PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

72
i PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU (Studi Kasus PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar) SKRIPSI Oleh MUFTI KHAERIAH B 105731133716 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2021

Transcript of PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

Page 1: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

i

PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN

PERSEDIAAN BAHAN BAKU (Studi Kasus PT. Eastern

Pearl Flour Mills Makassar)

SKRIPSI

Oleh

MUFTI KHAERIAH B

105731133716

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

Page 2: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

ii

PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN

PERSEDIAAN BAHAN BAKU (Studi Kasus PT. Eastern

Pearl Flour Mills Makassar)

SKRIPSI

Oleh

MUFTI KHAERIAH B

105731133716

Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada

Universitas Muhammadiyah Makassar

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

Page 3: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

iii

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya, ayahanda Burhanuddin AR dan Ibunda ST. Rahma B

serta adik saya beserta keluarga besar yang telah memberikan semangat

dan motivasi yang tiada henti serta doa dan dukungan dari kedua orang tua

saya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kedua pembimbing saya selama ini sudah

meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan arahan

sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Para sahabat saya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam

menyelesaikan karya ilmiah ini.

MOTTO HIDUP

“Tujuanku adalah menjadi sangat sukses dan mandiri sampai aku dapat

memenuhi keinignanku sendiri, dan keinginan keluargaku, pergi

kemanapun yang aku inginkan dan melakukan hal yang aku mau”

Page 4: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

iv

Page 5: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

v

Page 6: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

vi

Page 7: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

vii

KATA PENGANTAR

بسمن ٱلل ٱلرحيم ٱلرحم

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayahnya yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat

dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta

para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada

ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Just In Time

Sebagai Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus PT. Eastern Flour

Mills Makassar)”

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama saya sampaikan ucapan terima kasih kepada

kedua orangtua saya bapak Burhanuddin AR dan ibu St. Rahma B yang

senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, dan kasih sayang dan doa

tulus tak pernah pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa

mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Semoga apa yang

telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang

kehidupan di dunia dan di akhirat.

Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan

yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat

kepada:

Page 8: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

viii

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP, selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP, selaku Pembimbing I

yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan

penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

5. Ibu Ainun Arizah, S.pd., M.S, selaku Pembimbing II yang telah berkenan

membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Terima kasih teruntuk Puja We Anne, Irman Ramdhan, Arief Kahar, Muh.

Sugiarto Dwi S, Nurutami Wahyuningsih, Aida Ameliyah Annisa, Dian T

Maulina, Friska Elvira, Fadhila, Nadya T Baraniah yang telah memberikan

semangat dan dukungan dan masih setia menemani hingga sampai

sekarang.

7. Terima kasih juga teruntuk diri saya sendiri, yang sudah berusaha keras

dan tetap bertahan sampai sejauh ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya

para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Page 9: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

ix

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi fisabilil haq fastabiqul khairat, Wassalamualaikum Wr. Wb

Makassar, 20 September 2020

Penulis

Page 10: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

x

ABSTRAK

MUFTI KHAERIAH B, 2021. “Penerapan Just In Time Sebagai

Pengendalian Bahan Baku (Studi Kasus Pt. Eastern Pearl Flour Mills Makassar)“. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP dan Pembimbing II Ainun Arizah, S.pd., M.Si

Just In Time merupakan usaha untuk meminimalisir pemborosan dengan memproduksi produk dengan jumlah yang tepat, kualitas yang tepat, dan dalam waktu yang tepat guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Just In Time Sebagai Pengendalian Bahan Baku. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Hasil pembahasan menyatakan bahwa Penerapan Just In Time pada PT. Eastern Flour Mills Makassar sudah efisien diterapkan, baik sebelum maupun selama pandemi ini dikarenakan tidak ada kendala-kendala berarti dalam mendapatkan bahan baku sehingga selama pandemi ini, bahan baku juga tetap stabil, tidak naik dan tidak turun. Efisien sistem ini dilihat dari pembelian bahan baku yang dilaksanakan secara terplanning yang tidak akan menyebabkan pemborosan terjadi.

Kata Kunci: Just In Time, Bahan Baku

Page 11: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

xi

ABSTRACT

MUFTI KHAERIAH B, 2021. “Just In Time Application of Raw Material Control (Case Study of Pt. Eastern Pearl Flour Mills Makassar)". Thesis, Faculty of Economics and Business, Department of Accounting, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA. CSP and Advisor II Ainun Arizah, S.pd., M.Si

Just In Time, is an effort to minimize waste by producing the right amount of product, the right quality, and at the right time in order to increase the efficiency and productivity of the company. This researcher aims to determine Just In Time Application of Raw Material Control. This type of research is qualitative. The results of the discussion stated that the Just In Time Application at PT. Eastern Flour Mills Makassar has been efficiently implemented, both before and during this pandemic because there were no significant obstacles in obtaining raw materials so that during this pandemic, raw materials also remained stable, did not increase, and did not decrease. The efficiency of this system is seen from the purchase of raw materials which are carried out in a planned manner that will not cause waste to occur.

Keywords: Just In Time, Raw Material

Page 12: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v

HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN ......................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

ABSTRACK .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori .................................................................................. 7

1. Just In Time ............................................................................ 7

2. Persediaan ........................................................................... 23

B. Kerangka Konseptual ................................................................. 25

C. Penelitian Terdahulu .................................................................. 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian......................................................................... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 29

C. Sumber Data ............................................................................. 29

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 30

E. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................... 31

F. Teknik Analisis Data ................................................................. 32

Page 13: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 34

1. Sejarah Perkembangan Perusahaan ................................. 34

2. Visi dan Misi PT. Eastern Flour Mills Makassar ................. 35

B. Struktur Organisasi .................................................................... 36

C. Hasil Penelitian .......................................................................... 37

D. Pembahasan .............................................................................. 40

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 46

B. Saran .......................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47

DAFTAR LAMPIRAN

Page 14: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan pemanufakturan JIT dengan Tradisional............ 8

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................. 26

Page 15: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 25

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar ............ 36

Page 16: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Pedoman Wawancara ................................................................... 52

2. Dokumentasi dan pelaksanaan wawancara ........................................ 54

3. Riwayat Hidup ...................................................................................... 55

Page 17: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan manufaktur telah berubah secara cepat dalam dua

dasawarsa terakhir. Menurut Edward (2000) terjadinya perubahan bisnis

mencakup meningkatnya kompetisi global, kecanggihan teknologi, informasi,

dan pemanufakturan, lebih memfokuskan kepada pelanggan, bentuk baru

organisasi manajemen, dan perubahan sosial politik dan lingkungan budaya.

Perubahan lingkungan tersebut membuat setiap perusahaan melakukan

upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian,

perusahaan dapat bertahan dan mampu bersaing pada pasar global.

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang memiliki peran

penting dalam perkembangan industri manufaktur. Menurut Kurniati (2010)

Selama lebih dari dua puluh tahun, peran industri manufaktur dalam

perekonomian indonesia telah meningkat. Hal ini menyebabkan persaingan

di dalam negeri maupun di luar negeri semakin pesat karena kondisi

perekonomian Indonesia tidak stabil, tingkat inflasi yang tinggi, dan adanya

perdagangan bebas. Perusahaan yang bersaing adalah perusahaan yang

dapat menjalankan produktifitasnya secara efisien sehingga resiko kerugian

dapat terhindari guna kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang

bergerak di bidang manufaktur maupun jasa harus memiliki daya saing yang

kuat untuk tetap bertahan dalam persaingan yang sangat ketat.

Persedian bagi perusahaan sangat penting sebab merupakan salah

Page 18: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

2

satu aktiva lancar yang berperan dalam proses produksi. Dalam usaha

mempertahankan persaingan yang tinggi, perusahan perlu mengelola

persediaannya sebaik mungkin. Proses produksi suatu perusahaan dapat

berjalan dengan lancar apabila perusahaan mampu mengendalikan

persediaan bahan baku. Pengendalian pada persediaan bahan baku akan

berpengaruh pada biaya dan keuntungan yang akan diterima perusahaan.

Menurut Sukamardi (2003) persediaan adalah suatu aset termasuk barang

milik perusahaan yang dimaksudkan untuk dijual pada masa bisnis normal,

persediaan barang yang masih dalam produksi atau dalam proses produksi,

atau persediaan bahan baku yang menunggu untuk digunakan dalam proses

produksi, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan maupun

tantangan yang ada dalam manajemen persediaan untuk mencapai sasaran

akhir, yaitu meminimalisir total biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan untuk penanganan persediaan.

Salah satu cara untuk meminimalisir resiko kerugiaan perusahaan

adalah dengan menerapkan sistem Just In Time (JIT). Just In Time (JIT)

menurut Simamora (2012) adalah suatu sistem produksi yang dirancang

untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu

penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis

pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan

mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai

kehendak konsumen tepat waktu. Tujuan Just In Time adalah mengurangi

biaya penyimpanan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian

akibat menimbun persediaan bahan baku di gudang. Just In Time di tiap

perusahaan berbeda-beda karena harus di dukung dengan kondisi riil

Page 19: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

3

diperusahaan. Keberhasilan dari sistem Just In Time memiliki prinsip yang

mengatasi pemborosan.

Just In Time memiliki tujuan untuk mengatasi pemborosan atau

pemakaian bahan baku berlebih yang tidak efisien bagi perusahaan. Menurut

Shingo (dalam Angger Oscar, 2011) bahwa sumber-sumber pemborosan

yaitu produksi berlebihan, stasiun kerja atau unit kerja sebelumnya

memproduksi terlalu banyak sehingga mengakibatkan terganggunya aliran

material dan persediaan berlebihan, menunggu kondisi dimana tidak terdapat

aktivitas yang terjadi pada produk, maupun pekerja sehingga mengakibatkan

waktu tunggu yang lama, transportasi berlebihan, proses perpindahan baik

manusia, material atau produk yang berlebihan sehingga mengakibatkan

pemborosan waktu, tenaga, dan biaya, proses tidak sesuai, kesalahan

proses produksi yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan mesin atau

diakibatkan kesalahan prosedur, operator, maupun sistem, persediaan tidak

perlu, penyimpanan berlebih dan penundaan material dan produk sehingga

mengakibatkan biaya, cacat, yaitu pengerjaan ulang pada produk maupun

pada desain serta cacat pada desain serta cacat produk yang dihasilkan, dan

gerakan tidak perlu, berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja yang

dapat mempengaruhi performansi operator.

Pemborosan dalam perusahaan terjadi ketika perusahaan hanya

menggunakan pemanufakturan tradisional yang mengatur jadwal produksi

berdasarkan peramalan persediaan bahan baku yang akan datang. Dengan

cara menganalisis dari tahun ke tahun permintaan terhadap pasar dan tidak

berdasarkan fakta-fakta yang ada. Menurut Yulianti (2013) produksi

berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem

Page 20: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

4

tradisional memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi

berdasarkan permintaan sesungguhnya. Karena masih menggunakan cara

tradisional perusahaan masih berpatokan dengan cara lama sehingga resiko

terjadinya defisit pendapatan dapat terjadi sewaktu-waktu. Begitu pula

dengan perusahaan-perusahaan konvensional yang erat kaitannya dengan

cara pemanufakturan tradisional dalam menjalankan proses produksinya, tidak

menutup kemungkinan beberapa perusahaan masih menggunakan cara

tradisional dalam memprediksi produksi yang akan datang guna memenuhi

permintaan pasar. Permintaan pasar sangat erat kaitannya dengan tingkat

konsumsi pada masyarakat itu sendiri.

Seperti halnya di Indonesia, menurut data Kementerian Perdagangan

Nasional, tepung terigu di Indonesia telah terjadi peningkatan yang hampir

sama dengan tingkat konsumsi per kapita per tahun. Dengan demikian,

masyarakat Indonesia dapat dikatakan memiliki tingkat konsumsi tepung

terigu yang begitu tinggi. Melihat peningkatan konsumsi tepung terigu,

tentunya memicu para pelaku industri tepung terigu untuk meningkatkan

produksinya. Dalam produksi tepung terigu, bahan baku merupakan prioritas

utama bagi suatu industri. Karena bahan baku merupakan hal prioritas utama,

maka persediaan bahan baku perlu dikendalikan dengan baik.

Just In Time bukanlah pendekatan yang dapat dengan mudah

diterapkan dengan hasil yang cepat diperoleh. Just In Time merupakan

proses evolusi bukan suatu proses evolusi yang dimana dibutuhkan

kesabaran. Penerapan Just In Time membutuhkan waktu, misalnya

membangun hubungan yang baik dengan pemasok. Di Indonesia, Just In

Time saat saat ini telah banyak digunakan oleh banyak perusahaan,

Page 21: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

5

terutama pada perusahaan besar. Salah satunya PT. Eastern Pearl Flour

Mills Makassar yang merupakan pabrik terigu yang bahan baku utamanya

masih diimport dari Australia dan Kanada mengingat petani gandum di

Indonesia belum ada. Bahan baku perusahaan harus selalu tersedia untuk

kelancaran proses produksi. Menurut Amrillah (2016) mengemukakan bahwa

perusahaan harus memiliki persediaan yang seefisien mungkin dengan

mengelola persediaan dengan baik demi kelancaran proses produksi.

Perusahaan menyadari bahwa untuk mendapatkan profit di era persaingan

ini haruslah seefisien mungkin.

Akan tetapi, dibeberapa bulan belakangan ini telah terjadi wabah Covid-

19 yang mengakibatkan beberapa daerah atau negara melakukan karantina

wilayah untuk memutuskan rantai penularan virus Covid-19 yang membatasi

pergerakan penduduk dan barang melintas antar daerah hingga lintas

negara. Dengan adanya wabah Covid-19, perusahaan tentu mengalami

kendala keterlambatan pemasok mengirimkan bahan baku sampai ke

gudang yang menyebabkan proses distribusi tidak mampu menyalurkan

produk dengan baik ke konsumen. Diantara metode yang ada, peneliti

memilih metode Just In Time (JIT) karena metode ini telah banyak digunakan

perusahaan-perusahaan. Just In Time (JIT) dapat menjawab pertanyaan

mengenai kondisi perusahaan saat ini, yaitu menentukan besar persediaan

yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan yaitu tidak terlalu tinggi dan juga

tidak terlalu rendah, sehingga dapat mengurangi pemborosan. Apabila

perusahaan melakukan pengelolaan yang tepat terhadap persediaan maka

perusahaan dapat meminimalkan biaya yang berhubungan dengan

persediaan.

Page 22: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah penerapan Just In Time sebagai pengendalian

persediaan bahan baku PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan

Just In Time sebagai pengendalian persediaan bahan baku PT. Eastern Pearl

Flour Mills Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat berguna bagi semua pihak.

Hasil penenelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan penelitian dan

memperluas wawasan bagi kajian keilmuan ilmu manajemen sebagai penerapan

teori – teori yang didapatkan di bangku perkuliahan. Selain itu, hasil penelitian ini

berguna sebagai bahan acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya dan

menambah wawasan mengenai Just In Time.

Page 23: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Just In Time

a. Pengertian Just In Time

Menurut Wakil Presiden Toyota Taiichi Okno (Kean Martin, Martin Petty

dan Scott (2011), Just In Time adalah produksi tepat waktu dan pengiriman

barang yang dibutuhkan dan jumlah barang yang dibutuhkan akan meningkatkan

efisiensi kerja dan menghilangkan berbagai tugas dan menghilangkan semua

jenis pekerjaan muda ditempat kerja.

Menurut Schonberger (2013) JIT sebagai “memproduksi dan

mengirimkan barang pada saat akan dijual, membuat sub assembling pada saat

barang akan di-assembling menjadi produk jadi, melakukan fabrikasi pada saat

barang akan diassembling menjadi produk setengah jadi (WIP), dan membeli

bahan baku pada saat akan melakukan fabrikasi”.

Menurut Ricky Martono (2015) Just In Time pertama kali dikembangkan

dan disempurnakan oleh Taiichi Ohno dipabrik manufaktur Toyota Jepang. Oleh

karena itu, Taiichi Ohno biasanya dikenal dengan Bapak JIT. Kemudian Just In

Time diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur di Jepang dan Amnerika

Serikat, seperti Hawlet Packard (HP), IBM dan Harley Davidson.

Berdasarkan beberapa definisi JIT menurut para ahli, maka dapat saya

simpulkan bahwa Just In Time merupakan filosofi yang berusaha untuk

meminimalisir pemborosan dengan memproduksi produk dengan jumlah yang

Page 24: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

8

tepat, kualitas yang tepat, dan dalam waktu yang tepat guna meningkatkan

efisiensi dan produktivitas perusahaan.

b. Perbedaan Just In Time dan Sistem Tradisional

Tabel 2.1

Perbandingan pemanufakturan Just In Time dengan Tradisional

Sistem Just In Time

Sistem Tradisional

Sistem tarik (pull system) Sistem dorong (push system)

Persediaan dalam jumlah kecil Persediaan dalam jumlah besar

Basis pemasok kecil Basis pemasok besar

Kotrak jangka panjang Kontrak jangka pendek

Struktur seluler Struktur departemen

Tenaga keja keahlian ganda Tenaga kerja terspesialisasi

Keterlibatan karyawan tinggi Keterlibatan karyawan rendah

Manajemen mutu terpadu Tingkat mutu yang diterima

Pasar pembeli Pasar penjual

Fokus rantai nilai Fokus nilai tambah

Sumber: Hansen dan Mowen. Akuntansi Manajemen (2013)

c. Tujuan dan Manfaat Just In Time

Menurut Hansen dan Mowen (2013), Just In Time (JIT) memiliki tujuan

strategis, yaitu untuk meningkatkan keuntungan untuk memperbaiki daya saing

perusahaan. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengontrol biaya (yang

memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan peningkatan keuntungan),

memperbaiki kinerja pengiriman, dan meningkatkan kualitas.

Page 25: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

9

Putra dan Idayanti (2014) menunjukkan bahwa tujuan utama Just In Time

adalah menghasilkan produk hanya pada saat dibutuhkan, dan menghasilkan

produk sebanyak yang dibutuhkan oleh pelanggan. Hal ini sesuai dengan

pandangan Blocher, Chen, dan Lin (2002) dalam Sekunder W (2011) yang

menyatakan bahwa tujuan penerapan Just In Time produksi adalah untuk

membeli bahan baku tepat waktu untuk proses produksi, serta untuk

memproduksi dan mengirimkan barang. Dijual cepat waktu. Ini dapat dicapai

dengan mengurangi pemborosan, mengurangi inventaris, membangun hubungan

yang baik dengan pemasok, meningkatkan keterlibatan pekerja, dan membuat

program yang berpusat pada konsumen.

Menurut Putra dan Idayanti (2014) terdapat 2 manfaat yang dapat

ditemukan dari Just In Time, yaitu:

1) Manfaat Tangibles

Meningkatkan tingkat perputaran pengadaan bahan baku/suku cadang,

meningkatkan akurasi pengiriman, mengurangi waktu tunggu pengiriman,

mengurangi pengiriman barang, dan mempersingkat waktu pemasok untuk

menerapkan perubahan.

2) Manfaat Intangibles

Meningkatkan kualitas produk, berhasil mendorong pemasok untuk

mencapai kualitas yang dibutuhkan, meningkatkan produktivitas,

meningkatkan kemajuan produksi, mengurangi pemeriksaan barang masuk,

meningkatkan efisiensi, meningkatkan posisi kompetitif, meningkatkan

desain produk, meningkatkan etika produksi, meningkatkan kontak, dan

menjaga hubungan pribadi dengan pemasok dan mengurangi pekerjaan

klerikal.

Page 26: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

10

d. Penerapan Just In Time

Just In Time dapat diterapkan ke berbagai area fungsional perusahaan,

seperti pengadaan, produksi, distribusi, manajemen, dll. Namun bidang

fungsional yang sudah banyak diimplementasikan adalah pembelian dan

produksi karena merupakan titik awal diterapkan Just In Time sebelum

diterapkan pada bidang fungsional lainnya. Sekunder W (2011).

1) Sistem Pembelian Just In Time (Just In Time Purchasing)

Menurut Putra dan Idayanti (2014), Just In Time Purchasing adalah sistem

pembelian yang digunakan untuk merencanakan pembelian barang atau bahan

tepat waktu sehingga pengiriman dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat

untuk memenuhi permintaan. Oleh karena itu, item tersebut tidak perlu disimpan

di gudang. Menurut Hardianto (2010), penerapan pembelian JIT dapat

mempengaruhi sistem akuntansi biaya dan manajemen dengan cara sebagai

berikut:

a) Ketertelusuran langsung dari biaya tertentu dapat ditingkatkan.

b) Perubahan dalam “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan nyawa.

c) Mengubah dasar pengalokasian biaya sehingga banyak biaya tidak

langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.

d) Mengurangi penghitungan dan tampilan informasi tentang selisih harga

pembelian.

Menurut Agustina, dkk (2008) Just In Time Purchasing dapat megurangi

waktu dan biaya yang terkait dengan aktivitas pembelian dengan cara sebagai

berikut:

a) Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi

sumber daya yang digunakan untuk bernegosiasi dengan pemasok.

Page 27: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

11

b) Mengurangi atau menghilangkan waktu dan biaya negosiasi melalui kontrak

jangka panjang yang ditanda tangani dengan pemasok, yang melibatkan

persyaratan pembelian, kualitas bahan dan harga yang wajar.

c) Memiliki pembeli atau konsumen yang memiliki pembelian yang pasti.

Rencana pembelian yang dirumuskan oleh pembeli atau konsumen dapat

memberikan informasi kepada pemasok mengenai persyaratan kualitas

bahan dan waktu pengiriman sesuai dengan rencana produksi, serta memiliki

masa tenggang tertentu.

d) Menghilangkan dan mengurangi aktivitas dan biaya yang tidak meningkatkan

nilai produk, seperti biaya aktivitas dan penyimpanan atau biaya pemindahan

material dari gudang ke pabrik.

e) Mengurangi waktu dan biaya prosedur pemeriksaan kualitas. Memilih

pemasok yang dapat menjamin ketepatan waktu, kuantitas dan kualitas

barang yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya pemeriksaan.

Karakteristik Just In Time Purchasing menurut Garrison dan Noreen (2006),

yaitu:

a) Barang harus dikirim secepat mungkin sebelum diminta atau digunakan. Baik

adanya peningkatan jumah pengiriman dan adanya penurunan barang

pengiriman.

b) Mengurangi jumlah pemasok untuk setiap komuditas, dan mengurangi biaya

dan waktu negosiasi dan pemrosesan data pembelian. Di sana, beberapa

pemasok yang dipilih adalah mereka yang dapat memenuhi permintaan

kuantitas pengiriman, kualitas dapat diandalkan, harga dan ketepatan waktu

pengiriman.

c) Menggunakan kontrak jangka panjang dengan pemasok, yang mencakup

Page 28: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

12

jadwal pengiriman barang berkualitas tinggi dan harga yang harus dibayarkan

untuk dokumen setiap transaksi, yang hanya melibatkan sambungan telepon

atau input komputer.

d) Tidak melakukan pengecekan kualitas barang yang dikirim. Dalam negosiasi

awal, pemasok mempelajari premi yang harus dibayarkan saat mengirimkan

barang berkualitas tinggi dalam jumlah tertentu, sehingga barang tidak

memiliki cacat, no inspection, no sorting, dan no repacking.

e) Membayar pemasok alih-alih membayar untuk setiap pengiriman.

2) Sistem Produksi Just In Time (Just In Time Production)

Menurut Supriyono (2002) “Produksi Just In Time adalah sistem penjadwalan

produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya

sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai

dengan memenuhi permintaan pelanggan.” Just In Time produksi dapat

mengurangi waktu dan biaya dengan cara:

a) Mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang sedang berjalan di setiap

workstation atau tahap pemrosesan produk. Operasi ini dapat dilakukan jika

setiap tahapan pengolahan produk hanya berdasarkan kebutuhan tahapan

pengolahan produk selanjutnya atau sesuai kebutuhan pelanggan.

b) Mengurangi dan menghilangkan lead time produksi. Pegurangan waktu

tunggu memingkinkan perusahaan menanggapi permintaan pembeli dengan

lebih efektif, sekaligus mengurangi pesanan perusahaan ke pemasok.

c) Pada setiap tahap pemrosesan produk, kami terus berupaya untuk

mengurangi biaya pemasangan mesin. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

cara mencegah kerusakan pada saat pemrosesan produk, karena kerusakan

berarti proses pengolahan produk harus dihentikan. Oleh karena itu, upaya

Page 29: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

13

ini juga dapat mengurangi atau menghilangkan buffer stock pada setiap

tahap produksi.

d) Penekanan pada penyederhanaan pemrosesan produk untuk

menghilangkan aktivitas produksi yang tidak memiliki nilai tambah. Oleh

karena itu, beberapa perusahaan yang menggunakan produksi Just In Time

menyesuaikan tata letak pabrik mereka atau melakukan penyesuaian

dengan menghaluskan aliran bahan atau produk di antara meja kerja

berkelanjutan.

Menurut Rahayu (2003), apabila sistem produksi Just In Time ditentukan

dalam sistem produksi, maka penerapan produksi Just In Time dapat

diselesaikan melalui proses sebagai berikut:

a) Pertama-tama jadwalkan ulang rencana produksi ke batch yang lebih kecil.

b) Meningkatkan kembali mutu dengan penerapan TQC, dan membuat pekerja

lebih sadar akan pentingnya mutu.

c) Meningkatkan faktor produksi termasuk pekerja. Secara umum, implementasi

yang tepat waktu disertai dengan partisipasi karyawan dalam pengambilan

keputusan.

d) Menerapkan teknologi produksi dalam satuan (unit) untuk memperpendek

jarak perpindahan bahan baku dan suku cadang satu mesin ke mesin

lainnya.

Menurut Supardiyo (2009), penerapan Just In Time produksi dapat

mempengaruhi sistem akuntansi biaya dan manajemen dengan cara sebagai

berikut:

a) Keterlusuran langsung biaya dapat ditingkatkan. Keterlusuran biaya ini dapat

ditingkatkan dengan dua cara:

Page 30: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

14

- Perubahan dalam aktivitas produksi dasar untuk mengubah biaya yang

sebelumnya diklasifikasikan sebagai biaya tidak langsung menjadi biaya

langsung untuk produk tertentu.

- Mengubah kemampuan pelacakan biaya dari jenis produk tertentu.

b) Menghilangkan atau mengurangi kumpulan biaya kegiatan tidak langsung.

Perubahan ini didasarkan pada dampak tersebut dan menghilangkan

aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah. Dalam produksi Just In Time,

aktivitas nilai tambah yang dapat dihilangkan antara lain fasilitas

penyimpanan inventaris, pasca-pemrosesan produk dan kontainer yang

cacat, serta alat transportasi karena workstation relatif singkat.

c) Mengurangi frekuensi penghitungan dan pelaporan informasi tentang

perbedaan antara biaya tenaga kerja individu dan overhead pabrik. Dalam

produksi tradisional yang menggunakan biaya standar, sistem akuntansi

menentukan biaya standar, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik,

serta menghitung dan melaporkan kenaikan tersebut. Penggunaan biaya

produksi terlalu menekankan pada unit produksi (suku cadang) tertentu

tanpa memperhatiakn dampaknya pada unit produksi lainnya. Just In Time

menekankan kinerja pabrik secara keseluruhan, yang bertujuan untuk

menghemat waktu dan biaya dengan menghilangkan aktivitas yang tidak

memiliki nilai tambah, sekaligus menghasilkan produk berkualitas tinggi untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan. Jika produksi Just In Time menggunakan

sistem biaya standar, biaya standar biasanya memerlukan interval waktu

yang singkat.

d) Kurangi rincian informasi yang dicatat pada “perintah kerja”. Tepat pada

waktunya didasarkan pada konsep yang disederhanakan dari semua

Page 31: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

15

aktivitas. Oleh karena itu, “perintah kerja” sederhana dapat diperoleh

dengan mengubah proses produksi sehingga lebih sedikit bahan atau

komponen yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi, dan hanya

biaya bahan baku yang dicatat dalam “perintah kerja”, dan biaya lainnya

diperlakukan sebagai periode.

e) Mengurangi biaya manajemen untuk sistem akuntansi.

e) Karakteristik Dasar Just In Time (JIT)

Menurut Kusumawati (2009), perusahaan yang telah menerapkan sistem Just

In Time memiliki beberapa ciri utama, antara lain:

1) Kualitas yang tinggi

Perusahaan yang menerapkan JIT berusaha keras untuk mencapai tingkat

kualitas yang tinggi sehingga mereka dapat beroperasi di bawah inventaris

rendah dan jadwal yang ketat. Sistem JIT berupaya menghilangkan akar

penyebab ketidakefisienan dan gangguan, dan melibatkan karyawan dalam

operasi untuk mencapai peningkatan berkelanjutan. Dengan kata lain,

perusahaan bersikukuh pada gagasan bahwa produk berkualitas tinggi

dengan biaya produksi sedikit lebih tinggi lebih baik daripada produk

berkualitas rendah dengan biaya produksi yang lebih rendah.

2) Tingkat persediaan rendah

Dalam JIT, persediaan dianggap pemborosan karena memerlukan biaya

penyimpanan dan biaya tambahan lainnya. Tidak banyak persediaan di

gudang, dan hanya jumlah yang cukup yang dapat melanjutkan proses

produksi ke unit kerja berikutnya, dan ketika habis akan dikirim kembali untuk

memastikan alur kerja yang berkelanjutan.

3) Jalur produksi fleksibel

Page 32: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

16

Sistem produksi menggunakan teknologi maufaktur seluler yaitu penataan

tata letak dan peralatan proses produksi yang fleksibel, segingga produk

yang dihasilkan tidak terlalu sering berpindah lokasi dan tidak perlu masuk ke

gudang, karena pergerakan produk biasanya dianggap sebagai aktivitas yang

tidak memiliki nilai tambah.

4) Perubahan struktur organsasi yang mengarah ke produk

Konsep JIT mensyaratkan bahwa setiap bagian dari proses poduksi memiliki

departemen layanannya sendiri sehingga setiap pelanggaran dapat dideteksi

sedini mungkin.

f) Syarat-syarat Penerapan Just In Time

Menurut Tjiptono dan Diana (2003), terdapat beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi untuk menerapkan Just In Time. Diantaranya adalah:

1) Organisasi Pabrik

Pabrik dengan sistem Just In Time mencoba mengatur tata letak berdasarkan

produk. Semua proses diperlukan untuk membuat produk tertentu ada di satu

tempat. Just In Time menggunakan batch kecil unit kerja dan menggunakan

kanban untuk produksi, sehingga tidak ada waktu antrian sebelum diproses,

sehingga proses yang diperlukan untuk produk tersebut harus diketahui

terlebih dahulu sebelum menyiapkan tata letak pabrik.

2) Pelatihan karyawan

Dibandingkan dengan sistem tradisional, Just In Time membutuhkan lebih

banyak pelatihan tambahan. Karyawan menerima pelatihan tentang cara

menanggapi perubahan yang dibuat dalam sistem tradisional, cara kerja Just

In Time, harapan Just In Time, dan hasil Just In Time. Pelatihan mendalam

tentang Kanban, peningkatan proses, dan alat statistik harus disediakan.

Page 33: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

17

Dalam Just In Time, karyawan membentuk tim. Dari proses produksi pertama

hingga pengiriman produk, tim bertanggungjawab atas keseluruhan produk.

Dalam sistem Just In Time, karyawan harus bekerja sebagai satu tim.

Masing-masing memiliki tugas tertentu, tetapi mereka bekerja sama satu

sama lain, saling mendukung, memecahkan masalah, dan memeriksa

pekerjaan. Ini membutuhkan pelatihan dan keterampilan.

3) Membentuk aliran penyederhanaan

Idealnya, jalur produksi baru daat ditetapkan sebagai ujian untuk membentuk

proses produksi, menyeimbangkan proses ini, dan memecahkan masalah

awal. Selama percobaan, sangat penting untuk mempertahankan disiplin

yang tinggi dalam proses produksi. Melalui eksperimen ini, anda dapat

memeriksa waktu pemrosesan, mengukur waktu tunggu, dan menentukan

bottleneck.

4) Kanban Pull System

Kanban adalah sistem manajemen atau kendali perusahaan, oleh karena

itu Kanban mempunyai beberapa aturan yang harus diperhatian:

a) Jangan mengirim produk yang rusak ke produk selanjutnya.

b) Hanya menghasilkan jumlah yang digunakan untuk proses selanjutnya.

c) Hanya menghasilkan jumlah yang digunakan untuk proses slanjutnya.

d) Seimbangkan beban produksi

e) Harus ada sejumlah proses yang diatur dari satu tahap ke tahap

berikutnya dalam proses produksi, jika tidak salah satu tahap akan

kelebihan kapasitas. Karena kelebihan kapasitas adalah pemborosan,

solusi alternatifnya adalah dengan meramalkan permintaan agar tahap

proses tidak kelebihan beban.

Page 34: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

18

f) Proses eksekusi stabil dan dirasionalkan. Agar kualitas produk stabil dan

teratur, prosesnya harus stabil dan masuk akal.

Menurut Tjiptono dan Diana (2003), sistem Kanban pada dasarnya terdiri dari

tiga kartu, yaiut:

a) Kartu Kanban, digunakan untuk penarikan, menentukan jumlah yang harus

diproses dari proses sebelumnya.

b) Untuk memproduksi kartu kanban, tentukan jumlah yang diproduksi melalui

proses diatas.

c) Kartu Kanban pemasok mengkonfirmasi pemasok sehingga mereka dapat

mengirimkan barang yang diperlukan.

5) Visibilitas atau pengendalian visual

Tata letak pabrik yang menerapkan Just In Time diatur dengan cara ini,

sehingga mudah untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan normal

atau ada masalah. Karena informasi tebuka, masalah akan diselesaikan

dengan cepat, dan perbaikan berkelanjutan menjadi lebih mudah dan cepat.

6) Eliminasi Kemacetan

Ddipabrik Just In Time, semua proses dapat menjadi hambatan. Ini karena

dalam sistem Just In Time, hanya ada sedikit kapasitas, dan ketika komputer

atau proses dihentikan, tidak ada persediaan sebagai cadangan. Untuk

mengatasi masalah ini, kami akan terus dengan sungguh-sungguh dan

cermat mengikuti semua prosedur Just In Time. Untuk menghilangkan

kemacetan, baik dalam fase penyiapan atau dalam fase produksi,

pendekatan yang melibatkan tim lintas fungsi harus diadopsi. Tim tersebut

terdiri dari berbagai departemen termasuk teknik manufaktur, dan keuangan.

7) Ukuran lot dan pengurangan waktu set up

Page 35: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

19

Dalam produksi Just In Time, ukuran batch yang ideal bukanlah yang

terbesar, tetapi yang terkecil. Metode ini cocok bila menggunakan mesin

untuk menghasilkan bagian komponen yang berbeda. Produksi Just In Time

juga dapat mempersingkat waktu penyiapan. Ada banyak cara menghemat

waktu pada sistem Just In Time. Pastikan bahwa alat dan komponen yang

diperlukan tersedia dengan membuat pengaturan yang sesuai. Mesin yang

digunakan dapat dimodifikasi untuk mempercepat waktu penyetelan dan

mengurangi kesulitan.

8) Total Productive Maintenance

Pemeliharaan produksi yang komprehensif merupakan syarat yang

diperlukan dalam sistem Just In Time. Bersihkan dan lumasi mesin secara

teratur. Para ahli akan melakukan tugas pemeliharaan preventif yang lebih

teknis dalam jangka waktu tertentu.

9) Kemampuan proses, Statistical Process Control (SPC) dan perbaikan

berkesinambungan

Untuk alasan berikut, kapasitas proses, SPC, dan peningkatakn

berkelanjutan harus tercermin dalam produksi Just In Time. Pertama, itu

harus bekerja seperti yang diharapkan dan mendekati kesempurnaan.

Kedua, dalam Just In Time, tidak ada stok besi sebagai cadangan untuk

kemacetan atau kerusakan proses. Alasan ketiga adalah bahwa semua

proses dengan mesin dan personel harus selalu kondisi prima.

10) Pemasok

Just In Time berusaha untuk membangun hubungan yang saling

menguntungkan dengan pemasok. Metode yang diadopsi meliputi:

a. Mengurangi jumlah pemasok

Page 36: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

20

Dalam Just In Time, diharapkan perusahaan hanya akan berurusan

dengan beberapa pemasok saja, karen jika perusahaan berurusan

dengan banyak pemasok maka akan menimbulkan waktu dan biaya untuk

bernegosiasi dengan pemasok.

b. Mengurangi atau menghilangkan waktu dan biaya negosiasi dengan

pemasok.

Dalam Just In Time kesepakatan jangka panjang dapat dicapai untuk

persyaratan pembelian, termasuk harga, kualitas dan pengiriman.

c. Memberikan bantuan teknis kepada pemasok.

d. Libatkan pemasok dalam tahap desain produk dan proses.

g. Prinsip Dasar Just In Time

Untuk menghasilkan metode Just In Time (JIT) maka harus ada delapan

prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan sistem

strategi produksi, yaitu (Jaelani, 2009):

1) Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk Sistem

manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu

setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk.

Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan

sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu proses

produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya

dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stok

serta untuk menekan biaya penyimpanan.

2) Produksi dalam jumlah kecil

Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari

perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi

Page 37: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

21

jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal

tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam

rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.

3) Mengurangi pemborosan (eliminate waste)

Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.

Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin

atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan

untuk mencapai target produksi.

4) Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow

improvement)

Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak produktif

yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.

5) Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)

Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam

sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi

“ZeroDefect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam

setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah

bisa diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.

6) Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)

Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja

akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil

keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan

karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.

7) Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian

Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan

Page 38: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

22

yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah

menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen

tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang

umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya

pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu

dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan

dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-

pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam

pertimbangan.

8) Perhatian dalam jangka panjang

Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di

atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam

jangka waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan

merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka

pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem

produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi

proses terbentuknya kurva belajar.

h. Hal-hal Yang Dibutuhkan Untuk Menjalankan Just In Time

Menurut Deputy Director General Motors Robert B. Stone mengatakan

bahwa dirinya bertangggung jawab untuk mengawai pelaksanaan Horn dan

Vasivic (2005) tepat waktu. Yang dibutuhkan adalah:

1) Konsentrasi Geografis

2) Kuantitasnya dapat diandalkan.

3) Jaringan pemasok yang dapat dikelola.

4) Sistem transportasi yang terkendali.

Page 39: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

23

5) Fleksibilitas produksi.

6) Batch kecil

7) Penerimaan dan pengelolaan bahan baku.

8) Komitmen manajemen yang kuat.

2. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Persediaan (inventory) adalah stock atau simpanan barang-barang yang ada

diperusahaan (Stevenson, 2014). Bahan baku merupakan barang-barang yang

dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk

jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. (Sofyan, 2013).

Menurut definisi Ristono (2009), persediaan dapat diartikan sebagai

komoditas yang disimpan untuk digunakan atau dijual di masa yang akan datang.

Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan merupakan salah satu aset palin

mahal di banyak perusahaan, terhitung 50% dari total modal investasi.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat di disimpulkan bahwa persediaan

bahan baku merupakan kebutuhan akan bahan-bahan yang digunakan dalam

proses produksi.

2. Jenis-jenis Persediaan

Ada beberapa jenis persediaan, masing-masing jenis memiliki karakteristik

khusus, dan metode pengelolaannya juga berbeda. Menurut Heizer dan Render

(2010), untuk menyesuaikan dengan fungsi persediaan, perusahaan harus

memelihara empat jenis persediaan, yaitu:

1) Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)

Digunakan untuk memisahkan pemasok dari proses produksi. Namun,

Page 40: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

24

motedo yang disukai adalah menghilangkan perbedaan antara pemasok

dalam hal kualitas, kuantitas atau waktu pengiriman, sehingga

menghilangkan kebutuhan akan pemisahan.

2) Persediaan produk jadi (Work In Process-Work In Inventory)

Telah mengalami beberapa kali perubahan tetapi komponen atau bahan

baku belum selesai. Alasan adanya Work In Process adalah waktu (Cycle

time) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk.

3) Daftar pemasok pemeliharaan/perbaikan/operasi (Maintenance, Repair,

Operating-MRO)

Menunjukkan bahwa bahan habis pakai yang disediakan untuk bahan habis

pakai pemeliharaan, perbaikan, dan prosedur masih valid/

4) Persediaan produk jadi (Finish Good Inventory)

Adalah produk yang sudah jadi dan sedang menunggu untuk dikirim. Produk

jadi dapat dimasukkan ke dalam persediaan karena kebutuhan pelanggan di

masa depan tidak diketahui.

Menurut Supriyono (2002) alasan persediaan diperlukan atau penting dapat

digolongkan menjadi 3 alasan pokok, yaitu:

a) Menyeimbangkan kedua perangkat biaya sehingga biaya total untuk

pemesanan dan penyimpanan dapat diminimalisasikan.

b) Menghadapi ketidakpastian permintaan.

c) Memanfaatkan potongan harga dan menghindari kenaikan harga yang

diperkirakan.

3. Fungsi dan Peranan Persediaan

Menurut Heizen dan Render (1997), persediaan memiliki fungsi untuk dapat

Page 41: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

25

menciptakan fleksibilitas pada kegiatan operasi perusahaan. Fungsi persediaan

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Decoupling. Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan

operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal memiliki kebebasan.

Persediaan “decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.

2. Fungsi Economic Lot Sizing adalah fungsi yang memungkinkan perusahaan

dapat memproduksi dan membeli sumberdaya-sumbersaya dalam kuantitas

yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Fungsi Lot Size ini perlu

mempertimbangkan penghematan biaya. Penghematan dari potongan

pembelian, biaya pengangkutan, dan sebagainya.. penghematan ini timbul

karena perusahaan membeli dalam kuantitas yang lebih besar.

3. Fungsi antisipasi merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang

dapat diramalkan dan menjaga kemungkinan kesulitan memperoleh bahan

baku. Fungsi ini untuk menanggulangi ketidakpastian jangka waktu

pengiriman dan penerimaan bahan baku selama periode pesanan kembali.

Fungsi ini sangat penting untuk menjaga kelancaran proses produksi.

4. Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat

dan komposisi persediaan rakitan, bahan baku dan barang hasil/produk

sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan

serta kebutuhan-kebutuhan pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efisien

(Assauri, 1999). Tujuan dari pengendalian yaitu:

1. Menjaga kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya

Page 42: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

26

proses produksi.

2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar

atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang ditimbulkan akibat persediaan

bahan baku tidak terlalu besar.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena hal ini

akan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar.

B. Kerangka Konseptual

Dalam usaha mempertahankan persaingan yang tinggi, perusahaan perlu

mengelola persediaannya dengan sebaik mungkin agar tidak terjadi pemborosan.

Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem Just In Time. Penerapan Just

In ime memberikan manfaat pengurangan pemborosan biaya dan meningkatkan

kualitas produk yang sangat baik. Sistem Just In Time dapat diterapkan pada

bagian pembelian, produksi, distribusi, administrasi, dan lainnya. tetapi pada

bagian pembelian dan produksi lebih banyak menerapkan sistem Just In Time

karena sistem pembelian dan produksi merupakan awal diterapkannya Just In

Time (Hadiotomo, 2009). Penerapan Just In Time dapat mengatasi

permasalahan pemborosan atau pemakaian berlebih yang tidak efisien bagi

perusahaan. Salah satunya pada persediaan bahan baku. Berdasarkan uraian

diatas maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pengendalian Persediaan

Bahan Baku

PT. Eatern Flour Mills Makassar

Sistem Just In Time

Page 43: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

27

C. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini peneliti menunjuk pada penelitian serta jurnal-jurnal

yang membahasa topik yang sama sebagai sumber referensi dan tinjauan

pustaka pada penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.2 :

Tabe 2.2

Penelitian Terdahulu

NO Peneliti Judul Hasil

Penelitian

1 Gunadi A (2016)

Pengaruh Sistem Just In Time Terhadap Efisiensi Biaya Bahan Baku

Dari hasil analisis penerapan Just In Time, maka dapat diketahui nilai persediaan bahan baku yang ada pada PT EKA BOGAINTI pada bulan April sampai Mei 2014 sesuai dengan hasil perhitungan tradisional sebesar Rp. 1.957.155.329 sedangkan hasil dari sistem Just In Time sebesar Rp. 954.335.001 Sehingga ada efisiensi nilai biaya bahan baku dari kebijakan Just In Time sebesar Rp. 1.002.820.328

2 Taslim, Felicia Timothy (2013)

Penerapan Metode Just In Time dalam meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan Waktu Produksi.

Dalam pengelolaan bahan baku perusahaan Lactasari Top Agriculture Company menerapkan metode tradisional dan beberapa metode Just In Time. Namundalam pengelolaan bahan baku tersebut perusahaan masih menggunakan tradisional lebih banyak dibandingkan dengan metode Just In Time karena faktor peningkatan biaya yang dikhawatirkan akan menambah pengeluaran.

3 Firdayanti N, Lestari T, &

Penerapan Just In Time dalam usaha

Dari hasil penelitian ini, terbukti kebenarannya

Page 44: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

28

Chofifah (2015)

meningkatkan efisiensi biaya bahan baku pada CV. Cahaya Mas di Sidoarjo

bahwa Just In Time akan dapat meningkatkan efisiensi persediaan bahan baku dibandingkan menggunakan tradisional. Jika perusahaan dapat meminimalisis biaya persediaan bahan baku, maka perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk karena memapuan labanya,

4 Aznedra, Safitri E (2018)

Analisis pengendalian internal persediaan, dan penerapan metode Just In Time terhadap efisiensi biaya bahan baku

Hasil penelitian ini adalah pengendalian internal persediaan tidak berjalan dengan baik sehingga tidak ada efisiensi pada biaya persediaan bahan baku, begitupun dengan penerapan metode Just In Time tidak efisien terhadap biaya persediaan bahan baku.

5 Aini N (2008)

Analisis perbandingan metode tradisional dengan Just In Time Inventory untuk mencapai efisiensi biaya bahan baku pada PT. Kemajuan Industri Indo Malang

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa melalui proses pembelian atau pengadaan bahan baku dengan proses Just In Time maka disini akan dilakukan pemangkasan atas beberapa biaya sehingga diharapkan dapat mengurangi atau terjadi efisiensi biaya produksi tanpa mengakibatkan kerusakan pada bahan baku.

6 Sumiyanto, D.W, (2017)

Penerapan Just In Time terhadap efisiensi biaya bahan baku PT. Harmonize Invitation

Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya rata-rata jumlah persediaan yang masih cukup tinggi dari jumlah kebutuhan dengan menggunakan metode tradisional. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku diperlukan adanya sistem pembelian Just In Time.

Page 45: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

29

7. Rosita R, Hufron M & Abs M.k (2018)

Penerapan metode Just In Time untuk meningkatkan efisiensi persediaan bahan baku pada Home Industry

Dengan digunakannya metode Just In Time untuk mengendalikan persediaan bahan baku menunjukkan terjadinya efisiensi yang meningkat dalam persediaan bahan baku Home Industry “Mulya Collection” Jombang pada tahun 2017 sesuai dengan hasil perusahaan sebesar Rp. 155,860,000 dan hasil perhitungan Just In Time nilai persediaan bahan baku pada tahun 2017 sebesar Rp. 131,950,000. Melihat hasil tersebut terdapat efisiensi nilai persediaan bahan baku dari kebijakan Just In Time sebesar Rp. 23, 910,000.

8. Sukendar W Herry (2011)

Penerapan Just In Time dalam sistem persediaan dan sistem produksi

Dalam proses penerapan Just In Time dalam penelitian ini, tentu ada kendala yang munvul, antara lain: kendala waktu yang cukup lama, pengaruh yang akan dirasakan oleh para pekerja karena minimnya persediaan, munculnya resiko kehilangan penjualan, dan kemungkinan tidak mendukungnya pihak-pihak ekternal perusahaan.

Page 46: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah data kualitatif yaitu penelitian yang menganalisis

dan mengumpulkan data berupa informasi yang didapat dengan cara

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan studi kasus yaitu peneliti

yang dilakukan terfokus pada suatu kasus yang tertentu diamati dan dianalisis

secara cermat sampai tuntas.

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen

sekaligus pengumpul data. Kehadiran seorang peneliti sangat dibutuhkan guna

untuk mengumpulkan data melalui wawancara, pengamatan maupun record atau

dokumentasi. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat, artinya

dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan pengamatan secara detail di

lapangan (Moleong, 2014).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian yaitu PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

yang berlokasi di Moh. Hatta No. 32, Tamalabba, Kec. Ujung Tanah, Kota

Makassar dan waktu penelitian dimulai pada bulan Agustus hingga bulan

September 2020.

C. Sumber Data

Pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan sumber data

sekunder, yaitu:

Page 47: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

31

5. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data secara langsung

oleh peneliti melalui wawancara dan observasi terhadap informan penelitian.

Data utama dari penelitian kualitatif ialah kata – kata dan tindakan (Moleong,

2014)

6. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono,2014), misalnya lewat orang lain atau

lewat dokumen. Sumber data sekunder bisa diperoleh dari beberapa media

yang menyediakan seperti internet dari media sosial lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Interview, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan

wawancara secara langsung dengan pihak perusahaan untuk mendapatkan

data yang diperlukan serta yang berhubungan langsung dengan penelitian.

2. Observasi, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan

pengamatan secara langsung pada objek penelitian dan catatan semua data

yang diperlukan.

3. Dokumenter, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan

pencatatan terhadap data yang dimiliki oleh perusahaan yang ada

hubungannya dengan masalah yang penulis kemukakan.

Page 48: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

32

E. Tahap – Tahap Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kaitan antara fenomena yang

terjadi atau bahkan menghasilkan sebuah temuan baru yang sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi. Untuk sebuah penelitian dibutuhkan beberapa

tahapan yang perlu dilalui oleh seorang peneliti hingga sampai pada penulisan

hasil penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif

sehingga tahapan yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan tahapan penelitian

kualitatif seharusnya. Berikut ini tahapan – tahapan penelitian ini adalah:

1. Memilih situasi atau permasalahan yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini

permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah analisis penerapan sistem

Just In Time untuk meningkatkan efisiensi biaya bahan baku. Pada tahap ini

peneliti harus menetukan informan, teknik penelitian, teknik pengumpulan

data dan juga waktu pengumpulan data. Semua itu harus dipersiapkan oleh

peneliti terlebih dahulu agar penelitian bisa menuju ke tahap berikutnya.

2. Melakukan observasi dan wawancara. Ini merupakan langkah awal peneliti

mamasuki penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi serta

mempersiapkan pertanyaan – pertanyaan saat ingin melakukan penelitian

lapangan.

3. Mencatat hasil observasi wawancara. Setelah melakukan observasi dan

wawancara peneliti harus mencatat beberapa hal yang penting dan menjadi

hasil observasi dan wawancara tersebut.

4. Memeriksa data yang telah terkumpul, dari tahap observasi dan wawancara,

kemudian peneliti harus memastikan data tersebut untuk dikelola lebih

lanjut.

Page 49: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

33

5. Menyeleksi data yang terkumpul, menyederhanakan dan juga membuat

kesimpulan dengan cara mengambil inti – inti atau yang terpenting sesuai

dengan kebutuhan penelitian atau permasalah yang diangkat oleh peneliti.

Pada tahapan ini peneliti melakukan reduksi data hingga mencapai data

yang tepat dan siap dipaparkan.

6. Pada tahap ini, data yang telah dipilih kemudian dikelola lebih lanjut dengan

penyajian data yang berupa teori – teori yang sesuai dengan permasalahan

yang diangkat oleh peneliti.

7. Setelah tahapan penyajian data dilakukan, selanjutnya menuliskan hasil dari

penelitian dengan menggunakan data dan juga teori – teori yang dapat

dikaitkan. Pada tahap ini peneliti menuliskan laporan penelitian yang

selanjutnya dipaparkan sebagai sebuah hasil dari penelitian.

F. Tahap Analisis Data

Teknik analisi data menurut Moleong (2014) adalah upaya yang dilakukan

dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih – milihnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan

diceritakan kepada orang lain. Proses analisis data dengan menelaah seluruh

data yang tersedia dari berbagai sumber, aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Memeriksa data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi

dari objek penelitian, apakah data tersebut sudah lengkap sehingga siap

untuk dikelola lebih lanjut.

2. Data Reduction (Ruduksi Data), artinya merangkum data – data tersebut,

memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang pentig,

Page 50: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

34

dan penyederhanaan data sehingga dapat memberikan gambaran yang

lebih jelas terhadap data yang dibutuhkan oleh peneliti.

3. Data Display (penyajian Data), artinya menyajikan data berupa teori – teori

yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

dan sejenisnya.

4. Penarikan kesimpulan, menarik kesimpulan dari data – data sebagai

hasil penelitian.

5. Pengulasan kembali langkah pertama hingga keempat

Page 51: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Perkembangan Perusahaan

The Interflour Grup adalah salah satu pabrik tepung terbesar di Asia.

Perusahaan ini memiliki tujuh pabrik yang beroperasi di Indonesia, Vietnam,

Malaysia dan Turki. Pabrik modern Interflour memiliki kapasitas penggilingan

penuh sekitar 1,5 juta ton per tahun. Perusahaan ini mempunyai keahlian, kontrol

kualitas dan perhatian detail terhadap pengadaan gandum. Hal tersebut

menjamin kualitas tinggi dan menjadikan tepung dengan kualitas terbaik. Grup

Interflour memiliki kantor pusat di Singapura, namun koordinat pembelian

gandum dan pengiriman logistik berasal dari seluruh dunia.

Di Indonesia, grup Interflour bernama Eastern Pearl flour Mills yang

berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan. Pabrik ini adalah pabrik tepung

terbesar ke-4 di satu situs di Dunia dengan pengolahan 2.800 ton gandum per

hari setara dengan lebih dari 700.000 ton per tahun tepung. Sudah lebih dari 40

tahun berpengalaman menghasilkan tepung, perusahaan ini menjadi salah satu

produsen terigu terkemuka di Indonesia dan kualitas dengan tingkat konsistensi

tinggi. Produk Pearl Flour Mills Timur mempunyai pasar yang sangat kuat dan

dominan di Sulawesi, Kalimantan, Nusantara, Maluku dan bagian lain dari

Indonesia Timur.

Untuk mengembangkan usaha dan mereplikasi keberhasilan di Indonesia

Timur, perusahaan tersebut memperluas distribusi tepung ke Jawa dan

Sumatera dengan memanfaatkan pada konsistensi kualitas produk

Page 52: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

36

kami. Keahlian Tim Technical Support memiliki pengetahuan Industri untuk

membantu pelanggan menjadi lebih untung dan menyiapkan beberapa gudang di

Jawa untuk pengiriman tepat waktu. juga telah memperluas jaringan multi-

distributor kami menjadi lebih dekat dan lebih terjangkau untuk semua

pelanggan. Eastern Pearl flour Mills memperluas jaringan multi distributor agar

lebih dekat dan menjangkau semua pelanggan. Selain pasar domestik, Eastern

Pearl flour Mills adalah eksportir terkemuka tepung protein tinggi di Filipina.

Perusahaan ini memiliki tiga merek utama. Yakni tepung serba guna

dengan merek Kompas. Tepung roti dengan merek Gunung dan Gerbang yang

menjadi pemimpin pasar dalam segmen tepung roti segmen, menggunakan

Gandum Amerika Utara. Dan tepung terigu merek gatotkaca yang paling banyak

tersedia serta terjangkau. Tahun 2013, perusahaan ini mempunyai target

produksi giling gandum meningkat 5% atau naik dari produksi tahun sebelumnya

sebesar 540.000 metrik ton.

2. Visi dan Misi PT. Eatern Flour Mill Makassar

a. Visi

Menjadi salah satu penggiling tepung yang betul-betul terintegrasi dari hulu

hingga hilir di Asia Tenggara, yang mampu meningkatkan nilai bagi para

pemegang saham dan konsumen dalam suatu lingkungan kerja yang senantiasa

memberikan motivasi pada karyawan kami dengan kebanggaan. “To be South

East Asia’s one truly integrated flour mille, from source to market, which

increases value for shareholders and customers in an environment that motivates

our employees with pride”

Page 53: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

37

b. Misi

Kita melayani untuk membawa industri kami mengelola secara proaktif rantai

persediaan dan memproduksi tepung dengan kualitas yang sangat konsisten

pada biaya terendah. “We serve to lead our industry by proactively managing the

supply chain and producing the most consistent quality flour at the lowest cost”.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan pada dasarnya memperlihatkan

hubungan antara wewenang, tanggung jawab, tugas dan kedudukan para

personel dalam perusahaan. Adapun struktur organisasi PT. Eatern Pearl Flour

tersebut adalah sebagai berikut:

Sumber: PT. Eatern Pearl Flour Mills Makassar

Page 54: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

38

C. Hasil Penelitian

1. Sistem Just In Time di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar

Suatu perusahaan membutuhkan sistem dalam mengelola biaya-biaya

yang akan dikeluarkan. PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar menggunakan

Just In Time dalam mengelola persediaannya yang bertujuan meminimalisir

pemborosan yang terjadi. Penerapan Just In Time memudahkan PT. Eastern

Pearl Flour Mills Makassar dalam mengefisienkan biaya bahan baku. Prinsip

dasar Just In Time:

a) Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk Sistem

manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu

setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk.

Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan

sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu proses

produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya

dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stok

serta untuk menekan biaya penyimpanan.

b) Produksi dalam jumlah kecil

Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari

perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi

jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal

tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam

rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.

c) Mengurangi pemborosan (eliminate waste)

Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.

Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin

Page 55: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

39

atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan

untuk mencapai target produksi.

d) Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow

improvement)

Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak produktif

yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.

e) Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)

Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam

sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero

Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap

langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa

diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.

f) Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)

Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja

akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil

keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan

karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.

g) Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian

Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan

yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah

menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen

tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang

umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya

pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu

dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan

Page 56: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

40

dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-

pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam

pertimbangan.

h) Perhatian dalam jangka panjang

Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di atas

bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka

waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan

merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka

pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem

produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi

proses terbentuknya kurva belajar.

Hal ini juga dibuktikan dengan hasil wawancara dengan bapak Rafiuddin

selaku manajer produksi:

“visi misinya perusahaan itu kualitas dan mutu dan delivery tepat waku. Kita tidak boleh terlambat karena kapan kita tidak tepat waktu, bahan bakunya orang lambat, sesuai PO”

[“visi misi perusahaan yaitu menghasilkan kualitas, mutu dan delivery tepat waktu. Sehingga produk yang akan dikirimkan ke konsumen sampai tepat waktu”]

PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar menggunakan sistem Just In Time

karena sistem ini sangat membantu perusahaan dalam mengelola persediaan

dengan planning yang tepat agar tidak terjadi pemborosan. Penggunaan bahan

baku gandum pada proses produksi disesuaikan dengan rencana produksi yang

disusun oleh bagian produksi. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan

bapak Rafiuddin sebagai Manajer Produksi:

“tergantung, misalnya 4.000 ton maka gandum harus disediakan 6.000 ton” [“tergantung bahan baku yang direncanakan, jika kita ingin memproduksi

Page 57: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

41

4.000 ton terigu, berarti kita harus menyediakan 6.000 ton gandum”]

Bahan yang digunakan akkan dibuat daftarnya dan direncanakan sesuai

permintaan produksi. Hal ini merupakan tahap yang penting, dimana dibutuhkan

perencanaan yang baik sebelum proses produksi dilaksanakan.

2. Impelementasi Just In Time di PT. Eatern Pearl Flour Mills Makassar

PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar sudah menerapkan sistem ini

sejak tahun 2003, mengingat sistem ini bukan dengan mudah diimplementasikan

ada beberapa kendala yang dihadapi perusahaan dan perusahaan tetap

melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kualitas produksi tersebut.

Akan tetapi, ditahun ini telah terjadi wabah Covid-19 yang mengakibatkan

beberapa daerah atau negara melakukan karantina wilayah untuk memutuskan

rantai penularan virus Covid-19 yang membatasi pergerakan penduduk dan

barang melintas antar daerah hingga lintas negara. Hal ini cukup berpengaruh

terhadap PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.

Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan bapak Rafiuddin:

“ya, cukup berpengaruh karena ada keterlambatan ekspedisi. jakarta mengalami lockdown dan kardusnya di datangkan dari Jakarta makanya ada keterlambatan. Tapi karena kita sudah stok selama 2 bulan kedepan jadi aman”

[“pandemi ini sangat berpengaruh terhadap perusahaan karena jakarta mengalami lockdown yang mengakibatkan keterlambatan kardus sampai ke gudang. akan tetapi perusahaan sudah menyetok selama 2 bulan kedepan hingga tidak ada ke khawatiran kehabisan”]

Pemakaian bahan utama gandum dalam proses produksi disesuaikan

dengan rencana produksi yang telah dibuat dan disusun oleh bagian produksi.

Berdasarkan rencana produksi perusahaan, PT. Eastern Pearl Flour Mills

Makassar dapat memperkirakan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan.

Sebelum pandemi Covid-19 menyerang dunia, perusahaan melakukan

Page 58: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

42

pemesanan hanya sekali dalam sebulan. Ini diharapkan bahan baku yang

dipesan akan tiba pada saat awal bulan yang baru. Akan tetapi, saat ini

perusahaan memesan bahan baku dalam sebulan sebanyak dua kali untuk 2

bulan kedepan sesuai dengan rencana produksi.

Sistem persediaan Just In Time dalam produksi terigu memiliki kelebihan

dalam menghemat tempat yang digunakan untuk menyimpan bahan baku (silo)

karena pada sistem ini, perusahaan tidak menyimpan persediaan dalam jumlah

yang banyak karena proses produksi ini dikatakan Job Order atau produksi yang

dilakukan berdasarkan pemesanan. Efisien sistem ini dapat dilihat dari pembelian

bahan baku yang dilakukan secara terplanning. Untuk tetap mempertahankan

efisiennya, perusahaan memerlukan planning yang lebih baik lagi. Hal ini sejalan

dengan hasil wawancara bapak Rafiuddin:

“untuk mengetahui perusahaan sudah efisien, perusahaan membutuhkan planning yang tepat agar dapat mengatur seluruh persediaan bahan baku untuk memenuhi permintaan pelanggan dan pengalokasian biaya yang sesuai”

[“perusahaan melakukan planning yang tepat agar dapat mengatur persediaan bahan baku untuk memenuhi permintaan pelanggan dan pengalokasian biaya yang sesuai dengan”]

Efisien sistem ini dapat dilihat dari pembelian bahan baku yang dilakukan

secara terplanning yang tidak akan membuat waktu produksi dan biaya terbuang.

D. Pembahasan

Just In Time merupakan sistem yang digunakan dalam mengelola dan

mengembangkan kualitas dan efisiensi produknya. Setiap perusahaan perlu

menerapkan sistem untuk mengefisienkan biaya agar tidak terjadi pemborosan

pada saat proses produksi. Just In Time bukanlah pendekatan yang dapat

Page 59: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

43

dengan mudah diterapkan dengan hasil yang cepat diperoleh. Di Indonesia, Just

In Time telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Salah satunya

adalah PT. Eastern Flour Mill Makassar. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan kepada Manajer Produksi, PT. Eastern Flour Mill Makassar telah

menggunakan sistem Just In Time sejak tahun 2003.

Just In Time merupakan suatu sistem produksi yang dirancang untuk

mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan produk

seefisien mungkin dengan menghapus segala jenis pemborosan yang dapat

terjadi dalam proses produksi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Just In

Time merupakan sistem yang mempunyai tujuan menghasilkan kualitas, mutu,

dan delivery tepat waktu. Sistem ini digunakan untuk merencanakan produksi

tepat waktu, sesuai kualitas, dan sesuai dengan komponen atau produk yang

dibutuhkan pada tahap produksi selanjutnya. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Putra dan Idayanti (2014) bahw Just In Time adalah untuk

menhasilkan produk hanya pada saat dibutuhkan, dan hanya menhasilkan

produk sebanyak yang dibutuhkan oleh pelanggan.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perusahaan adalah

berusaha meningkatkan kegiatan produksi sehingga perusahaan dengan

mudah tetap mempertahankan kontiunitas atau keberlanjutan jalannya sebuah

perusahaan. Selain itu, perlunya membangun hubungan yang baik antara

perusahaan dengan pemasok. Misalnya saja untuk PT. Eastern Flour Mills

Makassar yang bekerjasama dengan pemasok gandum yang berasal dari

berbagai negara seperti; Kanada, Australia, Argentina, dan Saudi Arabia yang

menyediakan gandum sebanyak 6.000 ton perbulan untuk digunakan sebagai

bahan baku produksi. Karena bekerja sama dengan pemasok yang berasal

Page 60: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

44

dari luar negeri sehingga perlu diadakan kontrak jangka panjang dengan

pemasok utama untuk menekan biaya transportasi dan biaya pemesanan serta

kualitas bahan baku yang akan digunakan.

Penggunaan bahan baku, terutama bahan baku yang sebagian besar

merupakan bahan baku impor dari pemasok utama yang cukup jauh sehingga

perlu untuk mengkoordinasi agar proses perencanaan produksi selalu sejalan

dengan kebutuhan perusahaan, maka perusahaan perlu untuk melakukan

pemesanan dengan menentukan periode tertentu dan tetap sesuai dengan

stok persediaan yang ada digudang.

Pembelian barang dalam suatu perusahaan berupa barang untuk

kepentingan suatu produksi merupakan kegiatan yang tidak kalah pentingnya,

karena merupakan kegiatan utama yang terjadi secara berkala dan terus

menerus. Sebagai aktivitas sehari-hari, terkadang banyak yang terbuang

percuma. Oleh karena itu, sistem Just In Time akan berusaha mengurangi

atau bahkan menghilangkan pemborosan. Untuk PT. Eastern Flor Mills

Makassar sendiri yang sangat menjunjung tinggi keberhasilan perusahaan

dalam mempertahankan kualitas dan mutu dan delivery tepat waktu tanpa

adanya pemborosan, sistem Just In Time ini dirasa sangat membantu dan

berhasil digunakan. Sehingga system ini telah digunakan selama 17 tahun.

Meskipun demikian, tetap saja ada beberapa kendala yang perusahaan alami

dalam hal produksi seperti yang diutarakan pada saat wawancara bahwa dalam

proses produksi mungkin ada kerusakan internal yang disebabkan karena

bencana seperti pandemic yang saat ini dialami. Adanya lockdown menyebabkan

terlambatnya produksi.

Page 61: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

45

Disaat sekarang ini, seluruh dunia mengalami suatu wabah yaitu

pandemic Covid-19 yang mengakibatkan berbagai dampak yang dialami oleh

berbagai sektor, tak hanya sektor kesehatan, sektor ekonomi juga mengalami

dampak serius akibat pandemic virus corona. Beberapa daerah bahkan negara

melakukan karantina wilayah untuk memutuskan rantai penularan virus corona

sehingga membatasi pergerakan penduduk dan pengiriman barang dari lintas

daerah hingga lintas negara. PT. Eastern Flor Mills Makassar salah satu

perusahaan yang merasakan kendala keterlambatan ekspedisi. Berdasarkan

hasil wawancara, peneliti menemukan bahwa pandemi sangat berpengaruh

karena keterlambatan ekpedisi. PT. Eastern Flor Mills Makassar yang memasok

kardus dari wilayah lain seperti Jakarta mengalami keterlambatan produksi.

Jakarta yang menjadi pusat penyebaran virus terbesar di Indonesia melakukan

lockdown, sehingga tidak bisa memasok barang-barang.

Di Indonesia, Just In Time telah banyak digunakan oleh banyak

perusahaan, salah satunya PT. Eastern Flour Mills Makassar. Untuk mencapai

sasaran dari sistem ini, maka perusahaan diharuskan memproduksi hanya

sebanyak jumlah yang dibutuhkan/diminta oleh konsumen dan pada saat

dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan

kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang. Hal ini

mengemukakan bahwa untuk mengetahui perusahaan sudah efisien,

perusahaan memerlukan planning yang tepat agar dapat mengatur seluruh

persediaan bahan baku, kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan

pelanggan dan pengalokasian biaya yang sesuai.

PT. Eastern Flour Mills Makassar memiliki persediaan untuk stok selama

2 bulan kedepan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Assauri (1998)

Page 62: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

46

bahwa tujuan pengendalian persediaan yaitu menjaga jangan sampai

perusahaan kehabisan persediaan yang menyebabkan proses produksi terhenti.

Oleh karena perusahaan ini merupakan pabrik terigu yang hasil produksinya

masih terus dibutuhkan di kalangan masyarakat sehingga tidak ada masalah

yang berarti. Terigu sendiri masih terus menerus dibutuhkan untuk membuat

berbagai makanan yang menjadikan daya minat masyarakat tetap stabil.

Sehingga selama pandemi ini, bahan baku juga tetap stabil, tidak naik dan tidak

turun. Suatu perusahaan dapat dikatakan sudah efisien apabila perusahaan

dalam menjalankan sesuatu (tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya). Efisien

merupakan proses penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan benar

dan penuh kemampuan yang dimiliki dan tidak berdampak pada pemborosan

atau pengeluaran yang tidak berarti. Efisiensi merupakan komponen-komponen

input yang digunakan seperti waktu, tenaga, dan biaya dapat dihitung

penggunaannya dan tidak berdampak pemborosan atau pengeluaran yang tidak

berarti.

Page 63: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

47

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai Penerapan Just In Time

Sebagai Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus Pt. Eastern

Pearl Flour Mills Makassar) adalah membuat planning yang tepat dan hanya

memproduksi sebanyak jumlah yang dibutuhkan atau diminta oleh konsumen.

Bahan baku yang dipesan sudah dipersiapkan untuk 2 bulan kedepan.

Penerapan Just In Time pada PT. Eastern Flour Mills Makassar sudah

efisien diterapkan, baik sebelum maupun selama pandemi ini dikarenakan tidak

ada kendala-kendala berarti dalam mendapatkan bahan baku sehingga selama

pandemi ini, bahan baku juga tetap stabil, tidak naik dan tidak turun. Efisien

sistem ini dilihat dari pembelian bahan baku yang dilaksanakan secara

terplanning yang tidak akan memyebabkan pemborosan terjadi.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya meneliti faktor-faktor lain yang

masih belum terungkap pada penelitian ini yang mempengaruhi atau memiliki

hubungan dengan Just In Time sehingga dapat menyempurnakan isi dari

penelitian ini sekaligus menjadikan pertimbangan dalam penelitian dengan judul

yang lebih variatif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Page 64: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

48

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Y., Dewi, S., dan Ermadiani, 2008, Analisa Penerapan Sistem Just

In Time untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada

Perusahaan Industri, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12, No. 1,

Januari: 135-146

Aznedra, safitri E (2018) Analisis Pengendalian Internal Persediaan, dan

Penerapan Metode Just In Time Terhadap Efisiensi Persediaan

Bahan Baku (Studi Kasus PT. SIIX ELECTRONICS INDONESIA).

Jurnal measurement, Vol.

12, No.2

Aini N (2008) Analisis Perbandingan Metode Tradisionaldengan Just In Time

Inventory Untuk Mencapaiefisiensi Biaya Bahan Baku Pada Pt.

Kemajuanindustrindo Malang.

Agus, Ristono. (2009). Manajemen Persediaan, Edisi 1. Yogyakarta:

Graham Ilmu Agus, Ristono. (2009). Manajemen Persediaan, Edisi

1. Yogyakarta: Graham Ilmu

Anthony, Robert N, Govindarajan, Vijay, 2002. Management Control System,

Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.

Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Blocher, Edward J., K. H Chen., T. W. Lin. (2002). Cost management: a strategic emphasis (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.

Firdayanti N, Lestari T, & cholifah (2015) Penerapan Metode Just In Time

Dalam Usaha Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku Pada CV.

Cahaya Mas Di Sidoarjo. Jurnal Akuntansi ubhara

Garrison, H. Ray; Eric W. Noreen; dan Peter C. Brewer. 2006, Akuntansi

Manajerial, Buku I, Edisi Kesebelas, Penerbit : Salemba Empat,

Jakarta.

Gunadi A. (2016). Pengaruh just in time terhadap efisiensi bahan baku.

Jurnal ilmu dan riset akuntansi, vol. 5, No.3

Hadioetomo. 2009. Pengaruh Penerapan JIT Terhadap Kinerja dan Keunggulan

Kompetitif Perusahaan Manufaktur, Universitas Diponegoro, Semarang.

Kajian Akuntansi, Volume 4, Nomor 2, Desember 2009: 104-113.

Hanafi, M. dan Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit dan

Percetakan AMPYKPN. Yogyakarta.

Page 65: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

49

Hensen, Don R. dan Maryana M. Mowen. 2013. Akuntansi Manajerial. Edisi

Delapan. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Heizer, Jay dan Barry Render. (2010). Operation Management-Manajemen

Operasi, Edisi 9 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi (Operation Manajemen) Analisis dan

Studi Kasus. Jakarta : PT Gramedia.

Hardianto. 2010. Sistem Produksi Just In Time, artikel diakses juni 2016 dari

http://luckyprasetyohardiyanto.blogspot.co.id

Horne, James C. Van., dan JR, John M. Machowicz. Prinsip-prinsip Manejemen

Keuangan, Edisi 12, Buku 1. Terjemahan Dewi Fitriasari dam Deni Arnos

Kwary. 2005. Jakarta: Salemba Empat.

Jaelani, E., 2009, Just In Time, 2 Februari.

J. Blocher, Edward, dkk. 2000. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty, J. William, JR, David F. Scott.

Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 1.

Terjemahan Marcus Prihminto Widodo. 2011. Jakarta Barat: PT Indeks.

Kusumawati. R. 2009. Studi Just In Time Untuk Meningkatkan Kinerja

Produktivitas Perusahaan. AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 4 (8).

Kurniati Y, Yanfitri. 2010. Dinamika Industri Manufaktur Dan Respon Terhadap

Siklus Bisnis. DKM, Bank Indonesia.

Martono, Ricky. (2015). Manajemen Logistik Terintegrasi, Cetakan 1. Jakarta:

Penerbit PPM.

Muliyadi, 2014. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Oscar. 2011. “Pengurangan Pemborosan Waktu Tunggu pada Pembuatan

Dining Chair dengan Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing

(Studi Kasus pada CV. Rekabu Furniture, Pabelan)”. Tersedia pada

ttp://eprints.uns.ac.id/5406/1/209311011201112241.pdf (diakses tanggal

03 desember 2013).

Putra, Christyandhika dan Farida Idayati. (2014). Penerapan Metode Just in

Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku.

Jurnal: Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No.1.

Rosita R, Hufroo M, & Abs M.k (2018) Penerapan Metode Just In Time

(Jit) Untuk Meningkatkan Efisiensi Persediaan Bahan Baku Pada

Home Industry “Mulya COLLECTION” JOMBANG. E-jurnal riset

Page 66: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

50

manajemen riset manajemen prodi manakemen fakultas ekonomi

unisma

Rahayu. 2003. Pengaruh Aplikasi Strategi Just In Time Terhadap

Efektivitas dan Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Santosa Jaya Abadi Sidoarjo, Ekuitas, Vol.9 No.4 Desember 439-463.

Rahardjo, Adisasmita (2011), Pengelolaan Pendapatan Dan Anggaran Daerah, Cetakan Pertama, Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu.

Schonberger, Richard J. 2013. Teknik-Teknik Manukfaktur Jepang

terjemahan Dr. Edi Nugroho, Pustaka Binaman Pressindo, 1995,

Jakarta.

Sekunder W., Herry. 2011. Penerapan Just In Time Dalam Sistem

Pembelian dan Sistem Produksi. Binus Business Review Vol. 2 No.

1 Mei: 446-455.

Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Riau: Star Gate Publisher

Supardiyono. 2009. Sistem Produksi Tepat Waktu Just In Time. Artikel

diakss September 2016 dari https://supardiyo.wordpress.com

Sukmasari, L. 2003. Hubungan Tingkat Penerapan Just In Time pada Sistem

Produksi dengan Kinerja Non-Keuangan. Skripsi. Universitas

Padjajaran. Bandung

Sumiyanto, D.W (2017) Penerapan Metode Just In Time Terhadap

Efisiensi Biaya Bahan Baku Pt Harmonize Invitation. Jurnal ilmu dan

riset akuntansi, Vol. 6, No.9

Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk

Teknologi dan Globalisasi, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit

: BPFE, Yogyakarta.

Sofyan, Diana K. 2013. Perencanaan dan pengendalian Produksi.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Stevenson, William J dan Sum Chee Choung, 2014. Manajemen Operasi

Perspektif Asia. Jakarta: Selemba Empat

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Supriyono. 1999. Manajemen Strategis dan Kebijakan Bisnis. Edisi 2. BPFE. Yogyakarta. 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi 1. BPFE. Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management.

Edisi revisi. Yogyakarta: Andi Offset.

Page 67: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

51

Taslim, Felicia Timothy.(2013) Penerapan Metode Just in Time dalam

Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja

dan Waktu Produksi: Studi Kasus pada Lactasari Top Agriculture

Company. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.

W heri S (2011) Penerapan Just In Time Dalam Sistem Pembelian Dan Sistem Produksi. Jurnal binus business review, Vol.2, No.1

Yulianti. 2013. “Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Metode

Just In Time dan Dampaknya Terhadap Kualitas Produk pada CV.

Yan’s Fruit and Vegetables”. Tersedia pada Analisis Sistem

Pengendalian Persediaan Dengan Metode Just In Time dan

Dampaknya Terhadap Kualitas Produk pada CV. Yan’s Fruit and

Vegetables. (diakses tanggal 03 desember 2013).

Page 68: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 69: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

53

Lampiran : 1

Nama Lampiran : Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana system persediaan pada perusahaan?

Jawab: diatur oleh Just In Time

2. Apa-apa saja bahan baku yang dipakai dalam produksi?

Jawab: banyak, tetapi kita ambil yang bahan utama sama mineral-

mineralnya

3. Berapa banyak bahan baku yang digunakan perusahaan setiap bulan?

Jawab: tergantung, misalnya 4.000 ton maka gandum harus disediakan

6.000 ton

4. Pada tahun berapa Just In Time digunakan diperusahaan ini?

Jawab: ya, sekitar 2003 lah

5. Apakah didalam system produksi terdapat hal yang menajdi focus utama

dalam penerapan Just In Time?

Jawab: oh jelas, karena motto kita itu visi misinya perusahaan itu kualitas

dan mutu dan delivery tepat waktu. Kita tidak boleh lewat waktunya

karena kapan kita tidak tepat waktu, bahan bakunya orang akan lambat,

sesuai PO

6. Selama menerapkan Just In Time, apakah ada kendala atau masalah?

Jawab: selama ini tidak ada, mungkin ada kerusakan internal kan

bencana kayak pandemic kemarin. Nah kita ini lambat karna lockdown

makanya lambat

7. Dimasa pandemic ini, apakah Just In Time berpengaruh pada bagian

produksi dan pembelian bahan baku?

Page 70: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

54

Jawab: ya, cukup berpengaruh karena kan kita ada keterlambatan

ekpedisi, Jakarta lockdown, kita ambil di Jakarta kardusnya makanya

melambat. Karena kan semua diputuskan, ada yang dirumahkan, supply

backnya mundur semua. Tapi karena kita sudah stok selama 2 bulan

kedepan jadi aman

8. Apakah dimasa pandemic ini, terdapat kendala untuk mendapatkan

bahan baku?

Jawab: sejauh ini belum, pabrik terigu belum karena kan dipabrik terigu

kita kan lumayan baguslah karena work from home karena mereka butuh

terigu buat kue, makanan. Daya minat masyarakat rendah, berarti stabil.

Kalau untuk masa pandemi ini baguslah, tidak turun tidak naik

9. Menurut bapak, selama perusahaan menerapkan Just In Time. Apakah

system ini sudah efisien diterapkan?

Jawab: ya, sangat efisien. Saya yakin itu yang paling bagus

10. Menurut Bapa, selama perusahaan menerapkan Just In Time, apakah

sistem tersebut efektif? Dan bagaimana menjaga dan meminimalkan

untuk menjaga efisiensi?

Jawab: untuk mengetahui perusahaan sudah efisien, perusahaan

membutuhkan planning yang tepat agar dapat mengatur seluruh

persediaan bahan baku untuk memenuhi permintaan pelanggan dan

pengalokasian biaya yang sesuai

Page 71: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

55

Lampiran : 2

Nama Lampiran : Dokumentasi dan pelaksanaan wawancara

DOKUMENTASI DAN PELAKSANAAN WAWANCARA

Page 72: PENERAPAN JUST IN TIME SEBAGAI PENGENDALIAN …

56

BIOGRAFI PENULIS

Mufti Khaeriah Burhanuddin lahir di Ujung Pandang,

Kecamatan Panakukkang, Provinsi Sulawesi Selatan

pada tanggal 1 Oktober 1997 dari pasangan Burhanuddin

AR dan ST. Rahma B. Penulis merupakan anak pertama

dari 3 (tiga) bersaudara. Pendidikan formal dimulai pada

jenjang Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Paccinang dan

lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan

ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 23 Makassar dan

lulus pada tahun 2013, kemudian pendidikan dilanjutkan kembali ke tingkat

Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 12 Makassar dan lulus pada

tahun 2016. Setelah lulus dari SMA Negeri 12 Makassar, penulis melanjutkan

studi S1 pada tahun 2016 di Perguruan Tinggi Swasta di Sulawesi Selatan yaitu

Universitas Muhammadiyah Makassar dan mengambil program studi Akuntansi.