KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan...

126
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C. Setyadi : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur Wahyu Sihati : Analis Ekonomi /Manajer Curie Rantung : Analis /Manajer Noula T. Sondakh : Analis /Manajer Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer Jeanny J. Legoh : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kasir Senior /Manajer Achmad Jainuri : Kepala Unit Sumber Daya Abdullah Atalapu : Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan Esty Melasih : Analis Ekonomi /Asisten Manajer Weno Adji Syahdana : Analis Ekonomi /Asisten Manajer Donny H. Pratama : Analis /Asisten Manajer Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat : http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulut/

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN II TAHUN 2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur

Dudung C. Setyadi : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur

Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur

Wahyu Sihati : Analis Ekonomi /Manajer

Curie Rantung : Analis /Manajer

Noula T. Sondakh : Analis /Manajer

Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer

Jeanny J. Legoh : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring

Teguh D. Prasetyo : Kasir Senior /Manajer

Achmad Jainuri : Kepala Unit Sumber Daya

Abdullah Atalapu : Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan

Esty Melasih : Analis Ekonomi /Asisten Manajer

Weno Adji Syahdana : Analis Ekonomi /Asisten Manajer

Donny H. Pratama : Analis /Asisten Manajer

Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat :

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulut/

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN II TAHUN 2014

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi

Sulawesi Utara Triwulan II 2014 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders

Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan

secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang

perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang

kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses

pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari

berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat

Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan

sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak

tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang

telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini

ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa

mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan

datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat

bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Agustus 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

Luctor E. Tapiheru

Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN II TAHUN 2014

v

Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman iii

DAFTAR ISI halaman v

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA halaman vi

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11

Sisi Permintaan halaman 12

Sisi Penawaran halaman 18

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32

Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

Upaya Pengendalian Inflasi Daerah

halaman 33

halaman 34

halaman 37

halaman 41

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 47

Struktur Aset Perbankan Sulawesi Utara halaman 47

Perkembangan Kantor Bank halaman 47

Perkembangan Bank Umum Konvensional halaman 49

Stabilitas Sistem Perbankan halaman 55

Perkembangan Perbankan Syariah halaman 59

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Box 1. Perkembangan Penggunaan Kartu Kredit di Sulawesi Utara

dan Pemanfaatan Jasa Asuransi Dalam Penyaluran Kredit

halaman 60

halaman 62

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 67

Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 67

APBD di Tingkat Provinsi halaman 69

Box 2. Kondisi Utang Luar Negeri Provinsi Sulawesi Utara halaman 75

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 81

Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 81

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 86

Box 3. Kliring Sebagai Prompt Indicator Dari Konsumsi halaman 88

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 93

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 93

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 96

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 105

Prospek Ekonomi Makro halaman 105

Prakiraan Inflasi

Prospek Perbankan

halaman 107

halaman 111

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 115

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

vi

INDIKATOR

I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

A PDB Nasional (yoy) 6,02 5,81 5,62 5,72 5,21 5,12

B Inflasi Nasional (yoy) 5,90 5,90 8,40 8,38 7,32 6,70

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

A 1. Laju Inflasi (ytd) % 2,34 1,82 5,99 8,12 1,15 1,97

2. Laju Inflasi (yoy) % 6,83 4,95 7,73 8,12 5,67 6,27

3. Laju Inflasi (mtm) % 1,52 0,21 (2,10) 2,69 0,31 0,67

4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 4,77 (2,36) (6,49) 7,97 1,30 1,43

4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0,13 0,01 0,08 0,79 0,12 0,05

5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0,13 0,16 0,11 0,16 0,15 0,14

6. Inflasi Sandang (mtm) % (0,17) (0,71) 1,55 0,90 (0,19) 0,96

7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0,04 0,71 0,23 0,19 0,08 0,12

8. Inflasi Pendidikan (mtm) % - - - 0,16 0,07 0,33

9. Inflasi Transportasi (mtm) % 0,21 7,16 (1,10) 0,32 (0,20) 1,47

B PDRB Penggunaan 7,57 7,25 7,46 7,51 7,94 7,32

Konsumsi 7,78 6,81 5,37 6,52 6,31 7,58

Konsumsi Swasta 7,46 6,92 5,94 5,86 8,88 8,27

Konsumsi Pemerintah 8,39 6,60 4,28 7,61 1,43 6,26

PMTB 9,28 8,67 1,24 (2,73) 4,22 5,05

Stok (6,90) 7,33 28,22 30,73 (3,50) 4,70

Ekspor (5,75) (10,68) 3,09 6,16 2,63 7,70

Impor (7,51) (16,80) (5,71) (3,22) (3,87) 6,68

C PDRB Sektoral 7,57 7,25 7,46 7,51 7,94 7,32

Pertanian 2,46 2,29 3,19 6,95 1,03 1,98

Pertambangan & Penggalian 4,08 5,17 6,75 4,92 2,01 3,92

Industri Pengolahan 4,85 5,27 4,47 2,25 4,17 4,98

Listrik, Gas & Air Bersih 4,26 16,13 19,21 19,42 5,83 4,00

Bangunan 7,87 5,48 5,32 2,40 4,33 7,68

Perdagangan, Hotel & Restoran 10,70 11,40 12,04 15,22 14,37 12,96

Pengangkutan & Komunikasi 9,30 7,10 6,39 5,29 12,43 9,93

Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 16,38 16,32 14,23 14,65 12,21 6,67

Jasa-Jasa 7,24 7,73 8,41 6,35 10,32 7,23

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

3. BI Rate (%) 5,75 6,00 7,25 7,50 7,50 7,50

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 9.709 9.882 11.404 12.087 11.427 11.893

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II**

1. Ekspor (ribu USD) 218.765 192.930 199.269 229.306 290.623 351.209

2. Impor (ribu USD) 9.035 43.008 22.927 21.489 46.377 21.796

IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

A. Jumlah Bank 43 44 44 45 45 45

1. Bank Umum 23 23 23 24 24 24

1.1. Bank Pemerintah 5 5 5 6 6 6

1.2. Bank Swasta 18 18 18 18 18 18

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 17 17 17 17 17 17

3. Bank Syariah 3 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 316 322 324 323 324 324

1. Bank Umum 254 255 274 272 272 272

1.1. Konvensional 241 239 258 258 258 258

1.2. Syariah 13 16 16 16 16 16

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 49 51 50 51 52 52

2.1. Konvensional 49 51 50 51 52 52

2.2. Syariah - - - - - -

C. Total Asset (Rp miliar) 27.648 29.284 29.779 30.219 30.547 32.742*

1. Bank Umum 26.254 27.803 28.272 28.691 29.085 31.305

2. BPR* 850 905 959 962 906 891

3. Bank Syariah 544 576 548 566 556 546

Keterangan :

* Angka sementara

** Angka sangat sementara

*** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

2013 2014

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

PROVINSI SULAWESI UTARA

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

vii

INDIKATOR

IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 16.108 16.684 17.356 17.156 17.600 19.176

1.1.Giro 3.217 3.085 3.272 3.048 3.298 3.807

1.2. Deposito 5.158 5.577 5.669 4.710 5.954 7.009

1.3. Tabungan 7.734 8.022 8.414 9.398 8.348 8.359 -

2. Kredit (Rp miliar) 19.960 21.458 22.287 22.848 23.022 24.027

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 5.865 6.204 6.320 6.455 6.543 6.923

- Investasi 2.423 2.697 2.502 2.591 2.520 2.692

- Konsumsi 11.672 12.557 13.465 13.802 13.959 14.412

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

- Pertanian 563 498 464 535 463 482

- Pertambangan 71 43 38 39 44 50

- Industri 438 526 446 467 610 670

- Listrik, Gas & Air 13 13 3 4 4 4

- Konstruksi 558 681 710 662 616 707

- Perdagangan 5.241 5.833 5.852 6.012 6.021 6.305

- Angkutan 183 218 214 228 219 234

- Jasa Dunia Usaha 704 789 773 726 686 731

- Jasa Sosial 225 296 316 374 399 433

- Lainnya 11.963 12.561 13.472 13.802 13.959 14.412

2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 5.812 6.344 6.188 6.407 6.560 6.871

2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 123,91 128,62 128,41 133,18 130,81 125,30

2.5. Non Performing Loan (NPL)

- Nominal (Rp miliar) 440 477 521 572 676 809

- Rasio (%) 2,21 2,22 2,34 2,50 2,94 3,37

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2.314 1.299 2.093 1.536 2.422 1.129

- Outflow 952 1.732 2.308 3.094 869 1.298

2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 91.631 98.823 99.655 101.927 82.527 93.703

- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2.407 2.411 2.657 2.816 2.446 2.593

- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1.529 1.569 1.581 1.701 1.375 1.487

- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 40 38 42 47 41 41

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 1,87 2,13 2,03 1,96 2,15 1,97

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2,19 1,94 2,07 2,08 2,19 2,33

Keterangan :

* Angka sementara

** Angka sangat sementara

*** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

2013 2014

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

PROVINSI SULAWESI UTARA

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

RINGKASAN

EKSEKUTIF

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

x

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Setelah tumbuh cukup impresif di awal tahun 2014, perekonomian

Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 tumbuh sejalan dengan

perekonomian nasional yang cenderung melambat. Pada triwulan II

2014, perekonomian Sulawesi Utara tumbuh pada level 7,32% (yoy),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2014 yang

tercatat 7,94% (yoy). Meskipun demikian, angka pertumbuhan

tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

nasional pada triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 5,12% (yoy).

Faktor utama yang masih menjadi pendorong pertumbuhan adalah

adanya pelaksanaan Pemilu Legislatif pada April 2014 dan persiapan

Pemilu Presiden pada Juli 2014, periode seasonal liburan sekolah,

adanya perayaan hari besar keagamaan (Paskah) dan mulai

dimasukinya masa bulan Ramadhan serta adanya pelaksanaan

kegiatan berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara.

Berdasarkan sumbangannya, perekonomian Sulawesi Utara pada

triwulan II 2014 masih didorong oleh kegiatan konsumsi dan

membaiknya kinerja investasi. Aktivitas ekspor masih tumbuh membaik

meskipun diikuti oleh peningkatan impor yang cukup tinggi. Dari sisi

sektoral, pertumbuhan masih disumbang oleh aktivitas sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) serta sektor Angkutan dan

Komunikasi, meskipun dengan angka pertumbuhan yang lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II

2014. Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado

tercatat sebesar 6,27% (yoy) di akhir triwulan II 2014, atau naik jika

dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang sebesar 5,67% (yoy).

Dengan pencapaian tersebut, inflasi tahunan Kota Manado tetap

berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70%

Setelah tumbuh cukup impresif di

awal tahun 2014, perekonomian

Sulawesi Utara pada triwulan II 2014

tumbuh sejalan dengan

perekonomian nasional yang

cenderung melambat. Pada triwulan II

2014, perekonomian Sulawesi Utara

tumbuh pada level 7,32% (yoy)...

Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi

Utara meningkat di triwulan II 2014.

Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang

diwakili oleh Kota Manado tercatat

sebesar 6,27% (yoy) di akhir triwulan

II 2014...

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

(yoy), maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) yang

sebesar 6,68% (yoy).

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi

secara tahunan bersumber dari kelompok inti (core inflation) yang

sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya, serta menguatnya

tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak

(volatile foods) akibat gangguan produksi yang menimbulkan supply

shock. Sementara itu, inflasi pada kelompok barang yang harganya

diatur pemerintah (administered price) semakin mereda seiring

berkurangnya efek kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2013.

Perkembangan Perbankan Daerah

Kinerja perbankan konvensional Sulawesi Utara secara umum

menunjukkan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter.

Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada sisi kredit, sementara

pertumbuhan DPK relatif meningkat. Aset perbankan konvensional

Sulut pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh sebesar 12,60% (yoy),

atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 15,59% (yoy), namun apabila

dibandingkan dengan triwulan l 2014 pertumbuhan aset relatif

meningkat. Kredit perbankan konvensional Sulut tercatat tumbuh

sebesar 11,97% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu yang tumbuh sebesar sebesar 22,58% (yoy). Di

tengah perlambatan pertumbuhan aset dan kredit, Dana Pihak Ketiga

(DPK) mampu tumbuh lebih besar dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya, yaitu dari 8,57% (yoy) menjadi 14,94% (yoy).

Pada triwulan II 2014 perkembangan perbankan umum syariah di

Sulawesi Utara mengalami penurunan terutama dari sisi aset dan DPK.

Sementara itu, kredit perbankan syariah masih mengalami

pertumbuhan kendati terus mengalami perlambatan pada triwulan

laporan. Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi Juni

2014 mengalami penurunan sebesar 5,26% (yoy) sehingga tercatat

sebesar Rp545,67 miliar pada triwulan laporan. Sebaliknya, kondisi

kredit pada triwulan laporan masih mengalami pertumbuhan kendati

mengalami perlambatan dari 7,9% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi

Kinerja perbankan konvensional

Sulawesi Utara secara umum

menunjukkan perlambatan sejalan

dengan arah kebijakan moneter.

Perlambatan pertumbuhan terutama

terjadi pada sisi kredit, sementara

pertumbuhan DPK relatif meningkat...

Berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, tekanan inflasi

secara tahunan bersumber dari

kelompok inti (core inflation) yang

sedikit meningkat dibanding triwulan

sebelumnya, serta menguatnya

tekanan inflasi kelompok bahan

makanan yang harganya bergejolak

(volatile foods)

Pada triwulan II 2014 perkembangan

perbankan umum syariah di Sulawesi

Utara mengalami penurunan

terutama dari sisi aset dan DPK...

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

3,03% (yoy) pada triwulan II 2014. Di sisi lain, DPK mengalami

penurunan mencapai 15,10% (yoy) sehingga tercatat sebesar

Rp187,33 miliar pada Juni 2014.

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2014

mengalami kontraksi jika dilihat dari sisi aset, namun demikian

NPL mulai menunjukkan perbaikan walaupun harus tetap

diwaspadai karena masih berada pada level diatas 5%. Aset BPR

pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi sebesar 1.52% (yoy),

sehingga menjadi Rp891.40 miliar. Pertumbuhan aset BPR yang

terkontraksi pada periode laporan terutama disebabkan oleh

penurunan jumlah kredit, tercatat sebesar 1.02% (yoy).

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi

daerah tercermin dari transfer dana berupa Dana Perimbangan dan

Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan fiskal dari

pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di

bawahnya pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan

tahun 2013, yang tercermin dari peningkatan alokasi Dana

Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus yang

meningkat dari Rp8,64 triliun menjadi Rp9,23 triliun.

Meskipun alokasi belanja maupun target pendapatan pada tahun

2014 cukup besar, namun demikian realisasi sampai dengan triwulan II

2014 masih relatif rendah. Realisasi pendapatan baru mencapai 43%

atau senilai Rp1,01 triliun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan

pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,04 triliun atau 54,7% dari

total target. Kondisi yang sama juga terlihat dari realisasi belanja yang

baru mencapai 27% atau senilai Rp670 miliar, lebih rendah

dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp694

miliar atau 35,4% dari target belanja.

Dukungan fiskal dari pemerintah

pusat untuk pengembangan ekonomi

daerah tercermin dari transfer dana

berupa Dana perimbangan dan Dana

Penyesuaian & Otonomi Khusus.

Dukungan fiskal dari pemerintah

pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara

serta 15 kab/kota di bawahnya pada

tahun 2014 menunjukkan

peningkatan dibandingkan tahun

2013...

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara

pada triwulan II 2014 mengalami

kontraksi jika dilihat dari sisi aset,

namun demikian NPL mulai

menunjukkan perbaikan walaupun

harus tetap diwaspadai karena masih

berada pada level diatas 5%...

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan II 2014, nilai transaksi sistem pembayaran tunai di

Sulawesi Utara menunjukkan kondisi net outflow, disertai

meningkatnya nilai transaksi sistem pembayaran non-tunai melalui

kliring. Kondisi net outflow berarti uang yang keluar dari Bank

Indonesia (ke masyarakat) lebih besar dibandingkan uang yang masuk

sehingga mengindikasikan peningkatan kebutuhan penggunaan uang

di masyarakat. Kondisi ini merupakan siklus umum yang terjadi secara

tahunan dimana terjadi peningkatan aktivitas perekonomian yang

didorong oleh peningkatan konsumsi pada masa seasonal liburan

sekolah dan menyambut bulan Ramadhan.

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II 2014 di wilayah

Sulawesi Utara menunjukkan kondisi net outflow. Bank Indonesia

mencatat jumlah aliran uang keluar pada triwulan II 2014 sebesar

Rp1,30 triliun sedangkan aliran uang masuk hanya berjumlah Rp1,13

triliun.

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan II

2014 mengalami penurunan dari sisi volume dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu, meskipun jika dilihat dari sisi nominal

tercatat adanya peningkatan. Jumlah warkat yang dikliringkan pada

triwulan II 2014 sebanyak 93.703 lembar dengan nilai Rp2,59 triliun

atau menurun dari sisi volume sebesar 5,2% (yoy), sementara dari sisi

nominal terjadi peningkatan sebesar 8% (yoy). Jumlah warkat harian

yang dikliringkan selama periode laporan rata-rata sebanyak 1.487

lembar warkat per hari dengan nilai sebesar Rp 41,16 miliar.

Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami perkembangan

yang cukup baik di tengah laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi

Utara yang masih cukup tinggi di triwulan II 2014. Hal ini tercermin

dari berbagai indikasi positif pada indikator tenaga kerja regional.

Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh 6,37% (yoy),

sejalan dengan meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) ke angka 66,14%, sementara tingkat pengangguran dapat

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi

Utara mengalami perkembangan yang

cukup baik di tengah laju

pertumbuhan perekonomian Sulawesi

Utara yang masih cukup tinggi di

triwulan II 2014...

Pada triwulan II 2014, nilai transaksi

sistem pembayaran tunai di Sulawesi

Utara menunjukkan kondisi net

outflow, disertai meningkatnya nilai

transaksi sistem pembayaran non-

tunai melalui kliring...

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

RINGKASAN EKSEKUTIF

5

terjaga relatif stabil. Hasil Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan rata-rata

ketersediaan lapangan kerja di triwulan Iaporan. Dari hasil liaison

terhadap pelaku usaha, diketahui bahwa di tengah kenaikan UMP

2014 yang cukup tinggi, jumlah tenaga kerja tetap dipertahankan

bahkan meningkat di beberapa sektor seiring rencana ekspansi

perusahaan.

Dari sisi kesejahteraan, kondisi kesejahteraan masyarakat di Sulawesi

Utara menunjukkan peningkatan terbatas pada triwulan laporan.

Kondisi kesejahteraan masyarakat yang semakin baik terlihat dari rata-

rata indeks penghasilan masyarakat Sulut yang meningkat terbatas di

triwulan II 2014. Kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang

merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar juga mengalami

peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 diperkirakan

tumbuh pada kisaran 7,34% - 7,74% (yoy). Pertumbuhan terutama

akan berasal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR),

sektor Bangunan dan sektor Angkutan dan Komunikasi. Beberapa

faktor yang diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan pada

triwulan yang akan datang adalah periode seasonal menjelang tahun

ajaran baru, peringatan hari besar keagamaan (Pengucapan Syukur,

Ramadhan, Idul Fitri), serta pelaksanaan Pemilu Presiden. Di sisi

permintaan, adanya peningkatan penghasilan masyarakat dalam

bentuk pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI dan Tunjangan Hari Raya (THR)

diperkirakan juga akan dapat mendorong perekonomian khususnya

dari aktivitas konsumsi.

Outlook Inflasi

Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan masih

berlanjut hingga triwulan III 2014, sehingga angka inflasi tahunan di

bulan September 2014 akan berada pada kisaran 4,35%±1% (yoy).

Dari sisi fundamental, inflasi inti diperkirakan bergerak menurun.

Perekonomian Sulawesi Utara pada

triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh

pada kisaran 7,34% - 7,74% (yoy).

Pertumbuhan terutama akan berasal

dari sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran (PHR), sektor Bangunan dan

sektor Angkutan dan Komunikasi...

Tren perlambatan laju inflasi tahunan

Kota Manado diprakirakan masih

berlanjut hingga triwulan III 2014,

sehingga angka inflasi tahunan di

bulan September 2014 akan berada

pada kisaran 4,35%±1% (yoy)...

Dari sisi kesejahteraan, kondisi

kesejahteraan masyarakat di Sulawesi

Utara menunjukkan peningkatan

terbatas pada triwulan laporan...

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

RINGKASAN EKSEKUTIF

6

Tekanan inflasi sisi eksternal diperkirakan berada pada level moderat di

tengah penguatan nilai tukar dan turunnya harga komoditas global.

Sementara dari sisi domestik diperkirakan akan terjadi peningkatan

konsumsi masyarakat didorong perayaan hari besar keagamaan,

penyelenggaraan event, musim liburan sekolah dan tahun ajaran baru.

Dari sisi non fundamental, inflasi volatile foods diperkirakan berangsur

mereda akibat berkurangnya permintaan pasca lebaran yang disertai

membaiknya produksi. Sementara itu tekanan inflasi administered

price diperkirakan juga menurun seiring hilangnya dampak kebijakan

kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2013.

Outlook Perbankan

Perkembangan sektor keuangan khususnya perbankan di Sulawesi

Utara diperkirakan masih akan tumbuh positif kendati mengalami

perlambatan khususnya di sisi aset dan kredit. Sementara itu, DPK

diperkirakan akan kembali tumbuh tinggi seiring tingginya minat

masyarakat untuk menyimpan dana di perbankan sebagai imbas dari

tingginya suku bunga simpanan yang cenderung lebih responsif dalam

penyesuaian terhadap BI Rate.

Perkembangan sektor keuangan

khususnya perbankan di Sulawesi

Utara diperkirakan masih akan

tumbuh positif kendati mengalami

perlambatan khususnya di sisi aset

dan kredit...

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO BAB I

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

11

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Sulawesi Utara (yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Setelah tumbuh cukup impresif di awal tahun 2014, perekonomian Sulawesi Utara pada

triwulan II 2014 tumbuh sejalan dengan perekonomian nasional yang cenderung melambat.

Pada triwulan II 2014, perekonomian Sulawesi Utara tumbuh pada level 7,32% (yoy), lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2014 yang tercatat 7,94% (yoy). Meskipun

demikian, angka pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

nasional pada triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 5,12% (yoy).

Faktor utama yang masih menjadi pendorong pertumbuhan adalah adanya pelaksanaan Pemilu

Legislatif pada April 2014 dan persiapan Pemilu Presiden pada Juli 2014, periode seasonal

liburan sekolah, adanya perayaan hari besar keagamaan (Paskah) dan mulai dimasukinya masa

bulan Ramadhan serta adanya pelaksanaan kegiatan berskala nasional maupun internasional di

Sulawesi Utara.

Berdasarkan sumbangannya, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 masih

didorong oleh kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi. Aktivitas ekspor masih

tumbuh membaik meskipun diikuti oleh peningkatan impor yang cukup tinggi. Dari sisi sektoral,

pertumbuhan masih disumbang oleh aktivitas sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

dan sektor Angkutan dan Komunikasi, meskipun dengan angka pertumbuhan yang lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

1.1 SISI PERMINTAAN

Diliat dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 terutama

ditopang oleh kegiatan konsumsi dan mulai kembali menggeliatnya aktivitas investasi. Kegiatan

perdagangan internasional juga tercatat cukup baik seiring dengan pertumbuhan ekspor yang

7,32

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

12

Grafik 1.1.

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

e

Jul

Au

g

Se

p

Oct

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

e

2013 2014

Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama

Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber:Survei Konsumen (SK) KPwBI Prov. Sulut

cukup tinggi meskipun diikuti pula dengan peningkatan impor yang berdampak pada

pertumbuhan net ekspor yang melambat dibandingkan periode sebelumnya. Faktor yang

menggerakkan konsumsi diantaranya adalah masa seasonal liburan sekolah, peringatan hari

besar keagamaan, perhelatan berkala nasional dan internasional, serta pelaksanaan Pemilu

legislatif di bulan April 2014 dan persiapan Pemilu Presiden pada bulan Juli 2014.

