Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 2011 - bi.go.id · Triwulan IV 2011 i Kajian Ekonomi...
Transcript of Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 2011 - bi.go.id · Triwulan IV 2011 i Kajian Ekonomi...
Triwulan IV 2011
i
Kajian Ekonomi Regional Banten
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena
dengan rahmat serta ridha-Nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten
Triwulan IV 2011 dapat dipublikasikan. Buku Kajian Ekonomi Regional ini merupakan sebuah
kajian komprehensif yang diterbitkan secara triwulanan yang berisi analisis, data dan
informasi mengenai kondisi terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa
mendatang.
Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan
makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem
pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan
kesejahteraan serta prospek perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil asesmen pada
triwulan IV 2011, perkembangan kinerja perekonomian Banten mengalami perlambatan
meskipun tetap terjaga dalam level yang relatif cukup tinggi, yaitu dari sebesar 6,10%
menjadi 5,11%. Namun demikian, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Banten pada
tahun 2011 mencapai angka 6,43%.
Di sisi lain, perkembangan inflasi Banten masih terjaga pada level yang stabil rendah
hingga akhir triwulan laporan yang didorong oleh semakin membaiknya kondisi pasokan
volatile foods dan masih terjaganya harga-harga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan
ditundanya kebijakan pengaturan BBM bersubsidi hingga triwulan laporan. Pada akhir
triwulan IV 2011 inflasi Banten tercatat sebesar 3,45% (yoy).
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada
semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Provinsi di
Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami
sebutkan satu-persatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi
pengembangan perekonomian Provinsi Banten.
Serang, 8 Februari 2012
TTD
Andang Setyobudi Pemimpin
Triwulan IV 2011
iii Kajian Ekonomi Regional Banten
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif Halaman v
Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman viii Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1
Sisi Permintaan Halaman 2 Sisi Penawaran Halaman 15
Boks 1. Upaya Meluruskan Benang Kusut Klaster Industri Petrokimia di Banten
Halaman 27
Bab II Perkembangan Inflasi Daerah Halaman 33
Perkembangan Inflasi Banten Halaman 34 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Halaman 36
Boks 2. Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Banten 2011
Halaman 37
Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman 41 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Halaman 41
Perkembangan Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat Halaman 62 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Halaman 63 Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman 64
Boks 3. Penelitian Komoditas Produk Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Wilayah Banten Tahun 2011
Halaman 65
Bab IV Keuangan Daerah Halaman 69
Pendapatan Daerah Halaman 70 Belanja Daerah Halaman 72
Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Halaman 75 Ketenagakerjaan Halaman 75
Kesejahteraan Masyarakat Halaman 76
Triwulan IV 2011
iv Kajian Ekonomi Regional Banten
Bab VI Prospek Perekonomian Halaman 79
Pertumbuhan Ekonomi Halaman 79 Inflasi Halaman 84
Boks 4. Upaya KBI Serang dalam Mendorong Sektor Riil dan UMKM di Provinsi Banten
Halaman 85
Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian dan Survei Kantor Bank Indonesia Serang Jl. Yusuf Martadilaga No. 12 Serang – Banten Ph : 0254 – 223788 Fax : 0254 – 223875 email : [email protected], [email protected] atau [email protected] Website : www.bi.go.id
Triwulan IV 2011
v
Kajian Ekonomi Regional Banten
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan IV 2011 kembali mengalami perlambatan
meskipun tetap terjaga dalam level yang relatif cukup tinggi, yaitu dari sebesar 6,10%
(yoy) menjadi 5,11% (yoy). Namun demikian, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi
Banten pada tahun 2011 mencapai angka 6,43% atau masih lebih baik dibandingkan dengan
angka tahun 2010 sebesar 6,08%.
Pada sisi permintaan, melambatnya kinerja ekspor komoditi utama Banten akibat belum
pulihnya kondisi beberapa mitra dagang utama Banten dan melambatnya pertumbuhan
konsumsi pemerintah sebagai akibat belum optimalnya penyerapan anggaran pemerintah
daerah di Wilayah Banten pada triwulan IV 2011 menjadi faktor utama menurunnya
angka pertumbuhan ekonomi. Namun, tetap tingginya konsumsi domestik dan investasi
mampu menopang angka pertumbuhan ekonomi di atas level 5%.
Dari sisi sektoral, penurunan perlambatan ekonomi terjadi pada sektor industri, pertanian,
perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, dan
persewaan dan jasa perusahaan. Menurunnya kinerja sektor utama terutama sektor
industri sebagai dampak krisis global lanjutan berdampak menurunnya kinerja pada
beberapa sektor lainnya di Banten. Sementara itu, secara tahunan (dari tahun 2010 ke 2011),
hanya terdapat 2 sektor ekonomi yang mengalami penurunan sekaligus mengalami
pertumbuhan ekonomi terendah sepanjang tahun 2011, yaitu sektor pertanian dan sektor LGA,
sedangkan lainnya terutama sektor dominan Banten masih mengalami angka pertumbuhan
ekonomi yang membaik.
Inflasi Banten tetap terjaga di bawah inflasi nasional dan menunjukkan penurunan pada
akhir triwulan IV 2011, kondisi inflasi Banten pada level yang rendah dan stabil tersebut
disebabkan oleh relatif stabilnya harga komoditas bahan makanan (volatile foods) dan
komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices). Inflasi Banten sebesar
3,45% (yoy ) pada akhir triwulan IV 2011 lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional
sebesar 3,79% (yoy), merupakan level terendah sepanjang tahun 2011. Membaiknya kondisi
cuaca dan iklim pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi pendorong
membaiknya kondisi pasokan bahan makanan yang harganya relatif bergejolak pada triwulan IV
2011. Selain itu, ditundanya pemberlakuan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi oleh
Triwulan IV 2011
vi
Kajian Ekonomi Regional Banten
Kegiatan intermediasi perbankan khsusunya bank umum di Banten belum terlihat optimal
seiring melambatnya kinerja sektor keuangan maupun perekonomian Banten, sementara
transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun menunjukkan sedikit
penurunan kinerja pada triwulan IV 2011. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya
pertumbuhan kredit dan rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank
umum. Namun demikian, risiko kredit bank umum mengalami penurunan dari sebesar 2,53%
pada triwulan III 2011 menjadi 1,9% pada triwulan laporan. Ekspansi kredit/pembiayaan BPR
juga mengalami kinerja yang menurun. Sementara itu, pada aspek sistem pembayaran,
penggunaan sistem pembayaran non tunai sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha
baik melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) maupun kliring cenderung menurun pada
triwulan IV 2011.
Pemerintah Provinsi Banten berhasil merealisasikan pendapatannya dari yang kebijakan
ditargetkan pada tahun 2011. Sebaliknya, belanja daerah hanya mendekati target optimal
karena belum terealisasinya beberapa pengeluaran pada belanja barang dan jasa serta
belanja modal untuk alat berat, program pendidikan dan kesehatan. Besarnya anggaran
pengeluaran menyebabkan terjadinya defisit APBD pada tahun 2011 sekitar Rp 145,91 miliar.
Secara akumulasi, pencapaian tahun 2011 terlihat lebih baik dibandingkan pencapaian tahun
2010. Namun dilihat dari pertumbuhan tahunan (growth) realisasi belanja APBD secara
triwulanan, pencapaian realisasi APBD triwulan IV 2011 sedikit lebih rendah jika dibandingkan
dengan triwulan III 2011.
Kondisi ketenagakerjaan masyarakat pada triwulan IV 2011 diperkirakan mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh membaiknya kondisi
perekonomian. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Banten pada pertengahan triwulan III 2011
menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten mencapai 67,79% dan
Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 13,06%. Angka tersebut menunjukkan adanya
perbaikan pada triwulan laporan karena didukung oleh adanya investasi baru dan perluasan
usaha besar maupun UMKM di berbagai sektor ekonomi.
Perekonomian Banten pada triwulan I 2012 diprakirakan mengalami peningkatan secara
moderat pada kisaran level pertumbuhan 5,50% - 6,00% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan IV 2011. Tertahannya laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan bersumber dari masih
berlanjutnya dampak lanjutan krisis yang menyelimuti Eropa dan Amerika Serikat yang
berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekspor Banten. Kondisi ketidakpastian global
terindikasi dari banyaknya perkiraan dari lembaga keuangan dunia yang menurunkan angka
Triwulan IV 2011
vii
Kajian Ekonomi Regional Banten
proyeksi ekonomi global terutama negara-negara maju yang merupakan mitra dagang daerah
Banten. Secara keseluruhan proyeksi pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2012 hanya
akan mencapai kisaran 6,00% - 6,50%. Adapun penopang pertumbuhan ekonomi Banten
pada level kisaran 6,00% adalah tetap tingginya konsumsi domestik dan investasi di wilayah
Banten.
Sementara itu pada aspek inflasi, seiring potensi tingginya curah hujan pada awal triwulan
I 2012 berpotensi mendorong tekanan inflsi dari komponen volatile foods. Tingginya
konsumsi swasta domestik dan harga komoditas seperti emas berpotensi meningkatkan
komponen inflasi inti. Sementara itu, administered prices pada triwulan mendatang belum
berpotensi meningkat karena belum ada rencana penetapan oleh pemerintah triwulan
mendatang. Inflasi Banten Triwulan I 2012 diprakiraan akan berada pada kisaran 3,89% ± 1 %
(yoy) dan secara keseluruhan 2012 akan mencapai kisaran 4,35% ± 1 %.
Triwulan IV 2011
viii
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Banten
Indikator 2010*) 2011**)
II III IV I II III IV Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (% yoy)
5,87 6,06 6,31 6,84 6,41 6,57 5,11
Berdasarkan Sektor: Pertanian 6,29 6,36 6,68 7,73 3,72 8,78 3,45 Pertambangan &
Penggalian 8,93 8,56 9,74 10,10 9,11 9,55 6,25
Industri Pengolahan 3,38 3,35 4,02 4,45 3,84 4,10 2,09 Listrik, Gas & Air Bersih 11,07 12,39 12,82 6,06 5,17 2,86 4,20 Bangunan 6,97 7,39 7,82 8,44 9,50 10,28 9,28 Perdagangan, Hotel &
Restoran 8,43 9,70 9,46 10,06 11,14 9,75 9,63
Pengangkutan & Komunikasi
11,98 12,17 12,93 12,61 12,94 11,62 10,96
Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha
7,48 5,83 5,77 7,49 7,36 8,22 6,01
Jasa-jasa 6,70 5,11 1,03 7,65 6,67 7,05 8,58 Berdasarkan Permintaan Konsumsi Rumah Tangga N.A. N.A. N.A. 5,71 6,14 6,77 5,68 Konsumsi Pemerintah N.A. N.A. N.A. 12,78 15,18 14,28 0,64 PMTB N.A. N.A. N.A. 6,23 8,26 9,76 11,90 Ekspor N.A. N.A. N.A. 7,01 8,76 9,44 11,22 Impor N.A. N.A. N.A. 6,63 11,11 12,57 16,75
Ekspor Nilai Ekspor Non Migas
(USD Juta) 1.918,23 1.854,87 2.254,44 2.205,90 2.461,16 2.485,91 1.520,41
Volume Ekspor Non Migas (ribu ton)
885,68 924,56 1.211,03 987,42 957,48 991,35 550,82
Impor Nilai Impor Non Migas
(USD Juta) 3.449,96 3.929,74 4.713,29 4.585,15 5.063,46 5.257,99 3.867,61
Volume Impor Non Migas (ribu ton)
2.621,74 2.714,68 3.475,36 2.940,59 3.464,32 3.450,04 2.019,43
Indeks Harga Konsumen Kota Cilegon 121,59 123,65 125,90 126,28 125,86 127,05 128,86 Kota Serang 124,97 126,89 129,85 129,33 129,42 132,10 133,46 Kota Tangerang 120,96 123,94 125,72 126,39 127,22 129,44 130,47 Provinsi Banten 121,59 124,31 126,31 126,78 127,35 129,50 130,68
Laju Inflasi Tahunan (% yoy) Kota Cilegon 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51 2,75 2,35 Kota Serang 4,80 3,69 6,18 5,43 3,56 4,11 2,78 Kota Tangerang 4,34 4,79 6,08 5,86 5,18 4,44 3,78 Provinsi Banten 4,44 4,59 6,10 5,76 4,73 4,18 3,45 Keterangan: *) angka sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) **) angka sangat sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) ***) Data Ekspor Tw IV 2011 merupakan angka sementara, gabungan Oktober – November 2011 (Sumber: Bank Indonesia)
Triwulan IV 2011
ix
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Banten
Indikator 2010 2011
II III IV I II III IV Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun)
42,79 40,08 51,65 54,39 62,53 66,26 70,16
Tabungan 13,58 14,17 17,69 17,70 20,97 22,55 25,10 Giro 9,95 7,83 10,25 10,79 12,30 12,91 14,49 Deposito 19,27 18,09 23,71 25,90 29,26 30,80 30,57
Kredit (Rp Triliun) – Berdasarkan Lokasi Bank
32,65 34,66 39,45 42,42 45,43 49,20 51,95
Modal Kerja 11,21 12,17 13,24 14,06 15,67 16,50 16,95 Konsumsi 19,08 20,08 23,43 25,14 26,10 28,64 30,46 Investasi 2,36 2,41 2,79 3,22 3,66 4,06 4,54
Kredit (Rp Triliun) – Berdasarkan Lokasi Proyek
72,91 71,89 81,70 79,83 83,82 92,12 112,22
Modal Kerja 32,19 31,94 35,54 34,02 36,49 39,19 47,06 Konsumsi 22,79 24,64 27,99 27,92 28,70 31,83 37,78 Investasi 17,93 15,30 18,18 17,88 18,63 21,10 27,38
Loan to Deposit Ratio (%) 76,30 86,47 76,39 78,00 72,65 74,25 74,04 NPL Gross (%) 3,00 2,84 2,34 2,38 2,58 2,53 1,90 Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal
Transaksi 0,61 0,58 0,71 0,68 0,63 0,70 0,70
Rata-rata Harian Volume Transaksi
851 933 996 986 987 1.047 1.032
Transaksi Kliring (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal
Transaksi 7,12 6,65 7,58 8,92 8,37 9,15 9,80
Rata-rata Harian Volume Transaksi
340 283 339 365 349 350 384
Keterangan: *) angka sementara posisi Desember 2011 (Sumber: Bank Indonesia)
Triwulan IV 2011
1
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL
Setelah kembali membaik selama 2 tahun terakhir, dampak ekonomi global mulai kembali
memperlambat pertumbuhan ekonomi Banten terutama sejak dua triwulan terakhir di
tahun 2011. Setelah mencapai titik tertinggi pada triwulan I 2011, pertumbuhan ekonomi
Banten mengalami trend perlambatan meskipun tetap terjaga dalam level yang relatif cukup
tinggi, yaitu dari sebesar 6,10% menjadi 5,11%. Dari sisi pengeluaran, trend pelemahan ekspor
Banten terjadi karena menurunnya permintaan luar negeri terhadap produk manufaktur utama
dari Banten dan menurunnya realisasi pengeluaran konsumsi pemerintah dan lembaga swasta
nirlaba. Secara sektoral, perlambatan ekonomi periode ini dibandingkan triwulan sebelumnya
disebabkan terutama oleh melambatnya kinerja sektor-sektor utama di Banten. Pertumbuhan
ekonomi Banten tersebut sepanjang 3 triwulan terakhir berada di bawah angka pertumbuhan
ekonomi nasional.
5,52 6,11 6,28 6,37
7,93
6,72
6,10 5,11
19,5020,0020,5021,0021,5022,0022,5023,0023,5024,0024,50
0,001,002,003,004,005,006,007,008,009,00
I II III IV I II III IV
2010 2011
Rp Triliun%
PDRB Banten ADH Konstan (Rp Triliun)Pertumbuhan Ekonomi Banten (Y-O-Y) ADH KonstanPertumbuhan Ekonomi Nasional ADH Konstan
Grafik I.1. Laju Pertumbuhan PDB Nasional
dan PDRB Banten Triwulanan (yoy)
Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten, diolah
6,0 5,8
4,7
6,1 6,45,8
6,3 6,1
4,5
6,16,5
5,9
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00%
Pertumbuhan Ekonomi Banten
Pertumbuhan Ekonomi nasional
Grafik I.2. Pertumbuhan Ekonomi Banten 5
Tahun Terakhir
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Secara tahunan, kinerja perekonomian Banten selama 2 tahun terakhir menunjukkan
peningkatan karena didorong oleh konsumsi domestik yang tinggi dan peningkatan investasi
dan kinerja ekspor sektor utama Banten. Selain itu, upaya-upaya perbaikan yang telah
dilakukan pemerintah termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten turut memacu perbaikan
kinerja tersebut. Secara-rata-rata selama 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Banten
berada pada level 5,8% dan mendekati angka rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar
5,9%.
Triwulan IV 2011
2
Kajian Ekonomi Regional Banten
I.1. SISI PERMINTAAN
Melambatnya kinerja ekspor komoditi utama Banten akibat belum pulihnya kondisi
beberapa mitra dagang utama Banten dan melambatnya pertumbuhan konsumsi
pemerintah sebagai akibat belum optimalnya penyerapan anggaran pemerintah daerah di
Wilayah Banten pada triwulan IV 2011 menjadi faktor utama menurunnya angka
pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan/pengeluaran. Namun, tetap tingginya
konsumsi domestik dan investasi mampu menopang angka pertumbuhan ekonomi di atas
level 5%. Faktor utama yang mendorong perlambatan ekonomi dari sisi pengeluaran Banten
terlihat dari beberapa promt indikator ekspor seperti melambatnya ekspor luar negeri pada
industri bahan kimia, tekstil, kayu dan gabus, besi baja, dan kertas. Selain itu, angka
pertumbuhan ekspor tersebut lebih rendah dari angka pertumbuhan impor (kondisi net ekspor
defisit semakin tinggi). Ditambah dengan belum optimalnya realisasi belanja terutama belanja
modal dan belanja program satuan kerja tertentu yang memiliki anggaran relatif besar
dibandingkan satuan kerja lainnya menyebabkan pertumbuhan angka komponen konsumsi
pemerintah turut melambat.
Membaiknya angka komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto dan realisasi penanaman
modal asing di Wilayah Banten serta peningkatan pendapatan riil masyarakat Banten yang
diiringi dengan angka inflasi perkotaan dan pedesaan di Banten relatif rendah, menyebabkan
laju pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan IV 2011 tetap berada pada level 5,11%.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2011 mencapai angka 6,43%
atau masih lebih baik dibandingkan dengan angka tahun 2010 sebesar 6,08%.
Tabel I.1. PDRB Banten Triwulan II 2011 Menurut Penggunaan
Komponen Pengeluaran (%, yoy) 2010 2011I II III IV I II III IV
Konsumsi Rumah Tangga 5,50 5,63 5,72 4,74 5,39 4,73 4,93 5,32 5,68 5,17Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5,62 7,95 10,86 11,92 9,14 13,05 10,39 8,13 6,13 9,31Konsumsi Pemerintah -5,72 -7,46 0,94 13,68 1,08 12,46 13,81 12,89 0,64 9,04Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,45 9,50 5,90 4,77 7,55 5,01 7,01 8,74 11,90 8,23Perubahan Stok -13,48 10,96 14,05 22,17 8,22 29,19 18,55 -8,71 -0,12 7,88Ekspor Barang dan Jasa 14,31 13,02 9,53 11,00 11,86 10,61 12,23 12,24 11,22 11,59Dikurangi Impor Barang dan Jasa 21,90 18,02 11,16 13,14 15,72 9,93 15,28 16,84 16,75 14,84
PDRB 5,52 6,11 6,28 6,37 6,08 7,93 6,72 6,10 5,11 6,43
2010 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten (** angka sangat sementara)
1.1.1. Konsumsi
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran dapat tertahan oleh
pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tetap meningkat. Hal tersebut didorong oleh
stabilitas harga yang relatif lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya dan adanya
Triwulan IV 2011
3
Kajian Ekonomi Regional Banten
peningkatan pendapatan masyarakat di Banten. Menurunnya realisasi pengeluaran
pemerintah kemungkinan disebabkan oleh belum optimalnya realisasi sejumlah proyek
pembangunan terutama terkait belanja modal pengadaan alat-alat berat/konstruksi untuk
infrastruktur, pembangunan kantor dan pusat pemerintahan atau belanja program
lainnya. Meningkatnya Upah Minimum Provinsi Banten sekitar 4,68% pada tahun 2011 dan
adanya ekspektasi rencana kenaikan upah minimum kota dan kabupaten pada kisaran yang
jauh lebih besar dari tahun 2011 berpotensi mendorong konsumsi masyarakat pada periode
laporan. Sementara itu, inflasi di wilayah perkotaan dan pedesaan relatif terus menurun hingga
di bawah 4% secara tahunan. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) terus meningkat cukup tinggi
seiring membaiknya inflasi di Banten.
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
12345678910111212345678910111212345678910111212345678910
2008 2009 2010 2011
% y
oy
Dev iasi Nasional Banten
Grafik I.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Banten dan Nasional
Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
6789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Ind
eks
NTP Banten
Grafik I.4. Nilai Tukar Petani di Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011
% y
oy
Inflasi Pedesaan
Grafik I.5. Inflasi Tahunan Pedesaan di
Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Kondisi ini turut mendorong peningkatan daya beli dan konsumsi petani bahkan sepanjang
tahun 2011. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari meningkatnya pendapatan rata-rata
PDRB per kapita dan pengeluaran per kapita sebulan di Banten pada tahun 2011dibandingkan
Triwulan IV 2011
4
Kajian Ekonomi Regional Banten
tahun 2010. PDRB per kapita di Banten saat ini telah mencapai Rp 8,62 juta per tahun atau USD
991,67. Bahkan tingkat pengeluaran rata-rata perkapita total dan untuk kebutuhan makanan
termasuk tertinggi kedua setelah DKI Jakarta di Wilayah Jawa, yaitu sebesar Rp 693.987 per
kapita sebulan untuk pengeluaran total dan Rp 328.623 untuk pengeluaran/konsumsi
makanan.
Tabel I.2. Perkembangan Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Banten dan Provinsi
Lain di Kawasan Jawa (dalam Rupiah)
Total Makanan Total Makanan
DKI Jakarta 1.024.214 398.782 1.355.688 457.669 Banten 644.138 296.896 693.987 328.623 Jabar 487.681 255.210 608.708 297.590 Jatim 411.477 214.964 486.426 245.743 DIY 553.967 244.004 625.043 276.323 Jateng 393.831 203.968 463.907 229.775
Provinsi2010 2011*
Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia – BPS RI
Tabel I.3. Perkembangan PDRB Per Kapita Banten
PDRB Per Kapita ADH Konstan 2000 2010 2011Nilai (Rp) 8.326.232,38 8.624.655,80Indeks Peningkatan (%) 3,49 3,58Nilai (USD) 925,36 991,67
Sumber: BPS Prov. Banten
Kondisi upah minimum tenaga kerja yang terus membaik saat ini dan hingga ekspektasi di
tahun berikutnya turut berperan dalam peningkatan konsumsi masyarakat di Banten. Upah
minimum kota/kabupaten 2011 berada pada kisaran antara Rp 1.007.500 di Kabupaten Lebak
(terendah) dan Rp 1.250.000 di Kota Tangerang (tertinggi) dengan kenaikan dari tahun
sebelumnya pada kisaran antara 4,26% (di Kota Cilegon) hingga 10,74% (di Kota Tangerang
Selatan). Rencana tahun 2012, kenaikan UMK diperkirakan antara 3,45% hingga 22, 86%.
Tabel I.4.
2008 2009 2010 2011 2012 *)Kota Tangerang 958.782 1.064.500 1.130.000 1.250.000 1.529.150 11,03 6,15 10,62 22,33 Kota Cilegon 971.400 1.099.000 1.174.000 1.224.000 1.347.000 13,14 6,82 4,26 10,05 Kota Tangerang Selatan 953.850 1.055.000 1.125.000 1.245.800 1.529.150 10,60 6,64 10,74 22,74 Kota Serang 927.500 1.030.000 1.050.000 1.156.000 1.231.000 11,05 1,94 10,10 6,49 Kab. Pandeglang 840.000 918.950 964.500 1.015.000 1.050.000 9,40 4,96 5,24 3,45 Kab. Lebak 842.000 918.000 959.500 1.007.500 1.047.800 9,03 4,52 5,00 4,00 Kab. Tangerang 953.850 1.055.000 1.125.000 1.243.000 1.527.150 10,60 6,64 10,49 22,86 Kab. Serang 927.500 1.030.000 1.101.000 1.189.600 1.410.000 11,05 6,89 8,05 18,53 Banten 837.000 917.500 955.300 1.000.000 1.042.000 9,62 4,12 4,68 4,20 UMK 2012 : Berdasarkan SK Gubernur Banten No. 561/Kep.886-Huk/2011 tanggal 21 November 2011 tentang Penetapan UMK Se-Provinsi Banten 2012
UMP 2012 : SK Gubernur No. 561/Kep.828-Huk/2011 tanggal 28 Oktober 2011
*) Data Sementara
Data Perkembangan Upah Minimum Kota /Provinsi di Banten
Kota/KabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2009
(% yoy)Growth 2010
(% yoy)Growth 2011
(% yoy)Growth 2012
(% yoy)
Triwulan IV 2011
5
Kajian Ekonomi Regional Banten
Potensi kesenjangan ekonomi dapat semakin besar karena kenaikan UMK terbesar terutama
diberlakukan di Wilayah Utara Banten, sedangkan di Wilayah Selatan (terutama Kabupaten
Lebak dan Pandeglang) rencana kenaikannya di bawah angka 5%, sebagai akibat wilayahnya
yang cenderung agraris. Sementara itu, untuk wilayah industri terlihat kenaikannya relatif
tinggi. Di satu sisi dapat turut meningkatkan pendapatan/kesejahteraan tenaga kerja, di sisi
yang lain akan menjadi beban biaya bagi perusahaan. Kenaikan tersebut tentunya dapat saja
dipenuhi oleh perusahaan sepanjang tingkat produktivitas tenaga kerja di Wilayah Banten
semakin meningkat. Apabila sebaliknya terjadi, dikhawatirkan akan kontraproduktif dengan
iklim investasi di Banten yang saat ini sedang membaik dan didukung oleh kondisi makro
ekonomi nasional dalam status investment grade pada tahun 2012.
Status investment grade akan mendorong investor luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia
termasuk Banten yang memiliki banyak potensi keunggulan karena beberapa kondisi
tertentu/variabel ekonomi yang telah semakin baik. Koordinasi yang baik perlu terus dilakukan
antara serikat pekerja, perusahaan/asosiasi perusahaan (APINDO), dewan pengupahan dan
pemerintah dalam menentukan format pengupahan yang adil dan win-win solution bagi semua
pihak. Transparansi perusahaan kepada karyawan dengan diawasi oleh sinas terkait akan
memberikan efek positif bagi kestabilan perekonomian di Banten dan Indonesia pada
umumnya.
