PETA PROVINSI SULAWESI UTARA

19
773 Kepariwisataan Sulawesi Utara PETA PROVINSI SULAWESI UTARA

Transcript of PETA PROVINSI SULAWESI UTARA

773 Kepariwisataan Sulawesi Utara

PETA PROVINSI SULAWESI UTARA

774 Kepariwisataan Sulawesi Utara

A. UMUM

1. Dasar Hukum

Provinsi Sulawesi Utara dibentuk berdasarkan undang-undang No. 13 Tahun 1964, hari

jadi tanggal 14 Agustus 1959 dengan ibukota Manado.

2. Lambang Provinsi

BENTUK DASAR

Lambang Daerah Tingkat I Sulawesi Utara berbentuk segi lima

sama sisi menggambarkan

“Pancasila” sebagai dasar dan falsafah hidup Bangsa dan Negara

Indonesia.

BENTUK WARNA DAN BAGIAN-BAGIAN LAMBANG

a. Warna dasar adalah biru langit, sisi luar berwarna kuning emas

b. Sebelah kanan terdapat buah pala terbuka, berjumlah 8 (delapan) buah, kulitnya

berwarna

c. kuning, biji pala berwarna merah, dirangkaikan dengan buah cengkeh 17 (tujuh

belas) buah yang warnanya merupakan perpaduan warna hijau kemuning dan warna

hijau muda kecoklat-coklatan.

d. Angka-angka pada cengkeh 17 (tujuh belas) buah, pala 8 (delapan) buah dan padi 45

(empat puluh lima) butir, adalah simbol yang menunjukkan “Hari Proklamasi

Kemerdekaan Negara Republik Indonesia” yaitu 17-8-1945.

e. Ditengah-tengah lingkaran buah padi, cengkeh dan pala terdapat 23 (dua puluh tiga)

untaian biji jagung yang berbentuk bulatan terdapat 1 (satu) pohon kelapa berdaun

9 .

(sembilan) mempunyai akar 6 (enam) dan dibawah pohon kelapa terdapat 4 (empat)

buah bibit kelapa.

f. Angka-angka yang dilambangkan oleh untaian biji jagung, daun kelapa, batang

kelapa, buah, akar dan bibit kelapa yang terdapat di tengah-tengah lingkaran buah

padi, cengkeh

dan pala mengartikan berdirinya Daerah Tingkat I Sulawesi Utara tanggal 23

September 1964.

g. Pohon kelapa, padi, pala, jagung dan cengkeh menggambarkan keseluruhan

kekayaan utama yang menjadi sumber hidup rakyat di daerah ini.

h. Di bagian bawah dari pohon kelapa terdapat pita putih berbaris merah dengan

warna hitam (warna bayangan) bertuliskan “SULAWESI UTARA” dengan warna

merah.

27 PROVINSI SULAWESI UTARA

775 Kepariwisataan Sulawesi Utara

ARTI WARNA

Warna lambang Daerah Tingkat I Sulawesi Utara mempunyai makna tertentu yang

diartikan sebagai berikut :

a. Warna Emas/Orange berarti : Kekayaan, keagungan

b. Warna Biru berarti : Kemakmuran, kesuburan

c. Warna Hijau berarti : Kemakmuran, kesuburan

d. Warna Kuning berarti : Kesejahteraan, kebesaran dan keluhuran

e. Warna Merah berarti : Keberanian, semangat yang menyala-nyala

dan kecintaan kepada Negara dan Agama

f. Warna Putih berarti : Kesucian, kedamaian

g. Warna Cokelat berarti : Kecintaan kepada tanah air

h. Warna Hitam berarti : Kokoh, kuat, teguh dan kekal

i. Warna Ungu berarti : Kebanggaan

3. Pemerintahan

Secara administratif, Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 11 pemerintahan Kabupaten

dan 4 Pemerintahan Kota.

No Kabupaten/Kota Ibu kota

1 Kabupaten Bolaang Mongondow Kotamobagu

2 Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Uki

3 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Tutuyan

4 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Boroko

5 Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahuna

6 Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Ondong Siau

7 Kabupaten Kepulauan Talaud Melonguane

8 Kabupaten Minahasa Tondano

9 Kabupaten Minahasa Selatan Amurang

10 Kabupaten Minahasa Tenggara Ratahan

11 Kabupaten Minahasa Utara Airmadidi

12 Kota Bitung -

13 Kota Kotamobagu -

14 Kota Manado -

15 Kota Tomohon -

4. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Secara geografis, Provinsi Sulawesi Utara terletak diantara 0.300-4.300 Lintang Utara

(LU) dan 1210-1270 Bujur Timur (BT), dengan batas wilayah sebagai berikut :

• Utara : Laut Sulawesi, Samudra Pasifik dan Republik Filipina

• Timur : Laut Maluku

• Selatan : Teluk Tomini

• Barat : Propinsi Gorontalo

5. Komposisi Penganut Agama

• Agama Protestan (65%),

• Islam (28,4%),

• Katolik (6%),

• Lainnya (0,6%)

776 Kepariwisataan Sulawesi Utara

6. Bahasa dan Suku Bangsa

Bahasa : bahasa Manado

Suku Bangsa :

• Suku Minahasa (40%),

• Suku Sangir (19,8%),

• Suku Mongondow (11,3%),

• Suku Gorontalo (7,4%),

7. Budaya :

a. Lagu Daerah : O Ina Nikeke, Esa Mokan

b. Tarian Tradisional : Tari Maengket, Tari Titi Lotihu, Titi Biteya

c. Senjata Tradisional : Keris

d. Rumah Tradisional : Bolaang Mangondow

e. Alat Musik tradisional : Kolintang

f. Makanan khas daerah : Ayam Rica rica, Binte Bilihuta, Masakan Bambu

8. Bandara dan Pelabuhan Laut

a. Bandara = Sam Ratu Langi

b. Pelabuhan laut = Pelabuhan Manado

9. Industri dan Pertambangan : kayu, bahan makanan, minyak kelapa, emas, marmer,

mangaan dan gips.

