Kepentingan Stakeholders (Fix)

25
BAB I PENDAHULUAN A. ETOS BISNIS Etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau budaya moral menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dari satu generasi ke generasi yang lain. Inti etos disini adalah pembudayaan atau pembiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang juga membedakannya dari perusahaan yang lain. Banyak perusahaan besar sesungguhnya telah mengambil langkah yang tepat ke arah penerapan prinsip-prinsip etika bisnis ini, kendati prinsip yang mereka anut bisa beragam atau sebagiannya merupakan varian dari prinsip-prinsip dengan pertama-tama membangun apa yang dikenal sebagai budaya perusahaan (corporate culture) atau lebih cenderung disebut sebagai etos bisnis Dalam perusahaan ini pun berlaku nilai, lalu menjadi prinsip dan kode etik perusahaan yang menentukan sikap dan pola perilaku seluruh perusahaan dalam kegiatan bisnisnya sehari-hari. Tidak mengherankan bahwa hampir setiap perusahaan besar mempunyai kekhasannya sendiri yang menjadi simbol keunggulannya. Pada umumnya perusahaan yang 1

description

Etika Bisnis dan Profesi

Transcript of Kepentingan Stakeholders (Fix)

Page 1: Kepentingan Stakeholders (Fix)

BAB I

PENDAHULUAN

A. ETOS BISNIS

Etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau budaya moral menyangkut

kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dari satu generasi ke

generasi yang lain. Inti etos disini adalah pembudayaan atau pembiasaan

penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu yang dianggap

sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang juga membedakannya dari

perusahaan yang lain.

Banyak perusahaan besar sesungguhnya telah mengambil langkah

yang tepat ke arah penerapan prinsip-prinsip etika bisnis ini, kendati prinsip

yang mereka anut bisa beragam atau sebagiannya merupakan varian dari

prinsip-prinsip dengan pertama-tama membangun apa yang dikenal sebagai

budaya perusahaan (corporate culture) atau lebih cenderung disebut sebagai

etos bisnis

Dalam perusahaan ini pun berlaku nilai, lalu menjadi prinsip dan kode

etik perusahaan yang menentukan sikap dan pola perilaku seluruh

perusahaan dalam kegiatan bisnisnya sehari-hari. Tidak mengherankan

bahwa hampir setiap perusahaan besar mempunyai kekhasannya sendiri

yang menjadi simbol keunggulannya. Pada umumnya perusahaan yang

besar, berhasil, dan bertahan lama berdasarkan perkembangan murni pasar

(bukan karena perlindungan politik) mempunyai etos semacam itu.

B. ETOS BISNIS DALAM DUNIA BISNIS

Sebagian besar orang beranggapan bahwa dalam menjalankan bisnis

seorang pebisnis tidak perlu mengindahkan aturan-aturan, norma-norma

serta nilai moral yang berlaku dalam bisnis karena bisnis merupakan suatu

persaingan, sehingga pelaku bisnis harus memfokuskan diri untuk berusaha

dengan berbagai macam cara dan upaya agar bisa menang dalam persaingan

bisnis yang ketat.

1

Page 2: Kepentingan Stakeholders (Fix)

Dalam bisnis terdapat aturan yang penuh dengan persaingan dan

tentunya aturan-aturan tersebut berbeda dengan aturan moral dan sosial

yang biasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pebisnis yang

ingin mematuhi atau menerapkan aturan moral atau etika akan berada pada

posisi yang tidak menguntungkan. Namun, anggapan tersebut tidak

sepenuhnya benar karena ternyata beberapa perusahaan dapat berhasil

karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu.

Bisnis merupakan aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga

norma dan nilai moral yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat

dibawa dan diterapkan ke dalam kegiatan bisnis. Selain itu agar dapat

menjadi bisnis yang baik secara moral harus dibedakan antara legalitas dan

moralitas. Suatu kegiatan bisnis mungkin saja diterima secara legal karena

terdapat dasar hukum yang melandasinya, tetapi tidak diterima secara moral.

Contohnya adalah praktek monopoli.

Berbagai aksi protes yang mengecam berbagai pelanggaran dalam

kegiatan bisnis menunjukkan bahwa bisnis harus dijalankan secara baik dan

tetap mengindahkan norma-norma moral sebagai dasar menjalankan bisnis.

