KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian...

96
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Triwulan IV - 2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

Triwulan IV-2012

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI MONETER

Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat

Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Divisi Ekonomi Moneter Tim Kajian Ekonomi Jl. Jenderal Sudirman No. 22 P A D A N G Telp : 0751-31700 Fax : 0751-27313 E-Mail : Mardy Fery ([email protected]) M. Setyawan Santoso ([email protected])

Gaffari Ramadhan ([email protected]) Dini Nur Setiawati ([email protected])

Eks. Bank Indonesia Muaro, Padang Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

i

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan anugerah-Nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER)

Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Triwulan IV-2012 dapat diterbitkan. Publikasi ini

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan Bank Indonesia dalam mempertajam

informasi perekonomian daerah untuk mendukung formulasi kebijakan moneter.

Lebih lanjut, KER juga ditujukan sebagai informasi dan bahan masukan bagi

pemerintah daerah, kalangan perbankan di daerah, kalangan akademisi serta

semua pihak yang membutuhkan informasi terkini mengenai perkembangan

ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Selain diterbitkan dalam bentuk buku, soft copy

KER dapat diakses melalui www.bi.go.id .

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan IV-2012 menunjukkan

pertumbuhan yang meningkat, dari triwulan sebelumnya tumbuh 6,66% (yoy)

menjadi 7,41% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh

tingginya konsumsi rumah tangga dan investasi. Beberapa sektor ekonomi utama

seperti sektor pertanian dan sektor industri pengolahan tumbuh membaik. Secara

kumulatif ekonomi Sumbar pada 2012 tumbuh 6,35% (yoy), lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya 6,25% (yoy).

Di sisi lain, inflasi pada akhir tahun 2012 mencapai 4,74% (yoy) dan berada

dibawah inflasi rata-rata inflasi selama tiga tahun terakhir (2009-2011) yang

mencapai 5,53% (yoy). Berbagai upaya yang dilakukan Tim Pengelolaan Inflasi

Daerah (TPID) melalui koordinasi dan kerjasama lintas lembaga turut

berkontribusi dalam meredam gejolak inflasi sepanjang 2012.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu hingga terbitnya KER ini. Kami berharap semoga KER ini

bermanfaat dan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

Padang, 7 Februari 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII

Deputi Kepala Perwakilan,

(ttd)

M. Emil Akbar Direktur

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

ii

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

iii

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iv

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................... v

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SUMATERA BARAT ............................. 5

1.1. Perkembangan Sisi Permintaan ........................................................................ 7

1.2. Perkembangan Sisi Penawaran ....................................................................... 15

BOKS 1 Disparitas Harga 5 Komoditas Utama di Wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kep.Riau) .................................................................. 22

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL ............................................................ 27

2.1. Perkembangan Inflasi Kota Padang ............................................................... 27

2.2. Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di Provinsi Tetangga ................................................................................................................ 29

2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa ................................................ 30

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ...................................................... 41

3.1. Perkembangan Bank Umum ........................................................................... 42

3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ....................................................... 47

3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah .............................................................. 50

BOKS 3 Determinan Kredit Mikro di Sumatera Barat .............................................. 54

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ...................................................... 57

4.1. Keuangan Pemerintah Daerah ....................................................................... 57

4.2. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah.......................................................... 59

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ..................................................... 63

5.1. Transaksi Tunai ................................................................................................ 63

5.2. Transaksi Kliring .............................................................................................. 65

5.3. Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) .................. 66

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH .. 69

6.1. Ketenagakerjaan Daerah ................................................................................ 69

6.2. Kesejahteraan .................................................................................................. 71

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ........................................... 75

7.1. Perkiraan Ekonomi .......................................................................................... 75

7.2. Perkiraan Inflasi ............................................................................................... 77

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

iv

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy) ................................................... 7 Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy) ................................................. 15 Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %) ............. 31 Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %) .......... 32 Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %) ...................................................... 33 Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %) ... 34 Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %) ...... 35 Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq, %) .................................................................. 35 Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq, %) ............................................................... 36 Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (qtq, %) ....................... 36 Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %) ....... 37 Tabel 3.1. Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (Juta Rupiah) .................................. 42 Tabel 3.2. Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (Juta Rupiah) ................................................ 48 Tabel 3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (Juta Rupiah) ..................................... 51 Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumbar Triwulan IV-2012 ............................................... 58 Tabel 4.2. Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumbar Triwulan IV-2012 ....................................................... 59 Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong ......................................................................... 66 Tabel 5.2. Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat ................................................................................... 67 Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Menurut Kegiatan ....................................................... 70 Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ........... 70 Tabel 6.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat ..................................... 72 Tabel 6.4. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ................................................... 72 Tabel 6.5. Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Sumatera Barat ......................................... 73 Tabel 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) ........................... 74 Tabel 7.1. Estimasi Incremental Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Sumatera Barat ...................... 77

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

v

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat (yoy)............................................................................ 6 Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera Bagian Tengah (yoy) ............................................... 6 Grafik 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Domestik (yoy).................................. 7 Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Eksternal (yoy) .................................. 7 Grafik 1.5. Survei Konsumen Sumatera Barat .............................................................................................. 8 Grafik 1.6. Pertumbuhan PDRB Konsumsi Berdasarkan Kelompok Barang ................................................. 8 Grafik 1.7. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor .......................................................................... 9 Grafik 1.8. Perkembangan dan Pertumbuhan (yoy) Jumlah Tabungan Milik Perorangan di Sumbar.......... 9 Grafik 1.9. Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama (dibandingkan 6 bulan

lalu) ...................................................................................................................................................... 9 Grafik 1.10. Simpanan Pemerintah Daerah di Bank Umum Sumbar ........................................................... 9 Grafik 1.11. Kapasitas Terpakai Kegiatan Usaha ........................................................................................ 10 Grafik 1.12. Konsumsi Semen .................................................................................................................... 10 Grafik 1.13. Kredit Investasi Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek di Sumbar ............................................ 11 Grafik 1.14. Konsumsi Listrik untuk Pelanggan Bisnis di Sumbar (Daya Tersambung) .............................. 11 Grafik 1.15. Nilai dan Volume Ekspor Non-Migas Sumbar ......................................................................... 12 Grafik 1.16. Rata-Rata Harga Internasional CPO dan Karet ....................................................................... 12 Grafik 1.17. Volume Ekspor Non-Migas Sumbar Menurut Negara Tujuan ................................................ 12 Grafik 1.18. Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah dalam PDRB Sumbar ........................... 12 Grafik 1.19. Nilai dan Volume Ekspor Karet Mentah (Crude Rubber) ........................................................ 13 Grafik 1.20. Volume Ekspor Komoditas Utama Sumbar ............................................................................ 13 Grafik 1.21. Perkembangan Nilai dan Volume Impor Non-Migas .............................................................. 14 Grafik 1.22. Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Impor Antar Daerah dalam PDRB Sumbar ................. 14 Grafik 1.23. Volume Impor Non-Migas Sumbar Menurut Negara Asal Utama .......................................... 14 Grafik 1.24. Pertumbuhan Sektor Pertanian (yoy) ..................................................................................... 16 Grafik 1.25. Nilai Tukar Petani (NTP).......................................................................................................... 16 Grafik 1.26. Rata-Rata Harga Gabah Kualitas Gabah Kering Panen (GKP) ................................................. 16 Grafik 1.27. Volume Impor Pupuk .............................................................................................................. 16 Grafik 1.28. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan (yoy) .................................................................... 17 Grafik 1.29. Volume Impor Bahan Baku Industri Primer ............................................................................ 17 Grafik 1.30. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri .......................................................................... 18 Grafik 1.31. Konsumsi Listrik Sektor Industri (Daya Tersambung) ............................................................. 18 Grafik 1.32. Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) ................................... 19 Grafik 1.33. Arus Barang di Pelabuhan Teluk Bayur ................................................................................... 19 Grafik 1.34. Tingkat Hunian Hotel Berbintang ........................................................................................... 20 Grafik 1.35. Jumlah Wisman Melalui Bandara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur . 20 Grafik 1.36. Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ............................................................ 20 Grafik 1.37. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara International Minangkabau .... 20 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Padang & Nasional (y-o-y) ............................................................ 28 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang & Kota-kota di Propinsi Tetangga (y-o-y) ......... 29 Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank (yoy) ............................................. 43 Grafik 3.2. Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy) .............................................. 43 Grafik 3.3. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy) ...................................... 44 Grafik 3.4. Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Bank Umum ......................... 44 Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi ................................................... 45 Grafik 3.6. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit .......................................................................... 45 Grafik 3.7. Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit UMKM .................................................................... 46 Grafik 3.8. Perkembangan dan Pertumbuhan KUR .................................................................................... 46 Grafik 3.9. Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum ............................................................................... 47

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

vi

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Grafik 3.10. Pertumbuhan Aset Bank Perkreditan Rakyat di Sumbar (yoy) ............................................... 49 Grafik 3.11. Pertumbuhan (yoy) DPK BPR Menurut Jenis Simpanan ......................................................... 49 Grafik 3.12. Pertumbuhan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan ........................................................... 50 Grafik 3.13. Perkembangan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) BPR .............. 50 Grafik 3.14. Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Bank Umum Syariah (yoy) ................................... 52 Grafik 3.15. Perkembangan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Bank

Umum Syariah ................................................................................................................................... 52 Grafik 4.1. Penerimaan Pajak APBN di Sumbar .......................................................................................... 60 Grafik 4.2. Persentase Penerimaan Pajak APBN di Sumbar ....................................................................... 60 Grafik 4.3. Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar ................................................................... 61 Grafik 4.4. Persentase Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar ................................................ 61 Grafik 4.5. Belanja APBN di Sumbar ........................................................................................................... 61 Grafik 4.6. Persentase Belanja APBN di Sumbar ........................................................................................ 61 Grafik 4.7. Persentase Belanja Operasional APBN di Sumbar .................................................................... 62 Grafik 4.8. Belanja Operasional APBN di Sumbar ...................................................................................... 62 Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) .................................... 64 Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) setiap bulan ................ 64 Grafik 5.3. Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) ................................................... 64 Grafik 5.4. Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat ........................................................................ 64 Grafik 5.5. Rata-rata Harian Perputaran Kliring di KPW Bank Indonesia Wilayah VIII ............................... 66 Grafik 5.6. Rasio Cek/BG Kosong terhadap Transaksi Kliring ..................................................................... 66 Grafik 6.1. Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan : Formal dan Informal ...................................... 71 Grafik 6.2. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 ................................. 71 Grafik 6.3. Perbandingan Upah Minimum Propinsi (UMP) di Sumatera Tahun 2012 ................................ 73 Grafik 7.1. Perkembangan Komoditas Volatile Food ................................................................................. 78 Grafik 7.2. Proyeksi Inflasi Sumbar ............................................................................................................ 78 Grafik 7.3. Ekspektasi Harga 3 bulan ke Depan.......................................................................................... 79

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

1

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

RINGKASAN EKSEKUTIF

KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL PPRROOVVIINNSSII SSUUMMAATTEERRAA BBAARRAATT

TTRRIIWWUULLAANN IIVV 22001122

Pertumbuhan ekonomi Sumatera

Barat terus meningkat

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) pada triwulan IV-2012 maupun kumulatif sepanjang 2012 tumbuh meningkat. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan IV-2012 mencapai 7,41% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 6,66% (yoy). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Sumbar pada 2012, mencapai 6,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pada 2011 yang sebesar 6,25% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ini merupakan perkembangan positif jika melihat pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama justru melemah, dari semula tumbuh 6,46% (yoy) pada 2011, menjadi 6,23% (yoy) pada 2012.

Konsumsi rumah tangga dan investasi

menopang pertumbuhan

ekonomi

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh kekuatan domestik. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 mampu tumbuh 6,39% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 4,87% (yoy) seiring perayaan akhir tahun dan ekspektasi pendapatan yang meningkat. Kegiatan investasi baik realisasi belanja modal pemerintah maupun ekspansi kegiatan usaha mendorong pertumbuhan investasi selama dua triwulan terakhir dari 5,57% (yoy) menjadi 8,05% (yoy). Sementara pelemahan harga komoditas internasional dan juga melesunya permintaan dunia berdampak pada net-ekspor menjadi menurun 12,93% (yoy).

Sektor ekonomi utama tumbuh

meningkat

Dari sisi penawaran, kinerja beberapa sektor utama tumbuh tinggi dan meningkat. Membaiknya produksi tanaman bahan makanan mendorong sektor pertanian tumbuh 4,14% (yoy) di triwulan IV-2012, meningkat dari triwulan sebelumnya 2,05% (yoy). Kuatnya konsumsi domestik turut meningkatkan produksi sektor industri sehingga selama dua triwulan terakhir tumbuh meningkat dari 5,17% (yoy) menjadi 6,69% (yoy). Selain itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi keduanya mampu tumbuh tinggi di atas 8% seiring maraknya perdagangan antar daerah, serta kunjungan wisatawan ke Sumbar yang kembali meningkat.

Tekanan inflasi menurun

Tekanan inflasi di akhir tahun 2012 cenderung menurun. Inflasi tahunan kota Padang pada triwulan IV-2012 dapat terjaga pada level yang moderat sebesar 4,16% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh pengaruh inflasi dari sisi permintaan yang relatif minimal sementara pasokan bahan makanan masih cukup terjaga. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan di akhir triwulan IV-2012 ekspektasi masyarakat terhadap inflasi cenderung menurun.

Kinerja bank umum masih tertahan,

namun bank umum syariah tumbuh

ekspansif

Kinerja bank umum di Sumbar pada triwulan IV-2012 belum menunjukkan performa terbaiknya. Meskipun pertumbuhan aset sedikit mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya dengan meningkat dari 15,1% (yoy) menjadi 17,7% (yoy),namun jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat dari 12,7% (yoy)

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

2

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

menjadi 11,5% (yoy). Penyaluran kredit juga menunjukkan perlambatan dari 18,6% (yoy) menjadi 15,0% (yoy). Sementara itu, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumbar juga menunjukkan perlambatan baik dari sisi aset, DPK, maupun penyaluran kredit. Sedangkan bank umum syariah terus tumbuh pesat dan ekspansif. Aset bank umum syariah di triwulan IV-2012 mampu tumbuh 35,9% (yoy), didukung oleh penyaluran pembiayaan yang juga mampu tumbuh pada kisaran lebih tinggi yaitu 41,7% (yoy).

Realisasi penerimaan dan belanja APBD

meningkat

Kinerja realisasi keuangan daerah pada triwulan IV-2012 baik dari penerimaan maupun belanja APBD di Sumatera Barat semakin membaik. Pos pendapatan pemerintah Sumbar meningkat dengan realisasi melebihi target sebesar 100,15%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari penerimaan pajak daerah menjadi kontribusi utama meningkatkan realisasi pendapatan daerah. Sementara itu, realisasi belanja daerah mencapai 93,23%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 89,67%. Hal ini telihat dengan naiknya belanja modal dibandingkan tahun lalu yang memperlihatkan komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah.

Transaksi non-tunai meningkat di akhir

tahun

Transkasi tunai mengalami net-inflow yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara volume transaksi non-tunai baik melalui kliring maupun Real-Time Gross Settlement (RTGS) mengalami peningkatan. Lebih rendahnya net-inflow menunjukkan bahwa transaksi tunai tidak sesemarak di triwulan sebelumnya yang diwarnai perayaan lebaran. Sementara peningkatan transaksi non-tunai terjadi sejalan dengan banyaknya transaksi kegiatan ekonomi pada akhir tahun, terutama dalam pemenuhan realisasi belanja anggaran pemerintah, serta pemenuhan modal dan pinjaman antara pelaku swasta dengan perbankan.

Tingkat kemiskinan menurun

Terus berkembangnya ekonomi Sumbar turut berdampak pada penyerapan tenaga kerja, dan menurunnya tingkat kemiskinan. Hal ini diindikasikan juga dengan penyerapan tenaga kerja di sektor formal. Tingkat kemiskinan di Sumbar mengalami penurunan sepanjang 2011-2012 dari 8,99% menjadi 8,00%.

Pertumbuhan ekonomi I-2013

diperkirakan relatif stabil

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I-2013 diperkirakan masih dapat tumbuh relatif stabil pada kisaran 7,0-7,3% (yoy). Sumber pertumbuhan masih banyak berasal dari permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi. Sementara ekspor diperkirakan masih akan melemah. Selain itu, sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh melambat seiring curah hujan tinggi yang menjadi kendala pada produksi pertanian. Secara keseluruhan tahun 2013, diperkirakan Sumbar dapat tumbuh antara 6,2-6,5% (yoy).

Inflasi diperkirakan meningkat

Tekanan inflasi pada triwulan I-2013 diperkirakan meningkat. Tekanan inflasi terutama bersumber dari sisi penawaran terkait pasokan bahan pangan yang diperkirakan menurun akibat pengaruh cuaca. Tekanan inflasi dari sisi administered prices juga berpotensi meningkatkan inflasi, antara lain terkait kebijakan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan kenaikan cukai rokok serta program konversi minyak tanah yang masih berjalan. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan akan cenderung meningkat sejalan kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) 2013.

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

3

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT

I II III IV I II III IV

MAKRO

IHK Kota Padang**) 129.55 128.40 123.41 134.55 134.67 136.35 138.75 140.15

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y %) 8.30 4.82 7.34 5.37 3.95 6.19 4.74 4.16

PDRB - harga konstan (miliar Rp)* 10,123.88 10,207.87 10,462.75 10,497.37 10,597.34 10,880.11 11,159.32 11,275.15

- Pertanian 2,343.71 2,349.18 2,419.39 2,366.42 2,440.47 2,490.93 2,469.04 2,464.40

- Pertambangan dan Penggalian 308.57 310.49 313.82 316.04 319.46 327.52 328.20 328.86

- Industri Pengolahan 1,242.01 1,245.21 1,260.78 1,262.65 1,250.66 1,289.11 1,325.99 1,347.19

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 114.11 114.39 114.90 115.02 115.78 119.20 122.74 123.23

- Bangunan 555.17 557.76 567.87 576.17 573.56 593.99 619.42 629.54

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,827.94 1,833.00 1,868.20 1,890.09 1,913.67 1,970.89 2,035.04 2,056.11

- Pengangkutan dan Komunikasi 1,518.29 1,543.36 1,602.36 1,613.90 1,644.57 1,681.21 1,755.23 1,763.98

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 517.04 519.96 529.35 536.56 537.78 550.54 570.11 578.02

- Jasa 1,697.04 1,734.52 1,786.08 1,820.52 1,801.39 1,856.72 1,933.56 1,983.82

Pertumbuhan PDRB (yoy %)* 8.23 6.72 5.85 4.36 4.68 6.59 6.66 7.41

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)*** 524.12 790.45 627.88 571.05 497.35 549.08 526.28 296.86

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)*** 760.07 859.06 802.11 756.63 563.87 591.86 657.31 360.08

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)*** 34.93 37.85 55.76 75.73 109.40 48.14 26.14 25.09

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)*** 84.69 137.91 98.29 156.52 279.03 122.46 137.68 61.79

PERBANKAN****

Bank Umum

Total Aset (Rp triliun) 31.17 31.78 34.52 34.08 36.25 37.82 39.74 40.10

DPK (Rp Triliun) 20.39 21.17 22.35 22.62 22.94 23.57 25.19 25.21

- Tabungan (Rp Triliun) 9.98 10.03 10.74 11.89 10.47 11.05 11.59 11.86

- Giro (Rp Triliun) 4.68 4.82 5.05 4.28 5.25 5.33 5.66 5.09

- Deposito (Rp Triliun) 5.72 6.31 6.55 6.44 7.22 7.19 7.94 8.26

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 24.25 26.52 27.76 29.39 30.12 32.15 32.92 33.80

- Modal Kerja 8.36 9.39 9.81 10.61 10.86 12.40 12.47 12.70

- Investasi 4.24 4.51 4.64 4.95 5.07 5.25 5.35 5.52

- Konsumsi 11.64 12.62 13.31 13.84 14.19 14.50 15.10 15.57

- LDR (%) 118.92 125.30 124.21 129.97 131.30 136.39 130.66 134.07

NPL (gross, %) 2.13 2.14 2.32 2.32 2.06 2.12 2.26 2.06

BPR

Total Aset (Rp triliun) 1.30 1.33 1.33 1.42 1.42 1.47 1.50 1.53

DPK (Rp Triliun) 0.88 0.89 0.85 0.90 0.89 0.90 0.91 0.93

- Tabungan (Rp Triliun) 0.54 0.55 0.51 0.56 0.54 0.55 0.54 0.56

- Deposito (Rp Triliun) 0.34 0.34 0.34 0.35 0.35 0.35 0.37 0.37

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 0.85 0.91 0.93 0.96 1.01 1.04 1.04 1.03

- Modal Kerja 0.55 0.59 0.61 0.62 0.64 0.67 0.68 0.66

- Investasi 0.09 0.09 0.10 0.11 0.11 0.12 0.11 0.12

- Konsumsi 0.21 0.23 0.23 0.23 0.25 0.25 0.25 0.25

Rasio NPL Gross (%) 10.24 9.38 8.04 8.61 7.04 7.08 8.16 8.10

LDR (%) 96.48 102.16 109.69 106.62 112.66 116.13 115.10 111.09

Keterangan :

* Angka PDRB dan Pertumbuhan PDRB merupakan angka rilis BPS

** Menggunakan tahun dasar 2007=100

*** Angka impor dan ekspor Tw. IV-2012 angka sementara, posisi November 2012, open file

**** Data Perbankan untuk Triwulan IV-2012 menggunakan posisi akhir November 2012

Sumber :

- Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS

- Data Ekspor Impor berasal dari DSM-Bank Indonesia

- Data Perbankan berasal dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (Sekda) - Bank Indonesia

2012INDIKATOR

2011

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

4

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

5

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

SUMATERA BARAT

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) pada triwulan IV-2012

maupun kumulatif sepanjang 2012 tumbuh meningkat. Pertumbuhan

ekonomi Sumbar pada triwulan IV-2012 mencapai 7,41% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,66% (yoy). Secara kumulatif,

pertumbuhan ekonomi Sumbar pada 2012, mencapai 6,35% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada 2011 yang sebesar 6,25% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan ini merupakan perkembangan positif jika melihat

pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama justru melemah, dari

semula tumbuh 6,46% (yoy) pada 2011, menjadi 6,23% (yoy) pada 2012.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh kekuatan

domestik. Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 mampu tumbuh 6,39%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 4,87% (yoy) seiring perayaan akhir

tahun dan ekspektasi pendapatan yang meningkat.Kegiatan investasi baik melalui

realisasi belanja modal pemerintah maupun ekspansi kegiatan usaha mendorong

pertumbuhan investasi selama dua triwulan terakhir meningkat dari 5,57% (yoy)

menjadi 8,05% (yoy). Sementara di sisi lain, pelemahan harga komoditas

internasional dan juga melesunya permintaan dunia berdampak pada net-ekspor

menjadi menurun sebesar 12,93% (yoy).

Dari sisi penawaran, kinerja beberapa sektor utama Sumbar tumbuh

tinggi dan meningkat. Membaiknya produksi tanaman bahan makanan

mendorong sektor pertanian tumbuh 4,14% (yoy) di triwulan IV-2012, meningkat

dari triwulan sebelumnya 2,05% (yoy). Kuatnya konsumsi domestik turut

meningkatkan produksi sektor industri sehingga selama dua triwulan terakhir

tumbuh meningkat dari 5,17% (yoy) menjadi 6,69% (yoy). Selain itu, sektor

perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi

keduanya mampu tumbuh tinggi di atas 8% seiring maraknya perdagangan antar

daerah, serta kunjungan wisatawan ke Sumbar yang kembali meningkat.

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

6

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Perekonomian Sumatera Barat tumbuh lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan IV-2012

mampu mencapai 7,41% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 6,66% (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi nasional dimana pada periode yang sama tumbuh 6,11%

(yoy). Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumbar ditopang oleh tingginya

konsumsi rumah tangga seiring ekspektasi meningkatnya pendapatan. Selain itu,

tingginya realisasi belanja konsumsi dan belanja modal pemerintah turut

mendorong peningkatan pertumbuhan tersebut. Berdasarkan sektor ekonomi,

peningkatan pertumbuhan bersumber dari sektor pertanian dengan membaiknya

kinerja subsektor tanaman bahan makanan. Masih kuatnya konsumsi domestik

juga mendorong bergairahnya sektor industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran.

Sumber: BPS

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat (yoy)

Sumber: BPS

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera Bagian Tengah (yoy)

Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumbar pada 2012

mampu mencapai 6,35% (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya yang mencapai 6,25% (yoy). Perekonomian Sumbar masih

mampu mempertahankan kinerja ekonomi yang terus tumbuh ditopang oleh

kuatnya konsumsi dan investasi domestik. Hal ini merupakan pencapaian positif di

tengah terjadinya pelemahan pertumbuhan ekonomi nasional yang sepanjang

2011-2012 melambat dari semula 6,46% (yoy) menjadi 6,23% (yoy) akibat ikut

terkena dampak gejolak krisis ekonomi global terhadap perkembangan ekspor

maupun kegiatan industri berbasis ekspor. Tidak hanya itu, dibandingkan daerah

lain di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng), pertumbuhan ekonomi

Riau dan Jambi sepanjang 2011-2012 justru tumbuh melambat. Riau tumbuh

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Nasional

Sumatera Barat

Rata-Rata Pertumbuhan Sumbar6.20%

6.46%6.23%

5.94%6.25% 6.35%

4.17%

5.02%

3.55%

7.31%

8.57%

7.44%7.21%

6.66%

8.21%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

2010 2011 2012

Nasional SumbarRiau JambiKepri

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

7

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

melambat dari 5,02% (yoy) menjadi 3,55% (yoy), dan Jambi dari semula 8,57%

(yoy) menjadi 7,44% (yoy). Sementara di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Kep. Riau

tumbuh meningkat dari 6,66% (yoy) menjadi 8,21% (yoy).

