JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu...

73
TUGAS AKHIR PENGARUH ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK KAYU KELAPA OLEH : I R S A N D111 11 630 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Transcript of JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu...

Page 1: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

i

TUGAS AKHIR

PENGARUH ASAM SULFAT (H2SO4)

TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK

KAYU KELAPA

OLEH :

I R S A N D111 11 630

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

ii

Page 3: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT,

akhirnya penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan

Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi

ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Wahyu H. Piarah, M.Eng. selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Lawalenna Samang, MS.M.Eng. dan Bapak Dr.

Eng. Tri Harianto, ST. MT. selaku ketua dan sekretaris Jurusan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar, beserta seluruh staf

pengajar dan karyawan pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin.

3. Bapak Prof. Dr. M. Wihardi Tjaronge, ST., M.Eng. selaku pembimbing I

dan Bapak Dr.Eng. Ardy Arsyad, ST., M.Eng.Sc. selaku pembimbing II.

Terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan dukungan yang diberikan

selama penyelesaian skripsi ini.

4. Ayahanda dan Ibunda penulis, yang senantiasa berdoa, membimbing, dan

terus memberikan bantuan baik material maupun moril sampai skripsi ini

selesai.

5. Bapak Asmirandi, ST., yang telah bekerja sama dalam melakukan

penelitian Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Tarik Kayu Kelapa.

6. Saudara dan Saudari Civil Engineering Extension 2011 Jurusan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, yaitu Zack Al habshy, Al

Muizat, Abadi, Naufal, Rahmi, EvyNOL, Ikha Gumon, Risma Bomon,

Icha Gemon, Andre,ST., Virnol,ST., Wawan,ST., Mambo, Awal, GuLib,

Adnan, Ippank, Naja, IkhaPOM, Chia Aoyama, Za’Niyah, Inchie, yang

selalu memberikan motivasi, dorongan untuk selalu semangat, dan menjadi

Page 4: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

iv

tempat meminta pertolongan. Semoga di kemudian hari kelak kita dapat

tetap saling tolong menolong dalam tempat dan waktu yang berbeda.

7. Kanda-kanda senior di Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin yang senantiasa memberi bantuan kepada penulis.

8. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Sangat disadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penulisan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat

diharapkan demi menuju pada kesempurnaan skripsi ini, meskipun penulis

sangat menyadari bahwa untuk mencapai titik kesempurnaan adalah suatu hal

yang mustahil, hanyalah ALLAH Yang Maha Kuasa yang dapat mencapainya.

Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan

manfaat bagi yang membutuhkannya.

Makassar, Maret 2014

Penulis

Page 5: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

v

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

1.5 Batasan Masalah ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Batang Kelapa ...................................................................... 6

2.2 Batang Kelapa Sebagai Kayu Konstruksi ..................................... 7

2.3 Pengertian dan Pentingnya Pengawetan Kayu ............................. 11

2.4 Sejarah Pengawetan Kayu di Indonesia ....................................... 14

2.5 Permasalahan dan Kendala Proses Pengawetan Kayu ................. 17

2.6 Analisa Ekonomi Kerusakan Kayu .............................................. 18

Page 6: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

vi

2.7 Strategi Untuk Pengembangan Industri Pengawetan ...................

Kayu ke Depan .............................................................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 28

3.2 Penyiapan Bahan dan Alat ............................................................ 28

3.3 Tahapan Penelitian di Laboratorium ............................................. 29

3.4 Prosedur Pengujian Kuat Kayu di Laboratorium ......................... 30

3.4.1 Pengujian Kadar Air Kayu ................................................... 30

3.4.2 Pengujian Kuat Tekan Kayu ................................................ 31

3.4.3 Pengujian Kuat Tarik Kayu .................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sifat-Sifat Mekanik Kayu Buatan ................................................ 35

4.1.1 Hasil Uji Kadar Air ............................................................... 35

4.1.2 Hasil Uji Kuat Tekan Sejajar Serat ....................................... 36

4.1.3 Hasil Uji Kuat Tekan Tegak Serat ........................................ 42

4.1.4 Hasil Uji Kuat Tarik .............................................................. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan .................................................................................... 56

1.2 Saran .............................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil pemeriksaan kadar air kayu kelapa .................. 35

Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0% ..................... 37

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5% .................. 38

Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 1% ..................... 38

Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0% ..................... 39

Tabel 4.6 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5% .................. 40

Tabel 4.7 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 1% ..................... 41

Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0% ..................... 43

Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5% .................. 44

Tabel 4.10 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 1% ..................... 44

Tabel 4.11 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0% ..................... 45

Page 8: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

viii

Tabel 4.12 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5% .................. 46

Tabel 4.13 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 1% ..................... 47

Tabel 4.14 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0% ..................... 49

Tabel 4.15 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5% .................. 50

Tabel 4.16 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 1% ..................... 51

Tabel 4.17 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0% ..................... 52

Tabel 4.18 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5% .................. 53

Tabel 4.19 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 1% ..................... 54

Page 9: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian ..................................................................... 29

Gambar 3.2 Contoh benda uji kadar air ............................................................ 30

Gambar 3.3 Benda uji kuat tekan sejajar arah serat ......................................... 31

Gambar 3.4 Benda uji kuat tarik kayu .............................................................. 32

Gambar 4.1 Sampel uji kadar air ....................................................................... 35

Gambar 4.2 Sampel Uji Kuat Tekan Sejajar Serat ............................................ 36

Gambar 4.3 Proses Pengujian Kuat Tekan Kayu ............................................. 36

Gambar 4.4 Sampel Uji Kuat Tekan Tegak Lurus Serat ................................... 42

Gambar 4.5 Proses Pengujian Kuat Tekan Kayu ............................................. 42

Gambar 4.6 Sampel Uji Kuat Tarik................................................................... 48

Gambar 4.7 Proses Pengujian Kuat Tarik Menggunakan Strain Gauges ......... 48

Gambar 4.8 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu Perendaman

1 Minggu Konsentrasi 0% ............................................................. 49

Gambar 4.9 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu Perendaman

1 Minggu Konsentrasi 0,5% ......................................................... 50

Gambar 4.10 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu Perendaman

1 Minggu Konsentrasi 1% ............................................................. 51

Gambar 4.11 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu Perendaman

6 Minggu Konsentrasi 0% ............................................................. 52

Gambar 4.12 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu Perendaman

6 Minggu Konsentrasi 0,5% .......................................................... 53

Page 10: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

x

Gambar 4.13 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu Perendaman

6 Minggu Konsentrasi 1% ............................................................. 54

Page 11: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbeda dengan kayu pada umumnya batang kelapa memiliki sel

pembuluh yang berkelompok (vascular bundles) yang menyebar lebih rapat pada

bagian tepi dari pada bagian tengah serta pada bagian bawah dan atas batang.

Hal itu mengakibatkan kayu gergajian kelapa memiliki kekuatan yang

berbeda-beda (Sulc, 1981). Palomar (1983) menyebutkan bahwa batang

kelapa memiliki keawetan yang rendah, mudah diserang organisme perusak

kayu seperti jamur dan serangga. Bagian keras batang kelapa yang tidak

diawetkan dan dipasang ditempat terbuka langsung berhubungan dengan

tanah maksimum dapat bertahan tiga tahun. Sedangkan untuk bagian lunak

hanya beberapa bulan saja. Penggunaan kayu kelapa untuk berbagai kondisi yang

dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk

kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan kekuatan yang

terjadi untuk perencanaan. Selain itu bisa mengetahui klasifikasi kayu kelapa

berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961.

Prasarana dan sarana fisik tersebut dapat berupa bangunan rumah,

bangunan gedung, bangunan pabrik, bangunan jalan dan jembatan dan

sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut berlokasi tidak hanya di kota-kota tetapi

juga sampai ke pelosok-pelosok daerah. Bangunan tersebut dapat berlokasi di

daerah dengan lingkungan yang ekstrim, dalam arti pada lokasi tersebut banyak

mengandung kandungan unsur yang bersifat korosif seperti di daerah pantai, di

Page 12: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

2

daerah bekas tanah rawa, daerah bekas tempat pembuangan sampah, daerah yang

mempunyai kadar polusi tinggi, daerah yang curah hujannya tinggi, daerah

kawasan industri dan lain sebagainya. Korosi adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi penurunan kekuatan konstruksi. Faktor yang menyebabkan

terjadinya korosi adalah faktor dalam diri kayu dan faktor lingkungan. Korosi

secara umum mempunyai pengertian sebagai kerusakan yang terjadi pada material

yang terjadi akibatnya adanya reaksi kimia.Air dan lumpur rawa mengandung zat

organik, humus yang tinggi sehingga pH-nya rendah yang mengakibatkan air

rawa bersifat asam.

Menurut Martawijaya dan Barly (1982) ada empat faktor utama yang

berpengaruh terhadap sifat keterawetan kayu, yaitu jenis kayu, keadaan kayu,

metode pengawetan dan bahan pengawet yang dipakai. Berdasarkan pertimbangan

di atas dalam penelitian ini digunakan bahan asam sulfat dengan cara rendam.

Sebagai contoh air rawa memiliki kandungan asam yaitu asam sulfat (H2SO4)

dengan konsentrasi yang rendah.

Ada beberapa upaya yang telah dilakukan oleh industri kayu untuk

mengurangi dan melakukan efisiensi pengunaan bahan bakunya, yaitu:

(i) Menggunakan mesin-mesin dengan presisi tinggi sehingga limbah kayu

yang dihasilkan seminimal mungkin,

(ii) Menggunakan kayu-kayu yang kurang dikenal (less known species-LKS),

(iii) Mengintegrasikan proses produksinya dalam upaya mencapai bebas

limbah (zero waste), dan

Page 13: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

3

(iv) Mengawetkan produk kayu sehingga lebih tahan lama dalam

pemakaiannya.

Kajian industri dan kebijakan pengawetan kayu bertujuan mencari strategi

yang tepat dalam membangun dan menghidupkan kembali industri pengwetan

kayu yang kini mendekati kebangkrutan. Hal-hal yang dicakup dalam Tugas

Akhir ini:

(i) Memberikan pengertian dan makna dari proses pengawetan kayu,

(ii) Menjelaskan sejarah pengawetan kayu di Indonesia,

(iii) Mengidentifikasi permasalahan dan kendala dari proses pengawetan kayu,

(iv) Melakukan analisa finansial proses pengewetan kayu, dan

(v) Menyusun strategi untuk pengembangan industri pengawetan kayu ke

depan.