Sebuah perusahaan yang unggul sebaiknya tidak hanya tergantung

pada kinerja yang baik, pengaturan manejerial dan financial yang baik,

keunggulan teknologi yang dimiliki, sarana dan prasarana yang dimiliki,

melainkan juga harus didasari dengan etika dan etos bisnis yang baik.

Dengan memperhatikan etos kerja dan etika bisnis maka kepercayaan

stakeholders terhadap perusahaan tetap terjaga. Hal ini tentunya membantu

perusahaan dalam menciptakan dan menjaga citra bisnis mengingat

kedudukan stakeholders sebagai pihak-pihak yang berkepentingan dengan

aktivitas perusahaan.

C. RELATIVITAS MORAL DALAM BISNIS

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, dapat dikatakan bahwa dalam

bisnis modern dewasa ini orang di tuntut untuk bersaing secara etis tanpa

mengenal adanya perlindungan dan dukungan politik tertentu, semua

perusahaan bisnis mau tidak mau harus bersaing berdasarkan prinsip etika

2

Page 3: Kepentingan Stakeholders (Fix)

tertentu. Persoalannya, demikian kata De George, etika siapa? Ini berlaku

dalam bisnis global yang tidak mengenal batas negara. Konkretnya, etika

masyarakat mana yang harus diikuti oleh sebuah perusahaan multinasional

dari Amerika, misalnya, yang beroperasi di Asia, dimana norma etika dan

cara melakukan bisnis bisa berbeda sama sekali dari yang ditemukan di

Amerika?

Persoalan ini sesungguhnya menyangkut apakah norma dan prinsip

etika bersifat universal atau terkait dengan budaya. Untuk menjawab

pertanyaan ini menurut De George, kita perlu melihat terlebih dahulu tiga

pandangan yang umum, yaitu :

a. Pandangan pertama, bahwa norma etis berbeda antara satu tempat

dengan tempat yang lain. Maka prinsip pokok yang dipegang adalah di

mana saja perusahaan beroperasi, ikuti norma dan aturan moral yang

berlaku dalam negara tersebut.

b. Pandangan kedua,bahwa norma sendirilah yang paling benar dan tepat.

Karena itu prinsip yang harus dipegang adalah bertindaklah dimana saja

sesuai prinsip yang dianut dan berlaku di negaramu sendiri.

c. Pandangan ketiga, adalah pandangan yang disebut De George immoralis

naif yang mengatakan bahwa tidak ada norma moral yang perlu diikuti

sama sekali.

Karena pandangan ini tidak benar, maka tidak akan di bahas disini.

Akan tetapi pandangan pertama sedikit didukung oleh A. MacIntyre,

menekankan bahwa setiap komunitas mempunyai nilai moral dan budaya

sendiri yang sama bobotnya dan harus dihargai. Maka, dalam kaitan dengan

bisnis internasional, perusahaan multinasional harus broperasi dengan dan

berdasarkan nilai moral dan budaya yang berlaku di negara tempat

perusahaan itu beroperasi.

Inti pandangan ini adalah bahwa tidak ada norma atau prinsip moral

yang berlaku universal. Maka, pokok yang harus di pegang adalah bahwa

prinsip dan norma yang dianut negara tuan rumah itulah yang dipatuhi dan

dijadikan pegangan. Namun, yang menjadi persoalan adalah anggapan

3

Page 4: Kepentingan Stakeholders (Fix)

bahwa tidak ada nilai dan norma moral yang bersifat universal yang berlaku

di semua negara dan masyarakat;bahwa nilai dan norma yang berlaku di

satu negara berbeda dari yang berlaku di negara lain. Oleh karena kitu,

menurut pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar

karena bagaimanapun mencuri, merampas, tidak jujur pada orang lain

dimanapun juga akan di kecam dan dianggap sebagai tidak etis.

Yang menjadi persoalan adalah bahwa pandangan ini tidak

membedakan antara moralitas dan hukum. Keduanya memang ada kaitan

satu sama lain, namun berbeda hakikatnya. Hukum adalah positivasi norma

moral sesuai dengan harapan dan cita – cita serta tradisi budaya suatu

masyarakat atau negara. Jadi, bisa saja hukum disatu negara berbeda dari

hukum dinegara lain sesuai dengan apa yang dianggap paling penting bagi

kehidupan suatu negara dan sesuai dengan pertimbangan negara tersebut.

