedua yang memiliki bobot inflasi cukup
besar adalah Palopo, yaitu sebesar 0,22% terhadap nasional, sedangkan terhadap Sulsel
sebesar 5,98%. Kota yang terendah bobot inflasinya adalah Watampone dimana bobot
inflasinya terhadap nasional dan terhadap Sulsel berturut-turut sebesar 0,18% dan 5,71%.
Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel
Trw II-2010 Trw IV-2010 Trw I-2011 Trw II-2011
Watampone 0.17% 0.32% 0.30% 0.32%
Makassar 2.91% 5.51% 5.32% 5.35%
Palopo 0.19% 0.36% 0.35% 0.35%
Pare-pare 0.19% 0.36% 0.34% 0.35%
Sulawasi Selatan 3.46% 6.56% 6.32% 6.37%
KeteranganSumbangan Inflasi Kota
43Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Kota yang memberikan sumbangan inflasi terbesar untuk Sulsel pada triwulan II-2011
masih diduduki oleh Makassar sebagai kota dengan bobot inflasi terbesar di Sulsel, yaitu
sebesar 5,35%. Nilai tersebut lebih besar apabila dibandingkan triwulan yang sama pada
tahun 2010 sebesar 2,91%. Dan inflasi pada periode laporan juga cenderung lebih tinggi
apabila dibandingkan pada triwulan I-2011 sebesar 5,32%. Kemudian hal yang serupa terjadi
pada 3 (tiga) kota lainnya. Palopo yang menyumbangkan inflasi 0,35% di triwulan II-2011,
atau meningkat apabila dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 0,19%, namun sumbangan
inflasi Palopo pada triwulan laporan cenderung tetap apabila dibandingkan periode
sebelumnya sebesar 0,35% (tabel 2.8).
2.2. Disagregasi Inflasi
Selain analisa inflasi berdasarkan pengelompokan Inflasi yang diukur dengan IHK di
Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran berdasarkan Classification of
Individual Consumption According to Purpose (COICOP), dilakukan juga analisa disagregasi
inflasi yang membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile dan
administred inflation). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih
menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, dimana inflasi dapat
bersumber dari adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan
(demand pull inflation), dan ekspektasi inflasi.
Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent
component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti
interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi
internasional, inflasi mitra dagang, serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.
Kemudian inflasi non inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena
dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri dari inflasi
komponen bergejolak (volatile foods) yang biasa dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam
kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional. Terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur Pemerintah (administered
price), dimana inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan
harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain.
Sumbangan inflasi Sulsel, sejak triwulan II-2010 sampai dengan triwulan I-2011
didominasi oleh komponen bergerak (volatile inflation), kemudian pada urutan kedua adalah
inti dan yang terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered
inflation). Namun pada triwulan II-2011, sumbangan inflasi terbesar berasal dari inflasi inti
44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
(2,92%) kemudian diikuti dengan volatile inflation (2,78%) dan yang terakhir disumbang
oleh administered inflation (0,67%), lihat grafik 2.30.
Grafik 2.30. Sumbangan Inflasi Inti, Administered dan
Volatile
-1.00%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Administered Inflation
Core Inflation
Volatile Inflation
Grafik 2.31. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered dan
Volatile
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Administered Inflation Core Inflation
Volatile Inflation Total
Sumber: BPS Diolah
Dominasi sumbangan inflasi inti dalam inflasi di Sulsel triwulan II-2011 disebabkan
karena tekanan inflasi dari eksternal seperti bersumber dari kenaikan harga komoditas
internasional sejak akhir tahun 2010 yang berdampak pada peningkatan harga beberapa
komoditas pada inflasi inti seperti emas dan bahan bangunan. Namun penguatan rupiah
menjadi faktor peredam kenaikan harga tersebut sehingga pertumbuhan inflasi inti masih
terkendali.
Apabila dilihat dari sisi pergerakan pertumbuhannya, maka pada triwulan II-2011
volatile inflation tercatat paling tinggi yaitu sebesar 12,50% (y.o.y), meningkat sangat tinggi
apabila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,41% (y.o.y), namun relatif menurun
apabila dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 16,78% (y.o.y), lihat grafik 2.31.
2.3 Pemantauan Inflasi oleh KBI
Pada tanggal 14 Juli 2011, dalam rangka penguatan koordinasi antar instansi dalam
rangka pengendalian inflasi Provinsi Sulsel, maka diadakan pertemuan High Level Meeting
(HLM) Forum Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (FKPPI) bertujuan antara lain
Strategi Pengendalian Inflasi Menjelang Hari Raya Idul Fitri 2011. Pertemuan dimaksud
melibatkan BUMN dan perbankan Sulawesi Selatan dalam pengendalian inflasi.
Adapun hasil dalam pembahasan pertemuan FKPPI dimaksud adalah sebagai berikut:
A. Perkembangan Inflasi Sulsel Menjelang Idul FItri
Di triwulan II-2011 inflasi Sulsel tercatat 6,37% (yoy), lebih tinggi dari inflasi
nasional yang sebesar 5,54% (yoy). Tingginya angka inflasi Sulsel di tahun 2011
terutama bersumber dari inflasi volatile food yang tercatat mencapai 12,50% (yoy),
jauh lebih tinggi dibandingkan nasional (8,57%; yoy).
45Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 2011
Berdasarkan disagregasinya, volatile food mencatat inflasi tertinggi sebesar 12,50%
(yoy) yang didorong oleh kenaikan harga beras, daging ayam ras, telur ayam, dan
hasil tambak seperti udang dan bandeng. Sementara inflasi inti sebesar 6,04% (yoy)
dan inflasi administered 3,35% (yoy)
Secara historis Sulawesi Selatan mengalami inflasi tinggi setiap bulan Ramadhan.
Inflasi bulanan Sulsel tercatat selalu berada di atas 1% (mtm). Komoditas yang
memberi sumbangan besar bagi pembentukan inflasi tersebut adalah bahan-bahan
makanan seperti daging ayam ras, beras, tomat, sayur, bandeng, bawang merah,
dan gula pasir.
B. Kesiapan Pasokan Kebutuhan Pokok
Disperindag Sulsel secara rutin memantau harga dan pasokan bahan kebutuhan
pokok, antara lain beras, gula, tepung terigu, minyak goreng, daging sapi, daging
ayam ras, telur, bahan bakar rumah tangga, dan BBM.
Berdasarkan hasil pemantauan terakhir, harga bahan kebutuhan pokok yang
mengalami peningkatan harga cukup signifikan adalah daging ayam ras dan telur
ayam. Sementara harga bahan kebutuhan pokok lainnya cukup stabil.
Hasil pemantauan kepada distributor dan produsen bahan kebutuhan pokok
menunjukkan bahwa pasokan bahan kebutuhan pokok dalam kondisi aman dan
dapat memenuhi kebutuhan hingga setelah hari raya Idul Fitri.
C. Strategi Pengendalian Inflasi Melalui Pasar Murah yang Terkoordinasi
Inflasi tidak dapat dikendalikan hanya melalui kecukupan stok, karena tingkat
harga juga dipengaruhi oleh spekulasi pedagang dan ekspektasi harga yang
dibentuk masyarakat.
Penggunaan media massa menjadi penting untuk dilakukan guna memberikan
keyakinan bagi masyarakat bahwa pasokan kebutuhan tersedia secara memadai.
Hal ini dapat meredam kehawatiran masyarakat sehingga praktek pembelian besar-
besaran tidak terjadi.
Salah satu rekomendasi yang diberikan dalam rangka pengendalian harga melalui
ekspektasi masyarakat adalah pelaksanaan pasar murah yang terkoordinasi antara
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, Bank Indonesia, BUMN, dan
perbankan di Sulawesi Selatan.
Pasar murah tahun 2011 diharapkan dapat mencakup daerah yang lebih luas
meliputi 24 kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan.
Adapun rencana tindak lanjut dari pertemuan dimaksud adalah pelaksanaan secara
bertahap kegiatan pasar murah yang dimulai awal bulan Agustus 2011 sampai dengan
minggu ketiga bulan Agustus 2011. Kemudian pembahasan pasar murah akan menjadi
46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan II – 2011
salah satu agenda dalam rapat koordinasi pengendalian harga menjelang bulan Ramadhan di
bawah pimpinan Gubernur Sulawesi Selatan.
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
A. Perbankan
Secara umum, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan II-2011 masih tumbuh pada
level yang lebih tinggi dari kinerja perbankan nasional, yang tercermin dari indikator
perbankan seperti total aset, kredit dan dana pihak ketiga. Dibandingkan triwulan
sebelumnya, total aset perbankan tumbuh sebesar 22,02% (yoy), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 27,17%. Perlambatan pertumbuhan total aset tersebut sejalan
dengan melambatnya pertumbuhan DPK namun disisi lain pertumbuhan kredit relatif stabil
sehingga mendorong peningkatan LDR perbankan Sulsel menjadi sebesar 127,9% dari
sebelumnya 124,2%. Sedangkan NPLs (Non Performing Loans) Bank Umum pada triwulan
laporan secara gross tercatat sebesar 3,36%, masih berada dibawah batas aman 5,00%.
Perbankan Syariah Sulsel pada triwulan II-2011 juga menunjukkan pertumbuhan yang
sangat tinggi melebihi pertumbuhan bank umum konvensional Sulsel baik pada sisi
pembiayaan maupun DPK. Peningkatan penyaluran pembiayaan tercermin juga dari level
Finance to Deposit Ratio (FDR) yang tinggi sebesar 206,1% meningkat dari 188,1% pada
triwulan sebelumnya. Selain itu, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) juga
cenderung membaik, terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan DPK dan
kredit/pembiayaan.
3.1. Kondisi Umum
3.1.1 Perkembangan Kelembagaan
Dari sisi kelembagaan, pada triwulan II-2011, jumlah bank di Sulsel bertambah 1
(satu) bank yaitu BPD Jabar Banten. Komposisi Bank umum konvensional meningkat menjadi
42 bank, sementara jumlah BPR tidak mengalami perubahan pada triwulan laporan yaitu
sebanyak 27, sehingga jumlah jumlah kantor bank keseluruhan menjadi 706 kantor (tabel
3.1)
Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan
3.1.2 Perkembangan Aset Perbankan
Total aset Bank Umum pada triwulan II-2011 tercatat tumbuh sebesar 22,02%
menjadi Rp56,27 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 yang tumbuh sebesar
27,2% (tabel 3.2) namun lebih tinggi dari pertumbuhan total aset bank umum secara
nasional sebesar 19,30%. Pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan didorong oleh
peningkatan pertumbuhan aset bank asing-campuran yang tumbuh sangat signifikan dari
19,80% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 72,66% (y.o.y) pada triwulan
laporan. Sementara pertumbuhan tahunan aset bank swasta nasional dan bank pemerintah
relatif menurun, dari masing-masing sebesar 34,19% (y.o.y) dan 23,08% (y.o.y) pada
triwulan I-2011 menjadi 22,06% (y.o.y) dan 21,18% (y.o.y) pada triwulan II-2011, tabel 3.2.
Tabel 3.2Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
3.2. Intermediasi Perbankan
Kinerja intermediasi perbankan tercermin dari perkembangan pergerakan LDR, yang
meningkat menjadi 127,9% pada triwulan II-2011 dibandingkan triwulan I-2011 yang
tercatat sebesar 124,2%. Peningkatan LDR tersebut terutama karena terjadinya perlambatan
pertumbuhan penghimpunan DPK, sementara di sisi lain pertumbuhan penyaluran kredit
pada periode laporan relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya.
1 2 3 4 1 2Jumlah Bank 66 67 69 69 68 69
39 40 40 40 41 42Konvensional 30 30 30 30 31 32Syariah 4 5 5 5 5 5UUS 5 5 5 5 5 5
27 27 27 27 27 27694 700 701 703 705 706
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA)
2011
Bank Umum
BPRJumlah Kantor Bank
Kelembagaan2010
I II III IV I II* I II III IV I II*
11,91% 18,61% 21,17% 20,84% 27,17% 22,02% 42.063,0 46.117,2 48.938,0 52.864,7 53.129,6 56.271,1
11,66% 13,42% 14,25% 14,56% 23,08% 21,18% 26.150,9 28.122,5 29.703,9 32.233,4 31.509,2 34.079,0
17,24% 32,11% 38,85% 37,64% 34,19% 22,06% 15.573,5 17.546,4 18.765,3 20.188,5 20.868,6 21.418,0
-61,66% -44,41% -46,40% -52,98% 19,80% 72,66% 338,6 448,3 468,8 442,8 751,8 774,0
Total Aset
- Bank Pemerintah
- Bank Swasta Nasional
- Bank Asing dan Campuran
KOMPONEN 2010 2011 2010 2011
Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Miliar)
3.2.1 Perkembangan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan II-2011
mencapai Rp39,16 triliun, mengalami perlambatan pertumbuhan dari 24,14% (y.o.y) pada
triwulan I-2011 menjadi 19,6% (y.o.y) - tabel 3.3. Perlambatan pertumbuhan DPK ini
terutama karena melambatnya pertumbuhan pada giro dan tabungan. Giro dan tabungan
masing-masing tercatat tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 26,6% dan 33,9% pada triwulan
I-2011 menjadi 17,2% dan 24,9% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sementara itu deposito
mengalami kenaikkan pertumbuhan dari 9,15% menjadi 12,18% (y.o.y).
Peningkatan pertumbuhan deposito diduga dipengaruhi oleh alokasi dana
masyarakat dari pembayaran rapel kenaikan gaji yang belum direncanakan digunakan dalam
waktu dekat. Dimana diperkirakan masyarakat akan menggunakan dananya lebih besar
untuk konsumsi pada bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri, Agustus 2011. Selain itu,
nasabah diperkirakan juga mempertimbangkan suku bunga deposito yang lebih kompetitif
dibandingkan suku bunga tabungan.
Tabel 3.3.Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
3.2.2 Penyaluran Kredit
Pada triwulan II-2011, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Sulsel relatif
hampir sama apabila dibandingkan periode sebelumnya yaitu sebesar 25,6% (y.o.y) - tabel
3.4. Namun level pertumbuhan kredit perbankan Sulsel tersebut jauh melebihi pertumbuhan
kredit perbankan nasional yang tercatat sebesar 19,3% pada triwulan laporan. Dari sisi
penggunaannya, kredit produktif (modal kerja dan investasi) mengalami peningkatan,
sedangkan kredit konsumsi cenderung menurun. Salah satu faktor utama penyebab
meningkatnya penyaluran kredit produktif di Sulsel karena suku bunga kredit atau pinjaman
perbankan cenderung turun pada triwulan II-2011, di sisi lain kondisi perekonomian Sulsel
cukup kondusif untuk melakukan aktivitas usaha/bisnis. Kedepan kenaikan pertumbuhan
kredit produktif diperkirakan masih akan terus berlanjut. Hal tersebut didukung oleh
indikator ekspektasi kondisi perekonomian daerah yang cenderung meningkat pada triwulan
III-2011, hasil Survei Konsumen pada Juni 2011 (grafik 3.1).
II III IV I II* II III IV I II*10,95% 15,31% 11,00% 24,14% 19,56% 32.753 33.959 37.299 37.461 39.159
a. Giro 13,22% 20,41% 12,69% 26,55% 17,16% 5.731 5.948 5.628 6.516 6.715 b. Tabungan 10,34% 22,10% 13,02% 33,87% 24,92% 16.737 18.274 20.865 19.648 20.907 c. Deposito 10,71% 2,01% 6,50% 9,15% 12,18% 10.284 9.738 10.806 11.298 11.537
21,16% 21,40% 18,10% 25,59% 25,58% 39.884 41.120 43.025 46.520 50.085 121,8% 121,1% 115,4% 124,2% 127,9%
2,9% 3,1% 2,9% 3,2% 3,4%Catatan: Mulai Januari 2010 sistem pencatatan data perbankan menggunakan sistem Basel II
4. NPLs Gross (%)3. LDR (%)2. Kredit
2011 2011Nominal (Rp Milyar)Pertumbuhan (y.o.y)
2010
1. DPK
2010KOMPONEN
Tabel 3.4Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan
Pertumbuhan kredit konsumsi yang cenderung melambat dari 30,0% menjadi 26,0%
(y.o.y), diduga karena alokasi dana masyarakat pada triwulan II-2011 banyak digunakan
untuk direct consumption sehubungan dengan aktivitas liburan sekolah dan menyambut
tahun ajaran baru. Perlambatan kredit konsumsi tersebut, diindikasikan dengan relatif
stagnan-nya perkembangan indeks ekspektasi penghasilan masyarakat 6 bulan yang akan
datang, pada hasil Survey Kosumen. Kondisi tersebut diperkirakan berhubungan dengan
meningkatnya pengeluaran pada triwulan mendatang sejalan dengan aktivitas di bulan
Ramadhan dan Idul Fitri. Hal tersebut diperkirakan menjadi penyebab masyarakat menahan
pengajuan kredit konsumsi pada periode laporan.
Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi
Penghasilan 6 bln y.a.d
Grafik 3.3 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.4 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Per Sektor Ekonomi
II III IV I II* II III IV I II*21,16% 21,40% 18,10% 25,59% 25,58% 39.883 41.120 43.026 46.520 50.084
- Modal Kerja 12,34% 13,56% 13,21% 24,49% 26,40% 14.873 15.424 16.610 17.247 18.799- Investasi 30,70% 26,60% 32,36% 18,72% 23,14% 8.143 7.976 8.961 9.148 10.027- Konsumsi 25,41% 26,66% 16,45% 29,99% 26,03% 16.867 17.720 17.455 20.125 21.258*Angka Sementara
Kredit (lokasi proyek)
Nominal (Rp Milyar)Pertumbuhan (y.o.y)2010 2011
KOMPONEN
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
100
105
110
115
120
125
130
135
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks Ekspektasi Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
1 2 3 4 1 2 3
2010 2011
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtgy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Modal Kerja37%
Investasi20%
Konsumsi43%
Meski pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi pada triwulan II-2011 tercatat
mengalami peningkatan cukup tinggi dibandingkan pada periode sebelumnya, namun
kondisi tersebut masih belum dapat merubah struktur kredit Sulsel, dimana share kredit
konsumsi masih menempati posisi pertama paling besar yaitu Rp21,3 triliun (43%), diikuti
kredit modal kerja Rp18,8 triliun (37%) dan kredit investasi Rp10,0 triliun (20%) (grafik 3.3).
Secara sektoral, penyaluran kredit pada triwulan II-2011 masih tetap didominasi 3
(tiga) sektor utama yaitu sektor lain-lain (konsumsi), sektor perdagangan dan sektor industri
pengolahan masing-masing sebesar 45,86%, 27,32% dan 7,93% (grafik 3.4). Meningkatnya
pertumbuhan kredit khususnya pada sektor perdagangan dan industri, sejalan dengan
membaiknya perkembangan ekonomi Sulsel. Secara tidak langsung kondisi tersebut akan
meningkatkan prospek bisnis di kawasan Indonesia bagian timur, terutama kota Makassar
yang menjadi sentra bisnis, terutama dari sisi perdagangan, agro industri, hasil usaha
laut, furniture dan pariwisata. Sehubungan dengan itu, sejak awal tahun PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk (Persero) berusaha membantu dan mengembangkan pelaku bisnis ekspor dan
impor untuk prospek bisnis di kawasan Indonesia Timur dengan cara melakukan sosialisasi
yang menginformasikan bahwa BRI akan membantu para pengusaha yang akan melakukan
perdagangan internasional maupun domestik dengan menyediakan layanan transaksi
pembayaran internasional yang meliputi Internasional Trade berupa Penerbitan LC impor,
Jasa Penagihan Ekspor, Pembiayaan dalam rangka ekspor ( Pre-shipment Financing & Post-
shipment Financing) dan Domestik trade berupa Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN), Bill Purchase Financing serta Garansi (SBLC) dengan keuntungan komparatif yang
aman dan terpercaya sehingga sangat membantu para pelaku usaha yang ingin melakukan
trade ke luar negeri maupun domestik. Hal tersebut secara tidak langsung juga
berhubungan dengan dukungan perbankan untuk menyalurkan kredit kepada para
pengusaha yang potensial, sehingga akhirnya akan mendorong peningkatan pertumbuhan
kredit untuk sektor dimaksud.
Sementara 3 (tiga) sektor ekonomi yang mengalami peningkatan pertumbuhan yang
cukup signifikan, dibandingkan triwulan I-2011, yaitu sektor pertanian, jasa dunia usaha dan
tambang. Peningkatan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertanian, yaitu dari
tumbuh negatif 2,90% (y.o.y) menjadi tumbuh sebesar 54,26% (y.o.y). Kredit sektor jasa
dunia usaha, yaitu dari 75,6% pada triwulan lalu menjadi 155,22% pada triwulan II-2011.
Selain itu, kredit sektor pertambangan juga meningkat cukup signifikan dari 28,95% (y.o.y)
menjadi 60,84% (y.o.y) - tabel 3.5. Peningkatan pertumbuhan kredit di sektor jasa dunia
usaha dan perdagangan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang
meningkat pada periode laporan apabila dibandingkan triwulan I-2011. Peningkatan pada
sektor jasa dunia usaha diduga dipengaruhi oleh program dukungan kepada MKM (Mikro
Kecil dan Menengah) tahun 2011, dimana salah satu fokus perbankan nasional, termasuk
Sulsel, adalah penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Selain
melakukan pendekatan kepada komunitas usaha potensial yang dikembangkan berbentuk
cluster, bank juga bekerjasama dengan departemen teknis, dalam penyaluran kredit bagi
usaha sektor pertanian, perikanan, dan perkebunan. Hal-hal tersebut mempengaruhi jumlah
alokasi dana kredit bank yang meningkat untuk MKM.
Tabel 3.5Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi
Dari sisi aspek pengelolaan manajemen risiko, perbankan Sulsel pada triwulan II-2011
juga menunjukkan kondisi yang cenderung membaik, tercermin dari rasio kredit macet atau
non performing loan (NPL) Bank Umum yang tetap terjaga pada level yang aman (dibawah
5%), yaitu sebesar 3,36%, meski NPL pada periode laporan sedikit meningkat dari triwulan
sebelumnya sebesar 3,25% (tabel 3.6).
Tabel 3.6Perkembangan NPLs Gross Bank Umum
Grafik 3.5NPLs Per Sektor Ekonomi
II III IV I II* II III IV I II*Kredit 17,36% 21,16% 21,40% 18,10% 25,59% 39.884 41.120 43.025 46.520 50.085 Pertanian -51,20% -58,15% -52,69% -2,90% 54,26% 448 413 468 499 692 Pertambangan 52,87% 20,56% 64,37% 28,95% 60,84% 260 263 331 339 418 Industri Pengolahan -3,48% 6,52% 23,36% 26,66% 21,16% 3.278 3.367 3.884 3.701 3.971 Listrik, Gas, Air 301,55% 146,80% 73,72% 23,61% -5,16% 299 418 441 420 284 Konstruksi 6,85% 12,53% 20,40% 48,34% 25,71% 2.319 2.530 2.679 2.870 2.915 Perdagangan 3,62% 16,62% 14,16% 32,43% 38,86% 9.853 11.435 12.678 11.995 13.683 Pengangkutan 19,06% -3,73% -14,66% -11,53% -1,36% 1.285 1.021 1.005 1.040 1.267 Jasa Dunia Usaha -49,89% -46,50% -19,70% 75,55% 155,22% 899 986 1.578 1.932 2.296 Jasa Sosial Masyarakat 370,19% 275,10% 337,69% 11,16% -5,22% 1.679 1.462 1.641 1.685 1.591 Lain-lain 45,46% 37,42% 22,23% 20,97% 17,41% 19.563 19.226 18.321 22.039 22.968 * Angka Sementara
2011Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp. Milyar)
KOMPONEN 2010 2011 2010
2011I II III IV I II III IV I II*3,82% 3,05% 4,08% 3,08% 3,47% 2,95% 3,06% 2,94% 3,25% 3,36%
*Angka Sementara
2009 2010KOMPONEN
NPL Gross
0.01%1.35%
1.82%2.22%
3.60%3.98%
5.27%5.28%
6.75%12.79%
0% 5% 10% 15%
Listrik,Gas dan Air
Pertambangan
Lain-lain
Pengangkutan
Jasa Sosial Masyarakat
Perdagangan
Konstruksi
Jasa Dunia Usaha
Industri pengolahan
Pertanian
Secara sektoral, NPL tertinggi terjadi pada sektor pertanian yang mencapai 12,79%
(grafik 3.5), diikuti oleh sektor Industri pengolahan dan jasa dunia usaha yang masing-masing
sebesar 6,75% dan 5,28%. Rasio NPL yang sangat tinggi di sektor pertanian diduga terjadi
karena produktivitas sektor tersebut memiliki ketergantungan yang cukup besar pada faktor
alam seperti cuaca esktrim, dimana hal tersebut mempengaruhi pendapatan atau
kemampuan para petani untuk membayar kreditnya.
3.2.3 Kredit UMKM
Berdasarkan segmentasi skala usaha
debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan
Bank Umum Sulsel diklasifikasikan sebagai
kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan
Menengah (MKM). Pangsa
kredit/pembiayaan MKM per sektor
ekonomi per Juni 2011 sebagian besar
masih didominasi oleh sektor perdagangan
54%, diikuti oleh sektor jasa sosial
masyarakat dan sektor lain-lain yang
masing-masing memilki proprosi yang sama
yaitu sebesar 9% (grafik 3.6).
Tabel 3.7.Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y)
Penyaluran kredit/pembiayaan MKM secara tahunan pada triwulan laporan
menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang sangat signifikan dibandingkan triwulan I-
2011, yaitu dari negatif 13% menjadi positif 26% (y.o.y) - tabel 3.7. Beberapa sektor yang
mengalami peningkatan dari yang terbesar adalah sektor pertanian, pertambangan,
pengangkutan dan jasa dunia usaha. Sementara sektor yang tumbuh melambat adalah
II III IV I II* II III IV I II*Kredit -16% -46% -51% -13% 26% 12.463 13.311 13.094 14.970 15.753 Pertanian -63% -47% -53% 106% 170% 193 314 272 346 520 Pertambangan 92% 40% 281% 240% 461% 31 48 75 105 172 Industri Pengolahan 42% 62% 59% 128% 19% 700 781 835 830 833 Listrik, Gas, Air 257% 149% 160% 900% -4% 29 40 30 29 28 Konstruksi 14% 30% 20% 182% 8% 1.126 1.245 1.201 1.207 1.212 Perdagangan -15% 8% -1% 65% 47% 5.806 7.588 7.748 7.972 8.530 Pengangkutan 87% 69% 45% 69% 91% 346 342 371 418 660 Jasa Dunia Usaha -41% -43% -50% 20% 49% 719 677 677 902 1.072 Jasa Sosial Masyarakat 332% 279% 336% 10% -5% 1.389 1.288 1.377 1.480 1.320 Lain-lain -26% -92% -96% -80% -34% 2.125 989 509 1.681 1.406 * Angka Sementara
2011Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp. Milyar)
KOMPONEN 2010 2011 2010
Grafik 3.6Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum
Per Sektor EkonomiPertanian
3% Pertambangan1%
Industri pengolahan
5%Listrik,Gas dan Air
0%Konstruksi
8%
Perdagangan54%
Pengangkutan4%
Jasa Dunia Usaha
7%
Jasa Sosial Masyarakat
9%Lain-lain
9%
perdagangan, industri pengolahan, konstruksi. Selanjutnya 3 sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif adalah listrik, air dan gas, jasa sosial masyarakat dan lain-lain.
3.3. Perbankan Syariah
Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan II-2011, yakni sebanyak 10 Bank Syariah yang terdiri dari 5 (lima)
Bank Umum Syariah dan 5 (lima) Unit Usaha Syariah.
Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah
Kinerja perbankan Syariah Sulsel pada triwulan II-2011 cenderung membaik
dibandingkan triwulan I-2011, yang tercermin dari peningkatan pertumbuhan Dana Pihak
Ketiga (DPK), pembiayaan dan Finance to Deposit Ratio (FDR) - (tabel 3.8.). Peningkatan
pembiayaan dan FDR terutama karena peningkatan pertumbuhan DPK cenderung lebih kecil
dibandingkan peningkatan pertumbuhan pembiayaan. Meskipun terjadi peningkatan
pembiayaan, kualitas pembiayaan juga cenderung membaik dan tetap terjaga pada level
yang aman. Hal ini tercermin dari nilai Non Performing Loans (NPLs) secara gross yang tetap
stabil di 2,5% (dibawah 5%).
3.4. Perbankan BPR
Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan II-
2011 (per Juni 2011), tidak mengalami perubahan sehingga jumlahnya tetap 53 kantor.
Pada triwulan II-2011, total aset perbankan kelompok BPR/S tercatat tumbuh sebesar
17,2% (y.o.y) menjadi Rp73,6 milyar meskipun posisi ini lebih rendah apabila dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 23,2% (y.o.y) atau sebesar Rp92,4 milyar (grafik 3.7).
Pertumbuhan aset ini terutama bersumber dari pertumbuhan kredit/pembiayaan yang cukup
tinggi.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu
menjadi sebesar 54,04% (y.o.y) pada triwulan II-2011, dimana pada triwulan sebelumnya
hanya tumbuh 39,48% (y.o.y). Selain itu, pada triwulan laporan pertumbuhan
II III IV I II* II III IV I II*1. DPK 8,01% 10,53% 32,69% 41,75% 43,12% 900.645 952.409 1.192.436 1.253.507 1.289.007
a. Giro -41,59% -10,36% 46,32% 103,24% 65,04% 92.942 130.683 208.597 162.304 153.395 b. Tabungan 15,93% 24,79% 32,78% 44,17% 43,91% 395.693 414.327 479.013 544.776 569.442 c. Deposito 23,56% 6,13% 27,69% 28,09% 37,42% 412.010 407.399 504.826 546.427 566.170 2. Pembiayaan 9,26% 37,44% 41,08% 58,88% 72,94% 1.536.028 1.954.476 2.020.185 2.357.987 2.656.380
3. FDR (%) 170,5% 205,2% 169,4% 188,1% 206,1%4. NPFs Gross (%) 4,9% 3,9% 3,0% 2,5% 2,5%Catatan: Mulai Januari 2010 sistem pencatatan data perbankan menggunakan sistem Basel II
Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp. Milyar)2010 2011 2010 2011KOMPONEN
kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tumbuh
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Grafik 3.7. Perkembangan Aset BPR/S
Rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga BPR/S pada
triwulan laporan tercatat sebesar
triwulan I-2011 yang sebesar
pertumbuhan kredit/pembiayaan yang lebih kecil dibandingkan
DPK pada triwulan II-2011.
kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tumbuh 46,73% (y.o.y), lebih
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 41,51% (grafik 3.8.).
Perkembangan Aset BPR/SGrafik 3.8.
Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S
Rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga BPR/S pada
triwulan laporan tercatat sebesar 154,1%, sedikit lebih rendah dibandingkan
yang sebesar 158,3%. Penurunan LDR ini terutama karena
dit/pembiayaan yang lebih kecil dibandingkan peningkatan
% (y.o.y), lebih tinggi
Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S
Rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga BPR/S pada
kan LDR pada
terutama karena peningkatan
pertumbuhan
B. Sistem Pembayaran
Selama triwulan II-2011, transaksi siste
peningkatan, khususnya transaksi pembayaran non tunai. Hal ini tercermin dari naiknya nilai
maupun volume RTGS, di wilayah Sulsel. Sementara itu,
penurunan dibandingkan periode sebelumnya teru
meningkatnya outflow. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya
perekonomian Sulsel pada triwulan laporan
3.5. Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (
Pada triwulan II-2011, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan
inflow sebesar Rp0,19 triliun, dimana
melebihi aliran uang keluar Bank Indonesia (
tersebut menurun dibandingkan triwulan I
Rp1,08 triliun (grafik 3.11). Penurunan
musiman sejalan dengan meningkatnya kebutuhan uang kartal karena liburan anak
dan persiapan masuk tahun ajaran baru.
Grafik 3.9 Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow
Grafik 3.11Selisih Aliran Uang Kartal Masuk
(Net Inflow)
(1.00)
(0.50)
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010
Net inflowY.O.Y
Trili
un R
p
2011, transaksi sistem pembayaran di Sulsel mengalami
peningkatan, khususnya transaksi pembayaran non tunai. Hal ini tercermin dari naiknya nilai
maupun volume RTGS, di wilayah Sulsel. Sementara itu, net-inflow di Sulsel mengalami
penurunan dibandingkan periode sebelumnya terutama karena menurunnya inflow
. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya
pada triwulan laporan.
Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow
2011, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan
, dimana aliran uang masuk ke dalam Bank Indonesia (
ank Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal
tersebut menurun dibandingkan triwulan I-2011, yang menunjukkan net inflow
. Penurunan net inflow pada triwulan laporan terjadi karena faktor
musiman sejalan dengan meningkatnya kebutuhan uang kartal karena liburan anak
dan persiapan masuk tahun ajaran baru.
Inflow)
Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar
Grafik 3.10Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow
-2000%
0%
2000%
4000%
6000%
8000%
10000%
12000%
1 2
2011
m pembayaran di Sulsel mengalami
peningkatan, khususnya transaksi pembayaran non tunai. Hal ini tercermin dari naiknya nilai
di Sulsel mengalami
inflow dan
. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya aktivitas
Outflow)
2011, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net
aliran uang masuk ke dalam Bank Indonesia (inflow)
). Perkembangan aliran uang kartal
net inflow sebesar
pada triwulan laporan terjadi karena faktor
musiman sejalan dengan meningkatnya kebutuhan uang kartal karena liburan anak sekolah,
Outflow)
Pada triwulan II-2011, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp2,10 triliun atau
menurun dibandingkan triwulan I-2011 sebesar Rp2,33 triliun (grafik 3.9). Penurunan aliran
uang masuk (inflow) tersebut diduga berhubungan dengan meningkatnya pengeluaran
masyarakat dalam menghadapi periode liburan anak sekolah dan datangnya tahun ajaran
baru. Sebaliknya pada triwulan laporan terjadi peningkatan aliran uang keluar (outflow)
menjadi Rp1,91 triliun dari triwulan sebelumnya sebesar Rp1,25 triliun (grafif 3.10).
Terjadinya penurunan aliran uang masuk (inflow) dan peningkatan aliran keluar (outflow)
pada triwulan laporan diduga berhubungan dengan meningkatnya pengeluaran konsumsi
masyarakat dalam menghadapi periode liburan anak sekolah dan datangnya tahun ajaran
baru. Selain itu, pola pembiayaan proyek-proyek pemerintah dan swasta yang mulai
terealisasi pada pertengahan tahun diperkirakan juga menyebabkan aliran uang yang keluar
(outflow) dari Bank Indonesia Makassar cenderung meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya.
3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Dalam rangka menerapkan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia Makassar
secara berkala melakukan kegiatan penukaran uang dan kas keliling yang menjangkau
seluruh daerah di Sulsel. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak
edar (UTLE) dengan terlebih dahulu melakukan pemberian tanda tidak berharga (PTTB). Pada
triwulan II-2011, jumlah uang kartal dengan kondisi tidak layak edar yang telah dibukukan
sebagai PTTB tercatat sebesar Rp0,72 triliun, relatif menurun apabila dibandingkan PTTB
pada triwulan I-2011 yaitu sebesar Rp1,33 triliun (grafik 3.12).
Grafik 3.12Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow
Menurunnya jumlah uang tidak layak edar pada periode laporan, diperkirakan
dampak dari cukup berhasilnya kebijakan clean money policy yang diterapkan oleh KBI
Makassar untuk menjaga kondisi uang kartal yang beredar di masyarakat semakin membaik
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
PTTB
/ In
flow
Inflo
w &
PTT
B (T
riliu
n Rp
)
InflowPTTBPTTB/InflowSeries4
kualitasnya. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan pertumbuhan PTTB dari 28.2% (yoy)
pada triwulan I-2011 menjadi 4.5% pada periode laporan, meskipun disisi lain terjadi
peningkatan pertumbuhan tahunan aliran uang kartal yang masuk (inflow) ke Bank
Indonesia. Pada triwulan laporan, inflow meningkat cukup signifikan sebesar 246,3% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 26.3% (yoy).
3.7. Perkembangan Temuan Uang Palsu
Jumlah temuan uang palsu di KBI
Makassar selama triwulan laporan tercatat
sebanyak 217 lembar dengan nilai nominal
sebesar Rp14,07 juta, mengalami
penurunan apabila dibandingkan triwulan
sebelumnya sebanyak 439 lembar dengan
nominal sebesar Rp27,75 juta. Berdasarkan
jenis pecahan, selama triwulan I-2011
(grafik 3.13 dan tabel 3.9), uang kertas
yang paling banyak dipalsukan adalah
pecahan Rp50.000,- sebanyak 131 lembar
(60,4%), diikuti pecahan Rp100.000,- sebanyak 73 lembar (24,21%), pecahan Rp20.000
sebanyak 9 lembar (4,1%), dan pecahan Rp10.000 sebanyak 4 lembar (1.8%). Tidak didapati
uang palsu untuk pecahan kecil, seperti pecahan Rp5.000,-, Rp2.000,- dan Rp1.000,- .
3.8. Perkembangan Transaksi RTGS dan Kliring
3.8.1 Perkembangan RTGS
Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan II-2011 meningkat
menjadi Rp38,2 triliun atau tumbuh sebesar 9,1% (y.o.y) dibandingkan triwulan sebelumnya
Tabel 3.9Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Triwulan II-2011
PeriodePecahan
Total 100,000
50,000
20,000
10,000
5,000
2,000
1,000
Trw IV-2008 62 123 11 5 2 0 0 203 Trw I-2009 44 116 9 4 2 0 0 175 Trw II-2009 58 87 11 4 1 0 1 162 Trw III-2009 103 277 8 8 19 0 0 415 Trw IV-2009 139 183 8 3 5 0 0 338 Trw I-2010 97 181 13 8 2 0 0 301 Trw II-2010 127 123 8 4 4 2 0 268 Trw III-2010 153 125 15 0 10 1 0 304 Trw IV-2010 116 242 32 2 1 1 0 394 Trw I-2011 126 299 7 5 2 0 0 439 Trw II-2011 73 131 9 4 0 0 0 217
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.13Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu
Berdasarkan Pecahan Triwulan II-2011
100,000 24.21%
50,000 60.4%
20,000 4.1%
10,000 1.8%
5,000 0.0%
2,000 0.0%1,000
0.0%
sebesar Rp29,8 triliun yang hanya tumbuh sebesar 0,3% (y.o.y), lihat grafik 3.13. Transaksi
BI-RTGS dalam periode laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk (incoming) ke
perbankan Sulsel dengan nilai sebesar Rp26,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan aliran yang
keluar (outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp12,2 triliun.
Pada triwulan II-2011, pertumbuhan aliran dana yang masuk (incoming) ke
perbankan Sulsel via RTGS menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya,
yaitu dari 12,6% menjadi 16,1% (y.o.y) (grafik 3.14), terutama karena mulai meningkatnya
realisasi pembayaran untuk keperluan proyek-proyek pemerintah pada triwulan laporan. Hal
yang serupa terjadi pada pertumbuhan aliran dana yang keluar via RTGS (outgoing) pada
triwulan laporan juga mengalami peningkatan apabila dibandingkan triwulan I-2011, yaitu
dari negatif 18,2% tumbuh menjadi negatif 3,4% (yoy), lihat grafik 4.7. Peningkatan
tersebut diperkirakan karena mulai meningkatnya aktivitas transaksi masyarakat, swasta dan
pemerintah pada pertengahan tahun dibandingkan periode awal tahun, dimana hal ini
sejalan dengan pergerakan perekonomian Sulsel.
Grafik 3.15.Transaksi RTGS – Incoming
Grafik 3.16. Transaksi RTGS – Outgoing
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
-
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Incoming
Y.O.Y
Trili
un R
p
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Outgoing
Y.O.Y
Trili
un R
p
Grafik 3.14.Transaksi RTGS – Total Transaksi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Total
Y.O.YTr
iliun
Rp
3.8.2 Perkembangan Kliring
Pertumbuhan kliring pada triwulan II-2011 menunjukkan perkembangan yang relatif
stabil meski sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut diduga
terkait dengan menigkatnya aktivitas perekonomian Sulsel pada triwulan II-2011, baik pihak
swasta maupun pemerintah yang sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan sektor
perdagangan-hotel-restauran (Mengacu pada bab 1: Perkembangan Kondisi Makroekonomi)
dari 11,52% menjadi 12,70% (y.o.y) pada periode laporan.
Sementara dari sisi rata-rata harian, nilai lembar perputaran kliring cenderung
mengalami peningkatan. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan II-
2011 tercatat sebesar Rp135 miliar, mengalami peningkatan apabila dibandingkan triwulan
II-2011 yang sebesar Rp128 miliar. Selain itu, rasio rata-rata harian penolakan warkat
(Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal mengalami penurunan namun dari
sisi jumlah lembarnya sedikit meningkat. Secara nominal, rasio rata-rata warkat yang ditolak
menurun dari sebesar 2,4% pada triwulan I-2011 menjadi sebesar 2% pada triwulan
laporan. Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata harian warkat yang sedikit meningkat
apabila dibandingkan antara triwulan I-2011 dan triwulan II-2011, yaitu menjadi 2,24%.
Tabel 3.10. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Total Perputaran Kliring- Nominal (tri l iun rupiah) 6.5 6.9 7.4 7.5 7.2 7.3 7.9 8.3 8.2 8.3 - Lembar (ribuan) 242.2 258.4 262.3 263.6 253.5 259.8 261.6 267.9 265.0 278.6 Rata-rata Harian Perputaran Kliring- Nominal (tri l iun rupiah) 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 - Lembar (ribuan) 4.1 4.2 4.3 4.2 4.0 4.0 4.0 4.1 4.1 4.6 Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/ BG Kosong- Nominal (%) 1.67 2.01 1.66 2.19 1.73 2.10 2.30 1.90 2.40 2.00 - Lembar (%) 1.76 1.62 1.75 1.74 1.78 1.86 2.17 2.10 2.10 2.24
Sumber : Bank Indones ia
URAIAN 201120102009
BOKS I
Pengembangan Kluster Cabe di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
Dalam rangka mendorong pengembangan usaha di sektor pertanian, Bank Indonesia
Makassar bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Maros pada tahun 2011 ini telah
mengembangkan klaster komoditas cabai, tepatnya di sentra produksi Kecamatan Tanralili.
Kegiatan tersebut merupakan implementasi dari nota kesepahaman atau MOU antara Bank
Indonesia dengan Kementerian Pertanian tentang Kerjasama Pengembangan Usaha di Sektor
Pertanian pada tanggal 16 Maret 2011 di Jakarta dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan
MOU antara Bank Indonesia Makassar dengan Pemda Kabupaten Maros, tanggal 23 Mei
2011di Makassar.
Komoditas cabai merupakan salah satu komoditas pertanian hortikultura yang potensial
untuk dikembangkan. Cabai merupakan salah satu bahan makanan (bumbu) yang menjadi
kebutuhan masyarakat Indonesia sehari-hari. Tujuan pengembangan klaster cabai selain untuk
mensinergikan sumber daya para pihak dalam rangka pengembangan usaha di sektor
pertanian juga untuk meningkatkan akses para petani kepada sumber-sumber pembiayaan
untuk pengembangan usaha tani. Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk usaha tani serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Adapun ruang lingkup pengembangan klaster cabai meiiputi :
1. Pengembangan klaster cabai berdasarkan analisa rantai nilai (value chain) berbasis pasar dari
hulu sampai hilir yaitu a) penyediaan akses bahan baku yang berkualitas baik, b)
pelaksanaan budidaya yang sesuai dengan prinsip-prinsip Good Agriculture Practices
termasuk penggunaan teknologi tepat guna; c) penanganan pasca panen; dan d)
peningkatan akses pasar.
2. Bentuk kerjasama lebih diprioritaskan kepada pemberian Bantuan Teknis kepada para
petani cabai;
3. Percepatan implementasi pemanfaatan skim kredit/pembiayaan dalam rangka
pengembangan usaha dalam lingkup klater cabai.
Penerapan Good Agriculture Practices dirasakan penting, mengingat pasar lokal
maupun international menuntut agar produk yang dihasilkan bermutu baik, aman, ramah
lingkungan. Dalam hal ini tuntutan dari pasar perlu menjadi perhatian karena apabila tidak
terpenuhi akan menyebabkan produk cabai yang dihasilkan tidak dapat terserap secara optimal
oleh pasar.
Ke depannya, sesuai dengan konsep value chain market based solution, Bank Indonesia
bekerjasama dengan segenap jajaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten
Maros akan memfasilitasi pengembangan kemitraan dengan perbankan, pelaku usaha serta
distributor.
Pengembangan kemitraan tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar
tercipta suatu kesinambungan dari proses produksi sampai dengan pasar.
Berbagai program yang telah dilaksanakan meliputi kegiatan Focus Group Discussion
(FGD), Training of Trainers (TOT) dan sekolah lapang. Kegiatan FGD yang melibatkan beberapa
pihak seperti Perbankan, Dinas Pertanian, Dinas Pedagangan, Kelompok Tani dan Asprindo pada
tanggal 21 April 2011 dimaksudkan untuk membahas grand design program pengembangan
klaster cabai di Kec. Tanralili Kab. Maros. Setelah dilakukan proses persiapan (diskusi awal,
baseline survey, penyusunan desain program, persiapan pelaksanaan aksi), maka telah melewati
tahapan inisiasi dan mulai memasuki tahapan aksi.
Salah satu langkah aksi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kapasitas pihak-
pihak yang berkaitan langsung dengan kegiatan pendampingan lapangan dan asistensi teknis
kepada para petani cabai, yaitu para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), pengurus inti
kelompok tani, dan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian yang berada di lokasi sasaran
program. Peningkatan kapasitas diberikan kepada para pendamping dalam bentuk Training of
Trainer (ToT) Good Agribusiness Practices (GAP) Budidaya Cabai yang ditujukan untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan serta keterampilan para penyuluh agar dapat
memberikan asistensi yang optimal kepada para petani di wilayah binaannya. Kegiatan ToT telah
dilaksanakan selama 3 hari dengan peserta sebanyak 15 orang dengan fasilitator tenaga ahli
dari berbagai instansi dan akademisi. Materi ToT beberapa sasaran yaitu 1) Prinsip-prinsip
kepemanduan 2) Peningkatan produktivitas dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu,
3) pengolahan hasil dan pasca panen, 4) pembinaan kelembagaan dan kemitraan, 5) akses
pembiayaan dan akses pemasaran dan 6) sertifikasi Produk Hasil Pertanian.
Sebagai kelanjutan dari ToT, maka proses transfer pengetahuan diperlukan agar
pengetahuan yang dimiliki oleh para penyuluh dan pendamping dapat dipahami dan diketahui
oleh pelaku usaha tani melalui Sekolah Lapang. Pelaksanaan Sekolah Lapang di Kec. Tanralili,
Kab. Maros yang telah dilaksanakan meliputi 15 titik dengan total peserta 214 petani selama ±
3 bulan dengan luas lahan 61,97 Ha. Pemandu Lapang adalah dari 15 orang peserta Training of
Trainers (ToT) Good Agriculture Business Budidaya Cabai. Pelaksanaan Sekolah Lapang
merupakan salah satu langkah dari program kerjasama ini (Bank Indonesia dengan Pemerintah
Kabupaten Maros) untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan petani dalam pelaksanaan
budidaya cabai sesuai dengan standart Good Agriculture Practices dan pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Bab 4 Keuangan Daerah
Kinerja keuangan Pemerintah Propinsi Sulsel sampai dengan triwulan II-2011 berada
pada posisi yang lebih baik apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Pada sisi
penerimaan, realisasi jumlah pendapatan mencapai 49,37% pada triwulan II-2011, meski
demikian jika dilihat dari sisi belanja daerah realisasi pun masih relatif kecil. Kondisi tersebut
relatif sejalan dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II-2011 yang relatif
kecil, yaitu sebesar 0,19% (y.o.y).
4.1. Pendapatan Daerah
Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan II-2011 tercatat
mencapai Rp1,43 triliun atau 49,73% dari total target pendapatan sebesar Rp2,88 triliun.
Pencapaian realisasi pendapatan tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan realisasi
pendapatan pada triwulan II-2010 yang tercatat sebesar Rp1,24 triliun. Akselerasi realisasi
pendapatan diperkirakan akan terjadi pada triwulan III-2011 dan berlanjut hingga akhir
tahun.
Dari komponen pendapatan, realisasi “Dana Perimbangan” mencapai 49,59%,
terutama didorong oleh sub komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang sebesar 58,33%.
Sementara realisasi komponen “Pendapatan Asli Daerah” mencapai 49,31%, pada sub
komponen “Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah” dan “Pendapatan Pajak Daerah”
yang masing-masing telah mencapai 43,16% dan 52,21%. Realisasi pada sub-komponen
“Pendapatan Pajak Daerah” tersebut relatif menggambarkan cukup baiknya kinerja konsumsi
rumah tangga (PDRB) Sulsel, mengingat objek penerimaan dari “Pendapatan Pajak Daerah”
tersebut antara lain adalah pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor.
4.2. Belanja Daerah dan Transfer
Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan II-2011, realisasinya masih
relatif kecil yaitu sebesar Rp1,01 triliun atau 33,94% dari target yang ditetapkan sebesar
Rp2,97 triliun. Namun apabila dibandingkan realisasi triwulan II-2010 yaitu sebesar Rp0,62
triliun, maka kinerja realisasi belanja triwulan II-2011 tersebut meningkat cukup signifikan.
Realisasi terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Hibah’ yang mencapai 55.04%, diikuti oleh pos
‘Belanja Pagawai’ (43,94%). Realisasi pos “Belanja Tidak Langsung” pada triwulan laporan
sebesar 34,68% (Rp 0,64 Triliun), relatif lebih tinggi apabila dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar RP 0,44 Triliun.
Realisasi ‘Belanja Langsung’ lebih banyak dipergunakan untuk Belanja Barang & Jasa
dengan realisasi sebesar 35,38%. Sementara untuk ‘Belanja Modal’, realisasi relatif kecil yaitu
sebesar 27,86%. Hal ini sejalan dengan relatif kecilnya pertumbuhan konsumsi permerintah
(PDRB) secara tahunan pada triwulan laporan, yang tumbuh 0,19% (yoy) atau jauh lebih kecil
daripada triwulan II-2010 yang tumbuh sebesar 5,83%.
Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahSampai Dengan Triwulan II-2011
Nominal % REALISASI Nominal % REALISASI % (y.o.y)1. PENDAPATAN1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,430.08 735.30 51.42% 1,782.15 878.83 49.31% 19.52%
- Pendapatan Pajak Daerah 1,222.80 617.77 50.52% 1,549.18 808.78 52.21% 30.92%- Pendapatan Retribusi Daerah 113.55 45.30 39.90% 110.17 44.48 40.37% -1.82%- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 59.61 51.05 85.64% 63.58 - - -100.00%- Lain-lain PAD yang Sah 34.12 21.18 62.07% 59.22 25.56 43.16% 20.68%
1.2. DANA PERIMBANGAN 954.63 508.76 53.29% 1,090.32 540.72 49.59% 6.28%- Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 219.12 87.96 40.14% 231.61 51.69 22.32% -41.23%- DAU 706.28 411.99 58.33% 816.76 476.44 58.33% 15.64%- DAK 29.24 8.81 30.13% 41.95 12.59 30.00% 42.87%Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya - - - - - - -
1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 58.97 0.62 1.04% - 8.91 - 1348.78%JUMLAH PENDAPATAN 2,443.68 1,244.68 50.93% 2,872.47 1,428.46 49.73% 14.76%
2. BELANJA 2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,199.32 436.02 36.36% 1,847.67 640.75 34.68% 46.95%
- Belanja Pegawai 665.32 252.10 37.89% 627.71 275.83 43.94% 9.41%- Belanja Bunga 0.40 0.08 21.01% 0.15 0.04 29.69% -47.01%- Belanja Hibah 70.00 27.88 39.83% 87.50 48.16 55.04% 72.72%- Belanja Bantuan Sosial 27.03 9.05 33.47% 22.10 4.92 22.26% -45.64%- Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota&Pemerintahan Desa - - - 634.95 110.69 17.43% - - Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota&Pemerintahan Desa 421.57 146.31 34.71% 460.28 200.60 43.58% 37.11%- Belanja Tidak Terduga 15.00 0.60 3.97% 15.00 0.50 3.33% -15.97%
2.2. BELANJA LANGSUNG 751.80 185.08 24.62% 1,124.60 367.95 32.72% 98.81%- Belanja Pegawai - - - 141.77 49.24 34.73% - - Belanja Barang & Jasa 477.70 154.65 32.37% 597.02 211.23 35.38% 36.58%- Belanja Modal 274.10 30.42 11.10% 385.82 107.48 27.86% 253.32%JUMLAH BELANJA 1,951.12 621.10 31.83% 2,972.28 1,008.70 33.94% 62.41%
SURPLUS / (DEFISIT) (61.83) 477.06 -771.51% (99.81) 419.76 -420.57% -12.01%3. PEMBIAYAAN3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 63.53 230.66 363.05% 111.51 - - - 3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 1.70 0.35 20.58% 11.70 0.35 2.99% 0.00%
JUMLAH PEMBIAYAAN 61.83 230.31 372.47% 99.81 (0.35) -0.35% -100.15%#DIV/0! #DIV/0! 0.00%Sumber : Biro Keuangan Sulsel (Data Belanja) & Dinas Pendapatan Daerah (Data Pendapatan)Ket : Angka SementaraRAPBD-P (Rencana Anggara Pendapatan Belanja Daerah-Perubahan)
(Milyar Rupiah)
Realisasi s/d TRIWULAN II-2011ANGGARAN 2010 ANGGARAN 2011Realisasi s/d TRIWULAN II-2010NO. U R A I A N
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan UtamaFebruari Februari
2010 2011Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 5,721,682 5,590,797 Angkatan Kerja 3,560,893 3,634,355
a. Bekerja 3,276,523 3,391,334 b. Pengangguran 284,370 243,021
Bukan Angkatan Kerja 2,160,789 1,956,442 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.2% 65.0%Tingkat Pengangguran Terbuka 8.0% 6.7%Sumber : BPS
KEGIATAN UTAMA
Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel hingga Februari 2011
terhadap angkatan kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari naiknya Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2011 (65,0%) apabila dibandingkan tahun sebelumnya
(62,2%). Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami
penurunan sebesar 1,3%, dari 8,0% pada Februari 2010 menjadi 6,7% pada Februari 2011.
Selanjutnya di sisi lain pertumbuhan ekonomi Sulsel juga memberikan kontribusi positif
dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani
(NTP), yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Rata-rata
pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2011 tercatat tumbuh meningkat sebesar 6,33%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh
3,13% (yoy).
5.1. Ketenagakerjaan
Perkembangan ketenagakerjaan Sulsel hingga Februari 2011 menunjukkan
kecenderungan lebih baik apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari
meningkatnya jumlah
angkatan kerja sebesar
2,06% dari 3,56 juta orang
pada Februari 2010,
sehingga menjadi 3,63 juta
orang pada Februari 2011
(Tabel 5.1). Meskipun di sisi
lain terdapat penurunan
Penduduk Usia 15 Tahun ke atas sebesar 2,29%, dimana pada Februari 2010 sebesar
5.721.682 orang menjadi 5.590.797 orang per Februari 2011. Kondisi ini menyebabkan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat dari 62,2% pada Februari 2010 menjadi
65,0% pada Februari 2011. Sedangkan di sisi lain, menurunnya jumlah pengangguran dari
284.370 orang per Februari 2010 menjadi 243.021 orang per Februari 2011 mengakibatkan
penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 1,3% sehingga menjadi 6,7% pada
Februari 2011. Menurunnya TPT Sulsel tersebut mengindikasikan bahwa kenaikkan
pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV-2009 sebesar 6,53% apabila dibandingkan
triwulan IV-2010 sebesar 8,93% berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Dari sisi lapangan pekerjaan utama, untuk periode Februari 2010 dan Februari 2011
komposisi tenaga kerja di sektor pertanian cenderung mengecil, sebaliknya komposisi tenaga
kerja di sektor non pertanian bertambah besar, terutama pada sektor jasa. Pangsa jumlah
tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian pada Februari 2011 tercatat sebesar 47%,
turun dibandingkan Februari 2010 tercatat sebesar 50%. Kondisi ini menunjukkan terjadinya
pergeseran struktur perekonomian yang ditandai dengan mulai beralihnya jumlah tenaga
kerja dari sektor pertanian selaku sektor utama di Sulsel ke sektor lainnya. Hal tersebut
dimungkinkan karena tingkat pendapatan sektor pertanian yang bersifat musiman dan
pengaruh tingkat harga produk hasil pertanian yang relatif kurang menguntungkan.