B. OBYEK WISATA

1. Obyek Wisata Alam

a. Gunung Mahawu

Selain gunung Soputan, di Sulawesi

Selatan terdapat gunung lain yang tak

kalah tenarnya, yakni Gunung api

Mahawu (1300 m). Mahawoe atau

Roemengas merupakan nama lain dari

gunung yang masih aktif ini. Di lereng

Gunung api Mahawu, dapat ditemui

beberapa pemukiman, hutan, dan area

persawahan. Kendati demikian,

aktifitas manusia di dalam hutan boleh

dikatakan cukup minim dan hanya bersifat sementara. Mahawu selain

keindahannya, juga telah dikenal sebagai gunung yang sering meletus. Dalam

catatan sejarah, gunung ini telah meletus pada tahun 1789. Pascatahun 1789,

gunung ini meletus beberapa kali dan terakhir pada tahun 1999.

Tidak disarankan untuk melakukan perjalanan ke puncak Mahawu terutama dalam

jumlah banyak, lebih dari lima orang. Hal tersebut disebabkan karena di puncak

Mahawu lahan untuk berkemah sangat sempit, bahkan tempat duduk untuk

beristirahatpun tidak leluasa dan langsung berhubungan dengan bibir kawah.

Alasan lain, tidak disarankannya melakukan pendakian ke kawah Mahawu karena

777 Kepariwisataan Sulawesi Utara

konsentrasi gas sulfur yang tinggi. Apabila pengunjung dalam kondisi yang lelah

kemudian menghirup gas belerang dapat menyebabkan pusing dan mual.

Pendaki yang berada di gunung ini tak hanya menikmati pemandangan indah sekitar

Mahawu. Namun lebih dari itu, keasrian dan pesona hutan lindung di kawasan

gunung ini juga menambah daya tarik tersendiri. Kawasan hutan lindung tersebut

hanya terdapat di daerah lereng hingga daerah menuju puncak Mahawu. Ketinggian

hutan ini mulai dari 600 m hingga 1200 m di atas permukaan laut.

Gunung Mahawu berdampingan sangat dekat dengan Gunung Lokon sebagai tempat

wisata geologi. Menyenangkan bila memanfaatkan wilayah sekitar Lokon sebagai

alternatif berdarmawisata. Begitu juga menyaksikan petani cengkeh, kopi, coklat,

sayur-mayur, dan buah-buahan yang banyak dihasilkan oleh penduduk di sekitar

Gunung Mahawu ini.

Mahawu, Wagio, dan Mawuas merupakan tiga kawah yang mengitari Gunung api

Mahawu. Secara geografis, ia berada di titik koordinat 01˚ 21,5 LU dan 124˚ 51,5 BT.

Posisi gunung ini masuk dalam wilayah Kecamatan Tomohon, Kabupaten Minahasa.

b. Pantai Likupang

Pantai Likupang pernah membuat heboh

masyarakat sekitar dan juga perwakilan WWF di

Indonesia pada awal Maret 2007 lalu. Di pantai

itu, seekor penyu hijau (chelonia mydas)

ditemukan oleh seorang nelayan. Penyu hijau

merupakan jenis penyu langka. Menariknya,

pantai ini adalah kawasan wisata yang terkenal

dan tentu saja ketika liburan tiba, akan sangat

ramai dikunjungi. Hubungannya dengan si penyu langka tadi, bahwa pantai

Likupang sebagai objek wisata yang cukup populer pun mampu menjaga kualitas,

baik aspek kelestarian alamnya maupun nilai jual turismenya. Ia termasuk dalam

rencana pengembangan pariwisata antara Kota Manado dan Kotamadya Bitung.

Pantai Likupang menyombongkan kepada kita bahwa ia sangatlah memesona.

Bagaimana tidak? Berjalan di pantai ini, pengunjung akan menginjakkan kaki pada

milyaran butiran pasir putih. Selain itu, wisata selam atau diving dan snorkling dapat

dinikmati di pantai ini. Bila bosan berjalan-jalan atau bermain air di laut,

menyebranglah dengan kapal bermotor ke Taman Laut di Pulau Bangka. Hanya

sekitar 30 menit untuk mencapainya.

Pantai ini berada di sekitar 48 Km dari Manado ke arah timur laut. Secara

administratif, ia berada dalam wilayah Kota Bitung.

c. Danau Linow

Danau yang memiliki luas sekitar 34 Ha ini unik

karena mengandung kadar belerang tinggi dan

memiliki warna yang selalu berubah. Hal ini

tergantung pada sudut pandang dan

pencahayaan danau. Di sekitar danau ini,

terdapat satwa endemik berupa burung blibis

dan ribuan serangga yang oleh penduduk

778 Kepariwisataan Sulawesi Utara

setempat dinamakan "sayok" atau "komo". Serangga unik yang hidup di air tapi

bersayap dan bisa terbang ini menjadi konsumsi penduduk setempat.

Kadang-kadang terdengar kicauan burung-burung kecil dan burung putih besar

melintasi danau. Burung-burung dari berbagai spesies dan ukuran ini membangun

rumah di sekeliling danau. Selain itu, aneka ragam tumbuh-tumbuhan juga hidup di

sana. Ada sebuah tempat berumput hijau di tepi danau yang sangat ideal untuk

makan siang tatkala bertamasya bersama keluarga sembari berteduh di bawah

pohon dan menikmati hembusan angin yang sejuk.

Di samping panorama sekitar danau yang elok, danau ini memiliki ciri khas

tersendiri. Danau ini berkadar belerang tinggi, sehingga warna air danau yang

muncul selalu berubah-ubah. Ia selalu tampil cantik akibat munculnya warna-warni

tadi. Pengunjung akan takjub dengan warna yang berubah tatkala meliriknya dari

beragam sudut. Kendati demikian, mesti diingat bahwa pengunjung harus hati-hati

dengan kubangan lumpur panas mendidih yang berada di tepi danau.

Danau yang ‘menyimpan’ warna-warna indah dan selalu berubah-ubah ini berada di

wilayah Minahasa

d. Sungai Nimanga

Sungai Nimanga merupakan salah satu

sungai yang diminati di wilayah Sulawesi

Utara. Sungai ini makin populer ketika

digunakan sebagai aktivitas-aktivitas

olahraga yang menantang, seperti rafting

atau yang akrab kita sebut dengan arung-

jeram. Bila tidak berminat, pengunjung

masih dapat menyaksikan secara langsung

keelokan kekayaan alam di sekitar sungai,

seperti ragam satwa langka dan tetumbuhan.