Tapi, ini lalu tidak berarti bahwa norma dan nilai moral antara negara yang

satu dan negara yang lain tidak sama. Bahwa prinsip tidak boleh merugikan

pihak lain dalam berbisnis merupakan prinsip universal yang dianut dimana

saja, tidak bisa dibantah. Bahwa di pihak lain di Amerika ada undang-

undang anti-monopoli (karena monopoli merugikan banyak pihak)

sementara di Indonesia tidak ada undang-undang anti-monopoli (bahkan

terjadi monopoli ilegal) tidak berarti prinsip tidak merugikan orang lain

tidak bersifat universal. Persoalannya adalah bahwa perkembangan situasi

dan kemauan politik pemerintah berbeda sehingga ada situasi hukum yang

berbeda.

Pandangan kedua mengenai nilai dan norma moral sendiri paling

benar dalam arti tertentu mewakili kubu moralisme; bahwa pada dasarnya

norma dan nilai moral berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap

dan dianut sebagai benar di negara sendiri harus juga diperlakukan di negara

lain ( karena anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun pasti berlaku

dengan sendirinya). Pandangan ini umumnya didasarkan pada anggapan

bahwa moralitas menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai

manusia. Oleh karena itu, sejauh manusia adalah manusia., dimanapun dia

berada prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap berlaku.

4

Page 5: Kepentingan Stakeholders (Fix)

Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Karena, ada bahaya

bahwa perusahaan luar memaksakan nilai dan norma moralnya yang sudah

dikodifikasikan dalam hukum tertulis tertentu untuk diberlakukan di negara

dimana perusahaan itu beroperasi.

Ada bahaya bahwa perusahaan Amerika akan memaksakan hukum

bisnis tertentu ( yang dijiwai oleh prinsip moral tertentu) di negara di mana

perusahaan itu beropersi karena anggapan bahwa prinsip dan nilai moral

tertentu berlaku universal. Persoalannya, sering perkembangan ekonomi,

sosial, politik, negara tuan rumah belum semaju perkembangan ekonomi,

sosial, politik di negara asal suatu perusahaan sehingga hukum yang berlaku

di negara asal belum tentu bisa diterapkan begitu saja di negara tuan rumah

(kendati tidak bisa disangkal bahwa norma moral yang menjadi dasarnya

diakui di negara tuan rumah). Namun menurut De George prinsip yang

paling pokok yang berlaku universal, khususnya dalam bisnis adalah prinsip

integritas pribadi atau integritas moral. Bagi de George, dalam bisnis

modern bersaing secara etnis berarti bersaing dengan penuh integritas

pribadi.

Ada dua keunggulan prinsip integritas pribadi dibandingkan dengan

prinsip moral lainnya, yang menjadi alasan mengapa DeGeorge

menganggapnya sebagai prinsip moral paling universal bagi dunia bisnis.

Pertama, prinsip integritas pribadi tidak punya konotasi negatif seperti

halnya pada prinsip-prinsip moral lainnya, bahkan pada kata etika dan

moralitas itu sendiri. Bagi banyak orang, kata etika, apalagi prinsip etika,

mempunyai nada moralitas dan paksaan dari luar. Sebaliknya bertindak

berdasarkan integritas pribadi berarti bertindak sesuai dengan norma-norma

perilaku yang diterima dan dianut diri sendiri dan juga berarti

memberlakukan pada diri sendiri norma-norma yang juga di tuntut oleh

etika dan moralitas. Dengan kata lain, prinsip integritas pribadi mengandung

pengertian bahwa norma yang dianut adalah norma yang sudah diterima

menjadi milik pribadi dan tidak lagi bersifat aksternal. Ini berarti bersaing

dengan mempertaruhkan integritas pribadi berarti bersaing dalam bisnis

5

Page 6: Kepentingan Stakeholders (Fix)

sesuai dengan nilai tertinggi yang dianut pribadi tersebut. Prinsip integritas

moral disini sesungguhnya sama dengan prinsip otonomi pada Khant. Hal

yang sama berlaku dalam perusahaan.

