KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel...
Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai ----- 32 Tabel...
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan II - 2012
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT ii
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KPwBI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, Agustus 2012 Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Lukdir Gultom Deputi Direktur
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT iii
DDDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII
Halaman Judul -------------------------------------------------------------------------- i
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------- ii
Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------- iii
Daftar Grafik --------------------------------------------------------------------------- v
Daftar Tabel ---------------------------------------------------------------------------- vii
Ringkasan Umum ---------------------------------------------------------------------- ix
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1 Sisi Permintaan -------------------------------------------------------------------- 2
1.2 Sisi Penawaran --------------------------------------------------------------------- 6
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------- 11
2.2 Inflasi Kota Kupang --------------------------------------------------------------- 14
2.3 Inflasi Kota Maumere ------------------------------------------------------------ 16
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
3.1 Perkembangan Bank Umum --------------------------------------------------- 18
3.1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------- 18
3.1.2 Intermediasi Perbankan -------------------------------------------------- 19
3.1.3 Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) ----------------------- 28
3.2 Perkembangan BPR --------------------------------------------------------------- 29
3.3 Sistem Pembayaran --------------------------------------------------------------- 32
3.3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------- 32
3.3.2 Transaksi Non Tunai ------------------------------------------------------- 33
3.3.3 Transaksi Tunai ------------------------------------------------------------- 35
BOKS 1. TATA CARA PENGADUAN PERMASALAHAN TRANSAKSI
KEUANGAN --------------------------------------------------------------- 38
BOKS 2. KREDIT USAHA RAKYAT: Latar Belakang dan Perkembangannya 41
BOKS 3. KESIAPAN BANK INDONESIA MENGHADAPI KEBUTUHAN UANG
MENJELANG LEBARAN ---------------------------------------------------- 45
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH
4.1 Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------- 47
4.2 Pendapatan Daerah --------------------------------------------------------------- 47
4.3 Belanja Daerah -------------------------------------------------------------------- 48
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT iv
BOKS 4. RENCANA DAN REALISASI APBD WILAYAH NUSA TENGGARA
TIMUR ------------------------------------------------------------------------ 50
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1 Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------- 52
5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan ---------------------------------------------- 52
5.3 Perkembangan Kesejahteraan -------------------------------------------------- 54
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
6.1 Pertumbuhan Ekonomi ---------------------------------------------------------- 57
6.2 Inflasi -------------------------------------------------------------------------------- 58
BOKS 5. PERUBAHAN PROYEKSI INFLASI NTT TAHUN 2012 ; KENAIKAN
HARGA ADMINISTERED PRICES MOMOK INFLASI DI NTT -------- 60
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT v
DDDAAAFFFTTTAAARRR GGGRRRAAAFFFIIIKKK
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT --------------------------------------------- 1
Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT ---------------------------------- 1
Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan ----------------------------------------------- 2
Grafik 1.4 Struktur Sisi Penawaran ----------------------------------------------- 2
Grafik 1.5 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan ----------------------- 2
Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis ---------------------------------------- 3
Grafik 1.7 Nilai Tukar Petani ------------------------------------------------------ 3
Grafik 1.8 Kredit Konsumsi -------------------------------------------------------- 3
Grafik 1.9 Perkembangan IKE ----------------------------------------------------- 3
Grafik 1.10 Kredit Investasi --------------------------------------------------------- 4
Grafik 1.11 Konsumsi Semen NTT ------------------------------------------------- 4
Grafik 1.12 Pelanggan Listrik Sektor Industri ------------------------------------ 5
Grafik 1.13 PDRB Ekspor-Impor ---------------------------------------------------- 5
Grafik 1.14 Perkembangan Bongkar Muat -------------------------------------- 5
Grafik 1.15 Negara Tujuan Ekspor ------------------------------------------------- 6
Grafik 1.16 Pengiriman Ternak ----------------------------------------------------- 7
Grafik 1.17 Perkembangan Penjualan Eceran ----------------------------------- 7
Grafik 1.18 Kredit Sektor PHR ------------------------------------------------------ 7
Grafik 1.19 Perkembangan Arus Bongkar --------------------------------------- 8
Grafik 1.20 Jumlah Tamu Hotel ---------------------------------------------------- 8
Grafik 1.21 Penumpang Angkutan Laut ----------------------------------------- 9
Grafik 1.22 Penumpang Angkutan Udara --------------------------------------- 9
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ---------------------------------------- 11
Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT ------------------------------------------------ 11
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Tw 2-2012 NTT -------------------------------------- 11
Grafik 2.4 Inflasi NTT dan Nasional ---------------------------------------------- 12
Grafik 2.5 Struktur Inflasi Bulanan NTT ------------------------------------------ 13
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang -------------------------------------- 14
Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------- 14
Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Kupang ------------------------------------------- 15
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Maumere ------------------------------------ 16
Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Maumere ----------------------------------------- 17
Grafik 3.1 Komposisi DPK --------------------------------------------------------- 21
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT vi
Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik ------------------------------------ 21
Grafik 3.3 Komposisi Kredit ------------------------------------------------------- 25
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga ----------------------------------------- 25
Grafik 3.5 Perkembangan LDR ---------------------------------------------------- 26
Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan ---------------------------------- 26
Grafik 3.7 Perkembangan NPL ---------------------------------------------------- 27
Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal Kerja ------------------------------------- 27
Grafik 3.9 Perkembangan Transaksi Kliring ------------------------------------ 34
Grafik 3.10 Perkembangan Cek/BG Kosong ------------------------------------ 34
Grafik 3.11 Nilai Transaksi RTGS --------------------------------------------------- 35
Grafik 3.12 Volume Transaksi RTGS ----------------------------------------------- 35
Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------- 36
Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja ------------------------------------------- 47
Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Triwulan II ------------------------------------ 48
Grafik 4.3 Realisasi Belanja Triwulan II ------------------------------------------- 48
Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT ---------------------------------------- 52
Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT --------------------------------------------- 54
Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan --------------------------------- 54
Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT ---------------------------------------------- 55
Grafik 6.1 Harga Emas di Pasar Internasional ---------------------------------- 59
Grafik 6.2 Minyak WTI di Pasar Internasional ---------------------------------- 59
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT vii
DDDAAAFFFTTTAAARRR TTTAAABBBEEELLL
Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT -------------------------------------------------- 9
Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Penawaran --------------------------------- 10
Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran ----------------------- 10
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan -------------------------------- 10
Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Permintaan ---------------------- 10
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ------------------------------------------- 12
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok ----------------------------------------------- 13
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok ------------------------------------------ 16
Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok ----------------------------------------- 17
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan ------------------------------------ 18
Tabel 3.2 Jumlah Bank per Kabupaten ------------------------------------------- 19
Tabel 3.3 Perkembangan Komponen DPK --------------------------------------- 20
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit ---------------------------------------------------- 22
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja ------------------------------------ 23
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Investasi ----------------------------------------- 23
Tabel 3.7 Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perbankan per Kabupaten (yoy) 24
Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral -------------------------- 26
Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM --------------------------- 28
Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral ----------------------------- 29
Tabel 3.11 Perkembangan Usaha BPR -------------------------------------------- 30
Tabel 3.12 Perkembangan Kredit BPR -------------------------------------------- 31
Tabel 3.13 Perkembangan Kredit Sektoral BPR --------------------------------- 31
Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai --------------------------------------- 32
Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai -------------------------------- 33
Tabel 3.16 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain --------------- 37
Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2012 ---------------------- 49
Tabel 5.1 Struktur Ketenagakerjaan NTT ----------------------------------------- 53
Tabel 5.2 Perkembangan IPM NTT ------------------------------------------------- 55
Tabel 5.4 Penduduk Miskin NTT --------------------------------------------------- 56
Tabel 6.1 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi
Nusa Tenggara Timur ---------------------------------------------------- 57
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT viii
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Kelompok Kajian, Statistik dan Survei
KBI Kupang
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT ix
Ringkasan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan II-2012
EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Laju pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,76% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,42% (yoy). Faktor penghambat pertumbuhan pada periode laporan adalah tingginya impor yang mencapai Rp1.964,51 miliar. Sementara dari sisi penawaran, penyebabnya adalah perlambatan kinerja hampir seluruh sektor ekonomi pembentuk PDRB, kecuali sektor pertanian.
Secara triwulanan, perekonomian NTT meningkat 4,54% (qtq). Peningkatan kinerja paling tinggi terjadi pada sektor bangunan yang mencapai 8,68% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran 7,20% (qtq) serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 5,60% (qtq). Dari sisi penggunaan, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada kegiatan investasi dan impor yakni masing-masing sebesar 27,15% (qtq) dan 26,26% (qtq).
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Pergerakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di NTT naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tekanan inflasi terjadi pada 2 (dua) kota penghitungan inflasi yaitu Kupang dan Maumere. Inflasi tahunan Kota Kupang pada akhir triwulan II-2012 sebesar 4,37% (yoy), sementara inflasi Maumere berada pada level 8,45% (yoy) sehingga pada akhir triwulan I-2012 inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada level 5,02% (yoy). Pergerakan harga kelompok perumahan baik dari komoditi maupun tarif pekerja serta tarif angkutan udara yang meningkat cukup tajam menjadi penyebab utama terjadinya inflasi yang cukup tinggi selama triwulan laporan.
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
Kinerja perbankan NTT pada triwulan II-2012 masih menunjukkan perkembangan yang positif. Indikator kinerja utama perbankan yaitu Aset, Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran Kredit perbankan NTT mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Iklim perekonomian yang kondusif khususnya pada sektor perdagangan dan sektor bangunan yang mempunyai pengaruh langsung pada peningkatan pendapatan masyarakat
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT x
berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan DPK. Sementara dua indikator lainnya yaitu asset dan kredit perbankan meningkat signfikan dibandingkan dengan triwulan II-2011 walaupun laju pertumbuhannya mengalami perlambatan. Peningkatan nominal kredit yang disalurkan tidak berdampak pada performance kredit perbankan, tercermin dari rasio non performing loan (NPLs) yang relatif turun di level 1,51%. Prinsip kehati - hatian atau prudential banking dalam penyaluran kredit merupakan salah satu upaya dalam meminimalkan resiko dalam penyaluran kredit.
Peningkatan aktivitas ekonomi pada triwulan II-2012 berpengaruh
signifikan terhadap kinerja sistem pembayaran. Aktivitas ekonomi yang meningkat cukup signifikan terutama pada sektor konstruksi dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mendorong peningkatan kinerja sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai. Pada transaksi tunai, tercatat jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebutuhan uang (cash money) di Provinsi NTT pada triwulan laporan meningkat signifikan. Kondisi tersebut merefleksikan aktivitas ekonomi NTT yang mulai meningkat pada triwulan II-2012. Sistem pembayaran non-tunai dapat menggunakan fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS). Peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi pada transaksi dengan menggunakan sarana RTGS. Hal ini dimungkinkan terjadi karena nominal untuk transaksi dengan fasilitas SKNBI terbatas sampai dengan Rp 100 juta dan waktu penerimaan sedikit lebih lambat. Pada triwulan II-2012, transaksi melalui SKNBI tercatat meningkat 3,60% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp 447,93 miliar sementara transaksi melalui RTGS meningkat signifikan sebesar 78% dengan nominal transaksi mencapai Rp 19,86 triliun.
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH
Kinerja keuangan pemerintah, khususnya Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan. Pola penyerapan anggaran pemerintah, khususnya APBD relatif sama pada setiap tahunnya. Pada triwulan II, laju penyerapan anggaran biaya relatif lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan triwulan II-2012, dimana penyerapan anggaran pada pos belanja daerah lebih tinggi dibandingkan dengan penyerapan triwulan I-2012 yang hanya sebesar 14,42%. Laju penyerapan anggaran pada triwulan laporan mencapai 22,57% dan diperkirakan pada triwulan III dan IV laju penyerapan anggaran belanja akan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT xi
KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
Peningkatan aktivitas ekonomi NTT berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Beberapa indikator kesejahteraan masyarakat menunjukkan peningkatan. Daya serap sektor riil terhadap tenaga kerja mengalami peningkatan, terlihat dari persepsi pelaku usaha yang bernilai positif. Secara struktural, dominasi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin dari kemampuan sektor tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Indikator kesejahteraan lain, yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) masih menunjukkan tren peningkatan. Hal tersebut mencerminkan adanya insentif lebih bagi kegiatan konsumsi masyarakat khususnya level menengah ke bawah.
PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan III 2012 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi tahunan diperkirakan akan berada pada kisaran 5,9 ± 1% (yoy). Konsumsi diproyeksikan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi disaat kinerja sektor lainnya mengalami perlambatan kinerja. Dari sisi penawaran, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor transportasi dan komunikasi diperkirakan akan cukup berkontribusi seiring peningkatan konsumsi selama Idul Fitri tahun ini. Di sisi lain, secara triwulanan pertumbuhan ekonomi diperkirakan sedikit melambat dengan kisaran pertumbuhan sebesar 3,9 ± 1% (qtq).
Inflasi pada triwulan mendatang sangat mungkin terdorong oleh
kenaikan harga administered prices seiring faktor musiman. Inflasi tahunan pada triwulan III 2012 diperkirakan akan berada pada kisaran 6,34±1% (yoy). Moment liburan sekolah yang diikuti dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri diperkirakan akan dimanfaatkan operator penerbangan untuk menetapkan harga tiket mendekati ambang batas yang diperbolehkan oleh pemerintah. Selain tekanan inflasi dari sektor transportasi, tekanan inflasi juga diperkirakan akan meningkat pada sektor makanan jadi sebagai imbas kenaikan harga di Pulau Jawa. Namun demikian, seiring masih berlangsungnya musim panen tabama pada triwulan III 2012, harga bahan makanan diproyeksikan akan stabil. Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor eksternal diperkirakan relatif kecil seriring tendensi menurunnya harga emas dan minyak mentah di pasar internasional.
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT xii
Laju Inflasi Tahunan (yoy;%)
- NTT 6.55 4.37 4.68 3.60 5.02
- Kupang 6.66 4.25 4.32 3.11 4.37
- Maumere 6.00 5.00 6.59 6.21 8.45
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,284 3,375 3,468 3,291 3,441
- Pertanian 1,200 1,187 1,204 1,204 1,235
- Pertambangan dan Penggalian 42.93 46.04 47.00 43.05 45.41
- Industri Pengolahan 46 48 50 47 48
- Listrik, gas dan air bersih 14.32 15.24 16.11 14.61 15.02
- Bangunan 209 214 218 202 219
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 577.66 595.05 608.33 573.04 614.31
- Pengangkutan dan komunikasi 244 256 261 251 256
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 123.12 132.51 140.26 123.32 130.23
- Jasa 828 882 924 835 877
Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 7.38 5.73 4.53 5.42 4.76
Ekspor - Impor*
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 5.51 4.74 5.16 3.48 2.82
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 9.82 28.89 26.16 7.69 4.79
Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 0.04 0.04 0.01 60.87 1.59
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0.06 0.19 0.03 200.17 28.03
Sistem Pembayaran
Inflow (miliar Rp) 455.26 516.98 480.43 1,130.96 484.92
Outflow (miliar Rp) 711.48 1046.39 1660.48 286.81 1168.66
Netflow (miliar Rp) -256.22 -529.42 -1,180.05 844.15 -683.75
MRUK (miliar Rp) 284.82 240.45 313.60 345.72 32.20
Uang Palsu (ribu Rp) 5,710 3,750 2,450 1,950 7,650
Nominal Kliring (miliar Rp) 432.38 433.79 358.09 432.79 447.93
Sumber : Berbagai sumber (diolah)
Keterangan :
1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi)
PDRB atas dasar harga konstan 2000
2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
Tw.II-12
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Tw.I-12Tw.IV-11Tw.III-11
INFLASI DAN PDRB
INDIKATOR Tw.II-11
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT xiii
PERBANKAN
Bank Umum
Total Aset (Rp Triliun) 14.96 16.17 16.69 17.77 18.12
DPK (Rp Triliun) 11.42 11.83 12.75 13.43 14.30
- Tabungan (Rp Triliun) 5.33 5.67 7.20 6.25 6.95
- Giro (Rp Triliun) 2.96 2.85 2.54 3.40 3.44
- Deposito (Rp Triliun) 3.11 3.31 3.02 3.78 3.91
Kredit (Rp Triliun) 8.97 9.69 10.19 10.48 11.40
- Modal Kerja 2.35 2.62 2.70 2.70 3.21
- Konsumsi 6.18 6.58 6.88 7.14 7.51
- Investasi 0.44 0.49 0.60 0.64 0.68
LDR 78.55% 81.91% 79.87% 78.02% 79.73%
NPLs 2.33% 2.04% 1.42% 1.66% 1.51%
Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.28 2.50 2.57 2.63 3.07
BPR
Total Aset (Rp Miliar) 163.04 177.10 200.15 203.23 213.51
DPK (Rp Miliar) 117.76 126.19 142.92 145.73 156.24
- Tabungan (Rp Miliar) 44.33 49.01 54.26 55.49 54.61
- Deposito (Rp Miliar) 73.43 77.18 88.67 90.24 101.63
Kredit (Rp Miliar) 131.72 145.02 152.11 153.80 166.72
- Modal Kerja 63.93 78.58 70.27 70.47 80.20
- Konsumsi 49.36 49.44 57.27 24.51 25.88
- Investasi 18.43 17.00 24.56 58.81 60.64
Kredit UMKM (Rp Miliar) 131.72 145.02 152.11 153.80 166.72
Rasio NPL Gross 4.13% 4.54% 3.66% 5.28% 6.27%
LDR 111.86% 114.93% 106.43% 105.53% 106.71%
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT (diolah)
Tw.II-12
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIHPROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Tw.I-12Tw.IV-11Tw.III-11Tw.II-11INDIKATOR
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 1
Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
I II III IV I II
2011 2012R
p m
iliar
PDRB y-o-y q-t-q
0%
25%
50%
75%
100%
I II III IV I
2011 2012
Jasa
Keu, Sewa, dan Jasa
Angk & Kom
PHR
Bangunan
Listrik dan Air
Industri
Tambang
Pertanian
BBB AAA BBB III
EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Laju pertumbuhan ekonomi
tahunan NTT pada triwulan laporan
secara umum mengalami
perlambatan dibandingkan periode
sebelumnya. Laju pertumbuhan
ekonomi triwulan II-2012 tercatat
sebesar 4,76% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 5,42% (yoy). Melambatnya
perekonomian terutama terjadi karena tingginya impor NTT. Sementara dari sisi
penawaran, penyebabnya adalah perlambatan kinerja hampir seluruh sektor
ekonomi pembentuk PDRB.