Di sisi lain, pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa meningkat dari
12% pada Februari 2010, menjadi sebesar 18% Februari 2011. Selain itu meski terjadi
penurunan pangsa jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan pada Februari 2011 apabila
dibandingkan tahun sebelumnya, namun share tenaga kerja untuk masing-masing sektor
masih cukup besar apabila dibandingkan sektor lainnya yaitu 18%.
Grafik 5.1. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Februari 2010 Februari 2011
5.2. Kesejahteraan
5.2.1. Nilai Tukar Petani
Pertumbuhan daya beli masyarakat yang bekerja di sektor pertanian relatif meningkat
pada triwulan laporan, tercermin dari meningkatnya pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sulsel pada triwulan laporan.
Pertanian50%
Industri6%
Konstruksi6%
Perdagangan19%
Angkutan/Komunikasi
5%
Jasa12%
Lainnya *)2%
Pertanian47%
Industri6%
Konstruksi5%
Perdagangan18%
Angkutan/Komunikasi
5%
Jasa18%
Lainnya *)2%
Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan
pertumbuhan. Pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2011 tercatat tumbuh 6,33% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,13%
(yoy) – (lihat grafik 5.2). NTP yang lebih tinggi pada triwulan II-2011, menunjukan indeks
harga hasil produksi pertanian lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks harga
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi
pertanian.
Perkembangan pertumbuhan ‘Indeks yang Diterima Petani’ apabila dibandingkan
triwulan sebelumnya, mengalami peningkatan dari sebesar 8,61% (yoy) menjadi sebesar
10,79% pada triwulan laporan (grafik 5.3). Secara rata-rata pertumbuhan ‘Indeks yang
Diterima Petani’ meningkat karena pada triwulan II-2011 harga beras ditingkat petani cukup
baik seiring berlalunya masa panen raya. Hal ini sejalan dengan kecenderung peningkatan
indeks yang diterima petani pada sub sektor padi dan palawija. Selain itu, juga terjadi
peningkatan indeks yang diterima petani untuk sub sektor peternakan, yang diduga terjadi
akibat meningkatnya harga daging sapi sejalan dengan kebijakan yang dikeluarkan Menteri
Pertanian Australia, Joe Ludwig, yang menghentikan semua ekspor ternak hidup, khususnya
daging sapi ke Indonesia sejak 8 Juni 2011. Didukung dengan stok daging yang cukup, maka
Sulsel berpotensi besar menjadi pemasok daging sapi ke Jawa.
Namun di sisi lain, ‘Indeks yang Dibayar Petani’ juga menunjukkan penurunan
pertumbuhan yang relatif kecil, yaitu dari 5,30% (yoy) pada triwulan I-2011 menjadi 4,20%
pada triwulan laporan (grafik 5.4). Menurunnya pertumbuhan “Indeks yang Dibayar Petani”
sejalan dengan pertumbuhan laju inflasi Sulsel yang relatif stabil pada triwulan II-2011
apabila dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, Harga Eceran Tertinggi (HET) yang
tidak naik hingga triwulan II-2011, merupakan salah satu faktor yang meringankan biaya
produksi para petani. Hal ini tentu saja menyebabkan tekanan harga terhadap konsumsi
petani relatif menurun.
Grafik 5.2Perkembangan Rata-rata
Nilai Tukar Petani
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Diterima Petani
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
94
96
98
100
102
104
106
108
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
NTP y.o.y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
105
110
115
120
125
130
135
140
145
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
Grafik 5.5.Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
152.8 150.8 150.8 124.5 119.2 137
930.
3
880.
9
880.
9
839.
1
794.
2
695.
9
14.57%14.11% 13.34%12.31% 11.60% 10.29%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
0
200
400
600
800
1000
1200
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Desa Kota % Total Penduduk Miskin
Sumber : BPS
Grafik 5.4 Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Dibayar Petani
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di Sulsel per Maret 2011 tercatat sebanyak 832,9 ribu orang
atau sebesar 10,29% dari jumlah
penduduk (grafik 5.5). Dari jumlah
tersebut, 16,45% berada di daerah
perkotaan sedangkan sisanya berada
di daerah pedesaan. Persentase
pangsa jumlah penduduk miskin di
perkotaan tersebut relatif tetap
dibanding Maret 2010 yang tercatat
sebesar 13,05% dari jumlah
penduduk miskin pada tahun tersebut.
Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, dari 913,4
ribu per Maret 2010 menjadi 832,9 ribu pada Maret 2011, atau menurun 8,81%, sementara
pada tahun 2010 turun sebesar 5,21%. Penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi
di pedesaan sebesar 12,38%, dari 794,2 ribu orang pada Maret 2010 menjadi 695,9 ribu
orang. Jumlah tersebut relatif masih cukup besar, yaitu sekitar 8,60% dari total penduduk
Sulsel. Disisi lain terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan yang tercatat
naik sebesar 14,93%, dari 119,2 ribu orang menjadi 137,0 ribu orang. Jumlah penduduk
miskin perkotaan tersebut tercatat sebesar 1,69% dari total penduduk Sulsel.
Terkonsentrasinya jumlah penduduk miskin di pedesaan tersebut perlu mendapatkan
perhatian tersendiri, mengingat sektor unggulan ekonomi Sulsel masih terletak pada sektor
pertanian, dimana sebagian besar mata pencarian penduduk pedesaan adalah petani.
Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk
miskin di Sulsel masih berada pada urutan ketiga terendah (11,6%) setelah Provinsi Sulawesi
Utara (9,1%) dan Maluku Utara (9,4%). Urutan Provinsi Sulut dan Malut tersebut juga tidak
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
114 116 118 120 122 124 126 128 130 132 134
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Indeks Yang Dibayar Petani y.o.y
mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2009. Sedangkan persentase
jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 36,8% masih terdapat di
Provinsi Papua. Jumlah penduduk miskin se-Sulampua tersebut tercatat sebesar 1,65% dari
total penduduk Indonesia, sementara pada Maret 2009 tercatat sebesar 1,73% dari total
penduduk Indonesia.
Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskinse-Sulampua per Maret 2010
5.3. Survei
Hasil Survei Konsumen, pada triwulan laporan rata-rata ‘Indeks Ketersediaan
Lapangan Kerja Saat Ini’ (IKLK) relatif menunjukan perlambatan pada level yang moderat.
Rata-rata IKLK pada triwulan laporan tercatat tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 9,11%
(yoy), sementara pada triwulan I-2011 tumbuh sebesar 9,73% (grafik 5.7). Menurunnya
pertumbuhan indeks ini sejalan dengan menurunnya aktivitas perekonomian Sulsel pada
triwulan II-2011, dimana realisasi anggaran pemerintah dan swasta masih relatif kecil
sehingga proyek-proyek permbangunan pemerintah juga masih relatif stagnan.
Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Saat Ini
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini
Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu
36.9
5
11.4
1
13.0
5
6.03
8.50
23.8
6
9.60
8.39
3.33
3.71
63.0
5
88.5
9
86.9
5
94.4
6
91.5
0
76.1
4
90.4
0
91.6
1
96.2
6
96.5
6
9.10
18.07
11.60
17.05
23.18
13.58
27.74
9.42
34.88 36.80
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gor Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua
Desa Kota % Total Penddk Miskin
Sum
ber :
BPS, dio
lah
%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat iniy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-25%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Namun di sisi lain, dengan perkembangan rata-rata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini
Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga mengalami pertumbuhan yang lebih baik, hal tersebut
tercermin dari pergerakan pertumbuhan IPD6 yang pada triwulan I-2011 sebesar 2,60%,
meningkat cukup signifikan menjadi sebesar 8,42% pada triwulan laporan (grafik 5.8).
Kondisi itu tersebut searah dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel di
triwulan II-2011, yang meningkat dari 6,34% (yoy) pada triwulan I-2011 menjadi 8,62%
(yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut diperkirakan memiliki dampak positif terhadap
kesejahteraan masyarakat Sulsel pada triwulan laporan, dimana terindikasikan oleh hasil
Survey Konsumen yang menunjukan peningkatan pertumbuhan penghasilan dibandingkan 6
bulan yang lalu. Hal ini masih sejalan dengan peningkatan pertumbuhan NTP dan Indeks
diterima petani Sulsel yang menunjukan bahwa pertanian merupakan salah satu sektor yang
penting sebagai acuan pergerakan kesejahteraan masyarakat Sulsel. Peningkatan
kesejahteraan dimaksud diperkirakan sebagai dampak positif dari relatif terkendalinya laju
inflasi Sulsel pada triwulan II-2011, yang menunjukan kecenderungan melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Bab 6 Outlook KondisiEkonomi dan Inflasi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2011 diperkirakan masih
akan tumbuh cukup tinggi. Pada sisi permintaan, perkiraan peningkatan pertumbuhan pada
triwulan III-2011, dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, swasta dan
pemerintah sejalan dengan proyeksi meningkatnya aktivitas perekonomian Sulsel. Realisasi
belanja pemerintah yang masih relatif kecil pada periode laporan diperkirakan akan mulai
meningkat cukup besar pada triwulan mendatang. Selain itu, hadirnya bulan Ramadhan dan
Hari Raya Idul Fitri diproyeksikan ikut menjadi pemicu dorongan konsumsi Sulsel. Dorongan
konsumsi tersebut sejalan dengan himbauan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Sulawesi Selatan. Selanjutnya untuk investasi, pada triwulan III-2011 diprediksi masih
tinggi sejalan dengan masih derasnya penanaman modal asing di Sulsel yang terlihat sejak
awal tahun 2011. Pada sisi ekspor-impor, diperkirakan kinerja net ekspor Sulsel akan
cenderung meningkat. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya permintaan
Jepang pasca tsunami yang memasuki proses recovery perekonomiannya. Selain itu
pembangunan PLTA Karebe yang diprediksi akan selesai pada triwulan III-2011. Pada sisi
penawaran, peningkatan pertumbuhan diprediksikan karena meningkatnya kinerja sektor
pertanian, angkutan-komunikasi, industri pengolahan dan pertambangan-penggalian.
Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung
akan melambat pada level yang moderat apabila dibandingkan triwulan II-2011. Tekanan
inflasi pada triwulan III-2011 diperkirakan masih bersumber dari peningkatan inflasi volatile
food dan administered inflation. Sementara laju inflasi inti diperkirakan masih relatif
terkendali.
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2011 diperkirakan akan tumbuh
cukup baik meski cenderung melambat. Intermediasi perbankan diprediksi akan sedikit
melambat sehubungan dengan meningkatnya biaya dana alias cost of fund. Selain itu,
perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) diperkirakan melambat, sejalan dengan proyeksi
peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan III-2011. Meski demikian, perkembangan
perbankan Sulsel masih terus tumbuh meningkat tren-nya dan terjaganya rasio kredit
bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.