Berbisnis dengan mempertahankan integritas moral perusahaan berarti

berbisnis dengan mematuhi norma dan prinsip moral yang sesungguhnya

sudah dijadikan etos bisnis tersebut. Maka, prinsip etika bisnis disini tidak

lagi menjadi sesuatu yang dipaksakan dari luar oleh masyarakat, oleh pihak

lain, ataupun oleh negara, melainkan justru telah dijadikan iklim, jiwa,

semangat, etos dari perusahaan tersebut. Secara maksimal, pelaku bisnis

diharapkan mempunyai kemauan baik dan kesadaran moral untuk berbisnis

yang secara baik, dan tidak sekedar dipaksa oleh prinsip dalam bentuk

aturan-aturan bisnis yang ketat. Ini mempunyai lingkup yang luas mencakup

bertindak jujur, bertanggung jawab, atas produk yang ditawarkan, fair dalam

transaksi dagang, jaminan terhadap hak karyawan, dan sebagainya.Yang

menjadi persoalan adalah konsep integritas pribadi atau inegritas moral

lebih merupakan suatu konsep Amerika atau Barat pada umumnya. Bagi

Indonesia rasanya konsep ini tidak punya nilai dan muatan moral sama

sekali. Orang begitu mudah mengabaikannya. Orang begitu gampang

melakukan tindakan yang merusak integirtas pribadi atau nama baiknya

sendiri. Bahkan integritas pribadi hampir tidak kenal sama sekali. Berbagai

kasus korupsi dalam bentuk kasus korupsi dalam bentuk suap, kolusi, surat-

surat sakti baik dalam bidang politik-birokrasi maupun bisnis menunjukkan

betapa integritas pribadi di abaikan begitu saja. Kasus Eddy Tansil dan

dugaan kolusi di MA membuat kita mempertanyakan konsep integritas

moral dan pribadi orang – orang kita, bahkan dari orang – orang yang

mempunyai kedudukan terhormat. Orang – orang terhormat dalam

masyarakat karena kedudukannya di bidang politik dan bisnis ternyata tidak

punya integritas pribadi sama sekali. Karena itu,prinsip integritas pribadi

yang dianggap De George sebagai prinsip moral paling universal bagi dunia

bisnis ternyata syarat dengan kandungan historis-kultural dan karena itu

relatif sifatnya.

Ini tidak berarti Prinsip integritas moral ditolak sama sekali. Prinsip

6

Page 7: Kepentingan Stakeholders (Fix)

ini tetap penting. Hanya saja prinsip ini punya kelemahan yang tidak

terelakkan seperti prinsip moral lainnya: hanya berhenti sebagai imbauan.

Oleh karena itu, sebagai moralitas pada umumnya masyarakat tidak bisa

berbuat banyak ketika orang tertentu tidak peduli pada integritas moralnya.

Maka,dalam konteks dimanaintegritas pribadi dan moral mempunyai gema

yang kuat. Tentu saja kita tetap optimis bahwa dalam bsinis global yang

mengandalkan mekanisme pasar yang tidak pandang bulu, integritas pribadi

lama kelaman dapat menjadi sebuah prinsip yang menentukan bagi kegiatan

bisnis yang etis. Ini terutama karena dengan mengandalkan pasar global,

praktik-praktik monopolistis dan kolusi relatif akan tergusur sehingga orang

mau tidak mau akan lebih mangandalkan integritas pribadinya, yang

ditunjukkan oleh keunggulan objektifnya dalam pasar.

D. STAKEHOLDER

Stakeholder merupakan semua pihak yang berkepentingan dalam

aktivitas bisnis yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau organisasi.

Stakeholder juga dapat diartikan sebagai suatu lingkungan masyarakat berupa

individu atau institusi yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan,

keputusan, kebijakan praktek-praktek atau tujuan perusahaan itu secara

institusional. Adapun kepentingan yang dimaksud mencakup 3 tingkatan,

kepedulian sederhana lantaran mendapat pengaruh dari perusahaan itu (an

interest) hak legal atau moral untuk suatu perlakuan tertentu atau suatu

perlindungan tertentu (a legal of moral right) dan klaim legal terhadap

kepemilikan perusahaan (ownership).