Pemandangan alam di sekitar sungai sangat indah dan memesona. Di tempat ini,

pengunjung dapat menikmati keelokan dua air terjun sekaligus. Dua air terjun ini

masing-masing berada di desa Tincep dan desa Timbukar. Air terjun di Tincep

setinggi 70 m dari permukaan tanah, sedangkan di Timbukar, kucuran air dijatuhkan

dari ketinggian 90 m. Jika bosan rafting/arung-jeram, pengunjung bisa camping di

sekitar sungai Nimanga.

Dengan durasi 5-6 jam pengarungan rafting, kita dapat menikmati pemandangan di

sepanjang pinggir sungai yang penuh dengan lebatnya hutan dan banyaknya jenis

burung dan Macaca Nigra (monyetnya Sulawesi Utara), Tarsius (monyet terkecil di

dunia), dan bisa melihat serta merasakan langsung pengolahan atau fermentasi

minuman beralkohol tradisional dari daerah Sulawesi Utara, yaitu yang dikenal

dengan "cap tikus." Pada akhir perjalanan di muara sungai kita bisa melihat langsung

keindahan taman laut nasional dengan atraksi Duyung Dugong dalam lebatnya

hutan mangrove.

Sungai yang banyak digemari pecinta arung-jeram ini terletak di desa Timbukar,

Kabupaten Minahasa

779 Kepariwisataan Sulawesi Utara

e. Hutan Gunung Klabat

Wisata hutan ini bisa dijumpai di lereng

Gunung Klabat. Hutan yang mengitari

gunung setinggi 1.990 meter di atas

permukaan laut ini acapkali dikunjungi

penggemar wisata alam, khususnya

mountain trekking. Mendaki puncak gunung

tertinggi di Sulawesi Utara ini adalah

sebuah pengalaman yang menarik lantaran

pendaki akan melewati dan menikmati

hutan yang lebat dan hebat seluas 5300 Ha.

Hebat karena ia memiliki kekayaan alam yang menarik perhatian kita, seperti

pelbagai jenis flora dan fauna yang ada di dalamnya.

Gunung yang mempunyai julukan sebagai gunung hutan ini sarat akan ceritera

sejarah, utamanya ketika perang pascakemerdekaan 1945. Banyak sumber yang

menyebut bahwa hutan di Gunung Klabat ini pernah dipakai para pembelot

Indonesia (kelompok anti-Indonesia) untuk bersembunyi dari kejaran Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada sekitar tahun 1950-an dan 1960-an.

Menjelajahi hutan ini, pengunjung dapat melihat secara langsung berbagai jenis

tumbuh-tumbuhan. Tak jarang pula, kita berjumpa dengan berbagai hewan yang

memang sengaja dilindungi di tempat ini. Gunung ini mempunyai empat kawasan

hutan, yakni: kawasan hutan dipterokarp bukit, hutan dipterokarp atas, hutan

montane, dan hutan ericaceous. Berwisata di kawasan hutan Gunung Klabat akan

lebih afdol bila pengunjung berkemah di daerah ini.

Mengawali pengalaman di kawasan ini, pelancong wisata hutan Gunung Klabat akan

berjalan menyusuri perkebunan kelapa hingga masuk ke jalan setapak menuju

puncak gunung. Bila pengunjung berjalan hingga puncak gunung, akan melewati

enam pos dimana pos keenam adalah akhir dari pendakian.

Pengunjung biasanya diberangkatkan dari pos polisi di Aermadidi. Di tempat ini,

pengunjung disarankan untuk mendaftarkan diri agar identitas pengunjung tercatat

dan demi keselamatan selama pendakian atau wisata hutan, pengunjung akan

ditemani oleh pemandu.

Apabila pengunjung berkeinginan mencapai puncak, dibutuhkan waktu sekitar

empat jam dengan berjalan kaki. Disarankan, hindari hari minggu dimana gunung ini

biasanya ramai oleh para pendaki gunung.

Gunung Klabat ini terletak di kecamatan Aermadidi, sekitar 18 Km dari Manado.

780 Kepariwisataan Sulawesi Utara

f. Air Terjun Tinoon

Andalan kawasan Tomohon yang berada di

dataran tinggi dan memiliki tekstur

geografis yang berbukit-bukit ini memang

pada objek-objek wisata alam, misalnya

gunung, hutan wisata, desa wisata, sungai,

tanaman hias, dan juga air terjun. Salah satu

yang menonjol di Tomohon adalah air

terjun Tinoor atau yang sering disebut juga

dengan nama air terjun ‘Regesan.‘

Air terjun Regesan selain dijadikan objek wisata oleh pemerintah daerah setempat,

juga merupakan tempat tujuan dimana kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler sekolah di

kota Tomohon dan sekitarnya diadakan. Kegiatan tersebut seperti bible camp

maupun kegiatan pramuka.

Lantaran kawasan ini merupakan objek wisata yang potensial, maka pemerintah

kota Tomohon berupaya selalu menata kembali dan juga membangun sarana-sarana

untuk mendukung berkembangnya aktivitas turisme di sekitar air terjun Tinoor ini.

Konkretnya, kini mulai ada warung-warung makan yang bermunculkan di sana dan

secara perlahan, rumah inap seperti villa dan cottage, mulai dihadirkan. Tak lupa,

penataan kawasan sebagai kawasan wisata unggulan juga telah dilakukan.

Di tempat ini, pengunjung tak hanya bisa menikmati kepermaian jutaan butir air

yang jatuh dari atas tebing dan sejuknya udara saja, seperti yang tampak pada

gambar di atas. Namun, pengunjung juga dapat bercengkerama bersama keluarga

di kebun yang berada tak jauh dari lokasi. Kebun tersebut tampak cantik karena

banyaknya tetumbuhan yang memekarkan bunga-bunga cantik, seperti anggrek,

bougenville, dan bunga-bunga taman lainnya. Air terjun Tinoor bisa pula dijadikan

sarana untuk melepas kepenatan bekerja atau rutinitas sehari-hari bersama

keluarga atau orang-orang terdekat.