6.1. Outlook Kondisi Makroregional
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2011 diperkirakan masih
akan tumbuh cukup tinggi. Pada sisi permintaan, perkiraan peningkatan pertumbuhan pada
triwulan III-2011, dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, swasta dan
pemerintah sejalan dengan proyeksi meningkatnya aktivitas perekonomian Sulsel. Realisasi
belanja pemerintah yang masih relatif kecil pada periode laporan diperkirakan akan mulai
meningkat cukup besar pada triwulan mendatang. Selain itu, hadirnya bulan Ramadhan dan
Hari Raya Idul Fitri diproyeksikan ikut menjadi pemicu dorongan konsumsi Sulsel karena juga
didukung meningkatnya daya beli masyarakat akibat pemberian THR (Tunjangan Hari Raya).
Hal tersebut didukung oleh himbauan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Sulawesi Selatan kepada para pengusaha di Sulsel yang jumlahnya diperkirakan mencapai
12.000 perusahaan, untuk membayarkan tunjangan hari raya kepada karyawan dan batas
tenggat waktu pembayaran adalah tujuh hari sebelum Hari Raya Idul Fitri (30 Agustus 2011)1.
Selanjutnya untuk investasi, pada triwulan III-2011 diprediksi masih tinggi sejalan dengan
masih derasnya penanaman modal asing di Sulsel yang terlihat sejak awal tahun 2011. Pada
sisi ekspor-impor, diperkirakan kinerja net ekspor Sulsel akan cenderung meningkat. Kondisi
ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya permintaan Jepang pasca tsunami yang
memasuki proses recovery perekonomiannya. Selain itu pembangunan PLTA Karebe yang
diprediksi akan selesai pada triwulan III-2011. PLTA dimaksud dapat memproduksi energi
hidroelektrik yang cukup besar untuk menggantikan bahan bakar dan diesel yang ada dan
memasok tanur-tanur listrik di fasilitas Sorowako, serta akan mengurangi biaya energi
perseroan dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pada sisi
penawaran, peningkatan pertumbuhan diprediksikan karena meningkatnya kinerja sektor
pertanian, angkutan-komunikasi, industri pengolahan dan pertambangan-penggalian.
Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.2. Perkembangan PDRB Sulsel (y.o.y) dan
Proyeksinya
1 Warta dunia, 4 Agustus 2011, H-7, Batas Akhir Pembayaran THR Karyawan, http://www.wartadunia.com/h-7-batas-akhir-pembayaran-thr-karyawan.html.
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
100
105
110
115
120
125
130
135
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks Ekspektasi Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
8.62%
8.37%
7.87%
8.87%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2** 3***
2009 2010 2011
y.o.y Sulsely.o.y NasSeries3
Sumber : BPS, diolah
Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 Bulan
Yang Akan Datang
Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6
Bulan Yang Akan Datang
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan
Pekerjaan 6 Bulan y.a.d
Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap USD
Grafik 6.7 Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods
Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan II-2011 sejalan dengan hasil Survei
Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar, dimana Indeks Ekspektasi
Konsumen (IEK) menunjukan ekspektasi masyarakat pada triwulan III-2011 cenderung lebih
optimis apabila dibandingkan triwulan sebelumnya. Indeks Ekspektasi Konsumen merupakan
gabungan dari indeks ekspektasi masyarakat akan kondisi perekonomian, ekspektasi
penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja (grafik 6.1, grafik 6.3 dan grafik 6.4), dimana
perkembangan indeks dimaksud menunjukan tingkat optimisme yang cukup tinggi.
Kinerja investasi, pada triwulan III-2011 diprediksi masih akan cukup tinggi sejalan
dengan masih derasnya penanaman modal asing di Sulsel yang terlihat sejak awal tahun
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Kondisi ekonomi 6 bln yg akan datang
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtg
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bln yg akan dtg
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Rata-rata Kurs Tengahyoy
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**
2009 2010 2011
Juta
Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
2011. Meningkatnya perkiraan petumbuhan investasi pada triwulan mendatang sejalan
dengan hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia dimana perkembangan indeks
ketersedian lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang cukup baik (grafik 6.5).
Pada sisi ekspor-impor, diperkirakan kinerja net ekspor Sulsel akan cenderung
meningkat. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya permintaan Jepang pasca
tsunami yang memasuki proses recovery perekonomiannya. Selain itu pembangunan PLTA
Karebe yang diprediksi akan selesai pada triwulan III-2011. PLTA dimaksud dapat
memproduksi energi hidroelektrik yang cukup besar untuk menggantikan bahan bakar dan
diesel yang ada dan memasok tanur-tanur listrik di fasilitas Sorowako, serta akan mengurangi
biaya energi perseroan dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain
itu ekspor antar pulau juga diperkirakan mengalami peningkatan sehubungan dengan
penyaluran daging sapi Sulsel ke Jawa sejak Juli 2011, sebagai akibat dari pelarangan ekpor
Sapi oleh Australi ke Indonesia.
Dimana pada sisi impor, diperkirakan akan cenderung tumbuh meningkat. Hal
tersebut tercemin dari tingginya pertumbuhan impor intermediate goods pada triwulan II-
2011 dan diperkirakan akan terus berlanjut pada triwulan mendatang, dimana salah satu
komoditasnya adalah impor gandum dan juga bahan baku untuk membuat semen. Dimana
diproyeksikan konsumsi tepung terigu akan meningkat pada triwulan III-2011 sehubungan
dengan bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Dorongan impor cukup potensial melihat dari pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar yang cenderung menguat (grafik 6.6)
Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan diprediksikan karena meningkatnya
kinerja sektor pertanian, perdagangan-hotel-restauran (PHR), angkutan-komunikasi, industri
pengolahan dan pertambangan-penggalian. Peningkatan pertumbuhan pada sektor
pertanian diperkirakan disebabkan oleh sudah mulai masuknya panen raya tahap dua 2011,
yang biasanya jatuh pada bulan Agustus s.d September 2011.
Kemudian pertumbuhan sektor PHR terutama didorong oleh meningkatnya aktivitas
pada sub sektor perdagangan yang semakin naik dari tahun ke tahun pada saat bulan
Ramadhan dan Idul Fitri. Selain itu, perdagangan produk unggulan Sulsel seperti daging sapi
ke pulau jawa sejak Juli 2011 juga ikut menyumbangan pertumbuhan bagi sub sektor
dimaksud, sehubungan dengan larangan ekspor daging sapi Australia ke Indonesia.
Selain itu, kinerja pada sektor angkutan-komunikasi diperkirakaan akan tumbuh
cukup baik, sehubungan dengan semakin meningkatnya kegiatan mudik Hari Raya Idul Fitri
dari tahun ke tahun dan juga cukup tingginya intensitas kegiatan MICE
(Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) yang diselenggarakan di Sulsel terutama di
Makassar. Hal tersebut berjalan searah dengan pertumbuhan Sulsel yang cukup tinggi dari
tahun ke tahun, Kawasan Indonesia Timur pun semakin ramai dikunjungi oleh pendatang
baik untuk berekreasi maupun kunjungan dalam rangka bisnis/pekerjaan.
Kemudian sektor industri pengolahan diperkirakan akan didorong oleh industri
semen sebagai dampak dari peningkatan investasi untuk proyek-proyek pembangunan
infrastruktur di Sulsel yang meningkat cukup pesat sejak triwulan awal 2011. Selain itu,
produksi tepung terigu juga diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan bulan
Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Hal tersebut tercermin dari tingginya pertumbuhan impor
intermediate goods, dimana salah satu komoditasnya adalah impor gandum dan juga bahan
baku untuk membuat semen.
Kinerja sektor pertambangan-penggalian diproyeksikan akan meningkat sejalan
dengan meningkatnya permintaan Jepang pasca tsunami yang memasuki proses recovery
perekonomiannya. Selain itu pembangunan PLTA Karebe yang diprediksi akan selesai pada
triwulan III-2011.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel
pada triwulan mendatang diperkirakan masi tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar
8,37%+0,5% (yoy).
6.2. Outlook Inflasi
Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung akan
melambat pada level yang moderat apabila dibandingkan triwulan II-2011. Hal ini sejalan
dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, dimana perkembangan Indeks Ekspektasi
Terhadap harga-harga dalam 3 bulan y.a.d menunjukan kecenderungan perlambatan (grafik
6.9). Tekanan inflasi pada triwulan III-2011 diperkirakan masih bersumber dari peningkatan
inflasi volatile food dan administered inflation. Sementara laju inflasi inti masih relatif
terkendali.
Sementara inflasi volatile food diperkirakan masih mendapat tekanan pada tingkat
moderat. Kelompok volatile food diperkirakan mengalami inflasi sebagai dampak lonjakan
permintaan masyarakat pada Bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Faktor yang dapat
mengurangi tekanan inflasi volatile food yaitu peningkatan pasokan komoditas pangan lokal
sebagai hasil masa panen raya beras tahap dua pada Agustus-September 2011.
Laju inflasi administered price diperkirakan meningkat karena DPRD Kota Makassar
menyetujui usulan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) pada Mei 2011 untuk menaikkan
tarif air bersih sebesar 25 persen dari tarif sekarang yang akan diberlakukan Juli 2011. Selain
itu, lonjakan permintaan tiket angkutan pada masa Idul Fitri akan mendorong peningkatan
harga tiket secara tajam.
Laju inflasi inti di triwulan laporan diperkirakan masih terkendali meski akan terjadi
peningkatan permintaan seiring pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) pada Agustus 2011.
Dimana hal tersebut akan memicu lonjakan permintaan masyarakat terhadap barang dan
jasa selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang pada tahap selanjutnya berdampak pada
peningkatan harga makanan jadi dan sandang. Selain itu, tekanan inflasi juga dipengaruhi
oleh berlanjutnya tren kenaikan harga komoditas internasional. Namun tekanan tersebut
diperkirakan dapat tertahan dengan potensi penguatan nilai tukar rupiah lebih lanjut.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan III-
2011 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan sedikit melambat apabila dibandingkan
triwulan sebelumnya (6,37%), yaitu pada kisaran 5,21% ± 0.5% (yoy) - (grafik 6.8).
Kecenderungan tersebut searah dengan rata-rata hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan
oleh Bank Indonesia, dimana rata-rata Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan
yang akan datang (triwulan III-2011), yaitu sebesar 163.33 yang mengindikasikan bahwa
persepsi responden SK akan harga masih menunjukan kecenderungan terjadinya inflasi meski
arahnya diperkirakan cenderung melambat pada triwulan mendatang.
Grafik 6.8. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel (y.o.y) dan
Proyeksinya
Grafik 6.9.Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga
dalam 3 bulan y.a.d
Grafik 6.10. Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap USD
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 2010 2011
y.o.y - Ssy.o.y - Nas
Sumber : BPS diolah
%
6.375.715.214.71
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
1 2 3 4 1 2 3
2010 2011
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yadGrowth (yoy)
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
105
110
115
120
125
130
135
140
1 2 3 4 1 2 3
2010 2011
Indeks Ekspektasi Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011
Rata-rata Kurs Tengahyoy
6.3. Prospek Perbankan
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2011 diperkirakan akan tumbuh cukup
baik meski cenderung melambat. Intermediasi perbankan diprediksi akan sedikit melambat
sehubungan dengan meningkatnya biaya dana alias cost of fund. Berdasarkan survei Bank
Indonesia (BI), biaya dana perbankan rupiah naik dari rata-rata 5,95% di kuartal satu menjadi
6,09% di kuartal II-20112. BI memprediksi, di kuartal III-2011, biaya dana rupiah dan biaya
dana valas akan naik. Selain itu cost of loanable funds atau biaya untuk menyalurkan kredit
(CoLF) juga akan naik. Berdasarkan survei BI, kenaikan itu merupakan antisipasi peningkatan
suku bunga dana pada periode mendatang yang mendorong juga kenaikan suku bunga
kredit. Beberapa bank juga menyatakan bahwa pada kuartal III ada potensi kenaikan biaya
dana karena antisipasi kenaikan BI rate dan inflasi. Meski kenaikan biaya dana mungkin akan
menaikkan suku bunga kredit perbankan dan akhirnya menghambat pertumbuhan kredit,
namun, kenaikkannya juga tergantung bunga kredit di pasar. Bank harus memperhatikan
pesaingnya jika ingin menaikkan suku bunga kredit karena nasabah bisa pindah ke bank lain.
