KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18...

57
i KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur MHA Ridhwan : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis / Manajer Yosua Nadapdap : Analis / Asisten Manajer Rivky Rasyid : Analis / Asisten Manajer Hendro Sirait : Analis / Asisten Manajer Maurits Raymond : Analis / Asisten Manajer Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado 95117 T: 0431 868102 / 868103 F: 0431 866933 Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/ atau Silahkan mengirimkan email ke: [email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara” serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

i

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

MEI 2018

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur

MHA Ridhwan : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur

Buwono Budisantoso : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur

Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur

Zulham Effendi : Analis / Manajer

Yosua Nadapdap : Analis / Asisten Manajer

Rivky Rasyid : Analis / Asisten Manajer

Hendro Sirait : Analis / Asisten Manajer

Maurits Raymond : Analis / Asisten Manajer

Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer

Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Jl. 17 Agustus No. 56

Manado 95117

T: 0431 868102 / 868103

F: 0431 866933

Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/

atau

Silahkan mengirimkan email ke:

[email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara”

serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

ii

Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia

VISI

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

MISI

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan

aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork

Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara

VISI

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara

yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas.

MISI

1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi

kebijakan.

2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank

Indonesia.

3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik.

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

iii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Utara Periode Mei 2018 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap

triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam

memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini

serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi

atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai

pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku

usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang

tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat

ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun

terdapat penyajian data yang kurang tepat, untuk itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan

masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Mei 2018

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

ttd

Soekowardojo

Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

iv

Daftar Isi

Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia .............................................................................................................. ii

Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ................................................................. ii

Kata Pengantar ...................................................................................................................................................... iii

Daftar Grafik .......................................................................................................................................................... vi

Daftar Tabel .......................................................................................................................................................... vii

Daftar Gambar ...................................................................................................................................................... vii

Indikator Ekonomi dan Perbankan ...................................................................................................................... viii

Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................................................ 1

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro ................................................................................................................... 3

1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran ..................................................................................................................... 3

1.1.1. Konsumsi ...................................................................................................................................... 4

1.1.2. Investasi (PMTB) ........................................................................................................................... 5

1.1.3. Ekspor-Impor ................................................................................................................................ 6

1.2. PDRB – Lapangan Usaha........................................................................................................................ 8

1.2.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ........................................................................................... 8

1.2.2. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ........................................... 8

1.2.3. Konstruksi ..................................................................................................................................... 9

1.2.4. Transportasi .................................................................................................................................. 9

Boks I Perkembangan Investasi di Sulawesi Utara ......................................................................................... 11

Boks II Daya Saing Ekspor ................................................................................................................................ 12

Boks III Perkembangan Kredit Properti ............................................................................................................. 14

Bab II. Keuangan Pemerintah ............................................................................................................................... 15

2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2017 .................................................................................................... 15

2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut ................................................................................................ 15

2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut ....................................................................................................... 16

2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara .......................................................................................................... 17

Boks IV Realisasi Dana Desa ........................................................................................................................... 18

Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah ................................................................................................................... 21

3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi Triwulan I 2018 ............................................................................................. 21

3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy) .................................................................................................................. 21

3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm) ................................................................................................................. 22

3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan II 2018 ...................................................................................... 25

3.3. Program Pengendalian Inflasi dan Tantangan yang Dihadapi ............................................................. 26

Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM............................................. 28

4.1. Stabilitas Keuangan Daerah ................................................................................................................ 28

4.1.1. Asesmen Sektor Korporasi ......................................................................................................... 28

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

v

4.1.1.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Korporasi ............................................................ 28

4.1.1.2 Kinerja Sektor Korporasi .................................................................................................... 28

4.1.1.3 Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi .................................................................... 29

4.1.2. Asesmen Sektor Rumah Tangga ................................................................................................. 29

4.1.2.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga ................................................... 29

4.1.3. Asesmen Sektor Institusi Keuangan (Perbankan) ....................................................................... 30

4.1.3.1 Jaringan Kantor dan Aset ................................................................................................... 30

4.1.3.2 Kondisi Umum Perbankan Sulut ........................................................................................ 30

4.1.3.3 Intermediasi dan Perbankan Sulut .................................................................................... 31

4.2. Akses Keuangan .................................................................................................................................. 33

4.2.1. Akses Keuangan Kepada UMKM) ............................................................................................... 33

Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah ..................................................... 35

5.1. Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran Non Tunai ................................................................ 35

5.2. Pengelolaan Uang Tunai ...................................................................................................................... 36

Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ........................................................................................................ 40

6.1. KETENAGAKERJAAN ............................................................................................................................ 40

6.2. KESEJAHTERAAN.................................................................................................................................. 42

Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah ............................................................................................................... 45

7.1. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................................................................... 45

7.2. Inflasi ................................................................................................................................................... 46

Daftar Istilah dan Singkatan .................................................................................................................................. 47

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

vi

Daftar Grafik

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan I 2018 ........................................ 3

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sulut ................................................................................................................. 3

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi ......................................................................................................................... 4

Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Daerah pada Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018 .......................................... 4

Grafik 1.5 Upah Minimum Provinsi......................................................................................................................... 5

Grafik 1.6 Pertumbuhan Komponen Investasi (PMTB) dalam PDRB ...................................................................... 5

Grafik 1.7 Pengadaan Semen .................................................................................................................................. 6

Grafik 1.8 Volume Ekspor Sulawesi Utara dan Pertumbuhannya .......................................................................... 7

Grafik 1.9 Jumlah Wisman ...................................................................................................................................... 7

Grafik 1.10 Pertumbuhan Penjualan Mobil ............................................................................................................ 9

Grafik 1.11 Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di Bandara Sam Ratulangi ............................................... 9

Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut dan porsinya ........................................................ 15

Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut .......................................................................... 16

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan I 2018 ........................ 3

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sulut ................................................................................................. 3

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi ......................................................................................................... 4

Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Daerah pada Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018 .......................... 4

Grafik 1.5 Upah Minimum Provinsi ......................................................................................................... 5

Grafik 1.6 Pertumbuhan Komponen Investasi (PMTB) dalam PDRB ...................................................... 5

Grafik 1.7 Pengadaan Semen .................................................................................................................. 6

Grafik 1.8 Volume Ekspor Sulawesi Utara dan Pertumbuhannya .......................................................... 7

Grafik 1.9 Jumlah Wisman ...................................................................................................................... 7

Grafik 1.10 Pertumbuhan Penjualan Mobil ............................................................................................ 9

Grafik 1.11 Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di Bandara Sam Ratulangi ............................... 9

Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut dan porsinya ........................................ 15

Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut .......................................................... 16

Daftar Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ........................................................ 3

Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ....................................... 4

Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan ........................................................................................................ 4

Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi Sulut ......... 4

Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut .......................... 6

Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018 ..................................................................................... 6

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ........................................................... 8

Tabel 1.8 Pangsa Lapangan Usaha .......................................................................................................... 8

Tabel 1.9 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Lapangan Usaha ................................... 8

Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut 2018 ............................................. 15

Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut ................................................................. 16

Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Prov Sulut .............................................................. 16

Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut ......................................................................................... 17

Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut .................................................................................... 17

Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut 2017 .................................................................................... 17

Tabel 3.1 Inflasi April 2018 .................................................................................................................... 25

Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa) ................................................................................... 40

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

vii

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (ribu

orang) .................................................................................................................................................... 41

Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (persen)

.............................................................................................................................................................. 41

Tabel 6.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan (%) .............................................................................................................. 41

Tabel 6.5 Indikator Keadaan Kesejahteraan ......................................................................................... 43

Daftar Gambar Boks

Gambar Boks 1.1 Gambaran Umum Investasi di Sulut ......................................................................... 11

Gambar Boks 2.1 Gambaran Umum Ekspor Sulawesi Utara ................................................................ 12

Gambar Boks 3.1 Perkembangan Harga dan Kredit Properti ............................................................... 14

Gambar Boks 4.1 Proses Transfer Dana Dena ...................................................................................... 18

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

viii

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATOR 2018I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02 4.94 5.02 5.01 5.01 5.06 5.19 5.07 5.06

B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07 3.02 3.02 3.61 4.37 3.72 3.61 3.61 3.40

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02) (0.71) (0.93) 0.35 0.35 2.51 2.49 2.09 3.09 2.44 2.28 2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91 3.67 2.28 0.35 0.35 3.93 3.59 3.42 4.42 2.44 2.24 3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) (1.52) 0.23 1.15 (1.04) (0.04) 0.51 0.13 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 5.93 (2.51) 3.62 (3.56) 1.69 1.69 0.62 2.29 (4.08) 0.81 0.81 (0.77) 5. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.79 0.11 0.47 0.09 0.46 0.46 (0.19) 0.23 0.39 0.11 0.11 (0.19) 6. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 0.40 (0.18) 0.42 0.17 0.96 0.96 0.36 0.75 0.02 0.55 0.55 0.04 7. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.38 0.14 0.32 0.03 0.52 0.52 0.20 0.39 0.13 0.44 0.44 0.33 8. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 0.30 - 0.41 0.26 0.21 0.21 0.92 1.31 0.32 - - 0.70 9. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.35 0.05 0.03 0.05 0.14 0.14 0.06 0.17 - 0.09 0.09 0.01 10. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 0.29 (1.50) (0.18) 0.57 1.91 1.91 (0.29) 1.70 (0.86) 0.75 0.75 1.78

B PDRB Penggunaan 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.68 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 6.93 5.84 5.52 6.27 4.28 5.03 4.47 4.31 4.52 4.43 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 5.45 5.60 2.67 4.76 6.24 7.41 5.18 3.91 5.63 9.51 - Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 11.37 (1.50) (6.55) 2.32 2.72 (0.30) 9.98 10.00 5.81 2.57 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 9.86 6.34 1.62 6.29 4.61 6.20 9.33 8.49 7.18 4.23 - Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) (34.79) (55.37) (266.04) (24.08) (35.98) (42.40) 2.91 (25.15) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) 53.37 0.14 16.83 (3.86) 7.91 (13.87) 1.61 14.02 - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 126.75 18.79 (14.15) 28.53 (32.19) (16.91) 98.81 4.21 3.09 (1.97) - Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44) (16.26) (11.50) 12.41 (7.48) 11.85 (4.17) (6.15) (12.70) (1.75) (0.75)

C PDRB Lapangan Usaha 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.68

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90 2.11 4.08 5.72 3.67 5.38 4.66 4.21 4.08 4.42 3.76

Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56 0.81 0.81 3.85 4.42 9.45 9.81 10.71 5.20 9.07 6.35

Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68 (1.23) 1.82 1.45 1.11 6.53 7.17 8.11 9.37 8.00 3.88

Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10 30.18 27.07 2.43 17.52 2.22 1.07 5.11 10.19 4.79 5.11

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17 1.44 6.31 4.47 3.07 1.82 0.88 (1.41) 2.00 0.81 (0.81)

Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88 9.86 6.23 5.76 6.89 5.45 6.35 8.94 8.59 7.46 6.97

Perdagangan Besar dan Eceran 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53 7.91 7.23 4.76 6.05 5.41 4.73 5.64 5.45 5.68 6.57

Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83 8.47 9.94 10.14 9.24 7.61 6.04 4.45 5.41 5.64 9.38

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56 8.49 17.80 13.69 12.69 5.94 12.31 2.59 5.70 6.51 14.59

Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24 8.94 9.86 9.03 9.20 9.40 9.35 4.32 6.17 6.71 7.48

Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41 21.09 14.82 28.36 19.16 7.67 7.62 6.83 4.27 6.68 5.07

Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00 6.90 7.31 7.03 7.08 8.87 7.09 7.00 7.13 7.36 7.57

Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36 6.36 6.86 9.16 6.87 8.34 7.54 9.68 10.40 9.05 9.48

Adm.i Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07 8.76 1.47 2.03 4.72 3.89 (1.92) 9.71 9.28 5.44 6.67

Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98 7.48 1.34 7.87 6.21 5.80 3.78 7.05 8.32 5.77 7.08

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10 6.82 9.89 8.80 8.02 8.71 8.37 6.49 7.11 7.49 13.61

Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34 7.87 9.94 9.23 8.64 9.12 7.25 7.33 10.97 8.40 15.63

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

Policy Rate (%)* 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75 6.50 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.25 4.25 4.25 4.25

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998 13,436 13,320 13,348 13,309 13,332 13,537 13,382 13,756

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

1. Ekspor (ribu USD) 217,525 237,181 185,865 169,770 810,342 206,702 248,194 181,715 212,142 848,753 228,415 230,185 226,993 208,570 226,995 261,962

2. Impor (ribu USD) 17,027 10,714 8,916 26,115 62,772 36,186 49,050 11,057 27,976 124,269 37,411 48,758 84,153 84,154 20,058 13,699

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46 47 48 48 48 48 48 49 49 49 49

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28 29 30 30 30 30 30 31 31 31 31

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta (non Syariah) 18 18 18 18 18 18 19 20 20 20 20 20 21 21 21 21

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340 340 342 348 348 349 348 306 355 355 355

1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285 285 287 293 293 294 292 299 299 299 299

1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272 273 274 280 280 281 279 286 286 286 286

1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56

2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56

2.2. Syariah - - - - - - - - - - - - - - - -

C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,196 37,195 39,637 40,521 40,593 40,095 40,095 41,820 42,974 44,125 44,117 44,117 46,653

1. Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39,085 38,561 38,561 40,253 41,396 42,509 42,468 42,468 45,016

2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 1,058 1,100 1,100 1,100 1,131 1,122 1,152 1,158 1,158 1,154

3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 430 408 434 434 437 456 464 491 491 483

Keterangan :

* Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate sejak 19 Agustus 2016

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015 2017

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

ix

Indikator Ekonomi dan Perbankan

Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

INDIKATOR 2018

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I

D. Indikator Kinerja Bank Umum

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21,229 21,215 21,215 21,508 22,436 23,102 23,653 23,653 24,387

1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4,017 3,147 3,147 4,083 4,231 4,057 4,041 4,041 4,690

1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7,011 6,879 6,879 7,283 7,579 7,892 7,304 7,304 7,995

1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10,201 11,189 11,189 10,142 10,627 11,153 12,308 12,308 11,701

2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30,824 31,440 31,440 32,020 32,831 34,005 34,517 34,517 35,630

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111 8,090 8,090 8,192 8,627 8,915 8,945 8,945 9,038

- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342 4,383 4,383 4,590 4,346 4,498 4,456 4,456 4,455

- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18,371 18,967 18,967 19,238 19,858 20,592 21,116 21,116 22,137

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539 569 561 609 609 611 649 526 737 737 763

Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280 1,247 1,247 1,515 1,543 1,493 1,444 1,444 1,564

Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714 717 701 720 720 726 642 634 625 625 556

Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17 19 22 45 45 47 49 99 89 89 82

Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5 7 8 7 7 7 7 4 4 4 4

Konstruksi 724 839 900 807 807 751 975 1,086 954 954 978 1,147 1,279 1,114 1,114 1,146

Perdagangan Besar & Eceran 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937 6,948 6,948 6,952 7,011 7,141 7,280 7,280 7,232

Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346 342 345 444 444 456 351 370 349 349 298

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448 544 560 579 579 572 616 625 649 649 676

Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4 4 1 1 1 9 9 9 13 13 13

Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53 42 38 34 34 25 24 21 10 10 8

Real Estate 340 342 345 355 355 356 340 330 319 319 298 300 305 299 299 293

Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276 275 206 171 171 168 154 159 158 158 146

Adm.i Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2

Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39 36 33 36 36 37 48 51 48 48 46

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37 36 35 35 35 34 34 36 42 42 43

Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330 311 306 317 317 341 381 462 530 530 608

Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18,373 18,970 18,970 19,242 19,864 20,788 21,124 21,124 22,148

2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8,079 8,262 8,262 8,151 8,417 8,930 9,084 9,084

2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 140.50 145.20 148.20 148.20 148.88 146.33 147.20 145.93 145.93 146.10

2.5. Non Performing Loan (NPL)

- Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 1,142 1,186 1,070 1,070 1,222 1,305 1,256 1,136 1,136 1,155

- Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 3.72 3.85 3.40 3.40 3.82 3.97 3.69 3.29 3.29 3.24

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TOTAL

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2,323 1,094 1,820 1,100 6,337 2,504 1,035 2,476 1,289 7,305 2,403 970 2,536 1,412 12,397 2,909

- Outflow 692 1,407 2,380 2,772 7,251 710 2,469 1,810 2,790 7,779 766 2,931 1,398 3,577 11,471 1,191

2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 90,235 92,390 94,408 99,206 376,239 85,025 88,256 82,903 84,940 341,124 73,286 57,762 60,542 59,266 371,943 50,273

- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,362 2,494 2,785 10,310 2,410 2,261 2,274 2,429 9,374 2,042 1,527 1,774 1,765 10,660 1,582

- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,455 1,515 1,523 1,600 1,523 1,518 1,401 1,382 1,348 1,412 1,182 1,050 976 956 1,020 811

- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 43.0 38.7 40.2 44.9 41.7 43.0 35.9 37.9 38.6 38.8 32.9 27.8 28.6 28.5 29.7 25.5

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 3.16 2.83 2.53 2.71 2.81 3.90 2.85 2.74 2.67 3.04 2.81 2.70 2.46 2.29 3.03 2.07

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2.92 2.88 2.56 3.19 2.89 4.04 3.33 2.85 4.22 3.61 3.30 2.79 2.86 3.00 3.45 2.32

Keterangan :

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015 2017

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

1

Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian terus meningkat... Realisasi keuangan pemerintah belum maksimal… Inflasi Sulut masih terkendali dan dibawah rentang sasaran inflasi Nasional... Kondisi keuangan daerah relatif stabil...

Perkembangan Ekonomi Makro Kinerja Pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I 2018 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekspor luar negeri menjadi faktor kunci pertumbuhan daerah, khususnya nilai ekspor komoditas tambang emas naik 218% dan ekspor jasa melalui peningkatan wisatawan mancanegara yang tumbuh 63,94% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya.

Keuangan Pemerintah Pada Triwulan I 2018, realisasi anggaran pendapatan Sulawesi Utara tercatat sebesar 24,12% atau lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Sulut pada Triwulan I 2018 (11,1%) lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan I 2017 (12,95%) Adapun penyerapan anggaran APBN di Sulut pada Triwulan I 2018 tercatat sebesar 9,42%, lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar 11,84%. Penyerapan yang belum optimal disebabkan oleh adanya anggaran yang belum dapat direalisasikan (diblokir), selain juga karena adanya outstanding kontrak pengadaan barang dan jasa yang masih kecil.

Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Sulawesi Utara pada Triwulan I 2018 tercatat sebesar 1,12% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (2,44%). Dengan demikian, inflasi Sulut pada Triwulan I 2018 relatif terkendali dan masih berada di bawah rentang sasaran inflasi Nasional tahun 2018: 3,5%±1% (yoy). Inflasi tahunan pada Triwulan I 2018 disumbang oleh kelompok administered prices1 (AP) sebesar 0,91%, kelompok core2 sebesar 0,88%, dan kelompok volatile food3 (VF) yang tercatat deflasi sebesar 0,67%.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi keuangan daerah Sulawesi Utara relatif stabil, tercermin dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), aset dan kredit serta perbaikan kualitas kredit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari jenis kredit, peningkatan pertumbuhan kredit hanya terjadi pada jenis Kredit Konsumsi (KK) sedangkan Kredit Modal Kerja (KMK) tercatat tumbuh melambat dan Kredit Investasi tercatat tumbuh negatif (angka) pada triwulan laporan. Sementara itu meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara pada Triwulan I 2018 mengalami sedikit perlambatan Ketahanan sektor korporasi dan sektor rumah tangga juga masih terjaga dengan naiknya konsumsi Rumah Tangga sebesar 2.18% (yoy) dengan share terhadap PDRB sebesar 45.8%.

1 Kelompok administered prices (AP) merupakan kelompok barang dan jasa yang tarifnya diatur oleh Pemerintah. 2 Kelompok core merupakan kelompok barang dan jasa selain kelompok administered prices dan volatile food. 3 Kelompok volatile food (VF) merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya cenderung berfluktuatif.

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

2

Penyelenggaraan layanan sistem pembayaran baik non tunai maupun tunai berjalan dengan baik… Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara membaik seiring dengan peningkatan kinerja ekonomi... Prospek perekonomian relatif stabil di Triwulan II...

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Nominal transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Triwulan 2018 sebesar Rp 4,58 triliun atau meningkat 7% dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring pada Triwulan I 2018 mengalami perlambatan yang tercatat sebesar Rp 1,58 triliun, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp 1,77 triliun. Sementara itu, aliran masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia tercatat net-inflow sebesar Rp 1,71 triliun sesuai dengan pola historisnya yang didominasi oleh setoran perbankan. Pada Triwulan I 2018 KPwBI Sulut telah menginisasi implementasi elektronifikasi SPBU bekerjasama dengan Pertamina, Perbankan, dan Hiswana Migas. Dalam rangka mendukung implementasi penyaluran bantuan sosial non tunai, KPwBI Sulut juga memperluas implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD) melalui dorongan kepada bank penyelenggara LKD di Sulut untuk melakukan ekspansi agen LKD di tiap-tiap daerah. Dalam upaya mendukung kelancaran sistem kliring, KPwBI Sulut juga melakukan pemantauan kepatuhan KPWD secara off-site dan on-site. Selain itu, pada Triwulan I 2018, dilakukan sebanyak 4 kali dropping kas titipan dengan total Rp188 miliar. Sementara itu total nominal penarikan UTLE dari Kas Titipan Bank Indonesia adalah sebesar Rp581 miliar.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tersebut tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode Februari 2018 yang sebesar 6,09%, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 6,12%. Turunnya angka TPT disebabkan naiknya jumlah tenaga kerja di beberapa sektor utama antara lain Perdagangan (8,78%) dan Kontruksi (8,48%). Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara secara umum mengalami perbaikan yang tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada periode Sepember 2017 sebanyak 194,85 ribu jiwa (7,9%) turun dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2016 yang berjumlah sekitar 200,35 ribu jiwa (8,2%) atau turun sebesar 0,3 persen. Angka ini masih di bawah tingkat kemiskinan nasional yang tercatat mencapai 10,12% pada periode September 2017.

Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara ke depan diperkirakan terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi Sulut diperkirakan masih berada pada kisaran 6,2-6,6% (yoy) di Triwulan III 2018. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh peningkatan komponen konsumsi dan investasi. Sementara dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Sulut terutama bersumber dari sektor konstruksi, perdagangan dan industri transportasi. Sepanjang tahun 2018, perekonomian Sulut diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran 6,2-6,6% dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 6,32%. Tekanan Inflasi Sulut di Triwulan III diperkirakan menurun dan untuk inflasi di tahun 2018 diperkirakan terkendali dan berada dalam rentang sasaran inflasi sebesar 3,5%±1% (yoy)

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

3

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro

Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut)

Triwulan I 2018 tumbuh (yoy) meningkat

dibandingkan Triwulan IV 2017 dari 6,53%

menjadi 6,68%. Pertumbuhan tersebut lebih

tinggi baik dibandingkan dengan periode yang

sama tahun 2017 yang tumbuh sebesar 6,43%

(yoy) maupun rata-rata pertumbuhan Triwulan

I selama 5 tahun terakhir (2013-2017) sebesar

6,43% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Sulut

tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan

ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,06%

(yoy) pada Triwulan I 2018.

Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan

ekonomi seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara cukup

tinggi meskipun masih dibawah pertumbuhan

Pulau Sulawesi. Pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara berada di bawah pertumbuhan

ekonomi pulau Sulawesi Triwulan I 2018 yang

tumbuh 6,68% (yoy). Hanya provinsi Sulawesi

Selatan yang pertumbuhan ekonominya di atas

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yaitu

sebesar 7,41% (yoy).

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan I 2018

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulut

Triwulan I 2018 didorong oleh beberapa

faktor. Dari sisi pengeluaran, peningkatan

pertumbuhan Triwulan I didorong oleh

peningkatan ekspor yang signifikan disamping

konsumsi rumah tangga yang tetap tumbuh

stabil. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan

kinerja tambang, transportasi dan akomodasi

menjadi faktor pendorong peningkatan

pertumbuhan Triwulan I 2018.

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sulut

Memasuki Triwulan II 2018, pertumbuhan

ekonomi Sulut diperkirakan berada dalam

kisaran 6,2–6,6% (yoy), melambat

dibandingkan Triwulan II 2018. Berdasarkan

jenis penggunaannya, perlambatan

pertumbuhan tersebut disebabkan oleh

perlambatan ekpor. Dari sisi lapangan usaha,

kinerja pertanian yang melambat juga menjadi

faktor penyebab perlambatan pertumbuhan

Triwulan II 2018.

1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran

Struktur ekonomi Sulut berdasarkan jenis

pengeluaran tidak mengalami perubahan

yang signifikan. Komponen konsumsi rumah

tangga dan investasi masih mendominasi

struktur ekonomi Sulut disamping ekspor dan

konsumsi pemerintah yang memiliki pangsa di

atas 15%.

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

2018

I III III IV I

Konsumsi Rumah Tangga 4.28 5.03 4.47 4.31 4.43

Konsumsi LNPRT 6.24 7.41 5.18 3.91 9.51

Konsumsi Pemerintah 2.72 0.22 9.98 10.00 2.57

Investasi (PMTB) 4.61 5.81 9.33 8.49 4.23

Perubahan Inventori (266.04) (24.08) (35.98) (42.40) (25.15)

Ekspor 16.84 (0.11) 7.91 (13.87) 14.02

Impor (32.19) (18.52) 93.46 4.21 (1.97)

Net Ekspor Antarprovinsi 11.87 (0.01) (5.07) (12.70) (0.75)

Total 6.43 5.80 6.49 6.53 6.68

Jenis Pengeluaran (% yoy)2017

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

4

Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi pemerintah pada Triwulan I 2018

tumbuh melambat di tengah stabilnya

konsumsi rumah tangga dan peningkatan

konsumsi lembaga non-profit (LNPRT).

Konsumsi pemerintah tumbuh 2,57% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 10.00% (yoy). Sedangkan konsumsi

rumah tangga tumbuh stabil dan lembaga non

profit (LNPRT) tumbuh meningkat sehingga

menyebabkan pertumbuhan konsumsi Sulut

secara keseluruhan di Triwulan I 2018 sebesar

4,11% (yoy), melambat dibanding triwulan

sebelumnya 5,77% (yoy).

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi

4 Belanja non-modal mencakup belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bansos, belanja

Perlambatan pertumbuhan konsumsi

pemerintah disebabkan oleh perlambatan

realisasi belanja non-modal4 pada Triwulan I

2018. Realisasi belanja non-modal APBN yang

disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi Sulut

tercatat sebesar 9,7%, menurun dibandingkan

tahun 2017 sebesar 13,03%. Penurunan

realisasi belanja non modal tersebut tercermin

dari masih tingginya simpanan pemerintah

pusat pada perbankan di Sulut pada Maret

2018 menjadi Rp363 miliar, jauh lebih tinggi

dibandingkan Rp56 miliar pada bulan Maret

tahun sebelumnya. Meskipun realisasi

anggaran cukup tinggi pada akhir tahun,

namun sisa anggaran tersebut jauh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2016 yang mencapai

angka Rp331 miliar.

Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi

Sulut

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut

Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Daerah pada Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018

Di sisi lain, konsumsi rumah tangga pada

Triwulan I 2018 tumbuh meningkat menjadi

4,43% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya

sebesar 4,31% (yoy). Peningkatan upah

minimum Provinsi Sulut diperkirakan menjadi

faktor terjaganya konsumsi rumah tangga pada

Triwulan I 2018, dimana secara historis

konsumsi RT pada Triwulan I lebih rendah

tidak terduga, dan belanja operasional lainnya. Belanja non-modal tidak mencakup belanja modal.

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

5

dibandingkan Triwulan IV. Melalui Peraturan

Gubernur No 48 tahun 2017, UMP Sulut tahun

2018 naik 8,71% dari UMP tahun 2017 yang

sebesar Rp2.598.000. menjadi Rp2.824.286.

Terjaganya konsumsi RT juga tercermin dari

hasil survei Konsumen yang dilakukan Bank

Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Provinsi Sulawesi Utara pada Triwulan I 2018

yang tercatat memiliki rata-rata 137,67

meningkat 7,67% dari rata-rata IKK pada

triwulan yang sama di tahun sebelumnya.

Selain itu, berdasarkan Survei BPS indeks

tendensi Konsumen pada Triwulan I 2018

meningkat 3,13% dari periode yang sama di

tahun sebelumnya.

Grafik 1.5 Upah Minimum Provinsi

Terjaganya konsumsi rumah tangga juga

didorong oleh peningkatan konsumsi

perumahan dan perlengkapan RT serta

kesehatan dan pendidikan. Konsumsi

perumahan dan perlengkapan RT meningkat

menjadi 11,79% (yoy) setelah pada triwulan

sebelumnya hanya tumbuh 5,20% (yoy).

Sedangkan, konsumsi kesehatan meningkat

menjadi 9,78% (yoy) setelah di triwulan

sebelumnya hanya tumbuh 3,31% (yoy). Hal ini

terkonfirmasi dari peningkatan kinerja

ekonomi sektor real estate dan jasa kesehatan.

Selain itu, tingginya animo masyarakat dalam

menyiapkan ujian nasional berbasis komputer

untuk SD, SMP, dan SMA yang jatuh pada awal

April 2018 diperkirakan ikut meningkatkan

konsumsi pendidikan provinsi Sulawesi Utara.

Memasuki Triwulan II 2018, pengeluaran

konsumsi diperkirakan masih akan tumbuh

meningkat yang didorong oleh peningkatan

konsumsi pemerintah, dan stabilnya

konsumsi rumah tangga. Peningkatan

konsumsi pemerintah pada Triwulan II

diperkirakan meningkat seiring perolehan gaji

ke-13 dan ke-14 bagi PNS dalam menyambut

hari raya keagamaan Idul Fitri. Selain itu,

penyaluran bantuan sosial yang masih rendah

di Triwulan I berpotensi meningkatkan

konsumsi pemerintah. Di sisi lain, konsumsi

rumah tangga diperkirakan masih stabil

didorong kenaikan UMP tahun 2018 sebesar

8,71% (yoy) menjadi Rp2.824.286/bulan, lebih

tinggi dibandingkan kenaikan tahun 2017

sebesar 8,25% (yoy). Peningkatan ini juga

terkonfirmasi dari hasil BPS yang menunjukan

adanya peningkatan indeks tendensi

konsumen yang meningkat terbatas menjadi

106,81 di Triwulan II 2018.

1.1.2. Investasi (PMTB)

Investasi atau Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTB) tumbuh melambat

baik pada investasi bangunan maupun non

bangunan pada Triwulan I 2018 dibandingkan

triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut

terutama disebabkan oleh melambatnya

investasi bangunan. Dalam investasi Sulut,

pangsa investasi bangunan mencapai 94% dari

total seluruh investasi, sedangkan investasi

non-bangunan hanya sekitar 6%.

Grafik 1.6 Pertumbuhan Komponen Investasi (PMTB) dalam PDRB

Perlambatan investasi bangunan terutama

disebabkan oleh menurunnya investasi

pemerintah pada Triwulan I 2017. Penurunan

investasi Triwulan I 2018 lebih disebabkan oleh

terhambatnya realisasi belanja modal

pemerintah pada Triwulan I 2018. Hal ini

disebabkan masih banyak SKPD Sulut yang

belum memiliki Pejabat Pelaksana Teknis

Kegiatan (PPTK) dan Pejabat Penatausahaan

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

6

Keuangan (PPK) pada Triwulan I 2018. Hal

tersebut menyebabkan perlambatan realisasi

yang cukup signifikan pada realisasi belanja

modal APBD Sulut pada Triwulan I 2018

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Selain itu, perlambatan investasi

pemerintah juga terjadi pada realisasi belanja

modal dari APBN yang juga turun pada

Triwulan I 2018. Sulitnya proses pembebasan

tanah ikut menghambat pembangunan

proyek-proyek pemerintah.

Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut

Investasi swasta dalam bentuk pembangunan

dan pembelian mesin tercatat meningkat di

Triwulan I 2018 yang menjadi penopang

investasi sehingga tidak melambat lebih

dalam. Berdasarkan hasil liaison Triwulan I

2018 yang dilakukan Bank Indonesia, investasi

swasta meningkat baik dibandingkan triwulan

sebelumnya maupun di periode yang sama di

tahun sebelumnya. Likert scale investasi dari

hasil liaison pada Triwulan I 2018 sebesar 1

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat 0,55 maupun triwulan yang sama

di tahun 2017 yang tercatat 0,33. Hal ini juga

terkonfirmasi dari data pengadaan semen di

Sulawesi Utara yang meningkat sebesar

44,64% (yoy) di Triwulan I 2018.

Grafik 1.7 Pengadaan Semen

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut

Memasuki Triwulan II 2018, investasi di Sulut

diperkirakan tumbuh menguat. Peningkatan

pariwisata yang cukup signifikan dan stabilnya

konsumsi rumah tangga di Sulut diperkirakan

akan mempengaruhi keputusan usaha dalam

meningkatkan kapasitas. Hal itu diperkirakan

berpengaruh pada pertumbuhan investasi

non-bangunan. Bank Indonesia

memperkirakan investasi Triwulan II 2018 akan

tumbuh sekitar 4,5% (yoy), menguat

dibandingkan triwulan sebelumnya 4,23%

(yoy).

1.1.3. Ekspor-Impor

Pada Triwulan I 2018, total net impor Sulut

mengalami penurunan yang signifikan. Net

impor Sulut turun menjadi -49,3%(yoy), turun

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya

16,40% (yoy). Penurunan yang dalam tersebut

disebabkan oleh penurunan impor ditengah

peningkatan ekpor. Sebagai informasi,

berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK), Sulut merupakan provinsi net

importir. Sedangkan, berdasarkan PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku (ADHB), Sulut merupakan

provinsi net eksportir. Sementara itu,

berdasarkan ruang lingkup perdagangannya,

Sulut tercatat sebagai net eksportir untuk

perdagangan luar negeri, dan tercatat sebagai

net importir untuk perdagangan dalam negeri.

Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018

Sumber: BPS

Kinerja ekspor luar negeri (LN) Sulut pada

Triwulan I 2018 tumbuh signifikan sebesar

14,02% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya

yang terkontraksi sebesar 13,87% (yoy).

Peningkatan tersebut disebabkan oleh

peningkatan baik ekspor barang LN maupun

ekspor jasa LN. Ekspor barang LN tumbuh

sebesar 15,95% (yoy), dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,81%

Komponen dalam PDRB ADHB (Rp M) ADHK (Rp M) g ADHK (yoy)

Ekspor Luar Negeri 16,109 11,137 1.61

Impor Luar Negeri 4,496 3,129 3.09

Net Ekspor Antarprovinsi (10,762) (10,941) (1.75)

Ekspor Antarprovinsi 10,963 9,133 (1.25)

Impor Antarprovinsi 21,725 20,074 (1.53)

Total Net Ekspor 852 (2,933) (8.64)

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

7

(yoy). Sementara itu, ekspor jasa LN juga ikut

tumbuh meningkat sebesar 5,36% (yoy),

dibandingkan triwulan sebelumnya 1,86%

(yoy).

Peningkatan ekspor barang LN terkonfirmasi

dari nilai ekspor Provinsi Sulut baik melalui

pelabuhan di Sulut maupun pelabuhan di

daerah luar Sulut. Nilai ekspor Sulut Triwulan I

2018 tercatat sebesar USD262 juta, meningkat

sebesar 5,64% (yoy), dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 12,98% (yoy).

Peningkatan nilai ekspor barang disebabkan

oleh peningkatan volume ekspor Sulawesi

Utara. Volume ekspor pada Triwulan I 2018

tercatat sebesar 247 ribu ton yang tumbuh

20.49% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,97%

(yoy). Bila dibandingkan antara nilai dan

volume ekspor, pertumbuhan nilai ekspor

Sulawesi Utara lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan volume ekspor di Triwulan I

2018. Salah satu penyebab turunnya nilai

ekspor yaitu menurunnya harga CNO

internasional pada Triwulan I 2018 sebesar

USD1.258/MT, turun sebesar 25,5%

dibandingkan tahun sebelumnya. Namun,

Penurunan nilai ekspor dari sektor pertanian

bisa di off-sett oleh peningkatan hasil tambang

emas Sulawesi Utara yang tumbuh hampir tiga

kali lipat secara volume maupun nilai.

Grafik 1.8 Volume Ekspor Sulawesi Utara dan Pertumbuhannya

Sejalan dengan ekspor barang, ekspor jasa LN

Sulut pada Triwulan I 2018 juga mengalami

peningkatan. Peningkatan pertumbuhan

ekspor jasa LN terutama didorong oleh

peningkatan jumlah wisman yang berkunjung

ke Sulut melalui Bandara Sam Ratulangi.

Jumlah wisman Triwulan I 2018 tumbuh

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Wisman tersebut didominasi oleh wisman

yang berasal dari Tiongkok yang menggunakan

direct charter flight dari Tiongkok ke Manado.

Adanya direct charter flight tersebut

merupakan salah satu bentuk upaya

pemerintah daerah Sulut dalam mendorong

sektor pariwisata di Sulut.

Grafik 1.9 Jumlah Wisman

Impor Sulut pada Triwulan I 2018 mengalami

penurunan. Penurunan impor terutama

disebabkan oleh penurunan impor barang LN

sebesar 11.74% (yoy). Impor jasa LN

mengalami peningkatan sebesar 10,76% (yoy).

Nilai impor Sulut pada Triwulan I 2018

mengalami penurunan terutama disebabkan

oleh penurunan impor mesin dan alat

transportasi.

Memasuki Triwulan II 2018, total net impor

Sulut diperkirakan menurun dibandingkan

tahun sebelumnya yang didorong oleh kinerja

ekspor LN yang tetap tumbuh di tengah

penurunan impor LN. Ekspor LN ditopang baik

oleh ekspor barang maupun jasa. Ekspor

barang LN diperkirakan meningkat meskipun

tidak sekuat peningkatan di Triwulan I. Hal ini

disebabkan oleh meningkatnya pasokan

kinerja pertambangan provinsi Sulut namun

diperlambat oleh masih rendahnya harga-

harga komoditas sektor pertanian, perikanan

dan perkebunan. Sementara ekspor jasa

meningkat sejalan dengan kunjungan wisman

yang terus meningkat. Perbaikan kinerja

perdagangan LN Sulut juga didorong oleh

kinerja impor yang melambat sebagaimana

tren sejak Desember 2017.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

8

1.2. PDRB – Lapangan Usaha

Struktur ekonomi Sulut berdasarkan lapangan

usaha juga tidak banyak perubahan. Sumber

pertumbuhan ekonomi terutama masih

berasal dari lapangan usaha pertanian,

perdagangan, konstruksi, dan transportasi.

Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.8 Pangsa Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 1.9 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Lapangan Usaha

Sumber: Badan Pusat Statistik

1.2.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan

dan perikanan (pertanian) Sulut pada

Triwulan I 2018 tumbuh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor

pertanian merupakan sektor terbesar di Sulut

dengan pangsa lebih sekitar 20% dari total

perekonomian Sulut. Selain itu, sebagian besar

tenaga kerja atau sekitar 30% tenaga kerja di

Sulut menggantungkan hidupnya pada sektor

pertanian. Perlambatan kinerja sektor

pertanian pada Triwulan I 2018 terutama

disebabkan oleh terganggunya produksi di

subsektor perkebunan. Hal tersebut

terkonfirmasi dengan penurunan ekspor kopra

dan arang tempurung (wood charcoal) dari

Sulut. Penurunan harga jual kopra diperkirakan

menjadi salah satu faktor penyebab

penurunan subsektor perkebunan.

Memasuki Triwulan II 2018, sektor pertanian

diperkirakan kembali mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Di tengah upaya pemerintah

mendorong sektor pertanian baik melalui

bantuan saprodi maupun pencetakan sawah,

terdapat beberapa tantangan yang

membayangi pertumbuhan sektor pertanian.

Tantangan-tantangan tersebut antara lain: usia

kelapa yang kurang produktif serta kurangnya

tenaga kerja di sektor pertanian padi karena

pergeseran tenaga kerja di pedesaan ke sektor

jasa (salah satunya transportasi online). Faktor-

faktor ini diperkirakan akan menjadi penyebab

penurunan produktivitas sektor pertanian di

Triwulan II 2018.

1.2.2. Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kinerja lapangan usaha perdagangan besar

dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda

motor (perdagangan) pada Triwulan I 2018

tumbuh menguat. Sektor perdagangan

tumbuh menguat menjadi 6,57% (yoy) setelah

mengalami pertumbuhan 5,45% (yoy) di

triwulan sebelumnya. Peningkatan sektor

perdagangan sejalan dengan stabilnya

konsumsi rumah tangga. Selain itu, banyaknya

2018

I II III IV I

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.12 4.42 4.21 4.08 3.76

Pertambangan dan Penggalian 9.91 10.08 11.46 5.20 6.35

Industri Pengolahan 6.47 7.29 8.66 9.37 3.88

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 2.58 1.07 5.11 10.19 5.11

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 1.82 0.88 -1.41 2.00 -0.81

Konstruksi 5.84 6.54 8.49 8.59 6.97

Perdagangan Besar dan Eceran 6.24 5.33 5.77 5.45 6.57

Transportasi dan Pergudangan 7.14 5.83 4.35 5.41 9.38

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.35 12.64 3.05 5.70 14.59

Informasi dan Komunikasi 8.55 8.32 4.15 6.17 7.48

Jasa Keuangan dan Asuransi 8.45 7.66 6.64 4.27 5.07

Real Estate 8.52 7.02 6.92 7.13 7.57

Jasa Perusahaan 8.34 7.54 9.68 10.40 9.48

Administrasi Pemerintahan 3.93 -1.88 9.51 9.28 6.67

Jasa Pendidikan 4.73 3.35 6.60 8.32 7.08

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.47 8.21 6.34 7.11 13.61

Jasa lainnya 8.10 7.10 7.18 10.97 15.63

Total 6.43 5.80 6.49 6.53 6.68

Jenis Pengeluaran (% yoy)2017

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

9

acara internasional yang diadakan di Sulut

pada Triwulan I ikut mendorong pertumbuhan

sektor perdagangan. Penjualan mobil di sisi

lain menunjukkan perlambatan di sektor

perdagangan dan tumbuh lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun

masih jauh lebih tinggi dari pertumbuhan

penjualan mobil di periode yang sama di tahun

2017.

Grafik 1.10 Pertumbuhan Penjualan Mobil

Memasuki Triwulan II 2018, kinerja sektor

perdagangan diperkirakan tumbuh

meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Peningkatan tersebut sejalan

dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga

yang salah satunya didorong oleh kenaikan

UMP. Selain itu, menjelang bulan Ramdhan

dan perayaan hari raya Idul Fitri yang

semuanya jatuh pada Triwulan II 2018

diperkirakan ikut mendorong peningkatan

sektor perdagangan Sulut. Peningkatan

tersebut terkonfirmasi dari perkiraan indeks

tendensi konsumen BPS yang meningkat di

Triwulan II 2018.

1.2.3. Konstruksi

Kinerja lapangan usaha konstruksi pada

Triwulan I 2018 tumbuh melambat

dibandingkan periode sebelumnya. Realisasi

belanja modal yang masih rendah pada

Triwulan I 2018 menjadi faktor utama

melemahnya kinerja sektor konstruksi. Setelah

hanya terealisasi sebesar 8,51% pada Triwulan

I 2017, pada Triwulan I 2018 realisasi total

belanja modal pemerintah (APBD dan APBN)

kembali turun menjadi hanya 4,8%.

Peningkatan belanja modal pemerintah akan

menjadi tantangan di Triwulan II 2018. Proses

pembebasan tanah masih menjadi momok

dalam merealisasikan belanja modal.

Memasuki Triwulan II 2018, lapangan usaha

konstruksi diperkirakan akan tumbuh

menguat. Penguatan tersebut sejalan dengan

lelang proyek pemerintah yang sudah dalam

tahap penyelesaian. Selain itu, masih

rendahnya realisasi belanja pemerintah di

Triwulan I berpeluang meningkat di Triwulan II

2018. Realisasi dana desa yang biasanya juga

terlambat berpotensi ikut mendorong

peningkatan sektor konstruksi. Dalam

perkembangannya, sektor konstruksi masih

akan menghadapi kendala terkait pembebasan

lahan yang dapat mengganggu upaya

pemerintah dalam menggenjot pembangunan

infrastruktur strategis.

1.2.4. Transportasi

Kinerja lapangan usaha transportasi pada

Triwulan I 2018 tumbuh meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan kinerja tersebut terutama

didorong oleh transportasi udara sejalan

dengan peningkatan wisman pada Triwulan I

2018. Kinerja transportasi laut juga meningkat

yang ditunjukkan baik oleh peningkatan

penumpang maupun volume muat barang. Di

sisi lain, kinerja angkutan darat juga

diperkirakan meningkat seiring pertumbuhan

transportasi online di Sulawesi Utara.

Grafik 1.11 Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di Bandara Sam Ratulangi

Memasuki Triwulan II 2018, kinerja lapangan

usaha transportasi diperkirakan meningkat

didorong oleh transportasi darat dan udara.

Meningkatnya kinerja transportasi darat

sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

10

meningkat. Sementara itu, kinerja transportasi

udara didorong oleh peningkatan jumlah

wisman yang berkunjung ke Sulut yang

diperkirakan masih tinggi.

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

11

Boks I Perkembangan Investasi di Sulawesi Utara

Dalam 2 tahun terakhir, investasi Sulawesi Utara mengalami peningkatan yang pesat, terlihat dari

realisasi investasinya yang melebihi target yang telah ditetapkan oleh Badan Koordinasi Penanaman

Modal Republik Indonesia. Tahun 2016, investasi Sulawesi Utara mencapai Rp 10,3 triliun, melebihi

target di tahun itu sebesar Rp 2,7 triliun. Pada tahun 2017, target investasi Sulawesi Utara meningkat

menjadi Rp 3,7 triliun dengan realisasi sebesar Rp 7,9 triliun. Investasi di tahun 2016 didominasi oleh

sektor Listrik, Air, dan Gas seiring dengan bertambahnya investasi untuk pembangunan pembangkit

listrik seperti PLTPB di Lahendong dan Tompaso. Sementara, di tahun 2017, tambahan investasi paling

besar jatuh pada Industri Mineral Non Logam yang secara konsisten, sejak tahun 2015 berkontribusi

di atas 30% dari keseluruhan investasi di Sulawesi Utara. Gambar Boks 1.1 Gambaran Umum Investasi di Sulut

Sumber: DPMPTSP, diolah

Investasi di tahun 2018 diprediksi akan mengalami peningkatan yang signifikan, melebihi realisasi di

tahun 2017. Kawasan Ekonomi Khusus Bitung dipercaya akan menjadi corong investasi Sulawesi Utara

di tahun 2018 dan tahun-tahun berikutnya, mengingat tahun 2018 merupakan batas akhir yang

diberikan oleh Dewan KEK Nasional kepada KEK Bitung untuk beroperasi. Penentuan batas waktu ini

mendorong seluruh elemen yang tergabung dalam pengembangan KEK Bitung untuk mengakselerasi

realisasi pembangunan melalui investasi, baik domestik maupun penanaman modal asing (PMA).

Melalui upaya tersebut, KEK Bitung berhasil berkomunikasi serta menyeleksi investor yang tertarik

untuk menanamkan modalnya pada pembangunan KEK Bitung, diantaranya Brentwood International,

CV. Multi Graphite, PT. Bakrie Mina Bahari, dan Zhong Zhou Futal Recycled Resources Stock.

Gambar Boks 1.2 Estimasi Investasi KEK Bitung 2018

Sumber: Dewan KEK Bitung

Dengan estimasi tambahan investasi tersebut, diharapkan pertumbuhan investasi di Triwulan II 2018

mengalami peningkatan yang signifikan

No Nama Perusahaan Peruntukan InvestasiEstimasi Tambahan

Investasi (Miliar Rp)

1 Brantwood International Palm Oil Tank 1.400

2 CV. Multi Graphite Tepung Kanji, Gula Beet,

Gula Aren

165

3 PT. Bakrie Mina Bahari Fishery 675

4 Zhong Zhou Futal Recycled Stocks Co. Ltd Pengolahan Plastik dan

Kertas

2.820

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

12

Boks II Daya Saing Ekspor

Performa ekspor Sulawesi Utara menunjukan tren yang positif selama 5 tahun terakhir. Pada tahun

2017, komoditas penyumbang ekspor terbesar adalah Lemak Hewani dan Nabati yang bertahan

hingga Triwulan I 2018. Negara tujuan produk ekspor Sulawesi Utara di Triwulan I 2018 adalah

Belanda, Korea Selatan, China, Jepang, dan Amerika.

Gambar Boks 2.1 Gambaran Umum Ekspor Sulawesi Utara

Perkembangan ekspor Sulawesi Utara masih bergantung pada kondisi pasar global. Produk yang

menjadi kontributor utama ekspor Sulawesi Utara salah satunya adalah kopra atau lebih dikenal Crude

Coconut Oil (CCO). Sepanjang tahun 2017, CCO diekspor keluar negeri sebanyak 94,77 juta ton dan

mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar 148,07 juta dolar AS, atau sekitar 71,70% dari total

ekspor. Pada akhir Triwulan I 2018, harga kopra mengalami penurunan hingga 50% dibanding triwulan

sebelumnya, yang harga rata-rata per kilonya adalah sekitar Rp 10.000,-. Anjloknya harga kopra diduga

disebabkan karena melimpahnya produksi di pasar global. Ketergantungan sektor ekspor Sulawesi

Utara terhadap perdagangan kopra menimbulkan risiko tekanan terhadap pertumbuhan ekspor Sulut.

Terkait dengan ketergantungan tersebut, pemerintah harus dapat merespon dengan melakukan

diversifikasi produk turunan kopra dan produk ekspor unggulan lainnya. Untuk mencapai itu, butuh

sinergi dari hulu ke hilir untuk menggeser ketergantungan produksi ke kopra diarahkan untuk

menciptakan industri produk turunan lain.

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

13

Peningkatan ekspor ikan segar dan produk turunannya perlu didorong untuk memperkuat struktur

perdagangan ekspor Sulawesi Utara. Ikan tuna merupakan salah satu penyangga terbesar ekspor

Sulut dari sektor perikanan. Volume ekspor ikan tuna Sulut pada tahun 2017 mengalami peningkatan

sebesar 7,09% dibanding tahun lalu, selain itu, secara nilai, ekspor ikan tuna di tahun 2017 mencapai

angka 32 juta dolar AS, meningkat sebesar 17,25% dibanding tahun sebelumnya. Selain ekspor luar

negeri, ikan tuna asal Sulut pun diperdagangkan keluar daerah, seperti Jakarta, Surabaya, dan Ternate.

Hal ini menunjukan bahwa kapasitas produksi sektor perikanan Sulut masih potensial untuk

ditingkatkan dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan ekosistem laut.

Gambar Boks 2.2 Destinasi Perdagangan Produk Ikan Sulawesi Utara

Sumber: BKIPM Manado

Daya Saing Ekspor

Boks II

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

14

Boks III Perkembangan Kredit Properti

Pasar properti Sulawesi Utara menunjukan perkembangan yang positif, dilihat dari grafik

pertumbuhan tingkat harga properti yang semakin konvergen. Hal ini menunjukan tingkat

persaingan harga di pasar properti semakin kompetitif dalam 2 tahun terakhir, terutama pada properti

berukuran kecil dan besar. Untuk properti residen berukuran menengah, pertumbuhan harga

menunjukan kenaikan yang signifikan sepanjang tahun 2016, namun berangsur melambat di tahun

2017. Kondisi ini diharapkan mampu mendorong percepatan pertumbuhan penjualan properti di

tahun 2018.

Gambar Boks 3.1 Perkembangan Harga dan Kredit Properti

Kredit properti di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif di tahun 2017 dibandingkan

dengan pertumbuhan pada tahun 2016, yakni dari 7,7% menjadi 9,8%. Namun demikian,

pertumbuhan tersebut juga diiringi oleh peningkatan risiko kredit, terlihat dari rasio NPL pada tahun

2017 yang meningkat dibanding tahun 2016, yakni dari 5,1% menjadi 5,7%. Memasuki triwulan 1 2018,

pertumbuhan kredit properti mengalami kenaikan secara signifikan, yakni 12,0% (yoy), namun tetap

diiringi rasio NPL yang konsisten di atas 5%, yang terus bertahan semenjak triwulan 1 2015.

Perkembangan pasar properti yang positif namun diiringi oleh peningkatan risiko ini menunjukan

perlu meningkatnya pengawasan dan kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit properti

di tengah pertumbuhan volume penjualan yang progresif. Untuk menjaga peningkatan risiko kredit

properti, perbankan perlu melakukan analisa mendalam terkait daya beli serta kebutuhan masyarakat,

terutama pada kategori properti sekunder.

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

15

Bab II. Keuangan Pemerintah

2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2017

2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut

Anggaran pendapatan Provinsi Sulut tahun

2018 meningkat dibanding tahun

sebelumnya. Anggaran pendapatan Sulut

tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp3,78 triliun,

naik 1,39% (yoy) atau sebesar Rp55,59 miliar

dari Rp3,72 triliun pada tahun 2017. Kenaikan

tersebut jauh lebih rendah dari kenaikan tahun

2017 yang sebesar 28,06% (yoy). Kenaikan

APBD tersebut didorong oleh peningkatan

pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 6,77%

(yoy) menjadi Rp1,17 triliun dan peningkatan

pendapatan transfer sebesar 1,31% (yoy)

menjadi Rp2,59 triliun.

Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut 2018

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

Peningkatan anggaran disertai dengan

peningkatan rasio kemandirian pendapatan

Sulut tahun 2018 yang tercatat sebesar

30,92% meningkat dibandingkan tahun 2017

(29,39%), namun masih rendah bila

dibandingkan tahun 2016 (33,68%). Porsi PAD

Sulut tahun 2017 hanya sebesar 31% dari total

anggaran pendapatan, meningkat dari 30%

pada tahun 2017, namun masih di bawah

tahun 2016 sebesar 34%. Sedangkan

pendapatan transfer atau dana perimbangan

berada di level 68,44%, turun dari 68,56% pada

tahun 2017 dan naik dari 66,15% pada tahun

2015. Rasio tersebut menunjukkan bahwa

tingkat kemandirian fiskal Sulut masih rendah

atau masih bergantung pada dana transfer

pemerintah pusat.

Grafik 2.12 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut dan porsinya

Pada Triwulan I 2018, realisasi anggaran

pendapatan Sulawesi Utara tercatat sebesar

24,12% atau lebih rendah dibandingkan

realisasi Triwulan I 2017 namun masih sama

dengan realisasi tahun 2016. Realisasi pada

Triwulan I 2017 sebesar 27% lebih tinggi

dibandingkan Triwulan I 2016 sebesar 24%.

Adapun nominal realisasi pendapatan pada

Triwulan I 2018 sebesar Rp911 miliar.

Pencapaian realisasi tersebut didorong oleh

realisasi seluruh sumber pendapatan terutama

pendapatan asli daerah. Pos yang mencatat

realisasi tertinggi yaitu pendapatan hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

125,21% dan lain-lain pendapatan yang sah

sebesar 45,2%. Adanya peningkatan peforma

pos pendapatan hasil pengelolaan kekayaan

daerah mengindikasikan adanya perbaikan

peforma pengelolaan kekayaan melalui

pembagian laba, dividen, maupun penjualan

saham milik daerah. Sedangkan pada pos

pendapatan lainnya, adanya peningkatan

pendapatan hibah dalam bentuk dana

penyesuaian dan otonomi khusus.

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

16

Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut

Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun

2018 mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2017. Anggaran belanja naik 8,54%

pada tahun 2018 sehingga total anggaran

belanja mencapai Rp4,18 triliun, lebih tinggi

Rp329 miliar dari Rp3,85 triliun pada tahun

2017. Peningkatan tersebut didorong oleh

peningkatan belanja modal yang naik 34,58%,

sedangkan peningkatan belanja operasional

tahun 2018 hanya 0,26% jauh lebih rendah

dibandingkan peningkatan belanja operasional

tahun 2017 sebesar 19,09%.

Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Prov Sulut

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

Berdasarkan postur belanjanya, anggaran

belanja non-modal tahun 2018 mencapai 73%

dan anggaran belanja modal sebesar 27%.

Postur tersebut cenderung lebih baik

dibandingkan tahun 2017 dimana postur

belanja non-modal mencapai 78% dan belanja

modal sebesar 22%. Postur tersebut

menunjukkan bahwa masih terdapat ruang

peningkatan lebih baik dalam rangka

pembangunan infrastruktur di Sulut. Adapun

anggaran belanja non-modal tahun 2018

sebesar Rp2,57 triliun dan belanja modal

sebesar Rp1,15 triliun. Dalam postur belanja

modal, anggaran belanja dialokasikan pada:

(i)belanja bangunan dan gedung sebesar

52,87%; (ii) belanja jalan, irigasi dan jaringan

sebesar 21,74%; (iii) belanja tanah 12,16%,; (iv)

belanja peralatan dan mesin sebesar 10,13%

dan (v) belanja aset tetap lainnya sebesar

3,09%. Perubahan yang cukup signifikan terjadi

pada belanja jalan, irigasi dan jaringan yang

menurun dari tahun lalu sebesar 41,63%

terhadap total belanja modal dan pos belanja

bangunan dan gedung yang meningkat dari

tahun lalu sebesar 22,28%.

Grafik 2.213 Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut

Pada Triwulan I 2018, realisasi anggaran

belanja APBD Provinsi Sulut tercatat sebesar

11,1%. Realisasi tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan Triwulan I 2017 (12,95%)

maupun tahun 2016 (15,18%). Adapun

realisasi belanja Triwulan I 2018 tercatat

sebesar Rp464 miliar. Berdasarkan posnya,

belanja non-modal (termasuk transfer)

terealisasi sebesar 14,61%, lebih rendah tinggi

dari Triwulan I 2017 sebesar 14,26%.

Sementara itu, belanja modal pada Triwulan I

2018 hanya terealisasi sebesar 1,8% lebih

rendah dibanding Triwulan I 2017 yang

tercatat sebesar 7,51%. Penurunan ini

terutama didorong oleh belum adanya realisasi

belanja jalan, irigasi dan jaringan. Rendahnya

realisasi belanja modal salah satunya adalah

disebabkan oleh penyesuaian struktur

pemerintah provinsi. Hal ini membuat banyak

SKPD pemprov Sulut yang belum memiliki

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan

Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK).

Kondisi ini tentunya menjadi penghambat

penyerapan anggaran di Triwulan I 2018.

Anggaran 2018 Realisasi % Realisasi

Pendapatan 3,779,296 911,470 24.12%

Pendapatan Asli Daerah 1,168,434 310,903 26.61%

Pendapatan Pajak Daerah 1,000,049 232,999 23.30%

Pendapatan Retribusi Daerah 99,995 13,278 13.28%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yg Dipisahkan42,138 52,761 125.21%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 26,251 11,864 45.20%

Pendapatan Transfer 2,586,412 595,615 23.03%

Transfer Pemerintah Pusat 2,586,412 595,615 23.03%

Dana Bagi Hasil Pajak 107,351 19,005 17.70%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 37,634 7,489 19.90%

Dana Alokasi Umum 1,427,545 475,848 33.33%

Dana Alokasi Khusus 1,013,883 93,274 9.20%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 24,450 4,951 20.25%

Pendapatan Hibah 9,450 4,375 46.30%

Pendapatan Lainnya 15,000 576 3.84%

Anggaran APBD Provinsi Sulawesi UtaraTriwulan I 2018 (Rp Juta)

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

17

Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut

Pemerintah perlu menyiapkan strategi untuk

mendorong realisasi belanja modal pada

tahun 2018. Tentunya strategi tersebut cukup

penting mengingat berbagai pembangunan

proyek infrastruktur yang semakin masif dalam

beberapa tahun terakhir. Berbagai proyek

strategis nasional ssat ini dalam tahap

pembangunan seperti Bendungan Lolak,

Bendungan Kuwil, Jalan Tol Manado-Bitung,

Intenational Hub Port Bitung, KEK Bitung dan

jalan penghubung Gorontalo-Manado.

Percepatan pelaksanaan lelang proyek dan

monitoring pencapaian target realisasi dapat

menjadi pendorong peningkatan realiasai

belanja modal. Selain itu, peningkatan

kapasitas aparatur desa di daerah Sulawesi

Utara juga perlu ditingkatkan. Hal diperlukan

untuk mendukung percepatan realisasi dana

desa. Percepatan realisasi dana desa

berpotensi memberikan dampak

perekonomian yang lebih cepat dan lebih rill

kepada masyarakat.

2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara

Pada tahun 2018, alokasi APBN di Sulut

tercatat sebesar Rp9,04 triliun meningkat

sebesar 8,54% (yoy). Peningkatan tersebut

didorong oleh kenaikan belanja pegawai,

belanja modal, belanja barang maupun belanja

bantuan sosial. Belanja pegawai mengalami

kenaikan yang kecil sebesar 3,25% (yoy),

sehingga posturnya turun menjadi 26,87% dari

tahun sebelumnya 28,25%. Sementara itu,

belanja modal naik sebesar 14,91% (yoy),

sehingga posturnya naik menjadi 35,28% dari

tahun sebelumnya 33,32%. Di sisi lain, postur

belanja barang turun menjadi 37,71% dari

38,30% dan postur belanja bantuan sosial tidak

mengalami perubahan. Kenaikan porsi belanja

modal sesuai dengan fokus pemerintah

terhadap pembangunan infrastruktur Sulut

dalam rangka mempersiapkan Sulut sebagai

pintu gerbang Indonesia di kawasan Asia

Pasifik.

Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut

Pada Triwulan I 2018, penyerapan alokasi

anggaran APBN di Sulawesi Utara tercatat

sebesar 9,42%, rendah dibandingkan

Triwulan I 2017 yang tercatat sebesar 11,84%.

Belum maksimalnya realisasi APBN di Sulut

terutama disebabkan oleh rendahnya belanja

barang dan belanja modal, serta belum adanya

realisasi belanja bantuan sosial pada Triwulan I

2018. Realisasi Belanja barang pemerintah

turun dari 10,52 % di triwulan yang sama di

tahun 2017 menjadi 8,92% di triwulan 2018.

Sedangkan untuk belanja modal realisasinya

turun dari 8,13% di Triwulan I 2017 menjadi

5,76% di Triwulan I 2018. Sementara itu, pada

triwulan yang sama pada tahun sebelumnya

sudah terdapat realisasi belanja bantuan

sosial. Penyerapan yang belum maksimal APBN

di Sulut disebabkan oleh masih adanya

anggaran yang diblokir atau belum dapat

direalisasikan selain program pengadaan

barang dan jasa yang outstanding kontraknya

masih kecil. Optimalisasi anggaran APBN di sisa

tahun 2018 akan menjadi tantangan

pemerintah dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi pemerintah.

Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut 2017

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut

AnggaranRealisasi

Tw I %Realisasi

Belanja 4,181,699 464,124 11.10%

Belanja Operasi 2,568,304 358,270 13.95%

Belanja Pegawai 1,270,918 229,546 18.06%

Belanja Barang 814,878 56,699 6.96%

Belanja Bunga 10,810 -

Belanja Subsidi 2,000 - 0.00%

Belanja Hibah 420,198 72,025 17.14%

Belanja Bantuan Sosial 2,500 - 0.00%

Belanja Bantuan Keuangan 47,000 - 0.00%

Belanja Modal 1,146,111 20,605 1.80%

Belanja Tanah 139,380 16,659 11.95%

Belanja Peralatan dan Mesin 116,148 3,596 3.10%

Belanja Bangunan dan Gedung 605,982 349 0.06%

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 249,145 - 0.00%

Belanja Aset Tetap Lainnya 35,457 - 0.00%

Belanja Tidak Terduga 7,500 - 0.00%

Belanja Tidak Terduga 7,500 - 0.00%

Transfer 459,784 85,250 18.54%

Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa 459,784 85,250 18.54%

Anggaran Belanja APBD

Provinsi Sulawesi Utara

2018 (Rp Juta)

Jenis Belanja

Pagu Tahun

2018

(Rp juta)

Realisasi Tw I

2018

(Rp juta)

% Realisasi

Tw I 2017

Belanja Pegawai 2,733,153 409,023 14.97%

Belanja Barang 3,835,533 342,300 8.92%

Belanja Modal 3,588,324 206,621 5.76%

Belanja Bantuan Sosial 14,572 - 0.00%

Total 10,171,582 957,944 9.42%

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

18

Boks IV Realisasi Dana Desa

Berdasarkan Permenkeu No 50 tahun 2017 penyaluran dana desa dibagi menjadi 2 tahap, Tahap I

(60%) di Bulan Maret dan Tahap II (40%) di Bulan Agustus. Proses transfer dana desa dari pusat ke

desa melibatkan tiga pihak yaitu pemerintah pusat, pemerintah kabupaten dan pemerintah desa.

Pemerintah melakukan transfer transfer dana desa dari rekening kas umum negara (RKUN) ke

rekening kas umum daerah (RKUD) dengan catatan bahwa pemerintah kabupaten memiliki perda

tentang APBD serta laporan realisasi dandes tahun sebelumnya. Setelah itu, dana desa akan di

transfer oleh pemkab melalui RKUD ke rekening kas desa. Desa-desa yang telah memenuhi syarat

berupa peraturan desa mengenai APBDes dan laporan realisasi dan pencapaian output tahun

sebelumnya berhak mendapat transfer dana desa dari pemerintah kabupaten. Secara sederhana

proses transfer dana desa dapat dilihat pada gambar Boks 4.1

Gambar Boks 4.1 Proses Transfer Dana Dena

Sumber: Permenkeu No 50 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa

Realisasi dana desa di Sulawesi tahun 2017 belum maksimal. Bila dilihat dari penyaluran RKUN ke

RKUD pemerintah pusat telah mencairkan 99,81% dari total pagu Rp1,161 triliun ke RKUD. Pemerintah

kabupaten sendiri telah mencairkan/mengirimkan sebesar Rp1,108 triliun atau 99,56% ke desa-desa

yang berhak menerima dana desa. Namun, penyerapan realisasi dana desa dalam bentuk output di

lapangan tidak sebagus pencairan dananya. Hanya 82,44% dana desa yang terserap hingga ke sektor

rill dalam bentuk pembangunan di tahun 2017, dengan Kabupaten Bolmong sebagai kabupaten

dengan penyerapan tertinggi dan kabupaten Minahasa sebagai kabupaten dengan penyerapan dana

dessa terendah. Sebagian besar dana desa yang dikirimkkan ke desa digunakan untuk pembangunan

infrastruktur. Pembangunan infrastruktur ini diharapkan dapat memberi multiplier effect bagi

pertumbuhan ekonomi pedesaan.

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

19

Realisasi Dana Desa Boks IV

Tabel Realisasi Dana Desa di Sulawesi Utara

Sumber: DJPBN Sulawesi Utara (posisi 6 April 2018)

Sumber: Survey Dana Desa kepada 37 Desa Penerima Dandes di Sulawesi Utara

Berdasarkan hasil survei dana desa yang dilakukan Bank Indonesia kepada 37 Desa di Sulawesi Utara,

tercatat bahwa hampir 90% dana desa direalisasikan dalam bentuk pembangunan desa, sisanya

digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa. Realisasi dana desa untuk pembangunan desa

digunakan untuk pembangunan lingkungan pemukiman dalam bentuk pembangunan drainase

maupun pembangunan jalan. Sementara itu dana yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat

digunakan untuk mendukung pemodalan dan pengelolaan usaha produktif.

Belum maksimalnya realisasi dana desa di tingkat desa disebabkan oleh beberapa hal. Berdasarkan

Focus Group Disscussion (FGD) yang dilakukan Bank Indonesia, permasalahan utama dalam proses

realisasi dana desa di Sulut terjadi karena permasalahan kelembagaan dan sumber daya manusia

(SDM). Dilihat dari aspek SDM, pemahaman aparatur desa atas peraturan yang berlaku terkait tata

cara pengadaan, pelaporan, dan pertanggung jawaban dana desa masih kurang. Selain itu, pergantian

Rp % Rp % Rp %

KAB. MINAHASA 171,641,516,000.00 171,641,516,000.00 100 171,641,516,000.00 100 165,645,159,350.00 96.51

KAB. BOLAANG MONGONDOW 152,557,555,000.00 152,557,519,442.00 100 152,557,519,442.00 100 152,557,519,442.00 100

KAB. KEPULAUAN SANGIHE 110,772,908,000.00 110,772,908,000.00 100 110,772,908,000.00 100 66,463,744,800.00 60

KAB. KEPULAUAN TALAUD 108,553,201,000.00 108,553,201,000.00 100 108,553,201,000.00 100 65,539,082,824.00 60.38

KAB. MINAHASA SELATAN 127,642,435,000.00 127,616,035,000.00 99.98 76,585,461,000.00 60.01 70,595,568,187.00 92.18

KAB. MINAHASA UTARA 97,574,406,000.00 96,853,962,000.00 99.26 96,853,962,000.00 100 53,287,137,758.00 55.02

KAB. MINAHASA TENGGARA 103,278,154,000.00 103,278,154,000.00 100 103,278,154,000.00 100 54,707,501,563.00 52.97

KAB. BOLAANG MONGONDOW UTARA 81,861,619,000.00 81,861,619,000.00 100 81,861,619,000.00 100 81,243,161,707.00 99.24

KAB. KEP. SIAU TAGULANDANG BIARO 64,754,298,000.00 64,754,298,000.00 100 64,754,298,000.00 100 64,180,525,529.00 99.11

KAB. BOLAANG MONGONDOW SELATAN 64,128,797,000.00 64,128,797,000.00 100 64,128,797,000.00 100 63,488,613,902.00 99

KAB. BOLAANG MONGONDOW TIMUR 63,422,501,000.00 62,042,183,422.00 97.82 62,042,183,422.00 100 60,924,489,635.00 98.2

KOTA KOTAMOBAGO 15,171,482,000.00 15,171,482,000.00 100 15,171,482,000.00 100 14,971,512,378.00 98.68

TOTAL 1,161,358,872,000.00 1,159,231,674,864.00 99.81 1,108,201,100,864.00 99.56 913,604,017,075.00 82.44

KABUPATEN / KOTA PAGURKUN ke RKUD RKUD ke RKD Penyerapan Desa

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

20

Realisasi Dana Desa Boks IV

kepala desa seringkali tidak disertai dengan alih ilmu dari perangkat lama ke perangkat baru. Hal ini

menyebabkan sumber daya manusia yang mampu melakukan pengelolaan keuangan tidak ada. Dari

sisi kelembagaan, kesulitan pemerintah desa dalam menyusun Rencana Anggaran dan Belanja (RAB)

menjadi penghambat penyusunan APBDes. Tanpa adanya APBDes pemda tidak memiliki dasasr

hukum dalam menyalurkan dana desa dari RKUD ke RKD.

Efektivitas dan efisiensi penyaluran dana desa di Sulawesi Utara masih perlu diperhatikan.

Peningkatan kapasitas SDM desa untuk melakukan tata kelola keuangan yang baik perlu menjadi

prioritas pemerintah. Pada tahun 2018 dana desa akan ditransfer dari pusat ke pemerintah kabupaten

melalui 3 tahap. Kurangnya kemampuan pemerintah desa dalam menyusun APBDes serta laporan

realisasi dan output berpotensi menimbulkan lag antara waktu pencairan dana desa dari pusat hingga

ke realisasinya di tingkat rill.

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

21

Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah

3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi Triwulan I

2018

3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi Sulawesi Utara pada Triwulan I 2018

tercatat sebesar 1,12% (yoy), lebih rendah

dari triwulan sebelumnya (2,44%). Inflasi

Sulut Triwulan I 2018 terkendali dan relatif

rendah serta masih di bawah rentang sasaran

inflasi tahun 2018 yakni 3,5%±1% (yoy).

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan

pada Triwulan I 2018 disumbang oleh

kelompok administered prices5 (AP) sebesar

0,91%, kelompok core6 sebesar 0,88%, dan

kelompok volatile food7 (VF) yang tercatat

deflasi sebesar 0,67%.

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan dan Andil Disagregasi

Inflasi kelompok AP tercatat sebesar 4,40%

(yoy), lebih rendah dari 7,09% pada triwulan

sebelumnya. Berdasarkan sub kelompoknya,

peningkatan tekanan inflasi tahunan kelompok

AP disebabkan baik oleh sub kelompok Energi

maupun Non-energi. Sub kelompok Energi

mencatat inflasi sebesar 5,55% (yoy) dengan

sumbangan sebesar 0,61% terhadap total

inflasi AP. Komoditas yang menjadi

penyumbang inflasi yaitu tarif listrik yang

mencatatkan inflasi sebesar 11,41% (yoy).

Inflasi tarif listrik dalam posisi terus menurun

5 Kelompok administered prices (AP) merupakan kelompok barang dan jasa yang tarifnya diatur oleh Pemerintah. 6 Kelompok core merupakan kelompok barang dan jasa selain kelompok administered prices dan volatile food.

pasca penyesuaian subsidi tarif tenaga listrik

900 VA bagi pelanggan kategori mampu yang

terjadi pada semester I tahun 2017. Sementara

itu, sub kelompok Non-energi mencatat inflasi

sebesar 3,51% (yoy) dengan sumbangan inflasi

bulanan sebesar 0,62%. Komoditas/jasa yang

menyebabkan inflasi pada sub kelompok

tersebut adalah tarif angkutan udara yang

mencapai angka inflasi sebesar 25,31% (yoy).

Peningkatan tersebut terjadi disebabkan oleh

tingginya mobilitas pengguna transportasi

udara seiring dengan maraknya

penyelenggaran acara/kegiatan skala nasional

di Sulut dan juga hari libur nasional yang jatuh

menjelang akhir pekan. Sumbangan inflasi

tahunan Angkutan Udara tercatat sebesar

0,27% kepada inflasi bulan maret.

Inflasi kelompok Core pada Triwulan I 2018

tercatat sebesar 1,50%(yoy), lebih rendah dari

inflasi pada triwulan sebelumnya yang

sebesar 2,06%. Berdasarkan sub kelompoknya,

inflasi core disebabkan oleh sub kelompok

Traded dan Non-traded. Sub kelompok Traded

tercatat mengalami inflasi sebesar 1,79% (yoy)

dengan sumbangan inflasi core sebesar 0,45%.

Komoditas penyumbang inflasi pada sub

kelompok Traded yaitu Jeruk Nipis, Seng, Emas

Perhiasan, Cakalang Asap, Jus Buah dan

beberapa komoditas lainnya. Sub kelompok

Non-traded tercatat inflasi sebesar 1,28%

(yoy) dengan sumbangan terhadap inflasi core

sebesar 0,43%. Komoditas penyumbang inflasi

pada sub kelompok Non-traded adalah Rujak,

Tindarung, Capcai, Martabak, Nasi dengan

Lauk dan beberapa komoditas lainnya.

Di sisi lain, kelompok VF tercatat mengalami

deflasi sebesar 3,26% (yoy) lebih dalam dari

7 Kelompok volatile food (VF) merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya cenderung fluktuatif.

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

22

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

1,21%. Deflasi kelompok VF bersumber dari

komoditas Cabai Rawit, Cabai Merah, Bawang

Merah serta sayur dan buah-buahan lainnya.

Cabai Rawit tercatat deflasi sebesar 34,09%

(yoy), Cabai Merah deflasi sebesar 34,01%

(yoy) dan Bawang Merah deflasi sebesar

31,65% (yoy). Penurunan harga cabai

disebabkan oleh produksi yang cukup

melimpah dan distribusi ke pasar-pasar yang

relatif lancar.

Sampai dengan Triwulan I 2018, IHK Sulut

tahun 2018 mencatat inflasi sebesar 1,18%

(ytd). Kelompok VF memberikan andil inflasi

tertinggi sebesar 0,90% (ytd) disusul oleh

Kelompok AP sebesar 0,22% (ytd) dan

Kelompok Core sebesar 0,05% (ytd). Komoditas

dari kelompok VF yang memberikan andil

inflasi tahun kalender yang cukup tinggi adalah

Tomat Sayur, Daun Bawang dan Cabai Rawit

dengan andil inflasi tahun kalender masing-

masing sebesar 0,50%, 0,17% dan 0,11%. Pada

kelompok AP, komoditas yang memberikan

andil inflasi tahun kalender yang cukup tinggi

adalah Angkutan Udara dengan andil inflasi

tahun kalender sebesar 0,19% dan bensin

sebesar 0,03%. Untuk komoditas Core,

Tindarung, Emas Perhiasan dan Upah

Pembantu RT turut memberikan andil inflasi

tahun kalender masing-masing sebesar 0,04%,

0,02% dan 0,02%.

3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm)

Secara bulanan, angka Indeks Harga

Konsumen (IHK) pada Januari, Februari dan

Maret masing-masing mencatat inflasi sebesar

0,49% (mtm), 0,56% (mtm) dan 0,13% (mtm).

Grafik 3.2 Inflasi Bulanan

Januari 2018

Pada Januari 2018, IHK Sulut mencatat inflasi

sebesar 0,49% (mtm), menurun dari bulan

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar

0,51% (mtm). Inflasi pada Januari 2018

terutama bersumber dari kelompok VF dan AP.

Sementara itu, kelompok Core mencatatkan

deflasi. Kelompok VF memberikan andil

terbesar yakni sebesar 0,48% terhadap inflasi

bulanan Januari 2018. Kelompok AP juga

memberikan andil positif terhadap inflasi pada

bulan Januari 2018 sebesar 0,04%. Sementara

itu, kelompok Core mencatatkan andil deflasi

sebesar -0,02%.

