KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun...

56
i KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur A.Yusnang : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim PUR dan Operasional SP / Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis / Manajer Rivo Mandey : Analis / Asisten Manajer Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado 95117 T: 0431 868102 / 868103 F: 0431 866933 Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/ atau Silahkan mengirimkan email ke: [email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara” serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

i

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

MEI 2017

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur

Buwono Budisantoso : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur

A.Yusnang : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur

Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur

Lukman Hakim : Kepala Tim PUR dan Operasional SP / Asisten Direktur

Zulham Effendi : Analis / Manajer

Rivo Mandey : Analis / Asisten Manajer

Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Jl. 17 Agustus No. 56

Manado 95117

T: 0431 868102 / 868103

F: 0431 866933

Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/

atau

Silahkan mengirimkan email ke:

[email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara”

serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

ii

Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia

VISI

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

MISI

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan

aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork

Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara

VISI

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara

yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas.

MISI

1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi

kebijakan.

2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank

Indonesia.

3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik.

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap

triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam

memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini

serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi

atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai

pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku

usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang

tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat

ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun

terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan

dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Mei 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

ttd

Soekowardojo

Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

iv

Daftar Isi

VISI DAN MISI BANK INDONESIA ii KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv DAFTAR GRAFIK v

DAFTAR TABEL vi INDIKATOR EKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA vii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 5

PDRB – Jenis Penggunaan 5 Konsumsi 6

Investasi (PMTB) 8 Ekspor-Impor 10

PDRB – Kinerja Lapangan Usaha 11 Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan 11

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor 12 Konstruksi 12

Transportasi 13 Industri Pengolahan 13

Box I. Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan I 2017 Tumbuh Inklusif dan Berkualitas 15 BAB II - KEUANGAN PEMERINTAH 17

Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara 17 Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara 18

Alokasi Belanja APBN Di Sulawesi Utara 19 BAB III - PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 20

Evaluasi Realisasi Inflasi Triwulan IV 2016 20 Arah Perkembangan Inflasi Triwulan I 2017 26

Program Pengendalian Dan Tantangan Yang Dihadapi 27 BAB IV - STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 30

Gambaran Umum Perbankan 30 Akses Keuangan Dan UMKM 31

Ketahanan Korporasi 33 Ketahanan Rumah Tangga 35

BAB V - PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 38 Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran Nontunai 38

Pengelolaan Uang Tunai 39 BAB VI - KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 41

Ketenagakerjaan 41 Kesejahteraan 42

BAB VII - PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 45 Pertumbuhan Ekonomi 45

Inflasi 46 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 47

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

v

Daftar Grafik

Grafik 1.1. Tren Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan I 2017 Grafik 1.3. Kinerja Sektor Pertanian, Curah Hujan dan Nilai Tukar Petani Grafik 1.4. Kredit Konsumsi dan NPL Grafik 1.5. Tabungan dan Deposito Perseorangan Grafik 1.6. Nilai Tukar Petani Grafik 1.7. Penjualan Mobil dan Impor Barang Modal Grafik 1.8. Kredit Investasi dan Suku Bunga Kredit Investasi Grafik 1.9. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Grafik 1.10. Nilai Ekspor dan Harga CNO Grafik 1.11. Nilai Impor Grafik 1.12. Produksi Beras Grafik 1.13. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Bitung Grafik 1.14. Produksi Industri Pengolahan Kelapa Grafik 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulawesi Utara Grafik 2.2. Perkembangan Anggaran Belanja Modal Grafik 3.1. Inflasi Bulanan Grafik 3.2. Inflasi dan Andil Januari 2017 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.3. Inflasi dan Andil Februari 2017 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Maret 2017 Berdasarkan Disagregasi Grafik 3.5. Inflasi Tahunan dan Andil Disagregasi Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara Grafik 4.2. Perkembangan Indikator Utama Perbankan Grafik 4.3. Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.4. Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit Grafik 4.5. Pangsa UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara Grafik 4.6. Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Penduduk Angkatan Kerja Grafik 4.7. Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Penduduk Angkatan Kerja Grafik 4.8. Komposisi Ekspor Sulawesi Utara Grafik 4.9. Perkembangan Harga CNO dan Ekspor Minyak Nabati Sulawesi Utara Grafik 4.10. Lickert Scale Kegiatan Usaha Grafik 4.11. Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.13. Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Lapangan Usaha Dominan Grafik 4.14. Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulawesi Utara Grafik 4.15. Persepsi Rumah Tangga Sulawesi Utara terhadap Ekonomi Saat Ini Grafik 4.16. Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6 Bulan YAD Grafik 4.17. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Utara Grafik 4.18. Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan Grafik 4.19. Komposisi Kredit Konsumsi Grafik 4.20. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Menurut Jenis Penggunaan Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring SKNBI Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Rp triliun) Grafik 5.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu (Lembar) Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Februari (%)

5 5 6 7 7 8 8 9 9 10 11 12 13 14 17 18 20 20 22 24 25 30 31 31 32 32 32 33 33 34 34 34 35 35 35 36 36 36 36 37 37 38 39 40 41

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

vi

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan Tabel 1.2. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan Tabel 1.3. Pangsa Jenis Penggunaan Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Tabel 1.5. Pangsa Lapangan Usaha Tabel 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulawesi Utara Tabel 2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.3. Perkembangan Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara Tabel 2.5. Postur Alokasi Belanja APBN di Sulawesi Utara Tabel 2.6. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Utara Triwulan I 2017 Tabel 3.1. Inflasi April 2017 Tabel 6.1. Keadaan Ketenagakerjaan (Ribu Jiwa) Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Tabel 6.5. TPT Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi (%) Tabel 6.6. Indikator Keadaaan Kesejahteraan Tabel 6.7. Nilai Tukar Petani

6 6 6 11 11 17 18 18 19 18 19 26 41 42 42 42 42 43 44

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

vii

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATOR 2017I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02 4.94 5.02 5.01

B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07 3.02 3.02 3.61

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02) (0.71) (0.93) 0.35 0.35 2.51 2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91 3.67 2.28 0.35 0.35 3.93 3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) (1.52) 0.23 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 5.93 (2.51) 3.62 (3.56) 1.69 1.69 0.62 4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.79 0.11 0.47 0.09 0.46 0.46 (0.19) 5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 0.40 (0.18) 0.42 0.17 0.96 0.96 0.36 6. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.38 0.14 0.32 0.03 0.52 0.52 0.20 7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 0.30 - 0.41 0.26 0.21 0.21 0.92 8. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.35 0.05 0.03 0.05 0.14 0.14 0.06 9. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 0.29 (1.50) (0.18) 0.57 1.91 1.91 (0.29)

B PDRB Penggunaan 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 6.93 5.84 5.52 6.27 4.28 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 5.45 5.60 2.67 4.76 6.24 - Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 11.37 (1.50) (6.55) 2.32 2.72 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 9.86 6.34 1.62 6.29 4.61 - Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) (34.79) (55.37) (266.04) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) 53.37 0.14 16.83 - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 126.75 18.79 (14.15) 28.53 (32.19) - Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44) (16.26) (11.50) 12.41 (7.48) 11.85

C PDRB Sektoral 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90 2.11 4.08 5.72 3.67 5.38

Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56 0.81 0.81 3.85 4.42 9.45

Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68 (1.23) 1.82 1.45 1.11 6.53

Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10 30.18 27.07 2.43 17.52 2.22

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17 1.44 6.31 4.47 3.07 1.82

Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88 9.86 6.23 5.76 6.89 5.45

Perdagangan Besar dan Eceran 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53 7.91 7.23 4.76 6.05 5.41

Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83 8.47 9.94 10.14 9.24 7.61

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56 8.49 17.80 13.69 12.69 5.94

Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24 8.94 9.86 9.03 9.20 9.40

Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41 21.09 14.82 28.36 19.16 7.67

Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00 6.90 7.31 7.03 7.08 8.87

Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36 6.36 6.86 9.16 6.87 8.34

Adm.i Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07 8.76 1.47 2.03 4.72 3.89

Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98 7.48 1.34 7.87 6.21 5.80

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10 6.82 9.89 8.80 8.02 8.71

Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34 7.87 9.94 9.23 8.64 9.12

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

Policy Rate (%)* 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75 6.50 4.75 4.75 4.75 4.75

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998 13,436 13,320 13,348

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

1. Ekspor (ribu USD) 217,525 237,181 185,865 169,770 810,342 206,702 248,194 181,715 212,142 848,753 228,415

2. Impor (ribu USD) 17,027 10,714 8,916 26,115 62,772 36,186 49,050 11,057 27,976 124,269 37,411

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46 46 47 48 48 48

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28 28 29 29 29 29

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta (non Syariah) 18 18 18 18 18 18 18 19 20 20 20

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340 340 342 348 348 349

1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285 285 287 293 293 294

1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272 273 274 280 280 281

1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13 12 13 13 13 13

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55

2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55

2.2. Syariah - - - - - - - - - - -

C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,196 37,195 39,637 40,521 40,593 40,095 40,095 41,820

1. Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39,085 38,561 38,561 40,253

2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 1,058 1,100 1,100 1,100 1,131

3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 430 408 434 434 437

Keterangan :

* Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate sejak 19 Agustus 2016

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

viii

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATOR 2017

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

D. Indikator Kinerja Bank Umum

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21,229 21,215 21,215 21,508

1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4,017 3,147 3,147 4,083

1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7,011 6,879 6,879 7,283

1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10,201 11,189 11,189 10,142

2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30,824 31,440 31,440 32,020

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111 8,090 8,090 8,192

- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342 4,383 4,383 4,590

- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18,371 18,967 18,967 19,238

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539 569 561 609 609 611

Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280 1,247 1,247 1,515

Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714 717 701 720 720 726

Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17 19 22 45 45 47

Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5 7 8 7 7 7

Konstruksi 724 839 900 807 807 751 975 1,086 954 954 978

Perdagangan Besar & Eceran 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937 6,948 6,948 6,952

Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346 342 345 444 444 456

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448 544 560 579 579 572

Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4 4 1 1 1 9

Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53 42 38 34 34 25

Real Estate 340 342 345 355 355 356 340 330 319 319 298

Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276 275 206 171 171 168

Adm.i Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3

Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39 36 33 36 36 37

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37 36 35 35 35 34

Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330 311 306 317 317 341

Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18,373 18,970 18,970 19,242

2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8,079 8,262 8,262 8,151

2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 140.50 145.20 148.20 148.20 148.88

2.5. Non Performing Loan (NPL)

- Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 1,142 1,186 1,070 1,070 1,222

- Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 3.72 3.85 3.40 3.40 3.82

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2,303 1,077 1,814 1,099 6,293 2,500 1,025 2,451 1,289 7,265 2,403

- Outflow 670 1,391 2,375 2,772 7,208 707 2,464 1,791 2,789 7,752 7,651

2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 90,235 91,718 92,357 99,513 373,823 102,698 100,895 82,472 84,940 371,005 73,286

- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,345 2,447 2,817 10,277 2,973 2,609 2,242 2,321 10,145 2,042

- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,477 1,558 1,490 1,659 1,546 1,679 1,576 1,375 1,348 1,495 1,145

- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 44 40 39 47 43 49 41 37 37 41 32

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 2.10 2.37 2.65 2.86 2.49 3.15 2.47 2.74 2.81 2.79 2.80

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 1.87 2.59 2.91 3.48 2.71 3.08 2.87 2.52 4.25 3.18 3.30

Keterangan :

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

1

Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian Provinsi Sulawesi Utara tumbuh tinggi, meski sedikit melambat... Anggaran pendapatan dan belanja APBD Sulawesi Utara tahun 2016 meningkat dibanding tahun sebelumnya...

Perkembangan Ekonomi Makro Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan I 2017 cukup tinggi yakni sebesar 6,43% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,49%). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara sepanjang 5 tahun terakhir, juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, namun masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi. Berdasarkan sisi penggunaannya, konsumsi secara keseluruhan masih kuat terutama didukung konsumsi pemerintah dan konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT). Sementara itu, investasi jauh meningkat. Kinerja ekspor luar negeri tidak sekuat triwulan sebelumnya meskipun ekspor LN masih menjadi penopang utama pertumbuhan pada triwulan I 2017. Berdasarkan sisi sektoralnya, sektor pertanian dan konstruksi tumbuh tinggi meskipun sedikit melambat, sementara sektor perdagangan dan industri pengolahan tumbuh meningkat. Di sisi lain, sektor transportasi tumbuh melambat cukup dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Memasuki triwulan II 2017, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan sedikit meningkat dalam kisaran 6,3–6,7% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2017 didorong oleh meningkatnya daya beli dan konsumsi masyarakat seiring dengan membaiknya sumber penghasilan dari sektor pertanian dan penerimaan Tunjangan Hari Raya (THR) dalam rangka perayaan hari raya Idul Fitri. Sementara itu, konsumsi pemerintah dan investasi swasta juga diperkirakan meningkat pada triwulan II 2017. Kinerja perdagangan luar negeri atau ekspor Sulawesi Utara akan didorong oleh perbaikan konsumsi negara mitra dagang dan membaiknya pasokan bahan baku industri.

Keuangan Pemerintah Anggaran pendapatan APBD Sulawesi Utara tahun 2017 meningkat dibanding tahun sebelumnya yang didorong oleh naiknya pendapatan asli daerah (PAD) dan pendapatan transfer dari pemerintah pusat. Meskipun anggaran pendapatan khususnya PAD meningkat, namun rasio kemandirian pendapatan Sulawesi Utara tahun 2017 rendah, bahkan mengalami penurunan dibandingkan sejak tahun 2015. Pada triwulan I 2017, realisasi anggaran pendapatan Sulawesi Utara cukup baik yakni sebesar 27%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan I 2015 dan triwulan I 2016. Dari sisi belanja, anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun 2017 juga meningkat dibanding tahun sebelumnya yang terutama didorong oleh peningkatan anggaran belanja non-modal. Sementara itu, belanja modal mengalami penurunan. Selain mengalami penurunan, porsi belanja modal juga lebih kecil dibanding belanja non modal. Dalam hal penyerapannya, pada triwulan I 2017, anggaran belanja terealisasi sebesar 12,95%. Di sisi lain, alokasi APBN di Sulawesi Utara juga mengalami peningkatan anggaran belanja sebesar 1,81%. Namun demikian, peningkatan hanya terjadi pada pos belanja pegawai, sedangkan belanja barang, belanja modal dan belanja bantuan sosial mengalami penurunan. Pada triwulan I 2017, penyerapan anggaran belanja APBN di Sulawesi Utara tercatat sebesar 11,84% terutama didorong oleh realisasi belanja pegawai.

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

2

Inflasi tahunan Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya... Kondisi stabilitas keuangan daerah di Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 relatif masih terjaga...

Perkembangan Inflasi Daerah Secara bulanan di triwulan I 2017, angka Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Januari dan Februari mencatat inflasi yang cukup tinggi yakni berturut-turut sebesar 1,10% (mtm) dan 1,16% (mtm), kemudian menurun pada bulan Maret menjadi 0,23% (mtm). Pada triwulan I 2017, inflasi Sulawesi Utara tercatat sebesar 3,93% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (0,35%). Meski meningkat, inflasi Sulawesi Utara triwulan I 2017 berada di bawah target inflasi tahun 2017 yakni 4%±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan pada triwulan I 2017 disumbang oleh inflasi kelompok core sebesar 1,37%, kelompok VF sebesar 1,34%, dan kelompok AP sebesar 1,22%. Memasuki awal triwulan II 2017, IHK bulan April 2017 tercatat deflasi sebesar 0,02% (mtm), namun secara tahunan tercatat sebesar 4,83% (yoy) yang meningkat dibandingkan bulan Maret 2017. Meski inflasi tahunan meningkat, namun masih berada dalam rentang target inflasi tahun 2017 yakni 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, IHK bulanan April 2017 yang tercatat deflasi terutama disumbang oleh deflasi kelompok VF dan core. Sementara itu, kelompok AP mencatat inflasi pada bulan April 2017. Melihat realisasi inflasi April dan perkiraan inflasi pada Mei dan Juni, Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada triwulan II 2017 sebesar 4,50% (yoy). Perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi pada triwulan sebelumnya (3,93% yoy). Naiknya inflasi tersebut secara bulanan terutama didorong oleh inflasi pada bulan Juni. Berbagai upaya dilakukan oleh TPID Sulawesi Utara untuk mencapai sasaran inflasi. Di awal tahun 2017, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Utara telah melaksanakan High Level Meeting (HLM) perdana pada 25 Januari 2017 dengan agenda utama menyelaraskan upaya pengendalian inflasi tahun 2017. Selanjutnya, pada Februari 2017, upaya pengendalian inflasi semakin ditingkatkan baik di level Provinsi maupun Kab/Kota. Pada bulan Maret 2017, koordinasi pengendalian inflasi terus diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, dan rencana antisipasi terhadap risiko kenaikan harga volatile food menjelang Lebaran dan Natal serta Tahun Baru.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi stabilitas keuangan daerah di Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 relatif masih terjaga. Ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih relatif baik seiring dengan berkurangnya tekanan dan potensi risiko pada kedua sektor tersebut. Ketahanan sektor korporasi ditopang oleh permintaan negara mitra dagang yang relatif stabil, peningkatan harga CNO dan perbaikan kondisi bahan baku meski pada level yang masih relatif terbatas untuk industri pengolahan. Disisi lain, kondisi sektor rumah tangga yang salah satunya tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKE) masih berada pada level yang optimis (di atas 100) meski menurun dari periode sebelumnya. Penurunan IKE sejalan dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi RT pada triwulan I 2017 yang mengikuti pola historisnya. Di sisi perkembangan indikator utama perbankan menunjukkan perbaikan. Tekanan terhadap pertumbuhan DPK mereda meski masih mencatatkan pertumbuhan negatif disertai dengan akselerasi pertumbuhan kredit. DPK pada triwulan I 2017 tercatat tumbuh -0,14% (yoy) membaik dari -1,88% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dari sisi pembiayaan, kredit tumbuh 8,06% (yoy) meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,32% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit ditengah pertumbuhan negatif DPK menyebabkan Rasio LDR menunjukkan peningkatan menjadi

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

3

Pada triwulan I 2017, nilai nominal transaksi pembayaran baik non tunai maupun tunai menunjukkan penurunan... Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat

148,8% dari 148,2% pada triwulan sebelumnya, namun demikian rasio NPL menunjukkan peningkatan menjadi 3,82% yang menunjukkan menurunnya kualitas kredit yang disalurkan. Meski kredit secara agregat meningkat, penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM masih relatif terbatas dimana pangsa kredit UMKM yang disalurkan hanya sebesar 25,4% dibandingkan pangsa unit usaha UMKM terhadap total unit usaha di Sulawesi Utara yang mencapai 98,67%. Laju pertumbuhan kredit UMKM tercatat mengalami perlambatan, dari yang semula tumbuh sebesar 9,03% (yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 7,08% pada triwulan I 2017. NPL Kredit UMKM yang telah melewati threshold (>5%) sebesar 5,87% diindikasi menjadi salah satu faktor yang membuat preferensi bank menyalurkan kreditnya ke sektor lain yang dinilai lebih aman. Disisi lain, indikator akses keuangan Sulawesi Utara secara keseluruhan terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami peningkatan, namun demikian dari sisi penyaluran pembiayaan menunjukkan penurunan. Untuk mendorong peningkatan akses masyarakat Sulawesi Utara terhadap layanan jasa keuangan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, Bank Indonesia telah melakukan berbagai bentuk langkah dan upaya diantaranya mendorong ekspansi agen LKD, sosialisasi dan edukasi akses keuangan, penciptaan aplikasi SIAPIK dan diseminasi penelitian KPJU.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah di Sulawesi Utara dan Gorontalo Pada triwulan I 2017, nilai nominal transaksi pembayaran baik non tunai menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, adapun transaksi tunai mencatatkan net inflow sesuai dengan tren historisnya. Transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan penurunan sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2017. Secara pertumbuhan, perlambatan transaksi SKNBI masih berlanjut yang merupakan dampak dari switching referensi masyarakat untuk menggunakan RTGS dalam bertransaksi akibat perubahan batas bawah nilai transaksi RTGS. Sementara itu, kebutuhan uang kartal di Sulawesi Utara juga mengalami penurunan sejalan dengan meredanya permintaan masyarakat akan uang kartal disebabkan aktivitas perekonomian yang juga mulai mereda memasuki awal tahun. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun nontunai, Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan dan menyempurnakan kebijakan dan kegiatan penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai serta pengelolaan uang tunai Rupiah Bank Indonesia telah menyusun Roadmap Elektronifikasi untuk tahun 2017-2019 yang akan menjadi panduan dalam implementasi elektronifikasi transaksi keuangan di wilayah Sulawesi Utara, melakukan pemantauan kepatuhan KPWD melalui analisis laporan berkala setiap bulan secara off-site serta pemeriksaan on-site, dan perumusan strategi penertiban KUPVA BB tidak berizin. Disamping itu, untuk mewujudkan ketersediaan Uang Rupiah dalam jumlah yang cukup, pecahan yang sesuai, dan kondisi yang layak edar, pada tahun Bank Indonesia berencana untuk membuka 3 (tiga) titik layanan kas titipan baru di Kab .Kep. Talaud, Kab. Kep. Sitaro, dan Kota Bitung.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami perbaikan pada periode Februari 2017. Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tersebut tercermin dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada periode Februari 2017 yang sebesar 6,12%, menurun dari tahun sebelumnya yang berada di level 6,18%. Jumlah tenaga kerja meningkat baik secara pertumbuhan maupun jumlah jiwanya dibandingkan jumlah peningkatan

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

4

Sulawesi Utara meningkat... Baik perekonomian maupun inflasi Sulawesi Utara, diperkirakan meningkat pada triwulan III 2017...

angkatan kerja. Kondisi tersebut menyebabkan TPT mengalami penurunan yang cukup dalam. Berdasarkan lapangan usahanya, penurunan tingkat pengangguran ditopang oleh penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha pertanian dan industri. Sejalan dengan keadaan ketenagakerjaan, kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara meningkat yang tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara menurun dari 8,98% menjadi 8,20% pada data terakhir bulan September tahun 2016. Selain dampak dari pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang rendah, meningkatnya kesejahteraan masyarakat juga didukung oleh program pengentasan kemiskinan pemerintah daerah “ODSK”1 menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.

Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2017 diperkirakan tumbuh sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan msaih berada pada kisaran 6,3-6,7% (yoy), namun dengan kecenderungan mendekati batas atas sehingga diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II 2017. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh peningkatan seluruh komponen utama sisi penggunaan yakni konsumsi, investasi dan ekspor. Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara bersumber dari 4 sektor utama yakni pertanian, perdagangan, konstruksi dan industri pengolahan, sedangkan sektor transportasi cenderung melambat. Sementara itu, sepanjang keseluruhan tahun 2017, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh sebesar 6,1-6,5% (yoy) dengan kecenderungan mendekati batas atas. Perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2016. Di sisi lain, tekanan inflasi Sulawesi Utara diperkirakan sedikit meningkat pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan II 2017, namun demikian masih berada dalam rentang target inflasi tahun 2017 4±1%. Inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 4,7%-5,1% (yoy) pada triwulan III 2017. Secara bulanan, inflasi terjadi di bulan Juli dan Agustus, sedangkan pada bulan September diperkirakan mengalami deflasi. Namun demikian terdapat beberapa risiko yang berpotensi menyebabkan inflasi lebih tinggi dari perkiraan.

1 Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan (Program Gubernur Olly Dondokambey dan Wagub Steven Kandouw)

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

5

Bab I.

Perkembangan Ekonomi Makro

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

triwulan I 2017 cukup tinggi yakni sebesar

6,43% (yoy), meskipun sedikit melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(6,49%). Angka pertumbuhan ini berada di atas

rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun

terakhir yakni sebesar 6,37% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara juga

tercatat lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat

5,01% (yoy) pada triwulan I 2017. Namun

demikian, apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi seluruh provinsi di

Pulau Sulawesi, pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara berada di bawah pertumbuhan

ekonomi Pulau Sulawesi triwulan I 2017 (6,87%

yoy). Hanya Provinsi Sulawesi Tengah saja yang

pertumbuhan ekonominya (3,91% yoy) berada

di bawah pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara pada triwulan I 2017.

Memasuki triwulan II 2017, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan sedikit

meningkat dalam kisaran 6,3 – 6,7% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada

triwulan II 2017 didorong oleh meningkatnya

daya beli dan konsumsi masyarakat seiring

dengan membaiknya sumber penghasilan dari

sektor pertanian dan penerimaan Tunjangan

Hari Raya (THR) dalam rangka perayaan hari

raya Idul Fitri. Sementara itu, konsumsi

pemerintah dan investasi swasta juga

diperkirakan meningkat pada triwulan II 2017.

Kinerja perdagangan luar negeri atau ekspor

Sulawesi Utara akan didorong oleh perbaikan

konsumsi negara mitra dagang dan

membaiknya pasokan bahan baku industri.

Grafik 1.1. Tren Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan I 2017

1.1. PDRB - JENIS PENGGUNAAN

Berdasarkan sisi penggunaan, konsumsi

secara keseluruhan masih kuat terutama

didukung konsumsi pemerintah dan konsumsi

lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT).

Sementara itu, investasi jauh meningkat.

Kinerja ekspor luar negeri tidak sekuat

triwulan sebelumnya meskipun ekspor LN

masih menjadi penopang utama

pertumbuhan pada triwulan I 2017. Setelah

ekspor LN, kontribusi pertumbuhan berikutnya

disumbang oleh konsumsi rumah Tangga (RT).

Melihat pangsanya, struktur ekonomi Sulawesi

Utara didominasi oleh konsumsi RT dan

investasi.

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoy

Sumber: BPS

8.39

7.52 7.38 7.27 6.87

6.43

5.01

3.91

SulawesiTenggara

SulawesiSelatan

SulawesiBarat

Gorontalo PulauSulawesi

SulawesiUtara

Nasional SulawesiTengah

% yoy

Sumber: BPS

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

6

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.2. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.3. Pangsa Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Memasuki triwulan II 2017, lima komponen

utama pengeluaran diperkirakan tumbuh

meningkat dibanding triwulan I 2017. Kinerja

ekspor LN diperkirakan masih akan mencatat

pertumbuhan tertinggi dan memberikan

kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan

ekonomi triwulan II 2017.

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi Sulawesi Utara pada triwulan I 2017

tumbuh meningkat yakni sebesar 3,94% (yoy)

dibanding triwulan sebelumnya (2,01%),

terutama didukung oleh konsumsi

pemerintah dan lembaga nonprofit rumah

tangga (LNPRT). Namun, pertumbuhan

tersebut masih jauh di bawah rata-rata

pertumbuhan konsumsi selama 5 tahun

terakhir yang tercatat sebesar 6,22% (yoy).

Berdasarkan penggunanya, konsumsi rumah

tangga pada triwulan I 2017 mencatat

pertumbuhan yang melambat dibanding

triwulan sebelumnya. Perlambatan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga terjadi

sejak triwulan III 2016 hingga triwulan I 2017.

Adapun, pertumbuhan dan kontribusi

konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017

merupakan yang terendah sepanjang rata-rata

5 tahun terakhir (6,05% yoy).

Perlambatan konsumsi rumah tangga salah

satunya disebabkan oleh menurunnya kinerja

sektor pertanian pada triwulan I 2017

dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan

kinerja sektor pertanian tidak terlepas dari

pengaruh tingginya curah hujan pada triwulan

I 2017. Masa panen beras pada triwulan I 2017

tidak mampu memberikan dampak yang kuat

bagi peningkatan daya beli dan konsumsi

petani. Selain itu, harga jual beberapa

komoditas pertanian seperti cengkih dan pala

juga mengalami penurunan. Kondisi tersebut

menyebabkan daya beli masyarakat cenderung

melambat atau tidak sekuat triwulan

sebelumnya.

Grafik 1.3. Kinerja Sektor Pertanian dan Tingkat Curah Hujan

Selain menurunnya sumber pendapatan

sendiri, penurunan konsumsi juga

terkonfirmasi dari sumber lainnya yaitu

perkembangan kredit konsumsi yang

mengalami perlambatan. Kredit konsumsi

tumbuh sebesar 6,79% (yoy) pada triwulan I

2017, melambat dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya yakni 7,38%. Perlambatan atau

penurunan pertumbuhan kredit terjadi pada

kredit kendaraan bermotor (KKB), kredit

2015 2017

Total III IV Total I

Konsumsi Rumah Tangga 6.37 5.96 5.52 6.27 4.28

Konsumsi LNPRT 0.25 5.60 2.67 4.76 6.24

Konsumsi Pemerintah 9.94 (1.50) (6.55) 2.32 2.72

Investasi (PMTB) 9.52 5.86 1.62 6.29 4.61

Perubahan Inventori (63.28) (34.43) (34.79) (55.37) (266.04)

Ekspor (11.70) (2.80) 53.37 0.14 16.83

Impor (0.88) 18.79 (14.15) 28.53 (32.19)

Net Ekspor Antarprovinsi (0.74) (12.10) 12.41 (7.48) 11.85

Total 6.12 6.01 6.49 6.17 6.43

Jenis Penggunaan (% yoy)2016

2015 2017

Total III IV Total I

Konsumsi Rumah Tangga 3.05 2.83 2.57 3.00 2.15

Konsumsi LNPRT 0.01 0.11 0.05 0.10 0.13

Konsumsi Pemerintah 1.79 (0.27) (1.26) 0.40 0.49

Investasi (PMTB) 3.52 2.17 0.64 2.33 1.69

Perubahan Inventori (0.02) (0.01) (0.01) (0.01) 0.02

Ekspor (1.82) (0.44) 5.67 0.02 2.34

Impor (0.03) 0.49 (0.55) 1.16 (1.52)

Net Ekspor Antarprovinsi 0.13 2.12 (1.72) 1.11 (1.92)

Total 6.12 6.01 6.49 6.17 6.43

Jenis Penggunaan (%)2016

2015 2017

Total III IV Total I

Konsumsi Rumah Tangga 45.80 44.94 43.97 45.33 46.49

Konsumsi LNPRT 1.96 1.99 1.98 2.00 2.11

Konsumsi Pemerintah 17.79 16.66 16.83 17.32 17.17

Investasi (PMTB) 34.03 34.00 34.41 34.16 32.79

Perubahan Inventori 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01

Ekspor 14.56 14.26 15.32 14.40 16.38

Impor 3.07 2.74 3.10 3.68 3.08

Net Ekspor Antarprovinsi (11.09) (9.13) (9.43) (9.54) (11.88)

Jenis Penggunaan (%)2016

0

100

200

300

400

500

600

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Indeks% yoy

Sumber: BPS & BMKG

Kinerja Pertanian Curah Hujan (rhs)

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

7

perlengkapan dan kredit multiguna.

Sementara itu, hanya kredit pemilikan rumah

(KPR) yang tumbuh meningkat sebagai dampak

relaksasi aturan Loan To Value (LTV) pada

Agustus 2016. Perlambatan kredit konsumsi

juga tidak terlepas dari pengaruh

perkembangan kualitas kredit yang cenderung

menurun. Rasio non performing loan (NPL)

pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 2,56%,

naik dari 2,33% pada triwulan sebelumnya.

Berdasarkan diskusi dengan kantor pusat

beberapa perbankan umum, penyaluran kredit

baru masih relatif sulit sehingga strategi

perbankan dalam penyaluran kredit lebih

menyasar nasabah existing, daripada mencari

nasabah baru.

Grafik 1.4. Kredit Konsumsi dan NPL

Sementara itu, perlambatan tabungan

perseorangan dan penurunan deposito

perseorangan semakin menyimpulkan

perlambatan konsumsi rumah tangga

disebabkan oleh daya beli masyarakat yang

melambat. Tabungan perseorangan triwulan I

2017 tumbuh 5,36% (yoy), melambat dari

triwulan sebelumnya (6,62%). Sementara itu,

deposito perseorangan terkontraksi sebesar

1,27% (yoy). Hal tersebut mengkonfirmasi

terbatasnya pendapatan masyarakat pada

triwulan I 2017 seiring dengan turunnya kinerja

sektor pertanian. Adapun jumlah tabungan

perseorangan pada triwulan I 2017 yaitu

sebesar Rp9,21 triliun, dan jumlah deposito

perseorangan sebesar Rp5,37 triliun.

Grafik 1.5. Tabungan dan Deposito Perseorangan

Selain pendapatan yang terbatas, beberapa

kebijakan dan perkembangan inflasi pun

menjadi faktor penahan daya beli

masyarakat. Faktor-faktor tersebut antara lain

penyesuaian subsidi tarif tenaga listrik 900 VA

bagi pelanggan mampu, kenaikan cukai rokok,

kenaikan biaya perpanjangan Surat Tanda

Nomor Kendaraan (STNK), dan sedikit kenaikan

harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada bulan

Januari 2017. Faktor-faktor tersebut

mendorong inflasi yang cukup tinggi pada

triwulan I 2017 (3,93% yoy) dibanding dengan

triwulan sebelumnya (0,35%), sehingga

memengaruhi daya beli masyarakat.

Fenomena melambatnya konsumsi rumah

tangga terkonfirmasi juga dari perkembangan

Nilai Tukar Petani (NTP) yang menunjukkan

tingkat kesejahteraan petani. Rata-rata NTP

pada triwulan I 2017 sebesar 92,33, lebih

rendah dari NTP pada triwulan sebelumnya

(94,31). Secara tahunan, NTP pada triwulan I

2017 terkontraksi cukup dalam yakni sebesar

5,14% (yoy), lebih tinggi dari kontraksi pada

triwulan sebelumnya (2,51%). Penurunan NTP

disebabkan baik oleh penurunan indeks harga

yang diterima petani maupun naiknya indeks

harga yang dibayar petani. Rata-rata indeks

harga yang diterima petani pada triwulan I

2017 sebesar 116,39, turun dari 117,04 pada

triwulan sebelumnya. Sementara itu, indeks

harga yang dibayar petani meningkat dari

menjadi 126,06 pada triwulan I 2017 dari

124,11 pada triwulan sebelumnya. Secara

tahunan, rata-rata indeks harga yang diterima

petani triwulan I 2017 turun sebesar 2,91%

(yoy), sedangkan rata-rata indeks harga yang

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%% yoy

Sumber: Bank Indonesia

Kredit Konsumsi NPL Kredit Konsumsi (rhs)

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoy

Sumber: Bank Indonesia

Tabungan Deposito

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

8

dibayar petani meningkat sebesar 2,35%.

Sebagai informasi, sejak Agustus 2013 NTP

Sulawesi Utara secara konsisten berada di

bawah level sejahtera yaitu 100.

Grafik 1.6. NTP

Adapun hasil liaison dan beberapa indikator

lainnya juga mencerminkan perlambatan

pertumbuhan konsumsi RT. Berdasarkan hasil

liaison kepada beberapa perusahaan yang

mewakili sektor-sektor utama Sulawesi Utara,

likert scale permintaan agregat mengalami

perlambatan pertumbuhan. Selain itu,

penjualan mobil salah satu pelaku usaha di

Sulawesi Utara mengalami penurunan, setelah

tumbuh meningkat pada triwulan sebelumnya.

Dari data Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB)

Manado, jumlah kendaraan bermotor di

Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 tercatat

sebanyak 804.407 atau tumbuh sebesar 5,37%

(yoy), melambat dari 5,93% pada triwulan

sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan

konsumsi RT tercermin juga dari impor barang

konsumsi yang kembali terkontraksi yakni

sebesar 99,81% (yoy), lebih dalam dari

kontraksi pada triwulan sebelumnya yakni

99,47%.

Grafik 1.7. Penjualan Mobil dan Impor Barang Modal

Di sisi lain, total konsumsi didukung oleh

peningkatan pertumbuhan konsumsi

pemerintah dan konsumsi LNPRT.

Peningkatan pertumbuhan konsumsi

pemerintah pada triwulan I 2017 dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya lebih disebabkan

oleh kontraksi pada triwulan sebelumnya,

sehingga pertumbuhan pada triwulan I 2017

tercatat lebih tinggi. Namun demikian,

pertumbuhan konsumsi pemerintah pada

triwulan I 2017 tersebut masih lebih rendah

dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.

Sementara itu, konsumsi LNPRT tumbuh

meningkat didorong oleh penyelenggaraan

Pilkada serentak dimana ada 2 daerah di Sulut

yang melaksanakan yaitu Kabupaten Bolaang

Mongondow dan Kabupaten Kepulauan

Sangihe.

Memasuki triwulan II 2017, pengeluaran

konsumsi diperkirakan mengalami

peningkatan pertumbuhan yang didorong

oleh konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Konsumsi rumah tangga

diperkirakan tumbuh meningkat terutama

didorong oleh perayaan hari raya Idul Fitri,

kemudian kinerja sektor pertanian seiring

dengan membaiknya kondisi cuaca dan

penyelenggaran beberapa kegiatan MICE

seperti Paskah Nasional, Manado Easter Show,

Pawai Obor/Taptu Isra’ Mi’Raj, Manado

Cantante International Choir Festival dan

Manado Investment Forum Sellers and Buyers,

Festival Ramadhan dan Festival Takbiran. Laju

konsumsi masih akan terpengaruh oleh

lanjutan penyesuaian subsidi tarif listrik 900

VA, meskipun tidak sekuat triwulan I 2017.

Sementara itu, konsumsi pemerintah

diperkirakan meningkat sesuai dengan pola

pengeluaran pemerintah yang semakin

meningkat memasuki triwulan II seiring

dengan pembangunan proyek-proyek

infrastruktur dan penyaluran Tunjangan Hari

Raya (THR).

1.1.2. Investasi (PMTB)

Investasi atau pembentukan modal tetap

domestik bruto (PMTB) tumbuh meningkat

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

88

90

92

94

96

98

100

102

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

%Indeks

Sumber: BPS

NTP Growth (rhs)

-200

300

800

1,300

1,800

2,300

2,800

3,300

3,800

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoy% yoy

Sumber: Pelaku Usaha & Dirjen Bea Cukai

Penjualan Mobil Impor Barang Modal (rhs)

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

9

cukup tinggi pada triwulan I 2017

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Investasi tumbuh sebesar 4,61% (yoy), lebih

tinggi dari 1,62% pada triwulan sebelumnya.

Namun, meningkatnya investasi pada triwulan

I 2017 lebih disebabkan oleh pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya yang relatif rendah,

sehingga angka pertumbuhan pada triwulan I

2017 tercatat lebih tinggi. Peningkatan

pertumbuhan investasi tidak terlepas dari

peran Pemerintah Pusat dan Daerah dalam

mendorong upaya perbaikan iklim investasi

melalui regulasi dan perizinan. Selain itu, suku

bunga kredit investasi yang menurun menjadi

11,5% pada triwulan I 2017 dari 11,7% pada

triwulan sebelumnya juga menjadi salah satu

faktor pendorong investasi. Hal tersebut

tercermin dari kredit investasi yang tumbuh

signifikan sebesar 24,20% (yoy), meningkat

dari 7,80% pada triwulan sebelumnya. Adapun

kredit investasi di Sulawesi Utara pada triwulan

I 2017 tercatat sebesar Rp5,45 triliun.

Grafik 1.8. Kredit Investasi dan Suku Bunga Kredit Investasi

Berdasarkan sektornya, investasi ditopang

baik oleh sektor swasta, pemerintah maupun

rumah tangga. Investasi swasta tumbuh tinggi

pada triwulan I 2017 seiring dengan

berlanjutnya pembangunan beberapa pusat

perbelanjaan di Manado, pembangunan hotel

dan rumah sakit serta perkantoran di

Kabupaten Minahasa Utara serta

pembangunan swasta lainnya. Di sisi

pemerintah, meningkatnya investasi didukung

oleh peningkatan konsumsi pemerintah

khususnya realisasi belanja modal yang

meningkat seiring dengan berlanjutnya

pembangunan proyek infrastruktur.

Sementara itu, sektor rumah tangga juga

melakukan investasi yakni pembangunan

rumah yang tercermin pada peningkatan

pertumbuhan KPR. KPR di Sulawesi Utara pada

triwulan I 2017 tumbuh sebesar 9,08% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 7,20%. Peningkatan KPR

dipengaruhi oleh relaksasi aturan LTV sejak

Agustus 2016. Adapun total KPR pada triwulan

I 2017 di Sulawesi Utara sebesar Rp4,34 triliun.

Grafik 1.9. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Memasuki triwulan II 2017, investasi

diperkirakan kembali tumbuh meningkat.

Peningkatan tersebut ditopang oleh upaya

perbaikan iklim investasi yang terus dilakukan

oleh Pemerintah melalui Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP), layanan investasi 3 jam, dan

Kemudahan Layanan Investasi Langsung

Konstruksi (KLIK) serta berbagai kebijakan atau

paket ekonomi Pemerintah dalam

memperbaikan iklim investasi. Berdasarkan

sektornya, peningkatan investasi diperkirakan

didorong oleh ketiga sektor yakni swasta,

pemerintah dan rumah tangga. Dari sektor

swasta, berlanjutnya pembangunan gedung-

gedung pusat perbelanjaan, hotel,

perkantoran dan gedung lainnya. Dari sektor

pemerintah, berlanjutnya pembangunan

proyek infrastruktur pada tahun 2017 seiring

dengan semakin baiknya realisasi belanja

Pemerintah Daerah. Sementara itu di sisi

rumah tangga, pelonggaran LTV pada Agustus

2016 semakin memberikan dampak positif

pada triwulan II 2017 sehingga mendorong

permintaan KPR yang pada akhirnya

mendorong investasi dalam konstruksi

perumahan.

10.5

11.0

11.5

12.0

12.5

13.0

13.5

14.0

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

%% yoy

Sumber: Bank Indonesia

Kredit Investasi Suku Bunga Kredit Investasi (rhs)

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

% yoy

Sumber: Bank Indonesia

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

10

1.1.3. Ekspor-Impor Luar Negeri

Kinerja ekspor Sulawesi Utara kembali

mencatat pertumbuhan positif dan menjadi

penopang utama pertumbuhan ekonomi di

triwulan I 2017. Ekspor tumbuh sebesar

16,83% (yoy), melambat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 53,37%.

Namun, pertumbuhan tersebut cukup baik

mengingat sepanjang triwulan I 2015 hingga

triwulan III 2016, ekspor Sulawesi Utara selalu

mencatat kontraksi.

Berdasarkan data Dirjen Bea Cukai, nilai

ekspor Sulawesi Utara triwulan I 2017

tumbuh sebesar 13,03% (yoy), melambat

dibanding triwulan sebelumnya (44,08%).

Adapun nilai ekspor Sulawesi Utara pada

triwulan I 2017 tercatat sebesar USD228,41

juta. Berdasarkan komoditasnya, ekspor

Sulawesi Utara triwulan I 2017 didominasi oleh

minyak nabati dengan pangsa 79% yang

bernilai USD181,24 juta dan ikan serta ikan

olahan sebesar 11% yang bernilai USD26,06

juta. Pertumbuhan ekspor minyak nabati dan

ikan juga mengalami perlambatan

pertumbuhan pada triwulan I 2017 yang

menyebabkan total eskpor melambat.

Berdasarkan negara tujuannya, Amerika

Serikat masih merupakan tujuan utama ekspor

Sulawesi Utara dengan pangsa 34% yang

bernilai USD76,65 juta. Sejalan dengan

perlambatan total ekspor, ekspor ke Amerika

tumbuh melambat dari 16,35% (yoy) menjadi

14,89% pada triwulan I 2017.

Sementara itu, harga komoditas dunia

khususnya harga coconut oil (CNO) yang

merupakan ekspor utama Sulawesi Utara,

cenderung melambat pada triwulan I 2017.

Rata-rata harga CNO tercatat sebesar

USD1.701/MT pada triwulan I 2017, tumbuh

sebesar 33,63% (yoy), namun melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 38,34%. Perlambatan

pertumbuhan harga tersebut menjadi salah

satu faktor penahan laju ekspor Sulawesi

Utara.

Grafik 1.10. Nilai Ekspor dan Harga CNO

Di sisi lain, impor Sulawesi Utara kembali

tercatat kontraksi yang lebih dalam

dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor

terkontraksi sebesar 32,19% (yoy), lebih dalam

dari kontraksi 14,15% pada triwulan

sebelumnya. Penurunan tersebut

terkonfirmasi dari nilai impor Sulawesi Utara

pada triwulan I 2017 turun sebesar 93,70%

(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang

juga turun sebesar 64,51%. Nilai impor

Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 tercatat

sebesar USD37,41 juta.