Menurut Trevino dan Nelson (1995) empat unsur utama yang

berkepentingan dalam setiap keputusan bisnis adalah konsumen, pegawai,

pemegang saham dan lingkungan (masyarakat sebagai keseluruhan).

Berikut pihak-pihak yang dapat dikatakan sebagai stakeholders :

Pelanggan

Suatu perusahaan biasanya tidak akan bertahan lama tanpa ada

seorang customer karena komunikasi yang terjalin akan menjadi sebuah

kerja sama positif bagi sebuah perusahaan. Customer merupakan target

7

Page 8: Kepentingan Stakeholders (Fix)

dari suatu perusahaan untuk menjualkan hasil produksinya. Untuk

menarik seorangcustomer, suatu perusahaan harus menyediakan produk

dan layanan yang terbaik serta harga yang bersahabat.

Pemasok

Pemasok adalah partner kerja dari perusahaan yang siap memenuhi

ketersediaan bahan baku, oleh karena itu kinerja perusahaan juga

sebagian tergantung pada kemampuan pemasok dalam mengantarkan

bahan baku dengan tepat waktu

Pemilik dan pemberi modal

Pada awalnya suatu bisnis dimulai dari ide seseorang atau lebih tentang

suatu barang atau jasa dan mereka mengeluarkan uangnya (modal) untuk

membiayai usaha tersebut, karena mereka memiliki keyakinan bahwa

kelak dikemudian hari akan mendapatkan imbalan (keuntungan) dan

mereka mengorganisasi, mengelola dan menanggung segala resiko bisnis.

Pemerintah lokal dan nasional

Kreditur

Masyarakat secara keseluruhan

Pesaing

E. PENDEKATAN STAKEHOLDERS

Pendekatan Skateholder merupakan sebuah pendekatan baru yang

banyak digunakan, khususnya dalam etika bisnis, belakangan ini dengan

mencoba mengintegrasikan kepentingan bisnis disatu pihak dan tuntutan

etika dipihak lain. Dalam hal ini, pendekatan stakeholder adalah cara

mengamati dan menjelaskan secara analitis bagaimana berbagai unsur

dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis. Pendekatan

ini lalu terutama memetakan hubungan – hubungan yang terjalin dalam

kegiatan bisnis pada umumnya untuk memperlihatkan siapa saja yang punya

kepentingan, terkait, dan terlibat dalam kegiatan bisnis pada umumnya itu.

Pada akhirnya, pendekatan ini memepunyai satu tujuan imperatif: bisnis

harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak

terkait yang berkepentingan (stakeholder) dengan suatu kegiatan bisnis

8

Page 9: Kepentingan Stakeholders (Fix)

dijamin, diperhatikan, dan dihargai. Sekaligus dengan pendekatan ini bisa

dilihat secara jelas bagaimana prinsip-prinsip etika bsinis yang dibahas

dalam bab ini menemukan tempatnya yang relevan dalam interaksi bisnis

dari sebuah perusahaan dengan berbagai pihak terkait.

Dasar pemikirannya adalah bahwa semua pihak yang punya

kepentingan dalam suatu kegiatan bisnis terlibat didalamnya karena ingin

memperoleh keuntungan, maka hak dan kepentingan mereka harus di

perhatikan dan dijamin. Yang menarik, pada akhirnya pendekatan

stakeholder bermuara pada prinsip minimal yang telah disebutkan di depan:

tidak merugikan hak dan kepentingan manapun dalam suatu kegiatan bisnis.

Ini berarti, pada akhirnya pendekatan stakeholder menuntut agar bisnis

apapun perlu dijalankan secara baik dan etis justru demi menjamin

kepentingan semua pihak yang terkait dalam bisnis tersebut. Yang juga

menarik adalah bahwa sama dengan prinsip no harm., pendekatan ini pun

memperlihatkan secara sangat gamblang bahwa pada akhirnya pendekatan

ini ditempuh demi kepentingan bisnis perusahaan yang bersangkutan.

Artinya, supaya bisnis dari perusahaan itu dapat berhasil dan tahan lama,

perusahaan manapun dalam kegiatan bisnisnya dituntut, atau menuntut

dirinya, untuk menjamin dan menghargai hak dan kepentingan semua pihak

yang terkait dengan bisnisnya. Karena salah satu saja dari pihak-pihak yang

berkepentingan dan terlibat didalamnya dirugikan, pihak tersebut tidak akan

mau lagi menjalin bisnis dengan perusahaan tersebut.

F. ETIKA PADA STAKEHOLDER

Nilai dari suatu bisnis terhadap masyarakat adalah kekayaan dan

pekerjaan yang diciptakannya serta produk-produk dan jasa-jasa yang

dipasarkan dan disediakan bagi para konsumen pada harga yang sepadan

dan berkualitas. Untuk menciptakan nilai semacam itu, suatu bisnis harus

mempertahankan kesehatan ekonomi dan kelangsungan hidupnya, namun

kelangsungan hidup bukanlah tujuan yang cukup. Bisnis memiliki peran

untuk meningkatkan taraf kehidupan para pelanggan, karyawan, dan

pemegang sahamnya dengan berbagi kekayaan yang telah mereka ciptakan.

9

Page 10: Kepentingan Stakeholders (Fix)

Para pemasok dan pesaing seharusnya berharap perusahaan menghormati

kewajiban-kewajiban mereka dengan semangat kejujuran dan keadilan.

Selain itu bisnis juga menjadi bagian dalam pembentukan masa depan dari

komunitas-komunitas yang ada dalam lingkungan perusahaan, baik internal

maupun eksternal.

Dalam bukunya, “Etika Bisnis : Pengambilan Keputusan Untuk

Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial” Hartman dan Desjardin

(2008) memaparkan bagaimana seharusnya perusahaan berinteraksi dengan

para pemegang kepentingan (Stakeholders), antara lain :

a. Konsumen / Pelanggan

Konsumen atau pelanggan merupakan pembeli produk suatu perusahaan

yang dapat menjadi penentu keberhasilan perusahaan. Perusahaan harus

memiliki tanggung jawab kepada konsumen, antara lain:

- Menyediakan produk dan jasa dengan kualitas terbaik dan sesuai

dengan permintaan mereka

- Memperlakukan para pelanggan dengan adil dalam semua aspek

transaksi bisnis, termasuk pelayanan berkualitas tinggi dan

memberikan penggantian atas ketidakpuasan mereka.

- Berusaha keras untuk memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan

para pelanggan begitu juga dengan kualitas lingkungan mereka, akan

dipelihara dan ditingkatkan oleh produk dan jasa perusahaan.

- Menjamin penghormatan atas martabat manusia dalam produk yang

ditawarkan, dipasarkan dan diiklankan, serta menghormati integritas

budaya pelanggan.

b. Karyawan

Karyawan merupakan asset berwujud paling bernilai bagi perusahaan,

dengan meningkatkan kulitas SDM, perusahaan akan selalu menuju

pertumbuhan yang diharapkan. Oleh karena itu, perusahaan memiliki

tanggung jawab untuk :

- Menyediakan pekerjaan dan kompensasi yang meningkatkan kondisi

kehidupan pekerja

10

Page 11: Kepentingan Stakeholders (Fix)

- Menyediakan kondisi kerja yang menghormati kesehatan dan martabat

setiap karyawan

- Bersikap jujur dalam berkomunikasi dengan para karyawan dan

bersikap terbuka dalam berbagi informasi, dibatasi oleh aturan hokum

dan hambatan persaingan.

- Melakukan negosiasi dengan itikad baik ketika timbul konflik

- Melindungi para karyawan dari cedera dan penyakit yang dapat

dihindari di tempat kerja.

- Menghindari praktik yang mendriskiminasi dan menjamin perlakuan

yang sama dalam area seperti gender, umur, ras dan agama.

- Mendorong dan membantu para karywan dalam mengembangkan

keahlian yang relevan dan dapat dibagikan.

c. Pemilik / Investor

Investor / Pemilik bisnis memberikan mandat untuk turut mengelola

usahanya dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan dan kekayaan

pemilik atau investor, oleh karena itu etika perusahaan terhadap investor

yaitu :

- Menerapkan manajemen yang professional dan tekun dalam rangka

memastikan pengembalian yang adil dan kompetitif atas investasi

pemilik perusahaan.

