Kajian Anemia Analisa Kasus

7
BAB IV ANALISA KASUS Pasien perempuan 25 tahun dari usia pasien tersebut termasuk dalam frekuensi tertinggi dalam terjadinya anemia aplastik yaitu berusia 15 sampai 25 tahun; peringkat kedua terjadi pada usia 65 sampai 69 tahun. Epidemiologi bahwa pasien anemia aplastik ditemukan sesuai dengan data pasien yang menunjukan pasien berusia 25 tahun dan terjadi di Indonesia, salah satu kawasan Asia Pasifik sebagai belahan bumi timur, dimana insidensi kasus anemia aplastik lebih sering ditemukan daripada belahan bumi bagian barat. Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan mendadak dan terus menerus. Dari gejala demam ini, patut dicurigai adanya infeksi pada pasien. Selain itu pasien juga mengeluh batuk-batuk dengan dahak sulit keluar. Dari anamnesis ini dapat diduga bahwa infeksi yang ada kemungkinan dari saluran pernapasan. Dua bulan SMRS pasien mengeluh perdarahan gusi yang dialami tiba-tiba dan sebelumnya tidak ada riwayat perdarahan gusi. Hal ini disebabkan karena trombositopenia yang merupakan salah satu gejala dari anemia aplastik. Pasien berobat ke RSF dan dilakukan pemeriksaan darah serta BMP dan pasien juga dikatakan menderita anemia aplastik. Dari anamnesis ini didapatkan bahwa pasien adalah penderita anemia aplastik. Pada anemia aplastik terjadi pansitopenia perifer sehingga dapat ditemukan gejala-gejala dari

description

analisa kasus anemia usia xx tahun. hehehe

Transcript of Kajian Anemia Analisa Kasus

BAB IVANALISA KASUS

Pasien perempuan 25 tahun dari usia pasien tersebut termasuk dalam frekuensi tertinggi dalam terjadinya anemia aplastik yaitu berusia 15 sampai 25 tahun; peringkat kedua terjadi pada usia 65 sampai 69 tahun. Epidemiologi bahwa pasien anemia aplastik ditemukan sesuai dengan data pasien yang menunjukan pasien berusia 25 tahun dan terjadi di Indonesia, salah satu kawasan Asia Pasifik sebagai belahan bumi timur, dimana insidensi kasus anemia aplastik lebih sering ditemukan daripada belahan bumi bagian barat. Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan mendadak dan terus menerus. Dari gejala demam ini, patut dicurigai adanya infeksi pada pasien. Selain itu pasien juga mengeluh batuk-batuk dengan dahak sulit keluar. Dari anamnesis ini dapat diduga bahwa infeksi yang ada kemungkinan dari saluran pernapasan. Dua bulan SMRS pasien mengeluh perdarahan gusi yang dialami tiba-tiba dan sebelumnya tidak ada riwayat perdarahan gusi. Hal ini disebabkan karena trombositopenia yang merupakan salah satu gejala dari anemia aplastik. Pasien berobat ke RSF dan dilakukan pemeriksaan darah serta BMP dan pasien juga dikatakan menderita anemia aplastik. Dari anamnesis ini didapatkan bahwa pasien adalah penderita anemia aplastik. Pada anemia aplastik terjadi pansitopenia perifer sehingga dapat ditemukan gejala-gejala dari pansitopenia tersebut. Pada pasien ini ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada saluran pernapasan. Hal ini dapat merupakan akibat dari anemia aplastik yaitu leukopenia yang membuat pasien menjadi lebih mudah terkena infeksi. Setelah menjalani perawatan di RSF selama 19 hari, pasien mengaku demam dan batuk sudah tidak ada. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan dari infeksi saluran pernapasan tersebut. Namun masih didapatkan kedua kedua bola mata tampak ada bercak kemerahan, bercak kemerahan tersebut dapat disebabkan oleh trombositopenia yang merupakan salah satu gejala dari anemia aplastik. Selain itu saat ini pasien mengaku kedua bola matanya agak kuning. Mual dan muntah disangkal oleh pasien. Dari keluhan pasien bahwa kedua bola matanya agak kuning maka harus dicurigai adanya ikterus pada pasien ini.Pada pasien ini, etiologi anemia aplastik yang mungkin adalah idiopatik, namun dicurigai akibat hepatitis B yang diderita pasien walaupun diduga penyebab dari anemia aplastik adalah hepatitis Non-A, non-B, dan non-C. Pasien menyangkal konsumsi obat-obatan sebelumnya, riwayat kemoterapi, dan penyinaran disangkal untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain baik akibat obat-obatan maupun iatrogenik akibat radiasi dan kemoterapi.Lalu dari pemeriksaan fisik pada saat pasien masuk ke RSF didapatkan demam yaitu 39,50 C dan takikardia dengan nadi 112x/menit serta takipneu yaitu 24x/menit. Hal ini dapat terjadi karena adanya infeksi. Sedangkan dari pemeriksaan fisik tanggal 17 Mei 2012 didapatkan bahwa tanda vital pasien dalam keadaan normal. Pasien juga tidak demam, tidak takikardia dan tidak takipneu. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan selama perawatan. Selain itu didapatkan baik pada pemeriksaan fisik awal dan tanggal 17 Mei 2012 didapatkan bahwa konjungtiva pasien pucat yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan Hb pada pasien sehingga harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui kadar Hb pada pasien. Penurunan Hb ini dapat disebabkan karena anemia aplastik. Serta didapatkan adanya perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan, karena batuk kronik atau juga karena terjadinya trombositopenia. Pada pasien ini kemungkinan karena trombositopenia yang disebabkan oleh anemia aplastik. Pada pemeriksaan fisik pada awal masuk tidak terdapat ikterik pada kulit dan juga tidak terdapat sklera ikterik sedangkan dari pemeriksaan fisik pada tanggal 17 Mei 2012 pada kulit dapat terlihat ikterus dan juga terdapat sklera ikterik. Hal ini menunjukkan adanya ikterus yang terjadi akut pada pasien. Pada pemeriksaan thorax saat pasien masuk terdapat kelainan yaitu terdengar ronkhi basah kasar pada basal kedua lapang paru. Dari hal ini maka pada pasien dapat ditegakkan diagnosis CAP. Setelah perawtan selama 19 hari di RSF dan telah diberikan antibiotik, dari pemeriksaan fisik tanggal 17 Mei 2012 tidak didapatkan adanya kelainan. Hal ini terjadi karena pada pasien sudah mengalami perbaikan setelah perawatan 19 hari di RSF. Dari pemeriksaan laboratorium sejak pasien masuk RSF hingga tanggal 13 Mei 2012 didapatkan adanya pansitopenia yaitu anemia normositik normokrom, leukopenia, trombositopenia dan juga didapatkan kadar retikulosit normal. Sedangkan dari pemeriksaan hitung jenis leukosit didapatkan neutropenia dan juga limfositosis. Dari hasil lab ini makin menunjukkan bahwa pasien menderita anemia aplastik. Selain itu dari anamnesis didapatkan bahwa pasien pernah melakukan pemeriksaan BMP dan dikatakan anemia aplastik tetapi dari rekam medis tidak ditemukan hasil pemeriksaan BMP sehingga seharusnya dilakukan lagi pemeriksaan BMP untuk lebih memastikan diagnosis anemia aplastik. Pada pasien ini dapat dikategorikan sebagai anemia aplastik berat karena jumlah neutrofil