Tabel 1.1.

Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1.1 Konsumsi

Konsumsi masih menjadi kontributor utama pertumbuhan Sulawesi Utara pada triwulan II 2014

dengan sumbangan sebesar 4,27% (yoy). Pertumbuhan sektor konsumsi pada triwulan laporan

juga tercatat cukup tinggi, yaitu 7,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya sebesar 6,31% (yoy).

Pertumbuhan konsumsi terutama didorong

oleh aktivitas konsumsi swasta dengan

pertumbuhan tercatat 8,27% (yoy).

Sementara konsumsi pemerintah tercatat

tumbuh 6,26% (yoy).

Masih cukup tingginya aktivitas konsumsi

swasta terutama didorong masa seasonal

liburan sekolah yang secara historis mampu

meningkatkan belanja masyarakat. Sementara

belanja pemerintah juga turut terdorong

seiring dengan adanya perhelatan

internasional World Coral Reef Conference (WCRC) dengan pendanaan yang bersumber dari

pemerintah pusat dan daerah serta pelaksanaan Pemilu Legislatif pada April 2014 dan

persiapan Pemilu Presiden yang akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014.

Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb

Konsumsi 7,78 5,24 6,81 4,26 5,37 3,32 6,52 4,19 6,31 4,26 7,58 4,27

Konsumsi Swasta 7,46 3,30 6,92 2,83 5,94 2,40 5,86 2,67 8,88 3,93 8,27 3,37

Konsumsi Pemerintah 8,39 1,94 6,60 1,43 4,28 0,92 7,61 1,51 1,43 0,33 6,26 1,35

PMTB 9,28 2,12 8,67 1,93 1,24 0,30 -2,73 0,81 4,22 0,98 5,05 1,14

Stok -6,90 -0,07 7,33 0,07 28,22 0,28 30,73 0,16 -3,50 -0,03 4,70 0,05

Ekspor -5,75 -3,09 -10,68 -5,89 2,15 1,51 6,16 -0,92 2,63 1,24 7,70 3,53

Impor -7,50 -3,38 -16,80 -6,88 -6,98 -2,05 -3,22 -1,07 -3,87 -1,50 6,68 2,12

PDRB 7,57 7,57 7,25 7,25 7,46 7,46 7,51 7,51 7,94 7,94 7,32 7,32

20142013Jenis Penggunaan

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

13

Grafik 1.2.

Indeks Penjualan Eceran

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov.Sulut

Grafik 1.3.

Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Se

p

No

p

De

s

Fe

b

Ap

r

Jun

Au

g

Oct

De

c

Fe

b

Ap

r

Jun

2011 2013 2014

Pakaian & perlengkapannya Makanan & tembakau

Bahan bakar Peralatan tulis

Indeks Riil Penjualan

Sumber : Pelaku Usaha, diolah

Indikator peningkatan konsumsi juga tercermin dari perkembangan penjualan ritel beberapa

kelompok usaha di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang

dilakukan oleh Bank Indonesia, terlihat adanya indikasi peningkatan penjualan yang tercermin

dari peningkatan Indeks Penjualan Eceran dari 233,56 pada Maret 2014 menjadi 243,36 pada

Juni 2014. Peningkatan angka indeks terutama berasal dari kelompok Makanan dan Tembakau,

kelompok Pakaian dan Perlengkapannya serta kelompok Peralatan Tulis. Peningkatan angka

indeks ini menunjukkan bahwa pedagang ritel dapat mengkonfirmasi relatif tingginya level

konsumsi masyarakat dibandingkan periode sebelumnya, khususnya untuk pembelian produk

kebutuhan pokok serta kebutuhan menjelang tahun ajaran baru.

Indikator konsumsi swasta lainnya adalah perkembangan penjualan kendaraan roda empat di

wilayah Sulawesi Utara. Berdasarkan prompt indicator yang diperoleh dari data penjualan

kendaraan pada beberapa main dealer di Sulawesi Utara, jumlah kendaraan terjual sepanjang

triwulan II 2014 masih menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya meskipun dengan pertumbuhan yang melambat.

Kinerja konsumsi swasta yang masih positif pada triwulan laporan juga terlihat dari

perkembangan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini yang juga masih

menunjukkan optimisme, meskipun pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Perkembangan keyakinan konsumen tersebut tergambar dari hasil Survei

Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (KPw BI Prov. Sulut)

yang menunjukkan angka Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) pada akhir periode laporan (Juni

2014) sebesar 167,83. Jika dilihat berdasarkan komponennya, optimisme masyarakat terutama

terjadi pada rencana pembelian barang tahan lama yang ditunjukkan dengan indeks 137,50,

lebih tinggi dibandingkan dengan indeks Maret 2014 sebesar 123.

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

14

Grafik 1.5.

Perkembangan Kredit Konsumsi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis

gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis

Grafik 1.4.

Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut

Seiring dengan meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat, pernyaluran kredit konsumsi oleh

perbankan di Sulut juga menunjukkan pertumbuhan positif meskipun melambat dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Juni 2014, kredit konsumsi yang berhasil

disalurkan bank umum mencapai Rp14.686 miliar, atau tumbuh sebesar 16,34% (yoy), lebih

rendah daripada pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 40,68% (yoy).

1.1.2 Investasi

Pada triwulan II 2014, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar

5,05% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,14% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut.

Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan kinerja investasi pada triwulan yang

sama tahun lalu yang tumbuh 8,67% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,93%.

Perlambatan investasi terlihat dari perkembangan penjualan bahan bangunan utama yaitu

semen yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan yang hanya mencapai 4,76%. Kondisi ini

lebih lambat dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai pertumbuhan 40%.

Namun demikian, jika dilihat dari sisi nominal tercatat adanya peningkatan jumlah penjualan

semen pada triwulan II 2014 yang mencapai 180.354 ton, lebih besar dibandingkan periode

yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 172.160 ton.

Aktivitas investasi pada periode laporan yang tercatat melambat tercermin dari penurunan

kredit investasi. Penyaluran kredit investasi pada triwulan II 2014 tercatat Rp2,76 triliun atau

hanya tumbuh 1,96% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

e

Jul

Au

g

Se

p

Oct

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

e

2013 2014

Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama

Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

15

Grafik 1.6.

Perkembangan Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012 2013 2014

Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis

gKredit_Investasi (% yoy) - right axis

1.1.3 Ekspor Impor

Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 menunjukkan perbaikan setelah mengalami

kontraksi sepanjang tahun 2013. Ekspor tercatat tumbuh 7,7% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencatat pertumbuhan negatif

10,68% (yoy). Aktivitas ekspor pada triwulan laporan ini juga memberikan kontribusi yang

cukup signifikan terhadap perekonomian secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan

kontribusi sebesar 3,53%.

Pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi tersebut tidak terlepas dari mulai membaiknya kondisi

perekonomian global, terutama negara tujuan ekspor (Amerika Serikat), serta mulai

membaiknya tren harga komoditas dunia. Membaiknya kondisi ekspor juga tercermin dari total

nilai ekspor Sulut pada triwulan II 2014 yang tercatat sebesar USD 563,26 atau tumbuh

60,99% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD349,87 juta.

Tabel 1.2.

Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)

Jika dilihat berdasarkan pangsa komoditi utama ekspor Sulut, komoditi yang menjadi unggulan

ekspor masih berasal dari produk olahan lemak dan minyak nabati dengan komposisi sebesar

78%, diikuti oleh produk daging dan ikan olahan sebesar 7%, ikan (4%), ampas (4%), produk

kimia (2%) dan lainnya (5%).

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Total Ekspor (Juta USD) 333.40 257.00 213.60 150.20 183.00 349.87 211.87 229.91 255.86 563.26 60.99%

Uraian

2012 2013 Growth

(yoy)

2014

Grafik 1.7.

Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

16

Lemak&Minyak78%

Ikan4%

Daging&Ikan Olah7%

Ampas4%

Produk Kimia2%

Lainnya5%

-120

-70

-20

30

80

130

180

230

280

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012 2013 2014

Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

Jan

-11

Ap

r-1

1

Jul-

11

Oct

-11

Jan

-12

Ap

r-1

2

Jul-

12

Oct

-12

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

CCNO Price (USD/MT)

Sektor industri yang utama di Sulut adalah industri pengolahan komoditas pertanian dan

perikanan yaitu usaha pengolahan ikan dan produksi minyak nabati yaitu minyak kelapa dan

minyak kelapa sawit (CCNO dan CPO). Seiring dengan mulai membaiknya permintaan global

yang diiringi dengan perbaikan harga komoditas internasional, terutama komoditas minyak

nabati, maka total ekspor komoditas unggulan Sulut kembali meningkat yang selanjutnya

meningkatkan nilai ekspor Sulut secara keseluruhan. Kondisi ini juga sesuai dengan hasil liaison

yang dilakukan oleh KPw BI prov. Sulut kepada pelaku usaha industri pengolahan minyak nabati

terbesar di Sulut yang mengkonfirmasi adanya perbaikan nilai ekspor.

Sementara itu, berdasarkan negara tujuan, ekspor Sulut sampai dengan triwulan II 2014 masih

didominasi oleh Amerika Serikat (25%), Belanda (20%), China (18%), dan Korea Selatan (8%).

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.11.

Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung

Grafik 1.8

Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.10

Negara Tujuan Ekspor Jan-Jun 2014

Sumber : World Bank Commodity Price Data

Sumber : PT Pelindo IV, Bitung

Grafik 1.9

Harga Komoditas International

-120

-70

-20

30

80

130

180

230

280

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2010 2011 2012 2013 2014

Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Belanda20%

AS25%

Cina18%

Korsel9%

Australia0%

Jepang2%

Jerman2%

Inggris2%

Thailand1%

Vietnam2%

Lainnya19%

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

17

Berbeda dengan kondisi ekspor luar negeri yang tumbuh positif, kinerja ekspor antar

pulau/daerah menunjukkan adanya perlambatan yang tercermin dari penurunan kegiatan muat

barang melalui pelabuhan Bitung. Selama triwulan II 2014, volume barang asal Sulawesi Utara

yang dikirim (muat) ke pasar domestik sebanyak 181 ribu ton atau tumbuh negatif 43,77%

(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 322 ribu ton.

Sejalan dengan membaiknya kondisi ekspor luar negeri, aktivitas impor juga menunjukkan

perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2014, impor

tumbuh 1,27% (yoy), relatif membaik dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu yang

tercatat negatif 33% (yoy). Kenaikan impor juga tercermin dari total nilai impor Sulut pada

triwulan II 2014 sebesar USD 75,4 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2013 yang tercatat sebesar USD56,64 juta.

Berdasarkan komoditinya, impor komponen mesin

merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa

59% dari total nilai impor, disusul oleh komoditas

lainnya diantaranya kapal laut (10%) dan bahan

bakar mineral (6%).

Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor

sampai dengan Juni 2014 lebih dominan

didatangkan dari negara Amerika Serikat (37%),

China (15%), Filipina (14%), dan Australia (9%).

Berbeda dengan aktivitas perdagangan internasional yang menunjukkan adanya perbaikan,

impor antar daerah menunjukkan penurunan yang tercermin dari penurunan volume bongkar

barang di pelabuhan Bitung. Pada triwulan II 2014, total barang yang masuk ke Sulut tercatat

hanya 623 ribu ton, turun 12,41% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang

tercatat 711 ribu ton.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Total Impor (Juta USD) 17.60 49.90 26.50 28.20 10.00 56.64 30.53 23.50 42.59 75.40 33%

2014

Uraian

2012 Growth

(yoy)

2013

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Tabel 1.3.

Impor Sulut (Juta USD)

Grafik 1.12

Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Kapal Laut10%

Mesin-mesin59%

Benda Besi Baja6%

Bahan Bakar Mineral

6%

Bahan Peledak 2% lainnya

17%

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

18

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

Cina15%

Malaysia8%

Australia9%

Singapura5%

Filipina14%

Amerika Serikat37%

Lainnya12%

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012 2013 2014

Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis

1.2 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 disumbang oleh seluruh

sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,32% (yoy), melambat

dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 sebesar 7,94% (yoy) namun lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 7,25% (yoy). Tiga sektor

pendorong utama perekonomian Sulut pada triwulan II 2014 adalah sektor Perdagangan Hotel

dan Restoran (PHR) yang tercatat tumbuh 12,96% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,31%

terhadap total pertumbuhan, diikuti oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh

9,93% (yoy) dengan sumbangan 1,27%, serta sektor Bangunan yang tumbuh 7,75% (yoy)

dengan sumbangan sebesar 1,21%.

Tabel 1.4.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb

Pertanian 2,46 0,43 2,29 0,43 3,19 0,59 6,95 1,13 1,03 0,18 1,98 0,35

Pertambangan & Penggal ian 4,08 0,21 5,17 0,25 6,75 0,32 4,92 0,24 2,01 0,10 3,66 0,18

Industri Pengolahan 4,85 0,39 5,27 0,40 4,47 0,34 2,25 0,17 4,17 0,32 4,98 0,37

Lis trik, Gas & Air Bers ih 4,26 0,04 16,13 0,13 19,21 0,15 19,42 0,14 5,83 0,05 4,00 0,03

Bangunan 7,87 1,26 5,48 0,88 5,32 0,85 2,40 0,41 4,33 0,68 7,75 1,21

PHR 10,70 1,86 11,40 1,95 12,04 2,12 15,22 2,76 14,37 2,56 12,96 2,31

Pengangkutan & Komunikas i 9,30 1,15 7,10 0,91 6,39 0,84 5,29 0,70 12,43 1,55 9,93 1,27

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 16,38 1,13 16,32 1,13 14,23 0,99 14,65 0,98 12,21 0,91 6,47 0,49

Jasa-Jasa 7,24 1,11 7,73 1,17 8,41 1,27 6,35 0,98 10,32 1,57 7,23 1,10

PDRB 7,57 7,57 7,25 7,25 7,46 7,46 7,51 7,51 7,94 7,94 7,32 7,32

20142013Lapangan Usaha

Grafik 1.13.

Negara Asal Impor Jan-Jun 2014

Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah

Grafik 1.14.

Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

19

Sumber : Pelaku Usaha

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulut

-40.00%

-20.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012 2013 2014

Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis

(50.00)

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2

2010 2011 2012 2013 2014

Wisman (org) - left axis gWisman (% yoy) - right axis

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Se

p

No

p

De

s

Fe

b

Ap

r

Jun

Au

g

Oct

De

c

Fe

b

Ap

r

Jun

2011 2013 2014

Pakaian & perlengkapannya Makanan & tembakau

Bahan bakar Peralatan tulis

Indeks Riil Penjualan

1.2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) menjadi pendorong utama perekonomian

Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan sebesar

12,96% (yoy) dan sumbangan sebesar 2,31% (yoy) terhadap total pertumbuhan. Sektor ini

mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 11,40% (yoy).

Dilihat berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor PHR pada triwulan II 2014 terutama

berasal dari kegiatan Perdagangan Besar dan Eceran yang ditunjukkan dengan share 82%,

diikuti oleh sub sektor Hotel (10%) dan sub sektor Restoran (8%).

Pertumbuhan sektor PHR terutama didorong oleh pelaksanaan Pemilu legislatif pada bulan April

2014, persiapan pemilu presiden pada Juli 2014, hari besar keagamaan dan adanya beberapa

kegiatan MICE di Sulawesi Utara, diantaranya World Coral Reef Conference (WCRC).

Masih cukup tingginya aktivitas sub sektor

perdagangan tercermin dari hasil Survei

Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulut

yang menunjukkan adanya peningkatan

angka Indeks Penjualan Eceran dari 204,44

pada Juni 2013 menjadi 243,36 pada Juni

2014. Angka indeks terbesar berasal dari

kelompok Kerajinan, Seni dan Mainan

(864,75) serta Kelompok Makanan dan

Tembakau (547).

Grafik 1.16.

Data Wisatawan Mancanegara

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.17.

Penjualan Kendaraan

Grafik 1.15.

Indeks Penjualan Eceran

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

20

Grafik 1.19.

Perkembangan Penjualan Semen

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE KPw BI Prov. Sulut Sumber : Asosiasi Semen Indoensia

0

5

10

15

20

25

30

35

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Kredit_PHR (Rp miliar) gKredit_PHR (% yoy) - right axis

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012 2013 2014

Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis

-200

-100

0

100

200

300

400

500

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Ag

ust

Sep

Okt

No

p

Des

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

2011 2013 2014

Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis

Data penjualan kendaraan di Sulut juga masih menunjukkan adanya pertumbuhan meskipun

melambat dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, hal berbeda terlihat pada kegiatan

sub sektor perhotelan, dimana terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

pada triwulan II 2014 yaitu menjadi 3858 orang, lebih rendah dibandingkan jumlah kunjungan

pada tahun lalu yang tercatat 5196 orang.

Dari segi pembiayaan, dukungan perbankan

kepada sektor PHR pada triwulan II 2014 masih

cukup besar ditunjukkan dengan baki debet

yang mencapai Rp6,42 triliun, atau lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

meskipun tumbuh melambat sebesar 7,32%

(yoy).

1.2.2. Bangunan

Pada triwulan II 2014 sektor bangunan tercatat tumbuh 7,75% (yoy) dengan sumbangan

sebesar 1,21% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan ini meningkat dibandingkan periode

yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh 5,48% (yoy) maupun jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan sektor bangunan sejalan dengan kembali

terakselerasinya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Hal ini sejalan dengan pola realisasi

pembangunan infrastruktur fisik pemerintah yang mulai berjalan memasuki periode triwulan II.

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.18

Kredit Sektor PHR

Grafik 1.20

Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

21

Tabel 1.5

Perkembangan Pembangunan Rumah di Kota Manado

Sumber : Survei Harga Properti Residensial (SHPR) KPw BI Prov. Sulut

Grafik 1.21.

Perkembangan Kredit Konstruksi

TW II 2013 TW III 2013 TW IV 2013 TW I 2014 TW II 2014

Tipe Kecil 1589 923 1161 1242 1464

Tipe Sedang 322 369 422 477 480

Tipe Besar 75 164 142 130 119

Tipe Rumah Jumlah Unit Dibangun

Indikator meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan dibandingkan periode sebelumnya juga

tercermin dari nilai penjualan semen di Sulut pada triwulan II 2014 yang menunjukkan

pertumbuhan dibandingkan periode yang sama tahun 2013.

Indikator pertumbuhan sektor bangunan lainnya ditunjukkan oleh peningkatan indeks

penjualan bahan konstruksi. Dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank

Indonesia, terlihat bahwa Indeks Penjualan Bahan Konstruksi pada bulan Juni 2014 tercatat

224,43 atau lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada Maret 2014 sebesar 204,40.

Beberapa proyek multiyears pemerintah diantaranya adalah pembangunan jalan MORR, serta

pembangunan infrastruktur pasca bencana, diantaranya perbaikan jalan lintas Manado

Tomohon dan perbaikan jembatan di beberapa titik di kota Manado. Sementara itu, proyek

swasta yang masih terus berlanjut diantaranya pembangunan kawasan bisnis dan pemukiman

di kota Manado (Boulevard dan Kairagi).

Masih tingginya aktivitas pembangunan kawasan pemukiman di kota Manado juga tercermin

dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia terhadap 9 (sembilan)

developer utama di kota Manado yang mencatat total rumah yang dibangun pada triwulan II

2014 sebanyak 2063 unit. Berdasarkan komposisinya, pembangunan rumah tipe kecil masih

mendominasi diikuti dengan pembangunan rumah tipe sedang dan tipe besar.

Pertumbuhan sektor konstruksi juga masih didukung

oleh kalangan perbankan dalam bentuk penyaluran

kredit di sektor konstruksi. Total pembiayaan sektor

konstruksi pada triwulan II 2014 mencapai Rp714

Miliar, meningkat dari sisi jumlah dibandingkan

periode yang sama tahun 2013 sebesar Rp685

miliar, meskipun dari sisi pertumbuhan terlihat

adanya sedikit perlambatan dari 9,33% (yoy) pada

triwulan II 2013 menjadi 4,30%(yoy) pada periode

laporan.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

-

100

200

300

400

500

600

700

800

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Konstruksi (Rp miliar) - left axis

gKonstruksi (% yoy) - right axis

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

22

Grafik 1.23.

Pertumbuhan Kredit Pertanian

-

10,000.00

20,000.00

30,000.00

40,000.00

50,000.00

60,000.00

70,000.00

80,000.00

90,000.00

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2010 2011 2012 2013 2014

Luas Panen (Ha) Produksi Kelapa (ton)

-40

-20

0

20

40

60

80

100

-

100

200

300

400

500

600

700

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Pertanian (Rp miliar) - left axis gPertanian (% yoy) - right axis

Tabel 1.22.

Perkembangan Produksi Kelapa

1.2.3. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2014 tumbuh 1,98% (yoy), melambat dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 2,29% (yoy) namun lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan di awal tahun (1,03%,yoy), dengan sumbangan sebesar 0,35%

terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut. Membaiknya pertumbuhan jika dibandingkan

dengan triwulan I 2014 terutama disebabkan oleh membaiknya kinerja sub sektor pertanian

tanaman bahan makanan (padi) dan perikanan seiring dengan membaiknya kondisi cuaca jika

dibandingkan dengan kondisi di awal tahun. BMKG mencatat cuaca di wilayah Sulut sepanjang

triwulan II 2014 diperkirakan akan berada pada kondisi curah hujan menengah (150 - 200 mm).

Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II 2014 berasal dari

sub sektor Tanaman Bahan Makanan (31%), Tanaman Perkebunan (31%), Perikanan (26%),

Peternakan (11)% dan Kehutanan (1%).

Meskipun kondisi cuaca pada triwulan II 2014 relatif lebih baik dibandingkan awal tahun,

namun demikian kinerja sub sektor perkebunan justru menunjukkan penurunan, tercermin dari

penurunan jumlah produksi kelapa dari 65 ribu ton pada triwulan I 2014 menjadi 63 ribu ton

pada triwulan II 2014. Penurunan jumlah produksi tersebut terutama disebabkan oleh

penurunan luas panen dari 56 ribu Ha menjadi 53 ribu Ha.

Jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian pada triwulan II 2014 masih menunjukkan

pertumbuhan negatif 5,54% (yoy), meskipun tidak sedalam sebelumnya yang tumbuh negatif

18,07% (yoy). Sementara jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan II 2014 tercatat Rp472

miliar, meningkat dibandingkan penyaluran pada triwulan I 2014 Rp463 miliar.

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

23

1.2.4. Sektor lainnya

A. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa pada triwulan II 2014

tumbuh 7,23% (yoy), dengan sumbangan

sebesar 1,1% terhadap total pertumbuhan

triwulan laporan. Pertumbuhan ini melambat

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun lalu yang tercatat tumbuh 7,73% (yoy),

maupun jika dibandingkan dengan

pertumbuhan di awal tahun sebesar 10,32%

(yoy). Dilihat berdasarkan sub sektornya, sub

sektor pemerintahan umum memiliki share

76% terhadap nilai total sektor jasa, sementara sub sektor jasa swasta tercatat 24%.

Salah satu indikator perlambatan kinerja sektor jasa-jasa adalah realisasi belanja pemerintah

Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 yang baru mencapai 27% dari total anggaran belanja.

Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Perlambatan sektor jasa-jasa juga tercermin dari masih relatif rendahnya dukungan pembiayaan

perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit sektor jasa tumbuh negatif 27,54% (yoy) pada

triwulan II 2014, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu sebesar 21,68%

(yoy), dengan jumlah kredit yang disalurkan pada periode laporan sebesar Rp1,06 triliun.

B. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Angkutan dan Komunikasi pada triwulan II 2014 memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap perekonomian Sulut, yaitu pada posisi kedua setelah sektor PHR. Sektor ini

tercatat tumbuh 9,93% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,27%. Pertumbuhan sektor ini

melambat dibandingkan dengan triwulan I 2014 yang tumbuh 12,43% (yoy). Dilihat

berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini terutama berasal dari sub sektor angkutan

(92%), sementara share sub sektor komunikasi hanya sebesar 8%.

Adanya penyelenggaraan event internasional World Coral Reef Conference (WCRC) pada

periode laporan ternyata masih belum mampu mendorong kinerja sektor ini ke level yang lebih

tinggi.

Perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 2014 tercermin dari data arus penumpang di

bandara Sam Ratulangi. Jumlah penumpang yang masuk ke Sulawesi Utara pada triwulan II

2014 tercatat sebanyak 236 ribu orang atau tumbuh negatif 14,65% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun lalu, meskipun jika dibandingkan dengan posisi awal tahun terlihat

adanya peningkatan jumlah penumpang yang datang. Sementara jumlah penumpang yang

berangkat dari Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat 239 ribu orang atau tumbuh

Grafik 1.24.

Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gJasa (% yoy) - right axis

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

24

Tabel 1.6.

Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Grafik 1.25.

Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi

0

10

20

30

40

50

60

70

-

50

100

150

200

250

300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis

gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis

negatif 13% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, namun meningkat dari

sisi jumlah jika dibandingkan dengan periode triwulan I 2014. Di sisi lain, jumlah kargo datang

ke Sulawesi Utara masih mencatat pertumbuhan positif 23% (yoy), meskipun kargo berangkat

menunjukkan pertumbuhan negatif 27% (yoy).

Dukungan perbankan kepada sektor angkutan

dan transportasi pada triwulan II 2014 masih

tumbuh positif, meskipun melambat

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Kredit sektor angkutan dan komunikasi tercatat

mencapai Rp239 miliar, atau tumbuh 9,52%

(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan I 2014 yang

mencapai 20% (yoy).

C. Sektor Industri Pengolahan

Meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun

lalu, pertumbuhan sektor Industri Pengolahan masih tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan I 2014. Sektor ini tercatat tumbuh 4,98% (yoy) dengan kontribusi

0,37%, atau tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 5,27% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 sebesar

4,17% (yoy). Mulai membaiknya perkembangan harga komoditas dan ketersediaan bahan baku

menjadi faktor pendorong peningkatan aktivitas usaha industri pengolahan utama di Sulut yaitu

Minyak Nabati. Dari hasil Survei Produksi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, produksi minyak

nabati Sulut pada periode triwulan II 2014 tercatat menunjukkan peningkatan dibandingkan

dengan periode sebelumnya.

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Penumpang Datang (orang) 162,888 276,516 392,437 290,689 216,336 236,018 -14.65%

Penumpang Berangkat (orang) 262,609 278,629 390,053 277,150 228,609 239,743 -13.96%

Kargo Datang (kg) 1,754,492 1,845,718 1,770,487 2,440,699 2,208,863 2,284,495 23.77%

Kargo Berangkat (kg) 1,005,130 1,075,263 932,232 935,385 877,551 782,141 -27.26%

2014

Kargo

Penumpang

Jenis PengangkutanGrowth

(YoY)

2013

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

25

Sumber : Survei Produksi (SP) KPw BI Prov. Sulut

Grafik 1.28.

Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Keuangan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

100

200

300

400

500

600

700

800

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis

gKredit_Industri (%yoy) - right axis

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Produksi CCNO (MT) Harga (USD) - right axis

Grafik 1.26.

Perkembangan Produksi Minyak Nabati

Dukungan perbankan terhadap pertumbuhan sektor Industri Pengolahan tercermin dari masih

tumbuh positifnya penyaluran kredit meskipun melambat dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Total kredit yang disalurkan kepada industri pengolahan pada triwulan II 2014

tercatat Rp671 miliar, atau tumbuh 27,62% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu

yang tercatat Rp526 miliar.

D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II 2014 tumbuh 6,47%

(yoy) dengan sumbangan 0,49%, melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang

tercatat tumbuh 16,32% (yoy). Komposisi pembentuk sektor Keuangan, Sewa dan Jasa

Perusahaan pada triwulan II 2014 terdiri dari sub sektor bank (62%), Sewa Bangunan (22%),

Jasa Perusahaan (12%), dan Lembaga Keuangan Non Bank (4%).

Pertumbuhan positif sektor keuangan,

persewaan dan jasa juga tercermin dari hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI

Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan nilai

SBT untuk sektor ini sebesar 0,22 pada

triwulan II 2014.

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulut

Grafik 1.27.

Perkembangan Kredit Sektor Industri

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan (SBT)

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

26

-100

-50

0

50

100

150

200

250

-

20

40

60

80

100

120

140

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis

gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis

Sementara itu, indikator pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

lainnya yaitu perkembangan jumlah perbankan yang beroperasi di Sulawesi Utara menunjukkan

belum adanya penambahan kantor cabang pada periode laporan.

E. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian masih belum menjadi kontributor utama perekonomian

di Sulawesi Utara. Hal ini terkait dengan masih relatif rendahnya potensi pertambangan yang

ada di Sulut. Pertumbuhan sektor ini pada triwulan II 2014 hanya mencapai 3,66% (yoy)

dengan sumbangan sebesar 0,18% terhadap total pertumbuhan, melambat dibanding periode

yang sama tahun 2013 yang tumbuh 5,17% (yoy). Perkembangan sektor pertambangan pada

triwulan II 2014 terutama berasal dari aktivitas Penggalian yang ditunjukkan dengan share

70%, diikuti sub sektor Pertambangan Non Migas (26%) dan Migas (4%).

Usaha penggalian merupakan usaha yang cukup

berkembang di wilayah Sulut, terutama daerah

Bolaang Mongondow dan Minahasa. Usaha ini

terkait erat dengan proyek pembangunan

pemerintah khususnya infrastruktur jalan dan

jembatan. Relatif lambatnya aktivitas

pembangunan infrastruktur sepanjang awal tahun

diperkirakan menjadi salah satu faktor yang

menahan laju pertumbuhan sektor ini. Sementara

usaha pertambangan masih belum menjadi pendorong perekonomian dari sektor

pertambangan, mengingat potensi pertambangan Sulut masih relatif kecil dibandingkan

dengan potensi tambang di kawasan timur Indonesia lainnya.

Meningkatnya jumlah penyaluran kredit untuk sektor pertambangan tidak banyak

mempengaruhi pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian. Jumlah kredit yang

disalurkan pada triwulan II 2014 tercatat Rp49 miliar atau tumbuh 14,81% (yoy). Jumlah ini

lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp43 miliar.

Grafik 1.29.

Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 1.7.

Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Jumlah Bank Umum*) 26 27 27 27 28 28

Jumlah Kantor Bank Umum 264 268 271 271 272 272

Jumlah BPR 17 17 17 17 17 17

Jumlah kantor BPR 49 51 50 51 52 52

Ket: *) Konvensional dan Syariah

2014

Data Bank

2013

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

27

-

50

100

150

200

250

300

350

Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1

2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Pemakaian (MW) Jumlah listrik yang tersedia (MW)

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1

2010 2011 2012 2013 2014

Total Pelanggan-left axis gTotal Pelanggan-right axis

F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II 2014 tumbuh sebesar 4% (yoy), dengan

kontribusi sebesar 0,03% terhadap total pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat

tumbuh 16,13% (yoy). Komponen pembentuk pertumbuhan sektor LGA pada triwulan II 2014

terutama berasal dari sub sektor listrik yang ditunjukkan dengan share sebesar 84%, diikuti

oleh sub sektor air bersih (16%).

Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari pertumbuhan jumlah

pelanggan listrik dan jumlah pemakaian listrik di Sulawesi Utara. Pertumbuhan pelanggan listrik

pada triwulan II 2014 tercatat mencapai 7% (yoy), melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan I 2014 sebesar 8,25% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan jumlah

pelanggan, pertumbuhan pemakaian listrik pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh 7% (yoy).

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

Grafik 1.30.

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik

Grafik 1.31

Perkembangan Jumlah Pemakaian Listrik

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH BAB II

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN EKONOMI MA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

31

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II 2014. Inflasi Provinsi Sulawesi

Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 6,27% (yoy) di akhir triwulan II 2014,

atau naik jika dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang sebesar 5,67% (yoy). Dengan

pencapaian tersebut, inflasi tahunan Kota Manado tetap berada di bawah angka inflasi nasional

yang tercatat sebesar 6,70% (yoy), maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) yang

sebesar 6,68% (yoy).

Laju inflasi bulanan Kota Manado di akhir triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan setelah

sempat mengalami deflasi di pertengahan triwulan. Meningkatnya inflasi di akhir triwulan

sejalan dengan pergerakan inflasi nasional dan wilayah Sulampua. Kota Manado mengalami

inflasi sebesar 0,30% (mtm) di bulan April 2014, disebabkan oleh masih berlanjutnya gejolak

harga cabai rawit. Deflasi sebesar 0,15% (mtm) terjadi di bulan Mei seiring koreksi harga cabai

rawit serta turunnya harga ikan meski dibayangi peningkatan harga tomat. Sementara tekanan

inflasi kembali meningkat di bulan Juni yang mencatat inflasi sebesar 0,67% (mtm) disebabkan

oleh peningkatan harga pangan, kenaikan tarif transportasi dan harga sandang, serta kenaikan

tarif listrik rumah tangga.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan bersumber

dari kelompok inti (core inflation) yang sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya, serta

menguatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile

foods) akibat gangguan produksi yang menimbulkan supply shock. Sementara itu, inflasi pada

kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price) semakin mereda seiring

berkurangnya efek kenaikan subsidi BBM tahun 2013.

Grafik 2.1.

Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (yoy)

Grafik 2.2.

Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (qtq)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

6,27%

6,68%

6,70%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2009 2010 2011 2012 2013 2014

yoy Manado yoy Sulampua yoy Nasional

0,82%

0,83%

0,57%

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2

2009 2010 2011 2012 2013 2014

qtq Manado qtq Sulampua qtq Nasional

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

32

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI

2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Tekanan inflasi tahunan Kota Manado tercatat meningkat pada triwulan II 2014 dibandingkan

triwulan sebelumnya. Angka inflasi bergerak dari 5,67% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi

6,27% (yoy) pada triwulan laporan. Bertambahnya tekanan inflasi Kota Manado bersumber dari

inflasi kelompok bahan makanan terutama tomat sayur yang harganya melambung akibat

terganggunya produksi oleh faktor cuaca. Meningkatnya inflasi Kota Manado terjadi di tengah

tren perlambatan inflasi nasional dan wilayah Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua). Meski

demikian, pada triwulan II 2014 angka inflasi Kota Manado tetap berada di bawah inflasi

nasional maupun Sulampua yang masing-masing tercatat sebesar 6,70% (yoy) dan 6,68% (yoy)

(grafik 2.1).

Berdasarkan kelompoknya, seluruh kelompok barang dan jasa tercatat mengalami inflasi di

triwulan II 2014. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar masih merupakan

kelompok penyumbang utama inflasi di triwulan laporan meski melambat dibanding triwulan

sebelumnya, dengan inflasi sebesar 7,76% (yoy) dan sumbangan 2,24% terhadap inflasi

tahunan. Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan upah tukang bangunan dan

kenaikan harga LPG 12 kg yang terjadi di triwulan I 2014. Sementara itu inflasi terbesar terjadi

pada kelompok Bahan Makanan yang tercatat mencapai 9,45% (yoy) atau melonjak dari

triwulan sebelumnya karena terdapat tekanan dari sisi pasokan, dengan sumbangan mencapai

2,00%. Tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan mereda di triwulan

II 2014 seiring berkurangnya dampak kenaikan BBM bersubsidi di tahun 2013 sehingga inflasi

menjadi sebesar 7,37% (yoy) dengan sumbangan 1,13%. Empat kelompok barang dan jasa

lainnya (Makanan Jadi, Sandang, Kesehatan, Pendidikan) tercatat mengalami inflasi di bawah

0,5% dengan total sumbangan yang terbatas, yaitu sebesar 0,90% (Grafik 2.3).

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

1 Bahan Makanan -5,19 3,01 8,63 11,51 16,54 7,60 12,92 13,33 3,89 9,45

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,95 3,36 3,89 3,71 2,97 3,06 2,24 2,67 2,61 2,27

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4,73 5,70 5,64 5,29 3,27 2,48 4,13 4,73 7,90 7,76

4 Sandang 5,68 4,52 1,29 2,57 1,19 -0,20 0,55 -0,04 2,67 3,76

5 Kesehatan 4,48 2,52 2,08 1,61 0,95 2,03 2,82 2,96 2,48 2,84

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 9,22 9,41 8,46 8,59 8,56 8,47 0,70 1,15 1,66 2,26

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,35 0,17 0,81 0,85 1,45 8,46 18,02 17,92 11,71 7,37

0,95 3,73 5,23 6,04 6,83 4,95 7,73 8,12 5,67 6,27

No Kelompok

Umum

20142012 2013

Tabel 2.1.

Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33

Dilihat dari komoditasnya, tomat sayur menjadi penyumbang inflasi tahunan terbesar dengan

inflasi mencapai 229,22% (yoy) dan sumbangan sebesar 1,22% terhadap inflasi tahunan.

Melambungnya harga tomat sayur tak lepas dari terganggunya produksi lokal akibat curah

hujan tinggi yang melanda sentra produksi tomat di Minahasa. Biaya tukang bukan mandor

menjadi penyumbang terbesar selanjutnya dengan kontribusi 0,61% yang disebabkan kenaikan

upah tukang bangunan di awal tahun. Sementara itu pengaruh kenaikan BBM bersubsidi mulai

berkurang dengan menurunnya kontribusi bensin dan angkutan dalam kota terhadap inflasi

tahunan menjadi masing-masing sebesar 0,53% dan 0,51%. Di sisi lain, harga cabai rawit yang

kembali normal di triwulan laporan berperan menahan laju inflasi dengan sumbangan -0,30%

terhadap inflasi tahunan, disusul angkutan udara dan ikan tindarung yang masing-masing

memiliki sumbangan -0,24% dan -0,11% (Tabel 2.2).

Tabel 2.2.

Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado (%)

Grafik 2.3

Inflasi & Sumbangan per Kelompok Juni 2014

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Inflasi triwulanan Kota Manado kembali melambat di triwulan II 2014. Inflasi pada triwulan

laporan tercatat sebesar 0,82% (qtq), atau lebih rendah dibanding triwulan I 2014 yang

mengalami inflasi 1,15% (qtq). Perlambatan inflasi triwulanan disebabkan oleh meredanya

tekanan inflasi perumahan, meskipun di sisi lain tekanan inflasi bahan makanan dan

transportasi tercatat meningkat akibat gejolak harga tomat dan bawang serta kenaikan tarif

angkutan udara.

KOMODITAS Inflasi (Deflasi) Andil

TOMAT SAYUR 229,22 1,22

TUKANG BUKAN MANDOR 16,51 0,61

BENSIN 26,88 0,53

ANGKUTAN DALAM KOTA 15,22 0,51

BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 21,59 0,41

SEWA RUMAH 5,01 0,32

TARIP LISTRIK 8,78 0,28

BERAS 3,31 0,18

AIR KEMASAN 21,00 0,17

KANGKUNG 34,99 0,12

TUNA -17,76 -0,02

CAKALANG ASAP -8,50 -0,03

MINUMAN RINGAN -4,27 -0,03

ANGGUR -24,21 -0,04

CABAI MERAH -33,22 -0,05

GULA PASIR -7,11 -0,07

CAKALANG/SISIK -6,14 -0,08

TINDARUNG -12,41 -0,11

ANGKUTAN UDARA -18,42 -0,24

CABAI RAWIT -37,35 -0,30

Inflasi

Deflasi 9,45

2,27

7,76

3,76

2,84

2,26

7,37

2,00

0,39

2,24

0,22

0,12

0,16

1,13

0 2 4 6 8 10

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (yoy) Juni 2014

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

Grafik 2.4

Laju Inflasi Kota Manado, Zona Sulampua dan Nasional (mtm)

Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama bersumber dari kelompok Bahan Makanan yang

mengalami inflasi 1,28% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,28% terhadap inflasi umum.

Inflasi kelompok tersebut didorong oleh tekanan harga tomat sayur dan bawang yang

mengalami supply shock.

Pada kelompok Transportasi, terjadi inflasi sebesar 1,69% (qtq) dengan sumbangan sebesar

0,26% yang didorong inflasi angkutan udara. Selain kelompok-kelompok tersebut, inflasi pada

5 kelompok lainnya memberi sumbangan yang relatif terbatas terhadap inflasi triwulanan, yaitu

berkisar 0,04-0,09%.

2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)

Laju inflasi bulanan Kota Manado di akhir triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan setelah

sempat mengalami deflasi di pertengahan triwulan. Meningkatnya inflasi di akhir triwulan

sejalan dengan pergerakan inflasi nasional dan wilayah Sulampua (Grafik 2.4). Pada bulan April

2014 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 0,30% (mtm) disebabkan oleh masih tingginya

harga cabai rawit di pasaran. Deflasi sebesar 0,15% (mtm) terjadi di bulan Mei 2014 seiring

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

1 Bahan Makanan 1,86 2,66 1,66 4,89 6,45 -5,21 6,70 5,27 -2,19 1,28

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,51 0,50 1,23 0,42 0,78 0,59 0,42 0,85 1,21 0,26

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,29 1,31 0,35 0,27 1,30 0,54 1,96 0,85 4,22 0,31

4 Sandang 0,50 0,05 1,78 0,22 -0,84 -1,33 2,55 -0,37 0,97 0,90

5 Kesehatan 0,97 0,05 0,46 0,12 0,32 1,12 1,24 0,25 0,56 1,23

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,16 0,14 8,20 0,06 0,13 0,06 0,45 0,51 0,31 0,66

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,81 0,58 0,77 0,33 -0,22 7,52 9,66 0,24 0,82 1,69

1,59 1,28 1,40 1,64 2,34 -0,51 4,09 2,01 1,15 0,82Umum

2012No Kelompok

20142013

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.3

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

0,67%

0,42%0,43%

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

mtm Manado mtm Sulampua mtm Nasional

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

35

Grafik 2.5.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 2014

Menurut Kelompok Barang & Jasa

koreksi harga cabai rawit serta turunnya harga ikan meski dibayangi peningkatan harga tomat.

Tekanan inflasi kembali meningkat di bulan Juni 2014 yang mencatat inflasi sebesar 0,67%

(mtm) disebabkan oleh peningkatan harga pangan, kenaikan tarif transportasi dan harga

sandang, serta kenaikan tarif listrik rumah tangga.

APRIL 2014

Pada bulan April 2014 Kota Manado tercatat

mengalami inflasi sebesar 0,30% (mtm) dengan

laju inflasi tahunan yang meningkat menjadi

sebesar 6,12% (yoy).

Inflasi Kota Manado bersumber dari kelompok

Bahan Makanan yang tercatat mengalami inflasi

sebesar 1,12% (mtm) dengan andil sebesar

0,24%. Empat kelompok mengalami inflasi

dengan sumbangan yang terbatas (0,01-0,03%),

antara lain kelompok Makanan Jadi, kelompok

Perumahan, kelompok Kesehatan, dan kelompok

Pendidikan. Sementara itu kelompok Transportasi dan kelompok Sandang masing-masing

mengalami deflasi sebesar 0,17% (mtm) dan 0,21% (mtm) dengan sumbangan masing-masing

terhadap inflasi bulan April sebesar -0,03% dan -0,01%.

Tekanan inflasi bulan April bersumber dari berlanjutnya gejolak harga cabai rawit serta

beberapa bahan makanan yang dipengaruhi tekanan permintaan seiring perayaan Paskah. Di

sisi lain, deflasi pada kelompok transportasi disebabkan kenaikan fuel surcharge pesawat udara

dapat tertahan oleh masih berlangsungnya periode low season.

MEI 2014

Kota Manado tercatat mengalami deflasi sebesar

0,15% (mtm) pada bulan Mei 2014, atau secara

tahunan inflasi sedikit menurun ke angka 6,07%

(yoy).

Berdasarkan kelompoknya, deflasi Bahan Makanan

sebesar 1,26% (mtm) menjadi pendorong utama

deflasi bulanan, dengan andil sebesar -0,27%. Sub

kelompok bumbu-bumbuan dan ikan segar

menjadi pendorong deflasi pada kelompok bahan

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Grafik 2.6.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado April 2014

Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

1,12

0,19

0,11

-0,21

0,63

0,07

-0,17

0,24

0,03

0,03

-0,01

0,03

0,01

-0,03

-0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) April 2014

-1,26

0,02

0,05

0,16

0,47

0,25

0,39

-0,27

0,00

0,02

0,01

0,02

0,02

0,06

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Mei 2014

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

Sumber: BPS Sulawesi Utara , diolah.

makanan dengan sumbangan masing-masing sebesar -0,48% dan -0,15% terhadap deflasi

umum. Di sisi lain, deflasi kelompok Bahan Makanan masih tertahan oleh inflasi sub kelompok

sayur-sayuran dengan kontribusi 0,39%. Sementara itu kelompok lainnya mengalami inflasi

dengan sumbangan yang relatif terbatas.

Kembali normalnya harga cabai rawit pasca tingginya permintaan sepanjang perayaan Paskah

pada periode sebelumnya diperkirakan menjadi faktor utama yang menarik angka inflasi ke

level yang lebih rendah. Membaiknya kondisi cuaca juga menyebabkan komoditas ikan segar

mengalami deflasi. Di sisi lain, meski cabai rawit mengalami penurunan harga, kelompok

bumbu lainnya dan sayuran masih menunjukkan adanya tekanan harga yang tinggi, yaitu

tomat sayur, bawang merah, dan bawang putih.

JUNI 2014

Tekanan inflasi Kota Manado kembali meningkat

di akhir triwulan II 2014 setelah mengalami deflasi

di pertengahan triwulan. Realisasi inflasi bulan Juni

2014 mencapai 0,67% (mtm), dengan inflasi

tahunan yang turut meningkat ke angka 6,27%

(yoy).

Kelompok Bahan Makanan menjadi penyumbang

utama inflasi bulan Juni dengan inflasi sebesar

1,43% (mtm) dan sumbangan 0,31%, yang

terutama bersumber dari sub kelompok sayur-

sayuran, disusul kelompok Transportasi yang

mengalami inflasi 1,47% (mtm) dengan sumbangan 0,23% terhadap inflasi bulanan.

Sementara itu kelima kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi dengan sumbangan relatif

minim.

Inflasi bulan Juni terutama didorong oleh tren kenaikan harga tomat sayur dan bawang (merah

maupun putih) yang terus berlanjut, dipengaruhi oleh berkurangnya produksi akibat kondisi

curah hujan yang tinggi di sentra produksi tomat di Minahasa. Di sisi lain, inflasi pangan relatif

tertahan oleh masih berlanjutnya penurunan harga cabai rawit. Sementara itu, pada kelompok

Transportasi inflasi disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring dimulainya masa

liburan sekolah dan masa kampanye pemilihan presiden. Inflasi secara umum juga bersumber

dari kenaikan harga sandang seiring liburan sekolah dan kenaikan kelas, serta kenaikan tarif

listrik rumah tangga kelompok tertentu, meski sumbangan keduanya relatif terbatas.

Grafik 2.7.

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Juni 2014

Menurut Kelompok Barang dan Jasa

1,43

0,05

0,14

0,96

0,12

0,33

1,47

0,31

0,01

0,04

0,05

0,01

0,02

0,23

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Juni 2014

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan bersumber

dari kelompok inti (core inflation) yang sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya, serta

menguatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile

foods) akibat gangguan produksi yang menimbulkan supply shock. Sementara itu, inflasi pada

kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price) semakin mereda seiring

berkurangnya efek kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2013.