Struktur perekonomian NTT tetap masih didominasi oleh sektor pertanian,
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor jasa-jasa. Ketiga sektor
tersebut memberikan kontribusi hingga 79,79% angka PDRB periode laporan.
Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi masih sangat dominan, terutama
konsumsi rumah tangga dan pemerintah.
Dari total pertumbuhan ekonomi
triwulan II 2012 yang sebesar 4,76%
(yoy), sebesar 31,42% disumbangkan
oleh sektor jasa (mencapai 1,49%),
kemudian 23,47% atau sebesar 1,12%
disumbangkan oleh sektor PHR, dan
disusul sektor pertanian dengan
22,47% atau menyumbang 1,07%
angka pertumbuhan. Dari sisi
penggunaan, total aktivitas konsumsi di NTT (rumah tangga, pemerintah, swasta)
masih dominan menyumbang angka pertumbuhan, sedangkan investasi mulai
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 2
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
5,58%
1,67%
1,75%
‐2,51%
‐6,09%
Konsumsi
Investasi
Ekspor
Impor
Perubahan stok
menunjukkan peningkatan. Sementara itu, ekspor mengalami peningkatan yang
juga diiringi dengan meningkatnya impor.
Secara triwulanan, perekonomian NTT meningkat 4,54% (qtq)
dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi paling tinggi terjadi pada sektor bangunan yang mencapai 8,68% (qtq),
kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran 7,20% (qtq) serta
sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 5,60% (qtq). Dari sisi
penggunaan, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada kegiatan investasi dan impor
yakni masing-masing sebesar 27,15% (qtq) dan 26,26% (qtq).
1.1 Sisi Permintaan
Konsumsi mempertahankan
hegemoninya sebagai sumber utama
penopang pertumbuhan. Laju
pertumbuhan konsumsi secara tahunan
tercatat mengalami peningkatan.
Walaupun demikian, sebenarnya
konsumsi dapat tumbuh lebih tinggi lagi
bilamana ditunjang dengan rendahnya
inflasi. Inflasi yang tinggi telah memaksa
konsumen untuk membayar lebih atas apa
yang dikonsumsinya. Hal tersebut terkonfirmasi dari menurunnya rerata Nilai Tukar
Petani (NTP) pada periode laporan yang disebabkan tingginya biaya yang
dikeluarkan oleh petani sebagai imbas dari tingginya inflasi.
Grafik 1.5 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan
Grafik 1.4 Struktur Sisi PenawaranGrafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Rmh tangga82,98%
Swasta4,33%
Pemerintah19,84%
Investasi17,02%
Net ekspor-28,93%
Pertanian36,58%
Pertambangan1,31%
Industri Pengolahan
1,41%
Listrik,Gas dan Air
0,44%
Bangunan (konstruksi)
6,13%
PHR17,41%
Transp & Kom7,61%
Keuangan dan Persewaan
3,75%
Jasa‐jasa25,36%
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 3
1. Konsumsi
Laju pertumbuhan konsumsi meningkat lebih tinggi dibandingkan
kinerja tahunan triwulan sebelumnya. Konsumsi secara total pada periode
laporan tumbuh sebesar 6,16% (yoy), mengalami akselerasi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 5,33% (yoy). Membaiknya konsumsi terutama didorong
oleh akselerasi konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Hasil Survei
Konsumen triwulan II 2012 juga menunjukkan bahwa menurunnya NTP
tidak membatasi konsumen untuk mengkonsumsi barang. Mayoritas
responden survei berpendapat bahwa kondisi ekonomi pada periode laporan lebih
baik dibandingkan periode sebelumnya (Sumber : Survei Konsumen Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur).
Grafik 1.8 Kredit Konsumsi Grafik 1.9 Perkembangan IKE
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT
Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : KPw BI Prov. NTT
Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.7 Nilai Tukar Petani
56.000
57.000
58.000
59.000
60.000
61.000
62.000
63.000
64.000
‐5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000
I II III IV I II
2010 2011ribu kwh
Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan
*) Proyeksi*) Estimasi
101
102
103
128130132134136138140142144146
I II III IV I II
2011 2012
Indeks yang Diterima Petani
Indeks yang Dibayar Petani
NTP (axis kanan)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
‐
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
I II III IV I II
2011 2012
Kredit Konsumsi (Miliar)Growth YoY (Aksis Kanan)
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 4
Konsumsi yang cukup signifikan juga dilakukan oleh sektor swasta seiring
meningkatnya investasi. Hal tersebut diantaranya terkonfirmasi oleh meningkatnya
konsumsi listrik sektor bisnis di NTT pada triwulan laporan sebesar 18,71% (yoy)
dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, penyaluran pembiayaan/kredit
konsumtif perbankan di NTT tumbuh 21,63% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
2. Investasi
Investasi terus menunjukkan peningkatan kinerja. Investasi di NTT
pada triwulan laporan meningkat 19,0% (yoy), mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,7% (yoy). Andil investasi
mengalami peningkatan dari 1,67% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,84%.
Sedangkan apabila melihat pertumbuhan secara triwulanan, terjadi peningkatan
investasi sebesar 27,15% (qtq).
Relatif meningkatnya investasi di NTT pada periode laporan
terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja modal pemerintah.
Kendati demikian, konsumsi semen di NTT yang merupakan salah satu indikator
investasi mengalami perlambatan. Kondisi tersebut disebabkan karena tingginya
harga semen pada periode laporan sehingga volume secara total menjadi terbatas.
Andil investasi sektor swasta relatif stabil yang diindikasikan
dengan terbatasnya peningkatan pembiayaan investasi dari perbankan.
Outstanding kredit investasi pada akhir Juni 2012 tercatat tumbuh 53,49% (yoy)
atau mengalami deselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
61,17% (yoy). Indikasi peningkatan investasi juga terkonfirmasi dari peningkatan
Grafik 1.11 Konsumsi Semen NTT
Sumber : KPw BI Prov. NTT
Grafik 1.10 Kredit Investasi
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
‐
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II
2011 2012
Kredit Investasi (Miliar)Growth YoY (Aksis Kanan)
40.000
70.000
100.000
130.000
160.000
190.000
220.000
250.000
280.000
I II III IV I II
2011 2012
konsumsi semen
Ton
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 5
konsumsi pada sektor industri sebagaimana data yang diperoleh dari PT PLN
Wilayah Nusa Tenggara Timur.
3. Net Ekspor
Kinerja ekspor NTT masih diwarnai dengan angka defisit yang cukup
signifikan. Pada periode laporan, angka defisit ekspor NTT mencapai Rp995,51
miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 3,89% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.035,80 miliar. Secara
umum kondisi tingginya net impor terjadi karena pengaruh peningkatan konsumsi
masyarakat NTT dan pertumbuhan kegiatan investasi. Selama beberapa tahun
terakhir, tingkat pertumbuhan ekspor PDRB NTT selalu lebih rendah dibandingkan
laju pertumbuhan impor. Ketimpangan kinerja ekspor dan impor di NTT tercermin
dari kinerja di pelabuhan yang lebih diwarnai kegiatan unloading (bongkar
muatan).
Grafik 1.13 PDRB Ekspor - Impor
Grafik 1.12 Pelanggan Listrik Sektor Industri
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : PLN Wilayah NTT
Grafik 1.14 Perkembangan Bongkar Muat
Sumber : PT Pelindo Tenau
335
340
345
350
355
360
365
370
‐100 200 300 400 500 600 700 800 900
1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500
I II III IV I II
2010 2011ribu
kwh
Konsumsi (ribu kwh) Jml Pelanggan
*) Proyeksi*) Estimasi
‐140.000
‐120.000
‐100.000
‐80.000
‐60.000
‐40.000
‐20.000
00 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000
I II III IV I II
2011 2012
(ton)(ton)
Unloading Loading Net Loading
-1.300
-1.200
-1.100
-1.000
-900
-800
-700
-600
-500
-300
100
500
900
1.300
1.700
2.100
2.500
I II III IV I
2011 2012
Rp m
iliar
Impor Ekspor Net Ekspor (axis kanan)
Rp m
iliar
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 6
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA
Khusus untuk ekspor luar negeri, ekspor pada triwulan II 2012
sebagian besar masih ditujukan ke negara Timor Leste dengan komoditas
yang dominan adalah kebutuhan sehari-hari. Sedangkan negara berikutnya adalah
negara Cina, dimana komodita ekspor yang
dominan adalah hasil tambang bahan
galian c, berupa batu-batu (marmer, batu
hias) dan biji mangan mentah. Pengiriman
dilakukan melalui pelabuhan Tenau
ataupun langsung menuju Pelabuhan
Atapupu. Volume ekspor luar negeri NTT
pada triwulan laporan mencapai 4,79 ribu
ton atau mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,69 ribu ton. Dari total jumlah
tersebut, sebanyak 63,68% ditujukan ke Timor Leste (Australia).
11..22 SSiissii PPeennaawwaarraann
Dari sisi penawaran, kontribusi tiga sektor utama NTT masih
dominan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT pada
periode laporan adalah sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel & restoran,
serta sektor pertanian.
1. Pertanian
Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor ekonomi yang
mengalami perbaikan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja
sektor pertanian pada periode laporan tercatat sebesar 2,92% (yoy), sedikit
meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 2,80% (yoy).
Penyebab utama membaiknya kinerja sektor pertanian adalah subsektor
peternakan dan subsektor perikanan seiring dengan cuaca yang kondusif.
Membaiknya kinerja subsektor peternakan didorong oleh harga ternak yang
mengalami peningkatan walaupun pada saat yang sama pengiriman hewan keluar
NTT yang dilakukan lewat jalur laut mengalami penurunan sebesar 31,70% (yoy)
dibandingkan kondisi tahun sebelumnya.
Sumber : KPw BI Prov. NTT
Grafik 1.15 Negara Tujuan Ekspor
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 7
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
I II III IV I II
2011 2012
Loading Ternak
Ekor
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Walaupun melambat, sektor PHR masih terus mempertahankan
kinerja positifnya. Pada triwulan laporan, sektor PHR tumbuh 6,34% (yoy),
sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,22% (yoy).
Hal ini terutama dikarenakan melambatnya laju pertumbuhan seluruh subsektor
PHR. Subsektor perdagangan sendiri melambat dari 7,23% (yoy) menjadi 6,36%
(yoy). Melambatnya kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran pun
terkonfirmasi oleh turunnya omset penjualan eceran sebagaimana diperoleh dari
hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Walaupun demikian, sektor PHR tetap didukung
dengan pembiayaan yang terus meningkat. Peningkatan penyaluran kredit sektor
PHR pada periode laporan tercatat sebesar tercatat 45,61% (yoy) atau mengalami
peningkatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 19,78%
(yoy).
Sumber : KPw BI Prov. NTT Sumber : SPE, KPw BI Prov. NTT
Grafik 1.16 Pengiriman Ternak
Sumber : PT.Pelindo diolah
Grafik 1.17 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.18 Kredit Sektor PHR
‐
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
2012
barang kerajinan
bahan kimia
alt tulis
bahan bakar
pakaian
makanan
Alt Rmh Tangga
suku cadang
konstruksi
(Rp Juta)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
‐
500
1.000
1.500
2.000
2.500
I II III IV I II
2011 2012
Kredit PHR (Miliar)Growth YoY (Aksis Kanan)
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 8
Stabilnya kinerja sektor perdagangan ditunjang dengan peningkatan
volume impor (unloading). Unloading di Pelabuhan Tenau pada periode laporan
tercatat mengalami peningkatan sebesar 25,46% (yoy). Sementara itu, kinerja
subsektor perhotelan terus meningkat. Data BPS menunjukkan jumlah
wisatawan/tamu hotel yang mencapai 18.613 orang pada triwulan laporan atau
mengalami peningkatan sebesar 39,98% (yoy) atau 18,27% (qtq).
3. Jasa-jasa dan sektor lainnya
Kinerja sektor jasa-jasa masih ditopang oleh jasa pemerintahan.
Kegiatan jasa pemerintahan pada periode laporan tercatat meningkat 6,40% (yoy).
Kinerja tersebut mengalami sedikit perlambatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 7,12% (yoy). Penopang utama subsektor jasa
pemerintahan umum adalah realisasi belanja dan gaji pemerintahan pada triwulan
laporan.
Selain perlambatan yang terjadi pada dua sektor utama tersebut,
kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan juga
mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Dari subsektor keuangan,
penyaluran kredit hanya meningkat 27,03% (yoy) dari sebelumnya 27,52% (yoy).
Namun demikian, intermediasi perbankan mengalami peningkatan dibandingkan
periode sebelumnya, yaitu dari 78,02% menjadi 79,73%. Laju pertumbuhan
penghimpunan dana masyarakat juga meningkat dari 24,45% (yoy) pada triwulan
lalu menjadi 25,15% (yoy).
Grafik 1.19 Perkembangan Arus Bongkar Grafik 1.20 Jumlah Tamu Hotel
Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : PT.Pelindo diolah
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
I II III IV I II
2011 2012
Unloading
Ton
2.000
7.000
12.000
17.000
22.000
27.000
I II III IV I II
2011 2012
Jumlah Tamu
Orang
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 9
Kinerja sektor transportasi sedikit melambat. Sektor transportasi
masing mencatat pertumbuhan sebesar 5,19% (yoy), mengalami deselerasi
dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 6,82% (yoy).
Melambatnya kinerja sektor transportasi terutama tercermin dari perkembangan
jumlah penumpang angkutan laut selama triwulan laporan yang turun 9,46%
(yoy).
Kinerja sektor bangunan dan sektor industri selama periode laporan
juga mengalami pertumbuhan walaupun trend-nya melambat. Sektor
bangunan tercatat tumbuh sebesar 5,08% (yoy), mengalami perlambatan
dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8,52% (yoy). Sementara itu, jika
pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 4,96% (yoy), kinerja sektor
industri pada triwulan laporan tercatat hanya meningkat sebesar 3,90% (yoy) yang
tetap ditopang industri makanan dan minuman.
Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT
Sumber : Laporan Bank Umum, KPw BI Prov. NTT
Grafik 1.21 Penumpang Angkutan Laut
Sumber : PT Pelindo Tenau
‐
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
II III IV I II
2011 2012
Jumlah Penumpang
Orang
Grafik 1.22 Penumpang Angkutan Udara
Sumber : PT Angkasa Pura II
Indikator
Utama I II III IV I II
Aset (miliar) 13.816 14.962 16.172 16.687 17.767 18.121
y-o-y aset 16,73% 22,35% 29,17% 25,91% 28,60% 21,11%
Kredit (miliar) 8.217 8.973 9.686 10.188 10.478 11.397
y-o-y kredit 18,10% 16,85% 19,12% 29,29% 27,52% 27,03%
DPK (miliar) 10.791 11.423 11.827 12.755 13.430 14.296
y-o-y DPK 16,91% 16,95% 20,33% 24,95% 24,45% 25,15%
LDR 76,14% 78,55% 81,90% 79,87% 78,02% 79,73%
NPL 2,34% 2,33% 2,04% 1,42% 1,66% 1,51%
20122011
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
I II III IV I II
2011 2012
Jumlah Penumpang
Orang
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 10
Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Penawaran
Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Permintaan
Sumber : BPS Provinsi NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 11
BBB AAA BBB III III
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
22..11 KKoonnddiissii UUmmuumm
Pergerakan inflasi Indeks
Harga Konsumen (IHK) di NTT naik
dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Peningkatan tekanan
inflasi terjadi pada 2 (dua) kota
penghitungan inflasi yaitu Kupang dan
Maumere. Inflasi tahunan Kota Kupang
pada akhir triwulan II-2012 sebesar
4,37% (yoy), sementara inflasi
Maumere berada pada level 8,45%
(yoy) sehingga pada akhir triwulan I-2012 inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur
berada pada level 5,02% (yoy).
Secara triwulanan, NTT mengalami inflasi sebesar 1,65% (qtq), lebih tinggi
dibandingkan dengan inflasi quartalan pada triwulan I-2012 yaitu 1,03%. Inflasi
tertinggi terdapat pada kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar
sebesar 4,05%, diikuti dengan kelompok sandang dan makanan jadi dengan
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Tw2-2012 NTT
Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 12
inflasi quartalan masing-masing sebesar 2,71% dan 2,55%. Hal berbeda terjadi
pada kelompok transpor yang mengalami inflasi negatif atau deflasi sebesar
0,93%.