Begitu juga dengan anda yang gemar akan wisata kuliner. Tak jauh dari lokasi air

terjun, yakni desa Tinoor merupakan desa yang terkenal dengan warung-warung

makanan khas Minahasa. Dan, melewati desa Tinoor kita akan menjumpai

perkebunan cengkeh yang terkenal di Tomohon.

Selain itu, apabila anda seorang yang menggandrungi seni fotografi ataupun seni

lukis, rasanya lokasi ini dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan ide maupun

inspirasi karya seni anda.

Air terjun Tinoor berada di kaki Gunung Empung, sebelah utara kota Tomohon.

Tepatnya ialah di Desa Tinoor, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon.

781 Kepariwisataan Sulawesi Utara

g. Taman Laut Bunaken

Secara keseluruhan, Taman Laut Nasional

Bunaken meliputi area seluas 75.265

hektar dan terdiri dari lima pulau, yakni

Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau

Siladen, Pulau Mantehage berikut

beberapa anak pulaunya, dan Pulau Naen.

Kelima pulau tersebut memiliki jumlah

populasi lebih dari 21.000 jiwa.

Kawasan Bunaken secara geografis masuk

dalam perairan “Segi Tiga Emas” dimana

kawasan ini menjadi habitat lebih dari 3.000 spesies ikan. Perairan ”Segi Tiga Emas”

yang dimaksud ialah perairan yang menghubungkan laut Papua, Filipina, dan

Indonesia. Lantaran kekayaan yang terkandung di dalamnya, pemerintah dan

organisasi non pemerintah (nasional maupun internasional) bekerja sama untuk

menjalankan program konservasi terumbu karang dan mangrove di kawasan

Bunaken. Program konservasi terumbu karang ini bertujuan untuk menjaga ribuan

jenis ikan laut dari kepunahan.

Melihat potensi alam dan juga aktivitas konservasi ekologi laut di kawasan ini, maka

pemerintah setempat—kota Manado—menggagas kawasan Bunaken sebagai objek

wisata bahari dan pendidikan. Aspek keindahan alam di laut dan edukasi menjadi

menu utama berwisata di Taman Laut Nasional Bunaken. Oleh karenanya, kawasan

Bunaken diresmikan sebagai taman laut nasional oleh Menteri Kelautan pada tahun

1991.

Hampir bisa dipastikan bahwa wisatawan akan menyempatkan diri mengunjungi

Taman Laut Nasional Bunaken ketika berlibur ke Manado, Sulawesi Utara. Kendati

kawasan taman laut ini memiliki gugusan yang terdiri dari lima pulau, Pulau

Bunakenlah yang tersohor.

Bunaken ialah sebuah pulau seluas kurang lebih 8 km² di Teluk Manado. Pulau ini

merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara. Di sekitar

Pulau Bunaken, terdapat taman laut Bunaken

yang merupakan bagian dari Taman Nasional

Kelautan Manado Tua dimana ia menjadi

salah satu taman laut yang memiliki

biodiversitas kelautan tertinggi di dunia. Oleh

karenanya, fasilitas selam scuba (scuba

diving) dapat menarik banyak wisatawan ke

pulau ini. Meskipun meliputi area seluas

75.265 hektar, lokasi penyelaman hanya

terbatas di sekitar pantai-pantai yang

mengelilingi kelima pulau tersebut. Petugas taman laut melarang pengunjung

menyelam sampai ke tengah laut karena dikhawatirkan akan lepas dari pantauan

petugas pantai.

Kini, Bunaken mempunyai sedikitnya 40 tempat penyelaman yang kaya akan ikan-

ikan tropis dan terumbu karang. Pengunjung dapat menyelam dan menyaksikan 150

782 Kepariwisataan Sulawesi Utara

spesies dari 58 genus ikan-ikan serta terumbu karang di kawasan Taman Laut

Nasional Bunaken. Dijamin penyelam akan takjub dengan kekayaan taman laut ini.

Taman Laut Nasional Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive spot) dengan

kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter. Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di

antaranya berada di sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah yang

paling kerap dikunjungi oleh penyelam dan pecinta keindahan pemandangan bawah

laut.

Sebagian besar dari 12 titik penyelaman di

Pulau Bunaken berjajar dari bagian

tenggara hingga bagian barat laut. Di

wilayah inilah terdapat underwater great

walls atau yang disebut juga hanging walls

atau dinding-dinding karang raksasa yang

berdiri vertikal dan melengkung ke atas.

Dinding karang ini juga menjadi sumber

makanan bagi ikan-ikan di perairan sekitar

Pulau Bunaken. Fenomena alam laut yang ada di Bunaken, hampir pasti tidak bisa

ditemukan di taman laut lain. Berwisata di taman laut ini baik untuk perkembangan

pengetahuan orang dewasa dan anak-anak tentang alam laut.

Selain kemasyhuran pesona dalam laut, pulau-pulau di kawasan taman nasional ini

menghadirkan suasana yang natural. Pengunjung dapat bercengkrama bersama

keluarga maupun orang terkasih pada sore hari di pinggir pantai dimana sang surya

tidak lagi memancarkan panas sinarnya sembari menikmati sajian masakan favorit

yang dapat dipesan di restoran di resort yang pengunjung pilih.

Pulau Bunaken berada di perairan Laut Sulawesi. Taman Laut Nasional Bunaken di

sekitar pulau itu berada di sebelah utara Teluk Manado yang masih dalam wilayah

administrasi pemerintah Kota Manado.

783 Kepariwisataan Sulawesi Utara

2. Obyek Wisata Sejarah

a. Waruga

Waruga ialah salah satu bentuk budaya

materi yang telah berusia ratusan

tahun. Ia menandai kekhasan

masyarakat Sulawesi Utara. Ia

merupakan peti berbahan batu yang

berfungsi sebagai tempat penguburan

jasab orang meninggal. Peti kubur batu

ini terdiri dari dua bagian, yakni: badan

dan tutup. Batu utuhlah yang menjadi

bahan di tiap bagian peti. Bentuk

waruga umumnya menyerupai kubus pada bagian badannya. Sebagai gambaran, di

dalam waruga terdapat rongga sebagai kubur jasad. Posisi jasad dalam keadaan

jongok, seperti posisi bayi dalam rahim ibu. Kemudian, posisi tangan jasad laki-laki

seperti mengunci dan perempuan mengepal. Posisi mayat tersebut bagi adat

Minahasa terkait dengan fisafat hidup masyarakat setempat yang berpandangan

bahwa manusia mengawali kehidupan dengan posisi jongkok, maka semestinya

mengakhiri hidup dengan posisi yang sama. Filosofi ini dikenal dalam bahasa lokal

dengan istilah whom.