Berdasarkan kategorinya, nilai impor barang

modal, bahan baku penolong dan barang

konsumsi mengalami penurunan. Nilai impor

barang modal turun sebesar 88% (yoy), lebih

dalam dari triwulan sebelumnya (-46%). Hal

tersebut sejalan dengan perlambatan

pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan

I 2017. Sementara itu, nilai impor bahan baku

pendukung juga menurun yakni sebesar 93%

(yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya

yang menurun 12%. Penurunan impor bahan

baku pendukung sejalan dengan

perkembangan ekspor yang mengalami

perlambatan. Di sisi lain, perlambatan

konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari

impor barang konsumsi yang mengalami

kontraksi sebesar 100% (yoy), yang lebih dalam

dari triwulan sebelumnya (-99,47%). Adapun

nilai impor ketiga jenis barang tersebut pada

triwulan I 2017 masing-masing sebesar

USD25,59 juta, USD11,60 juta dan USD188

ribu. Dengan kata lain, impor Sulawesi Utara

didominasi oleh barang modal dengan pangsa

sebesar 68,40%, kemudian bahan baku

-40

-20

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

% yoy

Sumber: Dirjen Bea Cukai & World Bank

Growth Nilai Ekspor Growth Harga CNO

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

11

pendukung sebesar 31,02%, dan barang

konsumsi sebesar 0,50%.

Grafik 1.11. Nilai Impor

Berdasarkan perkembangan terkini, kinerja

ekspor Sulawesi Utara pada triwulan II 2017

diperkirakan tumbuh meningkat, sementara

kinerja impor membaik meskipun masih

tercatat kontraksi. Ekspor diperkirakan

didorong oleh meningkatnya permintaan dari

mitra dagang seiring dengan perbaikan kondisi

ekonomi dunia. Disamping itu, pasokan bahan

baku bagi industri pengolahan juga

diperkirakan membaik serta harga komoditas

yang juga membaik akan mendorong

peningkatan ekspor pada triwulan II 2017.

Sementara itu, impor juga diperkirakan

meningkat sebagai dampak peningkatan

aktivitas konstruksi, peningkatan ekspor dan

konsumsi rumah tangga seiring dengan

perayaan hari raya Idul Fitri.

1.2. PDRB - KINERJA LAPANGAN USAHA

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara triwulan I 2017

dipengaruhi kinerja sektor-sektor utama.

Sektor pertanian dan konstruksi tumbuh tinggi

meskipun sedikit melambat, sementara sektor

perdagangan dan industri pengolahan tumbuh

meningkat. Di sisi lain, sektor transportasi

tumbuh melambat cukup dalam dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan kontribusinya, sektor pertanian

masih menjadi penopang utama

perekonomian Sulawesi Utara, dengan pangsa

mencapai 21%. Setelah pertanian, sektor

perdagangan menjadi penopang ekonomi

Sulawesi Utara dengan pangsa 12%. Kemudian,

ada sektor transportasi dan konstruksi yang

masing-masing memiliki pangsa sebesar 11%

terhadap perekonomian Sulawesi Utara.

Sementara itu, sektor industri pengolahan

memiliki pangsa sebesar 10%.

Tabel 1.5. Pangsa Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

Memasuki triwulan II 2017, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh

meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi akan

didorong oleh peningkatan kinerja sektor-

sektor utama Sulawesi Utara.

1.2.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2017

melambat dipengaruhi kondisi cuaca. Curah

hujan yang sangat tinggi memengaruhi kinerja

sektor pertanian. Penurunan kinerja subsektor

pertanian tanaman pangan tercermin dari

pertambahan luas panen yang tidak disertai

-1,000

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

-200

0

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

% yoy% yoy

Sumber: Dirjen Bea Cukai

Total Impor Impor Capital Goods (rhs)

Impor Intermediate Goods (rhs) Impor Consumption Goods (rhs)

2017

I II III IV TOTAL I

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,65 2,65 4,29 5,72 3,67 5,38

Pertambangan dan Penggalian 4,26 4,91 4,71 3,85 4,42 9,45

Industri Pengolahan 2,50 -1,25 1,80 1,45 1,11 6,53

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 11,60 32,83 28,56 2,43 17,52 2,22

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0,17 1,44 6,31 4,47 3,07 1,82

Konstruksi 8,39 8,26 5,61 5,76 6,89 5,45

Perdagangan Besar dan Eceran 6,44 7,15 6,07 4,76 6,05 5,41

Transportasi dan Pergudangan 7,92 8,59 10,11 10,14 9,24 7,61

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11,14 8,51 16,83 13,69 12,69 5,94

Informasi dan Komunikasi 8,86 9,06 9,80 9,03 9,20 9,40

Jasa Keuangan dan Asuransi 12,67 21,19 14,75 28,36 19,16 7,67

Real Estate 6,97 6,94 7,37 7,03 7,08 8,87

Jasa Perusahaan 4,79 6,36 6,86 9,16 6,87 8,34

Administrasi Pemerintahan 8,07 8,26 1,73 2,03 4,72 3,89

Jasa Pendidikan 7,98 7,48 2,01 7,87 6,21 5,80

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,10 6,82 9,23 8,80 8,02 8,71

Jasa lainnya 7,34 7,87 9,94 9,23 8,64 9,12

TOTAL 5,97 6,15 6,02 6,49 6,17 6,43

2016Lapangan Usaha Komponen Pengeluaran

2017 (%)

I II III IV TOTAL I

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21,1 22 22,2 21,5 21,71 20,86

Pertambangan dan Penggalian 4,84 4,87 4,86 4,72 4,82 4,97

Industri Pengolahan 9,4 8,99 8,82 8,83 8,99 9,57

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0,09 0,09 0,09 0,08 0,09 0,10

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0,14 0,13 0,13 0,12 0,13 0,13

Konstruksi 11,1 11,3 11,3 11,8 11,39 10,99

Perdagangan Besar dan Eceran 12,4 12,1 11,9 12,1 12,11 12,29

Transportasi dan Pergudangan 11,1 10,8 11,2 11,1 11,03 11,26

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,2 2,13 2,35 2,31 2,25 2,16

Informasi dan Komunikasi 3,85 3,8 3,9 3,9 3,87 4,07

Jasa Keuangan dan Asuransi 4,15 3,98 3,87 3,89 3,97 4,24

Real Estate 3,53 3,5 3,45 3,4 3,47 3,54

Jasa Perusahaan 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09

Administrasi Pemerintahan 8,1 8,25 8,07 8,57 8,26 7,78

Jasa Pendidikan 2,93 2,93 2,85 2,59 2,81 2,85

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,48 3,52 3,45 3,53 3,49 3,53

Jasa lainnya 1,54 1,55 1,53 1,53 1,53 1,58

TOTAL 100 100 100 100 100 100

Lapangan Usaha 2016 (%)

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

12

dengan peningkatan produksi. Luas panen

pada triwulan I 2017 sebesar 36.438 Ha

dengan produksi 178.441 ton dibandingkan

luas panen pada triwulan sebelumnya 30.932

Ha dengan produksi 551.718 ton. Penurunan

produksi tersebut juga disebabkan oleh gagal

panennya puluhan hektar sawah di Kabupaten

Minahasa Selatan akibat banjir yang

disebabkan jebolnya salah satu bendungan.

Berdasarkan hasil liaison kepada perusahaan

yang bergerak dibidang perikanan tangkap

juga mengkonfirmasi penurunan produksi

dampak dari kondisi cuaca ekstrim selama

awal triwulan menyebabkan beberapa kapal

sulit melaut. Disamping itu, berdasarkan

informasi yang diperoleh dari akademisi

bidang perikanan, penurunan produksi pada

triwulan laporan disektor perikanan tangkap

salah satunya disebabkan oleh periode migrasi

Ikan Cakalang yang merupakan Familia

Scombridae dan mempunyai karakteristik

berpindah tempat secara periodik. Disisi lain,

kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi tidak

begitu berdampak pada tanaman perkebunan.

Dari hasil liaison kepada eksportir pala dan

petani kelapa mengungkapkan produksi pada

triwulan I 2017 menunjukkan peningkatan

dibandingkan dengan periode sebelumnya

seiring dampak fenomena El Nino pada tahun

2015 yang sudah berlalu.

Grafik 1.12. Produksi Beras

Sumber: Dinas Pertanian Sulawesi Utara

Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia,

lapangan usaha pertanian diperkirakan akan

meningkat pada triwulan II 2017. Peningkatan

tersebut didorong oleh pertanian tanaman

pangan yang mulai memasuki masa panen

pada bulan Mei, serta perbaikan kondisi cuaca

yang akan meningkatkan kinerja perikanan

tangkap.

1.2.2. Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kinerja sektor perdagangan pada triwulan I

2017 tumbuh meningkat seiring dengan

meningkatnya konsumsi LNPRT dan konsumsi

pemerintah. Peningkatan konsumsi LNPRT

seiring dengan pelaksanaan Pilkada pada 2

(dua) daerah yaitu Kabupaten Kepulauan

Sangihe dan Kabupaten Bolaang Mongondow.

Peningkatan aktivitas perdagangan tercermin

juga dari pertumbuhan kredit konsumsi.

Memasuki triwulan II 2017, kinerja kategori

perdagangan diperkirakan tumbuh

meningkat seiring dengan hari raya Idul Fitri

yang jatuh pada bulan Juni 2017. Perkiraan

peningkatan diindikasi oleh hasil Survei

Konsumen dimana Indeks Pembelian Barang

Tahan Lama dari 111 poin menjadi 112 poin.

Selain itu, suku bunga acuan yang tetap

dipertahankan pada stance pelonggaran

moneter diperkirakan akan mendorong

peningkatan kredit konsumsi.

1.2.3. Konstruksi

Kinerja sektor konstruksi pada triwulan I 2017

tumbuh tinggi meski melambat dibanding

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan yang

cukup tinggi tersebut terutama didorong oleh

dimulainya pembangunan infrastruktur

penunjang pariwisata berupa beberapa hotel

dan resort oleh swasta serta pembangunan

akses jalan ke sejumlah titik pariwisata di

Sulawesi Utara seiring dengan masuknya

anggaran tahun 2017.

Memasuki triwulan II 2017, kinerja kategori

konstruksi diperkirakan akan meningkat

meskipun cenderung terbatas. Peningkatan

didorong oleh kelanjutan pembangunan

proyek infrastruktur oleh pemerintah. Kinerja

konstruksi juga didukung oleh kebijakan Bank

Indonesia dalam menetapkan suku bunga

acuan yakni BI 7-day reverse repo rate yang

saat ini masih tetap dipertahankan pada level

-0,6

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

100000

120000

140000

160000

180000

200000

220000

240000

260000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Produksi Beras (ton) Pertumbuhan Produksi Beras sb. Kanan

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

13

4,75% atau dengan stance pelonggaran

moneter, yang diperkirakan akan

memengaruhi suku bunga kredit investasi.

Disamping itu dampak pelonggaran kebijakan

makroprudensial yaitu aturan mengenai down

payment atau Loan to Value (LTV) kredit

kepemilikan rumah pada Agustus 2016 akan

menopang pertumbuhan kinerja konstruksi.

Untuk membantu mendorong kinerja

konstruksi, masalah pembebasan lahan yang

sering menjadi kendala dalam pembangunan

perlu mendapat perhatian dari pemerintah

dan pemangku kepentingan terkait.

1.2.4. Transportasi

Kinerja sektor transportasi pada triwulan I

2017 tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Hal tersebut didorong

oleh menurunnya aktivitas perdagangan di

Sulawesi Utara yang tercermin dari

perlambatan kinerja ekspor Sulawesi Utara.

Perlambatan tersebut juga terkonfirmasi dari

penurunan total volume perdagangan barang

pada triwulan I 2017 dari pelabuhan Bitung

sebesar 293,746 ton atau tumbuh negatif

46,5% (yoy), terkontraksi semakin dalam dari

triwulan sebelumnya yang terkontraksi

sebesar 12,81% (yoy) dengan volume

perdagangan yang mencapai 433.500 ton.

Perlambatan kinerja sektor transportasi juga

didorong oleh perlambatan transportasi udara,

dimana perkembangan penumpang pesawat

udara hanya tumbuh 3,9% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 27,9 (yoy).

Grafik 1.13. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Bitung

Sumber: PT Pelindo IV, Bitung

Memasuki triwulan II 2017, kinerja kategori

transportasi diperkirakan tumbuh meningkat.

Peningkatan tersebut disebabkan peningkatan

jumlah pengguna angkutan udara utamanya

jelang hari raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan

Juni. Dari sisi transportasi laut, peningkatan

ekspor didorong oleh peningkatan permintaan

negara mitra dagang diperkirakan

menyebabkan aktivitas bongkar muat di

pelabuhan mengalami peningkatan.

1.2.5. Industri Pengolahan

Pada triwulan I 2017, kinerja industri

pengolahan mengalami peningkatan yang

disebabkan oleh meningkatnya industri

makanan dan minuman. Adapun industri

makanan dan minuman merupakan industri

terbesar dengan pangsa sebesar 85% terhadap

total output industri pengolahan. Pada

triwulan I 2017 industri tersebut tumbuh

meningkat sebagai dampak dari peningkatan

produksi perkebunan yakni kelapa, cengkih

dan pala yang merupakan base effect dari El

Nino pada tahun 2015. Hal tersebut

terkonfirmasi dari hasil liaison yang dilakukan

kepada salah satu pelaku usaha di industri

pengolahan kelapa yang menyatakan bahwa

supply bahan baku komoditas perkebunan

mengalami perbaikan sehingga mendorong

peningkatan kapasitas utilisasi perusahaan.

Pada perusahaan industri pengolahan ikan

diperoleh informasi relaksasi kebijakan

transhipment juga mendorong kinerja industri

pengolahan ikan meski masih belum mencapai

titik balik ke kondisi normalnya (sebelum

pemberlakuan moratorium transhipment). Di

samping itu beberapa perusahaan mengambil

kebijakan untuk melakukan impor bahan baku

dari Pulau Jawa, yaitu Muara Baru (Jakarta),

Banyuwangi dan Surabaya pada periode

laporan untuk menjaga kapasitas produksi dan

memenuhi kebutuhan permintaan mitra

dagang yang cenderung meningkat. Kebijakan

ini diambil dikarenakan cuaca ekstrim yang

mengganggu pasokan bahan baku lokal.

-60,00%

-50,00%

-40,00%

-30,00%

-20,00%

-10,00%

0,00%

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Total Barang (Ton) Growth (rhs)

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

14

Grafik 1.14. Produksi Industri Pengolahan Kelapa

Memasuki triwulan II 2017, kinerja industri

pengolahan diperkirakan akan mengalami

peningkatan. Peningkatan masih didorong

oleh membaiknya pasokan bahan baku Industri

pengolahan yang berasal dari produksi

komoditas perkebunan dan perikanan seiring

dengan membaiknya kondisi cuaca. Disisi lain,

untuk mendorong kategori pertanian

khususnya perkebunan, pemerintah terus

berupaya melalui peremajaan kelapa dan

cengkih. Untuk tahun 2017 pemerintah telah

menyiapkan 532.500 bibit untuk komoditas

perkebunan dengan total anggaran senilai

Rp5,24 miliar berasal dari APBD dan APBN. Di

samping itu ekspansi pasar dunia juga terus

diupayakan melalui keikutsertaan dalam

berbagai event berskala internasional serta

inisiasi Bank Indonesia atas pembentukan unit

khusus lintas instansi untuk mendorong

investasi yang telah berpayung hukum Surat

Keputusan Gubernur No. 145 Tahun 2017

tentang Regional Investor Relation Unit (RIRU).

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

yoy

Sumber: Pelaku Usaha

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

15

Box I.

Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan I 2017 Tumbuh Inklusif

dan Berkualitas

Pertumbuhan berkualitas & inklusif tidak semata-mata dilihat dari tingginya angka pertumbuhan secara prosentase. Tapi, seberapa besar pertumbuhan mampu menyerap tenaga kerja & menurunkan tingkat kemiskinan.

A p a k a h P e r t u m b u h a n E k o n o m i S u l u t 2 0 1 6 I n k l u s i f & B e r k u a l i ta s ?

Ekonomi Sulut 2016 tumbuh 6,17% (yoy)

Angkatan kerja baru & sebagian pengangguran

terserap

Kemiskinan turun dari 8,98% menjadi 8,20%

TPT turun dari 7,82% menjadi 6,12%

PE Sulut 2016 Inklusif &

Berkualitas

Sejalan dengan komposisi TK

sektoral, status pekerjaan informal

meningkat

Produktivitas meningkat

Jam kerja meningkat, khususnya pekerjaan informal

Sejalan dengan itu, tenaga kerja berpendidikan

rendah meningkat

Angkatan kerja baru & sebagian pengangguran

terserap

Sejalan dengan komposisi TK

sektoral, status pekerjaan informal

meningkat

Produktivitas meningkat

Jam kerja meningkat, khususnya pekerjaan informal

Sejalan dengan itu, tenaga kerja berpendidikan

rendah meningkat

1. Penyerapan TK tahun 2016 (90 ribu orang) lebih tinggi dibanding penambahan angkatan kerja tahun tersebut (75ribu orang). Sehingga ada penyerapan 15 ribu pengangguran atau sebesar 17% dari jumlah pengangguran padatahun 2015 (92 ribu orang).

2. Rata-rata penyerapan TK setiap 1% pertumbuhan ekonomi dari tahun 2010-2016 sebesar 5 ribu TK. Khusustahun 2016, 1% pertumbuhan ekonomi menyerap sebesar 14 ribu TK, lebih tinggi dari rata-rata 2010-2016.

Berdasarkan status pekerjaan, TK informal meningkat tinggi, sementara TK formal relatif sama.Peningkatan TK informal sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian dari 2,55% (yoy) tahun 2015 menjadi 3,67% tahun2016.Sementara itu, TK formal relatif stagnan sejalan dengan pertumbuhan sektor industri dan perdagangan. Sektor industri 2016tumbuh 1,1% (yoy), melambat lebih dalam dari 2,69% pada 2015. Sektor perdagangan 2016 tumbuh 6,05%, cenderungstagnan dibandingkan 2015 sebesar 6,0%.

Status Pekerjaan

(dalam ribu orang)Feb-16 Feb-17

Jumlah

Peningkatan

% Jumlah

Peningkatan

Formal 471.06 471.33 0.27 0.06%

Informal 626.85 710.58 83.73 13.36%

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

16

Angkatan kerja baru & sebagian pengangguran

terserap

Sejalan dengan komposisi TK

sektoral, status pekerjaan informal

meningkat

Produktivitas meningkat

Jam kerja meningkat, khususnya pekerjaan informal

Sejalan dengan itu, tenaga kerja berpendidikan

rendah meningkat

1. Peningkatan TK sejalan dengan peningkatan produktivitas.2. Berdasarkan sektor utama, peningkatan produktivitas ditopang oleh sektor konstruksi dan

transportasi, sedangkan produktivitas di sektor pertanian, dan industri mengalami penurunan.Peningkatan sektor konstruksi dan transportasi merupakan dampak dari program pemerintahdalam pembangunan infrastruktur dan mendorong pariwisata (charter flight dari Tiongkok).Sementara itu, penurunan produktivitas pada sektor pertanian tidak terlepas dari skill petaniyang rendah dan kurangnya mekanisasi. Pada sektor industri, penurunan produktivitasdisebabkan oleh kapasitas produksi yang belum kembali ke level normal seiring denganpenyesuaian terhadap relaksasi aturan di bidang perikanan.

Sejalan dengan peningkatan TK informal, TK dengan jam kerja dibawah 35 jam seminggu juga mengalami peningkatan yangsignifikan, sedangkan TK dengan jam kerja di atas 35 jamseminggu mengalami penurunan.

Sektor Utama

(dalam Rp)

Produktivitas

2015

Produktivitas

2016

%

Perubahan

Pertanian 62,389,932 58,953,256 -5.5%

Industri 150,998,703 100,374,510 -33.5%

Konstruksi 111,948,543 132,702,384 18.5%

Perdagangan 44,131,645 44,269,194 0.3%

Transportasi 103,972,888 128,937,704 24.0%

Jumlah Jam Kerja

per Minggu

(dalam ribu

orang)

Feb-16 Feb-17 % Perubahan

1-34 300.96 361.87 20.24%

35+ 489.47 458.17 -6.39%

Angkatan kerja baru & sebagian pengangguran

terserap

Sejalan dengan komposisi TK

sektoral, status pekerjaan informal

meningkat

Produktivitas meningkat

Jam kerja meningkat, khususnya pekerjaan informal

Sejalan dengan itu, tenaga kerja berpendidikan

rendah meningkat

Peningkatan jumlah TK di sektor informal khususnya pertanian terkonfirmasi juga dengan peningkatan TKyang berpendidikan rendah (SD dan SMP) yang cukup tinggi, sedangkan TK dengan kualitas tinggi(universitas) mengalami penurunan TK.

Pendidikan

Tertinggi yang

Ditamatkan

(dalam ribu orang)

Feb-16 Feb-17 Perubahan%

Perubahan

SD Kebawah 397.7 468.39 70.69 17.8%

SMP 200.05 234.5 34.45 17.2%

SMA 247.41 226.73 -20.68 -8.4%

SMK 97.03 126.07 29.04 29.9%

Diploma 21.14 33.36 12.22 57.8%

Universitas 128.05 92.86 -35.19 -27.5%

K e s i m p u l a n

Ekonomi Sulut 2016 tumbuh secara inklusif dan berkualitas, tercermin dari penurunan pengangguran dan kemiskinan

Produktivitas di sektor pertanian mengalami penurunan, sehingga pemerintah perlu meningkatkan skill dari petani dan mendorong intensifikasi baik lewat mesin atau bibit unggul. Saat ini pemerintah hanya fokus meningkatkan produksi, namun kurang memerhatikan produktivitas.

Perlu berkoordinasi dengan KKP atau DKP untuk membahas perkembangan relaksasi di sektor perikanan. Di sektor perkebunan, perlu ditingkatkan peremajaan mengingat kondisi tanaman kelapa yang kebanyakan sudah tua dan tidak produktif. Hal ini bermanfaat untuk mendorong ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan.

Memerhatikan jumlah TK Sulut yang masih didominasi oleh sektor pertanian atau pekerja dengan pendidikan rendah, maka seharusnya pemerintah memprioritaskan pembangunan pada pertanian (dengan kata lain pembangunan industri dan jasa tidak diutamakan dulu). Hal ini guna memenuhi gap antara ketersediaan TK dan ketersediaan lapangan kerja. Di samping itu, pemerintah mendorong peningkatan rata-rata lama sekolah sehingga memperbaiki struktur TK pada tahun-tahun kedepan.

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

17

Bab II.