Peningkatan konsumsi terlihat juga dari berbagai indikator hasil Survei Konsumen yang
dilakukan Bank Indonesia Serang, tercermin antara lain dari meningkatnya indeks ketepatan
waktu pembelian barang tahan lama (durable goods) seperti pembelian perumahan, kendaraan,
dan alat elektronik kebutuhan rumah tangga serta indeks rata-rata pendapatan per bulan untuk
pengeluaran kebutuhan rumah tangga dan pembayaran cicilan.
Triwulan IV 2011
6
Kajian Ekonomi Regional Banten
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Grafik I.6. Indeks Ketepatan Waktu
Pembelian Barang Tahan Lama (Durable
Goods) Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
-
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011
Ind
eks
Grafik I.7. Indeks Rata-rata Pendapatan per
Bulan untuk Kebutuhan Rumah Tangga di
Banten.
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik I.8. Indeks Keyakinan Konsumen dan
Indeks Keyakinan terhadap Kondisi Ekonomi
Saat Ini Banten
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja
Grafik I.9. Indeks Kondisi Ketersediaan
Lapangan Kerja Saat Ini dan Indeks Kondisi
Penghasilan Saat Ini Banten
Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia
Meningkatnya indeks keyakinan konsumen tercermin juga dari kenaikan angka indeks tersebut
dari tahun 2010 yang berada dibawah angka 100 menjadi di atas 115 pada akhir tahun 2011.
Bahkan angka indeks pada triwulan IV 2011 tersebut sedikit diatas periode triwulan III 2011.
Yang cukup menggembirakan adalah indeks kondisi ketersediaan lapangan kerja yang telah
menembus angka 100 yang berarti kepercayaan/keyakinan konsumen terhadap ketersediaan
lapangan kerja dan membaiknya ekonomi/usaha pada saat ini terlihat semakin optimis.
Pada komponen konsumsi pemerintah, terjadi perlambatan sebagai akibat belum
optimalnya penyerapan belanja modal dan program yang dilakukan. Setidaknya,
penyelenggaraan PILKADA Provinsi Banten pada tahun 2011 berpengaruh pada jalannya
penyelesaian program pemerintah daerah. Rencana realisasi total belanja daerah Provinsi
Banten pada triwulan IV 2011 sebesar Rp 4,05 triliun telah dapat direalisasikan sebesar Rp 3,9
Triwulan IV 2011
7
Kajian Ekonomi Regional Banten
triliun atau mencapai angka 96,38%. Belum optimalnya penyerapan lebih disebabkan oleh
belum direalisasikannya sebagian belanja modal untuk pembelian alat-alat berat dan pembelian
barang investasi pada program di Dinas Pendidikan dan Kesehatan.
Tabel I.5. Perkembangan PDRB Per Kapita Banten
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III* Tw IV*APBD-Total Belanja Banten (Rp miliar) 2.366,62 2.366,62 2.525,07 2.525,07 2.511,27 2.511,27 2.511,27 2.981,77 3.485,30 3.485,30 3.485,30 4.047,76 Realisasi Belanja APBD per Triwulan (Trw) 136,57 720,43 755,27 808,55 293,86 594,40 669,41 1.289,67 338,15 618,70 1.189,16 1.755,39 % Realisasi Belanja per Trw 5,77% 30,44% 29,91% 32,02% 11,70% 23,67% 26,66% 43,25% 9,70% 17,75% 34,12% 43,37%Growth (yoy) 115,18 -17,49 -11,37 59,50 15,07 4,09 77,64 36,11
Uraian2009 2010 2011
Secara tahunan (yoy), pertumbuhan realisasi belanja triwulanan pada triwulan IV 2011 sebesar
36,11% masih jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan realisasi belanja pada triwulan III
2011. Pembangunan pusat pemerintahan di beberapa kota/kabupaten yang belum optimal juga
menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan konsumsi pemeritah pada periode ini
termasuk pengelolaan dana proyek dari pemerintah pusat atau provinsi kepada daerah di
bawahnya.
Tabel I.6. Perkembangan PDRB Per Kapita Banten
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III* Tw IV*APBD Banten 2.366,62 2.366,62 2.525,07 2.525,07 2.511,27 2.511,27 2.511,27 2.981,77 3.485,30 3.485,30 3.485,30 4.047,76 Realisasi s.d. Triwulan Berjalan (Kumulatif) 136,57 857,00 1.612,27 2.420,82 293,86 890,30 1.556,48 2.847,34 338,15 956,85 2.146,01 3.901,40 % Realisasi Pengeluaran (Kumulatif) 5,77% 36,21% 63,85% 95,87% 11,70% 35,45% 61,98% 95,49% 9,70% 27,45% 61,57% 96,38%
Uraian2009 2010 2011
1.1.2. Investasi
Optimisme pelaku usaha terkait investasi di Banten semakin meningkat seiring
meningkatnya potensi konsumsi domestik/nasional dan perkiraan pencapaian status
investment grade bagi Indonesia pada periode yang akan datang. Kinerja investasi
diperkirakan meningkat tercermin dari meningkatnya angka pertumbuhan Pembentukan Modal
Tetap Bruto pada komponen PDRB Banten dari 8,74% pada triwulan III 20011 menjadi 11,90%
pada periode laporan. Tingginya investasi pada periode laporan diperkirakan bersumber dari
ekspansi bisnis pada sektor industri pengolahan, pengangkutan, perdagangan, hotel dan
restoran serta konstruksi.
Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI terbaru, tercatat Penanaman Modal
Asing (PMA) di wilayah Banten pada tahun 2011 jauh melebihi tahun 2010. Jumlah realisasi
PMA pada tahun 2011 mencapai 418 proyek dengan nilai investasi sebesar USD 2,17 miliar,
sementara itu tahun 2010 hanya sebanyak 280 proyek dengan nilai USD 1,54 miliar atau
terdapat peningkatan sebanyak 138 proyek atau senilai USD 0,63 miliar. Di sisi lain, realisasi
Triwulan IV 2011
8
Kajian Ekonomi Regional Banten
investasi dalam negeri di Banten mengalami penurunan dari sebanyak 76 proyek pada tahun
2010 (Rp 5,85 triliun) menjadi sebanyak 38 proyek (senilai Rp 4,10 triliun). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa investor yang berminat di Wilayah Banten cenderung berasal dari investor
luar negeri. Ke depan, perbaikan proses kemudahan perijinan, kesiapan lahan industri dan
infrastruktur serta promosi investasi tidak saja dilakukan untuk investor luar negeri tetapi juga
perlu ditujukan bagi investor dalam negeri.
Peningkatan investasi tercermin pula dari meningkatnya penggunaan semen di Banten
terutama untuk konstruksi usaha manufaktur, bangunan dan infrastruktur.
Penggunaan/konsumsi semen di wilayah Banten yang terus meningkat dan tumbuh lebih dari
40% (yoy), bahkan pertumbuhan pada awal triwulan IV mencapai lebih dari 120% (yoy) karena
meningkatnya proyek pembangunan pabrik seperti pada sektor industri kimia dasar dan
besi/logam, pembangunan properti residensial maupun komersial oleh pihak swasta maupun
untuk penyelesaian pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Perluasan pembangunan
pengembangan kawasan hunian ke arah wilayah Banten terutama Tangerang dan Serang
mendorong peningkatan investasi baik infrastruktur, kebutuhan pemukiman dan hunian bisnis
lainnya, meskipun secara nasional, indeks tendensi bisnisnya menunjukkan sedikit penurunan.
85
90
95
100
105
110
115
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2008 2009 2010 2011
Ind
eks %
yoy
Indeks Tendensi Bisnis
Grafik I.10. Indeks Tendensi Bisnis Nasional
Sumber: BPS RI
-40-20020406080100120140
0
50
100
150
200
250
300
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2007 2008 2009 2010 2011
ribu
ton %
yoy
Konsumsi Semen (ton) Growth (RHS)
Grafik I.11. Perkembangan Konsumsi
Semen Banten
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
Triwulan IV 2011
9
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I. 7
PROYEK (P) INVESTASI (I) P I P I P I P II SUMATERA / Sumatera 222 4.224,2 54 1.980,3 165 3.857,5 50 2.235,9 123 8.260,61 NANGGROE ACEH DARUSSALAM / Nanggroe Aceh Darussalam 5 40,9 2 9,9 1 48,0 6 7,8 8 193,72 SUMATERA UTARA / North Sumatera 41 662,7 16 492,0 21 276,9 6 32,7 39 871,43 SUMATERA BARAT / West Sumatera 11 73,8 0 0 10 249,1 10 727,2 7 5,04 R I A U / Riau 52 1.037,1 4 60,6 30 617,2 5 127,9 17 6.56,95 JAMBI / Jambi 17 223,3 2 0,3 17 1.897,5 5 103,6 6 133,46 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 29 1.738,4 11 103,8 23 166,6 9 552,7 13 245,87 BENGKULU / Bengkulu 2 8,5 1 0 1 0 0 0 0 08 LAMPUNG / Lampung 32 272,3 8 186,9 37 506,4 3 0,0 13 131,29 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 5 0,4 1 6,7 4 0 1 1507,7 1 0
10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 28 166,9 9 1.120,0 21 50,9 5 176,3 19 23,3II JAWA / Java 397 35.140,3 111 8.063,0 215 8.883,5 152 10.147,0 205 10.082,7
11 DKI JAKARTA / Jakarta Capital Territory 86 4.598,5 7 2.171,5 41 2.827,7 20 1.985,8 21 2.271,512 JAWA BARAT / West Java 103 15.799,8 41 2.346,4 62 2.745,5 48 4.315,0 50 1.787,313 JAWA TENGAH / Central Java 40 795,4 23 407,8 38 382,5 29 962,8 9 84,814 D.I YOGYAKARTA / Special Region of Yogyakarta 3 10 0 0 2 0 18 194,2 5 1,615 JAWA TIMUR / East Java 89 8.084,1 31 2,454,6 45 2.124,5 37 6892 61 2.419,216 BANTEN / Banten 76 5.852,5 9 682,7 27 803,3 0 0 2 2.618,4III BALI & NUSA TENGGARA / Bali & Nusa Tenggara 39 2.119,3 11 189,7 9 135,1 4 11,7 11 20,217 B A L I / Bali 19 313,4 7 161,9 5 131,5 1 0 2 0,118 NUSA TENGGARA BARAT / West Nusa Tenggara 16 1.805,8 3 27,9 3 2,6 3 11,7 4 0,219 NUSA TENGGARA TIMUR / East Nusa Tenggara 4 0,1 1 0 1 1,0 0 0 1 0IV KALIMANTAN / Kalimantan 149 14.575,6 46 974,6 74 3.885,3 76 3.980,3 38 4.627,120 KALIMANTAN BARAT / West Kalimantan 43 1.171,7 21 485,7 18 397,8 23 468,2 9 52,321 KALIMANTAN TENGAH / Central Kalimantan 34 3.507,7 6 328,3 22 1.971,6 24 936,5 12 139,622 KALIMANTAN SELATAN / South Kalimantan 26 2.015,0 7 33,5 19 1.196,8 10 763,1 7 124,923 KALIMANTAN TIMUR / East Kalimantan 46 7.881,3 12 127,1 15 319,2 10 763,1 10 4310,3V SULAWESI / Sulawesi 58 4.337,6 23 2.463,9 36 1163,8 30 2.859,2 8 1.010,624 SULAWESI UTARA / North Sulawesi 13 95,8 1 0 7 6,1 2 9,6 1 315,925 SULAWESI TENGAH / Central Sulawesi 7 153,6 5 1.225,2 3 12,0 5 1.383,0 1 026 SULAWESI SELATAN / South Sulawesi 23 3212,3 10 1.128,6 17 981,3 18 1,181,6 4 694,727 SULAWESI TENGGARA / South East Sulawesi 5 19,2 3 14,9 4 29,2 3 15,0 1 028 GORONTALO / Gorontalo 3 16,7 2 7,4 1 4,4 1 0 1 029 SULAWESI BARAT / West Sulawesi 7 840 2 87,8 4 130,9 1 0 0 0VI MALUKU / Maluku 2 0 0 0,0 2 13,6 2 0 2 030 MALUKU / Maluku 1 0 0 0 1 0,1 1 0 1 031 MALUKU UTARA / North Maluku 1 0 0 0 1 13,5 1 0 1 0VII PAPUA / Papua 8 229,3 5 394,7 10 1.008,5 4 0,6 10 21,132 PAPUA / Papua 7 178 4 348,2 10 1.008,5 1 0,6 7 21,133 IRIAN JAYA BARAT / West Irian 1 51,3 1 46,5 0 0 3 0 3 0
876 60.626,3 250 14.066,2 511 18.947,4 318 18.946,80 397 4.002,4Sumber: BKPM
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI BERDASARKAN LOKASI (PMDN)
Q 1 Q 2 Q 3 Q 4
JUMLAH / T o t a l
2010JAN - DESNO. LOKASI / Location
2011
Triwulan IV 2011
10
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I.8
PROYEK INVESTASI P I P I P I P II SUMATERA / Sumatera 362 747,1 129 690,2 276 532,4 159 304,5 192 5 49,51 NANGGROE ACEH DARUSSALAM / Nanggroe Aceh Darussalam 14 4,6 5 1,0 17 6 ,3 17 4,9 7 1 0,32 SUMATERA UTARA / North Sumatera 79 181,1 23 242,5 28 144,6 18 184,0 59 1 82,63 SUMATERA BARAT / West Sumatera 10 7,9 3 0,4 14 0 ,5 14 15,3 17 6 ,74 R I A U / Riau 45 86,6 11 15,8 29 8 6,3 9 12,1 17 98,15 JAMBI / Jambi 12 37,2 7 3,8 8 0 8 7,9 18 7,76 SUMATERA SELATAN / South Sumatera 51 186,3 22 363,2 42 138,5 29 24,8 27 30,87 BENGKULU / Bengkulu 11 25,1 5 10,7 8 26,0 6 0,4 5 5.98 LAMPUNG / Lampung 31 30,7 7 5,0 27 42,6 14 8,2 9 23,79 BANGKA BELITUNG / Bangka Belitung 22 22 11 26,4 24 74,3 12 36,5 10 8,8
10 KEPULAUAN RIAU / Riau Islands 87 165,7 35 21,2 79 13,3 32 10,3 23 174,9II JAWA / Java 1.976 11.498,8 503 2.430,1 848 2.225,1 785 3.442,4 784 4.226,9
11 DKI JAKARTA / Jakarta Capital Territory 886 6.429,3 183 850,7 407 688,2 281 1.396,30 277 1.888,912 JAWA BARAT / West Java 957 1.692,0 180 1.123,8 252 842,0 279 981,2 250 892,413 JAWA TENGAH / Central Java 83 59,1 26 25,3 42 47,0 36 40,1 34 62,614 D.I YOGYAKARTA / Special Region of Yogyakarta 20 4,9 4 0,7 7 0,1 1 0,3 10 1,415 JAWA TIMUR / East Java 110 1.769,2 32 207,0 50 76,9 58 250,9 93 777,316 BANTEN / Banten 280 1.544,2 78 222,7 90 571,0 130 773,7 120 604,3III BALI & NUSA TENGGARA / Bali & Nusa Tenggara 374 502,7 134 164,2 164 420,6 89 327,5 159 40,417 B A L I / Bali 279 278,3 100 131,3 124 132,2 41 304,4 101 33,218 NUSA TENGGARA BARAT / West Nusa Tenggara 83 220,5 27 30,8 37 407,1 41 20,9 47 6,319 NUSA TENGGARA TIMUR / East Nusa Tenggara 12 3,8 7 2,1 3 0,3 7 2,2 11 0,9IV KALIMANTAN / Kalimantan 253 2.011,4 85 640,5 91 653,0 122 458,7 90 166,620 KALIMANTAN BARAT / West Kalimantan 50 170,4 18 297,3 7 133,1 17 63,3 15 26,921 KALIMANTAN TENGAH / Central Kalimantan 61 546,6 27 167,5 26 167,6 41 187,7 14 20,822 KALIMANTAN SELATAN / South Kalimantan 44 202,2 13 115,6 13 74,0 17 46,2 8 36,323 KALIMANTAN TIMUR / East Kalimantan 98 1.092,2 27 60,1 45 298,2 47 161,5 53 82,6V SULAWESI / Sulawesi 81 859,1 31 111,3 51 398,0 58 190,0 36 15,924 SULAWESI UTARA / North Sulawesi 25 226,8 6 90,0 17 120,0 16 2,1 7 8,125 SULAWESI TENGAH / Central Sulawesi 7 138,5 3 0,2 7 210,2 7 157,4 4 2,526 SULAWESI SELATAN / South Sulawesi 34 441,8 12 15,3 14 65,5 12 7,4 15 1,427 SULAWESI TENGGARA / South East Sulawesi 10 14,0 5 4,4 7 0,4 10 8,7 9 3,528 GORONTALO / Gorontalo 1 0,8 3 0,0 6 2,0 10 10,1 1 0,429 SULAWESI BARAT / West Sulawesi 4 37,3 2 1,4 0 0 3 4,3 0 0VI MALUKU / Maluku 8 248,9 5 2 11 72,8 8 29,3 13 37,430 MALUKU / Maluku 5 2,9 3 2,0 5 0,9 2 2,5 8 6,231 MALUKU UTARA / North Maluku 3 246,0 2 0 6 71,9 6 26,7 5 31,2VII PAPUA / Papua 27 346,8 15 357,3 15 482,4 15 412,2 26 93,232 PAPUA / Papua 17 329,6 9 350,6 10 471,9 9 406,3 15 83,233 IRIAN JAYA BARAT / West Irian 10 17,2 6 6,7 5 10,5 6 5,8 11 10,0
3.081 16.214,80 902 4.395,70 1.456 4.784,3 1.236 5.164,6 1300 5.129,9Sumber: BKPM
NO. LOKASI / Location TRIWULAN 1 / Q 1 TRIWULAN 2 / Q 22011
PENANAMAN MODAL ASING BERDASARKAN LOKASI (PMA)
2010
JUMLAH / T o t a l
TRIWULAN 3 / Q 3 TRIWULAN 4 / Q 4JAN - DES
1.1.3. Ekspor – Impor1
Menurunnya pertumbuhan ekspor yang lebih besar dari pada impor menyebabkan defisit
perdagangan Banten terhadap luar negeri semakin membesar dan mencapai sekitar USD
1,25 miliar. Menurunnya ekspor disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor komoditas
utama Banten seperti ekspor kimia dasar, besi/baja, tekstil, kertas dan kayu/gabus.
Penurunan ekspor tersebut disebabkan kondisi pertumbuhan ekonomi dunia terutama negara
mitra dagang Banten seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Cina
mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang memicu menurunnya permintaan barang
dari Banten. Kondisi ini dikhawatirkan akan semakin memburuk pada tahun 2012 khususnya
permintaan barang dari negara-negara Eropa. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jepang
dan USA diperkirakan telah mulai pulih pada tahun 2012.
1 Data ekspor dan impor yang dijabarkan (angka sementara hingga November 2011) tidak termasuk data ekspor impor antar daerah.
Triwulan IV 2011
11
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I. 9 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
2010 2011 2012 2013
World output3 5.0 4.00 4.00 4.47Advanced economies 3.0 1.60 1.90 2.38
United States 2.8 1.50 1.80 2.54
Euro area 1.8 1.60 1.10 1.53Germany 3.6 2.70 1.30 1.50France 1.4 1.70 1.40 1.87Ita ly 1.3 0.60 0.30 0.54Spain -0.1 0.80 1.10 1.77
Japan 4.3 -0.47 2.30 2.04
Emerging and developing economies 7.1 6.40 6.10 6.48
WEO (IMF)n-Jan'11 Sept'11
Sumber: WEO-IMF
Permintaan pemotongan harga (discount) dari pihak importir di luar negeri mulai dirasakan oleh
eksportir Banten seiring melemahnya permintaan di Negara-negara tersebut. Sebaliknya, harga
produk di dalam negeri cenderung membaik karena tingginya faktor permintaan. Namun yang
menjadi ancaman bagi industri manufaktur Banten terutama besi baja dan kimia dasar adalah
masuknya komoditas yang sama ke pasar domestik karena harganya yang lebih murah sebagai
akibat tidak terserapnya ekspor ke negara maju yang menjadi target utamanya.
Tabel I.10. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV *)Nilai (USD ribu) 1.712.109 1.918.230 1.854.871 2.254.436 2.205.904 2.461.159 2.485.908 1.520.414 Volume (Ribu Ton) 890 886 925 1.211 987 957 991 551 Nilai (USD ribu) 3.884.236 3.777.695 3.483.130 4.713.286 4.585.147 5.063.459 5.257.994 3.867.607 Volume (Ribu Ton) 2.499 2.622 2.715 3.475 2.941 3.464 3.450 2.019
Uraian2010 2011
Ekspor
Impor
Sumber: Bank Indonesia (* angka kumulatif sementara sampai dengan November 2011)
Nilai ekspor Banten pada triwulan IV 2011 masih mengalami peningkatan, tetapi berdasarkan
volumenya telah mengalami penurunan yang signifikan pada periode laporan. Akibatnya
pertumbuhan ekspor Banten kian melambat. Di sisi lain, nilai impornya secara bulanan semakin
meningkat dan pertumbuhannya lebih tinggi dari pada ekspor Banten. Dampaknya, defisit
transaksi perdagangan Banten dengan luar negeri semakin membesar dan mencapai angka
sekitar USD 1,25 miliar pada bulan Desember 2011 saja, tetapi jika dikumulatifkan akan
mencapai lebih dari USD 7,5 miliar.
Pertumbuhan ekspor Banten pada akhir tahun 2011 ini mendekati posisi tahun 2009 sebagai
dampak krisis global sejak tahun 2008. Kondisi ini diperkirakan dapat berulang karena krisis
global mulai kembali bergejolak di akhir tahun 2010 yang dampaknya akan mulai dirasakan 1
tahun setelah krisis tersebut dimulai, seperti pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya.
Upaya-upaya strategis perlu dilakukan sejak dari perencanaan bahan baku hingga target pasar
Triwulan IV 2011
12
Kajian Ekonomi Regional Banten
oleh industri di wilayah Banten. Namun langkah ini akan sulit dilakukan tanpa dukungan pihak
pemerintah, kestabilan sistem keuangan dan iklim yang kondusif.
-1.500
-1.000
-500
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010 2011
USD
Ju
ta
Ekspor Impor Trade Balance
Grafik I.12. Perkembangan Neraca Perdagangan Banten
Sumber: Bank Indonesia
-40-30-20-100102030405060
0100200300400500600700800900
1.000
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
% yo
y
USD
Ju
ta
Nilai Ekspor Growth (RHS)
Grafik I.13. Ekspor Banten Berdasarkan Nilai
Sumber: Bank Indonesia
(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50
050
100150200250300350400450
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on %
yoy
Volume Ekspor Growth (RHS)
Grafik I.14. Ekspor Banten Berdasarkan
Volume
Sumber: Bank Indonesia
Kejadian banyaknya perusahaan tekstil dan kimia dasar di Banten yang menutup usahanya pada
tahun 2009 perlu dicermati agar tidak berulang pada tahun 2011 hingga di tahun mendatang.
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
-
2
4
6
8
10
12
14
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on
% yo
y
Volume Ekspor Tekstil Growth (RHS)
Grafik I.15. Ekspor Tekstil Banten
Berdasarkan Volume
Sumber: Bank Indonesia
(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50
050
100150200250300350400450
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on %
yoy
Volume Ekspor Growth (RHS)
Grafik I.16. Ekspor Barang dari Kayu dan
Gabus Banten Berdasarkan Volume
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2011
13
Kajian Ekonomi Regional Banten
Perusahaan yang banyak menampung tenaga kerja di Banten antara lain pabrik tekstil, alas kaki
dan industri makanan. Saat ini, dari grafik beberapa komoditas ekspor terlihat adanya
penurunan pertumbuhan ekspor pada industri pengolah kayu dan gabus, tekstil, besi/bajadan
produk kimia dasar. Ekspor industri mineral tidak mengandung logam termasuk salah satu
industri yang masih meningkat ekspornya.
-500
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
-10 20 30 40 50 60 70 80 90
100
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on
% yo
y
Volume Ekspor Besi/Baja Growth (RHS)
Grafik I.17. Ekspor Besi/Baja Banten
Berdasarkan Volume
Sumber: Bank Indonesia
2030405060708090
100110
I II III IV I II III IV I II III IV
2009 2010 2011
WTIHarga Minyak WTI, USD/Barrel
Grafik I.18. Harga Minyak WTI Dunia
Sumber: Bank Indonesia
Ekspor luar negeri industri besi/baja Banten menurun lebih disebabkan seiring menurunnya
pertumbuhan ekonomi dunia, harga komoditas tersebut cenderung menurun dan
meningkatnya harga minyak dunia yang menyebabkan biaya produksi semakin meningkat dan
berdampak pada penurunan permintaan. Di sisi lain, penjualan di dalam negeri tetap memiliki
prospek yang cerah seiring rencana pemerintah dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan
Ekonomi Indonesia yang banyak membutuhkan produk besi baja terutama pembangunan
infrastruktur jalan, jembatan dan konstruksi lainnya untuk meningkatkan konektivitas antar
wilayah. Oleh karena itu, salah satu industri terbesar baja nasional di Banten terus melakukan
ekspansi proyek pembangunan pabrik blast furnace yang akan segera direalisasikan setelah
mendapat pembiayaan dari salah satu grup besar perbankan besar dunia pada tahun 2012.
Selain itu, pembangunan pabrik baja baru yang akan berpatungan dengan perusahaan dari
Korea diperkirakan akan menyerap 100.000 tenaga kerja pada tahun 2013. Pabrik baja tersebut
akan memproduksi 3 juta ton slab per tahun dan plat baja sebanyak 1,5 juta ton per tahun
untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan sisanya untuk kebutuhan produksi pabrik baja
patungan itu sendiri di Banten.
Kapasitas produksi pada tahun 2011 diperkirakan akan meningkat di akhir tahun 2011 setelah
beberapa proyek strategis terkait finalisasi revitalisasi fasilitas produksi Hot Strip Mill (HSM) yang
telah selesai pada bulai Mei 2011. Peningkatan produksi diperkirakan menjadi 2,4 juta ton per
tahun dari sebelumnya hanya 2 juta ton per tahun.