Menyaksikan waruga berarti menyaksikan salah satu kekayaan yang terkandung di

jantung kebudayaan masyarakat Sulawesi Utara. Waruga di Sawangan ini memang

bukan satu-satunya komplek pekuburan berpetikan batu. Namun, ketakjuban

pengunjung akan peti-peti itu baru akan terasa ketika telah sampai di sana. Pada

tiap batu itu terdapat ukiran dengan corak yang beragam, misalnya: tumbuh-

tumbuhan, hewan, ataupun motif geometri tradisional. Komplek waruga di

Sawangan merupakan komplek waruga yang paling terkenal. Sebelum sampai ke

lokasi dan jika berangkat dari Manado, peminat wisata ini akan melalui kota kecil

bernama Airmadidi dimana ini adalah kawasan pegunungan yang sangat indah

panorama alamnya. Kawasan ini terkenal dengan hasil kerajinannya, yakni pakaian

khas Minahasa.

Komplek waruga ini jaraknya cukup jauh dari kota Manado. Desa Sawangan,

Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa berada di tenggara ibukota Provinsi

Sulawesi Utara yang berjarak sekitar 24 kilometer dari pusat kota Manado.

b. Kuil Ban Hin Kiong

Kuil atau kelenteng Ban Hin Kiong ini

ialah kuil Budha di kota Manado. Ia

berusia sekitar 300 tahun atau dibangun

sekitar abad 18 yang lalu. Hingga kini,

kuil ini ada dan lestari karena kota

Manado memang merupakan kota yang

memiliki unsur masyarakat beragam,

termasuk warga keturunan Cina.

Para pendiri kuil ini memberi nama Ban

Hin Kiong dimana memiliki makna di tiap katanya; ‘Ban‘ berarti banyak, ‘Hin‘

bermakna berkah yang melimpah; dan ‘Kiong‘ memiliki arti istana. Menurut

784 Kepariwisataan Sulawesi Utara

keyakinan mereka, bersembahyang di sini akan mendapat beribu berkah dan

keselamatan demi terciptanya keteraturan dalam jagad kehidupan umat manusia.

Kuil yang tampak merah tapi anggun ini memiliki gaya arsitektur khas Cina klasik.

Selain desain bangunan yang cantik, ia memiliki agenda rutin tahunan yang

diadakan bertepatan dengan perayaan tahun baru Imlek dan juga Toa Peh Kong.

Acara Toa Peh Kong secara rutin digelar pada bulan Februari. Toa Peh Kong ini

merupakan tradisi Cina yang dibawa ke Manado oleh empunya kebudayaan, yakni

orang-orang Tionghoa yang bermigrasi ke Sulawesi Utara. Akan sangat menarik dan

ramai pada saat acara ini tiba. Biasanya akan ada atraksi-atraksi dan beberapa

pentas kebudayaan Cina, seperti barongsai, ince pia (semacam unjuk kemampuan

kekebalan tubuh), pikulan, dan kuda locia.

Corak khas lain dari kuil ini diwujudkan melalui ornamen-ornamen sebagai simbol-

simbol material yang tampak pada arsitektur kelenteng Ban Hin Kiong. Bila

diperhatikan, simbol-simbol material itu seolah-olah ingin mengirimkan pesan-pesan

yang dikandungnya kepada kita. Bahkan, perlambangan tersebut merupakan

pernyataan yang sekaligus representasi dari pesan-pesan suci bahwa kuil ini

merupakan sebuah tempat ibadah yang dibangun sebagai ‘Istana Tuhan‘ untuk

menghadirkan-Nya dan merupakan perwujudan ‘Istana Langit‘ di muka bumi.

Kelenteng Ban Hin Kiong berada di kawasan pusat kota Manado, atau tepatnya di

Jalan D.I. Panjaitan, kota Manado.

c. Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara

Ada satu pernyataan menarik dalam

sebuah buku mengenai turisme,”jika anda

(sebagai wisatawan) tidak memiliki banyak

waktu untuk mengenal daerah yang anda

kunjungi, maka cukup datang ke museum

yang ada di daerah tersebut.” Pernyataan

ini mengisyaratkan bahwa wisatawan

yang tidak punya banyak waktu akan dapat

mengetahui berbagai hal tentang seluk-

beluk sebuah daerah wisata yang ia

kunjungi hanya dengan mengunjungi museum di daerah tersebut. Berkunjung ke

museum, wisatawan juga tidak perlu bersusah payah mencari informasi tentang

daerah tujuan wisatanya dan menghabiskan banyak waktu serta biaya. Hal ini

lantaran museum tertentu telah menyediakan melalui pameran-pameran

ringkasnya tentang segala hal yang berkaitan dengan daerah dimana museum

tersebut berada.

Museum juga menampilkan serta menyampaikan sesuatu pada pengunjung baik

melalui bukti-bukti nyata (tangible) berupa kebendaan (artefak-artefak) maupun

hal-hal yang tidak nyata (intangible) berupa pesan-pesan, mitos-mitos, atau cerita-

cerita tentang daerah tertentu yang biasanya dicantumkan pada label benda yang

dipamerkan.

Hal-hal di atas berlaku juga pada Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara atau yang

sering disebut juga National Museum of Manado. Museum ini merupakan museum

785 Kepariwisataan Sulawesi Utara

umum karena apa yang ditampilkan merepresentasikan kebudayaan dan sejarah

masyarakat lokal Sulawesi Utara, sejarah pra dan pascakolonialisme, percampuran

budaya dengan masyarakat Cina dan Belanda yang menetap di Sulawesi Utara, dan

sebagainya. Oleh karenanya, museum ini merupakan sebuah wahana pendidikan

yang cukup berharga bagi Sulawesi Utara lantaran ia berupaya mendokumentasikan

hal-hal penting di Sulawesi Utara melalui benda-bendanya yang terancam dari

kepunahan.

Jika seorang wisatawan hanya mengalokasikan waktu kurang dari seminggu untuk

menjelajahi Sulawesi Utara, maka hendaknya mampir ke Museum Negeri Provinsi

Sulawesi Utara untuk melihat seperti apa sejarah dan kebudayaan masyarakat di

wilayah itu.

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara bila ditilik dari namanya merupakan

museum yang ingin mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan Provinsi

Sulawesi Utara. Karena dibangun untuk merepresentasikan kebudayaan, sejarah,

dan seni wilayah Sulawesi Utara, maka keunggulan museum ini ialah pada cakupan

koleksinya. Kemudian bila dilihat dari desain dan struktur bangunannya, museum ini

mengadopsi model rancang-bangun rumah adat Minahasa.

Di museum ini, pengunjung dapat melihat dan mendengar penjelasan dari pemandu

museum tentang apa yang ditampilkan di ruang-ruang ekshibisi. Ruang-ruang

ekshibisi tersebut dibagi ke dalam tiga lantai yang semuanya mengeksposisi segala

hal yang terkait dengan masyarakat Sulawesi Utara.

Wisatawan dapat menyaksikan replika maupun benda-benda otentik di museum

berstatus negeri ini. Misalnya, replika waruga atau peti kubur batu yang merupakan

ciri khas budaya material masyarakat Minahasa masa lampau hingga kini. Selain itu,

di taman museum juga diletakkan beberapa contoh batu sarkopagus yang

merupakan peninggalan peradaban masyarakat kuno di Sulawesi Utara. Pengunjung

museum juga akan mendapati display tata pelaminan beserta pakaian yang

dikenakan dalam perkawinan adat orang Minahasa. Kemudian, wisatawan bisa

mendapati meriam peninggalan tentara Belanda dan Portugal serta keramik-

keramik khas bangsa Cina di lantai tiga.

Museum ini berlokasi di jalan W.R. Supratman No. 72, Kota Manado.

786 Kepariwisataan Sulawesi Utara

3. Wisata Budaya

a. Tarian Kabasaran / Kawasaran

Tarian Kabasaran merupakan salah satu

tarian tradisional Minahasa. Tarian ini

tidak dimainkan sendiri, namun

berkelompok. Para penari memakai

pakaian merah, mata melotot, wajah

garang, diiringi tambur atau gong kecil

sembari menyondang pedang dan tombak

tajam. Bentuk dasar dari tarian ini adalah

sembilan jurus pedang (santi) atau

sembilan jurus tombak (wengkouw)

dengan langkah kuda-kuda 4/4 yang terdiri dari dua langkah ke kiri, dan dua langkah

ke kanan.

Tiap penari kabasaran memiliki satu senjata tajam yang merupakan warisan dari

leluhurnya yang terdahulu karena tarian Kabasaran merupakan keahlian turun-

temurun. Tarian ini umumnya terdiri dari tiga babak. Babak-babak tersebut terdiri

dari cakalele, lumoyak, dan lalaya‘an.

Pada jaman dahulu, para penari Kabasaran hanya menjadi penari pada upacara-

upacara adat. Namun, apabila Minahasa dalam keadaan perang, maka para penari

Kabasaran menjadi waranei (prajurit perang). Dalam kehidupan sehari-hari, waranei

ini berprofesi sebagai petani. Kini, tarian Kawasaran atau Kabasaran acapkali

ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu daerah maupun ditampilkan pada

festival-festival kebudayaan di Sulawesi Utara.

Tarian Kabasaran amat berbeda dengan tarian lainnya di Indonesia yang umumnya

mengumbar senyum dengan gerakan yang lemah gemulai. Tarian ini didominasi

dengan warna merah, rias wajah yang sangar, serta lantunan musik yang membakar

semangat. Tak hanya itu, mereka dibekali pedang dan tombak tajam, sehingga

membuat tarian Kabasaran terkesan rancak dan garang.

Tarian ini merupakan tarian keprajuritan tradisional Minahasa, yang diangkat dari

kata ‘wasal‘ yang bermakna ayam jantan yang dipotong jenggernya agar sang ayam

menjadi lebih garang dalam bertarung. Tarian ini diiringi oleh suara tambur atau

gong kecil. Alat musik pukul seperti gong, tambur atau kolintang disebut pa ‘wasalen

dan para penarinya disebut kawasalan, yang berarti ‘menari dengan meniru gerakan

dua ayam jantan yang sedang bertarung‘.

Datangi saja sanggar kelompok tarian Minahasa yang bernama ‘Tumou Tou Lestari‘.

Mereka berada di daerah Kelurahan Paslaten I dan Paslaten II, Kota Tomohon.

787 Kepariwisataan Sulawesi Utara

4. Wisata Religius

a. Watu Pinawetengan

Watu Pinawetengan merupakan sebuah

bongkahan batu alam yang tidak beraturan

dengan goresan-goresan bercorak di lereng

Gunung Soputan, Minahasa, 60 kilometer

barat Kota Manado, Sulawesi Utara. Menurut

para ahli arkeologi, goresan-goresan pada

bongkahan batu yang terletak di Kabupaten

Minahasa ini mempunyai aneka ragam

bentuk. Ada yang menyerupai wujud manusia,

genital laki-laki dan perempuan, dan juga ada

yang bermotif garis-garis yang belum dapat diungkap artinya. Dugaan mereka,

goresan-goresan pada batu yang ”hidup” dari masa peradaban megalitik ini

merupakan hasil karya kebudayaan masyarakat megalit yang berkelindan dengan

kepercayaan lokal (local belief) mereka.