Grafik 3.3 Inflasi dan Andil Januari 2018 Berdasarkan Disagregasi

Kelompok VF mencatat inflasi pada Januari

2018, melanjutkan bulan sebelumnya yang

juga tercatat inflasi. Inflasi kelompok VF

tercatat sebesar 2,50% (mtm), lebih tinggi

dibandingkan dengan bulan sebelumnya

(0,93%, mtm). Inflasi kelompok VF terutama

bersumber dari komoditas strategis Sulut yaitu

Tomat Sayur dan Cabai Rawit. Kedua

komoditas tersebut mengalami peningkatan

harga, khususnya Tomat Sayur yang

memberikan sumbangan tertinggi pada inflasi

Sulut. Naiknya harga Tomat serta komoditas

lain seperti Cabai Rawit dan Daun Bawang

dipengaruhi oleh kondisi cuaca ekstrim yakni

curah hujan yang cukup tinggi di Sulawesi

Utara dan daerah sekitar pada awal tahun

2018.

Sementara itu, tekanan kelompok AP yang

pada Januari 2018 mencatatkan inflasi

sebesar 0,17% (mtm) mereda jika

dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang

mencapai 0,58% (mtm). Berdasarkan sub

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

23

kelompoknya, inflasi kelompok AP didorong

oleh kenaikan indeks harga pada sub kelompok

Non-energi, sementara itu sub kelompok

Energi meningkat terbatas. Sumbangan inflasi

kelompok Non-energi pada inflasi bulanan

Januari 2018 adalah sebesar 0,03%. Komoditas

di sub kelompok Non-energi sendiri mencatat

inflasi bulanan sebesar 0,23% (mtm).

Sumbangan inflasi tertinggi dari komoditas AP

disumbang dari komoditas Angkutan Udara

yang memberikan sumbangan inflasi sebesar

0,03%. Kenaikan tarif angkutan udara didorong

oleh mobilitas masyarakat pasca perayaan

Natal dan Tahun Baru di Manado. Sementara

itu, sub kelompok Energi meningkat terbatas

dengan sumbangan inflasi bulanan sebesar

0,01% seiring dengan peningkatan harga

bensin sebesar Rp200 untuk pertamax dan

pertalite.

Tekanan harga kelompok Core pada Januari

2018 menurun dari bulan sebelumnya. Inflasi

kelompok Core Januari 2018 sebesar -0,04%

(mtm) menurun dari bulan sebelumnya

sebesar 0,36% (mtm). Berdasarkan sub

kelompoknya, deflasi kelompok Core didorong

oleh sub kelompok Traded yang deflasi sebesar

0,35% (mtm) dengan sumbangan ke inflasi

bulanan Januari 2018 sebesar -0,09%.

Komoditas utama di sub kelompok Traded

yang menyumbang deflasi adalah Lemon,

Jeruk Nipis dan Sepatu. Sementara itu, sub

kelompok Non-traded mengalami inflasi

sebesar 0,19%, menurun dari bulan

sebelumnya yang sebesar 0,20%. Sub

kelompok Non-traded memberikan

sumbangan kepada inflasi bulanan sebesar

0,06% dengan komoditas utama adalah Upah

PRT, Rujak dan Tindarung.

Februari 2018

IHK Sulut Februari 2018 mencatat inflasi

0,56% (mtm), yang bersumber dari inflasi VF

dan Core. Di sisi lain, kelompok AP

mencatatkan deflasi. Kelompok VF

memberikan andil inflasi terbesar yaitu

sebesar 0,61% dari inflasi bulanan Sulut.

Kelompok Core memberikan andil inflasi

bulanan sebesar 0,05%. Di sisi lain, kelompok

AP mencatatkan sumbangan deflasi -0,10%

Grafik 3.4 Inflasi dan Andil Februari 2018 Berdasarkan Disagregasi

Kelompok VF mencatat inflasi sebesar 3,14%

(mtm) pada Februari 2018, tekanan tersebut

meningkat dari bulan sebelumnya yang

mencatat inflasi sebesar 2,50% (mtm).

Peningkatan tekanan inflasi di kelompok VF

didorong oleh peningkatan harga komoditas

sayur-sayuran seperti Tomat Sayur (17,22%,

mtm), Daun Bawang (30,97%, mtm), Cabai

Rawit (10,10%, mtm) dan Bawang Putih

(10,99%, mtm). Sumbangan terbesar kepada

inflasi bulanan dicatatkan oleh Tomat Sayur

dengan sumbangan sebesar 0,35% kemudian

Daun Bawang dengan sumbangan inflasi

bulanan sebesar 0,17%. Adapun beberapa

faktor yang menyebabkan naiknya inflasi

komoditas tersebut adalah curah hujan yang

tinggi pada bulan Februari sebagaimana

perkiraan BMKG Sulut, menyebabkan

berkurangnya produksi akibat lahan yang

terendam banjir, serangan hama dan tidak

lancarnya distribusi. Selain itu berdasarkan

hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) oleh

Bank Indonesia, pada bulan Februari, secara

rata-rata harga Tomat Sayur meningkat

menjadi Rp10.100/kg dari Rp8.600/Kg pada

bulan Januari.

Tekanan harga kelompok Core pada Februari

2018 sebesar 0,08% (mtm) meningkat dari

bulan Januari 2018 yang deflasi sebesar -

0,04% (mtm). Berdasarkan sub kelompoknya,

inflasi kelompok Core didorong oleh sub

kelompok Non-traded yang tercatat inflasi

sebesar 0,10% (mtm) dengan sumbangan

kepada inflasi bulanan sebesar 0,03%.

Komoditas utama penyumbang inflasi pada

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

24

sub kelompok Non-traded adalah Tindarung

dengan sumbangan inflasi bulanan sebesar

0,03%. Inflasi sub kelompok Traded sebesar

0,06% (mtm) meningkat jika dibandingkan

dengan bulan sebelumnya yang deflasi sebesar

-0,35% (mtm). Komoditas penyumbang utama

pada sub kelompok Traded adalah Pasir, Jeruk

Nipis dan Emas Perhiasan.

Kelompok AP mencatat deflasi yakni sebesar

-0,46% (mtm) pada Februari 2018, menurun

dari bulan sebelumnya yang inflasi sebesar

0,17% (mtm). Deflasi yang terjadi pada

kelompok AP, terutama didorong oleh sub

kelompok Non-energi yang deflasi sebesar -

0,91% (mtm) dengan sumbangan inflasi

sebesar -0,11% secara keseluruhan. Komoditas

yang menyebabkan deflasi pada sub kelompok

Non-energi adalah penurunan tarif Angkutan

Udara seiring dengan kembali normalnya

permintaan masyarakat untuk travelling

setelah melonjak tinggi pada Desember 2017

dan Januari 2018. Di sisi lain, sub kelompok

Energi mengalami inflasi sebesar 0,09% (mtm).

Inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan

harga pertalite pada akhir Januari 2018 sebesar

Rp100/liter.

Maret 2018

IHK Sulut Maret 2018 tercatat inflasi sebesar

0,13% (mtm), menurun dari bulan

sebelumnya yang sebesar 0,56% (mtm) yang

bersumber dari kelompok AP dan Core, di sisi

lain, terjadi deflasi pada kelompok VF.

Kelompok AP memberikan sumbangan inflasi

sebesar 0,29%, kelompok Core memberikan

sumbangan inflasi sebesar 0,03% sementara

kelompok VF deflasi sebesar -0,18%.

Grafik 3.5 Inflasi dan Andil Maret 2018 Berdasarkan Disagregasi

Pada Maret 2018, tekanan harga pada

kelompok AP meningkat dari bulan

sebelumnya. Pada bulan Maret 2018, inflasi

kelompok AP mencapai 1,35% (mtm),

meningkat dari bulan sebelumnya yang

tercatat deflasi sebesar -0,46%. Berdasarkan

sub kelompoknya, inflasi pada kelompok AP

didorong oleh inflasi pada sub kelompok Non-

energi dengan inflasi sebesar 2,33%. Kelompok

Non-energi juga memberikan sumbangan

kepada inflasi bulanan sebesar 0,27%.

Komoditas utama penyebab inflasi pada sub

kelompok Non-energi adalah Angkutan Udara

yang memberikan sumbangan kepada inflasi

bulanan sebesar 0,27%. Inflasi pada Angkutan

Udara terutama disebabkan oleh

meningkatnya demand atau jumlah

penumpang menjelang hari besar keagamaan

(umat Kristen). Sumbangan inflasi juga

diberikan oleh sub kelompok Non-energi

sebesar 0,01% terhadap inflasi secara

keseluruhan. Komoditas pada sub kelompok

Energi yang menyebabkan inflasi adalah

kenaikan harga pertalite yang terjadi pada

bulan maret sebesar Rp200.

Kelompok Core juga mencatatkan inflasi

sebesar 0,04% (mtm). Tekanan tersebut

cenderung mereda jika dibandingkan dengan

bulan sebelumnya yang inflasi sebesar 0,08%.

Sumbangan inflasi dari kelompok Core pada

bulan Maret 2018 mencapai angka 0,03% dan

berdasarkan Sub Kelompoknya, Non traded

memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,03%

sementara Sub Kelompok Traded memiliki

andil deflasi sebesar -0,002%. Komoditas

utama pada sub kelompok non traded yang

mengalami inflasi adalah komoditas Kunyit,

Kemiri, Bunga Pepaya dan Capcai. Komoditas

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

25

utama pada sub kelompok core traded yang

mengalami deflasi adalah wafer dan minuman

ringan.

Sementara itu, pada bulan Maret 2018

kelompok VF mengalami deflasi sebesar -

0,92% (mtm) menurun dari bulan sebelumnya

yang inflasi sebesar 3,14%. Kelompok VF

memberikan sumbangan sebesar -0,18%

terhadap inflasi bulan Maret. Komoditas

utama penyebab deflasi kelompok VF pada

bulan Maret adalah Tomat Sayur (-4,83%,

mtm) yang memberikan andil deflasi sebesar -

0,12% terhadap inflasi bulan Maret secara

keseluruhan. Menurut Survei Pemantauan

Harga, rata-rata harga tomat sayur mencapai

angka Rp8.525/Kg dimana sepanjang tahun

dan baru pada bulan maret mengalami deflasi.

Penurunan harga Tomat Sayur dipengaruhi

oleh normalisasi kondisi curah hujan sehingga

pasokan kepasar dapat ditingkatkan.

3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan

II 2018

Memasuki awal Triwulan II 2018, IHK April

2018 tercatat inflasi sebesar 1,09% (mtm) dan

secara tahunan tercatat sebesar 2,24% (yoy).

Inflasi April 2018 tercatat lebih tinggi

dibandingkan bulan sebelumnya (1,12%, yoy)

namun masih tetap terkendali dan relatif

rendah di bawah rentang sasaran inflasi tahun

2018 yakni 3,5±1% (yoy).

Tabel 3.1 Inflasi April 2018

Sumber: BPS & Bank Indonesia

IHK Sulut April 2018 mencatat inflasi sebesar

1,09% (mtm), yang terutama disebabkan oleh

kelompok VF, sementara kelompok AP dan

Core mengalami deflasi. Kelompok VF

memberikan andil sebesar 1,48% terhadap

inflasi bulanan April 2018. Di sisi lain, kelompok

AP memberikan andil deflasi sebesar -0,37%

dan kelompok Core memberikan andil deflasi

sebesar -0,02%

Kelompok VF menjadi penyumbang inflasi

April 2018. Inflasi kelompok VF tercatat

sebesar 7,49% (mtm), lebih tinggi

dibandingkan bulan sebelumnya yang deflasi

sebesar -0,92% (mtm). Inflasi kelompok VF

terutama disebabkan oleh komoditas Tomat

Sayur yang menjadi penyumbang utama inflasi

total April 2018 dengan sumbangan inflasi

sebesar 1,2%. Selain Tomat Sayur, harga

komoditas VF yang juga mengalami kenaikan

yaitu komoditas strategis Sulut (Cabai Rawit,

Bawang Merah dan Bawang Putih) serta dari

Kelompok Ikan (Cakalang/Sisik, Tuna dan

Tindarung). Penyebab dari meningkatnya

harga adalah kembali langkanya pasokan di

pasar karena terbatasnya produksi, adapun

cuaca yang tidak menentu, sesuai dengan

perkiraan BMKG Sulut membuat petani

terdorong untuk menunggu cuaca kembali

stabil. Selain itu, terdapat peningkatan

permintaan dari perayaan hari raya Paskah di

Sulut.

Sementara itu, tekanan inflasi kelompok Core

berkurang jika dibandingkan dengan bulan

sebelumnya. Pada April 2018, Kelompok Core

mencatatkan deflasi sebesar -0,03% (mtm)

menurun dengan bulan sebelumnya yang

inflasi sebesar 0,04% (mtm). Berdasarkan sub

kelompoknya, deflasi disumbangkan oleh sub

kelompok Traded yang deflasi pada bulan april

sebesar -0,09% (mtm), lebih dalam dari bulan

sebelumnya yang sebesar -0,01% (mtm). Sub

kelompok Traded memberikan sumbangan

inflasi bulan April sebesar -0,02%. Komoditas

utama penyumbang deflasi tersebut adalah

Semen. Tekanan inflasi pada sub kelompok

Non-traded menurun dari bulan sebelumnya,

dari 0,08% (mtm) pada bulan sebelumnya

menjadi 0,01% (mtm) tercatat inflasi yang

relatif rendah dan stabil. Komoditas utama

penyumbang inflasi pada sub kelompok Non-

traded adalah ikan Tindarung.

Kelompok AP menjadi penahan laju inflasi

yang lebih tinggi lagi. Pada April 2018,

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

26

kelompok AP mencatatkan deflasi sebesar

-1,74% (mtm) dengan sumbangan kepada

inflasi bulan tersebut sebesar -0,37%, lebih

rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat

inflasi sebesar 1,35% (mtm). Berdasarkan sub

kelompoknya, deflasi pada kelompok AP

didorong oleh penurunan indeks harga pada

sub kelompok Non-energi. Sub kelompok

Energi mengalami inflasi, namun masih dalam

level yang wajar. Pada bulan April 2018, sub

kelompok Non-energi menunjukan deflasi

sebesar -3,17% (mtm) dengan sumbangan

kepada inflasi bulan April 2018 sebesar -0,38%.

Komoditas utama pada sub kelompok Non-

energi adalah Tarif Angkutan Udara yang

menunjukan deflasi sebesar -20,04% (mtm)

pada bulan April. Pergerakan komoditas ini

cukup volatile, mengingat bulan sebelumnya

komoditas Angkutan Udara mencatatkan

inflasi sebesar 16,83% (mtm). Turunnya tarif

Angkutan Udara terjadi seiring dengan

normalisasi mobilitas masyarakat pasca Libur

Hari Besar Kegamaan dan juga long weekend

yang ada pada bulan Maret. Sementara itu,

kelompok AP energi relatif stabil dengan inflasi

sebesar 0,06% (mtm) yang disebabkan oleh

dampak kenaikan harga pertalite pada akhir

Januari 2018 dan pada bulan Maret 2018.

Namun demikian, dampak inflasi karena

bensin relatif kecil dan dalam tren menurun.

Memasuki Mei, Bank Indonesia

memperkirakan IHK akan mencatat inflasi

yang disebabkan oleh peningkatan

permintaan menjelang bulan Ramadhan dan

hari besar keagamaan (Idul Fitri). Pada bulan

Juni, IHK juga diperkirakan masih mengalami

inflasi seiring dengan perayaan Idul Fitri dan

juga Cuti selama 10 hari pada minggu kedua

dan ketiga. Bank Indonesia memperkirakan

inflasi Sulut pada Triwulan II sebesar 3,77%

(yoy). Perkiraan tersebut lebih tinggi daripada

realisasi inflasi pada triwulan sebelumnya

(1,12%, yoy). Inflasi diperkirakan meningkat

karena sumbangan yang cukup besar dari

Komoditas Strategis Sulut yang masuk kepada

kelompok VF karena perayaan hari besar

keagamaan. Kelompok AP khususnya Sub

Kelompok Non-energi juga akan menyumbang

dalam porsi inflasi pada Triwulan II 2018 seiring

dengan meningkatnya harga tiket pesawat

udara menjelang high season liburan dan juga

perayaan Idul Fitri.

3.3. Program Pengendalian Inflasi dan

Tantangan yang Dihadapi

Pencapaian yang baik tersebut tidak terlepas

dari peran berbagai pemangku kebijakan dan

kepentingan. Berbagai upaya telah dilakukan

dari awal tahun untuk terus menjaga inflasi

pada level yang stabil melalui kerjasama yang

baik antara Pemerintah Provinsi, Bank

Indonesia, Pemerintah Kota, Pemerintah

Kabupaten serta pihak-pihak lainnya.

Rincian upaya TPID dalam pengendalian harga

selama Triwulan I 2018 antara lain:

Rapat Pre-High Level Meeting (HLM) Provinsi

Sulawesi Utara

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi

Sulut mengadakan rapat koordinasi awal tahun

TPID pada hari Kamis tanggal 15 Februari 2018

sebagai pendahuluan untuk merumuskan

Program Kerja TPID tahun 2018 yang akan

disahkan pada HLM TPID. Poin pembahasan

pada rapat tim teknis ini antara lain: (i)

Penyesuaian Struktur Organisasi TPID baru

paska penetapan Keputusan Presiden Nomor

23 Tahun 2017 tentang Tim Pengendali Inflasi

Nasional; (ii) Evaluasi Pencapaian Inflasi dan

Program Kerja TPID 2017; (iii) Agenda Program

Kerja Pengendalian Inflasi 2018; dan (iv)

Pembahasan Isu Strategis lainnya.

Rakor dan Capacity Building HLM TPID

Sulawesi Utara

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi

Sulut mengadakan Koordinasi HLM TPID awal

tahun pada hari Senin tanggal 26 Maret 2018

dan dilanjutkan dengan Capacity Building

Anggota TPID. Agenda pada Rapat Koordinasi

ini antara lain: Penandatanganan Program

Kerja TPID Prov Sulut Tahun 2018 dan

Pembahasan Agenda Kerja TPID Prov Sulut dan

Kab/Kota Tahun 2018.

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

27

Rapat Koordinasi dan Sidak Pasar TPID Sulut

& Kementerian Perdagangan

Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 4

Mei 2018 ini merupakan insiatif dari

Kementerian Perdagangan bekerjasama

dengan TPID Provinsi Sulut. Kegiatan

dimaksudkan untuk melakukan survei harga

bahan pangan pokok menjelang Hari Besar

Keagamaan sekaligus melakukan koordinasi

dengan instansi terkait mengenai ketersediaan

stok bahan pangan pokok tersebut.

Rapat Koordinasi Wilayah TPID Kawasan

Timur Indonesia

Tim Pengendali Inflasi Pusat menggelar rapat

koordinasi antar provinsi di masing-masing

wilayah, yaitu Sumatera, Jawa, dan KTI.

Rakorwil KTI yang diselenggarakan oleh TPI

Pusat berlokasi di Denpasar, Bali dengan

dihadiri 19 Provinsi yang masing-masing

diwakili oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

di wilayahnya serta TPID masing-masing

Provinsi. Rakorwil ini membuahkan beberapa

poin kesepakatan untuk dilaksanakan oleh

masing-masing TPID Provinsi, seperti

penyesuaian struktur organisasi TPID Provinsi

dan Kabupaten/Kota sesuai dengan Keppres

No. 23 Tahun 2017 yang disepakati selambat-

lambatnya harus dilaksanakan sebelum Bulan

Juni 2018.

Rapat Koordinasi TPID Kabupaten Minahasa

Kegiatan dilakukan di Kantor Kabupaten

Minahasa dan merupakan inisiatif TPID

Kabupaten Minahasa untuk membahas terkait

ketersediaan stok bahan pangan menjelang

Bulan Ramadhan.

Ke depan, Pemerintah Daerah dan Bank

Indonesia berkomitmen untuk terus

memperkuat upaya pengendalian inflasi di

tahun 2018. Salah satu upaya di tahun 2018

yang akan dilakukan yaitu penguatan program

ketahanan pangan, peningkatan kualitas

informasi harga pangan serta koordinasi

hingga tahap kabupaten/kota.