2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Tekanan inflasi inti (core inflation) relatif terjaga sepanjang triwulan II 2014. Terjaganya inflasi

inti pada triwulan laporan ditopang oleh tekanan domestik yang relatif terkendali. Sementara

tekanan dari faktor eksternal meningkat seiring depresiasi nilai tukar rupiah yang disertai

peningkatan harga emas domestik.

Tekanan permintaan yang mulai menguat di triwulan II 2014 direspon perusahaan dengan

meningkatkan kapasitas terpakainya sehingga interaksi permintaan dan permintaan bergerak

seimbang. Di sisi lain, ekspektasi inflasi masyarakat menunjukkan pelemahan meski dari sisi

pedagang terdapat ekspektasi peningkatan harga seiring dimulainya liburan sekolah dan

menjelang bulan puasa.

Eksternal

Tekanan inflasi eksternal meningkat seiring depresiasi nilai tukar rupiah yang cukup signifikan,

disertai peningkatan harga emas domestik. Tekanan eksternal bersumber dari kenaikan harga

jual barang dengan konten impor seperti bahan bangunan dan susu bubuk yang terpengaruh

depresiasi rupiah sebesar 4,07% sepanjang triwulan laporan. Kenaikan bahan bangunan

tercermin dari meningkatnya inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal dari 7,10% (yoy) pada

triwulan I 2014 menjadi 7,39% (yoy) di triwulan laporan, sedangkan meningkatnya harga susu

bubuk ditunjukkan oleh inflasi sub kelompok telur, susu & hasil-hasilnya yang bergerak naik dari

6,26% (yoy tw I 2014) menjadi 10,13% (yoy tw II 2014).

Sementara itu menguatnya harga emas domestik di tengah fluktuasi harga emas dunia juga

turut memberikan tekanan pada inflasi inti, sebagaimana dindikasikan melalui meningkatnya

inflasi sub kelompok barang pribadi & sandang lainnya dari -2,66% (yoy) di triwulan I 2014

menjadi 4,58%(yoy) di triwulan II 2014.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

Sumber:

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulut dan Survei

Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulut

Grafik 2.13.

Perkembangan Harga Emas Internasional

Grafik 2.14.

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah USD

Sumber:Bloomberg Sumber: Bank Indonesia

Tekanan Domestik

Dari sisi domestik, tekanan inflasi yang dicerminkan oleh inflasi inti non traded relatif stabil.

Relatif stabilnya tekanan domestik bersumber dari kembali normalnya harga makanan jadi dan

ikan olahan yang sempat meningkat akibat dampak banjir dan cuaca buruk di awal tahun. Hal

ini tercermin dari inflasi sub kelompok ikan diawetkan yang menurun dari 19,44% (yoy) di

triwulan I 2014 menjadi deflasi 2,13% (yoy) di triwulan laporan, sedangkan inflasi sub

kelompok makanan jadi berkurang dari 2,78% (yoy tw I 2014) menjadi 2,51% (yoy tw II

2014). Di sisi lain, beberapa komoditas barang dan jasa lokal seperti sandang dan paket liburan

mulai meningkat seiring dimasukinya masa liburan sekolah dan kenaikan kelas di akhir triwulan

laporan.

.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Terjaganya inflasi inti tak lepas dari interaksi permintaan dan penawaran yang bergerak

seimbang. Pada triwulan II 2014 konsumsi masyarakat secara umum mulai menguat sesuai pola

1.050

1.100

1.150

1.200

1.250

1.300

1.350

1.400

1.450

USD/Oz

Harga Emas Internasional

82

84

86

88

90

92

94

96

98

100

102

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)

Grafik 2.10.

Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran

dan Kapasitas Produksi

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39

musimannya, tercermin dari indeks penjualan eceran yang meningkat di triwulan laporan.

Sejalan dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, perusahaan merespon dengan

meningkatkan kapasitas terpakainya (Grafik 2.10).

Ekspektasi Inflasi

Ekspektasi inflasi masyarakat menunjukkan penurunan di triwulan II 2014. Berdasarkan hasil

Survei Konsumen (SK), ekspektasi konsumen terhadap harga jangka pendek maupun jangka

panjang mengalami tren penurunan sepanjang triwulan II 2014 (Grafik 2.11). Meskipun

demikian, ekspektasi pedagang terhadap harga cenderung meningkat khususnya di akhir

triwulan laporan yang bertepatan dengan dimulainya liburan sekolah dan menjelang bulan

puasa (Grafik 2.12).

Grafik 2.11.

Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga

Barang dan Jasa di Kota Manado

Grafik 2.12.

Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap

Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Sumber : Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulut Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPwBI Provinsi Sulut

2.2.2 Non Fundamental

Volatile foods

Laju inflasi volatile foods mengalami akselerasi pada triwulan II 2014. Indikasi peningkatan

inflasi volatile foods ditunjukkan oleh inflasi kelompok bahan makanan yang pada bulan Juni

2014 tercatat sebesar 9,45% (yoy) dengan sumbangan 2,00% terhadap inflasi umum, atau

meningkat cukup tajam dibandingkan akhir triwulan I 2014 yang sebesar 3,89% (yoy).

Meningkatnya tekanan inflasi volatile foods didorong oleh supply shock komoditas tomat sayur

akibat berkurangnya pasokan dari sentra produksi lokal di Minahasa. Terganggunya produksi

tomat yang disebabkan curah hujan tinggi berdampak pada melambungnya harga tomat sayur

di pasaran hingga mencapai dua kali lipat harga normal. Sementara itu di sisi lain, tekanan

inflasi volatile foods tertahan oleh koreksi harga cabai rawit di bulan Mei-Juni 2014 setelah

168,0

120

130

140

150

160

170

180

190

200

210

220

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2012 2013 2013 2014

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad

132,0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2012 2013 2013 2014

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

sempat melonjak dari triwulan I hingga awal triwulan II 2014. Selain itu, koreksi harga juga

terjadi pada ikan segar seiring membaiknya kondisi cuaca untuk melaut.

Grafik 2.15.

Perkembangan Harga di Kota Manado

Grafik 2.16.

Perkembangan Harga Ikan Segar di Kota Manado

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut

Hasil Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulawesi Utara turut menunjukkan tren

pergerakan harga I 2014 (Grafik 2.15 & Grafik 2.16).

Pergerakan harga beberapa komoditas penyumbang inflasi Manado juga terpantau secara

harian melalui Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara, yang

berfungsi sebagai peringatan dini bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Sulut

(Grafik 2.17).

Grafik 2.17

Data Pergerakan Harga PIHBS Sulut (komoditas terpilih)

Sumber : Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara

Administered Price

Tekanan inflasi administered price semakin mereda di triwulan laporan seiring berkurangnya

efek kenaikan subsidi BBM tahun 2013. Inflasi administered prices pada triwulan II 2014

tercermin dari inflasi sub kelompok Transportasi yang tercatat sebesar 10,64% (yoy) dengan

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

I IV III I IV III II I IV III II V III I IV II I IV III II I IV III II V III II I IV II I IV II I IV III II I IV III II V III

Jan FebMarAprMeiJun Jul AgstSeptOktNovDesJanFebMaretAprMeiJuniJuli AgtSeptOktNovDecJanFebMarAprMei Jun

2012 2013 2014

Rp/kg

Bawang Merah Cabe Rawit Tomat Sayur Bawang Putih

-

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

30.000,00

35.000,00

I III I III I III I III I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III

Jan Feb Maret Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun

2013 2014

Rp/Ekor

Deho Malalugis Tude

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

-20.000

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

Juni 2013 Juli 2013 Agustus2013

September2013

Oktober2013

Nopember2013

Desember2013

Januari2014

Februari2014

Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni 2014

Bawang Merah Rp./Kg Rica/Cabe Rawit Rp./Kg Beras Superwin Rp./Kg Gula Pasir Curah Rp./Kg

Minyak Goreng Curah Rp./Kg Telur Ayam Rp./Kg Tomat Sayur Rp./Kg Inflasi (mtm) - sb. Kanan

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

41

sumbangan 1,06% terhadap inflasi umum, atau turun dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 17,95% (yoy).

Perlambatan inflasi administered prices didorong oleh meredanya dampak kebijakan kenaikan

harga BBM bersubsidi yang diberlakukan di akhir Juni 2013. Hal ini tercermin dari berkurangnya

angka inflasi tahunan bensin dan angkutan dalam kota. Faktor lain yang mendorong

perlambatan inflasi administered prices adalah tarif angkutan udara, yang secara tahunan

tercatat masih mengalami deflasi meskipun secara triwulanan terjadi kenaikan tarif akibat

penyelenggaraan event (World Coral Reef Conference 2014, kampanye Pemilu Presiden) dan

musim liburan sekolah. Di sisi lain, penyesuaian tarif listrik (tariff adjustment) untuk pelanggan

rumah tangga berdaya di atas 6.600 VA turut berperan menahan perlambatan inflasi

administered prices di triwulan laporan.

2.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI

Upaya pengendalian inflasi di Sulawesi Utara tak lepas dari peranan Tim Pengendali Inflasi

Daerah (TPID) di Sulawesi Utara yang saat ini terdiri atas TPID Provinsi Sulut serta 4 TPID di

tingkat Kabupaten/Kota seiring pembentukan 2 TPID baru di triwulan II 2014, yaitu TPID Kab.

Bolaang Mongondow Timur (dibentuk tanggal 12 Mei 2014) dan TPID Kab. Minahasa Tenggara

(dibentuk tanggal 6 Juni 2014).

Salah satu agenda strategis pengendalian inflasi Sulut di triwulan II 2014 adalah upaya

mengatasi inflasi yang kerap ditimbulkan dari gejolak harga cabai rawit. Sebagai tindak lanjut

nyata dari rekomendasi TPID berupa pencanangan Kabupaten Minahasa sebagai Kabupaten

Cabai, pada tanggal 28 April 2014 dilakukan panen cabai perdana di Desa Pinebetengan,

Kecamatan Tompaso Barat, Minahasa yang dipimpin Menteri Pertanian RI dan turut dihadiri

Gubernur Sulut, Bupati Minahasa, serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sulut

dan Minahasa. Kegiatan tersebut diharapkan menjadi tonggak peningkatan produksi cabai lokal

guna memenuhi kebutuhan masyarakat Sulut yang tinggi, yang selama ini sering gagal

dipenuhi pasokan dari luar daerah sehingga kerap memicu inflasi.

Upaya mengatasi permasalahan inflasi cabai dari sisi produksi juga diikuti pembahasan dari sisi

distribusi. Pada tanggal 29 April 2014 diselenggarakan rapat TPID Kota Manado yang khusus

membahas cabai rawit sebagai langganan penyebab inflasi Kota Manado. Rapat yang dipimpin

langsung oleh Wakil Walikota Manado menyepakati bahwa selanjutnya akan diadakan forum

diskusi dengan pedagang besar cabai rawit guna mencari jalan keluar permasalahan inflasi

cabai rawit. Selain itu, forum juga menyepakati untuk meng

ai rawit di pekarangan rumah dan kantor guna memenuhi

kebutuhan cabai rawit rumah tangga.

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

42

Sementara itu, program penguatan kelembagaan TPID terus berlanjut hingga menjangkau

daerah kepulauan, mengingat pentingnya pengendalian harga di daerah kepulauan yang

menghadapi berbagai hambatan distribusi. Upaya ke arah tersebut ditunjukkan dengan

dilangsungkannya sosialisasi pembentukan TPID di Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tanggal

13-15 Mei 2014.

Dalam rangka persiapan menjelang hari besar keagamaan yang terjadi pada bulan Juni-Juli

2014, yaitu bulan puasa, Lebaran, serta Pengucapan Syukur, TPID di Sulawesi Utara

menyelenggarakan high level meeting dan rapat tim teknis yang difokuskan pada pembahasan

kondisi terkini harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok, serta upaya antisipasi yang

akan dilakukan selama berlangsungnya hari besar keagamaan.

Rapat antara lain diselenggarakan oleh TPID Kabupaten Minahasa pada tanggal 24 Juni 2014,

TPID Kota Manado tanggal 25 Juni 2014, dan TPID Provinsi Sulawesi Utara tanggal 25 Juni

2014. Pada hari penyelenggaraan rapat, TPID Provinsi Sulawesi Utara juga melakukan inspeksi

mendadak (sidak) ke pasar tradisional dan pasar swalayan Kota Manado yang dipimpin

langsung oleh Wakil Gubernur Sulawesi Utara.

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN

PERBANKAN DAERAH BAB III

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

47

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan konvensional Sulawesi Utara secara umum menunjukkan perlambatan

sejalan dengan arah kebijakan moneter. Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada sisi

kredit, sementara pertumbuhan DPK relatif meningkat. Aset perbankan konvensional Sulut

pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh sebesar 12,60% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 15,59% (yoy), namun

apabila dibandingkan dengan triwulan l 2014 pertumbuhan aset relatif meningkat. Kredit

perbankan konvensional Sulut tercatat tumbuh sebesar 11,97% (yoy), melambat dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar sebesar 22,58% (yoy). Di tengah

perlambatan pertumbuhan aset dan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) mampu tumbuh lebih

besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 8,57% (yoy) menjadi

14,94% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan penghimpunan dana dibandingkan penyaluran kredit yang

tumbuh melambat mendorong turunnya rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan

konvensional di Sulawesi Utara yang berada pada level 125,30% di akhir triwulan II 2014 dari

sebelumnya 130,81%.

Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit,

risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya pada triwulan laporan masih relatif terkendali.

Non Performing Loan (NPL) relatif terjaga pada level 3,37% atau di bawah batas ketentuan

Bank Indonesia, yaitu 5%.

Sementara itu, BI Rate yang dipertahankan sebesar 7,50% dinilai konsisten dengan upaya

mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 serta mengendalikan defisit

transaksi berjalan menurun ke tingkat yang lebih sehat dan berkesinambungan.

Tabel 3.1

Indikator Utama Perbankan Konvensional di Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Total Aset (Rp.Miliar) 22.112 24.052 24.844 25.120 26.254 27.803 28.272 28.691 29.085 31.305

Tumbuh Y.o.Y (%) 21,22 23,55 21,40 18,25 18,73 15,59 13,80 14,22 10,78 12,60

DPK (Rp Miliar) 14.579 15.367 15.552 16.090 16.108 16.684 17.356 17.156 17.600 19.176

Tumbuh Y.o.Y (%) 23,58 21,95 16,95 13,81 10,49 8,57 11,60 6,62 9,26 14,94

Kredit outstanding (Rp Miliar) 16.177 17.506 18.445 19.422 19.960 21.458 22.287 22.848 23.022 24.027

Tumbuh Y.o.Y (%) 20,75 21,54 22,10 22,19 23,38 22,58 20,83 17,64 15,34 11,97

LDR (%) 110,96 113,92 118,60 120,71 123,91 128,62 128,41 133,18 130,81 125,30

NPL (%) 2,66 2,61 2,57 1,99 2,21 2,22 2,34 2,50 2,94 3,37

2012 2013 2014

Komponen

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

48

3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

Struktur aset perbankan Sulawesi Utara relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan pada

triwulan laporan. Aset bank umum konvensional pada triwulan II 2014 masih mendominasi

dengan porsi 95,61%, yang terdiri atas 69,83% aset bank pemerintah dan 25,78% aset bank

umum swasta. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-

masing sebesar 1,67% dan 2,72% dari total aset perbankan Sulawesi Utara.

Total aset perbankan Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 tumbuh 11,81% (yoy) menjadi

sebesar Rp32,74 triliun. Laju pertumbuhan aset perbankan tersebut relatif meningkat jika

dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,48% (yoy), namun

lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 18,76% (yoy).

Total aset bank umum konvensional Sulut pada triwulan laporan mencapai Rp31,31 triliun atau

tumbuh 12,60% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,78% (yoy).

Berkebalikan dengan hal tersebut, aset bank umum syariah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

justru mengalami kontraksi secara tahunan. Pada triwulan II 2014 aset bank umum syariah

tercatat sebesar Rp545,67 miliar, menurun sebesar 5,26% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp575,96 miliar. Sementara itu, aset BPR tercatat

sebesar Rp891,40 miliar, turun 1,52% (yoy) dibanding triwulan II 2013 yang tercatat sebesar

Rp903,15 miliar.

3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Selama triwulan II 2014 tidak terjadi penambahan maupun penutupan kantor bank sehingga

jumlah dan kantor bank sama dibandingkan dengan triwulan lalu. Secara kelembagaan, jumlah

BPR

Konvensional

3%

Bank Umum

Syariah

1%

Bank Umum

Konvensional

Pemerintah

70%

Bank Umum

Konvensional

Swasta

26%

Bank Umum

Konvensional

96%

BPR Konvensional Bank Umum Syariah

Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta

Grafik 3.1.

Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-2014

Grafik 3.2.

Perkembangan Pangsa Aset Perbankan

Sulawesi Utara Tw. II-2014 (%)

93

93,5

94

94,5

95

95,5

96

96,5

97

97,5

98

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Total Asset BPR Konvensional (left axis)

Total Asset BU Syariah (left axis)

Bank Umum Konvensional (right axis)% %

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

49

bank di Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat sebanyak 45 bank yang terdiri dari 24

bank umum konvensional, 4 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Sementara itu dari sisi jaringan kantor, jumlah kantor bank tercatat sebanyak 323 kantor, yang

terdiri dari 255 kantor bank umum konvensional, 16 bank umum syariah, serta 52 kantor BPR.

3.3 . PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL

3.3.1 Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Juni 2014 memutuskan untuk

mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga

Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut masih

konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan

4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara mulai

memasuki tahap akhir terlihat dari laju kenaikan suku bunga deposito dan kredit yang

cenderung melambat. Seiring dengan kenaikan BI Rate pada pertengahan 2013, suku bunga

perbankan terus mengalami tren peningkatan terutama pada suku bunga simpanan. Pada

periode Juni 2014, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,17%, sedikit lebih

tinggi dibandingkan bulan Maret 2014 yang tercatat sebesar 13,11%. Kenaikan suku bunga

kredit rata-rata terutama terjadi pada kredit modal kerja dan kredit investasi yang masing-

masing tercatat sebesar 13,51% dan 14,28% per tahun di akhir triwulan laporan. Sementara

suku bunga rata-rata kredit konsumsi relatif stabil di level 12,79%. Di sisi lain, rata-rata tingkat

suku bunga deposito 1 bulan pada Juni 2013 tercatat sebesar 7,46%, naik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,21%.

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.3.

Perkembangan Rata-rata Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito,

dan BI Rate (%)

Grafik 3.4.

Rata-rata Tingkat Suku Bunga Kredit

Menurut Jenis Penggunaan (%)

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

8,00

12,5

13,5

14,5

15,5

16,5

17,5

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Ju

l

Ag

t

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Ju

n

Ju

l

Ag

t

Sep

Okt

No

v

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Ju

n

Ju

l

Ag

t

Sep

Okt

No

v

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Ju

n

2011 2012 2013 2014

Sk. Bunga Kredit (Left Axis) BI Rate (Right Axis)

Sk. Bunga Deposito (Right Axis)

12,5

13,0

13,5

14,0

14,5

15,0

15,5

16,0

16,5

17,0

17,5

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

2011 2012 2013 2013

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

50

Grafik 3.7.

Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)

3.3.2 Penyerapan Dana Masyarakat

Penyerapan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Sulawesi Utara tumbuh sebesar 14,94% (yoy) pada

triwulan II 2014 sehingga jumlah dana masyarakat yang dihimpun perbankan mencapai Rp19,2

triliun. Pertumbuhan DPK mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang sebesar 9,26% (yoy).

Dilihat dari jenis simpanan, meningkatnya pertumbuhan DPK didorong oleh pertumbuhan

deposito dan giro yang meningkat, sementara pertumbuhan tabungan relatif melambat.

Deposito tercatat tumbuh hingga 25,68% (yoy), jauh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan di

triwulan I 2014 yang sebesar 15,43% (yoy). Pengaruh tingginya suku bunga deposito menjadi

salah satu pemicu peningkatan pada jenis simpanan ini terutama oleh nasabah perorangan. Di

sisi lain, giro juga tercatat tumbuh signifikan pada triwulan laporan. Pertumbuhan giro

mencapai 23,43% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang hanya tumbuh sebesar 2,53%

(yoy). Sementara itu laju pertumbuhan tabungan relatif melambat dari 7,94% (yoy) pada

triwulan I 2014 menjadi 4,21% (yoy) pada triwulan laporan.

Perkembangan deposito yang cukup baik

membuat porsi simpanan deposito pada dana

pihak ketiga meningkat menjadi 36,55% dari

33,83% di triwulan sebelumnya. Sebaliknya,

pangsa dana tabungan berkurang menjadi

sebesar 43,59% akibat porsi giro yang juga

meningkat menjadi 19,85%.

Grafik 3.6.

Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

Sulut

Grafik 3.5.

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012 2013 2014

Giro Deposito Tabungan

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Bank Pemerintah

Bank Swasta

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

51

Tabel 3.2.

Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah masih dominan menyerap 69,43% dari total

DPK di Sulawesi Utara, sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (30,57%). Sejalan

dengan itu, penyerapan dana di bank pemerintah tercatat tumbuh lebih cepat ketimbang bank

swasta. Dana pihak ketiga di bank pemerintah tumbuh 16,24% (yoy) sedangkan dana di bank

swasta tumbuh sebesar 12,10% (yoy).

Pada akhir triwulan II 2014, wilayah penghimpunan dana masih terkonsentrasi pada bank-bank

yang berlokasi di Kota Manado, meski dengan porsi yang berkurang menjadi sebesar 69,39%

dari total dana pihak ketiga yang dihimpun di Sulawesi Utara atau sejumlah Rp13,31 triliun.

Berkurangnya pangsa DPK Kota Manado disertai dengan pertumbuhan DPK di kabupaten/kota

lainnya sehingga porsi kabupaten/kota lainnya meningkat. Setelah Kota Manado, DPK Sulawesi

Utara tersebar di Kota Kotamobagu dan Kabupaten Boltim (7,89%), disusul Kota Bitung

(7,26%), Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud (6,21%), Kabupaten Minahasa dan

Minahasa Tenggara (5,41%), Kabupaten Minahasa Selatan (1,52%), Kota Tomohon (1,29%),

dan Kabupaten Minahasa Utara (1,04%).

II III IV I II III IV I II

Kab. Minahasa dan Mitra 800 784 661 752 793 864 712 866 1.037

Kab. Kep. Sangihe dan Talaud 895 899 767 913 916 960 881 987 1.191

Kab. Minahasa Selatan 156 173 126 203 230 241 149 230 291

Kab. Minahasa Utara 136 148 117 182 192 217 132 208 199

Kota Menado 10.891 11.029 12.042 11.398 11.781 12.215 12.797 12.434 13.305

Kota Kotamobagu dan Kab Boltim 1.249 1.282 1.132 1.309 1.328 1.331 1.087 1.352 1.513

Kota Bitung 1.061 1.052 1.112 1.140 1.243 1.296 1.260 1.304 1.393

Kota Tomohon 180 184 135 212 201 232 138 219 247

Total 15.367 15.552 16.090 16.108 16.684 17.356 17.156 17.600 19.176

2013 20142012Kota/Kabupaten

Grafik 3.9.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kab/Kota (%)

Grafik 3.8.

Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

II III IV I II III IV I II

2013 2014

Kota Tomohon 180 184 135 212 201 232 138 219 247

Kota Bitung 1.061 1.052 1.112 1.140 1.243 1.296 1.260 1.304 1.393

Kota Kotamobagu dan Kab Boltim 1.249 1.282 1.132 1.309 1.328 1.331 1.087 1.352 1.513

Kota Menado 10.891 11.029 12.042 11.398 11.781 12.215 12.797 12.434 13.305

Kab. Minahasa Utara 136 148 117 182 192 217 132 208 199

Kab. Minahasa Selatan 156 173 126 203 230 241 149 230 291

Kab. Kep. Sangihe dan Talaud 895 899 767 913 916 960 881 987 1.191

Kab. Minahasa dan Mitra 800 784 661 752 793 864 712 866 1.037

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

Kota Tomohon Kota Bitung Kota Kotamobagu dan Kab Boltim

Kota Menado Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan

Kab. Kep. Sangihe dan Talaud Kab. Minahasa dan Mitra

0 5 10 15 20 25 30 35

Kab. Minahasa

Kab. Kep. Sangihe

dan Talaud

Kab. Minahasa

Selatan

Kab. Minahasa

Utara

Kota Menado

Kota Kotamobagu

Kota Bitung

Kota Tomohon

Q2-2014

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

52

Berdasarkan pertumbuhan DPK di masing-masing wilayah, seluruh Kabupaten/Kota tercatat

mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan DPK tertinggi terjadi pada Kabupaten Minahasa

sebesar 30,72% (yoy), sementara Kabupaten Minahasa Utara mengalami pertumbuhan

tahunan terendah sebesar 3,98% (yoy).

3.3.3 Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara mencatat pertumbuhan yang melambat

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu, dipengaruhi kebijakan moneter ketat yang

diterapkan oleh Bank Indonesia. Pada triwulan II 2014, jumlah kredit tercatat sebesar Rp24,03

triliun atau tumbuh 11,97% (yoy). Pertumbuhan kredit didorong oleh kredit konsumsi meski

relatif tumbuh melambat sebesar 14,77% (yoy) dan kredit modal kerja yang tumbuh sebesar

11,59% (yoy) dengan jumlah baki debet masing-masing senilai Rp14,41 triliun dan Rp6,92

triliun. Di sisi lain, kredit investasi justru mengalami kontraksi sebesar 0,19% (yoy) sehingga baki

debet pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,69 triliun.

Dengan nilai baki debet yang cukup besar, kredit konsumsi masih menguasai penyaluran kredit

di Sulawesi Utara dengan pangsa mencapai 59,98% dari total kredit yang disalurkan.

Sementara itu, porsi kredit modal kerja tercatat sebesar 28,81%, disusul oleh kredit investasi

dengan porsi sebesar 11,21%. Dominannya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit

lainnya sejalan dengan karakteristik pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama

didorong oleh aktivitas konsumsi.

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif sebagian besar ditujukan ke sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang merupakan sektor utama Sulut dengan pangsa

sebesar 26,24% dari total kredit. Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan kelompoknya, bank

Grafik 3.10.

Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)

Grafik 3.11.

Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

- 5.000 10.000 15.000

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

Investasi Modal Kerja Konsumsi

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

53

umum pemerintah masih menjadi penyalur kredit utama dibandingkan dengan bank umum

swasta nasional. Kredit yang disalurkan bank pemerintah mencapai Rp.17,52 triliun dengan

porsi 72,91% terhadap total kredit, sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta

sebesar Rp6,51 triliun atau sebesar 27,09% dari total kredit.

Sejalan dengan penghimpunan DPK, sebagian besar penyaluran kredit perbankan juga masih

tercurah di Kota Manado. Dari total kredit sebesar Rp24,03 triliun, tercatat 63,71% atau

sebesar Rp15,31 triliun disalurkan di Kota Manado. Selanjutnya porsi penyaluran kredit

berturut-turut diikuti oleh Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

dengan pangsa sebesar 9,93% (Rp2,39 triliun), Kabupaten Minahasa dan Minahasa Tenggara

8,35% (Rp2,01 triliun), Kabupaten Kep. Sangihe dan Talaud 7,05% (Rp1,69 triliun), Kota

Bitung 6,29% (Rp1,51 triliun), Kabupaten Minahasa Selatan 1,79% (Rp429 miliar), Kota

Tomohon 1,66% (Rp398 miliar), dan Kabupaten Minahasa Utara 1,22% (Rp292 miliar).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.15.

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.14.

Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Grafik 3.13.

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.12.

Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Tomohon Bitung Kotamobagu Menado

Minahasa Utara Minahasa Selatan Sangihe & Talaud Minahasa

- 5 10 15 20 25

Minahasa

Sangihe

Minahasa Selatan

Minahasa Utara

Menado

Kotamobagu

Bitung

Tomohon

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

54

Berdasarkan laju pertumbuhan kredit per wilayah, Kabupaten Minahasa Utara tumbuh paling

cepat dengan laju 21,01% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kota Tomohon dengan

pertumbuhan sebesar 10,07% (yoy).

3.3.4 Kredit UMKM

Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara tidak

terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Kredit UMKM

adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan

kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2008

tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi

kriteria usaha dengan batasan tertentu pada nilai kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan.

Data yang disajikan dalam pembahasan adalah kredit UMKM dengan menggunakan definisi

sebagaimana diatur dalam UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM.

Posisi kredit UMKM pada triwulan II 2014 tercatat

sebesar Rp6,87 triliun atau tumbuh positif

8,31% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan

triwulan sebelumnya dan masih berada di

bawah tingkat pertumbuhan kredit secara

umum. Kredit usaha menengah memiliki pangsa

terbesar dalam kredit UMKM yakni mencapai

48,95%, kemudian diikuti kredit usaha kecil

dengan pangsa 32,12%, dan sisanya 18,93%

merupakan kredit usaha mikro.

Dengan melihat pangsa kredit UMKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara

keseluruhan pada triwulan II 2014, terjadi peningkatan porsi kredit UMKM dibandingkan

triwulan I 2014, yakni dari 28,49% menjadi 28,60%. Sementara dari sisi kualitas kredit, kredit

UMKM tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya akibat peningkatan

NPL terutama pada jenis kredit usaha kecil. Pada triwulan II 2014 rasio NPL kredit UMKM

tercatat sebesar 4,92%, meningkat dibandingkan dengan periode triwulan I 2014 yang sebesar

4,82%.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.16.

Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Kredit Umum Kredit UMKM

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

55

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara pada akhir triwulan II 2014 secara umum terjaga.

Non Performing Loan (NPL) relatif terkendali, berada pada tingkat di bawah batas ketentuan BI

yaitu 5%. Sementara itu, aspek intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit

Ratio (LDR) masih berada pada level di atas 100%. Volatilitas kurs rupiah diperkirakan tidak

akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing

yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik,

Pendapatan Bunga Bersih, ROA) menunjukkan perkembangan yang cukup baik.

3.4.1 Risiko Kredit

Pada triwulan II 2014, terjadi peningkatan risiko kredit perbankan konvensional Sulawesi Utara

tercermin dari indikator Non Performing Loan (NPL), sementara konsentrasi kredit relatif tidak

mengalami perubahan. Meski meningkat dibanding triwulan sebelumnya, rasio NPL (bruto)

masih tetap terjaga pada level di bawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%), yaitu

tercatat sebesar 3,37%. Kenaikan rasio NPL bersumber dari kualitas kredit yang menurun pada

beberapa sektor. Kredit di sektor pertanian, sektor industri, sektor listrik, gas, dan air (LGA),

sektor konstruksi, dan sektor angkutan dan komunikasi harus semakin diwaspadai seiring

meningkatnya NPL sampai di atas 5%. Di sisi lain, kualitas kredit di sektor PHR yang memiliki

pangsa terbesar untuk kredit produktif juga tercatat mengalami penurunan kualitas kredit yang

tercermin dari naiknya NPL ke level 3,46% dari triwulan lalu yang tercatat berada di level

3,17% , sementara rasio NPL pada sektor lainnya (konsumsi) tercatat masih cukup baik meski re

meningkat 0,58% dari triwulan lalu menjadi sebesar 2,45% pada triwulan laporan.

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat

bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif

Grafik 3.18.

Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.17.

Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2010 2011 2012 2013 2014

Mikro Kecil Menengah

- 50 100 150 200

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

Menengah Kecil Mikro

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

56

rendah yakni sektor lainnya (konsumsi) dengan pangsa mencapai 59,98% dari total kredit dan

memiliki rasio NPL sebesar 2,45%.

3.4.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber

dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan

laporan masih terkendali.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu

sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara

masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek

(tabungan, giro, dan deposito jangka pendek)

yang berpotensi menciptakan maturity mismatch

karena kredit yang disalurkan perbankan memiliki

jangka waktu relatif lebih panjang dibanding

penghimpunan dana masyarakat.

Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat menurun menjadi

125,30%. Perlu digarisbawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit

yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan.

Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR perbankan terendah berada di Kota Bitung

sebesar 108.59%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa dan Minahasa

Tenggara sebesar 193.65%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kota Tomohon sebesar

160.94%, Kota Kotamubagu dan Kabupaten Boltim sebesar 157.67%, Kabupaten Minahasa

Selatan sebesar 147.76%, Kabupaten Minahasa Utara sebesar 146.61%, Kabupaten Kepulauan

Grafik 3.19.

Kredit & NPL Sektoral Tw. II 2013

Grafik 3.20.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

0

5

10

15

20

25

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

Kredit (Rp miliar)-left axis

NPL (%)-right axis

- 50 100 150 200 250

Minahasa

Sangihe

Minahasa Selatan

Minahasa Utara

Menado

Kotamobagu

Bitung

Tomohon

Total

Q2

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

57

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sangihe sebesar 142.16%, dan Kota Manado sebesar 115.05%. Relatif tingginya rasio LDR di

beberapa wilayah mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang

berkembang dan membutuhkan banyak kucuran dana, yang diantaranya diperoleh dari

penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut. Sementara di sisi lain, penghimpunan

dana masyarakat di wilayah tersebut juga perlu semakin ditingkatkan untuk lebih mendukung

penyaluran kredit.

3.4.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari

rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)

sepanjang triwulan laporan tidak mengalami perubahan. Hal tersebut menyebabkan

melambatnya pergerakan suku bunga perbankan di Sulut terutama untuk suku bunga

pinjaman. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap

kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan

Sulawesi Utara.

3.4.4 Indikator perbankan lainnya

Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada

triwulan II 2014 melanjutkan tren penurunan yang

terjadi sejak triwulan sebelumnya. Tercatat rasio

kelonggaran tarik pada Juni 2014 sebesar 4,94%

atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang

tercatat 5,74%. Hal ini mengindikasikan

penggunaan kredit yang lebih optimal oleh debitur.

Pendapatan Bunga Bersih

Pendapatan Bunga Bersih merupakan salah satu

indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam

menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi

bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah

dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut

Pendapatan Bunga Bersih pada triwulan laporan

menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1.231

Grafik 3.22.

Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum (Rp Miliar)

Grafik 3.21.

Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Plafond 15.576 16.517 17.405 18.210 18.641 19.987 20.608 21.511 22.233 23.652 24.665 25.509 25.245 26.153

Outstanding 13.397 14.403 15.107 15.896 16.177 17.506 18.445 19.422 19.960 21.458 22.287 22.848 23.022 24.027

Rasio UL (%) 7,56 7,25 7,78 7,30 7,47 6,73 6,06 5,95 6,14 5,16 5,71 6,55 5,74 4,94

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

4.000

9.000

14.000

19.000

24.000

29.000

%Rp Miliar

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Pend.Bunga 686 1.427 2.196 3.020 812 1.706 2.659 3.709 1.009 2.090

Biaya Bunga 282 569 848 1.116 292 604 959 1.339 416 858

NIM 404 858 1.348 1.904 520 1.102 1.701 2.370 593 1.231

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

58

Grafik 3.24.

Return On Asset Bank Umum

Grafik 3.23.

Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

miliar, meningkat sebesar 11.71%(yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang

tercatat Rp1.102 miliar.

Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan

laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan relatif mengalami penurunan yang tercermin

dari kenaikan rasio BOPO bank umum konvensional dari 67.72% pada triwulan II 2013 menjadi

72.89% pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan kenaikan beban operasional yang cukup

tinggi mencapai 22.44% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Meningkatnya pendapatan bunga bersih

namun di sisi lain terjadi penurunan efisiensi, membuat rasio ROA bank umum tercatat turun

dari 2,24% di triwulan II 2013 menjadi sebesar 1,86% pada triwulan laporan.

3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

BO 512 1.11 1.97 2.56 546 1.15 1.74 2.38 612 1.32 1.90 2.62 773 1.62

PO 761 1.51 2.41 3.25 827 1.68 2.56 3.53 934 1.95 2.88 4.04 1.07 2.22

Rasio 67,3 73,6 81,8 78,7 66,0 68,4 68,0 67,4 65,5 67,7 66,1 64,7 71,7 72,8

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

%Rp Miliar

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2011 2012 2013 2014

Aset (Rp Juta) - Left Axis 18.242 19.467 20.465 21.243 22.112 24.052 24.844 25.119 26.253 27.802 28.272 28.690 29.084 31.304

L/R (Rp Juta) - Right Axis 215 430 416 684,26 279,34 530,12 813,45 1.144, 318,12 623,53 953,65 1.391, 300,35 583,35

-

500

1.000

1.500

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

59

Pada triwulan II 2014 perkembangan perbankan umum syariah di Sulawesi Utara masih dilanda

perlambatan bahkan penurunan terutama dari sisi aset dan DPK. Sementara itu, kredit

perbankan syariah masih mengalami pertumbuhan kendati terus mangalami perlambatan pada

triwulan laporan. Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi Juni 2014 mengalami

penurunan sebesar 5,26% (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp545,67 miliar pada triwulan

laporan. Sebaliknya, kondisi kredit pada triwulan laporan masih mengalami pertumbuhan

kendati mengalami perlambatan dari 7,9% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 3,03% (yoy)

pada triwulan II 2014. Di sisi lain, DPK mengalami penurunan mencapai 15,10% (yoy) sehingga

tercatat sebesar Rp187,33 miliar pada Juni 2014.

Lebih tingginya laju peningkatan kredit dibandingkan dengan DPK yang terkontraksi

menyebabkan Financing to Deposit Ratio (FDR) kembali meningkat menjadi 277% pada Juni

2014. Tingginya tingkat FDR mencerminkan bahwa bank umum syariah perlu mendorong

upaya menjaring Dana Pihak Ketiga di Sulawesi Utara.

Kualitas pembiayaan pada perbankan syariah juga kembali mengalami penurunan tercermin

dari rasio Non Performing Financing (NPF) yang melampaui batas ketentuan Bank Indonesia,

yakni tercatat sebesar 10,17% pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 9,17%.

Tabel 3.3.

Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)

(Rp. Mi l iar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Asset 454,29 476,53 480,13 548,66 544,01 575,96 547,88 566,29 556,24 545,67

Growth (yoy) 37,12 44,19 38,34 14,10 19,75 20,87 14,11 3,21 2,25 -5,26

DPK 195,65 198,98 205,21 266,31 235,68 220,65 194,10 230,58 205,91 187,33

Growth (yoy) 52,40 49,57 47,69 41,22 20,46 10,89 -5,41 -13,42 -12,63 -15,10

Giro 13,94 15,87 16,24 33,05 17,14 20,49 14,64 15,89 10,14 11,08

Tabungan 106,55 110,52 126,27 144,81 124,41 119,88 131,26 157,02 136,83 127,57

Deposito 75,16 72,59 62,71 88,45 94,13 80,28 48,20 57,67 58,93 48,68

Kredit 371,77 403,16 440,70 472,47 483,63 503,67 511,36 521,72 521,86 518,91

Growth (yoy) 51,10 41,42 36,80 32,91 30,09 24,93 16,03 10,43 7,90 3,03

Modal Kerja 260,57 276,33 295,16 308,75 308,87 310,38 304,59 179,56 179,35 167,91

Investasi 16,27 22,38 122,81 119,63 120,60 125,87 137,07 148,17 143,14 75,76

Konsumsi 94,93 104,45 22,73 44,09 54,17 67,42 69,70 193,99 199,37 275,24

FDR (%) 190,02 202,61 214,75 177,41 205,21 228,27 263,45 226,27 253,44 277,00

NPF (%) 1,89 3,06 4,95 4,18 5,39 6,43 5,69 4,06 9,17 10,47

Jumlah Bank 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4

Jaringan Kantor 13 13 13 13 13 16 16 16 16 16

2012 2013 2014

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

60

Tabel 3.4.

Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)

3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi jika dilihat dari

sisi aset, namun demikian NPL mulai menunjukkan perbaikan walaupun harus tetap diwaspadai

karena masih berada pada level diatas 5%. Aset BPR pada triwulan II 2014 mengalami kontraksi

sebesar 1.52% (yoy), sehingga menjadi Rp891.40 miliar. Pertumbuhan aset BPR yang

terkontraksi pada periode laporan terutama disebabkan oleh penurunan jumlah kredit, tercatat

sebesar 1.02% (yoy). Berdasarkan hasil survey Perbankan yang dilakukan KPw BI Sulawesi Utara

pada triwulan II 2014, salah satu penyebab terjadinya kontraksi pada kredit BPR adalah

meningkatnya risiko kredit usaha nasabah.

Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama didorong sektor lain-lain (konsumsi) yang

mengalami pertumbuhan sebesar 6.43% (yoy). Sementara itu, seluruh jenis kredit di sektor

produktif mengalami kontraksi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau

mencatatkan pertumbuhan negatif. Sektor yang paling tinggi mengalami penurunan kredit

adalah sektor jasa-jasa yang mengalami penurunan hingga 73.14% dibanding tahun

sebelumnya.

Di sisi lain, penghimpunan dana mengalami pertumbuhan positif kendati mengalami

perlambatan. DPK BPR tumbuh sebesar 4.20% (yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp683.25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*

Aset 713,67 780,43 825,13 820,50 850,20 905,13 959,14 962,26 905,76 891,40 -1,52%

Growth (yoy) 43,84 57,29 46,54 25,89 19,13 15,98 16,24 17,28 6,53 (1,52)

DPK 471,29 508,60 515,70 588,09 621,47 655,74 701,97 725,44 685,86 683,25 4,20%

Growth (yoy) 35,23 45,94 47,98 33,82 31,87 28,93 36,12 23,35 10,36 4,20

Deposito 382,24 408,82 416,40 475,25 505,16 530,97 574,66 590,63 556,85 560,99 5,65%

Tabungan 89,05 99,78 99,30 112,84 116,31 124,78 127,31 134,80 129,01 122,26 -2,01%

Kredit 505,54 544,48 572,01 621,61 671,99 722,39 738,66 722,02 725,52 715,04 -1,02%

Growth (yoy) 31,80 41,95 49,13 36,37 32,92 32,67 29,14 16,15 7,97 (1,02)

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 97,13 102,88 114,10 93,80 106,91 133,20 147,24 97,06 110,46 112,82 -15,30%

Investasi 17,32 21,83 23,16 17,42 20,36 33,87 41,45 6,30 14,93 13,76 -59,38%

Konsumsi 391,09 419,77 434,75 510,39 544,71 555,33 549,98 618,65 600,13 588,46 5,97%

Sektoral

Pertanian 5,85 5,55 6,59 7,01 8,18 8,76 7,07 6,04 5,45 5,61 -35,98%

Perindustrian 2,34 2,12 2,65 1,67 1,89 3,29 3,40 2,48 2,12 2,37 -28,10%

PHR 50,85 56,84 61,39 50,40 55,81 49,44 43,16 37,53 37,11 32,39 -34,49%

Jasa-jasa 33,77 35,27 32,92 25,23 25,42 36,13 41,03 10,27 9,72 9,70 -73,14%

Lain-lain 412,73 444,70 468,46 537,30 580,69 624,77 644,01 665,70 671,12 664,97 6,43%

LDR (%) 107,27 107,06 110,92 105,70 108,13 110,16 105,23 99,53 105,78 104,65

NPL (%) 3,89 4,17 5,44 4,10 5,56 5,41 7,81 8,07 11,21 10,92

Jumlah Bank 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17

Jaringan Kantor 48 48 49 50 49 51 50 51 52 52

* Data s/d Mei 2014

Y.o.YKomponen

2012 2013 2014

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

61

miliar. Pertumbuhan DPK BPR didorong oleh jenis simpanan deposito yang tumbuh 5,65% (yoy)

sementara tabungan mengalami kontraksi. Secara struktur, deposito masih mendominasi DPK

BPR dengan pangsa 82.11%. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada

penataan ulang efisiensi BPR, khususnya terhadap suku bunga pinjaman yang saat ini berada

pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.

Sementara itu, rasio LDR BPR pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 104.65%, atau lebih

rendah daripada triwulan sebelumnya yaitu 105.78% sejalan dengan pertumbuhan DPK dan

kontraksi yang terjadi pada kredit. Di sisi lain, tingkat kehati-hatian pada penyaluran kredit BPR

harus semakin diberi perhatian. Hal ini tercermin dari rasio NPL (bruto) yang terus meningkat

hingga mencapai 10.92% (yoy) pada triwulan laporan, jauh melebih batas 5%.

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

62

Box 1.

Perkembangan Penggunaan Kartu Kredit di Sulawesi Utara

dan Pemanfaatan Jasa Perusahaan Asuransi dalam Penyaluran

Kredit Perbankan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan survei kepada

perbankan yang ada di Sulut. Adapun tujuan dari survei ini yaitu untuk mengetahui

perkembangan aktivitas perbankan di Sulut dilihat dari sisi kredit, penghimpunan dana,

penempatan dana, prospek perbankan kedepan, risiko kredit, perkembangan sistem

pembayaran dan perkembangan pemanfaatan perusahaan asuransi. Fokus pembahasan pada

wacana ini adalah mengenai (1) Perkembangan APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu)

yang merupakan salah satu tools dari Sistem Pembayaran dan (2) Perkembangan pemanfaatan

jasa perusahaan asuransi oleh perbankan yang menyalurkan kredit di Provinsi Sulut.

Perkembangan Penggunaan Kartu Kredit di Sulut

Perkembangan pertumbuhan penggunaan Kartu Kredit yang merupakan salah satu bagian dari

APMK di Provinsi Sulut dinilai cukup signifikan khususnya di beberapa daerah seperti Kota

Manado, Kabupaten Minahasa, dan Kota Tomohon. Data historis Jan Mei 2014 menunjukkan

bahwa ketiga daerah tersebut berkontribusi rata-rata sebesar 90% terhadap total penggunaan

Kartu Kredit di provinsi Sulut.

Pada bulan Mei 2014, data Bank

Indonesia menunjukkan transaksi

penggunaan Kartu Kredit di Kota Manado

mencapai Rp70,27 Milliar, di Kab.

Minahasa mencapai Rp37,54 Milliar,

sementara di Kota Tomohon mencapai

Rp26,72 Milliar dan di kota lainnya

Rp14,89 Milliar. Total penggunaan Kartu

Kredit di Provinsi Sulut mencapai Rp149,35 Milliar, menyumbang 0.07% dari total penggunaan

kartu kredit secara nasional. Pertumbuhan penggunaan pada bulan Mei 2014 dibanding bulan

sebelumnya mencapai 7% (mtm). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kartu kredit di Sulut

cenderung meningkat sejalan perekonomian Sulut yang tumbuh sebesar 7.32% (yoy) pada

triwulan II 2014.

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

63

Diperkirakan penggunaan kartu kredit akan terus bertambah seiring semakin giatnya perbankan

dalam mensosialisasikan less cash society sesuai dengan arah kebijakan Bank Indonesia untuk

mengurangi penggunaan uang kartal demi efisiensi transaksi. Perbankan mulai menggalakkan

penggunaan APMK di Sulut dengan berbagai metode dan program bank seperti sosialisasi dan

undian, edukasi, dan mengadakan kerjasama dengan beberapa merchant atau store untuk

mendorong nasabah menggunakan APMK.