Tekanan inflasi selama triwulan laporan paling tinggi terjadi pada bulan Juni
yaitu sebesar 1,06% setelah pada bulan Mei terjadi inflasi sebesar 0,65%.
Sementara inflasi pada bulan April bernilai negatif atau deflasi sebesar 0,06%.
Tekanan inflasi pada bulan Mei disebabkan oleh kenaikan tarif tukang bukan
mandor, sementara musim liburan sekolah menyebabkan terjadinya tekanan harga
khususnya pada tarif angkutan udara yang merupakan penyumbang inflasi paling
tinggi di bulan Juni.
Inflasi NTT pada triwulan II-
2012 lebih tinggi dibandingkan
dengan inflasi nasional. Secara
umum, tingkat inflasi kota-kota di NTT
termasuk kategori kota yang tergolong
memiliki persistensi yang cukup tinggi.
Pada triwulan II-2012 inflasi NTT
kembali berada atas inflasi Nasional
setelah pada triwulan sebelumnya
berada dibawah level Nasional.
Pergerakan harga kelompok
I II III IV I II III IV I IIyear on year
Nasional 3.43% 5.05% 5.80% 6.96% 6.65% 5.54% 4.61% 3.79% 3.97% 4.53%NTT 8.70% 10.67% 10.86% 9.72% 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02%Kota Kupang 9.03% 11.08% 11.42% 9.97% 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% 4.37%Maumere 7.02% 8.52% 8.05% 8.48% 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% 8.45%
year to dateNasional 0.99% 2.42% 5.28% 6.96% 0.70% 1.06% 2.97% 3.79% 0.88% 1.78%NTT 3.06% 5.42% 8.65% 9.72% 2.09% 2.37% 3.35% 4.68% 1.03% 2.70%Kota Kupang 3.25% 5.56% 8.81% 9.97% 2.32% 2.39% 3.16% 4.32% 1.13% 2.44%Maumere 2.11% 4.68% 7.84% 8.48% 0.86% 2.29% 4.37% 6.59% 0.49% 4.07%
Inflasi2010 2011 2012
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.4 Inflasi NTT dan Nasional
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Sumber : BPS diolah
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 13
perumahan baik dari komoditi maupun tarif pekerja serta tarif angkutan udara
yang meningkat cukup tajam menjadi penyebab utama terjadinya inflasi yang
cukup tinggi selama triwulan laporan.
Tingginya tingkat fluktuasi inflasi di NTT, tidak terlepas dari kondisi
geografis yang dikelilingi oleh laut, ketergantungan pada kelancaran jalur
pelayaran akan sangat menentukan. Kemudian, hampir seluruh barang kebutuhan
konsumsi masyarakat NTT berasal dari provinsi lain, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi
Selatan. Oleh karena tingkat ketergantungan kepada daerah-daerah tersebut
cukup tinggi, menyebabkan kedua kota di NTT rentan terhadap fluktuasi harga.
Selain itu, fluktuasi tarif angkutan udara akibat faktor seasonal menjadi driver
inflasi di NTT.
I II III IV I IIUMUM 8.68% 6.55% 4.37% 4.68% 3.60% 5.02%BAHAN MAKANAN 14.01% 9.84% 4.07% 0.49% -1.71% -1.63%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.74% 7.27% 4.99% 4.83% 3.82% 6.13%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.06% 5.45% 4.48% 4.64% 4.17% 7.60%SANDANG 4.88% 6.67% 9.39% 11.60% 14.49% 14.34%KESEHATAN 6.32% 5.94% 6.31% 5.41% 4.22% 3.93%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.49% 4.34% 5.46% 2.79% 4.07% 3.47%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.69% 1.55% 1.86% 11.42% 10.08% 10.71%
20122011Komoditi
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.5 Struktur Inflasi Bulanan NTT
Sumber : BPS diolah
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 14
2.2 Inflasi Kota Kupang
Pergerakan harga di
Kota Kupang mulai
meningkat pada triwulan
laporan. Setelah pada triwulan
sebelumnya pergerakan inflasi
relatif stabil, pada triwulan
laporan mulai terjadi tekanan
inflasi. Inflasi Kota Kupang
pada akhir triwulan II-2012
sebesar 4,37% (yoy).
Mendekati bulan Ramadhan
dan musim liburan sekolah
membuat tekanan inflasi di Kota Kupang meningkat cukup tajam. Inflasi tahunan
paling tinggi terjadi pada kelompok sandang yang mencapai 15,25% diikuti
dengan kelompok transpor yang mencatatkan inflasi tahunan sebesar 12,28%.
Inflasi kelompok transportasi paling tinggi dialami oleh tarif angkutan udara,
kemudian untuk kelompok sandang disumbangkan oleh kenaikan harga sandang
laki-laki. Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 4,58%. Penurunan
harga paling signifikan terjadi pada komoditi ikan segar, sayuran dan bumbu-
bumbuan. Sedangkan khusus untuk beras, pada triwulan laporan merupakan
musim panen sehingga pergerakan harganya relatif stabil.
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang
Sumber : BPS diolah
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 15
Selama triwulan II-2012 terjadi perubahan indeks IHK sebesar 1,29% (qtq),
meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau bahkan bila
dibandingkan dengan triwulan II-2011. Tekanan inflasi tertinggi selama triwulan II-
2012 terjadi pada kelompok perumahan, listrik, air dengan perubahan indeks
sebesar 4,74% diikuti dengan kelompok sandang yang mengalami perubahan
indeks sebesar 2,97%. Kenaikan harga bahan bangunan dan tarif tukang bukan
mandor memiliki andil besar dalam pembentukan inflasi pada triwulan laporan.
Pada triwulan laporan kelompok transport juga memberikan andil terhadap inflasi
dengan perubahan indeks sebesar 1,91%. Kenaikan tarif angkutan udara yang
disebabkan peningkatan permintaan (demand) pada saat liburan sekolah menjadi
sumber utama terjadinya inflasi pada kelompok transpor. Tekanan inflasi Kota
Kupang yang tertinggi terjadi pada bulan Juni dengan inflasi bulanan mencapai
0,88%. Tingginya inflasi pada Juni 2012, bersumber pada kenaikan tariff angkutan
udara dan kenaikan harga pada komoditi ikan segar. Sementara pada bulan
Februari tekanan inflasi bersumber pada kelompok perumahan khususnya pada
tarif tukang bukan mandor dan kenaikan harga semen. Sedangkan pada bulan
April terjadi deflasi yang disebabkan oleh turunnya harga ikan segar dan komoditi
sayur-sayuran.
Sumber utama tekanan inflasi pada kelompok volatile food adalah
peningkatan harga pada komoditas ikan segar yaitu ikan tongkol, ikan kembung,
ikan tembakang dan ikan cakalang. Kondisi cuaca di perairan NTT yang kurang
kondusif berpengaruh terhadap kuantitas hasil tangkapan ikan yang memicu
terjadinya lonjakan harga. Sumber tekanan inflasi yang lain masih berasal dari
kelompok bahan makanan, yaitu komoditi bawang putih dan kangkung.
‐10
‐5
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
%,yoyInflasi IHK (yoy)
Core
Adm Price
Volatile Foods
Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok)
(2)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
%,yoyAdm Price Volatile Food Core
Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok)
Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Kupang
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 16
Inflasi kelompok administered prices selama triwulan II-2012 tercatat
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tekanan
inflasi pada kelompok administered price didorong oleh lonjakan kenaikan harga
tarif angkutan udara. Musim liburan sekolah mendorong tingginya tarif angkutan
selama bulan laporan.
Core inflation pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kelompok perumahan masih menjadi sumber tekanan inflasi inti pada
bulan triwulan II-2012. Kenaikan harga pada komoditas semen, sewa rumah dan
besi beton merupakan pemicu utama inflasi inti pada triwulan laporan.
2.3 Inflasi Kota Maumere
Pergerakan inflasi di
Kota Maumere menunjukkan
kenaikan yang signifikan. Inflasi
tahunan Maumere pada akhir
triwulan laporan sebesar 8,45%
(yoy) jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2012 yang
hanya sebesar 6,00% (yoy) dan
akhir tahun 2011 yang mencapai
6,59% (yoy). Kelompok barang
yang mengalami inflasi tertinggi pada akhir triwulan II-2012 adalah kelompok
bahan makanan dengan inflasi tahunan sebesar 14,93% (yoy) diikuti dengan
kelompok sandang yang mengalami inflasi tahunan sebesar 9,13% (yoy).
I II III IV I IIUMUM 8.98% 6.66% 4.25% 4.32% 3.11% 4.37%BAHAN MAKANAN 14.69% 10.42% 3.97% -1.13% -3.72% -4.58%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.19% 6.68% 4.51% 4.62% 3.97% 6.42%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5.27% 5.56% 4.26% 4.50% 4.34% 8.45%SANDANG 4.87% 7.15% 10.23% 12.76% 15.59% 15.25%KESEHATAN 7.28% 6.38% 6.94% 5.86% 4.27% 4.00%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.88% 4.96% 5.65% 2.46% 3.52% 2.73%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 8.83% 1.68% 1.99% 13.30% 11.49% 12.28%
KOMODITI 2011 2012
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Maumere
Sumber : BPS diolah
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 17
Secara triwulanan, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan
makanan dengan inflasi triwulanan sebesar 7,35% (qtq) sedangkan untuk inflasi
pada kelompok makanan jadi tercatat sebesar 2,04%. Selama triwulan I-2012,
tekanan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni dengan inflasi bulanan sebesar
1,92% (mtm) sementara bulan Mei sempat melemah dengan inflasi sebesar
0,40% (mtm) setelah pada bulan April terjadi inflasi sebesar 1,20% (mtm).
Berbeda dengan Kota Kupang, tekanan inflasi Kota Maumere pada triwulan
laporan dominan disumbang oleh kenaikan harga ikan segar.
I II III IV I IIUMUM 7.15% 6.00% 5.00% 6.59% 6.21% 8.45%BAHAN MAKANAN 10.13% 6.69% 4.56% 9.47% 10.12% 14.93%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.82% 10.62% 7.78% 6.06% 3.05% 4.61%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.04% 4.94% 5.60% 5.35% 3.30% 3.36%SANDANG 4.95% 4.01% 4.67% 5.08% 8.43% 9.13%KESEHATAN 1.27% 3.59% 2.80% 2.85% 3.93% 3.49%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.42% 1.03% 4.49% 4.60% 7.05% 7.57%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 1.32% 0.75% 1.16% 0.37% 1.75% 1.26%
2012KOMODITI 2011
Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Maumere
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok (yoy)
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 18
BBB AAA BBB IIIIIIIII
PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
33..11 PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN BBAANNKK UUMMUUMM
33..11..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm
Kinerja perbankan NTT pada triwulan II-2012 masih menunjukkan
perkembangan yang positif. Indikator kinerja utama perbankan yaitu Aset,
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran Kredit perbankan NTT
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Iklim perekonomian yang
kondusif khususnya pada sektor perdagangan dan sektor bangunan yang
mempunyai pengaruh langsung pada peningkatan pendapatan masyarakat
berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan DPK. Sementara dua indikator
lainnya yaitu aset dan kredit perbankan meningkat signfikan dibandingkan
dengan triwulan II-2011 walaupun laju pertumbuhannya mengalami
perlambatan.
Perkembangan kinerja perbankan yang masih bergerak positif
merupakan indikator peningkatan fungsi intermediasi perbankan
NTT. Rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun oleh perbankan
(LDR) pada triwulan II-2012 sebesar 79,73% atau meningkat sebesar
0,71%. Peningkatan nominal kredit yang disalurkan tidak berdampak pada
performance kredit perbankan, tercermin dari rasio non performing loan
(NPLs) yang relatif turun di level 1,51%. Prinsip kehati - hatian atau
indikator 2010 2011 2012
utama I II III IV I II III IV I II
Aset (miliar) 11,836.32 12,228.45 12,520.21 13,252.33 13,816.23 14,961.89 16,171.74 16,686.64 17,767.42 18,120.94
y-o-y 23.15% 18.48% 13.88% 12.87% 16.73% 22.35% 29.17% 25.91% 28.60% 21.11%
Kredit (miliar) 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88 8,972.52 9,686.07 10,187.94 10,478.06 11,397.38
y-o-y 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03%
DPK (miliar) 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10 11,422.70 11,826.96 12,754.89 13,429.61 14,295.74
y-o-y 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91% 16.95% 20.33% 24.95% 24.45% 25.15%
LDR 75.38% 78.61% 82.73% 77.19% 76.14% 78.55% 81.90% 79.87% 78.02% 79.73%
NPL 1.96% 1.87% 1.86% 1.95% 2.34% 2.33% 2.04% 1.42% 1.66% 1.51%
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 19
prudential banking dalam penyaluran kredit merupakan salah satu upaya
dalam meminimalkan resiko dalam penyaluran kredit.
33..11..22.. IInntteerrmmeeddiiaassii PPeerrbbaannkkaann
Meningkatnya laju pertumbuhan dana masyarakat (DPK)
merupakan dampak tidak langsung dari meningkatnya aktivitas
ekonomi di Provinsi NTT. Peningkatan aktivitas ekonomi secara langsung
akan berdampak pada meningkatnya perputaran uang baik tunai maupun non
tunai. Excess money di masyarakat sebagian ditempatkan dalam bentuk
simpanan di perbankan. Hal ini terlihat dari meningkatnya laju pertumbuhan
penghimpunan dana masyarakat yang mencapai 25,15% (yoy) atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 24,45%.
Daerah BUMN SwastaProvinsi Nusa Tenggara Timur 1 4 12Kota/Kabupaten
‐ Kota/Kabupaten Kupang 1 4 12‐ Kabupaten Sumba Barat 1 3 1‐ Kabupaten Sumba Timur 1 3 1‐ Kabupaten TTS 1 3 2‐ Kabupaten TTU 1 3 1‐ Kabupaten Belu 1 4 3‐ Kabupaten Alor 1 3 0‐ Kabupaten Lembata 1 3 0‐ Kabupaten Flores Timur 1 3 2‐ Kabupaten Sikka 1 4 2‐ Kabupaten Sabu Raijua 1 1 0‐ Kabupaten Ende 1 4 1‐ Kabupaten Ngada 1 3 1‐ Kabupaten Manggarai 1 4 1‐ Kabupaten Rote Ndao 1 2 0‐ Kabupaten Manggarai Barat 1 3 0‐ Kabupaten Sumba Barat Daya 1 2 0‐ Kabupaten Sumba Tengah 1 0 0‐ Kabupaten Nagekeo 1 1 0‐ Kabupaten Manggarai Timur 1 1 0
JUMLAH PERBANKAN
1.2.
Daerah
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Tabel 3.2 Jumlah Bank Per Kabupaten
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 20
Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat (DPK)
bersumber pada meningkatnya laju pertumbuhan dana pada rekening
tabungan. Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat pada rekening
tabungan perbankan NTT sebesar Rp 6,95 triliun. Jumlah tersebut mengalami
peningkatan yang sangat signifikan yaitu 30,29% dibandingkan triwulan II-
2011. Faktor utama peningkatan dana pada rekening tabungan adalah
peningkatan penempatan dana oleh golongan pemilik pemerintah yang
mencapai 137,79% (yoy). Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah
mulai mempertimbangkan untuk menempatkan dana pada instrument jangka
pendek untuk mempermudah mendapatkan dana liquid apabila sewaktu-
waktu dibutuhkan pencairan dana. Pola penempatan dana pemerintah
mengikuti pola realisasi anggaran belanja, dimana semakin banyak realisasi
anggaran pemerintah, maka pemerintah akan cenderung untuk menempatkan
dananya pada instrument berjangka waktu pendek. Secara perseorangan,
masyarakat cenderung untuk menahan konsumsi dan melakukan saving pada
triwulan II-2012 guna mengantisipasi lonjakan kebutuhan menjelang tahun
ajaran baru dan Hari Raya Idhul Fitri yang diperingati pada bulan Agustus 2012.
Penghimpunan dana pada rekening giro mengalami kenaikan
sebesar 15,13% (yoy). Dibandingkan dengan triwulan I-2012, laju
pertumbuhan penempatan dana pada rekening giro cenderung melambat.
Apabila dibandingkan berdasarkan golongan pemilik, terjadi kenaikan yang
cukup signifikan pada rekening yang dimiliki oleh pemerintah, yaitu sebesar
14,89% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang
sebesar 13,06% (yoy). Namun, pada golongan pemilik swasta dan
perseorangan terjadi perlambatan laju pertumbuhan dana giro. Bahkan pada
2010 2011 2012
I II III IV I II III IV I II
DPK 9,230.51 9,767.40 9,829.00 10,208.09 10,791.10 11,422.70 11,826.96 12,754.89 13,429.61 14,295.74
y-o-y 11.63% 10.69% 9.05% 11.94% 16.91% 16.95% 20.33% 24.95% 24.45% 25.15%
Giro 2,499.54 2,901.17 2,831.37 1,963.11 2,916.83 2,985.66 2,851.61 2,538.81 3,398.59 3,437.42
y-o-y -1.63% 3.33% 3.34% -3.22% 16.69% 2.91% 0.71% 29.33% 16.52% 15.13%
Deposito 2,251.18 2,269.67 2,265.93 2,597.01 2,771.36 3,106.35 3,309.02 3,019.11 3,780.04 3,912.83
y-o-y 17.70% 14.07% 8.56% 32.98% 23.11% 36.86% 46.03% 16.25% 36.40% 25.96%
Tabungan 4,479.78 4,596.56 4,731.69 5,647.97 5,102.91 5,330.70 5,666.32 7,196.97 6,250.97 6,945.49
y-o-y 17.42% 14.16% 13.03% 9.93% 13.91% 15.97% 19.75% 27.43% 22.50% 30.29%
DPK (miliar)
Tabel 3.3 Perkembangan Komponen DPK
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 21
golongan pemilik lainnya terjadi penurunan pertumbuhan giro yang sangat
signifikan yaitu sebesar 42,64%. Diperkirakan ada shifting penempatan dana
giro ke rekening tabungan untuk memudahkan pencairan dana.