Oleh masyarakat yang berada di sekitar Watu Pinawetengan, batu tersebut

difungsikan sebagai sarana untuk memohon pada yang berkuasa, seperti memohon

kesembuhan dari penyakit, perlindungan dari marabahaya, dan ritual untuk

mensyukuri kenikmatan yang telah diberikan. Berdasarkan ceritera lokal (folklore),

bahwa pada masa lalu para pemimpin dan pemuka masyarakat Minahasa asli

keturunan To‘ar dan Lumimu‘ut (nenek moyang masyarakat Minahasa)

melangsungkan musyawarah di Watu Pinawetengan ini. Di bukit atau lereng gunung

itu, berkumpul sembilan subetnis Minahasa, yaitu Tonsamang, Ponosakan, Tonsea,

Bantik, Tontemboan, Tombulu, Pasan, Ratahan, dan Tolour. Dalam musyawarah

tersebut, mereka bersepakat untuk membagi daerah hunian bagi kelompok-

kelompok etnis di Minahasa dan berjanji untuk selalu bersatu dalam perbedaan.

Hingga kini, fungsi-fungsi religius mistis Watu Pinawetengan masih berlaku.

Beberapa keturunan To‘ar dan Lumimu‘ut secara berkala menyambangi leluhur

mereka yang spiritnya terpahat di tubuh Watu Pinawetengan untuk melaksanakan

upacara adat. Mereka merunut jejak leluhur yang melakukan maesaan, berjanji setia

untuk bersatu dalam perbedaan. Selain masyarakat Minahasa sendiri, banyak orang

dari luar Minahasa yang berkunjung ke tempat ini hanya untuk berdoa maupun

berkomunikasi dengan leluhur agar permohonannya terkabul. Batu ini juga

merupakan cerminan semangat persatuan dalam perbedaan bagi pelbagai etnis di

Minahasa.

Ketika mengunjungi tempat ini, para pengunjung akan dipandu oleh sang juru kunci

Watu Pinawetengan. Darinya, pengunjung akan mendapatkan banyak ceritera atau

informasi berkaitan dengan objek wisata Watu Pinawetengan, mulai dari sejarah

hingga nilai-nilai yang terkandung.

788 Kepariwisataan Sulawesi Utara

5. Wisata Kuliner

a. Kawasan boulevard

Kawasan Boulevard di kota Manado ini

merupakan salah satu ikon ibukota

provinsi yang penduduknya sering

disebut sebagai smiling people lantaran

keramahannya. Tempat ini boleh

dibilang sebagai kawasan pusat kuliner

malam hari di Manado. Suasana yang

hadir di sana bak suasana Pantai Losari

di kota Makasar, Sulawesi Selatan. Di sisi

lain, kawasan ini adalah kawasan

unggulan bagi Manado lantaran meningkatkan minat wisatawan untuk datang

menengok kota dan pantai di sepanjang Manado.

Ciri khas dari tempat ini adalah tersedianya bermacam-macam hidangan. Tidak

hanya masakan khas Manado, namun mulai dari nasi goreng, bakso, gado-gado,

tinutuan, dan lain-lain juga bisa dinikmati. Harganya pun relatif murah. Para

pengunjung dapat memilih sesuai selera yang diinginkannya. Mulai dari café,

restoran, warung, hingga penjaja kaki lima ada di sana.

Selain menjelajah wilayah kuliner, pengunjung dapat menyaksikan panorama alam

dengan memandang cantiknya Pulau Manado Tua di tengah lautan. Ketika matahari

mulai tergelincir ke ufuk barat, maka proses terjadinya sunset dapat disaksikan

dengan jelas. Begitu pula dengan bangunan-bangunan baru yang mulai tumbuh

pesat di kota Manado.

Kawasan Boulevard menyatu dengan kota Manado yang terkenal dengan sebutan

Nyiur Melambai itu. Kawasan wisata ini memang merepresentasikan Manado

sebagai kota wisata pantai dan kuliner. Kawasan ini berada di Kota Manado.

b. Bubur Manado

Kekhasan masakan Manado adalah pada

rahasia dapurnya. Orang bilang, ”Tidak

Manado kalau tidak pedas.” Dibandingkan

masakan dari daerah lain yang memiliki ciri

khas yang relatif sama, masakan Manado

penggunaan bumbu masaknya terbilang

cukup royal. Perbandingannya, bumbu-

bumbunya 2 sampai 3 kali lebih banyak

daripada masakan di daerah lain. Di samping

bumbu-bumbu cukup banyak, variasi

bumbunya satu sama lain memiliki karateristik hampir sama, panas dan pedas.

Seperti cabe rawit, jahe, kunyit, dan sebagainya. Semuanya dicampur menjadi satu

dengan cabai merah.

Begitu pula dengan bubur Manado yang terasa berbeda dari bubur-bubur dari

daerah lainnya lantaran ia dicampur dengan kombinasi berbagai sayuran. Akan lebih

nikmat apabila ditambah dengan daun labu, daun kangkung, dan daun kemangi.

Bubur Manado ini tampil dalam wujud yang kental bersama sayuran yang lunak.

789 Kepariwisataan Sulawesi Utara

Santaplah bubur Manado selagi panas dengan ikan jambal roti yang telah digoreng.

Sangat istimewa!

6. Wisata Minat Khusus

a. Desa Kanonang

Tak ada yang patut disesali ketika kita

mengunjungi desa Kanonang.

Masyarakatnya terkenal ramah dalam

menyambut kedatangan siapa pun,

termasuk para turis. Memang

masyarakat Kawangkoan sudah sejak

dulu kala terkenal dengan masyarakat

yang penuh kasih dan damai.

Di desa ini terdapat Bukit Kasih sebagai

salah satu kebanggaan mereka. Obyek wisata rohani di Bukit Kasih ini bahkan sudah

terkenal hingga ke mancanegara.

Satu hal yang menarik dari desa Kanonang di antara kemenarikan lainnya adalah

Bukit Kasih. Di bukit ini, tampak sebuah tugu yang berfungsi sebagai monumen. Ia

adalah Monumen Bukit Kasih. Monumen ini adalah simbol dari kerukunan antar

umat beragama di Sulawesi Utara. Di tiap sisi monumen, tertera pahatan sebuah

ajaran kasih sayang dari masing-masing agama besar yang ada di Indonesia. Dari

puncak bukit ini, kita dapat menyaksikan panorama alam yang mengelilinginya.

Begitu indah. Utamanya, di kala fajar dan senja.