Sementara itu, untuk ketersediaan layanan berbasis e-money sendiri di Provinsi Sulut dinilai

masih minim karena menurut survei yang dilakukan kepada perbankan hanya 5.26%

responden yang menyediakan layanan e-money di Sulut.

Untuk itu Bank Indonesia akan terus mendorong dan mengarahkan perbankan untuk lebih

menggalakkan penggunaan APMK melalui peningkatan dan penambahan infrastruktur terkait

penggunaan APMK.

Perkembangan Pemanfaatan Jasa Perusahaan Asuransi dalam Penyaluran Kredit

Perbankan

Survei Perbankan pada Triwulan II 2014 juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas perbankan

yang memanfaatkan jasa asuransi dalam penyaluran kreditnya. Kegiatan penyaluran kredit

secara umum masih dalam kategori baik ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL)

dibawah 5%. Sebagian besar dana yang dihimpun disalurkan pada kredit konsumtif (59.98%),

dan sebagian lainnya pada sektor produktif (40.02%).

Perkreditan merupakan bisnis utama perbankan sehingga harus dijaga kualitasnya guna

menjamin kelangsungan bisnis dari perbankan itu sendiri dan pada akhirnya akan dapat

menjamin soundness dari Stabilitas Sistem Keuangan. Dalam hal menjaga kualitas perkreditan

bank dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan asuransi dalam penyaluran kreditnya

untuk memitigasi risiko.

Menurut survei yang dilakukan Bank Indonesia terhadap perbankan di Sulut, sebagian besar

perbankan telah memanfaatkan jasa perusahaan asuransi dalam pemberian kredit (95%) dan

sebagian besar perbankan tersebut juga terafiliasi dengan perusahaan asuransi yang melakukan

kerjasama dalam pemberian kredit (52.63%).

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN

KEUANGAN DAERAH BAB IV

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

67

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah tercermin dari

transfer dana berupa Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan

fiskal dari pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di bawahnya

pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2013, yang tercermin dari

peningkatan alokasi Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus yang

meningkat dari Rp8,64 triliun menjadi Rp9,23 triliun.

Meskipun alokasi belanja maupun target pendapatan pada tahun 2014 cukup besar, namun

demikian realisasi sampai dengan triwulan II 2014 masih relatif rendah. Realisasi pendapatan

baru mencapai 43% atau senilai Rp1,01 triliun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan

pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,04 triliun atau 54,7% dari total target. Kondisi yang

sama juga terlihat dari realisasi belanja yang baru mencapai 27% atau senilai Rp670 miliar,

lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp694 miliar atau

35,4% dari target belanja.

4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara

Upaya peningkatan kapasitas perekonomian Sulawesi Utara tidak terlepas dari adanya

dukungan pemerintah pusat dalam bentuk transfer dana berupa Dana Perimbangan dan Dana

Penyesuaian & Otonomi Khusus ke Provinsi serta Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara. Total

transfer daerah Provinsi Sulawesi Utara dan 15 kab/kota dibawahnya pada tahun 2014

mencapai Rp9,23 triliun atau naik 6,83% dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 4.1.

Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

(dlm miliar rupiah)

Secara rata-rata, porsi Dana Perimbangan terhadap keseluruhan dana transfer relatif lebih besar

dibandingkan porsi Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Porsi Dana Perimbangan mencapai

88% dari total Dana transfer atau senilai Rp8,14 triliun. Sementara itu jika dilihat dari

komponen penyusunnya, Dana Perimbangan terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU)

dengan nilai sebesar Rp6,92 triliun atau 84,99% dari total dana perimbangan, lalu diikuti oleh

(Rp.Miliar)

Dana Perimbangan 4,376 5,283 5,462 5,998 6,993 7,941 8,138

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274 336 331 325 356 378 340

Dana Alokasi Umum (DAU) 3,428 4,059 4,431 4,964 5,947 6,725 6,917

Dana Alokasi Khusus (DAK) 674 887 700 709 689 838 881

Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280 394 221 1,153 434 703 1,092

TOTAL 4,656 5,676 5,683 7,150 7,427 8,644 9,231

*) Data Update per 30 M aret 2014

2014*2011 2012 2013Dana 2008 2009 2010

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

68

Dana Bagi Hasil

Pajak/Bukan Pajak

4%

Dana Alokasi Umum (DAU)

85%

Dana Alokasi Khusus (DAK)

11%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

-

500,000.00

1,000,000.00

1,500,000.00

2,000,000.00

2,500,000.00

2009 2010 2011 2012 2013 2014

PAD Dana Perimbangan Proporsi Sulut Proporsi Rata-rata seluruh Indonesia

Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp881 miliar atau 19,82% dari total Dana Perimbangan.

Sementara porsi terkecil adalah Dana Bagi Hasil (DBH) senilai Rp340 miliar atau 4,17% dari total

dana perimbangan.

Porsi Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus terhadap keseluruhan dana transfer sebesar Rp1,09

triliun atau hanya 12%. Namun demikian, terlihat adanya peningkatan alokasi dibandingkan

tahun 2013 sebesar 13,42%.

Berdasarkan wilayahnya, alokasi Dana Perimbangan terbagi atas pengalokasian di wilayah

Provinsi Sulawesi Utara dan Seluruh wilayah Kab/Kota di Sulut. Dari total Dana Perimbangan

yang disalurkan oleh pemerintah pusat pada tahun 2014, komposisi dana terbesar diperoleh

pemerintah Prov. Sulut dengan alokasi sebesar 15% atau mencapai Rp1,38 triliun. Sementara

itu, kab/kota yang mendapatkan alokasi dana terbesar adalah kota Manado senilai Rp1 triliun

atau sebesar 11% dari total dana perimbangan.

Ketergantungan suatu daerah terhadap

pendanaan dari pusat pada dasarnya masih

terjadi di seluruh Indonesia. Namun demikian,

pada tahun 2014, tingkat ketergantungan

daerah terhadap pendanaan pusat relatif

menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu

dari sebesar 85% pada tahun 2013 menjadi

84% pada tahun 2014. Sementara itu jika dilihat

tren perkembangannya, rasio tingkat

ketergantungan Sulawesi Utara terhadap alokasi

dana perimbangan masih lebih rendah

dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, yaitu pada kisaran 60% dengan tren yang terus

Grafik 4.2.

Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2014

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Grafik 4.1.

Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota

di Sulawesi Utara Tahun 2014

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Grafik 4.3.

Proporsi Sumber Pendapatan Daerah

Prov. Sulawesi Utara15%

Kab. Bolaang Mongondow

7%

Kab. Minahasa9%

Kab. Sangihe7%

Kota Bitung7%

Kota Manado11%

Kab. Kepulauan Talaud

6%

Kota Tomohon5%

Kab. Minahasa

Utara6%

Kab. Minahasa

Selatan0%

Kota Kotamobagu

5%

Kab. Minahasa Tenggara

6%

Kab. Bolaang Mongondow

Utara4%

Kab. Kepulauan Sitaro

5%

Kab. Bolaang Mongondow

Timur4%

Kab. Bolaang Mongondow

Selatan4%

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

69

Tabel 4.2.

Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2014 (dlm miliar rupiah)

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas ekonomi Sulawesi Utara sudah cukup baik dan

mandiri yang berdampak pada meningkatnya peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai

sumber pendapatan dalam mendukung pembangunan daerah.

4.2. APBD di Tingkat Provinsi

Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara tercermin dari peningkatan

nilai APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan nilai APBD

Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2013.

Meskipun terlihat adanya peningkatan nilai APBD, namun demikian rata-rata realisasi masing-

masing komponen, baik komponen pendapatan, belanja maupun pembiayaan pada triwulan II

2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi pendapatan, realisasi tercatat Rp1,01 triliun baru mencapai 43% dari total target

pendapatan. Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya

yang tercatat Rp1,05 triliun atau sebesar 55%.

Di sisi belanja, realisasi pada triwulan II 2014 juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun lalu, yang baru mencapai Rp670 miliar atau hanya 27% dari total alokasi

anggaran belanja. Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang

tercatat Rp694 miliar atau sudah mencapai 35%.

Untuk memenuhi kebutuhan belanja daerah yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pendapatan diperlukan adanya pembiayaan sebagai sumber pendapatan tambahan.

Pembiayaan tersebut berasal dari Sisa Lebih Penerimaan Daerah (SILPA) dikurangi dengan

penyertaan modal (investasi). Total pembiayaan yang direalisasikan pada triwulan II 2014

(dlm miliar rupiah)

Nominal % Nominal %

I Pendapatan 1.916 1.049 54,7 2.329 1.012 43

Pendapatan Asli Daerah 650 354 54,4 944,6 361,1 38,2

Dana Perimbangan 1.265 574 45,4 1109,5 515,7 46,5

Lain-lain PAD yang Sah 1 121 24150,0 274,7 134,7 49,0

II Belanja 1.962 694 35,4 2.453 670 27

Belanja Operasi 1.372 501 36,5 1570,6 522,9 33,3

Belanja Modal 360 96 26,6 509,8 70,8 13,9

Belanja Tidak Terduga 10 1 9,2 10,0 1,6 15,9

Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 220 97 44,1 362,3 74,5 20,6

III Pembiayaan 46 253 548,1 123 249 202

Penerimaan Daerah 66 253 382,4 148,3 249,4 168,2

- SILPA 66 253 382,4 148,3 249,4 168,2

Pengeluaran Daerah 20 0 0 25 0 0

- Penyertaan Modal (Investasi) Pemda 20 0 100 25 0 100

UraianAPBD 2013

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw. II-2013 APBD 2014

(Rp Miliar)No

Realisasi APBD

Tw. II-2014

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

70

Tabel 4.3.

Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2014

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

tercatat sebesar Rp249 miliar, lebih rendah dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu

yang tercatat Rp253 miliar.

4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi

Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 tercatat

mencapai Rp1,01 triliun atau 43% dari total target pendapatan. Realisasi ini masih lebih rendah

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp1,04 triliun atau

54,7% dari total target pendapatan.

Berdasarkan komponennya porsi dana perimbangan menempati posisi terbesar dalam

pembentukan pendapatan daerah yaitu sebesar 47,99%, lalu diikuti oleh komponen

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 40,56% dan dana transfer otsus sebesar 11,80%. Masih

tingginya porsi dana perimbangan menunjukkan bahwa peran dana pusat di daerah masih

cukup tinggi. Namun demikian, jika dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama,

porsi PAD menunjukkan peningkatan dari sebelumnya 33,93% terhadap total pendapatan.

Jumlah dana perimbangan pada 2014 sebesar Rp1,11 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun

2013 sebesar Rp1,01 triliun. Peningkatan nilai juga terjadi pada kompenen dana transfer dari

Rp255 miliar menjadi Rp275 miliar, serta PAD dari Rp650 miliar menjadi Rp945 miliar.

Sampai dengan triwulan II 2014, realisasi PAD baru mencapai Rp361 miliar atau 38% dari

target. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama

tahun lalu sebesar Rp354 miliar atau 54,4% dari target. Realisasi PAD terutama berasal dari

pajak daerah yang tercatat sebesar Rp 325 miliar, atau sudah mencapai 40% dari target.

(dlm miliar rupiah)

Nominal % Nominal %

PENDAPATAN 1.916 1.048 54,7 2.329 1.012 43,4

Pendapatan Asli Daerah 650 354 54,4 945 361 38,2

- Pajak Daerah 580 318 54,9 821 325 39,6

- Retribusi Daerah 17 8 47,4 38 6 16,8

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 30 - 0,0 40 0 0,0

- Lain-lain 24 28 117,3 46 30 65,3

Dana Perimbangan 1.010 574 56,8 1.110 516 46,5

- Dana Bagi Hasil Pajak 70 38 54,5 93 19 20,2

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0 3 1573,9 7 4 60,6

- Dana Alokasi Umum 886 517 58,3 950 475 50,0

- Dana Alokasi Khusus 54 16 30,0 60 18 30,0

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 255 121 47,3 275 135 49,0

Lain-lain pendapatan yang sah 500 98 19,6 500 0 0,0

UraianAPBD 2013

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw. II-2013APBD 2014

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw. II-2014

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

71

Tabel 4.4.

Kinerja Belanja Daerah (Operasi-Modal) Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2014

Untuk dana perimbangan pada triwulan II 2014, realisasi mencapai Rp516 milliar atau 46%

dari target. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya

yang mencapai Rp574 milliar atau 56,8% dari target.

Sementara itu penerimaan dana otsus di triwulan II 2014 mencapai Rp.135 milliar atau 49%

dari target. Pecapain target ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 pada periode yang sama

dimana hanya mencapai Rp121 milliar atau 47,3% dari target.

4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi

Proporsi Belanja Daerah dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) bagian besar yaitu Belanja Operasi

dan Belanja Modal. Belanja modal berarti pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset

dan/atau menambah nilai aset tetap/aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode

akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan

pemerintah. Sementara Belanja Operasi merupakan pengeluaran yang digunakan untuk

pembayaran pegawai, pembelian barang, bantuan sosial dan bantuan keuangan lainnya.

Total anggaran untuk belanja daerah oleh pemerintah provinsi Sulut pada tahun 2014

meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu dari Rp1,96 triliun menjadi Rp2,45 triliun, atau

meningkat 25%.

Dilihat berdasarkan komponennya, pagu anggaran belanja 2014 masih didominasi oleh belanja

operasional yang mencapai 64,04% dari total anggaran belanja. Sementara belanja modal

(dlm miliar rupiah)

Nominal % Nominal %

BELANJA 1.962 694 35,4 2.453 670 27,3

Belanja Operasi 1.372 501 36,5 1.571 523 33,3

- Belanja Pegawai 547 226 41,3 591 231 39,1

- Belanja Barang 543 147 27,1 570 143 25,1

- Belanja Hibah 277 126 45,6 317 144 45,5

- Belanja Bantuan Sosial 3 1 31,0 20 4 20,8

- Belanja Bantuan Keuangan 1 - 0,0 72 0 0

Belanja Modal 360 96 26,6 510 70 13,8

- Belanja Tanah 43 32 74,4 98 20 20,6

- Belanja Peralatan dan Mesin 70 22 32,2 76 14 18,9

- Belanja Bangunan dan Gedung 123 17 13,6 150 7 4,8

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 121 24 19,8 184 29 15,7

- Belanja Aset Tetap Lainnya 3 0 11,0 3 0 3

Belanja Tak Terduga 10 1 9,2 10 2 15,9

Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 220 97 44,1 362 75 20,5

UraianAPBD 2013

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw.II-2013APBD 2014

(Rp Miliar)

Realisasi APBD

Tw. II-2014

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

72

Tabel 4.5.

Kinerja Belanja Daerah (Langsung-Tidak Langsung) Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2014

tercatat hanya sebesar 20,78%, diikuti oleh komponen bagi hasil 14,77% dan belanja tak

terduga 0,41%.

Masih relatif rendahnya komposisi belanja modal menunjukkan bahwa dukungan fiskal

terhadap komponen belanja yang memberikan multiplier effect lebih besar terhadap

perekonomian masih lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran untuk belanja rutin

pegawai.

Sementara itu, sampai dengan triwulan II 2014, realisasi belanja daerah baru mencapai Rp670

miliar, atau 27,3% dari total anggaran belanja. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp694 miliar atau 35,4% dari target belanja.

Realisasi biaya operasi pada triwulan II 2014 mencapai 33,3% dari target, lebih rendah dari

pencapaian tahun sebelumnya. Sementara itu untuk belanja modal tercatat terealisasi 13,8%,

atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 26,6%.

Komponen belanja pemerintah juga dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu Belanja

Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung berarti alokasi belanja yang ditetapkan

dapat diukur atau dibandingkan dengan output yang dihasilkan diantaranya dalam bentuk

penambahan aset. Sementara Belanja Tidak Langsung berarti anggaran belanja yang bersifat

common cost atau digunakan secara bersama-sama untuk melaksanakan seluruh program atau

kegiatan unit kerja non investasi.

Pagu belanja langsung pada tahun 2014 sebesar Rp1,12 triliun (46%), sementara biaya tidak

langsung tercatat Rp1,32 triliun (54%). Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai

(dlm miliar rupiah)

Nominal % Nominal %

Belanja 1,962 694 10.9% 2,453 670 8.7%

Bel anj a Ti dak L angs ung 985 429 20. 2% 1,328 442 12.6%

• Belanja P egawai 473 204 21.1% 546 218 18.1%

• Belanja Hibah 277 126 22.2% 317 144 21.2%

• Belanja Bantuan S os ial 3 1 0.0% 20 4 0.0%

• Belanja Bagi Has il 220 97 17.1% 362 75 0.0%

• Belanja Bantuan Keuangan 1 0 0.0% 72 0 0.0%

• Belanja Tidak Terduga 10 1 31.0% 10 2 15.0%

Bel anj a L angs ung 977 265 4. 0% 1,125 228 4.1%

• Belanja P egawai 77 22 9.5% 45 14 10.9%

• Belanja Barang dan J as a 541 147 5.1% 570 143 5.9%

• Belanja Modal 360 96 1.3% 510 71 1.5%

S urplus /(Defis it) (46) 354 (124) 341

Realis as i AP BD

Tw. II-2014UraianAP BD 2013

(Rp Miliar)

Realis as i AP BD

Tw. II-2013AP BD 2014

(Rp Miliar)

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

73

(41,1%), belanja hibah (23,9%), belanja bantuan sosial (1,51%), belanja bagi hasil (27,28%),

belanja bantuan keuangan (5,45%), dan belanja tidak terduga (0,75%). Sementara belanja

langsung terdiri dari belanja pegawai (4,03%), belanja barang dan jasa (51,65%), serta belanja

modal (45,32%).

Sampai dengan triwulan II 2014, realisasi belanja terbesar terjadi pada kelompok belanja tidak

langsung yang mencapai 12,6% atau senilai Rp168 miliar, sementara belanja langsung baru

mencapai 4,1% atau senilai Rp46 miliar. Total realisasi masing-masing komponen tersebut

masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

4.2.3. Pangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB

Uraian

Realisasi APBD

Tw.I-2014

(Rp Miliar)

% thd PDRB

PENDAPATAN 1,012 6.96%

Pendapatan Asli Daerah 361 2.48%

- Pajak Daerah 325 2.23%

- Retribusi Daerah 6 0.04%

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 0 0.00%

- Lain-lain 30 0.21%

Dana Perimbangan 516 3.55%

- Dana Bagi Hasil Pajak 19 0.13%

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 4 0.03%

- Dana Alokasi Umum 475 3.27%

- Dana Alokasi Khusus 18 0.12%

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 135 0.93%

BELANJA 607 4.17%

Konsumsi Pemerintah 599 4.12%

- Belanja Pegawai 231 1.59%

- Belanja Barang 143 0.99%

- Belanja Hibah 144 0.99%

- Belanja Bantuan Sosial 4 0.03%

- Belanja Bantuan Keuangan 0 0.00%

- Belanja Tak Terduga 2 0.01%

- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 75 0.51%

Pembentukan Modal Tetap Bruto

(Belanja Modal)

7 0.05%

Surplus/(Defisit) 405

Tabel 4.6.

Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 30 Juni 2014 Terhadap PDRB

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

74

Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua)

kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu Konsumsi Pemerintah dan

Investasi (PMTB), diperoleh hasil bahwa pada triwulan II 2014, realisasi konsumsi pemerintah

tercatat sebesar 4,12% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara, sedangkan

realisasi belanja modal/investasi hanya memiliki pangsa sebesar 0,05%.

Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur

perekonomian Sulawesi Utara yang memiliki kontribusi besar dalam PDRB, lebih tinggi

dibandingkan dengan kontribusi investasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa stimulasi APBD lebih

banyak dialokasikan untuk pembiayaan operasional pemerintahan dibandingkan dengan

pembangunan fisik.

Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai

dengan posisi triwulan II 2014 mengalami penurunan, hal ini tercermin dari kondisi surplus

APBD sebesar Rp405 miliar yang berarti jumlah realisasi belanja pemerintah lebih rendah

dibandingkan realisasi pendapatan.

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

75

Box 2.

Kondisi Utang Luar Negeri (ULN)

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara

Utang Luar Negeri (ULN) diperlukan karena terdapat saving invesment gap sehingga diperlukan

pendanaan yang berasal dari ULN untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan Pemerintah.

Menurut persyaratan peminjaman, ULN dibedakan menjadi tiga jenis yaitu pinjaman lunak,

pinjaman setengah lunak, dan pinjaman komersial. ULN yang diterima Pemerintah Daerah

umumnya berupa two step loan dimana Pemerintah Pusat berperan sebagai pihak yang

melakukan penandatanganan perjanjian utang dan kemudian disalurkan kepada Pemerintah

Daerah sebagai modal pembangunan. Apabila tidak dikelola dengan baik, ULN memiliki potensi

risiko yang dapat menjadi pemicu dari kerentanan perekonomian.

Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur beban ULN Indonesia

antara lain rasio debt to service ratio (DSR) yang pada posisi Maret 2014 telah menyentuh

angka 46,31%. Angka tersebut telah melebihi tingkat kesehatan ULN yang dimiliki suatu

negara yaitu 44%. Indikator-indikator beban ULN Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.

Indikator Beban ULN per Maret 2014

Indikator beban ULN Nilai rasio (%) Standar rasio IMF (%)

Debt to service ratio 46,31 44

Debt to export ratio 128,41 120

Debt to GDP ratio 32,35 50

Sumber: Bank Indonesia

Kondisi ULN di Provinsi Sulawesi Utara

Secara nasional posisi ULN Sulawesi Utara pada Juni 2014 menempati urutan ke-16 untuk

persentase terhadap total ULN Indonesia dengan nilai 0,21%. Secara nominal ULN Sulawesi

Utara berjumlah USD302,9 juta, terpaut USD592 juta jika dibanding dengan Sulawesi Selatan

sebagai provinsi yang berada di satu kawasan Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua).

Outstanding ULN Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan triwulan laporan tercatat masih tersisa

USD70,34 juta.

Sedangkan ketika ditinjau berdasarkan jenis kreditur pada posisi Juni 2014, Sulawesi Utara

memiliki tiga jenis kreditur yaitu kreditur multirateral, bilateral, dan perbankan komersial.

Persentase kredit yang diterima dari ketiga kredit tersebut sebagian besar berasal dari kreditur

multilateral sebesar 59%, sisanya sebesar 40% merupakan kreditur bilateral dan 1% perbankan

komersial.

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

76

Tabel 2.

Persentase ULN Provinsi terhadap ULN Total Indonesia

Urutan Provinsi Persentase terhadap

Total ULN Indonesia

1 DKI Jakarta 57,48%

2 Jawa Barat 3,90%

3 Jawa Tengah 1,46%

4 Jawa Timur 1,30%

5

Sumatera

Utara 1,23%

6

Sumatra

Selatan 1,02%

7 Sumatra Barat 0,81%

8 Banten 0,71%

9

Sulawesi

Selatan 0,61%

10 Lampung 0,58%

... ... ...

16

Sulawesi

Utara 0,21%

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.

Persentase ULN Provinsi Sulawesi Utara Berdasar Jenis Kreditur

Sumber: Bank Indonesia, diolah

ULN Provinsi Sulawesi Utara tersebut digunakan untuk pembangunan berbagai infrastruktur

yang terbagi dalam lima sektor perekonomian, antara lain Sektor Listrik, Gas dan Uap, Sektor

Perikanan, Sektor Jalan dan Jembatan Penghubung, Sektor Perdagangan dan Sektor Lain-Lain.

Sektor yang mendapatkan ULN terbesar adalah sektor perdagangan karena memiliki nilai ULN

terbesar dengan nilai USD175 juta walaupun masih bersifat undisbursed atau dana tersebut

belum digunakan oleh Provinsi Sulawesi Utara. Sedangkan sektor-sektor perekonomian lainnya

dapat dilihat pada Tabel 2.

59%

40%

1%

multirateral bilateral perbankan komersial

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

77

Tabel 3.

ULN Provinsi Sulawesi Utara Menurut Sektor-Sektor Perekonomian

Sektor Besaran

ULN* Persentase

Listrik, Gas dan Uap 85,23 28,14%

Perikanan 1,92 0,63%

Lain-Lain 8,81 2,91%

Jalan dan Jembatan Penghubung 31,95 10,55%

Perdagangan 175,00 57,77%

Sumber: Bank Indonesia, diolah

*dalam juta USD

ULN Provinsi Sulawesi Utara tersebut digunakan untuk berbagai proyek dalam rangka

meingkatkan daya saing Provinsi Sulawesi Utara. Sektor listrik tercatat mendapatkan ULN

sebesar USD85,2 juta yang digunakan untuk pembiayaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga

Panas Bumi Lahendong dan proyek pembakit listrik di Minahasa. Sedangkan sektor jalan dan

jalan penghubung dibiayai ULN sebesar USD31,95 untuk proyek Manado Bypass. Sementara itu

sektor perikanan dibiayai ULN sebesar USD1,92 juta dalam rangka pengembangan Pelabuhan

Nelayan Bitung. Pembiayaan proyek di sektor lainnya tercatat sebesar USD8,81 juta.

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

PERKEMBANGAN

SISTEM PEMBAYARAN BAB V

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

81

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas

Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun

1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-

undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Mengacu pada pasal 1 Undang-undang tersebut,

Sistem Pembayaran berarti seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk

melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu

kegiatan ekonomi. Kegiatan ini dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai.

Pembayaran secara tunai dilakukan menggunakan mata uang Rupiah, sementara pembayaran

non tunai dilakukan dengan cara kliring ataupun Real Time Gross Settlement (RTGS). Dalam

menjaga kelancaran pembayaran secara tunai, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat

memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan

yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).

Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai sesuai dengan salah satu

misi dari Bank Indonesia yaitu mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar

yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan

dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. Sebagai representasi

Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun

non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Utara yang sekaligus melayani wilayah Provinsi Gorontalo.

Pada triwulan II 2014, nilai transaksi sistem pembayaran tunai di Sulawesi Utara menunjukkan

kondisi net outflow, disertai meningkatnya nilai transaksi sistem pembayaran non-tunai melalui

kliring. Kondisi net outflow berarti uang yang keluar dari Bank Indonesia (ke masyarakat) lebih

besar dibandingkan uang yang masuk sehingga mengindikasikan peningkatan kebutuhan

penggunaan uang di masyarakat. Kondisi ini merupakan siklus umum yang terjadi secara

tahunan dimana terjadi peningkatan aktivitas perekonomian yang didorong oleh peningkatan

konsumsi pada masa seasonal liburan sekolah dan menyambut bulan Ramadhan.

5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II 2014 di wilayah Sulawesi Utara menunjukkan

kondisi net outflow. Bank Indonesia mencatat jumlah aliran uang keluar pada triwulan II 2014

sebesar Rp1,30 triliun sedangkan aliran uang masuk hanya berjumlah Rp1,13 triliun. Hal ini

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

82

berbeda dengan periode triwulan I 2014 yang mencatat kondisi net inflow sebesar Rp1,55

triliun. Kondisi net outflow merupakan kondisi yang terjadi karena siklus tahunan dimana

terdapat event keagamaan disertai dengan periode libur akhir tahun ajaran yang menyebabkan

tingginya permintaan akan uang beredar di masyarakat dalam rangka memenuhi

kebutuhannya.

Secara series bulanan, kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan II 2014 sudah diawali dari

awal triwulan (April) dan berlanjut sampai Juni. Hal ini mencerminkan kondisi perekonomian

sedang menggeliat setelah terjadi net inflow pada triwulan pertama. Net outflow secara

bulanan di triwulan II 2014 berfluktuasi dengan rata-rata sebesar Rp116,5 miliar.

Grafik 5.1.

Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Untuk menjamin ketersediaan uang layak edar dimasyarakat Bank Indonesia menerapkan

kebijakan clean money policy. Dalam rangka penerapan strategi clean money policy, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang

atau yang dikenal dengan istilah peracikan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Uang yang

termasuk dalam kategori UTLE adalah uang yang sudah lusuh, rusak dan kotor. Proses

pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap

tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin

ketersediaan uang layak edar di masyarakat.

Selama triwulan II 2014, jumlah UTLE yang dimusnahkan tercatat Rp195 miliar, atau tumbuh

165% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp73 miliar.

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

83

Dalam upaya menjaga kualitas uang tetap berada pada kondisi baik, Bank Indonesia senantiasa

melakukan sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Salah satu program yang terus

disosialisasikan adalah tagline Didapat, Disimpan, Disayang yang berarti uang tidak boleh

diremas, dibasahi, dilipat dan distraples.

Grafik 5.2.

Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

5.1.3. Perkembangan Kas Titipan

Dalam perannya sebagai mitra strategis Pemerintah Daerah yang juga bertanggung jawab

mengawal tingkat likuditas uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kas titipan

diharapkan dapat melayani kebutuhan uang beredar masyarakat di Sulawesi Utara terutama di

daerah-daerah yang relatif jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Kabupaten Tahuna, Kota

Kotamobagu dan diluar wilayah Sulawesi Utara yaitu Provinsi Gorontalo.

-200

0

200

400

600

800

1000

1200

0

100

200

300

400

500

600

700

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014

Nominal UTLE (Rp Miliar) gUTLE (%,yoy) - right axis-

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

84

Grafik 5.3.

Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo

Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan II 2014 menunjukkan posisi outflow

sebesar Rp78 miliar. Pada triwulan laporan, jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo

tercatat Rp823 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) lebih besar yaitu tercatat sebesar

Rp900 miliar.

Grafik 5.4.

Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna

Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna. Pada triwulan II 2014, kas

titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar Rp29,6 miliar, dengan jumlah uang

keluar (outflow) sebesar Rp166 miliar yang lebih tinggi jika dibandingkan jumlah kas masuk

(inflow) Rp137 miliar.

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

85

Sementara itu, kas titipan Kotamobagu menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp78 miliar

pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan oleh nilai outflow pada triwulan II 2014 sebesar

Rp122 miliar, lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang masuk ke kas titipan Bank

Indonesia yang berjumlah Rp43 miliar.

5.1.4. Penemuan Uang Palsu

Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan, mengedarkan,

dan menarik uang untuk menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di masyarakat juga berperan

aktif dalam upaya pemberantasan uang palsu. Hal ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi

keaslian Rupiah dengan tag line 3D (dilihat, diraba, dan diterawang). Melalui upaya sosialisasi

ini diharapkan masyarakat dapat mengenali Rupiah asli dan diharapkan dapat mengurangi

jumlah uang palsu yang beredar. Di sisi lain, Bank Indonesia juga terus meningkatkan kerjasama

dengan pihak berwajib dalam menangani kasus peredaran uang palsu.

Tabel 5.1.

Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Pecahan

2012 2013 2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

- Rp100.000,- 36 19 31 71 29 30 24 51

140 118

- Rp50.000,- 57 32 26 28 37 34 10 15 9 6

- Rp20.000,- 16 2 1 1 3 - - - - -

- Rp10.000,- 7 4 1 2 - - - 1 - -

- Rp5.000,- - - - - - - - - - -

- Rp1.000,- - - - - - - - - - -

Total 116 57 59 102 69 64 34 67 149 124

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 menunjukkan penurunan, baik dalam jumlah fisik dan dari

sisi nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, menunjukan peningkatan

secara fisik dan nominal jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total

uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara tercatat sebanyak 124 lembar, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang

tercatat sebanyak 149 lembar. Penurunan peredaran uang palsu pada periode laporan karena

masyarakat sudah mengenal ciri-ciri uang asli dan efek dari sosialisasi yang dilakukan oleh Bank

Indonesia kepada masyarakat. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak

ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000

atau sekitar 90% dari seluruh pecahan uang palsu yang ditemukan.

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

86

Grafik 5.5.

Perkembangan Jumlah Pecahan Uang Palsu yang Ditemukan

di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai

Perkembangan perekonomian yang semakin pesat menuntut ketersediaan layanan pembayaran

yang tepat, handal dan aman yang mendukung aktivitas perekonomian dari masyarakat. Sistem

pembayaran non tunai menjadi alternatif utama bagi masyarakat untuk dapat melakukan

transaksi secara efisien dan aman. Sistem pembayaran non tunai terdiri dari dua sistem yaitu

kliring untuk transaksi retail value dan Real Time Gross Settlement (RTGS) untuk transaksi high

value. Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan

menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara itu RTGS pada dasarnya

merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan

menggunakan RTGS, pemindahan dana dilakukan secara elektronik dan real time (saat itu

juga).

5.2.1. Perkembangan Kliring

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara selama triwulan II 2014 mengalami penurunan

dari sisi volume dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, meskipun jika dilihat dari

sisi nominal tercatat adanya peningkatan. Jumlah warkat yang dikliringkan pada triwulan II

2014 sebanyak 93.703 lembar dengan nilai Rp2,59 triliun atau menurun dari sisi volume

sebesar 5,2% (yoy), sementara dari sisi nominal terjadi peningkatan sebesar 8% (yoy). Jika

ditinjau berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama periode laporan

tercatat sebanyak 1.487 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp 41,16 miliar.

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

87

Perkembangan antar triwulan menunjukkan adanya peningkatan dari sisi volume sebesar

13,5% dan dari sisi nominal 6%. Pertumbuhan transaksi baik dari sisi volume maupun nominal

transaksi non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat masih

cukup baik.

Tabel 5.2.

Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 1,97% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau turun dari 2,13%

lembar penolakan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.

5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)

Dengan semakin meningkatnya transaksi yang dilakukan masyarakat, pemanfaatan BI-RTGS

sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran sepanjang triwulan II 2014 tercatat

sebesar Rp 3,29 triliun dengan volume sebesar 6.760, atau tumbuh masing-masing 13,8% (yoy)

dan 0,96% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Tabel 5.3.

Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement

Periode From To From To

Nilai (Miliar)

Volume (Satuan)

Nilai (Miliar)

Volume (Satuan)

Nilai (Miliar)

Volume (Satuan)

2012

Q1 811.23 2615 1911.41 3027 135.53 198

Q2 847.04 2868 2068.58 3451 158.04 272

Q3 901.58 2674 2021.56 3498 112.04 226

Q4 949.34 2868 1824.02 3287 147.39 252

2013

Q1 1310.5 2966 1849.41 2419 175.48 324

Q2 953.01 3108 1785.5 3339 154.67 249

Q3 1118.21 3189 1634.7 2735 199.19 267

Q4 1295.52 3454 1781.65 2872 283.37 334

2014 Q1 1249.55 3292 1460.19 2711 229.37 242

Q2 1308.32 3683 1670.88 2800 313.12 277

Growth TW II 2014 (yoy)

37.28% 18.50% -6.42% -16.14% 102.44% 11.24%

KETERANGAN 2012 2013 2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Perputaran Kliring

a. Lembar 86,147 93,606 93,738 96,670 91,631 98,823 99,655 101,927 82,527 93,703

b. Nominal (Rp miliar) 2,151 2,294 2,350 2,490 2,408 2,411 2,657 2,816 2,446 2,593

Rata-rata perputaran kliring per hari

a. Lembar 1,367 1,510 1,538 1,611 1,527 1,569 1,582 1,701 1,375 1,487

b. Nominal (Rp miliar) 34.13 37.02 38.64 41.49 40.13 38.27 42.18 47.13 40.76 41.16

Persentase rata-rata penolakan

a. Lembar (%) 1.39 1.46 1.26 1.71 1.87 2.13 2.03 1.96 2.15 1.97

b. Nominal (%) 1.72 3.00 1.59 1.71 2.19 1.94 2.07 2.08 2.19 2.33

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

88

Box 3.

Kliring Sebagai Prompt Indicator Dari Konsumsi

Kliring merupakan suatu bagian dari sistem pembayaran yang menangani transaksi bernilai ritel

(ritel value). Sifat kliring sebagai sistem pembayaran nilai ritel tersebut dapat disinyalir

mencerminkan transaksi konsumsi rumah tangga di masyarakat. Sesuai dengan teori Kuantitas

Uang Irving Fisher yang dirumuskan M.V = P.Y, dimana velocity of money dapat mempengaruhi

Y (pendapatan) dan P (harga). Dengan semakin tingginya penggunaan layanan sistem

pembayaran tentunya akan berpengaruh pada peningkatan velocity of money yang akan

berdampak pada perekonomian.

Dalam tulisan ini akan dikaji penggunaan data Kliring yang merupakan indikator dari sistem

pembayaran sebagai prompt indicator untuk melakukan proyeksi arah perekonomian. Data

diperoleh dari data internal Bank Indonesia (data Kliring) dan data BPS untuk data konsumsi

rumah tangga di Sulawesi Utara. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode statistik

yaitu analisis kualitatif dan korelasi untuk menjelaskan variabel Kliring dan konsumsi rumah

tangga di Sulawesi Utara sepanjang periode triwulan I 2007 sampai dengan triwulan II tahun

2014.

Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan hubungan dari kedua variabel penelitian

melalui pergerakan series kedua variabel tersebut di dalam grafik.

Grafik 1.

Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dan BPS Sulawesi Utara, diolah

Dari Grafik 1 terlihat bahwa terdapat coinsidence movement atau pergerakan searah dari

variabel kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara. Gerakan searah itu tercermin

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

89

dari gerakan grafik trough dan peak yang koinsiden antara kliring dan konsumsi sebanyak 7 kali

dari 9 kali gerakan. Dengan demikian Kliring dapat diindikasikan sebagai prompt indicator dari

konsumsi masyarakat di Sulawesi Utara.

Analisis Korelasi

Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih

dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu. Oleh karena itu metode ini dapat digunakan

untuk melihat hubungan antara variabel Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara.

Tabel 1.

Korelasi Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara sepanjang periode triwulan I 2007 sampai dengan triwulan II 2014

KONS SKN

KONS 1.000000 0.798696

SKN 0.798696 1.000000

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dan BPS Sulawesi Utara, diolah

Untuk menjelaskan nilai korelasi pada Tabel 1, digunakan skala pengukuran antara (-1 ≤ r ≤1)

yang dapat diinterpretasikan pada Tabel 2. Nilai korelasi antara Kliring dan konsumsi rumah

tangga di Sulawesi Utara sepanjang triwulan I 2007 sampai dengan triwulan II 2014 adalah

sebesar 0,7986 yang dapat diartikan bahwa kedua variabel memiliki korelasi yang kuat.

Tabel 2.

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,800 – 1,000 Sangat kuat

0,600 – 0,799 Kuat

0,400 – 0,599 Cukup Kuat

0,200 – 0,399 Lemah

0,000 – 0,199 Sangat Lemah

Kesimpulan

Dari hasil analisis hubungan antara Kliring dan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara

sepanjang triwulan I 2007 sampai dengan triwulan II 2014 dapat ditarik kesimpulan bahwa

Kliring memiliki keterkaitan dengan konsumsi rumah tangga di Sulawesi Utara. Hal ini

ditunjukan oleh nilai uji korelasi kedua variabel yang memiliki nilai 0,7986 atau memiliki korelasi

yang kuat. Oleh karena itu Kliring dapat diindikasikan sebagai prompt indicator dari konsumsi

rumah tangga di Sulawesi Utara.

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

91

PERKEMBANGAN

KETENAGAKERJAAN

DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

BAB VI

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

93

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami perkembangan yang cukup baik di

tengah laju pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara yang masih cukup tinggi di triwulan II

2014. Hal ini tercermin dari berbagai indikasi positif pada indikator tenaga kerja regional.

Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh 6,37% (yoy), sejalan dengan

meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ke angka 66,14%, sementara tingkat

pengangguran dapat terjaga relatif stabil. Hasil Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan rata-rata ketersediaan lapangan kerja di

triwulan Iaporan. Dari hasil liaison terhadap pelaku usaha, diketahui bahwa di tengah kenaikan

UMP 2014 yang cukup tinggi, jumlah tenaga kerja tetap dipertahankan bahkan meningkat di

beberapa sektor seiring rencana ekspansi perusahaan.

Dari sisi kesejahteraan, kondisi kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara menunjukkan

peningkatan terbatas pada triwulan laporan. Kondisi kesejahteraan masyarakat yang semakin

baik terlihat dari rata-rata indeks penghasilan masyarakat Sulut yang meningkat terbatas di

triwulan II 2014. Kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor penyerap

tenaga kerja terbesar juga mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.

6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami perkembangan yang cukup baik,

tercermin dari pertumbuhan jumlah tenaga kerja regional dan tingkat pengangguran yang

relatif stabil, serta sejalan dengan hasil survei dan liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

Angka indeks ketersediaan lapangan kerja yang diperoleh dari Survei Konsumen (SK)

menunjukkan optimisme masyarakat yang meningkat terhadap ketersediaan lapangan kerja di

triwulan II 2014. Nilai rata-rata indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2014

mencapai 190,83 atau meningkat dibanding nilai rata-rata triwulan I 2014 sebesar 184,67.

Berdasarkan liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara, di tengah kenaikan UMP 2014 yang cukup

tinggi mayoritas perusahaan menyatakan jumlah tenaga kerja relatif stabil. Beberapa

perusahaan berencana meningkatkan jumlah tenaga kerjanya. Peningkatan jumlah tenaga kerja

tersebut diproyeksikan untuk mendukung rencana investasi perusahaan berupa pembukaan

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

94

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

cabang usaha baru maupun untuk menambah tenaga penjualan dengan tujuan tercapainya

target perusahaan yang meningkat pada tahun 2014.

Grafik 6.1.

Tingkat Pengangguran Nasional dan Sulawesi Utara

Grafik 6.2.

Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Sumber: BPS Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara

Kondisi pengangguran di Sulawesi Utara menunjukkan perkembangan yang relatif stabil meski

terjadi sedikit peningkatan angka pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di bulan

Februari 2014 tercatat sebesar 7,26%, atau meningkat terbatas dibandingkan bulan Februari

2013 yang sebesar 7,19%. Data terakhir di bulan Februari 2014 menunjukkan bahwa

penduduk berusia produktif (usia 15 tahun ke atas) bertambah 4,03% (yoy) jika dibandingkan

dengan Februari 2013. Peningkatan jumlah penduduk berusia produktif tersebut disertai laju

penambahan angkatan kerja yang lebih besar (6,45% yoy), sehingga Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) meningkat ke angka 66,14%. Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan

data terkini, jumlah tenaga kerja di Sulut juga tumbuh 6,37% (yoy) menjadi sebanyak 1,08 juta

jiwa.

Pertumbuhan tenaga kerja di Sulawesi Utara terutama didorong oleh penyerapan pada sektor

perdagangan dan industri yang tumbuh sampai kisaran 10% (yoy). Perkembangan tenaga kerja

di sektor pertanian juga cukup baik, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,93% (yoy),

5,92 5,7

7,19 7,26

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Feb Feb

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(%)

TPT Nasional TPT Sulut

Feb Feb Feb Feb Feb Feb

Penduduk 15 thn ke atas (ribu jiwa) 1.686 1.711 1.651 1.668 1.685 1.753

Angkatan Kerja (ribu jiwa) 1.077 1.074 1.068 1.115 1.089 1.159

Bekerja 963 962 970 1.022 1.011 1.075

Pengangguran 115 113 98 93 78 84

Bukan Angkatan Kerja (ribu jiwa) 608 637 583 553 596 594

TPAK (%) 63,91 62,79 64,71 66,82 64,63 66,14

TPT (%) 10,63 10,48 9,19 8,32 7,19 7,26

20142013

Jumlah Bekerja

2009 2010 2011 2012

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

2010 2011 2012 2013 2014

Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja Titik optimis =100

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

95

Tabel 6.3.

Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (ribu jiwa)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.3.

Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut

Lapangan Usaha

sementara tenaga kerja sektor angkutan tumbuh 7,34% (yoy). Di sisi lain, beberapa sektor

mengalami penurunan tenaga kerja seperti sektor keuangan dan sektor lainnya (pertambangan,

listrik, gas, dan air bersih).

Komposisi tenaga kerja Sulawesi Utara menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada

triwulan II 2014 masih didominasi sektor pertanian. Penyerapan tenaga kerja yang cukup baik

pada sektor perdagangan (termasuk hotel dan restoran) dan pertanian (termasuk perikanan)

semakin memperbesar porsi kedua sektor yang jika dijumlah menyerap 52,73% dari

keseluruhan tenaga kerja di Sulut. Sektor jasa (termasuk jasa pemerintahan) merupakan sektor

terbesar ketiga dengan pangsa 19,43%. Sementara itu 27,84% tenaga kerja lainnya terbagi ke

sektor angkutan, konstruksi, industri, keuangan dan sektor lainnya.

Pertanian32%

Industri7%

Konstruksi8%

Perdagangan 21%

Angkutan8%

Keuangan 2%

Jasa19%

Lainnya3%

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

96

Sumber: Survei Konsumen Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.4.

Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan

Dari seluruh penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara, status pekerjaan utama terbanyak

adalah sebagai buruh/karyawan (35,52%) disusul berusaha sendiri (26,05%) serta pekerja

bebas pertanian dan non pertanian (12,18%). Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh

kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha

dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sementara sisanya digolongkan

sebagai pekerja informal. Melalui pendekatan klasifikasi tersebut, maka pada Februari 2014

porsi pekerja formal di Sulawesi Utara masih lebih rendah dibanding pekerja informal, dengan

komposisi 39,53% berbanding 60,47%. Jumlah pekerja formal di bulan Februari 2014 tercatat

sebesar 425 ribu orang atau bertambah sebanyak 14 ribu orang dibanding Februari 2013.

Sementara itu jumlah pekerja informal juga meningkat sebanyak 50 ribu orang menjadi 650

ribu orang di Februari 2014.

6.2 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Peningkatan kondisi kesejahteraan masyarakat

tercermin dari berbagai indikator tingkat

kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara.

Pada triwulan II 2014, mayoritas indikator

tingkat kesejahteraan menunjukan perbaikan

dengan peningkatan terbatas pada indeks

beberapa indikator.

Hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

mencatat rata-rata indeks penghasilan pada

triwulan II 2014 meningkat terbatas

Grafik 6.4.

Perkembangan Indeks Penghasilan Saat ini

& Ekspektasi Penghasilan

Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan Titik optimis =100

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

97

Tabel 6.5.

Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah menggunakan tahun dasar 2012

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pelemahan indeks penghasilan terjadi pada akhir

triwulan II 2014, seiring dengan ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan ke depan yang

tercatat melemah ke level 121 dari 129 di triwulan sebelumnya.

Kesejahteraan di sektor pertanian, yang merupakan salah satu sektor andalan Sulawesi Utara

sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar, tercatat mengalami peningkatan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terlihat dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) di

triwulan laporan yang meningkat. Perkembangan NTP bulanan pada triwulan laporan juga terus

menunjukkan tren peningkatan sehingga diperkirakan NTP dapat kembali berada di atas batas

sejahtera. Mulai tahun 2014, selain menggunakan NTP sebagai indikator perkembangan

kesejahteraan petani, digunakan pula Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang memasukkan

usaha di sektor/subsektor lain sebagai komponen penerimaan petani. Dengan merujuk pada

angka NTUP tersebut, terlihat bahwa petani tetap mengalami surplus pendapatan (indeks NTUP

di atas 100) dengan berusaha di luar mata pencarian utamanya. Angka NTUP pada triwulan II

2014 tercatat sebesar 104.91, naik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 102.99.