Penempatan dana pada rekening deposito masih menunjukkan
peningkatan walaupun terdapat kecenderungan melambat. Penempatan
dana pada rekening deposito pada triwulan II-2012 mencapai Rp 3,91 triliun
atau meningkat sebesar 25,96% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut melambat
dibandingkan triwulan I-2012 yang mencapai 36,40%. Melambatnya laju
pertumbuhan dana pada rekening giro terjadi untuk semua golongan pemilik.
Secara triwulanan (qtq) terjadi pertumbuhan negatif untuk pada dua jenis
golongan pemilik, yaitu golongan pemilik swasta dan perorangan. Tingkat
kebutuhan yang diperkirakan naik menjelang musim ajaran baru dan Hari Raya
Idhul Fitri diperkirakan menjadi salah satu faktor dilakukan shifting penempatan
excess liquidity-nya ke rekening tabungan.
Komposisi penghimpunan DPK perbankan NTT masih didominasi
oleh penghimpunan dana pada rekening tabungan. Pada triwulan
laporan, komposisi dana tabungan mencapai 48,58%, sementara dana pada
rekening giro sebesar 24,05% dan deposito sebesar 27,37%. Dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, komposisi penempatan dana pada rekening giro
dan deposito mengalami penurunan. Hal ini disebabkan akselerasi
pertumbuhan pada masing-masing rekening berbeda signifikan. Akselerasi
pertumbuhan tertinggi pada rekening tabungan sehingga share tabungan
dalam pembentukan DPK Perbankan NTT meningkat cukup signifikan.
Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.1 Komposisi DPK
Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 22
Laju pertumbuhan penyaluran kredit perbankan NTT relatif stabil
pada level 27,03%. Akselerasi penyaluran kredit jenis produktif baik kredit
modal kerja maupun kredit investasi lebih tinggi dibandingkan dengan kredit
jenis konsumsi. Data yang dihimpun Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa pada triwulan I-2012 terjadi
peningkatan penyaluran kredit jenis modal kerja sebesar 36,20% (yoy).
Sementara peningkatan penyaluran kredit jenis investasi sangat signifikan
sebesar 53,49% (yoy) walaupun dibandingkan triwulan sebelumnya laju
pertumbuhannya relatif melambat. Secara sektoral, terjadi peningkatan
penyaluran kredit yang cukup signifikan di hampir semua sektor ekonomi,
khususnya sektor-sektor unggulan di daerah.
Peningkatan kegiatan ekonomi di NTT berimplikasi pada
peningkatan kredit, khususnya kredit kredit modal kerja. Peningkatan
kredit modal kerja didorong oleh peningkatan permintaan kredit pada sektor-
sektor dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Peningkatan kredit
pada sektor tersebut mencapai 42,65% (yoy), dengan porsi sektor tersebut
dalam penyaluran kredit modal kerja sebesar 62,41%. Sementara itu
penyaluran kredit pada sektor industri pengolahan mengalami peningkatan
yang sangat signifikan yaitu sebesar 893,61% dengan porsi sebesar 4,59% dari
total kredit modal kerja. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor
perdagangan terus berekspansi untuk meningkatkan size usahanya terkait
dengan peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat NTT.
2010 2011 2012
I II III IV I II III IV I II
Kredit 6,957.76 7,678.44 8,131.30 7,880.07 8,216.88 8,972.52 9,686.07 10,187.94 10,478.06 11,397.38
y-o-y kredit 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03%
Modal kerja 1,720.72 1,896.00 2,089.71 2,169.02 2,154.77 2,353.29 2,619.88 2,700.87 2,701.30 3,205.28
y-o-y modal kerja 16.57% 14.03% 17.00% 21.63% 25.22% 24.12% 25.37% 24.52% 25.36% 36.20%
Investasi 295.69 357.41 365.36 391.26 395.74 443.62 486.21 604.06 637.82 680.92
y-o-y investasi 80.47% 77.79% 66.90% 63.34% 33.84% 24.12% 33.08% 54.39% 61.17% 53.49%
Konsumsi 4,941.36 5,425.02 5,676.24 5,319.78 5,666.37 6,175.61 6,579.98 6,883.00 7,138.94 7,511.19
y-o-y konsumsi 27.21% 29.31% 27.31% 14.64% 14.67% 13.84% 15.92% 29.39% 25.99% 21.63%
Kredit(miliar)
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 23
Pertumbuhan investasi di NTT masih menunjukkan peningkatan
yang positif walaupun relatif melambat. Peningkatan penyaluran kredit
investasi bersumber dari peningkatan kredit pada sektor transportasi, sektor
perdagangan besar, sektor penyediaan akomodasi serta sector industri
pengolahan dengan kenaikan masing-masing sebesar 408,31%, 62,09%,
74,08% dan 21,12% (yoy). Hal tersebut terkait pembangunan beberapa hotel
dan restoran di wilayah NTT. Hal tersebut mengindikasikan bahwa wilayah NTT
masih sangat potensial untuk pengembangan usaha dalam jangka panjang.
Secara geografis, penyebaran penyaluran kredit masih
terkonsentrasi di Kota Kupang. Share penyaluran kredit di Kota Kupang
mencapai 40,23%. Banyaknya jumlah bank yang beroperasi di Kota Kupang
I II III IV I IIPertanian, Perburuan Dan Kehutanan 10.91 11.03 13.13 19.23 18.39 28.26 156.3%Perikanan 2.79 2.81 4.82 4.23 4.34 5.59 99.3%Pertambangan Dan Penggalian 2.95 3.94 4.89 4.00 4.17 4.38 11.2%Industri Pengolahan 14.05 14.80 17.23 136.63 136.28 147.05 893.6%Listrik, Gas Dan Air 3.76 4.38 3.80 2.68 2.37 4.80 9.5%Konstruksi 83.79 137.39 215.70 153.27 133.62 240.48 75.0%Perdagangan Besar Dan Eceran 1,351.88 1,402.29 1,503.69 1,535.54 1,523.10 2,000.30 42.6%Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 10.81 12.84 14.84 18.19 18.50 40.91 218.6%Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 9.98 15.88 19.39 17.68 19.31 29.85 87.9%Perantara Keuangan 15.18 18.44 20.51 28.73 29.19 35.82 94.3%Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 31.56 42.55 51.74 47.62 42.84 40.96 -3.7%Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib - - - - - - 0.0%Jasa Pendidikan 0.53 0.53 0.99 0.90 1.27 2.09 293.0%Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.51 1.48 2.32 3.65 0.66 0.60 -59.5%Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainny 279.59 279.47 293.55 267.49 298.72 178.18 -36.2%Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.11 0.08 0.07 0.32 0.13 0.09 18.4%Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.54 6.33 6.95 6.74 6.83 - -100.0%Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 334.82 399.06 446.25 453.98 461.58 445.92 11.7%Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0.03 - - - - - 0.0%
% (yoy)KREDIT MODAL KERJA (Rp Miliar)2011 2012
I II III IV I IIPertanian, Perburuan Dan Kehutanan 3.60 4.42 4.03 3.73 4.27 6.12 38.5%Perikanan 2.36 2.23 2.61 2.64 2.73 2.72 22.2%Pertambangan Dan Penggalian 1.86 1.74 2.35 2.27 2.13 2.30 32.2%Industri Pengolahan 3.56 5.61 6.62 18.54 20.79 21.94 290.9%Listrik, Gas Dan Air 12.90 10.49 3.68 4.12 3.48 3.67 -65.0%Konstruksi 122.99 134.50 138.51 149.53 148.97 151.57 12.7%Perdagangan Besar Dan Eceran 104.14 123.17 140.63 165.65 181.29 199.65 62.1%Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 52.21 70.40 79.91 91.04 96.59 101.61 44.3%Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 19.03 19.48 28.97 78.30 90.63 99.02 408.3%Perantara Keuangan - 1.22 5.35 0.17 0.16 0.15 -87.9%Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 18.08 19.29 20.56 22.38 24.23 26.91 39.5%Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib - - - - - - 0.0%Jasa Pendidikan 4.73 4.42 9.74 10.97 9.23 8.78 98.5%Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1.87 1.73 1.76 1.74 1.77 1.65 -4.4%Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainny 11.72 14.82 15.47 24.85 27.98 30.63 106.7%Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.11 0.22 0.21 0.67 0.74 1.26 461.9%Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 - -100.0%Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 36.56 29.86 25.82 27.45 22.81 22.95 -23.1%Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha - - - - - - 0.0%
% (yoy)KREDIT INVESTASI (Rp Miliar)2011 2012
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Investasi
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 24
serta size ekonomi Kupang yang paling besar di wilayah NTT menjadi penyebab
utama besarnya share penyaluran kredit oleh perbankan di Kota Kupang.
Namun, laju pertumbuhan kredit terbesar pada triwulan laporan terdapat di
Kota Kupang dan Lembata dengan pertumbuhan masing-masing sebesar
43,84% dan 37,82% (yoy). Hal ini karena outstanding kredit kedua wilayah
tersebut masih relatif kecil sehingga kenaikan outstanding kredit akan
berdampak signifikan.
Secara struktural, komposisi penyaluran kredit perbankan NTT
belum mengalami perubahan. Penyaluran kredit perbankan NTT masih
didominasi oleh kredit jenis konsumsi dengan porsi mencapai 65,90% dari total
kredit perbankan NTT. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan
investasi menyumbang share masing-masing sebesar 28,12% dan 5,97%.
Walaupun perlahan, akselerasi pertumbuhan kredit produktif yang relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan konsumsi mulai mengurangi share kredit konsumsi
terhadap total kredit perbankan di NTT.
I II III IV I II
Kab. Timor-Tengah Selatan 4.80% 5.97% 6.89% 17.34% 18.37% 18.02% 3.96%
Kab. Timor-Tengah Utara 0.48% 1.22% 2.86% 23.05% 20.63% 19.78% 4.02%
Kab. Belu 3.12% 0.49% 1.57% 15.55% 12.06% 11.49% 6.60%
Kab. Alor 13.23% 11.91% 14.66% 24.13% 19.99% 16.41% 3.59%
Kab. Flores Timur 14.97% 15.50% 14.51% 23.92% 17.72% 18.46% 5.31%
Kab. Sikka 9.99% 10.24% 13.56% 21.21% 18.36% 16.72% 6.63%
Kab. Ende 11.88% 10.74% 15.85% 24.09% 23.73% 23.71% 6.66%
Kab. Ngada -1.21% 22.82% 23.29% 31.06% 24.45% 20.85% 3.35%
Kab. Manggarai 11.65% -4.19% -5.45% -5.63% -8.62% 5.78% 5.69%
Kab. Sumba Timur 20.44% 37.63% 40.50% 52.13% 45.21% 21.43% 5.92%
Kab. Sumba Barat 6.17% 29.48% 24.80% 24.50% 17.30% 16.91% 4.30%
Kab. Lembata -6.64% -1.52% 12.11% 45.76% 48.04% 37.82% 1.69%
Kab. Rote -16.35% -9.16% 0.81% 57.97% 50.65% 34.95% 0.96%
Kab. Manggarai Barat 2.83% 8.89% 18.28% 26.99% 31.47% 28.11% 1.09%
Kota Kupang 42.95% 31.42% 33.75% 42.74% 43.72% 43.84% 40.23%
TOTAL 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03% 100.00%
Wilayah2011 (yoy) 2012(yoy)
share
Tabel 3.7 Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perbankan per Kabupaten (yoy)
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 25
Penurunan BI Rate pada level 5,75% baru direspon perbankan
dengan penurunan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Apabila
dicermati, terdapat lag yang cukup lama antara respon perbankan terhadap
penurunan BI rate. Pada triwulan II-2012 rata-rata suku bunga kredit
perbankan NTT sebesar 15,40% atau lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang sempat naik mencapai 15,53%. Penurunan suku
bunga kredit terjadi pada kredit jenis modal kerja dan konsumsi dengan rata-
rata suku bunga kredit masing-masing sebesar 14,23% dan 15,84%.
Sementara untuk kredit berjenis investasi mengalami kenaikan rata-rata suku
bunga sebesar 0,15% sehingga suku bunga kredit investasi pada triwulan II-
2012 sebesar 16,04%.
Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi
oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Share sektor Perdagangan
Besar dan Eceran mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu dari
16,27% pada triwulan I-2012 menjadi 19,30% pada triwulan laporan. Hal
tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan penyaluran kredit pada sektor
tersebut yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.
Sementara itu, sektor pertanian yang juga mengalami kenaikan yang sangat
signifikan sebesar 122,57% (yoy) pada triwulan II-2012 meningkatkan share
sektor tersebut dalam total perbankan menjadi 0,30%. Demikian pula dengan
sektor konstruksi yang meningkat cukup signifikan sebesar 44,19% (yoy)
sehingga share sektor tersebut terhadap total kredit perbankan meningkat
menjadi 3,44%.
Grafik 3.4 Perkembangan Suku bunga Grafik 3.3 Komposisi Kredit
Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 26
Kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2012,
rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana (Loan to Deposit Ratio)
sebesar 79,73%. Rasio tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 78,02%. Peningkatan fungsi
intermediasi tersebut didorong oleh akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit
perbankan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penghimpunan DPK.
Kredit per 2011 2012
sektor (miliar) I II III IV I II
Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 14.51 15.45 17.16 22.96 22.66 34.38
Perikanan 5.15 5.03 7.43 6.87 7.07 8.32
Pertambangan Dan Penggalian 4.80 5.68 7.24 6.26 6.30 6.68
Industri Pengolahan 17.63 20.41 23.85 155.17 157.07 168.99
Listrik, Gas Dan Air 16.66 14.87 7.48 6.80 5.85 8.47
Konstruksi 206.86 271.89 354.21 302.80 282.59 392.05
Perdagangan Besar Dan Eceran 1,456.03 1,525.46 1,644.45 1,701.19 1,704.39 2,199.95
Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 63.02 83.24 94.79 109.23 115.10 142.52
Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 29.02 35.36 48.36 95.97 109.94 128.87
Perantara Keuangan 15.18 19.66 25.86 28.91 29.35 35.96
Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 49.84 61.84 72.36 70.01 67.07 67.87
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Jasa Pendidikan 5.26 4.95 10.73 11.87 10.50 10.86
Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 3.38 3.21 4.08 5.39 2.42 2.25
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lain 291.30 294.29 309.02 292.34 326.70 208.81
Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0.22 0.30 0.28 1.00 0.87 1.35
Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.56 6.34 6.96 6.75 6.84 0.00
Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 371.38 428.92 472.07 481.43 484.39 468.87
Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 5,666.10 6,175.61 6,579.73 6,883.00 7,138.94 7,511.19
Total 8,216.88 8,972.52 9,686.07 10,187.94 10,478.06 11,397.38
Grafik 3.5 Perkembangan LDR Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan
Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 27
Optimalisasi penyaluran kredit perbankan pada triwulan II-2012
diindikasikan dari rasio kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat
(undisbursed loan) terhadap total kredit yang hanya sebesar 5,06% jauh lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,02%. Rasio
undisbursed loan tersebut merupakan rasio terendah dalam 10 tahun terakhir.
Performance penyaluran kredit perbankan NTT masih terkendali,
bahkan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Rasio Non
Performing loan (NPL) perbankan NTT pada triwulan II-2012 terjaga pada level
1,51%. Peningkatan penyaluran kredit yang signifikan belum mempengaruhi
kualitas kredit secara keseluruhan. Rasio NPL kredit modal kerja dan investasi
pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya dengan rasio masing-masing sebesar 3,09% dan 2,59%. Berbeda
dengan dua jenis kredit lainnya, kualitas penyaluran kredit konsumsi menurun
walaupun rasionya masih tetap jauh dibawah rasio NPL kredit produktif. Rasio
NPL kredit konsumtif pada triwulan laporan sebesar 0,74% atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan I-2012 yang hanya sebesar 0,66%. Peningkatan rasio
NPL kredit konsumsi bersumber pada peningkatan rasio NPL untuk kredit
kepemilikan rumah s.d tipe 21 dan kredit kepemilikan mobil roda empat
dengan rasio NPL masing-masing sebesar 1,89% dan 0,90%.
Grafik 3.8 NPL Konsumsi dan Modal KerjaGrafik 3.7 Perkembangan NPL
Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 28
33..11..33.. KKrreeddiitt UUMMKKMM ((UUssaahhaa MMiikkrroo KKeecciill MMeenneennggaahh))
Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) meningkat signifikan sebesar 34,92% (yoy). Laju pertumbuhan
penyaluran kredit kepada UMKM masih menunjukkan tren positif, dengan
pertumbuhan kredit UMKM lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan
kredit secara keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa laju
pertumbuhan kredit produktif lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran
kredit konsumtif. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi menyebabkan rasio kredit
UMKM terhadap total kredit naik sebesar 1,80% sehingga rasio pada triwulan
laporan mencapai 26,93%.
Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM merata
untuk semua kategori usaha. Penyaluran kredit untuk UMKM jenis
menengah tumbuh signifikan sebesar 78,47% dengan outstanding kredit
mencapai Rp 684 miliar dan jumlah debitur sebanyak 1.000 unit usaha.
Penggunaan kredit untuk usaha menengah didominasi untuk keperluan modal
kerja (82,07%) dibandingkan dengan penggunaan untuk investasi (17,93%).
Sedangkan penyaluran kredit pada usaha jenis kecil mengalami kenaikan
sebesar 23,86% dengan outstanding kredit sebesar Rp 1,88 triliun dan jumlah
debitur mencapai 8.479 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan
untuk kebutuhan modal kerja (86,53%) dan investasi (13,47%). Penyaluran
kredit pada usaha jenis mikro mengalami kenaikan sebesar 35,14% dengan
outstanding kredit sebesar Rp 506 miliar dan jumlah debitur sebesar 35.906
I II III IV I II III IV I IITOTAL KREDIT 6,958 7,678 8,131 7,880 8,217 8,973 9,686 10,188 10,478 11,397
yoy 25.95% 26.73% 25.80% 18.26% 18.10% 16.85% 19.12% 29.29% 27.52% 27.03%KREDIT UMKM 1,696 2,017 2,064 2,164 2,142 2,275 2,497 2,570 2,634 3,070
yoy 6.96% 11.80% 7.56% 11.48% 26.30% 12.82% 21.01% 18.75% 22.97% 34.92%MIKRO 247 276 282 300 342 375 406 422 442 506
yoy 18.79% 22.42% 16.77% 17.71% 38.62% 35.59% 44.16% 40.72% 29.18% 35.14%KECIL 1,191 1,438 1,406 1,491 1,449 1,517 1,590 1,592 1,621 1,879
yoy 93.77% 112.51% 97.31% 120.56% 21.67% 5.49% 13.04% 6.75% 11.88% 23.86%MENENGAH 258 302 376 373 351 383 501 556 571 684
yoy ‐66.18% ‐66.48% ‐61.06% ‐63.09% 35.86% 26.87% 33.47% 49.07% 62.76% 78.47%Ratio thd total kredit 24.37% 26.26% 25.38% 27.46% 26.06% 25.36% 25.78% 25.22% 25.13% 26.93%
2011 KREDIT(miliar)
2010 2012
Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 29
unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal
kerja (85,08%) dan investasi (14,92%). Salah satu mekanisme penyaluran
kredit untuk UMKM adalah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Peningkatan
penyaluran KUR di NTT menjadi salah satu pendorong meningkatnya kredit
kepada UMKM (boks 2)
Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah
sektor perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 60,64% dari
total penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor
perikanan hanya sebesar sebesar 1,06% dan 0,27%. Resiko penyaluran kredit
(NPLs) kepada UMKM pada triwulan laporan terjaga pada level 3,59%.
33..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann BBPPRR
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) NTT mulai menunjukkan
peningkatan lagi setelah pada triwulan sebelumnya melambat. Indikator
utama kinerja BPR yaitu total asset, penyaluran kredit maupun penghimpunan
dana masyarakat mengalami kenaikan yang signifikan. Pertumbuhan total asset
BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 30,95% dengan nilai sebesar
Rp 213,51 miliar. Demikian pula dengan pertumbuhan penghimpunan Dana
I II III IV I IIPertanian, Perburuan Dan Kehutanan 13 13 14 21 21 32 Perikanan 4 4 7 7 7 8 Pertambangan Dan Penggalian 3 4 6 6 6 7 Industri Pengolahan 17 19 22 26 33 46 Listrik, Gas Dan Air 15 14 7 5 5 6 Konstruksi 73 88 156 144 162 222 Perdagangan Besar Dan Eceran 1,327 1,379 1,418 1,476 1,444 1,861 Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 35 45 58 69 75 95 Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 26 28 45 52 65 83 Perantara Keuangan 15 19 25 28 29 35 Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 29 32 36 41 42 45 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Jasa Pendidikan 2 2 8 9 9 8 Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 1 2 1 1 2 1 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 210 190 214 194 242 149 Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 0 0 0 0 1 1 Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 1 6 7 7 7 ‐ Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 371 429 472 481 484 469 Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 0 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ KREDIT UMKM 2,142 2,275 2,497 2,570 2,634 3,070
2011 KREDIT SEKTORAL(miliar)
2012
Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 30
Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat signifikan sebesar 32,67% (yoy) dan
penyaluran kredit BPR NTT yang meningkat sebesar 26,57% (yoy). dengan
outstanding mencapai Rp 166,73 miliar. Fungsi intermediasi perbankan
meningkat, namun masih melebihi batas yang dipersyaratkan oleh Bank
Indonesia. Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR NTT masih diatas 100% yaitu
sebesar 106,71%. Sementara kualitas penyaluran kredit oleh BPR (NPLs)
sebesar 6,27% atau berada diatas level yang dipersyaratkan.
Dominasi penyaluran kredit pada sektor produktif terus
meningkat pada triwulan laporan. Laju pertumbuhan kredit modal kerja
dan investasi masih relatif tinggi dibandingkan dengan kredit konsumsi
walaupun ada kecenderungan melambat. Pada triwulan II-2012, outstanding
kredit jenis modal kerja sebesar Rp 80,20 miliar dengan peningkatan sebesar
25,46% (yoy) dibandingkan dengan triwulan II-2011. Laju pertumbuhan
penyaluran kredit modal kerja relatif melambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang sebesar 28,69% (yoy). Demikian halnya dengan laju
pertumbuhan kredit investasi yang ikut melambat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Penyaluran untuk kedua jenis kredit produktif tersebut
memiliki share sebesar 63,63% dari total penyaluran kredit BPR NTT. Hal ini
merupakan indikator yang positif bagi perekonomian, dimana pelaku usaha
banyak melakukan investasi untuk pengembangan usaha jangka panjang serta
penambahan modal untuk memperbesar kapasitas usahanya.
Indikator(juta) I II III IV I II III IV I II
Aset 118,608 129,951 136,869 150,664 158,501 163,042 177,101 198,020 203,230 213,512
y-o-y aset 57.94% 54.66% 34.09% 38.06% 33.63% 25.46% 29.39% 31.43% 28.22% 30.95%
DPK 81,937 87,083 95,297 106,827 113,598 117,759 126,185 142,921 145,731 156,236
y-o-y DPK 84.38% 67.22% 40.84% 49.46% 38.64% 35.23% 32.41% 33.79% 28.29% 32.67%
Kredit 93,822 103,399 116,376 119,703 124,018 131,722 145,024 149,211 153,795 166,725
y-o-y kredit 58.72% 52.12% 46.43% 36.65% 32.18% 27.39% 24.62% 24.65% 24.01% 26.57%
LDR 114.51% 118.74% 122.12% 112.05% 109.17% 111.86% 114.93% 104.40% 105.53% 106.71%
NPLs (nominal) 4,668 4,560 4,301 4,663 5,875 5,438 6,582 5,458 8,116 10,457
NPLs 4.98% 4.41% 3.70% 3.90% 4.74% 4.13% 4.54% 3.66% 5.28% 6.27%
20112010 2012
Tabel 3.11 Perkembangan Usaha BPR
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 31
Penyaluran kredit produktif secara sektoral masih didominasi
penyaluran kredit kepada sektor perdagangan besar dan eceran.
Penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran memiliki share
sebesar 24,37% terhadap total kredit BPR NTT dengan peningkatan sebesar
16,6% pada triwulan laporan. Sektor lainnya yang meningkat sangat signifikan
pada triwulan laporan adalah sektor konstruksi dan real estate dengan
kenaikan mencapai 82,8% dan 1.457% (yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa
terjadi peningkatan aktivitas ekonomi untuk investasi jangka panjang.
Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya
meningkat. Rasio penyaluran kredit terhadap penyerapan dana masyarakat
(LDR) BPR NTT pada triwulan laporan sebesar 106,71%. Loan to Deposit Ratio
Indikator(juta) I II III IV I II III IV I II
PENGGUNAAN 92,085 MODAL KERJA 41,555 47,036 54,369 54,983 54,763 63,929 78,577 67,521 70,474 80,202
y-o-y 28.90% 26.71% 27.86% 26.98% 31.78% 35.91% 44.53% 22.80% 28.69% 25.46%
INVESTASI 9,551 10,818 13,159 14,717 17,126 18,429 17,004 24,565 24,512 25,884
y-o-y 233.86% 171.46% 159.63% 133.10% 79.31% 70.35% 29.21% 66.91% 43.13% 40.45%
KONSUMSI 42,716 45,544 48,848 50,003 52,129 49,365 49,443 57,125 58,810 60,639
y-o-y 77.90% 69.54% 53.20% 31.64% 22.04% 8.39% 1.22% 14.24% 12.82% 22.84%
20112010 2012
Sektor(juta) I II III IV I II
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 4,831 5,253 3,989 2,938 3,574 4,801 2.88%
Perikanan 513 818 338 396 411 983 0.59%
Pertambangan dan Penggalian 1,264 1,417 1,629 1,109 1,085 809 0.48%
Industri Pengolahan 197 932 664 1,094 1,304 1,297 0.78%
Listrik, Gas dan Air 10 6 - 130 230 130 0.08%
Konstruksi 9,741 9,575 12,475 21,107 13,232 17,506 10.50%
Perdagangan Besar dan Eceran 27,799 34,858 35,201 28,999 35,208 40,636 24.37%
Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum 6,354 5,707 6,776 5,946 6,226 6,350 3.81%
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 11,968 15,175 14,498 15,162 17,887 20,509 12.30%
Perantara Keuangan 839 195 169 144 128 111 0.07%
Real Estate 145 137 99 2,119 3,524 2,131 1.28%
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial Wajib 176 804 448 652 532 523 0.31%
Jasa Pendidikan 36 30 9 98 208 284 0.17%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,035 707 665 673 867 488 0.29%
Jasa Kemasyarakatan, SosBud, Hiburan & Perseorangan lainnya 965 1,369 1,105 2,551 2,329 4,037 2.42%
Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga 168 39 156 190 188 127 0.08%
Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya 5,849 5,334 17,360 8,776 8,053 5,364 3.22%
Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga 17,050 14,437 14,810 18,394 18,124 16,521 9.91%
Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 35,079 34,928 34,633 38,732 40,686 44,117 26.46%
TOTAL 124,018 131,722 145,024 149,211 153,795 166,725 100.00%
share2011 2012
Tabel 3.13 Perkembangan Kredit Sektoral BPR
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Tabel 3.12 Perkembangan Kredit BPR
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 32
(LDR) yang berada diatas 100% mengindikasikan bahwa sumber penyaluran
kredit BPR tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal
BPR. Peningkatan kredit BPR berdampak signifikan terhadap performance
kredit BPR. Tercermin dari rasio NPLs pada triwulan laporan yang masih berada
diatas level 5,00% atau sebesar 6,27%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan BPR dalam melakukan assesment terhadap pengajuan kredit perlu
ditingkatkan.
33..33 SSIISSTTEEMM PPEEMMBBAAYYAARRAANN
33..33..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm
Peningkatan aktivitas ekonomi pada triwulan II-2012
berpengaruh signifikan terhadap kinerja sistem pembayaran. Aktivitas
ekonomi yang meningkat cukup signifikan terutama pada sektor konstruksi
dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mendorong peningkatan kinerja
sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai. Pada transaksi tunai, tercatat
jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) jauh lebih besar
dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa kebutuhan uang (cash money) di Provinsi NTT pada
triwulan laporan meningkat signifikan. Kondisi tersebut merefleksikan aktivitas
ekonomi NTT yang mulai meningkat pada triwulan II-2012.
Aktivitas transaksi non tunai juga mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Sistem pembayaran non-tunai dapat menggunakan fasilitas
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) atau dengan fasilitas Real Time
Gross Settlement (RTGS). Peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan
triwulan sebelumnya terjadi pada transaksi dengan menggunakan sarana RTGS.
Pembayaran Tunai (miliar) I II III IV I II III IV I IIInflow 600.48 467.82 394.12 366.13 674.69 455.26 516.98 480.43 1130.96 484.92
y-o-y -1.85% 104.18% 28.44% 19.47% 12.36% -2.68% 31.17% 31.22% 67.63% 6.51%Outflow 174.87 659.73 791.00 1364.83 276.46 711.48 1046.39 1660.48 286.81 1168.66
y-o-y -2.65% 22.03% 80.30% 31.31% 58.10% 7.84% 32.29% 21.66% 3.75% 64.26%Net Inflow 425.61 -191.91 -396.88 -998.71 398.23 -256.22 -529.42 -1180.05 844.15 -683.75
y-o-y -1.51% -38.40% 201.00% 36.26% -6.43% 33.51% 33.39% 18.16% 111.97% 166.86%
2010 2011 2012
Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Tunai
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 33
Hal ini dimungkinkan terjadi karena nominal untuk transaksi dengan fasilitas
SKNBI terbatas sampai dengan Rp 100 juta dan waktu penerimaan sedikit lebih
lambat. Pada triwulan II-2012, transaksi melalui SKNBI tercatat meningkat
3,60% (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp 447,93 miliar sementara
transaksi melalui RTGS meningkat signifikan sebesar 78% dengan nominal
transaksi mencapai Rp 19,86 triliun.
33..33..22.. TTrraannssaakkssii NNoonn TTuunnaaii
aa.. TTrraannssaakkssii KKlliirriinngg
Transaksi non tunai melalui SKNBI masih meningkat. Dibandingkan
triwulan II-2011, terjadi peningkatan nominal transaksi kliring sebesar 3,60%
(yoy) dengan nominal transaksi mencapai Rp 447,93 miliar. Sementara lembar
warkat kliring pada triwulan laporan sebanyak 16.843 warkat atau meningkat
sebesar 16,96% (yoy). Peningkatan lembar warkat yang lebih besar
dibandingkan dengan nominal transaksinya mencerminkan bahwa rata-rata
nominal transaksi per warkat lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada triwulan laporan, rata-rata nominal per lembar warkat
sebesar Rp 26,59 juta. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada
I II III IV I II III IV I IIKliring 397,290 422,052 462,183 516,923 406,097 432,380 433,789 358,089 432,787 447,927
y-o-y -0.20% 13.09% 14.93% 8.92% 2.22% 2.45% -6.14% -30.73% 6.57% 3.60%Cek/BG Kosong 3,096 4,658 10,323 11,078 7,098 7,416 6,321 8,117 6,844 8,437
y-o-y -14.51% 6.78% 110.45% 129.57% 129.29% 59.19% -38.77% -26.72% -3.58% 13.78%Ratio Cek/BG Kosong thd Kliring 0.78% 1.10% 2.23% 2.14% 1.75% 1.72% 1.46% 2.27% 1.58% 1.88%
20122011Pembayaran Non Tunai (Juta)
2010
I II III IV I II III IV I II
Nilai (Rp miliar) 13,790 13,720 11,891 15,185 11,620 11,157 15,928 15,523 13,763 19,860
% yoy 92.80% 16.91% 136.75% -4.15% -15.74% -18.68% 33.95% 2.23% 18.44% 78.00%
Volume 9,696 10,362 10,949 10,546 7,601 8,834 9,812 13,294 9,221 12,276
% yoy 31.60% 13.59% 51.86% -14.50% -21.61% -14.75% -10.38% 26.06% 21.31% 38.96%
Nilai (Rp miliar) 12,985 10,164 11,816 12,744 10,303 10,352 13,835 14,359 12,466 14,912
% yoy 75.14% -16.19% 45.39% -8.91% -20.65% 1.86% 17.08% 12.68% 20.99% 44.04%
Volume 8,778 10,384 11,198 14,068 7,411 7,499 8,661 9,358 7,055 7,948
% yoy 20.33% 26.84% 43.36% 47.56% -15.57% -27.78% -22.66% -33.48% -4.80% 5.99%
MENUJU (TO) NTT
2010 2011 2012TRANSAKSI RTGS
DARI (FROM)
NTT
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Tabel 3.15 Perkembangan Transaksi Non Tunai
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 34
kecenderungan beralihnya preferensi masyarakat ke sistem RTGS untuk
nominal-nominal transaksi yang lebih besar. Apalagi untuk transaksi bisnis yang
memerlukan kecepatan waktu pengiriman uang ke rekening tujuan.
Peningkatan transaksi melalui SKNBI berpengaruh terhadap
kualitas transaksi. Meningkatkan jumlah transaksi kliring berpengaruh
terhadap jumlah cek/BG kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT
yang meningkat sebesar 3,88% (yoy) dengan nominal mencapai Rp 8,44 miliar.
Hal tersebut berimplikasi pada peningkatan rasio cek/BG kosong terhadap
aktivitas kliring pada triwulan laporan yang naik menjadi 1,88%.
bb.. TTrraannssaakkssii RRTTGGSS
Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami peningkatan
baik dari volume transaksi maupun dari nilai transaksinya. Sistem RTGS
yang memungkinkan proses transfer yang cepat menjadi faktor utama
beralihnya penggunaan SKNBI ke sistem RTGS. Apalagi untuk wilayah Kantor
Bank Indonesia Provinsi, dimana SKNBI hanya dapat dilakukan di wilayah Kota
Kupang dengan nominal transaksi yang terbatas. Hal ini menyebabkan
terjadinya peningkatan volume transaksi RTGS yang masuk ke NTT sebesar
38,96% (yoy) dengan nilai transaksi mencapai Rp 19,86 triliun atau meningkat
signifikan sebesar 78,0% dibandingkan dengan triwulan II-2011. Demikian
pula dengan transaksi RTGS yang berasal lain juga mengalami kenaikan yang
Grafik 3.9 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.10 Perkembangan Cek/BG Kosong
Sumber : KPwBI Prov. NTT Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 35
signifikan. Pada triwulan II-2012, tercatat aliran dana yang masuk ke NTT
melalui system RTGS sebesar Rp 14,91 triliun atau meningkat sebesar 44,04%
dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Nilai transaksi tersebut berasal dari
Rp 7.948 transaksi.