Ada hal lain yang juga ‘monumental‘, yakni kacang garing Kawangkoan. Kacang

tanah yang begitu terkenal kelezatannya ini hampir dapat ditemui di setiap sudut

pasar atau toko di Sulawesi Utara. Kacang tanah ini enak dalam sajian goreng

(kering) maupun rebus. Anda dijamin tak akan menyesal datang ke tempat ini.

Desa Kanonang dan monumen ini berada di Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten

Minahasa, Sulawesi Utara. Berjarak sekitar 55 kilometer dari kota Manado.

b. Pusat Kerajinan Rumah Kayu

Bagi peminat wisata kerajinan di wilayah

Sulawesi Utara, jangan sampai melewatkan

kesempatan menengok desa Woloan di

kecamatan Tomohon Tengah, Kota Tomohon.

Berwisata di desa ini terasa sangat istimewa

karena pengunjung tidak akan menemui

kerajinan pada umumnya, misalnya hasta

karya berupa asesori ruangan rumah (bisa

berupa lukisan, patung dari kayu dan batu,

dsb.), perhiasan mutiara atau perak, pakaian,

maupun kain. Namun, kerajinan yang akan ditemukan di sini berupa kerajinan

rumah kayu tradisional Minahasa. Hasil kerajinan mereka merupakan produk

unggulan, baik dari segi nilai jual ataupun kualitasnya.

790 Kepariwisataan Sulawesi Utara

Sehubungan dengan nilai dan kualitas kerajinan mereka, para pengrajin di desa ini

telah menerima pesanan dari berbagai daerah di nusantara, misalnya berbagai kota

di Jawa, Jakarta, Bali, dan mancanegara, seperti Prancis dan Belanda. Tak jarang,

ada juga pengusaha pariwisata yang memesan rumah buatan mereka yang nantinya

difungsikan sebagai bungalow atau cottage.

Pasokan bahan baku utama (kayu) untuk pembuatan rumah tradisional sebagian

besar berasal dari Palu, Sulawesi Tengah serta beberapa daerah di Provinsi Sulawesi

Tenggara. Kayu yang dipakai untuk pembuatan rumah-rumah tersebut ialah kayu

cempaka dan meranti.

Warga desa Woloan memilih profesi ini karena keuntungan yang didapat relatif

besar. Selain itu, pekerjaan ini merupakan pekerjaan turunan dari pendahulu-

pendahulu mereka yang memang telah dikenal handal dalam ranah kerajinan

rumah kayu khas Minahasa ini.

Desa Woloan sendiri memiliki kisah sejarah yang panjang. Desa yang telah berusia

lebih dari 150 tahun ini ada sejak tahun 1845. Konon, desa ini didirikan oleh lima

orang pemuka desa. Di antara kelimanya, disebut nama Walian Pontoh sebagai

hukum tua atau kepala desa yang pertama kali. Selain selaku pemimpin desa, ia juga

ahli pengobatan bagi masyarakat desa. Terkait dengan itu, nama Woloan berasal

dari Walian dimana Walian ialah gelar adat yang dilekatkan kepada seseorang di

dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu di Minahasa lantaran dianggap

memiliki keistimewaan tertentu, sehingga ia pantas menjadi orang nomor satu di

desanya.

Rumah kayu hasil kerajinan warga desa Woloan memang unik. Rumah yang terbuat

dari kayu ini bisa dibongkar-pasang dan diboyong kemanapun sesuai dengan

kehendak pemiliknya. Meski tidak kaya dengan seni ukiran pada komponen kayu

penyusun rumah, corak dan bentuk kayu yang telah diproses tampak khas desain

arsitektur Minahasa, seperti layaknya desain arsitektur rumah panggung di

Sumatera.

Mengunjungi desa Woloan akan melahirkan kekaguman tersendiri terhadap

kreativitas masyarakatnya. Tidak seperti daerah lain di Sulawesi Utara yang

mengandalkan kekayaan alamnya, seperti vanili, pala, cengkeh, dan kopra, desa

Woloan justru menyajikan kerajinan rumah kayu.

Apabila pengunjung berminat dengan kerajinan mereka, maka tidak perlu repot-

repot membawanya pulang saat itu jua. Mereka telah menyediakan jasa pengiriman

rumah kayu khas Minahasa ini.

Tidak jauh dari lokasi ini, wisatawan dapat memandang keindahan Gunung Lokon,

gunung berapi yang menjadi andalan wisata pemerintah kota Tomohon. Gunung ini

terletak di utara desa Woloan. Suasana akan terasa lebih dekat dengan alam yang

indah dan ‘sehat‘ ketika kita menikmati air dari mata air yang ada di sana. Begitu

juga dengan areal perkebunan sayur-mayur di desa Kakaskasen yang berada di kaki

Gunung Lokon.

Desa Woloan terletak di Kecamatan Tomohon Tengah, Kota Tomohon, Minahasa.

791 Kepariwisataan Sulawesi Utara

7. Wisata Belanja

a. Kawasan Jalan Walter Monginsidi

Mengelilingi komplek perbelanjaan di

sepanjang kawasan Jalan Walter

Monginsidi, pengunjung akan menemui

beragam produk yang ditawarkan.

Berbagai produk tersebut misalnya

pakaian, perabot rumah tangga, mobil

dan sepeda motor, komputer, dan alat-

alat elektronik lainnya (telepon seluler,

televisi, kulkas, dsb.).

Kemudian, apabila pengunjung ingin

melepas lelah dan dahaga setelah berjalan-jalan dan berbelanja, tersedia food

court di sekitar kawasan ini yang menjajakan berbagai jenis masakan. Bila

pengunjung suka makanan gaya Amerika, restoran-restoran makanan cepat saji

tersedia. Selain itu, wisatawan dapat menemukan warung-warung seafood yang

terkenal kelezatanya hingga warung lesehan khas kota Yogyakarta pun hadir di

sepanjang Jalan Walter Monginsidi.

Tak hanya menyantap makanan yang lezat saja, wisatawan pun akan mendapati

pemandangan yang indah ketika melihat panorama pantai dan langit di teluk

Manado dari warung-warung yang berada di tepi pantai di sepanjang Jalan Walter

Monginsidi. Lebih dari itu, pengunjung juga dapat secara langsung menikmati

hangatnya sinar sang surya dan menyaksikannya terbenam di sore hari.