Just in Time

25
MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN DAN BIAYA JIT (LEARN ACCOUNTING), COST of QUALITY, dan TARGET COSTING Oleh: 1. ADHARIANI 2. ELFRIDA NURNAZMINA 3. FARISA NURDINA PUTRI 4. MARIA ELSERA YULIAN P.V. F.B.S  *) Disampaikan untuk persyaratan makalah wajib Akuntansi Manajemen Dan Biaya Pendidikan Profesi Akuntansi (PP Ak)  Fakultas Ekonomi UNLAM Banjarmasin 2014  

description

AKUNTANSI MANAJEMEN

Transcript of Just in Time

MATA KULIAHAKUNTANSI MANAJEMEN DAN BIAYA

JIT (LEARN ACCOUNTING), COST of QUALITY, dan TARGET COSTING

Oleh:

1. ADHARIANI2. ELFRIDA NURNAZMINA3. FARISA NURDINA PUTRI4. MARIA ELSERA YULIAN P.V.F.B.S

*) Disampaikan untuk persyaratan makalah wajib Akuntansi Manajemen Dan Biaya

Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)Fakultas Ekonomi UNLAMBanjarmasin 2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang MasalahKemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan manufaktur mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi, namun disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relative besar untuk menggunakan peralatan modern. Karena keterbatasan dana masih banyak perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk menghadapi kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju khususnya komunitas manufaktur mulai mengembangkan suatu system yang disebut Just In Time, dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan-pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu industri, yang terjadi dikarenakan adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi.Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya ditentukan oleh faktor-faktor yaitu waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia. Waktu merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika suatu perusahaan ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat melayani permintaan konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep JIT.Operasi JIT merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas produksi, dengan memberikan komponen produksi yang tepat serta pada waktu dan tempat yang tepat. Operasi JIT memproduksi komponen produksi tepat pada waktu memenuhi kebutuhan produksi, sedangkan Operasi Tradisional memproduksi komponen produksi dalam jumlah besar dengan maksud untuk mengantisipasi kalau- kalau terjadi sesuatu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengelolaan biaya dalam tahap perencanaan?2. Bagaimana pengelolaan biaya dengan menggunakan biaya kualitas?3. Bagaimana pengelolaan biaya dalam Just In Time?

1.3. Tujuan Penelitian

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Just In Time. Agar para pelaku industri dapat mepertimbangkan untuk menggunakan sistem JIT, dalam rangka mengurangi pemborosan dari aktivitas produksi perusahaan sehingga perusahan dapat meningkatkan laba yang diinginkan serta mencapai titik efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Pengertian Just In Time (JIT) / Definisi dan Konsep JITJIT (just-in-time) adalah suatu sistem yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi.

Tujuan strategis JIT adalah :1. Meningkatkan laba2. Memperbaiki posisi persaingan perusahaan.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara :1. Mengeliminasi atau mengurangi persediaan2. Meningkatkan mutu3. Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah (sehingga memungkinkan harga jual rendah dan laba meningkat)4. Memperbaiki kinerja pengiriman.

JIT pemanufakturan didasarkan pada konsep : Hanya memproduksi produk sejumlah yang diminta oleh konsumen (tepat kuantitas) Memproduksi produk bermutu tinggi Memproduksi produk berbiaya rendah Memproduksi produk berdaur waktu yang tepat Mengirimkan produk pada konsumen tepat waktu

JIT pembelian didasarkan pada konsep : Hanya membeli sejumlah barang yang diperlukan untuk produksi Membeli barang bermutu tinggi Membeli barang berharga murah Pengiriman barang yang dibeli tepat waktuJIT mempunyai empat aspek pokok yaitu sebagai berikut :1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah. JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.2.2Elemen-elemen Kunci JIT 1. Tingkat persediaan yang minimalSistem JIT memotong biaya dengan mengurangi : Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku Jumlah penanganan bahan baku Jumlah persediaan yang usang.2. Pembenahan Tata Letak Pabrik3. Arus Lini. Jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi.4. Pengurangan Setup TimeMasa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk unsure yang berbeda.

5. Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan penerimaan komponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDp maupun pada barang jadi.6. Tenaga kerja yang fleksibel

2.3 Keuntungan dan kelemahan sistem JITKeuntungan JIT adalaha. Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisienb. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.c. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.d. kertas kerja dapat lebih simplee. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.Kelemahan JIT adalah satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.

2.4 Perbedaan Sistem JIT dan Sistem TradisionalPerbandingan Sistem Manajemen JIT dan TradisionalJITTRADISIONAL

1. Sistem tarikan2. Persediaan tidak signifikan3. Basis pemasok sedikit4. Kontrak jangka panjang dengan pemasok5. Pemanufakturan berstruktur seluler6. Karyawan berkeahlian ganda7. Jasa terdesentralisasi8. Keterlibatan karyawan tinggi9. Gaya manajemen sebagai penyedia fasilitas10. 10. Total quality control (TQC)1. Sistem dorongan2. Persediaan signifikan3. Basis pemasok banyak4. Kontrak jangka pendek dengan pemasok5. Pemanufakturan berstruktur departemen6. Karyawan terspesialisasi7. Jasa tersentralisasi8. Keterlibatan karyawan rendah9. Gaya manajemen sebagai pemberi perintah10. 10.Acceptable quality level (AQL)

1. Sistem tarikan dibanding sistem doronganSistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikanKarena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyakJIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendekJIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.5. Struktur seluler dibanding struktur departemenStruktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf U sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah. Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasiSystem JIT yang menggunakan system tarikan waktu bebas harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasiSystem tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si struktur selulernya.

8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendahDalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintahSystem tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.10. TQC dibanding AQLTQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

2.5 JIT PembelianPembelian JIT adalah system pembelian barang berdasar tarikan permintaan sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi dan berharga murah. Berdasar system tarikan, barang yang diterma dari pembelian segera digunakan untuk memenuhi permintaan pembeli pada perusahaan dagang atau segera digunakan untuk memeniuhi permintaan produksi pada perusahaan manufaktur. Dengan demikian barang tersebut tidak perlu disimpan di gudang sehingga tercapai persediaan nol.JIT pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktifitas pembelian dengan cara : Mengurangi jumlah pemasokBagi suatu perusahaan pengurangan jumlah pemasok dapat mengurangi waktu dan biaya bernegosiasi dengan para pemasok. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.Pengurangan waktu dan biaya bernegosiasi dapat dilakukan karena: Jumlah pemasok menjadi sangat sedikit Kontrak pembelian jangka panjang dengan para pemasok JIT Memiliki konsumen dengan program pembelian yang mapan Rencana pembelian yang matang adapat memberikan informasi kepada para pemasok mengenai persyaratan mutu dan penyerahan barang. Mengeliminasi aktifitas dan biaya yang tidak bernilai tambah Dilakukan dengan penyediaan container yang terpasang di pabrik. Mengurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu Pemilihan pemasok yang dapat menjamin ketepatan waktu, jumlah, dan mutu barang yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya untuk pemeriksaan mutu.2.6 JIT Produksi Produksi JIT adalah system produksi berdasar tarikan permintaan sehingga produk dapat diproduksi tepat waktu, jumlah, dan bermutu tinggi dengan biaya rendah. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara :1. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses2. Mengurangi atau meniadakan LEAD TIME (waktu tunggu)3. Mengurangi atau meniadakan setup4. Menyederhanakan pengolahan produk2.7 Manufacturing Cycle Efficience ( MCE )Untuk mengukur apakah biaya yang tidak bernilai tambah telah dapat dihilangkan atau diminimumkan pada setiap tahap produksi, maka perlu dihitung efisiensi siklus manufacturing (MCE).Persamaan MCE adalah :MCE = waktu proses X 100%Waktu tenggang=Waktu proses + Waktu inspeksi + Waktu gerak + Waktu Tunggu + Waktu AntriBesaran MCE adalah : 0 < MCE 1, artinya MCE lebih besar dari nol dan lebih kecil atau sama dengan satu. Jika waktu tidak bernilai tambah semakin mendekati nol maka besaran MCE akan semakin mendekati satu yang berarti semakin efisien, begitupun sebaliknya. Pada beberapa perusahaan manufacturing, MCE umumnya 10 %. Perusahaan manufacturing yang efisien MCE idealnya adalah 100%, artinya tingkat pemborosan pada setiap tahap produksi adalah 0%.

2.8. Pengelolaan Biaya Dalam Tahap PerencanaanTarget costingmerupakan perbedaan antara harga jual yang dibutuhkan untuk menarikpangsa pasar yang ditentukan dan profit per unit yang diinginkan. Harga jual mencerminkan fungsi atau spesifikasi produk yang dinilai oleh pelanggan (disebut fungsionalitas produk). Jika target cost kurang dari apa yang saat ini dicapai, maka manajemen harus menemukanpengurangan biaya yang menggeser actual costke target cost, menemukanpengurangan biayatersebut merupakan tantangan utama dari target costing.Target costingdapat menjadi sebuah alat yang penting bagi manajemen karena targetcostingberupaya secara strategis untukmengelola biaya dan profit perusahaan. Untukmemastikan produk tersebut dirancang sehingga dapat diproduksi pada biaya yang cukup rendahpada harga yang kompetitif, manajemen dapat mencapai dan menjaga posisi kompetitif yangberkelanjutan dalam pasar.Target cost melibatkan 7 prinsip utama.(1) Price-led costing. Target costing menetapkan target costdengan pertama menentukan harga produk yang dapat dijual di pasaran. Mengurangkan target profit margin dari target pricemenghasilkan target cost, yaitu biaya produk yang harus dihasilkan. Hubungan yang sederhana namun penting ini dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.Target cost = Target PriceTarget ProfitPerhatikan bahwa dalam pendekatan target costing, harga ditetapkan terlebih dahulu, dan kemudian target product costditentukan. Hal ini berlawanan dari urutan di mana biayaproduk dan harga jual ditentukan menurut traditional cost-plus pricing.(2) Focus on customer. Agar berhasil dalam target costing, manajemen harus memperhatikan pelanggan perusahaan. Apa produk yang mereka inginkan? Fitur apa yang penting? Berapa banyak yang bersedia mereka bayar untuk suatu tingkat kualitasproduk tertentu? Manajemen perlu secara agresifmencari umpan balik pelanggan, dan kemudian produk harus dirancang untuk memuaskan permintaan pelanggan dan dijualpada harga yang bersedia mereka bayar. Singkatnya, pendekatan target costingis market driven.

(3) Focus on product design. Rekayasa desain (design engineering) merupakan suatu elemen kunci dalam target costing. Teknisi harus merancang sebuah produkdari bawah ke atas sehingga produk itu dapat diproduksi pada target cost-nya. Aktivitas desain ini meliputi menspesifikasikan komponen dan bahan baku yang akan digunakan serta tenaga kerja, mesin, dan elemen lainnya dalam proses produksi. Singkatnya, produk harus didesain untuk manufakturabilitas.

(4) Focus on process design. Setiap aspek proses produksi harus diperiksa untukmeyakinkan bahwa produk dihasilkan seefisien mungkin. Penggunaan tenaga kerja,teknologi, sumber global dalam pengadaan, dan setiap aspek proses produksi harus dirancang bersamaan target costproduk.

(5) Cross-functional teams. Menghasilkan produk pada atau di bawah target costmemerlukan keterlibatan orang-orang dari berbagai fungsi yang berbeda dalam suatu organisasi: riset pasar, penjualan, rekayasa desain, pengadaan, rekayasa produksi, penjadwalan produksi, penanganan bahan baku, dan manajemen biaya. Individu-individu dari semua area keahlian yang berbeda ini dapat membuat kontribusi penting terhadapproses target costing. Selain itu, tim lintas-fungsi bukanlah sekumpulan spesialis yang mengkontribusikan keahlian mereka kemudian pergi; mereka bertanggung jawab atas keseluruhan produk.

(6) Life-cycle cost. Dalam menspesifikasikan target cost produk, analis harus berhati-hatiuntuk menggabungkan semua life-cycle cost (biaya siklus hidup) produk. Hal ini meliputibiaya perencanaan dan konsep desain produk,desain awal, desain terperinci dan pengujian, produksi, distribusi, dan layanan pelanggan. Sistem akuntansi biaya tradisional cenderung berfokus hanya pada fase produksi dan tidak menaruh cukupperhatian pada biaya siklus hidup produk.

(7) Value-chain orientation. Terkadangproyeksi biaya produk baru beradadi atas targetcost. Kemudian usaha dilakukan untuk mengeliminasi biaya tidak bernilai tambah untukmembawaproyeksi biaya turun.Dalam beberapa kasus, keseluruhan rantai nilaiperusahaan dapat membantu manajer mengidentifikasi peluang untuk pengurangan biaya.

Target costingmempunyai karateristik sebagai berikut.(1) Target costingdigunakan pada tahap perencanaan dan desain. Tidak seperti dengan standard costing yang digunakan pada tahap produksi, target costingutamanya digunakan pada tahap perencanaan dan desain.(2) Target costingmerupakan perencanaan biaya atau pengurangan biaya, bukanpengendalian biaya. Inilah alasan mengapa target costingsering disebut jugaperencanaan biaya atau proyeksi biaya.(3) Target costinglebih bermanfaat digunakan pada industri yang berorientasi pada perakitan yang memproduksi beraneka ragam produk dalam jumlah sedang dan sedikit dibandingkan pada industri yang berorientasi pada proses yang ditandai dengan produksi terus-menerus.(4) Target costingdigunakan untuk mengendalikan spesifikasi desain dan teknik produksi. Oleh karena itu target costinglebih banyak berorientasi pada manajemen dan teknikdibandingkan dengan akuntansi. Penerapan target costingmembutuhkan penggunaan alatrekayasa nilai (value engineering) dan rekayasa biaya (cost engineering).

Bagaimana Cara Kerja Target CostingWalaupun penetapan target costingberbeda antara suatu perusahaan dengan perusahaanyang lain di mana hal tersebut tergantung kepada jenis industri, ukuran perusahaan, dan faktor-faktor lainnya. Kebanyakan perusahaan menetapkan target costing pada tahapperancangan/desain produk, kemudian melakukan upaya yang sinergis dan berkelanjutan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Sakurai (1989) menyimpulkan bahwa prosedur umum yang biasanya diterapkan adalah sebagai berikut.(1) merencanakan dan merancang produk yang berkualitas tinggi sesuai dengan keinginankonsumen.(2) menetapkan suatu target cost untuk produk tersebut melalui penggunaan rekayasa nilai.(3) mencapai target costpada tahap produksi dengan mengunakan standar biaya.

Pengaturan Target CostingDalam pengaturan target costingtidaklah seragam, tetapi secara umum ada tiga metode yang dapat digunakan (Sakurai, 1989) sebagai berikut.(1) Target costingditurunkan dari perencanaan laba. Pada metode ini target costing diturunkan dari penjualan dan target laba. Tidak ada satu masukan pun yang datang dari manajer tingkat bawah sehingga metode ini disebut sebagai top down method.(2) Target costing dari perencanaan rekayasa. Pada metode ini, teknisi (engineer) menaksirtarget costingberdasarkan pengalaman atau keterampilan yang dimiliki dan ketersediaan fasilitas produksi. Metode ini mempunyai karakteristik yaitu datangnya dari bawah atau bottom up method.(3) Target costing diturunkan dari kombinasi kedua metode di atas. Sebelum menentukan target costing, allowable costterlebih dahulu dihitung.Allowable costdihitung dengan mengurangkan target profit dengan penjualan. menurut Sakurai(1999), dalam target costing allowable costdidefinisikan sebagai biaya yang paling diperkenankan dalam produksi. Drifting costdidefinisikan sebagai taksiran biayaberdasarkan data yang tersedia. Biaya ini disiapkan oleh para teknisi. Target costsuatuproduk ditentukan setelah meninjau ulang masing-masing driftingdan pengurangan kearah allowable cost. Dengan melakukan ini,gap antara allowable costdengan driftingcostdapat diatasi. Rekayasa nilai biasanya digunakan dalam proses ini.

Tahapan Implementasi Target CostingLima tahap pengimplementasian pendekatan target costingadalah:(1) menentukan harga pasar(2) menentukan laba yang diharapkan(3) menghitung target biaya (target cost) pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan.(4) menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat menurunkan biayaproduk.(5) menggunakan kaizen costingdan pengendalian operasional untuk terus menurunkanbiaya.

Rekayasa Nilai (Value Engineering)Rekayasa nilai digunakan dalam target costinguntuk menurunkan biaya produk dengan cara menganalisis trade-offantara (1) jenis dan tingkat yang berbeda dalam fungsionalitasproduk dan (2) biaya produk total. Tahap pertama yang penting dalam rekayasa nilai adalah melakukan analisis konsumen terhadap produk baru atau produk yang telah direvisi selama tahap desain. Analisis konsumen mengidentifikasi preferensi konsumen yang kritis/penting yang dapat mendefinisikan fungsionalitas produk baru yang diharapkan. Jenis rekayasa nilai yang digunakan tergantung pada fungsionalitas. Untuk sekelompok produk seperti mobil,software komputer, danbanyak produk elektronik seperti kamera, peralatan audio, dan video, fungsionalitasnya relatifmudah ditambah atau dikurangi. Produk-produk ini merupakan produk yang sering berubah model dan sering mengalamiperbaikan, selain itu sering terjadi perubahan dalam preferensi konsumen, sehingga berdampakpada kemampuan produsen untuk selalu mempunyai sesuatu yang baru yang dapat dimasukkan dalam model baru. Misalnya, untuk mobil dengan tampilan yang baru dan penambahan fasilitas keamanan bagi pengendara dan untuksoftware komputer berarti kemampuan untuk dapat melakukan analisis baru. Sebaliknya, pada kelompok produk lainnya, yang berupa peralatan-peralatan khusus dan produk-produk industri seperti peralatan konstruksi, truk, dan peralatan kedokteran, fungsionalitas produk harus dirancang/didesain sebaik mungkin.Kalau dibandingkan dengan kelompok produk yang pertama adalah pada kelompokproduk ini, preferensi konsumen lebih stabil. Target costinglebih bermanfaat untuk produk pada kelompok pertama karena pada kelompok produk terbaca kebijakan perusahaan tentang modelproduk tersebut. Jenis rekayasa nilai yang digunakan pada perusahaan-perusahaan ini adalah analis fungsional, di mana setiap tampilan/fitur dan biaya pada fungsi utama atau model produkdiuji secara cermat. Tujuan analisis ini adalah keseimbangan antara tampilan/fitur dan biaya. Tampilan/fitur yang diharapkan untuk setiap fungsi berusaha dicapai sementara biaya untuksemua fungsi dipertahankan lebih rendah dari target biaya.Benchmarkingsering digunakan pada tahap ini untuk menentukan tampilan/fitur yangmemberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Contohnya dalam peluncuran softwareyang baru, biaya dan waktu yang dibutuhkan diharapkan direview untuk setiap peluncuran versi software yang baru untuk mengembangkannya. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan antarapreferensi konsumen dengan tetap mempertahankan biaya yang rendah. Contoh lain dalamproduk mobil, produsen harus memutuskan untuk memberikan tambahan fungsional keamananbagi pengendara mobil yaitu safety airbagdi mana hal tersebut didasarkan atas analisispreferensi konsumen, tetapi keputusan ini tetap harus memperhatikan kendala target biaya dan mungkin dengan menunda rencana perbaikan sound system sampai pada peluncuran model mobil yang baru. Analisis desain merupakan bentuk umum dari rekayasa nilai untuk produk dalam kelompok yang kedua, yaitu produk-produk industri dan produk khusus. Tim desain mempersiapkan beberapa desain produk yang mungkin masing-masing mempunyai keistimewaan yang serupa di mana mempunyai tampilan/fitur dan biaya yang berbeda. Benchmarking dan analisis value chain membantu memandu tim desain dalam mempersiapkan desain dengan biaya yang rendah dan kompetitif. Tim desain bekerja dengan personil manajemen biaya untuk memilih satu desain terbaik yang dapat memenuhi preferensi konsumen dan tidak melebihi target biaya.

Target Costingdan Kaizen CostingLangkah kelima dalam target costingadalah menggunakan kaizen costingdanpengendalian operasional untuk menurunkan biaya lebih lanjut. Kaizen costingterjadi pada tahapproduksi, sehingga dampak rekayasa nilai dan desain langsung terasa perannya terhadappenurunan biaya pada tahap ini untuk mengembangkan metode pemanufakturan baru (sepertiflexible manufacturing system) dan untuk menggunakan teknik-teknik manajemen baru sepertipengendalian operasional, manajemen kualitas, dan teori kendala (theory of constraint) untukmenurunkan biaya lebih lanjut. KonsepKaizen pertama kali diperkenalkan oleh Masaaki Imaipada tahun 1986.Kaizen berarti perbaikan secara terus-menerus (continual improvement), yaitu secara terus-menerus mencari cara baru untuk menurunkan biaya dalam proses pemanufakturanproduk dengan desain dan fungsionalitas yang ada.

2.9. Pengelolaan Biaya Dengan Mempergunakan Biaya KualitasAda dua konsep kualitas yang menentukan tingkat keunggulan produk atau kelayakan utama atas suatu produk untuk tujuan penggunaannya. Nilai/kelas produk mengacu pada tingkat kemampuan produk dalam melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan, sehubungan denganproduk lain yang memiliki kegunaan fungsional yang sama. Kualitas desain produk mengacupada seberapa baik produk tersebut disusun atau didesain untuk tujuan penggunaannya. Kualitas kesesuaian mengacu pada sejauh mana suatu produk memenuhi spesifikasi desainnya. Baikkualitas desain maupun kualitas kesesuaian dibutuhkan untuk mencapai produk akhir yangberkualitas tinggi.Cost of Quality adalah biaya yang timbul karena tidak menghasilkan produk atau servisberkualitas. Setiap kali kita mengulang pekerjaan, maka biaya kualitas akan naik. Secara singkat semua biaya yang ditimbulkan akibat kualitas tidak dihasilkan pada saat pertama kali dikerjakan adalah bagian dari cost of quality. Pendataan cost of quality adalah salah satu persyaratan dalam ISO/TS 16949.Berikut ini contoh-contoh pekerjaan ulang yang seringkali dilakukan demi tercapainya kualitas yang diinginkan.(1) Mengolah kembali barang jadi(2) Pengecekan atau inspeksi ulang produk(3) Pembuatan ulang atau modifikasi perkakas (tooling)(4) Pengulangan pekerjaan pada sektor pelayanan, misalnya mengulang proses pengajuanpinjaman, penggantian makanan di sebuah restoran.Secara umum cost of quality dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:(1)Prevention Cost. Semua biaya yang dikeluarkan untuk mencegah problem kualitas dihasilkan. Misalnya biaya review, biaya selama proses APQP, survei kemampuanpemasok, evaluasi kapabilitas proses, proyek-proyek untuk memperbaiki kualitas,pelatihan dan pendidikan teknis.(2)Appraisal Cost. Semua biaya yang berhubungan dengan pengukuran, evaluasi atau auditproduk atau servis untuk memastikan kesesuaian terhadap standar kualitas ataupersyaratan lainnya. Misalnyapemeriksaan terhadap bahan baku, pemeriksaan produkdalam proses, pemeriksaan produk akhir, audit produk, kalibrasi alat ukur dan kalibrasi mesin.(3)Failure Cost. Biaya yang ditimbulkan akibat produk atau servis tidak sesuai denganpersyaratan pelanggan atau ketentuan lainnya. Failure Costbiasanya dibagi menjadi 2, yaitu:Internal failure costyaitu biaya yang ditimbulkan sebelum produk dikirim ke pelanggan. Misalnyapembatalan/pembongkaran,pengerjaan ulang, inspeksi ulang,penurunan nilai produk.External failure costyaitu biaya yang ditimbulkan setelah pengiriman produk kepelanggan. Misalnya biaya untuk menangani keluhan dari pelanggan, pengembalianbarang oleh pelanggan,klaim garansi, penarikan produk yang telah beredar (productrecall).Cost of quality adalah penjumlahan dari semua biaya-biaya di atas. Jadi cost of qualityberbeda dengan actual costproduk, di mana biasanya yang diperhitungkan hanya berupa komponen material, ongkos produksi, ongkos pengiriman, dan profit margin. Cost of qualitymendata semua tindakan yang dilakukan baik untuk mencegah terjadinya masalah (preventioncost), untuk memastikan tidak ada masalah (appraisal cost) dan untuk menindaklanjuti masalah yang ada (failure cost), baik sebelum dikirim ke pelanggan ataupun setelah dikirim kepelanggan.Cost of quality yang didiskusikan sebelumnya merupakan biaya yang dapat diamati. Biaya-biaya ini dapat diukur dan dilaporkan, seringkali pada dasar informasi dalam catatan akuntansi. Selain biaya kualitas yang dapat diamati, perusahaan juga bias menanggung biaya kualitas yang tersembunyi. Ketika produk dengan kualitas rendah (inferior) masuk ke pasaran,pelanggan menjadi tidak puas. Ketidakpuasan mereka dapat berakibat dalam penurunanpenjualan dan reputasi perusahaan yang ternoda. Perusahaan tidak hanya mengalami kehilanganpenjualan untuk produk inferior, tetapi juga akan mengalami kehilangan penjualan lini produkyang lain.Opportunity costatas hilangnya penjualan dan penurunan pangsa pasarmerepresentasikan biaya tersembunyi yang signifikan. Salah satu cara untukmengungkapkan kualitas produk adalah persentase produkyang gagal memenuhi spesifikasi, yaitu, persentase cacat/rusak. Berikut ini ada dua perspektif mengenai tingkat kualitas produk yang optimal.1. Perspektif tradisional. Sudut pandang tradisional menyatakan bahwa menemukan tingkat kualitas produk yang optimal adalah tindakan penyeimbangan antara timbulnya cost of prevention dan appraisal di satu sisi dan timbulnya cost of failure di sisi yang lain. Tingkat kualitas produk yang optimal adalah titik yang meminimalkan total biaya kualitas.2. Perspektif kontemporer. Pandangan kontemporer adalah baik biaya kualitas yang dapat diamati maupun yang tersembunyi dipertimbangkan, setiap penyimpangan dari spesifikasi target produk berakibat pada timbulnya peningkatan biaya kualitas. Tingkat kualitas produk yang optimal terjadi pada tingkat cacat nihil (zero defect level), totalbiaya kualitas diminimalisasikan pada tingkat cacat nihil/nol.

Total Quality Management. Memantau kualitas produk bersamaan dengan mengukurdan melaporkan biaya kualitas membantu perusahaan menjaga program total quality managementatau TQM. Hal ini mengacu pada serangkaian proses pengendalian dan manajemen yang dirancang untuk memfokuskan seluruh organisasi dan semua karyawannya padapenyediaan produk atau jasa yang sebaik mungkin memuaskan pelanggan. Di antara alat-alat yang yang digunakan dalam total quality management adalah program Six Sigma, suatu metode analitis yang bertujuan untuk mencapai hasil mendekati sempurna dalam proses produksi. Faktor kunci dalam menentukan kualitas produk perusahaan adalah sistem control kualitas-nya. Struktur, personil, prosedur, dan kebijakan perusahaan yang diterapkan untukmemantau kualitas produk akan sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai standar kualitas tinggi. Standar ISO 9000 berfokus pada sistem kontrol kualitaspabrikan/produsen. Standar ISO 9000 mensyaratkan bahwa seorang pabrikan memiliki sistem kendali mutu/kualitas yang jelas pada tempatnya, dan target level kualitas produk dipelihara secara konsisten. Selain itu, ISO 9000 mensyaratkan bahwapabrikan menyiapkan dokumentasi yang luas/ekstensif atas semua aspek sistem kendali mutu/kualitas. Standar pertama, ISO 9000, menyatakan tiga tujuan.(1) Perusahaan harus mempertahankan kualitas produk atau jasa-nya pada tingkat yang terus memenuhi kebutuhan pembeli yang tersurat atau tersirat .(2) Sistem kendali mutu/kualitas seharusnya cukup memberikan keyakinan kepada manajemen pemasok bahwa kualitas yang dimaksudkan sedang dipertahankan.(3) Perusahaan pengadaan (milik pemasok) harus memberikan keyakinan kepada pembelibahwa kualitas yang dimaksudkan dicapai secara konsisten dalam produk atau jasa yang dikirimkan/disampaikan.

2.10 Pengelolaan Biaya dalam JITPemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya ProdukPemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai dampak pada:1. Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.2. Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.3. Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)4. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.5. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan TradisionalPemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:a. Persediaan rendahb. Sel-sel pemanufakturan dan tenaga kerja interdisiplinerc. Filosofi TQC (Total Quality Control)Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JITSalah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk). Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit. JIT dan Alokasi Biaya Pusat JasaDalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.

Konsep Dasar Just In TimeKonsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan cara membuat semua proses dapat menghasilkan produk yang diperlukan, pada waktu yang diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya.

Terdapat empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):a. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.b. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.c. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.d. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan.

Adapun elemen-elemen dari just in time adalah sebagai berikut :a. Pengurangan waktu set up,b. Aliran produksi lancar (layout), c. Produksi tanpa kerusakan mesin, d. Produksi tanpa cacat,e. Peranan operator, f. Hubungan yang harmonis dengan pemasok, g. Penjadwalan produksi stabil dan terkendali, h. Sistem Kanban.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanJIT (Just In Time) merupakan suatu system yang dikembangkan atas dasar perbaikan dari kekurangan pada system tradisional. Dimana dalam langkah JIT (Just In Time) pemborosan yang terjadi dalam system tradisional berusaha untuk mengeliminasi pemborosan-pemborosan biaya yang timbul akibat banyaknya waktu yang digunakan dalam memproduksi suatu barang sehingga perusahaan dapat meningkatkan laba dan memperbaiki posisi persaingan perusahaan.Untuk mengukur apakah biaya yang tidak bernilai tambah telah dapat dihilangkan atau diminimumkan pada setiap tahap produksi, maka perlu dihitung efisiensi siklus manufacturing (Manufacturing Cycle Efficience). Apabila nilai MCE mendekati Nol, maka waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang dikatakan tidak efisien. Sebaliknya, jika nilai MCE mendekati 1, maka waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang dikatakan efisien.3.2 SaranBerdasarkan informasi yang kami peroleh mengenai perbandingan System Tradisional dengan Sistem JIT (Just In Time) diketahui bahwa Sistem JIT (Just In Time)memiliki keunggulan dalam penghematan waktu dan biaya dalam memproduksi barang. Oleh karena itu Manajemen Perusahaan sebaiknya mengambil keputusan untuk menggunakan Sistem JIT (Just In Time) dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.

Daftar PustakaAkuntansi Manajemen Dalam Lingkungan Tepat Waktu.Hansen, Don.R. dan Maryanne M.Mowen. 1995. Akuntansi Manajemen . Jakarta: Erlangga.http://alena19.wordpress.com/?s=just+in+timehttp://rainyviolet.blogspot.nl/2011/10/pengelolaan-biaya-dalam-jit-just-in.htmlSimamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.Supriyono, Drs.R.A, Akuntan. 1999. Manajemen Biaya-Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.Wicaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

CONTOH KASUS.Kasus 1.Manajemen PT. Mayar Jaya ingin mengurangi waktu antara pesanan datang dari konsumen dan ketika pesanan dikirimkan . Untuk operasi kuartal pertama tahun 2010 , datanya adalah berikut ini :Waktu inspeksi 0,6Waktu tunggu( sejak pesanan datang sampai permulaan produksi) 28,0Waktu proses 5,4Move time 2,0Waktu antri 10,0Diminta :1. Hitunglah throughput time!2. Hitunglah MCE untuk kuartal tersebut diatas!3. Analisa !Jawab ;1. Throughput Time = Waktu Proses + Waktu Inspeksi + Waktu Tunggu + Waktu Gerak + Waktu Antri.Throughput Time = 5.4 + 0.6 + 28.0 + 2.0 + 10.0 = 462. MCE = Waktu Proses / Waktu Tenggang MCE = 5.4 / 46 x 100% = 11.7 %3. Analisa : Maka besaran MCE mendekati 0 yang berarti tidak efisien.

Kasus 2.Manajemen PT. Raja Maju Jaya ingin mengurangi waktu antara pesanan datang dari konsumen dan ketika pesanan dikirimkan . Untuk operasi kuartal pertama tahun 2010 , datanya adalah berikut ini :Waktu inspeksi 0.8Waktu tunggu( sejak pesanan datang sampai permulaan produksi) 3Waktu proses 6Move time 1.2Waktu antri 1Diminta :1. Hitunglah throughput time!2. Hitunglah MCE untuk kuartal tersebut diatas!3. Analisa !Jawab ;1. Throughput Time = Waktu Proses + Waktu Inspeksi + Waktu Tunggu + Waktu Gerak + Waktu Antri.Throughput Time = 6 + 0.8 + 2 + 1.2 + 1 = 112. MCE = Waktu Proses / Waktu Tenggang MCE = 6 / 11 x 100% = 54.5 %3. Analisa : Maka besaran MCE mendekati 1 yang berarti efisien.