Triwulan IV 2011
14
Kajian Ekonomi Regional Banten
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
-10 20 30 40 50 60 70 80 90
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on
% yo
y
Volume Ekspor Kertas dan Produk Kertas Growth (RHS)
Grafik I.19. Ekspor Kertas dan Produk Kertas
Banten Berdasarkan Volume
Sumber: Bank Indonesia
-100 200 300 400 500 600 700 800 900
1.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2007 2008 2009 2010
USD
/to
n
Harga Ekspor Kertas dan Produk Kertas
Grafik I.20. Harga Ekspor Kertas dan
Produk Kertas Dunia
Sumber: Bank Indonesia
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
-
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on %
yoy
Volume Ekspor Produk Kimia Grow th (RHS)
Grafik I.21. Ekspor Produk Kimia Banten
Berdasarkan Volume
Sumber: Bank Indonesia
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
250
-5
10 15 20 25 30 35 40 45 50
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on
% yo
y
Volume Ekspor Mineral Tidak Mengandung Logam
Growth (RHS)
Grafik I.22. Ekspor Mineral Tidak
Mengandung Logam Berdasarkan Volume
Sumber: Bank Indonesia
-60-40-20020406080100120140160
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
% yo
y
USD
Ju
ta
Nilai Impor Growth (RHS)
Grafik I.23. Impor Banten Berdasarkan Nilai
Sumber: Bank Indonesia
-100
-50
0
50
100
150
0200400600800
1.0001.2001.4001.6001.800
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on %
yoy
Volume Impor Growth (RHS)
Grafik I.24. Impor Banten Berdasarkan
Volume
Sumber: Bank Indonesia
Meskipun nilai impor terus meningkat, angka pertumbuhan impor Banten juga cenderung
menurun seiring menurunnya ekspor luar negeri pada beberapa komoditas utama.
Triwulan IV 2011
15
Kajian Ekonomi Regional Banten
Berdasarkan volumenya, terlihat bahwa impor Banten mulai menurun bahkan tumbuh negatif.
Penurunan impor terjadi baik pada impor barang konsumsi maupun impor barang modal.
-500
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
-5
10 15 20 25 30 35 40 45
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on %
yoy
Volume Impor Barang Konsumsi Growth (RHS)
Grafik I.25 Impor Barang Konsumsi Banten
Sumber: Bank Indonesia
-200-1000100200300400500600700800900
-
10
20
30
40
50
60
70
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2008 2009 2010 2011
Rib
u T
on %
yoy
Volume Impor Barang Modal Growth (RHS)
Grafik I.26. Impor Barang Modal Banten
Sumber: Bank Indonesia
1.2. SISI PENAWARAN
Secara sektoral triwulanan, penurunan perlambatan ekonomi terjadi pada sektor industri,
pertanian, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
dan persewaan dan jasa perusahaan. Menurunnya kinerja sektor utama terutama sektor
industri sebagai dampak krisis global lanjutan berdampak menurunnya kinerja pada
beberapa sektor lainnya di Banten. Sementara itu, secara tahunan (dari tahun 2010 ke 2011),
hanya terdapat 2 sektor ekonomi yang mengalami penurunan sekaligus mengalami
pertumbuhan ekonomi terendah sepanjang tahun 2011, yaitu sektor pertanian dan sektor LGA,
sedangkan lainnya terutama sektor dominan Banten masih mengalami angka pertumbuhan
ekonomi yang membaik. Pada tahun 2011 ini, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada
sektor pengangkutan dan komunikasi (11,94%) diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran
(9,51%) dan sektor jasa-jasa (7,89%). Tingginya pertumbuhan pada sektor tersebut dipicu oleh
ekspansi pada sektor industri dan bangunan sebagai dampak pengembangan wilayah
residensial dan industri di beberapa kawasan seperti Wilayah Tangerang, Serang dan Cilegon .
Hanya saja pertumbuhan dan pengembangan wilayah tersebut belum dapat diimbangi oleh
kecepatan pada sektor pengangkutan, meskipun pertumbuhannya pada periode laporan relatif
tinggi. Dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada sektor pengangkutan agar
tidak terjadi kepadatan lalu lintas di wilayah kota/kabupaten atau antar wilayah. Pembangunan
jalan-jalan lingkar dan strategis (seperti jalur toll dan non toll) perlu segera dilakukan guna
mendukung konektivitas antar wilayah dan mendukung sektor perdagangan hotel dan restoran
serta jasa-jasa.
Triwulan IV 2011
16
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel I.11. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi
Tw I Tw II Tw III Tw IV* Tw I* Tw II** Tw III** Tw IV**
Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
9,03 9,75 9,60 7,53 9,01 4,08 0,54 4,27 3,45 3,06
Pertambangan dan Penggalian 5,96 6,50 6,42 6,06 6,24 6,35 6,90 5,83 6,25 6,33
Industri Pengolahan 2,84 3,38 3,35 4,02 3,41 7,44 5,91 3,67 2,09 4,73
Listrik, Gas dan Air Bersih 13,18 11,55 12,88 13,32 12,74 6,59 4,92 2,40 4,20 4,47
Konstruksi 6,68 9,01 8,58 7,98 8,08 7,80 8,95 8,86 9,28 8,75
Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,31 8,33 9,60 9,36 8,88 8,74 8,86 10,69 9,63 9,51
Pengangkutan dan Komunikasi 9,09 11,20 12,04 12,94 11,37 13,29 12,38 11,31 10,96 11,94
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,46 7,08 5,38 5,71 6,38 7,51 7,38 7,70 6,01 7,14
Jasa-jasa 6,05 6,65 4,77 1,43 4,61 8,74 6,96 7,33 8,58 7,89
PDRB 5,52 6,11 6,28 6,37 6,08 7,93 6,72 6,10 5,11 6,43
Arah tw IV '11 thd tw IV '10
Arah 2011 thd 2010
2011**Sektor2010
2010*Arah tw IV '11 thd tw III '11
2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah (* angka sementara, ** angka sangat sementara)
-30,00
-20,00
-10,00
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV
2009 2010 2011
Sald
o B
ersi
h
Realisasi Kegiatan Usaha Sektoral (Umum)
Grafik I.27. Realisasi Kegiatan Usaha Sektoral (Umum) Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia
Saat ini, realisasi kegiatan dunia usaha dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU)
yang dilakukan BI Serang menujukkan adanya penurunan kegiatan usaha. Hal ini
tercermin dari menurunnya kapasitas utilisasi sektoral secara umum dan menurunnya
kapasitas produksi normal berdasarkan pernyataan responden dunia usaha yang berada
di wilayah Banten.
Triwulan IV 2011
17
Kajian Ekonomi Regional Banten
77,2279 78,3
83,23
78,3976,6
86,69
79,57
70727476788082848688
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
%
Sektoral (Umum)
Grafik I.28. Kapasitas Utilisasi Sektoral
(Umum) Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia
32,29
74,87
47,8355,55
26,2
83,1 84,63
23,69
0102030405060708090
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
%
Sektoral (umum)
Grafik I.29. Kapasitas Produksi Normal
Sektoral (Umum) Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
1.2.1. Sektor Industri Pengolahan
Terkonfirmasi dari hasil SKDU, kapasitas utilisasi sektor industri pengolahan mengalami
penurunan dari 89,13% menjadi 81,08% seiring menurunnya permintaan barang industri
dari luar negeri. Kondisi ini tercermin salah satunya dari kinerja laba bersih perusahaan
petrokimia terbesar di Banten yang selama 9 bulan terakhir pada tahun 2011 menurun hingga
32,34%. Penurunan tersebut disebabkan kenaikan beban pokok sebagai dampak kenaikan
harga minyak dunia dan biaya-biaya lainnya seperti katalis. Akibat kenaikan beban pokok
tersebut, kapasitas utilisasinya pun turut berkurang. Hal yang sama juga terjadi pada
perusahaan pelat timah yang turut terkoreksi penjualannya akibat krisis di Eropa dan USA,
sehingga menurunkan kapasitas utilisasinya.
-60,00
-40,00
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV
2009 2010 2011
Sald
o B
ersi
h
Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan
Grafik I.32. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia
Sementara itu, proyeksi permintaan baja dunia yang dirilis oleh world steel association
pada triwulan sebelumnya ternyata belum sesuai harapan. Permintaan baja dunia sedikit
lebih rendah dari perkiraan awal karena belum membaiknya kondisi negara maju tersebut.
Triwulan IV 2011
18
Kajian Ekonomi Regional Banten
Kondisi ini tercermin dari penurunan ekspor besi baja ke luar negeri dengan pertumbuhan
pada kisaran 0%. Namun kinerja industri besi dan baja sedikit terbantu dengan adannya
ekspansi proyek pembangunan kawasan pemukiman dan bisnis serta percepatan pembangunan
infrastruktur oleh pemerintah dari dana APBN maupun APBD. Progresnya terlihat dari realisasi
fisik seperti pembangunan pusat perdagangan, hotel dan restoran di Kota/Kabupaten
Tangerang dan Tangerang Selatan serta Serang, pelebaran jalan tol Cikupa, pembangunan jalan
nasional di Cilegon-Kabupaten Serang dan pembangunan penambahan kapasitas pabrik di
sekitar kawasan industri Cilegon, Kabupaten Serang dan Kota/Kabupaten Tangerang. Selain itu,
sebagai akibat konsumsi baja nasional pada semester II 2011 diperkirakan mencapai 3,76 juta
ton atau meningkat sekitar 27,5% dibandingkan semester II 2010.
Tabel I.12. Proyeksi Permintaan Baja Dunia
Sumber: World Steel Association
Kapasitas utilisasi subsektor industri baja di Banten mulai menurun pada triwulan IV 2011
tercermin dari menurunnya pertumbuhan produksi baja Banten.
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
0
20
40
60
80
100
120
140
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2007 2008 2009 2010 2011
Ind
eks
(20
07
=1
00
)
% yo
y
Angka Indeks Produksi Baja Banten Pertumbuhan Produksi Baja Banten (RHS)
Grafik I.35. Indikator Produksi Baja Banten
Sumber: Produsen Baja Banten
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan bahwa kapasitas utilisasi industri logam dasar,
besi dan baja pada triwulan IV 2011 berada pada kisaran 80% atau lebih rendah dibandingkan
Triwulan IV 2011
19
Kajian Ekonomi Regional Banten
periode sebelumnya yang mencapai kapasitas 100%. indeks produksi baja Banten juga terlihat
menurun pada kisaran 90% dari sebelumnya pada kisaran 100%.
9080
93,3383
100 100
80
0
20
40
60
80
100
120
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
%
Industri Logam Dasar, Besi dan Baja
Grafik I.33. Kapasitas Utilisasi Sub sektor
Industri Logam Dasar Besi Baja Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
8087 92,5
33
100 100
30
20
40
60
80
100
120
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
%
Industri Logam Dasar dan Besi Baja
Grafik I.34. Kapasitas Produksi Normal Sub
sektor Industri Logam Dasar Besi Baja
Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
Sub sektor industri kimia turut mengalami penurunan tercermin dari penurunan
pertumbuhan ekspor hingga minus 45%, namun penurunan tersebut dapat ditopang dari
tetap menguatnya permintaan domestik. Meskipun dari hasil SKDU, kapasitas utilisasi sub
sektor industri kimia dan bahan dari karet sedikit mengalami kenaikan, pertumbuhan ekspor
komoditas ini mengalami penurunan (seperti terlihat pada grafik I.21). Karakteristik Kontinuitas
pabrik yang harus dijalankan pada industri kimia namun diiringi penurunan permintaan produk
tersebut menyebabkan terjadinya penurunan marjin laba yang cukup signifikan antara 30-40%.
92,586,5 88,75
94
77
91,67 92
0102030405060708090
100
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
%
Industri Kimia dan Barang dari Karet
Grafik I.36. Kapasitas Utilisasi Sub sektor
Industri Kimia dan Barang dari Karet Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
41 41,5
68,25
51,5
92 92,67 95
0102030405060708090
100
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
%
Industri Kimia dan Barang dari Karet
Grafik I.37. Kapasitas Produksi Normal Sub
sektor Industri Kimia dan Barang dari Karet
Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank
Indonesia
Triwulan IV 2011
20
Kajian Ekonomi Regional Banten
Subsektor industri lainnya seperti industri tekstil dan barang-barang dari kayu dan gabus
juga menunjukkan performa yang menurun. Ekspor produk tekstil dan barang-barang dari
kayu dan gabus serta kertas mengalami penurunan hingga mencapai angka 40%.
1.2.2. Sektor Konstruksi
Secara triwulanan, pertumbuhan sektor konstruksi relatif tinggi dan selalu di atas 7,5%.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada triwulan IV yaitu sebesar 9,28%. Relatif strategisnya
wilayah Banten, menyebabkan sektor bangunan tumbuh sangat signifikan dalam beberapa
tahun terakhir. Ditambah lagi yang letaknya berdekatan dengan pusat bisnis dan industri
semakin mendorong percepatan pada sektor bangunan. Pengembang besar maupun sedang
dan kecil terus melakukan ekspansinya di wilayah ini. Didukung oleh kemudahan memperoleh
kredit perbankan yang suku bunganya relatif rendah baik bagi pengembang maupun kepada
calon penghuni residensial, menjadi tidak mengherankan bahwa sektor bangunan manjadi
sektor primadona yang diminati berbagai pelaku usaha.
Selain itu, wilayah sekitar Tangerang memiliki alternatif akses yang lebih baik terutama adanya
rencana Jakarta Outer Ring Road II yang menghubungkan beberapa wilayah perumahan secara
mudah dan cepat antara wilayah tersebut dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jabodetabek).
Meskipun suku bunga tertimbang kredit konsumsi sedikit meningkat dari 12,65% menjadi 12,
78%tidak menjadi hambatan bagi masyarakat untuk mendapatkan rumah baik untuk dihuni
atau sebagai salah satu sarana investasi.
-40-20020406080100120140160
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Rp M
iliar %
yoy
Kredit Sektor Bangunan Growth (RHS)
Grafik I.38. Kredit Sektor Konstruksi/Bangunan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2011
21
Kajian Ekonomi Regional Banten
13,00
13,2813,17
12,76
13,34
12,95
12,6512,78
12,20
12,40
12,60
12,80
13,00
13,20
13,40
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
%
Konsumsi
Suku Bunga Kredit Tertimbang
Grafik I.39. Suku Bunga Tertimbang Kredit
Konsumsi Berdasarkan Lokasi Proyek di
Banten
Sumber: Bank Indonesia
12,09 12,3 11,98 11,810,91 10,9 10,78 10,71
10,58 10,4710,24 9,6
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4
%
Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal s.d. Tipe 21
Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe 22 s.d. 70
Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe Diatas 70
Grafik I.40. Suku Bunga Tertimbang Kredit
Konsumsi untuk Pemilikan Rumah Tinggal
Posisi Triwulanan Pada Tahun 2011
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Berdasarkan tipenya, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk tipe lebih
besar terlihat lebih rendah dibandingkan tipe yang lebih kecil atau untuk rumah
sangat sederhana. Faktor risiko masih sangat diperhatikan perbankan dalam
menetapkan suku bunga KPR, karena risiko untuk memberikan kredit pada segmen
kelas menengah terutama tipe di atas 70 m2
13,39 13,36 12,81 12,8311,99 11,66 11,34 11,1410,59 10,28 10,00 10,03
0,002,004,006,008,00
10,0012,0014,0016,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2011
%
Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen s.d. Tipe 21
Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen Tipe 22 s.d. 70
Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen Tipe Diatas 70
cenderung lebih rendah karena kestabilan
pembayaran cicilannya relatif lebih baik. Begitu pula untuk Kredit Pemilikan Apartemen
(KPA) berdasarkan tipenya. Saat ini, permintaan masyarakat terhadap apartemen sudah
semakin meningkat seiring semakin padatnya lalu lintas di perkotaan.
Grafik I.41. Suku Bunga Tertimbang Kredit Konsumsi untuk Pemilikan Flat/Apartemen
Posisi Triwulanan Pada tahun 2011 Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Keberpihakan pemerintah kepada masyarakat untuk memiliki rumah dengan suku
bunga yang rendah seharusnya terus dilakukan melalui program pemerintah berupa
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Namun belum sinkronnya kebijakan
Triwulan IV 2011
22
Kajian Ekonomi Regional Banten
Kementerian Perumahan rakyat dengan Perbankan yang mengikuti program
pemerintah seperti Bank tabungan Negara (BTN) menyebabkan target program
pemerintah tersebut tidak tercapai, sehingga banyak pembangunan rumah sangat
sederhana (RSS) yang terbengkalai dan belum dihuni terutama di wilayah
Kota/Kabupaten Tangerang dan Wilayah Serang.
1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit melambat walaupun tetap
bertumbuh pada level yang tinggi yaitu sebesar 9,63% (yoy). Maraknya pembangunan
perumahan dan pusat bisnis di sekitar Tangerang Selatan, Tangerang, Serang dan Cilegon
diperkirakan menjadi salah satu faktor yang membantu menahan tingginya performa sektor
tersebut walaupun relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hanya pembangunan
di wilayah selatan Banten yang tidak tumbuh secara cepat. Belum selesainya realisasi
pembangunan konektivitas ke wilayah selatan seperti pembangunan jalur kereta double track
dan revitalisasi pembangunan rel dari utara ke selatan Banten terutama untuk angkutan barang
dan penumpang menyebabkan lambatnya pembanguna pusat bisnis dan residensial di wilayah
Pandeglang dan Lebak. Namun dengan rencana pemerintah pusat untuk menjadikan kawasan
Maja di kabupaten lebak sebagai pusat hunian residensial penyangga kota di DKI Jakarta
tentunya secara perlahan akan berdampak positif bagi pemngembangan wilayah tersebut.
-100,00
-80,00
-60,00
-40,00
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV
2009 2010 2011
Sald
o B
ersi
h
Realisasi Kegiatan Usaha Sektor PHR
Grafik I.42. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia
Dari hasil survei SKDU-BI menunjukkan adanya peningkatan pada sektor ini menurut
pernyataan dari para pelaku usaha pada sektor ini, namun angka saldo bersihnya terlihat masih
di bawah angka 100% (belum optimis) yang menunjukkan bahwa meski ada peningkatan,
tetapi belum seperti yang diharapkan. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor tidak lancarnya
arus lalu lintas dan adanya gangguan distribusi di beberapa wilayah.
Triwulan IV 2011
23
Kajian Ekonomi Regional Banten
1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi sedikit menurun dari 11,31% menjadi
10,69% karena belum optimalnya perbaikan jalan pada beberapa wilayah di Banten.
Tetap tingginya level pertumbuhan pada subsektor jasa pengangkutan tercermin dari
meningkatnya pertumbuhan volume kendaraan yang menggunakan jasa tol Tangerang-Merak
seiring membaiknya kondisi jalan tol tersebut. Namun untuk meningkatkan arus transportasi
dan mengurangi kemacetan di sekitar wilayah tol, maka perlu dipikirkan oleh pemerintah
daerah dan operator jalan tol membuka pintu akses dari/ke wilayah kabupaten Tangerang dan
Kabupaten Lebak. Semakin tingginya aktivitas industri khususnya di kawasan industri pada
kedua wilayah tersebut termasuk di wilayah kabupaten Serang dan Cilegon membutuhkan
langkah antisipasi cepat agar penanganannya tidak terkesan terlambat yang akan merugikan
pengguna jalan tol itu sendiri maupun perekonomian secara keseluruhan. Saat ini jumlah
kendaraan komersil yang melalui jalan tol ini mencapai angka sekitar 800.000 unit kendaraan
per bulan. Dengan ekspansi yang dilakukan oleh beberapa pelaku industri diperkirakan akan
ada penambahan arus kendaraan pada tahun-tahun mendatang.
-10
-5
0
5
10
15
20
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2009 2010 2011
Rib
u U
nit
% y-o
-y
Total Arus Kendaraan yang Menggunakan Tol Tangerang-Merak
Growth (RHS)
Grafik I.43. Perkembangan Total Arus Kendaraan di Tol Tangerang-Merak
Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak
-30-20-100102030405060
-100 200 300 400 500 600 700 800 900
1.000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2009 2010 2011
Rib
u U
nit
% y-o
-y
Arus Kendaraan Komersial Growth (RHS)
Grafik I.44. Perkembangan Arus Kendaraan
Komersial di Tol Tangerang-Merak
Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak
-50050100150200250300350400
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Rp
Mili
ar
% yo
y
Kredit Sektor Pengangkutan Growth (RHS)
Grafik I.45. Kredit Sektor Pengangkutan
Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, pertumbuhan kredit perbankan pada sektor pengangkutan relatif melambat
meskipun pada level yang cukup tinggi di atas 50%. Melambatnya kredit tersebut diperkirakan
Triwulan IV 2011
24
Kajian Ekonomi Regional Banten
disebabkan oleh adanya wacana kenaikan harga BBM yang akan mendorong peningkatan
biaya-biaya dan mengurangi margin pada sektor ini.
1.2.5. Sektor-sektor Lainnya
Penurunan pertumbuhan sektor pertanian (dalam arti luas) dibandingkan periode
sebelumnya atau periode yang sama pada tahun sebelumnya sebabkan oleh faktor
menurunnya luas panen padi, produktivitas dan produksi padi di Banten. Turunnya Luas
panen padi pada tahun 2011 disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan pertanian dan
adanya substitusi lahan untuk tanaman padi ke tanaman lainnya. Sementara itu, penurunan
produktivitas padi sebesar -3,69% menyebabkan produksi padi Banten pada tahun 2011
mencapai 1.837.566 ton atau turun sebesar -4,09%. Penyebab menurunnya produktivitas padi
diperkirakan oleh lambatnya bantuan bibit oleh pemerintah daerah, penggunaan pupuk yang
kurang tepat (jumlah dan waktu) dan kurangnya tenaga pengawas/penyuluh lapangan serta
faktor cuaca.
Tabel I.13. Perkembangan Luas panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Banten
Growth 2009-2010 Growth 2010-2011% yoy % yoy
Padi SawahLuas Panen (Ha) 332.776 368.009 366.515 10,59 -0,41Produktivitas (Ku/Ha) 52,32 52,06 50,14 -0,50 -3,69Produksi (Ton) 1.740.952 1.915.996 1.837.566 10,05 -4,09Padi LadangLuas Panen (Ha) 33.362 38.402 22.475 15,11 -41,47Produktivitas (Ku/Ha) 32,39 34,39 29,24 6,17 -14,98Produksi (Ton) 108.056 132.051 65.717 22,21 -50,23Padi (Sawah+Ladang)Luas Panen (Ha) 366.138 406.411 388.990 11,00 -4,29Produktivitas (Ku/Ha) 50,50 50,39 48,93 -0,22 -2,90Produksi (Ton) 1.849.008 2.048.047 1.903.283 10,76 -7,07
201120102009Uraian
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Prov. Banten
Penurunan padi terjadi pada berbagai jenis lahan, baik padi sawah maupun padi
ladang. Penurunan produktivitas tertinggi terjadi pada padi ladang yang umumnya
merupakan sawah tadah hujan. Faktor cuaca sangat berpengaruh pada jenis padi
ladang tersebut. Penurunan produktivitas mencapai angka -14,98%, yang
menyebabkan hasil produksinya menurun sebesar -50,23%. Namun untungnya,
sebagian besar sawah di Banten merupakan jenis padi sawah yang dialiri oleh irigasi
teknis.
Triwulan IV 2011
25
Kajian Ekonomi Regional Banten
(100,00)
-
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV*
2008 2009 2010
Rp
Mil
iar %
y-o-y
Kredit Sektor Pertanian Growth (RHS)
Grafik I.48. Realisasi Kredit ke Sektor Pertanian Banten
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia
Sementara itu, realisasi kredit ke sektor pertanian di banten mengalami sedikit peningkatan
walaupun baru mencapai angka sekitar Rp 500 miliar. Belum tingginya perhatian perbankan
dalam menyalurkan ke sektor pertanian tercermin dari relatif rendahnya penyaluran kredit
program pemerintah yang berkaitan pada sektor pertanian ini. Sikap proaktif dari satuan kerja
terkait pemerintah daerah dalam meyakinkan perbankan melalui program keberpihakannya
kepada petani perlu sering dilakukan agar perbankan semakin mengenal dan memahami dunia
pertanian di wilayah Banten serta dapat mengukur risiko bisnis pada sektor ini secara lebih baik,
sehingga proses intermediasi pada sektor pertanian akan semakin meningkat dan tidak jalan
ditempat.
Berkembangnya sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran berdampak pada
meningkatnya sektor jasa dunia usaha. Sektor ini mengalami peningkatan dari sebesar
7,33% (yoy) pada triwulan III 2011 menjadi sebesar 8,58 (yoy). Pesatnya pertumbuhan
didorong oleh penyaluran kredit Pembiayaan pada sektor ini yang tercermin dari angka
pertumbuhan kredit yang mencapai angka sekitar 26%. Pertumbuhan sektor ini sempat
mengalami penurunan yang tajam pada triwulan I 2011. Seiring membaiknya beberapa sektor
utama di Banten, jumlah penyaluran kredit ke sektor jasa dunia usaha meningkat dari sekitar Rp
3,5 triliun pada triwulan I 2011 menjadi lebih dari Rp 5,7 triliun. Jumlah penyaluran kredit
tersebut pada periode laporan merupakan yang tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir. Jasa dunia
usaha yang tumbuh seperti jasa pengiriman/kurir, jasa kecantikan/kebugaran dan jasa dunia
usaha lainnya. Berkembangnya jasa dunia usaha ini karena semakin bertumbuhnya pusat-pusat
bisnis dan residensial di Wilayah Banten.
Triwulan IV 2011
26
Kajian Ekonomi Regional Banten
-40-30-20-100102030405060
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
123456789101112123456789101112123456789101112123456789
2008 2009 2010 2011
Rp
Mili
ar%
yoy
Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Growth (RHS)
Grafik I.49. Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2011
27
Kajian Ekonomi Regional Banten
Boks I. UPAYA MELURUSKAN BENANG KUSUT KLASTER INDUSTRI PETROKIMIA DI BANTEN
Sulit melepaskan kaitan Provinsi Banten dengan industri Petrokimia yang saat ini berkembang
pesat di provinsi paling barat di Pulau Jawa ini. Dalam kenyataanya, industri petrokimia
berkembang dari tahun ke tahun. Sejak muncul secara alamiah pada tahun 1977, kemudian
terjadi investasi besar-besaran baik industri hulu dan menengah tahun 1990 setelah adanya
kebijakan “substitusi impor” .
Banten merupakan daerah yang dilirik para investor untuk menanamkan modalnya di industri
petrokimia tersebut, karena selain letaknya yang strategis, daerah lainnya relatif belum memiliki
kesiapan untuk memfasilitasi tumbuhnya industri ini. Hampir 80% investasi petrokimia
ditanamkan di Banten dengan nilai mencapai USD 15 miliar. Sejak tahun 1990 sampai dengan
tahun 1996 tumbuh secara pesat pabrik petrokimia seperti PT Chandra Asri, PT Tripolyta, PT
Titan Petrokimia Nusantara, PT Dow Indonesia, PT Asahi Mas dan PT Polytama Propindo.
Kendati sempat mengalami masa suram akibat krisis ekonomi yang mulai dirasakan pada tahun
1999 dan pada tahun 2007 yang menyebabkan tidak sedikit perusahaan mengalami kerugian,
industri petrokimia kembali meningkatkan produksinya untuk mengejar ketertinggalan dengan
negara-negara tetangganya di ASEAN sejak krisis berangsur pulih. Pemerintahpun kemudian
memasukkan Petrokimia menjadi salah satu industri unggulan dan menerapkan strategi
pengembangan berdasarkan klaster industri. Di Banten, dibentuk klaster petrokimia berbasis
olefin, di Bontang Kalimantan Timur dibentuk klaster petrokimia berbasis C1 dan di Tuban,
Jawa Timur dibentuk klaster petrokimia berbasis Aromatik.
Namun dalam perjalanannya, perkembangan industri petrokimia di Indonesia dihadapi berbagai
permasalahan, utamanya ketergantungan impor bahan baku yang tinggi pada industri hulu,
dan belum adanya kepastian kontinuitas supply bahan baku dalam jangka panjang bagi industri
hulu nasional. Mengingat perannya yang sangat strategis, kepemilikan industri hulu tersebut
sangat diminati oleh investor asing. Belum lagi masalah perkembangan industri hulu dan antara
yang sangat lambat dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia, Thailand, Singapura
bahkan Negara di Timur Tengah (yang dulunya hanya mengekspor minyak mentah saja, namun
saat ini telah mengembangakn industri petrokimia). Disisi lain, kita tidak menginginkan bangsa
kita hanya menjadi negara pengimpor atau pedagang yang relatif sedikit memberikan nilai
tambah bagi perekonomian nasional dibandingkan menjadi negara industri atau produsen.
Ditambah lagi dengan data yang menunjukkan bahwa perkiraan kebutuhan terhadap output
Triwulan IV 2011
28
Kajian Ekonomi Regional Banten
industri petrokimia tersebut akan semakin tinggi dan belum mampu dipenuhi oleh produksi di
dalam negeri.
PERKIRAAN KAPASITAS DAN KEBUTUHAN Tahun 2011
NO PRODUK KAPASITAS KEBUTUHAN
1 Crude Oil 950.000 BPD 1.050.000 BPD
2 BBM 45.000.000 KLPY 57.000.000 KLPY
3 Ethylene 600.000 TPY 1.200.000 TPY
4 Propylene 610.000 TPY 820.000 TPY
5 Paraxylene 750.000 TPY 1.000.000 TPY
6 Condensate 120.000 BPD 100.000 BPD
7 Naphtha 0 )* 1.700.000 TPY )* Naphtha dipakai untuk proyek langit biru dan diexport; pabrik petro kimia olefin mengimport naphtha: 1,7 juta ton per tahun.
Proyeksi Kebutuhan Tahun 2015
NO PRODUK KEBUTUHAN TAHUN 2015
1 BBM 62,37 juta KL per tahun
2 Naphtha 7,71 juta ton per tahun 3 Ethylene 1,44 juta ton per tahun 4 Propylene 1,16 juta ton per tahun
5 Paraxylene 1,25 juta ton per tahun Asumsi :
a. Kapasitas kilang minyak tahun 2010 : 1 juta BPD. b. Konsumsi BBM tahun 2010 : 56,7 juta KL per tahun. c. Pertumbuhan konsumsi BBM : 2 % ( konversi BBM ke gas, bio fuel dan batubara). d. Kapasitas pabrik olefin tahun 2010 : 600,000 ton ethylene per tahun. e. Pertumbuhan rata-rata industry olefin : 4 %. f. Kapasitas condensate splitter tahun 2010 : 100,000 BPD. g. Kapasitas pabrik aromatik tahun 2010 : 750,000 ton paraxylene per tahun.
Sumber: Suhatmiarso, VP PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. (makalah Industri Petrokimia Banten)
Belum adanya kejelasan mengenai kebijakan dan implementasi kebijakan yang terintegrasi dari
hulu hingga ke hilir menyebabkan keprihatinan tersendiri seiring tumbuhnya industri sejenis di
negara lain dan menjadikan negara kita menjadi basis konsumen penjualan produk dari luar
negeri tersebut. Karakteristik industri Petrokimia Indonesia seperti itu dapat berpotensi
menurunkan daya saing dan margin industri petrokimia, bahkan beberapa industri telah
melakukan konversi usaha dari perusahaan manufaktur ke perusahaan perdagangan untuk
menghindari risiko usaha yang lebih tinggi . Keprihatinan itulah yang menggerakkan Bank
Indonesia Serang untuk turut memfasilitasi penyelenggaraan Konferensi Nasional Klaster
Industri Petrokimia (KIP) 2011 untuk meluruskan benang kusut yang terjadi diantara para
pelaku yang terkait dengan pengembangan industri petrokimia khususnya olefin di Banten.
Triwulan IV 2011
29
Kajian Ekonomi Regional Banten
Terjadinya krisis global tahun 2008, pemberlakuan C-AFTA serta Pasar Bebas ASEAN tahun
2015 semakin memberikan tantangan bagi perkembangan industri petrokimia. Meskipun
Kementerian Perindustrian telah menyusun suatu kebijakan perkembangan klaster industri
petrokimia, dan di Banten juga sudah dibentuk kelompok kerja klaster industri petrokimia,
namun upaya tersebut belum optimal dalam mendukung perkembangan industri petrokimia.
Konferensi Nasional setengah hari yang akan diselenggarakan pada tanggal 27 September
2011 ini akan dilaksanakan di Hotel Aston Paramount Serpong Kota Tangerang Selatan
bertujuan untuk meningkatkan koordinasi terkait perencanaan dan implementasi kebijakan
sesuai dengan (road map) pengembangan klaster industri petrokimia sebagai salah satu upaya
untuk memperkuat perekonomian daerah dan nasional. Adapun tujuan lainnya yaitu untuk
menemukan solusi yang tepat guna mengurai benang kusut berbagai permasalahan yang
menyelimuti perkembangan klaster industri petrokimia di Indonesia. Konferensi nasional KIP
juga bertujuan untuk menemukan gambaran yang jelas tentang arah kebijakan, dukungan
pemerintah daerah maupun pusat dalam pengembangan klaster industri petrokimia serta
dampaknya bagi kesejahteraan masyarakat sebagai dasar pertimbangan melakukan investasi.
Selain itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan dari semua pihak guna
pengembangan klaster industry petrokimia dan kaitannya dengan pengembangan teknologi,
pembiayaan, infrastruktur dan sumber daya manusia.
Mengambil tema “Menuju Klaster Industri Petrokimia Yang Berdaya Saing Tinggi dalam
Mendukung Perekonomian Nasional”, maka kehadiran dari berbagai pihak yang
berkepentingan terutama para pelaku industri, pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
asosiasi usaha industri, unsur legislatif, BUMN terkait, perbankan, akademisi, tersebut dari hulu
hingga hilir, Pokja Klaster Industri Petrokimia dan lembaga terkait lainnya sangat diharapkan.
Dalam acara tersebut, sambutan rencananya akan sampaikan oleh Gubernur Banten, Keynote
Speakers oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Perekonomian RI.
Adapun narasumber yang membahas perkembangan petrokimia dari Pemerintah Provinsi
Banten, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Keuangan, Asosiasi Petrokimia, Perwakilan Investor (Pertamina) dan Pelaku Industri Petrokimia
(PT Chandra Asri) serta akademisi.
Selain diskusi yang sangat intensif antar peserta, konferensi tersebut menghasilkan butir-butir
kesimpulan sebagaimana dokumen seperti terlampir dibawah ini:
Triwulan IV 2011
33
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Penurunan inflasi Banten menunjukkan kondisi yang membaik hingga akhir triwulan IV
2011 dan tetap berada di bawah level inflasi nasional. Pada akhir triwulan IV 2011, inflasi
Banten berada pada level 3,45% (yoy) yang merupakan level terendah sejak awal tahun 2011.
Secara kontinu inflasi yoy1
1 Inflasi yoy berarti level IHK bulan x tahun yt dibandingkan dengan bulan x tahun yt-1
Banten menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dengan
kondisi selalu berada di bawah level inflasi nasional sejak tahun 2010 hingga saat ini. Tercatat
inflasi yoy nasional pada akhir triwulan IV 2011 sebesar 3,79% (yoy).
Kondisi inflasi Banten pada level yang rendah didorong oleh relatif stabilnya kondisi
pasokan komoditas bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
dan harga-harga komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices). Relatif
membaiknya kondisi cuaca dan curah hujan pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya
menjadi pendorong membaiknya kondisi pasokan bahan makanan khususnya yang harganya
bergejolak pada triwulan IV 2011. Selain itu, ditundanya pemberlakuan kebijakan pengaturan
BBM bersubsidi oleh pemerintah juga menjadi faktor yang menahan kenaikan laju inflasi Banten
maupun secara nasional.
Koordinasi antara para pihak terkait dalam rangka stabilisasi harga dan pengendalian
inflasi di daerah semakin baik dan diperkirakan turut mendukung pencapaian stabilisasi
harga di wilayah Banten. Berbagai program yang telah dilaksanakan seperti identifikasi
permasalahan dan koordinasi percepatan penyaluran raskin oleh pemerintah dan BULOG,
penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi, diseminasi publik dalam rangka
meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai program/kegiatan lainnya diperkirakan
memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi inflasi Banten. Selain itu, penguatan
kelembagaan forum/tim pengendalian inflasi daerah di wilayah kota penyumbang inflasi Banten
juga terus dipercepat guna memperkuat upaya pengendalian inflasi dan stabilisasi harga di
Banten di masa datang.
Triwulan IV 2011
34
Kajian Ekonomi Regional Banten
2.1. Perkembangan Inflasi Banten
Inflasi Banten tetap terjaga rendah pada triwulan IV 2011 sebesar 3,45% (yoy) membaik
dibandingkan akhir triwulan sebelumnya sebesar 4,18% (yoy) yang tetap lebih rendah
dibandingkan inflasi nasional. Inflasi Banten pada akhir triwulan IV 2011 terus membaik dan
berada pada level terendah sejak awal tahun 2011 hingga saat ini yaitu sebesar 3,45% (yoy).
Sejak awal tahun 2010 hingga periode laporan tren inflasi Banten menunjukkan perkembangan
menggembirakan dengan level selalu berada di bawah inflasi nasional dan pergerakan yang
searah. Inflasi nasional pada akhir triwulan IV 2011 tercatat sebesar 3,79% (yoy), sehingga
deviasi inflasi Banten dengan inflasi nasional menjadi sebesar -0,39%.
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011123 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2009 2011
% y
oy
Deviasi Nasional Banten
Grafik II.1. Perbandingan Inflasi yoy Banten dan Nasional
Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI
2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa
Perubahan indeks harga tahunan secara umum di Banten pada triwulan IV 2011 terutama
dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, listrik, gas dan air
bersih. Membaiknya kondisi cuaca dan musim secara umum pada tahun 2011 yang
mempengaruhi ketersediaan jumlah pasokan komoditas bahan makanan terutama yang
harganya bergejolak (volatile) dan memiliki nilai konsumsi yang tinggi seperti beras, ikan segar,
bumbu-bumbuan serta beberapa komoditas bahan makanan lainnya menjaga inflasi tahunan
Banten pada triwulan laporan tidak setinggi triwulan sebelumnya. Di sisi lain, tetap tingginya
kebutuhan akan tempat tinggal pada tahun ini menyebabkan terjadinya kenaikan biaya tempat
tinggal dan biaya penyelenggaraan rumah tangga. Subkelompok tersebut kemudian menjadi
pendorong tingginya sumbangan kelompok perumahan, air terhadap inflasi yoy Banten
triwulan IV 2011 walaupun membaik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Triwulan IV 2011
35
Kajian Ekonomi Regional Banten
-2
0
2
4
6
8
10
12
%
Inflasi yoy Tw III '11
Inflasi yoy Tw IV '11
Grafik II.2. Perbandingan Inflasi Tahunan
Banten Triwulan III dan Triwulan IV 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
-1
0
1
1
2
2
3
3
4
4
5
%
Andil Inflasi Tw III '11
Andil Inflasi Tw IV '11
Grafik II.3. Perbandingan Andil Inflasi
Tahunan Banten Triwulan III dan Triwulan IV
2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Sementara itu, perubahan indeks harga secara triwulanan atau inflasi qtq Banten pada
triwulan IV 2011 sebesar 0,91% terutama disebabkan oleh masih tingginya permintaan
terhadap kelompok bahan makanan dan kelompok makanan, minuman, rokok dan
tembakau. Kondisi tersebut tercermin dari tingginya perubahan indeks harga pada
subkelompok sayur-sayuran, bumbu-bumbuan, buah-buahan dan tembakau.
Tabel II.1. Perkembangan Inflasi Banten per Kelompok Barang/Jasa
Kelompok Barang/Jasa 2010 2011
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
Umum 2.23 4.59 1.61 6.10 0.37 5.76 0.45 4.73 1.69 4.18 0.91 3.45 Bahan Makanan 4.49 9.00 3.39 14.10 -0.16 13.12 0.12 8.00 2.12 5.54 2.62 4.76 Makmin,Rokok dan Tbk 0.91 4.57 0.54 3.76 0.61 2.87 0.37 2.46 0.98 2.53 0.95 2.95 Perum,Air,LGA dan BB 2.32 3.65 1.28 4.41 0.79 4.67 1.08 5.58 1.03 4.25 0.22 3.16 Sandang 3.34 6.85 2.68 8.37 -0.77 6.63 1.39 6.75 7.76 11.32 -1.29 7.02 Kesehatan 1.30 3.81 1.982 5.30 1.52 5.63 0.74 5.66 1.23 5.59 0.47 4.03 Pend.Rekreasi dan OR 0.41 5.05 2.83 3.64 1.01 4.40 0.09 4.40 5.21 9.38 0.07 6.44 Trans,Kom dan Jasa Keu. 1.18 -0.31 -0.32 1.10 0.10 1.06 -0.15 0.80 -0.38 -0.75 0.45 0.02
Sumber: BPS Provinsi Banten
-2 -1 0 1 2 3
Umum
Bahan Makanan
Makmin, Rokok dan Tbk
Perum, Air, LGA dan BB
Sandang
Kesehatan
Pend, Rekreasi dan Olahraga
Trans, Kom dan Jasa Keu
%
Andil Inflasi
Inflasi (qtq)
Grafik II.4. Inflasi dan Andil Inflasi qtq Banten Triwulan IV 2011
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
Triwulan IV 2011
36
Kajian Ekonomi Regional Banten
2.1.2. Inflasi Berdasarkan Kota
Tren inflasi tahunan ketiga kota, yaitu Serang, Tangerang dan Cilegon menurut
perhitungan inflasi di Banten mengalami penurunan pada akhir tahun 2011. Inflasi di
ketiga kota masih terjaga rendah dan stabil dengan tingkat inflasi terendah terjadi di Kota
Cilegon sebesar 2,78% (yoy). Sementara itu laju inflasi di Kota Tangerang cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan kedua kota lainnya yang banyak disumbang dari komponen inti
akibat tarikan permintaan terkait semakin berkembangnya kondisi residensial dan pusat bisnis
di Wilayah Tangerang dan sekitarnya. Selain itu, karena didukung oleh tingginya minat
masyarakat yang bekerja/berusaha di wilayah DKI Jakarta yang umumya memiliki penghasilan
relatif tinggi untuk bermukim di sekitar Wilayah Tangerang, baik di Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan maupun Kabupaten Tangerang.
Tabel II.2. Perkembangan Inflasi Wilayah Banten per Kota
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVyoyBanten 3.16 4.44 4.59 6.10 5.76 4.73 4.18 3.45Cilegon 3.36 4.64 4.43 6.12 5.52 3.51 2.75 2.35Serang 4.21 4.80 3.69 6.18 5.43 3.56 4.11 2.78Tangerang 2.92 4.34 4.79 6.08 5.86 5.18 4.44 3.78qtqBanten 0.70 1.43 2.23 1.61 0.37 0.45 1.69 0.91Cilegon 0.87 1.60 1.69 1.82 0.30 -0.33 0.95 1.42Serang 0.31 1.87 1.54 2.33 -0.40 0.07 2.07 1.03Tangerang 0.74 1.32 2.46 1.44 0.53 0.66 1.75 0.80ytdBanten 0.70 2.14 4.42 6.10 0.37 0.82 2.52 3.45Cilegon 0.87 2.49 4.22 6.12 0.30 -0.03 0.91 2.35Serang 0.31 2.19 3.76 6.18 -0.40 -0.33 1.73 2.78Tangerang 0.74 2.07 4.58 6.08 0.53 1.19 2.96 3.78
2010Inflasi
2011
Sumber: BPS Provinsi Banten
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Pada triwulan IV 2011, tekanan inflasi dari sisi tekanan permintaan masih tetap kuat,
sementara dari sisi supply relatif melemah. Perkiraan meningkatnya konsumsi swasta pada
periode laporan mendorong tingginya permintaan terhadap barang-barang dan kemudian
terhadap peningkatan inflasi inti dan tercermin dari pergerakan dan andil inflasi inti. Sementara
itu, tekanan dari sisi supply yaitu dari komoditas dengan harga bergejolak (volatile foods) dan
administered prices cenderung melemah pada periode laporan yang didukung oleh terjaganya
pasokan dan stabilnya harga komoditas administered prices. Di sisi ekspektasi inflasi,
berdasarkan hasil Survei Konsumen wilayah Banten, terindikasi adanya sedikit kecenderung
peningkatan harga yang diekspektasikan masyarakat namun masih dalam taraf yang relatif
stabil.
Triwulan IV 2011
37
Kajian Ekonomi Regional Banten
Boks II. PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI
KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG BANTEN 2011
Inflasi secara sederhana dapat diartikan sebagai meningkatnya harga barang dan jasa secara
umum dan terus-menerus. Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 tahun 1999 Jo. UU No. 3
tahun 2004 mengemban tugas mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah baik terhadap
barang dan jasa maupun terhadap mata uang negara lain melalui penetapan dan pelaksanaan
kebijakan moneter. Namun, kebijakan moneter yang ditetapkan Bank Indonesia hanya dapat
mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi permintaan agregat dan tidak dapat secara
khusus ditujukan untuk merespon kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat
kejutan seperti adanya gejolak dari sisi supply, sedangkan inflasi juga dapat dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari sisi penawaran seperti kenaikan BBM, banjir, gagal panen dan gejolak
supply lainnya. Berdasarkan data historis, rata-rata inflasi IHK nasional dalam kurun waktu 25
tahun terakhir sebesar 11% (termasuk periode krisis 1997/1998) atau 8% dengan
mengeluarkan periode krisis menunjukkan bahwa penurunan inflasi di Indonesia berjalan
dengan sangat lambat. Di sisi lain, kondisi serupa juga terjadi di Banten. Rata-rata inflasi Banten
sejak tahun 2003 hingga saat ini juga mencapai hampir 9% dan berdasarkan penelitian
sebelumnya oleh Widihartanto dan Lestari (2010), inflasi Banten bersifat persisten dengan laju
penurunan yang relatif lambat.
Di sisi lain, kontribusi inflasi daerah terhadap nasional pun cukup berarti termasuk Banten.
Dengan bobot sebesar 5,37% terhadap inflasi nasional, kenaikan inflasi Banten juga akan
meningkatkan tekanan terhadap inflasi nasional. Oleh karena itu, eksplorasi dan pengenalan
terhadap karakteristik inflasi dan pembentukan harga menjadi penting. Selain itu, berdasarkan
hasil Focus Group Discussion dan pertemuan-pertemuan dalam rangka pengendalian inflasi di
Banten, ditemukan permasalahan yaitu belum terpetakannya alur pasokan dan distribusi
komoditas-komoditas yang memberikan kontribusi besar terhadap level maupun fluktuasi inflasi
khususnya kelompok bahan makanan yang banyak dipasok dari daerah lain. Oleh sebab itu,
penelitian dengan judul tersebut di atas bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemetaan
terhadap struktur pasar serta pola distribusi serta pembentukan harganya di masing-masing
rantai distribusi, baik dari sisi produsen, pedagang besar maupun pengecer atas obyek
penelitian yaitu komoditas yang bersifat strategis terhadap pembentukan inflasi Banten.
Triwulan IV 2011
38
Kajian Ekonomi Regional Banten
Pada tahap awal, survei dilakukan kepada produsen/pedagang dengan mengacu pada daftar
nama yang telah disediakan oleh Bank Indonesia Serang. Kemudian, responden awal tersebut
diwawancara secara acak. Selanjutnya dari hasil wawancara tersebut dilakukan teknik purposive
random sampling. Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak mengetahui secara jelas besar
populasi dari penelitian sehingga penelitian ini menggunakan informasi dari lokasi pasar yang
cukup besar kemudian meminta untuk menunjukan sampel berikutnya. Apabila persentase
komposisi produsen tidak terpenuhi/tidak ada maka dialihkan kepada distributor penjual produk
produsen. Proses pemilihan komoditas strategis tersebut dilakuan melalui tiga metode yaitu:
a. Melalui penghitungan andil inflasi rata-rata terbesar untuk mempertimbangkan
sumbangan secara keseluruhan yaitu inflasi maupun deflasi yang terjadi menggunakan
data Survei Biaya Hidup (SBH) 2002;
b. Melalui penghitungan andil inflasi absolut rata-rata terbesar untuk menekankan pada
volatilitas inflasi komoditas dengan tetap memperhitungkan besarnya sumbangan
terhadap perhitungan inflasi menggunakan data Survei Biaya Hidup (SBH) 2002.
Penggunaan pendekatan data SBH 2002 pada metode pertama dan kedua didasarkan
pada aspek ketersediaan data, dimana data nilai konsumsi per komoditas sejak
pemberlakuan penghitungan inflasi menggunakan SBH 2007 pada Juni 2008 hingga
akhir tahun 2010 tidak tersedia. Kota yang menjadi target perhitungan inflasi Banten
pun masih mencakup Kota Serang/Cilegon;
c. Nilai konsumsi (bobot) terbesar untuk menambahkan aspek keterkinian data dengan
menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) 2007.
Dari hasil sortasi melalui kombinasi metode tersebut di atas dan juga dengan judgment peneliti
maka diperoleh 15 komoditas utama yang menjadi obyek penelitian inflasi sebagai berikut:
Tabel III.1. 15 Komoditas Strategis Terpilih Penelitian
SBH 2002 SBH 20071 Beras 6,57 5,04 2 Daging Ayam Ras 2,24 1,48 3 Minyak Goreng 1,95 1,44 4 Tempe 0,84 0,73 5 Mie Kering Instant 0,84 0,66 6 Gula Pasir 0,78 0,53 7 Jeruk 0,82 0,52 8 Daging Sapi 0,54 0,51 9 Telur Ayam Ras 1,11 0,47 10 Cabe Merah 0,59 0,42 11 Ikan Kembung 0,68 0,40 12 Bawang Merah 0,64 0,31 13 Tahu Mentah 0,64 0,31 14 Udang Basah 0,53 0,23 15 Ayam Hidup 0,53 0,12
No. Komoditas Bobot NK (%)
Triwulan IV 2011
39
Kajian Ekonomi Regional Banten
Kemudian, dalam proses survei berikutnya, ditetapkan pangsa responden yang akan disurvei
berdasarkan jenis pekerjaannya, yakni produsen, pedagang pengumpul, grosir, pedagang
eceran di pasar tradisional dan modern. Total target responden yang disurvei adalah sebanyak
300 responden.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sebagian besar komoditas strategis mengalami asimetrik harga yang cenderung positif dan
mengalami kekakuan penurunan harga (downward price rigidity). Khusus komoditas
pertanian (dalam arti luas) cenderung lebih mengalami fluktuasi harga yang besar.
2. Komoditas olahan industri seperti tahu mentah dan tempe ternyata juga mengalami
asimetrik harga positif dan cenderung kaku di Banten karena harga jualnya sangat
dipengaruhi oleh pasokan bahan baku yang banyak berasal dari impor.
3. Tingkat kompetisi dan keterkaitan antar pelaku pada masing-masing komoditas relatif
bervariasi. Sementara itu, struktur pasar terkonsentrasi pada pedagang besar dan grosir.
4. Pelaku dengan asimetrik harga terbesar di Banten terjadi pada pengecer di pasar tradisional
dan pasar modern.
5. Jalur distribusi yang relatif panjang terjadi pada komoditas cabe merah, bawang merah,
jeruk dan beras, sedangkan yang relatif lebih pendek terjadi pada komoditas tempe, tahu,
ikan kembung dan mie kering instan. Bahkan seringkali terjadi perdagangan antara daerah
karena adanya asimetrik harga dan ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan
pasokan komoditas setelah memperhitungkan biaya distribusi dan biaya lainnya.
6. Penyebab terjadinya (determinan) asimetrik harga terutama disebabkan oleh panjangnya
rantai distribusi dan ketersediaan pasokan/penguasaan informasi pasar oleh pelaku
pedagang tertentu.
7. Margin tertinggi secara relatif terjadi pada level pengecer di pasar tradisional.
8. Kecenderungan permintaan terhadap mie kering instan saat ini semakin meningkat seiring
bertambahnya jumlah dan referensi penduduk dalam mengkonsumsi komoditas ini. Namun,
karena pasokan bahan baku berupa gandum sangat tergantung dari impor, maka perlu
diwaspadai karena jika preferensi konsumen semakin meningkat dalam mengkonsumsi
produk tersebut, komoditas tersebut cenderung mengalami kekakuan penurunan harga
yang mendorong inflasi Banten, mengingat bobotnya cukup besar yaitu sebesar 0,66%.
9. Hambatan distribusi terindikasi masih cukup banyak di Banten, terutama masalah cuaca dan
infrastruktur jalan yang kurang dan bahkan tidak memadai khususnya di wilayah sentra
pertanian Banten di wilayah Selatan.
10. Berdasarkan hasil survei tertangkap informasi bahwa nilai tukar Rupiah terhadap USD cukup
berpengaruh terhadap harga jual, khususnya komoditas dengan bahan baku impor.
Responden mengharapkan nilai tukar Rupiah yang ideal yaitu sekitar Rp 8.500 per USD.
Triwulan IV 2011
40
Kajian Ekonomi Regional Banten
Rekomendasi Kebijakan
1. Percepatan konektivitas antar daerah antara lain melalui pembangunan maupun
pemeliharaan infrastruktur jalan, pemberian insentif bagi pelaku usaha di bidang jasa
angkutan umum yang melayani sentra produksi ke pasar atau tetap mempertahankan
transportasi perintis di wilayah yang jauh dari pusat perkotaan seperti di wilayah Banten
bagian Selatan, mempercepat waktu arus penyebrangan antar wilayah/pulau untuk
memperkecil hambatan distribusi.
2. Mengingat cuaca menjadi salah satu faktor utama yang menghambat distribusi, maka
diperlukan adanya suatu kajian khusus untuk membantu produsen pertanian (dalam arti
luas) untuk tetap menjaga produksinya yang dikondisikan secara khusus sehingga tidak
terlalu terpengaruh oleh kondisi cuaca yang kurang menguntungkan, seperti sosialisasi dan
implementasi resi gudang kepada petani yang dikelola secara profesional. Pengelola bisa
dilakukan oleh BUMD atau pihak lainnya dengan dasar pro kepada kepentingan para petani.
3. Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, dapat terus dilakukan upaya
peningkatan produktivitas dan pengembangan program pangan strategis serta menjaga
ketersediaan lahan pertanian melalui konsistensi penataan tata ruang wilayah.
4. Mengingat preferensi terhadap mie instant yang tinggi dengan kondisi bahan bakunya yang
berasal dari impor dan dipengaruhi harga internasional, maka sangat dibutuhkan suatu
pengembangan dan kerjasama dengan industri manufaktur untuk mengembangkan mie
instant yang berbahan dasar non terigu dan lebih diarahkan pada bahan pangan lokal yang
banyak terdapat di Banten. Hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan diversifikasi
pangan Banten.
5. Untuk meningkatkan akses terhadap harga dan mengurangi asimetri informasi antar pelaku
di setiap rantai pemasaran komoditas maka dibutuhkan suatu sistem informasi harga yang
akurat, reliable, tepat waktu dan terpelihara secara baik dalam jangka panjang, yang disusun
bersama oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan pemerintah daerah lainnya/lembaga
vertikal terkait atau pemerintah pusat dengan provider telekomunikasi yang mudah diakses
oleh masyarakat, misalnya melalui telepon genggam atau internet.
6. Perlu kerja sama penanganan inflasi komoditas strategis antar daerah mengingat stabilisasi
harga di Banten tidak bisa dilakukan secara parsial kedaerahan mengingat adanya
keterkaitan yang tinggi dalam pasokan/distribusi barang antar daerah, antara lain penciptaan
kerja sama pengelola/himpunan pedagang pasar induk atau pasar di wilayah Banten dengan
beberapa pemasok dari luar daerah Banten. Selain itu, hasil penelitian ini selanjutnya akan
dielaborasi dengan hasil penelitian sejenis dari daerah lain untuk menemukan linkage dari
pola arus pasokan barang dan jasa serta pembentukan harga sekaligus masalah hambatan
distribusinya.
Triwulan IV 2011
41
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN
DAN SISTEM PEMBAYARAN
Ekspansi perbankan di Banten pada triwulan IV 2011 diikuti pula oleh kualitas kredit yang
membaik, namun proses intermediasi perbankan belum terlihat optimal seiring
melambatnya kinerja sektor keuangan maupun perekonomian Banten. Kondisi tersebut
tercermin dari menurunnya rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank
umum dari sebesar 74,25% pada triwulan III 2011 menjadi sebesar 74,05% pada triwulan
laporan. Namun demikian, risiko kredit bank umum mengalami penurunan dari sebesar 2,53%
pada triwulan III 2011 menjadi 1,9% pada triwulan laporan. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat
dan perbankan syariah juga mengalami kinerja yang menurun. Kondisi ini diperkirakan dapat
menahan perlambatan kinerja sektor keuangan secara umum.
Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit
Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Penyaluran KUR
hingga akhir triwulan IV 2011 masih menunjukkan perkembangan yang signifikan. Nominal
KUR yang disalurkan posisi Desember 2011 mencapai Rp 1,3 triliun dengan level pertumbuhan
sedikit melambat menjadi 63,13% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 92,97%. Tidak
mudahnya mencari calon debitur KUR yang layak dan sudah semakin banyaknya debitur yang
“naik kelas” atau masuk dalam katagori kredit retail (komersil) menyebabkan angka
pertumbuhan menjadi melambat.
Berdasarkan volumenya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun
menunjukkan sedikit penurunan kinerja pada triwulan IV 2011, Kondisi tersebut terindikasi
dari menurunnya pertumbuhan volume pembayaran yang dilakukan melalui kliring maupun
RTGS.
3.1. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM
Kegiatan intermediasi bank umum masih cenderung stagnan pada triwulan IV 2011 yang
tercermin dari menurunnya rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio) dari
sebesar 74,25% menjadi 74,05% pada periode laporan. Kinerja penyaluran kredit oleh bank
umum pada periode laporan melambat dengan level pertumbuhan sebesar 31,68% (yoy),
sementara pada triwulan sebelumnya mencapai pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar
Triwulan IV 2011
42
Kajian Ekonomi Regional Banten
41,95% (yoy). Selain itu, penghimpunan simpanan/dana pihak ketiga juga melambat hingga
berada pada level 35,84% (yoy) dengan nominal Rp 70,16 triliun. Namun demikian, terjadi
penurunan risiko kredit yang ditunjukkan oleh penurunan rasio kredit non lancar (Non
Performing Loan) dari 2,53% menjadi sebesar 1,9%.
Tabel III.1. Indikator Bank Umum yang Berlokasi di Wilayah Banten
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Nominal Rp. Juta 51.650.352 54.385.339 62.527.893 66.259.872 70.164.327 Growth % (yoy) 20,83 47,42 46,11 65,31 35,84Nominal Rp. Juta 39.453.382 42.418.187 45.426.766 49.198.175 51.951.404 Growth % (yoy) 39,64 31,76 39,12 41,95 31,68
Loan to Deposit Ratio Rasio % 76,39 78,00 72,65 74,25 74,04Rasio Kredit Non Lancar Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten NPL % 2,34 2,38 2,58 2,53 1,90
Nominal Rp. Juta 81.704.949 79.827.825 83.819.998 92.119.713 112.219.927 Growth % (yoy) 40,8 38,15 14,97 28,14 37,35
Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Banten *)
2011Uraian Unit
2010
DPK
Kredit Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten
Sumber: Bank Indonesia
3.1.1. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga oleh bank umum di wilayah Banten melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan bertambahnya luasan kantor bank di
Banten dan iklim persaingan antar bank yang semakin tinggi. Dana yang dapat diserap
masyarakat oleh bank umum di Banten pada triwulan IV 2011 tercatat sebesar Rp 70,16 triliun
atau bertumbuh sebesar 35,84% (yoy). Angka tersebut lebih rendah daripada triwulan
sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 65,31% (yoy). Pertumbuhan pada semua jenis dana
simpanan relatif melambat pada periode laporan. Giro bertumbuh sebesar 41,32% (yoy),
tabungan bertumbuh sebesar 41,94% (yoy) dan deposito bertumbuh sebesar 28,93% (yoy).
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
-10 20 30 40 50 60 70 80
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2008 2009 2010 2011
Rp T
riliu
n % yo
y
Nominal DPK Growth (RHS)
Grafik III.1. Perkembangan Dana Pihak
Ketiga Bank Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
7,556,28
7,518,74
7,359,95
7,8310,25 10,79
12,30 12,9114,4913,62 13,48 14,52 16,06
12,51 13,58 14,17
17,69 17,70
20,9722,55
25,11
14,8215,57 15,63
17,94 17,0319,27 18,09
23,7125,90
29,2630,80 30,57
-
5
10
15
20
25
30
35
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009 2010 2011
Rp T
riliu
n
Giro Tabungan Deposito
Grafik III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum
di Banten per Komponen
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2011
43
Kajian Ekonomi Regional Banten
Giro20,65%
Tabungan35,78%
Deposito43,57%
Grafik III.3. Porsi Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Triwulan IV 2011
Sumber: Bank Indonesia
Tabel III.2. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga Bank Umum Wilayah Banten
per Komponen
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Nominal (Rp. Juta) 10.252.215 10.786.234 12.299.304 12.912.530 14.488.422 Pertumbuhan (% yoy) 17,24 46,78 23,61 64,95 41,32Pangsa (%) 19,85 19,83 19,67 19,49 20,65
Nominal (Rp. Juta) 17.687.567 17.701.104 20.965.476 22.551.507 25.106.143 Pertumbuhan (% yoy) 10,15 41,49 54,41 59,19 41,94Pangsa (%) 34,24 32,55 33,53 34,03 35,78
Nominal (Rp. Juta) 23.710.570 25.898.001 29.263.113 30.795.835 30.569.762 Pertumbuhan (% yoy) 32,13 52,05 51,88 70,26 28,93Pangsa (%) 45,91 47,62 46,80 46,48 43,57TOTAL 51.650.352 54.385.339 62.527.893 66.259.872 70.164.327 Pertumbuhan (% yoy) 20,83 47,42 46,11 65,31 35,84
2010
Giro
Tabungan
Deposito
Komponen2011
Sumber: Bank Indonesia
Hingga saat ini, belum terjadi perubahan struktur penghimpunan dana masyarakat di
Bank. Dalam kondisi tingkat suku bunga yang relatif rendah dibandingkan beberapa periode
sebelumnya, jenis simpanan deposito masih memegang pangsa tertinggi (43,57%) terhadap
total dana pihak ketiga pada triwulan laporan. Dengan besaran nominal sebesar Rp. 30,57
triliun, jenis simpanan deposito bertumbuh sebesar 28,93% pada periode laporan. Tingkat suku
bunga deposito yang relatif lebih tinggi dibandingkan jenis/komponen lainnya menyebabkan
nasabah lebih menyukai deposito dibandingkan dengan jenis simpanan lainnya seperti
tabungan dan giro.
Triwulan IV 2011
44
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.3. Perkembangan Deposito Bank Umum Wilayah Banten berdasarkan Jangka
Waktu (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
<=1 BULAN 14.889.366 19.251.092 18.736.856 19.401.869 17.545.144
<=3 BULAN 5.902.161 5.620.039 7.088.001 7.587.106 9.374.657
<=6 BULAN 1.924.078 2.097.959 2.290.327 2.578.350 2.184.223
<=12 BULAN 791.939 875.384 1.017.100 1.073.057 1.112.806
<=18 BULAN 76.859 94.434 109.172 133.510 311.746
<=24 BULAN 34.776 17.519 14.105 14.664 30.440
<=36 BULAN 1.117 1.122 1.408 1.032 512
>36 BULAN 90.274 8.914 6.144 6.246 10.234
TOTAL 23.710.570 27.966.463 29.263.113 30.795.835 30.569.762
Jangka Waktu Deposito
2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
Jenis deposito berjangka 1 bulan masih sangat diminati masyarakat pada triwulan laporan.
Jangka waktu deposito berjangka yang cukup beragam dari 1 bulan hingga lebih dari 36 bulan
menyebabkan preferensi masyarakat pun meningkat terhadap komponen tersebut. Deposito 1
bulan merupakan jenis deposito yang paling diminati masyarakat dengan kemudahan yang
diberikan yaitu jangka waktu yang relatif pendek namun dengan suku bunga yang relatif tinggi
dibandingkan dengan komponen tabungan, sehigga lebih memberikan keleluasan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
3.1.2. Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten
Peningkatan ekspansi kedit bank umum di Banten didorong oleh meningkatnya aktivitas
dan ekspansi bisnis yang terjadi di wilayah ini. Nominal kredit yang disalurkan bank umum
berdasarkan lokasi bank di Banten pada triwulan IV 2011 tercatat sebesar Rp. 51,95 triliun atau
bertumbuh sebesar 31,68% (yoy). Peningkatan kredit tertinggi terjadi pada jenis penggunaan
investasi dengan pertumbuhan yang mencapai 62,98% (yoy). Sektor perdagangan dan jasa
dunia usaha merupakan dua sektor yang menjadi target penyaluran kredit investasi terbesar
dari bank umum yang berlokasi di Banten. Pada sektor perdagangan, perdagangan eceran dan
perdagangan dalam negeri merupakan jenis perdagangan yang menggunakan kredit investasi
relatif besar dibandingkan dengan jenis perdagangan lainnya. Sementara pada sektor jasa dunia
usaha, persewaan mesin konstruksi dan persewaan alat transportasi air turut menjadi sektor
usaha pengguna kredit investasi dengan nilai relatif besar dibandingkan dengan jenis jasa dunia
usaha lainnya. Di sisi lain, kredit lainnya seperti kredit modal kerja juga bertumbuh tinggi pada
periode laporan sebesar 35,52% (yoy) terutama kredit modal kerja untuk jenis usaha
perdagangan eceran. Kondisi ini seiring dengan tetap tingginya pertumbuhan ekonomi pada
sektor perdagangan meskipun angkanya terindikasi sedikit melambat.
Triwulan IV 2011
45
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.4. Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal Kerja 13.238.768 14.062.178 15.666.237 16.495.251 16.950.554 32,63 28,04 Investasi 2.787.390 3.217.077 3.658.298 4.059.367 4.542.767 8,74 62,98 Konsumsi 23.427.225 25.138.932 26.102.231 28.643.556 30.458.084 58,63 30,01
TOTAL 39.453.382 42.418.187 45.426.766 49.198.175 51.951.404 100 31,68
Jenis PenggunaanGrowth
Tw IV-11 (% yoy)2010 Pangsa
Tw IV-11 (% yoy)2011
Sumber: Bank Indonesia
051015202530354045
0
10
20
30
40
50
60
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2008 2009 2010 2011
Rp
Tri
liun
% yo
y
Total Kredit Growth (RHS)
Grafik III.4. Perkembangan Kredit Bank
Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Modal Kerja32,63%
Investasi8,74%
Konsumsi58,63%
Grafik III.5. Porsi Kredit Bank Umum di
Banten per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
0
10
20
30
40
50
60
70
80
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Kredit Growth (RHS)
Grafik III.6 Kredit Investasi Untuk Sektor
Perdagangan Bank Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
-50050100150200250300350400
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Kredit Growth (RHS)
Grafik III.7. Kredit Investasi Untuk Sektor
Jasa Dunia Usaha Bank Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Di sisi lain, tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi di Banten tercermin dari pangsa
kredit konsumsi yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kredit produktif seiring
meningkatnya permintaan terhadap kebutuhan perumahan dan kebutuhan rumah tangga
lainnya. Tingginya kebutuhan kredit di wilayah Tangerang kemudian memicu peningkatan
kebutuhan pembiayaan berupa kredit konsumsi perbankan.
Triwulan IV 2011
46
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.5. Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVPertanian 97.994 102.144 112.285 145.171 260.366 0,50 165,70
Pertambangan 91.312 89.553 236.529 267.023 306.343 0,59 235,49
Industri Pengolahan 4.173.234 3.717.918 4.227.316 4.602.183 5.067.827 9,75 21,44
Listrik, Gas dan Air Bersih 26.984 26.161 16.944 68.032 159.293 0,31 490,32
Konstruksi 1.350.866 1.389.263 1.584.496 1.597.006 1.700.280 3,27 25,87
Perdagangan 4.044.223 5.021.054 5.341.538 5.737.373 6.125.710 11,79 51,47
Pengangkutan 169.556 199.183 218.962 263.157 294.762 0,57 73,84
Jasa Dunia Usaha 4.532.262 4.375.914 5.009.748 5.343.859 5.308.080 10,22 17,12
Jasa Sosial Masyarakat 1.108.815 1.194.988 1.240.077 1.363.791 1.428.357 2,75 28,82
Lain-lain 23.858.137 26.302.009 27.438.873 29.810.579 31.300.386 60,25 31,19
BANTEN 39.453.382 42.418.187 45.426.766 49.198.175 51.951.404 100,00 31,68
SektorPangsa
Tw IV-11 (%)Growth
Tw IV-11 (% yoy)2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
Pertanian0,50%
Pertambangan0,59%
Industri pengolahan
9,75%
Listrik,Gas dan Air0,31%
Bangunan3,27%
Perdagangan11,79%
Pengangkutan0,57%Jasa Dunia
Usaha10,22%
Jasa Sosial Masyarakat
2,75%
Lain-lain60,25%
Grafik III.8. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi
Sumber: Bank Indonesia
Perkembangan kredit untuk sektor listrik, gas dan air bersih terlihat meningkat signifikan
sejalan dengan adanya rencana pengembangan jaringan PDAM di wilayah Kota Tangerang
. Kredit untuk sektor listrik, gas dan air bersih bertumbuh signifikan hingga mencapai level
490,32% (yoy). Namun tren pertumbuhan yang meningkat tersebut tidak mampu mendorong
peningkatan porsi kredit untuk sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya 0,31% pada
triwulan IV 2011. Kondisi yang sama juga terjadi pada sektor pertambangan, meskipun memiliki
pangsa yang relatif kecil, pertumbuhan kreditnya mencapai level 235,49%. Sementara itu,
dengan pangsa kredit yang relatif besar, pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan juga
mampu mencapai pertumbuhan secara signifikan hingga sebesar 51,47%. Semakin
meningkatnya pertumbuhan pembangunan perumahan di Banten mendorong sektor lainnya
terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran semakin tinggi. Sayangnya, kondisi ini hanya
terjadi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan tidak terjadi secara merata di beberapa
daerah lainnya seperti di wilayah Banten selatan.
Triwulan IV 2011
47
Kajian Ekonomi Regional Banten
3.1.3. Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten
Pada triwulan IV 2011 bank umum di Kota Tangerang masih menjadi penyalur kredit
terbesar dengan pangsa mencapai 55,11%. Belum ada perubahan struktural komposisi
penyaluran kredit oleh bank umum di seluruh kota/kabupaten di Banten. Selain Kota Tangerang
sebagai penyalur terbesar, bank-bank umum di Kabupaten Tangerang juga menjadi penyalur
kedua terbesar dengan pangsa sekitar 22,83% terhadap total kredit. Sementara itu, masih
relatif rendahnya jumlah kantor bank di wilayah Lebak dan Pandeglang menyebabkan
kontribusi kredit yang diberikan pun masih cenderung rendah dengan pangsa sekitar 1%-2%
terhadap total kredit. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan perbaikan serta
perluasan pembangunan infrastruktur perlu segera dilakukan agar perbankan terdorong untuk
menambah jaringan kantornya di wilayah tersebut, sehingga pemerataan pembangunan dan
pembangunan yang berkualitas dapat menjadi keniscayaan.
Tabel III.6. Kredit Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVKab. LebakNominal (Rp Juta) 381.334 404.936 405.550 406.302 403.695Pangsa (%) 0,97 0,95 0,89 0,83 0,78Kab. PandeglangNominal (Rp Juta) 849.356 869.970 901.688 903.489 891.005Pangsa (%) 2,15 2,05 1,98 1,84 1,72Kab. SerangNominal (Rp Juta) 1.396.739 1.528.290 1.711.245 1.826.325 1.975.855Pangsa (%) 3,54 3,60 3,77 3,71 3,80Kab. TangerangNominal (Rp Juta) 5.986.026 8.722.736 9.432.212 10.540.517 11.861.649Pangsa (%) 15,17 20,56 20,76 21,42 22,83Kota CilegonNominal (Rp Juta) 3.233.509 3.297.361 3.536.173 3.847.077 4.135.100Pangsa (%) 8,20 7,77 7,78 7,82 7,96Kota TangerangNominal (Rp Juta) 24.017.687 24.375.303 25.843.362 27.749.256 28.632.868Pangsa (%) 60,88 57,46 56,89 56,40 55,11Kota SerangNominal (Rp Juta) 3.588.730 3.219.591 3.596.536 3.925.210 4.051.231Pangsa (%) 9,10 7,59 7,92 7,98 7,80Banten 39.453.382 42.418.187 45.426.766 49.198.175 51.951.404
2010Kota/Kabupaten
2011
Sumber: Bank Indonesia
A. Kabupaten Tangerang
Hingga akhir triwulan IV 2011, belum terjadi perubahan struktur secara signifikan pada
penyaluran kredit di daerah ini, dengan porsi terbesar tetap pada kredit konsumsi. Pangsa
kredit konsumsi hingga akhir triwulan IV 2011 tetap yang tertinggi sebesar 57,98%. Sementara
itu, pangsa kredit modal kerja mengalami sedikit penurunan hingga ke kisaran 33% dan kredit
investasi relatif stabil pada kisaran 8% terhadap total kredit di Kabupaten Tangerang.
Triwulan IV 2011
48
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.7. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp
Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 1.616.620 1.601.525 3.608.224 3.598.150 3.944.062 Pangsa (%) 27,01 26,27 38,25 34,14 33,25 InvestasiNominal (Rp Juta) 586.104 630.080 812.428 861.413 1.039.931 Pangsa (%) 9,79 10,33 8,61 8,17 8,77 KonsumsiNominal (Rp Juta) 3.783.302 3.865.568 5.011.560 6.080.954 6.877.657 Pangsa (%) 63,20 63,40 53,13 57,69 57,98
TOTAL 5.986.026 6.097.173 9.432.212 10.540.517 11.861.649
Jenis Penggunaan2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, selain sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa dunia usaha menjadi sektor yang semakin
diminati dalam penyaluran kredit di Kabupaten Tangerang pada triwulan IV 2011. Di
sektor industri pengolahan, pada periode laporan kredit tersebut banyak diserap oleh industri
coklat dan kembang gula; industri furnitur; industri pakaian jadi dan perlengkapannya; industri
plastik dan industri peralatan rumah tangga. Sementara itu pada sektor perdagangan, hotel dan
restoran, kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah tersebut pada periode laporan
banyak diserap oleh jenis perdagangan eceran keliling; perdagangan besar tekstil, pakaian jadi
dan kulit dan penjualan mobil.
Triwulan IV 2011
49
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.8. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp
Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Nominal (Rp Juta) 47.311 49.713 50.434 80.737 66.073
Pangsa (%) 0,79 0,57 0,53 0,77 0,56
Nominal (Rp Juta) 12.674 14.168 13.742 16.168 25.961
Pangsa (%) 0,21 0,16 0,15 0,15 0,22
Nominal (Rp Juta) 569.416 693.232 822.234 830.379 1.038.932
Pangsa (%) 9,51 7,95 8,72 7,88 8,76
Nominal (Rp Juta) 2.880 2.106 676 1.728 5.669
Pangsa (%) 0,05 0,02 0,01 0,02 0,05
Nominal (Rp Juta) 268.230 339.504 422.844 418.648 465.759
Pangsa (%) 4,48 3,89 4,48 3,97 3,93
Nominal (Rp Juta) 821.034 1.837.284 1.873.715 1.929.958 2.265.348
Pangsa (%) 13,72 21,06 19,87 18,31 19,10
Nominal (Rp Juta) 52.053 88.188 88.553 102.999 111.081
Pangsa (%) 0,87 1,01 0,94 0,98 0,94
Nominal (Rp Juta) 175.705 117.431 120.236 150.745 197.703
Pangsa (%) 2,94 1,35 1,27 1,43 1,67
Nominal (Rp Juta) 225.064 229.210 234.279 240.047 293.536
Pangsa (%) 3,76 2,63 2,48 2,28 2,47
Nominal (Rp Juta) 3.811.660 5.351.899 5.805.500 6.769.109 7.391.587
Pangsa (%) 63,68 61,36 61,55 64,22 62,32
TOTAL 5.986.026 8.722.736 9.432.212 10.540.517 11.861.649
2011
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Sektor2010
Sumber: Bank Indonesia
B. Kabupaten Serang
Pada triwulan IV 2011 terlihat bahwa preferensi penyaluran kredit oleh bank umum di
Kabupaten Serang tetap relatif tinggi dalam bentuk kredit konsumsi dan belum mengarah
ke sektor industri yang merupakan salah satu basis ekonomi daerah tersebut. Sebagian
besar kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional di wilayah Kabupaten Serang
adalah dalam bentuk kredit konsumsi untuk kebutuhan kepemilikan rumah terutama tipe 22 m2
s.d. 70 m2 dan kebutuhan konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja banyak
disalurkan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan serta
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan atau sektor jasa dunia usaha khususnya
subsektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan.
Triwulan IV 2011
50
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.9. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 332.181 415.437 500.532 426.599 452.504 Pangsa (%) 23,78 27,18 29,25 23,36 22,90 InvestasiNominal (Rp Juta) 203.233 173.176 189.796 266.614 285.193 Pangsa (%) 14,55 11,33 11,09 14,60 14,43 KonsumsiNominal (Rp Juta) 861.325 939.677 1.020.917 1.133.111 1.238.158 Pangsa (%) 61,67 61,49 59,66 62,04 62,66
TOTAL 1.396.739 1.528.290 1.711.245 1.826.325 1.975.855
Jenis Penggunaan2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, terlihat pula bahwa selain untuk sektor lain-lain
yang umumnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi, penyaluran kredit untuk sektor jasa
dunia usaha dan perdagangan, hotel dan restoran merupakan yang tertinggi dibandingkan
dengan sektor lainnya. Selanjutnya adalah sektor jasa konstruksi sejalan dengan karakteristik
bisnis di Kota Serang.
Tabel III.10. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Nominal (Rp Juta) 1.406 1.374 1.263 1.069 3.543
Pangsa (%) 0,10 0,09 0,07 0,06 0,18
Nominal (Rp Juta) 5.359 3.074 2.386 7.126 10.260
Pangsa (%) 0,38 0,20 0,14 0,39 0,52
Nominal (Rp Juta) 24.924 25.242 21.789 21.435 23.459
Pangsa (%) 1,78 1,65 1,27 1,17 1,19
Nominal (Rp Juta) 535 507 587 592 326
Pangsa (%) 0,04 0,03 0,03 0,03 0,02
Nominal (Rp Juta) 97.393 108.586 151.365 164.588 142.753
Pangsa (%) 6,97 7,11 8,85 9,01 7,22
Nominal (Rp Juta) 188.819 216.841 244.698 224.653 247.471
Pangsa (%) 13,52 14,19 14,30 12,30 12,52
Nominal (Rp Juta) 2.056 1.560 1.561 1.715 1.925
Pangsa (%) 0,15 0,10 0,09 0,09 0,10
Nominal (Rp Juta) 200.123 215.839 245.986 253.128 282.825
Pangsa (%) 14,33 14,12 14,37 13,86 14,31
Nominal (Rp Juta) 14.785 15.583 20.667 18.908 25.135
Pangsa (%) 1,06 1,02 1,21 1,04 1,27
Nominal (Rp Juta) 861.339 939.685 1.020.942 1.133.111 1.238.158
Pangsa (%) 61,67 61,49 59,66 62,04 62,66
TOTAL 1.396.739 1.528.290 1.711.245 1.826.325 1.975.855
2011
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Sektor2010
Pertanian
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2011
51
Kajian Ekonomi Regional Banten
Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran belum terdapat perubahan struktural subsektor
yang memperoleh kredit terbesar bahwa subsektor perdagangan impor, perdagangan eceran
makanan dan minuman, penjualan mobil, perdagangan eceran bahan konstruksi serta
perdagangan eceran perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur adalah penerima
kredit utama pada sektor perdagangan dari bank umum di wilayah Kabupaten Serang.
C. Kabupaten Pandeglang
Di Kabupaten Pandeglang, jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja mendominasi
hampir keseluruhan total kredit yang disalurkan. Di wilayah tersebut, penggunaan kredit
konsumsi sebagian besar adalah untuk keperluan pemilikan rumah tinggal s.d. tipe 21 dan
untuk keperluan konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja dengan pangsa sebesar
45,92% pada triwulan IV 2011 disalurkan terutama pada sektor pertanian dengan konsentrasi
pada jenis pertanian padi. Selain itu, sektor produktif lainnya yang memperoleh kredit modal
kerja cukup besar yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran khususnya untuk usaha
perdagangan eceran keliling dan sektor industri pengolahan pada usaha daur ulang bukan
logam. Kondisi tersebut masih sesuai dengan kondisi ekonomi wilayah ini yang didominasi
sektor pertanian dan perdagangan.
Tabel III.11. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Jenis Penggunaan (dalam Rp
Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 372.052 381.942 378.604 384.657 409.161 Pangsa (%) 43,80 43,90 41,99 42,57 45,92 InvestasiNominal (Rp Juta) 3.245 3.575 2.588 3.403 2.637 Pangsa (%) 0,38 0,41 0,29 0,38 0,30 KonsumsiNominal (Rp Juta) 474.059 484.452 520.496 515.429 479.207 Pangsa (%) 55,81 55,69 57,72 57,05 53,78
TOTAL 849.356 869.970 901.688 903.489 891.005
Jenis Penggunaan2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit pada sektor produktif terutama pada sektor
pertanian, sekitar 71,24% kredit yang disalurkan di wilayah tersebut masih didominasi untuk
kepentingan konsumtif. Namun jika dilihat penyaluran kredit untuk sektor produktif, sektor
pertanian merupakan sektor yang memperoleh kredit terbesar di wilayah tersebut dengan
pangsa sekitar 13,59% disusul dengan kredit pada sektor perdagangan dengan pangsa sekitar
13,38%. Belum banyaknya investasi disektor manufaktur atau sektor lainnya menyebabkan
variasi kredit hanya terkonsentrasi pada sektor pertanian dan perdagangan.
Triwulan IV 2011
52
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.12. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Sektor Ekonomi (dalam Rp
Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Nominal (Rp Juta) 4.074 3.100 2.183 1.963 121.074
Pangsa (%) 0,48 0,36 0,24 0,22 13,59
Nominal (Rp Juta) - - - - 2
Pangsa (%) - - - - 0,00
Nominal (Rp Juta) 1.861 1.545 1.731 435 968
Pangsa (%) 0,22 0,18 0,19 0,05 0,11
Nominal (Rp Juta) - - - - -
Pangsa (%) - - - - -
Nominal (Rp Juta) 130 97 39 105 87
Pangsa (%) 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01
Nominal (Rp Juta) 276.535 260.275 237.065 243.055 119.193
Pangsa (%) 32,56 29,92 26,29 26,90 13,38
Nominal (Rp Juta) - - - - -
Pangsa (%) - - - - -
Nominal (Rp Juta) - - - 9.128 13.990
Pangsa (%) - - - 1,01 1,57
Nominal (Rp Juta) 682 641 485 833 921
Pangsa (%) 0,08 0,07 0,05 0,09 0,10
Nominal (Rp Juta) 566.074 604.312 660.185 647.970 634.768
Pangsa (%) 66,65 69,46 73,22 71,72 71,24
TOTAL 849.356 869.970 901.688 903.489 891.005
2011
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Sektor2010
Pertanian
Pertambangan
Sumber: Bank Indonesia
D. Kabupaten Lebak
Jika di wilayah lain kredit konsumsi mendominasi porsi penyaluran kredit, di Kabupaten
Lebak kredit modal kerja menjadi jenis kredit dengan porsi penyaluran terbesar. Dengan
total kredit yang disalurkan bank umum di Kabupaten Lebak pada periode laporan sebesar Rp
403,7 miliar, 66,37% dari total kredit tersebut merupakan jenis kredit modal kerja dengan
nominal sebesar Rp 267,93 miliar.
Triwulan IV 2011
53
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.13. Kredit Bank Umum di Kabupaten Lebak per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 237.309 251.839 249.641 257.944 267.933 Pangsa (%) 62,23 62,19 61,56 63,49 66,37 InvestasiNominal (Rp Juta) 1.307 1.197 1.229 1.181 1.073 Pangsa (%) 0,34 0,30 0,30 0,29 0,27 KonsumsiNominal (Rp Juta) 142.718 151.900 154.679 147.176 134.688 Pangsa (%) 37,43 37,51 38,14 36,22 33,36
TOTAL 381.334 404.936 405.550 406.302 403.695
Jenis Penggunaan2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan tujuan utama penyaluran kredit produktif oleh bank umum di wilayah
Kabupaten Lebak. Pangsa kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap total kredit
yang disalurkan bank umum di wilayah Kabupaten Lebak mencapai 50,72%. Sementara itu,
pada sektor lainnya seperti sektor pertanian dan konstruksi terlihat masih cukup rendah. Hal ini
perlu mendapat prioritas tersendiri bagi pemda Lebak dan perbankan untuk saling bersinergi
agar para pelaku usaha di sektor usaha tersebut yang belum bankable dapat dibantu/dibina
menjadi bankable dan dapat memperoleh pembiayaan perbankan dalam meningkatkan
kapasitas usahanya, mengingat potensi bisnis di wilayah ini cukup prospektif ditinjau dari segi
demografis dan keunggulan lainnya.
Triwulan IV 2011
54
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.14. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Bank Umum di Kabupaten Lebak per
Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Nominal (Rp Juta) 1.505 1.491 156 2.658 7.481
Pangsa (%) 0,39 0,37 0,04 0,65 1,85
Nominal (Rp Juta) 1.199 1.236 1.457 - 63
Pangsa (%) 0,31 0,31 0,36 - 0,02
Nominal (Rp Juta) 70 59 44 3.108 5.224
Pangsa (%) 0,02 0,01 0,01 0,76 1,29
Nominal (Rp Juta) - - - - -
Pangsa (%) - - - - -
Nominal (Rp Juta) 4.064 3.718 3.517 5.860 10.683
Pangsa (%) 1,07 0,92 0,87 1,44 2,65
Nominal (Rp Juta) 146.202 134.078 121.602 130.400 204.757
Pangsa (%) 38,34 33,11 29,98 32,09 50,72
Nominal (Rp Juta) 1.996 1.997 1.996 1.984 2.020
Pangsa (%) 0,52 0,49 0,49 0,49 0,50
Nominal (Rp Juta) - - - 350 418
Pangsa (%) - - - 0,09 0,10
Nominal (Rp Juta) 225 165 - 2.456 23.032
Pangsa (%) 0,06 0,04 - 0,60 5,71
Nominal (Rp Juta) 226.074 262.190 276.779 259.485 150.018
Pangsa (%) 59,29 64,75 68,25 63,87 37,16
TOTAL 381.334 404.936 405.550 406.302 403.695
2011
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
Sektor2010
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Sumber: Bank Indonesia
E. Kota Cilegon
Struktur perekonomian Kota Cilegon yang sebagian besar ditopang dari sektor industri
pengolahan teridentifikasi mendorong tingginya kebutuhan pembiayaan modal kerja.
Berdasarkan jenis penggunaannya, konsentrasi/pangsa kredit bank umum di wilayah Cilegon
untuk kredit modal kerja sekitar 57% dan total kredit bank umum di kota tersebut. Industri
logam dasar dan besi baja merupakan jenis industri yang mernyerap kredit modal kerja terbesar
dari bank umum di Kota Cilegon. Dapat diperkirakan bahwa klaster industri logam terjadi di
wilayah ini secara mandiri.
Triwulan IV 2011
55
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.15. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 2.051.760 2.024.342 2.193.969 2.273.568 2.350.239 Pangsa (%) 63,45 61,39 62,04 59,10 56,84 InvestasiNominal (Rp Juta) 267.802 240.300 250.174 411.993 515.312 Pangsa (%) 8,28 7,29 7,07 10,71 12,46 KonsumsiNominal (Rp Juta) 913.947 1.032.719 1.092.030 1.161.516 1.269.550 Pangsa (%) 28,26 31,32 30,88 30,19 30,70
TOTAL 3.233.509 3.297.361 3.536.173 3.847.077 4.135.100
Jenis Penggunaan2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
Sektor produktif yang menjadi tujuan utama penyaluran kredit di Kota Cilegon antara lain
sektor industri pengolahan, jasa dan perdagangan. Pada sektor industri pengolahan,
sebagian besar kredit yang disalurkan adalah dalam bentuk kredit modal kerja yang banyak
diserap oleh industri logam dasar besi baja, sementara itu pada sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan, jasa penunjang perantara keuangan adalah perusahaan jasa yang banyak
menyerap kredit dari bank umum di wilayah tersebut. Sementara itu pada sektor perdagangan,
perdagangan eceran keliling adalah salah satu jenis perdagangan yang memperoleh kredit
terbesar seiring tumbuhnya perekonomian yang semakin baik di Cilegon
Triwulan IV 2011
56
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.16. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Nominal (Rp Juta) 3.314 3.273 3.464 3.375 4.201
Pangsa (%) 0,10 0,10 0,10 0,09 0,10
Nominal (Rp Juta) 17.451 13.805 20.718 12.083 20.717
Pangsa (%) 0,54 0,42 0,59 0,31 0,50
Nominal (Rp Juta) 1.050.100 968.389 1.002.250 1.110.183 1.142.506
Pangsa (%) 32,48 29,37 28,34 28,86 27,63
Nominal (Rp Juta) 6.696 6.234 6.107 56.886 147.794
Pangsa (%) 0,21 0,19 0,17 1,48 3,57
Nominal (Rp Juta) 146.287 107.565 135.151 151.756 170.492
Pangsa (%) 4,52 3,26 3,82 3,94 4,12
Nominal (Rp Juta) 398.416 427.886 445.073 517.687 559.792
Pangsa (%) 12,32 12,98 12,59 13,46 13,54
Nominal (Rp Juta) 32.440 31.989 52.219 79.768 84.040
Pangsa (%) 1,00 0,97 1,48 2,07 2,03
Nominal (Rp Juta) 459.700 469.992 511.658 488.116 475.783
Pangsa (%) 14,22 14,25 14,47 12,69 11,51
Nominal (Rp Juta) 81.382 94.597 94.119 147.338 153.995
Pangsa (%) 2,52 2,87 2,66 3,83 3,72
Nominal (Rp Juta) 1.037.722 1.173.631 1.265.414 1.279.886 1.375.780
Pangsa (%) 32,09 35,59 35,78 33,27 33,27
TOTAL 3.233.509 3.297.361 3.536.173 3.847.077 4.135.100
2011
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Sektor2010
Sumber: Bank Indonesia
F. Kota Tangerang
Sebagian besar penyaluran kredit oleh bank umum di Kota Tangerang disalurkan untuk
penggunaan konsumsi karena wilayah ini merupakan salah satu kota penyangga Jakarta
yang berfungsi sebagai pusat hunian dengan jumlah penduduk yang besar. Proporsi kredit
konsumsi atau kredit sektor lain-lain menduduki peringkat tertinggi terhadap total kredit dari
bank umum di Kota Tangerang karena sebagian besar pekerjaan masyarakat di wilayah ini
adalah sebagai profesional dan pegawai/ pekerja. Selain itu, angka pertumbuhan penduduknya
relatif cukup tinggi dibandingkan daerah lainnya di Banten. Sementara itu jika dilihat per sektor
ekonomi, selain sektor lain-lain (konsumsi), sektor jasa dunia usaha dan sektor perdagangan
adalah sektor-sektor yang memiliki proporsi kredit tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor
lainnya.
Triwulan IV 2011
57
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.17. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 6.547.315 5.954.245 6.804.433 7.362.102 7.315.594 Pangsa (%) 27,26 24,43 26,33 26,53 25,55 InvestasiNominal (Rp Juta) 1.419.473 1.777.680 2.076.224 2.185.148 2.339.482 Pangsa (%) 5,91 7,29 8,03 7,87 8,17 KonsumsiNominal (Rp Juta) 16.050.899 16.643.378 16.962.705 18.202.006 18.977.792 Pangsa (%) 66,83 68,28 65,64 65,59 66,28
TOTAL 24.017.687 24.375.303 25.843.362 27.749.256 28.632.868
2011Jenis Penggunaan
2010
Sumber: Bank Indonesia
Tabel III.18. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Nominal (Rp Juta) 28.772 31.745 41.636 37.617 39.868
Pangsa (%) 0,12 0,13 0,16 0,14 0,14
Nominal (Rp Juta) 51.036 49.603 190.751 224.369 241.363
Pangsa (%) 0,21 0,20 0,74 0,81 0,84
Nominal (Rp Juta) 1.369.107 1.275.877 1.417.178 1.423.222 1.677.514
Pangsa (%) 5,70 5,23 5,48 5,13 5,86
Nominal (Rp Juta) 11.322 10.685 1.257 551 5.393
Pangsa (%) 0,05 0,04 0,00 0,00 0,02
Nominal (Rp Juta) 736.309 732.033 750.636 746.487 810.027
Pangsa (%) 3,07 3,00 2,90 2,69 2,83
Nominal (Rp Juta) 1.392.883 1.353.190 1.604.503 1.850.862 1.739.525
Pangsa (%) 5,80 5,55 6,21 6,67 6,08
Nominal (Rp Juta) 57.002 52.076 52.239 55.825 74.743
Pangsa (%) 0,24 0,21 0,20 0,20 0,26
Nominal (Rp Juta) 3.629.955 3.503.443 4.056.598 4.369.626 4.245.503
Pangsa (%) 15,11 14,37 15,70 15,75 14,83
Nominal (Rp Juta) 644.724 722.093 764.821 837.468 820.132
Pangsa (%) 2,68 2,96 2,96 3,02 2,86
Nominal (Rp Juta) 16.096.577 16.644.557 16.963.743 18.203.229 18.978.800
Pangsa (%) 67,02 68,28 65,64 65,60 66,28
TOTAL 24.017.687 24.375.303 25.843.362 27.749.256 28.632.868
2011
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Sektor2010
Sumber: Bank Indonesia
G. Kota Serang
Struktur kredit Kota Serang memiliki kemiripan dengan Kota Cilegon dimana kredit yang
disalurkan terutama adalah untuk tujuan modal kerja dan konsumsi, sementara jika dilihat
Triwulan IV 2011
58
Kajian Ekonomi Regional Banten
per sektor ekonomi, pada periode laporan kredit tersebut disalurkan terutama untuk
sektor industri pengolahan dan perdagangan. Pangsa kredit modal kerja di Kota Serang
adalah sekitar 52%-58% yang diikuti oleh kredit konsumsi dengan pangsa sekitar 33%-38%.
Sementara itu berdasarkan sektor ekonominya, kredit yang disalurkan tersebut banyak diserap
oleh sektor industri pengolahan terutama industri logam dasar besi baja dan industri plastik
serta oleh sektor perdagangan khususnya perdagangan eceran keliling. Artinya telah banyak
tumbuh industri industri kecil di wilayah ini untuk menyangga wilayah industri cilegon karena
letaknya yang berdekatan.
Tabel III.19. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal KerjaNominal (Rp Juta) 2.081.531 1.681.162 1.930.834 2.192.232 2.211.060 Pangsa (%) 58,00 52,22 53,69 55,85 54,58 InvestasiNominal (Rp Juta) 306.225 291.724 325.859 329.614 359.139 Pangsa (%) 8,53 9,06 9,06 8,40 8,86 KonsumsiNominal (Rp Juta) 1.200.974 1.246.706 1.339.843 1.403.364 1.481.032 Pangsa (%) 33,47 38,72 37,25 35,75 36,56
TOTAL 3.588.730 3.219.591 3.596.536 3.925.210 4.051.231
2011Jenis Penggunaan
2010
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2011
59
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.20. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Nominal (Rp Juta) 11.611 11.447 13.149 17.751 18.126
Pangsa (%) 0,32 0,36 0,37 0,45 0,45
Nominal (Rp Juta) 3.594 7.667 7.476 7.278 7.976
Pangsa (%) 0,10 0,24 0,21 0,19 0,20
Nominal (Rp Juta) 1.157.755 753.573 962.089 1.213.421 1.179.224
Pangsa (%) 32,26 23,41 26,75 30,91 29,11
Nominal (Rp Juta) 5.551 6.629 8.316 8.275 112
Pangsa (%) 0,15 0,21 0,23 0,21 0,00
Nominal (Rp Juta) 98.453 97.760 120.944 109.563 100.479
Pangsa (%) 2,74 3,04 3,36 2,79 2,48
Nominal (Rp Juta) 820.334 791.500 814.882 840.759 989.624
Pangsa (%) 22,86 24,58 22,66 21,42 24,43
Nominal (Rp Juta) 24.009 23.374 22.393 20.865 20.953
Pangsa (%) 0,67 0,73 0,62 0,53 0,52
Nominal (Rp Juta) 66.779 69.209 75.271 72.767 91.857
Pangsa (%) 1,86 2,15 2,09 1,85 2,27
Nominal (Rp Juta) 141.952 132.698 125.706 116.742 111.606
Pangsa (%) 3,96 4,12 3,50 2,97 2,75
Nominal (Rp Juta) 1.258.691 1.325.734 1.446.310 1.517.789 1.531.275
Pangsa (%) 35,07 41,18 40,21 38,67 37,80
TOTAL 3.588.730 3.219.591 3.596.536 3.925.210 4.051.231
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Sektor2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
3.1.4. Risiko Kredit
Menurunnya rasio kredit non lancar (NPL) di Banten pada triwulan IV 2011 terjadi pada
seluruh komponen jenis penggunaan. Risiko kredit bank umum di wilayah Banten mengalami
penurunan, hal ini ditunjukkan dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross yang menurun pada
triwulan laporan. Tercatat rasio NPL bank umum konvensional di Banten pada periode laporan
adalah sebesar 1,90% lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sebesar
2,53% dan masih dalam kondisi yang relatif baik karena terjaga dalam koridor batas aman 5%.
Triwulan IV 2011
60
Kajian Ekonomi Regional Banten
2,993,20
3,71
3,083,103,002,84
2,342,512,582,53
1,90
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
2009 2010 2011
%
NPL
Grafik III.9. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten
Sumber: Bank Indonesia
Tabel III.21. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan
(%)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IVModal Kerja 2,98 3,50 3,53 3,46 2,58Investasi 3,99 3,12 2,76 2,80 1,32Konsumsi 1,79 1,88 1,99 1,96 1,61Total 2,34 2,38 2,58 2,53 1,90
Jenis Penggunaan2010 2011
Sumber: Bank Indonesia
3.2. PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat pada triwulan IV 2011 cenderung stagnan
yang tercermin dari menurunnya rasio LDR dari 143,49% menjadi 136,96% pada
periode laporan. Kinerja penyaluran kredit pada periode laporan melambat dengan level
pertumbuhan sebesar 29% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya mencapai pertumbuhan
sebesar 35,16% (yoy). Namun demikian, terjadi penurunan risiko kredit yang ditunjukkan oleh
penurunan rasio kredit non lancar (Non Performing Loan) dari 12,54% menjadi sebesar
10,75%.
Triwulan IV 2011
61
Kajian Ekonomi Regional Banten
Tabel III.22. Indikator Umum Bank Perkreditan Rakyat
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw III Tw IV
Jumlah bank (tidak termasuk kantor cabang) 72 72 71 70 70 -4,11 -2,78
Total Aset (Rp Juta) 906.743 944.965 993.282 951.485 1.055.518 11,97 16,41
Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 508.934 544.774 552.783 592.307 656.536 27,03 29,00
Kredit yang Diberikan (Rp. Juta) 697.045 735.993 794.259 849.920 899.208 35,16 29,00
LDR (%) 136,96 135,13 143,68 143,49 136,96 - -
NPL (%) 11,96 12,72 12,34 12,54 10,75 - -
Indikator2010 2011 Growth (% yoy)
Sumber: Bank Indonesia
3.3. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat/KUR di Provinsi Banten hingga akhir triwulan IV 2011
melambat namun tetap menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Nominal KUR yang
disalurkan pada bulan Desember 2011 adalah sebesar Rp 1,3 triliun (bertumbuh sebesar
63,13% yoy) dengan jumlah debitur 84.833 debitur dari periode sebelumnnya sebanyak 81.505
debitur. Baik dari sisi nominal kredit maupun jumlah debitur, penyaluran KUR di Banten
bertumbuh pada level yang sangat tinggi walaupun pertumbuhannya melambat dibandingkan
triwulan III 2011. Dari 9 bank penyalur KUR di Banten, pertumbuhan yang sangat pesat dan
agresif dialami oleh Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri dan Bank Jabar Banten.
Tabel III.23. Perkembangan KUR di Provinsi Banten Berdasarkan Bank Penyalur
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw III Tw IV
Kredit (Rp Juta) 34.326 35.739 54.230 87.716 100.286 506,91 192,16
Debitur 593 128 488 1.519 1.549 3.604,88 161,21
Kredit (Rp Juta) 7.636 9.958 15.154 20.525 21.849 305,52 186,12
Debitur 52 73 123 176 234 375,68 350,00
Kredit (Rp Juta) 54.072 66.219 82.454 95.485 113.318 208,46 109,57
Debitur 266 301 347 377 420 158,04 57,71
Kredit (Rp Juta) 18.435 18.772 20.412 20.412 20.412 10,72 10,72
Debitur 53 55 57 57 57 7,55 7,55
Kredit (Rp Juta) 157.442 165.155 177.137 179.742 188.368 28,45 19,64
Debitur 1.047 1.097 1.142 1.154 1.191 21,35 13,75
Kredit (Rp Juta) 275.918 332.762 389.109 427.918 465.232 91,50 68,61
Debitur 56.216 63.312 70.174 75.064 79.649 54,75 41,68
Kredit (Rp Juta) 177.427 184.799 203.620 230.364 261.293 38,48 47,27
Debitur 861 923 1.085 1.300 1.535 67,74 78,28
Kredit (Rp Juta) 82.528 114.979 145.563 171.741 192.534 299,50 133,30
Debitur 906 1.314 1.667 1.836 2.086 297,40 130,24
Kredit (Rp Juta) - - 3.183 4.233 4.685 - -
Debitur - - 19 22 26 - -
Kredit (Juta Rp.) 807.784 928.383 1.090.863 1.238.137 1.317.755 92,97 63,13
Debitur 59.994 67.203 75.102 81.505 84.883 59,90 41,49
2011Bank Uraian
2010
1 Bank Mandiri
Growth (% yoy)
5 BRI
6 BRI Mikro
7 BTN
2 Syariah Mandiri
3
8 Bank Jabar Banten
9 Bank DKI
T O T A L
BNI
4 Bank Bukopin
No.
Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI
Triwulan IV 2011
62
Kajian Ekonomi Regional Banten
3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi pembayaran non tunai secara umum belum menunjukkan peningkatan yang
signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten. Penggunaan
kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan IV 2011
walaupun dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, sementara penggunaan sistem
pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang
memberikan gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan
laporan.
-10
-5
0
5
10
15
20
25
-200 400 600 800
1.000 1.200 1.400 1.600 1.800
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
2009 2010 2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Growth (RHS)
Grafik III.10. Perkembangan Transaksi
Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan
Nominal
Sumber: Bank Indonesia
-4-20246810121416
-
10
20
30
40
50
60
70
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2009 2010 2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Volume Growth (RHS)
Grafik III.11. Perkembangan Transaksi
Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan
Volume
Sumber: Bank Indonesia
-100-80-60-40-20020406080
-5.000
10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Volume
Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)
Grafik III.12. Perkembangan Transaksi RTGS
(From) Wilayah Banten
Sumber: Bank Indonesia
-15-10-505101520253035
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Volume
Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)
Grafik III.13. Perkembangan Transaksi RTGS
(To) Wilayah Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2011
63
Kajian Ekonomi Regional Banten
-20
0
20
40
60
80
100
120
-500
1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011
Rp
Mili
ar % yo
y
Nominal Volume
Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS)
Grafik III.14. Perkembangan Transaksi RTGS (From-To) Wilayah Banten
Sumber: Bank Indonesia
Triwulan IV 2011
64
Kajian Ekonomi Regional Banten
Boks 2. PENELITIAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN UMKM DI WILAYAH BANTEN TAHUN 2011
Dalam rangka pelaksanaan bantuan teknis penelitian, pada tahun 2011, Bank Indonesia Serang
melaksanakan Penelitian KPJu Unggulan UMKM, yaitu penelitian base line survey (BLS).
Keberadaan BLS ini, akan memberikan data dan informasi yang bermanfaat kepada
stakeholder, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat
luar yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.
Penelitian KPJu Unggulan ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai peluang investasi di
daerah yang bermuara pada pemberian informasi kepada stakeholders tentang potensi suatu
daerah, khususnya mengenai komoditi/ produk/jenis usaha yang potensial yang menjadi
unggulan daerah untuk dikembangkan.
KPJu Unggulan UMKM Tahun 2012 merupakan kelanjutan dari penelitian KPJu Unggulan
UMKM tahun 2006 yang dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia pada saat Kantor Bank
Indonesia Serang belum berdiri. Kemudian dengan pertimbangan Data KPJu Unggulan yang
ada sudah out of date (usang), perubahan wilayah yang mendasar dari sisi wilayah administrasi
pemerintahan yang disebabkan oleh pemekaran wilayah, baik ditingkat kecamatan maupun
tinggat kabupaten, dan perubahan dan pergeseran para pejabat dan pemangku kepentingan di
masing-masing daerah, yang menyebabkan telah terjadinya perbedaan dalam cara pandang
dan arah kebijakan daerah yang dapat mempengaruhi pergeseran komoditas, produk dan jenis
usaha unggulan di masing-masing daerah, maka informasi KPJu Unggulan diperbaharui setiap 5
(lima) tahun sekali.
Pada Penelitian KPJu unggulan 2011 digunakan 134 kecamatan sampel, dan 8 Kabupaten/Kota.
Metode analisis penelitian yang digunakan adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE),
Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Metode Borda, serta metode analisis Bayes untuk menilai
KPJu Unggulan Lintas Sektor.
Dari hasil FGD dan analisis penelitian KPJu Unggulan Tahun 2011 ini diperoleh hasil bahwa
suatu komoditas/produk/ jenis usaha di katakan unggulan manakala KPJu tersebut mampu
menciptakan dan menyerap lapangan kerja yang cukup banyak.
Hasil analisis menunjukkan bahwa KPJu Unggulan per sektor tingkat provinsi, dimana rangking
pertamanya adalah; komoditas padi sawah untuk subsektor tanaman pangan; komoditas cabe
besar untuk subsektor Sayuran; komoditas Pisang untuk subsektor Buah-buahan; komoditas
kelapa dalam untuk subsektor usaha perkebunan; ayam ras pedaging untuk subsektor usaha
Triwulan IV 2011
65
Kajian Ekonomi Regional Banten
peternakan; budidaya ikan kolam untuk subsektor perikanan; komoditas jahe untuk subsektor
biofarmaka; usaha keripik singkong untuk subsektor industri; komoditas beras untuk untuk
subsektor perdagangan; usaha reparasi kendaraan bermotor untuk subsektor jasa-jasa; dan
usaha angkutan bermotor untuk penumpang untuk subsektor angkutan.
Adapun urutan KPJu Unggulan Persektor/Subsektor di Kabupaten /Kota di Provinsi Banten
adalah sebagaimana tabel berikut ini :
KPJu Unggulan per Sektor/Subsektor di Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten Tahun 2011
Subsektor Ekonomi
Wilayah Prov insi/Kabupaten/Koa
Banten Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Serang
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kota Serang Kota
Tangsel 1. Tanaman
Pangan Padi Sawah Padi Sawah Padi Sawah Padi Sawah Padi Sawah Kedelai Padi Sawah Padi Sawah Padi Sawah
2. Sayuran Cabe Besar Melinjo Melinjo Kangkung Cabe Besar Cabe Besar Cabe Besar Tomat -
3. Perkebunan Kelapa Dalam Kelapa Dalam Kelapa Dalam Kelapa Dalam
Kelapa Dalam Kopi Kelapa Dalam
Kelapa Dalam -
4. Buah-buahan Pisang Pisang Durian Mangga Mangga Pisang Pisang Sawo - 5. Tanaman
Hias Mawar Soka Anggrek Soka Palem Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek
6. Peternakan Ayam Ras Pedaging
Kerbau Ayam Ras Pedaging
Sapi Potong Kambing Ayam Ras Pedaging
Kerbau Ayam Ras Pedaging
Sapi Potong
7. Perikanan Budidaya Ikan Kolam
Budidaya Ikan Sawah
Budidaya Ikan Kolam
Budidaya Ikan Karamba
Budidaya Ikan Sawah
Budidaya Ikan Kolam
Budidaya Ikan Tambak
Penangkapan Perairan Umum
Budidaya Ikan Kolam
8. Biofarmaka Jahe Lempuyang Jahe Laos Laos Kunyit Kumis Kucing
Jahe
9. Industri Keripik Singkong Emping & Ceplis
Keripik Singkong
Sendal & Sepatu
Anyaman Bambu
Pakaian Jadi/Konveksi
Emping & Ceplis
Keripik Singkong
Pakaian Jadi/Konveksi
10.Perdagangan Beras Beras Beras Restoran Sayuran Pakaian Jadi Restoran Beras Beras
11.Jasa-jasa Reparasi Kendaraan Bermotor
Kursus Bahasa inggris
Reparasi Elektronika
Reparasi Kendaraan Bermotor
Photo Studio Reparasi Kendaraan Bermotor
Kursus Bahasa inggris
Reparasi Elektronika
Kursus Komputer
12.Angkutan Angkutan Bermotor Unt Penumpang
Angkutan Bermotor Untuk Penumpang
Angkutan Bermotor u/Penumpang
Angkutan Bermotor Unt Penumpang
Angkutan Bermotor Unt Penumpang
Angkutan Bermotor Unt Penumpang
Angkutan Bermotor Unt Barang
Angkutan Bermotor Unt Penumpang
Angkutan Bermotor Unt Penumpang
Sumber: Penelitian, KPJu Unggulan Tahun 2011
Selanjutnya Dengan KPJu unggulan lintas sektor pada urutan 10 (sepuluh) besarnya yaitu; beras
(perdagangan), pakaian jadi/konveksi (industri), restoran (perdagangan), sayuran (perdagangan),
padi sawah (tanaman pangan), keripik singkong (industri), buah-buahan (perdagangan),
emping dan ceplis (industri), sandal dan sepatu (industri) dan anggrek (tanaman hias). Dimana
10 (sepuluh) besar pada KPJu unggulan lintas sektor sebagian besar didominasi oleh subsektor
perdagangan, yaitu sebanyak 4 (empat) KPJu unggulan, diikuti oleh sektor industri sebanyak 4
(empat) KPJu, dan masing-masing 1 (satu) KPJu unggulan dari subsektor tanaman pangan dan
tanaman hias.
Triwulan IV 2011
66
Kajian Ekonomi Regional Banten
Rekapitulasi Urutan Pertama KPJu Unggulan Lintas Sektor
di Provinsi Banten Tahun 2011
No. Wilayah Sektor/Sub-Sektor KPJu Unggulan
1. Banten Perdagangan Beras
2. Kabupaten Pandeglang Tanaman Pangan Padi Sawah
3. Kabupatel Lebak Perdagangan Beras
4. Kabupaten Tangerang Industri Sendal & Sepatu
5. Kabupaten Serang Perdagangan Sayuran
6. Kota Tangerang Industri Pakaian Jadi/Konveksi
7. Kota Cilegon Perdagangan Restoran
8. Kota Serang Perdagangan Beras
9 Kota Tangerang Selatan Perdagangan Beras
Sumber: Penelitian, KPJu Unggulan Tahun 2011
Jika dikerucutkan lebih kecil lagi dalam urutan 5 (lima) besar, maka sektor perdagangan sangat
mendominasi dalam KPJu unggulan lintas sektor pada tahun 2011. Sedangkan 5 (lima) KPJu
unggulan Lintas Sektor di Provinsi Banten yaitu perdagangan beras, industri pakaian
jadi/konveksi, perdagangan restoran, perdagangan sayuran, dan tanaman pangan padi sawah.
Dalam rangka mengembangkan Komoditi, Produk, atau Jenis Usaha Unggulan yang telah
teridentifikasi di atas, rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan lebih mengintegrasikan kebijakan
dan program pembinaan /pembangunan yang sektoral maupun lintas sektoral terhadap
pengembangan KPJu terpilih.
2. Pada setiap KPJu Unggulan perlu dilakukan Penyusunan Lending Model sehingga lebih
meningkatkan minat calon investor/pelaku usaha untuk mengembangkan usaha KPJu
Unggulan ke depan.
Triwulan IV 2011
67
Kajian Ekonomi Regional Banten
3. UMKM pada bisnis KPJu Unggulan memerlukan peningkatan akses kepada sumber
pembiayaan sehingga secara spesifik lembaga perbankan seyogyanya dapat memberikan
perhatian khusus untuk pembiayaan usaha KPJu Unggulan terpilih.
4. Pada wilayah sentra produksi KPJu Unggulan memerlukan perbaikan dan peningkatan
infrastruktur dan sarana transportasi.
5. Untuk mendukung KPJu Unggulan perdagangan, seperti beras, sayuran dan buah-buahan,
dan pakaian jadi maka kebijakan dan program pembinaan/ pembangunan seyogyanya
bersifat lintas sektoral.
6. Pengembangan UMKM pada usaha KPJu Unggulan perlu dilakukan dengan
Pengembangan dan Pendekatan Klaster, untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah,
seperti klaster pada pengembangan budidaya kambing di Juhut Pandeglang.
7. Khusus untuk KPJu Unggulan pada sektor usaha pengolahan (industri ukm) seperti Keripik
Singkong, Emping, Emping dan Ceplis, tahu dan produk pangan lainnya, diperlukan
peningkatan intensitas kegiatan untuk meningkatkan mutu kemasan, sanitasi dan hygiene
proses produksi, serta fasilitasi untuk memperoleh sertifikasi produk (SNI, HACCP) untuk
memperluas akses pasar ekspor. Sedangkan untuk usaha pengolahan Pakaian Jadi,
Anyaman bambu, Sepatu dan Sandal, dan Meubel Kayu diperlukan kegiatan pelatihan dan
pemagangan untuk meningkatkan desain dan finishing produk.
8. Khusus untuk KPJu Unggulan Budidaya Padi Sawah, Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota perlu membangun dan meningkatkan sarana irigasi, serta merevitalisasi
kelembagaan penyuluhan pertanian dan kelembagaan petani.
9. Khusus untuk KPJu Unggulan Perdagangan Restoran, perlu dikembangkan suatu Pusat
Promosi dan Pemasaran, khususnya pusat data tentang lokasi dan informasi jenis menu-
menu kuliner yang ditawarkan secara lebih spesifik dengan tema-tema tertentu dan
bernuansa menu daerah, sehingga memiliki ciri khas dan memudahkan akses bagi
konsumen.
Triwulan IV 2011
69
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Pemerintah Provinsi Banten berhasil merealisasikan pendapatannya dari yang kebijakan
ditargetkan pada tahun 2011. Sebaliknya, belanja daerah hanya mendekati target optimal
karena belum terealisasinya beberapa pengeluaran pada belanja barang dan jasa serta
belanja modal untuk alat berat, program pendidikan dan kesehatan. Besarnya anggaran
pengeluaran menyebabkan terjadinya defisit APBD pada tahun 2011 sekitar Rp 145,91 miliar.
Secara akumulasi, pencapaian tahun 2011 terlihat lebih baik dibandingkan pencapaian tahun
2010. Namun dilihat dari pertumbuhan tahunan (growth) realisasi belanja APBD secara
triwulanan, pencapaian realisasi APBD triwulan IV 2011 sedikit lebih rendah jika dibandingkan
dengan triwulan III 2011.
Tabel IV.1. Perbandingan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten
Antara Tahun 2010 dengan Tahun 2011 (dalam Rp Juta)
Nominal % Nominal %Pendapatan Daerah 2.377.317 2.334.915 98,22 3.527.316 3.755.489 106,47Pendapatan Asli Daerah 1.607.549 1.720.672 107,04 2.672.749 2.895.444 108,33Dana Perimbangan 766.176 610.478 79,68 841.416 849.490 100,96Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 3.593 3.765 104,79 13.151 10.554 80,25Belanja Daerah 2.511.267 1.556.484 61,98 4.047.765 3.901.396 96,38Belanja Tidak Langsung 1.146.904 770.570 67,19 2.133.438 2.083.169 97,64Belanja Langsung 1.364.363 785.914 57,60 1.914.327 1.818.227 94,98Surplus/defisit -133.950 778.431 -581,14 -520.448 -145.907 28,03
Uraian APBD 2010Realisasi 2010
APBD 2011Realisasi 2011*
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
*Data bersifat sementara
-40-20020406080100120140
0200400600800
1.0001.2001.4001.6001.8002.000
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III*
Tw IV*
2009 2010 2011
Rp
Mil
iar %
yoy
Realisasi Belanja APBD per Triwulan (Trw ) Growth (yoy)
Grafik IV.1. Grafik Pertumbuhan dan Realisasi Belanja APBD Triwulanan
Provinsi Banten
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten, data masih bersifat
sementara.
Triwulan IV 2011
70
Kajian Ekonomi Regional Banten
Agar tidak terjadi defisit pada tahun yang akan datang, perlu ditingkatkan target penerimaan
jauh lebih tinggi dibandingkan periode ini mengingat semakin pesatnya potensi pajak daerah
dari meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor dan pajak daerah lainnya terkait tingginya
investasi di wilayah Banten. Upaya tersebut antara lain dengan memberikan kemudahan
pelayanan pengurusan pajak daerah tersebut dan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
pajak daerah. Contohnya dengan terus mengembangkan fasilitas on line untuk pajak
kendaraan bermotor baik secara mobile maupun menambah lokasi pelayanan yang mudah
dijangkau. Penambahan tenaga PNS diprioritaskan antara lain untuk mempercepat dan
meningkatkan pelayanan daerah dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah.
Realisasi penerimaan daerah pada 2011 telah mencapai 106,47% dari yang ditargetkan pada
awal tahun. Tingginya perolehan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
pada triwulan IV 2011 mendorong perolehan penerimaan daerah periode tersebut menjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010.Kondisi ini juga dipicu oleh
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan pribadi maupun komersil di wilayah
Banten.
4.1. Pendapatan Daerah
Tabel IV.2. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Banten Triwulan IV 2011
Dibandingkan dengan Realisasi Tahun 2011
JUMLAH ANGGARAN REALISASI TRIWULAN IVREALISASI S/D TRIWULAN
IV%
2 3 4 5 = 3/4
3.527.316.555.823 1.004.713.214.636 3.755.489.389.424 26,75%
2.617.749.200.000 770.789.340.876 2.895.444.614.036 26,62%
841.416.055.823 227.811.513.241 849.490.704.012 26,82%
13.151.300.000 6.112.360.519 10.554.071.367 57,91%
3.527.316.555.823 1.004.713.214.636 3.755.489.389.424 26,75%
4.407.764.845.678 1.755.385.932.860 3.901.396.618.181 44,99%
2.133.437.613.010 735.404.691.687 2.083.169.406.403 35,30%
1.914.327.214.668 1.019.981.241.173 1.818.227.211.778 56,10%
4.047.764.845.678 1.755.385.932.860 3.901.396.618.181 44,99%
BELANJA LANGSUNG
JUMLAH BELANJA DAERAH
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH
BELANJA DAERAH
BELANJA TIDAK LANGSUNG
PENDAPATAN ASLI DAERAH
DANA PERIMBANGAN
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
URAIAN
1
PENDAPATAN DAERAH
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
Kecenderungannya realiasi pendapatan banyak dicapai pada triwulan IV, hal ini terlihat dari
realisasi pada triwulan laporan yang angkanya lebih dari 25%. Bahkan Lain-lain Pendapatan
yang Sah mencapai angka realisasi 57,91%. Pendapatan terbesar seperti dari PAD dan Dana
Triwulan IV 2011
71
Kajian Ekonomi Regional Banten
Perimbangan terlihat merata sepanjang triwulan dengan capaian di sekitar 26%. Secara umum,
dari sisi pendapatan, kinerja dinas terkait sudah cukup memadai dalam perencanaanya.
Penyumbang tertinggi pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD)
dengan rasio terhadap total pendapatan daerah sebesar 77,10%, sedangkan rasio dana
perimbangan hanya mencapai 22,62%, sisanya 0,28% bersumber dari pendapatan
lainnya yang sah. Provinsi banten termasuk salah satu provinsi yang memiliki kemandirian
fiskal yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari rasio komponen pendapatan terhadap total
pendapatan daerah. Namun untuk daerah kota/kabupaten di Wilayah Banten belum semuanya
yang memiliki kemandirian fiskal karena potensi sumber pendapatan daeranya relatif minim.
Realisasi perolehan pajak daerah Provinsi Banten cukup tinggi dan mencapai angka Rp 2,77
triliun atau sekitar 106,49% dari target awal sebesar Rp 2,60 triliun. Hal tersebut bersumber
dari pencapaian perolehan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.
Peningkatan pendapatan masyarakat, berkembangnya investasi/bisnis dan didukung iklim bisnis
dan politik yang kondusif mendorong masyarakat berani membeli barang jangka
panjang/durable good termasuk kendaraan bermotor. Peningkatan pembelian tersebut
diperkirakan mendorong peningkatan atau pencapaian pendapatan daerah Banten.
Grafik IV.2. Komposisi Unsur Pendapatan Daerah Provinsi Banten tahun 2011
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
Pajak Daerah 95,64%
Retribusi Daerah 0,00%
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
1,29%
Lain - lain PAD yang Sah 3,11%
Dana Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak 11,87%
DAU 15,90%
DAK 0,16%
Pendapatan Hibah 0,15%
Triwulan IV 2011
72
Kajian Ekonomi Regional Banten
4.2. Belanja Daerah
Realisasi belanja terlihat baru banyak terserap pada triwulan IV 2011 karena realisasi pada
hampir semua komponen belanja daerah pada triwulan laporan melebihi pencapaian 35%
dari. Kondisi tersebut sangat terlihat pada realisasi belanja langsung yang baru direalisasikan
pada akhir tahun sekitar 56,10% yang dapat menyebabkan terhambatnya kelancaran program
yang terkait dengan kesejahteraan/peningkatan kualitas hidup masyarakat. Masih belum
terencananya program secara optimal menyebabkan realisasi anggaran tidak terdistribusi
merata dengan baik.
Sepanjang 3 tahun terakhir, persentase realisasi APBD pertahun di atas angka 95%. Pencapaian
yang relatif lebih baik terjadi pada tahun 2010, dimana distribusi realisasinya relatif lebih merata
dibandingkan dengan kondisi tahun lainnya. Hal tersebut turut berkontribusi pada pencapaian
angka pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2009 dan 2011 (lihat grafik I.2). Sementara itu, rasio belanja langsung mencapai angka 46,60%
atau lebih rendah dari pada belanja tidak langsung (yang sebagian besar digunakan untuk biaya
rutin gaji dan pembelanjaan pegawai) sebesar 53,40%. Angka rasio ini ke depan diharapkan
lebih berimbang atau bahkan terbalik agar terlihat efek efisiensi biaya dikaitkan dengan hasil
kinerja perangkat daerah yang dapat dicerminkan dari membaiknya angka pertumbuhan
ekonomi atau data indikator ekonomi atau kesejahteraan sosial lainnya.
5,77%
36,21%63,85%
95,87%
11,70%
35,45%
61,98%
95,49%
9,70%
27,45%
61,57%
96,38%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0500
1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.500
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II Tw III*
Tw IV*
2009 2010 2011
Rp M
iliar
Realisasi s.d. Triwulan Berjalan (Kumulatif)
% Realisasi Pengeluaran (Kumulatif)
Grafik IV.3. Realisasi dan Persentase Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Banten per Triwulan tahun 2009 - 2011
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten
Triwulan IV 2011
73
Kajian Ekonomi Regional Banten
Pada tahun 2012, terlihat adanya RAPBD yang terus meningkat meskipiun kenaikannya bersifat
moderat dibandingkan tahun 2011. Kabupaten Tangerang memiliki rencana APBD tertinggi
dibandingkan kota/kabupaten lainnya di Banten yaitu sebesar Rp 2,38 triliun, diikuti kota
terdekatnya yaitu Kota Tangerang dengan anggaran sebesar Rp 2,30 triliun. Sebaliknya,
rencana anggaran terkecil di Provinsi Banten yaitu Kota Serang sebesar Rp 0,52 triliun dan Kota
Cilegon sebesar Rp 0,91 triliun. Total RAPBD Banten di luar pembiayaan proyek atau bantuan
pemerintahan yang lebih tinggi mencapai Rp 14,90 triliun.
Tabel IV.3. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Banten Triwulan IV 2011
Dibandingkan dengan Realisasi Tahun 2011
Provinsi Banten 3,87Kota Cilegon 0,91Kabupaten Lebak 1,19Kabupaten Pandeglang 1,18Kota Serang 0,52Kabupaten Serang 1,20Kota Tangerang Selatan 1,36Kota Tangerang 2,30Kabupaten Tangerang 2,38Total Banten 14,90Sumber: Diperoleh dari berbagai media* Data sementara
Total RAPBD (Sisi Pendapatan) Banten 2012 (Rp triliun) *
Sikap proaktif pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan dan program peningkatan
kesejahteraan rakyat dikaitkan dengan program nasional dalam penganggarannya diharapkan
dapat menambah besarnya dana bagi pembangunan daerah di Banten, sepanjang hasilnya baik
dan dapat dipertanggungjawabkan. Apalagi saat ini, masih sangat banyak kantung-kantung
kemiskinan dan daerah tertinggal di Banten terutama di wilayah Lebak, Pandeglang dan
Kabupaten Serang. Ketiga wilayah ini memiliki kesamaan karakteristik pada angka
pertumbuhan ekonominya yang senantiasa berada di bawah angka pertumbuhan provinsi atau
dengan daerah lainnya.
Triwulan IV 2011
75
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kondisi ketenagakerjaan masyarakat pada triwulan IV 2011 diperkirakan mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh membaiknya kondisi
perekonomian. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Banten pada pertengahan triwulan III 2011
menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten mencapai 67,79% dan
Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 13,06%. Angka tersebut menunjukkan adanya
perbaikan pada triwulan laporan karena didukung oleh adanya investasi baru dan perluasan
usaha besar maupun UMKM di berbagai sektor ekonomi.
Sementara itu dari berbagai indikator, tingkat kesejahteraan masyarakat tahun 2011
diperkirakan turut meningkat. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat berupa tingkat
upah/pendapatan di Banten menunjukkan adanya peningkatan. Begitu pula dengan persentase
jumlah penduduk miskin di Banten yang pada bulan September 2011 tercatat sebesar 6,26%
atau mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,16%. Indeks
kesengsaraan yang menurun juga menunjukkan adanya perbaikan kesejahteraan karena
didorong oleh rendah dan stabilnya inflasi serta tingkat pengangguran yang menurun. Indikator
lainnya, yaitu indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Banten turut menunjukkan adanya peningkatan
daya beli petani. Meningkatnya kondisi perekonomian mampu mendorong peningkatan
berbagai indikator kesejahteraan lainnya seperti pengeluaran rata-rata per kapita sebulan,
angka melek huruf dan angka partisipasi sekolah.
5.1. KETENAGAKERJAAN
Meningkatnya perekonomian Banten pada tahun 2011 diperkirakan memberikan dampak
positif terhadap peningkatan kondisi ketenagakerjaan Banten pada periode yang sama.
Pada triwulan IV 2011 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten tercatat sebesar
67,79% sedikit menurun dibandingkan periode sebelumnya, sementara itu Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar 13,06% yang merupakan level pengangguran
terendah sejak tahun 2008. Tingginya pertumbuhan investasi baru maupun perluasan baik
usaha besar maupun UMKM di sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran dan berbagai sektor lainnya yang menguat diperkirakan meningkatkan penyerapan
tenaga kerja di Banten.
Triwulan IV 2011
76
Kajian Ekonomi Regional Banten
14.15
15.1814.90 14.97
14.16
13.68 13.50
13.06
12
12.5
13
13.5
14
14.5
15
15.5
Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt
2008 2009 2010 2011
%
TPT
Grafik V.1. Perkembangan Tingkat
Pengangguran Terbuka Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
64.464.8
65.80
63.74
64.7465.34
68.03 67.79
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt
2008 2009 2010 2011
%
TPAK
Grafik V.2. Perkembangan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5.2.1. Tingkat Upah/Pendapatan
Upah Minimum Provinsi (UMP) maupun Upah Minimum Kota (UMK) di Banten pada tahun
2012 meningkat dengan kisaran 3%-22% dari tahun 2011. Upah Minimum Provinsi Banten
tahun pada tahun 2012 meningkat 4,2% dibanding tahun 2011 menjadi Rp 1.042.000,-.
Sementara itu tingkat upah tertinggi berada di Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan
sebesar Rp 1.529.150,- per bulan sedangkan UMK terendah adalah di Kabupaten Lebak Lebak
sebesar Rp 1.047.800,- per bulan.
Tabel V.1. Upah Minimum Provinsi dan Kota/Kabupaten di Banten
2008 2009 2010 2011 2012 *)Kota Tangerang 958,782 1,064,500 1,130,000 1,250,000 1,529,150 10.62 22.33 Kota Cilegon 971,400 1,099,000 1,174,000 1,224,000 1,347,000 4.26 10.05 Kota Tangerang Selatan 953,850 1,055,000 1,125,000 1,245,800 1,529,150 10.74 22.74 Kota Serang 927,500 1,030,000 1,050,000 1,156,000 1,231,000 10.10 6.49 Kab. Pandeglang 840,000 918,950 964,500 1,015,000 1,050,000 5.24 3.45 Kab. Lebak 842,000 918,000 959,500 1,007,500 1,047,800 5.00 4.00 Kab. Tangerang 953,850 1,055,000 1,125,000 1,243,000 1,527,150 10.49 22.86 Kab. Serang 927,500 1,030,000 1,101,000 1,189,600 1,410,000 8.05 18.53 Banten 837,000 917,500 955,300 1,000,000 1,042,000 4.68 4.20
Kota/KabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2011
(% yoy)Growth 2012
(% yoy)
Sumber: Pemda Provinsi Banten (UMK 2012 : Berdasarkan SK Gubernur Banten No. 561/Kep.886-
Huk/2011 tanggal 21 November 2011 tentang Penetapan UMK Se-Provinsi Banten 2012, UMP 2012 :
Berdasarkan SK Gubernur No. 561/Kep.828-Huk/2011 tanggal 28 Oktober 2011)
5.2.2. Kemiskinan
Kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari perkembangan jumlah penduduk miskin di
Banten yang menurun diperkirakan dapat semakin membaik seiring semakin membaiknya
perekonomian pada tahun 2011. Persentase penduduk miskin Banten pada periode survei
Triwulan IV 2011
77
Kajian Ekonomi Regional Banten
September 2011 menurun dan mencapai 6,26%. Angka tersebut lebih baik dibandingkan
dengan angka tahun-tahun sebelumnya, dan diperkirakan semakin membaik dengan kondisi
perekonomian Banten yang terus menguat. Perkembangan yang menggembirakan dari
indikator ini ditunjukkan pula dari kondisi persentase jumlah penduduk miskin di Banten yang
relatif rendah dibandingkan dengan nasional secara keseluruhan maupun berbagai provinsi
lainnya di kawasan Jawa, kecuali DKI Jakarta.
14.15
3.62
11.96
17.72 17.23 16.68
7.64
13.33
3.48
11.27
16.56 16.83 15.26
7.16
12.36
3.64
10.57
16.21 16.0413.85
6.26
02468
101214161820
Nas
iona
l
DK
I Jak
arta
Jaw
a Ba
rat
Jaw
a Te
ngah
DI Y
ogya
kart
a
Jaw
a Ti
mur
Bant
en
%
2009 2010 2011
Grafik V.3. Perbandingan Persentase Jumlah Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi di
Kawasan Jawa
Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia – BPS RI
5.2.3. Indeks Kesengsaraan
Menurunnya angka indeks kesengsaraan juga mencerminkan relatif membaiknya
kesejahteraan masyarakat Banten secara umum. Indeks kesengsaraan yang merupakan
gabungan dari persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dengan tingkat inflasi,
mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran dan tingkat inflasi yang tinggi akan menciptakan
biaya sosial dan ekonomi. Dengan perkembangan TPT Banten pada triwulan IV 2011 sebesar
13,06% dan tingkat inflasi pada akhir triwulan IV 2011 sebesar 3,45% (yoy), maka akan terjadi
penurunan angka indeks kesengsaraan. Hal ini menjadi satu indikasi lain membaiknya kondisi
kesejahteraan masyarakat Banten pada periode laporan.
Triwulan IV 2011
78
Kajian Ekonomi Regional Banten
17.32
18.618.27
19.7819.26
18.23
17.2416.51
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*
2010 2011
Indeks Kesengsaraan
Grafik V.4. Indeks Kesengsaraan
Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah
5.2.4. Nilai Tukar Petani
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) petani Banten terus meningkat dan menunjukkan adanya
peningkatan daya beli dan kesejahteraan petani di Banten. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik, NTP petani Banten secara berangsur-angsur menunjukkan adanya perkembangan
positif dengan tren yang terus meningkat. indeks NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks
harga yang diterima terhadap indeks harga yang harus dibayar petani menunjukkan kondisi
daya tukar petani dalam perekonomian. Semakin tinggi angka indeks NTP, menunjukkan
bahwa kemampuan atau daya beli petani pun semakin meningkat yang dapat menjadi
cerminan meningkatnya kesejahteraan petani secara umum. Peningkatan NTP tersebut
disebabkan harga jual petani yang baik dan diikuti dengan hasil produksi petani yang cukup
moderat. Perbaikan sarana irigasi dan gencarnya program-program pemerintah daerah lainnya
di sektor pertaniat terlihat turut menopang keberhasilan petani.
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
6789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Ind
eks
NTP Banten
Grafik V.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani Banten
Sumber: BPS Provinsi Banten
Triwulan IV 2011
79
Kajian Ekonomi Regional Banten
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Banten pada triwulan I 2012 diprakirakan mengalami peningkatan secara
moderat pada kisaran level pertumbuhan 5,50% - 6,00% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan IV 2011. Tertahannya laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan bersumber dari masih
berlanjutnya dampak lanjutan krisis yang menyelimuti Eropa dan Amerika Serikat yang
berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekspor Banten. Kondisi ketidakpastian global
terindikasi dari banyaknya perkiraan dari lembaga keuangan dunia yang menurunkan angka
proyeksi ekonomi global terutama negara-negara maju yang merupakan mitra dagang daerah
Banten. Secara keseluruhan proyeksi pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2012 hanya
akan mencapai kisaran 6,00% - 6,50%. Adapun penopang pertumbuhan ekonomi Banten
pada level kisaran 6,00% adalah tetap tingginya konsumsi domestik dan investasi di wilayah
Banten.
6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI
6.1.1. Sisi Permintaan
Tetap tingginya konsumsi pada triwulan mendatang tercermin dari optimisme masyarakat
terhadap kondisi ekonomi dan penghasilan pada enam bulan yang akan dating. Ekspektasi
masyarakat (dari sisi konsumen) terhadap perekonomian dan membaiknya penghasilan Banten
untuk 1 hingga 2 triwulan mendatang relatif baik dan terjaga, namun optimisme keyakinan
terhadap ketersediaan lapangan kerja sedikit berkurang, hal ini akan berdampak pada
tertahannya laju angka pertumbuhan ekonomi ke depan. Kondisi yang baik tersebut
diprakirakan menjadi faktor pendorong tetap tingginya tingkat konsumsi swasta.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Ind
eks
Ekspektasi ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan y ang Akan Datang
Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan y ang Akan Datang
Grafik VI.1. Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Penghasilan 6 Bulan Yang
Akan Datang
Triwulan IV 2011
80
Kajian Ekonomi Regional Banten
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
180,0
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011
Indeks Ekspektasi Konsumen
Ekspektasi Ekonomi 6 Bulan yang Akan Datang
Grafik VI.2. Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Penghasilan 6 Bulan Yang
Akan Datang
Potensi meningkatnya pendapatan gaji atau upah pada tahun 2012 maupun tetap
tingginya ekspansi pembiayaan perbankan/lembaga keuangan baik untuk pembiayaan
konsumtif maupun produktif akan turut mempertahankan angka pertumbuhan komponen
konsumsi pada level yang tinggi. Meningkatnya Upah Minimum Provinsi maupun
kota/kabupaten tahun 2012 yang relatif lebih besar dibandingkan tahun 2011 memberikan
harapan yang baik bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan riil. Kondisi harga ke
depan diperkirakan masih stabil karena belum pastinya penetapan rencana pembatasan subsidi
BBM oleh pemerintah setidaknya sampai dengan triwulan I 2012. Kenaikan UMK berkisar
antara 3,45% hingga 22,85%, sementara inflasi akan berada di bawah kisaran 5 % pada akhir
tahun 2012, sehingga secara-rata-rata masih akan ada peningkatan pendapatan riil masyarakat
pada tahun 2012.
Tabel VI.1.
2008 2009 2010 2011 2012 *)Kota Tangerang 958.782 1.064.500 1.130.000 1.250.000 1.529.150 11,03 6,15 10,62 22,33 Kota Cilegon 971.400 1.099.000 1.174.000 1.224.000 1.347.000 13,14 6,82 4,26 10,05 Kota Tangerang Selatan 953.850 1.055.000 1.125.000 1.245.800 1.529.150 10,60 6,64 10,74 22,74 Kota Serang 927.500 1.030.000 1.050.000 1.156.000 1.231.000 11,05 1,94 10,10 6,49 Kab. Pandeglang 840.000 918.950 964.500 1.015.000 1.050.000 9,40 4,96 5,24 3,45 Kab. Lebak 842.000 918.000 959.500 1.007.500 1.047.800 9,03 4,52 5,00 4,00 Kab. Tangerang 953.850 1.055.000 1.125.000 1.243.000 1.527.150 10,60 6,64 10,49 22,86 Kab. Serang 927.500 1.030.000 1.101.000 1.189.600 1.410.000 11,05 6,89 8,05 18,53 Banten 837.000 917.500 955.300 1.000.000 1.042.000 9,62 4,12 4,68 4,20 UMK 2012 : Berdasarkan SK Gubernur Banten No. 561/Kep.886-Huk/2011 tanggal 21 November 2011 tentang Penetapan UMK Se-Provinsi Banten 2012
UMP 2012 : SK Gubernur No. 561/Kep.828-Huk/2011 tanggal 28 Oktober 2011
*) Data Sementara
Data Perkembangan Upah Minimum Kota /Provinsi di Banten
Kota/KabupatenUMP/UMK (Rp/bulan) Growth 2009
(% yoy)Growth 2010
(% yoy)Growth 2011
(% yoy)Growth 2012
(% yoy)
Sumber: Pemerintah Provinsi Banten
Dari komponen PDRB konsumsi pemerintah, diperkirakan akan terjadi peningkatan APBD
pada tahun 2012 pada setiap kota atau kabupaten pada kisaran 10%. Pada grafik IV.3
Triwulan IV 2011
81
Kajian Ekonomi Regional Banten
terlihat bahwa total anggaran pemerintah kota/kabupaten dan provinsi di Banten akan berkisar
sekitar Rp 14,9 triliun (tidak termasuk pembiayaan dari pemerintah yang lebih tinggi). Namun
pada umumnya realisasi pada triwulan I secara historis relatif kecil dengan kisaran antara 5%
hingga 12% dari total APBD.
Dengan meningkatnya status investasi Indonesia ke dalam “Investment Grade” pada tahun
2012 berpotensi pada semakin membaiknya perkiraan realisasi investasi di Banten yang
memiliki letak strategis dan keunggulan komparatif dari daerah lainnya. Banten saat ini
termasuk 5 daerah terbesar yang sangat diminati investor terutama investor asing.
Pada tahun 2011, kinerja ekspor relatif menurun, namun dengan banyaknya investasi
peningkatan kapasitas produksi industri di Banten dan harapan membaiknya ekonomi di negara
mitra dagang Banten, ekspor pada triwulan I 2012 dan keseluruhan 2012 akan cenderung
stabil dan kembali meningkat.
6.1.2. Sisi Penawaran
Kontribusi sektor industri, pengangkutan dan pertanian Banten diprakirakan dapat
menopang peningkatan perekonomian Banten secara moderat pada triwulan I 2012.
Meningkatnya prakiraan kinerja berbagai sektor ekonomi pada triwulan mendatang khususnya
sektor-sektor utama menjadi faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Banten pada
kisaran 5,50% - 6,00% (yoy). Namun, sedikit perlambatan diprakirakan terjadi pada beberapa
sektor pertambangan dan penggalian, bangunan, PHR dan jasa-jasa. salah satunya adalah
sektor pertanian karena berakhirnya masa panen padi dan masuknya masa tanam. Perlambatan
juga diprakirakan dapat terjadi pada sektor jasa yang diindikasikan dari menurunnya perkiraan
kegiatan usaha sektor tersebut triwulan mendatang.
Tabel VI.2. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi 2012
Tw I** Tw II** Tw III** Tw IV**) Tw I r)
Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 4,08 0,54 4,27 3,45 3,06 3,50 - 4,00 3,00 - 3,50
Pertambangan dan Penggalian 6,35 6,90 5,83 6,25 6,33 5,90 - 6,10 6,00 - 6,50
Industri Pengolahan 7,44 5,91 3,67 2,09 4,73 2,50 - 3,00 4,00 - 4,50
Listrik, Gas dan Air Bersih 6,59 4,92 2,40 4,20 4,47 6,00 - 6,50 4,00 - 4,50
Bangunan 7,80 8,95 8,86 9,28 8,75 8,00 - 8,50 8,50 - 9,00
Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,74 8,86 10,69 9,63 9,51 8,50 - 9,00 8,50 - 9,00
Pengangkutan dan Komunikasi 13,29 12,38 11,31 10,96 11,94 10,80 - 11,30 11,00 - 11,50
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,51 7,38 7,70 6,01 7,14 7,50 - 8,00 6,60 - 7,10
Jasa-jasa 8,74 6,96 7,33 8,58 7,89 7,50 - 8,00 7,50 - 8,00
PDRB 7,93 6,72 6,10 5,11 6,43 5,50 - 6,00 6,00 - 6,50
Sektor2011 Arah tw I '12
thd tw IV '11Arah 2012 thd
20112011**) 2012 r)
Triwulan IV 2011
82
Kajian Ekonomi Regional Banten
Investasi akan banyak terealisasi pada sektor di sekitar wilayah industri seperti Cilegon,
Kabupaten/Kota Tangerang, dan Kabupaten Serang serta investasi pada sektor bangunan pada
wilayah yang hampir sama. Pada triwulan I 2012 perusahaan besi baja terbesar di Banten akan
memperoleh dana pinjaman sekitar Rp 4 triliun untuk pembangunan pabrik baja bertanur tinggi
(blast furnace) berkapasitas 1,2 juta ton pertahun dan modernisasi fasilitas pembuatan baja
serta proses pembangunan kerjasama dengan perusahaan dari Korea Selatan. Disamping itu,
perusahaan pabrik ban kendaraan bermotor di Banten pada tahun 2012 akan menaikkan
penjualan ban untuk kendaraan roda dua sekitar 19% dari target tahun 2011 atau sebanyak 25
juta unit ban seiring meningkatnya prediksi pertumbuhan penjualan kendaraan roda dua sekitar
20%.Saat ini, perusahaan tersebut masih akan mampu mempertahankan pangsa pasar roda
dua di Indonesia/domestik sebesar 50%.
Tabel VI.3. Proyeksi Perekonomian Dunia
Sumber: World Economic Outlook, September 2011 – International Monetary Fund
Di sektor bangunan, salah satu pengembang besar di Tangerang Selatan berencana
menerbitkan obligasi senilai Rp 800 miliar pada triwulan I 2012 untuk membiayai akuisisi lahan
di Serpong, Pasar Kemis Tangerang dan Bali, namun pelaksanaan proyeknya akan dilakukan
pada triwulan berikutnya. Adapun total dana yang dibutuhkan untuk akuisisi lahan mencapai
Rp 2 triliun. Kekurangan dana akan ditutupi dari dana di pasar modal. Selain itu, pada
pertengahan 2012, juga akan dibangun proyek senilai Rp 1,5 triliun untuk membangun gedung
Triwulan IV 2011
83
Kajian Ekonomi Regional Banten
convention center di Wilayah Tangerang Selatan. Investasi pada sektor bangunan yang
menyangkut industri adalah rencana penyiapan anggaran oleh industri petrokimia terbesar di
Banten sebesar USD 90 juta untuk keperluan ekspansi produksi di tahun 2012 guna
penyelesaian pabrik Butadiene dan Butene-1 seiring antisipasi terhadap perkiraan membaiknya
ekonomi dunia pada tahun yang akan datang.
Seiring dengan meningkatnya kinerja sektor lainnya, performa sektor pendukung seperti sektor
pengangkutan dan komunikasi pun diperkirakan cenderung meningkat pada triwulan I 2012.
Prakiraan tersebut didorong oleh telah selesainya perbaikan jalan di Tol Tangerang-Merak yang
merupakan salah satu jalur pengangkutan utama di wilayah Banten dan sedikit perbaikan yang
bersifat minor. Selain itu, meningkatnya kinerja sektoral maupun konsumsi juga mendorong
peningkatan kebutuhan jasa transportasi dan komunikasi dan mendorong kinerja sektor
tersebut yang diindikasikan salah satunya dari meningkatnya indeks proyeksi kegiatan usaha
sektor pengangkutan dan komunikasi. Selain itu, upaya untuk kelancaran penyebrangan di
Merak-Bakauhuni telah dilakukan upaya penambahan 3 kapal penyebrangan dan peningkatan
arus penyebrangan.
Pada sektor pertanian, panen padi pada akhir triwulan I 2012 tidak akan sebesar triwulan yang
sama pada tahun 2011 karena potensi banjir pada awal triulan I 2012. Perkiraan banjir akan
terjadi pada daerah daerah yang dilalui sungai-sungai besar di Banten dan telah menjadi
langganan banjir pada tahun tahun sebelumnya. Namun, pertumbuhan sektor pertanian pada
triwulan I 2011 akan sedikit di atas triwulan sebelumnya karena di beberapa daerah akan
terdapat panen terutama Lebak, Pandeglang dan sebagian kabupaten Tangerang dan Serang.
Grafik VI.3. Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Januari 2012 Provinsi Banten
Sumber: BMKG RI
Triwulan IV 2011
84
Kajian Ekonomi Regional Banten
6.2. Prakiraan Inflasi
Seiring potensi tingginya curah hujan pada awal triwulan I 2012 berpotensi mendorong
tekanan inflsi dari komponen volatile foods. Tingginya konsumsi swasta domestik dan
harga komoditas seperti emas berpotensi meningkatkan komponen inflasi inti. Sementara
itu, administered prices pada triwulan mendatang belum berpotensi meningkat karena
belum ada rencana penetapan oleh pemerintah triwulan mendatang. Inflasi Banten
Triwulan I 2012 diprakiraan akan berada pada kisaran 3,89% ± 1 % (yoy) dan secara
keseluruhan 2012 akan mencapai kisaran 4,35% ± 1 %. Pada triwulan I 2011, diprakirakan
terdapat peningkatan tekanan dari komponen volatile foods dengan adanya kecenderungan
penurunan pasokan bahan makanan dan kegagalan panen di daerah sentra beras di luar
Banten dan sebagian kecil wilayah di Banten. Selain itu, potensi kenaikan harga kelompok
makanan dan minuman serta kelompok kesehatan sebagai dampak cuaca yang kurang baik
bagi kesehatan. Adanya rencana kenaikan TDL dan tarif tol juga dapat berpotensi pada inflasi
administered, namun tampaknya belum akan diberlakukan pada triwulan I 2012.
Tabel VI.4.
Bulan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12inflasi mtm 0,80 0,40 -0,45 0,10 0,20 0,40 0,75 0,95 0,35 0,20 0,22 0,35Inflasi yoy 3,41 3,51 3,89 3,95 4,06 4,11 4,25 4,11 4,49 4,59 4,42 4,35
Perkiraan Inflasi Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy ) Banten Tahun 2012
Sumber: BPS, diolah dan merupakan hasil perkiraan Bank Indonesia Serang
Dari hasil survei konsumen, terlihat bahwa ekspektasi masyarakat memperkirakan kondisi
harga-harga pada 3 bulan yang akan datang relatif stabil pada tingkat harga yang tidak jauh
berbeda dengan kondisi pada triwulan IV 2011.
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2008 2009 2010 2011Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang
Grafik VI.3. Indeks Ekspektasi harga 3 Bulan Yang Akan datang
Sumber: Bank Indonesia Serang, diolah
Perkembangan harga komoditas seperti emas dan minyak dunia cenderung volatile karena
adanya ketidakpastian ekonomi global yang terjadi juga berpengaruh terhadap adanya
Triwulan IV 2011
85
Kajian Ekonomi Regional Banten
peningkatan preferensi agen ekonomi untuk mengalihkan asetnya dalam bentuk yang lebih
aman seperti emas. Perkembangan tersebut kemudian dapat mendorong tekanan inflasi
eksternal (imported inflation) cenderung meningkat, namun harga emas pada 3 bulan yang
akan datang cenderung stabil pada kisaran harga tertentu seiring upaya pemulihan yang
dilakukan oleh negera-negara Uni Eropa, sehingga sumber tekanan inflasi inti akan rendah.
1.361,02 1.375,12 1.422,91
1.485,41
1.512,55
1.528,62
1.574,62 1.764,00
1.771,92
1.671,26
1.739,43 1.638,95
1.616,68
0,00
200,00
400,00
600,00
800,00
1.000,00
1.200,00
1.400,00
1.600,00
1.800,00
2.000,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*
2011 2012
USD/pound
Grafik VI.4. Perkembangan Harga Emas Dunia 6 Bulan Terakhir
*) perkiraan
Sumber: goldprice.org
Inflasi pada triwulan I tahun 2012 di masing-masing kota penyumbang inflasi Banten
diprakirakan juga berada dalam kisaran inflasi Banten 3,89%±1% (yoy). Kemungkinan
inflasi tertinggi di antara 3 kota di Banten tersebut akan terjadi di Kota Tangerang seiring
tingginya konsumsi di daerah tersebut.
Triwulan IV 2011
86
Kajian Ekonomi Regional Banten
Boks 3. UPAYA KBI SERANG DALAM MENDORONG SEKTOR RIIL DAN
UMKM DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2011
Dalam rangka meningkatkan kiprah nyata dalam perekonomian Banten dan sesuai dengan tugas pokok yang diemban, KBI Serang telah melakukan serangkaian kegiatan terkait upaya meningkatkan pemberdayaan sektor riil dan UMKM di Banten pada tahun 2011, antara lain yaitu:
A. Memfasilitasi Pengembangan komoditi melalui pola Klaster 1. Pengembangan Klaster Cabai Nasional di Provinsi Banten
Bank Indonesia Serang terpilih oleh Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia menjadi salah satu Kantor Bank Indonesia (KBI) yang melaksanakan program pengembangan klaster cabai nasional. Untuk itu, telah ditandatangani MoU dengan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten tanggal 21 Maret 2011 tentang pengembangan Klaster Cabai Banten.
Sebagai langkah tindaklanjut, telah dilaksanakan Training of Trainers (ToT) Pertanian Organik bagi Tenaga Pendamping/Penyuluh Pertanian se Provinsi Banten di Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Bogor, serta Sekolah Lapang Good Agriculture Practise dan Temu Lapang bagi petani dua tempat sentra cabai yaitu Desa Sukarame Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang dan Kelurahan Kadomas Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang.
Disamping itu, Bank Indonesia Serang bersama Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten telah memfasilitasi pembentukan Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) korwil Banten dan Asosiasi Pedagang Sayur Asal Banten (APSABA) pada tanggal 11 Agustus 2011. Pembentukan organisasi tersebut sangat penting dalam mengkoordinasikan dan menyediakan informasi budidaya cabai terutama waktu tanam yang tepat kepada petani cabai sehingga stabilitas harga jual cabai diharapkan dapat terjaga.
2. Pengembangan Klaster Ternak Domba terpadu Juhut Kabupaten Pandeglang Bank Indonesia Serang juga mengembangkan klaster lokal yaitu Klaster Ternak Domba Terpadu di Juhut Pandeglang bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Pandeglang (cq. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pandeglang) dengan ditandatanganinya MoU pada tanggal 19 Juli 2011.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2011 ini berupa bantuan teknis (bantek) pelatihan LKM-A dan pemberian BSR berupa sarana/prasarana pengembangan klaster (rumah kompos, rumah biogas dan gedung sekretariat LKM-A serta prasarananya) yang telah diresmikan oleh Bupati Pandeglang pada tanggal 15 Desember 2011 yang lalu.
Triwulan IV 2011
87
Kajian Ekonomi Regional Banten
B. Penyediaan Informasi hasil Survei/Penelitian 1. Penelitian KPJu Unggulan UMKM Tahun 2011
Penelitian KPJu Unggulan merupakan program kerja Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (DKBU). Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk menyediakan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu kabupaten/kota/provinsi dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Sebagai pelaksana penelitian Bank Indonesia Serang menunjuk Lembaga Penelitian Universitas Tirtayasa (Untirta) Banten
2. Survei Database Profil UMKM di Provinsi Banten Dalam rangka penyediaan informasi di website Bank Indonesia tentang UMKM yang potensial dibiayai perbankan di Provinsi Banten, dan inisiasi program kerja DKBU, Bank Indonesia Serang bekerjasama dengan ABDSI Korwil Banten melaksanakan survei database profil UMKM yang berlangsung pada bulan Juli – Desember 2011.
3. Penelitian Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Cabe Merah Sebagai salah satu upaya untuk melengkapi pengembangan klaster cabe di Provinsi Banten, dilaksanakan Analisis Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Cabai dengan pola pergiliran dengan komoditi lain. Analisis ini diperlukan bagi petani pemula juga bagi pihak Accoun Officer bank untuk membantu menganalisa pembiayaan budidaya cabai dengan pola pergiliran dengan komoditi lain.
C. Penyediaan Informasi melalui penyelenggaraan Bazaar 1. Penyelenggaraan Banten Banking Expo (BBE) 2011
Untuk meningkatkan intermediasi perbankan syariah di Provinsi Banten dan diseminasi informasi kepada masyarakat khususnya UMKM, dilaksanakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang produk jasa perbankan dan untuk mempertemukan UMKM binaan dinas/lembaga melalui pameran Produk perbankan dan UMKM serta kegiatan edukasi kepada masyarakat. Event yang bertemakan “Perbankan Peduli UMKM, Lingkungan dan Kearifan Lokal” ini terselenggara atas kerjasama antara Bank Indonesia Serang dengan BMPD (Badan Musyawarah Perbankan Daerah) Serang dan BMPD Cilegon. Kegiatan yang terdiri atas kegiatan roadshow perbankan, pameran, dan aneka lomba ini dilaksanakan pada tanggal 20 – 22 September 2011 bertempat di halaman Rumah Dinas Walikota Cilegon.
Stakeholder kegiatan adalah Perbankan, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten, Dinas Perindustrian Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Kota Cilegon, UMKM di Provinsi Banten, akademisi (mahasiswa dan pelajar), dan masyarakat kota Cilegon.
2. Penyelenggaraan Sharia Banking Expo pada Banten Expo (BBE) 2011 Dalam rangka meningkatkan peran perbankan syariah di Provinsi Banten Kegiatan expo yang bertemakan “Sharia Banking Fiesta” ini terdiri dari sosialisasi perbankan syariah dan pameran. Kegiatan yang dilaksanakan untuk memeriahkan HUT Provinsi Banten ini terselenggara atas kerjasama antara Bank Indonesia Serang dengan 7 bank syariah di wilayah Serang dan Cilegon yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BJB Syariah, BRI Syariah, BTN Syariah, BNI Syariah dan Mega Syariah, pada tanggal 30 September –
Triwulan IV 2011
88
Kajian Ekonomi Regional Banten
4 Oktober 2011 bertempat di alun-alun Kota Serang. Pada kesempatan ini stand Bank Indonesia Serang beserta perbankan syariah memperoleh gelar juara ke-2 stand terbaik kategori umum.
D. Bantuan Teknis Pelatihan 1. Pelatihan kepada Tenaga Pendamping UMKM se-Provinsi Banten
Sebagai upaya meningkatkan kapasitas dan pengetahuan tenaga pendamping UMKM di Provinsi Banten tentang etika pendamping, survey lapangan kepada UMKM dan manajemen keuangan, dilaksanakan kegiatan pelatihan Kepada Tenaga Pendamping UMKM se-Provinsi Banten pada tanggal 6 – 8 Juni 2011 di Hotel Wisata Baru, Serang. Kegiatan yang merupakan kerjasama Bank Indonesia Serang dengan Dinkop dan UMKM, Disperindag Provinsi Banten ABDSI Korwil Banten dan Pinbuk Banten, berhasil merekrut para tenaga Pendamping UMKM yang berkomitmen dan kompeten. Selanjutnya Bank Indonesia Serang melakukan kerjasama dengan ABDSI Korwil Banten sebagai asosiasi yang mewadahi para tenaga pendamping UMKM tersebut untuk melaksanakan kegiatan penyediaan database profil UMKM Provinsi Banten.
2. Pelatihan Akuntansi Dasar kepada para Pendamping UMKM Dalam rangka untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan para pendamping UMKM, tentang akuntansi, utamanya untuk kepentingan pendampingan dan pembuatan laporan keuangan UMKM. Diselenggarakan kegiatan pelatihan Akuntansi Dasar pada tanggal 7 – 8 September 2011 di Balai Pelatihan Disperindag Provinsi Banten, Ciwaru - Serang.
Kegiatan yang merupakan kerjasama Bank Indonesia Serang dengan Dinkop dan UMKM, Disperindag Provinsi Banten ABDSI Korwil Banten dan Pinbuk Banten, diikuti oleh 20 tenaga pendamping UMKM pada tanggal 7 – 8 September 2011.
E. Meningkatkan Koordinasi dan Membangun Komitmen dengan Stakeholder 1. MoU dengan stakeholder tentang Forum Bangkit Banten
Sehubungan dengan fakumnya Satgasda Pemberdayaan KKMB di Provinsi Banten, maka pada tanggal 8 Juni 2011 BI menggagas pencanangan gerakan “Bangkit Banten” atau Pengembangan Inkubasi Bisnis Terpadu Banten dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia Serang, DiskopUMKM Provinsi Banten, Disperindag Provinsi Banten, Bank BJB, Pinbuk Banten, UPT Pem Kota Cilegon, Politeknik Piksi Input Serang dan Asosiasi Bussiness Development Services Indonesia Korwil Banten. Salah satu programnya dan telah dilaksanakan pada tahun 2011 adalah Pembinaan KKMB/Tenaga Pendamping UMKM/Penyuluh Lapangan yang berada di Dinas/Instansi, LSM maupun pihak lainnya.
Triwulan IV 2011
89
Kajian Ekonomi Regional Banten
2. MoU dengan BPN Kab. Serang tentang Peningkatan Akses Reform Sebagaimana diketahui bahwa sertifikat adalah hal yang selalu menjadi masalah dalam pengajuan kredit/pembiayaan oleh UMKM ke perbankan terkait syarat collateral. Mengingat BPN merupakan lembaga yang berwenang dalam mengeluarkan sertifikat maka telah dilaksanakan MoU antara Bank Indonesia Serang dengan BPN Kab. Serang pada tanggal 16 November 2011 tentang Peningkatan Akses Reform meliputi kegiatan:
- Peningkatan akses UMKM yang telah dan akan memperoleh sertifikat dari BPN melalui program Proyek Nasional (Prona), Ajudikasi, pensertifikatan UKM kerjasama BPN dengan Dinas terkait kepada perbankan;
- Legalisasi Aset (sertifikasi) tanah milik UMKM binaan BI; - Legalisasi jaminan tanah di perbankan yang berada di wilayah Kabupaten serang
yang belum berupa sertifikat;
3. MoU dengan BPTP Banten tentang Pengembangan Kawasan Pertanian Provinsi Banten Inovasi teknologi pertanian sangat diperlukan dalam pengembangan klaster cabai dan klaster ternak domba yang dibina Bank Indonesia serang, untuk itu perlu kerjasama dengan lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Provinsi Banten. Sehubungan dengan itu pada tanggal 17 November 2011 telah dilaksanakan penandatangan nota kesepahaman dengan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten tentang Kerjasama Pengembangan Kawasan Pertanian Provinsi Banten.