- Mengungkapkan informasi yang relevan kepada pemilik / investor

terkait dengan persyaratan hokum dan hambatan kompetitif.

- Mengamankan, melindungi dan meningkatkan asset para pemilik/

investor

- Menghormati usulan, keluhan dan resolusi formal para pemilik /

investor.

d. Supplier

Supplier / Pemasok merupakan aspek tak terpisahkan dalam operasional

perusahaan. Dengan adanya supplier perusahaan dapat terbantu dengan

supply kebutuhan barang yang dibutuhkan perusahaan.

- Memupuk stabilitas hubungan kerja jangka panjang dengan pemasok

dengan imbalan nilai, kualitas, daya saing dan keandalan.

11

Page 12: Kepentingan Stakeholders (Fix)

- Membayar tepat waktu kepada para pemasok dan sesuai dengan

kesepakatan dagang.

- Mencari, mendorong, dan memilih para pemasok dan subkontraktor

yang mempraktikkan penghormatan terhadap martabat manusia dalam

pekerjaannya.

- Berbagi informasi dengan para pemasok dan mengintegrasikannya

dalam proses perencanaan perusahaan.

e. Pesaing

Persaingan ekonomi yang adil merupakan salah satu persyaratan dasar

dalam rangka meningkatkan kemakmuran Negara dan pada akhirnya

menciptakan barang dan jasa yang lebih berkualitas.

- Mengembangkan pasar terbuka untuk perdagangan dan investasi

- Mengembangkan perilaku yang bersaing dan menguntungkan secara

sosial serta menunjukkan rasa saling menghormati antara pesaing.

- Menghormati hak atas kekayaan intelektual dan paten.

- Menolak untuk mencuri gagasan baik inovasi maupun penciptaan

produk.

f. Pemerintah dan Komunitas Umum

Sebagai bagian dari suatu warga Negara, perusahaan dapat berkontribusi

dalam usaha perbaikan dan hak-hak asasi manusia dalam rangka

meningkatkan ekonomi Negara tempat perusahaan beroperasi.

- Mendukung kebijakann-kebijakan dan praktik-praktik public yang

memajukan pengembangan manusia melalui hubungan yang

harmonis.

- Mematuhi tata peraturan yang berkaitan dengan hukum usaha di

Negara dimana perusahaan beroperasi.

- Memajukan dan menstimulasi pembangunan yang berkelanjutan dan

memainkan peran utama dalam menjaga dan meningkatkan

lingkungan fisik dan melakukan konservasi terhadap sumber daya

alami.

12

Page 13: Kepentingan Stakeholders (Fix)

BAB II

DASAR-DASAR TEORI

Dalam dunia bisnis, kepentingan masing-masing pihak sangat perlu

diperhatikan dengan pendekatan dan berdasar prinsip-prinsip moral dan etika

bisnis. Namun demikian masing-masing pihak memiliki kepentingan yang tidak

jarang kepentingan tersebut saling berbenturan. Sehingga terkadang salah satu

pihak yang berkepentingan merasa dirugikan. Dalam hal ini, etika bisnis dianggap

mampu untuk mengatasi permasalahan tersebut, tentunya masing-masing pihak

diharapkan memiliki pemahaman yang sama tentang apa itu etika bisnis.

Dalam prakteknya, etika bisnis selalu menghadapi tantangan dari berbagai

kepentingan dan niat tersembunyi. Diperlukan kesadaran untuk mengambil peran

aktif dalam menciptakan situasi etis, tidak membiarkan kepentingan dan niat

tersembunyi menjadi bagian dari masalah. Pemahaman bersama bahwa etika

bisnis merupakan inti dari penyehatan dan penguatan kualitas perusahaan,

haruslah menjadi komitmen antara stakeholder.

Stakeholder yang terdiri dari berbagai pihak, Investor, Kreditur, Supplier,

Karyawan, Pemerintah, Masyarakat, dsb, tentunya memiliki keinginan bahwa

perusahaan yang mereka memiliki kepentingan didalamnya haruslah dijalankan

sesuai dengan prosedur dan tata aturan yang telah disepakati bersama. Pemilik /

Pemegang Saham dan Manajemen yang kita kenal sebagai Pihak Internal (Internal

Stakeholder) amat menentukan awal dari keberadaan suatu perusahaan dimana

pemilik / Pemegang Saham memberi kemungkinan melalui penyediaan fasilitas

sedangkan manajemen mendapatkan mandat untuk mewujudkannya melaui

aktivitas rill.