Dengan menggunakan tahun dasar yang baru (2012), rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP)

Sulawesi Utara selama triwulan II 2014 tercatat sebesar 99,85, naik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 98,21. Peningkatan NTP terutama didorong oleh kenaikan

pendapatan dari usaha pertanian meski di sisi lain biaya usaha pertanian dan biaya hidup petani

juga meningkat. Indeks yang Diterima Petani (IT) yang mencerminkan pendapatan usaha petani

tumbuh lebih besar di triwulan laporan (3,63% qtq) dibandingkan dengan Indeks yang Dibayar

Petani (IB) (1,93% qtq) yang merupakan indikator pengeluaran usaha petani. Meningkatnya IT

sejalan dengan bertumbuhnya output sektor pertanian sebesar 13,23% (qtq). Kenaikan IB

didorong oleh naiknya pengeluaran dari sisi konsumsi rumah tangga maupun biaya produksi

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

98

Grafik 6.6.

Nilai Tukar Petani Berdasarkan Subsektor

dan penambahan barang modal (BPPBM), terutama oleh pengeluaran untuk bahan makanan,

perumahan dan transportasi. Selain itu, meningkatnya pengeluaran petani juga disebabkan oleh

kenaikan biaya perumahan (termasuk listrik dan air) serta kenaikan harga bibit/benih.

Berdasarkan subsektornya, petani pada subsektor tanaman hortikultura dan perikanan

merupakan yang paling sejahtera, terlihat dari angka NTP yang lebih besar dibandingkan

dengan subsektor lainnya. Indeks NTP subsektor peternakan meningkat dan berhasil melampaui

threshold minimum sejahtera, dengan angka 100,64 pada akhir triwulan laporan. Dengan

menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor tanaman pangan adalah yang paling

tidak sejahtera, disusul petani perkebunan. Hal ini masih perlu menjadi perhatian karena

pertanian pangan memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan daerah,

sementara komoditas unggulan Sulut umumnya berasal dari sektor perkebunan (kelapa,

cengkeh, pala).

Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara secara umum tercatat mengalami peningkatan yang

tidak terlalu signifikan, berbanding terbalik dengan angka kemiskinan secara nasional yang

mengalami penurunan tipis. Meski demikian, tingkat kemiskinan Sulut masih di bawah angka

nasional. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bulan Maret 2014, Tingkat

Kemiskinan di Sulawesi Utara berada pada angka 8,75%, naik dibandingkan dengan posisi

September 2013 yang tercatat sebesar 8,50%. Naiknya tingkat kemiskinan tersebut bersumber

dari bertambahnya jumlah penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan dari 200,16 ribu

jiwa di bulan September 2013, menjadi 208,23 ribu jiwa pada bulan Maret 2014. Pertambahan

penduduk miskin terutama terjadi pada wilayah perdesaan.

99.99

95.25

106.42

98.38

100.64

104.71

88.00

90.00

92.00

94.00

96.00

98.00

100.00

102.00

104.00

106.00

108.00

NTP Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Perikanan

Batas Minimum Sejahtera

80

85

90

95

100

105

110

115

96

97

98

99

100

101

102

103

104

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

May

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

May

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera

Indeks Dibayar Petani (sb. kanan) Indeks Diterima Petani (sb. kanan)

Grafik 6.5.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, tahun dasar 2012 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

99

Grafik 6.7.

Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut

Grafik 6.8.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Perubahan jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan.

Bertambahnya jumlah penduduk miskin di Sulawesi Utara tak lepas dari meningkatnya Garis

Kemiskinan khususnya di wilayah perdesaan. Dari periode September 2013 ke Maret 2014,

garis kemiskinan secara umum bergerak naik sebesar Rp.10.869, sehingga pada bulan Maret

2014 Garis Kemiskinan berada pada level Rp.261.117 per kapita per bulan dari sebelumnya Rp.

250.248. Kondisi tersebut menunjukkan perlambatan laju kenaikan Garis Kemiskinan secara

umum di Sulut dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di wilayah perdesaan, Garis

Kemiskinan meningkat dari Rp.245.872 per kapita per bulan menjadi Rp.257.845 atau naik

Rp.11.973. Imbas dari peningkatan Garis Kemiskinan tersebut adalah semakin meningkatnya

persentase penduduk miskin di daerah perdesaan, dari 10,46% di September 2013 menjadi

11,41% di Maret 2014. Sebaliknya, Garis Kemiskinan di wilayah kota mengalami perbaikan

sebesar Rp.1.048, serta diiringi oleh perbaikan Tingkat Kemiskinan dari 6,12% di September

2013 menjadi 5,51% di Maret 2014.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.6.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

100

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa meningkatnya

Garis Kemiskinan didominasi oleh sumbangan komoditi makanan dibanding komoditi bukan

makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Dengan membandingkan angka

September 2013 terhadap Maret 2014, sumbangan peningkatan GKM terhadap peningkatan

GK sebesar 81%, sementara sumbangan peningkatan GKBM hanya sebesar 19%.

Pada periode September 2013 Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tercatat

mengalami peningkatan, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) relatif menurun. Nilai

indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Meningkatnya indeks P1 di Maret 2014 menunjukkan

semakin melebarnya rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin dari

garis kemiskinan, yang terutama terjadi di daerah perdesaan. Sementara itu nilai indeks P2

menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin, yang pada rentang

September 2013 Maret 2014 semakin menurun di wilayah perkotaan dan tetap di wilayah

perdesaan. Dengan kata lain, kesenjangan pengeluaran penduduk miskin kota semakin

mengecil.

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.7.

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 113: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK

PEREKONOMIAN BAB VII

Page 114: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

104

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 115: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK PEREKONOMIAN

105

Grafik 7.1.

Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi

Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Sulut

2.51

13.47

7.32

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*

2011 2012 2013 2014

Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha PDRB Sulut (%yoy) - (Right Axis)

PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek Ekonomi Makro

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,34% -

7,74% (yoy). Pertumbuhan terutama akan berasal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

(PHR), sektor Bangunan dan sektor Angkutan dan Komunikasi. Beberapa faktor yang

diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan pada triwulan yang akan datang adalah periode

seasonal menjelang tahun ajaran baru, peringatan hari besar keagamaan (Pengucapan Syukur,

Ramadhan, Idul Fitri), serta pelaksanaan Pemilu Presiden. Di sisi permintaan, adanya

peningkatan penghasilan masyarakat dalam bentuk pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI dan

Tunjangan Hari Raya (THR) diperkirakan juga akan dapat mendorong perekonomian khususnya

dari aktivitas konsumsi.

Perkiraan pertumbuhan yang positif

tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) yang dilakukan secara

triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Hasil

SKDU menunjukkan bahwa ekspektasi

pelaku usaha dari 9 (sembilan) sektor

ekonomi terhadap perkembangan dunia

usaha pada triwulan III 2014 akan

meningkat dibandingkan triwulan II 2014,

ditunjukkan dengan persentase Saldo Bersih

Tertimbang (SBT) sebesar 13,47%, lebih

tinggi dari indikator realisasi kegiatan usaha pada triwulan II 2014 yang menunjukkan nilai SBT

sebesar 2,51%. Jika dilihat lebih dalam berdasarkan sektornya, hampir seluruh sektor

menunjukkan perkiraan pertumbuhan positif. Sektor PHR akan menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2014 tercermin dari nilai SBT yang tercatat sebesar

4,57.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada triwulan III 2014 diperkirakan akan menjadi

pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut seiring dengan mulai dimasukinya masa

seasonal tahun ajaran baru dan peringatan hari besar keagamaan (Pengucapan Syukur,

Page 116: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK PEREKONOMIAN

106

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Proc. Sulut

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Jan

Mar

Mei Ju

l

Sep

No

p

Des

Feb

Apr Jun

Aug Oct

Dec

Feb

Apr Jun

Agt

*

2011 2013 2014

Pakaian & perlengkapannya Makanan & tembakau

Bahan bakar Peralatan tulis

Indeks Riil Penjualan

Ramadhan, Idul Fitri). Di samping itu, faktor pelaksanaan Pemilu Presiden di awal Juli 2014

diperkirakan juga masih akan memberi dampak terhadap pertumbuhan sektor ini. Pelaksanaan

event internasional Tomohon International Flower Festival (TIFF) serta kegiatan MICE lainnya

yang berskala nasional diperkirakan juga

akan dapat mendorong kinerja sektor PHR.

Indikator peningkatan aktivitas

ekonomi di sektor PHR juga

tercermin dari hasil Survei Penjualan

Eceran (SPE) yang dilakukan oleh

KPw BI Prov. Sulut yang

menunjukkan adanya perkiraan

peningkatan angka Indeks Penjualan

Eceran yaitu sebesar 274,05 pada

Juli 2014, lebih tinggi dibandingkan

dengan indeks pada bulan Juni 2014

sebesar 243,36.

Sektor Bangunan

Setelah mengalami perlambatan pada periode sebelumnya, kinerja sektor bangunan

diperkirakan akan kembali memberi kontribusi yang lebih tinggi pada triwulan III 2014. Salah

satu faktor yang mendorong kinerja sektor bangunan adalah mulai berjalannya proyek

pembangunan infrastruktur pemerintah, dimana sesuai pola historisnya, proyek pembangunan

akan lebih terakselerasi pada pertengahan hingga akhir tahun. Beberapa proyek baru

pemerintah diantaranya adalah peningkatan ruas jalan dan jembatan di wilayah Manado dan

kab/kota lainnya. Sementara itu, sektor swasta diperkirakan juga masih akan terus melanjutkan

proyek pembangunan kawasan bisnis maupun pemukiman terutama di kota Manado.

Beberapa proyek pembangunan pemerintah kab/kota yang telah dan akan berjalan pada

pertengahan tahun 2014 diantaranya :

1. Peningkatan ruas jalan Maesa dan perbaikan jembatan Sario di kota Manado.

2. Pembangunan 11 jalan produksi pertanian dan perkebunan di Tahuna dengan total

anggaran Rp2,7 miliar.

3. Pembangunan 21 jalan di Boltim dengan nilai lebih dari Rp20 miliar.

4. Proyek pelebaran jalan Trans Sulawesi di Minahasa Selatan dengan nilai Rp16 Miliar.

5. Peningkatan dan pemeliharaan jalan di Minahasa Utara yang akan dimulai pada triwulan III

2014 dengan nilai mencapai Rp90 miliar.

Grafik 7.2

Perkembangan Penjualan Eceram

Page 117: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK PEREKONOMIAN

107

Sumber : Angkasa Pura

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Oct

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Oct

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

2012 2013 2014

Datang (orang) Berangkat (orang)

Grafik 7.3

Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Sulut

-200

-100

0

100

200

300

400

500

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Jan

Mar

Mei

Jul

Sep

No

p

Des

Feb

Ap

r

Jun

Au

g

Oct

Dec

Feb

Ap

r

Jun

Ag

t*

2011 2013 2014

Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis

Proyek pembangunan swasta yang masih

terus berlanjut di kota Manado diantaranya

pembangunan kawasan bisnis di sepanjang

Boulevard dan kawasan bisnis Kairagi serta

pembangunan kawasan pemukiman.

Indikator pertumbuhan sektor konstruksi juga

tercermin dari dari pergerakan angka Indeks

Penjualan Barang Konstruksi. Dari hasil Survei

Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Sulut pada bulan Juli 2014,

penjualan eceran diperkirakan akan

meningkat ditunjukkan dengan indeks sebesar

274,05, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada Juni 2014 sebesar 243,36.

Sektor Angkutan dan Komunikasi

Kontribusi Sektor Angkutan dan

Komunikasi pada triwulan III 2014

diperkirakan juga akan memberi kontribusi

positif yang didorong oleh periode seasonal

liburan hari besar keagamaan dan

pelaksanaan perhelatan nasional dan

internasional, diantaranya pelaksanaan

Tomohon International Flower Festival (TIFF)

yang dihelat pada Agustus 2014. Hal ini

juga terkonfirmasi dari hasil liaison

terhadap pelaku usaha di bidang angkutan

udara yang menyatakan adanya peningkatan trafik jelang hari raya. Indikator pertumbuhan

positif sektor Angkutan dan Komunikasi juga terlihat dari pergerakan jumlah penumpang

pesawat, baik yang datang ke Manado maupun berangkat dari Manado. Pada bulan Juli 2014,

jumlah penumpang yang datang dan berangkat dari bandara Sam Ratulangi berada tercatat

pada kisaran 80 ribu orang. Diperkirakan jumlah penumpang tersebut akan meningkat lebih

tinggi pada bulan Agustus 2014 seiring dengan periode liburan hari besar keagamaan dan

pelaksanaan TIFF 2014.

Grafik 7.4

Jumlah Penumpang Pesawat

Page 118: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK PEREKONOMIAN

108

Grafik 7..6

Perkiraan Curah Hujan

Sumber : BMKG

Grafik 7.5

Perkiraan Kegiatan Usaha

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Sulut

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

*)

2010 2011 2012 2013 2014

Kegiatan Usaha Pertanian (SBT)

Perkiraan Kegiatan Usaha Pertanian (SBT)

Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2014 diperkirakan masih akan tumbuh meskipun

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Provinsi Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan perkiraan

kegiatan usaha di sektor Pertanian pada triwulan III 2014 yang terlihat dari nilai SBT sebesar

4,04, lebih rendah dibandingkan dengan nilai SBT pada triwulan II 2014 sebesar 4,08.

Perlambatan pertumbuhan diperkirakan akan berasal dari sub sektor pertanian padi yang

disebabkan oleh faktor cuaca kering (El Nino). Hal ini sejalan dengan perkiraan BMKG yang

menunjukkan curah hujan di wilayah Sulut hingga akhir triwulan III 2014 diperkirakan akan

berada pada level menengah dengan kecenderungan rendah.

7.2. Prakiraan Inflasi

Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan masih berlanjut hingga

triwulan III 2014, sehingga angka inflasi tahunan di bulan September 2014 akan berada pada

kisaran 4,35%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, inflasi inti diperkirakan bergerak menurun.

Tekanan inflasi sisi eksternal diperkirakan berada pada level moderat di tengah penguatan nilai

tukar dan turunnya harga komoditas global. Sementara dari sisi domestik diperkirakan akan

terjadi peningkatan konsumsi masyarakat didorong perayaan hari besar keagamaan,

penyelenggaraan event, musim liburan sekolah dan tahun ajaran baru.

Dari sisi non fundamental, inflasi volatile foods diperkirakan berangsur mereda akibat

berkurangnya permintaan pasca lebaran yang disertai membaiknya produksi. Sementara itu

tekanan inflasi administered price diperkirakan juga menurun seiring hilangnya dampak

kebijakan kenaikan BBM bersubsidi tahun 2013.

Page 119: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK PEREKONOMIAN

109

Faktor Fundamental

Tekanan inflasi inti pada triwulan III 2014 diperkirakan berkurang. Dari sisi eksternal, inflasi

diperkirakan berada pada level moderat di tengah penguatan nilai tukar yang disertai

penurunan harga komoditas global (grafik 7.11). Namun demikian risiko tekanan eksternal

dapat bersumber dari tekanan harga emas.

Grafik 7.11.

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 7.12.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulut

Tekanan inflasi dari sisi domestik diperkirakan akan bersumber dari peningkatan konsumsi

masyarakat yang didorong perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri, pengucapan syukur),

event Tomohon International Flower Festival 2014, masa liburan sekolah dan dimulainya tahun

ajaran baru. Indikasi peningkatan konsumsi tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE)

KPw BI Prov. Sulawesi Utara yang menunjukkan kenaikan angka perkiraan indeks penjualan

eceran pada triwulan III 2014. Pada sisi produsen, kapasitas produksi diperkirakan berada pada

level yang tinggi terlihat dari pola historis kapasitas produksi di triwulan III (grafik 7.12).

Sementara itu kenaikan tarif tenaga listrik industri menimbulkan risiko penyesuaian harga

barang dan jasa akibat kenaikan biaya produksi, meskipun dampaknya terhadap inflasi inti

diperkirakan sangat minim.

Grafik 7.13

Indeks Ekspektasi Pedagang thd Harga 3 bln & 6 bln yad

Grafik 7.14

Indeks Ekspektasi Konsumen thd Harga 3 bln & 6 bln yad

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) - KPwBI Prov. Sulut Sumber : Survei Konsumen (SK)- KPwBI Prov. Sulut

82

84

86

88

90

92

94

96

98

100

102

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*

2011 2012 2013 2014

Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)

-1,00

1,00

3,00

5,00

7,00

9,00

11,00

13,00

15,00

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yadEkspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yadInflasi tahunan (yoy) - sb. Kanan

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

120

130

140

150

160

170

180

190

200

210

220

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2012 2013 2014

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yadEkspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yadInflasi tahunan (yoy) - sb. Kanan

Page 120: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK PEREKONOMIAN

110

Tingkat ekspektasi inflasi masyarakat Sulut diperkirakan meningkat di triwulan III 2014

dibandingkan triwulan II 2014, namun tekanan tersebut cenderung mereda di akhir triwulan.

Hal ini tercermin dari kenaikan indeks rata-rata ekspektasi konsumen terhadap harga, hasil

Survei Konsumen (SK) (Grafik 7.14). Di akhir triwulan III 2014, indeks ekspektasi harga jangka

pendek diperkirakan menurun, sejalan dengan perkiraan laju inflasi tahunan yang melambat di

bulan September 2014. Dari sisi pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga sepanjang

triwulan III 2014 menunjukkan tren penurunan pasca musim liburan dan Idul Fitri (grafik 7.14).

Faktor Non Fundamental

Dari sisi non fundamental, inflasi volatile foods diperkirakan berangsur mereda akibat

berkurangnya permintaan pasca lebaran yang disertai membaiknya produksi. Tekanan inflasi

volatile foods di awal triwulan III 2014 diperkirakan berlangsung temporer seiring meningkatnya

tekanan permintaan pangan selama bulan puasa, lebaran dan pengucapan syukur. Harga tomat

sayur yang melambung dan menjadi penyumbang utama inflasi triwulan II 2014 diperkirakan

kembali normal di triwulan III dengan membaiknya produksi lokal di daerah Minahasa.

Berdasarkan pemantauan harga beberapa komoditas pada Pusat Informasi Harga Bahan Pokok

Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara dan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), terlihat bahwa terjadi

yang relatif mereda di akhir bulan, sementara harga pangan strategis lainnya stabil (Grafik 7.15

& 7.16).

Grafik 7.15.

Perkembangan Harga Bahan Pokok Strategis

Grafik 7.16.

Perkembangan Harga Bawang, Cabai, dan Tomat

Sumber : PIHBS Sulut Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) – KPw BI Sulut

Di sisi lain, tekanan inflasi kelompok administered prices juga diperkirakan menurun pada

triwulan III 2014 seiring hilangnya dampak inflasi akibat kebijakan kenaikan BBM bersubsidi di

tahun 2013. Tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara di awal

triwulan III 2014 yang didorong peak season musim liburan dan lebaran, namun diperkirakan

mereda di akhir triwulan. Selain itu terdapat tekanan inflasi yang bersumber dari kenaikan tarif

listrik rumah tangga secara bertahap, meski diperkirakan hanya menyumbang sebesar 0,12%

terhadap inflasi umum.

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

-20.000

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

01-Jun 01-Jul 01-Agust 01-Sep 01-Okt 01-Nop 01-Des 01-Jan 01-Feb 01-Mar 01-Apr 01-Mei 01-Jun 01-Jul

Bawang Merah Rp./Kg Rica/Cabe Rawit Rp./Kg Beras Superwin Rp./Kg

Gula Pasir Curah Rp./Kg Minyak Goreng Curah Rp./Kg Telur Ayam Rp./Kg

Tomat Sayur Rp./Kg Inflasi (mtm) - sb. Kanan

-

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

-

20.000,00

40.000,00

60.000,00

80.000,00

100.000,00

120.000,00

I III I III I III I III I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III I III

Jan FebMaretApr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

2013 2014

Rp/kgRp/kg

Bawang Merah Cabe Rawit Tomat Sayur - sb. Kanan

Page 121: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK PEREKONOMIAN

111

7.3. Prospek Perbankan

Perkembangan sektor keuangan khususnya perbankan di Sulawesi Utara diperkirakan masih

akan tumbuh positif kendati mengalami perlambatan khususnya di sisi aset dan kredit.

Sementara itu, DPK diperkirakan akan kembali tumbuh tinggi seiring tingginya minat

masyarakat untuk menyimpan dana di perbankan sebagai imbas dari tingginya suku bunga

simpanan yang cenderung lebih responsif dalam penyesuaian terhadap BI Rate.

Berdasarkan hasil survey perbankan yang dilakukan KPw BI Sulawesi Utara pada triwulan II

2014 terhadap bank umum maupun BPR yang berlokasi di Sulut, diperoleh hasil bahwa

mayoritas responden memperkirakan bahwa permintaan kredit di triwulan mendatang akan

mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh faktor prospek usaha nasabah yang meningkat.

Adapun permintaan kredit baru diperkirakan lebih didominasi oleh jenis kredit konsumsi dan

kredit modal kerja. Sejalan dengan itu, posisi total kredit (baki debet) di triwulan mendatang

juga diperkirakan akan mengalami kenaikan seiring dengan naiknya permintaan kredit. Apabila

dilihat secara sektoral maka peningkatan kredit tertinggi diperkirakan akan terjadi pada sektor

PHR dan pertanian yang juga sebagai sektor utama perekonomian Sulawesi Utara.

Hasil survei perbankan juga menunjukkan bahwa DPK diperkirakan akan melanjutkan

pertumbuhan positifnya di triwulan mendatang. Pendorong pertumbuhan positif DPK diprediksi

berasal dari peningkatan jenis simpanan deposito dan tabungan. Sementara itu, tingkat suku

bunga yang dalam tren meningkat diperkirakan sebagai pemicu utama kenaikan DPK

perbankan.

Grafik 7.18.

Prakiraan Posisi Total Kredit Pada Triwulan III 2014

Sumber: Survey Perbankan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Survey Perbankan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 7.17.

Prakiraan Kondisi Permintaan Kredit Pada Triwulan III 2014

80%

20%

Meningkat tajam (>10%) Meningkat (>1% s/d 10%)

Sama (-1% s/d 1%) Menurun (<-1% s/d -10%)

Menurun tajam (<-10%)

82%

14%

4%

Meningkat tajam (>10%) Meningkat (>1% s/d 10%)

Sama (-1% s/d 1%) Menurun (<-1% s/d -10%)

Menurun tajam (<-10%)

Page 122: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK PEREKONOMIAN

112

Di sisi lain, mayoritas responden survey perbankan juga menyatakan bahwa waktu respon

penyesuaian suku bunga pinjaman terhadap perubahan suku bunga acuan (BI Rate) berkisar

antara 3 hingga 6 bulan. Diketahui pula bahwa bisnis perbankan yang dijalankan saat ini masih

on the track atau masih cukup sesuai dengan Rencana Bisnis Bank yang telah disusun

sebelumnya.

Grafik 7.19.

Prakiraan Total DPK Pada Triwulan III 2014

Sumber: Survey Perbankan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 7.20.

Kesesuaian Perkembangan Bisnis Bank terhadap RBB

Sumber: Survey Perbankan Bank Indonesia Prov. Sulut

4%

64%

14%

18%

Meningkat tajam (>10%) Meningkat (>1% s/d 10%)

Sama (-1% s/d 1%) Menurun (<-1% s/d -10%)

Menurun tajam (<-10%)

32%

63%

5%

Sangat Sesuai (100%) Sesuai (80% - 99%)

Cukup Sesuai (60% - 79%) Kurang Sesuai ( 40% - 59%)

Sangat Kurang Sesuai (0% - 39%)

Page 123: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 124: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

PROSPEK PERONOMIAN

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 125: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

115

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala

1-100

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi.

Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata

3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat

persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan

harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti

tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor

penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari

permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered

Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari

uang kartal dan uang giral

Page 126: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta

116

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indikator

tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang

kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di

dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan

masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank

sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas

negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka

dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann

penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang

diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan

kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi

kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur

dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui :

restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala

pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada

dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh

bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum

dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI

tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk

bertransaksi.