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

28

Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah,

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

4.1. Stabilitas Keuangan Daerah

4.1.1. Asesmen Sektor Korporasi

4.1.1.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi

Sektor Korporasi

Sejalan dengan peningkatan kinerja

perekonomian daerah di Triwulan I 2018 juga

berdampak pada meningkatnya kinerja

korporasi. Beberapa lapangan usaha yang

memiliki pangsa pembiayaan cukup tinggi

seperti Konstruksi dan Akomodasi Makan

Minum (Akmamin) tumbuh membaik pada

Triwulan I 2018. Namun demikian, di tengah

peningkatan kinerja ekonomi masih terdapat

potensi kerentanan pada kinerja korporasi.

Salah satu sumber kerentanan pada korporasi

adalah menurunnya kinerja sektor Industri

Pengolahan dan Sektor Konstruksi.

Menurunnya kinerja industri pengolahan

diperkirakan didorong oleh menurunnya harga

komoditas Crude Coconut Oil secara rata-rata

pada triwulan laporan sebesar 15,9%. Pada

Triwulan IV 2017 harga komoditas tersebut

mengalami penurunan sebesar 4,87% dari

triwulan sebelumnya meski tidak mengurangi

nilai ekspor Sulut secara keseluruhan.

Grafik 4.1 Komposisi Ekspor Sulut

Sumber: SITC, diolah

Grafik 4.2 Perkembangan Harga Minyak Nabati

Sumber: World Bank

4.1.1.2 Kinerja Sektor Korporasi

Peningkatan kinerja perekonomian Sulut pada

Triwulan I 2018 juga tercermin pada hasil

liaison KPw KPwBI Sulut yang ditunjukkan dari

skala likert khususnya untuk Permintaan

Domestik, Investasi dan Tingkat Upah.

Pada Triwulan I 2018, rata-rata skala likert

menunjukkan peningkatan untuk Permintaan

Domestik yaitu dari 0,50 pada Triwulan IV

2017, meningkat menjadi 1,75 pada triwulan

laporan. Meningkatnya kinerja Permintaan

Domestik terutama dipicu oleh meningkatnya

konsumsi Sektor Rumah Tangga (RT) yang

mendorong penjualan untuk sektor

perdagangan besar dan eceran. Disamping itu,

fenomena taksi online juga masih berpengaruh

dalam mendorong peningkatan permintaan

mobil pada triwulan laporan.

Disisi lain, kinerja investasi Sulut dinilai masih

positif yang dicerminkan oleh meningkatnya

rata-rata skala likert pada Triwulan I 2018.

Tercatat rata-rata skala likert untuk investasi

pada triwulan laporan sebesar 1,14, meningkat

dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 0.55. Meningkatnya persepsi contact

liason untuk sektor investasi pada triwulan

laporan didorong oleh masih cukup tingginya

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

29

potensi penjualan di Sulut serta adanya peran

aktif dari Pemda Sulut dalam meningkatkan

kemudahan investasi di Sulut.

Grafik 4.3 Likert Scale Kegiatan Usaha Sulut

Sumber: Bank Indonesia

4.1.1.3 Eksposure Perbankan Pada Sektor

Korporasi

Eksposur Kredit perbankan pada sektor

korporasi mengalami sedikit perlambatan

pada triwulan I 2018 yang tercatat sebesar

15.12% dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 15.19% dari total kredit perbankan

Sulut. Meski eksposur kredit perbankan

menurun, nominal kredit kredit triwulan

laporan mencatat peningkatan dari triwulan

sebelumnya sebesar 2.69%. Dilain sisi,

melambatnya eksposur kredit perbankan pada

sektor Korporasi diiringi dengan semakin

membaiknya kualitas kredit dibandingkan

triwulan sebelumnya. Tercatat rasio NPL dari

eksposur kredit Korporasi pada triwulan

laporan sebesar 4,38%, membaik dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 5.10%.

Kerentanan pada sektor ini tetap perlu

diwaspadai karena rasio NPL yang sudah

melebihi ambang batas.

Adapun kredit perbankan pada sektor

korporasi di Sulut pada Triwulan I 2018

tercatat sebesar Rp5,38 triliun, meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

Rp5,24 triliun.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit

korporasi terutama disalurkan dalam bentuk

Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar 51,0%,

Kredit Investasi sebesar 48,4% dan sebagian

kecil dalam bentuk Kredit Konsumsi sebesar

0,5%.

Grafik 4.4 Pangsa Penggunaan Kredit

Korporasi

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.5 Pertumbuhan Kredit Korporasi

Sumber: Bank Indonesia

4.1.2. Asesmen Sektor Rumah Tangga

4.1.2.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi

Sektor Rumah Tangga

Sebagai penyedia dana dan sebagai penerima

pendanaan dari institusi keuangan, sektor

Rumah Tangga memiliki peran yang penting

dalam sistem keuangan. Beberapa faktor yang

mempengaruhi kondisi rumah tangga adalah

tingkat pendapatan, tingkat pengangguran,

tingkat konsumsi dan kondisi

pembiayaan/kredit rumah tangga.

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan

Ekonomi Sulut Triwulan I 2018, kinerja

Konsumsi Rumah Tangga terhadap

perekonomian Sulut menunjukkan

peningkatan pada triwulan laporan. Tercatat

growth konsumsi Rumah Tangga sebesar

2,18% (yoy) dengan share terhadap PDRB

sebesar 45,8%. Growth tersebut meningkat

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

30

dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 1,98% (yoy) dengan share terhadap

PDRB sebesar 44,7%. Adapun peningkatan

konsumsi Rumah Tangga pada triwulan

laporan terutama didorong oleh: (i) Perayaan

tahun baru pada Januari 2018; (ii) Tibanya hari

besar keagamaan Imlek pada Februari 2018;

dan (iii) Meningkatnya kunjungan wisman ke

Sulut pada Triwulan I 2018.

Peningkatan kinerja konsumsi Rumah Tangga

pada Triwulan I 2018 tercermin dari

meningkatnya beberapa indikator konsumsi

Rumah Tangga berdasarkan hasil survei yang

telah dilakukan KPw KPwBI Sulut. Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) selama triwulan

laporan yang tercatat sebesar 137,67

meningkat dari rata-rata triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 127,57. Disamping itu,

ekspektasi sektor Rumah Tangga meningkat

terhadap peningkatan kinerja perekonomian

di masa yang akan datang. Hal tersebut

tercermin dari meningkatnya rata-rata Indeks

Ekspektasi Konsumen (IEK) pada triwulan

laporan yang tercatat sebesar 142,33

meningkat dari sebelumnya yang tercatat

sebesar 121,60.

Lebih lanjut, optimisme sektor Rumah Tangga

pada triwulan laporan terhadap kondisi

penghasilan mereka saat ini mengalami

peningkatan dari triwulan sebelumnya.

Tercatat rata-rata Indeks Ekspektasi

Penghasilan Konsumen pada triwulan laporan

sebesar 138,34 meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 123,5.

Di sisi lain, optimisme sektor Rumah Tangga

terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini

mengalami peningkatan seiring dengan

meningkatnya optmisime Rumah Tangga

terhadap kinerja perekonomian. Ke depan,

risiko kerentanan sektor Rumah Tangga yang

berasal dari kenaikan harga diperkirakan akan

menurun. Hal ini terlihat dari menurunnya

rata-rata Indeks Ekspektasi Harga 3 dan 6 bulan

mendatang pada triwulan laporan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 4.6 Indeks Keyakinan Konsumen Sektor RT di Sulut

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.7 Persepsi Kondisi Ekonomi Saat ini

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.8 Ekspektasi Sektor Rumah Tangga

Sumber: Bank Indonesia

4.1.3. Asesmen Sektor Institusi Keuangan

(Perbankan)

4.1.3.1 Jaringan Kantor dan Aset

Pada Triwulan I 2018, jumlah bank di Provinsi

Sulut masih sama dengan triwulan sebelumnya

yaitu sebanyak 49 bank yang terdiri dari 31

bank umum dan 18 BPR.

4.1.3.2 Kondisi Umum Perbankan Sulut

Secara umum, kinerja perbankan di Sulawesi

Utara pada Triwulan I 2018 menunjukkan

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

31

perbaikan yang tercermin dari peningkatan

pertumbuhan (yoy) aset (11,8%), dana pihak

ketiga (13,39%) dan kredit (11,3%)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Disamping itu, kualitas kredit perbankan juga

semakin membaik yang tercermin dari

menurunnya rasio NPL dari 3,29% pada

triwulan sebelumnya menjadi 3,24% pada

triwulan laporan.

Grafik 4.9 Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara

4.1.3.3 Intermediasi dan Perbankan Sulut

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

berhasil dihimpun oleh bank umum pada

Triwulan I 2018 mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari

11,49% (yoy) pada Triwulan IV 2017 menjadi

13,39% (yoy) pada triwulan laporan.

Pada triwulan laporan, pertumbuhan

tabungan dan deposito meningkat dibanding

triwulan sebelumnya, sedangkan giro tercatat

tumbuh melambat. Tabungan tercatat tumbuh

(yoy) sebesar 15,38% meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 10%,

sedangkan deposito tercatat tumbuh sebesar

9,78% meningkat dari triwulan sebelumnya

yaitu 6,19%. Giro tercatat tumbuh sebesar

14,87% melambat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 28,41%.

Kredit

Sejalan dengan membaiknya kinerja

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

perbankan, fungsi penyaluran kredit

perbankan pada triwulan laporan oleh bank

umum juga turut membaik dibandingkan

triwulan sebelumnya. Tercatat pertumbuhan

(yoy) kredit pada triwulan laporan sebesar

11.3% meningkat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 9.8%.

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulawesi Utara

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.11 Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut

Sumber: Bank Indonesia

Adapun porsi penyaluran kredit di Sulawesi

Utara pada triwulan laporan masih didominasi

Kredit Konsumsi (KK) sebesar 62,13%, disusul

Modal Kerja (KMK) 25,37%, dan kredit

investasi (KI) 12,5%. Secara nominal, kredit

perbankan yang disalurkan pada Triwulan I

2018 mencapai Rp35,6 triliun.

Dilihat dari sisi penggunaannya, peningkatan

pertumbuhan kredit hanya terjadi pada Kredit

Konsumsi (KK), sedangkan Kredit Modal Kerja

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

32

(KMK) tercatat tumbuh melambat dan Kredit

Investasi tercatat tumbuh negatif pada

triwulan laporan.

Pada triwulan laporan, kredit Konsumsi (KK)

sebagai porsi kredit perbankan terbesar di

Sulut tumbuh sebesar 15,1% (yoy), meningkat

dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 11,3% (yoy). Kredit Modal Kerja (KMK)

tumbuh sebesar 10,3% (yoy), melambat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

10,6% (yoy), sedangkan Kredit Investasi (KI)

tumbuh negatif sebesar 3% (yoy), melambat

dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 1,7% (yoy).

Grafik 4.12 Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulut

Grafik 4.13 Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulut

Grafik 4.14 Perkembangan KK Perbankan Umum di Sulut

Sumber: Bank Indonesia

Non Performing Loan (NPL)

Sejalan dengan membaiknya penyaluran

kredit, kualitas kredit perbankan di Sulut juga

menunjukkan perbaikan. Tercatat, rasio NPL

perbankan umum pada triwulan laporan

sebesar 3,24%, sedikit membaik dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,29%.

Dilihat dari kelompok bank, rasio NPL seluruh

kelompok BUKU Bank pada Triwulan IV 2017

tercatat membaik kecuali bank BUKU II. Rasio

NPL pada bank BUKU II tercatat sebesar

14,99%, meningkat dari triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 12,55%. Secara spasial,

rasio NPL tertinggi tercatat di Kab. Minahasa

Tenggara sebesar 4,42% membaik dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

6,9% yang didorong oleh Kredit Konsumsi.

Secara sektoral NPL tertinggi pada Triwulan I

2018 yaitu sektor industri pengolahan sebesar

13.7%, sektor konstruksi 6,79%, dan sektor

pertanian sebesar 6,26. NPL sektor industri

pengolahan pada periode laporan tercatat

meningkat menjadi 13,7% (sebelumnya

12,4%). Disamping itu, sektor lainnya yang

tercatat mengalami peningkatan rasio NPL

adalah sektor Jasa Lainnya, Pengolaan Air,

Sampah, Limbah Daur Ulang.

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI), rasio NPL Sulut berada pada posisi ke-6 teratas setelah Kaltim, Papua, Sulsel, Gorontalo, dan Bali. Tercatat rasio NPL tertinggi pada triwulan laporan adalah Kaltim sebesar 6,78%,

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

33

sedangkan yang terendah adalah Kaltara dengan rasio NPL sebesar 1,08%.

Grafik 4.15 Perkembangan NPL di KTI

Ditengah membaiknya kualitas kredit, apabila

dianalisis dari sisi Loan At Risk, risiko kredit

mengalami peningkatan yang relatif terbatas

dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat loan

at risk pada Triwulan I 2018 sebesar 11,92%,

menurun dari triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 11,36%.

Adapun kelompok bank yang memiliki risiko

tertinggi pada periode laporan yaitu Kelompok

Buku II sebesar 21,68% atau Rp194,5 miliar.

Angka ini melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 25,11%.

Apabila dilihat berdasarkan sektor ekonomi,

risiko tertinggi dari sisi loan at risk yaitu sektor

badan internasional dan badan ekstra

internasional lainnya sebesar 83,2%, dan

sektor real estate sebesar 48,1%.

Sedangkan jika dibandingkan dengan seluruh provinsi di Kawasan Indonesia Timur, risiko loan at risk Sulawesi Utara pada periode laporan berada pada peringkat keempat tertinggi yaitu sebesar 11.92%. Loan at risk tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Timur sebesar 22%.

4.2. Akses Keuangan

4.2.1. Akses Keuangan Kepada UMKM

Sejalan dengan membaiknya penyaluran kredit

bank secara umum, laju pertumbuhan kredit

perbankan yang disalurkan kepada UMKM juga

terpantau mengalami peningkatan. Tercatat

laju pertumbuhan kredit UMKM pada Triwulan

I 2018 sebesar 11,41% (yoy), meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

9,96% (yoy).

Ditengah meningkatnya pertumbuhan kredit

UMKM, pangsa kredit UMKM terhadap total

kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara pada

Triwulan I 2018 mengalami sedikit

perlambatan. Pangsa kredit UMKM Sulut pada

periode laporan sebesar 25,49%, melambat

dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,32%. Berdasarkan kelompok bank,

seluruh kelompok bank telah memenuhi

threshold penyaluran minimum kredit UMKM

kecuali kelompok BUKU I yang baru mencapai

8,9% pada periode laporan, sedangkan BUKU II

tercatat sebesar 51,3%, BUKU III sebesar

22,3%, dan BUKU IV sebesar 25,5%.

Berdasarkan sektor ekonominya, realisasi

kredit UMKM masih terkonsentrasi pada

sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan

pangsa sebesar 51,4%, diikuti oleh sektor

Industri Pengolahan (10,08%), Pertanian

(9,13%), Jasa-jasa (7,06%), serta sektor

ekonomi lainnya yang memiliki pangsa cukup

rendah. Sementara itu, NPL UMKM secara

sektoral terutama terjadi pada sektor

Konstruksi, LGA, Pertambangan dan

Penggalian, Akmamin.

Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi

penyaluran kredit UMKM terbesar berada di

Kota Manado sebesar 55,3% diikuti Kota Bitung

sebesar 12,1% dan Kota Kotamobagu sebesar

11,5%. Sedangkan dari sisi kerentanan

terhadap risiko kredit bermasalah, Kab.

Bolaang Mongondow Timur (Boltim)

mencatatkan NPL tertinggi dibandingkan 15

kab/kota lainnya untuk kategori kredit UMKM

yaitu mencapai 16,08% pada periode Triwulan

I 2018.

Di tengah meningkatnya pertumbuhan kredit

di sektor UMKM, kualitas kredit UMKM yang

tercermin melalui rasio NPL UMKM terpantau

sedikit memburuk dibanding triwulan

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

34

sebelumnya. Tercatat rasio NPL UMKM pada

Triwulan I 2018 sebesar 5,27%, meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

5,11%

Grafik 4.16 Growth Kredit UMKM Sulut

Grafik 4.17 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

35

Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran

dan Pengelolaan Uang Rupiah

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran

di Sulawesi Utara

Pergerakan aliran masuk uang kartal dari

masyarakat ke kas KPwBI Sulut pada Triwulan

I 2018 masih mengikuti pola musimannya

yaitu net-inflow. Peningkatan setoran yang

masuk ke kas KPwBI Sulut sejalan dengan

berakhirnya periode Hari Raya Natal dan

Tahun Baru di penghujung tahun 2017. Hal ini

tercermin dari aktivitas setoran-bayaran uang

tunai yang tercatat net-inflow sebesar Rp1,71

triliun setelah sebelumnya tercatat net-

outflow sebesar Rp2,1 triliun. Komposisi uang

masuk ke KPwBI Sulut didominasi oleh setoran

perbankan yaitu sebesar 70%, kemudian Kas

Titipan sebesar 29%, serta loket penukaran

bank dan Kas Keliling masing-masing sebesar

1%. Sementara itu, komposisi uang yang keluar

dari KPwBI Sulut terdiri dari Kas Titipan sebesar

54%, loket perbankan 45%, serta loket

penukaran sebesar 1%. Berdasarkan data

historis, kebutuhan uang kartal dalam rangka

menyambut Ramadhan dan Idul Fitri 2018 dan

libur sekolah diproyeksikan meningkat, oleh

karena itu KPwBI Sulut telah mengantisipasi

hal tersebut dengan meningkatkan frekuensi

Kas Titipan dan Kas Keliling, serta akan

melakukan kegiatan penukaran bersama

perbankan di seluruh kantor cabang

perbankan di Manado.

Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal

8 Sistem BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian tiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika.

Pada Triwulan I 2018, transaksi Real Time

Gross Settlement (RTGS)8 di Sulut tercatat

sebesar Rp4,58 triliun. Jumlah ini meningkat

dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp4,26 triliun atau meningkat

sebesar 7% (qtq), sedangkan berdasarkan

volume transaksi, transaksi RTGS mengalami

penurunan sebesar 11,38% yaitu dari 2.302

transaksi menjadi 2040 transaksi. Secara

spasial, transaksi RTGS terbesar terjadi di Kota

Manado dengan nominal Rp4,46 triliun atau

97,32% dari total transaksi RTGS di Sulawesi

Utara. Sementara secara volume, jumlah

transaksi RTGS Manado sebesar 1.901

transaksi atau 93,18% dari total volume

transaksi di Sulawesi Utara

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS

Pada Triwulan I, transaksi Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI)9 di Sulawesi

Utara dan Gorontalo tercatat sebesar

Rp1,8 triliun, menurun baik dibanding

triwulan sebelumnya maupun periode yang

sama tahun lalu. Penurunan terjadi baik

secara nominal maupun secara volume

transaksi, yaitu turun sebesar Rp0,2 triliun atau

turun sebesar 10% (qtq) dan secara volume

transaksi menurun sebanyak 9.816 transaksi

9 SKNBI merupakan sarana transfer dana non tunai secara retail RTGS dengan nominal transaksi yang lebih kecil, yakni dengan nilai di bawah Rp100 juta.

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

36

atau turun 14% (qtq). Jika dibandingkan

dengan periode yang sama tahun 2017, kinerja

kliring juga mengalami penurunan sebesar

Rp0,5 triliun atau turun 23% (yoy), sementara

volume kliring turun sebanyak 26.316 transaksi

atau turun sebesar 14% (yoy).

Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi SKNBI

Sumber: Bank Indonesia

Dalam upaya mendukung kelancaran sistem

kliring, terdapat 4 (empat) penyelenggara

kliring yang terdiri dari Koordinator

Pertukaran Warkat Debit (KPWD) oleh Bank

Indonesia KPWD selain Bank Indonesia yang

terdiri dari BNI di Kotamobagu, Bank Mandiri

di Gorontalo, dan BNI di Bitung. KPwBI Sulut

melakukan pemantauan kepatuhan KPWD

secara off-site maupun on-site. Pada Triwulan I

2018, KPwBI Sulut telah melakukan

pemantauan secara off-site terhadap 3 (tiga)

penyelenggara KPWD selain BI, yaitu melalui

laporan-laporan yang disampaikan kepada

KPwBI Sulut terkait pelaksanaan pertukaran

warkat di masing-masing KPWD. Rincian

jumlah peserta kliring pada wilayah kliring

Manado terdiri dari 25 bank. Jika dilihat dari

sisi jumlah rata-rata harian warkat debit, hanya

wilayah kliring Manado dan Gorontalo yang

telah memenuhi jumlah rata-rata warkat

harian, yaitu sebanyak 30 (tiga puluh) warkat

per hari selama Triwulan I. Penyampaian

laporan telah dilakukan secara tepat waktu

dengan format yang sesuai aturan Bank

Indonesia. Jumlah rata-rata kliring penyerahan

harian selama Triwulan I adalah sebesar

20.255 lembar, sedangkan rata-rata kliring

pengembalian warkat adalah sebanyak 409

lembar.

5.2. Upaya Menjaga Kelancaran Sistem

Pembayaran

KPwBI Sulut terus berupaya untuk

meningkatkan tingkat kelayakan uang di

Provinsi Sulut melalui monitoring dan survei

tingkat kelayakan uang Rupiah. Survei kualitas

uang beredar akan dilaksanakan sebanyak 2

(dua) tahap yaitu pada semester I yaitu pada

bulan April 2018 dan semester II. Survei

Semester I akan dilaksanakan di Tahuna dan di

Tahuna Timur. Adapun hasil survei akan

diterima oleh KPwBI Sulut pada 3 (tiga) bulan

setelah survei dilaksanakan.

Seiring dengan kebijakan clean money policy,

kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar

(UTLE) terus dilakukan oleh BI. Pada Triwulan

I 2018, jumlah UTLE yang dimusnahkan secara

nominal pada Triwulan I tercatat sebesar

Rp758,5 miliar dengan rasio terhadap inflow

sebesar 26%. Pemusnahan uang terdiri dari

pemusnahan melalui Mesin Sortasi Uang

Kertas (MSUK) sebesar Rp609,8 miliar dan

melalui Mesin Racik Uang Kertas (MRUK)

sebesar Rp148,7 miliar. Uang yang

dimusnahkan didominasi oleh Uang Pecahan

Besar (UPB) sebanyak 63%, sedangkan

sedangkan Uang Pecahan Kecil (UPK) sebesar

37%.

Temuan uang palsu di Sulawesi Utara dan

Provinsi Gorontalo pada Triwulan I 2018

tercatat sebanyak 181 lembar menurun

sebesar 33,7% (qtq) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Adapun rasio nilai

nominal temuan uang palsu terhadap outflow

uang tercatat sebesar 0,001%, tidak

mengalami perubahan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Berdasarkan

pecahannya, temuan pada Triwulan I 2018

terdiri dari 129 lembar untuk pecahan

Rp100.000, 42 lembar pecahan Rp50.000, 9

(sembilan) lembar pecahan Rp20.000, dan

1 (satu) lembar pecahan Rp10.000. Jika dilihat

dari sumber temuan, temuan uang palsu

berasal dari laporan bank sebanyak 140

lembar, setoran bank sebanyak 36 lembar, dan

melalui loket penukaran sebanyak 5 (lima)

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

37

lembar. Jika dilihat dari lokasi temuan uang

palsu, sebanyak 94% uang palsu ditemukan di

Manado dan 6% ditemukan di wilayah Sulut

lainnya.

Pemberantasan uang palsu terus dilakukan

KPwBI Sulut antara lain melalui penguatan

koordinasi bersama aparat penegak hukum

yang didasarkan pada pokok-pokok

kesepahaman dalam rangka mendukung

pelaksanaan tugas Bank Indonesia dengan

Kepolisian Daerah Sulut yang telah disepakati

sejak tanggal 23 Juni 2015. KPwBI Sulut selalu

melakukan klarifikasi uang palsu melalui data

dan fisik bilyet setiap bulan yang kemudian

dilaporkan kepada Kepolisian Daerah Sulut

untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya

sebagai penegak hukum.

Pada Januari 2018, Bank Indonesia

memperkenalkan Bank Indonesia Counterfeit

Analysis Centre (BICAC) Generasi II. BICAC

merupakan sistem informasi sebagai pusat

data, hasil penelitian, dan pelaporan temuan

uang palsu dengan fungsi pengklasifikasian

karakteristik masing-masing uang palsu atas

hasil analisis laboratorium. BICAC Generasi II

dapat mengakomodasi seluruh kegiatan

penatausahaan pelaporan uang palsu yang

masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan,

Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah

(PJPUR), perorangan, maupun aparat penegak

hukum. Selain untuk kepentingan internal,

statistik dan pelaporan uang palsu dapat

digunakan untuk kepentingan stakeholders

utama Bank Indonesia antara lain Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR-RI), Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK-RI), Kejaksaan Agung, dan

Kepolisan Republik Indonesia (POLRI).

10 Kas Titipan adalah kegiatan penyediaan uang Rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah satu bank untuk mencukupi persediaan kas bank-bank dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah /daerah tertentu.

Grafik 5.4 Persentasi Temuan Uang Palsu

Terhadap Outflow Uang

Sumber: Bank Indonesia

Dalam rangka memastikan ketersediaan Uang

Layak Edar (ULE), KPwBI Sulut juga

menyelenggarakan pelayanan jasa Kas

Titipan10 dalam rangka penyediaan

kebutuhan uang kartal. Pada Triwulan I 2018,

dilakukan sebanyak 4 (empat) kali dropping

Kas Titipan yang terdiri 1 (satu) kali di Provinsi

Gorontalo (Bank Mandiri KC. Gorontalo), 1

(satu) kali di Kab. Kep. Sitaro (BPD SulutGo KC

Siau), dan 2 (dua) kali di Pohuwato (BPD

SulutGo KC Marisa). Total dropping Kas Titipan

pada Triwulan I 2018 sebesar Rp188 miliar

sedangkan total nominal penarikan UTLE dari

Kas Titipan Bank Indonesia adalah sebesar

Rp581 miliar. KPwBI Sulut senantiasa

melakukan monitoring terhadap Kas Titipan

Bank Indonesia baik melalui pengawasan

offsite maupun pengawasan on-site. Pada

tanggal 26-29 Maret 2018, KPwBI Sulut telah

melakukan pengawasan secara on-site ke Kas

Titipan Bank Indonesia di Gorontalo. Melalui

pengawasan yang dilakukan diharapkan bank

pengelola dapat lebih meningkatkan internal

control terhadap pengelolaan Kas Titipan.

Selain melalui Kas Titipan, KPwBI Sulut juga

mengoptimalkan layanan Kas Keliling11, yang

tidak hanya menjangkau pusat bisnis modern,

namun juga hingga ke pasar tradisional di

tingkat kecamatan di setiap Kab/Kota di Sulut.

Selama Triwulan I 2018, Bank Indonesia Sulut

telah melaksanakan 58 Kas Keliling yang terdiri

11 Kas Keliling adalah kegiatan penukaran Uang Rupiah oleh Bank Indonesia di luar kantor Bank Indonesia kepada masyarakat dengan menggunakan moda transportasi.

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

38

dari 51 Kas Keliling dalam kota dan 7 (tujuh)

Kas Keliling luar kota. Melalui kegiatan Kas

Keliling selama Triwulan I, KPwBI Sulut berhasil

menukarkan uang sebanyak Rp16,64 miliar.

Dalam rangka memperluas jangkauan

layanan kas bank, Bank Indonesia

melaksanakan program BI Jangkau12, yaitu

program yang bertujuan untuk meningkatkan

layanan kas untuk menjangkau masyarakat di

wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi

jaringan kantor bank, pegadaian

Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah

(PJPUR), dan pihak lain. Provinsi Sulawesi

Utara menjadi salah satu wilayah yang ditunjuk

sebagai Pilot Project BI Jangkau. KPwBI Sulut

telah melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan Pilot Project BI Jangkau Tahun

2017. Pada Pilot Project BI Jangkau tahun 2017,

bank koordinator melakukan penukaran

sebanyak 1 (satu) kali dalam sebulan dengan

rata-rata nominal penukaran adalah sebanyak

Rp1,5 miliar per bulan

Grafik 5.5 Lokasi Kas Titipan dan Proyek BI Jangkau Tahun 2018

Sehubungan dengan masih adanya daerah

yang belum terjangkau oleh Kas Titipan Bank

Indonesia dan daerah yang belum menjadi

Pilot Project BI Jangkau pada tahun 2017,

KPwBI Sulut berencana untuk menambah

12 BI Jangkau adalah program peningkatan layanan kas untuk menjangkau masyarakat di wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi jaringan

jumlah kecamatan dalam Pilot Project BI

Jangkau Tahun 2018. Melalui penambahan

jumlah kecamatan, diharapkan dapat

mempercepat penarikan Uang Tidak Layak

Edar (UTLE) dari masyarakat. Untuk

mengoptimalkan penyerapan UTLE, KPwBI

Sulut juga berencana untuk bekerja sama

dengan PT Pegadaian (Persero), mengingat

aneka jasa yang ditawarkan diyakini mampu

mengedarkan uang dan menyerap uang dari

masyarakat

Berdasarkan hasil pengawasan off-site,

aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta

Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada Triwulan

I 2018 menunjukkan sedikit penurunan. Total

transaksi KUPVA BB pada Triwulan I 2018

tercatat sebesar Rp11,39 miliar, menurun

6,57% (qtq) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Nilai transaksi terbesar berasal

dari trasaksi mata uang USD (29%), kemudian

SGD (17%), CNY (14%), EURO (13%), MYR

(10%), JPY (7%), AUD (3%), dan mata uang

lainnya sebesar 7,58%.

Grafik 5.6 Transaksi KUPVA BB

Aktivitas KUPVA BB perlu disertai dengan

pengawasan untuk mencegah risiko

pemanfaatan KUPVA BB bagi kegiatan

pencucian uang, pendanaan terorisme, judi

on-line, dan kejahatan lainnya. Oleh

karenanya, Bank Indonesia telah menerbitkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI)

No.19/10/PBI/2017 tanggal 6 September 2017

tentang Penerapan Anti Pencucian Uang dan

kantor Bank, Pegadaian, Perusahaan Jasa Pengelola Uang Rupiah (PJPUR) dan pihak lain.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

39

Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan

PPT) Bagi Penyelenggara Jasa Sistem

Pembayaran Selain Bank dan Penyelenggara

Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing. PBI

tersebut diterbitkan untuk menyempurnakan

dan menyelaraskan penerapan prinsip APU

dan PPT sesuai dengan rekomendasi Financial

Action Task Force (FATF) yang merupakan

prinsip APU dan PPT yang berlaku secara

internasional. Penyempurnaan pengaturan

APU dan PPT meliputi penyesuaian ruang

lingkup pengaturan, pendekatan berbasis

risiko (Risk-Based Approach), pencegahan

pendanaan terorisme dan proliferasi senjata

pemusnah massal, mitigasi risiko terkait

teknologi baru dan pemanfaatan inovasi

teknologi, penyempurnaan Customer Due

Dilligence (CDD) dan penguatan ketentuan

sanksi. Bank Indonesia telah melakukan

Sektoral Risk Assessment (SRA) terhadap

KUPVA BB di Indonesia. Hasil SRA tersebut

dijadikan pedoman dalam penerapan Risk-

Based Approach of Reporting Parties (RBA),

yaitu melakukan penilaian berbasis risiko

sebagai pedoman untuk mengidentifikasi,

memahami, dan melakukan langkah-langkah

mitigasi risiko Tindak Pidana Pencucian Uang

(TPPU) dan Tindak Pidana Pendanaan

Terorisme (TPPT) dan sebagai panduan teknis

penyelenggara transfer dana dan

penyelenggara KUPVA BB. Sebagai langkah

implementasi dari Risk Based Approach

tersebut, Bank Indonesia akan membangun

sebuah sistem e-licensing KUPVA BB pada

tahun 2018.

Bank Indonesia Sulut terus melakukan upaya

menjaga kelancaran transaksi pembayaran

nontunai. Upaya yang dilakukan yaitu

mendorong Gerakan Nasional Non Tunai

(GNNT) melalui Layanan Keuangan Digital

(LKD) dan elektronifikasi berbagai jenis

transaksi baik Goverment to People (G to P),

People to Government (P to G) dan People to

People (P to P).

Dalam rangka mendukung implementasi

penyaluran bantuan sosial nontunai tahun

2018, KPwBI Sulut berupaya memperluas

implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD)

melalui dorongan kepada bank

penyelenggara LKD di Sulut, untuk melakukan

ekspansi agen LKD di tiap-tiap daerah. Posisi

jumlah LKD per Triwulan I 2018 tercatat

sebanyak 1.881 agen atau menurun sebesar

31% dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Namun demikian, jika

dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun sebelumnya, jumlah tersebut meningkat

sebesar 3,98%. Peningkatan tersebut berasal

dari penambahan jumlah agen oleh BRI dalam

rangka penyaluran bantuan sosial nontunai

yaitu Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

di tahun 2018. Jumlah pemegang uang

elektronik oleh LKD pada Triwulan I 2018

tercatat sebanyak 2.790 orang. LKD diharapkan

dapat menjadi agen perpanjangan tangan bank

untuk meningkatkan tingkat keuangan inklusif

di daerah. Transaksi yang dapat dilakukan

melalui LKD antara lain adalah melakukan top-

up atau isi ulang, tarik tunai, pembayaran atas

tagihan yang bersifat rutin dan berkala,

fasilitator registrasi pemegang, transfer

person-to-person, dan transfer person-to-

account dengan total nilai transaksi Rp1,91

miliar.

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

40

Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

6.1. KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara sedikit

membaik seiring dengan peningkatan kinerja

ekonomi Sulawesi Utara pada Triwulan I

tahun 2018. Perbaikan ketenagakerjaan di

Sulawesi Utara tersebut tercermin dari Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode

Februari 2018 yang sebesar 6,09%, turun dari

periode yang sama tahun sebelumnya yang

berada di level 6,12%. Sementara itu, kinerja

ekonomi Sulawesi Utara pada tahun Triwulan

I 2018 tercatat meningkat dengan

pertumbuhan sebesar 6,68% (yoy), lebih tinggi

dibanding Triwulan I tahun 2017 (6,43% yoy).

Jumlah angkatan kerja Sulawesi Utara pada

periode laporan tercatat mengalami

penurunan, sementara jumlah penduduk usia

kerja (usia 15 tahun ke atas) mengalami

peningkatan. Realisasi angkatan kerja pada

periode laporan tercatat sebanyak 1,254 juta

atau turun sebesar 0.4% dibandingkan periode

yang sama di tahun sebelumnya (1,259 juta).

Tren penurunan jumlah angkatan kerja ini

disebabkan oleh penurunan jumlah penduduk

yang bekerja meskipun jumlah pengangguran

juga menurun. Jumlah penduduk yang bekerja

pada Februari 2018 mengalami kontraksi

sebesar 0,4% (yoy) dibandingkan periode

Februari 2017 yang tercatat meningkat 8.3%

(yoy). Meskipun jumlah penduduk usia kerja

meningkat 1,3% (yoy), namun hal ini tidak

diikuti dengan peningkatan jumlah angkatan

kerja. Penurunan penduduk yang bekerja

disebabkan naiknya jumlah penduduk yang

mengurus rumah tangga sebesar 12,26%

dibandingkan periode yang sama di tahun

2017. Hal ini mengakibatkan Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) Sulawesi utara juga

mengalami perlambatan yaitu sebesar 67,73%,

menurun dari tahun sebelumnya yang berada

di level 68,78%. Jika dilihat berdasarkan jenis

kelamin, sesuai historisnya, kondisi

ketenagakerjaan di Sulawesi Utara masih

terkonsentrasi pada tenaga kerja laki-laki

dengan peran perempuan yang relatif masih

rendah. Hal ini tercermin dari TPAK laki-laki

tercatat sebesar 83% sementara TPAK

perempuan hanya 51%. Artinya banyak

penduduk perempuan yang belum ikut andil

dalam kegiatan produktif.

Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Februari (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Turunnya angka TPT disebabkan naiknya

jumlah tenaga kerja di beberapa sektor

utama. Seiring dengan membaiknya

pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2018

terutama di beberapa sektor seperti

Perdagangan dan Kontruksi, penyerapan

tenaga kerja khususnya dari kedua sektor

tersebut juga tumbuh masing-masing sebesar

8.78% dan 8.48% dibanding periode yang sama

di tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan

antara lain semakin meningkatnya kunjungan

wisman di Triwulan I 2018 yang naik sebesar

63.94% (yoy) dan 29.53% (qtq) serta seiring

dengan keberlanjutan proyek-proyek

infrastruktur seperti Tol Manado-Bitung.

Berdasarkan porsinya, penyerapan jumlah

tenaga kerja di subsektor pertanian yaitu

sebanyak 324,8 ribu orang (27,59%), subsektor

perdagangan sebanyak 299.1 ribu orang

Keadaan Ketenagakerjaan Feb-16 Feb-17 Feb-18Growth Feb-

17

Growth Feb-

18

Penduduk 15 thn ke atas 1,779 1,830 1,855 2.9% 1.3%

Angkatan kerja 1,184 1,259 1,254 6.3% -0.4%

Bekerja 1,091 1,182 1,177 8.3% -0.4%

Pengangguran 93 77 76 -16.8% -0.8%

TPAK (%) 66.55% 68.78% 67.73%

TPT (%) 7.82% 6.12% 6.09%

10.46 9.74

8.55

7.50 7.27

8.69

7.82

6.12 6.09

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

41

(25,4%) yang juga mencerminkan struktur

ekonomi Sulawesi Utara pada Triwulan I 2018.

Struktur tersebut didominasi oleh subsektor

pertanian sebesar 20.30% dan subsektor

perdagangan sebesar 12,48% dari total PDRB.

Meskipun demikian penyerapan tenaga kerja

di subsektor pertanian terkontraksi sebesar

12,25% (yoy) dengan penurunan yang paling

besar di antara sektor lainnya yang disebabkan

antara lain turunnya pekerja bebas di

pertanian dengan pangsa sebesar 4,26% di

Triwulan I 2018 dibanding 5,10% pada periode

yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sejalan dengan penurunan tenaga kerja di

subsektor industri, berdasarkan status

pekerjaannya, pekerjaan formal sedikit

menurun. Penurunan jumlah tenaga formal

turun sebesar 1.6 poin dibanding periode yang

sama di tahun 2017 disebabkan perlambatan

kinerja dan jumlah tenaga kerja yang

dicerminkan dengan menurunnya jumlah

karwayan/buruh dari porsi sebesar 36.62% di

tahun 2017 menjadi 34.87% di tahun 2018.

Disamping itu ada sedikit peningkatan

penduduk yang bekerja dengan usaha sendiri..

Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Utama (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan tingkat pendidikannya, kualitas

tenaga kerja di Sulut pada Triwulan I 2018

membaik. Hal ini tercermin dari menurunnya

persentase penduduk berpendidikan dasar

sebesar 2,43 poin dan meningkatnya

persentase pekerja berpendidikan menengah,

SMA, SMK hingga perguruan tinggi jika

dibandingkan pada periode yang sama di tahun

2017.

Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 6.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk

Level SMK paling tinggi dibandingkan tingkat

pendidikan lainnya yaitu 17.58% (lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun 2017

yang sebesar 9,62%). Hal ini mengindikasikan

jumlah penawaran pekerjaan di level

pendidikan SMK lebih sedikit dibanding tenaga

kerja tersedia. Naiknya tren TPT dengan

pendidikan SMK perlu dikaji lebih lanjut

mengingat lulusan SMK seharusnya

dipersiapkan dan lebih terampil untuk terjun

langsung di dunia kerja.

Dibandingkan dengan provinsi lain di KTI, TPT

Sulawesi Utara menduduki peringkat tertinggi

ketiga setelah Maluku dan Kalimantan Timur.

Meskipun mengalami penurunan, TPT Sulut

belum beranjak dari 5 besar TPT tertingi se-KTI.

Di sisi lain, Bali memiliki TPT terendah dan satu-

satunya provinsi yang mencatat TPT dibawah

1%.

Lapangan Pekerjaan

UtamaFeb-16 Feb-17 Feb-18

Growth Feb-

17

Growth Feb-

18

Pangsa

Feb-18

Pertanian 317.8 370.2 324.8 16.5% -12.25% 27.59%

Industri 57.1 90.1 86.4 57.7% -4.1% 7.34%

Konstruksi 94.0 86.3 93.6 -8.3% 8.5% 7.95%

Perdagangan 255.6 275.0 299.1 7.6% 8.8% 25.40%

Transportasi 93.2 86.0 81.6 -7.8% -5.2% 6.93%

Keuangan 23.6 24.6 34.4 4.0% 40.0% 2.92%

Jasa Kemasyarakatan 220.6 212.5 208.6 -3.7% -1.9% 17.71%

Lainnya 29.3 37.3 49.0 27.3% 31.5% 4.16%

Status Pekerjaan Feb-16 Feb-17 Feb-18difference

Feb-17

difference

Feb-18

Formal 42.91% 39.88% 38.28% -3.03% -1.60%

Informal 57.09% 60.12% 61.72% 3.03% 1.60%

36.44% 39.63% 37.25%

18.33%19.84% 19.90%

22.67%19.18% 20.70%

8.89% 10.67% 11.11%

13.67% 10.68% 11.05%

Feb-16 Feb-17 Feb-18

SD Ke bawah SMP SMA SMK Perguruan Tinggi

2017 2018

Feb Feb

SD Ke bawah 2.72 2.74

Sekolah Menengah Pertama 5.63 3.44

Sekolah Menengah Atas 9.76 7.84

Sekolah Menengah Kejuruan 9.62 17.58

Perguruan Tinggi 8.70 5.16

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

42

Grafik 6.3 Perkembangan TPT Feb-2018 se-Kawasan Indonesia Timur

Sumber: Badan Pusat Statistik

6.2. KESEJAHTERAAN

Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara

secara umum mengalami peningkatan seiring

dengan perbaikan indikator-indikator

kesejahteraan. Indikator-indikator tersebut

antara lain upah, tingkat kemiskinan, Nilai

Tukar Petani dan Indeks Kebahagiaan

Penduduk.

Pada tahun 2018, upah minimum provinsi

(UMP) meningkat sehingga mendorong

kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.

Upah Minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun

2018 ditetapkan pemerintah daerah sebesar

Rp 2,824,286.00 berdasarkan Peraturan

Gubernur No 48 tahun 2017 pada tanggal 31

Oktober 2017 yang meningkat sebesar 8,71%

(yoy) dari UMP tahun 2017 yakni Rp

2,598,000.00. Berdasarkan spasialnya, UMP

Provinsi Sulawesi Utara merupakan UMP

tertinggi ketiga secara Nasional (di bawah

Jakarta dan Papua). Dengan adanya

peningkatan UMP ini, diharapkan dapat

13 Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran

rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing

penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin

membantu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Kota Manado.

Pada periode September 2017, kesejahteraan

masyarakat Sulawesi Utara tercatat

mengalami kenaikan, tercermin dari tingkat

kemiskinan yang menurun. Jumlah penduduk

miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada

periode Sepember 2017 sebanyak 194,85 ribu

jiwa (atau sebesar 7,9%), turun dibandingkan

dengan penduduk miskin pada September

2016 yang berjumlah sekitar 200,35 ribu jiwa

(atau sebesar 8,2%) atau turun sebesar 0,3

persen. Angka ini masih di bawah tingkat

kemiskinan nasional yang tercatat mencapai

10,12% pada periode September 2017. Hal ini

didorong oleh peningkatan pendapatan

masyarakat yang menyebabkan tingkat

kemiskinan menurun. Sejalan dengan Tingkat

Kemiskinan yang menurun, Garis Kemiskinan

naik sebesar 5,46% yaitu dari Rp. 318,984 per

kapita per bulan pada September 2016

menjadi Rp336,403 per kapita per bulan pada

September 2017. Berdasarkan komponen

Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis

Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis

Kemiskinan Non Makanan (GKNM), peranan

komoditas makanan (sebesar 76,99%) jauh

lebih besar dibandingkan peranan komoditas

bukan makanan.

Perbaikan garis kemiskinan ini diikuti dengan

penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan13

yang tercatat menurun dari 1,377 pada

September 2016 menjadi 1,299 pada

September 2017. Kondisi ini mengindikasikan

adanya kenaikan daya beli masyarakat yang

semakin mendekati garis kemiskinan. Pada

September 2017, indeks kedalaman

kemiskinan di perdesaan (1,728) lebih tinggi

dari perkotaan (0,841), artinya diperlukan

subsidi yang lebih tinggi untuk mengentaskan

penduduk miskin di daerah pedesaan

dibandingkan perkotaan agar daya beli

tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran

penduduk dari garis kemiskinan.

6.09%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

Bal

i

Sulb

ar

Sult

ra

Pap

ua

NTT

Kal

ten

g

Sult

en

g

NTB

Go

ron

talo

Kal

sel

Kal

bar

Mal

ut

Kal

tara

Suls

el

Pab

ar

Sulu

t

Kal

tim

Mal

uku

Indonesia: 5.13%

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

43

masyarakat semakin mendekati garis

kemiskinan.

Sedangkan dari sisi keparahan kemiskinan,

Indeks Keparahan Kemiskinan14 juga tercatat

menurun dari 0,336 pada September 2016

menjadi 0,295 pada September 2017. Hal ini

mengindikasikan ketimpangan pengeluaran

diantara penduduk miskin semakin kecil.

Indeks keparahan kemiskinan di pedesaan

tercatat sebesar 0,370, lebih besar

dibandingkan di perkotaan yang tercatat

sebesar 0,215. Penduduk miskin di pedesaan

cenderung memiliki variasi pengeluaran

konsumsi antar penduduk miskin yang lebih

tinggi dibandingkan di perkotaan. Adapun

tingkat ketimpangan antara penduduk kaya

dan miskin di Sulawesi Utara yang tercermin

dari Gini Ratio tercatat meningkat sebesar

0,394 dari sebelumnya 0,379 pada September

2016 dimana angka tersebut dikategorikan ke

dalam kelompok ketimpangan sedang.

Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Sulawesi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Apabila dibandingkan dengan nasional dan

provinsi lain di Kawasan Sulawesi, tingkat

kemiskinan Sulawesi Utara merupakan yang

paling rendah, di bawah Sulawesi Selatan

(9.48%) dan nasional (10.12%), sedangkan

tingkat kemiskinan tertinggi tercatat di

Provinsi Gorontalo dengan tingkat 17.14 %.

Tabel 6.6 Indikator Keadaan Kesejahteraan

Sumber: Badan Pusat Statistik

14 Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Kesejahteraan petani di Sulawesi Utara masih

relatif rendah yang tercermin dari Nilai Tukar

Petani (NTP) yang masih berada di bawah

level sejahtera (100). Rata-rata NTP Sulawesi

Utara pada Triwulan I 2018 tercatat sebesar

94.65 membaik sebesar 2.52% (yoy) serta 0.1%

(qtq). Perbaikan NTP mengindikasikan

peningkatan kesejahteraan petani dengan

meningkatnya daya beli masyarakat di

kawasan pedesaan. Membaiknya NTP lebih

disebabkan naiknya harga-harga komoditi

khususnya subsektor tanaman pangan dan

hortikultura pada komponen harga yang

diterima petani, dimana subsektor ini

mempunyai share yang cukup besar dalam

pembentukan nilai NTP. Angka NTP Sulut pada

periode laporan yang masih berada di bawah

batas kesejahteraan tersebut disebabkan

kenaikan Indeks Dibayar Petani lebih dari

kenaikan Indeks Diterima Petani. Faktor utama

yang memengaruhi hal tersebut yaitu kenaikan

komponen konsumsi rumah tangga

subkelompok bahan makanan.

Grafik 6.5 Perkembangan NTP Sulut

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan subsektor, petani pada subsektor

perikanan merupakan yang paling sejahtera,

hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar

dibandingkan dengan subsektor lainnya yaitu

107.52 Peningkatan kesejahteraan kelompok

nelayan salah satunya disebabkan oleh

relaksasi kebijakan moratorium dan

transhipment. Dengan menggunakan ukuran

yang sama, petani di subsektor tanaman

pangan, hortikultura dan perkebunan masih

Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Indikator Sep-16 Sep-17

Tingkat Kemiskinan (%) 8.20 7.90

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 200.35 194.85

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 318,984 336,403

Indeks Kedalaman Kemiskinan 1.377 1.299

Indeks Keparahan Kemiskinan 0.336 0.295

-4%

-3%

-2%

-1%

1%

2%

3%

88

90

92

94

96

98

100

102

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017 2018

NTP Sulut Minimum Sejahtera Pertumbuhan

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

44

berada di bawah batas sejahtera dengan NTP

masing-masing 92.19, 96.78 dan 89.14. Kondisi

curah hujan masih belum stabil pada Triwulan

I 2018 mengakibatkan jadwal panen serta

kualitas hasil pertanian terganggu sehingga

berdampak pada kualitas maupun kuantitas

produksi hasil pertanian.

Grafik 6.6 NTP Sulut per Subsektor Triwulan I

2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Sulawesi, penguatan NTP terjadi di seluruh

Provinsi. NTP Sulawesi Utara masih menempati

posisi terendah jika dibandingkan dengan

provinsi lainnya di Sulawesi, sementara NTP

tertinggi tercatat di Sulawesi Barat.

Grafik 6.7 Perkembangan NTP di Pulau

Sulawesi pada Triwulan I 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara Tahun

2017 meningkat dan merupakan tiga provinsi

yang memiliki Indeks Kebahagiaan tertinggi di

Indonesia. Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara

tahun 2017 berdasarkan Survei Pengukuran

Tingkat Kebahagiaan (SPTK) sebesar 73,69

pada skala 1-100. Nilai ini berada di atas angka

nasional yang hanya sebesar 70,69. Indeks

Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang

disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan

Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan

Makna Hidup (Eudaimonia). Dimensi kepuasan

hidup dibedakan menjadi subdimensi

kepuasan hidup personal dan kepuasan hidup

sosial. Besarnya indeks masing-masing dimensi

penyusun Indeks Kebahagiaan yaitu Indeks

Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 74,27 (Indeks

Subdimensi Kepuasan Hidup Personal sebesar

70,14 dan Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup

Sosial sebesar 78,40), Indeks Dimensi Perasaan

sebesar 69,29 dan Indeks Dimensi Makna

Hidup sebesar 77,11.

Adapun kontribusi masing-masing dimensi

terhadap Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara

adalah Kepuasan Hidup (34,80%), Perasaan

(31,18%) dan Makna Hidup (34,02%). Secara

nasional, Indeks Kebahagiaan Sulut berada di

peringkat ketiga tertinggi setelah Maluku

Utara (75,68) dan Maluku (73,77). Secara

spasial, Indeks Kebahagiaan penduduk yang

tinggal di wilayah perkotaan cenderung lebih

tinggi dibanding penduduk yang tinggal di

perdesaan. Nilai Indeks Kebahagiaan di

perkotaan sebesar 75,38, sedangkan di

perdesaan sebesar 71,92.

92.1996.78

89.14

102.77107.52

94.65

TanamanPangan

Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan NTP Sulut

Batas Minimum Sejahtera

94.6596.14

101.32

94.38

103.65

109.06

Sulawesi Utara SulawesiTengah

SulawesiSelatan

SulawesiTenggara

Gorontalo Sulawesi Barat

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

45

Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah

7.1. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara pada Triwulan

III 2018 diperkirakan tumbuh moderat

dibandingkan perkiraan pertumbuhan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

Sulut diperkirakan masih berada pada kisaran

6,1-6,5% (yoy) di Triwulan III 2018.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi

akan didorong oleh peningkatan komponen

konsumsi dan investasi. Peningkatan

konsumsi akan ditopang oleh meningkatnya

konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Konsumsi rumah tangga

meningkat seiring dengan peningkatan

pendapatan baik dari kenaikan UMP maupun

peningkatan sektor pariwisata. Pada Triwulan

III 2018, konsumsi rumah tangga akan

meningkat seiring perayaan hari pengucapan

yang rutin dilakukan di beberapa daerah di

provinsi Sulawesi Utara. Konsumsi pemerintah

diperkirakan meningkat seiring pola

historisnya dan belum maksimalnya realisasi

konsumsi pemerintah di awal tahun. Selain itu

Penyaluran dana desa 2018 yang dibagi dalam

3 tahap juga dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi pada Triwulan III 2018 lebih tinggi,

mengiingat terdapat lag antara transfer dana

desa dan realisasinya di pedesaan. Di sisi

perdagangan luar negeri, ekspor barang

diperkirakan menurun seiring dengan

penurunan harga kopra, tren menurun harga

CNO dunia, serta penurunan produktivitas

kelapa. Meskipun begitu, Ekspor diperkirakan

tetap meningkat seiring dengan bertambahnya

jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut dan

dibukanya beberapa rute penerbangan baru

dari dan ke Sulut.

Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong

pertumbuhan ekonomi Sulut terutama

bersumber dari sektor konstruksi,

perdagangan dan industri transportasi. Sektor

konstruksi diperkirakan tumbuh meningkat

seiring meningkatnya realisasi belanja modal

pemerintah di Triwulan III 2018. KEK Bitung

yang diperkirakan akan beroperasi di Triwulan

III 2018 akan ikut meningkatkan nilai sektor ini.

Selain itu animo masyarakat Sulut dalam

berinvestasi di sektor properti ikut berpotensi

mendorong pertumbuhan sektor konstruksi.

Peningkatan juga diperkirakan terjadi di sekotr

perdagangan. Adanya event dan

perkembangan sektor pariwisata provinsi

Sulawesi Utara diperkirakan akan mendorong

pertumbuhan di sektor perdagangan. Selain itu

peningkatan konsumsi rumah tangga melalui

peningkatan UMP menjadi faktor potensial lain

yang akan mendorong pertumbuhan sektor

perdagangan. Sementara itu, sektor

transportasi diperkirakan meningkat seiring

dengan peningkatan konsumsi rumah tangga

dan kunjungan wisman. Selain itu,

pertumbuhan transportasi berbasis daring di

Provinsi Sulawesi Utara diperkirakan akan ikut

mendorong pertumbuhan ekonomi sektor

transportasi.

Sementara itu, sepanjang keseluruhan tahun

2018, perekonomian Sulut diperkirakan

tumbuh meningkat dibandingkan tahun 2017.

Ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh pada

kisaran 6,2-6,6% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan tahun 2017 sebesar 6,32% (yoy).

Dari sisi pengeluaran, peningkatan

pertumbuhan ekonomi tahun 2018 akan

ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan

kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga

diperkirakan meningkat sebagai dampak

naiknya UMP tahun 2018, peningkatan

produksi sektor transportasi, dan

penyelenggaraan Pilkada. Sementara itu,

kinerja ekspor akan ditopang oleh pasokan

bahan baku pada industri pengolahan dan juga

dari sisi eksternal dimana perekonomian dunia

semakin membaik. Dari sisi lapangan usaha,

peningkatan pertumbuhan ekonomi 2018

terutama akan didorong oleh sektor

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

46

perdagangan dan transportasi seiring dengan

peningkatan konsumsi rumah tangga, kinerja

ekspor-impor, dan meningkatnya kunjungan

wisman sebagai dampak upaya pemerintah

dalam mendorong pariwisata.

Di tengah proyeksi peningkatan pertumbuhan

ekonomi tersebut, beberapa faktor risiko baik

dari sisi eksternal maupun internal tetap

perlu mendapat perhatian. Risiko eksternal

berupa risiko rencana pengetatan kebijakan

moneter di negara ekonomi maju, risiko

kenaikan harga minyak di tahun 2018 sebagai

dampak kesepakatan dari negara-negara

penghasil minyak untuk memangkas produksi

dan ekspor, tren menurun harga komoditas

andalan Sulut serta risiko geopolitik. Di sisi

domestik, risiko berasal dari belum kuatnya

konsumsi rumah tangga dan intermediasi

perbankan. Khusus regional Sulut, risiko

bersumber dari permasalahan di bidang

infrastruktur seperti pembebasan lahan dan

potensi defisitnya pasokan listrik seiring

dengan naiknya kebutuhan masyarakat. Risiko

lainnya yaitu potensi terganggunya

manajemen dan administrasi pemerintah

daerah sebagai dampak Pilkada

kabupaten/kota.

7.2. Inflasi

Pada Triwulan III 2018, tekanan inflasi Sulut

diperkirakan menurun dibandingkan

perkiraan inflasi Triwulan II 2018, namun

masih terkendali dan berada di rentang

sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5±1%.

Inflasi Triwulan III 2018 secara tahunan

diperkirakan sebesar 2,8-3,2% (yoy).

Secara bulanan, deflasi diperkirakan terjadi di

keseluruhan bulan di Triwulan III 2018. Pada

Juli, deflasi diperkirakan cukup moderat yakni

sebesar -0,53% (mtm). Pada Agustus, deflasi

diperkirakan kecil yakni sebesar -0,03% (mtm).

Sementara pada September, deflasi lebih

dalam diperkirakan kembali terjadi di angka -

0,57% (mtm). Deflasi pada Juli dan Agustus

2018 disebabkan oleh faktor base effect

tingginya permintaan pada bulan Mei dan Juni

sebagai dampak perayaan hari raya Idul Fitri .

Kondisi tersebut diperkirakan menyebabkan

harga bumbu-bumbuan khususnya barito

(bawang merah, cabai rawit dan tomat)

kembali ke posisi normalnya. Selain komoditas

tersebut, deflasi juga akan disumbang oleh

angkutan udara mengingat penurunan

permintaan angkutan udara pasca libur

panjang Idul Fitri.

Sepanjang tahun 2018, inflasi diperkirakan

terkendali dan berada dalam rentang sasaran

inflasi sebesar 3,5%±1% (yoy), namun

demikian tetap perlu dicermati beberapa

faktor risiko inflasi yang membayangi tahun

2018 antara lain: (i) rencana kenaikan harga

TTL dan BBM seiring dengan naiknya harga

minyak dunia; (ii) potensi tekanan imported

inflation seiring meningkatnya ketidakpastian

global yang memberi pengaruh pada

pergerakan kurs ; dan (iii) ketersediaan bahan

pasokan kebutuhan pokok yang biasanya

menjadi penyumbang inflasi tahunan Sulut.

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

47

Daftar Istilah dan Singkatan

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... Boks 4 .1 Proses Transfer Dana Dena ..... ..... ..... 18 viii Indikator Ekonomi dan Perbankan Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik

48

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam Rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibilitas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.