Dengan status yang disandangnya, perusahaan membentuk perilaku

terhadap berbagai stakeholder –nya didalam system atau struktur ekonomi

tempatnya beroperasi. Perilaku itu didasari suatu asumsi motivasional bahwa

perusahaan merefleksikan sifat hakiki manusia ekonomi yang rasional, yaitu

berbuat sedemikian rupa untuk mendapatkan nilai sebesar-besarnya pada

pengeluaran nilai yang paling sedikit.

13

Page 14: Kepentingan Stakeholders (Fix)

Singkatnya, maksimalisasi keuntungan sebagai upaya maksimalisasi nilai

perusahaan yang dimiliki pemegang saham (stakeholder’s value). Dengan

motivasi itu pula, perusahaan menyusun strateginya.

Berlainan dengan perilaku terhadap institusi–institusi pasar (primary

stakeholders) yang bisa secara terang-terangan dan langsung dimotivasi untuk

maksimalisasi keuntungan, perilaku perusahaan terhadap institusi-institusi diluar

pasar ( secondary stakeholder ) lebih menekankan upaya untuk memperoleh citra

baik keseluruhan perusahaan beserta produk dan proses produksinya, walaupun

disadari pula bahwa pada akhirnya akan mempengaruhi suksesnya hubungan

dengan institusi-institusi pasar.

14

Page 15: Kepentingan Stakeholders (Fix)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pemahaman bersama bahwa etika bisnis merupakan inti dari

penyehatan dan penguatan kualitas perusahaan, haruslah menjadi komitmen

antara Stakeholder dan Manajemen Perusahaan. Namun demikian, dalam

prakteknya, masing-masing pihak memiliki kepentingan, yang tidak jarang

kepentingan tersebut saling berbenturan.

Dengan dasar itulah, Manajemen Perusahaan dan Stakeholder harus

memiliki pemahaman yang sama terkait dengan fungsi Etos Bisnis dalam

opersional perusahaan. Selain itu, manajemen perusahaan dituntut untuk

memiliki fondasi ataupun standard operasional prosedur yang dengan

kesemuanya itu dapat menjadi rujukan ketika berhubungan dengan

stakeholder. Artinya, semua pihak yang punya kepentingan dalam suatu

kegiatan bisnis dan terlibat didalamnya hak dan kepentingan mereka harus

di perhatikan dan dijamin.

Pada akhirnya, pendekatan stakeholder merupakan pendekatan yang

menuntut agar bisnis apapun perlu dijalankan secara baik dan etis justru

demi menjamin kepentingan semua pihak yang terkait dalam bisnis tersebut.

B. SARAN

Sebuah perusahaan yang unggul sebaiknya tidak hanya tergantung

pada kinerja yang baik, pengaturan manejerial dan finansial yang baik,

keunggulan teknologi, sarana dan prasarana yang dimiliki, melainkan juga

harus didasari dengan etika dan etos bisnis yang baik.

Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan

masyarakat umum secara etis dan jujur adalah cara supaya dapat bertahan di

dalam dunia bisnis saat ini. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama

akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan.

15

Page 16: Kepentingan Stakeholders (Fix)

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2010. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius

Djajendra. 2011. Etika adalah Tentang Stakeholder. http:// djajendra-motivator.com/?p=8848 (diakses pada tanggal 9 Oktober 2015)

Hartman dan Desjardin. 2008. Etika Bisnis :Pengambilan Keputusan Untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta : Penerbit Erlangga

Supriyadi, Zulfa. 2014. Hubungan Stakeholder Dengan Organisasi Perusahaanhttps://zufasupriyadi.wordpress.com/2014/05/25/hubungan-stakeholder-dengan-organisasi-perusahaan/(diakses pada tanggal 10 Oktober 2015)

Wibowo, Arif. Dkk. 2011. Etika Pada Stakeholder.http:// www.academia.edu/9605294/ etik a -p ada -s takeholder (diakses pada tanggal 9 Oktober 2015)

16