Keuangan Pemerintah

2.1. PENDAPATAN APBD PROVINSI

SULAWESI UTARA

Anggaran pendapatan Provinsi Sulawesi

Utara tahun 2017 meningkat dibanding tahun

sebelumnya. Anggaran pendapatan Sulawesi

Utara tahun 2017 ditargetkan sebesar Rp3,56

triliun, naik 22,30% (yoy) atau sebesar Rp 648

miliar dari Rp2,91 triliun pada tahun 2016.

Kenaikan tersebut lebih tinggi dari kenaikan

tahun 2016 yang hanya sebesar 10,12% (yoy).

Kenaikan APBD tersebut didorong oleh

peningkatan pendapatan transfer sebesar

26,29% (yoy) menjadi Rp2,43 triliun dan

peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)

sebesar 9,90% (yoy) menjadi Rp1,08 triliun.

Tabel 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Provinsi

Sulawesi Utara

Meskipun anggaran pendapatan meningkat,

namun rasio kemandirian pendapatan

Sulawesi Utara tahun 2017 rendah, bahkan

mengalami penurunan dibandingkan tahun

2016 (33,68%) dan tahun 2015 (41,25%). Porsi

PAD Sulawesi Utara tahun 2017 hanya sebesar

30% dari total anggaran pendapatan, menurun

dari 34% pada tahun 2016 dan 41% pada tahun

2015. Sedangkan pendapatan transfer atau

dana perimbangan berada di level 70%, naik

dari 66% pada tahun 2016. Rasio tersebut

menunjukkan bahwa Sulawesi Utara masih

rendah tingkat kemandirian fiskalnya atau

masih bergantung pada transfer dari

pemerintah pusat.

Grafik 2.1. Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulawesi Utara

Pada triwulan I 2017, realisasi anggaran

pendapatan Sulawesi Utara cukup baik yakni

sebesar 27%, lebih tinggi dibandingkan

realisasi triwulan I 2015 dan triwulan I 2016.

Pada triwulan I 2015 realisasi anggaran

pendapatan sebesar 25% dan pada triwulan I

2016 sebesar 24%. Adapun nominal realisasi

pendapatan pada triwulan I 2017 sebesar

Rp945 miliar. Realisasi tersebut didorong oleh

realisasi seluruh sumber pendapatan baik PAD

maupun transfer serta pendapatan lain yang

sah. Pos yang mencatat realisasi tertinggi yaitu

dana bagi hasil bukan pajak (SDA) sebesar

57,34% dan pendapatan hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar

56,69%. Cukup baiknya realisasi DBH bukan

pajak salah satunya didorong oleh

membaiknya jumlah produksi lapangan usaha

perikanan seiring dengan adaptasi atau

penyesuaian terhadap pelonggaran aturan

transhipment.

2015 2016 2017 2016 2017

Pendapatan 2,640,630 2,907,882 3,556,373 10% 22%

Pendapatan Asli Daerah 1,089,288 979,354 1,076,342 -10% 10%

Pendapatan Transfer 1,209,463 1,923,528 2,429,191 59% 26%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 341,879 5,000 50,840 -99% 917%

AnggaranUraian (Rp Juta)

Growth

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

2013 2014 2015 2016 2017

%Rp Juta

Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Utara

Anggaran Pendapatan Anggaran PAD Rasio Kemandirian (rhs)

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

18

Tabel 2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Provinsi

Sulawesi Utara

Ke depan, pemerintah daerah perlu

meningkatkan tingkat kemandirian

pendapatan Sulawesi Utara. Upaya awal yang

dapat dilakukan yaitu meningkatkan realisasi

pada pos-pos PAD khususnya yang belum

terealisasi dengan optimal. Upaya berikutnya

yaitu bekerja sama dengan instansi terkait

dalam hal mendorong ketertiban pembayaran

pajak khususnya pajak kendaraan bermotor.

2.2. BELANJA APBD PROVINSI SULAWESI

UTARA

Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun

2017 mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2016. Anggaran belanja tumbuh 20%

(yoy) pada tahun 2017 sehingga total anggaran

belanja mencapai Rp3,57 triliun, lebih tinggi

Rp588 miliar dari Rp2,98 triliun pada tahun

2016. Namun demikian, peningkatan tersebut

terutama didorong oleh peningkatan belanja

operasional yang tumbuh 33,46% (yoy),

sedangkan belanja modal mengalami

penurunan sebesar 16,06 (yoy).

Tabel 2.3. Perkembangan Anggaran Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Provinsi

Sulawesi Utara

Berdasarkan postur belanjanya, anggaran

belanja non modal tahun 2017 mencapai 80%

dan anggaran belanja modal hanya sebesar

20%. Postur tersebut cenderung tidak lebih

baik dibandingkan tahun 2016 dimana postur

belanja non modal sebesar 72% dan belanja

modal sebesar 28%. Dari postur tersebut

menunjukkan bahwa masih terdapat ruang

peningkatan lebih baik dalam rangka

pembangunan infrastruktur di Sulawesi Utara.

Adapun anggaran belanja non-modal tahun

2017 sebesar Rp2,87 triliun dan belanja non-

modal sebesar Rp697 miliar. Dalam postur

belanja modal, anggaran belanja dialokasikan

pada belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar

33,38%, belanja bangunan dan gedung sebesar

30,68%, belanja peralatan dan mesin 22,16%,

belanja tanah 13,60% dan belanja aset tetap

lainnya 0,18%. Perubahan yang cukup

signifikan terjadi pada pos belanja jalan, irigasi

dan jaringan yang menurun dari tahun lalu

sebesar 56% terhadap total belanja modal.

Grafik 2.2. Perkembangan Anggaran Belanja Modal

Pada triwulan I 2017, realisasi anggaran

belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara tercatat

sebesar 12,95%. Realisasi tersebut lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan I 2016

(15,18%) dan triwulan I 2015 (13,00%). Adapun

realisasi belanja triwulan I 2017 tercatat

sebesar Rp462 miliar. Berdasarkan posnya,

belanja non modal terealisasi sebesar 14,26%,

lebih rendah dari triwulan I 2016 sebesar

17,18%. Sementara itu, belanja modal

terealisasi sebesar 7,51%, juga lebih rendah

dari triwulan I 2015 sebesar 9,18%. Pada pos

belanja modal, realisasi belanja tanah triwulan

I 2017 masih tercatat 0% atau belum ada

realisasi. Hal tersebut mengingatkan tentang

kendala-kendala dalam pembangunan proyek

Anggaran Realisasi % Realisasi

Pendapatan 3,556,373 945,536 26.59%

Pendapatan Asli Daerah 1,076,342 275,500 25.60%

Pendapatan Pajak Daerah 908,801 220,575 24.27%

Pendapatan Retribusi Daerah 73,936 16,509 22.33%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yg Dipisahkan55,100 31,235 56.69%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 38,505 7,181 18.65%

Pendapatan Transfer 2,429,191 644,616 26.54%

Transfer Pemerintah Pusat 2,429,191 644,616 26.54%

Dana Bagi Hasil Pajak 91,681 35,736 38.98%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 6,612 3,791 57.34%

Dana Alokasi Umum 1,340,353 446,784 33.33%

Dana Alokasi Khusus 990,544 158,304 15.98%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 50,840 25,420 50.00%

Pendapatan Hibah 50,840 25,420 50.00%

Triwulan I 2017 (Rp juta)Anggaran APBD Provinsi Sulawesi Utara

2015 2016 2017 2016 2017

Belanja 2,906,338 2,983,466 3,572,343 2.65% 19.74%

Belanja Operasional 2,116,122 2,150,997 2,870,778 1.65% 33.46%

Belanja Modal 789,641 830,468 697,065 5.17% -16.06%

Belanja Tidak Terduga 575 2,000 4,500 247.83% 125.00%

Anggaran (Rp juta) GrowthUraian

0

5

10

15

20

25

30

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

2013 2014 2015 2016 2017

%Rp juta

Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Utara

Total Belanja Belanja Modal Postur Belanja Modal (rhs)

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

19

di Sulawesi Utara yaitu masalah pembebasan

lahan.

Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah

Pemerintah perlu menyiapkan strategi untuk

mendorong realisasi belanja modal pada

tahun 2017. Tentunya strategi tersebut cukup

penting mengingat berbagai pembangunan

proyek infrastruktur yang semakin masif pada

tahun-tahun kedepan. Berbagai infrastruktur

strategis yang sementara dan akan dibangun di

Sulawesi Utara yaitu jalan tol Manado-Bitung,

Kawasan Ekonomi Khusus Bitung, bendungan

Kuwil dan Lolak, pengembangan pelabuhan

Bitung sebagai hub port dan infrastruktur

lainnya. Percepatan pelaksanaan lelang proyek

dan monitoring pencapaian target realisasi

dapat menjadi pendorong peningkatan

realisasi belanja modal. Bagi pemerintah

kabupaten kota, diperlukan strategi agar

penyaluran anggaran DAK tidak terkendala

karena pada tahun 2017 penyaluran DAK akan

berdasarkan tingkat realisasi anggaran yang

dibagi ke beberapa kelas.

2.3. ALOKASI BELANJA APBN DI SULAWESI

UTARA

Alokasi APBN di Sulawesi Utara pada tahun

2017 mengalami peningkatan sebesar 1,81%

(yoy), namun peningkatan hanya terjadi pada

pos belanja pegawai, sedangkan pos belanja

barang, modal dan bansos mengalami

penurunan. Sejalan dengan itu,

perkembangan porsi hanya terjadi pada pos

belanja pegawai, sedangkan pos belanja

lainnya mengalami penurunan porsi. Namun

demikian, porsi pos belanja modal tahun 2017

yang sebesar 34% masih berada di atas pos

belanja pegawai yang tercatat sebesar 30%.

Tabel 2.5. Postur Alokasi Belanja APBN di Sulawesi Utara

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara – Prov Sulawesi Utara

Pada triwulan I 2017, penyerapan alokasi

anggaran APBN di Sulawesi Utara tercatat

sebesar 11,84%. Realisasi total belanja

tersebut terutama didorong oleh realisasi

belanja pegawai sebesar 17,65%. Namun

demikian, realisasi belanja modal dan belanja

barang berada di bawah realisasi total belanja.

Belanja modal tercatat memiliki realisasi

sebesar 8,13%, sementara belanja barang

tercatat memiliki realisasi sebesar 10,52%.

Tabel 2.6. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Utara Triwulan I 2017

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Provinsi Sulawesi Utara

Anggaran Realisasi % Realisasi

Belanja 3,572,342,497 462,720,702 12.95%

Belanja Operasi 2,507,057,426 348,386,629 13.90%

Belanja Pegawai 1,204,217,053 202,506,862 16.82%

Belanja Barang 725,701,873 67,240,787 9.27%

Belanja Subsidi 1,300,000 - 0.00%

Belanja Hibah 522,738,500 78,638,980 15.04%

Belanja Bantuan Sosial 500,000 - 0.00%

Belanja Bantuan Keuangan 52,600,000 - 0.00%

Belanja Modal 697,064,708 52,350,018 7.51%

Belanja Tanah 94,787,166 - 0.00%

Belanja Peralatan dan Mesin 154,473,375 3,784,037 2.45%

Belanja Bangunan dan Gedung 213,891,064 4,699,514 2.20%

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 232,689,103 43,838,267 18.84%

Belanja Aset Tetap Lainnya 1,224,000 28,200 2.30%

Belanja Tidak Terduga 4,500,000 1,000,000 22.22%

Belanja Tidak Terduga 4,500,000 1,000,000 22.22%

Transfer 363,720,363 60,984,055 16.77%

Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa 363,720,363 60,984,055 16.77%

Anggaran Belanja APBD

Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan I 2017 (Rp juta)

Jenis Belanja

Pagu Tahun

2016

(Rp juta)

Pagu Tahun

2017

(Rp juta)

Postur

2016

Postur

2017

Belanja Pegawai 2,351,792 2,719,717 26.58% 30.19%

Belanja Barang 3,289,410 3,174,034 37.18% 35.24%

Belanja Modal 3,191,655 3,101,191 36.07% 34.43%

Belanja Bantuan Sosial 14,718 12,796 0.17% 0.14%

Total 8,847,575 9,007,738 100% 100%

Jenis Belanja

Pagu Tahun

2017

(Rp juta)

Realisasi Tw I

2017

(Rp juta)

% Realisasi

Tw I 2017

Belanja Pegawai 2,719,717 480,147 17.65%

Belanja Barang 3,174,034 333,971 10.52%

Belanja Modal 3,101,191 252,120 8.13%

Belanja Bantuan Sosial 12,796 139 1.08%

Total 9,007,738 1,066,377 11.84%

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

20

Bab III.

Perkembangan Inflasi Daerah

3.1. EVALUASI REALISASI INFLASI

TRIWULAN I 2017

3.1.1. Inflasi Bulanan (mtm)

Secara bulanan, angka Indeks Harga

Konsumen (IHK) pada bulan Januari dan

Februari mencatat inflasi yang cukup tinggi

yakni berturut-turut sebesar 1,10% (mtm) dan

1,16% (mtm), kemudian menurun pada bulan

Maret menjadi 0,23% (mtm).

Grafik 3.1. Inflasi Bulanan

Januari 2017

Pada Januari 2017, (IHK) Sulawesi Utara

mengalami inflasi yang cukup tinggi yakni

sebesar 1,10% (mtm), meningkat dari bulan

sebelumnya yang tercatat deflasi 1,52%.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tersebut

disumbang oleh inflasi ketiga kelompok

disagregasi yakni administered prices2 (AP)

sebesar 0,50%, volatile food3 (VF) sebesar

0,35% dan core4 sebesar 0,25%. Inflasi tersebut

merupakan yang tertinggi dibandingkan

dengan bulan Januari selama 5 tahun terakhir.

2 Kelompok administered prices (AP) merupakan kelompok barang dan jasa yang tarifnya diatur oleh Pemerintah. 3 Kelompok volatile food (VF) merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya cenderung berfluktuatif.

Grafik 3.2. Inflasi dan Andil Januari 2017 Berdasarkan Disagregasi

Tingginya inflasi pada bulan Januari 2017

terutama dipengaruhi oleh kelompok AP yang

mencatat inflasi sebesar 2,45% (mtm).

Meningkatnya tekanan inflasi kelompok AP

terjadi seiring dengan adanya peningkatan tarif

yang diatur oleh Pemerintah. Berdasarkan sub

kelompoknya, peningkatan tekanan inflasi

bulanan kelompok administered prices (AP)

disebabkan baik oleh subkelompok AP energi

(dari 0,18% menjadi 3,03% mtm) maupun AP

non energi (dari 0,63% menjadi 2,01%). Dari

sub kelompok energi, andil inflasi terbesar

diberikan oleh tarif listrik dan bensin. Hal ini

didorong oleh kebijakan Pemerintah

menaikkan tarif listrik untuk pelanggan 900VA

dari Rp605 menjadi Rp791/kWh per 1 Januari

2017. Adapun pangsa pemakaian listrik pada

golongan ini sebesar 38% dari total seluruh

golongan pelanggan di Sulawesi Utara. Dengan

demikian, kenaikan tarif sebesar 30,74%

tersebut mendorong inflasi pada komoditas ini

sebesar 6,42% (mtm) dengan andil mencapai

0,24%. Selain itu, kembali dinaikkannya harga

BBM Non Subsidi yaitu Pertamax dan Pertamax

4 Kelompok core merupakan kelompok barang dan jasa selain kelompok administered prices dan volatile food.

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2014 2015 2016 2017

mtmmtm

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Total Volatile Food Administered Prices (rhs) Core (rhs)

1.76%

2.45%

0.42%

1.10%

0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0% 2.5% 3.0%

Volatile Food

AdministeredPrices

Core

Total

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi (mtm) Andil

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

21

Plus masing-masing Rp300/liter atau sebesar

4% mendorong inflasi komoditas bensin

sebesar 1,48% (mtm) dengan andil sebesar

0,03%. Dinaikkannya harga BBM dipengaruhi

oleh perkembangan harga minyak dunia yang

juga mengalami kenaikan. Dari sub kelompok

non energi, andil inflasi terbesar diberikan oleh

biaya perpanjangan STNK dan angkutan udara.

Terhitung per 1 Januari 2017, Pemerintah

menaikkan biaya pengurusan surat-surat

kendaraan bermotor (STNK) sebesar 100%

(dari Rp50.000 menjadi Rp100.000) untuk

kendaraan roda dua dan 167% (dari Rp75.000

menjadi Rp200.000) untuk kendaraan roda

empat. Adapun pangsa kendaraan roda dua di

Sulawesi Utara mencapai 68% sementara roda

empat mencapai 32%. Hal ini mendorong

inflasi pada biaya perpanjangan STNK sebesar

111,99% (mtm) dan memberikan sumbangan

inflasi bulanan sebesar 0,15%. Sementara itu,

masih berlanjutnya peak season mobilitas

pengguna transportasi udara mendorong

inflasi pada angkutan udara sebesar 5,89%

(mtm) dan memberikan sumbangan inflasi

bulanan sebesar 0,09%.

Kelompok VF juga menjadi penyumbang

inflasi pada bulan Januari 2017. Kelompok VF

mencatat inflasi sebesar 1,76% (mtm),

meningkat dari bulan sebelumnya yang

mengalami deflasi 9,48%. Kondisi ini sangat

berbeda dengan tren historis dimana

umumnya kelompok pangan mengalami

penurunan harga atau mencatat deflasi di awal

tahun sebagai dampak kembali normalnya

permintaan masyarakat setelah perayaan hari

raya Natal dan Tahun Baru. Inflasi kelompok VF

bersumber dari komoditas cabai rawit yang

pasokannya terganggu akibat curah hujan yang

tinggi pada bulan Januari. Sejalan dengan itu,

curah hujan yang tinggi juga menyebabkan

pasokan komoditas tomat sayur terganggu

sehingga mengalami inflasi. Tingginya inflasi

kedua komoditas ini juga dipengaruhi oleh

faktor base effect kedua komoditas tersebut

yang mencatat deflasi pada bulan sebelumnya.

5 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Adapun andil cabai rawit dan tomat sayur

terhadap inflasi bulanan Januari 2017 secara

berturut-turut sebesar 0,40% dan 0,12%.

Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi

ditahan oleh deflasi komoditas bawang merah

seiring dengan masih terjaganya pasokan

paska panen dari daerah produsen. Andil

komoditas bawang merah terhadap inflasi

bulanan Januari 2017 yaitu sebesar -0,24%.

Sementara itu, pergerakan harga komoditas

beras relatif stabil selama 3 bulan terakhir atau

sejak November 2016. Hal ini seiring dengan

membaiknya produksi dalam Sulawesi Utara

tahun 2016 setelah tahun 2015 yang dilanda El

Nino. Selain itu, stabilnya komoditas beras

didukung oleh ketersediaan pasokan dari luar

daerah (Sulawesi Tengah).

Sementara itu, kelompok core mencatat

inflasi sebesar 0,42% (mtm), menurun dari

inflasi pada bulan sebelumnya (0,73%).

Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi core

disebabkan oleh inflasi core non traded yang

meningkat dari 0,30% (mtm) menjadi 0,46%

pada bulan Januari. Sementara itu, inflasi core

traded tercatat menurun dari 1,31% (mtm)

menjadi 0,37%. Peningkatan inflasi core non

traded didorong oleh peningkatan harga

komoditas mie dan tarif pulsa ponsel.

Meningkatnya harga mie merupakan dampak

dari kebijakan salah satu produsen mie instan

nasional5 yang menaikan harga jual mie instan

sebesar Rp100 per bungkus pada tanggal 17

Januari 2017. Kenaikan tersebut tidak

berhubungan dengan harga bahan baku

tepung saat ini, namun merupakan kenaikan

rutin setiap tahun sebagai strategi untuk

menjaga marjin perusahaan. Sementara itu,

kenaikan tarif pulsa ponsel disebabkan oleh

operator jasa telekomunikasi bermaksud

menutup biaya investasi setelah adanya

kompetisi harga pada periode sebelumnya.

Kenaikan tarif pulsa ponsel tersebut berlanjut

dari bulan sebelumnya. Adapun andil inflasi

komoditas mie dan tarif pulsa ponsel terhadap

keseluruhan inflasi bulan Januari 2017 secara

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

22

berturut-turut adalah 0,09% dan 0,04%. Di sisi

lain, inflasi core traded disebabkan oleh

peningkatan inflasi seng yang memberikan

andil terhadap total inflasi bulanan Januari

2017 sebesar 0,04%. Peningkatan inflasi seng

seiring dengan tren positif harga seng dunia

pada tahun 2016. Peningkatan harga seng

dunia disebabkan oleh kondisi defisit pasar

seng dunia dimana akibat penutupan

tambang-tambang besar6 dan pertambangan

yang terbengkalai di China. Sementara itu, laju

inflasi kelompok core traded tertahan oleh gula

pasir yang tercatat deflasi dan apresiasi rupiah

sepanjang Januari 2017. Penurunan harga gula

pasir didukung oleh ketersediaan ribuan ton

stok gula pasir7 dan kegiatan pasar murah serta

Operasi Pasar (OP) yang dilakukan Pemerintah

Daerah. Selanjutnya, berlangsungnya apresiasi

rupiah sepanjang Januari 2017 menahan

gejolak pada kelompok core traded. Rupiah

terapresiasi sebesar 0,44% (mtm) pada bulan

Januari 2017.

• Februari 2017

Pada Februari 2017, IHK Sulawesi Utara

kembali mengalami inflasi yang cukup tinggi

yaitu sebesar 1,16% (mtm), meningkat

dibandingkan bulan sebelumnya (1,10%).

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tersebut

disumbang oleh inflasi kelompok VF (0,85%),

kemudian diikuti oleh kelompok AP (0,19%)

dan core (0,12%). Kondisi tersebut sangat

berbeda dengan tren historis dimana

umumnya IHK Sulawesi Utara mencatat deflasi

pada bulan Februari sebagai dampak

normalisasi harga seiring kembali normalnya

permintaan masyarakat setelah perayaan hari

raya Natal dan Tahun Baru.

6 Glencore dan Nyrstar

Grafik 3.3. Inflasi dan Andil Februari 2017 Berdasarkan Disagregasi

Tekanan inflasi kelompok VF meningkat

signifikan sehingga mencatat inflasi sebesar

4,28% (mtm), lebih tinggi dari bulan

sebelumnya (1,76%). Kelompok ini menjadi

penyumbang utama inflasi di bulan Februari

2017. Kondisi ini sangat berbeda dengan tren

historis selama bulan Februari tahun 2014-

2016 dimana kelompok VF selalu mengalami

penurunan harga atau mencatat deflasi. Inflasi

kelompok VF terutama bersumber dari

komoditas tomat sayur yang pasokannya

terganggu akibat curah hujan yang tinggi pada

bulan Februari. Berdasarkan data BMKG

Stasiun Klimatologi Minahasa Utara, curah

hujan pada bulan Februari 2017 sebesar 424,5

mm, yang tergolong sangat tinggi. Tingkat

curah hujan tersebut jauh lebih tinggi

dibandingkan bulan Februari 2016 yang

tercatat 153,5 mm dan lebih tinggi dari rata-

rata tahun 2016 sebesar 269,02 mm. Curah

hujan yang tinggi tersebut juga menyebabkan

terganggunya pasokan komoditas cabai rawit

sehingga mengalami inflasi. Pada bulan

Februari 2017 komoditas tomat sayur dan

cabai rawit secara berturut-turut mencatat

inflasi sebesar 50% (mtm) dan 7,13% (mtm).

Dengan kenaikan tersebut, andil tomat sayur

dan cabai rawit terhadap inflasi bulanan

Februari 2017 secara berturut-turut sebesar

0,88% dan 0,08%. Sementara itu, komoditas

bawang merah juga tercatat mengalami inflasi

namun dalam tingkat yang relatif kecil yakni

sebesar 0,80% (mtm) dengan andil sebesar

0,01%. Adapun pergerakan harga komoditas

beras stabil hingga bulan Februari 2017,

7 Ketersediaan di Perum Bulog Divre Sulut

0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0% 2.5% 3.0% 3.5% 4.0% 4.5%

Volatile Food

AdministeredPrices

Core

Total

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi (mtm) Andil

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

23

melanjutkan tren stabilnya sejak bulan

November 2016. Hal tersebut seiring dengan

membaiknya produksi dalam Sulawesi Utara

sejak semester II 2016 setelah dilanda El Nino

dari 2015 hingga pertengahan 2016. Pada

bulan Februari 2017, pasokan beras juga

terjaga seiring dengan panen di beberapa

sentra produksi beras di Kabupaten Bolaang

Mongondow, Sulawesi Utara.

Sementara itu, inflasi kelompok AP

mengalami penurunan dibanding bulan

sebelumnya. Inflasi kelompok tersebut pada

bulan Februari 2017 tercatat sebesar 0,90%

(mtm), menurun dari 2,45% pada bulan

sebelumnya. Inflasi kelompok AP terutama

didorong oleh tekanan inflasi pada kelompok

AP energi dengan andil sebesar 0,13%,

sementara kelompok AP non-energi

memberikan andil sebesar 0,05%. Sub

kelompok AP energi mencatat inflasi sebesar

1,45% (mtm), dengan sumbangan oleh

kenaikan tarif listrik. Kenaikan tarif listrik

tersebut disebabkan oleh penyesuaian tarif

listrik untuk pelanggan pra bayar daya 900 VA

nonsubsidi yang mulai diberlakukan pada

bulan Januari 2017. Tarif listrik tersebut

mencatat inflasi sebesar 3,29% (mtm) dengan

andil pada bulan Februari sebesar 0,13%. Di sisi

lain, sub kelompok AP non energi mencatat

inflasi sebesar 0,47% (mtm), dengan andil

bulanan terbesar disumbang oleh rokok putih.

Harga rokok naik didorong oleh kenaikan cukai

rokok dan harga jual eceran. Rokok putih

mencatat inflasi sebesar 4,16% (mtm) dengan

andil bulan Februari sebesar 0,04%. Sementara

itu, pada periode yang sama, tarif angkutan

udara mencatatkan inflasi yang cukup rendah.

Tekanan inflasi kelompok core pada bulan

Februari 2017 relatif rendah dan terkendali.

Kelompok core mengalami inflasi bulanan

sebesar 0,20% (mtm), menurun dibanding

bulan sebelumnya (0,42%). Berdasarkan sub

kelompoknya, inflasi core bulan Februari 2017

terutama didorong oleh inflasi core non traded

yang tercatat sebesar 0,23% (mtm). Sementara

itu, inflasi core traded tercatat sebesar 0,16%

(mtm). Peningkatan inflasi core non traded

didorong oleh peningkatan tarif pulsa ponsel.

Kenaikan tersebut dikarenakan operator jasa

telekomunikasi bermaksud menutup biaya

investasi setelah adanya kompetisi harga pada

periode sebelumnya. Sebagai informasi,

kenaikan tarif pulsa ponsel ini berlanjut dari

sejak bulan Desember 2016. Adapun inflasi

tarif pulsa ponsel pada bulan Februari 2017

sebesar 3,99% (mtm) dengan andil terhadap

keseluruhan inflasi bulan Februari 2017 yaitu

0,06%. Sementara itu, inflasi core traded

terutama disebabkan oleh peningkatan inflasi

seng. Peningkatan inflasi seng seiring dengan

tren positif harga seng dunia pada tahun 2016,

sehingga menyebabkan kenaikan harga seng

tertinggi sepanjang tahun berjalan.

Peningkatan harga seng dunia disebabkan oleh

kondisi defisit pasar seng dunia dimana akibat

penutupan tambang-tambang besar dan

pertambangan yang terbengkalai di China.

Selain seng, inflasi core traded juga disebabkan

oleh inflasi emas perhiasan yang harganya

meningkat seiring dengan naiknya harga emas

dunia. Adapun inflasi seng dan emas pada

bulan Februari 2017 secara berturut-turut

sebesar 3,57% (mtm) dan 2,91% (mtm),

dengan andil masing-masing sebesar 0,03%

dan 0,02% terhadap inflasi bulanan Februari

2017. Di sisi lain, laju inflasi kelompok core

traded tertahan oleh deflasi yang terjadi pada

harga gula pasir. Penurunan harga gula pasir

didukung oleh ketersediaan ribuan ton stok

gula pasir dan kegiatan pasar murah. Gula pasir

tercatat deflasi sebesar 3,69% (mtm), dengan

andil deflasi sebesar 0,03% terhadap inflasi

bulan Februari 2017. Selanjutnya,

berlangsungnya apresiasi rupiah sepanjang

Februari 2017 menahan gejolak pada

kelompok core traded. Rupiah terapresiasi

sebesar 0,17% (mtm) pada bulan Februari

2017.

• Maret 2017

Pada Maret 2017, tekanan inflasi cenderung

menurun dibandingkan bulan Januari dan

Februari 2017. IHK Sulawesi Utara mencatat

inflasi yang relatif rendah sebesar 0,23%

(mtm). Berdasarkan disagregasinya, kelompok

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

24

VF memberikan andil sebesar 0,16%, kelompok

AP sebesar 0,06% dan kelompok core sebesar

0,01%.

Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Maret 2017 Berdasarkan Disagregasi

Inflasi kelompok VF berlanjut di bulan Maret,

namun tekanan inflasinya sebesar 0,79%

(mtm), lebih rendah baik dibandingkan bulan

sebelumnya (4,28%). Kelompok ini merupakan

penyumbang utama inflasi di bulan Maret

2017. Meningkatnya inflasi kelompok tersebut

terutama bersumber dari komoditas strategis

Sulawesi Utara yaitu Barito (Bawang, Cabai

Rawit, Tomat) seiring dengan masih tingginya

harga rata-rata komoditas tersebut pada bulan

Maret 2017. Tingginya harga terjadi pada 2

minggu pertama bulan Maret 2017 sebagai

dampak masih tingginya curah hujan yang

mengganggu produksi dan pasokan.

Sementara itu, pada 2 minggu terakhir, harga

cenderung mulai mengalami penurunan

seiring dengan turunnya tingkat curah hujan.

Namun demikian, secara rata-rata bulanan,

harga pada Maret 2017 masih lebih tinggi

dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan

harga memasuki minggu ketiga bulan Maret

2017 terjadi pada komoditas bawang merah

dan cabai rawit. Berdasarkan Survei

Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, rata-

rata harga bawang merah pada 2 minggu

pertama sebesar Rp45.650/kg, kemudian

menurun hingga Rp42.725/kg pada 2 minggu

terakhir di bulan Maret. Harga bawang merah

yang masih tinggi disebabkan oleh

keterbatasan pasokan dari daerah sentra

produksi sebagai dampak tingginya curah

hujan. Sementara itu, rata-rata harga cabai

rawit pada 2 minggu pertama sebesar

Rp115.100/kg, menurun menjadi Rp97.275/kg

pada 2 minggu terakhir. Khusus komoditas

tomat sayur, harga masih tetap tinggi.

Berdasarkan SPH, rata-rata harga tomat pada 2

minggu pertama sebesar Rp15.563/kg,

meningkat menjadi Rp16.163/kg pada 2

minggu terakhir. Di sisi lain, komoditas beras

mencatat deflasi yang cukup dalam sehingga

menahan laju inflasi pada Maret 2017. Deflasi

komoditas beras didorong oleh panen raya di

hampir seluruh daerah penghasil beras di

Sulawesi Utara pada bulan Februari dan Maret

2017.

Kelompok AP pada Maret 2017 juga mencatat

inflasi namun dengan tekanan yang relatif

rendah. Inflasi AP bulan Maret 2017 sebesar

0,27% (mtm), lebih rendah baik dibandingkan

dengan bulan sebelumnya (0,90%).

Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi

kelompok AP terutama didorong oleh tekanan

inflasi pada kelompok AP energi yang

memberikan andil sebesar 0,06% terhadap

inflasi kelompok AP bulan Maret. Sementara

itu, kelompok AP non-energi relatif stabil. Sub

kelompok AP energi mencatat inflasi sebesar

0,62% (mtm) dengan andil tertinggi dari tarif

listrik sebesar 0,05% dan bensin 0,01%. Inflasi

tarif listrik bulan Maret disebabkan oleh

penyesuaian tarif listrik tahap dua pelanggan

paska bayar daya 900 VA non subsidi.

Kemudian, inflasi bensin pada bulan Maret

didorong oleh kenaikan harga bahan bakar

(BBK) seperti Pertalite dan Pertamax. Harga

Pertalite mengalami kenaikan Rp50/liter

sedangkan Pertamax mengalami kenaikan

sebesar Rp100/liter yang dimulai sejak tanggal

21 Maret 2017.

Sementara itu, tekanan inflasi kelompok core

atau inti pada bulan Maret 2017 relatif

minimal. Inflasi kelompok core bulan Maret

2017 sebesar 0,02% (mtm), lebih rendah dari

bulan sebelumnya (0,20%). Berdasarkan sub

kelompoknya, inflasi kelompok core terutama

didorong oleh inflasi core non traded dengan

andil sebesar 0,01% terhadap inflasi kelompok

core bulan Maret. Sementara itu, kelompok

core traded relatif stabil. Sub kelompok core

non traded mencatat inflasi sebesar 0,03%

0.0% 0.1% 0.2% 0.3% 0.4% 0.5% 0.6% 0.7% 0.8% 0.9%

Volatile Food

AdministeredPrices

Core

Total

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Inflasi (mtm) Andil

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

25

(mtm) pada Maret 2017, menurun

dibandingkan bulan sebelumnya (0,23%).

Komoditas penyumbang inflasi core non traded

adalah upah pembantu rumah tangga dengan

andil sebesar 0,06% terhadap inflasi bulanan

Maret 2017. Di sisi lain, kenaikan inflasi

kelompok core non traded lebih lanjut tertahan

karena deflasi tarif pulsa ponsel setelah

mengalami peningkatan sejak bulan Desember

2016. Turunnya tarif pulsa ponsel disebabkan

persaingan harga oleh beberapa provider

untuk menarik konsumen. Sementara itu,

inflasi core traded mencatat deflasi sebesar

0,01% (mtm) pada Maret 2017, setelah

mencatat inflasi pada bulan sebelumnya

(0,16%). Komoditas penyumbang deflasi

kelompok ini yaitu air kemasan, seng, gula

pasir, dan cakalang asap. Turunnya harga gula

pasir didorong oleh ketersediaan ribuan ton

stok gula pasir. Adapun deflasi yang lebih

dalam tertahan oleh beberapa kebutuhan

rumah tangga dan emas perhiasan yang

harganya naik sebagai dampak kenaikan harga

komoditas emas internasional.

3.1.2. Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi Sulawesi Utara pada triwulan I 2017

tercatat sebesar 3,93% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya (0,35%). Meski

meningkat, inflasi Sulawesi Utara triwulan I

2017 berada di bawah target inflasi tahun 2017

yakni 4%±1% (yoy). Berdasarkan

disagregasinya, inflasi tahunan pada triwulan I

2017 disumbang oleh inflasi kelompok core

sebesar 1,37%, kelompok VF sebesar 1,34%,

dan kelompok AP sebesar 1,22%.

Grafik 3.5. Inflasi Tahunan dan Andil Disagregasi

Kelompok core pada triwulan I 2017 mencatat

inflasi yang relatif rendah yakni sebesar 2,30%

(yoy), namun meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya (1,25%). Berdasarkan

sub kelompoknya, inflasi core disebabkan oleh

inflasi core traded yang tercatat inflasi sebesar

3,42% (yoy) dengan sumbangan terhadap

inflasi core sebesar 0,86%. Komoditas utama

penyumbang inflasi pada sub kelompok core

traded yaitu lemon dan jeruk nipis seiring

dengan kurangnya pasokan. Di sisi sub

kelompok core non-traded, inflasi tercatat

sebesar 1,48% (yoy) dengan sumbangan

sebesar 0,51% terhadap total inflasi kelompok

core. Tarif pulsa ponsel merupakan komoditas

utama penyumbang inflasi pada sub kelompok

core non-traded dikarenakan operator jasa

telekomunikasi bermaksud menutup biaya

investasi setelah adanya kompetisi harga pada

periode sebelumnya.

Sementara itu, kelompok VF tercatat

mengalami inflasi sebesar 6,66% (yoy),

meningkat signifikan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya (-2,48%). Inflasi

kelompok VF terutama bersumber dari

komoditas tomat sayur yang memberikan andil

terhadap inflasi sebesar 2,15%. Inflasi tomat

secara tahunan tercatat sangat tinggi yaitu

sebesar 202,47% (yoy), meningkat tinggi

dibandingkan 6,03% pada triwulan

sebelumnya. Tingginya inflasi tomat sayur

disebabkan oleh curah hujan yang tinggi

sepanjang triwulan I 2017 yang mengganggu

produksi tomat di Kabupaten Minahasa.

Komoditas lain yang menyumbang inflasi yaitu

cakalang, cabai merah, minyak goreng, bawang

merah dan bawang putih.

Inflasi kelompok AP tercatat sebesar 6,01%

(yoy), meningkat dari 0,56% pada triwulan

sebelumnya. Berdasarkan sub kelompoknya,

peningkatan tekanan inflasi tahunan kelompok

AP disebabkan baik oleh sub kelompok AP non

energi maupun energi. Sub kelompok AP non

energi mencatat inflasi sebesar 5,36% (yoy)

dengan sumbangan sebesar 0,62% terhadap

inflasi AP. Adapun komoditas atau jasa yang

menyebabkan inflasi pada sub kelompok

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2014 2015 2016 2017

yoy

Sumber BPS & Bank Indonesia

Andil Core Andil Administered Prices Andil Volatile Food Inflasi Total

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

26

tersebut yaitu angkutan udara. Tingginya

mobilitas pengguna transportasi udara baik

dari domestik maupun mancanegara dalam

merayakan Tahun Baru, liburan dan perayaan

Imlek mendorong inflasi pada angkutan udara

sebesar 46,56% (yoy). Kenaikan biaya

perpanjangan STNK pada awal tahun 2017

memberikan andil inflasi terbesar kedua

setelah angkutan udara. Di sisi lain, sub

kelompok AP energi mencatat inflasi sebesar

6,86% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,61%

terhadap total inflasi AP. Komoditas yang

menjadi penyumbang inflasi yaitu tarif listrik

yang tercatat inflasi sebesar 16,43% (yoy)

sebagai dampak penyesuaian subsidi tarif

tenaga listrik 900 VA bagi pelanggan mampu.

Selain itu, bahan bakar rumah tangga menjadi

penyumbang inflasi pada kelompok AP energi,

sedangkan harga bensin mengalami

penurunan atau tercatat deflasi.

3.2. ARAH PERKEMBANGAN INFLASI

TRIWULAN II 2017

Memasuki awal triwulan II 2017, IHK bulan

April 2017 tercatat deflasi sebesar 0,02%

(mtm), namun secara tahunan tercatat

sebesar 4,83% (yoy) yang meningkat

dibandingkan bulan Maret 2017. Meski inflasi

tahunan meningkat, namun masih berada

dalam rentang target inflasi tahun 2017 yakni

4±1% (yoy).

Tabel 3.1. Inflasi April 2017

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Berdasarkan disagregasinya, IHK bulanan

April 2017 yang tercatat deflasi terutama

disumbang oleh deflasi kelompok VF dan

core. Sementara itu, kelompok AP mencatat

inflasi pada bulan April 2017.

Kelompok VF mencatat deflasi pada April

2017 setelah selama 3 bulan sebelumnya

mencatat inflasi. Deflasi kelompok VF tercatat

sebesar 0,78% (mtm). Deflasi kelompok VF

terutama bersumber dari komoditas strategis

Sulawesi Utara yaitu cabai rawit dan bawang

merah serta beras seiring dengan tersedianya

pasokan dan panen raya yang terjadi di daerah

sentra produksi. Tekanan harga pada

komoditas cabai rawit dan bawang merah

pada April 2017 mulai mereda seiring dengan

membaiknya pasokan di tengah level

permintaan yang relatif normal dan kondisi

cuaca yang cukup kondusif. Adapun pada

triwulan I 2017, komoditas-komoditas tersebut

tercatat mengalami kenaikan harga.

Berdasarkan SPH, rata-rata harga cabai rawit

mulai turun sejak minggu pertama April 2017

dan rata-rata harga bawang merah mulai turun

sejak minggu kedua April 2017. Rata-rata harga

cabai rawit pada April 2017 sebesar Rp66 ribu,

menurun dari Rp106 ribu pada bulan

sebelumnya. Sementara itu, rata-rata harga

bawang merah pada April 2017 sebesar Rp41

ribu, menurun dari Rp44 ribu pada bulan

sebelumnya. Sementara itu, komoditas beras

kembali mencatat deflasi seiring dengan masih

tersedianya stok atau pasokan beras paska

panen pada bulan Februari dan Maret 2017. Di

sisi lain, komoditas tomat sayur, terus

mengalami kenaikan harga sepanjang tahun

2017. Tomat kembali menjadi komoditas

utama yang mencatat inflasi pada bulan April

2017. Kondisi ini perlu mendapat perhatian

dari pemerintah dan TPID mengingat tomat

merupakan komoditas strategis Sulawesi Utara

yang memiliki andil dalam pergerakan inflasi.

Kelompok core pada bulan April 2017

mencatat deflasi sebesar 0,10% (mtm), lebih

rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat

inflasi sebesar 0,02%. Berdasarkan sub

kelompoknya, kedua sub kelompok core

mengalami deflasi. Deflasi kelompok core

terutama disebabkan oleh deflasi core traded

dengan andil sebesar 0,05% terhadap deflasi

kelompok core bulan April. Sub kelompok core

non traded yang juga tercatat deflasi

memberikan andil sebesar 0,01%. Deflasi sub

kelompok core traded pada April 2017 tercatat

Inflasi Andil Inflasi Andil

Total -0.02% -0.02% 4.83% 4.83%

Volatile Food -0.78% -0.16% 8.84% 1.74%

Administered Prices 0.98% 0.20% 8.65% 1.75%

Core -0.10% -0.06% 2.22% 1.33%

Core Traded -0.21% -0.05% 3.38% 0.85%

Core Non-Traded -0.02% -0.01% 1.38% 0.48%

AP Energi 2.24% 0.20% 12.07% 1.05%

AP Non-Energi 0.00% 0.00% 6.08% 0.70%

Indikatormtm yoy

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

27

sebesar 0,21% (mtm) dengan komoditas

penyumbang deflasi kelompok ini yaitu jeruk

nipis, lemon, pasta gigi, gula pasir dan cakalang

asap. Turunnya harga gula pasir terjadi seiring

menguatnya Rupiah dan turunnya harga gula

dunia. Di sisi lain, deflasi yang lebih dalam

tertahan oleh kenaikan indeks harga seng

seiring dengan meningkatnya harga komoditas

seng internasional. Sementara itu, deflasi sub

kelompok core non traded pada April 2017

tercatat sebesar 0,02% (mtm), setelah

sepanjang 3 bulan sebelumnya masih tercatat

inflasi. Komoditas penyumbang deflasi core

non traded adalah tindarung dengan andil

sebesar 0,03% terhadap inflasi bulanan April

2017. Di sisi lain, tarif pulsa ponsel kembali

mengalami kenaikan indeks harga setelah pada

bulan sebelumnya sempat turun.

Berbeda dengan 2 kelompok disagregasi di

atas, IHK kelompok AP April 2017 mencatat

inflasi. Inflasi AP bulan April 2017 tercatat

sebesar 0,98% (mtm), lebih tinggi

dibandingkan dengan bulan sebelumnya

(0,27%). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi

kelompok AP terutama didorong oleh tekanan

inflasi pada kelompok AP energi yang

memberikan andil sebesar 0,20% terhadap

inflasi kelompok AP bulan April. Sementara itu,

kelompok AP non energi relatif stabil. Sub

kelompok AP energi mencatat inflasi sebesar

2,24% (mtm) dengan andil tertinggi disumbang

oleh tarif listrik sebesar 0,20%. Inflasi listrik

bulan April disebabkan oleh penyesuaian tarif

listrik tahap dua untuk pelanggan pra bayar

daya 900 VA nonsubsidi.

Melihat realisasi inflasi April dan perkiraan

inflasi pada Mei dan Juni, Bank Indonesia

memperkirakan inflasi pada triwulan II 2017

sebesar 4,50% (yoy). Perkiraan tersebut lebih

tinggi dibandingkan realisasi inflasi pada

triwulan sebelumnya (3,93% yoy). Naiknya

inflasi tersebut secara bulanan didorong oleh

inflasi pada bulan Juni. Pada bulan Mei, IHK

diperkirakan mencatat inflasi yang relatif

minimal, bahkan berdasarkan perkembangan

harga pada SPH terkini, IHK bulan Mei

membuka peluang mencatat deflasi seiring

dengan normalisasi harga komoditas bumbu-

bumbuan yang meningkat pada bulan-bulan

sebelumnya. Sementara itu, pada bulan Juni,

IHK diperkirakan mencatat inflasi yang cukup

tinggi sebagai dampak tingginya konsumsi

menyambut perayaan hari raya Idul Fitri.

Adapun dengan mempertimbangkan hal-hal

tersebut, realisasi inflasi pada triwulan II 2017

diperkirakan berada pada 4,50% (yoy).

3.3. PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI

DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Di awal tahun 2017, Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Utara telah

melaksanakan High Level Meeting (HLM)

perdana pada 25 Januari 2017 dengan agenda

utama menyelaraskan upaya pengendalian

inflasi tahun 2017. Dalam pertemuan

tersebut, seluruh anggota TPID Sulawesi Utara

berkomitmen untuk menjalankan program

pengendalian inflasi 2017 mengacu kepada

Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara

yang telah disusun sebelumnya. Beberapa

program utama pengendalian inflasi 2017

antara lain adalah peningkatan produksi bahan

pangan melalui penyediaan benih pertanian

dan holtikultura, mencanangkan Gerakan

Barito (Batanang Rica & Tomat) yang

merupakan kelanjutan dari Gerakan Rica

Rumah (GRR), memperluas peran Bulog dalam

stabilisasi harga, meningkatkan koordinasi dan

kerjasama dengan Aparat Penegak Hukum

(APH) khususnya Kepolisian, perencanaan

Operasi Pasar dan Sidak Pasar terintegrasi,

serta optimalisasi penggunaan PIHPS.

Selanjutnya, pada Februari 2017, upaya

pengendalian inflasi semakin ditingkatkan

baik di level Provinsi maupun Kab/Kota.

Agenda utama pengendalian inflasi pada

Februari 2017 adalah perumusan dan

pemantapan program kerja pengendalian

inflasi tahun 2017 yang mengacu pada

Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara

yang telah disusun pada tahun 2016. Fokus

pengendalian inflasi pada tahun 2017

ditujukan pada pengendalian harga 6

komoditas utama volatile food yaitu beras,

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

28

cabai rawit, bawang merah, tomat sayur,

cakalang (mewakili ikan tangkap) dan minyak

goreng. Sementara itu, di sisi administered

prices upaya koordinasi pengendalian inflasi

difokuskan pada 4 komoditas utama yaitu

angkutan dalam kota, angkutan udara, bahan

bakar rumah tangga dan tarif listrik. Di sisi

inflasi core, upaya menjaga ekspektasi

masyarakat dilakukan melalui diseminasi dan

strategi komunikasi yang efektif dan

koordinatif. Berbagai terobosan juga akan

dilakukan oleh TPID baik di tingkat Provinsi

maupun Kab/Kota untuk menjawab tantangan

inflasi komoditas pangan strategis. Terobosan

tersebut berupa pemantauan harga secara

terintegrasi dan intensif dengan command

center Pemerintah Kota Manado,

menggalakan Urban Farming melalui Gerakan

Barito, ASN Menanam, serta berbagai upaya

diversifikasi pangan sebagai bentuk

pengendalian dari sisi demand dalam jangka

menengah panjang.

Pada bulan Maret 2017, koordinasi

pengendalian inflasi terus diperkuat terutama

dalam menghadapi sejumlah risiko terkait

penyesuaian administered prices sejalan

dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi

energi oleh Pemerintah, dan rencana

antisipasi terhadap risiko kenaikan harga

volatile food menjelang Lebaran dan Natal

serta Tahun Baru. Dalam bulan ini, beberapa

rapat koordinasi telah dilaksanakan untuk

menetapkan langkah pengendalian inflasi pada

tahun 2017 melalui penetapan program kerja

TPID Sulawesi Utara 2017 yang mengacu pada

Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara

2016-2019. Program kerja TPID Sulawesi Utara

2017 telah disetujui dan ditandatangani

langsung oleh Ketua TPID Provinsi pada 2

Maret 2017 dalam HLM TPID bersama seluruh

SKPD terkait.

TPID Sulawesi Utara juga telah berkomitmen

untuk memperkuat kerjasama dengan Komisi

Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk

memonitor tata niaga perdagangan

komoditas strategis di Sulawesi Utara. Rapat

TPID Sulut bersama KPPU Sulawesi Utara telah

dilaksanakan pada 31 Maret 2017, dengan

agenda utama melakukan sinkronisasi

program kerja pengendalian inflasi antara

KPPU dan TPID Sulut, serta menetapkan

beberapa rencana kegiatan bersama.

Memasuki triwulan II 2017, kegiatan

pengendalian inflasi difokuskan pada

peningkatan kapasitas anggota TPID Sulawesi

Utara, serta langkah-langkah nyata dalam

menghadapi risiko tekanan harga jelang

masuknya bulan Ramadhan, hari raya Idul

Fitri dan hari raya pengucapan. Pada 27-28

April 2017, Bank Indonesia (BI) bekerjasama

dengan TPID Provinsi menyelenggarakan

kegiatan Capacity Building dan Rapat

Koordinasi bersama seluruh perwakilan TPID

Kab/Kota yang langsung dipimpin oleh

Gubernur Sulawesi Utara. Kegiatan Capacity

Building sendiri menghadirkan perwakilan dari

Pokjanas TPID, BPS Sulawesi Utara, KPPU dan

TPID Provinsi Gorontalo sebagai narasumber

untuk semakin memperkuat pemahaman

anggota TPID Se-Sulawesi utara mengenai

inflasi, upaya pengendaliannya dan

mekanisme pelaporan kegiatannya.

Sementara, pada rapat koordinasi, fokus

pembahasan adalah pada sisi penguatan data,

mekanisme koordinasi, dan persiapan TPID

kab/kota menghadapi bulan Ramadhan dan

Idul Fitri, yang dilanjutkan dengan sidak pasar,

baik pada pasar retail maupun modern terkait

dengan penetapan Harga Eceran Tertinggi

(HET) 3 komoditas bersama KPPU. Selain itu,

pada April 2017, BI bersama dengan

Pemerintah Kota Manado dan Pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara telah mencanangkan

gerakan Barito (Batanang Rica & Tomat)

sebagai bentuk nyata pengendalian inflasi

melalui gerakan menanam baik oleh

masyarakat maupun ASN. Dalam kesempatan

tersebut telah disalurkan bantuan bibit kepada

masyarakat untuk tahap pertama sebesar 35

ribu bibit cabai rawit dan tomat yang

merupakan hasil kerjasama antara BI dan

Pemerintah Kota Manado. Kegiatan tersebut

mendapat dukungan penuh dari Walikota

Manado beserta jajarannya yang langsung

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

29

menhadiri acara pencanangan Gerakan Barito

pada 5 April 2017 di Kecamatan Singkil, Kota

Manado. Kegiatan tersebut juga disertai

dengan acara penanaman secara simbolis yang

dilakukan oleh seluruh jajaran Forkopimda

Kota Manado. Selanjutnya, gerakan Barito

akan terus diperluas dengan proses monitoring

dan pembinaan yang terintegrasi. Gerakan

Barito juga diharapkan akan menjadi role

model bagi kegiatan menanam sejenis yang

juga akan dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota

lainnya di Sulawesi Utara. Sementara, pada

Mei hingga Juni 2017, upaya pengendalian

inflasi akan difokuskan pada pengendalian

harga jelang Idul Fitri dan hari raya

pengucapan, melalui berbagai kegiatan Sidak

Pasar dan Operasi Pasar terintegrasi, serta

upaya-upaya komunikasi ekspektasi

bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan

tokoh agama. Keseluruhan upaya-upaya

tersebut dilakukan untuk mendukung

pencapaian target inflasi Sulut 2017 yang

diproyeksikan sebesar 4±1%.

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

30

Bab IV.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan

Akses Keuangan dan UMKM

4.1. GAMBARAN UMUM PERBANKAN

4.1.1. Jaringan Kantor dan Aset

Pada triwulan I 2017, terdapat pembukaan 1

jaringan kantor bank umum konvensional

yang beroperasi di wilayah Sulawesi Utara,

sehingga total bank umum sebanyak 30

dengan 294 jaringan kantor sedangkan BPR

masih sama dengan periode sebelumnya yaitu

sebanyak 18 dengan 55 jaringan kantor.

Total aset perbankan umum di Sulawesi Utara

pada triwulan I 2017 tumbuh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan aset terjadi pada

seluruh kelompok Bank, kecuali Bank Swasta

Nasional. Aset Bank Persero yang memiliki

jumlah aset terbesar tercatat tumbuh 10,5%

(yoy) melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya 11,35% (yoy). Perlambatan juga

terjadi pada kelompok Bank Pemerintah

Daerah yang hanya tumbuh 1,18% (yoy),

dimana pada periode sebelumnya dapat

tumbuh 7,44% (yoy). Disisi lain, kontraksi pada

kelompok Bank Asing & Campuran masih

berlanjut, pada triwulan I 2017 terkontraksi

35,46% (yoy) dimana pada triwulan

sebelumnya telah terkontraksi 21,63% (yoy).

Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

4.1.2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Tekanan terhadap pertumbuhan DPK mereda

meski masih mencatatkan pertumbuhan

negatif. DPK pada triwulan I 2016 tercatat

tumbuh -0,14% (yoy) membaik dari triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 1,88% (yoy).

Membaiknya pertumbuhan DPK terutama

disebabkan oleh pertumbuhan tabungan

sebagai komponen terbesar pembentuk DPK

Sulawesi Utara disertai dengan meredanya

tekanan pada komponen Giro meski masih

mencatatkan pertumbuhan negatif. Disisi lain,

komponen Deposito tercatat tumbuh

melambat dibandingkan periode sebelumnya.

Seiring dengan berakhirnya perayaan awal

tahun, masyarakat kembali menempatkan

dananya ke perbankan, khususnya pada

tabungan yang dapat diambil sewaktu-waktu.

Hal ini mendorong tumbuhnya komponen

tabungan pada triwulan I 2017 sebesar 7,34%

(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

sebesar 5,94% (yoy). Perbaikan pada

komponen giro (tumbuh -18,62% yoy, triwulan

sebelumnya -29,05% yoy) didorong oleh giro

swasta kelompok lembaga non keuangan atau

korporasi, yang merupakan normalisasi dari

penarikan giro pada akhir tahun untuk

pembayaran tunjangan hari raya/akhir tahun.

Tekanan terhadap giro pemerintah juga

mereda seiring dengan transfer anggaran dari

pemerintah pusat pada triwulan I 2017. Disisi

lain perlambatan deposito yang tumbuh

sebesar 2,99% (yoy) dari 6,07% (yoy) pada

triwulan sebelumnya diindikasi disebabkan

oleh tren penurunan suku bunga deposito.

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

02468

101214161820

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Total Aset Bank Persero Bank Swasta Nasional

Bank Campuran Bank Pemerintah daerah

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

31

4.1.3. Kredit

Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit

terakselerasi sebesar 8,06% (yoy) meningkat

jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang

hanya tumbuh sebesar 6,32% (yoy). Secara

umum, penyaluran pembiayaan di Sulawesi

Utara masih disalurkan ke sektor yang

tergolong konsumtif. Hal ini tercermin dari

pangsa kredit konsumsi (KK) yang mencapai

60% dati total kredit yang disalurkan pada

triwulan I 2017. Sementara itu, kredit produktif

yakni modal kerja dan investasi sebesar 25,5%

dan 14,3%. Berdasarkan penggunaannya,

peningkatan kredit disumbang oleh

pertumbuhan positif KK sebesar 8,19% (yoy),

dibandingkan periode sebelumnya sebesar

6,92% (yoy). Pertumbuhan KK utamanya

didorong oleh tumbuhnya jenis kredit

Multiguna yang mendominasi penyaluran KK

(pangsa sebesar 75,7%). Penyaluran Kredit

Investasi (KI) juga menunjukkan peningkatan,

pada triwulan I 2017 tumbuh sebesar 10,78%

(yoy) dari 2,75% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Disisi lain, perlambatan pada

Kredit Modal Kerja (KMK) masih berlanjut,

hanya tumbuh sebesar 6,32% (yoy) dari

sebelumnya 6,94% (yoy).

Grafik 4.2. Perkembangan Indikator Utama Perbankan

Sumber: Bank Indonesia

4.1.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non

Performing Loan (NPL)

Fungsi intermediasi perbankan yang

tercermin dari indikator LDR menunjukkan

peningkatan pada triwulan I 2017 menjadi

148,8% dari 148,2% pada triwulan

sebelumnya yang disebabkan oleh

meningkatnya penyaluran kredit ditengah

pertumbuhan negatif DPK. Namun demikian,

pertumbuhan penyaluran pembiayaan pada

triwulan I 2017 tidak diikuti oleh perbaikan

kualitas kredit. Hal ini tercermin dari indikator

rasio NPL menunjukkan peningkatan menjadi

3,82% pada triwulan I 2017 dari sebelumnya

3,40%.

4.2. AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.2.1. Perkembangan Pembiayaan UMKM

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

memiliki peran penting dalam perekonomian

Sulawesi Utara tercermin dari pangsa unit

usaha yang dominan terhadap total unit usaha,

serta sebagai sektor yang juga turut

berkontribusi terhadap penyerapan tenaga

kerja. Namun demikian, sebagai salah satu

aktor yang cukup penting dalam

perekonomian domestik maupun nasional,

UMKM sering kali masih terkendala dalam

memperoleh pembiayaan.

Pada triwulan I 2017, laju pertumbuhan kredit

UMKM di Sulawesi Utara tercatat mengalami

perlambatan, dari yang semula tumbuh

sebesar 9,03% (yoy) pada triwulan

sebelumnya, menjadi sebesar 7,08% pada

triwulan I 2017. Ditengah perlambatan

tersebut, kualitas kredit yang tercermin dari

naiknya rasio NPL kredit UMKM mengalami

penurunan. Pada triwulan I 2017, NPL Kredit

UMKM tercatat sebesar 5,87%, dibanding

periode sebelumnya mencapai 5,48%. Meski

mengalami peningkatan, NPL Kredit UMKM

masih berada dibawah ambang threshold 5%.

Grafik 4.3. Perkembangan Kredit UMKM

Sumber: Bank Indonesia

Pangsa kredit UMKM di triwulan I 2017

mengalami peningkatan, yakni menjadi

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

YoYLDR-sb.kanan Aset dpk Kredit

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Growth UMKM (yoy) Porsi UMKM NPL UMKM (sb.kanan)

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

32

sebesar 26,13%, jika dibandingkan pangsa

pada triwulan sebelumnya sebesar 25,4%.

Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi

penyaluran kredit UMKM terbesar berada di

Kota Manado sebesar 62,3%, diikuti Kota

Bitung sebesar 10,2% dan Kota Kotamobagu

sebesar 10,0%. Meski demikian, dari sisi

kerentanan terhadap risiko kredit bermasalah,

Kota Manado perlu menjadi perhatian. Sebagai

daerah dengan realisasi kredit UMKM

terbesar, rasio NPL kredit UMKMnya terus

meningkat dan telah melewati threshold yaitu

sebesar 7,8% pada triwulan I 2017 meningkat

dari triwulan sebelumnya yang sebesar 7,3%.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh

meningkatnya NPL lapangan usaha

perdagangan dan industri pengolahan sebagai

lapangan usaha penerima kredit UMKM

terbesar. Di samping itu, Kab. Bolaang

Mongondow Timur mencatatkan NPL tertinggi

dibandingkan 15 kab/kota lainnya untuk

kategori kredit UMKM, rasio kredit UMKM

bermasalah Kab. Bolaang Mongondow Timur

tercatat mencapai 38,5% pada triwulan I 2017

yang disebabkan oleh peningkatan NPL pada

lapangan usaha perdagangan.

Grafik 4.4. Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.5. Pangsa UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

4.2.2. Akses Keuangan Penduduk

Indikator akses keuangan Sulawesi Utara

terutama dari sisi penghimpunan dana

mengalami peningkatan, namun demikian

dari sisi penyaluran pembiayaan

menunjukkan penurunan. Rasio jumlah

rekening DPK terhadap penduduk angkatan

kerja di Sulawesi Utara masih menunjukkan

penurunan, dimana pada data terakhir yaitu

periode Februari 2017 rasio tersebut tercatat

sebesar 150,7%. Rasio yang telah melampaui

angka 100% mengindikasikan setengah dari

jumlah angkatan kerja memiliki lebih dari satu

rekening (dengan asumsi seluruh angkatan

kerja masing-masing memiliki 1 rekening

tabungan).

Grafik 4.6. Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Penduduk Angkatan Kerja

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit

terhadap jumlah penduduk angkatan kerja di

Sulawesi Utara juga menunjukkan sedikit

penurunan menjadi 23,2% di bulan Februari

2017. Masih cukup rendahnya rasio rekening

kredit menunjukkan bahwa fasilitas

pembiayaan belum banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat Sulawesi Utara, baik karena alasan

belum membutuhkan maupun secara

administratif dan non administratif belum

dapat melengkapi persyaratan yang diperlukan

untuk dapat memanfaatkan fasilitas

pembiayaan. Masih minimnya rasio tersebut

juga menunjukkan masih terdapat ruang

untuk meningkatkan penyaluran kredit di masa

mendatang.

73,87%

26,13%

Non-UMKM UMKM

62,32%8,47%

10,00%

10,29%

7,86% 0,83% Manado

Minahasa

Kotamoagu

Bitung

Kep. Sangihe

Kab.Kota Lainnya

137,88%

148,37%

128,87%

143,62% 140,37%

157,09% 150,77%

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb

2014 2015 2016 2017

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

33

Grafik 4.7. Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Penduduk Angkatan Kerja

Sumber: Bank Indonesia

4.2.3. Upaya Peningkatan Akses Keuangan

dan Pengembangan UMKM

Untuk mendorong peningkatan akses

masyarakat Sulawesi Utara terhadap layanan

jasa keuangan guna mendorong

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,

Bank Indonesia telah melakukan berbagai

bentuk langkah dan upaya, diantaranya adalah

sebagai berikut:

Memperluas implementasi Layanan

Keuangan Digital (LKD) melalui dorongan

kepada bank penyelenggara LKD di

Sulawesi Utara, untuk memperbanyak agen

LKD di tiap-tiap daerah.

Melakukan sosialisasi dan edukasi Gerakan

Nasional Non Tunai (GNNT) pada berbagai

kesempatan dan kepada beragam

stakeholders. Pada bulan Januari hingga

April 2017 telah dilakukan kampanye GNNT

di Kotamobagu dan Manado.

Melakukan sosialisasi dan fasilitasi

penggunaan Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK)

kepada UMKM Sulut. Hal ini

dilatarbelakangi oleh kelemahan UMKM

dalam memahami syarat administratif

pembiayaan perbankan. Pada bulan Maret

2017, bekerjasama dengan Pemerintah

Kota Manado digelar sosialisasi dan

memfasilitasi UMKM untuk mendapatkan

IUMK. IUMK merupakan salah satu

kelengkapan administrasi UMKM untuk

memperoleh fasilitas pembiayaan

diperbankan. Sosiliasi tersebut juga

dirangkaikan dengan sosialisasi KUR dari

bank penyalur.

Mengembangkan aplikasi teknologi

informasi SIAPIK – Sistem Administrasi

Pencatatan Keuangan. Aplikasi SIAPIK dapat

diunduh pada smartphone tanpa dipungut

biaya, aplikasi ini mempermudah UMKM

dalam melakukan pembukuan. Sosialisasi

mengenai penggunaan SIAPIK kepada

UMKM se-Sulawesi Utara dan kalangan

perbankan telah dilaksanakan pada bulan

Maret dan Mei 2017.

Menyelesaikan dan mendiseminasi

penelitian Komoditas/Produk/Jenis Usaha

Unggulan UMKM kepada stakeholder

terkait pada Januari 2017. Hal ini bertujuan

untuk memudahkan pemerintah daerah

dan perbankan untuk mendapatkan

preferensi komoditas unggulan dan

potensial untuk dikembangkan maupun

untuk dibiayai.

4.3. KETAHANAN KORPORASI

4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Salah satu sumber kerentanan sektor

korporasi khususnya Industri Pengolahan di

Sulawesi Utara adalah melemahnya

permintaan global/mitra dagang. Pada

triwulan I 2017, Amerika Serikat (AS) masih

menjadi Negara tujuan utama ekspor Sulawesi

Utara (pangsa 31,6%) sehingga kinerja

perekonomian AS dapat menjadi sumber

kerentanan sektor korporasi Sulawesi Utara.

Pada triwulan I 2017 kinerja ekonomi AS masih

tercatat membaik didukung oleh konsumsi

yang solid.

Grafik 4.8. Komposisi Ekspor Sulawesi Utara

Sumber: SITC, diolah

23,24%

25,93%

23,68%25,59%

24,10% 24,28%23,22%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb

2014 2015 2016 2017

Amerika Serikat; 31,69%

Tiongkok; 15,56%

Korea Selatan; 11,27%

Belanda; 18,42%

Jepang; 8,75%

Lainnya; 14,30%

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

34

Pergerakan harga minyak dunia juga menjadi

sumber kerentanan korporasi dikarenakan

komoditas lemak/minyak nabati komposisi

ekspor Sulawesi Utara dengan pangsa cukup

dominan dalam komposisi ekspor Sulawesi

Utara. Pada triwulan I 2017 rata-rata harga

Coconut Oil (CNO) menunjukkan peningkatan

secara nominal sejalan dengan arah kinerja

ekspor minyak nabati Sulawesi Utara yang

didominasi oleh CNO. Meski, secara

pertumbuhan tahunan, CNO dan ekspor

mengalami perlambatan pertumbuhan.

Grafik 4.9. Perkembangan Harga Minyak dan

Ekspor Minyak Nabati Sulawesi Utara

Sumber: World Bank dan Cognos Bank Indonesia

4.3.2. Kinerja Korporasi

Kegiatan Usaha

Kinerja korporasi berdasarkan hasil liaison

Bank Indonesia dengan perusahaan pada

lapangan usaha utama di Sulawesi Utara,

mengindikasikan adanya perlambatan

kegiatan usaha pada triwulan I 2017 jika

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan

dengan berakhirnya peak season konsumsi

masyarakat pada akhir triwulan IV 2016 serta

semakin ketatnya persaingan bisnis di sector

industri pengolahan membuat kinerja dunia

usaha pada awal tahun melambat, hal ini

tercermin dari lickert scale (LS) kegiatan usaha

domestik (Tw IV 2016 1,7; Tw I 2017 0,75)

maupun ekspor (TW IV 2016 0,33; Tw I 2017 -

1) yang turun dari angka triwulan sebelumnya.

Grafik 4.10. Lickert Scale Kegiatan Usaha

Sumber: Liaison, Bank Indonesia

Meski demikian, prospek kinerja korporasi

yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang

(SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

Bank Indonesia masih menjanjikan, dimana

kegiatan usaha pada triwulan mendatang

diperkirakan akan tumbuh meningkat dengan

SBT sebesar 8,34% dari triwulan I 2017 6,14%.

Peningkatan tersebut diperkirakan

disumbangkan oleh peningkatan kinerja

lapangan usaha penyediaan konstruksi sejalan

dengan rencana dimulainya pembangunan

beberapa proyek pemerintah maupun swasta

untuk infrastruktur pariwisata pada triwulan

mendatang.

4.3.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor

Korporasi

Eksposur kredit perbankan pada sektor

korporasi meningkat dari 16% pada triwulan

IV 2016 menjadi 27,4% pada triwulan I 2017.

Oleh karenanya, kerentanan yang terjadi pada

sektor ini perlu untuk diwaspadai agar

stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan

tetap terjaga mengingat eratnya keterkaitan

antar sektor. Keterkaitan sektor korporasi

terhadap sektor rumah tangga dalam hal

penyerapan tenaga kerja yang kemudian

berpengaruh terhadap penghasilan.

Grafik 4.11. Pangsa Penggunaan Kredit

Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

0

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Ekspor Minyak Nabati Harga CNO sb. Kanan

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016

LS Penjualan Domestik LS Penjualan Ekspor

31,44%

68,38%

0,18%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

35

Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Kredit perbankan pada sektor korporasi di

Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 mencapai

Rp10,3 triliun, meningkat sebesar 115,4%

(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya

yang hanya tumbuh 7,61% (yoy). Akselerasi

tersebut didorong oleh realisasi KI yang

tumbuh sebesar 196,8% (yoy) dimana pada

sebelumnya mencatatkan kontraksi 0,8% (yoy)

disertai dengan peningkatan KMK yang juga

tumbuh 44,1% (yoy) meningkat dari triwulan

sebelumnya 8,2% (yoy). Berdasarkan jenis

penggunaannya, kredit korporasi terutama

disalurkan dalam bentuk kredit investasi

sebesar 68%, kredit modal kerja sebesar 31%

dan kredit konsumsi sebesar 0,18%.

Kredit Modal Kerja Korporasi

Posisi KMK triwulan I 2017 mencapai Rp3,2

triliun meningkat sebesar Rp775 miliar secara

nominal, jika dibandingkan dengan baki

debet pada triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan KMK korporasi tersebut

didorong oleh akselerasi pertumbuhan kredit

lapangan usaha yang mendominasi penyaluran

KMK korporasi, yaitu lapangan usaha

konstruksi (pangsa 15,09%) yang tercatat

tumbuh meningkat menjadi sebesar 50,2 (yoy)

pada triwulan I 2017, dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 24,6% (yoy).

Pertumbuhan juga terjadi pada lapangan

usaha industri pengolahan sebagai lapangan

usaha terbesar ketiga penerima pembiayaan

modal kerja pada sektor korporasi (pangsa

9,16%) yang pertumbuhannya (9,6% yoy)

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

(0,4% yoy). Disisi lain, perlambatan terjadi

pada lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran yang mendominasi penyaluran KMK

korporasi yang tumbuh 7,13% (yoy) dari

triwulan sebelumnya 14,5% (yoy).

Grafik 4.13. Pertumbuhan Kredit Modal Kerja

Korporasi Lapangan Usaha Dominan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

4.4. KETAHANAN RUMAH TANGGA

4.4.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi

Sektor Rumah Tangga

Sebagai penyedia dana dan sebagai penerima

pendanaan dari institusi keuangan, sektor

rumah tangga memiliki peran yang penting

dalam sistem keuangan. Beberapa faktor yang

memengaruhi kondisi rumah tangga adalah

tingkat pendapatan, tingkat pengangguran,

tingkat konsumsi dan kondisi pembiayaan /

kredit rumah tangga. Sejalan dengan pola

historisnya, konsumsi rumah tangga terhadap

perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I

2017 mengalami perlambatan.

Grafik 4.14. Indeks Keyakinan Konsumen

Rumah Tangga Sulawesi Utara

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Meski demikian, tingkat optimisme rumah

tangga dalam melakukan kegiatan konsumsi

masih menunjukkan peningkatan. Hal ini

tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen

-150,0%

-50,0%

50,0%

150,0%

250,0%

350,0%

450,0%

550,0%

650,0%

750,0%

-50,0%

0,0%

50,0%

100,0%

150,0%

200,0%

250,0%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi -sb. Kanan

0,4

7%

24

,60

%

14

,58

%

9,6

0%

50

,27

%

7,1

3%

I N D U S T R I P E N G O L A H A N K O N S T R U K S I P E R D A G A N G A N B E S A R D A N E C E R A N

Tw IV 2016 Tw I 2017

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ay

Jun

eJu

lA

ug

Se

pO

ctN

ov

De

cJa

nF

eb

Ma

rA

pr

Ma

yJu

nJu

lA

ug

Se

pO

ctN

ov

De

cJa

nF

eb

Ma

rA

pr

Me

iJu

ni

Juli

Ag

tS

ep

Okt

No

vD

es

Jan

Fe

bM

are

tA

pril

Me

iJu

ni

Juli

Ag

tS

ep

Okt

No

vD

es

Jan

Fe

bM

ar

2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen Titik Optimis

OP

TIM

ISP

ES

IMIS

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

36

(IKK) selama triwulan I 2017 yang berada pada

level 127,9 meningkat dibandingkan periode

sebelumnya yang berada pada level 116,1.

Grafik 4.15. Persepsi Rumah Tangga Sulawesi

Utara terhadap Ekonomi saat ini

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Grafik 4.16. Persepsi Rumah Tangga Sulawesi

Utara terhadap Harga 6 bulan kedepan

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Optimisme Rumah tangga juga masih

menunjukkan peningkatan baik terhadap

kondisi penghasilan, pembelian barang tahan

lama dan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini

tercermin dari indeks pembentuk Indeks

Ekonomi Saat Ini (IKE), sepanjang Januari-

Maret 2017 masih berada diatas titik optimis

(>100). Sejalan dengan hal tersebut, Indeks

Ketersediaan Lapangan Kerja juga

menunjukkan peningkatan pada triwulan I

2017 yang diikuti dengan peningkatan Indeks

Penghasilan Saat Ini.

Optimisme tersebut diperkirakan akan terus

meningkatkan pada pada waktu mendatang,

tercermin dari rata-rata ekspektasi rumah

tangga terhadap lapangan pekerjaan 6 bulan

mendatang yang meningkat (126,3)

dibandingkan rata-rata periode sebelumnya

(114,6). Ke depan, sektor rumah tangga masih

dihadapkan pada risiko yang berasal dari

kenaikan harga. Hal ini terindikasi dari

peningkatan Indeks Ekspektasi Harga 6 bulan

mendatang.

4.4.2. Dana Pihak Ketiga Perseorangan di

Perbankan

Pada triwulan I 2017 pertumbuhan dana

pihak ketiga (DPK) perseorangan mengalami

peningkatan, tumbuh sebesar 7,56% (yoy),

dibandingkan periode sebelumnya 7,09%

(yoy). Dilihat dari porsinya, sektor rumah

tangga masih mendominasi DPK perbankan

Sulawesi Utara, dengan pangsa yang mencapai

78% dari keseluruhan DPK di Sulawesi Utara.

Porsi DPK perseorangan tersebut relatif

menurun jika dibandingkan triwulan

sebelumnya (83,3%), namun masih meningkat

jika dibandingkan dengan periode yang sama

di 2016 dengan yang sebesar 72,4%. Adapun

preferensi rumah tangga pada triwulan IV

dalam melakukan penempatan dana masih

didominasi pada produk tabungan (57%) dan

deposito (33%).

Grafik 4.17. Komposisi DPK Perseorangan di

Sulawesi Utara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.18. Pertumbuhan DPK Perseorangan

Tiap Jenis Penempatan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

4.4.3. Kredit Perbankan Sektor Rumah

Tangga

Kredit rumah tangga (konsumsi) pada

triwulan I 2017 mencapai Rp19,9 triliun,

Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang TahanLama

Ketersediaan Lap. Kerja

Jan Feb Maret Titik Optimis

-2,00%

-1,00%

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

4,00%

5,00%

6,00%

7,00%

120

130

140

150

160

170

180

190

200

210

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul

2015 2016 2017

Inflasi (semester) - 2nd axis Indeks Ekspektasi Harga 6 Bulan

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Perseorangan Bukan Perseorangan

-10,00%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

g.Tabungan g.Deposito

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

37

tumbuh 11,9% (yoy) meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 6,92% (yoy). Sementara itu pangsa

kredit rumah tangga terhadap total kredit yang

disalurkan masih dominan yaitu 60%.

Grafik 4.19. Komposisi Kredit Konsumsi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Dari sisi penggunaan, pangsa kredit rumah

tangga masih didominasi oleh Kredit

Multiguna (76,1%), diikuti Kredit Pemilikan

Rumah (21,8%), Kredit Kendaraan Bermotor

(1,21%) dan Kredit Perlengkapan (0,83%).

Kredit RT jenis multiguna sebagai jenis kredit

terbesar tercatat tumbuh sebesar 12% (yoy)

dibandingkan bulan sebelumnya 6,4% (yoy).

Relaksasi ketentuan mengenai Loan To Value

pada tahun 2016 mulai berdampak pada

penyaluran KPR, dimana pada periode ini KPR

tumbuh 10,51% (yoy) dari 7,47% (yoy) triwulan

sebelumnya. Peningkatan juga terjadi pada

KKB yang tumbuh 8,07% (yoy) dari 3,42% (yoy)

di triwulan IV 2016. Disisi lain, perlambatan

pertumbuhan terjadi pada Kredit

Perlengkapan (65% yoy pada triwulan ini dari

71,1% yoy di triwulan sebelumnya).

Grafik 4.20. Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Menurut Jenis Penggunaan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah

tangga pada triwulan I 2017 menunjukkan

penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya sebagaimana tercermin dari

peningkatan rasio maupun nominal NPL.

Rasio NPL periode sebelumnya 2,26% naik

menjadi 2,41% pada triwulan I 2017.

Sementara nominal NPL tercatat menurun dari

Rp428 miliar menjadi Rp479 miliar. Penurunan

kualitas kredit terjadi pada seluruh jenis kredit

RT kecuali kredit perlengkapan. Namun

demikian, tekanan tersebut masih relatif

rendah, dimana NPL konsumsi secara agregat

berada pada level 2,41% atau masih dibawah

threshold 5%.

KPR21,80%

KKB1,21%

Perlengkapan0,83%

Multiguna76,17%

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Total Kredit RT KPR

KKB Multiguna

Perlengkapan (sb.kanan)

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

38

Bab V.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

5.1. PENYELENGGARAAN LAYANAN

SISTEM PEMBAYARAN NONTUNAI

Pada triwulan I 2017, transaksi kliring melalui

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

(SKNBI) di Sulawesi Utara dan Provinsi

Gorontalo tercatat sebesar Rp2,42 triliun.

Angka tersebut menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

Rp2,86 triliun seiring dengan normalisasi

aktivitas perekonomian pasca berakhirnya

momentum pergantian tahun pada triwulan IV

2016 sesuai dengan tren historisnya. Secara

pertumbuhan, transaksi kliring kembali

mengalami penurunan yaitu terkontraksi

sebesar 15,7% (yoy) pada triwulan I 2017

emakin dalam dari triwulan IV 2016 yang

terkontraksi sebesar 12,4% (yoy). Hal tersebut

terutama disebabkan oleh pemberlakuan

ketentuan atas caping SKNBI menjadi Rp100

juta sejak 1 Juli 2016, dimana pada triwulan IV

2015 sempat berlaku caping Rp500 juta serta

adanya ketentuan batas nilai nominal transfer

dana menggunakan BI-RTGS adalah di atas Rp

100 juta. Ketentuan tersebut menyebabkan

penggunaan SKNBI pada triwulan IV 2015

tumbuh meningkat kemudian mengalami

penurunan memasuki pertengahan tahun

2016 sehingga terjadi switching preferensi

masyarakat untuk menggunakan BI-RTGS

sebagai media transaksi. Hal tersebut

berdampak pada pertumbuhan transaksi

kliring melalui SKNBI mengalami penurunan.

Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi SKNBI

Bank Indonesia terus melakukan upaya

menjaga kelancaran transaksi pembayaran

nontunai. Upaya yang dilakukan antara lain

melalui implementasi SKNBI Generasi II sejak 5

Juni 2015, mendorong Gerakan Nasional Non

Tunai (GNNT) melalui Layanan Keuangan

Digital (LKD) dan elektronifikasi serta

melakukan pemantauan pada Koordinator

Pertukaran Warkat Debit (KPWD).

Guna meningkatkan penggunaan LKD di

Sulawesi Utara, Bank Indonesia berupaya

memperluas implementasi LKD melalui

dorongan kepada BRI, Bank Mandiri dan BNI

yang merupakan bank penyelenggara LKD di

Sulawesi Utara, untuk melakukan ekspansi

agen LKD di tiap-tiap daerah. Untuk

mendukung upaya tersebut, Bank Indonesia

juga melakukan mediasi perbankan dan pihak

penyedia jaringan.

Selanjutnya, dalam rangka mendorong

elektronifikasi, Bank Indonesia telah

menyusun Roadmap Elektronifikasi untuk

tahun 2017-2019 yang akan menjadi panduan

dalam implementasi elektronifikasi transaksi

keuangan di wilayah Sulawesi Utara.

Berbagai sosialisasi dan edukasi GNNT terus

dilakukan oleh Bank Indonesia pada berbagai

kesempatan dan kepada beragam

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Sumber: Bank Indonesia

Nilai Transaksi (Rp Triliun) Pertumbuhan (yoy) (rhs)

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

39

stakeholders. Pada bulan Januari 2017,

sosialisasi GNNT dilakukan di Kotamobagu

kepada pemerintah kabupaten, masyarakat

dan pelajar. Di bulan Februari, Bank Indonesia

Sulawesi Utara menyelenggarakan edukasi

keuangan di Melonguane, Kabupaten

Kepulauan Talaud yang merupakan Kabupaten

terluar dibagian utara Indonesia.

Bank Indonesia juga telah menyempurnakan

ketentuan Bilyet Giro melalui Peraturan Bank

Indonesia (PBI) No.18/41/PBI/2016 tanggal 21

November 2016 yang akan berlaku mulai

tanggal 1 April 2017. Untuk memastikan

ketentuan tersebut dapat dipahami oleh

perbankan dan masyarakat Sulawesi Utara,

Bank Indonesia telah melakukan sosialisasi

kepada perbankan dan publikasi di media

massa sepanjang bulan Maret 2017.

Di sisi dukungan pada kelancaran sistem

kliring, Bank Indonesia melakukan

pemantauan kepatuhan KPWD melalui analisis

laporan berkala setiap bulan secara off-site

serta pemeriksaan on-site. Pada triwulan I

2017 pemantauan langsung dilakukan di KPWD

Kep. Sangihe. Di Sulawesi Utara, terdapat 5

penyelenggara kliring yaitu Bank Indonesia di

Manado, dan 3 KPWD yang terdiri dari Bank

Negara Indonesia (BNI) di Kotamobagu, Bank

Mandiri di Kep. Sangihe, dan BNI di Bitung.

Dukungan pada kelancaran sistem kliring

dilakukan juga dalam bentuk sosialisasi terkait

Daftar Hitam Nasional dan peraturan Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Gen II

kepada peserta kliring lokal Manado pada

November 2016. Pada bulan Januari 2017,

Bank Indonesia telah melakukan sosialisasi

penyampaian ketentuan Bilyet Giro dan

ketentuan lainnya kepada peserta kliring.

Rencana yang akan dilakukan sepanjang

semester I 2017 ini yaitu pemeriksaan on-site

seluruh KPWD (Bitung, Kotamobagu, Provinsi

Gorontalo dan Tahuna).

Untuk mendukung industri Pariwisata,

khususnya kegiatan Usaha Penukaran Valuta

Asing Bukan Bank (KUPVA BB) yang lebih

sehat dan mencegah risiko pemanfaatan

KUPVA BB untuk kegiatan pencucian uang,

pendanaan terorisme, judi online, dan

kejahatan lainnya, Bank Indonesia juga telah

menerbitkan PBI No.18/20/PBI/2016 tanggal 3

Oktober 2016. Dalam PBI tersebut diatur

bahwa setiap penyelenggara KUPVA BB yang

tidak memperoleh wajib memperoleh izin dari

Bank Indonesia terhadap penyelenggara

KUPVA BB yang belum memperoleh izin Bank

Indonesia diwajibkan untuk menutup kegiatan

usaha dan mengajukan izin kepada Bank

Indonesia. Terkait hal tersebut, sepanjang

bulan Februari 2017 telah dilakukan beberapa

sosialisasi kepada Kantor Cabang KUPVA BB

yang berkantor pusat diluar Sulawesi Utara,

PHRI, ASITA, serta koordinasi dengan Polda,

BNN dan Dinas Pariwisata untuk perumusan

strategi penertiban. Berdasarkan hasil market

intelegence dan koordinasi dengan instansi /

pihak terkait, hingga saat ini belum ditemukan

adanya KUPVA BB yang tidak berizin di

Sulawesi Utara.

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI

Pergerakan aliran masuk uang kartal dari

masyarakat ke kas Bank Indonesia pada

triwulan I 2017 masih mengikuti pola

historisnya yaitu menunjukkan adanya

peningkatan net-inflow pada setiap awal

tahun. Permintaan masyarakat akan uang

kartal sejalan dengan aktivitas perekonomian

yang juga mulai mereda, tercermin dari

aktivitas setoran-bayaran uang tunai yang

tercatat net-inflow sebesar Rp1,6 triliun,

berkebalikan dengan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat net outflow (lebih

besar uang kartal yang keluar dari Bank

Indonesia) Rp1,5 triliun.

Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Rp triliun)

(3)

(2)

(1)

-

1

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Sumber: Bank Indonesia

Inflow Outflow Netflow

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

40

Seiring dengan kebijakan clean money policy,

kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar

(UTLE) terus dilakukan oleh Bank Indonesia.

Pada triwulan I 2017, sejalan dengan

meningkatnya aliran uang kartal yang masuk

ke kas Bank Indonesia, jumlah UTLE yang

dimusnahkan juga mengalami peningkatan

mencapai Rp1,00 Triliun dengan rasio

terhadap inflow sebesar 42%. Jumlah

pemusnahan tersebut lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 354,1

Miliar dengan rasio terhadap inflow 27,4%.

Untuk mewujudkan ketersediaan Uang

Rupiah dalam jumlah yang cukup, pecahan

yang sesuai, dan kondisi yang layak edar,

pada tahun ini Bank Indonesia berencana

untuk membuka 3 (tiga) titik layanan kas

titipan baru di Kab. Kep. Talaud, Kab. Kep.

Sitaro, dan Kota Bitung. Pembukaan layanan

kas titipan baru dinilai sangat dibutuhkan

dalam mendukung transaksi ekonomi

masyarakat melalui penyediaan kebutuhan

Uang Rupiah yang layak edar dan menjaga

kedaulatan Rupiah di NKRI.

Selain melalui kas titipan, Bank Indonesia juga

telah mengoptimalkan layanan kas keliling,

yang tidak hanya menjangkau pusat bisnis

modern, namun juga hingga ke pasar

tradisional di tingkat Kecamatan di setiap

Kab/Kota di Sulawesi Utara. Sepanjang

triwulan I 2017, telah menyelenggarakan 56

kegiatan kas keliling yang menjangkau

beberapa Kab/Kota yaitu Kota Manado, Kota

Kotamobagu, Kota Bitung, Kab. Minahasa, Kab.

Minahasa Utara, Kab. Minahasa Selatan, dan

Kab. Bolaang Mongondow Timur yang juga

dirangkaikan dengan edukasi kepada

masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian Uang

Rupiah untuk memitigasi risiko peredaran

uang palsu di Sulawesi Utara.

Bank Indonesia juga menyelenggarakan

pelayanan jasa kas titipan dalam rangka

penyediaan kebutuhan uang kartal. Pada

triwulan IV 2016, dilakukan sebanyak 6 kali

dropping kas titipan, yang terdiri dari 1 kali di

Tahuna Kep. Sangihe (Bank Mandiri), 2 kali di

Provinsi Gorontalo (Bank Mandiri) dan 3 kali di

Kotamobagu (Bank Sulutgo). Sementara itu,

penarikan kas titipan dilakukan juga sebanyak

6 kali dengan rincian yang sama dengan

dropping.

Temuan uang palsu di Sulawesi Utara dan

Provinsi Gorontalo pada triwulan I 2017

sebanyak 103 lembar, meningkat dari

triwulan IV 2016 yang tercatat hanya

sebanyak 23 lembar. Berdasarkan

pecahannya, sepanjang triwulan I 2017,

temuan tersebut terdiri dari 79 lembar

pecahan Rp 100 ribu dan 10 lembar pecahan

Rp 50 ribu. Adapun pemberantasan uang palsu

terus dilakukan Bank Indonesia antara lain

melalui penguatan koordinasi bersama aparat

penegak hukum melalui penandatanganan

Pokok-Pokok Kesepahaman dalam rangka

Mendukung Pelaksanaan Tugas Bank

Indonesia dengan Kepolisian Daerah Sulawesi

Utara pada tanggal 23 Juni 2015. Bank

Indonesia selalu melakukan klarifikasi Uang

Palsu melalui data dan fisik bilyet setiap bulan

yang kemudian dilaporkan kepada Kepolisian

Daerah Sulawesi Utara untuk ditindaklanjuti

sesuai kewenangannya sebagai penegak

hukum. Selain itu, untuk meningkatkan kehati-

hatian masyarakat, Bank Indonesia

menggiatkan berbagai kegiatan sosialisasi dan

edukasi sepanjang triwulan I 2017 melalui

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah (CCKUR)

kepada masyarakat, pelaku usaha, nasabah

perbankan, Pemerintah Daerah, pelajar dan

pegawai internal. Bank Indonesia juga terus

memperkuat strategi komunikasi terkait

kewajiban penggunaan Uang Rupiah dalam

bertransaksi di wilayah NKRI. Seiring dengan

pengeluaran dan pengedaran 11 (sebelas)

pecahan uang Rupiah Tahun Emisi (TE) 2016,

Bank Indonesia Sulawesi Utara melakukan

sosialisasi uang Rupiah TE 2016 disepanjang

triwulan I 2017 hingga ke wilayah perbatasan.

Grafik 5.3. Perkembangan Temuan UPAL

69 64

34

67

149

124

219 214

7967 58

84

228

18

95

23

103

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Bank Indonesia

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

41

Bab VI.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

6.1. KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara

mengalami perbaikan pada periode Februari

2017. Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi

Utara tersebut tercermin dari tingkat

pengangguran terbuka (TPT) pada periode

Februari 2017 yang sebesar 6,12%, menurun

dari tahun sebelumnya yang berada di level

6,18%.

Jumlah tenaga kerja meningkat baik secara

pertumbuhan maupun jumlah jiwanya

dibandingkan jumlah peningkatan angkatan

kerja. Kondisi tersebut menyebabkan TPT

mengalami penurunan yang cukup dalam.

Pada periode Februari 2017, peningkatan

jumlah angkatan kerja meningkat sebesar 75

ribu jiwa. Jumlah yang meningkat tersebut

dapat terserap oleh lapangan kerja dimana

jumlah penduduk yang bekerja bertambah

sebesar 91 ribu jiwa. Sementara itu,

penyerapan tenaga kerja mendorong jumlah

pengangguran berkurang hingga 15 ribu jiwa

dibandingkan periode Februari 2016.

Tabel 6.1. Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Februari (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan lapangan usahanya, penurunan

tingkat pengangguran ditopang oleh

penyerapan tenaga kerja pada lapangan

usaha pertanian dan industri pengolahan.

Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di

lapangan usaha tersebut tumbuh 57,7% (yoy),

lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya

tumbuh 11,6%. Penyerapan tenaga kerja di

Sulawesi Utara lapangan usaha industri

pengolahan meningkat kinerjanya seiring

dengan masih tingginya kinerja sektor

pertanian. Perbaikan cuaca yang terkonfirmasi

dari penurunan indeks El Nino (data BMKG),

serta dukungan program pemerintah melalui

penyaluran bibit/benih, pencetakan sawah

dan bantuan alsintan turut mendorong

penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian

yang pada Februari 2016 terkontraksi 14,5%

(yoy) kini dapat tumbuh 16,5% (yoy).

Penyerapan tenaga kerja juga didukung oleh

lapangan usaha jasa kemasyarakatan dan

perdagangan yang meningkat kinerjanya

sebagai dampak peningkatan kunjungan

wisatawan mancanegara. Dilihat dari

pertumbuhannya, penyerapan tenaga kerja

pada sektor industri mencatatkan

pertumbuhan tertinggi sebesar 57,7% yoy,

sejalan dengan pemulihan kinerja industri

pengolahan khususnya pengolahan ikan paska

relaksasi ketentuan mengenai transhipment.

Hingga Februari 2017, struktur lapangan

pekerjaan secara sektoral tidak mengalami

perubahan dari periode sebelumnya.

Penyerapan tenaga kerja masih terkonsentrasi

di sektor pertanian, perdagangan, dan jasa

kemasyarakatan secara berurutan dengan

pangsa masing-masing sebesar 33,34%,

24,77% dan 19,14%.

Keadaan Ketenagakerjaan Feb-15 Feb-16 Feb-17Growth

Feb 2016

Growth

Feb 2017

Penduduk 15 thn ke atas 1,781 1,779 1,833 -0.1% 3.0%

Angkatan kerja 1,180 1,184 1,259 0.3% 6.4%

Bekerja 1,078 1,091 1,182 1.2% 8.3%

Pengangguran 103 93 77 -9.7% -17.2%

TPAK (%) 66.24 66.55 68.78

TPT (%) 8.69 7.82 6.12

10,46

9,19

8,42

7,5 7,26

8,69

7,82

6,12

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

42

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sejalan dengan peningkatan tenaga kerja di

lapangan usaha pertanian, pekerjaan

informal menunjukkan peningkatan jumlah

tenaga kerja (TK) secara signifikan dan masih

mendominasi jenis lapangan pekerjaan di

Sulawesi Utara. Berdasarkan status pekerjaan,

TK informal meningkat tinggi, sementara TK

formal relatif sama sejalan dengan

pertumbuhan sektor industri dan

perdagangan. Sektor industri pada 2016

tumbuh 1,1% (yoy), melambat lebih dalam dari

2,69% pada 2015. Sektor perdagangan 2016

tumbuh 6,05%, cenderung stagnan

dibandingkan 2015 sebesar 6,0%. Senada

dengan hal itu, pekerja yang berusaha sendiri

dan pekerja keluarga/tak dibayar yang

merupakan karakteristik lapangan usaha

pertanian juga mengalami peningkatan

penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut juga

terkonfirmasi dari peningkatan tenaga kerja

dengan jumlah jam kerja 1-7 jam per minggu.

Tenaga kerja yang bekerja dengan jumlah jam

tersebut meningkat 77,5% (yoy) dari 14 ribu

jiwa menjadi 25 ribu jiwa pada Februari 2017.

Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Selain itu, penyerapan tenaga kerja di

lapangan usaha pertanian terkonfirmasi oleh

peningkatan tenaga kerja berdasarkan

pendidikannya. Tenaga kerja dengan

pendidikan SD ke bawah yang merupakan

karakteristik dari lapangan usaha pertanian

mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar

17,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Februari

2016 yang hanya tumbuh 3,7%. Peningkatan

tersebut mendorong jumlah tenaga kerja

berpendidikan SD ke bawah bertambah

sebanyak 70 ribu jiwa menjadi 468 ribu jiwa

pada Februari 2017. Adapun tenaga kerja

dengan pendidikan SD ke bawah memiliki

pangsa 42% dari total seluruh tenaga kerja di

Sulawesi Utara.

Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perbaikan keadaan ketenagakerjaan yang

tercermin dari penurunan TPT terjadi di

seluruh jenjang pendidikan tenaga kerja. TPT

penduduk dengan pendidikan SD ke bawah

dan Diploma I/II/III merupakan yang terendah,

sedangkan TPT penduduk dengan pendidikan

Universitas merupakan yang tertinggi.

Tabel 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

6.2. KESEJAHTERAAN

Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara

secara umum mengalami peningkatan seiring

dengan perbaikan indikator-indikator

kesejahteraan. Indikator-indikator tersebut

antara lain upah, tingkat kemiskinan, dan Nilai

Tukar Petani.

Pada tahun 2017, upah minimum provinsi

(UMP) meningkat sehingga mendorong

kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.

Upah Minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun

2017 ditetapkan pemerintah daerah sebesar

Lapangan Pekerjaan Utama Feb-15 Feb-16 Feb-17Growth

Feb-16

Growth

Feb-17

Pangsa

Feb-17

Pertanian 371,6 317,8 370,2 -14,5% 16,5% 33,34%

Industri 51,2 57,1 90,1 11,6% 57,7% 8,11%

Konstruksi 67,1 94,0 86,3 40,2% -8,3% 7,77%

Perdagangan 249,1 255,6 275,0 2,6% 7,6% 24,77%

Transportasi 97,1 93,2 86,0 -4,0% -7,8% 7,74%

Keuangan 33,6 23,6 24,6 -29,6% 4,0% 2,21%

Jasa Kemasyarakatan 190,0 220,6 212,5 16,1% -3,7% 19,14%

Lainnya 18,1 29,3 37,3 62,0% 27,3% 3,36%

Status Pekerjaan Feb-15 Feb-16 Feb-17Growth

Feb-16

Growth

Feb-17

Pangsa

Feb-17

Formal 416,40 471,10 471,30 13,14% 0,04% 39,88%

Informal 661,30 620,30 710,60 -6,20% 14,56% 60,12%

Pendidikan Tertinggi yang

DitamatkanFeb-15 Feb-16 Feb-17

Growth

Feb-16

Growth

Feb-17

Pangsa

Feb-17

SD Ke bawah 383,5 397,7 468,4 3,7% 17,8% 42,2%

SMP 218,8 206,5 234,5 -5,6% 13,6% 21,1%

SMA 224,4 229,3 226,7 2,2% -1,1% 20,4%

SMK 119,3 90,5 126,1 -24,2% 39,3% 11,4%

Diploma I/II/III 23,8 24,1 33,4 1,3% 38,5% 3,0%

Universitas 107,9 103,6 92,9 -3,9% -10,4% 8,4%

2015 2016

Feb Feb

SD Ke bawah 3,95 2,72

Sekolah Menengah Pertama 6,70 5,63

Sekolah Menengah Atas 9,17 9,76

Sekolah Menengah Kejuruan 16,05 9,62

Diploma I/II/III 7,08 4,03

Universitas 11,59 10,26

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

43

Rp 2.598.000, meningkat sebesar 8,25% (yoy)

dari UMP tahun 2016 yakni Rp 2.400.000.

Berdasarkan spasialnya, UMP Provinsi

Sulawesi Utara merupakan UMP tertinggi

ketiga secara Nasional (di bawah Jakarta dan

Papua).

Naiknya kesejahteraan masyarakat Sulawesi

Utara juga tercermin dari tingkat kemiskinan

yang mengalami penurunan. Pada posisi

September 2016 (data terakhir), tingkat

kemiskinan di Sulawesi Utara tercatat sebesar

8,20%, menurun dari posisi September 2015

(8,98%). Garis kemiskinan total termasuk

makanan dan non-makanan pada September

2016 sebesar Rp 318.984/kapita/bulan,

meningkat dari Rp 307.104 pada September

2015. Meskipun garis kemiskinan meningkat,

namun tingkat kemiskinan mengalami

penurunan, sehingga diindikasikan

pendapatan meningkat lebih tinggi

dibandingkan kenaikan garis kemiskinan.

Perbaikan tingkat kemiskinan yang terjadi di

Sulawesi Utara menunjukkan bahwa daya beli

masyarakat masih kuat yang tercermin dari

Indeks Kedalaman Kemiskinan menurun dari

1,539 pada September 2015 menjadi 1,377

pada September 2016. Namun demikian,

menurut daerahnya, kenaikan daya beli hanya

terjadi pada penduduk di pedesaan, sementara

daya beli penduduk di perkotaan mengalami

penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan di

perkotaan meningkat dari 0,634 menajdi

0,791. Hal tersebut sejalan dengan

pertumbuhan konsumsi yang mengalami

perlambatan pada tahun 2016. Perbaikan

tingkat kemiskinan juga terjadi di seluruh

lapisan masyarakat tercermin dari Indeks

Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan,

dari 0,443 menjadi 0,336. Namun sama halnya

dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan,

perbaikan ketimpangan pengeluaran di antara

penduduk miskin hanya terjadi di pedesaan,

sedangkan ketimpangan meningkat di daerah

perkotaan. Kondisi tersebut sejalan dengan

kinerja lapangan usaha pertanian meningkat

dimana lapangan usaha tersebut

terkonsentrasi di daerah pedesaan. Selain

dampak dari peningkatan pertumbuhan

ekonomi, perbaikan keadaan kesejahteraan

didukung juga oleh faktor lain antara lain inflasi

harga bahan pangan yang terkendali dan

program pemerintah daerah “ODSK” Operasi

Daerah Selesaikan Kemiskinan yang terbukti

efektif dalam mengurangi kemiskinan. Apabila

dibandingkan dengan nasional dan provinsi

lain di Kawasan Sulawesi, tingkat kemiskinan

Sulawesi Utara merupakan yang paling rendah,

di bawah Sulawesi Selatan (9,24%) dan

nasional (10,70%), sedangkan tingkat

kemiskinan tertinggi tercatat di Provinsi

Gorontalo dengan tingkat 17,63%.

Tabel 6.6. Indikator Keadaan Kesejahteraan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Disisi lain, indikator kesejahteraan petani

yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP)

mengalami penurunan. NTP mengalami

penurunan pertumbuhan dari -2,91% (yoy)

pada triwulan IV 2016 menjadi -5,1% pada

triwulan I 2017. NTP 2015 tercatat sebesar

96,48 kemudian mengalami sedikit penurunan

menjadi 96,28 pada 2016 dan memasuki

triwulan I 2017 kembali turun ke angka 92,33.

Penurunan tersebut disebabkan oleh

meningkatnya indeks dibayar petani disertai

dengan penurunan indeks diterima petani.

Peningkatan indeks dibayar petani utamnya

disebabkan oleh meningkatnya kelompok

pengeluaran konsumsi rumah tangga petani,

yaitu bahan makanan dampak dari inflasi yang

terjadi sepanjang triwulan I 2017.

Memperhatikan tingkat kesejahteraan petani

yang masih berada di bawah batas minimum

sejahtera, pemerintah perlu terus mendorong

berbagai upaya peningkatan lapangan usaha

pertanian untuk mendorong peningkatan

indeks diterima petani, disertai dengan upaya

pengendalian harga bersama Tim Pengendali

Pendidikan Tertinggi yang

DitamatkanFeb-16 Feb-17

SD Ke bawah 3.95 2.72

Sekolah Menengah Pertama 6.70 5.63

Sekolah Menengah Atas 9.17 9.76

Sekolah Menengah Kejuruan 16.05 9.62

Diploma I/II/III 7.08 4.03

Universitas 6.20 10.26

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

44

Inflasi Daerah untuk menjaga tekanan

terhadap indeks dibayar petani.

Tabel 6.7. Nilai Tukar Petani

Sumber: Badan Pusat Statistik

Indeks Diterima Petani -0,56%

Indeks Dibayar Petani 1,58%

Konsumsi Rumah Tangga 1,90%

Bahan Makanan 3,03%

Makanan Jadi 1,19%

Perumahan 0,81%

Sandang 1,38%

Kesehatan 1,33%

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0,37%

Transportasi dan Komunikasi 0,47%

BPPBM 0,64%

Bibit 0,04%

Obat-obatan & Pupuk 0,53%

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya -0,04%

Transportasi 0,81%

Penambahan Barang Modal 0,14%

Upah Buruh Tani 1,42%

Nilai Tukar Petani (indeks) -2,10%

Nilai Tukar Usaha Pertanian (indeks) -1,19%107,87 107,28 106,90 104,32 103,08

97,33 96,92 96,56 94,31 92,33

112,20 113,62 114,62 115,56 117,20

107,97 108,45 109,38 109,96 110,12

125,70 120,83 120,90 121,23 122,21

108,14 108,60 108,73 108,83 108,79

108,31 108,55 108,67 108,68 109,25

110,74 110,42 110,67 111,09 111,14

111,13 111,21 111,80 112,19 112,92

128,05 125,50 126,38 126,71 127,30

106,90 107,17 107,55 107,70 108,10

114,61 115,94 116,92 117,85 119,41

111,51 112,09 112,56 113,55 115,11

119,05 119,31 119,52 119,99 120,96

119,38 120,70 123,45 124,84 126,32

139,01 138,62 139,14 138,53 142,72

127,58 127,50 128,37 128,54 130,98

123,16 123,09 123,88 124,11 126,06

119,87 119,31 119,30 117,04 116,39

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2016 2017qtqRincian

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

45

Bab VII.

Prospek Perekonomian Daerah

7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan

III 2017 diperkirakan sedikit meningkat

dibandingkan perkiraan pertumbuhan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara diperkirakan masih berada

pada kisaran 6,3-6,7% (yoy) pada triwulan III

2017, namun dengan kecenderungan

mendekati batas atas sehingga diperkirakan

meningkat dibandingkan perkiraan

pertumbuhan triwulan II 2017.

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi

akan didorong oleh peningkatan seluruh

komponen utama sisi penggunaan yakni

konsumsi, investasi dan ekspor. Peningkatan

konsumsi rumah tangga didorong oleh

meningkatnya kinerja sektor pertanian,

penerimaan gaji ke-13 bagi ASN dan

penyelenggaran beberapa festival pariwisata

pada bulan September 2017. Konsumsi

pemerintah meningkat sesuai dengan polanya.

Senada dengan itu, investasi juga diperkirakan

meningkat didukung oleh realisasi belanja

modal pemerintah dan investasi swasta

berupa pembangunan gedung perbelanjaan.

Di sisi lain, ekspor Sulawesi Utara diperkirakan

tumbuh meningkat seiring dengan

membaiknya pasokan bahan baku pertanian

dan permintaan negara mitra dagang.

Pembukaan rute kapal RoRo dari Bitung ke

Davao diperkirakan dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi apabila

transportasi ini berjalan dengan baik.

Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

bersumber dari 4 sektor utama yakni

pertanian, perdagangan, konstruksi dan

industri pengolahan, sedangkan sektor

transportasi relatif melambat disebabkan

faktor base effect. Sektor pertanian didukung

oleh perbaikan cuaca di tengah masuknya

masa panen tanaman pangan pada triwulan III

2017. Selain itu, penyesuaian sektor perikanan

terhadap relaksasi aturan transhipment juga

menjadi faktor pendorong. Sektor

perdagangan didukung oleh aktivitas MICE

pada triwulan III 2017. Sektor konstruksi

meningkat seiring dengan peningkatan

investasi dan realisasi belanja modal

pemerintah. Sementara itu, sektor industri

tumbuh meningkat seiring dengan

membaiknya pasokan dari sektor pertanian. Di

sisi lain, sektor transportasi cenderung

melambat dipengaruhi base effect tingginya

pertumbuhan pada triwulan II 2017.

Sementara itu, sepanjang keseluruhan tahun

2017, perekonomian Sulawesi Utara

diperkirakan tumbuh meningkat

dibandingkan tahun 2016. Ekonomi Sulawesi

Utara diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,1-

6,5% (yoy) dengan kecenderunga mendekati

batas atas. Konsumsi rumah tangga tumbuh

kuat seiring dengan meningkatnya daya beli

dampak peningkatan UMP dan peningkatan

penghasilan dari perbaikan sektor pertanian

dan industri. Selain itu, konsumsi rumah

tangga juga didukung oleh maraknya

penyelenggaraan MICE di Sulawesi Utara pada

tahun 2017. Konsumsi pemerintah meningkat

seiring dengan peningkatan pendapatan pada

tahun 2017 dan tidak adanya pemotongan /

penundaan transfer dari Pemerintah Pusat.

Senada dengan itu, investasi juga diperkirakan

meningkat terindikasi dari berbagai

pembangunan gedung perbelanjaan dan

infrastruktur strategis. Peningkatan investasi

tidak terlepas dari upaya Pemerintah dalam

menciptakan iklim investasi yang baik

khususnya dalam hal perizinan. Bank Indonesia

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

46

juga turut mendorong investasi melalui

pengembangan Regional Investor Relation Unit

(RIRU) yang merupakan alat promosi potensi

investasi di Sulawesi Utara. Sementara itu,

kinerja ekspor akan meningkat sebagai

dampak peningkatan permintaan negara mitra

dagang dan membaiknya pasokan bahan baku

industri serta dukungan perkembangan harga

komoditas internasional yang diperkirakan

meningkat pada tahun 2017. Di samping itu,

peningkatan wisatawan mancanegara

khususnya dari Tiongkok juga menjadi faktor

pendorong pertumbuhan ekonomi tahun

2017. Pembukaan rute kapal RoRo Bitung –

Davao dan pembukaan beberapa rute

penerbangan dapat mendorong ekspor dan

pada akhirnya mendorong pertumbuhan

ekonomi tahun 2017.

Di tengah proyeksi peningkatan tersebut,

beberapa faktor risiko baik dari sisi eksternal

maupun internal tetap perlu mendapat

perhatian. Dari sisi eksternal yaitu potensi

meningkatnya suku bunga Fed Fund Rate (FFR)

untuk kedua kali pada tahun 2017 yang dapat

berpengaruh pada jumlah Foreign Direct

Investment yang masuk ke Sulawesi Utara. Dari

sisi internal, potensi terjadinya La Nina pada

akhir tahun 2017 dan masalah pembebasan

lahan yang sering terjadi pada lokasi

pembangunan infrastruktur dapat

menghambat pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara. Risiko dari sisi intermediary juga

berpotensi terjadi yakni terbatasnya

pertumbuhan kredit seiring dengan

peningkatan kehati-hatian perbankan dalam

penyaluran kredit ke debitur baru di tengah

NPL yang cenderung meningkat.

7.2. INFLASI

Pada triwulan III 2017, tekanan inflasi

Sulawesi Utara diperkirakan sedikit

meningkat dibandingkan triwulan II 2017,

namun demikian masih berada dalam rentang

target inflasi tahun 2017 4±1%. Inflasi triwulan

III 2017 secara tahunan diperkirakan sebesar

4,7-5,1% (yoy) dengan kecenderungan

mendekati batas bawah proyeksi.

Secara bulanan, inflasi terjadi pada bulan Juli

dan Agustus, sedangkan bulan September

diperkirakan mengalami deflasi. Pada bulan

Juli 2017, IHK Sulawesi Utara diperkirakan

mengalami inflasi sebesar 0,3% (mtm). Inflasi

tersebut disebabkan oleh masih berlanjutnya

konsumsi dalam rangka perayaan hari raya Idul

Fitri pada akhir Juni 2017. Harga beras

diperkirakan meningkat mengingat pada bulan

Juli masih dalam masa tanam beras sehingga

stok beras terbatas. Angkutan udara pada

bulan Juli juga masih cukup tinggi seiring

dengan mobilitas pengguna angkutan udara

yang berlanjut hingga awal bulan Juli 2017.

Pada bulan Agustus, IHK diperkirakan

mengalami tekanan inflasi yang relatif minimal

atau sebesar 0,2% (mtm). Inflasi tersebut lebih

disebabkan oleh stok beras yang berpontesi

menurun sehingga mendorong harga beras

naik. Pada bulan September, IHK diperkiraakn

tercatat deflasi sebesar 0,7% (mtm) sebagai

dampak normalnya permintaan di tengah

pasokan yang memadai.

Sepanjang tahun 2017, terdapat beberapa

faktor risiko inflasi yang harus diwaspadai

antara lain: (i) dampak perbaikan ekonomi

pada peningkatan permintaan yang tidak

sepenuhnya dapat direspon; (ii) potensi

tekanan imported inflation seiring

meningkatnya ketidakpastian global yang

memberi pengaruh pada pergerakan kurs; (iii)

tidak optimalnya upaya penguatan

infrastruktur pangan, serta (iv) rencana

kenaikan harga LPG dan BBM pada tahun 2017.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

47

Daftar Istilah dan Singkatan

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Utara Periode Mei 2017 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan

48

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indikator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang Rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam Rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibilitas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.