Transaksi melalui system RTGS didominasi oleh transaksi dari
NTT ke wilayah lainnya. Tercermin dari data RTGS, dimana transaksi dari
(from) NTT memiliki nilai dan volume lebih besar dibandingkan dengan
transaksi yang masuk (to) NTT. Hal tersebut mengkonfirmasi bahwa secara
ekonomi, masyarakat NTT masih bergantung dari daerah lain untuk
mencukupi kebutuhannya. Jumlah uang yang dibelanjakan ke daerah lain
untuk memenuhi kebutuhan daerah lebih besar dibandingkan dengan
income atau pendapatan yang diterima dari daerah lain. Secara cyclical
pergerakan transaksi RTGS merefleksikan pergerakan aktivitas
perekonomian di NTT. Pada triwulan II-2012, selisih antara transaksi RTGS
yang masuk ke NTT dengan yang keluar dari NTT (From-To) mencapai
Rp 4,95 triliun.
33..33..33.. TTrraannssaakkssii TTuunnaaii
Meningkatnya aktivitas ekonomi NTT pada triwulan laporan
berdampak pada peningkatan kebutuhan uang kartal di Masyarakat.
Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT
menunjukkan bahwa jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Grafik 3.11 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.12 Volume Transaksi RTGS
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 36
dibandingkan dengan uang yang masuk. Setoran uang dari perbankan pada
triwulan laporan sebesar Rp 484,92 miliar atau meningkat 6,51%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy). Sementara jumlah bayaran dari
perbankan mencapai Rp 1,17 triliun atau meningkat 64,26% (yoy). Jumlah
outflow yang relatif besar menyebabkan terjadinya net outflow yang signifikan
pada triwulan laporan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pada triwulan
laporan terjadi peningkatan kebutuhan uang kartal yang cukup signifikan di
masyarakat. Hal tersebut diperkirakan merupakan pola musiman (seasonal)
menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idhul Fitri, dimana konsumsi
masyarakat cenderung meningkat. Sedangkan bagi pihak pemerintah, triwulan
II-2012 mulai realisasi pengerjaan proyek sehingga realisasi anggaran mulai
meningkat. Tingginya kebutuhan uang kartal menjelang Hari Raya Idhul Fitri
diantisipasi oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT dengan
mempersiapkan stok uang yang sesuai dengan kebutuhan (boks 3)
Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) menurun
signifikan. Pada triwulan laporan, jumlah UTLE yang terserap di wilayah NTT
mencapai Rp 32,20 miliar atau turun signifikan sebesar 88,69% dibandingkan
tahun sebelumnya (yoy). Setoran dari perbankan masih diharapkan menjadi
sarana utama dalam menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan
kegiatan kas keliling merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di
masyarakat agar terwujud clean money policy di Provinsi NTT. Namun, hal
Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi Tunai
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 37
tersebut belum optimal karena geografis wilayah NTT yang berpulau-pulau
menjadi kendala dalam menekan jumlah UTLE di masyarakat.
Jumlah uang palsu yang terjaring Bank Indonesia di Nusa
Tenggara Timur pada triwulan laporan sebesar Rp 7,65 juta. Jumlah
tersebut meningkat sebesar 33,98% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan II-
2011. Jumlah uang palsu yang terjaring pada triwulan laporan masih
didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi Rp 100.000,00
dan Rp 50.000,00. Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu
yang beredar di masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat
mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat Diraba
Diterawang) serta mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp 20.000, Rp
50.000 dan Rp 100.000 dengan penambahan features pengaman.
I II III IV I II III IV I IIMRUK 231.16 381.00 270.03 194.05 300.01 284.82 240.45 313.60 345.72 32.20y-o-y 671.23% 713.68% 261.06% 152.05% 29.79% -25.25% -10.95% 61.61% 15.24% -88.69%penukaran loket 13.84 16.51 27.76 26.27 21.70 18.67 26.13 26.51 21.23 24.84y-o-y 42.15% 51.75% 50.85% 71.20% 56.87% 13.08% -5.86% 0.93% -2.20% 33.04%kas keliling 9.50 11.50 12.00 18.30 17.80 15.90 14.10 15.75 11.00 23.59Uang Palsu (ribu) 1,870 1,100 6,420 3,920 2,930 5,710 3,750 2,450 1,950 7,650 Ratio thd uang beredar 0.001234% 0.000174% 0.000855% 0.000297% 0.001237% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000% 0.000000%
2012Indikator(miliar)
20112010
Tabel 3.16 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain
Sumber : KPwBI Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 38
Tata Cara Pengaduan Permasalahan Transaksi Keuangan
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tanggal 20 Januari
2005 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/24/DPNP tanggal 18 Juli 2005,
setiap bank yang beroperasi di Indonesia wajib menyelesaikan setiap pengaduan
yang terkait dengan transaksi keuangan yang dilakukan nasabah. Oleh karena itu,
ajukan permasalahan yang terkait dengan transaksi keuangan Anda kepada bank
dan pastikan Anda mendapatkan tanggapan dari bank dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
A. Siapa yang Dapat Mengajukan Pengaduan?
Setiap pengguna jasa bank yang memiliki rekening ataupun pengguna jasa bank
yang tidak memiliki rekening namun melakukan transaksi keuangan melalui bank
dapat mengajukan pengaduan.
B. Cara Mengajukan Pengaduan
Anda dapat mengajukan pengaduan secara lisan atau tertulis pada kantor bank
terdekat, kantor bank tempat Anda melakukan transaksi keuangan, atau kantor
bank tempat Anda membuka rekening. Anda dapat mengajukan pengaduan
melalui call center, hotline service, ataupun melalui media lain yang disediakan
bank. Untuk setiap pengaduan yang Anda ajukan, petugas penerima pengaduan
akan memberikan nomor registrasi kepada Anda. Nomor registrasi ini dapat Anda
gunakan sebagai referensi untuk meminta informasi kepada bank mengenai status
penyelesaian pengaduan yang Anda ajukan.
C. Jangka Waktu Penyelesaian Pengaduan
C.1. Pengaduan Lisan
Apabila Anda mengajukan pengaduan secara lisan, pengaduan Anda akan
ditangani dan diselesaikan dalam waktu 2 (dua) hari kerja oleh bank. Dalam hal
pengaduan yang Anda ajukan ternyata memerlukan penanganan dan penyelesaian
lebih dari 2 (dua) hari kerja, maka petugas bank akan menghubungi Anda dan
meminta Anda untuk mengajukan pengaduan secara tertulis.
BOKS 1
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 39
Gambar Bagan Mekanisme Pengaduan Lisan
C.2. Pengaduan Tertulis
Apabila Anda mengajukan pengaduan secara tertulis, maka Anda perlu
melengkapi pengaduan yang diajukan dengan dokumen pendukung yang
memadai seperti:
1. Fotocopy bukti identitas
2. Fotocopy rekening
3. Fotocopy bukti transaksi keuangan
4. Fotocopy Dokumen pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang
diadukan.
Pengaduan tertulis yang Anda ajukan akan diselesaikan oleh bank dalam
waktu 20 (dua puluh) hari kerja dan dapat diperpanjang sampai dengan 20 (dua
puluh) hari kerja berikutnya dalam hal terdapat kondisi tertentu. Apabila bank akan
memperpanjang jangka waktu penyelesaian pengaduan, maka bank wajib
menginformasikan hal tersebut terlebih dahulu kepada Anda.
Kondisi tertentu yang memungkinkan dilakukannya perpanjangan jangka
waktu penyelesaian pengaduan oleh bank adalah:
1. Pengaduan yang Anda ajukan melibatkan kantor bank di tempat lain yang
tidak terhubung secara on-line,
2. Pengaduan yang Anda ajukan memerlukan pemeriksaan dokumen bank secara
khusus, dan atau
3. Pengaduan yang Anda ajukan melibatkan pihak ketiga di luar bank. Pengaduan
yang Anda ajukan secara tertulis harus ditanggapi secara tertulis pula oleh
bank. Oleh karena itu, pastikan Anda mendapatkan surat hasil penyelesaian
pengaduan sebagai tanggapan resmi dari bank terhadap pengaduan yang
Anda ajukan.
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 40
Gambar Bagan Mekanisme Pengaduan Lisan
D. Tips
Agar pengaduan Anda dapat segera diselesaikan oleh bank, Anda perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tentukan inti permasalahan yang akan diadukan.
2. Siapkan dokumen pendukung yang terkait dengan permasalahan yang akan
diadukan.
3. Simpan dengan baik dokumen-dokumen asli yang Anda miliki dan sampaikan
kepada bank fotocopy dokumen tersebut bersamaan dengan pengajuan
pengaduan tertulis.
4. Catat nomor registrasi yang diberikan bank kepada Anda dan gunakan nomor
registrasi tersebut untuk mengetahui status penyelesaian pengaduan Anda.
5. Simpan dengan baik dokumen surat-menyurat dengan bank, termasuk surat
hasil penyelesaian pengaduan yang disampaikan bank kepada Anda.
6. Apabila Anda tidak puas dengan hasil penyelesaian yang disampaikan bank,
Anda dapat melanjutkan upaya penyelesaian pengaduan melalui mediasi
perbankan atau melalui alternatif penyelesaian sengketa lainnya.
| K
Kajian Ekon
nomi Region
A. LA
Jumlah
terseba
banyak
kendal
menge
dibent
Kredit
investa
bankab
dijamin
– M
– D
P
B. Pe
al NTT
KRED
ATAR BELAK
h Usaha Mi
ar dalam se
k dan berk
la yang d
embangkan
uklah skim
t Usaha Ra
asi kepada U
ble dengan
n oleh Perus
Merupakan
Diutamakan
Pelaksana Te
elaksana da
Ga
DIT USAH
KANG
kro, Kecil, M
etiap sektor
kontribusi t
dihadapi o
usahanya.
Kredit Usah
akyat (KUR
UMKMK di
plafon kred
sahaan Penj
kredit baru
untuk de
eknis Progra
an Sumber
ambar Baga
HA RAKYA
Perkemb
Menengah
r ekonomi,
erhadap PD
leh UMKM
Untuk men
a Rakyat (KU
R) adalah k
bidang usah
dit sampai
amin denga
bukan hasil
ebitur yang
am dalam ka
Dana Peny
n Pelaksana
AT : Latar
banganny
dan Kopera
sehingga m
DB cukup s
M adalah
gatasi masa
UR).
kredit/pemb
ha yang pro
dengan Rp.
an kriteria se
take over
diarahkan
apasitasnya
yaluran KUR
a Kredit Usa
r Belakan
ya
asi (UMKMK
menyerap t
signifikan. N
masalah p
alah pemod
biayaan mo
oduktif dan
. 500.000.0
ebagai berik
dan didu
sebagai Kom
R
ha Rakyat (K
Tr
g dan
K) sangat be
enaga kerja
Namun, sa
permodalan
alan UMKM
dal kerja d
layak namu
000,- yang s
ut :
ukung oleh
mite Kebijak
KUR)
riwulan II - 2
41
esar dan
a sangat
lah satu
dalam
MK maka
dan atau
n belum
sebagian
Satuan
kan.
BOKS 2
2012 |
2
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 42
• Bank Pelaksana KUR adalah PT. Bank BRI, PT. Bank Mandiri, PT. BNI, PT.
BTN, PT. Bank Bukopin, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. BNI Syariah dan 26
BPD (termasuk BPD NTT).
• Sumber dana KUR adalah 100 % (seratus persen) bersumber dari dana
Bank Pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat (tabungan, giro,
dan deposito) bukan berasal dari dana Pemerintah.
C. Ketentuan Kredit Usaha Rakyat
D. Proses Penjaminan Untuk UMKMK Feasible Namun Kurang Jaminan
Kendala yang dihadapi oleh UMKMK (Usaha Mikro Kecil Menengah dan
Koperasi) adalah usaha produktif yang layak (feasible) namun belum bankable
(memenuhi semua persyaratan yang diajukan bank) dalam pengajuan kredit
yang dianalisa melalui 5C yaitu:
• Character, untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah jujur untuk
berusaha memenuhi kewajibannya dengan kata lain, ini merupakan
willingness to pay.
• Capacity, merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola
usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, dan pengalaman
mengelola usaha. Capacity ini merupakan ukuran dari ability to pay.
• Capital, adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang
dikelolanya yang bisa dilihat dari neraca, laporan laba-rugi, struktur
permodalan, atau dari rasio keuntungan yang diperoleh.
| K
Kajian Ekonnomi Region
•
•
Ga
Me
1.
2.
3.
4.
5.
E. Pe
Ou
Usaha
NTT
perkem
triwula
sebesa
triwula
KUR p
Rp 2
debitu
al NTT
Condition
kondisi eko
Collateral
nasabah b
mbar Proses
ekanisme p
Calon Deb
Bank mela
layak dan
Perjanjian
Bank men
Perusahaa
Penjamina
Kredit dap
erkembanga
utstanding
Rakyat (K
masih
mbangan
an laporan
ar 53,16% d
an II-2011
pada triwu
69,02 mil
r mencapai
n, pembiaya
onomi yang
l, adalah jam
benar-benar
s Penjamina
penyaluran
bitur KUR me
akukan ana
n disetujui,
Kredit.
gajukan per
n Penjami
an)
pat dicairkan
an Kredit U
penyaluran
KUR) oleh p
men
yang pos
dengan pe
dibandingka
(yoy). Ou
ulan laporan
iar dengan
14.703. Na
aan yang d
g dikaitkan d
minan yang
tidak dapat
an Untuk UM
n KUR :
engajukan k
alisa kelayak
maka Ba
rmohonan p
n mengelu
n.
Usaha Raky
n Kredit
perbankan
nunjukkan
itif pada
eningkatan
an dengan
utstanding
n sebesar
n jumlah
amun, bila
diberikan ju
dengan pros
mungkin b
t memenuhi
MKMK Feasi
kredit ke Ba
kan usaha c
ank dan D
penjaminan
uarkan SP3
yat (KUR) d
Grafik Per
Sumber : K
uga perlu m
spek usaha c
isa disita ap
kewajibann
ible Namun
nk Penyalur
calon Debit
Debitur KUR
kepada Peru
3 (Surat P
di NTT
rkembangan
KPwBI Prov. NT
Tr
mempertimb
calon nasab
pabila ternya
nya.
Kurang Jam
.
ur KUR. Jik
R menanda
usahaan Pen
Persetujuan
n Kredit Usa
TT
riwulan II - 2
43
bangkan
ah.
ata calon
minan
ka dinilai
atangani
njamin.
Prinsip
aha Rakyat
2012 |
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 44
melihat tren penyaluran kredit KUR, terjadi perlambatan laju penyaluran KUR mulai
triwulan III-2013.
Dibandingkan dengan total penyaluran kredit kepada UMKM (Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah), sebanyak 8,78% merupakan penyaluran kredit dengan skim
Kredit Usaha Rakyat. Walaupun laju pertumbuhannya mengalami perlambatan,
namun dibandingkan dengan laju pertumbuhan penyaluran kredit kepada UMKM,
akselerasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih jauh lebih tinggi.
F. Kendala dan Tantangan Penyaluran KUR
1. Penyaluran bersifat perorangan, masih jarang dilakukan penyaluran KUR
secara kelompok ataupun secara linkage melalui Lembaga Linkage.
2. Masih sedikitnya Lembaga Linkage (misalnya KSP/Kopdit, BPR, dsb) yang
memiliki kinerja keuangan yang sehat dan memenuhi kriteria sebagai
Lembaga Linkage yang layak menyalurkan KUR dari perbankan.
3. Paradigma yang salah dari masyarakat bahwa dana KUR berasal dari
bantuan pemerintah, sehingga dianggap tidak perlu dikembalikan dan
dijamin sepenuhnya oleh pemerintah.
4. Sebagian besar pengusaha kecil tidak memiliki jaminan tambahan.
5. Proses analisa kelayakan usaha di level mikro relatif sulit karena sebagian
besar dari mereka belum memiliki pencatatan yang baik, sehingga
diperlukan usaha yang lebih besar untuk proses tersebut.
G. Hal-hal terkait KUR
1. KUR diberikan untuk usaha mikro yang produktif dan layak namun belum
bankable agar dapat mengakses kredit dari bank.
2. KUR merupakan pinjaman yang harus dilunasi kepada bank dan bukan
hibah.
3. Keputusan pemberian KUR sepenuhnya merupakan kewenangan bank.
4. Nasabah KUR mikro wajib membayar atau mengangsur kewajiban
pengembalian KUR kepada bank sampai lunas.
5. Apabila KUR tidak dilunasi maka ada konsekuensi hukum.
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 45
Kesiapan Bank Indonesia Menghadapi Kebutuhan Uang
Menjelang Lebaran
Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri
Tahun 1433 H/2012, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT (KPw BI NTT)
telah mempersiapkan sistem pembayaran tunai dan non tunai agar dapat melayani
kebutuhan masyarakat. Sebagaimana siklusnya, selama periode Ramadhan dan Idul
Fitri umumnya terjadi peningkatan kebutuhan uang tunai dan sistem pembayaran
non-tunai untuk memenuhi transaksi masyarakat.
Khusus untuk sistem pembayaran tunai, KPw BI NTT telah menyediakan uang
kartal (kertas dan logam) dalam jumlah dan pecahan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2012. Oleh karena
itu masyarakat tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan uang tunai untuk
kelancaran transaksi selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 2012.
A. Berapa Kebutuhan Masyarakat NTT
KPw BI NTT memproyeksikan kebutuhan uang (outflow) periode Ramadhan
dan Idul Fitri 2012 sebesar Rp560,62 miliar atau meningkat sebesar Rp160,18
miliar atau 40% dibandingkan dengan realisasi outflow periode Ramadhan dan
Idul Fitri tahun sebelumnya. Uang Pecahan Besar/UPB (pecahan Rp.100.000,
Proyeksi Outflow Ramadhan/Idul Fitri 2012
Realisasi Outflow Ramadhan/Idul Fitri 2011
Nominal (Rp Juta) Nominal (Rp Juta) Nominal (Rp Juta) Persentase (%)(1) (2) (3) (4)=(2)‐(3) (5)=(4)/(3)
NasionalUang Kertas (UK) 89,221,723 80,207,172 9,014,551 11.2%Uang Logam (UL) 165,016 121,405 43,611 35.9%Jumlah UK+UL 89,386,739 80,328,577 9,058,162 11.3%
Uang Pecahan Besar (UPB) 81,120,725 72,787,866 8,332,859 11.4%Uang Pecahan Kecil (UPK) 8,266,014 7,540,711 725,303 9.6%Jumlah UPB + UPK 89,386,739 80,328,577 9,058,162 11.3%
NTTUang Kertas (UK) 560,267 400,191 160,076 40.0%Uang Logam (UL) 354 253 101 39.9%Jumlah UK+UL 560,621 400,444 160,177 40.0%
Uang Pecahan Besar (UPB) 535,913 382,795 153,118 40.0%Uang Pecahan Kecil (UPK) 24,708 17,649 7,059 40.0%Jumlah UPB + UPK 560,621 400,444 160,177 40.0%
Keterangan :
DenominasiSelisih Proyeksi dan Realisasi Outflow
Ramadhan/Idul Fitri 2011‐2012
‐ UPB : Uang Pecahan Besar terdiri dari uang kertas pecahan Rp100.000, Rp50.000, dan Rp20.000‐ UPK : Uang Pecahan Kecil terdiri dari uang kertas pecahan Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, dan Rp1.000 serta seluruh uang logam
PROYEKSI KEBUTUHAN UANG (OUTFLOW ) PERIODE RAMADHAN DAN IDUL FITRI 1433H/2012(23 JULI 2012 ‐ 16 AGUSTUS 2012)
BOKS 3
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 46
Rp.50.000, dan Rp.20.000) diproyeksikan sebesar Rp535,91 miliar, dan Uang
Pecahan Kecil/UPK (pecahan Rp.10.000, Rp.5.000, Rp.2.000, dan Rp.1.000 serta
uang logam seluruh pecahan) diproyeksikan sebesar Rp 24,71 miliar. Persediaan
uang saat ini mencapai Rp789 miliar dan dinilai sangat mencukupi dalam
memenuhi proyeksi kebutuhan uang periode Ramadhan dan Lebaran 1433 H, baik
dari sisi jumlah total maupun jumlah per pecahan.
B. Langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia
a. KPw BI NTT mulai tanggal 30 Juli 2012 akan membuka loket penukaran
uang selama 5 (lima) hari kerja (Senin s.d Jum’at) dari Pukul 08.00 – 12.00
WITA.
b. Bank Indonesia telah bekerjasama dengan perbankan untuk juga dapat
melayani penukaran uang kepada masyarakat umum. Namun demikian,
Bank Indonesia menghimbau kepada masyarakat untuk tenang dan tidak
memaksakan diri menukarkan uang baru dalam rangka kebutuhan
Ramadhan dan Idul Fitri ini. Karena pada prinsipnya, uang yang disalurkan
oleh Bank Indonesia kepada masyarakat melalui perbankan di NTT
(jaringan kantor mencapai 148 unit dan ATM sebanyak ±166 unit)
maupun operasional Bank Indonesia (penukaran di loket KPw BI dan kas
keliling) adalah uang layak edar, baik uang cetakan baru maupun uang
eks peredaran.
c. Infrastruktur dan layanan sistem pembayaran non tunai juga telah
disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan transaksi pembayaran non
tunai dibandingkan transaksi normal hariannya. Transfer dana melalui
SKNBI saat ini juga telah menggunakan sistem transfer dana close to real
time “Si Kilat” (Sistem Kliring Kini Lebih Cepat). Dalam menghadapi
lonjakan transaksi, Bank Indonesia akan optimal bekerja sama dengan
perbankan dan sepanjang dibutuhkan Bank Indonesia juga siap
menambah jam layanan operasional.
d. Tahun ini juga Bank Indonesia berupaya untuk memadukan layanan
pembayaran tunai dan non tunai dalam rangka mewujudkan less-cash
society. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dan
peritel agar semakin sering menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK) seperti kartu debit, kartu kredit maupun electronic money
sebagai alternatif alat transaksi keuangan.
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 47
BBB AAA BBB IIIVVV
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH
44..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm
Kinerja keuangan
pemerintah, khususnya
Provinsi Nusa Tenggara
Timur mengalami
peningkatan. Pola
penyerapan anggaran
pemerintah, khususnya APBD
relatif sama pada setiap
tahunnya. Pada triwulan II,
laju penyerapan anggaran
biaya relatif lebih besar
dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
Demikian pula dengan triwulan II-2012, dimana penyerapan anggaran pada pos
belanja daerah lebih tinggi dibandingkan dengan penyerapan triwulan I-2012
yang hanya sebesar 14,42%. Laju penyerapan anggaran pada triwulan laporan
mencapai 22,57% dan diperkirakan pada triwulan III dan IV laju penyerapan
anggaran belanja akan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.
44..22.. PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh
Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II-2012 mencapai
53,10%. Secara keseluruhan, realisasi pendapatan pada triwulan laporan
mencapai Rp 1,17 triliun. Tingkat realisasi tertinggi berasal dari Pendapatan Asli
Daerah pada triwulan laporan telah terealisasi sebesar Rp 219,61 miliar atau
sebesar 56,36% dari rencana tahun 2012. Sumbangan realisasi pendapatan
terbesar berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp 153,03 miliar atau
terealisasi 62,26% dari rencana tahun 2012. Sementara untuk dana
Grafik 4.1 Realisasi Anggaran Belanja
Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 48
perimbangan realisasi pada
triwulan laporan sebesar 55,54%
atau setara dengan Rp 612,58
miliar. Ketergantungan sumber
penerimaan daerah terhadap
bantuan pemerintah pusat relatif
sangat tinggi. Kontribusi dana
perimbangan untuk mengisi celah
fiskal (fiscal gap) dalam share pos
pendapatan daerah terlihat cukup
dominan. Dalam era otonomisasi
daerah, hal ini mengindikasikan
bahwa pada daerah-daerah atau provinsi tertentu dukungan pemerintah pusat
masih mutlak diperlukan.
44..33.. BBeellaannjjaa DDaaeerraahh
Realisasi belanja APBD
pada triwulan II-2012 sebesar
35,99%. Secara nominal, realisasi
belanja triwulan II-2012 sebesar Rp
794,31 miliar. Dari total realisasi
tersebut, sebesar Rp 210,61 miliar
atau sebesar Rp 26,52% digunakan
untuk keperluan rutin pembayaran
gaji pegawai. Sementara untuk
belanja modal, dari rencana sebesar
Rp 205,56 miliar realisasi sampai
triwulan II-2012 sebesar 20,57%.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
Grafik 4.3 Realisasi Belanja Triwulan II
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Triwulan II
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 49
Rencana2012 Tw I Tw II Total Tw II
PENDAPATAN 2,207,178,663,000 651,095,160,276 520,900,235,478 1,171,995,395,754 PENDAPATAN ASLI DAERAH 389,646,773,526 88,579,530,505 131,033,678,935 219,613,209,440
Pendapatan Pajak Daerah 245,797,392,000 79,184,713,773 73,846,764,783 153,031,478,556 Pendapatan Retribusi Daerah 9,410,667,382 1,901,707,958 2,770,800,531 4,672,508,489 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 38,030,160,000 - 42,722,458,845 42,722,458,845 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 96,408,554,144 7,493,108,774 11,693,654,776 19,186,763,550
PENDAPATAN TRANSFER 1,817,531,889,474 562,515,629,771 389,866,556,543 952,382,186,314 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,102,993,489,474 353,919,644,771 258,661,701,543 612,581,346,314
Dana Bagi Hasil Pajak 105,257,775,474 23,244,039,771 23,500,011,543 46,744,051,314 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) - Dana Alokasi Umum 940,646,764,000 313,548,920,000 235,161,690,000 548,710,610,000 Dana Alokasi Khusus 57,088,950,000 17,126,685,000 - 17,126,685,000
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 714,538,400,000 208,595,985,000 131,204,855,000 339,800,840,000 Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 714,538,400,000 208,595,985,000 131,204,855,000 339,800,840,000
BELANJA 2,147,354,663,000 309,675,051,617 484,638,949,370 794,314,000,987 BELANJA OPERASI� 1,830,843,958,346 306,092,011,797 421,182,019,431 727,274,031,228
Belanja Pegawai 583,656,672,111 89,933,064,328 120,679,531,096 210,612,595,424 Belanja Barang 382,864,396,235 42,041,743,769 50,237,662,335 92,279,406,104 Belanja Hibah 796,088,400,000 167,577,203,700 243,294,826,000 410,872,029,700 Belanja Bantuan Sosial 52,421,990,000 6,540,000,000 6,970,000,000 13,510,000,000 Belanja Bantuan Keuangan 15,812,500,000 - - -
BELANJA MODAL 205,556,100,595 3,583,039,820 38,706,128,376 42,289,168,196 Belanja Tanah 70,000,000 - - - Belanja Peralatan dan Mesin 38,835,226,485 3,448,716,820 12,044,159,042 15,492,875,862 Belanja Gedung dan Bangunan 36,472,141,110 83,600,000 1,611,824,385 1,695,424,385 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 128,987,147,000 41,240,000 25,005,291,949 25,046,531,949 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,191,586,000 9,483,000 44,853,000 54,336,000 Belanja Aset Lainnya -
BELANJA TIDAK TERDUGA 10,000,000,000 - 22,350,000 22,350,000 Belanja Tidak Terduga 10,000,000,000 - 22,350,000 22,350,000
TRANSFER 100,954,604,059 - 24,728,451,563 24,728,451,563 Bagi Hasil Pajak 100,954,604,059 - 24,728,451,563 24,728,451,563
- PEMBIAYAAN 119,824,000,000 193,998,853,371 27,097,288,113 221,096,141,484
PENERIMAAN DAERAH 30,000,000,000 138,998,853,371 2,097,288,113 141,096,141,484 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 20,000,000,000 137,118,158,845 103,610,751 137,221,769,596 Pencairan Dana Cadangan - Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 10,000,000,000 1,880,694,526 1,993,677,362 3,874,371,888
PENGELUARAN DAERAH 89,824,000,000 55,000,000,000 25,000,000,000 80,000,000,000 Pembentukan Dana Cadangan 55,000,000,000 55,000,000,000 - 55,000,000,000 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 29,000,000,000 - 25,000,000,000 25,000,000,000 Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat 5,824,000,000 - -
2012URAIAN
Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2012
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 50
RENCANA DAN REALISASI APBD
WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR
Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) wilayah Nusa Tenggara
Timur pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Total APBD
wilayah NTT pada tahun 2012 mencapai Rp 13,45 triliun atau meningkat sebesar
19,40% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Total APBD tersebut
terdistribusi ke 21 Kota/Kabupaten dan wilayah Pemerintahan Tingkat I, Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Secara umum, total pendapatan daerah didominasi oleh aliran dana dari
Pemerintah Pusat melalui Dana Perimbangan yang terbagi menjadi Dana Bagi
Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Komposisi dana perimbangan terhadap total pendapatan daerah mencapai
83,63% sementara Pendapatan Asli Daerah hanya menyumbangkan 7,41% dari
total penerimaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan wilayah
Nusa Tenggara Timur terhadap Pemerintah Pusat sangat tinggi.
Realisasi APBD pada pos pendapatan pada triwulan I-2012 sangat baik,
dengan kisaran antara 21% - 33% dari target akhir tahun. Realisasi penerimaan
tertinggi adalah Kabupaten Belu dengan pencapaian sebesar 33,10% dari target
BOKS 4
Grafik Rencana Pendapatan Daerah Tahun 2012
Sumber :www.djpk.depkeu.go.id diolah
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 51
tahun 2012. Berbeda dengan pos pendapatan yang realisasinya sesuai dengan
target, realisasi belanja tahun 2012 jauh dari target. Dari target sebesar 25%,
realisasi belanja hanya sebesar 5%-18% pada triwulan I-2012 yang sebagian
besar merupakan realisasi pada pos belanja pegawai. Daerah dengan realisasi
anggaran belanja terbesar adalah Kota Kupang. Realisasi belanja Kota Kupang
sampai dengan triwulan I-2012 mencapai 18,94%. Pola penyerapan anggaran
yang relatif minim pada triwulan I merupakan suatu pola yang berulang.
Keterlambatan penetapan APBD di level Kabupaten menjadi penyebab utama
minimnya penyerapan anggaran pada triwulan I-2012. Namun, kondisi tersebut
biasa diantisipasi dengan tingginya penyerapan anggaran di triwulan III dan IV
sehingga secara keseluruhan target yang ditetapkan dapat tercapai pada akhir
tahun.
Pendapatan Belanja Pendapatan Belanja Pendapatan BelanjaProv. Nusa Tenggara Timur 2,207,179 2,147,355 645,036 309,675 29.22% 14.42%Kab. Alor 551,620 601,885 Kab. Belu 687,220 707,753 227,445 105,348 33.10% 14.88%Kab. Ende 639,158 678,228 Kab. Flores Timur 550,169 627,461 175,760 106,729 31.95% 17.01%Kab. Kupang 643,746 769,984 178,961 61,875 27.80% 8.04%Kab. Lembata 414,490 424,407 Kab. Manggarai 528,668 566,515 147,811 69,838 27.96% 12.33%Kab. Ngada 426,155 423,155 97,902 63,296 22.97% 14.96%Kab. Sikka 574,384 625,420 41,603 78,745 7.24% 12.59%Kab. Sumba Barat 371,615 403,263 102,110 32,401 27.48% 8.03%Kab. Sumba Timur 604,323 614,726 171,401 62,311 28.36% 10.14%Kab. Timor Tengah Selatan 668,112 749,802 208,491 86,164 31.21% 11.49%Kab. Timor Tengah Utara 547,733 592,699 148,746 57,271 27.16% 9.66%Kota Kupang 596,822 610,265 187,435 115,567 31.41% 18.94%Kab. Rote Ndao 379,185 392,691 104,842 36,867 27.65% 9.39%Kab. Manggarai Barat 458,424 471,145 140,419 74,913 30.63% 15.90%Kab. Nagekeo 411,877 415,140 131,016 42,402 31.81% 10.21%Kab. Sumba Tengah 338,944 358,575 Kab. Sumba Barat Daya 416,795 428,710 116,693 39,780 28.00% 9.28%Kab. Manggarai Timur 496,437 505,437 Kab. Sabu Raijua 289,190 338,173 76,964 17,278 26.61% 5.11%Sumber : www.djpk.depkeu.go.idKeterangan : : belum ada laporan
APBD 2012 Realisasi TW I-2012Uraian
% Realisasi
Tabel Rencana dan Realisasi APBD Tahun 2012 per Daerah
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 52
BBB AAA BBB VVV
KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
55..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm
Peningkatan aktivitas ekonomi NTT berdampak positif terhadap
kesejahteraan masyarakat. Beberapa indikator kesejahteraan masyarakat
menunjukkan peningkatan. Daya serap sektor riil terhadap tenaga kerja mengalami
peningkatan, terlihat dari persepsi pelaku usaha yang bernilai positif. Secara
struktural, dominasi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin
dari kemampuan sektor tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap
penyerapan tenaga kerja. Indikator kesejahteraan lain, yaitu Nilai Tukar Petani (NTP)
masih menunjukkan tren peningkatan. Hal tersebut mencerminkan adanya insentif
lebih bagi kegiatan konsumsi masyarakat khususnya level menengah ke bawah.
55..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann
Jumlah tenaga kerja pada triwulan laporan relatif meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) triwulan II-2012, diketahui bahwa pada triwulan laporan, jumlah tenaga
kerja di NTT mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Hal tersebut sesuai dengan ekspektasi awal dari pelaku usaha yang optimis akan
ada kenaikan jumlah karyawan pada triwulan II-2012.
Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT
Sumber : SKDU Triwulan II-2012 KPwBI Prov NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 53
Berdasarkan angka indeks yang dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih
Tertimbang) yang merupakan selisih dari prosentase jawaban ”naik” dengan
jawaban ”turun”, didapatkan angka indeks ketenagakerjaan sebesar 6,37% pada
triwulan II-2012. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kecenderungan penambahan
jumlah tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya pada sekitar 6,37% sektor
usaha di NTT.
Secara sektoral, sektor yang mengalami kenaikan jumlah karyawan
tertinggi adalah sektor Bangunan dan PHR (Perdagangan, Hotel dan
Restoran). Peningkatan jumlah karyawan pada kedua sektor tersebut tidak terlepas
dari meningkatnya aktivitas ekonomi untuk kedua sektor dimaksud. Pada sektor
bangunan, dimulainya realisasi anggaran pemerintah tahun 2012 yang dominan
pada pengerjaan proyek-proyek infrastruktur berdampak langsung pada naiknya
kebutuhan tenaga kerja pada sektor tersebut. Demikian pula dengan kinerja sektor
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
AKTUAL1 Pertanian -3.66 6.03 1.83 -0.82 -2.73 -0.67 1.45 2.72 -1.01 0.48
2 Pertambangan
3 Industri Pengolahan - 0.18 (0.72) 0.18 - - - 0.35 0.07 -
4 Listrik, Gas dan Air Bersih (0.53) - 0.53 - - 0.53 0.53 0.53 0.53
5 Bangunan (3.03) 3.83 (2.31) 3.23 (3.23) 2.85 1.52 (0.51) - 2.98
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.69 1.38 2.96 1.05 1.48 3.46 2.34 2.08 0.84 1.59
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.67 2.81 0.67 - - 2.85 2.85 6.37 3.52 -
8 Keuangan - 0.76 0.76 1.30 0.76 4.31 2.39 1.30 0.55 0.55
9 Jasa-jasa 0.44 0.70 0.44 - - 0.39 - 0.44 - 0.25
TOTAL SELURUH SEKTOR (4.42) 15.69 4.16 4.94 (3.73) 13.72 10.55 13.29 4.49 6.37 PRAKIRAAN
1 Pertanian 9.51 2.51 13.10 (2.51) (0.82) 1.46 3.13 10.71 (11.61) 1.40 3.03
2 Pertambangan
3 Industri Pengolahan (0.07) 0.79 0.18 - 0.72 0.25 0.06 0.06 0.06 0.18 0.07
4 Listrik, Gas dan Air Bersih - 0.53 - 0.53 - - 0.53 0.53 0.53 -
5 Bangunan (3.56) - 5.11 - (0.81) 4.31 1.90 (2.53) 0.51 6.06 1.70
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.35 1.48 1.84 0.21 - 2.29 4.52 1.81 2.03 1.89 2.62
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.67 0.67 (1.46) 0.67 (4.27) 0.67 2.85 - 0.67 - -
8 Keuangan 0.76 - 0.76 1.70 2.06 1.30 4.45 2.25 1.37 1.30 2.06
9 Jasa-jasa - - 0.35 - - 0.20 0.39 - 0.66 - -
TOTAL SELURUH SEKTOR 7.66 5.99 19.87 0.60 (3.12) 10.48 17.83 12.31 (5.79) 11.37 9.48
Tenaga Kerja(Dalam Persentase Saldo Bersih Tertimbang - %SBT)
201120112010No. Sektor
Tabel 5.1 Struktur Ketenagakerjaan NTT
Sumber : SKDU Triwulan II-2012 KPwBI Kupang
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 54
Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan
pada triwulan laporan.
55..33.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeesseejjaahhtteerraaaann
Kesejahteraan masyarakat NTT terus menunjukkan perkembangan
positif. Setelah UMR mengalami kenaikan 8,82% dibandingkan tahun 2011, yaitu
dari Rp. 850.000,00 per bulan menjadi Rp. 925.000 per bulan pada awal tahun,
pada bulan Juni 2012 khusus untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) mendapatkan
tambahan penghasilan berupa gaji ke -13. Hal ini menjadi salah satu pendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya Provinsi NTT dimana 46,77%
tenaga kerja di sektor jasa-jasa berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat pada triwulan laporan juga dikonfirmasi
oleh hasil Survei Konsumen bulan Juni 2012 yang tercermin dari indeks Penghasilan
saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu. Berdasarkan hasil survei, indeks SBT
pada bulan Juni mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar
132,00% walaupun tidak sebesar bulan Maret yang mencapai 138,50%.
Perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat NTT, yang didominasi
oleh pekerja sektor pertanian, juga tercermin dari indeks nilai tukar petani
(NTP). Pada triwulan II-2012, terlihat adanya perbaikan indeks NTP bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selama triwulan laporan, terlihat
adanya tren peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) yang berlanjut sampai dengan
bulan Juli 2012. Faktor utama peningkatan NTP pada triwulan laporan adalah
2001 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
KHL 274 350 403 671 735 785 880 935 932 1,164
UMP 275 350 450 550 600 650 775 800 850 925
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
Rp
rib
u
Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT
Sumber : BPS Prov NTT Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. NTT
Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 55
peningkatan NTP Sub sektor perikanan yang mencapai 117,33 dan sub sektor
peternakan yang sebesar 115,00.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup masyarakat secara
umum adalah indeks pembangunan manusia (IPM). Pergerakan angka IPM NTT
terus mengalami pertumbuhan meskipun secara nasional peringkat Provinsi NTT
masih belum mengalami peningkatan dimana sampai dengan tahun 2010 NTT
masih menduduki peringkat ke 31 dari 33 provinsi, diatas Nusa Tenggara Timur dan
Papua. Angka IPM pada tahun 2010 tercatat sebesar 67,26 sedangkan tahun 2009
lalu 66,60.
Membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat juga berdampak
terhadap perkembangan tingkat kemiskinan di NTT. Jumlah penduduk miskin
NTT pada bulan Maret 2012 berkurang sebesar 0,03% dibandingkan dengan Maret
Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010*)
63.6 64.83 65.36 66.15 66.6 67.26- Angka Harapan Hidup (tahun) 64.9 66.5 66.7 67 67.3 67.5
- Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6.3 6.4 6.4 6.6 6.6 7
- Angka Melek Huruf (persen) 85.6 86.5 87.25 87.66 87.96 88.59
-Pengeluaran Riil/Kapita disesuaikan (Rp.000)
589.8 591.2 594.3 599.9 602.6 603.8
IPM
Sumber : www.bps.go.id
Tabel 5.2 Perkembangan IPM NTT
Sumber : www.bps.go.id
Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT
Triwulan II - 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 56
2011. Prosentase penduduk miskin NTT turun dari 21,23% pada Maret 2011
menjadi 20,88% pada Maret 2012. Jumlah tersebut terbagi menjadi 2 (dua) wilayah
perhitungan, yaitu 12,22% di perkotaan dan 22,98% di wilayah perdesaan.
Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar
Petani) sebesar 0,09 persen dari 101,96 pada Maret 2011 menjadi 102,05 pada
Maret 2012 merupakan salah satu faktor pendorong berkurangnya jumlah
penduduk miskin terutama di wilayah pedesaan. Sementara itu, tingkat inflasi pada
Maret 2011-Maret 2012 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 3,60 persen dan
kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) pada awal tahun yang sebesar 8,82%
merupakan faktor pendorong turunnya jumlah penduduk miskin di perkotaan.
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
2005 133.5 1,037.7 1,171.2 17.85 30.46 28.192006 148.0 1,125.9 1,273.9 18.77 31.68 29.342007 124.9 1,038.7 1,163.6 16.41 29.95 27.512008 119.30 979.10 1,098.3 15.50 27.88 25.652009 109.40 903.70 1,013.1 14.01 25.35 23.312010 107.40 906.70 1,014.1 13.57 25.10 23.032011 117.04 895.87 1,012.9 12.50 23.36 21.23
Maret 2012 115.5 897.1 1,012.6 12.22 22.98 20.88
Sumber : http://ntt.bps.go.id/
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin
Tabel 5.3 Penduduk Miskin NTT
Triwulan II – 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 57
BBB AAA BBB VVVIII
PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
66..11.. PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii
Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan III 2012
diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan
terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan
III 2012 akan berada pada kisaran 5,9 ± 1% (yoy). Di sisi lain, secara triwulanan
pertumbuhan ekonomi diperkirakan sedikit melambat dengan kisaran
pertumbuhan sebesar 3,9 ± 1% (qtq).
Konsumsi diproyeksikan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi
disaat kinerja sektor lainnya mengalami perlambatan kinerja. Dari sisi penawaran,
sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor transportasi
dan komunikasi diperkirakan akan cukup berkontribusi seiring peningkatan
konsumsi selama Idul Fitri tahun ini.
Aspek Pertumbuhan Triwulanan Tw II 2012
Penyebab Pertumbuhan Ekspektasi triwulan
mendatang Keterangan Ekspektasi
Kegiatan Usaha (umum)
Meningkat Permintaan domestik dan eksternal
Melambat Berkurangnya permintaan domestik dan eksternal
Volume produksi
Meningkat Peningkatan permintaan Melambat Menurunnya permintaan
Nilai penjualan
Meningkat Peningkatan harga jual Menurun Penurunan harga komoditas unggulan
Kapasitas produksi
Meningkat Prospek permintaan yang membaik Menurun
Prospek permintaan yang melambat
Tenaga kerja Meningkat Faktor musiman Melambat Seiring dengan kegiatan usaha
Volume pesanan
Sedikit Meningkat
Membaiknya prospek perekonomian
Menurun Penurunan prospek ekonomi secara umum
Harga jual komoditas
Meningkat Peningkatan permintaan Menurun Menurunnya permintaan
Kondisi keuangan
Membaik Dampak kenaikan harga Sedikit
Memburuk Dampak penurunan harga
Situasi bisnis Membaik Prospek permintaan membaik Sedikit
Memburuk Prospek menurunnya permintaan
Tabel 6.1 Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sumber : SKDU KPw BI NTT, Analisa Unit Kajian, Statistik & Survei
Triwulan II – 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 58
Pertumbuhan ekonomi akan lebih didorong oleh permintaan
domestik, khususnya konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah.
Permintaan domestik diprediksi akan mendominasi pertumbuhan ekonomi,
khususnya tingkat konsumsi yang diperkirakan akan terus tinggi selama bulan
Juli dan Agustus 2012. Di sisi lain, ekspor diperkirakan sedikit melambat karena
kondisi dan prospek permintaan eksternal yang tetap belum pulih. Investasi
diperkirakan sedikit menurun karena pelaku usaha masih dibayangi lemahnya
pemulihan perekonomian global.
Pelaku usaha sedikit pesimis terhadap situasi bisnis triwulan
mendatang. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II
2012, secara umum kegiatan usaha pada triwulan mendatang diperkirakan
sedikit melambat. Faktor musiman hanya mendorong permintaan terhadap
beberapa sektor tertentu seperti PHR dan sektor transportasi, namun
permintaan secara umum (khususnya eksternal) masih terkendala pertumbuhan
ekonomi global yang masih lemah.
Pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor diperkirakan
melemah, kecuali Jepang. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan
ekspor pada tahun 2012 diperkirakan terus mengalami koreksi. International
Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Cina pada
tahun 2012 terkoreksi menjadi 8,0%, setelah pada triwulan sebelumnya
diproyeksikan akan mencapai 8,2%. Sementara pertumbuhan ekonomi India
dikoreksi menjadi 6,1% dari awalnya 6,9%. Angin segar tampaknya datang
dari Jepang yang diproyeksikan mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi
menjadi sebesar 2,4% setelah sebelumnya hanya diperkirakan tumbuh 2,0%.
66..22.. IInnffllaassii
Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan III 2012
diperkirakan akan berada pada kisaran 6,34±1% (yoy) setelah pada triwulan II
2012 berada pada tingkat 5,02% (yoy). Selain dipengaruhi tekanan inflasi yang
bersifat fundamental, kenaikan inflasi tahunan juga disebabkan oleh efek tahun
dasar (base year effect).
Terdapat kemungkinan kenaikan harga administered prices seiring
faktor musiman. Moment Libur Sekolah yang diikuti dengan perayaan Hari Raya
Idul Fitri diperkirakan akan dimanfaatkan operator penerbangan untuk
Triwulan II – 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 59
menetapkan harga tiket mendekati ambang batas yang diperbolehkan oleh
pemerintah. Kondisi tersebut dipastikan akan mendongkrak angka inflasi
khususnya di Kota Kupang sebagai pusat perekonomian di Nusa Tenggara Timur.
Selain tekanan inflasi dari sektor transportasi, tekanan inflasi juga diperkirakan
akan meningkat pada sektor makanan jadi sebagai imbas kenaikan di Pulau Jawa
sebagai imbas faktor musiman.
Namun demikian, seiring masih berlangsungnya musim panen tabama pada
triwulan III 2012, harga bahan makanan lokal diproyeksikan akan stabil. Sementara
itu, tekanan inflasi dari faktor eksternal diperkirakan relatif kecil seriring tendensi
menurunnya harga emas dan minyak mentah di pasar internasional.
Grafik 6.1 Harga Emas di Pasar Internasional
Sumber : Bloomberg
Grafik 6.2 Minyak WTI di Pasar Internasional
Sumber : Bloomberg
1386,3
1508,91703,5 1683,2 1690,3
1612,5
20220420620820
1.0201.2201.4201.6201.820
I II III IV I II
2011 2012
USD/OZ
93,9
102,5
89,794,0
102,8
93,4
2030405060708090
100110
I II III IV I II
2011 2012
USD/Barrel
Triwulan II – 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 60
PERUBAHAN PROYEKSI INFLASI NTT TAHUN 2012 ;
KENAIKAN HARGA ADMINISTERED PRICES MOMOK INFLASI DI NTT
Setelah cukup dihantui dengan simpang siurnya rencana pemerintah untuk
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, proyeksi base inflasi Nusa
Tenggara Timur 2012 yang awalnya diprediksi berada di bawah level 6% telah
mengalami tekanan cukup tinggi pada pertengahan tahun ini yang disebabkan
kenaikan harga administered prices yakni tarif PAM pada bulan Mei dan harga tiket
pesawat pada bulan Juni 2012. Bahkan tingginya harga tiket pesawat diperkirakan
akan bertahan pada bulan Agustus dan Desember 2012, yakni saat perayaan Idul
Fitri 1433 H dan Natal 2012. Tingginya harga tiket pesawat pada kedua moment
tersebut diyakini akan mendongkrak inflasi tahun 2012 secara kumulatif.
Rerata andil tarif angkutan udara terhadap rerata inflasi NTT dalam kurun
waktu satu tahun terakhir tercatat sebesar 30,84%. Suatu besaran yang cukup
signifikan dalam mempengaruhi fluktuasi inflasi secara keseluruhan. Ketika tarif
angkutan udara mengalami inflasi sebesar 14,67% (mtm) pada Desember 2011,
dengan andil sebesar 29,7% kondisi tersebut berpengaruh cukup signifikan
terhadap tingginya inflasi umum bulan tersebut yakni menjadi 1,95% (mtm). Begitu
pun yang terjadi pada bulan April 2012 ketika NTT mengalami deflasi yang
dipengaruhi oleh deflasi tarif angkutan udara. Berdasarkan hitungan empiris
diperoleh angka korelasi antara inflasi NTT dengan inflasi tarif angkutan udara
sebesar 0,55796.
Grafik 1. Korelasi Inflasi NTT dan Inflasi Tarif Angkutan Udara
‐20,00%
‐15,00%
‐10,00%
‐5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
‐1,00%
‐0,50%
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2011 2012
Inflasi NTTInflasi Tarif Angkutan Udara
(mtm) (mtm)correl : 0,55796
BOKS 5
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah
Triwulan II – 2012 |
| Kajian Ekonomi Regional NTT 61
Proyeksi base inflasi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 sebelumnya
sebagaimana dijelaskan pada Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Nusa
Tenggara Timur Triwulan I 2012 diperkirakan sebesar 5,48%. Namun demikian,
seiring potensi tingginya harga tiket pesawat sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
inflasi Kota Kupang pada tahun 2012 diproyeksikan berada pada kisaran 6,57% ±
1% (yoy), sementara inflasi Kota Maumere diproyeksikan masih tinggi di kisaran
9,38% ± 1% (yoy). Berdasarkan perhitungan bobot masing-masing kota, maka
inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan gabungan kedua kota
tersebut akan berada pada kisaran 7,02% ± 1% (yoy).
Tabel 1. Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
Periode
Pertumbuhan
Ekonomi
(% yoy)
Inflasi
(% yoy)
2011 Triwulan I 4.9 8.69
Triwulan II 7.4 6.56
Triwulan III 5.7 4.37
Triwulan IV 4.5 4.68
2011 5.6 4.68
2012 Triwulan I 5.4 3.60
Triwulan II 4.8 5.02
Triwulan III * 5.9 6.34
Triwulan IV * 6.5 7.02
2012*
*) Forecast
5.7
7.02
Untuk meminimalisasi tekanan inflasi dari tarif angkutan udara, Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Timur atas dasar rekomendasi Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID) Nusa Tenggara Timur telah menyampaikan surat himbauan kepada
para operator/maskapai penerbangan agar tidak memberlakukan tarif sebesar batas
atas yang diperbolehkan pemerintah. Himbauan tersebut diharapkan mendapat
tanggapan positif dari operator penerbangan sehingga tekanan inflasi dari
angkutan udara dapat diminimalisasi. Selain ancaman tingginya tarif angkutan
udara, inflasi NTT juga masih rentan terhadap gejolak inflasi dari Pulau Jawa,
khususnya Kota Surabaya jika kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) juga diterapkan
pada Semester II 2012 ini.
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah