k2-12
-
Upload
nova-puspitasari -
Category
Documents
-
view
406 -
download
24
Transcript of k2-12
SINTESIS DIBENZALASETON
(K2-12)
NOVA PUSPITASARI
2009/284014/PA/12779/W
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Sintesis Dibenzalaseton”. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami reaksi adisi suatu molekul aldehida ke molekul aldehida yang lain, serta mempelajari reaksi aldol kondensasi.
Percobaan ini, dibagi menjadi 2 bagian yaitu redistilasi etanol teknis dan bagian kedua yaitu reaksi antara benzaldehida dengan aseton. Redistilasi etanol teknis bertujuan untuk meningkatkan kemurnian etanol, pada akhir redistilasi ditambahkan garam Na2SO4 anhidrat yang bertujuan untuk mengikat air. Bagian kedua adalah reaksi kondensasi aldol campuran, dimana benzaldehida direaksikan dengan aseton menggunakan katalis basa. Kondensasi aldol campuran dilakukan pada kondisi benzaldehida berlebih sehingga dihasilkan dibenzalaseton. Dibenzalaseton yang diperoleh dimurnikan dengan menggunakan metode reksristalisasi
Pada percobaan ini dihasilkan dibenzalaseton sebesar 1,92 gram berupa serbuk berwarna kuning kehijau-hijauan dengan titik lebur 108,8 oC dan persentase hasil 60,2637%.
Kata kunci : dibenzalaseton, kondensasi aldol silang
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 1
SYNTHESIS DIBENZALASETON
(K2-12)
NOVA PUSPITASARI
2009/284014/PA/12779/W
ABSTRACT
Experiment to synthesized dibenzalacetone has been conducted. The aim of this experiment
was to understand addition of aldehide molecule in aldol condensation through addition reaction.
This experiment divided in 2 different steps. The first step is redistillation of ethanol tehnic and
the second is reaction between aldehyde and acetone. Redistillation of ethanol purposed to increase
purity of ethanol, in last stage to eliminate the water molecule is by using NaSO4 anhidrous. The
second step is cross aldol condensation between benzaldehide and acetone in base solution. Cross
aldol condensation poses in excees benzaldehida to form dibenzalacetone. Product dibenzalacetone
purified by using recrystallization method.
This experiment yieldid green-yellow powder dibenzalcetone in 1.9 grams with melting point
108.8 oC and 60.26 in yield.
Keywords: dibenzalacetone, cross aldol condensation
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 2
SINTESIS DIBENZALASETON
(K2-12)
I. TUJUAN
1. Mampu memahami reaksi adisi suatu molekul aldehida ke molekul aldehida yang
lain
2. Mempelajari reaksi aldol kondensasi
II. DASAR TEORI
1. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk memurnikan
senyawa. Rekristalisasi dilakukan dengan menempatkan senyawa yang kurang
murni ke dalam suatu pelarut, memanaskan larutan tersebut sehingga senyawa
terlarut dan menyaring pengotornya. Pada beberapa kasus digunakan karbon aktif
untuk menghilangkan kontaminan warna dari suatu senyawa. Campuran kemudian
didinginkan sehingga kristal murni terbentuk. Rekristalisasi didasarkan pada
perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Ada dua
kemungkinan keadaan dalam rekristalisasi yaitu pengotor lebih larut daripada
senyawa yang dimurnikan, atau kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa
yang dimurnikan (AOAC,1995).
Pada dasarnya proses rekristalisasi meliputi melarutkan senyawa yang
tidak murni ke dalam pelarut yang sesuai atau yang dekat titik didihnya , menyaring
larutan panas dari partikel atau material yang tidak larut, membiarkan larutan panas
tersebut menjadi dingin, memisahkan kristal dari larutan berair (vogel, 1989).
Untuk memurnikan suatu senyawa dengan proses rekristalisasi, yang
dilakukan pertama kali adalah memilih pelarut yang sesuai. Pelarut yang sesuai
tidak hanya melarutkan senyawa target pada temperatur yang lebih tinggi dan
mengkristalkan pada suhu kamar, tetapi juga tidak bereaksi dengan senyawa target.
Pelarut juga tidak melarutkan pengotor pada temperatur yang sama dengan
senyawa target. Senyawa pengotor seharusnya larut pada suhu kamar dan senyawa
target tidak
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 3
larut atau sebaiknya tidak larut pada suhu yang lebih tinggi sehingga pengotor dapat
dipisahkan.
2. Redistilasi
Redistilasi berarti melakukan distilasi ulang, tujuannya untuk melakukan
permurnian senyawa yang diinginkan misalnya ethanol di redistilasi untuk
mendapatkan ethanol murni. Destilasi sendiri merupakan teknik pemisahan yang
didasari atas perbedaan perbedaan titik didik atau titik cair dari masing-masing zat
penyusunnya. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap
penguapan lalu uap tersebut didinginkan dan menjadi cair atau padatan. Proses
destilasi diawali dengan pemanasan, zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin yang dialiri
oleh aliran air dan uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus
menerus dan akhirnya terpisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam
campuran tersebut. Distilasi biasa akan berjalan baik jika larutan yang akan
didistilasi memiliki kemurnian yang relatif tinggi ( tidak lebih dari 10 % nya adalah
kontaminan ), larutan memiliki suatu kontaminan bisa berupa padatan atau cairan.
Jika kontaminannya adalah cairan maka perbedaan titik didihnya kurang lebih 70 0C
(Kister, 1992).
Apabila perbedaan titik didihnya kurang dari 70 0C, maka dapat dilakukan
teknik distilasi fraksinasi. Pada distilasi fraksinasi, panas ditambahkan pada
campuran hingga mulai mendidih. Gas yang dihasilkan biasanya lebih murni dari
campurannya tetapi masih mengandung semua senyawa yang menyusun
campuran itu. Gas tersebut berjalan ke atas menuju kolom fraksinasi. Kolom
fraksinasi menghalangi gas untuk berjalan ke atas secara langsung dengan
meletakkan sejumlah besar permukaan pada jalan tersebut, baik dengan
menggunakan plat berseri maupun mengisi kolomnya dengan packing material. Gas
yang naik tersebut kemudian terkondensasi ke permukaan dan menjadi cairan. Gas
yang naik dari bawahnya akan memanaskan cairan itu lagi menyebabkan distilasi
lain dan menghasilkan gas yang lebih murni dari sebelumnya. Gas itu kemudian
naik ke kolom selanjutnya hingga keluar dari kolom fraksinasi lalu didinginkan
menjadi cairan dan mengisi tabung penampung (Kister,1992).
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 4
3. Kondensasi Aldol
Reaksi aldol ditemukan secara terpisah oleh Charles-Adolphe Wurtz dan
Aleksander Porfyrevich Borodin pada tahun 1872. Reaksi aldol adalah salah satu
reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon yang pada umumnya melibatkan adisi
nukleofilik enolat keton ke sebuah aldehida dan membentuk sebuah keton β-
hidroksi, atau "aldol" ( aldehid alkohol ). Nukleofil yang digunakan dalam reaksi
aldol meliputi enol, enolat, dan enol eter dari keton, aldehida, dan senyawa-
senyawa karbonil lainnya. Sedangkan pasangan elektrofiliknya biasanya adalah
sebuah aldehida, walaupun terdapat juga variasi lainnya, seperti pada reaksi
Mannich. Ketika nukleofil dan elektrofilnya berbeda, reaksi ini dikenal sebagai reaksi
aldol silang (Robert,1971). Pada reaksi aldol silang, dimana memiliki suatu aldehida
tanpa hidrogen α tidak dapat membentuk ion enolat dan dengan demikian tidak
dapat berdimerisasi dalam suatu kondensasi aldol. Namun jika aldehida semacam
itu dicampur dengan aldehida yang memiliki hidrogen alfa, maka kondensasi antara
keduanya dapat terjadi (Fessenden,1999).
Suatu reaksi kondensasi ialah reaksi di mana dua molekul atau lebih
bergabung menjadi suatu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya
suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi di
mana tidak dilepaskan suatu molekul kecil (Fessenden, 1999).
Aldehida awal dalam kondensasi aldol harus mengandung satu hidrogen
yang berposisi α terhadap gugus karbonil sehingga aldehida ini dapat membentuk
ion enolat dalam basa. Produk aldol itu masih memiliki suatu gugus karbonil dengan
hidrogen α. Produk ini dapat bereaksi lebih lanjut membentuk dimer,trimer, bahkan
polimer. Keton juga menjalani kondensasi aldol juga, tetapi kesetimbangan tidak
membantu terbentuknya produk kondensasi-keton. (Fessenden, 1999)
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 5
III. ALAT DAN BAHAN
III.1. Alat
Pada percobaan “Sintesis Dibenzalaseton”, digunakan alat-alat antara lain 1 set
alat redistilasi, gelas erlenmeyer, gelas beker, batang pengaduk, penyaring buchner,
penangas es, gelas arloji, timbangan analitik, corong gelas, oven pemanas dan alat
penentu titik lebur.
III.2. Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada percobaan ini antara lain larutan
benzaldehida; aseton; etanol teknis; KOH; Na2SO4 anhidrous; aquades dan kertas
saring.
III.3. Skema Alat
III.3.A. Alat Distilasi
III.3.B. Penyaring Buchner
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 6
IV. PROSEDUR KERJA
IV.1. Redistiasi Etanol Teknis
Dimasukan 100 mL etanol teknis ke dalam labu leher tiga, kemudian diredistilasi.
Suhu dijaga agar tidak melebihi 78oC. Distilat yang diperoleh kemudian dikeringkan
dengan menggunakan Na2SO4 anhidrous.
IV.2. Kondensasi Aldol Campuran
Direaksikan 2 mL benzaldehida dengan 10 mL etanol teknis di dalam
erlenmeyer. Pada erlenmeyer tersebut, juga ditambahkan 6,5 mL KOH dan 1 mL
aseton yang dilakukan dengan cara tetes demi tetes. Selanjutnya erlenmeyer
ditutup dan dikocok selama 15 menit, kemudian didiamkan selama 10 menit hingga
terbentuk gumpalan padatan. Selanjutnya, padatan yang terbentuk tersebut disaring
dengan menggunakan penyaring buchner dan dicuci dengan 10 mL etanol teknis
dan sedikit aquades. Padatan yang telah disaring tersebut, kemudian dilarutkan
kembali ke dalam 10 mL etanol yang telah dihangatkan untuk direkristalisasi.
Padatan yang telah larut dalam larutan etanol selanjutnya didinginkan dengan
menggunakan penangas es selama 5 menit. Setelah proses rekristalisasi tersebut,
sehingga akan diperoleh kristal yang berwarna kuning. Selanjutnya kristal tersebut
disaring dan dicuci dengan menggunakan larutan etanol teknis kembali sebanyak
10 mL. Kristal dari hasil rekristalisasi tersebut, selanjutnya dikeringkan di dalam
oven kurang lebih 15 menit. Setelah kering, kemudian kristal tersebut ditimbang
dengan menggunakan timbangan analitik, selanjutnya diukur titik leburnya.
V. HASIL PERCOBAAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan suatu senyawa
dibenzaldehida, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Berat : 1,92 gram
2. Bentuk : serbuk, padatan
3. Warna : kuning kehijau-hijauan
4. Bau : karakteristik
5. Titik Lebur :108,8 oC
6. Persen Hasil : 60,2637 %
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 7
VI. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini yang berjudul “Sintesis Dibenzalaseton”, dilakukan dengan
tujuan agar mahasiswa mampu memahami reaksi adisi suatu molekul aldehida ke
molekul aldehida yang lain serta untuk mempelajari reaksi aldol kondensasi. Pada
percobaan ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama yakni redistilasi etanol teknis dan
tahap kedua yaitu kondensasi aldol campuran.
Percobaan pertama dimulai dengan redistilasi etanol teknis. Redistilasi merupakan
distilasi ulang, dimana terdapat suatu senyawa yang telah didistilasi, kemudian didestilasi
kembali, dalam hal ini yaitu etanol, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu senyawa
dengan tingkat kemurniannya lebih tinggi (etanol murni). Hal ini dapat terjadi karena
senyawa pengotornya telah dipisahkan. Proses redistilasi ini, suhunya dijaga pada
temperatur 78 oC, hal ini karena pada suhu tersebut merupakan titik didih dari etanol,
dimana pada temperatur itu, etanol murni akan teruapkan. Sebelum redistilasi dilakukan,
ditambahkan dengan 2 buah batu didih. Penambahan batu didih ini dimaksudkan untuk
meratakan panas ke seluruh permukaan labu leher tiga. Selanjutnya ditambahkan Na2SO4
anhidrous yang bertujuan untuk mengikat air yang ikut terdistilasi, sehingga etanol yang
terbentuk diharapkan murni.
Pada percobaan yang telah dilakukan, terlihat bahwa pada proses redistilasi
setelah ditunggu kurang lebih 30 menit pada suhu 78-80 oC, ternyata belum tampak ada
distilat yang terkondensasi dan menetes pada penampung. Distilat baru dapat dilihat atau
ditemukan pada penampung pada temperatur 90 oC dalam jumlah yang kecil. Hal ini
kurang sesuai dengan teori, bahwa titik didih dari distilat (etanol) adalah 78 oC, dimana
pada temperatur ini seharusnya etanol murni akan teruapkan dengan kata lain akan
didapatkan pada penampung. Penyimpangan ini dimungkinkan karena etanol yang
digunakan telah rusak yang disebabkan penyimpanan yang terlalu lama, sehingga
dimungkinkan etanol telah teruapkan dan mayoritas kandungannya adalah air. Sehingga
etanol yang didapatkan pada proses redistilasi ini bisa dikatakan tidak murni.
Percobaan kedua yakni kondensasi aldol campuran. Pertama-tama ditimbang 2
mL benzaldehida, kemudian ditambahkan etanol teknis dan KOH. Fungsi
ditambahkannya KOH disini sebagai katalis basa, sehingga akan terbentuk ion enolat
pada aseton dan pemberi suasana basa pada larutan, sehingga reaksi dapat
berlangsung. Ion enolat yang terbentuk tersebut akan bereaksi dengan elektrofil dari
karbonil benzaldehida, dan pada akhir reaksi akan terbentuk kembali, karena KOH
bertindak sebagai katalis, dimana dalam pengertiannya
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 8
yakni katalis akan mempercepat terbentuknya keseimbangan dan akan dihasilkan
kembali pada akhir reaksi. Selanjutnya ditambahkan aseton tetes demi tetes. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan elektrofil benzaldehida yang sudah siap direaksikan
dengan aseton. Campuran tersebut kemudian dikocok berulang kali selama 15 menit agar
menjadi homogen dan mempercepat reaksi karena tumbukan antar partikel lebih sering
terjadi. Setelah dilakukan pengocokan, ternyata campuran yang semula berwarna bening
berubah menjadi padatan yang berwarna kuning, yang menunjukan bahwa telah
terbentuknya dibenzalaseton. Namun dibenzalaseton yang terbentuk masih terdapat
banyak pengotor.
Mekanisme pembentukan dibenzalaseton dibagi menjadi 2 tahapan. Tahapan
pertama yakni pembentukan benzalaseton dengan mereaksikan antara benzaldehida
dengan aseton. Kemudian tahap selanjutnya adalah pembentukan dibenzalaseton
dengan mereaksikan antara benzaldehida dengan benzalaseton. Tahapan pertama
dengan reaksi sebagai berikut :
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 9
Adapun mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada tahap kedua yakni pembentukan dibenzalaseton dari benzalaseton dengan
benzaldehida. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 10
Mekanisme reaksi yang terjadi pada tahap kedua ini adalah sebagai berikut :
Cross aldol kondensasi dimulai dengan penyerangan suatu Hα yang bersifat asam
oleh suatu basa. Dalam hal ini basa yang digunakan adalah NaOH. Penyerangan suatu
hidrogen α oleh suatu basa akan menghasilkan suatu karbanion. Tahap kedua adalah
penyerangan gugus karbonil oleh suatu karbanion. Pada percobaan ini karbanion aseton
yang terbentuk pada langkah pertama akan menyerang gugus karbonil pada
benzaldehida yang reaktif untuk menghasilkan intermediet α hidroksi keto yang akan
mengalami dehidrasi membentuk benzalaseton. Pada kondisi reaksi dimana
benzaldehida di buat berlebih maka gugus OH cenderung akan menyerang Hα pada
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 11
benzalaseton dibandingkan menyerang Hα pada aseton. Hal tersebut membuat
kondnsasi kedua terjadi sehingga dihasilkan dibenzzalaseton sebagai produk akhir.
Selanjutnya didiamkan selama 15 menit dengan tujuan agar campuran dalam
keadaan dingin dan produk yang terbentuk lebih padat (kristal). Selanjutnya padatan
dipisahkan dengan menggunakan penyaring buchner sembari dicuci dengan
menggunakan etanol dan sedikit aquades. Kemudian endapan yang didapatkan tersebut
kemudian dilarutkan ke dalam etanol hangat. Hal ini dimaksudkan untuk memurnikan
produk yang didapatkan, dengan prinsip bahwa dibenzalaseton akan larut dalam etanol
hangat, tetapi akan mengkristal kembali pada etanol suhu kamar, sedangkan pengotor
akan larut dalam etanol pada suhu kamar atau lebih tinggi. Endapan yang diperoleh
kemudian direkristalisasi kembali dengan dilarutkan ke dalam etanol hangat. Hal ini
dilakukan karena kristal yang terbentuk tersebut belum terlalu murni, masih terdapat
pengotor. Kemudian kristal dibenzalaseton yang telah larut kembali dalam etanol,
didinginkan dengan menggunakan penangas es kurang lebih selama 5 menit, hal ini
bertujuan untuk mengkristalkan kembali dibenzalaseton yang terbentuk. Selanjutnya
kristal yang terbentuk disaring kembali menggunakan penyaring buchner dan dicuci
dengan etanol. Selanjutnya kristal yang diperoleh di oven selama 10 menit, dengan tujuan
agar kristal yang didapatkan dalam keadaan kering. Selanjutnya kristal tersebut ditimbang
dan ditentukan titik leburnya.
Pada percobaan yang telah dilakukan, didapatkan produk dibenzalaseton dengan
titik lebur 108,8 oC. Titik lebur dibenzalaseton secara teoritis sebesar 110-112 oC.
Sedangkan secara teoritis titik lebur dari benzalaseton sebesar 40 – 47 oC . Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa kristal yang didapatkan adalah kristal dibenzalaseton, karena
dilihat dari perbedaan titik lebur antara data teoritis dengan data eksperimen yang tidak
terlalu signifikan. Kristal yang didapatkan ini berupa serbuk atau padatan dengan warna
kuning kehijau-hijauan, dengan berat eksperimen dibenzalaseton sebesar 1,92 gram dan
persentase hasil sebesar 60,2637 %. Secara teoritis didapatkan berat dibenzalaseton
sebesar 3,186 gram. Perbedaan berat dan titik lebur secara teoritis dengan eksperimen
dimungkinkan oleh beberapa faktor diantaranya kristal dibenzalaseton belum terlalu
kering, sehingga akan mempengaruhi titik lebur dan berat akhir dari dibenzalaseton
tersebut ; kurang telitinya praktikan pada saat menimbang bahan-bahan yang digunakan
sehingga akan mempengaruhi perbandingan hasil yang akan didapatkan; masih adanya
kristal yang menempel di kertas saring, sehingga akan mempengaruhi berat bersih dari
kristal dibenzalaseton; teknik redistilasi yang dilakukan kurang sesuai sehingga akan
berakibat etanol yang dihasilkan belum terlalu murni.
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 12
Dibenzalaseton dapat mengalami 2 bentuk yakni dalam keadaan cis dan keadaan
trans. Bentuk trans maupun cis dari suatu dibenzalaseton dapat dilihat melalui keadaan
fisiknya. Pada dibenzalaseton bentuk cis cenderung untuk lebih mudah membentuk
kristal, berbeda halnya dengan dibenzalaseton dalam bentuk trans yang lebih sukar
untuk membentuk kristal. Selain itu, apabila dilihat dari sifat fisiknya, pada cis-
dibenzalaseton cenderung lebih lengket apabila dibandingkan dengan trans-
dibenzalaseton. Namun, pada hasil percobaan yang didapatkan yaitu kristal
dibenzalaseton berwarna kuning, belum dapat diidentifikasi memiliki bentuk trans maupun
bentuk cis. Hal ini dapat diidentifikasi secara lanjut dengan menggunakan instrumen H-
NMR . Pada spektra NMR tersebut dapat dicari kompling konstan antara proton pada
alkena. Untuk isomer dalam bentuk cis, kopling konstannya (J) biasanya bernilai 8-12 Hz.
Sedangkan untuk trans kopling konstannya (J) bernilai 14-18 Hz. Adapun struktur
dibenzalaseton pada bentuk cis maupun bentuk trans sebagai berikut
VII. KESIMPULAN
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan dibenzalaseton dapat
dibuat dengan kondensasi aldol silang antara benzaldehida dengan aseton dalam
suasana basa. Benzaldehida yang didapatkan berupa serbuk atau padatan dengan berat
1,92 gram; berwarna kuning kehijau-hijauan; bau karakteristik; titik lebur 108,8 oC dengan
persen hasil 60,2637%.
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 13
DAFTAR PUSTAKA
AOAC, 1995, Association of Official Analytical Chemistry Official Method of Analysis ,
Benyamin Frranklin Ed., Washington D.C.
Fessenden, Ralph, J dan Joan, S Fessenden, 1999, Kimia Organik, Jilid 1, Edisi 3, Erlangga,
Jakarta
Fessenden, Ralph, J dan Joan, S Fessenden,1999, Kimia Organik, Jilid 2, Edisi 3, Erlangga,
Jakarta
Kister, Henry, 1992, Distillation Design 1st Edition, Mc. Graw Hill Inc., New York
Roberts, John D, dkk., 1971, Organic Chemistry : Methane to Macromolecules. W.A.
Benjamin Inc., New York
Vogel, 1989, Textbook of Practical Organic Chemistry, Fifth Edition, Longman Scientific &
Technical, England
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 14
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diselesaikan Laporan Praktikum Kimia 2 dengan judul “ Sintesis
Benzaldehida”, pada tanggal 25 Maret 2011.
Yogyakarta, 25 Maret 2011
Mengetahui,
Asisten,
Salmahaminati
Praktikan,
Nova Puspitasari
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 15
LAMPIRAN
I. PERHITUNGAN
Aseton
Volume aseton : 1 mL
Massa jenis : 0,79 gr / mL
Mr Aseton : 58,08 gr/mol
Berat aseton : (massa jenis x volume) aseton
: 0,79grmL
× 1 mL
: 0,79 gram
Mol aseton : Berat Aseton
Mr Aseton= 0,79 gram
58,08 gram /mol=0,0136 mol
Benzaldehida
Volume benzaldehida : 2 mL
Massa jenis : 1,05 gram / mL
Mr Aseton : 106,12 gram / mol
Berat aseton : (massa jenis x volume) benzaldehida
: 1,05grammL
× 2 mL
: 2,1 gram
Mol Benzaldehida : Berat Benzaldehida
Mr Benzaldehida= 2,1 gram
106,12 gram /mol=0,01978 mol
Reaksi yang terjadi :
Mula2
Reaksi
0,01978
mol
0,01360
mol
0,01360 mol
0,01360 mol 0,01360 mol 0,01360
mol
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 16
Sisa 0,00618
mol
- 0,01360 mol 0,01360
mol
Bertindak sebagai reaktan pembatas
Berat teoritis dibenzaldehaseton = mol dibenzalaseton× Mr dibenzalaseton
= 0,01360 mol × 234,28gr
mol
= 3,186 gr
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh berat dibenzalaseton sebesar 1,92 gram
% Hasil dibenzalaseton=W dibenzalaseton eksperimenW dibenzalasetonteoritis
×100 %
¿ 1,92 gram3,186 gram
× 100 %
¿60,2637 %
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 17
II. PERTANYAAN / BAHAN DISKUSI
1. Tuliskan nama IUPAC dari dibenzalaseton
(4E)-1,5-di(phenyl)penta-1,4-dien-3-one
2. Bagaimana Anda dapat mengubah prosedur ini untuk menghasilkan
a. Benzalaseton , C6H5CH=CHCOCH3
b. Benzalasetophenon, C6H5CH=CHCOC6H5
Untuk mendapatkan benzalaseton yaitu dengan mereaksikan antara
Benzaldehida + Aseton Benzalaseton
Untuk mendapatkan benzalasetophenon yaitu dengan mereaksikan antara
Benzaldehida + Asetophenon Benzalasetophenon
3. Tuliskanlah mekanisme untuk pembentukan dibenzalaseton dari benzalaseton
dan benzaldehida
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 18
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 19
III. LAPORAN SEMENTARA
Laporan Praktikum Kimia 2 Page 20