Dari dasar pemikiran tersebut, sehingga penulis menjadikan bahan

penelitian tugas akhir, sehingga penulis mengambil judul :

“PENGARUH ASAM SULFAT (H2SO4)

TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK KAYU KELAPA”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan beberapa

rumusan masalah antara lain :

1. Bagaimana pengaruh Asam Sulfat terhadap kekuatan kayu kelapa sebagai

material perancah.

Page 14: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

4

2. Bagaimana pengaruh Asam Sulfat terhadap kekuatan kayu kelapa untuk

uji kuat tekan dan kuat tarik

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh asam sulfat terhadap kekuatan kayu kelapa

sebagai material perancah (penopang sementara) ketika pengecoran

dilakukan di daerah rawa.

2. Untuk mengetahui kekuatan kayu kelapa dengan lama perendaman 1

minggu dan 6 minggu.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Sebagai cara pengawetan kayu untuk dijadikan material perancah di

daerah rawa.

2. Sebagai gambaran kekuatan kayu kelapa sebagai suatu bahan konstruksi

bangunan.

3. Sebagai referensi atau acuan bagi para peneliti dan praktisi yang tertarik

dalam pengembangan kayu kelapa dalam kontruksi bangunan.

4. Bahan informasi bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian yang sejenis.

Page 15: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

5

1.5 Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah dan sesuai dengan yang

diharapkan, maka penelitian dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Jenis kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu kelapa (Cocos

Nucifera L.).

2. Zat kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asam Sulfat

(H2SO4).

3. Lama perendaman kayu kelapa adalah 1 minggu dan 4 minggu. Asumsi

pemasangan dan pembongkaran adalah 2 minggu dan masa perawatan

beton adalah 4 minggu.

4. Pengujian mekanis kayu kelapa yang akan di lakukan meliputi :

Pengujian Kadar Air

Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat

Pengujian Kuat Tekan Kayu Tegak Lurus Serat

Pengujian Kuat Tarik

Page 16: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Batang Kelapa

Batang kelapa memiliki keunikan dan keindahan tersendiri sebagai bahan

baku pengganti kayu. Batang kelapa termasuk dolok dengan diameter kecil,

memiliki sel-sel pembuluh yang berkelompok (vascular bundles) yang menyebar

lebih rapat pada bagian luar jika dibandingkan dengan bagian di tengah batang.

Keadaan itu menyebabkan kerapatannya yang tidak sama sehingga kekuatannya

juga berbeda baik dari luar ke dalam maupun dari bawah ke atas ke bagian batang

Batang kelapa memiliki sifat yang bervariasi dan mencolok mulai dari bagian tepi

batang ke arah bagian dalam dan dari bagian pangkal batang ke arah tajuk.

Pangkal batang pada umumnya memiliki sifat kekuatan dan keawetan yang lebih

baik dibanding bagian dalam dan ujung batang (Barly, 1994).

Berat jenis batang kelapa sepanjang bagian tepi batang 0,6 dan hal ini

lebih besar dari berat jenis kayu meranti merah (0,53), sedangkan bagian dalam

batang kelapa berat jenisnya + 0,4 yang berarti lebih kecil dari meranti merah,

atau bagian dalam batang kelapa ini setara dengan kayu jelutung atau terentang.

Batang kelapa bagian pangkal batang kekuatannya dapat disamakan dengan kayu

balau, kempas atau sonokeling. Kayu kelapa mudah digergaji, apalagi ketika

masih segar (basah). Kayu kelapa tidak rentan terhadap serangga-serangga

Page 17: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

7

penggerek kayu. Tanpa pengawetan batang kayu kelapa akan tahan cukup lama

bila diproteksi dari cuaca (Suharto dan Ambarwati, 2007).

Kadar air bahan gergajian batang kelapa berkisar antara 90-200%

didasarkan pada berat kering oven. Oleh karena itu mungkin selama pengeringan

akan terjadi serangan mold dan jamur. Secara fisis kayu kelapa mempunyai

kerapatan yang sangat beragam baik dari pangkal ke ujung maupun dari tepi ke

dalam. Pada bagian pangkal dan tepi mempunyai kerapatan yang tinggi dan

didominasi oleh ikatan pembuluh dewasa sedangkan bagian tengah dan ujung

lebih banyak mengandung jaringan dasar berupa parenkim serta ikatan pembuluh

muda dengan kerapatan yang lebih rendah. Kerapatan yang beragam dalam satu

pohon kemungkinan diikuti dengan variasi kandungan kimia kayu (Whardani dkk,

2004).

Kandungan holoselulosa batang kelapa berkisar antara 69.51 - 80.07%

dengan nilai rataan 73.49%. Banyak holoselulosa batang kelapa sebesar 66.7%

dan lebih tinggi dari bagian lain seperti kulit, serabut dan pelepah daun. Distribusi

holoselulosa pada batang kelapa, baik secara longitudinal maupun lateral

mempunyai kecenderungan tidak beraturan. (Rojo, 1988).

2.2 Batang Kelapa Sebagai Kayu Konstruksi

Salah satu material yang cukup berlimpah di Indonesia adalah kayu kelapa.

Walaupun jarang digunakan sebagai material bangunan karena kayu ini keras dan

teksturnya kasar. Namun bila diolah dengan tepat akan menghasilkan bangunan

yang unik, karena tekstur kayu kelapa sangat khas, tetapi finishingnya tidak bisa

Page 18: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

8

sehalus kayu borne, meranti, ataupun kamper.Harganya pun jauh lebih murah bila

dibandingkan dengan kayu seberang (sumatera, Kalimantan). Rumah kayu yang

terbuat dari kayu kelapa biayanya sekitar 1,2 juta -2juta/ m2 bandingkan bila me-

nggunakan kayu seberang yang harganya bisa diatas 3 juta/ m2 ( Sulc, 1984).

Ada tiga alasan yang menyebabkan batang kepala dapat dijadikan

alternatif pengganti kayu, yaitu program peremajaan kebun kelapa akan berhasil

dengan kelapa yang tidak dikeluarkan dari kebun akan menjadi sarang kumbang

gerek. Dengan pengolahan yang benar batang kelapa akan menghasilkan kayu

yang bisa bersaing dengan beberapa kayu jenis konvensional. Batang kelapa ini,

sebagai substitusi kayu, dapat digunakan sebagai bahan bangunan, perabot rumah

tangga, alat perkakas, barang kerajinan, dan sumber energi yang berupa arang.

Disamping itu batang kelapa juga memiliki nilai estetika yang unik ( Suharto dan

Ambarwati, 2007).

Kayu kelapa, yang selama ini secara tradisional lebih banyak digunakan

sebagai kayu konstruksi berat seperti balok dan kaso, mulai digunakan sebagai

komponen pintu, jendela, furnitur dan lantai. Permasalahannya antara lain adalah

sifat-sifat fisik kayu, terutama kerapatannya, yang sangat variatif. Kerapatan kayu

bagian dermal (perifer) jauh lebih tinggi daripada bagian subdermal dan bagian

tengah, yang secara beturut-turut sebesar > 600 kg/ m3, 400 – 600 kg/ m3 dan 200

– 400 kg/ m3. Perbedaan tersebut juga terdapat antara kayu kelapa bagian pangkal,

tengah dan ujung batang (Martawijaya dkk, 2005).

Page 19: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

9

Kayu dari pohon kelapa juga digunakan sekarang dan bernilai untuk

produksi furnitur. Batang pohon kelapa juga digunakan untuk konstruksi tiang.

Pemrosesan kelapa juga memberi kesulitan praktis. Tingkat konversi batang

kelapa utuh menjadi kayu bulat relatif rendah. Lebih jauh lagi, batang kelapa

memiliki kandungan silika tinggi, sangat keras dan memerlukan pisau gergaji

khusus bermata tungsten (Sektianto, 2001).

Penggunaan batang kelapa sebagai bahan konstruksi sudah lazim

dilakukan oleh rakyat pedesaan karena dianggap kuat dan awet. Namun beberapa

hal yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut, yaitu :

a. Taper kira-kira 5 mm/meter

b. Tinggi batang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi kira-kira

panjang batang dikurangi 6,6 mm dari pelepah paling bawah dengan

panjang dolok maksimum 5 m

c. Batang tidak mengalami pertambahan ke samping, melainkan memanjang

dengan diameter ujung tidak lebih dari 30 cm

d. Kulit batang tidak mengelupas, pengulitan batang relatif sukar dan sampai

saat ini belum ada alat mekanis yang dapat dipakai

e. jenis kayu berbeda dari luar ke dalam dari bawah ke atas. Kekuatannya

dicirikan oleh berat jenisnya yang bervariasi dan biasanya bagian luar

lebih kuat jika dibandingkan dengan bagian dalam batang

f. Tidak memiliki mata kayu

g. Sulit digergaji, kesulitan itu bertambah jika sudah kering

h. Bagian luar memiliki cacat distorsi lebih kecil dibandingan bagian dalam

Page 20: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

10

i. Keawetan alaminya rendah

j. Batang bulat memiki sifat-sifat yang lebih baik

( Barly, 1994).

Pada umumnya kayu kelapa terutama yang berkerapatan tinggi dan

sedang lebih banyak diolah secara fisik mekanik seperti pembuatan mebel,

komponen rumah, barang kerajinan, sedangkan pemanfaatan secara kimia terbatas

misalnya pada pembuatan arang, briket arang, pulp, kertas atau arang aktif. Hal ini

disebabkan distribusi kandungan komponen kimia kayu dalam satu pohon belum

banyak diketahui (Suwinarti, 1993).

Untuk dapat memilih kayu yang sesuai dengan penggunaannya, perlu

mengetahui jenis sortimen ukuran. Sebagai bahan bangunan, menurut fungsinya

dibagi dua golongan yaitu bahan struktural dan non struktural. Sortimen khusus

yang lazim dipergunakan untuk tujuan pemakaian dapat berupa tiang, kaso, reng,

balok, papan dinding dan papan cor. Dalam batang kelapa dapat dilihat pola

kerapatan kayu dalam batang. Keadaan itu menyebabkan hasil penggergajian

terdiri dari 3 kelas yaitu high density, medium density dan low density dengan

proporsi masing-masing lebih kurang 45%, 30% dan 25%.Batang kelapa untuk

keperluan konstruksi perlu dikeringkan dan diawetkan. Hal ini guna untuk

menambah kualitas batang kelapa > dikeringkan supaya batang kelapa tidak

diserang jamur, bakteri. Diawetkan untuk memperpanjang masa pakai batang

kelapa ( Barly, 1994).

Page 21: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

11

2.3 Pengertian dan Pentingnya Pengawetan Kayu

Indonesia seringkali disebut sebagai negara ”mega-biodiversity” karena

memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, di antaranya 25.000 jenis

tumbuhan termasuk 4000 jenis pohon. Dari 4000 jenis sekitar 400 jenis dianggap

sebagai kayu perdagangan, namun yang sudah teridentifikasi dengan baik

sebanyak 365 jenis yang kemudian dikelompokkan menjadi 120 kelompok jenis

kayu perdagangan (Kartasujana dan Martawijaya,1979).

Kayu dan bahan berlignoselulosa lainnya diketahui lama-kelamaan akan

rusak atau lapuk. Kerusakan akan lebih cepat lagi jika dipakai atau dipasang di

tempat terbuka tanpa naungan, terutama jika berhubungan dengan tanah lembab.

Sebab pada dasarnya kayu dan bahan berlignoselulosa lainnya tidak tahan

terhadap perubahan suhu, udara, kelembaban, dan air. Di pihak lain, kayu juga

dihadapkan pada beragam jenis jasad atau organisme perusak kayu (OPK) yang

siap mengancam, seperti bakteri, jamur pewarna dan buluk, jamur pelapuk (brown

rots dan white rots), jamur pelunak (soft rot), rayap kayu kering, rayap tanah,

bubuk kayu kering dan binatang laut penggerek kayu (Wilkinson,1979).

Ancaman OPK ada di mana-mana, sejak pohon masih dalam status

tegakan, angkutan, proses pengolahan sampai produk kayu dalam pemakaian.

Ancaman tersebut bisa disebabkan oleh salah satu atau kombinasi diantara OPK

tersebut di atas. Misalnya, kayu yang tahan terhadap jamur, belum tentu tahan

terhadap serangga atau sebaliknya.

Page 22: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

12

a) Pengertian pengawetan kayu

Daya tahan terhadap OPK inilah yang dimaksud dengan keawetan kayu.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keawetan kayu, antara lain zat ekstaktif

yang terdapat dalam kayu, umur pohon, posisi pada bagian batang, tempat dimana

kayu itu digunakan dan jenis OPK yang menyerangnya (Martawijaya, 1996).

Pengawetan kayu pada dasarnya merupakan tindakan pencegahan

(preventive), berperan untuk meminimalkan atau meniadakan kemungkinan

terjadi cacat yang disebabkan OPK, bukan pengobatan (curative) yang diilakukan

dalam rangka pengendalian mutu atau kualitas, mencakup kualitas bahan baku

dan produk serta memperpanjang umur pakai kayu. Biasanya penggunaan

pengawet kayu mengacu pada penggunaan pestisida (bahan kimia pengawet) yang

dimasukkan ke dalam kayu (Barly,1990). Dalam hal ini, persyaratan bagi bahan

pengawet kayu antara lain harus memiliki sifat efikasi terhadap OPK, mampu

menembus ke dalam kayu dan tidak mudah luntur atau terikat di dalam kayu,

tetapi beberapa jenis bahan pengawet larut air bersifat korosif (Kadir dan Barly,

1974). Istilah bahan pengawet kayu sekarang termasuk bahan kimia atau

kombinasi bahan yang dapat mencegah kerusakan kayu terhadap satu atau

kombinasi antara; pelapukan (decay), serangga (termite), binatang laut (marine

borer), api (fire), cuaca (weathering), penyerapan air dan reaksi kimia (Anonim,

1976).

Dengan demikian ruang lingkup kegiatan pengawetan kayu mencakup

pencegahan terhadap OPK, pecah-retak, perubahan warna dan peningkatan daya

tahan kayu terhadap api (fire retardant). Penggunaan bahan kimia pengawet kayu

Page 23: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

13

diakui sebagai cara yang paling efektif dalam meningkatkan mutu kayu dan

produk kayu. Selain itu proses dan hasilnya dapat dikendalikan (Anonim, 1994).

b) Pentingnya pengawetan kayu

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 3.233 jenis kayu yang sudah

dikumpulkan, sebanyak 3.132 jenis di antaranya sudah diklasifikasikan

keawetannya. Dari jumlah tersebut diketahui hanya sebagian kecil saja yang

mempunyai keawetan tinggi, yaitu 14,3% termasuk kelas awet I-II. Sisanya, yaitu

85,7% termasuk kelas awet III,IV,V (Martawijaya, 1996). Persentase tersebut di

atas akan berubah, jika OPK lainnya seperti jamur biru, kumbang bubuk basah

dan binatang laut penggerek kayu turut diperhitungkan.

Kerusakan kayu sesunguhnya bukan hanya disebabkan oleh faktor OPK

saja, tetapi bisa oleh kombinasi faktor OPK, fisis-mekanis dan kimia. Namun

kerusakan oleh OPK mendudukan arti penting bagi pengawetan kayu. Tanda

kerusakan yang disebabkan oleh OPK terlihat dari adanya cacat berupa lobang

gerek (bore hole), pewarnaan (staining), pelapukan (decay), rekahan (brittles), dan

pelembekan (softies).

Dengan melaksanakan pengawetan kayu yang baik akan diperoleh

beberapa manfaat, antara lain:

(1) Memperbesar volume ketersediaan kayu dari jenis kayu yang sudah

dikenal, jenis kayu yang kurang atau tidak dikenal, menjadi kayu yang

dapat digunakan dengan baik sehingga penggunaan sumberdaya alam lebih

efisien;

Page 24: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

14

(2) Penganekaragaman komoditas kayu yang diawetkan termasuk produk

yang selama ini diabaikan, seperti tiang listrik, telepon dan tiang pancang;

(3) Mengurangi frekuensi penggantian kayu yang berarti penghematan yang

baik sekali;

(4) Meningkatkan kepercayaan dan reputasi atas mutu produk yang

dihasilkan; dan

(5) Mendorong untuk terus membuat hal baru yang lebih baik lagi (inovasi

dan kreativitas) melalui pengembangan IPTEK berbasis sumber daya

domestik.

2.4 Sejarah Pengawetan Kayu di Indonesia

Prediksi akan terjadi kelangkaan bahan bangunan organik khususnya kayu

awet di Indonesia telah dirasakan sejak awal abad ke 20, ketika pada tahun 1911

untuk pertama kalinya. Jawatan Kereta Api (JKA) mengimpor bantalan kayu yang

telah diawetkan (Liese, 1959).

Industri pengawetan kayu di Indonesia dimulai untuk pertama kalinya oleh

Jawatan Kehutanan di Bengkalis, Riau. Instalasi tersebut dibangun dengan

kapasitas 30.000 bantalan per tahun dalam rangka mengawetkan bantalan kayu

kempas (Koompassia sp.) untuk di ekspor ke Afrika Selatan.

Di bidang penelitian pada tahun 1950 Lembaga Penelitian Hasil Hutan

dibantu oleh seorang ahli konstruksi dari Belanda yaitu Ir. Wijnhamer

membangunan Stadion Lapangan Pacuan Kuda di Tanah Sareal, Bogor dengan

konstruksi papan paku menggunakan kayu sengon (Paraserianthes falcataria) yang

Page 25: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

15

diawetkan dengan garam Wolman. Stadion tersebut dapat bertahan lebih dari 20

tahun (Djajapertjunda, 2002). Bangunan dengan menggunakan kayu dan

konstruksi yang sama terdapat di kampus Pusat Penelitian dan Pengembangan

Hasil Hutan (P3HH) sebagai bengkel mobil, dibongkar pada akhir tahun tujuh

puluhan. Pada tahun 1963 dibangun lima buah rumah contoh dari kayu sengon di

Kotamadya Bogor, tiga buah di antaranya dua lantai, sampai sekarang masih utuh

dan menjadi kebanggaan bagi penghuninya.

Hingga akhir tahun 1950an ada 10 unit pengawetan kayu yang tersebar di

beberapa kota seperti Surabaya, Jakarta, Palembang dan Medan dengan total

kapasitas 90.000 m3 per tahun. Namun demikian, kebanyakan tidak beroperasi

penuh bahkan beberapa diantaranya hampir tidak pernah beroperasi. Dalam tahun

1957, produksinya hanya mencapai 15.400 m3 atau 17% dari kapasitas terpasang,

terdiri atas bantalan, tiang dan kayu perumahan masing-masing 10.000 m3 , 1.900

m3 dan 3.500 m3 . Pada tahun 1966, instalasi pengawetan kayu yang beroperasi

tinggal 2 buah dengan produksi sebesar 520 m3 atau 0,6% dari kapasitas

terpasang, terdiri 390 m3 tiang dan 130m3 kayu perumahan (Martawijaya, 1974).

Meskipun minat masyarakat akan pengawetan kayu itu kurang, Direktorat Jendral

Kehutanan memandang perlu untuk membuat percontohan. Pada tahun 1966 di

TPK Cipinang dibangun satu unit yang digunakan mengawetkan kayu dari luar P.

Jawa untuk mengganti bantalan kayu jati (Djajapertjunda, 2002).

Seiring dengan pesatnya pembangunan perumahan pada tahun 1986

intalasi pengawetan bertambah menjadi 32 buah, 2 diantaranya milik Perum

Perumnas, yaitu di Cibadak dan Semarang. Banyaknya jumlah instalasi pada

Page 26: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

16

waktu itu mungkin terdorong oleh program pembangunan perumahan rakyat yang

mekanisme pembiayaannya disesuaikan dengan kemampuan masyarakat melalui

kredit pemilikan rumah (KPR) untuk jangka waktu 15-20 tahun. Oleh sebab itu

Direktur Bank Tabungan Negara mengeluarkan Surat Edaran No.733-

/BKR/Pen/1983 yang isinya mensyaratkan kayu yang akan dipergunakan dalam

pembangunan perumahan yang memakai kredit pemilikanrumah (KPR-BTN)

harus diawetkan terlebih dahulu. Untuk memenuhi keinginan BTN telah disusun

spesifikasi pengawetan kayu perumahan dan gedung disertai petunjuk

teknispelaksanaannya sebagai Lampiran Surat Edaran Menteri Perumahan Rakyat

No.148/U.M.01.01/M/9/1985 (Martawijaya dan Abdurrohim, 1982). Spesifikasi

itu kemudian diangkat menjadi Standar Kehutanan Indonesia No. SKI-c-m-

001:1987 yang kemudian diubah menjadi SNI 03-5010.1-1999 Pengawetan Kayu

Perumahan dan Gedung.

Untuk memantapkan kegiatan pengawetan kayu pada tahun 1979

berdirilah Asosiasi Pengawetan Kayu Indonesia (APKIN). Keanggotaan APKIN

terdiri atas kalangan pengusaha, pemerintah dan pemerhati. Pada awal pendirian

jumlah anggota 12 orang, kemudian pada tahun 1986 menjadi 91 orang. Di luar

anggota APKIN masih banyak industri yang memiliki instalasi pengawetan kayu

baik sebagai usaha jasa atau pendukung dari kegiatan industri terutama yang

mengolah kayu karet.

Secara objektif harus diakui bahwa upaya untuk menggalakkan

pengawetan kayu, sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia sekitar tahun 1997,

sudah menunjukkan keberhasilan. Hal itu terbukti dengan makin banyaknya

Page 27: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

17

instalasi pengawetan, baik dengan cara vakum-tekan maupun cara sederhana. Di

samping tumbuhnya kesadaran masyarakat mengenai perlunya pengawetan

terutama pada pengolahan kayu karet dan menara pendingin. Namun secara jujur

sekarang harus diakui bahwa nafas industri pengawetan kayu sudah sesak, mati

enggan hidup tak mau.

Berkurangnya kegiatan pengawetan kayu sering terjadi dengan berubahnya

kebijakan politik dan ekonomi nasional. Sebagai contoh adanya pergeseran

penggunaan tiang kayu untuk program listrik pedesaan dengan penggunaan tiang

beton. Hal yang sama dialami oleh bantalan rel kereta api dari bantalan kayu ke

penggunaan beton antara lain disebabkan oleh sulitnya mendapatkan kayu.

Demikian pula berkaitan dengan bahan pengawet yang semula boleh digunakan

berdasaran Surat Keputusan Menteri Pertanian No.326/Kpts/TP.270/4/94 dicabut

pendaftaran dan izinnya. Di samping itu, bank penyedia kredit pemilikkan rumah

(KPR) tidak lagi mewajibkan pengembang untuk menggunakan kayu yang

diawetkan.

2.5 Permasalahan dan Kendala Proses Pengawetan Kayu

Permasalahan umum yang paling menonjol dihadapi industri perkayuan

dewasa ini adalah berkaitan dengan besarnya celah antara kebutuhan (sekitar 60

juta m3 /tahun) dan pasokan kayu (sekitar 24-25 juta m3 /tahun) (Purwanto, 2007).

Kerisauan atas kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan kayu dewasa ini

hendaknya menjadikan hikmah, yaitu menyadarkan semua pihak betapa

pentingnya pemanfaatan kayu secara optimal dan rasional. Kondisi itu juga

Page 28: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

18

seharusnya memacu upaya kreatif dan inovatif untuk mengantisipasinya agar

kebutuhan akan kayu dapat terpenuhi. Beberapa upaya untuk mengatasi hal

tersebut sudah dilakukan, yaitu dengan memanfaatkan kayu yang berasal dari

hutan tanaman industri (HTI), hutan rakyat (HR), kayu perkebunan karet dan

randu serta bahan berlignoselulosa lain seperti bambu, batang kelapa dan kelapa

sawit.

2.6 Analisa Ekonomi Kerusakan Kayu

Arti penting pengawetan kayu dapat dilihat dari dampak penggunaan kayu

tidak awet. Kerugian yang terjadi bukan hanya dari segi materi berupa

pemborosan kayu, biaya dan waktu, tetapi juga imateri seperti rasa aman,

kepercayaan dan reputasi. Bahkan tidak menutup kemungkinan timbul tuntutan

ganti rugi karena ingkar janji (wanprestasi) atau sanksi administratif dan atau

pidana apabila karena kelalaiannya mengakibatkan bangunan tidak layak fungsi

(Undang-undang No. 28 tahun 2002). Meskipun belum terdapat data kuantitatif

mengenai kerusakan kayu karena serangan OPK di Indonesia, namun dapat

dipastikan bahwa kerugian yang ditimbulkannya sangat besar. Sebagai

perbandingan, sekitar 10% dari tebangan tahunan di Amerika Serikat digunakan

untuk pengganti kontruksi karena pelapukan (Zabel & Morel, 1992). Angka ini

belum termasuk kerusakan karena serangan OPK lainnya. Kerusakan kayu di

Indonesia pasti jauh lebih besar daripada di negara Amerika. Berdasarkan asumsi

10% dari realisasi pasokan kayu sebesar 36,36 juta m3 kubik (Purwanto, 2007),

berarti 3,636 juta m3 rusak karena lapuk. Apabila harga kayu dolok rata-rata

Page 29: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

19

Rp.500.000/m3 , kerugian tersebut akan mencapai sebesar Rp.1,816 Triliun per

tahun atau setara 363.600 ha hutan jika potensinya 100 m3/ha. Kerugian itu

semakin ke hilir akan bertambah besar. Hal itu bukan saja disebabkan oleh variasi

jenis OPK dan kondisi lingkungan yang kondusif, tetapi juga oleh kenyataan

bahwa sebagian besar (85%) dari kayu yang dimiliki memang keawetannya

rendah (Oey Djoen Seng, 1964). Sebagai contoh kayu karet dalam hitungan hari

sudah diserang jamur pewarna biru dan umur pakai hanya beberapa bulan saja

karena diserang bubuk (Barly, 1996). Bahkan kayu rasamala yang secara alami

awet, pada umur pohon 48 tahun umur pakainya hanya 2,9 tahun (Martawijaya,

1989).

Dampak negatif dari pemanfaatan jenis kayu yang tidak diawetkan sekarang

makin dirasakan. Sebagai contoh:

(1) Penggunaan kayu borneo super sebagai bahan konstruksi pada

pembangunan rumah mewah dengan nilai dijual Rp.500 juta - Rp. 1,2

Milyar per unit, kayunya lapuk dan keropos padahal baru berumur 6

bulan,

(2) Rumah bantuan korban Tsunami di Kampung Jawa, Kecamatan Kutaraja,

Banda Aceh hampir roboh karena kayunya lapuk padahal baru dibangun

5 bulan (Anonim, 2006),

(3) Sebagian warga enggan menempati rumah bantuan karena kualitas

konstruksi terutama pada kerangka atap bangunan di-buat dari kayu yang

lapuk(Anonim, 2006),

Page 30: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

20

(4) Sekarang banyak produk mebel dari kayu jati dan mahoni, diserang

bubuk (Hartono, 2007). Serangan bubuk juga terjadi pada produk ekspor

komponen pintu dari kayu manii (Maesopsis eminii Engel.) dan kayu

kemiri (Aleuriteus molucana Willd.).

Indikasi lain tentang arti penting pengawetan kayu dapat dilihat dari

gambaran berikut: kecelakaan kereta api yang kerap terjadi disebabkan antara lain

oleh bantalan kayu penyangga rel yang digunakan sudah lapuk (Anonim, 2007).

Suatu penelitian pada bangunan perumahan di Jawa Barat menunjukkan bahwa

rayap kayu kering merupakan hama perusak kayu terbesar (59%) dan selanjutnya

berturut-turut karena jamur pelapuk (53%), rayap tanah (26%), bubuk kayu kering

(21%) dan OPK lain (9%) (Barly dan Abdurrohim, 1982). Di Jabotabek serangan

rayap tanah dan rayap kayu kering masing-masing mencapai 48,83% dan 13,30%

(Nandika dan Soeryokusumo, 1996). Bahkan Sriyono (1992) menyebutkan

bangunan yang terserang rayap dapat mencapai 94% atau 75 dari 80 bangunan

yang diamati. Sementara itu Direktorat Tata Bangunan, Direktorat Jendral Cipta

Karya, Departemen Pekerjaan Umum pada pertengahan tahun 1983 pernah

menyatakan bahwa kerugian akibat serangan rayap pada bangunan pemerintah

saja diperkirakan mencapai seratus milyar rupiah setiap tahun (Anonim, 1983).

Kerugian ini diperkirakan akan bertambah besar lagi karena di 10 kota besar di

Jawa 25% bangunan dimakan rayap dan di Jakarta 78% (Anonim, 2006). Rayap

saat ini menjadi musuh paling berat Angkatan Bersenjata Malaysia, karena telah

menyerang markas tentara yang berjumlah 80 buah. Tidak hanya menyerang

Page 31: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

21

bagian bangunan yang terbuat dari kayu melainkan juga dari beton (Anonim,

2007).

Dari contoh di atas, permasalahan kompleks yang berakibat pada kinerja

bukan semata-mata disebabkan oleh kekurangan bahan baku, tetapi mungkin lebih

disebabkan oleh minimnya pengetahuan mengenai sifat dan kegunaan kayu yang

berdampak pada kualitas, seperti pernah dialami pada pengolahan kayu karet

(Barly,1989). Melihat kondisi bahan baku kayu yang ada dewasa ini, aplikasi

pengawetan kayu sebagai suatu keniscayaan selayaknya menjadi perhatian bagi

semua pemangku kepentingan.

2.7 Strategi Untuk Pengembangan Industri Pengawetan Kayu ke Depan

Kayu sebagai bahan baku industri perkayuan berasal dari sumber daya

alam yang dapat diperbaharui. Memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh

produk pesaing kayu seperti besi, beton, alumnium dan plastik. Keunggulan kayu

dapat ditunjukkan oleh perbandingan energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan

produk dalam volume yang sama, yaitu kayu, baja, plastik dan aluminium masing-

masing 1000, 4000, 28.000, dan 71.000 KWH/metric ton (Firmanti, 2007),

sehingga harganya jauh lebih murah. Oleh karena itu penggunaan kayu dengan

berbagai keunggulan yang dimilikinya masih akan tetap eksis dalam pemenuhan

kebutuhan manusia selama persediaannya cukup dan dapat diperoleh dengan

harga yang layak.

Sampai saat ini besarnya permintaan hasil pengawetan kayu di Indonesia

belum pernah dilaporkan, namun dapat diduga kebutuhannya di masa datang

Page 32: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

22

cukup besar. Oleh karena itu, strategi pengembangan industri pengawetan kayu ke

depan akan dapat dilaksanakan dengan penekanan kepada hal-hal yang terkait

dengan:

(1) Sikap optimis masyarakat,

(2) Dukungan kebijakan pemerintah,

(3) Kompetisi global,

(4) Permintaan masyarakat, dan

(5) Kayu untuk komoditas potensial.

1. Sikap optimis masyarakat

Broto (2006) menyatakan bahwa industri kehutanan bukanlah sunset

industrie tetapi merupakan industri yang menjanjikan. Hanya saja menurutnya,

langkah yang harus dilakukan antara lain melakukan perubahan strategi, dari

strategi yang sifatnya konvensional menjadi strategi Samudra Biru ”(Blue ocean

strategy and blue ocean market)”. Sikap optimis tersebut juga disampaikan

Sastrosoenarto (2006) bahwa industri kehutanan merupakan industri unggulan di

masa depan. Hutan yang dikelola dengan baik akan mampu menyediakan kayu

untuk kebutuhan industri perkayuan yang merupakan core compterence bangsa.

Hal senada disampaikan Anonim (2007) industri kayu nasional masih tetap

prospektif karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan

dengan negara lain dalam memproduksi kayu. Iklim tropis yang dimiliki

Indonesia harus dimanfaatkan secara optimal dengan pengelolaan HTI yang baik

Page 33: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

23

dan efisien, karena usia produktif kayu yang tumbuh diiklim tropis jauh lebih

pendek dari usia produktif kayu di daerah dengan iklim subtropis.

Menurut Sukara (2005), aset abadi berupa sinar matahari, laut, hutan tropis

dan kenekaragaman sumber daya alam hayati (SDAH) dapat dimanfaatkan

sebagai sarana dalam penentuan posisi tawar bangsa dalam pergaulan dunia.

Hanya, untuk itu diperlukan kepercayaan diri, tekad baja dan kerja keras disertai

dengan kesanggupan menderita sebagai bentuk pertanggungan jawab moral

generasi masa kini terhadap generasi yang akan datang.

2. Dukungan kebijakan pemerintah

Sebenarnya dukungan kebijakan pemerintah sudah muncul saat

Pengarahan Presiden Suharto kepada Menteri Kehutanan pada tanggal 30 Januari

1985 untuk menggalakkan penerapan teknologi pengawetan kayu di Indonesia

dalam rangka pemanfaatan kayu kualitas rendah, terutama untuk pembangunan

perumahan dan pemukiman (Kompas, 31 Januari 1985 dan 28 Maret 1985).

Dukungan lainnya adalah keberadaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung serta Peraturan Pelaksanannya, yaitu PP No. 36 Tahun

2005 yang dalam penjelasan pasal 33 ayat 1, antara lain memuat persyaratan

keawetan guna menjamin keandalan bangunan gedung sesuai umur layanan

teknis. Undang-undang tersebut menjadi konsideran Peraturan Gubernur Provinsi

DKI Jakarta No.35 tahun 2006 Bab II Pasal 2: Setiap bangunan yang

komponennya sebagian atau seluruhnya menggunakan kayu dan pembiayaannya

dibebankan pada APBN dan/atau APBD dan/atau BUMD dan/atau bangunnya

Page 34: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

24

yang dibangun oleh pengembang yang selanjutnya akan diserahkan kepada

Pemerintah Daerah wajib menggunakan kayu yang diawetkan. Di samping itu,

beberapa Standar Nasional Indonesia (SNI) berkaitan dengan pengawetan kayu

juga sudah diterbitkan, diantaranya:

SNI 03-5010.1-1999 Pengawetan kayu perumahan dan gedung

SNI 03-3233-1998 Tata cara pengawetan kayu bangunan rumah dan gedung

SNI 04-3232-1992 Pengawetan tiang kayu dengan proses sel penuh

SNI 01-0674-1989 Cara uji kayu gergajian yang diawetkan dengan senyawa bor

SNI 01-7205-2006 Cara uji bahan pengawet pada kayu dan produk kayu

Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Gubernur dan standar

harus diakui sebagai dukungan terhadap pemasyarakatan teknologi pengawetan

kayu. Dukungan tersebut tidak dapat dilepaskan dari beberapa keputusan penting

tentang pengawetan kayu sebelumnya, diantaranya: (i) Surat Edaran Menteri

Kehutanan tanggal 1 April 1991 tentang semua bangunan yang dibiayai oleh

anggaran negara (APBN) harus menggunakan kayu yang diawetkan; (ii) Untuk

melindungi keselamatan manusia dan sumber kekayaan alam khususnya kekayaan

alam hayati dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran,

penyimpanan dan penggunaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7

Tahun 1973 dan Undang-undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992.

Pelaksanaan peraturan tersebut dijabarkan lebih lanjut melalui Keputusan Menteri

Pertanian No.434.1/Kpts/TP.270/7/2001 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran

Pestisida; dan (iii) Surat Menteri Kehutanan kepada Menteri Negara Perumahan

Page 35: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

25

Rakyat No.348/Menhut-IV/1995 perihal Penyusunan Keppres tentang pemakaian

kayu yang diawetkan.

3. Kompetisi global

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia

mengatur masalah perdagangan antar negara. Indonesia telah meratifikasi Piagam

WTO dan dimuat dalam Undang-undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1994

tentang Ratifikasi Piagam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pemberlakuan

kesepakatan SPS (Sanitary and Phytosanitary Agreements ) yang tertuang dalam

pasal 14 WTO- Agreements on Agriculture, merupakan kebijakan perdagangan

global untuk melindungi keselamatan/kesehatan konsumen di dunia, yang harus

ditaati oleh setiap negara anggota WTO.

Kesepakatan SPS antara lain berkaitan dengan fitosanitari yang berarti

bebas dari OPK, termasuk produk kemasan yang menggunakan kayu utuh (solid

wood) sebagai bahan. Dalam ISPM-15 terdapat tiga alternatif penanganannya,

yaitu pemanasan, fumigasi dan pengawetan (Anonim,2002). Pemanasan saja

ternyata belum cukup efektif terbukti banyak ekspor produk kayu yang ditolak

karena diserang bubuk. Di samping itu, methyl bromida sebagai fumigan mulai 1

Januari 2008 dilarang karena indikasi pemanasan global. Ketentuan model ISPM

15, sebaiknya dijadikan peluang atau tantangan bagi produk ekspor kayu dan

bahan berlignoselulosa lain.

Page 36: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

26

4. Permintaan masyarakat

Pentingnya kayu awet untuk bahan bangunan sudah lama disadari

masyarakat seperti dicontohkan dengan adanya usaha seperti merendam dalam

lumpur atau air. Berdasarkan hasil survei terhadap 124 responden di Jawa Barat,

dilakukan dengan memakai cara multistage stratified random sampling, 66,9%

responden bersedia membayar tambahan harga sebesar 20,0% dari harga kayu

yang tidak diawetkan (Barly dan Sasa Abdurrahim, 1982).

Pengalaman bersama Real Estate Indonesia (REI) dan Asosiasi Pengem-

bangan Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (APERSI) pada prinsipnya

siap menggunakan kayu yang diawetkan dalam meningkatkan kualitas rumah,

asalkan harganya layak (marketable) dan mudah didapat di pasar (Idris, 2007).

Terlepas dari kemungkinan adanya law enforcement, pada dasarnya konsumen

dapat secara sukarela memilih menggunakan atau tidak menggunakan kayu yang

diawetkan untuk bangunannya. Namun demikian kayu yang diawetkan

membutuhkan jaminan mutu sesuai dengan harga yang dibayarkan.

5. Komoditas potensial

Peningkatan jumlah penduduk disertai dengan peningkatan pendapatan,

pendidikan dan kesejahteraan akan berdampak pada peningkatan kebutuhan

berbagai produk, termasuk produk dari kayu. Kebutuhan produk dengan segala

keragamannya ”baik dalam jumlah, jenis, penampilan dan berbagai atribut

lainnya” akan meningkat pesat. Potensi pasar yang tinggi akan kayu yang

diawetkan tidak hanya untuk bangunan perumahan dan gedung, tetapi juga untuk

Page 37: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

27

keperluan lain sepeti bantalan rel, tiang listrik/telepon, kapal dan perahu, kemasan

(palet, gulungan kabel, pengganjal) dan barang kerajinan/mebel. Produk tersebut

di atas diharapkan bukan hanya untuk konsumsi di dalam negeri tetapi juga

ekspor.

Page 38: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan, Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa. Jenis penelitian ini

adalah penelitian eksperimen di laboratorium berupa pengujian kekuatan kayu

kelapa. Waktu penelitian direncanakan kurang lebih 2 bulan yakni mulai bulan

Juli – September 2013.

3.2 Penyiapan Bahan dan Alat

a) Menyiapkan Material Pengujian

Jenis kayu yang digunakan adalah kayu kelapa yang sudah tidak produktif

lagi dan sudah berusia 60 tahun yang berasal dari Kota Manado, Propinsi

Sulawesi Utara. Kayu kelapa yang sangat bagus dimanfaatkan buat konstruksi

adalah kayu kelapa yang berumur lebih dari 50 Tahun, tapi yang paling bagus

adalah umur 60 tahun keatas. Bagian pohon kelapa yang dijadikan kayu gergajian

adalah dari bagian pangkal, tengah hingga ujung. Ukuran kayu gergajian adalah

300cm x 14cm x 4,5cm. Sedangkan zat kimia yang digunakan untuk merendam

kayu kelapa adalah zat kimia asam sulfat (H2SO4).

b) Penyiapan Alat Pengujian

Kegiatan penyiapan alat dimaksudkan sebagai penunjang di dalam

penelitian untuk mendapatkan hasil-hasil dari sifat bahan, dan pengujian benda

uji.

Page 39: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

29

3.3 Tahapan Penelitian di Laboratorium

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian

Studi Pustaka

START

Pengamatan Lapangan

Sumber Kayu Kelapa

Kesimpulan

&

FINISH

Pengujian Karakteristik Kayu

Kelapa

Pengujian Kuat

Tarik Kayu

Pengujian

Kadar Air

Pengujian Kuat

Tekan Kayu Kelapa

Tegak Lurus Serat

Perendaman Kayu Kelapa Selama 1 Minggu dan 6

Minggu Dengan Konsentrasi Asam Sulfat 0%, 0,5%, dan

1%.

Analisis Perbedaan Kekuatan Kayu Kelapa Terhadap

Perendaman 1 Minggu dan 6 Minggu

Pengujian Kuat

Tekan Kayu Kelapa

Sejajar Serat

Page 40: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

30

3.4 Prosedur Pengujian Kuat Kayu di Laboratorium

3.4.1 Pengujian Kadar Air

Kadar air kayu adalah perbandingan antara berat air yang

dikandung kayu dalam keadaan kering. Untuk melihat perbandingan

tersebut, kayu pada kondisi di lapangan ditimbang kemudian dimasukkan

dalam oven yang bersuhu 1000 C selama ±24 jam. Setelah itu diangkat

dan ditimbang. Perbandingan tersebut adalah kadar air kayu. Ukuran kayu

tergantung dari penelitian yang dilakukan.

Gambar 3.2 Contoh benda uji kadar air

Secara matematis, kadar air kayu dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut :

Wb – Wk Ka = --------------- x 100% (Persamaan 1) Wk

Dimana :

Ka = kadar air (%)

Wb = berat spesimen sebelum di oven (gr)

Wk = berat spesimen sesudah di oven (gr)

Page 41: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

31

3.4.2 Pengujian Kuat Tekan Kayu

Benda uji kecil bebas cacat adalah benda uji kayu yang bebas dari

mata kayu, gubal, retak, lubang, jamur, rapuh dan tidak memuntir,

sedangkan kayu kering udara adalah kayu dengan kadar air maksimum

20%. Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian kuat tekan

kayu, dengan tujuan memperoleh nilai kuat tekan kayu.

Benda uji harus memenuhi persyaratan / ketentuan berikut:

Kelompok benda uji harus sama jenisnya, Benda uji bebas cacat, setiap

benda uji mempunyai identitas dengan diberi nomor dan huruf, dan

jumlah benda uji 3 buah untuk setiap jenis kayu. Ukuran benda uji untuk

kuat tekan sejajar serat ditentukan sebesar (20 x 20 x 40) mm dengan

ketelitian ± 0,25 mm, kadar air maksimum 20%.

Gambar 3.3 Benda uji kuat tekan sejajar arah serat

Page 42: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

32

Nilai kuat tekan dari kayu sejajar serat dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

P fc = ------- (Persamaan 2)

b . h

Di mana :

fc = Kuat tekan kayu (Mpa)

P = Beban maksimum (N)

b = Lebar benda uji (mm)

h = Tinggi benda uji (mm)

Nilai regangan dan elastisitas dari kayu sejajar serat dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

ΔL ε = ------- (Persamaan 3) L

σ

Etekan = ------- (Persamaan 4)

ε Di mana :

ε = Regangan

Etekan = Elastisitas Tekan (MPa)

ΔL = Perubahan panjang (mm)

L = Panjang awal (mm)

σ = Tegangan (MPa)

Page 43: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

33

3.4.3 Pengujian Kuat Tarik Kayu

Pengujian kuat tarik kayu dilakukan sesuai dengan JIS Z 2112 :

Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu di Laboratorium.. Untuk memperoleh

kuat tarik yang ideal maka benda uji sebagai berikut :

1. Kelompok benda uji harus sama jenisnya.

2. Benda uji bebas cacat.

3. Setiap benda uji mempunyai identitas dengan diberi nomor dan huruf.

4. Jumlah benda uji 3 buah untuk setiap jenis kayu.

5. Ketelitian penampang benda ± 0,25 mm, kadar air maksimum 20%.

6. Ketelitian ukuran panjang tidak boleh lebih dari 1 mm.

Gambar 3.4 Benda uji kuat tarik kayu

Nilai kuat tarik dari kayu dapat dihitung dengan menggunakan persaaman

sebagai berikut :

P ft = ------- (Persamaan 5) b . h Di mana :

ft = kuat tarik kayu (Mpa)

P = beban maksimum (N)

Page 44: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

34

b = lebar benda uji (mm)

h = tinggi benda uji (mm)

Nilai elastisitas dari kayu sejajar serat dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

σ tarik

Etarik = ----------- (Persamaan 6)

εputus

Di mana :

εputus = Regangan yang diukur dengan menggunakan strain gauges

E = Elastisitas (MPa)

σ = Tegangan (MPa)

Nilai standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut :

Sd = (Persamaan 7)

BAB VI

Page 45: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

35

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat-Sifat Mekanik Kayu Buatan

4.1.1 Hasil Uji Kadar Air

Pengujian kadar air mengikuti standar JIS Z 2102 : Metode Pengukuran

Kadar Air Kayu dan Bahan Berkayu. Spesimen dibentuk segi empat

dengan ukuran 20 mm x 20 mm x 100 mm Contoh pengujian kadar air

bambu dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

Gambar 4.1. Sampel uji kadar air

Hasil pengujian kadar air kayu dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil pemeriksaan kadar air kayu kelapa

No. Jenis Kayu

Berat Sebelum

Di Oven

(gram)

Berat

Sesudah Di

Oven

(gram)

Kadar Air

(%)

1 Kelapa 43,00 36,00 19,44

2 Kelapa 45,00 37,00 21,62

3 Kelapa 47,00 38,00 23,68

Kadar air rata - rata 21,58

(Sumber : Hasil olah data)

4.1.2 Hasil Uji Kuat Tekan Sejajar Serat

Page 46: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

36

Kuat tekan merupakan kemampuan kayu untuk menahan gaya dari luar

yang datang pada arah sejajar maupun yang tegak lurus serat yang

cenderung memperpendek atau menekan bagian-bagian kayu secara

bersama-sama.

Pengujian kuat tekan kayu dilaksanakan di laboratorium Struktur dan Bahan

Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa, dengan

mengikuti standar JIS Z 2111 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Sejajar

Serat di Laboratorium.

Gambar 4.2 Sampel Uji Kuat Tekan Sejajar Serat

Gambar 4.3 Proses Pengujian Kuat Tekan Kayu

Page 47: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

37

a. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 1 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada table 4.2

di bawah ini :

Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1A 20,00 20,00 7720,00 19,30 0,025 772,00

2A 20,00 20,00 27240,00 68,10 0,013 5448,00

3A 20,00 20,00 10160,00 25,40 0,023 1128,89

Sd 0 0 10635,71 26,59 0,007 2602,79

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 2A dengan nilai kuat tekan sebesar 68,10

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

1A sebesar 19,30 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1A, 2A, dan 3A adalah

masing-masing sebesar 772,00 MPa, 5448,00 MPa, dan 1128,89 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1A,

2A, dan 3A, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

b. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 1 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0,5%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada table 4.3

di bawah ini :

Page 48: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

38

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1B 20,00 20,00 6980,00 17,45 0,025 698,00

2B 20,00 20,00 34200,00 85,50 0,013 6840,00

3B 20,00 20,00 20100,00 50,25 0,025 2010,00

Sd 0 0 13612,94 34,03 0,010 3234,56

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tarik diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 2B dengan nilai kuat tekan sebesar 85,50

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

1B sebesar 17,45 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1B, 2B, dan 3B adalah

masing-masing sebesar 698,00 MPa, 6840,00 MPa, dan 2010,00 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1B,

2B, dan 3B, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

c. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 1 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 1%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada table 4.4

di bawah ini :

Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 1%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1C 20,00 20,00 14880,00 37,20 0,018 2125,71

2C 20,00 20,00 27560,00 68,90 0,013 5512,00

3C 20,00 20,00 9000,00 22,50 0,018 1285,71

Sd 0 0 9485,34 23,71 0,003 2237,33

(Sumber : Hasil olah data)

Page 49: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

39

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 2C dengan nilai kuat tekan sebesar 68,90

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

3C sebesar 22,50 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1C, 2C, dan 3C adalah

masing-masing sebesar 2125,71 MPa, 5512,00 MPa, dan 1285,71 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1C,

2C, dan 3C, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

d. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 6 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada table 4.5

di bawah ini :

Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1D 20,00 20,00 24040,00 60,10 0,025 2404,00

2D 20,00 20,00 13480,00 33,70 0,025 1348,00

3D 20,00 20,00 17420,00 43,55 0,025 1742,00

Sd 0 0 5336,38 13,34 0,004 533,64

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 1D dengan nilai kuat tekan sebesar 60,10

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

2D sebesar 33,70 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1D, 2D, dan 3D adalah

masing-masing sebesar 2404,00 MPa, 1348,00 MPa, dan 1742,00 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1D,

2D, dan 3D, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

Page 50: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

40

e. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 6 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0,5%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada table 4.6

di bawah ini :

Tabel 4.6 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1E 20,00 20,00 25100,00 62,75 0,025 2510,00

2E 20,00 20,00 18040,00 45,10 0,013 3608,00

3E 20,00 20,00 8560,00 21,40 0,013 1712,00

Sd 0 0 8299,45 20,75 0,007 951,05

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 1E dengan nilai kuat tekan sebesar 62,75

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

3E sebesar 21,40 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1E, 2E, dan 3E adalah

masing-masing sebesar 2510,00 MPa, 3608,00 MPa, dan 1712,00 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1E,

2E, dan 3E, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

f. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 6 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 1%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada table 4.7

di bawah ini :

Page 51: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

41

Tabel 4.7 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 1%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1F 20,00 20,00 29380,00 73,45 0,013 5876,00

2F 20,00 20,00 13100,00 32,75 0,025 1310,00

3F 20,00 20,00 19680,00 49,20 0,025 1968,00

Sd 0 0 8189,67 20,47 0,007 2486,25

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 1F dengan nilai kuat tekan sebesar 73,45

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

2F sebesar 32,75 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1F, 2F, dan 3F adalah

masing-masing sebesar 5876,00 MPa, 1310,00 MPa, dan 1968,00 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1F,

2F, dan 3F, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

Page 52: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

42

4.1.3 Hasil Uji Kuat Tekan Tegak Lurus Serat

Kuat tekan merupakan kemampuan kayu untuk menahan gaya dari luar

yang datang pada arah sejajar maupun yang tegak lurus serat yang

cenderung memperpendek atau menekan bagian-bagian kayu secara

bersama-sama.

Pengujian kuat tekan kayu dilaksanakan di laboratorium Struktur dan Bahan

Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa, dengan

mengikuti standar JIS Z 2111 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Tegak

Lurus Serat di Laboratorium.

Gambar 4.4 Sampel Uji Kuat Tekan Tegak Lurus Serat

Gambar 4.5 Proses Pengujian Kuat Tekan Kayu Tegak Lurus Serat

Page 53: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

43

a. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 1 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel 4.8

di bawah ini :

Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1A 60,00 20,00 35220,00 29,35 0,050 587,00

2A 60,00 20,00 20680,00 17,23 0,100 172,33

3A 60,00 20,00 24340,00 20,28 0,075 270,44

Sd 0 0 7562,86 6,60 0,025 216,71

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 1A dengan nilai kuat tekan sebesar 29,35

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

2A sebesar 17,23 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1A, 2A, dan 3A adalah

masing-masing sebesar 587,00 MPa, 172,33 MPa, dan 270,44 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1A,

2A, dan 3A, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

b. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 1 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0,5%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel 4.9

di bawah ini :

Page 54: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

44

Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1B 60,00 20,00 22360,00 18,63 0,050 372,67

2B 60,00 20,00 14640,00 12,20 0,075 162,67

3B 60,00 20,00 30160,00 25,13 0,050 502,67

Sd 0 0 7760,03 6,47 0,010 171,56

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tarik diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 3B dengan nilai kuat tekan sebesar 25,13

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

2B sebesar 12,20 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1B, 2B, dan 3B adalah

masing-masing sebesar 372,67 MPa, 162,67 MPa, dan 502,67 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1B,

2B, dan 3B, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

c. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 1 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 1%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel

4.10 di bawah ini :

Tabel 4.10 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 1%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1C 60,00 20,00 35680,00 29,73 0,050 594,67

2C 60,00 20,00 21170,00 17.64 0,075 235,22

3C 60,00 20,00 19200,00 16,00 0,075 213,33

Sd 0 0 9000,11 7,50 0,010 214,12

(Sumber : Hasil olah data)

Page 55: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

45

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 1C dengan nilai kuat tekan sebesar 29,73

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

3C sebesar 16,00 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1C, 2C, dan 3C adalah

masing-masing sebesar 594,67 MPa, 235,22 MPa, dan 213,33 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1C,

2C, dan 3C, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

d. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 6 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel

4.11 di bawah ini :

Tabel 4.11 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1D 60,00 20,00 26740,00 22,28 0,050 445,67

2D 60,00 20,00 20090,00 16,74 0,065 257,56

3D 60,00 20,00 17180,00 14,32 0,070 204,52

Sd 0 0 4900,41 4,08 0,010 126,72

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 1D dengan nilai kuat tekan sebesar 22,28

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

3D sebesar 14,32 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1D, 2D, dan 3D adalah

masing-masing sebesar 445,67 MPa, 257,56 MPa, dan 204,52 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1D,

2D, dan 3D, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

Page 56: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

46

e. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 6 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0,5%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel

4.12 di bawah ini :

Tabel 4.12 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1E 60,00 20,00 23250,00 19,37 0,050 387,50

2E 60,00 20,00 15790,00 13,16 0,050 263,17

3E 60,00 20,00 11420,00 9,52 0,100 95,17

Sd 0 0 5981,88 4,98 0,030 146,71

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 1E dengan nilai kuat tekan sebesar 19,37

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

3E sebesar 9,52 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1E, 2E, dan 3E adalah

masing-masing sebesar 387,50 MPa, 263,17 MPa, dan 95,17 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1E,

2E, dan 3E, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

f. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 6 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 1%

Hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel

4.13 di bawah ini :

Page 57: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

47

Tabel 4.13 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 1%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tekan

(N)

Kuat

Tekan (fc)

(MPa)

Regangan

(ε)

Elastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1F 60,00 20,00 37170,00 30,97 0,050 619,50

2F 60,00 20,00 35680,00 29,73 0,050 594,70

3F 60,00 20,00 25420,00 21,18 0,075 282,40

Sd 0 0 6397,27 5,33 0,010 187,84

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tekan diketahui bahwa nilai kuat tekan kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 1F dengan nilai kuat tekan sebesar 30,97

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tekan kayu terkecil diperoleh dari sampel

3F sebesar 21,18 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1F, 2F, dan 3F adalah

masing-masing sebesar 619,50 MPa, 594,70 MPa, dan 282,40 MPa.

Adanya perbedaan nilai kuat tekan dan elastisitas kayu pada sampel 1F, 2F,

dan 3F, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai kekuatan

yang berbeda.

Page 58: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

48

4.1.4 Hasil Uji kuat Tarik

Kuat tarik kayu merupakan kemampuan kayu untuk menahan beban dari

luar yang dapat menyebabkan terjadinya mulur (strecth) atau pertambahan

panjang (elongation) kayu.

Pengujian kuat tarik kayu di laksanakan di laboratorium Struktur dan Bahan

Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa, dengan

mengikuti standar JIS Z 2112 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu di

Laboratorium.

Gambar 4.6 Sampel Uji Kuat Tarik

Gambar 4.7 Proses Pengujian Kuat Tarik Menggunakan Strain Gauges

Page 59: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

49

a. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 1 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0%

Hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel 4.14

di bawah ini :

Tabel 4.14 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tarik

(N)

Kuat Tarik

(ft)

(MPa)

Regangan

(ε)

Eleastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1A 5,00 20,00 5204,40 52,04 0,0041 12570,16

2A 5,00 20,00 11682,40 116,82 0,0050 23409,18

3A 5,00 20,00 2601,20 26,01 0,0029 8965,27

Sd 0 0 4676,35 46,76 0,0011 7517,83

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tarik diketahui bahwa nilai kuat tarik kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 2A dengan nilai kuat tarik sebesar

116,82 MPa, sedangkan untuk nilai kuat tarik kayu terkecil diperoleh dari

sampel 3A sebesar 26,01 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1A, 2A, dan 3A

adalah masing-masing sebesar 12570,16 MPa, 23409,18 MPa, dan 8965,27

MPa. Adanya perbedaan nilai kuat tarik dan elastisitas kayu pada sampel

1A, 2A, dan 3A, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

Gambar 4.8 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu

Perendaman 1 Minggu Konsentrasi 0%

Page 60: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

50

b. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 1 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0,5%

Hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel 4.15

di bawah ini :

Tabel 4.15 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tarik

(N)

Kuat Tarik

(ft)

(MPa)

Regangan

(ε)

Eleastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1B 5,00 20,00 3988,80 39,89 0,0020 20290,15

2B 5,00 20,00 8483,20 84,83 0,0029 29104,98

3B 5,00 20,00 11144,40 111,44 0,0033 33688,63

Sd 0 0 3616,73 36,17 0,0007 6809,68

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tarik diketahui bahwa nilai kuat tarik kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 3B dengan nilai kuat tarik sebesar

111,44 MPa, sedangkan untuk nilai kuat tarik kayu terkecil diperoleh dari

sampel 1B sebesar 39,89 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1B, 2B, dan 3B

adalah masing-masing sebesar 20290,15 MPa, 29104,98 MPa, dan

33688,63 MPa. Adanya perbedaan nilai kuat tarik dan elastisitas kayu

pada sampel 1B, 2B, dan 3B, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa

mempunyai kekuatan yang berbeda.

Gambar 4.9 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu

Perendaman 1 Minggu Konsentrasi 0,5%

Page 61: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

51

c. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 1 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 1%

Hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel 4.16

di bawah ini :

Tabel 4.16 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 1%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tarik

(N)

Kuat Tarik

(ft)

(MPa)

Regangan

(ε)

Eleastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1C 5,00 20,00 6080,00 60,80 0,0017 36570,11

2C 5,00 20,00 11225,60 112,26 0,0038 29228,66

3C 5,00 20,00 13324,00 133,24 0,0057 23495,14

Sd 0 0 3727,29 37,27 0,0020 6553,94

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tarik diketahui bahwa nilai kuat tarik kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 3C dengan nilai kuat tarik sebesar

133,24 MPa, sedangkan untuk nilai kuat tarik kayu terkecil diperoleh dari

sampel 1C sebesar 60,80 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1C, 2C, dan 3C

adalah masing-masing sebesar 36570,11 MPa, 29228,66 MPa, dan

23495,14 MPa. Adanya perbedaan nilai kuat tarik dan elastisitas kayu

pada sampel 1C, 2C, dan 3C, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa

mempunyai kekuatan yang berbeda.

Gambar 4.10 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu

Perendaman 1 Minggu Konsentrasi 1%

Page 62: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

52

d. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 6 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0%

Hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel 4.17

di bawah ini :

Tabel 4.17 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tarik

(N)

Kuat Tarik

(ft)

(MPa)

Regangan

(ε)

Eleastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1D 5,00 20,00 9295,20 92,95 0,0060 15555,88

2D 5,00 20,00 7812,30 78,12 0,0029 26768,39

3D 5,00 20,00 9945,60 99,46 0,0050 19974,49

Sd 0 0 1093,39 10,93 0,0016 5648,03

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tarik diketahui bahwa nilai kuat tarik kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 3D dengan nilai kuat tarik sebesar 99,46

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tarik kayu terkecil diperoleh dari sampel

2D sebesar 78,12MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1D, 2D, dan 3D adalah

masing-masing sebesar 15555,88 MPa, 26768,39 MPa, dan 19974,49

MPa. Adanya perbedaan nilai kuat tarik dan elastisitas kayu pada sampel

1D, 2D, dan 3D, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

Gambar 4.11 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu

Perendaman 6 Minggu Konsentrasi 0%

Page 63: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

53

e. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 6 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 0,5%

Hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel 4.18

di bawah ini :

Tabel 4.18 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 6 minggu konsentrasi asam sulfat 0,5%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tarik

(N)

Kuat Tarik

(ft)

(MPa)

Regangan

(ε)

Eleastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1E 5,00 20,00 8368,80 83,69 0,0027 31265,63

2E 5,00 20,00 13304,00 133,04 0,0057 23253,33

3E 5,00 20,00 11568,80 115,69 0,0041 28089,97

Sd 0 0 2503,57 25,04 0,0015 4034,74

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tarik diketahui bahwa nilai kuat tarik kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 2E dengan nilai kuat tarik sebesar

133,04 MPa, sedangkan untuk nilai kuat tarik kayu terkecil diperoleh dari

sampel 1E sebesar 83,69 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1E, 2E, dan 3E

adalah masing-masing sebesar 31265,63 MPa, 23253,33 MPa, dan

28089,97 MPa. Adanya perbedaan nilai kuat tarik dan elastisitas kayu

pada sampel 1E, 2E, dan 3E, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa

mempunyai kekuatan yang berbeda.

Gambar 4.12 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu

Perendaman 6 Minggu Konsentrasi 0,5%

Page 64: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

54

f. Benda Uji Dengan Lama Perendaman 6 Minggu Konsentrasi

Asam Sulfat 1%

Hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu dapat dilihat pada tabel 4.19

di bawah ini :

Tabel 4.19 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik dan elastisitas kayu

perendaman 1 minggu konsentrasi asam sulfat 0%

No

Benda

Uji

Ukuran Beban

Tarik

(N)

Kuat Tarik

(ft)

(MPa)

Regangan

(ε)

Eleastisitas

(E)

(MPa)

b

(mm)

h

(mm)

1F 5,00 20,00 10329,60 103,30 0,0022 46098,65

2F 5,00 20,00 5930,00 59,30 0,0022 26497,79

3F 5,00 20,00 8537,20 85,37 0,0034 25478,78

Sd 0 0 2212,34 22,12 0,0006 11621,90

(Sumber : Hasil olah data)

Dari hasil pengujian kuat tarik diketahui bahwa nilai kuat tarik kayu

terbesar diperoleh dari sampel uji 1F dengan nilai kuat tarik sebesar 103,30

MPa, sedangkan untuk nilai kuat tarik kayu terkecil diperoleh dari sampel

2F sebesar 59,30 MPa. Nilai elastisitas kayu untuk 1F, 2F, dan 3F adalah

masing-masing sebesar 46098,65 MPa, 26497,79 MPa, dan 25478,78

MPa. Adanya perbedaan nilai kuat tarik dan elastisitas kayu pada sampel

1F, 2F, dan 3F, dikarenakan tiap lapisan pada pohon kelapa mempunyai

kekuatan yang berbeda.

Gambar 4.13 Hubungan Tegangan -Regangan Kuat Tarik Kayu

Perendaman 6 Minggu Konsentrasi 1%

Page 65: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

55

Dari hasil pengujian kuat tekan kayu, kuat tarik kayu dan elastisitas

kayu dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara lama

perendaman 1 minggu dan 6 minggu.

Page 66: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dari hasil pengujian kuat tekan kayu, kuat tarik kayu dan elastisitas kayu

dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara lama perendaman

1 minggu dan 6 minggu.

2. Tidak ada pengaruh atau manfaat asam sulfat (H2SO4) yang signifikan antara

perendaman 1 minggu dan 6 minggu.

5.2. Saran

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang kapasitas dukung kayu kelapa

sebagai bahan material perancah terhadap jenis zat kimia yang lainnya serta

dilakukan dalam skala yang lebih besar.

Page 67: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

57

DAFTAR PUSTAKA

Arancon Jr., R.N. 1997. Asia-Pacific forestry sector outlook study: focus on

coconut wood. Working Paper Series Asia-pacific Forestry Towards 2010.

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO-UN).

Working Paper No: APFSOS/WP/23

Balfas, J. 1995. Beberapa aspek teknologi pada kayu hasil pengembangan hutan

tanaman industri (HTI) di Indonesia. Seminar Hasil Penelitian Balai

Penelitian Kehutanan Pematang Siantar, Prapat 27-29 Nopember 1995: 37-

48. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar

Barly dan Abdurrochim, S. 1982. Studi pendahuluan peng-awetan kayu pada

rumahrumah rakyat di Jawa Barat. Laporan No.161. Lembaga

Penelitian Hasil Hutan Bogor.

Barly.1990. Upaya pencegahan kerusakan kayu dengan penggunaan pestisida.

Makalah pada Kongres I Himpunan Perlindungan Tumbuhan Indonesia,

tang gal 8-10 Februari 1990. Pemondokan Haji, Jakarta.

Barly.1994.Batang Kelapa Sebagai Alternatif Kayu Konvensional. Pusat Litbang

Hasil Hutan.Bogor

Djajapertjunda. 2002. Hutan dan Kehutanan dari Masa ke Masa. IPB Press.

Hlm.322.

Firmanti, A. 2007. Kayu sebagai bahan bangunan. Seminar Nasional Sistem

Penyediaan Kayu Bermutu Konstruksi. Bandung, 27 November

2007.p.3. Pusat Penelitan dan Pengembangan Pemukiman. Bandung.

Foale. 1992. Coconut genetic diversity. Present knowledge and future research

needs. Papers of the IBPGR workshop on Coconut Genetic Resources. 8-10

Oktober 1991, Cipanas, Indonesia. IBPGR Rome. p.46-55

Hartono . 2007. Estimasi kebutuhan kayu dan teknologi untuk barang

kerajinan dan mebel. Makalah Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan.

Bogor, 25 Oktober 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil

Hutan. Bogor.

Page 68: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

58

Idris, A.A. 2007. Sistem penyediaan kayu awet dalam rangka menunjang

pembangunan perumahan rakyat. Makalah Seminar Hasil Penelitian

Hasil Hutan. Bogor, 25 Oktober 2007. Pusat Peneitian dan

Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Kartasujana, I. dan A. Martawijaya. 1979. Kayu Perdagangan Indonesia.

Sifat dan kegunaannya. Pengumuman No.13 tahun 1973 dan No.56 tahun

1975. Lembaga Pene-litian Hasil Hutan. Bogor.

Liese W . 1959. Report to the Government of Indonesia on Wood

Preservation. F AOReport No.1080.

Martawijaya, A., I. Katasujana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira dan K. Kadir. 2005.

Atlas Kayu Indonesia. Jilid II (Ed. II). Badan Penelitian Kehutanan. Bogor.

Martawijaya, A. 1974. Masalah pengawetan kayu di Indonesia. Kehutanan

Indonesia. Nov . 1974: p.460-469.

Martawijaya, A. 1996. Keawetan kayu dan berbagai factor yang

mempengaruhinya. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil Hutan dan

Sosek Kehutanan. Bogor.

Nandika, D . dan S. Suryokusumo. 1996. Pengawetan kayu da-lam

pembangunan perumahan. Proceeding Workshop on Timber Engineering

for Low-Cost Housing. Bandung, 2-23 April 1996. Pusat Peneltian dan

Pengembangan Pemukiman. Bandung.

Oey Djoen Seng. 1964. Berat Jenis dari Jenis-jenis Kayu Indo-nesia dan

Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek. Pengumuman

No.1. Lembaga Peneltian Hasil Hutan. Bogor.

Palomar, R.N. and V. K. Sulc. 1983. Preservative treatment and performance of

coconut palm timber. Timber Utilization Devision, PCA Zamboanga

Research Center, Coconot Research and Deveopment Project

Purwanto , B.E. 2007. Alokasi bahan baku kayu untuk keperluan domestik.

Makalah Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan. Bogor, tang gal 25

Oktober 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor

Page 69: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

59

Rojo JP, FO. 1988. Coconut Wood Utilization, Research and Development: The

Philippine Experience. FPRDI and IDRC. Canada.

Rompas T, Novarianto H, Tampake H. 1989. Pengujian nomor-nomor terpilih

Kelapa Dalam Mapanget di Kebun Percobaan Kima Atas. Jurnal Penelitian

Kelapa 4 (2):32- 34

Sastrosoenarto , H. 2006. Industrialisasi Serta Pembangunan Sektor Pertanian

dan Jasa Menuju Visi Indonesia 2030. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Sektianto, W. (2001), Tinjauan Sifat Mekanika Kayu Pohon Kelapa Terhadap

Rendaman Gamping Dan Daun Jati, Skripsi, FT UJB, Yogyakarta.

Sriyono. 1992. Kerusakan gedung pemerintah di DKI Jakarta akibat

serangan rayap. Majalah Pest Control Indonesia, Vol.3. Ikatan

Pengendali Hama Indonesia. Jakarta.

Suharto dan Ambarwati,D.R.2007. Pemanfaatan Kelapa(Batang, Tapas, Lidi,

Mancung,Sabut,Tempurung). UNY Press.Yogyakarta

Sulc, V.K. 1984. Coconut palm wood utilization. Tecnical Documen No.2.

UNDP-FAO of the United Nation. Zamboanga, Philipines

Suwinarti W. 1993. Analisis Kandungan Abu, Zat Ekstraktif dan Lignin pada

Kayu Kelapa (Cocos nucifera L) Berdasarkan Kerapatan dan Letak Kayu

dalam Batang [Skripsi]. Universitas Mulawarman. Samarinda

Wardhani,Y. Surjokusumo,S. Hadi,S.Y. dan Nugroho,N. 2004. Distribusi

Kandungan Kimia Kayu (Cocos nucifera). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu

Tropis. Samarinda

Wilkinson, J .G . 1979. Industrial Timber Preservation. Assosiated Busissness

Press. London.

Zabel, R.A., and J .J . Morel, 1992. Wood Microbiology; Decay and Its

Prevention. Academic Press, INV . Harcout Brace Jovanovich, Publisher,

New York, London, T okyo.

Page 70: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

60

LAMPIRAN

Lampiran 1. Benda Uji Kuat Tekan Kayu Perendaman 1 Minggu

Page 71: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

61

Lampiran 2. Benda Uji Kuat Tekan Kayu Perendaman 6 Minggu

Page 72: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

62

Lampiran 3. Benda Uji Kuat Tarik Kayu Perendaman 1 Minggu

Page 73: JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS … · dipengaruhi cuaca dan kelembaban lingkungan perlu diketahui kekuatannya untuk kadar air yang berbeda-beda dan perkiraan besar pengurangan

63

Lampiran 4. Benda Uji Kuat Tarik Kayu Perendaman 6 Minggu