Selain itu, perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) diperkirakan melambat, sejalan
dengan proyeksi peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan III-2011. Kemudian
pergerakan 2 (dua) indikator tersebut, dimana terjadi perlambatan kredit yang relatif lebih
besar daripada perlambatan DPK sehingga akan menyebabkan LDR (Loan to Deposit Ratio)
diperkirakan relatif melambat.
Meski demikian, perkembangan perbankan Sulsel masih terus tumbuh cukup baik,
dimana tercermin dari terus meningkatnya kantor cabang pembantu di Sulsel dari tahun ke
tahun dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah
5%.
2 Kontan, 6 Agustus 2011, Biaya Dana Perbankan Meningkat, http://keuangan.kontan.co.id/v2/read/1312590217/74767/Biaya-dana-perbankan-meningkat.
Halam ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
LAMPIRAN
1. Data Ekonomi Makro
Tabel 1.aProduk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
Tabel 1.bProduk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
2. Data Inflasi
Tabel 2.aLaju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 21. Pertanian 3,435.21 3,337.76 3,542.10 3,183.40 3,196.08 3,615.40 3,780.29 3,218.03 3,582.10 3,978.80 2. Pertambangan & Penggalian 922.85 934.94 966.80 1,028.11 1,158.26 1,101.85 1,087.89 1,143.34 1,005.80 1,126.00 3. Industri Pengolahan 1,444.88 1,688.66 1,741.35 1,593.77 1,648.87 1,748.86 1,738.59 1,733.11 1,700.00 1,774.80 4. Listrik,Gas & Air Bersih 117.72 121.21 131.01 120.44 123.69 136.46 139.28 130.39 128.70 139.30 5. Bangunan 620.76 650.18 683.60 702.24 694.24 709.14 733.67 763.21 753.10 789.60 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,875.18 1,916.95 2,008.80 1,991.29 2,043.84 2,102.29 2,219.99 2,332.69 2,279.30 2,369.20 7. Angkutan & Komunikasi 903.20 973.51 1,042.00 1,105.05 1,061.80 1,123.74 1,181.33 1,253.06 1,201.00 1,239.10 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 742.58 803.20 807.65 850.64 929.40 930.70 903.16 978.83 1,010.00 1,056.90 9. Jasa - jasa 1,305.67 1,324.66 1,334.54 1,343.90 1,348.12 1,366.22 1,390.77 1,430.44 1,439.80 1,467.60
PDRB 11,368.05 11,751.04 12,257.85 11,918.84 12,204.28 12,834.65 13,174.98 12,983.12 13,099.80 13,941.30 Sumber : BPS
2009SEKTORAL 2010 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2Konsumsi 8,049.61 8,222.00 8,440.76 8,568.47 8,547.98 8,755.17 8,916.26 9,063.98 8,945.89 9,113.01 Investasi 2,832.07 2,580.84 2,421.01 2,666.96 2,910.26 2,851.03 2,601.89 2,843.62 3,737.88 3,380.21 Ekspor 2,885.49 3,516.10 3,532.63 5,721.74 5,498.22 5,522.39 5,747.49 6,767.34 5,822.81 6,803.61 Dikurangi Impor 2,399.12 2,567.90 2,136.55 5,038.33 4,752.18 4,293.94 4,090.65 5,691.82 5,406.78 5,355.53
PDRB 11,368.05 11,751.04 12,257.85 11,918.84 12,204.28 12,834.65 13,174.98 12,983.12 13,099.80 13,941.30 Sumber : BPS
PENGGUNAAN 2009 2010 2011
KELOMPOKPENGELUARAN Jan Feb Mar April Mei Juni m.t.m y.t.d y.o.y
Umum 128.39 128.12 127.70 127.61 127.81 128.49 0.5% 1.4% 6.4%Bahan Makanan 155.29 153.50 150.26 148.40 147.91 149.15 0.8% 0.3% 12.1%Makanan Jadi, Mnman, Rkk & Tembakau 132.24 132.88 133.21 133.76 133.85 134.56 0.5% 2.0% 5.3%Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 122.23 122.34 123.07 123.33 123.75 124.08 0.3% 1.7% 4.6%Sandang 136.03 135.85 136.56 137.58 138.99 140.28 0.9% 3.3% 8.8%Kesehatan 120.15 120.51 120.77 122.18 124.11 124.95 0.7% 4.8% 6.4%Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 116.87 116.91 116.89 117.29 117.17 118.11 0.8% 1.1% 2.4%Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 104.79 104.84 105.01 105.16 105.30 105.41 0.1% 0.6% 2.1%Sumber : BPS
IHK (2011) Growth
3. Data Perbankan
Tabel 3.a. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit
Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana
Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan
Bank Umum (Rp Miliar)
1 28,625.67 31,563.21 110.26%2 29,520.99 32,919.44 111.51%3 29,450.83 33,872.77 115.01%4 33,601.07 36,430.30 108.42%1 29,843.83 37,041.42 124.12%2 32,401.02 39,883.76 123.09%3 33,596.66 41,120.47 122.39%4 37,298.83 43,025.20 115.35%1 37,461.05 46,519.87 124.18%2* 37,904.15 48,615.32 128.26%34
* Angka Sementara
TRW LDRDPK KREDITTHN
20
09
20
11
20
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* Giro 5,109 5,062 4,939 4,994 5,149 5,731 5,948 5,628 6,516 6,256 Tabungan 14,136 15,169 14,966 18,460 14,676 16,737 18,274 20,865 19,648 20,265 Deposito 9,381 9,289 9,546 10,147 10,350 10,284 9,738 10,806 11,298 11,383
TOTAL 28,626 29,521 29,451 33,601 30,175 32,753 33,959 37,299 37,461 37,904 GROWTH 18.43% 13.76% 11.41% 16.90% 5.41% 10.95% 15.31% 11.00% 24.14% 18.82%
Sumber : Bank Indonesia (LBU Cognos diolah)
2009JENIS PENGGUNAAN
2010 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* Modal Kerja 12,195.55 13,239.15 13,582.62 14,671.89 13,853.82 14,873.23 15,424.31 16,609.73 17,246.85 18,015.06 Investasi 6,398.84 6,230.54 6,299.91 6,769.70 7,705.26 8,143.12 7,975.95 8,960.67 9,147.97 9,670.26 Konsumsi 12,968.81 13,449.75 13,990.23 14,988.71 15,482.34 16,867.42 17,720.21 17,454.80 20,125.05 20,930.00
TOTAL 31,563.21 32,919.44 33,872.77 36,430.30 37,041.42 39,883.76 41,120.47 43,025.20 46,519.87 48,615.32 GROWTH 48.74% 42.46% 39.39% 41.91% 17.36% 21.16% 21.40% 18.10% 25.59% 27.47%
Sumber : Cognos
* Sementara
2009 2010 2011JENIS PENGGUNAAN
4. Data Sistem Pembayaran
Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar (Rp Triliun)
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow1 2.23 0.24 2.00 -4.3% -60.0% 14.7% 2.2% -84.2% 196.7%2 0.87 0.86 0.01 -20.7% -52.7% 100.8% -61.2% 259.6% -99.7%3 0.91 0.78 0.13 -36.8% -58.5% 129.0% 4.5% -9.6% 2028.9%4 1.65 0.70 0.95 -24.8% -53.8% 40.6% 81.8% -10.0% 639.8%1 1.84 0.28 1.56 -17.4% 17.5% -21.6% 12.1% -59.8% 65.4%2 0.61 1.26 (0.65) -30.0% 45.9% 10904.5% -67.1% 346.6% -141.5%3 1.29 1.53 (0.24) 42.4% 96.2% 285.2% 112.6% 21.5% -63.5%4 1.20 1.35 (0.15) -26.9% 93.0% 115.6% -6.7% -11.5% -37.6%1 2.33 1.25 1.08 26.3% 344.8% -30.9% 93.7% -7.4% -830.9%2 2.10 1.91 0.19 246.3% 52.2% 129.3% -9.9% 52.8% -82.4%34
Sumber : Bank Indonesia Makassar
Thn Trw Y.O.YJUMLAH Q.T.Q2
01
12
01
02
00
9
Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow
1 2.23 0.25 11.1% -4.3% -81.3% -80.4% 2.2% -39.2% -40.5%2 0.87 0.09 10.9% -20.7% -86.9% -83.5% -61.2% -62.1% -2.1%3 0.91 0.39 42.5% -36.8% -29.1% 12.2% 4.5% 309.3% 291.6%4 1.65 1.19 72.5% -24.8% 192.5% 288.8% 81.8% 209.8% 70.5%1 1.84 1.04 56.2% -17.4% 318.5% 407.0% 12.1% -13.0% -22.4%2 0.61 0.69 113.6% -30.0% 632.3% 946.1% -67.1% -33.6% 102.0%3 1.29 0.98 75.9% 42.4% 154.2% 78.5% 112.6% 42.1% -33.2%4 1.20 0.99 82.7% -26.9% -16.6% 14.1% -6.7% 1.6% 8.9%1 2.33 1.33 57.1% 26.3% 28.2% 1.5% 93.7% 33.7% -31.0%2 2.10 0.72 34.3% 246.3% 4.5% -69.8% -9.9% -45.9% -39.9%34
Sumber : Bank Indonesia Makassar
Thn Trw
20
10
20
09
20
11
Y.O.Y Q.T.QJUMLAH
Incoming Outgoing Total Incoming Outgoing Total Incoming Outgoing Total1 17.8 11.9 29.7 56.5% 66.5% 60.4% 22.1% 29.2% 24.8%2 18.5 11.6 30.1 51.8% 46.7% 49.7% 3.7% -2.8% 1.1%3 18.7 14.3 32.9 81.4% 83.1% 82.1% 1.1% 23.0% 9.5%4 21.5 15.1 36.6 47.4% 63.0% 53.5% 15.2% 5.5% 11.0%1 17.8 11.9 29.7 0.0% 0.0% 0.0% -17.2% -20.8% -18.7%2 22.4 12.6 35.0 21.4% 8.6% 16.5% 25.9% 5.6% 17.8%3 24.5 11.7 36.2 30.9% -17.8% 9.8% 9.0% -6.9% 3.3%4 28.5 13.7 42.2 32.3% -9.0% 15.3% 16.4% 16.8% 16.6%1 20.1 9.8 29.8 12.6% -18.2% 0.3% -29.5% -28.7% -29.3%2 26.1 12.2 38.2 16.1% -3.4% 9.1% 29.8% 24.7% 28.1%34
Sumber : Bank Indonesia Makassar
2011
2009
Thn Trw JUMLAH Y.O.Y Q.T.Q
2010
Halam ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank