Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

72
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, yaitu negara yang mempunyai area untuk bercocok tanam yang sangat luas. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor pertanian. Pertanian memang masih memperoleh perhatian terbesar dari pemerintah karena sektor ini memang menjadi tumpuan utama dalam pembangunan. Tetapi masih ada persoalan yang dihadapi oleh petani baik mengenai masalah kehidupan petani maupun mengenai produksi dan pemasaran hasil-hasil pertanian mereka (Mubyarto, 1985). Pembangunan pertanian menitik beratkan pada proses peningkatan produktivitas yang nantinya akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan petani, dengan menggunakan teknologi yang lebih maju, peralatan dan permodalan yang lebih baik yang diperlukan oleh para petani untuk menerapkan teknologi tersebut di dalam pelaksanaannya. Umumnya petani tidak pernah menghitung untung rugi usahanya. Dalam agrobisnis petani harus berpikir mencari laba untuk dapat mengembangkan usahanya. Ada tiga komponen yang mendasari analisis usahatani, yakni biaya produksi, pendapatan, dan keuntungan (Sunarjono, 2003). Ilmu usaha tani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh 1

Transcript of Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Page 1: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, yaitu negara yang mempunyai area untuk

bercocok tanam yang sangat luas. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor

pertanian. Pertanian memang masih memperoleh perhatian terbesar dari pemerintah

karena sektor ini memang menjadi tumpuan utama dalam pembangunan. Tetapi masih

ada persoalan yang dihadapi oleh petani baik mengenai masalah kehidupan petani

maupun mengenai produksi dan pemasaran hasil-hasil pertanian mereka (Mubyarto,

1985).

Pembangunan pertanian menitik beratkan pada proses peningkatan produktivitas

yang nantinya akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan

petani, dengan menggunakan teknologi yang lebih maju, peralatan dan permodalan yang

lebih baik yang diperlukan oleh para petani untuk menerapkan teknologi tersebut di

dalam pelaksanaannya.

Umumnya petani tidak pernah menghitung untung rugi usahanya. Dalam

agrobisnis petani harus berpikir mencari laba untuk dapat mengembangkan usahanya.

Ada tiga komponen yang mendasari analisis usahatani, yakni biaya produksi,

pendapatan, dan keuntungan (Sunarjono, 2003).

Ilmu usaha tani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan

memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila

petani/produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasai)

sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut

menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2003).

Praktikum Pengkajian Sosial Ekonomi Pertanian diadakan untuk mendukung

mata kuliah Pengantar Ekonomi Pertanian yang membutuhkan pengamatan langsung

terhadap masyarakat tani dalam menghadapi masalah pertanian, sehingga mahasiswa

dapat mengenal kehidupan pedesaaan, kehidupan para petani dan usaha taninya.

Pengenalan ini penting untuk mengenal keadaan dan masalah yang dihadapi petani

sehingga dapat menjadikan bekal mahasiswa untuk dapat lebih berkiprah dalam

membangun kemajuan bangsa melalui pembangunan pertanian pada khususnya dan

1

Page 2: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

pembangunan masyarakat pedesaan pada umumnya. Selain itu mahasiswa dapat

membandingkan antara teori yang diperoleh dengan keadaan yang sebenarnya di

pedesaan sehingga dapat memperoleh tambahan wawasan pengetahuan.

B. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada mahasiswa dengan

memperkenalkan petani dan kehidupannya. Dalam kaitan ini mahasiswa diarahkan

untuk bisa mengkaji :

1. Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki petani khususnya untuk dapat digunakan

dalam proses produksi pertanian.

2. Pengelolaan usaha tani dan pemasarannya

3. Tingkat pendapatan petani

4. Tingkat konsumsi masyarakat setempat

5. Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah setempat untuk meningkatkan pendapatan

petani.

C. Kegunaan

1. Bagi mahasiswa, praktikum Pengkajian Sosial Ekonomi Pertanian ini berguna untuk

meningkatkan kemampuan dalam penelitian ilmiah, mulai dari pengambilan data,

pengolahan data, interpretasi data sampai pada penulisan laporan ilmiah di bidang

sosial Ekonomi Pertanian.

2. Bagi petani, hasil kajian ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai potensi

yang dimiliki dan hal-hal yang harus dikembangkan sehingga produktivitasnya

meningkat.

3. Bagi pengambil kebijakan diwilayah praktikum ini, hasil kajian ini dapat digunakan

sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

D. Metode Penelitian

1. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam praktikum Pengkajian

Sosial Ekonomi Pertanian ini adalah dengan metode stratified random sampling, yaitu

pengambilan sampel dengan membagi populasi kedalam strata-strata, (sub populasi),

2

Page 3: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata secara random sampling.

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah 15 sampel. Pertama kali

yang dilakukan adalah perhitungan standar deviasi. Standar deviasi dilakukan untuk

menentukan kriteria setiap strata. Populasi di bagi atas 3 strata berdasarkan luas lahan

yang dikelola oleh petani yaitu lahan luas, lahan sedang, dan lahan sempit. Setelah ter-

strata kemudian pengambilan sampel setiap strata dilakukan pengundian dengan mem-

perhatikan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam setiap strata.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Teknik dasar wawancara adalah pengumpulan data pengalaman dan sikap yang

diberikan responden atas pertanyaan yang diajukan atas sejumlah variabel yang

berperan penting, khususnya kepada petani, perangkat desa dan tokoh-tokoh masyarakat

setempat.

b. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),

pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan

melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau keja-

dian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan un-

tuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan ba-

lik terhadap pengukuran tersebut.

c. Pencatatan

Melakukan pencatatan data yang diperlukan dari dokumen-dokumen di kantor

pemerintah setempat. Pencatatan merupakan tugas pokok saat terjun di lapangan sebab

merupakan memori pembantu pengamatan yang paling banyak.

3. Jenis Data

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari lembaga atau instansi yang

berkaitan dengan praktikum seperti monografi kecamatan atau buku potensi desa. Data

primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petani sampel ataupun

melalui observasi di lokasi praktikum. Data primer terdiri dari identitas keluarga petani,

pemilikan dan penguasaan tanah, usahatani tanaman semusim, usahatani tanaman

tahunan, usahatani ternak, usaha perikanan, kegiatan luar usahatani, pemasaran hasil

dan tingkat pengeluaran keluarga.

3

Page 4: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

II. KEADAAN FISIK DAERAH

A. Lokasi dan Topografi

1. Lokasi Penelitian

Desa Sabrang terletak di Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Propinsi

Jawa Tengah. Jarak antara Desa Sabrang dengan Kantor Kecamatan Delanggu adalah 1

km. Jarak antara Desa Sabrang dengan ibukota Kabupaten Klaten adalah 15 km. jarak

antara Desa Sabrang dengan ibukota Propinsi adalah 200 km. Luas Desa Sabrang

mencapai 90,88200 ha dengan batas wilayahnya meliputi :

Utara : Desa Gatak

Selatan : Desa Karang

Barat : Desa Krecek

Timur : Desa Tlobong

2. Luas Daerah dan Bagian-Bagian Desa

Desa Sabrang Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten memiliki luas 90,88200

ha. Dari tabel 2.1. terlihat bahwa 50,25% penggunaan tanah di desa Sabrang untuk

lahan pertanian berupa sawah dan ladang.

Tabel 2.1 Penggunaan Tanah Desa Sabrang Tahun 2009No Peruntukan Tanah Luas (ha) Persentase (%)1 Jalan 2,5040 2,762 Sawah dan Ladang 45,6674 50,253 Bangunan Umum 21,5510 23,714 Pemukiman Penduduk 20,4070 22,455 Pekuburan 0,1631 0,186 Lain-lain 0,5895 0,65

Jumlah 90,8820 100,00Sumber : Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

3. Topografi Permukaan Daerah

Desa Sabrang memiliki curah hujan 2256 mm/tahun yang merupakan curah hujan

yang tinggi. Permukaan tanahnya berupa dataran sehingga Desa Sabrang cocok untuk

daerah pertanian dan memungkinkan petani untuk menanam padi sepanjang tahun

karena kebutuhan air yang terpenuhi sepanjang tahun.

4

Page 5: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

JALAN

4. Pola Pemukiman Penduduk

Gambar 2.1 Pola Pemukiman Penduduk desa Sabrang

Menurut Rahardjo (1999), dengan pola pemukiman line village memungkinkan

terjadinya hubungan yang intim antara warga/tetangga, kedekatan warga dengan

berbagai lembaga, kedekatan teman bermain bagi anak-anak (yang tentu berpengaruh

terhadap proses sosialisasi), memudahkan terjadinya saling tolong-menolong atau kerja

sama antara sesama warga.

Pola pemukiman penduduk Desa Sabrang adalah line village, yaitu pola

pemukiman dengan rumah penduduk berada di pinggir jalan dan lahan pertanian berada

di belakang pemukiman penduduk. Pada pola ini, selain interaksi antar penduduk lebih

besar, penduduk juga lebih mudah mendapatkan informasi dan memasarkan hasil

pertanian karena akses transportasi yang memadai.

Kegiatan pemasaran hasil pertanian dirasakan agak mudah bagi petani yang

lahan pertaniannya berada di bagian tepi jalan yang berada di sekelilingnya. Lain halnya

jika lahan pertanian tersebut berada jauh dari jalan maka biasanya ada biaya angkut

hasil panen jika proses pemanenan tersebut tidak sanggup dilakukan secara sendirian.

B. Keadaan Tanah dan Pengairan

1. Jenis Tanah dan Macam Penggunaan

Tanah adalah lapisan permukaan bumi paling luar sebagai tempat tumbuhnya

tanaman. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan induk (anorganik) dan bahan-bahan

organik dari tumbuhan dan hewan yang telah membusuk. Bahan yang menyusun tanah

terdiri atas zat padat, cair, gas, dan organisme. Pelapukan batuan induk pembentuk

tanah di daerah tropis seperti Indonesia sangat dipengaruhi faktor suhu dan kelembapan

udara. Tanah di desa Sabrang termasuk tanah regosol kelabu yang mempunyai ciri-ciri

5

Page 6: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

kandungan bahan organik rendah, berbutir kasar, tekstur pasir sampai debu reaksi pH

bervariasi antara netral sampai masam dan produktivitas tanah sedang sampai tingggi.

2. Sistem Hak Penguasaan Tanah

Sistem hak penguasaan tanah di Desa Sabrang ada tiga yaitu sistem hak milik,

sistem sewa dan sistem sakap. Sistem hak milik berarti pemilik lahan yang mengelola

usaha taninya sendiri. Sedangkan sistem sewa, berarti pemilik lahan memberikan ijin

kepada orang lain untuk memanfaatkan tanahnya dengan tenggang waktu tertentu serta

syarat orang tersebut harus menggantinya dengan uang sesuai dengan perjanjian yang

telah disepakati. Sistem sakap adalah pemilik tanah dalam mengelola lahannya

diserahkan kepada penggarap/orang lain. Pada sistem sakap ini terdapat dua cara yaitu

sistem sakap “mrapat” (3:1), yaitu pembagian hasil seperempat untuk penggarap dan

tigaperempat untuk pemilik dengan biaya sarana produksi pertanian ditanggung oleh

pemilik lahan dan “maro” (1:1), yaitu pembagian hasil antara pemilik dan penggarap

sama masing-masing 50 % dengan biaya pengerjaan usahatani ditanggung oleh peng-

garap.

3. Keadaan dan Sistem Pengairan

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi penduduk desa Sabrang.

Sebagian besar penduduk desa Sabrang telah memiliki sumur, sehingga dapat

mengambil air untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tanpa air yang memadai

kegiatan bercocok tanam tidak akan berjalan dengan baik. Lahan sawah di desa Sabrang

seluruhnya telah menggunakan irigasi teknis. Sistem irigasi teknis yaitu sistem irigasi

yang bentuk saluran irigasinya sudah diperkeras dengan semen dan mempunyai pintu

air.

C. Keadaan Iklim

Desa Sabrang terletak pada ketinggian 333 m diatas permukaan laut, memiliki

tingkat curah hujan 2256 mm/tahun, suhu udara rata-rata adalah 32°C.

6

Page 7: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Tabel 2.2. Tabel Derajat Kebasahan Bulan Tahun Rerata CH BB BK BL2000 147 6 5 12001 115 6 5 12002 128 6 6 02003 124 5 7 02004 178 8 3 12005 140 6 6 02006 190 7 5 02007 166 7 4 12008 168 7 5 02009 162 8 4 0

Jumlah 1.520 66 50 4Rerata 152 6,6 5,0 0,4

Sumber: Dinas DPU Wilayah Delanggu, 2009

Mohr melakukan klasifikasi berdasarkan curah hujan dengan melihat kebasahan

suatu bulan. Derajat kebasahan suatu bulan dibagi menjadi :

a) Bulan Basah (BB) : Curah Hujan > 100 mm

b) Bulan Lembab (BL) : 60 mm ≤ Curah Hujan ≤ 100 mm

c) Bulan Kering (BK) : Curah Hujan < 60 mm

Harga BB, BL, BK diperoleh dari rerata jumlah curah hujan bulanan selama minimum

10 tahun, dengan mengemukakan 5 golongan iklim.

Golongan 1 : Daerah basah, yaitu daerah dimana hampir tidak ada satupun bulan yang

hujannya kurang dari 60 mm,

Golongan 2 : Daerah agak basah, dengan periode kering yang lemah. Terdapat 1 bulan

kering,

Golongan 3 : Daerah agak kering, dimana jumlah bulan kering 3-4 bulan,

Golongan 4 : Daerah kering, dimana jumlah bulan-bulan kering jauh lebih banyak,

sampai 6 bulan,

Golongan 5 : Daerah sangat kering, dengan kekeringan panjang dan kuat.

Berdasarkan Tabel 2.2 Desa Sabrang termasuk golongan 4 pada klasifikasi iklim

menurut Mohr yaitu daerah kering dengan jumlah bulan-bulan kering jauh lebih banyak,

sampai 6 bulan.

Klasifikasi Schmidt dan Ferguson didasarkan pada adanya bulan basah dan

bulan kering seperti yang dikemukakan oleh Mohr. Hanya ada perbedaaan dalam

7

Page 8: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

penentuan derajad kebasahan bulan dan cara perhitungannya. Jumlah bulan basah dan

bulan kering menurut metode Schmidt dan Ferguson dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Berdasarkan rumus tersebut, Schmidt dan Ferguson menggolongkan iklim dalam

8 golongan:

Golongan A : 0 ≤ Q < 0,143, daerah sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis

Golongan B : 0,143 ≤ Q < 0,333, daerah basah , vegetasi hutan hujan tropis

Golongan C : 0,333 ≤ Q < 0,600, daerah agak basah, vegetasi hutan rimba,

diantaranya ada vegetasi yang gugur daunnya pada musim kemarau, misalnya tanaman

jati.

Golongan D : 0,600 ≤ Q < 1,000, daerah sedang, vegetasi hutan musim

Golongan E : 1,000 ≤ Q < 1,670, daerah agak kering, vegetasi hutan belantara

(sabana)

Golongan F : 1,670 ≤ Q < 3,000, daerah kering, vegetasi hutan sabana

Golongan G : 3,000 ≤ Q < 7,000, daerah sangat kering , vegetasi hutan ilalang

Golongan H : Q ≥ 7,000, daerah luar biasa kering

Secara umum klasifikasi ini banyak digunakan di bidang perkebunan dan kehutanan.

Berdasarkan data pada Tabel 2.2 diperoleh nilai Q sebesar

Q =

RerataBKRerataBB =

56,6 = 0,758

Nilai Q sebesar 0,758 terletak 0,600 ≤ Q < 1,000, yang mengindikasikan bahwa

kecamatan Delanggu termasuk iklim golongan D (daerah sedang). Dari kesimpulan

yang ada terlihat bahwa kecamatan Delanggu merupakan daerah yang memiliki iklim

kering dengan curah hujan sedang.

8

Page 9: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 20090

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Rerata Curah Hujan

Tahun

Rera

ta cu

rah

huja

n (m

m/t

ahun

)

Grafik 2.1 Grafik Rerata Curah Hujan vs Tahun (2000-2009)

Ketinggian tempat erat kaitannya dengan temperatur yang ada di suatu daerah.

Semakin naik ketinggiannya maka suhu akan semakin berkurang. Temperatur udara

dapat dihitung dengan rumus Brakks :

T = (26,3-0,61h)°C

Keterangan:

T = Temperatur udara rata-rata

h = Ketinggian tempat dalam hm

Desa Sabrang terletak pada 200-600 meter dpl, maka temperatur rata-rata

hariannya adalah :

T = {26 , 3−(0 ,61×330 m)} °C = {26 , 3−(0 ,61×3,3 hm)}= 24,29°C

Sehingga Desa Sabrang memiliki temperatur normal yang berkisar antara

24,29°C.

9

Page 10: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

III. KEADAAN PENDUDUK

Komposisi penduduk yaitu pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria

(ukuran) tertentu. Dasar untuk menyusun komposisi penduduk yang umum digunakan

adalah umur, jenis kelamin, mata pencaharian, dan tempat tinggal. Pengelompokkan

penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam pengambilan kebijakan dan pembuatan

program dalam mengatasi masalah-masalah di bidang kependudukan (Anonim, 2010).

A. Struktur Penduduk

1. Struktur Penduduk Berdasar Umur

Tabel 3.1. Struktur Penduduk Menurut Umur Desa Sabrang Tahun 2009No.

Kelompok Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 00 – 03 tahun 0 0,002 04 – 06 tahun 56 14,283 07 – 12 tahun 140 35,714 13 – 15 tahun 157 40,055 16 – 18 tahun 13 3,326 19 – keatas 26 6,63

Jumlah 392 100,00Sumber: Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

Tabel 3.2. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Tenaga Kerja Desa Sabrang Tahun 2009

No.

Kelompok Tenaga Kerja Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 10 – 14 tahun 249 9,332 15 – 19 tahun 271 10,153 20 – 26 tahun 398 14,904 27 – 40 tahun 617 23,115 41 – 56 tahun 733 27,456 57 – keatas 402 15,06

Jumlah 2.670 100,00Sumber: Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

BDR=P(<14 )+P(≥57 )

P(14−56 )x1000 0

00

Keterangan:

10

Page 11: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

BDR : Beban ketergantungan

P : Jumlah penduduk dalam kelompok umur

Nilai BDR untuk Desa Sabrang adalah:

BDR=249+4022019

x1000 000

= 322,44 0

00

Nilai BDR di atas berarti bahwa setiap 1000 orang penduduk produktif harus

menanggung 322 orang penduduk non produktif.

Piramida penduduk merupakan lukisan komposisi penduduk menurut umur dan

jenis kelamin bagi suatu wilayah. Bentuk piramida penduduk banyak ditentukan oleh

keadaan natalitas dan mortalitas. Tanpa migrasi ataupun ada denan jumlah yang relatif

sedikit maka penambahan atau pengurangan penduduk hanya terjadi melalui kelahiran

dan kematian. Dibandingkan mortalitas, pengaruh dari turunnya natalitas lebih nyata

jika dibuktikan dengan bentuk piramida penduduk.

Piramida penduduk menyajikan lukisan komposisi menurut umur dan jenis

kelamin di suatu daerah. Piramida penduduk menggambarkan komposisi penduduk

berdasarkan umur dan jenis kelamin. Menurut Anonim (2010) ada 3 macam bentuk

piramida penduduk, yaitu:

1. Ekspansif

Sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Hal ini terdapat

di daerah-daerah dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat akibat tingginya

angka kelahiran dan sudah mulai menurunnya tingkat kematian.

2. Konstruktif

Penduduk yang berada dalam kelompok umur termuda jumlahnya sedikit. Hal

ini terdapat di daerah-daerah yang tingkat kelahirannya turun dengan cepat dan tingkat

kematiannya rendah.

3. Stasioner

Banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama, kecuali pada

kelompok umur tertentu. Hal ini terdapat di daerah-daerah yang mempunyai tingkat

kelahiran yang rendah.

11

Page 12: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

249

402

2.019

Berdasarkan pada Tabel 3.2 penduduk usia produktif merupakan penduduk yang

terbesar jumlahnya menurut kelompok usia tenaga kerja, sehingga di Desa Sabrang

termasuk dalam piramida penduduk bertipe konstruktif. Struktur penduduk yang

demikian akan menghasilkan tingkat pertambahan angkatan kerja yang relatif tinggi.

Piramida penduduk Desa Sabrang berdasarkan umur terdapat pada gambar 3.1 berikut:

< 14 tahun

14-56 tahun

≥ 57 tahun

Gambar 3.1. Piramida Penduduk Desa Sabrang

2. Struktur Penduduk Berdasar Jenis Kelamin

Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki den-

gan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Data mengenai rasio

jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang

berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-

laki dan perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang

lebih mengutamakan pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan

pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan

mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Infor-

masi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama un-

tuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.

Tabel 3.3. Komposisi Penduduk Desa Sabrang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

1 Laki-laki 2.2202 Perempuan 1.983

Jumlah 4.203Sumber: Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

Berdasarkan struktur penduduk berdasar jenis kelamin maka dapat dihitung rasio

jenis kelamin (sex ratio). Sex ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

12

Page 13: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

SR=jumlah penduduk laki−lakijumlah penduduk perempuan

x100%

SR=22201983

x100%=111,95%

Berdasarkan nilai sex ratio suatu masyarakat, maka akan diketahui keadaan

tenaga kerja menurut jenis kelaminnya. Makin besar nilai rasio seksnya berarti jumlah

penduduk laki-laki makin besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.

Dari perhitungan yang dilakukan besarnya nilai sex ratio tidak menunjukkan perbedaan

yang mencolok. Nilai rata-rata sex ratio Desa Sabrang pada tahun 2009 sebesar

111,95%. Ini berarti setiap 100 jiwa penduduk perempuan diimbangi dengan penduduk

laki-laki sebanyak 112 jiwa.

3. Struktur Penduduk Berdasar Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap keadaan sosial

ekonominya (Asmara, 2004). Di daerah desa, semakin tinggi tingkat pendidikan yang

telah ditempuh oleh seseorang, biasanya semakin tinggi pula keadaan sosial

ekonominya. Berbeda halnya dengan penduduk di kota, tingkat pendidikan belum bisa

dijadikan jaminan untuk hidup dengan keadaan ekonomi yang tinggi. Hal ini

dipengaruhi oleh ketrampilan dan pengalaman masing-masing orang. Untuk mengetahui

struktur penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Sabrang dapat dilihat pada Tabel

3.4.

Tabel 3.4. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Sabrang Tahun 2009No. Kelompok Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)1 TK 223 10,692 SD 365 17,493 SMP 675 32,374 SMA 715 34,285 Akademi / perguruan tinggi 108 5,17

Jumlah 2.086 100,00Sumber: Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

Tabel 3.4 menunjukkan kelompok pendidikan menurut jejang pendidikan adalah

tingkat TK ada 223 jiwa (10,69%), SD ada 365 jiwa (17,49%), SMP ada 675 jiwa

(32,37%), SMA ada 715 jiwa (34,28%), sedang akademi / perguruan tinggi ada 108

13

Page 14: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

jiwa (5,17%). Penduduk yang mengenyam pendidikan hingga SMA tampak

mendominasi (34,28%), ini menunjukkan tingkat pengetahuan penduduk Desa Sabrang

sangat baik dalam menerima berbagai informasi yang berkembang, terutama terhadap

masalah yang menyangkut pertanian.

4. Struktur Penduduk Berdasar Mata Pencaharian

Tabel 3.5. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Sabrang Tahun 2009 No.

Kelompok Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 204 17,632 ABRI 46 3,973 Swasta 101 8,734 Wiraswasta / Pedagang 174 15,045 Petani 163 14,096 Pertukangan 74 6,407 Buruh Tani 170 14,698 Pensiunan 210 18,159 Jasa 15 1,30

Jumlah 1.157 100,00Sumber: Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sabrang

merupakan pensiunan (18,15%) dan 17,63% bermatapencaharian sebagai Pegawai

Negeri Sipil. Di sektor pertanian hanya 14,09% sebagai petani dan 14,69% sebagai

buruh tani. Jadi di sektor pertanian umumnya penduduk Desa Sabrang adalah buruh

tani yang menggarap lahan milik orang lain.

5. Struktur Penduduk Berdasar Agama/Penghayatan Terhadap Tuhan YME

Struktur penduduk menurut Agama / Penghayatan terhadap Tuhan YME dapat

digunakan untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh sebagian penduduk di desa

tersebut.

Tabel 3.6. Struktur Penduduk Berdasarkan AgamaNo Kelompok Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%)1 Islam 3.465 81,412 Kristen 486 11,423 Katholik 293 6,884 Budha 10 0,255 Hindu 2 0,04

14

Page 15: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Jumlah 4.256 100,00Sumber: Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa kepercayaan yang dianut masyarakat desa

Sabrang pada umumnya adalah agama Islam (81,41%). Adanya kegiatan pengajian rutin

dan tahlillan di desa Sabrang merupakan cerminan dari kepercayaan yang dominan.

B. Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk merupakan keadaan yang menggambarkan perubahan

jumlah penduduk disuatu daerah. Selain itu, perkembangan penduduk diperlukan untuk

melihat mobilitas penduduk disuatu daerah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Bedasarkan hal tersebut dapat dibuat perkiraan keadaan sosial ekonomi penduduk Desa

(Mubyarto, 1991).

Perkembangan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat

kelahiran (natalitas), tingkat kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk

(mobilitas).

Tabel 3.7. Perkembangan Penduduk Desa Sabrang Tahun 2009

KeteranganJumlah

Laki-laki Perempuan TotalPenduduk awal tahun 2.220 1.983 4.203Lahir 30 28 58Meninggal Dunia 15 16 31Penduduk masuk (datang) 20 15 35Penduduk keluar (pergi) 15 11 26Penduduk akhir tahun 2.240 1.999 4.239

Sumber: Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

Mobilitas penduduk dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan Pertumbuhan

Geometri yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Pt = Po(1+r )t

Keterangan:

Pt : Jumlah penduduk pada tahun tertentu

Po : Jumlah penduduk pada tahun dasar

15

Page 16: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

r : Tingkat pertumbuhan penduduk

t : Jangka waktu

Pertumbuhan penduduk Desa Sabrang yang dihitung dari tahun 2008-2009

adalah sebagai berikut:

4.239 = 4.203 (1 + r)t

(1 + r)1 =

4 .2394 .203

r = 1,0086 – 1

= 0,0086

Maka hal ini dapat mengindikasikan bahwa pertumbuhan penduduk di Desa

Sabrang rata-rata 0,86 % setiap tahun.

Selanjutnya untuk mencari tingkat kelahiran kasar (CBR), tingkat kematian

kasar (CDR) dan tingkat pertambahan penduduk maka perlu diketahui jumlah penduduk

pada pertengahan tahun. Jumlah penduduk pada pertengahan tahun dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

Pm =

P0+Pt

2

Keterangan:

P0 : Jumlah penduduk awal tahun

Pt : Jumlah penduduk akhir tahun

Nilai jumlah penduduk pertengahan tahun dari Desa Sabrang pada tahun 2009 adalah:

Pm =

4 .203+4 .2392

=4 .221

1. Tingkat Kelahiran Kasar/Crude Birth Ratio (CBR)

Suatu kelahiran disebut lahir hidup, apabila pada waktu lahir terdapat tanda-

tanda kehidupan seperti jantung berdenyut dan sebagainya. Apabila tidak ada tanda-

tanda kehidupan pada waktu kelahiran disebut dengan lahir mati, di dalam demografi

tidak dianggap sebagai peristiwa kelahiran (Anonim, 1990).

CBR= BPm

x1000 000

Keterangan:

CBR : Tingkat kelahiran kasar

16

Page 17: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Pm : Penduduk pertengahan tahun tertentu

Nilai CBR dari Desa Sabrang pada tahun 2009 adalah:

CBR =

584 .221

x 1000 000

= 13.740

00

Nilai CBR sebesar 13,740

00 menunjukkan setiap 1000 penduduk terdapat 14

kelahiran.

2. Tingkat Kematian Kasar/Crude Death Ratio (CDR)

CDR= DPm

x1000 000

Keterangan:

D = jumlah kematian pada tahun tertentu

Pm = Jumlah penduduk pertengahan tahun

Nilai CDR dari Desa Sabrang pada tahun 2009 adalah:

CDR =

314 . 221

x 1000 000

= 7,34 0

00

Berdasarkan nilai CDR di atas berarti bahwa setiap 1000 orang penduduk terdapat 7

orang penduduk yang meninggal dunia. Nilai ini termasuk nilai yang cukup rendah. Hal

ini bisa dijadikan sebagai salah satu indikator bahwa desa Sabrang mempunyai tingkat

kesehatan yang cukup baik.

3. Tingkat Pertambahan Penduduk

a. Tingkat Pertambahan Penduduk Alami/Natural Population Increase

Tingkat pertambahan penduduk alami (Natural Population Increase/NPI) adalah

pertambahan penduduk yang disebabkan oleh kelahiran dan kematian saja. Tingkat

pertambahan penduduk alami dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

NPI =

B−DPm

×1000 000

Maka, tingkat pertambahan penduduk alami di Desa Sabrang adalah :

NPI =

58−314 . 221

x 100 0 000

17

Page 18: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

= 6,39 0

00

NPI sebesar 6,39 0

00 artinya pertambahan penduduk Desa Sabrang secara alami

pada tahun 2009 dalam 1000 jiwa sebesar 6 jiwa.

b. Tingkat Pertambahan Penduduk yang Sebenarnya/Population Increase

Tingkat pertambahan penduduk yang sebenarnya (Population Increase/PI) yaitu

pertambahan penduduk yang tidak hanya disebabkan oleh kelahiran dan kematian saja

tetapi juga oleh adanya imigrasi dan emigrasi. Tingkat pertambahan penduduk yang

sebenarnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

PI = NPI + Migrasi netto

Migrasi netto dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Migrasi netto =

I −EPm

×1000 000

Keterangan:

I : Jumlah imigrasi pada tahun tertentu

E : Jumlah emigrasi pada tahun tertentu

Maka, PI di Desa Sabrang adalah:

PI = 6,39 0

00 + (

35−264 . 221 x 1000

000)

= 8,52 0

00

Nilai PI sebesar 8,52 0

00 berarti pertambahan penduduk yang sebenarnya di

Desa Sabrang dalam 1000 jiwa adalah 9 jiwa.

4. Gambaran Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara

keseluruhan. Mobilitas telah menjadi penyebab dan penerima dampak dari perubahan

dalam struktur ekonomi dan sosial suatu daerah. Oleh sebab itu, tidak terlalu tepat untuk

hanya menilai semata-mata aspek positif maupun negatif dari mobilitas penduduk ter-

hadap pembangunan yang yang ada, tanpa memperhitungkan pengaruh kebaikannya.

Tidak akan terjadi proses pembangunan tanpa adanya mobolitas penduduk. Tetapi juga

18

Page 19: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

tidak akan terjadi pengarahan penyebaran penduduk yang berarti tanpa adanya kegiatan

pembangunan itu sendiri.

Di Desa Sabrang jumlah penduduk yang datang lebih besar daripada penduduk

yang pindah. Penduduk yang datang umumnya adalah orang kota yang ingin memiliki

rumah di pedesaan sedangkan penduduk yang pindah atau pergi umumnya mereka yang

ingin mencari pekerjaan di kota dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih besar

daripada bertani.

C. Kepadatan Penduduk

1. Kepadatan Penduduk Kasar

Kepadatan penduduk kasar sering juga disebut dengan Kepadatan Penduduk

Geografis. Menurut Undang-Undang No. 56 tahun 1960 kepadatan penduduk kasar

dapat digolongkan menjadi 4 yaitu:

a. tidak padat : 0 – 50 jiwa/ km2

b. kurang padat : 51 – 250 jiwa / km2

c. cukup padat : 251 – 400 jiwa / km2

d. sangat padat : > 400 jiwa /km2

Nilai kepadatan penduduk geografis dapat dicari dengan persamaan:

Kepadatan Penduduk Kasar =

Jumlah penduduk di suatu wilayahLuas wilayah

KPK= 4 ,2030,90882 jiwa/ km2

= 4625 jiwa/ km2

Berdasarkan nilai kepadatan penduduk kasar di atas, Desa Sabrang terdapat

4625 jiwa yang menetap setiap 1 km2. Ini menunjukkan bahwa Desa Sabrang termasuk

desa yang sangat padat penduduknya.

2. Kepadatan Penduduk Fisiologis

Kepadatan penduduk fisiologis adalah perbandingan jumlah penduduk suatu

wilayah terhadap luas lahan perrtanian.

Kepadatan Penduduk Fisiologis=Jumlah Penduduk Suatu WilayahLuas Tanah Pertanian (jiwa/ha)

19

Page 20: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

KPF= 4 . 20363 , 6674 jiwa/ha

= 66 jiwa/ha

Nilai tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap 1 ha lahan pertanian rata-rata

dikerjakan 66 jiwa penduduk yang bertempat tinggal di lingkungan sekitar lahan

pertanian tersebut.

3. Kepadatan Penduduk Agraris

Kepadatan penduduk agraris yaitu jumlah petani yang menempati tiap satuan

luas tanah pertanian, dapat dirumuskan:

KPA=Jumlah Petani Suatu WilayahLuas Tanah Pertanian (jiwa/ha)

KPA=33363 ,6674 (jiwa/ha)

= 5 jiwa/ha

Ini berarti tiap lahan pertanian seluas 1 ha rata-rata terdapat petani berjumlah 5 jiwa.

4. Tekanan Penduduk

Besarnya angka tekanan penduduk terhadap lahan pertanian dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

TP =

aL x k x r

Keterangan:

TP : Tekanan penduduk terhadap lahan

a : Luas lahan minimal yang dimiliki oleh suatu keluarga petani untuk dapat hidup

layak (0,48 ha)

L : luas total lahan pertanian yang dimiliki petani disuatu daerah

k : proporsi jumlah petani dengan penduduk total

r : pertumbuhan penduduk

Tekanan penduduk kasar dibedakan menjadi 3 kriteria, yaitu:

a. TP > 1 artinya terdapat tekanan penduduk terhadap lahan pertanian

b. TP = 1 artinya tidak terdapat tekanan penduduk terhadap lahan pertanian

c. TP < 1 artinya lahan pertanian masih mampu mendukung

Tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di Desa Sabrang:

20

Page 21: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

TP =

0,48ha63,6674ha x

333jiwa4 .203jiwa x 0,0013

= 7,7755 x 10-7

Jadi TP <1, berarti dengan luas lahan yang dimilikinya, penduduk dapat memberikan

penghidupan yang layak bagi anggota keluarganya

IV. KEADAAN PERTANIAN

A. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan merupakan usaha untuk mengatur dan menata pemanfaatan

lahan dan sumber dayanya agar dapat dimanfaatkan sebesar-besamya untuk

kesejahteraan masyarakat. Penggunaan tanah perlu diusahakan agar sejauh mungkin

tanah dilindungi dari cara-cara penggunaan yang kurang benar dan mencegah erosi,

diawetkan bahkan pengawetan tanah dan kesuburannya perlu ditingkatkan sehingga

dapat dimanfaatkan secara lestari untuk generasi dimasa yang akan datang.

Lahan adalah sumberdaya alam yang berkaitan erat dengan kegiatan pertanian,

jenis lahan dapat antara lain (Anonim, 2007):

1. Bidang lahan adalah suatu. hamparan milik/dikuasai seseorang dan dibatasi oleh pen-

guasaan Whan orang lain ataupun batas-batas alam lainnya seperti sungai, jalan

umum, hutan, selokan dan semacamnya.

2. Petak lahan adalah bagian dari bidang lahan yang dibatasi oleh saluran dan atau

galengan, tanaman maupun batas-batas lainnya.

3. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang

(galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi

sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut. Terma-

suk di sini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, luran Pembangunan Daerah, la-

han bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahanlahan bukaan

baru (transmigrasi dan sebagainya).

4. Lahan bukan sawah adalah semua lahan selain lahan sawah seperti lahan pekarangan,

huma, ladang, tegalan/kebun, lahan perkebunan, kolam, tambak, danau, rawa, dan

lainnya. Lahan yang berstatus lahan sawah yang sudah tidak berfungsi sebagai lahan

21

Page 22: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

sawah lagi, dimasukkan dalam lahan bukan sawah.

Tanah desa Sabrang yang ada sebagian hesar dipergunakan untuk lahan

pertanian dan ditanami tanaman pangan yakni padi. Hal ini dikarenakan dari segi

keadaan lingkungan untuk menanam tanaman tersebut sangat memungkinkan.

B. Pola Penguasaan Lahan

Pola penguasaan lahan merupakan tata urutan/gambaran lahan yang dikuasai,

terdiri dari:

1. Milik : Lahan yang memiliki surat sah atas bukti pemilikan

2. Sakap : Menggarap lahan milik orang lain (bagi hasil)

3. Sewa : Menyewa lahan milik orang lain

4. Gadai : Memperoleh sebagai jaminan.

Dalam penguasaan lahan dikenal adanya tanah komersial yang memiliki nilai

guna dan dapat dikomersialkan, yaitu tanah bengkok dan tanah kas desa. Tanah

bengkok adalah tanah yang dimiliki bersama oleh masyarakat desa, tetapi digunakan

untuk tujuan tertentu yaitu digunakan oleh kepala desa dan pamong desa lainnya

sebagai pengganti gaji selmna mereka menjabat. Sedangkan tanah kas desa adalah tanah

yang dimiliki bersama oleh masyarakat desa tetapi digunakan sebagai sumber

pendapatan desa. Luas lahan tanah bengkok di desa ini, menurut data monografi tahun

2009 adalah 10,7455 ha.

Di desa Sabrang, penguasaan lahan sebagian besar merupakan tanah milik.

Sebagian lahan memiliki pola penguasaan lahan sewa dan sebagian lagi memiliki pola

penguasaan sakap. Banyaknya tanah milik di desa ini dapat ditunjukkan oleh data

monografi desa Sabrang pada tahun 2009 yang tercatat ada 2076 buah sertifikat hak

milik.

Selain diolah sendiri, lahan petani juga ada yang disewakan. Hal ini biasanya

disebabkan oleh letak lahan pertanian yang dimiliki berada jauh dari rumah tempat

tinggalnya. Jarak yang cukup jauh mengharuskan dikeluarkannya ongkos untuk biaya

transportasi. Faktor lain yang menyebabkan lahan pertanian yang dimiliki disewakan

kepada orang lain yaitu tidak cukupnya tenaga kerja untuk mengolah lahan yang

22

Page 23: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

dimiliki.

Pola penguasaan lahan yang lainnya adalah sakap. Dalam sistem sakap,

pembayaran atau bagi hasil ditentukan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak,

yaitu antara pemilik lahan dengan penggarap lahan. Misainya, jika dalam pengetolaan

lahan si petani pemilik lahan tidak mengeluarkan biaya produksi, maka pembagian hasil

panen adalah sepertiga untuk petani pemilik dan dua pertiga untuk petani penggarap

sebagai imbalan alas pengetuaran biaya produksi yang telah ditanggungnya.

C. Pemakaian Lahan untuk Pertanian

Di desa Sabrang sebagian besar lahan adalah lahan sawah dan ladang, sisanya

adalah pemukiman, bangunan umum, pekuburan dan lain - lain. Penggunaan lahan

kering di desa Sabrang tidak hanya sebagai pekarangan tetapi juga sebagai tegalan.

Berdasarkan data monografi desa Sabrang pada tahun 2009, tercatat luas tegalan sebesar

0, 1890 ha. Sedangkan untuk pekarangan adalah 36,6907 ha. Penggunaan lahan untuk

tanah sawah sebesar 63,6907 ha dari luas lahan desa Sabrang secara kewluruhan. Semua

lahan sawah yang ada di desa Sabrang menggunakan sistem pengairan irigasi teknis.

Pada lahan sawah ditanami tanaman padi pada setiap musimnya dengan varietas

antara padi IR 64 dan padi ciherang. Untuk lahan pekarangan dan tegalan pada

umumnya para penduduk setempat tidak memanfhatkan secara maksimum dengan

menanam tanaman buah-buahan atau tanaman lain. Hal ini dikarenakan lahan

pekarangan ataupun tegalan digunakan penduduk untuk keperluan lain, sedangkan

penanaman tanaman buah-buahan ataupun yang lainnya tidak menghasilkan hasil yang

maksimal, sehingga penduduk menjadi tidak tertarik untuk menanam kembali.

D. Produksi Pertanian

Produksi pertanian meliputi proses yang dimulai dari penanaman, pemeliharaan,

panen dan pasca panen. Produksi pertanian ditentukan oleh faktor produksi yaitu lahan,

tenaga kerja, bibit, pestisida dan keahlian (skill). Pemanfaatan faktor produksi secara

optimal dapat meningkatkan produksi pertanian.

Lahan berpengaruh terhadap produksi suatu komoditas. Lahan yang subur akan

berproduksi cukup tinggi, sehingga produktivitas lahan dapat meningkat. Luas lahan

dengan luas tanam mempunyai hubungan yang erat dalam menentukan tinggi rendahnya

produksi suatu lahan. Lahan yang luas akan mendorong bertambahnya luas tanam,

23

Page 24: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

sehingga produksi juga akan meningkat. Sedangkan hubungan antara luas tanam dengan

produksi akan menentukan produktivitas suatu lahan pertanian.

Intensitas pemakaian lahan merupakan perbandingan antarajumlah luas panen

dalam satu tahun dengan jumlah luas lahan pertanian, dapat dihitung dengan rumus:

IMC = luas panen dalam setahunluas lahan pertanian

x 100%

Maka, nilai intensitas pemakaian lahan di desa Sabrang adalah:

IMC = 4663,6674

x 100%

IMC = 72,25%

Dalam pemasaran basil pertaniannya, petani di desa Sabrang mengunakan sistem

tebasan yaitu pedagang datang langsung ke petani untuk membeli basil pertanian berupa

padi dan merupakan penaksiran secara langsung. Selain itu sistem lain yang digunakan

adalah bagi basil atau sering disebut dengan sistem sakap, yaitu pembebanan biaya

saprodi dan pembagian basil produksi tergantung dari kesepakatan kedua pihak yaitu

pihak pemilik laban dan pihak penyakap. Untuk sistem bawon dan ijon di desa Sabrang

tidak dilakukan.

E. Tenaga Kerja Pertanian

Dalam melakukan usaha pertanian mulai dari pengolahan tanah sampai dengan

pemanenan hasil, senantiasa memerlukan tenaga kerja baik itu dari dalam keluarga

maupun dari luar keluarga. Kegiatan pemupukan dan pemeliharaan umumnya dilakukan

sendiri oleh petani dengan dibantu oleh tenaga kerja dalam dan sedikit tenaga luar.

Tenaga kerja dari dalam ini meliputi istri petani sendiri, anak petani maupun sanak

saudara dari petani tersebut. Tenaga kerja dari dalam ini umumnya tidak dibayar.

Sedangkan tenaga luar keluarga adalah pekerja yang dibayar untuk mengerjakan

kegiatan di dalam usaha tani. Nilai tenaga kerja luar untuk daerah Desa Sabrang adalah

sebesar Rp 20.000 dengan jam kerja pukul 06.30 hingga pukul 11.00 kemudian

dilanjutkan pukul 13.00 hingga pukul 16.00. Akan tetapi nilai tenaga kerja tersebut

sering tidak diaplikasikan karena kebanyakan petani membayar tenaga kerja atau buruh

tani dengan sistem upah borongan.

24

Page 25: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

F. Tanaman Pekarangan

Pekarangan ialah sebidang tanah yang terletak langsung di sekitar rumah, jelas

batasbatasnya ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih memiliki

hak pemilikan dan atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan (Soemarwo et.al.,

1976). Pekarangan petani di desa Sabrang, umumnya kurang dimanfaatkan untuk

menanam tanaman tahunan misalnya buah-buahan, sehingga tidak ada pendapatan

tambahan dari petani lewat lahan pekarangannya.

G. Peternakan

Usaha peternakan yang ada di desa Sabrang hanya sebagai pekerjaan sampingan

di luar kegiatan bercocok tanam. Jenis yang dipelihara oleh penduduk desa Sabrang

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jenis temak kecil dan unggas. Jenis temak kecil

yang dipelihara adalah kambing. Pemilihan jenis temak yang diusahakan berdasarkan

mudah tidaknya pemeliharaan, ketersediaan bahan makanan di desa tersebut serta hasil

yang akan didapat. Sedangkan unggas yang dipelihara adalah ayam kampung dan itik.

Jumlah temak yang ada di desa Sabrang dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.1. Rerata Jumlah Temak di desa Sabrang Tahun 2009No. Jenis Ternak Rerata Jumlah Persentase (%)1. Ayam 2,46 36,122. Itik 3,20 46,993. Kambing 1,15 16,89

Jumlah 6,81 100,00Sumber: Analisis Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

Ternak yang dipelihara oleb petani dapat memberikan manfaat lebih bagi petani,

terutama untuk mendukung kegiatan pertanian yang diusahakan. Temak yang dipelihara

dapat menghasilkan kotoran yang kemudian dapat digunakan sebagai pupuk kandang.

Pupuk kandang yang diperoleh dapat dijual untuk memperoleh penghasilan tambahan

atau digunakan untuk kegiatan pertanian. Walaupun tidak seluruh kebutuhan pupuk

dapat terpenuhi, tetapi pupuk kandang yang dihasilkan temak cukup membantu. Petani

harus membeli pupuk untuk mencukupi kebutuhan pupuk. Pada saat-saat tertentu,

seperti hari raya idul fitri ataupun idul adha, hewan temak yang dipelihara dapat dijual

ataupun dikonsumsi sendiri.

Selain sebagai penghasil pupuk kandang, hewan temak bagi beberapa petani

25

Page 26: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

mempunyai beberapa fungsi lain, yaitu untuk mengolah sawah dan sebagai tabungan

(aset). Tetapi fungsi untuk pengolahan sawah, kini tidak begitu dimanfaatkan karena

sudah digantikan dengan keberadaan mesin traktor yang dapat mengolah lahan dalam

waktu singkat dan biaya yang cukup murah.

H. Perikanan

Sektor perikanan kurang diminati oleh penduduk di desa Sabrang. Hal ini dapat

terlihat dari data monografi desa Sabrang tahun 2009 di sektor perikanan, bahwa sama

sekali tidak ada produksi ikan di desa ini. Penduduk Desa Sabrang lebih banyak

memanfaatkan sektor pertanian khususnya pada lahan sawah saja tanpa memanfaatkan

sektor perikanan seperti pemanfaatan perikanan air payau ataupun perikanan air tawar.

26

Page 27: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

V. KEADAAN INDUSTRI PERDAGANGAN DAN JASA

A. Industri dan Kerajinan

Industri diartikan sebagai suatu unit produksi yang terletak pada suatu tempat

tertentu yang melakukan kegiatan untuk mengubah barang baik secara kimia atau

mekanik, sehingga menjadi barang baru yang sifatnya lebih dekat dengan konsumen

terakhir. Definisi tersebut mencakup kerajinan rumah tangga dan kerajinan bengkel.

Industri rumah tangga atau industri kecil dijadikan altematif pilihan bagi penduduk desa

yang tidak bekerja karena tidak menuntut keahlian tinggi. Industri ini juga bisa

menambah atau meningkatkan pendapatan (Amang, 1995).

Menurut biro statistik, industri dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah tenaga

kerjanya sebagai berikut:

1. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja antara 1-4

orang.

2. Industri kecil, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

3. Industri sedang, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang.

4. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga ke~a lebih dari 100 orang.

Industri merupakan salah satu sektor non pertanian di Indonesia yang banyak

menyerap tenaga kerja. Dalam suatu industri dilakukan kegiatan untuk mengubah suatu

barang mentah menjadi barang atau produk baru yang siap pakai. Jenis industri di Desa

Sabrang dapat dilihat pada tabel 5. 1.

Tabel 5. 1. Jenis Industri di Desa Sabrang Tahun 2009No. Jenis Industri Jumlah Persentase (%)1. Sedang 2 14,282. Kecil 12 85,72

27

Page 28: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Jumlah 14 100,00Sumber : Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

Hanya terdapat industri sedang dan kecil di desa Sabrang sedangkan industri

besar dan rumah tangga tidak ada. Banyak keluarga tani, terutama anak dan istri petani

yang ikut dalam industri kecil untuk menambah penghasilan keluarga.

B. Perdagangan

Pertukaran dan perdagangan mula-mula adalah sebagai akibat langsung dari sifat

alam, yaitu perbedaan-perbedaan dalam macam tanah, iklm, pengairan dan kekayaan

alam atau sumber lainnya (Mubyarto, 1991).

Sektor perdagangan di desa Sabrang merupakan salah satu sektor vital karena

dengan adanya perdagangan, maka, penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari. Kegiatan perdagangan di desa Sabrang dialokasikan dalam bentuk pasar

(pasar kota, dan pasar lingkungan), toko, warung, dan kaki lima. Toko dan warung

biasanya menyediakan barang kebutuhan rumah tangga baik berupa sayuran, buah,

bumbu dapur, ataupun barang kelontong lainnya. Keberadaan toko dan warung

memudahkan penduduk desa dalam mendapatkan barang kebutuhan rumah tangga

mereka, karena akses ke pasar relatif jauh. Bila dilihat dari macam perdagangan yang

ada di desa tersebut sudah tergolong daerah yang maju, hal ini ditunjukkan dengan

banyaknya usaha-usaha dagang yang ada sehingga memudahkan masyarakat sekitar

dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, juga sudah dapat dijumpai

adanya supermarket di desa ini, sehingga penduduk desa Sabrang sama sekali tidak

mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari. Sektor Perdagangan

yang ada di desa Sabrang dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Sektor Perdagangan di.desa Sabrang Tahun 2009No. Jenis Perdagangan Jumlah Kios Persentase (%)1. Pasar Lingkungan 1 12 9,382. Pasar Kota 2 50 39,063. Toko 30 30 23,444. Warung 20 20 15,635. Kaki Lima 15 15 11,716. Supermarket 1 1 0,78

Jumlah 69 128 100,00

28

Page 29: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Sumber : Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

C. Jasa

Di daerah desa Sabrang juga terdapat beberapa lembaga jasa yang dapat

membantu penduduk desa Sabrang dan sekitamya. Lembaga jasa yang ada di desa

Sabrang dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Keadaan Jasa di Desa Sabrang Tahun 2009No. Jenis Jasa Banyaknya (buah) Presentase (%)1 Bank 3 30,002 Travel Biro 7 70,00

Jumlah 10 100,00Sumber : Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

Adanya lembaga jasa dalam bentuk Bank dapat membantu penduduk sekitar

khususnya desa Sabrang di bidang ekonomi sedangkan Travel Biro dapat memudahkan

masyarakat untuk melakukan pedalanan.

29

Page 30: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

VI. ANALISIS SOSIAL PETANI

A. Sumber Informasi Pertanian

Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi, apalagi di

zaman sekarang yang teknologinya telah maju, informasi pertanian tidak hanya berasal

dari penyuluhan oleh pemerintah ataupun lembaga – lembaga lain di bidang pertanian.

Informasi dapat didapatkan dari media komunikasi dan informasi seperti televisi, radio

maupun surat kabar. Adanya pendekatan sosial sehari – hari juga dapat digunakan

sebagai sarana memperoleh informasi khususnya di bidang pertanian. Kegiatan

penyuluhan pertanian merupakan bentuk pendidikan non-formal. Tujuan utamanya

adalah untuk menambah kesanggupan petani dalam usaha taninya. Diharapkan melalui

penyuluhan ada perubahan perilaku petani, sehingga petani dapat memperbaiki cara

bercocok tanam, menggemukkan ternak, agar meningkatkan penghasilan dan taraf

hidupnya.

Informasi dan penyuluhan pertanian merupakan hal yang penting dalam

perkembangan pertanian. Penyebaran informasi yang cepat dan tepat, maka

transformasi teknologi dan pengetahuan baru akan cepat sampai pada petani, sehingga

petani akan lebih maju dalam mengolah lahannya dan mampu meningkatkan

produktivitas lahannya.

Tabel 6.1. Urutan Sumber Informasi Pertanian Desa Sabrang No Sumber Informasi Rerata skor Persentase (%)1 Radio 0,933 10,002 TV 0,067 0,723 Surat kabar/majalah 0,467 5,004 Leaflet/Folder 0,333 3,575 Kelompok Tani 2,8 30,006 PPL 3,733 40,00

30

Page 31: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

7 Tetangga 0,267 2,868 Pedagang 0,733 7,86

Sumber : Analisis Data Primer Desa Sabrang Tahun 2009

Sumber informasi utama yang dapat diperoleh oleh petani di desa Sabrang

adalah dari PPL serta dari kelompok tani yang ditunjukkan oleh persentase pada tabel

diatas yang mencapai 40% dan 30%. Hal ini menandakan cukup seringnya penyuluhan

yang dilakukan oleh PPL di desa Sabrang serta baiknya kegiatan yang dilakukan oleh

kelompok tani di desa Sabrang. Selain itu terdapat pertukaran informasi melalui

kegiatan sosial sehari – hari para petani dengan tetangganya serta dari pedagang. Media

massa juga berperan sebagai mediator informasi bagi petani di desa Sabrang khususnya

dari radio.

B. Peran Kelompok Tani dan Penyuluhan Pertanian

Peran petugas penyuluh lapangan (PPL) dan kelompok tani adalah sebagai

fasilitator informasi yang dapat membantu para petani khususnya petani-petani yang

tergabung dalam kelompok tani dalam usaha pertaniannya. Berdasarkan hasil

wawancara, ternyata sumber informasi pertanian yang sering didapatkan oleh para

petani adalah melalui petugas penyuluh lapangan (PPL). Sedangkan urutan kedua

adalah melalui kelompok tani.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara tersebut dapat dikatakn

bahwa peran PPL dan kelompok tani di desa Sabrang cukup optimal. Kelompok tani di

desa Sabrang sangat bermanfaat bagi petani dalam menjalankan usaha taninya. Di

dalam pertemuan rutin yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut, para petani dapat

saling bertukar informasi dan pengalaman mengenai usaha tani yang telah mereka

lakukan, selain itu permasalahan yang dialami oleh para petani dapat dicarikan solusi

atau jalan keluar secara bersama-sama.. Dengan adanya dukungan fasilitator berupa

PPL, petani akan mendapatkan teknik – teknik yang lebih baik serta lebih termotivasi

untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produk usaha taninya.

Pertemuan yang rutin setiap 2 minggu diselenggarakan oleh kelompok tani

cukup membantu para petani menangani masalah yang dijumpai di lapangan. Dalam

pertemuan tersebut, hal yang paling sering dibacrakan adalah mengenai teknik

budidaya, selain itu dibicarakan pula mengenai keadaan kelompok, masyarakat serta

31

Page 32: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

pemasaran produksi. Selain itu, penyuluh cukup sering memberikan penyuluhan serta

membantu masalah petani di desa Sabrang.

C. Matriks Kelembagaan Masyarakat

Terdapat beberapa kelembagaan yang ada di desa Sabrang. Dari lembaga di

bidang sosial, ekonomi, sosial – ekonomi serta birokrasi – pemerintahan. Lembaga-

lembaga tersebut ada yang masih secara tradisional serta ada yang modern. Berikut

merupakan bentuk kelembagaan yang terdapat di desa Sabrang :

Tabel 6.2. Bentuk Kelembagaan Desa SabrangBidang Tradisional Modern

Sosial Gotong royong Posyandu, Karang TarunaEkonomi - KoperasiSosial - Ekonomi Arisan Kelompok taniBirokrasi - pemerintahan - RT, RW

Sumber: Data Monografi Desa Sabrang Tahun 2009

D. Analisis Kelembagaan Masyarakat

Jenis kelembagaan yang ada di desa Sabrang adalah kelompok tani. Lembaga ini

didirikan pada tahun 1999 yang bertujuan untuk memajukan serta membantu para

pekerja di bidang pertanian di desa Sabrang sehingga diharapkan petani di desa Sabrang

menjadi petani yang modern. Kelompok tani di desa Sabrang tersebut berfungsi sebagai

mediator dari berbagai informasi yang mungkin didapatkan sehingga memudahkan para

petani di desa Sabrang dalam proses produksi ataupun dalam pemasaran hasil

produksinya.

Mekanisme dan tata kelola lembaga ini berpusat pada ketua kelompok tani

tersebut. Ketua kelompok yang dipilih oleh semua anggota kelompok tani tersebut

menjadi mediator utama untuk memeperoleh informasi serta menjalankan organisasi

tersebut. Untuk masalah perekrutan anggota pada kelompok tani ini adalah dengan data

petani yang berada di desa Sabrang secara otomatis telah masuk sebagai kelompok tani

ini.

Kewajiban serta wewenang dari pengurus kelompok tani ini adalah sebagai

mediator antar anggota dan mediator informasi dari luar lembaga yang mungkin

didapatkan serta sebagai penjalan organisasi. Sedangkan anggota memiliki hak untuk

32

Page 33: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

mendapatkan informasi dari kelompok tani tersebut baik melaui penyuluhan ataupun

rapat rutin. Dalam kelompok tani ini tidak terdapat sanksi yang formal ataupun tertulis.

Jika ada masalah, biasanya diselesaikan secara kekeluargaan. Dalam keorganisasian

kelompok tani ini cukup baik karena pengurus cukup terbuka kepada anggota serta

adanya pertemuan rutin membuat suasana diantara anggota menjadi lebih kekeluargaan

serta informasi yang didapatkan oleh seluruh anggota kelompok tani sudah cukup baik.

VII. ANALISIS EKONOMI PETANI

A. Identitas Keluarga Petani

Dalam menjalankan proses produksi pertanian, petani memiliki lima fungsi

pokok, yaitu sebagai kepala keluarga, petani sebagai juru tani, petani sebagai

masyarakat, petani sebagai tenaga kerja dan petani sebagai manajer. Sebagai kepala

keluarga petani berkewajiban mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Oleh karena itu petani selalu berusaha untuk memperoleh keuntungan yang besar dari

produksi usahataninya (Mubyarto, 1985).

Pelaksanaan usahatani memerlukan beberapa faktor produksi. Salah satu faktor

produksi yang dimaksud adalah faktor manusia, meliputi petani beserta keluarganya.

Faktor manusia sangat penting karena merupakan subyek penggerak suatu usahatani.

Kualitas subyek penggerak suatu usahatani sangat mempengaruhi keberhasilan

usahatani yang dilaksanakan.

Kualitas subyek penggerak usahatani dapat diukur melalui:

1. Umur

2. Tingkat pendidikan

3. Ketrampilan

4. Pengetahuan.

Pada umumnya, petani dibantu oleh anggota keluarganya dalam melaksanakan

usahatani. Keluarga petani adalah sekumpulan orang yang mempunyai hubungan darah

yang hidup dalam satu rumah dan memperoleh pendapatan dari usahatani. Keluarga

petani mempunyai peranan yang sangat penting bagi usaha pertanian karena dapat

menyediakan tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu dengan

memberikan dukungan moral kepada petani sehingga petani dapat bekerja dengan lebih

baik sebagai tanggung jawab atas keluarganya (Landsberger, 1981).

33

Page 34: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Keluarga meliputi kepala keluarga dan anggota keluarga. Dalam melakukan

usahataninya, petani dibantu anggota keluarganya. Dalam prakteknya anggota keluarga

petani merupakan tenaga kerja yang tidak dihitung sebagai biaya dari hasil usahataninya

sehingga hal ini perlu diperhatikan dalam analisis sosial ekonomi petani.

1. Identitas keluarga petani menurut umur dan jenis kelamin

Tabel 7.1. Rerata Keluarga Petani Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Sabrang Tahun 2009

No.Jenis

Kelamin0-14 thn (jiwa)

15-65 thn (jiwa)

> 65 thn (jiwa)

Total (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 0,40 0,80 0,00 1,20 51,28

2 Perempuan 0,07 1,07 0,00 1,14 48,72Jumlah 0,47 1,87 0,00 2,34 100,00

Sumber: Analisis data primer tahun 2009

Pada praktikum kali ini diambil 15 responden keluarga petani di desa Sabrang.

Dari 15 keluarga petani terdapat 50 jiwa penduduk, ini berarti pada setiap keluarga

terdapat rata-rata 3-4 anggota keluarga. 51,28% diantaranya adalah laki-laki.

BDR =

P (0−14 tahun )+P(>65 tahun )P (15−65tahun )

x1000 000

=

0 ,47+0 , 001,87

x1000 000

= 251,34 0

00

Rasio beban ketergantungan (Burden Dependence Ratio) sebesar 251,34 0

00 ,

yang berarti 1000 orang usia produktif di desa Sabrang mempunyai tanggungan 251

orang non produktif.

Menurut data primer desa Sabrang, diketahui rerata penduduk laki-laki dalam

keluarga sebanyak 1,20 jiwa dan perempuan sebanyak 1,14 jiwa, sehingga nilai sex

ratio sebesar:

34

Page 35: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

SR=Jumlah Penduduk Laki-lakiJumlah Penduduk Perempuan

×100%

SR=1 ,201 ,14

×100 %

= 105,26 %

Nilai rata-rata sex ratio desa Sabrang pada analisis primer tahun 2009 sebesar

105,26 %. Ini berarti setiap 100 jiwa penduduk perempuan diimbangi dengan penduduk

laki-laki sebanyak 105 jiwa. Artinya, dapat dikatakan bahwa banyaknya penduduk laki-

laki hampir seimbang dengan penduduk perempuan. Keadaan ini menimbulkan dampak

pada tenaga kerja bidang pertanian, tidak ada perbedaan perlakuan dalam mengolah

lahan pertanian. Baik perempuan maupun laki-laki mengerjakan perkerjaan yang sama.

2. Identitas keluarga petani menurut tingkat pendidikan

Pada umumnya keadaan pendidikan penduduk desa Sabrang sangat rendah

setara dengan pendidikan dasar. Dari data penduduk desa Sabrang dapat dilihat bahwa

44,93% berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Penduduk yang berpendidikan setara

dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 26,09%, setara dengan Sekolah

Menengah Atas (SMA) sebesar 25,60% dan setara dengan sarjana 3,38%. Tingkat

pendidikan keluarga petani ditunjukkan dalam tabel 7.2 berikut

Tabel 7.2. Rerata Keluarga Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sabrang Tahun 2009

No.

Pendidikan Jiwa Persentase (%)

1. SD 0,93 44,932. SMP 0,54 26,093. SMA/SMK 0,53 25,604. Perguruan Tinggi 0,07 3,38

  Jumlah 2,07 100,00

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2009

Kendala petani dengan tingkat pendidikan dapat menjadi kendala pembangunan

pertanian di daerah tersebut. Namun kendala tersebut dapat diatasi dengan penambahan

pendidikan non formal seperti kursus dan pelatihan-pelatihan baru. Sebuah metode yang

dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dapat berupa pendampingan petani

35

Page 36: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

melalui sekolah lapangan. Melalui kursus, pelatihan dan sekolah lapangan diharapkan

dapat meningkatkan wawasan petani sehingga dapat meningkatkan kualitas

usahataninya.

3. Identitas petani memurut mata pencaharian

Mata pencaharian adalah pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu

atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari.

Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok

orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi

pokok penghidupan baginya. Tabel 7.3 menunjukkan distribusi penduduk desa Sabrang

berdasarkan mata pencahariannya:

Tabel 7.3. Rerata Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan Keluarga Petani di Desa Sabrang Tahun 2009

No. Jenis PekerjaanPekerjaan Pokok Pekerjaan Sampingan

Jiwa Persentase (%) Jiwa Persentase (%)1 Tani 0,20 25,652 Buruh tani 0,06 7,69 0,06 50,003 Dagang 0,20 25,644 Buruh Bangunan 0,20 25,645 Karyawan 0,06 7,696 Pegawai Negri 0,06 7,697 Buruh serabutan 0,06 50,00

Jumlah 0,78 100,00 0,12 100,00Sumber : Analisis data primer tahun 2009

Pada Tabel 7.3. terlihat bahwa mata pencaharian pokok penduduk desa Sabrang

umumnya adalah bertani dengan presentase 25,65%. Lahan yang berada di desa

Sabrang masih cukup luas sehingga masyarakat cenderung memilih untuk bertani.

Selain itu juga karena di desa ini terletak dekat dengan jalan utama maka ada sebagian

yang bermata pencaharian sebagai pedagang. Bagi masyarakat yang tidak memiliki

lahan umumnya memilih untuk bekerja sebagai buruh bagunan sebagai pekerjaan

pokok. Pekerjaan sampingan yang umum di desa Sabrang adalah sebagai buruh tani dan

lainya.

36

Page 37: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

B. Kegiatan Usahatani

Kegiatan usahatani adalah seluruh proses atau usaha manusia untuk

meningkatkan produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen yang diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan dan produktivitas pertanian dengan meningkatkan modal,

tenaga kerja, dan ketrampilan.

Kegiatan usahatani meliputi:

1. Luas usahatani dan macam komoditasnya.

2. Biaya produksi tanaman semusim.

3. Nilai produksi tanaman semusim.

4. Pendapatan usahatani semusim.

5. Pendapatan usahatani tanaman tahunan.

6. Pendapatan usahatani ternak.

7. Pendapatan usahatani perikanan.

8. Pendapatan usahatani keseluruhan.

1. Luas Usahatani dan Macam Komoditasnya

Luas usahatani yang diusahakan petani desa Sabrang dapat dilihat dalam tabel

7.4 berikut:

Tabel 7.4. Rerata Penguasaan Lahan Petani Desa Sabrang Tahun 2009Status lahan Sawah (Ha) Tegalan (Ha) Pekarangan (Ha)

Milik sendiri 0,1200 0,0013 0,0008Menyewa 0,0400 0 0Menyakap 0,3066 0 0

Jumlah 0,4466 0,0013 0,0008Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang Tahun 2009

Dari Tabel 7.4 dapat dilihat bahwa penguasaan lahan pertanian terbesar yang

dimiliki oleh penduduk desa Sabrang adalah berupa sawah. Sawah yang mereka olah

merupakan sawah yang subur dan kebutuhan airnya tercukupi sepanjang tahun. Pada

umumnya rumah penduduk langsung berbatasan dengan jalan dan dibuat menyesuaikan

jalan sehingga hanya sedikit yang memiliki pekarangan. Begitu juga dengan lahan

pertanian berupa tegalan,hanya sebagian penduduk yang memiliki lahan ini. Pada

37

Page 38: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

umumnya lahan pertanian di desa Sabrang merupakan lahan sakap dengan perbandingan

1:1 atau 3:1.

Tabel 7.5. Macam Komoditas Tanaman Semusim dan Rerata Luas Usahatani Desa Sabrang Tahun 2009

No.Musim Tanam

Komoditas Luas lahan (Ha) Persentase (%)

1. MK I Padi 0,48 16,672. MK II Padi 0,48 16,673. MH Padi 0,48 16,66

 Jumlah 2,88 100,00Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang Tahun 2009

Dari Tabel 7.5 dapat dilihat bahwa komoditas pertanian yang paling utama

diusahakan di desa Sabrang adalah padi. Varietas padi yang sering ditanam oleh petani

di desa Sabarang adalah varietas Ciherang dan IR-64. Sepanjang tahun petani di desa

Sabrang hanya menanam komoditas padi saja.

2. Biaya Produksi Tanaman Semusim

a. Biaya Tenaga Kerja

Biaya produksi usahatani tanaman semusim meliputi biaya saprodi, biaya tenaga

kerja dan biaya lain-lain. Biaya saprodi meliputi bibit, pupuk dan pestisida. Biaya

tenaga kerja meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan biaya tenaga kerja

luar keluarga (TKLK).

Penggunaan tenaga kerja luar keluarga biasanya dilakukan pada saat pengolahan

tanah, penanaman dan panen (bagi petani yang tidak menggunakan mekanisme tebasan)

yang membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Sedangkan pada saat persemaian,

pemeliharaan (pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama serta penyakit tanaman)

pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga.

Tenaga kerja dalam keluarga adalah petani dan anggota keluarga tani yang

bekerja di lahan mengelola usahataninya. Tenaga kerja dalam keluarga ini bisa petani

38

Page 39: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

itu sendiri, istri, dan anak. Tenaga kerja yang secara intensif mengelola lahan adalah

petani itu sendiri, sedangkan anggota keluarga yang lain hanya bersifat membantu.

Tenaga kerja dalam keluarga ini tidak digaji, namun akan diperhitungkan untuk

mengetahui besarnya keuntungan usahatani. Kebutuhan tenaga kerja dalam berusahatani

dapat dilihat pada tabel 7.6

Tabel 7.6. Rerata Biaya Tenaga Kerja Luar dan Dalam Keluarga Tanaman Semusim di Desa Sabrang tahun 2009

No.

Keterangan

Macam Komoditas

Rerata Tenaga KerjaTotal (Rp)

Manusia MesinHKO

Total (Rp)HKM Total

(Rp)DK LK DK LK1 MK I Padi 10,79 6,61 529.167 0 1,00 199.733 728.9002 MK II Padi 10,79 6,61 529.167 0 1,00 199.733 728.9003 MH Padi 11,66 7,27 548.500 0 1,43 217.067 765.567  Jumlah 33,24 20,49 1.606.834 0 3,43 616.533 2.223.367

Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 7.6 dapat dilihat bahwa rerata tenaga kerja dalam keluarga

yang harus dipenuhi dalam setahun adalah 33,24 HKO dan rerata tenaga kerja luar

keluarga adalah 20,49 HKO dengan total biaya Rp 1.606.834. Penggunaan tenaga kerja

luar relatif sedikit jika dibandingkan dengan penggunaan tenaga dalam. Tenaga dalam

keluarga lebih banyak digunakan karena lahan yang diusahakan rata-rata sempit. Selain

itu penggunaan alat bantu berupa mesin traktor sangat membantu pekerjaan petani. Pada

musim hujan biaya tenaga kerja lebih tinggi karena di musim hujan memerlukan waktu

yang lebih lama untuk pengolahan lahan.

b. Biaya Sarana Produksi

Selain biaya tenaga kerja, biaya yang juga harus dikeluarkan oleh petani adalah

biaya sarana produksi, seperti benih, pupuk dan pestisida. Besarnya kebutuhan saprodi

dalam mengusahakan masing-masing komoditas dapat dilihat pada tabel 7.7

Tabel 7.7. Rerata Biaya Sarana Produksi Tanaman Semusim di Desa Sabrang Tahun 2009

No. Musim Komoditas  Rerata Biaya Saprodi (Rp) Total Biaya

39

Page 40: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Tanam (Rp) Bibit Pupuk Pestisida1 MK I Padi 152.253,3 486.167 152.000 790.420,32 MK II Padi 152.253,3 486.167 152.000 790.420,33 MH Padi 152.253,3 492.166,7 160.133,3 804.553.3

  Jumlah 2.385.393,9Sumber : Analisis Data Primer Desa Sabrang Tahun 2009

Pada Tabel 7.7 terlihat bahwa biaya yang paling banyak dikeluarkanoleh petani

adalah untuk biaya pupuk. Petani tidak hanya mengunakan satu macam pupuk saja.

Pupuk urea sebagai dasarnya kemudian ada pemberian pupuk Sp-36 dan pupuk

phonska. Pupuk diberikan dengan maksud agar tanah menjadi subur, dapat menambah

unsur-unsur hara di tanah, serta memperbaiki sifat fisik tanah.

Penggunaan pestisida jarang sekali dilakukan karena serangan hama tidak cukup

membahayakan. Biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan pestisida akan jauh lebih

besar. Kegagalan panen akibat hama hampir tidak pernah ditemui.

c. Biaya Penyusutan

Tabel 7.8 Rerata Biaya Penyusutan Alat Pertanian Tahun 2009No. Jenis alat pertanian Biaya penyusutan (Rp) Persentase (%)1 Cangkul 11.127 36,872 Sprayer 7.894 26,163 Sabit 9.449 31,314 Sorok 1.709 5,66

Jumlah 30.179 100,00Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 7.8 dapat diketahui bahwa biaya penyusutan peralatan yang

banyak dikeluarkan oleh petani Desa Sabrang adalah untuk cangkul dan sabit yaitu

sebesar Rp 11.127,- dan Rp 9.449,-. Hal ini disebabkan karena alat pertanian yang

banyak dimiliki oleh petani di Desa Sabrang adalah cangkul dan sabit. Satu petani bisa

memiliki lebih dari satu cangkul atau sabit. Selain itu, alat pertanian yang juga dimiliki

oleh petani Desa Sabrang antara lain adalah sorok dan sprayer. Sprayer tidak banyak

dimiliki karena harganya yang relatif mahal.

40

Page 41: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

d. Biaya Lain-lain

Biaya yang harus dikeluarkan oleh petani tidak hanya biaya tenaga kerja luar

dan saprodi saja, namun ada biaya lain-lain. Biaya lain-lain meliputi pajak tanah,

perbaikan alat pertanian, sewa tanah (bagi petani penyewa), dan hasil bagi sakap. Tidak

ada iuran air karena sepanjang tahun air mengalir dan untuk pembersihan saluran irigasi

dengan bergotong royong. Berikut di bawah merupakan biaya lain-lain selama produksi

pertanian :

Tabel 7.9 Rerata Biaya lain-lain Usahatani Tanaman Semusim Tahun 2009No. Macam biaya Jumlah (Rp) Persentase (%)1 Pajak Tanah 13.800 0,152 Bagi hasil sakap 9.298.333 97,563 Sewa tanah 210.000 2,204 Perbaiakan alat pertanian 8.800 0,09

Jumlah 9.530.933 100,00Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang Tahun 2009

3. Nilai Produksi Tanaman Semusim

Nilai produksi merupakan hasil kali antara kuantitas produksi fisik dan harga

tiap unit produksi. Namun karena petani menjual hasil panen secara tebasan maka harga

tiap unit tidak ada. Nilai produksi tanaman semusim di desa Sabrang secara terperinci

disajikan pada tabel 7.10.

Tabel 7.10 Rerata Nilai Produksi Tanaman Semusim Petani Desa Sabrang Tahun 2009No. Macam Komoditas Bentuk Hasil Nilai Produksi 1 MK I Padi Tebasan 7.370.0002 MK II Padi Tebasan 7.233.3333 MK III Padi Tebasan 6.453.333  Jumlah 21.056.666

Sumber: Analisis data primer Desa Sabrang Tahun 2009

Dari tabel 7.10 dapat dilihat bahwa nilai produksi yang tanaman padi adalah Rp

21.056.666,-. Petani bertanam padi sebanyak 3 kali yaitu pada musim hujan, musim

kering I dan musim kering II. Pada musim panen padi dijual dengan sistem tebasan

sehingga hasilnya dapat berbeda-beda.

41

Page 42: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

4. Pendapatan Usahatani Tanaman Semusim

Pendapatan usaha tani merupakan besarnya nilai produksi dikurangi dengan

biaya besarnya biaya usahatani. Pendapatan usahatani petani di desa Sabrang terdapat

pada tabel 7.11.

Tabel 7.11 Rerata Pendapatan Tanaman Semusim di Desa Sabrang Tahun 2009No. Keterangan Nilai (Rp)1 Nilai produksi (A) 21.056.667 2 Biaya-biaya (B)

Tenaga kerja 2.186.700Saprodi 2.214.300Penyusutan alat 30.455Lain-lain 9.530.933

3 Pendapatan (A-B) 7.094.278 Data : Analisis Data Primer Desa Sabrang Tahun 2009

Pada Tabel 7.11 diketahui bahwa total pendapatan usahatani tanaman semusim

sebesar Rp 7.154.278,00. Pendapatan tersebut berasal dari usaha tani petani dengan

menanam padi selama satu tahun dengan 3 kali musim panen. Pengeluaran terbesar

petani adalah biaya lain-lain yang berupa bagi hasil sakap, sewa tanah, pajak tanah, dan

perbaikan alat pertanian.

5. Pendapatan Usahatani TanamanTahunan

Tanaman tahunan yang diusahakan oleh penduduk desa Sabrang yaitu tanaman

mangga yang hanya ditanam di pekarangan rumah. Buah-buahan yang ditanam di desa

Sabrangi ini yang paling dominan adalah pohon pisang, dari berbagai macam pisang

seperti pisang raja, pisang kepok, pisang koja, pisang ambon, dan pisang bandung.

Berikut di bawah akan disajikan pendapatan petani di desa Sabrang dari hasil tanaman

tahunan:

Tabel 7.12. Rerata Pendapatan Usahatani Tanaman Tahunan Petani Desa Sabrang Tahun 2009

No.

KomoditasBentuk

produksiNilai

produksi (Rp)Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 Mangga Kg 45.000 0 45.0002 Pisang Tandan 11.200 0 11.200

42

Page 43: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Jumlah  56.200 0 56.200Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang 2009

Pendapatan bersih tanaman tahuan di desa Sabrang adalah sebesar Rp 56.200,-.

Ada sebagian dari hasil produksi mangga dan pisang untuk dikonsumsi sendiri. Pohon

mangga dan pisang yang ada di pekarangan atau lahan tegal dibiarkan begitu saja tanpa

dilakukan pemupukan atau pemeliharaan yang lain sehingga biaya pemeliharaannya

tidak ada.

6. Pendapatan Usaha Peternakan

Ada berbagai macam usahatani ternak yang dikembangkan di desa Sabrang,

seperti ternak kambing, ayam, dan itik. Pada umumnya di desa Sabrang petani yang

memelihara ternak hanya untuk kegiatan sampingan. Berikut tabel 7.13. menyajikan

nilai produksi, biaya dan pendapatan petani di bidang peternakan.

Tabel 7.13. Rerata Pendapatan Usaha Ternak Petani Desa Sabrang Tahun 2009

No. TernakRerata Jumlah

Nilai produksi (Rp)

Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 Ayam 2,46 22.666,67 6.666,67 16.000,002 Itik 3,20 23.600,00 20.000,00 3.600,003 Kambing 1,15 53.333,33 11.000,00 53.333,33

Jumlah 100.600,00 37.666,67 62.933,33Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang 2009

Dari Tabel 7.13 terlihat bahwa usaha ternak kambing merupakan usaha yang

menghasilkan pendapatan tertinggi karena nilai jual kambing juga tinggi. Kambing yang

diternakkan di desa ini hanya 1 sampai 3 ekor saja untuk tiap petani yang

mengusahakan. Sedangkan usaha ternak itik merupakan usaha ternak yang

menghasilkan pendapatan terkecil. Petani dalam beternak kambing hanya memberi

pakan berupa rerumputan dengan mencarikan atau melepas kambing di padang rumput.

Pakan ayam hanya menggunakan nasi sisa dan sedikit bekatul sedangkan pakan itik

berupa bekatul dan diberi vitamin.

7. Total Pendapatan Usahatani

43

Page 44: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Total pendapatan petani berasal dari tanaman semusim, tanaman tahunan,

peternakan. Pendapatan usahatani dapat dilihat pada Tabel 7.14.

Tabel 7.14. Rerata Pendapatan Usahatani Petani Desa Sabrang Tahun 2009No.

UsahataniNilai Produksi

(Rp)Biaya Produksi (Rp) Pendapatan (Rp)

1.Tan.Semusim 21.116.667

13.962.389 7.154.278,00

2. Tan.Tahunan 56.000 0 56.000,00

3. Peternakan 100.600 26.666,67 72.933,33Jumlah 7.283.211,33

Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang 2009

Berdasarkan Tabel 7.14 diketahui bahwa sumber pendapatan petani terbesar berasal

dari tanaman semusim. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lahan petani berupa

sawah yang ditanami tanaman semusim.

C. Pendapatan Petani

Tabel 7.15. Rerata Pendapatan Petani Desa Sabrang Tahun 2009No.

Pendapatan Nilai (Rp)Persentas

e (%)1. Dalam Usahatani         Tan.Semusim 7.154.278,00   25,98    Tan.Tahunan 56.000,00   0,20    Peternakan 72.933,33   0,27

  Jumlah : 7.283.211,33 26,452. Luar Usahatani  

    Buruh Tani 240.000,00   0,87

   Buruh non-pertanian 3.590.666,67   13,04

    Dagang 1.053.333,00   3,83PNS/ABRI/POLISI 1.600.000,00 5,81

  Jumlah : 6.483.999,67 23,55Jumlah Pendapatan 13.534.422,00 100,00

Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang 2009

44

Page 45: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Dari tabel 7.15, terlihat bahwa pendapatan dari usahatani lebih besar daripada

pendapatan dari luar usahatani. Hal ini karena petani lebih suka menggarap lahan milik

sendiri atau dengan menyakap. Dan ini menunjukkan bahwa sebagian besar mata

pencaharian penduduk desa Sabrang adalah sebagai petani.

Pendapatan Per Kapita

Penghitungan pendapatan per kapita per tahun penting dilakukan untuk melihat

tingkat kesejahteraan petani ditinjau dari sudut ekonomi. Pendapatan per kapita per

tahun (Rp/kapita/tahun) dari penduduk desa Sabrang =

jumlah pendapatan dalam satu tahunrerata jumlah anggota keluarga =

Rp 27 . 534 . 4223,3 = Rp. 8.343.746

D. Pengeluaran Petani

Pengeluaran petani merupakan merupakan besarnya uang yang dikeluarkan oleh

petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengeluaran petani dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu:

1. Kebutuhan pangan (bahan makanan), yaitu biaya yang dialokasikan oleh petani

untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan, misalnya beras, gula, rokok, dan lain-

lain.

2. Kebutuhan non pangan (selain bahan makanan), yaitu besar pengeluaran yang yang

sengaja dikeluarkan keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan di luar kebutuhan

makanan, misalnya kesehatan, pendidikan, kegiatan sosial, dan lain-lain.

45

Page 46: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Tabel 7.16. Rerata Pengeluaran Petani Desa Sabrang Tahun 2009No. Pengeluaran Pangan Nilai (Rp) 

Persentase (%)

1. Beras1.161.6

67   11,24

2. Lain-lain (camilan)475.33

3   4,60

3. Lauk, sayur, bumbu2.526.3

00   24,43

4. Minuman583.06

7   5,64

Jumlah pangan4.746.36

745,91

No.

Pengeluaran Non-Pangan

1.Pakaian (selain seragam sekolah)

222.667 2,15

2. Kesehatan251.66

7 2,43

3. Keperluan sehari-hari335.33

3 3,24

4. Kegiatan sosial431.33

3 4,17

5. Listrik/bahan bakar

1.869.26

7 18,086. Air 8.000 0,08

7. Pendidikan1.315.5

33 12,72

8. Pajak143.82

5 2,64

9. Komunikasi190.00

0 1,8410. Rokok

464.033 4,49

11.

Lain-lain (servis motor, renovasi)

231.733 2,24

Jumlah non pangan 5.592.76 54,09 54,09

46

Page 47: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

7

Jumlah10.339.1

33100,00

Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang Tahun 2009

Berdasarkan hasil analisis pengeluaran petani desa Sabrang tahun 2009, nampak

bahwa pengeluaran non bahan pangan lebih besar daripada bahan pangan. Rerata pen-

geluaran non bahan pangan sebesar Rp 5.592.767 dan rerata pengeluaran bahan pangan

sebesar Rp 4.746.367. Pengeluaran non bahan pangan lebih besar karena ada sebagian

responden yang merokok dan membiayai sekolah anak-anak mereka.

Pengeluaran Per Kapita

Pengeluaran per kapita per tahun (Rp/kapita/tahun) dari penduduk desa

Banjaroya =

jumlah pengeluaran dalam satu tahunrerata jumlah anggota keluarga =

Rp .10 . 339 .1333,3 = Rp 3.133.070,61

E. Taraf Hidup Petani Berdasarkan Tingkat Kemiskinan

Garis kemiskinan Sayogyo mencakup konsep nilai ambang kecukupan pangan

yang merupakan batas kebutuhan pangan yang harus dikonsumsi orang dalam satu

tahun tertentu. Lebih lanjut Sayogyo menjelaskan bahwa garis kemiskinan ini biasanya

dinyatakan dalam bentuk setara dengan nilai tukar beras (kg/orang/tahun).

1. Mayoritas miskin = 320-480 kg beras/th

2. Miskin = 240-320 kg beras/th

3. Miskin sekali = 200-240 kg beras/th

Tingkat kesetaraan dengan beras =

pengeluaran per kapitaharga beras per kilogram

=

3. 133 .070,615 . 000 = 626,61 kg

Dengan harga beras per kilogram sebesar Rp. 5000,00 maka dapat dihitung

tingkat kesetaraan dengan beras dan diketahui kondisi kesejahteraan keluarga menurut

47

Page 48: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Sayogyo. Sebagian besar tingkat kehidupan penduduk yang berprofesi sebagai petani di

desa tersebut berdasarkan garis kemiskinan Sayogyo adalah berada di tingkat sejahtera,

karena tingkat kesetaraan beras sebesar 626,61 kg.

F. Keadaan Tempat Tinggal dan Aset Petani

Tabel 7.17. Analisis Keadaan Rumah Desa Sabrang Tahun 2009No. Keadaan Rumah Persentase (%)1 Dinding Tembok 100,00

Jumlah 100,002 Lantai Keramik 6,67

  Tegel 6,67  Semen 86,67

Jumlah 100,003 Atap Genteng 100,00

Jumlah 100,00Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang 2009

Dari Tabel 7.20 terlihat bahwa keadaan penduduk di desa Sabrang sudah cukup

baik. Umumnya rumah-rumah penduduk telah menggunakan tembok dan beratapkan

genteng. Namun masih terlihat kesederhanaan di desa Sabrang yaitu penggunaan lantai

berupa semen yang masih mendominasi. Dari analisis di atas dapat dikatakan bahwa

rumah petani di desa Sabrang sudah layak huni.

Tabel 7.18. Rerata Aset Petani Desa Sabrang Tahun 2009 No. Aset Nilai (Rp)1. Rumah 120.333.3332. Tabungan 753.3333. Perhiasan 1.738.0004. Alat Transportasi 5.863.3335. Elektronik 1.580.0006. Ternak tidak dijual 342.000

Jumlah 130.609.999Sumber: Analisis Data Primer Desa Sabrang 2009

48

Page 49: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

Tabel 7.21. menggambarkan aset yang dimiliki oleh petani. Umumnya mereka

telah mempunyai rumah sendiri yang rata-rata merupakan warisan dari leluhur. Pada

umumnya petani tidak . Alat elektronik yang dimiliki oleh petani adalah televisi, radio,

dan vcd player. Sedangkan alat transportasi yang dimiliki rata-rata berupa sepeda motor,

sepeda.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Keadaan tanah dan iklim di Desa Sabrang sangat sesuai dengan usahatani tana-

man semusim, khususnya padi (Oryza sativa).

2. Penggunaan lahan di Desa Sabrang ada dua, yaitu lahan basah digunakan seba-

gai sawah untuk usahatani tanaman semusim (padi) dan lahan kering digunakan

sebagai pekarangan untuk usahatani tanaman tahunan, antara lain pisang dan

mangga.

3. Pola pemukiman di Desa Sabrang adalah line village.

4. Pendapatan petani di Desa Sabrang berasal dari usahatani tanaman semusim, us-

aha tani tanaman tahunan, usaha tani peternakan, dan usaha tani perikanan.

5. Pemasaran hasil pertanian dilakukan cara tebasan dan dijual ke pedagang.

49

Page 50: Pengkajian Sosial Ekonomi Desa Sabrang Kec. Delanggu Kab. Klaten

6. Menurut konsep Sayogyo, petani di desa Sabrang di atas garis kemiskinan sebe-

sar 60%.

B. Saran

1. Sebaiknya pemerintah memberikan akses dan kemudahan bagi petani untuk

dapat memasarkan hasil pertaniannya.

2. Sebaiknya kegiatan kelompok tani lebih diaktifkan sehingga permasalahan

petani dapat segera diketahui dan dipecahkan secara bersama-sama.

3. Sebaiknya perlu adanya pembinaan dari Dinas Pertanian berupa penyuluhan/

pelatihan sehingga petani dapat memperoleh informasi mengenai segala hal yang

berkaitan dengan peningkatan produksi lahan mereka agar kesejahteraan petani

dapat meningkat.

50