1.1. Perkembangan Sisi Permintaan

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy)

Sumber: BPS, diolah

Sumber: BPS

Grafik 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Domestik (yoy)

Sumber: BPS

Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Eksternal (yoy)

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga meningkat seiring perayaan akhir tahun dan

ekspektasi peningkatan pendapatan. Pada triwulan IV-2012 pertumbuhan

konsumsi rumah tangga mampu mencapai 6,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,36% (yoy). Secara keseluruhan tahun

konsumsi rumah tangga pada 2012 mencapai 4,56% (yoy), sedikit lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,52% (yoy). Perayaan akhir tahun yang

relatif lebih marak dibandingkan tahun sebelumnya, serta adanya ekspektasi

peningkatan pendapatan pada tahun berikutnya mendorong konsumsi rumah

I II III IV I II III IV

Konsumsi 8.16 6.68 5.05 4.24 5.98 3.27 4.62 5.36 6.89 5.06

Konsumsi Rumah Tangga 7.16 5.53 3.21 2.39 4.52 2.75 4.08 4.97 6.39 4.56

Konsumsi Pemerintah 12.56 11.35 12.21 11.07 11.77 5.29 6.67 6.79 8.73 6.94

Investasi (PMTB) 15.50 11.10 10.33 6.96 10.82 7.03 8.03 5.57 8.05 7.17

Net Ekspor (Impor) 4.42 31.28 6.46 -3.44 9.49 16.45 -4.23 -0.75 -12.93 -0.82

Ekspor 4.96 26.55 9.22 6.46 11.68 18.12 -1.97 3.97 -7.17 2.54

(Impor) 5.78 19.17 13.43 20.40 14.96 20.59 1.93 10.70 -0.65 7.34

PDRB 8.23 6.72 5.85 4.36 6.25 4.68 6.59 6.66 7.41 6.35

20112011

2012

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Investasi (PMTB)

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Pemerintah

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Net Ekspor (Impor)Ekspor(Impor)

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

8

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

tangga yang lebih tinggi. Konsumsi rumah tangga berupa kelompok makanan

dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibandingkan triwulan

sebelumnya jauh meningkat, dari semula tumbuh 5,00% (yoy) menjadi 6,77%

(yoy). Begitupula konsumsi kelompok barang non-makanan, meningkat dari

4,91% (yoy) menjadi 5,72% (yoy).

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Grafik 1.5. Survei Konsumen Sumatera Barat

Sumber: BPS

Grafik 1.6. Pertumbuhan PDRB Konsumsi Berdasarkan Kelompok Barang

Ekspektasi konsumen meningkat. Berdasarkan hasil Survei Konsumen

menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) meningkat sepanjang

triwulan IV dan jauh berada di atas batas positif 100. Hal ini tidak terlepas dari

penetapan peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Barat dari

semula Rp1,15 juta pada 2012 meningkat 17,39% menjadi Rp1,35 juta pada 2013.

Potensi peningkatan pendapatan ke depan telah direspon oleh masyarakat

dengan meningkatkan konsumsinya di akhir tahun 2012. Pertumbuhan penjualan

kendaraan bermotor terutama minibus juga menunjukkan arah meningkat,

dengan pertumbuhan tertinggi pada Desember 2012 mencapai 42,8% (yoy).

Sementara penjualan sepeda motor turun drastis mencapai 50,4% seiring dengan

penerapakan kebijakan Bank Indonesia mengenai Loan-to-Valueminimal down-

payment untuk kredit kendaraan bermotor (bukan untuk kegiatan produktif)

sebesar 30%. Dampak kebijakan tersebut sangat wajar terlihat pada penjualan

sepeda motor mengingat target pasar jenis kendaraan tersebut banyak mengarah

masyarakat berpendapatan level menengah-bawah yang ruang pendapatannya

relatif terbatas.

Peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari kecenderungan

melambatnya pertumbuhan jumlah tabungan di bank umum. Konsumsi

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

110.0

120.0

130.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Ind

eks

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

-10

-5

0

5

10

15

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2011

Pe

rse

n

Konsumsi Makanan

Konsumsi Non Makanan

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

9

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

rumah tangga sebagian besar dipenuhi melalui pendapatan langsung masyarakat

dan juga melalui pencairan simpanan di perbankan. Indikasi pengeluaran

konsumsi rumah tangga dipenuhi melalui pencarian simpanan tabungan terlihat

pada pertumbuhan tabungan di bank umum yang mengalami perlambatan, dari

triwulan sebelumnya semula tumbuh 10,4% (yoy) menjadi 8,7% (yoy).

Sumber: DPKD, Sumbar

Grafik 1.7. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor

Sumber: SEKDA,Bank Indonesia

Grafik 1.8. Perkembangan dan Pertumbuhan (yoy) Jumlah Tabungan Milik Perorangan di

Sumbar

Sumber: Survei Konsumen,Bank Indonesia

Grafik 1.9. Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama

(dibandingkan 6 bulan lalu)

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.10. Simpanan Pemerintah Daerah di Bank Umum Sumbar

1.1.2. Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat seiring dengan banyaknya

realisasi belanja pemerintah menjelang akhir tahun. Pertumbuhan konsumsi

pemerintah pada triwulan IV-2012 mencapai 8,73% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,79% (yoy) sesuai siklus realisasi

belanja pemerintah daerah maupun belanja pemerintah pusat di daerah yang

cenderung menumpuk pada akhir tahun. Realisasi belanja Anggaran Pendapatan

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Sepeda Motor Minibus

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

I II III IV I II III IV I II III IV*

2010 2011 2012T

rili

un

Ru

pia

h

Posisi Tabungan Perorangan (sisi kiri)

Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Ind

eks

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

2009 2010 2011 2012

Mil

iar

Ru

pia

h Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

10

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

dan Belanja Daerah (APBD) pada 2012 mencapai 93,23%, lebih tinggi

dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 89,67%. Realisasi belanja ini

masih didominasi oleh belanja operasional, termasuk belanja pegawai (lihat

selengkapnya di Bab 4). Meningkatnya realisasi belanja Pemda pada akhir tahun

terlihat pada menurunnya jumlah simpanan milik Pemda di bank umum sebesar

2,2% dibandingkan triwulan sebelumnya, dari semula Rp4,32 triliun menjadi

Rp4,22 triliun.

1.1.3. Investasi

Sumber: SKDU, Bank Indonesia

Grafik 1.11. Kapasitas Terpakai Kegiatan Usaha

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.12. Konsumsi Semen

Investasi tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

didorong oleh realisasi belanja modal pemerintah daerah maupun

investasi pelaku swasta. Investasi pada triwulan IV-2012 tumbuh 8,05% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,57% (yoy). Salah

satu sumber peningkatan pertumbuhan investasi berasal dari tingginya realisasi

belanja modal APBD Sumbar menjelang akhir tahun.Selama triwulan IV terjadi

penyerapan realisasi belanja modal APBD Sumbar sebesar Rp386,85 miliar atau

59,9% dari total realisasi belanja modal selama 2012 yang mencapai Rp645,62

miliar. Di sisi lain, kegiatan investasi oleh para pelaku swasta juga meningkat

terlihat pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), di mana kapasitas

terpasang (utility) kegiatan usaha dibandingkan triwulan sebelumnya mengalami

peningkatan, dari semula 71,4% menjadi 75,1%. Meningkatnya kapasitas produksi

kegiatan usaha juga terlihat pada meningkatnya energi listrik yang digunakan

bagi pelanggan bisnis. Daya tersambung untuk kelompok pelanggan tersebut

69.866.4

71.8 72.666.0

69.8 70.4

79.3

71.475.1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Pe

rse

n

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

To

n

Pembelian Semen (sisi kiri)Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan)

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

11

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

pada akhir triwulan IV-2012 mencapai 188 juta VA, lebih tinggi dibandingka pada

akhir triwulan sebelumnya yang mencapai 184,4 juta VA.

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.13. Kredit Investasi Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek di Sumbar

Sumber: PLN

Grafik 1.14. Konsumsi Listrik untuk Pelanggan Bisnis di Sumbar (Daya Tersambung)

Peningkatan pertumbuhan investasi juga ditopang olah maraknya

pembangunan fisik. Kondisi ini terlihat dari banyaknya pemenuhan konsumsi

semen di Sumbar pada triwulan IV mencapai 301.047 ton, atau meningkat 11,9%

dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Angka ini juga lebih tinggi

dibandingkan konsumsi semen di triwulan III yang mencapai 239.863 ton. Pelaku

bisnis utama di Sumbar pada sektor industri semen membangun pabrik baru

untuk meningkatkan kapasitas usahanya dengan nilai investasi mencapai Rp3,25

triliun, di mana secara bertahap akan rampung pada 2015. Penyaluran kredit

investasi oleh perbankan (bank umum dan BPR) juga menunjukkan peningkatan.

Pada posisi terakhir di triwulan IV-2012 jumlah kredit investasi mencapai Rp5,64

triliun atau tumbuh 11,6% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.

1.1.4. Ekspor

Kondisi ekspor memburuk terkait dengan harga komoditas utama di

pasar internasional yang terus merosot, serta lemahnya permintaan

dunia. Ekspor Sumbar pada triwulan IV-2012 menurun 7,17% (yoy), anjlok drastis

dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih dapat tumbuh positif mencapai

3,97% (yoy). Secara keseluruhan tahun ekspor pada 2012 hanya tumbuh 2,54%

(yoy), jauh lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mampu mencapai

11,68% (yoy). Nilai ekspor non-migas Sumbar pada posisi terakhir di November

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV*

2010 2011 2012

Trili

un

Ru

pia

h Kredit Investasi (sisi kiri) Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan)

165

170

175

180

185

190

195

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012

Juta

VA

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

12

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

2012 mencapai USD153,4 juta, atau menurun 20,14% dibandingkan posisi yang

sama tahun sebelumnya. Kondisi ekonomi dunia khususnya Amerika dan Eropa

yang masih dalam ketidakpastian mulai turut berdampak pada ekonomi Cina dan

India.

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.15. Nilai dan Volume Ekspor Non-Migas Sumbar

Sumber: Bloomberg Grafik 1.16. Rata-Rata Harga Internasional CPO

dan Karet

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.17. Volume Ekspor Non-Migas Sumbar Menurut Negara Tujuan

Sumber: BPS Grafik 1.18. Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri

dan Antar Daerah dalam PDRB Sumbar

Pelemahan permintaan dunia berpengaruh pada menurunnya harga

komoditas ekspor utama minyak kelapa sawit (CPO) dan karet mentah

(Crude Rubber). Harga karet mentah di pasar internasional pada posisi terakhir

Desember 2012 rata-rata USD303,6 sen per kg, menurun 13,1% dibandingkan

posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara harga CPO mencapai USD679,1

per metrik ton, atau menurun 30,3%.

Sudah menjalarnya perlambatan ekonomi hingga ke Cina dan India

berdampak semakin anjloknya kinerja ekspor Sumbar. Volume ekspor non-

migas Sumbar ke Cina pada posisi terakhir di 2012 menurun 56,6% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya, sementara ke India menurun 30,8% (yoy).

Menurunnya harga di pasar internasional dan pelemahan permintaan berdampak

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012R

ibu

To

n

Juta

US

D Nilai Ekspor Non-Migas (LHS)

Volume Ekspor Non-Migas (RHS)

-

100

200

300

400

500

600

700

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2009 2010 2011 2012

USD

ce

nt/

kg

USD

/me

tric

to

n

CPO (LHS) Karet (RHS)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2011 2012

Rib

u T

on

Amerika Australia

Eropa ASEAN

India Cina

(20)

(10)

-

10

20

30

40

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2010 2011 2012

Pe

rse

n

Ekspor Luar Negeri

Ekspor Antar Daerah

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

13

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

pada menurunnya perolehan nilai ekspor karet mentah sebesar 4,7% (yoy) pada

posisi terakhir di 2012, sementara nilai ekspor CPO menurun 18,4% (yoy).

Perlambatan yang terus terjadi mendorong Gabungan Pengusaha Karet Indonesia

(Gapkindo) bersama para pengusaha karet lainnya sepakat untuk segera

merealisasikan pembatasan ekspor karet yang digagas oleh tiga negara anggota

The International Tripartie Rubber Council (ITRC), yaitu Thailand, Malaysia dan

Indonesia. Pembatasan ini dilakukan untuk meningkatkan kembali harga karet di

pasar internasional agar lebih kompetitif.

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.19. Nilai dan Volume Ekspor Karet Mentah (Crude Rubber)

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.20. Volume Ekspor Komoditas Utama Sumbar

1.1.5. Impor

Impor tumbuh negatif, nilai tukar Rupiah melemah. Impor Sumbar pada

triwulan IV-2012 terkontraksi sebesar 0,65% (yoy), sedangkan triwulan

sebelumnya mampu tumbuh hingga 10,7% (yoy). Secara keseluruhan tahun, pada

2012 impor Sumbar tumbuh 7,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 14,96% (yoy). Menurunnya pertumbuhan impor ditengarai

akibat menurunnya pemenuhan pupuk impor untuk kebutuhan perkebunan, serta

melemahnya nilai tukar rupiah sepanjang September-Desember dari rata-rata

Rp9.566/USD menjadi Rp9.646/USD. Volume impor non-migas Sumbar pada posisi

terakhir di November menurun 73,67% dibandingkan posisi yang sama tahun

sebelumnya. Sementara dari sisi nilai menurun 43,82% (yoy). Berdasarkan negara

pemasok impor, penurunan volume impor terbesar berasal dari Eropa sebesar

-78,76%, dan negara-negara ASEAN sebesar -57,60%.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2011 2012

Rib

u T

on

Juta

USD

Volume Ekspor Crude Rubber (RHS)

Nilai Ekspor Crude Rubber (LHS)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2011 2012

Rib

u T

on

Juta

USD

Volume Ekspor CPO (RHS)

Nilai Ekspor CPO (LHS)

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

14

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.21. Perkembangan Nilai dan Volume Impor Non-Migas

Sumber: BPS

Grafik 1.22. Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Impor Antar Daerah dalam

PDRB Sumbar

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik 1.23. Volume Impor Non-Migas Sumbar Menurut Negara Asal Utama

Dengan terus memburuknya kinerja ekspor dibandingkan impor, maka

net-ekspor (ekspor dikurangi impor) Sumbar semakin anjlok. Net-ekspor

Sumbar pada triwulan IV-2012 menurun sebesar 12,93% (yoy), jauh lebih anjlok

drastis dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya menurun 0,75% (yoy).

Secara keseluruhan tahun 2012 net-ekspor Sumbar menurun 0,82% (yoy), dratis

menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 9,49%

(yoy). Kondisi ini menunjukkan dampak pelemahan ekonomi dunia sudah semakin

terasa dampaknya ke perekonomian Sumbar melalui jalur perdagangan ekspor-

impor, namun secara umum dampaknya masih dapat diimbangi oleh konsumsi

domestik Sumbar yang masih tinggi.

0

20

40

60

80

100

120

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2011 2012

Rib

u T

on

Juta

USD

Volume Impor Non-Migas (RHS)

Nilai Impor Non-Migas (LHS)

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Pe

rse

n

Impor Luar Negeri Impor Antar Daerah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2011 2012

Rib

u T

on

India

Cina

Amerika

Eropa

ASEAN

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

15

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

1.2. Perkembangan Sisi Penawaran

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy)

Sumber: BPS, diolah

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian membaik pada akhir tahun, khususnya pada subsektor

tanaman bahan makanan. Sektor pertanian pada triwulan IV-2012 tumbuh

4,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,05%

(yoy). Peningkatan pertumbuhan bersumber dari membaiknya produksi tanaman

bahan makanan yang mampu tumbuh mencapai 6,80% (yoy), lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh -1,10% (yoy). Buruknya produksi

tanaman bahan makanan pada triwulan sebelumnya ditengarai akibat

menurunnya aktivitas petani sehubungan bulan puasa. Kondisi ini merupakan

karakteristik kondisidi Sumbar dimana pada saat bulan puasa para petani

umumnya tidak banyak melakukan aktivitas di lahan pertanian, terutama

kegiatan tanam. Namun demikian, siklus produksi kembali normal pasca lebaran

di triwulan IV dengan sistem yang tidak mengenal musim tanam atau musim

panen, sehingga produksi dapat terjadi di sepanjang periode. Membaiknya

produksi tanaman bahan makanan tercermin pada meningkatnya pendapatan

petani. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) secara umum dibandingkan triwulan

sebelumnya meningkat dari 104,5 menjadi 104,9. Indeks NTP untuk tanaman

pangan juga meningkat dari 94,1 menjadi 95,3.

I II III IV I II III IV

Pertanian 4.55 2.93 5.07 2.63 3.79 4.13 6.03 2.05 4.14 4.07

Pertambangan & Penggalian 4.78 3.94 3.46 2.85 3.75 3.53 5.48 4.59 4.06 4.41

Industri Pengolahan 7.42 6.16 3.60 1.68 4.65 0.70 3.53 5.17 6.69 4.04

Listrik,Gas & Air Bersih 6.31 5.18 2.87 1.29 3.87 1.47 4.20 6.82 7.13 4.91

Bangunan 15.62 10.37 6.28 4.48 8.96 3.31 6.50 9.08 9.26 7.07

Perdagangan, Hotel & Restoran 11.85 8.17 4.46 3.64 6.89 4.69 7.52 8.93 8.78 7.50

Pengangkutan & Komunikasi 9.67 9.66 9.19 6.98 8.84 8.32 8.93 9.54 9.30 9.03

Keuangan, Persewaan & Jasa Perushaan 5.63 4.82 3.94 4.22 4.64 4.01 5.88 7.70 7.73 6.35

Jasa - jasa 8.39 8.46 8.22 7.63 8.17 6.15 7.05 8.26 8.97 7.63

PDRB 8.23 6.72 5.85 4.36 6.25 4.68 6.59 6.66 7.41 6.35

20112011

2012

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

16

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: BPS

Grafik 1.24. Pertumbuhan Sektor Pertanian (yoy)

Sumber: BPS

Grafik 1.25. Nilai Tukar Petani (NTP)

Kinerja subsektor perkebunan memburuk. Kondisi ini terlihat pada

pertumbuhan subsektor perkebunan pada triwulan IV-2012 yang menurun 1,41%

(yoy), sementara triwulan sebelumnya masih mampu tumbuh 5,85% (yoy). Harga

komoditas karet dan kelapa sawit yang menurun di pasar internasional ditengarai

menurunkan insentif bagi pelaku perkebunan mengingat permintaan dunia juga

melemah. Di sisi lain, pada triwulan IV terjadi panen kelapa sawit. Namun

peningkatan volume produksi kelapa sawit yang melimpah tersebut tidak dapat

diimbangi oleh penyerapan yang baik oleh industri hilir kelapa sawit domestik,

mengingat jumlahnya terbatas. Secara umum, relatif baiknya pertumbuhan

subsektor perkebunan pada sepanjang triwulan I III mampu menopang

pertumbuhan sektor pertanian secara keseluruhan pada 2012 dengan mencapai

4,07% (yoy), atau lebih baik dibandingkan pertumbuhan di tahun sebelumnya

yang mencapai 3,79% (yoy).

Sumber: BPS

Grafik 1.26. Rata-Rata Harga Gabah Kualitas Gabah Kering Panen (GKP)

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.27. Volume Impor Pupuk

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan

Sektor Pertanian

80

90

100

110

120

130

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Ind

eks

Tanaman Pangan T. Perkebunan Rakyat NTP

2000

2500

3000

3500

4000

4500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012

Rp

/k

g

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2011 2012

Rib

u T

on

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

17

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sumber: BPS

Grafik 1.28. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan (yoy)

Sumber: BPS

Grafik 1.29. Volume Impor Bahan Baku Industri Primer

Sektor industri pengolahan tumbuh meningkat seiring dengan lebih

bergairahnya konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012. Tingginya

konusmsi rumah tangga pada akhir tahun turut mendorong menggeliatnya sektor

industri pengolahan, khususnya berkaitan dengan produk makanan dan minuman

(consumer goods). Sektor industri pengolahan tumbuh 6,69% (yoy) pada triwulan

IV-2012, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,17%

(yoy). Peningkatan pertumbuhan didorong oleh subsektor industri makanan,

minuman dan tembakau dimana pada periode yang sama tumbuh meningkat dari

6,03% (yoy) menjadi 8,97% (yoy). Untuk menjawab permintaan konsumsi yang

tinggi, berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pelaku industri

meningkatkan kapasitas produksi terpakai (utilisasi) menjadi 79,1%, dari semula

awal tahun yang baru mencapai 76,9%.

Subsektor industri semen mencatatkan pertumbuhan yang tinggi dan

turut menyumbang peningkatan pertumbuhan sektor industri secara

keseluruhan.Subsektor industri semen dan barang galian bukan logam mampu

tumbuh mencapai 8,62% (yoy) pada triwulan IV, atau mampu mempertahankan

pertumbuhan tinggi dari triwulan sebelumnya yang juga tumbuh pada kisaran

sama sebesar 8,60% (yoy). Pelaku industri semen di Sumbar sepanjang 2012

mampu memproduksi semen sebanyak 6.522.006 ton, lebih tinggi dibandingkan

tahun lalu sebesar 6.151.636 ton. Sementara volume penjualannya pada 2012

sebesar 6.845.070 ton, meningkat 10,20 % dibandingkan tahun lalu yang sebesar

6.211.603 ton.

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Sektor Industri Pengolahan

Makanan, Minuman dan Tembakau

Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki

Semen & Brg. Galian bukan logam

-20

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2011 2012

Mill

ion

s

Industrial Supplies (Primary)

Industrial Supplies (Processed)

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

18

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: SKDU, Bank Indonesia

Grafik 1.30. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri

Sumber: PLN

Grafik 1.31. Konsumsi Listrik Sektor Industri (Daya Tersambung)

Namun demikian, secara keseluruhan tahun, pertumbuhan sektor industri

pengolahan pada 2012 lebih lambat dibandingkan tahun lalu. Pada 2012

sektor industri pengolahan tumbuh 4,04% (yoy), lebih lambat dibandingkan

tahun sebelumnya yang tumbuh 4,65% (yoy). Perlambatan diakibatkan oleh

lesunya beberapa kegiatan industri berbasis ekspor seiring dengan permintaan

dunia yang masih melemah, seperti industri pengolahan karet, serta industri alat

angkutan, mesin dan peralatannya.

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) masih dapat tumbuh tinggi

seiring masih maraknya perdagangan antar daerah, sedangkan

perdagangan luar negeri melambat terkait melemahnya ekspor.

Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan IV-2012 mampu tumbuh tinggi mencapai

8,76% (yoy). Meskipun tumbuh tinggi, namun pertumbuhan ini sedikit melambat

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh

mencapai 8,93% (yoy). Masih mampu tumbuh tingginya pertumbuhan sektor PHR

ditunjang oleh maraknya perdagangan antar daerah. Volume bongkar muat

barang di pelabuhan Teluk Bayur untuk perdagangan luar negeri selama triwulan

IV mencapai 2.273 ribu ton, meningkat 1,4% dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 2.241 ribu ton. Pelemahan lebih terlihat pada perdagangan luar negeri

seiring dengan melemahnya ekspor akibat permintaan dunia yang melesu.

68.9

71.5

76.4

78.1

73.9

76.176.9

78.379.0 79.1

62.0

64.0

66.0

68.0

70.0

72.0

74.0

76.0

78.0

80.0

III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Pe

rse

n

142

144

146

148

150

152

154

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012

Juta

VA

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

19

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Volume bongkar muat barang untuk perdagangan luar negeri di triwulan IV

mencapai 665 ribu ton, atau menurun 12,1% dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 757 ribu ton. Hal ini juga terlihat pada PDRB di sisi penggunaan

pada ekspor barang dan jasa, dimana ekspor antar daerah pada triwulan IV

tumbuh 23,23% (yoy), sedangkan ekspor luar negeri menurun sebesar 17,31%

(yoy).

Sumber: BPS

Grafik 1.32. Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sumber: PT Pelindo II

Grafik 1.33. Arus Barang di Pelabuhan Teluk Bayur

Subsektor hotel tumbuh meningkat dengan banyaknya beroperasi hotel-

hotel baru dan meningkatnya kunjungan wisatawan. Subsektor hotel

tumbuh 10,79% (yoy) pada triwulan IV, jauh lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang baru mencapai 6,23% (yoy). Selain mulai

berdiri dan beroperasinya kembali hotel-hotel berbintang yang semula rusak dan

hancur akibat gempa 2009, juga mulai banyaknya hotel-hotel baru yang

beroperasi di daerah yang menjadi pusat keramaian di Sumbar, seperti di Kota

Padang dan Kota Bukittinggi. Tingkat hunian hotel berbintang pada perayaan

akhir tahun mampu mencapai 61,11%, jauh di atas rata-ratanya yang sebesar

48,84%. Selain itu, kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke

Sumbar pun mengalami peningkatan, dimana pada triwulan IV jumlahnya

mencapai 10.917 wisatawan, meningkat 10,23% dibandingkan posisi yang sama

tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, selama 2012 terdapat 36.623 wisatawan

mancanegara yang berkunjung ke Sumbar, atau meningkat 8,27% dibandingkan

tahun lalu yang sebanyak 33.827 wisatawan.

Dengan demikian, secara keseluruhan tahun 2012, sektor PHR mampu

tumbuh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan perdagangan

antar daerah yang marak, terutama antar daerah di Sumatera, serta mulai

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Sektor PHR

Perdagangan Besar & Eceran

Hotel

Restoran

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012

Rib

u T

on

Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan Dalam Negeri

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

20

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

kembali ramainya kunjungan wisatawan ke Sumbar mendorong pertumbuhan

sektor PHR selama 2012 mampu mencapai 7,50% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya yang sebesar 6,89% (yoy).

Sumber: BPS

Grafik 1.34. Tingkat Hunian Hotel Berbintang

Sumber: BPS

Grafik 1.35. Jumlah Wisman Melalui Bandara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan

Teluk Bayur

1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber: BPS

Grafik 1.36. Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber; PT Angkasa Pura

Grafik 1.37. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara International

Minangkabau

Semakin tingginya mobilitas penduduk maupun pendatang, serta mulai

beroperasinya beberapa maskapai baru memasuki rute Sumbar turut

mendorong tingginya pertumbuhan sektor pengangkutan dan

komunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2012

tumbuh 9,30% (yoy). Meskipun sedikit melemah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 9,54% (yoy), namun hal ini mencatatkan betapa

maraknya aktivitas kegiatan terkait penggunaan jasa pengangkutan dan

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012

%

Tingkat Hunian Hotel Berbintang Rata-Rata

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

0

1000

2000

3000

4000

5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Ora

ng

Jumlah Wisman (sisi kiri)Pertumbuhan (yoy) (sisi kanan)

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sub-Sektor Pengangkutan

Sub-Sektor Komunikasi

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2010 2011 2012

Ora

ng

Ora

ng

Domestik (LHS)

Internasional (RHS)

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

21

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari mulai masuknya maskapai penerbangan

baru seperti Tiger Airways dan Citilink, serta penambahan jadwal rute

penerbangan oleh maskapai yang sudah lama beroperasi mendorong mobilitas

penduduk maupun pendatang dari Sumbar ke wilayah-wilayah lainnya. Hal ini

terbukti pada pertumbuhan subsektor angkutan udara yang mampu tumbuh

12,09% (yoy) pada triwulan IV, sementara subsektor angkutan jalan raya tumbuh

lebih rendah dengan mencapai 8,46% (yoy). Berdasarkan data PT Angkasa Pura,

Jumlah penumpang untuk penerbangan domestik di Sumbar pada triwulan IV

mencapai 641.960 orang, atau meningkat 19,95% dibandingkan posisi yang sama

tahun sebelumnya, sementara untuk penerbangan internasional mencapai

129.272 orang, atau meningkat hingga 153,23% (yoy).

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

22

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Kondisi di Sumatera, khususnya di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) yang

meliputi Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau menunjukkan kondisi surplus produksi

beras terjadi di Sumbar dan Jambi yang secara total seharusnya dapat mengkompensasi defisit

produksi beras di Riau dan Kepri. Namun faktanya, kebutuhan pemenuhan beras sebagian

dilakukan melalui kegiatan impor. Dengan semakin adanya keterbukaan perdagangan, bahan

pangan sebagai barang ekonomi dapat mengalir pada daerah lain yang mampu membayar

dengan harga lebih tinggi. Imbasnya, suatu daerah meskipun sebagai sentra produksi belum tentu

menjamin bahwa ketersediaan pangannya mencukupi permintaan semua penduduknya di daerah

tersebut. Selama belum ada mekanisme yang mampu mengontrol ketersediaan bahan pangan

yang baik, bukan tidak mungkin meski secara data dan informasi menunjukkan terjadinya surplus

produksi pangan di suatu daerah, namun realitas di lapangan menunjukkan terjadinya

kesenjangan antara realisasi ketersediaan dengan tingkat kebutuhan penduduknya.

Kondisi tersebut juga akan berimplikasi terhadap adanya variabilitas dan disparitas harga

pangan antar daerah. Harga pangan akan cenderung lebih tinggi pada daerah yang defisit

produksi pangan, kondisi infrastruktur yang kurang memadai, jarak atau lokasi spatial yang

semakin jauh dengan sentra produksi pangan, serta akses impor bahan pangan yang terbatas.

Perbedaan harga antar daerah tersebut ditenggarai dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

namun tentunya tidak terlepas dari hukum permintaan maupun penawaran.

Sejalan itu, dilakukan upaya pengukuran seberapa besar perbedaan harga komoditas

antar daerah (propinsi) yang dapat diindikasikan oleh koefisien variasi harga komoditas yang

bersangkutan. Adapun formulanya adalah sebagai berikut:

Dimana:

CV = Koefisien variasi (%)

SD = Standar deviasi harga komoditas semua daerah selama periode observasi (Rp/kg)

H = Rata-rata harga komoditas di setiap daerah selama periode observasi (Rp/kg)

1. Komoditas Beras

Asesmen perkembangan harga beras melalui koefisien variasi menunjukkan tren

penurunan antar waktu dengan rata-rata selama 2002-2010 sebesar 0,14. Selama 5 tahun terakhir

koefisien variasi harga beras relatif stabil, dari 0,13 pada triwulan IV-2005 kemudian sedikit

menurun menjadi 0,12 pada triwulan IV-2010. Relatif kecilnya koefisien variasi dengan

kecenderungan menurun tidak terlepas dari banyaknya sejumlah kebijakan pemerintah dalam

menjaga kestabilan harga beras seiring sebagai bahan pokok utama masyarakat Indonesia (staple

food). Program stabilisasi harga melalui operasi pasar, pengelolaan cadangan beras yang cukup

oleh Bulog, serta kebijakan-kebijakan ad hoc untuk impor sejumlah pasokan beras ketika harga

beras domestik bergejolak ditenggarai sebagai faktor relatif kecilnya koefisien variasi harga beras

di wilayah Sumbagteng.

BOKS 1 Disparitas Harga 5 Komoditas Utama di Wilayah Sumatera Bagian Tengah

(Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kep.Riau)

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

23

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: hasil estimasi

Sumber: hasil estimasi

Grafik 1. Koefisien Variasi Beras Gambar 1. Peta Variasi Harga Beras

Berdasarkan pemetaan, sebagian besar variasi harga tertinggi tersebar di daerah yang bukan merupakan sentra produksi seperti di Riau (Bengkalis, Pekanbaru dan Kampar), begitupula di Jambi (Tebo, Sarolangun dan Muaro Jambi). Sementara di daerah sentra produksi beras di Sumbar, di Kota Padang koefisien variasi relatif tinggi dibandingkan kab/kota di wilayah yang sama. Hal ini diindikasikan karena tingginya tingkat permintaan mengingat jumlah penduduk dan level pendapatan masyarakat di Kota Padang relatif lebih tinggi dibandingkan kota/kab lainnya di Sumbar. Fenomena yang menarik juga terlihat di Kep. Riau, meskipun tidak memiliki kegiatan produksi beras di wilayahnya,namun koefisien variasi harga beras dapat rendah mengingat relatif mudahnya masuk barang-barang impor, tidak terkecuali beras.

2. Komoditas Gula Pasir

Sumber: hasil estimasi

Sumber: hasil estimasi

Grafik 2. Koefisien Variasi Gula Gambar 2. Peta Variasi Harga Gula

Perkembangan koefisien variasi harga gula relatif lebih tinggi dibandingkan harga beras. Rata-rata koefisien variasi harga gula sepanjang 2002-2010 sebesar 0,18, dengan tren kecenderungan antar waktu yang menunjukkan penurunan. Dibandingkan 5 tahun lalu, variasi harga gula sudah relatif membaik dari semula sempat menyentuh 0,35 pada triwulan IV-2005 kemudian berangsur menurun menjadi 0,15 pada triwulan IV-2010. Variasi harga gula yang tinggi pada 2005 dan 2008 terjadi terkait dengan kebijakan pengetatan impor gula di 2005, serta anjloknya produksi gula di negara mitra impor akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif di sepanjang 2008. Peta variasi harga gula tertinggi terjadi di wilayah Sumbar, khususnya di Kep.Mentawai di mana kondisi infrastruktur distribusi barang relatif sulit melalui laut, dan juga di Merangin (Jambi) yang kondisi infrastruktur jalan juga belum memadai.

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Koefisien Variasi

Trendline

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Koefisien Variasi

Trendline

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

24

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

3. Komoditas Minyak Goreng

Perkembangan koefisien variasi harga minyak goreng meskipun sempat tinggi pada 2005

dan 2008 namun dapat kembali menurun di sepanjang 2009-2010. Rata-rata koefisien variasi

harga minyak goreng sepanjang 2002-2010 sebesar 0,15. Meskipun wilayah Sumbagteng

merupakan sentra produksi kelapa sawit, namun karena kelapa sawit juga merupakan komoditas

ekspor utama Sumbagteng, maka pergerakan harganya banyak dipengaruhi pergerakan harga

crude palm oil (CPO) di pasar internasional.

Sumber: hasil estimasi

Sumber: hasil estimasi

Grafik 3. Koefisien Variasi Minyak Goreng Gambar 3. Peta Variasi Harga Minyak Goreng

Koefisien variasi di 2005 yang sempat berada di level 0,23 dan di 2008 yang menyentuh

0,25 merupakan dampak dari melemahnya harga CPO di pasar internasional. Kondisi ini

berdampak pula pada penurunan harga tandan buah segar kelapa sawit domestik yang berimbas

menurunnya insentif produksi oleh para pelaku perkebunan. Penurunan produksi berimbas pada

menurunnya pasokan bahan baku produksi minyak goreng, sementara tingkat permintaan

masyarakat tetap tinggi. Hal ini kemudian berdampak pada meningkatnya harga minyak goreng.

Namun demikian, seiring dengan pasokan bahan baku yang relatif stabil, dan rerorientasi pelaku

perkebunan untuk memasok kelapa sawit ke industri hilir kelapa sawit domestik ketika harga di

pasar internasional dianggap tidak terlalu kompetitif mendorong pasokan produksi minyak

goreng mencukupi. Hal ini terlihat pada semakin menurunnya koefisien variasi harga minyak

goreng pada 2010 yang hanya sebesar 0,07.

Berdasarkan peta variasi harga minyak goreng, menunjukkan variasi harga tertinggi terjadi

di Kep. Riau, baik di Karimun, Batam, Lingga, Bintan, dan Tanjung Pinang. Pasokan minyak goreng

yang sebagian dapat dipenuhi melalui impor langsung ke Kep. Riau harganya berada di atas rata-

rata harga minyak goreng domestik, khususnya pada sepanjang 2008 dimana harga minyak

goreng di Kep. Riau rata-rata sebesar Rp15.500, sementara di daerah lain di Sumbagteng masih

berada pada kisaran Rp7.000-Rp11.000.

4. Komoditas Bawang Merah

Koefisien variasi harga bawang merah sepanjang 2002-2010 secara umum menunjukkan

kecenderungan menurun dengan rata-rata sebesar 0,17. Pada penghujung periode observasi

sempat mengalami peningkatan menjadi 0,20 pada triwulan IV-2010 yang diakibatkan oleh

menurunnya pasokan bawang merah terkait kendala produksi di Pulau Jawa seiring kondisi cuaca

yang kurang kondusif. Variasi harga bawang merah di sejumlah relatif lebih rendah dibandingkan

daerah-daerah lain di Sumbagteng, karena selain pemenuhan pasokan bawang merah berasal dari

Pulau Jawa, beberapa daerah di Sumbar juga terdapat sentra produksi bawang merah meskipun

dengan skala kecil.

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Koefisien Variasi

Trendline

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

25

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: hasil estimasi

Sumber: hasil estimasi

Grafik 4. Koefisien Variasi Bawang Merah Gambar 4. Peta Variasi Harga Bawang Merah

Sementara variasi harga di Riau relatif tinggi, khususnya di daerah dengan permintaan dan

level pendapatan tinggi di Pekanbaru, serta beberapa daerah yang imfrastrukturnya masih kurang

memadai seperti Dumai, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Hal yang sama juga terjadi di beberapa

daerah di Jambi seperti Tj.Jabung Timur, Muaro Jambi, Merangin dan Sarolangon. Akses impor

bawang yang relatif sulit karena lokasi geografis yang lebih jauh dengan akses impor utama di

Batam juga menjadi penyebab variasi harga yang tinggi di Lingga, Kep. Riau.

5. Komoditas Cabe Merah

Berbeda dengan empat komoditas sebelumnya, koefisien variasi harga cabe merah di

Sumbagteng menunjukkan tren peningkatan dengan rata-rata sepanjang 2002-2010 sebesar 0,28.

Pasokan cabe merah banyak berasal dari Pulau Jawa untuk pemenuhan permintaan yang tinggi.

Dengan demikian jika terjadi kendala produksi cabe merah di Pulau Jawa akan berdampak pada

menurunnya jumlah pasokan yang kemudian berimbas pada peningkatan harga. Situasi ini terjadi

pada sepanjang 2010, dimana koefisien variasi tertinggi mencapai 0,46.

Berdasarkan peta variasi harga terhadap harga-harga di Sumbagteng,variasi harga cabe merah tertinggi banyak terdapat di Sumbar, dimana masyarakatnya memiliki karakteristik pengkonsumsi cabe merah tertinggi di Sumabgteng. Beberapa daerah tersebut antara lain di Pasaman Barat, Padang Pariaman dan Solok Selatan.

Sumber: hasil estimasi

Sumber: hasil estimasi

Grafik 5. Koefisien Variasi Cabe Merah Gambar 5. Peta Variasi Harga Cabe Merah

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Koefisien Variasi

Trendline

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.50

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Koefisien Variasi

Trendline

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

26

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

27

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB II

PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

Tekanan inflasi di akhirtahun 2012 cenderung menurun. Inflasi tahunan

kota Padang pada triwulan IV-2012dapat terjaga pada level yang moderat

sebesar 4,16% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh pengaruh inflasi dari sisi

permintaan (demand side) yang relatif minimal sementara pasokan bahan

makanan juga masih cukup terjaga. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia

Padang menunjukkan kapasitas pengeluaran konsumsi masyarakat di akhir

triwulan IV-2012 cenderung menurun. Demikian pula ekspektasi masyarakat

terhadap inflasi pada triwulan ini cenderung menurun.

2.1. Perkembangan Inflasi Kota Padang

Di akhir tahun 2012, inflasi tahunan kota Padang menunjukkan

kecenderungan yang menurun. Inflasi kota Padang pada triwulan IV-2012

berada pada level yang relatif rendah mencapai 4,16% dan berada dibawah inflasi

rata-rata inflasi selama 3 tahun terakhir (2009-2011) yang mencapai 5,53%. Hal ini

didukung oleh ketersediaan pasokan bahan makanan yang masih cukup memadai

sementara tekanan permintaan relatif terjaga. Sejalan dengan kecukupan

pasokan bahan makanan, indeks harga kelompok bahan makanan mengalami

penurunan yang cukup signifikan di triwulan IV-2012 yakni dari 2,44% (yoy)

menjadi 0,27% (yoy). Sementara itu, pergerakan indeks harga kelompok sandang

juga cenderung melambat mencapai 6,95% (yoy), dari sebelumnya 9,65% (yoy)

pada triwulan III-2012. Hal ini sejalan dengan tren pergerakan harga emas

internasional yang menurun.

Tekanan inflasi dari sisi permintaan cenderung menurun. Hal ini tercermin

dari pergerakan inflasi inti yang sedikit menurun, yaitu dari 5,49% pada triwulan

III-2012 menjadi 5,26% pada triwulan IV-2012.1Berdasarkan hasil Survei Konsumen

1Inflasi inti adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan

ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen/ menetap.

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

28

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

(SK), indeks pengeluaran konsumen saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu

menunjukkan adanya penurunan, yaitu dari 168,5 pada akhir triwulan III-2012

menjadi 167,5 pada akhir triwulan IV-2012. Selain itu, ekspektasi masyarakat

terhadap inflasi mulai menurun. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK), Indeks

Ekspektasi Konsumen (IEK) meningkat dari 106,3 menjadi 105,67.

Inflasi kota Padang bergerak searah dengan perkembangan inflasi

nasional, dan berada pada level yang lebih rendah. Denganinflasi sebesar

4,16% (yoy), inflasi kota Padang tersebut berada dibawah inflasi nasional nasional

yang mencapai 4,4% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.38. Perkembangan Inflasi Kota Padang & Nasional (y-o-y)

Inflasi triwulanan kota Padang juga mengalami penurunan. Inflasi

triwulanan kota Padang turun dari 1,76% (qtq) pada triwulan III-2012 menjadi

1,01% (qtq) pada triwulan IV-2012. Penurunan ini bersumber dari penurunan

harga pada kelompok pendidikan yang sangat signifikan mencapai 0,21% (qtq),

dari sebelumnya 11,43% (qtq). Demikian pula inflasi pada di kelompok sandang,

kelompok makanan jadi, dan kelompok transpor bergerak turun, dengan angka

inflasi masing-masing mencapai 1,48% (qtq), 1,91% (qtq), dan 0,33% (qtq).

Meredanya tekanan inflasi triwulan ini sejalan dengan siklus triwulanan pasca

dimulainya tahun baru ajaran sekolah dan lebaran Idul Fitri yang pada tahun ini

terjadi pada triwulan yang sama. Di sisi lain, kelompok bahan makanan tercatat

I II III IV I II III IV I II III IV I II III* IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Nasional 8,8 7,4 9,0 17, 15, 15, 14, 6,6 6,5 5,7 6,9 6,5 8,1 11 12, 11, 7,9 3,6 2,8 2,7 3,4 5,0 5,8 6,9 6,6 5,5 4,6 3,7 3,9 4,5 4,3

Padang 12, 8,3 11, 20, 14, 16, 14, 8,0 10, 7,7 9,0 6,9 7,5 12, 13, 12, 9,2 2,8 3,5 2,0 3,0 6,9 4,8 7,8 8,3 4,8 7,3 5,3 3,9 6,1 4,7

0

5

10

15

20

pe

rse

n (%

)

* Mulai menggunakan tahun dasar 2007

BBM Naik

BBM Naik

BBM Turun

Padang

Nasional

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

29

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

mengalami inflasi sebesar 1,27%, naik dari sebelumnya deflasi 0,77%. Kenaikan

ini antara lain disebabkan oleh pasokan bahan makanan yang relatif terbatas

khususnya cabe merah.

2.2. Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di

Provinsi Tetangga

Inflasi tahunan di semua kota di wilayah Sumatera Bagian Tengah lebih

rendah dibandingkan nasional. Pada periode laporan,inflasi tahunan kota

Jambi merupakan yang tertinggi dibandingkan seluruh kota di Wilayah

Sumbagteng, namun masih lebih rendah dibandingkan nasional, yakni mencapai

4,22% (yoy), diikuti oleh Padang dengan inflasi sebesar 4,16% (yoy). Di sisi lain,

tingkat inflasi tahunan terendah terjadi di kota Batam sebesar 2,02% (yoy).

Sementara inflasi di kota-kota lainnya berada pada level 3%, dengan inflasi kota

Dumai sebesar 3,21% (yoy), Pekanbaru sebesar 3,35% (yoy), dan Tanjung Pinang

sebesar 3,92% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.39. Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang & Kota-kota di Propinsi Tetangga (y-o-y)

Inflasi triwulanan di semua wilayah Sumbagteng memiliki pola

pergerakan yang menurun. Inflasi triwulanan tertinggi di wilayah Sumbagteng

terjadi di kota Padang dengan inflasi sebesar 1,01% (qtq) sedangkan inflasi di

kota-kota lainnya relatif rendah di bawah 1%. Dalam hal ini, inflasi triwulanan

terendah terjadi di kota Tanjung Pinang dan Jambi, dengan inflasi sebesar 3,20%

(qtq). Sementara inflasi di kota Dumai mencapai 0,82%, Pekanbaru sebesar 0,66%,

dan Batam sebesar 0,49% (qtq).

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

30

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa

2.3.1. Inflasi Tahunan

Sebagian besar pergerakan indeks harga kelompok barang dan jasa

cenderung melambatdi triwulan IV-2012. Inflasi tahunan kota Padang yang

relatif rendah di akhir tahun 2012 ini terutama bersumber dari rendahnya inflasi

pada kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,27%

(yoy), turun dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 2,44%

(yoy).Demikian pula kelompok sandang tercatat mengalami inflasi yang menurun,

dari sebelumnya 9,65% (yoy) menjadi 6,95% (yoy). Penurunan inflasi pada kedua

kelompok ini cukup menahan kenaikan inflasi yang terjadi pada beberapa

kelompok pengeluaran lainnya, sehingga secara umum inflasi kota Padang pada

triwulan ini dapat bergerak turun dan berada pada level yang cukup rendah. Di

sisi lain, terjadi kenaikan inflasi pada beberapa kelompok pengeluaran seperti

kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok kesehatan, dan

kelompok transpor. Kenaikan indeks harga terbesar terjadi pada kelompok

makanan jadi sebesar 8,18% (yoy) dari sebelumnya 7,55% (yoy), diikuti oleh

kelompok transpor yang meningkat dari 3,27% (yoy) menjadi 4,13% (yoy).

Kelompok makanan jadi tersebut memberikan andil inflasi yang terbesar

mencapai 1,56%, sedangkan andil inflasi kelompok transpor mencapai 0,67%. Di

sisi lain, meski inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mulai

menurun, namun masih berada pada level yang tinggi sebesar 12,31% (yoy).

Kelompok ini pun memberikan andil inflasi tahunan terbesar kedua yaitu

mencapai 0,75%.

Ketersediaan pasokan bahan makanan yang lebih baik dibandingkan

tahun lalu membuat pergerakan inflasi tahunan kelompok bahan

makanan cenderung menurun. Turunnya inflasi kelompok bahan makanan

terutama berasal dari deflasi yang terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan,

dengan komoditas utama penyumbang deflasi adalah cabe merah. Indeks harga

cabe merah mengalami penurunan hingga terjadi deflasi sebesar 45%

dibandingkan tahun lalu, dan memberikan andil deflasi terhadap inflasi tahunan

sebesar 1,78%. Berdasarkan hasil SPH yang dilakukan Bank Indonesia, rata-rata

harga cabe merah di triwulan IV-2012 turun sebesar 24,23% dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh produksi

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

31

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

yang cukup terjaga dan distribusi pasokan yang relatif lancar dibandingkan tahun

lalu.

Dari sisi permintaan, tekanan inflasi relatif minimal. Momen tahun ajaran

baru sekolah dan lebaran yang hampir bersamaan pada tahun ini mendorong

peningkatan pengeluaran di triwulan III-12 yang lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya, sehingga masyarakat menjadi lebih cenderung berhemat di akhir

tahun ini. Hasil survei konsumen menunjukkan adanya penurunan indeks

pengeluaran saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu dari sebelumnya 172,5 pada

periode yang sama tahun 2011 menjadi 167,5.

Pergerakan inflasi kelompok Sandang cenderung menurun. Inflasi

kelompok sandang pada triwulan IV-2012 mencapai 6,95%, turun dari sebelumnya

9,54% (yoy) pada triwulan III-2012. Penurunan ini terutama bersumber dari

melambatnya pergerakan indeks harga pada subkelompok barang pribadi dan

sandang lain yaitu dari 25,16% (yoy) menjadi 14,52% (yoy). Hal ini tidak terlepas

dari perkembangan harga emas, terutama harga emas dunia. Meski pada triwulan

ini harga emas di pasar internasional kembali menunjukkan adanya kenaikan

sebesar 2,05% yakni dari rata-rata sebesar US$1.683,2/OZ pada triwulan IV-2011

menjadi US$1.717,6/OZ, namun kenaikan ini jauh lebih rendah dibandingkan

kenaikan harga emas di akhir tahun 2011 yang mencapai 22,89%. Sementara itu,

berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, harga rata-rata

emas perhiasan (24 karat) pada triwulanIV-2012 telah mengalami kenaikan

sebesar 9,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy,

%)

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil

UMUM / TOTAL 3,95 3,95 6,19 6,19 4,74 4,74 4,16 4,16

Bahan Makanan 1,01 0,31 9,57 2,80 2,44 0,73 0,27 0,08

Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau 8,49 1,57 7,12 1,36 7,55 1,44 8,18 1,56

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,94 0,37 2,41 0,46 2,81 0,52 2,95 0,54

Sandang 14,71 0,84 13,53 0,80 9,65 0,59 6,95 0,43

Kesehatan 5,17 0,18 5,03 0,18 3,73 0,13 3,77 0,13

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 6,39 0,38 6,46 0,39 12,71 0,78 12,31 0,75

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1,83 0,31 1,24 0,21 3,27 0,54 4,13 0,67

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok Barang & Jasa Tw. II Tw. III Tw. IV

2012

Tw. I

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

32

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

2.3.2. Inflasi Triwulanan

Inflasi triwulanan pada periode laporan mengalami penurunan. Inflasi

triwulanan kota Padang pada periode laporan tercatat sebesar 1,01% (qtq), turun

dari triwulan sebelumnya yang mencapai 1,76% (qtq). Meski menurun, namun

masih relatif tingginya inflasi pada triwulan initerutama bersumber dari kenaikan

indeks harga yang cukup signifikan pada kelompok bahan makanan, dari

sebelumnya deflasi 0,77% (qtq) menjadi inflasi 1,27% (qtq). Demikian pula

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga mengalami kenaikan

indeks harga namun relatif kecil, yaitu dari 0,05% menjadi 0,19% (qtq).

Sementara itu kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi triwulanan yang

menurun, meski beberapa diantaranya tercatat mengalami inflasi di atas 1%.

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %)

Kenaikan indeks harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan

sejalan dengan kenaikan indeks harga yang signifikan pada subkelompok

bumbu-bumbuan. Pada triwulan laporan, subkelompok bumbu-bumbuan

tercatat mengalami inflasi sebesar 6,34% (qtq), atau naik signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 28,80% (qtq). Namun

demikian, inflasi pada triwulan ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada

triwulan IV-2011 yang mencapai 27,75% (qtq). Subkelompok ini memberikan andil

inflasi sebesar0,18%. Dilihat secara bulanan, inflasi pada kelompok bahan

makanan terutama terjadi pada bulan Oktober yang mencapai 1,40,% (mtm) dan

bulan Desember 2012 dengan inflasi sebesar 2,33% (mtm), sedangkan pada bulan

November terjadi deflasi sebesar 2,40% (mtm). Pada bulan Oktober, permintaan

terhadap komoditas bahan makanan cenderung meningkat karena adanya

momen lebaran Idul Adha sedangkan di bulan Desember tekanan inflasi lebih

Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil

UMUM / TOTAL 0,09 0,09 1,25 1,25 1,76 1,76 1,01 1,01

Bahan Makanan -3,00 -0,92 2,87 0,85 -0,77 -0,23 1,27 0,37

Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,67 0,32 0,89 0,17 3,49 0,67 1,91 0,38

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 2,00 0,37 0,37 0,07 0,05 0,01 0,51 0,09

Sandang 0,54 0,03 1,66 0,10 3,12 0,20 1,48 0,09

Kesehatan 1,23 0,04 1,76 0,06 0,55 0,02 0,19 0,01

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,38 0,02 0,20 0,01 11,43 0,69 0,21 0,01

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1,41 0,23 -0,16 -0,03 2,50 0,40 0,33 0,05

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Tw. IV

2012

Tw. I Tw. II Tw. IIIKelompok

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

33

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

bersumber pada faktor supply atau pasokan yang relatif terbatas terkait dengan

kondisi cuaca yang kurang baik.

Kenaikan harga subkelompok bumbu-bumbuan mendorong kenaikan

indeks harga kelompok bahan makanan. Secara triwulanan indeks harga

pada subkelompok ini mengalami kenaikan sebesar 6,34% (qtq), meningkat cukup

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang deflasi 28,80% (qtq). Kenaikan

ini bersumber dari naiknya harga cabe merah yang pada triwulan ini mengalami

kenaikan indeks hargasebesar 4,71%(qtq), naik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami tercatat deflasi hingga 44,72% (qtq). Dengan

kenaikan tersebut, komoditas ini memberikan andil inflasi sebesar 0,06%.

Keterbatasan pasokan cabe merahmenjadi salah satu penyebab naiknya harga

pada subkelompok bumbu-bumbuan. Hal ini antara lain terkait dengan kondisi

cuaca dimana curah hujan yang relatif tinggi sehingga mempengaruhi kualitas

hasil panen. Selain itu adanya momen lebaran Idul Adha turut memberikan

tekanan dari sisi permintaan. Di bulan Oktober, rata-rata harga cabe merah pada

tingkat produsen di beberapa kabupaten di Sumatera Barat mengalami kenaikan.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, rata-rata harga cabe merah pada bulan

Oktober 2012 mengalami kenaikan sebesar 36,55% dibandingkan akhir triwulan

III-2012, yaitu dari Rp15.000/kg menjadi Rp20.500/kg. Sementara itu, hasil

pemantauan Bank Indonesia melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) yang

dilakukan secara berkala menunjukkan adanya sedikit kenaikan harga cabe merah

di bulan Oktober 2012, dimana rata-rata harga cabe merah di bulan Oktober 2012

naik dari Rp27.600/kg menjadi Rp 27.790/kg atau 0,68%.

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %)

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Bahan Makanan 1,07 -5,17 6,14 3,46 -3,00 2,87 -0,77 1,27

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 17,01 -9,98 2,00 5,77 3,73 -9,93 2,95 2,52

Daging dan Hasil-hasilnya 1,93 2,17 1,25 -3,03 1,41 0,15 3,65 2,36

Ikan Segar 1,84 6,28 3,57 -6,14 4,74 1,57 1,29 0,90

Ikan Diawetkan 2,59 6,56 0,04 -2,00 1,51 0,18 14,70 0,44

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2,45 1,05 6,31 1,19 3,89 0,05 2,03 -0,41

Sayur-sayuran 3,53 2,14 7,57 0,84 -6,85 4,47 5,14 -2,89

Kacang - kacangan -0,16 0,53 0,38 -0,03 7,45 -1,75 14,46 -0,20

Buah - buahan 2,96 -1,64 3,02 2,53 0,25 2,88 4,48 -0,03

Bumbu - bumbuan -29,96 -32,77 38,27 27,75 -35,41 54,77 -28,80 6,34

Lemak dan Minyak 10,26 0,33 4,28 -0,71 0,41 0,71 1,95 -1,29

Bahan Makanan Lainnya 3,68 3,46 2,97 3,72 0,15 0,00 0,00 -0,92

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok / Subkelompok2011 2012

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

34

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Pada triwulan laporan, inflasi kelompok makanan jadi mengalami

penurunan. Namun demikian, inflasi pada kelompok ini masih berada pada level

di atas 1% yaitu mencapai 1,91% (qtq), turun dari sebelumnya 3,49% (qtq).

Melambatnya laju inflasi ini bersumber dari deflasi yang terjadi pada

subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar -0,12% (qtq) dan inflasi

yang rendah pada subkelompok makanan jadi sebesar 0,15% (qtq). Di sisi lain,

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol masih terus menunjukkan

kenaikan harga sebesar 6,36% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,36%.

Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap peningkatan indeks harga

pada subkelompokini adalah rokok kretek putih sebesar 0,16%, rokok kretek filter

sebesar 0,11%, dan rokok kretek sebesar 0,09%. Kenaikan harga rokok ini tidak

terlepas dari adanya kenaikan cukai rokok di tahun 2012.

Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %)

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar meningkat,

didorong oleh kenaikan subkelompok biaya tempat tinggal. Pada triwulan

laporan, kenaikan indeks harga pada subkelompok biaya tempat tinggal

mencapai 0,51% (qtq), terutama disebabkan oleh kenaikan biaya kontrak rumah

dan harga bahan bangunan seperti pasir dan semen. Dengan inflasi sebesar 3,96%

(qtq), kontrak rumah memberikan andil inflasi sebesar 0,08%. Kenaikan harga

bahan bangunan antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan. Hal ini

terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan di sektor konstruksi yang pada

triwulan ini mencapai 9,26% (yoy) atau secara triwulanan mencapai 1,63% (qtq).

Data realisasi pengadaan semen pun menunjukkan adanya peningkatan hingga

11,9% (yoy) selama triwulan IV-2012. Di sisi lain, indeks harga subkelompok

perlengkapan RT mengalami penurunan dan mencapai deflasi -0,25%.Program

konversi minyak tanah ke gas yang mulai diberlakukan di Sumatera Barat pada

bulan Desember 2012 belum terlihat memberikan dampak yang signifikan

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 1,29 2,17 3,08 1,32 1,67 0,89 3,49 1,91

Makanan Jadi 1,16 2,16 1,84 0,46 0,09 0,47 1,90 0,15

Minuman yang Tidak Beralkohol 0,93 1,63 2,34 0,18 1,61 2,67 5,63 -0,12

Tembakau dan Minuman Beralkohol 1,78 2,49 6,31 3,77 5,06 0,85 5,61 6,36

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok / Subkelompok2011 2012

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

35

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

terhadap inflasi. Hal ini terlihat dari stabilnya harga pada subkelompok bahan

bakar, penerangan dan air.

Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %)

Pergerakan indeks harga kelompok sandang menurun. Inflasikelompok

sandang pada triwulan ini mencapai 1,48% (qtq), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 3,12% (qtq)maupun periode yang sama

sebesar 4,04% (qtq).Inflasi terutama bersumber dari subkelompok barang pribadi

dan sandang lain yang pada triwulan ini mencapai 4,13% (qtq). Emas perhiasan

masih menjadi komoditas utama yang mempengaruhi pergerakan indeks harga

pada subkelompok ini. Kenaikan indeks harga emas perhiasan di triwulan laporan

tercatat sebesar 4,8% (qtq). Hal ini sejalan dengan pergerakan harga emas

internasional yang sedikit meningkat di akhir periode laporan sebesar 3,68%

(qtq). Selama triwulan IV-2012, andil inflasi emas perhiasan mencapai 0,08%.

Meski terjadi kenaikan harga emas perhiasan di bulan Oktober dan Desember,

namun sempat terjadi deflasi yang terjadi di bulan November 2012 sehingga

dapat sedikit menahan laju inflasi pada kelompok sandang. Berdasarkan hasil SPH,

rata-rata harga emas perhiasan di triwulan IV-2012 mengalami kenaikan sebesar

9,65% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 492.260/gram menjadi

Rp539.760/gram untuk emas 24 karat.

Tabel 2.8.

Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq, %)

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 3,79 -0,09 -0,34 0,38 2,00 0,37 0,05 0,51

Biaya Tempat Tinggal 6,52 -0,61 -0,76 -0,09 3,41 0,56 0,01 0,92

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,40 0,00 0,16 1,39 0,08 0,04 0,00 0,00

Perlengkapan Rumahtangga 0,40 2,39 0,22 0,00 -0,14 0,03 0,00 -0,25

Penyelenggaraan Rumahtangga 0,19 1,30 0,34 0,32 0,74 0,60 0,53 0,18

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok / Subkelompok2011 2012

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Sandang 0,12 2,71 6,77 4,04 0,54 1,66 3,12 1,48

Sandang Laki-laki 0,26 3,54 5,38 0,52 0,90 2,83 1,17 0,60

Sandang Wanita 0,37 1,97 1,80 0,11 0,25 1,97 0,54 0,00

Sandang Anak-anak 0,34 1,68 2,85 0,41 0,12 1,29 0,73 0,13

Barang Pribadi dan Sandang Lain -0,50 3,52 16,91 13,81 0,70 0,63 8,53 4,13

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok / Subkelompok2011 2012

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

36

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tren pergerakan indeks harga kelompok kesehatan terus menurun. Hal ini

sejalan dengan pergerakan indeks harga subkelompok obat-obatan dan

subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang melambat, sementara

subkelompok lainnya stabil dibandingkan triwulan. Komoditas utama yang

memiliki kontribusi terhadap peningkatan indeks harga subkelompok obat-

obatan adalah kenaikan harga vitamin sebesar 3,67% (qtq) dan obat batuk

sebesar 2,27% (qtq). Dengan kenaikan tersebut, subkelompok obat-obatan hanya

memberikan andil inflasi yang kecil sebesar 0,003%.

Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq, %)

Pergerakan indeks harga kelompok pendidikan pada triwulan laporan

relatif stabil. Setelah mengalami inflasi yang tinggi hingga mencapai level dua

digit di triwulan sebelumnya terkait dengan faktor musiman tahun ajaran baru

sekolah, inflasi kelompok pendidikan pada periode tercatat hanya mencapai

0,22% (qtq). Hampir semua subkelompok dalam kelompok ini tidak mengalami

perubahan indeks harga dibandingkan triwulan sebelumnya, kecuali pada

subkelompok rekreasi yang mengalami inflasi sebesar 1,57% (qtq). Kenaikan

indeks harga pada subkelompok ini hanya terjadi pada komoditas surat kabar

harian, dengan inflasi sebesar 6,98% (qtq). Komoditas ini memberikan andil inflasi

sebesar 0,01%.

Tabel 2.10.

Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (qtq, %)

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Kesehatan 1,11 1,90 1,81 0,15 1,23 1,76 0,55 0,19

Jasa Kesehatan 0,18 0,00 2,95 0,00 3,44 2,53 0,00 0,00

Obat-obatan 0,02 6,32 4,70 0,00 0,04 4,02 1,16 0,45

Jasa Perawatan Jasmani 0,76 0,00 0,00 1,56 0,00 0,00 0,00 0,00

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 2,25 1,86 0,21 0,07 0,35 0,59 0,78 0,25

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Kelompok / Subkelompok2011 2012

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga -0,03 0,14 5,25 0,56 0,38 0,20 11,43 0,21

Pendidikan 0,00 0,00 7,85 0,00 0,00 0,00 17,06 0,00

Kursus-kursus / Pelatihan 0,00 0,00 0,18 0,00 0,00 0,00 6,97 0,00

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan -0,29 0,84 2,47 -0,60 2,74 -0,41 1,26 0,00

Rekreasi 0,00 0,13 0,00 4,54 0,02 1,77 0,00 1,57

Olahraga 0,00 0,16 0,00 0,59 0,00 0,00 0,00 0,00

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

2012Kelompok / Subkelompok

2011

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

37

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Kelompok transport,komunikasi dan jasa keuangan mengalami kenaikan

indeks harga pada triwulan IV-2012 sebesar 0,33% (qtq). Kenaikan ini

bersumber dari kenaikan harga pada subkelompok transpor dan subkelompok

sarana dan penunjang transpor. Kenaikan kelompok transpor didorong oleh

kenaikan harga angkutan udara sebesar 4,02% (qtq), sementara pada kelompok

penunjang transpor didorong oleh kenaikan harga ban luar motor sebesar 2,97%

(qtq). Sementara itu, indeks harga pada subkelompok komunikasi dan pengiriman

dan subkelompok jasa keuangan stabil tidak mengalami perubahan.

Tabel 2.11.

Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %)

TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,87 0,43 0,48 -0,49 1,41 -0,16 2,50 0,33

Transpor 1,00 0,61 1,21 -0,66 2,10 -0,01 3,25 0,42

Komunikasi Dan Pengiriman 0,00 -0,16 -2,66 0,00 -2,92 -1,18 0,03 0,00

Sarana dan Penunjang Transpor 1,72 0,00 0,00 0,14 4,25 0,33 0,08 0,15

Jasa Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,40 0,00

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

2012Kelompok / Subkelompok

2011

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

38

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Bank Indonesia Sumatera Barat bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas

Andalas mengadakan penelitian terkait pembentukan dengan Pusat Informasi Harga

Pangan Strategis (PIHPS) kota Padang. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung

kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter dalam menjaga stabilitas makro ekonomi

dan sasaran inflasi yang terkait erat dengan stabilitas harga terutama harga bahan

pangan. Informasi harga bahan pangan di Kota Padang oleh beberapa lembaga saat ini

belum sepenuhnya membentuk harga rujukan yang diperlukan pelaku ekonomi

mengingat masih adanya inkonsistensi dan berbagai permasalahan baik dari sisi teknis

maupun kelembagaan.

Tujuan utama dari pengembangan PIHPS Kota Padang adalah untuk

meningkatkan akses informasi harga pangan yang terpadu kepada seluruh pelaku

ekonomi dan menjaga ekspektasi masyarakat dalam upaya pencapaian sasaran inflasi dan

peningkatan efisiensi perekonomian. Disamping itu PIHPS diharapkan dapat memberikan

referensi harga komoditas pangan dalam rangka menjaga kestabilan harga bahan

pangan dan memperkuat ketahanan pangan.

Dari 11 komoditi pangan strategis1 di Sumbar, cabe merah dan daging ayam

memiliki tingkat frekuensi pengadaan yang tinggi yaitu setiap hari. Hal ini dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan yang sangat tinggi dan menjaga kualitas dan kesegaran dari

produk tersebut. Pengadaan yang tinggi tersebut menyebabkan harga komoditi relatif

cepat berubah. Untuk itu, kebutuhan akan sistem PIHPS sangat diperlukan oleh

pedagang maupun konsumen rumah tangga dalam menjaga ekspektasi masyarakat dan

inflasi yang terlalu tinggi.

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

120,0%

Pedagang Rumah Tangga

Instansi Pemerintah

Setuju Tidak Setuju

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Radio Acara TV Faximile HP Telpon Rumah

Komputer Email/Internet

Pedagang Konsumen

Grafik 1. Jumlah Preferensi Responden terhadap

Pembentukan PIHPS

Grafik 2. Distibusi Responden menurut Akses Media Komunikasi

BOKS 2 :

Studi Kelayakan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS)

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

39

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Secara umum responden pedagang menjawab perlu dibentuk PIHPS yaitu sebesar

52.4% dan yang menjawab tidak perlu adalah sebesar 47.6%. Pedagang yang merasa

tidak perlu merasa khawatir dengan adanya informasi harga komoditi tersebut

menyebabkan konsumen mengetahui berapa harga beli dan jual barang dagangannya

sehingga akan memperburuk penjualan dan pendapatan mereka. Menurut rumah tangga

konsumen sekitar 97,7% menyatakan setuju dengan pembentukan PIHPS ini dikarenakan

konsumen menginginkan adanya transparansi harga antara konsumen dan pedagang

serta bisa menghemat waktu berbelanja tanpa perlu menawar harga. Pernyataan ini juga

didukung oleh semua instansi pemerintah yang setuju dengan adanya PIHPS. Manfaat

PIHPS menurut pemerintah yaitu produsen akan dapat mengetahui harga yang wajar

bagi suatu komoditas dan menghindari pengambilan keuntungan yang tidak wajar oleh

para pedagang sehingga konsumen akhir mendapatkan harga yang pantas dan adil.

Media telekomunikasi menggunakan handphone/ telpon seluler merupakan akses

media komunikasi yang paling sering digunakan dan dekat dengan masyarakat saat ini.

Hal ini terlihat sebanyak 93,9% pedagang dan 97,7% konsumen rumah tangga di

Sumbar menggunakan telpon seluler sebagai media komunikasi utama. Bagi pedagang,

telpon seluler berguna dalam kecepatan waktu dalam pengecekan ketersediaan dan

pemesanan barang dagang, berkurangnya biaya penjualan, mencari informasi hraga

komoditi yang dijual serta menghemat waktu, biaya dan tenaga. Berdasarkan kedekatan

akses media terhadap telpon seluler, Short Message Service (SMS) gateway sebagai

prioritas pertama dalam penyebaran informasi harga kebutuhan pokok oleh 60,9%

responden pedagang dan 45,8% oleh responden rumah tangga. Hal ini dapat dimaklumi

karena layanan sms gateway dapat diakses dengan mudah dan biaya yang relatif murah.

Infrastruktur dan sumber daya manusia yang mumpuni didukung dengan

mekanisme (SOP) standar dalam mengelola informasi harga pangan strategis merupakan

faktor kunci dalam menyediakan data dan informasi yang handal dan terpercaya. Survei

terhadap lembaga pemerintah mengungkapkan bahwa sebagian besar (71,43%) telah

memiliki perangkat lunak (software) mengelola informasi harga pangan strategis dan

85,71% telah dapat mengakses jaringan internet. Namun 66,7 % responden instansi

pemerintah masih belum memiliki SOP standar dalam pengambilan data dan informasi

serta 71,43% responden belum menyediakan perangkat komputer yang secara spesifik

diperuntukkan bagi pengelolaan harga pangan strategis.

Adapun pihak-pihak yang dapat dilibatkan dalam pembentukan PIHPS adalah

instansi yang terkait dengan komoditas pangan strategis seperti Dinas Pertanian, Dinas

Pasar, Dinas Peternakan, BKP, Biro Perekonomian, Bulog, Dinas Koperindag dan BPS.

Selain itu, perlu juga melibatkan produsen, pedagang grosir, pedagang eceran, YLKI, dan

petugas informasi harga.

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

40

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Selanjutnya rekomendasi kebijakan secara umum dalam pembentukan PIHPS

dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Pembentukan ataupun pemanfaatan unit kerja yang ada di instansi pemerintah

daerah menjadi payung koordinasi antar SKPD Provinsi Sumatera Barat yang

mendukung manajemen Sistem Informasi (SI) PIHPS;

2. Pengembangan dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) tenaga

teknis PIHPS melalui berbagai pelatihan terkait pengambilan data, pengolahan, dan

pelaporan informasi.

3. Manajemen sistem informasi PIHPS mestinya lebih terstruktur yang memanfaatkan

teknologi informasi (TI) dalam optimalisasi entri data, pengolahan dan diseminasi

informasi;

4. Restrukturisasi sistem pengambilan dan dokumentasi sehingga format data, waktu

pengambilan dan sampel yg digunakan seragam dan menggunakan basis Teknologi

Informasi (TI) yang terintegrasi;

5. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan membentuk pusat informasi harga

pangan strategis (PIHPS) yang terpercaya dan bertanggung jawab, mudah diakses dan

menjangkau masyarakat luas melalui diseminasi informasi yang memanfaatkan

berbagai media yang efektif.

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

41

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB III

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja bank umum di Sumbar pada triwulan IV-2012 dibandingkan

triwulan sebelumnya belum menunjukkan performa terbaiknya tercermin

dari melambatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun

penyaluran kreditnya. Meskipun pertumbuhan aset sedikit mengalami

peningkatan dari triwulan sebelumnya dengan meningkat 15,1% (yoy) menjadi

17,7% (yoy),namun jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat dari

12,7% (yoy) menjadi 11,5% (yoy). Penyebab perlambatan DPK terutama

dikarenakan perlambatan pertumbuhan jumlah tabungan. Penyaluran kredit juga

menunjukkan perlambatan dari 18,6% (yoy) menjadi 15,0% (yoy). Kegiatan di

sektor ekonomi utama seperti perdagangan, hotel dan restoran, serta industri

pengolahan yang tidak sesemarak triwulan sebelumnya menjadi salah satu faktor

perlambatan pertumbuhan kredit di Sumbar. Meskipun demikian, intermediasi

perbankan yang diindikasikan oleh Loan-to-deposit ratio (LDR) masih berjalan

dengan baik, yakni mencapai 134,1%. Disisi lain, risiko kredit atau Non Performing

Loans (NPL) masih relatif terjaga dengan hanya sebesar 2.06%.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumbar juga menunjukkan perlambatan

baik dari sisi aset, DPK, maupun penyaluran kredit. Dibandingkan triwulan

sebelumnya, pertumbuhan aset BPR di Sumbar tumbuh melambat dari 12,7%

(yoy) menjadi 8,3% (yoy). Jumlah DPK juga tumbuh melambat dari 6,5% (yoy)

menjadi 2,7% (yoy), dan diikuti pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7,0%

(yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,8% (yoy).

Perkembangan LDR masih baik dengan mencapai 111,1%. Namun kualitas kredit

masih perlu diperhatikan mengingat NPL yang masih relatif tinggi mencapai 8,1%.

Bank umum syariah terus tumbuh pesat dan ekspansif. Aset bank umum

syariah di triwulan IV-2012 mampu tumbuh 35,9% (yoy), didukung oleh

penyaluran pembiayaan yang juga mampu tumbuh pada kisaran lebih tinggi yaitu

41,7% (yoy). Namun, penghimpunan DPK sedikit memperlihatkan perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya dari 22,4% (yoy) menjadi 8,5 % (yoy). Minat

korporasi maupun lembaga pemerintahan untuk menyimpan dananya di bank

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

42

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

umum syariah masih tinggi dengan terlihat pada pertumbuhan giro yang melebihi

25% (yoy), namun pertumbuhan jumlah tabungan justru menunjukkan

penurunan.

3.1. Perkembangan Bank Umum

Tabel 3.12. Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (Juta Rupiah)

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data sementara hingga posisi terakhir di bulan November 2012

Pertumbuhan aset bank Umum di Sumatera Barat pada triwulan IV-2012

terus menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Total aset bank umum di Sumbar pada triwulan IV-2012 mencapai Rp40,1 triliun,

atau tumbuh sebesar 17,7% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,1% (yoy) (Tabel 3.1).

Kelompok bank pemerintah dengan proporsi terbesar sekitar 76% dari total aset

bank umum di Sumbar, berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan aset bank

umum dengan meningkat dari 14,5% (yoy) menjadi 17,8% (yoy), sementara aset

bank umum swasta nasional, cenderung stabil dari 17,2% (yoy) menjadi 17,3%

(yoy).

Pangsa

III IV I II III IV* III-2012 IV-2012* IV-2012*

Aset 34.522.919 34.075.288 36.252.823 37.821.353 39.737.737 40.099.344 15,1% 17,7%

Giro 5.053.073 4.281.341 5.248.394 5.332.606 5.657.582 5.090.668 12,0% 18,9% 20,2%

Tabungan 10.743.089 11.891.969 10.473.799 11.047.277 11.594.394 11.858.506 7,9% -0,3% 47,0%

Deposito 6.552.969 6.441.964 7.221.118 7.190.538 7.939.970 8.259.011 21,2% 28,2% 32,8%

Total DPK 22.349.131 22.615.274 22.943.312 23.570.421 25.191.945 25.208.186 12,7% 11,5%

Modal Kerja 9.809.589 10.606.965 10.861.629 12.401.771 12.466.836 12.702.048 27,1% 19,8% 37,6%

Investasi 4.640.476 4.945.965 5.074.249 5.250.236 5.349.366 5.521.005 15,3% 11,6% 16,3%

Konsumsi 13.309.890 13.840.116 14.187.787 14.495.704 15.100.728 15.572.537 13,5% 12,5% 46,1%

Total Kredit Jenis Penggunaan 27.759.955 29.393.046 30.123.665 32.147.711 32.916.930 33.795.590 18,6% 15,0%

Pertanian 3.003.776 3.074.225 3.008.096 3.395.718 3.323.222 3.410.027 10,6% 10,9% 10,1%

Pertambangan dan Penggalian 273.065 317.610 456.359 492.579 483.820 566.699 77,2% 78,4% 1,7%

Industri Pengolahan 2.164.606 2.403.519 2.432.477 2.670.382 2.621.857 2.631.590 21,1% 9,5% 7,8%

Listrik, Gas dan Air Bersih 5.422 5.333 4.377 13.669 19.261 22.141 255,3% 315,1% 0,1%

Konstruksi 320.761 298.935 284.983 368.198 424.769 456.377 32,4% 52,7% 1,4%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 5.688.661 6.273.274 6.509.709 8.067.883 8.149.299 8.288.279 43,3% 32,1% 24,5%

Pengangkutan dan Komunikasi 323.931 331.674 307.367 342.934 392.922 395.224 21,3% 19,2% 1,2%

Keuangan, Real Estate & Jasa Perush. 589.650 633.324 650.949 735.537 750.691 777.571 27,3% 22,8% 2,3%

Jasa-jasa 2.080.192 2.215.037 2.281.561 1.565.108 1.650.363 1.675.145 -20,7% -24,4% 5,0%

Lain-lain 13.309.890 13.840.116 14.187.787 14.495.704 15.100.728 15.572.537 13,5% 12,5% 46,1%

Total Kredit Sektor Ekonomi 27.759.955 29.393.046 30.123.665 32.147.711 32.916.930 33.795.590 18,6% 15,0%

LDR 124,2% 130,0% 131,3% 136,4% 130,7% 134,1%

NPL 2,32% 2,32% 2,06% 2,12% 2,26% 2,06%

(dalam juta rupiah)

Indikator Perbankan2011 2012 Pertumbuhan (yoy)

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

43

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik 3.40. Pertumbuhan Aset Bank Umum

Menurut Kelompok Bank (yoy)

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.41. Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy)

Pertumbuhan penghimpunan DPK oleh bank umum konvensional di

Sumatera Barat sedikit melambat. Pertumbuhan DPK triwulan IV-2012

melambat dari 12,7% (yoy) menjadi 11,5% (yoy) atau menjadi sebesar Rp25,2

triliun (Grafik 3.2). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan menyumbangkan

perlambatan yang cukup signifikan. Angka pertumbuhan tabungan melambat

dari 7,9% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi -0,3% (yoy) pada triwulan IV-2012

(pangsa tabungan terhadap total DPK adalah 47%, Tabel 3.1). Di lain pihak, giro

masih tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 12,0% (yoy)

menjadi 18,9% (yoy). Namun demikian, secara nominal dibandingkan triwulan

sebelumnya menurun dari Rp5,6 triliun menjadi Rp5,0 triliun seiring dengan

pencairan dana pemerintah daerah yang disimpan dalam bentuk giro di bank

umum terkait realisasi belanja APBD. Deposito masih dapat tumbuh meningkat

dari 21,2% (yoy) menjadi 28,2% (yoy). Masih relatif menariknya suku bunga

deposito dibandingkan tabungan mendorong preferensi masyarakat untuk

menyimpan sebagian dananya dalam bentuk deposito, khususnya untuk

penyimpanan dana yang relatif berjangka menengah-panjang.

Pertumbuhan penyaluran kredit bank umum di Sumbar masih relatif

tinggi meski menunjukkan sedikit perlambatan. Berdasarkan jenis

penggunaan, kredit bank umum di Sumbar masih didominasi oleh kredit konsumsi

dengan jumlah mencapai Rp15,5 triliun atau 46,1% dari total kredit, disusul oleh

kredit modal kerja sebesar Rp 12,7 triliun dengan proporsi 37,6% serta kredit

investasi sebesar Rp 5,5 triliun dengan proporsi 16,3%. Semua jenis kredit tersebut

tumbuh melambatdi triwulan IV-2012 dibandingkan triwulan sebelumnya seperti

pada kredit konsumsi dengan pertumbuhan dari 13,5% (yoy) menjadi 12,5% (yoy),

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Bank Umum

Bank Pemerintah

Bank Swasta Nasional

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

DPK Giro

Tabungan Deposito

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

44

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

kredit modal kerja tumbuh melambat dari 27,1% (yoy) menjadi 19,8% (yoy), dan

kredit investasi yang tumbuh dari 15,3% (yoy) menjadi 11,6% (yoy). Walaupun

melambat, kredit modal kerja yang masih mampu tumbuh tinggi pada triwulan

IV-2012 mengindikasikan bahwa bank umum di Sumbar cukup berperan aktif

dalam mendorong kegiatan dunia usaha, baik untuk mendukung dalam ekspansi

maupun peningkatan kapasitas produksinya.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik 3.42. Pertumbuhan Kredit Bank Umum

Menurut Jenis Penggunaan (yoy)

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik 3.43. Perkembangan dan Pertumbuhan

Kredit Kendaraan Bermotor Bank Umum

Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan kredit di sektor perdagangan,

hotel, dan restoran serta industri pengolahan mengalami perlambatan

pertumbuhan. Sektor perdagangan, hotel, restoran dan indsutri pengolahan

memiliki pangsa yang relatif tinggi, masing-masing sekitar 24,5% dan 7,8%.

Pertumbuhan kredit di sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2012 hanya

tumbuh 9,5% (yoy), jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan

sebelumnya yang mencapai 21,1% (yoy). Salah satu penyebab perlambatan

tersebut terkait dengan melemahnya aktivitas industri pengolahan khususnya

yang berbasis ekspor. Efek pelemahan permintaan dunia akibat krisis global masih

mempengaruhi pelemahan ekspor Indonesia. Di sisi lain, kredit di sektor

perdagangan, hotel dan restoran masih dapat tumbuh tinggi dengan mencapai

32,1% (yoy), meskipun secara umum melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 43,3% (yoy). Tingginya pertumbuhan

kredit di sektor perdagangan, hotel dan restoran didorong oleh maraknya

aktivitas perdagangan baik di Sumbar maupun antar daerah terkait tingginya

permintaan konsumsi masyarakat pada momentum liburan sekolah dan perayaan

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%Total Kredit

Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi

Kredit Konsumsi

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1.800

1.900

2.000

2.100

2.200

2.300

2.400

2.500

2.600

III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012*

Mili

ar R

up

iah Kredit Kendaraan Bermotor (Sisi Kiri)

Pertumbuhan (yoy)

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

45

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

akhir tahun di triwulan IV. Sektor pertanian masih tumbuh cukup stabil dengan

mencapai 10,9% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh

10,6% (yoy).

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik 3.44. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut

Sektor Ekonomi

Sumber: SEKI, Bank Indonesia

Grafik 3.45. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit

Suku bunga kredit bank umum konvensional di wilayah Sumbar berada

pada tren yang menurun. Bank umum secara perlahan menurunkan suku

bunga kredit baik untuk kredit modal kerja, investasi meskipun tidak signifikan.

Hal ini diiringi dengan kebijakan Bank Indonesia yang masih konsisten

mempertahankan suku bunga acuan BI-rate sebesar 5,75% selama bulan Februari-

Desember 2012. Dibandingkan posisi terakhir di triwulan I, rata-rata suku bunga

kredit modal kerja menurun secara perlahan dari 12,0% menjadi 11,6%,

sementara rata-rata suku bunga kredit investasi menurun dari 11,6% menjadi

11,2. Mulai menurunnya suku bunga kredit ditengarai disebabkan selain melalui

faktor kebijakan suku bunga kebijakan BI-rate yang masih konsisten di 5,75%,

juga didukung oleh transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang ditujukan

untuk mendorong persaingan yang lebih kompetitif antar perbankan dalam

penyaluran kredit. Namun masih lambatnya penurunan suku bunga tersebut

disebabkan oleh masih tingginya persepsi risiko kegiatan ekonomi yang kemudian

dicerminkan melalui kompensasi tingginya suku bunga kredit oleh perbankan.

Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang disalurkan oleh

bank umum menunjukkan peningkatan. Perkembangan potensi UMKM di

Sumatera Barat tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit

kepada UMKM. Perkembangan kredit UMKM pada triwulan IV-2012 mengalami

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%

Pertanian

Industri Pengolahan

Konstruksi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

IV-2012*

III-2012

II-20125,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

11,00

12,00

13,00

14,00

15,00

16,00

17,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011

2010 2011 2012

Pe

rse

n

Modal Kerja Investasi

Konsumsi BI-rate

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

46

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

pertumbuhan sebesar 20,7% (yoy) menjadi Rp10,5 triliun. Pertumbuhan ini relatif

tinggi meskipun melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

yang mencapai 23,46% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM cukup memberikan

pengaruh terhadap pertumbuhan kredit perbankan, mengingat kontribusinya

mencapai 31,1% dari total kredit bank umum di Sumatera Barat. Dari jumlah

tersebut, sebesar Rp8,68 triliun atau 82,5% dari kredit UMKM merupakan kredit

modal kerja, sisanya sebesar Rp1,84 triliun atau 17,5% merupakan kredit investasi.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik 3.46. Perkembangan dan Pertumbuhan

Kredit UMKM

Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.47. Perkembangan dan Pertumbuhan KUR

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus tumbuh tinggi. Pertumbuhan

KUR pada triwulan IV-2012 mencapai 63,3% (yoy). Meskipun melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 73,9% (yoy), namun angka

pertumbuhan ini tergolong tinggi. Sampai dengan triwulan IV-2012 penyaluran

KUR terus menunjukkan perkembangan yang baik dan mengindikasikan

antusiasme perbankan serta dunia usaha dalam mendorong kegiatan ekonomi.

Penyaluran KUR pada triwulan IV-2012 dari sisi plafon mencapai Rp2,96 triliun,

dengan posisi outstanding sebesar Rp 1,37 triliun dan jumlah nasabah mencapai

176.858 orang. Dengan demikian, rata-rata kredit yang disalurkan per debitur di

Sumbar senilai Rp16,7 juta, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Rp16,4

juta per debitur.

25%

29%

23%

21%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

2

4

6

8

10

12

I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012*

Trili

un

ru

pia

h

Kredit UMKM (sisi kiri) Growth (yoy) - sisi kanan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

1

1

2

2

3

3

4

I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012

Tri

liu

n R

up

iah

Total Plafon KUR - sisi kiri

Growth (yoy)- sisi kanan

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

47

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

*Data Sementara

Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia Grafik 3.48. Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum

Intermediasi bank umum di Sumbar masih tetap berjalan dengan baik.

Loan-to-Deposit Ratio (LDR) bank umum di Sumbar pada triwulan IV-2012

mencapai 134,1%, relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

130,7%. Meningkatnya rasio LDR terutama disebabkan oleh besarnya

perlambatan DPK sementara pertumbuhan kredit meski sedikit menurun namun

masih berada pada level tinggi. Kecenderungan terjadinya hal ini akan terus

berlangsung ke depan jika belum adanya reorientasi fokus kegiatan perbankan

untuk meningkatkan pendanaan yang signifikan di Sumbar.

Kualitas kredit yang telah disalurkan oleh bank umum semakin membaik.

Non-Performing Loan (NPL) masih terjaga di bawah batas maksimum yang

ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. NPL bank umum Sumbar pada triwulan IV-

2012 sebesar 2,06%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,26%.

Turunnya risiko kredit ini mengindikasikan bahwa bank umum di Sumbar mampu

menjaga kualitas kredit yang telah disalurkan dengan baik.

3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Perkembangan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumbar masih

tumbuh melambat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya di tahun 2012,

pertumbuhan aset di triwulan IV-2012 ini adalah yang paling lambat. Total aset

BPR di Sumbar pada triwulan IV-2012 sebesar Rp1,53 triliun, atau tumbuh

mencapai 8,3% (yoy), relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

3,00%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

120,0%

140,0%

160,0%

I II III IV I II III IV I II III IV*

2010 2011 2012

LDR (sisi kiri)

NPL (sisi kanan)

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

48

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

tumbuh 12,7% (yoy). Menurunnya pertumbuhan aset disebabkan oleh

melambatnya ekspansi penyaluran kredit oleh BPR di Sumbar pada triwulan IV.

Pertumbuhan DPK BPR di Sumbar masih relatif rendah. Jumlah DPK yang

berhasil dihimpun BPR pada triwulan IV-2012 mencapai Rp 926,1 miliar dengan

tumbuh sebesar 2,7% (yoy). Pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 6,5% (yoy). Pertumbuhan tabungan stagnan dengan

hanya tumbuh 0,7% (yoy), jauh lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 5,8% (yoy). Simpanan deposito juga tumbuh melambat dari 7,7%

(yoy) menjadi 5,9% (yoy). Namun dengan deposito yang masih mampu tumbuh

lebih dari 5% menunjukkan masih menariknya suku bunga deposito di BPR

mengingat besaran suku bunga deposito yang ditawarkan secara rata-rata

mampu berada diatas level suku bunga deposito bank umum.

Tabel 3.13. Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (Juta Rupiah)

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data sementara hingga posisi terakhir di bulan November 2012

Pertumbuhan kredit BPR di Sumbar tumbuh melambat baik pada

penyaluran kredit modal kerja, investasi, maupun konsumsi. Pertumbuhan

penyaluran kredit modal kerja yang memiliki proporsi terbesar dalam penyaluran

kredit BPR (mencapai 64,8% dari total kredit) meningkat sebesar 6,3% (yoy)

Pangsa

III IV I II III IV* III-2012 IV-2012* IV-2012*

Aset 1.327.747 1.416.425 1.416.797 1.466.701 1.496.614 1.533.367 12,7% 8,3%

Tabungan 508.967 556.456 544.274 550.259 538.480 560.562 5,8% 0,7% 59,4%

Deposito 342.591 345.263 349.789 348.042 368.802 365.583 7,7% 5,9% 40,6%

Total DPK 851.558 901.719 894.062 898.301 907.282 926.145 6,5% 2,7%

Modal Kerja 606.642 620.926 642.948 673.399 676.376 659.825 11,5% 6,3% 64,8%

Investasi 99.488 106.288 114.819 118.018 113.525 115.590 14,1% 8,8% 10,9%

Konsumsi 227.937 234.168 249.446 251.795 254.336 253.455 11,6% 8,2% 24,4%

Total Kredit Jenis Penggunaan 934.067 961.383 1.007.213 1.043.212 1.044.237 1.028.870 11,8% 7,0%

Pertanian 160.613 167.099 175.578 181.113 180.418 177.656 12,3% 6,3% 17,3%

Pertambangan dan Penggalian 2.519 2.403 2.960 2.896 2.862 3.026 13,6% 25,9% 0,3%

Industri Pengolahan 18.408 18.853 19.717 19.721 18.357 14.956 -0,3% -20,7% 1,8%

Listrik, Gas dan Air Bersih 841 900 712 1.079 1.005 678 19,4% -24,7% 0,1%

Konstruksi 8.014 9.531 8.579 9.580 10.466 11.281 30,6% 18,4% 1,0%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 423.347 434.776 443.229 471.552 468.386 460.532 10,6% 5,9% 44,9%

Pengangkutan dan Komunikasi 24.977 27.002 28.193 32.292 31.434 31.501 25,9% 16,7% 3,0%

Keuangan, Real Estate & Jasa Perush. 2.829 3.083 2.742 4.095 5.409 6.945 91,2% 125,2% 0,5%

Jasa-jasa 64.582 63.567 76.056 69.088 71.565 68.839 10,8% 8,3% 6,9%

Lain-lain 227.937 234.168 249.446 251.795 254.336 253.455 11,6% 8,2% 24,4%

Total Kredit Sektor Ekonomi 934.067 961.383 1.007.213 1.043.212 1.044.237 1.028.870 11,8% 7,0%

LDR 109,7% 106,6% 112,7% 116,1% 115,1% 111,1%

NPL 8,04% 8,61% 7,46% 7,08% 8,16% 8,10%

(dalam juta rupiah)

Indikator Perbankan2011 2012 Pertumbuhan (yoy)

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

49

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

menjadi sebesar Rp 659,8 triliun pada triwulan IV-2012. Pertumbuhan ini lebih

lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,5% (yoy).

Sementara kredit investasi juga melambat dari 14,1% (yoy) menjadi 8,8% (yoy).

Kredit konsumsi pun tumbuh melambat dari tumbuh 11,6% (yoy) menjadi 8,2%

(yoy). Nilai proporsi kredit modal kerja dan investasi yang sangat tinggi mencapai

75% dibandingkan kredit konsumsi mengindikasikan bahwa BPR juga mulai

meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.49. Pertumbuhan Aset Bank Perkreditan Rakyat di Sumbar (yoy)

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.50. Pertumbuhan (yoy) DPK BPR Menurut Jenis Simpanan

Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit di sektor perdagangan, hotel,

restoran dan sektor pertanian tumbuh relatif melambat. Pertumbuhan

kredit di sektor perdagangan (proporsi mencapai 44,9%) pada triwulan IV tumbuh

5,9% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,6%

(yoy). Selain itu, pertumbuhan kredit sektor pertanian juga melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya dari 12,3% (yoy) menjadi 6,3% (yoy). Proporsi

yang sangat besar dari kedua sektor tersebut menyebabkan perlambatan

pertumbuhannya berimplikasi kepada perlambatan total kredit yang disalurkan

BPR dari 11,8% (yoy) menjadi hanya tumbuh 7% (yoy. Persaingan yang semakin

tinggi dengan unit mikro kredit bank umum ditengarai turut memberikan

tekanan pada ekspansipenyaluran kredit oleh BPR. Salah satu faktor keberhasilan

BPR agar bisa bersaing dengan unit mikro bank umum adalah dengan

memperbaiki pelayanan kepada masyarakat antara lain, lokasi BPR yang dekat

dengan masyarakat yang membutuhkan, prosedur pelayanan yang sederhana dan

cepat, serta mengutamakan pendekatan personal dengan masyarakat setempat.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

Tabungan

Simpanan Berjangka

Total DPK

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

50

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.51. Pertumbuhan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.52. Perkembangan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing

Loan (NPL) BPR

Kinerja intermediasi BPR secara umum relatif baik. Pada triwulan IV-2012

LDR BPR di Sumbar mencapai 111,1%, sedikit menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya 115,1%. Melambatnya pertumbuhan DPK ditengah kredit yang dapat

tumbuh lebih tinggi menyebabkan LDR tetap terjaga diatas 100%. Sedangkan

Non-Performing Loan (NPL) BPR mencapai 8,1% berada di batas maksimum yang

ditetapkan oleh BI yaitu 5%. Hal ini mengindikasikan BPR di wilayah Sumbar harus

lebih menerapkan prinsip kehati-hatian perbankan dalam memperbaiki kualitas

kreditnya.

3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah

Kinerja bank umum syariah di Sumbar semakin terus menunjukkan

pertumbuhan yang tinggi. Hal ini terlihat dengan terus meningkatnya aset

bank umum syariah di Sumbar dimana pada triwulan IV-2012 jumlahnya mencapai

Rp 3,8 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 35,9% (yoy). Meskipun

pertumbuhannya sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 38,5% (yoy), namun ekspansi bank umum syariah terbilang masih

tinggi. Peningkatan aset didorong oleh terus meningkatnya ekspansi dan jaringan

kantor bank umum syariah serta didukung dengan penyaluran pembiayaan yang

terus tumbuh tinggi.

-20,00%

-15,00%

-10,00%

-5,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%Total Kredit

Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi

Kredit Konsumsi

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

10,00%

12,00%

60,0%

70,0%

80,0%

90,0%

100,0%

110,0%

120,0%

LDR (LHS)

NPL (RHS)

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

51

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tabel 3.14. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (Juta Rupiah)

Sumber: LBU, Bank Indonesia

Penyaluran pembiayaan oleh bank umum syariah semakin tumbuh pesat.

Hal ini terlihat pada pertumbuhan pembiayaan bank umum syariah pada triwulan

IV-2012 mencapai 41,7% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 36,4% (yoy) dengan total pembiayaan yang disalurkan sebesar

Rp3,4 triliun. Peningkatan bersumber dari pembiayaan konsumsi, sementara

pembiayaan modal kerja dan investasi cenderung tumbuh melambat. Namun

demikian, dengan pertumbuhan pembiayaan modal kerja mampu tumbuh 35,8%

(yoy), sementara kredit investasi 54,9% (yoy), hal ini memperlihatkan mulai

digarapnya kegiatan produktif sebagai target penyaluran pembiayaan oleh bank

umum syariah di tengah masih dominannya pembiayaan konsumsi yang mencapai

63,7% dari total pembiayaan. Peningkatan kinerja bank umum Syariah di Sumbar

juga dapat menjadiindikasi terjaganya kepercayaan masyarakat terhadap Bank

Syariah.

IV I II III IV III-2012 IV-2012

Aset 2.790.871 3.152.758 3.409.127 3.594.368 3.792.905 38,5% 35,9%

DPK 1.726.768 1.825.065 1.642.356 1.892.379 1.873.518 22,4% 8,5%

Giro 98.969 102.158 111.562 148.005 124.585 36,3% 25,9% 6,6%

Tabungan 752.288 818.046 704.223 804.350 864.647 9,0% 14,9% 46,2%

Deposito 875.511 904.861 826.571 940.024 884.286 34,4% 1,0% 47,2%

Pembiayaan Menurut Jenis Penggunaan 2.425.632 2.641.952 3.006.809 3.129.453 3.437.861 36,4% 41,7%

Modal Kerja 686.326 735.323 848.679 887.052 932.198 45,2% 35,8% 27,1%

Investasi 204.474 232.921 307.672 308.691 316.771 67,2% 54,9% 9,2%

Konsumsi 1.534.832 1.673.708 1.850.458 1.933.710 2.188.892 29,0% 42,6% 63,7%

Pembiayaan Menurut Sektor Ekonomi 2.425.632 2.641.952 3.006.809 3.129.453 3.437.859 36,4% 41,7%

Pertanian 53.625 58.941 66.751 66.073 71.917 61,6% 34,1% 2,1%

Pertambangan 784 545 332 253 242 -80,3% -69,1% 0,0%

Industri Pengolahan 59.209 56.937 54.690 48.779 68.110 237,3% 15,0% 2,0%

Listrik, Gas dan Air - - - - 29 - - -

Konstruksi 5.864 4.122 9.039 8.394 10.028 50,1% 71,0% 0,3%

Perdagangan 295.276 352.004 394.298 439.344 487.696 63,7% 65,2% 14,2%

Transportasi dan Komunikasi 6.856 9.735 14.739 15.955 5.339 201,5% -22,1% 0,2%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 386.006 398.145 525.252 523.365 532.601 29,9% 38,0% 15,5%

Jasa Sosial 83.180 87.815 91.250 93.580 73.005 65,7% -12,2% 2,1%

Lain-Lain 1.534.832 1.673.708 1.850.458 1.933.710 2.188.892 29,0% 42,6% 63,7%

Financing-to-Deposit Ratio (FDR) 140,5% 144,8% 183,1% 165,4% 183,5%

Non-Performing Financing (NPF) 1,23% 1,06% 1,13% 1,38% 1,18%

2012 Pertumbuhan (yoy)2011

(juta rupiah)

Pangsa

IV-2012

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

52

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: LBBU, Bank Indonesia

Grafik 3.53. Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Bank Umum Syariah (yoy)

Sumber: LBBU, Bank Indonesia Grafik 3.54. Perkembangan Financing-to-Deposit

Ratio (FDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Bank Umum Syariah

Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran pembiayaan di sektor perdagangan

dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tumbuh terus

meningkat. Penyaluran pembiayaan di sektor perdagangan pada triwulan IV-

2012 mencapai Rp487,7 miliar atau 14,2% dari total pembiayaan. Sepanjang

triwulan III dan IV pertumbuhan pembiyaan sektor perdagangan tumbuh

meningkat dari 63,7% (yoy) menjadi 65,2% (yoy). Maraknya aktivitas

perdagangan di Sumbar menjadi salah satu target pembiayaan bank umum

syariah. Selain itu, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (proporsi

15,5% dari total pembiayaan) juga tumbuh mencapai 38,0% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,9% (yoy). Namun di sisi lain,

peran pembiayaan bank umum syariah pada sektor pertanian dan industri

pengolahan masih relatif rendah, pangsanya hanya 2,1% dan 2,0% dari total

pembiayaan.

Dibandingkan dengan kinerja pada aspek lainnya, kinerja DPK bank

umum syariah menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Pertumbuhan

DPK hanya mencapai 8,5% (yoy), jauh melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 22,4% (yoy). Jumlah DPK bank umum syariah pada

triwulan IV-2012 mencapai Rp1,87 triliun. Simpanan baik dalam bentuk giro dan

deposito menunjukkan pertumbuhan yang melambat, sedangkan tabungan

menunjukkan peningkatan. Simpanan giro tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya dari 36,3% (yoy) menjadi 25,9% (yoy). Meskipun melambat,

pertumbuhan giro masih tergolong tinggi dan mengindikasikan mulai

bertambahnya pelaku usaha yang menggunakan jasa simpanan giro bank umum

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

Pe

rse

n

AssetDPKPembiayaan

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

3,00%

3,50%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

200%

FDR (%) (sisi kiri)

NPF (%) (sisi kanan)

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

53

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

syariah. Deposito juga tumbuh melambat dari 34,4% (yoy) menjadi hanya 1,0%

(yoy), sedangkan tabungan tumbuh meningkat dari 9% (yoy) menjadi 14,9%

(yoy).

Kinerja penyaluran pembiayaan yang menggembirakan diiringi dengan

intermediasi perbankan yang lebih baik dan kualitas pembiayaan yang

terjaga. Keadaan ini diindikasikan dengan meningkatnya FDR (Financing to

Deposit Ratio) dan rasio NPF (Non Performing Financing) yang terus menunjukkan

tren menurun. Financing-to-Deposit Ratio (FDR) bank umum syariah pada triwulan

IV-2012 mencapai 183,5%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

165,4%. Peningkatan FDR tersebut seiring dengan mulai meningkatkan

pertumbuhan penyaluran pembiayaan bank umum syariah sementara

pertumbuhan DPK cenderung melambat. Dari sisi pengelolaan kualitas

pembiayaan, Non-Performing Financing (NPF) masih relatif terjaga dengan

persentase sebesar 1,18%, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

1,38%. Secara umum level NPF tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan

batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%.

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

54

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan potensi UMKM di Sumatera

Barat, Bank Indonesia Padang bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

(UNP) melakukan penelitian untuk mengetahui determinan dalam penyaluran kredit mikro di

Sumatera Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik debitur UMKM yang layak

untuk menerima kredit mikro. Selain itu, penelitian ini berusaha merekomendasikan kebijakan

terkait dengan keperluan dan keberadaan lembaga penjamin kredit daerah di Sumatera Barat.

Dengan kata lain walaupun sebuah usaha tidak memenuhi syarat bank komersial dan lembaga

keuangan lainnya untuk mendapatkan kredit (misalnya karena tidak memiliki collateral), namun

karena memiliki potensi dan prospek untuk berkembang dengan baik serta tidak berpotensi

menjadi kredit macet, maka usaha tersebut seharusnya bisa memperoleh kredit.

Perkembangan UMKM Sumatera Barat

Perkembangan kredit UMKM di Sumatera Barat semakin meningkat dan menunjukkan

kinerja yang baik. Bila dilihat pada November 2012, kredit UMKM mengalami pertumbuhan

sebesar 20,7% (yoy) dengan total Rp 10,5 triliun. Selain itu, kontribusi kredit UMKM saat ini sudah

mencapai 31,1% terhadap total kredit bank umum di Sumbar. Mayoritas kredit UMKM yang

diberikan digunakan untuk modal kerja sebesar 82,5% dan sisanya digunakan sebagai kredit

investasi.

Hasil Survey Penelitian Hasil survey determinan kredit mikro terhadap 401 UMKM di Sumatera Barat dapat dilihat

pada tabel 1. Dari hasil survey ini dapat dilihat karakteristik dari pelaku usaha UMKM, jenis

jaminan, hingga rata-rata nilai pengajuan kredit UMKM di Sumbar.

Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan FGD terhadap para analis kredit atau credit

officer pada cabang bank yang ada di Sumatera Barat yang ahli di bidang penilaian kredit.

Beberapa analisa terkait dengan determinan kredit mikro dari sisi perbankan antara lain :

1. Faktor karakter dari pengusaha UMKM mendominasi sekitar 51,2 % bobot prioritas

determinan kelayakan kredit mikro oleh perbankan di Sumbar dibandingkan dengan 4 prinsip

lainnya dalam prinsip 5 C (Character, Capital, Collateral, Capacity dan Condition). Faktor

kejujuran dan kepribadian calon debitur sangat penting dalam hal menentukan kemauan

membayar calon debitur

2. Sektor perdagangan merupakan sektor prioritas tertinggi (sekitar 35%) untuk didanai oleh

pihak perbankan khususnya kredit mikro karena sektor ini dianggap mempunyai tingkat turn

over yang tinggi sehingga memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibandingkan

sektor lainnya. Kendala utama yang menjadi perhatian para analis hanya jenis produk yang

diperjualbelikan haruslah produk yang mempunyai daya jual yang tidak terpengaruh dengan

trend dan fluktuasi perekonomian.

BOKS 3

Determinan Kredit Mikro di Sumatera Barat

\

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

55

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Tabel 1. Hasil Survey Determinan Kredit Mikro di Sumbar

3. Aset perusahaan sebagai proksi untuk permodalan UMKM, tempat UMKM mengajukan

kredit terutama melalui bank pemerintah, dan jaminan yang digunakan saat mengajukan

kredit merupakan variabel yang secara signifikan mempengaruhi dalam menentukan

persetujuan kredit dari bank dan signifikan dalam menentukan jumlah persetujuan kredit

yang diterima oleh debitur (gambar 1). Hasil ini juga mengindikasikan sangat pentingnya

peranan bank pemerintah dan jaminan yang dimiliki UMKM untuk layak memperoleh

kredit dari perbankan.

4. Modal suatu usaha UMKM tidak mempengaruhi perbankan dalam persetujuan kreditnya,

namum berpengaruh terhadap jumlah/ nilai kredit yang telah disetujui.

5. Tingkat bunga memiliki dampak yang signifikan terhadap persetujuan kredit UMKM yang

terkait dengan jaminan yang diberikan.

No Determinan

industri pengolahan (55,16%) jasa (6,05%)

pertanian (15,87%) bangunan (6,05%)

perdagangan, hotel, restoran (13,10%) lainnya (3,78%)

Perorangan (81,53%) PT (1,85%)

UD (8,97%) Koperasi (0,26%)

CV (7,39%)

>10 thn (31,6%) 1-3 thn (18,4%)

5-10 thn (31,4%) <1 thn (5,9%)

3-5 thn (12,8%)

sarjana (2,19%) tamat SD (18,29%)

tamat SMA (44,57%) tidak tamat SD (6,33%)

tamat SMP (28,64%)

bank pemerintah (66,00%) lembaga keuangan mikro (4,22%)

bank swasta (16,87%) BPR (12,90%)

memulai usaha (5,97%) konsumsi (1,19%)

menambah modal usaha (84,96%) lainnya (1,19%)

perpanjangan kredit lama (6,68%)

referensi (11,84%) tanah+rumah (17,37%)

surat berharga (15,79%) tanah (14,74%)

kendaraan bermotor (40,26%)

ditolak (14,80%) diterima penuh (69,90%)

diterima sebagian (15,31%)

> Rp 100 jt (15,13%) Rp 10 jt - Rp 25 jt (41,03%)

Rp 50 jt - Rp 100 jt (11,54%) < Rp 10 jt (13,33%)

Rp 25 jt - Rp 50 jt (18,97%)

syarat administrasi bank (17,01%) biaya administrasi kredit (6,14%)

jaminan (32,82%) jangka waktu (4,87%)

tingkat bunga bank (34,18%) lainnya (5,12%)

1 Distribusi Sektoral UMKM

Hasil Survey

10 Kendala Memperoleh Kredit

2 Badan Hukum UMKM

7Jenis Jaminan Dalam

Pengajuan Kredit

8Status Pengajuan Kredit

UMKM

6 Tujuan Mengajukan Kredit

3 Usia UMKM

4Tingkat Pendidikan tenaga

kerja UMKM

9 Nilai pengajuan kredit UMKM

5Tempat Pengajuan Kredit

UMKM

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

56

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Grafik 1. Determinan Kelayakan Kredit Mikro di Sumbar

Odd ratio : Rasio peluang kredit yang diajukan oleh UMKM diterima sesuai dengan jumlah kredit yang diajukan, terhadap peluang kredit tersebut mengalami masalah credit rationing.

Pentingnya jaminan/kolateral bagi determinan kelayakan kredit mikro dan signifikannya

dampak tingkat bunga saat berinteraksi dengan jaminan yang lebih besar dari nilai kredit,

menyebabkan UMKM akan memperoleh tingkat bunga yang rendah saat kreditnya disetujui jika

memiliki jaminan yang lebih besar dibandingkan pengusulan kreditnya. Implikasinya UMKM yang

sebagian besar tidak memiliki jaminan/kolateral, memerlukan intervensi pemerintah yang bisa

menjamin kredit mereka.

Pengalaman Negara-negara lain di dunia seperti dengan adanya lembaga penjaminan

kredit seperti di Jepang (lembaga Credit Guarantee Corporation/ CGCS dan Credit Insurance

System/ CIC), Taiwan (lembaga Small and Medium Business Credit Guarantee Fund/ SMBCGF) dan

Australia (lembaga Small Business Development Corporation/ SBDC) bisa dijadikan contoh untuk

langkah awal lembaga penjaminan kredit UMKM di Sumatera Barat.

DETERMINAN KELAYAKAN KREDIT MIKRO DI SUMATERA BARAT

Determinan Odd Ratio Kredit Mikro Determinan Jumlah Persetujuan Kredit Mikro

1. ROA

2. Tingkat Bunga

3. Sektor Pertanian

4. Pendidikan Sarjana

8. Jangka Waktu Kredit

9. Omzet

5. Aset 6. Bank Pemerintah 7. Jaminan Besar

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

57

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB IV

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kinerja realisasi keuangan daerah pada triwulan IV-2012 baik dari

penerimaan maupun belanja APBD di Sumatera Barat tercatat mengalami

perbaikan. Pos pendapatan pemerintah Sumbar meningkat dengan realisasi

mencapai target yang dianggarkan sebesar 100,15%. Pendapatan asli daerah

(PAD) terutama dari penerimaan pajak daerah menjadi kontribusi utama

peningkat realisasi pendapatan daerah. Sementara itu, realisasi belanja daerah

mencapai 93,23%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya

mencapai 89,67%. Hal ini telihat dengan naiknya belanja modal dibandingkan

tahun lalu yang memperlihatkan komitmen pemerintah dalam mendukung

pembangunan ekonomi daerah.

Realisasi penerimaan pemerintah pusat di wilayah Sumatera Barat

mengalami peningkatan meski pertumbuhannya relatif melambat.

Peningkatan yang cukup tinggi berasal dari penerimaan pajak dalam

negeri,terutama dari pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN)

sejalan dengan tingginya konsumsi masyarakat. Sementara itu, kinerja ekspor

yang semakin melambat berdampak pada turunnya penerimaan pajak

perdagangan luar negeri. Di sisi lain, realisasi belanja pemerintah pusat di

Sumatera Barat meningkat dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

Realisasi belanja ini masih didominasi oleh belanja operasional terutama untuk

penyerapan belanja pegawai meskipun tren tahun ini mulai menurun.

4.1. Keuangan Pemerintah Daerah

Realisasi pendapatan ABPD Sumbar pada triwulan IV-2012 mencapai

target yang ditetapkan. Total realisasi pendapatan APBD sebesar Rp2,92 triliun

atau mencapai100,15% dari target. Persentase realisasi ini lebih rendah

dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2011 yang mencapai

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

58

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

105,45%. Sumber realisasi pendapatan terbesar terutama berasal dari Pendapatan

Asli Daerah (PAD) yang mencapai Rp1,22 triliun atau 41,93% dari total

pendapatan daerah, diikuti dengan Dana Perimbangan yang mencapai Rp1,14

triliun atau 39,14% dari total realisasi pendapatan daerah. Realisasi PAD pada

triwulan IV-2012 ini telah mencapai 99,46% dari target APBD tahun 2012. Realisasi

PAD terbesar berasal dari penerimaan pajak daerah dengan kontribusi sebesar

34,03% dari total realisasi pendapatan, dan pencapaiannya terhadap target

pendapatan mencapai 100,43%.

Tabel 4.15. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumbar Triwulan IV-2012

Sumber: DPKD Prov. Sumbar

Realisasi dana perimbangan mendapat persentase penerimaan tertinggi

di triwulan IV-2012. Pada triwulan IV-2012, realisasi dana perimbangan pada

ABPD mencapai Rp1,14 triliun, dimana sebagian besar merupakan Dana Alokasi

Umum (DAU) yang nilainya mencapai Rp918,56 miliar atau 31,43% dari total

realisasi pendapatan APBD Sumbar. Dibandingkan dengan target penerimaan

APBD 2012, realisasi dana perimbangan hingga triwulan IV-2012 ini telah

mencapai 103,30%, atau seimbang dibandingkan realisasi pada periode yang

sama tahun lalu yang mencapai 103,92% dari target APBD 2011.

Realisasi belanja APBD hingga triwulan IV-2012 lebih baik dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, meskipun belum mencapai target belanja

APBD 2012. Realisasi belanja tidak langsung pada triwulan IV-2012 mencapai

Rp1,6 triliun atau 53,80% dari yang dianggarkan (Tabel 4.1). Belanja tidak

Realisasi

Triwulan IV-2012

Pendapatan Daerah 2.918.255.223.000 2.922.606.759.394 100,15

Pendapatan Asli Daerah 1.232.139.683.000 1.225.490.641.909 99,46

Pajak Daerah 990.318.879.000 994.570.032.108 100,43

Retribusi Daerah 33.897.341.000 38.054.666.361 112,26

Hasil Pengelolaan kekayaan Daerah yang Dipisahkan 88.878.797.000 80.348.993.075 90,40

Lain-Lain PAD 119.044.666.000 112.516.950.365 94,52

Dana Perimbangan 1.107.390.330.000 1.143.895.852.485 103,30

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 156.329.245.000 192.834.767.485 123,35

Dana Alokasi Umum 918.560.365.000 918.560.365.000 100,00

Dana Alokasi Khusus 32.500.720.000 32.500.720.000 100,00

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 578.725.210.000 553.220.265.000 95,59

Pendapatan Hibah 577.990.210.000 552.485.265.000 95,59

Dana Penyesiuaian dan Otonomi Khusus 735.000.000 735.000.000 100,00

%Anggaran 2012

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

59

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

langsung atau merupakan belanja operasional sebagian besar digunakan untuk

belanja hibah dan belanja pegawai, dengan porsi masing-masing mencapai

21,86% dan 17,69% dari total realisasi belanja APBD. Di sisi lain, persentase

realisasi belanja modal cukup tinggi, dengan mencapai 94,92% dari target

anggaran atau sebesar Rp645,62 miliar.

Tabel 4.16. Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumbar Triwulan IV-2012

Sumber: DPKD Prov. Sumbar

4.2. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Penerimaan pemerintah pusat di wilayah Sumbar mengalami

peningkatan. Pada triwulan IV-2012 total penerimaan pemerintah pusat di

Sumbar mencapai Rp7,78 triliun, atau meningkat sebesar 5,87% dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Peningkatan tersebut jauh lebih rendah

dibandingkan persentase penerimaan di triwulan IV-2011 yang mencapai 44,15%.

Hal ini sejalan dengan telah dialihkannya beberapa jenis pajak yang sebelumnya

merupakan pajak Pemerintah Pusat menjadi Pajak Daerah seperti Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang telah diberlakukan sejak tahun 2011.

Di tahun 2014, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga akan menjadi pajak daerah

sehingga penerimaan pemerintah pusat di daerah akan semakin berkurang

sementara PAD akan semakin meningkat.

Penerimaan pajak perdagangan internasional melambat dibandingkan

tahun lalu. Total penerimaan pajak perdagangan internasional hingga triwulan

IV-2012 sebesar Rp1,79 triliun menurun 31,15% dibandingkan periode yang sama

Realisasi

Triwulan IV-2012

Belanja Daerah 3.180.395.927.093 2.965.216.213.119 93,23

Belanja Tidak Langsung 1.708.816.349.816 1.595.303.203.222 93,36

Belanja Pegawai 578.154.752.558 524.517.313.392 90,72

Belanja Hibah 697.284.911.185 648.269.224.449 92,97

Belanja Bantuan Sosial 16.779.100.000 13.825.290.000 82,40

Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota & Pem. Desa 394.088.607.517 390.898.541.531 99,19

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota & Pem. Desa 15.567.900.000 15.501.895.350 99,58

Belanja Tidak Terduga 6.941.078.556 2.290.938.500 33,01

Belanja Langsung 1.471.579.577.277 1.369.913.009.897 93,09

Belanja Pegawai 123.167.858.116 117.401.726.451 95,32

Belanja Barang dan Jasa 668.232.190.964 606.887.072.406 90,82

Belanja Modal 680.179.528.197 645.624.211.040 94,92

%Anggaran 2012

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

60

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

tahun lalu yang sebesar Rp2,6 triliun (grafik 4.1). Persentase pajak perdagangan

internasional terhadap total pendapatan pada triwulan IV-2012 hanya mencapai

23,0%, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang mencapai 35,35% (Grafik 4.2). Hal ini disebabkan oleh semakin melambatnya

kinerja ekspor Sumbar seiring dengan turunnya permintaan ekspor dari luar

negeri dan harga komoditas yang menurun. Bea masuk dan bea keluar pun

mengalami penurunan sebesar 22,22% dan 31,28% dibandingkan tahun lalu.

Sumber : Kemenkeu RI, diolah

Grafik 4.55. Penerimaan Pajak APBN di Sumbar

Sumber : Kemenkeu RI, diolah

Grafik 4.56. Persentase Penerimaan Pajak APBN di Sumbar

Penerimaan pajak dalam negeri meningkat. Penerimaan pajak dalam negeri

selama triwulan IV-2012 sebesar Rp5,14 triliun atau meningkat 28,34%, jauh lebih

tinggi dibandingkan kenaikan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang

sebesar 9,32%. Peningkatan ini bersumber dari kenaikan penerimaan pajak

penghasilan sebesar 30,67%,dan pajak bumi dan bangunan (PBB) sebesar 14,02%

dari tahun sebelumnya. Kenaikan pajak penghasilan terutama berasal dari

pendapatan PPh pasal 25/29 badan dan PPh pasal 21. Sementara itu, naiknya

penerimaan PBB didorong oleh kenaikan PBB perkotaan seiring dengan banyak

berdirinya bangunan-bangunan baru. Hal ini terindikasi pula dengan

meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan IV-2012 yang

mencapai 9,26% (yoy). Meski meningkat, namun persentase penerimaan PBB

terhadap terhadap penerimaan pajak dalam negeri relatif kecil, hanya sebesar

1,63%. Sementara persentase terbesar penerimaan pajak dalam negeri adalah

pajak penghasilan yang mencapai 50,28%, diikuti oleh pajak pertambahan nilai

(PPn) yang mencapai 47,12% (grafik 4.5).

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012

Mil

iar

Rp

Mil

iar

Rp

Total Pendapatan

Pajak Dalam Negeri

Pajak Perdagangan Internasional (aksis kanan)

89

,41

%

85

,18

%

88

,50

%

85

,49

%

71

,83

%

54

,47

%

66

,03

%

0,99% 2,05% 0,40% 1,57%

15,8

6%

35

,35

%

22

,99%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012

Rasio Pajak Dalam Negeri thd Total Pendapatan

Rasio Pajak Perdagangan Internasional thd Total Pendapatan

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

61

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber : Kemenkeu RI, diolah

Grafik 4.57. Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar

Sumber : Kemenkeu RI, diolah

Grafik 4.58. Persentase Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masih tumbuh tinggi meski relatif

melambat dibandingkan tahun lalu. Dilihat dari pertumbuhannya,

penerimaan PPN cenderung melambat. Meski mengalami kenaikan sebesar

27,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 35,43%. Persentase PPN

terhadap total penerimaan pajak dalam negeri relatif stabil pada level 47%

dibandingkan tahun sebelumnya. Cukup tingginya penerimaan PPN terutama

berasal dari barang-barang konsumsi. Berdasarkan data BPS, pengeluaran

konsumsi barang (non-makanan) RTpada triwulan IV-2012 meningkat sebesar

5,72% (yoy) atau naik dari triwulan sebelumnya 4,91%. Hal ini dipengaruhi oleh

meningkatnya konsumsi pada masa liburan sekolah di akhir tahun dan

menyambut perayaan awal tahun.

Sumber : Kemenkeu RI, diolah

Grafik 4.59. Belanja APBN di Sumbar

Sumber : Kemenkeu RI, diolah

Grafik 4.60. Persentase Belanja APBN di Sumbar

769

969

1.571

1.773

1.896 1.979

2.586 51

4 611

949 1.

078

1.40

8 1.90

6

2.42

3

286

323

308

299

285

73

84

25

29

35

37

44

49

50

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012

Mili

ar R

p

Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Bumi dan Bangunan Pendapatan Pajak Lainnya

50

,74

%

51

,89

%

54

,39

%

55

,19

%

51

,73

%

49

,38

%

50

,28

%

33

,86

%

32

,73

%

32

,87

%

33

,54

%

38

,40

%

47

,57

%

47

,12

%

18,89% 17,30%10,65% 9,30% 7,78%

1,83% 1,63%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012

Pendapatan Pajak Lainnya

Pajak Bumi dan

Bangunan

Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Penghasilan

2.943

3.634

4.252

5.442

6.125 6.727

8.050

2.356 3.035

3.359

4.479 4.779 4.816

5.465

586 600 894 963

1.346 1.911

2.584

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012

Mili

ar

Rp Total Belanja

Belanja Operasional

Belanja Investasi

80

,08

%

83

,50

%

78

,98

%

82

,31

%

78

,03

%

71

,59

%

67

,89

%

19

,92

%

16

,50

%

21

,02

%

17

,69

%

21

,97

%

28

,41

%

32

,11

%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012

Belanja Operasional Belanja Investasi

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

62

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber : Kemenkeu RI, diolah

Grafik 4.61. Persentase Belanja Operasional APBN di Sumbar

Sumber : Kemenkeu RI, diolah

Grafik 4.62. Belanja Operasional APBN di Sumbar

Belanja investasi atau belanja modal semakin meningkat. Hal ini

memperlihatkan semakin seriusnya pemerintah melakukan pembangunan di

daerah Sumbar. Meski persentase belanja investasi masih relatif kecil

dibandingkan belanja operasional, namun menunjukkan kenaikan persentase dari

total belanja, yaitu dari 28,41% pada triwulan IV-2011 menjadi 32,11% pada

triwulan IV-2012 dari total belanja (grafik 4.7). Sebaliknya belanja operasional

sedikit menurun dari 71,59% menjadi 67,89%. Realisasi belanja modal meningkat

secara signifikan sebesar 35,24% dibandingkan tahun lalu dari Rp1,91 triliun

menjadi Rp2,58 triliun terkait dengan realisasi belanja untuk pembangunan

infrastruktur berupa jalan, irigasi, dan jaringan di beberapa wilayah Sumbar yang

meningkat cukup signifikan sebesar 62,49% atau dari Rp963,80 miliar menjadi

Rp1,57 triliun (grafik 4.5). Perbaikan infrastruktur jalan merupakan salah satu

upaya untuk mendukung kelancaran arus distribusi barang dan jasa antar daerah.

Belanja peralatan dan mesin juga mengalami peningkatan 17,64% atau dari

Rp416,5 miliar menjadi Rp 489,9 miliar.

Pemenuhan belanja pegawai masih mendominasi penyerapan realisasi

belanja operasional di triwulan IV-2012. Persentase belanja pegawai terhadap

total belanja operasional mencapai 46,71%. Dibandingkan tahun lalu realisasinya

mengalami kenaikan sebesar 15,39% dari Rp2,21 triliun menjadi Rp2,55 triliun. Di

sisi lain, pos belanja barang juga mengalami peningkatan sebesar 17,70%.

Kenaikan yang tinggi pada belanja bantuan sosial mencapai 71,29% yaitu dari

Rp563,20 miliar pada triwulan IV-2011 tahun menjadi Rp964,7 miliar terkait

realisasi bantuan jaminan sosial.

43

,73

%

43

,15

%

45

,82

%

37

,28

%

40

,39

%

45

,94

%

46

,71

%

20

,51

%

19

,91

%

16

,97

%

22

,00

% 24

,66

%

27

,30

%

28

,31

%23

,23

%

21

,13

%

20

,68

%

25

,19

% 18

,87

%

11

,69

%

17

,65

%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012

Belanja Pegawai Belanja Barang

Belanja Bantuan Sosial Belanja Lain-Lain

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011 IV-2012

Mili

ar R

p

Mili

ar R

p

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bantuan Sosial

Belanja Lain-Lain Belanja Operasional (aksis kanan)

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

63

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

BAB V

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transkasi tunai mengalami net-inflow yang lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya, sementara volume transaksi non-tunai baik melalui

kliring maupun Real-Time Gross Settlement (RTGS) mengalami

peningkatan. Lebih rendahnya net-inflow menunjukkan bahwa transaksi tunai

tidak sesemarak di triwulan sebelumnya yang diwarnai perayaan lebaran.

Sementara peningkatan transaksi non-tunai terjadi sejalan dengan banyaknya

transaksi kegiatan ekonomi pada akhir tahun, terutama dalam pemenuhan

realisasi belanja anggaran pemerintah, serta pemenuhan modal dan pinjaman

antara pelaku swasta dengan perbankan.

5.1. Transaksi Tunai

Transaksi tunai yang masuk (inflow) pada triwulan IV-2012 mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Total transaksi tunai inflow

yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII pada triwulan IV-2012 mencapai

Rp2,21 triliun, atau menurun 41,8% dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai Rp3,79 triliun. Lebih rendahnya transaksi yang masuk dibandingkan

triwulan sebelumnya menunjukkan bahwa setoran tunai dari perbankan ke Bank

Indonesia seiring dengan masih tingginya pemenuhan kebutuhan tunai di

masyarakat oleh perbankan. Kondisi ini juga terlihat pada transaksi keluar

(outflow) pada triwulan IV yang mencapai Rp1,86 triliun, atau relatif stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,87 triliun. Secara umum,

pada triwulan IV-2012 terjadi net-inflow sebesar Rp350 miliar, atau jauh lebih

rendah dibandingkan net-inflow pada triwulan sebelumnya yang mencapai

Rp1,92 triliun.

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

64

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.63. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.64. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) setiap

bulan

Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) mengalami peningkatan seiring

dengan akumulasi transaksi tunai yang terjadi sepanjang 2012. Pada

triwulan IV-2012 jumlah UTLE yang masuk ke KPw Bank Indonesia Wilayah VIII

dari setoran perbankan Sumbar mencapai Rp244,68 miliar, atau meningkat

330,2% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp56,9 miliar.

Peningkatan UTLE ini cenderung meningkat pada setiap akhir tahun mengingat

hasil akumulasi peredaran uang tunai sepanjang tahun di masyarakat yang

menyebabkan menurunnya kualitas uang tunai. Permintaan uang tunai dalam

bentuk kualitas Hasil Cetak Sempurna (HCS) khususnya mencapai puncaknya pada

triwulan III seiring dengan perayaan lebaran. Kualitas uang yang sudah dianggap

tidak layak edar kembali banyak disetorkan oleh perbankan di Sumbar ke Bank

Indonesia untuk ditukar dengan uang HCS baru, sedangkan UTLE selanjutnya

dimusnahkan oleh Bank Indonesia.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.65. Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.66. Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012

Tri

liu

n R

p

Inflow Outflow Net Inflow

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012

Tri

liu

n R

p

Inflow Outflow Net Inflow

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012

Trili

un

Rp

%

Rasio PTTB terhadap inflow PTTB (Sisi Kanan)

5

25

45

65

85

105

125

145

165

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012

Lem

ba

r

Juta

Rp

Nominal (sisi kiri) Lembar (sisi kanan)

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

65

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV-2012 meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah uang palsu yang ditemukan oleh

Bank Indonesia dari hasil setoran oleh perbankan di Sumbar pada triwulan IV-

2012 mencapai 98 lembar dengan nominal setara Rp6,89 juta, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang ditemukan sebanyak 86 lembar atau

dengan nominal setara Rp5,61 juta. Peningkatan jumlah uang palsu yang

ditemukan terjadi seiring dengan transaksi tunai yang tinggi pada triwulan

sebelumnya, dimana peredaran uang palsu cenderung meningkat ketika tingkat

transaksi dan kebutuhan uang tunai sangat tinggi. Untuk menekan peredaran

uang palsu tentunya perlu kesadaran dan kerjasama semua pihak, baik dari

masyarakat maupun perbankan khususnya dalam mengenali ciri-ciri keaslian uang

Rupiah dengan baik sehingga terhindar dari terselipnya uang palsu dalam

transaksi kegiatan ekonomi, khususnya pada uang pecahan besar. Pada triwulan

IV-2012 ditemukan uang palsu pecahan Rp100.000 sebanyak 41 lembar, pecahan

Rp50.000 sebanyak 55 lembar, dan pecahan Rp20.000 sebanyak 2 lembar. Dengan

demikian secara keseluruhan tahun 2012, ditemukan uang palsu sebanyak 381

lembar dengan nominal setara Rp24,8 juta, secara kuantitas mengalami

penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang ditemukan uang palsu

sebanyak 388 lembar dengan nominal setara Rp22,2 juta.

5.2. Transaksi Kliring

Transksi non-tunai melalui kliring mengalami peningkatan seiring dengan

maraknya aliran pemenuhan transaksi kegiatan ekonomi pada akhir

tahun. Perputaran kliring pada triwulan IV-2012 mencapai 100,1 ribu lembar

dengan nominal mencapai Rp4,17 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya dengan transaksi mencapai 68 ribu lembar dengan nominal mencapai

Rp2,92 triliun. Peningkatan transaksi kliring ini terjadi sejalan dengan

meningkatnya kebutuhan transaksi non-tunai terkait maraknya kegiatan ekonomi

pada akhir tahun, khususnya pemenuhan target realisasi anggaran kegiatan

pemerintah pusat di daerah, pemerintah daerah, dan sejumlah lembaga

pemerintahan lainnya. Selain itu, peningkatan transaksi kliring yang terjadi juga

terkait dengan pemenuhan modal dan pelunasan pinjaman antara pelaku swasta

dengan perbankan. Dengan meningkatnya transaksi kliring, rasio penolakan

cek/bilyet giro (BG) kosong juga mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2012

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

66

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

secara volume, penolakan cek/bilyet giro kosong mencapai 3.418 lembar dengan

nominal mencapai Rp100,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebanyak 2.037 lembar dengan nominal mencapai Rp55,1 miliar.

Tabel 5.17. Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.67. Rata-rata Harian Perputaran Kliring di KPW Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.68. Rasio Cek/BG Kosong terhadap

Transaksi Kliring

5.3. Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement)

Volume transaksi non-tunai

melalui RTGS di triwulan IV-

2012 lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sejalan

dengan peningkatan transaksi

kliring, transaksi menggunakan

RTGS juga mengalami

peningkatan. Volume transaskis

RGTS di triwulan IV-2012 mencapai

42.432 transaksi. Volume transaksi

I II III IV I II III IV qtq yoy

Volume (ribu lembar) 95.8 96.6 92.6 95.8 100.0 101.0 68.0 100.1 47.2% 4.5%

Nominal (miliar Rp) 3,711.2 3,929.0 4,047.6 4,122.0 3,983.6 4,021.3 2,923.9 4,170.9 42.6% 1.2%

- Volume (lembar) 2,369.0 3,234.0 3,021.0 3,232.0 2,972 3,409 2,037 3,418 67.8% 5.8%

- Nominal (miliar Rp) 54.7 70.4 73.0 83.1 78.7 88.5 55.1 100.2 81.9% 20.5%

Pertumbuhan 2012

Penolakan Cek/BG Kosong

Perputaran Kliring

Keterangan 2011

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

18.0

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Rat

us

Lem

bar

Mili

ar R

p

Nominal Volume (sisi kanan)

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Volume (sisi kanan) Nominal

Sumber : BI

Grafik 5.7. Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat

0

10

20

30

40

50

60

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Rib

u L

emb

ar

Trili

un

Rp

Nominal Volume (sisi kanan)

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

67

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

dari wilayah Sumbar mencapai 18.530 transaksi, masing-masing mengalir ke

wilayah Sumbar sendiri sebanyak 3.326 transaksi dan ke luar wilayah Sumbar

15.617 transaksi, volume transaksi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 17.708 transaksi. Sementara aliran dari luar wilayah

Sumbar ke Sumbar volumenya mencapai 21.210 transaksi, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 21.210 transaksi. Namun demikian

secara nominal nilainya belum melebihi total transakasi triwulan sebelumnya.

Total nilai transaksi RTGS selama triwulan IV-2012 mencapai Rp21,2 triliun, lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai Rp23,9 triliun.

Tabel 5.18. Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat

Sumber : Bank Indonesia

IV I II III IV

RTGS (Rp Miliar) 20,123 17,679 24,336 23,990 21,196 -11.6% 5.3%

Ke Sumbar (f-t) 1,471 949 1,207 1,444 1,772 22.7% 20.5%

Ke Luar Sumbar (f) 7,312 5,152 7,033 6,955 8,555 23.0% 17.0%

Dari luar Sumbar (t) 11,340 11,578 16,096 15,591 10,869 -30.3% -4.2%

RTGS (volume) 42,139 34,328 37,090 39,740 42,432 6.8% 0.7%

Ke Sumbar (f-t) 3,096 2,457 2,637 2,913 3,326 14.2% 7.4%

Ke Luar Sumbar (f) 16,845 13,820 15,071 15,617 17,842 14.2% 5.9%

Dari luar Sumbar (t) 22,198 18,051 19,382 21,210 21,264 0.3% -4.2%

2011yoy qtq

2012Keterangan

Dari Sumbar

Ke Sumbar

Dari Sumbar

Ke Sumbar

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

68

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

Bab VI :Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII 69

BAB VI

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

Terus berkembangnya ekonomi Sumbar turut berdampak pada

penyerapan tenaga kerja yang lebih baik di sektor formal, khususnya

sektor perdagangan. Hal ini diindikasikan juga dengan penyerapan tenaga

kerja di sektor pertanian yang semakin menurun, di mana sebagian besar

merupakan kegiatan sektor ekonomi informal. Penyerapan sektor formal yang

membaik mendorong peningkatan penduduk usia produktif yang bekerja, disertai

dengan jumlah pengangguran yang terus menurun.

Tingkat kemiskinan di Sumatera Barat mengalami penurunan. Secara

persentase sepanjang 2011-2012 penduduk miskin di Sumbar mengalami

penurunan dari 8,99% menjadi 8,00%. Menurunnya kemisikinan ditopang oleh

terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan tingkat inflasi yang relatif stabil.

Selain itu peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) juga turut mendukung

terjaganya daya beli masyarakat.

6.1. Ketenagakerjaan Daerah

Jumlah penduduk usia produktif yang bekerja di Sumbar mengalami

peningkatan. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif,

jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di Sumbar pada periode

Februari 2012 tercatat 2.204.218 orang, meningkat 4,29% atau bertambah 90.712

orang dibandingkan tahun lalu (Februari 2011).

Sejalan dengan perekonomian Sumbar yang meningkat, tingkat

pengangguran di Sumbar terus menurun. Sepanjang Februari 2011-Februari

2012, jumlah penduduk yang menganggur mengalami penurunan dari 162,5 ribu

orang menjadi 146,97 ribu orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

70

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

dari 7,14% menjadi 6,25%. TPT Sumbar tersebut berada dibawah angka TPT

nasional pada periode terakhir di 2011 yang mencapai 6,56%. Sebaliknya, bila

dibandingkan dengan daerah-daerah di sekitar Sumbar, angka pengangguran

tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan angka pengangguran di Jambi dan

Riau yang masing-masing mencapai 3,65% dan 5,17%.

Tabel 6.19. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Menurut Kegiatan

Sumber: Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat, BPS

Sebagian besar penduduk yang bekerja terserap di sektor pertanian.

Lapangan pekerjaan di sektor pertanian mampu menyerap 42,4% dari tenaga

kerja yang ada. Namun demikian, persentase penyerapan ini makin menurun

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 44%. Sementara itu, persentase

penduduk bekerja yang terserap di sektor perdagangan kembali meningkat, dari

sebelumnya 18,5% pada Februari 2011 menjadi 19,8% pada Februari 2012.

Demikian pula penyerapan di sektor jasa mengalami kenaikan, yaitu dari 16,7%

menjadi 17,4%. Di sisi lain, daya serap di sektor-sektor lainnya relatif rendah, yaitu

berkisar 4% - 7,2%.

Tabel 6.20. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: Keadaan Angkatan Kerja di Sumatera Barat, BPS

FEBRUARI FEBRUARI FEBRUARI

2010 2011 2012

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 3,423,721 3,326,730 3362735

Angkatan Kerja 2,273,111 2,275,996 2351192

a. Bekerja 2,101,027 2,113,506 2204218

b. Pengangguran 172,084 162,490 146.974

Bukan Angkatan Kerja 1,150,610 1,050,734 1,011,543

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 66,39 68,42 69,92

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7,57 7,14 6,25

KEGIATAN UTAMA

LAPANGAN

PEKERJAAN UTAMA

FEBRUARI

2010

FEBRUARI

2011

FEBRUARI

2012

Pertanian 925,302 932,979 933,434

Industri 135,445 160,602 158,404

Bangunan 99,232 103,269 101,414

Perdagangan 452,104 389,933 437,031

Angkutan 107,233 91,360 101,151

Jasa 300,337 352,080 383,520

Lainnya 81,374 83,283 89,264

TOTAL 2,101,027 2,113,506 2,204,218

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

71

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Peluang lapangan kerja di sektor formal yang mampu menyeraptenaga

kerja semakin meningkat. Penyerapan tenaga kerja sektor formal terus

meningkat dari 634 ribu orang pada Februari 2011 menjadi 716 ribu orang pada

Februari 2012, atau meningkat 12,98%.Sedangkan penyerapan sektor informal

relatif relatif stabil dengan kenaikan sebesar 0,57% atau dari 1,48 juta orang

menjadi 1,49 juta orang. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor formal

terutama bersumber dari peningkatan penyerapan di sektor perdagangan dari

18,45% menjadi 19,83% dan sektor jasa meningkat dari 16,66% menjadi 17,40%.

Kenaikan penyerapan tenaga kerja di sektor informal yang sangat rendah

terutama berasal dari lambatnya peningkatan penyerapan di beberapa sektor. Hal

ini menyebabkan penurunan proporsi penyerapan kerja di sektor pertanian dari

44,14% menjadi 42,35%, sektor industri dari 7,60 menjadi 7,19%, dan sektor

bangunan dari 4,89% menjadi 4,60%.

Sumber : BPS Sumber : BPS

6.2. Kesejahteraan

Tingkat kemiskinan di Sumatera Barat mengalami penurunan. Jumlah

penduduk miskin di Sumbar hingga September 2012 mencapai 397.855 jiwa,

dengan sebagian besar terdapat di daerah pedesaan dengan jumlah mencapai

273.603 jiwa, sementara di daerah perkotaan mencapai 124.252 jiwa.

Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin

tersebut lebih rendah. Data per september 2011 menunjukkan penduduk miskin

di Sumbar mencapai 441.799 jiwa, masing-masing 296.785 jiwa di pedesaan dan

145.014 jiwa di perkotaan. Dengan demikian secara persentase sepanjang 2011-

Pertanian

42%

Industri 7%

Bangunan

5%

Perdagangan

20%

Angkutan 5%

Jasa 17%Lainnya 4%

527634

716

1,5741,480 1,488

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

FEBRUARI 2010 FEBRUARI 2011 FEBRUARI 2012

Rib

u o

ran

g

Formal

Informal

Grafik 6.69. Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan : Formal dan Informal

Grafik 6.70. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

72

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

2012 penduduk miskin di Sumbar mengalami penurunan dari 8,99% menjadi

8,00%.

Tabel 6.21. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat

Sumber: BPS

Menurunnya kemisikinan ditopang oleh terjaganya daya beli masyarakat

seiring dengan tingkat inflasi yang relatif stabil. Sepanjang Maret-

September 2012 hanya terjadi peningkatan garis kemiskinan yang relatif kecil.

Garis kemiskinan pada periode tersebut meningkat dari Rp277.784 /kapita/bulan

menjadi Rp292.052 /kapita/bulan. Berdasarkan kelompok barang, garis kemiskinan

untuk pemenuhan konsumsi minimal kebutuhan makanan sepanjang periode

Maret-September 2012 hanya meningkat dari Rp213.655 /kapita/bulan menjadi

Rp244.702 /kapita/bulan, sementara untuk konsumsi kebutuhan non-makanan

hanya meningkat dari Rp64.129 /kapita/bulan menjadi Rp67.350 /kapita/bulan.

Tabel 6.22. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Sumber: BPS

Selain tingkat inflasi yang relatif stabil pada 2012, peningkatan Upah

Minimum Provinsi (UMP) juga turut mendukung terjaganya daya beli

masyarakat. UMP di Sumbar mengalami peningkatan sebesar 9,00%

Perkotaan Perdesaan Jumlah Perkotaan Perdesaan Jumlah

2009 115,780 313,480 429,250 7,50 10,60 9,54

2010 106,181 323,843 430,024 6,84 10,88 9,50

Mar-11 140,491 301,594 442,085 7,42 10,07 9,04

Sep-11 145,014 296,785 441,799 7,61 9,85 8,99

Mar-12 127,806 276,930 404,736 6,67 9,14 8,19

Sep-12 124,252 273,603 397,855 6,45 8,99 8,00

TahunJumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%)

Makanan Non Makanan Total

Perkotaan

Maret 2012 223,796 85,317 309,113 127,81 6,67

September 2012 232,153 88,975 321,128 124,25 6,45

Pedesaan

Maret 2012 207,242 50,733 257,975 276,93 9,14

September 2012 219,987 53,668 273,655 273,60 8,99

Kota + Desa

Maret 2012 213,655 64,129 277,784 404,74 8,18

September 2012 224,702 67,350 292,052 397,86 8,00

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah Penduduk

Miskin (ribu jiwa)

Persentase

Penduduk

Miskin (%)

Tahun

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

73

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

dibandingkan tahun sebelumnya.Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup

layak, pemerintah daerah melakukan penyesuaian upah minimum. Di tahun 2012,

UMP Sumbar mengalami kenaikan dari Rp1.055.000 per bulan menjadi

Rp1.500.000 per bulan. Dibandingkan dengan daerah lain, perkembangan UMP

Sumbar di tahun 2012 ini sedikit berada di atas rata-rata UMP di seluruh provinsi

yang mencapai Rp1.146.574 per bulan. Namun demikian, UMP Sumbar masih

berada di bawah UMP Provinsi tetangga seperti Riau, Sumatera Utara, dan

Sumatera Selatan.

Tabel 6.23. Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Sumatera Barat

Sumber: Kementerian Tenaga Kerja, RI

Grafik 6.71. Perbandingan Upah Minimum Propinsi (UMP) di

Sumatera Tahun 2012

Namun demikian, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami

peningkatan. Salah satudimensi lain yang perlu juga diperhatikan selain jumlah

dan persentase penduduk miskin adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari

kemiskinan. Upaya pengentasan kemiskinan bukan hanya ditujukan untuk

mengurangi jumlah penduduk miskin namun juga mengurangi keparahan dan

kedalaman kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengukur seberapa

Kebutuhan Hidup Layak Peningkatan Upah Minimum Propinsi Peningkatan

KHL (Rp) % UMP (Rp) %

2009 896.920 880.000 98,11

2010 979.000 9,15 940.000 6,82 96,02

2011 1.099.227 12,28 1.055.000 12,23 95,98

2012 1.153.456 4,93 1.150.000 9,00 99,70

UMP/KHL (%)Tahun

Sumut; 1.200.000

Sumsel; 1.195.220

Riau; 1.238.000

Jambi; 1.142.500

Sumbar; 1.150.000

1.120.000

1.140.000

1.160.000

1.180.000

1.200.000

1.220.000

1.240.000

1.260.000

0 1 2 3 4 5 6

Rp

Rata-rata Propinsi: 1.146.574

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

74

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & KesejahteraanDaerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

jauh rata-ratapengeluaran penduduk miskin relatif terhadap Garis Kemiskinan.

Penurunan P1 mengindikasikan adanya perbaikan secara rata-rata pada

kesenjangan antara standar hidup penduduk miskin dibandingkan dengan garis

kemiskinan, sedangkan jika terjadi peningkatan P1 menunjukkan sebaliknya.

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa P1 di Sumbar sepanjang Maret-September

2012 secara umum mengalami peningkatan, indeks P1 meningkat dari 1,129

menjadi 1,235. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaranper kapita

per bulan penduduk miskin makin jauh dari garis kemiskinan. Kondisi tersebut

bersifat negatif bagi upaya penghapusan kemiskinan. Namun jika dibedakan

menurut daerah perkotaan dan perdesaan maka Indeks Kedalaman Kemiskinan di

pedesaan mengalami peningkatan.

Tabel 6.24. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Sumber: BPS

Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin secara umum meningkat,

namun di daerah pedesaan mengalami penurunan. Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) mengilustrasikan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin.

Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin mengalami kenaikan, sepanjang

Maret-September 2012 indeks P2 mengalami kenaikan dari 0,293 menjadi 0,312.

Indeks untuk daerah perkotaan menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran

penduduk miskin semakin meningkat, indeks P2 meningkat dari 0,213 menjadi

0,296. Sementara hal sebaliknya terjadi di daerah pedesaan dengan terlihat terjadi

penurunan indeks P2 dari 0,343 menjadi 0,322.

Tahun Kota Desa Kota + Desa

P1

Maret 2012 0,942 1,248 1,129

September 2012 1,132 1,300 1,235

P2

Maret 2012 0,213 0,343 0,293

September 2012 0,296 0,322 0,312

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

Bab VI :Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII 75

BAB VII

PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I-2013 diperkirakan

masih dapat tumbuh relatif stabil pada kisaran 7,0-7,3% (yoy). Sumber

pertumbuhan masih banyak berasal dari permintaan domestik, baik konsumsi

rumah tangga maupun investasi. Sementara ekspor diperkirakan masih akan

melemah. Selain itu, Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh melambat

seiring curah hujan tinggi yang menjadi kendala pada produksi pertanian.

Tekanan inflasi pada triwulan I-2013 diperkirakan meningkat. Tekanan

inflasi terutama bersumber dari sisi penawaran terkait dengan pasokan bahan

pangan yang diperkirakan cenderung menurun akibat pengaruh kondisi cuaca.

Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi administered prices juga berpotensi

meningkatkan inflasi, antara lain terkait dengan kebijakan kenaikan Tarif Dasar

Listrik (TDL) dan kenaikan cukai rokok serta program konversi minyak tanah yang

masih berjalan. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan juga akan

cenderung meningkat sejalan dengan adanya kenaikan Upah Minimum Propinsi

(UMP) 2013.

7.1. Perkiraan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat diperkirakan masih relatif stabil.

Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan I-2013 diperkirakan akan berada

pada kisaran 7,0-7,3% (yoy), mengikuti pencapaian pertumbuhan pada triwulan

sebelumnya yang mencapai 7,41%. Sumber pertumbuhan diperkirakan masih

berasal dari kekuatan domestik baik melalui kegiatan konsumsi rumah tangga

maupun investasi. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

menunjukkan bahwa pelaku bisnis optimis terhadap perkiraan situasi bisnis

hingga dua triwulan ke depan. Namun demikian, kinerja ekspor diperkirakan

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

76

Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

masih berada dalam tekanan seiring dengan masih belum membaiknya harga

komoditas ekspor karet dan kelapa sawit di pasar internasional. Selain itu,

permintaan dunia diperkirakan masih belum pulih pada triwulan I-2013 terkait

dengan dampak krisis Eropa dan Amerika ke negara Asia lainnya seperti Cina dan

India.

Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan di sektor pertanian

diperkirakan menghadapi kendala produksi akibat curah hujan yang

tinggi. Curah hujan pada bulan Januari hingga Maret menurut BMKG

diperkirakan dalam intensitas tinggi. Hal ini akan berdampak pada terganggunya

produksi baik tanaman bahan makanan maupun perkebunan. Sementara di sisi

lain, pertumbuhan di sektor industri pengolahan akan relatif stabil sehubungan

dengan masih tingginya tingkat konsumsi rumah tangga. Hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) juga menunjukkan bahwa pelaku bisnis di sektor industri

cenderung optimis terhadap perkiraan situasi bisnis hingga dua triwulan ke

depan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan

komunikasi diperkirakan masih akan tumbuh tinggi seiring dengan masih

maraknya aktivitas perdagangan antar daerah, serta mobilitas penduduk maupun

pendatang dari Sumbar ke wilayah-wilayah lainnya.

Gambar 7.1. Prakiraan Curah Hujan Januari-Maret 2013

Januari Februari Maret

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

77

Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Pada 2013, ekonomi Sumbar diperkirakan dapat tumbuh mencapai 6,2-

6,5% (yoy) jika kegiatan investasi dapat tumbuh pesat. Kondisi

pertumbuhan 6,5% (yoy) ini bisa tercapai jika rasio Incremental Capital Output

Ratio (ICOR) selama 2012-2103 dapat dipertahankan minimal 2,98. Dalam

pengertian ini, ICOR adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan

kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/ menambah satu unit

output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan

kapital dengan tambahan output. Sementara investasi yang dimaksud di sini

adalah fixed capital formation atau pembentukan barang modal tetap (PMTB)

yang terdiri dari tanah, gedung/konstruksi, mesin dan perlengkapannya. Untuk

mencapai pertumbuhan 6,5% (yoy) pada 2013 dibutuhkan pertumbuhan investasi

sebesar 14,6% (yoy), dengan tambahan investasi sebesar Rp4,1 triliun, dari semula

investasi PMTB dalam PDRB pada 2012 sebesar Rp22,3 triliun menjadi Rp26,3

triliun. Dengan demikian, Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kab/Kota di

Sumbar perlu mendorong masuknya investasi swasta dan juga dukungan dari

belanja modal dari masing-masing APBD-nya untuk mencapai pertumbuhan

tersebut.

Tabel 7.25. Estimasi Incremental Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Sumatera Barat

Sumber: Hasil Estimasi

7.2. Perkiraan Inflasi

Faktor kondisi cuaca akan mempengaruhi inflasi volatile food. Tingkat

curah hujan yang diperkirakan masih cukup tinggi di hampir seluruh wilayah

Indonesia berpotensi menyebabkan terganggunya produksi dan distribusi pasokan

bahan makanan dari daerah penghasil. Survei Pemantauan Harga oleh Bank

Indonesia Padang menunjukkan adanya kenaikan harga pada komoditas bahan

Periode

Investasi (PMTB

harga konstan)

(miliar Rp)

PDRB Harga

Konstan (miliar Rp)

Asumsi

Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Pertumbuhan

Investasi (%)

PDRB Nominal

(miliar Rp)

Deflator

PMTB

Nilai Investasi

(miliar Rp)ICOR

2010 7,161 38,862 87,227 2.38 17,034 2.95

2011 7,936 41,292 6.25 10.82 98,957 2.53 20,040 2.95

2012 8,505 43,912 6.35 7.17 110,104 2.62 22,255 3.03

2013 9,747 46,766 6.50 14.61 2.70 26,316 2.98

2014 50,040 7.00 2.80 2.98

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

78

Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

makanan di bulan Januari 2013, terutama untuk komoditas cabe merah dan

bawang merah.Sementara harga beras dan bahan makanan lainnya masih stabil.

Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia Grafik 7.72. Perkembangan Komoditas Volatile

Food

Sumber: BPS dan Estimasi Bank Indonesia

Grafik 7.73. Proyeksi Inflasi Sumbar

Risiko tekanan inflasi juga bersumber dari kenaikan UMP yang signifikan.

Kenaikan UMP Sumatera Barat 2013 mencapai 17,4% yaitu dari Rp1.150.000

menjadi Rp1.350.000. Kenaikan ini berpotensi mendorong kenaikan ekspektasi

inflasi masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, ekspektasi masyarakat

terhadap inflasi baik 3 bulan ke depan cenderung meningkat. Kenaikan inflasi

antara lain dipengaruhi oleh menurunnya ketersediaan barang dan jasa,

gangguan distribusi barang, dan penurunan/pencabutan subsidi seperti

implementasi program konversi minyak tanah ke gas yang telah mulai

dilaksanakan pada akhir tahun 2012. Kenaikan harga tertinggi diperkirakan

terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, dan kelompok

perumahan.

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

79

Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 7.74. Ekspektasi Harga 3 bulan ke Depan

Pada akhir triwulan I-2013, inflasi kota Padang diperkirakan berada pada

kisaran 4,9%±1% (yoy). Keberadaan Tim Pengelolaan Inflasi Daerah (TPID)

Sumatera Barat baik di tingkat provinsi maupun di beberapa kabupaten/kota

(Kota Padang, Kab. Pasaman, dan Kab. Solok) diharapkan dapat menahan

pergerakan laju inflasi di Sumatera Barat khususnya kota Padang. Dalam hal ini,

koordinasi antar TPID di wilayah Sumatera Barat menjadi salah satu poin penting.

Selain itu, upaya pembentukan Pusat Informasi Harga Pangan (PIHPS) perlu terus

dilakukan, sebagai salah satu cara untuk menjaga ekspektasi masyarakat terhadap

inflasi.

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

80

Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR
Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah

1. PERTANIAN 5.717.621 5.744.631 6.030.850 5.915.748 23.408.849 6.095.017 6.349.604 6.426.271 6.460.313 25.331.205

a. Tanaman Bahan Makanan 3.014.403 3.021.892 3.197.483 3.039.055 12.272.832 3.155.077 3.323.194 3.324.287 3.413.107 13.215.665

b. Tanaman Perkebunan 1.224.220 1.228.982 1.283.509 1.303.766 5.040.477 1.353.622 1.390.235 1.382.257 1.276.841 5.402.955

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 469.521 471.233 497.318 512.049 1.950.121 519.157 537.174 571.748 589.801 2.217.880

d. Kehutanan 330.805 332.379 338.483 343.010 1.344.677 351.311 359.232 367.664 379.957 1.458.164

e. Perikanan 678.673 690.145 714.057 717.867 2.800.742 715.851 739.769 780.314 800.607 3.036.540

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 720.895 725.738 742.895 749.610 2.939.139 766.037 797.539 811.501 820.844 3.195.921

a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - -

b. Pertambangan tanpa Migas 88.056 88.546 90.724 91.666 358.991 94.068 96.525 96.371 96.679 383.643

c. Penggalian 632.839 637.192 652.172 657.945 2.580.148 671.970 701.014 715.131 724.164 2.812.278

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2.761.038 2.773.211 2.851.557 2.881.828 11.267.634 2.892.395 3.008.254 3.154.766 3.223.184 12.278.599

a. Industri Migas - - - - - -

1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - -

2. Gas Alam Cair - - - - - -

b. Industri Tanpa Migas *) 2.761.038 2.773.211 2.851.557 2.881.828 11.267.634 2.892.395 3.008.254 3.154.766 3.223.184 12.278.599

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 768.202 772.317 788.344 783.529 3.112.392 750.780 819.658 868.538 897.056 3.336.032

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1.126.661 1.132.334 1.168.236 1.196.393 4.623.624 1.229.427 1.240.477 1.292.800 1.324.329 5.087.033

3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 86.276 86.612 86.855 87.026 346.768 87.806 86.976 87.220 88.232 350.234

4. Kertas dan Barang Cetakan 6.221 6.237 6.265 6.264 24.987 6.314 6.588 6.624 6.702 26.229

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 141.588 141.936 143.890 142.986 570.399 139.763 140.865 149.185 153.686 583.498

6. Semen & Brg. Galian bukan logam 585.910 587.436 611.001 618.494 2.402.841 631.745 666.473 702.632 705.176 2.706.026

7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - - -

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 45.420 45.577 46.187 46.352 183.536 45.770 46.394 46.928 47.155 186.247

9. Barang lainnya 761 763 779 784 3.086 790 823 840 848 3.300

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 239.185 239.806 242.822 243.937 965.750 246.750 256.212 267.970 272.411 1.043.343

a. Listrik 217.573 218.105 220.679 221.520 877.877 223.978 233.147 243.454 246.820 947.399

b. Gas - - - - - -

c. Air Bersih 21.612 21.701 22.143 22.417 87.873 22.772 23.065 24.516 25.591 95.944

5. BANGUNAN 1.588.515 1.597.962 1.641.772 1.687.291 6.515.540 1.697.415 1.777.682 1.881.433 1.993.057 7.349.587

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 4.327.156 4.348.464 4.547.095 4.613.941 17.836.655 4.708.215 4.900.313 5.241.236 5.464.619 20.314.384

a. Perdagangan Besar & Eceran 4.187.181 4.207.656 4.400.198 4.464.823 17.259.858 4.555.903 4.741.069 5.071.522 5.291.702 19.660.196

b. Hotel 39.090 39.463 41.161 41.562 161.276 40.104 41.870 44.954 47.540 174.468

c. Restoran 100.885 101.344 105.736 107.556 415.521 112.207 117.374 124.761 125.378 479.720

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 3.704.148 3.776.292 3.960.411 4.014.814 15.455.665 4.134.728 4.265.227 4.499.372 4.597.369 17.496.696

a. Pengangkutan 3.037.494 3.100.160 3.264.189 3.305.816 12.707.659 3.408.675 3.507.611 3.695.385 3.773.634 14.385.306

1. Angkutan Rel 15.221 15.337 15.452 15.477 61.487 15.372 15.492 15.685 15.898 62.448

2. Angkutan Jalan Raya 2.178.019 2.229.102 2.325.861 2.354.649 9.087.632 2.429.811 2.517.043 2.623.447 2.671.466 10.241.766

3. Angkutan Laut 159.059 159.579 162.910 164.393 645.941 168.139 169.926 177.261 177.806 693.132

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 73.316 73.504 73.973 74.437 295.230 76.491 77.756 79.071 78.712 312.030

5. Angkutan Udara 365.026 375.043 425.494 430.263 1.595.826 439.267 447.405 508.168 531.775 1.926.615

6. Jasa Penunjang Angkutan 246.853 247.594 260.499 266.597 1.021.543 279.596 279.990 291.753 297.976 1.149.315

b. Komunikasi 666.654 676.132 696.222 708.998 2.748.005 726.053 757.616 803.987 823.735 3.111.391

1. Pos dan Telekomunikasi - - - - - -

2. Jasa Penunjang Komunikasi - - - - - -

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 1.090.554 1.100.360 1.129.697 1.154.644 4.475.254 1.172.040 1.215.201 1.267.944 1.322.281 4.977.467

a. Bank 337.810 342.419 353.497 362.855 1.396.581 364.074 386.828 412.842 439.043 1.602.787

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 272.249 274.668 282.428 289.947 1.119.293 297.116 306.960 317.477 324.918 1.246.471

c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - -

d. Sewa Bangunan 451.097 453.710 463.701 471.114 1.839.622 479.057 488.794 504.476 524.111 1.996.438

e. Jasa Perusahaan 29.398 29.563 30.070 30.728 119.759 31.793 32.619 33.149 34.210 131.771

9. JASA-JASA 3.842.185 3.930.309 4.100.959 4.219.330 16.092.783 4.184.264 4.359.957 4.642.498 4.930.010 18.116.729

a. Pemerintahan Umum 2.672.991 2.741.462 2.858.499 2.960.225 11.233.177 2.908.385 3.043.225 3.249.966 3.469.249 12.670.825

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 1.682.215 1.725.374 1.800.860 1.862.526 7.070.974 1.787.719 1.875.798 1.998.904 2.139.805 7.802.226

2. Jasa Pemerintah lainnya 990.776 1.016.089 1.057.639 1.097.699 4.162.203 1.120.666 1.167.427 1.251.062 1.329.444 4.868.599

b. Swasta 1.169.194 1.188.847 1.242.461 1.259.105 4.859.606 1.275.879 1.316.732 1.392.532 1.460.761 5.445.904

1. Sosial Kemasyarakatan 469.977 477.894 499.950 505.658 1.953.479 512.930 529.971 562.595 588.265 2.193.760

2. Hiburan & Rekreasi 110.799 112.591 118.099 120.703 462.192 122.289 129.249 137.014 135.024 523.576

3. Perorangan & Rumahtangga 588.418 598.362 624.412 632.743 2.443.935 640.660 657.512 692.924 737.472 2.728.568

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 23.991.296 24.236.772 25.248.058 25.481.143 98.957.270 25.896.862 26.929.989 28.192.992 29.084.087 110.103.930

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

* angka sementara

2011LAPANGAN USAHA

2012

LAMPIRAN 1

PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU PROVINSI SUMBAR

2011-2012( juta rupiah)

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah

1. PERTANIAN 2.343.715 2.349.177 2.419.391 2.366.420 9.478.703 2.440.469 2.490.934 2.469.035 2.464.396 9.864.835

a. Tanaman Bahan Makanan 1.183.120 1.183.402 1.227.221 1.161.868 4.755.611 1.217.522 1.247.745 1.213.774 1.240.820 4.919.861

b. Tanaman Perkebunan 583.928 585.582 598.952 606.870 2.375.332 622.406 632.489 633.972 598.323 2.487.189

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 186.396 186.814 193.023 196.538 762.771 197.248 199.457 203.710 205.383 805.799

d. Kehutanan 127.708 128.107 128.891 129.113 513.819 130.559 132.147 134.957 136.492 534.155

e. Perikanan 262.563 265.273 271.304 272.030 1.071.170 272.735 279.096 282.622 283.378 1.117.831

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 308.568 310.492 313.816 316.039 1.248.914 319.457 327.517 328.205 328.859 1.304.037

a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - -

b. Pertambangan tanpa Migas 54.867 55.155 55.172 55.217 220.412 55.909 56.227 56.265 56.326 224.728

c. Penggalian 253.700 255.337 258.643 260.822 1.028.502 263.547 271.290 271.939 272.533 1.079.310

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.242.013 1.245.207 1.260.783 1.262.654 5.010.656 1.250.659 1.289.107 1.325.991 1.347.187 5.212.945

a. Industri Migas - - - - - -

1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - -

2. Gas Alam Cair - - - - - -

b. Industri Tanpa Migas *) 1.242.013 1.245.207 1.260.783 1.262.654 5.010.656 1.250.659 1.289.107 1.325.991 1.347.187 5.212.945

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 356.240 356.644 359.966 357.001 1.429.851 336.786 364.557 381.666 389.040 1.472.049

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 485.979 488.102 493.043 499.316 1.966.440 506.149 505.502 515.804 527.730 2.055.186

3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 37.450 37.530 37.574 37.586 150.139 37.628 37.207 37.250 37.631 149.716

4. Kertas dan Barang Cetakan 3.774 3.783 3.795 3.790 15.141 3.785 3.916 3.929 3.924 15.554

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 80.403 80.583 80.708 78.882 320.576 76.411 76.235 79.403 80.453 312.502

6. Semen & Brg. Galian bukan logam 253.429 253.774 260.800 261.146 1.029.150 265.543 277.026 283.217 283.649 1.109.435

7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - - -

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 24.344 24.396 24.499 24.534 97.772 23.957 24.251 24.308 24.343 96.858

9. Barang lainnya 394 395 398 399 1.587 400 412 415 417 1.644

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 114.110 114.393 114.900 115.025 458.428 115.784 119.200 122.737 123.231 480.953

a. Listrik 102.937 103.179 103.609 103.731 413.455 104.339 107.659 110.692 110.822 433.511

b. Gas - - - - - - - -

c. Air Bersih 11.173 11.214 11.292 11.294 44.973 11.446 11.541 12.045 12.409 47.441

5. BANGUNAN 555.166 557.758 567.866 576.171 2.256.961 573.560 593.986 619.416 629.541 2.416.504

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1.827.939 1.833.000 1.868.203 1.890.087 7.419.229 1.913.670 1.970.893 2.035.039 2.056.115 7.975.717

a. Perdagangan Besar & Eceran 1.761.150 1.765.986 1.799.755 1.820.977 7.147.869 1.843.359 1.898.884 1.960.391 1.980.422 7.683.055

b. Hotel 18.190 18.358 18.748 18.787 74.083 18.351 18.944 19.915 20.815 78.026

c. Restoran 48.599 48.656 49.700 50.323 197.278 51.960 53.065 54.734 54.877 214.636

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1.518.288 1.543.362 1.602.359 1.613.896 6.277.905 1.644.566 1.681.210 1.755.231 1.763.981 6.844.988

a. Pengangkutan 1.101.748 1.121.459 1.168.497 1.174.761 4.566.466 1.198.965 1.220.720 1.272.507 1.274.908 4.967.099

1. Angkutan Rel 7.910 7.960 7.986 7.989 31.846 7.916 7.926 7.992 8.074 31.908

2. Angkutan Jalan Raya 736.993 752.671 776.864 780.076 3.046.605 795.929 816.185 841.504 846.060 3.299.678

3. Angkutan Laut 67.586 67.750 68.278 68.810 272.424 69.702 69.895 71.977 72.105 283.679

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 20.310 20.357 20.462 20.567 81.697 21.045 21.260 21.593 21.050 84.948

5. Angkutan Udara 153.239 156.727 174.130 175.185 659.280 177.215 178.185 198.196 196.358 749.955

6. Jasa Penunjang Angkutan 115.710 115.993 120.777 122.135 474.615 127.159 127.269 131.244 131.261 516.932

b. Komunikasi 416.540 421.902 433.862 439.135 1.711.440 445.601 460.490 482.724 489.073 1.877.888

1. Pos dan Telekomunikasi - - - - - -

2. Jasa Penunjang Komunikasi - - - - - -

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 517.043 519.957 529.353 536.557 2.102.910 537.783 550.537 570.111 578.016 2.236.447

a. Bank 182.430 183.385 187.395 190.428 743.638 188.674 196.465 207.547 214.265 806.950

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 125.987 127.038 129.304 131.401 513.731 133.125 136.101 139.338 139.667 548.233

c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - -

d. Sewa Bangunan 193.902 194.745 197.819 199.754 786.219 200.623 202.386 207.604 208.160 818.774

e. Jasa Perusahaan 14.724 14.788 14.836 14.974 59.323 15.361 15.585 15.621 15.923 62.491

9. JASA-JASA 1.697.037 1.734.522 1.786.078 1.820.517 7.038.154 1.801.386 1.856.723 1.933.558 1.983.825 7.575.492

a. Pemerintahan Umum 1.138.880 1.167.286 1.201.630 1.229.262 4.737.059 1.207.561 1.250.072 1.304.988 1.345.905 5.108.526

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 722.490 740.804 763.959 781.410 3.008.664 758.654 786.564 820.050 842.381 3.207.649

2. Jasa Pemerintah lainnya 416.390 426.482 437.671 447.852 1.728.395 448.908 463.508 484.938 503.524 1.900.878

b. Swasta 558.157 567.236 584.447 591.254 2.301.095 593.825 606.651 628.570 637.920 2.466.966

1. Sosial Kemasyarakatan 210.764 214.200 220.118 222.182 867.265 223.118 228.128 237.883 242.150 931.280

2. Hiburan & Rekreasi 62.182 63.141 65.118 66.506 256.946 66.856 69.912 72.158 70.194 279.121

3. Perorangan & Rumahtangga 285.211 289.895 299.211 302.566 1.176.884 303.850 308.612 318.529 325.575 1.256.565

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10.123.880 10.207.868 10.462.748 10.497.365 41.291.861 10.597.335 10.880.107 11.159.323 11.275.151 43.911.917

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

* angka sementara

( juta rupiah)

2011LAPANGAN USAHA

2012

LAMPIRAN 2

PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN PROVINSI SUMBAR

TRIWULANAN TAHUN 2011-2012

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

III

IIIIV

Jum

lah

III

IIIIV

Jum

lah

1.

PEN

GEL

UA

RA

N K

ON

SUM

SI R

UM

AH

TA

NG

GA

/12

.679

.880

12

.744

.754

13

.392

.012

13

.613

.885

52

.430

.532

13

.787

.403

14

.117

.225

14

.881

.695

15

.414

.531

58

.200

.854

Pri

vate

Con

sum

ptio

n E

xpen

ditu

re

A.

MAKA

NAN

/Foo

d8.

288.

156

8.29

0.22

8

8.

666.

684

8.80

7.00

2

34

.052

.069

8.

878.

833

9.06

9.64

5

9.

579.

211

9.91

8.40

0

37

.446

.089

B. N

ON

MAKA

NAN

/Non

-Foo

d4.

391.

725

4.45

4.52

6

4.

725.

328

4.80

6.88

3

18

.378

.463

4.

908.

570

5.04

7.58

0

5.

302.

483

5.49

6.13

1

20

.754

.765

2.

PEN

GEL

UA

RA

N

KO

NSU

MSI

L

EMBA

GA

21

0.49

2

21

4.45

0

22

3.31

1

23

0.23

4

87

8.48

8

23

3.26

1

23

8.85

9

24

7.94

8

25

1.18

5

97

1.25

3

SWA

STA

NIR

LABA

/ N

on-p

rofi

t In

stit

utio

n

Con

sum

ptio

n E

xpen

ditu

re

3.

PEN

GEL

UA

RA

N K

ON

SUM

SI P

EMER

INT

AH

/3.

117.

861

3.45

7.10

3

3.

722.

967

3.94

8.40

6

14

.246

.337

3.

541.

211

3.97

9.81

6

4.

205.

041

4.49

3.28

9

16

.219

.357

Gov

ernm

ent

Con

sum

pti

on E

xpen

dit

ure

4.

PEM

BEN

TU

KA

N M

OD

AL

TET

AP B

RU

TO

/4.

767.

693

4.83

1.67

7

5.

144.

625

5.29

6.06

3

20

.040

.059

5.

355.

430

5.42

8.71

8

5.

518.

571

5.95

2.51

3

22

.255

.232

Gro

ss D

omes

tic

Fix

ed c

apit

al

For

mati

on

5.

PER

UBA

HA

N S

TO

K/C

hang

e in

Sto

ck88

.206

1.40

3.05

2-

832.

147

-

773.

941

-

2.92

0.93

4-

744.

661

-

968.

795

-

179.

360

-

398.

954

1.49

3.86

2-

6.

EKSP

OR

BA

RA

NG

-BA

RA

NG

DA

N J

ASA

-JA

SA/

6.11

3.17

4

7.

955.

289

7.33

0.30

6

7.

538.

124

28.9

36.8

93

7.54

3.08

3

8.

006.

455

7.97

1.44

6

7.

257.

991

30.7

78.9

75

Exp

ort

of G

oods

and

Ser

vice

s

7.

DIK

UR

AN

GI IM

PO

R B

AR

AN

G-B

AR

AN

G D

AN

2.9

86.0

11

3.5

63.4

50

3.7

33.0

17

4.3

71.6

29

14.6

54.1

06

3.8

18.8

65

3.8

72.2

89

4.4

52.3

48

4.6

84.3

77

16.8

27.8

79

JASA

-JA

SA/

Less

Im

port

of

Goo

ds a

nd

Serv

ices

23.9

91.2

96

24.2

36.7

72

25.2

48.0

58

25.4

81.1

43

98.9

57.2

70

25.8

96.8

62

26.9

29.9

89

28.1

92.9

92

29.0

84.0

87

110.1

03.9

30

Sum

ber

: BP

S Pr

ovin

si S

umba

r

2012

2011

LAM

PIRA

N 3

PDRB

MEN

URU

T PE

NG

GU

NAA

N A

TAS

DAS

AR H

ARG

A BE

RLAK

U P

ROVI

NSI

SU

MBA

R

2011

-201

2( j

uta

rupi

ah)

Jum

lah/

Tot

al

JEN

IS P

ENG

GU

NA

AN

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

III

III

IVJu

mla

hI

IIIII

IVJu

mla

h

1.

PEN

GELU

AR

AN

KO

NSU

MSI

RU

MA

HT

AN

GG

A/

4.9

78.6

90

4.9

90.0

66

5.0

74.8

97

5.0

96.7

39

20.1

40.3

93

5.1

15.8

23

5.1

93.8

64

5.3

26.9

88

5.4

22.2

95

21.0

58.9

70

Pri

vate

Consu

mpti

on E

xpendit

ure

A.

MAKAN

AN

/Food

3.20

5.11

6

3.21

1.05

5

3.24

4.47

8

3.25

1.70

3

12.9

12.3

51

3.

254.

466

3.

311.

419

3.

406.

622

3.

471.

689

13

.444

.195

B.

NO

N M

AKAN

AN

/Non-Food

1.77

3.57

4

1.77

9.01

2

1.83

0.41

9

1.84

5.03

6

7.22

8.04

1

1.86

1.35

7

1.88

2.44

5

1.92

0.36

6

1.95

0.60

6

7.61

4.77

5

2.

PEN

GELU

AR

AN

K

ON

SUM

SI

LEM

BA

GA

89.3

74

89.8

04

90.5

42

91.1

58

360.8

79

91.8

53

92.5

82

94.5

80

95.1

76

374.1

91

SWA

STA

NIR

LA

BA

/ N

on-p

rofi

t In

stit

uti

on

Consu

mpti

on E

xpendit

ure

3.

PEN

GELU

AR

AN

KO

NSU

MSI

PEM

ER

INT

AH

/1.2

82.0

15

1.3

69.2

58

1.4

39.9

38

1.5

18.3

23

5.6

09.5

35

1.3

49.8

56

1.4

60.5

85

1.5

37.7

79

1.6

50.8

62

5.9

99.0

82

Govern

ment

Consu

mpti

on E

xpendit

ure

4.

PEM

BEN

TU

KA

N M

OD

AL T

ET

AP B

RU

TO

/1.9

31.5

57

1.9

37.4

27

2.0

08.1

48

2.0

58.5

76

7.9

35.7

08

2.0

67.3

58

2.0

93.0

30

2.1

19.9

43

2.2

24.3

21

8.5

04.6

52

Gro

ss D

om

est

ic F

ixed c

apit

al

Form

ati

on

5.

PER

UBA

HA

N S

TO

K/C

hange

in S

tock

76.5

38

-

754.6

31

-

377.5

75

-

293.5

03

-

1.5

02.2

47

-

262.0

09

-

426.8

59

-

130.0

49

-

118.4

81

700.4

36

-

6.

EK

SPO

R B

AR

AN

G-B

AR

AN

G D

AN

JA

SA-J

ASA

/3.2

16.5

62

4.0

75.0

64

3.7

87.4

63

3.8

19.5

08

14.8

98.5

97

3.7

99.3

99

3.9

94.9

20

3.9

37.6

82

3.5

45.7

52

15.2

77.7

53

Export

of

Goods

and S

erv

ices

7.

DIK

UR

AN

GI IM

PO

R B

AR

AN

G-B

AR

AN

G D

AN

1.2

97.7

81

1.4

99.1

21

1.5

60.6

65

1.7

93.4

37

6.1

51.0

03

1.5

64.9

44

1.5

28.0

15

1.7

27.6

01

1.7

81.7

35

6.6

02.2

94

JASA

-JA

SA/

Less

Im

port

of

Goods

and S

erv

ices

10.1

23.8

80

10.2

07.8

68

10.4

62.7

48

10.4

97.3

65

41.2

91.8

61

10.5

97.3

35

10.8

80.1

07

11.1

59.3

23

11.2

75.1

51

43.9

11.9

17

Sum

ber

: BPS

Pro

vinsi

Sum

bar

Cat

atan

:

* an

gka

sem

enta

ra

2012

2011

LAM

PIRA

N 4

PDRB

MEN

URU

T PE

NG

GU

NA

AN

ATA

S D

ASA

R H

ARG

A K

ON

STA

N P

ROV

INSI

SU

MBA

R

2011

-201

2( j

uta

rupi

ah)

Jum

lah/T

ota

l

JEN

IS P

EN

GG

UN

AA

N

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · Belg : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring. i Kajian Ekonomi Regional Sumatera Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII KATA PENGANTAR

IHKPerub.

(mtm, %)

Jan 133,17 129,53 114,14 111,92 111,25 110,69 109,20 120,29 1,59%

Feb 133,25 129,60 114,79 111,66 111,26 110,57 109,49 120,50 0,17%

Mar 129,47 129,59 114,70 111,78 111,46 110,57 110,03 119,62 -0,73%

Apr 130,46 130,14 114,39 111,87 112,02 110,57 110,06 119,94 0,27%

May 132,74 130,01 114,44 112,77 112,09 110,57 110,12 120,59 0,54%

Jun 140,22 129,92 114,46 113,65 111,76 110,60 109,92 122,50 1,58%

Jul 145,39 131,57 114,37 113,08 113,90 110,60 110,88 124,33 1,49%

Aug 141,68 132,10 114,73 113,07 115,15 114,22 111,04 123,87 -0,37%

Sep 138,94 133,06 114,69 113,68 115,22 114,22 111,26 123,41 -0,37%

Oct 138,22 133,29 115,34 114,63 115,45 114,89 111,10 123,48 0,06%

Nov 144,05 133,68 115,41 115,04 115,62 114,98 111,53 125,19 1,38%

Dec 152,47 134,48 115,98 115,89 115,66 114,98 111,67 127,69 2,00%

Jan 169,48 135,54 116,76 115,69 115,79 114,98 111,84 132,42 3,70%

Feb 168,52 136,09 119,83 115,60 116,72 114,69 112,29 133,00 0,44%

Mar 154,10 136,21 120,37 116,03 116,94 114,94 112,64 129,55 -2,59%

Apr 147,61 137,23 120,20 116,88 117,74 114,76 112,93 128,16 -1,07%

May 147,07 137,20 120,45 118,43 118,89 114,96 113,10 128,26 -1,00%

Jun 146,13 139,17 120,26 119,18 119,16 115,10 113,12 128,40 0,11%

Jul 147,43 141,77 119,81 119,83 119,16 119,59 112,87 129,39 0,77%

Aug 150,86 143,04 119,96 123,68 119,25 120,08 113,08 130,85 1,13%

Sep 155,10 143,45 119,85 127,25 121,32 121,14 113,66 132,47 1,24%

Oct 157,76 145,06 120,03 126,59 121,50 120,88 113,04 133,30 0,63%

Nov 158,97 145,08 120,29 129,15 121,50 121,80 113,10 133,91 0,46%

Dec 160,47 145,34 120,30 132,39 121,50 121,82 113,10 134,55 0,48%

Jan 162,25 145,38 122,01 132,43 122,82 121,82 112,58 135,31 0,57%

Feb 155,76 145,49 122,00 133,15 122,90 121,89 114,49 134,09 -0,90%

Mar 155,65 147,77 122,70 133,10 122,99 122,28 114,70 134,67 0,43%

Apr 156,90 148,43 123,12 133,97 122,99 122,28 114,89 135,29 0,46%

May 154,73 148,58 123,04 133,55 123,99 122,75 114,50 134,71 -0,43%

Jun 160,12 149,08 123,16 135,31 125,15 122,53 114,52 136,35 1,22%

Jul 159,63 149,92 123,32 136,34 125,57 123,32 114,48 136,53 0,13%

Agust 160,14 152,56 123,19 137,09 125,91 123,31 118,86 138,01 1,08%

Sep 158,89 154,28 123,22 139,53 125,84 136,54 117,38 138,75 0,54%

Okt 161,11 155,30 123,83 141,11 125,97 136,54 117,38 139,73 0,71%

Nop 157,25 155,98 123,82 141,01 125,98 136,54 117,38 138,85 -0,63%

Des 160,91 157,23 123,85 141,59 126,08 136,82 117,77 140,15 0,94%Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, * Mulai Menggunakan tahun dasar 2007 = 100

Lampiran 5

Indeks Harga Konsumen Kota Padang

BAHAN

MAKANAN

MAKANAN

JADIPERUMAHAN SANDANG

2011

2010

Periode

2012

KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPORT

U M U M