KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel...

74
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2012

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan II - 2012

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT ii

KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KPwBI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.

Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Agustus 2012 Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Lukdir Gultom Deputi Direktur

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT iii

DDDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII

Halaman Judul -------------------------------------------------------------------------- i

Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------- ii

Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------- iii

Daftar Grafik --------------------------------------------------------------------------- v

Daftar Tabel ---------------------------------------------------------------------------- vii

Ringkasan Umum ---------------------------------------------------------------------- ix

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Sisi Permintaan -------------------------------------------------------------------- 2

1.2 Sisi Penawaran --------------------------------------------------------------------- 6

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1 Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------- 11

2.2 Inflasi Kota Kupang --------------------------------------------------------------- 14

2.3 Inflasi Kota Maumere ------------------------------------------------------------ 16

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1 Perkembangan Bank Umum --------------------------------------------------- 18

3.1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------- 18

3.1.2 Intermediasi Perbankan -------------------------------------------------- 19

3.1.3 Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) ----------------------- 28

3.2 Perkembangan BPR --------------------------------------------------------------- 29

3.3 Sistem Pembayaran --------------------------------------------------------------- 32

3.3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------- 32

3.3.2 Transaksi Non Tunai ------------------------------------------------------- 33

3.3.3 Transaksi Tunai ------------------------------------------------------------- 35

BOKS 1. TATA CARA PENGADUAN PERMASALAHAN TRANSAKSI

KEUANGAN --------------------------------------------------------------- 38

BOKS 2. KREDIT USAHA RAKYAT: Latar Belakang dan Perkembangannya 41

BOKS 3. KESIAPAN BANK INDONESIA MENGHADAPI KEBUTUHAN UANG

MENJELANG LEBARAN ---------------------------------------------------- 45

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------- 47

4.2 Pendapatan Daerah --------------------------------------------------------------- 47

4.3 Belanja Daerah -------------------------------------------------------------------- 48

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT iv

BOKS 4. RENCANA DAN REALISASI APBD WILAYAH NUSA TENGGARA

TIMUR ------------------------------------------------------------------------ 50

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1 Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------- 52

5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan ---------------------------------------------- 52

5.3 Perkembangan Kesejahteraan -------------------------------------------------- 54

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN

6.1 Pertumbuhan Ekonomi ---------------------------------------------------------- 57

6.2 Inflasi -------------------------------------------------------------------------------- 58

BOKS 5. PERUBAHAN PROYEKSI INFLASI NTT TAHUN 2012 ; KENAIKAN

HARGA ADMINISTERED PRICES MOMOK INFLASI DI NTT -------- 60

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT v

DDDAAAFFFTTTAAARRR GGGRRRAAAFFFIIIKKK

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT --------------------------------------------- 1

Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT ---------------------------------- 1

Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan ----------------------------------------------- 2

Grafik 1.4 Struktur Sisi Penawaran ----------------------------------------------- 2

Grafik 1.5 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan ----------------------- 2

Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis ---------------------------------------- 3

Grafik 1.7 Nilai Tukar Petani ------------------------------------------------------ 3

Grafik 1.8 Kredit Konsumsi -------------------------------------------------------- 3

Grafik 1.9 Perkembangan IKE ----------------------------------------------------- 3

Grafik 1.10 Kredit Investasi --------------------------------------------------------- 4

Grafik 1.11 Konsumsi Semen NTT ------------------------------------------------- 4

Grafik 1.12 Pelanggan Listrik Sektor Industri ------------------------------------ 5

Grafik 1.13 PDRB Ekspor-Impor ---------------------------------------------------- 5

Grafik 1.14 Perkembangan Bongkar Muat -------------------------------------- 5

Grafik 1.15 Negara Tujuan Ekspor ------------------------------------------------- 6

Grafik 1.16 Pengiriman Ternak ----------------------------------------------------- 7

Grafik 1.17 Perkembangan Penjualan Eceran ----------------------------------- 7

Grafik 1.18 Kredit Sektor PHR ------------------------------------------------------ 7

Grafik 1.19 Perkembangan Arus Bongkar --------------------------------------- 8

Grafik 1.20 Jumlah Tamu Hotel ---------------------------------------------------- 8

Grafik 1.21 Penumpang Angkutan Laut ----------------------------------------- 9

Grafik 1.22 Penumpang Angkutan Udara --------------------------------------- 9

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ---------------------------------------- 11

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT ------------------------------------------------ 11

Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Tw 2-2012 NTT -------------------------------------- 11

Grafik 2.4 Inflasi NTT dan Nasional ---------------------------------------------- 12

Grafik 2.5 Struktur Inflasi Bulanan NTT ------------------------------------------ 13

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang -------------------------------------- 14

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------- 14

Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Kupang ------------------------------------------- 15

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Maumere ------------------------------------ 16

Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Maumere ----------------------------------------- 17

Grafik 3.1 Komposisi DPK --------------------------------------------------------- 21

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT vi

Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik ------------------------------------ 21

Grafik 3.3 Komposisi Kredit ------------------------------------------------------- 25

Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga ----------------------------------------- 25

Grafik 3.5 Perkembangan LDR ---------------------------------------------------- 26

Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan ---------------------------------- 26

Grafik 3.7 Perkembangan NPL ---------------------------------------------------- 27

Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal Kerja ------------------------------------- 27

Grafik 3.9 Perkembangan Transaksi Kliring ------------------------------------ 34

Grafik 3.10 Perkembangan Cek/BG Kosong ------------------------------------ 34

Grafik 3.11 Nilai Transaksi RTGS --------------------------------------------------- 35

Grafik 3.12 Volume Transaksi RTGS ----------------------------------------------- 35

Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------- 36

Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja ------------------------------------------- 47

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Triwulan II ------------------------------------ 48

Grafik 4.3 Realisasi Belanja Triwulan II ------------------------------------------- 48

Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT ---------------------------------------- 52

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT --------------------------------------------- 54

Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan --------------------------------- 54

Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT ---------------------------------------------- 55

Grafik 6.1 Harga Emas di Pasar Internasional ---------------------------------- 59

Grafik 6.2 Minyak WTI di Pasar Internasional ---------------------------------- 59

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT vii

DDDAAAFFFTTTAAARRR TTTAAABBBEEELLL

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT -------------------------------------------------- 9

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Penawaran --------------------------------- 10

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran ----------------------- 10

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan -------------------------------- 10

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Permintaan ---------------------- 10

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ------------------------------------------- 12

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok ----------------------------------------------- 13

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok ------------------------------------------ 16

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok ----------------------------------------- 17

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan ------------------------------------ 18

Tabel 3.2 Jumlah Bank per Kabupaten ------------------------------------------- 19

Tabel 3.3 Perkembangan Komponen DPK --------------------------------------- 20

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit ---------------------------------------------------- 22

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja ------------------------------------ 23

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Investasi ----------------------------------------- 23

Tabel 3.7 Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perbankan per Kabupaten (yoy) 24

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral -------------------------- 26

Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM --------------------------- 28

Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral ----------------------------- 29

Tabel 3.11 Perkembangan Usaha BPR -------------------------------------------- 30

Tabel 3.12 Perkembangan Kredit BPR -------------------------------------------- 31

Tabel 3.13 Perkembangan Kredit Sektoral BPR --------------------------------- 31

Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai --------------------------------------- 32

Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai -------------------------------- 33

Tabel 3.16 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain --------------- 37

Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2012 ---------------------- 49

Tabel 5.1 Struktur Ketenagakerjaan NTT ----------------------------------------- 53

Tabel 5.2 Perkembangan IPM NTT ------------------------------------------------- 55

Tabel 5.4 Penduduk Miskin NTT --------------------------------------------------- 56

Tabel 6.1 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi

Nusa Tenggara Timur ---------------------------------------------------- 57

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT viii

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Kelompok Kajian, Statistik dan Survei

KBI Kupang

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT

[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103

www.bi.go.id

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT ix

Ringkasan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan II-2012

EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Laju pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,76% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,42% (yoy). Faktor penghambat pertumbuhan pada periode laporan adalah tingginya impor yang mencapai Rp1.964,51 miliar. Sementara dari sisi penawaran, penyebabnya adalah perlambatan kinerja hampir seluruh sektor ekonomi pembentuk PDRB, kecuali sektor pertanian.

Secara triwulanan, perekonomian NTT meningkat 4,54% (qtq). Peningkatan kinerja paling tinggi terjadi pada sektor bangunan yang mencapai 8,68% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran 7,20% (qtq) serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 5,60% (qtq). Dari sisi penggunaan, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada kegiatan investasi dan impor yakni masing-masing sebesar 27,15% (qtq) dan 26,26% (qtq).

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Pergerakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di NTT naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tekanan inflasi terjadi pada 2 (dua) kota penghitungan inflasi yaitu Kupang dan Maumere. Inflasi tahunan Kota Kupang pada akhir triwulan II-2012 sebesar 4,37% (yoy), sementara inflasi Maumere berada pada level 8,45% (yoy) sehingga pada akhir triwulan I-2012 inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada level 5,02% (yoy). Pergerakan harga kelompok perumahan baik dari komoditi maupun tarif pekerja serta tarif angkutan udara yang meningkat cukup tajam menjadi penyebab utama terjadinya inflasi yang cukup tinggi selama triwulan laporan.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Kinerja perbankan NTT pada triwulan II-2012 masih menunjukkan perkembangan yang positif. Indikator kinerja utama perbankan yaitu Aset, Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran Kredit perbankan NTT mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Iklim perekonomian yang kondusif khususnya pada sektor perdagangan dan sektor bangunan yang mempunyai pengaruh langsung pada peningkatan pendapatan masyarakat

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT x

berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan DPK. Sementara dua indikator lainnya yaitu asset dan kredit perbankan meningkat signfikan dibandingkan dengan triwulan II-2011 walaupun laju pertumbuhannya mengalami perlambatan. Peningkatan nominal kredit yang disalurkan tidak berdampak pada performance kredit perbankan, tercermin dari rasio non performing loan (NPLs) yang relatif turun di level 1,51%. Prinsip kehati - hatian atau prudential banking dalam penyaluran kredit merupakan salah satu upaya dalam meminimalkan resiko dalam penyaluran kredit.

Peningkatan aktivitas ekonomi pada triwulan II-2012 berpengaruh

signifikan terhadap kinerja sistem pembayaran. Aktivitas ekonomi yang meningkat cukup signifikan terutama pada sektor konstruksi dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mendorong peningkatan kinerja sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai. Pada transaksi tunai, tercatat jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebutuhan uang (cash money) di Provinsi NTT pada triwulan laporan meningkat signifikan. Kondisi tersebut merefleksikan aktivitas ekonomi NTT yang mulai meningkat pada triwulan II-2012. Sistem pembayaran non-tunai dapat menggunakan fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS). Peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi pada transaksi dengan menggunakan sarana RTGS. Hal ini dimungkinkan terjadi karena nominal untuk transaksi dengan fasilitas SKNBI terbatas sampai dengan Rp 100 juta dan waktu penerimaan sedikit lebih lambat. Pada triwulan II-2012, transaksi melalui SKNBI tercatat meningkat 3,60% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp 447,93 miliar sementara transaksi melalui RTGS meningkat signifikan sebesar 78% dengan nominal transaksi mencapai Rp 19,86 triliun.

KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

Kinerja keuangan pemerintah, khususnya Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan. Pola penyerapan anggaran pemerintah, khususnya APBD relatif sama pada setiap tahunnya. Pada triwulan II, laju penyerapan anggaran biaya relatif lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan triwulan II-2012, dimana penyerapan anggaran pada pos belanja daerah lebih tinggi dibandingkan dengan penyerapan triwulan I-2012 yang hanya sebesar 14,42%. Laju penyerapan anggaran pada triwulan laporan mencapai 22,57% dan diperkirakan pada triwulan III dan IV laju penyerapan anggaran belanja akan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT xi

KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Peningkatan aktivitas ekonomi NTT berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Beberapa indikator kesejahteraan masyarakat menunjukkan peningkatan. Daya serap sektor riil terhadap tenaga kerja mengalami peningkatan, terlihat dari persepsi pelaku usaha yang bernilai positif. Secara struktural, dominasi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin dari kemampuan sektor tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Indikator kesejahteraan lain, yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) masih menunjukkan tren peningkatan. Hal tersebut mencerminkan adanya insentif lebih bagi kegiatan konsumsi masyarakat khususnya level menengah ke bawah.

PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan III 2012 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi tahunan diperkirakan akan berada pada kisaran 5,9 ± 1% (yoy). Konsumsi diproyeksikan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi disaat kinerja sektor lainnya mengalami perlambatan kinerja. Dari sisi penawaran, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor transportasi dan komunikasi diperkirakan akan cukup berkontribusi seiring peningkatan konsumsi selama Idul Fitri tahun ini. Di sisi lain, secara triwulanan pertumbuhan ekonomi diperkirakan sedikit melambat dengan kisaran pertumbuhan sebesar 3,9 ± 1% (qtq).

Inflasi pada triwulan mendatang sangat mungkin terdorong oleh

kenaikan harga administered prices seiring faktor musiman. Inflasi tahunan pada triwulan III 2012 diperkirakan akan berada pada kisaran 6,34±1% (yoy). Moment liburan sekolah yang diikuti dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri diperkirakan akan dimanfaatkan operator penerbangan untuk menetapkan harga tiket mendekati ambang batas yang diperbolehkan oleh pemerintah. Selain tekanan inflasi dari sektor transportasi, tekanan inflasi juga diperkirakan akan meningkat pada sektor makanan jadi sebagai imbas kenaikan harga di Pulau Jawa. Namun demikian, seiring masih berlangsungnya musim panen tabama pada triwulan III 2012, harga bahan makanan diproyeksikan akan stabil. Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor eksternal diperkirakan relatif kecil seriring tendensi menurunnya harga emas dan minyak mentah di pasar internasional.

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT xii

Laju Inflasi Tahunan (yoy;%)

- NTT 6.55 4.37 4.68 3.60 5.02

- Kupang 6.66 4.25 4.32 3.11 4.37

- Maumere 6.00 5.00 6.59 6.21 8.45

PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,284 3,375 3,468 3,291 3,441

- Pertanian 1,200 1,187 1,204 1,204 1,235

- Pertambangan dan Penggalian 42.93 46.04 47.00 43.05 45.41

- Industri Pengolahan 46 48 50 47 48

- Listrik, gas dan air bersih 14.32 15.24 16.11 14.61 15.02

- Bangunan 209 214 218 202 219

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 577.66 595.05 608.33 573.04 614.31

- Pengangkutan dan komunikasi 244 256 261 251 256

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 123.12 132.51 140.26 123.32 130.23

- Jasa 828 882 924 835 877

Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 7.38 5.73 4.53 5.42 4.76

Ekspor - Impor*

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 5.51 4.74 5.16 3.48 2.82

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 9.82 28.89 26.16 7.69 4.79

Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 0.04 0.04 0.01 60.87 1.59

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0.06 0.19 0.03 200.17 28.03

Sistem Pembayaran

Inflow (miliar Rp) 455.26 516.98 480.43 1,130.96 484.92

Outflow (miliar Rp) 711.48 1046.39 1660.48 286.81 1168.66

Netflow (miliar Rp) -256.22 -529.42 -1,180.05 844.15 -683.75

MRUK (miliar Rp) 284.82 240.45 313.60 345.72 32.20

Uang Palsu (ribu Rp) 5,710 3,750 2,450 1,950 7,650

Nominal Kliring (miliar Rp) 432.38 433.79 358.09 432.79 447.93

Sumber : Berbagai sumber (diolah)

Keterangan :

1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi)

PDRB atas dasar harga konstan 2000

2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002

Tw.II-12

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tw.I-12Tw.IV-11Tw.III-11

INFLASI DAN PDRB

INDIKATOR Tw.II-11

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT xiii

PERBANKAN

Bank Umum

Total Aset (Rp Triliun) 14.96 16.17 16.69 17.77 18.12

DPK (Rp Triliun) 11.42 11.83 12.75 13.43 14.30

- Tabungan (Rp Triliun) 5.33 5.67 7.20 6.25 6.95

- Giro (Rp Triliun) 2.96 2.85 2.54 3.40 3.44

- Deposito (Rp Triliun) 3.11 3.31 3.02 3.78 3.91

Kredit (Rp Triliun) 8.97 9.69 10.19 10.48 11.40

- Modal Kerja 2.35 2.62 2.70 2.70 3.21

- Konsumsi 6.18 6.58 6.88 7.14 7.51

- Investasi 0.44 0.49 0.60 0.64 0.68

LDR 78.55% 81.91% 79.87% 78.02% 79.73%

NPLs 2.33% 2.04% 1.42% 1.66% 1.51%

Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.28 2.50 2.57 2.63 3.07

BPR

Total Aset (Rp Miliar) 163.04 177.10 200.15 203.23 213.51

DPK (Rp Miliar) 117.76 126.19 142.92 145.73 156.24

- Tabungan (Rp Miliar) 44.33 49.01 54.26 55.49 54.61

- Deposito (Rp Miliar) 73.43 77.18 88.67 90.24 101.63

Kredit (Rp Miliar) 131.72 145.02 152.11 153.80 166.72

- Modal Kerja 63.93 78.58 70.27 70.47 80.20

- Konsumsi 49.36 49.44 57.27 24.51 25.88

- Investasi 18.43 17.00 24.56 58.81 60.64

Kredit UMKM (Rp Miliar) 131.72 145.02 152.11 153.80 166.72

Rasio NPL Gross 4.13% 4.54% 3.66% 5.28% 6.27%

LDR 111.86% 114.93% 106.43% 105.53% 106.71%

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT (diolah)

Tw.II-12

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tw.I-12Tw.IV-11Tw.III-11Tw.II-11INDIKATOR

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 1

Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

I II III IV I II

2011 2012R

p m

iliar

PDRB y-o-y q-t-q

0%

25%

50%

75%

100%

I II III IV I

2011 2012

Jasa

Keu, Sewa, dan Jasa

Angk & Kom

PHR

Bangunan

Listrik dan Air

Industri

Tambang

Pertanian

BBB AAA BBB III

EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Laju pertumbuhan ekonomi

tahunan NTT pada triwulan laporan

secara umum mengalami

perlambatan dibandingkan periode

sebelumnya. Laju pertumbuhan

ekonomi triwulan II-2012 tercatat

sebesar 4,76% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 5,42% (yoy). Melambatnya

perekonomian terutama terjadi karena tingginya impor NTT. Sementara dari sisi

penawaran, penyebabnya adalah perlambatan kinerja hampir seluruh sektor

ekonomi pembentuk PDRB.

Struktur perekonomian NTT tetap masih didominasi oleh sektor pertanian,

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor jasa-jasa. Ketiga sektor

tersebut memberikan kontribusi hingga 79,79% angka PDRB periode laporan.

Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi masih sangat dominan, terutama

konsumsi rumah tangga dan pemerintah.

Dari total pertumbuhan ekonomi

triwulan II 2012 yang sebesar 4,76%

(yoy), sebesar 31,42% disumbangkan

oleh sektor jasa (mencapai 1,49%),

kemudian 23,47% atau sebesar 1,12%

disumbangkan oleh sektor PHR, dan

disusul sektor pertanian dengan

22,47% atau menyumbang 1,07%

angka pertumbuhan. Dari sisi

penggunaan, total aktivitas konsumsi di NTT (rumah tangga, pemerintah, swasta)

masih dominan menyumbang angka pertumbuhan, sedangkan investasi mulai

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 2

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

5,58%

1,67%

1,75%

‐2,51%

‐6,09%

Konsumsi

Investasi

Ekspor

Impor

Perubahan stok

menunjukkan peningkatan. Sementara itu, ekspor mengalami peningkatan yang

juga diiringi dengan meningkatnya impor.

Secara triwulanan, perekonomian NTT meningkat 4,54% (qtq)

dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan

ekonomi paling tinggi terjadi pada sektor bangunan yang mencapai 8,68% (qtq),

kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran 7,20% (qtq) serta

sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 5,60% (qtq). Dari sisi

penggunaan, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada kegiatan investasi dan impor

yakni masing-masing sebesar 27,15% (qtq) dan 26,26% (qtq).

1.1 Sisi Permintaan

Konsumsi mempertahankan

hegemoninya sebagai sumber utama

penopang pertumbuhan. Laju

pertumbuhan konsumsi secara tahunan

tercatat mengalami peningkatan.

Walaupun demikian, sebenarnya

konsumsi dapat tumbuh lebih tinggi lagi

bilamana ditunjang dengan rendahnya

inflasi. Inflasi yang tinggi telah memaksa

konsumen untuk membayar lebih atas apa

yang dikonsumsinya. Hal tersebut terkonfirmasi dari menurunnya rerata Nilai Tukar

Petani (NTP) pada periode laporan yang disebabkan tingginya biaya yang

dikeluarkan oleh petani sebagai imbas dari tingginya inflasi.

Grafik 1.5 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan

Grafik 1.4 Struktur Sisi PenawaranGrafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Rmh tangga82,98%

Swasta4,33%

Pemerintah19,84%

Investasi17,02%

Net ekspor-28,93%

Pertanian36,58%

Pertambangan1,31%

Industri Pengolahan

1,41%

Listrik,Gas dan Air

0,44%

Bangunan (konstruksi)

6,13%

PHR17,41%

Transp & Kom7,61%

Keuangan dan Persewaan

3,75%

Jasa‐jasa25,36%

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 3

1. Konsumsi

Laju pertumbuhan konsumsi meningkat lebih tinggi dibandingkan

kinerja tahunan triwulan sebelumnya. Konsumsi secara total pada periode

laporan tumbuh sebesar 6,16% (yoy), mengalami akselerasi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 5,33% (yoy). Membaiknya konsumsi terutama didorong

oleh akselerasi konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Hasil Survei

Konsumen triwulan II 2012 juga menunjukkan bahwa menurunnya NTP

tidak membatasi konsumen untuk mengkonsumsi barang. Mayoritas

responden survei berpendapat bahwa kondisi ekonomi pada periode laporan lebih

baik dibandingkan periode sebelumnya (Sumber : Survei Konsumen Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur).

Grafik 1.8 Kredit Konsumsi Grafik 1.9 Perkembangan IKE

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT

Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.7 Nilai Tukar Petani

56.000 

57.000 

58.000 

59.000 

60.000 

61.000 

62.000 

63.000 

64.000 

‐5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 

I II III IV I II

2010 2011ribu kwh

Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan

*) Proyeksi*) Estimasi

101 

102 

103 

128130132134136138140142144146

I II III IV I II

2011 2012

Indeks yang Diterima Petani

Indeks yang Dibayar Petani

NTP (axis kanan)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

Indeks Kondisi Ekonomi Saat  Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat  Ini

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

1.000 

2.000 

3.000 

4.000 

5.000 

6.000 

7.000 

8.000 

I II III IV I II

2011 2012

Kredit Konsumsi (Miliar)Growth YoY (Aksis Kanan)

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 4

Konsumsi yang cukup signifikan juga dilakukan oleh sektor swasta seiring

meningkatnya investasi. Hal tersebut diantaranya terkonfirmasi oleh meningkatnya

konsumsi listrik sektor bisnis di NTT pada triwulan laporan sebesar 18,71% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, penyaluran pembiayaan/kredit

konsumtif perbankan di NTT tumbuh 21,63% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya.

2. Investasi

Investasi terus menunjukkan peningkatan kinerja. Investasi di NTT

pada triwulan laporan meningkat 19,0% (yoy), mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,7% (yoy). Andil investasi

mengalami peningkatan dari 1,67% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,84%.

Sedangkan apabila melihat pertumbuhan secara triwulanan, terjadi peningkatan

investasi sebesar 27,15% (qtq).

Relatif meningkatnya investasi di NTT pada periode laporan

terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja modal pemerintah.

Kendati demikian, konsumsi semen di NTT yang merupakan salah satu indikator

investasi mengalami perlambatan. Kondisi tersebut disebabkan karena tingginya

harga semen pada periode laporan sehingga volume secara total menjadi terbatas.

Andil investasi sektor swasta relatif stabil yang diindikasikan

dengan terbatasnya peningkatan pembiayaan investasi dari perbankan.

Outstanding kredit investasi pada akhir Juni 2012 tercatat tumbuh 53,49% (yoy)

atau mengalami deselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

61,17% (yoy). Indikasi peningkatan investasi juga terkonfirmasi dari peningkatan

Grafik 1.11 Konsumsi Semen NTT

Sumber : KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.10 Kredit Investasi

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

100 

200 

300 

400 

500 

600 

700 

800 

I II III IV I II

2011 2012

Kredit Investasi (Miliar)Growth YoY (Aksis Kanan)

40.000 

70.000 

100.000 

130.000 

160.000 

190.000 

220.000 

250.000 

280.000 

I II III IV I II

2011 2012

konsumsi semen

Ton

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 5

konsumsi pada sektor industri sebagaimana data yang diperoleh dari PT PLN

Wilayah Nusa Tenggara Timur.

3. Net Ekspor

Kinerja ekspor NTT masih diwarnai dengan angka defisit yang cukup

signifikan. Pada periode laporan, angka defisit ekspor NTT mencapai Rp995,51

miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 3,89% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.035,80 miliar. Secara

umum kondisi tingginya net impor terjadi karena pengaruh peningkatan konsumsi

masyarakat NTT dan pertumbuhan kegiatan investasi. Selama beberapa tahun

terakhir, tingkat pertumbuhan ekspor PDRB NTT selalu lebih rendah dibandingkan

laju pertumbuhan impor. Ketimpangan kinerja ekspor dan impor di NTT tercermin

dari kinerja di pelabuhan yang lebih diwarnai kegiatan unloading (bongkar

muatan).

Grafik 1.13 PDRB Ekspor - Impor

Grafik 1.12 Pelanggan Listrik Sektor Industri

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Sumber : PLN Wilayah NTT

Grafik 1.14 Perkembangan Bongkar Muat

Sumber : PT Pelindo Tenau

335 

340 

345 

350 

355 

360 

365 

370 

‐100 200 300 400 500 600 700 800 900 

1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500 

I II III IV I II

2010 2011ribu

 kwh

Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan

*) Proyeksi*) Estimasi

‐140.000

‐120.000

‐100.000

‐80.000

‐60.000

‐40.000

‐20.000

00 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 

I II III IV I II

2011 2012

(ton)(ton)

Unloading Loading Net Loading

-1.300

-1.200

-1.100

-1.000

-900

-800

-700

-600

-500

-300

100

500

900

1.300

1.700

2.100

2.500

I II III IV I

2011 2012

Rp m

iliar

Impor Ekspor Net Ekspor (axis kanan)

Rp m

iliar

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 6

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012

EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA

Khusus untuk ekspor luar negeri, ekspor pada triwulan II 2012

sebagian besar masih ditujukan ke negara Timor Leste dengan komoditas

yang dominan adalah kebutuhan sehari-hari. Sedangkan negara berikutnya adalah

negara Cina, dimana komodita ekspor yang

dominan adalah hasil tambang bahan

galian c, berupa batu-batu (marmer, batu

hias) dan biji mangan mentah. Pengiriman

dilakukan melalui pelabuhan Tenau

ataupun langsung menuju Pelabuhan

Atapupu. Volume ekspor luar negeri NTT

pada triwulan laporan mencapai 4,79 ribu

ton atau mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,69 ribu ton. Dari total jumlah

tersebut, sebanyak 63,68% ditujukan ke Timor Leste (Australia).

11..22 SSiissii PPeennaawwaarraann

Dari sisi penawaran, kontribusi tiga sektor utama NTT masih

dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT pada

periode laporan adalah sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel & restoran,

serta sektor pertanian.

1. Pertanian

Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor ekonomi yang

mengalami perbaikan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja

sektor pertanian pada periode laporan tercatat sebesar 2,92% (yoy), sedikit

meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 2,80% (yoy).

Penyebab utama membaiknya kinerja sektor pertanian adalah subsektor

peternakan dan subsektor perikanan seiring dengan cuaca yang kondusif.

Membaiknya kinerja subsektor peternakan didorong oleh harga ternak yang

mengalami peningkatan walaupun pada saat yang sama pengiriman hewan keluar

NTT yang dilakukan lewat jalur laut mengalami penurunan sebesar 31,70% (yoy)

dibandingkan kondisi tahun sebelumnya.

Sumber : KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.15 Negara Tujuan Ekspor

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 7

2.000 

4.000 

6.000 

8.000 

10.000 

12.000 

14.000 

I II III IV I II

2011 2012

Loading Ternak

Ekor

2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Walaupun melambat, sektor PHR masih terus mempertahankan

kinerja positifnya. Pada triwulan laporan, sektor PHR tumbuh 6,34% (yoy),

sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,22% (yoy).

Hal ini terutama dikarenakan melambatnya laju pertumbuhan seluruh subsektor

PHR. Subsektor perdagangan sendiri melambat dari 7,23% (yoy) menjadi 6,36%

(yoy). Melambatnya kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran pun

terkonfirmasi oleh turunnya omset penjualan eceran sebagaimana diperoleh dari

hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur. Walaupun demikian, sektor PHR tetap didukung

dengan pembiayaan yang terus meningkat. Peningkatan penyaluran kredit sektor

PHR pada periode laporan tercatat sebesar tercatat 45,61% (yoy) atau mengalami

peningkatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 19,78%

(yoy).

Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : SPE, KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.16 Pengiriman Ternak

Sumber : PT.Pelindo diolah

Grafik 1.17 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.18 Kredit Sektor PHR

2.000 

4.000 

6.000 

8.000 

10.000 

12.000 

2012

barang kerajinan

bahan kimia

alt tulis

bahan bakar

pakaian

makanan

Alt Rmh Tangga

suku cadang

konstruksi

(Rp Juta)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

500 

1.000 

1.500 

2.000 

2.500 

I II III IV I II

2011 2012

Kredit PHR (Miliar)Growth YoY (Aksis Kanan)

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 8

Stabilnya kinerja sektor perdagangan ditunjang dengan peningkatan

volume impor (unloading). Unloading di Pelabuhan Tenau pada periode laporan

tercatat mengalami peningkatan sebesar 25,46% (yoy). Sementara itu, kinerja

subsektor perhotelan terus meningkat. Data BPS menunjukkan jumlah

wisatawan/tamu hotel yang mencapai 18.613 orang pada triwulan laporan atau

mengalami peningkatan sebesar 39,98% (yoy) atau 18,27% (qtq).

3. Jasa-jasa dan sektor lainnya

Kinerja sektor jasa-jasa masih ditopang oleh jasa pemerintahan.

Kegiatan jasa pemerintahan pada periode laporan tercatat meningkat 6,40% (yoy).

Kinerja tersebut mengalami sedikit perlambatan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 7,12% (yoy). Penopang utama subsektor jasa

pemerintahan umum adalah realisasi belanja dan gaji pemerintahan pada triwulan

laporan.

Selain perlambatan yang terjadi pada dua sektor utama tersebut,

kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan juga

mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Dari subsektor keuangan,

penyaluran kredit hanya meningkat 27,03% (yoy) dari sebelumnya 27,52% (yoy).

Namun demikian, intermediasi perbankan mengalami peningkatan dibandingkan

periode sebelumnya, yaitu dari 78,02% menjadi 79,73%. Laju pertumbuhan

penghimpunan dana masyarakat juga meningkat dari 24,45% (yoy) pada triwulan

lalu menjadi 25,15% (yoy).

Grafik 1.19 Perkembangan Arus Bongkar Grafik 1.20 Jumlah Tamu Hotel

Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : PT.Pelindo diolah

20.000 

40.000 

60.000 

80.000 

100.000 

120.000 

140.000 

160.000 

I II III IV I II

2011 2012

Unloading

Ton

2.000

7.000

12.000

17.000

22.000

27.000

I II III IV I II

2011 2012

Jumlah Tamu

Orang

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 9

Kinerja sektor transportasi sedikit melambat. Sektor transportasi

masing mencatat pertumbuhan sebesar 5,19% (yoy), mengalami deselerasi

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 6,82% (yoy).

Melambatnya kinerja sektor transportasi terutama tercermin dari perkembangan

jumlah penumpang angkutan laut selama triwulan laporan yang turun 9,46%

(yoy).

Kinerja sektor bangunan dan sektor industri selama periode laporan

juga mengalami pertumbuhan walaupun trend-nya melambat. Sektor

bangunan tercatat tumbuh sebesar 5,08% (yoy), mengalami perlambatan

dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8,52% (yoy). Sementara itu, jika

pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 4,96% (yoy), kinerja sektor

industri pada triwulan laporan tercatat hanya meningkat sebesar 3,90% (yoy) yang

tetap ditopang industri makanan dan minuman.

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT

Sumber : Laporan Bank Umum, KPw BI Prov. NTT

Grafik 1.21 Penumpang Angkutan Laut

Sumber : PT Pelindo Tenau

100.000 

200.000 

300.000 

400.000 

500.000 

600.000 

II III IV I II

2011 2012

Jumlah Penumpang

Orang

Grafik 1.22 Penumpang Angkutan Udara

Sumber : PT Angkasa Pura II

Indikator

Utama I II III IV I II

Aset (miliar) 13.816 14.962 16.172 16.687 17.767 18.121

y-o-y aset 16,73% 22,35% 29,17% 25,91% 28,60% 21,11%

Kredit (miliar) 8.217 8.973 9.686 10.188 10.478 11.397

y-o-y kredit 18,10% 16,85% 19,12% 29,29% 27,52% 27,03%

DPK (miliar) 10.791 11.423 11.827 12.755 13.430 14.296

y-o-y DPK 16,91% 16,95% 20,33% 24,95% 24,45% 25,15%

LDR 76,14% 78,55% 81,90% 79,87% 78,02% 79,73%

NPL 2,34% 2,33% 2,04% 1,42% 1,66% 1,51%

20122011

10.000 

20.000 

30.000 

40.000 

50.000 

60.000 

70.000 

80.000 

90.000 

I II III IV I II

2011 2012

Jumlah Penumpang

Orang

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 10

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Penawaran

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Permintaan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 11

BBB AAA BBB III III

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII

22..11 KKoonnddiissii UUmmuumm

Pergerakan inflasi Indeks

Harga Konsumen (IHK) di NTT naik

dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Peningkatan tekanan

inflasi terjadi pada 2 (dua) kota

penghitungan inflasi yaitu Kupang dan

Maumere. Inflasi tahunan Kota Kupang

pada akhir triwulan II-2012 sebesar

4,37% (yoy), sementara inflasi

Maumere berada pada level 8,45%

(yoy) sehingga pada akhir triwulan I-2012 inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur

berada pada level 5,02% (yoy).

Secara triwulanan, NTT mengalami inflasi sebesar 1,65% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan dengan inflasi quartalan pada triwulan I-2012 yaitu 1,03%. Inflasi

tertinggi terdapat pada kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar

sebesar 4,05%, diikuti dengan kelompok sandang dan makanan jadi dengan

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Tw2-2012 NTT

Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 12

inflasi quartalan masing-masing sebesar 2,71% dan 2,55%. Hal berbeda terjadi

pada kelompok transpor yang mengalami inflasi negatif atau deflasi sebesar

0,93%.

Tekanan inflasi selama triwulan laporan paling tinggi terjadi pada bulan Juni

yaitu sebesar 1,06% setelah pada bulan Mei terjadi inflasi sebesar 0,65%.

Sementara inflasi pada bulan April bernilai negatif atau deflasi sebesar 0,06%.

Tekanan inflasi pada bulan Mei disebabkan oleh kenaikan tarif tukang bukan

mandor, sementara musim liburan sekolah menyebabkan terjadinya tekanan harga

khususnya pada tarif angkutan udara yang merupakan penyumbang inflasi paling

tinggi di bulan Juni.

Inflasi NTT pada triwulan II-

2012 lebih tinggi dibandingkan

dengan inflasi nasional. Secara

umum, tingkat inflasi kota-kota di NTT

termasuk kategori kota yang tergolong

memiliki persistensi yang cukup tinggi.

Pada triwulan II-2012 inflasi NTT

kembali berada atas inflasi Nasional

setelah pada triwulan sebelumnya

berada dibawah level Nasional.

Pergerakan harga kelompok

I II III IV I II III IV I IIyear on year

Nasional 3.43% 5.05% 5.80% 6.96% 6.65% 5.54% 4.61% 3.79% 3.97% 4.53%NTT 8.70% 10.67% 10.86% 9.72% 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02%Kota Kupang 9.03% 11.08% 11.42% 9.97% 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% 4.37%Maumere 7.02% 8.52% 8.05% 8.48% 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% 8.45%

year to dateNasional 0.99% 2.42% 5.28% 6.96% 0.70% 1.06% 2.97% 3.79% 0.88% 1.78%NTT 3.06% 5.42% 8.65% 9.72% 2.09% 2.37% 3.35% 4.68% 1.03% 2.70%Kota Kupang 3.25% 5.56% 8.81% 9.97% 2.32% 2.39% 3.16% 4.32% 1.13% 2.44%Maumere 2.11% 4.68% 7.84% 8.48% 0.86% 2.29% 4.37% 6.59% 0.49% 4.07%

Inflasi2010 2011 2012

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.4 Inflasi NTT dan Nasional

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT

Sumber : BPS diolah

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 13

perumahan baik dari komoditi maupun tarif pekerja serta tarif angkutan udara

yang meningkat cukup tajam menjadi penyebab utama terjadinya inflasi yang

cukup tinggi selama triwulan laporan.

Tingginya tingkat fluktuasi inflasi di NTT, tidak terlepas dari kondisi

geografis yang dikelilingi oleh laut, ketergantungan pada kelancaran jalur

pelayaran akan sangat menentukan. Kemudian, hampir seluruh barang kebutuhan

konsumsi masyarakat NTT berasal dari provinsi lain, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi

Selatan. Oleh karena tingkat ketergantungan kepada daerah-daerah tersebut

cukup tinggi, menyebabkan kedua kota di NTT rentan terhadap fluktuasi harga.

Selain itu, fluktuasi tarif angkutan udara akibat faktor seasonal menjadi driver

inflasi di NTT.

I II III IV I IIUMUM 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02%BAHAN MAKANAN 14.01% 9.84% 4.07% 0.49% -1.71% -1.63%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.74% 7.27% 4.99% 4.83% 3.82% 6.13%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.06% 5.45% 4.48% 4.64% 4.17% 7.60%SANDANG 4.88% 6.67% 9.39% 11.60% 14.49% 14.34%KESEHATAN 6.32% 5.94% 6.31% 5.41% 4.22% 3.93%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.49% 4.34% 5.46% 2.79% 4.07% 3.47%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.69% 1.55% 1.86% 11.42% 10.08% 10.71%

20122011Komoditi

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.5 Struktur Inflasi Bulanan NTT

Sumber : BPS diolah

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 14

2.2 Inflasi Kota Kupang

Pergerakan harga di

Kota Kupang mulai

meningkat pada triwulan

laporan. Setelah pada triwulan

sebelumnya pergerakan inflasi

relatif stabil, pada triwulan

laporan mulai terjadi tekanan

inflasi. Inflasi Kota Kupang

pada akhir triwulan II-2012

sebesar 4,37% (yoy).

Mendekati bulan Ramadhan

dan musim liburan sekolah

membuat tekanan inflasi di Kota Kupang meningkat cukup tajam. Inflasi tahunan

paling tinggi terjadi pada kelompok sandang yang mencapai 15,25% diikuti

dengan kelompok transpor yang mencatatkan inflasi tahunan sebesar 12,28%.

Inflasi kelompok transportasi paling tinggi dialami oleh tarif angkutan udara,

kemudian untuk kelompok sandang disumbangkan oleh kenaikan harga sandang

laki-laki. Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 4,58%. Penurunan

harga paling signifikan terjadi pada komoditi ikan segar, sayuran dan bumbu-

bumbuan. Sedangkan khusus untuk beras, pada triwulan laporan merupakan

musim panen sehingga pergerakan harganya relatif stabil.

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang

Sumber : BPS diolah

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 15

Selama triwulan II-2012 terjadi perubahan indeks IHK sebesar 1,29% (qtq),

meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau bahkan bila

dibandingkan dengan triwulan II-2011. Tekanan inflasi tertinggi selama triwulan II-

2012 terjadi pada kelompok perumahan, listrik, air dengan perubahan indeks

sebesar 4,74% diikuti dengan kelompok sandang yang mengalami perubahan

indeks sebesar 2,97%. Kenaikan harga bahan bangunan dan tarif tukang bukan

mandor memiliki andil besar dalam pembentukan inflasi pada triwulan laporan.

Pada triwulan laporan kelompok transport juga memberikan andil terhadap inflasi

dengan perubahan indeks sebesar 1,91%. Kenaikan tarif angkutan udara yang

disebabkan peningkatan permintaan (demand) pada saat liburan sekolah menjadi

sumber utama terjadinya inflasi pada kelompok transpor. Tekanan inflasi Kota

Kupang yang tertinggi terjadi pada bulan Juni dengan inflasi bulanan mencapai

0,88%. Tingginya inflasi pada Juni 2012, bersumber pada kenaikan tariff angkutan

udara dan kenaikan harga pada komoditi ikan segar. Sementara pada bulan

Februari tekanan inflasi bersumber pada kelompok perumahan khususnya pada

tarif tukang bukan mandor dan kenaikan harga semen. Sedangkan pada bulan

April terjadi deflasi yang disebabkan oleh turunnya harga ikan segar dan komoditi

sayur-sayuran.

Sumber utama tekanan inflasi pada kelompok volatile food adalah

peningkatan harga pada komoditas ikan segar yaitu ikan tongkol, ikan kembung,

ikan tembakang dan ikan cakalang. Kondisi cuaca di perairan NTT yang kurang

kondusif berpengaruh terhadap kuantitas hasil tangkapan ikan yang memicu

terjadinya lonjakan harga. Sumber tekanan inflasi yang lain masih berasal dari

kelompok bahan makanan, yaitu komoditi bawang putih dan kangkung.

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

%,yoyInflasi IHK (yoy)

Core

Adm Price

Volatile Foods

Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan  sub kelompok)

(2)

10 

12 

14 

16 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

%,yoyAdm Price Volatile Food Core

Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok)

Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Kupang

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 16

Inflasi kelompok administered prices selama triwulan II-2012 tercatat

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tekanan

inflasi pada kelompok administered price didorong oleh lonjakan kenaikan harga

tarif angkutan udara. Musim liburan sekolah mendorong tingginya tarif angkutan

selama bulan laporan.

Core inflation pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kelompok perumahan masih menjadi sumber tekanan inflasi inti pada

bulan triwulan II-2012. Kenaikan harga pada komoditas semen, sewa rumah dan

besi beton merupakan pemicu utama inflasi inti pada triwulan laporan.

2.3 Inflasi Kota Maumere

Pergerakan inflasi di

Kota Maumere menunjukkan

kenaikan yang signifikan. Inflasi

tahunan Maumere pada akhir

triwulan laporan sebesar 8,45%

(yoy) jauh lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2012 yang

hanya sebesar 6,00% (yoy) dan

akhir tahun 2011 yang mencapai

6,59% (yoy). Kelompok barang

yang mengalami inflasi tertinggi pada akhir triwulan II-2012 adalah kelompok

bahan makanan dengan inflasi tahunan sebesar 14,93% (yoy) diikuti dengan

kelompok sandang yang mengalami inflasi tahunan sebesar 9,13% (yoy).

I II III IV I IIUMUM 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% 4.37%BAHAN MAKANAN 14.69% 10.42% 3.97% -1.13% -3.72% -4.58%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.19% 6.68% 4.51% 4.62% 3.97% 6.42%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.27% 5.56% 4.26% 4.50% 4.34% 8.45%SANDANG 4.87% 7.15% 10.23% 12.76% 15.59% 15.25%KESEHATAN 7.28% 6.38% 6.94% 5.86% 4.27% 4.00%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.88% 4.96% 5.65% 2.46% 3.52% 2.73%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 8.83% 1.68% 1.99% 13.30% 11.49% 12.28%

KOMODITI 2011 2012

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Maumere

Sumber : BPS diolah

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 17

Secara triwulanan, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan

makanan dengan inflasi triwulanan sebesar 7,35% (qtq) sedangkan untuk inflasi

pada kelompok makanan jadi tercatat sebesar 2,04%. Selama triwulan I-2012,

tekanan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni dengan inflasi bulanan sebesar

1,92% (mtm) sementara bulan Mei sempat melemah dengan inflasi sebesar

0,40% (mtm) setelah pada bulan April terjadi inflasi sebesar 1,20% (mtm).

Berbeda dengan Kota Kupang, tekanan inflasi Kota Maumere pada triwulan

laporan dominan disumbang oleh kenaikan harga ikan segar.

I II III IV I IIUMUM 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% 8.45%BAHAN MAKANAN 10.13% 6.69% 4.56% 9.47% 10.12% 14.93%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.82% 10.62% 7.78% 6.06% 3.05% 4.61%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.04% 4.94% 5.60% 5.35% 3.30% 3.36%SANDANG 4.95% 4.01% 4.67% 5.08% 8.43% 9.13%KESEHATAN 1.27% 3.59% 2.80% 2.85% 3.93% 3.49%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.42% 1.03% 4.49% 4.60% 7.05% 7.57%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 1.32% 0.75% 1.16% 0.37% 1.75% 1.26%

2012KOMODITI 2011

Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Maumere

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy)

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 18

BBB AAA BBB IIIIIIIII

PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

33..11 PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN BBAANNKK UUMMUUMM

33..11..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

Kinerja perbankan NTT pada triwulan II-2012 masih menunjukkan

perkembangan yang positif. Indikator kinerja utama perbankan yaitu Aset,

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran Kredit perbankan NTT

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Iklim perekonomian yang

kondusif khususnya pada sektor perdagangan dan sektor bangunan yang

mempunyai pengaruh langsung pada peningkatan pendapatan masyarakat

berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan DPK. Sementara dua indikator

lainnya yaitu aset dan kredit perbankan meningkat signfikan dibandingkan

dengan triwulan II-2011 walaupun laju pertumbuhannya mengalami

perlambatan.

Perkembangan kinerja perbankan yang masih bergerak positif

merupakan indikator peningkatan fungsi intermediasi perbankan

NTT. Rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun oleh perbankan

(LDR) pada triwulan II-2012 sebesar 79,73% atau meningkat sebesar

0,71%. Peningkatan nominal kredit yang disalurkan tidak berdampak pada

performance kredit perbankan, tercermin dari rasio non performing loan

(NPLs) yang relatif turun di level 1,51%. Prinsip kehati - hatian atau

indikator 2010 2011 2012

utama I II III IV I II III IV I II

Aset (miliar) 11,836.32 12,228.45 12,520.21 13,252.33 13,816.23 14,961.89 16,171.74 16,686.64 17,767.42 18,120.94

y-o-y 23.15% 18.48% 13.88% 12.87% 16.73% 22.35% 29.17% 25.91% 28.60% 21.11%

Kredit (miliar) 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88 8,972.52 9,686.07 10,187.94 10,478.06 11,397.38

y-o-y 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03%

DPK (miliar) 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10 11,422.70 11,826.96 12,754.89 13,429.61 14,295.74

y-o-y 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91% 16.95% 20.33% 24.95% 24.45% 25.15%

LDR 75.38% 78.61% 82.73% 77.19% 76.14% 78.55% 81.90% 79.87% 78.02% 79.73%

NPL 1.96% 1.87% 1.86% 1.95% 2.34% 2.33% 2.04% 1.42% 1.66% 1.51%

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 19

prudential banking dalam penyaluran kredit merupakan salah satu upaya

dalam meminimalkan resiko dalam penyaluran kredit.

33..11..22.. IInntteerrmmeeddiiaassii PPeerrbbaannkkaann

Meningkatnya laju pertumbuhan dana masyarakat (DPK)

merupakan dampak tidak langsung dari meningkatnya aktivitas

ekonomi di Provinsi NTT. Peningkatan aktivitas ekonomi secara langsung

akan berdampak pada meningkatnya perputaran uang baik tunai maupun non

tunai. Excess money di masyarakat sebagian ditempatkan dalam bentuk

simpanan di perbankan. Hal ini terlihat dari meningkatnya laju pertumbuhan

penghimpunan dana masyarakat yang mencapai 25,15% (yoy) atau lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 24,45%.

Daerah BUMN SwastaProvinsi Nusa Tenggara Timur 1 4 12Kota/Kabupaten

‐ Kota/Kabupaten Kupang 1 4 12‐ Kabupaten Sumba Barat 1 3 1‐ Kabupaten Sumba Timur 1 3 1‐ Kabupaten TTS 1 3 2‐ Kabupaten TTU 1 3 1‐ Kabupaten Belu 1 4 3‐ Kabupaten Alor 1 3 0‐ Kabupaten Lembata 1 3 0‐ Kabupaten Flores Timur 1 3 2‐ Kabupaten Sikka 1 4 2‐ Kabupaten Sabu Raijua 1 1 0‐ Kabupaten Ende 1 4 1‐ Kabupaten Ngada 1 3 1‐ Kabupaten Manggarai 1 4 1‐ Kabupaten Rote Ndao 1 2 0‐ Kabupaten Manggarai Barat 1 3 0‐ Kabupaten Sumba Barat Daya 1 2 0‐ Kabupaten Sumba Tengah 1 0 0‐ Kabupaten Nagekeo 1 1 0‐ Kabupaten Manggarai Timur 1 1 0

JUMLAH PERBANKAN

1.2.

Daerah

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.2 Jumlah Bank Per Kabupaten

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 20

Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat (DPK)

bersumber pada meningkatnya laju pertumbuhan dana pada rekening

tabungan. Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat pada rekening

tabungan perbankan NTT sebesar Rp 6,95 triliun. Jumlah tersebut mengalami

peningkatan yang sangat signifikan yaitu 30,29% dibandingkan triwulan II-

2011. Faktor utama peningkatan dana pada rekening tabungan adalah

peningkatan penempatan dana oleh golongan pemilik pemerintah yang

mencapai 137,79% (yoy). Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah

mulai mempertimbangkan untuk menempatkan dana pada instrument jangka

pendek untuk mempermudah mendapatkan dana liquid apabila sewaktu-

waktu dibutuhkan pencairan dana. Pola penempatan dana pemerintah

mengikuti pola realisasi anggaran belanja, dimana semakin banyak realisasi

anggaran pemerintah, maka pemerintah akan cenderung untuk menempatkan

dananya pada instrument berjangka waktu pendek. Secara perseorangan,

masyarakat cenderung untuk menahan konsumsi dan melakukan saving pada

triwulan II-2012 guna mengantisipasi lonjakan kebutuhan menjelang tahun

ajaran baru dan Hari Raya Idhul Fitri yang diperingati pada bulan Agustus 2012.

Penghimpunan dana pada rekening giro mengalami kenaikan

sebesar 15,13% (yoy). Dibandingkan dengan triwulan I-2012, laju

pertumbuhan penempatan dana pada rekening giro cenderung melambat.

Apabila dibandingkan berdasarkan golongan pemilik, terjadi kenaikan yang

cukup signifikan pada rekening yang dimiliki oleh pemerintah, yaitu sebesar

14,89% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang

sebesar 13,06% (yoy). Namun, pada golongan pemilik swasta dan

perseorangan terjadi perlambatan laju pertumbuhan dana giro. Bahkan pada

2010 2011 2012

I II III IV I II III IV I II

DPK 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10 11,422.70 11,826.96 12,754.89 13,429.61 14,295.74

y-o-y 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91% 16.95% 20.33% 24.95% 24.45% 25.15%

Giro 2,499.54 2,901.17 2,831.37 1,963.11 2,916.83 2,985.66 2,851.61 2,538.81 3,398.59 3,437.42

y-o-y -1.63% 3.33% 3.34% -3.22% 16.69% 2.91% 0.71% 29.33% 16.52% 15.13%

Deposito 2,251.18 2,269.67 2,265.93 2,597.01 2,771.36 3,106.35 3,309.02 3,019.11 3,780.04 3,912.83

y-o-y 17.70% 14.07% 8.56% 32.98% 23.11% 36.86% 46.03% 16.25% 36.40% 25.96%

Tabungan 4,479.78 4,596.56 4,731.69 5,647.97 5,102.91 5,330.70 5,666.32 7,196.97 6,250.97 6,945.49

y-o-y 17.42% 14.16% 13.03% 9.93% 13.91% 15.97% 19.75% 27.43% 22.50% 30.29%

DPK (miliar)

Tabel 3.3 Perkembangan Komponen DPK

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 21

golongan pemilik lainnya terjadi penurunan pertumbuhan giro yang sangat

signifikan yaitu sebesar 42,64%. Diperkirakan ada shifting penempatan dana

giro ke rekening tabungan untuk memudahkan pencairan dana.

Penempatan dana pada rekening deposito masih menunjukkan

peningkatan walaupun terdapat kecenderungan melambat. Penempatan

dana pada rekening deposito pada triwulan II-2012 mencapai Rp 3,91 triliun

atau meningkat sebesar 25,96% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut melambat

dibandingkan triwulan I-2012 yang mencapai 36,40%. Melambatnya laju

pertumbuhan dana pada rekening giro terjadi untuk semua golongan pemilik.

Secara triwulanan (qtq) terjadi pertumbuhan negatif untuk pada dua jenis

golongan pemilik, yaitu golongan pemilik swasta dan perorangan. Tingkat

kebutuhan yang diperkirakan naik menjelang musim ajaran baru dan Hari Raya

Idhul Fitri diperkirakan menjadi salah satu faktor dilakukan shifting penempatan

excess liquidity-nya ke rekening tabungan.

Komposisi penghimpunan DPK perbankan NTT masih didominasi

oleh penghimpunan dana pada rekening tabungan. Pada triwulan

laporan, komposisi dana tabungan mencapai 48,58%, sementara dana pada

rekening giro sebesar 24,05% dan deposito sebesar 27,37%. Dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, komposisi penempatan dana pada rekening giro

dan deposito mengalami penurunan. Hal ini disebabkan akselerasi

pertumbuhan pada masing-masing rekening berbeda signifikan. Akselerasi

pertumbuhan tertinggi pada rekening tabungan sehingga share tabungan

dalam pembentukan DPK Perbankan NTT meningkat cukup signifikan.

Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.1 Komposisi DPK

Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 22

Laju pertumbuhan penyaluran kredit perbankan NTT relatif stabil

pada level 27,03%. Akselerasi penyaluran kredit jenis produktif baik kredit

modal kerja maupun kredit investasi lebih tinggi dibandingkan dengan kredit

jenis konsumsi. Data yang dihimpun Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa pada triwulan I-2012 terjadi

peningkatan penyaluran kredit jenis modal kerja sebesar 36,20% (yoy).

Sementara peningkatan penyaluran kredit jenis investasi sangat signifikan

sebesar 53,49% (yoy) walaupun dibandingkan triwulan sebelumnya laju

pertumbuhannya relatif melambat. Secara sektoral, terjadi peningkatan

penyaluran kredit yang cukup signifikan di hampir semua sektor ekonomi,

khususnya sektor-sektor unggulan di daerah.

Peningkatan kegiatan ekonomi di NTT berimplikasi pada

peningkatan kredit, khususnya kredit kredit modal kerja. Peningkatan

kredit modal kerja didorong oleh peningkatan permintaan kredit pada sektor-

sektor dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Peningkatan kredit

pada sektor tersebut mencapai 42,65% (yoy), dengan porsi sektor tersebut

dalam penyaluran kredit modal kerja sebesar 62,41%. Sementara itu

penyaluran kredit pada sektor industri pengolahan mengalami peningkatan

yang sangat signifikan yaitu sebesar 893,61% dengan porsi sebesar 4,59% dari

total kredit modal kerja. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor

perdagangan terus berekspansi untuk meningkatkan size usahanya terkait

dengan peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat NTT.

2010 2011 2012

I II III IV I II III IV I II

Kredit 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88 8,972.52 9,686.07 10,187.94 10,478.06 11,397.38

y-o-y kredit 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03%

Modal kerja 1,720.72 1,896.00 2,089.71 2,169.02 2,154.77 2,353.29 2,619.88 2,700.87 2,701.30 3,205.28

y-o-y modal kerja 16.57% 14.03% 17.00% 21.63% 25.22% 24.12% 25.37% 24.52% 25.36% 36.20%

Investasi 295.69 357.41 365.36 391.26 395.74 443.62 486.21 604.06 637.82 680.92

y-o-y investasi 80.47% 77.79% 66.90% 63.34% 33.84% 24.12% 33.08% 54.39% 61.17% 53.49%

Konsumsi 4,941.36 5,425.02 5,676.24 5,319.78 5,666.37 6,175.61 6,579.98 6,883.00 7,138.94 7,511.19

y-o-y konsumsi 27.21% 29.31% 27.31% 14.64% 14.67% 13.84% 15.92% 29.39% 25.99% 21.63%

Kredit(miliar)

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 23

Pertumbuhan investasi di NTT masih menunjukkan peningkatan

yang positif walaupun relatif melambat. Peningkatan penyaluran kredit

investasi bersumber dari peningkatan kredit pada sektor transportasi, sektor

perdagangan besar, sektor penyediaan akomodasi serta sector industri

pengolahan dengan kenaikan masing-masing sebesar 408,31%, 62,09%,

74,08% dan 21,12% (yoy). Hal tersebut terkait pembangunan beberapa hotel

dan restoran di wilayah NTT. Hal tersebut mengindikasikan bahwa wilayah NTT

masih sangat potensial untuk pengembangan usaha dalam jangka panjang.

Secara geografis, penyebaran penyaluran kredit masih

terkonsentrasi di Kota Kupang. Share penyaluran kredit di Kota Kupang

mencapai 40,23%. Banyaknya jumlah bank yang beroperasi di Kota Kupang

I II III IV I IIPertanian, Perburuan Dan Kehutanan 10.91 11.03 13.13 19.23 18.39 28.26 156.3%Perikanan 2.79 2.81 4.82 4.23 4.34 5.59 99.3%Pertambangan Dan Penggalian 2.95 3.94 4.89 4.00 4.17 4.38 11.2%Industri Pengolahan 14.05 14.80 17.23 136.63 136.28 147.05 893.6%Listrik, Gas Dan Air 3.76 4.38 3.80 2.68 2.37 4.80 9.5%Konstruksi 83.79 137.39 215.70 153.27 133.62 240.48 75.0%Perdagangan Besar Dan Eceran 1,351.88 1,402.29 1,503.69 1,535.54 1,523.10 2,000.30 42.6%Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 10.81 12.84 14.84 18.19 18.50 40.91 218.6%Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 9.98 15.88 19.39 17.68 19.31 29.85 87.9%Perantara Keuangan 15.18 18.44 20.51 28.73 29.19 35.82 94.3%Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 31.56 42.55 51.74 47.62 42.84 40.96 -3.7%Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib - - - - - - 0.0%Jasa Pendidikan 0.53 0.53 0.99 0.90 1.27 2.09 293.0%Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.51 1.48 2.32 3.65 0.66 0.60 -59.5%Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainny 279.59 279.47 293.55 267.49 298.72 178.18 -36.2%Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.11 0.08 0.07 0.32 0.13 0.09 18.4%Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.54 6.33 6.95 6.74 6.83 - -100.0%Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 334.82 399.06 446.25 453.98 461.58 445.92 11.7%Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0.03 - - - - - 0.0%

% (yoy)KREDIT MODAL KERJA (Rp Miliar)2011 2012

I II III IV I IIPertanian, Perburuan Dan Kehutanan 3.60 4.42 4.03 3.73 4.27 6.12 38.5%Perikanan 2.36 2.23 2.61 2.64 2.73 2.72 22.2%Pertambangan Dan Penggalian 1.86 1.74 2.35 2.27 2.13 2.30 32.2%Industri Pengolahan 3.56 5.61 6.62 18.54 20.79 21.94 290.9%Listrik, Gas Dan Air 12.90 10.49 3.68 4.12 3.48 3.67 -65.0%Konstruksi 122.99 134.50 138.51 149.53 148.97 151.57 12.7%Perdagangan Besar Dan Eceran 104.14 123.17 140.63 165.65 181.29 199.65 62.1%Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 52.21 70.40 79.91 91.04 96.59 101.61 44.3%Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 19.03 19.48 28.97 78.30 90.63 99.02 408.3%Perantara Keuangan - 1.22 5.35 0.17 0.16 0.15 -87.9%Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 18.08 19.29 20.56 22.38 24.23 26.91 39.5%Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib - - - - - - 0.0%Jasa Pendidikan 4.73 4.42 9.74 10.97 9.23 8.78 98.5%Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.87 1.73 1.76 1.74 1.77 1.65 -4.4%Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainny 11.72 14.82 15.47 24.85 27.98 30.63 106.7%Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.11 0.22 0.21 0.67 0.74 1.26 461.9%Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 - -100.0%Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 36.56 29.86 25.82 27.45 22.81 22.95 -23.1%Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha - - - - - - 0.0%

% (yoy)KREDIT INVESTASI (Rp Miliar)2011 2012

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Investasi

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 24

serta size ekonomi Kupang yang paling besar di wilayah NTT menjadi penyebab

utama besarnya share penyaluran kredit oleh perbankan di Kota Kupang.

Namun, laju pertumbuhan kredit terbesar pada triwulan laporan terdapat di

Kota Kupang dan Lembata dengan pertumbuhan masing-masing sebesar

43,84% dan 37,82% (yoy). Hal ini karena outstanding kredit kedua wilayah

tersebut masih relatif kecil sehingga kenaikan outstanding kredit akan

berdampak signifikan.

Secara struktural, komposisi penyaluran kredit perbankan NTT

belum mengalami perubahan. Penyaluran kredit perbankan NTT masih

didominasi oleh kredit jenis konsumsi dengan porsi mencapai 65,90% dari total

kredit perbankan NTT. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan

investasi menyumbang share masing-masing sebesar 28,12% dan 5,97%.

Walaupun perlahan, akselerasi pertumbuhan kredit produktif yang relatif lebih

tinggi dibandingkan dengan konsumsi mulai mengurangi share kredit konsumsi

terhadap total kredit perbankan di NTT.

I II III IV I II

Kab. Timor-Tengah Selatan 4.80% 5.97% 6.89% 17.34% 18.37% 18.02% 3.96%

Kab. Timor-Tengah Utara 0.48% 1.22% 2.86% 23.05% 20.63% 19.78% 4.02%

Kab. Belu 3.12% 0.49% 1.57% 15.55% 12.06% 11.49% 6.60%

Kab. Alor 13.23% 11.91% 14.66% 24.13% 19.99% 16.41% 3.59%

Kab. Flores Timur 14.97% 15.50% 14.51% 23.92% 17.72% 18.46% 5.31%

Kab. Sikka 9.99% 10.24% 13.56% 21.21% 18.36% 16.72% 6.63%

Kab. Ende 11.88% 10.74% 15.85% 24.09% 23.73% 23.71% 6.66%

Kab. Ngada -1.21% 22.82% 23.29% 31.06% 24.45% 20.85% 3.35%

Kab. Manggarai 11.65% -4.19% -5.45% -5.63% -8.62% 5.78% 5.69%

Kab. Sumba Timur 20.44% 37.63% 40.50% 52.13% 45.21% 21.43% 5.92%

Kab. Sumba Barat 6.17% 29.48% 24.80% 24.50% 17.30% 16.91% 4.30%

Kab. Lembata -6.64% -1.52% 12.11% 45.76% 48.04% 37.82% 1.69%

Kab. Rote -16.35% -9.16% 0.81% 57.97% 50.65% 34.95% 0.96%

Kab. Manggarai Barat 2.83% 8.89% 18.28% 26.99% 31.47% 28.11% 1.09%

Kota Kupang 42.95% 31.42% 33.75% 42.74% 43.72% 43.84% 40.23%

TOTAL 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03% 100.00%

Wilayah2011 (yoy) 2012(yoy)

share

Tabel 3.7 Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perbankan per Kabupaten (yoy)

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 25

Penurunan BI Rate pada level 5,75% baru direspon perbankan

dengan penurunan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Apabila

dicermati, terdapat lag yang cukup lama antara respon perbankan terhadap

penurunan BI rate. Pada triwulan II-2012 rata-rata suku bunga kredit

perbankan NTT sebesar 15,40% atau lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sempat naik mencapai 15,53%. Penurunan suku

bunga kredit terjadi pada kredit jenis modal kerja dan konsumsi dengan rata-

rata suku bunga kredit masing-masing sebesar 14,23% dan 15,84%.

Sementara untuk kredit berjenis investasi mengalami kenaikan rata-rata suku

bunga sebesar 0,15% sehingga suku bunga kredit investasi pada triwulan II-

2012 sebesar 16,04%.

Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi

oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Share sektor Perdagangan

Besar dan Eceran mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu dari

16,27% pada triwulan I-2012 menjadi 19,30% pada triwulan laporan. Hal

tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan penyaluran kredit pada sektor

tersebut yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.

Sementara itu, sektor pertanian yang juga mengalami kenaikan yang sangat

signifikan sebesar 122,57% (yoy) pada triwulan II-2012 meningkatkan share

sektor tersebut dalam total perbankan menjadi 0,30%. Demikian pula dengan

sektor konstruksi yang meningkat cukup signifikan sebesar 44,19% (yoy)

sehingga share sektor tersebut terhadap total kredit perbankan meningkat

menjadi 3,44%.

Grafik 3.4 Perkembangan Suku bunga Grafik 3.3 Komposisi Kredit

Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 26

Kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2012,

rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana (Loan to Deposit Ratio)

sebesar 79,73%. Rasio tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 78,02%. Peningkatan fungsi

intermediasi tersebut didorong oleh akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit

perbankan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan

penghimpunan DPK.

Kredit per 2011 2012

sektor (miliar) I II III IV I II

Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 14.51 15.45 17.16 22.96 22.66 34.38

Perikanan 5.15 5.03 7.43 6.87 7.07 8.32

Pertambangan Dan Penggalian 4.80 5.68 7.24 6.26 6.30 6.68

Industri Pengolahan 17.63 20.41 23.85 155.17 157.07 168.99

Listrik, Gas Dan Air 16.66 14.87 7.48 6.80 5.85 8.47

Konstruksi 206.86 271.89 354.21 302.80 282.59 392.05

Perdagangan Besar Dan Eceran 1,456.03 1,525.46 1,644.45 1,701.19 1,704.39 2,199.95

Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 63.02 83.24 94.79 109.23 115.10 142.52

Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 29.02 35.36 48.36 95.97 109.94 128.87

Perantara Keuangan 15.18 19.66 25.86 28.91 29.35 35.96

Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 49.84 61.84 72.36 70.01 67.07 67.87

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Jasa Pendidikan 5.26 4.95 10.73 11.87 10.50 10.86

Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 3.38 3.21 4.08 5.39 2.42 2.25

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lain 291.30 294.29 309.02 292.34 326.70 208.81

Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.22 0.30 0.28 1.00 0.87 1.35

Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.56 6.34 6.96 6.75 6.84 0.00

Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 371.38 428.92 472.07 481.43 484.39 468.87

Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 5,666.10 6,175.61 6,579.73 6,883.00 7,138.94 7,511.19

Total 8,216.88 8,972.52 9,686.07 10,187.94 10,478.06 11,397.38

Grafik 3.5 Perkembangan LDR Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 27

Optimalisasi penyaluran kredit perbankan pada triwulan II-2012

diindikasikan dari rasio kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat

(undisbursed loan) terhadap total kredit yang hanya sebesar 5,06% jauh lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,02%. Rasio

undisbursed loan tersebut merupakan rasio terendah dalam 10 tahun terakhir.

Performance penyaluran kredit perbankan NTT masih terkendali,

bahkan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Rasio Non

Performing loan (NPL) perbankan NTT pada triwulan II-2012 terjaga pada level

1,51%. Peningkatan penyaluran kredit yang signifikan belum mempengaruhi

kualitas kredit secara keseluruhan. Rasio NPL kredit modal kerja dan investasi

pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya dengan rasio masing-masing sebesar 3,09% dan 2,59%. Berbeda

dengan dua jenis kredit lainnya, kualitas penyaluran kredit konsumsi menurun

walaupun rasionya masih tetap jauh dibawah rasio NPL kredit produktif. Rasio

NPL kredit konsumtif pada triwulan laporan sebesar 0,74% atau lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2012 yang hanya sebesar 0,66%. Peningkatan rasio

NPL kredit konsumsi bersumber pada peningkatan rasio NPL untuk kredit

kepemilikan rumah s.d tipe 21 dan kredit kepemilikan mobil roda empat

dengan rasio NPL masing-masing sebesar 1,89% dan 0,90%.

Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal KerjaGrafik 3.7 Perkembangan NPL

Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 28

33..11..33.. KKrreeddiitt UUMMKKMM ((UUssaahhaa MMiikkrroo KKeecciill MMeenneennggaahh))

Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) meningkat signifikan sebesar 34,92% (yoy). Laju pertumbuhan

penyaluran kredit kepada UMKM masih menunjukkan tren positif, dengan

pertumbuhan kredit UMKM lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan

kredit secara keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa laju

pertumbuhan kredit produktif lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran

kredit konsumtif. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi menyebabkan rasio kredit

UMKM terhadap total kredit naik sebesar 1,80% sehingga rasio pada triwulan

laporan mencapai 26,93%.

Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM merata

untuk semua kategori usaha. Penyaluran kredit untuk UMKM jenis

menengah tumbuh signifikan sebesar 78,47% dengan outstanding kredit

mencapai Rp 684 miliar dan jumlah debitur sebanyak 1.000 unit usaha.

Penggunaan kredit untuk usaha menengah didominasi untuk keperluan modal

kerja (82,07%) dibandingkan dengan penggunaan untuk investasi (17,93%).

Sedangkan penyaluran kredit pada usaha jenis kecil mengalami kenaikan

sebesar 23,86% dengan outstanding kredit sebesar Rp 1,88 triliun dan jumlah

debitur mencapai 8.479 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan

untuk kebutuhan modal kerja (86,53%) dan investasi (13,47%). Penyaluran

kredit pada usaha jenis mikro mengalami kenaikan sebesar 35,14% dengan

outstanding kredit sebesar Rp 506 miliar dan jumlah debitur sebesar 35.906

I II III IV I II III IV I IITOTAL KREDIT 6,958 7,678 8,131 7,880 8,217 8,973 9,686 10,188 10,478 11,397

yoy 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03%KREDIT UMKM 1,696 2,017 2,064 2,164 2,142 2,275 2,497 2,570 2,634 3,070

yoy 6.96% 11.80% 7.56% 11.48% 26.30% 12.82% 21.01% 18.75% 22.97% 34.92%MIKRO 247 276 282 300 342 375 406 422 442 506

yoy 18.79% 22.42% 16.77% 17.71% 38.62% 35.59% 44.16% 40.72% 29.18% 35.14%KECIL 1,191 1,438 1,406 1,491 1,449 1,517 1,590 1,592 1,621 1,879

yoy 93.77% 112.51% 97.31% 120.56% 21.67% 5.49% 13.04% 6.75% 11.88% 23.86%MENENGAH 258 302 376 373 351 383 501 556 571 684

yoy ‐66.18% ‐66.48% ‐61.06% ‐63.09% 35.86% 26.87% 33.47% 49.07% 62.76% 78.47%Ratio thd total kredit 24.37% 26.26% 25.38% 27.46% 26.06% 25.36% 25.78% 25.22% 25.13% 26.93%

2011 KREDIT(miliar)

2010 2012

Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 29

unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal

kerja (85,08%) dan investasi (14,92%). Salah satu mekanisme penyaluran

kredit untuk UMKM adalah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Peningkatan

penyaluran KUR di NTT menjadi salah satu pendorong meningkatnya kredit

kepada UMKM (boks 2)

Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah

sektor perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 60,64% dari

total penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor

perikanan hanya sebesar sebesar 1,06% dan 0,27%. Resiko penyaluran kredit

(NPLs) kepada UMKM pada triwulan laporan terjaga pada level 3,59%.

33..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann BBPPRR

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) NTT mulai menunjukkan

peningkatan lagi setelah pada triwulan sebelumnya melambat. Indikator

utama kinerja BPR yaitu total asset, penyaluran kredit maupun penghimpunan

dana masyarakat mengalami kenaikan yang signifikan. Pertumbuhan total asset

BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 30,95% dengan nilai sebesar

Rp 213,51 miliar. Demikian pula dengan pertumbuhan penghimpunan Dana

I II III IV I IIPertanian, Perburuan Dan Kehutanan 13           13           14           21           21           32          Perikanan 4             4             7             7             7             8            Pertambangan Dan Penggalian 3             4             6             6             6             7            Industri Pengolahan 17           19           22           26           33           46          Listrik, Gas Dan Air 15           14           7             5             5             6            Konstruksi 73           88           156         144         162         222        Perdagangan Besar Dan Eceran 1,327     1,379     1,418     1,476     1,444     1,861    Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 35           45           58           69           75           95          Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 26           28           45           52           65           83          Perantara Keuangan 15           19           25           28           29           35          Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 29           32           36           41           42           45          Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib ‐         ‐         ‐         ‐         ‐         ‐        Jasa Pendidikan 2             2             8             9             9             8            Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1             2             1             1             2             1            Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 210         190         214         194         242         149        Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0             0             0             0             1             1            Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 1             6             7             7             7             ‐        Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 371         429         472         481         484         469        Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0             ‐         ‐         ‐         ‐         ‐        KREDIT UMKM 2,142     2,275     2,497     2,570     2,634     3,070    

2011 KREDIT SEKTORAL(miliar)

2012

Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 30

Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat signifikan sebesar 32,67% (yoy) dan

penyaluran kredit BPR NTT yang meningkat sebesar 26,57% (yoy). dengan

outstanding mencapai Rp 166,73 miliar. Fungsi intermediasi perbankan

meningkat, namun masih melebihi batas yang dipersyaratkan oleh Bank

Indonesia. Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR NTT masih diatas 100% yaitu

sebesar 106,71%. Sementara kualitas penyaluran kredit oleh BPR (NPLs)

sebesar 6,27% atau berada diatas level yang dipersyaratkan.

Dominasi penyaluran kredit pada sektor produktif terus

meningkat pada triwulan laporan. Laju pertumbuhan kredit modal kerja

dan investasi masih relatif tinggi dibandingkan dengan kredit konsumsi

walaupun ada kecenderungan melambat. Pada triwulan II-2012, outstanding

kredit jenis modal kerja sebesar Rp 80,20 miliar dengan peningkatan sebesar

25,46% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II-2011. Laju pertumbuhan

penyaluran kredit modal kerja relatif melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang sebesar 28,69% (yoy). Demikian halnya dengan laju

pertumbuhan kredit investasi yang ikut melambat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Penyaluran untuk kedua jenis kredit produktif tersebut

memiliki share sebesar 63,63% dari total penyaluran kredit BPR NTT. Hal ini

merupakan indikator yang positif bagi perekonomian, dimana pelaku usaha

banyak melakukan investasi untuk pengembangan usaha jangka panjang serta

penambahan modal untuk memperbesar kapasitas usahanya.

Indikator(juta) I II III IV I II III IV I II

Aset 118,608 129,951 136,869 150,664 158,501 163,042 177,101 198,020 203,230 213,512

y-o-y aset 57.94% 54.66% 34.09% 38.06% 33.63% 25.46% 29.39% 31.43% 28.22% 30.95%

DPK 81,937 87,083 95,297 106,827 113,598 117,759 126,185 142,921 145,731 156,236

y-o-y DPK 84.38% 67.22% 40.84% 49.46% 38.64% 35.23% 32.41% 33.79% 28.29% 32.67%

Kredit 93,822 103,399 116,376 119,703 124,018 131,722 145,024 149,211 153,795 166,725

y-o-y kredit 58.72% 52.12% 46.43% 36.65% 32.18% 27.39% 24.62% 24.65% 24.01% 26.57%

LDR 114.51% 118.74% 122.12% 112.05% 109.17% 111.86% 114.93% 104.40% 105.53% 106.71%

NPLs (nominal) 4,668 4,560 4,301 4,663 5,875 5,438 6,582 5,458 8,116 10,457

NPLs 4.98% 4.41% 3.70% 3.90% 4.74% 4.13% 4.54% 3.66% 5.28% 6.27%

20112010 2012

Tabel 3.11 Perkembangan Usaha BPR

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 31

Penyaluran kredit produktif secara sektoral masih didominasi

penyaluran kredit kepada sektor perdagangan besar dan eceran.

Penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran memiliki share

sebesar 24,37% terhadap total kredit BPR NTT dengan peningkatan sebesar

16,6% pada triwulan laporan. Sektor lainnya yang meningkat sangat signifikan

pada triwulan laporan adalah sektor konstruksi dan real estate dengan

kenaikan mencapai 82,8% dan 1.457% (yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa

terjadi peningkatan aktivitas ekonomi untuk investasi jangka panjang.

Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya

meningkat. Rasio penyaluran kredit terhadap penyerapan dana masyarakat

(LDR) BPR NTT pada triwulan laporan sebesar 106,71%. Loan to Deposit Ratio

Indikator(juta) I II III IV I II III IV I II

PENGGUNAAN 92,085 MODAL KERJA 41,555 47,036 54,369 54,983 54,763 63,929 78,577 67,521 70,474 80,202

y-o-y 28.90% 26.71% 27.86% 26.98% 31.78% 35.91% 44.53% 22.80% 28.69% 25.46%

INVESTASI 9,551 10,818 13,159 14,717 17,126 18,429 17,004 24,565 24,512 25,884

y-o-y 233.86% 171.46% 159.63% 133.10% 79.31% 70.35% 29.21% 66.91% 43.13% 40.45%

KONSUMSI 42,716 45,544 48,848 50,003 52,129 49,365 49,443 57,125 58,810 60,639

y-o-y 77.90% 69.54% 53.20% 31.64% 22.04% 8.39% 1.22% 14.24% 12.82% 22.84%

20112010 2012

Sektor(juta) I II III IV I II

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 4,831 5,253 3,989 2,938 3,574 4,801 2.88%

Perikanan 513 818 338 396 411 983 0.59%

Pertambangan dan Penggalian 1,264 1,417 1,629 1,109 1,085 809 0.48%

Industri Pengolahan 197 932 664 1,094 1,304 1,297 0.78%

Listrik, Gas dan Air 10 6 - 130 230 130 0.08%

Konstruksi 9,741 9,575 12,475 21,107 13,232 17,506 10.50%

Perdagangan Besar dan Eceran 27,799 34,858 35,201 28,999 35,208 40,636 24.37%

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum 6,354 5,707 6,776 5,946 6,226 6,350 3.81%

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 11,968 15,175 14,498 15,162 17,887 20,509 12.30%

Perantara Keuangan 839 195 169 144 128 111 0.07%

Real Estate 145 137 99 2,119 3,524 2,131 1.28%

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial Wajib 176 804 448 652 532 523 0.31%

Jasa Pendidikan 36 30 9 98 208 284 0.17%

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,035 707 665 673 867 488 0.29%

Jasa Kemasyarakatan, SosBud, Hiburan & Perseorangan lainnya 965 1,369 1,105 2,551 2,329 4,037 2.42%

Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga 168 39 156 190 188 127 0.08%

Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya 5,849 5,334 17,360 8,776 8,053 5,364 3.22%

Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 17,050 14,437 14,810 18,394 18,124 16,521 9.91%

Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 35,079 34,928 34,633 38,732 40,686 44,117 26.46%

TOTAL 124,018 131,722 145,024 149,211 153,795 166,725 100.00%

share2011 2012

Tabel 3.13 Perkembangan Kredit Sektoral BPR

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.12 Perkembangan Kredit BPR

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 32

(LDR) yang berada diatas 100% mengindikasikan bahwa sumber penyaluran

kredit BPR tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal

BPR. Peningkatan kredit BPR berdampak signifikan terhadap performance

kredit BPR. Tercermin dari rasio NPLs pada triwulan laporan yang masih berada

diatas level 5,00% atau sebesar 6,27%. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan BPR dalam melakukan assesment terhadap pengajuan kredit perlu

ditingkatkan.

33..33 SSIISSTTEEMM PPEEMMBBAAYYAARRAANN

33..33..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

Peningkatan aktivitas ekonomi pada triwulan II-2012

berpengaruh signifikan terhadap kinerja sistem pembayaran. Aktivitas

ekonomi yang meningkat cukup signifikan terutama pada sektor konstruksi

dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mendorong peningkatan kinerja

sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai. Pada transaksi tunai, tercatat

jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) jauh lebih besar

dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Hal tersebut

mengindikasikan bahwa kebutuhan uang (cash money) di Provinsi NTT pada

triwulan laporan meningkat signifikan. Kondisi tersebut merefleksikan aktivitas

ekonomi NTT yang mulai meningkat pada triwulan II-2012.

Aktivitas transaksi non tunai juga mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Sistem pembayaran non-tunai dapat menggunakan fasilitas

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) atau dengan fasilitas Real Time

Gross Settlement (RTGS). Peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya terjadi pada transaksi dengan menggunakan sarana RTGS.

Pembayaran Tunai (miliar) I II III IV I II III IV I IIInflow 600.48 467.82 394.12 366.13 674.69 455.26 516.98 480.43 1130.96 484.92

y-o-y -1.85% 104.18% 28.44% 19.47% 12.36% -2.68% 31.17% 31.22% 67.63% 6.51%Outflow 174.87 659.73 791.00 1364.83 276.46 711.48 1046.39 1660.48 286.81 1168.66

y-o-y -2.65% 22.03% 80.30% 31.31% 58.10% 7.84% 32.29% 21.66% 3.75% 64.26%Net Inflow 425.61 -191.91 -396.88 -998.71 398.23 -256.22 -529.42 -1180.05 844.15 -683.75

y-o-y -1.51% -38.40% 201.00% 36.26% -6.43% 33.51% 33.39% 18.16% 111.97% 166.86%

2010 2011 2012

Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 33

Hal ini dimungkinkan terjadi karena nominal untuk transaksi dengan fasilitas

SKNBI terbatas sampai dengan Rp 100 juta dan waktu penerimaan sedikit lebih

lambat. Pada triwulan II-2012, transaksi melalui SKNBI tercatat meningkat

3,60% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp 447,93 miliar sementara

transaksi melalui RTGS meningkat signifikan sebesar 78% dengan nominal

transaksi mencapai Rp 19,86 triliun.

33..33..22.. TTrraannssaakkssii NNoonn TTuunnaaii

aa.. TTrraannssaakkssii KKlliirriinngg

Transaksi non tunai melalui SKNBI masih meningkat. Dibandingkan

triwulan II-2011, terjadi peningkatan nominal transaksi kliring sebesar 3,60%

(yoy) dengan nominal transaksi mencapai Rp 447,93 miliar. Sementara lembar

warkat kliring pada triwulan laporan sebanyak 16.843 warkat atau meningkat

sebesar 16,96% (yoy). Peningkatan lembar warkat yang lebih besar

dibandingkan dengan nominal transaksinya mencerminkan bahwa rata-rata

nominal transaksi per warkat lebih rendah dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pada triwulan laporan, rata-rata nominal per lembar warkat

sebesar Rp 26,59 juta. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada

I II III IV I II III IV I IIKliring 397,290 422,052 462,183 516,923 406,097 432,380 433,789 358,089 432,787 447,927

y-o-y -0.20% 13.09% 14.93% 8.92% 2.22% 2.45% -6.14% -30.73% 6.57% 3.60%Cek/BG Kosong 3,096 4,658 10,323 11,078 7,098 7,416 6,321 8,117 6,844 8,437

y-o-y -14.51% 6.78% 110.45% 129.57% 129.29% 59.19% -38.77% -26.72% -3.58% 13.78%Ratio Cek/BG Kosong thd Kliring 0.78% 1.10% 2.23% 2.14% 1.75% 1.72% 1.46% 2.27% 1.58% 1.88%

20122011Pembayaran Non Tunai (Juta)

2010

I II III IV I II III IV I II

Nilai (Rp miliar) 13,790 13,720 11,891 15,185 11,620 11,157 15,928 15,523 13,763 19,860

% yoy 92.80% 16.91% 136.75% -4.15% -15.74% -18.68% 33.95% 2.23% 18.44% 78.00%

Volume 9,696 10,362 10,949 10,546 7,601 8,834 9,812 13,294 9,221 12,276

% yoy 31.60% 13.59% 51.86% -14.50% -21.61% -14.75% -10.38% 26.06% 21.31% 38.96%

Nilai (Rp miliar) 12,985 10,164 11,816 12,744 10,303 10,352 13,835 14,359 12,466 14,912

% yoy 75.14% -16.19% 45.39% -8.91% -20.65% 1.86% 17.08% 12.68% 20.99% 44.04%

Volume 8,778 10,384 11,198 14,068 7,411 7,499 8,661 9,358 7,055 7,948

% yoy 20.33% 26.84% 43.36% 47.56% -15.57% -27.78% -22.66% -33.48% -4.80% 5.99%

MENUJU (TO) NTT

2010 2011 2012TRANSAKSI RTGS

DARI (FROM)

NTT

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 34

kecenderungan beralihnya preferensi masyarakat ke sistem RTGS untuk

nominal-nominal transaksi yang lebih besar. Apalagi untuk transaksi bisnis yang

memerlukan kecepatan waktu pengiriman uang ke rekening tujuan.

Peningkatan transaksi melalui SKNBI berpengaruh terhadap

kualitas transaksi. Meningkatkan jumlah transaksi kliring berpengaruh

terhadap jumlah cek/BG kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT

yang meningkat sebesar 3,88% (yoy) dengan nominal mencapai Rp 8,44 miliar.

Hal tersebut berimplikasi pada peningkatan rasio cek/BG kosong terhadap

aktivitas kliring pada triwulan laporan yang naik menjadi 1,88%.

bb.. TTrraannssaakkssii RRTTGGSS

Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami peningkatan

baik dari volume transaksi maupun dari nilai transaksinya. Sistem RTGS

yang memungkinkan proses transfer yang cepat menjadi faktor utama

beralihnya penggunaan SKNBI ke sistem RTGS. Apalagi untuk wilayah Kantor

Bank Indonesia Provinsi, dimana SKNBI hanya dapat dilakukan di wilayah Kota

Kupang dengan nominal transaksi yang terbatas. Hal ini menyebabkan

terjadinya peningkatan volume transaksi RTGS yang masuk ke NTT sebesar

38,96% (yoy) dengan nilai transaksi mencapai Rp 19,86 triliun atau meningkat

signifikan sebesar 78,0% dibandingkan dengan triwulan II-2011. Demikian

pula dengan transaksi RTGS yang berasal lain juga mengalami kenaikan yang

Grafik 3.9 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.10 Perkembangan Cek/BG Kosong

Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 35

signifikan. Pada triwulan II-2012, tercatat aliran dana yang masuk ke NTT

melalui system RTGS sebesar Rp 14,91 triliun atau meningkat sebesar 44,04%

dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Nilai transaksi tersebut berasal dari

Rp 7.948 transaksi.

Transaksi melalui system RTGS didominasi oleh transaksi dari

NTT ke wilayah lainnya. Tercermin dari data RTGS, dimana transaksi dari

(from) NTT memiliki nilai dan volume lebih besar dibandingkan dengan

transaksi yang masuk (to) NTT. Hal tersebut mengkonfirmasi bahwa secara

ekonomi, masyarakat NTT masih bergantung dari daerah lain untuk

mencukupi kebutuhannya. Jumlah uang yang dibelanjakan ke daerah lain

untuk memenuhi kebutuhan daerah lebih besar dibandingkan dengan

income atau pendapatan yang diterima dari daerah lain. Secara cyclical

pergerakan transaksi RTGS merefleksikan pergerakan aktivitas

perekonomian di NTT. Pada triwulan II-2012, selisih antara transaksi RTGS

yang masuk ke NTT dengan yang keluar dari NTT (From-To) mencapai

Rp 4,95 triliun.

33..33..33.. TTrraannssaakkssii TTuunnaaii

Meningkatnya aktivitas ekonomi NTT pada triwulan laporan

berdampak pada peningkatan kebutuhan uang kartal di Masyarakat.

Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT

menunjukkan bahwa jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Grafik 3.11 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.12 Volume Transaksi RTGS

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 36

dibandingkan dengan uang yang masuk. Setoran uang dari perbankan pada

triwulan laporan sebesar Rp 484,92 miliar atau meningkat 6,51%

dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy). Sementara jumlah bayaran dari

perbankan mencapai Rp 1,17 triliun atau meningkat 64,26% (yoy). Jumlah

outflow yang relatif besar menyebabkan terjadinya net outflow yang signifikan

pada triwulan laporan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pada triwulan

laporan terjadi peningkatan kebutuhan uang kartal yang cukup signifikan di

masyarakat. Hal tersebut diperkirakan merupakan pola musiman (seasonal)

menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idhul Fitri, dimana konsumsi

masyarakat cenderung meningkat. Sedangkan bagi pihak pemerintah, triwulan

II-2012 mulai realisasi pengerjaan proyek sehingga realisasi anggaran mulai

meningkat. Tingginya kebutuhan uang kartal menjelang Hari Raya Idhul Fitri

diantisipasi oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT dengan

mempersiapkan stok uang yang sesuai dengan kebutuhan (boks 3)

Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) menurun

signifikan. Pada triwulan laporan, jumlah UTLE yang terserap di wilayah NTT

mencapai Rp 32,20 miliar atau turun signifikan sebesar 88,69% dibandingkan

tahun sebelumnya (yoy). Setoran dari perbankan masih diharapkan menjadi

sarana utama dalam menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan

kegiatan kas keliling merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di

masyarakat agar terwujud clean money policy di Provinsi NTT. Namun, hal

Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi Tunai

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 37

tersebut belum optimal karena geografis wilayah NTT yang berpulau-pulau

menjadi kendala dalam menekan jumlah UTLE di masyarakat.

Jumlah uang palsu yang terjaring Bank Indonesia di Nusa

Tenggara Timur pada triwulan laporan sebesar Rp 7,65 juta. Jumlah

tersebut meningkat sebesar 33,98% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan II-

2011. Jumlah uang palsu yang terjaring pada triwulan laporan masih

didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi Rp 100.000,00

dan Rp 50.000,00. Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu

yang beredar di masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat

mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat Diraba

Diterawang) serta mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp 20.000, Rp

50.000 dan Rp 100.000 dengan penambahan features pengaman.

I II III IV I II III IV I IIMRUK 231.16 381.00 270.03 194.05 300.01 284.82 240.45 313.60 345.72 32.20y-o-y 671.23% 713.68% 261.06% 152.05% 29.79% -25.25% -10.95% 61.61% 15.24% -88.69%penukaran loket 13.84 16.51 27.76 26.27 21.70 18.67 26.13 26.51 21.23 24.84y-o-y 42.15% 51.75% 50.85% 71.20% 56.87% 13.08% -5.86% 0.93% -2.20% 33.04%kas keliling 9.50 11.50 12.00 18.30 17.80 15.90 14.10 15.75 11.00 23.59Uang Palsu (ribu) 1,870 1,100 6,420 3,920 2,930 5,710 3,750 2,450 1,950 7,650 Ratio thd uang beredar 0.001234% 0.000174% 0.000855% 0.000297% 0.001237% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000%

2012Indikator(miliar)

20112010

Tabel 3.16 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain

Sumber : KPwBI Prov. NTT

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 38

Tata Cara Pengaduan Permasalahan Transaksi Keuangan

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tanggal 20 Januari

2005 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/24/DPNP tanggal 18 Juli 2005,

setiap bank yang beroperasi di Indonesia wajib menyelesaikan setiap pengaduan

yang terkait dengan transaksi keuangan yang dilakukan nasabah. Oleh karena itu,

ajukan permasalahan yang terkait dengan transaksi keuangan Anda kepada bank

dan pastikan Anda mendapatkan tanggapan dari bank dalam jangka waktu yang

telah ditentukan.

A. Siapa yang Dapat Mengajukan Pengaduan?

Setiap pengguna jasa bank yang memiliki rekening ataupun pengguna jasa bank

yang tidak memiliki rekening namun melakukan transaksi keuangan melalui bank

dapat mengajukan pengaduan.

B. Cara Mengajukan Pengaduan

Anda dapat mengajukan pengaduan secara lisan atau tertulis pada kantor bank

terdekat, kantor bank tempat Anda melakukan transaksi keuangan, atau kantor

bank tempat Anda membuka rekening. Anda dapat mengajukan pengaduan

melalui call center, hotline service, ataupun melalui media lain yang disediakan

bank. Untuk setiap pengaduan yang Anda ajukan, petugas penerima pengaduan

akan memberikan nomor registrasi kepada Anda. Nomor registrasi ini dapat Anda

gunakan sebagai referensi untuk meminta informasi kepada bank mengenai status

penyelesaian pengaduan yang Anda ajukan.

C. Jangka Waktu Penyelesaian Pengaduan

C.1. Pengaduan Lisan

Apabila Anda mengajukan pengaduan secara lisan, pengaduan Anda akan

ditangani dan diselesaikan dalam waktu 2 (dua) hari kerja oleh bank. Dalam hal

pengaduan yang Anda ajukan ternyata memerlukan penanganan dan penyelesaian

lebih dari 2 (dua) hari kerja, maka petugas bank akan menghubungi Anda dan

meminta Anda untuk mengajukan pengaduan secara tertulis.

BOKS 1

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 39

Gambar Bagan Mekanisme Pengaduan Lisan

C.2. Pengaduan Tertulis

Apabila Anda mengajukan pengaduan secara tertulis, maka Anda perlu

melengkapi pengaduan yang diajukan dengan dokumen pendukung yang

memadai seperti:

1. Fotocopy bukti identitas

2. Fotocopy rekening

3. Fotocopy bukti transaksi keuangan

4. Fotocopy Dokumen pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang

diadukan.

Pengaduan tertulis yang Anda ajukan akan diselesaikan oleh bank dalam

waktu 20 (dua puluh) hari kerja dan dapat diperpanjang sampai dengan 20 (dua

puluh) hari kerja berikutnya dalam hal terdapat kondisi tertentu. Apabila bank akan

memperpanjang jangka waktu penyelesaian pengaduan, maka bank wajib

menginformasikan hal tersebut terlebih dahulu kepada Anda.

Kondisi tertentu yang memungkinkan dilakukannya perpanjangan jangka

waktu penyelesaian pengaduan oleh bank adalah:

1. Pengaduan yang Anda ajukan melibatkan kantor bank di tempat lain yang

tidak terhubung secara on-line,

2. Pengaduan yang Anda ajukan memerlukan pemeriksaan dokumen bank secara

khusus, dan atau

3. Pengaduan yang Anda ajukan melibatkan pihak ketiga di luar bank. Pengaduan

yang Anda ajukan secara tertulis harus ditanggapi secara tertulis pula oleh

bank. Oleh karena itu, pastikan Anda mendapatkan surat hasil penyelesaian

pengaduan sebagai tanggapan resmi dari bank terhadap pengaduan yang

Anda ajukan.

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 40

Gambar Bagan Mekanisme Pengaduan Lisan

D. Tips

Agar pengaduan Anda dapat segera diselesaikan oleh bank, Anda perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Tentukan inti permasalahan yang akan diadukan.

2. Siapkan dokumen pendukung yang terkait dengan permasalahan yang akan

diadukan.

3. Simpan dengan baik dokumen-dokumen asli yang Anda miliki dan sampaikan

kepada bank fotocopy dokumen tersebut bersamaan dengan pengajuan

pengaduan tertulis.

4. Catat nomor registrasi yang diberikan bank kepada Anda dan gunakan nomor

registrasi tersebut untuk mengetahui status penyelesaian pengaduan Anda.

5. Simpan dengan baik dokumen surat-menyurat dengan bank, termasuk surat

hasil penyelesaian pengaduan yang disampaikan bank kepada Anda.

6. Apabila Anda tidak puas dengan hasil penyelesaian yang disampaikan bank,

Anda dapat melanjutkan upaya penyelesaian pengaduan melalui mediasi

perbankan atau melalui alternatif penyelesaian sengketa lainnya.

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

| K

Kajian Ekon

nomi Region

A. LA

Jumlah

terseba

banyak

kendal

menge

dibent

Kredit

investa

bankab

dijamin

– M

– D

P

B. Pe

al NTT

KRED

ATAR BELAK

h Usaha Mi

ar dalam se

k dan berk

la yang d

embangkan

uklah skim

t Usaha Ra

asi kepada U

ble dengan

n oleh Perus

Merupakan

Diutamakan

Pelaksana Te

elaksana da

Ga

DIT USAH

KANG

kro, Kecil, M

etiap sektor

kontribusi t

dihadapi o

usahanya.

Kredit Usah

akyat (KUR

UMKMK di

plafon kred

sahaan Penj

kredit baru

untuk de

eknis Progra

an Sumber

ambar Baga

HA RAKYA

Perkemb

Menengah

r ekonomi,

erhadap PD

leh UMKM

Untuk men

a Rakyat (KU

R) adalah k

bidang usah

dit sampai

amin denga

bukan hasil

ebitur yang

am dalam ka

Dana Peny

n Pelaksana

AT : Latar

banganny

dan Kopera

sehingga m

DB cukup s

M adalah

gatasi masa

UR).

kredit/pemb

ha yang pro

dengan Rp.

an kriteria se

take over

diarahkan

apasitasnya

yaluran KUR

a Kredit Usa

r Belakan

ya

asi (UMKMK

menyerap t

signifikan. N

masalah p

alah pemod

biayaan mo

oduktif dan

. 500.000.0

ebagai berik

dan didu

sebagai Kom

R

ha Rakyat (K

Tr

g dan

K) sangat be

enaga kerja

Namun, sa

permodalan

alan UMKM

dal kerja d

layak namu

000,- yang s

ut :

ukung oleh

mite Kebijak

KUR)

riwulan II - 2

41

esar dan

a sangat

lah satu

dalam

MK maka

dan atau

n belum

sebagian

Satuan

kan.

BOKS 2

2012 |

2

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 42

• Bank Pelaksana KUR adalah PT. Bank BRI, PT. Bank Mandiri, PT. BNI, PT.

BTN, PT. Bank Bukopin, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. BNI Syariah dan 26

BPD (termasuk BPD NTT).

• Sumber dana KUR adalah 100 % (seratus persen) bersumber dari dana

Bank Pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat (tabungan, giro,

dan deposito) bukan berasal dari dana Pemerintah.

C. Ketentuan Kredit Usaha Rakyat

D. Proses Penjaminan Untuk UMKMK Feasible Namun Kurang Jaminan

Kendala yang dihadapi oleh UMKMK (Usaha Mikro Kecil Menengah dan

Koperasi) adalah usaha produktif yang layak (feasible) namun belum bankable

(memenuhi semua persyaratan yang diajukan bank) dalam pengajuan kredit

yang dianalisa melalui 5C yaitu:

• Character, untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah jujur untuk

berusaha memenuhi kewajibannya dengan kata lain, ini merupakan

willingness to pay.

• Capacity, merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola

usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, dan pengalaman

mengelola usaha. Capacity ini merupakan ukuran dari ability to pay.

• Capital, adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang

dikelolanya yang bisa dilihat dari neraca, laporan laba-rugi, struktur

permodalan, atau dari rasio keuntungan yang diperoleh.

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

| K

Kajian Ekonnomi Region

Ga

Me

1.

2.

3.

4.

5.

E. Pe

Ou

Usaha

NTT

perkem

triwula

sebesa

triwula

KUR p

Rp 2

debitu

al NTT

Condition

kondisi eko

Collateral

nasabah b

mbar Proses

ekanisme p

Calon Deb

Bank mela

layak dan

Perjanjian

Bank men

Perusahaa

Penjamina

Kredit dap

erkembanga

utstanding

Rakyat (K

masih

mbangan

an laporan

ar 53,16% d

an II-2011

pada triwu

69,02 mil

r mencapai

n, pembiaya

onomi yang

l, adalah jam

benar-benar

s Penjamina

penyaluran

bitur KUR me

akukan ana

n disetujui,

Kredit.

gajukan per

n Penjami

an)

pat dicairkan

an Kredit U

penyaluran

KUR) oleh p

men

yang pos

dengan pe

dibandingka

(yoy). Ou

ulan laporan

iar dengan

14.703. Na

aan yang d

g dikaitkan d

minan yang

tidak dapat

an Untuk UM

n KUR :

engajukan k

alisa kelayak

maka Ba

rmohonan p

n mengelu

n.

Usaha Raky

n Kredit

perbankan

nunjukkan

itif pada

eningkatan

an dengan

utstanding

n sebesar

n jumlah

amun, bila

diberikan ju

dengan pros

mungkin b

t memenuhi

MKMK Feasi

kredit ke Ba

kan usaha c

ank dan D

penjaminan

uarkan SP3

yat (KUR) d

Grafik Per

Sumber : K

uga perlu m

spek usaha c

isa disita ap

kewajibann

ible Namun

nk Penyalur

calon Debit

Debitur KUR

kepada Peru

3 (Surat P

di NTT

rkembangan

KPwBI Prov. NT

Tr

mempertimb

calon nasab

pabila ternya

nya.

Kurang Jam

.

ur KUR. Jik

R menanda

usahaan Pen

Persetujuan

n Kredit Usa

TT

riwulan II - 2

43

bangkan

ah.

ata calon

minan

ka dinilai

atangani

njamin.

Prinsip

aha Rakyat

2012 |

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 44

melihat tren penyaluran kredit KUR, terjadi perlambatan laju penyaluran KUR mulai

triwulan III-2013.

Dibandingkan dengan total penyaluran kredit kepada UMKM (Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah), sebanyak 8,78% merupakan penyaluran kredit dengan skim

Kredit Usaha Rakyat. Walaupun laju pertumbuhannya mengalami perlambatan,

namun dibandingkan dengan laju pertumbuhan penyaluran kredit kepada UMKM,

akselerasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih jauh lebih tinggi.

F. Kendala dan Tantangan Penyaluran KUR

1. Penyaluran bersifat perorangan, masih jarang dilakukan penyaluran KUR

secara kelompok ataupun secara linkage melalui Lembaga Linkage.

2. Masih sedikitnya Lembaga Linkage (misalnya KSP/Kopdit, BPR, dsb) yang

memiliki kinerja keuangan yang sehat dan memenuhi kriteria sebagai

Lembaga Linkage yang layak menyalurkan KUR dari perbankan.

3. Paradigma yang salah dari masyarakat bahwa dana KUR berasal dari

bantuan pemerintah, sehingga dianggap tidak perlu dikembalikan dan

dijamin sepenuhnya oleh pemerintah.

4. Sebagian besar pengusaha kecil tidak memiliki jaminan tambahan.

5. Proses analisa kelayakan usaha di level mikro relatif sulit karena sebagian

besar dari mereka belum memiliki pencatatan yang baik, sehingga

diperlukan usaha yang lebih besar untuk proses tersebut.

G. Hal-hal terkait KUR

1. KUR diberikan untuk usaha mikro yang produktif dan layak namun belum

bankable agar dapat mengakses kredit dari bank.

2. KUR merupakan pinjaman yang harus dilunasi kepada bank dan bukan

hibah.

3. Keputusan pemberian KUR sepenuhnya merupakan kewenangan bank.

4. Nasabah KUR mikro wajib membayar atau mengangsur kewajiban

pengembalian KUR kepada bank sampai lunas.

5. Apabila KUR tidak dilunasi maka ada konsekuensi hukum.

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 45

Kesiapan Bank Indonesia Menghadapi Kebutuhan Uang

Menjelang Lebaran

Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri

Tahun 1433 H/2012, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT (KPw BI NTT)

telah mempersiapkan sistem pembayaran tunai dan non tunai agar dapat melayani

kebutuhan masyarakat. Sebagaimana siklusnya, selama periode Ramadhan dan Idul

Fitri umumnya terjadi peningkatan kebutuhan uang tunai dan sistem pembayaran

non-tunai untuk memenuhi transaksi masyarakat.

Khusus untuk sistem pembayaran tunai, KPw BI NTT telah menyediakan uang

kartal (kertas dan logam) dalam jumlah dan pecahan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2012. Oleh karena

itu masyarakat tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan uang tunai untuk

kelancaran transaksi selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2012.

A. Berapa Kebutuhan Masyarakat NTT

KPw BI NTT memproyeksikan kebutuhan uang (outflow) periode Ramadhan

dan Idul Fitri 2012 sebesar Rp560,62 miliar atau meningkat sebesar Rp160,18

miliar atau 40% dibandingkan dengan realisasi outflow periode Ramadhan dan

Idul Fitri tahun sebelumnya. Uang Pecahan Besar/UPB (pecahan Rp.100.000,

Proyeksi Outflow Ramadhan/Idul Fitri 2012

Realisasi Outflow Ramadhan/Idul Fitri 2011

Nominal (Rp Juta) Nominal (Rp Juta) Nominal (Rp Juta) Persentase (%)(1) (2) (3) (4)=(2)‐(3) (5)=(4)/(3)

NasionalUang Kertas (UK)                                89,221,723                                80,207,172                         9,014,551  11.2%Uang Logam (UL)                                      165,016                                      121,405                               43,611  35.9%Jumlah UK+UL                                89,386,739                                80,328,577                         9,058,162  11.3%

Uang Pecahan Besar (UPB)                                81,120,725                                72,787,866                         8,332,859  11.4%Uang Pecahan Kecil (UPK)                                   8,266,014                                   7,540,711                            725,303  9.6%Jumlah UPB + UPK                                89,386,739                                80,328,577                         9,058,162  11.3%

NTTUang Kertas (UK)                                      560,267                                      400,191                            160,076  40.0%Uang Logam (UL)                                               354                                               253                                     101  39.9%Jumlah UK+UL                                      560,621                                      400,444                            160,177  40.0%

Uang Pecahan Besar (UPB)                                      535,913                                      382,795                            153,118  40.0%Uang Pecahan Kecil (UPK)                                         24,708                                         17,649                                 7,059  40.0%Jumlah UPB + UPK                                      560,621                                      400,444                            160,177  40.0%

Keterangan :

DenominasiSelisih Proyeksi dan Realisasi Outflow 

Ramadhan/Idul Fitri 2011‐2012

‐ UPB : Uang Pecahan Besar terdiri dari uang kertas pecahan Rp100.000, Rp50.000, dan Rp20.000‐ UPK : Uang Pecahan Kecil terdiri dari uang kertas pecahan Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, dan Rp1.000 serta seluruh uang logam

PROYEKSI KEBUTUHAN UANG (OUTFLOW ) PERIODE RAMADHAN DAN IDUL FITRI 1433H/2012(23 JULI 2012 ‐ 16 AGUSTUS 2012)

BOKS 3

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 46

Rp.50.000, dan Rp.20.000) diproyeksikan sebesar Rp535,91 miliar, dan Uang

Pecahan Kecil/UPK (pecahan Rp.10.000, Rp.5.000, Rp.2.000, dan Rp.1.000 serta

uang logam seluruh pecahan) diproyeksikan sebesar Rp 24,71 miliar. Persediaan

uang saat ini mencapai Rp789 miliar dan dinilai sangat mencukupi dalam

memenuhi proyeksi kebutuhan uang periode Ramadhan dan Lebaran 1433 H, baik

dari sisi jumlah total maupun jumlah per pecahan.

B. Langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia

a. KPw BI NTT mulai tanggal 30 Juli 2012 akan membuka loket penukaran

uang selama 5 (lima) hari kerja (Senin s.d Jum’at) dari Pukul 08.00 – 12.00

WITA.

b. Bank Indonesia telah bekerjasama dengan perbankan untuk juga dapat

melayani penukaran uang kepada masyarakat umum. Namun demikian,

Bank Indonesia menghimbau kepada masyarakat untuk tenang dan tidak

memaksakan diri menukarkan uang baru dalam rangka kebutuhan

Ramadhan dan Idul Fitri ini. Karena pada prinsipnya, uang yang disalurkan

oleh Bank Indonesia kepada masyarakat melalui perbankan di NTT

(jaringan kantor mencapai 148 unit dan ATM sebanyak ±166 unit)

maupun operasional Bank Indonesia (penukaran di loket KPw BI dan kas

keliling) adalah uang layak edar, baik uang cetakan baru maupun uang

eks peredaran.

c. Infrastruktur dan layanan sistem pembayaran non tunai juga telah

disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan transaksi pembayaran non

tunai dibandingkan transaksi normal hariannya. Transfer dana melalui

SKNBI saat ini juga telah menggunakan sistem transfer dana close to real

time “Si Kilat” (Sistem Kliring Kini Lebih Cepat). Dalam menghadapi

lonjakan transaksi, Bank Indonesia akan optimal bekerja sama dengan

perbankan dan sepanjang dibutuhkan Bank Indonesia juga siap

menambah jam layanan operasional.

d. Tahun ini juga Bank Indonesia berupaya untuk memadukan layanan

pembayaran tunai dan non tunai dalam rangka mewujudkan less-cash

society. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dan

peritel agar semakin sering menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan

Kartu (APMK) seperti kartu debit, kartu kredit maupun electronic money

sebagai alternatif alat transaksi keuangan.

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 47

BBB AAA BBB IIIVVV

KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

44..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

Kinerja keuangan

pemerintah, khususnya

Provinsi Nusa Tenggara

Timur mengalami

peningkatan. Pola

penyerapan anggaran

pemerintah, khususnya APBD

relatif sama pada setiap

tahunnya. Pada triwulan II,

laju penyerapan anggaran

biaya relatif lebih besar

dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya.

Demikian pula dengan triwulan II-2012, dimana penyerapan anggaran pada pos

belanja daerah lebih tinggi dibandingkan dengan penyerapan triwulan I-2012

yang hanya sebesar 14,42%. Laju penyerapan anggaran pada triwulan laporan

mencapai 22,57% dan diperkirakan pada triwulan III dan IV laju penyerapan

anggaran belanja akan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.

44..22.. PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh

Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II-2012 mencapai

53,10%. Secara keseluruhan, realisasi pendapatan pada triwulan laporan

mencapai Rp 1,17 triliun. Tingkat realisasi tertinggi berasal dari Pendapatan Asli

Daerah pada triwulan laporan telah terealisasi sebesar Rp 219,61 miliar atau

sebesar 56,36% dari rencana tahun 2012. Sumbangan realisasi pendapatan

terbesar berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp 153,03 miliar atau

terealisasi 62,26% dari rencana tahun 2012. Sementara untuk dana

Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja

Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 48

perimbangan realisasi pada

triwulan laporan sebesar 55,54%

atau setara dengan Rp 612,58

miliar. Ketergantungan sumber

penerimaan daerah terhadap

bantuan pemerintah pusat relatif

sangat tinggi. Kontribusi dana

perimbangan untuk mengisi celah

fiskal (fiscal gap) dalam share pos

pendapatan daerah terlihat cukup

dominan. Dalam era otonomisasi

daerah, hal ini mengindikasikan

bahwa pada daerah-daerah atau provinsi tertentu dukungan pemerintah pusat

masih mutlak diperlukan.

44..33.. BBeellaannjjaa DDaaeerraahh

Realisasi belanja APBD

pada triwulan II-2012 sebesar

35,99%. Secara nominal, realisasi

belanja triwulan II-2012 sebesar Rp

794,31 miliar. Dari total realisasi

tersebut, sebesar Rp 210,61 miliar

atau sebesar Rp 26,52% digunakan

untuk keperluan rutin pembayaran

gaji pegawai. Sementara untuk

belanja modal, dari rencana sebesar

Rp 205,56 miliar realisasi sampai

triwulan II-2012 sebesar 20,57%.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

Grafik 4.3 Realisasi Belanja Triwulan II

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Triwulan II

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 49

Rencana2012 Tw I Tw II Total Tw II

PENDAPATAN 2,207,178,663,000 651,095,160,276 520,900,235,478 1,171,995,395,754 PENDAPATAN ASLI DAERAH 389,646,773,526 88,579,530,505 131,033,678,935 219,613,209,440

Pendapatan Pajak Daerah 245,797,392,000 79,184,713,773 73,846,764,783 153,031,478,556 Pendapatan Retribusi Daerah 9,410,667,382 1,901,707,958 2,770,800,531 4,672,508,489 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 38,030,160,000 - 42,722,458,845 42,722,458,845 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 96,408,554,144 7,493,108,774 11,693,654,776 19,186,763,550

PENDAPATAN TRANSFER 1,817,531,889,474 562,515,629,771 389,866,556,543 952,382,186,314 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,102,993,489,474 353,919,644,771 258,661,701,543 612,581,346,314

Dana Bagi Hasil Pajak 105,257,775,474 23,244,039,771 23,500,011,543 46,744,051,314 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) - Dana Alokasi Umum 940,646,764,000 313,548,920,000 235,161,690,000 548,710,610,000 Dana Alokasi Khusus 57,088,950,000 17,126,685,000 - 17,126,685,000

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 714,538,400,000 208,595,985,000 131,204,855,000 339,800,840,000 Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 714,538,400,000 208,595,985,000 131,204,855,000 339,800,840,000

BELANJA 2,147,354,663,000 309,675,051,617 484,638,949,370 794,314,000,987 BELANJA OPERASI� 1,830,843,958,346 306,092,011,797 421,182,019,431 727,274,031,228

Belanja Pegawai 583,656,672,111 89,933,064,328 120,679,531,096 210,612,595,424 Belanja Barang 382,864,396,235 42,041,743,769 50,237,662,335 92,279,406,104 Belanja Hibah 796,088,400,000 167,577,203,700 243,294,826,000 410,872,029,700 Belanja Bantuan Sosial 52,421,990,000 6,540,000,000 6,970,000,000 13,510,000,000 Belanja Bantuan Keuangan 15,812,500,000 - - -

BELANJA MODAL 205,556,100,595 3,583,039,820 38,706,128,376 42,289,168,196 Belanja Tanah 70,000,000 - - - Belanja Peralatan dan Mesin 38,835,226,485 3,448,716,820 12,044,159,042 15,492,875,862 Belanja Gedung dan Bangunan 36,472,141,110 83,600,000 1,611,824,385 1,695,424,385 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 128,987,147,000 41,240,000 25,005,291,949 25,046,531,949 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,191,586,000 9,483,000 44,853,000 54,336,000 Belanja Aset Lainnya -

BELANJA TIDAK TERDUGA 10,000,000,000 - 22,350,000 22,350,000 Belanja Tidak Terduga 10,000,000,000 - 22,350,000 22,350,000

TRANSFER 100,954,604,059 - 24,728,451,563 24,728,451,563 Bagi Hasil Pajak 100,954,604,059 - 24,728,451,563 24,728,451,563

- PEMBIAYAAN 119,824,000,000 193,998,853,371 27,097,288,113 221,096,141,484

PENERIMAAN DAERAH 30,000,000,000 138,998,853,371 2,097,288,113 141,096,141,484 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 20,000,000,000 137,118,158,845 103,610,751 137,221,769,596 Pencairan Dana Cadangan - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 10,000,000,000 1,880,694,526 1,993,677,362 3,874,371,888

PENGELUARAN DAERAH 89,824,000,000 55,000,000,000 25,000,000,000 80,000,000,000 Pembentukan Dana Cadangan 55,000,000,000 55,000,000,000 - 55,000,000,000 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 29,000,000,000 - 25,000,000,000 25,000,000,000 Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat 5,824,000,000 - -

2012URAIAN

Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2012

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 50

RENCANA DAN REALISASI APBD

WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) wilayah Nusa Tenggara

Timur pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Total APBD

wilayah NTT pada tahun 2012 mencapai Rp 13,45 triliun atau meningkat sebesar

19,40% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Total APBD tersebut

terdistribusi ke 21 Kota/Kabupaten dan wilayah Pemerintahan Tingkat I, Provinsi

Nusa Tenggara Timur.

Secara umum, total pendapatan daerah didominasi oleh aliran dana dari

Pemerintah Pusat melalui Dana Perimbangan yang terbagi menjadi Dana Bagi

Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Komposisi dana perimbangan terhadap total pendapatan daerah mencapai

83,63% sementara Pendapatan Asli Daerah hanya menyumbangkan 7,41% dari

total penerimaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan wilayah

Nusa Tenggara Timur terhadap Pemerintah Pusat sangat tinggi.

Realisasi APBD pada pos pendapatan pada triwulan I-2012 sangat baik,

dengan kisaran antara 21% - 33% dari target akhir tahun. Realisasi penerimaan

tertinggi adalah Kabupaten Belu dengan pencapaian sebesar 33,10% dari target

BOKS 4

Grafik Rencana Pendapatan Daerah Tahun 2012

Sumber :www.djpk.depkeu.go.id diolah

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 51

tahun 2012. Berbeda dengan pos pendapatan yang realisasinya sesuai dengan

target, realisasi belanja tahun 2012 jauh dari target. Dari target sebesar 25%,

realisasi belanja hanya sebesar 5%-18% pada triwulan I-2012 yang sebagian

besar merupakan realisasi pada pos belanja pegawai. Daerah dengan realisasi

anggaran belanja terbesar adalah Kota Kupang. Realisasi belanja Kota Kupang

sampai dengan triwulan I-2012 mencapai 18,94%. Pola penyerapan anggaran

yang relatif minim pada triwulan I merupakan suatu pola yang berulang.

Keterlambatan penetapan APBD di level Kabupaten menjadi penyebab utama

minimnya penyerapan anggaran pada triwulan I-2012. Namun, kondisi tersebut

biasa diantisipasi dengan tingginya penyerapan anggaran di triwulan III dan IV

sehingga secara keseluruhan target yang ditetapkan dapat tercapai pada akhir

tahun.

Pendapatan Belanja Pendapatan Belanja Pendapatan BelanjaProv. Nusa Tenggara Timur 2,207,179 2,147,355 645,036 309,675 29.22% 14.42%Kab. Alor 551,620 601,885 Kab. Belu 687,220 707,753 227,445 105,348 33.10% 14.88%Kab. Ende 639,158 678,228 Kab. Flores Timur 550,169 627,461 175,760 106,729 31.95% 17.01%Kab. Kupang 643,746 769,984 178,961 61,875 27.80% 8.04%Kab. Lembata 414,490 424,407 Kab. Manggarai 528,668 566,515 147,811 69,838 27.96% 12.33%Kab. Ngada 426,155 423,155 97,902 63,296 22.97% 14.96%Kab. Sikka 574,384 625,420 41,603 78,745 7.24% 12.59%Kab. Sumba Barat 371,615 403,263 102,110 32,401 27.48% 8.03%Kab. Sumba Timur 604,323 614,726 171,401 62,311 28.36% 10.14%Kab. Timor Tengah Selatan 668,112 749,802 208,491 86,164 31.21% 11.49%Kab. Timor Tengah Utara 547,733 592,699 148,746 57,271 27.16% 9.66%Kota Kupang 596,822 610,265 187,435 115,567 31.41% 18.94%Kab. Rote Ndao 379,185 392,691 104,842 36,867 27.65% 9.39%Kab. Manggarai Barat 458,424 471,145 140,419 74,913 30.63% 15.90%Kab. Nagekeo 411,877 415,140 131,016 42,402 31.81% 10.21%Kab. Sumba Tengah 338,944 358,575 Kab. Sumba Barat Daya 416,795 428,710 116,693 39,780 28.00% 9.28%Kab. Manggarai Timur 496,437 505,437 Kab. Sabu Raijua 289,190 338,173 76,964 17,278 26.61% 5.11%Sumber : www.djpk.depkeu.go.idKeterangan : : belum ada laporan

APBD 2012 Realisasi TW I-2012Uraian

% Realisasi

Tabel Rencana dan Realisasi APBD Tahun 2012 per Daerah

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 52

BBB AAA BBB VVV

KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

55..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

Peningkatan aktivitas ekonomi NTT berdampak positif terhadap

kesejahteraan masyarakat. Beberapa indikator kesejahteraan masyarakat

menunjukkan peningkatan. Daya serap sektor riil terhadap tenaga kerja mengalami

peningkatan, terlihat dari persepsi pelaku usaha yang bernilai positif. Secara

struktural, dominasi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin

dari kemampuan sektor tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap

penyerapan tenaga kerja. Indikator kesejahteraan lain, yaitu Nilai Tukar Petani (NTP)

masih menunjukkan tren peningkatan. Hal tersebut mencerminkan adanya insentif

lebih bagi kegiatan konsumsi masyarakat khususnya level menengah ke bawah.

55..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann

Jumlah tenaga kerja pada triwulan laporan relatif meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) triwulan II-2012, diketahui bahwa pada triwulan laporan, jumlah tenaga

kerja di NTT mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Hal tersebut sesuai dengan ekspektasi awal dari pelaku usaha yang optimis akan

ada kenaikan jumlah karyawan pada triwulan II-2012.

Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT

Sumber : SKDU Triwulan II-2012 KPwBI Prov NTT

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 53

Berdasarkan angka indeks yang dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih

Tertimbang) yang merupakan selisih dari prosentase jawaban ”naik” dengan

jawaban ”turun”, didapatkan angka indeks ketenagakerjaan sebesar 6,37% pada

triwulan II-2012. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kecenderungan penambahan

jumlah tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya pada sekitar 6,37% sektor

usaha di NTT.

Secara sektoral, sektor yang mengalami kenaikan jumlah karyawan

tertinggi adalah sektor Bangunan dan PHR (Perdagangan, Hotel dan

Restoran). Peningkatan jumlah karyawan pada kedua sektor tersebut tidak terlepas

dari meningkatnya aktivitas ekonomi untuk kedua sektor dimaksud. Pada sektor

bangunan, dimulainya realisasi anggaran pemerintah tahun 2012 yang dominan

pada pengerjaan proyek-proyek infrastruktur berdampak langsung pada naiknya

kebutuhan tenaga kerja pada sektor tersebut. Demikian pula dengan kinerja sektor

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

AKTUAL1 Pertanian -3.66 6.03 1.83 -0.82 -2.73 -0.67 1.45 2.72 -1.01 0.48

2 Pertambangan

3 Industri Pengolahan - 0.18 (0.72) 0.18 - - - 0.35 0.07 -

4 Listrik, Gas dan Air Bersih (0.53) - 0.53 - - 0.53 0.53 0.53 0.53

5 Bangunan (3.03) 3.83 (2.31) 3.23 (3.23) 2.85 1.52 (0.51) - 2.98

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.69 1.38 2.96 1.05 1.48 3.46 2.34 2.08 0.84 1.59

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.67 2.81 0.67 - - 2.85 2.85 6.37 3.52 -

8 Keuangan - 0.76 0.76 1.30 0.76 4.31 2.39 1.30 0.55 0.55

9 Jasa-jasa 0.44 0.70 0.44 - - 0.39 - 0.44 - 0.25

TOTAL SELURUH SEKTOR (4.42) 15.69 4.16 4.94 (3.73) 13.72 10.55 13.29 4.49 6.37 PRAKIRAAN

1 Pertanian 9.51 2.51 13.10 (2.51) (0.82) 1.46 3.13 10.71 (11.61) 1.40 3.03

2 Pertambangan

3 Industri Pengolahan (0.07) 0.79 0.18 - 0.72 0.25 0.06 0.06 0.06 0.18 0.07

4 Listrik, Gas dan Air Bersih - 0.53 - 0.53 - - 0.53 0.53 0.53 -

5 Bangunan (3.56) - 5.11 - (0.81) 4.31 1.90 (2.53) 0.51 6.06 1.70

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.35 1.48 1.84 0.21 - 2.29 4.52 1.81 2.03 1.89 2.62

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.67 0.67 (1.46) 0.67 (4.27) 0.67 2.85 - 0.67 - -

8 Keuangan 0.76 - 0.76 1.70 2.06 1.30 4.45 2.25 1.37 1.30 2.06

9 Jasa-jasa - - 0.35 - - 0.20 0.39 - 0.66 - -

TOTAL SELURUH SEKTOR 7.66 5.99 19.87 0.60 (3.12) 10.48 17.83 12.31 (5.79) 11.37 9.48

Tenaga Kerja(Dalam Persentase Saldo Bersih Tertimbang - %SBT)

201120112010No. Sektor

Tabel 5.1 Struktur Ketenagakerjaan NTT

Sumber : SKDU Triwulan II-2012 KPwBI Kupang

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 54

Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan

pada triwulan laporan.

55..33.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeesseejjaahhtteerraaaann

Kesejahteraan masyarakat NTT terus menunjukkan perkembangan

positif. Setelah UMR mengalami kenaikan 8,82% dibandingkan tahun 2011, yaitu

dari Rp. 850.000,00 per bulan menjadi Rp. 925.000 per bulan pada awal tahun,

pada bulan Juni 2012 khusus untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) mendapatkan

tambahan penghasilan berupa gaji ke -13. Hal ini menjadi salah satu pendorong

peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya Provinsi NTT dimana 46,77%

tenaga kerja di sektor jasa-jasa berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat pada triwulan laporan juga dikonfirmasi

oleh hasil Survei Konsumen bulan Juni 2012 yang tercermin dari indeks Penghasilan

saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu. Berdasarkan hasil survei, indeks SBT

pada bulan Juni mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar

132,00% walaupun tidak sebesar bulan Maret yang mencapai 138,50%.

Perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat NTT, yang didominasi

oleh pekerja sektor pertanian, juga tercermin dari indeks nilai tukar petani

(NTP). Pada triwulan II-2012, terlihat adanya perbaikan indeks NTP bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selama triwulan laporan, terlihat

adanya tren peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) yang berlanjut sampai dengan

bulan Juli 2012. Faktor utama peningkatan NTP pada triwulan laporan adalah

2001 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

KHL 274 350 403 671 735 785 880 935 932 1,164

UMP 275 350 450 550 600 650 775 800 850 925

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Rp

rib

u

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT

Sumber : BPS Prov NTT Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. NTT

Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 55

peningkatan NTP Sub sektor perikanan yang mencapai 117,33 dan sub sektor

peternakan yang sebesar 115,00.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup masyarakat secara

umum adalah indeks pembangunan manusia (IPM). Pergerakan angka IPM NTT

terus mengalami pertumbuhan meskipun secara nasional peringkat Provinsi NTT

masih belum mengalami peningkatan dimana sampai dengan tahun 2010 NTT

masih menduduki peringkat ke 31 dari 33 provinsi, diatas Nusa Tenggara Timur dan

Papua. Angka IPM pada tahun 2010 tercatat sebesar 67,26 sedangkan tahun 2009

lalu 66,60.

Membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat juga berdampak

terhadap perkembangan tingkat kemiskinan di NTT. Jumlah penduduk miskin

NTT pada bulan Maret 2012 berkurang sebesar 0,03% dibandingkan dengan Maret

Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010*)

63.6 64.83 65.36 66.15 66.6 67.26- Angka Harapan Hidup (tahun) 64.9 66.5 66.7 67 67.3 67.5

- Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6.3 6.4 6.4 6.6 6.6 7

- Angka Melek Huruf (persen) 85.6 86.5 87.25 87.66 87.96 88.59

-Pengeluaran Riil/Kapita disesuaikan (Rp.000)

589.8 591.2 594.3 599.9 602.6 603.8

IPM

Sumber : www.bps.go.id

Tabel 5.2 Perkembangan IPM NTT

Sumber : www.bps.go.id

Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II - 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 56

2011. Prosentase penduduk miskin NTT turun dari 21,23% pada Maret 2011

menjadi 20,88% pada Maret 2012. Jumlah tersebut terbagi menjadi 2 (dua) wilayah

perhitungan, yaitu 12,22% di perkotaan dan 22,98% di wilayah perdesaan.

Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar

Petani) sebesar 0,09 persen dari 101,96 pada Maret 2011 menjadi 102,05 pada

Maret 2012 merupakan salah satu faktor pendorong berkurangnya jumlah

penduduk miskin terutama di wilayah pedesaan. Sementara itu, tingkat inflasi pada

Maret 2011-Maret 2012 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 3,60 persen dan

kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) pada awal tahun yang sebesar 8,82%

merupakan faktor pendorong turunnya jumlah penduduk miskin di perkotaan.

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

2005 133.5 1,037.7 1,171.2 17.85 30.46 28.192006 148.0 1,125.9 1,273.9 18.77 31.68 29.342007 124.9 1,038.7 1,163.6 16.41 29.95 27.512008 119.30 979.10 1,098.3 15.50 27.88 25.652009 109.40 903.70 1,013.1 14.01 25.35 23.312010 107.40 906.70 1,014.1 13.57 25.10 23.032011 117.04 895.87 1,012.9 12.50 23.36 21.23

Maret 2012 115.5 897.1 1,012.6 12.22 22.98 20.88

Sumber : http://ntt.bps.go.id/

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin

Tabel 5.3 Penduduk Miskin NTT

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II – 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 57

BBB AAA BBB VVVIII

PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

66..11.. PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii

Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan III 2012

diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan

terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan

III 2012 akan berada pada kisaran 5,9 ± 1% (yoy). Di sisi lain, secara triwulanan

pertumbuhan ekonomi diperkirakan sedikit melambat dengan kisaran

pertumbuhan sebesar 3,9 ± 1% (qtq).

Konsumsi diproyeksikan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi

disaat kinerja sektor lainnya mengalami perlambatan kinerja. Dari sisi penawaran,

sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor transportasi

dan komunikasi diperkirakan akan cukup berkontribusi seiring peningkatan

konsumsi selama Idul Fitri tahun ini.

Aspek Pertumbuhan Triwulanan Tw II 2012

Penyebab Pertumbuhan Ekspektasi triwulan

mendatang Keterangan Ekspektasi

Kegiatan Usaha (umum)

Meningkat Permintaan domestik dan eksternal

Melambat Berkurangnya permintaan domestik dan eksternal

Volume produksi

Meningkat Peningkatan permintaan Melambat Menurunnya permintaan

Nilai penjualan

Meningkat Peningkatan harga jual Menurun Penurunan harga komoditas unggulan

Kapasitas produksi

Meningkat Prospek permintaan yang membaik Menurun

Prospek permintaan yang melambat

Tenaga kerja Meningkat Faktor musiman Melambat Seiring dengan kegiatan usaha

Volume pesanan

Sedikit Meningkat

Membaiknya prospek perekonomian

Menurun Penurunan prospek ekonomi secara umum

Harga jual komoditas

Meningkat Peningkatan permintaan Menurun Menurunnya permintaan

Kondisi keuangan

Membaik Dampak kenaikan harga Sedikit

Memburuk Dampak penurunan harga

Situasi bisnis Membaik Prospek permintaan membaik Sedikit

Memburuk Prospek menurunnya permintaan

Tabel 6.1 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : SKDU KPw BI NTT, Analisa Unit Kajian, Statistik & Survei

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II – 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 58

Pertumbuhan ekonomi akan lebih didorong oleh permintaan

domestik, khususnya konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah.

Permintaan domestik diprediksi akan mendominasi pertumbuhan ekonomi,

khususnya tingkat konsumsi yang diperkirakan akan terus tinggi selama bulan

Juli dan Agustus 2012. Di sisi lain, ekspor diperkirakan sedikit melambat karena

kondisi dan prospek permintaan eksternal yang tetap belum pulih. Investasi

diperkirakan sedikit menurun karena pelaku usaha masih dibayangi lemahnya

pemulihan perekonomian global.

Pelaku usaha sedikit pesimis terhadap situasi bisnis triwulan

mendatang. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II

2012, secara umum kegiatan usaha pada triwulan mendatang diperkirakan

sedikit melambat. Faktor musiman hanya mendorong permintaan terhadap

beberapa sektor tertentu seperti PHR dan sektor transportasi, namun

permintaan secara umum (khususnya eksternal) masih terkendala pertumbuhan

ekonomi global yang masih lemah.

Pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor diperkirakan

melemah, kecuali Jepang. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan

ekspor pada tahun 2012 diperkirakan terus mengalami koreksi. International

Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Cina pada

tahun 2012 terkoreksi menjadi 8,0%, setelah pada triwulan sebelumnya

diproyeksikan akan mencapai 8,2%. Sementara pertumbuhan ekonomi India

dikoreksi menjadi 6,1% dari awalnya 6,9%. Angin segar tampaknya datang

dari Jepang yang diproyeksikan mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi

menjadi sebesar 2,4% setelah sebelumnya hanya diperkirakan tumbuh 2,0%.

66..22.. IInnffllaassii

Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan III 2012

diperkirakan akan berada pada kisaran 6,34±1% (yoy) setelah pada triwulan II

2012 berada pada tingkat 5,02% (yoy). Selain dipengaruhi tekanan inflasi yang

bersifat fundamental, kenaikan inflasi tahunan juga disebabkan oleh efek tahun

dasar (base year effect).

Terdapat kemungkinan kenaikan harga administered prices seiring

faktor musiman. Moment Libur Sekolah yang diikuti dengan perayaan Hari Raya

Idul Fitri diperkirakan akan dimanfaatkan operator penerbangan untuk

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II – 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 59

menetapkan harga tiket mendekati ambang batas yang diperbolehkan oleh

pemerintah. Kondisi tersebut dipastikan akan mendongkrak angka inflasi

khususnya di Kota Kupang sebagai pusat perekonomian di Nusa Tenggara Timur.

Selain tekanan inflasi dari sektor transportasi, tekanan inflasi juga diperkirakan

akan meningkat pada sektor makanan jadi sebagai imbas kenaikan di Pulau Jawa

sebagai imbas faktor musiman.

Namun demikian, seiring masih berlangsungnya musim panen tabama pada

triwulan III 2012, harga bahan makanan lokal diproyeksikan akan stabil. Sementara

itu, tekanan inflasi dari faktor eksternal diperkirakan relatif kecil seriring tendensi

menurunnya harga emas dan minyak mentah di pasar internasional.

Grafik 6.1 Harga Emas di Pasar Internasional

Sumber : Bloomberg

Grafik 6.2 Minyak WTI di Pasar Internasional

Sumber : Bloomberg

1386,3

1508,91703,5 1683,2 1690,3

1612,5

20220420620820

1.0201.2201.4201.6201.820

I II III IV I II

2011 2012

USD/OZ

93,9

102,5

89,794,0

102,8

93,4

2030405060708090

100110

I II III IV I II

2011 2012

USD/Barrel

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II – 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 60

PERUBAHAN PROYEKSI INFLASI NTT TAHUN 2012 ;

KENAIKAN HARGA ADMINISTERED PRICES MOMOK INFLASI DI NTT

Setelah cukup dihantui dengan simpang siurnya rencana pemerintah untuk

menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, proyeksi base inflasi Nusa

Tenggara Timur 2012 yang awalnya diprediksi berada di bawah level 6% telah

mengalami tekanan cukup tinggi pada pertengahan tahun ini yang disebabkan

kenaikan harga administered prices yakni tarif PAM pada bulan Mei dan harga tiket

pesawat pada bulan Juni 2012. Bahkan tingginya harga tiket pesawat diperkirakan

akan bertahan pada bulan Agustus dan Desember 2012, yakni saat perayaan Idul

Fitri 1433 H dan Natal 2012. Tingginya harga tiket pesawat pada kedua moment

tersebut diyakini akan mendongkrak inflasi tahun 2012 secara kumulatif.

Rerata andil tarif angkutan udara terhadap rerata inflasi NTT dalam kurun

waktu satu tahun terakhir tercatat sebesar 30,84%. Suatu besaran yang cukup

signifikan dalam mempengaruhi fluktuasi inflasi secara keseluruhan. Ketika tarif

angkutan udara mengalami inflasi sebesar 14,67% (mtm) pada Desember 2011,

dengan andil sebesar 29,7% kondisi tersebut berpengaruh cukup signifikan

terhadap tingginya inflasi umum bulan tersebut yakni menjadi 1,95% (mtm). Begitu

pun yang terjadi pada bulan April 2012 ketika NTT mengalami deflasi yang

dipengaruhi oleh deflasi tarif angkutan udara. Berdasarkan hitungan empiris

diperoleh angka korelasi antara inflasi NTT dengan inflasi tarif angkutan udara

sebesar 0,55796.

Grafik 1. Korelasi Inflasi NTT dan Inflasi Tarif Angkutan Udara

‐20,00%

‐15,00%

‐10,00%

‐5,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

‐1,00%

‐0,50%

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2011 2012

Inflasi NTTInflasi Tarif Angkutan Udara

(mtm) (mtm)correl : 0,55796

BOKS 5

Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai ----- 33 Tabel 3.16 Perkembangan Indikator

Triwulan II – 2012 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 61

Proyeksi base inflasi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 sebelumnya

sebagaimana dijelaskan pada Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Nusa

Tenggara Timur Triwulan I 2012 diperkirakan sebesar 5,48%. Namun demikian,

seiring potensi tingginya harga tiket pesawat sebagaimana dijelaskan sebelumnya,

inflasi Kota Kupang pada tahun 2012 diproyeksikan berada pada kisaran 6,57% ±

1% (yoy), sementara inflasi Kota Maumere diproyeksikan masih tinggi di kisaran

9,38% ± 1% (yoy). Berdasarkan perhitungan bobot masing-masing kota, maka

inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan gabungan kedua kota

tersebut akan berada pada kisaran 7,02% ± 1% (yoy).

Tabel 1. Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Periode

Pertumbuhan

Ekonomi

(% yoy)

Inflasi

(% yoy)

2011 Triwulan I 4.9 8.69

Triwulan II 7.4 6.56

Triwulan III 5.7 4.37

Triwulan IV 4.5 4.68

2011 5.6 4.68

2012 Triwulan I 5.4 3.60

Triwulan II 4.8 5.02

Triwulan III * 5.9 6.34

Triwulan IV * 6.5 7.02

2012*

*) Forecast

5.7

7.02

Untuk meminimalisasi tekanan inflasi dari tarif angkutan udara, Pemerintah

Provinsi Nusa Tenggara Timur atas dasar rekomendasi Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Nusa Tenggara Timur telah menyampaikan surat himbauan kepada

para operator/maskapai penerbangan agar tidak memberlakukan tarif sebesar batas

atas yang diperbolehkan pemerintah. Himbauan tersebut diharapkan mendapat

tanggapan positif dari operator penerbangan sehingga tekanan inflasi dari

angkutan udara dapat diminimalisasi. Selain ancaman tingginya tarif angkutan

udara, inflasi NTT juga masih rentan terhadap gejolak inflasi dari Pulau Jawa,

khususnya Kota Surabaya jika kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) juga diterapkan

pada Semester II 2012 ini.

Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah